http://www.karyailmiah.polnes.ac.id
OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN TIDUR MELALUI PEMETAAN PARTISIPATIF DI KELURAHAN KARYA MERDEKA KECAMATAN SAMBOJA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA HARI SISWANTO (Laboratorium Perencanaan Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman)
Abstract The aim of this research is to produce a map of unproductive land distribution by using community mapping approach for the base consideration of land use planning alternative and to integrate data in geographical information system. The study successfully obtained some information as follows: 1. The total area of Karya Merdeka region is 2.624,78 Ha of which is 157,28 Ha (6%) forested area, 184,48 Ha (7,01%) for farmer group of Maju, 145,21 Ha (5,53%) for farmer group of Mandiri, and 33,72 Ha (1,29%) for farmer group of Nanas Srikaya; 104,56 Ha (3,99%) unproductive lands, 596,28 Ha (22,72%) mix agriculture, 89,90 (3,43%) Ha wet paddy field, 896,59 Ha (34,15%) shrubs and grasses and 186,80 Ha (7,12%) dry paddy field. 2. The unproductive land cover is dominated by shrubs and grasses. 3. The unproductive lands management planning is using agroforestry. Key words : Land Use, Unproductive Lands, Community Mapping And Geographical Information System PENDAHULUAN Membicarakan manfaat hutan bagi manusia maka dapat dikatakan bahwa hutan memberikan manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung adalah manfaat dari hutan yang dapat langsung dinikmati oleh masyarakat seperti kayu, rotan, obat-obatan, buahbuahan, binatang buruan, damar, dan kulit kayu. Sedangkan manfaat tidak langsung merupakan manfaat dari fungsi hutan sebagai pengatur tata air dan pemelihara kesuburan tanah atau manfaat hidro- orologis dari hutan. Manfaat lain berupa estetika, rekreasi, ilmu pengetahuan dan pengaruh hutan terhadap iklim (Hadipurnomo, 1989). Dalam mendukung terwujudnya pengelolaan hutan yang berlandaskan asas kelestarian sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Kehutanan No 41 tahun 1991 maka hendaknya masyarakat perlu dilibatkan dalam pelaksaannya. Untuk mencapai sasaran pembangunan kehutanan tersebut perlu dan harus dilakukan dengan berbagai usaha, salah satunya
Riset / 1285
melalui pelibatan masyarakat desa sekitar hutan. Demikian halnya dengan masyarakat di Kelurahan Karya Merdeka Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara tidak dapat dipisahkan dari kawasan hutan karena sebagian besar kegiatan masyarakatnya sebagai petani yang memanfaatkan lahan di sekitar hutan. Pengelolaan lahan yang tidak terencana dengan baik oleh masyarakat setempat menyebabkan banyaknya lahan tidur karena hanya sebagian kecil saja dari luas lahan tersebut yang dikelola atau dijadikan lahan perkebunan dan pertanian. Sedangkan sebagian besarnya lagi lahan tersebut dibiarkan begitu saja sehingga tidak memberikan hasil yang maksimal dalam membantu perekonomian masyarakat setempat. Akibatnya untuk mendapat hasil yang lebih masyarakat setempat cenderung melakukan perambahan dan pencurian kayu di hutan yang ada di sekitarnya. Dengan adanya pelibatan masyarakat dalam pemetaan lahan tidur ini ditambah dengan adanya penyuluhan singkat di lapangan tentang pentingnya upaya memaksimalkan pemanfaatan lahan
JURNAL EKSIS
Vol. 6 No.1, Maret 2010: 1267 – 1266
diharapkan dapat meminimalisir perambahan hutan. Untuk dapat memberikan informasi yang benar dan akurat tentang manfaat dan keberadaan lahan yang ada, maka perlu dilakukan penelitian tentang tutupan lahan yang ada di kawasan ini termasuk lahan tidurnya sehingga dapat dijadikan bahan masukan dalam perencanaan pemanfaatan lahan. Lahan tidur adalah lahan yang dalam kurun waktu tertentu tidak digunakan sebagai lahan produksi pertanian maupun perkebunan karena alasan-alasan tertentu. Menurut Siswomartono (1994), beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya lahan tidur antara lain: 1. Status lahan jelas, maksudnya bahwa areal tersebut secara yuridis formal memiliki kekuatan hukum yang sah yaitu Hak Guna Usaha (HGU), sertifikat kepemilikan dan sebagainya namun kenyataannya lahan – lahan tersebut terlantar begitu saja 2. Sistem penguasaan lahan yang tidak jelas, dalam hal ini masyarakat, oknum atau kelompok yang mengusai lahan yang tidak memiliki dasar hukum yang sah. 3. Kemampuan pengelolaan lahan yang kurang. Berdasarkan hal tersebut, maka informasi yang cepat dan andal untuk mengetahui lokasi, dan sumber daya yang ada mutlak diperlukan dalam pembangunan. Salah satu cara untuk memperoleh informasi tersebut adalah dengan menggunakan peta (Anonim, 1991). Peta merupakan alat yang sangat penting sebagai bahan dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, diperlukan peta dengan skala besar yang mudah dipahami oleh masyarakat desa. Dengan dimikian peran serta masyarakat sangat penting dimana hal ini dapat dilakukan melalui pelatihan pembuatan peta secara bersama atau dikenal dengan pelatihan pemetaan partisipatif, sehingga masyarakat dapat membuat dan memiliki peta sendiri dengan skala standar yang mudah mereka mengerti. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan distribusi lahan tidur melalui kegiatan pemetaan partisipatif sebagai dasar penetapan alternatif perencanaan tata guna lahan (land use ), serta mengintegrasikan data tersebut ke dalam Sistem Informasi Geografi. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Kelurahan Karya Merdeka Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara. Sedangkan untuk proses pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Perencanaan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda.Waktu penelitian dilakukan kurang lebih selama 3 bulan efektif.
JURNAL EKSIS
Vol. 6 No.1, Maret 2010: 1267 – 1266
B. Bahan dan Peralatan
Bahan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari: Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) lembar 1814 – 64 Lembar Balikpapan dengan skala 1:50.000 edisi I tahun 1991 yang diterbitkan oleh Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BOKUSURTANAL), Peta RTRWP tahun 2001, Peta Hasil Tata Batas RKPH PT. Inhutani I UMHTI Batuampar tahun 1999, Peta Kerja HTI PT. Inhutani I UMHTI Batuampar tahun 2008, Peta Tematik Tutupan Lahan dari BKPH Provinsi Kalimantan Timur dan peta-peta dari sumber lain seperti Peta Batas Wilayah Administrasi Pemerintahan Kabupaten Kutai Kertanegara tahun 2007 yang dikeluarkan oleh Biro Pemetaan Wilayah Provinsi Kalimantan Timur . Peralatan yang digunakan dalam penelitian terdiri dari:meteran (pita ukur) roll 50m, kompas, clinometer, alat tulis dan ukur gambar (pensil, spidol, penggaris, busur derajat, pensil warna), buku ukur lapangan, kertas milimeter, kalkulator, GPS, kamera dan seperangkat komputer dengan software Arc GIS v9.1.
C. Prosedur Penelitian 1. Studi Kepustakaan a. Orientasi Lapangan Orientasi lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan informasi secara langsung mengenai kondisi tempat yang akan dijadikan lokasi penelitian, hal ini sangat penting karena berkaitan dengan persiapan. Selain itu melakukan koordinasi dengan aparat pemerintahan Kelurahan, seperti Lurah, BPK, Ketua RT maupun tokoh Masyarakt dan Pemuda sekaligus melakukan sosialisasi rencana kegaiatan. 1. Persiapan Pengambilan Data Didahului dengan penentuan warga yang akan dilibatkan dalam kegiatan ini dan biasanya diambil dari beberapa warga yang paham betul terhadap wilayah setempat disamping itu juga memiliki kemampuan menulis dan membaca. Kemudian mereka diberi pelatihan tentang teknik pengukuran dasar dan penggambaran peta secara sederhana. 2. Pengambilan Data Lapangan Pengukuran dilakukan terhadap jalan dan batas kampung yang ada meliputi : azimuth, jarak lapang, kelerengan dan informasi kiri kanan jalan yang berhubungan dengan penggunaan lahan seperti pemukiman, kebun, ladang, lahan tidur dan lainnya. Untuk kepentingan pemetaan digital maka pada tempat-tempat tertentu diambil titik-tik koordinatnya menggunakan GPS.
Riset / 1286
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id 3. Pembuatan Peta Bersama Masyarakat Pembuatan peta dilakukan setelah pekerjaan pengukuran di lapangan selesai, dengan pertimbangan memudahkan dalam mengingat situasi dan kondisi di lapangan yang diperlukan sebagai informasi tambahan dalam pembuatan peta. Pembuatan peta dilakukan dengan peralatan sederhana seperti busur derjat, mistar/penggaris, kalkulator, kertas milimeter, pensil dan penghapus. Penggambaran peta dikerjakan bersama-sama dengan masyarakat berdasarkan hasil pengukuran lapangan seperti jaringan jalan , kebun, ladang, sarana umum, rumah penduduk, lahan tidur dan lain-lain. Peta yang dibuat bersama masyarakat adalah berupa peta sketsa.Adapun tahapan pembuatan peta yang dilakukan bersama masyarakat adalah sebagai berikut: Menentukan skala yang akan digunakan sesuai dengan ukuran kertas serta obyek yang akan digambar/dipetakan. Gambar dibuat pada kertas milimeter dengan menggunakan busur derajat, penggaris/mistar, pensil, penghapus dan kalkulator. Menghitung panjang obyek yang akan dipetakan berdaarkan hasil pengukuran di lapangan baik jarak lapang maupun jarak datar. Untuk penggambaran peta jarak yang digunakan adalah jarak datar, untuk mendapatkan jarak datar dihitung dengan rumus: Jarak Datar = Jarak Lapang x Cos α. Menentukan tiik awal (koordinat titik GPS) dan azimuth , supaya saat memetakan obyek sesuai dengan ukuran kertas dan skala yang akan digunakan. Untuk memudahkan dalam membaca dan mengidentifikasi bagian atau obyek yang dipetakan, maka pada masing-masing bagian atau obyek tersebut diberi tanda/simbol dengan menggunakan spidol warna sesuai nama, bentuk dan jenis obyek atau bagian yang digamabar/dipetakan 4. Wawancara dan Diskusi. Dalam upaya menggali dan memperkaya informasi sebagai bahan masukan yang diperlukan tentang pemanfaatan lahan oleh masyarakat , maka perlu dilakukan wawancara dan diskusi termasuk secara khusus yang berkenaan dengan kondisi riil dan rencana pemanfaatan lahan tidur seperti status kepemilikan,tutupan vegetasinya dan juga luasannya. Kegiatan ini dilaksanakan pada saat melakukan kegiatan pengukuran bersama masyarakat di lapangan, maupun melakukan kunjungan ke rumah-rumah penduduk.
Riset / 1287
5. Pembuatan Komputer
Peta
Menggunakan
Pembuatan peta dengan menggunakan komputer dilaksanakan dengan menggunakan program Arc GIS v9.1. Dasar dari pembuatan peta di komputer adalah peta yang dibuat bersama masyrakat (peta analog), yang kemudian di overlay dengan peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 50.000, dan peta Administrasi,Peta RTRW dan peta-peta lainnya dengan pertimbangan memastikan titik koordinat hasil pengukuran GPS di lapangan. Tahapan yang dilakukan dimulai dengan pemasukan data (inputting), digitasi, editing, penyelesaian dan disempurnakan dengan verifikasi.Hasil akhir peta tersebut kemudian dianalisis berdasarkan kaidah-kaidah tata ruang. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Sejarah Kelurahan Kelurahan Karya Merdeka Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kertanegara adalah sebuah kelurahan yang memiliki kemajemukan suku. Suku asli Kalimantan Timur yang pertama kali mendiami daerah ini justru suku Paser walaupun pada masa kesultanan Kutai daerah ini hingga Balikpapan, termasuk dalam kekuasaan kesultanan Kutai. Setelah era tahun tersebut suku Kutai dan Banjar mulai masuk ke daerah ini dan menetap secara turun menurun. Kemudian pada tahun 1970-an suku Bugis mulai masuk di daerah ini dan menetap. Letak yang berbatasan langsung dengan Kota Balikpapan dan berada di jalan poros yang menghubungkan kota Balikpapan dan Samarinda sangat memungkinkan bagi pendatang dari luar pulau Kalimantan untuk masuk dan menetap di daerah ini, seperti suku Jawa, Tator dan lain-lainya dikarenakan lahan yang tersedia untuk bercocok tanam sangat luas. Pada tanggal 27 Pebruari 1998 PT. Inhutani I masuk di daerah ini melalui program pembangunan Hutan Tanaman Industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor : 239/ Kpts-II/1998 hingga saat ini.Kelurahan Karya Merdeka pertama kali dimekarkan pada tanggal 14 April 2005 dari kelurahan induknya yaitu Kelurahan Sungai Merdeka. 2. Lokasi Geografis Secara administrasi pemerintahan Kabupaten, kawasan Kelurahan Karya Merdeka berada dalam wilayah Kabupaten Kutai Kertanegara Provinsi Kalimantan Timur dibawah pemerintahan Kecamatan Samboja. Lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 1.
JURNAL EKSIS
Vol. 6 No.1, Maret 2010: 1267 – 1266
3. Kondisi Fisik Lapangan
5. Keadaan sosial ekonomi dan budaya
Secara umum, kondisi fisiografi kawasan Kelurahan Karya Merdeka adalah datar hingga berbukit/bergelombang dengan kelerengan + 15 %. Pada umunya pada daerah dataran sering tergenang air saat hujan. Tapi kondisi ini tidak mengakibatkan banjir yang berkepanjangan (Sumber: Monografi Desa). Jenis tanah yang terdapat di Kelurahan Karya Merdeka bereaksi asam, yang warnanya merah kekuningan dengan tekstur liat berbedu yang termasuk dalam jenis Alluivial dan Padsolik. Wilayah Kelurahan Karya Merdeka memilki kandungan unsur hara yang rendah dikarenakan lapisan tanah atau topsoil ratarata 10 cm (Anonim, 1998).
Berdasarkan hasil sensus dan wawancara yang telah dilakukan, jumlahpenduduk Kelurahan Karya Merdeka adalah 3.546 jiwa yang terdiri dari 1.188 kk,dimana Jumlah laki- laki sebanyak 54 % .Masyarakat Kelurahan Karya Merdeka sebagian besar menganut agama Islam dengan persentase 55 % dan agama Kristen 45%.Mata pencaharian mayoritas penduduk Karya Merdeka adalah bertani. Beberapa pekerjaan lain dari masyarakat diantaranya adalah PNS, pedagang, pertukangan dan swasta lainnya.
4. Iklim Berdasarkan data curah hujan yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) dan dari Dinas Pertanian Balikpapan dalam 10 tahun terakhir yaitu antara tahun 1999 sampai pada tahun 2008 ,dapat diketahui bahwa jumlah curah hujan dalam kurun waktu tersebut adalah 12.840,7 mm dengan rata-rata curah hujan tahunan sebesar 1284,07 mm/th. Rata-rata curah hujan bulanan sebesar 107,006 mm/bln.
D. Kondisi dan Kepemilikan Lahan Tidur Berdasarkan hasil survey dan pengukuran diketahui luas lahan tidur yang berupa alang-alang atau semak belukar seluas 104,56 ha atau 3,99%, luasan ini termasuk dalam lahan usaha milik Masyarakat Kelurahan Karya Merdeka serta perluasan bangunan-bangunan yang akan dibangun oleh pemerintah untuk Kelurahan, dimana lahan tersebut sangat potensial untuk dimanfaatkan. Pembagian lahan di bagi 2 ha per kepala keluarga dengan jumlah warga 50 orang untuk lahan seluas 100 Ha.. Sebagian besar lahan yang telah dibagi tadi ada yang sudah dimanfaatkan oleh pemiliknya dan sebagian lainnya
JURNAL EKSIS
Vol. 6 No.1, Maret 2010: 1267 – 1266
B. Hasil Pemetaan Hasil sketsa pemetaan partisipatif dapat dilihat pada gambar 2, sedangkan pemetaan secara digitalnya tersaji pada gambar 3. C. Bentuk Pemanfaatan Lahan dan Tutupan Lahan Berdasarkan data yang terukur pemanfaatan lahan dan tutupan lahan Tahun 2009 tersaji pada tabel 1.
belum dimanfaatkan. Di luar dari kelompok tersebut ada juga warga yang mempunyai lahan-lahan yang dimanfaatkannya sebagai perkebunan. Secara rinci data kepemilikan lahan tidur dapat dilihat pada gambar 4 .
Riset / 1288
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id
E. Hasil Tidur
Perencanaan
Pemanfaatan
Lahan
Dari hasil diskusi bersama warga dan tokoh masyarakat serta pemerintah kelurahan karya merdeka, disusun beberapa alternatif rencana pemanfaatan lahan tidur desa tersebut. Rencana pemanfaatan lahan tersebut meliputi rencana pemilik lahan secara perorangan dalam skala kecil maupun rencana pemanfaatan lahan tidur dalam skala besar yang merupakan kerja sama antara masyarakat dengan pemerintah dan perusahaan. Beberapa rencana pemanfaatan lahan tidur oleh masyarakat pada tahun 2010/2011, dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini. Tabel. 2 Rencana Pemanfaatan Lahan Tidur Oleh Masyarakat Tahun 2010/2011.
Berdasarkan informasi tersebut di atas dapat diketahui bahwa masyarakat Kelurahan Karya Merdeka pada umumnya merencanakan untuk memanfaatkan lahan tidur milik mereka untuk perkebunan dengan jenis komoditi utama yang dibudidayakan antara lain buah-buahan, palawija, pisang, karet, kelapa sawit dan tanaman lainnya. Sebagian warga merencanakan memanfaatkan
Riset / 1289
JURNAL EKSIS
Vol. 6 No.1, Maret 2010: 1267 – 1266
lahan tidur mereka dengan menerapkan sitem Agroforestry. Teknik yang diterapkan oleh masyarakat dalam pengolahan tanahnya pada umumnya menggunakan teknis mekanik dengan menggunakan traktor dengan pembersihan lahan secara kimia menggunakan herbisida untuk menghilangkan semak belukar dan alang-alang. Namun ada pula masyrakat yang masih menggunakan manual dengan membakar semak belukar dan alang-alang lebih dahulu kemudian mengelola tanahnya. Hasil perencanaan pemanfaatan lahan tidur dapat dilihat gambar 5 . F. Kendala - Kendala Dalam upaya pemanfaatan Lahan Kelurahan Karya merdeka terdapat berbagai kendala-kendala yang dialami oleh masyarakat. Kendala – Kendala tersebut antara lain: a. Masyarakat pemilik lahan tidur pada umunya bertempat tinggal atau bekerja diluar wilayah Kelurahan Karya Merdeka yang jaraknya cukup jauh. b. Beberapa penduduk memilki mata pencaharian lain seperti mencari ikan, usaha kayu, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan pekerjaan lainnya di luar sektor pertanian dan perkebunan yang penghasilannya lebih besar sehingga mereka kurang tertarik untuk mengelola lahan mereka. c. Lokasi lahan tidur umumnya derah rendah yang mudah terkena banjir pada saat musim hujan sehingga tanaman mereka ada yang belum sempat dipanen. d. Sarana perairan masih kurang dan belum merata pada seluruh wilayah lahan di mana sarana pengairan merupakan hal sangat penting dalam pengelolaan lahan. e. Kurangnya pemahaman warga untuk membuat kelompok pertanian dan perkebunan.
Gambar 4. Peta Lahan Tidur Kelurahan Karya Merdeka.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa potensi lahan tidur Kelurahan
JURNAL EKSIS
Vol. 6 No.1, Maret 2010: 1267 – 1266
Karya Merdeka yang belum dimanfaatkan masih cukup tinggi terlebih pada situasi kondisi perekonomian saat ini. Dari lahan ini dapat dihasilkan beberapa komoditi pertanian yang harganya melambung tinggi dan peluang pasarnya cukup baik. Oleh karena itu, sangat disayangkan kalau lahan yang sebenarnya dapat memberikan kemaslahatan (kegunanaan) bagi banyak orang ini dibiarkan terlantar dan tidak dimanfaatkan. Pengelolaan lahan tidur harus dipersiapkan dan direncanakan secara matang agar diperoleh manfaat yang sebesar – sebesarnya, baik bagi peningkatan pendapatan masyarakat desa setempat maupun bagi kelestarian lingkungan dari segi konservasi tanah dan air. Konservasi tanah pada dasarnya berarti penepatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai degan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tanah tersebut tidak cepat rusak. Usaha-usaha konservasi tanah disamping ditujukan untuk mencegah kerusakan tanah akibat erosi dan memperbaiki tanah yang telah rusak juga ditujukan untuk menetapkan kelas kemampuan tanah dan tindakan-tindakan atau perlakuan agar tanah tersebut dapat digunakan seoptimal mungkin dalam rangka waktu yang tidak terbatas. Dengan demikian konservasi tanah bukan berarti penundaan penggunaan tanah, namun menyesuaikan rencana penggunaanya dengan sifat-sifat tanah dan memberikan perlakuan sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan yaitu pengelolaan tanah sesuai dengan topografi, ketersediaan air, penyediaan bibit unggul, pemupukan serta pemberantasan hama dan penyakit. Kemampuan lahan adalah kemampuan suatu lahan untuk menggunakan sebagai usaha pertanian yang paling intensif (termasuk tindak pengelolaannya) tanpa menyebabkan tanahnya menjadi rusak dalam rangka waktu yang tidak terbatas (Seta, 1991). Oleh sebab itu, Pemetaan rencana pemanfaatan lahan tidur merupakan salah satu tahapan persiapan yang sangat penting guna penetapan alternatif penggunaan lahan yang sesuai dengan kondisi dan kesesuai lahan. Pada Umunya lahan tidur di kelurahan Karya Merdeka kondisi vegetasinya didominasi oleh tumbuhan alang-alang dan semak belukar. Lahan tidur tersebut merupakan lahan kering di mana tidak terdapat fasilitas irigasi sehingga satusatunya mendapatkan air adalah dari air hujan. Ada sebagian kecil areal lahan tidur yang ditumbuhi pohon-pohonan, namun pohon-pohon tersebut tidak dapat menghasilkan kayu karena batangnya yang perdu dan tidak teratur. Pada beberapa tempat terdapat lahan tidur yang ditumbuhi tanaman pertanian seperti pisang, rambutan, dan mangga. Hal ini berarti bahwa lahan tersebut sebelumnya pernah dikelola atau
Riset / 1290
http://www.karyailmiah.polnes.ac.id diolah oleh pemiliknya, tetapi kemudian ditinggalkan begitu saja tanpa ada pemeliharaan selama waktu tertentu. Kondisi lain dari lahan tidur yang ada yaitu berupa lahan terbuka ladang atau kebun yang dibiarkan tanpa pengelolaan tanah selama beberapa waktu. Hal ini dilakukan pemilik lahan dengan maksud untuk mengembalikan kesuburan tanah setelah sebelumnya diolah/ditanami berbagai jenis tanaman pertanian atau perkebunan. Kegiatan seperti ini disebut juga dengan pemberaan atau masa bera.
Gambar 5.
Peta Rencana Pemanfaatan lahan Tidur Kelurahan Karya Merdeka.
Status kepemilikan lahan tidur yang ada di kelurahan Karya Merdeka sebagian dimilki oleh masyarakat desa. Lahan – lahan tidur tersebut ditinggalkan pemiliknya karena daerah ini sangat rendah dan sering tergenang air maka mereka berladang mencari di tempat yang lebih tinggi atau pegunungan dan ada juga sebagian pemilik lahan berdomisili dan bekerja diluar wilayah desa. Karena lahan tersebut berada pada daerah yang rendah dan juga seringnya lahan tergenang air, tanahnya menjadi kurang subur karena unsurunsur hara dalam tanah yang diperlukan oleh tanaman untuk tumbuh terkikis dibawa oleh air saat surut. Apabila hal ini berlangsung terus menerus tidak mustahil lahan menjadi kritis dan tidak subur lagi akibat ditinggalkan dan tidak diolah kembali. Setiawan (1995), berpendapat ada tiga golongan lahan yang mendapat prioritas untuk dihijaukan yang diterapkan: 1. Lahan kritis yang dijadikan sasaran penanaman tanaman penghijauan (sistem pembuatan tanaman) 2. Lahan kritis yang dijadikan sasaran sistem penanaman jalur penyekat.
Riset / 1291
3. Lahan kritis yang dijadikan sasaran pembuatan teras dengan penanaman tanaman penguata teras. G. Rencana Teknik Pemanfaatan Lahan Tidur Tahap awal pembersihan lahan tidur direncanakan akan dikerjakan dengan menggunakan cara kimia yaitu dengan penyemprotan herbisida, dimana cara ini lebih efektif dan efesien, meskipun harga herbisida agak mahal tetapi mudah digunakan terutama untuk lahan yang cukup luas. Pola tanam yang akan diterapkan dalam pemanfaatan lahan tidur di desa ini biasanya adalah pola agroforestry yaitu tanaman yang ditanam berupa komoditi pertanian dan kehutanan dalam satu petak yang sama . Pola ini lebih banyak digunakan oleh masyarakat baik dalam perencanaan pemanfaatan lahan tidur luasan kecil maupun luasan besar, karena mereka menilai pola ini memilki bayak kelebihan. Menurut Rukmana (1999) penanaman dengan sistem tumpang sari memilki banyak kelebihan, beberapa kelebihan sistem tumpang sari antara lain, yaitu: 1. Penggunaan lahan lebih efisien, 2. Distribusi tenaga kerja lebih merata karena waktu pemeliharaan dan panen tidak bersamaan, 3. Distribusi pendapatan petani lebih berkesinambungan, 4. Terjadinya penumpukan hasil panen berlebihan dapat dihindari, 5. Resiko gagal panen satu jenis komoditas dapat diperkecil. H. Alternatif Komoditi Untuk Lahan Tidur Pemilihan alternatif pemanfaatan lahan tidur di Kelurahan Karya Merdeka dilakukan baik secara perorangan maupun berkelompok oleh pemerintah desa melalui kelompok tani yang ada. Alternatif yang dipilih dalam pemanfaatan lahan tidur di desa ini meliputi penanaman pohon buahbuahan, sayuran, penanaman pisang dan penanaman agroforestry yaitu tanaman kehutanan yang ditanam pada lahan pertanian. Penanaman tanaman buah-buahan Pemanfaatan lahan tidur untuk tanaman buahbuahan yang direncanakan oleh masyarakat antara lain jenis komoditi pisang, rambutan, mangga, serta beberapa jenis buah-buahan lainnya. Jenis – jenis ini lebih banyak dipilih sebagai alternatif untuk ditanam pada lahan tidur karena dinilai sangat menguntungkan terutama untuk pemasaran di desa tetangga dan daerah perusahaan, sehingga diharapkan dapat menghasilkan keutungan dan pendapatan bagi masyarakat desa. Penanaman hortikultura Tanaman yang dipilih sebagai alternatif pemanfaatan lahan tidur adalah jagung, ubi
JURNAL EKSIS
Vol. 6 No.1, Maret 2010: 1267 – 1266
kayu, dan yang lainnya. Tanaman tersebut dipilih sebagai salah satu alternatif utama karena tanaman jenis ini merupakan tanaman yang paling sesuai dengan kondisi lahan tidur yang memilki pengairan terbatas dan tidak membutuhkan biaya besar dalam pengelolaannya. Pada umumnya rencana pemanfaatan lahan tidur untuk penanaman tumbuhan dilakukan dalam areal yang sama. Pisang adalah suatu tanaman yang cepat tumbuh dan tahan terhadap genangan air dan merupakan tumbuhan sepanjang tahun. Masyarakat Kelurahan Karya Merdeka merencanakan untuk memanfatkan lahan tidur mereka dengan menanam pisang. Budidaya pisang ini berkaitan dengan program pemberdayaan lahan kering oleh pemerintah sehingga pertimbangan tersebut menjadi salah satu alasan bagi masyarakat desa ini untuk mengusahakannya. Penanaman Karet dan Sawit Penanaman Karet dan sawit merupakan bentuk perencanaan pemanfaatan lahan tidur yang dilakukan oleh masyarakat dan bekerja sama dengan Dinas perkebunan Kutai Kartanegara. Penanaman ini akan direalisasikan pada 2010 ini. Namun ada pula rencana pemanfaatan lahan tidur oleh masyarakat dengan penanaman Karet dan Kelapa sawit lebih dulu karena sambil menunggu direalisasikannya rencana tersebut tetapi dalam skala kecil yang merupakan pola penanaman agroforestry yaitu penanaman yang dilakukan dilahan pertanian dengan tanaman kehutanan.
3. Sistem pengelolaan lahan tidur direncanakan dengan penanaman agroforestry berupa pengembangan tanaman pertanian dan hortikultura dengan pedamping tanaman kehutananan B. Saran 1. Upaya pemanfaatan lahan tidur perlu ditingkatkan pada skala yang lebih luas sehingga dapat diperoleh manfaat yang lebih besar pula, baik dari segi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat desa, maupun sebagai upaya konservasi tanah yang pada akhirnya akan mendukung kelestarian hutan yang ada disekitar wilayah ini. 2. Pemetaan potensi tanah secara lebih rinci perlu dilakukan guna penetapan berbagai alternatif jenis tanaman yang sesuai dengan jenis tanahnya yang dapat dibudidayakan oleh petani sebagai dasar untuk perbaikan tata guna lahan (land use). DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1991. Tata Cara Kerja Pemetaan Penggunaan Tanah Detail. NPN, Jakarta. Budiyanto, E. 1990. Sistem Informasi Geografis Menggunakan Arc View GIS.Andi. Yogyakarta. Desmon, 1996. Current Concepts in Community Forestry. Bhutan-German Integrated Forest Managemen Project.Thinpu. ESRI,
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diperoleh beberapa kesimpulan: 1. Hasil pemetaan partisipatif menunjukan bahwa Kelurahan Karya merdeka memilki luas 2. 624, 78 .ha dengan 11 bentuk pemanfaatan lahan dan tutupan lahan yaitu hutan seluas 157,28 ha (6 %), Kelompok tani maju luas 184,48 ha (7,01%), Kelompok Tani Mandiri 145,21 (5,53%), kelompok Tani Nanas Srikaya 33,72 ha (1,29%), lahan tidur 104,56 ha (3,99 %), Pemukiman 58,01 ha (2,21 %) Perkebunan 171,92 ha (6,55%), Pertanian campuran 596,28 ha (22,72%), Sawah 89,90 ha (3,43%), semak belukarg/alang-alan 896.59 ha (34,15%) dan tegal/ladang 186,80 ha (7,12%) 2. Tutupan lahan tidur didominasi oleh vegetasi berupa alang-alang atau semak belukar.
JURNAL EKSIS
Vol. 6 No.1, Maret 2010: 1267 – 1266
1990. Undestanding GIS ; The Arc In Method. Environmental System Research Institute Inch Relands. California.
Seta.K.A. 1991. Konservasi Sumberdaya Tanah dan Air. ITB. Bandung. Setiawan,I. 1995. Penghijauan Swadaya Jakarta.
Lahan
Kritis.
Siswomartono,D. 1994. Peranan Lembaga Keuangan Pada Pemanfaatan Lahan Tidur Untuk Agroforestry. Balai Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam (P3HKA) dan Asia Pasifik Agroforestry Network (APAN). Bogor. Rukmana, R. 1999. Teknik Pengelolaan Lahan Kritis dan Berbukit. Kanisius. Jakarta
Riset / 1292