TINJAUAN PUSTAKA
Bibit Sungkai (Peronema canescens) 1. Morfologi Sungkai (Peronema canescens) Sungkai (Peronema canescens) sering disebut sebagai jati sabrang, ki sabrang, kurus, sungkai, sekai termasuk kedalam famili Verbenaceae. Menurut Dephut (2006), daerah penyebarannya di Indonesia adalah Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Jawa Barat, dan seluruh Kalimantan dan Peronema canescens adalah jenis yang banyak tersebar di Semenanjung Malaysia (Zulfahmi, 2007). Dalam dunia tumbuhan tanaman sungkai (Peronema canescens) tersusun dalam sistematika sebagai berikut: Kingdom
: Plantae (tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio
: Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio
: Magnoliophyta (berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub-kelas
: Asteridae
Ordo
: Lamiales
Familia
: Verbenaceae
Genus
: Peronema
Spesies
: Peronema canescens
(Plantamor, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Tinggi pohon mencapai 20–30 m panjang batang bebas cabang mencapai 15 m, dengan diameter 60 cm atau lebih, batang lurus dan sedikit berlekuk dangkal, tidak berbanir, dan ranting penuh bulu halus. Kulit luar berwarna kelabu atau sawo muda, beralur dangkal, mengelupas kecil-kecil dan tipis. Kayu teras berwarna krem atau kuning muda. Tekstur kayu kasar dan tidak merata. Arah serat lurus, kadang-kadang bergelombang dengan permukaan kayu agak kesat. Tanaman sungkai berbuah sepanjang tahun, terutama pada bulan Maret –Juni. Tiap kilogram biji berisi 262.000 butir (Dephut, 2006). Permukaan daun berbulu halus, berwarna abu-abu kotor atau abu-abu terang. Dalam satu cabang terdapat lebih dari empat helai daun. Tajuk pohon berbentuk avoid, skala tajuk halus sampai sedang. Daun pertama pinateli, ujung daun ovate, bentuk daun petiolate. Bentuk kotiledon sama dengan perkecambahan epigeal (Zulfahmi, 2007).
2. Persyaratan Tumbuh Sungkai (Peronema canescens) Tempat tumbuh di dalam hutan tropis dengan tipe curah hujan A sampai C, pada tanah kering atau sedikit basah dengan ketinggian 0 sampai 600 m diatas permukaan laut. Tanaman sungkai perlu tanah yang baik, sedangkan di tanah yang tidak subur tidak dianjurkan. Sungkai dapat ditanam pada areal bekas tebangan dan semak belukar dengan sistim jalur atau cemplongan. Disamping itu dapat juga ditanam pada areal yang terbuka dengan pengolahan tanah total yang dapat dikombinasi dengan pemberian tanaman tumpang sari (Dephut, 2006).
Universitas Sumatera Utara
3. Perbanyakan Sungkai (Peronema canescens) Untuk keperluan pembibitan pemilihan benih (biji) dilakukan dengan cara mengambil buah-buah yang sudah tua yang ditandai warna coklat tua. Akan tetapi mengingat perbanyakan secara biji (generatif) lebih kecil pesentase tumbuhnya, maka untuk pengadaan benih lebih mudah dilaksanakan dengan cara perbanyakan vegetatif penanaman digunakan stek batang, yang diambil dari terubusanterubusan yang berumur lebih kurang dua tahun pada tunggul bekas tebangan. Tunggul yang dipilih sebagai induk dari terubusan calon stek adalah tunggul yang berasal dari tegakan terpilih/tegakan plus (Dephut, 2006).
Gambar 1. Perbanyakan Tanaman Sungkai secara Stek Batang (Vegetatif) Pemilihan terubusan yang akan dipakai sebagai bahan stek dilakukan dengan cara memilih terubusan yang sehat dan sudah berkayu dengan diameter lebih kurang 2,5 cm dan panjang 25 cm – 30 cm. Untuk merangsang pertumbuhan akar, maka stek dapat
diberi hormon tumbuh (Roton F), kemudian
ditanam/disemaikan dalam kantong plastik. Kantong-kantong plastik sebaiknya dibuat bedengan dan dinaungi. Cara pemeliharaan bibit adalah penyiraman dua kali sehari dan jika terserang hama/penyakit dilakukan pemberantasan dengan
Universitas Sumatera Utara
insektisida/fungisida. Dengan cara ini biasanya bibit siap dipindahkan kelapangan pada umur lebih kurang 3 bulan (Dephut, 2006). Menurut Zulfahmi (2007), metode perbanyakan yang sering digunakan adalah stek. Pohon dari pemotongan stek, akan membentuk sistem akar yang rumit, yang sama dengan pertumbuhan pohon yang berasal dari benih. Tetapi jika perbanyakan yang digunakan dari benih, maka benih yang dikoleksi tidak berkecambah dengan baik. Benih berkecambah dengan cepat dibawah sinar matahari penuh. Bahan stek dapat diperoleh dari cabang-cabang pohon yang mempunyai persentase hidup 80%-100%, stek pucuk 60%-80% dan terubusan atau anakan. Bahan stek sungkai sebaiknya diambil dari terubusan-terubusan yang berumur + 2 tahun dari tungkul bekas tebangan. Pertumbuhan akar dapat dirangsang dengan pemberian zat pengatur tumbuh. Ukuran stek sungkai sebaiknya berdiameter 1,5 cm – 2,0 cm dan ukuran panjang stek 10-12 cm (Suita, 2005). Selama ini penyediaan bibit sungkai dilakukan dengan stek batang, namun jumlahnya terbatas. Perbanyakan melalui biji juga sulit dilakukan karena bunganya hanya dijumpai 2 kali setahun dan viabilitasnya sangat rendah. Perbanyakan in vitro tanaman sungkai melalui proliferasi tunas aksiler untuk skala laboratorium telah berhasil dikembangkan di Puslit Bioteknologi, LIPI (Imelda, 2003).
4. Pembibitan Tanaman Bibit tanaman penghijauan bisa diperoleh dengan mengajukan bibit bantuan pemerintah atau murni swadaya masyarakat sendiri. Pemerintah memang
Universitas Sumatera Utara
mempunyai anggaran khusus untuk bibit penghijauan ini, tapi jumlahnya terbatas. Dengan demikian, tidak mungkin semua permintaan bibit dapat dilayani oleh pemerintah. Selain itu tidak semua jenis tanaman tersedia dalam jumlah yang banyak (Setiawan, 2000). Banyaknya kelompok tani yang dibentuk dan dibina oleh pemerintah demi tercapainya program pemerintah untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan. Pembinaan kelompok tani tersebut dinyatakan dalam pembuatan beberapa pembibitan-pembibitan di sekitar kawasan yang akan ditanami. Biasanya bibit yang di tangkarkan kelompok tani adalah bibit anjuran pemerintah yang mempunyai kriteria tumbuh di lahan yang akan ditanami seperti kondisi iklim, tanah dan kemiringan tanah tersebut.
Gambar 2. Kerjasama Antara Kelompok Tani dengan Pemerintah dan Instansi lingkungan hidup lainnya
5. Kriteria Bibit yang Baik Menurut Sagala (1994), bibit yang baik itu akan tumbuh terus setelah ditanam di lapangan. Bibit yang tidak baik disebut bibit stagnasi yaitu setelah ditanam di lapangan, daunnya gugur. Setelah beberapa minggu, baru pucuknya berkembang. Ada yang pucuknya mati dan gugur, kemudian tunas baru tumbuh
Universitas Sumatera Utara
dari cabang. Ada yang batangnya mati setelah beberapa bulan, tetapi tunas baru lalu keluar dari leher batang. Dalam memilih bibit tanaman yang perlu diperhatikan pertama kali adalah pertumbuhan batang, cabang, dan daunnya. Kemudian bisa diperhatikan juga penampakan luarnya, apakah ada gejala serangan hama dan penyakit atau tidak. Bentuk batang dan cabang yang baik kelihatan mulus dan kokoh, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek sesuai dengan umurnya. Tanaman yang kerdil biasanya pertumbuhan meningginya juga terhambat sehingga kelihatan pendek dari yang seharusnya. Adapula bibit yang pertumbuhan tingginya terlalu pesat, sedangkan batangnya kelihatan kecil dan terkesan kurang kokoh. Demikian pula pertumbuhan daunnya kelihatan subur dengan warna hijau cerah. Jika pertumbuhan daunnya terlalu lebat, maka bisa dipangkas sebagian. Untuk melihat apakah bibit yang kita dapatkan bebas penyakit atau tidak, bisa dilihat secara sepintas. Namun, untuk lebih pastinya kita perlu tahu dulu gejala-gejala serangan penyakit tersebut (Setiawan, 2000). Pada tanaman sungkai ini, anakan yang berada di bawah naungan saling terserang karat daun, sedangkan batang pohon sungkai kadang-kadang diserang hama penggerek pucuk. Penanggulangan yang dapat dilakukan untuk masalah hama dan penyakit ini adalah dengan cara pemangkasan daun (Dephutbun,1998). Eradikasi perlu dilakukan apabila anakan dan pohon sungkai yang terserang hama dan penyakit sudah tidak dapat ditanggulangi lagi dengan cara lain. Pertanaman untuk produksi harus tumbuh dengan baik. Metode yang baik untuk menumbuhkan tanaman yang baik untuk tujuan konsumsi pada umumnya sama dengan untuk tujuan produksi benih kecuali adanya pengendalian mutu
Universitas Sumatera Utara
internal untuk pertanaman benih. Dalam pengendalian mutu internal ini produsen benih harus mengamankan pertanamannya dari kontaminasi oleh serbuk sari asing ketika penyerbukan berlangsung (Mugnisjah dan Setiawan, 1995). Menurut Johnson dan Cline (1991), nilai Indeks Mutu Minimum bibit adalah 0,09. Dan indeks mutu minimum ini banyak digunakan didalam penilaian bibit tanaman pertanian dan perkebunan. Dengan kesimpulan apabila nilai Indeks Mutu Bibit Rata-rata < 0,09 berarti bibit tersebut tidak layak untuk ditanam di lapangan dan apabila nilai Indeks Mutu Bibit Rata-rata > 0,09 berarti bibit tersebut layak untuk ditanam di lapangan. Mutu bibit tanaman yang tinggi secara umum ditentukan oleh bibit yang dapat beradaptasi di lapangan secara cepat, tingkat daya hidup yang tinggi, dan mempunyai pertumbuhan yang tinggi (Barnett dan Baker, 1991 ; Johnson dan Cline, 1991).
5. Standar Nasional Indonesia (SNI) Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibekukan, disusun berdasarkan consensus semua pihak yang terkait demham memperhatikan syaratsyarat kesehatan, keselamatan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan dating untuk memperoleh manfaat
yang sebesar-besarnya.
Standarisasi adalah proses
merumuskan, merevisi, menetapakan, menerapkan standar, dilaksanakan secara tertib dan kerjasama dengan semua pihak (Imanda, 2008). Standarisasi nasional mempunyai tujuan untuk memberikan perlindungan kesehatan dan keselamatan kepada konsumen, tenaga kerja, dan masyarakat, mewujudkan jaminan mutu dan/atau jasa, meningkatkan daya guna, hasil guna,
Universitas Sumatera Utara
dan produktifitas usaha untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan mantap, tercapainya persaingan yang sehat dalam perdagangan, serta menunjang kelestarian lingkungan hidup. Standarisasi nasional yang menjadi Standar Nasional Indonesia ditetapkan oleh Menteri atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen dan dapat diterapkan secara wajib dan/atau secara sukarela dengan ketentuan-ketentuan yang diatur oleh Pemerintah.
Universitas Sumatera Utara