PENDAHULUAN
mebel, patung dan kerajinan ukiran serta bahan olahan lain. Kayu sungkai (Peronema canescens) bernilai ekonomi yang dapat dipergunakan untuk bangunan, furnitur, lantai, papan dinding, patung, ukiran, kerajinan tangan dan finir mewah. Daun kayu sungkai dapat dipergunakan sebagai obat penyakit gigi dan untuk menurunkan demam panas. Faktor yang memengaruhi keberhasilan stek selain suhu dan kelembaban tanah adalah kandungan hormon. Hormon alami yang terdapat dalam jaringan stek pada umumnya kurang memadai, aktivitasnya relatif lambat, sehingga tidak langsung berfungsi dengan cepat untuk menginduksi pembentukan akar. Upaya untuk memercepat pertumbuhan akar dilakukan dengan pemberian zat pengatur tumbuh yang berasal dari luar. Zat pengatur tumbuh yang dapat menginduksi akar ialah IAA, NAA, dan IBA, dengan berbagai merek dagang misal Rootone F dan Root-up. Jumlah dan konsentrasi ZPT dalam Root-up yang diberikan melalui perendaman dapat memengaruhi penyerapan oleh stek batang sehingga lama perendaman yang sesuai akan memberikan pertumbuhan tanaman lebih baik. Donoesastro (1980) menjelaskan bahwa penggunaan Rootone F dengan lama perendaman dan konsentrasi yang sesuai dapat merangsang pertumbuhan, mengaktifkan penyerapan unsur hara dan dapat meningkatkan
Pembangunan prasarana fisik yang terus menerus dilaksanakan diikuti dengan pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan yang terus dilakukan. Pemakaian jenis bahan bangunan dan model struktur yang ekonomis, mudah diperoleh, mudah pengerjaannya, mencakup kebutuhan/kekuatan struktur dengan biaya yang relatif murah. Kayu merupakan salah satu bahan bangunan yang banyak dijumpai, sering dipakai dan relatif mudah didapatkan. Berat jenis kayu lebih ringan apabila dibandingkan dengan baja atau beton, selain itu kayu juga mudah dalam pengerjaannya. Struktur kayu cukup baik dalam menahan gaya tarik, tekan dan lentur. Bangunan kayu dilihat dari segi arsitektur, memunyai nilai estetika yang tinggi. Kayu sebagai bahan bangunan yang dapat dibudidayakan (renewable), kayu menjadi bahan bangunan yang relatif ekonomis. Sungkai ialah salah satu jenis tanaman yang digunakan dalam pembangunan dalam pembangunan hutan tanaman industri. Kayu sungkai termasuk dalam golongan kayu mewah karena memiliki tekstur indah serta sifat fisik cukup baik. Kayu sungkai digunakan untuk industri plywood dan kayu pertukangan antara lain sebagai bahan bangunan, vinir, kayu lapis,
1
2
hasil tanaman serta memerbaiki mutu hasil tanaman. Penulis melakukan penelitian mengenai pengaruh lama perendaman dan konsentrasi ZPT Root-up pada stek tanaman sungkai karena permintaan kayu sungkai untuk kebutuhan furnitur dan obatobatan semakin meningkat. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh interaksi antara lama perendaman dan konsentrasi ZPT Root-up terhadap pertumbuhan stek tanaman sungkai (Peronema canescens) a. Diduga interaksi antara lama perendaman dan konsentrasi ZPT Root-up berpengaruh terhadap pertumbuhan stek tanaman sungkai b. Diduga lama perendaman berpengaruh terhadap pertumbuhan stek tanaman sungkai c. Diduga konsentrasi ZPT Rootup berpengaruh terhadap pertumbuhan stek tanaman sungkai MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan green house kampus IPM Malang. Pelaksanan penelitian dimulai pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2014. Peralatan yang dipergunakan dalam penelitian ialah kamera sebagai alat dokumentasi gejala/peristiwa yang ditemui di lapang, cangkul sebagai alat untuk menyiapkan media semai, jangka sorong
sebagai alat pengukur stek, thermometer sebagai alat pengukur suhu, gunting stek dan catter sebagai alat pemotong stek batang, meteran untuk mengukur panjang semai, gelas ukur untuk mengukur campuran root-up dengan air, plastik sebagai penutup bedengan, bambu sebagai bahan bedengan, embrat sebagai tali pengikat bedengan, papan nama sebagai penanda persemaian, ember sebagai menyiram persemaian, dan tabel pengamatan untuk mencatat dan mendata hasil pertumbuhan stek. Bahan yang dipergunakan ialah ZPT Root-up dan stek tanaman sungkai (Peronema canescens). Metode penelitian yang digunakan ialah metode eksperimental dengan Rancangan Acak Kelompok (RAL) faktorial yang terdiri dua faktor ialah; faktor pertama lama perendaman (L) dengan tiga perlakuan, faktor dua konsentrasi Root-up (K) dengan lima perlakuan, sehingga terdapat 15 kombinasi perlakuan, masingmasing perlakuan diulang lima kali dan diperoleh 75 satuan percobaan. Perlakuan lama perendaman dan konsentrasi Root-up terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perlakuan lama perendaman dan konsentrasi Root-up
3
Sumber:
Olahan data primer, tahun 2014 Kombinasi perlakuan pengaruh lama perendaman dan konsentrasi disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Denah percobaan penelitian komposisi perlakuan antara media tanam dan komposisi media tumbuh
Sumber: Olahan data primer, tahun 2014 Keterangan:
A. Persiapan media tanam dan pengisian polybag Persiapan yang dilakukan sebelum penanaman terdiri dari persiapan lahan/media tanam. Media tanam yang digunakan ialah lapisan atas dengan kedalaman nol sampai 20 cm. Tanah yang telah diambil
kemudian disaring dengan menggunakan saringan kawat yang berdiameter 2 mm umtuk memisahkan tanah dari batubatuan, kerikil dan sisa-sisa akar. Tanah kemudian dicampurkan dengan pasir dan humus dengan perbandingan 2 : 1 : 1. Selanjutnya tanah diberi pestisida kemudian campuran dimasukkan kedalam polybag dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 20 cm. Setelah media tanam dimasukkan ke dalam polybag, kemudian disusun dalam bedengan sesuai dengan denah percobaan. B. Pembuatan sungkup Pembuatan sungkup bertujuan untuk menjaga kelembaban, mengatur suhu dan mencegah matahari secara langsung ke dalam bedengan. Pembuatan sungkup dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1) Dibuat potongan-potongan bambu sesuai kerangka sungkup (panjang 4m, lebar 1m dan tinggi 30cm) 2) Potongan bambu tersebut disusun sesuai kerangka sungkup, kemudian ditutup dengan plastik transparan. 3) Sungkup siap digunakan pada bedengan persemaian stek. Untuk menghindari kebocoran udara, seluruh tepi plastik yang berada didekat permukaan tanah ditutupi dengan bambu dengan rapat. C. Persiapan bahan stek Bahan stek yang digunakan ialah stek cabang dengan ukuran sesuai perlakuan, dari tanaman induk yang bebas hama penyakit. Stek diambil dari
4
cabang yang dipotong sepanjang 3 ruas ± 15 cm. Pengambilan stek dilakukan pada pagi hari, kemudian dimasukkan kedalam ember berisi air dan disimpan di tempat yang teduh. Stek sebelum ditanam ditiriskan terlebih dahulu kemudian direndam dengan ZPT Root-up sesuai dengan perlakuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya stek ditanamkan pada polybag dengan kedudukan tegak dan menghadap kesatu arah sehingga tidak menutupi mata tunas. D. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman yang dilakukan terdiri dari: penyiangan, penyiraman, serta pengendalian hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan jika pada media tanam terdapat gulma, pelaksanaanya tidak tergantung waktu. Penyiraman dilakukan apabila media terlihat kering. Pengamatan terdiri dari: 1) Jumlah tunas Jumlah tunas ialah tunas yang keluar dari ketiak daun mulai pangkal sampai ujung tunas. Pengamatan jumlah tunas dilakukan setelah penyungkupan kurang lebih 3 minggu dan dilakukan setiap 7 hari selama 60 hari. 2) Jumlah daun Jumlah daun ialah tunas yang telah membentuk daun dengan sempurna. Pengamatan dilakukan pada tanaman setiap 7 hari selama 60 hari 3) Panjang daun Panjang daun ialah panjang daun dari tunas sampai pada ujung daun terahir. Pengamatan
dilakukan pada tanaman setiap 7 hari selama 60 hari 4) Panjang akar Panjang akar dihitung dengan cara mengukur panjang akar terpanjang pada setiap stek pada akhir pengamatan (60 HST) dengan menggunakan penggaris 5) Berat basah Tanaman dalam keadaan segar ditimbang dengan timbangan analitik dan dilakukan pada akhir pengamatan 6) Berat kering Tanaman dikeringkan dengan oven pada suhu ± 180 ºC selama 1 (satu) hari kemudian ditimbang dengan timbangan analitik dan dilakukan pada akhir pengamatan Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam pada taraf kepercayaan 95%. Model linier yang digunakan ialah Yijk= µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk Keterangan Yijk : nilai pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan/blok ke-j µ : nilai tengah populasi αi : pengaruh aditif ke-i dari faktor A βi : pengaruh aditif ke-j dari faktor B (αβ)ij : pengaruh interaksi taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B ɛijk : pengaruh galat dari satuan percobaan ke-k yang memeroleh kombinasi perlakuan ij. Apabila hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh nyata atau sangat nyata akan dilanjutkan dengan uji DMRT 5% (Gaspersz,1991)
5
UJD =
q α (p. db G),
𝐾𝑇𝐺 𝑛
Keterangan : q𝛼 =
Nilai Rata-Rata Umum P = Banyak Perlakuan Db Galat = Derajat Bebas Dalam Analisis Ragam KT Galat = Kuadrat Tengah Galat N = Banyak Ulangan HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah tunas Analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi antara lama perendaman dan konsentrasi zat pengatur tumbuh tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas stek batang sungkai. Pemberian zat pengatur tumbuh Root-up dan tanpa pemberian zat pengatur tumbuh memberikan respon yang relatif sama pada jumlah tunas. Hal ini disebabkan oleh kandungan auksin yang terdapat pada zat pengatur tumbuh yang diaplikasikan pada percobaan belum mampu mengianisasi pembentukan setiap bakal tunas pada stek tanaman sungkai. Tunas yang baru muncul dipengaruhi oleh hormon sitokinin yang terdapat pada ujung akar. Hormon sitokinin akan merangsang pembentukan tunas. Lakitan (1996) dalam Fanesa (2011) menyatakan bahwa hormon sitokinin ditransportasi secara akropetal melalui bagian xilem ke bagian atas tanaman.
Sitokinin akan merangsang pembelahan sel pada tanaman dan sel-sel yang membelah tersebut akan berkembang menjadi tunas. Jumlah tunas antara tanaman yang diberi Root-up menunjukkan pertumbuhan tunas yang sama. Hal ini dimungkinkan karena kandungan hormon endogen stek sungkai sudah optimal untuk memacu proses pembelahan sel dan diferensiasi sel menjadi tunas-tunas baru. Auksin yang diberikan secara eksogen tidak memengaruhi pembentukan tunas, karena pembentukan tunas lebih dipengaruhi oleh adanya sitokinin endogen. Pertumbuhan dan perkembangan dikontrol oleh adanya keseimbangan hormon dalam tanaman. Inisiasi dan pembentukan tunas dikontrol oleh adanya interaksi antara auksin dan sitokinin. Perbandingan antara auksin dan sitokinin yang tepat akan meningkatkan pembelahan sel dan diferensiasi sel. Kandungan sitokinin dalam sel yang lebih tinggi dari pada auksin akan memacu sel untuk membelah secara cepat dan berkembang menjadi tunas, batang, dan daun (Pamungkas, 2009). Jumlah daun Hasil analisis ragam menunjukkan interaksi lama perendaman dengan konsentrasi ZPT berpengaruh sangat nyata pada taraf kepercayaan 95% terhadap rata-rata jumlah daun sungkai (Lampiran 1). Rata-rata jumlah daun semai antara
6
perlakuan lama perendaman dengan zat perangsang tumbuh berkisar antara 2,16–6,24 helai. Kombinasi perlakuan L2K3 (perendaman 10 menit dan konsentrasi 15g/liter air) menghasilkan jumlah daun cenderung lebih banyak dibandingkan perlakuan yang lain pada umur 60 HST dengan ratarata jumlah daun 6,24 helai. Perlakuan L3K1 (perendaman 15 menit dan konsentrasi 5g/liter air) menghasilkan jumlah daun masih sama sampai dengan perlakuan L3K4 dengan rata-rata jumlah daun 2,12-5,42 helai. Diduga perlakuan perendaman terhadap stek tanaman sungkai dengan lama perendaman 10 menit dan konsentrasi 15g/liter air memberi kondisi optimum untuk memercepat pertumbuhan jumlah daun. Data rata-rata jumlah daun stek pada berbagai perlakuan lama perendaman dan konsentrasi ZPT tertera pada Tabel 3. Tabel 3. Rara-rata jumlah daun sungkai pada kombinasi perlakuan interaksi antara lama perendaman dan konsentrasi zat pengatur tumbuh
Sumber: Olahan data primer, tahun 2014
Keterangan: Rata-rata angka yang didampingi huruf berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada uji Duncan 5% Pemberian zat pengatur tumbuh Root-up pada perlakuan L2K3 membantu pembentukan jumlah daun, yang lebih baik. Jumlah daun yang semakin banyak akan memercepat terbentuk akar stek sungkai, sesuai dengan pendapat Pranata, (2004) dalam Kerry (2013) yang menyebutkan bahwa auksin dapat berperan dalam pertumbuhan dan perpanjangan akar, selain itu juga dapat memercepat pembentukan perpanjangan batang serta daun. Perlakuan lama perendaman berkaitan dengan proses masuknya IAA ke dalam sel tanaman. Mekanisme masuknya IAA ke dalam sel tanaman melalui proses absorbsi yang terjadi di seluruh permukaan stek batang. Lakitan (1996) dalam Pamungkas (2009) menyatakan proses absorbs pada sel tanaman dipengaruhi oleh permeabilitas membran sel dan perbedaan potensial air antara di dalam dengan di luar sel. Absorbsi oleh sel tanaman akan meningkatkan tekanan turgor dalam sel, yang selanjutnya akan terjadi pembesaran sel. Proses absorbs juga dapat melalui bagian ujung dan pangkal dari stek batang. IAA akan masuk melewati sel-sel korteks yang bersifat semi permeable dan bergerak menuju pembuluh xylem melalui dinding sel-sel korteks Salisbury, and
7
Ross (1995) dalam Pamungkas (2009). Perbandingan pertumbuhan stek sungkai pada perlakuan L2K3 dan L3K1 tertera pada Gambar 1.
Gambar
1. Perbandingan pertumbuhan jumlah daun stek sungkai 60 HST pada perlakuan L2K3 dan L3K1 (Dokumentasi pribadi penulis tahun 2014)
IAA dapat masuk ke dalam sel tanaman karena pada membran sel terdapat reseptor auksin yang berupa protein. IAA masuk melalui membran sel secara osmosis, dimana air dapat berdifusi dari larutan dengan potensial yang tinggi ke potensial yang rendah, sampai tekanannya naik ke suatu titik (potensial airnya sama) Faktor-faktor yang diduga lebih memengaruhi pertambahan tinggi dan daun pada stek, diantaranya adalah: (1) Suhu yang optimum Sistem perakaran yang belum ada pada suhu optimum auksin dapat diproduksi dan mengalami pertumbuhan pucuk (Al rasyid dan Widiarti, 1990; Danu (1994) dalam Irwanto (2001) (2) Kandungan karbohidrat/zat makanan
Stek yang memunyai kandungan karbohidrat/zat makanan yang tinggi dapat mengalami pertambahan tinggi dan daun walaupun belum terbentuk sistem perakaran (Iriantono, 1990; Danu, 1993 dalam Irwanto, (2001) (3) Pengambilan stek pada masa istirahat Stek yang diambil pada masa istirahat relatif tidak sama, ada stek yang pucuknya baru mengalami masa istirahat dan ada pula yang telah siap untuk mengadakan pertumbuhan kembali. Stek yang masa istirahatnya telah berakhir akan segera mengalami pertambahan tinggi dan daun. Panjang daun Analisis ragam menunjukkan interaksi antara lama perendaman benih dan konsentrasi zat pengatur tumbuh berpengaruh sangat nyata pada taraf kepercayaan 95% terhadap rata-rata panjang daun stek tanaman sungkai (Lampiran 2). Rata-rata panjang daun antara perlakuan lama perendaman benih dengan zat pengatur tumbuh berkisar antara 7,521,0 cm. Data rata-rata panjang daun pada setiap perlakuan lama perendaman dan zat pengatur tumbuh tertera pada Tabel 4. Tabel 4. Rara-rata panjang daun sungkai pada kombinasi perlakuan ineraksi antara lama perendaman dan konsentrasi zat pengatur tumbuh
8
pertumbuhan tinggi, diameter, jumlah daun, dan berat kering yang lebih baik. Panjang daun stek tanaman sungkai pada perlakuan L2K3 tertera pada Gambar 2.
Sumber : Olahan data primer, tahun 2014 Keterangan: Rata-rata angka yang didampingi huruf berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada uji Duncan 5% Tabel 4 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan L2K3 (perendaman 10 menit dan konsentrasi 15g/liter air) menghasilkan panjang daun cenderung lebih tinggi dari perlakuan yang lain, dengan ratarata panjang 39,0 cm. Perlakuan L1K1 – L3K0 menghasilkan ratarata panjang daun sama dengan lainnya 7,5-15,0 cm. Diduga perlakuan perendaman terhadap stek tanaman sungkai dengan lama perendaman 10 menit dan konsentrasi 15g/liter air memberi kondisi optimum untuk memercepat pertumbuhan panjang daun. Ketersediaan unsur hara yang cukup dalam media tumbuh dan cahaya matahari mengakibatkan akar tumbuh dan memanjang ke tempat yang lebih jauh serta membentuk sistem perakaran yang lebih baik. Perlakuan lain menunjukkan adanya
Gambar 2. Panjang daun stek tanaman sungkai perlakuan L2K3 60 HST (Dokumentasi pribadi penulis tahun 2014) Panjang akar Analisis ragam menunjukkan interaksi antara lama perendaman benih dan konsentrasi zat pengatur tumbuh berpengaruh sangat nyata pada taraf kepercayaan 95% terhadap rata-rata panjang akar stek tanaman sungkai (Lampiran 3). Rata-rata panjang akar antara perlakuan lama perendaman benih dengan komposisi media tumbuh berkisar antara 11,05 – 23,63 cm. Data rata-rata panjang akar steksungkai pada setiap perlakuan lama perendaman dan zat pengatur tumbuh tertera pada Tabel 5. Tabel 5. Rara-rata panjang akar sungkai pada kombinasi perlakuan interaksi antara lama perendaman dan konsentrasi zat pengatur tumbuh
9
yang lebih baik. Diperkuat hasil penelitian Supriyanto dan Prakasa, 2011 bahwa pertumbuhan akar berupa stek dipengaruhi oleh ketersediaan hormon auksin pada bahan stek, dan tanaman auksin banyak terbentuk pada tunas baru. Pertumbuhan dan panjang akar stek tanaman sungkai dilihat seperti pada Gambar 3.
Sumber : Olahan data primer, tahun 2014 Keterangan: Rata-rata angka yang didampingi huruf berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada uji Duncan 5% Tabel 5 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan L2K3 (perendaman 10 menit dan konsentrasi 15g/liter air) menghasilkan panjang akar relatif lebih tinggi, dengan panjang 15,5 cm. Perlakuan L1K1 (perendaman 5 menit dan konsentrasi 5g/liter iar) sampai L3K3 menghasilkan panjang akar 4,0-9,0 cm relatif sama dengan perlakuan lainya. Diduga perlakuan perendaman terhadap stek sungkai dengan komposisi Perendaman 10 menit dan konsentrasi 15g/liter air memberi kondisi optimum untuk memercepat penerobosan akar melalui tanah. Ketersediaan sumber unsur hara yang cukup dalam media tumbuh sehingga akar tumbuh dan memanjang ke tempat yang lebih jauh dan membentuk sistem perakaran
Gambar 3. Pertumbuhan akar sungkai pada umur 60 HST (Dokumentasi pribadi penulis tahun 2014) Senyawa organik yang disintesis secara endogen dan berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan ialah hormon. Hormon berdasarkan fungsinya ada lima macam pada tubuh tumbuhan dan dikelompokkan menjadi dua, ialah hormon yang bersifat memacu dan menghambat (auksin). Auksin ialah zat hormon tumbuhan yang ditemukan pada ujung batang akar, dan pembentukan bunga yang berfungsi untuk pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Auksin berperan penting dalam pertumbuhan (Heddy, 1986
10
dalam Kerry, 2013). Auksin ialah jenis zat pengatur tumbuh yang sangat efektif mengatur pertumbuhan akar. (Lakitan,1996 dalam Kerry, 2013), mendefinisikan IAA (Asam Indol3) tahun 1934 sebagai senyawa alami yang menunjukkan aktivitas auksin yang mendorong pembentukan akar adventif, sehingga penulis pada penelitian menggunakan perangsang tumbuh yang dipakai dan mengandung IAA (zat pengatur tumbuh Root-up) yang dapat membantu memercepat keluarnya jumlah akar yang banyak karena dapat dipengaruhi oleh hormon auksin yang terkandung dalam perangsang tumbuh akar. Root-up ialah hormon pertumbuhan akar untuk merangsang pertumbuhan akar pada perbanyakan vegetatif. Berat basah Hasil analisis ragam menunjukkan interaksi lama perendaman dengan konsentrasi ZPT tidak berpengaruh nyata terhadap berat basah stek sungkai pada taraf kepercayaan 95%. Pemberian zat pengatur tumbuh Root-up memberikan pengaruh yang sama dengan yang tanpa zat perangsang tumbuh terhadap berat basah pada persemaian stek sungkai. Winarno (1981), mengatakan bahwa media yang memunyai ketersediaan unsur hara dan mineral cukup akan menyebabkan air mengalami difusi dan masuk ke dalam bahan tanaman sehingga menyebabkan terjadinya pembengkakan sel-sel. Sifat fisik dan kimia air yang
berkaitan dengan daya larut dan mudah mengikat unsur-unsur lain, menyebabkan komposisi kimia air tidak hanya terdiri dari unsur hidrogen dan oksigen tetapi terdapat unsur lain seperti kalsium, nitrogen, magnesium yang berasal dari unsur-unsur tanah sebagai media. Kondisi ini akan menyebabkan terjadinya karakteristik hidratasi yang menghasilkan kurva isotermik sebagai bentuk hubungan antara kadar air bahan dengan kelembaban relatif kesetimbangan pada keadaan suhu tertentu. Berat kering Hasil analisis ragam menunjukkan interaksi lama perendaman dengan konsentrasi ZPT tidak berpengaruh nyata pada berat kering pada taraf kepercayaan 95%. Kusumo (1996) menjelaskan bahwa dengan pemberian hormon sintetik secara langsung dari luar dapat menyebar dengan cepat ke dalam jaringan kayu atau xylem. Berat kering tanaman mencerminkan akumulasi senyawa organik yang berhasil disintesis tanaman dari senyawa organik terutama air dan karbohidrat. Gardner (1991) menyatakan berat kering tanaman bergantung dari laju fotosintesis dan respirasi. Respirasi menggunakan energi yang berasal dari fotosintesis. Fotosintesis mengakibatkan peningkatkan berat kering karena pengambilan karbondioksida dan respirasi menyebabkan pengeluaran karbondioksida dan mengurangi berat kering.
11
Berat kering semai merupakan variabel yang penting untuk mengetahui akumulasi biomasa serta imbangan fotosintesis pada masing-masing organ tanaman (Mahmud, 2002). Dwijoseputro (1994) menjelaskan bahwa berat kering suatu tanaman dipengaruhi oleh optimalisasi fotosintesis, karena berat kering suatu tanaman tergantung dari jumlah akumulasi karbohidrat di dalam tubuh tanaman. Fotosintesis yang optimal dipengaruhi oleh jumlah dan luas daun yang lebih besar karena dengan jumlah daun dan luas daun yang lebih besar maka pemanfaatan radiasi matahari akan lebih besar. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kombinasi perlakuan L2K3 pada stek tanaman sungkai (perendaman 10 menit dan konsentrasi Root-up 15g/liter air), memberi pengaruh yang lebih baik terhadap jumlah daun dengan jumlah rata-rata (6,24 helai), panjang daun dengan jumlah rata-rata (39 cm) dan panjang akar dengan jumlah ratarata (15,5 cm) dibandingkan perlakuan yang lain. Kombinasi perlakuan L1K1 pada stek dengan (perendaman 5 menit dan konsentrasi Root-up 5g/liter air) memberikan respon yang rendah terhadap pertumbuhan stek tanaman sungkai. Parameter jumlah tunas, berat basah dan berat kering memberikan pengaruh yang tidak
nyata terhadap pertumbuhan stek sungkai Saran Lama perendaman 10 menit dan pemberian zat pengatur tumbuh Root-up pada pembibitan stek sungkai dengan konsentrasi 15g/liter air menghasilkan pengaruh baik terhadap jumlah daun, panjang daun dan panjang akar. DAFTAR PUSTAKA Abidin,
Z. 1990. Dasar-dasar pengetahuan tentang zat pengatur tumbuh. Penerbit Angkasa. Bandung.
Adinugraha, Pudjiono dan Herawan, 2007. Teknik perbanyakan vegetatif jenis tanaman Acacia mangium vegetatif propagation techniques of Acacia mangium. Info Teknis 5(2), September 2007 Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Diakses pada tanggal 25 Nopember 2014 Departemen Kehutanan. 2006. Budidaya sungkai (Peronema canescens) http://www.dephut.go.id/I NFORMASI/PROPINSI/S UMSEL/bdysungkai.hmtl . Diakses pada tanggal 23 September 2014 Dewi A, 2008. Makalah peranan dan fungsi fitohormon
12
bagi pertumbuhan tanaman. Bandung Dwidjoseputro.1994. Pengantar fisiologi tumbuhan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Danoesastro H. 1980. Pengantar tumbuhan dalam pertanian. Yayasan Pembinaan Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta Fanesa
A. 2011. Pengaruh pemberian beberapa zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan stek pucuk jeruk kacang ( citrusnobilisl) the influence of giving some hormonal growth to the shoot cuttings of jeruk kacang (citrusnobilisl)
Gaspersz, V. 1991. Metode perancangan percobaan untuk ilmu pertanian, ilmu-ilmu teknik dan biologi. Armico Bandung. Gardner, F. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan. UI Press. Jakarta Irwanto.2001.pengaruh hormone IBA (indole butyric acid) terhadap persen jadi stek pucuk meranti putih (Shorea montigena) www.freewebs.com/irwan toshut. Diakses pada tanggal 13 Nopember 2014 Kusumo, S. 1996. Zat pengatur tumbuh tanaman.
Penerbit CV Yasaguna. Jakarta Mahmud, A.B. 2002. Pengaruh pupuk organik kascing dan tingkat air terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L.).J Agrivita 24 (1) : 37-43 Nurzaman Z. 2005. Pengaruh zat pengatur tumbuh NAA dan IBA terhadap pertumbuhan stek mini pule pandak (Rauwolfia serpentine Benth.) Hasil kultur in vitro pada media arang sekam dan zeolite Pamungkas, T. 2009. Pengaruh konsentrasi dan lama perendaman dalam supernatant Kultur bacillus sp.2 ducc-br-k1.3 terhadap pertumbuhan stek horisontal batang jarak pagar (jatropha curcasl.) J. Sains & Mat. 17 (3) 131-140 Prastowo N, J. M. Roshetko. 2006. Teknik pembibitan dan perbanyakan vegetatif tanaman buah. World Agroforestry centre (ICRAF) dan Winrock International. Bogor, Indonesia. Purwitasari, A. 2013. Pengaruh konsentrasi zat pengatur tumbuh (Asam-2,4diklorofenoksiasetat) terhadap pertumbuhan Nannochloropsis oculata. Journal of Marine and
13
Coastal Science, 1 (2): 61-70 Plantamor, 2008. Informasi spesies sungkai .http://www.plantamor.co m/spcdtail.php?recid=969 &popname=sungkai&satu gen=satuspc Diakses pada tanggal 23 September 2014 Subardini. 2006. Perbanyakan cepat tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) secara kultur jaringan Swestiani, D. 2004. Perbandingan pemberian empat jenis zat pengatur tumbuh pada stek cabang sungkai (Peronema canescens Jack) Suita, E. 2005. Atlas benih tanah hutan Indonesia. 4(V). Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Bogor. Bogor Winarno, FG. 1981. Kimia pangan dan gizi. Gramedia Press. Jakarta. Zulfahmi. 2007. Characteristic target species. http://ssntdp.com/index.p hp?option=comcontent&t ask=view&id=55&itemid= 2. Diakses pada tanggal 23 September 2014