STRATEGI PT. ASURANSI BINTANG SYARIAH Tbk DALAM MENGANTISIPASI DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TAHUN 2008
Oleh
SHOLAHUDIN NIM:103046228395
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M
KATA PENGANTAR
ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ Assalamu’alaikum Wr. Wb. Tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya yang senantiasa berlimpah kepada penulis, sehingga penulis diberikan kemampuan, kekuatan serta ketabahan hati dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam tidak lupa penulis haturkan kepada revolusioner besar junjungan Nabi Muhammad SAW, yang senantiasa membawa cahaya dan rahmat bagi ummat manusia dan alam semesta. Tiba saat yang dinanti-nanti, sebuah perjalanan panjang yang penuh dengan rintang yang harus diperjuangkan, kesedihan dan keharuan walau dengan jalan yang tertatih-tatih dan melelahkan yang pada akhirnya penulis mampu menyelesaikan studi di kampus ini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari banyak sekali kesulitan dan hambatan yang dihadapi, serta saat ini juga masih jauh dari kesempurnaan dan hal ini tidak terlepas dari keterbatasan penulis. Selanjutnya penulis ingin sekali mengucapkan ribuan terimakasih atas bimbingan dan pengarahan-pengarahan yang diberikan kepada penulis yaitu kepada
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM. selaku Dekan Fakultas syariah dan Hukum Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Euis Amelia, M.Ag selaku ketua program studi Muamalat dan Bapak Ah. Azharudin latif, M.Ag, selaku sekretaris Programstudi muamalat. 3. Bapak Dr. Syahrul A’dam M.Ag, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberikan arahan, koreksi, saran, motifasi hingga penulisan skripsi ini terselesaikan. 4. Dosen - dosen Fakultas Syariah dan Hukum khususnya dosen muamalat yg telah memberikan ilmunya dan tuntunan serta budi pekertinya semasa kuliah hingga selesainya skripsi ini. 5. PT. Asuransi Bintang Syariah yang beralamat di Pondok Indah Plaza III Blok E 4 - 5. Jl. TB. Simatupang Jakarta Selatan, yang telah bersedia membantu dan mendukung saya dalam melakukan penelitian ini. 6. Staf perpustakaan utama dan fakultas syariah dan hukum UIN syarif hidayatullah jakarta yang telah memberikan pelayanan kepada penulis untuk mendapatkan buku-buku yang berkaitan dengan skrpsi ini. 7. Ayahanda tercita di surga, semoga engkau bangga dengan apa yang telah ananda capai, walau mungkin tidak seperti yang engkau harapkan, sembah sujud ananda doaku selalu menyertaimu. Ibunda
tercita yang tidak henti–hentinya mendoakan dan memberikan pengorbanan yang tidak terhitung nilainya, serta kakak dan adikku yang selalu memberikan motifasinya. 8. Teman - teman seperjuangan, Jurusan Asuransi Syariah, Ozie SEI, Ole SEI, Korib SEI, Noe SEI, Qie SEI. Dayat, Lana, Ayoe Ayang, Aam (kandidat sarjana), Hasyim Comp, kawan–kawan IMT dan semua teman–teman yang tidak saya sebutkan namanya.
Jakarta,
Mei 2010
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Beberapa bulan lalu di tahun 2008, tengah melanda hampir seluruh dunia berimbas terutama negara super power didunia yaitu Amerika Serikat telah mengalami krisis yang sangat dahsyat berupa financial crisis. Krisis ini merupakan krisis yang terhebat sepanjang sejarah disebabkan karena sistem kapitalisme yang mereka gunakan mengalami goncangan yang sangat dahsyat 1 . Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat ternyata berdampak besar terhadap kondisi perekonomian global. Hal ini tentu saja menjadi hal yang sangat realistis sebab Amerika Serikat adalah sentral perekonomian dunia. Menurut Kompas penyebab dari krisis yang dialami oleh Amerika Serikat ini adalah adanya penumpukan hutang nasional yang mencapai 8.89 triliun US Dollar, pengurangan pajak korporasi, pembengkakan biaya perang Irak Afganistan dan yang paling krusial adalah Subprime Mortgage 2 . Krisis keuangan global yang dipicu oleh gagalnya subprime mortgage di Amerika telah memakan korban lembaga keungan di Amerika yang akhirnya pailit atau bangkrut. Yang paling mencolok ialah Lehman Brothers yang dianggap
1 2
http://hndwibowo.blogspot.com http://kammiunhas.blogspot.com
1
2
salah satu lembaga keuangan terbesar di Amerika yang telah berdiri sejak tahun 1895, siapa yang sangka perusahaan sekaliber Lehman Brothers dapat terpuruk sedemikian parahnya. Akibat dari gejolak finansial itu adalah jatuhnya Index Harga Saham di NewYork Stock Exchange (NYSE). Krisis finansial tersebut kemudian menjalar ke bursa regional dan lembaga keuangan di seluruh Uni Eropa. Asia dan terakhir berdampak pada Bursa Saham Jakarta (JSX). Nilai index diatas 2,500 anjlok hingga dibawah 1.600. Saham-saham unggulan pun ikut bertumbangan dan para investor kelihatannya sudah kehilangan akal sehat dan panik sehingga perdagangan di BEJ sempat di suspend (dihentikan). Menurut para analis internasional maupun lokal, dampak krisis keuangan global ini akan berdurasi kurang lebih 2 tahun kedepan sampai mencapai keseimbangan baru. Salah satu keputusan pemerintah yang penting untuk meredam sementara gejolak krisis keuangan nasional adalah dengan menaikkan suku bunga SBI menjadi 9.5 % yang berakibat naiknya bunga deposito dan bunga pinjaman bank. Rata rata dengan spread 2-5%. Saat ini masyarakat tertentu yang sangat membutuhkan liquiditas untuk menopak kegiatannya dan aksi jual saham, beli dollar, beli emas, jual Rupiah, jual instrumen investasi lainnya, beli tanah, jual dan beli properti semakin marak. Selain, berdampak pada sektor perbankan krisis keuangan global juga berdampak pada sektor non bank seperti asuransi, hal tersebut terlihat pada raksasa Asuransi AIG (American International Group) menunjukkan gejala kritis yang sama, sahamnya turun hingga 50 persen akibat dari krisis ekonomi global
3
yang melanda dunia 3 . Melihat aktifitas seperti ini, tentu akan berdampak pada industri asuransi di Indonesia, oleh sebab bagaimana perusahaan asuransi dalam mengantisipasi hal tersebut, terutama terhadap industri asuransi umum yang akan mendapatkan kesulitan akibat dari lemahnya pertubumhan ekonomi yang disebabkan oleh krisis ekonomi global. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam bagaimana PT. Asuransi Bintang Syariah sebagai salah satu perusahaan asuransi syariah dalam menghadapi krisis ekonomi global dan startegi apa yang digunakan, yang kami tuangkan dalam skripsi yang berjudul Strategi PT. Asuransi Bintang Syariah Tbk Dalam Mengantisipasi Dampak Krisis Ekonomi Global Tahun 2008
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dideskripsikan di atas, maka penulis perlu membatasi pembahasan. Agar pembahasan mempunyai maksud dan tujuan yang terarah dan jelas, supaya tidak terjadi perlebaran masalah dalam penulisan skripsi ini. Dengan pembatasan masalah yang khusus membahas kepada strategi apa yang dilakukan oleh Perusahaan Asuransi Syariah dalam menghadapi krisis ekonomi global Serta pokok permasalahan yang terkait didalamnya dengan tujuan
3
Oleh Ir. Hadrian Nataprawira, MBA, AAAIK.diakses dan situs: http://megainsurancesurabaya.blogspot.com/2008/10/dampak-krisis-keuangan-global-terhadap. Html
4
agar dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas dalam menguraikan masalah tersebut dalam penulisan skripsi ini. Dari latar belakang masalah tersebut, penulis merumuskan beberapa permasalahan ini sebagai benikut: 1. Apakah ada dampak krisis ekonomi global terhadap dunia Perasuransian? 2. Bagaimana langkah perusahaan asuransi syariah dalam menghadapi krisis ekonomi global? 3. Strategi apa yang dilakukan oleh perusahaan Asuransi Syariah untuk bisa kembali bangkit dari krisis tersebut? 4. Bagaimana pengaruh krisis ekonomi global terhadap perkembangan perusahan Asuransi Syariah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini diadakan adalah sebagai herikut : 1. Untuk mengetahui apakah ada dampak krisis ekonomi global terhadap dunia Perasuransian? 2. Untuk mengetahui Bagaimana langkah perusahaan asuransi syariah dalam rnenghadapi krisis ekonomi global? 3. Untuk mengetahui strategi apa yang dilakukan oleh perusahaan Asuransi Syariah untuk bisa kembali bangkit dan krisis tersebut?
5
4. Untuk mengetehui seberapa besar pengaruh krisis ekonomi global terhadap perkembangan perusahan Asuransi Syariah? Sedangkan manfaat penelitian yang ingin dicapai adalah : 1. Bagi Penulis pada khususnya dapat menambah wawasan pengetahuan dan mengembangkan pikiran yang berupa gagasan atau pendapat yang diturunkan melalui laporan penelitian ini dan bagi mahasiswa Program Studi Mu’amalat pada umurnnya diharapkan dapat memperoleh pengetahuan yang lebih dalam khususnya mengenai krisis ekonomi global. 2. Untuk mahasiswa dan mahasiswi khususnya program studi asuransi syariah diharapkan dengan adanya skripsi ini dapat menjadi refrensi di dalam memahami tentang Strategi Perusahaan Asuransi Syariah Dalam Menghadapi Krisis Ekonomi Global. 3. Bagi Program Studi, diharapkan mampu memperluas informasi dalam rangka menambah dan meningkatkan khasanah pengetahuan, khususnya Strategi penanganan Krisis Ekonomi Global. 4. Bagi Masyarakat, diharapkan menambah pengetahuan tentang dampak Krisis Ekonomi Global.
D. Kerangka Teori Webster mendefinisikan kata krisis sebagai suatu “masa yang sulit sekali” dan “suatu titik balik dalam sesuatu”. lstilah ini sering digunakan untuk suatu reaksi dari dalam diri seseorang terhadap suatu bahaya dari luar. Suatu krisis biasanya meliputi
6
hilangnya kemampuan untuk mengatasi masalah selama sementara waktu, dengan perkiraan bahwa gangguan fungsi emosi dapat kembali seperti semula. Jika seorang mengatasi ancaman itu secara efektif, maka ia dapat kembali berfungsi seperti keadaan sebelum krisis. Jadi kita melihat bahwa krisis mempunyai empat unsur yang jelas. Unsur yang pertama adalah kejadian yang penuh resiko. Ini adalah kejadian yang mengawali suatu reaksi berantai dari kejadian-kejadian yang mencapai pucaknya dalam suatu krisis. Unsur yang kedua adalah keadaan rentan. Tidak semua peristiwa ini membawa seseorang kepada suatu krisis. Kalau orang tidak rentan pasti krisis itu tidak mungkin terjadi. Unsur ketiga adalah faktor yang menimbulkan krisis tersebut. Cara lain untuk mengatakan hal ini ialah bahwa ini adalah faktor terakhir yang ditambahkan pada faktor-faktor lain. Unsur yang terakhir adalah keadaan krisi yang aktif. Sedangkan arti istilah global dianggap berkaitan erat dengan “sedunia, secara masal, secara umum”. Jadi, krisis global adalah suatu keadaan sulit, krisis yang terjadi hampir di seluruh dunia, atau mendapat dampak hampir diseluruh dunia 4 .
E. Kajian Pustaka 1. Zakiman, 2005, dengan judul Strategi Produk Asuransi Syariah Dana Siswa Pada Asuransi Takaful Keluarga.
4
http://assvariabdullah.blogspot.com 200S/ 11 /krisis-global-dan-indonesia. Html
7
Dalam skipsi ini membahas masalah bagaimana PT Asuransi Takaful Keluarga menjalankan konsep pemasaran ke masyarakat yang berwawasan sosial, dan strategi pemasaran produk asuransi dana siswa yang di terapkan oleh PT. Asuransi Takaful Keluarga adalah menggunakan saluran distribusi sistem agency dimana proses pemasaran produk di andalkan pada agen-agen penjual atau marketer yang di miliki PT Takaful Keluarga, dan di dalam level daur hidup produknya, produk asuransi dana siswa saat ini berada pada masa pematangan.
2. M. Fathul Korib, 2008, dengan judul Judul Stategi Agen Alam Pemasaran Produk Asuransi Syariah Pada PT Asuransi Takaful Teluarga Cabang Bekasi. Skipsi ini mebahas masalah strategi yang di terapkan PT Asuransi Takaful Keluarga cabang Bekasi dalam memasarkan produknya di antaranya dengan pendekatan
secara
kekeluargaan.
Dengan
cara
berdakwah,
dan
pengembangan dari peserta lama. Untuk target pemasaran yaitu individu dan corporate. Tiap-tiap agen di beri target khusus oleh perusahaan dalam mencari peserta asuransi, tiap-tiap agen di beri target lima peserta dengan pendapatan lima juta sampai dua puluh juta perbulan adapun kewajiban perusahaan terhadap peserta yaitu menerangkan manfaat produk dengan sejelas-jelasnya dan benar. Memberikan saran untuk mengambil produk sesuai dengan kebutuhan, memberitahukan kewajiban-kewajinban peserta.
8
3. Euis Azizah, 2005, dengan judul Strategi Menejemen Operasional Asuransi Syariah Dalam Memperluas Pangsa Pasar pada PT. Asuransi Syariah Mubarokah Jakarta. Skripsi ini membahas masalah strategi yang di terapkan PT Asuransi Syariah Mubarokah dalam mengelola menejemen operasionalnya, dan strategi itu tidak lepas dari visi perusahaan yaitu membawa umat menuju kemakmuran, kesejahteraan dan kenyamanan di bawah perlindungan Allah SWT, dan untuk bersaing di pangsa pasar Asuransi Mubarokah mempunyai produk unggulan yaitu produk asuransi kumpulan dan investasi yang di terapkan untuk jangka pendek, sedangkan untuk jangka panjang di fokuskan ke produk asuransi perorangan. Untuk menghadapi kendala dalam memperluas pangsa pasar Asuransi Syariah Mubarokah menambahkan modal dan menerapkan sistem yang canggih dan handal.
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian deskriptif yaitu penulis mengambarkan permasalahan yang didasari pada data-data yang ada lapangan, kemudian dianalisa lebih lanjut untuk kemudian diambil kesimpulan Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Jenis penelitian ini dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang.
9
Tujuan dari menggunakan jenis penelitian deskrptif adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan. Jenis penelitian deskriptif adalah sebagai kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menjawab pentanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian 5 . 2. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, yang menjadi lokasi penelitian adalah PT. Asuransi Bintang Syariah yang beralamat di Pondok Indah Plaza III Blok E 4 - 5. Jl. TB. Simatupang Jakarta Selatan 3. Jenis data dan sumber data a. Data Primer merupakan data yang didapat dan sumber pertama kali baik dari Individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara, yang teridiri atas : 1) Gambaran umum perusahaan. 2) Hasil wawancara. 3) Hasil pengamatan langsung. b. Data Sekunder merupakan data yang telah ada, yang diperoleh dan buku, majalah, internet, Koran dan sumber tertulis lainnya yang mengandung informasi yang berhubungan dengan penelitian ini. 4. Teknik Pengumpulan Data. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini diperoleh melalui: 5
Consuelo G. Sevila. Pengaiirar\feode Penelitian, (Jakarta:UI-PRESS 1993), It 71
10
a. Penelitian perpustakaan (Library Research), yaitu dengan mengumpulkan data dan buku-buku, majalah, dan artikel yang berhubungan dengan materi skripsi. b. Penelitian lapangan (Field Research), yaitu dengan terjun langsung ke PT. Asuransi Bintang Syariah Tbk Untuk mendapatkan data yang valid dan akurat, dengan melalui Tiga cara, yaitu: 1) Observasi, pengamatan yang dilakukan peneliti, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian. Dimana peneliti mengamati dan mempelajari dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai sumber data. 2) Wawancara, dilakukan secara langsung dengan pihak-pihak yang kompeten dalam penelitian, khususnya data tentang Strategi perusahan Asuransi Syariah dalam menghadapi krisis ekonomi global. 3) Dokumentasi, teknik ini digunakan untuk memperoleh data tertulis tentang, Strategi perusahan Asuransi Syariah dalarn menghadapi krisis ekonomi global. 5. Teknik Analisa dan Interprestasi Data Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian deskriptif analisis, dimana penulis berupaya memberikan penjelasan atau gambaran secara komprehensif tentang strategi yang digunakan PT. Asuransi Bintang Syariah dalam menghadapi krisis ekonomi global pada tahun 2008
11
sehingga penelitian ini menggunakan pendekatan model kualitatif yaitu metode penelitian yang data-datanya dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau kalimat. 6. Teknik Penulisan Skripsi Adapun teknik penulisan skripsi ini, mengacu kepada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007”.
G. Sistematika Penulisan Agar penulisan lebih sistematis dan terarah maka penulisan skripsi ini disusun dalam lima bab, setiap bab terdiri dari sub-sub bab yaitu:
Bab I Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penelitian terdahulu, kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika.
Bab II Landasan Teori Dalam bab ini dibahas antara lain mengenai Strategi, Pengertian Strategi, Tahap dalam Strastegi. Asuransi Syariah, Pengertian Asuransi Syariah, Sejarah Asuransi Syariah, Prinsip-prinsip Asuransi Syariah, Landasan Hukum Asuransi Syariah, Dampak Krisis Global Terhadap Industri Asuransi
12
Bab III Gambaran Umum Perusahaan Bab ini dibahas tentang sejarah singkat berdirinya PT. Asuransi Bintang Syariah, profil perusahaan, Visi dan misi, struktur organisasi, produk-produk asuransi.
Bab IV Pembahasan Bab ini membahas dampak dan krisis keuangan global pada PT. Asuransi Bintang Syariah, Strategi perusahan Asuransi Syariah (PT. Asuransi Bintang Syariah, Tbk) dalam menghadapinya.
Bab V Penutup Bab terakhir ini terdiri atas kesimpulan dan saran.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Strategi 1. Pengertian Strategi Pengertian strategi secara bahasa atau etimologis berasal dari kata Yunani yaitu “Strategeia” dari penggalan dua kata stratos yang artinya militer dan ag artinya memimpin. Dengan demikian arti strategi adalah seni atau ilmu untuk menjadi seorang Jendral, konsep ini relevan pada saat itu, karena memang kondisinya sedang berkecamuk perang. Strategi juga diartikan sebagai suatu rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer dan material pada daerah-daerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. 1 Pengertian di atas dikuatkan oleh Hari Murti Kridalaksana, dalam bukunya Kamus Sinonim Bahasa Indonesia, yang mengungkapkan bahwa strategi berarti siasat perang, haluan, kebijaksanaan dan akal atau budi daya.2 Sedangkan pengertian strategi secara istilah adalah cara-cara dimana suatu perusahaan atau kegiatan akan berjalan ke arah tujuan yang sudah direncanakan terlebih dahulu, sebagaimana dikatakan oleh Otong Uchayana dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, bahwa strategi adalah 1
Ziauddin Sardar, Tantangan Dunia Islam Abad 21, Terjemahan A.E. Priyono dan Ilyas Hasan, (Bandung: Mizan, 1996), h. ii 2 Hari Murti Kridalaksana, Kamus Sinonim Bahasa Indonesia, (Jakarta: Nusa Indah, 1981), h, 173
13
14
merupakan suatu perencanaan (Planning) dan manajemen (Management) untuk mencapai tujuan strategi yang tidak hanya berfungsi sebagai petunjuk arah saja melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. 3 Banyak sekali para ahli yang mendefinisikan tentang pengertian strategi sehingga terjadi perbedaan diantara para ahli tetapi masih memiliki kesamaan pada substansinya. Berikut adalah pengertian-pengertian strategi menurut beberapa para ahli: a. Menurut Syarif Usman, bahwa strategi adalah kebijaksanaan dalam menggerakkan dan membimbing seluruh potensi (kekuatan, daya dan kemampuan) bangsa untuk mencapai kemakmuran dan kebahagiaan.4 b. Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa istilah strategi adalah seni atau ilmu untuk menggunakan sumber daya-sumber daya untuk melaksanakan kebijakan tertentu. 5 c. Menurut sejarahwan Alfred D. Charter sebagaimana dikutip oleh James AF. Stoner, et, al, berpendapat bahwa strategi adalah penentuan tujuan dan sasaran pokok jangka panjang dari suatu usaha dan pengambilan serangkaian tindakan dan pengabdian sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan. 6
3
Onong Uchayana, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1992), h. 32 4 Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam, (Jakarta: Firma Jakarta, tth), Cet ke-1, h. 6 5 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 199 6 James AF. Stoner dan Edward Freeman, Manajemen, Diterjemahkan oleh Wilhemus W. Bakowatun dan Benyamin Mohan, (Jakarta: Intermedia, 1994), h. 306
15
d. Menurut Endang Syaefuddin Anshari sebagaimana dikutip oleh Onong Uchayana, bahwa strategi adalah penyusunan suatu potensi personal (pemimpin dan anggota kesatuan) dan potensi material (logistik dan peralatan lainnya) dengan cara sedemikian rupa sehingga pada situasi tertentu dapat memenangkan perjuangan dalam rangka meraih tujuan akhir sesuai dasardasar teori tertentu. 7 e. Din Syamsudin mengatakan bahwa strategi mengandung arti antara lain: 1) Rencana dan cara yang seksama untuk mencapai tujuan, 2) Seni dalam mensiasati pelaksanaan rencana atau program untuk mencapai tujuan, 3) Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan fungsi dan peran penting dalam mencapai keberhasilan bertahap. 8 f. Menurut Fuad Amsyari mengatakan bahwa pada pengertian dasarnya, strategi dan taktik adalah suatu metode atau taktik untuk memenangkan suatu persaingan. Persaingan itu berbentuk suatu pertempuran fisik untuk merebut suatu wilayah dengan memakai senjata dan tenaga manusia. Sedangkan dalam bidang non-militer, strategi dan taktik adalah suatu cara atau teknik untuk
7 8
h. 127
Onong Uchayana, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, h. 9 Din Syamsudin, Etika Agama dan Membangun Masyarakat Madani, (Jakarta: Logos, 2000),
16
memenangkan suatu persaingan antara kelompok-kelompok yang berbeda orientasi hidupnya. 9 g. William F. Glueck seperti dikutip Amirullah, et, al, Strategi adalah suatu rencana yang dipersatukan, bersifat komprehensif, terintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategi perusahaan atau lembaga terhadap tantangan lingkungan dan dirancang untuk menyakinkan bahwa sasaran dasar perusahaan atau organisasi akan dicapai dengan pelaksanaan yang tepat oleh organisasi itu. 10 h. Sementara itu, Prof. Dr. Kadarman mengatakan bahwa strategi adalah penentuan tujuan utama yang berjangka panjang dan sasaran dari suatu perusahaan atau organisasi serta pemilihan cara-cara bertindak dan pengalokasian sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Jadi strategi menyangkut soal pengaturan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan agar dalam jangka panjang tidak kalah bersaing. 11 Dalam organisasi atau perusahaan, kesuksesan sangat ditentukan oleh strategi yang diterapkan. Jika strategi atau cara yang diterapkan efektif di lapangan maka kesuksesan perusahaan mudah tercapai, juga sebaliknya jika strategi yang dicapai salah atau kurang efektif maka kemungkinan besar tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan tidak akan tercapai. Sebab menurut Hadari
9
Fuad Amsyari, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia, (Bandung: Penerbit Mizan, 1990), Cet ke-1, h. 10 10 Amirullah dan Sri Budi Cantika, Manajemen Strategik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2002), Cet ke-1, h. 4 11 A.M. Kadarman, et. al, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: PT. Prenhallindo, tth), h. 58
17
Nawawi, kata strategi dalam manajemen suatu organisasi atau perusahaan diartikan sebagai kiat, cara dan taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang terarah kepada strategi organisasi. 12 Dengan melihat beberapa definisi tentang strategi sebagaimana yang disebutkan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa strategi adalah taktik, cara atau metode yang dikumpulkan dalam kebijakan-kebijakan yang digunakan untuk mencapai sebuah tujuan atau hasil akhir yang diinginkan seorang individu atau kelompok dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Misalnya seorang Salesman menggunakan taktik agar apa yang dijualnya menjadi laku di pasaran, maka dia harus pandai menginovasi cara untuk menyakinkan pelanggan.
2. Tahap-tahap dalam Strategi Organisasi atau perusahaan jika tanpa adanya strategi diibaratkan seperti seorang pengembara yang tanpa arah dan tujuan yang ingin dicapai, hal ini dikemukakan oleh Joel Rose dan Michael Kamy, sebagaimana dikutip oleh Fred R. David mengatakan sebuah organisasi atau perusahaan tanpa adanya
12
Hadari Nawawi, Manajemen Strategik Organisasi Non-Profit Bidang Pemerintahan dengan Illustrasi di Bidang Pendidikan, (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press, 2000), Cet ke1, h. 147
18
strategi itu bagaikan kapal tanpa kemudi, bergerak, berputar dalam lingkaran. Organisasi yang demikian seperti pengembara, tanpa tujuan tertentu. 13 Lebih lanjut Fred R. David juga mengemukakan bahwa tahapan dalam proses
strategi
meliputi
tiga
tahapan
yakni;
a)
Perumusan
Strategi,
b) Implementasi Strategi, dan c) Evaluasi Strategi. 14 Berikut adalah penjelasan dari masing-masing tahapan strategi:
a) Perumusan Strategi Hal-hal yang termasuk dalam perumusan strategi adalah pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman ekternal, penetapan kekuatan dan kelemahan secara internal, menetapkan suatu obyektivitas, menghasilkan strategi alternative, serta memilih strategi untuk melaksanakan. 15 Tanpa adanya sebuah rumusan dalam strategi maka pelaksanaannya akan mengalami banyak kendala. Selain itu dalam perumusan juga ditentukan sikap untuk memutuskan dan melakukan suatu keputusan dalam suatu proses kegiatan. Dalam buku Manajemen Strategi Konsep, Fred R. David lebih dalam mengupas tentang teknik perumusan strategi yang penting dapat dipadukan menjadi kerangka kerja, diantaranya: 1) tahapan in-put (masukan), 2) tahapan pencocokkan, dan 3) tahapan keputusan. Berikut adalah penjelasan masingmasing tahapan: 13
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhallindo, 2002), h. 3 Ibid,. 15 Ibid, h. 15 14
19
1) Tahapan In-put (masukan) Dalam tahap ini proses yang harus dilakukan adalah mencari dan meringkas
informasi
sebagai
masukan
yang
diperlukan
untuk
merumuskan strategi. 2) Tahapan Pencocokan Dalam tahap ini proses yang harus dilakukan adalah memfokuskan pada hasil strategi alternatif yang layak dengan memadukan faktor-faktor eksternal (dari luar) dan internal (dari dalam). 3) Tahapan Keputusan Dalam tahapan ini digunakan satu macam teknik setelah diperoleh dari input sebagai sasaran dalam mengevaluasi strategi alternative yang didefinisikan dalam tahapan pencocokan. Dalam tahapan ini haruslah selalu melihat ke arah depan dengan tujuan. b) Implementasi Strategi Kegiatan
yang
termasuk
dalam
implementasi
strategi
adalah;
pengembangan budaya dalam mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah arah, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi yang masuk. Dalam pelaksanaan atau implementasi strategi, untuk meraih kesuksesan dibutuhkan adanya disiplin, motivasi dan kerja keras, sebagaimana dikatakan oleh Bernard Reimann “strategi akan hancur bila diimplementasikan dengan buruk”
20
ini mengindikasikan bahwa implementasi strategi akan sukses tergantung pada bagaimana pelaksanaannya yang dilakukan oleh seluruh personel organisasi dan divisi sebuah organisasi. c) Evaluasi Strategi Tahap akhir dalam strategi adalah mengevaluasi strategi yang telah dirumuskan di awal. Ada tiga macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi, yaitu: 1) Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi. Adanya perubahan faktor eksternal seperti tindakan yang dilakukan. Perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan dalam pencapaian tujuan, begitu juga dengan faktor internal yang antara lain strategi yang tidak efektif atau aktivitas implementasi yang buruk dapat berakibat buruk pada hasil yang akan diperoleh. 2) Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan) Menyelidiki penyimpangan dari rencana dan mengevaluasi prestasi dari individu dan menyimak dari kemajuan yang dibuat ke arah pencapaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat diukur dan mudah dibuktikan. 3) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana.
21
Dalam mengambil tindakan korektif tidak harus berarti bahwa strategi yang sudah ada akan ditinggalkan atau bahkan strategi baru harus dirumuskan. Tindakan korektif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang dibayangkan pada awal atau pencapaian yang direncanakan, maka disitulah tindakan korektif diperlukan. Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan hari ini bukan merupakan jaminan keberhasilan di masa yang akan datang. Evaluasi juga sangat diperlukan untuk sebuah organisasi maupun perusahaan dari semua sektor kegiatan dengan mempertanyakan pertanyaan dan asumsi manajerial.
B. Asuransi Syariah 1. Pengertian Asuransi Syariah Asuransi berasal dari bahasa Belanda Assurantie yang kemudian menjadi Asuransi dalam bahasa Indonesia, namun istilah Assurantie itu sendiri sebenarnya bukanlah istilah ahli bahasa Belanda akan tetapi dalam bahasa Latin yaitu Assecurare yang berarti menyakinkan orang. Kata ini kemudian dikenal dalam bahasa Perancis Assurance demikian pula dengan istilah Assuradeur yang berarti yang berarti penanggung dan Geassureende yang berarti tertanggung, keduanya berasal dari perbendaharaan bahasa Belanda sedangkan dalam bahasa Inggris istilah pertanggungan dapat diterjemahkan menjadi Insurance dan Assurance kedua kata ini sebenarnya mempunyai pengertian yang berbeda, Insurance
22
mengandung arti menanggung sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Sedangkan Assurance berarti menanggung sesuatu yang pasti terjadi, istilah Assurance lebih lanjut dikaitkan dengan pertanggungan yang berkaitan dengan masalah jiwa seseorang. 16 Dalam ekonomi Islam, Asuransi Syariah merupakan lembaga keuangan Syariah non-Bank, yang bergerak dibidang jasa penjamin atau pertanggungan resiko. Karenanya Asuransi Syariah dapat dilihat sebagai lembaga keuangan non Bank yang beroperasi dalam bidang pertanggungan atau pinjaman risiko kepada para nasabah. 17 Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No 21/DSN-MUI/III/2002 tentang Asuransi Syariah yaitu usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui infestasi untuk menghadapi risiko tertentu melalui (perikatan) yang sesuai dengan syariah. 18 Sedangkan pada pasal 246 KUHD Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian (timbal balik), dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya, karena suatu kerugian, kerusakan atau
16
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi VI, 2004), edisi ke-4, h. 419 17 Hendi Suhendi dan Denik, Yusuf, Asuransi Takaful: Dari Teori ke Praktis, (Bandung: Mimbar Pustaka, tth), h. 3 18 Dewan Syariah Nasional (DSN) Majlis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, (Jakarta: Intermesa, 2003), Edisi 2, Cet ke-1, h. 135
23
kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu. 19 Berdasarkan definisi tersebut maka dalam asuransi terkandung tiga unsur, yakni: a) Pihak Tertanggung (Insured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung, secara sekaligus atau angsuran. b) Pihak Penanggung (Insurer) yang berjanji akan membayar sejumlah uang (santunan) kepada tertanggung, apabila terjadi sesuatu resiko yang mengandung unsur ketidakpastian. c) Suatu peristiwa (Accident) yang tidak diketahui sebelumnya. Dalam Undang-undang No. 2 tahun 1992, dirumuskan definisi asuransi yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan rumusan yang terdapat dalam pasal 246 KUHD. Definisi Asuransi menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian Bab 1 Pasal 1: “Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul
19
Purwosutcipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 6, (Jakarta: Djambatan, 1996), cet – 4, h. 1
24
dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan
atas
meninggal
atau
hidupnya
seseorang
yang
dipertanggungkan. 20 Jadi Asuransi Syariah adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yaitu tertanggung dan penanggung, dimana tertanggung berkewajiban membayar premi yang telah disepakati sebelum adanya penutupan asuransi dan penanggung berkewajiban membayarkan sejumlah uang jika terjadi sesuatu yang tidak diketahui kapan terjadinya yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan yang pengoperasiannya berdasarkan prinsipprinsip Syariah Islam. Risiko yang dihadapi oleh manusia yang paling besar hanya ada dua, yakni; hidup yang terlalu lama dan kematian yang terlalu cepat. Asuransi sebagai sebuah mekanisme perlindungan merupakan langkah yang tepat bagi seseorang untuk membagi atau mengalihkan suatu resiko, karena asuransi menjawab rasa aman bagi setiap orang.
2. Sejarah Asuransi Syariah di Indonesia Konsep asuransi syariah sudah dikenal pada zaman Nabi Muhammad Saw dengan sebutan Al-Aqila, saat itu suku Arab terdiri atas berbagai suku besar dan suku kecil. Sebagaimana kita ketahui, Rasulullah adalah keturunan suku Quraish, salah satu suku yang terbesar. Menurut dictionary of Islam, yang ditulis oleh
20
AM. Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis dan Praktis, h. 61
25
Thomas Patrick, jika ada salah satu anggota suku yang terbunuh oleh anggota suku lainnya, sebagai kompensasi, keluarga terdekat dari si pembunuh akan membayar sejumlah uang, darah atau diyat kepada pewaris qurban. Al-aql adalah denda, sedangkan makna al-aqil adalah orang yang membayar denda. Beberapa ketentuan sistem aqilah yang merupakan bagian dari asuransi sosial dituangkan oleh Nabi Muhammad Saw dalam Piagam Madinah yang merupakan konstitusi pertama setelah Nabi hijrah ke Madinah. Dalam pasal 3 Konstitusi Madinah, Rasulullah membuat ketentuan mengenai penyelamatan jiwa para tawanan. Ketentuan tersebut menyatakan bahwa jika tawanan tertahan oleh musuh karena perang, pihak tawanan harus membayar tebusan pada musuh untuk membebaskannya. 21 Selain konsep al-aqila ada konsep al-Muwalah yaitu perjanjian jaminan. Penjamin menjamin seseorang yang tidak memiliki waris dan tidak diketahui ahli warisnya. Penjamin setuju untuk menanggung bayaran dia, jika orang yang dijamin tersebut melakukan jinayah. Apabila orang yang dijamin meninggal, maka penjamin boleh mewarisi hartanya sepanjang tidak ada ahli warisnya. Dalam praktek keseharian umat Islam, asuransi dikenal dengan nama takaful atau saling menanggung. Jika ada salah satu saudara muslim yang terkena musibah, maka semua saudara yang lain ramai-ramai memberi bantuan. Bahkan hukum di Arab ketika zaman Rasulullah sudah menerapkan bahwa jika ada salah
21
http//asuransisyariah.myblogrepublika.com
26
seorang diantara mereka membunuh yang lain, maka keluarga yang membunuh wajib memberi santunan kepada pihak yang terbunuh (ahli waris). 22 Munculnya asuransi syariah pertama kali di Indonesia tak lepas dari nama Asuransi Takaful, yang dibentuk oleh holding company PT Syarikat Takaful Indonesia (STI) pada tahun 1994. terbentuknya Asuransi Takaful saat itu memperkuat keberadaan lembaga perbankan syariah yang sudah ada terlebih dahulu, yakni Bank Muamalat karena asumsinya Bank Muamalat juga membutuhkan lembaga asuransi yang dijalankan dengan prinsip yang sama. Pembentukan awal Takaful disponsori oleh Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia, dan Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, saat itu wakil dari tiga lembaga ini membentuk Tim Pembentukan Asuransi Takaful Indonesia atau TEPATI, yang dipimpin oleh direktur utama PT. STI, Rahmat Saleh. Sebagai langkah awal, Lima orang Anggota TEPATI melakukan studi banding ke Malaysia pada September 1993. Malaysia memang merupakan negara ASEAN pertama yang menerapkan asuransi dengan prinsip syariah sejak tahun 1985. Di negara Jiran ini, asuransi syariah ini dikelola oleh Syarikat Takafu Malaysia Sdn. Bhd. 23 Setelah berbagai persiapan dilakukan, di Jakarta digelar seminar nasional, dan berikutnya STI mendirikan PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT. Asuransi Takaful Umum. Secara resmi, PT. Asuransi Takaful Keluarga didirikan pada
22 23
Ibid,. http//asuransisyariah.myblogrepublika.com
27
tanggal 25 Agustus 1994, dengan modal disetor sebesar Rp. 5 Miliar. Sementara PT. Asuransi Takaful Umum secara resmi didirikan pada tanggal 2 Juni 1995. 24
3. Prinsip-prinsip Asuransi Syariah Prinsip utama dalam asuransi syariah adalah ta’awanu ‘ala al birri wa al taqwa (tolong menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan takwa) dan alta’min (rasa aman). Prinsip ini menjadikan para anggota atau peserta asuransi sebagai sebuah keluarga besar yang satu dengan yang lainnya saling menjamin dan menanggung resiko. 25 Para ekonom Islam mengemukakan bahwa asuransi syariah ditegakkan atas tiga prinsip utama, yaitu; a) Saling Bertanggungjawab Para peserta asuransi memiliki rasa tanggung jawab bersama untuk membantu dan menolong peserta lain yang mengalami musibah atau kerugian dengan niat ikhlas, para peserta asuransi setuju untuk saling bertanggung jawab antara satu sama lain karena memikul tanggung jawab dengan niat ikhlas adalah ibadah. 26 Rasa tanggung jawab terhadap sesama merupakan kewajiban setiap muslim. Rasa tanggung jawab ini tentu lahir dari sifat saling menyayangi, mencintai, 24
Ibid,. Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 132 26 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Konsep dan Sistem Operasional, (Jakarta: Gemala Insani, 2004), h. 230 25
28
saling membantu dan merasa mementingkan kebersamaan untuk mendapatkan kemakmuran bersama dalam mewujudkan masyarakat yang beriman, takwa dan harmonis. 27
⌧ ☺ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. (An-Nisa : 29) b) Saling Memberi Manfaat
⌧ ☺ ⌧ ⌧ Artinya: “.........Adapun yang memberi manfaat kepada manusia, Maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaanperumpamaan”. (Ar-Ra’ad : 17)
27
Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, h. 133
29
Seorang muslim merupakan bagian dari umat muslim yang lain, jika salah satu dari mereka sakit maka yang lain pun ikut merasakannya. Dalam asuransi syariah setiap peserta harus mengikhlaskan sebagian dananya yang disebut dengan dana kebajikan yang akan digunakan untuk menyantuni kepada siapa saja peserta asuransi yang mengalami musibah. c) Bebas dari Praktek Magrib (Maisir, Gharar, Riba) 1) Maisir atau Untung-untungan
☺
☺ ☺ ☺
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”. (Al-Maaidah : 90) Maisir dalam bahasa Arab secara harfiah adalah memperoleh sesuatu dengan sangat mudah tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa bekerja, yang biasa juga disebut berjudi. Istilah lain yang digunakan dalam al-Qur’an adalah azim yang berarti praktek perjudian. 28 Dalam asuransi syariah jika
28
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Konsep dan Sistem Operasional, h. 48
30
seseorang menjadi peserta asuransi maka akan mendapat gambaran tentang berapa besar yang kelak akan diterima jika peserta mengalami kerugian. Karena dalam asuransi syariah, akad yang digunakan sangat jelas dan juga penempatan dana terpisah antara dana peserta dengan dana milik perusahaan. Prof. Mustafa Ahmad Zarqa berkata bahwa asuransi konvensional terdapat unsur gharar yang pada gilirannya menimbulkan qimar, sedangkan al-qimar sama dengan al maisir. 29 2) Gharar atau Ketidakjelasan
ان رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ: ﺣﺪﻳﺚ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻬﺎ وﺳﻠﻢ ﻧﻬﻰ ﺟﻤﻌﻪ: ﻋﻦ ﺑﻴﻊ اﻟﺜﻤﺮ ﺣﺘﻰ ﻳﺒﺪ وﺳﻼﺣﻬﺎ ﻧﻬﺎ اﻟﺒﺎﺋﻊ واﻟﻤﺒﺘﺎع )رواﻩ ( اﻻ ﺗﺮﻣﻴﺬ Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Umar radiyallah ‘anha, dia telah berkata: “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang menjual buah-buahan sampai betul-betul masak. Larangan itu ditunjukan kepada penjual dan pembeli”. (HR. Jama’ah kecuali Turmidzi). 30 Gharar dalam pengertian bahasa adalah al-khida’ (penipuan), yaitu suatu tindakan yang di dalamnya diperkirakan tidak ada unsur kerelaan. Menurut
29
http://www.wikimu.com Ahmad Mudjab Mahalli, Haduts-hadits Mutafaq ‘alaih bagian Munakahat dan Mu’amalat, (Jakarta: Kencana, 2004), ed, 1, h. 97-98 30
31
Madzhab Syafii definisi gharar adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi di dalam pandangan kita dan akibat yang paling kita takuti. 31 Gharar (ketidakjelasan) itu terjadi pada asuransi konvensional, dikarenakan tidak adanya batas waktu pembayaran premi yang didasarkan atas usia tertanggung, sementara kita sepakati bahwa usia seseorang berada di tangan Yang Maha Kuasa. Jika baru sekali seorang tertanggung membayar premi ditakdirkan meninggal, perusahaan akan rugi sementara pihak tertanggung merasa untung secara materi. Jika tertanggung dipanjangkan usianya, perusahaan akan untuk dan tertanggung merasa rugi secara finansial. Dengan kata lain kedua belah pihak tidak mengetahui seberapa lama masing-masing pihak
menjalankan
transaksi
tersebut.
Ketidakjelasan
jangka
waktu
pembayaran dan jumlah pembayaran mengakibatkan ketidaklengkapan suatu rukun akad, yang kita kenal sebagai gharar. Para ulama berpendapat bahwa perjanjian jual beli akad tadabulli tersebut cacat secara hukum. 3) Riba
⌧ ⌧ ☺
31
http://www.wikimu.com
32
Artinya: “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, Maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”. (QS. Ar-rum: 39)
⌧
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”. (QS. Ali Imran: 130) Riba adalah praktek bunga serta hal-hal lain yang berhubungan dengan aktifitas investasi pada perusahaan asuransi konvensional dengan melanggar syariat Islam. Yang berlaku pada asuransi syariah adalah sistem mudharabah dimana keuntungan dan kerugian dalam investasi pada asuransi syariah dibagi merata berdasarkan kesepakatan dalam akad. Dalam hal riba, semua asuransi konvensional menginvestasikan dananya dengan bunga, yang berarti selalu melibatkan diri dalam riba. Hal demikian juga dilakukan saat penghitungan kepada peserta, dilakukan dengan menghitung keuntungan di depan. Sedangkan asuransi syariah menyimpan dananya di bank yang berdasarkan syariat Islam dengan sistem mudharabah.
33
Untuk berbagai bentuk investasi lainnya didasarkan atas petunjuk Dewan Pengawas Syariah.
4. Landasan Hukum Asuransi Syariah Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa hukum-hukum muamalah adalah bersifat terbuka, artinya Allah Swt dalam al-Qur’an hanya memberikan aturan yang bersifat garis besarnya saja. Selebihnya adalah terbuka bagi mujtahid untuk mengembangkannya melalui pemikirannya selama tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan hadits. 32 Hakikat asuransi secara Islami adalah saling bertanggung jawab, saling bekerja sama atau bantu membantu dan saling melindungi penderitaan satu sama lain. Oleh karena itu berasuransi diperbolehkan secara syariat, karena prinsipprinsip dasar syariat mengajak kepada setiap sesuatu yang berakibat keeratan jalinan sesama manusia dan kepada sesuatu yang meringankan bencana mereka sebagaimana firman Allah Taala dalam al-Qur’an Surat al-Maidah (5) : 2
⌧ Artinya: “.......dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan 32
Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, h. 127
34
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (QS. Al-Maaidah : 2)
Selain semua itu, ada dasar-dasar syar’i yang menjadi landasan bagi penyelenggaran asuransi syariah, yakni: a) Perintah Allah Swt untuk mempersiapkan hari depan Allah Swt berfirman dalam surat an-Nisa ayat 9:
ِArtinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. (QS. An-Nisa : 9) Ayat ini menggambarkan kepada kita tentang pentingnya planning atau perencanaan yang matang dalam mempersiapkan hari depan. b) Bahwa berasuransi tidak berarti menolak takdir Berasuransi tidaklah berarti menolak takdir atau menghilangkan ketawakalan kepada Allah Swt, karena segala sesuatunya terjadi setelah berfikir dengan baik, bekerja dengan penuh kesungguhan, teliti dan cermat. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, semuanya ditentukan oleh Allah Swt. Adapun
35
manusia hanya diminta untuk berusaha semaksimal mungkin. Allah Swt berfirman dalam Surat Attaghabun ayat 11:
⌧ Artinya: “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu”. (QS. Attaghabuun: 11) Jadi pada dasarnya Islam mengakui bahwa kecelakaan, musibah, kematian merupakan qodho dan qodar Allah yang tidak dapat ditolak. Hanya kita diminta untuk membuat perencanaan hari depan. Allah Swt berfirman;
☺ ☺ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Hasyr : 18 Selain landasan secara syar’i ada juga landasan hukum asuransi syariah yang diputuskan oleh pemerintah, yakni:
36
a) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama Indonesia No. 21/DSNMUI/X/2001 tentang pedoman umum asuransi syariah. Fatwa tersebut dikeluarkan karena regulasi yang ada tidak dapat dijadikan pedoman untuk menjalankan asuransi syariah. 33 b) Peraturan Perundang-undangan yang telah dikeluarkan pemerintah berkaitan dengan asuransi syariah yaitu: 1) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 421/KMK.06/2003 tentang penilaian kemampuan dan kepatutan bagi direksi dan komisaris perusahaan perasuransian 2) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 422/KMK.06/2003 tentang penyelenggaraan usaha perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi. 3) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 423/KMK.06/2003 tentang pemeriksaan perusahaan perasuransian. 4) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 424/KMK.06/2003 tentang kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi 5) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 425/KMK.06/2003 tentang perizinan dan penyelenggaraan kegiatan usaha perusahaan penunjang usaha asuransi.
33
Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, h. 128
37
6) Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 426/KMK.06/2003 tentang perizinan usaha dan kelembagaan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi. 7) Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan No. Kep.4499/LK/2000 tentang jenis, penilaian dan pembatasan investasi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan sistem syariah.34
34
Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, h. 128-129
BAB III GAMBARAN UMUM PT. ASURANSI BINTANG SYARIAH
A. Sejarah Berdirinya PT. Asuransi Bintang Syariah PT. Asuransi Bintang Syariah adalah perusahaan asuransi yang berada dibawah naungan PT. Asuransi Bintang Tbk, sehingga sejarah berdirinya tidak lepas dari berdirinya PT. Asuransi Bintang Tbk, atau dengan kata lain PT. Asuransi Bintang Syariah adalah unit kerja dari PT. Asuransi Bintang Tbk. PT. Asuransi Bintang Tbk, yang dikenal di kalangan industri asuransi dengan sebutan "Bintang", adalah satu di antara sangat sedikit perusahaan asuransi nasional yang berhasil terus tumbuh dalam pasang-surut dunia usaha dan perekonomian Indonesia selama lebih dari empat-dasawarsa. "Bintang" didirikan pada tanggal 17 Maret 1955 oleh beberapa tokoh pengusaha nasional, yang sebagian besar juga adalah pelaku revolusi fisik menjelang kemerdekaan pada tahun 1945. Mereka adalah Ali Algadri, Idham, Ismet, Wibowo, Soedarpo Sasrosatomo, Pang Lay Kim, Roestam Moenaf dan Johan Radi Koesman. Sejak tanggal 29 November 1989 saham “Bintang” telah menjadi perusahaan publik dimana sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1
1
http//www.asuransisyariah.myblogerrepublika.com
37
38
Kemampuan “Bintang” untuk terus tumbuh selama empat dasawarsa adalah berkat ketaat-azasan kepada dasar-dasar perusahaan asuransi yang sehat dan mengutamakan prinsip keseimbangan (equilibrium) antara penerapan
underwriting
policy
yang
konservatif
dengan
operasi
pengembangan pasar secara dinamis. PT. Asuransi Bintang Tbk tetap tegar dalam menghadapi berbagai krisis. Dalam tangan manajemen yang cakap, "Bintang" selalu berhasil dalam menghadapi pasang-surut dunia usaha, karena senantiasa berada selangkah lebih maju guna mengatasi segala kesulitan yang menghadang. Tanpa memiliki pasar "captive", PT. Asuransi Bintang Tbk terus menggali segala potensi pasar yang ada, baik pasar swasta, perorangan, komersial, industri maupun pemerintah. Di antara para nasabah yang cukup penting tercatat adalah PT. Matahari Putra Prima, PTP/PNP, BP3TKI, PT. Sumber Alfaria Trijaya, PT. Ecxelcomindo Pratama, Bank Permata, PT. First Jakarta International (Jakarta Stock Exchange), PT. Makro Indonesia, Protelindo, PT. Hero Supermarket dan masih banyak lagi. 2 Dengan 10 (sepuluh) kantor cabang, 1 (satu) unit usaha syariah, 3 (tiga) kantor penjualan dan 1 (satu) kantor perwakilan yang tersebar di seluruh Indonesia, struktur organisasi PT. Asuransi Bintang Tbk memungkinkan para stafnya untuk mengkhususkan diri pada kondisi geografis tertentu, sehingga
2
Ibid.,
39
kebutuhan pasar yang bersifat khas dapat dilayani. Keahlian serta keinginan untuk mengembangkan diri dapat memberikan nilai tambah pada produk asuransi yang sifatnya “intangible” Manajemen "Bintang" percaya bahwa peningkatan profesionalisme dan kesejahteraan karyawan, serta penyediaan kesempatan seluas-luasnya bagi setiap personil untuk aktualisasi diri dalam tim kerja yang produktif, pada gilirannya secara sinergi akan mendorong peningkatan kualitas pelayanan kepada para nasabah. Dengan demikian akan menjamin kelangsungan pertumbuhan perusahaan di masa mendatang. Berdirinya unit syariah dengan nama PT. Asuransi Bintang Syariah dilatarbelakangi oleh pertumbuhan pangsa pasar dewasa ini. Dimana banyak konsumen menghendaki adanya perusahaan Asuransi yang berbasis Syariah. Perusahaan asuransi ini berdiri secara resmi pada tanggal 19 Februari 2007 bersamaan dengan dikeluarkannya Salinan Keputusan Menteri Keuangan RI Tentang Pemberian Ijin Pembukaan Kantor Cabang dengan Prinsip syariah No. KEP-025/KM.10/2007. Sebelumnya juga sudah keluar Surat Rekomendasi pendirian Asuransi Syariah dari Dewan Syariah Nasional (DSN) Majlis Ulama Indonesia (MUI) dengan No. U-245/DSN-MUI/IX/2006 tanggal 6 Ramadhan 1427 H/ 24 September 2006. Dewan Syariah Nasional MUI dapat memberikan rekomendasi atas pendirian unit usaha syariah dan menetapkan Dewan Pengawas Syariah (DPS) PT. Asuransi Bintang Tbk, sebagai berikut; Drs. H.
40
Karnaen Perwataatmadja, SE, MPA, (Ketua), DR. KH. A. Munif Suratmaputra, MA, (Anggota) dan Amin Musa, SE, (Anggota)
B. Profil PT. Asuransi Bintang Syariah PT. Asuransi Bintang Syariah yang beralamat di Pondok Indah Plaza III Blok E 4 - 5. Jl. TB. Simatupang Jakarta Selatan ini menggunakan sistem Akad Wakalah bil ujrah. Akad Wakalah bil ujrah untuk asuransi adalah salah satu bentuk akad di mana peserta memberikan kuasa kepada perusahaan asuransi dalam pengelolaan dana mereka dengan pemberian ujrah (fee). 3 Prinsip yang dianut dalam asuransi syariah adalah prinsip Risk Sharing. Risiko bukan dipindahkan dari nasabah/peserta kepada perusahaan asuransi (Risk Transfer), tetapi dibagi atau dipikul bersama di antara para nasabah/ peserta. Dalam konteks asuransi syariah perusahaan asuransi bukan lagi sebagai penanggung suatu risiko dan nasabah sebagai tertanggung. Perusahaan asuransi adalah sebagai pengelola (operator) dan nasabah sebagai peserta (Participant(s). Masing-masing peserta pada hakekatnya mengikatkan dirinya/ bergabung pada peserta lain yang memiliki risiko sejenis, di mana para peserta tersebut bersepakat untuk memberikan donasi yang sebanding dengan risiko yang dimilikinya untuk dikumpulkan dan digunakan untuk membayar
3
Lifelet PT. Asuransi Bintang Syariah
41
kerugian yang diderita oleh anggota yang bergabung dalam kelompok yang mengalami musibah. Karena tidak adanya kompetensi atau keahlian para peserta dalam mengelola sendiri kegiatan pengelolaan risiko, baik seleksi risiko, pengumpulan donasi dan investasi agar dana donasi bisa berkembang, melakukan adjustment kerugian dan pembayaran klaim dan sebagainya, maka diperlukan tenaga ahli yang kompeten di bidang pengelolaan risiko, sehingga dapat tercapai tujuan dengan baik. Di sinilah peran perusahaan asuransi sebagai pengelola risiko dibutuhkan. Atas perannya tersebut pengelola sudah selayaknya memperoleh upah. Bagaimana upah itu diberikan dan berapa besarnya, tergantung pada akad yang digunakan antara para peserta dan pengelola. Dalam konteks syariah ini, terdapat 2 akad, pertama akad diantara para peserta dan kedua, akad antara para peserta dengan pengelola. 1. Akad antar para peserta adalah akad yang bersifat tabarru, yaitu akad yang tidak bertujuan komersial, tetapi semata-mata untuk saling tolong menolong dalam kebaikan. Para peserta tidak mengharapkan imbalan dari kontribusi yang dibayarkan melainkan sebagai hibah dari peserta yang akan ditempatkan dalam suatu wadah yang disebut dana tolong menolong (kumpulan donasi para peserta) yang juga dikenal sebagai dana tabarru.
42
2. Akad antara peserta dengan pengelola (perusahaan asuransi), adalah akad di mana peserta mengikatkan diri dengan pengelola untuk mewakili para peserta dalam segala hal yang berkaitan dengan pengelolaan risiko. Dalam hal satu pihak menjadi wakil dari pihak lain untuk mengerjakan suatu urusan maka dikenalah Akad Wakalah. 4 Oleh karena perusahaan asuransi adalah suatu institusi yang berorientasi usaha, maka dalam konteks ia sebagai wakil dari para peserta, pengelola akan meminta sejumlah upah (ujrah) atas tugas yang diserahkan kepadanya. Sehingga akad yang digunakan bukanlah wakalah murni yang bersifat tabarru, melainkan wakalah bil ujrah. Sebagai Asuransi yang berbasis syariah maka PT. Asuransi Bintang Syariah bisa dijadikan sebagai mitra yang baik, ini disebabkan oleh: a)
Berpengalaman lebih dari 50 tahun dalam penyediaan jasa Asuransi di bidang Risk Management dan Underwriting,
b)
Memiliki 15 kantor cabang di beberapa kota di Indonesia,
c)
Profesionalisme. Didukung oleh tenaga ahli dan para profesional di bidang Asuransi Kesehatan.
d)
4
Pelayanan Administrasi berkualitas.
http//www.asuransibintang.com
43
e)
Provider / Jaringan Pelayanan Kesehatan. Telah lebih dari 300 jaringan provider yang telah bekerja sama dengan PT Asuransi Bintang Tbk dan tersebar di seluruh Indonesia.
C. Visi dan Misi PT. Asuransi Bintang Syariah Menurut A. Sutarmadi dalam buku Visi, Misi dan Langkah Strategis mengatakan bahwa; visi adalah suatu angan-angan ataupun impian terhadap sesuatu yang sangat indah dan mempesona. Sehingga diperlukan usaha keras untuk mewujudkannya. 5 Visi yang di emban oleh PT. Asuransi Bintang Syariah adalah Memberikan kepada umat lebih dari sekedar asuransi. Kemudian untuk menunjang visi tersebut dibutuhkan langkah-langkah yang dapat mendukung terciptanya visi tersebut yang tertuang dalam misimisi yang harus dilakukan. Misi PT. Asuransi Bintang Syariah itu adalah Memberikan layanan unggul asuransi dan pengelolaan resiko berdasarkan nilai-nilai Kejujuran, Keadilan dan Kehati-hatian.
5
A. Sutarmadi, Visi Misi dan Langkah Strategi, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 2002), hlm. 2
44
D. Struktur Organisasi
Dewan Pengawas Syariah (DPS) 1. H. Karnaen A. Perwataatmadja 2. KH. A. Munif Suratmaputra 3. Amin Musa
Group Head Iwan Nugroho
Branch Manager Bedjo
Tech. Unit Head Bedjo
Sales Unit Head Bedjo
Senior Acc. Exec. Irian Driati
Acc. Executive Triana SL.
Acc. Executive Novyta. MS
Acct/Fin/Ga Unit Head Bedjo
Seksi Keuangan Budi
Acc. Executive Muchidjam
Account Officer Chairul Anwar
Adm. Staff Sariami
Staf Akuntansi Iqbal
45
E. Produk-Produk PT. Asuransi Bintang Syariah PT. Asuransi Bintang Syariah memiliki beberapa produk yang juga sama dengan induknya yaitu PT. Asuransi Bintang, tetapi yang membedakan adalah bahwa semua produk tersebut berbasis syariah dengan prinsip saling bertanggung jawab, saling memberi manfaat dan bebas dari praktek Maghrib (Maisir, gharar, riba). Diantara produk-produk itu adalah :
1) Bintang Medical Sharia (Asuransi Kesehatan yang Nyaman dengan Harga yang Aman) Di dalam persaingan usaha yang kian kompetitif saat ini dan dengan tingginya laju Inflasi, Perusahaan diharapkan dapat menjaga keseimbangan antara Fasilitas Kesehatan Karyawan dan Biaya Kesehatan yang meningkat setiap tahun. Bintang Medical Sharia akan membantu Perusahaan anda dalam menjaga keseimbangan tersebut. Karyawan anda akan terlindungi kesehatannya dengan biaya kesehatan yang memadai. Bintang Medical Sharia merupakan Asuransi Kesehatan yang memberikan Perlindungan Kesehatan yang meliputi : Rawat Inap dan Pembedahan, Rawat Jalan, Persalinan, Perawatan Gigi, Penggantian Kacamata, dan Dana Tunai Harian, yang dikelola secara Sharia oleh PT. Asuransi Bintang Tbk.
46
Manfaat Bintang Medical - Sharia Bagi Perusahaan adalah : a)
Pencatatan. Realisasi biaya kesehatan para karyawan tercatat secara detail yang memungkinkan dilakukan analisa kenaikan biaya bagi perusahaan.
b)
Pengelolaan risiko. Jaminan kesehatan dilimpahkan kepada asuransi sebagai pihak yang ahli dalam mengelola risiko.
c)
Kebersamaan untuk saling membantu. Risiko yang terjadi pada satu perusahaan akan disebarkan kepada banyak perusahaan yang lainnya.
d)
Independensi dalam verifikasi klaim. Verifikasi klaim yang dilakukan oleh pihak independen akan menurunkan moral hazard para karyawan dalam penggunaan fasilitas jaminan kesehatan.
e)
Outsourcing.
Perusahaan
akan
lebih
fokus
kepada
Core
Businessnya f)
Rasionalisasi biaya kesehatan. Menghindari pelayanan jaminan kesehatan yang berlebih karena setiap pengajuan biaya kesehatan akan dilakukan verifikasi tingkat rasionalisasi biaya, dicatat, disimpan datanya dan digambarkan
g)
Pengendalian anggaran. Anggaran Dapat diperkirakan lebih pasti karena trend kenaikan dan risiko dikelola dengan baik.
h)
Pengembalian surplus. Tidak bicara untung-rugi, surplus dan defisit anggaran menjadi milik dan tanggung jawab seluruh pemegang polis peserta asuransi.
i)
Keberlanjutan pelayanan. PT. Asuransi Bintang Tbk. akan memberikan pinjaman kepada perusahaan apabila Dana Bersama mengalami defisit anggaran.
47
j)
Transparansi. Keseluruhan mekanisme pengelolaan dilakukan secara transparan. Pengelola menyajikan laporan pengelolaan secara berkala.
Penjelasan mengenai Mekanisme Bintang Medical Sharia : a)
Anggaran Bersih. Pengelola menetapkan Kontribusi (anggaran biaya kesehatan) karyawan selama satu tahun kedepan. Anggaran ditetapkan berdasarkan perkiraan biaya pemeliharaan kesehatan seluruh karyawan.
b)
Biaya Pengelolaan. Merupakan biaya yang digunakan oleh pengelola untuk melaksanakan administrasi kepesertaan, verifikasi dam administrasi pembayaran klaim, pengelolaan jaringan penyedia pelayanan kesehatan, analisa risiko, biaya pengembangan dana dan biaya pemasaran untuk memperbesar komunitas peserta program.
c)
Kepesertaan. Peserta ditetapkan berdasarkan Polis Asuransi atas nama pesrusahaan dan telah membayarkan Kontribusi yang terdiri Kontribusi bersih dan biaya pengelolaan. Catatan : Dalam Asuransi Kesehatan Konvensional, kontribusi disebut Premi Asuransi.
d)
Dana Bersama (Tabbaru Fund). Setelah dikurangkan untuk biaya pengelolaan, kontribusi bersih akan dikumpulkan kedalam suatu wadah yang disebut Dana Bersama.
e)
Pelayanan klaim. Pengelola kemudian melakukan dministrasi penggantian biaya kesehatan seluruh peserta. Penggantian biaya kesehatan dilakukan berdasarkan ketentuan Polis dan paket yang dipilih.
f)
Jumlah Klaim pertahun. Pada akhir tahun kepesertaan, Pengelola akan melakukan perhitungan jumlah klaim yang telah digunakan oleh seluruh karyawan dalam perusahaan untuk kemudian dibandingkan dengan kontribusi bersih.
48
g)
Surplus Anggaran. Kondisi ini terjadi apabila jumlah klaim pertahun lebih kecil dari kontribusi bersih, maka Surplus akan digunakan sebagai berikut: 1.
Pertama,
digunakan
sebagai
bagian
dari
kontribusi
(menurunkan kontribusi) tahun berikutnya. 2.
Kedua, digunakan untuk cadangan penanggulangan risiko seluruh peserta yang ditempatkan bersama dalam Dana Tabarru
3.
Ketiga, digunakan untuk mengembalikan pinjaman kepada pengelola (Bila ada).
4.
Defisit anggaran. Defisit anggaran terjadi apabila jumlah klaim pertahun lebih besar dari kontribusi bersih. Apabila kondisi terjadi maka kontribusi tahun berikutnya akan disesuaikan.
5.
Kontribusi (Premi) tahun berikutnya. Kemungkinan yang akan terjadi pada tahun berikutnya adalah kenaikan anggaran biaya perusahaan atau sebaliknya terjadinya penurunan anggaran perusahaan atas terjadinya rasio klaim yang lebih kecil dari anggaran tahun sebelumnya, karena sumbangan dana cadangan seperti tersebut dalam poin 6 huruf b.
6.
Dana Tabbaru mengalami Defisit. Kondisi ini terjadi apabila pada saat Dana Tabbaru (dana Bersama) telah habis digunakan untuk penggantian biaya kesehatan seluruh peserta. Dalam kondisi ini pengelola akan memberikan pinjaman kepada Dana Tabarru agar pelayanan penggantian biaya kesehatan tetap berlanjut kepada seluruh peserta.
7.
Laporan Berkala. Keseluruhan mekanisme diatas akan dijalankan secara transparan sesuai dengan seluruh ketentuan dalam polis.
49
Sistem Pelayanan Jaminan 1. Klaim, Sistim Komputerisasi & Jaringan Provider o
Adminisrasi Klaim. Produk Bintang Medical - Sharia didukung oleh tenaga administrasi yang profesional dan berpengalaman yang siap memberikan pelayanan kepada setiap peserta dan customer service 24 jam.
o
Teknologi Informasi. Pelaksanaan pelayanan administrasi klaim diatas
didukung
oleh
Teknologi
Informasi
yang
telah
berpengalaman menjalankan administrasi klaim. o
Jaringan Provider. Produk Bintang Medical - Sharia dapat memberikan pelayanan kepada seluruh peserta di Indonesia. Bintang Medical - Sharia didukung oleh sebanyak lebih dari 300 jaringan Penyedia Pelayanan Kesehatan (Provider) yang tersebar pada kota-kota diseluruh Indonesia.
2. Metoda pembayaran klaim, Bintang Medical - Sharia menawarkan dua jenis metoda pembayaran klaim sebagai berikut : o
Provider System. Pengelola menyediakan sarana jaringan provider yang telah bekerjasama dengan Bintang Medical Sharia untuk membantu para peserta khususnya untuk layanan rawat inap serta rawat jalan tanpa harus membayar terlebih dahulu, ( cashless)
50
o
Reimbursement System. Alternative lain yang dapat juga diberlakukan
adalah
sistim
Penggantian
biaya
(Reimbursement) dimana peserta diberi kebebasan memilih provider (dokter maupun rumah sakit) yang dikehendaki dengan ketentuan membayar terlebih dahulu semua biaya pemeriksaan dan perawatan kesehatannya. Selanjutnya peserta dapat menyerahkan seluruh bukti tersebut kepada pengelola. Penggantian biaya diberikan sesuai batasan dan paket program yang dimiliki peserta. 2) Produk Taawun Produk taawun ini bekerjasama dengan Bank Muamalat Indonesia (BMI) dalam menerbitkan produk Bancassurance (penjualan asuaransi melalui perbankan) untuk memperkuat bisnis syariahnya. Nama produk Bancassurance yang akan dikeluarkan oleh PT Bintang Syariah tersebut dengan nama Taawun Card. Produk Bancassurance Taawun Card, dari PT Bintang Syariah menyebutkan, bahwa produk tersebut nantinya dilekatkan pada produk SharE BMI dengan berbagai fasilitas asuransi. Dengan fasilitas ini nasabah tidak hanya dapat melakukan penyimpanan dana di produk Shar-E, tapi juga mendapatkan fasilitas asuransi. dengan kerjasama antara asuransi syariah dan Bank Syariah, diharapkan dapat mendorong perkembangan bisnis asuransi syariah dan perbankan syariah di Indonesia.
51
3) Asuransi Kendaraan Syariah Asuransi
Kendaraan
Syariah
menjamin
secara
penuh
(Comprehensive/all risk) kerugian atau kerusakan yang menimpa kendaraan yang disebabkan oleh : Tabrakan, terbalik, tergelincir, Perbuatan jahat orang lain, Pencurian, Kebakaran, Petir, Tanggung jawab hukum pihak ketiga, Kerusuhan dan huru-hara (RSCC), Gempa bumi, letusan gunung berapi, angin topan, badai Keunggulan Perisai Mobil Individual • Premi yang wajar •
Limit tanggung jawab hukum pihak ketiga s/d Rp 100 juta
•
PA pengemudi dan 4 (empat) orang penumpang hingga limit tertentu
•
Biaya Derek Non Kecelakaan ataupun karena kecelakaan hingga limit tertentu
•
Termasuk jaminan untuk peralatan tambahan non standar hingga limit tertentu
•
Risiko sendiri bisa dipilih dan berlaku untuk semua risiko.
•
Bila kendaraan Anda dijual, kendaraan Anda yang baru otomatis terjamin dengan kondisi dan limit tertentu.
Objek Pertanggungan •
Kendaraan bermotor roda empat dengan berbagai macam merek dan
tipe
juga
mencakup
peralatan
standar,
tambahan,optional. •
Penggunaan kendaraan untuk pribadi atau dinas.
•
Maksimum usia kendaraan s/d 8 tahun.
peralatan
52
4) Asuransi Kebakaran Syariah Asuransi ini memberikan jaminan perlindungan terhadap risiko-risiko kerugian karena kebakaran, kebanjiran, penjarahan, pencurian, terorisme, sabotase, kerusuhan biasa, sampai dengan huru hara dengan motif politik (civil commotion). Asuransi Kebakaran Syariah juga menjamin risiko pembongkaran, pencurian dengan perusakan/kekerasan, tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga, bahkan juga termasuk biaya pengobatan atas kecelakaan yang terjadi di lingkungan rumah. Apabila terjadi risiko kerusakan rumah atau kehilangan sebagian isinya maka ganti rugi dari Asuransi Kebakaran Syariah akan penuh dan cukup untuk membangun rumah atau membeli barang yang hilang kembali tanpa dipotong biaya penyusutan. Di Asuransi Kebakaran Syariah prinsip yang menjadi dasar asuransi tersebut dimodifikasi menjadi reinstatement atau replacement, artinya apabila terjadi risiko kerusakan rumah atau kehilangan isinya maka pembangunan kembali bangunan yang rusak atau penggantian barang yang hilang adalah dengan jumlah yang benar-benar cukup tanpa dikurangi biaya sedikitpun. Kerugian/kerusakan terhadap bangunan atau isi yang disebabkan atau akibat dari : o
Kebakaran, peledakan, asap.
o
Petir atau Halilintar.
o
Gempa bumi atau letusan gunung berapi.
53
o
Pencurian, kebongkaran.
o
Kerusuhan, pemogokan, huru-hara, akibat perbuatan jahat, penjarahan, sabotase, terorisme, makar.
o
Tertabrak kendaraan, termasuk pesawat, kapal, reruntuhan dari pesawat, roket, satelit.
o
Tertumbuk binatang yang bukan piaraan.
o
Kejatuhan ranting atau pohon.
o
Badai, Topan, atau air hujan.
o
Banjir
o
Antena TV, Radio, parabola yang patah atau rubuh
Pengecualian Umum 1. Kerusakan/kerugian akibat penyusutan/aus 2. Kerusakan/kerugian langsung atau tidak langsung oleh: o
Serangga, kutu, binatang liar, korosi, karatan, embun
o
Perbuatan sengaja
o
Setiap orang yang bertindak sesuai persetujuan anda
o
Kesalahan, kecerobohan dalam design
3. Kerusakan atas bangunan atau isi yang terjadi setelah 60 hari bangunan tersebut tidak dihuni secara terus menerus. Namun demikian anda tetap dijamin terhadap petir, gempa, kerusuhan, kapal, pesawat dan kejatuhan benda-benda angkasa, satelit, badai, topan dan air hujan. 4. Kerusakan/kerugian terhadap isi rumah tangga selagi dipindahkan dari bangunan rumah tersebut. 5. Kehilangan barang saat berada dalam kendaraan/mobil. 6. Kerusakan/kerugian yang disebabkan/timbul dari: o
Perang apakah perang tersebut dinyatakan atau tidak tindakan permusuhan, pemberontakan.
54
o
Harta banda yang mengalami proses pemanasan yang disengaja.
o
Radioaktif atau penugasan bocornya bahan bakar nuklir, material dari nuklir atau limbah nuklir.
5) Asuransi Kebakaran Memberikan
pertanggungan
pada
harta
benda
berupa
gedung/bangunan rumah, kantor, hotel, pabrik, toko, dan lain-lain, berikut isinya (perabotan, perlengkapan, furniture, mesin-mesin, persediaan bahan baku serta barang jadi dan lain-lain) terhadap kemungkinan kerugian yang disebabkan oleh resiko kebakaran, kejatuhan pesawat terbang, sambaran petir, peledakan
dan
asap.
Jenis asuransi kerugian yang memberikan jaminan/ganti rugi terhadap bangunan atau isinya akibat kebakaran. Risiko-risiko yang dijamin di dalam polis Asuransi Kebakaran terdiri dari 2 (dua) bagian besar yaitu : a. Jaminan standar asuransi kebakaran b. Jaminan tambahan atau perluasan Jaminan Standard •
Kebakaran : Kebakaran yang ditimbulkan oleh api sendiri, akibat kurang hati-hati, kesalahan pelayan sendiri, tetangga, perampok, ataupun sebab lainnya.
•
Petir : Kerusakan dan/atau kerugian terhadap harta benda yang dipertanggungjawabkan akibat tersambar petir.
55
•
Peledakan : Segala macam ledakan terkecuali ledakan yang ditimbulkan atau disebabkan oleh tenaga nuklir
•
Kejatuhan Pesawat Terbang : Kerusakan dan/atau kerugian atas harta benda yang dipertanggungkan akibat Kejatuhan Pesawat Terbang atu Benda-benda yang jatuh dari Pesawat Terbang.
•
Asap : Asap yang berasal dari kebakaran harta benda dan/atau kepentingan yang dipertanggungkan.
Jaminan Tambahan atau Perluasan Dengan tambahan Premi, maka jaminan Standard Asuransi Kebakaran Indonesia dapat diperluas dengan jaminan tambahan yang diinginkan. Jaminan Terhadap Kerusakan Akibat : •
Kerusuhan dan Pemogokan, Kerusakan akibat Perbuatan Jahat, Tertabrak Kendaraan.
•
Angin Topan, Badai, Banjir dan Kerusakan Akibat Air.
•
Tanah Longsor
•
Biaya-biaya Pembersihan Puing
6) Asuransi Kecelakaan Diri Asuransi kecelakaan diri memberikan jaminan/manfaat bagi seseorang yang mengalami kerugian "keuangan" yang diderita tertanggung yang diakibatkan oleh suatu kecelakaan yang dialaminya.
56
Objek Pertanggungan Hampir setiap orang dengan berbagai profesi/pekerjaan dengan usia antara 5 sampai 60 tahun Objek tertanggung Yang menjadi tertanggung dalam Asuransi Kecelakaan Diri adalah : •
Perorangan
•
Grup / Kelompok
Manfaat Jaminan yang diberikan adalah Luka Badan atau Meninggal dunia akibat kecelakaan. Prosedur Penutupan Mengajukan Permohonan Penutupan dengan data yang dibutuhkan seperti; Usia dan Pekerjaan
BAB IV STRATEGI PT. ASURANSI BINTANG SYARIAH DALAM MENGHADAPI KRISIS EKONOMI GLOBAL
A. Dampak Krisis Global Terhadap Industri Asuransi Krisis ekonomi global yang dipicu oleh gagalnya sub prime mortgage di Amerika telah memakan korban lembaga keuangan di Amerika yang akhirnya pailit atau bangkrut. Yang paling mencolok adalah Lehman Brothers yang dianggap salah satu lembaga keuangan terbesar di Amerika yang telah berdiri sejak tahun 1895, siapa yang sangka perusahaan sekaliber Lehman Brothers dapat terpuruk sedemikian parahnya.. Akibat dari gejolak finansial itu adalah jatuhnya Index Harga Saham di NewYork Stock Exchange (NYSE). Krisis finansial tersebut kemudian menjalar ke bursa regional dan lembaga keuangan di seluruh Uni Eropa, Asia dan terakhir berdampak pada Bursa Saham Jakarta (JSX). Nilai index diatas 2,500 anjlok hingga dibawah 1.600. Sahamsaham unggulan pun ikut bertumbangan dan para investor kelihatannya sudah kehilangan akal sehat dan panik sehingga perdagangan di BEJ sempat di suspend (dihentikan). Menurut para analis internasional maupun lokal, dampak krisis ekonomi global ini akan berdurasi kurang lebih 2 tahun kedepan sampai
57
58
mencapai keseimbangan baru. Saat ini masyarakat tertentu yang sangat membutuhkan liquiditas untuk menopak kegiatannya dan aksi jual saham, beli dollar, beli emas, jual Rupiah, jual instrumen investasi lainnya, beli tanah, jual dan beli properti semakin marak. Melihat aktifitas seperti ini, kira kira bagaimana dampaknya terhadap industri Asuransi di Indonesia. Dampak pertama dari krisis ekonomi global terhadap industri asuransi umum di Indonesia khususnya adalah tergerus dan berkuranngya pendapatan investasi perusahaan perusahaan Asuransi dan pada akhirnya mengurangi Net Profit perusahaan. Instrumen investasi sepeti reksadana, saham, obligasi dan unit link seluruhnya mengalami penurunan nilai yang cukup signifikan dan pada akhirnya berimbas pada pendapatan lain (selain premi) perusahaan asuransi umum. Dampak berikutnya adalah akan berkurangnya
penutupan
polis
asuransi
umum
seperti
Asuransi
Kebakaran/Properti karena masyarakat akan mulai menunda pembelian rumah baru atau properti baru akibat kenaikan tingkat suku bunga KPR. Di Indonesia kira-kira 70 % pembelian rumah adalah melalui skema KPR. Demikian juga untuk Asuransi Kendaraan Bermotor dimana masyarakat akan menunda pembelian mobil baru atau pun bekas karena naiknya tingkat suku bunga KPM.. Akibatnya pendapatan perusahaan pembiayaan (Leasing) akan berkurang secara signifikan demikian juga perusahaan asuransi umum yang mendapatkan bisnis dari perusahaan Leasing tersebut. Perusahaan perusahaan Asuransi umum yang terkait dengan
59
Bank sebagai penyedia kredit konsumen maupun kredit komersial akan merasakan dampak yang signifikan. Dampak
lainnya
karena
krisis
keuangan
global
adalah
meningkatnya “moral hazard” tertanggung. Pembatalan polis ditengah jalan atau melakukan “fraud claim” sangat dimungkinkan. Dikarenakan krisis liquiditas atau tertanggung memerlukan uang tunai yang mendesak akibat permohonan kredit dari perbankan atau lembaga keuangan lainnya tertunda, maka salah satu jalan yang termudah bagi tertanggung adalah melakukan “claim terorganisir”. Misalnya dengan membakar pabrik secara rekayasa dan sengaja sehingga menimbulkan kerugian total loss. Jika tertanggung mengcover misalnya pabriknya senilai Rp. 10 milyar dan jika terjadi klaim kebakaran yang menghancurkan seluruh propertinya, maka tertanggung akan mendapatkan penggantian hampir senilai pertanggungan tersebut. Untuk itu perusahaan asuransi umum perlu meningkatkan kewaspadaannya terhadap “fraud claim” seperti tadi yang mungkin saja terjadi diwaktu mendatang. Dunia bisnis asuransi syariah pun tidak serta merta dapat terhindar dari kriris yang sedang berlangsung. Saat ini asuransi syariah sibuk untuk menangkal dampak krisis lebih meluas, dampak ini tidak bersifat langsung. Asuransi syariah merupakan bagian dari lembaga keuangan yang mana didalamnya terdapat direct financial market dan ada indirect financial market. Ketika salah sistem keuangan terkena dampak krisis
60
keuangan ini maka asuransi syariah yang merupakan inderect akan ikut terkena imbasnya. Tidak menutup kemungkinan asuransi syariah akan berat merasakan krisis keuangan ini jika pada lembaga keuangan lain atau perusahaan-perusahaan lain yang menjadi klien perusahaan asuransi syariah terkena dampak dari krisis ini. Maka krisis keuangan yang dirasakan oleh asuransi syariah hanyalah efek dari yang lain yang menjadi partner asuransi syariah.
B. Dampak Krisis Ekonomi Global Bagi PT. Asuransi Bintang Syariah. Krisis ekonomi global saat ini mengakibatkan dampak yang sangat signifikan terhadap lembaga-lembaga keuangan diantaranya, Bank, Asuransi, Dana Pensiun, Multifinance dan lembaga keuangan lainnya. Banyak lembaga keuangan kelas dunia seperti Lehman Brothers, AIG terpukul oleh krisis ini. Banyak ahli mengatakan penyebab dari krisis ini adalah underlying asset yang berupa kertas atau kepercayaan inilah yang mengakibatkan hancurnya perekomian dunia. Dampak yang mungkin akan timbul dari krisis ekonomi global terhadap industri asuransi di Indonesia khususnya adalah tergerus dan berkurangnya pendapatan investasi perusahaan asuransi dan pada akhirnya mengurangi Net-Profit perusahaan. Instrumen investasi seperti reksadana, saham, obligasi
61
dan unit link seluruhnya mengalami penurunan nilai yang cukup signifikan dan pada akhirnya berimbas pada pendapatan lain. Kemungkinan
dampak
selanjutnya
adalah
akan
berkurangnya
penutupan polis asuransi seperti asuransi kebakaran karena masyarakat akan mulai menunda pembelian rumah baru atau properti baru akibat kenaikan tingkat suku bunga KPR. Di Indonesia kira-kira 70% pembelian rumah adalah melalui skema KPR. Dampak lainnya yang mungkin timbul karena krisis ekonomi global adalah meningkatnya “moral hazard” tertanggung. Pembatalan polis di tengah jalan atau melakukan “fraud claim” sangat dimungkinkan. Dikarenakan krisis liquiditas atau tertanggung memerlukan uang tunai yang mendesak akibat permohonan kredit dari perbankan atau lembaga keuangan lainnya tertunda, maka salah satu jalan termudah bagi tertanggung adalah melakukan “claim terorganisir”. Misalnya dengan membakar pabrik secara rekayasa dan sengaja sehingga menimbulkan kerugian total loss. Jika tertanggung mengcover misalnya pabriknya senilai Rp. 10 milyar dan jika terjadi klaim kebakaran yang
menghancurkan
seluruh
propertinya,
maka
tertanggung
akan
mendapatkan penggantian hampir senilai pertanggungan tersebut. Untuk itu perusahaan asuransi perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap “fraud claim” seperti tadi yang mungkin saja terjadi di waktu mendatang.
62
Berangkat dari kemungkinan-kemungkinan di atas maka sebenarnya bisnis asuransi yang berbasis pada syariah tidak terlalu terkena imbas oleh adanya krisis ekonomi global, ini disebabkan oleh sistem syariah yang terhindar dari adanya unsur Gharar (ketidakjelasan), Riba, maisir. Yang ada adalah tabarru, taawun atau takaful dan juga adanya pengawasan seluruh aktivitas kegiatannya dari Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang merupakan bagian dari Dewan Syariah Nasional (DSN) baik dari segi operasional perusahaan, investasi maupun Sumber daya manusia (SDM). Maka dari itu kedudukan DPS dalam struktur organisasi perusahaan setara dengan dewan komisaris. 1 Dalam konsep taawun (asuransi bersifat tolong-menolong) misalnya, terjadi kesepakatan dari anggota untuk bersama-sama memikul suatu kerugian atau penderitaan yang mungkin terjadi pada anggotanya. Untuk kepentingan itu masing-masing anggota membayar iuran berkala (premi). Dana yang terkumpul akan terus dikembangkan, sehingga hasilnya dapat dipergunakan untuk kepentingan di atas, bukan untuk kepentingan badan pengelola (asuransi syariah). Dengan demikian badan tersebut tidak dengan sengaja
1
Wawancara dengan Bedjo, S.Sos. Assistant Vice President. PT. Asuransi Bintang Syariah pada tanggal 14 November 2009, bertempat di kantor PT. Asuransi Bintang Syariah Plaza Pondok Indah III.
63
mengeruk keuntungan untuk dirinya sendiri. Di sini sifat yang paling menonjol adalah tolong menolong seperti yang diajarkan Islam. Hal yang sama juga ada pada konsep tabarru (sumbangan), niat ber-tabarru bermaksud memberikan dana kebajikan secara ikhlas untuk tujuan saling membantu satu sama lain sesama peserta asuransi syariah, ketika diantaranya ada yang mendapat musibah. Oleh karena itu dana tabarru disimpan dalam rekening khusus. Apabila ada yang tertimpa musibah, dana klaim yang diberikan adalah dari rekening tabarru yang sudah diniatkan oleh sesama peserta untuk saling menolong. Tabarru dengan menyisihkan harta untuk tujuan membantu orang lain yang terkena musibah sangat dianjurkan dalam ajaran Islam, dan akan mendapat balasan yang sangat besar di hadapan Allah Swt. Sebagaimana digambarkan dalam hadits Nabi Muhammad Saw,
(ﺟ ِﺘ ِﻪ )روﻩ اﻟﻤﺴﻠﻢ َ ﺣﺎ َ ن اﷲ ُ ِﻓﻲ َ ﺧﻴْ ِﻪ َآﺎ ِ ﺟ ِﺔ َأ َ ﺣﺎ َ ن ِﻓﻲ َ َﻣﻦْ َآﺎ “Barang siapa memenuhi hajat saudaranya maka Allah akan memenuhi hajatnya”. (HR. Bukhari dan Muslim) Lalu, apa ada dampak dari krisis keuangan global terhadap bisnis asuransi syariah, terutama dampak yang terjadi di PT. Asuransi Bintang Syariah? Pada dasarnya, asuransi syariah memang tidak terlalu terkena imbas yang krusial dari adanya krisis ekonomi global yang terjadi, jika dibandingkan
64
dengan perusahaan-perusahaan asuransi konvensional yang jelas-jelas tidak adanya sistem taawun (tolong-menolong), di asuransi syariah hanya ada sedikit dampak yang terjadi, artinya dampak itu mudah diatasi. Dampak-dampak yang terjadi akibat krisis ekonomi global di PT. Asuransi Bintang Syariah itu antara lain: 2 1) Adanya penurunan nilai investasi dari perusahaan-perusahaan yang menjadi nasabah PT. Asuransi Bintang Syariah. Yang berakibat pada menurunnya net-provit perusahaan. Sebagai contoh dari penurunan ini adalah target yang seharusnya di dapat pada setiap tahunnya mencapai Rp. 20.000.000.000,- pada tahun 2009 target itu tidak terpenuhi. Untuk tahun 2009 dampak tersebut begitu terasa di perusahaan PT. Asuransi Bintang Syariah. 2) Adanya penurunan pada daya beli masyarakat (penurunan pada penjualan) terhadap produk-produk yang ditawarkan oleh PT. Asuransi Bintang Syariah, oleh sebab penurunan pendapatan masyarakat sehingga mereka berfikir ulang untuk mengikuti asuransi. Dua dampak tersebut memang cukup terasa di perusahaan PT. Asuransi Bintang Syariah yang tentunya dibutuhkan strategi-strategi yang jitu untuk mencegah kerugian-kerugian pada tahun-tahun berikutnya. 2
Wawancara dengan Bedjo, S.Sos, ibid.
65
C.
Strategi PT. Asuransi Bintang Syariah dalam Menghadapi Dampak Krisis Ekonomi Global Sebuah perusahaan agar dapat mencapai segala tujuan yang telah
ditetapkan maka sangat membutuhkan cara atau metode. Cara atau metode itulah yang disebut strategi. Sebab strategi adalah cara-cara dimana suatu perusahaan atau kegiatan akan berjalan ke arah tujuan yang sudah direncanakan sejak awal. Dalam menghadapi krisis ekonomi global yang terjadi sehingga berakibat pada munculnya dua dampak, yaitu, dampak pada menurunnya nilai investasi dan menurunnya penjualan produk-produk asuransi PT. Asuransi Bintang Syariah, maka PT. Asuransi Bintang Syariah membuat langkahlangkan atau strategi-strategi agar dampak tersebut segera cepat teratasi sehingga tidak berakibat pada merosotnya net-profit perusahaan. Strategi itu akan saya jabarkan dalam penjelasan-penjelasan berikut:
1. Strategi
dalam
menghadapi
penurunan
nilai
investasi
dan
menurunnya net-profit. Untuk mencegah adanya pengurangan terhadap nilai investasi yang berakibat pada menurunnya net-profit, maka perusahaan PT. Asuransi Bintang
66
Syariah menggunakan strategi dengan memberikan kontribusi terhadap nasabah yang membayar premi dengan baik sehingga akan menambah surplus. Di sini dibutuhkan mekanisme pengelolaan dengan sistem sharing, dapat dibantu dengan surplus pada tahun berikutnya. Sebagaimana yang sudah menjadi lazim dalam perusahaan-perusahaan asuransi, premi (angsuran berkala) yang dibayar oleh pihak peserta asuransi (nasabah) terdiri dari dua (2) unsur, pertama; dana untuk tertanggung (pemegang polis) dan yang kedua; dana untuk investasi yang dalam istilah asuransi syariah adalah dana ujroh. Jumlah uang atau nilai yang diinvestasikan (ujroh) oleh pihak peserta asuransi (nasabah) di Perusahaan PT. Asuransi Bintang Syariah dikelola dengan mekanisme yang baik, misalnya diinvestasikan kembali kepada perusahaan-perusahaan yang dikategorikan aman dan juga berbasis syariah, seperti bank-bank syariah yang ada dan dikategorikan aman untuk investasi. Hasil dari investasi tersebut dibagikan kembali kepada peserta asuransi (nasabah) sesuai dengan akad awal dengan pembagian yang sudah disepakati (profit sharing). Keuntungan yang didapat di perusahaan digunakan untuk membantu kembali si-nasabah (peserta asuransi) baik peserta asuransi yang membayar dengan baik (terdapat nilai plus) maupun terhadap peserta asuransi yang kurang baik (terdapat nilai minus), dengan didasari oleh nilai-nilai
67
keadilan, artinya pihak peserta dan pihak pengelola sama-sama menikmati hasil dari profit sharing. Dengan demikian premi-premi (angsuran berkala) yang dibayarkan oleh peserta asuransi (nasabah) tidak mengalami kendala, dan tidak terjadi penurunan yang signifikan, ini berarti nilai investasi dan net-profit yang didapat pihak perusahaan tidak mengalami penurunan yang berarti. Selain itu, untuk mencegah kemungkinan adanya “moral hazard” tertanggung dengan melakukan “fraud claim” dikarenakan tertanggung memerlukan dana tunai dengan merekayasa dan melakukan claim terorganisir dengan sengaja atau melakukan claim tidak sengaja (karena faktor-faktor dari luar dirinya) yang berakibat pada keluarnya dana baik itu dana tertanggung (pemegang polis) maupun dana investasi, maka Perusahan PT. Asuransi Bintang Syariah melakukan seleksi underwriting yang ketat. Di sini analisa resiko harus benar-benar ketat kepada peserta asuransi (nasabah) yang melakukan klaim, jadi bentuk apapun klaim yang dilakukan nasabah itu harus benar-benar diketahui dengan baik, memungkinkan atau tidak, adanya rekayasa dalam proses klaim. Dengan demikian keamanan dana-dana yang sudah diinvestasikan akan terjamin karena tidak mudah keluar akibat kalim-klaim yang direkayasa. Sehingga dana yang telah diinvestasikan tidak mengalami penurunan.
68
2. Strategi PT. Asuransi Bintang Syariah pada menurunnya daya beli masyarakat terhadap produk-produk asuransinya. Salah satu dampak yang terjadi akibat krisis ekonomi global yang terjadi pada PT. Asuransi Bintang Syariah adalah menurunnya daya beli masyarakat terhadap produk-produk yang ditawarkannya, oleh sebab penurunan pendapatan masyarakat sehingga mereka berfikir ulang untuk mengikuti asuransi. Dampak dari menurunnya daya beli terhadap produk yang berarti menurunnya nilai investasi, juga berdampak pada net-provit yang seharusnya diterima oleh perusahaan. Jika penjualan produk tinggi maka investasi akan bertambah, dan jika investasi bertambah maka net-profit juga akan naik. Sejak krisis ekonomi global terjadi dampak ini begitu terasa di PT. Asuransi Bintang Syariah. Volume penjualan produk menjadi menurun sehingga berakibat pada menurunnya income perusahaan. Di sini dibutuhkan langkah-langkah atau strategi yang bisa mencegah dampak ini terjadi dengan lama. Langkah-langkah yang dijadikan sebagai strategi tersebut adalah: a)
meningkatkan
volume
penjualan
atau
pemasaran
produk,
b)
memperbanyak jumlah tenaga penjual (marketing), c) mencari sasaran peserta asuransi yang memiliki kualitas besar dan konsumen yang potensial, d) tidak
69
menaikkan harga atau tarif. Berikut penjelasan masing-masing strategi tersebut : a) Meningkatkan volume penjualan atau pemasaran produk Agar perusahaan tetap hidup dan tidak terlalu kena dampak yang signifikan akibat krisis ekonomi global maka volume penjualan harus ditingkatkan, melalui usaha mencari dan membina langganan, serta berusaha dengan sepenuhnya untuk menguasai pasar. Hal ini dapat dicapai apabila bagian pemasaran perusahaan dapat menggunakan kesempatan atau peluang yang ada dalam pemasaran. Oleh karena itu, disini pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting untuk keberhasilan penjualan produk-produk yang ditawarkan. Strategi pemasaran pada dasarnya adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran dari waktu ke waktu, pada masing-masing tingkatan dan acuan serta alokasinya, terutama sebagai tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah. 3 Produk yang ditawarkan juga harus sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar. Dengan demikian menganalisa keinginan dan 3
Sofyan Assauri, Manajemen Pemasaran, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Ed. 1. Cet. Ketujuh, hlm. 168
70
kebutuhan pasar harus benar-benar diperhatikan agar produk-produk yang ditawarkan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat, sebab produk itu adalah sebagai apa saja yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan dalam hal penggunaan. Konsumsi dan akuisi. 4 Selain itu, produk yang ditawarkan juga harus benar-benar memberikan sejumlah nilai manfaat kepada konsumen, hal yang perlu diperhatikan dalam produk adalah konsumen tidak hanya membeli bentuk fisik produk itu saja, tetapi membeli benefit dan value tersebut. Terutama produk dan jasa yang kita kenal telah menimbulkan beralihnya kepemilikan dari penyedia jasa kepada konsumen. 5
b) Memperbanyak Jumlah Tenaga Penjual (Marketing) Untuk menunjang langkah pertama, yaitu meningkatkan volume penjualan dan pemasaran maka PT. Asuransi Bintang Syariah memperbanyak jumlah tenaga penjual yang ditugaskan untuk pemasaran (marketing). Mereka dilatih dan dibina untuk menjadi tenaga-tenaga pemasaran yang handal dan memahami pemasaran dengan baik.
4
Boyd Walker Larreche, Manajemen Pemasaran (Suatu Pendekatan Strategi dengan Orientasi Globa), (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2000), Edisi ke 2. hlm. 45 5 Rambat Lupiyodi, Manajemen Pemasaran Jasa, Teori dan Praktek, (Jakarta: Salemba Empat, 2001), hlm. 57
71
Mereka juga diharapkan dapat memberi tambahan pendapatan kepada perusahaan, sebab kegiatan marketing bukan saja memberi keuntungan dan kepuasan kepada konsumen akan tetapi kegiatan marketing juga dilakukan dalam rangka pembentukan pendapatan perusahaan. 6 Dalam melakukan pemasaran PT. Asuransi Bintang Syariah juga mengalami hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pemasaran meliputi: 1. Sulit mencari pasar di luar pasar konvensional, karena sedikit yang mengenal produk-produk asuransi syariah 2. Sulit membangun network di bisnis syariah karena Asuransi Bintang Syariah baru di bidang syariah 3. Sedang mencari TPA (pihak ketiga yang bertugas menangani klaim) yang bisa bekerja sama satu bisnis syariah agar tercipta pelayanan yang memuaskan. 4. Lebih dikenalnya Asuransi bintang yang konvensional, sehingga pasar belum banyak mengetahui bahwa asuransi bintang mempunyai basis syariah.
6
Kusjadi, Esensi Pemasaran Suatu Pegangan dan Praktek, (Salatiga: Widyasari Press, 2001), cet ke-1, hlm. 4
72
5. Sedang mempertahankan bisnis dan kepercayaan klien yang sudah ada sebelumnya. Dalam pemasaran yang dilakukan memiliki pengaruh yang kurang signifikan karena Asuransi Bintang Syariah lebih banyak menjual produk asuransi kendaraan dan kesehatan berbasis syariah dan lebih banyak melayani konsumen yang corporate (perusahaan). Bahkan kedua produk tersebut lebih di minati oleh pasar.
c) Sasaran Peserta Asuransi yang memiliki kualitas besar dan konsumen yang potensial. Dalam hal ini, marketing sebisa mungkin tidak hanya menjual produk ke peserta asuransi (nasabah) yang biasa-biasa saja atau hanya kepada individu-individu semata, tetapi usahakan dengan sungguh-sungguh untuk menjual produk ke nasabah yang mempunyai kualitas besar, misalnya ke perusahaan-perusahaan atau ke lembaga-lembaga. Kualitas besar disini berarti mencari sasaran perusahaan yang memiliki pembiayaan resiko besar. Produk asuransi syariah ditawarkan kepada seluruh masyarakat, bukan saja muslim tetapi juga non-muslim, dengan menawarkan karakteristik dan keistimewaan yang dimiliki oleh asuransi syariah yang dewasa ini
73
mendapat minat cukup baik di semua lapisan masyarakat, semua suku, agama dan golongan. Keistimewaan itu misalnya, pada prinsip tolongmenolong (takaful) yang dalam asuransi syariah bermakna universal. Tolong menolong bukan saja ditujukan kepada sesama muslim tetapi seluruh manusia. Dimana satu diantara lain sebagai sesama manusia mempunyai potensi mendapatkan resiko yang sama dalam hidup ini. Prinsip tolong-menolong inilah yang menjadi kelebihan dibandingkan dengan sistem asuransi konvensional. d) Tidak menaikkan Harga / Tarif Untuk menunjang keberhasilan pemasaran PT. Asuransi Bintang Syariah juga tidak serta merta menaikkan harga atau tarif yang selama ini sudah ditawarkan oleh pihak perusahaan. Jika hanya demi menambah jumlah investasi lalu menaikkan tarif maka produk yang ditawarkan bisa jadi tidak laku dipasaran. 7
Itulah strategi-strategi yang dirumuskan oleh PT. Asuransi Bintang Syariah dalam rangka meminimalisasikan dampak dari krisis ekonomi global yang terjadi, yang oleh pihak perusahaan bisa dianggap berhasil.
7
Wawancara dengan Bedjo, S.Sos, ibid
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 sangat memungkinkan timbulnya dampak terhadap industri asuransi. Dampak itu adalah tergerus dan berkurangnya pendapatan investasi perusahaan asuransi dan pada akhirnya mengurangi net-profit perusahaan, akan berkurangnya penutupan polis asuransi seperti asuransi kebakaran karena masyarakat akan mulai menunda pembelian rumah baru atau properti baru akibat kenaikan tingkat suku bunga KPR, dan meningkatnya “moral hazard” tertanggung dengan membatalan polis di tengah jalan atau melakukan “fraud claim” sangat dimungkinkan dengan melakukan “claim terorganisir”. 2. Ada dua dampak dari krisis ekonomi global yang terjadi di PT. Asuransi Bintang Syariah, yaitu; adanya penurunan nilai investasi, yang berakibat pada menurunnya net-provit perusahaan dan adanya penurunan pada daya beli masyarakat (penurunan pada penjualan) terhadap produk-produk yang
73 74
75
ditawarkan oleh perusahaan, oleh sebab penurunan pendapatan masyarakat sehingga mereka berfikir ulang untuk mengikuti asuransi. 3. Untuk mencegah dampak krisis tersebut lebih luas maka PT. Asuransi Bintang Syariah telah membuat strategi-strategi sebagai langkah-langkah pencegahan. Strategi-strategi itu adalah; a) Strategi dalam mencegah menurunnya investasi adalah dengan memberikan kontribusi terhadap nasabah yang membayar premi dengan baik sehingga akan menambah surplus, mak dibutuhkan mekanisme pengelolaan dengan sistem sharing, nasabah dapat dibantu dengan surplus pada tahun berikutnya, b) melakukan proteksi asuransi yang sangat ketat, c) analisa resiko juga harus benar-benar ketat kepada peserta asuransi (nasabah) yang melakukan klaim. b) Strategi dalam menaikkan daya beli masyarakat terhadap produk-produk yang ditawarkan PT. Asuransi Bintang Syariah adalah dengan; 1) meningkatkan volume penjualan atau pemasaran produk, 2) memperbanyak jumlah tenaga penjual (marketing), 3) mencari sasaran peserta asuransi yang memiliki kualitas besar dan konsumen yang potensial, 4) tidak menaikkan harga atau tarif.
76
B. Saran-saran 1. PT. Asuransi Bintang Syariah sebagai perusahaan yang berbasis pada syariah tidak terlalu terkena imbas oleh adanya krisis ekonomi global, ini disebabkan oleh sistem syariah yang terhindar dari adanya unsur Gharar (ketidakjelasan), Riba, maisir. Yang ada adalah tabarru, taawun atau takaful dan juga adanya pengawasan seluruh aktivitas kegiatannya dari Dewan Pengawas Syariah (DPS). Oleh karena itu, penulis sarankan agar PT. Asuransi Bintang Syariah jangan pernah puas apa yang telah didapat. Tingkatkan terus kualitas yang ada agar tercapai hasil yang maksimal. 2. Hendaknya PT. Asuransi Bintang Syariah meluaskan jaringan pemasarannya ke seluruh kota-kota besar di seluruh indonesia sehingga perusahaan akan semakin besar. 3. PT. Asuransi Bintang Syariah hendaknya mengembangkan media promosi dengan menjadi sponsor dalam kegiatan sosial, seperti menjadi sponsor dalam kegiatan pengobatan gratis untuk rakyat menengah ke bawah, khitanan massal dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, AM, Hasan, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis Praktis, (Jakarta: Intermedia, 2006) Amsyari, Fuad, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia, (Bandung: Penerbit Mizan, 1990), Cet ke-1. Amirullah dan Sri Budi Cantika, Manajemen Strategi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2002), Cet ke-1 Assauri, Sofyan, Manajemen Pemasaran, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Ed. 1. Cet. Ke-7 David, Fred. R., Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhallindo, 2002. Dewi, Gemala, Aspek-aspek Hukum dalam Perbankkan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004) DSN Majlis Ulama Indonesia (MUI), Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, (Jakarta: Intermesa, 2003), Edisi 2, Cet ke-1 Departemen Pendidikan dan Kebuyaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997) http://asuransisyariah.myblogerrepublika.com http://hndwibowo.blogspot.com http://kammiunhas.blogspot.com http://megainsurance-surabaya.blogspot.com http://www.wikimu.com http://www.sumbawanews.com/old/?view http://assvariabdullah.blogspot.com
77
78
Iqbal, Muhaimin. ”Asuransi Setelah Fatwa Bunga Bank Riba oleh MUI” (makalah diskusi Intern AASI,2003). Kadarman, A.M. et.al, Prenhallindo, tth)
Pengantar
Ilmu
Manajemen,
(Jakarta:
PT.
Kusjadi, Esensi Pemasaran Suatu Pegangan dan Praktek, (Salatiga: Widyasari Press, 2001), cet ke-1 Kridalaksana, Hari Murti, Kamus Sinonim Bahasa Indonesia, (Jakarta: Nusa Indah, 1981) Kusjadi, Esensi Pemasaran Suatu Pegangan dan Praktek, (Salatiga: Widyasari Press, 2001), cet ke-1 Larreche, Boyd Walker, Manajemen Pemasaran (Suatu Pendekatan Strategi dengan Orientasi Globa), (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2000), Edisi ke 2 Lifelet PT. Asuransi Bintang Syariah Lupiyodi, Rambat, Manajemen Pemasaran Jasa, Teori dan Praktek, (Jakarta: Salemba Empat, 2001) Mahalli, Ahmad Mudjab, Hadits-Hadits Mutafak’alaih bagian Manakahat dan Mu’amalah, (Jakarta: Kencana, 2004), ed. 1 Nawawi, Hadari, Manajemen Strategik Organisasi Non-Profit Bidang Pemerintahan dengan Illustrasi di Bidang Pendidikan, (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press, 2000) Cet ke-1 Purwosutcipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 6, (Jakarta: Djambatan, 1996), Cet ke-4 Sardar, Ziauddin, Tantangan Dunia Islam Abad 21, Terjemahan A.E. Priyono dan Ilyas Hasan, (Bandung: Mizan, 1996) Siamat, Dahlan, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi VI, 2004), Edisi ke-4 Sula, Muhammad Syakir, Asuransi Syariah Konsep dan Sistem Operasional, (Jakarta: Gemala Insani, 2004)
79
Stoner, James AF, dan Edward Freeman, Manajemen, diterjemahkan oleh Wilhemus W. Bakowatun dan Benyamin Mohan, (Jakarta: Intermedia, 1994) Sutarmadi, A, Visi Misi dan Langkah Strategi, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 2002) Suhendi, Hendi “Fiqh Muamalah”, Ed 1-3 (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 58 ______________ dan Yusuf Denik, Asuransi Takaful: Dari Teori ke Praktis, (Bandung : Mimbar Pustaka, tth). Syaikh, Abdul Aziz, bin Abdullah bin Bazz, “Mu’amalatu ar-Ribawiyat, Fahrash Maktabah Fahd Al-Wathahniyah”, 1424 H, hlm. 30. Syamsudin, Din, Etika Agama dan Membangun Masyrakat Madani, (Jakarta: Logos, 2000) Usman, Syarif, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam, (Jakarta: Firma Jakarta, tth) Uchayana, Onong, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1992) Wawancara dengan Bedjo, S.Sos. Assistant Vice President. PT. Asuransi Bintang Syariah pada tanggal 14 November 2009, bertempat di kantor PT. Asuransi Bintang Syariah Plaza Pondok Indah III.