Dampak Krisis Global di Indonesia Radlyah Hasan Jan
Abstrak Krisis Global memberikan dampak buruk bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia hal tersebut dikarenakan: pertama, sebagian besar komoditas ekspor kita dipasarkan ke negara-negara maju terutama Amerika. kedua, ketika negara-negara tersebut mengalami krisis ekonomi, maka secara langsung akan berpengaruh terhadap perekonomian di negara kita. ketiga, dalam menentukan nilai tukar mata uang asing, Indonesia masih menggunakan mata uang dollar Amerika sebagai mata uang utama dalam mengadakan kegiatan transaksi bisnis di tingkat International. keempat, penerapan sistem ekonomi negara kita sama dengan negara-negara yang mengalami krisis ekonomi. Kata-kata Kunci: Krisis global, komodita ekspor, nilai tukar, sistem ekonomi. Pendahuluan Krisis keuangan global diawali dengan bangkrutnya bank investasi keempat terbesar di AS Lehman Brothers. Tindakan penyelamatan yang dilakukan pemerintah AS tidak banyak membantu pemulihan krisis, karena krisis keuangan mulai menjalar ke daratan Eropa, bahkan krisis keuangan di Eropa kondisinya lebih serius bahkan dinyatakan paling buruk sejak diberlakukannya mata uang bersama Uni Eropa, euro pada tahun 1999.1 "Untuk pertama kalinya Eropa menghadapi krisis keuangan, dan krisis ini bukan krisis biasa tapi krisis keuangan yang paling buruk," kata Jean Pisani-Ferry, direktur kelompok riset Bruegel yang berbasis di Brussels. Pemerintahan negara-negara Eropa bekerja keras untuk mencegah kebangkrutan bank-bank besarnya dan meyakinkan para pelaku ekonomi dan masyarakatnya, bahwa Eropa akan selamat dari krisis keuangan global ini. Pemerintah Jerman misalnya, berusaha keras meyakinkan para investor dan nasabah yang menyimpan uangnya di bank, bahwa mereka akan melindungi perekonomian Jerman agar tidak menjadi korban krisis keuangan global yang melanda dunia.2 Di Inggris, Perdana Menteri Gordon Brown langsung menggelar rapat kabinet bidang ekonomi untuk mempertimbangkan langkah-langkah penyelamatan terhadap bank-bank. Hal serupa dilakukan pemerintah Iceland. Para pimpinan bank dan pejabat pemerintah negeri itu juga
1 Agarwal S and CT Ho, 2007. “Comparing The Prime and Subprime Morigage Markets”, Chicago Fed Letter 241, The Federal Reserve Bank Of Chicago, August. h. 21 2
Ibid.
membahas kemungkinan rencana penyelamatan bagi bank-bank komersialnya. Sementara Bank Sentral Swedia akan menambah bantuan dana segar bagi bank-bank di negara tersebut, agar tetap bisa memberikan kredit. Para ekonom di Eropa menuding krisis keuangan yang terjadi karena bank-bank tidak mengikuti sistem regulasi yang ada. "Pertama, kita melakukan integrasi ekonomi, kemudian melakukan integrasi keuangan. Tapi kita tidak pernah membangun sistem regulasi dan politik yang terintegrasi, yang memungkinkan kita bisa menghadapi krisis seperti sekarang ini," ujar Sylvester Eijffinger, anggota tim pakar moneter di parlemen Eropa. Namun sebagian analis optimis ada sisi positif dari krisis keuangan yang melanda Eropa saat ini. Daniel Gros, direktur Center for European Policy Studies di Brussels mengatakan, "Para pelaku ekonomi dan penentu kebijakan mungkin akan syok tapi kondisi ini akan membuat mereka berpikir lebih strategis."3 1.1.
Prediksi IMF (International Monetary Fund) Meski awan kelabu krisis ekonomi mengancam, Dana Moneter Internasional (IMF), tidak
gamblang menyatakan bahwa akan terjadi resesi global. IMF hanya memprediksi, bahwa pertumbuhan ekonomi akan melambat. Persisnya negara-negara ambang industri, seperti Cina, India, Rusia dan sebagian Afrika akan sedikit terhambat pertumbuhannya. Namun hal itu cukup untuk menjamin bahwa ekonomi dunia tidak seluruhnya runtuh, dan bahkan menunjukan pertumbuhan global sebesar 3%. Menurut IMF, Cina misalnya akan mengalami penurunan dari pertumbuhan hampir 12% pada tahun 2008 menjadi sedikit lebih dari 9% ditahun 2009. Pertumbuhan ekonomi India juga bisa melemah dari sekitar 9% menjadi hampir 7%, sedangkan di Rusia dari 8% diperkirakan akan merosot jadi 5,5%. Bahkan Afrika juga diperkirakan akan bisa mengatasi krisis ekonomi saat ini secara baik. Begitu prediksi IMF.4 Para pakar IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi di Afrika hanya akan menurun sekitar 0,3%. Ketangguhan Afrika, karena pada dasarnya Afrika belum terintegrasi sepenuhnya dalam ekonomi dunia. Sementara Cina dan India bisa mengatasi karena memiliki cadangan devisa yang besar. Selain itu, perdagangan dalam negeri mereka cukup kuat. IMF melandaskan prediksinya yang pada kenyataan bahwa Eropa kini menghadapi krisis di sektor perbankan dan keuangan yang berawal di Amerika Serikat. Apabila di negara-negara ambang industri
3 Price Waterhouse Coopers, Asia Baking Insight: Tacling The Key Issues in Banking and capital markers in Asia, Maret 2007. h.53-54 4 International Monetary Fund, 2007. Global Financial Stability Report, Washington DC : IMF. h. 10
pertumbuhan ekonomi akan melamban, maka negara-negara maju, khususnya di Eropa akan mengalami stagnasi atau bahkan resesi.5 Jörg Decressin dari IMF mengatakan bahwa Jerman akan mengalami stagnasi: “Kami melihat penurunan yang jelas di Jerman dengan pertumbuhan ekonominya akan pada nol persen atau sekitar itu.“ Menerangkannya lebih jauh Decressin menyebutkan bahwa Jerman memang tidak ikut mengalami booming dalam bisnis properti, namun ekspornya tinggi: “Apabila pertumbuhan ekonomi dunia melemah, maka dengan sendirinya ekspor Jerman akan berkurang. Itulah alasan mengapa kami memprediksi nol persen pertumbuhan bagi Jerman.” Angin harapan bagi Jerman datangnya dari Timur dan Selatan, yakni dari negara-negara berkembang dan Rusia. Jerman memiliki produk yang dicari oleh negara-negara itu. Karenanya diperkirakan, bahwa suatu saat Jerman juga akan merasakan sepoinya angin, dan akhirnya mungkin bisa mengalami pertumbuhan ekonomi sampai 2%. Meski begitu pertumbuhan Jerman ini diperkirakan baru bisa terjadi mulai pertengahan tahun depan. Saat ini, seandainya Jerman bisa mencapai pertumbuhan 0%, maka itu sudah merupakan hal yang positif, karena situasi sebenarnya jauh lebih sulit dari pada landasan yang digunakan IMF itu.6 1.2.
Amerika Serikat Dalam Mengatasi Krisis Keuangan Global Dalam mengatasi krisis keuangan global maka Amerika Serikat bekerjasama dengan
negara-negara Uni Eropa dan Jepang untuk menenangkan gejolak ekonomi global, menyusul serangkaian krisis finansial yang melanda sejumlah institusi keuangan terkemuka di AS. Jepang siap bekerjasama untuk membantu mengatasi tekanan ekonomi yang kian menglobal, kata Menteri Ekonomi dan Kebijakan Fiskal Jepang Koaru Yosano di Tokyo (Antara, 2008). Sistem keuangan
AS
mengalami
persoalan
yang
serius
dan
pemerintah
AS
diharuskan
menyelesaikannya memerlukan waktu yang panjang. Bank Sentral Jepang (BOJ) menyuntik dana sebesar 7 triliun Yen atau setara dengan 79,2 miliar dolar AS kedalam pasar uang guna meredam gejolak finansial.7 Sebelumnya sejumlah bank Sentral dunia termasuk Bank Sentral AS telah memompakan dana ke pasar uang global guna memastikan masalah lembaga-lembaga keuangan tidak kolaps, menyusul jatuhnya Investman Bank, Lehman Brothers. Kebijakan dana talangan terhadap perusahaan raksasa asuransi American International Group (AIG) gagal menghapus 5 6
Ibid.
Ibid. 7 Asian Development Bank, Asian Development Outlook 2007, Manila : ADB, September. 2007.
kekhawatiran sistem keuangan global, menyusul aksi jual-beli secara besar-besaran di seluruh bursa saham dunia. 1.3.
Bank Dunia Dalam Menanggulangi Krisis Keuangan Global di Asia Bank Dunia mengatakan mereka akan membantu negara-negara Asia menanggulangi
krisis keuangan global, tetapi menutup kemungkinan pembentukan segera dana darurat untuk membantu kawasan itu. Wakil Direktur Bank Dunia urusan kawasan Asia Timur dan Pasifik, Jim Adams, mengatakan bahwa bank dunia tidak memperkirakan akan menciptakan dana demikian, dan mendesak negara-negara Asia agar menyiapkan ekonominya menghadapi setiap dampak krisis keuangan. Ia mengatakan bank dunia sedang bekerjasama dengan para anggota ASEAN untuk mengembangkan tindakan terkoordinasi terhadap krisis. Komentar tersebut sangat berbeda dengan ucapan Presiden Filipina Gloria Arroyo yang mengatakan negara-negara Asia Tenggara dan mitra mereka baru-baru ini menyepakati pembentukan dana darurat untuk membantu kawasan ASEAN. Arroyo mengatakan bank dunia akan menyediakan 10 miliar dolar untuk dana itu.8 Dampak Perekonomian Indonesia Saat Krisis Global 2.1.
Ekspor Komoditas Indonesia Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat membawa dampak kepada produk pangan
yang selama ini diimpor dari luar negeri. Daya kemampuan impor dipastikan akan menurun, namun biaya produksi akan meningkat. Oleh sebab itu, pemerintah harus mengurangi ketergantungan terhadap produk-produk pangan impor dan secara konsekuen mewujudkan kemandirian pangan. Demikian rangkuman pendapat Ketua Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo) Achmad dan Ketua Dewan Persusuan Nasional Teguh Boediyana. “Jika dolar AS menguat seperti saat ini berarti kemampuan impor menurun dan akibatnya stok untuk
kebutuhan
dalam
negeri
akan
mengecil,”
kata
Achmad.
Ia juga menegaskan meskipun impor sapi hidup potong umumnya berasal dari Australia namun dollar Australia tetap menguat terhadap dolar AS, sedangkan mata uang rupiah saat ini sedang terpuruk terhadap dolar AS. Menurut Achmad, Indonesia mengimpor sapi hidup untuk dipotong sebanyak 590.000 ekor per-tahun atau 15-20 persen dari kebutuhan nasional. Hal tersebut, lanjutnya, disebabkan populasi sapi lokal tidak terlalu signifikan dalam memenuhi kebutuhan nasional. Sementara, impor daging sapi mencapai 5-10 persen dari kebutuhan nasional. Achmad 8
Asian Development Bank, Asian Development Outlook 2007, Manila : ADB, September 2007.
menandaskan pemerintah harus memberdayakan peternak rakyat dengan melakukan sosialisasi dan memberikan insentif modal. Sebab, selama ini peternak rakyat tidak pernah untung. “Pemerintah harus ikut berperan penuh, biarkan peternak rakyat yang berjuang sendiri, sehingga mereka punya kebanggaan meskipun dilihat dari biaya produksi tidak terlalu untung,”ujarnya. Teguh mengatakan akibat krisis global, biaya produksi susu yang diimpor baik dalam bentuk bahan baku maupun susu siap konsumsi meningkat. Hal tersebut disebabkan 80 persen dari kebutuhan nasional susu berasal dari impor. Kebutuhan nasional per-hari setara enam juta liter susu segar. 9 Strategi yang utuh menghadapi krisis ekonomi global di sektor perikanan hampir tidak ada. Semua pemangku kepentingan, khususnya Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), hanya memiliki sedikit waktu untuk menyusun strategi sebab pasar ekspor dipastikan akan merosot. Menurut Ketua Umum Masyarakat Perikanan Nusantara “Siddiq Muslim”. Pasar ekspor pasti akan terpukul, walau belum dipastikan hingga seberapa besar dampaknya. Oleh karena itu, tegasnya, sudah saatnya pemerintah membuat strategi yang membuka pasar dan daya saing yang lebih kuat. Di tengah lesunya pasar, konsolidasi antara semua pelaku harus berjalan. “Semua harus satu paket, antara pembudidaya, industri, nelayan dan pemerintah. Mestinya seluruh komponen kumpul, mendesain ulang apa yang harus dilakukan. Kebutuhan kita sebenarnya apa, komunikasi mesti diperkuat”. Ia mengharapkan satu sama lain tidak berjalan sendiri, sebagai contoh adalah mengenai pembudidaya tidak hanya fokus memproduksi besar-besaran, tapi harus dilihat berapa jumlah paling tepat untuk produksi sehingga tidak terjadi kelimpahan produksi yang akhirnya menjatuhkan harga. Siddiq menilai hingga sekarang respons DKP terhadap gejolak ini cukup minim. Padahal, sekarang strategi bersama antara swasta dan pemerintah harus sejalan. Dengan mengemukakan target untuk diversifikasi pasar ekspor seperti yang dianjurkan DKP.10 Selain AS masih menjadi pasar terbesar untuk udang dan tuna, negara lain seperti Eropa Timur juga akan terkena imbasnya. Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Perikanan Indonesia (Gappindo) Bambang Suboko, juga mengatakan perlu ada upaya dari DKP untuk menghilangkan segala hambatan di sektor perikanan. Semua aturan yang menghambat diharapkan bisa diubah untuk memberi kepastian kepada pelaku usaha dan meningkatkan daya
9
Surat Kabar Sinar Harapan, 7 Nopember 2008. Surat Kabar Sinar Harapan, 13 Nopember 2008.
10
saing. Kompetisi semakin tinggi karena pasar yang kian sempit sehingga butuh daya saing yang tangguh. Menurut, Direktur Pemasaran Luar Negeri DKP Saut Hutagalung menegaskan DKP sejak gejala krisis global terjadi sangat aktif mencermati dan merespons situasi yang ada.11 2.2.
Ekspor Migas Indonesia Investasi di sektor hulu minyak dan gas bisa terganggu akibat krisis finansial global.
Krisis tersebut bahkan bisa mengganggu aktivitas produksi minyak dan menyebabkan jatuhnya perusahaan minyak skala kecil. Wakil Kepala BP Migas Abdul Muin mengatakan kondisi tersebut akan mendorong pengambilalihan perusahaan kecil oleh perusahaan migas yang lebih besar. “Perusahaan harus melakukan hitungan ulang, baik pendanaan maupun penjadwalan. Perusahaan besar punya cash flow bagus, aktivitasnya tidak terganggu, sedangkan perusahaan kecil banyak tergantung pada pendanaan luar sehingga mereka akan sangat terganggu,”. Hal tersebut terjadi karena aliran dana investasi yang dibutuhkan akan sulit didapat. “Hanya perusahaan yang memiliki modal kuatlah yang bisa bertahan,”. Ia memprediksi perusahaan minyak yang tidak bisa bertahan akan menghentikan atau menunda kegiatan eksplorasinya dan menjual aset-aset di luar bisnis intinya.12 Meski demikian, Kepala BP Migas R Priyono yakin, krisis finansial global tidak akan banyak mempengaruhi investasi sektor migas. “Kendati ada pengaruh, biasanya investasi migas di Indonesia masih tetap survive,”. Priyono yakin para investor yang kebanyakan berasal dari luar negeri tetap berminat berinvestasi migas di Indonesia. Namun, jika keadaan makin memburuk dan perusahaan minyak yang kolaps tidak juga mendapatkan pendanaan murah maka dibutuhkan konsolidasi, atau bisa saja terjadi akuisisi oleh perusahaan yang lebih besar. Sebagai langkah antisipasi, Kepala BP Migas R Priyono menyatakan, pihaknya akan mendekati beberapa sumber pendanaan untuk membantu perusahaan minyak skala menengah ke bawah. Kesimpulan Dalam mengatasi dampak krisis globaldi Indonesia, terdapat beberapa indikator yang harus dilakukan oleh pemerintah: a.
Mengeluarkan aturan baru guna memperbaiki kondisi pasar bursa efek yang sempat rontok. Aturan baru tersebut diyakini mampu memperbaiki kondisi bursa saham. Dengan memperhatikan kondisi pasar modal, dan memberikan kesempatan pada emiten atau 11 12
Ibid. Ibid.
perusahaan publik, untuk melakukan aksi korporasi serta pembelian kembali sahamnya (buy back), Bapepam-LK melakukan beberapa perubahan terhadap ketentuan yang mengatur buy back,". Jumlah saham yang bisa dibeli kembali (buy back) oleh emiten diperbesar dari semula 10 persen menjadi 20 persen. Selain itu, Bapepam-LK juga memberi kebebasan pada emiten untuk melakukan pembelian kembali sahamnya pada satu hari bursa tanpa batasan pembelian dari volume perdagangan harian saham tersebut. b.
Menjaga kesinambungan neraca pembayaran/devisa, antara lain mewajibkan semua BUMN menempatkan semua valuta asingnya di bank dalam negeri dalam satu kliring “house”.
c.
Menjaga kesinambungan neraca pembayaran/devisa dan mempercepat pembangunan infrastruktur. Kebijakan: mempercepat pelaksanaan proyek-proyek yang sudah mendapat komitmen pembiayaan, baik bilateral maupun multilateral.
d.
Menjaga stabilitas likuiditas dan mencegah terjadinya perang harga. Menginstruksikan BUMN untuk tidak melakukan pemindahan dana dari bank ke bank.
e.
Menjaga kepercayaan pelaku pasar terhadap Surat Utang Negara (SUN) dengan melakukan stabilisasi pasar Surat Utang Negara, antara lain menginstruksikan BUMN untuk tidak melakukan pembelian Surat Utang Negara di pasar sekunder.
f.
Menjaga keseimbangan neraca pembayaran/devisa. Memanfaatkan bilateral “swap arrangement” dari Bank of Japan, Bank of Korea, dan Bank of China apabila diperlukan.
g.
Menjaga kelangsungan ekspor dengan memberikan garansi terhadap risiko pembayaran dari pembeli.
h.
Menjaga kelangsungan ekonomi (sektor riil). Pengurangan pungutan ekspor CPO menjadi 0%.
i.
Menjaga keseimbangan fiskal tahun 2009.
j.
Mencegah impor illegal dan Meningkatkan pengawasan barang beredar.
DAFTAR PUSTAKA Agarwal S and CT Ho, 2007. “Comparing the Prime and Subprime Mortgage Markets”, Chicago Fed Letter 241, The Federal Reserve Bank of Chicago, August. Asian Development Bank, 2007. Asian Development Outlook 2007, Manila: ADB, September. International Monetary Fund, 2007. Global Financial Stability Report, Washington DC: IMF. Interview with Alan Greenspan, 2007. “The Oracle Reveals All”, Newsweek, 24 September. Leeb, Stephen, 2004. The Oil Factor, Warner Books, New York, 2004. _______, 2006. The Coming Economic Collapse: How You Can Thrive When Oil Costs US$200 a Barrel, New York: Warner. Porter, Michael E. (1990), The Competitive Advantage of Nations, The Macmillan Press Ltd, London and Basingstoke. Price Waterhouse Coopers, Asia Banking Insights: Tackling the key issues in banking and capital markets in Asia, Maret 2007. Rahardjo, M Dawam (Ed.), 1997. Pembangunan Ekonomi Nasional: Suatu pendekatan pemerataan, keadilan dan ekonomi kerakyatan, Intermasa. The Asia Foundation, (1999). Small and Medium Entreprise Development. Jakarta. Todd, Emmanuel, 1997. The French Exception : The Anglo-Saxon economies celebrate liberty, but not equality. At least one nation rejects that model; Equality…. It is the fundamental doctrine of the Republic, Newsweek, June 23. Surat Kabar, Sinar Harapan, 7 Nopember 2008 dan 13 Nopember 2008.