Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 7 Agustus 2010
STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI PESISIR KELURAHAN LEMBANG KABUPATEN BANTAENG Suryanarti Sultan, Joni Hermana, I.D. A. A. Warmadewanthi Jurusan Manajemen Aset, FTSP Program Pascasarjana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Email :
[email protected]
ABSTRAK Pengelolaan persampahan di kawasan pesisir Kelurahan Lembang masih belum tertangani secara baik. Latar belakang penyebabnya antara lain kebiasaan penduduk yang membuang sampah sembarang tempat, tidak tersedianya prasarana persampahan dan perhatian pemerintah masih kurang baik dari penyediaan anggaran maupun koordinasi antara instansi yang terkait dalam pengelolaan persampahan. Hal ini mengakibatkan kualitas lingkungan dan kualitas hidup masyarakat setempat juga rendah. Tujuan penelitian ini adalah menyusun strategi peningkatan kinerja pengelolaan persampahan di pesisir Kelurahan Lembang. Pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi kondisi eksisting sarana dan prasarana pengelolaan persampahan, wawancara dengan pihak pengelola dan survei terhadap 134 masyarakat yang bermukim di pesisir Kelurahan Lembang dengan menggunakan kuesioner. Evaluasi terhadap kondisi eksisting sarana dan pelayanan persampahan dilakukan dengan metode deskriptif. Melalui evaluasi ini diperoleh gambaran pengelolaan persampahaan dari aspek teknis, kelembagaan dan pembiayaan. Selanjutnya dilakukan penyebaran kuesioner tahap kedua. Analisis yang digunakan pada tahap ini adalah analisis teknik statistik dengan analisa faktor untuk menginterpretasikan dan mengelompokkan seluruh sub variabel dengan menyederhanakan menjadi beberapa faktor utama. Dilanjutkan dengan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) untuk merumuskan strategi yang dapat meningkatkan kinerja pengelolaan persampahan khususnya di pesisir Kelurahan Lembang. Berdasarkan analisis perumusan strategi (SWOT) yang merupakan hasil interaksi faktor internal eksternal, memperlihatkan posisi strategi pengelolaan persampahan di pesisir Kelurahan Lembang adalah strategi turn around (Kuadran III), yaitu mengatasi timbulan sampah dengan memperbaiki sistem pewadahan, pengumpulan sampah dan penyuluhan 3R serta memanfaatkan alternatif pilihan teknologi sesuai kebijakan global dan nasional yang menjadi acuan pemerintah daerah. Kata kunci: peningkatan kinerja pengelolaan persampahan, analisa faktor, kawasan pesisir kelurahan lembang.
PENDAHULUAN Kabupaten Bantaeng terletak di bagian selatan jasirah Sulawesi dan berjarak kurang lebih 120 kilometer dari Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Luas wilayah Kabupaten Bantaeng adalah 395,83 km2 atau sekitar 0,87 % dari luas wilayah Sulawesi Selatan (BPS Kabupaten Bantaeng, 2007a). Jika ditinjau berdasarkan kondisi geografis dan topografi wilayah, bentang wilayah Kabupaten Bantaeng terdiri dari pegunungan,
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 7 Agustus 2010
dataran rendah dan pantai. Salah satu kelurahan yang memiliki topografi wilayah pantai adalah Kelurahan Lembang. Sebagai salah satu kelurahan yang sedang berkembang pengelolaan sampah di wilayah pesisir Kelurahan Lembang belum tertangani secara baik. Latar belakang penyebabnya antara lain kebiasaan penduduk yang membuang sampah sembarang tempat, tidak tersedianya prasarana persampahan dan perhatian pemerintah masih kurang baik dari penyediaan anggaran maupun koordinasi antara instansi yang terkait dalam pengelolaan persampahan. Hal ini mengakibatkan kualitas lingkungan dan kualitas hidup masyarakat setempat juga rendah. Tujuan penelitian ini adalah menyusun strategi peningkatan kinerja pengelolaan persampahan di pesisir Kelurahan Lembang yang ditinjau dari aspek teknis,, pembiayaan dan kelembagaan. METODOLOGI PENELITIAN Pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi kondisi eksisting sarana dan prasarana pengelolaan persampahan, wawancara dengan pihak pengelola dan survei terhadap 134 masyarakat yang bermukim di pesisir Kelurahan Lembang dengan menggunakan kuesioner. Evaluasi terhadap kondisi eksisting sarana dan pelayanan persampahan dilakukan dengan analisis deskriptif. Melalui evaluasi ini diperoleh gambaran pengelolaan persampahaan dari aspek teknis, kelembagaan dan pembiayaan. Selanjutnya dilakukan penyebaran kuesioner tahap kedua. Analisis yang digunakan pada tahap ini adalah analisis teknik statistik dengan analisa faktor untuk menginterpretasikan dan mengelompokkan seluruh sub variabel dengan menyederhanakan menjadi beberapa faktor utama. Dilanjutkan dengan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) untuk merumuskan strategi yang dapat meningkatkan kinerja pengelolaan persampahan khususnya di pesisir Kelurahan Lembang. IDE PENELITIAN STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN SAMPAH DI PESISIR KELURAHAN LEMBANG KABUPATEN BANTAENG LATAR BELAKANG PERUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN KAJIAN PUSTAKA PENGUMPULAN DATA
A
ISBN : 978-602-97491-1-3 D-1-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 7 Agustus 2010
A
DATA SEKUNDER
DATA PRIMER PENENTUAN RESPONDEN
RANCANGAN KUESIONER PENYEBARAN KUISIONER
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Tidak Ya PENETAPAN TUJUAN/SASARAN
PENETAPAN INDIKATOR KINERJA EVALUASI KONDISI EKSISTING (Aspek teknis, Aspek Kelembagaan, aspek Pembiayaan)
PERUMUSAN FAKTOR PRIORITAS KONSEP DAN RUMUSAN STRATEGI PENETAPAN PROGRAM KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Gambar 1. Kerangka Penelitian
Penentuan Ukuran Sampel Besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus Lwanga dan Lemeshow (1991), yaitu : n
z 21 / 2 P (1 P ) N
(1)
d 2 ( N 1) z 21 / 2 P (1 P )
Berdasarkan Formula 1 diatas Jika jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 3449 orang, Derajat keofisien konfidensi digunakan 95% sehingga besarnya z 1 / 2 = 1,96. Sampling error 5% dan proporsi dalam populasi yang ingin diteliti adalah 10 % maka diperoleh jumlah responden sebanyak 134 orang. Pengambilan sampel secara proportionate stratified random sampling didasarkan adanya perbedaan tingkat pelayanan dari responden memakai rumusan alokasi proporsinal dari Sugiyono (1999) dengan Rumus :
ISBN : 978-602-97491-1-3 D-1-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 7 Agustus 2010
ni
Ni .n N
(2)
Berdasarkan rumus 2 di atas maka jumlah responden pada tiap strata dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Data Jumlah Populasi dan Sampel TINGKAT PELAYANAN BAIK CUKUP KURANG JUMLAH
JUMLAH 592 1.004 1.853 3.449
UKURAN SAMPEL 23 39 72 134
Sumber : Hasil Perhitungan Analisa Data Analisa deskriptif digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi eksisting (data sekunder dan primer) diolah secara deskriptif dan digunakan didalam menganalisis situasi dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta atau hubungan permasalahan yang diteliti dengan kondisi yang ideal. Sehingga didapatkan suatu konsep strategi dengan dasar sasaran (goals) yang telah ditetapkan. 2. Analisa faktor dilakukan untuk mereduksi data sehingga data-data menjadi lebih sedikit. Dalam penelitian ini, analisis faktor dilakukan atas jawaban responden terhadap faktor-faktor penyebab rendahnya kinerja pengelolaan persampahan di Kelurahan Lembang. Hasil dari analisis ini adalah untuk menyederhanakan atau meminimalkan sub variabel dari sejumlah sub variabel yang ditanyakan kepada responden. 1.
HASIL DAN DISKUSI Aspek Teknis Jumlah timbulan sampah diambil berdasarkan klasifikasi kota kecil (SNI 19-32421994,BSN,2007), yaitu sebesar 2, 5 liter/orang/hari. Sehingga jumlah timbulan sampah 3
yang dihasilkan oleh masyarakat sebesar 8,62 m /hr. Dari timbulan sampah tersebut 3
3
untuk domestik 75% (6,47 m /hr) dan non domestik 25% (2,15 m /hr). Dari data eksisting diketahui bahwa tingkat pelayanan untuk sampah yang terangkut sebesar 20,89% dan tidak terangkut sebesar 79,11%. Sehingga jika dihitung untuk satu tahun 3
jumlah sampah yang terangkut 657,45 m /tahun dan yang tidak terangkut 2.480,76 3
3
m /tahun dari total timbulan setahun sebesar 2.489,76 m /tahun. Target Cakupan Pelayanan Sampah. Berdasarkan metode geometri, maka jumlah timbulan sampah 3
3
pada tahun 2015 diprediksi sebesar 9,31 m /hr atau 3.397,24 m /tahun, dengan target pelayanan 81% (lihat Tabel 2). Potensi Reduksi Sampah. Karakteristik komposisi sampah di Kabupaten Bantaeng yang terbesar adalah sampah basah/organik (66.55%). Selain itu sampah basah berpotensi dapat dimanfaatkan untuk komposting. Dengan menggunakan recovery factor sebesar 0,80 (Tchobanoglous, dk,1993), maka timbulan sampah dapat direduksi. Potensi reduksi tersebut dapat meningkatkan cakupan pelayanan persampahan sampai 81% dan mengurangi jumlah yang belum terlayani seperti yang terlihat pada Tabel 2 berikut.
ISBN : 978-602-97491-1-3 D-1-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 7 Agustus 2010 Tabel 2. Cakupan Pelayanan Sampah Setelah Dilakukan Reduksi No 1 2 3 4 5 6 7
Tahun
Jumlah Timbulan m3/hr m3/tahun
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
8.62 8.73 8.84 8.96 9.07 9.19 9.31
Target Pelayanan
3,147.21 3,187.50 3,228.30 3,269.62 3,311.47 3,353.86 3,397.24
20.89% 30.50% 45.00% 63.00% 78.80% 80.00% 81.00%
m3/hr
Terlayani m3/tahun
1.80 2.66 3.98 5.64 7.15 7.35 7.54
657.45 972.19 1,452.73 2,059.86 2,609.44 2,683.09 2,751.40
Belum Terlayani m3/hr m3/tahun 6.82 6.07 4.86 3.31 1.92 1.84 1.77
2,489.76 2,215.31 1,775.56 1,209.76 702.03 670.77 645.39
Keterangan Eksisting
Target RPJMD Target RPJMN >Target MDGs
Sumber Perhitungan Aspek Biaya Analisis biaya, dibagi menjadi 2 bagian yang berpengaruh terhadap pengelolaan persampahan, antara lain, biaya operasional dan investasi (lebih lengkap lihat Tabel 3 dan 4) Tabel 3. Operasional dan Pemeliharaan BIAYA OM SEBELUM REDUKSI No 1 2 3
Keb. Peralatan (Unit) Truck Gerobak Sampah Wadah Komunal
Jumlah Fasilitas 1 9 9
Harga Sat. (Rp/Jam) 36,225 2,648 2,697 Jumlah
Total Biaya Operasional Dalam 1 Tahun (Rp) 86,940,000 57,204,000 58,258,359 202,402,359
Jumlah Fasilitas 1 4 4
Harga Sat. (Rp/Jam) 36,225 2,648 2,697 Jumlah
Total Biaya Operasional Dalam 1 Tahun (Rp) 86,940,000 25,424,000 25,892,604 138,256,604
BIAYA OM SESUDAH REDUKSI No 1 2 3
Keb. Peralatan (Unit) Truck Gerobak Sampah Wadah Komunal
Sumber Perhitungan Tabel 4. Investasi Sarana Persampahan BIAYA INVESTASI SEBELUM REDUKSI No
Keb. Peralatan
Jumlah
Harga Sat.
Total Biaya Investasi
(Unit)
Fasilitas
(Rp)
Dalam 1 Tahun (Rp)
1
Truck
1
300,000,000
300,000,000
2
Gerobak Sampah
9
2,000,000
18,000,000
3
Wadah Komunal
9
2,139,000
19,251,000
4
Wadah Individual
713
75,000
53,475,000
Jumlah
390,726,000
BIAYA INVESTASI SESUDAH REDUKSI No
Keb. Peralatan (Unit)
Jumlah Fasilitas
Harga Sat. (Rp)
Total Biaya Investasi Dalam 1 Tahun (Rp)
1
Truck
1
300,000,000
2
Gerobak Sampah
4
2,000,000
8,000,000
3
Wadah Komunal
4
2,139,000
8556000
4
Wadah Individual
713
75,000 Jumlah
Sumber Perhitungan
ISBN : 978-602-97491-1-3 D-1-5
300,000,000
53,475,000 370,031,000
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 7 Agustus 2010
Aspek Kelembagaan
Didalam kerangka meningkatkan kapasitas kelembagaan prinsip-prinsip good governance dijadikan tolok ukur. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pengelolaan struktur kelembagaan dengan komitmen yang kuat, bermitra dengan masyarakat, meningkatkan pelatihan dan pendidikan dan responsive terhadap masukan-masukan. Menggali lebih dalam potensi yang ada di masyarakat dan memberi peran yang lebih besar kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sanitasi. Salah satu contohnya adalah dengan membentuk kelompok – kelompok masyarakat berdasarkan profesi. Pemerintah sebagai pengatur harus terus memberi bimbingan dan pembinaan pada kelompok ataupun perorangan yang ada di Kawasan Kumuh sebagai proses pemantapan kader dalam masyarakat, sehingga akan tumbuh kesadaran dan inisiatif dari masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam program perbaikan lingkungan. Pembinaan ini dilakukan secara instansional melalui instansi terkait ataupun dengan memanfaatkan aparat kelurahan melalui kegiatan – kegiatan sosial dan rapat – rapat desa.
ANALISA FAKTOR Analisa faktor dilakukan dengan menggunakan program SPSS 13.00 dari 16 sub variabel yang merupakan faktor-faktor penyebab rendahnya kinerja pengelolaan persampahan tereduksi menjadi 11 sub variabel, dengan hasil sebagai berikut : Tabel 5. Hasil Analisis Faktor Faktor
Nilai Eigen
Nilai Varians (%)
Varians Kumulatif (%)
1
2.974
18.590
18.590
2
2.119
13.244
31.835
3
1.678
10.486
42.320
4
1.581
9.879
52.200
5
1.565
9.784
61.984
6
1.508
9.422
71.406
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kod e
Sub Variabel
Loading
A2a A3 C1 A1 C4 A2b B3 B1 A4 C2
Pewadahan individu Pemilahan Prioritas alokasi anggaran Timbulan sampah Alternatif sumber dana Pewadahan komunal Personil Status dan kewenangan institusi Pengumpulan Tarif retribusi sampah
0.929 0.937 0.936 0.868 0.919 0.628 0.746 0.845 0.709 0.636
C3
Cost recovery
0.767
Hasil Olahan, 2010 KONSEP STRATEGI Diagram strategi digunakan untuk mengetahui posisi strategi yang telah dirumuskan dari hasil interaksi matrik evaluasi faktor-faktor internal dan eksternal. Dasar penentuannya adalah dari hasil penghitungan skor masing-masing sub variabel, yang terdapat dalam matrik evaluasi faktor-faktor internal dan eksternal. Adapun diagram strategi, dapat dilihat pada Gambar berikut.
ISBN : 978-602-97491-1-3 D-1-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 7 Agustus 2010
Peluang Eksternal
1,876
Kuadran I Strategi agresif menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
1,876
Kuadran III Strategi turn around Meminimalkan kelemahan internal untuk memanfaatkan peluang
0,101
−0,125
1,751 Kekuatan Internal
Kelemahan Internal
Kuadran II Strategi diversifikasi menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Kuadran IV Strategi defensif meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
1,775 Ancaman Eksternal
Gambar 2. Diagram Strategi
Dari Gambar diatas terlihat bahwa posisi strategi peningkatan kinerja pengelolaan persampahan menunjukan strategi turn around (Kuadran III), yaitu berupaya meminimalkan kelemahan internal untuk memanfaatkan peluang yang ada. Dengan demikian, strategi yang sebaiknya diterapkan, adalah : Mengatasi timbulan sampah dengan memperbaiki sistem pewadahan, pengumpulan sampah dan penyuluhan 3R serta memanfaatkan alternatif pilihan teknologi sesuai kebijakan global dan nasional yang menjadi acuan pemerintah daerah. KESIMPULAN 1. Peningkatan pelayanan dapat tercapai sampai 81% pada tahun 2015 dari kondisi saat ini 20,89%. 2. Strategi untuk meningkatkan kinerja pelayanan pengelolaan persampahan di pesisir Kelurahan Lembang yaitu Mengatasi timbulan sampah dengan memperbaiki sistem pewadahan, pengumpulan sampah dan penyuluhan 3R serta memanfaatkan alternatif pilihan teknologi sesuai kebijakan global dan nasional yang menjadi acuan pemerintah daerah. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik dan Bappeda Kabupaten Bantaeng, (2009), Kabupaten Bantaeng Dalam Angka 2009, BPS dan Bappeda Kabupaten Bantaeng, Bantaeng Badan Standarisasi Nasional (1994), Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil dan Kota Sedang di Indonesia, SNI 19-3983-1995, LPMB, Bandung. Departemen Kimpraswil, (2002), NSPM Tata Cara Survey dan Pengkajian Kondisi Sosial dan Budaya, Balitbang Kimpraswil, Jakarta. Direktorat Jenderal Cipta Karya, (1999), Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan dan Pengelolaan Bidang Prasarana Lingkungan Permukiman Perkotaan dan Pedesaan, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
ISBN : 978-602-97491-1-3 D-1-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 7 Agustus 2010
Rangkuti, F., (2006), Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, cetakan keduabelas, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Tchobanoglous, G., Theisen, H., Vigil, S., (1993), Integrated Solid Waste Management, Mc.Graw Hill lnc, International Editions, New York.
ISBN : 978-602-97491-1-3 D-1-8