STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE (Clarias sp) CV JUMBO BINTANG LESTARI DI GUNUNG SINDUR KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
H. ZAKARIA ANSHARI H34086042
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
RINGKASAN H. ZAKARIA ANSHARI. Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias sp) CV Jumbo Bintang Lestari di Gunung Sindur Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan JUNIAR ATMAKUSUMA). Ikan lele (Clarias sp) merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki prospek menjanjikan untuk dikembangkan karena ikan lele adalah salah satu komoditas perikanan budidaya unggulan yang dikembangkan secara intensif di perairan darat. Adapun kelebihan ikan lele sebagai komoditas perikanan budidaya diantaranya lele dapat dipijahkan sepanjang tahun, pertumbuhan lele cepat, dapat hidup pada lingkungan yang kotor dan sedikit oksigen, dan dapat diberikan pakan tambahan bermacam-macam Salah satu sentra produksi ikan air tawar termasuk ikan lele adalah Kabupaten Bogor. CV Jumbo Bintang Lestari merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam budidaya ikan lele khususnya pada bidang pembesaran. Perusahaan yang berlokasi di daerah Gunung Sindur, Kabupaten Bogor Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan usaha ikan lele di CV Jumbo Bintang Lestari (2) Merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan oleh CV Jumbo Bintang Lestari (3) Merumuskan prioritas strategi dalam pengembangan usaha oleh CV Jumbo Bintang Lestari. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Mei 2011 di Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat yang dijadikan sebagai studi kasus. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive) dengan pertimbangan bahwa CV Jumbo Bintang Lestari merupakan salah satu perusahaan penghasil lele terkemuka dan produknya sudah banyak dikenal di Jawa Barat. Jenis data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak perusahaan serta pihak pesaing dan dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, sedangkan data sekunder diperoleh dari buku, artikel, skripsi serta literatur lainnya yang sudah diterbitkan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah matriks IFE (Internal Factors Evaluation) dan EFE (External Factors Evaluation), analisis IE (Internal-Eksternal), analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) serta QSPM. (Quantitative Strategic Planning Matriks) Berdasrkan hasil EFE diprelihatkan total bobot skor sebesar 2,048. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan merespon kurang baik peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Berdasarkan tabel IFE diketahui total bobot skor sebesar 3,694. Hal ini menunjukkan bahwa usaha memiliki posisi internal yang mampu menggunakan kekuatan dan mengatasi kelemahan dengan baik. Gambaran posisi perusahaan saat ini dalam pemetaan matriks IE pada posisi perusahaan di sel IV yaitu dengan strategi umum Grow and Build (tumbuh dan berkembang). Strategi yang tepat digunakan dalam kuadran ini adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Dari Matriks SWOT diperoleh enam strategi yaitu : meningkatkan produksi dengan menambah area budidaya dan penambahan benih, pengguanaan teknologi tepat guna, memanfaatkan bantuan dari pemerintahan dan
dinas terkait dengan akses penyediaan input produksi, mempertahankan kualitas produk dan mengusahakan pakan alternatif yang baik, lebih murah dan berkelanjutan serta menjalin kerja sama dengan penyedia input produksi tersebut. Berdasarkan hasil analisis QSPM bahwa strategi terbaik yang harus dilakukan sekarang adalah : meningkatkan produksi produk (total nilai Daya Tarik sebesar 6,608). Saran dan masukan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dimasa yang akan datang yaitu a) Budidaya ikan lele di CV Jumbo Bintang Lestari hendaknya menambah area budidaya baik dengan cara pembelian maupun penyewaan tanah yang berisi kolam-kolam budidaya. b) Perlunya menggunakan teknologi budidaya yang tepat guna seperti penggunaan konstruksi kolam terpal, semi permanen maupun permanen, pengguanaan manajemen pakan yang benar, pemberian vitamin serta saluran masukan dan buangan air kolam yang lancar. c) Penambahan benih dalam jumlah yang besar untuk mengimbangi penambahan area kolam budidaya.
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE (Clarias sp) CV JUMBO BINTANG LESTARI DI GUNUNG SINDUR KABUPATEN BOGOR
H. ZAKARIA ANSHARI H34086042
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul Skripsi
: Strategi Pengembangan Usaha Ikan Lele (Clarias sp) di CV Jumbo Bintang Lestari Gunung Sindur, Kabupaten Bogor
Nama
: H. Zakaria Anshari
NRP
: H34086042
Disetujui, Pembimbing
Ir. Juniar Atmakusuma, MS NIP. 19530104 197903 2 001
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal lulus:
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias sp) CV Jumbo Bintang Lestari di Gunung Sindur Kabupaten Bogor ” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juni 2011
H. Zakaria Anshari H34086042
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama H. Zakaria Anshari, lahir di Lhokseumawe, Aceh Utara, NAD pada tanggal 09 November 1985. Anak ketujuh dari tujuh bersaudara dari pasangan (Alm) H. Nyak Cut dan Ibunda Hj. Maryam Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 2 Krunggukueh pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTP Negeri 1 Dewantara. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMU Negeri 1 Dewantara, Aceh Utara sampai dengan kelas satu dan pindah sekolah ke SMA 4 Bogor pada tahun 2003 sampai dengan selesai pada tahun 2005 dan melanjutkan pendidikan di Diploma IPB jurusan Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan Budidaya hingga selesai pada tahun 2008. Penulis diterima pada Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur seleksi umum pada tahun 2008. Selama kuliah di Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias sp) CV Jumbo Bintang Lestari di Gunung Sindur Kabupaten Bogor”. Penelitian ini bertujuan menganalisis strategi pengembangan usaha pembesaran ikan lele CV. Jumbo Bintang Lestari. Ruang lingkup penelitian ini adalah faktor internal dan eksternal pembudidaya ikan lele CV. Jumbo Bintang Lestari. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca dalam memberi informasi strategi pengembangan usaha pembesaran ikan lele bagi CV. Jumbo Bintang Lestari Namun demikian, sangat disadarai masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Juni 2011 H. Zakaria Anshari
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada : 1. Kedua orang tua yaitu Ibunda Hj. Maryam serta Ayahanda (Alm) H. Nyak Cut yang telah dengan bersusah payah memberikan segala sesuatunya dalam penulisan skripsi pada khususnya serta pada kehidupan ini pada umumnya, 2. Rasul Muhammad SAW yang telah banyak memberikan suri tauladannya dalam menyikapi hidup hingga ke jenjang skripsi ini. 3. Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama menulis skripsi. 4. Rachmat Yanuar, SP, Msi selaku dosen evaluator pada saat kolokium yang dengan bimbingan dan arahannya dalam penulisan proposal. 5. Ir. Popong Nurhayati ,MM selaku dosen penguji utama pada sidang penulis atas arahan dan masukannya 6. Amzul Rifin, Ph.D selaku dosen komite pendidikan pada sidang penulis atas arahan dan masukannya. 7. Oky Pratama selaku pembahas pada sidang dan teman bimbingan yang dengan setia menjadi salah satu motivator dalam penyelasaian skripsi ini 8. Dosen-dosen ekstensi Agribisnis yang dengan sabar dan perhatian atas arahan pada kuliah-kuliahnya yang membantu pada proses penulisan skripsi pada tahap selanjutnya. 9. Pihak CV. Jumbo Bintang Lestari yang telah memberi izin penelitian bagi penulis, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, terimakasih atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan yang diberikan. 10. Keluarga besar yang berada di Aceh yang selalu memberikan dukungan moril yang begitu menyentuh kalbu, khususnya abang-abangku dan kakakku yang tercinta.
11. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman ekstensi Agribisnis angkatan V (lima), dan teman-teman sesama sumatera atas semangat dan sharing selama kuliah hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya.
Bogor, Juni 2011 H. Zakaria Anshari
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI …………………………………………………………….
i
DAFTAR TABEL ....................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
v
I
PENDAHULUAN ........................................................................ 1.1. Latar Belakang .................................................................. 1.2. Perumusan Masalah .......................................................... 1.3. Tujuan Penelitian .............................................................. 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................ 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................
1 1 4 6 7 7
II
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 2.1. Usaha Ikan Lele .................................................................. 2.2. Hasil Penelitian Terdahulu ..................................................
8 8 9
III
KERANGKA PEMIKIRAN ...................................................... 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................ 3.1.1. Manajemen Strategis ............................................. 3.1.2. Proses Manajemen Strategi .................................... 3.1.3. Analisis Lingkungan Internal .................................. 3.1.4. Analisis Lingkungan Eksternal ................................ 3.2. Kerangka Operasional .......................................................
13 13 13 15 16 19 22
IV
METODE PENELITIAN ........................................................... 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................ 4.2. Jenis dan Sumber Data ...................................................... 4.3. Metode Pengumpulan Data ............................................... 4.4. Metode Analisis Data ........................................................ 4.4.1. Pengumpulan Data ................................................. 4.4.2. Pencocokan Data ................................................... 4.4.3. Pengambilan Keputusan ........................................
25 25 25 26 27 27 30 33
V
KEADAAN UMUM .................................................................... 5.1. Sejarah dan Pekembangan CV. Jumbo Bintang Lestari….. 5.2. Visi dan Misi ...................................................................... 5.3. Struktur Organisasi ............................................................. 5.4. Sumber Daya Perusahaan .................................................. 5.4.1. Sumber Daya Modal .............................................. 5.4.2. Sumber Daya Manusia ........................................... 5.4.3. Sumber Daya Fisik ................................................. 5.4.4. Sumber Daya Informasi .........................................
35 35 35 35 36 37 37 38 38
VI
VII
VIII
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN CV. JUMBO BINTANG LESTARI ................ 6.1. Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan ....................... 6.1.1. Ekonomi ................................................................. 6.1.2. Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan ......... 6.1.3. Politik, Pemerintahan dan Hukum ......................... 6.1.4. Teknologi ............................................................... 6.1.5. Kompetitif ............................................................... 6.2. Analisis Lingkungan Internal ............................................. 6.2.1. Sumber Daya Manusia ........................................... 6.2.2. Produksi dan Operasi ............................................ 6.2.3. Pemasaran ............................................................... 6.2.4. Keuangan ................................................................ PERUMUSAN STRATEGI USAHA IKAN LELE CV. JUMBO BINTANG LESTARI ............................................ 7.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Internal .................. 7.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman Eksternal .................... 7.3. Analisis Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ........... 7.4. Analisis Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) ........ 7.5. Analisis Matriks IE (Internal-Eksternal) ........................... 7.6. Analisis Matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) ............................................... 7.7. Analisis Matriks QSP (Quantitiative Strategic Planning) .
39 39 39 40 40 41 41 43 43 44 44 45 46 46 50 54 55 57 59 65
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 8.1. Kesimpulan ........................................................................ 8.2. Saran ...................................................................................
68 68 69
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
70
LAMPIRAN ...............................................................................................
71
DAFTAR TABEL Nomor 1.
Halaman Perkembangan Konsumsi Ikan per kapita Masyarakat Bogor Tahun 2004-2009 ......................................................
2
Perbandingan Zat Gizi Pada Beberapa Sumber Protein Hewani .................................................................................
3
Produksi Ikan Air Tawar di Kabupaten Bogor Tahun 20082009 .............………………………………………………
3
Data Produksi Ikan lele per hari di CV. Jumbo Bintang Lestari Periode Agustus-November 2010 ............................
5
5.
Fungsi Dasar Manajemen Produksi ......................................
19
6.
Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ...........................
29
7.
Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) .....................
30
8.
Matriks QSP (Quantitiative Strategic Planning) ….............
34
9.
Hasil Analisis Lingkungan Internal ......................................
50
10.
Hasil Analisis Lingkungan Eksternal ....................................
53
11.
Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ...........................
55
12.
Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) ........................
56
2.
3.
4.
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Model Komprehensif Manajemen Strategis ........................
2.
Kerangka Pemikiran Operasional Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele di CV. Jumbo Bintang Lestari ........………………….............................................. 24
3.
Matriks IE (Internal-Eksternal) …....................................
31
4.
Matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) .......................................................................
33
5.
Struktur Organisasi CV. Jumbo Bintang Lestari …………
36
6.
Matriks IE (Internal-Eksternal) Usaha Budidaya Ikan Lele di CV. Jumbo Bintang Lestari ………………………
7.
Matriks SWOT di CV. Jumbo Bintang Lestari (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) di CV. Jumbo Bintang Lestari ..................................................................
16
58
64
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Kuisoner ............................................................................
73
2.
Analisis Lingkungan Internal Eksternal …………............
83
3.
Data SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) ………...........................................................
84
4.
Matriks Berpasangan .........................................................
85
5.
Tabel IFAS EFAS ..............................................................
6.
Matriks IE (Internal-Eksternal) .........................................
7.
Matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) .......................................................................
92
QSPM (Quantitiative Strategic Planning Matrix) ...........
93
8.
90 91
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan sehingga sebagian besar wilayahnya terdiri atas perairan. Hal ini mengakibatkan laut memiliki potensi yang sangat besar sebagai salah satu sumber mata pencaharian masyarakat. Berbagai jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi seperti udang, tuna, cakalang, ubur-ubur, kepiting, dan ikan hias sangat mudah diperoleh di perairan Indonesia1. Selain di laut, Indonesia juga memiliki kekayaan perikanan di perairan air tawar. Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang semakin berkembang dan diminati masyarakat sebagai salah satu sumber penghasilan. Subsektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4 juta ton per tahun, sementara yang sudah dimanfaatkan sebesar 4,4 juta ton per tahun atau sekitar 70 persen dari keseluruhan potensi perikanan tangkap. Sedangkan potensi perikanan budidaya di Indonesia mencapai 15,95 juta hektar. Potensi perikanan budidaya ini terdiri atas potensi budidaya air tawar sebesar 2,23 juta hektar, potensi budidaya air payau 1,22 juta hektar, dan potensi budidaya laut sebesar 12,44 juta hektar. Pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan budidaya saat ini baru sekitar 10,1 persen untuk budidaya air tawar, 40 persen untuk budidaya air payau, dan 0,01 persen untuk budidaya laut. Total produksi perikanan budidaya nasional saat ini baru mencapai sekitar 1,6 juta ton per tahun. Kegiatan budidaya ikan di Indonesia dapat dilakukan sepanjang tahun. Hal ini disebabkan kondisi perairan di indonesia beriklim tropis2. Kegiatan budidaya di subsektor perikanan selama ini lebih banyak dilakukan oleh pembudidaya dengan skala usaha kecil yang umumnya memiliki akses dan pengetahuan yang terbatas terhadap manajemen usaha, pasar, dan permodalan. Jika dilihat dari potensi yang dimilikinya, subsektor perikanan dapat 1
Tribun Timur. 2007. Konsumsi Ikan Menjamin Sehat dan Cerdas. http://www.tribuntimur.com. Diakses pada tanggal 12 November 2010. 2 Departemen Kelautan dan Perikanan. Indonesia dan Negara Asia. www.dkp.go.id. Update Data Perikanan. (Diakses pada tanggal 12 November 2010)
dijadikan salah satu sumber penggerak perekonomian nasional dalam rangka pemerataan pembangunan. Permintaan terhadap ikan dan produk perikanan lainnya dalam sepuluh tahun terakhir mengalami peningkatan, terutama setelah munculnya wabah penyakit sapi gila, flu burung, serta penyakit kuku dan mulut yang menyerang hewan ternak khususnya sapi. Selain itu, saat ini sedang terjadi perubahan kecenderungan konsumsi masyarakat yang semakin menggemari ikan sebagai salah satu sumber pemenuhan kebutuhan protein. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap ikan dari tahun 2004 sampai tahun 2009 (Tabel 1). Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Ikan per Kapita Masyarakat Bogor Tahun 2004-2009. Tahun
Konsumsi Kilogram per kapita
Perubahan (%)
2004
17,30
-
2005
17,73
2,49
2006
18,24
2,88
2007
18,80
3,07
2008
19,18
2,02
2009
19,36
0,91
Rata-rata
18,40
1,90
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2010)
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat konsumsi ikan per kapita masyarakat terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan rata-rata peningkatan sebesar 1,9 persen per tahun. Hal tersebut tidak terlepas dari peran pemerintah dalam mensosialisasikan program Gerakan Makan Ikan (Gemarikan) dan pembentukan Forum Peningkatan Konsumsi Ikan Nasional (Forikan)3. Ikan merupakan salah satu jenis lauk pauk yang dapat dikategorikan makanan empat sehat lima sempurna. Daging ikan memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan daging lainnya, seperti daging ayam dan daging 3
Tempo Interaktif. 2009. Penduduk Yogya Kekurangan www.tempointeraktif.com. Diakses pada tanggal 12 November 2010.
Ikan
Lele.
sapi. Perbandingan nilai gizi yang terkandung dalam berbagai sumber protein hewani selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perbandingan Zat Gizi pada Beberapa Sumber Protein Hewani. Unsur Gizi
Lele
Mas
Kembung
Udang
Tawes
Betok
Sapi
Ayam
Air (gram)
75,10
80,00
76,00
78,50
82,00
75,00
66,00
63,30
Protein (gram)
37,00
16,00
22,00
18,10
9,70
17,50
18,00
18,20
Lemak (gram)
4,80
2,00
1,00
0,10
5,10
5,00
14,00
25,00
Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan (2003)
Berdasarkan Tabel 2, ikan lele memiliki kandungan gizi yang paling baik dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya. Daging ikan lele mengandung protein yang berkualitas tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya dan hewan ternak seperti ayam maupun sapi. Protein yang terkandung pada ikan lele sangat baik karena tersusun dari asam-asam amino yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan. Selain itu, protein ikan amat mudah dicerna dan diabsorbsi tubuh (DKP, 2003). Ikan pada umumnya termasuk lele sering disebut juga sebagai makanan yang dapat meningkatkan kecerdasan karena mengandung lemak omega-3 yang berfungsi sebagai asam lemak otak yang terutama berperan dalam proses tumbuh kembang otak janin. Salah satu sentra produksi ikan air tawar termasuk ikan lele adalah Kabupaten Bogor. Jumlah produksi ikan konsumsi air tawar di Kabupaten Bogor tahun 2008-2009 cenderung meningkat setiap tahun (Tabel 3). Tabel 3. Produksi Ikan Air Tawar di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009. Jenis Ikan Lele Mas Gurame Nila Bawal Patin Tawes Tambakan Mujair Nilem
Produksi per Tahun (Ton) 2008 2009 9.744,80 18.315,02 8.124,35 3.859,62 1.854,82 1.946,43 3.494,96 1.842,17 904,91 2.026,14 571,76 584,84 278,80 75,76 48,50 33,67 29,21 31,68 8,23 2,10
per Tahun (%) 87,95 -52,49 4,94 -47,29 123,91 2,29 -72,83 -30,58 8,46 -74,46
Produksi per Hari (Ton) 2008 2009 26,70 50,17 22.30 10,57 5,10 5,33 9,60 5,04 2,50 5,55 1,57 1,60 0,80 0,20 0,13 0,09 0,08 0,09 0,02 0,01
Perubahan per Hari (%) 87,90 -52,60 4,51 -47,50 122,00 2,00 -75,00 -30,76 12,50 -50,00
Lain-lain Jumlah
26,95 25.087,29
25,30 28.742,72
-6,14 14,57
0,07 6,26
0,06 7,15
-14,29 14,22
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2010)
Berdasarkan Tabel 3, tingkat produksi ikan lele tiap tahun di Kabupaten Bogor pada tahun 2008-2009 mengalami peningkatan yang sangat pesat sebesar 87,95 persen dari 9.744,8 ton pada tahun 2008 menjadi 18.315,02 ton pada tahun 2009. Hal tersebut menunjukkan bahwa ikan lele merupakan komoditas perikanan yang sangat potensial untuk dikembangkan karena berpotensi mendatangkan keuntungan ekonomis jika dikelola dengan baik. Sedangkan untuk keseluruhan produksi ikan air tawar di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan sebesar 14,57 persen dari tahun 2008 sampai tahun 2009. Ikan lele (Clarias sp) merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki prospek menjanjikan untuk dikembangkan karena ikan lele adalah salah satu komoditas perikanan budidaya unggulan yang dikembangkan secara intensif di perairan darat. Adapun kelebihan ikan lele sebagai komoditas perikanan budidaya diantaranya lele dapat dipijahkan sepanjang tahun, pertumbuhan lele cepat, dapat hidup pada lingkungan yang kotor dan sedikit oksigen, dan dapat diberikan pakan tambahan bermacam-macam (Agriminakultura, 2008). Berbagai kondisi yang dihadapi seperti penyakit, cuaca dan iklim, mahalnya harga bahan baku, kurangnya modal serta karyawan yang kurang terampil secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh juga terhadap kelangsungan usaha ikan lele. Usaha pembesaran ikan lele memerlukan langkahlangkah strategis, agar dapat mengembangkan usaha dalam menghadapi kondisi lingkungan, sehingga dapat mencapai kesejahteraan bagi pembudidaya ikan lele di Gunung Sindur khususnya CV. Jumbo Bintang Lestari Jika faktor-faktor internal maupun eksternal yang menghambat atau mengancam produksi atau pengembangan usaha pembesaran ikan lele dapat diketahui dan dikaji, maka akan dengan mudah menentukan strategi yang dapat diambil untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
1.2. Perumusan Masalah
Keanekaragaman jenis ikan memberi peluang besar dalam kegiatan budidaya perikanan air tawar, baik usaha perikanan tangkap maupun perairan umum (waduk, danau, sungai, dan rawa) serta usaha budidaya ikan di kolam, keramba, dan jaring apung. Usaha budidaya ikan telah berkembang menjadi salah satu sumber lapangan kerja, sumber pendapatan, dan sumber pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Salah satu usaha budidaya ikan yang saat ini semakin berkembang dan dikenal masyarakat luas adalah usaha budidaya ikan lele. CV. Jumbo Bintang Lestari merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam budidaya ikan lele khususnya pada bidang pembesaran. Perusahaan yang berlokasi di daerah Gunung Sindur, Kabupaten Bogor ini memiliki 100 buah kolam pembesaran dan mampu memproduksi ikan lele sebanyak empat sampai lima ton per hari (Tabel 4). Tabel 4. Data Produksi Ikan lele per Hari di CV Jumbo Bintang Periode AgustusNovember 2010 No 1 2 3 4
Periode Agustus September Oktober November Rata-rata
Produksi (Kilogram) 5.571,63 4.697,05 4.303,55 3.802,32 4.593,64
Sumber: CV Jumbo Bintang (2010)
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa rata-rata produksi lele perusahaan sebesar 4,5 ton per hari. Adapun permintaan terhadap ikan lele di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (JABODETABEK) sebesar 150 ton per hari4. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan perusahaan baru dapat memenuhi permintaan pasar sebesar 3,33 persen. Jika melihat angka tersebut, seakan perusahaan ini merupakan perusahaan kecil karena baru dapat memenuhi permintaan konsumen sebesar 3,33 persen saja. Namun sebetulnya perusahaan memiliki peluang yang sangat besar untuk terus melakukan ekspansi pasar dengan terus meningkatkan produksi agar pasokan ke pasar terus meningkat. Apabila dibandingkan dengan produksi ikan lele di Bogor per hari 4
Tempo Interaktif. 2009. Bisnis Budidaya Ikan Air Tawar. www.tempointeraktif.com. (Diakses pada tanggal 1Desember 2010.
pada tahun 2009 yang mencapai 50,17 ton, maka perusahaan memiliki pangsa kurang lebih sebesar 10 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pasar ikan lele domestik masih sangat terbuka lebar untuk diambil manfaatnya terutama untuk bisnis pembesaran. Awalnya perusahaan ini berkonsentrasi pada dua lini usaha yaitu pembenihan dan pembesaran. Namun seiring perkembangan pasar dan kondisi usaha, perusahaan memutuskan untuk fokus kepada usaha pembesaran karena dianggap lebih menguntungkan dibandingkan usaha pembenihan. Usaha pembesaran lele tidak terlepas dari adanya pengaruh perekonomian nasional seperti kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) dan TDL (Tarif Dasar Listrik) yang berimbas secara tidak langsung dengan kenaikan harga bahan baku pakan, sehingga untuk menunjang peningkatan kualitas produk ikan lele menjadi lebih sulit. Begitu pula dengan cuaca dan iklim yang anomali atau tidak menentu sehingga membuat ikan lele mudah mengalami stress bahkan rentan terkena penyakit. Meskipun demikian, setiap hambatan maupun ancaman yang ada harus ditinjau kembali dengan mengukur kekuatan dan peluang yang ada sehingga dapat dirumuskan langkah strategis yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Identifikasi faktor-faktor internal maupun eksternal yang meliputi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perlu dilakukan guna memetakan formulasi strategi dalam mengembangkan usaha pembesaran ikan lele dengan konsep SWOT dan menentukan prioritas strategi dalam QSPM. Beberapa permasalahan yang akan di analisis dalam penelitian ini adalah: 1.
Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan usaha ikan lele di CV. Jumbo Bintang Lestari ?
2.
Bagaimana alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan oleh CV. Jumbo Bintang Lestari ?
3.
Prioritas strategi seperti apa yang tepat bagi CV. Jumbo Bintang Lestari dalam mengembangkan usahanya di masa yang akan datang?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1.
Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan usaha ikan lele di CV. Jumbo Bintang Lestari .
2.
Merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan oleh CV. Jumbo Bintang Lestari .
3.
Merumuskan prioritas strategi dalam pengembangan usaha oleh CV. Jumbo Bintang Lestari .
1.4. Manfaat Penelitian 1.
Bagi CV. Jumbo Bintang Lestari, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dan masukan dalam membuat keputusan usaha ikan lele.
2.
Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam upaya mengembangkan usaha budidaya ikan lele di Indonesia.
3.
Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat selama menuntut lmu di IPB.
4.
Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan informasi, literatur, dan bahan bagi penelitian selanjutnya.
1.5.Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup analisis dan pembahasan dalam penelitian ini yaitu meliputi gambaran umum perusahaan, analisis faktor-faktor internal dan eksternal dari CV. Jumbo Bintang Lestari, serta perumusan dan penentuan prioritas strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh perusahaan
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usaha Ikan Lele Bisnis budidaya ikan air tawar memang memiliki cakupan yang sangat luas. Salah satu Ikan budidaya air tawar yang cukup memiliki prospek bisnis yang menjanjikan adalah ikan lele. Ikan lele merupakan jenis ikan yang sudah dikenal oleh masyarakat luas. Suryanto (1989) ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Budidaya ikan lele semakin meningkat dengan pesat di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: a. Dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, b. Harga jual ikan lele cukup tinggi dan stabil, c. Teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, d. Pemasarannya relatif mudah dan e. Modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah. Perkembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele ke Indonesia pada tahun 19855. Keunggulan lele antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit. Selain itu, budidaya ikan lele relatif lebih mudah dan sederhana jika dibandingkan dengan budi daya gurami. Lele merupakan ikan yang memiliki beberapa keistimewaan dan banyak diminati orang. Selain rasanya yang gurih juga dapat diubah menjadi berbagai macam jenis makanan olahan. Hal ini mengakibatkan permintaan terhadap ikan lele terus mengalami peningkatan 6. Bisnis budidaya lele sebenarnya dapat dilakukan dalam beberapa kegiatan antara lain: a. Pembenihan b. Pembesaran dalam beberapa ukuran c. Pembesaran hingga ukuran konsumsi d. Pengolahan
5
Tribun Timur. 2007. Konsumsi Ikan Menjamin Sehat dan Cerdas. http://www.tribuntimur.com. (Diakses pada tanggal 12 November 2010) 6 Departemen Kelautan dan Perikanan. Indonesia dan Negara Asia. www.dkp.go.id. Update Data Perikanan. (Diakses pada tanggal 12 November 2010)
Peluang pasar lele tidak hanya terbatas untuk memenuhi kebutuhan pasar konvensional seperti konsumen rumah tangga, restoran, atau rumah makan yang membutuhkan pasokan lele ukuran konsumsi. Pada umumnya para petani lele membudidayakan lele pada berbagai tingkatan (subsistem) : pembenihan, pendederan, konsumsi dan indukan. Setiap subsistem dalam budidayanya juga memiliki pasar yang membutuhkan pasokan lele dari berbagai jenis ukuran, tergantung pada subsistem usaha budidaya lele yang dijalankan oleh masingmasing pelaku usaha. Kondisi tersebut di atas menunjukkan bahwa pembudidayaan lele tidak harus dilakukan secara integrated (terpadu) mulai dari pembenihan, pendederan dan pembesaran dalam satu unit usaha. Namun, bisa dipecah-pecah menjadi beberapa subsistem secara terpisah. Kenyataan inilah yang terjadi di lapangan, saat ini sudah banyak masyarakat yang berbisnis dalam usaha budidaya lele, namun hanya sebagian kecil saja yang membudidayakannya secara integrated di dalam
satu
unit
usaha.
Sebagian
besar
pembudidaya
justru
hanya
membudidayakan lele dalam satu atau dua subsistem saja. Dengan demikian, peluang usaha budidaya di setiap subsistem sangat terbuka lebar karena semua subsistem ini saling berkaitan satu sama lain. Satu hal yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa peluang pasar lele tidak hanya ada di dalam negeri. Lele berukuran besar juga berpeluang untuk diekspor ke beberapa negara, sebagaimana yang pernah diminta oleh negara Korea Selatan beberapa waktu lalu. Namun permintaan tersebut belum dapat terpenuhi akibat produksi yang belum kontinu, sehingga peluang tersebut belum dapat termanfaatkan dengan baik. 2.2. Hasil Penelitian Terdahulu Hasibuan
(2008),
meneliti
mengenai
analisis
formulasi
strategi
pengembangan bisnis ikan hias koi pada CV Ayunawa Freshwater Fish Farm Bogor, Jawa Barat. Dengan menggunakan metode SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) dan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matriks) maka dapat disimpulkan berdasar matriks IFE (Internal Factors Evaluation) dan EFE (External Factors Evaluation) maka posisi Matriks I-E (Internal-Eksternal) yaitu berada pada kuadran V yakni pertahankan dan pelihara dengan strategi
penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan penelitian tersebut dapat dilihat faktor internal berupa kekuatan seperti kualitas ikan yang baik, modal usaha pribadi, lokasi yang strategis, memiliki suasana kekeluargaan, dan memiliki lahan yang luas. Faktor internal berupa kelemahan seperti kegiatan promosi belum optimal, kinerja setiap divisi kurang baik, penggunaan lahan belum optimal, prosedur pengangaran belum efektif dan kurang mengetahui informasi pasar. Faktor eksternal berupa peluang seperti pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik, kebijakan pemerintah yang mendukung, kemajuan teknologi, perdagangan bebas antar negara dan memiliki hubungan baik dengan pemasok. Serta faktor eksternal berupa ancaman seperti kenaikan TDL (Tarif Dasar Listrik) dan BBM (Bahan Bakar Minyak), adanya produk substitusi, penyakit KHV, dan stabilisasi keamanan nasional. Dengan hasil QSPM yaitu : 1) mempertahankan dan meningkatkan mutu produk dengan cara pengawasan produksi (TAS : 15,434). 2) merekrut tenaga kerja yang terampil (TAS : 15,295). 3) membuat perencanan produksi (TAS : 14,714). 4) menghasilkan jenis ikan Koi yang variatif (TAS : 12, 851). Yulianti (2009), meneliti mengenai analisis strategi pengembangan usaha pembenihan udang vanamei (Litopenaeus vannamei) (kasus pada PT suri tani pemuka, kabupaten Serang, Banten). Dengan menggunakan metode SWOT dan QSPM maka dapat disimpulkan berdasar matriks IFE dan EFE maka posisi Matriks I-E yaitu berada pada kuadran 2 atau tumbuh dan bina dengan strategi intensif dan integratif. Berdasarkan penelitian diperoleh faktor internal berupa kekuatan seperti lokasi perusahan dekat dengan bahan baku dan transportasi mudah, produk yang dihasilkan berkualitas, hubungan dan pelayanan yang baik pada pelanggan, merupakan perusahaan pembenihan udang vannamei yang sudah bersertifikat, jaringan pemasaran sudah kuat, komunikasi yang baik antara pemilik dan karyawan dan alat produksi dan sarana pembenihan sudah modern. Faktor internal berupa kelemahan seperti pasar yang dituju sama dengan perusahaan sejenis, pakan alami masih tergantung pada alam dan musim, masyarakat sebelum mengenal jenis udang vanamei karena merupakan komoditas introduksi, jumlah produksi berfluktuasi, kerugian oleh tingkat kematian benih pada saat pengiriman
pelanggan yang ditanggung perusahaan dan asuransi yang diberikan oleh pihak pemasok induk hanya 24 jam. Faktor eksternal berupa peluang seperti peningkatan jumlah petambak udang vanamei di Indonesia, adanya kebijakan pemerintah yang mendorong peningkatan ekspor udang vanamei, merosotnya produksi uadang windu, kecendrungan masyarakat negara maju untuk beralih dari red meat ke white meat karena adanya penyakit mulut sapi, terbinanya hubungan baik dengan pemasok dan harga relatif lebih rendah dibanding dengan udang windu. Faktor eksternal berupa ancaman seperti persaingan antara perusahaan sejenis, kenaikan biaya pembenihan, pengemasan dan transportasi, keadaan iklim yang mempengaruhi ketersediaan bahan baku udang vanamei, ancaman produk substitusi dan adanya penyakit dan bakteri yang menyerang benih udang vanamei. Dengan hasil QSPM yaitu : 1) menjaga stabilitas produksi (TAS : 7,325). 2) meningkatkan jumlah produksi untuk memenuhi permintaan konsumen (TAS : 7,281). 3) menjaga dan meningkatkan kualitas produk (TAS : 7,247). 4) membudidayakan pakan alami sendiri (TAS : 6,878). 5) meningkatkan kerjasama dengan pihak terkait (TAS : 6,873). 6) memperluas wilayah pemasaran (TAS : 6,530). 7) mengenalkan produk ke masyarakat luas (TAS : 6,343). 8) menjalin hubungan yang lebih baik dengan konsumen (TAS : 6,325). Ismanto (2009), menganalisis mengenai strategi pengembangan ikan lele di Parung Bogor. Metode yang digunakan untuk menganlisis persoalan tersebut yaitu dengan menggunakan matriks IFE, EFE, SWOT, dan QSPM. Sehingga dihasilkan dari hasil evaluasi yang menjadi kekuatan utama adalah potensi sumberdaya alam yang mendukung budidaya dengan bobot tertinggi sebesar 0,092 dan yang menjadi ancaman utama adalah harga pakan yang tinggi dengan bobot tertinggi sebesar 0,115. Faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan adalah potensi sumberdaya alam yang mendukung budidaya, potensi jumlah sumberdaya manusia pelaku usaha budidaya lele, keberadaan kelompok pembudidaya lele, program kerja Dinas Peternakan dan Perikanan yang mendukung pengembangan budidaya lele, letak daerah Parung yang dekat dengan pasar Jabodetabek sebagai pasar utama, dan usaha budidaya lele sudah memasyarakat. Faktor-faktor internal yang menjadi kelemahan adalah kemampuan manajemen usaha pembudidaya masih terbatas,
pola usaha budidaya masih bersifat tradisional, lemahnya permodalan, jumlah bibit lele berkualitas terbatas, kualitas dan kuantitas hasil produksi belum optimal dan belum berkembangnya diversifikasi usaha. Faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang adalah kebijakan DKP yang mendukung usaha pengembangan budidaya lele, permintaan pasar belum terpenuhi, munculnya permintaan produk olahan, keberadaan industri pakan, keberadaan dari Asosiasi Pedagang Kaki Lima Pecel Lele dan perkembangan teknologi budidaya semakin pesat. Faktor-faktor eksternal yang menjadi ancaman adalah harga pakan tinggi, harga jual yang berfluktuasi akibat ada pengaruh pengumpul, persaingan usaha semakin kompetitif dengan daerah lain dan pemeliharaan sumber-sumber air belum optimal. Berdasarkan analisis QSPM yang ditentukan oleh besarnya nilai Total Attractiveness Score (TAS) diperoleh strategi prioritas utama adalah strategi Pengembangan Kawasan Sentra Produksi untuk peningkatan produksi yang memenuhi permintaan pasar dengan nilai TAS sebesar 5,641. Berdasarkan dari penelitian tersebut di atas maka terdapat kesamaan diantaranya umumnya alat analisis yang digunakan pada strategi pengembangan yaitu matriks IFE, EFE, IE, SWOT dan QSP. Sedangkan faktor-faktor internal berupa kelemahan yaitu seperti promosi yang kurang, kecukupan modal jangka pendek, kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang, persediaan bahan baku, karyawan kurang terampil dan insentif karyawan. Faktor-faktor internal berupa kekuatan seperti produk yang dihasilkan berkualitas, lokasi yang strategis, harga sesuai dengan produk yang dihasilkan, sarana dan parasarana yang memadai dan proses produksi yang baik. Faktor-faktor eksternal berupa ancaman seperti pengaruh stabilitas politik dan keamanan, harga pakan mahal, kenaikan BBM dan TDL, pengaruh produk substitusi, hama dan penyakit serta cuaca dan iklim. Faktor-faktor eksternal berupa peluang seperti adanya peraturan pemerintah atau dinas terkait setempat, isu flu burung dan antraks, meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan lele, peranan teknologi manajemen pakan serta akses jalan dan transportasi. Sedangkan pada penelitian ini akan digunakan analisis penentuan yang sama dengan alat ukur strategi yang sama seperti penelitian terdahulu dan perbedaan terdapat dalam lokasi penelitian.
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan rangkaian teori-teori yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab tujuan penelitian. 3.1.1. Manajemen Strategis Menurut David (2004), manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Manajemen strategis berfokus pada mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi. Manajemen strategis memberikan berbagai manfaat bagi organisasi, karena memungkinkan suatu organisasi untuk proaktif dalam menentukan masa depannya; memungkinkan perusahaan untuk memulai mempengaruhi aktivitas organisasinya, sehingga memiliki kontrol terhadap masa depan organisasinya. Secara historis, manfaat utama manajemen strategis telah membantu organisasi memformulasikan strategi yang lebih baik dengan menggunakan pendekatan yang lebih sistematis, logis dan rasional untuk pilihan strategis. Secara spesifik, manajemen strategis memiliki dua jenis manfaat, yaitu manfaat finansial dan manfaat non-finansial. Dari sisi finansial, organisasi yang menerapkan konsep manajemen strategis lebih menguntungkan dan berhasil dibandingkan organisasi lain yang tidak menggunakannya. Hal ini disebabkan perusahaan yang memiliki kinerja tinggi cenderung melakukan perencanaan yang sistematis untuk mempersiapkan fluktuasi dimasa depan dalam lingkungan eksternal dan internalnya. Perusahaan dengan sistem perencanaan yang sangat mirip dengan teori manajemen strategis menunjukkan kinerja keuangan jangka panjang yang lebih baik dibanding industrinya, serta juga menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam penjualan, profitabilitas dan produktivitas dibandingkan dengan perusahaan tanpa aktivitas perencanaan yang sistematis. Sedangkan dari sisi non-finansial, dengan menerapkan manajemen strategis, dapat membantu organisasi meningkatkan kesadaran atas ancaman
eksternal, pemahaman yang lebih baik atas strategi pesaing, meningkatkan produktivitas karyawan, mengurangi keengganan untuk berubah, dan pengertian yang lebih baik atas hubungan antara kinerja dan penghargaan. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki strategi masing-masing untuk menghadapi persaingan. Menurut David (2004), terdapat beberapa alternatif strategi utama yang dapat diterapkan oleh suatu perusahaan, yaitu: 1) Strategi Integrasi a) Strategi integrasi ke depan, yaitu suatu strategi yang melibatkan akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol atas distributor atau pengecer perusahaan. b) Strategi integrasi ke belakang, yaitu suatu strategi yang melibatkan akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol atas pemasok perusahaan. c) Strategi integrasi horizontal, yaitu suatu strategi yang melibatkan akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol atas pesaing perusahaan. 2)
Strategi Intensif a) Strategi penetrasi pasar, yaitu perusahaan sebaiknya meningkatkan pangsa pasar suatu produk atau jasa melalui usaha-usaha pemasaran yang lebih besar, misalnya dengan menambah tenaga penjual, biaya iklan, promosi penjualan atau usaha-usaha promosi lainnya. Jadi, tujuan dari strategi ini yaitu untuk meningkatkan pangsa pasar melalui usaha pemasaran yang lebih besar. b) Strategi pengembangan pasar, yaitu suatu strategi yang bertujuan untuk memperkenalkan produk-produk atau jasa yang ada sekarang ke daerahdaerah yang secara geografis merupakan daerah baru. Tujuan dari strategi ini yaitu untuk memperbesar pangsa pasar. c) Strategi pengembangan produk, yaitu strategi yang bertujuan agar perusahaan dapat meningkatkan penjualan dengan cara meningkatkan atau memodifikasi produk atau jasa yang sudah ada sekarang atau mengembangkan produk atau jasa yang baru.
3)
Strategi Diversifikasi
a) Strategi diversifikasi konsentrik, yaitu suatu strategi dengan cara menambah produk atau jasa yang baru tetapi masih saling berhubungan dengan produk atau jasa yang lama. Jadi, tujuan strategi ini yaitu untuk membuat produk baru yang berhubungan untuk pasar yang sama. b) Strategi diversifikasi konglomerat, yaitu suatu strategi dimana perusahaan menambahkan produk atau jasa yang baru namun tidak saling berhubungan dengan produk atau jasa yang lama. Strategi ini bertujuan untuk menambah produk baru yang tidak saling berhubungan untuk pasar yang berbeda c) Strategi
diversifikasi
horizontal,
yaitu
suatu
strategi
perusahaan
menambahkan produk atau jasa pelayanan yang baru, yang tidak saling berhubungan namun untuk konsumen yang sudah ada. Jadi, tujuan dari strategi ini yaitu untuk memuaskan konsumen yang sama melalui penambahan produk atau jasa baru. 4)
Strategi Bertahan a) Strategi penciutan biaya, yaitu perusahaan melakukan pengurangan biaya dan aset perusahaan dengan tujuan menghemat biaya agar keuntungan dapat dipertahankan dengan cara menjual sebagian aset perusahaan. b) Strategi penciutan usaha, yaitu perusahaan menjual satu divisi atau bagian dari perusahaan untuk menambah modal dari suatu rencana investasi. c) Strategi likuidasi, yaitu perusahaan menjual seluruh aset perusahaan yang dapat dihitung nilainya. Tujuan dari strategi ini adalah untuk menutup perusahaan, jika perusahaan sudah tidak dapat lagi dipertahankan lagi keberadaannya.
3.1.2. Proses Manajemen Strategi Proses manajemen strategi bersifat dinamis dan berkelanjutan. Adanya suatu peubahan pada komponen utama dalam model, dapat menyebabkan perubahan pada salah satu atau semua komponen lainnya. Model manajemen strategis menggambarkan perubahan pendekatan yang jelas dan praktis mengenai formulasi, implementasi, dan evaluasi strategi. Hubungan antar bagian utama dalam proses manajemen strategi ditampilkan dalam model berikut.
Melakukan Audit Eksternal Mengemban gkan pernyataan visi dan Misi
Menetapka n Sasaran Jangka Panjang
Merumuska n mengevalua si dan Memilih Strategi
Implementa si Strategi Isu-Isu Manajemen
Implementas i Strategi Isu-Isu Pemasaran, Keuangan, Akuntansi, Litbang,SIM
Mengukur dan Mengevalua si Kinerja
Melakuka n Audit Internal
Formulasi Strategi
Implementasi Strategi
Evaluasi Strategi
Gambar 1. Model Komprehensif Manajemen Strategis (Sumber : David, 2004)
Menurut David (2004), untuk membuat suatu konsep manajemen strategis yang baik dan dapat diterapkan oleh perusahaan, maka diperlukan suatu proses manajemen strategis yang terdiri dari tiga tahap: formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan. 3.1.3. Analisis Lingkungan Internal Faktor lingkungan internal yaitu segala faktor yang terkait dengan fungsi perusahaan tersebut yang dapat menunjukkan adanya kekuatan atau kelemahan perusahaan yang sifatnya dapat dikendalikan oleh pemimpin perusahaan. Menurut David (2004), kekuatan dan kelemahan internal merupakan aktivitas organisasi yang dapat dikontrol yang dijalankan dengan sangat baik atau sangat buruk. Faktor-faktor internal ini muncul dalam aktivitas manajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi manajemen dari sebuah bisnis.
1.
Aspek Pemasaran Pemasaran
dapat
digambarkan
sebagai
proses
mendefinisikan,
mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa (David, 2004). Dalam rangka inilah, maka setiap perusahaan perlu selalu menetapkan dan menerapkan strategi dan cara pelaksanaan kegiatan pemasarannya. Salah satu unsur dalam strategi pemasaran terpadu adalah strategi bauran pemasaran, yang merupakan strategi yang dijalankan perusahaan, yang berkaitan dengan penentuan bagaimana perusahaan menjanjikan penawaran produk pada segmen pasar tertentu, yang merupakan sasaran pasarnya. Variabel strategi bauran pemasaran tersebut adalah: a.
Strategi Produk Strategi produk dalam hal ini adalah menetapkan cara dan penyediaan
produk yang tepat bagi pasar yang dituju, sehingga dapat memuaskan para konsumennya sekaligus dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dalam jangka panjang, melalui peningkatan penjualan dan peningkatan pangsa pasar. Faktor-faktor yang terkandung dalam suatu produk adalah mutu/kualitas, penampilan, pilihan yang ada, gaya, merek, pengemasan, ukuran, jenis, macam, jaminan, dan pelayanan. Sedangkan strategi produk yang dapat dilakukan mencakup keputusan tentang acuan/bauran produk, merek dagang, cara pembungkusan/kemasan produk, tingkat mutu/kualitas dari produk dan pelayanan yang diberikan. b.
Strategi Harga Strategi penetapan harga sangat penting terutama untuk menjaga dan
meningkatkan posisi perusahaan di pasar, yang tercermin dalam pangsa pasar perusahaan,
disamping
untuk
meningkatkan
penjualan
dan
keuntungan
perusahaan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penetapan harga yaitu: harga bahan baku, biaya produksi, biaya pemasaran, adanya peraturan pemerintah, yang merupakan faktor yang secara langsung mempengaruhi. Sedangkan faktor yang tidak langsung mempengaruhi yaitu harga produk sejenis yang dijual pesaing, pengaruh harga terhadap produk substitusi dan produk komplementer, serta potongan harga untuk para penyalur dan konsumen.
c.
Strategi Distribusi Kegiatan distribusi atau penyaluran merupakan kegiatan penyampaian
produk sampai ke konsumen pada waktu yang tepat. Oleh karena itu, kegiatan penyaluran merupakan salah satu kebijakan pemasaran terpadu yang mencakup penentuan
saluran
pemasaran
dan
distribusi
fisik.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhinya yaitu: saluran distribusi, cakupan distribusi, lokasi, persediaan dan alat transportasi. d.
Strategi Promosi Suatu produk betapapun bermanfaat akan tetapi jika tidak dikenal oleh
konsumen, maka produk tersebut tidak akan diketahui manfaatnya dan mungkin tidak dibeli oleh konsumen. Oleh karena itu dalam menunjang keberhasilan kegiatan pemasaran yang dilakukan dan efektifnya rencana pemasaran yang disusun, maka perusahaan haruslah menetapkan dan menjalankan strategi promosi yang tepat. Unsur-unsur dari strategi promosi terdiri dari: iklan, penjualan personal, promosi penjualan, dan publisitas. 2.
Aspek Keuangan atau Akuntansi Analisis keuangan merupakan metode yang digunakan untuk menentukan
kekuatan dan kelemahan organisasi dalam area investasi, pendanaan dan deviden. Beberapa hal yang dikaji dalam aspek keuangan yaitu mengenai bagaimana analisis keuangan perusahaan, kemampuan perusahaan menghasilkan modal jangka pendek dan jangka panjang, kecukupan modal perusahaan, prosedur penganggaran modal, kebijakan pembayaran dividen, serta hubungan dengan investor dan pemegang saham. 3.
Aspek Produksi atau Operasi Manajemen produksi operasi berhubungan dengan input, transformasi, dan
output yang bervariasi antar industri dan pasar. Fungsi produksi operasi dari suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang dan jasa.
Tabel 5. Fungsi Dasar Manajemen Produksi Fungsi
Deskripsi
Proses
Keputusan proses berhubungan dengan desain dari sistem produksi fisik. Kapasitas Keputusan kapasitas berhubungan dengan penentuan tingkat output yang optimal untuk organisasi. Persediaan Keputusan persediaan mencakup pengelolaan tingkat bahan mentah, barang dalam proses, dan barang jadi. Tenaga Keputusan tenaga kerja berhubungan dengan pengelolaan Kerja karyawan yang terampil, tidak terampil, klerikal, dan manajerial. Kualitas Keputusan kualitas ditujukan untuk memastikan bahwa barang dan jasa yang diproduksi berkualitas tinggi. Sumber: David, 2004
4.
Aspek Sumber Daya Manusia Sumberdaya manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi dapat
disebut pekerja, karyawan atau tenaga kerja. Perusahaan akan berjalan dengan lancar apabila didukung juga dengan sumber daya manusia yang baik dan mampu menjalankan sistem tersebut. Kualitas sumber daya manusia yang baik dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan dipandang sebagai aset yang berharga begi perusahaan.
Faktor-faktor
yang
harus
diperhatikan
dalam
menganalisis
kemampuan sumberdaya manusia adalah keterampilan karyawan dan modal kerja karyawan, efektifitas insentif yang digunakan untuk memotivasi prestasi. 3.1.4. Analisis Lingkungan Eksternal Menurut Umar (2008), faktor lingkungan eksternal merupakan faktorfaktor yang pada dasarnya terletak di luar dan terlepas dari perusahaan. Faktorfaktor lingkungan eksternal meliputi peluang dan ancaman yang berada diluar kendali perusahaan seperti : a.
Aspek Politik Menurut Umar (2008), faktor politik terkait dengan arah, kebijakan, dan
stabilitas pemerintah. Stabilitas politik yang baik akan sangat mempengaruhi keadaan dunia usaha. Beberapa hal terkait dengan faktor politik yang perlu diperhatikan yaitu: undang-undang tentang lingkungan dan berburuhan, peraturan tentang perdagangan luar negeri, stabilitas pemerintahan, peraturan tentang keamanan dan kesehatan kerja, dan sistem perpajakan. b.
Aspek Ekonomi
Menurut Umar (2008), kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim berbisnis suatu perusahaan. Beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan yaitu: siklus bisnis, ketersediaan energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga-harga produk dan jasa, produktivitas dan tenaga kerja. c.
Aspek Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan Menurut David (2004), perubahan sosial, budaya, demografi dan
lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap hampir semua produk, jasa dan pelanggan. Adanya kondisi yang selalu berubah-ubah tersebut sebaiknya diantisipasi oleh perusahaan, misalnya perubahan sikap, gaya hidup, adat istiadat, dan kebiasaan dari orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan. d.
Aspek Teknologi Menurut Umar (2008), kemajuan perkembangan teknologi yang begitu
pesat, baik dibidang bisnis maupun di bidang yang mendukung kegiatan bisnis sangat mempengaruhi keadaan usaha suatu perusahaan. Agar setiap kegiatan usaha dapat terus berjalan terus-menerus, maka perusahaan harus selalu mengikuti perkembangan-perkembangan teknologi yang dapat diterapkan pada produk dan jasa yang dihasilkan atau pada cara operasinya. e.
Aspek Persaingan Menurut Porter, hakikat persaingan di suatu industri tertentu dapat
dipandang sebagai perpaduan dari lima kekuatan : (1) persaingan antar perusahaan saingan, (2) potensi masuknya pesaing baru, (3) potensi pengembangan produkproduk pengganti, (4) daya tawar pemasok dan (5) daya tawar konsumen. 1)
Persaingan antar perusahaan saingan Persaingan dalam industri akan mempengaruhi kebijakan dan kinerja
perusahaan. Dalam situasi persaingan yang oligopoly, perusahaan mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi pasar sedangkan pada pasar persaingan sempurna, biasanya akan memaksa perusahaan menjadi follower termasuk dalam harga produk. Intensitas persaingan antarperusahaan saingan cenderung meningkat ketika jumlah pesaing bertambah, ketika pesaing lebih setara dalam hal ukuran dan kapabilitas, ketika permintaan akan produk industri itu menurun dan ketika potongan harga menjadi lazim. Persaingan juga meningkat manakala konsumen dapat beralih merek dengan mudah; ketika hambatan untuk
meninggalkan pasar tinggi; tatkala biaya tetap tinggi; kala produk bisa rusak atau musnah; ketika perusahaan pesaing beragam dalam hal strategi, asal-usul, dan budaya; serta manakala merger dan akusisi lazim di dalam industri. Saat persaingan antarperusahaan saingan meningkat, laba industri menurun, dalam beberapa kasus sampai pada titik di mana sebuah industri menjadi tidak menarik. 2) Potensi masuknya pesaing baru Sebuah
perusahaan
yang
masuk
sebagai
pendatang
baru
akan
menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas menjadi bertambah, terjadi perebutan pangsa pasar, serta perebutan sumber daya produksi yang terbatas dan pada akhirnya intensitas persaingan antarperusahaan akan meningkat. Kondisi seperti ini menimbulkan ancaman bagi perusahaan yang sudah ada. 3) Potensi pengembangan produk pengganti Semua perusahaan dalam suatu industri bersaing dalam industri lain yang memproduksi produk pengganti. Produk pengganti muncul dalam bentuk berbeda, tetapi dapat memuaskan kebutuhan yang sama dari produk lain. Ancaman produk subsitusi kuat bila konsumen dihadapkan pada switching cost yang sedikit dan jika barang substitusi itu mempunyai harga yang lebih murah atau kualitasnya sama, bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri. Ancaman
produk
pengganti dapat berada pada beberapa situasi harga dari produk pengganti lebih murah, biaya peralihan kepada produk pengganti rendah dan kecondongan pembeli terhadap produk pengganti.
Besarnya tekanan persaingan biasanya
ditunjukkan oleh rencana pesaing untuk meningkatkan kapasitas produksi, selain angka penjualan dan pertumbuhan laba perusahaan tersebut. 4) Daya tawar pemasok Pemasok dapat mempengaruhi perusahaan dengan kemampuan mereka untuk menaikkan harga atau menurunkan kualitas produk dan pelayanan. Pemasok atau kelompok pemasok kuat jika memenuhi persyaratan antara lain : jumlah pemasok sedikit, produk atau jasa unik dan atau produk itu memiliki biaya pengganti yang menambah kekuatan, produk pengganti tidak tersedia, pemasok dapat mengintegrasi ke depan dan bersaing secara langsung dengan pelanggan, serta kepentingan pelanggan lebih tinggi.
5) Daya tawar konsumen Pembeli mampu mempengaruhi perusahaan melalui kemampuan mereka untuk menekan turunnya harga, permintaan terhadap kualitas mutu dan pelayanan serta memainkan peran untuk melawan satu pesaing dengan lainnya. Beberapa kondisi yang mungkin dihadapi perusahaan sehubungan dengan kekuatan ini antara lain yaitu pembeli membeli sebagian besar dari produk perusahaan, pembeli mampu memproduksi produk yang diperlukan, sifat produk tidak terdeferensiasi dan banyak pemasok, switching value pemasok kecil, pembeli mempunyai tingkat keuntungan rendah sehingga sensitif terhadap harga dan diferensiasi servis, dan produk perusahaan tidak terlalu penting bagi pembeli sehingga pembeli mudah mencari subsitusinya. Ketika konsumen berkonsentrasi atau berbelanja atau membeli dalam volume besar, daya tawar mereka dapat mempresentasikan kekuatan besar yang mempengaruhi intensitas persaingan di suatu industri. 3.2
Kerangka Operasional CV. Jumbo Bintang Lestari merupakan salah satu perusahaan penghasil
lele, perusahaan yang terletak di daerah Gunung Sindur, Kabupaten Bogor ini telah lama menjalankan usahanya. Akan tetapi, usaha pembesaran ikan lele banyak menghadapi kendala. Sumber-sumber yang menjadi faktor penyebabnya dalam budidaya ikan lele tersebut antara lain adalah kondisi cuaca dan iklim yang saat ini sulit diprediksi serta serangan hama dan penyakit yang sulit dikendalikan. Selain itu, produksi belum mampu memenuhi permintaan pasar. Hal itu mengakibatkan perusahaan belum dapat memanfaatkan peluang pasar dengan baik sehingga berdampak terhadap pendapatan dan skala usaha, sehingga diperlukan strategi pengembangan usaha yang diperhitungkan dengan tepat. Perusahaan perlu menjamin adanya peningkatan produksi yang stabil, kualitas lele perlu dipertahankan, dan perlu adanya kontinuitas pasokan lele ke pasar. Agar usaha pembesaran ikan lele yang dikembangkan oleh CV. Jumbo Bintang Lestari dapat berkembang dengan baik, diperlukan suatu perumusan strategi pengembangan usaha yang tepat untuk dapat diterapkan oleh perusahaan. Perumusan strategi pengembangan usaha ini akan melalui tiga tahap kerangka pengambilan keputusan, yang diawali dengan menganalisis faktor-faktor lingkungan internal
dan eksternal yang mempengaruhi usaha pembesaran ikan lele di CV. Jumbo Bintang Lestari tersebut. Analisis lingkungan internal yaitu berupa identifikasi kekuatan dan kelemahan dari usaha tersebut, yang kemudian dirangkum dalam matriks Internal Factor Evaluation (IFE). Sedangkan analisis lingkungan eksternal yaitu berupa identifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh usaha tersebut, yang kemudian dirangkum dalam matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE). Tahap berikutnya yaitu menggabungkan antara analisis faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal dalam suatu bentuk matriks SWOT. Melalui analisis ini, kekuatan dan kelemahan usaha, serta peluang dan ancaman yang dihadapi usaha tersebut akan dicocokkan satu sama lainnya sehingga akan terbentuk empat tipe strategi, yaitu strategi kekuatan-peluang (SO), strategi kelemahan-peluang (WO), strategi kekuatan-ancaman (ST), dan strategi kelemahan-ancaman (WT). Keluaran dari alternatif-alternatif strategi tersebut akhirnya akan di analisis kembali melalui Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) untuk menentukan alternatif strategi mana yang terbaik yang sebaiknya diterapkan pada usaha pembesaran ikan lele di perusahaan. QSPM merupakan tahap ketiga atau tahap terakhir dari tahap kerangka pengambilan keputusan strategi untuk selanjutnya diambil rekomendasi alternatif strategi (Gambar 2).
Budidaya ikan lele di CV. Jumbo Bintang Lestari
Terjadinya ekses demand ikan lele di pasar akibat kurangnya produksi Analisis Lingkungan Internal: Aspek SDM Aspek Pemasaran Aspek Keuangan/Akuntansi Aspek Produksi/Operasi
Analisis Lingkungan Eksternal: Aspek Politik Aspek Ekonomi Aspek Sosial Budaya, Demografi dan Lingkungan Aspek Teknologi Aspek Persaingan
Matriks IFE
Matriks EFE
Matriks IE
Matriks SWOT
Alternatif strategi
Matriks QSPM Rekomendasi Prioritas Strategi
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele di CV. Jumbo Bintang Lestari
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2011 di Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat yang dijadikan sebagai studi kasus. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive) dengan pertimbangan bahwa CV. Jumbo Bintang Lestari merupakan salah satu perusahaan penghasil lele terkemuka dan produknya sudah banyak dikenal di Jawa Barat. 4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui informasi dan pengamatan langsung di lapangan terhadap kegiatan usaha dan hasil wawancara dengan responden, dalam hal ini pihak internal perusahaan dan dari pesaing serta Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Data primer yang diperoleh digunakan untuk melakukan analisis internal dan eksternal yang merupakan dasar bagi analisis perumusan strategi selanjutnya yang berisi : Faktor internal usaha meliputi : a.
Aspek pemasaran yang meliputi variabel produk, harga, tempat, distribusi dan promosi.
b.
Aspek keuangan yang meliputi analisis keuangan, kemampuan menghasilkan modal jangka pendek dan jangka panjang, kecukupan modal, prosedur penganggaran modal, kebijakan pembayaran dividen, serta hubungan dengan investor dan pemegang saham.
c.
Aspek produksi dan operasi yang meliputi proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja serta mutu.
d.
Aspek sumber daya manusia yang meliputi faktor eksternal dalam usaha meliputi keterampilan karyawan dan modal kerja karyawan, efektifitas insentif yang digunakan untuk memotivasi prestasi.
Faktor eksternal meliputi : a.
Aspek politik seperti undang-undang tentang lingkungan dan berburuhan, peraturan tentang perdagangan luar negeri, stabilitas pemerintahan, peraturan tentang keamanan dan kesehatan kerja, dan sistem perpajakan.
b.
Aspek ekonomi seperti siklus bisnis, ketersediaan energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga-harga produk dan jasa, produktivitas dan tenaga kerja.
c.
Aspek sosial, budaya, demografi dan lingkungan seperti perubahan sikap, gaya hidup, adat istiadat, dan kebiasaan dari orang-orang di lingkungan eksternal .
d.
Aspek teknologi seperti perkembangan-perkembangan teknologi yang dapat diterapkan pada produk dan jasa yang dihasilkan atau pada cara operasinya.
e.
Aspek persaingan seperti kekuatan tawar pemasok, kekuatan tawar pembeli, persaingan industri, adanya produk substitusi dan adanya hambatan masuk. Data sekunder dikumpulkan melalui informasi dan laporan tertulis dari
lembaga atau instansi terkait dan dokumen atau arsip. Data yang dapat diperoleh dari lembaga atau instansi terkait yaitu berasal dari Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Bogor. Sebagai data penunjang digunakan data yang berasal dari studi pustaka dan literatur yang relevan dengan permasalahan yang dianalisis dalam penelitian ini. 4.3. Metode Pengumpulan data Metode pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan panduan kuisioner kepada para responden yang terdiri dari pihak internal yang meliputi manajemen perusahaan khususnya pada manajemen produksi, dan dari pihak eksternal yaitu pesaing dan dari Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Bogor, pengambilan sampling ini melalui metode non probability sampling, dimana tidak semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara : a. Melakukan observasi atau pengamatan. Observasi dilakukan untuk melihat dan mengamati objek secara langsung terhadap hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. Observasi dilakukan langsung pada lokasi usaha budidaya pembesaran ikan lele di CV. Jumbo Bintang Lestari.
b. Melakukan wawancara untuk memperoleh keterangan yang sesuai dengan kebutuhan penelitian, agar data yang digunakan merupakan kondisi yang sebenarnya. Wawancara dilakukan pada pihak yang bertanggung jawab atas usaha dan yang menjadi pengambil keputusan pada usaha, yaitu pengelola usaha pembesaran ikan lele. c. Memberikan lembar penilaian berupa kuisioner kepada responden. d. Membaca dan melakukan pencatatan semua data yang dibutuhkan penelitian. 4.4. Metode Analisis Data Proses penentuan strategi dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahap pengumpulan data atau the input stage, tahap pencocokan atau the matching stage dan terakhir adalah tahap pengambilan keputusan atau the decision stage. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan alat hitung kalkulator. Rincian dari proses penentuan strategi adalah sebagai berikut: 4.4.1. Pengumpulan Data Pada tahap ini, data yang diambil berkaitan dengan gambaran umum perusahaan dan keadaan usaha budidaya pembesaran ikan lele yang di budidayakan oleh perusahaan, faktor internal yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan usahanya, serta faktor eksternal yang berkaitan dengan peluang dan ancaman usahanya. Data dari faktor internal di analisis dengan menggunakan matriks IFE (Internal Factor Evaluation), sedangkan data-data dari faktor eksternal dianalisis menggunakan matriks EFE. Analisis lingkungan internal dan eksternal menggunakan dua matriks yang berbeda, yaitu matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE). 1.
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) merupakan sebuah alat
formulasi strategi yang digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional bisnis, dan juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut (David, 2004). Tahap-tahap dalam mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dalam matriks IFE adalah sebagai berikut:
1) Menuliskan faktor internal seperti diidentifikasi dalam proses audit internal. 2) Memberi bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan kepada masingmasing faktor mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan dalam industri. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0. 3) Memberi peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor untuk mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan mayor (peringkat = 1), atau kelemahan minor (peringkat = 2), kekuatan minor (peringkat = 3), atau kekuatan mayor (peringkat = 4). Perhatikan bahwa kekuatan harus mendapatkan peringkat 3 atau 4, dan kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2. Jadi, peringkat adalah berdasarkan, sedangkan bobot adalah berdasarkan industri. 4) Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan ratarata tertimbang untuk masing-masing variabel. 5) Menjumlahkan rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel untuk menentukan total rata-rata tertimbang untuk organisasi. Nilai rata-rata adalah 2,5. Total rata-rata tertimbang di bawah 2,5 menggambarkan organisasi yang lemah secara internal, sementara total nilai di atas 2,5 mengindikasikan posisi internal yang kuat. Tabel 6. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Faktor-faktor Bobot Peringkat Internal Kekuatan 1. 2. ... Kelemahan 1. 2. ... Total Sumber : David, 2004
1,00
Bobot x Rating
2.
Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) digunakan untuk mengetahui
faktor-faktor eksternal berkaitan dengan peluang dan ancaman yang dianggap penting. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, dan persaingan (David, 2004). Tahap-tahap dalam mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal dalam matriks EFE adalah sebagai berikut: 1) Membuat daftar faktor eksternal yang diidentifikasi dalam proses audit eksternal. 2) Memberikan bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) untuk masing-masing faktor. Bobot mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan dalam industri. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0. 3) Memberikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor eksternal kunci tentang seberapa efektif strategi
saat ini dalam merespon faktor tersebut,
dimana 4 = respon superior, 3 = respon di atas rata-rata, 2 = respon rata-rata, 1 = respon jelek. Peringkat didasari pada efektivitas strategi , sedangkan bobot didasarkan pada industri. 4) Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan nilai tertimbang. 5) Menjumlahkan
nilai
tertimbang
dari
masing-masing
variabel
untuk
menentukan total nilai tertimbang bagi organisasi. Nilai nilai tertimbang tertinggi adalah 4,0 dan nilai tertimbang terendah adalah 1,0. Total nilai tertimbang rata-rata adalah 2,5. Total nilai tertimbang sebesar 4,0 mengindikasikan bahwa organisasi merespon dengan sangat baik terhadap peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dengan kata lain, strategi secara efektif mengambil keuntungan dari peluang yang ada saat ini dan meminimalkan efek yang mungkin muncul dari ancaman eksternal. Total nilai 1,0 mengindikasikan bahwa strategi tidak memanfaatkan peluang atau tidak menghindari ancaman eksternal.
Tabel 7. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) Faktor-faktor Bobot Peringkat Eksternal Kekuatan 1. 2. ... Kelemahan 1. 2. ... Total
Bobot x Rating
1,00
Sumber : David, 2004
4.4.2. Pencocokan Data Tahap
yang
kedua
adalah
pemaduan
atau
pencocokan
dengan
memasukkan hasil pembobotan EFE dan IFE ke dalam Matriks IE untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail. Setelah menganalisis matrik IE selanjutnya dilakukan analisis SWOT. 1. Matriks Internal-Eksternal Matiks IE (Internal-Eksternal) mempunyai sembilan sel strategi, dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu : 1. Divisi pada sel I, II dan IV disebut strategi tumbuh dan bina. Strategi yang cocok adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan dan integrasi horisontal). 2. Divisi pada sel III, V dan VII disebut strategi pertahankan dan pelihara. Penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan dua strategi yang banyak dilakukan apabila berada dalam sel ini. 3. Divisi pada sel VI, VIII dan IX disebut strategi panen dan divestasi. Nilai-nilai IFE dikelompokkan ke dalam Tinggi (3,0-4,0). Sedang (2,0-2,99) dan Rendah (1,00-1,99). Adapun nilai-nilai EFE dikelompokkan dalam Kuat (3,0-4,0), Rata-rata (2,0-2,99) dan Lemah (1,0-1,99) (David, 2004). Bentuk matriks IE (Internal Eksternal) serta hubungannya dengan EFE dan IFE dapat dilihat pada Gambar 3.
Total Nilai EFE Yang Diberi Bobot
Total Nilai IFE Yang Diberi Bobot Kuat Rata-rata Lemah 4,0 3,0-4,0 2,0-2,99 1,0-1,99 Tinggi 3,0-4,0
(I)
(II)
(III)
(IV)
(V)
(VI)
(VIII)
(IX)
3,0
Menengah 2,0-2,99 2,0 Rendah 1,0-1,99
(VII) 1,0 Gambar 3. Matriks IE (Internal Eksternal) Sumber : David, 2004
2. Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats (SWOT) Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis lingkungan yang berupa kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) disebut analisis SWOT atau Matriks SWOT. Matriks ini memberikan gambaran dimana faktor lingkungan eksternal yang berupa peluang dan ancaman digabungkan dengan faktor internal yang berupa kekuatan dan kelemahan sehingga pada akhirnya akan menghasilkan beberapa alternatif strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh perusahaan Beberapa alternatif strategi tersebut yaitu (David, 2004): a. Strategi kekuatan-peluang (Strategi SO), yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal. b. Strategi kelemahan-peluang (Strategi WO), yaitu strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. c. Strategi kekuatan-ancaman (Strategi ST), yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal secara langsung. d. Strategi kelemahan-ancaman (Strategi WT), yaitu taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Penyajian yang sistematis dari Matriks SWOT terdapat pada Gambar 6. Matriks SWOT terdiri dari sembilan sel, diantaranya terdiri dari empat sel faktor kunci, empat sel strategi, dan satu sel dibiarkan kosong (sel kiri atas). Empat sel
strategi yang diberi nama SO, WO, ST, dan WT, dikembangkan setelah menyelesaikan empat sel faktor kunci, diberi nama S,W,O, dan T. Delapan langkah yang terlibat dalam membuat matriks SWOT yaitu (David, 2004): 1) Menuliskan peluang eksternal . 2) Menuliskan ancaman eksternal . 3) Menuliskan kekuatan internal . 4) Menuliskan kelemahan internal . 5) Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan mencatat hasilnya dalam sel strategi SO. 6) Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan mencatat hasilnya dalam sel strategi WO. 7) Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan mencatat hasilnya dalam sel strategi ST. 8) Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan mencatat hasilnya dalam sel strategi WT. Faktor Internal (IFE) Faktor Eksternal (EFE) Peluang (O) Daftar Peluang Eksternal 1. 2. ... Ancaman (T) Daftar Ancaman Eksternal 1. 2. ...
Kekuatan (S) Daftar Kekuatan Internal 1. 2. ...
Kelemahan (W) Daftar Kelemahan Internal 1. 2. ...
Strategi SO Gunakan keluatan untuk memanfaatkan peluang.
Strategi WO Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang.
Strategi ST Gunakan kekuatan untuk menghindari ancaman.
Strategi WT Minimalkan kelemahan dan hindari ancaman.
Gambar 4. Matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats ) Sumber : David, 2004
4.4.3. Pengambilan Keputusan Pada tahap ini akan ditentukan strategi pemasaran terbaik dari beberapa alternatif strategi yang muncul dari matriks SWOT. Selanjutnya, penentuan strategi terbaik bagi usaha budidaya ikan lele ini akan dihasilkan berdasarkan hasil analisis menggunakan matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix).
1. Matriks Quantitative Strategic Planning (QSP) Matriks QSP adalah alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk mengevaluasi alternatif strategi secara objektif, berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya (David, 2004). Secara konsep QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam satu set alternatif dihitung dengan menentukan pengaruh kumulatif dari masingmasing faktor keberhasilan kunci eksternal dan internal. Jumlah set alternatif strategi yang dimasukkan dalam QSPM bisa berapa saja, jumlah strategi-strategi dalam satu set juga bisa berapa saja, tetapi hanya strategi dalam set yang sama yang dapat dievaluasi satu sama lain. Langkah-langkah dalam pengembangan matriks QSP yaitu: 1. Membuat daftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan internal kunci di kolom kiri dalam QSPM. 2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan ekternal. Bobot ini identik dengan matriks EFE dan IFE. 3. Evaluasi matriks tahap dua (pencocokan), dan identifikasi alternatif strategi yang harus dipertimbangkan organisasi untuk diimplementasikan. Catat strategi-strategi ini pada baris atas dari QSPM. Kelompokkan strategi ke dalam set yang independen jika memungkinkan. 4. Tentukan Nilai Daya Tarik (Attractiveness Scores-AS) yaitu angka yang mengidentifikasikan daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam set alternatif tertentu. Nilai daya tarik harus diberikan untuk masing-masing strategi untuk mengidentifikasikan daya tarik relatif dari satu strategi atas strategi lainnya, dengan mempertimbangkan faktor tertentu. jangkauan untuk nilai daya tarik adalah: 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik dan 4 = sangat menarik. 5. Hitung total nilai daya tarik (Total Attractiveness Score-TAS) yang didapat dari perkalian bobot dengan nilai daya tarik (AS) dalam masing-masing baris. Total nilai daya tarik mengindikasikan daya tarik relatif dari masing-masing
alternatif strategi, dengan hanya mempertimbangkan pengaruh faktor keberhasilan kunci internal atau eksternal terdekat. 6. Hitung penjumlahan total nilai daya tarik (STAS). Tambahkan total nilai daya tarik (TAS) dalam masing-masing kolom dari QSPM. Penjumlahan total nilai daya tarik (STAS) mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dari setiap set alternatif. Nilai yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik, mempertimbangkan semua faktor internal dan eksternal yang relevan yang dapat mempengaruhi keputusan strategis. Tabel 8. Matriks QSP (Quantitative Strategic Plannig) Faktor-faktor
Bobot
Sukses Kritis
Alternatif Strategi Strategi 1
AS Faktor-faktor Kunci Internal 1. 2. ... Total Bobot
1,0
Faktor-faktor Kunci Eksternal 1. 2. ... Total Bobot Jumlah Nilai TAS Sumber: David, 2004
1,0
TAS
Strategi 2
AS
TAS
Strategi 3
AS
TAS
V KEADAAN UMUM 5.1. Sejarah dan Perkembangan CV. Jumbo Bintang Lestari Mulai tahun 1995, bapak Aken belajar memelihara lele baik dari melihat para pelaku usaha lele di sekitar rumahnya maupun ke beberapa petani di daerah lain. Usaha ini bermula dari hobi memelihara ikan di halaman rumah, yang awalnya hanya sebagai penyedia bibit ikan lele, mulai bergerak di bidang penyedian pakan untuk pembudidaya lele yang ada di sekitar Gunung Sindur. Selain membantu petani, pak Aken pun dapat menyalurkan bibit lele produksinya ke petan-petani pelanggan pakannya itu. Pada tahun 1998 bapak Aken mulai mengembangkan usahanya, dari semula hanya dalam bidang penyediaan bibit dan pakan untuk lele, juga mulai mengembangkan pembudidayaan lele dan memasarkan lele hasil budidayanya. Untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat,
bapak Aken
bekerjasama dengan petani-petani yang membeli bibit lele dan pakan darinya. Kerjasama yang dibangun sejak 2000 ini, mula-mula hanya diikuti oleh beberapa petani, kini sudah ada sekitar 40 petani yang bekerjasama dengan perusahaan CV. Jumbo Bintang Lestari. CV. Jumbo Bintang Lestari dikenal sebagai perusahaan terbesar penghasil ikan lele budidaya yang terdapat di Gunung Sindur dan sekitarnya. 5. 2. Visi Dan Misi CV. Jumbo Bintang Lestari memiliki visi dan misi yang jelas yaitu dari hasil wawancara di ketahui visi dan misinya berupa menjadi pengusaha lele yang besar sehingga bisa memasok lele hingga keluar daerah, menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk sekitar, meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar, mengajarkan masyarakat tentang budidaya ikan lele. 5. 3. Struktur Organisasi Organisasi dapat diartikan sebagai suatu lembaga ataupun kelompok fungksional yang terdiri dari sekelompok orang yang mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Struktur organisasi itu sendiri menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian, posisi-posisi maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan
yang berbeda-beda dalam suatu organisasi perushaan. Tujuan organisasi akan lebih mudah dicapai dengan adanya suatu kerjasama yang tersusun rapi didalam suatu struktur organisasi. Dengan adanya struktur organisasi akan terllihat pembagian tugas dan tanggung jawab untuk memudahkan dalam menuntun, mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan yagn dicanangkan terlebih dahulu. Bentuk organisasi yang digunakan oleh CV. Jumbo Bintang Lestari adalah tipe organisasi garis dan fungsional, yaitu pimpinan tertinggi dipegang oleh pemilik/direktur.
Pak Aken (Direktur/Pemilik)
Bapak Supri (Adminitrasi)
Bapak Hamzah (Manajer Pakan)
Anggota
Bapak Muklis (Manajer Marketing)
Anggota
Bapak Suhendi (Manajer Produksi)
Anggota
Gambar 5 . Struktur Oragnisasi CV. Jumbo Bintang Lesatri (Tahun 2011) 5.4 Sumberdaya Perusahaan Faktor-faktor produksi merupakan sumber daya mendasar yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. CV. Jumbo Bintang Lestari memiliki sumber daya yang terdiri dari sumberdaya modal, sumber daya manusia, sumberdaya fisik atau lahan, dan sumberdaya informasi. Keberhasilan perusahaan merupakan keterkaitan antar masing-masing sumberdaya. 5.4.1 Sumberdaya Modal CV. Jumbo Bintang Lestari memerlukan modal untuk melanjutkan usaha dan menutupi biaya-biaya yang dikeluarkan. Beban biaya yang dikeluarkan
meliputi biaya adminitrasi umum dan kantor, biaya gaji karyawan, biaya produksi, biaya pemeliharaan dan lain-lain. Sedangkan penerimaan berasal dari penjualan produk lele budidaya. Sumber modal berasal dari pemilik perusahaan. Modal dari luar berasal dari peminjaman pada lembaga keuangan, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dana. Peminjaman modal tersebut dilakukan jika perusahaan melakukan perluasan skala usaha di daerah lain. Hal ini baru terjadi pada awal tahun 2011. CV. Jumbo Bintang Lestari dalam menjalankan usahanya memulai buku disesuaikan dengan bukaan siklus penebaran bibit lele menurut jumlah kolam yang dimiliki. Perencanaan penyusunan juga dilakukan yaitu berupa penyusunan anggaran penjualan, anggaran produksi, anggaran bahan baku, anggaran upah langsung dan biaya lainnnya. Penyusunan anggaran disesuaikan dengan kondisi yang terjadi selama kegiatan perusahaan berlangsung dikarenakan tingkat perubahan yang tiba-tiba pada proses produksi dapat terjadi. 5.4.2 Sumberdaya Manusia Karyawan merupakan orang-orang yang bekerja dan sering juga disebut sumber daya manusia. karyawan mencakup kontribusi orang-orang baik secara fisik maupun mental ketika mereka melakukan produksi. CV. Jumbo Bintang Lestari memiliki 64 karyawan dengan berbagai kualifikasi untuk fungsi dan bagian yang berbeda. Mayoritas karyawan yang bekerja adalah pria. Perekrutan karyawan tidak memiliki klasifikasi berupa lulusan maupun tingkat pendidikan dan standarisasi khusus. Syarat yang dibutuhkan adalah kemauan untuk tekun, bertanggungjawab, serta kerja keras. Perekrutan karyawan terdiri dari proses wawancara dengan membawa ijazah terakhir yang dimiliki. Karyawan yang dimiliki CV. Jumbo Bintang Lestari secara keseluruhan adalah tamatan SMA sedangkan dibagian administrasi karyawannya berasal dari lulusan perguruan tinggi. Karyawan mendapatkan upah di atas UMR, selain itu pekerja juga mendapatkan
fasilitas
transportasi
untuk
menunjang
tingkat
mobilitas.
Berdasarkan sifat hubungan kerja antara karyawan dengan perusahaan di CV. Jumbo Bintang Lestari dibedakan menjadi karyawan tetap dan karyawan tidak tetap. Karyawan tetap adalah karyawan yang bekerja untuk perusahaan untuk
jangka waktu dan tidak ditentukan. Sedangkan karyawan tidak tetap adalah karyawan yang berkerja untuk perusahaan untuk jangka waktu yang telah ditentukan, karyawan ini terdiri dari karyawan harian lepas, karyawan harian, musiman dan karyawan borongan, karyawan tidak tetap biasanya bekerja apabila perusahaan harus memenuhi pesanan dalam waktu yang singkat. Karyawan tidak tetap akan memperoleh upah berdasarkan dengan kuantitas pekerja yang dilakukan. 5.4.3 Sumberdaya fisik Sumberdaya fisik merupakan hal-hal yang berwujud yang digunakan perusahaan dalam melaksanakan dan memudahkan kegiatan usaha, sumberdaya fisik merupakan sumberdaya alam, bahan baku, fasilitas perkantoran dan produksi, perlengkapan, komputer serta peralatan lainnya. Sumberdaya fisik yang dimiliki oleh CV. Jumbo Bintang Lestari diantaranya berupa lahan budidaya lele seluas kurang lebih 5 Ha. Semakin berkembangnya usaha maka memerlukan sumberdaya fisik yang lebih untuk tetap dapat mengikuti perkembangan tersebut. 5.4.4 Sumberdaya Informasi Dalam mendukung kegiatan usahannya, CV. Jumbo Bintang Lestari menggunakan sumber informasu baik dalam memperoleh informasi tentang jumlah permintaan, isu-isu yang mempengaruhi dan berpengaruh terhadap usaha, keadaan harga pasar, prediksi harga waktu mendatang dan adanya peraturanperaturan baru dalam bidang perikanan yang bekerjasama dengan dinas peternakan dan perikanan kota Bogor. Selain itu, perusahaan juga menggunakan internet dalam mengakses informasi-informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan usaha.
VI IDENTIFIKASI DAN ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN CV. JUMBO BINTANG LESTARI Analisis lingkungan merupakan salah satu proses yang harus dilakukan dalam manajemen strategis yang bertujuan untuk mengidentifikasi lingkungan perusahaan. Pada umumnya lingkungan perusahaan terdiri dari lingkungan eksternal dan internal. 6.1 Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan Analisis lingkungan eksternal dapat dicari apa saja yang dapat menjadi peluang dan ancaman yang mungkin menjadi pertimbangan perusahaan dalam menentukan strategi usaha ke depan. Analisis lingkungan eksternal ini dapat memberikan variabel-variabel kunci yang memberikan respon dan pengaruh terhadap kondisi di perikanan yaitu budidaya ikan lele CV. Jumbo Bintang Lestari, serta mengetahui seberapa besar pengaruh dari variabel-variabel kunci tersebut berpengaruh dalam menunjang keberhasilan perusahaan, dengan demikian CV. Jumbo Bintang Lestari diharapkan mampu mengidentifikasi serangkaian faktor strategis yang menjadi penentu dalam penyusunan strategi perusahaan. Sedangkan analisis lingkungan eksternal di CV. Jumbo Bintang Lestari meliputi analisis lingkungan di luar perusahaan namun mempengaruhi perusahaan secara langsung maupun tidak langsung yang meliputi ekonomi, politik, sosial budaya demografis lingkungan, politik pemerintahan dan hukum, teknologi serta kompetitif. 6.1.1 Ekonomi Perkembangan tingkat harga ikan lele menunjukan kondisi yang baik, hal itu ditandai dengan kenaikan harga produk yang biasanya ikan lele ukuran pedaging 6-10 ekor/kg mencapai Rp. 11.800 dari tingkat harga semula Rp. 10.800 dan harga lele sortiran berupa ≤5 ekor/kg mencapai Rp. 9.800 dari tingkat harga semula Rp. 8.800. Kenaikan harga jual lele tersebut sejalan dengan kenaikan harga bahan baku pakan yang merupakan biaya terbesar dari proses budidaya ikan lele, selain itu dipengaruhi adanya beberapa kenaikan pada harga BBM (Bahan Bakar Minyak) sebagai bahan bakar sarana transportasi serta bahan bakar industri pakan. Begitu pula dengan kenaikan TDL (Tarif Dasar Listrik) yang mempengaruhi industri pabrikan pakan secara signifikan. Oleh sebab itu, harga
pakan serta transportasinya menjadi meningkat. Sehingga bila tidak diimbangi dengan kenaikan harga produk maka perusahaan akan mengalami kerugian. 6.1.2. Sosial, Budaya, Demografis dan Lingkungan Adanya perubahan kebiasaan masyarakat dalam mengkonsumsi ikan lele menjadi suatu yang menguntungkan bagi pembudidaya ikan lele. Masyarakat yang dulu cenderung tidak menyukai produk ikan lele, maka sekarang masyarakat lebih memilih ikan lele sebagai salah satu sumber protein utamanya, akhirnya dalam janka waktu yang singkat, masyarakat dapat menilai produk ikan lele yang dihasilkan secara konvensional oleh pembudidaya ikan yang ada, sehingga perkembangan selera masyarakat pun direspon positif. Budaya masyarakat Jawa yang senang mengkonsumsi daging-dagingan pada acara kendurian atau acara-acara ritual tertentu digunakanlah menu makanan untuk masyarakat dengan ikan lele, hal ini menjadi peluang yang menguntungkan bagi usaha budidaya ikan lele dalam pengembangan usahanya. Keadaan Perusahaan yang dekat dengan ibukota dan kota sekitar JABODETABEK membuat tingkat permintaan ikut menguntungkan perusahaan secara keseluruhan. Jalan yang menjadi penghubung antara Ibukota dan Bogor membuat aktifitas jalan menjadi ramai, sehingga kondisi jalan harus selalu baik. Oleh karena itu sarana transportasi menuju ke wilayah ini menjadi lancar dan nyaman. Adanya peristiwa perubahan iklim yang ekstrim terhadap budidaya ikan lele. Begitu pula hama penyakit yang menyerang ikan lele ini. pengaruh hama penyakit begitu besar efeknya pada produktifitas ikan lele yang dibudidayakan. 6.1.3 Politik, Pemerintahan dan Hukum Peraturan pemerintah baik pemerintah pusat, daerah maupun instansi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor telah banyak membantu pengembangan budidaya perikanan khususnya ikan lele. Pemerintah Kabupaten Bogor yang membangun jalan sampai ke tempat budidaya dengan konstruksi jalan beton atau aspal. Hal ini untuk memudahkan akses transportasi pengangkutan pasokan maupun produk serta kemudahan dalam mendapat izin pada usaha perikanan. Untuk instansi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor memberikan banyak program yang menunjang perkembangan usaha perikanan
khususnya lele, yaitu seperti pelatihan-pelatihan keterampilan budidaya perikanan, pelayanan konsultasi perikanan, serta bantuan permodalan dengan bunga lunak. Kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah, memperlihatkan konsistensi pemerintah dalam penarikan subsidi terhadap listrik dan bahan bakar minyak secara berkelanjutan. BBM merupakan sumber energi yang dipakai oleh sarana transportasi baik pemasok maupun ke konsumen. Masalah stabilitas keamanan di dalam negeri ini juga ikut mempengaruhi kinerja perusahaan, dengan tingkat keamanan yang baik akan membantu berjalannya kegiatan usaha. 6.1.4 Teknologi Teknologi perikanan yang potensial untuk diterapkan adalah pengelolaan pakan pada budidaya ikan lele. Pengelolaan pakan tersebut meliputi penggunaan pakan pelet dengan komposisi atau kandungan nutrisi yang telah teruji secara baik serta pemberian pakan yang dikelola sedemikian rupa dengan teratur sehingga pemberiannya efektif. Begitu pula dengan pemberian makanan tambahan dan vitamin. Teknologi dibidang infrastruktur bangunan kolam yang dapat disesuaikan dengan biaya dan lokasi seperti kolam terpal, semi permanen dan permanen, serta saluran pemasukan air dan pembuangan air dikelola secara intensif. Padat penebaran benih dengan benih ukuran 3-5 cm dapat ditebar dengan kepadatan 250-300 ekor/m2. Kesemua hal tersebut potensial untuk diterapkan di perusahaan CV. Jumbo Bintang Lestari 6.1.5 Kompetitif a. Persaingan Antar Perusahaan Di Bogor ada beberapa kecamatan yang dikenal sebagai sentra produksi ikan lele seperti Kecamatan Parung, Mega Mendung dan Ciampea. Ketiga Kecamatan ini menyalurkan produksinya ke wilayah sendiri dan sekitar. Hal ini dikarenakan permintaan yang besar sedangkan jumlah produk yang kurang sehingga setiap pembudidaya yang membudidayakan ikan lele diambil sesuai dengan kualitas yang dihasilkan, semakin baik hasilnya semakin tinggi pula harga yang diberikan. b. Potensi Masuknya Pesaing Baru Modal yang dibutuhkan untuk masuk dalam usaha budidaya ikan lele ini cukup terjangkau yaitu minimal sekitar Rp 5.000.000,- dengan kapasitas produksi
sekitar 200 kg - 1000 kg per tiga bulan, hal ini sangat memudahkan untuk masuknya pesaing baru dalam industri yang sama. Masuknya pesaing baru dalam industri ini tidak berpengaruh nyata karena adanya pasar yang luas dan terus berkembang. c. Potensi Pengembangan Produk Pengganti Komoditas substitusi untuk produk ikan lele ini bermacam-macam meliputi komoditas sektor peternakan seperti daging sapi, kambing, unggas, komoditas sektor pertanian seperti tahu, tempe serta dari sektor perikanan sendiri seperti perikanan laut yaitu tuna, cakalang, kerapu dan lain sebagainya sedangkan dari perikanan tawar sendiri seperti ikan bawal, nila, gurame. Semua produk tersebut memiliki pasarnya masing-masing. Produk ikan lele ini sendiri memiliki pasar yang cukup banyak seiring perkembangan industri rumah makan pecel lele dan produk olahan lele lainnya. Tapi tidak menutup kemungkinan untuk adanya perubahan trend minat masyarakat ke produk pengganti lainnya yang lebih baik dan sesuai. d. Daya Tawar Pemasok CV. Jumbo Bintang Lestari biasa memasok bahan baku benih dari hasil produksi sendiri namun apabila memang kondisi pasokan benih dari hasil produksi sendiri kurang maka pasokan barang diambil dari kecamatan lain seperti kecamatan Parung dan Kecamatan Mega Mendung. Harga yang berlaku adalah harga pasar, harga yang berlaku pada saat itu yaitu harga sesuai dengan keadaan produk agribisnis yang berpengaruh pada cuaca dan iklim serta harga bahan baku. Bahan baku selanjutnya berupa pakan pelet yang diambil dari perusahaan yang menjalin kerjasama dengan CV. Jumbo Bintang Lestari, dari hasil kerjasama ini perusahaan memiliki merek dagang pakan sendiri dengan nama JBL singkatan dari Jumbo Bintang Lestari e. Daya Tawar Konsumen Para pembeli biasanya datang terlebih dahulu ke tempat budidaya untuk melihat perkembangan pertumbuhan ikan lele yang hendak dibeli. Para pembeli tersebut biasanya adalah distributor yang kembali menjual ikan lele tersebut ke daerah lain seperti JABODETABEK dan Lampung. kualitas produk menjadi
unsur pilihan yang terpenting untuk dijadikan acuan, karena kesehatan ikan lele untuk perjalanan jauh ditentukan juga oleh kulitas produk. Demikian secara umum identifikasi faktor-faktor eksternal usaha ikan lele di CV. Jumbo Bintang Lestari dan memberikan gambaran peluang dan ancaman bagi pembudidaya. Dari hasil identifikasi maka dapat dibedakan faktor yang termasuk menjadi peluang yang harus direbut oleh pembudidaya dan faktor ancaman yang sebaiknya diatasi oleh pembudidaya. 6.2 Analisis Lingkungan Internal Identifikasi faktor internal perusahaan harus dilakukan seiring dengan identifikasi faktor eksternal. lingkungan internal perusahaan memiliki kemampuan untuk merubah suatu perusahaan menjadi apa yang dicita-citakan oleh manajemen. Lingkungan internal merupakan proses pengidentifikasian terhadap faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan. Proses internal perusahaan tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan pendekatan fungsional yaitu analisis yang dilakukan oleh masing-masing fungsi perusahaan dalam mengkaji sumber daya manusia, produksi dan operasi, pemasaran serta keuangan. 6.2.1. Sumber Daya Manusia Orang atau karyawan merupakan bagian terpenting dalam usaha. Karyawan merupakan orang yang terlibat dalam pemberian jasa dan merupakan faktor intern yang memiliki peran cukup besar dalam mewujudkan jasa yang dikehendaki oleh konsumen. Penggunaan karyawan yang memiliki keahlian sesuai dengan yang dibutuhkan adalah sesuatu yang membantu peran keberhasilan usaha. Karyawan yang kurang memiliki keahlian akan memberikan efek kurang optimalnya produktifitas yang diinginkan. CV. Jumbo Bintang Lestari menggunakan jasa karyawan biasanya hanya didasarkan pada pengalaman kerja, bahkan ada yang menggunakan yang belum berpengalaman sehingga pada proses produksinya sering tidak optimal. Sebelum melaksanakan proses budidaya, karyawan biasanya diberikan arahan dari pemilik untuk memperoleh hasil yang diharapakan. Motivasi kerja penting kaitannya dengan semangat kerja karyawan. Motivasi kerja ini biasa berupa insentif atau tambahan gaji di luar gaji pokok.
6.2.2
Produksi dan Operasi Budidaya ikan lele yang berada di Kecamatan Gunung Sindur
menggunakan jenis kolam seperti kolam tanah,. Luasan kolam pun bervariasi,. Pemberian pakan berupa pelet diberikan dua kali sehari yaitu pagi sekitar jam 07.00 WIB dan sore sekitar jam 15.00 WIB. Proses pemanenan dilakukan sesuai permintaan, yaitu pagi atau sore. Hal ini dikarenakan suhu pada waktu pagi dan sore hari masih tergolong rendah sehingga ikan lele tersebut terhindar dari stres. Sarana dan prasarana yang tersedia di kolam-kolam budidaya ikan lele biasanya terdiri dari kolam-kolam budidaya, saung atau pondok, tempat penyimpanan pakan dan peralatan lain seperti jaring untuk panen, timba untuk wadah pemanenan ikan lele, seser atau sejenis jala untuk penyortiran ikan lele serta kelengkapan lainnya. Perusahaan memiliki sumber air tanah yang baik dan menunjang keberhasilan ikan lele, begitu pula dengan ketersediaan benih yang berada di daerah itu sendiri. Ketersediaan tenaga kerja pun melimpah, walaupun keahlian mereka diragukan tapi dengan alasan faktor sosial maka pemilik dan karyawan tersebut dapat berbagi ilmu dan pengalaman. Perusahaan memproduksi ikan lele sesuai dengan permintaan pasar. Apabila pasar menghendaki ukuran 9-10 ekor / kg, maka ikan lele yang mulai benih ukuran 4-6 cm akan segera di panen sekitar umur 2 bulan. Hal ini dikarenakan pasar memiliki kendali permintaan yang beragam sesuai dengan daerah yang meminta seperti dari daerah JABODETABEK maupun Lampung. 6.2.3 Pemasaran Produk yang dihasilkan oleh perusahaan dan menjual produknya sesuai dengan kebutuhan pasar seperti ukuran yang dikehendaki oleh pasar yang beraneka ragam sesuai dengan daerah penyalurannya masing-masing. Para konsumen biasanya datang untuk mencari ikan lele itu sendiri disesuaikan dengan kriteria yang dihendaki masing-masing. Ikan lele yang dihasilkan oleh perusahaan memiliki kualitas yang baik hal ini terbukti dengan pembelian berulang oleh para konsumen distributor tersebut ke tempat yang sama. Hal itu dikarenakan ikan memiliki bobot tubuh yang dikehendaki, stamina yang baik, serta adanya sistem kekeluargaan dalam negosiasi harga. Lokasi perusahaan yang dekat dengan jalur
jalan lintas propinsi sehingga untuk akses pengiriman produk ke Jakarta maupun ke luar Jawa sangatlah membantu. 6.2.4. Keuangan Perusahaan
ini
bergerak
dengan
menggunakan
modal
sendiri.
Perkembangan modal usaha terus berjalan sesuai dengan pertumbuhan usahanya. Keseluruhan modal usaha di dapat dari kemampuan usaha tersebut menghasilkan laba untuk keberlanjutan usaha. Perkembangan usaha perikanan khususnya ikan lele bagi usaha kecil tergantung dari hasil usaha, sedangkan hasil usaha sendiri bergantung dengan cuaca dan iklim serta faktor faktor eksternal lainnya seperti harga bahan baku yang terus meningkat. Hal ini membuat sebagian pembudidaya kesulitan untuk menambah modal usaha. Terkadang kerugian yang dihasilkan pun tidak dapat dihindarkan, baik karena kesalahan penanganan budidaya, pemanenan maupun cuaca dan iklim yang tidak menentu. Rata-rata jumlah modal awal yang digunakan adalah sekitar lima juta rupiah, sehingga untuk memulai usaha tersebut dibutuhkan perhitungan keuangan yang dapat dibuat secara estimasi atau perkiraan. Biaya tersebut seperti biaya benih, sewa lahan, pakan upah karyawan serta peralatan Kondisi keuangan untuk masing-masing pembudidaya ikan lele ini ratarata memiliki kondisi yang kurang baik mengingat kondisi cuaca dan iklim dan perubahan harga bahan baku yang sangat berpengaruh terhadap komoditas agribisnis pada umumnya dan ikan lele pada khususnya. Perusahaan pada saat ini mengalami tingkat pendayagunaan modal dan ketersediaan modal dalam jumlah aman, hal ini dipengaruhi oleh pengelolaan financial yang baik dari pemilik perusahaan. Secara keseluruhan perusahaan mempunyai faktor-faktor kekuatan yang dapat digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dan masih mempunyai kelemahan yang harus diatasi perusahaan.
VII PERUMUSAN STRATEGI USAHA IKAN LELE CV. JUMBO BINTANG LESTARI 7.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Internal Analisis lingkungan internal menghasilkan sepuluh kekuatan dan satu kelemahan yang masing-masing harus ditanggapi dengan baik agar dapat memanfaatkan peluang dalam mengatasi ancaman. Sejumlah kekuatan dan kelemahan tersebut merupakan hasil analisis lingkungan internal di CV. Jumbo Bintang Lestari yang terdiri dari analisis faktor sumber daya manusia, produksi/operasi, pemasaran, dan keuangan. Faktor-faktor kekuatan di CV. Jumbo Bintang Lestari, antara lain seperti : 1) Proses produksi Proses produksi seperti pemilihan benih yang berkualitas, pemeliharaan berupa pemberian pakan teratur dan dengan dosis yang sesuai serta penanganan pengobatan secara tradisional yang efektif dan efisien. Begitu pula dengan proses pemanenan dilakukan sesuai permintaan, yaitu pagi atau sore. Hal ini dikarenakan suhu pada waktu pagi dan sore hari masih tergolong rendah sehingga ikan lele tersebut terhindar dari stres. Kegiatan tersebut membuat proses produksi budidaya berjalan dengan baik. 2) Sarana dan prasarana Sarana dan prasarana yang tersedia di kolam-kolam budidaya ikan lele biasanya terdiri dari kolam-kolam budidaya, saung atau pondok, tempat penyimpanan pakan dan peralatan lain seperti jaring untuk panen, timba untuk wadah pemanenan ikan lele, seser atau sejenis jala untuk penyortiran ikan lele serta
kelengkapan lainnya.dalam proses budidaya
masih
menggunakan kolam tanah. Luasan kolam pun bervariasi, untuk pemenuhan kebutuhan air pada saat musim kemarau telah menggunakan sumur bor untuk menjaga debit air di kolam-kolam 3) Kualitas produk yang dihasilkan Penampilan produk yang prima serta ukuran yang seragam merupakan indikator kualitas produk ikan lele. Perusahaan memiliki perhatian yang lebih terhadap ikan lele, hal ini dikarenakan ikan lele lebih tahan terhadap penyakit dan perubahan cuaca yang ekstrim, sehingga dalam perawatannya ikan lele
ini diberi makan secara teratur dengan dosis yang disesuaikan dengan pertumbuhannya yaitu pemberian pakan berupa pelet diberikan 2 kali sehari yaitu pagi sekitar jam 07.00 WIB dan sore sekitar jam 15.00 WIB. Penggunaan pakan pelet ini sering juga diselingi dengan pakan tambahan berupa sosis yang telah kadaluarsa, dedaunan serta vitamin sehingga pertumbuhan ikan lele menjadi seragam dan terhindar dari sifat kanibalisme. 4) Harga yang diberikan sesuai dengan kualitas produksi Perusahaan memproduksi ikan lele sesuai dengan permintaan pasar. Ini dikarenakan pasar memiliki kendali permintaan yang beragam sesuai dengan daerah yang meminta seperti dari daerah sekitar, JABODETABEK maupun Lampung. Harga yang diberikan pada produk ikan lele ukuran 6-9 ekor / kg adalah sekitar Rp 9.800.,00-Rp 11.800,00 / kg, sedangkan untuk ukuran yang lebih kecil dapat dirundingkan untuk memastikan stamina ikan terhadap kondisi perjalanan baik jauh maupun dekat. 5) Kedekatan lokasi usaha dengan input produksi Lokasi CV. Jumbo Bintang Lestari relatif diuntungkan dengan dekat ke sumber input produksinya yaitu para petani setempat yang dijadikan mitra perusahaan. Ditinjau dari segi sarana transportasi, perusahaan sangat strategis untuk pemasaran karena letaknya berdekatan dengan ibukota dan mudah untuk akses ke seluruh JABODETABEK. Perusahaan memiliki jalur jalan lintas provinsi sehingga untuk akses pengiriman produk ke Jakarta maupun ke luar Jawa sangatlah membantu. 6) Intensitas promosi Perusahaan ikut melakukan promosi ke konsumen. hal ini dikarenakan perusahaan menganggap promosi merupakan hal yang penting dilakukan karena tingginya tingkat persaingan yang terjadi pada usaha lele ini. Promosi dilakukan menggunakan teknologi internet sehingga tidak membutuhkan anggaran biaya dalam proses promosi selain juga perusahaan yang sering didatangi oleh televisi swasta nasional untuk dilakukan peliputan bagaimana usaha lele dilakukan di perusahaan dan hal tersebut menjadi suatu ajang promosi gratis.
7) Kecukupan modal jangka panjang Perusahaan membangun usaha budidaya ikan lele dengan menggunakan modal sendiri. Modal sendiri yang ada untuk usaha berjumlah tidak terlalu besar, namun hal ini dapat ditutupi dengan adanya kebijakan dari lembagalembaga keuangan yang akan memberi pinjaman dengan kredit lunak, sehingga tingkat keamanan keuangan yang dibutuhkan perusahaan aman dalam menjalankan usaha. 8) Kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang Perkembangan modal usaha terus berjalan sesuai dengan pertumbuhan usahanya. Keseluruhan modal usaha di dapat dari kemampuan usaha tersebut menghasilkan laba untuk keberlanjutan usaha seterusnya. Perkembangan usaha perikanan khususnya ikan lele terus mengalami peningkatan sehingga tingkat perputaran modal dan keuangan dan keterjaminan modal jangka panjang tidak mengalami kendala. 9) Ketrampilan karyawan Karyawan merupakan orang-orang yang bekerja dan sering juga disebut sumberdaya manusia. Karyawan mencakup kontribusi orang-orang baik secara fisik maupun mental ketika mereka melakukan produksi. CV. Jumbo Bintang Lestari memiliki 64 karyawan dengan berbagai kualifikasi untuk fungsi dan bagian yang berbeda. Mayoritas karyawan yang bekerja adalah pria.. Perekrutan karyawan tidak memiliki klasifikasi berupa lulusan maupun tingkat pendidikan dan standarisasi khusus. Syarat yang dibutuhkan adalah kemauan untuk tekun, bertanggungjawab, serta kerja keras. Perekrutan karyawan terdiri dari proses wawancara dengan membawa ijazah terakhir yang dimiliki. Karyawan yang dimiliki CV. Jumbo Bintang Lestari secara keseluruhan adalah tamatan SMA
sedangkan
dibagian administrasi
karyawannya berasal dari lulusan perguruan tinggi 10) Pemberian insentif untuk karyawan Pemberian bonus atau insentif bagi karyawan dilakukan perusahaan disesuaikan dengan tingkat keuntungan pada akhir siklus produksi, namun untuk pemenuhan kebutuhan karyawan, perusahaan memberikan beberapa fasilitas untuk menunjang produktifitas karyawan, diantaranya tempat tinggal,
alat trasportasi dan uang makan sehari-hari karyawan selain gaji yang diberikan pada akhir bulan. Berdasarkan hasil wawancara dengan perusahaan, diketahui faktor yang menjadi kelemahan budidaya ikan lele di CV. Jumbo Bintang Lestari, Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, antara lain seperti : 1.
Persediaan input produksi Ketersedian pakan buatan atau pellet menjadi penting dalam budidaya ikan terutama ikan lele. Ikan lele yang tergolong ikan rakus membutuhkan asupan pakan secara rutin pada waktu yang telah ditentukan. Harga pakan yang meningkat membuat ketersediaan menjadi sulit untuk dicapai. Hal ini terjadi dikarenakan bahan baku dalam pembuatan pakan di pabrik, dan pemenuhan bahan baku juga menjadi kendala bagi perusahaan, ketersediaan pakan tambahan seperti sosis yang kadaluarasa dan pakan lainnya. Selain dari itu, bahan baku benih yang diproduksi oleh perusahaan kurang mencukupi sehingga untuk pemenuhan kebutuhan benih dipasok dari petani-petani benih lele di sekitar perusahaan namun ini belum cukup untuk pemenuhan kebutuhan perusahaan sehingga dibutuhkan ketersediaan benih dari luar daerah seperti indramayu dan sekitaran pantura. Kekuatan dan kelemahan tersebut dapat dilihat secara ringkas dalam Tabel 9.
Tabel 9. Hasil Analisis Lingkungan Internal Indikator Kekuatan Kelemahan Sumber Daya 1. Ketrampilan karyawan Manusia 2. Pemberian insentif karyawan Produksi/Operasi 1. Proses produksi 1. Persediaan input produksi 2. Sarana dan prasarana Pemasaran 1. Kualitas produk yang dihasilkan 2. Keterdekatan lokasi usaha dengan input produksi 3. Intensitas promosi 4. Harga yang diberikan sesuai dengan kualitas produksi Keuangan 1. Kecukupan modal jangka panjang 2. Kemampuan usaha untuk menghasilkan modal Sumber : Data Primer
7.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman Eksternal Hasil analisis lingkungan eksternal adalah lima peluang yang dapat dimanfaatkan dan tujuh ancaman yang harus diatasi oleh perusahaan. Sejumlah peluang dan ancaman tersebut diperoleh dari hasil analisis terhadap faktor ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi serta kompetitif. Beberapa peluang perusahaan, antara lain seperti : 1.
Adanya peraturan pemerintah tentang usaha perikanan Peraturan pemerintah baik pemerintah pusat, daerah maupun Instansi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor telah banyak membantu pengembangan budidaya perikanan khususnya ikan lele. Untuk pemerintah Kecamatan Gunung Sindur membangun jalan sampai ke tempat budidaya dengan konstruksi jalan beton atau aspal, hal ini untuk memudahkan akses transportasi pengangkutan pasokan maupun produk. Untuk instansi Dinas Peternakan dan Perikanan Bogor memberikan banyak program yang menunjang perkembangan usaha perikanan khususnya lele, yaitu seperti pelatihan-pelatihan keterampilan budidaya perikanan, bantuan obat-obatan
gratis, pelayanan konsultasi perikanan, serta bantuan permodalan dengan bunga ringan. 2) Isu flu burung dan antraks Sebagai penghasil sumber protein hewani, produk perikanan pada saat ini menjadi semakin marak karena dipandang aman dibanding dengan produk peternakan lainnya seperti unggas-unggasan yang baru saja marak terkena flu burung, begitu pula dengan sapi yang marak terkena penyakit antraks. Isu-isu tersebut berkembang di tengah masyarakat yang menginginkan pasokan sumber protein yang aman dan nyaman. Dengan adanya isu tersebut dan menyaksikan adanya korban sehingga mengalihkan konsumsi masyarakat ke ikan-ikanan. Hal ini menyebabkan pengenalan ikan lele menjadi terobosan yang menguntungkan. 3) Minat masyarakat terhadap ikan lele Permintaan akan ikan lele banyak diminati yaitu karena selain sebagai sumber protein hewani yang aman untuk dikonsumsi, juga harganya yang terjangkau serta mudah dalam akses mendapatkan produknya. Hal ini ditandai dengan berkembangnya warung serta rumah makan berbahan baku utama ikan lele baik di Bogor atau pun di daerah lainnya. 4) Kemajuan teknologi Pengelolaan pakan tersebut meliputi penggunaan pakan pelet dengan komposisi atau kandungan nutrisi yang telah teruji secara baik serta pemberian pakan yang dikelola sedemikian rupa dengan teratur sehingga pemberiannya efektif, dan penggunaan teknologi yang terbaru di sektor perikanan dalam budidaya lele ikut memberi andil dalam menjaga keberlangsungan usaha lele. 5) Ancaman radiasi nuklir di jepang Isu baru yang berkembang saat ini yaitu radiasi nuklir Jepang juga ikut sedikit memberi andil akan sektor perikanan umumnya dikarenakan negara Jepang yang menjadi salah satu negara pengekspor produk perikanan mengalami situasi yang mengharuskan melalui pemeriksaan yang ketat bagi seluruh produknya. Hal ini dapat dimamfaatkan bagi perusahaan perikanan Indonesia umumnya untuk menjadi peluang dalam memasok produknya, khususnya
produk perikanan lele yang saat ini menjadi primadona di sektor budidaya air tawar. Dengan pengembangan perusahaan yang telah mencapai ke Batam dan bekerjasama dengan pemerintah dalam penyediaan produk ikan lele untuk di ekspor ke singapura dan negara asia lainnya dan eropa. Beberapa ancaman CV, Jumbo Bintang Lestari, antara lain seperti : 1) Kondisi jalan Baik jalan desa, kabupaten maupun provinsi masih dalam keadaan yang kurang maksimal yaitu dengan keadaan adanya lobang-lobang pada beberapa tempat, namun hal tersebut tidak mempengaruhi secara besar. 2) Kenaikan BBM dan TDL Dalam budidaya ikan lele BBM berperan seperti dalam bahan bakar untuk pengangkutan benih dan pakan dari produsen, sehingga kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) menjadi ancaman dalam peningkatan biaya transportasi. Sedangkan TDL (Tarif Dasar Listrik) berperan dalam penerangan maupun hiburan yang ada di kolam produksi. Sama halnya dengan BBM, kenaikan TDL pun akan meningkatkan biaya produksi. 3) Kenaikan harga bahan baku dan input produksi Harga input produksi yang setiap saat mengalami peningkatan harga ikut mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan kebijakan perusahaan. Penyediaan input produksi benih menjadi kendala dalam proses produksi, dan bahan baku pakan yang ikut mengalami peningkatan setiap saat juga ikut mempengaruhi.. 4) Iklim dan cuaca Cuaca dan iklim di daerah Bogor kini sering berubah secara drastis. Perubahan cuaca dan iklim ini dipengaruhi oleh la nina yang berkepanjangan yang menyebabkan curah hujan begitu tingginya, diatas batas normal walaupun dalam musim panas sekalipun. 5) Hama dan penyakit Perubahan lingkungan yang ekstrim dapat mengancam kelangsungan usaha budidaya pembesaran ikan lele ini. Adanya cuaca dan iklim yang tidak dapat diprediksi serta fluktuasi suhu yang berubah dengan cepat dan ekstrim sering menyebabkan kegagalan pada proses budidayanya. Dengan perubahan
ekstrim tersebut, ikan lele akan sering mengalami stres sehingga mudah terkena penyakit. 6) Peningkatan jumlah Pembudidaya Semakin bertambahnya pelaku usaha sejenis dalam beberapa waktu ini ikut memberi ancaman bagi perusahaan karena semakin kompetitifnya usaha budidaya ikan lele, dikarenakan semakin meningkatnya minat masyarakat terhadap lele dan tingkat pasokan yang mengalami kekurangan ikut memberi andil dalam proses pembukaan usaha baru sejenis di berbagai daerah dan berdekatan dengan CV, Jumbo Bintang Lestari. 7) Adanya pengaruh produk substitusi Komoditas substitusi untuk produk ikan lele ini beraneka macam ragamnya meliputi komoditas sektor peternakan seperti daging sapi, kambing, unggas, komoditas sektor pertanian seperti tahu, tempe serta dari sktor perikanan sendiri seperti perikanan laut yaitu tuna, cakalang, kerapu dan lain sebagainya sedangkan dari perikanan tawar sendiri seperti ikan bawal, nila, gurame. Beraneka macam produk substitusi ini memberikan banyak pilihan bagi konsumen, sehingga akan membagi pilihan konsumen. Peluang dan ancaman tersebut dapat dilihat secara ringkas dalam Tabel 10. Tabel 10. Hasil Analisis Lingkungan Eksternal Indikator Peluang Ancaman Ekonomi 1. Kenaikan BBM dan TDL 2. Kenaikan harga bahan baku dan input produksi Sosial, Budaya, 1. minat masyarakat 1. Iklim dan cuaca Demografi dan terhadap lele 2. Hama dan penyakit Lingkungan 3. kondisi jalan Politik, 1. Peraturan pemerintah Pemerintahan tentang usaha perikanan dan Hukum 2. Ancaman radiasi nuklir Jepang 3. Isu flu burung dan antraks Teknologi Kompetitif
Sumber : Data Primer
1. Kemajuan teknologi 1. Pengaruh produk substitusi 2. Peningkatan jumlah Pembudidaya
7.3. Analisis Matriks IFE (Internal Factors Evaluation) Matriks IFE digunakan untuk mengetahui seberapa besar peranan faktorfaktor internal yang terdapat pada perusahaan. Matriks IFE disusun berdasarkan hasil identifikasi dari kondisi internal perusahaan berupa kekuatan dan kelemahan yang selanjutnya akan dihitung dengan rating dan pembobotan. Analisis matriks IFE menghasilkan sepuluh kekuatan dan satu kelemahan internal di CV. Jumbo Bintang Lestari. Kekuatan tersebut antara lain produk yang dihasilkan berkualitas. Lokasi usaha dekat dengan bahan baku, harga yang diberikan sesuai dengan kualitas, promosi yang intensif, kecukupan modal jangka panjang, kemampuan usaha untuk menghasilkan modal, sarana dan prasarana yang menunjang, proses produksi yang baik, insentif untuk karyawan dan karyawan yang terampil, sedangkan satu kelemahannya persediaan bahan baku yang kurang mencukupi. Pembobotan yang dilakukan terhadap indikator kekuatan dan kelemahan dilakukan dengan metode perbandingan berpasangan (paired comparison). Penilaian bobot dan rating untuk faktor internal dijelaskan di Lampiran 4 dan Lampiran 5. Hasil pengolahan matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 11. Berdasarkan matriks IFE pada Tabel 11 diperoleh total skor bobot sebesar 3.694. Nilai ini mengindikasikan bahwa usaha budidaya ikan lele di CV. Jumbo Bintang Lestari berada pada posisi diatas rata-rata yang berarti pembudidaya memiliki posisi internal yang kuat. Hal ini menunjukkan perusahaan memiliki kekuatan yang besar dan mampu mengatasi kelemahan usahanya.
Tabel 11. Matriks IFE (Internal Factors Evaluation) Faktor Internal Kunci Bobot Kekuatan 1. Kualitas produk yang dihasilkan 2. Keterdekatan lokasi usaha dengan input produksi 3. Harga yang diberikan sesuai dengan kualitas produksi 4. Intensitas produksi 5. Kecukupan modal jangka panjang 6. Kemampuan usaha untuk menghasilkan modal jangka panjang 7. Sarana dan prasarana 8. Proses produksi 9. Pemberian insentif untuk karyawan 10. Ketrampilan karyawan Kelemahan 1. Persediaan input produksi
Rating
Nilai Tertimbang
0.105
4
0.420
0.087
4
0.348
0.077 0.059 0.128
3 4 4
0.231 0.236 0.512
0.119 0.064 0.096 0.119 0.096
4 4 4 3 4
0.476 0.256 0.384 0.357 0.384
0.045
2
0.090
Total
3.694
Sumber : Data Primer
Analisis Matriks IFE menunjukan faktor strategis internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan. Bobot faktor kecukupan modal jangka panjang memperoleh bobot yang tertinggi sebesar 0.128 mengindikasikan bahwa faktor ini merupakan kekuatan utama perusahaan dalam bertahan di usaha budidaya lele. Kelemahan utama yang dimiliki oleh perusahaan adalah keterbatasan persediaan input produksi yang kurang mencukupi dengan bobot 0.045, hal ini dipengaruhi oleh bentuk penyediaan benih pada awal produksi budidaya lele yang mengalami kendala. 7.4. Analisis Matriks EFE (External Factors Evaluation) Hasil analisis lingkungan eksternal adalah lima peluang yang dapat dimanfaatkan dan tujuh ancaman yang harus diatasi oleh perusahaan. Lima peluang yang dihasilkan antara lain Adanya peraturan pemerintah tentang usaha perikanan, Isu flu burung dan antraks, minat masyarakat terhadap ikan lele, kemajuan teknologi dan ancaman radiasi nuklir di jepang. Sedangkan kenaikan BBM dan TDL, kondisi jalan, kenaikan harga bahan baku dan input produksi, cuaca dan iklim, hama dan penyakit, peningkatan jumlah pembudidaya serta
pengaruh adanya produk substitusi merupakan ancaman-ancaman dari lingkungan eksternal di perusahaan CV. Jumbo Bintang Lestari yang harus diatasi. Penilaian bobot dan rating untuk faktor eksternal dijelaskan di Lampiran 4 dan Lampiran 5. Hasil pengolahan matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 12. Setelah
melakukan
penentuan
faktor-faktor
eksternal,
dilakukan
pembobotan dari masing-masing variabel eksternal. Nilai pembobotan yang digunakan pada matriks EFE merupakan hasil rata-rata dari dua responden yang dipilih. Pemberian peringkat (rating) dilakukan oleh responden yang sama dan merupakan nilai rata-rata dari dua responden dengan memasukkan hasil identifikasi peluang dan ancaman sebagai faktor eksternal, kemudian diberi bobot dan peringkat maka diperoleh hasil pada Tabel 12. Hasil keseluruhan perhitungan faktor strategis eksternal menghasilkan skor sebesar 2,048 mengindikasikan bahwa usaha budidaya ikan lele di CV. Jumbo Bintang Lestari merespon kurang baik peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dengan kata lain, strategi perusahaan secara efektif kurang mampu menarik keuntungan dari peluang yang ada dan meminimalkan pengaruh negatif potensial dari ancaman eskternal. Tabel 12. Matriks EFE (External Factors Evaluation) Faktor-Faktor Eksternal Utama Rata-rata Bobot Peringkat Peluang 1. Adanya peraturan pemerintah tentang 0.064 3,0 usaha perikanan 2. Isu flu burung dan antraks 0.070 3,0 3. minat masyarakat terhadap ikan lele 4,0 0.090 4. Kemajuan teknologi 0.071 3.5 5. Ancaman radiasi nuklir di jepang 0.064 3,0 Ancaman 1. Kondisi jalan 0.081 2,0 2. Kenaikan harga bahan baku dan input produksi 1,0 0.102 3. Kenaikan BBM dan TDL 0.085 1,0 4. Peningkatan jumlah pembudidaya 0.085 1.5 5. Adanya pengaruh produk subsitusi 0.085 2,0 6. Hama dan penyakit 0.100 1,0 7. Iklim dan cuaca 0.098 1,0 Total Sumber : Data Primer
Skor Bobot 0.192 0.210 0.360 0.249 0.192 0.162 0.102 0.085 0.128 0.170 0.100 0.098 2.048
Hasil evaluasi matrik EFE, pada faktor peluang terlihat bahwa meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan lele memperoleh bobot tertinggi sebesar 0,090 dan diperlihatkan skor peringkat 4 mengindikasikan bahwa faktor ini direspon sangat baik oleh perusahaan. Dengan adanya peluang ini, maka perlunya peningkatan produktifitas ikan lele dan pengembangan usaha. Hasil identifikasi faktor eksternal berupa ancaman bagi pembudidaya yaitu harga bahan baku seperti pakan yang setiap saat mengalami kenaikan harga dan benih yang mengalami kelangkaan karena pengaruh cuaca yang tak dapat diprediksi yaitu memperoleh bobot tertinggi yaitu 0,102. Hal ini sangat menjadi perhatian pembudidaya, mengingat benih dan pakan merupakan komponen utama dalam
budidaya.
Sedangkan
faktor
perekonomian
nasional
juga
yang
menyebabkan kenaikan biaya produksi. 7.5. Analisis Matriks IE (Internal-Eksternal) Analisis matriks IE dilakuka untuk mempertajam analisis yang telah dilakukan dengan matriks IFE dan EFE. Hasil matriks IFE dan EFE berupa total nilai tertimbang IFE di petakan ke dalam matriks IE. Total nilai tertimbang IFE dipetakan pada sumbu x, sedangkan total nilai tertimbang EFE dipetakan pada sumbu y.
SKOR BOBOT TOTAL IFE Kuat
Sedang
Lemah
3,0 - 4,0
2,0 - 2,99
1,0 - 1,99
3,694 4,0 S K O Tinggi R 3,0 – 4,0 B O B 3,0 O T T Sedang O 2,0 – 2,99 T A L 2,048 2,0 E F Rendah E 1,0 – 1,99
3,0
2,0
1,0
I
II
III
Grow and Build
Grow and Build
Hold and Maintain
IV
V
VI
Grow and Build
Hold and Maintain
Harvest or Divest
VII
VIII
IX
Hold and Maintain
Harvest or Divest
Harvest or Divest
1,0 Sumber : Data Primer
Gambar 6. Matriks Internal-Eksternal (IE) Usaha Budidaya Ikan Lele Di CV, Jumbo Bintang Lestari Berdasarkan analisis faktor internal menggunakan matriks IFE, diperoleh skor bobot total pada sumbu x sebesar 3,694 dan sumbu y yang merupakan faktor eksternal dengan menggunakan matriks EFE, diperoleh skor bobot total sebesar 2,048. Hasil ini menempatkan usaha budidaya ikan lele di CV. Jumbo Bintang Lestari pada sel IV dalam matriks IE yang dapat dilihat pada Gambar 6. Posisi tersebut mencerminkan bahwa perusahaan berada dalam posisi strategi tumbuh dan bina, dimana strategi-strategi yang dapat dilakukan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.
7.6. Analisis Matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) Dengan
mencocokan
faktor-faktor
kunci
Internal
(kekuatan
dan
kelemahan) serta faktor-faktor kunci eksternal (peluang dan ancaman) merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan startegi yang layak. Strategi yang dihasilkan pada matriks IE hanya secara umum tanpa adanya implementasi yang lebih fokus pada tingkat perusahaan. Oleh karena itu, matriks IE dilengkapi oleh matriks SWOT. Matriks SWOT merupakan langkah-langkah konkrit yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan berdasarkan pengembangan dari matriks IE. Tujuan matriks SWOT adalah untuk menghasilkan alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh perusahaan dengan cara memindahkan hasil analisis data matriks IFE dan EFE ke dalam matriks SWOT. Empat tipe strategi yang disarankan yaitu Strategi SO (Strengths-Opportunities), Strategi WO (Weakness-Oppurtunities), Strategi ST (Strengths-Threaths), Strategi WT (Weakness-Threaths). Startegi SO berarti menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, startegi WO berarti mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang, startegi ST berarti menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman, dan strategi WT berarti minimalkan kelemahan dan hindari ancaman. Perumusan masing-masing startegi mengacu pada hasil posisi yang didapat pada matriks IE yaitu tumbuh dan berkembang dengan strategi umum untuk penetrasi pasar dan pengembangan produk.Hasil analisis matriks SWOT dapat dilihat pada Gambar 7. Berdasarkan analisis matriks SWOT dapat dirumuskan empat alternatif strategi yang terdiri dari : a)
Strategi S-O (Strengths-Opportunities) : Meningkatkan produksi dengan menambah area budidaya dan penebaran benih dan penggunaan teknologi tepat guna. Strategi ini menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluangpeluang eksternal agar memperoleh keuntungan. Alternatif yang dapat dilakukan pada strategi S-O, yaitu peningkatkan produksi dengan menambah area budidaya dan jumlah penebaran benih dan penggunaan teknologi tepat guna. (S1, S2, S3, S5, S5, S8, S10, O1, O2, O3, O4, O5).
Peningkatan volume produksi penting dilakukan mengingat meningkatnya pula minat masyarakat terhadap produk ini. Dengan memiliki lokasi strategis, sarana dan prasarana memadai serta proses produksi yang baik akan dapat semakin meningkatkan kekuatan volume produksi. Ditambah dengan adanya bantuan dari pemerintah daerah serta Dinas Peternakan Dan Perikanan setempat serta pengaruh teknologi membuat semakin kuatnya potensi peningkatan volume produksi ini. Oleh karena itu dengan menambah area budidaya dan penebaran benih diharapkan volume produksi akan meningkat pula. Menambah area budidaya seperti dengan menambah luasan kolam yang digunakan baik memakai kolam terpal maupun kolam tanah. Penggunaa teknologi kolam terpal dalam penerapan budidaya ikut menambah tingkat produktivitas produksi lele. Hal ini berperan dalam meningkatkan jumlah produktifitas ikan lele yang cepat berkembang di kolam-kolam tersebut. penambahan ini hendaknya dilakukan secara bertahap menyesuaikan dengan pendapatan yang didapat sehingga keberlajutan usaha akan berjalan dengan lancar. Begitu pula dengan benih, penambahan benih penting dilakukan untuk meningkatkan padat tebar ikan di kolam-kolam tersebut. Dengan penambahan benih ikan otomatis bertambah pula jumlah produksi ikan lele saat panen. Kedua hal ini harus dilakukan bersama, karena jika penambahan luasan kolam tidak bersamaan dengan penambahan benih maka usaha tersebut tidak akan berjalan secara efisien. Oleh karena itu penggunaan alokasi pendapatan untuk keberlanjutan usaha diperlukan guna menunjang tujuan yang hendak dicapai. b) Strategi W-O (Weakness-Oppurtunities) : pemanfaatan bantuan dari pemerintahan terkait dengan akses penyediaan input produksi dan bekerjasama dengan penyedia input produksi dari luar daerah Strategi W-O ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan
peluang
eksternal
yaitu:
pemanfaatan
bantuan
dari
pemerintahan dan dinas terkait sebagai alternatif dalam penyediaan input produksi untuk keberlangsungan usaha dan bekerjasama dengan penyedia
input produksi dari luar daerah (W1, O1, O3, O4,). Adanya pemasalahan ketersediaan input produksi seperti penyediaan benih ikan lele, dapat diatasi dengan adanya bantuan pemerintah dan dinas terkait baik dalam proses penyediaan benih yang baik dan berkualitas, dan perusahaan juga dapat melakukan betuk kerjasama dengan pihak luar atau perusahaan dari luar daerah dalam penyedian input produksi seperti benih lele. Meningkatnya minat masyarakat terhadap lele memberi pengaruh yang sangat besar, sehingga tingkat kebutuhan benih lele dalam pemenuhan jumlah produksi yang semakin meningkat menjadi satu kelemahan yang dialami perusahaan, sehingga dibutuhkannya peran pemerintah dan dinas terkait dalam penyediaan benih lele. Perusahaan dapat melakukan bentuk kerjasama dengan suplayer dari luar daerah untuk pemenuhan penyediaan input produksi. Keterbatasan benih lele saat ini juga dipengaruhi oleh kurangnya teknologi yang dimiliki pemerintah sehingga peluang adanya pengaruh teknologi dan pemerintah sebagai instansi yang dapat menjadi acuan dalam pengguan teknologi dapat disampaikan kepada pembudidaya untuk meningkatkan jumlah produksi benih, sehingga mampu memberikan tingkat keuntungan yang lebih bagi perusahaan. c)
Strategi S-T (Strengths-Threaths) : pertahankan kualitas produk dengan menjaga proses produksi yang baik, kualitas produk, sarana dan prasarana yang menunjang. Strategi ini menggunakan kekuatan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. Terdapat satu alternatif yang dapat dilakukan pada strategi S-T, yaitu: pertahankan kualitas produk dengan menjaga proses produksi yang baik, harga yg sesuai, promosi yang intensif, modal jangka panjang, usaha dalam menghasilkan modal, sarana dan prasarana yang menunjang, insentif untuk karyawan serta karyawan yang terampil. (S1, S2, S3, S4, S5, S6, S7, S8, S9, S10, T1, T2, T3, T4, T5). Dengan memiliki produk yang berkualitas maka produk tersebut dapat bertahan bahkan bersaing di tengah-tengah pengaruh politik, ekonomi, keamanan serta cuaca dan iklim yang tidak kondusif ini. Sehingga harga yang ditawarkan pun akan meningkat bersamaan dengan isu pengaruh-pengaruh
tersebut. produk yang berkualitas merupakan jaminan terhadap keberlanjutan permintaan konsumen terhadap produk ikan lele ini, oleh karena itu dengan cara menerapkan SOP atau Standar Operasi Produksi yang baku maka diharapkan karyawan akan mematuhinya secara konsisten dan terus menerus. Posisi perusahaan saat ini sebagai market leader untuk daerah Gunung Sindur dan Parung dalam pemenuhan kebutuhan ikan lele untuk wilayah JABODETABEK dan Lampung dapat menjadi sebuah keuntungan dan keunggulan dalam memasarkan produk yang diproduksi. Mempertahankan kualitas produk tidaklah mudah, perlunya pengawasan yang ketat dari pemilik usaha untuk selalu dapat menangani dengan cepat masalah yang mungkin akan terjadi. Seperti jika terjadi penyakit yang menyerang secara mendadak atau terjadi stress pada ikan akibat perubahan cuaca dan iklim yang ekstrim, maka dengan adanya peran pemilik usaha dapat diambil keputusan baik untuk berkoordinasi dengan dinas atau menanganinya sendiri dengan pengobatan alternatif, apalagi di tengah cuaca dan iklim yang sulit diprediksi maka pengawasan secara intensif penting untuk selalu memantau pertumbuhan dan perkembangan ikan yang baik. Tanpa adanya pengawasan yang dilakukan oleh pihak pemilik usaha, maka karyawan akan mudah untuk bertindak ceroboh atau curang. Hal ini tidak dapat dipungkiri sering terjadi pada usaha yang terus berkembang. Dengan adanya pengawasan yang rutin dan kontinue maka hubungan keterikatan dan keamanan antara pemilik dan karyawan akan terus meningkat dan berlanjut. d) Strategi W-T (Weakness-Threaths) : pengusahaan pakan alternatif yang bagus, lebih murah dan berkelanjutan serta menjalin kerja sama dengan penyedia input produksi. Strategi ini merupakan taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Terdapat satu alternatif yang dapat dilakukan pada strategi W-T, yaitu: mengusahakan pakan alternatif yang bagus, lebih murah dan berkelanjutan serta menjalin kerja sama dengan penyedia bahan baku. (W1, T1, T2, T3, T4, T5). Dengan
adanya
pengusahaan
pakan
alternatif
maka
diharapkan
keberadaannya akan mengurangi beban biaya yang besar sehingga pemakaian
modal akan semakin hemat serta persediaan bahan baku akan menjadi terjamin. Pakan alternatif yang dimungkinkan untuk digunakan secara berkepanjangan yaitu pakan alami seperti tumbuhan air matalele, atau daun keladi dan daun pepaya. Untuk memberikan asupan nutrisi seperti sumber protein maka pihak pembudidaya dapat bekerjasama dengan pabrik sosis untuk membeli sosis yang tidak layak konsumsi oleh manusia tapi layak konsumsi oleh hewan terutama ikan lele. Produk sosis ini biasanya sudah kadaluarsa akan tetapi masih dalam kondisi yang prima tanpa adanya jamur. Oleh sebab itu masih berkenan untuk dikonsumsi oleh ikan lele. Dengan adanya kerjasama dengan pihak pabrik maka perusahaan akan menghemat banyak biaya pakan maupun masalah keberlanjutan persediaan pakan tersebut. Atau dapat pula digunakan pakan alternatif sumber protein dari buangan ikan atau bagian ikan yang tidak dipakai di tempat pelelangan ikan atau pasar ikan terdekat. Ikan lele yang rakus dalam hal makanan ini tidak terlalu memilih-milih makanan yang dimakannya, oleh sebab itu pemberian pakan alternatif ini dapat dilakukan dengan baik dan kontinue. Pemberian vitamin pun dalam hal tambahan konsumsi pakan ikan lele ini begitu penting untuk daya tahan tubuh serta tambahan napsu makannya agar selalu aktif dalam proses metabolisme pencernaannya. Penyediaan bahan baku benih untuk proses awal produksi dapat dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan para petani-petani disekitar perusahaan sehingga mampu memasok tingkat kebutuhan benih yagn semakin meningkat.
Internal
Eksternal
PELUANG (Opportunities-O)
1. Adanya peraturan pemerintah tentang usaha perikanan 2. Isu flu burung dan antraks 3. minat masyarakat terhadap ikan lele 4. Kemajuan teknologi 5. ancaman radiasi nuklir di jepang ANCAMAN (Threats-T) 1. Kondisi jalan 2. Kenaikan harga bahan baku dan input produksi 3. Kenaikan BBM dan TDL 4. Peningkatan jumlah pembudidaya 5. Adanya pengaruh produk subsitusi 6. Hama dan penyakit 7. Iklim dan cuaca
( Strengths – S)
KELEMAHAN (Weakness - W)
1. Kualitas produk yang dihasilkan 2. Kedekatan lokasi usaha dengan input produksi 3. Harga yang diberikan sesuai dengan kualitas produksi 4. Intensitas promosi 5. Kecukupan modal jangka panjang 6. Kemampuan usaha untuk menghasilkan modal 7. Sarana dan prasarana 8. Proses produksi 9. Pemberian insentif karyawan 10. Ketrampilan karyawan STRATEGI – SO 1. Meningkatkan produksi dengan menambah area budidaya dan penebaran benih. (S1,S2,S3,S5,S6,S8,S10,O1, O2,O3,O4,O5)
1. Persediaan input produksi
KEKUATAN
2. Penggunaan teknologi tepat guna
STRATEGI – ST 1. Mempertahankan kualitas produk (S1,S2,S3,S4,S5,S6,S7,S8,S 9,S10,T1,T2,T3,T4,T5)
STRATEGI –WO 1. Memanfaatkan bantuan pemerintah terkait dengan akses penyediaan input produksi. (W1,O1,O3,O4) 2. Bekerjasama dengan penyedia input produksi dari luar daerah.
STRATEGI – WT 1. Mengusahakan pakan alternatif yang bagus, lebih murah dan berkelanjutan serta menjalin kerja sama dengan penyedia input produksi tersebut (W1,T1,T2,T3,T4,T5)
Gambar 7. Matriks SWOT di CV Jumbo Bintang Lestari Sumber : Data Primer
7.7. Analisis Matriks QSP (Quantitative Strategic Planning) Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi melalui tahapan pencocokan, yaitu dengan menggunakan matriks SWOT, maka tahap akhir dari analisis strategi adalah pemilihan strategi terbaik. Alat analisis yang digunakan pada tahap pengambilan keputusan adalah dengan menggunakan analisis QSPM. Teknik ini
menggunakan input dari analisis tahapan masukan dan hasil pencocokan dari analisis tahap pemanduan untuk menentukan secara objektif diantara alternatif strategi. Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relative dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor strategis internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Nilai AS (Attractiveness Score) menunjukkan daya tarik masing-masing strategi terhadap faktor kunci internal dan eksternal perusahaan. Nilai AS diperoleh melalui kuisioner yang ditujukan kepada responden. Nilai TAS (Total Attractiveness Score) dari masing-masing responden diperoleh dari hasil perkalian bobot rata-rata dan nilai AS dari setiap faktor kunci strategis. Semakin tinggi TAS maka semakin menarik alternatif strategi tersebut sebagai prioritas strategi untuk dilaksanakan usaha budidaya ikan lele di CV. Jumbo Bintang Lestari. Kemudian dilanjutkan perhitungan nilai STAS (Sum Total Attractiveness Score) dari masing-masing responden dengan cara menjumlahkan seluruh TAS dari masing-masing faktor internal dan eksternal perusahaan. Secara rinci perhitungan QSPM dapat dilihat pada Lampiran 8. Berdasarkan pengolahan QSPM, diperoleh prioritas strategi yang dapat dijalankan usaha budidaya ikan lele di CV. Jumbo Bintang Lestari berdasarkan penjumlahan TAS terbesar. Prioritas strategi yang dapat dilakukan adalah menigkatkan produksi produk dengan nilai STAS tertinggi yaitu sebesar 6,608. Secara keseluruhan, prioritas strategi untuk pengembangan usaha usaha budidaya ikan lele CV. Jumbo Bintang Lestari adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan produksi dengan menambah area budidaya (total nilai Daya Tarik sebesar 6,608). 2. Mempertahankan kualitas produk (total nilai Daya Tarik sebesar 6.595). 3. Mengusahakan pakan alternatif serta bekerjasama dengan penyedia bahan baku (total nilai Daya Tarik sebesar 6.268). 4. Memanfaatkan bantuan dari pemerintahan dan dinas terkait sebagai penyampai informasi antara pemerintah, masyarakat dan pembudidaya dalam promosi, pinjaman lunak, serta pelatihan pembudidaya (total nilai Daya Tarik sebesar 5.311).
Untuk menjalankan prioritas strategi meningkatkan produksi dengan menambah
area
budidaya
maka
diperlukan
program-program
dalam
merealisasikannya. Salah satunya yaitu dengan membeli atau menyewa tanah yang berisi kolam-kolam budidaya produksi. Pembelian atau penyewaan kolamkolam budidaya ini dilakukan menyesuaikan dengan kemampuan modal yang dimiliki. Jika mempunyai modal yang berlebih maka pembelian tanah merupakan pilihan yang baik, hal ini dikarenakan tanah yang berisi kolam-kolam dapat dijadikan aset jangka panjang.. Dalam teknis budidaya yang digunakan pun perlu menerapkan teknologi budidaya berupa konstruksi kolam yaitu terpal, semi permanen dam permanen. Untuk modal dalam skala kecil dapat digunakan kolam terpal yang memiliki jangka waktu ekonomis yang singkat yaitu dua tahun. Sedangkan jika memiliki modal berlebih maka perlu dibangun kolam semi permanen dengan asumsi dasar tanah untuk penumbuhan pakan alami ikan lele dan kolam permanen untuk budidaya intensif berskala besar. Begitu pula dengan teknologi yang lainnya seperti padat tebar yang tinggi, penggunaan pakan buatan yang terjadual dengan tepat, pemberian vitamin, saluran masuk dan keluar air yang modern serta sirkulasi air yang baik. Dengan penambahan luasan area budidaya, maka mjumlah penebaran benih pun harus ditingkatkan. Dengan jumlah padat tebar 250-300 ekor/m2 untuk ukuran benih 4-6 cm. Penambahan benih ikan lele untuk penebaran di luasan area budidaya baru, mesti memperhatikan kondisi lingkungan tersebut. Perlakuan penyusaian tersebut biasa disebut dengan aklimatisasi benih. Hal tersebut dilakukan agar benih tidak terkejut dengan perubahan suasana dari kolam pembenihan ke kolam pembesaran yang baru. Penggunaan karyawan terampil dalam proses budidaya merupakan salah satu yang dibutuhkan untuk meningkatkan produksi. Karyawan yang terampil akan meminimalisir kesalahan kerja dalam proses budidaya pembesaran ikan lele sangkuriang. Pengrekrutan dapat dilakukan dengan menggunakan masyarakat sekitar. Dengan menggunakan karyawan terampil dari daerah sekitar, maka diharapkan akan meminimalisir biaya transportasi dan biaya pengawasan ke lokasi budidaya. Kehadiran warga sekitar sebagai karyawan memberikan kesan baik
pada usaha yang dijalankan. Hal tersebut dikarenakan adanya efek positif pada masyarakat sekitar. Modal menjadi landasan untuk mengembangkan suatu usaha. Adanya ketersediaan modal dalam perusahaan dapat menjadi suatu keuntungan dalam melakukan pengembangan usaha kedepannya. Begitu pula dengan program kerja pengembangan usaha pembesaran ikan lele akan segera terealisasi dengan perencanaan yang tepat.
VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian mengenai startegi pengembangan usaha budidaya pembesaran ikan lele (Clarias sp) di CV Jumbo Bintang Lestari, Kecamatan Gunung Sindur dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1.
Faktor lingkungan eksternal yang mempengaruhi perusahaan yang merupakan peluang yaitu antara lain adanya peraturan pemerintah tentang usaha perikanan, adanya isu flu burung dan antraks, meningkatnya minat masyarakat terhadap produk perikanan terutama ikan lele, adanya kemajuan teknologi yang membantu serta adanya ancaman radiasi nuklir Jepang sedikit banyak ikut memberi pengaruh. Sedangkan faktor lingkungan eksternal yang merupakan ancaman yaitu seperti kondisi jalan, kenaikan harga bahan aku dan input produksi, kenaikan harga BBM dan TDL, pengaruh produk substitusi, hama dan penyakit serta cuaca dan iklim. Faktor strategis internal yang merupakan kelebihan yaitu antara lain seperti kualitas produk yang dihasilkan lebih baik, lokasi usaha yang dekat dengan input produksi, harga yang diberikan sesuai dengan kualitas produksi, intensitas promosi, kecukupan modal jangka panjang, kemampuan usaha untuk menghasilkan modal, pemberian insentif karyawan, ketrampilan karyawan, sarana dan parasarana yang menunjang serta proses produksi yang baik. Faktor strategis internal yang merupakan kelemahan adalah seperti persediaan input produksi yang kurang mencukupi.
2.
Hasil dari analisis SWOT diperoleh enam strategi yang dapat dijalankan diantaranya 1) meningkatkan produksi dengan menambah area budidaya dan penebaran benih 2) penggunaan teknologi tepat guna 3) memanfaatkan bantuan dari pemerintahan dan dinas terkait dengan akses penyediaan input produksi 4) bekerjasama dengan penyedia input produksi dari luar daerah 5) mempertahankan produk berkualitas dengan menjaga kualitas produk 4) mengusahakan pakan alternatif serta menjalin kerjasama dengan penyedia input produksi.
3.
Hasil dari pengolahan QSPM diperoleh bahwa prioritas strategi yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan produksi ikan lele tersebut.
8.2. Saran Saran-saran yang dapat diajukan sehubungan dengan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Pembudidayaan ikan lele di CV. Jumbo Bintang Lestari hendaknya menambah area budidaya baik dengan cara pembelian maupun penyewaan tanah yang berisi kolam-kolam budidaya. 2. Perlunya mengguanakan teknologi budidaya yang tepat guna seperti penggunaan konstruksi kolam terpal, semi permanen maupun permanen, pengguanan manajemen pakan yang benar, pemberian vitamin serta saluran masukan dan buangan air kolam yang lancar. 3. Penambahan benih dalam jumlah yang besar untuk mengimbangi penambahan area kolam budidaya.
DAFTAR PUSTAKA Agriminakultura, T. 2008. Bisnis dan Budidaya Lele Dumbo. Jakarta: PT. Gramedian Pustaka Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2004a. Laporan Tahunan Tahun 2004. Bogor : Disnakan. David F R. 2004. Manajemen Strategis Konsep. Sindoro A, penerjemah; Jakarta : PT Indeks. Terjemahan dari : Concepts Of Strategic Management. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2003. Ayo Makan Ikan. Artikel. http://www.dkp.go.id/content.php?c=1866. [Diakses: Jumat, 22 November 2010]. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2010. Buku Laporan Tahunan Dinas Peternakan dan Perikanan 2009. Bogor: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Hasibuan, A H. 2008. Analisis Formulasi Strategi Pengembangan Bisnis Ikan Hias Koi Pada CV Ayunawa Freshwater Fish Farm Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ismanto N F . 2009. Strategi Pengembangan Ikan Lele Di Parung Bogor [tesis]. Bogor : Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Kotler, P. 2005. Manajemen Pemasaran (Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol). Terjemahan. Jakarta: PT. Prenhalindo. Pamunjtak W. 2010. Panduan Lengkap dan Praktis Budidaya Lele. Pustaka Araska Media Utm. Yogyakarta. Rachmina D, Burhanuddin. 2008. Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi. Departemen Agribisnis. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Soetomo M. 1987. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Bandung : CV Sinar Baru. Suyanto S R. 1989. Budidaya Ikan Lele. Jakarta : Penebar Swadaya Umar, H. 2008. Strategic Management in Action. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Yulianti E. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) (kasus pada PT Suri Tani Pemuka, Kabupaten Serang, Banten) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner
KUISIONER PENELITIAN SKRIPSI
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE (Clarias sp) CV JUMBO BINTANG LESTARI DI GUNUNG SINDUR KABUPATEN BOGOR
PENELITI H. ZAKARIA ANSHARI H34086042
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE (Clarias sp) CV JUMBO BINTANG LESTARI DI GUNUNG SINDUR KABUPATEN BOGOR IDENTITAS RESPONDEN Nama : Pekerjaan/Jabatan : Dalam rangka pengumpulan data primer sebagai bahan penyusunan tugas akhir atau skripsi dengan judul “Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele (Clarias sp) CV. Jumbo Bintang Lestari Gunung Sindur Kabupaten Bogor”, maka peneliti bermaksud menyebarkan kuisioner dan mengharapkan bantuan Bapak/Ibu untuk mengisi kuisioner ini secara lengkap, objektif, dan benar adanya, karena kuisioner ini digunakan untuk penelitian skripsi dengan tujuan ilmiah sehingga sangat dibutuhkan data yang valid dan akurat. Atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu, peneliti mengucapkan terima kasih.
Peneliti H. ZAKARIA ANSHARI H34086042
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Nomor kuisoner:
Tanggal :
KEADAAN UMUM 1. Bagaimana visi dan misi CV. Jumbo Bintang Lestari ? 2. Bagaimana Sejarah Berdirinya CV. Jumbo Bintang Lestari? 3. Bagaimana batas wilayah Gunung Sindur ? 4. Bagaimanakah tofografi wilayahnya ? 5. Berapakah jumlah penduduknya serta komposisinya ? 6. Bagaimanakah keadaan akses jalan dan transportasi ? 7. Bagaimanakah keadan pasar di wilayah ini ? 8. Bagaimanakah keadaan perikanan di Gunung Sindur ? ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL Lingkungan Makro 1. Faktor Politik 1. Apakah terdapat peraturan setempat yang mendukung? 2. Apakah terdapat peraturan setempat yang menghambat? 3. Apakah kondisi stabilitas politik dan keamanan di Indonesia berpengaruh pada perkembangan usaha ini ? 2. Faktor Ekonomi 1. Bagaimana kondisi perekonomian secara umum? 2. Bagaimana kondisi pendapatan masyarakat Gunung Sindur dan Bogor secara umum? 3. Bagaimana perkembangan tingkat harga produk tersebut? 4. Bagaimana siklus bisnis lele dumbo di CV. Jumbo Bintang Lestari? 5. Siapakah yang berperan dalam penetapan harga produk? 6. Apakah produktivitas sumberdaya manusia dan teknologi sudah maju? 7. Bagaimana kriteria tenaga kerja di usaha ini? Sebutkan: 3. Faktor Sosial Faktor sosial yang ada di usaha ini, biasanya terdiri dari apa saja? a. Sikap b. Gaya hidup c. Adat istiadat d. Ketiganya 4. Faktor Teknologi 1. Bagaimana perkembangan teknologi produksi usaha pembesaran ikan lele ini ? 2. Apakah dengan teknologi yang sudah ada, dapat mempengaruhi kinerja usaha ini? 3. Apakah ada waktu keusangan teknologi kemudian mengharuskan diganti dengan yang baru? 4. Biasanya teknologi berupa apa ? 5. Bagaimana harga teknologi yang digunakan perusahaan?sebutkan:
Lingkungan Industri A. Ancaman Masuk Pendatang Baru 1.seberapa banyak pendatang baru yang sudah masuk dalam industri yang sama ? 2.seberapa besar pengaruhnya terhadap usaha yang ada ? 3.ancaman apa saja yang berpengaruh ? B. Persaingan Sesama Perusahaan dalam Industri 1. Faktor-faktor manakah di bawah ini yang sering mempengaruhi Usaha ini? Jumlah kompetitor Tingkat pertumbuhan industri Karakteristik produk Biaya tetap yang besar Kapasitas Hambatan keluar 2. Menurut Anda, siapa pesaing utama usaha ini dan apa yang menjadi keunggulan tempat tersebut? Bagaimana pihak usaha ini menanggapi para pesaing tersebut? C. Ancaman Produk Pengganti 1. Apakah produk pengganti atau substitusi mengancam produk utama? 2. Produk pengganti apa yang menjadi pesaing bisnis Anda? 3. Apakah ada pengaruhnya bagi penjualan pada bisnis Anda? D. Peluang Tawar-Menawar Pembeli 1. Apakah usaha ini melihat dari sisi tawar-menawar pembeli dalam menentukan harga maupun dalam meningkatkan mutu atau layanan usaha ini? 2. Bagaimana pengaruh yang diberikan pembeli dalam proses tawar-menawar? 3. Bagaimankah loyalitas pembeli ? 4. Adakah perbedaan harga antara konsumen dan pelanggan ? 5. Bagaimanakah kualitas produk yang diharapkan pembeli ? E. Peluang Tawar-Menawar Pemasok 1. Berapakah jumlah pemasok pada usaha ini ? 2. Adakah pemasok lain selain pemasok langganan ? 3. Dimana saja lokasi pemasok ? 4. Bagaimana peluang pemasok dalam memenuhi kebutuhan bahan baku ? 5. Bagaimana bentuk kerjasamanya ? 6. Apakah peluang tawar-menawar pemasok dalam hal menaikkan harga atau menurunkan kualitas produk atau servis mempengaruhi usaha ini? 7. Bagaimana pengaruh pemasok bagi bisnis ini? 8. Kriteria apa yang diberikan oleh usaha ini dalam memilih pemasok? F. 1. 2. 3.
Pengaruh Peluang Stakeholder Lainnya Apakah usaha ini bekerjasama dengan stakeholder? Apa saja stakeholder yang dimaksud? Apakah terjadi persaingan dengan usaha sejenis lain?
4. Apa ada pengaruh yang ditimbulkan oleh para stakeholder lain, seperti pemegang saham lainnya, pemerintah, atau pihak yang berpengaruh di lingkungan sekitar lokasi? IDENTIFIKASI FAKTOR EKSTERNAL Tujuan : Menentukan peluang dan ancaman dari variabel – variabel faktor eksternal. Petunjuk : Contreng dari masing – masing variabel yang ada, apakah termasuk peluang atau ancaman. Faktor eksternal No Variabel faktor eksternal Peluang Ancaman Adanya peraturan pemerintah tentang usaha perikanan 1 Isu flu burung dan antraks 2 Minat masyarakat terhadap ikan lele 3 Kemajuan teknologi 4 Ancaman radiasi nuklir di Jepang 5 Kondisi jalan 6 Kenaikan harga bahan baku dan input produksi 7 Kenaikan BBM dan TDL 8 Peningkatan jumlah pembudidaya 9 10 Adanya pengaruh produk substitusi 11 Hama penyakit 12 iklim dan cuaca
PENENTUAN BOBOT Tujuan: Mendapatkan penilaian para responden mengenai faktor-faktor internal maupun eksternal usaha pembesaran ikan lele, yaitu dengan cara pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor tersebut dapat mempengaruhi atau membentuk keberhasilan usaha pengembangan usaha pembesaran ikan lele. Petunjuk : 1. Bobot mengindikasikan tingkat kepentingan relatif dari setiap faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam bisnis usaha pembesaran ikan lele. Penentuan bobot merupakan pandangan responden terhadap faktor strategis internal dan eksternal perusahaan. 2. Alternatif pemberian bobot terhadap faktor-faktor eksternal dan internal yang tersedia untuk usaha pembesaran ikan lele adalah: 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal (Indikator horizontal adalah indikator yang terdapat pada kolom vertikal, dan sebaliknya)
2. Identifikasi Bobot Faktor Strategis Eksternal Usaha pembesaran ikan lele Faktor A B C D E F G H I J K L Total Bobot Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K L Total Keterangan: 1. Peluang A = B = C = D = E = 2. Ancaman F = G = H = I = J = K = L =
PENENTUAN RATING Pemberian Peringkat Terhadap Faktor-Faktor Eksternal Perusahaan (Peluang dan Ancaman) Pemberian Peringkat/Rating Terhadap Peluang Perusahaan Petunjuk Pengisian: a. Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor peluang usaha dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara memberikan tanda (√) pada pilihan bapak/ibu. b. Pemberian peringkat atau rating didasarkan pada keterangan dibawah ini:
Skala 1 = sangat rendah, respon usaha dalam meraih peluang tersebut kurang. Skala 2 = rendah, respon usaha dalam meraih peluang tersebut rata-rata. Skala 3 = tinggi, respon usaha dalam meraih peluang tersebut di atas rata-rata. Skala 4 = sangat tinggi, respon usaha dalam meraih peluang tersebut superior. Pertanyaan: Menurut Bapak, bagaimana kondisi usaha pembesaran ikan lele dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) dalam hal faktor-faktor peluang yang dimiliki Usaha pembesaran ikan lele sebagai berikut: No
Faktor Strategis Eksternal
Rating
PELUANG 1. 2. 3. 4. 5. Pemberian Peringkat/Rating Terhadap Ancaman Perusahaan Petunjuk Pengisian: a. Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor ancaman usaha dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak. b. Pemberian peringkat atau rating didasarkan pada keterangan dibawah ini: Skala 1 = sangat tinggi, respon perusahaan terhadap ancaman tersebut superior. Skala 2 = tinggi, respon perusahaan terhadap ancaman tersebut di atas ratarata. Skala 3 = rendah, respon perusahaan terhadap ancaman tersebut rata-rata. Skala 4 = sangat rendah, respon perusahaan terhadap ancaman tersebut kurang. Pertanyaan: Menurut bapak/ibu, bagaimana kondisi usaha pembesaran ikan lele dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) dalam hal faktor-faktor ancaman yang dimiliki Usaha pembesaran ikan lele sebagai berikut:
No
Faktor Strategis Eksternal ANCAMAN
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Rating
ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL A. Sumber Daya Manusia 1. Berapa jumlah karyawan yang membantu usaha ini ? 2. Keterampilan apa saja yang dimiliki oleh karyawan? 3. Bagaimana tingkat pendidikan karyawan ? 4. Fasilitas apa yang diberikan perusahaan pada karyawan ? 5. Insentif apa yang diberikan oleh perusahaan pada karyawan ? 6. Pelatihan – pelatihan apa saja yang diikuti oleh karyawan ? B. Keuangan 1. Dari mana saja sumber modal dalam usaha ini ? 2. Berapa rata – rata jumlah awal usaha ini ? 3. Bagaimana perkembangan modal usaha ? 4. Bagaimana kondisi keuangan ? 5. Bagaimana sistem manajemen keuangan ? 6. Berapa biaya yang dikeluarkan dalam usaha ini setiap siklusnya ? C. Produksi dan Operasi 1. Bagaimana proses produksinya ? 2. Bagaimana proses kegiatan pasca panen ? 3. Berapa luas lahan yang digunakan ? 4. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana produksinya ? 5. Bagaimana ketersedian air, benih, pakan serta bahan baku lainnya ? 6. Bagaimana ketersediaan tenaga kerja ? 7. Bagaiman kapasitas sarana dan prasarana yang dimiliki ? 8. Bagaimana pengaruh perkembangan teknologi yang dimiliki terhadap perkembangan usahanya ? 9. Bagaimana sistem pengawasan produksi yag digunakan ? 10.Kualitas seperti apa yang diharapakan atas produksi yag ingin dicapai ? D. Pemasaran 1. Apa saja jenis produk yang dihasilkan ? 2. Berapa harga dari masing – masing produk yang dijual ? 3. Berapa dan bagaimana perkembangan jumlah penjualan produk yang dihasilkan ? 4. Bagaimana cara memperoleh informasi pasar yang dibutuhkan ? 5. Bagaimana bentuk saluran distribusi yang biasa digunakan ? 6. Daerah mana saja yang dijadikan daerah pemasaran ? 7. Bagaimana strategi penetapan harga produk ? 8. Apa saja bentuk promosi yang sudah dilakukan ? 9. Bagaiman cara mengembangkan produk yang dihasilkan ?
IDENTIFIKASI FAKTOR INTERNAL Tujuan : Menentukan kekuatan dan kelemahan dari faktor internal serta peluang dan ancaman dari variabel – variabel faktor eksternal.
Petunjuk : Contreng dari masing – masing variabel yang ada, apakah termasuk kekuatan atau kelemahan. Faktor internal No Variabel faktor internal Kualitas produk yang dihasilkan 1 Keterdekatan lokasi usaha dengan input produksi 2 Harga yang diberikan sesuai kualitas produksi 3 Intensitas promosi 4 Kecukupan modal jangka panjang 5 Kemampuan usaha untuk menghasilkan modal 6 Sarana dan prasarana 7 Proses produksi 8 Pemberian insentif karyawan 9 10 Ketrampilan karyawan 11 Persediaan input produksi
Kekuatan kelemahan
PENENTUAN BOBOT Tujuan: Mendapatkan penilaian para responden mengenai faktor-faktor internal maupun eksternal usaha pembesaran ikan lele, yaitu dengan cara pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor tersebut dapat mempengaruhi atau membentuk keberhasilan usaha pengembangan usaha pembesaran ikan lele. Petunjuk : 1. Bobot mengindikasikan tingkat kepentingan relatif dari setiap faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam bisnis Usaha pembesaran ikan lele. Penentuan bobot merupakan pandangan responden terhadap faktor strategis internal dan eksternal perusahaan. 2. Alternatif pemberian bobot terhadap faktor-faktor eksternal dan internal yang tersedia untuk Usaha pembesaran ikan lele adalah: 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal (Indikator horizontal adalah indikator yang terdapat pada kolom vertikal, dan sebaliknya)
1. Identifikasi Bobot Faktor Strategis Internal untuk Usaha pembesaran ikan lele Faktor A Strategis Internal A B C D E F G H I J K Total
B
C
D
E
F
G H
I
J
K
Total
Bobot
Keterangan: 1. Kekuatan A = B = C = D = E = F = G = H = I = J = 2. Kelemahan K = PENENTUAN RATING 3. Pemberian Peringkat Terhadap Faktor-Faktor Internal Perusahaan (Kekuatan dan Kelemahan) Pemberian Peringkat/Rating Terhadap Kekuatan Perusahaan Petunjuk Pengisian: a. Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor kekuatan usaha dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak. b. Pemberian peringkat atau rating didasarkan pada keterangan dibawah ini: Skala 4 = jika faktor tersebut sangat kuat dibandingkan dengan pesaing.
Skala 3 = jika faktor tersebut kuat dibandingkan dengan pesaing. Skala 2 = jika faktor tersebut lemah dibandingkan dengan pesaing. Skala 1 = jika faktor tersebut sangat lemah dibandingkan dengan pesaing. Pertanyaan: Menurut Bapak, bagaimana kondisi usaha pembesaran ikan lele dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) dalam hal faktor-faktor kekuatan yang dimiliki Usaha pembesaran ikan lele sebagai berikut: No
Faktor Strategis Internal
Rating
KEKUATAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pemberian Peringkat/Rating Terhadap Kelemahan Perusahaan Petunjuk Pengisian: a. Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor kelemahan usaha dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak. b. Pemberian peringkat atau rating didasarkan pada keterangan dibawah ini: Skala 4 = jika faktor tersebut sangat lemah terhadap pesaing. Skala 3 = jika faktor tersebut lemah terhadap pesaing. Skala 2 = jika faktor tersebut kuat terhadap pesaing. Skala 1 = jika faktor tersebut sangat kuat terhadap pesaing.
Pertanyaan: Menurut bapak/ibu, bagaimana kondisi usaha pembesaran ikan lele dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) dalam hal faktor-faktor kelemahan yang dimiliki usaha pembesaran ikan lele sebagai berikut: No
Faktor Strategis Internal KELEMAHAN
1. 2. 3. 4. 5.
Rating
Lampiran 2. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Tabel Analisis Lingkungan Internal Faktor Kunci Sukses 1. a. b. 2. a. b. c. 3. a. b. c. d. 4. a. b.
Sumber Daya Manusia Ketrampilan Karyawan Pemberian Insentif Karyawan Produksi dan Operasi Proses produksi Sarana dan prasarana Persediaan input produksi Pemasaran Kualitas produk yang dihasilkan Keterdekatan lokasi usaha dengan input produksi Intensitas promosi Harga yang diberikan sesuai dengan kualitas produksi Keuangan Kecukupa modal jangka panjang Kemampuan usaha untuk menghasilkan modal
Tabel Analisis Lingkungan Eksternal Faktor Kunci Sukses
Peluang Probabilitas terjadi T S R
1. Ekonomi a. Kenaikan harga bahan baku dan input produksi b. Kenaikan BBM dan TDL 2. Sosial, Budaya, Demografis dan Lingkungan a. Minat masyarakat terhadap lele b. Hama dan penyakit c. Iklim dan cuaca d. Kondisi jalan 3. Politik, Pemerintahan dan Hukum a. Adanya peraturan pemerintah tentang usaha perikanan b. Ancaman radiasi nuklir di Jepang c. Isu flu burung dan antraks 4. Teknologi a. Kemajuan teknologi 5. Kompetitif a. Pengaruh produk substitusi b. Peningkatan jumlah pembudidaya
Th 2010 Kompetitor T S R T S R
Ancaman Probabilitas terjadi T S R
Lampiran 3. DATA SWOT ( Kekuatan, kelemahan, peluang dan Ancaman ) FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL KEKUATAN ( Strengths – S) PELUANG (Opportunities-O) 1. Kualitas produk yang dihasilkan 2. Adanya peraturan pemerintah 2. Keterdekatan lokasi usaha dengan tentang usaha perikanan input produksi 3. Isu flu burung dan antraks 3. Harga yang diberikan sesuai dengan 4. Minat masyarakat terhadap ikan lele kualitas produksi 5. Kemajuan teknologi 4. Intensitas promosi 6. Ancaman radiasi nuklir di jepang 5. Kecukupan modal jangka panjang 6. Kemampuan usaha untuk menghasilkan modal 7. Sarana dan parasarana 8. Proses produksi 9. Pemberian insentif karyawan 10. Ketrampilan karyawan KELEMAHAN (Weakness - W) ANCAMAN (Threats-T) 1. Persediaan input produksi 1. Kondisi jalan 2. Kenaikan harga bahan baku dan input produksi 3. Kenaikan BBM dan TDL 4. Peningkatan jumlah budidaya 5. Adanya pengaruh produk subsitusi 6. Hama dan penyakit 7. Iklim dan cuaca
Lampiran 4. Matrik Berpasangan Nilai Bobot Faktor Strategis Internal Responden : Bapak Suhendi ( Manajer Produksi) Faktor A B C D E F G H I J K Total Strategi s Internal A 3 3 3 2 1 3 2 1 2 3 23 B 1 3 3 1 1 3 1 1 2 3 19 C 1 1 3 1 1 3 2 1 1 3 17 D 1 1 1 1 1 2 1 1 1 3 13 E 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 28 F 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 26 G 1 1 1 2 2 1 1 1 1 3 14 H 2 3 2 3 1 1 3 1 2 3 21 I 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 26 J 2 2 3 3 1 1 3 2 1 3 21 K 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Total 218 Nilai Rata – Rata Bobot Faktor Strategis Internal Faktor Internal Kunci Bobot Kekuatan A. Kualitas produk yang dihasilkan 0.105 B. Keterdekatan lokasi usaha dengan input produksi 0.087 C. Harga yang diberikan sesuai dengan kualitas produksi 0.077 D. Intensitas promosi 0.059 E. Kecukupan Modal jangka panjang 0.128 F. Kemampuan Usaha untuk menghasilkan modal 0.119 G. Sarana dan prasarana 0.064 H. Proses produksi 0.096 I. Pemberian insentif karyawan 0.119 J. Ketrampilan karyawan 0.096 Kelemahan K. Persediaan input produksi
0.045
Bobot
0.105 0.087 0.077 0.059 0.128 0.119 0.064 0.096 0.119 0.096 0.045
Nilai Rating Faktor Strategis Internal Faktor Internal Kunci Kekuatan A. Kualitas produk yang dihasilkan B. Keterdekatan lokasi usaha dengan input produksi C. Harga yang diberikan sesuai dengan kualitas produksi D. Intensitas promosi E. Kecukupan Modal jangka panjang F. Kemampuan usaha untuk menghasilkan modal G. Sarana dan prasarana H. Proses produksi I. Pemberian insentif karyawan J. Ketrampilan karyawan Kelemahan K. Persediaan input produksi
Rating 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 2
Bobot Faktor Strategis Eksternal Responden : Pengusaha usaha ikan lele di Parung (pesaing) Faktor A B C D E F G H I J Strategis Eksternal A 2 1 3 3 1 1 1 1 1 B 2 1 2 2 1 1 1 1 2 C 3 3 3 3 2 2 2 3 3 D 1 2 1 1 1 1 1 1 1 E 1 2 1 3 1 1 1 1 1 F 3 3 2 3 3 3 2 2 2 G 3 3 2 3 3 1 3 3 3 H 3 3 2 3 3 2 1 1 1 I 3 3 1 3 3 2 1 3 1 J 3 2 1 3 3 2 1 3 3 K 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 L 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 Total
K
L
1 1 1 1 1 2 2 1 1 2
1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2
2
Total
16 15 26 12 14 27 27 21 23 25 29 29 264
Responden : Staff Pegawai Negeri Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Faktor A B C D E F G H I J K L Total Strategis Eksternal A 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 18 B 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 22 C 3 2 1 2 3 1 1 2 2 2 3 22 D 3 1 3 2 3 2 3 2 2 2 3 26 E 2 2 2 2 3 2 1 1 1 2 2 20 F 3 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 16 G 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 27 H 2 2 3 1 3 2 2 3 2 2 2 24 I 3 2 2 2 3 3 1 1 2 1 2 22 J 2 2 2 2 3 2 1 2 2 1 1 20 K 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 1 24 L 2 2 1 1 2 3 2 2 2 3 3 23 Total 264
Bobot
0.061 0.057 0.098 0.045 0.053 0.102 0.102 0.080 0.087 0.095 0.110 0.110
Bobot
0.068 0.083 0.083 0.098 0.075 0.060 0.102 0.090 0.083 0.075 0.090 0.087
Nilai Rata – Rata Bobot Faktor Strategis Eksternal Faktor Eksternal Kunci Pesaing Pegawai Disnakan kota bogor Peluang A. Adanya peraturan pemerintah tentang usaha perikanan 0.061 0.068 B. Isu flu burung dan antraks 0.057 0.083 C. minat masyarakat terhadap ikan lele 0.098 0.083 D. Kemajuan teknologi 0.045 0.098 E. Ancaman radiasi nuklir di jepang 0.053 0.075 Ancaman A. Kondisi jalan 0.102 0.060 B. Kenaikan harga bahan baku dan input produksi 0.102 0.102 C. Kenaikan BBM dan TDL 0.080 0.090 D. Peningkatan jumlah pembudidaya 0.087 0.083 E. Adanya pengaruh produk subsitusi 0.095 0.075 F. Hama dan penyakit 0.110 0.090 G. Iklim dan cuaca 0.110 0.087
Bobot rata-rata
0.064 0.070 0.090 0.071 0.064 0.081 0.102 0.085 0.085 0.085 0.100 0.098
Nilai Rata – Rata Rating Faktor Strategis Eksternal Faktor Eksternal Kunci Pesaing Pegawai Disnakan kota bogor Peluang A. Adanya peraturan pemerintah tentang usaha perikanan 3,0 3,0 B. Isu flu burung dan antraks 3,0 3,0 C. Minat masyarakat terhadap ikan lele 4,0 4,0 D. Kemajuan teknologi 4,0 3,0 E. Ancaman radiasi nuklir di jepang 3,0 3,0 Ancaman A. Kondisi jalan B. Kenaikan harga bahan baku dan input produksi C. Kenaikan BBM dan TDL D. Peningkatan jumlah pembudidaya E. Adanya pengaruh produk subsitusi F. Hama dan penyakit G. Iklim dan cuaca
Rating rata-rata
3,0 3,0 4,0 3.5 3,0
2,0
2,0
2,0
1,0 1,0
1,0 1,0
1,0 1,0
2,0
1,0
1.5
2,0 1,0 1,0
2,0 1,0 1,0
2,0 1,0 1,0
Lampiran 5. Tabel IFAS EFAS TABEL IFAS Faktor Internal Kunci Bobot Kekuatan 11. Kualitas produk yang dihasilkan 12. Keterdekatan lokasi usaha dengan input produksi 13. Harga yang diberikan sesuai dengan kualitas produksi 14. Intensitas promosi 15. Kecukupan modal jangka panjang 16. Kemampuan usaha untuk menghasilkan modal 17. Sarana dan prasarana 18. Proses produksi 19. Pemberian insentif untuk karyawan 20. Ketrampilan karyawan Kelemahan 2. Persediaan input produksi
Rating
Nilai Tertimbang
0.105
4
0.420
0.087
4
0.348
0.077 0.059 0.128
3 4 4
0.231 0.236 0.512
0.119 0.064 0.096 0.119 0.096
4 4 4 3 4
0.476 0.256 0.384 0.357 0.384
0.045
2
0.090
Total
3.694
TABEL EFAS Faktor-Faktor Eksternal Utama Rata-rata Bobot Rating Peluang 6. Adanya peraturan pemerintah tentang 0.064 3,0 usaha perikanan 7. Isu flu burung dan antraks 0.070 3,0 8. Minat masyarakat terhadap ikan lele 4,0 0.090 9. Kemajuan teknologi 0.071 3.5 10. Ancaman radiasi nuklir di jepang 0.064 3,0 Ancaman 8. Kondisi Jalan 9. Kenaikan harga bahan baku dan input produksi 10. Kenaikan BBM dan TDL 11. Peningkatan Jumlah pembudidaya 12. Adanya pengaruh produk subsitusi 13. Hama dan penyakit 14. Iklim dan cuaca Total
Nilai tertimbang 0.192 0.210 0.360 0.249 0.192
0.081
2,0
0.162
0.102 0.085 0.085 0.085 0.100 0.098
1,0 1,0 1.5 2,0 1,0 1,0
0.102 0.085 0.128 0.170 0.100 0.098
2.048
Lampiran 6. Matriks IE (Internal Eksternal) SKOR BOBOT TOTAL IFE Kuat
Sedang
Lemah
3,0 - 4,0
2,0 - 2,99
1,0 - 1,99
3,694 4,0 S K O Tinggi R 3,0 – 4,0 B O B 3,0 O T T Sedang O 2,0 – 2,99 T A L 2,048 2,0 E F Rendah E 1,0 – 1,99
1,0
3,0
2,0
1,0
I
II
III
Grow and Build
Grow and Build
Hold and Maintain
IV
V
VI
Grow and Build
Hold and Maintain
Harvest or Divest
VII
VIII
IX
Hold and Maintain
Harvest or Divest
Harvest or Divest
Lampiran 7. MATRIKS SWOT Internal
Eksternal
PELUANG (Opportunities-O)
1.
KEKUATAN
( Strengths – S)
KELEMAHAN (Weakness - W)
1. Kualitas produk yang 1. Persediaan input produksi dihasilkan 2. Kedekatan lokasi usaha dengan input produksi 3. Harga yang diberikan sesuai dengan kualitas produksi 4. Intensitas promosi 5. Kecukupan modal jangka panjang 6. Kemampuan usaha untuk menghasilkan modal 7. Sarana dan prasarana 8. Proses produksi 9. Pemberian insentif karyawan 10. Ketrampilan karyawan STRATEGI – SO STRATEGI –WO 1. Meningkatkan produksi 1. Memanfaatkan bantuan dengan menambah area pemerintah terkait dengan budidaya dan penebaran akses penyediaan input benih. produksi. (W1,O1,O3,O4) (S1,S2,S3,S5,S6,S8,S10,O1, 2. Bekerjasama dengan O2,O3,O4,O5) penyedia input produksi dari 2. Penggunaan teknologi tepat luar daerah. guna
Adanya peraturan pemerintah tentang usaha perikanan 2. Isu flu burung dan antraks 3. minat masyarakat terhadap ikan lele 4. Kemajuan teknologi 5. ancaman radiasi nuklir di jepang ANCAMAN (Threats-T) 8. Kondisi jalan 1. 9. Kenaikan harga bahan baku dan input produksi 10. Kenaikan BBM dan TDL 11. Peningkatan jumlah pembudidaya 12. Adanya pengaruh produk subsitusi 13. Hama dan penyakit 14. Iklim dan cuaca
STRATEGI – ST Mempertahankan kualitas produk (S1,S2,S3,S4,S5,S6,S7,S8,S 9,S10,T1,T2,T3,T4,T5)
1.
STRATEGI – WT Mengusahakan pakan alternatif yang bagus, lebih murah dan berkelanjutan serta menjalin kerja sama dengan penyedia input produksi tersebut (W1,T1,T2,T3,T4,T5)
1 Faktor-faktor Utama Peluang Peluang 1 Peluang 2 Peluang 3 Peluang 4 Peluang 5 Ancaman Ancaman 1 Ancaman 2 Ancaman 3 Ancaman 4 Ancaman 5 Ancaman 6 Ancaman 7 Kekuatan Kekuatan 1 Kekuatan 2 Kekuatan 3 Kekuatan 4 Kekuatan 5 Kekuatan 6 Kekuatan 7 Kekuatan 8 Kekuatan 9 Kekuatan 10 Kelemahan Kelemahan 1 Total
Bobot
Meningkatkan produksi AS TAS
2 Memanfaatkan bantuan dari pemerintahan dan dinas terkait AS TAS
Alternatif Strategi 3 Mempertahankan produk berkualitas AS TAS
4 Mengusahakan pakan alternatif serta bekerjasama dengan penyedia bahan baku AS TAS
0.063 0.071 0.091 0.072 0.065
3 3 4 3 2
0.189 0.213 0.364 0.216 0.13
4 3 4 3 2
0.252 0.213 0.364 0.216 0.13
4 4 4 3 3
0.252 0.284 0.364 0.216 0.195
4 2 4 4 1
0.252 0.142 0.364 0.288 0.065
0.081 0.103 0.086 0.086 0.086 0.101 0.099
2 4 3 4 2 4 2
0.162 0.412 0.258 0.344 0.172 0.404 0.198
3 2 3 3 2 4 4
0.243 0.206 0.258 0.258 0.172 0.404 0.396
3 3 2 2 2 3 3
0.243 0.309 0.172 0.172 0.172 0.303 0.297
3 4 3 3 2 4 4
0.243 0.412 0.258 0.258 0.172 0.404 0.396
0.1065 0.0787 0.0787 0.0602 0.125 0.1296 0.0648 0.0926 0.1204 0.0972
4 3 4 3 3 4 4 4 4 3
0.426 0.2361 0.3148 0.1806 0.375 0.5184 0.2592 0.3704 0.4816 0.2916
2 2 2 3 2 2 2 3 2 2
0.213 0.1574 0.1574 0.1806 0.25 0.2592 0.1296 0.2778 0.2408 0.1944
4 3 4 3 3 4 4 4 3 4
0.426 0.2361 0.3148 0.1806 0.375 0.5184 0.2592 0.3704 0.3612 0.3888
4 4 3 3 3 3 3 3 2 2
0.426 0.3148 0.2361 0.1806 0.375 0.3888 0.1944 0.2778 0.2408 0.1944
0.0463
2
0.0926 6.608
3
0.1389 5.311
4
0.1852
4
0.1852 6.268
6.595