STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE SANGKURIANG ( Clarias gariepinus strain sangkuriang) (KASUS UKM BUDIDAYA LELE) di KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
AFRILYADI EKO WIBOWO H34086002
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
RINGKASAN AFRILYADI EKO WIBOWO. Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang ( Clarias gariepinus strain sangkuriang) (Kasus UKM Budidaya Lele) di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. (Di bawah bimbingan JOKO PURWONO). Ikan lele sangkuriang memiliki beberapa keunggulan antara lain keunggulan pada pertumbuhannya yang cepat, daya tetas yang banyak, nilai FCR (Feed Convention Ratio) yang lebih baik, serta ketahanan terhadap penyakit. Kecamatan Ciampea merupakan salah satu sentra perikanan budidaya air tawar di kabupaten Bogor yang prospektif untuk pengembangan ikan konsumsi. Komoditas ikan lele sangkuriang menjadi berkembang seiring dengan perkembangan warung-warung dan rumah makan pecel lele di berbagai daerah, yaitu tidak hanya di kota Bogor semata tetapi telah berkembang di daerah lain seperti Jawa, Sumatra, Kalimantan dan daerah lainnya. Terbatasnya produksi perikanan terutama ikan lele dirasa kurang mencukupi dengan perkembangan industri makanan ikan konsumsi yang terus bertambah dengan tren yang terus meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan usaha ikan lele di Kecamatan Ciampea (2) Merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan oleh masyarakat Kecamatan Ciampea (3) Merumuskan prioritas strategi dalam pengembangan usaha oleh masyarakat Kecamatan Ciampea. Penelitian dilakukan pada budidaya pembesaran ikan lele, yang berlokasi di kecamatan Ciampea kabupaten Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data di lapangan dimulai pada bulan Agustus sampai September 2010. Jenis data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak UKM lele, sedangkan data sekunder diperoleh dari buku, artikel, skripsi serta literatur lainnya yang sudah diterbitkan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah matriks IFE dan EFE, analisis IE, analisis SWOT serta QSPM. Dari tabel EFE diprelihatkan total bobot skor sebesar 2,470. Hal ini menunjukkan bahwa UKM budidaya ikan lele di kecamatan Ciampea merespon kurang baik peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Sedangkan dari tabel IFE diketahui total bobot skor sebesar 2,754. Hal ini menunjukkan bahwa usaha memiliki posisi internal yang mampu menggunakan kekuatan dan mengatasi kelemahan dengan baik. Gambaran posisi perusahaan saat ini dalam pemetaan matriks IE pada posisi perusahaan di sel V yaitu dengan strategi umum Hold and Maintain (pertahankan dan pelihara). Strategi yang tepat digunakan dalam kuadran ini adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Dari Matriks SWOT diperoleh tiga strategi yaitu : meningkatkan produksi produk, memanfaatkan bantuan dari pemerintahan dan dinas terkait, mempertahankan produk berkualitas. Berdasarkan hasil analisis QSPM bahwa strategi terbaik yang harus dilakukan sekarang adalah : Meningkatkan produksi produk (total nilai Daya Tarik sebesar 6,843).
Saran dan masukan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dimasa yang akan datang yaitu a) UKM pembudidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea hendaknya menambah area budidaya baik dengan cara pembelian maupun penyewaan tanah yang berisi kolam-kolam budidaya. b) Perlunya mengguanakan teknologi budidaya yang baik seperti pengguanan konstruksi kolam terpal, semi permanen maupun permanen. c) Penggunaan manajemen pakan yang benar, pemberian vitamin serta saluran masukan dan buangan air kolam yang lancar. d) Penambahan benih dalam jumlah yang besar untuk mengimbangi penambahan area kolam budidaya. e) Hendaknya menggunakan karyawan terampil yang berasal dari masyarakat sekitar. f) Pencarian bantuan modal untuk menunjang realisasi pengembangan usaha budidaya ikan lele sangkuriang ini.
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE SANGKURIANG ( Clarias gariepinus strain sangkuriang) (KASUS UKM BUDIDAYA LELE) di KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR
AFRILYADI EKO WIBOWO H34086002
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul Skripsi
: Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang ( Clarias gariepinus strain sangkuriang) (Kasus UKM Budidaya Lele) di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor Afrilyadi Eko Wibowo
Nama
: H34086002
NIM
:
Disetujui, Pembimbing
Ir. Joko Purwono, MS NIP1960 0606 1986 01 10 02
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 1958 0908 1984 03 1 002
Tanggal lulus:
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang ( Clarias gariepinus strain sangkuriang) (Kasus UKM Budidaya Lele) di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2011
Afrilyadi Eko Wibowo H34086002
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Afrilyadi Eko Wibowo, lahir di Kabupaten Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah pada tanggal 14 April 1988. Anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Karly, SP, MMA dan Ibunda Wagini, SP. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak pada tahun 1993 di TK Puspita Sari Desa Pelangsian Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dan menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Pelangsian 10 pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTP Negeri 7 Sampit. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMU Negeri 1 Sampit diselesaikan pada tahun 2005 dan pendidikan tingkat Diploma di Akademi Perikanan Sidoarjo pada tahun 2008. Penulis diterima pada Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur seleksi umum pada tahun 2008. Selama kuliah di Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor ini, penulis telah dua kali menghadiri seminar umum seperti diantaranya Stadium General yang berjudul “ Dampak Krisis Finansial Global Terhadap Agribisnis : Peluang Atau Ancaman” di Gedung Alumni IPB, Sabtu 22 November 2008 serta The 14th AFBE – PERHEPI International Conference dengan judul “ The Effect Of The Global Economic Crisis On Business In Southast Asia” di IPB International Convention Center (IICC) 11 Juni 2010.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Kasus UKM Budidaya Lele) di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor”. Penelitian ini bertujuan menganalisis strategi pengembangan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor . Penelitian ini bertujuan menganalisis strategi pengembangan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang di UKM budidaya lele di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Ruang lingkup penelitian ini adalah faktor internal dan eksternal pembudidaya ikan lele sangkuriang di Kecmatan Ciampea Kabupaten Bogor. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca dalam memberi informasi strategi pengembangan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Namun demekian, sangat disadarai masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2011
Afrilyadi Eko Wibowo
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada : 1. Kedua orang tua yaitu Ibunda Wagini SP serta Ayahanda Karly SP, MMA yang telah dengan bersusah payah memberikan segala sesuatunya dalam penulisan skripsi pada khususnya serta pada kehidupan ini pada umumnya, 2. Rasul Muhammad saw yang telah banyak memberikan suri tauladannya dalam menyikapi hidup hingga ke jenjang skripsi ini. 3. Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama menulis skripsi. 4. Ir. Burhanudin, MM selaku dosen evaluator pada saat kolokium yang dengan bimbingan dan arahannya dalam penulisan proposal. 5. Ir. Popong Nurhayati ,MM selaku dosen penguji utama pada sidang penulis atas arahan dan masukannya. 6. Rachmat Yanuar , SP, Msi selaku dosen komite pendidikan pada sidang penulis atas arahan dan masukannya. 7. Dosen-dosen ekstensi yang dengan sabar dan perhatian atas arahan pada kuliahkuliahnya yang membantu pada proses penulisan skripsi pada tahap selanjutnya. 8. Kang Deni Zaini Hakim selaku pembahas pada sidang dan teman bimbingan yang dengan setia menjadi salah satu motivator dalam penyelasaian skripsi ini 9. Pihak Dinas Peternakan dan Perikanan Kecamatan Ciampea, Staff Kantor Kecamatan Ciampea dan Elysa Manalu selaku responden atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan yang diberikan. 10. Teman-teman seperjuangan dan teman-teman ekstensi Agribisnis angkatan 5, atas semangat dan sharing selama kuliah hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya. 11. Keluarga besar yang berada di Jawa Barat serta di Kalimantan Selatan yang selalu memberikan dukungan moril yang begitu menyentuh kalbu. 12. Asrama Mahasiswa Kalimantan Selatan (AMKS) yang menyediakan tempat ternyaman dan memberikan kehangatannya yang pernah ada dalam kehidupan ini sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan tenangnya. 13. Teman-teman AMKS yang slalu menghiasi hari-hari dengan senyum dan tawa yang mengiringi perjalanan kuliah dalam suka maupun duka.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ..........................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
v
I
PENDAHULUAN ..............................................................................
1
1.1.
Latar Belakang ........................................................................
1
1.2.
Perumusan Masalah ................................................................
4
1.3.
Tujuan Penelitian ....................................................................
5
1.4.
Ruang Lingkup Penelitian ........................................................
6
1.5.
Manfaat Penelitian ..................................................................
6
TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................
7
2.1
Gambaran Umum Ikan Lele Sangkuriang ..................................
7
2.2
Definisi Usaha Kecil Menengah ................................................
7
2.3
Penelitian Terdahulu ..................................................................
8
II
III
KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.
Kerangka Pemikiran Teoritis ...................................................
12
3.1.1 Manajemen Strategis ....................................................
12
3.1.2 Proses Manajemen Strategi ...........................................
14
3.1.3 Analisis Lingkungan Internal ........................................
15
3.1.4 Analisis Lingkungan Eksternal ......................................
18
Kerangka Pemikiran Operasional ............................................
21
METODE PENELITIAN ..................................................................
24
4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................
24
4.2.
Jenis dan Sumber Data ............................................................
24
3.2. IV
12
V
VI
4.3.
Metode Pengumpulan Data .....................................................
25
4.4.
Metode Analisis Data ..............................................................
26
4.4.1 Pengumpulan Data ........................................................
26
4.4.2 Pencocokan Data ..........................................................
30
4.4.3 Pengambilan Keputusan .................................................
32
KEADAAN UMUM ............................................................................
35
5.1.
Letak geografis .......................................................................
35
5.2.
Sosial Ekonomi .......................................................................
35
5.3.
Visi dan Misi ............................................................................
36
5.4.
Keadaan Teknis ......................................................................
36
5.4.1 Akses Jalan dan Transportasi .........................................
36
5.4.2 Sarana dan Prasarana ....................................................
37
ANALISIS LINGKUNGAN PEMBUDIDAYA IKAN LELE SANGKURIANG KECAMATAN CIAMPEA BOGOR ....................
38
6.1.
Analisis Lingkungan Internal ...................................................
38
6.1.1 Sumber Daya Manusia ...................................................
38
6.1.2 Produksi dan Operasi .....................................................
39
6.1.3 Pemasaran .....................................................................
40
6.1.4 Keuangan ......................................................................
40
Analisis Lingkungan Eksternal .................................................
41
6.2.1 Ekonomi ........................................................................
42
6.2.2 Sosial Budaya Demografi dan Lingkungan ...................
42
6.2.3 Politik Pemerintahan dan Hukum ...................................
43
6.2.4
Teknologi ....................................................................
43
6.2.5
Kompetitif ...................................................................
44
PERUMUSAN STRATEGI PEMBUDIDAYA IKAN LELE SANGKURIANG KECAMATAN CIAMPEA BOGOR ....................
46
7.1.
46
6.1.
VII
Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Internal .........................
VIII
7.2.
Identifikasi Peluang dan Ancaman Eksternal ............................
50
7.3.
Analisis Matriks IFE ................................................................
54
7.4.
Analisis Matriks EFE ...............................................................
55
7.5.
Analisis Matriks IE ..................................................................
57
7.6.
Analisis Matriks SWOT ..........................................................
59
7.7.
Analisis Matriks QSP ...............................................................
65
KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................
69
8.1.
Kesimpulan ..............................................................................
69
8.2.
Saran .......................................................................................
70
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Konsumsi Ikan Perkapita.......................................................
1
2.
Perkembangan Konsumsi Ikan di Bogor...............................
2
3.
Fungsi Dasar Manajemen Produksi ..............………………
1
4.
Matriks IFE ...........................................................................
5.
Matriks EFE ..........................................................................
8 2 8 6.
Matriks QSP .......................................................................... 2
7.
Hasil Analisis Lingkungan Internal ......................................
9
8.
Hasil Analisis Lingkungan Eksternal.....................................
3
9.
Matriks IFE...........................................................................
4
10.
Matriks EFE...........................................................................
5
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Model komprehensif manajemen strategis ..........................
2.
Kerangka Pemikiran Operasional Srategi Pengembangan Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Di Kecamatan
15
23
Ciampea.........…………………............................................ 30 Matriks IE .............................................................................. 3.
32 Matriks SWOT ......................................................................
4.
58 Matriks IE usaha budidaya ikan lele di kecamatan Ciampea
5. Matriks SWOT usaha budidaya ikan lele di kecamatan Ciampea 6.
................................................................................
65
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Kuisoner ..........................................................................
73
2.
Analisis Lingkungan Internal Eksternal.............................
85
3.
Data SWOT ………..........................................................
86
4.
Matriks Berpasangan .........................................................
87
5.
Tabel IFAS EFAS .............................................................
91
6.
Matriks IE .........................................................................
93
7.
Matriks SWOT .................................................................
94
8.
Dokumentasi Gambar ......................................................
95
9.
QSPM ..............................................................................
97
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Salah satu komoditi perikanan yang memiliki prospek cukup baik untuk dikembangkan sebagai ikan konsumsi adalah Ikan lele ( Clarias sp). Hal ini dapat diketahui bahwa ikan lele tidak hanya untuk konsumsi rumah tangga semata dan memenuhi permintaan pedagang pecel lele, tapi juga telah menjadi salah satu menu utama di restoran-restoran besar. Ikan lele ( Clarias sp) merupakan ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersil oleh masyarakat Indonesia. Kebutuhan akan produksi perikanan menjadi baik ketika isu flu burung, sapi gila atau antraks mulai menjadi dilema di bidang peternakan sehingga produk perikanan menjadi alternatif pilihan yang diminati. Tabel 1. Konsumsi Ikan Perkapita Nasional Tahun 2003 Rincian
2000
Total (ton) 4,506,93 Per Kapita 21,57 (kg / kap / th) Keterangan :
2001
2002*)
4,687,64 22,44
4,841,55 22,84
2003**)
Kenaikan (persen) 5,308,68 5,65 24,67 4,61
*) angka sementara **) angka perkiraan Sumber: DKP 2003 Dari Tabel 1 dapat diketahui adanya peningkatan konsumsi ikan perkapita per tahun yaitu sekitar 4,61 persen. Dengan adanya kenaikan konsumsi ikan perkapita ini berarti perlunya peningkatan produksi ikan konsumsi agar permintaan nasional dapat dipenuhi. Perkembangan produksi ikan lele di Kota Bogor termasuk terbesar kedua setelah ikan mas yaitu 4.440,67 ton per tahun. Setiap tahunannya terjadi peningkatan produksi ikan lele yang menjadikan prospek pengembangan kedepan yang baik. Komoditas ini menjadi berkembang seiring dengan berkembangan warung-warung dan rumah makan pecel lele di berbagai daerah, yaitu tidak hanya di kota Bogor semata tetapi telah berkembang di daerah lain seperti Jawa, Sumatra, Kalimantan dan daerah lainnya. Perkembangan produksi perikanan daerah Bogor dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan Produksi Perikanan Air Tawar Kabupaten Bogor Tahun 2003-2006 (dalam Ton) Tahun Jenis Ikan
Jumlah Jumlah
Rata-rata
8.923,31
23.063,5
5.765,89
3.430,78
4.310,67
11.361,4
2.840,36
2.035,69
3.453,80
4.357,14
10.910,1
2.727,54
1.237,56
921,01
1.164,62
4.308,60
1.077,15
164,49
34,54
41,37
627,47
156,87
2003
2004
2005
2006
Mas
2.305,3
4.766,11
7.068,77
Nila
998,89
2.621,09
Gurame
1.063,5
Tawes
985,41
Tambakan 387,07 Lele
1.470,56 3.684,91
5.572,13
7.035,06
17.762,6
4.440,67
Patin
258,81
762,65
57,56
92,03
1.171,05
292,76
Belut
184,17
561,01
23,06
29,09
797,33
199,33
Nilem
288,37
420,30
46,05
54,85
809,57
202,39
Lain-lain
283,86
1.117,43
2.233,40
2.824,78
6.459,47
1.614,87
Jumlah
8.226,04 17.371,24 22.841,10 28.832,92 77.271,30 19.317,83
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2007 (diolah) Budidaya Ikan lele banyak dilakukan antara lain karena dapat dilakukan pada lahan dan sumber air yang terbatas, dengan padat tebar yang tinggi, teknologi budidaya yang relatif mudah di mengerti masyarakat, relatif tahan terhadap penyakit, pertumbuhannya cepat, dan bernilai ekonomi relatif tinggi. Ikan lele ( Clarias sp) banyak digemari karena rasa daging yang khas dan lezat. Selain itu, kandungan gizi pada setiap ekornya cukup tinggi, yaitu protein (17-37 persen); lemak (4,8 persen); mineral (1,2 persen) yang terdiri dari garam fosfat, kalsium, besi, tembaga dan yodium; vitamin (1,2 persen) yaitu vitamin B kompleks yang larut dalam air dan vitamin A, D dan E yang larut dalam lemak. Selain itu pemeliharaannya mudah dan murah, pertumbuhannya yang pesat dalam waktu relatif singkat, harga jual yang stabil serta dapat hidup di lingkungan atau kondisi perairan yang jelek sekalipun (Soetomo , 1987). Lele sangkuriang memiliki banyak keunggulan dibanding lele lokal maupun lele dumbo biasa. Keunggulan dari lele sangkuriang antara lain, pertumbuhan lele
73
sangkuriang lebih cepat dibanding lele dumbo biasa. Pada tahap pedederan I, pertumbuhan lele sangkuriang mencapai 29,26 persen, sementara lele dumbo biasa biasa hanya 20,38 persen. Dengan pertumbuhan lebih cepat, lele sangkuriang dapat lebih cepat dipanen dibanding lele dumbo biasa. Daya tetas telur lele sangkuriang lebih tinggi dibanding lele dumbo biasa. Tingkat fekunditasnya dua kali lebih tinggi. Daya telur lele sangkuriang mencapai 40.00060.000 butir/kg induk, sedangkan lele dumbo biasa hanya 20.000-30.000 butir/kg bobot induk. Feed Conversion Ratio (FCR) adalah perbandingan jumlah pakan yang diberikan dengan pertambahan bobot ikan. Nilai FCR lele sangkuriang lebih rendah dibanding lele dumbo biasa. Lele sangkuriang memiliki FCR antara 0,81,0 sedangkan lele dumbo biasa memiliki FCR antara 1,0-1,1. Lele sangkuriang memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap beberapa jenis bakteri penyebab penyakit. Daging lele sangkuriang memiliki kualitas yang lebih baik karena umur panen yang lebih muda. Banyak konsumen berpendapat bahwa semakin tua umur lele, semakin menurun kualitas dagingnya. Budidaya lele sangkuriang sebenarnya tidak berbeda dengan budidaya lele dumbo biasa, bahkan relatif lebih mudah. Hal ini karena budidaya lele sangkuriang lebih cepat panen. Selain itu, lele sangkuriang juga memiliki daya tahan yang cukup tinggi terhadap berbagai bakteri penyebab penyakit. Kecamatan Ciampea merupakan salah satu sentra produk lele di kabupaten Bogor yang prospektif untuk dikembangkan. Akses distribusi ikan lele ini tidak hanya ada untuk kawasan terdekatnya saja tetapi juga di luar Jawa seperti Lampung dan Kalimantan. Ketersediaan pasokan sumber air bersih yang melimpah setiap tahunnya pun menjadikan kecamatan Ciampea menguntungkan dalam hal teknis budidaya. Dengan berbagai kendala-kendala yang dihadapi dalam bidang perikanan khususnya pada komoditas ikan lele ini diharapkan tidak menjadi momok yang menakutkan bagi pembudidaya atau pengusaha yang bergerak di bidang perikanan. Akan tetapi hal tersebut dapat menjadi kajian atau pembelajaran dalam semakin meningkatkan kinerja, kualitas, serta kuantitas produksi ikan lele. Berbagai kondisi yang dihadapi seperti penyakit, cuaca dan iklim, mahalnya harga bahan baku, kekurangan modal serta karyawan yang kurang
74
terampil secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh juga pada kelangsungan usaha perikanan dan berikutnya pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang. Usaha pembesaran ikan lele sangkuriang memerlukan langkahlangkah strategis agar dapat mengembangkan usaha-usaha dalam menghadapi kondisi lingkungan sehingga dapat mencapai kesejahteraan bagi seluruh masyarakat pembudidaya ikan lele sangkuriang di Kecamatan Ciampea. Dengan mengetahui faktor-faktor baik internal maupun eksternal yang menghambat atau mengancam produksi atau pengembangan usaha pembesaran ikan lele maka akan dengan mudah menentukan langkah strategi yang akan diambil untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
1.2. Perumusan Masalah Dengan adanya pengaruh perekonomian nasional seperti kenaikan BBM dan TDL yang berimbas secara tidak langsung dengan kenaikan harga bahan baku pakan, sehingga untuk menunjang peningkatan kualitas produk ikan lele menjadi lebih sulit. Begitu pula dengan cuaca dan iklim yang anomali atau tidak menentu sehingga membuat ikan lele mudah mengalami stress bahkan rentan terkena penyakit ancaman ini didukung dengan kelemahan yang ada di usaha pembesaran ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea dengan masalah permodalan yang kurang untuk dipenuhi secara memadai baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang sehingga dalam kegiatan selanjutnya mengalami beberapa pemangkasan seperti promosi yang kurang, insentif karyawan yang tak memadai serta persediaan bahan baku yang sulit tercukupi. Seiring berjalannya waktu usaha pembesaran ikan lele ini terus berkembang ditandai dengan berkembangnya warung dan rumah makan pecel lele di berbagai tempat, sehingga persaingan pada usaha pembesaran ikan lele pun ikut berkembang pula. Beberapa usaha pembesaran ikan lele yang banyak dikunjungi pembeli yaitu seperti di kecamatan Parung dan Mega Mendung. Hal ini membuat pembudidaya ikan lele di kecamatan Ciampea harus mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh, baik secara nyata maupun tidak nyata terhadap perkembangan usaha pembesaran ikan lele ini di tengah persaingan yang ketat.
75
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Peternakan dan Perikanan kecamatan Ciampea bahwa produksi perikanan terutama ikan lele dirasa kurang mencukupi dengan perkembangan industri makanan ikan konsumsi yang terus bertambah dengan tren yang terus meningkat. Sedangkan permintaan yang ada baik berasal dari daerah Bogor maupun daerah Sumatera seperti Lampung adalah diatas 75 ton/siklus produksi. Oleh karena itu perlunya pengembangan lebih lanjut terhadap usaha pemebesaran ikan lele di kecamatan Ciampea. Selain potensi sumber daya alam seperti pasokan sumber air yang bersih dan melimpah juga akses distribusi yang mudah dijangkau. Meskipun setiap hambatan maupun ancaman yang ada harus ditinjau kembali dengan mengukur kekuatan dan peluang yang ada, sehingga dapat dirumuskan langkah strategi yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Identifikasi faktor-faktor internal maupun eksternal yang meliputi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perlu dilakukan guna memetakan formulasi strategi dalam mengembangkan usaha pembesaran ikan lele dengan konsep SWOT dan menentukan prioritas strategi dalam QSPM. Beberapa permasalahan yang akan di analisis dalam penelitian ini adalah: 1.
Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan usaha ikan lele di kecamatan Ciampea ?
2.
Bagaimana alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan oleh masyarakat kecamatan Ciampea?
3.
Prioritas strategi seperti apa yang tepat bagi masyarakat kecamatan Ciampea dalam mengembangkan usahanya di masa yang akan datang?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan
penelitian
ini
yaitu
untuk
menjawab
seluruh
rumusan
permasalahan yang diidentifikasi dalam penelitian. Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1.
Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi pengembangan usaha ikan lele di kecamatan Ciampea.
76
2.
Merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan oleh masyarakat kecamatan Ciampea.
3.
Merumuskan prioritas strategi dalam pengembangan usaha oleh masyarakat kecamatan Ciampea.
1.4. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup analisis dan pembahasan dalam penelitian ini yaitu meliputi analisis faktor-faktor internal dan eksternal dari masyarakat pembudidaya ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea, serta perumusan dan penentuan prioritas strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh masyarakat kecamatan Ciampea
1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembudidaya, penulis maupun pembaca, serta masyarakat yang berminat melakukan usaha pada budidaya ikan lele. Hasil yang diperoleh melalui kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Masyarakat kecamatan Ciampea Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumbang saran positif bagi masyarakat kecamatan Ciampea mengenai strategi pengembangan usaha pembesaran ikan lele yang dihasilkan, sehingga dapat memberikan kontribusi bagi penciptaan laba bagi masyarakat ini khususnya, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. 2. Lembaga Pemerintahan Sebagai bahan masukan dan informasi yang terkait dengan kebijakan pengembangan usaha kecil berbasis perikanan dengan komoditi unggulan ikan lele.
77
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gambaran Umum Ikan Lele Sangkuriang Ikan lele termasuk hewan bertulang belakang yang mempunyai insang untuk bernafas. Badan berbentuk memanjang dan berkulit licin (tidak bersisik) sedangkan kepala berbentuk pipih berbatok kepala tulang keras, memiliki sungut atau kumis sebanyak 4 pasang. Habitat ikan lele adalah semua perairan tawar. Mempunyai alat pernapasan tambahan yang memungkinkan ikan lele mengambil oksigen langsung dari udara. Karena itulah ikan lele tahan hidup di perairan yang airnya mengandung sedikit oksigen. Ikan lele bersifat nokturnal yaitu hewan yang aktif di malam hari atau menyukai tempat yang gelap. Ikan lele bersifat karnivora atau pemakan daging, ikan lele juga makan sisa-sisa tumbuhan yang membusuk (Suyanto 1989). Pada usaha pembesaran ikan lele, kolam dapat terbuat dari kolam tanah, kolam terpal, atau kolam beton, tergantung dengan kondisi tanah dan modal yang dimiliki. Air kolam untuk pemeliharaannya pun tidak harus yang mengalir. Hanya perlu pergantian air beberapa kali per bulan. Proses pemupukan diberikan pada kolam tanah untuk memperbanyak pakan alami. Untuk pakan buatan yang diberikan biasanya berupa pelet dengan kandungan protein hewani yang banyak atau dapat pula diberikan sisa makanan dapur atau tumbuh-tumbuhan utnuk menghemat biaya. Pemanenan biasanya dilakukan dalam jangka waktu 2-3 bulan tergantung ukuran benih yang ditebar (Suyanto dan Hernowo 2000). Morfologi ikan lele sangkuriang hampir sama dengan ikan lele pada umumnya. Ikan lele sangkuriang mempunyai beberapa kelebihan dibanding lele pada umumnya yaitu jumlah telur yang dihasilkan lebih tinggi dari ika lele pada umunya yaitu 33,33 persen, pertumbuhan pada saat pendederan dan pembesaran yaitu masing-masing 40 persen dan 10 persen ( Pamunjtak, 2010).
2.2. Definisi Usaha Kecil Menengah Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
78
200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.” Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut : 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak 200 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha 2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak 1 miliar rupiah 3. Milik Warga Negara Indonesia 4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar 5. Berbentuk usaha orang perorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. 2.3 Penelitian Terdahulu Hasibuan (2008), meneliti mengenai analisis formulasi strategi pengembangan bisnis ikan hias koi pada CV Ayunawa Freshwater Fish Farm Bogor, Jawa Barat. Dengan menggunakan metode SWOT dan QSPM maka dapat disimpulkan berdasar matriks IFE dan EFE maka posisi Matriks I-E yaitu berada pada kuadran V yakni pertahankan dan pelihara dengan strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan penelitian tersebut dapat dilihat faktor internal berupa kekuatan seperti kualitas ikan yang baik, modal usaha pribadi, lokasi yang strategis, memiliki suasana kekeluargaan, dan memiliki lahan yang luas. Faktor internal berupa kelemahan seperti kegiatan promosi belum optimal, kinerja setiap divisi kurang baik, penggunaan lahan belum optimal, prosedur pengangaran belum efektif dan kurang mengetahui informasi pasar. Faktor eksternal berupa peluang seperti pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik, kebijakan pemerintah yang mendukung, kemajuan teknologi, perdagangan bebas antar negara dan memiliki hubungan baik dengan pemasok. Serta faktor eksternal berupa ancaman seperti kenaikan TDL dan BBM, adanya produk substitusi, penyakit KHV, dan stabilisasi keamanan nasional. Dengan hasil QSPM yaitu : 1) mempertahankan dan meningkatkan mutu produk dengan cara pengawasan produksi (TAS 15,434). 2) merekrut tenaga kerja yang terampil ( TAS 15,295). 3) 79
membuat perencanan produksi (TAS 14, 714). 4) menghasilkan jenis ikan Koi yang variatif (TAS 12, 851). Yulianti (2009), meneliti mengenai analisis strategi pengembangan usaha pembenihan udang vaname (Litopenaeus vannamei) (kasus pada PT suri tani pemuka, kabupaten Serang, Banten). Dengan menggunakan metode SWOT dan QSPM maka dapat disimpulkan berdasar matriks IFE dan EFE maka posisi Matriks I-E yaitu berada pada kuadran 2 atau tumbuh dan bina dengan strategi intensif dan integratif. Berdasarkan penelitian diperoleh faktor internal berupa kekuatan seperti lokasi perusahan dekat dengan bahan baku dan transportasi mudah, produk yang dihasilkan berkualitas, hubungan dan pelayanan yang baik pada pelanggan , merupakan perusahaan pembenihan udang vanamei yan sudah bersertifikat, jaringan pemasaran sudah kuat, komonikasi yang baik antara pemiik dan karyawan dan alat produksi dan sarana pembenihan sudah modern. Faktor internal berupa kelemahan seperti pasar yang dituju sama dengan perusahaan sejenis, pakan alami masih tergantung pada alam dan musim, masyarakat sebelum mengenal jenis udang vanamei karena merupakan komoditas introduksi, jumlah produksi berfluktuasi, kerugian oleh tingkat kematian benih pada saat pengiriman pelanggan yang ditanggung perusahaan dan asuransi yang diberiakn oleh pihak pemasok iduk hanya 24 jam. Faktor eksternal berupa peluang seperti peningkatan jumlah petambak udang vanamei di indonesia, adanya kebijakan pemerintah yang mendorong peningkatan ekspor udang vanamei, merosotnya produksi uadang windu, kecendrungan masyarakat negara maju untuk beralih dari red meat ke white meat karena adanya penyakit mulut sapi, terbinanya hubungan baik dengan pemasok dan harga relatif lebih rendah dibanding dengan udang windu. Faktor eksternal berupa ancaman seperti persaingan antara perusahaan sejeis, kenaikan biaya
pembenihan,
pengemasan
dan
transportasi,
keadaan
iklim
yang
memepengaruhi ketersediaan bahan bau udang vanamei, ancaman produk substitusi dan adanya penyakit dan bakteri yang menyerang benih udang vaname. Dengan hasil QSPM yaitu : 1) menjaga stabilitas produksi (TAS 7,325). 2) meningkatkan jumlah produksi untuk memenuhi permintaan konsumen (TAS 7,281). 3) menjaga dan meningkatkan kualitas produk (TAS 7,247). 4)
80
membudidayakan pakan alami sendiri (TAS 6,878). 5) meningkatkan kerjasama dengan pihak terkait (TAS 6,873). 6) memperluas wilayah pemasaran (TAS 6,530). 7) mengenalkan produk ke masyarakat luas (TAS 6,343). 8) menjalin hubungan yang lebih baik dengan konsumen (TAS 6,325). Ismanto (2009), menganalisis mengenai strategi pengembangan ikan lele di Parung Bogor. Metode yang digunakan untuk menganlisis persoalan tersebut yaitu dengan menggunakan matriks IFE, EFE, SWOT, dan QSPM. Sehingga dihasilkan dari hasil evaluasi yang menjadi kekuatan utama adalah potensi sumberdaya alam yang mendukung budidaya dengan bobot tertinggi sebesar 0,092 dan yang menjadi ancaman utama adalah harga pakan yang tinggi dengan bobot tertinggi sebesar 0,115. Faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan adalah potensi sumberdaya alam yang mendukung budidaya, potensi jumlah sumberdaya manusia pelaku usaha budidaya lele, keberadaan kelompok pembudidaya lele, program kerja Dinas Peternakan dan Perikanan yang mendukung pengembangan budidaya lele, letak daerah Parung yang dekat dengan pasar Jabodetabek sebagai pasar utama, dan usaha budidaya lele sudah memasyarakat. Faktor-faktor internal yang menjadi kelemahan adalah kemampuan manajemen usaha pembudidaya masih terbatas, pola usaha budidaya masih bersifat tradisional, lemahnya permodalan, jumlah bibit lele berkualitas terbatas, kualitas dan kuantitas hasil produksi belum optimal dan belum berkembangnya diversifikasi usaha. Faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang adalah Kebijakan DKP yang mendukung usaha pengembangan budidaya lele, permintaan pasar belum terpenuhi, munculnya permintaan produk olahan, keberadaan industri pakan, keberadaan dari Asosiasi Pedagang Kaki Lima Pecel Lele dan perkembangan teknologi budidaya semakin pesat. Faktor-faktor eksternal yang menjadi ancaman adalah harga pakan tinggi, harga jual yang berfluktuasi akibat ada pengaruh pengumpul, persaingan usaha semakin kompetitif dengan daerah lain dan pemeliharaan sumber-sumber air belum optimal. Berdasarkan analisis QSPM yang ditentukan oleh besarnya nilai Total Attractiveness Score (TAS) diperoleh strategi prioritas utama adalah strategi
81
Pengembangan Kawasan Sentra Produksi untuk peningkatan produksi yang memenuhi permintaan pasar dengan nilai TAS sebesar 5,641. Berdasarkan dari penelitian tersebut di atas maka terdapat kesamaan diantaranya umumnya alat analisis yang digunakan pada strategi pengembangan yaitu matriks IFE, EFE, IE, SWOT dan QSP. Sedangkan faktor-faktor internal berupa kelemahan yaitu seperti promosi yang kurang, kecukupan modal jangka pendek, kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang, persediaan bahan baku, karyawan kurang terampil dan insentif karyawan. Faktor-faktor internal berupa kekuatan seperti produk yang dihasilkan berkualitas, lokasi yang strategis, harga sesuai dengan produk yang dihasilkan, sarana dan parasarana yang memadai dan proses produksi yang baik. Faktor-faktor eksternal berupa ancaman seperti pengaruh stabilitas politik dan keamanan, harga pakan mahal, kenaikan BBM dan TDL, pengaruh produk substitusi, hama dan penyakit serta cuaca dan iklim. Faktor-faktor eksternal berupa peluang seperti adanya peraturan pemerintah atau dinas terkait setempat, isu flu burung dan antraks, meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan lele, peranan teknologi manajemen pakan serta akses jalan dan transportasi.
82
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Manajemen Strategis Menurut David (2004), manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapat tujuannya. Manajemen strategis berfokus pada mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasi. Manajemen strategis memberikan berbagai manfaat bagi organisasi, karena memungkinkan suatu organisasi untuk proaktif dalam menentukan masa depannya; memungkinkan perusahaan untuk memulai memengaruhi aktivitas organisasinya, sehingga memiliki kontrol terhadap masa depan organisasinya. Secara historis, manfaat utama manajemen strategis telah membantu organisasi memformulasikan strategi yang lebih baik dengan menggunakan pendekatan yang lebih sistematis, logis dan rasional untuk pilihan strategis. Secara spesifik, manajemen strategis memiliki dua jenis manfaat, yaitu manfaat finansial dan manfaat nonfinansial. Dari sisi finansial, organisasi yang menerapkan konsep manajemen strategis lebih menguntungkan dan berhasil dibandingkan organisasi lain yang tidak menggunakannya. Hal ini disebabkan perusahaan yang memiliki kinerja tinggi cenderung melakukan perencanaan yang sistematis untuk mempersiapkan fluktuasi dimasa depan dalam lingkungan eksternal dan internalnya. Perusahaan dengan sistem perencanaan yang sangat mirip dengan teori manajemen strategis menunjukkan kinerja keuangan jangka panjang yang lebih baik dibanding industrinya, serta juga menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam penjualan, profitabilitas dan produktivitas dibandingkan dengan perusahaan tanpa aktivitas perencanaan yang sistematis.
83
Sedangkan dari sisi nonfinansial, dengan menerapkan manajemen strategis, dapat membantu organisasi meningkatkan kesadaran atas ancaman eksternal, pemahaman yang lebih baik atas strategi pesaing, meningkatkan produktivitas karyawan, mengurangi keengganan untuk berubah, dan pengertian yang lebih baik atas hubungan antara kinerja dan penghargaan. Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki strategi masing-masing untuk menghadapi persaingan. Menurut David (2004), terdapat beberapa alternatif strategi utama yang dapat diterapkan oleh suatu perusahaan, yaitu: 1) Strategi Integrasi a) Strategi integrasi ke depan, yaitu suatu strategi yang melibatkan akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol atas distributor atau pengecer perusahaan. b) Strategi integrasi ke belakang, yaitu suatu strategi yang melibatkan akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol atas pemasok perusahaan. c) Strategi integrasi horizontal, yaitu suatu strategi yang melibatkan akuisisi kepemilikan atau peningkatan kontrol atas pesaing perusahaan. 2)
Strategi Intensif a) Strategi
penetrasi
pasar,
yaitu
dimana
perusahaan
sebaiknya
meningkatkan pangsa pasar suatu produk atau jasa melalui usaha-usaha pemasaran yang lebih besar, misalnya dengan menambah tenaga penjual, biaya iklan, promosi penjualan atau usaha-usaha promosi lainnya. Jadi, tujuan dari strategi ini yaitu untuk meningkatkan pangsa pasar melalui usaha pemasaran yang lebih besar. b) Strategi pengembangan pasar, yaitu suatu strategi yang bertujuan untuk memperkenalkan produk-produk atau jasa yang ada sekarang ke daerahdaerah yang secara geografis merupakan daerah baru. Tujuan dari strategi ini yaitu untuk memperbesar pangsa pasar. c) Strategi pengembangan produk, yaitu strategi yang bertujuan agar perusahaan dapat meningkatkan penjualan dengan cara meningkatkan atau memodifikasi produk atau jasa yang sudah ada sekarang atau mengembangkan produk atau jasa yang baru.
84
3)
Strategi Diversifikasi a) Strategi diversifikasi konsentrik, yaitu suatu strategi dengan cara menambah produk atau jasa yang baru tetapi masih saling berhubungan dengan produk atau jasa yang lama. Jadi, tujuan strategi ini yaitu untuk membuat produk baru yang berhubungan untuk pasar yang sama. b) Strategi
diversifikasi
konglomerat,
yaitu
suatu
strategi dimana
perusahaan menambahkan produk atau jasa yang baru namun tidak saling berhubungan dengan produk atau jasa yang lama. Strategi ini bertujuan untuk menambah produk baru yang tidak saling berhubungan untuk pasar yang berbeda c) Strategi diversifikasi horizontal, yaitu suatu strategi dimana perusahaan menambahkan produk atau jasa pelayanan yang baru, yang tidak saling berhubungan namun untuk konsumen yang sudah ada. Jadi, tujuan dari strategi ini yaitu untuk memuaskan konsumen yang sama melalui penambahan produk atau jasa baru. 4)
Strategi Bertahan a) Strategi
penciutan
biaya,
yaitu
dimana
perusahaan
melakukan
pengurangan biaya dan aset perusahaan dengan tujuan menghemat biaya agar keuntungan dapat dipertahankan dengan cara menjual sebagian aset perusahaan. b) Strategi penciutan usaha, yaitu dimana perusahaan menjual satu divisi atau bagian dari perusahaan untuk menambah modal dari suatu rencana investasi. c) Strategi likuidasi, yaitu dimana perusahaan menjual seluruh aset perusahaan yang dapat dihitung nilainya. Tujuan dari strategi ini adalah untuk menutup perusahaan, jika perusahaan sudah tidak dapat lagi dipertahankan lagi keberadaannya.
3.1.2. Proses Manajemen Strategi Proses manajemen strategi bersifat dinamis dan berkelanjutan. Adanya suatu peubahan pada komponen utama dalam model, dapat menyebabkan perubahan pada salah satu atau semua komponen lainnya. Model manajemen strategis
85
menggambarkan perubahan pendekatan yang jelas dan praktis mengenai formulasi, implementasi, dan evaluasi strategi. Hubungan antar bagian utama dalam proses manajemen strategi ditampilkan dalam model berikut.
Melakukan Audit Eksternal Mengemban gkan pernyataan visi dan Misi
Menetapkan Sasaran Jangka Panjang
Merumuska n mengevalua si dan Memilih Strategi
Implementas i Strategi Isu-Isu Manajemen
Implementas i Strategi Isu-Isu Pemasaran, Keuangan, Akuntansi, Litbang,SIM
Mengukur dan Mengeval uasi Kinerja
Melakukan Audit Internal
Formulasi Strategi
Implementas i Strategi
Evaluasi Strategi
Gambar 1. Model Komprehensif Manajemen Strategis (Sumber : David, 2004)
Menurut David (2004), untuk membuat suatu konsep manajemen strategis yang baik dan dapat diterapkan oleh perusahaan, maka diperlukan suatu proses manajemen strategis yang terdiri dari tiga tahap: formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan.
3.1.3. Analisis Lingkungan Internal Faktor lingkungan internal yaitu segala faktor yang terkait dengan fungsi perusahaan tersebut yang dapat menunjukkan adanya kekuatan atau kelemahan 86
perusahaan yang sifatnya dapat dikendalikan oleh pemimpin perusahaan. Menurut David (2004), kekuatan dan kelemahan internal merupakan aktivitas organisasi yang dapat dikontrol yang dijalankan dengan sangat baik atau sangat buruk. Faktor-faktor internal ini muncul dalam aktivitas manajemen, pemasaran, keuangan atau akuntansi, produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi manajemen dari sebuah bisnis. 1.
Aspek Pemasaran Pemasaran
mengantisipasi,
dapat
digambarkan
sebagai
proses
mendefinisikan,
menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan
pelanggan atas barang dan jasa (David, 2004). Dalam rangka inilah, maka setiap perusahaan perlu selalu menetapkan dan menerapkan strategi dan cara pelaksanaan kegiatan pemasarannya. Salah satu unsur dalam strategi pemasaran terpadu adalah strategi bauran pemasaran, yang merupakan strategi yang dijalankan perusahaan, yang berkaitan dengan penentuan bagaimana perusahaan menjanjikan penawaran produk pada segmen pasar tertentu, yang merupakan sasaran pasarnya. Variabel strategi bauran pemasaran tersebut adalah: 1) Strategi Produk Strategi produk dalam hal ini adalah menetapkan cara dan penyediaan produk yang tepat bagi pasar yang dituju, sehingga dapat memuaskan para konsumennya sekaligus dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dalam jangka panjang, melalui peningkatan penjualan dan peningkatan pangsa pasar. Faktor-faktor yang terkandung dalam suatu produk adalah mutu/kualitas, penampilan, pilihan yang ada, gaya, merek, pengemasan, ukuran, jenis, macam, jaminan, dan pelayanan. Sedangkan strategi produk yang dapat dilakukan mencakup keputusan tentang acuan/bauran produk, merek dagang, cara pembungkusan/kemasan produk, tingkat mutu/kualitas dari produk dan pelayanan yang diberikan. 2) Strategi Harga Strategi penetapan harga sangat penting terutama untuk menjaga dan meningkatkan posisi perusahaan di pasar, yang tercermin dalam pangsa pasar
87
perusahaan,
disamping
untuk
meningkatkan
penjualan
dan
keuntungan
perusahaan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penetapan harga yaitu: harga bahan baku, biaya produksi, biaya pemasaran, adanya peraturan pemerintah, yang merupakan faktor yang secara langsung mempengaruhi. Sedangkan faktor yang tidak langsung mempengaruhi yaitu harga produk sejenis yang dijual pesaing, pengaruh harga terhadap produk substitusi dan produk komplementer, serta potongan harga untuk para penyalur dan konsumen. 3) Strategi Distribusi Kegiatan distribusi atau penyaluran merupakan kegiatan penyampaian produk sampai ke konsumen pada waktu yang tepat. Oleh karena itu, kegiatan penyaluran merupakan salah satu kebijakan pemasaran terpadu yang mencakup penentuan
saluran
pemasaran
dan
distribusi
fisik.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhinya yaitu: saluran distribusi, cakupan distribusi, lokasi, persediaan dan alat transportasi. 4) Strategi Promosi Suatu produk betapapun bermanfaat akan tetapi jika tidak dikenal oleh konsumen, maka produk tersebut tidak akan diketahui manfaatnya dan mungkin tidak dibeli oleh konsumen. Oleh karena itu dalam menunjang keberhasilan kegiatan pemasaran yang dilakukan dan efektifnya rencana pemasaran yang disusun, maka perusahaan haruslah menetapkan dan menjalankan strategi promosi yang tepat. Unsur-unsur dari strategi promosi terdiri dari: iklan, penjualan personal, promosi penjualan, dan publisitas. 2.
Aspek Keuangan atau Akuntansi Analisis keuangan merupakan metode yang digunakan untuk menentukan
kekuatan dan kelemahan organisasi dalam area investasi, pendanaan dan deviden. Beberapa hal yang dikaji dalam aspek keuangan yaitu mengenai bagaimana analisis keuangan perusahaan, kemampuan perusahaan menghasilkan modal jangka pendek dan jangka panjang, kecukupan modal perusahaan, prosedur penganggaran modal, kebijakan pembayaran dividen, serta hubungan dengan investor dan pemegang saham.
88
3.
Aspek Produksi atau Operasi Manajemen produksi operasi berhubungan dengan input, transformasi, dan
output yang bervariasi antar industri dan pasar. Fungsi produksi operasi dari suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas yang mengubah input menjadi barang dan jasa. Tabel 3. Fungsi Dasar Manajemen Produksi Fungsi
Deskripsi
Proses
Keputusan proses berhubungan dengan desain dari sistem produksi fisik.
Kapasitas
Keputusan kapasitas berhubungan dengan penentuan tingkat output yang optimal untuk organisasi.
Persediaan
Keputusan persediaan mencakup pengelolaan tingkat bahan mentah, barang dalam proses, dan barang jadi.
Tenaga
Keputusan tenaga kerja berhubungan dengan pengelolaan karyawan
Kerja
yang terampil, tidak terampil, klerikal, dan manajerial.
Kualitas
Keputusan kualitas ditujukan untuk memastikan bahwa barang dan jasa yang diproduksi berkualitas tinggi.
Sumber: David,2004
4.
Aspek Sumber Daya Manusia
Sumberdaya manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi dapat disebut pekerja, karyawan atau tenaga kerja. Perusahaan akan berjalan dengan lancar apabila didukung juga dengan sumber daya manusia yang baik dan mampu menjalankan sistem tersebut. Kualitas sumber daya manusia yang baik dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan dipandang sebagai aset yang berharga begi perusahaan. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menganalisis kemampuan sumberdaya manusia adalah keterampilan karyawan dan modal kerja karyawan, efektifitas insentif yang digunakan untuk memotivasi prestasi. 3.1.4. Analisis Lingkungan Eksternal Faktor lingkungan eksternal merupakan faktor-faktor yang pada dasarnya terletak di luar dan terlepas dari perusahaan (Umar, 2008). Faktor-faktor lingkungan eksternal meliputi peluang dan ancaman yang berada diluar kendali perusahaan seperti : 1.
Aspek Politik Menurut Umar (2008), faktor politik terkait dengan arah, kebijakan, dan
stabilitas pemerintah. Stabilitas politik yang baik akan sangat mempengaruhi 89
keadaan dunia usaha. Beberapa hal terkait dengan faktor politik yang perlu diperhatikan yaitu: undang-undang tentang lingkungan dan berburuhan, peraturan tentang perdagangan luar negeri, stabilitas pemerintahan, peraturan tentang keamanan dan kesehatan kerja, dan sistem perpajakan. 2.
Aspek Ekonomi Menurut Umar (2008), kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat
mempengaruhi iklim berbisnis suatu perusahaan. Beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan yaitu: siklus bisnis, ketersediaan energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga-harga produk dan jasa, produktivitas dan tenaga kerja. 3.
Aspek Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan Menurut David (2004), perubahan sosial, budaya, demografi dan
lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap hampir semua produk, jasa dan pelanggan. Adanya kondisi yang selalu berubah-ubah tersebut sebaiknya diantisipasi oleh perusahaan, misalnya perubahan sikap, gaya hidup, adat istiadat, dan kebiasaan dari orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan. 4.
Aspek Teknologi Menurut Umar (2008), kemajuan perkembangan teknologi yang begitu
pesat, baik dibidang bisnis maupun di bidang yang mendukung kegiatan bisnis sangat mempengaruhi keadaan usaha suatu perusahaan. Agar setiap kegiatan usaha dapat terus berjalan terus-menerus, maka perusahaan harus selalu mengikuti perkembangan-perkembangan teknologi yang dapat diterapkan pada produk dan jasa yang dihasilkan atau pada cara operasinya. 5.
Aspek Persaingan Menurut Porter, hakikat persaingan di suatu industri tertentu dapat
dipandang sebagai perpaduan dari lima kekuatan : (1) persaingan antarperusahaan saingan, (2) potensi masuknya pesaing baru, (3) potensi pengembangan produkproduk pengganti , (4) daya tawar pemasok dan (5) daya tawar konsumen.
Persaingan Antar Perusahaan Saingan Persaingan dalam industri akan mempengaruhi kebijakan dan kinerja
perusahaan. Dalam situasi persaingan yang oligopoly, perusahaan mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi pasar sedangkan pada pasar persaingan sempurna, biasanya akan memaksa perusahaan menjadi follower
90
termasuk dalam harga produk. Intensitas persaingan antarperusahaan saingan cenderung meningkat ketika jumlah pesaing bertambah, ketika pesaing lebih setara dalam hal ukuran dan kapabilitas, ketika permintaan akan produk industri itu menurun dan ketika potongan harga menjadi lazim. Persaingan juga meningkat manakala konsumen dapat beralih merek dengan mudah; ketika hambatan untuk meninggalkan pasar tinggi; tatkala biaya tetap tinggi; kala produk bisa rusak atau musnah; ketika perusahaan pesaing beragam dalam hal strategi, asal-usul, dan budaya; serta manakala merger dan akusisi lazim di dalam industri. Saat persaingan antarperusahaan saingan meningkat, laba industri menurun, dalam beberapa kasus sampai pada titik di mana sebuah industri menjadi tidak menarik.
Potensi Masuknya Pesaing Baru Sebuah perusahaan yang masuk sebagai pendatang baru akan
menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas menjadi bertambah, terjadi perebutan pangsa pasar, serta perebutan sumber daya produksi yang terbatas dan pada akhirnya intensitas persaingan antarperusahaan akan meningkat. Kondisi seperti ini menimbulkan ancaman bagi perusahaan yang sudah ada.
Potensi Pengembangan Produk Pengganti Semua perusahaan dalam suatu industri bersaing dalam industri lain yang
memproduksi produk pengganti. Produk pengganti muncul dalam bentuk berbeda, tetapi dapat memuaskan kebutuhan yang sama dari produk lain. Ancaman produk subsitusi kuat bila konsumen dihadapkan pada switching cost yang sedikit dan jika barang substitusi itu mempunyai harga yang lebih murah atau kualitasnya sama, bahkan lebih tinggi dari produk-produk suatu industri. Ancaman produk pengganti dapat berada pada beberapa situasi harga dari produk pengganti lebih murah, biaya peralihan kepada produk pengganti rendah dan kecondongan pembeli terhadap produk pengganti. Besarnya tekanan persaingan biasanya ditunjukkan oleh rencana pesaing untuk meningkatkan kapasitas produksi, selain angka penjualan dan pertumbuhan laba perusahaan tersebut.
91
Daya Tawar Pemasok Pemasok dapat mempengaruhi perusahaan dengan kemampuan mereka
untuk menaikkan harga atau menurunkan kualitas produk dan pelayanan. Pemasok atau kelompok pemasok kuat jika memenuhi persyaratan antara lain : jumlah pemasok sedikit, produk atau jasa unik dan atau produk itu memiliki biaya pengganti yang menambah kekuatan, produk pengganti tidak tersedia, pemasok dapat mengintegrasi ke depan dan bersaing secara langsung dengan pelanggan, serta kepentingan pelanggan lebih tinggi.
Daya Tawar Konsumen Pembeli mampu mempengaruhi perusahaan melalui kemampuan mereka
untuk menekan turunnya harga, permintaan terhadap kualitas mutu dan pelayanan serta memainkan peran untuk melawan satu pesaing dengan lainnya. Beberapa kondisi yang mungkin dihadapi perusahaan sehubungan dengan kekuatan ini antara lain yaitu pembeli membeli sebagaian besar dari produk perusahaan, pembeli mampu memproduksi produk yang diperlukan, sifat produk tidak terdeferensiasi dan banyak pemasok, switching value pemasok kecil, pembeli mempunyai tingkat keuntungan rendah sehingga sensitif terhadap harga dan diferensiasi servis, dan produk perusahaan tidak terlalu penting bagi pembeli sehingga pembeli mudah mencari subsitusinya. Ketika konsumen berkonsentrasi atau berbelanja atau membeli dalam volume besar, daya tawar mereka dapat mempresentasikan kekuatan besar yang mempengaruhi intensitas persaingan di suatu industri.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Usaha pembesaran ikan lele sangkuriang di Ciampea ini menggunakan kolam setengah permanen yaitu pinggiran menggunakan penampang beton serta dasar berupa tanah kolam untuk membudidayakan ikan lele sangkuriang. Usaha pembesaran ikan lele sangkuriang banyak menghadapi kendala. Sumber-sumber yang menjadi faktor penyebabnya dalam bidudaya ikan lele sangkuriang tersebut antara lain adalah kondisi cuaca dan iklim yang saat ini sulit diprediksi serta serangan hama dan penyakit yang sulit dikendalikan serta penyedian pakan yang
92
kurang memadai. Selain itu, tingkat keterampilan yang dimiliki tenaga kerja pada usaha ini masih belum memadai dalam melaksanakan kegiatan proses produksi. Kerugian akibat hal tersebut yang dialami antara lain adalah jumlah produksi yang rendah dan kualitas hasil panen juga menurun. Rendahnya produksi tersebut berdampak terhadap pendapatan yang diterima petani. Sehingga diperlukan strategi pengembangan usaha yang diperhitungkan dengan tepat. Agar usaha pembesaran ikan lele sangkuriang yang dikembangkan oleh kecamatan Ciampea Bogor dapat berkembang dengan baik, diperlukan suatu perumusan strategi pengembangan usaha yang tepat untuk dapat diterapkan oleh kecamatan Ciampea Bogor. Perumusan strategi pengembangan usaha ini akan melalui tiga tahap kerangka pengambilan keputusan, yang diawali dengan menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha pembesaran ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea Bogor tersebut. Analisis lingkungan internal yaitu berupa identifikasi kekuatan dan kelemahan dari usaha tersebut, yang kemudian dirangkum dalam matriks Internal Factor Evaluation (IFE). Sedangkan analisis lingkungan eksternal yaitu berupa identifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh usaha tersebut, yang kemudian dirangkum dalam matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE). Tahap berikutnya yaitu menggabungkan antara analisis faktor-faktor internal dan faktorfaktor eksternal dalam suatu bentuk matriks SWOT. Melalui analisis ini, kekuatan dan kelemahan usaha, serta peluang dan ancaman yang dihadapi usaha tersebut akan dicocokkan satu sama lainnya sehingga akan terbentuk empat tipe strategi, yaitu strategi kekuatan-peluang (SO), strategi kelemahan-peluang (WO), strategi kekuatan-ancaman (ST), dan strategi kelemahan-ancaman (WT). Keluaran dari alternatif-alternatif strategi tersebut akhirnya akan di analisis kembali melalui Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) untuk menentukan alternatif strategi mana yang terbaik yang sebaiknya diterapkan pada usaha pembesaran ikan lele di kecamatan Ciampea Bogor. QSPM merupakan tahap ketiga atau tahap terakhir dari tahap kerangka pengambilan keputusan strategi. Keluaran dari matriks QSPM yaitu berupa skor, dimana strategi dengan skor tertinggi merupakan strategi yang harus diprioritaskan untuk diterapkan. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2.
93
Pembudidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea Bogor Kurangnya produksi ikan lele sangkuriang dengan permintaan pasar ikan lele di pasaran Analisis Lingkungan Internal: Aspek SDM Aspek Pemasaran Aspek Keuangan/Akuntansi Aspek Produksi/Operasi
Analisis Lingkungan Eksternal: Aspek Politik Aspek Ekonomi Aspek Sosial Budaya, Demografi dan Lingkungan Aspek Teknologi Aspek Persaingan
Matriks IFE
Matriks EFE Matriks IE
Matriks SWOT
Alternatif startegi
Matriks QSP
Rekomendasi Prioritas Strategi Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Srategi Pengembangan Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Di Kecamatan Ciampea
94
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada pembudidaya pembesaran ikan lele, yang berlokasi di kecamatan Ciampea kabupaten Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa pengembangan usaha pembesaran ikan lele mulai terus bertambah seiring berjalannya waktu dengan didukung faktor alam yang baik seperti pasokan air bersih yang melimpah, akses benih yang dekat, kondisi lahan yang luas dan subur serta pasokan pakan alami yang tersedia. Pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data di lapangan dimulai pada bulan Agustus sampai September 2010.
4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui informasi dan pengamatan langsung di lapangan terhadap kegiatan usaha dan hasil wawancara dengan responden yang terdiri dari pelaku usaha pembesaran lele di Kecamatan Ciampea, pegawai penyuluh lapang Kecamatan Ciampea serta pegawai yang berwenang di kantor Kecamatan Ciampea. Data primer yang diperoleh digunakan untuk melakukan analisis internal dan eksternal yang merupakan dasar bagi analisis perumusan strategi selanjutnya yang berisi : Faktor internal usaha meliputi : a.
Aspek pemasaran yang meliputi variabel produk, harga, tempat, distribusi dan promosi.
b.
Aspek
keuangan
yang
meliputi
analisis
keuangan,
kemampuan
menghasilkan modal jangka pendek dan jangka panjang, kecukupan modal, prosedur penganggaran modal, kebijakan pembayaran dividen, serta hubungan dengan investor dan pemegang saham. c.
Aspek produksi dan operasi yang meliputi proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja serta mutu.
95
d.
Aspek sumber daya manusia yang meliputi Faktor eksternal dalam usaha meliputi keterampilan karyawan dan modal kerja karyawan, efektifitas insentif yang digunakan untuk memotivasi prestasi.
Faktor eksternal meliputi : a.
Aspek politik seperti undang-undang tentang lingkungan dan berburuhan, peraturan tentang perdagangan luar negeri, stabilitas pemerintahan, peraturan tentang keamanan dan kesehatan kerja, dan sistem perpajakan.
b.
Aspek ekonomi seperti siklus bisnis, ketersediaan energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga-harga produk dan jasa, produktivitas dan tenaga kerja.
c.
Aspek sosial, budaya, demografi dan lingkungan seperti perubahan sikap, gaya hidup, adat istiadat, dan kebiasaan dari orang-orang di lingkungan eksternal .
d.
Aspek teknologi seperti perkembangan-perkembangan teknologi yang dapat diterapkan pada produk dan jasa yang dihasilkan atau pada cara operasinya.
e.
Aspek persaingan seperti kekuatan tawar pemasok, kekuatan tawar pembeli, persaingan industri, adanya produk substitusi dan adanya hambatan masuk. Data sekunder dikumpulkan melalui informasi dan laporan tertulis dari
lembaga atau instansi terkait dan dokumen atau arsip. Data yang dapat diperoleh dari lembaga atau instansi terkait
yaitu berasal dari Dinas Peternakan dan
Perikanan (Disnakan) kabupaten Bogor, kantor kecamatan Ciampea. Sebagai data penunjang digunakan data yang berasal dari studi pustaka dan literatur yang relevan dengan permasalahan yang dianalisis dalam penelitian ini.
4. 3. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel non probability sampling, dimana tidak semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Sampel adalah sebagian dari populasi yang dianggap mewakili populasi, dalam hal ini populasi penelitian adalah pembudidaya ikan lele sangkuriang. Pembudidaya ikan lele saangkuriang di Kecamatan Ciampea berjumlah lima orang, tapi dalam penilitian ini hanya diambil satu orang yang
96
merupakan tokoh dan dianggap banyak mengetahui tentang budidayya lele sangkuriang di kecamatan Ciampea. Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara : 1) Melakukan observasi atau pengamatan. Observasi dilakukan untuk melihat dan mengamati objek secara langsung terhadap hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. Observasi dilakukan langsung pada lokasi usaha budidaya pembesran ikan lele di daerah Ciampea. 2) Melakukan wawancara untuk memperoleh keterangan yang sesuai dengan kebutuhan penelitian, agar data yang digunakan merupakan kondisi yang sebenarnya. Wawancara dilakukan pada pihak yang bertanggung jawab atas usaha dan yang menjadi pengambil keputusan pada usaha, yaitu pengelola usaha pembesaran ikan lele. 3) Memberikan lembar penilaian berupa kuisioner kepada responden. 4) Membaca dan melakukan pencatatan semua data yang dibutuhkan penelitian.
4.4. Metode Analisis Data Proses penentuan strategi dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahap pengumpulan data atau the input stage, tahap pencocokan atau the matching stage dan terakhir adalah tahap pengambilan keputusan atau the decision stage. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel dan alat hitung kalkulator. Rincian dari proses penentuan strategi adalah sebagai berikut: 4.4.1. Pengumpulan Data Pada tahap ini, data yang diambil berkaitan dengan gambaran umum kecamatan Ciampea dan keadaan usaha budidaya pembesaran ikan lele sangkuriang yang di budidayakan oleh pembudidaya, faktor internal yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan usahanya, serta faktor eksternal yang berkaitan dengan peluang dan ancaman usahanya. Informasi mengenai data internal didapat dari responden Ibu Elysa Manalu sebagai tokoh pembudidaya yang banyak mengetahui tentang budidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea. Informasi mengenai data eksternal diperoleh dari Bapak Derai sebagai staff Kantor kecamatan Ciampea untuk pengumpulan data kecamatan, potensi
97
kecamatan dan serta dari Ibu Heti sebagai kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Peternakan dan Perikanan kecamatan Ciampea untuk data perikanan kecamataan Ciampea. Data dari faktor internal di analisis dengan menggunakan matriks IFE, sedangkan data-data dari faktor eksternal dianalisis menggunakan matriks EFE. Analisis lingkungan internal dan eksternal
menggunakan dua matriks
yang berbeda, yaitu matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE). 1.
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) merupakan sebuah alat
formulasi strategi yang digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional bisnis, dan juga memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut (David, 2004). Tahap-tahap dalam mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dalam matriks IFE adalah sebagai berikut: 1) Tuliskan faktor internal seperti diidentifikasi dalam proses audit internal. 2) Berikan bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) untuk masing-masing faktor. Bobot yang diberikan kepada masing-masing faktor mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan dalam industri. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0. 3) Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor untuk mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan mayor (peringkat = 1), atau kelemahan minor (peringkat = 2), kekuatan minor (peringkat = 3), atau kekuatan mayor (peringkat = 4). Perhatikan bahwa kekuatan harus mendapatkan peringkat 3 atau 4, dan kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2. Jadi, peringkat adalah berdasarkan, sedangkan bobot adalah berdasarkan industri. 4) Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel. 5) Jumlahkan rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel untuk menentukan total rata-rata tertimbang untuk organisasi. Nilai rata-rata
98
adalah 2,5. Total rata-rata tertimbang di bawah 2,5 menggambarkan organisasi yang lemah secara internal, sementara total nilai di atas 2,5 mengindikasikan posisi internal yang kuat. Tabel 4. Matriks IFE Faktor-faktor
Bobot
Peringkat
Internal
Bobot
x
Rating
Kekuatan 1. 2. ... Kelemahan 1. 2. ... Total
1,00
Sumber : David, 2004 2.
Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) digunakan untuk mengetahui
faktor-faktor eksternal berkaitan dengan peluang dan ancaman yang dianggap penting. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, dan persaingan (David, 2004). Tahap-tahap dalam mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal dalam matriks IFE adalah sebagai berikut: 1) Buat daftar faktor eksternal yang diidentifikasi dalam proses audit eksternal. 2) Berikan bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting) untuk masing-masing faktor. Bobot mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan dalam industri. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,0. 3) Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor eksternal kunci tentang seberapa efektif strategi saat ini dalam merespon faktor tersebut,
99
dimana 4 = respon superior, 3 = respon di atas rata-rata, 2 = respon ratarata, 1 = respon
jelek. Peringkat didasari pada efektivitas strategi ,
sedangkan bobot didasarkan pada industri. 4) Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan nilai tertimbang. 5) Jumlahkan
nilai
tertimbang
dari
masing-masing
variabel
untuk
menentukan total nilai tertimbang bagi organisasi. Nilai nilai tertimbang tertinggi adalah 4,0 dan nilai tertimbang terendah adalah 1,0. Total nilai tertimbang rata-rata adalah 2,5. Total nilai tertimbang sebesar 4,0 mengindikasikan bahwa organisasi merespon dengan sangat baik terhadap peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dengan kata lain, strategi secara efektif mengambil keuntungan dari peluang yang ada saat ini dan meminimalkan efek yang mungkin muncul dari ancaman eksternal. Total nilai 1,0 mengindikasikan bahwa strategi
tidak memanfaatkan
peluang atau tidak menghindari ancaman eksternal. Tabel 5. Matriks EFE Faktor-faktor Eksternal
Bobot
Peringkat
Bobot Rating
x
Kekuatan 1. 2. ... Kelemahan 1. 2. ... Total 1,00 Sumber : David, 2004
4.4.2. Pencocokan Data Tahap
yang
kedua
adalah
pemaduan
atau
pencocokan
dengan
memasukkan hasil pembobotan EFE dan IFE ke dalam Matriks IE untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail. Setelah menganalisis matrik IE selanjutnya dilakukan analisis SWOT. 1. Matriks Internal-Eksternal
100
Matiks IE (Internal-Eksternal) mempunyai sembilan sel strategi, dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu : 1. Divisi pada sel I, II dan IV disebut Strategi Tumbuh dan Bina. Strategi yang cocok adalah strategi Intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan dan integrasi horisontal). 2. Divisi pada sel III, V dan VII disebut Strategi Pertahankan dan Pelihara. Penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan dua strategi yang banyak dilakukan apabila berada dalam sel ini. 3. Divisi pada sel VI, VIII dan IX disebut Strategi Panen dan Divestasi. Nilainilai IFE dikelompokkan ke dalam Tinggi (3,0-4,0). Sedang (2,0-2,99) dan Rendah (1,00-1,99). Adapun nilai-nilai EFE dikelompokkan dalam Kuat (3,04,0), Rata-rata (2,0-2,99) dan Lemah (1,0-1,99) (David, 2004). Bentuk matriks IE (Internal Evaluation) serta hubungannya dengan EFE dan IFE dapat dilihat pada Gambar 3.
Total Nilai EFE Yang Diberi Bobot
Total Nilai IFE Yang Diberi Bobot Kuat
Rata-rata
Lemah
4,0 3,0-4,0
,0-2,99
1,0-1,99
(I)
(II)
(III)
(IV)
(V)
(VI)
(VII)
(VIII)
(IX)
Tinggi 3,0-4,0
3,0
Menengah 2,0-2,99
2,0
Rendah 1,0-1,99
1,0
Gambar 3. Matriks IE Sumber : David, 2004
101
2. Analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats (SWOT) Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis lingkungan yang berupa kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) disebut analisis SWOT atau Matriks SWOT. Matriks ini memberikan gambaran dimana faktor lingkungan eksternal yang berupa peluang dan ancaman digabungkan dengan faktor internal yang berupa kekuatan dan kelemahan sehingga pada akhirnya akan menghasilkan beberapa alternatif strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh . Beberapa alternatif strategi tersebut yaitu (David, 2004): 1) Strategi
kekuatan-peluang
(Strategi SO),
menggunakan kekuatan internal
yaitu
strategi
yang
untuk memanfaatkan peluang
eksternal. 2) Strategi kelemahan-peluang (Strategi WO), yaitu strategi yang bertujuan
untuk
memperbaiki
kelemahan
internal
dengan
memanfaatkan peluang eksternal. 3) Strategi kekuatan-ancaman (Strategi ST), yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal secara langsung. 4) Strategi kelemahan-ancaman (Strategi WT), yaitu taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Penyajian yang sistematis dari Matriks SWOT terdapat pada Gambar 6. Matriks SWOT terdiri dari sembilan sel, diantaranya terdiri dari empat sel faktor kunci, empat sel strategi, dan satu sel dibiarkan kosong (sel kiri atas). Empat sel strategi yang diberi nama SO, WO, ST, dan WT, dikembangkan setelah menyelesaikan empat sel faktor kunci, diberi nama S,W,O, dan T. Delapan langkah yang terlibat dalam membuat matriks SWOT yaitu (David, 2004): 1) Tuliskan peluang eksternal . 2) Tuliskan ancaman eksternal . 3) Tuliskan kekuatan internal . 4) Tuliskan kelemahan internal .
102
5) Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasilnya dalam sel strategi SO. 6) Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasilnya dalam sel strategi WO. 7) Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasilnya dalam sel strategi ST. 8) Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasilnya dalam sel strategi WT. Faktor Internal (IFE) Faktor Eksternal (EFE) Peluang (O) Daftar Peluang Eksternal 1. 2. ... Ancaman (T) Daftar Ancaman Eksternal 1. 2. ...
Kekuatan (S) Daftar Kekuatan Internal 1. 2. ...
Kelemahan (W) Daftar Kelemahan Internal 1. 2. ...
Strategi SO Gunakan keluatan untuk memanfaatkan peluang.
Strategi WO Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang.
Strategi ST Gunakan kekuatan untuk menghindari ancaman.
Strategi WT Minimalkan kelemahan dan hindari ancaman.
Gambar 4. Matriks SWOT Sumber : David, 2004
4.4.3. Pengambilan Keputusan Pada tahap ini akan ditentukan strategi pemasaran terbaik dari beberapa alternatif strategi yang muncul dari matriks SWOT. Selanjutnya, penentuan strategi terbaik bagi usaha budidaya ikan lele sangkuriang ini akan dihasilkan berdasarkan hasil analisis menggunakan matriks QSP (Quantitative Strategic Planning Matrix). 1. Matriks Quantitative Strategic Planning (QSP) Matriks QSP adalah alat yang memungkinkan penyusun strategi untuk mengevaluasi alternatif strategi secara objektif, berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya (David, 2004). Secara konsep QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam
103
satu set alternatif dihitung dengan menentukan pengaruh kumulatif dari masingmasing faktor keberhasilan kunci eksternal dan internal. Jumlah set alternatif strategi yang dimasukkan dalam QSPM bisa berapa saja, jumlah strategi-strategi dalam satu set juga bisa berapa saja, tetapi hanya strategi dalam set yang sama yang dapat dievaluasi satu sama lain. Langkah-langkah dalam pengembangan matriks QSP yaitu: 1. Membuat daftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan internal kunci di kolom kiri dalam QSPM. 2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan ekternal. Bobot ini identik dengan matriks EFE dan IFE. 3. Evaluasi matriks tahap 2 (pencocokan), dan identifikasi alternatif strategi yang harus dipertimbangkan organisasi untuk diimplementasikan. Catat strategi-strategi ini pada baris atas dari QSPM. Kelompokkan strategi ke dalam set yang independen jika memungkinkan. 4. Tentukan Nilai Daya Tarik (Attractiveness Scores-AS) yaitu angka yang mengidentifikasikan daya tarik relatif dari masing-masing strategi dalam set alternatif tertentu. Nilai daya tarik harus diberikan untuk masingmasing strategi untuk mengidentifikasikan daya tarik relatif dari satu strategi atas strategi lainnya, dengan mempertimbangkan faktor tertentu. jangkauan untuk nilai daya tarik adalah: 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik dan 4 = sangat menarik. 5. Hitunglah total nilai daya tarik (Total Attractiveness Score-TAS) yang didapat dari perkalian bobot dengan nilai daya tarik (AS) dalam masingmasing baris. Total nilai daya tarik mengindikasikan daya tarik relatif dari masing-masing alternatif strategi, dengan hanya mempertimbangkan pengaruh faktor keberhasilan kunci internal atau eksternal terdekat. 6. Hitung penjumlahan total nilai daya tarik (STAS). Tambahkan total nilai daya tarik (TAS) dalam masing-masing kolom dari QSPM. Penjumlahan total nilai daya tarik (STAS) mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dari setiap set alternatif. Nilai yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik, mempertimbangkan semua faktor internal dan eksternal yang relevan yang dapat mempengaruhi keputusan strategis.
104
Tabel 6. Matriks QSP Faktor-faktor
Bobot
Alternatif Strategi
Sukses Kritis
Strategi 1
AS
TAS
Strategi 2
AS
TAS
Strategi 3
AS
TAS
Faktor-faktor Kunci Internal 1. 2. ... Total Bobot
1,0
Faktor-faktor Kunci Eksternal 1. 2. ... Total Bobot
1,0
Jumlah Nilai TAS
Sumber: David, 2004
105
V KEADAAN UMUM
5.1. Letak Geografis Usaha pembesaran ikan lele terletak di kecamatan Ciampea kabupaten Bogor provinsi Jawa Barat. Kecamatan yang berpenduduk 140.944 jiwa ini memiliki luas daerah mencapai 3.062,50 Km2. Kecamatan ini berjarak dari ibu kota kabupaten 21 km dan jarak dari ibu kota provinsi sekitar 139 km. Secara geografis kecamatan ini mempunyai batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Kecamatan Rancah Bungur
Sebelah Barat
: Kecamatan Cibungbulang
Sebelah Selatan
: Kecamatan Pamijahan dan kecamatan Cibungbulang
Sebelah Timur
: Kecamatan Dramaga
Ditinjau dari segi topografinya, lokasi kecamatan ini termasuk dataran tinggi dengan ketinggian dari permukaan laut sekitar 300 m. Daerah ini termasuk daerah yang beriklim tropis dengan 2 musim yakni, musim hujan dan musim kemarau dengan curah hujan mencapai 200,1 mm/bulan. Sehingga untuk memperoleh sumber air cukup melimpah baik berasal dari sungai maupun dari sumur bor yang terdapat di daerah ini. Dengan kondisi lingkungan tersebut, maka daerah ini sangat potensial untuk kegiatan budidaya perikanan baik pembenihan maupun pembesaran. Hal ini disebabkan selain mudah dalam penyediaan air juga didukung dengan kemudahan dalam penyediaan sarana dan prasarana seperti : sumber listrik, sarana transportasi, dan daerah pemasaran. 5. 2. Sosial Ekonomi Kecamatan Ciampea terdapat 13 Desa diantaranya : Ciampea Udik, Cinangka, Cibuntu, Cicadas, Tegal Waru, Bojong Jengkol, Cihideung Udik, Ciheudeng Ilir, Cibanteng, Bojong Rangkas, Cibadak, Benteng, serta Ciampea. yang mayoritas
106
penduduknya berprofesi sebagai petani. Jumlah penduduk seluruhnya sebanyak 140.944 jiwa, dengan asumsi laki-laki 72.054 jiwa, perempuan 68.890 jiwa. Jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 34.002. dengan jumlah penduduk berdasarkan umur yang paling besar yaitu kelompok umur 20-24 tahun yaitu berjumlah 14.101 jiwa. 5. 3. Visi dan Misi Salah satu kegiatan budidaya tersebut terletak di kecamatan Ciampea dengan salah satu produk perikanan berupa ikan lele. Dari pembenihan, pembesaran sampai pemasaran, semua tersedia dengan mudah di wilayah ini. Pernyataan visi merupakan jawaban dari pertanyaan tentang apakah yang dinginkan usaha dalam jangka panjang sedangkan misi merupakan jawaban tentang apakah bisnis yang diusahakan. Dalam hal usaha pembesaran ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea kabupaten Bogor, para pembudidaya sendiri belum mempunyai visi dan misi secara jelas dan tertulis. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, diperoleh visi dan misi secara lisan bahwa visi para pembudidaya tersebut yaitu menjadi sentra ikan lele sangkuriang yang produktif dan menguntungkan serta misinya yaitu usaha pembesaran ikan lele sangkuriang di wilayah kecamatan Ciampea kabupaten Bogor. 5.4. Keadaan Teknis 5.4.1. Akses jalan dan transportasi Jalan yang tersedia di kecamatan Ciampea ini terdiri dari jalan desa, kabupaten serta jalan provinsi sehingga akses jalan begitu mudah untuk ke semua jalur yang dituju. Baik jalan desa, kabupaten maupun provinsi masih dalam keadaan yang maksimal yaitu dengan keadaan tanpa adanya lubang-lubang serta konstruksinya yang terbuat dari aspal maupun beton sampai ke jalan desa sekalipun. Akses jalan untuk menuju ke area usaha ini lancar dengan konstruksi yang terbuat dari aspal atau beton sehingga memudahkan dalam pengangkutannya. Oleh karena itu banyak permintaan yang berasal dari daerah sekitar seperti kecamatan Ciampea sendiri, kecamatan Dramaga, kota Jakarta,
107
maupun ke luar Jawa seperti kota Lampung. Hal ini dikarenakan akses jalan yang baik serta lebih dekat dengan daerah kota. 5.4.2. Sarana dan Prasarana a. Sumber air Sumber air merupakan media yang harus tersedia secara kontinyu agar proses kegiatan pembesaran dapat berjalan lancar. Usaha pembesaran ini mendapatkan sumber air melalui aliran sungai yang ada yang berasal dari sumber air tanah maupun sumber air yang jauh berasal dari pegunungan sekitar. Kualitas air pun menjadi lebih baik dan cocok untuk proses budidaya. b. Sarana transportasi Untuk memperlancar dalam memasarkan hasil pembesaran, peranan sarana transportasi mempunyai fungsi yang penting. Hal ini terkait dengan pengangkutan hasil produksi pembesaran ke konsumen. Dan bila ditinjau dari segi sarana transportasi, kecamatan Ciampea sangat strategis untuk pemasaran karena letaknya yang dilewati oleh jalan provinsi yang aksesnya dekat denga kota-kota di sekitarnya. c. Unit Pelaksana Teknis Perikanan Peranan dinas dalam hal ini Dinas Peternakan dan Perikanan dalam mengembangankan perikanan khususnya budidaya ikan lele sangat besar manfaatnya tapi hal ini belum terasa nyata di kecamatan Ciampea. Hal ini dikarenakan kekurang tahuan masyarakat khususnya pembudidaya akan adanya balai
unit
pelaksanaan
kurangnya/keterbatasan
teknis.
Keadaan
ini
dapat
dimaklumi
karena
pegawai dinas yang turun langsung ke lapangan
menemui petani. Padahal di kecamatan Ciampea sendiri terdapat 1 Balai Benih Ikan serta 2 Unit Pelaksana Teknis. Ketiga unit tersebut tersebar di beberapa desa yaitu desa Cihideung Udik, Tegal Waru dan salah satunya di luar kecamatan Ciampea sendiri tetapi bagian kerjanya di kecamtan Ciampea yaitu bertempat di kecamatan Laladon.
108
VI ANALISIS LINGKUNGAN PEMBUDIDAYA IKAN LELE SANGKURIANG KECAMATAN CIAMPEA BOGOR
Analisis lingkungan pembudidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea merupakan salah satu proses yang harus dilakukan dalam manajemen strategis yang bertujuan untuk mengidentifikasi lingkungan pembudidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea. Pada umumnya lingkungan pembudidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea terdiri dari lingkungan eksternal dan internal.
6.1.
Analisis Lingkungan Internal Identifikasi faktor internal perusahaan harus dilakukan seiring dengan
identifikasi faktor eksternal. Lingkungan internal memiliki kemampuan untuk merubah suatu perusahaan menjadi apa yang dicita-citakan oleh manajemen. Lingkungan internal merupakan proses pengidentifikasian terhadap faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan. Lingkungan analisis internal pembudidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea meliputi sumber daya manusia, produksi dan operasi, pemasaran serta keuangan. 6.1.1. Sumber Daya Manusia Orang atau keryawan merupakan bagian terpenting dalam usaha. Karyawan merupakan orang yang terlibat dalam pemberian jasa dan merupakan faktor intern yang memiliki peran cukup besar dalam mewujudkan jasa yang dikehendaki oleh konsumen. Penggunaan karyawan yang memiliki keahlian sesuai dengan yang dibutuhkan adalah sesuatu yang membantu peran keberhasilan usaha. Karyawan yang kurang memiliki keahlian akan memberikan efek kurang optimalnya produktifitas yang diinginkan. Para pembudidaya di kecamatan Ciampea yang menggunakan jasa karyawan biasanya hanya didasarkan pada pengalaman kerja, bahkan ada yang menggunakan yang belum berpengalaman sehingga pada proses produksinya sering tidak optimal. Jumlah karyawan yang digunakan adalah dua orang. Di pekarangan kolam budidaya disediakan pondokan untuk tempat berkumpul dan beristirahat, tempat ini disediakan untuk mempermudah para karyawan untuk menjaga serta melakukan kegiatan budidaya
109
lainnya. Sebelum melaksanakan proses budidaya, karyawan biasanya diberikan arahan dari pemilik untuk memperoleh hasil yang diharapakan. Motivasi kerja penting kaitannya dengan semangat kerja karyawan. Motivasi kerja ini biasa berupa insentif atau tambahan gaji di luar gaji pokok. Tapi di kalangan pembudidaya sendiri tidak menggunakan hal tersebut karena keterbatasan uang sebagai usaha kecil. Sehingga untuk insentif jangka panjang atau yang lebih besar dari itu tidak pernah dilakukan. 6.1.2 Produksi dan Operasi Budidaya ikan lele yang berada di kecamatan Ciampea menggunakan bermacam-macam jenis kolam seperti kolam tanah, terpal, semi permanen bahkan sampai kolam permanen, tapi rata-rata masih menggunakan kolam tanah. Luasan kolam pun bervariasi, ada yang luasnya 2 x 3 m, 4 x 3 m, 6 x 3 m. Pemberian pakan berupa pelet diberikan 2 kali sehari yaitu pagi sekitar jam 07.00 WIB dan sore sekitar jam 15.00 WIB. Proses pemanenan dilakukan sesuai permintaan, yaitu pagi atau sore. Hal ini dikarenakan suhu pada waktu pagi dan sore hari masih tergolong rendah sehingga ikan lele tersebut terhindar dari stres. Sarana dan prasarana yang tersedia di kolam-kolam budidaya ikan lele biasanya terdiri dari kolam-kolam budidaya, saung atau pondok, tempat penyimpanan pakan dan peralatan lain seperti jaring untuk panen, timba untuk wadah pemanenan ikan lele, seser atau sejenis jala untuk penyortiran ikan lele serta kelengkapan lainnya. Kecamatan Ciampea memiliki sumber air tanah yang baik dan menunjang keberhasilan ikan lele, begitu pula dengan ketersediaan benih yang berada di daerah itu sendiri. Ketersediaan tenaga kerja pun melimpah, walaupun keahlian mereka diragukan tapi dengan alasan faktor sosial maka pemilik dan karyawan tersebut dapat berbagi ilmu dan pengalaman. Pembudidaya ikan lele di kecamatan Ciampea memproduksi ikan lele sesuai dengan permintaan pasar. Apabila pasar menghendaki ukuran 9-10 ekor / kg, maka ikan lele yang mulai benih ukuran 4-6 cm akan segera di panen sekitar umur 2 bulan. Hal ini dikarenakan pasar memiliki kendali permintaan yang beragam sesuai dengan daerah yang meminta seperti dari daerah Bogor, Jakarta maupun Lampung. 6.1.3. Pemasaran
110
Produk yang dihasilkan pada usaha budidaya ikan lele di kecamatan Ciampea menjual produknya sesuai dengan kebutuhan pasar seperti ukuran yang dikehendaki olah pasar yang beraneka ragam sesuai dengan daerah penyalurannya masing-masing. Pembudidaya ikan lele di kecamatan Ciampea jarang melakukan promosi ke konsumen. Para konsumen biasanya datang untuk mencari ikan lele itu sendiri disesuaikan dengan kriteria yang dihendaki masing-masing. Ikan lele yang dihasilkan di kecamatan Ciampea memiliki kualitas yang baik hal ini terbukti dengan pembelian berulang oleh para konsumen distributor tersebut ke tempat yang sama. Hal itu dikarenakan ikan memiliki bobot tubuh yang dikehendaki, stamina yang baik, serta adanya sistem kekeluargaan dalam negosiasi harga. Lokasi budidaya di kecamatan Ciampea rata-rata dekat dengan jalan besar dan juga kecamatan Ciampea memiliki jalur jalan lintas provinsi sehingga untuk akses pengiriman produk ke Jakarta maupun ke luar Jawa sangatlah membantu. Harga yang diberikan pada produk ikan lele ukuran 8-10 ekor / kg adalah sekitar Rp 8.000,00-Rp 10.500,00 / kg. 6.1.4. Keuangan Pembudidaya ikan di kecamatan Ciampea membangun usaha budidaya ikan dengan menggunakan modal sendiri. Perkembangan modal usaha terus berjalan sesuai dengan pertumbuhan usahanya. Keseluruhan modal usaha di dapat dari kemampuan usaha tersebut menghasilkan laba untuk keberlanjutan usaha. Perkembangan usaha perikanan khususnya ikan lele bagi usaha kecil tergantung dari hasil usaha, sedangkan hasil usaha sendiri bergantung dengan cuaca dan iklim serta faktor faktor eksternal lainnya seperti harga bahan baku yang terus meningkat. Hal ini membuat para pembudidaya kesulitan untuk menambah modal usaha. Terkadang kerugian yang dihasilkan pun tidak dapat dihindarkan, baik karena kesalahan penanganan budidaya, pemanenan maupun cuaca dan iklim yang tidak bersahabat. Rata-rata jumlah modal awal yang digunakan adalah sekitar lima juta rupiah, sehingga untuk memulai usaha tersebut dibutuhkan perhitungan keuangan yang dapat dibuat secara estimasi atau perkiraan. Biaya tersebut seperti biaya benih, sewa lahan, pakan upah karyawan serta peralatan Kondisi keuangan untuk masing-masing pembudidaya ikan lele ini rata-rata memiliki kondisi yang kurang baik mengingat kondisi cuaca dan iklim yang
111
sangat berpengaruh terhadap komoditas agribisnis pada umumnya dan ikan lele pada khususnya,. Para pembudidaya mencatat keuangannya secara kasar, hal ini karena usaha mereka masih dapat dikatakan usaha kecil yang tidak terlalu fokus pada pencatatan transaksi secara detail. Secara keseluruhan usaha budidaya ikan lele mempunyai faktor-faktor kekuatan yang dapat digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dan masih mempunyai kelemahan yang harus diatasi perusahaan.
6.2. Analisis Lingkungan Eksternal Dalam analisis lingkungan eksternal dapat dicari apa saja yang menjadi peluang dan ancaman yang mungkin menjadi pertimbangan perusahan dalam menentukan strategi usaha ke depan. Analisis lingkungan eksternal ini dapat memberikan variabel-variabel kunci apa saja yang memberikan respon dan pengaruh terhadap kondisi di perikanan yaitu budidaya ikan lele di kecamatan Ciampea, serta mengetahui seberapa besar pengaruh dari variabel-variabel kunci tersebut berpengaruh dalam menunjang keberhasilan usaha. Dengan demikian pembudidaya
ikan
lele
di
kecamatan
Ciampea
diharapkan
mampu
mengidentifikasi serangkaian faktor strategis yang menjadi penentu dalam penyusunan strategi. Sedangkan analisis lingkungan eksternal pembudidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea meliputi analisis lingkungan di luar pembudidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea namun mempengaruhi keberadaan pembudidaya ikan lele sangkuriang secara langsung maupun tidak langsung yang meliputi ekonomi, politik, sosial budaya demografis lingkungan, politik pemerintahan dan hukum, teknologi serta kompetitif. 6.2.1 Ekonomi Perkembangan tingkat harga ikan lele menunjukan kondisi yang baik, hal itu ditandai dengan kenaikan harga produk yang biasanya ikan lele ukuran 8-10 ekor/ kg adalah Rp 8.000,00-Rp 10.500,00 . Tapi hal itu pun sejalan dengan kenaikan harga bahan baku pakan yang merupakan biaya terbesar dari proses budidaya ikan lele, hal ini dipengaruhi karena adanya beberapa kenaikan pada harga BBM ( bahan bakar minyak ) sebagai bahan bakar sarana transportasi serta bahan bakar industri pakan. Begitu pula dengan kenaikan TDL ( tekanan daya
112
listrik) yang mempengaruhi industri pabrikan pakan secara signifikan. Oleh sebab itu, harga pakan serta transportasinya menjadi mahal pula. Sehingga bila tidak diimbangi dengan kenaikan harga produk maka pembudidaya akan mengalami kerugian yang besar. 6.2.2. Sosial, Budaya, Demografis dan Lingkungan Adanya perubahan kebiasan masyarakat dalam mengkonsumsi ikan lele menjadi suatu yang menguntungkan bagi pembudidaya ikan lele. Masyarakat yang dulu cenderung tidak menyukai produk ikan lele, maka sekarang masyarak lebih memilih ikan lele sebagi salah satu sumber protein utamanya. Hal ini dikarenakan persepsi ikan lele yang dulu dibudidayakan dengan sembarangan atau kotor yaitu diberi makan dengan sisa sayuran yang telah busuk atau bangkai maka sekarang ikan lele telah dibudidayakan dengan bersih dan baik yaitu dengan pemberian pakan alami atau pakan buatan seperti pelet. Akhirnya dalam jangka waktu yang singkat, masyarakat dapat menilai produk ikanlele yang dihasilkan secara konvensional oleh pembudidaya ikan lele yang ada. Sehingga perkembangan selera masyarakat ini pun direspon positif oleh pembudidaya. Budaya masyarakat Jawa yang senang mengkonsumsi daging-dagingan pada acara kendurian atau acara-acara ritual lainya. Maka dalam acara ritual tertentu digunakanlah menu makanan untuk masyarakat dengan ikan lele. Hal ini menjadi peluang yang menguntungkan bagi usaha budidaya ikan lele dalam pengembangan usahanya. Keadaan alam kecamatan Ciampea yang menarik dengan banyaknya tempat tujuan wisata membuat jalan-jalan yang ada di Kecamatan ini menjadi lebih baik dari Kecamatan yang lainnya. Jalan yang menjadi penghubung antara Ibukota dan Bogor membuat aktifitas jalan menjadi rame. Sehingga kondisi jalan harus selalu baik. Oleh karena itu sarana transportasi menuju ke wilayah ini menjadi lancar dan nyaman. Ada peristiwa perubahan iklim yang ekstrim terhadap budidaya ikan lele. Begitu pula hama penyakit yang menyerang ikan lele ini. Pengaruh hama penyakit begitu besar efeknya pada produktifitas ikan lele yang dibudidayakan. Ikan lele yang terkena penyakit akan mengurangi kualitas produk yang dihasilkan. 6.2.3.
Politik, Pemerintahan dan Hukum
113
Peraturan pemerintah baik pemerintah pusat, daerah maupun instansi Dinas Peternakan dan Perikanan kota Bogor telah banyak membantu pengembangan budidaya perikanan khususnya ikan lele. Pemerintah kecamatan Ciampea yang membangun jalan sampai ke tempat budidaya dengan konstruksi jalan beton atau aspal. Hal ini untuk memudahkan akses transportasi pengangkutan pasokan maupun produk serta kemudahan dalam mendapat izin pembentukan kelompok
tani pada usaha perikanan. Untuk instansi Dinas
Peternakan dan Perikanan Bogor memberikan banyak program yang menunjang perkembangan usaha perikanan khususnya lele, yaitu seperti pelatihan-pelatihan keterampilan budidaya perikanan, bantuan obat-obatan gratis, pelayanan konsultasi perikanan, serta bantuan permodalan dengan bunga 0,8 persen/tahun. Kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah memperlihatkan konsistensi pemerintah dalam penarikan subsidi terhadap listrik dan bahan bakar minyak secara berkelanjutan. BBM merupakan sumber energi yang dipakai oleh sarana transportasi baik pemasok maupun ke konsumen. Masalah stabilitas keamanan di dalam negeri, membuat pengusaha-pengusaha perikanan seperti pemasok benih dan pakan menjadi khawatir akan keadaan ini. 6.2.4. Teknologi Teknologi perikanan yang potensial untuk diterapkan adalah pengelolaan pakan pada budidaya ikan lele. Pengelolaan pakan tersebut meliputi penggunaan pakan pelet dengan komposisi atau kandungan nutrisi yang telah teruji secara baik serta pemberian pakan yang dikelola sedememikian rupa dengan teratur sehingga pemberiannya efektif. Begitu pula dengan pemberian makanan tambahan dan vitamin. Teknologi dibidang infrastruktur bangunan kolam yang dapat disesuaikan dengan biaya dan lokasi seperti kolam terpal, semi permanen dan permanen. Dimana saluran pemasukan air dan pembuangan air dikelola secara intensif. Padat penebaran benih denagn benih ukuran 3-5 cm dapat ditebar dengan kepadatan 250-300 ekor/m2. Kesemua hal tersebut potensial untuk diterapkan dibudidaya ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea.
114
6.2.5. Kompetitif a. Persaingan Antar Perusahaan Di Bogor ada beberapa Kecematan yang dikenal sebagai sentra produksi ikan lele seperti kecamatan Parung, Mega Mendung dan Ciampea. Ketiga Kecamatan ini menyalurkan produksinya ke wilayah sendiri dan sekitar. Hal ini dikarenakan permintaan yang besar sedangkan jumlah produk yang kurang sehingga setiap pembudidaya yang membudidayakan ikan lele diambil sesuai dengan kualitas yang dihasilkan. Semakin baik hasilnya semakin tinggi pula harga yang diberikan. b. Potensi Masuknya Pesaing Baru Modal yang dibutuhkan untuk masuk dalam usaha budidaya ikan lele ini cukup terjangkau yaitu minimal sekitar Rp 5.000.000,- dengan kapasitas produksi sekitar 200kg-1000 kg per 3 bulan . Hal ini sangat memudahkan untuk masuknya pesaing baru dalam industri yang sama. Masuknya pesaing baru dalam industri ini tidak berpengaruh nyata karena adanya pasar yang luas dan terus berkembang. c. Potensi Pengembangan Produk Pengganti Komoditas substitusi untuk produk ikan lele
ini bermacam-macam
meliputi komoditas sektor peternakan seperti daging sapi, kambing, unggas, komoditas sektor pertanian seperti tahu, tempe serta dari sktor perikanan sendiri seperti perikanan laut yaitu tuna, cakalang, kerapu dan lain sebagainya sedangkan dari perikanan tawar sendiri seperti ikan bawal, nila, gurame. Semua produk tersebut memiliki pasarnya masing-masing. Produk ikan lele sangkuriang ini sendiri memiliki pasar yang cukup banyak seiring perkembangan industri rumah makan pecel lele. Tapi tidak menutup kemungkinan untuk adanya perubahan trend minat masyarakat ke produk pengganti lainnya yang lebih baik dan sesuai. d. Daya Tawar Pemasok Pembudidaya di kecamatan Ciampea biasa memasok bahan baku benih dari daerah sekitar seperti di kecamatana Ciampea sendiri maupun di kecamatan sekitar seperti kecamatan Pamijahan, dan apabila memang kondisi usaha benih di sekitar kecamatan Ciampea kritis baru pasokan barang diambil dari kecamatan lain seperti kecamatan Parung dan kecamatan Mega Mendung. Harga yang berlaku adalah harga pasar, harga yang berlaku pada saat itu yaitu harga sesuai
115
dengan keadaan produk agribisnis yang berpengaruh pada cuaca dan iklim serta harga bahan baku. Bahan baku selanjutnya berupa pakan pelet yang diambil pada toko pakan ternak di daerah sekitar. e. Daya Tawar Konsumen Para pembeli biasanya datang terlebih dahulu ke tempat budidaya untuk melihat perkembangan pertumbuhan ikan lele yang hendak dibeli. Para pembeli tersebut biasanya adalah distributor yang kembali menjual ikan lele tersebut ke daerah lain seperti Jakarta dan Lampung. Kualitas produk menjadi unsur pilihan yang terpenting untuk dijadikan acuan, karena kesehatan ikan lele
untuk
perjalanan jauh ditentukan juga oleh kulitas produk. Secara umum identifikasi faktor-faktor eksternal usaha ikan lele
di
kecamatan Ciampea memberikan gambaran peluang dan ancaman bagi pembudidaya. Dari hasil identifikasi maka dapat dibedakan faktor yang termasuk menjadi peluang yang harus direbut oleh pembudidaya dan faktor ancaman yang sebaiknya diatasi oleh pembudidaya.
116
VII PERUMUSAN STRATEGI PEMBUDIDAYA IKAN LELE SANGKURIANG KECAMATAN CIAMPEA BOGOR
7.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Internal Analisis lingkungan internal menghasilkan lima kekuatan dan enam kelemahan yang masing-masing harus ditanggapi dengan baik agar dapat memanfaatkan peluang dalam mengatasi ancaman. Sejumlah kekuatan dan kelemahan tersebut merupakan hasil analisis lingkungan internal pembudidaya ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea Bogor yang terdiri dari analisis faktor sumber daya manusia, produksi/operasi, pemasaran, dan keuangan. Faktor-faktor kekuatan pembudidaya ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea Bogor, antara lain seperti : 1) Proses produksi yang baik Proses produksi seperti pemilihan benih yang berkualitas, pemeliharaan berupa pemberian pakan teratur dan dengan dosis yang sesuai serta penanganan pengobatan secara tradisional yang efektif dan efisien. Begitu pula dengan Proses pemanenan dilakukan sesuai permintaan, yaitu pagi atau sore. Hal ini dikarenakan suhu pada waktu pagi dan sore hari masih tergolong rendah sehingga ikan lele tersebut terhindar dari stres. Kegiatan tersebut membuat proses produksi budidaya berjalan dengan baik. 2) Sarana dan prasarana yang memadai Sarana dan prasarana yang tersedia di kolam-kolam budidaya ikan lele biasanya terdiri dari kolam-kolam budidaya, saung atau pondok, tempat penyimpanan pakan dan peralatan lain seperti jaring untuk panen, timba untuk wadah pemanenan ikan lele, seser atau sejenis jala untuk penyortiran ikan lele serta kelengkapan lainnya. Budidaya ikan lele
yang berada di
kecamatan Ciampea menggunakan bermacam-macam jenis kolam seperti kolam tanah, terpal, semi permanen bahkan sampai kolam permanen, tapi rata-rata masih menggunakan kolam tanah. Luasan kolam pun bervariasi, ada yang luasnya 2 x 3 m, 4 x 3 m dan 6 x 3 m. Pemerintah kecamatan sendiri telah membangun sarana irigasi bagi pengaturan air sebagai pengairan
117
pertanian, perikanan maupun untuk kepentingan warga sehingga tidak terjadi penyalahgunaan air secara berlebihan. 3) Produk yang dihasilkan berkualitas Penampilan produk yang prima serta ukuran yang seragam merupakan indikator kualitas produk ikan lele. Pembudidaya ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea Bogor memiliki perhatian yang lebih terhadap ikan lele. Hal ini dikarenakan ikan lele terutama jenis sangkuriang lebih tahan terhadap penyakit dan perubahan cuaca yang ekstrim, sehingga dalam perawatannya ikan lele ini diberi makan secara teratur dengan dosis yang disesuaikan dengan pertumbuhannya yaitu pemberian pakan berupa pelet diberikan 2 kali sehari yaitu pagi sekitar jam 07.00 WIB dan sore sekitar jam 15.00 WIB. Penggunaan pakan pelet ini sering juga diselingi dengan pakan tambahan berupa sosis yang telah kadaluasa, dedaunan serta vitamin sehingga pertumbuhan ikan lele menjadi seragam dan terhindar dari sifat kanibalisme. 4) Harga sesuai dengan produk yang dihasilkan Pembudidaya ikan lele di kecamatan Ciampea memproduksi ikan lele sesuai dengan permintaan pasar. Hal ini dikarenakan pasar memiliki kendali permintaan yang beragam sesuai dengan daerah yang meminta seperti dari daerah sekitar, Jakarta maupun Lampung. Harga yang diberikan pada produk ikan lele ukuran 8-10 ekor / kg adalah sekitar Rp 8.000,00-Rp 10.500,00 / kg, sedangkan untuk ukuran yang lebih kecil dapat dinego untuk memastikan stamina ikan terhadap kondisi perjalanan baik jauh maupun dekat. 5) Lokasi yang strategis Jalan yang tersedia di kecamatan Ciampea ini terdiri dari jalan desa, kabupaten serta jalan propinsi sehingga akses jalan begitu mudah untuk ke semua jalur yang di tuju. Baik jalan desa, kabupaten maupun propinsi masih dalam keadaan yang maksimal yaitu dengan keadaan tanpa adanya lobanglubang serta konstruksinya yang terbuat dari aspal maupun beton sampai ke jalan desa sekalipun. Akses jalan untuk menuju ke area usaha ini lancar dengan konstruksi yang terbuat dari aspal atau beton sehingga memudahkan dalam pengangkutannya. Dan bila ditinjau dari segi sarana transportasi, kecamatan Ciampea sangat strategis untuk pemasaran karena letaknya yang
118
dilewati oleh jalan propinsi yang aksesnya dekat denga kota-kota di sekitarnya. Lokasi budidaya di kecamatan Ciampea rata-rata dekat dengan jalan besar dan juga kecamatan Ciampea memiliki jalur jalan lintas provinsi sehingga untuk akses pengiriman produk ke Jakarta maupun ke luar Jawa sangatlah membantu. Faktor-faktor kelemahan pembudidaya ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea Bogor, antara lain seperti : 1) Promosi yang kurang Pembudidaya ikan lele di kecamatan Ciampea jarang melakukan promosi ke konsumen.hal ini dikarenakan para pembudidaya menganggap promosi merupakan hal yang kurang penting dilakukan karena membutuhkan biaya lebih dari yang dianggarkan. Pembudidaya biasanya menunggu para pembeli yang hendak membeli. Karena tanpa promosi pun permintaan ikan lele terus saja datang dari berbagi pihak. 2) Kecukupan modal jangka pendek Pembudidaya ikan di kecamatan Ciampea membangun usaha budidaya ikan dengan menggunakan modal sendiri. Modal sendiri yang ada untuk usaha berjumlah tidak terlalu besar, yaitu hanya cukup untuk memulai usaha yang ada secara sederhana. Sehingga untuk kebutuhan yang berlebih, pembudidaya berusaha untuk mencari cara alternatif dalam menanganinya seperti apabila ikan lele terkena penyakit maka pembudidaya akan memberikan daun pepaya untuk pengobatan. Hal ini ternyata efektif dan efisien dalam menangani penyakit dan meminimumkan biaya pengobatan yang apabila membeli obatobatan di luar maka akan menambah biaya produksi. 3) Kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang Perkembangan modal usaha terus berjalan sesuai dengan pertumbuhan usahanya. Keseluruhan modal usaha di dapat dari kemampuan usaha tersebut menghasilkan laba untuk keberlanjutan usaha seterusnya. Perkembangan usaha perikanan khususnya ikan lele bagi usaha kecil tergantung dari hasil usaha, sedangkan hasil usaha sendiri bergantung dengan cuaca dan iklim serta faktor faktor eksternal lainnya seperti harga bahan baku yang terus meningkat. Hal ini membuat para pembudidaya kesulitan untuk menambah
119
modal usaha. Terkadang kerugian yang dihasilkan pun tidak dapat dihindarkan, baik karena kesalahan penanganan budidaya, pemanenan maupun cuaca dan iklim yang tidak bersahabat. 4) Persediaan bahan baku Ketersedian pakan buatan atau pellet menjadi penting dalam budidaya ikan terutama ikan lele. Ikan lele yang tergolong ikan rakus membutuhkan kekontinuan pakan secara berkelanjutan. Harga pakan yang mahal membuat ketersediaan menjadi sulit untuk dicapai. Hal ini karena pasokan modal yang ada terlalu sedikit untuk mencukupi hal ini. 5) Karyawan kurang terampil Para pembudidaya di kecamatan Ciampea yang menggunakan jasa karyawan biasanya hanya didasarkan pada pengalaman kerja, bahkan ada yang menggunakan yang belum berpengalaman sehingga pada proses produksinya sering tidak optimal. Jumlah karyawan yang digunakan biasanya kurang dari 10 orang. Karyawan yang kurang memiliki keahlian akan memberikan efek kurang optimalnya produktifitas yang diinginkan. Oleh karena itu pentingnya pengawasan dari pemilik usaha untuk selalu membimbing karyawannya dalam pekerjaannya. Sehingga karyawan akan selalu berhati hati dalam melakukan pekerjaannya. 6) Insentif karyawan Pembudidaya ikan lele di kecamtan Ciampea tidak menggunakan hal tersebut karena keterbatasan uang sebagai usaha kecil. Yang ada hanyalah pemberian uang rokok setiap selesai panen yaitu sebesar Rp 10.000,-/orang. Sehingga untuk insentif jangka panjang atau yang lebih besar dari itu tidak pernah dilakukan. Kekuatan dan kelemahan tersebut dapat dilihat secara ringkas dalam Tabel 7.
120
Tabel 7. Hasil Analisis Lingkungan Internal Indikator Sumber Daya Manusia Produksi/Operasi Pemasaran
Keuangan
Kekuatan
Kelemahan 1. Tenaga kerja kurang terampil 2. Kurangnya intensif karyawan 1. Persediaan bahan baku
1. Proses produksi yang baik 2. Sarana dan prasarana memadai 1. Produk yang dihasilkan 1. Promosi yang kurang berkualitas 2. Harga yang diberikan sesuai dengan produk yang dihasilkan 3. Lokasi yang strategis 1. Kecukupan modal jangka pendek 2. Kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang
Sumber : Data Primer
7.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman Eksternal Hasil analisis lingkungan eksternal adalah lima peluang yang dapat dimanfaatkan dan enam ancaman yang harus diatasi oleh pembudidaya ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea Bogor. Sejumlah peluang dan ancaman tersebut diperoleh dari hasil analisis terhadap faktor ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi serta kompetitif. Beberapa peluang pembudidaya ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea Bogor, antara lain seperti : 1) Adanya peraturan pemerintah dan dinas terkait Peraturan pemerintah baik pemerintah pusat, daerah maupun Instansi Dinas Peternakan dan Perikanan kota Bogor telah banyak membantu pengembangan budidaya perikanan khususnya ikan lele. Untuk pemerintah kecamatan Ciampea membangun jalan sampai ke tempat budidaya dengan konstruksi jalan beton atau aspal, hal ini untuk memudahkan akses transportasi pengangkutan pasokan maupun produk serta kemudahan dalam mendapat izin pembentukan kelompok tani pada usaha perikanan. Untuk instansi Dinas Peternakan dan Perikanan Bogor memberikan banyak program yang menunjang perkembangan usaha perikanan khususnya lele, yaitu seperti pelatihan-pelatihan keterampilan budidaya perikanan, bantuan obat-obatan gratis, pelayanan konsultasi perikanan, serta bantuan permodalan dengan bunga 0,8 persen. 2) Isu flu burung dan antraks
121
Sebagai penghasil sumber protein hewani, produk perikanan pada saat ini menjadi semakin marak karena dipandang aman dibanding dengan produk peternakan lainnya seperti unggas-unggasan yang baru saja marak terkena flu burung, begitu pula dengan sapi yang marak terkena penyakit antraks. Isu-isu tersebut berkembang di tengah asyarakat yang menginginkan pasokan sumber protein yang aman dan nyaman. Dengan adanya isu tersebut dan menyaksikan adanya korban sehingga mengalihkan konsumsi masyarakat ke ikan-ikanan. Hal ini menyebabkan pengenalan ikan lele terutama jenis sangkuriang menjadi terobosan yang menguntungkan. 3) Meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan lele Permintaan akan ikan lele terutama ikan lele sangkuriang banyak diminati yaitu karena selain sebagai sumber protein hewani yang aman untuk dikonsumsi, juga harganya yang terjangkau serta mudah dalam akses mendapatkan produknya. Hal ini ditandai dengan menjamurnya warung serta rumah makan berbahan baku utama ikan lele baik untuk di Bogor sendiri atau pun di daerah lainnya. 4) Peranan teknologi manajemen pakan Pengelolaan pakan tersebut meliputi penggunaan pakan pelet dengan komposisi atau kandungan nutrisi yang telah teruji secara baik serta pemberian pakan yang dikelola sedememikian rupa dengan teratur sehingga pemberiannya efektif. 5) Akses jalan dan transportasi Baik jalan desa, kabupaten maupun provinsi masih dalam keadaan yang maksimal yaitu dengan keadaan tanpa adanya lobang-lobang serta konstruksinya yang terbuat dari aspal maupun beton sampai ke jalan desa sekalipun. Akses jalan untuk menuju ke area usaha ini lancar dengan konstruksi yang terbuat dari aspal atau beton sehingga memudahkan dalam pengangkutannya. Oleh karena itu banyak permintaan yang berasal dari daerah sekitar seperti kecamatan Ciampea sendiri, kecamatan Dramaga, kota Jakarta, maupun ke luar Jawa seperti kota Lampung. Hal ini dikarenakan akses jalan yang baik serta lebih dekat dengan daerah kota.
122
Beberapa peluang pembudidaya ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea Bogor, antara lain seperti : 1) Kenaikan BBM dan TDL Dalam budidaya ikan lele BBM berperan seperti dalam bahan bakar untuk pengangkutan benih dan pakan dari produsen, sehingga kenaikan BBM menjadi ancaman dalam peningkatan biaya transportasi. Sedangkan TDL berperan dalam penerangan maupun hiburan yang ada di kolam produksi. Sama halnya dengan BBM, kenaikan TDL pun akan meningkatkan biaya produksi. 2) Harga pakan mahal Harga pakan buatan atau pelet menjadi biaya terbesar yang dikeluarkan pihak pembudidaya dalam biaya produksi. Pakan yang baik terdiri dari kandungan protein, lemak, abu, serta serat yang seimbang. Oleh karena terjadi kenaikan BBM dan TDL pada pemakaian skala besar maka produsen pakan buatan pun menaikan harga pakan. Hal ini mengancam kelangsungan usaha budidaya ikan lele. Oleh sebab itu, harga pakan serta transportasinya menjadi mahal pula. 3) Cuaca dan iklim Cuaca dan iklim di daerah Bogor kini sering berubah secara drastis. Perubahan cuaca dan iklim ini dipengaruhi oleh la nina yang berkepanjangan yang menyebabkan curah hujan begitu tingginya, diatas batas normal walaupun dalam musim panas sekalipun. 4) Hama dan penyakit Perubahan lingkungan yang ekstrim dapat mengancam kelangsungan usaha budidaya pembesaran ikan lele ini. Adanya cuaca dan iklim yang tidak dapat diprediksi serta fluktuasi suhu yang berubah dengan cepat dan ekstrim sering menyebabkan kegagalan pada proses budidayanya. Dengan perubahan ekstrim tersebut, ikan lele sangkuriang akan sering mengalami stres sehingga mudah terkena penyakit. 5) Pengaruh stabilitas politik dan keamanan Usaha budidaya pembesaran ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea dalam halnya politik dan keamanan memiliki dampak signifikan. Para
123
pembeli berpikir untuk dampak keamanan dalam pengambilan barang ke wilayah ini. Sehingga berpengaruh pada persediaan ikan lele sangkuriang di kolam-kolam budidaya. Yaitu ikan akan terlambat diambil dan pertumbuhan semakin besar. 6) Pengaruh produk substitusi Komoditas substitusi untuk produk ikan lele ini beraneka macam ragamnya meliputi komoditas sektor peternakan seperti daging sapi, kambing, unggas, komoditas sektor pertanian seperti tahu, tempe serta dari sktor perikanan sendiri seperti perikanan laut yaitu tuna, cakalang, kerapu dan lain sebagainya sedangkan dari perikanan tawar sendiri seperti ikan bawal, nila, gurame. Beraneka macam produk substitusi ini memberikan banyak pilihan bagi konsumen, sehingga akan membagi pilihan konsumen. Peluang dan ancaman tersebut dapat dilihat secara ringkas dalam Tabel 8. Tabel 8. Hasil Analisis Lingkungan Eksternal Indikator Ekonomi
Peluang
Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan
1.
Politik, Pemerintahan dan Hukum Teknologi Kompetitif
2. 3. 1.
Ancaman 1. Kenaikan BBM dan TDL 2. Harga pakan mahal Meningkatnya minat 1. Cuaca dan iklim masyarakat terhadap ikan lele 2. Hama dan penyakit Akses jalan dan transportasi Isu flu burung dan antraks Peraturan pemerintah dan 1. Stabilitas politik dan keamanan dinas terkait
1. Penerapan manejemen pakan 1. Pengaruh substitusi
adanya
produk
Sumber : Data Primer
7.3. Analisis Matriks IFE (Internal Factors Evaluation) Matriks IFE digunakan untuk mengetahui seberapa besar peranan faktorfaktor internal yang terdapat pada perusahaan. Matriks IFE disusun berdasarkan hasil identifikasi dari kondisi internal usaha budidaya ikan lele di kecamatan Ciampea berupa kekuatan dan kelemahan yang selanjutnya akan dihitung dengan rating dan pembobotan. Analisis matriks IFE menghasilkan lima kekuatan dan enam kelemahan internal pembudidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan Ciampea Bogor. Kekuatan tersebut antara lain proses produksi yang baik, sarana dan prasarana
124
memadai, produk yang dihasilkan berkualitas, harga yang diberikan sesuai dengan produk yang dihasilkan serta lokasi yang strategis. Sedangkan enam kelemahannya seperti tenaga kerja kurang terampil, kurangnya insentif karyawan, promosi yang kurang, kecukupan modal jangka pendek, kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang serta persediaan bahan baku. Pembobotan yang dilakukan terhadap indikator kekuatan dan kelemahan dilakukan dengan metode perbandingan berpasangan (paired comparison). Penilaian bobot dan rating untuk faktor internal dijelaskan di Lampiran 4 dan Lampiran 5. Hasil pengolahan matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 9. Berdasarkan matriks IFE pada Tabel 9 diperoleh total skor bobot sebesar 2,755. Nilai ini mengindikasikan bahwa usaha budidaya ikan lele di kecamatan Ciampea berada pada posisi diatas rata-rata yang berarti pembudidaya memiliki posisi internal yang kuat. Hal ini menunjukkan pembudidaya memiliki kekuatan yang besar dan mampu mengatasi kelemahan usahanya. Tabel 9. Matriks IFE (Internal Factors Evaluation) usaha budidaya ikan lele di kecamatan Ciampea Faktor Internal Kunci
Bobot
Kekuatan 1. Produk yang dihasilkan berkualitas
0,077 0,091
2. Lokasi yang strategis 3. Harga sesuai dengan produk yang dihasilkan 4. Sarana dan parasarana yang memadai
0,095 0,091 0,091
5. Proses produksi yang baik
Rating
Nilai Tertimbang 4 4 4 3 4
0,309 0,363 0,381 0,272 0,363
Kelemahan 1. Promosi yang kurang
0,045 0,118
2. Kecukupan modal jangka pendek 3. Kemampuan
usaha
menghasilkan
jangka panjang 4. Persediaan bahan baku 5. Karyawan kurang terampil
modal
0,127
1 2 2
0,045 0,236 0,254
0,105 0,105 0,055
2 2 2
0,209 0,209 0,109
6. Insentif karyawan Total
2,755
Sumber : Data Primer
Analisis Matriks IFE menunjukan faktor strategis internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan pembudidaya ikan lele sangkuriang di kecamatan
125
Ciampea Bogor. Bobot faktor harga yang diberikan sesuai dengan produk yang dihasilkan memperoleh bobot yang tertinggi sebesar 0,095 mengindikasikan bahwa faktor ini merupakan kekuatan utama usaha budidaya ikan lele
di
kecamatan Ciampea. Kelemahan utama yang dimiliki usaha budidaya ikan lele di kecamatan Ciampea adalah kemampuan usaha tersebut menghasilkan modal jangka panjang dengan peringkat 0,127 dan skor bobot tertinggi pada faktor kelemahan yaitu 0,254. Hal ini menyebabkan penekanan-penekanan biaya produksi. Kelemahan kedua adalah faktor kecukupan modal jangka pendek dengan skor bobot 0,118. 7.4. Analisis Matriks EFE (External Factors Evaluation) Hasil analisis lingkungan eksternal adalah lima peluang yang dapat dimanfaatkan dan enam ancaman yang harus diatasi oleh pembudidaya ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea Bogor. Lima peluang yang dihasilkan antara lain meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan lele, akses jalan dan transportasi, isu flu burung dan antraks, peraturan pemerintah dan dinas terkait serta penerapan manejemen pakan. Sedangkan kenaikan BBM dan TDL, harga pakan mahal, cuaca dan iklim, hama dan penyakit, stabilitas politik dan keamanan serta pengaruh adanya produk substitusi merupakan ancaman-ancaman dari lingkungan eksternal pembudidaya ikan lele sangkuriang kecamatan Ciampea Bogor yang harus diatasi. Penilaian bobot dan rating untuk faktor eksternal dijelaskan di Lampiran 4 dan Lampiran 5. Hasil pengolahan matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 12. Setelah
melakukan
penentuan
faktor-faktor
eksternal,
dilakukan
pembobotan dari masing-masing variabel eksternal. Nilai pembobotan yang digunakan pada matriks EFE merupakan hasil rata-rata dari dua responden yang dipilih. Pemberian peringkat (rating) dilakukan oleh responden yang sama dan merupakan nilai rata-rata dari lima responden dengan memasukkan hasil identifikasi peluang dan ancaman sebagai faktor eksternal, kemudian diberi bobot dan peringkat maka diperoleh hasil pada Tabel 10. Hasil keseluruhan perhitungan faktor strategis eksternal menghasilkan skor sebesar 2,470 mengindikasikan bahwa usaha budidaya ikan lele di kecamatan Ciampea merespon kurang baik peluang dan ancaman yang ada dalam
126
industrinya. Dengan kata lain, strategi perusahaan secara efektif kurang mampu menarik keuntungan dari peluang yang ada dan meminimalkan pengaruh negatif potensial dari ancaman eskternal. Tabel 10. Matriks EFE (External Factors Evaluation) Faktor Eksternal Kunci
Bobot
Peluang 1. Adanya peraturan pemerintah atau dinas terkait setempat 2. Isu flu burung dan antraks 3. Meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan lele 4. Peranan teknologi manajemen pakan 5. Akses jalan dan transportasi
Ancaman 1. Pengaruh stabilitas politik dan keamanan 2. Harga pakan mahal 3. Kenaikan BBM dan TDL 4. Pengaruh produk substitusi 5. Hama dan penyakit 6. Cuaca dan iklim
Rating
Nilai Tertimbang
0,103 0,101 0,112
3,5 3 4
0,360 0,302 0,449
0,067 0,094
3 3,5
0,199 0,328
0,064 0,124 0,099 0,048 0,092 0,096
2 1 2 2 1,5 1,5
Total
0,128 0,123 0,197 0,096 0,137 0,144 2,470
Sumber : Data Primer Hasil evaluasi matrik EFE, pada faktor peluang terlihat bahwa meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan lele memperoleh bobot tertinggi sebesar 0,112 dan diperlihatkan skor peringkat 4 mengindikasikan bahwa faktor ini direspon sangat baik oleh pembudidaya ikan lele di kecamatan Ciampea. Dengan adanya peluang ini, maka perlunya peningkatan produktifitas ikan lele khususnya jenis sangkuriang. Hasil identifikasi faktor eksternal berupa ancaman bagi pembudidaya yaitu harga bahan baku seperti pakan ikan yaitu pelet memperoleh bobot tertinggi yaitu 0,124. Hal ini sangat menjadi perhatian pembudidaya, mengingat pakan merupakan biaya terbesar dalam budidaya. Sedangkan faktor perekonomian nasional juga yang menyebabkan kenaikan biaya produksi.
127
7.5. Analisis Matriks IE Analisis matriks IE dilakuka untuk mempertajam analisis yang telah dilakukan dengan matriks IFE dan EFE. Hasil matriks IFE dan EFE berupa total nilai tertimbang IFE di petakan ke dalam matriks IE. Total nilai tertimbang IFE dipetakan pada sumbu x, sedangkan total nilai tertimbang EFE dipetakan pada sumbu y.
S K O R B O B O T T O T A L E F E
Kuat 3,0 - 4,0 4,0 Tinggi 3,0 – 4,0
SKOR BOBOT TOTAL IFE Sedang 2,0 - 2,99 2,755 3,0 2,0 II
III
Grow and Build
Grow and Build
Hold and Maintain
IV
V
VI
Grow and Build
Hold and Maintain
Harvest or Divest
VII
VIII
IX
Harvest or Divest
Harvest or Divest
Sedang 2,0 – 2,99 2,0
1,0
1,0
I
3,0
Rendah 1,0 – 1,99
Lemah 1,0 - 1,99
Hold and Maintain
Gambar 5. Matriks Internal-Eksternal (IE) Usaha Budidaya Ikan Lele Di Kecamatan Ciampea Sumber : Data Primer
Berdasarkan analisis faktor internal menggunakan matriks IFE, diperoleh skor bobot total pada sumbu x sebesar 2,755 dan sumbu y yang merupakan faktor eksternal dengan menggunakan matriks EFE, diperoleh skor bobot total sebesar 2,470. Hasil ini menempatkan usaha budidaya ikan lele di kecamatan Ciampea pada sel V dalam matriks IE yang dapat dilihat pada Gambar 5. Posisi tersebut mencerminkan bahwa perusahaan berada dalam posisi strategi pertahankan dan pelihara, dimana strategi-strategi yang dapat dilakukan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.
128
7.6. Analisis Matriks SWOT Dengan
mencocokan
faktor-faktor
kunci Internal (kekuatan
dan
kelemahan) serta faktor-faktor kunci eksternal (peluang dan ancaman) merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan startegi yang layak. Strategi yang dihasilkan pada matriks IE hanya secara umum tanpa adanya implementasi yang lebih fokus pada tingkat perusahaan. Oleh karena itu, matriks IE dilengkapi oleh matriks SWOT. Matriks SWOT merupakan langkah-langkah konkrit yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan berdasarkan pengembangan dari matriks IE. Tujuan matriks SWOT adalah untuk menghasilkan alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh perusahaan dengan cara memindahkan hasil analisis data matriks IFE dan EFE ke dalam matriks SWOT. Empat tipe strategi yang disarankan yaitu Strategi SO (Strengths-Opportunities), Strategi WO (Weakness-Oppurtunities), Strategi ST (Strengths-Threaths), Strategi WT (Weakness-Threaths). Dimana startegi SO berarti menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, startegi WO berarti mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang, startegi ST berarti menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman, dan strategi WT berarti minimalkan kelemahan dan hindari ancaman. Perumusan masing-masing startegi mengacu pada hasil posisi yang didapat pada matriks IE yaitu jaga dan pertahankan dengan strategi umum untuk penetrasi pasar dan pengembangan produk. Hasil analisis matriks SWOT dapat dilihat pada Gambar 6. Berdasarkan analisis matriks SWOT dapat dirumuskan empat alternatif strategi yang terdiri dari : a)
Strategi S-O (Strengths-Opportunities) : peningkatkan produksi dengan menambah area budidaya. Strategi ini menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluangpeluang eksternal agar memperoleh keuntungan. Alternatif yang dapat dilakukan pada strategi S-O, yaitu peningkatkan produksi dengan menambah area budidaya dan jumlah penebaran benih (S1, S2, S3, S4, S5, O1, O2, O3, O4, O5). Peningkatan volume produksi penting dilakukan mengingat meningkatnya pula minat masyarakat terhadap produk ini. Dengan memiliki lokasi strategis,
129
sarana dan prasarana memadai serta proses produksi yang baik akan dapat semakin meningkatkan kekuatan volume produksi. Ditambah dengan adannya bantuan dari pemerintah daerah serta Dinas Peternakan Dan Perikanan setempat serta peran teknologi pakan dan akses jalan yang baik membuat semakin kuatnya potensi peningkatan volume produksi ini. Oleh karena itu dengan menambah area budidaya dan penebaran benih diharapkan volume produksi akan meningkat pula. Menambah area budidaya seperti dengan menambah luasan kolam yang digunakan baik memakai kolam terpal maupun kolam tanah. Hal ini berperan dalam meningkatkan jumlah produktifitas ikan lele yang cepat berkembang di kolam-kolam tersebut. penambahan ini hendaknya dilakukan secara bertahap menyusaikan dengan pendapatan yang didapat sehingga keberlajutan usaha akan berjalan dengan lancar. Begitu pula dengan benih, penambahan benih penting dilakukan untuk meningkatkan padat
tebar
iakan di kolam-kolam tersebut. dengan
penambahan benih ikan otomatis bertambah pula jumlah produksi ikan lele saat panen. Kedua hal ini harus bebarengan seiring berjalan, karena jika penambahan luasan kolam tidak dibarengi dengan penambahan benih maka usaha tersebut tidak akan berjalan secara efisien. Oleh karena itu penggunaan alokasi pendapatan untuk keberlanjutan usaha diperlukan guna menunjang tujuan yang hendak dicapai. b) Strategi W-O (Weakness-Oppurtunities) : pemanfaatan bantuan dari pemerintahan dan dinas terkait
sebagai penyampai informasi antara
pemerintah, masyarakat dan pembudidaya dalam promosi, pinjaman lunak, serta pelatihan pembudidaya. Strategi W-O ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan
peluang
eksternal
pemerintahan dan dinas terkait
yaitu:
pemanfaatan
bantuan
dari
sebagai penyampai informasi antara
pemerintah, masyarakat dan pembudidaya dalam promosi, pinjaman lunak, serta pelatihan pembudidaya (W1, W2, W3, W4, W5, O1, O2, O3, O4, O5). Promosi yang kurang, masalah permodalan, kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang serta kurangnya keterampilan karyawan dapat diatasi
130
dengan adanya bantuan pemerintah dan dinas terkait baik mengenai permodalan,
jalur pameran maupun pelatihan-pelatihan keterampilan
khususnya perikanan yang sering dan rutin diadakan. Memaksimalkan peran pemerintah dan dinas terkait diperlukan guna menunjang tujuan yang hendak dicapai. Pemerintah seperti halnya kantor Kecamatan Ciampea mendukung adanya keberadaan usaha agribisnis terutama usaha budidaya ikan lele sangkuriang. Dengan berkoordinasi dengan pemerintahan setempat diharapakan akan adanya bantuan yang mungkin ada untuk keberlanjutan usaha baik seperti pinjaman lunak atau bahkan hibah. Begitu pula dengan dinas terkait seperti Dinas Peternakan dan Perikan kecamatan Ciampea yang bersedia membantu penuh akan berjalan bahkan pengembangan usaha budidaya ikan lele dengan serius. Hal ini seperti diungkapkan oleh kepala UPT Disnakan Kecamatan Ciampea yang bersedia membantu penyuluhan pembudidaya jika ada keluhan terhadap usaha yang dijalani. Baik seperti hama dan penyakit yang menyerang ikan, maka dinas akan memberikan obat-obatan secara gratis dan penjelasan yang terperinci mengenai pengguanan obat-obatan tersebut. Begitu pula dengan masalah kekurangan permodalan yang sering dihadapi oleh pembudidaya, maka dinas setempat bekerjasa dengan dinas povinsi, pusat dan Bank setempat akan berkordinasi untuk memberikan pinjaman modal lunak tanpa agunan terhadap pembudidaya dengan ketentuan bunga 0,8 persen. Sehingga diharapkan pembudidaya tidak terjebak lagi dengan adanya keberadaan tengkulaktengkulak nakal yang berkeliaran dan merugikan pembudidaya sendiri. Mengenai kurangnya keterampilan karyawan ,maka
dinas sendiri sering
melakukan pelatihan-pelatihan keterampilan tambahan sesuai dengan keberadaan usaha yang dijalani masing-masing. Dengan jadual dan pemberitahuan yang ada di dinas setempat maka pembudidaya akan lebih mudah berkoordinasi dengan aparat pemerintah tersebut. pelatihan tersebut dilakukan secara gratis tanpa dipungut biaya dan hanya diperlukan waktu yang relatif singkat untuk dapat memahaminya secara efektif. Jadualnya pun dipisah tergantung dengan keanekaragaman komoditas perikan yang ada dan perlu diperhatikan secara baik. Dinas terkait
131
setempat pun dapat membantu untuk melakukan promosi produk ke berbagai konsumen besar yang ada baik lokal maupun luar daerah. Atau para pembudidaya bisa juga untuk memamerkan hasil produknya dalam pameran berskala lokal maupun nasional yang sering diadakan oleh Dinas Pertanian atau Dinas Peternakan dan Perikanan. Dengan adanya pameran-pameran hasil produksi yang berkualitas maka diharapkan jumlah konsumen yang bertransaksi pun akan meningkat begitu pula dengan harga jual yang didapat dapat menguntungkan pembudidaya itu sendiri. c)
Strategi S-T (Strengths-Threaths) : pertahankan kualitas produk dengan menjaga proses produksi yang baik, kualitas produk, akses jalan, sarana dan prasarana yang menunjang serta keamanan sekitar. Strategi ini menggunakan kekuatan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal. Terdapat satu alternatif yang dapat dilakukan pada strategi S-T, yaitu: pertahankan kualitas produk dengan menjaga proses produksi yang baik, kualitas produk, akses jalan, sarana dan prasarana yang menunjang serta keamanan sekitar. (S1,S2, S3, S4, S5, T1, T2, T3, T4, T5, T6). Dengan memiliki produk yang berkualitas maka produk tersebut dapat bertahan bahkan bersaing di tengah-tengah pengaruh politik, ekonomi, keamanan serta cuaca dan iklim yang tidak kondusif ini. Sehingga harga yang ditawarkan pun akan meningkat bersamaan dengan isu pengaruh-pengaruh tersebut. produk yang berkualitas merupakan jaminan terhadap keberlanjutan permintaan konsumen terhadap produk ikan lele ini, oleh karena itu dengan cara menerapakan SOP atau Standar Operasi Produksi yang baku maka diharapkan karyawan akan mematuhinya secara konsisten dan terus menerus. Mempertahankan kualitas produk tidaklah segampang yang dibayangkan, perlunya pengwasan yang ketat dari pemilik usaha untuk selalu dapat menangani dengan cepat masalah yang mungkin akan terjadi. Seperti jika terjadi penyakit yang menyerang secara mendadak atau terjadi stres pada ikan akibat perubahan cuaca dan iklim yang ekstrim maka dengan adanya peran pemilik usaha maka dapat diambil keputusan baik untuk berkoordinasi dengan dinas atau menanganinya sendiri dengan pengobatan alternatif.
132
Apalagi di tengah cuaca dan iklim yang sulit diprediksi maka pengawasan secra
intensif
penting
untuk
selalu
memantau
pertumbuhan
dan
perkembangan ikan yang baik Tanpa adanya pengawasan yang dilakukan oleh pihak pemilik usaha maka karyawan akan mudah untuk bertindak ceroboh atau curang. Hal ini tidak dapat dipungkiri sering terjadi pada usaha yang baru berkembang. Dengan adanya pengawasan yang rutin dan kontinue maka hubungan keterikatan dan keamanan antara pemilik dan karyawan akan terus meningkat dan berlanjut. Begitu pula dengan adanya
akses jalan, sarana dan prasarana yang
memadai harus dimaksimalkan guna menunjang kelancaran transportasi atau pengangkutan baik bahan baku maupun hasil produksi dari lokasi bididaya ke lokasi
pemasaran
konsumen.
Sehingga
dapat
meminimalisir
biaya
pengangkutan yang ada apabila sarana transportasi jalan yang ada itu rusak. Begitu pula dengan keamanan sekitar yang dapat menjadi ancaman bagi kelangsungan usaha budidaya ikan lele sangkuriang. Sehingga perlu diadakannya pengamanan yang intensif seperti dengan membangun pagar tinggi, pemberian penerangan di kolam-kolam budidaya saat gelap dan penjagaan terhadap alat-alat serta sarana produksi. Hal tersebut ntuk menghndari pencurian maupun pengrusakan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang berniat jahat. d) Strategi W-T (Weakness-Threaths) : pengusahaan pakan alternatif yang bagus, lebih murah dan berkelanjutan serta menjalin kerja sama dengan penyedia bahan baku tersebut. Strategi ini merupakan taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Terdapat satu alternatif yang dapat dilakukan pada strategi W-T, yaitu: mengusahakan pakan alternatif yang bagus, lebih murah dan berkelanjutan serta menjalin kerja sama dengan penyedia bahan baku tersebut (W1, W2, W3, W4, W5, T1,T2,T3, T4, T5). Dengan
adanya
pengusahaan
pakan
alternatif
maka
diharapkan
keberadaannya akan mengurangi beban biaya yang besar sehingga pemakaian modal akan semakin hemat serta persediaan bahan baku aka menjadi
133
terjamin. Pakan alternatif yang dimungkinkan untuk digunakan secara berkepanjangan yaitu pakan alami seperti tumbuhan air matalele, atau daun keladi dan daun pepaya. Untuk memberikan asupan nutrisi seperti sumber protein maka pihak pembudidaya dapat bekerjasama dengan pabrik sosis untuk membeli sosis yang tidak layak konsumsi oleh manusia tapi layak konsumsi oleh hewan terutama ikan lele. Produk sosis ini biasanya sudah kadaluasa akan tetapi masih dalam kondisi yang prima tanpa adanya jamur. Oleh sebab itu masih berkenan untuk dikonsumsi oleh ikan lele. Dengan adanya kerjasama denga pihak pabrik maka pembudidaya akan menghemat banyak biaya pakan maupun masalah keberlanjutan persediaan pakan tersebut. Atau dapat pula digunakan pakan alternatif sumber protein dari buangan ikan atau bagian ikan yang tidak dipakai di tempat pelelangan ikan atau pasar ikan terdekat. Ikan lele yang rakus dalam hal makanan ini tidak terlalu memilih-milih makanan yang dimakannya, oleh sebab itu pemberian pakan alternatif ini dapat dilakukan dengan baik dan kontinue. Pemberian vitamin pun dalam hal tambahan konsumsi pakan ikan lele ini begitu penting utnuk daya tahan tubuh serta tambahan nafsu makannya agar selalu aktif dalam proses metabolisme pencernaannya.
134
Internal
Eksternal
PELUANG (Opportunities-O) 1. Adanya peraturan pemerintah atau dinas terkait setempat 2. Produktifitas perikanan 3. Meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan lele 4. Peranan teknologi manajemen pakan 5. Akses jalan dan transportasi
KEKUATAN ( Strengths-S) 1. Produk yang dihasilkan berkualitas 2. Lokasi yang strategis 3. Harga yang diberikan sesuai dengan produk yang dihasilkan 4. Sarana dan parasarana yang memadai 5. Proses produksi yang baik
STRATEGI-SO peningkatkan produksi dengan menambah area budidaya (S1, S2, S3, S4, S5, O1, O2, O3, O4, O5)
ANCAMAN (Threats-T)
STRATEGI-ST
1. Pengaruh stabilitas politik dan keamanan 2. Harga pakan mahal 3. Kenaikan BBM dan TDL 4. Pengaruh produk substitusi 5. Hama dan penyakit 6. Cuaca dan iklim
pertahankan kualitas produk dengan menjaga kualitas dan keamanan sekitar (S1,S2, S3, S4, S5, T1, T2, T3, T4, T5, T6)
KELEMAHAN (Weekness W) 1. Promosi yang kurang 2. Kecukupan modal jangka pendek 3. Kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang 4. Persediaan bahan baku 5. Karyawan kurang terampil 6. Insentif karyawan STRATEGI –WO pemanfaatan bantuan dari pemerintahan dan dinas terkait sebagai penyampai informasi antara pemerintah, masyarakat dan pembudidaya dalam promosi, pinjaman lunak, serta pelatihan pembudidaya(W1, W2, W3, W4, W5, O1, O2, O3, O4, O5) STRATEGI-WT pengusahaan pakan alternatif yang bagus, lebih murah dan berkelanjutan serta menjalin kerja sama dengan penyedia bahan baku tersebut (W1, W2, W3, W4, W5, T1,T2,T3, T4, T5)
Gambar 6. Matriks SWOT Usaha Budidaya Ikan Lele Di Kecamatan Ciampea Sumber : Data Primer
7.7. Analisis Matriks QSP (Quantitative Strategic Planning) Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi melalui tahapan pencocokan, yaitu dengan menggunakan matriks SWOT, maka tahap akhir dari analisis strategi adalah pemilihan strategi terbaik. Alat analisis yang digunakan pada tahap pengambilan keputusan adalah dengan menggunakan analisis QSPM. Teknik ini menggunakan input dari analisis tahapan masukan dan hasil pencocokan dari
135
analisis tahap pemanduan untuk menentukan secara objektif diantara alternatif strategi. Secara konsep, QSPM menentukan daya tarik relative dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor strategis internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Nilai AS (Attractiveness Score) menunjukkan daya tarik masing-masing strategi terhadap faktor kunci internal dan eksternal perusahaan. Nilai AS diperoleh melalui kuisioner yang ditujukan kepada responden. Nilai TAS ( Total Attractiveness Score) dari masing-masing responden diperoleh dari hasil perkalian bobot rata-rata dan nilai AS dari setiap faktor kunci strategis. Semakin tinggi TAS maka semakin menarik alternatif strategi tersebut sebagai prioritas strategi untuk dilaksanakan usaha budidaya ikan lele
di
kecamatan Ciampea. Kemudian dilanjutkan perhitungan nilai STAS (Sum Total Attractiveness Score) dari masing-masing responden dengan cara menjumlahkan seluruh TAS dari masing-masing faktor internal dan eksternal perusahaan. Secara rinci perhitungan QSPM dapat dilihat pada Lampiran 10. Berdasarkan pengolahan QSPM, diperoleh prioritas strategi yang dapat dijalankan usaha budidaya ikan lele
di kecamatan Ciampea berdasarkan
penjumlahan TAS terbesar. Prioritas strategi yang dapat dilakukan adalah menigkatkan produksi produk dengan nilai STAS tertinggi yaitu sebesar 6,843. Secara keseluruhan, prioritas strategi untuk pengembangan usaha usaha budidaya ikan lele di kecamatan Ciampea adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan produksi dengan menambah area budidaya (total nilai Daya Tarik sebesar 6,884). 2. Memanfaatkan bantuan dari pemerintahan dan dinas terkait sebagai penyampai informasi antara pemerintah, masyarakat dan pembudidaya dalam promosi, pinjaman lunak, serta pelatihan pembudidaya (total nilai Daya Tarik sebesar 6,213). 3. Mempertahankan kualitas produk (total nilai Daya Tarik sebesar 6,348). 4. Mengusahakan pakan alternatif serta bekerjasama dengan penyedia bahan baku (total nilai Daya Tarik sebesar 5,926). Untuk menjalankan prioritas strategi meningkatkanproduksi dengan menambah
area
budidaya
maka
diperlukan
program-program
dalam
136
merealisasikannya. Salah satunya yaitu dengan membeli atau menyewa tanah yang berisi kolam-kolam budidaya produksi. Pembelian atau penyewaan kolamkolam budidaya ini dilakukan menyesuaikan dengan kemampuan modal yang dimiliki. Jika mempunyai modal yang berlebih maka pembelian tanah merupakan pilihan yang baik. Hal ini dikarenakan tanah yang berisi kolam-kolam dapat dijadikan aset jangka panjang. Tapi jika memiliki keterbatasan modal maka perlu menyewa kolam-kolam tersebut sebagai langkah awal. Dalam teknis budidaya yang digunakan pun perlu menerapkan teknologi budidaya berupa konstruksi kolam yaitu terpal, semi permanen dam permanen. Untuk modal dalam skala kecil dapat digunakan kolam terpal yang memiliki jangka waktu ekonomis yang singkat yaitu dua tahun. Sedangkan jika memiliki modal berlebih maka perlu dibangun kolam semi permanen dengan asumsi dasar tanah untuk penumbuhan pakan alami ikan lele dan kolam permanen untuk budidaya intensif berskala besar. Begitu pula dengan teknologi yang lainnya seperti padat tebar yang tinggi, penggunaan pakan buatan yang terjadual dengan tepat, pemberian vitamin, saluran masuk dan keluar air yang modern serta sirkulasi air yang baik. Dengan penambahan luasan area budidaya, maka mjumlah penebaran benih pun harus ditingkatkan. Dengan jumlah padat tebar 250-300 ekor/m2 untuk ukuran benih 4-6 cm. Penambahan benih ikan lele untuk penebaran di luasan area budidaya baru, mesti memperhatikan kondisi lingkungan tersebut. Perlakuan penyusaian tersebut biasa disebut dengan aklimatisasi benih. Hal tersebut dilakukan agar benih tidak terkejut dengan perubahan suasana dari kolam pembenihan ke kolam pembesaran yang baru. Pengguanaan karyawan terampil dalam proses budidaya merupakan salah satu yang dibutuhkan untuk meningkatkan produksi. Karyawan yang terampil akan meminimalisir kesalahan kerja dalam proses budidaya pembesaran ikan lele sangkuriang. Pengrekrutan dapat dilakukan dengan menggunakan masyarakat sekitar. Dengan menggunakan karyawan terampil dari daerah sekitar, maka diharapkan akan meminimalisir biaya transportasi dan biaya pengawasan ke lokasi budidaya. Kehadiran warga sekitar sebagai karyawan memberikan kesan baik
137
pada usaha yang dijalankan. Hal tersebut dikarenakan adanya efek positif pada masyarakat sekitar. Modal menjadi landasan untuk mengembangkan suatu usaha. Adanya keterbatasan modal yang dimiliki harus disikapi dengan cermat. Peminjaman bantuan modal dengan bunga rendah atau dapat dikatakan sebagai pinjaman lunak, menjadi pilihan yang tepat. Usaha mencari pinjaman dapat dilakukan dengan memanfaatkan peran pemerintah seperti dinas tekait yang dapat memberikan pinjaman lunak pada pembudidaya, sehingga diharapkan dengan adanya pinjaman lunak dari dinas terkait maka peran kerja pembudidaya akan meningkat. Begitu pula dengan program kerja pengembangan usaha pembesaran ikan lele akan segera terealisasi dengan perencanaan yang tepat.
138
DAFTAR PUSTAKA [Disnakan] Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2004a. Laporan Tahunan Tahun 2004. Bogor : Disnakan. David FR. 2004. Manajemen Strategis Konsep. Sindoro A, penerjemah; Jakarta : PT Indeks. Terjemahan dari : Concepts Of Strategic Management. Hasibuan, A H. 2008. Analisis Formulasi Strategi Pengembangan Bisnis Ikan Hias Koi Pada CV Ayunawa Freshwater Fish Farm Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. http://id.wikipedia.org/wiki/Usaha_Kecil_dan_Menengah [diakses pada tanggal 18 januarai 2010] Ismanto N F . 2009. Strategi Pengembangan Ikan Lele Di Parung Bogor [tesis]. Bogor : Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Pamunjtak W. 2010. Panduan Lengkap dan Praktis Budidaya Lele. Pustaka Araska Media Utm. Yogyakarta. Rachmina D, Burhanuddin. 2008. Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi. Departemen Agribisnis. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Soetomo M. 1987. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Bandung : CV Sinar Baru. Suyanto S R. 1989. Budidaya Ikan Lele. Jakarta : Penebar Swadaya. Umar, H. 2008. Strategic Management in Action. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Yulianti E. 2009. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) (kasus pada PT Suri Tani Pemuka, Kabupaten Serang, Banten) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
139
LAMPIRAN
140
Lampiran 1. Kuesoner
KUISIONER PENELITIAN SKRIPSI ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL PEMBUDIDAYA IKAN LELE SANGKURIANG DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepenus strain sangkuriang) DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR
PENELITI AFRILYADI EKO WIBOWO H34086002
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010
141
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepenus strain sangkuriang) DI KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR IDENTITAS RESPONDEN Nama : Pekerjaan/Jabatan : Dalam rangka pengumpulan data primer sebagai bahan penyusunan tugas akhir atau skripsi dengan judul “Strategi Pengembangan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepenus strain sangkuriang) di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor”, maka peneliti bermaksud menyebarkan kuesioner dan mengharapkan bantuan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini secara lengkap, objektif, dan benar adanya, karena kuesioner ini digunakan untuk penelitian skripsi dengan tujuan ilmiah sehingga sangat dibutuhkan data yang valid dan akurat. Atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu, peneliti mengucapkan terima kasih.
Peneliti AFRILYADI EKO WIBOWO H340860002
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
142
Nomor kuisoner:............ :......../......../........
Tanggal
KEADAAN UMUM 1. Dimanakah letak geografis kecamatan Ciampea ? 2. Letak batas wilayah kecamatan ciampea 3. Bagaimanakah tofografi wilayahnya ? 4. Berapakah jumlah penduduknya serta komposisinya ? 5. Bagaimanakah keadaan akses jalan dan transportasi ? 6. Bagaimanakah keadan pasar di wilayah ini ? 7. Bagaimanakah keadaan perikanan di kecamatan Ciampea ? ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL Lingkungan Makro A. Faktor Politik 1. Apakah terdapat peraturan setempat yang mendukung? 2. Apakah terdapat peraturan setempat yang menghambat? 3. Apakah kondisi stabilitas politik dan keamanan di Indonesia berpengaruh pada ikli usaha ini ? B. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. C. 1. a. b. c. d.
Faktor Ekonomi Bagaimana kondisi perekonomian secara umum? Bagaimana kondisi pendapatan masyarakat ciampea secara umum? Bagaimana perkembangan tingkat harga produk tersebut? Bagaimana siklus bisnis yang dilakukan oleh Usaha ini? Siapakah yang berperan dalam penetapan harga produk? Apakah produktivitas sumberdaya manusia dan teknologi sudah maju? Bagaimana kriteria tenaga kerja di Usaha ini? Sebutkan: Faktor Sosial Faktor sosial yang ada di Usaha ini, biasanya terdiri dari aspek mana saja? Sikap Gaya hidup Adat istiadat Ketiganya
D. Faktor Teknologi 1. Bagaimana perkembangan teknologi produksi usaha pembesaran ikan lele ini ? 2. Apakah dengan teknologi yang sudah ada, dapat mempengaruhi kinerja usaha ini? 3. Apakah ada waktu keusangan teknologi kemudian mengharuskan diganti dengan yang baru? 4. Biasanya teknologi berupa apa ? 5. Bagaimana harga teknologi yang akan diadopsi?
143
Lingkungan Industri A. Ancaman Masuk Pendatang Baru 1. seberapa banyak pendatang baru yang sudah masuk dalam industri yang sama ? 2. seberapa besar pengaruhnya terhadap usaha yang ada ? 3. ancaman apa saja yang berpengaruh ? B. Persaingan Sesama Perusahaan dalam Industri 1. Faktor-faktor manakah di bawah ini yang sering mempengaruhi Usaha ini? Jumlah kompetitor Tingkat pertumbuhan industri Karakteristik produk Biaya tetap yang besar Kapasitas Hambatan keluar 2. a. Menurut Anda, siapa pesaing utama Usaha ini dan apa yang menjadi keunggulan tempat tersebut? b. Bagaimana pihak Usaha ini menanggapi para pesaing tersebut? C. 1. 2. 3.
Ancaman Produk Pengganti Apakah produk pengganti atau substitusi mengancam produk utama? Produk pengganti apa yang menjadi pesaing bisnis Anda? Apakah ada pengaruhnya bagi penjualan pada bisnis Anda?
D. Peluang Tawar-Menawar Pembeli 1. Apakah Usaha ini melihat dari sisi tawar-menawar pembeli dalam menentukan harga maupun dalam meningkatkan mutu atau layanan Usaha ini? 2. Bagaimana pengaruh yang diberikan pembeli dalam proses tawarmenawar? 3. Bagaimankah loyalitas pembeli ? 4. Adakah perbedaan harga antara konsumen dan pelanggan ? 5. Bagaimanakah kualitas produk yang diharapkan pembeli ? E. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Peluang Tawar-Menawar Pemasok Berapakah jumlah pemasok pada usaha ini ? Adakah pemasok lain selain pemasok langganan ? Dimana saja lokasi pemasok ? Bagaimana peluang pemasok dalam memenuhi kebutuhan bahan baku ? Bagaimana bentuk kerjasamanya ? Apakah peluang tawar-menawar pemasok dalam hal menaikkan harga atau menurunkan kualitas produk atau servis mempengaruhi Usaha ini? 7. Bagaimana pengaruh pemasok bagi bisnis ini? 8. Kriteria apa yang diberikan oleh Usaha ini dalam memilih pemasok? F. Pengaruh Peluang Stakeholder Lainnya 1. Apakah Usaha ini bekerjasama dengan stakeholder? 2. Apa saja stakeholder yang dimaksud? 144
3. Apakah terjadi persaingan dengan usaha sejenis lain? 4. Apa ada pengaruh yang ditimbulkan oleh para stakeholder lain, seperti pemegang saham lainnya, pemerintah, atau pihak yang berpengaruh di lingkungan sekitar lokasi?
IDENTIFIKASI FAKTOR EKSTERNAL Tujuan : Menentukan peluang dan ancaman dari variabel – variabel faktor eksternal. Petunjuk : Contreng dari masing – masing variabel yang ada, apakah termasuk peluang atau ancaman. Faktor eksternal No Variabel faktor eksternal Peluang Ancaman Adanya peraturan pemerintah tentang usaha perikanan 1 Pengaruh stabilitas politik dan keamanan 2 Harga bahan baku 3 Isu flu burung dan antraks 4 Kenaikan BBM dan TDL 5 Minat masyarakat terhadap ikan lele 6 Pengaruh teknologi 7 Jumlah pembudidaya 8 Adanya pengaruh produk substitusi 9 10 Hama penyakit 11 Keadaan iklim dan cuaca
PENENTUAN BOBOT Tujuan: Mendapatkan penilaian para responden mengenai faktor-faktor internal maupun eksternal Usaha pembesaran ikan lele, yaitu dengan cara pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor tersebut dapat mempengaruhi atau membentuk keberhasilan usaha pengembangan Usaha pembesaran ikan lele. Petunjuk : 1. Bobot mengindikasikan tingkat kepentingan relatif dari setiap faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam bisnis Usaha pembesaran ikan lele. Penentuan bobot merupakan pandangan responden terhadap faktor strategis internal dan eksternal perusahaan. 2. Alternatif pemberian bobot terhadap faktor-faktor eksternal dan internal yang tersedia untuk Usaha pembesaran ikan lele adalah: 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal (Indikator horizontal adalah indikator yang terdapat pada kolom vertikal, dan sebaliknya)
145
2. Identifikasi Bobot Faktor Strategis Eksternal Usaha pembesaran ikan lele A B C D E F G H I J K Total Bobot Faktor Strategis Eksternal A B C D E F G H I J K Total Keterangan: 1. Peluang A = B = C = D = E = 2. Ancaman F = G = PENENTUAN RATING Pemberian Peringkat Terhadap Faktor-Faktor Eksternal Perusahaan (Peluang dan Ancaman) Pemberian Peringkat/Rating Terhadap Peluang Perusahaan Petunjuk Pengisian: a. Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor peluang usaha dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak. b. Pemberian peringkat atau rating didasarkan pada keterangan dibawah ini: Skala 1 = sangat rendah, respon usaha dalam meraih peluang tersebut kurang. Skala 2 = rendah, respon usaha dalam meraih peluang tersebut rata-rata. Skala 3 = tinggi, respon usaha dalam meraih peluang tersebut di atas rata-rata. Skala 4 = sangat tinggi, respon usaha dalam meraih peluang tersebut superior.
146
Pertanyaan: Menurut Bapak, bagaimana kondisi Usaha pembesaran ikan lele dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) dalam hal faktor-faktor peluang yang dimiliki Usaha pembesaran ikan lele sebagai berikut: No
Faktor Strategis Eksternal
Rating
PELUANG 1. 2. 3. 4. 5. Pemberian Peringkat/Rating Terhadap Ancaman Perusahaan Petunjuk Pengisian: a. Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor ancaman usaha dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak. b. Pemberian peringkat atau rating didasarkan pada keterangan dibawah ini: Skala 1 = sangat tinggi, respon perusahaan terhadap ancaman tersebut superior. Skala 2 = tinggi, respon perusahaan terhadap ancaman tersebut di atas ratarata. Skala 3 = rendah, respon perusahaan terhadap ancaman tersebut rata-rata. Skala 4 = sangat rendah, respon perusahaan terhadap ancaman tersebut kurang. Pertanyaan: Menurut Bapak, bagaimana kondisi Usaha pembesaran ikan lele dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) dalam hal faktor-faktor ancaman yang dimiliki Usaha pembesaran ikan lele sebagai berikut: No Faktor Strategis Eksternal Rating ANCAMAN 1. 2. 3. 4. 5. ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL A. Sumber Daya Manusia 1. Berapa jumlah karyawan yang membantu usaha ini ? 2. Ketrampilan apa saja yang dimiliki oleh karyawan? 3. Bagaimana tingkat pendidikan karyawan ? 4. Fasilitas apa yang diberikan pemilik usaha pada karyawan ? 5. Intensif apa yang diberikan oleh pemilik usaha pada karyawan ? 6. Pelatihan – pelatihan apa saja yang didikuti oelh karyawan ?
147
B. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Keuangan Dari mana saja sumber modal dalam usaha ini ? Berapa rata – rata jumlah awal usaha ini ? Bagaimana perkembangan modal usaha ? Bagaiman kondisi keuangan ? Bagaimana sistem manajemen keuangan ? Berapa biaya yang dikeluarkan dalam usaha ini setiap siklusnya ?
C. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Produksi dan Operasi Bagaimana proses produksinya ? Bagaimana proses kegiatan pasca panen ? Berapa luas lahan yang digunakan ? Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana produksinya ? Bagaimana ketersedian air, benih, pakan serta bahan baku lainnya ? Bagaimana ketersediaan tenaga kerja ? Bagaiman kapasitas sarana dan prasarana yang dimiliki ? Bagaimana pengaruhnya perkembangan teknologi yang dimiliki dengan perkembangan usahanya ? 9. Bagaimana sistem pengawasan produksi yag digunakan ? 10. Kualitas seperti apa yang diharapakan atas produksi yag ingin dicapai ?
D. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pemasaran Apa saja jenis produk yang dihasilkan ? Berapa harga dari masing – masing produk yang dijual ? Berapa dan bagaimana perkembangan jumlah penjualan produk yang dihasilkan ? Bagaimana cara memperoleh informasi pasar yang dibutuhkan ? Bagaimana bentuk saluran distribusi yang biasa digunakan ? Daerah mana saja yang dijadikan daerah pemasaran ? Bagaimana strategi penetapan harga produk ? Apa saja bentuk promosi yang sudah dilakukan ? Bagaiman cara mengembangkan produk yang dihasilkan ?
148
IDENTIFIKASI FAKTOR INTERNAL Tujuan : Menentukan kekuatan dan kelemahan dari faktor internal serta peluang dan ancaman dari variabel – variabel faktor eksternal. Petunjuk : Contreng dari masing – masing variabel yang ada, apakah termasuk kekuatan atau kelemahan. Faktor internal No Variabel faktor internal Kekuatan Produk yang dihasilkan berkualitas 1 Lokasi usaha dekat dengan bahan baku dan 2 transportasi mudah Harga yang diberikan sesuai dengan kualitas 3 Promosi yang rajin 4 Kecukupan modal jangka panjang 5 Kemampuan usaha untuk menghasilkan modal 6 Sarana dan prasarana yang memadai 7 Proses produksi yang yang baik 8 Persediaan bahan baku yang mencukupi 9 10 Tenaga kerja yang terampil 11 Insentif untuk karyawan
kelemahan
PENENTUAN BOBOT Tujuan: Mendapatkan penilaian para responden mengenai faktor-faktor internal maupun eksternal Usaha pembesaran ikan lele, yaitu dengan cara pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor tersebut dapat mempengaruhi atau membentuk keberhasilan usaha pengembangan Usaha pembesaran ikan lele. Petunjuk : 3. Bobot mengindikasikan tingkat kepentingan relatif dari setiap faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam bisnis Usaha pembesaran ikan lele. Penentuan bobot merupakan pandangan responden terhadap faktor strategis internal dan eksternal perusahaan. 4. Alternatif pemberian bobot terhadap faktor-faktor eksternal dan internal yang tersedia untuk Usaha pembesaran ikan lele adalah: 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal (Indikator horizontal adalah indikator yang terdapat pada kolom vertikal, dan sebaliknya)
149
1. Identifikasi Bobot Faktor Strategis Internal untuk Usaha pembesaran ikan lele Faktor A Strategis Internal A B C D E F G H I J K Total Keterangan: 1. Kekuatan A = B = C = D = E =
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
Total
Bobot
2. Kelemahan F = G = H = I = J = K = L = PENENTUAN RATING 3. Pemberian Peringkat Terhadap Faktor-Faktor Internal Perusahaan (Kekuatan dan Kelemahan) Pemberian Peringkat/Rating Terhadap Kekuatan Perusahaan Petunjuk Pengisian: a. Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor kekuatan usaha dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak. b. Pemberian peringkat atau rating didasarkan pada keterangan dibawah ini: Skala 4 = jika faktor tersebut sangat kuat dibandingkan dengan pesaing. 150
Skala 3 = jika faktor tersebut kuat dibandingkan dengan pesaing. Skala 2 = jika faktor tersebut lemah dibandingkan dengan pesaing. Skala 1 = jika faktor tersebut sangat lemah dibandingkan dengan pesaing. Pertanyaan: Menurut Bapak, bagaimana kondisi Usaha pembesaran ikan lele dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) dalam hal faktor-faktor kekuatan yang dimiliki Usaha pembesaran ikan lele sebagai berikut: No
Faktor Strategis Internal
Rating
KEKUATAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pemberian Peringkat/Rating Terhadap Kelemahan Perusahaan Petunjuk Pengisian: a. Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor kelemahan usaha dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara memberikan tanda (√) pada pilihan Bapak. b. Pemberian peringkat atau rating didasarkan pada keterangan dibawah ini: Skala 4 = jika faktor tersebut sangat lemah terhadap pesaing. Skala 3 = jika faktor tersebut lemah terhadap pesaing. Skala 2 = jika faktor tersebut kuat terhadap pesaing. Skala 1 = jika faktor tersebut sangat kuat terhadap pesaing. Pertanyaan: Menurut Bapak, bagaimana kondisi Usaha pembesaran ikan lele dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) dalam hal faktor-faktor kelemahan yang dimiliki Usaha pembesaran ikan lele sebagai berikut: No Faktor Strategis Internal Rating KELEMAHAN 1. 2. 3. 4. 5.
151
Lampiran 2. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Tabel Analisis Lingkungan Internal Faktor Kunci Sukses T 1. a. b. 2. a. b. c. 3. a. b. c. 4. a. b.
Sumber Daya Manusia Tenaga kerja kurang terampil Insentif karyawan Produksi dan Operasi Proses produksi yang baik Sarana dan prasarana Persediaan bahan baku Pemasaran Produk yang dihasilkan berkualitas Lokasi yang strategis Promosi yang kurang Keuangan Kecukupa modal jangka pendek Kemampuan menghasilkan modal
Th 2010 S R
T
Kompetitor S R
Tabel Analisis Lingkungan Eksternal Faktor Kunci Sukses
Peluang Probabilitas terjadi T S R
Ancaman Probabilitas terjadi T S R
1. a. b. 2.
Ekonomi Harga bahan baku. Pengaruh perekonomian nasional Sosial, Budaya, Demografis dan Lingkungan a. Meningkatnya minat masyarakat b. Hama dan penyakit c. Cuaca dan iklim 3. Politik, Pemerintahan dan Hukum a. Peraturan pemerintah dan dinas b. Stabilitas Polkamnas 4. Teknologi a. Teknologi management pakan 5. Kompetitif a. Pengaruh adanya produk substitusi Lampiran 3. DATA SWOT ( Kekuatan, kelemahan, peluang dan Ancaman )
152
FAKTOR INTERNAL KEKUATAN ( Strengths – S) 6. Produk yang dihasilkan berkualitas 7. Lokasi yang strategis 8. Harga yang diberikan sesuai dengan produk yang dihasilkan 9. Sarana dan parasarana yang memadai 10. Proses produksi yang baik
FAKTOR EKSTERNAL PELUANG (Opportunities-O) 1. Adanya peraturan pemerintah atau dinas terkait setempat 2. Produktifitas perikanan 3. Meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan lele 4. Peranan teknologi manajemen pakan 5. Akses jalan dan transportasi KELEMAHAN (Weekness - W) ANCAMAN (Threats-T) 1. Promosi yang kurang 7. Pengaruh stabilitas politik dan 2. Kecukupan modal jangka pendek keamanan 3. Kemampuan usaha menghasilkan 8. Harga bahan baku mahal 9. Pengaruh perekonomian nasional modal jangka panjang 4. Persediaan bahan baku 10. Pengaruh produk substitusi 5. Karyawan kurang terampil 11. Hama dan penyakit 6. Insentif karyawan 12. Cuaca dan iklim
153
Lampiran 4. Matriks Berpasangan Nilai Bobot Faktor Strategis Internal Responden : Elysa Manalu
A B C D E F G H I J K
A B C D E F G H I J K Total 0 2 1 2 2 3 1 1 1 1 3 17 2 0 2 2 2 3 1 1 2 2 3 20 3 2 0 2 2 3 1 1 2 2 3 21 2 2 2 0 2 3 1 1 2 2 3 20 2 2 2 2 0 3 1 1 2 2 3 20 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 10 3 3 3 3 3 3 0 1 2 2 3 26 3 3 3 3 3 3 3 0 2 2 3 28 3 2 2 2 2 3 2 2 0 2 3 23 3 2 2 2 2 3 2 2 2 0 3 23 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 0 12 220
Nilai Rata – Rata Bobot Faktor Strategis Internal Faktor Internal Kunci Kekuatan A. Produk yang dihasilkan berkualitas B. Lokasi yang strategis C. Harga yang diberikan sesuai dengan produk yang dihasilkan D. Sarana dan parasarana yang memadai E. Proses produksi yang baik Kelemahan F. Promosi yang kurang G. Kecukupan modal jangka pendek H. Kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang I. Persediaan bahan baku J. Karyawan kurang terampil K. Insentif karyawan
Bobot 0,077 0,091 0,095 0,091 0,091
0,045 0,118 0,127 0,105 0,105 0,055
154
Nilai Rating Faktor Strategis Internal Faktor Internal Kunci Kekuatan A. Produk yang dihasilkan berkualitas B. Lokasi yang strategis C. Harga yang diberikan sesuai dengan produk yang dihasilkan D. Sarana dan parasarana yang memadai E. Proses produksi yang baik Kelemahan F. Promosi yang kurang G. Kecukupan modal jangka pendek H. Kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang I. Persediaan bahan baku J. Karyawan kurang terampil K. Insentif karyawan
Rating 4 4 4 3 4
1 2 2 2 2 2
Nilai Bobot Faktor Strategis Eksternal Responden : staff Kantor Kecamatan Ciampea
A B C D E F G H I J K
A B C D E F G H I J K Total 0 3 1 3 3 2 2 3 3 3 3 26 1 0 1 3 2 3 1 3 3 2 2 21 3 3 0 3 2 3 1 2 3 2 2 24 1 1 1 0 1 2 1 1 3 1 1 13 1 2 2 3 0 3 1 3 3 2 2 22 2 1 1 2 1 0 1 1 2 1 1 13 2 3 3 3 3 3 0 3 3 3 3 29 1 1 2 3 1 3 1 0 3 1 1 17 1 1 1 1 1 2 1 1 0 1 1 11 1 2 2 3 2 3 1 3 3 0 2 22 1 2 2 3 2 3 1 3 3 2 0 22 220
155
Responden : kepala UPT Disnakan Kecamatan Ciampea
A B C D E F G H I J K
A B C D E F G H I J K Total 0 2 1 2 2 3 1 1 3 3 1 19 2 0 2 3 3 3 2 1 3 2 2 23 3 2 0 3 2 3 1 2 3 3 3 25 2 1 1 0 1 3 1 2 3 1 1 16 2 1 2 3 0 3 1 2 3 1 1 19 1 1 1 1 1 0 3 2 3 1 1 15 3 2 3 3 3 1 0 1 3 3 3 25 3 3 2 2 2 2 3 0 3 3 3 26 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 10 1 2 1 1 3 3 1 1 3 0 2 18 3 2 1 1 3 3 1 1 3 2 0 20 216
Nilai Rata – Rata Bobot Faktor Strategis Eksternal Faktor Eksternal Kunci Peluang A. Adanya peraturan pemerintah atau dinas terkait setempat B. Isu flu burung dan antraks C. Meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan lele D. Peranan teknologi manajemen pakan E. Akses jalan dan transportasi Ancaman F. Pengaruh stabilitas politik dan keamanan G. Harga bahan baku mahal H. Kenaikan BBM dan TDL I. Pengaruh produk substitusi J. Hama dan penyakit K. Cuaca dan iklim
Kantor kecamatan UPT Disnakan Ciampea Ciampea
Bobot rata-rata
0,118
0,088
0,103
0,095 0,109
0,106 0,115
0,101 0,112
0,059
0,074
0,067
0,1
0,088
0,094
0,059
0,069
0,064
0,132 0,772 0,05 0,1 0,1
0,116 0,12 0,046 0,083 0,093
0,124 0,099 0,048 0,092 0,096
156
Nilai Rata – Rata Rating Faktor Strategis Eksternal Faktor Eksternal Kunci Peluang A. Adanya peraturan pemerintah atau dinas terkait setempat B. Isu flu burung dan antraks C. Meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan lele D. Peranan teknologi manajemen pakan E. Akses jalan dan transportasi Ancaman F. Pengaruh stabilitas politik dan keamanan G. Harga bahan baku mahal H. Kenaikan BBM dan TDL I. Pengaruh produk substitusi J. Hama dan penyakit K. Cuaca dan iklim Lampiran 5. Tabel IFAS EFAS
Kantor kecamatan UPT Disnakan Ciampea Ciampea
Rating rata-rata
4
3
3,5
3 4
3 4
3 4
3
3
3
4
3
3,5
2
2
2
1 2 2 1 1
1 1 2 2 2
1 2 2 1,5 1,5
TABEL IFAS Faktor Internal Kunci Kekuatan 6. Produk yang dihasilkan berkualitas 7. Lokasi yang strategis 8. Harga sesuai dengan produk yang dihasilkan 9. Sarana dan parasarana yang memadai 10. Proses produksi yang baik Kelemahan 7. Promosi yang kurang 8. Kecukupan modal jangka pendek 9. Kemampuan usaha menghasilkan modal jangka panjang 10. Persediaan bahan baku 11. Karyawan kurang terampil 12. Insentif karyawan Total
Bobot
Rating
Nilai Tertimbang
0,077 0,091 0,095
4 4 4
0,309 0,363 0,381
0,091 0,091
3 4
0,272 0,363
0,045 0,118 0,127
1 2 2
0,045 0,236 0,254
0,105 0,105 0,055
2 2 2
0,209 0,209 0,109 2,755
157
TABEL EFAS Faktor-Faktor Eksternal Utama Peluang 6. Adanya peraturan pemerintah atau dinas terkait setempat 7. Isu flu burung dan antraks 8. Meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan lele 9. Peranan teknologi manajemen pakan 10. Akses jalan dan transportasi Ancaman 7. Pengaruh stabilitas politik dan keamanan 8. Harga pakan mahal 9. Kenaikan BBM dan TDL 10. Pengaruh produk substitusi 11. Hama dan penyakit 12. Cuaca dan iklim Total
Rata-rata Bobot Peringkat
Skor Bobot
0,103
3,5
0,360
0,101 0,112
3 4
0,302 0,449
0,067 0,094
3 3,5
0,199 0,328
0,064
2
0,128
0,124 0,099 0,048 0,092 0,096
1 2 2 1,5 1,5
0,123 0,197 0,096 0,137 0,144 2,470
158
Lampiran 6. Matriks IE ( Internal Eksternal ) SKOR BOBOT TOTAL IFE Kuat
Sedang
Lemah
3,0 - 4,0
2,0 - 2,99
1,0 - 1,99
2,755 4,0
S K O Tinggi R 3,0 – 4,0 B O B O 3,0 T T Sedang O T 2,0 – 2,99 A L 2,470 E 2,0 F E
Rendah 1,0 – 1,99
3,0
2,0
1,0
I
II
III
Grow and Build
Grow and Build
Hold and Maintain
IV
V
VI
Grow and Build
Hold and
Harvest or Divest
Maintain
VII
VIII
IX
Hold and Maintain
Harvest or Divest
Harvest or Divest
1,0
159
Lampiran 7. MATRIKS SWOT Internal 1. 2. 3.
4. Eksternal 5.
PELUANG (Opportunities-O) 6. Adanya peraturan pemerintah atau dinas terkait setempat 7. Isu flu burung dan antraks 8. Meningkatnya minat masyarakat terhadap ikan lele 9. Peranan teknologi manajemen pakan 10. Akses jalan dan transportasi ANCAMAN (ThreatsT) 1. Pengaruh stabilitas politik dan keamanan 2. Harga bahan baku mahal 3. Pengaruh perekonomian nasional 4. Pengaruh produk substitusi 5. Hama dan penyakit 6. Cuaca dan iklim
KEKUATAN ( KELEMAHAN Strengths – S) (Weekness - W) Produk yang dihasilkan 1. Promosi yang kurang berkualitas 2.Kecukupan modal jangka pendek Lokasi yang strategis Harga yang diberikan 3.Kemampuan usaha sesuai dengan produk menghasilkan modal yang dihasilkan jangka panjang Sarana dan parasarana 4.Persediaan bahan yang memadai baku Proses produksi yang 5. Karyawan kurang baik terampil 6. Insentif karyawan STRATEGI – SO STRATEGI –WO
1. Meningkatkan produksi dengan menambah area budidaya dan penebaran benih (S1, S2, S3, S4, S5, O1, O2, O3, O4, O5)
1. Memanfaatkan bantuan dari pemerintahan dan dinas terkait sebagai penyampai informasi antara pemerintah, masyarakat dan pembudidaya dalam promosi, pinjaman lunak, serta pelatihan pembudidaya(W1, W2, W3, W4, W5, O1, O2, O3, O4, O5)
STRATEGI – ST
STRATEGI – WT
1. Mempertahankan kualitas produk (S1,S2, S3, S4, S5, T1, T2, T3, T4, T5, T6)
1. Mengusahakan pakan alternatif yang bagus, lebih murah dan berkelanjutan serta menjalin kerja sama dengan penyedia bahan baku tersebut (W1, W2, W3, W4, W5, T1,T2,T3, T4, T5)
Lampiran 8. Dokumentasi Gambar
160
Kolam semi permanen
Saung
kolam tanah
Saluran sumber air
Penutup kolam
Saluran air masuk kolam
161
Akses jalan masuk kolam
Kolam terpal
Pengeringan kolam
162
Lampiran 9 . QSPM Alternatif Strategi
Faktor-faktor Utama Peluang Peluang 1 Peluang 2 Peluang 3 Peluang 4 Peluang 5 Ancaman Ancaman 1 Ancaman 2 Ancaman 3 Ancaman 4 Ancaman 5 Ancaman 6 Kekuatan Kekuatan 1 Kekuatan 2 Kekuatan 3 Kekuatan 4 Kekuatan 5 Kelemahan Kelemahan 1
Bobot
1
2
3
Meningkatkan produksi AS TAS
Memanfaatkan bantuan dari pemerintahan dan dinas terkait AS TAS
Mempertahankan produk berkualitas AS TAS
4 Mengusahakan pakan alternatif serta bekerjasama dengan penyedia bahan baku AS TAS
0,103 0,101 0,112 0,067 0,094
3 4 4 4 3
0,309 0,404 0,448 0,268 0,282
4 4 4 3 3
0,412 0,404 0,448 0,201 0,282
4 4 4 4 2
0,412 0,404 0,448 0,268 0,188
4 1 2 4 3
0,064 0,124 0,099 0,048 0,092 0,096
2 4 3 1 3 3
0,128 0,496 0,297 0,048 0,276 0,288
3 4 3 2 2 2
0,192 0,496 0,297 0,096 0,184 0,192
2 4 2 2 3 3
0,128 0,496 0,198 0,096 0,276 0,288
1 4 4 3 3 1
0,077 0,091 0,095 0,091 0,091
4 4 4 4 4
0,308 0,364 0,38 0,364 0,364
3 4 2 2 2
0,231 0,364 0,19 0,182 0,182
4 2 2 3 3
0,308 0,182 0,19 0,273 0,273
4 3 3 3 3
0,412 0,101 0,224 0,268 0,282 0 0,064 0,496 0,396 0,144 0,276 0,096 0 0,308 0,273 0,285 0,273 0,273 0
0,045
2
0,09
2
0,09
1
0,045
2
0,09
Kelemahan 2
0,118
4
0,472
4
0,472
4
0,472
4
0,472
Kelemahan 3
0,127 0,105 0,105 0,055
4 4 3 1
0,508 0,42 0,315 0,055 6,884
4 4 3 1
0,508 0,42 0,315 0,055 6,213
4 4 4 1
0,508 0,42 0,42 0,055 6,348
4 4 2 1
0,508 0,42 0,21 0,055 5,926
Kelemahan 4 kelemahan 5 kelemahan 6 Total
73