ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp) Studi Kasus : Yoyok Fish Farm, Desa Pasir Angin, Kecamatan Mega Mendung, Bogor, Jawa Barat )
SKRIPSI
JHON MODESTA SEMBIRING H34077027
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
RINGKASAN JHON MODESTA SEMBIRING. ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp) ( Studi Kasus : Yoyok Fish Farm, Desa Pasir Angin, Kecamatan Mega Mendung, Bogor, Jawa Barat ) Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan DWI RACHMINA). Sektor perikanan Indonesia memiliki potensi produksi yang cukup besar. Hal tersebut karena Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah perairan yang luas. Sehingga sektor perikanan memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Salah satu komoditas perikanan air tawar adalah lele yang merupakan ikan konsumsi. Selama ini kebutuhan akan ikan konsumsi khususnya Jabodetabek dipasok dari pembudidaya lele yang berasal dari kawasan-kawasan lain di luar Jabodetabek diantaranya Subang, Indramayu, Tasikmalaya dan Jawa Tengah. Hal tersebut dikarenakan Kebutuhan ikan lele konsumsi yang dipasok dari luar Jabodetabek selama ini tidak menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan lele konsumsi. Oleh karena itu pasokan lele konsumsi sering mengalami keterlambatan pasokan dan harga yang tergolong lebih tinggi karena distribusi yang jauh dari luar Jabodetabek. Kebutuhan Akan ikan konsumsi cenderung mengalami peningkatan hampir setiap tahunnya. Salah satunya adalah lele yang merupakan ikan konsumsi yang kini banyak digemari oleh masyarakat dikarenakan rasa daging yang khas, lezat dan kandungan gizi. Dari hasil kajian Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT), lele sangkuriang menjadi salah satu unggulan produk perikanan air tawar yang baik untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan budidayanya yang relatif mudah, tidak memerlukan teknologi yang tinggi, daya tahan hidup yang kuat (Survival Rate) 90 persen dan proses produksi yang relatif cepat. Selain itu penggunaan kolam terpal sebagai temapat pemeliharaan menjadi menjadi salah satu inovasi yang memberikan beberapa kelebihan. Salah satu usaha pembesaran lele sangkuriang yang ada di Kabupaten Bogor adalah Yoyok Fish Farm. Dilihat dari pasar yang masih belum terpenuhi dan lahan yang masih belum dipergunakan sepenuhnya, Yoyok Fish Farm berencana mengembangkan usaha pembesaran lele sangkuriang yang dimilikinya. Dalam menjalankan usaha dan sebelum mengembangkan usahanya diperlukan analisis kelayakan usaha untuk mengetahui kelayakan usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal. Analisis dilakukan pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm dilakukan dengan menganalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai aspek-aspek yang dijejaki dalam usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Sedangkan Analisis kuatitatif dilakukan untuk mengetahui kelayakan finansial usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm berdasarkan dengan kriteria kelayakan investasi (Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio), Payback Periode dan Switching Value. Data kuantitatif dikumpulkan, kemudian diolah dengan menggunakan komputer software microsoft excel yang akan ditampilkan dalam bentuk tabulasi sehingga dapat dijelaskan secara deskriptif.
Analisis yang dilakukan terhadap aspek non finansial penting dilakukan karena dapat memberikan gambaran terhadap usaha sedang dijalankan maupun yang akan dijalankan. Pada penelitian yang dilakukan terhadap aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial. Berdasarkan hasil analisis aspek non finansial usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm layak untuk dijalankan. Dalam aspek pasar dijelaskan tentang permintaan, penawaran, strategi pemasaran dan market share. Lokasi usaha, proses produksi, dan skala usaha dijelaskan dalam aspek teknis. Aspek manajemen menjelaskan tentang struktur manajemen organisasi yang diterapkan. Kesesuaian bentuk hukum dan izin usaha dijelaskan dalam aspek hukum. Aspek sosial ekonomi dan lingkungan menjelaskan tentang pengaruh proyek terhadap masyarakat sekitar lokasi usaha. Siklus produksi pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm adalah empat kali dalam satu tahun atau satu siklus produksinya 3 bulan. Hasil analisis kriteria kelayakan finansial, usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm berdasarkan dua skenario yaitu skenario pertama merupakan usaha sebelum pengembangan dan skenario rencana pengembangan yang dilakukan. Pada skenario kedua dilihat dari kriteria NPV, IRR, net B/C dan PP lebih menguntungkan dibandingkan dengan skenario pertama: masing-masing nilai yang diperoleh NPV sebesar Rp 38.751.281, IRR: 33,02 persen, Net B/C: 2,68 dan PP: 6,03 siklus. Skenario II hasil yang diperoleh dari pendekatan NPV nilai yang diperoleh adalah Rp 108.004.579, IRR: 43,52 persen, Net B/C: 3,34 dan PP: 4,87 siklus. Berdasarkan kedua skenario yang dilakukan, skenario kedua merupakan usaha yang memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan skenario pertama. Batas maksimal penurunan produksi yang masih memberikan keuntungan pada skenario pertama hanya sebesar 8,61 persen. Sedangkan untuk skenario kedua adalah sebesar 11,30 persen. Demikian pula dengan perubahan kenaikan harga pakan berupa pelet. Perbedaan persentase antara kenaikan harga pakan pada masing-masing skenario sangat besar perbedaannya. Batas maksimal kenaikan harga pakan pada skenario pertama adalah sebesar 16,02 persen, sedangkan pada skenario kedua adalah sebesar 22,48 persen.
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp) Studi Kasus : Yoyok Fish Farm, Desa Pasir Angin, Kecamatan Mega Mendung, Bogor, Jawa Barat )
JHON MODESTA SEMBIRING H34077027
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul Skripsi
: Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang (Clarias sp), Studi Kasus Yoyok Fish Farm, Desa Pasir Angin, Kecamatan Mega Mendung, Bogor, Jawa Barat
Nama
: Jhon Modesta Sembiring
NRP
: H34077027
Menyetujui, Pembimbing
Ir. Dwi Rachmina MSi NIP. 19631227 199003 2001
Mengetahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1002
Tanggal lulus:
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang (Clarias sp), Studi Kasus Yoyok Fish Farm, Desa Pasir Angin, Kecamatan Mega Mendung, Bogor, Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, November 2011
Jhon Modesta Sembiring H34077027
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Desa Lau Bagot, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara pada tanggal 11 November 1985. Penulis adalah anak ketiga dari enam bersaudara dari pasangan Sanggup Sembiring, BSc dan Elverida br Hotang. Penulis memulai pendidikan Sekolah Dasar Negeri 3 Lau Bagot, Kecamatan Tigalingga selama 6 tahun dan pada tahun 1997 lulus dari Sekolah Dasar. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Tigalingga selama 3 tahun dan lulus tahun 2000. Setelah Lulus, penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sidikalang selama 3 tahun dan lulus tahun 2003. Pada tahun 2004 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Diploma Pengelola Perkebunan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2008 penulis melanjutkan studinya di Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus atas kasih anugerah-Nya, sehingga sehingga penulisan skripsi dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan pada Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang (Clarias sp) Yoyok Fish Farm, Desa Pasir Angin, Kecamatan Mega Mendung, Bogor, Jawa Barat. Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi syarat penyelesaian gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal pada Yoyok Fish Farm dari aspek finansial maupun aspek non finansial. Upaya yang terbaik telah dilakukan guna penyelesaian penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi berbagai pihak yang terkait dan bagi pembaca umumnya. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran yang bersifat membangun dari semua pihak ke arah penyempurnaan skripsi ini sehingga bermanfaat bagi semua pihak, baik bagi pelaku usaha, pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.
Bogor, November 2011
Jhon Modesta Sembiring
UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis menghaturkan rasa terimakasih atas petunjuk, saran dan arahan serta dorongan semangat baik materil maupun non materil yang diberikan semu pihak yang membantu penulis dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, baik langsung maupun tidak langsung, antara lain kepada : 1) Ir. Dwi Rachmina MSi, selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu guna
membimbing
dan
mengarahkan
penulis
sehingga
mampu
menyelesaikan penulisan usulan penelitian ini hingga menjadi skripsi. 2) Dr. Ir. Suharno, M Adev selaku dosen evaluator pada kolokium proposal penelitian penulis yang telah meluangkan waktunya dan memberikan saran demi kelancaran penyusunan skripsi ini. 3) Ir. Juniar Atmakusuma, MS dan Etriya, SP, MM selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 4) Ayahanda dan Ibunda serta kakak dan adik-adikku tersayang yang selalu memberikan doa, dukungan moril dan semangat untuk menyelesaikan penelitian ini. 5) Bapak Yoyok selaku pemilik Yoyok Fish Farm yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis, karyawan Yoyok Fish Farm yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi. 6) Unit Pembenihan Binatular dan Masyarakat Desa Pasir Angin, yang telah bersedia membantu penulis dalam memperoleh data yang diperlukan. 7) Teman seperjuangan Angkatan 4 Ekstensi Agribisnis atas semangat dan sharing selama penulis menyelesaikan skripsi, serta semua pihak dan sahabat-sahabatku yang setia membantu penulis dalam penyelesaian skripsi.
Bogor, November 2011
Jhon Modesta Sembiring
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ........................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iv I
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1.2 Perumusan Masalah .............................................................................. 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 1.5 Ruang Lingkup ........................................................................................
1 1 4 7 7 7
II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang ................................................... 2.2 Penelitian Mengenai Studi Kelayakan ...................................................
8 8 9
III KERANGKA PEMIKIRAN .................................................................... 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................................ 3.2 Aspek Kelayakan Usaha ......................................................................... 3.3 Analisis Switching Value ........................................................................ 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional .........................................................
16 16 17 23 24
IV METODE PENELITIAN .......................................................................... 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 4.2 Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 4.3 Metode Analisis Data ............................................................................ 4.3.1 Analisis Aspek Pasar ...................................................................... 4.3.2 Analisis Aspek Teknis..................................................................... 4.3.3 Analisis Aspek Manajemen ............................................................ 4.3.4 Analisis Aspek Sosial...................................................................... 4.3.5 Analisis Finansial ............................................................................
27 27 27 27 28 28 29 29 30
V GAMBARAN UMUM ............................................................................... 5.1 Profil Perusahaan .................................................................................. 5.2 Lokasi Usaha .......................................................................................... 5.3 Fasilitas Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm .................. 5.3.1 Fasilitas Produksi .......................................................................... 5.3.2 Peralatan Produksi ......................................................................... 5.4 Proses Produksi ....................................................................................... 5.5 Skala Usaha Yoyok Fish Farm ............................................................... 5.6 Manajemen dan Organisasi Yoyok Fish Farm .......................................
34 34 35 35 35 36 37 40 40
VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL ..................................... 6.1 Aspek Pasar ........................................................................................... 6.1.1 Permintaan ................................................................................... 6.1.2 Penawaran ....................................................................................
42 42 42 43 i
6.1.3 Market Share ................................................................................ 6.1.4 Strategi Pemasaran ......................................................................... 6.1.5 Hasil Analisis Aspek Pasar ............................................................ 6.2 Aspek Teknis ......................................................................................... 6.2.1 Lokasi Usaha ................................................................................ 6.2.2 Luas Produksi ................................................................................. 6.2.3 Hasil Analisis Aspek Teknis ........................................................ 6.3 Aspek Manajemen ................................................................................ 6.4 Aspek Hukum ...................................................................................... 6.5 Aspek Sosial Lingkungan ......................................................................
44 45 47 47 48 50 51 51 51 52
VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL ................................................ 7.1 Skenario Pertama .................................................................................. 7.1.1 Penerimaan (Inflow) ....................................................................... 7.1.2 Hasil Analisis Pengeluaran (Outfow) ............................................. 7.1.3 Analisis Kelayakan Finansial ......................................................... 7.1.4 Analisis Switching Value................................................................ 7.2 Skenario Kedua ....................................................................................... 7.2.1 Penerimaan (Inflow) ...................................................................... 7.2.2 Hasil Analisis Pengeluaran (Outflow) .......................................... 7.2.3 Analisis Kelayakan Finansial ......................................................... 7.2.4 Analisis Switching Value................................................................ 7.3 Perbandingan Hasil Kelayakan Kedua Sknario .................................... 7.4 Perbandingan Hasil Switching Value Kedua Sknario ...........................
54 55 56 57 59 60 61 62 64 66 67 68 69
VIII KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 70 8.1 Kesimpulan ............................................................................................. 70 8.2 Saran........................................................................................................ 70 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 71 LAMPIRAN ...................................................................................................... 73
ii
DAFTAR TABEL Halaman 1. Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas Utama Tahun 2005-2009 (ton) ................................................................................. 1 2. Perkembangan Produksi Ikan Konsumsi di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009 ......................................................................................... 2 3. Perkembangan Konsumsi Ikan Kabupaten Bogor Tahun 2000-2008 ........... 3 4. Produksi Pembesaran Lele Sangkuriang Pada Yoyok Fish Farm ................ 43 5. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Ikan Lele Selama Umur Usaha Pada Yoyok Fish FarmTahun 2009 hingga 2011 ................................................. 56 6. Nilai Sisa Usaha Yoyok Fish Farm Pada Skenario Pertama ........................ 57 7. Uraian Biaya Investasi Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pada Yoyok Fish Farm Skenario Pertama Tahun 2009............................... 58 8. Biaya Tetap Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Tahun 2010................................................................................................... 59 9. Biaya Variabel Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Tahun 2010................................................................................................... 59 10. Hasil Analisis Finansial Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Skenario Pertama................................................................................. 60 11. Hasil Analisis Switching Value Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Skenario Pertama............................................................. 61 12. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Ikan lele Selama Umur PadaUsaha Yoyok Fish Farm Skenario Kedua ............................................................... 63 13. Nilai Sisa Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Pada Skenario Kedua ............................................................................................. 63 14. Uraian Biaya Investasi Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pada Yoyok Fish Farm Skenario Kedua ............................................................... 65 15. Biaya Tetap Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Pada Skenario Kedua .................................................................................... 65 16. Biaya Produksi Variabel Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pada Yoyok Fish Farm Tahun 2011 ...................................................................... 66 17. Hasil Analisis Finansial Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pada Yoyok Fish Farm Skenario Kedua ............................................................... 67 18. Hasil Analisis Switching Value Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pada Yoyok Fish Farm Skenario Kedua ...................................................... 67
iii
19. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Kedua Skenario ........................... 68 20. Perbandingan Hasil Switching Value Kedua Skenario ................................. 69
iv
DAFTAR GAMBAR Halaman 1.
Kerangka Pemikiran Operasional ................................................................ 26
2.
Lokasi Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm ................ 35
3.
Distribusi Produksi Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm ........................... 46
v
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Laporan Rugi Laba Yoyok Fish Farm pada Skenario Pertama ..................... 74 2. Laporan Rugi Laba Yoyok Fish Farm pada Skenario Kedua ........................ 75 3. Cashflow Skenario Pertama............................................................................ 76 4. Cashflow Skenario Kedua .............................................................................. 77 5. Switching Value Pada Skenario Pertama Penurunan Hasil Produksi 13.87 persen.................................................................................................... 78 6. Switching Value Pada Skenario Kedua Dengan Penurunan Hasil Produksi 17,67 persen .................................................................................................. 79 7. Switching Value pada Skenario Pertama dengan Kenaikan Harga Pakan 25,89 persen.................................................................................................... 80 8. Switching Value pada Skenario Kedua dengan Kenaikan Harga Pakan 27,51 persen.................................................................................................... 81
vi
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perairan Indonesia tidak terlepas dari salah satu sumberdaya hayati yang terkandung di dalamnya, yaitu sumber daya perikanan. Sektor perikanan Indonesia memiliki potensi produksi yang cukup besar. Hal tersebut karena Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah perairan yang luas. Sehingga sektor perikanan memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Namun potensi yang besar selama ini belum dimanfaatkan dengan baik, sehingga produksi perikanan Indonesia belum mampu mencukupi permintaan ikan domestik maupun luar negeri. Produksi perikanan di Indonesia masih di dominasi perikanan tangkap di perairan laut di bandingkan dengan budidaya air tawar. Namun sekarang ini produksi perikanan budidaya menurut komoditas utama telah banyak di dominasi perikanan budidaya air tawar. Pada Tabel 1 menunjukkan data produksi perikanan menurut komoditas utama. Tabel 1. Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas Utama Tahun 20052009 (Ton) Tahun
Jenis Ikan 2005 Patin
2006
2007
2008
2009*
Laju (%/Tahun)
32.575
31.490
36.755
102.021
132.600
55,23
Rumput laut
910.636
1.374.462
1.728.475
2.145.060
2.574.000
30.20
Nila Gurame Bandeng Lele
148.249 25.442 254.067 69.386
169.390 28.710 212.883 77.272
206.904 35.708 263.139 91.735
291.037 36.636 277.471 114.371
378.300 38.500 291.300 200.000
26,76 11,23 4,46 32,41
Kerapu Ikan mas Udang Kakap Lainnya Total
6.493
4.021
8.035
5.005
5.300
7,48
216,920 280,629 2,935 216.342 2.163.674
247.633 327.610 2.183 260.942 2.682.596
264.349 358.925 4.418 195.122 3.193.565
242.322 409.590 4.371 227.317 3.855.200
254.400 348.100 4.600 553.000 4.780.100
4,39 6,35 20,23 37,43 21,39
Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) 2010.
Tabel 1 menunjukkan bahwa lele (Clarias sp) merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang mengalami peningkatan produksi tertinggi setelah patin. Hal tersebut dapat dilihat bahwa peningkatan produksi ikan lele rata-rata per tahunnya mencapai 32,41 persen. Ikan lele merupakan salah satu
jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Budidaya lele saat ini banyak ditemui di propinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Jawa Barat merupakan daerah yang memiliki prospek yang cukup baik untuk pengembangan produksi ikan, hal tersebut dikarenakan daerah Jawa Barat memiliki curah hujan yang cukup tinggi sehingga dapat memicu ikan untuk berkembang biak dengan baik. Seperti yang diketahui untuk Jawa Barat, biasanya pembudidayaan perikanan banyak ditemukan di Tasikmalaya, Indramayu, Sukabumi dan Bogor. Perkembangan produksi perikanan di Kabupaten Bogor dari tahun 2008 hingga 2009 mengalami peningkatan hingga 87.37 persen. Namun hal tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan akan ikan konsumsi di Kabupaten Bogor. Perkembangan produksi Ikan Konsumsi di Kabupaten Bogor Tahun 2008 hingga 2009 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Produksi Ikan Konsumsi di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jenis Ikan Lele Mas Gurame Nila Bawal Patin Tawes Tambakan Mujair Nilem Lain-lain Total
Produksi (Ton) 2008 2009 9,774.80 18,315.02 8,124.35 3,859.62 1,854.82 1,946.43 3,494.96 1,842.17 904.91 2,026.14 571.76 584.84 278.80 75.76 48.50 33.67 29.21 31.68 8.23 2.10 26.95 25.30 25,087.29 28,742.72
Perubahan (%) 87.37 -52.49 4.94 -47.29 123.91 2.29 -72.83 -30.58 8.46 -74.46 -6.14 14.57
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2010. Menurut
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, saat ini
kebutuhan akan ikan konsumsi di Kabupten Bogor belum terpenuhi, sehingga kebutuhan akan ikan konsumsi di Kabupaten Bogor masih dipasok dari luar daerah yaitu Cianjur, Bandung, Sukabumi, Tasikmalaya dan sebagian dari Jawa tengah. Bahkan lele, gurame dan ikan hias yang menjadi komoditas andalan di Kabupaten Bogor tidak berkembang dengan baik. 2
Dengan adanya pengembangan usaha perikanan khususnya budidaya pembesaran lele di Kabupaten Bogor di harapkan mampu memenuhi kebutuhan akan ikan konsumsi. Karena setiap tahunnya kebutuhan akan ikan konsumsi mengalami peningkatan di Kabupaten Bogor. Perkembangan Konsumsi Ikan di Kabupaten Bogor dari tahun 2000 hingga tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan Konsumsi Ikan di Kabupaten Bogor Tahun 2000-2008 Tahun 2000 2001 2002
Konsumsi Ikan (kg/kapita/tahun) 14,49 15,15 15,99
Persentase Perubahan
2003
19,49
3,1
2004 2005
17,40 18,44
4,9 6,5
2006 2007
19,82 22,36
7,4 12,8
4,6 5,5
24,04 Laju Rata-rata (%/tahun) Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2010. 2008
Perkembangan
konsumsi
ikan
di
Kabupaten
7,5 6.5
Bogor
mendorong
peningkatan produksi lele untuk kebutuhan akan ikan konsumsi pada masa mendatang dan diperkirakan akan terus mengalami perkembangan seiring dengan bertambahnya penduduk, perkembangan kesejahteraan dan kesadaran masyarakat akan arti penting nilai gizi produk perikanan bagi kesehatan dan kecerdasan otak. Ikan lele merupakan salah satu ikan konsumsi yang kini mulai banyak digemari karena rasa daging yang khas dan lezat. Selain itu, kandungan gizi pada setiap ekornya cukup tinggi, yaitu protein 17 hingga 37 persen; lemak 4,8 persen; mineral 1,2 persen yang terdiri dari garam fosfat, kalsium, besi, tembaga dan yodium; vitamin 1,2 persen yaitu vitamin B kompleks yang larut dalam air dan vitamin A, D dan E yang larut dalam lemak (Khairuman dan Amri, 2006). Bogor merupakan tempat yang strategis dalam budidaya pembesaran lele sangkuriang karena Kabupaten Bogor memiliki curah hujan yang tinggi yang dapat mempercepat pertumbuhan ikan lele sehingga proses budidaya lebih cepat. Selain itu, Bogor meerupakan kabupaten yang berdekatan dengan Jakarta yang menjadi sentra pasar produksi lele dan lebih dekat dengan BBPBAT Sukabumi 3
yang merupakan balai besar pengembangan budidaya air tawar. Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele, BBPBAT sukabumi kini telah berhasil melakukan rekayasa genetik untuk menghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi nama lele Sangkuriang. Seperti halnya sifat biologi lele dumbo terdahulu, lele Sangkuriang tergolong omnivora. Di alam ataupun lingkungan budidaya, lele dapat memanfaatkan plankton, cacing, insekta, udang-udang kecil dan mollusca sebagai makanannya. Selain itu lele sangkuriang memiliki daya tahan hidup pada kondisi air yang kurang baik dan tidak sulit untuk dibudidayakan, sehingga dapat mengurangi resiko kegagagalan dalam pengusahaannya. Ikan lele sangkuriang memiliki keunggulan, antara lain konversi pakannya memiliki FCR (Food Convertion Ratio) 1:1 yang artinya, satu kilogram pakan yang diberikan kepada Ikan lele menghasilkan satu kilogram daging. Ikan Lele yang bergerak sangat lincah menyebabkan korelasi positif dengan rasa dagingnya. Membuat dagingnya terasa lebih enak dan gurih karena lemak yang terkandung dalam Ikan Lele lebih sedikit. Selain itu, Ikan Lele dalam pertumbuhannya lebih cepat, dan lebih tahan terhadap penyakit. Survival Rate (SR/tingkat kelangsungan hidup)
Ikan Lele
dapat
mencapai 90 persen (Departemen Kelautan dan
Perikanan 2007). Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik, artinya dengan penggunaan teknologi yang cukup memadai dengan pengaturan suhu air yang baik. Budidaya lele sangkuriang dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian > 800 m dpl. Lele mempunyai kelebihan dari jenis ikan air tawar lainnya yaitu daya tahan terhadap hama penyakit, mampu bertahan hidup pada kondisi air yang kurang baik dan tidak sulit untuk dibudidayakan, sehingga dapat mengurangi resiko kegagagalan dalam pengusahaannya. 1.2 Perumusan Masalah Budidaya lele sangkuriang ada dua jenis usaha yang bisa diusahakan, yaitu pembenihan dan pembesaran. Usaha pembenihan merupakan kegiatan budidaya untuk menghasilkan benih lele yang siap untuk di tebar. Sedangkan pembesaran adalah kegiatan lanjutan dari pembenihan untuk menghasilkan lele konsumsi. Proses pembesaran lele sangkuriang mulai dari penebaran benih hingga panen, 4
membutuhkan waktu yang relatif lebih singkat yaitu 2,5 hingga 3 bulan, sehingga dalam setahun proses produksi dapat dilakukan empat kali. Dalam budidaya pembesaran lele sangkuriang, penggunaan kolam terpal sebagai wadah atau media budidaya menjadi solusi bagi pembudidaya lele sangkuriang. Dalam proses pembuatan dan pemasangan kolam terpal tidak begitu sulit dan dapat dibongkar pasang disesuaikan dengan luasan lahan yang dimiliki. Selain itu kolam terpal memiliki keunggulan diantaranya bisa dibuat dilahan berpasir (tepi pantai), lahan rata tapi tidak terpakai misalnya pekarangan rumah atau lain sebagainya. Penggunaan terpal sebagai media budiadaya, sekarang telah banyak diterapkan di Kabupaten Bogor. Salah satu pembudidaya yang menerapkan kolam terpal adalah Yoyok Fish Farm. Usaha yang dijalankan adalah usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal. Usaha Yoyok Fish Farm terletak di Kecamatan Mega Mendung, Desa Pasir Angin. Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan dengan Pak Yoyok selaku Pemilik usaha Yoyok Fish Farm, kebutuhan akan lele konsumsi di Jabodetabek termasuk masih tinggi. Pada tahun 2010, kebutuhan akan lele konsumsi untuk kawasan Jabodetabek mencapai ± 75 ton per hari. Pemenuhan kebutuhan lele dikawasan Jabodetabek belum dapat terpenuhi oleh pembudidaya lele yang ada di kawasan Jabodetabek khususnya Kabupaten Bogor. Hal ini dikarenakan dari ± 75 ton kebutuhan lele per hari untuk kawasan Jabodetabek hanya di pasok sekitar 15 ton per hari dari produsen wilayah Kabupaten Bogor. Produksi lele kawasan Jabodetabek khususnya Kabupaten Bogor sebesar 15 ton per hari belum mampu memenuhi pasar untuk Jabodetabek, sehingga untuk memenuhi pasar Jabodetabek biasanya dipasok dari pembudidaya lele yang berasal dari kawasan-kawasan lain di luar Jabodetabek diantaranya Subang, Indramayu, Tasikmalaya dan Jawa Tengah. 1 Kebutuhan ikan lele konsumsi yang dipasok dari luar Jabodetabek selama ini tidak menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan lele konsumsi. Hal tersebut dikarenakan pasokan lele konsumsi ke Jabodetabek yang sering mengalami 1
Departemen Kelautan dan Perikanan.Usaha Budidaya Lele Jawa Barat. www.dkp.go.id. Update Data Perikanan (Diakses pada tanggal 16 November 2010).
5
keterlambatan pasokan dan harga yang tergolong lebih tinggi karena distribusi yang jauh dari luar. Untuk Kabupaten Bogor khususnya, kebutuhan akan ikan konsumsi cenderung mengalami peningkatan (Tabel 3). Jika dilihat dari perkembangan produksi ikan konsumsi, lele merupakan ikan konsumsi mengalami peningkatan produksi paling tinggi dari ikan konsumsi lain di Kabupaten Bogor (Tabel 2). Hal ini mengindikasikan bahwa ikan lele merupakan ikan konsumsi yang banyak diminati oleh masyarakat Kabupaten Bogor. Sehingga pengusahaan pembesaran lele masih memiliki peluang untuk diusahakan dikawasan Bogor melihat pasar yang masih tergolong tinggi baik di Bogor, Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2010). Yoyok Fish Farm sebagai salah satu pengusaha pembesaran lele sangkuriang yang letaknya berada di Kabupaten Bogor, berencana akan mengembangkan skala usaha dengan menambah jumlah kolam terpal. Upaya penenambahan jumlah kolam terpal ini diharapkan mampu memenuhi sebagian besar permintaan akan lele konsumsi. Untuk menambah jumlah kolam tersebut, memerlukan investasi yang cukup besar. Oleh karena itu diperlukan analisis kelayakan investasi untuk mengetahui apakah dengan penambahan kolam terpal akan meningkatkan keuntungan dalam pengusahaan pembesaran lele sangkuriang. Adapun kelayakan usaha akan dikaji pada usaha pembesaran Yoyok Fish Farm meliputi aspek non finansial yang meliputi aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek ekonomi, aspek lingkungan, dan aspek pasar. Kemudian dilakukan analisis finansial dan faktor-faktor usaha yang dianggap berpengaruh terhadap kelayakan untuk mengetahui kelayakan usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal Yoyok Fish Farm. Berdasarkan hal-hal di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini : a. Bagaimana kelayakan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal pada aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial dan lingkungan, dan aspek finansial? b. Bagaimana kelayakan usaha pembesaran lele sangkuriang, apabila terjadi perubahan suatu komponen pada faktor-faktor usaha yang dianggap berpengaruh terhadap kelayakan? 6
1.3 Tujuan Penelitian a. Menganalisis kelayakan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal pada aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek finansial. b. Menganalisis jika terjadi perubahan suatu komponen yang dianggap berpengaruh pada kelayakan usaha pembesaran lele sangkuriang. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukanmasukan yang bermanfaat bagi investor atau pengusaha yang ingin menjalankan usaha pembesaran lele sangkuriang dengan penggunaan kolam terpal. Bagi penulis, untuk mengaplikasikan ilmu yang dipelajari selama masa perkuliahan dan sebagai sarana informasi dunia usaha di subsektor perikanan secara nyata. Bagi pembaca, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi atau rujukan sebagai informasi pengusahaan pembesaran lele sangkuriang dalam pengambil keputusan. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian analisis kelayakan usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal mengkaji aspek yang berkepentingan langsung dengan petani yang menjalankan usaha pembesaran lele sangkuriang, sehingga penelitian ini mencakup aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial lingkungan dan aspek finansial. Kriteria kelayakan untuk aspek pasar ditinjau dari komponen potensi pasar dan bauran pemasaran yang dijalankan perusahaan. Kriteria kelayakan untuk aspek teknis ditinjau dari komponen lokasi usaha, luas produksi dan pengembangan usaha, dan proses budidaya. Kriteria kelayakan untuk aspek manajemen ditinjau dari komponen manajemen sumberdaya manusia dan manajemen organisasi perusahaan. Kriteria aspek sosial dan lingkungan ditinjau dari manfaat bagi perusahaan dan lingkungan sekitar perusahaan. Sedangkan untuk kriteria investasi yang dapat dilakukan dalam pembesaran lele sangkuriang dilihat dengan menganalisis aspek finansial.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit. Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo BBAT Sukabumi telah berhasil melakukan rekayasa genetik untuk menghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi nama lele Sangkuriang (Ditjen Perikanan Budidaya 2006). Untuk menghasilkan lele sangkuriang dilakukan perbaikan genetik melalui cara silang balik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Induk dasar yang didiseminasikan dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk betina generasi kedua atau F2 dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama atau F6 (Gunawan 2009). Usaha pembesaran lele sangkuriang merupakan kegiatan lanjutan dari pembesaran benih lele sangkuriang yang bertujuan untuk menghasilkan lele konsumsi dengan ukuran 8 sampai 10 ekor per kg. Kesuksesan pembesaran lele sangat bergantung pada kualitas benih. Mutu benih yang rendah dapat mengakibatkan hasil panen yang tidak maksimal (Gunawan 2009). Dalam menjalankan usaha pembesaran lele, sekarang ini tidak hanya dilakukan dalam skala besar dengan lahan yang luas, namun dengan pemanfatan lahan sempit dan modal yang relatif terjangkau juga dapat menjalankan usaha pembesaran lele sangkuriang. Penggunaan kolam terpal sebagai tempat wadah atau media budidaya pembesaran lele sangkuriang merupakan solusi dari penggunaan lahan sempit. Proses pembuatannya relatif cepat, kemudahan dalam pembuatannya, dan minimnya modal untuk membuat kolam terpal. Kolam terpal sangat flesibel sehingga mudah dibongkar pasang dan disesuaikan dengan ukurannya (Hendriana 2010). 8
2.2 Penelitian Mengenai Studi Kelayakan Dari beberapa penelitian mengenai studi kelayakan yang berhubungan degan ikan lele sangkuriang masih terbatas terutama mengenai kelayakan pembesaran lele sangkuriang. Berikut ini ada beberapa studi kelayakan yang berhubungan dengan perikanan. Rohmawati (2010) dengan judul penelitian ”Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ikan Hias pada Arifin Fish Farm desa Ciluar, Kecamatan Bogor Utara, Kabupaten Bogor”. Dari hasil penelitian dilihat dari aspek non finansial antara lain aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan, usaha Ikan Hias layak untuk diusahakan dan dikembangkan. Hasil analisis finansial diperoleh dengan nilai NPV sebesar Rp 2.039.639.749,00, Sedangkan nilai Net B/C sebesar 4,08 lebih besar dari satu yang artinya, dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama umur proyek mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar 4,08 rupiah dan usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai IRR sebesar 60 persen lebih besar dari tingkat suku bunga pinjaman sebesar 10,25 persen. Artinya investasi di usaha ini menguntungkan. Berdasarkan kriteria IRR, usaha ini layak untuk dijalankan. Payback Period yang diperoleh
adalah
selama
2,03
tahun,
yang
artinya
perusahaan
dapat
mengembalikan modal dalam jangka dua tahun tiga hari atau tingkat pengembalian modal lebih kecil dari pada umur proyek. Artinya perusahaan dilihat dari Payback Period usaha ini layak karena pengembalian modal tercapai sebelum proyek berakhir. Berdasarkan perhitungan sensitivitas yang terjadi penurunan harga jual ikan sebesar 20 persen per tahun dan sebesar 30 persen per tahun. Dengan kondisi seperti ini, usaha masih layak untuk dikembangkan. Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa dengan penurunan harga jual ikan hias sebesar 20 persen dan 30 persen per tahun. Nilai NPV dengan penurunan harga sebesar 20 persen sebesar Rp 1.125.203.260,00 yang berarti bahwa pada tingkat suku bunga 10,25 persen, nilai saat ini dari keuntungan (Net B/C) yang diperoleh selama umur proyek 10 tahun di masa yang akan datang adalah sebesar Rp 1.125.203.260,00. Internal Rate of Return (IRR) yang diperoleh sebesar 60 persen sebelum terjadi 9
penurunan harga. Nilai tersebut menurun sebesar 26 persen setelah terjadi penurunan harga jual 20 persen, dengan demikian diperoleh nilai IRR sebesar 34 persen. Sedangkan penurunan harga jual ikan hias sebesar 30 persen per tahun nilai NPV yang diperoleh adalah sebesar Rp 667.985.016,00 dengan Net B/C sebesar 1,79 berarti nilai tersebut lebih besar dari satu dan nilai IRR sebesar 24 persen. Sehingga pada kedua penurunan harga tersebut usaha yang akan dikembangkann oleh Arifin Fish Farm masih layak untuk dijalankan. Surahmat (2009), yang meneliti tentang Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar Ben’s Fish Farm Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Berdasarkan dari hasil analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek sumberdaya perusahaan, aspek manajemen, dan aspek sosial, usaha ini layak untuk diusahakan dan dikembangkan. Penilaian terhadap rencana pengembangan usaha ini juga menggunakan analisis kelayakan finansial. Penilaian rencana pengembangan bisnis ini menggunakan dua skenario. Skenario I dengan menggunakan modal sendiri dan skenario II dengan modal pinjaman. Hasil dari perhitungan cashflow didapatkan nilai NPV untuk skenario I yaitu sebesar Rp 587.596.184,05, nilai Net B/C adalah 4,15; IRR mencapai 61 persen, dan PP adalah 2 tahun 3 bulan. Sedangkan pada skenario II nilai NPV mencapai sebesar Rp 9.501.982,34; nilai Net B/C adalah 3,9; IRR mencapai 21 persen, dan PP adalah > 10 tahun. Dari hasil switching value Skenario I, penurunan harga jual larva yang masih dapat di tolerir sebesar 7,04 persen yaitu harga Rp 8 per ekor menjadi Rp 7,43 per ekor. Pengusahaan pembenihan larva ikan bawal masih layak untuk diusahakan apabila penurunan jumlah produksi tidak melebihi 4,21 persen, yaitu dari 29.030.400 ekor menjadi 16.810.661 ekor. Sedangkan untuk peningkatan harga variable agar usaha tersebut masih layak diusahakan sampai 95,89 persen. Hasil analisis switching value Skenario II dengan modal pinjaman, tidak dilakukan switching value karena dengan modal pinjaman usaha tidak layak untuk dilaksanakan berdasarkan waktu pengembalian modal investasi yang lebih besar dari umur proyek. Sehingga apabila usaha pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar Ben’s Fish Farm tetap menggunakan bunga pinjaman maka sebaiknya
10
memperhatikan suku bunga modal pinjaman yang berlaku. Karena pada suku bunga modal pinjaman 14 persen usaha tidak layak untuk dilaksanakan. Simanjuntak (2008) dalam penelitian Analisis Kelayakan Pembesaran Ikan Aqua Kultur Empang Sari Mukti di Desa Situ Daun Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. Dari hasil penelitiannya menjelaskan aspek non finansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial dan lingkungan. Untuk aspek pasar menjelaskan bahwa permintaan, penawaran dan strategi pemasaran pengusahaan pembesaran ikan ini layak untuk diusahakan. Hal ini dikarenakan besarnya potensi pasar dilihat dari sisi permintaan, penawaran, dan persaingan. Dari aspek teknis dinyatakan
bahwa pembesaran ikan yang
dilakukan oleh Aqua Kultur Empang Sari Mukti adalah layak untuk dijalankan. Hal tersebut dilihat dari lokasi usaha, skala usaha dan proses produksi. Tidak ada masalah yang dapat menghambat jalannya kegiatan usaha pembesaran ikan Aqua Kultur Empang Sari Mukti. Aspek manajemen dari penelitian Richard, menjelaskan bahwa organisasi lebih sederhana karena jumlah tenaga kerja yang relatif sedikit sehingga tidak menyulitkan pengelola dalam melakukan kontrol tugas dari masing-masing pekerja. Untuk aspek hukum Aqua Kultur Empang Sari Mukti Sebagai perusahaan baru, belum menentukan bentuk badan hukum apa yang akan digunakan. Modal yang digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha pembesaran ikan ini seluruhnya berasal dari pemilik perusahaan. Dan aspek sosial dan lingkungan Aqua Kultur Empang Sari Mukti tidak memberikan dampak buruk bagi kondisi lingkungan daerah sekitar usaha.
Dampak positif bagi
masyarakat sekitar karena usaha ini mendatangkan sebagian tenaga kerjanya dari masyarakat sekitar. Selain itu usaha ini juga memberikan keuntungan bagi usahausaha pembenihan ikan yang kebanyakan diusahakan dalam skala kecil. Untuk aspek Finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Returm (IRR), dan Payback Periode. Membandingkan dua pola usaha pada Aqua Kultur Empang Sari Mukti memang layak untuk dijalankan. Perbandingan hasil kelayakan finansial kedua pola usaha adalah Pola Usaha I
NPV Rp
1.808.276.749, nilai Net B/C adalah 2.5894, IRR mencapai 36 persen, dan PP adalah 4,6706. Untuk Pola Usaha II NPV Rp 4.492.954.866, nilai Net B/C adalah 11
4.9464, IRR mencapai 72 persen dan PP adalah 2.3960. Dari kedua pola tersebut menunjukkan bahwa pola usaha kedua yakni usaha pembenihan ikan mas, pembesaran ikan mas, dan pembesaran ikan bawal air tawar merupakan pola usaha yang memberikan keuntungan yang paling besar dibandingkan dengan pola usaha pembesaran ikan mas dan ikan bawal air tawar. Berdasarkan hasil analisis finansial, nilai NPV pola usaha kedua lebih besar dari pola usaha pertama. Demikian juga dengan nilai Net B/C dan IRR, pola usaha kedua menghasilkan Net B/C dan IRR yang lebih besar daripada kedua pola yang pertama. Sedangkan masa pengembalian biaya investasi (payback periode) pola usaha kedua jauh lebih cepat dibanding pola usaha yang pertama. Untuk melihat perbandingan tingkat sensitivitas pada kedua pola usaha, dilihat dari hasil analisis switching value. Dari hasil analisis switching value di dapat pola usaha pertama merupakan pola usaha yang paling sensitif terhadap perubahan. Batas maksimal perubahan terhadap harga jual dan produksi yang masih memberikan keuntungan pada pola usaha pertama hanya sebesar 10,68 persen. Sedangkan untuk pola usaha kedua adalah sebesar 26,55 persen. Demikian pula dengan perubahan kenaikan harga pakan (input) berupa pelet. Perbedaan persentase antara kenaikan harga pakan pada masing-masing pola sangat besar perbedaannya. Besarnya kenaikan harga pakan yang masih mendatangkan keuntungan pada pola usaha pertama adalah sebesar 23,98 persen, sedangkan pada pola usaha kedua adalah sebesar 59,64 persen. Pengaruh kenaikan harga benih ikan pada pola usaha pertama dan pola usaha kedua berbeda jauh yakni masingmasing sebesar 30,10 persen dan 140,17 persen. Hal ini disebabkan pada pola usaha kedua, Aqua Kultur Empang Sari Mukti mulai tahun kedua sudah mengusahakan usaha pembenihan ikan mas sendiri. Sehingga biaya pembelian benih ikan yang dikeluarkan hanya untuk membeli benih ikan bawal air tawar. Jadi pola usaha yang paling menguntungkan untuk diusahakan dan memiliki tingkat sensitivitas yang kecil terhadap perubahan adalah pola usaha kedua yaitu pola usaha pembenihan ikan mas, pembesaran ikan mas, dan pembesaran ikan bawal air tawar. Nugroho (2008) dalam penelitian yang berjudul Analisis Finansial Ikan Hias Air Tawar pada Usaha Heru Fish Farm di Desa Kotabatu, Kecamatan 12
Ciomas, Kabupaten Bogor menjelaskan dari hasil penelitian menunjukan Heru Fish Farm merupakan salah satu dari banyak pembudidaya yang masuk dalam anggota pembudidaya ikan hias air tawar “Mina Tangkar” pada tahun 2006 mendapatkan gelar juara pertama se-Kabupaten dan juara II tingkat Propisi Jawa Barat. Tenaga kerja yang terdapat pada usaha Heru Fish Farm terdiri dari atas tenaga kerja tetap. Heru Fish Farm dikelola oleh empat orang yang terdiri atas satu orang pemimpin Heru Fish Farm, satu orang Manajer dan dua orang karyawan produksi. Alur kegiatan usaha ikan hias air tawar Heru Fish Farm dengan melakukan pemijahan, pendederan, pembesaran.
Hasil
analisis
dari
usaha ikan hias air tawar Heru Fish Farm setelah dilakukan pengembangan (perluasan lahan). Nilai R/C diperoleh sebesar 4,64, payback period sebesar 0,44 tahun, BEP nilai produksi tercapai pada saat hasil produksi sebesar Rp 83.608.057,90 serta ROI sebesar 228,05 persen. Total biaya, penerimaan dan keuntungan yang diperoleh Heru Fish Farm yaitu sebesar Rp 122.712.850,37, penerimaan yang diperoleh Rp 569.600.000,00 sehingga besarnya keuntungan yang diperoleh adalah
Rp
446.887.149,63.
Tambahan
biaya
sebesar Rp
74.750.000,00 diperoleh dengan melakukan pinjaman dari bank. Analisis kriteria investasi Heru Fish Farm dilakukan dengan dua skenario, dimana skenario pertama modal yang digunakan adalah modal sendiri dan skenario kedua modal berasal dari pinjaman bank sebesar Rp. 74.750.000,00 dengan tingkat suku bunga sebesar 10,8 persen per tahun. Penelitian mengenai Kelayakan Finansial Pembenihan dan Pendederan Ikan Nila Wanayasa pada Kelompok Pembudidaya Mekarsari Desa Tanjungsari, Kecamatan Pondoksalam, Kabupaten Purwakarta oleh Irianni (2006) bertujuan menganalisis Keuntungan usaha, menganalisis kelayakan investasi yang ditanamkan dan menganalisis sensitivitas usaha terhadap perubahan harga faktor produksi, dalam hal ini adalah pakan. Kelayakan usaha dan sensitivitas dinilai berdasarkan kriteria investasi yang terdiri adri NPV, Net B/C, dan IRR. Hasil analisis yang diperoleh bahwa niali NPV sebesar Rp 225.116.401,83, nilai B/C diperoleh sebesar 19,38 dan niali IRR sebesar 707 persen. Hasil analisis sensitivitas dengan metode switching value diperoleh bahwa usaha masih layak 13
dijalankan dengan adanya peningkatan harga pakan sampai batas kenaikan sebesar 800,91 persen, karena nilai NPV sama dengan nol, Net B/C sama dengan 1, sedangkan IRR sama dengan tingkat suku bunga. Dari penelitian-penelitian terdahulu merupakan acuan bagi penelitian terutama dalam pemetaan permasalahan yang terjadi pada latar belakang permasalahan dalam topik penelitian analisis perencanaan pengembangan usaha. Pada umumnya penelitian tentang analisis kelayakan pengembangan usaha yang akan dijalankan mengangkat permasalahan meningkatkan produksi untuk memenuhi permintaan dari konsumen yang semakin meningkat dan mengingat adanya kemudahan dalam fasilitas diberikan oleh investor yang ingin membuka usaha. Adapun tujuannya merupakan wacana agar diketahui biaya yang harus dikeluarkan oleh investor dalam melakukan atau menjalankan usaha. Untuk itu, maka diperlukan analisis kelayakan investasi untuk mengetahui apakah usaha yang akan dijalankan ini layak atau tidak untuk dilakukan atau dilaksanakan. Perbedaan penelitian ini adalah tempat perusahaan, jenis komoditas dan dari sisi permodalan yang digunakan untuk pengembangan usaha. Dari penelitian tersebut untuk penelitian Nugroho (2008) pada komoditi Ikan Hias air tawar dan Iriani (2006) pada komoditi Ikan Nila terdapat perbedaan analisis penelitian yang mana dalam analisis kelayakan yang dilakukan dilihat dari aspek finasial dan sensivitas usaha sedangkan dari aspek nonfinasial tidak dilakukan analisis. Rohmawati (2010), Surahmat (2009), dan Simanjuntak (2008) sama dengan penulis lakukan, analisis kelayakan dilihat dari aspek non Finansial, Finansial dan sensitivitas usaha. Namun pada penelitian Surahmat (2009) analisis kriteria investasi yang teliti dilakukan dengan dua skenario yaitu skenario pertama dengan modal sendiri dan skenario modal berasal dari pinjaman bank. Pada penelitian Simanjuntak (2008), menganalisis dua pola usaha yaitu pola pertama terdiri dari usaha pembenihan ikan mas, pembesaran ikan mas, dan pembesaran ikan bawal, sedangkan pola usaha kedua terdiri dari usaha Pembesaran ikan mas dan ikan bawal air tawar. Dari hasil penelitian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa kelayakan suatu usaha dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek non finansial dan aspek finansial. Pada aspek non finansial ada beberapa aspek yang menjadi faktor 14
penentu layak atau tidak suatu usaha dijalankan. Adapun aspek tersebut adalah aspek pasar, aspek tehnis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial lingkungan. Pada aspek pasar yang perlu dikaji adalah permintaan pasar, penawaran dan strategi pemasaran. Untuk aspek tehnis yang dikaji adalah lokasi usaha dan luas produksi. Aspek manajemen yang perlu dikaji adalah struktur organisasi yang ada atau yang diterapkan didalam menjalankan usaha. Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang digunakan. Untuk aspek sosial dan lingkungan menjelaskan apakah dengan adanya usaha memberikan dampak buruk bagi kondisi lingkungan daerah sekitar usaha karena adanya limbah yang berasal dari usaha. Dengan kata lain apakah dengan adanya usaha memberikan dampak negatif atau dampak positif karena dengan adanya usaha, membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat di sekitar usaha. Selain itu, dengan adanya usaha apakah memberikan keuntungan bagi usaha-usaha ada disekitar usaha. Pada aspek finansial yang menjadi alat analisis kriteria untuk menetukan suatu usaha tersebut layak atu tidak dilihat dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit – Cost Ratio ( Net B/C), Payback Period (PP), dan Switching Value. Untuk menganalisis keenam analisis criteria investasi untuk menentukan usaha layak atau tidaknya, digunakan arus kas (Casflow) untuk mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan. Penentuan umur usaha tersebut berdasarkan umur ekonomis dari aset terbesar dan terpenting dalam menjalankan usaha.
15
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang
analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan
melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Pengertian keberhasilan ini mungkin bisa ditafsirkan agak berbeda-beda. Ada yang menafsirkan dalam pengertian yang lebih terbatas, dan ada juga yang mengertikan dalam arti yang lebih luas. Dalam arti terbatas dipergunakan oleh pihak swasta yang lebih berminat tentang manfaat ekonomis suatu investasi. Sedangkan pihak pemerintah, atau lembaga non profit, dilihat apakah bermanfaat bagi masyarakat luas dalam hal penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumber daya yang melimpah, dan penghematan devisa atau penambahan devisa yang diperlukan oleh pemerintah. Untuk melihat berhasilnya suatu proyek atau usaha yang akan dilaksanakan salah satunya dapat dikaji dalam studi kelayakan bisnis atau suatu usaha. Setelah melakukan penelitian studi kelayakan suatu usaha, maka kita dapat melihat suatu kesempatan usaha, apakah kesempatan usaha tesebut bisa bermanfaat secara ekonomis serta apakah bisa mendapatkan suatu tingkat keuntungan yang layak dari usaha tersebut. Semakin luas skala usaha maka dampak yang dihasilkan baik secara ekonomi maupun sosial semakin luas. Studi kelayakan ini akan memakan biaya, tetapi biaya tersebut relatif kecil dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu usaha yang menyangkut investasi dalam jumlah besar. Banyaknya sebab yang mengakibatkan suatu usaha ternyata menjadi tidak menguntungkan (gagal) antara lain adalah : (1) kesalahan perencanaan, (2) kesalahan dalam penafsirkan pasar yang tersedia, (3) kesalahan dalam memperkirakan teknologi yang tepat pakai, (4) kesalahan dalam memperkirakan kontinyuitas bahan baku, dan kesalahan dalam memperkirakan kebutuhan tenaga kerja dengan tersedianya tenaga kerja yang ada, serta (5) pelaksanaan usaha yang tidak terkendalikan, sehingga biaya pelaksanaan usaha menjadi membengkak serta penyelesaian proyek menjadi tertunda. Dalam teori, tujuan dari pengambilan keputusan untuk melakukan investasi adalah untuk memaksimumkan tingkat keuntungan dari pemilik modal itu sendiri. Namun tujuan tersebut apabila dipandang dari aspek yang lebih luas 16
mungkin menjadi tidak begitu dipegang teguh lagi. Jika proyek akan dinilai dari perspektif yang lebih luas, maka tujuannya adalah memaksimumkan net present value dari semua social and benefit. 3.2 Aspek Kelayakan Usaha Menurut Husnan dan Muhammad (2000) menyatakan bahwa untuk melakukan studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspek-aspek apa yang akan dipelajari. Aspek-aspek yang harus diperhatikan adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek keuangan, aspek manajemen dan aspek hukum. Menurut Kadariah, Kalina, dan Gray (1999) menyebutkan bahwa usaha dapat dievaluasikan dari enam aspek, yaitu aspek teknis, aspek manajerial dan administratif, aspek organisasi, aspek komersial, aspek finansial, dan aspek ekonomi. a. Aspek Pasar Menurut Husnan dan Muhammad (2000) peranan analisa aspek pasar dalam pendirian maupun perluasan usaha pada studi kelayakan proyek merupakan variabel pertama dan utama untuk mendapat perhatian, aspek pasar dan pemasaran. Permintaan, baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai. Sehingga diperlukan proyeksi permintaan. Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri, maupun dari luar negeri (impor), dan bagaimana perkembangan di masa lalu dan bagaimana perkiraan di masa yang akan datang. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi penawaran, seperti jenis barang yang bisa menyaingi, dan perlindungan dari pemerintah. Harga, dilakukan dengan barang-barang impor, produksi dalam negeri lainnya. Menurut Nurmalina, Sarianti, dan Karyadi (2010) Untuk memperoleh gambaran pasar dari kegiatan bisnis yang direncanakan dapat dipelajari dari beberapa hal, yaitu: 1. Permintaan, baik secara total ataupun terperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai. Disini juga perlu diperkirakan proyeksi permintaan tersebut. 2. Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri, maupun luar negeri (impor). Bagaimana perkembangan dimasa lalu dan bagaimana perkiraan 17
di masa yang akan datang. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran seperti jenis barang yang bisa menyaingi, kebijakan dari pemerintah. 3. Harga, dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor, produksi dalam negeri lainnya. Apakah ada kecendrungan perubahan harga dan bagaimana polanya. 4. Program
pemasaran,
mencakup
strategi
pemasaran
yang
akan
dipergunakan untuk bauran pemasarannya (marketing mix). Identifikasi siklus kehidupan produk (product life cycle). Pada tahap apa produk yang akan dibuat. 5. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang bisa dikuasai perusahaan. b. Aspek Teknis Husnan dan Muhammad (2000) mengatakan bahwa aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Adapun komponen yang terdapat didalamnya meliputi adalah lokasi usaha, luas produksi, proses produksi. Berdasarkan analisa ini dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya. Pada sapek tehnis yang perlu dikaji adalah lokasi usaha, luas produksi dan proses produksi. Analisis secara teknis berhubungan dengan usaha (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa. Hal ini sangat penting, dan kerangka kerja proyek harus dibuat secara jelas supaya analisis secara teknis dapat dilakukan dengan teliti (Gittinger 1986). Aspek-aspek lain dari analisa usaha hanya akan dapat berjalan bila analisis secara teknis dapat dilakukan, walaupun asumsi-asumsi teknis dari suatu perencanaan usaha mungkin sekali perlu direvisi sebagaimana aspek-aspek yang lain diteliti secara terperinci. c.
Aspek Manajemen Aspek manajemen meliputi manajemen pembangunan dalam usaha dan
manajemen dalam operasi. Manajemen pembangunan proyek adalah proses untuk merencanakan penyiapan sarana fisik dan peralatan lunak lainnya agar usaha yang
18
direncanakan tersebut bisa mulai beroperasi secara komersial tepat pada waktunya (Husnan dan Muhammad 2000). Pelaksanaan usaha tersebut bisa dari pihak yang mempunyai ide usaha yang akan dijalankan, umumnya diserahkan pada beberapa pihak lain yang ingin melaksanakan usaha tersebut. Perusahaan yang mempunyai ide membuat usaha perlu mengetahui kapan usaha tersebut akan mulai bisa beroperasi secara komersial. Aspek manajemen dalam operasi meliputi bagaimana merencanakan pengelolaan usaha operasional. d.
Aspek Sosial Analisis sosial berkaitan dengan hal-hal yang menjadi pertimbangan-
pertimbangan sosial yang harus diperhatikan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu usaha yang akan dijalankan tanggap terhadap keadaan sosial. Hal tersebut penting dilakukan sebab tidak ada usaha yang akan bertahan lama bila tidak bersahabat dengan lingkungan yang ada. Beberapa pertanyaan yang mungkin menjadi permasalahan seperti penciptaan lapangan kerja, kualitas masyarakat, kontribusi usaha dan dampak lingkungan yang dapat merugikan (Gittinger, 1986). Tujuan utama pendirian suatu usaha adalah mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, namun demikian suatu usaha tidak dapat hidup sendirian dan hendaknya usaha memiliki tanggung jawab sosial. Beberapa tanggung jawab sosial
usaha
seperti
penelitian,
penyediaan
lapangan
pekerjaan
baru,
melaksanakan alih teknologi, meningkatkan mutu hidup dan pengaruh positif. e. Aspek Finansial Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu usaha akan menguntungkan selama umur proyek. Tujuan dilakukannya analisis proyek adalah 1) untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu usaha, 2) menghindari pemborosan sumber-sumber, yaitu dengan menghindari pelaksanaan usaha yang tidak menguntungkan, 3) mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga kita dapat memilih alternatif usaha yang
19
paling menguntungkan, dan 4) menentukan prioritas investasi (Kadariah, Kalina, dan Gray 1999). Analisis finansial terdiri dari: 1. Teori Biaya dan Manfaat Analisis finansial diawali dengan biaya dan manfaat dari suatu proyek. Analisis finansial bertujuan untuk membandingkan pengeluaran uang dengan revenue earning proyek. apakah proyek itu terjamin dengan dana yang diperlukan. Apakah proyek akan mampu membayar kembali dan tersebut dan apakah proyek akan berkembang sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri (Kadariah, Kalina, dan Gray 1999). Dalam analisis proyek, penyusunan arus biaya dan arus manfaat sangat penting untuk mengukur besarnya nilai tambah yang diperoleh dengan adanya proyek. Biaya merupakan pengeluaran atau pengorbanan yang dapat mengurangi manfaat yang akan diterima. Sedangkan manfaat merupakan hasil yang diharapkan akan berguna bagi individu, lembaga, ataupun masyarakat yang merupakan hasil dari suatu investasi. Biaya dan manfaat ini bisa merupakan biaya dan manfaat langsung ataupun biaya dan manfaat tidak langsung. Biaya dan manfaat langsung adalah biaya dan manfaat yang bisa dirasakan dan dapat diukur sebagai akibat langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu proyek, sedangkan biaya dan manfaat tidak langsung merupakan biaya dan manfaat yang dirasakan secara tidak langsung dan merupakan utama dan tujuan utama dari suatu proyek. Biaya dan manfaat yang dimaksudkan kedalam analisis proyek adalah biaya dan manfaat yang bersifat langsung. Biaya yang diperlukan untuk suatu proyek terdiri dari biaya modal, biaya operasional dan biaya lainnya yang terlibat dalam pendanaan suatu proyek. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, dengan contoh tanah, bangunan dan perlengkapan, pabrik dan mesin-mesin, biaya pendahuluan sebelum operasi, serta biaya-biaya lainnya. 2. Laba Rugi Menurut Gittinger (1986) laporan rugi laba adalah suatu laporan keuangan yang meringkas penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi yang menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tersebut. 20
Laba merupakan sejumlah nilai yang tersisa setelah dikurangkannya pengeluaranpengeluaran yang timbul didalam memproduksi barang dan jasa dari penerimaan yang diperoleh dengan menjual barang dan jasa tersebut. Dengan kata lain, pendapatan (laba) merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Penerimaan netto timbul dari penjualan barang dan jasa yang dikurangi dengan potongan penjualan, barang yang dikembalikan dan pajak penjualan. Pengeluaran tunai untuk operasi mencakup seluruh pengeluaran tunai yang timbul untuk memproduksi output, diantaranya yaitu biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku. Pengurangan biaya langsung untuk memproduksi suatu barang dengan total penerimaan bersih akan menghasilkan pendapatan bruto. Komponen lain dalam laporan rugi laba adalah adanya biaya penjualan, biaya umum dan biaya administrasi. Pengurangan komponen-komponen tersebut tersebut terhadap laba bruto akan menghasilkan laba operasi sebelum penyusutan. Penyusutan merupakan pengeluaran operasi bukan tunai yang merupakan proses alokasi biaya yang berasal dari harta tetap ke tiap periode operasi yang menyebabkan nilai harta tetap tersebut menjadi berkurang. Pengurangan penyusutan terhadap laba operasi sebelum penyusutan laba operasi sebelum penyusutan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak. Komponen selanjutnya dalam laporan rugi laba adalah komponen pendapatan atau beban di luar operasi seperti bunga yang diterima, bunga yang dibayar, subsidi dan cukai. Penambahan pendapatan diluar operasi dan pengurangan beban diluar operasi akan menghasilkan laba sebelum pajak. Pengurangan pajak penghasilan terhadap pendapatan sebelum pajak akan menghasilkan laba bersih (net benefit). Hal inilah yang merupakan pengembaliam kepada pemilik usaha yang tersedia baik untuk dibagikan ataupun untuk diinvestasikan kembali. 3. Analisis Kriteria Investasi Laporan rugi laba mencerminkan perbandingan pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan. Laporan rugi laba menunjukan hasil operasi perusahaan selama periode operasi. Menurut Husnan dan Muhammad (2000), bahwa dalam menganalisa suatu proyek investasi lebih relavan terhadap kas bukan terhadap laba, karena dengan kas seseorang bisa berinvestasi dan 21
membayar kewajibannya, sehingga untuk mengetahui sejauh mana keadaan finansial perusahaan, perlu dilakukan analisis aliran kas (Cashflow). Analisis kriteria investasi merupakan analisis untuk mencari suatu ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu usaha yang telah dikembangkan. Setiap kriteria investasi menggunakan Present Value (pv) yang telah di-discount dari arus-arus benefit dan biaya selama umur suatu usaha (Kadariah, Kalina, dan Gray 1999).
Penilaian
investasi
dalam
suatu
usaha
dilakukan
dengan
memperbandingkan antara semua manfaat yang diperoleh akibat investasi dengan semua biaya yang dikeluarkan selama proses investasi dilaksanakan. Analisis kelayakan usaha adalah penelitian tentang pengevaluasian apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dilaksanakan atau dilanjutkan, dilihat dari sudut pandang badan-badan atau orang-orang yang menanamkan modalnya. Suatu usaha dikatakan layak apabila usaha tersebut mendatangkan keuntungan (Kadariah, Kalina, dan Gray 1999). Suatu usaha atau proyek dikatakan layak atau tidak untuk dilaksanakan jika sesuai dengan ukuran kriteria investasi yang ada (Kadariah, Kalina, dan Gray 1999). Beberapa metode pengukuran dalam kriteria investasi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut : (1)
Net Present Value (manfaat bersih sekarang) adalah nilai kini dari keuntungan bersih yang ada diperoleh pada masa mendatang, yang merupakan selisih kini dari benefit dengan nilai kini dari biaya.
(2)
Net Benefit-Cost Ratio (ratio manfaat dan biaya) adalah perbandingan antara jumlah nilai kini dari keuntungan bersih pada tahun dimana keuntungan bersih bernilai positif dengan keuntungan bersih yang bernilai negatif.
(3)
Internal Rate of Return
(tingkat pengembalian internal) adalah tingkat
bunga dimana nilai kini dari biaya total sama dengan nilai kini dari penerimaan total. IRR dapat pula dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek dengan syarat setiap manfaat yang diwujudkan, yaitu setiap selisih benefit (Bt) dan cost (Ct) yang bernilai positif secara otomatis ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang sama selama sisa umur proyek.
22
(4)
Payback Period (masa pembayaran kembali) digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang digunakan untuk melunasi investasi yang ditanamkan. Metode Payback Period merupakan metode yang menghitung seberapa cepat investasi yang dilakukan bisa kembali, karena itu hasil perhitungannya dinyatakan dalam satuan waktu yaitu tahun atau bulan (Husnan dan Muhammad 2000).
3.3 Analisis Switching Value Analisis switching value dilakukan untuk meneliti kembali suatu analisis kelayakan proyek, agar dapat melihat pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah atau adanya sesuatu kesalahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya-manfaat. Dalam analisis switching value, setiap kemungkinan harus dicoba yang berarti bahwa setiap kali harus dilakukan analisis kembali. Hal ini perlu, karena dalam menganalisis usaha biasanya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Pada sektor pertanian, usaha dapat berubah-ubah sebagai akibat dari empat permasalahan utama, yaitu: perubahan harga jual, keterlambatan pelaksanaan usaha, kenaikan biaya, dan perubahan volume produksi. Analisis switching value digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan
pada nilai penjualan dan biaya variabel yang akan menghasilkan
keuntungan normal yaitu NPV sama dengan nol. Variabel yang akan dianalisis dengan switching value merupakan variabel yang dianggap signifikan dalam usaha. Adapun variabel-variabel yang dimaksud antara lain nilai input dan biaya variabel, sehingga dengan analisis ini akan dicari tingkat harga penjualan minimum dan peningkatan biaya maksimum agar proyek masih dapat dikatakan layak. Penggunaan variabel analisis tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa harga input dan jumlah output merupakan komponen biaya yang penting. Oleh karena itu akan dilihat perubahan nilai penjualan minimum dan biaya variabel, apakah masih memenuhi kriteria umum kelayakan investasi. Parameter harga jual produk dan biaya dalam analisis finanasial diasumsikan tetap setiap tahunnya. Namun dalam ke adaan nyatanya dua parameter dapat berubah-ubah sejalan dengan pertambahan waktu. Untuk itu, analisis switching Value perlu dilakukan untuk melihat sampai seberapa persen 23
penurunan harga atau kenaikan biaya terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria kelayakan investasi dari layak menjadi tidak layak. Perhitungan pada analisis switching value batas-batas maksimal perubahan maksimum dari penurunan harga output atau hasil produksi yang masih dapat ditoleransi agar usaha masih layak atau tidaknya untuk dijalankan. Semakin besar persentase yang diperoleh menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak peka atau tidak sensitif terhadap perubahan parameter yang terjadi. 3.4 Kerangka Pemikiran Operasional Usaha di bidang perikanan sangat berpotensi dan diperkirakan akan semakin berkembang. Hal ini tercermin pada jumlah data perkembangan produksi ikan dan konsumsi ikan di Kota Bogor. Perkembangan produksi ikan konsumsi didorong oleh permintaan kebutuhan akan ikan konsumsi yang belum terpenuhi. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan akan konsumsi ikan di Kabupaten Bogor cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan permintaan akan ikan konsumsi akan terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya penduduk, perkembangan kesejahteraan dan kesadaran masyarakat akan arti penting nilai gizi produk perikanan bagi kesehatan dan kecerdasan otak. Untuk memenuhi akan kebutuhan ikan konsumsi tersebut maka perlu dialkukan pengembangan usaha perikanan. Salah satunya ialah lele konsumsi, peningkatan produksi ikan lele konsumsi perlu dilakukan dengan mengembangkan usaha budidaya lele. Lele sangkuriang merupakan jenis lele unggul yang berhasil dilakukan rekayasa genetiknya oleh BBPBAT Sukabumi. Dalam pengusahaannya budidaya lele sangkuriang adalah usaha pembesaran lele sangkuriang yang merupakan tahapan penting dalam pemeliharaan ikan lele sangkuriang supaya dapat menghasilkan ikan lele konsumsi. Adanya penggunaan kolam terpal merupakan salah satu media budidaya pembesaran lele sangkuriang. Penggunaan kolam terpal sebagai media budidaya pembesaran lele sangkuriang dikarenakan proses pembuatannya relatif cepat, kemudahan dalam pembuatanya, dan minim modal. Dengan adanya penggunaan kolam terpal ini dimaksudkan agar penggunaan lahan yang sempit bahkan lahan yang selama ini kosong dapat dipergunakan dan dimanfaatkan sebagai lokasi 24
tempat budidaya, seperti pekarangan rumah, gudang yang tidak terpakai, bak yang tidak digunakan, dan lahan berpasir seperti tepi pantai. Sebelum menjalankan usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal, perlu dilakukan kajian analisis kelayakan usaha. Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui apakah usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal layak untuk diusahakan. Dalam melakukan kajian analisis kelayakan usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal, Yoyok Fish Farm merupakan usaha pembesaran lele sangkuriang menggunakan kolam terpal sebagai media budidayanya. Teknis budidaya lele sangkuriang penggunaan kolam terpal yang diusahakan Yoyok Fish Farm menggunakan teknologi yang sederhana dan mudah untuk dibudidayakan. Yoyok Fish Farm sebagai salah satu pengusaha pembesaran lele berencana akan mengembangkan usaha dengan menambah skala usaha selama ini. Adapun upaya perluasan skala usaha yang akan dilakukan, memerlukan analisis kelayakan investasi untuk mengetahui apakah usaha yang akan dikembangkan ini layak atau tidak. Dilihat dari pengusahaan yang telah dilakukan dan pengembangan usaha yang akan dilakukan. Adapun kelayakan usaha Aspek-aspek yang akan dikaji dalam pengembangan usaha pada Yoyok Fish Farm meliputi aspek non finansial yang meliputi aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek ekonomi, aspek lingkungan, dan aspek pasar Kemudian dilakukan analisis finansial dan faktorfaktor usaha yang dianggap berpengaruh terhadap kelayakan untuk mengetahui kelayakan usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal Yoyok Fish Farm. Dalam menganalisis kelayakan suatu usaha pembesaran lele sangkuriang yang akan dilakukan dilihat dari beberapa aspek seperti aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek non finansial mencakup aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek lingkungan dan sosial. Sedangkan pada aspek finasial mencakup analisis kriteria investasi (NPV, IRR, Net B/C, PP) dan analisis sensivitas. Setelah mendapat hasil analisis, dilihat apakah usaha penegembangan pembesaran lele sangkuriang layak atau tidak untuk dilaksanakan. Jika layak, pembesaran lele sangkuriang dapat dilaksanakan atau rekomendasi usaha pembesaran lele sangkuriang. Jika tidak layak maka sebaiknya investasi dilakukan
25
pada usaha lain. Untuk memperjelas gambaran mengenai penelitian yang akan dilakukan, dapat dilihat bagan kerangka pemikiran operasional dalam Gambar 1.
Kebutuhan Akan Ikan Konsumsi Meningkat
Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang
Pengembangan Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm
Bagaimana Kelayakan Budidaya Lele Sangkuriang Penggunaan Kolam Terpal Pada Yoyok Fish Farm
Aspek non finansial : • • • •
Aspek pasar Aspek teknis Aspek manajemen Aspek sosial
Aspek finansial : • Analisis Kriteria Investasi (NPV, IRR, Net B/C, PP) • Analisis Sensitivitas
Layak
Tidak layak
Rekomendasi Usaha
Evaluasi Usaha
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
26
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Yoyok Fish Farm yang terletak di Jl. Gunung Geulis, Desa Pasir Angin, Kecamatan Mega Mendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Yoyok Fish Farm merupakan perusahaan yang bergerak di Usaha Budidaya Ikan Lele Sangkuriang yang diperoleh dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi yang prospektif permintaannya tinggi terhadap ikan lele sangkuriang, perluasan lahan untuk pengembangan usaha, serta perolehan informasi tentang data perusahaan yang terbuka membagi informasinya, sehingga penulis dengan mudah untuk melaksanakan penelitian. Pengambilan data dilakukan selama tiga bulan yaitu pada bulan Februari 2011 sampai dengan April 2011. 4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui pengamatan dan wawancara kepada Yoyok Fish Farm, UPR Binatular, pedagang pengumpul, BBPBAT Sukabumi, masyarakat sekitar usaha, dengan menyertakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari catatan-catatan, studi literatur berbagai buku tentang lele, internet, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan Perpustakaan. Selain itu, dilakukan juga penelusuran melalui skripsi yang melakukan penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan yang berhubungan dengan topik penelitian. 4.3 Metode Analisis Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study) yang bertujuan memperoleh gambaran yang lebih mendalam dari suatu objek yang diteliti. Metode analisis data dilakukan dengan cara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai aspek-aspek yang dikaji dalam analisis kelayakan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang pada Yoyok Fish Farm yang dijelaskan secara deskriptif. Aspek27
aspek tersebut meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial dan lingkungan. Dalam perolehan data kulitatif dilakukan melalui wawancara dengan panduan kuisioner kepada para responden yang terdiri dari pihak-pihak yang terkait meliputi pemilik usaha dan manajemen Yoyok Fish Farm, pedagang pengumpul dan masyarakat sekitar usaha. Untuk melengkapi bahan-bahan kajian penelitian, diperlukan data dan informasi yang diperoleh dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, internet, buku-buku mengenai lele, dan BBPBAT Sukabumi. Data kuantitatif meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan dalam menjalankan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang Yoyok Fish Farm mencakup biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel serta penerimaan diperoleh dari hasil penjualan ikan lele konsumsi. Data kuantitatif dikumpulkan, kemudian diolah dengan menggunakan komputer software microsoft excel yang akan ditampilkan dalam bentuk tabulasi sehingga dapat dijelaskan secara deskriptif. 4.3.1 Analisis Aspek Pasar Analisis aspek pasar dikaji dengan cara deskriptif untuk mengetahui berapa besar potensi pasar untuk masa yang akan datang. Untuk keperluan ini perlu diketahui tingkat permintaan pasar pada masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. Analisis aspek pasar terdiri dari rencana prasarana output yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek (Gittinger 1986). Kriteria kelayakan pada aspek pasar dikatakan layak apabila usaha pembesaran lele sangkuriang memiliki peluang pasar, artinya potensi permintaan lebih besar dari penawaran. Keberhasilan dalam menjalankan usaha perlu adanya strategi pemasaran
dan
pengkajian aspek pasar dengan cermat. Hal yang dapat dipelajari bentuk pasar yang dimasuki adalah seperti permintaan dimasa lalu dan sekarang, penawaran dimasa lalu dan sekarang dan strategi pemasaran. 4.3.2 Analisis Aspek Teknis Analisis aspek teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Aspek teknis berpengaruh terhadap kelancaran usaha terutama kelancaran proses produksi. 28
Aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi proyek, besar skala operasi/luas produksi, kriteria pemilihan mesin dan peralatan yang digunakan, proses produksi yang dilakukan dan jenis teknologi yang digunakan. Pengkajian aspek teknis dalam studi kelayakan dimaksudkan untuk memberikan batasan garis besar parameter-parameter teknis yang berkaitan dengan perwujudan fisik proyek. Aspek teknis memiliki pengaruh besar terhadap perkiraan biaya dan jadwal kegiatan yang dilakukan nantinya, karena akan memberikan batasanbatasan lingkup proyek secara kuantitatif (Soeharto 1999). 4.3.3 Analisis Aspek Manajemen Aspek manajemen dikaji secara deskriptif untuk mengetahui sumberdaya manusia dalam menjalankan jenis-jenis pekerjaan pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam aspek tersebut diantaranya adalah bentuk badan usaha yang digunakan, struktur organisasi yang berguna dalam menentukan garis kerja untuk mengatur pelaksanaan operasional kelompok tani serta sistem ketenagakerjaan yang diterapkan oleh pihak manajemen. 4.3.4 Analisis Aspek Hukum Aspek hukum dikaji secara deskriptif untuk mengetahui bentuk badan usaha yang digunakan, dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana dan izin usaha.disamping hal tersebut aspek hukum dari suatu kegiatan bisnis pada saat menjalin kerjasama (Networking) dengan pihak lain. 4.3.5 Analisis Aspek sosial Analisis aspek sosial dan lingkungan dikaji secara deskriptif untuk mengetahui yang ditimbulkan oleh adanya kegiatan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang di Yoyok Fish Farm terhadap kondisi sosial dan lingkungan masyarakat sekitarnya maupun manfaat-manfaat yang timbul secara menyeluruh dari usaha ini. Analisis aspek sosial, ekonomi dan lingkungan tersebut berfungsi untuk mengetahui dampak pada pencemaran lingkungan yang disebabkan bau tidak sedap yang keluar dari usaha ini. 29
4.3.6 Analisis Aspek Finansial Analisis finansial dikaji dengan kuantitatif melalui analisis biaya dan manfaat, analisis laba rugi, analisis kriteria investasi, yaitu meliputi net present value (NPV), internal rate return (IRR), net benefit cost ratio (Net B/C), payback pariod (PP), dan analisis sensitifitas. Analisis biaya manfaat dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai biaya yang dikeluarkan serta keseluruhan manfaat yang diterima selama usaha dijalankan. Dari hasil analisis biaya dan manfaat diolah sehingga dapat menghasilkan analisis laba rugi. Analisis laba rugi akan menghasilkan komponen pajak yang merupakan pengurangan dalam cashflow perusahaan. Setelah diketahui pajak maka dilakukan penyusunan cashflow sebagai dasar perhitungan kriteria investasi. Kriteria investasi akan menunjukkan layak tidaknya usaha dari sisi finansial. Sehingga dapat menilai suatu kegiatan investasi usaha sensitif atau tidak terhadap perubahan yang akan terjadi. 1) Net Present Value (NPV) Net Present Value atau manfaat bersih adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi. Nilai NPV dapat dihitung dengan menggunakan rumus : n
NPV =
∑
t=0
( Bt − Ct ) (1 + i ) t
Dimana: Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t n = Umur usaha i = Suku bunga (DR/%) t = Tahun kegiatan bisnis Dengan kriteria : NPV > 0 → maka secara finansial usaha layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya. 30
NPV < 0 → maka secara finansial usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan, karena manfaat yang diperoleh lebih kecil dari biaya atau cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. NPV = 0 → maka secara finansial usaha tidak menguntungkan dan juga tidak rugi, karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan. 2) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Ratio manfaat dan biaya diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya.
Net B/C menunujukan tingkat tambahan
manfaat pada setiap sebesar satu rupiah. Proyek layak dilaksanakan apabila nilai Net B/C lebih dari satu. Secara matematis Net Benefit-Cost Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut : t=n
Net B/C =
∑
t=0 t=n
∑
t=0
( Bt − Ct ) (1 + i ) t ( Ct − Bt ) (1 + i ) t
-----
(Bt − Ct) > 0 (Bt − Ct) < 0
Keterangan : Bt = Penerimaan (benefit) yang disebabkan adanya investasi pada tahun ke-t Ct = Biaya tahunan yang disebabkan adanya investasi pada tahun ke-t i = Tingkat suku bunga (%) t = Umur proyek suatu usaha (t = 1,2,3,....., n) 1 = Discount Factor (DF) pada tahun ke-t (1 + i) t
Dengan kriteria : Net B/C > 1 → maka usaha layak dilaksanakan Net B/C < 1 → maka usaha tidak layak dilaksanakan 3) Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate Return (IRR) adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan yang dinyatakan dalam satuan persen. Jika diperoleh nilai IRR lebih besar 31
dari tingkat diskonto yang berlaku (discount rate), maka proyek dinyatakan layak untuk dijalankan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari suku bunga yang berlaku maka proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan. Secara matematis IRR dapat dirumuskan sebagai berikut : ⎡ ⎤ NPV − − IRR = i '+ ⎢ x ( i " i ' ) ⎥ + − ⎣ NPV − NPV ⎦
Keterangan : i’
= Tingkat suku bunga yang menghasilkan nilai NPV positif
i”
= Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV negatif
NPV- = NPV pada tingkat bunga i’ NPV+ = NPV pada tingkat bunga i” Kriteria yang berlaku : IRR > i ; maka usaha layak dilanjutkan IRR < i ; maka usaha tidak layak dilanjutkan atau lebih baik dihentikan 4) Payback Period (PP) Payback Period atau masa pembayaran kembali adalah suatu jangka waktu (periode) kembalinya keseluruhan jumlah investasi yang ditanamkan, dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus netto produksi tambahan, sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal yang ditanamkan dengan menggunakan aliran kas. Secara matematis payback period dapat dirumuskan sebagai berikut :
PP =
I Ab
Keterangan: PP = Jumlah waktu (tahun/periode) yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi. I
= Jumlah modal investasi.
Ab = Hasil bersih per tahun/periode atau laba bersih rata-rata per tahun.
32
5) Analisis nilai pengganti (Switching Value Analysis) Switching value merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maximum dari perubahan merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maximum dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output, penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak (Gittinger, 1986). Pada perhitungan switching value perubahan yang terjadi pada dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah suatu komponen inflow (penurunan harga output, penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi). Analisis sensitivitas dapat ditampilkan ke
dalam
cashflow
dapat
berlaku
untuk
satu
harga
tertentu
tanpa
mempertimbangkan perubahan yang akan terjadi. Faktor perubahan harga input, perubahan harga output dan tingkat produksi, sehingga menjadi parameter utama yang mempengaruhi perubahan dalam analisis kelayakan. Untuk perubahan tersebut maka dilakukan dengan analisis sensitivitas dengan metode penghitungan switching value (nilai pengganti). Metode ini digunakan untuk perubahan salah satu atau lebih dari nilai variabel yang diangkap paling sensitif dalam suatu usaha.
33
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Profil Perusahaan Yoyok Fish Farm adalah usaha yang dikelola oleh Pak Yoyok yang merupakan usaha pembesaran lele sangkuriang dengan yang menggunakan kolam terpal. Awal berdirinya usaha pembesaran lele sangkuriang yang dijalankannya pada tahun 2009. Yoyok Fish Farm merupakan usaha perseorangan dimana pemilik usaha tidak terlibat langsung dalam pengelolaan pembesaran ikan lele sangkuriang. Pengelolaan usaha pembesaran ikan diserahkan kepada dua orang yang bertindak sebagai Manajer dan Pengawas. Investasi awal pendirian usaha Yoyok Fish Farm berasal dari modal sendiri dari pemilik usaha yaitu Pak Yoyok yang berperan sebagai penyedia dana. Usaha pembesaran lele sangkuriang yang dilakukan merupakan usaha yang bersifat komersial, artinya tidak hanya untuk pemenuhan kebutuhan keluarga, tetapi diusahakan lebih untuk dipasarkan. Pak Yoyok selaku pemilik usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm, terjun dalam usaha pembesaran lele sangkuriang karena tertarik untuk menjalankan usaha pembesaran lele sangkuriang karena memiliki beberapa keunggulan yaitu; a. Resiko kematian lebih rendah karena sifat lele yang lebih kuat atau daya tahan hidupnya yang tinggi. b. Proses (siklus) produksi lebih cepat karena sifat lele sangkuriang yang rakus terhadap pakan sehingga pertumbuhannya lebih cepat. c. Cara dan teknis budidaya atau pemeliharaannya lebih mudah dan tidak memerlukan ilmu dan keterampilan yang tinggi, pada penggunaan teknologi yang sederhana sudah mampu menjalankan usaha. Pada pengusahaan pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm mengaplikasikan penggunaan kolam terpal sebagai media atau wadah tempat pemeliharaan pembesaran lele sangkuriang. Penggunaan kolam terpal sebagai media atau wadah pemeliharaan lele sangkuriang mempunyai beberapa kelebihan dalam hal pemeliharaan pembesaran lele sangkuriang. Adapun kelebihan penggunaan kolam terpal menurut Pak Yoyok lebih praktis dalam berbudidaya
34
lele sangkuriang karena air tidak mudah surut, pergantian air lebih mudah, dan panen tidak sulit. 5.2 Lokasi Usaha Untuk lokasi pengusahaan pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm terletak di Jl. Gunung Geulis, Desa Pasir Angin, Kecamatan Mega Mendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dalam pendirian usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm, pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan sumber pasokan air yang memadai, suhu udara yang sesuai untuk pembesaran lele sangkuriang, dekat dengan pasar, dan akses mengenai fasilitas sarana dan prasarana umum yang mendukung. Lokasi
Gambar 2. Lokasi Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm
5.3 Fasilitas Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Pelaksanaan kegiatan produksi yang diterapkan di usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm menggunkan beberapa fasilitas dan peralatan. Adapun fasilitas dan peralatan yang digunakan dalam kegiatan produksi pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm adalah sebagai berikut; 5.3.1 Fasilitas Produksi Fasilitas produksi yang digunakan dalam usaha pembesaran lele sangkuriang pada Yoyok Fish Farm antara lain :
35
1. Kolam Terpal Kolam digunakan untuk pembesaran lele sangkuriang adalah kolam yang terbuat dari terpal. Jumlah kolam yang dimiliki oleh usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm adalah dari 13 unit kolam terpal untuk pembesaran ikan lele sangkuriang, yang terdiri dari beberapa ukuran kolam yang disesuaikan dengan kondisi lahan. Adapun ukuran-ukuran kolam yang dimiliki terdiri dari; a. Kolam terpal ukuran 10 m x 5 m berjumlah 7 unit b. Kolam terpal ukuran 8 m x 6 m berjumlah 3 unit c. Kolam terpal ukuran 13 m x 4 m berjumlah 1 unit d. Kolam terpal ukuran 7 m x 5 m berjumlah 2 unit Umur ekomonis penggunaan kolam terpal yang diusahakan oleh Yoyok Fish Farm adalah selama 2 tahun. 2. Bangunan (Gudang) Bangunan atau gudang digunakan sebagai tempat tinggal bagi karyawan tetap dan sebagai tempat penyimpanan pakan dan peralatan-peralatan produksi. Untuk umur ekonomis bangunan (gudang) adalah 5 tahun. 5.3.2 Peralatan Produksi Pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm peralatanperalatan yang digunakan pada saat proses produksi berlangsung, sebagai berikut : 1. Pompa Air Pompa air digunakan untuk mengalirkan air dari sumber air ke kolamkolam pemeliharaan. Pompa air yang digunakan berjenis Alkon diesel sebanyak 1 unit dengan harga Rp 3.000.000 per unit dengan umur ekonomis 5 tahun. 2. Ember Sortir Ember Sortir digunakan untuk proses penyotiran lele sangkuriang sehingga menghasilkan lele yang seragam. Adapun tujuan penyortiran dilakukan untuk menghindari sifat lele sangkuriang kanibal yang mana lele yang lebih besar memangsa lele yang lebih kecil. Penyortiran juga dilakukan pada saat lele sangkuriang akan panen. Ember sortir yang digunakan sebanyak 5 buah dengan harga per buah sebesar Rp 35.000 dan umur ekonomis 2 tahun. 36
3. Ember Ember memiliki beberapa fungsi antara lain digunakan untuk wadah pemberian pakan, dan tempat lele sementara pada saat pemanenan berlangsung. Jumlah ember yang digunakan sebanyak 5 buah dengan harga per buahnya sebesar Rp 30.000 dengan umur ekonomis 2 tahun. 4.
Selang Air Selang air digunakan untuk mengisi air apabila kolam baru dibersihkan
dan airnya diganti. Selang air disambung dari pipa saluran air yang ada pada mesin pompa air. Selang yang digunakan pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm sebanyak 20 m, dengan harga per meternya Rp 6.000 dengan umur ekonomis 2 tahun. 5. Serokan Serokan digunakan untuk menangkap ikan, mengambil kotoran atau sampah yang terdapat pada kolam dan ikan-ikan yang mati, harga serokan ini sebesar Rp 15.000 per buah dengan umur ekonomis 5 tahun. 5.4 Proses Produksi Proses produksi yang dilakukan oleh usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm meliputi : 1. Persiapan Kolam dan Air Persiapan kolam dilakukan dengan dua cara yaitu penggalian tanah hingga 60 cm terlebih dahulu (kolam terpal dibenamkan di dalam tanah) dan kolam yang dibuat tanpa dilakukan penggalian, terlebih dahulu melakukan perataan tanah. Dalam pengaplikasiannya kolam yang dibuat dengan digali terlebih dahulu biasanya lebih kokoh dan tahan lama namun meninggalkan bekas lubang. Pada Yoyok Fish Farm pembuatan kolam dilakukan dengan penggalian tanah sedalam 50 cm kemudian pemasangan terpal, adapun tujuannya agar kolam yang akan digunakan lebih kokoh. Pada kolam yang telah selesai dibuat dilakukan pengisian air bersih yang bebas dari limbah dan bahan kimia setinggi 35 cm. Setelah pengisian air biasanya dilakukan pengomposan atau pemupukan menggunakan kotoran kambing atau domba di dalam karung bekas (karung harus steril). Adapun tujuan pengomposan 37
dilakukan untuk menciptakan air kolam dengan pH yang sesuai dengan kebutuhan lele sangkuriang, yaitu 7-8 jika pH air kurang dari 7, lele rentan terserang penyakit. Selain itu, pengomposan juga bermanfaat bagi ikan lele karena membuat patil lele lebih kuat. Jika patilnya kuat biasanya lele lebih tahan hidup. Pengangkatan karung pada kolam dilakukan setelah hari kedelapan sejak karung kompos dimasukkan, pada saat karung diangkat sebaiknya karung dinaik turunkan beberapa kali, atau diinjak-injak sebelum diangkat. Adapun tujuannya agar kandungan atau zat organik yang terdapat dalam karung tersebut keluar dan menyebar ke dalam air. 2. Penebaran Benih Benih yang ditebar sebaiknya diperhatikan terlebih dahulu agar benih yang ditebar berkualitas. Benih berkualitas biasanya dapat diamati dari fisik dan gerakannya. Fisik benih memiliki tubuh yang seragam dan proposional (ukuran kepala dan tubuh seimbang) tidak cacat, warna tubuh mengkilap, dan sungutnya tidak pucat. Selain itu benih yang berkualitas dicirikan dengan gerakan yang gesit, aktif, tidak berdiri atau menggantung di dalam air. Pemilihan benih yang berkualitas bertujuan agar pertumbuhannya baik, dan tahan terhadap serangan penyakit. Benih lele yang akan ditebar sebaiknya diketahui terlebih dahulu asal asul benihnya untuk mengantisipasi tercampurnya benih dengan jenis lain (bukan lele sangkuriang). Namun selama pembesaran yang dilakukan oleh Yoyok Fish Farm, hal tersebut belum pernah terjadi karena umumnya benih dari Unit Pembenihan Rakyat (UPR) memang mengusahakan pembenihan lele sangkuriang dan telah memilki sertifikasi dari Balai Basar Penelitian Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. Ukuran penebaran benih yang dilakukan dengan ukuran 4-6 cm dengan harga benih Rp 150 per ekor. Kepadatan penebaran benih lele sangkuriang pada kolam yang baik untuk pertumbuhannya adalah 100-120 ekor per m². Penebaran yang berlebihan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan ketahanan lele terhadap serangan penyakit. Pada usaha pembesaran lele sangkuriang oleh Yoyok Fish Farm penebaran benih menerapkan tingkat kepadatan benih 100 ekor per m². Benih yang dibeli didatangkan dengan media drum plastik berisi air dan media plastik yang diberi oksigen. Sebelum penebaran benih, perlu dilakukan 38
penyesuaian benih-benih terhadap lingkungan yang bertujuan untuk penyesuaian benih terhadap lingkungan kolam. Penyesuaian terhadap lingkungan dilakukan dengan membenamkan atau meletakkan media tempat benih diatas permukaan air pada kolam sambil menambah sedikit demi sedikit air pada media, kemudian setelah beberapa menit benih dapat ditebar pada kolam. 3. Pemberian Pakan dan Penambahan ketinggian air Pemberian jenis pakan yang digunakan dalam pembesaran lele sangkuriang biasanya dilakukan 3 kali sehari yaitu pagi hari pukul 08.00 WIB, siang pukul 12.00 WIB, dan sore 17.00 WIB. Pemberian pakan jangan terlalu banyak tetapi perlahan-lahan hingga lele terlihat perutnya telah membuncit dan tidak begitu gesit. Karena dengan pemberian pakan yang langsung banyak mengakibatkan lele tidak mau makan sehingga pakan mengendap dikolam dan menyebabkan timbulnya penyakit dan bau pada kolam terpal. Pemberian pakan pada usaha Yoyok Fish Farm, tidak menganjurkan pemberian pakan pada pagi hari sebelum matahari terbit karena polusi, jamur dan bakteri yang menjadi inangnya penyakit masih mencemari permukaan kolam. Sebaiknya pemberian pakan pada pagi hari dilakukan setelah matahari menyinari permukaan kolam atau pemberian pakan pada pukul 08.00 wib. Pada usaha Yoyok Fish Farm, pergantian pakan dilakukan sekaligus menambah air sehingga ketinggian air pada kolam naik. Tujuan penambahan air pada kolam adalah agar lele yang dihasilkan mencapai ukuran panjang yang sesuai dengan kriteria panen. Awal ketinggian air pada saat penebaran benih adalah 35 cm hingga akhir penambahan ketinggian air mencapai 75 cm. Jenis pakan yang digunakan adalah sebagai berikut : ‐ Dua minggu pertama menggunakan jenis pakan L. 1 (Menggunakan LIK Matahari) dengan ketinggian air 35 cm. ‐ Dua minggu berikutnya air kolam ditambah 15 cm yaitu menjadi 50 cm dengan penggunaan pakan tipe 781 M-2 (Hi Pro Vit) hingga 2 minggu. ‐ Setelah pemberian pakan tipe 781 M-2 (Hi Pro Vit) atau selang 4 minggu, pemberian pakan diganti menjadi tipe 781 polos (Hi Pro Vit) selama 2 hingga 3 minggu dan dilakukan penambahan tinggi air kolam 15 cm sehingga ketinggian air kolam menjadi 65 cm. 39
‐ Pada minggu berikutnya hingga panen pemberian pakan diganti menjadi Sinta SN-L Tenggelam dan ketinggian air ditambah menjadi 75 cm. 5.5 Skala Usaha Yoyok Fish Farm Desa Pasir Angin merupakan daerah yang sangat cocok untuk dijadikan usaha
budidaya lele sangkuriang kolam terpal. Saat ini, Yoyok Fish Farm
memfokuskan pada pembesaran ikan lele sangkuriang. Usaha ini memiliki jumlah kolam sebanyak 13 unit kolam terpal. Persaingan usaha yang terjadi di daerah Pasir Angin adalah dalam hal kapasitas produksi ikan. Usaha pembesaran lele sangkuriang yang didukung oleh modal usaha yang besar dan skala usaha pembesaran lele (kapasitas produksi ikan) yang besar dapat menguasai pangsa pasar ikan konsumsi khususnya lele daerah Kabupaten Bogor dan sekitarnya. Persaingan usaha yang terjadi di sekitar Desa Pasir Angin tidak berpengaruh langsung terhadap pembudidayaan ikan, walaupun penambahan kapasitas produksi dilakukan. Hal tersebut karena pasar yang dituju oleh pembudidaya perikanan biasanya pasar Bogor dan pasar Kramat Jati yang merupakan pusat pasar untuk Jabodetabek yang mana saat ini belum terpenuhi kebutuhannya. Saat ini Yoyok Fish Farm memiliki rencana mengembangkan skala usaha (menambah kapasitas produksi) pembesaran lele sangkuriang. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan lahan yang masih luas dan belum digunakan. Dalam perolehan benih lele sangkuriang Yoyok Fish Farm, memperoleh benih lele sangkuriang dari Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Binatular. UPR Binatular merupakan unit pembenihan rakyat yang dikelola oleh masyarakat sekitar Kecamatan Mega Mendung. Proses distribusi untuk memperoleh benih, Yoyok Fish Farm tidak memerlukan biaya distribusi karena lokasi UPR Binatular masih berdekatan dari lokasi usaha. 5.6 Manajemen dan Organisasi Yoyok Fish Farm Usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm tergolong kedalam usaha kolam rakyat sehingga manajemennya tergolong sederhana yaitu terdiri dari lima orang karyawan tetap yang terdiri dari satu orang menjabat manajer, satu orang pengawas dan tiga orang karyawan. Dan pemilik usaha yaitu Pak Yoyok 40
menjabat sebagai Direktur pemilik usaha. Pembagian tugas yang diterapkan oleh Yoyok Fish Farm meliputi : 1. Direktur yang merupakan pemilik usaha menjadi pimpinan tertinggi dalam usaha Yoyok Fish Farm sebagai penyedia modal atau dana yang akan dibutuhkan dalam menjalankan usaha. 2. Manajer bertugas sebagai pembuat rencana kerja yang akan dilakukan selanjutnya namun terkadang ikut serta melakukan pekerjaan di lapangan. 3. Pengawas bertugas sebagai orang yang terjun ke lapangan sebagai pengawas terhadap karyawan yang bekerja. Hampir sama dengan manajer ikut serta melakukan pekerjaan di lapangan apabila diperlukan. 4. Karyawan bertugas sebagai pelaksana pekerjaan lapangan yang menerima perintah dari pengawas dan manajer.
41
VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Dalam menjalankan usaha sebaiknya terlebih dahulu mengetahui aspek pasar yang akan dimasuki oleh produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang akan dijalankan. Aspek pasar digunakan untuk mengetahui berapa besar potensi pasar untuk masa yang akan datang. Untuk mengetahui peluang atau potensi pasar, maka perlu diketahui tingkat permintaan pasar pada masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. Aspek pasar dapat dikatakan layak apabila memiliki peluang pasar, artinya potensi permintaan lebih besar dari penawaran. Keberhasilan dalam menjalankan usaha perlu adanya strategi pemasaran dan pengkajian aspek pasar dengan cermat. Hal yang dapat dipelajari bentuk pasar yang dimasuki, komposisi dan perkembangan permintaan di masa lalu dan sekarang. Pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm aspek pasar yang akan dikaji meliputi permintaan pasar lele konsumsi dan penawaran produksi lele yang dihasilkan. Permintaan akan lele konsumsi dilihat dari daerah sekitar kawasan Kecamatan Mega Mendung dan Jabodetabek yang menjadi pasar utama. Untuk sisi penawaran yang dilakukan, dilihat dari hasil produksi yang dihasilkan oleh usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm. 6.1.1 Permintaan Potensi pasar yang dihadapi dalam pengusahaan pembesaran lele sangkuriang masih tinggi. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya pedagang pengumpul dan semakin banyaknya peminat akan konsumsi ikan lele yang menjadi langganan dari lele sebagai salah satu sumber protein hewani. Produk ikan lele sangkuriang biasanya ditujukan pada pedagang pengumpul kemudian dipasarkan ke pedagang pengecer dan agen-agen distributor Jabodetabek. Sistem distribusi hasil produksi usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm melalui pedagang pengumpul yang kemudian di jual kepada pedagang pengecer dan agen-agen penyalur (distributor) pasar Jabodetabek. Kebutuhan permintaan terhadap lele konsumsi mengalami peningkatan seiring
dengan
semakin
meningkatnya
pertambahan
penduduk.
Namun
ketersediaan akan ikan lele konsumsi tidak seiring dengan peningkatan produksi 42
sehingga belum mampu memenuhi kebutuhan pasar. Pada tahun 2011, ikan konsumsi Jadebotabek khususnya lele diperkirakan akan meningkat sekitar 67 persen dari 75 ton, sehingga kebutuhan lele menjadi ± 105 ton per hari. Dimana peningkatan ini terjadi dilihat dari kebutuhan lele konsumsi pada tahun 2009 mencapai ± 75 ton per hari hingga pada tahun 2010 mencapai ± 75 ton per hari. Kebutuhan untuk wilayah Bogor sendiri mencapai sekitar ± 17 persen atau ± 17,85 ton per hari dari 105 ton per hari kebutuhan untuk Jabodetabek. 3 Peningkatan kebutuhan konsusmsi ikan khususnya lele terkait dengan adanya program sosialisasi Gemar Ikan. Program sosialisasi Gemar Ikan yang merupakan singkatan dari Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan. Gerakan ini telah berjalan sejak tahun 2005 dan dilakukan di titik-titik yang memiliki potensi besar dalam memasyarakatkan ikan. Hal tersebut juga salah satu pendorong para petani perikanan khususnya petani lele, dalam hal meningkatkan produksi ikan agar mampu memenuhi kebutuhan akan ikan lele konsumsi (Kementerian Kelautan dan Perikanan 2010). Dari uraian diatas dapat dibayangkan betapa besarnya kebutuhan dan permintaan lele untuk menjadi ikan konsumsi. Situasi ini merupakan suatu indikasi bahwa permintaan akan lele konsumsi mengalami peningkatan. Meningkatnya permintaan lele konsumsi merupakan peluang bagi perusahaan, sehingga upaya untuk memenuhi peluang pasar tersebut Yoyok Fish Farm berencana akan mengembangkan usaha dengan menambah kapasitas produksi 6.1.2 Penawaran Kebutuhan lele konsumsi di Bogor dipenuhi oleh beberapa kecamatan di Kabupaten Bogor yaitu Kecamatan Mega Mendung, Kecamatan Ciseeng, Parung dan Gunung Sindur dan selebihnya dipenuhi oleh petani lele yang berasal Kabupaten Bogor. Penawaran ikan konsumsi lele sangkuriang dari Yoyok Fish Farm tergantung dari hasil panen. Lamanya proses pemeliharaan lele sangkuriang dari benih
hingga lele mencapai ukuran panen adalah 3 bulan. Pada usaha
3
Departemen Peternakan dan Perikanan Perikanan (Diakses pada tanggal 23 Oktober 2011).
kabupaten Bogor .www. disnakankabbogor.go.id. Update data
43
pembesaran ikan lele sangkuriang Yoyok Fish Farm memiliki 13 unit kolam terpal pembesaran. Dalam proses produksi yang dilakukan Yoyok Fish Farm kolam pembesaran diisi benih hingga panen secara sekaligus untuk mempermudah proses produksinya. Target produksi yang ditetapkan pada usaha Yoyok Fish Farm adalah 7 ton untuk satu siklus produksi. Namun pencapaian target produksi belum tercapai, selama ini Yoyok Fish Farm hanya mampu berproduksi rata‐rata 6.7 ton per siklus panen. Produksi pembesaran lele sangkuriang di Yoyok Fish Farm selama dua tahun (delapan siklus produksi) dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Produksi Pembesaran Lele Sangkuriang Pada Usaha Yoyok Fish Farm Tahun 2011
Siklus
Jumlah Kolam
Produksi
(Unit)
(Kg)
Jenis Komoditi
1
Ikan Lele Konsumsi
13
6545
2
Ikan Lele Konsumsi
13
6760
3
Ikan Lele Konsumsi
13
6853
4
Ikan Lele Konsumsi
13
6690
5
Ikan Lele Konsumsi
13
6776
6
Ikan Lele Konsumsi
13
6930
7
Ikan Lele Konsumsi
13
6580
8
Ikan Lele Konsumsi
13
6850
6.1.3 Market Share Market share merupakan bagian pasar yang mampu dikuasai oleh perusahaan apabila dibandingkan dengan kemampuan penjualan seluruh industri (total penjualan perusahaan yang sejenis). Sehingga dapat dikatakan bahwa market share merupakan proporsi kemampuan perusahan terhadap keseluruhan penjualan perusahaan sendiri. Tingkat market share ditunjukan dalam nilai atau angka persentase.
44
Peningkatan kebutuhan akan lele konsumsi di wilayah Jabodetabek, khususnya wilayah Bogor tahun 2010 mencapai 17,85 ton per hari atau 6426 ton per tahunnya. Sedangkan Yoyok Fish Farm sendiri sebagai salah satu pemasok ikan konsumsi hanya mampu mencukupi sekitar 26,8 ton per tahunnya. Apabila dibandingkan dengan permintaan kebutuhan pasar, Yoyok Fish Farm mampu memenuhi pasar sekitar 0,42 persen dari kebutuhan pasokan lele konsumsi per tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa pasar ikan lele masih sangat terbuka lebar untuk diambil manfaatnya terutama untuk bisnis pembesaran. Dengan adanya pengembangan usaha maka diharapkan market share (pangsa pasar) yang mampu dipenuhi oleh Yoyok Fish Farm menjadi lebih besar dari sebelumnya. 6.1.4 Strategi Pemasaran Pemasaran dapat digambarkan sebagai proses mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan atas barang dan jasa (David, 2004). Setiap usaha biasanya perlu selalu menetapkan dan menerapkan strategi dan cara pelaksanaan kegiatan pemasarannya. Salah satu unsur dalam strategi pemasaran terpadu adalah strategi bauran pemasaran, yang merupakan strategi yang dijalankan perusahaan, yang berkaitan dengan penentuan bagaimana perusahaan menjanjikan penawaran produk pada segmen pasar tertentu, yang merupakan sasaran pasarnya. Variabel strategi bauran pemasaran tersebut adalah strategi produk, harga distribusi dan promosi. Pada usaha Yoyok Fish Farm strategi bauran pemasarannya tergolong masih sederhana karena usaha yang dijalankan berupa usaha rakyat. Namun dalam pengaplikasiaannya bauran pemasaran yang diterapkan meliputi: a. Strategi Produk Pada usaha Yoyok Fish Farm produk yang dihasilkan berupa ikan konsumsi yaitu lele. Strategi produk terdapat beberapa faktor yang terkandung dalam suatu produk adalah mutu/kualitas, penampilan, ukuran, jenis, macam, jaminan, dan pelayanan. Namun karena pada usaha Yoyok Fish Farm menghasilkan produk ikan konsumsi petani rakyat. Maka hasil panen merupakan jenis lele sangkuriang dengan ukuran panen lele sangkuriang adalah 8 ekor untuk setiap satu kilogram ikan lele konsumsi atau 125 gram untuk satu ekor lele yang merupakan mutu dan kualitas yang baik. b. Strategi Harga
45
Strategi penetapan harga sangat penting terutama untuk menjaga dan meningkatkan posisi produk yang ditawarkan di pasar, yang tercermin dalam pangsa pasar usaha, disamping untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan yang akan didapat. Usaha Yoyok Fish Farm yang merupakan usaha kolam rakyat hanya mampu menerima harga pasar yang biasanya diketahui dari pedagang pengumpul. Sehingga pengusaha Yoyok Fish Farm bersifat sebagai price taker. Harga produk yang dihasilkan oleh usaha Yoyok Fish Farm adalah ikan lele konsumsi dengan ukuran panen 7‐8 ekor per kilogram dengan harga rata‐rata Rp 10.000. Harga tersebut merupakan harga di tingkat petani, artinya belum termasuk biaya pengangkutan. c. Strategi Distribusi Kegiatan distribusi atau penyaluran merupakan kegiatan penyampaian produk sampai ke konsumen pada waktu yang tepat. Oleh karena itu, kegiatan penyaluran merupakan salah satu kebijakan pemasaran terpadu yang mencakup penentuan saluran pemasaran dan distribusi fisik. Faktor‐faktor yang mempengaruhinya yaitu: saluran distribusi, cakupan distribusi, lokasi, persediaan dan alat transportasi. Sistem distribusi hasil produksi usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm melalui pedagang pengumpul yang kemudian dijual kepada pedagang pengecer. Pedagang pengumpul melakukan penjualan ke agen‐agen penyalur (distributor) pasar Kramat Jati apabila terjadi kelebihan produksi sehingga pedagang pengecer tidak mampu lagi memasarkan di wilayah Bogor dan sekitarnya. Sedangkan pedagang pengecer akan memasarkan kewarung rumah makan, kathering, kolam‐kolam pemancingan yang berada di kawasan Kecamatan Mega Mendung dan pasar‐pasar di wilayah Bogor. Secara garis besar, jalur distribusi ikan hasil produksi usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm dapat dilihat pada Gambar 3.
46
Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm
Pedagang Pengumpul
Pedagang Pengecer
Pasar Kramat Jati
Pasar‐ Pasar Di Wilayah Bogor
Warung makan, katering, kolam Pemancingan kawasan Kecamatan
Gambar 3. Distribusi Produksi Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm
d. Strategi Promosi Suatu produk betapapun bermanfaat akan tetapi jika tidak dikenal oleh konsumen, maka produk tersebut tidak akan diketahui manfaatnya dan mungkin tidak dibeli oleh konsumen. Oleh karena itu dalam menunjang keberhasilan kegiatan pemasaran yang dilakukan dan efektifnya rencana pemasaran yang disusun, maka perusahaan haruslah menetapkan dan menjalankan strategi promosi yang tepat. Unsur-unsur dari strategi promosi terdiri dari: iklan, penjualan personal, promosi penjualan, dan publisitas. Pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm belum menerapkan strategi promosi, adapun penyebabnya adalah karena selama ini usaha yang dijalankan hanya berupa usaha kolam rakyat menghasilkan komoditi pertanian yaitu ikan konsumsi. Untuk promosi yang dilakukan masih dari mulut ke mulut dengan sesama pengusaha pembesaran perikanan yang berada di sekitar kawasan Desa Gadog dan Pasir Angin. Untuk penjualan hasil produksi lele konsumsi, Yoyok Fish Farm menjalin kerjasama dengan pedagang pengumpul yang berperan sebagai pembeli hasil produksi ikan lele konsumsi dan mendistribusi ke pedagang pengecer dan pasar Kramat Jati. 6.1.4 Hasil Analisis Aspek Pasar 47
Berdasarkan analisis potensi pasar dilihat usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm menghasilkan produk ikan konsumsi yaitu lele dengan strategi pemasaran yang sederhana. Sedangkan dari sisi permintaan dan sisi penawaran, permintaan akan ikan lele konsumsi masih tinggi namun dari sisi penawaran lele konsumsi masih tergolong rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengusahaaan pembesaran lele sangkuriang ini layak untuk diusahakan. 6.2 Aspek Teknis Aspek teknis merupakan aspek yang berkenaan terhadap proses pendirian usaha secara teknis dan pengoperasiaanya setelah usaha selesai dibangun. Analisis dalam aspek teknis pada penelitian ini mencakup lokasi usaha, luas produksi, dan proses produksi. Berikut adalah hasil analisis pada tiap kriteria aspek teknis pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm. 6.2.1 Lokasi Usaha Lokasi Usaha pembesaran lele sangkuriang yang terletak di Jl. Gunung Geulis, Desa Pasir Angin, Kecamatan Mega Mendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Beberapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi produksi adalah: 1. Ketersediaan Air Ketersediaan air sebagai media utama dalam usaha pembesaran ikan lele sangkuriang berasal dari mata air dan sungai- sungai kecil yang ada di dekat kolam. Kualitas air di daerah Pasir Angin juga masih tergolong baik karena belum banyak tercemar dengan zat-zat kimia yang berbahaya karena daerahnya masih jauh dari perkotaan. Hal ini menyebabkan daerah Pasir Angin sangat cocok untuk dijadikan daerah pembesaran ikan lele sangkuriang. Penggunaan air pada kolam terpal tidak harus diganti hingga panen, kecuali jika pada saat pemeliharaan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti : terpal bocor, ikan terserang hama atau penyakit dan air berbau. 2. Ketersediaan Bahan Bahan Baku Bahan baku yang dibutuhkan dalam menjalankan usaha pembesaran lele Yoyok Fish Farm adalah benih dan pakan. Benih ikan lele sangkuriang adalah bahan baku utama yang digunakan untuk dibudidayakan atau dipelihara 48
hingga menjadi ikan lele konsumsi. Untuk memperoleh benih lele sangkuriang tidak sulit dikarenakan Kecamatan Mega Mendung merupakan daerah sentra produksi lele sangkuriang kolam terpal baik pembenihan maupun pembesaran. Sehingga dalam perolehan benih umumnya dari usaha petani pembenihan lele sangkuriang yang kebanyakan diusahakan dalam skala kecil atau UPR disekitar dengan harga benih per ekor Rp 150. Keberadaan pembenih lele sangkuriang tidak jauh dari lokasi Yoyok Fish Farm karena masih berada pada sekitar kawasan Desa Pasir Angin dan Gadog yang masih di kawasan Kecamatan Mega Mendung. Sedangkan pakan berupa pellet merupakan bahan baku untuk makanan buat ikan lele sangkuriang. Untuk memperoleh pellet ikan lele sangkuriang biasanya diperoleh dari Pasar Ciawi dan tidak sulit untuk mendapatkannya. Letak Pasar Ciawi sebagai penyedia tempat pembelian pakan tidak jauh dari lokasi usaha menjadikan kemudahan dalam perolehan pakan, berkisar ± 5 kilometer dari lokasi usaha. 3. Suplai tenaga kerja Usaha pembesaran ikan lele sangkuriang ini dikelola oleh lima orang karyawan tetap satu orang manajer, satu orang pengawas dengan karyawan sebanyak 3 orang. Biasanya dalam pelaksanaan kegiatan kebutuhan tenaga kerja dalam proses pelaksanaan kegiatan membutuhkan kerja yang yang diperoleh dari sekitar kawasan Desa Pasir Angin. Kebutuhan akan tenaga kerja dalam pelaksaan kegiatan tidak begitu sulit karena dalam pelaksanaanya usaha pembesaran lele sangkuriang tidak menggunakan teknologi yang canggih atau tidak membutuhkan tenaga kerja yang memiliki ilmu tinggi sehingga dalam perekrutan tenaga kerja dapat dilakukan secara langsung. Dengan kata lain masalah tenaga kerja tidak mengalami kesulitan karena tenaga kerja berasal dari masyarakat sekitar dan juga kerabat dari pemilik usaha. 4. Fasilitas transportasi Lokasi usaha yang terletak di perkampungan yang telah memiliki fasilitas jalan aspal dengan kondisi baik. Untuk alat transportasi tersedia ojek dan angkutan umum (angkot). Tidak ada kesulitan untuk menuju lokasi usaha
49
karena fasilitas jalan yang telah memadai sehingga dapat diakses dengan menggunakan kendaraan beroda dua maupun beroda empat. 5. Iklim dan keadaan tanah Kondisi iklim daerah Desa Pasir Angin cukup mendukung untuk dilakukan pengusahaan pembesaran lele sangkuriang. Iklim di daerah Desa Pasir Angin tergolong
baik
untuk
pengusahaan
budidaya
perikanan.
Keadaan
lingkungannya yang belum terkontaminasi (tercemar) zat kimia pabrik atau rumah tangga. Hal tersebut terlihat dimana kawasn Desa Pasir Angin terdapat banyak petani yang bergerak sektor perikanan budidaya. 6. Sikap masyarakat Sikap masyarakat di lokasi usaha pembesaran ikan cukup baik. Hal ini dikarenakan Desa Pasir Angin merupakan salah satu daerah sentra budidaya perikanan saat ini di Kota Bogor, sehingga mereka sudah terbiasa dengan usaha-usaha di bidang perikanan. 7. Rencana pengembangan usaha Usaha
pembesaran
lele
Yoyok
Fish
Farm
berencana
melakukan
pengembangan usaha dengan penambahan kapasitas produksi. Hal ini dilakukan permintaan ikan konsumsi khususnya lele mengalami peningkatan. 8. Hukum dan peraturan yang berlaku Sejauh ini tidak ada hambatan hukum dan peraturan lokal yang melarang kegiatan usaha ini. Hal ini disebabkan karena usaha pembesaran lele sangkuriang merupakan usaha kolam rakyat dan lokasi usaha merupakan salahsatu senrra perikanan sehingga sudah terbiasa dengan usaha di bidang perikanan. 6.2.2 Luas Produksi Yoyok Fish Farm memiliki luas lahan dua hektar, namun dalam pelaksanaan usaha penggunaan lahan yang digunakan hanya satu hektar. Skala usaha yang dijalankan Yoyok Fish Farm masih beroperasi dalam skala sedang dengan jumlah kolam sebanyak 13 buah kolam terpal untuk pembesaran ikan lele 50
sangkuriang dengan target produksi 7 ton per siklus. Namun dalam pelaksanaannya, target produksi Yoyok Fish Farm belum tercapai karena kurangnya keterampilan dan pengalaman tenaga kerja untuk menjalankan usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal. Jika dilihat data produksi pada Yoyok Fish Farm, hanya mampu mencapai 6.7 ton per siklus. Usaha pembesaran lele sangkuriang yang didukung oleh modal usaha dan skala usaha yang lebih besar dapat menutupi sebagaian dari pangsa pasar ikan konsumsi khususnya lele daerah Kecamatan Mega mendung dan Bogor. Saat ini Yoyok Fish Farm ingin mengembangkan usaha lele sangkuriang dengan menambah kapasitas produksi lele konsumsi. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan lahan yang masih luas dan belum digunakan. Dalam menjalan usaha pembesaran lele membutuhkan benih lele. Untuk Yoyok Fish Farm, benih lele yang digunakan adalah benih lele sangkuriang. Dalam perolehan benih lele sangkuriang Yoyok Fish Farm, memperoleh benih dari Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Bina Tular. UPR Binatular merupakan salah satu program pemerintah dalam pengembangan mutu benih untuk perikanan khususnya lele. Dalam menjalan usahanya UPR Binatular melakukan pembenihan lele sangkuriang yang indukan lelenya diperoleh dari BBPBAT Sukabumi. 6.2.3 Hasil Analisis Aspek Teknis Dari hasil analisis aspek teknis dengan melakukan pengamatan, wawancara, dan informasi yang didapat, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal yang dilakukan Yoyok Fish Farm adalah layak. Hal ini berdasarkan lokasi usaha dan luas produksi pada Yoyok Fish Farm tidak ada hambatan dalam menjalankan usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal. 6.3 Aspek Manajemen Yoyok Fish Farm belum memiliki struktur manajemen yang formal. Usaha pembesaran ikan ini berbentuk usaha perseorangan, dimana pemilik usaha tidak terlibat dalam pengelolaan usaha dan hanya bertindak sebagai penyedia dana untuk proses produksi. Pemilik usaha memberikan kepercayaan kepada dua orang sebagai pengelola usaha yang bertindak sebagai manajer dan pengawas yang 51
membawahi 3 karyawan tetap yang berasal dari kerabat pemilik dan masyarakat sekitar lokasi. Pengembangan skala usaha yang akan dilakukan mendorong Yoyok Fish Farm menambah jumlah karyawan tetap menjadi 5 orang. Adapun penambahan tenaga kerja dilakukan dengan pertimbangan kemampuan setiap 1 karyawan mampu menangani 5 unit kolam. Perusahaan ini layak dijalankan dari aspek manajemen walaupun belum memiliki struktur manajemen layaknya sebuah perusahaan. Jumlah tenaga kerja yang relatif sedikit tidak menyulitkan pengelola dalam melakukan kontrol tugas dari masing-masing pekerja. 6.4 Aspek Hukum Pada aspek hukum, hal yang perlu dianalisis adalah bentuk badan hukum usaha yang dijalankan serta izin usaha yang diperoleh perusahaan. Pada usaha Yoyok Fish Farm belum menentukan bentuk badan hukum apa yang akan digunakan. Modal yang digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha pembesaran ikan ini seluruhnya berasal dari pemilik perusahaan. Yoyok Fish Farm dapat digolongkan dalam usaha perorangan karena modal usaha yang digunakan berasal dari satu orang yang berperan sebagai pemilik perusahaan. Keuntungan dari bentuk usaha ini adalah pemilik perusahaan dapat menikmati seluruh keuntungan yang diperoleh perusahaan. Sedangkan kelemahannya adalah segala bentuk kerugian atau beban perusahaan harus ditanggung sendiri oleh pemilik perusahaan. Dalam menjalankan usaha pembesaran lele sangkuriang yang diamati, belum memiliki izin usaha dari usaha pemerintah. Hal ini disebabkan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang ini masih tergolong dalam usaha kolam rakyat. Selain itu daerah Desa Pasir Angin merupakan daerah sentra kolam ikan, sehingga usaha-usaha di bidang kolam yakni pembenihan dan pembesaran merupakan hal yang biasa di daerah ini. Pengembangan skala usaha yang akan dilakukan mendorong Yoyok Fish Farm sebagai usaha budidaya yang besar dan tidak termasuk lagi ke dalam kolam rakyat. Sehingga perlu pengurusan izin sesuai ketentuan yang berlaku baik ke Pemerintahan Desa maupun ke Pemerintah Kabupaten melalui dinas yang terkait. 52
Unutk memperoleh izin dari Pemerintah Kabupaten, maka Yoyok Fish Farm harus mengurus perizinan ke Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 6.5 Aspek Sosial Lingkungan Dalam aspek sosial lingkungan yang akan dilihat adalah seberapa besar usaha yang dijalankan mempunyai dampak sosial terhadap masyakat sekitar lingkungan usaha. Pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm penilaian dilakukan dengan pengamatan dan wawancara dengan masyarakat sekitar lingkungan usaha. Adapun pertimbangan yang dilakukan dengan melihat pengaruh usaha terhadap keadaan lingkungan sekitar dari segi lingkungan hidup dan kesempatan kerja. Keberadaan usaha Yoyok Fish Farm tidak memberikan dampak buruk bagi kondisi lingkungan daerah sekitar usaha. Berbeda dengan kegiatan usaha perindustrian pada umumnya yang menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan. Limbah yang berasal dari usaha pembesaran lele sangkuriang ini hanya berupa air yang sudah tercampur dengan sisa-sisa pakan ikan, namun hal tersebut tidak merugikan masyarakat sekitar dan sudah terbiasa karena daerah Desa Pasir Angin merupakan daerah sentra ikan. Keberadaan usaha pemebesaran menimbulkan bau aroma yang tidak sedap dari kolam-kolam pembesaran, hal tersebut terjadi apabila pemberiaan pakan yang berlebihan. Cara penanggulangan hal tersebut dapat dilakukan dengan pemberian pakan secukupnya dan tidak berlebihan agar pakan tidak mengendap di air kolam. Dari hasil pengamatan hasil limbah dari air mengandung unsur hara yang baik bagi tanaman. Sehingga apabila air pembuangan dari kolam diberikan pada tanaman, dapat menambah kesuburan tanah. Dengan adanya pengusahaan pembesaran lele sangkuriang memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar karena usaha ini mendatangkan sebagian tenaga kerjanya dari masyarakat sekitar. Selain itu usaha ini juga memberikan keuntungan bagi usaha-usaha pembenihan lele sangkuriang yang kebanyakan diusahakan dalam skala kecil atau UPR disekitar Desa Pasir Angin dan Gadog. Dari hasil analisis aspek sosial lingkungan dengan melakukan pengamatan, wawancara, dan informasi yang didapat, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal yang dilakukan oleh Yoyok Fish 53
Farm adalah layak untuk dijalankan dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar kawasan Desa Pasir Angin dan sekitarnya.
54
VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial adalah arus penerimaan (inflow), arus pengeluaran (outflow), analisis kelayakan finansial, dan analisis switching value. Analsis kelayakan finansial dilakukan terkait dengan adanya rencana pemilik pembesaran lele sangkuriang yang ingin mengembangkan usahanya. Dalam pengembangan usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal pada Yoyok Fish Farm, dilakukan dengan penambahan kapasitas produksi. Adapun penambahan kapasitas peroduksi yang dilakukan Yoyok Fish Farm dengan rencana penambahan jumlah kolam. Rencana penambahan jumlah kolam yang awalnya dilakukan adalah dari 13 unit kolam menjadi 25 unit kolam. Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan usaha Yoyok Fish Farm. Dengan membagi kedalam dua skenario yaitu skenario pertama merupakan usaha sebelum melakukan pengembangan dan skenario kedua merupakan rencana pengembangan usaha. Dengan pertimbangan luas lahan yang dimiliki oleh Yoyok Fish Farm 2 hektar, namun dalam menjalankan usaha selama ini, Yoyok Fish Farm belum mengoptimalkan penggunaan lahan yang dimilkinya. Asumsi yang digunakan dalam menganilisis kelayakan usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm adalah: 1) Modal pendanaan usaha berasal dari modal sendiri yaitu dari pemilik usaha. Biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dan oprasional dikeluarkan pada tahun pertama. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan variabel. Yang termasuk biaya tetap adalah listrik, gaji manager, gaji pengawas, gaji karyawan tetap. Sedangkan yang termasuk biaya variabel yaitu pembelian benih, gaji karywan harian, pakan, dan solar. Sedangkan pada pengembangan usaha (Pola usaha kedua) benih tidak lai menjadi biaya variable karena Yoyok Fish Farm telah mampu memproduksi benih sendiri. 2) Suku Bunga yang digunakan adalah 7 persen per tahun yang merupakan suku bunga tertinggi deposito Bank BRI tahun 2010. Tingkat suku bunga deposito
sebesar 7 persen per tahun atau 1,75 persen untuk satu siklus produksi (tiga bulan). 3) Pajak pendapatan penghasilan yang dikenakan berdasarkan tarif pajak pasal 17 Undang Undang PPh, dengan tarif penghitungan PPh untuk tahun pajak 2010 adalah tarif tunggal sebesar 25 persen. 4) Tingkat kelangsungan hidup atau Survival Rate (SR) lele sangkuriang mencapai 90 persen. 5) Untuk tingkat kepadatan (populasi) adalah untuk satu kolam pembesaran lele sangkuriang adalah 100 ekor per 1 m2. 6) Harga jual untuk lele sangkuriang per kilogramnya adalah Rp 10.000 ditingkat petani dengan jumlah 8 ekor untuk setiap satu kilogram. 7) Usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal Yoyok Fish Farm memiliki umur ekonomis selama 2 tahun. Penentuan umur usaha pembesaran lele sangkuriang tersebut berdasarkan umur ekonomis dari kolam terpal, karena merupakan aset yang paling penting untuk usaha pembesaran lele sangkuriang. 7.1
Skenario Pertama Pada
skenario
pertama
merupakan
usaha
sebelum
melakukan
pengembangan usaha. Sebelum melakukan pengembangan usaha jumlah kolam terpal yang digunakan adalah 13 unit. Pada skenario pertama investasi atau perolehan dana diperoleh dari modal sendiri, dengan tingkat suku bunga deposito sebesar 7 persen atau 1,75 persen untuk satu siklus produksi (tiga bulan). 7.1.1 Penerimaan (Inflow) Penerimaan (Inflow) merupakan arus penerimaan yang diperoleh selama usaha berjalan. Pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm, arus penerimaan (inflow) terbagi dalam dua jenis yaitu pendapatan penjualan dan nilai sisa. a. Pendapatan Pendapatan penjualan yang dihitung dari jumlah produksi dikalikan dengan harga jual. Pendapatan penjualan pada usaha pembesaran ikan lele
55
sangkuriang sekitar tiga bulan. Dalam satu tahun berjalannya usaha, Yoyok Fish Farm dapat mencapai siklus produksi empat kali. Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm terdapat 13 kolam terpal. Untuk target produksi panen pada pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm adalah sekitar 7 ton dari 13 kolam yang dimiliki. Namun dari hasil produksi yang selama ini dijalankan, Yoyok Fish Farm hanya mampu mencapai produksi rata-rata 6,7 ton per siklusnya.
Harga jual lele konsumsi rata-rata adalah Rp 10.000 per
kilogram. Harga jual tersebut diasumsikan konstan dari tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-2 dengan tingkat harga 10.000. Siklus produksi pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm adalah empat kali dalam satu tahun. Untuk melihat pendapatan penjualan ikan lele sangkuriang mulai tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-2 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Ikan Lele Selama Umur Usaha Pada Yoyok Fish Farm Skenario Pertama Siklus Panen 1 2 3 4 5 6 7 8
Jumlah Produksi (kg) 6.545 6.760 6.853 6.690 6.776 6.930 6.580 6.850
Harga Satuan (Rp/kg) 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000
Nilai (Rp) 65.450.000 67.600.000 68.530.000 66.900.000 67.760.000 69.300.000 65.800.000 68.500.000
b. Nilai Sisa (Salvage Value) Nilai sisa adalah semua biaya modal yang tidak habis digunakan selama umur usaha (Gittinger, 1986). Nilai sisa yang terdapat hingga akhir umur usaha dapat ditambahkan sebagai manfaat usaha. Biaya-biaya investasi pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang yang tidak habis selama umur usaha antara lain bangunan dan mesin pompa air. Pada Yoyok Fish Farm nilai sisa terjadi pada bangunan dan mesin pompa, harga bangunan diasumsikan seharga Rp 5.000.000 dengan umur ekonomis lima tahun. Penyusutan pertahunnya Rp 1.000.000, sehingga nilai sisa bangunan hingga akhir usaha adalah Rp 3.000.000. Pada mesin pompa, harga 56
pembelian awal adalah Rp 3.000.000, dengan umur ekonomis lima tahun. Nilai sisa untuk Mesin Pompa selama pemakaian dua tahun adalah tiga tahun dengan nilai sisa adalah Rp 1.800.000. Untuk perincian nilai sisa pada bangunan dan mesin pompa dapat dilihat pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Nilai Sisa Pembesaran Lele Sankuriang Yoyok Fish Farm Pada Skenario Pertama No
Uraian
1 Bangunan 2 Mesin pompa
Nilai (Rp)
5.000.000 3.000.000 Total
Umur Ekonomis (tahun) 5 5
Penyusutan Per Tahun (Rp) 1.000.000 600.000
Sisa (Rp)
3.000.000 1.800.000 4.800.000
7.1.2 Hasil Analisis Pengeluaran (Outflow) Outflow merupakan arus pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan yang dilakukan pada usaha atau bisnis yang dijalankan. Pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm arus pengeluaran (outflow) terdiri dari pengeluaran untuk biaya investasi, biaya tetap, dan biaya variabel. Arus biaya atau pengeluaran mencerminkan pengeluaran-pengeluaran yang akan terjadi selama usaha atau bisnis berjalan. a. Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal kegiatan usaha. Pengeluaran biaya investasi dikeluarkan pada awal tahun usaha, juga dapat dikeluarkan pada beberapa tahun setelah usaha berjalan. Biaya investasi umumnya dilakukan satu atau lebih, sebelum bisnis berproduksi dan baru menghasilkan manfaat beberapa tahun kemudian. Pada usaha Yoyok Fish Farm biaya investasi hanya dilakukan pada awal berdirinya usaha. Yoyok Fish Farm memiliki lahan dua hektar, namun dalam menjalankan usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal hanya menggunakan satu hektar. Dalam menentukan biaya investasi untuk lahan, biaya oppurtinity cost (biaya imbangan) yang digunakan adalah sebesar Rp 1.500.000 per hektar untuk satu tahun. Sehingga biaya oppurtinity cost untuk lahan selama dua tahun berjalannya usaha adalah sebesar Rp 3.000.000. Adapun penentuan biaya imbangan lahan dilakukan dengan melihat harga sewa lahan itu
57
sendiri. Pada Tabel 7, menjelaskan biaya-biaya investasi pada awal berdirinya usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal Yoyok Fish Farm. Tabel 7. Uraian Biaya Investasi Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Skenario Pertama Tahun 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Uraian Lahan Bangunan Kolam Terpal Mesin Pompa Air Ember sortir Ember Biasa Selang Air (m) Serokan Gergaji Golok Palu Cangkul Kakatua Tang Meteran
Unit 1 (ha) 1 13 1 5 5 20 3 2 2 2 4 2 2 1 Total Investasi
Umur Ekonomis (Tahun) 5 2 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Harga Satuan (Rp) 5.000.000 3.000.000 35.000 30.000 6.000 15.000 20.000 25.000 15.000 40.000 15.000 15.000 35.000
Total Harga (Rp) 3.000.000 5.000.000 23. 609.500 3.000.000 175.000 150.000 120.000 45.000 40.000 50.000 30.000 160.000 30.000 30.000 35.000 35.474.500
b. Biaya Tetap Biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh jumlah produksi atau penjualan hasil produksi. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm meliputi Abodemen listrik, Upah Manajer, Upah pengawas, dan Upah karyawan. Uraian biaya tetap pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm dapat dilihat pada Tabel 8.
58
Tabel 8. Biaya Tetap Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Tahun 2010 No 1 2 3 4
Uraian Listrik Manajer Pengawas Karyawan Tetap
Upah/Bulan (Rp) 25.000 650.000 650.000 500.000 Total Biaya
Satuan
Jumlah
orang orang orang
1 1 3
Biaya (Rp/3 bulan) 75.000 1.950.000 1.950.000 4.500.000 8.475.000
c. Biaya Variabel Biaya variabel pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm dikeluarkan setiap satu kali siklus produksi. Pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm dalam satu siklus produksi terdiri dari tiga bulan atau empat kali dalam setahun. Uraian biaya produksi (variabel) usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm meliputi; benih, pakan, tenaga kerja, dan bahan bakar dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Biaya Variabel Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Tahun 2010 No 1 2 3 4
Uraian Benih Pakan Tenaga Kerja Bahan Bakar (Solar)
Satuan Ekor Kg HOK Liter
Jumlah 61.600 6030 54 50
Biaya (Rp) 9.240.000 34.800.000 1.080.000 225.000 45.345.000
7.1.3 Analisis Kelayakan Finansial Dalam menganalisis kelayakan finansial usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal Yoyok Fish Farm menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Returm (IRR), dan Payback Periode. Perhitungan kelayakan usaha pembesaran lele sangkuriang menggunakan manfaat bersih (Net Benefit) yang diperoleh dari selislih antara biaya dan manfaat setiap tahunnya dengan dikurangi pajak berdasarkan tarif pajak yang ditentukan dalam peraturan pemerintah sebesar 25 persen dan dibuat dalam bentuk rugi laba (Lampiran 1). Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka diperoleh kriteriakriteria investasi pada usaha Pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm dapat dilihat pada Tabel 10. 59
Tabel 10. Hasil Analisis Finansial Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Skenario Pertama Kriteria Net Present Value (NPV) Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) Internal Rate Return (IRR) Payback Periode (PP)
Hasil Rp 38.751.281 2,68 33,02 % 6,03
Dari hasil nilai keempat kriteria investasi di atas, dapat dilihat bahwa usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal Yoyok Fish Farm memperoleh NPV > 0 yaitu sebesar Rp 38.751.281 yang artinya usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai pada NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal Yoyok Fish Farm pada discount rate yang berlaku. Sedangkan hasil Net B/C diperoleh 2,68 dimana Net B/C > 1 sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. Net B/C sama dengan 2,68 berarti setiap Rp 100 biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek menghasilkan Rp 268 manfaat bersih. IRR yang diperoleh pada usaha pembesaran ikan ini adalah 33,02 persen dan lebih besar dari discount rate yang berlaku yaitu 1,75 persen untuk tiga bulan siklus produksi. Ini berarti usaha layak untuk dilaksanakan dengan tingkat pengembalian internal sebesar 33,02 persen. Sedangkan lama pengembalikan semua biaya investasi adalah 6,03 siklus atau pada siklus 6 atau 1,5 tahun. 7.1.4 Analisis Switching Value Analisis switching value dilakukan dengan menggunakan nilai pengganti (switching value) sampai memperoleh nilai NPV sama dengan nol (NPV = 0). Jika nilai pengganti (switching value) memperoleh nilai NPV sama dengan nol, maka usaha mengalami titik impas atau usaha dapat ditoleransi. Namun apabila usaha memperoleh nilai dibawah nilai nol maka usaha tidak layak atau tidak menguntungkan. Hasil switching value pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm perubahan komponen yang dianggap sangat berpengaruh terhadap kelayakan usaha yaitu pengaruh terjadinya penurunan produksi dan pengaruh kenaikan harga pakan. Penentuan komponen yang dianggap berpengaruh dilihat dari faktor yang sering mengalami perubahan dalam menjalankan usaha 60
pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm. Pengaruh kelayakan usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal Yoyok Fish Farm dapat dilihat pada Tabel 11 berikut. Tabel 11. Hasil Analisis Switching Value Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Skenario Pertama Perubahan Penurunan Produksi Kenaikan Harga Pakan
Persentase (persen)
8,61 16.02
Dari hasil analisis switching value dapat dilihat bahwa batas minimum penurunan total hasil produksi ikan lele sangkuriang adalah 8,61 persen. Pada penurunan produksi dibawah 8,61 persen, maka usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal tidak layak atau tidak menguntungkan untuk dijalankan. Pada kenaikan harga pakan, batas maksimal kenaikannya adalah 16.02 persen, sehingga apabila terjadi peningkatan harga pakan diatas 16.02 persen usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal tidak layak atau tidak menguntungkan. Berdasarkan hasil analisis switching value terhadap pada usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal Yoyok Fish Farm dapat disimpulkan bahwa penurunan produksi merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap kelayakan usaha. Faktor lain yang juga mempengaruhi yaitu kenaikan harga pakan ikan. Namun pengaruh terjadinya penurunan produksi lebih besar dibandingkan dengan kenaikan harga pakan. 7.2 Skenario Kedua Pada skenario kedua pengembangan usaha dilakukan dengan menambah kapasitas produksi. Penambahan kapasitas produksi dilakukan dengan menambah jumlah kolam dari 13 unit kolam menjadi 25 unit kolam. Rencana pengembangan usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal dilakukan dengan penggunaan modal sendiri, dengan tingkat suku bunga deposito sebesar 7 persen atau 1,75 persen untuk satu siklus produksi (tiga bulan).
61
7.2.1
Penerimaan (Inflow) Arus penerimaan (inflow) pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang
kolam terpal terbagi dalam dua jenis yaitu pendapatan penjualan dan nilai sisa. a. Pendapatan penjualan Pendapatan penjualan dihitung dari perkiraan jumlah produksi dikalikan dengan harga jual. Pada usaha Yoyok Fish Farm yang akan dijalankan, pendapatan diperoleh dari hasil penjualan pembesaran lele sangkuriang menjadi ikan konsumsi. Untuk target produksi panen pada pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm adalah 13.466 kilogram dari 25 unit kolam. Penentuan target produksi lele sangkuriang pada Yoyok Fish Farm tersebut antara lain sebagai berikut: Diketahui : a. Jumlah Benih : 119.700 ekor b. SR (Survival Rate) : 90 persen c. Jumlah untuk setiap 1 kilogram lele konsumsi adalah 8 ekor
Maka target produksi =
Jumlah Produksi x SR (Survival Rate) 8 ekor untuk setiap 1 kilogram lele konsumsi
=
119. 700 ekor benih x 90 persen 8 ekor
= 13.466 kilogram
Tingkat harga jual lele konsumsi rata-rata adalah Rp 10.000 per kilogram. Produksi dan harga jual tersebut diasumsikan konstan dari tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-2 dengan 13.500 kilogram per siklus panen dengan tingkat harga 10.000. Siklus produksi pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm adalah empat kali dalam satu tahun. Untuk melihat pendapatan penjualan ikan lele sangkuriang mulai tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-2 dapat dilihat pada Tabel 12
62
Tabel 12. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Ikan Lele Pada Usaha Yoyok Fish Farm Skenario Kedua Siklus Panen 1 2 3 4 5 6 7 8
Jumlah Produksi (kg) 13.466 13.466 13.466 13.466 13.466 13.466 13.466 13.466
Harga Satuan (Rp/kg)
Nilai (Rp)
10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000
134.660.000 134.660.000 134.660.000 134.660.000 134.660.000 134.660.000 134.660.000 134.660.000
b. Nilai Sisa (Salvage Value) Nilai sisa terjadi pada bangunan dan mesin pompa, harga bangunan yang sebelumnya diasumsikan seharga Rp 5.000.000 dengan umur ekonomis lima tahun. Penyusutan pertahunnya Rp 1.000.000, sehingga nilai sisa bangunan hingga akhir usaha adalah Rp 3.000.000. Adapun penyusutan dua tahun dari usaha sebelumnya yaitu Rp 2.000.000 sehingga sisa pada tahun berikutnya menjadi Rp 3.000.000 yang akan mengalami penyusutan 2 tahun berikutnya hingga akhir usaha menjadi Rp 1.000.000. Sedangkan pada mesin pompa, harga pembelian awal adalah Rp 3.000.000, dengan umur ekonomis lima tahun. Pada pengembangan usaha mesin pompa air akan ditambah satu unit, sehingga mesin pompa menjadi dua unit. Nilai sisa untuk mesin pompa selama pemakaian empat tahun adalah satu tahun dengan nilai sisa adalah Rp 600.000. Sedangkan pada mesin yang baru dibeli mengalami penyusutan dua tahun menjadi Rp 1.800.000. Untuk perincian nilai sisa pada bangunan dan mesin pompa dapat dilihat pada Tabel 13 berikut. Tabel 13. Nilai Sisa Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Skenario Kedua No
Uraian
1 Bangunan 2 Mesin pompa lama 3 Mesin pompa baru
Nilai (Rp)
3.000.000 1.800.000 3.000.000 Total
Umur Ekonomis (tahun) 3 3 5
Penyusutan Per Tahun (Rp) 1.000.000 600.000 600.000
Sisa (Rp) 1.000.000 600.000 1.800.000 3.400.000
63
7.2.2 Hasil Analisis Pengeluaran (Outflow) Outflow merupakan arus pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan untuk membiayai selama kegiatan usaha dilakukan pada usaha Yoyok Fish Farm. Arus pengeluaran (outflow) terdiri dari pengeluaran untuk biaya investasi, biaya tetap, dan biaya variabel. Arus biaya atau pengeluaran mencerminkan pengeluaranpengeluaran yang akan terjadi selama usaha atau bisnis berjalan. a. Biaya Investasi Pada pengembangan usaha, Yoyok Fish Farm menggunakan lahan dua hektar. Dalam menentukan biaya investasi untuk lahan, biaya oppurtinity cost (biaya imbangan) yang digunakan untuk satu hektar lahan adalah sebesar Rp 1.500.000 per hektar untuk satu tahun. Penentuan biaya imbangan digunakan dengan pertimbangan jika lahan tersebut disewakan. Sehingga biaya yang diperlukan untuk dua hektar lahan adalah sebesar Rp 6.000.000 selama dua tahun umur usaha. Biaya investasi bangunan yang digunakan pada Yoyok Fish Farm awalnya 5.000.000 namun setelah sebelumnya mengalami penyusutan dari usaha pembesaran sebelum pengembangan (skenario pertama) sebesar Rp 2.000.000 untuk dua tahun usaha. Sehingga investasi bangunan pada scenario kedua menjadi 3.000.000. Sedangkan pada mesin pompa air Yoyok Fish Farm berencana menggunakan dua mesin pompa air. Penggunaan mesin pompa lama akan ditambah dengan pembelian mesin pompa yang baru. Pada mesin pompa air lama telah mengalami penyusutan 1.200.000 dari pemakaian usaha sebelumnya, sehingga biaya investasi untuk mesin pompa air lama menjadi Rp 1.800.000. Sedangkan pada mesin yang baru mengeluarkan biaya investasi Rp 3.000.000. Pada Tabel 14, menjelaskan biaya-biaya investasi pada awal perencanaan pengembangan usaha yang akan dilakukan oleh Yoyok Fish Farm.
64
Tabel 14. Uraian Biaya Investasi Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Skenario Kedua No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 15
Uraian
Unit
Lahan 2 (ha) Bangunan 1 Kolam Pembesaran 25 Mesin Pompa Air baru 1 Mesin pompa Air lama 1 Ember sortir 17 Ember Biasa 10 Selang Air (m) 60 Serokan 10 Gergaji 2 Golok 2 Palu 2 Cangkul 4 Kakatua 2 Tang 2 Meteran 1 Total Investasi
Umur Ekonomis (Tahun) 3 2 5 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Harga Satuan (Rp) 3.000.000 1.800.000 35.000 30.000 6.000 15.000 20.000 25.000 15.000 40.000 15.000 15.000 35.000
Total Harga (Rp) 6.000.000 3.000.000 62.977.000 3.000.000 1.800.000 595.000 300.000 360.000 150.000 40.000 50.000 30.000 160.000 30.000 30.000 35.000 78.557.000
c. Biaya Tetap Biaya-biaya yang akan dikeluarkan oleh usaha Yoyok Fish Farm meliputi Abodemen listrik, Upah Manajer, Upah pengawas, dan Upah karyawan. Pada pengembangan usaha yang akan dilakukan Yoyok Fish menambah jumlah tenaga kerja menjadi 5 orang. Penambahan tenaga kerja dilakukan dengan pertimbangan kemampuan tenaga kerja dalam mengelola kolam. Dari hasil pengamatan pada pengusahaan sebelumnya, 1 karyawan tetap mampu menangani 5 unit kolam. Pada rencana pengembangan yang akan dilakukan oleh Yoyok Fish Farm dengan menambah 25 kolam membutuhkan 5 orang karyawan tetap. Uraian biaya tetap pada usaha pembesaran lele sangkuriang Yoyok Fish Farm dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Biaya Tetap Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Skenario Kedua No 1 2 3 4
Uraian Listrik Manajer Pengawas Karyawan Tetap
Upah/Bulan (Rp) 50.000 900.000 900.000 500.000 Total Biaya
Jumlah 1 orang 1 orang 5 orang
Biaya (Rp/3 bulan) 150.000 2.700.000 2.700.000 7.500.000 11.550.000
65
d. Biaya Variabel Biaya variabel pada usaha Yoyok Fish Farm dikeluarkan setiap satu kali siklus produksi. Uraian biaya produksi (variabel) usaha Yoyok Fish Farm meliputi ; pakan, tenaga kerja, dan bahan bakar. Untuk melihat biaya variabel yang dikeluarkan setiap satu siklus produksi dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Biaya Variabel Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Skenario Kedua Tahun 2011 No 1 2 3 4
Uraian Benih Pakan Tenaga Kerja Bahan Bakar (Solar)
Satuan Ekor Kg HOK Liter
Jumlah 119.700 11.310 94 100
Biaya (Rp) 17.955.000 69.710.000 1.880.000 450.000 87.995.000
7.2.3 Analisis Kelayakan Finansial Kelayakan finansial usaha Yoyok Fish Farm yang akan dilakukan, sama seperti menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi yang dilakukan sebelumnya, yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Returm (IRR), dan Payback Periode. Perhitungan kelayakan usaha menggunakan manfaat bersih (Net Benefit) yang diperoleh dari selislih antara biaya dan manfaat setiap tahunnya dengan dikurangi pajak berdasarkan tarif pajak yang ditentukan dalam peraturan pemerintah sebesar 25 persen dan dibuat dalam bentuk rugi laba (Lampiran 2). Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka diperoleh nilai NPV adalah sebesar Rp 108.004.579 Sedangkan nilai Net B/C sebesar 3,34 lebih besar dari satu yang artinya, dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama umur usaha mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar 3,34 rupiah dan usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai IRR sebesar 43,52 persen yang artinya nilai investasi usaha ini lebih menguntungkan dibandingkan dengan deposito bank sebesar 1,75 persen selama tiga bulan untuk satu kali siklus produksi. Sedangkan periode yang diperlukan untuk mengembalikan semua biaya investasi adalah 4,87 siklus. Kriteria-kriteria investasi pada usaha Pembesaran lele sangkuriang kolam terpal dapat dilihat pada Tabel 17.
66
Tabel 17. Hasil Analisis Finansial Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Skenario Kedua Kriteria Net Present Value (NPV) Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) Internal Rate Return (IRR)
Hasil Rp 108.004.579 3,34 43,52 % 4,87
Payback Periode (PP)
Dari hasil nilai keempat kriteria investasi di atas, dapat dilihat bahwa usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal Yoyok Fish Farm memperoleh NPV > 0 yaitu sebesar Rp 108.004.579, yang artinya usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai pada NPV menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usaha pengembangan yang dilakukan Yoyok Fish Farm pada discount rate yang berlaku. Sedangkan hasil Net B/C diperoleh 3,34 dimana Net B/C > 1 sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. Ini berarti usaha layak untuk dilaksanakan dengan tingkat pengembalian investasi sebesar 4,87 siklus atau 1 tahun 3 bulan. 7.2.4 Analisis Switching Value Analisis switching value dilakukan dengan menggunakan nilai pengganti (switching value) sampai memperoleh nilai NPV sama dengan nol (NPV = 0). Jika nilai pengganti (switching value) memperoleh nilai NPV sama dengan nol, maka usaha mengalami titik impas atau usaha dapat ditoleransi. Namun apabila usaha memperoleh nilai dibawah nilai nol maka usaha tidak layak atau tidak menguntungkan. Hasil switching value pada pengembangan usaha Yoyok Fish Farm, perubahan komponen yang dianggap sangat berpengaruh terhadap kelayakan usaha yaitu pengaruh terjadinya penurunan produksi dan pengaruh kenaikan harga pakan. Penentuan komponen yang dianggap berpengaruh dilihat dari faktor yang sering mengalami perubahan dalam menjalankan usaha pada Yoyok Fish Farm. Pengaruh kelayakan usaha Yoyok Fish Farm dapat dilihat pada Tabel 18 berikut. Tabel 18. Hasil Analisis switching value Pembesaran Lele Sangkuriang Yoyok Fish Farm Skenario Kedua Perubahan Penurunan Produksi Kenaikan Harga Pakan
Persentase (persen) 11,30 22,48
67
Dari hasil analisis switching value dapat dilihat bahwa batas minimum penurunan total hasil produksi ikan lele sangkuriang adalah 11,30 persen. Pada penurunan produksi dibawah 11,30 persen, maka usaha Yoyok Fish Farm tidak layak atau tidak menguntungkan untuk dijalankan. Pada kenaikan harga pakan, batas maksimal kenaikannya adalah 22,48 persen, sehingga apabila terjadi kenaikan harga pakan diatas 22,48 persen usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal tidak layak atau tidak menguntungkan untuk dijalankan. Berdasarkan hasil analisis switching value pada pengembangan usaha yang akan dilakukan Yoyok Fish Farm dapat disimpulkan bahwa penurunan produksi merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap kelayakan usaha. Faktor lain yang juga mempengaruhi yaitu kenaikan harga pakan ikan. Namun pengaruh terjadinya penurunan produksi lebih besar dibandingkan dengan kenaikan harga pakan. 7.3 Perbandingan Hasil Kelayakan Kedua Skenario Perbandingan dari kedua skenario dilakukan dengan membandingkan hasil kelayakan sebelum pengembangan dan setelah pengembangan. Kedua skenario pada Yoyok Fish Farm memang layak untuk dijalankan. Namun untuk melihat perbandingan antara kedua skenario yang mana paling menguntungkan, dapat dilihat pada Tabel 19 berikut. Tabel 19. Perbandingan Hasil Kelayakan Finansial Kedua Skenario Kriteria Net Present Value (NPV) Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) Internal Rate Return (IRR) Payback Periode (PP)
Skenario I
Skenario II
Rp 38.751.281 2,68
Rp 108.004.579 3,34
33,02 % 6,03
43,52 % 4,87
Dari Tabel 19 menunjukkan bahwa skenario kedua yakni perlakuan pengembangan usaha merupakan usaha yang memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan skenario pertama. Hal tersebut berdasarkan hasil analisis finansial, nilai NPV skenario kedua lebih besar dari skenario pertama. Demikian juga dengan nilai Net B/C dan IRR, skenario kedua menghasilkan Net B/C dan IRR yang lebih besar dari pada kedua skenario pertama. Sedangkan masa 68
pengembalian biaya investasi (payback period) dari kedua skenario, terjadi perbedaan yang mana pada skenario kedua masa pengembaliannya lebih cepat dibandingkan skenario pertama. 7.4
Hasil Analisis Switching Value Pada Kedua Skenario Hasil analisis switching value dengan membandingkan hasil kelayakan
sebelum pengembangan dan setelah pengembangan usaha. Hasil perbandingan switching value pada kedua skenario dapat dilihat pada pada Tabel 20. Tabel 20. Perbandingan Hasil Switching Value Kedua Skenario Perubahan Penurunan produksi Kenaikan harga pakan
Skenario I (persen) 8,61 16,02
Skenario II (persen) 11,30 22,48
Dari hasil analisis switching value di atas dapat diketahui bahwa skenario pertama merupakan skenario usaha yang paling sensitif terhadap perubahan. Batas maksimal penurunan produksi terhadap harga jual dan produksi yang masih memberikan keuntungan pada skenario pertama hanya sebesar 8,61 persen. Sedangkan untuk skenario kedua batas maksimal penurunan produksi yang masih memberikan keuntungan adalah 11,30 persen. Demikian pula dengan perubahan kenaikan harga pakan berupa pellet. Perbedaan persentase antara kenaikan harga pakan pada masing-masing skenario sangat besar perbedaannya. Batas maksimal kenaikan harga pakan yang masih mendatangkan keuntungan pada skenario pertama adalah sebesar 16,02 persen, sedangkan pada skenario kedua adalah sebesar 22,48 persen. Dari hasil analisis switching value di atas dapat diketahui bahwa pada skenario pertama dan skenario kedua, penurunan produksi merupakan faktor yang paling sensitif terhadap kelayakan usaha. Namun dari kedua skenario yang paling menguntungkan untuk diusahakan dan memiliki tingkat sensitivitas yang kecil terhadap perubahan adalah skenario kedua yaitu pengembangan usaha dengan penambahan kapasistas produksi. Sedangkan pada skenario pertama pengaruh penurunan produksi memiliki tingkat sensitif lebih tinggi dari skenario kedua.
69
VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Dari hasil analisis pada aspek nonfinansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial lingkungan, usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal Yoyok Fish Farm layak untuk diusahakan dan dikembangkan. 2. Berdasarkan hasil analisis aspek finansial usaha pembesaran lele Yoyok Fish Farm layak untuk dijalankan dengan tanpa pengembangan usaha (skenario pertama) maupun dengan adanya pengembangan usaha (skenario kedua). Namun dari kedua skenario memberikan keuntungan yang berbeda yang mana skenario kedua memberikan keuntungan yang lebih besar. Hal tersebut berdasarkan hasil analisis finansial seperti nilai NPV skenario kedua lebih besar dari skenario pertama. Demikian juga dengan nilai Net B/C dan IRR, skenario kedua menghasilkan Net B/C, IRR yang lebih besar. Lama waktu pengembalian investasi dari skenario kedua lebih cepat dari pada skenario pertama. 3. Berdasarkan hasil switching value pada kedua skenario yang dilakukan pada usaha Yoyok Fish Farm terdapat dua faktor yang mempengaruhi kelayakan usaha yaitu penurunan produksi dan kenaikan harga pakan. Dari kedua faktor tersebut dapat dilihat bahwa yang sangat berpengaruh terhadap kelayakan usaha pembesaran lele sangkuriang kolam terpal adalah penurunan produksi. 8.2 Saran 1. Usaha pembesaran lele sangkuriang pada Yoyok Fish Farm sebaiknya menjaga produksi dengan lebih memperhatikan aspek tehknis. 2. Usaha pembesaran lele sangkuriang pada Yoyok Fish Farm sebaiknya mencari pakan alternatif selain pelet untuk mengatasi apabila terjadi kenaikan harga pakan.
DAFTAR PUSTAKA Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi. Budidaya Lele Sangkuriang David F R. 2004. Manajemen Strategis Konsep. Sindoro A, penerjemah; Jakarta : PT Indeks. Terjemahan dari : Concepts Of Strategic Management. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2010. Buku Data Potensi Peternakan dan Perikanan. Dinas Peternakan dan Perikanan. Bogor. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2011. Buku Laporan Tahunan Dinas Peternakan dan Perikanan 2010. Bogor: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2006. Budidaya Lele Sangkuriang. Jakarta : Departemen Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 2007. Mengenal Lebih Jauh Ikan Lele Sangkuriang. Frinces, Z. Heflin. 2005. “Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis”, Penerbit Darussalam, Jogjakarta. Gitingger JP.1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Penerjemah Slamet Sutomo Dan Komet Manggiri. Jakarta: Universitas Indonesia perss. Gunawan, S. 2009. Kiat Sukses Budidaya Lele Di Lahan Sempit. Jaharta. Agromedia. Hendriana A. 2010. Pembesaran Lele di Kolam Terpal. Jakarta. Penebar Swadaya. Husnan, S. dan S. Muhammad. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta. Iriani. 2006. Analisis Kelayakan FinansialPembenihandan Pendederan Ikan Nila Wanayasa pada Kelompok Pembudidaya Mekarsari Desa Tanjungsari Kecamatan Pondoksalam Kabupaten Purwakarta. [skripsi]. Fakultas Pertanian Bogor, Institut Pertanian Bogor. Kadariah, Kalina L, Gray C. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta : UI Press.
Kementerian Kelautan dan Perikanan 2010. Kelautan dan Perikanan dalam Angka 2009 Marine and Fisheries in Figures. Khairuman dan K Amri. 2006. Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif. Jakarta:Agro Media Pustaka. Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran. Jilid Satu. Jakarta, PT Prenhallindo. Nugroho, S. 2008. Analisis Finansial Ikan Hias Air Tawar pada Usaha Heru Fish Farm di Desa Kotabatu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. [skripsi]. Fakultas Pertanian Bogor, Institut Pertanian Bogor. Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Revisi. Unit Penerbit Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Rohmawati, O. 2010. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ikan Hias Pada Arifin Fish Desa Ciluar Kecamatan Bogor Utara Kabupaten Bogor. [skripsi]. Fakultas Pertanian Bogor, Institut Pertanian Bogor. Simanjuntak, R. 2009. Analisis Kelayakan Pembesaran Ikan Aqua Kultur Empang Sari Mukti di Desa Situ Daun Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. [skripsi]. Fakultas Pertanian Bogor, Institut Pertanian Bogor. Soeharto, I. 1999. Manajemen Proyek.. Jakarta: Erlangga. Surahmat. 2009. Analisis Kelayakan Usaha pembenihan Larva Ikan Bawal Air Tawar Ben’s Fish Farm Cibungbulang Kabupaten Bogor. [skripsi]. Fakultas Pertanian Bogor, Institut Pertanian Bogor. Umar, H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis Edisi 3. Jakarta : PT gramedia Pustaka Utama.
72
LAMPIRAN
Biaya Investasi No 1 2
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Uraian Bangunan Kantor dan Gudang Kolam Terpal a. Ukuran 10 m x 5 m b. Ukuran 8 m x 6 m c. Ukuran 13 m x 4 m d. Ukuran 7 m x 5 m Mesin Pompa Air Ember sortir Ember Biasa Selang Air (m) Gergaji Golok Palu Cangkul Kakatua Tang Meteran
Nilai Sisa No Uraian 1 Bangunan 2 Mesin Pompa Air Total
Unit 1 7 3 1 2 1 5 5 20 2 2 2 4 2 2 1 Total Investasi
Umur Ekonomis (Tahun) 5 2 2 2 2 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Nilai Sisa (Rp) 3,000,000 1,800,000 4,800,000
Harga Satuan Total Harga (Rp) (Rp) 5,000,000 5,000,000 ‐ 1,250,000 8,750,000 1,200,000 3,600,000 1,300,000 1,300,000 875,000 1,750,000 3,000,000 3,000,000 35,000 175,000 30,000 150,000 6,000 120,000 20,000 40,000 25,000 50,000 15,000 30,000 40,000 160,000 15,000 30,000 15,000 30,000 35,000 35,000 24,220,000
Lampiran 1. Laporan Rugi Laba Yoyok Fish Farm pada Skenario Pertama TAHUN No
Tahun 1 Siklus
URAIAN 1
A INFLOW Total Hasil Penjulan Nilai Sisa TOTAL INFLOW B OUTFLOW II Biaya Tetap 2.1. Abodemen Listrik 2.2. Gaji Manager j Pengawas g 2.3. Gaji 2.4. Karyawan Tetap Total Biaya Tetap III Biaya Variabel 3.1. Benih 3.2. Pakan 3.3. Tenaga Kerja 3.4. Bahan Bakar Solar Total Biaya Variabel TOTAL OUTFLOW EBT(Earning Before Tax) Pajak (Tax) EAT (Earning After Tax)
2
Tahun 2 Siklus 3
4
1
2
3
4
65,450,000 0 65,450,000
67,600,000 0 67,600,000
68,530,000 0 68,530,000
66,900,000 0 66,900,000
67,760,000 0 67,760,000
69,300,000 0 69,300,000
65,800,000 0 65,800,000
68,500,000 4,800,000 73,300,000
75,000 1,950,000 , , 1,950,000 4,500,000 8,475,000
75,000 1,950,000 , , 1,950,000 4,500,000 8,475,000
75,000 1,950,000 , , 1,950,000 4,500,000 8,475,000
75,000 1,950,000 , , 1,950,000 4,500,000 8,475,000
75,000 1,950,000 , , 1,950,000 4,500,000 8,475,000
75,000 1,950,000 , , 1,950,000 4,500,000 8,475,000
75,000 1,950,000 , , 1,950,000 4,500,000 8,475,000
75,000 1,950,000 , , 1,950,000 4,500,000 8,475,000
9,240,000 34,800,000 1,080,000 225,000 45,345,000 53,820,000 11,630,000 2,907,500 8,722,500
9,240,000 34,800,000 1,080,000 225,000 45,345,000 53,820,000 13,780,000 3,445,000 10,335,000
9,240,000 34,800,000 1,080,000 225,000 45,345,000 53,820,000 14,710,000 3,677,500 11,032,500
9,240,000 34,800,000 1,080,000 225,000 45,345,000 53,820,000 13,080,000 3,270,000 9,810,000
9,240,000 34,800,000 1,080,000 225,000 45,345,000 53,820,000 13,940,000 3,485,000 10,455,000
9,240,000 34,800,000 1,080,000 225,000 45,345,000 53,820,000 15,480,000 3,870,000 11,610,000
9,240,000 34,800,000 1,080,000 225,000 45,345,000 53,820,000 11,980,000 2,995,000 8,985,000
9,240,000 34,800,000 1,080,000 225,000 45,345,000 53,820,000 19,480,000 4,870,000 14,610,000
Lampiran 2. Laporan Rugi Laba Yoyok Fish Farm pada Skenario Kedua TAHUN No
Tahun 1 Siklus
URAIAN 1
A INFLOW Hasil Penjulan lele Nilai Sisa TOTAL INFLOW B OUTFLOW II Biaya Tetap 2.1. Abodemen Listrik 2.2. Gaji Manager 2.3. Gaji Pengawas 2.4. Karyawan Tetap Total Biaya Tetap III Biaya Variabel 3.1. Benih 3.1. Pakan 3.2. Tenaga Kerja 3.3. Bahan Bakar Solar Total Biaya Variabel TOTAL OUTFLOW EBT(Earning Before Tax) Pajak (Tax) EAT (Earning After Tax)
2
Tahun 2 Siklus 3
4
135,000,000 0 135,000,000
135,000,000 0 135,000,000
135,000,000 0 135,000,000
135,000,000 0 135,000,000
150,000 2,700,000 2,700,000 7,500,000 13,050,000
150,000 2,700,000 2,700,000 7,500,000 13,050,000
150,000 2,700,000 2,700,000 7,500,000 13,050,000
150,000 2,700,000 2,700,000 7,500,000 13,050,000
17,955,000 69,710,000 1,880,000 450,000 89,995,000 103,045,000 31,955,000 7,988,750 23,966,250
17,955,000 69,710,000 1,880,000 450,000 89,995,000 103,045,000 31,955,000 7,988,750 23,966,250
17,955,000 69,710,000 1,880,000 450,000 89,995,000 103,045,000 31,955,000 7,988,750 23,966,250
17,955,000 69,710,000 1,880,000 450,000 89,995,000 103,045,000 31,955,000 7,988,750 23,966,250
1
2
3
4
135,000,000 0 135,000,000
135,000,000 3,400,000 138,400,000
150,000 2,700,000 2,700,000 7,500,000 13,050,000
150,000 2,700,000 2,700,000 7,500,000 13,050,000
150,000 2,700,000 2,700,000 7,500,000 13,050,000
17,955,000 17,955,000 69,710,000 69,710,000 1,880,000 1,880,000 450,000 450,000 89,995,000 89,995,000 103,045,000 103,045,000 31,955,000 31,955,000 7,988,750 7,988,750 23,966,250 23,966,250
17,955,000 69,710,000 1,880,000 450,000 89,995,000 103,045,000 31,955,000 7,988,750 23,966,250
17,955,000 69,710,000 1,880,000 450,000 89,995,000 103,045,000 35,355,000 8,838,750 26,516,250
135,000,000 135,000,000 0 0 135,000,000 135,000,000
150,000 2,700,000 2,700,000 7,500,000 13,050,000
Biaya Investasi No 1 2
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Uraian Bangunan Kantor dan Gudang Kolam Terpal a. Ukuran 10 m x 5 m b. Ukuran 8 m x 6 m c. Ukuran 13 m x 4 m d. Ukuran 7 m x 5 m Mesin Pompa Air Ember sortir Ember Biasa Selang Air (m) Gergaji Golok Palu Cangkul Kakatua Tang Meteran
Nilai Sisa No Uraian 1 Bangunan 2 Mesin Pompa Air Total
Unit 1 7 3 1 2 1 5 5 20 2 2 2 4 2 2 1 Total Investasi
Umur Ekonomis (Tahun) 5 2 2 2 2 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Nilai Sisa (Rp) 3,000,000 1,800,000 4,800,000
Harga Satuan Total Harga (Rp) (Rp) 5,000,000 5,000,000 ‐ 1,250,000 8,750,000 1,200,000 3,600,000 1,300,000 1,300,000 875,000 1,750,000 3,000,000 3,000,000 35,000 175,000 30,000 150,000 6,000 120,000 20,000 40,000 25,000 50,000 15,000 30,000 40,000 160,000 15,000 30,000 15,000 30,000 35,000 35,000 24,220,000
Lampiran 3. Cashflow Yoyok Fish Farm Pada Skenario Pertama TAHUN No
Tahun 1
URAIAN
Tahun 2
Siklus 1
2
Siklus 3
4
1
2
3
4
A INFLOW Total Hasil Penjulan
65,450,000
Nilai Sisa
0
TOTAL INFLOW B I
67,600,000 0
65,450,000
68,530,000 0
67,600,000
66,900,000 0
68,530,000
67,760,000 0
66,900,000
69,300,000 0
67,760,000
65,800,000 0
69,300,000
68,500,000 4,800,000
65,800,000
70,250,000
OUTFLOW Investasi 1.1. Lahan
3,000,000
1.2. Bangunan Kantor dan Gudang
5,000,000
1.3. Kolam Terpal (13 Unit)
23,609,500
1.4. Mesin Pompa Air
3,000,000
1.5. Ember sortir
175,000
1.6. Ember Biasa
150,000
1.7. Selang Air
120,000
1.8. Serokan
45,000
1.9. Gergaji
40,000
1.10. Golok
50,000
1.11. Palu
30,000
1.12. Cangkul
160,000
1.13. 13 Kakatua
30,000
1.14 Tang
30,000
1.15. Meteran
35,000
Total Investasi
35,474,500
II Biaya Tetap 2.1. Abodemen Listrik 2.2. Gaji Manager
75,000
75,000
75,000
75,000
75,000
75,000
75,000
75,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
2.3. Gaji Pengawas
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
2.4. Karyawan Tetap
4,500,000
4,500,000
4,500,000
4,500,000
4,500,000
4,500,000
4,500,000
4,500,000
8,475,000
8,475,000
8,475,000
8,475,000
8,475,000
8,475,000
8,475,000
8,475,000
Total Biaya Tetap
III Biaya Variabel 3.1. Benih
9,240,000
9,240,000
9,240,000
9,240,000
9,240,000
9,240,000
9,240,000
9,240,000
3.2. Pakan
34,800,000
34,800,000
34,800,000
34,800,000
34,800,000
34,800,000
34,800,000
34,800,000
1,080,000
1,080,000
1,080,000
1,080,000
1,080,000
1,080,000
1,080,000
1,080,000
3.3. Tenaga Kerja 3.4. Bahan Bakar Solar 3.5 Pajak Total Biaya Variabel TOTAL OUTFLOW Benefit
225,000
225,000
225,000
225,000
225,000
225,000
225,000
225,000
2,907,500
3,445,000
3,677,500
3,270,000
3,485,000
3,870,000
2,995,000
4,870,000
48,252,500
48,790,000
49,022,500
48,615,000
48,830,000
49,215,000
48,340,000
50,215,000
92,202,000
57,265,000
57,497,500
57,090,000
57,305,000
57,690,000
56,815,000
58,690,000
-26,752,000
10,335,000
11,032,500
9,810,000
10,455,000
11,610,000
8,985,000
11,560,000
0.982800983
0.965897772
0.949285279
0.932958506
0.982800983
0.965897772
0.949285279
0.932958506
Net Benefit
-26,291,892
9,982,553
10,472,990
9,152,323
10,275,184
11,214,073
8,529,328
10,785,000
PV Negatif
-26,291,892
DF per siklus panen (3 bulan) 1.75
PV Positif NPV Net B/C Manfaat Bersih Rata-rata per siklus PP IRR
70,411,452 Rp
38,751,281 2.68 5,879,438 6.03 33.02%
Lampiran 4. Cashflow Yoyok Fish Farm Pada Skenario Kedua TAHUN No
Tahun 1 Siklus
URAIAN
1
2
Tahun 2 Siklus 3
4
1
2
3
4
A INFLOW Total Hasil Penjulan
134,660,000
Nilai Sisa
0
TOTAL INFLOW
134,660,000 0
134,660,000
134,660,000 0
134,660,000
134,660,000 0
134,660,000
134,660,000 0
134,660,000
134,660,000 0
134,660,000
134,660,000 0
134,660,000
134,660,000 3,400,000
134,660,000
138,060,000
B OUTFLOW I Investasi 1.1. Lahan
6,000,000
1.2. Bangunan
3,000,000
1.2 Kolam Pembesaran
62,977,000
1.3 Mesin Pompa Air
4,800,000
1.4 Ember sortir
595,000
1.5. Ember Biasa
300,000
1.6. Selang Air
360,000
1.7. Serokan
150,000
1.18. Gergaji
40,000
1.9. Golok
50,000
1.10. Palu
30,000
1.11. Cangkul g
160,000 ,
1.12. Kakatua
30,000
1.13. Tang
30,000
1.14. Meteran
35,000
Total Investasi
78,557,000
II Biaya Tetap 2.1. Abodemen Listrik
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
2.2. Gaji Manager
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2.3. Gaji Pengawas
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2.4. Karyawan Tetap
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
13,050,000
13,050,000
13,050,000
13,050,000
13,050,000
13,050,000
13,050,000
13,050,000
Total Biaya Tetap
III Biaya Variabel 3.1. Benih
17,955,000
3.1. Pakan 3.2. Tenaga Kerja 3.4. Bahan Bakar Solar
17,955,000
17,955,000
17,955,000
17,955,000
17,955,000
17,955,000
17,955,000
67,710,000
67,710,000
67,710,000
67,710,000
67,710,000
67,710,000
67,710,000
67,710,000
1,880,000
1,880,000
1,880,000
1,880,000
1,880,000
1,880,000
1,880,000
1,880,000
450,000
450,000
450,000
450,000
450,000
450,000
450,000
450,000
7,988,750
7,988,750
7,988,750
7,988,750
7,988,750
7,988,750
7,988,750
8,838,750
95,983,750
95,983,750
95,983,750
95,983,750
95,983,750
95,983,750
95,983,750
96,833,750
TOTAL OUTFLOW
187,590,750
109,033,750
109,033,750
109,033,750
109,033,750
109,033,750
109,033,750
109,883,750
Benefit
-52,930,750
25,626,250
25,626,250
25,626,250
25,626,250
25,626,250
25,626,250
28,176,250
0.982800983
0.965897772
0.949285279
0.932958506
0.982800983
0.965897772
0.949285279
0.932958506
-52,020,393
24,752,338
24,326,622
23,908,228
25,185,504
24,752,338
24,326,622
26,287,272
3.5 Pajak Total Biaya Variabel
DF per siklus panen (3 bulan) 1.75 Net Benefit PV Negatif
-52,020,393
PV Positif
173,538,923
NPV Net B/C Manfaat Bersih Rata-rata per siklus PP IRR
Rp
108,004,579 3.34 16,125,375 4.871638644 43.52%
Biaya Investasi No 1 2
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Uraian Bangunan Kantor dan Gudang Kolam Terpal a. Ukuran 10 m x 5 m b. Ukuran 8 m x 6 m c. Ukuran 13 m x 4 m d. Ukuran 7 m x 5 m Mesin Pompa Air Ember sortir Ember Biasa Selang Air (m) Gergaji Golok Palu Cangkul Kakatua Tang Meteran
Nilai Sisa No Uraian 1 Bangunan 2 Mesin Pompa Air Total
Unit 1 7 3 1 2 1 5 5 20 2 2 2 4 2 2 1 Total Investasi
Umur Ekonomis (Tahun) 5 2 2 2 2 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Nilai Sisa (Rp) 3,000,000 1,800,000 4,800,000
Harga Satuan Total Harga (Rp) (Rp) 5,000,000 5,000,000 ‐ 1,250,000 8,750,000 1,200,000 3,600,000 1,300,000 1,300,000 875,000 1,750,000 3,000,000 3,000,000 35,000 175,000 30,000 150,000 6,000 120,000 20,000 40,000 25,000 50,000 15,000 30,000 40,000 160,000 15,000 30,000 15,000 30,000 35,000 35,000 24,220,000
Lampiran 5. Switching Value pada Skenario Pertama Penurunan Hasil Produksi 8.61 persen TAHUN No
Tahun 1
URAIAN
Tahun 2
Siklus 1
2
Siklus 3
4
1
2
3
4
A INFLOW Total Hasil Penjulan
59,811,923
Nilai Sisa
0
TOTAL INFLOW
61,776,715 0
59,811,923
62,626,602 0
61,776,715
61,137,015 0
62,626,602
61,922,932 0
61,137,015
63,330,271 0
61,922,932
60,131,773 0
63,330,271
60,131,773
62,599,186 4,800,000 67,399,186
B OUTFLOW I Investasi 1.1. Lahan
3,000,000
1.2. Bangunan Kantor dan Gudang
5,000,000
1.3. Kolam Terpal (13 Unit)
23,609,500
1.4. Mesin Pompa Air
3,000,000
1.5. Ember sortir
175,000
1.6. Ember Biasa
150,000
1.7. Selang Air
120,000
1.8. Serokan
45,000
1.9. Gergaji
40,000
1.10. Golok
50,000
1.11. Palu
30,000
1.12. Cangkul g
160,000 ,
1.13. Kakatua
30,000
1.14. Tang
30,000
1.15. Meteran
35,000
Total Investasi
35,474,500
II Biaya Tetap 2.1. Abodemen Listrik
75,000
75,000
75,000
75,000
75,000
75,000
75,000
75,000
2.2. Gaji Manager
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
2.3. Gaji Pengawas
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
2.4. Karyawan Tetap
4,500,000
4,500,000
4,500,000
4,500,000
4,500,000
4,500,000
4,500,000
4,500,000
8,475,000
8,475,000
8,475,000
8,475,000
8,475,000
8,475,000
8,475,000
8,475,000
3.1. Benih
9,240,000
9,240,000
9,240,000
9,240,000
9,240,000
9,240,000
9,240,000
9,240,000
3.2. Pakan
34,800,000
34,800,000
34,800,000
34,800,000
34,800,000
34,800,000
34,800,000
34,800,000
1,080,000
1,080,000
1,080,000
1,080,000
1,080,000
1,080,000
1,080,000
1,080,000
225,000
225,000
225,000
225,000
225,000
225,000
225,000
225,000
Total Biaya Tetap III Biaya Variabel
3.3. Tenaga Kerja 3.4. Bahan Bakar Solar 3.5 Pajak Total Biaya Variabel TOTAL OUTFLOW Benefit DF per siklus (3 bulan) 1.75
2,907,500
3,445,000
3,677,500
3,270,000
3,485,000
3,870,000
2,995,000
4,870,000
48,252,500
48,790,000
49,022,500
48,615,000
48,830,000
49,215,000
48,340,000
50,215,000
92,202,000
57,265,000
57,497,500
57,090,000
57,305,000
57,690,000
56,815,000
58,690,000
-32,390,077
4,511,715
5,129,102
4,047,015
4,617,932
5,640,271
3,316,773
8,709,186
0.982800983
0.965897772
0.949285279
0.932958506
0.982800983
0.965897772
0.949285279
0.932958506
Net Benefit
-31,833,000
4,357,855
4,868,981
3,775,697
4,538,508
5,447,925
3,148,563
8,125,309
PV Negatif
-31,833,000
PV Positif NPV Net B/C Manfaat Bersih Rata-rata per siklus PP
34,262,839 Rp
0 1.08 447,739 79.23023302
IRR
1.75%
100% 1 0.91386 0.086143
Lampiran 6. Switching Value pada Skenario Kedua Penurunan Hasil Produksi 11,30 persen TAHUN No
Tahun 1 Siklus
URAIAN 1
2
Tahun 2 Siklus 3
4
1
2
3
4
A INFLOW Total Hasil Penjulan
119,436,833
Nilai Sisa
0
TOTAL INFLOW
119,436,833 0
119,436,833
119,436,833 0
119,436,833
119,436,833 0
119,436,833
119,436,833 0
119,436,833
119,436,833 0
119,436,833
119,436,833 0
119,436,833
119,436,833 3,400,000
119,436,833
122,836,833
B OUTFLOW I Investasi 1.1. Lahan
6,000,000
1.2. Bangunan
3,000,000
1.2 Kolam Pembesaran
62,977,000
1.3 Mesin Pompa Air
4,800,000
1.4 Ember sortir
595,000
1.5. Ember Biasa
300,000
1.6. Selang Air
360,000
1.7. Serokan
150,000
1.18. Gergaji
40,000
1.9. Golok
50,000
1.10. Palu
30,000
1.11. Cangkul
160,000
1.12. Kakatua
30,000
1.13. Tang
30,000
1.14. Meteran
35,000
Total Investasi
78,557,000
II Biaya Tetap 2.1. Abodemen Listrik 2.2. Gaji Manager
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2.3. Gaji Pengawas
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2.4. Karyawan Tetap
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
13,050,000
13,050,000
13,050,000
13,050,000
13,050,000
13,050,000
13,050,000
13,050,000
Total Biaya Tetap
III Biaya Variabel 3.1. Benih
17,955,000
3.1. Pakan 3.2. Tenaga Kerja 3.4. Bahan Bakar Solar 3.5 Pajak Total Biaya Variabel
17,955,000
17,955,000
17,955,000
17,955,000
17,955,000
17,955,000
17,955,000
67,710,000
67,710,000
67,710,000
67,710,000
67,710,000
67,710,000
67,710,000
67,710,000
1,880,000
1,880,000
1,880,000
1,880,000
1,880,000
1,880,000
1,880,000
1,880,000
450,000
450,000
450,000
450,000
450,000
450,000
450,000
450,000
7,988,750
7,988,750
7,988,750
7,988,750
7,988,750
7,988,750
7,988,750
8,838,750
95,983,750
95,983,750
95,983,750
95,983,750
95,983,750
95,983,750
95,983,750
96,833,750
TOTAL OUTFLOW
187,590,750
109,033,750
109,033,750
109,033,750
109,033,750
109,033,750
109,033,750
109,883,750
Benefit
-68,153,917
10,403,083
10,403,083
10,403,083
10,403,083
10,403,083
10,403,083
12,953,083
0.982800983
0.965897772
0.949285279
0.932958506
0.982800983
0.965897772
0.949285279
0.932958506
Net Benefit
DF per siklus panen (3 bulan) 1.75
-66,981,737
10,048,315
9,875,494
9,705,645
10,224,160
10,048,315
9,875,494
12,084,689
PV Negatif
-66,981,737
100
1
PV Positif NPV Net B/C Manfaat Bersih Rata-rata per siklus PP IRR
71,862,110 Rp
(0) 1.07 902,208 87.07194182 1.75%
0.886951
0.11305
Biaya Investasi No 1 2
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Uraian Bangunan Kantor dan Gudang Kolam Terpal a. Ukuran 10 m x 5 m b. Ukuran 8 m x 6 m c. Ukuran 13 m x 4 m d. Ukuran 7 m x 5 m Mesin Pompa Air Ember sortir Ember Biasa Selang Air (m) Gergaji Golok Palu Cangkul Kakatua Tang Meteran
Nilai Sisa No Uraian 1 Bangunan 2 Mesin Pompa Air Total
Unit 1 7 3 1 2 1 5 5 20 2 2 2 4 2 2 1 Total Investasi
Umur Ekonomis (Tahun) 5 2 2 2 2 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Nilai Sisa (Rp) 3,000,000 1,800,000 4,800,000
Harga Satuan Total Harga (Rp) (Rp) 5,000,000 5,000,000 ‐ 1,250,000 8,750,000 1,200,000 3,600,000 1,300,000 1,300,000 875,000 1,750,000 3,000,000 3,000,000 35,000 175,000 30,000 150,000 6,000 120,000 20,000 40,000 25,000 50,000 15,000 30,000 40,000 160,000 15,000 30,000 15,000 30,000 35,000 35,000 24,220,000
Lampiran 7. Switching Value pada Skenario Pertama dengan Kenaikan Harga Pakan 16,02 persen TAHUN No
Tahun 1
URAIAN
Tahun 2
Siklus 1
2
Siklus 3
4
1
2
3
4
A INFLOW Total Hasil Penjulan Nilai Sisa
65,450,000 0
TOTAL INFLOW
67,600,000 0
65,450,000
68,530,000 0
67,600,000
66,900,000 0
68,530,000
67,760,000 0
66,900,000
69,300,000 0
67,760,000
65,800,000 0
69,300,000
68,500,000 4,800,000
65,800,000
70,250,000
B OUTFLOW I Investasi 1.1. Lahan
3,000,000
1.1. Bangunan Kantor dan Gudang 1.2. Kolam Terpal (13 Unit) 1.3. Mesin Pompa Air
5,000,000 23,609,500 3,000,000
1.4. Ember sortir
175,000
1.5. Ember Biasa
150,000
1.6. Selang Air
120,000
1.7. Serokan
45,000
1.8. Gergaji
40,000
1.9. Golok
50,000
1.10. Palu
30,000
1.11. Cangkul
160,000
1.12. 12 Kakatua
30,000
1.13. Tang
30,000
1.14. Meteran Total Investasi
35,000 35,474,500
II Biaya Tetap 2.1. Abodemen Listrik
75,000
75,000
75,000
75,000
75,000
75,000
75,000
75,000
2.2. Gaji Manager
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
2.3. Gaji Pengawas
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
1,950,000
2.4. Karyawan Tetap
4,500,000
4,500,000
4,500,000
4,500,000
4,500,000
4,500,000
4,500,000
4,500,000
8,475,000
8,475,000
8,475,000
8,475,000
8,475,000
8,475,000
8,475,000
8,475,000
3.1. Benih
9,240,000
9,240,000
9,240,000
9,240,000
9,240,000
9,240,000
9,240,000
9,240,000
3.2. Pakan
40,376,424
40,376,424
40,376,424
40,376,424
40,376,424
40,376,424
40,376,424
40,376,424
1,080,000
1,080,000
1,080,000
1,080,000
1,080,000
1,080,000
1,080,000
1,080,000
Total Biaya Tetap
III Biaya Variabel
3.3. Tenaga Kerja 3.4. Bahan Bakar Solar 3.5 Pajak Total Biaya Variabel TOTAL OUTFLOW Benefit DF per siklus (3 bulan) 1.75%
225,000
225,000
225,000
225,000
225,000
225,000
225,000
225,000
2,907,500
3,445,000
3,677,500
3,270,000
3,485,000
3,870,000
2,995,000
3,870,000
53,828,924
54,366,424
54,598,924
54,191,424
54,406,424
54,791,424
53,916,424
54,791,424
97,778,424
62,841,424
63,073,924
62,666,424
62,881,424
63,266,424
62,391,424
63,266,424
-32328423.86
4,758,576
5,456,076
4,233,576
4,878,576
6,033,576
3,408,576
6,983,576
0.982800983
0.965897772
0.949285279
0.932958506
0.982800983
0.965897772
0.949285279
0.932958506
Net Benefit
-31772406.74
PV Negatif
-31772406.74
PV Positif NPV Net B/C Manfaat Bersih Rata-rata per siklus PP IRR
4,596,298.09
5,179,372.76
3,949,750.87
4,794,669.42
5,827,817.75
3,235,711.15
100%
1
34,099,007 0.0 1.07 428,014 82.88170481 1.75%
6,515,386.76
1.16024
16.02%
Lampiran 8. Switching Value pada Skenario Kedua Kenaikan Harga Pakan 22,48 persen TAHUN No
Tahun 1 Siklus
URAIAN
1
2
Tahun 2 Siklus 3
4
1
2
3
4
A INFLOW Total Hasil Penjulan
134,660,000
Nilai Sisa
0
TOTAL INFLOW
134,660,000 0
134,660,000
134,660,000 0
134,660,000
134,660,000 0
134,660,000
134,660,000 0
134,660,000
134,660,000 0
134,660,000
134,660,000 0
134,660,000
134,660,000 3,400,000
134,660,000
138,060,000
B OUTFLOW I Investasi 1.1. Lahan
6,000,000
1.2. Bangunan
3,000,000
1.2 Kolam Pembesaran
62,977,000
1.3 Mesin Pompa Air
4,800,000
1.4 Ember sortir
595,000
1.5. Ember Biasa
300,000
1.6. Selang Air
360,000
1.7. Serokan
150,000
1.18. Gergaji
40,000
1.9. Golok
50,000
1.10. Palu
30,000
1.11. Cangkul
160,000
1.12. Kakatua
30,000
1.13. Tang
30,000
1.14. Meteran
35,000
Total Investasi
78,557,000
II Biaya Tetap 2.1. Abodemen Listrik
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
150,000
2.2. Gaji Manager
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2.3. Gaji Pengawas
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2,700,000
2.4. Karyawan Tetap
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
7,500,000
13,050,000
13,050,000
13,050,000
13,050,000
13,050,000
13,050,000
13,050,000
13,050,000
Total Biaya Tetap
III Biaya Variabel 3.1. Benih
17,955,000
3.1. Pakan 3.2. Tenaga Kerja 3.4. Bahan Bakar Solar 3.5 Pajak Total Biaya Variabel TOTAL OUTFLOW Benefit
17,955,000
17,955,000
17,955,000
17,955,000
17,955,000
17,955,000
17,955,000
82,933,167
82,933,167
82,933,167
82,933,167
82,933,167
82,933,167
82,933,167
82,933,167
1,880,000
1,880,000
1,880,000
1,880,000
1,880,000
1,880,000
1,880,000
1,880,000
450,000
450,000
450,000
450,000
450,000
450,000
450,000
450,000
7,988,750
7,988,750
7,988,750
7,988,750
7,988,750
7,988,750
7,988,750
8,838,750
111,206,917
111,206,917
111,206,917
111,206,917
111,206,917
111,206,917
111,206,917
112,056,917
202,813,917
124,256,917
124,256,917
124,256,917
124,256,917
124,256,917
124,256,917
125,106,917
-68,153,917
10,403,083
10,403,083
10,403,083
10,403,083
10,403,083
10,403,083
12,953,083
0.982800983
0.965897772
0.949285279
0.932958506
0.982800983
0.965897772
0.949285279
0.932958506
Net Benefit
-66,981,737
10,048,315
9,875,494
9,705,645
10,224,160
10,048,315
9,875,494
12,084,689
PV Negatif
-66,981,737
DF per siklus panen (3 bulan) 1.75
PV Positif NPV Net B/C Manfaat Bersih Rata-rata per siklus PP IRR
71,862,111 Rp
0 1.07 902,208 87.07193115 1.75%
100 1 1.22483 0.224829