KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN ABALONE Haliotis squamata DI KARAMBA JARING APUNG Oleh : (Mochamad Amiri*, Andry Arfiyanto** dan Adeyana***) ABSTRACT Siput abalon (Haliotis squamata) termasuk kedalam kelompok kekerangan laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dengan harga berkisar antara Rp.150.000 - Rp 200.000 perkilogram. Eksplorasi yang terus menerus, menyebabkan penurunan hasil tangkapan dan stock abalon di alam, serta tingginya permintaan pasar baik internasional maupun domestik untuk abalon, menjadi daya tarik tersendiri untuk mengembangkan kegiatan budidaya abalon. Dalam rangka memenuhi permintaan abalon maka perlu upaya perekayasaan pembesaran abalon dengan metode pembesaran agar dapat mensuplai kebutuhan abalon secara kontinyu. Kegiatan perekayasaan ini dilaksanakan mulai Januari - Desember 2012 bertempat di Balai Budidaya Laut Lombok. Benih yang ditebar ukuran 2-3 cm dengan berat rata-rat 4-5 gram/ekor dengan padat tebar 150 ekor/wadah budidaya. Wadah budidaya yang digunakan dengan keranjang kotak yang sudah diberi waring ukuran 40x60x30 cm dan digantung pada keramba jaring apung. Pakan yang di berikan berupa rumput laut (Gracillaria sp ) secara adlibitum. Hasil kegiatan perekayasaan pembesaran abalon Haliotis squamata di keramba jaring apung selama 12 bulan dengan tingkat kelangsungan hidup 80 % dan laju pertumbuhan panjang harian abalone 0,075 cm / hari dan berat 111 mg/ hari (dengan berat rata-rata akhir abalone 40 gram/ekor). Dari hasil analisa usaha menunjukkan bahwa kegiatan ini layak untuk dikembangkan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai keuntungan sebesar Rp 20.225.000,-, R/C 1,73 dan pengembalian modal 137,3 % yang berarti modal akan kembali setelah 1,3 siklus, atau 15 bulan. Kisaran kualitas air pemeliharaan: salinitas 33-34 ppt, suhu 29-30 °C, DO 3,5-4,5 mg/l, pH 7,5-8 dan NH3 0,1-0,2 mg/liter. Keyword : Abalone, Haliotis squamata, pembesaran,Karamba Jaring Apung *) Perekayasa Muda pada Balai Budidaya Laut Lombok **) Litkayasa pada Balai Budidaya Laut Lombok ***) Calon Litkayasa pada Balai Budidaya Laut Lombok
THE FEASIBILITY OF ABALONE Haliotis squamata GROW OUT BUSSINESS AT FLOATING CAGE by : Mochamad Amiri*), Andry Arfiyanto**) and Adeyana***)
ABSTRACT Abalone (Haliotis squamata) is one of oceanic shellfish group that have high economic value, with price range among Rp.150.000 - Rp 200.000/kg. The continuously exploration, cause abalone catch and stock at nature are decreasing. And the high demand of abalone in international and domestic market, being affinity to develop abalone culture. In order to meet the market demand on abalone, therefore need engineering activity in abalone grow out method to supply the abalone demand continuously. This engineering activity is held on January 2012 - March 2013 at Lombok Marine Aquaculture Development Center. Sizes of the seeds that are dispersing 2 - 3 cm, average weight are 4 - 5 grams/seed and density 150 seeds/containers. Container that used is basket box which already covered with net, measure 40x60x30 and is hung on floating cages. Abalones were fed with seaweed (Gracillaria sp.) as ad-libitum. Water quality during grow out period : salinity 33-34 ppt, temperature 29-30 °C, DO 3,5 - 4,5 mg/l, pH 7,5 - 8 and NH3 0,1 0,2 mg/liters Results of grow out abalone (Haliotis squamata) engineering activity at floating cages, for 12 months, survival rate 80 % and abalone daily length growth rate 0,08 mm/days and weigth 0,111 mg/days (abalone final average weight 40 grams/tails). Business analysis shows that this activity is reasonable to be developed. Its shows by benefit value are Rp 20.225.000,-, R/C 1,73 and capital return 137,3 % . Its means payback period was 1,3 cycles or 15 moths. . Keywords : Abalone, Haliotis squamata, grow out, floating cage.
*) Engineering staff at Balai Perikanan Budidaya Laut Lombok. **) Technician at Balai Perikanan Budidaya Laut Lombok. ***) Technician at Balai Perikanan Budidaya Laut Lombok.
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kerang abalone (Haliotis sp) merupakan komoditas laut jenis moluska, yang mempunyai satu cangkang dan sebuah otot yang besar, berupa kaki yang digunakan untuk melekat pada substrat. Dimana bagian kaki inilah yang mempunyai porsi/bagian terbesar dari hewan moluska ini dan dianggap mempunyai cita rasa yang khas oleh para penggemar sea food. Pemanfaatan abalone sebagai hidangan laut sea food dan biasanya hanya disajikan di hotel/restoran berbintang dengan harga fantastis, yang disebabkan karena mempunyai nilai gizi tinggi, cita rasa yang khas, juga dipercaya mampu meningkatkan vitalitas dan rendah kolesterol sehingga menjadikan abalone termasuk ke dalam kekerangan eksklusive. Namun demikian keberadaan kerang abalone di alam dari tahun ke tahun semakin menurun yang disebabkan oleh eksploitasi yang terus menerus. Sementara jumlah tangkapan menurun, permintaan abalon terus mengalami peningkatan. Hal itu mendorong berkembangnnya budidaya akuakultur abalon. Sehingga saat ini kebutuhan abalon dunia lebih banyak dipenuhi dari sektor budidaya. Salah satu pemecahan untuk mengatasi over-eksploitasi adalah dengan mengembangkan sistem budidaya yang tepat yang diharapkan dapat meningkatkan stock dan supply pasar untuk komoditas yang mempunyai nilai prestise ini. Pembesaran atau budidaya merupakan istilah dalam industri perikanan untuk proses yang melibatkan pembesaran juvenile/benih kerang sampai mencapai ukuran pasar atau konsumsi. Teknologi produksi benih dan pembesaran telah ada sehingga dapat dikembangkan secara berkelanjutan, biaya operasional yang relatif rendah karena pakan yang diberikan berupa rumput laut (Gracilaria sp dan Ulva sp) yang melimpah di kawasan perairan Indonesia serta bentuk produk dengan berbagai pilihan merupakan peluang untuk meningkatkan nilai jual. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai analisis kelayakan usaha untuk mengetahui apakah usaha pembesaran abalone di KJA saat ini layak atau tidak diusahakan jika dilihat dari Aspek teknis dan analisa usaha/finansial. 1.2 Tujuan Kegiatan ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha budidaya abalone di KJA ditinjau dari Aspek teknis dan analisa usaha/finansial.
II.
BAHAN DAN METODE
Kegiatan ini dilaksanakan mulai Januari – Desember 2012 bertempat di Balai Budidaya Laut Lombok. Adapun kegiatan dalam pembesaran abalon di KJA adalah sebagai berikut: 2.1 Bahan dan Alat a) Benih yang digunakan dalam kegiatan perekayasaan pembesaran adalah Haliotis squamata berjumlah 7.500 ekor dari hasil pembenihan dengan ukuran rata-rata berat awal 4-5 gram dan panjang cangkang 2-3 mm). b) Wadah budidaya yang digunakan untuk kegiatan pembesaran ini berupa keranjang bentuk persegi dari plastik dengan ukuran 60 cm x 40 cm x 30 cm yang diberi pintu sebanyak 50 buah dan digantungkan pada rakit apung. 2.2 Metode a) Kegiatan persiapan yang dilakukan adalah, benih abalone dipilih yang mempunyai ukuran panjang cangkang 2-3cm, sehat, tidak cacat/luka, serta sensitif terhadap respon luar. Benih diadaptasikan terlebih dahulu minimal 1 minggu di darat pada keranjang yang terbuat dari super net berukuran 90 cmx 50cmx30 cm dan di dalamnya diberi shelter berupa potongan pipa PVC dengan panjang 30 cm sebanyak 3-4 buah. Keranjang tersebut digantungkan pada bak fiber glass volume 1,5 ton dengan sistem air mengalir (flow through)dan aerasi kuat. Benih diberi pakan Gracillaria sp secara ad libithum. Setelah diadaptasikan, benih abalone ditebar pada keranjang gantung dengan kepadatan 150 ekor/keranjang, dan digantungkan pada rakit apung dengan kedalaman 2-3 m. Pemberian pakan berupa rumput laut Gracilaria sp dilakukan setiap 3-4 hari sekali secara ad libithum/selalu tersedia. b) Sampling terhadap pertumbuhan dilakukan setiap bulan dengan mengambil sampel 15 ekor setiap keranjangnya secara hati-hati dengan menggunakan spatula plastik. Panjang cangkang diukur dengan menggunakan kaliper plastik dan berat tubuh dengan menggunakan timbangan digital. Sebelum ditimbang, sampel abalone harus dikeringkan dahulu dengan menggunakan kain handuk. Sampel dikembalikan ke keranjang semula setelah diukur pertumbuhannya. Dihitung juga jumlah abalone yang masih hidup tiap keranjangnya. c) Panen dilakukan setelah pemeliharaan selama 12 bulan. Selanjutnya dilakukan analisa data yang diperoleh.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pemeliharaan selama 12 bulan, kerang abalone Haliotis squamata yang dipelihara pada keranjang keranjang kotak pada Keramba Jaring Apung, diperoleh data aspek teknis berupa data pertumbuhan (berat dan panjang cangkang) dan kelulusan hidup. 3.1 Laju Pertumbuhan Data sampling pengukuran panjang cangkang dan berat benih abalon tiap bulan selama pemeliharaan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Pertumbuhan panjang dan berat rata-rata benih abalone Haliotis squamata serta SR selama 12 bulan pemeliharaan. Bulan ke-
Berat Rata-rata (gr) 3.8 7.2 11.1 13.3 16.6 21.2 26.5 30.5 35.3 36.1 37.2 43.9
1 (Tebar) 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 (Panen)
Panjang Rata-rata (cm) 2.1 2.34 2.58 2.83 3.07 3.32 3.56 3.8 4.05 4.3 4.56 4.82
Kelulushidupan (SR%) 100.00 99.69 99.49 98.29 96.69 93.49 91.09 87.40 81.60 81.09 80.09 80.00
60 50 40 30 20 102.1 0 Bulan ke- 1
2.34
2
2.58 2.83
3
4
3.07
3.32
3.56
3.8
4.05
4.3
4.56
4.82 Panjang rata-rata (cm) Berat Rata-rata
5
6
7
8
9
10
11
12
Gambar 1. Pertumbuhan panjang dan berat rata-rata benih abalone Haliotis squamata
Berdasarkan tabel.1 dan gambar 1 diatas pada kolom berat rata-rata diketahui bahwa benih abalone H. squamata tumbuh dari berat rata-rata 3,8 gram/ekor menjadi 43,1 gram/ekor dalam waktu pemeliharaan 12 bulan. Dengan demikian ratarata laju pertumbuhan harian (Daily Growth Rate) sebesar 111 mg/hari. Sedangkan pada kolom panjang rata-rata, benih abalone H. squamata dapat terlihat penambahan dari ukuran tebar 2,1 cm menjadi 4,82 cm dengan waktu pemeliharaan yang sama, mengalami laju pertumbuhan panjang cangkang sebesar 0.075 mm/hari. Apabila dibandingkan dengan Hasil dari uji coba pembesaran di karamba di Philipina (Capinpin dkk,1999 dalam Fermin dan Shela,2002), menunjukkan bahwa Haliotis asinina dengan ukuran panjang cangkang awal tebar berkisar antara 35-40 mm dengan kepadatan 43/m2 mencapai ukuran panen 60 mm panjang cangkang dan berat 62 gram dalam waktu lebih 180 hari( berarti laju pertumbuhan harian 0,111-0,138 mm/hari). Haliotis asinina bisa tumbuh panjang cangkangnya sampai 35,6 mm dalam 6 bulan dan 55-70 mm dalam satu tahun (McNamara dan Johnson,1995; Williams dan degnan,1998 dalam Freeman,2001) 3.2 Tingkat Kelangsunngan hidup Pada tingkat Kelangsungan hidup benih abalone didapatkan sebesar 80% yang berarti bahwa abalone yang berhasil dipanen sebanyak 6.000 ekor.Untuk lebih jelas tingkat SR benih abalone disajikan dalam grafik 2 dibawah sebagai berikut: 100.00 95.00 90.00 85.00 80.00 75.00 Bulan ke- 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Grafik 2. Tingkat Kelulushidupan abalone Apabila dilihat dari grafik di atas selama masa pemeliharaan, terlihat terjadi penurunan jumlah abalone pada bulan sebelas sampai dengan bulan ke 12 dimana benih banyak yang mati tergencet diantara wadah dan shelter, hal ini disebabkan oleh gangguan alam berupa ombak dan angin besar. Kematian abalone selain disebabkan oleh gannguan alam juga disebabkan karena adanya hama/predator berupa kepiting dan ikan liar yang masuk kedalam kurungan/keranjang gantung. KelulusanhidupAN dari abalone yang dibesarkan di laut sampai mencapai ukuran pasar/konsumsi, tergantung pada beberapa faktor, namun yang utama adalah ukuran awal abalone saat ditebar, dimana ketika abalone yang berukuran kecil ditebar (panjang cangkang < 2 cm), kelulusanhidup akan lebih rendah. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa abalone kecil akan lebih mudah dimangsa oleh
predator dan kurang tahan dengan kondisi lingkungan yang ekstrem (arus,gelombang). Kelulusanhidup abalone juga dipengaruhi oleh metode atau teknik pemeliharaan/perawatan yang dilakukan setelah benih ditebar seperti kontrol dan pengamatan secara rutin terhadap hama , predator,keutuhan wadah budidaya dan ketersediaan jumlah pakan yang diberikan.
IV.
ANALISA USAHA
Analisa usaha ini bertujuan untuk melihat kelayakan usaha pembesaran abalone di Keramba Jaring Apung (KJA) dengan metode keranjang gantung sebagai media pembudidayaan abalone. Berikut adalah hasil dari analisa usaha dari pembesaran abalone H. suamata: A. BIAYA INVESTASI No
Uraian
Jumlah
Biaya (Rp)
1
Rakit Bambu ukuran 8 x 8 m
1
Unit
5,000,000
2
Sampan Kayu
1
Unit
3,500,000
3
Keranjang gantung
50
Unit
3,750,000
4
Peralatan Kerja
1
Paket
Jumlah Total Biaya
250,000 12,500,000
B. Biaya Tetap (BV) No
Uraian
1
Penyusutan 30% tahun
2
Perawatan 5% tahun
3
Gaji pekerja 1 orang @Rp 500.000 x 12 Bulan
Biaya (Rp) 3,750,000 625,000 6,000,000
Jumlah Total Biaya
10,375,000
C. Biaya Variabel (BV) No 1 2
Uraian Benih abalon ukuran 2 cm @ Rp 2.000 Pakan abalon (Gracillaria sp) FCR=22 @ Rp 1.000 Jumlah Total Biaya
Jumlah 7,500 5,500
ekor kg
Biaya (Rp) 15,000,000 5,500,000 20,500,000
D. Total Biaya Produksi No 1
Uraian Biaya Tetap (BT) + Biaya Variabel (BV)
Biaya (Rp) 30,875,000
E. Pendapatan Hasil Usaha
1. Ukuran panen abalone 2. Lama budidaya 3. Kelangsungan hidup 4. Jumlah penebaran 5. Hasil panen 6. Penerimaan 7. Keuntungan
: panjang cangkang 5,5 cm dan berat 40 gram/ekor : 12 bulan : 90 % : 7.500 (dalam 50 unit keranjang gantung) : 7.500 x 90% x 40 gram = 270 kg : 270 kg x Rp 250.000 = Rp 67.500.000 : (Penerimaan – Total biaya produksi) (Rp 67.500.000 – Rp 30.875.000) Rp 36.625.000
F. Analisa Usaha Budidaya aballon
1. Break Event Point (BEP) BEP volume Produksi = Total biaya produksi/harga jual per kg = Rp 30. 875.000/Rp 250.000 = 123,5 kg BEP harga Produksi = Total biaya produksi/total hasil panen = Rp 30.875.000/270 kg = Rp 114,351 2. Jangka Waktu Pengembalian = Investasi+Biaya Operasional Laba bersih + Penyusutan = Rp 12.500.000 + Rp 30.875.000 Rp 36.625.000 + Rp 10.375.000 = 0,9 Tahun (11 bulan) 3. Rasio pendapatan dan Biaya (R/C ratio) R/C ratio = Pendapatan total/Total biaya produksi = Rp 67.500.000/ Rp 30.875.000 = 2,18.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
KESIMPULAN
a)
Usaha pembesaran Abalone Haliotis squamata dapat dilakukan di laut secara intensif dengan menggunakan keranjang gantung pada rakit apung. Dari kegiatan budidaya abalone H. squamata selama 12 bulan diketahui bahwa abalone tumbuh dengan rata-rata laju pertumbuhan harian (Daily Growth Rate) sebesar 111 mg/hari dan panjang cangkang sebesar 0.075 mm/hari. Usaha budidaya abalone dengan menggunakan keranjang gantung di KJA layak diusahakan dari hasil analisa usaha yang didapat dari nilai BEP produksi dan harga sebesar 123,5 kg dan Rp 114,351, Payback Period 0,9 Tahun (11 bulan) dan R/C ratio sebesar 2.18.
b)
c)
5.2
SARAN Budidaya abalone dapat dilakukan dengan keranjang gantung pada KJA
DAFTAR PUSTAKA Capinpin,E.C. dan Corre,K.G. 1996. Growth Rate of The Philippine Abalone, Haliotis asinina Fed an Artificial Diet and Macroalgae. Aquaculture. 144 : 81-89 Freeman,K.A. 2001. Aquaculture and related Biological attributes of Abalone Species in Australia- a review. Western Australia Marine Research laboratories, Departemen of Fisheries Utama F. W, 2008. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan Di Pulau Panggang, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Dki Jakarta. Program sarjana ekstensi manajemen agribisnis Fakultas pertanian Institut pertanian bogor. Bogor