1062
Unmas Denpasar
MODEL OPTIMAL USAHA PEMBESARAN IKAN NILA SISTEM KERAMBA JARING APUNG DI DANAU BATUR KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI I Made Diarta, Luh Komang Merawati, Putu Yusi Pramandari Universitas Mahasaraswati Denpasar ABSTRAK Pelaku usaha pembesaran ikan nila belum mengetahui padat tebar optimal dan belum menerapkan inovasi berupa pemberian probiotik pada pakan.Penelitian ini mempunyai tujuan khusus pada tahun I yaitu (1) Menganalisis padat tebar dan dosis probiotik optimal melalui percobaan intensifikasi pembesaran ikan nila dengan pemberian probiotik pada pakan komersial, (2) Menganalisis tingkat efisiensi teknis usaha pembesaran ikan nila, (3) Menganalisis skala ekonomi usaha pembesaran ikan nila, dan (4) Merancang model optimal usaha pembesaran ikan nila dengan system keramba jarring apung di Danau Batur. Pada tahun II, tujuan khusus penelitian ini adalah (1) Menguji coba model optimal usaha pembesaran ikan nila sistem keramba jarring apung sesuai hasil penelitian tahun I, (2) Menganalisis efisiensi alokatif dan ekonomi pemanfaatan factor produksi pada usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung di Danau Batur, (3) Merevisi dan merumuskan model optimal usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung di Danau Batur Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. Penelitian ini merupakan kolaborasi penelitian survai dan eksperimen. Survai dilaksanakan terhadap 50 orang pelaku usaha pembesaran ikan nila, sebagai sumber data untuk analisis efisiensi teknis dan skala ekonomi, analisis efisiensi alokatif dan ekonomi usaha pembesaran ikan nila. Penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh padat tebar dan dosis probiotik pada pakan terhadap laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila. Eksperimen menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 12 perlakuan kombinasi dan 3 (tiga) kali ulangan. Pengambilan sampel menggunakan metode random sampling terquota, dengan jumlah responden 50 orang. Pengaruhpadat tebar dan dosis probiotik pada pakan terhadap laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila dianalisis menggunakan analisis varians. Efisiensi teknis dan skala ekonomi dianalisis dengan pendekatan DEA, sedangkan optimalisasi pemanfaatan faktor produksi dianalisis menggunakan pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Efisiensi teknis usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung di Danau Batur diperoleh sebesar 0,83, yang berarti bahwa petani ikan nila dapat mengurangi penggunaan input sampai dengan 17% dan masih berada pada tingkat output yang sama. Efisiensi teknis usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung dapat ditingkatkan dari 0,83 menjadi 0,89 dengan asumsi petani ikan mampu menghilangkan inefisiensi dalam mengelola usahataninya. (2) Skala ekonomi usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung diperoleh sebesar 0,93 dan sebagian besar (92%) usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung berada dalam kondisi decreasing return to scale (DRS). Disarankan agar petani pelaku usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung di Danau Batur untuk menata kembali penggunaan inputnya dalam rangka meningkatkan efisiensi teknik dan menekan skala inefisiensi. Kata kunci: pembesaran ikan nila, keramba jaring apung, padat tebar, probiotik, optimal
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
1063
Unmas Denpasar
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danau Batur termasuk jenis danau kaldera aktif yang berada pada ketinggian 1.050 meter di atas permukaan laut. Luas permukaan air danau adalah 16,05 km2 dengan volume air 815,38 juta m3 dan kedalaman rata-rata 50,8 m. Air Danau Batur bersumber dari air hujan dan rembesan-rembesan air dari pegunungan sekitarnya dengan luas daerah tangkapan 105,35 km2 (Bapedalda Bali, 2004). Danau Batur merupakan danau yang multi fungsi. Suryati dan Samuel (2012) menyatakan bahwa keberadaan Danau Batur memberikan fungsi yang menguntungkan bagi kehidupan masyarakat yaitu (1) berfungsi sebagai sumber air yang muncul menjadi mata air di beberapa tempat di Bali. Rembesan air Danau Batur merupakan sumber mata air tawar bagi sebagian besar sungai yang berada di Bali, sehingga dapat dikatakan bahwa Danau Batur merupakan tower air raksasa yang mensupply kebutuhan air tawar bagi masyarakat di Pulau Bali; (2) berfungsi sebagai sumber air untuk aktivitas pertanian (usahatani sayuran); (3) berfungsi sebagai obyek wisata; (4) berfungsi sebagai tempat kegiatan keagamaan; dan (5) berfungsi sebagai tempat budidaya perikanan darat. Fungsi untuk aktivitas perikanan darat telah memposisikan Danau Batur sebagai sentra penghasil ikan nila.Pemeliharaan (pembesaran) ikan nilai dilakukan dengan system keramba jarring apung. Luas perairan Danau Batur yang telah dimanfaatkan untuk usaha pembesaran ikan nila dengan system keramba jarring apung sampai tahun 2014 hanya sebesar 3,5 ha, sedangkan potensi yang masih dapat dikembangkan untuk pemeliharaan ikan nila dengan system keramba jarring apung seluas 12 ha. Sekarang ini tercatat ada 50 kelompok pelaku usaha pembesaran ikan nila dengan system keramba jarring apung yang beroperasi di Danau Batur. Keramba jarring apung adalah suatu sarana pemeliharaan ikan yang kerangkanya terbuat dari bambu, kayu, pipa pralon atau besi berbentuk persegi yang diberi jarring dan pelampung agar wadah tersebut tetap terapung di air. Keramba jarring apung merupakan teknologi tepat guna yang menjadi primadona bagi petani karena telah terbukti lebih efisien, baik secara teknis maupun ekonomis.Pelaku usaha pembesaran ikan nila sangat bergairah berproduksi memanfaatkan keramba jarring apung, dan berpacu meningkatkan produksinya untuk merespon dinamika preferensi konsumen dari sisi jumlah dan kualitas. Permintaan ikan nila untuk konsumsi mengalami peningkatan signifikan, yang diakibatkan oleh adanya pergeseran preferensi masyarakat dalam mengkonsumsi daging, dari daging ternak ke ikan. Perubahan preferensi konsumsi masyarakat ini telah memberikan kontribusi terhadap meningkatnya konsumsi ikan per kapita masyarakat Indonesia dari 33,86 kg per kapita per tahun di tahun 2012 menjadi 35 kg per kapita per tahun di tahun 2013 (finance.detik.com, 2014). Pengusaha kuliner telah memanfaatkan dengan cermat fenomena meningkatnya preferensi masyarakat dalam mengkonsumsi ikan nila, dengan mengembangkan rumah makan yang menawarkan menu special ikan nila, seperti yang telah popular di beberapa lokasi di Kintamani dan Bangli.Wisata kuliner telah semakin berkembang dan menjadi trend di kalangan masyarakat, sehingga menjadi faktor penguat meningkatnya permintaan terhadap ikan nila. Peningkatan permintaan terhadap ikan nila, telah memberikan dorongan besar kepada para pelaku usaha pembesaran ikan nila untuk menambah kapasitas produksinya. Namun usaha peningkatan produksi dewasa ini terkendala oleh semakin lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mencapai target berat tertentu pada usaha pembesaran ikan nila. Menurut I Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
1064
Unmas Denpasar
Gede Setap (pelaku usaha pembesaran ikan nila dengan system keramba jarring apung), pada periode sebelum 2012 waktu pembesaran untuk mencapai bobot 300 gram per ekor hanya empat bulan, namun kini waktu yang dibutuhkan untuk mencapai berat yang sama mencapai 5 – 6 bulan. Banyak factor yang diduga berpengaruh terhadap melambatnya laju pertumbuhan ikan nila, seperti kualitas air danau, kualitas benih ikan, kualitas pakan, dan padat tebar. Hasil survey tim pembuat proposal terhadap kelompok pelaku usaha pembesaran ikan nila dengan system keramba jarring apung di Danau Batur tanggal 4 dan 5 April 2015, menunjukkan bahwa padat tebar benih ikan nila dengan ukuran 7 - 9 cm sangat bervariasi diantara petani ikan nila yaitu dari kisaran 1000 ekor per 48 m3 sampai 2000 ekor per 48 m3. Di samping itu, belum ada pelaku usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung di Danau Batur yang telah berinovasi dengan pemberian probiotik pada pakan. Pemberian probiotik pada pakan dimaksudkan agar pakan dapat berfungsi secara maksimal dan menghasilkan bobot ikan yang lebih berkualitas. Menurut Fuller (1987), probiotik berpengaruh terhadap kecepatan fermentasi pakan dalam saluran pencernaan, sehingga akan sangat membantu proses penyerapan makanan dalam pencernaan ikan. Fermentasi pakan mampu mengurai senyawa kompleks menjadi sederhana sehingga siap digunakan ikan. Jusadi, et al. (2004) menyatakan bahwa pemberian probiotik dengan dosis 15 ml/kg pakan mampu meningkatkan retensi protein, retensi lemak, laju pertumbuhan harian ikan nila dan menurunkan konversi pakan. Kondisi factual menunjukkan bahwa pelaku usaha pembesaran ikan nila belum mengetahui padat tebar optimal dan belum menerapkan inovasi berupa pemberian probiotik pada pakan.Pemberian probiotik pada pakan dapat berfungsi ganda, yaitu meningkatkan daya cerna dan sekaligus mengurangi dampak pencemaran akibat budidaya ikan system keramba jarring apung. Padat tebar yang optimal dan pemberian probiotik yang optimal pada pakan akan memberikan laju pertumbuhan yang tertinggi, yang pada akhirnya bermuara pada tingkat keuntungan yang diterima oleh petani ikan. Ada harapan besar untuk peningkatan pendapatan pelaku usaha pembesaran ikan nila, jika padat tebar optimal dan dosis probiotik optimal dapat ditentukan.Oleh karena itu, sangat urgen dilakukan penelitian tentang model optimal usaha pembesaran ikan nila yang didalamnya menganalisis kombinasi padat tebar optimal dan dosis probiotik optimal pada pakan. 1.2 Tujuan Penelitian 1) Menganalisis tingkat efisiensi teknis usaha pembesaran ikan nila. 2) Menganalisis skala ekonomi usaha pembesaran ikan nila 1.3 Manfaat Penelitian Model optimal pembesaran ikan nila yang merupakan produk dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1) Membangkitkan kegairahan petani ikan nila dalam meningkatkan produktivitasnya. 2) Memberikan skala ekonomi yang tepat bagi usaha pembesaran ikan nila. 3) Memberikan keuntungan maksimum bagi usaha pembesaran ikan nila 4) Memberikan jaminan keberlanjutan usaha pembesaran ikan nila.
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
1065
Unmas Denpasar
METODE PENELITIAN 2.1. Model Penelitian Penelitian ini merupakan kolaborasi penelitian survai dan eksperimen. Survai dilaksanakan terhadap 50 orang pelaku usaha pembesaran ikan nila sistem keramba jaring apung di Danau Batur untuk memperoleh data yang berkaitan dengan efisiensi teknis dan skala ekonomi usaha pembesaran ikan nila. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh padat tebar dan pemberian probiotik pada pakan terhadap laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila. Eksperimen menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 12 perlakuan kombinasi dan 3 (tiga) kali ulangan. 2.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Danau Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli Provinsi Bali. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan atas pertimbangan bahwa (1) Danau Batur, Kecamatan Kintamani menjadi sentra usaha pembesaran ikan nila sistem keramba jaring apung, (2) usaha pembesaran ikan nila telah dilakukan oleh petani ikan secara berkelanjutan sejak tahun 2003, dan (3) petani pelaku usaha pembesaran ikan nila telah membentuk kelembagaan sebagai wahana untuk memperluas jaringan kerjasama dengan stakeholders. 2.3. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan menggunakan (1) metode survai yaitu wwancara langsung dengan responden menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, dan (2) pengamatan dan pencatatan langsung (untuk eksperimen).Data primer diperoleh di lapangan dari sumber pertama, yaitu responden usaha pembesaran ikan nila. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik responden, penggunaan input tetap dan variable dalam setiap siklus produksi, jumlah produksi benih setiap siklus, harga input, harga output (produksi). 2.4. Metode Analisis Data Penelitian eksperimen pengaruh padat tebar dan dosis probiotik pada pakan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila dengan rancangan acak kelompok faktorial dianalisis menggunakan analisis varians. Untuk mengetahui kombinasi padat tebar dan dosis probiotik yang optimal dianalisis menggunakan pendekatan regresi linear berganda. Untuk mengetahui efisiensi teknis dan skala ekonomi dianalisis menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Efisiensi Teknis Usaha Pembesaran Ikan Nila System Keramba Jaring Apung Efisiensi teknik merupakan kombinasi optimal dari input untuk mencapai tingkat output tertentu (input oriented) atau output optimal yang dapat dihasilkan dari penggunaan seperangkat input (output oriented). Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah terfokus pada model input oriented, kerena petani ikan memiliki kontrol yang lebih banyak terhadap input dibandingkan dengan output. Untuk menghitung optimalisasi usahapembesaran ikan nila system keramba jarring apung dalam penelitian ini menggunakan model input oriented variable return to scale (VRS) DEA, karena model input oriented constan return to scale (CRS) DEA hanya tepat digunakan jika petani ikan beroperasi Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
1066
Unmas Denpasar
optimal. Model DEA pertama yang digunakan untuk menilai efisiensi teknik di bawah asumsi variable return to scale (TEVRS) dikembangkan oleh Banker et al. (1984) dan disebut BCC (Banker, Chames and Cooper) model. Tabel 1. Efisiensi TeknisUsaha Pembesaran Ikan Nila System Keramba Jaring Apung Uraian Koefisien/frekuensi Keterangan TECRS
0,83
Koefisien
TEVRS
0,89
Koefisien
% petani ikan dg TEVRS =1
37
% terhadap total
Hasil analisis menunjukkan bahwa efisiensi teknis usaha pembesaran ikan nila di bawah kondisi TECRS diperoleh sebesar 0,83, yang berarti tingkat inefisiensi penggunaan inputnya sebesar 17%. Angka ini memberi makna bahwa petani ikan dapat mengurangi penggunaan inputnya sebanyak 17% dan masih menghasilkan tingkat output yang sama. Tingkat inefisiensi penggunaan input pada usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung terkategori relative tinggi. Hal ini diduga disebabkan oleh kualitas air danau yang menurun, kualitas benih ikan yang rendah, dan tiadanya petani ikan menggunakan probiotik untuk meningkatkan daya cerna ikan terhadap pakan. Petani pelaku usaha pembesaran ikan nila mengakui bahwa membutuhkan waktu yang relative lebih lama (mencapai 25 sd 30 hari) yang sebelumnya hanya empat bulan, dan sekarang untuk menghasilkan berat ikan nila tertentu membutuhkan waktu sampai lima bulan.Biaya pakan, tenaga kerja, bunga modal, dan penyusutan alat tentunya bertambah seiring dengan bertambahnya waktu pemeliharaan dalam satu periode produksi.Secara keseluruhan petani ikan belum menemukan solusi tepat untuk menghilangkan inefisiensi yang terjadi pada usahatani ikan yang digelutinya.Berbagai keluhan yang dikemukakan terkait dengan kinerja usaha pembesaran ikan nila terutama menyangkut semakin menipisnya tingkat keuntungan yang berhasil diterima. Efisiensi teknis usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung sesungguhnya dapat ditingkatkan dari 0,83 menjadi 0,89.Hal tersebut dapat dicapai jika petani pelaku usaha pembesaran ikan nila mampu menghilangkan inefisiensi yang terjadi. Petani pelaku usaha pembesaran ikan nila selayaknya melakukan seleksi ketat terhadap kualitas dan jenis benih ikan nila yang akan dipelihara. Penampilan benih ikan nila selayaknya dicermati dengan seksama, untuk memastikan bahwa benih ikan tersebut adalah benih ikan nila berkualitas baik.Kelincahan gerak benih ikan, dan postur tubuhnya merupakan karakteristik yang dapat teramati dengan mudah.Petani pelaku usaha pembesaran ikan nila harus berani menolak, jika ternyata benih ikan yang ditawarkan kepadanya tidak memenuhi persyaratan yang dikehendaki, walaupun diberikan harga yang murah.Biaya yang dikorbankan jauh lebih besar, jika petani pelaku usaha pembesaran ikan nila menggunakan benih yang berkualitas rendah. Kualitas air danau Batur diduga mengalami degradasi akibat penggunaan air danau untuk budidaya ikan dengan system keramba jarring apung, di samping intensifnya pemanfaatan pestisida pada system pertanian hortikultura di pinggiran danau. Residu penggunaan pestisida diduga telah mencemari air danau sehingga berefek negative terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila.Untuk memastikan kondisi terkini dari Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
1067
Unmas Denpasar
kualitas air danau Batur diperlukan analisis laboratorium sehingga diketahui batas toleransi kualitas air danau yang masih layak untuk pemeliharaan ikan nila. Diperkirakan terdapat 300 buah pompa di sekitar pinggiran danau yang digunakan untuk menyedot air danau ke sejumlah lokasi lahan pertanian hortikultura, yang kemudian disinyalir melalui aliran permukaan ataupun aliran dalam tanah kembali bermuara ke dalam danau. Kondisi factual dari 50 orang responden menunjukkan bahwa tidak ada petani pelaku usaha pembesara ikan nila yang telah menggunakan probiotik pada periode produksi sebelumnya.Responden mengakui belum mengetahui teknologi tepat guna untuk meningkatkan daya cerna ikan terhadap pakan komersial.Oleh karena itu, disarankan agar petani mengadopsi inovasi berupa pemberian probiotik pada pakan komersial. Menurut Fuller (1987), probiotik berpengaruh terhadap kecepatan fermentasi pakan dalam saluran pencernaan, sehingga akan sangat membantu proses penyerapan makanan dalam pencernaan ikan. Fermentasi pakan mampu mengurai senyawa kompleks menjadi sederhana sehingga siap digunakan ikan. Jusadi, et al. (2004) menyatakan bahwa pemberian probiotik dengan dosis 15 ml/kg pakan mampu meningkatkan retensi protein, retensi lemak, laju pertumbuhan harian ikan nila dan menurunkan konversi pakan. Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya 37% petani pelaku usaha pembesaran ikan nila yang memiliki efisiensi teknis di bawah kondisi variable return to scale (TEVRS) sama dengan satu. Hal ini mengindikasikan bahwa petani belum menerapkan good agriculture practice, karena sebagian besar petani ikan masih berada pada kategori efisiensi teknis yang rendah, yang berarti tingkat penerapan teknologi yang juga rendah.Diperlukan terobosan teknologi yang sistematis untuk mendrive petani kearah pengelolaan usahatani yang maju berbasis teknologi eksisting yang alternative terbaiknya berupa pemberian probiotik pada pakan komersial. Melalui cara demikian diharapkan tercapainya efisiensi teknis usaha pembesaran ikan nila yang lebih tinggi di masa depan. 3.2 Skala Ekonomi Usaha Pembesaran Ikan Nila System Keramba Jaring Apung Untuk menganalisis skala ekonomi usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung digunakan formula menurut Coelli (1996), yaitu dengan menggunakan hubungan antara skor VRS dan CRS DEA, sehingga skor skala efisiensi dari petani pelaku usaha pembesaran ikan nila dapat dihitung sebagai berikut. TECRS SE = ---------TEVRS Jika SE = 1 menunjukkan bahwa produsen efisien, jika SE < 1 menunjukkan skala tidak efisien. Skor DEA diestimasi menggunakan DEAFrontier Software yang dikembangkan oleh Zhu (WWW.deafrontier.com).Hasil analisis skala efisiensi usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung disajikan pada Tabel.
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
1068
Unmas Denpasar
Tabel 2. Skala Ekonomi Usaha Pembesaran Ikan Nila System Keramba Jaring Apung Uraian Koefisien/frekuensi Keterangan Skala Efisiensi (SE)
0,93
Koefisien
% petani dengan SE = 1
8,00
% terhadap total
% petani dengan DRS
92,00
% terhadap total
% petani dengan IRS
0,00
% terhadap total
Skala ekonomi usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung diperoleh sebesar 0,93. Skala ekonomi menunjukkan apakah efisiensi dapat diperoleh dengan memperbaiki ukuran operasi usahatani. Skala efisiensi usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung di Danau Batur terkategori cukup tinggi, namun dalam kasus ini, masih tersedia ruang untuk mengubah skala operasi. Skala efisiensi yang mencapai skor 0,93dan sebagian besar responden yang berada dalam kondisi decreasing return to scale (DRS), menunjukkan bahwa sebagian besar usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung berada dalam kondisi tidak efisien. Sebagian besar (92%) usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung berada dalam kondisi decreasing return to scale(DRS). Fakta ini menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung di Danau Baatur perlu mengatur kembali skala produksinya termasuk kombinasi penggunaan inputnya untuk menekan inefisiensi. Menurut Tipi, et al. (2009), penyebab inefisiensi adalah ketidaktepatan skala atau misalokasi sumberdaya. Ketidaktepatan skala menyebabkan usahatani tidak memperoleh keuntungan dari skala ekonomi, sedangkan misalokasi sumberdaya merujuk pada kombinasi input yang tidak efisien. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan 1) Efisiensi teknis usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung di Danau Batur diperoleh sebesar 0,83, yang berarti bahwa petani ikan nila dapat mengurangi penggunaan input sampai dengan 17% dan masih berada pada tingkat output yang sama. Efisiensi teknis usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung dapat ditingkatkan dari 0,83 menjadi 0,89 dengan asumsi petani ikan mampu menghilangkan inefisiensi dalam mengelola usahataninya. 2) Skala ekonomi usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung diperoleh sebesar 0,93 dan sebagian besar (92%) usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung berada dalam kondisi decreasing return to scale (DRS). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar (92%) usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung berada dalam kondisi tidk efisien. 4.2 Saran Disarankan agar petani pelaku usaha pembesaran ikan nila system keramba jarring apung di Danau Batur untuk menata kembali penggunaan inputnya dalam rangka meningkatkan efisiensi teknik dan menekan skala inefisiensi. Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
1069
Unmas Denpasar
DAFTAR PUSTAKA Banker, R.D., Chames, A., Cooper, W.W. (1984). Some Models for Estimating Technical and Scale Efficiencies in Data envelopment Analysis. Manage. Sci. 30(9): 10781092. Bapedalda Provinsi Bali.2004. Profil Danau Batur dan Kebijakan Pemanfaatannya. Coelli, T.J. (1996). A guide in DEAPv21: Data Envelopment Analysis program. CEPA Working Paper 96/08.Department of Econometrics. University of England, Australia. 49 p. Fuller, R. 1987. A Review Probiotics in Man and Animal. Journal of Applied Bacteriology 66:365-37 Jusadi, D., Gandara, E., dan Mokoginta, I. 2004. Pengaruh Penambahan Probiotik Bacillus SP. Pada Pakan Komersil Terhadap Konversi Pakan dan Pertumbuhan. Jurnal Akuakultur Indonesia, 3(1): 15-18 Suryati, N.K. dan Samuel. 2012. Fungsi Strategis Danau Batur, Perubahan Ekosistem dan Masalah yang Terjadi. Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012. Tipi, T., Yildiz, N., Nargelecekenler, M., and Cetin, B. (2009). Measuring the Technical Efficiency and determinants of Efficiency of Rice (Oryza sativa) Farms in Marmara Region, Turkey. New Zealand Journal of Crop and Horticultural Science, Vol 37.121-129 0014-0671/093702-0121. The royal Society of New Zealand 2009. Zhu J. Running The DEAfrontier Software. WWW.deafrontier.com. Diakses 9 November 2014.
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016