TEKNIK PEMBESARAN IKAN KERAPU HIBRIDA di KERAMBA JARING APUNG BAPPL- STP SERANG Oleh : Kevin warisenta, Azhari, Abdussalam Al Arif Marwan, Hani Abdillah, Eka Wahyu Hidayat, Dwi Endah Melani, Dwi Puji Astuti, Fitriani, Wasaidin, Lia Septiana Indriyani Program Studi Teknologi Akuakultur, Jurusan Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Perairan, Sekolah Tinggi Perikanan. 2016 Dibawah Bimbingan : Mulyanto, Ir., M. Ed dan Nur Rausin, S.Pi.MM Abstrak Usaha pengembangan Ikan Kerapu Cantang dan Ikan Kerapu Cantik perlu dilakukan, karena memiliki pasar yang luas dan harga yang relatif mahal. Pengembangan usaha pembesaran ikan ini mempunyai pertumbuhan yang realtif cepat. Ukuran benih 7-10 g dapat tumbuh dengan ukuran 500 g dalam jangka waktu 6-8 bulan pada pembesaran Keramba Jaring Apung. Dalam rangka mengembangkan usaha pembesaran Ikan kerapu Cantang dan Cantik pada Keramba Jaring Apung BAPPL STP Serang, maka perlu dilakukannya pengkajian mengenai analisa usaha dan prospek pembesaran Ikan Kerapu cantang dan Kerapu Cantik. Analisa usaha dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari usaha pembesaran Ikan Kerapu Cantang dan cantik di Keramba Jaring Apung. Kata kunci : Pembesaran, Analisa usaha
PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara penting dalam produksi perikanan di seluruh belahan dunia. Posisi yang sangat strategis yaitu dari potensi perikanan budidaya. Baik budidaya air tawar maupun budidaya air laut. Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 1
Cina merupakan negara produsen perikanan budidadaya terbesar di dunia pada saat sekarang ini, dengan produksi sekitar 52 juta ton di tahun 2009. Indonesia juga mampu menggeser posisi Cina jika Indonesia mampu meningkatkan produksi perikanan budidayanya dengan optimal. Untuk meningkatkan produksi tersebut di perlukan juga modal dan sumber daya manusia yang ahli (Kordi, 2010). Ikan Kerapu (Epinephelus sp.) umumnya dikenal dengan istilah "groupers" merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai peluang baik di pasar domestik maupun pasar internasional karena nilai jualnya yang cukup tinggi. Beberapa jenis ikan Kerapu Epinephelus sp. telah mulai diujicoba pembesarannya di Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Hongkong sejak tahun 1979 (Sugama et al. 1986). Menurut data statistik kelautan dan perikanan tahun 2009, produksi ikan kerapu di Indonesia meningkat sebesar 9,52% pertahun selama 5 tahun terakhir. Sehingga usaha budidaya ikan kerapu merupakan andalan dalam peningkatan produksi komoditas marikultur Indonesia. Salah satu jenis kerapu yang mempunyai nilai ekonomis penting yaitu ikan kerapu macam (Epinephelus fuscoguttatus). Kerapu macam merupakan jenis ikan dermesal yang menyukai hidup di daerah perairan karang diantara celah-celah karang atau di dalam gua di dasar perairan. Ikan karnivor yang tergolong kurang aktif ini relative mudah dibudidayakan karena mempunyai adaptasi yang cukup tinggi (Randall, 1987). Ikan kerapu mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan untuk dibudidayakan karena pertumbuhan cepat dan dapat diproduksi masal untuk melayani permintaan pasar ikan kerapu dalam keadaan hidup. Berkembangnya pasaran ikan kerapu hidup karena ada perubahan selera konsumen dari ikan mati atau beku kepada ikan dalam keadaan hidup, telah mendorong masyarakat untuk memenuhi permintaan pasar ikan kerapu melalui usaha budidaya. Budidaya ikan kerapu telah dilakukan dibeberapa tempat di indonesia, namun dalam proses pengembangannya masih menemui kendala karena keterbatasan benih.
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 2
METODE PRAKTEK 2.1. Waktu dan Tempat Praktek keahlian ini dilakukan pada tanggal 01 Febuary 2016 sampai dengan tanggal 13 Maret 2016 dan berlokasi di Teluk Karangantu, Kabupaten Banten di Keramba Jaring Apung Kampus BAPPL STP Serang. 2.2. Alat dan Bahan 3.2.1. Alat Alat yang diperlukan sebagai sarana dan prasarana untuk penunjang pelaksanaan pembesaran ikan kerapu hibrida pada saat peraktek keahlian dapat dilihat dalam Tabel 1. 3.2.2. Bahan Adapun bahan yang digunakan selama kegiatan pembesaran kerapu hibrida yaitu sebagai berikut :
1. Benih Benih yang digunakan adalah benih Kerapu cantik dan Kerapu cantang yang berasal dari Bali dan pada saat penebaran tidak dilakukan pemisahan antara kerapu cantik dan kerapu cantang. 2. Pakan Pakan yang diberikan selama pelaksanaan praktek keahlian yaitu pakan rucah.
Selama praktek dilakukan tidak pernah menggunakan pakan pelet,
pakan rucah didapatkan dari nelayan hasil tang kapan sekitar kampus BAPPL-STP Serang. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Pemeliharaan 3.1.1. Persiapan Pemeliharaan
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 3
Menyiapkan jaring berukuran 3m x 3m x 4m sebanyak 20 buah yang sudah dibersihkan terlebih dahulu. Memasang jaring yang sudah diberi pemberat pada keempat ujung bagian bawahnya pada kerangka keramba. 3.1.2. Penyediaan Benih Benih yang digunakan di BAPP STP Serang yaitu ikan kerapu cantang dan kerapu cantik, biasanya diambil dari benih hasil pembenihan yang terdapat di Bali, karena memiliki beberapa kelebihan yaitu jumlah yang bisa lebih banyak dan lebih murah. Proses pengangkutan yang digunakan adalah sistem transportasi tertutup. Pengangkutan benih dilakukan melalui transportasi udara dari Bali menuju Jakarta, dari Jakarta dilanjutkan dengan transportasi darat ke kampus BAPPL-STP Serang, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan speed boat menuju lokasi keramba jaring apung di BAPPL-STP Serang. 3.1.3. Penebaran Benih Sebelum ditebar benih ditimbang beratnya. Setelah ditimbang, benih ditebar sebanyak 500 ekor kedalam jaring yang berukuran 3m x 3m x 4m. Sebelum percobaan dilakukan benih dipelihara selama 17 hari untuk penyesuaian dengan lingkungan tempat pemeliharaan dan diberi perlakuan pemberian pakan dengan jumlah pakan dan waktu pemberian pakan yang sama. 3.2. Pengelolaan Pakan 3.2.1. Jenis Pakan Pakan yang diberikan dalam proses pembesaran kerapu yang ada di keramba jaring apung BAPPL-STP Serang yaitu semata-mata diberikan ikan rucah yang didapat dari hasil tangkapan nelayan Desa Karang Antu, ikan rucah juga memiliki kandungan nutrisi yang sangat tinggi dan sangat digemari oleh ikan yang dipelihara. Karena ikan tersebut didapat berdasarkan musiman dan Ikan rucah juga memiliki harga yang murah bila dibandingkan dengan pellet. 3.2.2. Dosis, Frekuensi, Waktu dan Jumlah Pemberian Pakan Dosis pemberian pakan yang diberikan pada ikan kerapu di BAPPL-STP Serang dilakukan dengan cara memberi 5 % dari berat biomasa ikan . Frekuensi pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari dan pengamatan dilapangan dengan pemberian pakan dua kali dalam satu hari cukup bagus karna tidak dijumpai ikan yang kurus pada saat dilaksanakan Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 4
peraktek, cara pemberian pakan ikan rucahnya yaitu ditebar sedikit demi sedikit didalam keramba biasanya penebaran pakan rucahnya dilakukan pada tenganh keramba dan ikan berkumpul menghampiri pakan yang diberikan. 3.2.3. Pangamatan Kualitas Air 1. Suhu Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu penyebaran organisme baik di lautan maupun di perairan air tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut. Suhu air dapat mempengaruhi kehidupan biota air secara tidak langsung,yaitu melalui pengaruhnya terhadap kelarutan oksigen di dalam air. Semakin tinggi suhu air maka semakin rendah daya larut oksigen di dalam air. Suhu yang baik bagi kehidupan ikan kerapu berkisar antara 20oC – 35oC. Namun suhu yang ideal adalah 27oC – 32oC dengan perubahan yang tidak ekstrim. Suhu pada KJA BAPPL STP Serang yaitu antara 28 ºC- 30 ºC suhu ini merupakan suhu yang masih bagus untuk pemeliharan kerapu di KJA. Pengukuran suhu dilakukan setiap hari pada pagi hari saja sekitar pukul 09.30 WIB. 31
Suhu °C
30 29 28 suhu 27 26 3
8
13
18
23
28
33
38
Hari ke Gambar 1 : Grafik pengukuran suhu 2. Salinitas Salinitas merupakan konsentrasi garam dalam air laut. Konsentrasi garam-garam jumlahnya relatif sama dengan dalam setiap air laut. Pengukuran salinitas dilakukan setiap hari, biasanya sampel air diambil dimasukkan ke botol sampel dan selanjutnya akan dicek salinitasnya di lab biologi. Salinitas ini berpengaruh terhadap tekanan osmotik sel tubuh ikan. Pada budidaya ikan kerapu kisaran salinitas yang optimum adalah 15 – 30 ppt. Yang didapatka di
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 5
lapangan salinitas pada KJA yaitu berkisar antara 27- 31 ppt, hal ini masih dikatakan bagus.
Salinitas (ppt)
31 30 29 28 salinitas 27 26 1
2
3
4
5
6
7
8
Hari ke Gambar 2 : Grafik pengukuran salinitas 3. pH Derajat keasaman (pH = puissance negative de H), yaitu logaritma dari kepekatan ion-ion H (Hydrogen) yang terlepas dalam suatu cairan. pH air mempengaruhi tingkat kesuburan Perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. pada saat peraktek dilakukan seminggu sekali dan selama peraktek didapatka pH air laut yaitu 8. Hal ini telah sesuai dengan pendapat Kordi (2005) yang mengatakan bahwa pertumbuhan optimal ikan terjadi pada pH 7 – 8. 10
pH
8 6 4 pH 2 0 1
2
3
4
5
6
7
Minggu Ke-
Gambar 3 : grafik pengukuran pH 4. Oksigen terlarut (DO) Oksigen merupakan pembatas salah satu factor pembatas, sehingga bila ketersediannya di dalam air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya, maka
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 6
segala aktivitas biota akan terhambat. Biota air membutuhkan oksigen guna pencernaan (makanan) untuk menghasilkan aktivitas, seperti aktivitas berenang, pertumbuhan, reproduksi dan sebaliknya. Oleh karena itu, ketersedian oksigen bagi biota air menentukan lingkaran aktivitasnya. Kelarutan oksigen (DO), merupakan factor
yang terpenting bagi pertumbuhan ikan kerapu. Bagi ikan
kerapu, jumlah oksigen terlarut optimal tidak boleh kurang dari 4 ppm.dan selama peraktek keahlian didapatkan hasil pengukuran DO yaitu 6 ppm,biasanya pengukuran DO dilakukan seminggu sekali dengan mengambil air sampel yang
DO (ppm)
dimasukkan kedalam botol sampel dan selanjutnya akan di cek di lab kimia.
7 6 5 4 3 2 1 0
DO
1
2
3
4
5
6
7
Minggu Ke-
Gambar 4 : Grafik pengukuran DO 5. Kecepatan arus Pengukuran kecepatan arus dilakukan pada siang Pengukuran kecepatan arus menggunakan topdal. Dari hasil pengamatan kecepatan arus di lokasi praktek kecepatan arus berkisar antara 0,18-0,33 m/menit. Ini mengartikan bahwa kecepatan arus tercepat adalah 0,33 m/menit. Sementara kecepatan arus terlambat adalah 0,18 m/menit. 6. Kecerahan Pengukuran kecerahan dilakukan pada waktu siang hari tepatnya pada pukul 14.00 WIB. Pengukuran kecerahan menggunakan secchi disk. Dari hasil pengamatan kecerahan di lokasi peraktek kecerahan berkisar antara 150-180 cm.
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 7
Kedalaman (cm)
180 170 160 kedalaman
150 140 3 8 13 18 23 28 33 38 Hari ke
Gambar 5 : Grafik pengukuran kecerahan 3.3. Pengamatan Pertumbuhan 3.3.1. Sampling Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran panjang dan berat dalam suatu waktu. Pengukuran panjang dan berat dilakukan setiap 7 hari sekali. Biota yang akan diukur dipuasakan terlebih dahulu, sebelum proses pengukuran panjang dan berat. Pengukuran dilakukan dengan mengambil sampel ikan sebanyak 10 ekor dari setiap kantong jaring yang diamati.
Berat (gr)
800 600 Unit 2 A 400
Unit 3 B
200
Unit 3 C
0
Unit 4 A 1
2
3
4
5
Sampling ke
Gambar 6: Grafik pertumbuhan berat
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 8
1000 Berat (gr)
800 600
Unit 4 B
400
Unit 4 D
200
Unit 5 A
0
Unit 5 C 1
2
3
4
5
Sampling ke
Gambar 7: Grafik pertumbuhan berat
900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
Berat (gr)
Unit 4 B Unit 4 D Unit 5 A Unit 5 C
1
2
3 4 Sampling ke
5
Gambar 8: Grafik pertumbuhan berat
3.4. Hama dan Penyakit 3.4.1. Hama Hama yang sering menggagu pada Keramba Jaring Apung BAPPL – STP Serang seperti ikan kerapu liar,ikan beronang, kerang hijau,tritip, kepiting, dan lumut yang biasanya yang biasanya menempel pada jaring pemeliharaan dan rakit
hal
ini
menjadi
kompetitor
bagi
kerapu
yang
dipelihara.
Untuk
menanggulangi hama tersebut dilakukan pergantian atau pembersihan jaring dengan
mesin
steam
setiap
2
minggu
sekali.
Dan
juga
untuk
penanggulangannya pemberian pakan harus sesuai dengan kebutuhan ikan kerapu yang sedang dipelihara agar ikan lain tidak memakan sisa pakan yang diberikan sehingga tidak merobek jaring pemeliharaan, selain itu juga harus dilakukan pemasangan dua lapis jaring pemeliharaan.
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 9
Pencurian sering terjadi di KJA oleh pemancing dan para nelayan yang berada di sekitar lokasi KJA, tindakan pencurian sengaja dilakukan oleh manusia. Untuk menghindari tindakan pencurian dilakukan pengontrolan lokasi KJA secara kontinyu dan dijaga secara bergantian. 3.4.2. Penyakit Penyakit yang sering menyerang pada ikan kerapu cantang dan cantik yang dipelihara pada keramba jaring apung BAPPL – STP Serang adalah jenis penyakit yang disebabkan oleh parasit, parasit yang ditemukan ada jenis Isopoda, sejenis parasit dari golongan krustase yang menyerang pada bagian sirip, kulit, insang dan mulut ikan kerapu. Tingkat kematian yang disebabkan oleh infeksi parasit jenis Isopoda tersebut rendah, akan tetapi ikan yang terinfeksi parasit tersebut menjadi lemah karena parasit tersebut biasanya menginfeksi pada bagian mulut sehingga ikan mengalami kesulitan untuk memakan pakan yang diberikan. 3.5. Panen dan Pasca Panen 4.5.1 Panen Panen umumnya disesuaikan dengan ukuran yang di kehendaki pasar, ukuran konsumsi ikan kerapu 500 gram- 800 gram. Metode panen dapat dilakukan yaitu dengan panen total dan panen selektif/parsial. Panen total adalah panen secara keseluruhan, panen total biasanya dilakukan apabila permintaan sangat besar dan ikan-ikan yang dipelihara sudah memenuhi syarat untuk dijual baik dari segi ukuran maupun jumlahnya. Panen selektif adalah memanen ikanikan yang sudah mencapai ukuran yang diinginkan sesuai dengan permintaan pasar, sedangkan ikan-ikan yang ukurannya kecil dapat terus dipelihara ditempat semula. Metode panen total lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan panen selektif (Akbar, 2001). Selama pelaksanaan praktek di BAPPL STP Serang pemanenaan dilakukan secara panen parsial/selektif sebanyak 3 kali. Panen dilakukan setelah ikan berukuran > 500 gram/ekor sesuai dengan permintaan konsumen. Ikan yang dipanen diangkut menggunakan kapal
cepat (speed boat) dengan cara di
packing terlebih dahulu, lama pengangkutan ± 20 menit dari keramba jaring apung
ke pelabuhan. Transportasi dilanjutkan dengan menggunakan box
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 10
sterofoam dan diangkut menggunakan mobil box dengan lama perjalanan ± 7 jam. Lama pemeliharaan mulai dari awal penebaran sampai mencapai ukuran >500 gram/ekor diperlukan waktu 6-7 bulan dengan tingkat kelulusan hidup/survival rate sebasar 80%. Pemanenan dilakukan dengan cara panen parsial/panen sebagian. Skala pemanenan biasanya empat sampai lima kali dalam 1 bulan tergantung permintaan pasar. 4.5.2. Pasca Panen Penaganan ikan setelah dipanen dilakukan dengan cara menyiapkan wadah yaitu bak fiber bulat yang berukuran 500 liter yang diisi air laut dan diberikan es curah untuk menurunkan suhu hingga bersuhu 20 ̊C, dan menjaga suhu selama perjalanan dan dilengkapi dengan tabung oksigen sebagai penyuplai oksigen dan sarana transportasi untuk mengangkut hasil panen. Hasil panen dipasarkan dipasar domestik (konsumsi dalam negeri). 3.6. Analisa usaha Diketahui analisa usaha dalam pembesaran ikan kerapu hybrid sebagai berikut : 1. Biaya Investasi sebesar Rp. 1.159.500.000 2. Penyusutan sebesar Rp. 84.413.333 3. Biaya Tetap sebesar Rp. 119.213.333 4.
Biaya Operasional sebesar Rp. 241.997.333
5. Pendapatan per tahun sebesar Rp. 395.580.000 Laba/Rugi = Pendapatan – Biaya Operasional = Rp. 395.580.000 – Rp. 241.997.333 = Rp. 153.582.667
Berdasarkan perhitungan diatas, dapat diketahui biaya operasional sebesar Rp. 241.997.333 menghasilkan produksi sebanyak 2.637,2 kg sehingga keuntungan yang diproleh sebesar Rp 153.582.667. B/C Ratio =
Pendapatan Biaya Operasional
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 11
= Rp. 395.580.000 Rp. 241.997.333 = 1,6 Berdasarkan hasil perhitungan diatas B/C maka usaha pemeliharaan ikan kerapu dinyatakan layak karena nilai B/C lebih dari 1 yaitu 1,6 berarti setiap biaya produksi yang dikeluarkan sebesar 1 rupiah maka diperoleh keuntungan sebesar Rp. 0,6. BEP (Unit) =
FC Harga/unit – Biaya Variabel/unit
= Rp. 119.213.333 Rp. 150.000 – Rp. 93.117 = Rp. 119.213.333 Rp. 56.882 = 2.095,7 kg BEP (harga) =
FC 1 – VC/Q
= Rp. 119.213.333 1 – 0,62 = Rp 119.213.333 0,38 = Rp. 313.719.297
Berdasarkan perhitungan tersebut didapat BEP (unit) sebanyak 2.092,7 Kg dan BEP (haga) sebesar Rp. 313.719.297 kg yang artinya perusahaan harus menjual ikan kerapu macan sebanyak 2.095,7 kg pada harga Rp 150.000 atau menjual semua produksi dengan harga minimal Rp 313.719.297/kg agar tidak mengalami kerugian . hal ini jika dapat menjual ikan mulai harga Rp 313.719.297 - Rp 150.000 /kg bahkan lebih. Perusahaan akan mendapat keuntungan. Tapi jika
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 12
hanya mampu menjual ikan dibawah Rp 313.719.297/kg maka akan mendapat kerugian. Investasi PP =
x 1 Tahun Keuntungan + Penyusutan Rp. 1.159.500.000
PP =
x 1 Tahun Rp. 156.933.334 + Rp. 84.413.333
PP = 4,8 Tahun Dari hasil perhitungan menggambarkan bahwa modal investasi pada pemeliharaan kerapu akan kembali dalam kurun waktu 4,8 tahun atau 4 tahun 9 bulan 18 hari.
KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan 1. Pengamatan laju pertambahan berat unit 2 petak A 3,0 gram/hari, unit 3 petak B 3,4 gr/hari, unit 3 petak C 3,0 gr/hari,unit 4 petak A 3,23 gr/hari,unit 4 petak B 3,25 gr/hari, unit 4 petak D 2,5 gr/hari, unit 5 petak C 2,8 gr / hari, unit 5 petak A 5,05 gr/hari. 2. Pengamatan laju pertambahan panjang unit 2 petak A 0,10 cm/hari, unit 3 petak B 0,26 cm/hari, unit 3 petak C 0,09 cm/hari,unit 4 petak A 0,21 cm/hari,unit 4 petak B 0,04 cm/hari, unit 4 petak D 0,06 cm/hari, unit 5 petak C 0,09 cm / hari, unit 5 petak A 0,10 cm/hari. 3. Dan untuk FCR pada masing-masing petakan yaitu untuk unit 2 petak A 7,75, unit 3 petak B 4,5, unit 3 petak C 7,4 ,unit 4 petak A 4,8 ,unit 4 petak B 6,9 , unit 4 petak D 9,6 , unit 5 petak C 7,5 , unit 5 petak A 5,05 gr/hari. 4. Analisa usaha dapat dikatakan layak dijalanlan dan menguntungkan terlihat dari B/C rasio yang mencapai 1,6 dengan BEP(unit) 2.095,7 dan BEP(harga) Rp. 313.719.297 dan payback periode dalam waktu 4 tahun 9 bulan 18 hari.
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 13
DAFTAR PUSTAKA
Kordi, K. M. G. H., 2010. Budidaya Kerapu Batik. Akademia, Jakarta. Sugama, K. 1986. Perbandingan laju Pertumbuhan Beberapa Ikan Kerapu (Epinephelus sp) Dalam Kurung-kurung Apung. Scientitif Report of Marineculture Research and Development Project (ATA – 192) In Indonesia. JICA. Sumardika, Putu. 2013. Kewirausahaan Perikanan. Bina Sumber Daya MIPA. Jakarta. Randall, 1987. Kerapu Bebek. http : //wikipedia. Org/ wiki/ kerapu_bebek. html. Wikipedia Foundation. Diakses 24 November 2009.
Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta, 2016
Page 14