ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PRODUKSI USAHATANI BUDIDAYA PEMBESARAN IKAN MAS DAN NILA PADA KERAMBA JARING APUNG GANDA (Studi Kasus Waduk Cirata Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur)
KUKUH TRISNANI
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pendapatan dan Efisiensi Produksi Usahatani Budidaya Pembesaran ikan mas dan nila Pada Keramba Jaring Apung Ganda (Studi kasus Waduk Cirata Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikuti dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skirpsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013 Kukuh Trisnani NIM H44090021
ABSTRAK KUKUH TRISNANI. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Produksi Usahatani Budidaya Pembesaran Ikan Mas dan Nila Pada Keramba Jaring Apung Ganda (Studi kasus Waduk Cirata Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur). Dibimbing oleh UJANG SEHABUDIN. Waduk Cirata merupakan waduk yang memiliki kontribusi besar terhadap perikanan Jawa Barat. Perikanan yang dilakukan di Waduk Cirata adalah perikanan budidaya pembesaran ikan dengan KJA. Budidaya KJA yang banyak dilakukan adalah budidaya KJA pembesaran ikan mas dan nila. Hal ini karena komoditas tersebut merupakan komoditas utama di Waduk Cirata khususnya ikan mas. Budidaya pembesaran ikan mas dan nila banyak dilakukan di Desa Bobojong. Tujuan penelitian yang pertama adalah mengidentifikasi struktur biaya dan pendapatan usahatani budidaya KJA pembesaran ikan mas dan nila di Desa Bobojong dengan metode π = TR-TC. Tujuan yang kedua adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani budidaya pembesaran ikan mas dan nila di Desa Bobojong dengan analisis regresi linear berganda. Berdasarkan hasil regresi yang diperoleh, faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani secara nyata pada taraf nyata 5 % adalah jumlah produksi ikan mas, jumlah produksi ikan nila, biaya benih ikan mas, harga benih ikan nila, dan harga pakan ikan mas sedangkan tenaga kerja pengaruhnya tidak besar terhadap pendapatan usahatani tersebut. Tujuan yang ketiga adalah efisiensi produksi dengan menggunakan metode MR = MC dan efisiensi pendapatan dengan metode R/C. Hasil yang diperoleh pada tujuan ketiga adalah produksi perikanan pada usahatani budidaya KJA di Desa Bobojong belum optimal sehingga produksi dan penggunaan input produksi perlu dioptimalkan agar keuntungan maksimal. Usahatani budidaya pembesaran ikan mas dan nila di Desa Bobojong layak untuk dilakukan karena nilai R/C untuk pendapatan usahatani atas biaya tunai dan biaya total lebih besar dari satu. Kata kunci: budidaya ikan mas dan nila, efisiensi, pendapatan, produksi
ABSTRACT KUKUH TRISNANI. Analysis of income and production efficiency usahatani cultivation enlargement Cyprinus carpio and tilapia on keramba a net driftwood double (Case study on Cirata Dam Bobojong Village Cianjur District Mande). Dibimbing oleh UJANG SEHABUDIN. Cirata reservoir is one of three reservoirs in Citarum River that has major contribution to the fisheries in West Java. Fisheries in Cirata is conducted by fish rearing (Keramba cage) double KJA. Aquaculture of KJA performed by enlargement Cyprinus carpio and tilapia. This is because those commodities were major commodities in Cirata especially Cyprinus carpio. Enlargement of Cyprinus carpio and tilapia Aquaculture was cultivated widely in Bobojong village. The Objective of this research were to identify the structure of costs and farm income from KJA enlargement of Cyprinus carpio and tilapia aquaculturein Bobojong village by using π=TR-TC method, to analyze the factors that affect farm income from enlargement of Cyprinus carpio and tilapia aquaculture in Bobojong Village by using multiple linear regressi on analysis, to analyze the efficiency of production by using MR = MC and revenue efficiency y R/C method. Based on there gressi on results obtained, the factors that affect farmers' income significantly on the 5% through significance level were the number of Cyprinus carpio production, total production of tilapia, Cyprinus carpio seed costs, the price of tilapia seed, and the price of Cyprinus carpio feed education were not affected largely for the farm income. The results obtained on the third objectives howed that production off arming aquaculture on KJA fisheries was not optimal so that the production and production inputs used need to be optimized in order to get maximum profit. Enlargement of Cyprinus carpio aquaculture and tilapia in Bobojong Village was feasible to performed because the value of R/C off farm income from cash costs and total cost was greater than one. Keywords: efficiency, Cyprinus carpio and tilapia aquaculture, income, production
7
ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PRODUKSI USAHATANI BUDIDAYA PEMBESARAN IKAN MAS DAN NILA PADA KERAMBA JARING APUNG GANDA (Studi Kasus Waduk Cirata Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur)
KUKUH TRISNANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
8
9
Judul Skripsi
Nama NIM
: Analisis Pendapatan dan Efisiensi Produksi Usahatani Budidaya Pembesaran Ikan Mas dan Nila Pada Keramba Jaring Apung Ganda (Studi Kasus Waduk Cirata Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur) : Kukuh Trisnani : H44090021
Disetujui oleh
Ir. Ujang Sehabudin Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
10
11
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret 2013 ini adalah budidaya perikanan KJA, dengan judul Analisis Pendapatan dan Efisiensi Produksi Usahatani Budidaya Pembesaran Ikan Mas dan Nila Pada Keramba Jaring Apung Ganda (Studi Kasus Waduk Cirata Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur). Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi serta kerjasama dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1. Ayahanda tercinta (Waluyo), Ibunda tercinta (Marsumi), Kakak dan adikku tersayang (Sigit Trapsilo dan Sarwono Aji Sanyoto), serta keluarga besar yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, dukungan moril maupun materil, serta limpahan do’a yang tak pernah putus kepada penulis. 2. Ir. Ujang Sehabudin selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi, insprirasi dengan penuh kesabaran serta kebaikan yang sangat membantu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 3. Novindra SP, MSi selaku dosen penguji utama dan Rizal Bahtiar SPi, MSi selaku dosen perwakilan departemen. 4. Beni Osta Nababan SPi, MSi sebagai dosen pembimbing akademik, yang telah membimbing dan memberikan masukan serta arahan selama penulis menjalani kuliah. 5. Kepala BPBPPU Waduk Cirata, Wakil BPBPPU Waduk Cirata, Pendamping (Pak Ade) yang telah membantu penulis dalam memperoleh data dan informasi. 6. Teman satu bimbingan, ( Kiki, Deby, Faiti, Tari, Gugat, Mufqi, dan Wili) atas dukungan, saran, kritik, dan lainnya selama menjalani proses pembuatan skripsi hingga selesai. 7. Handai taulan, Tina, Ichi, Nunu, Frima, Fitri, Qyqy dan seluruh sahabat ESL 46 atas kebersamaan, bantuan, semangat, dan motivasinya. 8. Seluruh Dosen dan Tenaga Pendidikan Departemen ESL yang telah membantu selama penulis menyelesaikan studi di ESL. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam membantu proses persiapan hingga penyusunan skripsi ini. Semoga kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat.
Bogor, September 2013 Kukuh Trisnani
12
13
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL.............................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................
xi
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1.2 Perumusan Masalah.................................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................... 1.4 Ruang Lingkup Penelitian...........................................................................
1 6 7 7
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Budidaya Perikanan pada Waduk.............................................. 2.2 Pedoman Teknis Budidaya Ikan Pada Keramba Jaring Apung................... 2.3 Karakteristik Ikan Mas................................................................................ 2.4 Karakteristik Ikan Nila................................................................................ 2.5 Penelitian Terdahulu...................................................................................
8 8 13 13 14
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis........................................................................................ 3.1.1 Konsep Produksi dan Pendapatan............................................................ 3.1.2 Konsep Biaya Usahatani.......................................................................... 3.1.3 Penerimaan dan Pendapatan Usahatani.................................................... 3.1.4 Faktor-Faktor dan Unsur Usahatani......................................................... 3.1.5 Konsep Efisiensi Produksi....................................................................... 3.1.6 Efisiensi Pendapatan Usahatani............................................................... 3.2 Kerangka Operasional.................................................................................
16 16 16 17 18 18 21 21
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................................... 4.2 Jenis dan Sumber Data................................................................................ 4.3 Metode Pengambilan Sampel...................................................................... 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data....................................................... 4.4.1 Identifikasi Struktur Biaya dan Pendapatan Usahatani Budidaya Pembesaran Ikan Mas dan Nila Pada KJA Ganda di Desa Bobojong...................................................................................... 4.4.2 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Budidaya......................................................................................... 4.4.3 Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Budidaya Pebesaran Ikan Mas dan Nila Pada KJA di Desa Bobojong...........................
23 23 23 24
25 26 30
V GAMBARAN UMUM 5.1 Letak dan Kondisi Waduk Cirata................................................................ 5.2 Teknis Buididaya KJA ganda pembesaran ikan mas dan nila di Desa
33
14
Bobojong.................................................................................................... 5.3 Karakteristik Responden............................................................................ 5.4 Karakteristik Usahatani..............................................................................
33 35 39
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Identifikasi Struktur Biaya dan Pendapatan Usaha Budidaya Pembesaran Ikan Mas dan Nila KJA Ganda di Desa Bobojong................ 6.2 Analisis Faktor-Faktor Pendapatan Usahatani Budidaya Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada KJA Ganda di Desa Bobojong............................ 6.3 Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Budidaya KJA Pembesaran Ikan Mas dan nila di Desa Bobojong.....................................
43 50 56
VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan..................................................................................................... 7.2 Saran............................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
61 62 63
LAMPIRAN......................................................................................................
66
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL 1 2 3
Total Produksi Per Jenis Usaha Perikanan Budidaya KJA Tahun 2009 Sampai Tahun 2012...................................................................
3
Data penggunaan lahan KJA di Waduk Cirata wilayah Kabupaten Cianjur tahun 2012..............................................................................
4
Jumlah Produksi Ikan Mas dan Nila KJA Waduk Cirata Tahun 2011 Sampai Tahun 2012...................................................................
4
4
Harga Ikan di Waduk Cirata Wilayah Kabupaten Cianjur Periode Tahun 2011 Sampai Tahun 2012........................................................
5
Struktur biaya usahatani budidaya KJA pembesaran ikan mas dan nila di Desa Bobojong.........................................................................
25
6
Selang Nilai Statistik Durbin Watson dan Keputusannya..................
29
7
Rasio Jumlah Responden Penduduk Asli Dan Pendatang Petani Budidaya KJA Di Desa Bobojong tahun 2013...................................
35
8
Rata-rata biaya tetap pada usaha budidaya KJA pembesaran ikan mas dan nila di Desa Bobojong..........................................................
44
9
Rata-rata biaya variabel usahatani budidaya KJA pembesaran ikan mas dan nila di Desa Bobojong...........................................................
45
10
Rata-rata penerimaan usahatani budidaya pembesaran ikan mas dan nila KJA di Desa Bobojong.............................................................................................
48
5
15
11
Rata-rata pendapatan petani budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA di Desa Bobojong atas biaya tunai..............................
12
Pendapatan petani budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA di Desa Bobojong atas biaya total..............................................
50
Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani per unit dalam satu tahun....................................................................
51
14
Hasil Estimasi Uji F............................................................................
53
15
Data Sebaran Normal Statistik............................................................
54
16
Nilai Durbin-Watson Pada Uji Autokorelasi......................................
55
17
Nilai Signifikan pada Uji Heteroskedastisitas....................................
56
18
Tingkat produksi optimal ikan mas dan nila per unit dalam satu tahun....................................................................................................
19
Keuntungan maksimal usahatani pembesaran ikan mas dan nila budidaya KJA di Desa Bobojong........................................................
20
Hasil Optimalisasi Penggunaan Input Produksi Pada Budidaya Pembesaran Ikan Mas dan Nila Di Desa Bobojong Tahun 2013.....................................................................................................
13
49
58 58 59
DAFTAR GAMBAR 1
KJA di Waduk Cirata Desa Bobojong.................................................
3
2
Kurva Hubungan antara fungsi biaya dan keuntungan........................
20
3
Bagan kerkangka berpikir operasional................................................
22
4
Kurva fungsi Total biaya (TC) pada budidaya KJA ganda
30
pembesaran ikan mas dan nila............................................................. 5
Peta Wilayah Waduk Cirata.................................................................
33
6
Kondisi unit KJA di Desa Bobojong...................................................
34
7
Umur Responden.................................................................................
35
8
Pendidikan Formal Terakhir Responden.............................................
36
9
Alasan Petani Melakukan usaha budidaya..........................................
37
10
Pengalaman Bertani Responden..........................................................
38
11
Sumber modal usahatani......................................................................
38
12
Jumlah Tanggungan Keluarga.............................................................
39
13
Musim tanam Ikan Mas.......................................................................
40
16
14
Musim tanam Ikan Nila.......................................................................
40
15
Jumlah Unit KJA.................................................................................
41
16
Kedalaman Jaring Apung....................................................................
42
17
kurva TC terhadap produksi Ikan Mas dan Nila (Y)...........................
57
DAFTAR LAMPIRAN 1
Hasil Estimasi Regresi Faktor-faktor Pendapatan...............................
67
2
Kuesioner data penelitian....................................................................
69
3
Data Penerimaan Total........................................................................
74
4
Data Biaya Total.................................................................................
76
5
Data Biaya Tunai.................................................................................
77
6
Data Biaya Diperhitungkan.................................................................
79
7
Pendapatan Atas Biaya Tunai.............................................................
80
8
Pendapatan Atas Biaya Total..............................................................
82
9
Data Perhitungan Optimalisasi............................................................
84
10
Dokumentasi Penelitian......................................................................
90
1
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan subsektor pertanian yang menjadi salah satu sumber ekonomi masyarakat Indonesia pada khususnya. Ikan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia karena ikan mengandung banyak protein dan vitamin. Sebagian besar masyarakat Indonesia mengonsumsi ikan sebagai bahan makanan sehari-hari. Selain untuk dikonsumsi, ikan juga memiliki manfaat sebagai bahan utama penelitian seperti minyak yang dihasilkan ikan sebagai sumber vitamin (Fauzi 2010). Menurut Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi 2012, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menargetkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) perikanan sebesar 7% dengan produksi perikanan sebesar 18.49 juta ton, dan nilai ekspor hasil perikanan sebesar lima milliar dollar Amerika Serikat (AS). Kontribusi PDB sektor perikanan terhadap PDB nasional mencapai 3.34% pada tahun 2011. Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo menyatakan KKP memperoleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp 7.07 triliun yang terdaftar pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2013. Dana ini dialokasikan untuk meningkatkan kinerja perikanan dan kelautan dalam kontribusinya pada pembangunan ekonomi nasional. Sektor kelautan dan perikanan dinilai semakin penting karena telah berkontribusi nyata terhadap pembangunan nasional.1 Salah satu bentuk usaha perikanan adalah usaha budidaya yang banyak dilakukan pada perairan umum seperti waduk. Produksi perikanan budidaya memberikan kontribusi sebesar 56.33% atau 6.9 juta ton dari total produksi perikanan nasional (Badan Pusat Statistik (BPS) 2011). Perairan umum yang digunakan sebagai tempat pembudidayaan antara lain: perairan tawar yaitu waduk dan danau; perairan payau yaitu tambak dan hutan bakau; serta perairan laut. Luas perairan umum di Indonesia meliputi sungai, danau, rawa, dan waduk dengan luas sekitar 141 690 ha (Cahyono 2001). Budidaya ikan yang dilakukan pada perairan umum memiliki prospek pengembangan usaha yang baik. Usaha perikanan pada 1
http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/?category_id=34 diakses 22 April 2013.
2
perairan umum dapat berkembang secara intensif karena perairan ini dapat digunakan sebagai kolam pembesaran untuk berbagai jenis ikan. Oleh karena itu, perairan umum merupakan sumberdaya alternatif yang digunakan untuk mengoptimalkan produksi perikanan sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan petani ikan dan nelayan. Selain itu, optimalisasi produksi ikan yang dilakukan pada perairan umum juga memberikan dampak positif secara tidak langsung yaitu melindungi kelestarian sumberdaya alam (SDA) perairan, peningkatan kesempatan kerja diberbagai sektor seperti usaha pembenihan rakyat yaitu industri pakan, jaring, industri pengolahan ikan, dan lain-lain, serta peningkatan gizi masyarakat (Cahyono 2001). Salah satu jenis budidaya perikanan yang dilakukan pada perairan umum seperti waduk Cirata adalah budidaya perikanan dengan Keramba Jaring Apung (KJA). KJA adalah budidaya ikan yang dilakukan dengan membentuk kolamkolam menggunakan jaring yang diapungkan pada waduk. Waduk Cirata memiliki kontribusi perikanan KJA cukup besar yaitu 39.5% terhadap KJA Jawa Barat Sebagian besar wilayah Waduk Cirata masuk ke dalam wilayah Kabupaten Cianjur yaitu sekitar 60% dari luas waduk secara keseluruhan. Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC) mencatat jumlah KJA di Cirata saat ini mencapai 50 000 kolam atau 12 500 unit. Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat mencatat produksi ikan KJA Jawa Barat pada tahun 2007 hampir mencapai 144 000 ton, 57 000 ton diantaranya senilai Rp 353.05 miliar berasal dari aktivitas di KJA Cianjur (Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan (DPPK) Kabupaten Cianjur 2013). Sebagian besar budidaya KJA yang dilakukan di Waduk Cirata khususnya Desa Bobojong adalah
KJA ganda. KJA ganda merupakan salah satu jenis
budidaya perikanan KJA dengan sistem polikultur yaitu dengan memelihara dua komoditas ikan dalam satu luasan unit KJA. Satu luasan unit KJA terdiri dari jaring yang dipasang pada bagian atas dan bawah. Jenis ikan yang banyak dibudidayakan pada KJA ganda ini adalah ikan mas dan nila. Bagian atas jaring digunakan untuk komoditas ikan mas dan jaring lapis bawah digunakan untuk ikan nila. Bentuk KJA dapat terlihat pada Gambar 1.
3
Gambar 1 KJA ganda di Waduk Cirata Desa Bobojong Tujuan utama dari Sistem KJA ganda ini adalah untuk menghemat penggunaan pakan ikan. Pakan ikan diberikan untuk kedua komoditas yaitu ikan mas dan nila secara bersamaan. Ikan nila yang berada di lapisan bawah akan memakan sisa taburan pakan dari ikan mas yang berada di jaring lapis atas. Hal ini dapat menguntungkan petani karena dalam melakukan proses produksi dapat menghasilkan dua output dengan memberikan pakan ikan lebih hemat. Komoditas utama yaitu ikan mas dan komoditas tambahan yaitu ikan nila. Oleh karena itu, KJA ini dapat meningkatkan produksi ikan dan pendapatan petani serta dapat mengurangi pencemaran air di waduk akibat endapan sisa pakan yang menumpuk di dasar waduk. Sistem
budidaya
KJA
dikenal
lebih
efektif
dan
efisien
dalam
pembudidayaan dibandingkan dengan sistem perikanan lainnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Total produksi perjenis usaha perikanan budidaya KJA di Waduk Cirata wilayah Kabupaten Cianjur tahun 2009 sampai tahun 2012 No
Produksi (ton/tahun) Jenis Usaha
2009
2010
2011
2012
53.96
55.04
192.00
113.20
11 676.47
13 230.67
29 846.81
35 311.00
14 866.11
11 998.36
7 702.92
6 256.00
1
Tambak
2
Kolam (KAT)
3
Sawah
4
Keramba
84.90
92.92
100.81
16.30
5
Kolam Air Deras (KAD)
71.67
80.37
16.90
17.48
6
KJA
33 005.83
35 811.36
42 815.95
49 483.86
Jumlah
59 758.94
61 268.72
80 675.39
91 197.84
Air
Tenang
Sumber: DPPK Kabupaten Cianjur Jawa Barat tahun 2012
4
Berdasarkan Tabel 1, KJA adalah sistem budidaya yang paling banyak menghasilkan produksi ikan dibandingkan dengan jenis usaha lainnya. Selain itu, jumlah produksi ikan yang dihasilkan dari budidaya KJA meningkat setiap tahunnya. Melihat potensi Sumberdaya Ikan (SDI) di Waduk Cirata menyebabkan masyarakat di luar maupun sekitar waduk terus membangun KJA. Data penggunaan lahan KJA di Waduk Cirata wilayah Kabupaten Cianjur tahun 2012 dapat terlihat pada Tabel 2. Tabel 2 Data Penggunaan lahan KJA di Waduk Cirata wilayah Kabupaten Cianjur tahun 2012 No
Jenis ikan
Jumlah petak ukuran 7mx7m (petak)
1
Pembesaran bawah nila)
ikan mas/nila (lapis atas mas/lapis
2
Pembesaran bawah nila)
bawal/nila (lapis atas bawah/lapis
3
Pendederan ikan mas (lapis atas ikan mas/lapis bawah nila)
2 375
4
Pendederan bawal (lapis atas bawal/lapis bawah nila)
588
5
Pendederan nila (lapis atas nila/ lapis bawah nila)
4 916
6
Aneka ikan (lapis atas aneka ikan/lapis bawah nila)
1 496
7
Tidak beroperasi
9 500 2 352
273
Sumber: BPBPPU Kabupaten Cianjur tahun 2012
Berdasarkan data pada Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa lahan KJA di Waduk Cirata di wilayah Kabupaten Cianjur pada tahun 2012 paling banyak digunakan untuk lahan pembesaran ikan mas pada lapisan atas dan ikan nila pada lapisan bawah. Hal ini dapat terlihat dari jumlah petak KJA yaitu sebanyak 9 500 petak KJA dengan ukuran per kolam adalah 7m x 7m. Jumlah produksi ikan mas dan nila KJA di Waduk Cirata tahun 2011 sampai tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Jumlah produksi ikan mas dan nila KJA di Waduk Cirata Kabupaten Cianjur tahun 2011 sampai tahun 2012 No 1 2
Jenis ikan Mas Nila Jumlah
Jumlah produksi (ton) Tahun 2011 Tahun 2012 23 451 25 236.65 9 683 10 550.21 33 134 35 786.86
Sumber: BPBPPU Waduk Cirata Kabupaten Cianjur 2013
Laju Pertumbuhan (%) 107.61 108.96 216.57
5
Berdasarkan data pada Tabel 3 dapat terlihat jumlah produksi ikan mas dan nila mengalami peningkatan produksi sebesar 216.57% dari tahun 2011 sampai tahun 2012. Selain itu, jumlah produksi ikan yang dihasilkan didominasi oleh ikan mas. Hal ini sesuai dengan hasil survei di lokasi penelitian bahwa komoditas utama dari budidaya KJA di Waduk Cirata adalah ikan mas. Harga benih dan konsumsi ikan mas dan nila di Waduk Cirata Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Harga ikan mas dan nila di Waduk Cirata Kabupaten Cianjur dari tahun 2011 sampai tahun 2012 No
Ukuran ikan
Mas (Rp/kg)
Nila (Rp/kg)
1
Benih
20 000 s.d 25 000
8 000 s.d 16 000
2
Konsumsi
11 000 s.d 16 000
7 500 s.d 10 500
Sumber: BPBPPU Waduk Cirata Kabupaten Cianjur.
Berdasarkan Tabel 4, harga ikan di Waduk Cirata Kabupaten Cianjur baik pada benih maupun harga konsumsi tetap dari tahun 2011 sampai tahun 2012. Berdasarkan hasil survei di lapang, harga ikan mas dan nila ukuran konsumsi pada awal tahun 2013 mengalami peningkatan yaitu menjadi Rp 18 000/kg untuk ikan mas dan Rp 11 000/kg untuk ikan nila. Budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda ini banyak dilakukan pada perairan Waduk Cirata di Desa Bobojong. Besarnya peluang berkembangnya usaha budidaya KJA ganda tersebut dan pendapatan yang cukup besar, menyebabkan semakin bertambahnya jumlah unit KJA di Waduk Cirata. Hal ini akan berdampak pada pencemaran lingkungan waduk akibat produksi budidaya KJA yang berlebihan dan dapat mempengaruhi kelangsungan produksi perikanan budidaya tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap produksi usaha budidaya KJA tersebut pada satu unit luasan KJA dengan mencari tingkat optimalisasi produksi dan input produksi pada penggunaan satu unit KJA serta mellihat struktur biaya dan pendapatan budidaya tersebut. Petani budidaya perlu mengoptimalkan produksinya untuk satu unit KJA karena jika produksi untuk satu unit KJA telah optimal maka keuntungan maksimal akan diperoleh petani sehingga petani budidaya diharapkan tidak membangun KJA terus menerus. Hal ini dilakukan untuk mengetahui jika produksi yang dilakukan petani
6
budidaya untuk satu unit KJA telah optimal maka secara tidak langsung akan menurunkan banyaknya jumlah unit KJA pada Waduk Cirata. 1.2 Perumusan Masalah Semakin banyaknya jumlah KJA di Waduk Cirata khususnya Desa Bobojong menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan waduk akibat endapan sisa pakan ikan yang menumpuk di dasar waduk. Hal tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi produktivitas perikanan budidaya KJA itu sendiri. Karakteristik petani budidaya KJA di perairan Waduk Cirata Desa Bobojong adalah petani tradisional. Pola usahatani yang dilakukan bersifat sederhana karena hanya berdasarkan pengalaman atau lama usaha dan feelling sehingga dapat mempengaruhi penggunaan input-input produksi yang dilakukan. Input pokok produksi yang digunakan pada usahatani budidaya KJA pembesaran ikan mas dan nila di Desa bobojong adalah pakan dan benih. Tenaga kerja yang digunakan masih tergolong sedikit. Adanya sistem KJA ganda bertujuan untuk menghemat penggunaan pakan dan secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan petani budidaya karena dengan penggunaan input produksi yang sama akan menghasilkan dua komoditas produksi sekaligus secara bersamaan. Hal ini menjadi peluang petani untuk terus menambah jumlah unit KJA karena memiliki peluang yang lebih besar untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan menghemat biaya produksi. Seiringan dengan hal tersebut terkesan bahwa sistem KJA ganda ini kurang tepat sasaran dengan tujuan yang secara tidak langsung untuk menjaga kelestarian waduk jika petani terus menambah jumlah unit KJA. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terlebih dahulu terhadap satu luasan unit KJA agar usahatani tersebut efisien. Berdasarkan penjelasan tersebut permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana struktur biaya dan pendapatan usahatani budidaya pembesaran ikan mas dan nila KJA ganda di Desa Bobojong? 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani budidaya pembesaran ikan mas dan nila KJA ganda di Desa Bobojong?
7
3. Bagaimana efisiensi produksi dan pendapatan budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda di Desa Bobojong. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian adalah mengetahui tingkat pendapatan dan efisiensi produksi budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda yang dilakukan petani budidaya di Desa Bobojong untuk satu unit KJA dalam satu tahun. Tujuan khusus berdasarkan perumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi struktur biaya dan pendapatan usahatani budidaya pembesaran ikan mas dan nila KJA ganda di Desa Bobojong; 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani budidaya pembesaran ikan mas dan nila KJA ganda di Desa Bobojong; 3. Menganalisis efisiensi produksi dan pendapatan budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda di Desa Bobojong. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Lokasi penelitian dilakukan pada perairan Waduk Cirata Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur. Stakeholder terkait yaitu DPPK Kabupaten Cianjur, BPWC dan BPBPPU Waduk Cirata Kabupaten Cianjur. Populasi penelitian adalah RTP budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur. Responden penelitian adalah kepala RTP pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda. Aspek yang dikaji adalah mencakup ketiga tujuan penelitian. Penelitian ini dilakukan terhadap satu unit KJA dalam satu tahun. Penelitian ini tidak membahas kelembagaan dan jalur pemasaran hasil produksi ikan pada budidaya KJA. Penelitian ini tidak membahas pengaruh faktor lingkungan atau teknis terhadap pendapatan. Penelitian ini fokus pada budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda. Analisis pendapatan dan produksi dilakukan secara ekonomi.
8
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Budidaya Perikanan pada Waduk Potensi lahan kolam yang dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan tercatat seluas 375 800 ha. Jenis-jenis komoditas ikan air tawar yang dapat dibudidayakan adalah ikan mas, gurame, patin, arwana, nila, mola, tawes, sepat siam. Intensitas pembudidayaan ikan umumnya ditingkatkan tahap demi tahap, dengan cara mula-mula meningkatkan padat penebaran dan ditingkatkan sebanding dengan input kuantitas dan kualitas hara diikuti oleh perbaikan kondisi lingkungan guna mengimbangi masalah-masalah yang timbul. Perkembangan pertumbuhan ikan yang dibudidayakan sangat ditentukan oleh mutu pakan yang tersedia, jumlah pakan, frekuensi pemberian pakan, temperatur, stabilitas mutu air dan minimum harian serta rata-tata keefektifan sistem pembuangan limbah. Berat rata-rata dan berat total dari setiap spesies yang dibudidayakan untuk jangka waktu tertentu tergantung pada komposisi gizi dari pakan, perubahan lingkungan, reproduksi, represi/penahanan, predasi/kebuasan, hama dan penyakit, mortalitas, komposisi, ukuran spesies ikan serta jumlahnya dalam spesies ditentukan (Fachturi 2002). 2.2 Pedoman Teknis Budidaya Ikan pada Keramba Jaring Apung Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan budidaya adalah pakan. Pakan yang berkualitas baik merupakan faktor penting penentu keberhasilan budidaya ikan secara intensif seperti dalam sistem KJA. Salah satu cara untuk menekan biaya pakan adalah dengan penggunaan pakan secara efisien baik dalam pemilihan jenis, jumlah, jadwal dan cara pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan dan kebiasaan ikan (Mokoginta 2005). Usaha budidaya ikan air tawar dengan menggunakan teknik KJA lebih efisien dari segi biaya daripada teknik tambak di kawasan teluk atau perairan tertutup yang sifatnya permanen dan rentan terhadap konflik kepemilikan lahan atau tanah. Selain bertujuan untuk mengurangi sisa pakan, KJA ganda dapat menghasilkan tambahan produksi ikan nila yang dipelihara pada jaring lapis luar sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. KJA dapat dibuat ukuran besar yaitu sekitar 98 m3/unit dan
9
ukuran kecil yaitu 1-10 m3/unit berbentuk persegi panjang. KJA dengan ukuran mini atau lebih kecil akan meningkatkan produksi ikan atau hasil panen. Ikan tidak banyak bergerak pada ruang yang sempit sehingga dapat menghemat energi yang diperoleh dari pakan. Energi yang ada pada ikan akan dimanfaatkan secara optimal untuk metabolisme tubuh sehingga ikan dapat lebih cepat besar. (Cahyono 2001). Budidaya KJA yang banyak dilakukan adalah budidaya pembesaran ikan mas dan nila. Ikan nila dengan ukuran kecil atau masih anakan memiliki daya tahan tubuh yang lebih kuat terhadap perubahan lingkungan dibandingkan dengan ikan nila yang lebih dewasa. Keadaan air dan lingkungan harus diperhatikan dalam budidaya KJA karena akan memperngaruhi pertumbuhan ikan tersebut. Kualitas air yang tidak baik akibat endapan lumpur dari hasil sisa pakan yang menumpuk menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat. Budidaya KJA dengan pemeliharaan sistem ekstensif atau tradisional tidak perlu diberi pakan tambahan. Selain itu, pada sistem ini petani menebar benih ikan dalam jumlah sedikit atau padat tebar yang rendah (Rochdianto 2003). Penggunaan jaring apung ganda sebenarnya lebih diperuntukkan pada ikan mas. Hal ini karena ikan mas yang dipelihara pada satu lapis jaring dengan ukuran 98 m2 dengan padat tebar 100 ekor/m3 dan menghasilkan produksi 20-25 kg/m2 serta konversi pakan 2-3% dari bobot tubuh ikan per hari ternyata terbukti bahwa sebanyak 30-40% pakan ikan yang diberikan terbuang. Oleh karena itu, dengan adanya sistem KJA ganda dengan memelihara ikan mas pada jaring lapis atas dan ikan nila pada jaring lapis bawah diharapkan ikan nila dapat memakan sisa taburan pakan yang terbuang pada lapis atas. Hal ini dapat meningkatkan produksi ikan di KJA (Badan Riset Kelautan dan Perikanan). Terdapat beberapa tahapan atau pedoman teknis budidaya KJA ganda khususnya pada pembesaran ikan mas dan nila, tahapan tersebut antara lain: 1. Penebaran Benih Padat penebaran benih ikan dalam suatu budidaya dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain; ukuran ikan yang ditebar, jenis ikannya, dan sistem budidaya yang akan diterapkan. Hingga saat ini belum ada ketentuan pasti ukuran kepadatan ideal untuk setiap jenis ikan yang dibudidayakan dalam kantong jaring
10
terapung. Para pakar perikanan telah mencoba menawarkan rumus untuk menentukan besarnya padat penebaran tersebut, sebagai berikut: PPI =
X BRT
Keterangan: PPI
= Padat Penebaran ikan (kg/m3)
BTP
= Berat Total Panen (kg/m3)
BRP
= Berat Rata-Rata Produksi Akhir (kg/ekor)
BRT
= Berat Rata-Rata Penebaran (kg/ekor) Misalkan kita menginginkan ikan yang akan kita panen kelak memiliki berat
rata-rata 0.5 kg/ekor, berat total saat panen 25 kg/m3, dan ikan yang akan kita tebarkan memiliki berat rata-rata 0.1 kg/ekor. Wadah budidaya yang digunakan berukuran 4m x 4m dan ketinggiannya 1.5 m, maka volume air dalam wadah ini berjumlah 24 m3. Berdasarkan angka padat penebaran yang diperoleh, jumlah ikan yang harus ditebarkan ke dalam wadah budidaya berukuran seperti di atas adalah 24 x 5 kg = 120 kg ikan. Cara yang biasanya diandalkan para petani untuk menentukan padat penebaran ikan yang ideal umumnya adalah pengalaman lapangan. Beberapa kali periode usaha yang mereka tekuni, akhirnya dapat diperoleh angka penebaran yang ideal sesuai dengan kondisi perairan setempat dan jenis ikan yang dibudidayakan. Berdasarkan penelitian terdahulu di beberapa lokasi, padat penebaran ikan yang biasa digunakan para petani berkisar antara 5-10 kg/m3 dengan ukuran awal ikan 50-100 gram/ekor. Ukuran ikan yang akan ditebar dengan ukuran mata jaring yang akan dijadikan wadah budidaya harus disesuaikan telebih dahulu agar ikan yang ditebarkan tidak keluar dari wadah. Penebaran ikan dengan ukuran 50-100 gram/ekor dengan ukuran mata jaring 2 inci dapat diandalkan mencegah lolosnya ikan dari wadah. Penebaran ikan dengan ukuran kurang dari 50 gram/ekor harus menggunakan mata jaring yang berukuran lebih kecil. Ukuran benih ikan pada penebaran awal biasanya memiliki ukuran yang seragam. Penebaran benih ikan sebaiknya dilakukan pada sore atau pagi hari saat kondisi perairan tidak terlalu panas. Hal ini dilakukan untuk menghindari ikan dari stress. Sebelum ikan ditebar, perlu dilakukan aklimitasi (penyesuaian kondisi
11
lingkungan) sekitar 5-10 menit. Caranya ialah ikan dalam kantong plastik (wadah pengangkutan) dibiarkan terapung dalam perairan sekitar 2-4 menit, kemudian secara bertahap air pada waduk sedikit demi sedikit dimasukkan ke dalam wadah pengangkutan. Setelah suhu air di wadah pengangkut telah sesuai, maka ikan-ikan yang ada di wadah pengangkutan biasanya akan keluar dengan sendirinya ke waduk atau perairan. 2. Pemberian Pakan Pakan ikan yang diberikan harus bergizi agar ikan cepat tumbuh besar selama pemeliharaan. Kandungan protein pada pakan ikan yang baik adalah di atas 20%. Pelet merupakan salah satu jenis pakan buatan ikan yang memiliki gizi tinggi. Ukuran pemberian pakan pelet pada bulan pertama pemeliharaan sebanyak 4% dari berat total ikan yang dipelihara dalam kantong jaring terapung. Bulan kedua, jumlah pelet dikurangi menjadi 3.5%. Bila budidaya ini dilakukan lebih dari dua bulan, maka jumlah pelet yang diberikan setiap hari adalah 3% dari berat total ikan pada bulan ketiga dan keempat. Kemudian pada bulan kelima pelet diberikan sebanyak 2.5%. Bulan-bulan berikutnya, pelet cukup diberikan sebanyak 2% agar kehilangan bobot ikan dapat dicegah, namun hal ini dapat disesuaikan dengan kondisi pada perairan atau waduk. Setiap 7-10 hari sekali diadakan sampling populasi ikan pada kolam. Hal ini dilakukan agar jumlah pakan yang diberikan dapat ditentukan. Misalnya jumlah populasi setiap kantong jaring sekitar 1 200 ekor. Sampling ikan yang dapat diambil dari kantong tersebut cukup sekitar 120 ekor saja. Ikan ini kemudian ditimbang satu per satu. Misalkan berat rata-rata 0.2 kg/ekor, berarti berat populasi ikan yang ada dalam kantong tersebut dapat dihitung. Caranya adalah berat rata-rata setiap ekor tersebut (0.2 kg) dikalikan dengan jumlah populasi ikan dalam kantong (1 200 ekor). Jadi jumlah ikan dalam kantong seberat 240 kg. Bila akan diberi pelet setiap hari sebanyak 3%, maka harus disediakan pelet sejumlah 3% x 240 kg, yaitu 7.2 kg/hari. Setiap hari, ikan yang dipelihara diberi pelet sebanyak tiga kali yaitu; pagi, siang, dan sore hari. Bila jumlah pakan yang diberikan setiap hari sejumlah 3%, maka porsi pemberian ikan itu dibagi tiga untuk pemberian pakan pada pagi, siang, dan sore hari. Masing-masing porsinya 1%. Pemberian pakan ini
12
hendaknya sedikit demi sedikit sesuai dengan nafsu makan ikan. Agar tidak hanyut terbuang, maka cara pemberian pakan sebaiknya disebarkan dibagian tengah kantong jaring. Selain pakan berupa pelet, pakan tambahan lainnya dapat juga diberikan sesuai jenis ikan yang dibudidayakan. Pakan tambahan yang dapat diberikan berupa dedak, tanaman air, dedaunan, dan sebagainya. 3. Pengontrolan Selain pemberian pakan, kegiatan lain yang tidak boleh diabaikan selama pemeliharaan ikan dalam kantong jaring terapung adalah pengontrolan. Pengontrolan dilakukan terhadap kualitas air, kesehatan ikan, keadaan wadah budidaya, serta keamanan lingkungan usaha. Secara berkala kualitas air pada perairan perlu kembali dikontrol dengan cara dianalisis dengan teliti. Air yang akan dianalisis hendaknya tidak diambil dari permukaan saja tetapi secara merata hingga kedalaman tertentu (dasar wadah budidaya). Kualitas air pada dasar wadah dengan kedalaman 2 m yang mulai menurun, perlu dilakukan tindakan pengamanan. Pengamanan yang dapat dilakukan antara lain; mengurangi populasi ikan, mengadakan sanitasi lingkungan, dan segera memanen ikan. Tindakan pengontrolan perlu ditingkatkan pada musim hujan. Hal ini karena pada musim hujan biasanya sering terjadi perubahan lingkungan perairan yang ekstrim yang dapat membahayakan kehidupan ikan. Pengontrolan dapat dilakukan dengan memperhatikan tingkah laku ikan. Ikan-ikan dengan tingkah laku aneh perlu
diambil
tindakan
dengan
mendiagnose
penyebabnya
dan
segera
menanggulanginya. Ikan-ikan tersebut perlu segera diangkat dan dimasukkan ke dalam wadah khusus untuk dilakukan pengobatan. Jaring harus selalu dibersihkan dari jasad penempel agar sirkulasi air dalam kantong jaring terapung senantiasa lancar. Begitu juga halnya dengan sampah yang hanyut ke arah unit budidaya itu harus segera disingkirkan karena dapat mengundang datangnya hama dan penyakit. Malam hari pengontrolan tetap harus dilakukan. 4. Cara Pemanenan Pemanenan ikan dalam suatu budidaya dapat dilakukan dengan dua cara: panen selektif dan panen total. Panen selektif dilakukan dengan cara hanya ikanikan berukuran besar yang dikehendaki saja yang ditangkap sedangkan ikan-ikan yang masih dianggap berukuran kecil dibiarkan untuk dipelihara lebih lanjut
13
dalam kantong jaring terapung. Panen total merupakan kebalikan dari panen selektif. Ikan yang dipanen dengan sistem panen total tidak dipanen berdasarkan ukuran ikan. Pemanenan ikan secara total biasanya dilakukan dengan cara ruang gerak ikan di dalam kantong jaring dipersempit. Hal ini dapat dilakukan dengan cara salah satu sisi kantong jaring dengan sisi lainnya dirapatkan. Tali ris pada kedua sudut jaring bagian atas yang akan dirapatkan harus dibuka terlebih dahulu. Cara ini membuat ikan-ikan yang akan ditangkap tergiring dan terkumpul pada satu tempat sehingga mudah dipanen. Ikan-ikan yang sudah terkumpul itu kemudian dipanen dengan serok yang bertangkai panjang (Rochdianto 2003). 2.3 Karakteristik Ikan Mas Ikan mas merupakan salah satu jenis ikan konsumsi air tawar. Ikan mas mulai dipelihara di Indonesia sekitar tahun 1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan ikan mas yang berasal dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Budidaya ikan mas telah berkembang pesat di kolam, sawah, waduk, sungai air deras, bahkan ada yang dipelihara dalam keramba di perairan umum. Adapun sentra produksi ikan mas adalah Ciamis, Sukabumi, Tasikmalaya, Bogor, Garut, Bandung, Cianjur, Purwakarta. Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian antara 150-1000 mdpl. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mas harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahanbahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik (Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). 2.4 Karakteristik Ikan Nila Ikan nila merupakan spesies yang berasal dari kawasan Sungai Nil dan danau-danau sekitarnya di Afrika. Ikan nila banyak dibudidayakan pada air tawar. Ikan nila tidak dapat hidup dengan baik pada wilayah dengan iklim dingin. Tekstur daging ikan nila memiliki ciri tidak ada duri kecil dalam dagingnya. Ikan nila yang dipelihara di tambak apabila dikonsumsi dagingya akan terasa lebih kenyal, dan rasanya lebih gurih, serta tidak berbau lumpur. Bibit Nila didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Peneliti perikanan Air Tawar (Balitkanwar) dari Taiwan pada tahun 1969. Ikan nila dapat memanfaatkan plankton dan
14
perifiton, serta dapat mencerna Blue Green Algae. Ikan nila umumnya matang kelamin mulai umur 5-6 bulan. Ukuran matang kelamin berkisar 30-350 g. Nila menpunyai pertumbuhan cepat, rataan pertumbuhan harian (Average Daily Growth-ADG) dapat mencapai 4,1 gram/hari. Ikan nila mempunyai sifat omnivora (pemakan nabati maupun hewani) sehingga dapat menghemat biaya pakan ikan dalam usahatani budidaya. Pembesaran ikan nila dapat dilakukan di Keramba Jaring Apung (KJA), kolam, kolam air deras, perairan umun baik sungai, danau maupun waduk dan tambak (Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah). 2.5 Penelitian Terdahulu Analisis Pendapatan dan Tingkat Produksi Optimal Usahatani Pisang Dengan Penerapan Standar Prosedur Operasional (SPO) (Studi Kasus Budidaya Pisang di Desa Talaga Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur) oleh Dwiyanti Nur Shifa. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui keuntungan dan layaknya usahatani pisang dengan penerapan SPO. Metode yang digunakan adalah return cost rasio dan pendekatan fungsi pendapatan. Produksi optimal dicapai saat P = MC sehingga diperoleh sebesar 30 662.41 kg/tahun dan keuntungan maksimal dicapai sebesar Rp 34 680 492/tahun. Analisis Ekonomi Usahatani Wortel dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan (Studi Kasus Desa Gajah Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo) oleh Ria Aswita Pohan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui keuntungan usahatani tersebut, analisis faktor-faktor pendapatan usahatani, mengetahui besaranya pendapatan bersih usahatani tersebut. Hasil yang diperoleh adalah usahatani tersebut menguntungkan karena nilai R/C sebesar 2.58, faktorfaktor-faktor produksi serempak berpengaruh nyata terhadap pendapatan, pendapatan bersih usahatani lebih besar dari Upah Minimum Propinsi (UMP). Analisis Efisiensi Usaha Budidaya Ikan Mas Dalam Keramba Jaring Apung di Waduk Cirata Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat oleh Andi Manalu. Tujuan penelitian ini adalah analisis faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap hasil produksi ikan mas, analisis elastisitas produksi, alokasi penggunaan input produksi optimum, analisis tingkat pendapatan. Hasil dari penelitian adalah faktor-faktor produksi secara serempak berengaruh nyata
15
terhadap produksi, produksi yang dihasilkan belum efisien, tingkat pendapatan optimal sebesar Rp 6 290 262. Analisis Usaha Perikanan Budidaya Perairan Waduk Dengan Jaring Apung Kasus Waduk Cirata Kabupaten Cianjur Jawa Barat oleh Dandan Hendayana. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi perbedaan keragaan usaha antara sebelum dan sesudah krisis dengan menggunakan alat ukur benefit cost analisis yang menghitung komponen finansial, menjelaskan keragaan usaha KJA dilihat dari kelayakan usaha berdasarkan analisis finansial anta sebelum krisis dan sesudahnya, menelusuri gambaran usaha berdasarkan hubungan fungsional antara kegiatan produksi dengan kegiatan pengadaan sarana produksi serta kegitan pemasaran hasil jaring apung sebagai sistem usaha yang berwawasan agribisnis. Hasil dari penelitian adalah berdasarkan nilai NPV dengan diskon faktor 20% menghasilkan nilai NPV yang positif sehingga dengan adanya krisis ini secara finansial usaha ini tidak mengalami tampilan perubahan yang merugikan, sistem pemasaran pakan yang selama ini terjadi tidak efisien. Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah banyak dilakukan, terdapat perbedaan pada penelitian yang dilakukan saat ini. Perbedaan tersebut terletak pada lokasi dan bahasan penelitian. Penelitian yang akan dilakukan adalah mengidentifikasi struktur biaya dan pendapatan usahatani budidaya, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani budidaya, serta menganalisis efisiensi produksi dan pendapatan usahatani budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda. Metode yang digunakan adalah rumus pendapatan, analisis regresi linier berganda, dan metode MR = MC. Efisiensi pendapatan diperoleh dengan melakukan rasio antara penerimaan dan biaya.
16
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Produksi dan Pendapatan Usahatani Prinsip ekonomi dalam proses produksi merupakan hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan hasil produksi yang diperoleh. Hubungan ini disebut dengan hubungan antara input dengan output. Selain itu, dalam menghasilkan suatu produk dapat pula dipengaruhi oleh produk lain. Input produksi yang digunakan dalam proses produksi berhubungan antara input yang satu dengan yang lain. Ilmu ekonomi perlu diperhatikan karena merupakan dasar untuk perncanaan usahatani dan pemilihan alternatif usahatani. Selain itu, pada usahatani adapula konsep marjinalitas. Marjinalitas atau tambahan dapat menjelaskan besarnya perubahan dari perubahan penambahan atau pengurangan satu-satuan input produksi yang digunakan. Prinsip ekonomi ini dapat diterapkan karena dapat menjelaskan hubungan-hubungan yang dapat menyelesaikan masalah tentang perubahan dalam proses produksi dan profitabilitas dalam usahatani (Suratiyah 2008). Pendapatan kotor usahatani adalah nilai dari hasil perolehan keseluruhan sumberdaya yang digunakan dalam usahatani. Pengeluaran dalam usahatani adalah pengeluaran yang bersifat tunai dan non tunai. Usahatani yang menggunakan alat-alat pertanian maka perhitungannya perlu dilakukan sebagai penyusutan dan termasuk ke dalam pengeluaran. Penyusutan merupakan penurunan nilai atau manfaat dari kegunaan alat-alat pertanian tersebut selama pemakaian dalam usahatani. Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih antara pendapatan kotor dengan pengeluaran total usahatani. Pendapatan bersih usahatani ini digunakan untuk mengukur hasil keuntungan (imbalan) yang diperoleh petani dari pengggunaan faktor-faktor produksi, pengelolaan serta investasi yang dikeluarkan (Suratiyah 2008). 3.1.2 Konsep Biaya Usahatani Biaya usahatani terdiri dari biaya tetap dan variabel baik yang bersifat tunai maupun non tunai. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang jumlahnya tidak
17
berubah ketika kuantitas output berubah. Biaya ini akan tetap ada walaupun perusahaan tidak melakukan produksi. Salah satu contoh biaya tetap adalah penyusutan mesin-mesin atau alat produksi yang dipakai. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlahnya berubah ketika jumlah barang yang diproduksi berubah. Salah satu contohnya adalah biaya pembelian bahan mentah atau bahan dasar yang digunakan untuk produksi. Biaya total (total cost) adalah seluruh biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membeli berbagai input untuk keperluan produksi. Biaya total dihitung dari jumlah biaya tetap dan biaya variabel. Biaya marjinal (marginal cost) adalah biaya tambahan yang dikeluarkan karena adanya perubahan jumlah barang yang diproduksi. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan petani secara tunai, contohnya biaya untuk pembelian input, upah tenaga kerja dari luar keluarga, dan lain-lain. Biaya non tunai adalah biaya yang diperhitungkan untuk menghitung pengeluaran petani jika modal, sewa lahan, tenaga kerja dalam keluarga, biaya benih milik sendiri diperhitungkan. Fungsi biaya menggambarkan hubungan antara besarnya biaya dengan tingkat produksi yang digambarkan dengan garis Total Cost (TC) (Suratiyah 2008). Biaya usahatani secara langsung dapat dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja dalam keluarga. Biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja luar keluarga akan lebih sedikit jika menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Selain biaya untuk tenaga kerja, modal dalam usahatani juga mempengaruhi kelancaran usahatani. Usahatani yang bersifat padat modal akan memerlukan biaya yang lebih banyak dalam proses produksinya (Soekartawi 2002). 3.1.3 Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Penerimaan usahatani adalah hasil dari perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Rumus untuk penerimaan adalah penerimaan = jumlah produksi (y) x harga per satuan (py) (Soekartawi 2002). Penerimaan dalam usahatani ada yang bersifat tunai dan non tunai. Penerimaan tunai usahatani merupakan nilai berupa uang yang diterima oleh petani sebagai hasil penjualan dari produksi yang diperoleh. Penerimaan tunai usahatani tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani. Nilai produk usahatani yang dikonsumsi tidak dihitung sebagai penerimaan tunai usahatani. Penerimaan non tunai adalah penerimaan yang diperoleh petani sebagai hasil produksi
18
usahataninya yang tidak dijual atau untuk konsumsi kebutuhan sehari-hari. Pendapatan adalah selisih dari penerimaan dan pengeluaran. Pendapatan bersih usahatani digunakan untuk mengukur imbangan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani (Soekartawi 2011). 3.1.4 Faktor-Faktor dan Unsur Usahatani Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan sangat kompleks, namun demikian faktor tersebut dapat dibagi ke dalam dua golongan antara lain; faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari: umur petani, pendidikan, pengalaman, jumlah tenaga kerja keluarga, dan modal. Faktor eksternal terdiri dari: input yaitu ketersediaan dan harga, output yaitu permintaan dan harga. Tenaga kerja dalam usahatani dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Jumlah pekerja produktif merupakan satuan kerja yang diperlukan untuk mengukur efisiensi. Usia 15 sampai 64 tahun adalah usia produktif yang dapat digunakan sebagai tenaga kerja. Satuan untuk tenaga kerja perlu disetarakan menjadi Hari Orang Kerja (HOK) dalam usahatani (Suratiyah 2008). Salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pendapatan adalah harga. Terjadinya kelangkaan akan meningkatkan harga input produksi dipasaran. Hal ini menyebabkan harga ditingkat petani juga meningkat sehingga pendapatan petani akan menurun. Selain itu, usahatani juga dipengaruhi oleh faktor alam. Faktor alam atau iklim sangat menentukan keberhasilan suatu usahatani dalam melakukan usaha budidaya. Iklim atau cuaca yang stabil akan meningkatkan produktivitas komoditas yang diusahakan. Unsur-unsur dalam usahatani terdapat banyak jenis diantaranya: penerimaan, biaya produksi dan pendapatan petani (Suratiyah 2008). 3.1.5 Konsep Efisiensi Produksi Usaha budidaya polikultur dengan menebar beberapa jenis ikan pada kolam yang sama dapat meningkatkan daya dukung kolam karena kolam menjadi lebih produktif. Kolam air tawar biasanya memproduksi berbagai jenis organisme untuk
19
makanan ikan di setiap lapisan air. Oleh karena itu, ikan yang menggunakan pakan yang tidak bersaing akan mempunyai ruang untuk mencari makan lain yang tersedia sehingga produksi lebih efektif. Kombinasi dari jenis ikan dan padat tebarnya tergantung pada cocoknya jenis ikan tersebut satu sama lain. Semakin banyaknya jumlah ikan yang hidup dan bertambahnya laju pertumbuhan merupakan faktor penting dalam meningkatkan produksi. (Cahyono 2001). Keuntungan maksimal menggambarkan efisiensi produksi telah tercapai. Rumus pendapatan dapat dituliskan sebagai berikut: π = TR –TC π = Py.Y – (TVC + TFC) π = Py.Y – Px X - TFC keterangan: = keuntungan (rupiah) Y
= Total Produksi (kg)
Py
= Harga/unit Y (rupiah)
Px
= Harga/unit X (rupiah)
X
= Jumlah input (kg)
TFC
= Total Biaya Tetap (rupiah)
TVC
= Total Biaya Variabel (rupiah) (Soekartawi 2002).
Syarat π maksimum pada jangka pendek adalah Π’ = 0
MR = MC atau P = MC MR = MC merupakan kondisi keseimbangan pasar persaingan sempurna (Debertin 1986). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.
20
Rp
TC VC
FC Y Rp
π maksimal
Y
Rp
P
MC
ATC AVC
P = MR MR=MC
Y
Sumber: Debertin 1986
Gambar 2 Kurva hubungan antara fungsi biaya dan keuntungan Efisiensi produksi dengan menghasilkan dua komoditas output yaitu ikan mas dan nila dapat diperoleh dengan menggunakan pendekatan fungsi biaya. Hal ini dapat terlihat pada Gambar 2. Kurva satu menunjukkan fungsi biaya yang digunakan. Efisiensi produksi dicapai ketika total biaya minimum. Pada saat itu karena biaya yang dikeluarkan petani minimal maka akan meningkatkan pendapatan petani sampai batas maksimal. Keuntungan maksimal yang diperoleh ketika biaya minimal ditunjukkan oleh kurva dua. Kondisi ini secara tidak langsung menjelaskan bahwa petani telah berada pada produksi yang efisien.
21
Syarat keuntungan maksimal yang dapat diperoleh yaitu ketika
. Hasil
turunan dari rumus pendekatan tersebut menghasilkan rumus MR = MC yang menunjukkan keuntungan maksimal. Hal tersebut dapat terlihat pada kurva 3. 3.1.6 Efisiensi Pendapatan Usahatani Efisiensi pendapatan usahatani memberikan batas layak dan tidaknya suatu usahatani dilaksanakan. Perhitungan efisiensinya menggunakan biaya dalam usahatani dianalisis melalui imbangan antara penerimaan total dengan biaya total yang disebut Return and Cost Ratio (R/C ratio). Metode ini mengandung arti bahwa tingkat efisiensi usahatani diukur atas dasar keuntungan. Secara teoritis dengan rasio R/C =1 artinya tidak untung dan tidak pula rugi sedangkan nilai R/C > 1 usahatani menguntungkan (Soekartawi 2002). 3.2 Kerangka Operasional Waduk Cirata memiliki fungsi sebagai sumber Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), perikanan, dan pariwisata. Fungsi utama waduk tersebut adalah sebagai sumber PLTA namun perikanan juga banyak terdapat pada Waduk Cirata dan menjadi penting karena berkontribusi nyata terhadap perikanan nasional. Produksi perikanan di Waduk Cirata dilakukan dengan budidaya KJA ganda. Salah satu wilayah perairan di Waduk Cirata yang terdapat cukup banyak jumlah KJA adalah Desa Bobojong. Budidaya KJA ganda ini selain dapat meningkatkan produksi ikan mas dan nila juga dapat mengurangi dampak kerusakan lingkungan waduk akibat sedimentasi yang ditimbulkan dari pengendapan sisa pakan. Petani budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda khususnya di Desa Bobojong melakukan proses produksi dengan tujuan untuk menghasilkan pendapatan yang maksimal. Oleh karena itu, penelitian ini membahas tentang identifikasi struktur biaya dan pendapatan yang dihasilkan dari budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA tersebut. Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani dengan menggunakan regresi linear berganda. Selain itu, dilakukan pula analisis optimalisasi produksi yang dihasilkan saat kondisi keuntungan maksimal serta pengggunaan input produksi yang optimal. Hal ini dilakukan untuk mengetahui efisiensi produksi yang telah
22
dilakukan petani. Selanjutnya dilakukan analisis efisiensi pendapatan usahatani untuk mengetahui tingkat kelayakan usahatani terssebut. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan ingin merekomendasikan kepada petani agar memperhatikan sistem usahataninya dengan tujuan diharapkan petani dapat mengoptimalkan produksi pada satu unit KJA. Budidaya Cirata
KJA
di
Waduk
Budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda di Desa Bobojong
Semakin terus bertambahnya jumlah unit KJA
Penggunaan lahan KJA
Produksi dan pendapatan pembesaran ikan mas dan nila KJA ganda oleh petani budidaya
struktur biaya dan pendapatan usahatani, Perhitungan pendapatan dengan rumus pendapatan yaitu π = TR - TC
faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani, Analisis regresi linear berganda
Daya dukung lingkungan Waduk Cirata
Efisiensi produksi dan pendapatan usahatani, Analisis efisiensi produksi dengan metode MR = MC, efisiensi pendapatan dengan metode R/C
Rekomendasi
Keterangan gambar : alur berpikir
batasan penelitian:
Gambar 3 Bagan kerangka berpikir operasional
23
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitan ini dilakukan di zona perairan Waduk Cirata wilayah Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur. Wilayah ini dipilih berdasarkan banyaknya jumlah RTP yang melakukan budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2013. 4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section yaitu dengan mengumpulkan data pada satu titik waktu tertentu. Sumber data penelitian diperoleh dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara secara langsung kepada responden melalui kuesioner yaitu petani budidaya KJA. Adapun data primer yang dibutuhkan pada penelitian ini antara lain: karakteristik usahatani dan petani budidaya KJA, struktur biaya, penerimaan, dan penggunaan input produksi yang digunakan pada usahatani budidaya KJA ganda tersebut. Data sekunder diperoleh dari DPPK Kabupaten Cianjur, BPWC, BPBPPU Waduk Cirata Kabupaten Cianjur. Data sekunder digunakan untuk melengkapi data dari pihak terkait yang mendukung penelitian. Selain itu, referensi dan sumber informasi yang digunakan dalam menyusun penelitian ini melalui skripsi terdahulu yang relevan, tesis, buku, jaringan internet, dan jurnal terkait. 4.3 Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel merupakan bagian dari penelitian dalam menentukan cara untuk mengambil sejumlah responden sebagai sampel dari suatu populasi. Tujuan dari penarikan sampling adalah mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian namun peneliti harus memperoleh jumlah responden yang memenuhi kriteria dan representatif agar data yang diperoleh akurat. Salah satu jenis populasi adalah populasi yang bersifat homogen. Populasi yang bersifat
24
homogen biasanya berada pada wilayah perairan. Karakter khusus dari populasi homogen terletak pada tidak adanya perbedaan pola dari hasil tes setelah melakukan wawancara kepada seluruh responden namun data yang dihasilkan tetap beragam, hanya pola saja yang sama antar petani (Bungin 2005). Sampel merupakan sebagian data yang diambil dalam suatu populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah petani budidaya KJA ganda di Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur. Penentuan lokasi dan objek penelitian
dipilih
dengan
menggunakan
metode
purposive
sedangkan
pengumpulan data responden dilakukan dengan metode accidental. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 30 responden yaitu petani budidaya KJA ganda yang melakukan budidaya pembesaran ikan mas dan nila di desa tersebut. Sampel ini diambil berdasarkan jumlah data sebaran normal statistik dan bersifat homogen. Sistem budidaya yeng terdapat di lokasi penelitian bersifat homogen dalam hal penggunaan ukuran luas unit KJA yang sama pada setiap petani sehingga dengan jumlah tersebut dapat mewakili jumlah responden pada penelitian. Penentuan responden pada penelitian ini berdasarkan informasi yang diberikan oleh Kepala BPBPPU kemudian wakil BPBPPU dan selanjutnya kepada pendamping sehingga dilakukan pendataan terhadap responden yaitu sebanyak 30 responden. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Alat analisis yang digunakan untuk menghitung dan mengolah data yaitu dengan menggunakan software SPSS 16 dan microsof excell 2007. Data yang telah diperoleh akan dianalisis sesuai dengan metode yang digunakan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan rumus pendapatan yaitu π = TR –TC untuk menghitung pendapatan dari struktur biaya yang digunakan, analisis regresi linear berganda untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani budidaya, metode MR = MC untuk menganalisis optimalisasi produksi saat keuntungan maksimal serta optimalisasi input produksi. Metode imbangan penerimaan dan biaya untuk melihat rasio yang menggambarkan efisiensi pendapatan petani budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA di Desa Bobojong Waduk Cirata.
25
4.4.1 Identifikasi Struktur Biaya dan Pendapatan Usahatani Budidaya Pembesaran Ikan Mas dan Nila Pada KJA Ganda di Desa Bobojong Biaya-biaya usahatani yang dikeluarkan petani budidaya KJA pembesaran ikan mas dan nila di Desa Bobojong meliputi biaya tetap dan variabel yang bersifat tunai dan non tunai. Struktur biaya dari usahatani ini dapat lilihat dari Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5 Struktur biaya usahatani budidaya KJA pembesaran ikan mas dan nila di Desa Bobojong Jenis biaya
Komponen biaya
Biaya tetap bersifat tunai
Biaya tetap bersifat (diperhitungkan)
- Pajak atas kepemilikan lahan atau unit KJA - biaya keamanan (ronda) untuk unit KJA non
Biaya variabel bersifat tunai
Biaya variabel (diperhitungkan)
bersifat
non
tunai -
Biaya penyusutan kontrusi KJA meliputi: bahan jaring, drum plastik, drum besi, bambu kecil, bambu besar, kayu kaso, busa, besi, tambang jaring, tambang jangkar, rumah jaga.
-
Biaya benih ikan mas Biaya benih ikan nila Biaya pakan ikan Biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK)
tunai -
Biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK)
Sumber: Data Primer (2013)
Biaya tetap tunai yaitu pajak untuk penggunaan lahan KJA dan iuran untuk ronda. Biaya tetap non tunai atau diperhitungkan yang dikeluarkan oleh petani budidaya adalah biaya penyusutan kontruksi KJA. Biaya variabel tunai yaitu biaya benih ikan mas dan nila, biaya pakan ikan, dan biaya TKLK. Biaya variabel non tunai atau diperhitungkan adalah biaya TKDK. Penerimaan atau nilai produksi yang diperoleh dari usahatani budidaya KJA yang dilakukan petani budidaya di Desa Bobojong adalah hasil penerimaan dari produksi ikan mas dan nila. Rata-rata penerimaan dari produksi ikan mas yang diperoleh selama satu tahun untuk satu unit KJA adalah empat kali periode masa panen dan rata-rata penerimaan dari produksi ikan nila dalam satu tahun untuk satu unit KJA adalah dua kali periode masa panen. Pendapatan atas biaya total yang diperoleh petani
26
budidaya KJA pembesaran ikan mas dan nila di Desa Bobojong merupakan hasil dari total penerimaan produksi ikan mas dan nila dikurangi dengan total keseluruhan biaya baik tunai maupun non tunai. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari hasil produksi ikan mas dan nila dikurangi dengan seluruh biaya yang bersifat tunai baik tetap maupun variabel. Hal ini karena penggunaan biaya yang dikeluarkan oleh petani secara bersama-sama untuk menghasilkan dua komoditas hasil produksi yaitu ikan mas dan nila untuk satu unit KJA dalam satu tahun. 4.4.2 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Budidaya Model pendugaan fungsi pendapatan dengan regresi linear berganda adalah sebagai berikut: Pendapatan
= b0+ b1JPIM +b2JPIN +b3BBM +b4HBN +b5HPM +b6TK +
keterangan: Pendapatan
= pendapatan petani budidaya KJA ganda (rupiah/unit/tahun)
b0
= intersep
b1...b7
= koefisien atau nilai penduga
JPIM
= jumlah produksi ikan mas (kg/unit/tahun)
JPIN
= jumlah produksi ikan nila (kg/unit/tahun)
BBM
= biaya benih ikan mas (rupiah/unit/tahun)
HBN
= harga benih ikan nila (rupiah/kg)
HPM
= harga pakan ikan mas (rupiah/kg)
TK
= tenaga kerja (HOK) = galat atau error Fungsi pendapatan ini digunakan untuk mengetahui variabel-variabel yang
berpengaruh terhadap pendapatan petani budidaya. Pendapatan diperoleh dari hasil pengurangan penerimaan dengan biaya. Fungsi pendapatan ini dinyatakan dalam satuan waktu satu tahun dan dihitung dengan menggunakan data satu unit KJA. Satuan untuk tenaga kerja adalah HOK yaitu Hari Orang Kerja. Tenaga kerja yang digunakan pada usaha budidaya ini adalah pria. Harga benih ikan nila
27
dan harga pakan ikan mas dimasukkan ke dalam variabel karena perubahan harga pada input produksi yang digunakan akan mempengaruhi pendapatan petani budidaya begitupula pada biaya benih ikan mas dan lama usaha. Setelah hasil regresi pada model diperoleh, maka selanjutnya dilakukan tahap pengujian terhadap beberapa kriteria antara lain: 1. Kriteria Statistik a. Uji R2 (Koefisien Determinasi) Menurut Gujarati (2007b), R2 menyatakan persentase dari total variabel Y (dependent) yang dijelaskan oleh variabel X (independent) dalam model regresi atau mengukur kecocokan dari suatu garis regresi. Nilai R2 dapat dihitung dengan rumus :
keterangan: = Koefisien Determinasi R2 JKR = Jumlah Kuadrat Regresi JKT = Jumlah Kuadrat Total b. Uji F Uji F dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel independent secara keseluruhan dan bersama-sama mempengaruhi variabel dependent. Hipotesis yang digunakan adalah : Ho : b1=b2=bn=0, variabel bebas (independent) serempak tidak berpangaruh nyata terhadap variabel terikat (dependent) H1 : minimal terdapat satu b1≠0, variabel bebas (independent) serempak berpangaruh nyata terhadap variabel terikat (dependent) Pengambilan keputusan yang dilakukan adalah: Jika nilai signifikan pada uji F > α, maka Ho dapat diterima artinya faktor pendapatan serempak tidak berpangaruh nyata terhadap pendapatan. Jika nilai signifikan pada uji F < α, maka tolak Ho artinya faktor pendapatan secara serempak berpangaruh nyata terhadap pendapatan (Juanda 2009).
28
c. Uji Statistik T Uji T dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel independent secara individu terhadap variabel dependent dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut: Ho : bi = 0 maka variabel bebas (independent) tidak berpengaruh nyata pada variabel terikat (dependent) H1 : bi ≠ 0 maka variabel bebas (independent) berpengaruh nyata dan positif pada variabel terikat (dependent). Pengambilan keputusan yang dilakukan adalah: Jika nilai signifikan pada uji t > α maka terima H0 Jika nilai signifikan pada uji t < α maka tolak H0 (Juanda 2009). 2. Kriteria Ekonometrika Pengujian ekonometrika yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat jenis pengujian yang harus terpenuhi. Uji tersebut antara lain: a. Uji normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data menyebar normal secara statistik. Uji ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS 16 dengan menentukan nilai Asymp.sig 2 tailed pada uji sampel Kolmogorov-Smirnov. Uji one sample Kolmogorov–Smirnov digunakan untuk mengetahui seberapa baik sebuah sampel random data mendekati distribusi normal. Hipotesis yang digunakan adalah: H0: asymp sig = 0 data menyebar normal H1: asymp sig ≠ 0 data tidak menyebar normal Keputusan yang diambil adalah: Asymp.sig 2 tailed > α maka terima H0 Asymp.sig 2 tailed < α maka tolak H0 b. Uji multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui korelasi antara variabelvariabel independent pada model. Hasil dari uji multikolinearitas yang dilakukan dapat dilihat dari nilai VIF yang diperoleh. Syarat terpenuhinya asumsi klasik
29
pada uji multikolinearitaas adalah nilai VIF yang dihasilkan dari setiap variabel bebas harus kurang dari 10. c. Uji heteroskedastisitas Asumsi klasik yang digunakan pada uji heteroskedastisitas ini adalah model dapat dikatakan layak dan memenuhi asumsi klasik jika data yang digunakan tidak terjadi heteroskedastisitas artinya ragam kesalahan atau galat varian pada data konstan. Penelitian ini menggunakan uji glejser untuk menentukan ada tidaknya heteroskedastisitas pada model. Uji glejser dilakukan dengan meregresikan nilai absolut residual terhadap variabel independent ( Gujarati 2007): Hipotesis yang digunakan adalah: H0: homogen H1: heteroskedastisitas Pengambilan keputusan uji ini adalah: Jika Nilai probabilitas (p-value) < α, maka tolak H0 Jika Nilai probabilitas (p-value) > α, maka terima H0 d. Uji autokorelasi Uji ini sebenarnya tidak perlu digunakan pada penelitian yang menggunakan data cross section karena tujuan dilakukannya uji autokorerasi adalah untuk mendeteksi terjadi atau tidaknya korelasi variabel independent terhadap error namun peneliti boleh melakukannya. Cara mendeteksi ada tidaknya autokorelasi yaitu dengan uji Durbin Watson (DW). Kriteria uji autokorelasi dapat ditentukan oleh keputusan sebagai berikut: Tabel 6 Selang nilai statistik Durbin Watson dan keputusannya Hipotesis nol
Keputusan
tidak ada autokorelasi positif
Tolak
tidak ada autokorelasi positif
tidak ada keputusan
dl ≤ dw ≤ du
tidak ada autokorelasi negatif
Tolak
4-dl < dw <4
tidak ada autokorelasi negatif
tidak ada keputusan
tidak ada autokorelasi positif dan negatif
jangan tolak
Sumber : Gujarati 2007b
Jika 0 < dw < dl
4-du ≤ dw ≤ 4-dl dl < dw < 4-du
30
4.4.3 Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Budidaya Pebesaran Ikan Mas dan Nila Pada KJA di Desa Bobojong Efisiensi produksi dapat tercapai ketika keuntungan maksimal ketika MR = MC. Efisiensi pendapatan diperoleh dengan melakukan rasio antara penerimaan dan biaya. Efisiensi produksi dan efisiensi pendapatan dapat dilakukan dengan metode perhitungan sebagai berikut. 1. Efisiensi Produksi dengan Pendekatan Fungsi Biaya Sebelum melakukan penurunan rumus pendapatan, dalam metode pendekatan fungsi biaya perlu ditentukan terlebih dahulu fungsi total biaya (TC) yang digunakan. Fungsi total biaya diperoleh dari hubungan antara total biaya yang digunakan dengan produksi ikan mas dan nila yang telah dikonversi. Produksi ikan nila dikonversi ke dalam produksi ikan mas. Hal ini dilakukan karena untuk menggambarkan dua produksi komoditas sekaligus dalam satu kurva pada garis sumbu x. Sumbu Y pada kurva berupa TC. Hal ini dapat terlihat pada Gambar 4. TC
Fungsi TC yang diperoleh
Y
Gambar 4 Kurva fungsi Total biaya (TC) pada budidaya KJA ganda pembesaran ikan mas dan nila
Keuntungan maksimal diperoleh ketika P = MR = MC seperti kurva yang telah disajikan pada Gambar 2 pada bab sebelumnya. Penurunan rumus pendapatan dapat dilakukan sebagai berikut:
Syarat keuntungan maksimum pada jangka pendek
31
MR = MC atau P = MC Marginal Reveneu (MR) merupakan turunan dari fungsi TR terhadap Y yaitu sama dengan harga dari output yang dihasilkan. Marginal Cost (MC) merupakan turunan dari fungsi biaya terhadap Y. Kondisi ini menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh petani akan maksimal karena tambahan biaya produksi yang dikeluarkan petani seimbang atau sama dengan tambahan penerimaan yang dihasilkan petani. Berdasarkan rumus P = MC maka diperoleh nilai Y optimal yaitu nilai dari produksi gabungan kedua komoditas ikan mas dan nila. Untuk memperoleh produksi optimal dari masing-masing komoditas ikan mas dan nila maka dilakukan substitusi pada fungsi P = MC yang telah diperoleh. Ketika produksi dari masing-masing output telah diperoleh selanjutnya dengan melakukan substitusi menggunakan rumus pendapatan saat produksi optimal maka diperoleh keuntungan maksimal. Setelah itu, dilakukan substitusi kembali dengan menggunakan rumus pendapatan saat produksi optimal dan keuntungan maksimal sehingga diperoleh input-input produksi yang optimal. Hal ini dapat menjelaskan bahwa produksi telah efisien. 2. Efisiensi Pendapatan Usahatani dengan Metode R/C Pendapatan dalam usahatani dihitung melalui beberapa pendekatan. Salah satu pendekatan untuk menganalisis biaya dan pendapatan adalah dengan cara pendekatan nominal. Pendekatan nominal adalah pendekatan analisis biaya dan pendapatan yang tidak memperhitungkan nilai uang menurut waktu. Ukuran perhitungan yang digunakan pada pendekatan ini adalah harga yang berlaku. Perhitungan pendapatan dengan pendekatan ini dapat langsung dilakukan dengan menghitung selisih penerimaan produksi yang diterima dengan biaya yang dikeluaran pada proses produksi. Pendapatan yang diperolah petani budidaya KJA perlu dilakukan pengukuran terhadap tingkat efisiensinya karena pendapatan yang efisien secara tidak langsung menggambarkan manfaat yang dihasilkan dari usahatani yang dilakukan. Pengukuran efisiensi pendapatan petani budidaya KJA pembesaran
32
ikan mas dan nila dapat dilakukan dengan menggunakan ukuran imbangan atara penerimaan dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Efisiensi pendapatan dilakukan pada pendapatan tunai dan pendapatan total. Secara matematis R/C dapat dirumuskan sebagai berikut: R/C atas biaya tunai = R/C atas biaya total =
(Suratiyah 2008).
33
V GAMBARAN UMUM 5.1 Letak dan Kondisi Waduk Cirata Waduk Cirata terletak pada tiga wilayah kabupaten yaitu Bandung Barat, Purwakarta, dan Cianjur namun sebagian besar wilayahnya masuk ke dalam Kabupaten Cianjur yaitu sebesar 60% dari luas waduk keseluruhan. Luas Waduk Cirata secara keseluruhan termasuk daratan adalah 7 111 ha dan luas genangan seluas 6 200 ha (DPPK Kabupaten Cianjur). Usahatani budidaya KJA banyak dilakukan pada perairan Waduk Cirata wilayah Kabupaten Cianjur khususnya Desa Bobojong. Kondisi Waduk Cirata di Kabupaten Cianjur masih tergolong baik untuk dilakukan budidaya KJA pembesaran ikan mas dan nila karena menurut tengkulak (bandar) yang menerima pasokan ikan dari petani budidaya ikan yang dihasilkan masih tergolong baik namun memang jika dilihat secara keseluruhan jumlah KJA di Waduk Cirata telah melebihi batas dari jumlah standar pendirian KJA di waduk seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
Sumber: BPWC (2012)
Gambar 5 Peta wilayah Waduk Cirata 5.2 Teknis Budidaya KJA Ganda Pembesaran Ikan Mas dan Nila di Desa Bobojong Usahatani budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA yang dilakukan di Desa Bobojong sebagian besar adalah KJA ganda atau polikultur. Setiap ukuran luas unit KJA pada setiap petani budidaya adalah sama yaitu
34
15m x 15m. Hal ini menjelaskan bahwa berdasarkan ukuran luas unit KJA budidaya ini bersifat homogen. Budidaya KJA ganda yang dilakukan pada satu unit KJA adalah pembesaran ikan mas pada jaring atas dan ikan nila pada jaring bawah. Budidaya pembesaran ikan mas dan nila yang dilakukan dalam satu unit KJA terdiri dari empat kolam ikan mas yang berada pada jaring lapis atas dengan ukuran 7m x 7m dan satu kolam ikan nila yang berada di jaring lapis bawah dengan ukuran seluas satu unit KJA. Selain itu, adapula satu unit KJA yang terdiri dari dua kolam ikan mas dengan ukuran 7m x14m dan satu kolam ikan nila dengan ukuran seluas satu unit KJA. KJA dengan dua kolam ikan mas ini dikenal dengan sebutan dolos. Hal ini dapat terlihat pada Gambar 6 di bawah ini.
Satu unit KJA terdiri dari dua kolam ikan mas
Satu unit KJA terdiri dari empat kolam ikan mas
Sumber: Data Primer 2013
Gambar 6 Kondisi unit KJA di Desa Bobojong Ikan mas memiliki lama pemeliharaan atau masa panen rata-rata selama tiga bulan sedangkan ikan nila memiliki masa panen rata-rata selama enam bulan. Setelah ikan mas dipanen pertama kemudian kolam dan jaring ikan mas dibersihkan dan kondisi jaring diperiksa. Setelah hal tersebut dilakukan kemudian barulah dilakukan penebaran benih ikan mas kembali. Setelah itu, mulailah tahap pemeliharaan ikan dengan memberikan pakan sebanyak tiga kali yaitu pada pagi, siang dan sore hari. Pakan ikan diberikan dengan cara ditebar. Pemeliharan untuk ikan mas dilakukan terus menerus setiap hari selama tiga bulan kemudian. Setelah periode kedua tiga bulan ikan mas barulah ikan mas
35
dan nila sama-sama dipanen. Panen ikan dilakukan petani dengan berkoordinasi dengan tengkulak untuk datang ke lokasi pemanenan ikan. Panen ikan dalam KJA ini dilakukan dengan mengangkat jaring dari kedua sisi kolam dengan menggunakan bambu besar. Usahatani budidaya KJA ganda di Desa Bobojong ini tidak menggunakan obat-obatan. Petani budidaya hanya menggunakan pakan dan benih dalam pemeliharaan. 5.3 Karakteristik Responden Sebagian besar petani budidaya di Desa Bobojong merupakan penduduk pendatang. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 7 berikut. Tabel 7 Rasio jumlah responden penduduk asli dan pendatang petani budidaya KJA di Desa Bobojong tahun 2013 Jenis
Jumlah penduduk (orang)
Presentase jumlah petani (%)
Penduduk Asli
13
43.33
Penduduk Pendatang
17
56.67
Sumber: Olahan Data Primer (2013)
Berdasarkan hasil Tabel 7 yaitu sebanyak 13 orang petani budidaya atau 43.33% adalah penduduk asli Desa Bobojong dan sebanyak 17 orang atau 56.67% adalah petani penduduk pendatang atau berasal dari luar Desa Bobojong. 5.3.1 Umur Responden Petani budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA di Desa Bobojong rata-rata memiliki usia dewasa.
Sumber: Olahan Data Primer (2013)
Gambar 7 Umur responden
36
Berdasarkan survei di lokasi penelitian, semua petani responden yang melakukan usaha budidaya telah berkeluarga. Hal ini dapat terlihat dari hasil diagram lingkaran yang menggambarkan umur responden atau petani yang melakukan usaha budidaya di Desa Bobojong. Berdasarakan hasil pada Gambar 7 diperolah bahwa sebagian besar umur petani budidaya berkisar dari 48 sampai 53 tahun yaitu sebanyak 27%. 5.3.2 Pendidikan Formal Responden Petani budidaya KJA rata-rata memiliki latar belakang pendidikan SD sampai SMP namun adapula petani budidaya yang berpendidikan SMA dan setara diploma.
Sumber: Olahan Data Primer (2013)
Gambar 8 Pendidikan formal terakhir responden Pendidikan mempengaruhi pendapatan petani budidaya. Pendidikan yang rendah menyebabkan banyaknya ketidaktahuan petani tentang pengelolaan budidaya pembesaran ikan dalam KJA. Hal ini akan mempengaruhi proses produksi dan berakhir pada pendapatan petani. Berdasarkan hasil pada Gambar 8, sebagian besar pendidikan terakhir petani budidaya KJA di Desa Bobojong adalah sekolah dasar yaitu selama enam sampai delapan tahun dengan jumlah persentase sebanyak 54%. Hal ini menggambarkan latar belakang pendidikan petani budidaya masih rendah. Oleh karena itu, sistem pengelolaan budidaya KJA yang dilakukan tergolong sederhana. 5.3.3 Alasan melakukan usaha Budidaya Sebagian besar petani budidaya di Waduk Cirata Desa Bobojong memiliki mata pencaharian utama sebagai petani budidaya. Hal ini mereka lakukan karena
37
hasil yang diperoleh dari budidaya cukup menguntungkan. Selain itu, alasan mereka menjadikan usaha ini sebagai usaha utama karena untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan efisiensi pakan. Usahatani budidaya pembesaran ikan di KJA ini cukup banyak diminati oleh masyarakat yang mengetahui potensi di daerah ini. Desa Bobojong menjadi salah satu daerah yang memiliki jumlah RTP yang cukup banyak. Hal ini dapat terlihat pada Gambar 9 berikut.
Sumber: Olahan Data Primer (2013)
Gambar 9 Alasan petani melakukan usaha budidaya Berdasarkan hasil pada Gambar 9 terdapat 50% untuk memenuhi kebutuhan keluarga, 37% untuk efisiensi pakan, 13% karena menguntungkan dan yang lainlain. Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa sebagian besar alasan petani melakukan usaha budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup. 5.3.4 Status usaha dan Kepemilikan Lahan KJA Sebanyak 100% lahan KJA yang dimiliki oleh petani budidaya di Desa Bobojong adalah lahan milik sendiri. Mereka membangun KJA dengan perizinan usaha dari BPWC dan BPBPPU Waduk Cirata. Setiap tahunnya petani membayar pajak atas lahan KJA. Usaha budidaya KJA yang dilakukan para petani ikan di Desa Bobojong ini adalah sebanyak 100% sebagai penghasilan utama. 5.3.5 Pengalaman Usahatani atau Lama Usaha Pengalaman bertani merupakan salah satu penyebab petani masih terus melakukan usaha budidaya. Petani melakukan usaha budidaya biasanya dengan berdasarkan pengalaman yang dilalui dari tahun-tahun sebelumnya. Selama melakukan usahatani mereka mengamati proses produksi dengan melihat kondisi
38
dan keadaan di lapangan. Kerugian yang petani alami selama bertani dapat menjadi pengalaman yang berharga karena mereka akan berusaha untuk merubah strategi agar tidak mengalami kerugian seperti sebelumya. Oleh karena itu, dalam usaha budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda sangat dibutuhkan pengalaman bertani. Semakin lama pengalaman bertani petani budidaya maka tingkat kerugian yang dialami akan menurun atau peluang petani untuk memperoleh pendapatan maksimal lebih banyak. Hal ini dapat terlihat ada Gambar 10 berikut.
Sumber: Olahan Data Primer (2013)
Gambar 10 Pengalaman bertani responden Berdasarkan hasil Gambar 10 dapat terlihat bahwa petani budidaya di Desa Bobojong rata-rata memiliki pengalaman bertani selama 11 sampai 15 tahun yaitu sebesar 30%. 5.3.6 Sumber Modal Usahatani Sumber modal usahatani yang dikeluarkan petani budidaya di Desa Bobojong adalah dari diri sendiri, pinjaman dari pedagang pengumpul, dan pinjaman dari bank komersial.
Sumber: Olahan Data Primer (2013)
Gambar 11 Sumber modal usahatani
39
Berdasarkan Gambar 11 pada hasil diagram lingkaran sumber modal usahatani berasal dari diri sendiri yaitu sebanyak 77%. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar petani mengeluarkan modal berasal dari diri sendiri. 5.3.7 Jumlah Tanggungan Keluarga Petani yang melakukan usaha budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA di Desa Bobojong berdasarkan hasil penelitian rata-rata mereka telah berkeluarga. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki petani berdasarkan hasil perhitungan pada diagram lingkaran berkisar dari satu orang hingga sebelas orang terdiri dari anak dan isteri.
Sumber: Olahan Data Primer (2013)
Gambar 12 Jumlah tanggungan keluarga Gambar 12 menggambarkan bahwa rata-rata jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki petani adalah berjumlah sekitar satu sampai tiga orang yaitu sebanyak 53%. 5.4 Karakteristik Usahatani Usahatani budidaya KJA memiliki luasan unit yang sama antara petani yang satu dengan yang lain yaitu berukuran 15m x 15m. Input produksi yang digunakan adalah pakan dan benih. Benih ikan mas ditebar setiap habis panen yaitu rata-rata setiap tiga bulan. Benih ikan nila ditebar rata-rata setiap enam bulan karena masa panen ikan nila rata-rata adalah enam bulan. Pakan ikan diberikan setiap hari yaitu pagi, siang, dan sore hari. Semua petani tidak ada yang menggunakan pakan tambahan, obat-obatan, ataupun oksigen. Oleh karena itu, petani budidaya ini tergolong sebagai petani tradisional. Pola usaha yang dilakukan petani budidaya bersifat sederhana. Sebagian besar petani di lokasi penelitian menjual hasil
40
produksi ikannya ke pedagang pengumpul yang menjadi tempat langganannya atau sering disebut sebagai bandar. 5.4.1 Musim Tanam Ikan Mas Berdasarkan hasil olahan data pada Gambar 13 dapat terlihat bahwa lama pemeliharaan atau musim tanam ikan mas didominasi oleh petani dengan waktu tiga bulan yaitu sebesar 67% dan sisanya adalah 33% petani yang memelihara ikan mas selama empat bulan.
Sumber: Olahan Data Primer (2013)
Gambar 13 Musim tanam ikan mas Berdasarkan hasil persentase tersebut maka rata-rata periode panen ikan mas adalah sebanyak empat kali periode dalam satu tahun. 5.4.2 Musim Tanam Ikan Nila Rata-rata lama pemeliharaan pembesaran ikan nila pada budidaya KJA ganda adalah selama enam bulan dapat terlihat pada Gambar 14 yaitu sebanyak 80%.
Sumber: Olahan Data Primer (2013)
Gambar 14 Musim tanam ikan nila
41
Selama enam bulan tersebut petani dapat memanen ikan nila sebanyak satu kali sehingga dalam satu tahun ikan nila dipanen sebanyak dua kali periode. 5.4.3 Jumlah Unit KJA Luasan lahan KJA untuk setiap unit yang digunakan petani budidaya KJA adalah sama sehingga responden dapat dikatakan bersifat homogen. Ukuran luas lahan KJA setiap unit adalah 15 x 15 m2.
Sumber: Olahan Data Primer (2013)
Gambar 15 Jumlah unit KJA Jumlah unit KJA yang dimiliki petani budidaya di Desa Bobojong berkisar dari satu sampai 14 unit KJA yang masih aktif digunakan. Berdasarkan Gambar 15 jumlah unit paling banyak dimiliki petani adalah tiga sampai empat unit KJA yaitu sebesar 37% dari seluruh jumlah unit KJA yang ada. Banyaknya jumlah unit KJA yang dimiliki petani tergantung pada kemampuan mereka masingmasing. Petani yang memiliki jumlah KJA banyak berarti usaha yang dilakukan lebih besar dibandingkan dengan petani lain dengan jumlah unit KJA yang lebih sedikit. Jumlah unit KJA akan berpengaruh pada besarnya penerimaan dan pendapatan yang diperoleh petani budidaya tersebut. Petani yang mempunyai jumlah unit KJA yang lebih banyak belum tentu mempunyai keuntungan dan penerimaan yang lebih besar karena banyaknya jumlah unit KJA yang dimiliki maka banyak pula waktu yang diperlukan untuk pemeliharaan sehingga hal tersebut menjadi diperhitungkan petani.
42
5.4.4 Kedalaman Jaring Apung Semakin dalam jaring pada kolam KJA semakin banyak hasil produksi ikan yang diperoleh. Hal ini dapat dijelaskan karena jaring yang dalam menandakan perairan yang dalam sehingga semakin dalam perairan maka semakin bagus kualitas dan kuantitas ikan yang dihasilkan.
Sumber: Olahan Data Primer (2013)
Gambar 16 Kedalaman jaring apung Berdasarkan Gambar 16 kedalaman jaring kolam KJA di Desa Bobojong berkisar dari enam meter sampai sebelas meter. Sebagian besar petani membudidayakan ikannya berada pada jaring dengan kedalaman tujuh meter yaitu sebanyak 64%. Hal ini menunjukkan bahwa petani merasa cukup untung dengan menggunakan jaring yang dalamnya tujuh meter baik pada kualitas maupun kuantitas hasil ikan mas dan nila yang diperoleh.
43
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Identifikasi Struktur Biaya dan Pendapatan Usahatani Budidaya Pembesaran Ikan Mas dan Nila KJA Ganda di Desa Bobojong Usahatani budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda di Desa Bobojong memiliki struktur biaya yaitu biaya tetap dan variabel baik yang bersifat tunai maupun non tunai. Pendapatan yang diperoleh petani budidaya tersebut merupakan pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. 6.1.1 Struktur Biaya Usahatani Budidaya Pembesaran Ikan Mas dan Nila KJA Ganda di Desa Bobojong Struktur biaya yang digunakan pada usahatani budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda di Desa Bobojong terdiri dari biaya tetap dan variabel. Biaya-biaya tersebut dibagi lagi menjadi biaya tunai dan non tunai. Biaya tetap yang bersifat tunai pada usaha budidaya ini adalah pajak atas kepemilikan lahan atau luasan unit KJA. Pajak ini dipungut oleh petugas dari BPWC dengan cara medatangi petani budidaya KJA. Pajak ini dibayar oleh petani budidaya setiap tahun. Pajak yang dibayarkan
petani setiap tahun tersebut
menunjukkan bahwa lahan atau unit KJA yang dimilki petani adalah milik sendiri dan bersifat legal. Selain itu, biaya tetap yang dikeluarkan petani secara tunai setiap bulan untuk satu unit KJA adalah biaya keamanan berupa ronda. Ronda ini dilakukan dengan tujuan agar ikan yang dipelihara pada unit KJA tidak dicuri atau terbebas dari tindak kriminal orang lain. Biaya tetap yang bersifat non tunai atau diperhitungkan pada usahatani budidaya KJA ini adalah biaya penyusutan pada kontruksi KJA atau alat-alat yang digunakan pada usaha tersebut. Biaya penyusutan yang dihitung berdasarkan banyaknya jumlah masing-masing barang atau kontruksi KJA terhadap umur ekonomis dan teknisnya. Biaya penyusutan dikeluarkan bila alat-alat KJA atau kontruksi KJA sudah tidak dapat digunakan kembali dan harus diganti yang baru. Biaya penyusutan ini bersifat diperhitungkan karena besarnya biaya yang dikeluarkan tersebut tidak dikeluarkan secara tunai.
44
Berdasarkan hasil penghitungan yang diperoleh, struktur biaya tetap pada usaha budidaya pembesaran ikan mas dan nila KJA ganda di Desa Bobojong dapat dijelaskan pada Tabel 8. Tabel 8. Struktur rata-rata biaya tetap pada usaha budidaya KJA pembesaran ikan mas dan nila di Desa Bobojong per unit dalam satu tahun Biaya Tetap Komponen Biaya Tunai Pajak Keamanan (ronda) Komponen Biaya non Tunai
Harga (Rp/satuan)
Periode dalam satu tahun
Nilai (Rp/unit/tahun)
Persentase (%)
48 056 /unit/tahun
1 kali
48 056
0.51
5981 /unit/bulan
1 kali
71 774.46
0.76
Total biaya tetap tunai
119 831
Jumlah barang (satuan)
Jumlah barang (satuan)
Harga (Rp/satuan)
Umur teknis (tahun)
Nilai (Rp/unit/tahun)
Penyusutan kontruksi KJA Bahan Jaring
31.2 kg
65 000
2
1 014 000
Drum Plastik
11 buah
160 000
1
1 778 666.67
Drum Besi
23 buah
105 000
1
2 409 750
Bambu Kecil
30 batang
8 000
1
209 422.22
Bambu Besar
6 batang
40 000
2
149 333.33
22 batang
2 500
2
28 041.67
Busa
10 buah
60 000
1
592 000
Besi
32 batang
9 000
2
144 150
4.63 kg
30 000
1
139 000
51.53 kg
33000
1
1 700 600
1 unit
9 166667
8
1 165 428.09
Total biaya penyusutan
9 330 392
Total biaya tetap
9 450 222.75
Kayu Kaso
Tambang Jaring Tambang jangkar Rumah Jaga
98.73
Sumber: Olahan Data Primer (2013)
Berdasarkan hasil olahan data pada Tabel 8 dapat dijelaskan bahwa pajak yang dibebankan kepada petani budidaya atas kepemilikan unit KJA bernilai sebesar Rp 194 000/tahun untuk seluruh kepemilikan KJA sehingga pajak yang dikenakan kepada petani tersebut sebesar Rp 48 056 /tahun untuk satu unit KJA
45
atau sebesar 0.51% dari total biaya tetap. Biaya ronda yang dikenakan kepada petani setiap tahun sebesar Rp 71 774/ unit KJA atau 0.76% dari total biaya tetap. Rata-rata total biaya penyusutan yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan pada pengolahan data adalah sebesar Rp 9 330 392/unit/tahun atau 98.73% dari total biaya tetap. Total biaya tetap yang dikeluarkan petani budidaya pembesaran ikan mas dan nila di Desa Bobojong adalah sebesar Rp 9 450 222.75/unit/tahun. berdasarkan hasill perhitungan pada Tabel 8 dapat terlihat bahwa biaya tetap yang paling besar dikeluarkan petani budidaya adalah biaya penyusutan KJA yaitu sebesar 98.73% dari total biaya tetap. Hal ini terjadi karena pada biaya penyusutan tersebut terdiri dari banyak komponen alat-alat atau kontruksi KJA yang digunakan petani budidaya. Biaya variabel pada usahatani budidaya KJA pembesaran ikan mas dan nila di Desa Bobojong bersifat tunai dan non tunai. Biaya-biaya variabel pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Struktur biaya variabel usahatani budidaya KJA pembesaran ikan mas dan nila di Desa Bobojong per unit dalam satu tahun Biaya Variabel Komponen Biaya Tunai
Jumlah (satuan)
Harga (Rp/satuan)
Periode dalam satu tahun
Nilai (Rp/unit/tahun)
Persentase (%)
Benih Ikan Mas
214.13 kg/musim
29 900/kg
4 kali
23 290 266.67
15.35
Benih Ikan Nila
236.33 kg/musim
15 000/kg
2 kali
6 405 690.48
4.22
Pakan Ikan
5 112.67 kg/musim
6 400/kg
4 kali
119 359 233.3
78.66
207 HOK/tahun
9 000/HOK
1 kali
1 945 030.30
1.28
Total biaya variabel tunai
151 000 221
Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) Komponen Biaya non Tunai
Jumlah (satuan)
Harga (Rp/satuan)
Periode dalam satu tahun
Nilai (Rp/unit/tahun)
Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK)
113 HOK/tahun
9 000/HOK
1 kali
748 952.38
Total Biaya Variabel
151 749 173
Sumber: Olahan Data Primer (2013)
0.49
46
Berdasarkan data hasil perhitungan pada Tabel 9 dapat dijelaskan bahwa terdapat beberapa biaya variabel yang dikeluarkan petani dalam melakukan proses produksi budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda. Biaya variabel tersebut ada yang bersifat tunai dan adapula yang bersifat non tunai atau diperhitungkan. Biaya variabel tunai meliputi biaya benih ikan mas, benih ikan nila, pakan ikan, dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Musim tanam ikan mas yang dilakukan petani budidaya di Desa Bobojong rata-rata adalah selama tiga bulan sehingga untuk satu kali musim tanam biaya untuk pembelian benih ikan mas untuk satu unit sebesar Rp 6 397 733. Berdasarkan hasil pada Tabel 9 maka dalam satu tahun petani budidaya di Desa Bobojong melakukan empat kali periode musim tanam ikan mas sehingga biaya untuk pembelian benih ikan mas yaitu sebesar Rp 23 290 267/unit/tahun atau 15.35% dari total biaya variabel. Biaya variabel untuk pembelian benih ikan nila dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun karena masa pemeliharaan ikan nila yang dlakukan petani budidaya di Desa Bobojong dari pembenihan sampai panen rata-rata selama enam bulan. Berdasarkan data hasil perhitungan pada Tabel 9 maka diperoleh biaya benih ikan nila selama satu tahun untuk satu unit KJA adalah sebesar Rp 6 405 690 atau 4.22 % dari total biaya variabel. Selain itu, biaya variabel lain yang bersifat tunai pada penelitian ini adalah biaya pakan ikan. Biaya ini dikeluarkan oleh petani budidaya dengan periode sama dengan periode musim tanam ikan mas dalam satu tahun yaitu sebanyak empat kali. Hal ini karena hasil komoditas utama dari budidaya KJA ganda ini adalah ikan mas sehingga ikan mas yang memerlukan pakan pokok sedangkan ikan nila merupakan produk atau output tambahan. Besarnya biaya pakan ikan untuk satu unit dalam satu tahun adalah Rp 119 359 233 atau 78.66 % dari total biaya variabel. Tenaga kerja dalam usahatani terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK). Tenaga kerja luar keluarga termasuk kedalam komponen biaya variabel tunai sedangkan TKDK termasuk komponen biaya variabel non tunai. Usahatani budidaya KJA pembesaran ikan mas dan nila yang dilakukan di Desa Bobojong menggunakan beberapa TKLK dan TKDK. Tenaga kerja yang digunakan adalah sama dari penebaran benih sampai panen. Sistem biaya pada tenaga kerja yang dilakukan oleh petani
47
budidaya adalah dengan memberikan gaji atau bayaran kepada pekerja. Bayaran yang diberikan oleh pemilik kepada pekerja dilihat secara keseluruhan kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan pekerja yaitu dimulai dari penebaran benih, pemeliharaan, perawatan jaring, sampai waktu panen. Setiap jenis kegiatan pekerjaan dilakukan oleh tenaga kerja yang sama. Penebaran benih ikan dilakukan petani sesuai dengan musim tanam dari masingmasing ikan. Kegiatan penebaran benih ini dilakukan selama satu hari. Pemeliharaan ikan mas dan nila dengan memberikan pakan ikan setiap hari sebanyak tiga kali yaitu pada pagi, siang dan sore hari. Perawatan jaring dan pembersihan kolam ikan dilakukan setiap habis panen. Sistem upah atau bayaran tenaga kerja pada usahatani budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA di Desa Bobojong ini tidak dilakukan pembayaran disetiap kegiatan melainkan sistem yang diterapkan adalah pembayaran gaji pekerja yang dibayar setiap bulan. Berdasarkan data hasil perhitungan pada Tabel 9 besaranya biaya untuk TKLK selama satu tahun rata-rata adalah sebesar Rp 1 945 030/unit/tahun atau 1.28 % dari total biaya variabel sedangkan biaya untuk TKDK yaitu sebesar Rp 748 952/unit/tahun atau 0.49 % dari total biaya variabel. Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh pada Tabel 9 dapat dijelaskan bahwa biaya variabel yang paling besar dikeluarkan petani budidaya pembesaran ikan mas dan nila di Desa Bobojong adalah biaya pembelian pakan ikan yaitu sebesar 78.66 % dari total biaya variabel. Hal ini terjadi karena jumlah penggunaan pakan ikan memiliki porsi yang paling besar dibandingkan dengan input produksi lain yang digunakan petani budidaya. 6.1.2 Penerimaan Usahatani Budidaya Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada KJA Ganda di Desa Bobojong Ikan mas dibudidayakan pada jaring lapis atas KJA dan memiliki rata-rata masa panen atau musim tanam yaitu tiga bulan sehingga dalam satu tahun ikan mas dapat dipanen sebanyak empat kali. Ikan nila berada di jaring lapis bagian bawah dan dapat dipanen sebanyak dua kali periode dalam satu tahun. Adapun penerimaan dari usahatani budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda di Desa Bobojong dapat dijelaskan pada Tabel 10.
48
Tabel 10 Rata-rata penerimaan usahatani budidaya pembesaran ikan mas dan nila KJA di Desa Bobojong per unit dalam satu tahun Penerimaan Komoditas Output
jumlah produksi (kg/unit/musim)
harga (Rp/kg)
Periode dalam satu tahun
Nilai produksi (Rp/unit/tahun)
Ikan Mas
2 770.47
18 000
4 kali
181 575 600
Ikan Nila
709
11000
2 kali
14 428 857
Total penerimaan
196 004 457
Sumber: Olahan Data Primer (2013)
Berdasarkan data hasil perhitungan pada Tabel 10 diperoleh penerimaan atau
nilai
produksi
dari
ikan
mas
rata-rata
adalah
sebesar
Rp 181 575 600/unit/tahun dan nilai produksi ikan nila yang diperoleh sebesar Rp 14 428 857/unit/tahun. Penerimaan total diperoleh dari penjumlahan nilai produksi ikan mas dan nila yaitu sebesar Rp 196 004 457/unit/tahun. Hasil produksi ikan mas yang dihasilkan adalah sebanyak 100% dari jumlah benih yang ditebar ditambah dengan 50% jumlah pakan yang ditebar. Ikan nila yang dihasilkan sebanyak tiga kali lipat dari jumlah benih yang ditebar. 6.1.3 Pendapatan Atas Biaya Tunai Pada Usahatani Budidaya KJA Pembesaran Ikan Mas dan Nila di Desa Bobojong Pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh dari usaha budidaya pembesaran ikan mas dan nila di Desa Bobojong ini adalah selisih dari penerimaan yaitu nilai produksi ikan mas dan nila dikurangi dengan total biaya tunai baik yang bersifat tetap maupun variabel. Biaya variabel tunai yaitu biaya pakan ikan dan benih ikan mas dan nila serta TKLK. TKLK pada usahatani khususnya budidaya KJA ini termasuk ke dalam biaya tunai karena uang yang dikeluarkan petani untuk membayar TKLK bersifat tunai. Biaya tetap tunai yaitu pajak untuk penggunaan lahan KJA dan iuran untuk ronda. Pajak yang dikeluarkan petani secara langsung dibayar kepada pihak pengelola waduk yang bertugas mengontrol iuran dan pajak. Biaya ronda yang dikeluarkan petani merupakan iuran rutin yang dikeluarkan petani untuk menjaga keamanan lahan KJA milik petani. Biaya-biaya tunai yang dikeluarkan petani dalam penelitian ini dihitung berdasarkan penggunaan dalam satu unit dan dalam waktu satu tahun pada sehingga pendapatan yang diterima petani juga merupakan pendapatan per unit KJA dalam satu tahun. Pendapatan petani atas biaya tunai dapat terlihat pada hasil Tabel 11.
49
Tabel 11 Rata-rata pendapatan atas biaya tunai petani budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA di Desa Bobojong atas biaya tunai Uraian
Nilai (rupah/unit/tahun)
Penerimaan produksi ikan mas
181 575 600
Penerimaan produksi ikan nila Total Penerimaan usahatani
14 428 857 196 004 457
Biaya tetap tunai
119 831
Biaya variabel tunai
151 000 221
Total biaya tunai
151 120 052
Pendapatan atas biaya tunai
44 884 406
Sumber: Olahan Data Primer (2013)
Berdasarkan data hasil perhitungan pada Tabel 11, diperoleh pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 44 884 406/unit/tahun artinya usaha ini masih sangat menguntungkan selama satu tahun. Perhitungan rata-rata pendapatan atas biaya tunai diperlukan untuk mengetahui tingkat pendapatan petani budidaya ketika biaya yang dikeluarkan adalah biaya tunai atau biaya yang langsung dikeluarkan untuk pemebelian input produksi sekali pakai. Pendapatan tunai yang dihasilkan petani budidaya KJA di Desa bobojong lebih besar dibandingkan dengan pendapatan total yang diperoleh. Hal ini karena pada pendapatan atas biaya tunai, biaya yang dimasukkan dalam pengeluaran hanya biaya dalam bentuk tunai. Data pendapatan atas biaya tunai dapat dilihat pada Lampiran 7. 6.1.4 Pendapatan Atas Biaya Total Usahatani Budidaya KJA Pembesaran Ikan Mas dan Nila di Desa Bobojong Pendapatan atas biaya total adalah hasil keuntungan bersih yang diperoleh petani setelah semua biaya dikeluarkan. Pendapatan petani yang dihitung dalam penelitian ini adalah dalam waktu satu tahun untuk per unit KJA. Biaya yang dikeluarkan adalah seluruh biaya-biaya variabel dan tetap baik non tunai (diperhitungkan) maupun yang bersifat tunai. Pendapatan usaha budidaya pembesaran ikan masdan nila pada KJA di Desa Bobojong diperoleh dari hasil output yaitu ikan mas dan nila dikurangi dengan biaya-biaya input yaitu biaya pakan ikan mas, biaya benih, tenaga kerja luar keluarga dan dalam keluarga, pajak, dan ronda. Pendapatan petani atas biaya total dapat terlihat pada Tabel 12.
50
Tabel 12 Rata-rata pendapatan atas biaya total petani budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA di Desa Bobojong Uraian
Nilai (rupah/unit/tahun)
Penerimaan produksi ikan mas
181 575 600
Penerimaan produksi ikan nila Total Penerimaan usahatani
14 428 857 196 004 457
Biaya tetap total
9 450 223
Biaya variabel total
151 749 173
Total biaya
161 199 396
Pendapatan atas biaya total
34 805 061
Sumber: Olahan Data Primer (2013)
Berdasarkan data hasil perhitungan pada Tabel 12, keuntungan atau pendapatan petani budidaya selama satu tahun adalah sebesar Rp 34 805 061/unit/tahun. Data terlampir pada (Lampiran 8). 6.2 Analisis Faktor-Faktor Pendapatan Usahatani Budidaya Pembesaran Ikan Mas dan Nila pada KJA Ganda di Desa Bobojong Pendapatan usahatani budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda di Desa Bobojong dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penelitian dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan secara ekonomi pada satu unit KJA dalam satu tahun. 6.2.1 Hasil Estimasi Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Petani Budidaya KJA Ganda di Desa Bobojong Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda di Desa Bobojong dilakukan dengan menggunakan metode regresi linear berganda. Analisis ini dilakukan unruk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan petani budidaya secara ekonomi pada pembesaran ikan mas dan nila di Desa Bobojong. Selain itu, dari hasil estimasi yang diperoleh dapat terlihat faktor yang paling berpengaruh terhadap pendapatan petani budidaya. Hasil estimasi regresi faktorfaktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani budidaya pembesaran ikan mas dan nila KJA ganda per unit dalam satu tahun dapat dilihat pada Tabel 13.
51
Tabel 13 Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani per unit dalam satu tahun Coefficientsa Collinearity Statistics
Unstandardized Coefficients Model
B
Std. Error
Sig.
1.183E8
2.533E7
.000
JPIM
5613.494
417.652
.000
2.960
JPIN
5705.300
1900.497
.006
1.477
BBM
-.813
.206
.001
3.126
HBN
-795.645
383.448
.049
1.413
HPM
-17839.632
4367.145
.000
1.551
-7590.584
8395.861
.375
1.191
(Constant)
TK
VIF
a. Dependent Variable: pendapatan Sumber: Olahan Data Primer (2013)
Pendapatan = 1.183E8 + 5 613.494 JPIM + 5 705.300 JPIN - 0. 813 BBM – 795.645 HBN – 17 839.632 HPM + Keterangan: JPIM = Jumlah Produksi Ikan Mas (kg/unit/tahun) JPIN
= Jumlah Produksi Ikan Nila (kg/unit/tahun)
BBM = Biaya Benih Ikan Mas (Rp/unit/tahun) HBN = Harga Benih Ikan Nila (Rp/kg) HPM = Harga Pakan Ikan Mas (Rp/kg) TK
= Tenaga Kerja (HOK) = error Aplikasi atau software yang digunakan untuk melakukan regresi linear
berganda adalah SPSS16 dengan metode regresi linear berganda. Berdasarkan hasil regresi linear berganda pada Tabel 13, variabel bebas yaitu jumlah produksi ikan mas, jumlah produksi ikan nila, biaya benih ikan mas, harga benih ikan nila, harga pakan ikan mas dan tenaga kerja merupakan faktor yang diduga berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu pendapatan. Hipotesis awal yang disusun pada variabel tersebut sesuai dengan teori ekonomi. Hipotesis awal dari masing-masing variabel bebas yaitu jumlah produksi ikan mas dan jumlah
52
produksi ikan nila berpengaruh positif terhadap pendapatan. Variabel bebas yaitu biaya benih ikan mas, harga benih ikan nila, dan harga pakan ikan mas memiliki hipotesis negatif terhadap pendapatan. Hipotesis yang disusun pada variabelvariabel tersebut juga sesuai dengan teori ekonomi. Hubungan positif antara variabel bebas dan terikat dapat dijelaskan bahwa semakin bertambahnya variabel penjelas maka pendapatan akan bertambah. Berdasarkan hasil regresi yang diperoleh, variabel bebas yang berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan adalah jumlah produksi ikan mas, jumlah produksi ikan nila, biaya benih ikan mas, harga benih ikan nila, dan harga pakan ikan mas. Hal tersebut demikian karena semakin banyak jumlah produksi yang dihasilkan yaitu ikan mas dan ikan nila maka akan meningkatkan penerimaan sehingga pendapatan petani akan meningkat. Bertambahnya biaya benih ikan mas akan meningkatkan pengeluaran petani sehingga pendapatan petani menurun. Harga pakan ikan mas yang meningkat juga akan menurunkan pendapatan petani karena petani harus mengeluarkan biaya yang lebih tinggi untuk membeli pakan ikan mas begitupula pada variabel harga benih ikan nila. Berdasarkan hasil analisis dari regresi yang dilakukan maka interpretasi dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut: (a) setiap jumlah produksi ikan mas bertambah satu satuan maka pendapatan akan meningkat sebesar 5 665.042, (b) setiap jumlah produksi ikan nila bertambah satu satuan maka pendapatan akan meningkat sebesar 5 825.686, (c) setiap biaya benih ikan mas meningkat satu satuan maka pendapatan akan turun sebesar 0.836, (d) setiap harga benih ikan nila meningkat satu satuan maka pendapatan akan menurun sebesar 795.645, (e) setiap harga pakan ikan mas meningkat satu satuan maka pendapatan akan menurun sebesar 17 839.632. 6.2.1.2 Uji F Berdasarkan hasil regresi maka untuk melihat kelayakan model secara keseluruhan dapat dilakukan uji F. Hasil regresi pada uji F dapat terlihat pada Tabel 14 di bawah ini.
53
Tabel 14 Hasil estimasi Uji F ANOVAb Model
Sum of Squares
df Mean Square
Regression
8.704E15
6
1.451E15
Residual
6.098E14
23
2.651E13
Total
9.314E15
29
F
Sig.
54.718
.000a
a. Predictors: (Constant), tk, jpim, hbn, jpin, hpm, bbm b. Dependent Variable: pendapatan Sumber: Olahan Data Primer (2013)
Nilai signifikan dari uji F yang dihasilkan adalah kurang dari taraf nyata 5% yaitu sebesar 0.000. Hal ini dapat menjelaskan bahwa variabel penjelas pada model secara serempak dan bersama-sama dapat menjelaskan variabel terikat yaitu pendapatan. 6.2.1.3 Uji T Selain itu, hasil regresi menunjukkan bahwa variabel penjelas yang mempunyai pengaruh besar terhadap pendapatan adalah jumlah produksi ikan mas, jumlah produksi ikan nila, biaya benih ikan mas, harga benih ikan nila, dan harga pakan ikan mas yaitu nyata pada taraf
5%. Berdasarkan hasil regresi
tersebut dapat terlihat bahwa harga pakan ikan memiliki pengaruh yang paling besar terhadap pendapatan dibandingkan dengan variabel lain yang berpengaruh nyata. Hal ini berarti harga pakan ikan sangat mempengaruhi pendapatan petani budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda di Desa Bobojong. Hasil regresi yang diperoleh telah sesuai dengan latar belakang bahwa tujuan dari adanya sistem KJA ganda adalah untuk mengurangi penggunaan pakan sehingga dapat menghemat biaya pakan yang dikeluarkan petani. 6.2.1.4 Uji Ekonometrika 1. Uji normalitas Berdasarkan hasil uji normalitas dengan mengggunakan aplikasi SPSS16 dapat dijelaskan bahwa data yang digunakan dalam model menyebar normal atau mampu menjelaskan keadaan sebenarnya di lapangan. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yaitu dengan melihat nilai Asymp. Sig. (2-tailed) yang dihasilkan. Hipotesisnya adalah jika nilai Asymp. Sig. (2-
54
tailed) > dari taraf nyata α yaitu 5% maka data menyebar normal secara statistik begitupula sebaliknya. Hasil dari uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov yang menjelaskan data sebaran normal statistik dapat terlihat pada Tabel 15 di bawah ini. Tabel 15 Data sebaran normal statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
30
Normal Parametersa
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 4.58541939E6
Absolute
.127
Positive
.076
Negative
-.127
Kolmogorov-Smirnov Z
.698
Asymp. Sig. (2-tailed)
.715
a. Test distribution is Normal. Sumber: Olahan Data Primer (2013)
Berdasarkan data pada Tabel 15 dapat dijelaskan bahwa data penelitian yang digunakan dalam model secara statistik menyebar normal. Data yang digunakan penelitian adalah sebanyak 30 responden kepala rumahtangga petani budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda di Desa Bobojong Waduk Cirata. Data yang menyebar normal secara statistik dapat terlihat dari nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov yaitu 0.715. Nilai ini menunjukkan bahwa data menyebar secara normal karena bernilai lebih besar dari taraf nyata (α) yaitu 5% atau 0.05. Syarat data menyebar normal secara statistik melalui uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov adalah memiliki nilai lebih besar dari taraf nyata (α) yang digunakan. 2. Uji multikolinearitas Uji multikolinearitas adalah salah satu uji asumsi klasik pada ekonometrika. Uji multikolinearitas ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari model regresi yang digunakan. Hal ini perlu dilakukan karena untuk memenuhi syarat asumsi klasik yang menjelaskan bahwa model layak digunakan jika tidak terjadi
55
multikolinearitas pada model. Multikolinearitas adalah terjadinya korelasi yang erat antara variabel bebas (independent). Uji multikolinearitas ini dilakukan dengan aplikasi software SPSS 16 dengan meregresikan model fungsi pendapatan dan melihat kriteria multikolinearitas dari nilai VIF yang dihasilkan. Nilai VIF dapat dijelaskan pada Tabel 13. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diketahui nilai VIF dari masing-masing variabel bebas kurang dari 10. Hal ini berarti tidak terjadi multikolinearitas yang serius pada model sehingga model memenuhi syarat asumsi klasik uji multikolinearitas dan model layak untuk digunakan. 3. Uji autokorelasi Cara mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi pada model adalah dengan melihat nilai Durbin-Watson yang dihasilkan pada uji autokorelasi. Nilai Durbin Watson pada penelitian ini dapat dilihat dari Tabel 16 yang merupakan hasil dari uji autokorelasi. Tabel 16 Nilai Durbin Watson pada uji autokorelasi Model Summaryb Model
R
R Square a
1
.967
Adjusted R Square
.935
Std. Error of the Estimate
.917
Durbin-Watson
5148896.285
2.061
a. Predictors: (Constant), tk, jpim, hbn, jpin, hpm, bbm b. Dependent Variable: pndptan Sumber: Olahan Data Primer (2013)
Hasil uji autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Watson yang diperoleh yaitu sebesar 2.061. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi klasik yaitu dengan kriteria pada Tabel 6 pada bab metode penelitian. Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada model tidak terdapat autokorelasi dan asumsi klasik terpenuhi. 4. Uji heteroskedastisitas Hasil
dari
uji
glejser
dalam
mendeteksi
ada
atau
tidaknya
heteroskedastisitas pada model dengan menggunakan aplikasi SPSS16 dapat dilihat pada Tabel 17 dengan melihat nilai signifikan yang dihasilkan.
56
Tabel 17 Nilai signifikan pada uji Glejser untuk mengidentifikasi terjadi atau tidaknya heteroskedastisitas Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model
Collinearity Statistics
B
Std. Error
Sig.
-9.177E6
1.480E7
.541
Jpim
42.245
244.022
.864
2.960
Jpin
-443.980
1110.407
.693
1.477
Bbm
.090
.120
.464
3.126
Hbn
1.358
224.038
.995
1.413
Hpm
1731.076
2551.601
.504
1.551
-1114.220
4905.468
.822
1.191
(Constant)
Tk
VIF
a. Dependent Variable: abresid Sumber: Olahan Data Primer (2013)
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas, diperoleh signifikansi pada masingmasing variabel mempunyai nilai sigifikan lebih dari taraf nyata 0.05. Hal ini berarti tidak terdapat heteroskedastisitas pada model sehingga model layak untuk digunakan. 6.3 Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Budidaya KJA Pembesaran Ikan Mas dan nila di Desa Bobojong Produksi yang dihasilkan pada usaha budidaya KJA di Desa Bobojong yang diteliti adalah ikan mas dan ikan nila. Ikan mas merupakan komoditas utama sedangkan ikan nila merupakan komoditas tambahan atau hasil sampingan dari produksi KJA ini. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, dengan menggunakan rumus pendapatan yaitu
= TR – TC maka untuk mencapai
kondisi keuntungan maksimum pada rumus tersebut perlu dilakukan penurunan yaitu ketika
’ = 0 sehingga MR = MC. Hal ini dilakukan selain untuk
mendapatkan keuntungan maksimal juga dapat menggambarkan produksi optimal. Kondisi ini juga dapat menggambarkan ketika produksi optimal dan keuntungan maksimal maka input dapat dioptimalkan pada kondisi tersebut. Selain itu, keuntungan maksimal dapat diperoleh ketika nilai Average Total Cost (ATC)
57
kurang dari harga output. Kurva yang menghubungkan antara total biaya dan produksi ikan mas dan nila dapat terlihat pada Gambar 17 di bawah ini.
Sumber: Olahan Data Primer (2013)
Gambar 17 Kurva TC terhadap produksi ikan mas dan nila (Y) Marginal Reveneu (MR) merupakan fungsi turunan dari Total Penerimaan (TR) terhadap jumlah produksi ikan mas dan nila (Y). Nilai MR ini sama dengan harga komoditas (P) dari masing-masing produksi. MC merupakan turunan dari fungsi Total Cost (TC). Fungsi TC diperoleh dari kurva yang menghubungkan antara TC dengan jumlah produksi ikan mas dan nila (Y) sehingga diperoleh fungsi TC yaitu -1x10-6 Y3 + 0,0847Y2 + 12 433Y + 2x107. 6.3.1 Efisiensi Produksi Pembesaran Ikan mas dan Nila Budidaya KJA Ganda di Desa Bobojong Budidaya KJA merupakan budidaya polikultur yang menghasilkan dua output dalam proses produksi secara bersamaan. Biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan kedua output ini adalah sama karena penggunaan input produksi dilakukan secara bersama-sama. Oleh karena itu, perhitungan untuk optimalisasi produksi dilakukan dengan mengeliminasi dan mensubstitusi persamaan MR = MC secara manual. Berdasarkan olahan data primer, hasil perhitungan tingkat optimalisasi produksi ikan mas dan nila pada budidaya KJA di Desa Bobojong untuk setiap unit KJA selama satu tahun dapat dijelaskan pada Tabel 18.
58
Tabel 18 Tingkat produksi optimal usahatani pembesaran ikan mas dan nila budidaya KJA di Desa Bobojong per unit dalam satu tahun Jenis
Produksi awal (kg)
Produksi optimal (kg)
Persentase (%)
Ikan Mas
10 087.53
10 798.13
7.0443
Ikan Nila
1 311.714
1 404.13
7.0454
Sumber: Olahan Data Primer (2013)
Berdasarkan hasil perhitungan (Lampiran 9), maka diperoleh rata-rata produksi optimal ikan mas pada Tabel 18 adalah sebesar 10 798.13 kg/unit/tahun. Awalnya rata-rata produksi ikan mas yang dihasilkan petani budidaya adalah sebesar 10 087.53 kg/unit/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa produksi yang dihasilkan petani belum optimal sehingga produksi ikan mas perlu ditingkatkan sampai 10 798.13 kg/unit/tahun. Rata-rata produksi ikan nila yang dihasilkan petani sebelum kondisi optimal adalah 1 311.714 kg/unit/tahun. Setelah dilakukan perhitungan ternyata produksi ikan nila juga belum optimal sehingga perlu ditingkatkan menjadi 1 404.13 kg/unit/tahun. Keuntungan maksimal yang diperoleh petani budidaya dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Pendapatan maksimal usahatani pembesaran ikan mas dan nila budidaya KJA di Desa Bobojong per unit dalam satu tahun Pendapatan
Nilai (Rp/unit/tahun) 34 805 061
Awal Maksimal Sumber: olahan data primer (2013)
56 395 214
Persentase (%)
62.03
Berdasarkan perhitungan (Lampiran 9) maka pada Tabel 19 diperoleh keuntungan
maksimal
yang
dicapai
saat
produksi
optimal
adalah
Rp 56 395 214 /unit/tahun. Hal ini mengambarkan bahwa keuntungan petani akan meningkat dari keuntungan total awal Rp 34 805 061 /unit/tahun menjadi Rp 56 395 214/unit/tahun dengan kata lain keuntungan petani akan meningkat jika produksinya ditingkatkan sampai batas optimal. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat dijelaskan bahwa produksi ikan mas perlu ditingkatkan begitupula pada produksi ikan nila sampai batas optimal sehingga keuntungan yang dihasilkan petani dapat maksimal. Selain itu, kondisi optimal juga perlu dilakukan pada penggunaan input produksi. Input produksi yang digunakan yaitu benih ikan mas, benih ikan nila, pakan ikan mas, dan tenaga kerja. Penggunaan input-input
59
tersebut perlu dilakukan pengoptimalan saat keuntungan maksimal dan produksi optimal. Hasil perhitungan optimalisasi penggunaan input buddidaya pembesaran ikan mas dan nila di Desa Bobojong untuk setiap unit KJA dalam satu tahun dapat ditunjukkan pada Tabel 20. Tabel 20 Hasil optimalisasi penggunaan input produksi pada budidaya pembesaran ikan mas dan nila di Desa Bobojong per unit dalam satu tahun Jenis input
Input awal (kg/unit/tahun)
Input optimal (kg/unit/tahun)
Persentase (%)
Benih ikan mas (kg)
781
787.7
0.8
Benih ikan nila (kg)
437.24
441.25
0.9
Pakan ikan mas (kg) Tenaga kerja (HOK)
18614 320
18 783.9 322.9
0.9 0.9
Sumber: Olahan Data Primer (2013)
Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh (lampiran 9) ternyata penggunaan iput yang digunakan petani budidaya di Desa Bobojong belum optimal sehingga perlu dioptimalkan. Hasil perhitungan yang diperoleh yaitu seperti yang dilihat pada Tabel 20 yaitu input benih ikan mas penggunaannya perlu ditingkatkan dari 781 kg/unit/tahun menjadi 787.7 kg/unit/tahun atau meningkat sebesar 0.8 %. Benih ikan nila yang digunakan petani perlu ditingkatkan dari 437.24 kg/unit/tahun menjadi 441.25 kg/unit/tahun atau meningkat sebesar 0.9 %. Pakan ikan mas perlu ditingkatkan dari 18 614 kg/unit/tahun menjadi 18 783.9 kg/unit/tahun atau meningkat sebesar 0.9 %. Tenaga kerja perlu ditingkatkan dari 320 HKP/tahun menjadi 322.9 HOK/tahun atau meningkat sebesar 0.9 %. Secara teknis produksi ikan mas dan nila pada KJA di Desa Bobojong masih memungkinkan untuk dioptimalkan dan begitu pula pada penggunaan inputnya. Hal ini karena ukuran antara padat tebar benih dengan pakan yang diberikan petani hanya secara sederhana. Selain itu, sebagian besar kolam untuk ikan mas yang dimiliki petani budidaya di desa tersebut adalah terdiri dari dua kolam dalam satu unit KJA atau disebut dolos. Secara teknis dengan ukuran kolam yang lebih luas tersebut produksi ikan mas dan nila masih bisa ditingkatkan sampai batas optimal dengan menambah input-input yang digunakan pula. Petani yang terus meningkatkan produksinya pada kondisi optimal akan mengalami penurunan
60
pendapatan. Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran 9) diperoleh nilai ATC yaitu sebesar Rp 12 573 /unit/tahun. Hal ini menjelaskan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan petani saat kondisi optimal pada produksi masih lebih kecil dari harga. Nilai ATC ini diperlukan untuk menggambarkan total biaya rata-rata yang dikeluarkan petani saat kondisi optimal. 6.3.2 Efisiensi Pendapatan Usaha Budidaya Pembesaran Ikan Mas dan Nila KJA Ganda Di Desa Bobojong Efisiensi pendapatan perlu dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari usahatani yang dilakukan dari segi pendapatan yang diterima petani. Efisiensi ini dilakukan dengan melakukan rasio atara penerimaan dengan biaya. Pendapatan yang diperoleh petani dapat dikatakan efisien jika produksi yang dilakukan telah optimal. Efisiensi pendapatan ini merupakan rasio dari penerimaan terhadap biaya yang dikeluarkan petani selama melakukan usahatani. Pengukuran indikator efisiensi pendapatan ini dilakukan terhadap pendapatan atas biaya tunai dan total. 1. Efisiensi Pendapatan Atas Biaya Tunai Rasio penerimaan total dengan biaya tunai = total penerimaan/(total biaya tetap tunai+total biaya variabel tunai) = 196 004 457/(119 831 +151 000 221) = 1.297 Budidaya pembesaran ikan mas dan nila pada KJA di Desa Bobojong layak untuk dilakukan karena nilai rasio penerimaan dan biaya adalah 1.297. Nilai tersebut lebih besar dari satu. 2. Efisensi Pendapatan Atas Biaya Total Rasio penerimaan total dengan biaya total = total penerimaan/ (total biaya tetap + total biaya variabel) = 196 004 457 / (9 450 223 +151 749 173) = 1.215 Berdasarkan hasil yang diperoleh efisiensi pendapatan atas biaya total pada petani budidaya di Desa Bobojong adalah sebesar 1.215. Usaha budidaya layak untuk dilakukan karena nilai R/C atas biaya total lebih dari satu.
61
VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan 1. Struktur biaya pada usahatani budidaya KJA ganda pembesaran ikan mas dan nila di Desa Bobojong meliputi biaya tetap dan variabel baik yang bersifat tunai maupun non tunai. Biaya variabel yang paling besar dikeluarkan petani adalah biaya untuk pembelian pakan yaitu sebesar 78.66 % dari total biaya variabel. Biaya tetap diperhitungkan yang dikeluarkan petani budidaya paling besar adalah biaya pada penyusutan alat kontruksi KJA yaitu sebesar 98.73 % dari total biaya tetap. Rata-rata pendapatan total petani budidaya adalah sebesar Rp 34 805 061/unit/tahun.
2. Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pendapatan
usahatani
budidaya
pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda di Desa Bobojong untuk satu unit KJA dalam satu tahun antara lain: jumlah produksi ikan mas, jumlah produksi ikan nila, biaya benih ikan mas, harga benih ikan nila, dan harga pakan ikan mas. Hasil estimasi regresi menjelaskan bahwa variabel harga pakan ikan berpengaruh paling besar terhadap pendapatan.
3. Produksi pembesaran ikan mas dan nila budidaya KJA di Waduk Cirata Desa bobojong yang dilakukan petani budidaya belum optimal. Oleh karena itu, produksi ikan mas dan ikan nila perlu ditingkatkan sampai batas optimal. Rata-rata kenaikan produksi ikan mas dan nila sampai batas optimal adalah sebesar 7%. Penggunaan input produksi yang digunakan juga belum optimal sehingga perlu ditingkatkan sampai batas optimal. Rata-rata peningkatan input produksi sampai batas optimal adalah 0.9%. Efisiensi pendapatan memiliki nilai lebih besar dari satu artinya usaha ini layak untuk dilakukan.
62
7.2 Saran 1. Petani budidaya pembesaran ikan mas dan nila di Desa Bobojong perlu menghemat biaya produksi yang dikeluarkan dalam usahatani tersebut yaitu biaya pembelian pakan ikan. Struktur biaya yang dikeluarkan petani sebaiknya sesuai dengan penerimaan yang diperoleh petani. Petani sebisa mungkin dengan adanya sistem KJA ganda ini dapat menghemat biaya produksi seperti pembelian pakan ikan agar pendapatan yang diperoleh maksimal.
2. Faktor utama yang mempengaruhi pendapatan petani budidaya pembesaran ikan mas dan nila di Desa Bobojong adalah harga pakan ikan. Oleh karena itu, peneliti ingin memberikan saran kepada petani untuk menggunakan jenis pakan ikan yang tidak terlalu mahal dan sesuai dengan kondisi perairan pada waduk.
3. Produksi pembesaran ikan mas dan nila pada KJA ganda di Desa Bobojong masih bisa dioptimalkan dan secara teknis pun produksi ikan mas dan nila masih bisa dioptimalkan untuk satu unit KJA. Oleh karena itu, diharapkan petani dapat memanfaatkan lahan KJA untuk satu unit dengan maksimal. Cara yang dapat dilakukan adalah melakukan penebaran benih ikan sesuai dengan kondisi perairan pada kolam ataupun sesuai dengan standar penggunaan benih yang telah ditetapkan pemerintah. Selain itu, dalam memberikan pakan ikan sebaiknya petani terlebih dahulu menimbang jumlah pakan ikan yang akan ditebar agar keseimbangan antara benih yang ditebar dengan penggunaan pakan yang diberikan sesuai dan menghasilkan produksi yang efisien.
63
DAFTAR PUSTAKA Aswita Pohan, Ria. 2008. Analisis Ekonomi Usahatani dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Studi Kasus Desa Gaja Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara Badan Pengelola Waduk Cirata. 2007. Laporan Inventarisasi Sensus Keramba Jaring Apung Tahun 2007. Bandung (ID): PT Pembangkit Jawa Bali Badan Pengelola Waduk Cirata Badan Pengelola Waduk Cirata. 2012. Hasil Sensus Keramba Jaring Apung di Waduk Cirata tahun 2011 [internet]. [25 Januari 2013]. Tersedia dari: http://www.ptpjb-bpwc.com/lingkungan/read/hasil-sensus-keramba-jaringapung-di-waduk-cirata-tahun-2011 Badan Pusat Data Statistik dan Informasi. 2011. KKP Gapai Ekspor Perikanan. [internet]. [13 Desember 2012]. Tersedia dari: http://www.kkp.go.id Badan Pusat penelitian Limnologi. 2009. Introduksi Sistem Keramba Jaring Apung [internet]. [25 Januari 2013]. Tersedia dari: http://2009.lipi.go.id/.pdf Badan Riset Kelautan dan Perikanan. 2003. Pembudidayaan ikan. Jakarta (ID): Badan Riset Kelautan dan Perikanan. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur. 2010. Kabupaten Cianjur Dalam Angka 2010. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur. 2011. Statistik Daerah Kabupaten Cianjur 2011. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik Bungin, Burhan. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta (ID): Prenada Media Group Cahyono, Bambang. 2001. Budi Daya Ikan di Perairan Umum. Yogyakarta (ID): Kanisius Cahyono, Bambang. 2001. Budidaya Ikan di Perairan Umum. Yogyakarta (ID): Kanisius Debertin. 1986. Agricultural production economics. New York (NY): Machmillan publishing company Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cianjur. 2012. Data Stastistik Pembenihan dan Perikanan Budidaya Kabupaten Cianjur Tahun 2012. Cianjur (ID): Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cianjur
64
_____________________________________________________. 2012. Rencana Kerja Balai Pengembangan Budidaya Perikanan Perairan Umum Waduk Cirata Kabupaten Cianjur Tahun 2012. Cianjur (ID): Balai Pengembangan Budidaya Perikanan Perairan Umum Waduk Cirata Kabupaten Cianjur Ditjen Pembendaharaan. 2012. Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Upwelling Bagi Pembudidaya Ikan Keramba Jaring Apung (KJA) Di Danau/Waduk [internet]. [25 Januari 2013]. Tersedia dari: http://www.djpb.kkp.go.id/index.php Doll JP and Orazem F. 1984. Production Economics Theory With Aplication. Canada (INC): John Wiley & Sons Dwi Fuji Lestari, Wahyu. 2011. Analisis Pendapatan dan Titik Impas Usahatani Mentimun Di Desa Bangunrejo Kecamatan Tanggarog Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal EPP volume 8 nomor 2. Fakultas Pertanian. Universitas Mulawarman: Samarinda Fauzi, ahmad. 2010. Ekonomi Perikanan. Jakarta (ID): PT Gramedia Fatuchri Sukardi, M. 2002. Peningkatan Teknologi Budidaya Perikanan. Jurnal Iktioologi Indonesia volume 2 nomor 2 Gujarati, D.N.2007. Dasar-dasar Ekonometrika Edisi ketiga Jilid 2. Jakarta (ID): Erlangga Jangkaru, Zulkifli. 2002. Pembesaran Ikan Air Tawar di Berbagai Lingkungan Pemeliharaan. Depok (ID): PT Penebar Swadaya Juanda, Bambang. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor: IPB Press. M. Affan, Junaedi. 2012. Identifikasi Untuk Pengembangan Budidaya KJA Berdasarkan Faktor Lingkungan dan Kualitas Air di Perairan Pantai Timur Bangka Tengah. Jurnal Departemen Perikanan volume 1 nomor 1 Mokoginta. 2005. Pengaruh Cara Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap Konversi Pakan dan Pertumbuhan Ikan Mas di KJA. Jurnal Akuakultur Indonesia volume 4 nomor 2 Manalu, Andi. 2000. Analisis Efisiensi Usaha Budidaya Ikan Mas Dalam Keramba Jaring Apung di Waduk Cirata Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Nur syifa, Dwiyanti. 2010. Analisis Pendapatan dan Tingkat Produksi Optimal Usahatani Pisang Dengan Penerapan Standar Prosedur Operasional (SPO) (Studi Kasus Budidaya Pisang di Desa Talaga Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
65
Pauline and Jean. 1993. Economics of Aquaculture. New York (NY): The Haworth Press Pontoh, Otniel. 2012. Analisis Usaha Budidaya Ikan Dalam Jaring Apung di Desa Tandengan Kecamatan Eris Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara. Jurnal Pasifik volume 2 nomor 7. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Samratulangi: Manado Rochdianto, Agus. 2003. Budi Daya Ikan di Jaring Terapung. Depok (ID): PT Penebar Swadaya Sakti, Indra. 2012. Tahun 2013 Anggaran KKP Rp 7,07 Triliun [internet]. [11 Desember 2013]. Tersedia dari: http://www.kkp.go.id Soekartawi, dkk. 2002. Analisis Usahatani. Jakarta (ID): UI-Press Soekartawi, dkk. 2011. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta (ID): UI-Press Suratiyah, Ken. 2008. Ilmu Usahatani. Jakarta (ID): Penebar Swadaya Warsana. 2006. Analisis Efisiensi dan Keuntungan Usahatani Jagung (Studi Kasus di Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora) [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro Wibisono, Hariawan. 2011. Analisis Efisiensi Usahatani Kubis (Studi Empiris Di Desa Banyuroto Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang) [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro Yuhono, JT. 2008. Analisis Pendapatan dan Daya Saing Usahatani Akar Wangi Di Kabupaten Garut. Jurnal Balai penelitian obat dan aromatik volume XIX nomor 2
66
LAMPIRAN
67
Lampiran 1 Hasil Estimasi Faktor-Faktor Pendapatan Nilai Durbin Watson untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi pada model
Model
R
R Square
Model Summaryb Adjusted R Square
1
.967a
.935
.917
Std. Error of the DurbinEstimate Watson 5148896.285
2.061
a. Predictors: (Constant), tk, jpim, hbn, jpin, hpm, bbm b. Dependent Variable: pndptan
Uji F ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
8.704E15
6
1.451E15
Residual
6.098E14
23
2.651E13
Total
9.314E15
29
F 54.718
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), tk, jpim, hbn, jpin, hpm, bbm b. Dependent Variable: pndptan
Uji multikolinearitas Coefficientsa Standa rdized Unstandardized Coeffi Coefficients cients Model (Constant)
B
Std. Error
1,18E+11 2,53E+10 jpim 5.613.494 417.652 jpin 5.705.300 1.900.497 bbm -.813 .206 hbn -795.645 383.448 hpm -17.839.632 4.367.145 tk -7.590.584 8.395.861 a. Dependent Variable: pndptan
Beta 1.234 .195 -.372 -.132 -.271 -.053
T
Collinearity Statistics Toler ance VIF
Sig.
4.670 13.441 3.002 -3.943 -2.075 -4.085 -.904
.000 .000 .006 .001 .049 .000 .375
.338 .677 .320 .708 .645 .839
2.960 1.477 3.126 1.413 1.551 1.191
68
Uji normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
30
Normal Parametersa
Mean
.0000000
Std. Deviation
4.58541939E6
Extreme Absolute
Most Differences
.127
Positive
.076
Negative
-.127
Kolmogorov-Smirnov Z
.698
Asymp. Sig. (2-tailed)
.715
a. Test distribution is Normal.
Uji Glejser untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas Coefficientsa
Mod el
Standar dized Coeffici ents
Unstandardized Coefficients B
1 (Constant)
Std. Error
Beta
-9,18E+09
1,48E+10
Jpim
42.245
244.022
Jpin Bbm
-443.980 .090
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
-.620
.541
.058
.173
.864
.338
2.960
1.110.407 .120
-.094 .256
-.400 .745
.693 .464
.677 .320
1.477 3.126
Hbn
1.358
224.038
.001
.006
.995
.708
1.413
Hpm
1.731.076
2.551.601
.164
.678
.504
.645
1.551
-1.114.220
4.905.468
-.048
-.227
.822
.839
1.191
Tk
a. Dependent Variable: abresid
69
Lampiran 2 Data Kuesioner Penelitian ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PRODUKSI USAHATANI BUDIDAYA PEMBESARAN IKAN MAS DAN NILA KERAMBA JARING APUNG GANDA (Studi kasus: Waduk Cirata Desa Bobojong Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur) Oleh Kukuh Trisnani (H44090021) Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Tanggal Wawancara NO. Responden Nama Responden Alamat Desa/ Kelurahan Kecamatan Kabupaten Provinsi A. Karakteristik Responden 1. Umur Responden
:
Tahun
2. Pendidikan formal terakhir
:
Tahun
3. Pendidikan non formal yang terkait dengan pertanian : 4. Jumlah tanggungan keluarga :
orang
B. Karakteristik Usahatani 1. Alasan melakukan usahatani : 1. Harga komoditas tinggi, 2. Memenuhi kebutuhan keluarga, 3. Ikut petani lain mengikuti program pemerintah, 4. Biaya lebih murah, 5. Lainnya, 2. Waktu tanam : 3. Waktu panen: 4. Status usahatani*) : 1. Penghasilan utama
2. Penghasilan sampingan
5. Jika sebagai pekerjaan sampingan, sebutkan pekerjaan utamanya:............... 6. Pengalaman bertani : tahun 7. Tergabung dalam kelompok tani: 1. Ya
2. Tidak
Jika ya, nama kelompok tani..........................., tergabung sejak tahun........
70
Peran dalam kelompok tani sebagai................................... 8. Tergabung dalam Koperasi : 1. Ya
2. Tidak
Jika ya, nama koperasi..................................., tergabung sejak tahun.......... Peran dalam koperasi sebagai ........................................ 9. Luas kolam : 10. Jumlah unit : 11. Status kepemilikan lahan : 1. Pemilik
2. Non Pemilik
12. Status penguasaan lahan : 1. Milik 2. Sewa 3. Sakap/bagi hasil 4. Gadai 13. Pengelolaan : 1. Digarap sendiri 14. Modal usahatani dari : 1. Sendiri
2. Digarap orang lain 2. Koperasi
3. Lainnya...............
Besarnya modal Rp 15. Memperoleh input produksi dari: 1. Sendiri 2.Koperasi 3.Lainnya........... 16. Input produksi yang digunakan: Jenis Input A. Input Tetap (biaya diperhitungkan) 1. Untuk jaring atas Bahan jarring Drum plastic Drum besi Bambu kecil Bambu besar Kayu kaso Busa Besi Baut Paku Tambang jaring Tambang jangkar Bandul/pemberat Jangkar luar Rumah jaga 2. Untuk jaring kolorBawah Bahan jaring kolor Bandul/ pemberat Tambang B. Input Variabel (biaya tunai) MT (Musim Tanam)1
Jumlah (satuan)
Kg/unit Buah/unit Buah/unit batang/unit Batang/unit batang/unit Batang/unit batang/unit Buah Kg/unit Kg/unit Kg/unit Buah/unit Buah/unit Unit Kg/unit Buah/unit Kg/unit
Harga satuan(Rp)
Biaya (Rp)
71
Pakan Obat-obatan Isi ulang oksigen Benih ikan mas Benih ikan nila MT 2 Pakan Obat-obatan Isi ulang oksigen Benih ikan mas Benih ikan nila MT 3 Pakan Obat-obatan Isi ulang oksigen Benih ikan mas Benih ikan nila MT 4 Pakan Obat-obatan Isi ulang oksigen Benih ikan mas Benih ikan nila E. Lainnya (biaya tunai) Biaya pengerjaan bunga pinjaman Pajak Retribusi izin usaha perikanan Upah Tenaga kerja (4 kali musim tanam) Upah panen Biaya perawatan jaring
Kg/unit Pot Ulangan Kg/unit Kg/unit Kg Pot Ulangan Kg Kg Kg Pot Ulangan Kg Kg Kg Pot Ulangan Kg Kg hari % /tahun Unit Orang Orang Orang x hari x MT
17. Tenaga kerja yang digunakan No
Kegiatan
Waktu penyelesaian (jamxhari)
Jumlah TK Total (orang)
Jumlah TKDK (orang) L P
Jumlah TKLK (orang) L P
Upah (Rp/HOK) L
P
Biaya Sewa (Rp)
72
18. Biaya usahatani lainnya Jenis Pengeluaran
Biaya (Rp)
1. Pajak (PBB) 2. Bunga Pinjaman 3. Biaya Sewa Lahan 4. .............................. 5. .............................. 19. Penyusutan peralatan yang digunakan: No
Jenis Alat
Jumlah Nilai (buah) Pembelian (Rp)
Waktu Estimasi Pembelian Umur (tahun) Ekonomis (tahun)
Biaya Penyusutan (Rp)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Total Penyusutan 20. Penanganan hasil panen dan Pascapanen: Uraian Total Produksi - Dijual: 1.Pedagang Pengumpul 2.Pabrik Pengolahan 3.KUD 4.Gapoktan 5.Pasar 6.Lainnya........................ - Disimpan untuk konsumsi -Lainnya....................... Total Produksi Lain-lain 1. 2. 3. 4. 5. 6.Lainnya.......................
Satuan
Volume
Persentae (%)
Harga (Rp/kg)
Nilai (Rp)
73
21. Sumber modal usahatani selama setahun terakhir No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Sumber Modal Sendiri Pinjaman dari bank komersial Kredit program Pinjaman dari pedagang input Pedagang pengumpul Pelepas uang (rentenir) Saudara Hibah dari pemerintah/swasta Lainnya .......................
Jumlah (Rp)
Share (%)
Alasan
22. Permasalahan yang dihadapi selama ini : a. Masalah pengadaan input (ketersediaan, harga, cara mendapatkan,dll): ............................................................................................................................. ............................................................................................................... b. Masalah
teknik
budidaya
usahatani
(ketersediaan
air,
hama/penyakit,bencana alam): ............................................................................................................................... ............................................................................................................. c. Masalah pasca panen : .............................................................................................................................. .............................................................................................................. d. Masalah pemodalan : .............................................................................................................................. ..............................................................................................................
74
74
Lampiran 3 Data penerimaan total usahatani (Rp/unit/tahun) No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Produksi ikan mas 4 400 12 800 12 800 14 400 12 800 9 900 12 800 8 800 6 600 7 680 20 480 4 620 7 216 9 600 19 200 9 900 13 200 11 670 8 800 10 560 6 600 4 800
Harga 18 000 18 000 18 000 18 000 18 000 18 000 18 000 18 000 18 000 18 000 18 000 18 000 18 000 18 000 18 000 18 000 18 000 18 000 18 000 18 000 18 000 18 000
Penerimaan ikan mas
Produksi ikan nila
79 200 000 230 400 000 230 400 000 259 200 000 230 400 000 178 200 000 230 400 000 158 400 000 118 800 000 138 240 000 368 640 000 83 160 000 129 888 000 172 800 000 345 600 000 178 200 000 237 600 000 210 060 000 158 400 000 190 080 000 118 800 000 86 400 000
1 200 450 1 500 900 450 1 200 900 630 1 200 1 800 450 1 350 675 2 400 1 200 675 1 800 2 571.428571 1 200 2 400 1 500 900
Harga 11 000 11 000 11 000 11 000 11 000 11 000 11 000 11 000 11 000 11 000 11 000 11 000 11 000 11 000 11 000 11 000 11 000 11 000 11 000 11 000 11 000 11 000
Penerimaan ikan nila 13 200 000 4 950 000 16 500 000 9 900 000 4 950 000 13 200 000 9 900 000 6 930 000 13 200 000 19 800 000 4 950 000 14 850 000 7 425 000 26 400 000 13 200 000 7 425 000 19 800 000 28 285 714.29 13 200 000 26 400 000 16 500 000 9 900 000
Total Penerimaan 92 400 000 235 350 000 246 900 000 269 100 000 235 350 000 191 400 000 240 300 000 165 330 000 132 000 000 158 040 000 373 590 000 98 010 000 137 313 000 199 200 000 358 800 000 185 625 000 257 400 000 238 345 714.3 171 600 000 216 480 000 135 300 000 96 300 000
75
Lampiran 3 (Lanjutan)
No Responden 23 24 25 26 27 28 29 30
Produksi ikan mas 4 800 13 200 8 800 8 800 6 600 13 200 8 800 8 800 10 087.53
Harga 18 000 18 000 18 000 18 000 18 000 18 000 18 000 18 000
Penerimaan ikan mas 86 400 000 237 600 000 158 400 000 158 400 000 118 800 000 237 600 000 158 400 000 158 400 000 181 575 600
Produksi ikan nila 900 900 2 400 1 200 1 800 1 200 1 800 1 800 1 311.714286
Harga 11 000 11 000 11 000 11 000 11 000 11 000 11 000 11 000
Penerimaan ikan nila 9 900 000 9 900 000 26 400 000 13 200 000 19 800 000 13 200 000 19 800 000 19 800 000 14 428 857.14
Total Penerimaan 96 300 000 247 500 000 184 800 000 171 600 000 138 600 000 250 800 000 178 200 000 178 200 000 196 004 457.1
75
76
Lampiran 4 Data Biaya Total (Rp/unit/tahun) No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Total Biaya Tetap 12 408 335.71 7 977 038.095 8 584 452.381 7 912 085.714 12 942 952.38 5 315 916.667 8 322 205.556 9 787 916.67 7 824 333.33 6 304 666.67 8 683 219.697 10 749 583.33 8 119 277.778 10 704 750 9 450 944.444 11 056 300 10 365 800 14 885 277.78 13 288 166.67 10 884 861.11 12 135 122.22 11 376 571.43 11 210 071.43 11 462 071.43 7 690 214.286 7 405 050 6 557 500 7 663 227.273 6 106 019.841 6 332 750 9 450 222.73
Total Biaya Variabel 68 000 000 171 900 000 179 550 000 205 950 000 172 700 000 145 100 000 176 380 000 131 430 000 98 640 000 114 088 000 281 218 000 75 398 000 118 145 500 158 300 000 293 600 000 151 177 500 207 780 000 175 708 714.3 139 400 000 166 460 000 105 940 000 74 130 000 75 201 428.57 212 130 000 149 028 571.4 133 440 000 104 340 000 193 970 909.1 136 548 571.4 136 820 000 151 749 173.2
Biaya Total 80 408 335.71 179 877 038.1 188 134 452.4 213 862 085.7 185 642 952.4 150 415 916.7 184 702 205.6 141 217 916.7 106 464 333.3 120 392 666.7 2 899 012 197 86 147 583.33 126 264 777.8 169 004 750 303 050 944.4 162 233 800 218 145 800 190 593 992.1 152 688 166.7 177 344 861.1 118 075 122.2 85 506 571.43 86 411 500 223 592 071.4 156 718 785.7 140 845 050 110 897 500 201 634 136.4 142 654 591.3 143 152 750 161 199 395.9
77
Lampiran 5 Data Biaya Tunai (Rupiah/unit/tahun) Biaya Tetap Tunai No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Pajak 38 800 38 800 64 666.67 38 800 64 666.67 64 666.67 19 400 64 666.67 32 333.33 64 666.67 32 333.33 64 666.67 64 666.67 48 500 32 333.33 38 800 38 800 48500 97 000
Ronda 240 000 0 120 000 72 000 80 000 0 24 000 200 000 200 000 0 60 000 0 96 000 63 000 20 000 48 000 60 000 150 000 60 000
Total Biaya Tetap Tunai 278 800 38 800 184 666.67 110 800 144 666.67 64 666.67 43 400 264 666.67 232 333.33 64 666.67 92 333.33 64 666.67 160 666.67 111 500 52 333.33 86 800 98 800 198 500 157 000
Biaya Benih ikan mas 10 000 000 19 200 000 20 000 000 27 000 000 19 200 000 22 500 000 25 600 000 25 600 000 19 200 000 15 360 000 40 960 000 13 440 000 18 368 000 16 800 000 33 600 000 28 800 000 38 400 000 22 320 000 24 800 000
Biaya Variabel Tunai Biaya Tenaga Biaya Benih Biaya pakan Kerja Luar ikan nila ikan mas Keluarga 7 200 000 49 600 000 0 2 700 000 148 800 000 0 8 750 000 148 800 000 0 5 100 000 171 450 000 2 400 000 2 700 000 148 800 000 0 7 000 000 111 600 000 4 000 000 3 300 000 146 880 000 0 2 310 000 97 920 000 5 600 000 4 400 000 73 440 000 1 600 000 6 600 000 88 128 000 4 000 000 1 650 000 235 008 000 3 600 000 4 950 000 51 408 000 5 600 000 3 937 500 91 840 000 4 000 000 14 000 000 126 000 000 0 7 000 000 252 000 000 0 3 937 500 115 560 000 2 880 000 10 500 000 156 000 000 2 880 000 10 285 714.29 139 503 000 3 600 000 7 000 000 104 000 000 0
Total Biaya Variabel Tunai 66 800 000 170 700 000 177 550 000 205 950 000 170 700 000 145 100 000 175 780 000 131 430 000 98 640 000 11 408 8000 281 218 000 75 398 000 118 145 500 156 800 000 292 600 000 151 177 500 207 780 000 175 708 714.3 135 800 000
77
78
78
Lampiran 5 (Lanjutan) Biaya Tetap Tunai No Responden
Pajak
Ronda
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
24 250 19 400 48 500 27 714.28 194 000 27 714.28571 38 800 24 250 17 636.36364 13 857.14286 48 500
30 000 24 000 30 000 34 285.71429 240 000 120 000 0 30 000 109 090.9091 42 857.1429 0
Total Biaya Tetap Tunai 54 250 43 400 78 500 62 000 434 000 147 714.2857 38 800 54 250 126 727.2727 56 714.28571 48 500 119 830.7504
Biaya Benih ikan mas 29 760 000 19 200 000 9 600 000 9 600 000 38 400 000 25 600 000 24 000 000 18 600 000 32 400 000 25 600 000 24 800 000
Biaya Variabel Tunai Biaya Tenaga Biaya Benih Biaya pakan Kerja Luar ikan nila ikan mas Keluarga 10400 000 124 800 000 1 500 000 8 500 000 77 040 000 1 200 000 5 250 000 57 780 000 0 5 250 000 57 780 000 0 5250 000 154 080 000 14 400 000 10400 000 112 000 000 0 4 000 000 104 000 000 0 7 800 000 77 040 000 0 6 400 000 154 080 000 1090909,091 7 800 000 102 720 000 0 7 800 000 102 720 000 0
Total Biaya Variabel Tunai 166 460 000 105 940 000 72 630 000 72 630 000 212 130 000 148 000 000 132 000 000 103 440 000 193 970 909.1 136 120 000 135 320 000 151 000 220.8
79
Lampiran 6 Biaya non tunai atau Diperhitungkan (Rupiah/unit/tahun) No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga 12 129 536 1 200 000 7 938 238 1 200 000 8 399 786 2 000 000 7 801 286 0 12 798 286 2 000 000 5 251 250 0 8 278 806 600 000 9 523 250 0 7 592 000 0 6 240 000 0 8 590 886 0 10 684 917 0 7 958 611 0 10 593 250 1 500 000 9 398 611 1 000 000 10 969 500 0 10 267 000 0 14 686 778 0 13 131 167 3 600 000 10 830 611 0 12 091 722 0 11 298 071 1 500 000 11 148 071 2 571 428.571 11 028 071 0 7 542 500 1 028 571.429 7 366 250 1 440 000 6 503 250 900 000 7536 500 0 6 049 306 428 571.4286 6 284 250 1500 000 9 330 392 748 952.381 Total Biaya Diperhitungkan : Rp 10 079 344
Total Biaya Penyusutan
75 80
Lampiran 7 Pendapatan Atas Biaya Tunai (Rupiah/unit/tahun) No Total Biaya Tetap Tunai Biaya Variabel Tunai Total Biaya Pendapatan Total Variabel Respo atas biaya Tunai Total Biaya Biaya Benih Biaya Benih Biaya Pakan Biaya nden Penerimaan tunai Pajak Ronda Tetap Tunai ikan mas ikan nila ikan mas TKDK 1 92 400 000 38 800 240 000 278 800 10 000 000 7 200 000 49 600 000 0 66 800 000 25 321 200 2 235 350 000 38 800 0 38 800 19 200 000 2 700 000 148 800 000 0 170 700 000 64 611 200 3 246 900 000 64 666.67 120 000 184 666.6667 20 000 000 8 750 000 148 800 000 0 177 550 000 69 165 333.33 4 269 100 000 38 800 72 000 110 800 27 000 000 5 100 000 171 450 000 2 400 000 205 950 000 63 039 200 5 235 350 000 64 666.67 80 000 144 666.6667 19 200 000 2 700 000 148 800 000 0 170 700 000 64 505 333.33 6 191 400 000 64 666.67 0 64 666.66667 22 500 000 7 000 000 111 600 000 4 000 000 145 100 000 46 235 333.33 7 240 300 000 19 400 24 000 43 400 25 600 000 3 300 000 146 880 000 0 175 780 000 64 476 600 8 165 330 000 64 666.67 200 000 264 666.6667 25 600 000 2 310 000 97 920 000 5 600 000 131 430 000 33 635 333.33 9 132 000 000 32 333.33 200 000 232 333.3333 19 200 000 4 400 000 73 440 000 1 600 000 98 640 000 33 127 666.67 10 158 040 000 64 666.67 0 64 666.67 15 360 000 6 600 000 88 128 000 4 000 000 114 088 000 43 887 333.33 11 373 590 000 32 333.33 60 000 92 333.33 40 960 000 1 650 000 23 500 8000 3 600 000 281 218 000 92 279 666.67 12 98 010 000 64 666.67 0 64666.67 13 440 000 4 950 000 51 408 000 5 600 000 75 398 000 22 547 333.33 13 137 313 000 64 666.67 96 000 160 666.67 18 368 000 3 937 500 91 840 000 4 000 000 118 145 500 19 006 833.33 14 199 200 000 48 500 63000 111 500 16 800 000 14 000 000 126 000 000 0 156 800 000 42 288 500 15 358 800 000 32 333.33 20 000 523 33.33 33 600 000 7 000 000 252 000 000 0 292 600 000 66 147 666.67 16 185 625 000 38 800 48 000 86 800 28 800 000 3 937 500 115 560 000 2 880 000 151 177 500 34 360 700 17 257 400 000 38 800 60 000 98 800 38 400 000 10 500 000 156 000 000 2 880 000 207 780 000 49 521 200 18 238 345 714.3 48 500 150 000 198 500 22 320 000 10285 714.3 139 503 000 3 600 000175 708 714.3 62 438 500 19 171 600 000 97 000 60 000 157 000 24 800 000 7 000 000 104 000 000 0 135 800 000 35 643 000 20 216 480 000 24 250 30 000 54 250 29 760 000 10 400 000 124 800 000 1 500 000 166 460 000 49 965 750 21 135 300 000 19 400 24 000 43 400 19 200 000 8 500 000 77 040 000 1 200 000 105 940 000 29 316 600 22 96 300 000 48 500 30 000 78 500 9 600 000 5 250 000 57 780 000 0 72 630 000 23 591 500 23 96 300 000 27 714.286 34 285.71 62 000 9 600 000 5 250 000 57 780 000 0 72 630 000 23 608 000 24 247 500 000 194 000 240 000 434 000 38 400 000 5 250 000 154 080 000 14400 000 212130000 34936000
81
Lampiran 7 (Lanjutan)
No
Total Penerimaan
Total Biaya Tetap Tunai
Pajak
Ronda
25 26 27
184 800 000 27 714.28571 171 600 000 38 800 138 600 000 24 250
28
250 800 000 17 636.36364 109 090.9091
29 30
178 200 000 178 200 000 196 004 457.1
13857.143 48 500
120 000 0 30 000
42 857.143 0
Biaya Variabel Tunai
Total Biaya Variabel Pendapatan Tunai atas biaya tunai
Total Biaya Biaya Benih Biaya Benih Biaya Pakan Biaya Tetap Tunai ikan mas ikan nila ikan mas TKDK 0 148 000 000 147 714.2857 25 600 000 10400000 112 000 000 0 132 000 000 38 800 24 000 000 4000000 104 000 000 54 250 18 600 000 7800000 77 040 000 0 103 440 000 1 090 126 727.2727 32 400 000 6400000 154 080 000 193 970 909.1 909.09 56 714.286 25 600 000 0 136 120 000 7800000 102 720 000 48 500 24 800 000 7800000 102 720 000 0 135 320 000 119 830.75 151 000 220.8
36 652 285.71 39 561 200 35 105 750 56 702 363.64 42 023 285.71 42 831 500 44 884 405.61
Rata-rata pendapatan atas biaya tunai = Rp 44 884 406 Rasio R/C = 1.297
81
Lampiran 8 Pendapatan Atas Biaya Total (Rupiah/unit/tahun) No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Total Penerimaan 92 400 000 235 350 000 246 900 000 269 100 000 235 350 000 191 400 000 240 300 000 165 330 000 132 000 000 158 040 000 373 590 000 98 010 000 137 313 000 199 200 000 358 800 000 185 625 000 257 400 000 238 345 714.3 171 600 000 216 480 000 135 300 000 96 300 000
Total Biaya Tetap 12 408 335.71 7 977 038.095 8 584 452.381 7 912 085.714 12 942 952.38 5 315 916.667 8 322 205.556 9 787 916.667 7 824 333.333 6 304 666.667 8 683 219.697 10 749 583.33 8 119 277.778 10 704 750 9 450 944.444 11 056 300 10 365 800 14 885 277.78 13 288 166.67 10 884 861.11 12 135 122.22 11 376 571.43
Total Biaya Variabel 68 000 000 171 900 000 179 550 000 205 950 000 172 700 000 145 100 000 176 380 000 131 430 000 98 640 000 11 4088 000 281 218 000 75 398 000 118 145 500 158 300 000 293 600 000 151 177 500 207 780 000 175 708 714.3 139 400 000 166 460 000 105 940 000 74 130 000
Total Biaya Penyusutan 12129536 7938238 8399786 7801286 12798286 5251250 8278806 9523250 7592000 6240000 8590886 10684917 7958611 10593250 9398611 10969500 10267000 14686778 13 131 167 10 830 611 12 091 722 11 298 071
Biaya Total 80 408 335.71 179 877 038.1 188 134 452.4 213 862 085.7 185 642 952.4 150 415 916.7 184 702 205.6 141 217 916.7 106 464 333.3 120 392 666.7 289 901 219.7 86 147 583.33 126 264 777.8 169 004 750 303 050 944.4 162 233 800 218 145 800 190593 992.1 152 688 166.7 177 344 861.1 118 075 122.2 85 506 571.43
Total Pendapatan 11 991 664.29 55 472 961.9 58 765 547.62 55 237 914.29 49 707 047.62 40 984 083.33 55 597 794.44 24 112 083.33 25 535 666.67 37 647 333.33 83 688 780.3 11 862 416.67 11 048 222.22 30 195 250 55 749 055.56 23 391 200 39 254 200 47 751 722.22 18 911 833.33 39 135 138.89 17 224 877.78 10 793 428.57
82
82
75
Lampiran 8 (Lanjutan) No Responden
Total Penerimaan
Total Biaya Tetap
Total Biaya Variabel
Total Biaya Penyusutan
Biaya Total
Total Pendapatan
23
96 300 000
11 210 071.43
75 201 428.57
11 148 071
86 411 500
9 888 500
24
247 500 000
11 462 071.43
212 130 000
11 028 071
223 592 071.4
23 907 928.57
25
184 800 000
7 690 214.286
149 028 571.4
7 542 500
156 718 785.7
28 081 214.29
26
171 600 000
7 405 050
133 440 000
7366 250
140 845 050
30 754 950
27
138 600 000
6 557 500
104 340 000
6 503 250
110 897 500
27 702 500
28
250 800 000
7 663 227.273
193 970 909.1
7 536 500
201 634 136.4
49 165 863.64
29
178 200 000
6 106 019.841
136 548 571.4
6 049 306
142 654 591.3
35 545 408.73
30
178 200 000
6 332 750
136 820 000
6 284 250
143 152 750
35 047 250
196 004 457.1
9 450 222.73
151 749 173.2
9 330 392
161 199 395.9
34 805 061.25
83
84
75
Lampiran 9 Perhitungan Optimalisasi Produksi (kg/unit/tahun), Keuntungan Maksimal (Rupiah/unit/tahun), dan Input Optimal (satuan/unit/tahun) No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Jumlah produksi ikan mas 4 400 12 800 12 800 14 400 12 800 9 900 12 800 8 800 6 600 7 680 20 480 4 620 7 216 9 600 19 200 9 900 13 200 11 670 8 800 10 560 6 600 4 800 4 800 13 200 8 800 8 800 6 600 13 200 8 800 8 800 10 087.53333
Jumlah produksi ikan nila 1 200 450 1 500 900 450 1 200 900 630 1 200 1 800 450 1 350 675 2 400 1 200 675 1 800 2 571.428571 1 200 2 400 1 500 900 900 900 2 400 1 200 1 800 1 200 1 800 1 800 1 311.714286
85 85 Data produksi ikan dan total biaya untuk Fungsi TC (kg/unit/tahun) No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Produksi ikan mas dan nila 5 133.2 13 074.95 13 716.5 14 949.9 13 074.95 10 633.2 13 349.9 9 184.93 73 33.2 8 779.8 20 754.95 5 444.85 7 628.425 11 066.4 19 933.2 10 312.425 14 299.8 13 241.14286 9 533.2 12 026.4 7 516.5 5 349.9 5 349.9 13 749.9 10 266.4 9 533.2 7 699.8 13 933.2 9 899.8 9 899.8 10 888.99
Total Biaya 80 408 335.71 179 877 038.1 188 134 452.4 213 862 085.7 185 642 952.4 150 415 916.7 184 702 205.6 141 217 916.7 106 464 333.3 120 392 666.7 289 901 219.7 86 147 583.33 126 264 777.8 169 004 750 303 050 944.4 162 233 800 218 145 800 190 593 992.1 152 688166.7 177 344 861.1 118 075 122.2 85 506 571.43 86 411 500 223 592 071.4 156 718 785.7 140 845 050 110 897 500 201 634 136.4 142 654 591.3 143 152 750 16 119 9395.9
86 Kurva Fungsi Biaya Terhadap Produksi ikan mas dan nila
Perhitungan Optimalisasi Produksi dan Maksimisasi Keuntungan Optimalisasi produksi diperoleh dengan melakukan perhitungan pada fungsi maksimisasi profit yaitu = TR-TC =
=0
P = MR = MC TC
= -1x10-6 Y3 + 0,0847Y2 + 12433Y + 2x107
MC
= 0,1694Y+12433
P = harga ikan mas dan ikan nila P = (18000+11000)/2 P = 14500 P = MC 14500 = 0,1694Y+12433 2067 = 0,1694Y Y = 2067/0,1694 Y = 12 201.89 2067 = 0,1694Y 2067 = 0,1694 (y1+y2) 2067 = 0,1694 y1 + 0,1694 y2
87 0,1694 y1 + 0,1694 y2 = 2067 0,1694 y1+0,1694 (0,13)y1 = 2067 0,1694 y1+0,022022y1 = 2067 0,191422y1 = 2067 y1 = 10 798.13 y1 adalah produksi optimal ikan mas (kg/unit/tahun) produksi aktual ikan mas adalah 10 087.53 kg/unit/tahun 0,1694 y1 + 0,1694 y2 = 2067 0,1694 (7.69)y2+0,1694 y2= 2067 1.302686y2+0,1694 y2= 2067 1.472086y2 = 2067 y2 = 1 404.13 y2 adalah produksi optimal ikan nila (kg/unit/tahun) produksi aktual ikan nila adalah 1 311.71 kg/unit/tahun Keuntungan Saat Produksi Optimal Produksi optimal menggambarkan keuntungan yang maksimal. Hal ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus pendapatan sebagai berikut: = TR-TC = TR-ATC.Y ATC
= TC/Y = -1x10-6 Y3 + 0,0847Y2 + 12433Y + 2x107/Y = -1x10-6(12 201.89)2 + 0,0847(12 201.89) + 12433 = -893.3166 + 1033.5 + 12433 = 12 573.18
= TR-ATC.Y = (P1 (y1 optimal)+ P2 (y2 optimal))-( ATC.Y) = (18000(10 798.13)+11000(1 404.13))- (12 573.18 (12 201.89)) = 194366374+15445429-153416589 = Rp 56 395 214/unit/tahun (keuntungan maksimal)
Input Optimal maksimal = [P1 (y1 optimal)+ P2 (y2 optimal)] – (P1x1+ P2x2+ P3x3+ P4x4)
88 56
395
214 = [18000(10 798.13)+11000(1 (29900x1+14983x2+6407x3+8221.623x4)
404.13)]
56 395 214 = (194366374+15445429)-(29900x1+14983x2+6407x3+8221.623x4) 56 395 214 = 194366374+15445429-29900x1-14983x2-6407x3-8221.623x4 56 395 214 = 209811803 -29900x1-14983x2-6407x3-8221.623x4 -153416588,9 = -29900x1-14983x2-6407x3-8221.623x4 x-1 153416588,9
= 29900x1+14983x2+6407x3+8221.623x4
29900x1+14983x2+6407x3+8221.623x4= 153416588,9 29900x1+14983(0,56) x1+6407(23,85)x1+8221.623(0,40)x1 = 153 416 588.9 194767,8x1 = 153 416 588.9 X1 = 787.7 29900x1+14983x2+6407x3+6892.821x4 = 153 416 588.9 29900(1,78)x2+14983x2+6407(42,57)x2+8221.623 (0,73)x2 =153 416 588.9 347 688.88x2 = 153 416 588.9 X2 = 441.24 29900x1+14983x2+6407x3+8221.623 x4 = 153 416 588.9 29900(0,042)x3+14983(0,023)x3+6407x3+8221.623(0,017)x3 = 153 416 588.9 8167x3 = 153 416 588.9 X3 = 18 783.91042 29900x1+14983x2+6407x3+6892.821x4 = 153 416 588.9 29900(2.44)x4+14983(1.36)x4+6407(58.16)+ 8221.623x4 = 153416588.9 475090.4x4 = 153 416 588.9 X4 = 322.92 Keterangan: X1 = benih ikan mas optimal (kg/unit/tahun) X2 = benih ikan nila optimal(kg/unit/tahun) X3 = pakan ikan mas optimal (kg/unit/tahun) X4 = tenaga kerja optimal (HKP/tahun)
–
89 1. benih ikan mas dioptimalkan dari 781kg/unit/tahun menjadi 787.6898474 kg/unit/tahun 2. benih ikan nila dioptimalkan dari 437.24kg/unit/tahun menjadi 441.24 kg/unit/tahun 3. pakan ikan mas dioptimalkan dari 18 614 kg/unit/tahun menjadi 18 783.91042 kg/unit/tahun 4. tenaga kerja dioptimalkan dari 320 HOK/tahun menjadi 322.92 HOK/tahun
90
Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian
91
92
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Kebumen pada tanggal 22 Juni 1991. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Waluyo dan Marsumi. Jenjang pendidikan yang ditempuh penulis adalah SDN 08 Pondok Kelapa lulus tahun 2003, kemudian melanjutkan ke SMPN 195 Jakarta lulus tahun 2006. Tahun 2009 penulis lulus SMA Negeri 91 Jakarta Timur dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif pada organisasi di kampus. Penulis aktif sebagai staff divisi Study research and development REESA pada tahun
2010-2011.
Selanjutnya,
penulis
aktif
sebagai
Ketua
Divisi
Enterpreneurship REESA pada tahun 2011-2012. Selain itu, selama menjadi mahasiswa penulis juga aktif dalam kegiatan atau acara kampus baik sebagai panitia maupun sebagai peserta.