RANCANG BANGUN PEMIJAHAN IKAN LAUT DI KERAMBA JARING APUNG BULAT UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PRODUKSI TELUR *)
Oleh: Nono Hartanto**) Dikurahman **) Salsal Purba ***)
DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
BALAI BUDIDAYA LAUT BATAM 2010 *) **) **)
Disampaikan pada Seminar Indonesia Aquaculture pada tanggal 4- 6 Oktober 2010 di Lampung Perekayasa pada Balai Budidaya Laut Batam Calon Perekayasa pada Balai Budidaya Laut Batam
RANCANG BANGUN PEMIJAHAN IKAN LAUT DI KERAMBA JARING APUNG BULAT UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PRODUKSI TELUR Oleh: Nono Hartanto, Dikurahman dan Salsal Purba Abstract The conventional spawning using a tank on the land has some weaknesses such as poor quality and less quantity of marine water, need high construction cost, water pump and blower exploitation and some difficulties of management, there are cleaning of tank, Serious injury, lost of fish scales, long duration of the direct air contact are stressing factors on the transportation from the sea to the land. It could be a factor of spawning failure or death of broodstock. By spawning on the sea, the physical and environments stress factors could be decreased. Mariculture Development Centre of Batam has designed the marine finfishes spawning on the sea using by rounded floating net cages. The floater has 6 m diameter and made from polyethylene pipe. The net cages with 2 inches mess size, deep 3 m and diameter is similar with the floater. Trapping egg made by screen net 400 microns which is put on side by side the net cages. The instrument of egg harvest is similar with the mini trawl which has total length 3 m and in the mouth side has 3X1 m dimensions and 30 cm in diameter on back part. There are two spawning methods: natural spawning without hormone induce and natural spawning with hormone induce. On the natural spawning without hormone induce, mature broadstock are cultured in the cage using broadstock management protocol. Screen net trapping egg put inside of the net. Setting up during spawning season after the full moon for sea bass,and silver pompano. On the natural spawning with hormone, we have to check the gonads maturity of fish first, induce it with hormone and then put it on in the net cages. The two species have cultured in the different cages starting on February 2010. A hundred of sea bass with 3-8 kg and 200 silver pompano with 1,2-2,0 kg. Start on April seabass has been successfully spawning naturally with average fertility rate and hatching rate are 95% each cycle and silver pompano has been spawning naturally with hormone induce with average fertility rate is 40-95% and hatching rate is 5-80%
Key word : Spawning design, Rounded floating net cages, Sea bass, and Silver pompano
I. PENDAHULUAN 1. Latar belakang Pengembangan usaha perikanan budidayaa terus diupayakan dalam rangka meningkatkan kontribusinya bagi pembangunan ekonomi nasional. Hal ini dilakukan guna peningkatan devisa negara, peningkatan pendapatan pembudidaya ikan, penyediaan lapangan kerja dan pelestarian lingkungan. Selanjutnya untuk mewujudkan Indonesia sebagai produsen perikanan terbesar didunia pada tahun 2015, sektor perikanan budidaya menjadi tulang punggungnya mengingat hasil penangkapan yang mengalami penurunan. Kegiatan perikanan budidaya dapat berkembang apabila penyediaan benih tercukupi dengan berkualitas yang baik dan murah, manajemen budidaya yang tepat, penentuan lokasi yang sesuai, penyediaan pakan yang berkualitas baik dan murah, aplikasi teknologi yang sesuai, serta dukungan permodalan yang cukup. Benih memegang peran yang sangat besar dalam mendukung keberhasilan usaha budidaya. Diantara beberapa faktor yang menjadi penyebab kegagalan dalam usaha budidaya ikan adalah: pertumbuhan ikan lambat dan angka kelulushidupannya rendah akibat penggunaan benih yang tidak berkualitas. Selain dari pada itu harga benih juga yang masih relatif mahal, sehingga memperbesar ongkos produksi. Dengan demikian selain kualitas dan harga menjadi faktor penting dalam percepatan pembangunan perikanan budidaya. Balai Budidaya Laut Batam sebagai institusi penghasil teknologi dan penyedia benih berupaya untuk memproduksi benih berkualitas baik dengan harga murah. Untuk mencapai hal tersebut diawali dengan perbaikan manajemen pemeliharaan induk dan teknik pemijahan. Alternatif pemeliharaan induk dilaut mempunyai keuntungan secara teknis dan ekonomi. Secara teknis dapat mengurangi stress pada ikan karena kondisi kimia dan fisika air sesuai dengan kehidupan ikan. Stres akibat penanganan dapat juga diminimalisir. Adanya luka, sisik lepas, lamanya kontak dengan udara langsung merupakan factor pemicu stress pada saat pengangkutan ikan dari laut menunju bak pemijahan di darat. Adanya stress menyebabkan kegagalan dalam pemijahan bahkan kematian induk (Rottmann, R.W, Shiremen.J.V. dan Chapman, F.A. 1991). Secara ekonomi biaya pembuatan wadah pemeliharaan induk lebih murah, tidak memerlukan pembiayaan listrik karena penggunaan pompa air dan blower serta perawatan lebih mudah dan murah karena hanya melakukan penggantian jaring secara rutin. Keberhasilan pemijahan ikan di laut telah dilakukan di Taman Nasional Lombok terhadap species Kerapu Bebek (Cromileptis altivelis), Kerapu Macan (Epinephelus fuscogutattus) dan Kerapu Lumpur (Epinephelus coioides) (Sudaryanto, T. Meyer and P.J. Mous, 2004). Sedangkan di Philipina, terhadap ikan Bandeng (Chanos-chanos), Kakap Putih (Lates carcarifer), Kakap Merah (Lutjanus johnii), Kakap Merah (Lutjanus argentimaculatus) dan Kerapu Lumpur (Epinephelus coioides) (Tenedero, R.A. 2002).
Mengingat beberapa keuntungan yang diperoleh dan keberhasilan dari pemijahan ikan di laut, maka Balai Budidaya Laut Batam, mencoba untuk menerapkan teknik ini dengan dan berhasil memijahkan ikan kakap putih (Lates calcarifer), Kakap Merah (Lutjanus johnii), (Lutjanus argentimaculatus), dan Bawal Bintang (Trachinotus blochii) (Hartanto,N. dan Agung.D, 2008). Namun keberhasilan tersebut masih perlu dilanjutkan mengingat masih terdapat kelemahan seperti: ukurannya kecil sehingga jumlah induk yang dipijahkan terbatas dan jumlah telur yang dihasilkan sedikit, susah dalam pemanenan telur serta usia keramba yang singkat. 2. Tujuan Tujuan perekayasaan ini adalah untuk memperoleh keramba pemijahan yang murah, tahan lama, mudah dalam perawatan dan pengoperasionalannya, ramah lingkungan dengan tetap memperhatikan mutu telur yang dihasilkan. 3. Tempat dan waktu Kegiatan dilakukan di Balai Budidaya Laut Batam. Tahap desain dan pembuatan pada bulan September 2009 dan tahap pengujian mulai bulan Januari sampai dengan Agustus 2010. II. BAHAN DAN METODE 2.1. Tahap desain dan kontruksi 2.1.1. Bahan Bahan keramba hendaknya mempunyai kriteria untuk memperoleh keramba yang kuat dan usia penggunaan lama. Adanya isu ramah lingkungan sehingga perlu mencari bahan tidak berkarat dan tidak merusak hutan. Selain itu bahan harus lentur sehingga tahan benturan, tekanan arus/gelombang dan mudah dibentuk dalam pembuatannya. Bahan juga mdah diperoleh di Indonesia. Berdasarkan kriteria tersebut diatas maka bahan yang paling sesuai adalah pipa polyethylene (PE). 2.1.2. Bentuk dan dimensi Bentuk yang diinginkan adalah bulat. Bentuk ini untuk menghindari adanya sudut yang tajam sehingga diharapkan tidak mengganggu proses pemijahan karena biasanya pemijahan awali dengan percumbuan yang ditandai berenang bersama mengelilingi tempat pemijahan. Ukuran diameter keramba 6 m dan tinggi jaring 4 m. Ukuran ini tidak terlalu besar sehingga masih mudah dalam pengelolaan, seperti ganti jaring, mengingat pekerjaan tersebut tidak dibantu dengan alat mekanis. Kedalaman bagian jaring yang terendam di air 3 m. Jadi total volume keramba 85 m3 sehingga dapat memelihara induk dengan jumlah yang cukup banyak. Hal ini penting terutama bagi ikan yang mempunyai fekonditas rendah.
6m
Gambar 1. Bentuk keramba tampak dari atas 6m
4m
Gambar 2. Bentuk keramba tampak dari samping 2.1.3. Komponen Keramba ini berfungsi sebagai tempat pematangan gonad dan sekaligus pemijahan sehingga harus memiliki komponen yang menunjang aktifitas tersebut. Beberapa komponen yang harus dimiliki oleh keramba ini dengan fungsinya masingmasing, adalah: keramba apung sebagai tempat menempelnya jaring, jaring sebagai tempat pemeliharaan ikan, pemberat jaring sebagai peregang jaring agar membentang sesuai bentuknya, screen nett perangkap telur untuk menghalangi telur setelah ikan memijah, bingkai panen telur sebagai tempat menempel dan merentangkan screen panen telur, titian tengah sebagai tempat menempelnya sentral panen telur, pengamatan dan aktifitas panen telur, serta screen net panen telur sebagai alat untuk mengumpulkan telur.
Sentral panen telur
Titian panen telur Pipa keramba Bingkai panen telur Jaring Tali pemberat Pemberat
Gambar 3. Keramba dan komponennya
Gambar 4. Desain akhir keramba
2.1.4. Pembuatan Setelah desain selesai dilakukan pengerjaan keramba yang dilakukan oleh PT. Gold Star, Bandung. Tempat pengerjaan di BBL Batam.
Gambar 5. Pembuatan keramba 2.2. Tahap pengujian 2.2.1. Bahan dan alat - Induk ikan kakap putih (Lates calcarifer), dan bawal bintang (Trachinotus blochii) - Pakan induk (ikan segar, pellet, cumi-cumi) - Suplement pakan (vitamin E, C, multivitamin, enrichement, minyak ikan, minyak cumi) - Hormon LH-RHa, Puberogen dan HCG - Obat-obatan - Anestesi - Jaring ukuran mata jaring 2 inchi dengan dimensi diameter 6 m dan tinggi 4 m - Perangkap telur berupa screen nett mess size 0,5 mm diameter 6 m dan tinggi 3m - Kantong panen telur - Serok telur - Serok induk - Ember - Bak penampung telur - Timbangan - Selang dan batu aerasi - Mini blower - Kanula 2.2.2. Metode Seleksi induk Kegiatan penyeleksian dilakukan untuk mendapatkan induk jantan dan betina yang telah matang gonad. Seleksi induk dilakukan dengan striping dan kanulasi. Induk dikatakan matang gonad bila diameter telur telah mencapai > 400 µm dan telah menjadi butiran bulat yang memisah. Sedangkan induk jantan telah mempunyai sperma yang kental dan berwarna putih susu. Induk ditempatkan dalam satu jaring bulat diameter 6 meter. dengan mess size 2,0 inchi. Selanjutnya dilakukan kegiatan pematangan gonad melalui manajemen pakan yang baik sampai ikan memijah atau siap memijah. Selama pemeliharaan dilakukan penggantian jaring 1 kali sebulan dan pengobatan apabila ada ikan yang sakit.
Gambar 6. Seleksi induk Pematangan gonad Induk yang terseleksi sebanyak 100 ekor ikan kakap putih, berat 2-7 kg dan 150 ekor ikan bawal bintang berat 1,5 – 3 kg dengan perbandingan jantan dengan betina 1:1 dimasukan kedalam keramba untuk dilanjutkan pada kegiatan pematangan gonad melalui manajemen pakan yang baik sampai ikan memijah atau siap memijah. Adapun jenis, dosis dan jadwal pemberian pakan dan suplemen, dapat dilihat pada table 1. Pemijahan Ada dua cara pemijahan yang dilakukan yaitu pemijahan secara alami tanpa menggunakan hormone dan pemijahan alami dengan rangsang hormonal. Pemijahan alami tanpa penyuntikan hormone ikan dipelihara dengan program pematangan gonad sampai ikan memijah dengan sendirinya. Pada saat musim pemijahan yaitu setelah bulan purnama screen nett mess size 0,5 mm ukuran diameter 6 m dan tinggi 4 m di pasang pada bagian dalam sekeliling jaring pemeliharaan (bagian bawah dibiarkan). Lakukan pengecekan di malam hari., Tabel 1: Jadwal Pemberian Pakan NO 1 2 3 4 5 6 7
HARI Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu atau setiap hari satu minggu sebelum memijah Minggu
PAKAN Ikan+Pellet+Vit E Ikan +Pellet Ikan+Pellet+Vit C Ikan+Pellet Ikan+Pellet+MV Cumi+Pellet
DOSIS 40 mg/kg BW
Ikan/Cumi/Udang
2-4 % BW
10 mg/kg BW 10 mg/kg BW 2-4 % BW
Pada pemijahan alami dengan rangsang hormonal, terlebih dahulu dilakukan pengecekan terhadap sebagian induk untuk mendapatkan induk yang benar-benar matang gonad. Induk yang matang gonad disuntik dengan hormone, kemudian dimasukan kembali ke dalam keramba yang telah dilapisi screen nett. Lakukan pengecekan pemijahan pada malam hari. Panen telur Apabila ikan sudah memijah maka telur segera di panen untuk menghindari dimangsa ikan kecil. Panen dilakukan dengan memutar alat panen telur beberapa kali putaran. Telur yang mengumpul pada bagian ujung alat panen diambil dan masukan kedalam ember. Telur dibersihkan dari kotoran atau organisme laut dengan menyaring dengan saringan dengan mess sizi 2 mm kemudian masukan ke dalam bak penampung telur. Gunakan aerasi untuk menjamin supley oksigen. Pada pagi hari telur di bawa ke hatchery untuk ditetaskan.
Gambar 7. Panen telur Pengamatan Parameter yang diamati dari perekayasaan ini adalah kualitas air yang meliputi suhu, salinitas, kecerahan, kecepatan arus, DO dan pH. Sedangkan parameter teknis yang diamati adalah : frekuensi pemijahan, jumlah telur, angka pembuahan, angka penetasan, diameter telur dan performa benih yang dihasilkan pada masing-masing species ikan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bulan Maret 2010 telah diseleksi induk ikan sebanyak 100 ekor ikan kakap putih dan 150 ekor ikan bawal bintang. Induk ikan hasil seleksi yang telah matang gonad dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Data induk yang telah matang gonad No 1 2
Spesies Lates calcarifer Trachinotus blochii
Berat (kg) 2–7 1,5 – 3
Jantan 50 75
Betina 50 75
Jumlah 100 150
Mulai dari bulan Mei sampai September 2010, telah berhasil memijah ikan kakap putih secara alami. Sedangkan ikan bawal bintang belum memijah secara alami sehingga pada bulan Agustus dirangsang secara hormonal dengan hormone HCG+Puberogen dan terjadi pemijahan. Pemijahan berlangsung pada pukul 20.00 – 10.00 WIB . Data pemijahan pada keramba jaring apung dapat dilihat pada tabel 3 dan 4. Tabel 3. Hasil pemijahan induk ikan kakap putih di keramba jaring apung bulat Parameter Jumlah telur (juta butir) Angka pembuahan (%) Angka penetasan (%) Diameter telur (µ) Performa benih (% cacat)
Mei 4 85 90
Juni 6 90 90
BULAN Juli 6 95 95
750-800
750-800
750-800
750-800
750-800
1
1
1
1
-
Agst 15 95 95
Sept 4 90 90
Tabel 4. Hasil pemijahan induk ikan bawal bintang di keramba jaring apung bulat Parameter Jumlah telur (juta butir) Angka pembuahan (%) Angka penetasan (%) Diameter telur (µ) Performa benih (% cacat)
Mei -
Juni -
BULAN Juli -
Agst 2 75 80 850 1
Sept -
Ikan Kakap Putih (Lates calcalifer) dan Bawal Bintang (Trachinotus blochii) telah berhasil dipijahkan di keramba jaring apung bulat. Ikan kakap putih memijah secara alami dengan angka pembuahan 85-95 %, angka penetasan 90-95 % dan diameter telur 750-800 mikron. Sedangkan pemijahan ikan bawal bintang masih menggunakan rangsang hormonal. Diperoleh angka pembuahan 75 %, angka penetasan 80 % dan diameter telur 850 mikron. Walaupun kami belum menghitung secara detail analisa usahanya namun dari beberapa keunggulan pemijahan ikan dilaut (Tabel 5) keberhasilan pemijahan ikan di laut, dapat menekan biaya operasional pemeliharaan induk sehingga harga benih dapat ditekan.
Tabel 5. Beberapa kelebihan dan kekurangan pemeliharaan dan pemijahan ikan di laut Parameter Bak Teknis Kondisi air berfluktuatif karena tidak ada keseimbangan antara proses pemeliharaan dengan jumlah air yang masuk sehingga kualitas dan kuantitas air tidak sebaik di laut Adanya luka, sisik lepas, lamanya kontak dengan udara langsung merupakan factor pemicu stress pada saat pengangkutan ikan dari laut menunju bak pemijahan di darat. Adanya stress menyebabkan kegagalan dalam pemijahan bahkan kematian induk (Rottmann, R.W, Shiremen.J.V. dan Chapman, F.A. 1991). Panen telur mudah karena ditampung pada bak panen telur dibiarkan dan pagi baru dipindahkan ke bak inkubasi
Secara ekonomis
Keramba Mengurangi stress ikan karena kondisi kimia dan fisika air sesuai dengan kehidupan ikan.
Stres akibat penanganan dapat di minimalisir
Panen telur susah karena harus diserok dan dilakukan panen segera setelah proses pemijahan selesai Design keramba dapat dibuat lebih dalam sehingga ikan lebih leluasa bercumbu dalam masa parade cinta. Memerlukan biaya yang besar untuk Biaya pembuatan murah konstruksi Memerlukan eksploitasi pompa air dan blower, Perawatan bak lebih mahal dan susah karena harus ada pengecatan, dan pembersihan secara rutin
Tidak memerlukan pembiayaan listrik Perawatan lebih mudah dan murah karena hanya melakukan penggantian jaring secara rutin
Parameter kualitas air yang diamati meliputi suhu, salinitas, kecerahan, kecepatan arus, DO dan pH. Hasil pengukuran masih sesuai dengan syarat kehidupan ikan laut. Khusus untuk mengatasi arus yang kuat kelompok induk ikan ini ditempatkan pada bagian tengah kompleks keramba, sehingga tidak menerima hempasan gelombang dan arus secara langsung.
Tabel 6. Hasil Pengamatan Kualitas Air Pemeliharaan NO 1 2 3 4 5 5
PARAMETER Suhu Salinitas DO pH Kecerahan Kecepatan arus
SATUAN 0 C ppt ppm m cm/dt
NILAI 29,4 – 29,8 31 – 32 5,8 – 6,8 8 – 8,2 4 – 4,5 20-30
IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Ikan Kakap Putih (Lates calcalifer) dan Bawal Bintang (Trachinotus blochii) telah berhasil dipijahkan di keramba jaring apung bulat. Pemijahan kakap putih secara alami dengan angka pembuahan 85-95 % dan angka penetasan 90-95 %. Pemijahan ikan bawal bintang masih menggunakan rangsang hormonal. Angka pembuahan 75 % dan angka penetasan 80 %. Pemijahan dilaut dapat menekan biaya operasional pemeliharaan induk sehingga harga benih dapat ditekan. 4.2. Saran Perlu melanjutkan pemijahan terhadap spesies ikan lain dengan teknik pemijahan tanpa injeksi hormon dan pengamatan terhadap mutu telur dilihat dari kontaminasi bibit penyakit (bakteri, parasit, jamur dan virus)
DAFTAR PUSTAKA Hartanto, N. dan Agung. D. 2008. Pemijahan Ikan Ikonomis Penting di Keramba Jaring Apung.Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Laut Batam Rottmann, R.W, Shiremen.J.V. and Chapman, F.A. 1991. Capturing, Handling, Transporting, Injecting and Holding Brood Fish for Induced Spawning. SRAC Publication No.422. Sudaryanto, T. Meyer and P.J.Mous. 2004. Reproduction naturelle de trois espèces de mérous dans des cages flottantes d’une installation pilote de production de géneteurs à Komodo, Flores, en Indonésie. Ressources marines et commercialisation- Bulletin de la CPS no 12 Juillet 2004. Tenedero, R.A. 2002. Broodstock cage design and contruction. Lecture Note in Training Course on Marine Fish Hatchery. Seafdec Aquaculture Department. 19 p.