LIMNOTEK 18 (1) : 38-47 Fachmijany Sulawesty, et al., (2011) / LIMNOTEK (2011) 18 (1) : 38-47
KONDISI KUALITAS AIR BEBERAPA DAERAH PEMELIHARAAN IKAN KARAMBA JARING APUNG DI DANAU MANINJAU Fachmijany Sulawesty, Sutrisno, Agus Hamdani, & Triyanto Puslit Limnologi – LIPI Diterima redaksi : 11 November 2010, disetujui redaksi : 3 Februari 2011
ABSTRAK Pemeliharaan ikan di karamba jaring apung (KJA) merupakan salah satu kegiatan utama perikanan di Danau Maninjau. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa berbagai kegiatan di D. Maninjau telah menyebabkan berbagai masalah, seperti penurunan kualitas air danau. Penurunan kualitas air danau telah menyebabkan kematian massal ikan yang dipelihara di KJA, untuk itu pengamatan kondisi kualitas air di beberapa daerah KJA dilakukan. Pengamatan dilakukan di Sungai Tampang, Linggai, Bayur, Sigiran dan inlet PLTA pada bulan November, Desember 2008 dan Januari 2009, serta di Sungai Tampang, Bayur, dan Sungai Batang pada bulan Juli, September, November 2009 dan Januari 2010. Hasil analisis TN, TP, NH4-N, N-NO3, N-NO2 dan PO4-P di daerah Linggai, inlet PLTA, Sungai Tampang, Bayur, Sungai Batang dan Sigiran menunjukkan nilai yang cukup tinggi, aktifitas di KJA diduga memicu tingginya nutrien dalam air. Rasio TN: TP umumnya TN: TP> 12, menunjukkan fosfor memiliki potensi untuk menjadi faktor pembatas di Danau Maninjau Kata kunci : danau, Maninjau karamba jaring apung, kualitas air. ABSRTACT CONDITION OF SOME LOCAL AIR QUALITY MAINTENANCE OF FISH IN LAKE FLOATING NET MANINJAU. The maintenance of fish floating net is one of the main activities of fisheries in Lake Maninjau. Recent developments indicate that the various activities in Lake Maninjau has caused various problems, such as the decline in lake water quality. The decrease in lake water quality has caused mass mortality of fish that are kept in cages, for that the observation of water quality conditions in some areas of the cage was done. Observations made at the River Tampang, Linggai, Bayur, Sigiran and hydropower intake in November, December 2008 and January 2009, as well as in River Tampang, Bayur, and River Batang in July, September, November 2009 and January 2010. The results of the analysis of TN, TP, NH4-N, N-NO3, N-NO2 and PO4-P in the region Linggai, hydropower, River Tampang, Bayur, River Batang and Sigiran show a high enough value, allegedly triggered activity in cages high content of nutrients in the water. Ratio of TN: TP generally TN: TP> 12, indicating that phosphorus has the potential to be a limiting factor in Lake Maninjau. Key words : lake, Maninjau, fish floating net, water quality
38
Fachmijany Sulawesty, et al., / LIMNOTEK (2011) 18 (1) : 38-47
Sebagian besar Nitrogen di perairan terdapat dalam bentuk gas, sedangkan selebihnya dalam bentuk amonia, nitrat, nitrit, urea, dan senyawa organik terlarut. Orofosfat merupakan bentuk fosfor anorganik yang dapat langsung dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk pertumbuhannya, meskipun dibutuhkan dalam jumlah sedikit, fosfor biasanya merupakan faktor pembatas di perairan (Goldman & Horne, 1983). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kualitas air beberapa daerah pemeliharaan ikan KJA di Danau Maninjau. Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui parameter kualitas air yang berperan di daerah KJA.
PENDAHULUAN Danau Maninjau terletak di Kabupaten Agam, Sumatera Barat dengan luas 9.737,5 ha dan kedalaman maksimum 165 m, terletak pada S: 0o 18’ 28.8” E: 100o 11’ 35.0”. Danau Maninjau merupakan salah satu danau di Indonesia yang memiliki berbagai fungsi yaitu sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA), kegiatan sektor perikanan, dan pariwisata, serta sumber air irigasi untuk pertanian. Berbagai komponen masyarakat sangat menggantungkan kehidupannya pada D. Maninjau, namun sayangnya dalam perkembangan terakhir berbagai aktivitas yang memanfaatkan D. Maninjau telah menyebabkan berbagai permasalahan seperti penurunan kualitas perairan danau. Proses penurunan kualitas air danau telah menyebabkan kematian masal ikan yang dipelihara di keramba jaring apung (KJA). Seperti yang terjadi pada tahun 1997, saat itu tercatat kurang lebih 950 ton ikan mati (Harian Singgalang dalam Syandri 2000). Kematian massal ikan yang terakhir terjadi pada awal tahun 2009 di KJA milik petani ikan di beberapa daerah pemeliharaan. Budidaya ikan KJA berkembang sangat pesat di D. Maninjau, hal ini diduga menjadi salah satu penyebab meningkatnya beban pencemar di D. Maninjau. Salah satu beban pencemar itu adalah unsur hara nitrogen (N) dan fosfor (P) yang merupakan sisa-sisa pakan ikan yang dipelihara. peningkatan unsur hara dapat menyebabkan terjadinya penyuburan (eutrofikasi) di perairan.
BAHAN DAN METODE Pengamatan kualitas air di beberapa daerah KJA di Danau Maninjau (Linggai, inlet PLTA, Sungai Tampang, Bayur, Sigiran. dan Sungai Batang), dilakukan dengan metoda survei untuk melihat parameter fisika dan kimia (TN, TP, N-NO3, N-NO2, N-NH4, P-PO4, suhu, oksigen terlarut/DO, pH, dan kekeruhan). Lokasi, waktu dan posisi pengambilan sampel dapat dilihat pada Tabel 1, Gambar 1. Secara in situ parameter yang dianalisa adalah suhu, oksigen terlarut (DO), pH, kekeruhan (menggunakan water quality checker Horiba U10), dan kedalaman Secchi menggunakan keping Secchi. Sedangkan parameter TN, TP, N-NO3, N-NO2, N-NH4, dan P-PO4 dianalisis di Laboratorium Hidrokimia, Pusat Penelitian Limnologi-LIPI Cibinong berdasarkan APHA (1995).
39
Fachmijany Sulawesty, et al., / LIMNOTEK (2011) 18 (1) : 38-47
Tabel 1. Lokasi pengambilan sampel, waktu dan posisi pengambilan sampel. No. Lokasi Waktu Uraian November dan Desember 2008 serta Permukaan 140 1. Linggai 2.
Inlet PLTA
3.
Sungai Tampang (S 00’3112” E 100’1652”) Bayur (S 00’2706” E 100’2136”) Sigiran
4. 5. 6. 7. 8. 9.
Sungai Batang (S 00’3577” E 100’2149”) Sungai Tampang (S 00’3112” E 100’1652”) Bayur (S 00’2706” E 100’2136”) Sungai Batang (S 00’3577” E 100’2149”)
Januari 2009 November dan Desember 2008 serta Januari 2009 November dan Desember 2008 serta Januari 2009
Permukaan 128 Permukaan 850
November dan Desember 2008 serta Januari 2009 November dan Desember 2008 serta Januari 2009 November dan Desember 2008 serta Januari 2009 Juli, September dan November 2009 serta Januari 2010
Permukaan
Juli, September dan November 2009 serta Januari 2010 Juli, September dan November 2009 serta Januari 2010
0 m, kedalaman Secchi dan dasar perairan 0 m, kedalaman Secchi dan dasar perairan
Permukaan Permukaan 0 m, kedalaman Secchi dan dasar perairan
Linggai Bayur Lokasi 3
Peta Danau Maninjau PLTA
Sigiran
Lokasi 2 Lokasi 1 Sungai Tampang
Lokasi Penelitian
Sungai Batang Lokasi 4
Gambar 1. Peta lokasi pengambilan sampel di D. Maninjau
40
Fachmijany Sulawesty, et al., / LIMNOTEK (2011) 18 (1) : 38-47
Januari 2009 dibanding bulan November dan Desember 2008, sedangkan kandungan PPO4 hampir sama pada setiap pengamatan kecuali di S. Tampang pada bulan Januari 2009 kandungannya lebih tinggi dibanding yang lain. Sungai Tampang juga mempunyai nilai N-NH4, N-NO2 dan P-PO4 relatif tinggi dibanding lokasi lainnya. Berdasarkan data dari Dinas Perikanan Kabupaten Agam pada tahun 2008 KJA di daerah S. Tampang jumlahnya cukup tinggi dibanding daerah lainnya, yaitu mencapai 850 unit (komunikasi pribadi). Diduga kegiatan KJA yang tinggi di daerah S. Tampang menyebabkan kandungan nilai NNH4, N-NO2 dan P-PO4 relatif tinggi dibanding lokasi lainnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis kualitas air di kawasan KJA Danau Maninjau (Linggai, inlet PLTA, Sungai Tampang, Bayur, Sigiran. dan Sungai Batang) dapat dilihat pada Tabel 2, Gambar 2 dan 3. Kandungan N-NH4 antara 0,0046 mg/L sampai 0,7336 mg/L, kandungan N-NO2 antara 0,0013 mg/L sampai 0,2440 mg/L, kandungan N-NO3 antara 0,0366 mg/L sampai 0,7262 mg/L, kandungan P-PO4 antara 0,0237 mg/L sampai 0,1536 mg/L (Tabel 3). Kandungan N-NH4 cenderung lebih tinggi pada bulan Januari 2009 dibanding bulan November dan Desember 2008, kandungan N-NO2 dan NNO3 cenderung lebih rendah pada bulan Tabel 2.
Nilai N-NO3, N-NH4, N-NO2 dan P-PO4 di daerah KJA D. Maninjau bulan November dan Desember 2008 serta Januari 2009. No. Nov-08 1 2 3 4 Des 2008 1 2 3 4 Des 2008 1 2 3 3-Jan-09 1 6-Jan-09 1
Stasiun
N-NO2 mg/L
N-NO3 mg/L
N-NH4 mg/L
P-PO4 mg/L
Linggai PLTA S. Tampang Bayur
0.0018 0.0950 0.0171 0.0034
0.5608 0.5094 0.4285 0.5535
0.0189 0.0065 0.0121 0.0102
0.0541 0.0301 0.0461 0.0361
Linggai PLTA S. Tampang Bayur
0.0024 0.0122 0.2440 0.0034
0.7262 0.3844 0.5351 0.2742
0.0071 0.1201 0.0046 0.0307
0.059 0.0631 0.0754 0.0304
Linggai PLTA S. Tampang
0.0032 0.0013 0.1034
0.1289 0.0717 0.1428
0.0436 0.0348 0.0488
0.0266 0.0237 0.0621
Sigiran
0.0129
0.0366
0.2063
0.0611
S. Tampang PLTA
0.0052 0.0035
0.0366 0.0504
0.7336 0.314
0.1536 0.066
0.0136
0.0809
0.0405
0.0719
9-Jan-09 1 PLTA
41
Fachmijany Sulawesty, et al., / LIMNOTEK (2011) 18 (1) : 38-47
2 1.8 1.6
T N (m g/L)
1.4 1.2
Linggai
1
PLTA
0.8
S. Tampang
0.6
Bayur Sigiran
0.4 0.2 0 11-Nov-08
1 Des 08
24 Des 08
3-Jan-09
6-Jan-09
9-Jan-09
Waktu
0.18 0.16 0.14 0.12 Li nggai
0.1
PLTA
0.08
S. Tampang 0.06
Bayur
0.04
Si gir an
0.02 0 11-Nov-08
1 Des 08
24 Des 08
3-Jan-09
6-Jan-09
9-Jan-09
Waktu
30 25 20 Linggai
15
PLTA S. Tampang
10
Bayur Sigiran
5 0 11-Nov-08
1Des 08
24 Des 08
3-Jan-09
6-Jan-09
9- Jan- 09
Wakt u
Gambar 2.
Konsentrasi Nitrogen Total (TN), Fosfor Total (TP) dan rasio TN/TP di D.Maninjau pada bulan November dan Desember 2008 serta Januari 2009
42
Fachmijany Sulawesty, et al., / LIMNOTEK (2011) 18 (1) : 38-47
DM Bayur
S. Batang
TN (mg/L) 0.000
1.000
S. Tampang
TN (mg/
2.000
0.000
0
0.500
TN (mg/ L)
1.000
1.500
0.000
0
1.500
2
5
4
6
10
8
6 15
10
8
12
Juli
14
Sept
16
Nov Jan
Juli
20
Sept Nov
25
0.000
0
Nov Jan
S. Tampang TP (mg/L)
TP (mg/ L)
1.000
Sept
12
S. Batang
TP (mg/ L)
0.500
Juli
10
Jan
DM Bayur
0.000
1.000
0
2 4
0.500
0.100
0.200
0.300
0.400
0.000
0
0
5
2
2
1.000
2.000
4 6
4
10
6
8 15
10
8
12
Juli
Juli
20
Sept
14
No v
16
Sept No v
25
Jan
40.000
S. Tampang Rasio TN / TP
Rasio TN / TP
60.000
0.000
0
10.000
20.000 30.000
0.000
40.000
10.000
20.000
30.000
0
0
2
2
5
4
No v Jan
S. Batang
Rasio TN/ TP 20.000
Sept
12
Jan
DM. Bayur
0.000
Juli
10
4
6
10
8
6 15
10
8
12
Juli
14
Sept
16
Nov
Juli
20
Sept No v
25
Jan
Jan
10 12
Juli Sept No v Jan
Gambar 3. Nilai TN, TP dan rasio TN/TP di DM Bayur, S. Tampang dan S.Batang pada bulan Juli, September dan November 2009 serta Januari 2010 Kandungan nitrogen total (TN) selama pengamatan paling rendah (0,429 mg/L) ditemukan di S. Batang, sedangkan tertinggi (1,9532 mg/L) di Sungai Tampang. Kandungan fosfor total (TP) selama pengamatan paling rendah (0,014 mg/L)
ditemukan di S. Batang, sedangkan tertinggi (1,800 mg/L) di Sungai Tampang. Nilai TN dan TP ini cukup tinggi (berdasarkan Ryding & Rast, 1989), aktifitas di KJA diduga menjadi pemicu tingginya kandungan TN dan TP di perairan. Sungai Tampang
43
Fachmijany Sulawesty, et al., / LIMNOTEK (2011) 18 (1) : 38-47
merupakan daerah yang mempunyai nilai TN dan TP tertinggi dibanding yang lainnya begitu pula dengan kandungan N-NH4, NNO2 dan P-PO4, sehingga hal ini perlu diwaspadai terutama jika terjadi pembalikan air (upwelling) yang akan mengangkat unsur-unsur ini ke permukaan air. Kandungan oksigen terlarut akan menurun karena akan digunakan pada proses oksidasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan kematian ikan di KJA. Secara vertikal kandungan TP tinggi pada dasar perairan, hal ini berkaitan dengan rendahnya kandungan oksigen yang menyebabkan terjadinya pelepasan ion-ion fosfat dari dasar perairan, sedangkan di permukaan perairan senyawa ini banyak dimanfaatkan oleh fitoplankton. Rasio TN:TP pada bulan November 2008, dan Desember 2008 umumnya di atas 12, begitu pula pada bulan Juli, September dan November 2009 serta Januari 2010 umumnya diatas 12 terutama di bagian permukaan dan kedalaman Secchi. Secara umum D. Maninjau mempunyai rasio TN:TP > 12, sama seperti hasil penelitian sebelumnya (Meutia, dkk. 2002; Nomosatryo, dkk. 2002; Triyanto, dkk.. 2005; Triyanto, dkk. 2006 ; Suryono dkk., 2007 ; Sulastri 2009) yang menunjukkan bahwa fosfor berpotensi menjadi faktor pembatas di D. Maninjau. Nilai rasio TN : TP > 12 ini perlu diwaspadai mengingat pernah terjadi blooming Microcystis di D. Maninjau pada tahun 2000 (Syandri dalam Sulastri, 2009), karena penelitian Retnaningdyah, et al (2010) di Waduk Sutami menunjukan bahwa pertumbuhan Microcystis mempunyai korelasi positif terhadap rasio N dan P pada konsentrasi
nitrat tinggi, yaitu semakin tinggi rasio NP semakin tinggi pula kelimpahan Microcystis. Selain itu Xie et al dalam Retnaningdyah, et al (2010) menyebutkan bahwa perairan dengan rasio TN : TP > 29 atau rasio TN : TP < 29 akan memnyebabkan blooming Microcystis, jika kandungan nutrient N dan P tinggi. Seperti disebutkan di atas nilai TN dan TP di perairan D. Maninjau cukup tinggi (Gambar 3 dan 4), jadi potensi terjadinya blooming Microcystis cukup tinggi pula. Nilai pH antara 7,01 sampai 10,29, suhu antara 21,9°C sampai 31,6°C, oksigen terlarut (DO) antara 0,8 mg/L sampai 7,84 mg/L, nilai kekeruhan antara 1 – 40 NTU (Gambar 4, 5 dan 6). Nilai pH di daerah KJA D. Maninjau cenderung bersifat basa, menunjukan perairan dengan produktifitas yang tinggi. Suhu dan oksigen terlarut semakin rendah dengan semakin bertambahnya kedalaman. Kandungan oksigen terlarut di daerah PLTA pada 6 Januari 2009 terlihat rendah dibanding daerah lainnya, pada saat itu mulai terjadi kematian ikan di KJA sekitar PLTA sedangkan di daerah lainnya belum terjadi. Diduga saat itu sedang terjadi proses upwelling di D. Maninjau yang menyebab-kan massa air dari bagian bawah yang membawa senyawa N-NO2 dan NNH4 naik ke permukaan, konsentrasi oksigen terlarut mengalami penurunan karena digunakan dalam proses oksidasi senyawa-senyawa tersebut, diduga hal ini yang menyebabkan kematian ikan di KJA di daerah PLTA. Tingginya kekeruhan di daerah KJA D. Maninjau bisa disebabkan oleh aktifitas di KJA, yaitu berupa sisa makanan ikan dan kotoran ikan yang masuk ke di perairan.
44
Fachmijany Sulawesty, et al., / LIMNOTEK (2011) 18 (1) : 38-47
8 7.8 7.6 7.4
Linggai PLTA
pH7.2
S. Tampang
7
Bayur Sigiran
6.8
Maninjau
6.6 6.4 11-Nov-08
1 Des 08
24 Des 08
3-Jan-09
6-Jan-09
9-Jan-09
Waktu
32 31 30 Linggai
29
PLTA S. Tampang
28
Bayur 27
Sigiran Maninjau
26 25 11-Nov-08
1Des 08
24 Des 08
3-Jan-09
6-Jan-09
9-Jan-09
Wakt u
6
5
4 Linggai PLTA
3
S. Tampang Bayur
2
Sigiran Maninjau
1
0 11-Nov-08
1Des 08
24 Des 08
3-Jan-09
6-Jan-09
9-Jan-09
Wakt u
Gambar 4.
Kondisi pH, suhu dan oksigen terlarut (DO) di Danau Maninjau pada bulan November dan Desember 2008 serta Januari 2009
45
Fachmijany Sulawesty, et al., / LIMNOTEK (2011) 18 (1) : 38-47
DM Bayur
S. Batang
Suhu ( oC) 27
28
S. Tampang
Suhu (oC)
29
30
31
15
0
20
25
Suhu ( oC)
30
35
27.0
0
29.0
30.0
31.0
0
2
2
5
4
28.0
4
6
10
8
6
15
10
8
12
Juli
14
Sept Nov
16
Juli
20
No v
25
Jan
4
No v Jan
S. Batang
DO (mg/ L) 2
Sept
12
Jan
DM Bayur
0
Juli 10
Sept
S. Tampang
DO (mg/ L) 6
8
0
0
2
4
6
DO ( mg/ L)
8
10
0
0
0
5
2
2
4
6
8
10
2 4 6
4
10
8
6
15
10
8
12
Juli
14
Sept
No v
25
Jan
Gambar 5.
Juli 10
Sept
No v
16
Juli
20
Sept No v
12
Jan
Jan
Kondisi parameter suhu dan oksigen terlarut (DO) di DM Bayur, S. Tampang dan S. Batang pada bulan Juli, September, dan November 2009 serta Januari 2010 S. Batang
DM Bayur PH 0
2
4
6
8
0
10
0 2
2
4
PH 6
8
S. Tampang
10
PH
12
0
0
0
5
2
2
4
6
8
10
12
6 8 10
Kedalaman (m)
4
4
10
6
15 8
12
Juli
14
Sept
Sept
No v
Nov
16
Juli
20 25
Jan
20
40
Jan
S. Tampang
Keker uhan ( NTU)
60
0.000
0
0.0
10.000 20.000 30.000 40.000
2
6
10
8 15
10
Juli
14
Sept
16
Nov
Juli
20
Sept No v
25
Jan
Kedalaman (m)
5
4
Kekeruhan (NTU) 20.0 40.0 60.0
0
0
2
12
No v
S. Batang
Kekeruhan (NTU) 0
Sept
12
Jan
DM Bayur
Juli
10
4 6 8
10 12
Jan
Gambar 6. Nilai parameter pH dan kekeruhan di Bayur, S.Tampang dan bulan Juli, September dan November 2009 serta Januari 2010 46
Juli Se pt No v
S. Batang pada
Fachmijany Sulawesty, et al., / LIMNOTEK (2011) 18 (1) : 38-47
Ryding, Sven-Olov, & Walter Rast, 1989, The Control of Eutrophication of Lakes and Reservoirs, The Prathenon Publishing Group, New Jersey, 314 p. Sulastri, 2009, Pengembangan Sistem Konservasi Sumberdaya Perairan Danau untuk Pemanfaatan Berkelanjutan di Danau Manijau, Sumatera Barat, Laporan Teknis 2009. Pusat Penelitian Limnologi LIPI. Cibinong. 66 hal. Sulawesty, F., Pengembangan Database, Stasiun Limnologi Danau Maninjau – Sumbar dan Laboratorium Alam Situ Cibuntu, Laporan Teknis 2008. Pusat Penelitian Limnologi LIPI. Cibinong. 44 hal. Suryono, T., Triyanto., D.I. Hartoto, Cynthia H.A., F. Sulawesty., Ivana Yuniarti., Sutrisno., S. Nomosatryo., Y. Mardiyati, & Sugiarti, 2007, Kajian Karakteristik Limnologi Danau Maninjau Paska Porogram Penyehatan Danau sebagai dasar Penyusunan Kebijakan, Laporan Teknis Proyek Penelitian Sumberdaya Perairan Darat Puslit Limnologi-LIPI. Hal. : 69 – 111. Swann LaDon, 1997, A Fish Farmer’S Guide to Understanding Water Quality Aquaculture Extension Ilionis-Indiana Sea Grant Program Sea Grant # IL – IN – SG – 97 – 2. Triyanto, dkk., 2005, Kajian Karakteristik Limnologi Danau Maninjau Pasca Program Penyehatan Danau Sebagai Dasar Penyusunan Kebijakan Pengelolaan Danau Yang Berkelanjutan, Laporan Teknis DIPA 2005 Puslit Limnologi LIPI. Hal 254 – 297.
KESIMPULAN Nilai TN, TP, N-NH4, N-NO2 dan P-PO4 daerah karamba jaring apung (KJA) di Linggai, PLTA, Sungai Tampang, Bayur, S. Batang dan Sigiran menunjukan nilai yang cukup tinggi. Rasio TN/TP umumnya menunjukan nilai yang lebih tinggi dari 12, berpotensi phosphor sebagai faktor pembatas. DAFTAR PUSTAKA APHA, 1995, Standard Methods for the Examination of Water and Waste Water, 2nd ed. American Public Health Association. Washinton DC. Goldman, C.R., & A.J. Horne, 1983, Limnology, McGraw-Hill Book Company. New York. 464 p. Meutia, Ami A., S. Aiman, R. Djuawansyah, Sulastri, G. Bayu Aji, Firmansyah, Triyanto, D.I. Hartoto, Yoyok, S, S. Nomosatryo, & Sugiarti, 2002, Penyehatan Danau Maninjau Yang Berbasis Masyarakat. Puslit Limnologi, LIPI, Tidak dipublikasikan. Nomosatryo, S., D.I. Hartoto, Sulastri, Sugiarti, I. Ridwansyah, & M. Badjoeri, 2002, Kondisi Parameter Fisikokimia Limnologis Danau Maninjau, Laporan Teknis Proyek Penelitian Sumberdaya Perairan Darat Puslit Limnologi-LIPI. hal :182 – 190. Retnaningdyah, Catur, Suharjono, Agoes Soegianto, & Bambang Irawan, 2010, Blooming Stimulation of Microcystis in Sutami Reservoir using Nutrients Nitrate and Phosphate in Different Ratio, J.Trop.Life.Science., Vol. I (1) : 42 – 46.
47