GROUPER Jurnal Ilmia Fakultas Perikanan
ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN PADA USAHA BUDIDAYA LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus var sangkuriang) DENGAN PAKAN ORGANIK DI DESA CANDISARI KECAMATAN SAMBENG KABUPATEN LAMONGAN Nanuk Qomariyati dan Resty Dyah Ramadhani Fakultas Perikanan Universitas Islam Lamongan Jl. Veteran No. 53 A Lamongan Ikan lele adalah salah satu ikan yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia. Lele merupakan ikan yang mampu hidup pada keadaan perairan yang miskin oksigen dan merupakan ikan pemakan segala jenis pakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besar biaya, pendapatan dan kelayakan usaha budidaya lele dengan pakan organic dari ampas tahu dan limba biogas. Metode yang digunakan untuk penentuan sampel yaitu simple random sampling. Metode ini dilakukan manakala anggota populasi benar-benar memiliki karasteristik yang homogen. Analisis kelayakan usaha pada budidaya ikan lele dengan pakan organic menunjukkan hasil bahwa pakan organic dengan bahan baku limbah biogas lebih layak dilanjutkan jika di tinjau dari penerimaan atas biaya atau revenue cost ratio (R/C ratio). Pada kolam pakan limbah biogas R/C Ratio sebesar B1 1,8 dan B2 1,83. Dan untuk Analisis pada pendapatan atas biaya atau benefit cost ratio (B/C ratio) pada kolam pakan limbah biogas B1 0,8 dan B2 0,83. Sedangkan pada analisis Break event point (BEP) pada usaha budidaya ikan lele dengan pakan limbah biogas B1 127,9 kg dan B2 126,4 kg. Dan BEP Rupiah pada kolam dengan pakan limbah biogas B1 Rp. 2.046.212 dan B2 Rp. 2.022.445. Kata kunci : Lele Sangkuriang, Pakan Organik beliau memproses ampas tahu dan sludge (kotoran sapi) yang nantinya akan difermentasi dan digunakan sebagai pakan organik sekaligus sebagai pupuk alami bagi ikan. Selain itu juga bisa menekan biaya pakan dan perawatan selama proses budidaya, sehingga pendapatan petani bisa meningkat
PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan lele adalah salah satu ikan yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia. Lele merupakan ikan yang memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut arborescent organ, dengan alat ini lele mampu hidup pada keadaan perairan yang miskin oksigen. Saat ini jenis ikan lele yang ramai dibudidayakan adalah ikan lele jenis lele sangkuriang. Lele dikenal sebagai ikan yang tahan penyakit sekalipun dipelihara diperairan tergenang yang biasanya menjadi sumber penyakit (Ghufran dan Kordi : 2012). Lele ini merupakan hasil perbaikan genetika lele yang di lakukan oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi dengan melakukan silang balik (backcross )terhadap indukan lele dumbo yang ada di Indonesia. (Warisno dan Kres Dahana : 2009) Dengan meningkatnya jumlah permintaan pasar maka petani meningkatkan jumlah produksinya. Namun kendala yang dialami oleh pembudidaya ikan lele ada pada biaya oprasional khususnya pakan. Yang mana hasil atau pendapatan pembudidaya tidak dapat menutup biaya pakan pabrik yang dikeluarkan selama masa pembesaran hingga panen. Sehingga para pembudidaya harus memutar otak agar usaha yang dijalankan mendapatkan keuntungan. Di wilayah Selatan Kabupaten Lamongan ada seorang petani budidaya ikan lele yang bernama Bapak Humam Mawardi,
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di usaha budidaya ikan lele milik Bapak Humam Mawardi, di Desa Candisari, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan, pada bulan Mei – Juni 2016. Metode Pelaksanaan 1. Persiapan Kolam Hal yang perlu diperhatikan dalam pembesaran ikan lele adalah persiapan kolam. Kolam disiapkan untuk wadah pembesaran hingga nantinya didapatkan lingkungan yang optimal bagi kehidupan ikan. Tujuan akhirnya agar ikan lele dapat hidup dan tumbuh maksimal. Persiapan kolam pembesaran ikan lele pada umumnya meliputi pengeringan, pengolahan dasar kolam, pengangkatan lumpur hitam, perbaikan pematang dan saluran air, pengapuran, pemupukan, serta pengisian air kolam.
19
GROUPER Jurnal Ilmia Fakultas Perikanan
2. Metode Penebaran Benih Pada penelitian kali ini, benih lele yang akan ditebar pada budidaya berukuran 5 cm – 7 cm yang mana pada setiap kolam berukuran 8m x 5m memiliki padat tebaran sebanyak 5.000 ekor/ kolam yang akan diteliti. Penebaran benih dilakukan pada jam 9 pagi.
Analisis Data Finansial Analisis finansial dalam penelitian ini meliputi penerimaan dan keuntungan usaha, analisis R/C ratio, analisis B/C ratio dan BEP untuk melihat besarnya perbedaan biaya dan pendapatan. Adapun penjelasan mengenai rumus analisis yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Penerimaan Usaha Budidaya Penerimaan adalah pembayaran yang diterima usaha dari penjualan barang atau jasa (Soeharto, 1997). Sedangkan penerimaan total menurut Nicholson (1994) adalah hasil perkalianantara jumlah barang yang dijual dengan harga barang tersebut (yang nilainya tergantung darijumlah barang), atau secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
3. Metode Pemberian Pakan Pada penelitian kali ini jadwal pemberian pakan sebanyak tiga kali dalam sehari. Yaitu pada pukul 08.00, siang pukul 13.00, malam pukul 18.00. Pemberian pakan lele tidak boleh dimulai terlalu pagi atau lebih tepatnya sebelum jam sembilan pagi. 4. Metode Pengambilan Data Metode yang digunakan untuk penentuan sampel yaitu simple random sampling. Penentuan sampel dilakukan secara random/acak dengan tidak memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Metode ini dilakukan manakala anggota populasi benar-benar memiliki karasteristik yang homogen (Firdaus, 2012).
TR = R (Q) = P (Q) X Q Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan maupun semakin tinggi harga per unit produkyang bersangkutan,maka penerimaan total yang diterima produsen akan semakin besar.Sebaliknya jika produk yang dihasilkan sedikit dan harganya rendah maka penerimaan total yangditerima oleh produsen semakin kecil (Soedjarwanto dan Riswan 1994)
5. Metode Pemanenan Ikan Pemanenan ikan lele dilakukan setelah 2 sampai 3 bulan proses budidaya. Dengan standart ukuran ikan lele 85 gram hingga 165 gram per ekor. Pada hari pemanenan pemberian pakan dihentikan. Pemanenan dimulai dengan mengeringkan secara bertahap air didalam kolam dengan menggunakan pompa hisap hingga air tersisah disaluran kolam yang terdalam. Selanjutnya, semua lele digiring saluran tersebut hingan terkumpul. Tangkap lele secara hati-hati dengan menggunakan jaring tangkap dan dipindah kedalam kolam terpal yang airnya mengalir agar tubuh lele menjadi bersih. Pisahkan ikan lele sesuai dengan ukurannya sesuai dengan permintaan pasar atau konsumen.
2. Keuntungan Usaha Budidaya Keuntungan adalah penerimaan total dikurangi biaya total. Jadi keuntungan ditentukanoleh dua hal yaitu penerimaan dan biaya. Jika perubahan penerimaan lebih besar dari padaperubahan biaya dari setiap output, maka keuntungan yang diterima akan meningkat. Jikaperubahan penerimaan lebih kecil dari pada perubahan biaya, maka keuntungan yang diterima akan menurun. Dengan demikian keuntungan akan maksimal jika perubahan penerimaan samadengan perubahan biaya. Keuntungan (π) dapat dihitung dengan rumus :
Metode Pengolahan Data Metode analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualititif dilakukan dengan analisis deskriptif untuk melihat proses dan kegiatan dalam budidaya ikan lele dengan pakan organic, sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan analisis finansial untuk mengetahui biaya, pendapatan, dan kelayakan usaha budidaya ikan lele dengan pakan organik.
π = TR – TC Keterangan : Π = Keuntungan usaha yang diperoleh (Rupiah) TR = Total Return = Penerimaan total (Rupiah) TC = Total Cost = Biaya total (Rupiah)
20
GROUPER Jurnal Ilmia Fakultas Perikanan
3. Revenue Cost Ratio (R/C Rasio) Menurut Soekartawi (1995), R/C Ratio (Revenue Cost Ratio) merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya, yang secara matematik dapat dinyatakan sebagai berikut:
VC P
= Variable Cost (Biaya Variabel) = Harga Produk
b. Break Even Point (BEP) Rupiah Break Even Point rupiah menggambarkan total penerimaan produk dengan kuantitas produk pada saat BEP.
R / C = PQ. Q / (TFC+TVC ) Keterangan: R = penerimaan C = biaya PQ = harga output Q = output TFC = biaya tetap (fixed cost) TVC = biaya variabel (variable cost)
Keterangan: BEP = Break Even Point (Titik Impas) TR = Total Revenue (Penerimaan) FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) VC = Variable Cost (Biaya Variabel)
4. Benefit Cost Ratio (B/C Rasio) Dalam analisis ini, data yang diutamakan adalah besarnya manfaat yang didapat. Kriteria ini memberikan pedoman bahwa suatu proyek akan dipilih apabila Net B/C> 0. Sebaliknya, bila suatu proyek memberi hasil Net B/C< 0, maka proyek tidak akan diterima. Secara matematis net benefit cost dirumuskan sebagai berikut :
6. Feed Convertion Ratio Menurut NCR (1977) dalam Tahapari dan Suhenda (2009) konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah bobot pakan dalam keadaan kering yang diberikan selama kegiatan budidaya yang dilakukan dengan bobot total ikan pada akhir pemeliharaan dikurangi dengan jumlah bobot ikan mati dan bobot awal ikan selama pemeliharaan. Dengan persamaan sebagai berikut:
Dengan kata lain, FCR didefinisikan beberapa jumlah kilogram pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu kilogram berat badan. Idealnya satu kilogram pakan dapat menghasilkan berat badan 1 kg atau bahkan lebih.
Keterangan : Bt : benefit pada tahun ke-t Ct : biaya pada tahun ke-t i : tingkat bunga yang berlaku t : jangka waktu proyek atau usahatani n : umur proyek atau usahatani
PEMBAHASAN Aspek Teknis Pelaksanaan Budidaya ikan lele meliputi dua kegiatan, yakni pembenihan dan pembesaran. Kegiatan pembenihan lele merupakan salah satu upaya untuk menghasilkan benih sampai dengan ukuran tertentu dengan cara mengawinkan induk jantan dan betina pada kolam khusus pemijahan. Sementara kegiatan budidaya pembesaran ikan lele meliputi: (1) persiapan kolam (2) penebaran benih ikan (3) pemberian pakan (4) pengelolaan kualitas air (5) pemberantasan hama dan penyakit (6) pemanenan.
5. Break Event Point (BEP) BEP dapat dihitung dengan dua cara yaitu: a. Break Even Point (BEP) Penjualan dalam Unit Break even point volume produksi menggambarkan produksi minimal yang harus dihasilkan dalam usaha agar tidak mengalami kerugian. Rumus perhitungan BEP unit seperti berikut:
Keterangan: BEP = Break Even Point (Titik Impas) Q = Quantities (Produksi) FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)
21
GROUPER Jurnal Ilmia Fakultas Perikanan
Bahan – bahan Jahe merah Kunyit putih Temulawak Gula merah Susu segar Tetes tebu Dedak halus Markisa/ nanas
Kebutuhan 0,5 kg 1 kg 1,5 kg 2,5 kg 1 liter 2 liter 0,5 kg 0,5 kg Biaya Total
Harga/ Kg 30.000 5.000 6.000 10.000 20.000 10.000 3.000 7.000
Biaya 15.000 5.000 9.000 25.000 20.000 20.000 1.500 3.500 100.000 minim pemanfaatannya. Sebagian besar yang menggunakan ampas tahu adalah kalangan peternak sapi, karena ampas tahu digunakan untuk campuran minum sapi sebagai pengganti dedak halus karena harganya yang lebih ekonomis dan kandungan gizi yang masih cukup baik.
Sumber : Data Primer Pakan Organik Ampas Tahu Pada penelitian ini bahan utama yang digunakan dalam pembuatan pakan adalah limbah rumah tangga yang berupa ampas tahu. Pada Kecamatan Sambeng ampas tahu masih sangat
Table 17. Bahan – bahan yang digunakan untuk pembuatan pakan alternative dari fermentasi ampas tahu. Bahan Bahan baku : Ampas tahu Tepung ikan Tepung jagung Bungkil kedelai
Dalam 100 kg pakan
Harga satuan Rp/ kg
Biaya total
25 kg 5 kg 10 kg 10 kg
800 5.000 3.000 2.000
20.000 25.000 30.000 20.000
Dedak halus Bungkil kelapa
25 kg 10 kg
3.000 1.500
75.000 15.000
Polard
15 kg
3.000
45.000
1 liter 3 liter 10 liter Biaya Total
4.000 10.000 500
4.000 30.000 5.000 269.000
Bahan tambahan : Pro – biotic Tetes tebu Air
Proses fermentasi memerlukan waktu minimal 3 sampai 5 hari, yang mana ampas tahu dan semua bahan tambahan lain diaduk dalam suatu wadah dan didiamkan pada wadah kedap udara. Semua yang dipergunakan dalam proses budidaya merupakan bahan organik yang ramah lingkungan sehingga sangat aman bagi tanah, air dan kelangsungan hidup ikan.
murah dan dapat tersedia secara kontinyu serta bisa meningkatkan produktivitas ternak/ikan pada tingkat penggunaan tertentu. Manfaat limbah biogas juga bermanfaat sebagai pupuk organik (kompos/humus), media tanam jamur, media ternak cacing tanah, pakan ikan, pakan ternak, dan lain lain. Table 18. Komponen Dan Biaya Yang Diperlukan Dalam Pembuatan Pakan Organic dari Limba Biogas. Susunan Harg Bahan Bahan Bahan Total Biaya (Kg) Rp/ Kg Sludge 33 500 16.500 Fermentasi Tepung 9 3.000 27.000 Jagung
Pakan Limbah Biogas Pada penelitian ini, selain menggunkan ampas tahu sebagai bahan utama yang digunakan dalam pembuatan pakan juga menggunakan limba biogas. Limbah biogas adalah limbah hewani yang berasal dari limbah unit gas bio yang digunakan sebagai bahan pakan ternak dan atau ikan yang
22
GROUPER Jurnal Ilmia Fakultas Perikanan
Dedak Halus Tepung Tapioka Tepung Ikan Minyak Ikan Pro-biotik Tetes Tebu Air
32
3.000
96.000
0,7
8.000
5.600
12
5.000
60.000
2,5 0,3 0,5 10 Total
10.000 4.000 10.000 500
25.000 1.350 5.000 5.000 241.450
Kontribusi Pemberian Pakan Dalam penelitian ini semua kolam budidaya ikan lele mendapatkan perlakuan dan perawatan yang sama. Mulai pemberian pakan, perawatan hama dan penyakit, dan pemberian vitamin berupa probiotik. Namun jenis pakan yang diberikan ada 3 jenis, yaitu pakan pabrik (pellet), ampas tahu, dan limbah biogas. Dalam satu kali pemanenan menghabiskan pakan pellet sebanyak 442,5 kg. Sedangkan pakan dari ampas tahu membutuhan 830 kg, dan pakan dari limbah biogas membutuhkan 902 kg pakan dalam satu kali budidaya.
Harga Jual
Penerimaan
Kolam Pellet
427 kg
16.000
6.832.000
16.000
7.584.000
Kolam A2
468 kg
16.000
7.488.000
Kolam B1
512 kg
16.000
8.192.000
Kolam B2
522,5 kg
16.000
8.360.000
Pendapatan Usaha Budidaya Ikan Lele dengan Pakan Ampas tahu dan Limbah Biogas Pendapatan usaha budidaya ikan lele dengan pakan organik dari fermentasi ampas tahu dan limbah biogas merupakan selisih dari jumlah keseluruhan penerimaan dengan biaya yang telah dikeluarkan. Analisi pendapatan atas biaya usaha dibagi menjadi dua, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Table 25. Analisis Pendapatan Usaha Budidaya Ikan Lele Kolam Ikan Penerimaan Biaya Pendapatan Lele 379.500 Kolam Pellet 6.832.000 6.452.500
Hasil Produksi dan Penerimaan Usaha Budidaya Ikan Lele dengan Pakan Ampas tahu dan Limbah Biogas Penerimaan ikan lele dari hasil panen pada setiap kolam berbeda-beda berdasarkan banyaknya tingkat kematian. Penerimaan yang diperoleh hanya dari total penjualan ikan lele, biasanya pembeli datang dari pedagang sekitar, mojokerto, dan pasuruan. Table 20. Volume Produksi dan Peneriman Hasil Panen Ikan Lele Volume Produksi
474 kg
Biaya Total Biaya total merupakan pengeluaran total usaha budidaya yang didefinikan sebagai semua nilai masukann yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga. (Primyastanto dan istikharoh 2006). Table 24. Biaya Total Budidaya Ikan Lele Dengan Pakan Pellet dan Pakan Organik dari Fermentasi Ampas Tahu dan Limbah Biogas Biaya Biaya Tidak Kolam Jumlah Tetap Tetap Kolam 683.750 5.768.750 6.452.500 Pellet Kolam A1 683.750 3.932.700 4.616.450 Kolam A2 683.750 3.932.700 4.616.450 Kolam B1 683.750 3.878.330 4.562.080 Kolam B2 683.750 3.878.330 4.562.080
Proses fermentasi memerlukan waktu minimal 3 sampai 5 hari, yang mana limbah biogas dan semua bahan tambahan lain diaduk dalam mixer, kemudian didiamkan pada wadah kedap udara. Setelah proses fermentasi selesai, kemudian dimasukkan kedalam oven untuk mengurangi kadar air. Dan setelah itu di jemur selama satu hari, pakan bisa di berikan kepada ikan. Semua yang dipergunakan dalam proses budidaya merupakan bahan organik yang ramah lingkungan sehingga sangat aman bagi tanah, air dan kelangsungan hidup ikan.
Komponen Penerimaan
Kolam A1
23
Kolam A1
7.584.000
4.616.450
2.967.550
Kolam A2
7.488.000
4.616.450
2.871.550
Kolam B1
8.192.000
4.562.080
3.629.920
Kolam B2
8.360.000
4.562.080
3.797.920
GROUPER Jurnal Ilmia Fakultas Perikanan
Analisis Penerimaan atas Biaya Total (R/ C Ratio) Menurut Soekartawi (1995). R/C Ratio (Revenue Cost Ratio) merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya. Tingkat Analisis suatu usaha biasa ditentukan dengan menghitung per cost ratio yaitu imbangan antara hasil usaha dengan total biaya produksinya. Table 26. Analisis R/C Ratio pada Budidaya Ikan Lele No Kolam Ikan Lele R/C Ratio 1 Kolam Pellet 1,06 2 Kolam A1 1,64 3 Kolam A2 1,62 4 Kolam B1 1,8 5 Kolam B2 1,83
Kolam A1
1.420.196
Kolam A2
1.440.081
Kolam B1 Kolam B2 Feed Convertion Ratio (FCR) Feed Convertion Ratio (FCR) atau rasio konversi pakan merupakan satuan untuk menghitung efisiensi pakan pada budidaya pembesaran dan penggemukan. Yang mana didefinisikan satu kilogram pakan dapat menghasilkan berat badan satu kilogram atau bahkan lebih. Tabel 29. Feed Convertion Ratio (FCR) Kolam Ikan Volume No Pakan Lele Produksi Kolam 1 442,5 kg 427 kg Pellet 2 Kolam A1 830 kg 474 kg 3 Kolam A2 830 kg 468 kg 4 Kolam B1 902 kg 512 kg 5 Kolam B2 902 kg 522,5 kg
Analisis Pendapataan atas Biaya Total (B/ C Ratio) Menurut Soeharto (1997) B/C Ratio merupakan metode yang dilakukan untuk melihat berapa manfaat yang diterima oleh proyek untuk satu satuan mta uang (dalam hal ini rupiah) yang dikeluarkan. Analisis B/C Ratio digunakan untuk membandingkan keseluruhan pendapatan dengan biaya yang telah dikeluarkan. Table 27. Analisis B/C Ratio pada Usaha Budidaya Ikan Lele No Kolam Ikan Lele B/C Ratio 1 Kolam Pellet 0,06 2 Kolam A1 0,64 3 Kolam A2 0,62 4 Kolam B1 0,8 5 Kolam B2 0,83
FCR 1,03 1,75 1,77 1,76 1,72
KESIMPULAN Berdasarkan penelitian usaha budidaya ikan lele dengan pakan organik dari fermentasi ampas tahu dan limbah biogas dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Biaya pada usaha budidaya ikan lele dengan pakan ampas tahu lebih tinggi dari pada dengan limbah biogas. Budidaya lele dengan pakan organic dari ampas tahu membutuhkan pakan sebanyak 830 kg dengan biaya total Rp. 4.616.450. Sedangkan Budidaya lele dengan pakan organic dari limbah biogas membutuhkan pakan sebanyak 902 kg dengan biaya total Rp. 4.562.080. 2. Pendapatan pada usaha budidaya ikan lele dengan pakan limba biogas lebih tinggi dari pada dengan pakan ampas tahu. Pendapatan yang di peroleh pada masing – masing kolam berbeda karena sesuai dengan volume produksi pada setiap kolam. Kolam limbah biogas B1 Rp. 3.629.920 dan B2 Rp. 3.797.920, sedangkan kolam ampas tahu A1 Rp. 2.967.550 dan A2 Rp. 2.871.550. 3. Analisis kelayakan usaha pada budidaya ikan lele dengan pakan organic menunjukkan hasil bahwa pakan organic dengan bahan baku
Breaki Event Point (BEP) BEP memberikan informasi mengenai keterkaitan antara biaya dan pendapatan, analisis ini juga menunjukkan laba atau kerugian yang akan dihasilkan pada berbagai tingkat keluaran (output). BEP dapat dihitung dengan dua cara yaitu Break Even Point (BEP) Penjualan dalam Unit dan Break Even Point (BEP) Rupiah. Break even point unit atau volume produksi menggambarkan produksi minimal yang harus dihasilkan dalam usaha agar tidak mengalami kerugian. Tabel 28. Nilai BEP Unit dan Nilai BEP Rupiah Kolam Ikan BEP Unit BEP Rupiah Lele Kolam 4.393.429 Pellet
24
GROUPER Jurnal Ilmia Fakultas Perikanan
limbah biogas lebih layak dilanjutkan jika di tinjau dari penerimaan atas biaya atau revenue cost ratio (R/C ratio). Pada kolam pakan limbah biogas R/C Ratio sebesar B1 1,8 dan B2 1,83. Dan untuk Analisis pada pendapatan atas biaya atau benefit cost ratio (B/C ratio) pada kolam pakan limbah biogas B1 0,8 dan B2 0,83. Sedangkan pada analisis Break event point (BEP) pada usaha budidaya ikan lele dengan pakan limbah biogas B1 127,9 kg dan B2 126,4 kg. Dan BEP Rupiah pada kolam dengan pakan limbah biogas B1 Rp. 2.046.212 dan B2 Rp. 2.022.445.
Soekartawi, 1995.Analisis Usahatani. UI-Press, Jakarta Tahapari, E., dan Suhenda, N. 2009. Penentuan Frekuensi Pemberian Pakan Untuk Mendukung Pertumbuhan Benih Ikan Patin Pasupati. Berita Biologi 9(6). Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Bogor. Warisno dan Kres Dahana. 2009. Meraup untung dari beternak lele sangkuriang. Lily Publisher, Yogyakarta.
Saran Agar hasil usaha budidaya lele dengan pakan organik ini dapat meningkat perlu di perhatikan beberapa aspek yang mendukung, seperti : 1. Kualitas air, perlu adanya control secara berkala agar kualitas air yang mencangkup suhu, pH, dan Nh3 yang terkandung didalamnya dapat di sesuaikan dengan usia dan kebutuhan dalam kelangsungan hidup ikan sehingga mengurangi tingkat kematian pada ikan. 2. Hendaknya pembudidaya lebih memilih untuk menggunakan pakan dari limbah biogas sebagai pakan organic pada usaha budidaya lele, meskipun proses pembuatan yang cukup panjang. Daftar Pustaka Firdaus, M. Aziz . 2012. Metode Penelitian. Cetakan Pertama, Jelajah Nusa. Tanggerang. M. Ghufron, H. Kordi K. 2010. Nikmati Rasanya, Nikmati untungnya – Pintar Budi Daya Ikandi Tambak Secara Intensif. Lily Publisher, Yogyakarta M. Ghufron, H. Kordi K. 2012. Kiat Sukses Pembesaran Lele Unggul. Lily Publisher, Yogyakarta Nicholson, W. Teori Ekonomi Mikro I. 1994. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Soedjarwanto dan Riswan., 1994. PenyerapanTenagaKerjapadaIndustriBatu Bata di KabupatenDati II Banyumas. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi UNSOED. Purwokerto. Soeharto, I. 1997. Manajemen Proyek : Dari Konseptual Sampai Operasional. Erlangga. Jakarta.
25