STRATEGI S TR PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN LELE (Clarias sp.) DI LAHAN KERING DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGJAKARTA
DENNY JATNIKA S
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa Tugas Akhir yang berjudul : Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Lele (Clarias Sp.) yan di Lahan Kering Di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogjakarta, merupakan hasil karya sendiri dibawah arahan dari komisi Yo pembimbing dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program ppe em sejenis di perguruan tinggi lain serta belum pernah dipublikasikan. Sumber sse ej informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan ataupun yang tidak iin nf diterbitkan dari penulis lain telah dicantumkan dalam teks dan dicantumkan dalam ddi it Daftar Pustaka di bagian akhir Tugas Akhir ini. Da D a
Bogor, September 2011
Denny Jatnika S P054090235
ABSTRACT DENNY JATNIKA S, Strategic Business Development Farming Catfish (Clarias DE sp.) On Dry Land In Gunungkidul Regency, DI Yogjakarta Province. Supervised sp. by Komar Sumantadinata and Nora H. Pandjaitan, The purpose of this study was (1). analyze the feasibility of catfish farming in dry Th land in the district of Gunungkidul Yogyakarta Province, (2). analyze the potential lan of catfish farming in ponds tarp on dry land., (3) develop alternative business of development in the district of Gunungkidul Yogyakarta Province. The method dde eev used uus sse in this thesis is descriptive method that focuses on technical aspects and business development aspects of aquaculture, as well as a SWOT analysis. Based bbu u oonn financial analysis, the pond area 12-16 m2 level cultivators consumption catfish pprices pr ri average per kilogram Rp. 1,0394,- production resulting catfish consumption 33,642.95 ,6 (equivalent to 453.88 kg of catfish), earnings per cultivation cycle Rp. Rp R p 1,557,874, - or Rp. 4,673,620,- within one year of cultivation period, net profit ppr ro per year of Rp. 832,668,- or an average of Rp. 277,556,- per cycle of cultivation, production volume BEP at 344.54 kgs, or BEP at a price of ccu uul Rp. R Rp p 7,890,-/kg, Gross Value B/C Ratio of 1.22 based on the criteria and payback (PBP) obtained the results 3.81; the pond area 20-25 m2 catfish prices pperiod pe er average consumption per kilogram farmer level Rp. 10,673,- the resulting 7,180 aav ve pproduction pr ro catfish consumption (equivalent to 868 kg of catfish), earnings per ccu u ul cultivation cycle Rp. 3,065,114,- or Rp. 9,195,341,- within one year of cultivation pperiod, pe er net profit per year of Rp. 2,248,907,- or an average of Rp749,635,- per ccycle cy yc of cultivation, production volume BEP at 571.13 pounds, or BEP obtained at a price of Rp 7,020,- / kg, Gross Value B/C Ratio of 1.32 and based on the at pay payback period criteria (PBP) obtained results of 2.97 years; the pond area 30-45 m2, level cultivators consumption catfish prices average per kilogram Rp. 1,0291,pro production generated 1,0661.01 catfish consumption (equivalent to 1,242.06 kg cat catfish), earnings per cultivation cycle Rp. 4,268,777, - or Rp.12,806,333,- within one year of cultivation period, net profit per year of Rp. 3,245,323,- or an average of Rp 1,081,774,- per cycle of cultivation, production volume BEP at 807.99 kgs, or BEP obtained at the price of Rp. 6,695,- / kg, Gross Value B/C Ratio 1.34, and based on the criteria of payback period (PBP) obtained results of 2.64 years. To bas maximize revenue catfish farmers, a strategy that has been formulated on the ma SWOT analysis needs to be implemented on the pattern of farmers by increasing S SW W tthe th he amount of effort and extensive farming ponds and develop, implement ways of maintaining and good cultivating, as well as expand the reach of markets ranging m a ffrom fr ro individual consumers, traditional market and a restaurant to the modern retail rre et market to increase profits catfish farmers in dry land in the district of Gunungkidul. Gu G u Keywords: catfish, dry land, feasibility, strategy development, pond sheeting,. Ke K e
RINGKASAN De Denny Jatnika S, Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Ikan lele (Clarias sp.) Di Lahan Kering Di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Jogyakarta. Dibimbing oleh Komar Sumantadinata dan Nora H. Pandjaitan, Jog Indonesia merupakan negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi dari tahun ke tahun. Hal ini menyebabkan tingkat kebutuhan sem protein yang berasal dari ikan pun semakin meningkat. Salah satu kkonsumsi ko n komoditas perikanan yang sangat prospektif untuk dibudidayakan dalam skala kko om maupun rumah tangga adalah ikan lele (Clarias sp.). iindustri in nd Dengan melihat berbagai keunggulan ikan lele, maka perlu adanya suatu dalam pengembangan usaha budidaya ikan lele di lahan kering yang dapat sstrategi st tra r menunjang perluasan pasar serta program pemerintah dalam upaya peningkatan m e produksi pada umumnya dan peningkatan konsumsi ikan pada khususnya ppr ro Kajian dari pengembangan usaha budidaya ikan lele di lahan kering di Kabupaten Gunungkidul ini dianalisis secara deskriftif dengan menitik beratkan Ka K a kepada aspek teknis pengembangan budidaya serta aspek strategi pengembangan kke ep usaha uus ssa pada budidaya ikan lele di lahan kering. Kajian analisis ekonomi yang dari aspek pemasaran dan aspek pembiayaan, dilakukan untuk mengetahui tterdiri te er kelayakan usaha dari usaha budidaya ikan lele yang dilakukan di lahan kering. kke el Aspek pemasaran meliputi kondisi permintaan produk ikan lele untuk memenuhi As A s kebutuhan pasar; penawaran, yang memberikan gambaran tentang ketersediaan kke eb dalam proses usaha budidaya serta faktor keseimbangan antara permintaan pproduk pr ro dan dda aan penawaran; harga, yang memberikan gambaran tentang mekanisme penetapan harga hha ar jual produk, hubungan antara harga jual dengan permintaan, serta faktorffaktor fa ak yang mempengaruhi harga jual produk; persaingan dan peluang pasar serta pemasaran produk ikan lele. pem Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah (1). menganalisis kelayakan usaha budidaya ikan lele di lahan kering di Kabupaten Gunungkidul Provinsi usa DIY, (2). menganalisis potensi budidaya ikan lele dalam kolam terpal di lahan DI kering., (3) menyusun alternatif pengembangan usaha budidaya ikan lele di ker Kabupaten Gunungkidul Provinsi DIY. Penelitian ini diharapkan dapat Ka memberikan manfaat, diantaranya adalah (1). menjadi bahan pertimbangan bagi me Pemerintah Daerah (Pemda) dalam upaya pengembangan UKM, (2). menjadi Pem salah satu alternatif lapangan kerja bagi masyarakat sal Berdasarkan analisa keuangan, harga jual ikan lele konsumsi rata-rata per kilogram ditingkat pembudidaya pada luas kolam 12-16 m2 adalah Rp.10.394,-, kki il lluas lu ua kolam 20-25 m2 adalah Rp. 10.673,-dan luas kolam 20-45 m2, adalah Rp R Rp.10.291,-, p produksi yang dihasilkan pada luas kolam 12-16 m2 adalah 3.642,95 eek ekor ko ikan lele konsumsi (setara dengan 453,88 kg ikan lele), luas kolam 20-25 m2 aadalah ad da 7.180 ekor ikan lele konsumsi (setara dengan 868 kg ikan lele) dan pada lluas lu ua kolam 30-45 m2 adalah 10.661,01 ekor ikan lele konsumsi (setara dengan 11. 1.242,06 .2 kg ikan lele), perolehan pendapatan per siklus budidaya adalah R Rp p Rp.4.673.620,atau Rp. 1.557.874,- dalam satu tahun perioda budidaya (luas 2 kko ooll kolam 12-16 m ), Rp. 9.195.341,- atau Rp. 3.065.114,- dalam satu tahun perioda bbu budidaya uud (luas kolam 20-25 m2) dan Rp. 12.806.333,- atau Rp. 4.268.777,- dalam satu sa sat at tahun perioda budidaya (luas kolam 30-45 m2), keuntungan yang diperoleh
ada adalah sebesar Rp. 832.668,- atau rata-rata senilai Rp. 277.556,- per siklus budidaya (luas kolam 12-16 m2), Rp. 2.248.907,- atau rata-rata senilai Rp bud 749 749.635,- per siklus budidaya (luas kolam 20-25 m2) dan Rp. 3.245.323,- atau rat rata-rata senilai Rp 1.081.774,- per siklus budidaya (luas kolam 30-45 m2). Berdasarkan analisis kelayakan usaha, BEP pada volume produksi adalah 344 344,54 kg, atau BEP pada harga diperoleh Rp. 7.890,-/kg (luas kolam 12-16 m2), 571,13 kg, atau BEP pada harga diperoleh Rp 7.020,- luas kolam 12-16 m2 807,99 57 kg kg, atau BEP pada harga diperoleh Rp. 6.695,- (luas kolam 30-45 m2). Nilai Gross B/ B B/C /C Ratio pada adalah 1,22 (luas kolam 12-16 m2), 1,32 (luas kolam 20-25 m2), dan dda an 1,34 (luas kolam 30-45 m2). Berdasarkan kriteria jangka waktu pengembalian modal (PBP) diperoleh hasil hha as 3,81 tahun luas kolam 12-16 m2), 1,32 ( luas kolam 20-25 m2) dan 1,34 (luas kolam kko ool 30-45 m2) . Hasil analisa keuangan menunjukkan bahwa usaha budidaya ikan lele di lahan lla ah kering dengan menerapkan pola pemeliharaan dengan kolam terpal di Kabupaten Gunungkidul layak untuk diusahakan karena dapat memberikan Ka K a keuntungan . kke eu Hasil identifikasi matriks faktor strategi internal (IFAS) dengan jumlah skor 22,80 2, ,8 dan matriks faktor strategis eksternal (EFAS) dengan jumlah skor 2,70, memberi indikasi bahwa usaha budidaya ikan lele di lahan kering dengan m e menggunakan kolam terpal di Kabupaten Gunungkidul masih dapat ditingkatkan m e dengan memperhatikan masalah menurunnya harga jual pada saat panen raya, dde een tterusmeningkatnya te er harga pakan serta pesaing dari luar wilayah Kabupatren Gu G u Gunungkidul. Untuk memaksimalkan pendapatan pembudidaya ikan lele, gabungan antara sstrategi stra st tr SO, strategi WO dan strategi ST adalah merupakan strategi yang tepat uun nt untuk dipilih oleh pembudidaya untuk meningkatkan usahanya. Menambah jum jumlah dan luas kolam dan mengembangkan usaha budidaya, menerapkan caracara pemeliharaan dan budidaya yang baik, serta memperluas jangkauan pasar car mulai dari konsumen perorangan, pasar tradisional rumah makan dan restoran mu hingga ke pasar modern meningkatkan efisiensi modal usaha dan untuk hin meningkatkan keuntungan bagi para pembudidaya ikan lele di lahan kering di me Kabupaten Gunungkidul. Ka Strategi yang telah dirumuskan pada analisis SWOT perlu diimplementasikan pada pola usaha pembudidaya. Langkah-langkah tersebut dii dapat dap p diimplementasikan pada aspek kemampuan pengelolaan budidaya ikan lele mulai m mu u dari pemeliharaan hingga pemasaran ikan lele di lahan kering di Kabupaten Gunungkidul Provinsi DI Yogjakarta. Gu G u
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. -
Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah;
-
Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
STRATEGI ST TRA PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN LELE (Clarias sp.) DI LAHAN KERING DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGJAKARTA
DENNY JATNIKA S
Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul Tugas Akhir Jud
Nama Mahasiswa Na Nomor Pokok No
: Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Lele (Clarias sp.) di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogjakarta : Denny Jatnika S : P054090235
Disetujui Komisi Pembimbing
Prof. Proof of. Dr. D Ir. Komar Sumantadinata, M.Sc
Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA
Ketua
Anggota
Diketahui Ketua ProgramStudi Industri Kecil Menengah
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Dr. IIr Dr Ir. r H.Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing, DEA
Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr
Tanggal Tangga al uujian j : 23 September 2011
Tanggal lulus :
KATA PENGANTAR
Pu uji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya Puji sehingga s hinggga Tugas se T Akhir dengan judul Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Lele (Claria as sp.) sp di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa (Clarias Yogjakarta Yogjakkarta berhasil diselesaikan. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat kesuksesan di Program Industri Kecil Menengah Institut Pertanian Bogor untuk memperoleh gelar P ogram Pr m Studi Stt S Magister Magisteer er Profesional. Pr Dengan De D en ngg selesainya penulisan Tugas Akhir ini, diucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : seetin inng 1.
Prof. Komar Sumantadinata, M.Sc, sebagai Ketua Komisi Pembimbing. Prrof of. Dr.Ir. D
2.
Dr. Ir. Dr. IIr r Nora H. Pandjaitan, DEA, sebagai Anggota Komisi Pembimbing.
3.
Seluruh Seeluuru Dosen dan staf kependidikan pada Program Studi Industri Kecil Menengah Sekolah Seekko ol Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (PS MPI-IPB).
4.
Rekan-rekan di Angkatan 12 PS MPI-IPB, Reka kan
5.
Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu perstu. Piihaak Semoga Seem moo mendapatkan hidayah dan barokah dari Allah SWT atas segala yang diberikan,
dan sem semoga moga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat. mo
Bogor, September 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP Pen Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 1 Juni 1964 sebagai anak ketiga dari B pak S Ba ura Bapak Suratman Sumantri (Alm) dan ibu Ika Sarika (Alm). Pendidikan Sarjana ditempuh di Fakultas F kultaas Peternakan Fa Pe Universitas Mataram Nusa Tenggara Barat dan lulus pada tahun 1988. Pada ta ahun 2009 penulis diterima di Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pada tahun Pascasarjana Pascasaarjan Institut Pertanian Bogor (SPs IPB). Penulis memulai karier sebagai Pegawai Negeri Sipil di Departemen Pertanian sejak Peen n tahun 1992. 19992 92 Pada tahun 2004 penulis bergabung dengan Departemen Kelautan dan Perikanan, saat di Direktorat Pemasaran Dalam Negeri, Direktorat Jenderal Pengolahan dan saat ini bbekerja eekk Pemasaran Pemasaaraan Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai Kepala Seksi Kerjasama Kerjasaam ama pada Subdirektorat Promosi dan Kerjasama. Penulis menikah pada tahun 1995 dengan Nuning Juniarsi, dan dikaruniai dua orang Peenn putra, yyaitu aiittuu Ryanta Putrapratama dan Dimas Putrawillyarta.
DAFTAR ISI Halaman KATA K KA TA PEN PENGANTAR ………………………………………………....
i
DAFTAR D AFTA AR T TABEL. ……………………………………………………..
v
DAFTAR D DA FTA AR A RG GAMBAR …………………………………………………..
vi
DAFTAR DAFTA AR L AR LAMPIRAN ………………………………………………...
vii
II..
PENDAHULUAN PE EN ND D …………………………………………...…..
1
1.1 L Latar Belakang …………………………………………......
1
1.22 IIdentifikasi Permasalahan ……………………………….…
2
1.33 T Tujuan …………..…………………………………….……
3
TINJAUAN TI IN NJJA PUSTAKA ………………………………………....
4
2.1 IIkan Lele (Clarias sp.) ……………………………………..
4
2.2 L Lahan Kering ……………………………………………….
7
2.3 P Profil Kabupaten Gunungkidul ………………………….....
8
2.4 K Kelayakan Usaha …………………………………………...
10
2.5 Strategi Pengembangan Usaha ………………………….....
13
III. ME METODA M ETO TO KERJA ……………………………………………….
19
3.11 L Lokasi dan Waktu …………….……………………………
19
3.22 M Metoda Pengumpulan dan Analisis Data ....……………….
19
3.33 A Aspek Kajian ……………………………………………….
20
IV H HASIL ASI DAN PEMBAHASAN …………………………………..
23
II.
4.1 K Kondisi Umum ……………………………………………..
23
4.2 P Proses Produksi ………………………………………….....
25
4.3 A Analisa Kelayakan Usaha ……………………………….....
28
4.4 Strategi Pengembangan Usaha .........................................
53
KESIMPULAN K KE ES SIIM DAN SARAN ………………………………….
60
5.1 K Kesimpulan ………………………………………………...
60
5.22 Saran ……………………………………………………….
60
DAFTAR DAFTA AR P AR PUSTAKA ……………………………………………….…
62
LAMPIRAN LAMPI IRAN …………………………………………………………… IR
64
V V.
DAFTAR TABEL. Halaman 1.
Target Ta arge Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas Utama
5
2009-2014 20 009....................................................................................... 2.
Contoh Co ont nto Matriks SWOT ……………………………………………
14
3.
Faktor-faktor Fa akt kto Strategis Eksternal (External Strategic Factor
16
Analysis An naally Summary/EFAS) ………………………………………... 4.
Faktor-faktor Fa akktto Strategis Internal (Internal Strategic Factor Analysis
17
Summary/IFAS) ……………………………………….................... Suum mm m
5.
Klasifikasi K las asif as Pemilikan Kolam Terpal Berdasarkan Luas (m2) .........
24
6.
Asumsi A sum um Teknis dalam Analisa Usaha Budidaya Ikan Lele ……….. um
29
7.
Biaya Bi iay aya Investasi Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di
30
Kab p Kabu Gunungkidul (Luas Kolam 12-16 m2) ........................... Kabupaten 8.
Biaya Bi iaya Tetap Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di
31
Kabupaten K abup Gunungkidul (Luas Kolam 12-16 m2)………………… 9.
Biaya Bi iaya Variabel Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di
31
Kabupaten K abup Gunungkidul (Luas Kolam 12-16 m2) ...……………… 10. Pe Perhitungan errhhit Jumlah Produksi dan Pendapatan Usaha Budidaya
32
Ikan Ik kan an Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam Ko K ola lam 12-16 m2) .....………………………………………………. 11. La Laporan appoor Keuangan Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di
33
Kabupaten Ka K abu bup Gunungkidul (Luas Kolam 12-16 m2) ........................... 12. Pe Perhitungan errhhiitt Analisis Keuangan Usaha Budidaya Ikan Lele di
34
Lahan La ahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam 12-16 m2). 13. Bi Biaya iaya Investasi Usaha Budidaya ikan Lele di Lahan Kering di
35
Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam 20 - 25 m2) ........................ Kabup 14. Bi Biaya iaya Tetap Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di
36
Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam 20 - 25 m2) ...…………….. K abup 15. Bi Biaya iay aya Variabel Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di
36
2
Kabupaten K Ka abu buup Gunungkidul (Luas Kolam 20 - 25 m ) ...…………….. 16. Pe Perhitungan erhhit Jumlah Produksi dan Pendapatan Usaha Budidaya
37
Le elee ddi Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam 20 Lele - 25 25 m2).............................................................................................. 17. La Laporan apo por Keuangan Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di
38
Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam 20 - 25 m2) ....……………. Ka K abbuup 18. Pe Perhitungan erhhit Analisis Keuangan Usaha Budidaya Ikan Lele di
39
Lahan La ahhaan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam 20 - 25 m2) ...................................................................................................... 19. Bi Biaya iaya Investasi Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di
40
Kabupaten Kabup Gunungkidul (Luas Kolam 30 - 45 m2) ..............…….. 20. Bi Biaya iaya Tetap Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di
41
Kabupaten K abup Gunungkidul (Luas Kolam 30 - 45 m2) ......................... 21. Bi Biaya iay aya Variabel Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di
41
Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam 30 - 45 m2) ........................ Ka K abbuup 22. Pe Perhitungan errhhit i Jumlah Produksi dan Pendapatan Usaha Budidaya
42
Lele Le ele le ddi Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam 30 - 45 45 m2) ............................................................................................. 23. La Laporan apor ppoor Keuangan Usaha Budidaya Lele di Lahan Kering di
43
Kabupaten K abup Gunungkidul (Luas Kolam 30 - 45 m2) ..............……... 24. Pe Perhitungan erhit Analisis Keuangan Usaha Budidaya Lele di Lahan
44
2
Kering K erin di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam 30 - 45 m ) ......... 25. Fa Faktor akto Strategis Internal (IFAS) Usaha Budidaya Ikan Lele Di
47
La ahan Kering Di Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Lahan Istimewa Is sti tim mee Yogjakarta ........................................................................ 26. Fa Faktor akktto Strategis Eksternal (EFAS) Usaha Budidaya Ikan Lele Di
48
Lahan La ahhaan Kering Di Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Is stiime Yogjakarta ..............................................……………….. 27. Ma Matriks atr trik i Internal – Eksternal .............................................................
49
28. Ma Matriks M attrrik ri SWOT Usaha Budidaya Ikan Lele Di Lahan Kering Di
51
Kabupaten Kabbuup Ka Gunungkidul Provinsi DI Yogjakarta ............................
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. 2.
Pohon Po ohon Industri Ikan Lele ………………………………………….
6
Diagram Alir Pelaksanaan ……………………………………….. Diagr
19
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1.
Kuesioner K ues …………………………………………………….........
57
2 2.
Peta P eta Administrasi Kabupaten Gunungkidul ………………….......
67
3 3.
Kegiatan K Ke eggii Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di Kabupaten
68
Gunungkidul Gunu Gu Provinsi DI Yogjakarta …………………………...... 4 4.
Uraian U Ur raaii Tabulasi Data Penelitian Pengembangan Usaha Budidaya
71
IIkan Ik kaann Lele Di Lahan Kering Luas Panen ........................................... 5.
Lampiran L La am 5. Data Tabulasi Penelitian Pengembangan Usaha
72
Budidaya Lele Di Lahan Kering Di Kabupaten Gunungkidul Prov Budi Bu DIY D DI IY (Biaya Prasarana))......... ........................................................... 6.
Lampiran L La am 6. Data Tabulasi Penelitian Pengembangan Usaha
73
Budidaya B Bu udi d Lele Di Lahan Kering Di Kabupaten Gunungkidul Prov DIY D DI IY (Biaya Peralatan Penunjang)..................................................... 7.
Lampiran L am 6. Data Tabulasi Penelitian Pengembangan Usaha Budidaya Lele Di Lahan Kering Di Kabupaten Gunungkidul Prov B udi DIY D IY (Biaya Tetap dan Biaya Variabel) ............................................
74
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1. Indonesia merupakan negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi dari tahun ke tahun. Hal ini menyebabkan tingkat kebutuhan sem konsumsi protein yang berasal dari ikan pun semakin meningkat. Salah satu kon komoditas perikanan yang sangat prospektif untuk dibudidayakan dalam skala kko om industri maupun rumah tangga adalah ikan lele (Clarias sp.). Lele sangat mudah iin nd dibudidayakan dengan teknologi sederhana dalam lahan budidaya yang tidak ddi ib terlampau luas serta memiliki daya tahan yang lebih tinggi terhadap penyakit tte er dibandingkan dengan komoditas ikan lainnya. Ikan lele juga memiliki keterkaitan ddi ib industri (backward dan outward lingkage) yang luas serta dampak ekonomi yang iin nd besar bbe es khususnya di kalangan akar rumput. Selain hal itu, ikan lele juga sangat mudah diolah menjadi aneka menu masakan yang menarik dan usaha budidaya mu m u ikan iik ka lele dapat dijadikan salah satu alternatif lapangan usaha. Selama
kurun
waktu
2009-2014,
Direktorat
Jenderal
Budidaya,
Kementerian Kelautan dan Perikanan akan mengupayakan peningkatan produksi K Ke e iikan ik ka lele sebesar 450% yaitu dari 200.000 ton tahun 2009 menjadi 900.000 ton pada ppa ad tahun 2014. Namun demikian, di samping berbagai keunggulannya, citra atau persepsi terhadap ikan lele hingga saat ini masih rendah. Ikan lele terkesan ata sebagai makanan bagi kalangan terbatas sehingga gambaran ini perlu diubah agar seb lele layak dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat. Bila citra atau persepsi tentang budidaya ikan lele yang kurang baik selama ini dapat diubah menjadi ikan ten yang dipelihara dengan baik (good aquaculture practices), aman dikonsumsi, yan menyehatkan, mencerdaskan dan mensejahterakan masyarakat, maka pasar me produk perikanan khususnya ikan lele akan berkembang. Berdasarkan hal tersebut ppr ro ddii atas, ikan lele layak dijadikan salah satu komoditas pangan strategis yang berasal dari ikan. Apabila budidaya ikan lele diusahakan oleh sebagian besar bbe er masyarakat baik untuk kepentingan komersil atau sebagai sumber lauk keluarga, m a maka m a kondisi ini akan mendukung ketersediaan pasokan ikan di pasar domestik. Pemerintah
menargetkan
tingkat
konsumsi
ikan
masyarakat
terus
meningkat. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan menunjukkan, tingkat m e ikan masyarakat tahun 2005 mencapai 23,95 kg/kapita/tahun, kkonsumsi ko on
2
sed sedangkan tahun 2009 telah mencapai 30,17 kg/kapita/tahun. Secara umum ter terdapat dua alasan perlunya peningkatan konsumsi ikan masyarakat, yaitu per pertama adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia den dengan meningkatnya asupan masyarakat akan protein dan gizi yang berasal dari ika ikan, dan kedua adalah peningkatan konsumsi ikan, akan mendorong ppengembangan pe n industri ikan lele di Indonesia, khususnya dalam aspek pemasaran dan dda an pengolahan. Kondisi ini pada akhirnya diharapkan mampu mendorong beer be berkembangnya pasar dalam negeri untuk hasil perikanan dalam upaya peningkatan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat khususnya pembudidaya, pen pe pengolah ppe en dan pemasar hasil perikanan. Alih guna lahan-lahan produktif menjadi daerah pemukiman membuat lahan yang yyaan dapat dimanfaatkan terutama untuk usaha budidaya di bidang perikanan menjadi terbatas. Salah satu solusi untuk mengatasiya adalah dengan pemanfaatan m me lahan llaah non-produktif atau lahan-lahan marginal sebagai media budidaya di bidang lah perikanan, seperti budidaya lele dengan kolam terpal. Ketahanan lele di air yang per pe tidak tid mengalir membuat budidaya lele mudah diterapkan meskipun pada lahan ti sempit sseem dan kering. Usaha budidaya lele tidak membutuhkan biaya besar, mudah dan ddaan waktu pemeliharaannya singkat, sehingga cepat memberikan hasil bagi pem pembudidayanya. Berbeda dengan jenis ikan lain yang sangat rentan terhadap penyakit, lele tidak membutuhkan perhatian khusus saat pemeliharaan. pen 1.2. 1.2 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi, seperti sebagai berikut : dir 1. 1. Apakah budidaya ikan lele di lahan kering dengan kolam terpal memiliki potensi untuk dikembangkan ? 2. 2. Bagaimana kelayakan usaha budidaya ikan lele di lahan kering dengan menggunakan kolam terpal ? 3. 3. Bagaimanakah strategi pengembangan usaha budidaya ikan lele di lahan kering dengan menggunakan kolam terpal ?
3
1.3 1.3. Tujuan Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Menganalisis kelayakan usaha budidaya ikan lele di lahan kering dengan menggunakan kolam terpal di Kabupaten Gunungkidul Provinsi DIY. 2. Menganalisis potensi budidaya ikan lele di lahan kering dengan menggunakan kolam terpal. 3. Menyusun alternatif pengembangan usaha budidaya ikan lele dengan menggunakan kolam terpal di lahan kering di Kabupaten Gunungkidul Provinsi DIY.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan Lele (Clarias sp.). 2.1 Ikan lele merupakan salah satu komoditas unggulan. Pengembangan usahanya dapat dilakukan mulai dari benih sampai dengan ukuran konsumsi, dan usa setiap segmen dalam usaha budidaya ikan lele tersebut sangat menguntungkan. set Selain untuk konsumsi lokal, ikan lele juga telah mulai diekspor dan permintaan Se S el akan aak ka ikan lele cukup besar. ka Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan kka al (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). (Kantor kkeling ke el Deputi De D e
Menegristek
Bidang
Pendayagunaan
dan
Pemasyarakatan
Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi,2000). Empat variasi warna ikan lele yang P Pe en diperjualbelikan, yakni hitam, putih, merah dan belang. Ikan lele konsumsi ddi ip biasanya berwarna hitam kelabu, sedangkan yang berwarna putih, merah dan bbi iia belang umumnya diperjualbelikan sebagai ikan hias (Gunawan 2009). bbe el Produksi ikan lele ukuran konsumsi secara nasional mengalami kenaikan 18,3 118 8 % /tahun yaitu dari 24.991 ton pada tahun 1999 menjadi 57.740 ton pada tahun tta ah 2003. Revitalisasi ikan lele sampai dengan akhir tahun 2009 ditargetkan mencapai produksi 175.000 ton atau meningkat rata-rata 21,64%/tahun. me Sementara, kebutuhan benih ikan lele juga mengalami peningkatan yang pesat Sem yaitu dari 156 juta ekor pada tahun 1999 menjadi 360 juta ekor pada tahun 2003 yai atau meningkat rata-rata sebesar 46%/tahun. Kebutuhan benih lele diperkirakan ata mencapai 1,95 miliar ekor pada akhir 2009 (Mahyuddin 2010). Sejalan dengan hal me tersebut, Kementerian Perikanan dan Kelautan telah mentargetkan produksi ikan ter lele lle ele le nasional pada tahun 2014 meningkat 450 % yakni mencapai kurang lebih 900 ribu rri ib ton dari produksi tahun 2009 sebesar 200 ribu ton seperti pada Tabel. 1. ib Kebutuhan atau permintaan terhadap ikan lele tidak pernah surut, bahkan kecenderungan meningkat setiap tahunnya. Menurut Gunawan (2009), tterdapat te er untuk wilyah Jakarta, Bogor, Tanggerang, Bekasi dan Depok, setiap harinya uun nt dibutuhkan sekitar 75 ton ikan lele konsumsi. ddi ib
5
Ta Tabel. 1 Target Produksi Perikanan Budidaya Menurut Komoditas Utama 20092014 Satuan : ton No. N No oo.
Rincian Rin ncian
1 Rumput Rumpput ut laut
2009*
2010
2011
2012
2013
2.574.000 2.672.800 3.504.200 5.100.000
Kenaikan Kenaikan rata-rata 2009 ke (%) 2014 (%)
2014
7.500.000 10.000.000
32
389
2 Catfis Catfish sh
332.600
495.600
749.000 1.146.000
1.777.000
2.783.000
- Patin Patiin
132.600
225.000
383.000
651.000
1.107.000
1.883.000
70
1.420
- Lelee
200.000
270.600
366.000
495.000
670.000
900.000
35
450
3 Nila
378.300
491.800
639.300
850.000
1.105.000
1.242.900
27
329
4 Band Bandeng denng
291.300
349.600
419.000
503.400
604.000
700.000
19
240
5 Udan Udang ng
348.100
400.300
460.000
529.000
608.000
699.000
15
201
- win windu ndu nd
103.450
109.140
115.720
128.700
148.500
188.000
13
182
- vana vaname ame me
244.650
291.160
344.280
400.300
459.500
511.000
16
209
254.400
267.100
280.400
300.000
325.000
350.000
7
138
7 Guram Gurame me
38.500
40.300
42.300
44.400
46.600
48.900
5
127
8 Kaka Kakap ap
4.600
5.000
5.500
6.500
7.500
8.500
13
185
9 Kerap Kerapu pu
5.300
7.000
9.000
11.000
15.000
20.000
31
377
553.000
646.700
738.800
925.400
1.032.700
1.038.700
14
188
4.780.100 5.376.200 6.847.500 9.415.700 13.020.800 16.891.000
29
353
6 Mas
10 Lainn Lainnya nya Jumlah Kenaikan R Rataa Tahun rata per Ta ahuun ah n
12
27
38
38
30
*) angka *) a sementara Sumber : Direktotar Jenderal Perikanan Budidaya, KKP (2009) Su S um
Menteri Kelautan dan Perikanan mengatakan konsumsi ikan di Indonesia masih rendah dibanding negara-negara lain. Konsumsi ikan di Indonesia hanya m ma a pada ppa ad tahun 2010 sebesar 30,48 kg/kapita/tahun. Sementara di Malaysia 55,5
6
kg/ kg/kapita/tahun, di Jepang sampai 140 kg/ kapita/tahun. Mengingat manfaat yang dip diperoleh dari ikan lele cukup banyak, seperti terlihat pada Gambar 1. Ikan Lele Hidup Ikan Lele Segar IIkan Lele
Ikan Lele Utuh
Ikan Lele Olahan
Ikan Lele Beku
Segar
Fillet ikan Lele
Beku
Dikalengkan
Kering/ Asin
Lele asap Lele pindang Lele asin Keripik ikan Lele Lele kering Kerupuk ikan lele Lainnya Tepung ikan Lele Abon ikan lele
Gambar 1. Pohon Industri Ikan Lele Sumber : Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Su Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2010 Budidaya ikan lele dapat dilakukan di kolam tanah, bak permanen maupun bak bba ak plastik, dan air harus dapat mengalir. Sumber air dapat berasal dari air sungai mapun air sumur. Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara ma ma 22-32°C. Suhu air mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan 22 22 naaap makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air. Bentuk kolam yang ideal nnapsu unnt pemeliharaan ikan lele adalah empat persegi panjang dengan ukuran sesuai uuntuk lokasi. Kedalaman kolam berkisar antara 1,0-1,5 m dengan kemiringan deen ddengan dari pemasukan air ke pembuangan 0,5%. Saringan dapat dipasang pada kool kkolam
7
pin pintu pemasukan dan pengeluaran agar ikan-ikan jangan ada yang lolos kel keluar/masuk (Mahyuddin, 2010). Ikan lele dipanen pada umur 6-8 minggu, dengan berat rata-rata sekitar 200 gra gram/ekor. Ikan lele Dumbo pemanenan dapat dilakukan pada masa pemeliharaan 3-4 bulan dengan berat 200-300 gram/ekor. Apabila waktu pemeliharaan dit ditambah 5-6 minggu maka lele akan mencapai berat 1-2 kg dengan panjang 607700 cm. Setelah dipanen, ikan lele dipelihara dulu di dalam tong/bak/hapa selama 11-- 2 hari tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang. Setelah ikan lele lle ele l dipanen, kolam harus dibersihkan sebelum dapat digunakan lagi. Salah satu teknologi budidaya yang cocok untuk budidaya ikan lele di daerah yang kering adalah budidaya dengan kolam terpal. Kolam terpal saat ini dda ae banyak digunakan sebagai wadah budidaya ikan, termasuk ikan lele. Kolam terpal bba an adalah kolam yang dasarnya maupun sisi-sisi dindingnya dibuat dari terpal. aad da Kolam terpal dapat mengatasi resiko-resiko yang terjadi pada kolam gali maupun Ko K o kolam semen, dan biaya yang dikeluarkan jauh lebih murah dibandingkan dengan kko ool pembuatan kolam gali atau kolam semen. Keuntungan lain dari kolam terpal ppe em aadalah ad da : -
Terhindar dari pemangsaan oleh ikan liar terutama bila memelihara ikan konsumsi.
-
Dilengkapi pengatur volume air yang bermanfaat untuk memudahkan pergantian air maupun panen. Selain itu untuk mempermudah penyesuaian ketinggian air sesuai dengan usia ikan.
-
Dapat dijadikan peluang usaha skala mikro dan makro.
-
Lele yang dihasilkan lebih berkualitas, tampak bersih, dan tidak berbau dibandingkan pemeliharaan di wadah lainnya.
-
Mudah dibersihkan dan dipindahkan. Keunggulan dari kolam terpal adalah dapat digunakan di berbagai tempat,
seperti di pekarangan atau di halaman rumah. Lahan yang digunakan untuk sse ep kegiatan ini dapat berupa lahan yang belum dimanfaatkan atau lahan yang telah kke eg tetapi kurang produktif. Keunggulan lainnya dari kolam terpal ini ddimanfaatkan, di im adalah aad da bisa di dapat digunakan juga dilahan berpasir seperti di pantai.
8
Teknologi ini merupakan perwujudan dari Konsep Mina Kera. Secara umum Mi Mina Kera dapat diartikan sebagai kegiatan memelihara ikan di kebun atau di hal halaman sekitar rumah yang dapat dilaksanakan oleh warga masyarakat secara sw swadaya baik perorangan maupun berkelompok (Dinas Kelautan dan Perikanan Pro Provinsi DIY, 2010). 22.2. 2. .2 Lahan Kering Pengertian lahan kering (upland dan rainfed) adalah hamparan lahan yang diid ddidayagunakan tanpa penggenangan air, baik secara permanen maupun musiman dengan sumber air berupa hujan atau air irigasi (Suwardji, 2003). Definisi yang den de oleh Soil Survey Staffs (1998) dalam Haryati (2002), lahan kering diib ddiberikan adalah hamparan lahan yang tidak pernah tergenang atau digenangi air selama aad da periode sebagian besar waktu dalam setahun. Tipologi lahan ini dapat dijumpai ppeer dari ddaar dataran rendah (0-700 m dpl) hingga dataran tinggi (> 700m dpl). Dari pengertian di atas, maka jenis penggunaan lahan yang termasuk dalam kelompok ppeen lahan lah kering mencakup: lahan tadah hujan, tegalan, ladang, kebun campuran, la perkebunan, hutan, semak, padang rumput, dan padang alang-alang. ppeer Lahan kering mempunyai potensi yang cukup luas untuk dikembangkan, dengan luas yang mencapai 52,5 juta ha (Haryati, 2002) untuk seluruh Indonesia. den Pemanfaatan lahan kering untuk kepentingan pembangunan daerah ternyata Pem banyak menghadapi masalah dan kendala. Masalah yang utama adalah masalah ban fisik, fisi yaitu lahan kering banyak yang telah rusak atau mempunyai potensi yang cukup cuk besar untuk menjadi rusak, sehingga paket teknologi yang berorientasi pada perlindungan lahan kering sangat diperlukan. Kekurangan air pada saat musim per kemarau, miskin unsur hara serta keadaan tanah yang peka terhadap erosi kkeem merupakan kendala lingkungan yang paling dominan di kawasan lahan kering. m me 2.3. 2.3 Kelayakan Usaha 2.3 2. Untuk suatu usaha yang akan dikembangkan atau diperluas, terlebih dahulu harus haarr dilakukan kegiatan studi kelayakan. Studi ini dilaksanakan guna menilai ha kelayakan investasi yang akan ditanamkan. Resiko dan kerugian yang besar akan kel ke terjadi apabila terjadi kesalahan dalam menilai investasi suatu usaha. Menurut terj te r Subagyo (2007), penilaian investasi termasuk dalam studi kelayakan yang Su Su
9
ber bertujuan untuk menghindari terjadinya investasi yang tidak menguntungkan kar karena usaha yang tidak layak. Tujuan
penyusunan
studi
kelayakan
secara
umum
adalah
untuk
me menganalisis : 1.
Kelayakan produk yang akan ditawarkan di pasaran (markeTabel.),
2.
Keberlanjutan (sustainability) produk secara teknis,
33..
Efektivitas dan efisiensi usaha,
44..
Aspek legal usaha,
55..
Keuntungan usaha Analisis investasi bertujuan untuk memilih aktivitas investasi yang paling
menguntungkan. Metoda analisis yang dapat dipergunakan adalah metoda nilai m e bersih sekarang (Net Present Value/NPV), rasio manfaat biaya (Benefit Cost bbe er Ratio/BCR), tingkat pengembalian hasil internal (Internal Rate of Return/IRR), Ra R a analisis break-even point (Break-Even Point Analysis), serta metoda Payback aan n na Period (PBP). Pe P e Metoda nilai bersih sekarang (net present value/npv),
11..
Net Present Value (NPV) dari suatu usaha merupakan nilai sekarang dari selisih antara Benefit (manfaat) dengan Cost (biaya) pada Discount Rate tertentu. sse el Ne Net Present Value (NPV) menunjukkan kelebihan benefit dibandingkan dengan cost. cos Jika present value benefit lebih besar daripada present value biaya, berarti usaha tersebut layak atau menguntungkan. Dengan kata lain, apabila NPV > 0 usa berarti proyek tersebut menguntungkan. Sebaliknya jika NPV < 0 berarti proyek ber tersebut tidak layak diusahakan. ter Rumus NPV menurut Gaspersz (2005) adalah sebagai berikut : R Ru u NPV =
PV ; (n. i%)
PV = F (1 + i)-n Keterangan : Ke K e PV P V = Nilai sekarang (Rupiah) F = Nilai pada n-tahun (Rupiah) I
= tingkat bunga (%)
n = tahun/ periode n-tahun
10
(1 + i )-n = discount factor pada n-tahun
2.
Rasio Manfaat Biaya (Benefit Cost Ratio/BCR) Net B/C adalah perbandingan jumlah NPV positif dengan jumlah NPV
neg negatif. Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat benefit akan diperoleh dip dip di dari biaya yang dikeluarkan. Cara Caa menghitung Net B/C (Gaspersz, 2005) : C NPV B-C Positif Net B/C = NPV B-C Negatif dimana, ddi im B/C B/ B /C > 1, maka usaha layak untuk dilaksanakan B/C B/ B /C < 1, maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan 33..
Tingkat Pengembalian Hasil Internal (Internal Rate of Return/IRR), Metoda IRR adalah informasi yang dihasilkan berkaitan dengan tingkat
kemampuan cash flow dalam pengembalian investasi yang dijelaskan dalam kke eem bentuk % bunga yang berlaku. bbe en Menghitung IRR menurut Gaspersz (2005) : Me M NPV1 IRR = i1 dim dimana,
( i1 – i2 ) ( NPV1 – NPV2 )
IRR.> discount rate, maka usaha layak untuk dilaksanakan IRR IRR IRR.< discount rate, maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan 44..
Analisis Break-Even Point (BEP)/analisis Titik Impas Analisis Break-even point (BEP) dilakukan untuk mengetahui pada kondisi
bagaimana pembangunan fasilitas investasi perlu dilakukan secara bertahap dan bba ag kapan kka ap tahapan tersebut sebaiknya dilakukan sehingga akan menghasilkan suatu investasi yang optimal, dan produktif. iin nv Rumus BEP menurut Gasperesz (2005) adalah sebagai berikut : Ru R u Z = R – TC = 0 , Z = Keuntungan (Rp/tahun) R = Penerimaan (Rp/tahun)
11
TC = Total biaya (Rp/tahun) TI = FC / (P-VC), dim dimana, N > TI = Laba N< TI = Rugi TC = FC + VC R=NxP Ke K e Keterangan : TII = Break-even Point (unit produk/tahun) T F = Biaya tetap (Rp/tahun) FC P = Harga jual (Rp/unit produk) VC V C = Biaya Variabel (Rp/unit produk) N = Jumlah produk yang dihasilkan (unit/tahun) 55..
Metoda Payback Period (PBP) Payback periode adalah jangka waktu yang diperlukan untuk membayar
kembali (mengembalikan) semua biaya-biaya Investasi yang telah dikeluarkan kke em dalam investasi suatu usaha. Hasilnya adalah merupakan satuan waktu yang pada dda al ttahap ah berikutnya dibandingkan dengan maximum payback period yang dapat diterima. Kriteria penilaiannya adalah apabila PBP lebih pendek waktunya dit daripada maximum payback period, maka usulan investasi dapat diterima. Rumus dar payback periode menurut Umar (2007) adalah sebagai berikut : pay
Nilai Investasi (Rp) PBP (tahun) =
__________________________________
X 1 tahun
Kas Masuk Bersih (Rp) 22. 2.5 .5
Strategi Pengembangan Usaha Beberapa
tahapan
dalam
proses
menyusun
perencanaan
strategis
usaha budidaya ikan lele di lahan kering yang harus dilakukan ppengembangan pe en melalui tiga tahapan analisis, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis dan m e ttahap ta ah pengambilan keputusan (Rangkuti, 2009). Lebih lanjut (Rangkuti, 2009) menjelaskan bahwa definisi strategi yang ppe er pertama kali dikemukakan oleh Chandler (1962) adalah tujuan jangka panjang
12
dar dari suatu perusahaan serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang pen penting untuk mencapai tujuan tersebut. Proses
pengambilan
keputusan
strategis
selalu
berkaitan
dengan
pen pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan pelaku usaha. Dengan dem demikian perencana strategi (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis stra pelaku usaha (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi kkooonn yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang pal pa paling populer untuk analisis situasi adalah Analisa SWOT. Metoda analisis ini dapat ddaap dipergunakan sebagai instrumen dalam pemilihan strategi dasar. Analisis SWOT SW S W adalah sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi Strengths , Weaknesses, Opportunities, dan Threats terlibat dalam me suua proyek atau dalam bisnis usaha. Hal ini melibatkan penentuan tujuan usaha ssuatu biis atau proyek dan mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang bbisnis baai bbaik a dan menguntungkan untuk mencapai tujuan itu. Rangkuti (2009) menjelaskan bahwa analisis SWOT adalah identifikasi faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi. Analisis beer bberbagai inni didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan iini (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan peel ppeluang kel kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Analisis SWOT digunakan untuk membandingkan faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal terdiri dari me peluang dan ancaman, sedangkan faktor internal terdiri dari kekuatan dan pel kelemahan. kel Lebih lanjut, Rangkuti (2009) menjelaskan Diagram SWOT seperti di bawah baw ini : Kuadran I : Merupakan situasi yang menguntungkan. Perusahaan tersebut Ku Ku memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. me Strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan Sttr S t pertumbuhan yang agresif. per pe Kuadran II : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih Ku Ku memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah mee m menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara m me strategi diversifikasi (produk/pasar). strraa st
13
Ku Kuadran III : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi ini yai yaitu meminimalkan masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut pasar yan yang lebih baik (turn around). Ku Kuadran IV : Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan ter tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Fokus strategi yya yaitu ai melakukan tindakan penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang lebih bbesar be ees (defensive). Tujuan dari setiap analisis SWOT adalah untuk mengidentifikasi kunci ffaktor fa ak internal dan eksternal yang penting untuk mencapai tujuan. Ini berasal dari perusahaan dalam rantai nilai unik. Kelompok analisis SWOT informasi kunci ke ppe er dalam dda al dua kategori utama: -
Faktor internal : Kekuatan dan kelemahan internal organisasi.
-
Faktor eksternal : Peluang dan ancaman yang disajikan oleh lingkungan eksternal organisasi. Dalam analisis SWOT, dilakukan perbandingan antara faktor-faktor
strategis internal maupun eksternal untuk memperoleh strategi terhadap masingsst tra masing faktor tersebut, kemudian dilakukan skoring. Berdasarkan hasil yang m a dip diperoleh kemudian ditentukan fokus rekomendasi strategi. Faktor-faktor internal dapat dipandang sebagai kekuatan atau kelemahan tergantung pada dampaknya terhadap tujuan organisasi. Apa yang dapat mewakili ter kekuatan yang berkaitan dengan satu tujuan mungkin kelemahan untuk tujuan kek lain. Faktor-faktor yang dapat mencakup semua 4P itu; serta kepegawaian, lain keuangan, kemampuan manufaktur, dan sebagainya. Faktor-faktor eksternal dapat keu mencakup masalah-masalah makro ekonomi, perubahan teknologi, undangme m e undang, dan perubahan sosial-budaya, serta perubahan-perubahan dalam pasar uun nd aatau at ta posisi kompetitif. Hasilnya sering disajikan dalam bentuk matriks. Matriks iini in ni menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman internal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang ddi ih Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif ddimiliki. di im strategis, seperti pada Tabel. 1. sst tra r
14
Analisis SWOT adalah salah satu metode kategorisasi dan memiliki kel kelemahan. Matrik SWOT merupakan alat pencocokan yang penting untuk me membantu para manajer mengembangkan empat tipe strategi: Strategi SO (St (Strengths-Opportunities), Strategi WO (Weaknesses-Opportunities), Strategi ST (St (Strengths-Threats), dan Strategi WT (Weaknesses-Threats). T Ta Tabel. a 2. Contoh Matrik SWOT Internal (IFAS)
STRENGTH (S) (Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal)
WEAKNESSES (W) (Tentukan 5-10 faktor kelemahan internal)
OP OPPORTUNITIES PPO P OR (O) (Tentukan 5-10 faktor (Te entu en tu pellu luaann eksternal) peluang
Strategi SO Daftar kekuatan untuk meraih keuntungan dari peluang yang ada
Strategi WO Daftar untuk memperkecil kelemahan dengan memanfaatkan keuntungan dari peluang yang ada
TH THREATS HRE RE (T) (Tentukan (Te enttuu en 5-10 faktor ancaman ancca cam eksternal)
Strategi ST Daftar kekuatan untuk menghindari ancaman
Strategi WT Daftar untuk memperkecil kelemahan dan menghindari ancaman
Eksternal Ek kstteerrn (EFAS) (EF FAS FA
Sumber Su S u : Rangkuti, 2009 An Analisis Faktor Strategis Eksternal Analisis faktor strategis eksternal difokuskan pada kondisi yang ada dan kec kecenderungan yang muncul dari luar, tetapi dapat memberi pengaruh kinerja org organisasi. Setelah mengetahui faktor-faktor strategi eksternal, selanjutnya susun Ta Tabel. faktor-faktor Strategis Eksternal (External Strategic Factors Analysis Sum Summary/EFAS), dengan langkah sebagai berikut : 11..
Menyusun faktor peluang dan ancaman pada kolom 1.
22..
Memberikan bobot masing-masing faktor pada kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Bobot dari semua faktor strategis yang berupa peluang dan ancaman ini harus berjumlah 1.
33..
Menghitung rating dalam (dalam kolom 3) untuk masing-msing faktor dengan memberi skala mulai dari 4 (sangat baik/outstanding) sampai dengan 1 (sangat tidak baik/poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut pada kondisi organisasi. Pemberian nilai rating untuk peluang bersifat
15
positif, artinya peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil diberi nilai +1. Sementara untuk rating ancaman bersifat sebaliknya, yaitu jika nilai ancamannya besar, maka ratingnya -4 dan jika nilai ancamannya kecil, maka nilainya -1. 4.
Mengalikan bobot faktor pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3. Hasilnya adalah skor pembobotan untuk masing-masing faktor.
55..
Menghitung jumlah skor pembobotan. Nilai ini adalah untuk memetakan posisi organisasi pada diagram analisa SWOT.
Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: Pe P er 11.. Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor serta jumlah total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T; Menghitung skor (a) masing-masing point faktor dilakukan secara saling bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor tidak boleh dipengaruhi atau mempengeruhi penilaian terhadap point faktor lainnya. Pilihan rentang besaran skor sangat menentukan akurasi penilaian namun yang lazim digunakan adalah dari 1 sampai 10, dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan 10 berarti skor yang peling tinggi. Perhitungan bobot (b) masing-masing point faktor dilaksanakan secara saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor adalah dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point faktor lainnya. Sehingga formulasi perhitungannya adalah nilai yang telah didapat (rentang nilainya sama dengan banyaknya point faktor) dibagi dengan banyaknya jumlah point faktor). 2. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya menjadi nilai atau titik pada sumbu Y; 33.. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran SWOT.
16
Ta Tabel. 3 Faktor-Faktor Strategis Eksternal (External Strategic Factors Analysis Summary/EFAS) Faktor-faktor Strategis Eksternal S
Bobot
Peluang ((Opportunities/O) : 1. Peluang 1 2. Peluang 2
bobot peluang 1 bobot peluang 2
Jumlah O
Rating
rating peluang 1 rating peluang 2
a
Ancaman (Threats/T) : 1. Ancaman 1 2. Ancaman 2
bobot ancaman 1 bobot ancaman 2
Jumlah T
c
Total
(a+c) = 1
Skor Pembobotan (Bobot x Rating)
b rating ancaman 1 rating ancaman 2
d (b+d)
Sumber : Rangkuti, 2009 S Analisis Faktor Strategis Internal An A n Analisis faktor strategis internal adalah analisis yang menilai prestasi/kinerja yan yang merupakan faktor kekuatan dan kelemahan yang ada untuk mencapai tujuan org organisasi. Seperti halnya pada Analisis Faktor Strategis Eksternal, maka dengan car cara yang sama menyusun Tabel. Faktor-faktor Strategis Internal (Internal Str Strategic Factors Analysis Summary/IFAS). Bentuk Tabel. IFAS adalah sepeti ter terlihat pada Tabel. 3.
17
Ta Tabel. 4 Faktor-Faktor Strategis Internal (Internal Strategic Factors Analysis Summary/IFAS) F akto Faktor-faktor Strrateg Internal Strategis Kekuatan K eku ((Stregths/S) (S Str tre re : 1. Kekuatan 1 1. 2. Kekuatan 2 2.
Bobot
bobot kekuatan 1 bobot kekuatan 2
JJumlah Ju uml S Keele Kelemahan K le (Weaknesses/W): (W Weaakn 1. Kelemahan 1 1. 2. Kelemahan 2 2.
Rating
rating kekuatan 1 rating kekuatan 2
a Bobot kelemahan 1 bobot kelemahan 2
JJumlah Ju uml m W Total Sumber Su S u : Rangkuti, 2009
Skor Pembobotan (Bobot x Rating)
b rating kelemahan 1 rating kelemahan 2
c
d
(a+c) = 1
(b+d)
II. METODA KERJA 3.1
Lokasi dan Waktu Kegiatan ini akan dilakukan di Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah
Istimewa Isti
Yogjakarta
terhadap
pembudidaya
ikan
lele
yang
sedang
mengembangkan budidaya ikan lele dengan menggunakan kolam terpal. me Pengumpulan dan analisis data dilakukan dari bulan April – Juni 2011. P Pe en 3.2 33. .2
Metoda Pengumpulan dan Analisis Data Metoda yang digunakan untuk menjelaskan keadaan saat ini dalam
penyusunan laporan akhir adalah dengan menggunakan metoda deskriptif, yang ppe en menggambarkan keadaan me m
dan fakta-fakta yang ada di lapangan, setelah itu
dilakukan analisis terhadap kelayakan usaha budidaya ikan lele di lahan kering ddi il dan dda an disusun strategi pengembangannya berdasarkan teori terkait. Data yang dibutuhkan berupa data primer yang diperoleh dari sejumlah 44 pembudidaya ikan ddi ib llele le ele l di lahan kering dengan menggunakan kolam terpal yang diambil sebagai sampel di Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, mewakili sebanyak 422 ssam sa a pembudidaya ikan lele, serta data sekunder yang diperoleh dari hasil studi pustaka ppe em (buku, jurnal dan penelitian terdahulu) serta laporan dari instansi terkait, seperti ((b bu Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi dan Ke Kabupaten, Badan Pusat Statistik dan Pemerintah Daerah, yang terkait dengan Ka teknis budidaya ikan lele di lahan kering, potensi pasar ikan lele, potensi tek pemasaran, serta usaha diversifikasi produk ikan lele menjadi olahan. pem Tahapan ini pada dasarnya tidak hanya kegiatan pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada tahap ini jug data dda aatt dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal. (Rangkuti, 2009). ((R Ra Pelaksanaan kegiatan nantinya diharapkan menghasilkan suatu strategi pengembangan usaha budidaya ikan lele di lahan kering, Diagram alir ppe en pelaksanaan kegiatan disajikan pada Gambar 2. ppe el
19
Usaha Budidaya Ikan Lele di Kabupaten Gunungkidul, Prov. DIY Analisis deskriptif
Metoda M SWOT
Kelompok Pembudidaya Ikan Lele di Lahan Kering
Analisis A An nal a Potensi dan Peluang Usaha Us U sa Budidaya Ikan Lele
Analisis Kelayakan
Metoda : NPV,BCR,IRR, BEP dan PBP
Strategi S St trra a Aspek Pengembangan Usaha Budidaya Lele Di Lahan Kering 3.3 Kajian di Kabupaten Gunungkidul, Prov. DIY Gambar 2. Diagram Alir Pelaksanaan 3.3 3.3 3.
Aspek Kajian Kajian dari pengembangan usaha budidaya ikan lele di lahan kering di
Kabupaten Gunungkidul dianalisis secara deskriftif dengan menitik beratkan Kaa K kepada aspek teknis pengembangan budidaya serta aspek strategi pengembangan kep ke usaha pada budidaya ikan lele di lahan kering. Secara garis besar proses budidaya usa ikan lele adalah sebagai berikut : ika 1. Persiapan budidya 2. Pembenihan 3. Pemberian pakan 4. Pemberantasan hama dan penyakit 55.. Pemanenan Proses budidaya tersebut akan dibandingkan dengan teknik yang diperoleh dari Prro P studi stu pustaka untuk mengetahui apakah proses yang dilakukan sudah optimal. st Kajian analisis ekonomi yang terdiri dari aspek pemasaran dan aspek dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha dari usaha budidaya peem ppembiayaan, ikka lele yang dilakukan di lahan kering. Aspek pemasaran meliputi kondisi iikan permintaan produk ikan lele untuk memenuhi kebutuhan pasar; penawaran, yang per pe memberikan gambaran tentang ketersediaan produk dalam proses usaha budidaya m e serta ser faktor keseimbangan antara permintaan dan penawaran; harga, yang se ser
memberikan gambaran tentang mekanisme penetapan harga jual produk, me hubungan antara harga jual dengan permintaan, serta faktor-faktor yang hub mempengaruhi harga jual produk; persaingan dan peluang pasar serta pemasaran me produk ikan lele. Kelayakan finansial usaha budidaya ikan lele di lahan kering pro dinilai dengan menggunakan Metoda Net Present Value (NPV), Metoda Benefit din Cost Ratio (BCR), Metoda Internal Rate og Return (IRR), Analisis Break Even Co Point Po P o (BEP) dan Metoda Payback Period (PBP). Untuk mengkaji strategi pengembangan usaha budidaya ikan lele di lahan kering di Kabupaten Gunungkidul dilakukan dengan menggunakan analisis kke er SWOT kuantitatif. Dua macam pendekatan dalam analisis SWOT, yaitu: SW S W aa..
Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh
Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor Ke K e eksternal (Peluang dan Tantangan) pada usaha budidaya ikan lele di lahan kering eek ks di Kabupaten Gunungkidul, sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor di internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak isuiin nt isu iis su strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemuan antara faktor-faktor internal ddan an eksternal usaha budidaya tersebut. b
Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitatif melalui
perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson per (1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang sesungguhnya. (19 Analisis lingkungan usaha budidaya ikan lele pada lahan kering dengan menggunakan metoda analisis deskriptif dilakukan terhadap faktor internal dan me m e eksternal. Lingkungan internal terdiri atas lima faktor, yaitu : eek ks 11.. Misi dan tujuan dari pengembangan usaha budidaya ikan lele pada lahan kering; 22.. Fasilitas dan kegiatan produksi, meliputi data sarana dan prasarana produksi, proses produksi dan penanganan pascaproduksi; 33. Sumber daya manusia yang meliputi data mengenai jumlah pembudidaya yang bekerja pada usaha budidaya ikan lele dan fasilitas bagi pembudidaya,
21
jumlah tenaga kerja serta tingkat pendidikan dan ketrampilan pada usaha budidaya ikan lele pada lahan kering. 4. Sumber daya keuangan, meliputi aspek permodalan usaha budidya ikan lele pada lahan kering; 5. Sumber daya pasar dan pemasaran, yang meliputi data mengenai pemasaran produk ikan lele (mulai dari bibit, hingga lele siap panen). L Lima i faktor lingkungan eksternal, yaitu : 11..
Sosial ekonomi yang terdiri dari data kondisi, demografi dan sosial;
22..
Tingkat kemajuan teknologi;
33..
Sistem pembelian serta harga bibit dan sarana produksi perikanan lainnya;
44..
Pesaing yang meliputi ancaman pendatang baru, daya tawar pembeli dan persaingan dalam usaha dalam komoditi ikan lele;
Peran Pe P er dari pemerintah, meliputi kebijakan pemerintah dan dukungan sarana serta prasarana bagi pengembangan usaha budidaya ikan lele. ppr ra
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Kondisi Umum Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Propinsi
Daerah Istimewa Yogjakarta, dengan ibukotanya Wonosari. Luas wilayah Da Kabupaten Gunungkidul 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63 % dari luas wilayah Ka Propinsi Daerah Istimewa Yogjakarta. Kota Wonosari terletak di sebelah tenggara P ro Pr kota kot Yogjakarta (Ibukota Propinsi Daerah Istimewa Yogjakarta), dengan jarak ko kurang lebih 39 km. Wilayah Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 18 kku uur Kecamatan dan 144 desa. Letak geografi: 110O 21'sampai 110O 50' Bujur Timur Ke Ke 7O 46'sampai 8O 09' Lintang Selatan. Ba B Batas a Wilayah Kabupaten Gunungkidul : Sebelah Barat Se S eb
: Kabupaten Bantul dan Sleman (Propinsi DIY).
Sebelah Utara Se S eb
: Kabupaten Klaten dan Sukoharjo (Propinsi Jawa Tengah).
SebelahTimur Se S eb
: Kabupaten Wonogiri (Propinsi Jawa Tengah).
Sebelah Selatan : Samudera Hindia Se S eb (Bagian Pemerintahan Kab. Gunungkidul, 2008). ((B B Curah hujan rata-rata
Kabupaten
Gunungkidul pada tahun 2007
seb sebesar 1720,86 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 115 hari/tahun. Bu Bulan basah 4 – 6 bulan, sedangkan bulan kering berkisar antara 4 – 5 bulan. Musim hujan dimulai pada bulan Oktober – November dan berakhir pada bulan Mu Mei-Juni setiap tahunnya. Puncak curah hujan dicapai pada bulan Desember – Me Februari. Wilayah Kabupaten Gunungkidul Utara merupakan wilayah yang Feb memiliki curah hujan paling tinggi dibandingkan wilayah tengah dan selatan, me m e sedangkan wilayah Gunungkidul selatan mempunyai awal hujan paling akhir. sse ed Suhu udara rata-rata Kabupaten Gunungkidul adalah 27,7° C, dengan suhu Su S u minimum 23,2°C dan suhu maksimum 32,4° C. Kelembaban nisbi di Kabupaten mi m i Gunungkidul berkisar antara 80 % - 85 %. Kelembaban nisbi ini bagi wilayah Gu G u Kabupaten Gunungkidul tidak terlalu dipengaruhi oleh tinggi tempat, tetapi lebih Ka K a dipengaruhi oleh musim. Kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Januari – ddi ip Maret, sedangkan terendah pada bulan September. Di Kabupaten Gunungkidul Ma M a
23
ter terdapat 2 Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu Opak – Oyo dan Dengkeng. Ma Masing-masing DAS itu terdiri dari beberapa Sub DAS. Pertanian yang dimiliki Kabupaten Gunungkidul sebagian besar adalah lah lahan kering tadah hujan (± 90 %) yang tergantung pada daur iklim khususnya cur curah hujan. Lahan sawah beririgasi relatif sempit dan sebagian besar sawah tadah huj hujan, namun sebagian masyarakatnya dapat membudidayakan ikan lele di musim kke kemarau. eem m Di Kabupaten Gunungkidul Provinsi DI Yogjakarta terdapat 167 kelompok pembudidaya ikan lele (Pokdakan) dengan jumlah anggota sebanyak 2163 ppe em aan anggota ng dari 18 kecamatan. Produktivitas budidaya ikan lele di Kabupaten Gunungkidul mencapai 418.105 kg pada tahun 2008 – 2009 (Badan Pusat Statistik Gu G u Provinsi DI Yogjakarta, 2010). Pr P ro Obyek penelitian yang dilakukan adalah kelompok pembudidaya ikan lele di lahan lah lla ah kering di Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Jogyakarta. Budidaya ikan lele di lahan kering yang dilakukan oleh pembudidaya di Bu B u Kabupaten Gunungkidul merupakan pengembangan dari suatu gerakan yang Ka K a dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam memanfaatkan lahan kering yang ddi il terdapat di Kabupaten Gunungkidul, dimana melalui Dinas Perikanan dan tte er Ke Kelautan Kabupaten Gunungkidul dicanangkan Gerakan Satu Rumah Satu Kolam. Lokasi budidaya ikan lele di Kabupaten Gunungkidul secara umum tersebar dihampir seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Gunungkidul, dan terbanyak dih berada di Kecamatan Playen. Pola budidaya ikan lele di Kecamatan Playen ber Kabupaten Gunungkidul umumnya adalah dengan pola budidaya menggunakan Ka kolam, dan sebagian besar pembudidaya menggunakan pola budidaya kolam kol terpal, dimana saat ini sedang dikembangkan usaha budidaya ikan lele dengan tte er menggunakan kolam terpal yang dirasakan sangat cocok diterapkan di lahan m e kering seperti dikebanyakan wilayah Kabupaten Gunungkidul, yang bertujuan kke er dapat dda ap menghemat air, karena dalam sekali panen tidak perlu menambah air. Rata-rata kolam terpal yang dimiliki oleh pembudidaya ikan lele di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul adalah 2 buah kolam terpal, kolamKe K e kolam tersebut umumnya terletak dipekarangan rumah pembudidaya, namun ada kko ol pula ppu ul yang bersama-sama pembudidaya lainnya menyewa sebidang tanah untuk
24
dig digunakan sebagai lahan kolam bersama. Alasan utama sebagian besar masyarakat me melakukan budidaya lele antara lain adalah kemudahan dalam pemeliharaan, per perputaran uang yang relatif lebih cepat, resiko berbudidaya yang relatif lebih kec kecil, serta semakin tingginya permintaan terhadap produk ikan lele. Perincian pem pemilikan kolam terpal berdasarkan luasan kolam dapat dilihat pada Tabel. 5. Tabel. Ta T a 5 Klasifikasi Luasan Kepemilikan Kolam Terpal (m2) No.
Luas Kolam (m2)
Jumlah
1
12 - 16
19
2
20 - 25
13
3
30 45
12
Total
44
Jenis ikan lele yang banyak dibudidayakan adalah lele Sangkuriang, phyton dan dda an lele dumbo. Benih ikan lele tersebut diperoleh pembudidaya dari usaha pembenihan rakyat (UPR) disekitar Kabupaten Gunungkidul dan sebagian kecil ppe em dip diperoleh dari UPR Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Produksi rata-rata ika ikan lele di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2010 menurut Din Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gunungkidul adalah sebesar 573.645 Kg Kg, dengan jumlah rata-rata produksi benih ikan lele sebesar 6.676.973 ekor. Jum Jumlah panen rata-rata yang dilakukan oleh pembudidaya adalah 3 kali dalam set setahun, dengan rata-rata umur pemeliharaan selama 2,5 – 3 bulan. Kebutuhan benih ikan lele dalam 1 musim rata-rata 3.052 ekor benih ppe er perkolam permusim atau sebanyak 9.156 ekor benih per kolam pertahunnya. Dari hasil pengambilan data di lapangan, tidak ada pembudidaya yang menggunakan modal dari pihak lain selain dari modal sendiri, dengan alasan m e bahwa usaha yang dilakukannya masih relatif kecil dan belum memerlukan bba ah pembiayaan dari pihak lainnya, misalnya dari pihak perbankan, BPR bbantuan ba an ataupun Koperasi. aat ta
25
4.2
Proses Produksi Dari hasil pengamatan kegiatan proses produksi yang dilakukan oleh para
pem pembudidaya ikan lele di Kecamatan Playen Kabupaten Gungung Kidul melalui beb beberapa tahapan proses produksi. a.
Penyiapan Kolam Terpal Lahan yang digunakan oleh pembudidaya sebagian besar adalah pekarangan
rru rumah um sendiri, sehingga hampir semua pembudidaya tidak mengeluarkan biaya uun nnt menyewa lahan. Dalam penyiapan kolam terpal, terpal yang dibutuhkan untuk uuntuk un nt membuat kolam adalah jenis terpal yang setiap sambungan terpal dipres sehingga tidak terjadi kebocoran. Ukuran terpal yang digunakan pembudidaya seh sse e disesuaikan dengan luas lahan pekarangan atau lahan yang disewa secara bersama ddi is oleh ool le pembudidaya ikan lele di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul. Umumnya pembuatan kolam terpal dilakukan di halaman atau pekarangan rumah Um U m pembudidaya. Kolam yang dibuat rata-rata berukuran 4 x 2 x 1,4 meter, 4 x 3 x ppe em 1,4 11, ,,44 meter dan 5 x 3 x 1,4 meter, dengan rangka bambu atau dengan dinding tanah seperti disajikan pada Lampiran Gambar 3. sse ep Sebelum digunakan biasanya kolam diberi pupuk terlebih dahulu, dengan maksud untuk menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang akan menjadi ma makanan benih lele yang akan ditebar. Pembudidaya dapat melihat hasil ma pemupukan pada perubahan warna air kolam menjadi hijau atau hijau kecoklatan. pem Pengisian air kolam untuk pertama kalinya setelah dilakukan pemupukan sebelum penebaran benih ikan lele dilakukan hingga air mencapai ketinggian 30 – seb 40 cm, sehingga sinar matahari masih dapat menembus dasar kolam. Selanjutnya kolam dibiarkan selama kurang lebih 5 hari sampai dengan 1 minggu agar kolam kko ol lebih lleb le eb banyak ditumbuhi plankton, dan ketinggian tetap dipertahankan hingga penebaran benih ikan lele. Pembudidaya akan menambah ketinggian air seiring ppe en dengan pertambahan ukuran benih lele hingga mencapai ketinggian ideal, yaitu dde en antara aan nt 1 meter – 1,2 meter. bb..
Pemilihan Benih Ikan Lele Pembudidaya ikan lele di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul tidak
semua sse em melakukan pembenihan ikan lele yang akan ditebar. Pembudidaya membeli
26
ben benih lele di usaha pembenihan rakyat lokal (UPR), membeli dari luar daerah sep seperti dari UPR di Kabupaten Sleman, Kulon Progo, bahkan dari Kabupaten Bo Boyolali. Ukuran benih ikan lele yang dipilih oleh pembudidaya adalah sekitar 5 – 8 cm, diusahakan seluruhnya seragam untuk menghindari persaingan dalam me mendapatkan pakan, dan menghindari sifat kanibal lele seperti pada Lampiran 3. c. c.
Pemberian Pakan Pakan merupakan komponen terbesar dalam budidaya ikan lele, dimana
kkeeeb kebutuhan pakan hampir seluruhnya mengandalkan pakan buatan pabrik (pelet). Beberapa pembudidaya memberikan pakan tambahan berupa daun talas, bekicot Bee B dan ddaan cacing sutra. Pemberian pakan umumnya dilakukan secara teratur, untuk benih ikan lele diberikan pakan 2 – 3 kali sehari, waktu pemberian pakan pada pagi hari antara ddiib puuk 08.00 – 09.00, sore pada antara pukul 16.00 – 17.00, dan pada malam hari ppukul antara pukul 20.00 – 21.00. Pemberian pakan untuk usaha pembesaran sama ant an pemberian pakan pada benih ikan lele, tetapi jenis pakan dan jumlah yang ddengan de en diberikan berbeda, karena disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan ikan lele. ddi ib Jumlah yang diberikan umumnya adalah 5 – 10% dari berat total ikan dalam JJu um tergantung dari ukuran ikan lele. Pakan yang diberikan harus berkualitas kkolam, ol dan mengandung protein yang cukup. Cara pemberian dilakukan dengan menebarkan langsung sedikit demi sedikit secara merata kedalam kolam, sehingga menurut pembudidaya dengan sed cara ini akan lebih cepat diketahui apabila ikan sudah kenyang, dan pemberian car pakan dihentikan sehingga tidak banyak pakan yang terbuang seperti pada pak Lampiran 3. La L a dd..
Pengelolaan Kualitas Air Ikan lele merupakan salah satu ikan yang mampu bertahan pada lingkungan
perairan yang buruk, namun dengan demikian pertumbuhan ikan lele akan ppe er menjadi lambat karena sebagian besar energi yang tersedia digunakan untuk me m e pada kondisi lingkungan tersebut. Oleh karena itu peran air sangat bbertahan be er esensial dalam kehidupan ikan sehingga kualitas dan kuantitasnya dapat dijaga ees sse sesuai dengan keinginan pembudidaya. Dengan dilakukannya penggunaan kolam ses se es
27
ter terpal, dimana salah satu tujuannya adalah disamping pemanfaatan lahan, juga dal dalam upaya penghematan penggunaan air, yang mana air akan dipergunakan dal dalam satu siklus produksi, yaitu selama 2 – 3 bulan budidaya. Air kolam akan dig diganti pada saat memasuki masa tanam selanjutnya, dan digunakan selama masa bud budidaya. Pembudidaya dalam melakukan usahanya, selain dengan menggunakan air ttanah, ta an juga beberapa pembudidaya membeli air untuk mengisi kolam ikan lelenya. Un U n Untuk efisiensi dalam penggunaan air, pembudidaya selalu menjaga kualitas air dengan cara pengaturan pemberian pakan, sehingga sangat sedikit pakan yang dde een tte terbuang er dan mengendap didasar kolam yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran dan timbulnya bibit penyakit. ppe en ee..
Pencegahan Penyakit Kegiatan ini merupakan suatu usaha sanitasi yang dilaksanakan pada tahap
awal aaw w proses budidaya atau pada setiap akhir panen ikan lele. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menghindarkan ikan lele, agar tidak terinfeksi bibit penyakit yang ada aad d disebabkan oleh jasad-jasad renik, seperti jamur, mikroba dan bakteri yang dapat ddi is menempel pada dinding kolam. Beberapa cara yang dilakukan pembudidaya ikan m e llele ele di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : -
Mensterilkan kolam sebelum digunakan antara lain dengan menggunakan kapur,
-
Mengatur pola pemberian pakan dengan tidak memberikan pakan secara berlebihan,
-
Membeli dan menggunakan benih ikan lele yang baik,
-
Memperhatikan kepadatan dalam satu kolam.
ff..
Pemanenan Sebagian besar pembudidaya di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul
mengusahakan budidaya ikan lele konsumsi. Ikan lele konsumsi sudah dapat me m dipanen pada usia pemeliharaan 2,5 bulan sejak pembesaran. Biasanya berat per ddi ip eekor ek ko ikan lele konsumsi siap panen adalah kurang lebih 100 gram, atau dalam satu kilogram terdapat antara 8 – 10 ekor ikan lele. Menurut pembudidaya di kki iil Kabupaten Gunungkidul, ukuran saat panen tidak seragam, walaupun benih yang K Ka a
28
dit ditaman sama dan sejenis. Hal ini dipengaruhi oleh pola makan ikan lele tersebut. Ika Ikan lele yang sehat akan lebih banyak mengkonsumsi pakan dibandingkan den dengan ikan lele yang kurang sehat. Namun, ukuran ikan lele yang sehat saat dip dipanen umumnya sama dan seragam seperti pada Lampiran 3 . Pada proses pemanenan pembudidaya yang memiliki kolam lebih dari 2 unit kolam biasanya dibantu oleh tenaga kerja lepas untuk melakukan pemanenan. kol JJumlah Ju um tenaga kerja yang digunakan rata-rata satu orang untuk sekali musim pan pa panen. 4.3 4. 4.3
Analisa Kelayakan Usaha Usaha budidaya ikan lele di Kabupaten Gunungkidul tidak terlepas dari
semakin tingginya permintaan akan produk ikan lele. Selama ini masih banyak sem se dalam melakukan usahanya pada taraf mencoba dengan membentuk peem ppembudidaya keel kkelompok-kelompok
pembudidaya
yang
bertujuan
untuk
mendapatkan
tambahan, sehingga usaha budidaya ikan lele belum menjadi usaha peen ppendapatan po ppokok ok masyarakat.
Usaha budidaya yang dilakukan masyarakat di Kecamatan
Playen Kabupaten Gunungkidul adalah ikan lele konsumsi. Plla P Tujuan atau segmen pasar dari produk ikan lele yang dihasilkan adalah para pedagang pengumpul dari sekitar Kabupaten Gunungkidul, juga dari daerah luar ped Kabupaten Gunungkidul, seperti Kota Yogjakarta, dan kabupaten sekitar Ka Kabupaten Gunungkidul. Selain itu pembudidaya juga menjual produknya secara Ka eceran kepada masyarakat setempat yang membutuhkannya. ece Distribusi pemasaran masih relatif kecil dan sederhana, terbatas pada wilayah tertentu saja dan selama ini penjualan yang terjadi adalah pembeli atau wil datang langsung ke pembudidaya. Pola pembayaran yang dilakukan koon kkonsunen tunai, karena secara nominal masih relatif kecil serta belum terbentuknya ad aadalah da suatu sua ikatan saling percaya antara pembudidaya dan konsumen. su Menurut para pembudidaya, tingkat persaingan yang cukup tinggi terjadi dengan pembudidaya diluar wilayah Kabupaten Gunungkidul, seperti dari ddeen e Kabupaten Sleman, dimana di Kabupaten Sleman sudah terlebih dahulu Kaa K mengembangkan usaha budidaya ikan lele di lahan kering dengan menggunakan mee m kolam terpal. Demikian pula dengan wilayah lainnya seperti Kabupaten Kulon kkool Progo Prro dan dari Blitar. Harga jual ditentukan berdasarkan harga pasar saat itu, dan P
29
dit ditentukan bersama atas musyawarah anggota kelompok pembudidaya dengan me memperhitungkan biaya-biaya yang telah dikeluarkan, tetapi harga pada saat-saat ter tertentu, misalnya pada saat panen raya dan produksi melimpah, tengkulak lebih dom dominan dalam menentukan harga jual. Dari hasil wawancara dan pengumpulan data objek penelitian langsung di lap lapangan p diperoleh data mengenai investasi awal usaha budidaya ikan lele di llahan la ah kering dan modal kerja per musim/siklus budidaya ikan lele serta telah me m melalui pengolahan data dan pembulatan atas data yang telah diolah. Perhitungan finansial mengenai pendapatan dan biaya usaha, kemampuan uusaha us sa untuk membayar kredit dan kelayakan usaha memerlukan dasar-dasar perhitungan yang diasumsikan berdasarkan hasil survei dan pengamatan yang ppe er terjadi di lapangan serta informasi dari beberapa literatur. Asumsi yang digunakan tte erj r dalam dda al perhitungan aspek keuangan ini disajikan pada Tabel. 6 berikut dari seluruh pembudidaya ikan lele yang terdapat di Kecamatan Playen Kabupaten ppe em Gunungkidul. Kolam terpal yang dimiliki oleh pembudidaya ikan lele di Gu G u Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul dapat dikelompokkan menjadi tiga Ke K e kelompok besar, yaitu ukuran antara 12 – 16 m2, 20 – 25 m2 dan 30 – 45 m2. kke el Tabel. 6 Asumsi Teknis dalam Analisa Usaha Budidaya Ikan Lele Ta T a N No. 11. 22. 33.
Uraian Pemeliharaan menggunakan kolam terpal. Usaha budidaya ikan lele dilakukan pada lahan kering. Usaha budidaya yang dilakukan adalah pembesaran ikan lele konsumsi.
44.
Tingkat suku bunga kredit Bank Mandiri Perioda Januari – Juli 2011 15 %. Merupakan usaha sampingan keluarga
55.
Analisa usaha merupakan kegiatan yang sangat penting, karena dengan aan analisa na usaha tersebut dapat diketahui besarnya keuntungan usaha budidaya yang dilakukan. Analisa usaha budidaya ikan lele di lahan kering di Kabupaten ddi il Gunungkidul akan bervariasi, hal ini dipengaruhi oleh besarnya unit usaha, jenis G Gu u dan dda an bahan-bahan penunjang yang digunakan dalam proses budidaya, serta letak unit uun ni usaha. Usaha budidaya ikan lele di lahan kering di Kabupaten Gunungkidul
30
me merupakan usaha budidaya dengan skala usaha yang homogen, yang merupakan usa usaha rumah tangga sebagai upaya tambahan penghasilan keluarga. A.
Analisa Kelayakan Usaha Pada Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul Dengan Luas Kolam 12-16 m2
a.
Biaya Investasi Biaya investasi bervariasi, tergantung kepada luas atau ukuran kolam terpal
yang yan dimiliki oleh pembudidaya dan peralatan yang digunakan selama proses ya produksi, seperti pada pada Tabel. 7. pro pr Tabel Taa 7. Biaya Investasi Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di T Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam 12-16 m2) No. N A 1 2 B 1 2 3 4 5 6
Komponen Biaya Investasi Biaya Prasarana Sewa Lahan Biaya pembuatan kolam Subtotal A Biaya Peralatan Jala Saringan ikan Drum Ember Timbangan* Pompa Air* Subtotal B Total (A+B)
Volume
Satuan
Harga Satuan (Rp)
Total (Rp)
14,11 m 2
-
-
14,11 m 2
7.667,91
108.157,89 108.158
13.157,89 13.947,37 60.526,32 21.052,63 44.736,84 315.789,47
3.462,60 11.745,15 19.113,57 22.160,66 11.772,85 83.102,49 151.357 259.515
0,26 0,84 0,32 1,05 0,26 0,26
unit unit unit unit unit unit
Keterangan Ke K e : * Timbangan dan pompa air hanya dimiliki oleh kelompok ppembudidaya pe em bb..
Biaya Operasional Merupakan biaya yang dipengaruhi oleh skala usaha untuk kegiatan
operasional sehari-hari dalam proses budidaya ikan lele di lahan kering yang ope op dilakukan pembudidaya di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul. Biaya dil di terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Umur ekonomis Kolam terpal teer ttersebut 3 tahun pemakaian. Biaya variabel pertahun adalah total biaya diia ddiasumsikan
31
pen pengairan, total biaya pembelian benih, total biaya pakan, biaya tenaga kerja, dan tot total biaya obat-obatan seperti pada Tabel. 8, dan Tabel. 9. Ta Tabel. 8 Biaya Tetap Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam 12-16 m2) No. N
Komponen Biaya Tetap
1 2
Penyusutan Kolam Biaya pengairan Subtotal Total
Tabel. Ta T a 9
1 1
Satuan tahun tahun
Harga Satuan (Rp) 253.333,33 57.916,67
Total (Rp) 253.333 57.917 311.250 311.250
Biaya Variabel Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam 12-16 m2)
1 2 3
Komponen Biaya Variabel Benih Pakan Tenaga Kerja
4
Biaya Obat-obatan
No. N
Volume
Subtotal Total
Volume 4.631,58 1,00 1,00 1,00
Satuan ekor tahun orang/ panen tahun
Harga Satuan (Rp)
Total (Rp)
892.188,37 192,63 2.437.894,74 2.437.894,74 50.526,32 50.526,32 36.842,11
36.842,11 3.417.451,52 3.417.451,52
Total pengeluaran selama periode budidaya adalah Rp. 3.840.952,36,- dengan To perincian per biaya investasi Rp. 259.515,- biaya tetap sebesar Rp. 311.250,- dan biaya bia variabel sebesar Rp. 3.417.451,52 sehingga diperoleh keuntungan bersih sebesar Rp. 832.668,59,-. atau rata-rata senilai Rp. 277.556,20 persiklus budidaya seb c.
Produksi dan Pendapatan Berdasarkan analisa keuangan, harga jual ikan lele konsumsi selama periode
budidaya yaitu harga rata-rata Rp.10.394,74 per kilogram ditingkat pembudidaya. bud bu Usaha budidaya ikan lele di lahan kering dengan menggunakan kolam terpal di Uss U Kabupaten Gunungkidul pada luas kolam 12-16 m2 sudah dapat menghasilkan Kaa K pada ppa ad tahun pertama sejak panen pertama yaitu pada bulan ketiga budidaya. Pendapatan Rp. 4.673.620,95 diperoleh dari hasil penjualan dari 3.643 ekor ikan P Pe en lele lle ele yang setara dengan 453,88 kg ikan lele konsumsi, rata-rata tingkat kkeb ke eb keberhasilan usaha budidaya lele di lahan kering sebesar 76,58 %, maka dalam
32
sat satu siklus budidaya (pemeliharaan selama 3 bulan dalam satu tahun) akan dip diperoleh hasil seperti pada Tabel. 10. Ta Tabel. 10. Perhitungan Jumlah Produksi dan Pendapatan Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam 12-16 m2)
1
Jumlah Produksi (ekor)
1 Siklus (3 bulan) Satuan Volume ekor 1.082
2
Jumlah Produksi (kg)*
Kg
134,84
Kg
453,88
3
Jumlah Pendapatan (Rp)
Rp
1.557.874
Rp
4.673.620,95
No. N
Keterangan
3 siklus (1 Tahun) Satuan Volume ekor 3.642,95
Keterangan Ke K e : * Per P kilogram rata-rata 8 ekor ikan lele, * Tingkat T keberhasilan 76,58 %, rata-rata per kg Rp. 10.394,74 * Harga H Berdasarkan laporan keuangan usaha budidaya ikan lele di lahan kering di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul memberikan keuntungan pada tahun Kee K budidaya sebesar Rp. 832.668,59 pada periode budidaya selama satu peer ppertama tah tahun atau sebesar Rp. 277.556,20 per siklus budidaya atau selama tiga bulan pem pemeliharaan. Laporan keuangan usaha budidaya ikan lele di lahan kering dengan me menggunakan kolam terpal di Kabupaten Gunungkidul dengan luas kolam 12-16 m2 disajikan dalam Tabel. 11. Dari perhitungan Analisis Kelayakan Usaha ditingkat pembudidaya, usaha bud budidaya ikan lele di lahan kering dengan menggunakan kolam terpal di Kabupaten Gunungkidul dengan luas kolam 12-16 m2, diperoleh bahwa BEP pada Ka K a vvolume vo ol produksi adalah 344,54 kg, atau BEP pada harga diperoleh Rp.7.890,78/kg, yang berarti bahwa usaha budidaya ikan lele di lahan kering akan Rp R p mencapai titik impas jika volume produksi selama satu periode budidaya dapat m e mencapai 344,54 kg, atau harga jual mencapai Rp7.890,78/kg, seperti yang me m e pada Tabel. 12. ddisajikan dis di is
33
Ta Tabel. 11. Laporan Keuangan Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam 12-16 m2) No. N I I.
Komponen Pendapatan (dengan tingkat keberhasilan 76,58%)
Volume 1,00
Satuan tahun
Nilai Satuan (Rp) 4.673.620,95
Subtotal Pendapatan III. II I A aa..
1 2
b.. b
1 2 3 4 5 6
B 1 2
1 2 3 4
Pengeluaran Biaya Investasi Biaya Prasarana Sewa Lahan Biaya pembuatan kolam Subtotal a Biaya Peralatan Jala Saringan ikan Drum Ember Timbangan Pompa Air Subtotal b Subtotal A (a+b) Biaya Tetap Penyusutan Kolam Biaya pengairan Subtotal Biaya Variabel Benih Pakan Tenaga Kerja Biaya Obat-obatan Subtotal Subtotal B Total Pengeluaran (A+B) Keuntungan (I-II)
Total (Rp) 4.673.620,95
4.673.620,95
14,11 14,11
m2 m2
7.667,91
108.157,89 108.157,89
0,26 0,84 0,32 1,05 0,26 0,26
unit unit unit unit unit unit
1,00 1,00
tahun tahun
4.631,58 1,00 0,63 1,00
ekor tahun orang/ panen tahun
13.157,89 13.947,37 60.526,32 21.052,63 44.736,84 315.789,47
3.462,60 11.745,15 19.113,57 22.160,66 11.772,85 83.102,49 151.357,34 259.515,24
77.222,22 33.157,89
77.222,22 33.157,89 110.380,12
192,63 2.437.894,74 50.526,32
892.188,37 2.437.894,74 104.131,80
36.842,11
36.842,11 3.471.057,01 3.581.437,12 3.840.952,36 832.668,59
34
Ta Tabel. 12. Perhitungan Analisis Keuangan Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam 12-16 m2) No. N Uraian 1 B/C Ratio = penerimaan total/biaya total 2 Cash Flow = keuntungan + biaya penyusutan
Satuan Rp.
Total 1,22 909.891
3 PBP = (biaya investasi + biaya variabel)/cash flow
Tahun
3,81
4 Biaya perkg = total biaya produksi/total panen
Rp/Kg
7.890,78
5 BEP = biaya tetap/ (1-(biaya variabel/ pendapatan)
Rp/kg
3.581.437,12
BEP volume = total biaya produksi/harga jual/kg
kg
BEP harga = total biaya produksi/total produksi
Rp/kg
344,54 7.890,78
6 Tingkat Suku Bunga Kredit Bank (r) (Januari - Juli 2011)
%
15,00
7 IRR = PV Pengeluaran/Cash Flow - 1
%
3,22
8 NPV = PV penerimaan - PV pengeluaran
Rp.
724.059,65
PV Penerimaan = penerimaan/(1+r)
4.064.018,22
PV Pengeluaran = (Total biaya pengeluaran)/ (1+r)0
3.339.958,57
Bila dilihat dari Gross B/C Ratio, suatu proyek dikatakan menguntungkan jik jika nilai Gross B/C Ratio lebih dari 1. Dari hasil analisa diperoleh nilai Gross B/C Ratio 1,22 yang menunjukan bahwa proyek ini layak untuk dijalankan, yang berarti bahwa setiap modal Rp. 100,- yang dikeluarkan akan memperoleh bbe er Rp.122,- atau diperoleh keuntungan sebesar Rp. 22,-. ppendapatan pe en Berdasarkan kriteria jangka waktu pengembanlian modal (PBP) diperoleh hhasil ha as 3,81 tahun, dimana diperlukan 10 kali siklus panen (3 periode) budidaya ikan iik ka lele di lahan kering agar semua biaya investasi yang telah dikeluarkan dapat Dengan melihat hasil analisa keuangan, menunjukan bahwa usaha kkembali. ke em ikan lele di lahan kering dengan menerapkan pola pemeliharaan dengan bbudidaya ud
35
me menggunakan kolam terpal di Kabupaten Gunungkidul dengan luas kolam 12-16 m2 layak untuk diusahakan karena dapat memberikan keuntungan. B.
Analisa Kelayakan Usaha Pada Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul Dengan Luas Kolam 20 - 25 m2
a.
Biaya Investasi Biaya investasi pada usaha budidaya ikan lele di Lahan Kering
di
2
Kabupaten Gunungkidul dengan luas kolam 20 - 25 m yang digunakan selama Kaa K ppr proses ro produksi, seperti pada pada Tabel. 13. Tabel. 13. Biaya Investasi Usaha Budidaya ikan Lele di Lahan Kering di Ta T a Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam 20 - 25 m2) No. No o. A
Komponen Biaya Investasi
Volume
Satuan
Harga Satuan (Rp)
Total (Rp)
Biaya Prasarana 1 2
B 1 2 3 4 5 6
Sewa Lahan Biaya pembuatan kolam Subtotal A Biaya Peralatan Jala Saringan ikan Drum Ember Timbangan* Pompa Air* Subtotal B Total (A+B)
23 23
m2 m2
993 13.957
23.076,92 324.230,77 347.307,69
1,00 0,77 0,54 2,15 0,54 0,54
unit unit unit unit unit unit
20.000,00 17.307,69 84.615,38 16.153,85 79.230,77 644.615,38
20.000,00 13.313,61 45.562,13 34.792,90 42.662,72 347.100,59 503.431,95 850.739,64
Ke Keterangan : * Timbangan dan pompa air hanya dimiliki oleh kelompok pembudidaya ppe em bb..
Biaya Operasional Merupakan biaya yang dipengaruhi oleh skala usaha untuk kegiatan
operasional sehari-hari dalam proses budidaya ikan lele di lahan kering yang ope op dilakukan pembudidaya di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul. Biaya dil di tersebut terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel pada luas kolam 20 - 25 m2. ter te D Diasumsikan ia umur ekonomis kolam terpal adalah 3 tahun. Biaya variabel ppe er pertahun adalah total biaya pengairan, total biaya pembelian benih, total biaya
36
pak pakan, biaya tenaga kerja, dan total biaya obat-obatan seperti pada Tabel. 14, dan Ta Tabel. 15. Ta Tabel. 14. Biaya Tetap Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam 20 - 25 m2) No. N o.
1 2
Komponen Biaya Tetap
Volume
Penyusutan Kolam Biaya pengairan
Satuan
1 1
tahun tahun
Harga Satuan (Rp)
Total (Rp)
61.538 23.077
61.538,46 23.076,92
Subtotal Total
84.615,38 84.615,38
Tabel. Ta T a 15. Biaya Variabel Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam 20 - 25 m2) No. N No o.
Komponen Biaya Variabel
1 2 3
Benih Pakan Tenaga Kerja
4
Biaya Obat-obatan Subtotal Total
Volume 8.730,77 1,00 1,08
Satuan
ekor tahun orang/ panen 1,00 tahun
Harga Satuan (Rp)
Total (Rp)
184,62 1.611.834,32 4.031.153,85 4.031.153,85 77.307,69 256.167,50 111.923,08
111.923,08 6.011.078,74 6.011.078,74
Total pengeluaran selama periode budidaya adalah Rp. 6.946.433,77,den dengan perincian biaya investasi Rp. 850.739,64, biaya tetap sebesar Rp. 84.615,38, dan biaya variabel sebesar Rp. 6.011.078,74 sehingga diperoleh 84 4 keuntungan bersih sebesar Rp. 2.248.907,48 atau rata-rata senilai Rp. 749.635,83 kke eu persiklus budidaya. ppe er cc..
Produksi dan Pendapatan Berdasarkan analisa keuangan, harga jual ikan lele konsumsi selama periode
yaitu harga rata-rata Rp. 10.673,08 per kilogram ditingkat pembudidaya. bbudidaya bu ud Usaha budidaya ikan lele di lahan kering dengan menggunakan kolam terpal di U Us Kabupaten Gunungkidul pada luas kolam 20 - 25 m2 sudah dapat menghasilkan K Ka a
37
pad pada tahun pertama sejak panen pertama yaitu pada bulan ketiga budidaya. Pen Pendapatan Rp. 9.195.341 diperoleh dari hasil penjualan dari 7.180 ekor ikan lele yan yang setara dengan 868 kg ikan lele konsumsi, rata-rata tingkat keberhasilan usa usaha budidaya lele di lahan kering sebesar 81,15 %, maka dalam satu siklus bud budidaya (pemeliharaan selama 3 bulan dalam satu tahun) akan diperoleh hasil sep seperti pada Tabel. 16. Ta T a Tabel. 16. Perhitungan Jumlah Produksi dan Pendapatan Usaha Budidaya Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam 20 - 25 m2)
`11
Jumlah Produksi (ekor)
1 Siklus (3 bulan) Satuan Volume ekor 2.323
2
Jumlah Produksi (kg)*
Kg
281
Kg
868
3
Jumlah Pendapatan (Rp)
Rp
3.065.114
Rp
9.195.341
No. N No o.
Keterangan
3 siklus (1 Tahun) Satuan Volume ekor 7.180
Keterangan Ke K e : * Per P kilogram rata-rata 8 ekor ikan lele, Tingkat keberhasilan 81,15 %, *T rata-rata per kg Rp. 10.673,08 * Harga H Berdasarkan laporan keuangan usaha budidaya ikan lele di lahan kering di Ke Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul memberikan keuntungan pada tahun per pertama budidaya sebesar Rp. 2.248.907,48 pada periode budidaya selama satu tah tahun atau sebesar Rp. 749.635,83 per siklus budidaya atau selama tiga bulan pem pemeliharaan. Laporan keuangan usaha budidaya ikan lele di lahan kering dengan me menggunakan kolam terpal di Kabupaten Gunungkidul dengan luas kolam 20 - 25 m2 disajikan dalam Tabel. 17. Dari perhitungan Analisis Kelayakan Usaha ditingkat pembudidaya, usaha bbudidaya bu ud ikan lele di lahan kering dengan menggunakan kolam terpal di Kabupaten Gunungkidul dengan luas kolam 20 - 25 m2, diperoleh bahwa BEP Ka K a pada ppa ad volume produksi adalah 571,13 kg, atau BEP pada harga diperoleh Rp.7.020,22/kg, yang berarti bahwa usaha budidaya ikan lele di lahan kering akan Rp R p mencapai titik impas jika volume produksi selama satu periode budidaya dapat m e
38
me mencapai 571,13 kg, atau harga jual mencapai Rp. 7.020,22/kg, seperti yang dis disajikan pada Tabel. 18.
Ta Tabel. 17. Laporan Keuangan Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam 20 - 25 m2) No. N No o. I.
Komponen Pendapatan (dengan tingkat keberhasilan 81,15%)
Volume 1,00
Satuan musim
Nilai Satuan (Rp) 9.195.341,25
Subtotal Pendapatan III. II. A aa..
1 2
b.. b
1 2 3 4 5 6
B 1 2
1 2 3 4
Pengeluaran Biaya Investasi Biaya Prasarana Sewa Lahan Biaya pembuatan kolam Subtotal a Biaya Peralatan Jala Saringan ikan Drum Ember Timbangan Pompa Air Subtotal b Subtotal A (a+b) Biaya Tetap Penyusutan Kolam Biaya pengairan Subtotal Biaya Variabel Benih Pakan Tenaga Kerja Biaya Obat-obatan Subtotal Subtotal B Total Pengeluaran (A+B)
Total (Rp) 9.195.341,25
9.195.341,25
23,23 23,23
m2 m2
993,38 13.956,95
23.076,92 324.230,77 347.307,69
1,00 0,77 0,54 2,15 0,54 0,54
unit unit unit unit unit unit
20.000,00 17.307,69 84.615,38 16.153,85 79.230,77 644.615,38
20.000,00 13.313,61 45.562,13 34.792,90 42.662,72 347.100,59 503.431,95 850.739,64
1,00 1,00
8.730,77 1,00 1,08 1,00
tahun tahun
ekor tahun orang/ panen tahun
61.538,46 23.076,92
61.538,46 23.076,92 84.615,38
184,62 4.031.153,85 77.307,69
1.611.834,32 4.031.153,85 256.167,50
111.923,08
111.923,08 6.011.078,74 6.095.694,13 6.946.433,77
39
Keuntungan (I-II)
2.248.907,48
Tabel. 18. Perhitungan Analisis Keuangan Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Ta Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam 20 - 25 m2) No. Uraian 1 B/C Ratio = penerimaan total/biaya total 2 Cash Flow = keuntungan + biaya penyusutan
Satuan Rp.
Total 1,32 2.310.446
3 PBP = (biaya investasi + biaya variabel)/cash flow
Tahun
2,97
4 Biaya perkg = total biaya produksi/total panen
Rp/Kg
7.020,22
5 BEP = biaya tetap/ (1-(biaya variabel/ pendapatan)
Rp/kg
17.602.816,20
BEP volume = total biaya produksi/harga jual/kg
kg
BEP harga = total biaya produksi/total produksi
Rp/kg
571,13 7.020,22
6 Tingkat Suku Bunga Kredit Bank (r) (Januari - Juli 2011)
%
15,00
7 IRR = PV Pengeluaran/Cash Flow - 1
%
1,61
8 NPV = PV penerimaan - PV pengeluaran Rp. PV Penerimaan = penerimaan/(1+r) PV Pengeluaran = (Total biaya pengeluaran)/ (1+r)0
1.955.571,72 7.995.948,91 6.040.377,19
Bila dilihat dari Gross B/C Ratio, suatu proyek dikatakan menguntungkan jik jika nilai Gross B/C Ratio lebih dari 1. Dari hasil analisa diperoleh nilai Gross B/C B/ B /C Ratio 1,32 yang menunjukan bahwa proyek ini layak untuk dijalankan, yang berarti bahwa setiap modal Rp. 100,- yang dikeluarkan akan memperoleh bbe er pendapatan Rp.132,- atau diperoleh keuntungan sebesar Rp. 32,-. ppe en Berdasarkan kriteria jangka waktu pengembalian modal (PBP) diperoleh hasil hha as 2,97 tahun, dimana diperlukan 7 kali siklus panen dalam 3 periode budidaya iikan ik ka lele di lahan kering agar semua biaya investasi yang telah dikeluarkan dapat Dengan melihat hasil analisa keuangan, menunjukan bahwa usaha kkembali. ke em bbudidaya ud ud ikan lele di lahan kering dengan menerapkan pola pemeliharaan dengan
40
me menggunakan kolam terpal di Kabupaten Gunungkidul dengan luas kolam 20 - 25 m2 layak untuk diusahakan karena dapat memberikan keuntungan. C.
Analisa Kelayakan Usaha Pada Usaha Budidaya Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul Dengan Luas Kolam 30 - 45 m2
a.
Biaya Investasi Biaya investasi pada usaha budidaya ikan lele di Lahan Kering
di
Kabupaten Gunungkidul dengan luas kolam 20 - 25 m2 yang digunakan selama Kaa K ppr proses ro produksi, seperti pada pada Tabel. 19. Tabel. 19. Biaya Investasi Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di Ta T a Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam 30 - 45 m2) Komponen Biaya Investasi
No. No o. A
Volume
Satuan
Harga Satuan (Rp)
Total (Rp)
Biaya Prasarana 1
Sewa Lahan
34,25
m2
-
-
2
Biaya pembuatan kolam Subtotal A Biaya Peralatan Jala Saringan ikan Drum Ember Timbangan* Pompa Air* Subtotal B Total (A+B)
34,25
m2
16.756,94
573.925,35 573.925,35
1,36 1,25 1,25 2,50 0,83 0,67
unit unit unit unit unit unit
22.500,00 12.083,33 116.666,67 25.833,33 118.333,33 475.000,00
30.681,82 15.104,17 145.833,33 64.583,33 98.611,11 316.666,67 671.480,43 1.245.405,78
B 1 2 3 4 5 6
Ke Keterangan : * Timbangan dan pompa air hanya dimiliki oleh kelompok pembudidaya ppe em bb..
Biaya Operasional Merupakan biaya yang dipengaruhi oleh skala usaha untuk kegiatan
sehari-hari dalam proses budidaya ikan lele di lahan kering yang oppe ooperasional pembudidaya di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul. Biaya diil ddilakukan tersebut terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel pada luas kolam 30 - 45 m2. ter te D Diasumsikan i ia umur ekonomis kolam terpal adalah 3 tahun. Biaya variabel ppe er pertahun adalah total biaya pengairan, total biaya pembelian benih, total biaya
41
pak pakan, biaya tenaga kerja, dan total biaya obat-obatan seperti pada Tabel. 20, dan Ta Tabel. 21. Ta Tabel. 20. Biaya Tetap Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam 30 - 45 m2) No. N o.
Komponen Biaya Tetap
1 2
Penyusutan Kolam Biaya pengairan
Volume
1,00 1,00
Satuan
tahun tahun
Harga Satuan (Rp)
Total (Rp)
253.333,33 57.916,67
253.333,33 57.916,67
Subtotal Total
311.250,00 311.250,00
Tabel. 21. Biaya Variabel Usaha Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di Ta Ta Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam 30 - 45 m2) No. N No o.
Komponen Biaya Variabel
1 2 3
Benih Pakan Tenaga Kerja
4
Biaya Obat-obatan
Volume 12.850,00 1,00 1,00
Satuan
ekor tahun orang/ panen 1,00 tahun
Harga Satuan (Rp)
Total (Rp)
180,00 5.148.750,00 85.416,67
2.313.000,00 5.148.750,00 277.604,17
265.000,00
265.000,00
Subtotal Total
8.004.354,17 8.004.354,17
Total pengeluaran selama periode budidaya adalah Rp.
9.561.009,94,-
dengan perincian biaya investasi Rp. 1.245.405,78,-, biaya tetap sebesar den Rp.311.250,00,dan biaya variable sebesar Rp. 8.004.354,17 sehingga diperoleh Rp p bersih sebesar Rp. keeu kkeuntungan
3.245.323,85,-. atau rata-rata senilai
Rp.1.081.774,62 persiklus budidaya Rp Rp c. c.
Produksi dan Pendapatan Berdasarkan analisa keuangan, harga jual ikan lele konsumsi selama periode
budidaya yaitu harga rata-rata Rp. 10.291,67 per kilogram ditingkat pembudidaya. bud bu Usaha budidaya ikan lele di lahan kering dengan menggunakan kolam terpal di Us Us Kabupaten Gunungkidul pada luas kolam 30 - 45 m2 sudah dapat menghasilkan Ka Ka
42
pad pada tahun pertama sejak panen pertama yaitu pada bulan ketiga budidaya. Pen Pendapatan Rp. 12.806.333,79 diperoleh dari hasil penjualan dari 10.661,01 ekor ika ikan lele yang setara dengan 1.242,06 kg ikan lele konsumsi, rata-rata tingkat keb keberhasilan usaha budidaya lele di lahan kering sebesar 83,75 %, maka dalam sat satu siklus budidaya (pemeliharaan selama 3 bulan dalam satu tahun) akan dip diperoleh p hasil seperti pada Tabel. 22. Ta T a Tabel. 22. Perhitungan Jumlah Produksi dan Pendapatan Usaha Budidaya Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam 30 - 45 m2) No. N No o.
Keterangan
1 Siklus (3 bulan) Volume 3.236,60
3 siklus (1 Tahun)
1
Jumlah Produksi (ekor)
Satuan ekor
Satuan ekor
Volume 10.661,01
2
Jumlah Produksi (kg)*
Kg
377,08
Kg
1.242,06
3
Jumlah Pendapatan (Rp)
Rp
4.268.777,93
Rp
12.806.333,79
Keterangan Ke K e : * Per P kilogram rata-rata 8,58 ekor ikan lele, keberhasilan 83,75 %, * Tingkat T rata-rata per kg Rp. 10.291,67 * Harga H Berdasarkan laporan keuangan usaha budidaya ikan lele di lahan kering di Ke Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul memberikan keuntungan pada tahun per pertama budidaya sebesar Rp. 3.245.323,85 pada periode budidaya selama satu tah tahun atau sebesar Rp. 1.081.774,62 per siklus budidaya atau selama tiga bulan pem pemeliharaan. Laporan keuangan usaha budidaya ikan lele di lahan kering dengan menggunakan me m e kolam terpal di Kabupaten Gunungkidul dengan luas kolam 30 - 45 m2 disajikan dalam Tabel. 23. Dari perhitungan Analisis Kelayakan Usaha ditingkat pembudidaya, usaha ikan lele di lahan kering dengan menggunakan kolam terpal di bbudidaya bu ud Kabupaten Gunungkidul dengan luas kolam 30 - 45 m2, diperoleh bahwa BEP K Ka a ppa pada ad volume produksi adalah 807,99 kg, atau BEP pada harga diperoleh R Rp Rp.6.695,01/kg, yang berarti bahwa usaha budidaya ikan lele di lahan kering akan mencapai titik impas jika volume produksi selama satu periode budidaya dapat m me e
43
me mencapai 807,99 kg, atau harga jual mencapai Rp, 6.695,01/kg, seperti yang dis disajikan pada Tabel. 24. Ta Tabel. 23. Laporan Keuangan Usaha Budidaya Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam 30 - 45 m2)
No. N II..
Komponen Pendapatan (dengan tingkat keberhasilan 83,75%)
A aa..
1 2
b.. b
1 2 3 4 5 6
B 1 2
1 2 3 4
Subtotal Pendapatan Biaya Investasi Biaya Prasarana Sewa Lahan Biaya pembuatan kolam Subtotal a Biaya Peralatan Jala Saringan ikan Drum Ember Timbangan Pompa Air Subtotal b Subtotal A (a+b) Biaya Tetap Penyusutan Kolam Biaya pengairan Subtotal Biaya Variabel Benih Pakan Tenaga Kerja Biaya Obat-obatan Subtotal Subtotal B Total Pengeluaran (A+B) Keuntungan (I-II)
Volume 1,00
Satuan musim
Nilai Satuan (Rp)
Total (Rp)
12.806.333,79
12.806.333,79
12.806.333,79
34,25 34,25
m2 m2
16.756,94
573.925,35 573.925,35
1,36 1,25 1,25 2,50 0,83 0,67
unit unit unit unit unit unit
22.500,00 12.083,33 116.666,67 25.833,33 118.333,33 475.000,00
30.681,82 15.104,17 145.833,33 64.583,33 98.611,11 316.666,67 671.480,43 1.245.405,78
1,00 1,00
tahun tahun
253.333,33 57.916,67
253.333,33 57.916,67 311.250,00
180,00 5.148.750,00 85.416,67
2.313.000,00 5.148.750,00 277.604,17
265.000,00
265.000,00 8.004.354,17 8.315.604,17 9.561.009,94 3.245.323,85
12.850,00 1,00 1,00 1,00
ekor tahun orang/ panen tahun
44
Ta Tabel. 24. Perhitungan Analisis Keuangan Usaha Budidaya Lele di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul (Luas Kolam 30 - 45 m2) No. Uraian 1 B/C Ratio = penerimaan total/biaya total 2 Cash Flow = keuntungan + biaya penyusutan
Satuan
Total 1,34 3.498.657
Rp.
3 PBP = (biaya investasi + biaya variabel)/cash flow
Tahun
2,64
4 Biaya perkg = total biaya produksi/total panen
Rp/Kg
6.695,01
5 BEP = biaya tetap/ (1-(biaya variabel/ pendapatan)
Rp/kg
22.176.771,02
BEP volume = total biaya produksi/harga jual/kg
kg
BEP harga = total biaya produksi/total produksi
Rp/kg
807,99 6.695,01
6 Tingkat Suku Bunga Kredit Bank (r) (Januari - Juli 2011)
%
15,00
7 IRR = PV Pengeluaran/Cash Flow - 1
%
1,38
8 NPV = PV penerimaan - PV pengeluaran Rp. PV Penerimaan = penerimaan/(1+r)
2.822.020,74 11.135.942,43
PV Pengeluaran = (Total biaya pengeluaran)/ (1+r)0
8.313.921,69
Bila dilihat dari Gross B/C Ratio, suatu proyek dikatakan menguntungkan jjika ji ik nilai Gross B/C Ratio lebih dari 1. Dari hasil analisa diperoleh nilai Gross B/C B B/ / Ratio 1,34 yang menunjukan bahwa proyek ini layak untuk dijalankan, yang /C berarti bahwa setiap modal Rp. 100,- yang dikeluarkan akan memperoleh bbe eer pendapatan Rp. 134,- atau diperoleh keuntungan sebesar Rp. 34,-. ppe en Berdasarkan kriteria jangka waktu pengembalian modal (PBP) diperoleh hhasil ha as 2,64 tahun, dimana diperlukan 7 kali siklus panen dalam 3 periode budidaya iikan ik ka lele di lahan kering agar semua biaya investasi yang telah dikeluarkan dapat Dengan melihat hasil analisa keuangan, menunjukan bahwa usaha kkembali. ke em
45
bud budidaya ikan lele di lahan kering dengan menerapkan pola pemeliharaan dengan me menggunakan kolam terpal di Kabupaten Gunungkidul dengan luas kolam 30 - 45 m2 layak untuk diusahakan karena dapat memberikan keuntungan. 4.4
Strategi Pengembangan Usaha
a.
Analisis SWOT Penyusunan strategi usaha dan mengidentifikasi berbagai faktor internal dan
eksternal yang dihadapi usaha budidaya ikan lele di lahan kering di Kabupaten eek ks Gunungkidul Provinsi DI Yogjakarta, dapat dirumuskan dengan menggunakan Gu G u SWOT. Analisis ini dapat memaksimalkan kekuatan (Strenghts) dan aanalisa an na peluang (Opportunities), serta sekaligus dapat meminimalkan kelemahan ppeel (Weakness) dan ancaman (Threats). (W Berikut ini akan dianalisis tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada budidaya ikan lele di lahan kering di Kabupaten Gunungkidul . aan nc a. a.
Kekuatan (Strengths)
1) 1)
Sebagai tambahan penghasilan
2) 2)
Minat membudidayakan ikan lele tinggi
3)
Meningkatkan gizi keluarga gizi keluarga
4)
Menggunakan tenaga kerja keluarga
5)
Menciptakan lapangan kerja
b.
Kelemahan (Weaknesses)
1)
Keterampilan pengelolaan yang kurang baik
2) 2)
Kepemilikan kolam dengan jumlah yang terbatas
3) 3)
Modal kerja yang masih minim
4) 4)
Masih sebagai usaha sampingan
5) 5)
Masih dalam tahap mengembangkan budidaya ikan lele
c. c.
Peluang (Opportunities)
1) 1)
Keunggulan budidaya dengan kolam terpal
2) 2)
Daya tahan ikan lele terhadap lingkungan
3) 3)
Permintaan pasar yang cukup tinggi
46
4)
Lahan kering masih tersedia untuk pengembangan budidaya ikan lele
5)
Dapat dibudidayakan pada lahan yang terbatas
d.
Ancaman (Threaths)
1)
Benih sulit diperoleh saat musim tanam
2) 2)
Harga pakan yang terus meningkat
3) 3)
Persaingan dengan ikan lele dari luar Kabupaten Gunung Kidul
4) 4)
Harga yang ditentukan tengkulak
5) 5)
Pengaruh musim yang tidak menentu
b. b.
Perumusan Matriks IFAS dan EFAS Pada Usaha budidaya ikan lele di lahan kering di Kabupaten Gunungkidul
telah tela te l diidentifikas faktor-faktor strategis internal kekuatan dan kelemahan serta faktor-faktor strategis eksternal peluang dan ancaman dengan menggunakan fak fa matriks Faktor Strategis Internal (IFAS) dan Faktor Strategis Eksternal (EFAS) m a Usaha Budidaya Ikan Lele Di Lahan Kering Di Kabupaten Gunungkidul Provinsi Uss U Daerah Istimewa Yogjakarta. Da Da 1.
Hasil Identifikasi Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) Hasil identifikasi matriks faktor strategi internal harus diuraikan untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dalam usaha budidaya ikan me lele di lahan kering di Kabupaten Gunungkidul dalam melakukan kegiatan operasionalnya sehari-hari. Dalam pengelolaan usaha budidaya ikan lele, ope pembudidaya harus mengupayakan langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi ppeem kelemahan-kelemahan kkeel
dalam
usaha
yang
dilakukannya
agar
dapat
mengembangkan usahanya lebih baik. Faktor-faktor kekuatan dan kelemahan me pada pad usaha budidaya ikan lele dilahan kering di Kabupaten Gunungkidul dapat pa dilihat pada Tabel. 25. ddiil
47
Ta Tabel. 25. Faktor Strategis Internal (IFAS) Usaha Budidaya Ikan Lele Di Lahan Kering Di Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogjakarta Bobot x
Bobot
Rating
0,20
4
0,80
22.. Minat membudidayakan ikan lele tinggi
0,05
3
0,15
33.. Meningkatkan gizi keluarga gizi keluarga
0,10
3
0,30
44.. Menggunakan tenaga kerja keluarga
0,10
4
0,40
0,10
3
0,30
1. Keterampilan pengelolaan yang kurang baik
0,20
2
0,30
2. Kepemilikan kolam dengan jumlah yang terbatas
0,10
2
0,20
0,05
2
0,10
0,05
2
0,10
0,05
2
0,10
Faktor Strategis Internal
Rating
Kekuatan Ke K ek 11.. Sebagai tambahan penghasilan
5. Menciptakan lapangan kerja 5. Kelemahan K Ke l
3. Modal kerja yang masih minim 44.. Masih sebagai usaha sampingan 55.. Masih dalam tahap mengembangkan budidaya ikan lele Jumlah
22..
1,00
Hasil Identifikasi Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS)
2,85
48
Faktor strategis eksternal yang meliputi faktor-faktor penting dalam usaha bud budidaya ikan lele di lahan kering dengan media kolam terpal yang dapat dij dijadikan sebagai peluang agar usaha yang sudah ada tetap pada jalur strategi yan yang benar. Peluang yang dapat dijadikan kekuatan oleh pembudidaya ikan lele di Ka Kabupaten Gunungkidul berasal dari lingkungan miktro dan makro. Hasil identifikasi peluang dan ancaman yang dimasukkan sebagai faktor-faktor strategi ide eksternal, eek kkss dapat dilihat pada Tabel. 26.
Tabel. 26 Faktor Strategis Eksternal (EFAS) Usaha Budidaya Ikan Lele Di Taa T Lahan Kering Di Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogjakarta Faktor Strategis Eksternal
Bobot x
Bobot
Rating
1. Keunggulan budidaya dengan kolam terpal
0,20
4
0,80
2. Daya tahan ikan lele terhadap lingkungan
0,10
3
0,30
3. Permintaan pasar yang cukup tinggi
0,15
3
0,45
0,05
4
0,20
0,05
3
0,15
0,05
2
0,10
Rating
Peluang Pel
44.. Lahan kering masih tersedia untuk pengembangan budidaya ikan lele 5.. Dapat dibudidayakan pada lahan 5 yang terbatas Ancaman A An n 11.. Benih sulit diperoleh saat musim tanam
49
2. Harga pakan yang terus meningkat
0,15
2
0,30
3. Persaingan dengan ikan lele dari luar Kabupaten Gunung Kidul
0,10
1
0,10
0,05
2
0,10
0,10
1
0,20
4. Harga yang ditentukan tengkulak 5. Pengaruh musim yang tidak menentu Jumlah
1,00
2,70
Berdasarkan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal yang ddi diperoleh, ip selanjutnya ditetapkan alternatif strategi dengan menggunakan matriks eksternal dan matriks SWOT. Hasil identifikasi matriks faktor strategi iinternal in nt internal (IFAS) dengan jumlah skor 2,85 dan matriks faktor strategis eksternal iin nt nt (EFAS) dengan jumlah skor 2,70, dapat menjadi indikasi bahwa usaha budidaya ((E EF iikan ik ka lele di lahan kering dengan menggunakan kolam terpal di Kabupaten Gunungkidul masih dapat untuk ditingkatkan dengan memperhatikan dalam Gu G u menghadapi ancaman harga jual pada saat panen raya, meningkat terusnya harga me m pakan ppa ak serta pesaing dari luar wilayah Kabupatren Gunungkidul. 3.
Analisis Matriks IE Selanjutnya strategi alternatif yang tepat digunakan dapat dirumuskan
ber berdasarkan matriks internal dan eksternal serta matriks SWOT dengan me memanfaatkan nilai skor yang diperoleh dari matriks faktor strategis internal dan eksternal.Matriks Internal – Eksternal dan Matriks SWOT dapat dilihat pada eks Tabel. 27 dan Tabel. 28. Ta a Tabel. 27. Matriks Internal – Eksternal Ta T a Total Skor Faktor Strategi Internal Kuat 4,0
Rata-rata 3,0
2,0
Lemah 1,0
50
Tinggi
I
II
III
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Penciutan
3,0
V Total Skor
IV
Faktor Strategi
VI Pertumbuhan
Menengah Stabilitas
Eksternal
Stabilitas
Penciutan
(2,85; 2,70) 1,0
VII
VIII
IX
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Likuiditas
Rendah
1,0
Matriks IE menunjukan strategi yang saat ini diterapkan pada usaha ikan lele di lahan kering di Kabupaten Gunungkidul. IE yang diperoleh buud bbudidaya dari dar penguaraian dan pembobotan faktor-faktor strategis internal dan eksternal, da lele di lahan kering di Kabupaten Gunungkidul berada pada posisi buuudd bbudidaya dan stabilitas, hal ini menunjukan bahwa usaha budidaya ikan lele di peer ppertumbuhan lahan kering dengan menggunakan kolam terpal di Kabupaten Gunungkidul lah la melakukan strategi untuk mempertahankan dan memelihara teknis pelaksanaan m e
51
usa usaha yang saat ini sedang dilaksanakan yang dirasakan oleh para pembudidaya stra strategi yang digunakan saat ini merupakan strategi yang terbaik. Dengan strategi ini, maka pertumbuhan dan pengembangan usaha dapat me meningkatkan pendapatan pembudidaya ikan lele dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada dengan melakukan pengaturan pola panen dan budidaya, ser serta efisiensi penggunaan pakan. Tetapi strategi ini perlu dilakukan dengan penuh kke kehati-hatian eehh yang tinggi terhadap adanya ancaman penyebaran penyakit dan ppe es pesaing dari luar wilayah Kabupaten Gunungkidul. Pemilihan strategi yang terbaik adalah kombinasi antara meminimalkan kke kelemahan el dengan memanfaatkan peluang yang ada. Untuk memaksimalkan pendapatan pembudidaya ikan lele, gabungan antara strategi SO, Strategi WO dan ppe en strategi ST adalah merupakan strategi yang tepat untuk dipilih oleh pembudidaya sst tra untuk uun nt meningkatkan usahanya. Memperluas target pasar melalui pengembangan produktivitas serta mutu ikan iik ka lele, dan pangsa pasar yang lebih tepat untuk meningkatkan efisiensi modal usaha. uus sa Pelaksanaan strategi tersebut membutuhkan dukungan promosi yang tepat. Strategi selanjutnya adalah meningkatkan jumlah konsumen yang potensial untuk St S tr meningkatkan keuntungan bagi para pembudidaya ikan lele di lahan kering di m e Ka Kabupaten Gunungkidul. Strategi
yang
telah
dirumuskan
pada
analisis
SWOT
perlu
diimplementasikan pada pola usaha pembudidaya. Langkah-langkah tersebut dii dapat diimplementasikan pada aspek kemampuan manajerial pembudidaya ikan dap lele dengan meningkatkan keterampilan dan kemampuan pengelolaan budidaya ikan lele di lahan kering di Kabupaten Gunungkidul Provinsi DI Yogjakarta ika sehingga dapat dijadikan salah satu usaha keluarga yang menguntungkan. sse eh
52
Ta Tabel. 28. Matriks SWOT Usaha Budidaya Ikan Lele Di Lahan Kering Di Kabupaten Gunungkidul Provinsi DI Yogjakarta STRENGTH (S) 1. Sebagai tambahan penghasilan 2. Minat membudidayakan lele tinggi 3. Meningkatkan gizi keluarga gizi keluarga 4. Menggunakan tenaga kerja keluarga 5. Menciptakan lapangan kerja
WEAKNESSES (W) 1. Keterampilan pengelolaan yang kurang baik 2. Kepemilikan kolam dengan jumlah yang terbatas 3. Modal kerja yang masih minim 4. Masih sebagai usaha sampingan 5. Masih dalam tahap mengembangkan budidaya ikan lele
OPPORTUNITIES OPP POR PO (O) 1. Ke K Keunggulan eun budidaya ddengan de en ngg kolam terpal 2. Da Daya D aya y tahan ikan lele tterhadap terh errh ha lingkungan 3. Permintaan Perrm Pe m pasar yang ccukup cu uk kuu tinggi 4. La Lahan L aha kering masih ttersedia erse untuk ppengembangan eng budidaya iikan kan lele 5. Dapat Dapa dibudidayakan ppada ada lahan yang terbatas
Strategi SO a. Perluasan dan pengembangan usaha budidaya dengan kolam terpal b. Meningkatkan produktivitas c. Meningkatkan mutu produk ikan lele d. Diversifikasi produk ikan lele
Strategi WO a. Menerapkan pola manajemen b. Pemeliharaan yang baik c. Perluasan pemilikan kolam terpal d. Menjalin kerjasama dengan pihak lembaga keuangan e. Meningkatkan keterampilan budidaya
THR THREATS REAT (T) 1. Ben Benih sulit diperoleh ssaat sa att musim tanam 2. Harga Haar pakan yang terus H meningkat m me en 3. Pe Persaingan P ers dengan ikan lle lele ellee dari luar Kabupaten Gunung Gu G un Kidul 4. Harga Haar yang ditentukan H ttengkulak te en ngg 5. P Pe Pengaruh en musim yang tti tidak iddaa menentu
Strategi ST a. Melakukan pendederan benih lele sendiri b. Memperluas pangsa pasar potensial. c. Bergabung dan berkelompok d. Melakukan pengaturan pola tebar benih ikan lele atau pola budidaya.
Strategi WT a. Memaksimalkan penggunaan sarana produksi untuk mengantisipasi kenaikan biaya produksi
Internal (IFAS)
Eksternal Ek kstteerr (EFAS) (E EFA FA
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan
a
Usaha budidaya ikan lele dengan menggunakan teknologi kolam terpal di lahan kering di Kabupaten Gunungkidul mempunyai prospek yang cukup cerah dan layak untuk dikembangkan.
b
Berdasarkan analisa keuangan, pada luas kolam 12-16 m2 harga jual ikan lele konsumsi rata-rata per kilogram ditingkat pembudidaya Rp. 10.394,produksi yang dihasilkan 3.642,95 ekor ikan lele konsumsi (setara dengan 453,88 kg ikan lele), pendapatan per siklus budidaya Rp. 1.557.874,- atau Rp.4.673.620,- dalam satu tahun perioda budidaya, keuntungan bersih per tahun Rp. 832.668,- atau rata-rata Rp. 277.556,- per siklus budidaya.
c
BEP pada volume produksi 344,54 kg, atau BEP pada harga Rp. 7.890,-/kg, Nilai Gross B/C Ratio 1,22 serta
berdasarkan kriteria jangka waktu
pengembalian modal (PBP) diperoleh hasil 3,81; pada luas kolam 20-25 m2 harga jual ikan lele konsumsi rata-rata per kilogram ditingkat pembudidaya Rp. 10.673,- produksi yang dihasilkan 7.180 ekor ikan lele konsumsi (setara dengan 868 kg ikan lele), pendapatan per siklus budidaya Rp.3.065.114,atau Rp. 9.195.341,- dalam satu tahun perioda budidaya, keuntungan bersih per tahun Rp. 2.248.907,-. atau rata-rata Rp 749.635,- per siklus budidaya, BEP pada volume produksi 571,13 kg, atau BEP pada harga diperoleh Rp7.020,-/kg, d
Nilai Gross B/C Ratio 1,32 serta
berdasarkan kriteria jangka waktu
pengembalian modal (PBP) diperoleh hasil 2,97 tahun; pada luas kolam 3045 m2, harga jual ikan lele konsumsi rata-rata per kilogram ditingkat pembudidaya Rp. 10.291,67-, produksi yang dihasilkan 10.661,01 ekor ikan lele konsumsi (setara dengan 1.242,06 kg ikan lele), pendapatan per siklus budidaya Rp. 4.268.777,- atau Rp. 12.806.333,- dalam satu tahun perioda budidaya, keuntungan bersih per tahun Rp. 3.245.323,85 atau rata-rata Rp 1.081.774,62 per siklus budidaya, BEP pada volume produksi 807,99 kg, atau BEP pada harga diperoleh Rp. 6.695,-/kg, Nilai Gross B/C Ratio 1,34,
53
serta
berdasarkan kriteria jangka waktu pengembalian modal (PBP)
diperoleh hasil 2,64 tahun. e
Untuk memaksimalkan pendapatan pembudidaya ikan lele, dilakukan dengan menambah jumlah dan luas kolam dan mengembangkan usaha budidaya, menerapkan cara-cara pemeliharaan dan budidaya yang baik, serta memperluas jangkauan pasar mulai dari konsumen perorangan, pasar tradisional rumah makan dan restoran hingga ke pasar retail modern.
55. .2 5.2
Saran
a
Strategi yang telah dirumuskan perlu diimplementasikan pada pola pengelolaan usaha budidaya ikan lele di lahan kering di Kabupaten Gunungkidul Provinsi DI Yogjakarta melalui peningkatan kemampuan pembudidaya
dalam
pengelolaan
budidaya
ikan
lele
mulai
dari
pemeliharaan hingga pemasaran. b
Dinas
Kelautan
dan
Perikanan
Kabupaten
Gunungkidul
berperan
memberikan bimbingan serta fasilitasi terutama dibidang teknis budidaya dan pemeliharaan ikan lele yang baik dan benar, dan bersama-sama dengan lembaga keuangan memberikan fasilitasi permodalan melalui programprogram pemerintah, sehingga diharapkan usaha budidaya ikan lele di lahan kering di Kabupaten Gunungkidul dapat lebih berkembang. Diperlukan penelitian lebih lanjut di beberapa daerah lain di provinsi DI Dip Yogjakarta yang lebih mendalam, sebagai alternatif dalam pemanfaatan lahan Yo kering untuk meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pengembangan usaha ker budidaya ikan lele di lahan kering dengan menggunakan kolam terpal. bu
DAFTAR PUSTAKA Ade, S, 2004, Peningkatan Produktivitas Usaha Lele Sangkuriang, Departemen Ad Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Air Tawar. Sukabumi. Afrio, V dan Elisa R M, 2009. Tugas Kewirausahaan Budidaya Lele Dan Belut, Af Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan Andri, H. 2010. Pembesaran Lele Di Kolam Terpal. Penebar Swadaya. Jakarta An A n Arifin, M.Z. 1991. Budidaya lele. Dohara prize. Semarang. Ar A r Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Daerah Istimewa Yogjakarta, 2010. Daerah Ba B a Istimewa Yogjakarta Dalam Angka 2010. Yogjakarta. Badan Pusat Statistik Kabupaten Gunungkidul, 2008. Gunungkidul Dalam Angka Ba B a 2008. Gunungkidul Bank Indonesia/SIPUK-BI. http://www.bi.go.id/sipuk/id/dss/kelayakan, 2010. Ba B a Sistem Informasi Komoditas Pengembangan Usaha Kecil. (28 Juli 2010) Dede, I,.2010. Bududaya Lele Dumbo, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya De [DJPB], Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta Direktorat Dir Di
Jenderal
Perikanan
Budidaya
(DJPB),
http://www.perikanan-
budidaya.dkp.go.id. 2010. Budidaya Lele Di Kolam Terpal. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta (21 Juli 2010) D Dj Djamiko, j H., Rusdi, T. 1986. Lele. Budidaya, Hasil Olah dan Analisa Usaha. C.V. Simplex. Jakarta. Dj Djatmika, D.H. dan Farlina, Sugiharti, E. 1986. Usaha Budidaya Ikan Lele. C.V. Simplex. Jakarta. Faj Fajar IN. 2009. Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Lele di Daerah Parung Kabupaten Bogor. Master Theses from MBIPB MB-IPB. Bogor Ga Gaspersz V. 2005. Ekonomi Manajerial. Pembuatan Keputusan Bisnis. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Gi G i Gittinger JP. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. UI Press. Jakarta. G Gu Gufran, M.H.K.K.2010. Budidaya Lele di Kolam Terpal. Andy Ofset. Yogjakarta Gu G u Gunawan, S. 2009. Kiat Sukses Budidaya Lele Di Lahan Sempit. Agro Media. Jakarta Haryati, U. 2002. Keunggulan dan Kelemahan Sistem Alley Cropping Serta Ha H a Peluang dan Kendala Adopsinya Di Lahan Kering DAS Bagian Hulu. http://216.239.33.100/search?q:rudyct.tripod.com/sem1_023/umi_haryti.ht lahan+kering&hl. (23 Maret 2007). H Ha Hasan. M. 2000. Teknik Sampling. http://turbinaria wordpress.com. (April 2010)
55
Ka Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2000. Budidaya Ikan Lele ( Clarias ), Jakarta Ma Mahyuddin, K. 2010. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya. Jakarta Na Najiyati, S. 1992. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penerbit Swadaya. Jakarta. Pe Pearce. J A II, and Richard B. Robinson Jr, 1998. Strategic Management, Third Edition, Richard D. Irwin, Illions. Ra R Rangkuti, a F. 2009. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Penerbit Bina Cipta. S Sa a Bandung. Sekaran. U. 1992, Research Methods for Business, a skill building approach. Se S ek Second Edition, John Willey & Sons, Inc. Singapore. Simanjutak, R.H. 1996. Pembudidayaan Ikan Lele Lokal dan Dumbo. Bhatara Si S im Jakarta. Soetomo, M.H.A. 1987. Teknik Budidaya Ikan Lele Dumbo. Sinar Baru. Bandung So S o Subagyo, A. 2007. Studi Kelayakan. Teori dan Aplikasi. Penerbit PT. Elex Media Su S u Komputindo. Jakarta. Susanto, H. 1987. Budidaya ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta Su S u Suwardji. 2003. Profil Wilayah Lahan Kering Provinsi NTB: Potensi, Tantangan Su dan strategi Pengembangannya. Makalah Seminar Nasional FOKUSHIMITI BEW III di Mataram. Universitas Mataram. Mataram Umar, H. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Teknik Menganalisa Kelayakan Rencana Um Bisnis Secara Komprehensif. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
LAMPIRAN
57 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian La KUESIONER PENELITIAN Responden Yth. Re Kuesioner ini disusun oleh Denny Jatnika, mahasiswa Sekolah Pascasarjana Program Magister Profesional Industri Kecil dan Menengah Institut Pa Pertanian Bogor. Kuesioner ini diperlukan untuk penyelesaian tugas akhir dengan Per judul jju ud : Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Lele (Clarias sp.) Di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa La L a Yogjakarta Y Yo
Semua informasi yang diperoleh dari kuesioner ini bersifat rahasia
dan dda an sepenuhnya dipergunakan untuk keperluan ilmiah dan akademik, serta tidak ada aad da jawaban yang salah dalam pengisisan kuesioner ini. Atas bantuan dan kerjasamanya diucapkan terima kasih. kke er Identitas Responden Nama Na N a Responden
: ..................................................................................
Jenis JJe en Kelamin
: ..................................................................................
Umur Um U m
: ..................................................................................
Pendidikan Pe P en
: ..................................................................................
Tanggal Pengisian Ta
: ..................................................................................
Alamat Ala
: ..................................................................................
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Lampiran 1 Lanjutan La I.
Luas Panen dan Produksi 1.
Jenis ikan Lele yang dibudidayakan : Lele Sangkuriang Lele Dumbo Lele ..................... Lele .....................
2.
Asal benih : ............................................................................................
3.
Kebutuhan benih permusim tanam : ............................................... ekor
4.
Sistem budidaya : Kolam tembok/beton/tanah Kolam Terpal lain-lain, ...........................................................................................
5.
a. Jumlah kolam : ......................................................................... kolam. b. Luas per kolam : ............................................................................. m2
6.
Kebutuhan benih per kolam : ............................................................. ekor
7.
Umur Panen : ...................................................................................bulan
8.
Jumlah panen per tahun : .................................................................... kali
9.
Produksi : a. Rata-rata produksi per panen perkolam : ............................. ton/kwkg b. Rata-rata prosentase produksi per panen : ........................... % dari jumlah benih yang ditanam. c. Rata-rata produksi per tahun : .............................................. ton/kw/kg d. Jumlah rata-rata ekor/kg per panen : .............................................. ekor e. Harga jual per-kg : Rp. ...................................................................... f. Total pendapatan rata-rata per tahun : Rp. ...........................................
59
Lampiran 1 Lanjutan La II.
Aspek Keuangan :
A
Biaya Investasi a
Biaya Prasarana 1. Sewa lahan (................... tahun) : Rp. ............................../tahun, Total : Rp. ................................... 2. Pembuatan kolam (........... Kolam) : Rp. ................................/ kolam, Total : Rp………………..
b
Biaya Peralatan Penunjang 1. Jala (....................... unit) : Rp. ........................................./unit, Total : Rp. ................................. 2. Saringan Ikan (....................... buah) : Rp. ......................./buah, Total : Rp. ................................... 3. Drum (............................ buah) : Rp.............................../buah, Total : Rp. ....................... 4. Ember besar (....................... buah) : Rp. ......................./buah, Total : Rp. ............................ 5. Timbangan ( ......................... buah), : Rp. ...................../buah, Total : Rp. ......................... 6. Pompa air (...................... buah). : Rp. .........................../buah, Total : Rp. ............................
B
Biaya Tetap 1.
Penyusutan kolam (per tahun) : Rp. ..........................................................
2.
Biaya Pengairan per bulan : Rp. .................................................................. Per tahun : Rp. ............................................................................................
Lampiran 1 Lanjutan La C
Biaya Variabel 1.
Benih (....................... ekor)/masa tanam : Rp. ................................../ekor, Total per tahun : Rp. ....................................................................................
2.
Biaya pakan per masa tanam : Rp. ............................................................. Biaya pakan per tahun : Rp. .......................................................................
3.
Tenaga Kerja (...................... orang) : Rp. ....................../orang/bulan, Total per tahun : Rp. ...........................................................................................
4. III III II
Biaya obat-obatan : Rp. ..................................................................../tahun
Aspek Umum 1.
Sumber modal : Sendiri Keluarga Pinjaman dari Bank Pinjaman dari Koperasi lainnya, ................................................................................................ Bila merupakan pinjaman (Bank, Koperasi), besarnya bunga pinjaman perbulan : ................................................................................................ %
2.
Target/segmen pasar tujuan : ...................................................................... ................................................................................................................... ...................................................................................................................
3.
Wilayah cakupan pemasaran produk :........................................................ ....................................................................................................................
61
Lampiran 1 Lanjutan La 4.
Pola pembayaran : Tunai, konsinyasi, Kontrak, Lain-lain ................................................................................................
5.
Pelaksanaan pemanenan dilakukan : Dilakukan sendiri Dilakukan secara bergotong royong Dilakukan oleh pekerja harian Lain-lain ................................................................................................
6.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan lele : a. ............................................................................................................... b. ............................................................................................................... c. ............................................................................................................... d. ...............................................................................................................
7.
Jenis usaha budidaya lele yang dilakukan : Mandiri Kelompok pembudidaya Kemitraan Lain-lain ..............................................................................................
8.
Siapakah yang menentukan harga produk ? Pembudidaya Kelompok Konsumen/pasar Pembudidaya dan konsumen/pasar
Lampiran 1 Lanjutan La 9.
Apa yang menjadi pertimbangan Saudara dalam melaksanakan usaha budidaya ikan lele dilahan kering ini ? ........................................................ ..................................................................................................................... ....................................................................................................................... .....................................................................................................................
10. Peralatan penunjang yang digunakan : a. ................................................ b. ................................................ c. ................................................ d. ................................................ e. ................................................ 11. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan kolam : a. .......................................................... b. .......................................................... c. .......................................................... d. .......................................................... e. .......................................................... f. .......................................................... 12. Apakah menurut Saudara, usaha pembudidaya yang dilakukan telah memberikan keuntungan ? a. Ya, sebutkan : ............................... ............................... ................................ ................................ b. Tidak, beri alasan : ................................................................................................ ................................................................................................ ................................................................................................
63
Lampiran 1 Lanjutan La 13. Siapakah yang melakukan pembimbingan teknis terhadap usaha budidaya ikan lele ini ? a. ...................................................................................................... b. ...................................................................................................... c. ...................................................................................................... 14. Apakah bimbingan teknis tersebut dapat memberikan dampak dan keuntungan dalam usaha budidaya ikan lele di lahan kering ? ..................................................................................................... ...................................................................................................... 15. Apakah telah dilakukan diversifikasi terhadap produk yang dihasilkan, selain dijual hidup (misalnya diolah menjadi abon, dan lain-lain) ? ................................................................................................... 16. Jenis hasil olahan yang dihasilkan : a. ................................................. b. .................................................. c. .................................................. d. .................................................. 17. Pangsa pasar hasil olahan yang dihasilkan : a. ................................................. b. .................................................. c. .................................................. 18. Sebutkan 5 – 10 faktor kekuatan internal yang dihadapi pembudidaya dalam usaha ini : a. ................................................. b. .................................................. c. .................................................. d. .................................................. e. ..................................................
Lampiran 1 Lanjutan f. .................................................. g. .................................................. h. .................................................. i. .................................................. j. ................................................. 19. Sebutkan 5 – 10 faktor kelemahan internal yang dihadapi pembudidaya dalam usaha ini : a. ................................................. b. .................................................. c. .................................................. d. .................................................. e. .................................................. f. .................................................. g. .................................................. h. .................................................. i. .................................................. j. ................................................. Sebutkan 5 – 10 faktor peluang eksternal yang dihadapi pembudidaya dalam usaha ini : a. ................................................. b. .................................................. c. .................................................. d. .................................................. e. .................................................. f. .................................................. g. .................................................. h. .................................................. i. .................................................. j. .................................................
65
Lampiran 1 Lanjutan Sebutkan 5 – 10 faktor ancaman eksternal yang dihadapi pembudidaya dalam usaha ini : a. ................................................. b. .................................................. c. .................................................. d. .................................................. e. .................................................. f. .................................................. g. .................................................. h. .................................................. i. .................................................. j. ................................................. 20. Apakah rencana dan harapan untuk pengembangan usaha budidaya lele dilahan kering pada masa yang akan datang ? ...................................................................................................... ...................................................................................................... ...................................................................................................... .......................................................................................................
Lampiran 1 Lanjutan La IV. Informasi Tambahan : IV
Sumber : Bappeda Kabupaten Gunungkidul
Peta Administrasi Kabupaten Gunungkidul
Lampiran 2. Peta Administrasi Kabupaten Gunungkidul L
67
Lampiran 3. Kegiatan Budidaya Ikan Lele di Lahan Kering di Kabupaten La Gunungkidul Provinsi DI Yogjakarta.
Persiapan Pembuatan Kolam Terpal
Benih ikan lele
69 Lampiran 3 Lanjutan La
Peralatan Penunjang
Panen Ikan Lele
Lampiran 3 Lanjutan La
Pemberian Pakan Ikan lele
Alat Angkut Ikan Lele
71 La Lampiran. 4. Uraian Tabulasi Data Penelitian Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Lele Di Lahan Kering Luas Panen No. N No o.
Uraian
I A.. A 1 2 3 4
Luas P Panen ane dan Produksi Luas P Panen ane (Nilai Rata-rata) Jumlahh kolam ko Luas pperkolam erko Luas T Total oottaall kolam Kebutuhan Kebutu uha han benih lele /kolam m 5 Kebutu Kebutuhan uha han benih lele/musim lele/mu usiim us m 6 Kebutu Kebutuhan uhhaan benih lele/tahun
7 8 9 B 1 2 3 4 5 6 IIII A 1
2
B 1 2 C 1 2 3 4
Jumlahh tebar teebb benih/m2 Umur panen paanne Jumlahh kali kal panen/musim Produksi Produk kssii (Nilai ( Rata-rata) Prosentase Prosen ntaase s produksi/panen Produksi/musim Produk kssii/m /m panen Produksi/tahun Produk kssii/t /t Jumlahh eekor/kg k produk Harga ju jual/kg ual Pendapatan/tahun Pendap pat atan Aspekk Keuangan Keu Biaya Inve Investasi Biaya Pras Prasarana - Sewaa Lah Lahan - Biayaa Pe Pembuatan Kolam Biaya Pera Peralatan Penunjang - Jala - Sarin Saringan ngan Ikan - Drum m - Embe Ember beer - Timb Timbangan bang ang an - Pomp Pompa pa Air A Biaya Te T Tetap ettaa Penyusutan Penyus sut utan a Kolam Biaya Pe P Pengairan eng Biaya V Va Variabel ari ari r Benih Pakan Tenagaa K Kerja e Biaya Ob O Obat-obatan ba
Satuan
Jumlah Rata-rata Per Luas kolam m2 12 - 16 20 - 25 30 - 45
Rata-rata Populasi
Unit/buah m2 m2 ekor
1,37 11,16 14,11 1.000,00
1,77 15,38 23,23 1.846,15
2,83 14,25 34,25 1.608,33
2 14 24 1.485
ekor
1.368,42
2.807,69
3.866,67
2.681
ekor
4.631,58
8.730,77
12.850,00
8.737
95,18 2,53 3,26
121,82 2,73 3,08
114,58 2,50 3,25
111 3 3
ekor bulan kali % Kg Kg ekor Rp Rp
76,58 134,84 453,88 8,03 10.394,74 4.673.620,95
81,15 83,75 80 280,89 377,08 264 868,31 1.242,06 855 8,27 8,58 8 10.673,08 10.291,67 10.453 9.195.341,25 12.806.333,79 8.891.765
Rp Rp
108.157,89
23.076,92 324.230,77
573.925,35
7.692 305.289
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
3.462,60 11.745,15 19.113,57 22.160,66 11.772,85 83.102,49
20.000,00 13.313,61 45.562,13 34.792,90 42.662,72 347.100,59
30.681,82 15.104,17 145.833,33 64.583,33 98.611,11 316.666,67
18.048 13.388 70.170 40.512 51.016 248.957
Rp Rp
77.222,22 33.157,89
61.538,46 23.076,92
253.333,33 57.916,67
130.698 38.050
Rp Rp Rp Rp
897.894,74 2.437.894,74 104.131,80 36.842,11
1.611.834,32 4.031.153,85 256.167,50 111.923,08
2.313.000,00 1.622.972 5.148.750,00 3.872.600 277.604,17 205.153 265.000,00 137.922