STRATEGI PEMILIHAN BERITA REPORTASE SORE DI TRANS TV Nova Juane Christy; Drs. Heribertus Sunu Budihardjo Jurusan Komunikasi Pemasaran, Fakultas Ekonomi dan Komunikasi, Universitas Bina Nusantara Jln. K.H. Syahdan No 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480
[email protected]
ABSTRACT The purpose to determine how the news selection process conducted in the pre-production stages, how the strategies used Reportase Sore on TRANS TV in selecting news to keep entice the audience, as well as using SWOT analysis as the basis of selection news. This research is using qualitative-descriptive method. The technique used for collecting data was direct observation, deep interview, available documentation, and field notes. Data Analysis used is Qualitative Descriptive Analysis, stages of data analysis are data reduction, categorizing (coding), data validity, analyzing and data presenting. Data validity techniques used is triangulation, participation extension, and referential adequacy. Result, news selection process in the pre production stages by making editorial meetings conducted each day, the strategy used in the selection of news and news values, news and inside there are elements that set the gatekeeper. There are also a SWOT analysis as a basis in the selection of news Reportase Sore on TRANS TV. Conclusion, pre production process and news selection strategy of news Reportase Sore at TRANS TV is match with the theory of production used. Key Word: Pre Production, News Selection Strategy, SWOT Analysis, Reportase Sore, TRANS TV ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pemilihan berita yang dilakukan dalam tahapan pra produksi, bagaimana strategi yang digunakan Reportase Sore di TRANS TV dalam memilih berita-berita agar tetap menarik perhatian audiens, serta menggunakan Analisa SWOT sebagai landasan pemilihan beritanya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi kepustakaan, dengan metode analisis data deskriptif dan coding. Sementara untuk teknik keabsahan data digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode triangulasi data. Hasil yang diperoleh adalah proses pemilihan berita dalam tahapan pra produksinya dimulai rapat redaksi yang dilakukan setiap harinya, strategi pemilihan berita sesuai dengan nilai berita, unsur berita serta didalamnya terdapat gatekeeper yang mengatur. Selain itu juga terdapat analisa SWOT sebagai landasan pemilihan berita Reportase Sore di TRANS TV. Simpulan yang diperoleh adalah proses pra produksi yang terkait dengan proses pemilihan berita Reportase Sore di TRANS TV sudah sesuai dengan teori produksi yang digunakan. Strategi pemilihan beritanya juga sesuai dengan nilai dan unsur berita yang ada. Kata Kunci: Pra Production, Strategi Pemilihan Berita, Analisa SWOT, Reportase Sore, Trans TV,
PENDAHULUAN Latar Belakang Televisi adalah media massa yang sangat diminati dan tetap menjadi favorit masyarakat. Istilah televisi terdiri dari dua suku kata, yaitu “tele” yang berarti jauh dan “vision” yang berarti penglihatan. Televisi adalah salah satu bentuk media komunikasi massa yang mempunyai daya tarik yang kuat, hal tersebut dapat dilihat dari unsur-unsur kata, musik, dan sound effect, selain itu keunggulan lainnya adalah unsur visual berupa gambar hidup yang menimbulkan pesan mendalam bagi pemirsanya dalam usaha untuk mempengaruhi khalayak dengan mengubah emosi dan pikiran pemirsanya (Effendi, 2003:192). Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi, mampu merefleksikan kehidupan sehari-hari masyarakat.. Program – program yang tayang di televisi dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu program informasi dan program hiburan. Program informasi adalah segala jenis siaran yang bertujuan untuk memberitahukan pengetahuan (informasi) serta segala macam peristiwa yang terjadi di sekitar masyarakat dalam bentuk sebuah paket berita. Sedangkan program hiburan biasanya adalah segala jenis siaran yang bertujuan dan berfungsi untuk menghibur audiens nya, diantaranya program musik, game show atau pertunjukan lainnya (Morrisan, 2008:208). Berita adalah informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang penting dan menarik yang harus disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang segera untuk diketahui masyarakat (Morrisan, 2008:207). Berita memiliki daya tarik, aktual dan akurat atau dianggap penting bagi sebagian besar penduduk dan diterbitkan melalui media berkala. Dari beberapa media yang digunakan untuk menyampaikan isi berita, televisi merupakan sarana media yang paling digemari oleh audiens masa kini. Televisi itu sendiri memiliki fungsi yang memenuhi kebutuhan masyarakat, yaitu sebagai pemberi informasi, sebagai penghibur, sebagai pendidik, mempersuasi dan mengontrol sosial dan pemerintah. Selama ini audiens hanya menerima berita yang sudah disajikan oleh televisi, tanpa mengetahui bahwa berita tersebut adalah hasil dari pencarian, pertimbangan matang-matang dari tim produksi berita. Bagaimana sebuah televisi bisa menayangkan berita-berita bagus, dan menarik perhatian audiens tidak terlepas dari apa konsep berita serta strategi pemilihan berita tersebut. Jika pemilihan beritanya tidak menarik maka audiens pun tidak akan mau untuk mengkonsumsi berita tersebut. Strategi pemilihan berita biasanya dilakukan dalam tahapan pra produksi, dimulai dengan rapat penemuan ide, berita apa yang akan diangkat hari ini, serta bagaimana mensiasati berita yang sudah tayang kemarin bisa tetap menarik perhatian audiens. Fokus pembahasan penelitian ini adalah pada program berita di TRANS TV yaitu Reportase Sore. Salah satu alasan dipilihnya reportase sore sebagai tempat penelitian adalah karena mempunyai sisi penyampaian konten beritanya yang berbeda dari program berita televisi lainnya. Dalam penyuguhan beritanya tetap yang actual, namun lebih mengangkat sisi social atau human interst dalam setiap konten beritanya. Dilihat dari rating-nya, reportase sore menduduki rating ke dua setelah liputan 6 SCTV. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka dilakukanlah penelitian terhadap program ini dan membuat laporan penelitian yang berjudul “Strategi Pemilihan Berita Reportase Sore di TRANS TV”. Dalam upaya meningkatkan keaktualan serta keakuratan suatu konten berita maka penelitian ini akan menjabarkan bagaimana strategi pemilihan berita Reportase Sore dengan membahas mulai dari kekuatan, kelemahan, serta peluang berita tersebut dipilih dan ditayangkan dengan analisa SWOT. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Proses pra produksi Reportase Sore di Trans TV terkait dengan proses pemilihan berita; (2) Analisis SWOT pemilihan berita Reportase Sore di Trans TV; (3) Strategi pemilihan berita Reportase Sore di Trans TV. Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain: (1) Proses pra produksi Reportase Sore di Trans TV terkait dengan proses pemilihan berita; (2) Untuk mengetahui Analisis SWOT pemilihan berita Reportase Sore di Trans TV; (3) Untuk mengetahui strategi pemilihan berita Reportase Sore di Trans TV.
Landasan Teori Proses Pra Produksi Tahap pra produksi adalah segala proses persiapan dan perencanaan yang dilakukan untuk memproduksi sebuah program acara televisi. Pra produksi merupakan segala kegiatan yang dilakukan sebelum pengambilan gambar dan suara (shooting) dilakukan. Menurut Zettl, pra produksi adalah proses yang mencakup segala persiapan dan aktifitas sebelum kita benar-benar masuk dalam studio atau lapangan untuk produksi Biasanya ada dua tahapan yaitu :. Terdiri dari dua tahap yaitu : Tahap 1 : berisi segala aktifitas yang dibutuhkan untuk mengubah ide dasar ke dalam konsep kerja atau naskah (ide program, proposal, mempersiapkan budget, dan menulis naskah). Tahap 2 : berisi segala detail produksi yang dibutuhkan seperti lokasi, kru, dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk produksi single camera dan multi camera (orang dan komunikasi, permintaan fasilitas, jadwal produksi, perizinan dan kebersihan, publisitas dan promosi) (Zettl, 2009: 4). Andi Fachruddin (2012) menjelaskan tahap pra produksi berita televisi dalam bukunya berjudul DasarDasar Produksi Televisi : Produksi Berita, Feature, Laporan Investigasi, Dokumenter, dan Teknik Editing. Pra produksi mencakup kegiatan : a.
b.
c.
Tahap perencanaan (planning) : mencari/mendata informasi yang masuk dari beberapa sumber media cetak/audio visual dari dalam atau luar negeri. Mencari/mendata informasi berasal dari fakta peristiwa, pendapat realita yang disekitarnya atau dari narasumber terpercaya. Rapat redaksi (production meeting) : rapat redaksi berita biasanya diadakan untuk membicarakan atau membahas informasi yang masuk sebagai bahan berita liputan : mendata dan membahas seluruh informasi berita yang masuk ke ruang produksi, membicarakan nilai berita yang akan diliput, dan menentukan jenis-jenis berita yang akan diliput. Penugasan kru peliputan (program planning) : menentukan atau memerintahkan petugas reporter maupun camera person berita yang akan melaksanakan liputan dilapangan, (Fachruddin, 2012: 63).
Strategi Program Televisi Stasiun televisi pastinya memiliki departemen program dan manajer program untuk menunjang suatu keberhasilan dari stasiun penyiarannya. Berikut adalah strategi program yang ditinjau dari aspek manajemen atau sering disebut dengan manajemen strategis program siaran (Morrisan, 2008:274-355): 1. Perencanaan Program 2. Produksi Program 3. Eksekusi Program 4. Pengawasan dan Evaluasi Program
Analisis SWOT Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang untuk memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Sehingga perencana strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Analisis SWOT adalah model yang paling populer untuk analisis situasi (Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis : 2004).
METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian dengan tujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek atau objek penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa dengan konteks dan memanfaatkan metode alamiah (Tohirin, 2012: 3). Berdasarkan definisi tersebut, penelitian kualitatif digunakan untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek (Kru Sexophone) dan objek (Program Sexophone) untuk menjelaskan proses produksi dan analisis SWOT program Sexohone di TRANS TV secara holistik (menyeluruh), yang digambarkan dalam bentuk kata-kata tulisan. Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu dengan tujuan untuk menjelaskan dan mendekripsikan secara mendetail proses produksi dan analisis SWOT program Sexophone. Mendeskripsikan artiya adalah menggambarkan secara rinci dan jelas. Dalam penelitian ini, proses produksi dan analisis SWOT program digambarkan secara mendetail dalam tulisan naratif berbentuk kata-kata dan gambar proses produksi. Mendeskripsikan sesuatu berarti menggambarkan apa, mengapa, dan bagaimana suatu kejadian terjadi dalam tulisan naratif berbentuk kata dan gambar (Ghony dan Almanshur, 2012: 44).
Jenis Penelitian Sesuai dengan judul penelitian maka penulis menggunakan deskriptif analisis. Penelitian deskriptif analisis menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antar variable (Kriyantoro, 2008). Menurut Dr. Tohirin, M. Pd, analisis deskriptif adalah metode analisis dengan mendeskripsikan atau menggambarkan tafsiran dan makna secara menyeluruh dari data penelitian. Metode deskriptif analisis lebih banyak berkaitan dengan kata kata bukan dengan angka, semuanya diterjemahkan dalam bentuk bahasa, baik secara lisan dan tulisan. Hasil-hasil wawancara dan sebagainya inilah yang nantinya akan diterjemahkan dalam bentuk bahasa, kemudian dianalisis dengan tujuan penelitian sehingga menghasilkan simpulan. Dengan demikian model penelitian dilakukan melalui pencatatan yang valid dan terperinci dan dibuat sepanjang penelitian sebagai sebuah rekam jejak, dengan tujuan nantinya akan diketahui dengan jelas apa yang diteliti, bagaimana penelitian dilakukan dan apa yang dihasilkan.
Jenis Data Data adalah hasil penelitian, baik yang diperoleh melalui hasil pengamatan, wawancara dan proses pemahaman lain, melauinya lah lalu ditarik inferensi (Kerlinger 2002:217). Dalam peneltian ini peneliti mengumpulkan 2 (dua) jenis data dalam penelitian, yaitu : a.
b.
Data primer (primary data), merupakan data berupa teks yang didapatkan dari hasil wawancara. Data primer dihimpun secara langsung dari sumbernya dan diolah sendiri oleh lembaga bersangkutan unutk dimanfaatkan. Data primer dapat berbentuk opini subjek secara individual atau kelompok, dan hasil observasi terhadap karakterisitik benda (fisik), kejadian, kegiatan dan hasil suatu pengujian tertentu. Menurut Bogdan dan Biklen serta M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur tentang data kualitatif merupakan fotografi, dokumen personal peneliti, dan catatan lapangan. Jenis data primer dalam penelitian ini berupa kata-kata, tindakan, dan foto. Data sekunder, menurut pendapat Bogdan dan Biklen serta M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, data sekunder merupakan data yang diperoleh oleh peneliti dengan cara membaca atau mendengarkan. Data sekunder biasanya bisa didapatkan pula dari data yang sudah diolah pada penelitian sebelumnya. Data sekunder pada umumnya berbentuk catatan atau laporan data dokumentasi oleh lembaga tertentu yang dipublikasikan.
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah memberi arahan dan mempengaruhi metode pengumpulan data. Banyak masalah yang dirumuskan tidak akan bisa dipecahkan karena metode yang digunakan dalam memperoleh data tidak memungkinkan. Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting, karena pada umumnya data yang dikumpulkan merupakan bahan penting dalam sebuah penelitian. Data yang dikumpulkan haruslah cukup valid. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan 3 (tiga) teknik pengumpulan data, yaitu: a.
b. c.
Wawancara (in-depth interview), merupakan wawancara yang dilakukan secara mendalam dengan informan atau narasumber yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Dengan melakukan wawancara penulis dapat mengetahui secara mendalam dari sumber yang paling mengetahui masalah yang akan diteliti. Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses dalam memperoleh suatu keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab secara langsung. Wawancara merupakan proses interaksi antara pewawancara dan responden. Dalam sebuah sesi wawancara peneliti dapat secara langsung menggali informasi yang diperlukan secara langsung dari mulut sumbernya. Studi pustaka, merupakan metode pengumpulan data dengan mengkaji buku atau dokumen mengenai teori atau pemaparan yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Teknik observasi. Indriantoro dan Supomo, (Ruslan, 2010:34), menjelaskan teknik observasi sebagai proses pencatatan pola perilaku (orang), objek (benda-benda) atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu yang diteliti. Pengumpulan data dengan cara observasi langsung atau pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada alat penolong lain untuk keperluan tersebut.
Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses menyusun atur data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian besar sedemikian rupa sehingga dapat ditemukan tema dan dirumuskan hipotesis sebagaimana tuntutan data (Lexy: 2004). Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode perbandingan tetap atau Constant Comparative Method. Berikut ini adalah langkah-langkah analisis data penelitian ini : 1.
Reduksi data terbagi ke dalam 2 tahap, yaitu identifikasi satuan (unit) dan membuat koding. Identifikasi data dilakukan dengan mengidentifikasi satuan, yaitu bagian terkecil dalam data yang memiliki makna jika dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian. Pembuatan koding dilakukan dengan memberikan kode pada setiap 'satuan' agar dapat ditelusuri sumber data/satuannya. Pemberian kode dalam tahap ini adalah proses yang cukup sulit, karena harus membuat data yang dapat dikelola dari tumpukan data mentah yang sangat banyak. Berikut ini adalah tiga kategori atau proses dalam pemberian kode yang juga dibuat peneliti dalam penelitian ini :
2. 3. 4.
a.
Pemberian kode terbuka (OpenCoding)
b.
Pemberian kode aksial (AxialCoding)
c.
Pemberian kode selektif (SelektifCoding)
Kategorisasi data. Kategorisasi adalah upaya memilah-milah setiap satuan ke dalam bagian yang memiliki kesamaan. Setiap kategori kemudian diberi nama yang disebut 'label'. Sintetisasi. Sintetisasi adalah proses pengaitan antar kategori. Kaitan antar kategori tersebut kemudian diberi nama/label. Menyusun hipotesis kerja. Penyusunan hipotesis kerja dilakukan dengan merumuskan suatu pertanyaan yang proposional. Hipotesis kerja merupakan teori substantif, yaitu teori yang berasal dan
masih terkait dengan data. Hipotesis kerja juga sebaiknya terkait dan menjawab pertanyaan penelitian.
Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di PT Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV), yang beralamat di Jl. Kapten P. Tendean Kav 12-14 A, Jakarta 12790.
Objek Penelitian Objek penelitian dan yang menjadi pusat perhatian penelitian ini adalah Program Reportase Sore dan TRANS TV sebagai stasiun televisi yang menyiarkannya.
Subjek Penelitian Subjek penelitian disebut juga sebagai narasumber atau informan dalam penelitian. Informan berguna sebagai pemberi informasi, berbicara, bertukar pikiran, dan membandingkan informasinya dengan subjek atau informan lain melalui wawancara. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari, Eksekutif Produser, Produser, dan Reporter. Teknik Keabsahan Data Kriteria keabsahan data dibuktikan peneliti melalui teknik keabsahan data di bawah ini: 1. Derajat kepercayaan (credibility) dibuktikan melalui perpanjangan keikutsertaan dan triangulasi. a. Perpanjangan keikutsertaan adalah keikutsertaan peneliti dalam waktu yang lama, dimana peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian. Keikutsertaan peneliti di lokasi penelitian dapat membatasi gangguan dari dampak peneliti terhadap konteks, membatasi kekeliruan, mengompensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau pengaruh sesat, serta memungkinkan terjadinya peningkatan kepercayaan data yang dikumpulkan. Pada penelitian ini, peneliti terjun langsung dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang berlangsung selama 3 (tiga) bulan untuk melakukan observasi terhadap lokasi penelitian. b. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu hal yang lain. Teknik triangulasi banyak dilakukan dengan melakukan pemeriksaan melalui sumber lainnya, yaitu: i. Triangulasi dengan sumber adalah membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam peneltian kualitatif. Pada penelitian ini, triangulasi dengan sumber dilakukan dengan membandingkan data hasil wawancara antar informan. ii. Triangulasi dengan metode dilakukan dengan pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data, dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Pada penelitian ini, triangulasi dengan metode dilakukan dengan pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan teknik wawancara, observasi dan studi kepustakaan. Serta, melakukan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode perbandingan tetap. iii. Triangulasi dengan teori dilakukan dengan melakukan pengecekan derajat kepercayaan menggunakan satu teori atau lebih. Pada penelitian ini, triangulasi dengan toeori dilakukan dengan melakukan pengecekan derajat kepercayaan menggunakan berbagai teori yang dipaparkan dalam teori umum dan teori khusus. 2. Keteralihan (transferability) dibuktikan dengan memberikan pangakalan data yang membuat pertimbangan transferabilitas yang memungkinkan bagi pihak pelaksana yang berpotensi. Pada penelitian ini, kriteria keteralihan dibuktikan dengan menyertakan tahapan coding yang dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian. 3. Ketergantungan (dependability) dibuktikan dengan adanya kebergantungan data terhadap faktorfaktor tertentu. Pada penelitian ini, kriteria ketergantungan dibuktikan dengan adanya
kebergantungan instrumen pencarian data dan hasil temuan data data pada sejumlah teori yang diapaparkan dalam teori khusus dan umum. Kepastian (confirmability) dibuktikan dengan adanya pemeriksaan. Pada penelitian ini, kriteria kepastian dibuktikan dengan adanya bukti pemeriksaan dari informan.
4.
HASIL DAN BAHASAN Profil Umum Program Sexophone Nama Program Stasiun Televisi Tanggal Pertama Tayang Pencetus Hari dan Jam Tayang Host Target Audiens : Jenis Kelamin Umur Pendidikan SES Jenis Program Format Program
Deskripsi Singkat Program
: : : : : :
Reportase Sore TRANS TV 27 November 2003 Bapak Chairul Tanjung Senin s/d Jumat, pukul 16.45 WIB Iqbal Kurniadi, Tiffany Raytama, Aryadita Utama, Ivan Kurnia
: : : : : :
Wanita 30 tahun keatas (dewasa) Ibu Rumah Tangga A dan B (menengah keatas) Bulletin, kejadian atau peristiwa yang terjadi setiap hari Terdiri dari 3 segmen, ada host yang membuka dan menutup acara serta mengantar tiap segmen. Host akan mengantar ke liputanliputan peristiwa, ada wawancara narasumber biasanya dan diakhiri dengan soft news. : Merupakan program berita sore hari. Reportase Sore menampilkan berbagai kumpulan berita aktual (hardnews) baik nasional, daerah maupun internasional. Juga tak luput menampilkan informasi ringan dan seputar dunia olahraga.
Susunan Kru Sekarang : • • • • • • •
Kepala Divisi News Eksekutif Produser Produser Assisten Produser Reporter Asisten Produksi Editor
: : : : : : :
Gatot Triyanto Sudrajat Eddi Kuntoro Teddy Nugroho Tim Liputan Reportase Staff AE Divisi fasilitas
PROSES PRA PRODUKSI Pra produksi adalah tahapan awal dari serangkaian produksi yang dilakukan dalam sebuah program televisi. Pra produksi (Herbert Zettl, 2009:4) adalah proses yang mencakup segala persiapan dan aktifitas sebelum kita benar-benar masuk dalam studio atau lapangan untuk produksi. Menurut Andi Fachruddin (2012) sendiri menjelaskan tahap pra produksi berita televisi mencakup kegiatan Tahap perencanaan, Rapat Redaksi, serta Penugasan Kru Liputan. Karena pemilihan berita di Reportase Sore ini dilakukan sebelum produksi, maka beberapa proses pra produksi yang terkait dengan proses pemilihan berita adalah sebagai berikut :
1. Rapat Redaksi Rapat redaksi berita biasanya diadakan untuk membicarakan atau membahas informasi yang masuk sebagai bahan berita liputan, mendata dan membahas seluruh informasi berita yang masuk ke ruang produksi, membicarakan nilai berita yang akan diliput, dan menentukan jenis-jenis berita yang akan diliput, (Fachrudin, 2012). Rapat evaluasi berguna untuk mengetahui kelemahan serta kekuatan tayangan berita reportase sore. Apa saja yang harus diperbaiki untuk materi liputan selanjutnya, dan apa saja juga yang harus dipertahankan ketika rating Reportase Sore tinggi. Tujuan dari rapat ini adalah agar Reportase Sore dapat bersaing dengan program kompetitor sejenis, dengan menayangkan berita-berita aktual, menarik serta penting bagi audiens setiap harinya. Selain itu dalam rapat evaluasi ini dibahas topik-topik apa yang sedang berkembang dan menarik untuk diangkat keesokan harinya, biasanya tim liputan serta tim produksi akan mencetuskan ide dan usulan-usulan nya. Ide-ide tersebut di kumpulkan dan di dipertimbangkan untuk dijadikan bahan liputan. Selain memberikan usulan serta ide-ide untuk bahan liputan, reporter atau cameraman juga bisa menyuarakan keluhan mereka selama melakukan liputan, mungkin dari segi teknis dan sebagainya. Dalam rapat evaluasi ini dihadiri oleh semua tim Reportase Sore, dari Executive Producer, Producer, Assistant Producer, Production Assistant, Editor, Kordinator daerah, Kordinator liputan serta tim liputan. 2. Penugasan Liputan Setelah hasil evaluasi sudah di dapat, ide-ide serta usulan sudah dipertimbangkan maka kordinator liputanlah yang bertugas untuk mengkoordinir jobdesc masing-masing tim peliput untuk keesokan harinya. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh (Fachruddin, 2012: 63), bahwa setelah tahapan rapat redaksi ada penugasan tim liputan dimana menentukan atau memerintahkan petugas reporter maupun camera person berita yang akan melaksanakan liputan dilapangan, Kordinator liputan serta kordinator daerah juga memberi keleluasaan kepada reporternya untuk mencari atau meliput berita lain, selain berita pokok yang ditugaskan selama berita tersebut memenuhi kriteria berita Reportase Sore. Untuk berita khusus agenda biasanya produser akan request kepada kordinator liputan, berita agenda apa yang harus diliput. 3. Sumber Berita Sebuah tayangan berita dapat diperoleh dari berbagai sumber, asal berita tersebut tetap memiliki nilai berita sehingga berita tersebut nantinya dapat diterima oleh masyarakat. Dalam Reportase Sore sendiri terdapat banyak sumber berita, diantaranya adalah melalui liputan yang dilakukan reporter, media sosial, kontributor daerah serta informasi dari narasumber. Sumber-sumber berita yang diperoleh tidak langsung diolah menjadi sebuah paket berita tetapi harus bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya agar berita tersebut tetap bisa memberikan informasi yang akurat. 4. Pengumpulan Materi Berita Setelah jobdesc sudah dibagikan, tim liputanpun berangkat keesokan harinya, seusai liputan maka tim liputan yang sudah berhasil mengumpulkan materi berita akan mengirimkan naskahnya ke redaksi Reportase Sore. Proses dalam pengiriman berita bagi tim liputan Jakarta maupun kontributor daerah sedikit berbeda dari segi pengiriman gambar (visual). Tim liputan Jakarta akan mengirimkan visualnya melalui messanger Reportase Sore ataupun dikirim langsung oleh tim liputan yang kembali ke redaksi setelah meliput. Sedangkan untuk tim kontributor daerah mengirimkan visual melalui streaming ke email redaksi Reportase Sore. 5. Rapat Budgeting Rapat budgeting ini dilakukan sebelum Reportase Sore on air, jadi sebelum masuk ke rundown. Fungsi rapat budgeting adalah untuk mendata ketersedian berita yang sudah masuk ke redaksi Reportase Sore serta menentukan konten atau topik berita apa saja yang akan diangkat hari ini. Menentukan konten atau topik berita dengan cara memilih dari seluruh list berita yang masuk ke redaksi Reportase Sore sesuai dengan karakteristik kebutuhan berita reportase. Dalam rapat redaksi budgeting dihadiri oleh Eksekutif Produser, Produser, Asisten produser, Asisten Produksi, Kordinator Liputan, Kordinator Daerah maupun Wakil Pemimpin Redaksi untuk memantau jalannya rapat budgeting sebelum dimasukkan ke rundown.
ANALISA SWOT Menurut Agus Wibisono, analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu Strengths, Weakness, Opportunities dan Threats. Bila disimpulkan dari definisi analisa SWOT maka analisa SWOT untuk pemilihan beritanya dilihat dari berbagai faktor yang mendukung berita tersebut layak untuk ditayangkan, hal ini dapat dilihat dari unsur-unsur kekuatan berita tersebut, kelemahan serta peluang berita tersebut. Dari penelitian ini salah satu contoh analisa SWOT dalam pemilihan berita Reportase Sore diambil dari topik berita yang dijadikan sebagai headline dalam seminggu berutut-turut. Hal tersebut untuk mengetahui pertimbangan apa saja yang dilihat sebagai landasan pemilihan beritanya. Peneliti menganalisis unsur-unsur apa saja yang terkandung dalam pemberitaan yang dipilih menjadi headline selama satu minggu penuh. Topik yang dipilih oleh reportase sore sebagai headline berita selama satu minggu adalah pemberitaan tentang penyadapan yang dilakukan oleh Australia terhadap para petinggi Indonesia. Kekuatan (Strengths) Berita Sadap Australia Bagi Reportase Sore berita sadap Australia hampir memenuhi ke 11 nilai-nilai berita tersebut, diantaranya: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Keluarbiasaan Kebaruan Akibat Aktual Kedekatan Informasi Konflik Orang Penting Kejutan
Kelemahan (Weakness) Berita Sadap Australia Reportase Sore dalam memilih topik berita sadap Australia tidak melihat adanya kelemahan dari berita tersebut, karena memang berita ini sedang menjadi bahan pembicaraan di kalangan masyarakat umum. Bila berita tersebut sudah tidak menarik lagi bagi audiens, maka berita ini pun akan diturunkan atau tidak ditayangkan lagi Peluang (Opportunity) Berita Sadap Australia Peluang dari berita sadap Australia dilihat sebagai salah satu kekuatan dari berita ini, bahwa berita ini memiliki nilai berita yang tinggi, banyak nama-nama petinggi Negara yang masuk di dalamnya ditambah minat audiens yang meningkat untuk mengikuti pemberitaan ini. Ancaman (Threats) Berita Sadap Australia Melihat isi pemberitaan ini melibatkan antar dua Negara, serta melibatkan petinggi-petinggi Negara Indonesia sehingga pastinya segala berita yang ditayangkan harus berhati-hati agar tidak menjadi boomerang bagi Reportase Sore dan Trans TV, selagi berita yang diangkat oleh Reportase Sore bukan berita mengada-ada sesuai fakta yang ada, maka Reportase Sore pun tidak takut untuk menghadapi ancaman yang mungkin bisa terjadi. Namun selama pemberitaan sadap Australia ditayangkan seminggu beruturut-turut di Reportase Sore, tidak mengalami ancaman apapun dari pemerintah dan instansi Negara lainnya.
STRATEGI PEMILIHAN BERITA Menurut J.L. Thomson mendefinisikan strategi sendiri sebagai cara yang digunakan untuk mencapai hasil akhir. Hasil akhir menyangkut tujuan dan sasaran organisasi (Oliver, 2006:2). Bagaimana suatu stasiun televisi dalam penayangan berita-beritanya haruslah mempunyai strategi yang tepat untuk menayangkan berita yang bermanfaat bagi masyarakat. Strategi pemilihan berita di Reportase Sore setiap harinya adalah
dengan memilih berita-berita yang sesuai dengan segmentasi audiensnya serta kriteria-kriterita berita di Reportase Sore. Berita-berita yang sudah masuk ke redaksi yang dikirimkan oleh tim liputan di Jakarta, maupun dari kontributor daerah agar layak masuk ke rundown biasanya dipilih berdasarkan hal-hal berikut ini : 1. Nilai Berita Ada 11 nilai berita yang di percayai sebagai patokan seorang jurnalistik dalam mencari beritanya diantaranya Keluarbiasaan, Kebaruan, Akibat, Aktual, Kedekatan, Informasi, Konflik, Orang Penting, Kejutan, Ketertarikan Manusiawi dan Seks. Reportase Sore juga memenuhi patokan-patokan tersebut, agar beritanya bukan hanya asal berita saja, namun dapat menjadi berita yang berkualitas dapat mendidik, berguna, penting serta menarik bagi audiensnya. 2. Unsur Berita Menurut Mitchel V. Charnley (dalam Effendy, 2000:131), Unsur-unsur yang dikandung dalam berita (5W + 1H). Berita-berita yang tayang di reportase sore haruslah memiliki ke 5 unsur berita tersebut. Selain itu karateristik berita di reportase rore, berita yang dipilih haruslah berita yang juga memiliki unsur social important (kepentingan sosial). Dimana dalam kriteria ini haruslah dilihat apakah berita tersebut sangat penting untuk ditayangkan atau tidak. Karena nantinya setiap berita-berita yang ditayangkan akan memberikan dampak bagi para audiensnya, sehingga tim produksi harus pintar-pintar memilah berita apa yang penting untuk ditayangkan dan berita apa yang kurang penting. Penting atau tidak pentingnya suatu tayangan berita, tetap disesuaikan dengan kriteria berita dalam Reportase Sore itu sendiri. 3. Kepentingan Perusahaan Kriteria yang ketiga sebagai dasar dalam pemilihan berita di Reportase Sore adalah sesuai dengan kepentingan perusahaan. Hal ini nantinya akan berkaitan dengan rating and share Reportase Sore, karena untuk program berita pun tidak luput dari hal penting ini. Untuk apa sebuah tayangan berita yang tidak diminati oleh audiens nya. Sehingga salah satu bentuk strategi dalam pemilihan berita yang akan masuk di rundown adalah dengan membuat berita-berita yang menarik dan nantinya akan berdampak pada rating dan share dari Reportase Sore. 4. Segmentasi Audiens Selain ketiga kriteria-kreria diatas dalam memilih sebuah berita, faktor segmentasi audiens Reportase Sore yang sebagian besar adalah wanita juga merupakan pertimbangan untuk menyajikan beritaberitanya. Dilihat dari sifat wanita yang mudah tersentuh ketika melihat suatu hal yang memilu kan dan sebagainya, dan karena audiens dari Reportase Sore sebagian adalah wanita, maka tayangan beritanya pun harus disesuaikan dengan kebiasaan tersebut. Untuk menyesuaikan dengan segmentasi audiensnya, maka Reportase Sore mempunyai format dalam penayangan berita per segmennya. Format segmen dari Reportase Sore yaitu :
a.
b.
c.
Segmen Pertama Segmen ini berisi tentang berita-berita terkini atau isu-isu yang keras (hardnews). Menyajikan peristiwa-peristiwa hangat yang sangat penting terjadi. Biasanya berita hardnews dijadikan sebagai headline dari tayangan Reportase Sore. Segmen Kedua Di segmen kedua ini biasanya dimasukkan berita-berita agenda atau namanya segmen agenda. Dimana berita yang ditayangkan adalah berita yang sudah diagendakan oleh produser. Berita agenda biasanya bukan berita atau peristiwa besar terjadi namun memang terjadi di Jakarta dan memiliki informasi penting bagi masyarakat, selain itu berita ini berisikan hal-hal yang sedang menjadi wacana, atau hal-hal yang lagi diisukan namun belum menyeruak di masyarakat, misalnya tentang kemacetan Jakarta, angka kemiskinan di Jakarta dan lain sebagainya. Segmen Ketiga Segmen ketiga sebagai penutup Reportase Sore biasanya menyangkan berita-berita ringan atau biasa di sebut softnews. Hal ini dipertimbangkan untuk mengimbangin jam Reportase Sore yang lebih telat menayangkan beritanya, serta untuk menarik minat audiens dengan berbagai berita ringan seputar kuliner, wisata, kejadian lucu atau menarik yang terjadi.
GATEKEEPER DAN PROSES GATEKEEPING Dalam sebuah pemilihan berita yang akan ditayangkan tidak terlepas dari peran seorang gatekeeper yang mengawasi serta menentukan apa saja yang layak untuk ditayangkan dalam suatu paket berita maupun yang tidak layak. Guna menunjang agar paket berita yang ditayangkan oleh reportase sore tetap terjaga, tidak melenceng dari norma dan ketentuan penyiaran yang ada, maka reportase sore juga memiliki para gatekeeper yang mengawasi dari naskah hingga gambar hasil liputan sebelum paket tersebut ditayangkan. Gatekeeper dalam reportase sendiri dipegang oleh 4 bagian, diantaranya : 1. Reporter dan Cameraman Reporter dan Cameraman yang bertugas dilapangan harus dapat mengetahui dengan baik berita apa saja yang akan diangkat, nantinya mereka akan mengerti batasan apa saja dari informasi yang harus dicari dan dimasukkan ke dalam naskah nantinya, dan cameraman mengetahui apa saja faktor pendukung informasi dalam bentuk visual yang harus diambil. Sehingga informasi yang nantinya ditayangkan tetap sesuai dengan karakteristik Reportase Sore. 2. Tim Redaksi Proses gatekeeper yang terjadi dalam rapat redaksi adalah ketika sedang memilih dan menentukan berita yang layak masuk ke rundown, karena tidak semua berita yang ada dapat dijadikan sebuah tayangan berita. Tergantung dari kriteria yang ditentukan di Reportase Sore serta kelengkapan sebuah paket beritanya. Gatekeeper di rapat redaksi sifatnya bersama-sama untuk memilih berita yang akan masuk ke rundown, dalam rapat redaksi ada eksekutif produser, produser, asisten produser, asisten produksi serta korlip dan korda yang bertugas.
3.
4.
Korlip dan korda memberikan list dari ketersedian berita yang masuk ke redaksi, serta memaparkan dari sekian banyak berita nya, berita apa saja yang sesuai kebutuhan untuk ditayangkan hari ini. Setelah itu akan dirunding kan bersama-sama segala kemungkinan-kemungkinan yang ada dari setiap paket berita, keputusan pemilihan berita yang masuk ke rundown ada pada produser. Walaupun dalam menyeleksinya bersama-sama namun tetap produser yang menentukan berita yang akan tayang. Editor Konten Editor konten adalah editor yang mengawasi segalam macam bentuk naskah berita yang sudah dikirimkan oleh reporter maupun kontributor. Naskah dari reporter yang di lapangan dan masuk ke redaksi Reportase Sore, tidak serta merta langsung digunakan untuk dibuatkan VO (Voice Over) paket beritanya, namun tetap harus melawati proses pengeditan yang dilakukan oleh produser, asisten produser bisa juga oleh eksekutif produser. Jadi dalam pengeditan ini produser dan sejajarnya, dapat mengurangi informasi yang tidak perlu serta menambahi informasi yang dirasa kurang dalam naskah tersebut. Editor Visual Editor visual mencangkup segala materi dalam bentuk visual yang masuk ke redaksi Reportase Sore.Kalau untuk mengubah gambar-gambar mentah lalu diubah menjadi sebuah paket berita dikerjakan oleh editor visual dari divisi production falisities bukan dari divisi news. Maka diperlukan seorang pengawas dari divisi news untuk memantau proses editing agar tidak keluar dari maksud dan tujuan konten berita Reportase Sore, yang menjadi pengawas visual itu adalah asisten produksi bagian visual disertai pengawasan langsung dari produser atau asisten produser.
STRATEGI PENYAJIAN BERITA Reportase Sore tidak hanya dalam pemilihan berita saja memiliki strategi-strateginya, namun dalam hal penyajian berita pun Reportase Sore mempunyai strategi-strategi khusus agar tetap dapat menarik khalayak audiensnya setiap hari. Strategi-strategi yang digunakan diantaranya : 1.
Melihat sisi lain dari sebuah berita Reportase Sore mensiasati bentuk penyajian berita terhadap audiensnya dengan cara melihat sisi lain yang berbeda dari biasanya. Melakukan evaluasi terus menerus dan berusaha menayangkan beritaberita yang menarik setiap harinya dengan konsep berita yang sedikit berbeda, oleh karena itu dalam durasi yang terbatas Reportase Sore dapat memberikan kepada audiensnya informasi yang tidak
2.
hanya aktual, detail dan sesuai dengan yang dibutuhkan audiensnya tapi juga menyajikan sebuah berita dari sisi yang lain. Pengemasan Berita (Packaging) Packaging dari sebuah berita sangat lah penting diperhatikan karena itu adalah keunggulan dari program yang tayang di media televisi, dimana orang akan melihat pengemasan suatu program terlebih dahulu baru melihat apa sih isi dari program tersebut. Reportase Sore berusaha untuk memberikan tayangan-tayangan menarik melaui pengemasan (packaging) beritanya, karena strategi beritanya adalah mengambil sisi lain dari sebuah peristiwa maka angle-angle yang diambilpun berpengaruh terhadap apa isi yang akan ditayangkan. Selain itu, Reportase Sore juga berusaha untuk menggunakan PTC (piece to camera) dari setiap reporter dalam hal penyampaian beritanya. Jadi tayangan beritanya bukan hanya mengandalkan VO (voice over) saja namun harus menggunakan PTC agar audiens dapat menikmati tayangan yang berbeda dari program berita kompetitor.
HAMBATAN – HAMBATAN Sering kali dalam suatu proses produksi berita mulai dari pra hingga produksinya, terjadi hambatanhambatan yang tak dapat terelakkan bagi suatu program. Begitupula yang terjadi di Reportase Sore tak luput dari berbagai hambatan yang di alami. Beberapa hambatan-hambatan yang terjadi dalam Reportase Sore diantaranya : 1.
2.
3.
Pengumpulan Materi Berita Reportase Sore seringkali menghadapi keterlambatan reporter dalam mengirimkan materi berita ke redaksi. Sehingga ini menjadi kendala dalam hal ketersediaan materi berita. Bila topik dari peliputan yang dilakukan si reporter ini menarik namun materi berita belum sampai ke redaksi, sangat disayangkan jika liputan tersebut tidak bisa tayang. Hal tersebut terjadi bisa saja karena reporter belum siap naskah nya, terus sulit nya menjangkau wilayah peliputan sehingga messenger terlambat dalam mengambil hasil gambar liputan di lapangan, bisa juga karena koneksivitas dari media teknologi yang digunakan sehingga reporter tidak dapat mengirimkan naskah ke email redaksi. Tentu saja hal-hal ini terkadang di luar kendali reporter, cameraman serta messenger. Dalam suatu pengumpulan berita yang bertugas biasanya reporter dan cameraman namun tetap di awasi oleh kordinator liputan. Biasanya korlip beserta staff korlip akan terus mengecek reporter apakah materi sudah siap. Paket Berita di Drop Hambatan disini adalah ketika topik berita tersebut sudah di tentukan di rapat redaksi untuk di liput, lalu keesokan harinya juga sudah masuk ke rundown namun ternyata berita tersebut tidak jadi tayang atau harus di drop dari rundown. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor yang pertama karena berita tersebut tidak sesuai dengan perkiraan ketika di rapat redaksi, atau berita-berita yang bukti nya tidak jelas. Sehingga tidak memenuhi nilai-nilai berita dan pastinya tidak layak untuk ditayangkan. Yang kedua karena berita tersebut tidak dapat di dokumentasikan dalam gambar yang bagus, sehingga paket berita tersebut tidak akan bisa ditayangkan. Kelebihan Durasi Reportase Sore hanya bisa menayangkan paket berita sekitar 8-10 paket berita setiap harinya, karena keterbatasan durasi yang disediakan. Karena durasi yang terbatas tersebut maka haruslah memilih berita secara selektif. Misalnya ada paket berita ketika selesai di edit over durasinya dan tidak bisa di cut lagi untuk mengurangi durasinya karena di dalamnya terdapat informasi-informasi yang penting. Sehingga reportase harus memilih berita mana yang didahulukan untuk ditayangkan dan salah satu dari paket berita harus di turunkan atau dikeluarkan dari rundown. Nah berita yang di turunkan bisa saja dipakai untuk Reportase Sore keesokan harinya jika berita tersebut dianggap masih aktual untuk ditayangkan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Peneliti menyusun kesimpulan ini berdasarkan tujuan penelitian, dan dari penelitian yang sudah dilakukan pada program berita Reportase Sore di Trans TV, maka dapat disimpulkan : 1.
2.
3.
Tahapan Pra Produksi pada program Reportase Sore dimulai dengan rapat redaksi. Rapat redaksi Reportase sore diadakan dua kali sehari, sesudah on air ada namanya rapat evaluasi dan sebelum on air ada rapat budgeting Pada rapat redaksi yang pertama ini bertujuan untuk mengevaluasi kelemahan serta kelebihan paket-paket berita yang sudah tayang hari itu. Proses pengevaluasian dibantu oleh laporan rating and share dari AC Nelson yang keluar setiap harinya. Rapat evaluasi ini juga sebagai wadah dimana para tim reportase sore dari reporter, cameraman, korlip, korda, eksekutif produser, produser, asprod, asisten produksi, dan lainnya untuk menuangkan ide-ide atau usulan liputan apakah yang menarik untuk diangkat keesokan harinya. Setelah hasil evaluasi sudah didapatkan, maka korlip telah memiliki jobdesc untuk para tim liputan esok harinya. Untuk beritaberita yang bersifat agenda biasanya produser akan me-request mau topik apa yang akan diliput. Namun untuk gathering news nya dibantu oleh kordinator liputan dalam hal mengkoordinir tim liputan serta menentukan topik liputan. Rapat redaksi yang kedua dilakukan sebelum reportase sore on air, rapat ini bertujuan untuk memilih atau menentukan dari sekian banyak list berita yang masuk ke redaksi, berita apa yang layak masuk ke rundown untuk ditayangkan hari ini pemilihan berita ini dirembukkan bersama-sama oleh tim produksi, dan ditentukan oleh produser. Proses pengumpulan berita hasil liputan yang dilakukan oleh reporter dan cameraman adalah dengan mengirimkan naskah ke email redaksi, lalu untuk hasil gambar liputan dapat langsung diantar oleh reporter dan cameraman yang telah selesai meliput atau diambil oleh messanger ke daerah liputan. untuk hasil gambar liputan kontributor dapat dikirimkan melalui streaming ke email redaksi. Analisa Swot Untuk bentuk dari analisa swot sebuah pemilihan berita, peneliti mengambil contoh berita yang ditayangkan selama seminggu penuh di reportase sore. Dan berita tersebut tentang sadap Australia yang dijadikan headline di reportase sore periode 19 November 2013 – 22 November 2013. Berita tersebut memiliki banyak kekuatan, serta peluang dalam penyajian berita di reportase sore, sehingga berita tersebut dijadikan sebagai berita continuity yang diambil dari segi- segi berbeda setiap tayangnya. Strategi Pemilihan Berita Pemilihan berita-berita yang masuk ke redaksi Reportase Sore di tentukan sesuai dengan kriteriakriteria berita di reportase sore serta segmentasi audiensnya, kriteria tersebut dilihat dari nilai berita, unsur berita (kepentingan sosial) dimana kepentingan sosial ini yang menyangkut tingkat penting atau tidak berita tersebut bagi masyarakat, dan yang terakhir adalah kepentingan perusahaan dimana ini menyangkut rating and share program reportase sore, disini dibentuk bagaimana membuat berita yang menarik sehingga dapat mengangkat rating and share program nya. Pemilihan berita di reportase sore juga melihat segmentasi audiensnya sendiri yang sebagian besar adalah wanita, maka berita-berita yang dipilih adalah berita-berita yang ringan bahasanya, serta mudah dimengerti oleh audiens. Selain strategi pemilihan berita, reportase sore juga memiliki strategi dalam penyajian setiap paket beritanya. Reportase sore memiliki Tagline yaitu “lebih dekat dan berbeda”, dalam artian disini Reportase Sore menyajikan berita-berita yang membuat audiesnnya merasakan lebih dekat dengan peristiwa yang terjadi, dengan mengambil sisi human interest dari suatu peristiwa. Strategi penyajian berita yang kedua adalah dengan memperhatikan bentuk kemasan (packaging) dari suatu berita, reportase sore berusaha untuk menggunakan PTC (piece to camera) dari setiap reporter dalam hal penyampaian beritanya. Sehingga tayangan beritanya bukan hanya mengandalkan VO (voice over) saja. Gatekeeper di reportase sore ada 4 bagian, yaitu reporter serta cameraman yang bertugas selama dilapangan, tim redaksi dalam proses memilih beritanya di rapat redaksi, lalu editor konten yang menyaring kembali naskah-naskah yang masuk ke redaksi dan sudah dipilih masuk ke rundown
untuk tayang hari ini, dan yang terakhir editor visual dimana editor ini yang akan memantau gambar mentah hasil liputan, untuk layak dijadikan sebuah paket berita. .
Saran 1.
Saran Akademis Penelitian ini dapat menjadi rujukan untuk penelitian yang lebih mendalam pada program berita Reportase Sore. Melakukan pengembangan penelitian dari sudut pandang yang berbeda yaitu, meneliti pengaruh program Reportase Sore terhadap audiens, atau persepsi penonton terhadap program Reportase Sore menggunakan metode kuantitatif. Hal ini sebagai kontribusi untuk mengembangkan ilmu komunikasi yang terkait dengan penyiaran televisi.
2. a.
b.
Saran Praktis Untuk tahap pra produksi pengumpulan berita, tim harus lebih disiplin dalam hal waktu. Datang tepat waktu dilokasi liputan yang sudah ditentukan, agar tidak membuang-buang waktu untuk meliput dan akhirnya naskah dan gambar tidak tepat waktu untuk masuk ke redaksi Reportase Sore. Agar tidak terjadi lagi paket berita harus didrop karena telat mengumpulkan paket berita, atau gambar-gambar yang diambil kurang menarik sehingga produser tidak dapat menayangkan berita tersebut. Pentingnya kehadiran seluruh tim dengan lengkap pada saat rapat dan evaluasi. Agar semua yang terlibat paham hasil rating and share tayangan sebelumnya untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan tayangan. Selain itu semua yang terlibat juga dapat memahami gambaran secara general topik yang akan diangkat dan diliput untuk keesokan harinya .
REFERENSI Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala, dan Siti Karlinah. (2012). Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Jakarta: Simbiosa Rekatama Media. Effendy, O.U. (2003). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Fachruddin, Andi. (2012). Dasar-Dasar Produksi Televisi :Produksi Berita, Feature, Laporan Investigasi, Dokumenter, danTeknik Editing. Jakarta: Kencana. Kriyantoro, R. (2008). Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. Mulyana, Deddy Prof. (2008). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Moleong. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT RemajaRosdakarya. Morissan.(2008). Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta: Kencana. Morissan. (2008). Manajemen Media Penyiaran :Strategi Mengelola Radio &Televisi. Jakarta: Kencana. Naratama. (2004). Menjadi Sutradara Televisi :Dengan Single dan Multi Camera. Jakarta: PT Gramedia Widia sarana Indonesia. Nurudin.(2009). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT RajaGrafindoPersada. Rangkuti, Freddy.(2004). Analisis SWOT Tekni kMembedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Oliver, Sandra (2006). Strategi Public Relation. Jakarta : Erlangga
Santoso, Teguh (2011). Marketing Strategic. Yogyakarta: Penerbit ORYZA Sarwono, Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sumadiria, AS Haris. (2008). Jurnalistik Indonesia :Menulis Berita dan Feature. Jakarta: Simbiosa Rekatama Media. Zettl, Herbert. (2009). Television Production Handbook : Tenth Edition. USA: Wadsworth Cengage Learning.
RIWAYAT PENULIS Nova Juane Christy lahir di kota Medan pada 22 Juni 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Komunikasi Pemasaran (Broadcasting) pada tahun 2014.