ANALISIS WACANA PADA PEMBERITAAN INVESTIGASI EPISODE “GELIAT PSK ABG” DI REPORTASE INVESTIGASI TRANS TV
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom. I)
Oleh : Umi Kulsum NIM: 1112051100003
KOSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M
ABSTRAK Umi Kulsum Analisis Wacana Pada Pemberitaan Investigasi Episode “Geliat PSK ABG” Di Reportase Investigasi Trans TV Kehadiran program Reportase Investigasi semakin diminati penonton setianya karena program ini selalu menampilkan fenomena dan peristiwa yang belum diketahui oleh masyarakat. Program yang semakin ditunggu pemirsa setiap minggu ini menayangkan kasus-kasus yang terdapat di masyarakat. Pada episode Geliat PSK ABG yang ditayangkan oleh Reportase Investigasi pada 8 Februari 2015 menarik perhatian penulis. Setelah dilihat dan dianalisis, tayangan tersebut memberitakan mengenai adanya praktik prostitusi di salah satu sekolah di Jawa Barat. Menariknya, tayangan ini menjelaskan bahwa guru juga mengetahui bahkan terlibat ke dalam praktik prostitusi tersebut. Selain itu, pada tayangan yang berdurasi 15 menit ini banyak menggunakan simbol-simbol Islam, seperti ditampilkan kata “alim” dan wanita berjilbab. Hal ini menarik perhatian penulis untuk menganalisis adanya tata bahasa yang digunakan serta makna yang tersembunyi di dalamnya. Berdasarkan pernyataan di atas, agar penelitian dapat terarah, disusunlah rumusan masalahnya yaitu bagaimana konstruksi prostitusi remaja dilihat dari struktur teks? Bagaimana kognisi sosial wartawan dalam memahami kasus tersebut? Dan bagaimana konteks sosial yang terjadi di masyarakat terkait kasus prostitusi remaja tersebut serta penerapan jurnalisme profetik ke dalam beritanya? Untuk memahami wacana di atas, penelitian ini menggunakan metode analisis wacana Teun A. Van Dijk. Metode ini menganalisis suatu wacana dilihat dari tiga level yaitu teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Analisis wacana Van Dijk adalah model yang paling banyak dipakai karena Van Dijk mengelaborasi elemen-elemen wacana sehingga bisa diaplikasikan secara praktis. Metodologi dalam penelitian ini adalah jenis kualitatif dengan model deskriptif. Paradigma yang digunakan adalah kritis. Data yang digunakan ialah teks pada episode “Geliat PSK ABG” dan wawancara pribadi dengan Theodorus Lintas Melawai sebagai produser yang memproduksi tayangan yang diteliti. Data yang terkumpul tersebut dianalisis kemudian disimpulkan. Penelitian mengenai kasus prostitusi yang melibatkan remaja ini ditinjau dari segi teks yang dilihat dari tiga tingkatan struktur yaitu struktur makro, superstruktur dan struktur mikro. Penelitian kognisi sosial dilakukan dengan cara wawancara mendalam dengan produser pada tayangan tersebut. Sedangkan konteks sosial diteliti dengan melihat bagaimana isu berkembang di masyarakat. Dalam level teks ditemukan pada unsur tematik, wacana tersebut sebetulnya menyindir pranata sosial, disebutkan guru dan dosen justru menjadi penyokong di dalam praktik prostitusi. Serta terlihat bahwa adanya hal yang melemahkan peran agama dalam kontrol sosial. Wartawan dalam memahami kasus prostitusi yang melibatkan anak remaja ini sebagai masalah sosial yang harus ditangani dan diwaspadai. Saat ini prostitusi pada kalangan remaja bukan lagi didasari atas kepentingan ekonomi melainkan sudah menjadi lifestyle. Selain itu tayangan ini belum sepenuhnya mengimplementasikan jurnalisme profetik ke dalam beritanya. Kata Kunci: Reportase Investigasi, Analisis Wacana, Teun A. Van Dijk, Prostitusi Remaja
i
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrahim Saya bersaksi demi Dia yang meniupkan roh dalam setiap jiwa, demi Dia yang punya keabadian dan demi Dia yang bertahtakan kesucian, bahwa Engkaulah Tuhanku yang satu. Dengan segenap ketabahan jiwa yang tak sempurna, Engkau kuatkan pundi-pundi kelemahanku dalam mengarungi hidup ini. Rasa syukur yang tak akan cukup, saya panjatkan selalu keharibaanMu ya Allah. Semoga puja dan puji syukurku selalu sampai kepadaMu tanpa terhalang dosa. BersamaMu saya bersihkan hati, bulatkan tekad, luruskan niat dan sempurnakan iman untuk sebuah album kehidupan yang lebih terarah. BagiMu baginda pembawa lentera kehidupan, saya haturkan shalawat serta salam untuk kemuliaan dan keberanianmu. Engkaulah nabi akhir zaman, Muhammad Rasulullah. Dengan kesabaran dan ketangguhanmu saya bersaksi bahwa Engkaulah Rasul utusan Allah sebagai suri tauladan bagi seluruh umat mukmin yang mendambakan keridhoan dunia dan akhirat. Semoga dengan risalah kenabianmu saya lebih bisa menjadi seorang mukmin yang tak lekang oleh zaman. Terima kasih yang terdalam saya persembahkan pada semua pihak yang turut membantu kelancaran penelitian skripsi ini, baik langsung atau tidak langsung. Tanpa uluran bantuan dan dukungan dari kalian tersebut, sangat sulit rasanya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Oleh karenanya, peneliti menghaturkan terima kasih dan pernghargaan yang sebesar besarnya kepada: 1. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. H. Arief Subhan, MA,
ii
Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto PhD, Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Roudhonah MA,Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Suhaemi MA. 2. Ketua Kosentrasi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Kholis Ridho, M.Si dan Sekretaris Kosentrasi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Drs. Hj. Musfirah Nurlaily, MA. 3. Drs. Helmi Hidayat, MA, dosen pembimbing yang senantiasa selalu berbagi ilmu serta memberi pencerahan, dapat meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu menyempurnakan penyusunan skripsi ini. Tanpa beliau tidak mungkin penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan sempurna. 4. Pihak Reportase Investigasi Trans TV, Gatot Triyanto sebagai Kepala Divisi News dan Pemimpin Redaksi, Sudrajat (Eksekutif Produser), Didik Wiratno (Produser), Theodorus Lintas Melawai (Produser), Siska Hasyim (Junior Produser), Gresnia Arela Febriani (Asisten Produksi), Retno Noviyani (Asisten Produksi) dan segenap tim Reportase Investigasi yang telah membantu kelancaran skripsi ini sebagai media yang diteliti. 5. Ayahanda tercinta Pujiono senantiasa selalu menjadi panutan bagi penulis atas ketangguhan dan keberaniannya mengajarkan manis pahitnya kehidupan, juga Ibunda terkasih Wasonah yang tak lelah merajut doa, memberi dukungan tanpa akhir dan senyum ikhlas kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir. Hanya karena kalianlah penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
iii
6. Nenek tercinta yang lebih dahulu meninggalkan penulis, yang sedang menunggu keberhasilan cucunya sampai akhir hayatnya, terima kasih ini akan penulis persembahkan untuk nenek tersayang. 7. Kakak-kakak dan adik-adik yang selalu memberikan kasihnya kepada penulis, Maewas Miftahul Fauzi S.EI, Ali Alatas, Thaha Rizieq Ramadhan dan Cahya Halissa Fauzi. 8. Keluarga Besar Darmowiyoto yang telah memberikan perhatian dan kasih sayangnya kepada penulis. 9. Kakak-kakak senior yang berteman baik dengan penulis, Kak Isye, Kak Welda, Kak Ika, Kak Iim, Kak Syifa, Bang Imam, Bang Reza, Bang Ahmadi, Bang Eko, Bang Dito, terima kasih telah menjadi kakak-kakak senior yang hebat. 10. Sahabat-sahabat seperjuangan yang senantiasa menemani keluh kesah penulis hingga menyelesaikan skripsi ini khususnya Nur Fajri Rahmawati dan Maimunah Permata Hati Hasibuan. 11. Sahabat-sahabat seperjuangan Andre Anang P, Badruzzaman, Melky, Restu Mayang, Atika Suri, Annisa Novianti, Nita Chairunnisa Uluwan, Devi Yuliana, Devi Tri Puspita, Roisah yang sama-sama berjuang selama di bangku perkuliahan. 12. Sahabat-sahabat semasa sekolah Saidah, Anisyah, Iis, Syahrina, Marina, Putri, Cindy, Rika dan Vika. 13. Sahabat seperjuangan bimbingan Ricca Junia Ilprima yang menemani dan mendengarkan keluh kesah penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
iv
14. Jurnalistik 2012 bukan hanya sekedar kelas menimba ilmu namun sebuah keluarga yang memberikan kenyamanan. 15. KKN Mahameru yang telah memberikan warna dalam pertemanan, Roisah, Devi, Fajri, Maimunah, Azis, Andre, Eka, Tara, Amrullah, Indri, Giyas, Irul, Tomo dan Mugi. Serta Desa Cijeruk yang banyak memberikan pengalaman dan pelajaran untuk penulis terutama Bapak Lurah, Ibu-ibu PKK, sahabat dan murid murid. 16. Komunitas teristimewa DNK TV yang menjadi inspirasi penulis, terutama General Manager Dedi Fahrudin M.IKom dan crew DNK TV yang senantiasa bersama-sama mengembangkan DNK TV sehingga eksis sampai saat ini.
Akhirnya penulis hanya mampu mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberi kelancaran kepada penulis. Semoga Allah menambah karunia-Nya kepada kita semua. Mohon maaf atas segala kekhilafan baik yang disengaja atau tidak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk para pembaca dan khususnya bagi penulis. Aamiin Ya Rabbal Alamiin Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Jakarta, 28 Juni 2016
Umi Kulsum
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
viii
DAFTAR SKEMA .........................................................................................
ix
BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F.
Latar Belakang Masalah ....................................................................... Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................... Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ Metodologi Penelitian .......................................................................... Tinjauan Pustaka .................................................................................. Sistematika Penulisan ..........................................................................
1 5 6 7 12 14
BAB II KAJIAN TEORI A. B. C. D.
Definisi dan Jenis Berita ...................................................................... Prinsip-Prinsip Jurnalistik .................................................................... Jurnalisme Profetik............................................................................... Analisis Wacana ................................................................................... 1. Pengertian Analisis Wacana........................................................... 2. Model Analisis Wacana Teun A. Van Dijk ................................... E. Undang-undang Penyiaran di Indonesia ..............................................
16 19 21 26 26 28 37
BAB III GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Perkembangan Televisi di Indonesia ………... 1. Transisi dari Era Orde baru ke Era Reformasi ……………… 2. Logika Kerja antara TVRI (TV Publik) dengan TV Swasta ... B. Profil PT. Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV) ................ 1. Profil dan Sejarah Trans TV .................................................... 2. Logo, Visi dan Misi Trans TV ................................................. 3. Penghargaan yang Pernah Diraih Trans TV ............................ 4. Struktur Direksi Trans TV ....................................................... 5. Program-Program Trans TV .................................................... C. Profil dan Sejarah Program Reportase Investigasi ......................... D. Redaksi Reportase Investigasi........................................................
39 39 45 47 47 50 52 52 52 55 57
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Sinopsis Geliat PSK ABG.................................................................... B. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk………………………….. ……... vi
58 59
C. Jurnalisme Profetik...............................................................................
88
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................... B. Saran .....................................................................................................
93 95
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
97
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Elemen Wacana Van Dijk ..................................................................
30
Tabel 2 Model Analisis Van Dijk ....................................................................
31
Tabel 3 Struktur Teks Wacana Van Dijk .........................................................
32
Tabel 4 Narasi dan Gambar Tayangan Geliat PSK ABG ................................
52
Tabel 5 Narasi dan Gambar Tayangan Geliat PSK ABG ................................
58
Tabel 6 Narasi dan Gambar Tayangan Geliat PSK ABG ................................
66
Tabel 7 Temuan Elemen Teks Wacana Van Dijk ............................................
68
viii
DAFTAR SKEMA Skema 1 Skema atau Model Kognisi Sosial Van Dijk.....................................
ix
77
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reportase Investigasi merupakan ragam berita reportase yang dimiliki oleh Trans TV. Program Reportase terdiri atas Reportase Pagi, Reportase Sore, Reportase Malam dan Reportase Investigasi. Reportase Investigasi adalah sebuah program yang mengungkap suatu kasus penyimpangan dari pelaku langsung. Topik yang dipilih selalu menjadi kepentingan masyarakat. Misalnya tentang bakso yang mengandung boraks, kosmetika yang mengandung zat berbahaya bagi kesehatan dan sebagainya.1 Reportase Investigasi merupakan acara news jenis feature yang membahas suatu topik secara mendalam dan menguak berbagai kecurangan yang terjadi di sekitar lingkungan masyarakat. Program Reportase Investigasi ditayangkan sejak 31 Desember 2005 dan menyajikan tayangan dengan berbagai topik hasil penelusuran investigasi. Hadirnya program berita di layar kaca menimbulkan perbedaan karya jurnalistik media televisi dengan media massa lainnya. Berita televisi memiliki dua unsur penting yaitu audio dan visual. Unsur visual memberikan berita lebih hidup, meyakinkan dan mendukung berita tersebut sedangkan unsur audio mendukung untuk menginformasikan isi berita kepada pemirsa. Televisi dengan tayangan berita sudah menjadi bagian dari kehidupan yang tak terpisahkan. Dengan sifatnya yang
1
www.transtv.co.id , diakses pada 12 Januari 2015 pukul 11.16 WIB.
2
immediaty, media televisi mampu mendekatkan peristiwa dan tempat kejadian dengan penontonnya. Selain itu, televisi juga harus mampu memberikan tayangan yang baik kepada penonton setianya. Maka dari itu sebuah tayangan yang layak ditonton harus berpedoman pada Kode Etik Penyiaran yang dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Kehadiran program Reportase Investigasi semakin diminati penonton setianya karena program ini selalu menampilkan fenomena dan peristiwa yang belum diketahui oleh masyarakat. Program yang semakin ditunggu pemirsa setiap minggu ini menayangkan kasus-kasus yang terdapat di masyarakat. Namun demikian, program jurnalistik ini justru mendapat tiga kali teguran tertulis dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), di antaranya pada 12 Agustus 2012 (Pembuatan Bahan Bius Illegal), 8 Februari 2015 (Geliat PSK ABG) dan 7 Maret 2015 (Pencopet).
Pada episode Geliat PSK ABG, KPI memberikan teguran tertulis kepada program Reportase Investigasi pada 27 Februari 2015.
Pada
tayangan tersebut KPI menilai tayangan pada episode “Geliat PSK ABG” tidak memenuhi kaidah penyiaran. Episode tersebut memberitakan tentang prostitusi anak sekolah dan wawancara seorang narasumber yang merupakan Pekerja Seks Komersil (PSK) bawah umur tanpa sensor. KPI menilai pemberitaan tersebut sangat vulgar dan tidak pantas untuk ditayangkan dan dapat menimbulkan anggapan perilaku tersebut sebagai hal yang lumrah dalam kehidupan. KPI Pusat memutuskan bahwa program
3
jurnalistik Reportase Investigasi Trans TV telah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2012.
Dari teguran yang diberikan oleh KPI tersebut jelas bahwa masih banyak tayangan televisi yang belum sesuai dengan Kode Etik Penyiaran. Padahal televisi sebagai salah satu alat media massa selain memberikan edukasi dan hiburan, seharusnya juga menyampaikan informasi yang baik dan bermanfaat kepada pemirsanya. Informasi yang disampaikan kepada penonton tentu harus sesuai dengan Kode Etik Penyiaran. Dikeluarkannya Undang-undang Nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran bertujuan untuk menghasilkan kualitas siaran sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Berdasarkan UU tersebut terbentuklah Pedoman Perilaku Penyiaran Standar Program Siaran (P3SPS) sebagai alat kontrol pihak televisi untuk selalu menampilkan tayangan yang berkualitas sesuai dengan
aturan
yang
berlaku.
Dengan
adanya
UU
tersebut,
penyelenggaraan penyiaran mendapat kepastian hukum dan menjadi lebih tertib. 2 Episode Geliat PSK ABG yang ditayangkan pada 8 Februari 2015 menarik perhatian penulis. Setelah dilihat dan dianalisis, tayangan tersebut memberitakan mengenai adanya praktik prostitusi di salah satu sekolah di Jawa Barat.
Menariknya, tayangan ini menjelaskan bahwa guru juga
mengetahui bahkan terlibat ke dalam praktik prostitusi tersebut. Selain itu, pada tayangan yang berdurasi 15 menit ini banyak menggunakan simbolsimbol Islam, seperti ditampilkan kata “alim” dan wanita berjilbab. Hal ini 2
Muhamad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran (Jakarta: Kencana, 2007), h.67.
4
menarik perhatian penulis untuk menganalisis adanya tata bahasa yang digunakan serta makna yang tersembunyi di dalamnya. Bahasa atau wacana dari sebuah media tidak dapat dianggap sepele. Ada maksud tersembunyi dari setiap struktur wacana yang digunakan. Bahasa yang digunakan oleh media dapat menciptakan realitas tertentu kepada khalayak. Dapat ditemukan adanya kekuasaan dominan yang mengontrol kelompok yang tidak dominan dengan mengendalikan dan menguasai media, bahkan adanya kekuatan-kekuatan berbeda dalam masyarakat yang mengontrol suatu proses komunikasi. Fungsi media massa sebagai alat untuk menyampaikan informasi mempunyai kemampuan yang dapat membentuk opini publik. Media menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi cerita atau wacana yang bermakna. Dengan demikian, seluruh isi media merupakan realitas yang telah dikonstruksi dalam bentuk yang bermakna. Berdasarkan hal itulah penelitian wacana pada episode Geliat PSK ABG dianggap penting oleh penulis untuk mengetahui bagaimana proses penyampaian pesan dalam program tersebut. Penelitian ini bermaksud menemukan makna-makna yang tersembunyi dalam wacana di episode itu. Hal itu karena sebuah wacana dapat membentuk kognisi seseorang dan dapat menciptakan opini kepada khalayak. Melalui sebuah wacana, media dapat mengangkat bahkan menjatuhkan seseorang. Itulah mengapa pentingnya pemilihan kata atau struktur wacana dalam sebuah tayangan atau berita.
5
Dari latar belakang di atas, disusunlah skripsi ini dengan judul ANALISIS WACANA PADA PEMBERITAAN INVESTIGASI EPISODE “GELIAT PSK ABG” DI REPORTASE INVESTIGASI TRANS TV. B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Dalam
penelitian
ini,
penulis
membatasi
permasalahan
pada
pemberitaan investigasi episode “Geliat PSK ABG” yang ditayangkan oleh Reportase Investigasi Trans TV pada 8 Februari 2015 pukul 16.00-16.30 WIB. Penelitian ini dibatasi hanya pada seputar naskah dan wacana yang ditampilkan pada episode tersebut. 2. Rumusan Masalah Mengacu pada pembatasan masalah di atas, rumusan masalahnya adalah: a. Bagaimana konstruksi wacana prostitusi remaja ditinjau dari struktur teks “Geliat PSK ABG” di Reportase Investigasi Trans TV? b. Bagaimana kognisi sosial produser atau wartawan dalam memahami kasus prostitusi remaja pada episode
“Geliat PSK
ABG” di Reportase Investigasi Trans TV? c. Bagimana konteks sosial prostitusi remaja dan penerapan jurnalisme profetik pada episode “Geliat PSK ABG” di Reportase Investigasi Trans TV?
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konstruksi wacana pada level teks, kognisi sosial dan konteks sosial serta penerapan jurnalisme profetik pada episode “Geliat PSK ABG” dalam program Reportase Investigasi di Trans TV. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat
Akademis:
penelitian
ini
diharapkan
memberi
sumbangsih terhadap keilmuan jurnalistik, terutama mengenai analisis wacana pada program jurnalistik di televisi. b. Manfaat Praktis: penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan menjadi awal informasi bagi penelitian serupa dan memberikan gambaran tentang bagaimana sebenarnya suatu wacana pemberitaan dikonstruksikan oleh media massa. Penelitian ini juga diharapkan menjadi bahan evaluasi program Reportase Investigasi Trans TV untuk menaati aturan penyiaran P3SPS dan prinsip-prinsip jurnalistik dalam menayangkan pemberitaan yang kontroversial di masyarakat. Serta diharapkan menjadi bahan masukan untuk KPI agar lebih cermat lagi terhadap pelanggaran program televisi yang tidak sesuai dengan aturan penyiaran P3SPS, prinsip-prinsip jurnalistik dan diharapkan juga menjadi bahan perhatian masyarakat atau penonton agar lebih aktif lagi terhadap tayangan yang tidak sesuai dengan aturan penyiaran dan prinsip-prinsip jurnalistik.
7
D. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian Paradigma yang digunakan pada penelitian ini adalah kritis. Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikiran-pikirannya, karena sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat. 3 Bahasa di sini tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak di luar diri si pembicara. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu maupun strategi-strategi di dalamnya. Karena itu, analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam proses bahasa: batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan. 4 Analisis Wacana Kritis (AWK) ini dimaksudkan untuk mengetahui maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Dalam penelitian ini ingin mengetahui lebih jauh dari wacana yang terbentuk dalam pemberitaan “Geliat PSK ABG” tersebut.
3
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 6. 4 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 6.
8
2. Metode Penelitian Dalam memaparkan hasil penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian studi kasus (case study) dengan pendekatan kualitatif desain deskriptif.
Studi kasus adalah penelitian yang
dilakukan terfokus pada suatu kasus tertentu untuk diamati dan dianalisis secara cermat sampai tuntas. Kasus yang dimaksud bisa berupa tunggal atau jamak, misalnya berupa individu atau kelompok.5 Data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.6 Dengan menggunakan pendekatan kualitatif penulis
menyandingkan
dengan
pisau
analisis
wacana
yang
dikemukakan Teun A. Van Dijk. Analisis wacana didefinisikan sebagai suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subyek yang mengemukakan suatu pernyataan. Metode analisis wacana berbeda dengan analisis isi kualitatif yang lebih menekankan pada pertanyaan “apa” (what), analisis wacana lebih melihat pada “bagaimana” (how) dari pesan atau teks komunikasi. 7 Model Analisis Wacana yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teun A. Van Dijk yang menekankan bahwa wacana dapat berfungsi sebagai suatu pernyataan, pertanyaan, tuduhan dan ancaman.
5
Robert K. Yin, Studi Kasus: Desain dan Metode (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012), cet ke-11, h.1-2. 6 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), cet ke-23, h.4. 7 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h.68.
9
3. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah pemberitaan investigasi pada episode “Geliat PSK ABG” yang ditayangkan Reportase Investigasi Trans TV pada 8 Februari 2015 pukul 16.00-16.30 WIB.
4. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih dua bulan terhitung mulai 26 Februari 2016 sampai dengan 25 April 2016. Penelitian ini dilakukan di Gedung Transmedia, Jl. Kapten P. Tendean Kav.12-14A Jakarta 12790, lantai 3 Divisi News.
5. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Observasi dari bahasa latin yang berarti memerhatikan dan mengikuti. Memerhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati dengan teliti dan sistematis sasaran perilaku yang dituju.8 Peneliti melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam metode ilmiah observasi adalah suatu cara bagi peneliti untuk memperoleh data dengan pengamatan secara sistematis terhadap fenomena yang diselidiki.9 Observasi yang dilakukan peneliti merupakan observasi tayangan pada episode “Geliat PSK ABG” di program Reportase Investigasi Trans TV.
8
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012) cet ke-3, h.131. 9 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), h.92.
10
a. Wawancara Wawancara
atau
interview
adalah
sebuah
proses
memperoleh keterangan dari pihak yang bersangkutan dan dianggap memahami masalah atau suatu peristiwa dan femonema tertentu untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai.10 Dalam hal ini wawancara berfungsi sebagai metode pelengkap sebagai alat untuk melengkapi informasi yang telah diperoleh. Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai Theodorus Lintas Melawai selaku produser program Reportase Investigasi yang memproduksi dan pihak terkait yang membantu melengkapi data yang akan dianalisis. Theo selaku produser terlibat langsung dalam kasus “Geliat PSK ABG” ini baik perencanaan, survey maupun terjun langsung ke lapangan untuk meliput kasus tersebut. b. Dokumentasi Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Dokumentasi merupakan salah satu cara untuk mendapatkan gambaran dari sudut melalui suatu media tertulis dan dokumen
10
Moh. Nazin, Metode Penelitian, (Bandung: Ghalia Indonesia, 1999), h.234.
11
lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan.11 Dokumentasi tersebut berupa tulisan-tulisan berbentuk catatan, buku, naskah, dokumen ataupun arsip-arsip lain yang terkait dengan pembahasan penelitian ini. Dari dokumentasi tersebut, nantinya penulis gunakan untuk mengumpulkan data dengan mempelajari bahan tertulis sehingga dapat membantu penulis dalam mencari informasi yang terkait dengan permasalahan penelitian. Data juga dapat diperoleh dari mengkaji atau menelaah dokumen yang dimiliki program Reportase Investigasi baik berupa video, grafik, arsip, gambar atau foto dan lain sebagainya. Ada juga data yang bersumber dari buku, internet berupa artikel yang terkait relevansinya dengan materi penelitian untuk selanjutnya dijadikan bahan sebagai data untuk peneliti. b. Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data, peneliti menyusun data secara sistematis lalu mengklasifikasikan data tersebut untuk dianalisis sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian untuk kemudian menyajikannya dalam bentuk laporan ilmiah. Dalam menganalisis, peneliti menggunakan teknik analisis data metode studi kasus (case study) dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Pada tahap ini, 11
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012) cet ke-3, h.143.
12
penulis menganalisis teks, video dan percakapan pada tayangan “Geliat PSK ABG” di Reportase Investigasi Trans TV kemudian ditafsirkan oleh peneliti disesuaikan dengan teori Analisis Wacana model Teun A. Van Dijk. Wacana oleh Van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi atau bangunan yaitu teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Inti dari analisis ini adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis. Pada dimensi teks yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan aspek ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat dalam suatu masalah. Kemudian setelah data terkumpul dan dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian untuk
dianalisis
dan
mengklasifikasikannya
diberikan dengan
interpretasi kerangka
dengan
teori
cara
kemudian
disimpulkan.
c. Pedoman Penulisan Penulisan karya ilmiah ini mengacu pada buku pedoman yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pedoman tersebut dipakai penulis untuk mengikuti aturan tentang keseragaman penulisan karya ilmiah. Buku pedoman karya Hamid Nasuhi dan kawan-kawan diterbitkan oleh CeQDA (Center
13
for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Tinjauan Pustaka Mengacu pada penelitian sebelumnya yang menggunakan metode analisis wacana, banyak ditemukan oleh peneliti menjadi contoh dan pegangan dalam melakukan penelitian. Penelitian sebelumnya yang berjudul Analisis Wacana Teun A. Van Dijk pada Pemberitaan “Dodol Dolly, Mas…” di Rubrik Teraju Harian Umum Republika oleh Adjri Septiani Sudrajat, Jurusan Jurnalistik tahun 2013 dirasa lebih cocok menjadi contoh dan pegangan peneliti. Skripsi oleh Afini Nur Fitria, Jurusan Jurnalistik tahun 2014 yang berjudul Analisis Wacana Pelanggaran Penyiaran Khazanah Trans 7 pada Pemberitaan Republika Online juga menjadi pegangan penulis dalam melihat UU Penyiaran di televisi. Adapun persamaan yang ditemukan adalah pembahasan mengenai kasus prostitusi dalam dunia jurnalistik, UU Penyiaran atau P3SPS dengan menggunakan Jurnalisme Investigasi dan model analisis wacana Teun A. Van Dijk. Kemudian perbedaannya dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek dan media penelitiannya. Objek penelitian ini ialah pada teks “Geliat PSK ABG” di media televisi sedangkan penelitian oleh Adjri pada teks “Dodol Dolly, Mas…” di Rubrik Teraju Harian Umum Republika. Sedangkan skripsi oleh Afini
14
perbedaannya terletak pada teks pelanggaran berita di media online. Selanjutnya, penelitian ini dibantu oleh berbagai referensi seperti jurnal dan artikel-artikel serta sumber-sumber yang terkait dengan penelitian.
F. Sistematika Penulisan Agar lebih mudah dalam memahami pembahasan dalam penelitian ini, peneliti membagi dalam lima bab yaitu: BAB I PENDAHULUAN
membahas mengenai latar belakang masalah,
batasan
dan
rumusan
masalah,
tujuan
dan
manfaat
penelitian,
metodologi
penelitian,
tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI
membahas mengenai definisi dan jenis berita, prinsip-prinsip jurnalisti, jurnalisme profetik, analisis wacana model Teun A.Van Dijk dan undangundang penyiaran di Indonesia.
BAB III GAMBARAN UMUM
memaparkan mengenai profil dan sejarah berdirinya Trans TV, Visi dan Misi Trans TV, penghargaan yang pernah diraih Trans TV, profil
15
program
Reportase
Investigasi,
redaksi
program
Reportase
Investigasi.
BAB VI TEMUAN DAN HASIL
memaparkan
analisa
penulis
meliputi: sinopsis episode Geliat PSK ABG, analisis teks, analisis kognisi sosial dan analisis konteks sosial
dan
profetik
penerapan
mengenai
jurnalisme pemberitaan
investigasi di program Reportase Investigasi
pada
tayangan
yang
berjudul “Geliat PSK ABG”. BAB V PENUTUP
menyajikan kesimpulan dan saran.
16
BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi dan Jenis Berita Berita adalah laporan suatu peristiwa atau fakta, pendapat atau opini yang aktual, menarik dan akurat serta penting bagi sebagian besar pembaca, pendengar maupun penonton.1 Apabila suatu berita terdapat fakta namun tidak dinilai penting, aktual dan menarik oleh sejumlah besar orang maka belum bisa diangkat sebagai bahan berita. Atau sebaliknya, apabila redaktur tetap menyajikan suatu berita tanpa memenuhi unsur-unsur di atas maka tidak akan memberikan daya tarik bagi para pembaca atau pendengar maupun penontonnya. 2 Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas.3 News atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar.4 Mengutip Charnley dan James M. Neal, Haris Sumadiria mengungkapkan, berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan.5 Sehingga dapat
1
Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), cet ke-2, h.21. 2 Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional, cet ke-2, h.21. 3 AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), cet ke-2, h. 64-65. 4 AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, cet ke-2, h. 64-65. 5 AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional, cet ke-2, h. 64-65.
17
disimpulkan bahwa berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi atau media online internet. “Dengan kata lain, berita bukan hanya menunjuk pada pers atau media massa dalam arti sempit, melainkan juga pada radio, televisi, film dan internet atau media massa dalam arti luas dan modern. Berita, pada awalnya, memang hanya “milik” surat kabar. Tetapi, sekarang berita telah juga menjadi “darahdaging” radio, televisi dan internet. Tak ada media tanpa berita, sebagaimana halnya tak ada berita tanpa media. Berita telah tampil sebagai kebutuhan dasar masyarakat modern di seluruh dunia.” 6 Jenis-jenis berita pada umumnya dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu hard news (berita berat), soft news (berita ringan) dan investigative reports (laporan penyelidikan).7 Perbedaan terhadap kategori tersebut didasarkan pada jenis peristiwa dan cara-cara penggalian data. Hard News (berita berat) adalah berita tentang peristiwa yang dianggap penting bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok maupun organisasi. Berita tersebut misalnya tentang mulai diberlakukannya suatu kebijakan baru pemerintah. Hal ini tentu saja akan menyangkut hajat orang banyak sehingga orang ingin mengetahuinya. Karena itu, hard news harus segera langsung disampaikan kepada publik. Sementara itu, soft news (berita ringan) seringkali juga disebut dengan feature, berita yang tidak terikat dengan aktualitas namun memiliki daya tarik bagi pemirsanya.8 Berbeda dengan hard news, softnews bisa dipublikasikan kapan saja dan tidak terikat waktu. Selain memberikan 6
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), cet ke-2, h. 64-65. 7 Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), cet ke-2, h. 40. 8 Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional, cet ke-2, h. 40.
18
informasi, soft news juga bertujuan untuk menghibur penonton. Feature juga dapat menimbulkan kekhawatiran bahkan ketakutan atau juga menimbulkan simpati. Objeknya bisa manusia, hewan, benda, tempat atau apa saja yang dapat menarik perhatian pemirsa. Misalnya tentang lahirnya hewan langka di kebun binatang, anjing menggit majikannya atau masyarakat kecil mendapatkan lotere milyaran rupiah. Sedangkan, investigative reports atau disebut juga laporan penyelidikan (investigasi) adalah jenis berita yang ekslusif. Datanya tidak bisa diperoleh di permukaan, tetapi harus dilakukan berdasarkan penyelidikan. Data dan fakta yang disajikan ke pemirsa, harus akurat, lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, penyajian berita seperti ini membutuhkan waktu yang lama karena membutuhkan kejelian dan keuletan dalam mengumpulkan data. 9 Mengutip Steve Weinberg, Budayatna berpendapat bahwa apa yang disebut Reportase Investigatif adalah: “Reportase, melalui inisiatif sendiri dan hasil kerja pribadi, yang penting bagi pembaca, pemirsa dan pemerhati. Dalam banyak hal, subjek yang diberitakan menginginkan bahwa perkara yang berada dalam penyelidikan tetapi tidak tersingkap”. 10 Tujuan kegiatan Jurnalisme Investigatif adalah bukan suatu pekerjaan membuka aib orang atau memburuk-burukan oknum atau institusi yang terlibat dalam sebuah kasus namun memberi tahu kepada masyarakat adanya pihak-pihak yang telah berbohong menutup-nutupi kebenaran. Liputan investigasi memberitahukan jalannya peristiwa secara mendalam sampai
9
Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), cet ke-2, h. 40 10 Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) cet ke-2, h. 258.
19
penyelesaian kasus tersebut tanpa ada kepentingan tertentu. Masyarakat diharapkan menjadi
waspada terhadap pelanggaran-pelanggaran
yang
dilakukan berbagai pihak, setelah mendapatkan bukti-bukti yang dilaporkan. 11 Pekerjaan Jurnalisme Investigatif tertuju untuk mengungkapkan dan mendapatkan sebuah berita yang penting dan menjaga masyarakat untuk memiliki kecukupan informasi dan mengetahui adanya bahaya di tengah kehidupan mereka. Pekerjaan ini juga membutuhkan kejelian dan keuletan dalam mencari data maupun mengejar narasumber. Karena itu, data dan fakta yang disajikan kepada pemirsa ataupun pembaca harus akurat, lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan. 12 B. Prinsip-prinsip Jurnalistik Terkait dengan pemberitaan atas informasi yang disiarkan stasiun televisi, Pedoman Perilaku Penyiaran Standar Program Siaran (P3SPS) menyatakan bahwa media penyiaran dalam menanyangkan informasi harus senantiasa mengindahkan prinsip-prinsip jurnalistik, di antaranya:13 a. Akurasi; dalam program faktual lembaga penyiaran bertanggung jawab menyajikan informasi yang akurat dan sebelum menyiarkan sebuah fakta dan harus memeriksa ulang keakuratan dan kebenaran materi siaran. Dalam hal ini program berita harus mempertanggungjawabkan jika fakta yang disajikan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
11
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Analisis Interaktif Budaya Massa, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), cet ke-2, h.28. 12 Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004) cet ke-2, h.136. 13 Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), cet ke-2, h.249.
20
b. Adil; lembaga penyiaran harus menghindari penyajian informasi yang tidak lengkap dan tidak adil. Penggunaan potongan gambar dan potongan suara dalam sebuah acara yang sebenarnya berasal dari program lain harus ditempatkan dalam konteks yang tepat dan adil serta tidak serta merugikan pihak-pihak yang menjadi subjek pemberitaan dan bila sebuah program memuat potongan gambar dan atau potongan suara dari acara lain, stasiun televisi wajib menjelaskan waktu pengambilan potongan tersebut.14 c. Imparsialitas; pada saat menyajikan isu-isu kontroversial yang menyangkut kepentingan publik, lembaga penyiaran harus menyajikan berita, fakta dan opini secara objektif dan berimbang. Dalam hal ini pimpinan redaksi berita televisi harus memiliki idependensi untuk menyajikan berita dengan objektif tanpa memperoleh tekanan dari pihak pimpinan, pemodal atau pemilik stasiun penyiaran. Lembaga penyiaran juga tidak boleh menyajikan berita yang bersifat menghasut dan menyesatkan, tidak mencampuradukkan fakta dan opini pribadi, tidak menonjolkan unsur sadistis, tidak mempertentangkan suku, agama, ras dan antargolongan serta tidak membuat berita bohong, fitnah dan cabul. Dalam program acara yang mendiskusikan isu kontroversial atau isu yang melibatkan dua atau lebih pihak yang berbeda pendapat, maka moderator, pemandu acara dan atau pewawancara harus berusaha agar semua partisipan dan narasumber
14
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), cet ke-2, h.250.
21
dapat mengekspresikan pandangannya serta tidak boleh memiliki kepentingan pribadi atau keterkaitan dengan salah satu pihak. 15 C. Jurnalisme Profetik Jurnalisme profetik adalah suatu bentuk jurnalisme yang tidak hanya melaporkan
berita dan masalah secara lengkap, jelas, jujur serta aktual,
namun juga memberikan prediksi serta petunjuk ke arah perubahan, transformasi berdasarkan cita-cita etik dan profetik Islam. Jurnalisme profetik ialah menjadi jurnalis yang secara sadar dan bertanggung jawab memuat kandungan, nilai-nilai dan cita Islam. 16 Jurnalisme profetik merupakan upaya dakwah islamiyah yang memiliki visi ‘amar ma’ruf nahyi munkar, ciri khasnya ialah menyebarluaskan informasi tentang perintah dan larangan Allah SWT. Jurnalisme profetik memberikan pesan untuk berusaha keras memengaruhi komunikan (khalayak, massa) agar berperilaku sesuai dengan ajaran Islam. 17 Jurnalisme Islami tentu saja menghindari gambar-gambar ataupun ungkapan-ungkapan pornografi, menjauhkan promosi kemaksiatan atau halhal yang bertentangan dengan syariat Islam, seperti fitnah, memutarbalikkan fakta, berita bohong, mendukung kemunkaran dan sebagainya.
18
Jurnalisme
Islam harus mampu memengaruhi khalayak agar menjauhi kemaksiatan, perilaku destruktif dan menawarkan solusi Islam atas setiap masalah. Cek dan
15
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), cet ke-2, h.251. 16 Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 35. 17 Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 36. 18 Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 36.
22 ricek sebagai salah satu “pedoman” jurnalistik umum, namun tentu saja harus ditaati oleh jurnalisme Islami. 19 “Profetik merupakan kesadaran sosiologis para nabi dalam sejarah untuk mengangkat derajat kemanusiaan (memanusiakan manusia), membebaskan manusia dan membawa manusia beriman kepada Tuhan. Singkatnya, ilmu profetik adalah ilmu yang mencoba meniru tanggung jawab sosial para nabi”. 20 Tanggung jawab profetik Islam ialah mengupayakan agar ajaran Islam tetap ada dan selalu fungsional serta aktual dalam kehidupan. Sebagai jurnalis muslim tidak boleh tinggal diam jika melihat ada kemunkaran dalam dunia yang digelutinya, misalnya menyaksikan adanya pencitraan negatif tentang Islam atau ada rekayasa yang memojokkan Islam dan umat di media massa. 21 Sebagai juru dakwah yang menebarkan kebenaran, jurnalis muslim seperti “penyambung lidah” para nabi dan ulama. Jurnalis muslim berkewajiban menjadikan jurnalistik Islam sebagai “ideologi” dalam profesinya. Karena itu, ia dituntut memiliki sifat-sifat kenabian seperti Shidiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah.22 Parni Hadi berpendapat bahwa Jurnalisme Islami adalah jurnalisme yang meneladani empat kode etik Rasulullah SAW yang ternyata sesuai dengan fungsi media, yakni: shiddiq (menyampaikan, to inform), amanah (mendidik, to educate). Tabligh (menghibur, to entertain) dan fathanah (dengan penuh kearifan).
23
Shiddiq (benar); jurnalisme Islami
bekerja dengan akhlak kebenaran, mendasarkan diri pada asas kebenaran dan 19
Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 36. 20 Iswandi Syahputra, Komunikasi Profetik Konsep dan Pendekatan, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007), cet ke-1, h. 129-130. 21 Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 38. 22 Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam, cet ke-1, h. 38. 23 Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Dompet Dhuafa Insani Maksima Promosindo, 2014), cet ke-1, h. 113.
23
mengungkap serta memberitakan kebenaran. Akhlak shiddiq adalah intisari dari semua kebaikan. Nabi dan rasul bersifat benar, baik dalam tutur kata maupun perbuatan, yakni sesuai dengan ajaran Allah SWT. Sudah seharusnya seorang jurnalis mukmin akan senantiasa berkata benar, menulis dan meliput kebenaran, tidak berbohong tidak memungkiri janji dan lidahnya tidak suka mengumpat atau memfitnah orang lain walaupun terhadap orang fasik yang menghina dan menyerang pribadinya. Setiap karya jurnalistiknya, liputannya, nasihat dan petunjuk yang diberikannya, membuat seseorang tertarik untuk mendekatkan diri pada Islam karena tutur kata dan diksinya yang lemah lembut dan penuh hikmah. 24 Amanah; inilah kode etik mulia yang pasti harus dimiliki oleh Jurnalisme Islami dalam menghadapi perjuangan demi mencapai misi yang dicita-citakan. Amanah merupakan akhlak yang dimiliki Nabi Muhammad, dalam
Surah Asy-Syu‟araa‟ (26) terdapat lima ayat (107, 125,
143, 162 dan 178). yang menyebutkan bahwa “Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (al-amin), yang diutus kepada kalian.”25 Al-Amin, maksudnya, yang bekerja dengan penuh amanah.
Para nabi dan rasul
senantiasa bersifat amanah dalam menerima ajaran Allah SWT, serta memelihara keutuhannya dan menyampaikannya kepada umat manusia sesuai dengan kehendakNya. Mustahil mereka menyelewengkan atau berbuat curang atas ajaran Allah SWT. 26 Begitu pula mestinya Jurnalisme Islami bekerja dengan penuh amanah, sehingga menjadi lembaga kepercayaan dan dihormati publik. Seorang jurnalis
24
Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, cet ke-1, h. 113-114. QS. Asy-Syu‟araa (26) ayat 107, 125, 143, 162 dan 178. 26 Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Dompet Dhuafa Insani Maksima Promosindo, 2014), cet ke-1, h. 114-115. 25
24
mukmin yang amanah akan melaksanakan tugas dengan bersungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab. Dia tidak akan khianat, culas dan curang. Dia merasa harus bertanggung jawab di hadapan Allah SWT jika di dunia mengabaikan amanah yang diberikan kepadanya. Tabligh; inilah kode etik yang terkait erat dengan fungsi para nabi dan rasul untuk menyampaikan risalah dan amanah Allah kepada umat manusia. Nabi Muhammad menegaskan tugas yang diberikan Allah yang terdapat pada Surah Al-A‟raaf ayat 68 bahwa “Aku menyampaikan amanah-amanah Tuhanku kepada kalian dan aku hanyalah pemberi nasihat yang tepercaya bagi kalian.”27 Lalu Allah berfirman kembali dalam Surah An-Nahl ayat 82 bahwa “Jika mereka tetap berpaling (tidak juga mau masuk Islam) maka sesungguhnya kewajiban yang dibebankan kepadamu (hai Muhammad) hanyalah menyampaikan amanat Allah dengan terang.”28 Kewajiban tabligh, termasuk melalui media massa adalah tanggung jawab besar yang menjadi tonggak dan tiang utama tegaknya agama. Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang menyeru kepada petunjuk maka dia akan mendapat pahala seperti orang yang mengerjakannya, Allah tidak akan mengurangi sedikit pun pahala darinya. Dan barang siapa yang menyeru kepada kesesatan maka dia akan berdosa sebagaimana dosa orang yang melakukannya, Allah tidak aka mengurangi sedikit pun dosa itu darinya” (HR Muslim). Fathanah; inilah kode etik penting yang harus dimiliki Jurnalisme Islami, karena akhlak fathanah akan menyempurnakan tugas. Seorang wartawan akan selalu terlibat langsung dengan narasumber, mengajukan pertanyaan dalam wawancara serta melaporkan hasil liputannya 27 28
QS Al-A‟raaf (7) ayat 68. QS An-Nahl (16) ayat 82.
25
kepada khalayak di segala usia dan tingkat kemampuan mereka. Seorang yang memiliki fathanah cukup paham kondisi mereka dan mengambil pendekatan yang bijak dan penuh hikmah. 29 “Tak jarang para jurnalis muda yang penuh semangat menyampaikan Islam dengan cara yang keras dan kurang hikmah sehingga menyebabkan orang bukan Islam menganggap Islam itu ekstrim dan agama yang tidak toleran. Sebagian mereka suka menyerang pribadi-pribadi tertentu dalam liputannya yang disajikan ke publik. Padahal, Nabi Muhammad SAW dengan kecerdasannya tak pernah mebeberkan aib seseorang di muka umum. Beliau biasa berdakwah dengan cara lemah lembut, bijak dan penuh hikmah”. 30 Keempat akhlak Rasulullah itu bersifat universal. Karena itu Jurnalisme Islami juga bersifat universal, tidak tergantung agama apa yang dianut. Artinya termaktub dalam ajaran para nabi, ulama, pendeta, orangorang suci, filosof dan para guru kebajikan dari agama dan ideologi apapun.31 Istilah “Dakwah Bil Qalam” (DBQ) mungkin terasa asing di telinga banyak orang, tidak seperti istilah Dakwah Bil Lisan” dan “Dakwah Bil Hal”. Penggunaan nama “Qalam” merujuk kepada firman Allah SWT, maka DBQ sebagai konsep “dakwah melalui pena”, yakni dengan menulis di media massa. 32 Pada era informasi sekarang ini yang ditandai dengan maraknya media massa sebagai sarana komunikasi massa dan alat pembentuk opini publik, para mubalig, aktivis dakwah dan umat Islam pada umumnya harus mampu memanfaatkan media massa untuk DBQ, baik melalui rubrik kolom opini yang terdapat pada surat kabar, mingguan, majalah atau bulletin masjid. Tentu 29
Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Dompet Dhuafa Insani Maksima Promosindo, 2014), cet ke-1, h. 116. 30 Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, cet ke-1, h. 116-117. 31 Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, cet ke-1, h. 117. 32 Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 21.
26
saja, DBQ dapat berjalan seiring dengan pelaksanaan dakwah format lama: dakwah bil lisan (ceramah, tablig, khotbah) dan dakwah bil hal (pemberdayaan masyarakat secara nyata, keteladanan perilaku).33 Keunggulan DBQ dibandingkan format dakwah bentuk lain ialah sifat objeknya yang masif dan cakupannya yang luas. Pesan DBQ dapat diterima oleh jutaan orang pembaca dalam waktu yang bersamaan. DBQ juga merupakan senjata dalam melawan serbuan pemikiran pihak-pihak yang hendak merusak akidah, pemikiran dan perilaku Islami umat Islam melalui media massa. Media massa memang alat efektif untuk membentuk opini publik atau umum bahkan memengaruhi orang secara kuat. 34 D. Analisis Wacana 1. Pengertian Analisis Wacana Kata “wacana” banyak digunakan oleh berbagai ilmu pengetahuan mulai dari ilmu bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan sebagainya. Namun demikian, secara spesifik definisi dan batasan istilah wacana sangat beragam. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan lingkup dan disiplin ilmu yang memakai istilah wacana tersebut. 35 “Wacana sendiri ditemukan berbagai definisi. Wacana dipakai sebagai terjemahan dari perkataan bahasa Inggris discourse. Kata discourse berasal dari bahasa Latin discursus yang berarti lari kian-ke mari (yang diturunkan dari dis-„dari, dalam arah yang berbeda‟, dan currere „lari‟), yaitu komunikasi pikiran dengan kata-kata; ekspresi ide-ide atau gagasan-gagasan; konversasi atau percakapan, komunikasi secara umum, terutama sebagai suatu subjek
33
Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 22. 34 Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 21-23. 35 Aris Badara, Analisis Wacana (Teori, Metode dan Penerapannya pada Wacana Media), (Jakarta: Kencana), cet ke-1 h. 16.
27
studi atau pokok telaah, risalat tulis; disertasi formal; kuliah; ceramah; khotbah”.36 Alex Sobur berpendapat, Ismail Murahimin mengartikan wacana sebagai “kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut urut-urutan yang teratur dan semestinya” dan “komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur”.37 Dalam pengertian yang lebih sederhana, wacana berarti cara objek atau ide diperbincangkan secara terbuka kepada publik sehingga menimbulkan pemahaman tertentu yang tersebar luas. Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa wacana adalah sebuah cara mengomunikasikan pikiran dalam bentuk lisan maupun tulisan yang teratur dan sistematis dalam kesatuan bahasa yang besar dengan tema-tema dan topik-topik yang disajikan kepada khalayak. Seperti dikutip Eriyanto, Hikam membagi tiga pandangan mengenai analisis wacana. Masing-masing yaitu pandangan positivisme-empiris, pandangan konstruktivis dan pandangan kritis. Pandangan positivismeempiris, menurut mereka, analisis wacana menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa dan pengertian bersama. Wacana diukur dengan pertimbangan kebenaran atau ketidakbenaran menurut sintaksis dan sematik (titik perhatian didasarkan pada benar tidaknya bahasa secara gramatikal). Sementara itu konstruktivisme adalah pandangan yang menempatkan analisis wacana sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna 36
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-5, h.1-2. 37 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing, cet ke-5, h.10.
28
tertentu. Wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subjek yang mengemukakan suatu pernyataan. Pengungkapan dilakukan dengan menempatkan diri pada posisi sang pembicara dengan penafsiran mengikuti struktur makna dari sang pembicara. 38 “Pandangan kritis menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Bahasa tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak di luar diri si pembicara. Bahasa dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tematema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya. Karena itu analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa, batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan”.39 Dalam menganalisis teks media, terdapat beberapa analisis yang dapat digunakan. Di antaranya adalah analisis isi, analisis semiotika, analisis framing dan analisis wacana. Melalui discourse analysis (analisis wacana), semiotic analysis (analisis semiotik) atau framing analysis (analisis framing/bingkai), kita dapat memahami bahwa sebenarnya isi media dipengaruhi oleh berbagai komponen yang terdapat dalam institusi media itu sendiri. 40 2. Model Analisis Wacana Teun A. Van Dijk Fokus penelitian ini adalah wacana model Teun A. Van Dijk. Dari sekian banyak model analisis wacana, model Van Dijk adalah model yang
38
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 4-6. 39 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 6. 40 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-5, h.3.
29
paling banyak dipakai karena Van Dijk mengelaborasi elemen-elemen wacana sehingga bisa diaplikasikan secara praktis.41 Model yang dipakai Van Dijk ini kerap disebut sebagai “kognisi sosial”, nama pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik pendekatan yang diperkenalkan oleh Van Dijk. Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan atas analisis teks saja, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati, tetapi juga melihat bagaimana struktur sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi atau pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu. 42 Dalam pandangan Van Dijk, segala teks bisa dianalisis dengan menggunakan elemen tersebut. Meski terdiri atas berbagai elemen, semua elemen itu merupakan satu kesatuan, saling berhubungan dan saling mendukung satu sama lainnya.43 Struktur atau elemen wacana yang dikemukakan Van Dijk dapat digambarkan seperti berikut:44 Tabel 1 ELEMEN WACANA VAN DIJK Struktur Wacana Struktur Makro
41
Hal yang Diamati TEMATIK (Apa yang dikatakan?)
Elemen Topik
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 221. 42 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-5, h.73. 43 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 226. 44 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-5, h.74.
30
Superstruktur
SKEMATIK (Bagaimana pendapat disusun dan dirangkai)
Skema
Struktur Mikro
SEMANTIK (Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita)
Latar, detail, maksud, praanggapan, nominalisasi.
Struktur Mikro
SINTAKSIS (Bagaimana pendapat disampaikan?)
Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti.
Struktur Mikro
STILISTIK (Pilihan kata apa yang dipakai?)
Leksikon
Struktur Mikro
RETORIS (Bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan?)
Grafis, Metafora, Ekspresi.
Tabel 2 Model dari analisis Van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut: 45
Teks Kognisi Sosial Konteks 45
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 225.
31
Dari gambar model analisis wacana Van Dijk di atas dapat diuraikan penjelasannya sebagai berikut: a. Teks Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur atau tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Teks menganalisis bagaimana strategi wacana yang dipakai untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu. Bagaimana strategi tekstual yang dipakai untuk menyingkirkan atau memarjinalkan kelompok, gagasan atau peristiwa tertentu. Struktur teks dapat digambarkan sebagai berikut:46 Tabel 3 Struktur Teks Wacana Van Dijk Struktur Makro Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema yang diangkat oleh suatu teks. Superstruktur Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup dan kesimpulan. Struktur Mikro Makna lokal dari suatu teks yang diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.
46
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 227.
32
Berikut akan diuraikan satu per satu elemen wacana Van Dijk, di antaranya yaitu: pertama, tematik; elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Topik berita baru bisa disimpulkan setelah tuntas membaca, mendengar atau menonton berita tersebut.47 Gagasan penting Van Dijk, wacana umumnya dibentuk dalam tata aturan umum. Teks tidak hanya didefinisikan tetapi mencerminkan suatu pandangan atau topik tertentu, tetapi suatu pandangan umum yang koheren. Van Dijk menyebut hal ini sebagai koherensi global (global coherence), yakni bagian-bagian dalam teks menunjuk pada satu titik gagasan umum dan bagian-bagian tersebut saling mendukung satu sama lain untuk menggambarkan opini tersebut. 48 Kedua, skematik; menurut Van Dijk, arti penting dari skematik adalah strategi wartawan untuk mendukung teori tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu. Skematik memberikan tekanan bagaimana yang didahulukan dan bagaimana yang bisa dikemudiankan sebagai strategi menyembunyikan informasi penting. Teks atau wacana pada umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan hingga membentuk kesatuan arti. 49
47
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 229. 48 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 229. 49 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 231-234.
33
Ketiga, semantik; semantik atau makna yang ingin ditekankan dalam teks dapat dilihat dari beberapa hal seperti latar, detil, maksud dan praanggapan. Latar, detil dan maksud berhubungan dengan informasi mana yang ditekankan dan mendapatkan porsi lebih banyak. Sementara itu, elemen praanggapan merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks.50 Keempat, sintaksis; secara etimologis, kata sintaksis berasal dari kata Yunani (sun = „dengan‟ + tattein = „menempatkan‟). Jadi sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase.
51
Sintaksis
berhubungan dengan bagaimana kalimat yang dipilih. Sintaksis dapat dilihat dari koherensi, pengingkaran, bentuk kalimat dan kata ganti.52 Kelima, stilistik; pusat perhatian stilistik adalah style, yakni cara yang digunakan seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Dengan demikian, style dapat diterjemahkan sebagai gaya bahasa.
53
Stilistik
berhubungan dengan bagaimana pilihan kata yang digunakan dalam teks berita. Elemen stilistik dikenal dengan leksikon. Pada dasarnya leksikon
50
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 235 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-5, h.82. 52 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 242. 53 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-5, h.82. 51
34
menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata dari sekian banyak pilihan yang ada. 54 Keenam, retoris; retoris berhubungan dengan bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan. Retoris dapat dilihat dari penggunaan grafis, metafora serta ekspresi. Grafis melihat penggunaan grafik, gambar atau table untuk mendukung arti penting suatu pesan. Elemen grafik memberikan efek kognitif, dalam arti ia mengontrol perhatian dan ketertarikan secara intensif dan menunjukkan apakah suatu informasi itu dianggap penting dan menarik sehingga harus dipusatkan atau difokuskan.55 b. Kognisi Sosial Kognisi sosial melihat bagaimana suatu teks diproduksi. Kognisi sosial berkaitan dengan kesadaran mental wartawan yang membentuk teks tersebut. Dalam pandangan Van Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya pada struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan sejumlah makna, pendapat dan ideologi. Untuk membongkar bagaimana makna tersembunyi dari teks, membutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial. Wartawan tidak dianggap sebagai individu yang netral, tetapi individu yang mempunyai bermacam nilai, pengalaman dan pengaruh ideologi yang didapatkan dari kehidupannya.56
54
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 255. 55 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 258. 56 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 259-260.
35
Van Dijk menyebutkan bahwa peristiwa dipahami dan dimengerti berdasarkan skema. Skema dikonseptualisasikan sebagai struktur mental di mana di dalamnya tercakup bagaimana kita memandang manusia, peranan sosial dan peristiwa. Ada beberapa macam skema atau model yang dapat digambarkan berikut ini:57 pertama, skema person; bagaimana seseorang menggambarkan dan memandang orang lain. Bagaimana seorang wartawan Islam, misalnya, memandang dan memahami orang Kristen yang kemungkinan besar akan berpengaruh terhadap berita yang akan ditulis. Kedua, skema diri; berhubungan dengan bagaimana diri sendiri dipandang, dipahami dan digambarkan oleh seseorang. Ketiga, skema peran; berhubungan dengan bagaimana seseorang memandang dan menggambarkan peranan dan posisi yang ditempati seseorang dalam masyarakat. Keempat, skema peristiwa; skema ini barangkali paling banyak dipakai. Setiap peristiwa selalu kita tafsirkan dan maknai dalam skema tertentu. Biasanya, skema inilah yang paling banyak dipakai oleh wartawan. 58 c. Konteks Sosial Konteks sosial ialah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal
57
58
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 259-262.
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 262.
36
diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat.
59
Titik penting dari
analisis ini adalah untuk menunjukkan bagaimana makna yang dihayati bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik diskursus dan legitimasi. Menurut Van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini, ada dua poin yang penting: kekuasaan dan akses. Pertama, praktik kekuasaan; Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai kepemilikan yang dimilki oleh suatu kelompok (atau anggotanya) yang mengontrol kelompok lain. Kekuasaan ini umumnya didasarkan pada kepemilikan atau sumber-sumber yang bernilai, seperti uang, status dan pengetahuan. Selain berupa kontrol yang bersifat langsung dan fisik, tetapi juga bertindak persuasif dengan jalan memengaruhi kondisi mental, seperti kepercayaan, sikap dan pengetahuan. Analisis wacana memberikan perhatian yang besar pada apa yang disebut dominasi. Dominasi direproduksi oleh pemberian akses yang khusus pada satu kelompok dibandingkan kelompok lain (diskriminasi). Ia juga memberi perhatian atas proses produksi lewat legitimasi melalui bentuk kontrol pikiran.60 Kedua, akses memengaruhi wacana; analisis wacana Van Dijk memberi perhatian yang besar pada akses, bagaimana akses di antara masing-masing kelompok dalam masyarakat. Kelompok elit mempunyai akses yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak berkuasa. Karena itu, mereka yang lebih berkuasa mempunyai kesempatan
59
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 271. Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 272. 60
37
lebih besar untuk akses pada media, dan kesempatan lebih besar untuk memengaruhi kesadaran khalayak.61 E. Undang-undang Penyiaran di Indonesia Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) merupakan lembaga yang mengatur penyiaran di Indonesia. Dalam rangka mengatur perilaku lembaga penyiaran di Indonesia dibutuhkan suatu pedoman yang wajib dipatuhi agar pemanfaatan frekuensi radio sebagai ranah publik yang merupakan sumber daya alam terbatas dapat senantiasa ditujukan untuk kemaslahatan masyarakat sebesar besarnya. Pedoman Perilaku Penyiaran Standar Program Siaran (P3SPS) pada dasarnya dirancang berdasarkan amanat yang diberikan UndangUndang Republik Indonesia No. 32/2002 tentang Penyiaran kepada Komisi Penyiaran Indonesia. Sebuah pedoman yang mengatur perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam dunia penyiaran Indonesia. 62 Pedoman Perilaku Penyiaran merupakan panduan tentang batasanbatasan mengenai apa yang diperbolehkan dan atau tidak diperbolehkan berlangsung dalam proses pembuatan program siaran, sedangkan Standar Program
Siaran merupakan panduan tentang batasan apa
yang
diperbolehkan dan atau yang tidak diperbolehkan ditayangkan dalam program siaran. Dengan demikian P3SPS merupakan penjabaran dari ketentuan kode etik dalam Undang-undang No. 32 tahun 2002 yang masih bersifat umum. Pedoman perilaku penyiaran bersumber kepada nilai-nilai
61 62
2012, h. 1.
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 272-273. Komisi Penyiaran Indonesia. Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran.
38
agama, moral dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta norma-norma lain yang berlaku dan diterima oleh masyarakat umum dan lembaga penyiaran. Pedoman perilaku penyiaran menentukan standar isi siaran yang sekurang-kurangnya berkaitan dengan rasa hormat terhadap pandangan keagamaan, rasa hormat terhadap hal pribadi, kesopanan dan kesusilaan, pembatasan adegan seks, kekerasan dan sadism, perlindungan terhadap anak-anak, remaja dan perempuan, penggolongan program dilakukan menurut usia khalayak, penyiaran program dalam bahasa asing, ketepatan dan kenetralan program berita dan lain-lain.63 Stasiun
televisi
harus
memerhatikan
keseimbangan
antara
kebutuhan yang dapat ditimbulkan khususnya dalam penyiaran program berita yang memuat adegan kekerasan, kecelakaan dan bencana. Program yang mengandung muatan secara dominan atau mengandung adegan kekerasan eksplisit dan vulgar, hanya dapat disiarkan pada jam tayang di mana anak-anak pada umumnya diperkirakan sudah tidak menonton televisi, yakni pukul 22.00-03.00 sesuai dengan waktu stasiun penyiaran yang menayangkan.64
63
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), cet ke-
64
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), cet ke-
1 h. 248. 1 h. 249.
39
BAB III GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Perkembangan Televisi di Indonesia Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 ketika bertepatan dengan pelaksanaan Olahraga Asia IV (Asian Games IV) di Jakarta. Saat itu masyarakat Indonesia disuguhi tontonan realita yang begitu memukau. Meskipun hanya siaran televisi hitam putih, namun siaran pertama di Indonesia itu menjadi momentum yang sangat bersejarah. Perkembangan dunia pertelevisian semakin maju sejak pemerintah mengeluarkan izin kehadiran televisi swasta pada tahun 1989. Diawali stasiun televisi swasta RCTI, kemudian diikuti SCTV, TPI, ANTV, Trans TV, TV 7, Global TV dan Lativi. 1 1. Transisi dari Era Orde baru ke Era Reformasi Ketika pertama kali
Televisi Republik Indonesia (TVRI)
mengudara, televisi pemerintah ini awalnya menampilkan liputan Asian Games IV. Ini artinya sejak awal TVRI sudah memerhatikan konsumsi berita untuk pemirsanya. Sebagai TV pemerintah akhirnya pola acara pemberitaan lebih pada acara yang sifatnya seremonial. Saat itu, berita semacam ini mengalir begitu saja, artinya masyarakat pasrah dan menerima apa saja yang disajikan oleh TVRI karena TVRI saat itu sangat monopolistis. 2
11
Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), cet ke-1, h.15. 2 Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, cet ke-1, h.27.
40 “Tidak ada siaran televisi selain TVRI saat itu, maka begitu kran deregulasi di bidang pertelevisian dibuka lebar-lebar dan muncul beberapa stasiun TV swasta barulah masyarakat mendapatkan beberapa alternatif tayangan, terutama acara berita. Terasa sekali setelah kurang lebih 32 tahun masyarakat Indonesia dijejali dengan informasi „pesanan‟ yang disiarkan lewat pemberitaan TVRI, tiba-tiba disuguhi beragam berita yang tidak melulu mengenai seremonial. Bertahannya pemerintahan orde baru yang berkuasa hampir 32 tahun itu adalah contoh dari peran politik monopoli penyiaran di Indonesia yang begitu kuat yakni keleluasaan untuk menyajikan berita-berita pembangunan yang hanya bersumber dari pejabat negara.”3 Oleh karenanya, hampir 32 tahun selalu di suguhi model-model propaganda melalui program acara pembangunan di TVRI yang tidak lain
hanya
memberitakan
keberhasilan
pemerintah
dalam
pembangunan nasional. Bukanlah hal yang mustahil bila kelanggengan pemerintahan orde baru tidak lepas dari peran politik pemberitaan TVRI. Peran ini lebih ditonjolkan pada orientasi pemberitaan yang berbau seremonial. Mulailah kebebasan mendapatkan informasi yang transparan berlaku di negara ini, sampai akhirnya penonton atau masyarakat bisa memilih acara berita dari 11 stasiun televisi swasta. 4 Di era orde baru memang peran media khususnya media penyiaran baik RRI maupun TVRI belumlah menunjukkan fungsi sosial dengan sempurna karena intervensi politik kekuasaan pada waktu itu. Sebenarnya pada waktu itu Departemen Penerangan (Deppen) telah mengedepankan fungsi media RRI dan TVRI yang sebenarnya dalam rangka meningkatkan peran sosial RRI dan TVRI dengan melegitimasi forum media seperti kelompencapir sebagai media belajar masyarakat, tetapi dalam pelaksanaannya belumlah optimal karena masuknya 3
Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), cet ke-1, h.27. 4 Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, cet ke-1, h.27.
41
kepentingan politik di dalamnya. Sehingga keberadaan kelompencapir sering memunculkan pomeo sebagai upaya penggalangan massa cara untuk kepentingan politik dan kekuasaan. 5 Bila di bandingkan dengan negara-negara di barat, bahwa peran media di negara tersebut sangat penting. Sebagai alat kontrol, sehingga televisi di barat terbiasa dengan menampilkan berita-berita miring tentang
beberapa
elemen
di
pemerintahan.
Hal
ini
sangat
bertolakbelakang dengan media di Indonesia yang belum menonjol dalam menampilkan berita-berita seperti di Negara Barat tersebut. “Dominasi TVRI mulai menunjukkkan tanda-tanda berakhir pada tahun 1988, setelah mengudaranya RCTI yang lahir sebagai TV swasta pertama di Indonesia. Stasiun televisi milik Bambang Trihatmojo Soeharto ini awalnya bersiaran melalui jaringan kabel untuk seputar Jakarta dengan sistem pay-television semacam TV berlangganan. Pada Agustus 1990, RCTI baru diizinkan mengudara secara bebas, setelah itu muncul TV swasta lainnya. Namun kelahiran TV swasta lainnya tidaklah semata-mata karena terbukanya iklim demokrasi, tetapi lebih karena adanya akses politik para pemiliknya. Sehingga kelahiran TV swasta tersebut tidaklah begitu berarti bagi masyarakat khususnya di dalam memberikan pelayanan informasi yang bebas dan terbuka. Kemunculan TV swasta lebih condong kepada tujuan bisnis di mana para pemiliknya selalu lebih mengedepankan isi programnya pada pendekatan ekonomi yang menguntungkan pasar. Karena itu, program-program TV swasta lebih banyak berorentasi kepada masyarakat di perkotaan yang menjual isi media dengan tematema yang memanipulasi selera pasar seperti war, sex and crime. Inilah menjadi konsekuensi jika media di kuasai oleh pemilik modal, sehingga isi programnya dikemas sedemikian rupa untuk memanjakan selera pasar.”6 Pada sektor industri, media menimbulkan kontradiksi yang menarik khususnya di pertengahan pemerintahan orde baru, pers 5
Agus Sudibyo, Ekonomi Politik Media Penyiaran, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2004), cet ke-1, h.13. 6 Agus Sudibyo, Ekonomi Politik Media Penyiaran, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2004), cet ke-1, h.98.
42
Indonesia berada di persimpangan antara fungsi pers sebagai instrumensi hegemoni negara dengan fungsi pers sebagai institusi kapitalis. Di satu sisi pemerintahan mulai mengadopsi prinsip-prinsip pers liberal namun di sisi lain mempertahankan kebijakan-kebijakan sektor media yang bertentangan dengan semangat liberitarianisme.7 Dampak kapitalisme kroni terhadap industri penyiaran televisi cukup jelas, yakni pola kepemilikan media yang memusat dan monopolistik, beserta dampak buruknya terhadap monopoli dan rekayasa informasi seperti yang telah kita rasakan bersama pada pemerintahan orde baru yang lalu.8 “Problem yang muncul pada media televisi pada saat akhir era orde baru lebih menunjukkan pada dinamika media yang telah menjadi instrument industri kapitalis yang berdamapak pada moda isi program media yang bersangkutan, yakni apa dan bagaimana acara-acara yang harus diproduksi dan di tayangkan lebih di tentukan berdasarkan korelasinya dengan pihak sponsor dan selera khalayak. Akibatnya di lain pihak, para pengelolah televisi dihadapkan pada permasalahan pada pengelolah televisi dihadapkan pada permasalahan SDM yang berkualitas dan teknologi pendukung, ketika harus memenuhi tuntutantuntutan produksi manakala televisi memasuki entitas komersial.” 9 Memasuki era paska keruntuhan rezim orde baru pada revolusi Mei 1998, media penyiaran belum beranjak mengalami perubahan yang signifikan. Walaupun dari sisi perkembangan kepemilikan media, bisnis penyiaran tidak lagi berpusat kepada keluarga Cendana. Namanama anak Soeharto memang tidak terlihat lagi dalam kacah kepemilikan stasiun televisi. Para pemain baru bermunculan, baik 7
Agus Sudibyo, Ekonomi Politik Media Penyiaran, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2004), cet ke-1, h.14. 8 Agus Sudibyo, Ekonomi Politik Media Penyiaran, cet ke-1, h.13-14. 9 Agus Sudibyo, Ekonomi Politik Media Penyiaran, cet ke-1, h.13.
43
dengan mengakusisi stasiun televisi lama maupun dengan mendirikan stasiun televisi baru. Namun ini tidak berarti otomatis keluarga Cendana dan para kroni tidak lagi memegang kontrol atas bisnis penyiaran karena situasi politik yang berubah paska orde baru sudah tentu mereka harus menggunakan strategi yang tepat untuk menghindari tekanan publik, pemerintah dan sentiment pasar yang negatif terhadap usaha-usaha bisnis yang mengandung keterlibatan keluarga Cendana. Salah satu strateginya dengan menggunakan peran pihak lain untuk mempertahankan kepemilikan asset-aset penting dalam industri penyiaran yang terjadi dalam konteks ini adalah kepemilikan saham secara tidak langsung terhadap sejumlah stasiun televisi. 10 Pada era reformasi ini, perkembangan televisi swasta masih stagnan dalam arti belum ada peningkatan kualitas program acara karena penekanan masih pada entitas komersial. Untuk itu stasiun televisi swasta membeli program impor seperti meteor garden yang di beli Trans TV seharga US $ 20.000 program import tersebut di nilai akan mempertahankan jumlah penonton sekaligus memelihara rating untuk memancing pemasang iklan. Stasiun televisi swasta belum berani memproduksi acara sendiri, mengingat keterbatasan SDM yang berkualitas. Biaya produksi, misalnya untuk sebuah sinetron bisa mencapai lebih dari 400 juta rupiah, karena harga artis melambung tinggi. Sedang honor artis bisa mencapai separuh dari biaya produksi. 10
Agus Sudibyo, Ekonomi Politik Media Penyiaran, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2004), cet ke-1, h.15.
44
Di lain pihak banyak industri televisi swasta memanfaatkan production house untuk membeli program guna menopang kebutuhan program stasiun televisi. Namun kalangan production house pada akhirnya tak dapat menghindari dari kecenderungan „mencangkok‟ format dan logika cerita asing ala opera sabun atau film India. Bila sampai titik kebutuhan tayangan televisi tetap belum terpenuhi, maraklah pemutaran ulang serial-serial yang sudah di siarkan atau daur ulang film layar lebar dalam bentuk sinetron.11 Di lain pihak, karena strategi pemasaran program media di era paska orde baru ini masih mengandalkan jenis pemasaran following marketing, maka homogenisasi program acara televisi swasta tidak terhindarkan dan menjadi fenomena yang memprihatinkan. Ketika satu stasiun sukses dengan program infotainmentnya maka stasiun lain pun ramai-ramai mengikutinya. Tayangan gossip-gosip artis saat ini yang membanjiri layar kaca pemirsa setiap harinya dengan format, genre dan sajian yang „sama dan sebangun‟, misalnya ketika RCTI sukses dengan program acara Cek & Ricek, maka diikuti pula oleh Indosiar dengan acara serupa KISS, kemudian SCTV dengan Potret Orang Terkenal (Portal), selanjutnya Trans TV dengan Kros Cek dan seterusnya. Demikan pula ketika stasiaun televisi swasta sukses dengan program dangdut, televisi swasta lain segera segera mencangkoknya ramai-ramai. Dengan banyaknya tayangan serupa menyebabkan persaingan antar media semakin ketat, keterbatasan dan 11
Agus Sudibyo, Ekonomi Politik Media Penyiaran, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2004), cet ke-1, h.298.
45
kemampuan rumah produksi masing-masing stasiun televisi untuk memenuhi persaingan itu, menyebabkan begitu banyak program yang secara kualitas sangat memprihatinkan.12 Dari sisi jurnalistik, pemberitaan media belum menunjukkan ada peningkatan kualitas penyajian khususnya yang menyangkut berita-berita kriminal. Umumnya berita-berita kriminal bersumber dari kepolisian, namun kadang-kadang dalam sajian informasinya telah menggiring pelaku seolah-olah telah menjadi terdakwa, sehingga program ini di tuding mengabaikan prinsip azas praduga tak bersalah. 2. Logika Kerja antara TVRI (TV Publik) dengan TV Swasta Dalam menjalankan perannya sebagai televisi yang mencerdaskan kehidupan bangsa serta fungsinya sebagai media yang memberikan informasi, mendidik dan menghibur, TVRI sebagai TV publik memiliki visi dan misi sebagai public service dengan menyiarkan program-program yang memberikan manfaat bagi publik dan tidak berorientasi untuk meraup keuntungan. Seluruh anggaran produksi yang dikeluarkan oleh TVRI pun dibiayai oleh negara. Oleh karenanya, TVRI dituntut untuk menayangkan program-program yang tidak merusak generasi bangsa dan adanya kepentingan tertentu. Berbeda halnya dengan TV swasta yang anggarannya dibiayai oleh pribadi, sekelompok orang maupun organisasi yang bertujuan untuk meraup untung sebanyak-banyaknya, TV swasta banyak 12
Agus Sudibyo, Ekonomi Politik Media Penyiaran, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2004), cet ke-1, h.298-299.
46
menampilkan program-program yang justru terkadang tidak sesuai dengan kepentingan publik. Fungsi media televisi ialah memberikan informasi, menghibur dan mendidik dengan tayangan yang baik dan layak ditonton oleh khalayak. Namun nyatanya saat ini banyak sekali dijumpai tayangan yang isinya justru tidak sesuai dengan fungsi media. Ditambah lagi dengan iklan-iklan yang hanya menguntungkan pemilik modal. Rating sebagai salah satu alasan untuk menarik iklan sebanyak-banyaknya tanpa mengindahkan kualitas program tersebut apakah layak menjadi tontonan yang baik atau tidak. Walaupun rating televisi bukan satu-satunya patokan yang dijadikan oleh pengelola stasiun televisi dalam mengambil keputusan, tetapi realitasnya tetap saja rating dan share menjadi sesuatu yang dianggap sangat penting oleh semua pihak yang berhubungan dengan siaran televisi. Hal tersebut menyebabkan rating dan share sebagai mata uang baru di dunia pertelevisian indonesia. Sangat tidak memungkinkan jika para pengelola stasiun TV mengacuhkan dan tidak peduli terhadap keberadaan rating televisi, sedangkan pengiklan mau memasarkan produknya hanya di program yang ratingnya tinggi. Dari sekian banyaknya tayangan yang tidak menjalankan fungsi media sebagaimana mestinya tersebut, misalnya saja program jurnalistik Reportase Investigasi yang ditayangkan oleh Trans TV. Reportase Investigasi merupakan jenis program news feature dengan
47
menampilkan hasil penelusuran investigasi yang mengungkap suatu kasus penyimpangan dari pelaku langsung. Pada tayangan tersebut masih banyak sekali dijumpai pelanggaran-pelanggaran yang tidak sesuai dengan kode etik penyiaran yang berpedoman pada P3SPS. Pada salah satu episode “Geliat PSK ABG” sebagai salah satu contohnya, justru tayangan tersebut banyak menampilkan hal yang sebenarnya tidak harus ditampilkan pada khalayak. Seperti banyak mempromosikan sensualitas yang sudah pasti bukan tayangan yang mendidik, menginformasikan yang baik dan juga bukan suatu hiburan yang baik. B. Profil PT Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV) 1. Profil dan Sejarah Trans TV PT Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV) adalah stasiun televisi swasta di bawah naungan Trans Corp dan dimiliki oleh CT Corp yang mengudara secara nasional di Indonesia. Trans TV memperoleh izin siaran pada Oktober 1998 setelah dinyatakan lulus dari uji kelayakan yang dilakukan tim antardepartemen pemerintah, kemudian mulai siaran resmi secara komersial pada 15 Desember 2001. Trans TV selalu menayangkan tampilan, gaya, serta program yang inovatif, berbeda dan kreatif sehingga menjadi trendsetter di industri pertelevisian.13 Berusaha di bawah naungan Trans Corp yang dimiliki oleh CT Corp, Trans TV mulai mengudara secara teknis selama beberapa jam per hari di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi pada 22 Oktober 2001. Kemudian pada 25 Oktober 13
www.transtv.co.id, diakses pada 12 Januari 2015 pukul 11.16 WIB
48
2001 Trans TV mulai menyiarkan program bertajuk Trans Tune-In serta siaran langsung upacara peresmian Bandung Supermall, sekaligus memperluas jangkauan siaran Trans TV hingga wilayah Bandung dan sekitarnya.14 Program Trans Tune-In dikemas dengan gaya radio, yaitu dua pembawa acara menyuguhkan rangkaian video klip musik serta membawakan kuis interaktif guna memikat calon penonton dan memperkenalkan Trans TV pada masyarakat. Selain itu, divisi news juga menyajikan program Jelajah yang berisikan paket-paket feature. Kemudian, pada akhir pekan para pecandu bola dapat menikmati siaran langsung kompetisi sepak bola Spanyol La Liga. Seiring waktu berlalu, menara-menara pemancar di Yogyakarta yang mencakup kota Solo, Semarang, Surabaya dan Medan secara berurutan mulai berfungsi sehingga makin memperluas jangkauan siaran Trans TV di wilayahwilayah utama Indonesia. Berkat perencanaan yang baik, Trans TV dapat memperoleh alokasi frekuensi UHF yang rendah dibandingkan stasiun-stasiun televisi lain. Kanal frekuensi yang rendah tersebut memudahkan pemirsa mencari gelombang siaran Trans TV. Pada 1 Desember 2001 Trans Tune-In berganti nama menjadi Transvaganza seiring dengan bertambahnya jam siaran Trans TV. Dalam tahapan ini Trans TV mulai menayangkan filmfilm asing serta program non drama berupa kuis berjudul Tebak Harga.
14
Data Human Resource Development (HRD) Trans TV tahun 2014
49
Kuis ini merupakan adaptasi program kuis The Price is Right yang kondang sejak tahun 1970an dan telah ditayangkan di 22 negara.15 Transvaganza ditayangkan dari 1-14 Desember 2001 dan berisikan sampel program-program Trans TV yang kemudian dapat diikuti pemirsa setiap minggu mulai 18 Desember 2001 hingga 28 Februari 2002. Penambahan jam tayang secara bertahap tersebut memuncak pada 1 Maret 2002 saat Trans TV mulai siaran penuh, yaitu 18 jam sehari pada hari Senin hingga Jumat dan 22 jam sehari pada hari Sabtu dan Minggu. Sehubungan dengan bertambahnya jam tayang, maka bertambah pula program acara Trans TV, di antaranya ialah Euro, Digoda, KD, Sinema Gemilang, Diva Dangdut, Dunia Lain. Sampai saat ini Trans TV tetap konsisten memproduksi secara inhouse maupun menayangkan programprogram dengan citra “Trendsetter, Lifestyle, dan HBOnya Indonesia” seperti Extravaganza, Ceriwis, Termehek-mehek atau pun Bioskop Trans TV yang menjadikan Trans TV memiliki ciri khas tersendiri serta membedakannya dari stasiun-stasiun televisi lainnya. Berdasarkan data wawancara dengan salah satu staf HRD, Anton Rikif mengatakan bahwa Trans TV dibangun dengan modal investasi sebesar Rp 600 milyar. Dana sebesar itu berasal dari CT Corp sejumlah Rp 300 milyar dan Rp 300 milyar sisanya berupa dana pinjaman komersial dari Bank Mandiri.16 Sejak awal, pembangunan Trans TV dirancang untuk bisa beroperasi menggunakan teknologi digital penuh, mulai dari tahap pra produksi hingga tahap paska produksi dan siaran on air. Tetapi karena sistem 15 16
Data Human Resource Development (HRD) Trans TV tahun 2014 Wawancara dengan staf HRD Trans TV, Anton Rikif, pada 7 Maret 2016.
50
penyiaran di Indonesia masih menggunakan sistem analog, maka output yang bersifat digital akan diubah menjadi analog. Walaupun demikian, pemirsa Trans TV akan menikmati tayangan audio visual yang lebih jernih dan tajam. Kelak jika sistem penyiaran di Indonesia sudah beralih ke sistem digital, Trans
TV hanya perlu memodifikasi pemancar-
pemancarnya saja. Selain output yang lebih baik, teknologi digital juga menjadikan proses kerja dapat berjalan lebih efisien dan efektif. Peran kaset (video tape) nyaris hilang, karena semua materi produksi mengalir dari satu server ke server komputer lainnya melalui jaringan kabel optik yang terpasang di seluruh gedung. Seluruh studio juga terintegrasi satu sama lain sehingga memungkinkan siaran yang simultan.17 2. Logo, Visi dan Misi Trans TV
Logo Trans TV
Transmedia, sebagai media terdepan di Indonesia yang selalu komitmen menghadirkan karya penuh inovasi dan menjadi trendsetter untuk Indonesia lebih baik. Logo dengan simbol “Diamond A” di tengah kata Trans TV merefleksikan kekuatan dan semangat baru yang memberikan inspirasi bagi semua orang di dalamnya untuk menghasilkan karya yang gemilang, diversifikasi konten atau keunikan tersendiri serta
17
Data Human Resource Development (HRD) Trans TV tahun 2014
51
kepemimpinan yang kuat. Masing-masing warna dalam logo ini memiliki makna dan filosofi. Warna kuning sebagai cerminan warna keemasan pasir pantai yang berbinar dan hasil alam nusantara sekaligus melambangkan optimis masyarakat Indonesia, sedangkan rangkaian warna hijau mengambarkan kekayaan alam Indonesia yang hijau dan subur, serta memiliki ketangguhan sejarah bangsa. Warna biru melambangkan luasnya cakrawala dan laut biru sekaligus menggambarkan kekuatan generasi muda bangsa Indonesia yang handal dan memiliki harapan tinggi. Dan yang terakhir adalah rangkaian warna ungu, menggambarkan keanggunan dan kecantikan budaya dan semi bangsa Indonesia yang selalu dipuja dan dihargai sepanjang masa. 18 Semua rangkaian warna yang mengandung makna cerita di dalamnya menyatu dengan serasi dan membentuk simbol yang utuh, kuat dan bercahaya di dalam berlian berbentuk huruf A ini. Sehingga bisa dipahami makna dari logo baru Transmedia ini menjadi tanda yang menyuarakan
sebuah
semangat
dan
perjuangan
untuk
mencapai
keunggulan yang tiada banding mulai dari sekarang hingga masa mendatang. Visi Trans TV ialah menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun Asia Tenggara, memberikan hasil usaha yang positif bagi stakeholders, menyampaikan program-program berkualitas, berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang dapat diterima oleh stakeholders serta mitra
18
kerja,
dan
memberikan
kontribusi
dalam
Data Human Resource Development (HRD) Trans TV tahun 2014
meningkatkan
52
kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat. Selain memiliki visi untuk menjadi televisi terbaik se Asia Tenggara, Trans TV memiliki misi sebagai wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan serta mesejahterakan bangsa, memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilainilai demokrasi.
3. Penghargaan yang Pernah Diraih Trans TV Sejak awal berdiri, telah banyak penghargaan yang didapatkan Trans TV dari berbagai media dan institusi. Berdasarkan data HRD pada 2014, Trans TV meraih 52 kali penghargaan baik Nasional maupun Internasional. Dari jumlah penghargaan di atas, 10 di antaranya sangat monumental, terdiri atas penghargaan World Class Quality Achievement pada 2013 dengan kategori stasiun televisi, Corporate Image (IMAC) Award pada 2014 kategori National Television „Excellence in Building and Managing Corporate Image‟, CNN Television Journalist Award pada 2013, Citra Pariwara Award pada 2013 sebagai TV Station of The Year, Panasonic Gobel Awards pada 2010, Panasonic Awards pada 2009, Citra Pariwara pada 2008, Asian Television Award pada 2004 kategori best reality program dan nominasi best music program, The Asia Pacific Broadcasting Union (ABU)/ CASBAA UNICEF Child Rights Award pada 2005 dan Sertifikat ISO 9001 pada 2000. 4. Struktur Direksi Trans TV: Dewan Komisaris Komisaris Utama
: Chairul Tanjung
Komisaris
: Chairul Tanjung
53
Komisaris
: Ishadi SK
Dewan Direksi Direktur Utama
: Atiek Nur Wahyuni
Direktur Sales & Marketing
: Atiek Nur Wahyuni
Direktur Finance & Human Capital
: Warnedy
Direktur Divisi Programming
:Achmad
Ferizqo
Irwan Kepala Divisi Sales & Marketing
: Arnie Yuliatiningsih
Kepala Divisi Technical & Facilities Services
: Andrian Syahputra
Kepala Divisi News
: Gatot Triyanto
Kepala Divisi Finance
: Hannibal K. Pertama
Kepala Divisi Promotion
: Tedja Andarwan
Kepala Divisi Corporate Services
: Latif Harnoko
Kepala Divisi Production
: Gina Mayangsari
Kepala Divisi Production
: Emil Syarif19
5. Program-program Trans TV Trans TV memiliki program-program yang terdiri atas delapan kategori, masing-masing special programs, movies and drama, comedy and variety, travel and lifestyle, news and light info, religious, reality and gameshow dan infotainment. Banyak program unggulan yang dimiliki Trans TV yang meraih rating cukup tinggi di antaranya Berita Islami Masa Kini, Islam itu Indah, Mozaik Islam, My Trip My Adventure, Ranking 1,
19
Data Human Resource Development (HRD) Trans TV tahun 2014
54
Katakan Putus, Reportase Investigasi dan lain-lain. Trans TV merupakan televisi yang mengusung media terbaik di Indonesia maupun Asia Tenggara
yang
berusaha
menyampaikan
program-program
yang
berkualitas. Trans TV tidak hanya menampilkan tayangan hiburan dan pendidikan tetapi juga menayangkan program-program religius. Sampai saat ini program-program religius tersebut selalu mendapat rating yang cukup tinggi sehingga menghasilkan ide-ide kreatif lain untuk membuat program serupa yang inovatif tanpa menghilangkan unsur agama. Misalnya saja program Berita Islami Masa Kini yang ditayangkan SeninJumat, program ini membahas mengenai berita perkembangan
Islam
terkini yang dikemas dengan bahasa yang santai sehingga mudah disampaikan kepada penonton yang awam sekalipun. Dengan gaya pembahasan yang mudah dipahami, program Berita Islami Masa Kini selalu meraih rating tinggi. Karena itu, tim membuat program serupa agar menambah wawasan penonton mengenai Islam. Program tersebut adalah Berita Islami Siang. Program lain yang tak kalah menarik minat penonton dan selalu ditunggu-tunggu ialah program Reportase Investigasi. Reportase Investigasi merupakan acara news jenis feature yang membahas suatu topik secara mendalam dan menguak berbagai kecurangan yang terjadi di sekitar lingkungan masyarakat. Program yang tayang pada Sabtu dan Minggu ini menguak kecurangan-kecurangan yang terdapat di masyarakat. Dengan menonton tayangan ini penonton lebih waspada dan
55
berhati-hati terhadap tindak pelaku kecurangan yang akan merugikan masyarakat. 20 C. Profil dan Sejarah Program Reportase Investigasi Pada awalnya program berita Reportase Investigasi belum menjadi program sendiri. Artinya masih bersamaan dengan program berita lainnya yang dulu dinamakan “Berita Trans” pada 2001. Pada 2006, format dan nama berita di Trans TV berubah menjadi Reportase. Reportase merupakan ciri khas program berita yang terdapat di Trans TV. Seiring berjalannya waktu, pada akhir 2005 Reportase Investigasi tayang satu minggu sekali dengan nama “Mini Magazine” semi investigasi dan masih dengan format penelusuran. Mendapat performa yang baik, pada 2006 Mini Magazine diganti dengan nama Reportase Investigasi, pencetusnya adalah Pimpinan Redaksi dan Redaktur Utama. Reportase Investigasi merupakan program terlama di News Trans TV, sebelumnya program News Jelajah pada 2005. Program Reportase Investigasi mulai disukai masyarakat dengan rating yang selalu meningkat, karena saat itu Reportase Investigasi memblowup kasus pedagang bakso yang memakai daging tikus.21 Awalnya, durasi tayangan program Reportase Investigasi hanya 7-10 menit dalam satu kali seminggu, peliputannya pun masih mengenai Illegal Logging dan penyelundupan Bahan Bakar Minyak (BBM). Pada 2007 barulah program Reportase Investigasi menjadi program sendiri
20 21
2016.
www.transtv.co.id, diakses pada 12 Januari 2015 pukul 12.00 WIB Wawancara dengan Produser Reportase Investigasi, Didik Wiratno, Jakarta, 11 Maret
56
yang terpisah dari program berita lainnya dan selanjutnya Reportase Investigasi tayang setiap dua kali dalam seminggu. Reportase Investigasi merupakan acara news jenis feature yang membahas suatu topik secara mendalam dan menguak berbagai kecurangan yang terjadi di sekitar lingkungan masyarakat. Tujuan ditayangkan program Reportase Investigasi ialah untuk memberitakan informasi dan fakta yang sebenarnya kepada masyarakat yang tidak tahu bahwa di sekitar kita masih banyak sekali tindakan kejahatan-kejahatan, seperti pedagang nakal yang melakukan kecurangan dengan dalil ingin meraup untung yang besar.22 Program Reportase Investigasi tayang sejak 31 Desember 2005 dan menyajikan tayangan dengan berbagai topik hasil penelusuran investigasi. Reportase Investigasi merupakan sebuah program yang mengungkap suatu kasus penyimpangan dari pelaku langsung. Topik yang dipilih selalu menjadi kepentingan masyarakat. Misalnya tentang bakso yang mengandung boraks, kosmetika yang mengandung zat berbahaya bagi kesehatan dan sebagainya.23 Kekuatan pada program Reportase Investigasi ini terdapat pada proses pengemasan di mana proses peliputan, ruang lingkup topik acara, penentuan sudut kamera, hingga proses editing untuk memperkuat konten dari program acara. Namun, saat ini program Reportase Investigasi mengembangkan format
2016.
22
Wawancara dengan Produser Reportase Investigasi, Didik Wiratno, Jakarta, 11 Maret
23
www.transtv.co.id, diakses pada 12 Januari 2015 pukul 11.16 WIB
57
kemasan paket, reporter lebih partisipatif dalam peliputan, misalnya inframe seolah-olah si reporter mengikuti penelusuran.24 D. Redaksi Reportase Investigasi Trans TV Ketua Dewan Redaksi
: Atiek Nur Wahyuni
Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Gatot Triyanto Eksekutif Produser
: Sudrajat
Senior Produser
: Theodorus Lintas Melawai Didik Wiratno
Junior Produser
: Siska Hasyim
Junior Produser
: Softan Herdygama
Asisten Produksi
: Gresnia Arela Febriani
Kordinator Presenter
: M. Walid
Presenter
: Iqbal Kurniadi
Editor
: Ali Masyar, Ade Sihombing
Reporter
: Disamarkan
Campers
: Disamarkan25
2016.
24
Wawancara dengan Produser Reportase Investigasi, Didik Wiratno, Jakarta, 11 Maret
25
Credit Title Reportase Investigasi
58
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Sinopsis Episode Geliat PSK ABG Geliat PSK ABG merupakan salah satu episode yang ditayangkan program Reportase Investigasi pada 8 Februari 2015. Kasus ini sengaja diangkat oleh tim Reportase Investigasi untuk menginformasikan kepada penonton mengenai fakta-fakta kasus prostitusi yang melibatkan remaja anak sekolah di sebuah kota Jawa Barat yang sedang hangat diperbincangkan. Pada episode ini, Reportase Investigasi memberitakan tentang prostitusi anak sekolah dan wawancara seorang narasumber yang merupakan PSK bawah umur. Episode ini terdiri atas tiga segmen. Segmen pertama menjelaskan penelusuran tim Reportase Investigasi dalam mencari PSK ABG di sekolah melalui orang-orang sekitar sekolah dan seorang guru yang mengetahui adanya praktik prostitusi serta wawancara dengan salah satu PSK yang terlibat praktik prostitusi. Segmen kedua menanyangkan chit chat dengan Mawar (nama disamarkan) yang merupakan PSK di bawah umur. Dalam segmen tersebut Mawar menceritakan alasannya untuk ikut terjerumus praktik prostitusi dan suka duka mengapa Mawar memilih untuk bekerja sebagai PSK. Mawar adalah seorang pelajar yang terjerumus praktik prostitusi yang cemburu dengan gaya hidup teman sebayanya yang memiliki barang-barang bagus dan mewah. Pada
segmen
kedua
dijelaskan
pula
bagaimana
Mawar
menjalankan „pekerjaannya‟ di samping ia harus sekolah. Bukan hanya
59
Mawar saja yang terjerumus praktik prostitusi, Cemplon (nama disamarkan) adalah korban yang akhirnya terjerumus pula dengan pekerjaan yang haram itu. Cemplon sebelumnya tidak mengetahui bahwa ia akan dijadikan seorang PSK dan akhirnya Cemplon terikat pada mucikari, jika ia ingin bebas maka ia harus menebus sejumlah uang kepada mucikari. Selanjutnya segmen ketiga adalah sekilas Reportase Utama. B. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk 1. Analisis Teks a. Tematik Tabel 4 Narasi dan Gambar Tayangan Geliat PSK ABG Narasi Percakapan dengan Guru B : Kadang crita…dia itu dibawa inilah, dibawa om itulah, saya pulangnya pagi…kadang dibawa pejabat juga..
B : Sekarang lagi tren emang, kerja sampingan yang kayak gitu…minimal jadi PL..
Gambar
60
Berdasarkan tabel di atas, dilihat dari tematik dalam episode Geliat PSK ABG terdapat empat tema, masing-masing: Pertama, Tema Pendidikan. Tema tersebut mengenai adanya kemunduran pendidikan di mana seorang guru sebagai penyokong di dalam kasus prostitusi yang melibatkan remaja anak sekolah tersebut. Padahal, fungsi seorang guru di sekolah ialah pengganti orangtua di rumah yang menjaga dan mendidik siswa-siswanya namun hal ini tidak berlaku untuk sekolah tersebut. Sang guru justru mengetahui adanya praktik prostitusi dan menganggapnya sebagai suatu hal yang lumrah. Ini terlihat pada teks: “Kadang crita…dia itu dibawa inilah, dibawa om itulah, saya pulangnya pagi…kadang dibawa pejabat juga.. Sekarang lagi tren emang, kerja sampingan yang kayak gitu…minimal jadi PL..” Percakapan dengan Ibu pedagang es: A : Kira-kira yang mana ya bu, yang bisa buat kenalan-kenalan gitu? B : Banyak sih gak bisa diituin ya… A : Biasanya kelas berapa sih bu? B : Kelas 3, kalo kelas 3 kan udah pengalaman A : Pengalaman gimana nih, bu? B : Pengalaman ya… kelas 1 juga mending, tapi kebanyakan masih pada diam.
61
A : Masih alim ya bu ya? B : Iya, kebanyakan kelas 2 dan kelas 3 VO : Sepertinya ibu penjual minuman tahu kalau kami ingin mencari kimcil B : Tunggu aja di sini, ntar tinggal pilih A : Gitu ya bu? B : Iya banyak A : Tapi cepet ya bu dapetinnya B :Oh cepet… kalo orang (nama sekolah) cepet…mudah
Kedua, Tema Agama. Tema tersebut menjelaskan bahwa merosotnya nilai-nilai agama dan moral terlihat dari percakapan dengan ibu pedagang es yang mengatakan bahwa di sekolah ini mudah untuk mendapatkan PSK ABG karena banyak remaja yang berpengalaman sebagai PSK. Selain itu dikatakan sebagai kemunduran nilai-nilai Islam karena ibu tersebut menggunakan jilbab dan mengatakan, “Tunggu aja di sini, ntar tinggal pilih.” Pernyataan ibu pedagang es tersebut pada gambar menggunakan jilbab bisa menjadi tanda bahwa umat Islam seolah mengarah pada perilaku menyimpang sebagai PSK merupakan hal yang lumrah. Kemudian disebutkan kata “alim” oleh reporter seolah mengarahkan pada agama Islam, walaupun memang sebenarnya setiap agama memiliki sebutan kata “alim” namun kata tersebut lebih populer digunakan di kalangan umat Islam. Tayangan tersebut memerlihatkan bahwa adanya hal yang melemahkan peran agama dalam kontrol sosial.
62
Peran agama sebetulnya untuk memberikan batasan yang baik dan buruk serta membentuk umatnya untuk peka terhadap masalah sosial seperti kemaksiatan, kemiskinan dan lain-lain. Kepekaan itu membentuk manusia untuk tidak bisa berdiam diri terhadap hal tersebut. Dalam tayangan ini peran agama Islamlah yang dilemahkan dalam kontrol sosial karena pada percakapan dengan seorang ibu pedagang es yang mengatakan bahwa mudahnya mendapatkan PSK dan membiarkan perilaku yang menyimpang tersebut seolah hal lumrah.
Percakapan dengan Cemplon B : Kerja kayak gini baru sekali, dulu gag pernah. Temen bilang kerja di kafe, trus ikut kan. Gak tau di sini dijual apa gimana…gak ngerti.
VO : Pernah sekali Cemplon mencoba kabur/ namun tertangkap oleh sang mucikari/ yang membawanya kembali ke lokalisasi ini. Untuk bisa keluar dari lokalisasi/ Cemplon harus menebus uang jutaan rupiah//
B : Ada yang mo ngeluarin sih dari sini A : Ada yang ngeluarin? B : Kan bilang ama mami, mami bilang gapapa mo keluar tapi 50 juta berani gak? A : Serius 50 juta?
63
Ketiga, Tema Hak Asasi Manusia (HAM). Tema tersebut menjelaskan adanya perampasan Hak Asasi Manusia (HAM) di mana Cemplon awalnya tidak tahu apa pekerjaan yang akan dijalaninya namun pada akhirnya ia harus terikat dengan mucikari dan tidak bisa keluar dari lokalisasi, jika ia ingin keluar maka Cemplon harus bersedia memberi uang 50 juta rupiah kepada mucikari. Setiap orang memiliki hak untuk bebas dan tidak terikat oleh apapun namun yang dirasakan Cemplon berbeda, ia harus bersedia melakukan apapun yang diperintahkan oleh mucikari di lokalisasi tersebut. Ini terlihat pada teks: “Kerja kayak gini baru sekali, dulu gag pernah. Temen bilang kerja di kafe, trus ikut kan. Gak tau di sini dijual apa gimana…gak ngerti. Kan bilang ama mami, mami bilang gapapa mo keluar tapi 50 juta berani gak?” Percakapan dengan Mawar B : Ya karena kondisi ekonomi kadang kurang, kan saya cewek kebutuhannya banyak. Kepengen beli ini itu uangnya kurang, ya udah nekat aja.
Keempat, Tema Ekonomi. Tema tersebut menjelaskan adanya kesenjangan ekonomi dan gaya hidup terlihat dari percakapan dengan Mawar ketika mengatakan alasannya untuk terjerumus ke dalam praktik prostitusi. Himpitan ekonomi seakan memaksa Mawar untuk menjalani
64
pekerjaan ini. Selain itu, Mawar cemburu dengan teman sebayanya yang memiliki barang-barang bagus dan mewah. Hal ini membuktikan bahwa kurangnya pengawasan dan perhatian orangtua serta buruknya lingkungan dan pergaulanlah yang akhirnya membuat Mawar terjerumus dengan praktik prostitusi.
b. Skematik Dalam analisis skematik, tayangan episode Geliat PSK ABG diawali dengan perumpamaan seorang remaja yang terjerumus ke dalam praktik prostitusi kemudian dilanjutkan dengan informasi adanya praktik prostitusi yang melibatkan remaja anak sekolah yang diperkuat dengan fakta-fakta dari guru, ibu pedagang es di sekitar sekolah tersebut dan penjaga toko yang mengetahui adanya praktik prostitusi di sekolah. Selanjutnya dimunculkan Mawar sebagai salah satu PSK ABG di sekolah tersebut untuk mengetahui praktik prostitusi ini, lalu ditampilkan pula Cemplon sebagai salah satu PSK ABG namun ia terikat lokalisasi dengan mucikari. Setelah membeberkan semua fakta, tim Reportase Investigasi menyampaikan pesan moral untuk orangtua di rumah lebih waspada dan berhati-hati dengan lingkungan sekitar dan mengawasi putraputrinya agar tidak terjerumus ke dalam praktik prostitusi. Alur skematik pada tayangan tersebut terlihat bahwa Reportase Investigasi menginformasikan kepada pemirsa bahwa buruknya sistem pendidikan saat ini diikuti guru juga sebagai penyokong di dalamnya serta nilai-
65
nilai agama dan moral yang sudah rusak. Selanjutnya tayangan ini memberitahukan kepada orangtua untuk lebih berhati-hati terhadap lingkungan anak-anaknya agar tidak terjerumus ke dalam praktik prostitusi. c. Semantik Tabel 5 Narasi dan Gambar Tayangan Geliat PSK ABG Narasi B : Tunggu aja di sini, ntar tinggal pilih
Voice Over (VO) : masa remaja/ adalah masa yang paling indah/ mungkin pepatah ini hanya tinggal pepatah/ bagi remaja remaja belia yang rela menjual tubuhnya demi lembaran rupiah/ di sebuah kota kami menemukan fakta menyedihkan/ remaja murid sekolah menengah di sini banyak yang kerja sambilan sebagai PSK// Kami menuju ke salah satu sekolah menengah/ yang terkenal dengan reputasi sebagai gudangnya PSK Belia// Rupanya/ keberadaan PSK belia yang terkenal dengan sebutan kimcil ini sudah menjadi rahasia umum//
Gambar
66
Percakapan dengan Mawar B : Ya karena kondisi ekonomi kadang kurang, kan saya cewek kebutuhannya banyak. Kepengen beli ini itu uangnya kurang, ya udah nekat aja.
VO : Namun selain butuh uang ternyata Mawar juga penasaran bagaimana rasanya menjadi PSK
B : Ya takut sebenarnya, tapi ya gimana…ya suka juga, penasaran gitu…
VO : Mawar juga tak khawatir/ orangtuanya mempertanyakan dari mana barang-barang bagus itu berasal/ Mawar sering berbohong dan mengatakan barang-barang itu adalah pemberian pacar/ orangtua Mawarpun tak bertanya lebih lanjut// Dalam seminggu/ Mawar bisa mendapatkan tiga hingga empat pelanggan/ jika belum kenal Mawar hanya ingin dihubungi melalui mucikari//
67
B : Ya kontak aja ke yang kayak mami-mami gitu, tinggal kontak aja…
A : Itu tamunya yang milih atau maminya? B : tamunya yang milih
VO : Walaupun usia Mawar masih belia/ Mawar tak pilihpilih pelanggan, tua dan muda/ semua dilayaninya//
B : Ya kadang ada dosen-dosen, orang kantor, jabatan gitu ada yang dari luar kota ada yang ngga
VO : Saat menerima tamu Mawar tak membatasi waktu, ia bahkan rela bolos sekolah demi tugasnya.
68
B : Kadang tamunya minta jam delapan, ya udah saya bolos sekolah
VO : Walaupun mengaku kerap takut dan khawatir/ namun perasaan itu hilang seketika/setelah menerima uang dari pelanggan/ uang itu tak semua ia pergunakan untuk berbelanja barang-barang yang diinginkannya/ tapi sebagian untuk membayar SPP sekolah//
B : Kadang kan ibu ngasih uang buat bayar SPP, ini buat jajan…nah itu buat SPP
VO : Keahlian Mawar bermain cinta/ didapat dari sang mucikari/ juga dari temantemannya yang sudah berpengalaman/ Mawarpun tahu bagaimana memuaskan pelanggannya/ namun sayangnya Mawar tak sadar bahaya yang mengintai dirinya/ saat melakukan seks bebas//
69
A : Kalo lagi kayak gitu kamu pake alat kontrasepsi gag? B : Ngga…kadang pake kadang ngga
Voice Over (VO) : masa remaja/ adalah masa yang paling indah/ mungkin pepatah ini hanya tinggal pepatah/ bagi remaja remaja belia yang rela menjual tubuhnya demi lembaran rupiah/ di sebuah kota kami menemukan fakta menyedihkan/ remaja murid sekolah menengah di sini banyak yang kerja sambilan sebagai PSK// Kami menuju ke salah satu sekolah menengah/ yang terkenal dengan reputasi sebagai gudangnya PSK Belia// Rupanya/ keberadaan PSK belia yang terkenal dengan sebutan kimcil ini sudah menjadi rahasia umum//
Pada analisis semantik dilihat dari latar, detil dan maksud. Dilihat dari latar pada tayangan Geliat PSK ABG, wartawan ingin menyampaikan bahwa tidak semua orang di dunia ini baik, ada oknum-oknum yang ingin hidup enak dengan cara yang mudah dan instan. Tayangan ini memerlihatkan bahwa adanya hal yang melemahkan peran agama dalam kontrol sosial. Peran agama ialah untuk memberikan batasan yang baik dan buruk serta membentuk umatnya untuk peka terhadap masalah sosial seperti kemaksiatan, kemiskinan dan lain-lain. Kepekaan itu membentuk manusia untuk
70
tidak bisa berdiam diri terhadap hal tersebut. Dalam tayangan ini peran agama Islamlah yang dilemahkan dalam kontrol sosial karena pada percakapan dengan seorang ibu pedagang es yang mengatakan bahwa ia mudah mendapatkan PSK dan membiarkan perilaku yang menyimpang tersebut seolah hal itu lumrah belaka. Sedangkan dari aspek detil, tayangan ini menampilkan percakapan dengan Mawar (nama disamarkan) sebagai salah satu PSK ABG yang terlibat dalam praktik prostitusi. Pada percakapan tersebut, dijelaskan secara detil alasan Mawar menjadi PSK, tarif yang ia pasang untuk pelanggan, siapa saja yang biasa membooking, suka duka menjalani pekerjaan sebagai PSK hingga memberi informasi kepada khalayak mengenai lokalisasi PSK bahwa masih ada teman-temannya yang terlibat praktik prostitusi. Dari semua percakapan atau chit-chat itu hanya Mawar sebagai salah satu PSK ABG inilah yang ditampilkan secara berlebihan dengan durasi kurang lebih enam menit. Karena itu, pada percakapan dengan Mawar tersebut, KPI memberikan teguran tertulis kepada program Reportase Investigasi pada episode Geliat PSK ABG yang ditayangkan pada 8 Februari 2015 karena dianggap telah melanggar aturan P3SPS. Pasal-pasal yang dilanggar di antaranya adalah batasan program muatan seksual dan bahasa yang digunakan terlalu vulgar karena pada aturan P3SPS program bincang-bincang seks seharusnya ditayangkan pukul 22.00-03.00 waktu setempat bukan pada jam prime time. Selain itu, episode ini juga telah melanggar prinsip-prinsip jurnalistik dan perlindungan terhadap anak-anak dan
71 remaja. Seperti pada percakapan “Ya kadang ada dosen-dosen, orang kantor, jabatan gitu ada yang dari luar kota ada, kadang tamunya minta jam delapan, ya udah saya bolos sekolah.” Pada percakapan di tersebut seolah anggapan perilaku seks merupakan hal yang lumrah bahkan ia rela mengesampingkan sekolah demi pekerjaannya. Sementara itu pada aspek maksud, episode ini membongkar kasus prostitusi yang melibatkan remaja anak sekolah di sebuah kota kecil di Jawa Barat terdapat praktik prostitusi yang melibatkan remaja anak sekolah tersebut. Demi sebuah gaya hidup mewah dan cemburu dengan teman sebayanya remaja-remaja di sekolah ini rela menjual tubuhnya. Kemudian dibuktikan dengan adanya guru sebagai penyokong di dalam kasus prostitusi tersebut seolah hal ini merupakan sesuatu yang lumrah dan bukan suatu masalah yang besar. d. Sintaksis Analisis sintaksis dilihat tiga elemen di antaranya bentuk kalimat, koherensi dan kata ganti. Bentuk kalimat yang terdapat pada teks Geliat PSK ABG lebih dominan menggunakan bentuk kalimat induktif pada setiap teksnya, tetapi ada beberapa paragraf
lain yang
menggunakan bentuk kalimat deduktif. Teks Geliat PSK ABG lebih dominan menempatkan subjek di depan dan menggunakan kalimat aktif dengan imbuhan me-. Sedangkan koherensi pada teks di episode ini terdapat beberapa konjungsi di antaranya namun, karena dan sebab. Dari konjungsi tersebut dijelaskan fakta-fakta mengenai alasan remaja yang terjerumus praktik prostitusi serta terdapat makna bahwa peran
72
orangtua dan himpitan ekonomi yang ditekankan. Karena hal itulah, remaja-remaja anak sekolah terpaksa menjadi PSK. Kata ganti yang paling banyak digunakan pada teks Geliat PSK ABG adalah kami dan mereka. Kata ganti “kami” digunakan untuk menunjukkan tim Reportase Investigasi sedangkan kata ganti “mereka” digunakan untuk PSK ABG. Seperti yang terdapat pada narasi: VO : Kami menuju ke salah satu sekolah menengah yang terkenal dengan reputasi sebagai gudangnya PSK Belia. VO : Mengejutkan ternyata sang guru ini sering menerima curhat para PSK belia tentang pengalaman mereka di luar sekolah bersama tamu-tamunya. Dalam kalimat tersebut, kata ganti “kami” dan “mereka” untuk menciptakan jarak yang memisahkan antara pihak “kami” dengan “mereka”. Kata ganti “kami” sebagai orang yang tidak bersalah sedangkan kata ganti “mereka” sebagai orang yang bersalah. e. Stilistik Analisis stilistik pada dasarnya menandakan bagaimana seseorang memilih kata dengan kemungkinan kata yang tersedia. Misalnya pemilihan kata Geliat, Pekerja Seks Komersial (PSK), PSK Belia, Mucikari, Trafficking dan Lokalisasi PSK. Ada beberapa pilihan kata yang setara dengan PSK yaitu jablay, pelacur, sundal, balon, lonte, wanita penghibur dan wanita tunasusila. Pada teks Geliat PSK ABG wartawan lebih memilih menggunakan kata “PSK” untuk penghalusan bahasa dan penggunaan kata “PSK Belia” juga merupakan penghalusan kata “Belia” yang artinya anak-anak yang usianya belum matang. Begitu juga dengan pilihan kata yang setara untuk mucikari
73
yaitu germo, gigolo dan mami. Mucikari adalah orang-orang yang menjadi „penadah‟ para PSK di lokalisasi protitusi. Kemudian kata “Geliat” menjadi judul pada episode kali ini, “Geliat” merupakan suatu pergerakan yang tak nampak namun membahayakan. Lalu penggunaan kata. “Trafficking” sengaja digunakan wartawan untuk menghaluskan sebuah kata, “trafficking” adalah perdagangan manusia umunya pada anak-anak dan wanita. Sedangkan penggunaan kata “Lokalisasi PSK” juga merupakan penghalusan dari kata komplek pelacuran.
f. Retoris Tabel 6 Narasi dan Gambar Tayangan Geliat PSK ABG Narasi Voice Over (VO) : masa remaja/ adalah masa yang paling indah/ mungkin pepatah ini hanya tinggal pepatah/ bagi remaja remaja belia yang rela menjual tubuhnya demi lembaran rupiah/ di sebuah kota kami menemukan fakta menyedihkan/ remaja murid sekolah menengah di sini banyak yang kerja sambilan sebagai PSK// Kami menuju ke salah satu sekolah menengah/ yang terkenal dengan reputasi sebagai gudangnya PSK Belia// Rupanya/ keberadaan PSK belia yang terkenal dengan sebutan kimcil ini sudah menjadi rahasia umum//
Gambar
74
Analisis retoris terdiri atas tiga elemen, masing-masing yaitu grafis, metafora dan ekspresi. Pada elemen grafis, terlihat penonjolan pada gambar-gambar yang ditampilkan saat penjelasan mengenai PSK ABG. Adanya penyamarataan semua yang ditampilkan dalam gambar seakan terlibat ke dalam praktik prostitusi. Hal ini dibuktikan dengan semua pelajar dibuat blur wajahnya, padahal belum tentu semua pelajar tersebut bersalah dan terlibat di dalamnya. Sementara itu, pada teks Geliat PSK ABG terdapat kalimat metafora karena tayangan ini merupakan jenis program news feature dengan menggunakan bahasa yang menarik dan mudah dipahami. Misalnya kalimat: “Bagaikan bunga yang sedang mekar harum semerbak membuat orang ingin memetiknya, seperti itulah kehidupan remaja jika diibaratkan karena di usianya yang belum matang inilah remaja terlihat menarik dengan kelincahan dan juga segala aksinya.”
Perumpamaan tersebut menggambarkan seorang remaja tak ubahnya bunga yang sedang mekar harum semerbak sehingga semua orang ingin memetiknya. Kemudian pada tayangan Geliat PSK ABG ditampilkan ekspresi seorang guru yang mengetahui adanya praktik prostitusi di sekolah. Guru tersebut mengatakan bahwa menjadi PSK merupakan pekerjaan sampingan yang sedang tren di kalangan remaja. Guru tersebut
tertawa saat memberikan informasi kepada tim
Reportase Investigasi seolah fenomena praktik prostitusi menjadi
75
sebuah pekerjaan yang biasa saja dan lumrah. Seperti yang terdapat pada narasi: “Iya…ini sekarang lagi tren gitu pak hahaha.” Pada scene ini juga tentu melanggar aturan P3SPS mengenai pembenaran seks di luar nikah. Apalagi guru tersebut benar-benar mengetahui fenomena ini dan tidak segera menghentikannya bahkan sang guru seringkali menerima curhatan siswa tentang pengalaman mereka di luar sekolah saat melayani tamu-tamunya. Tabel 7 Temuan Elemen Teks Wacana Van Dijk
Struktur
Elemen
Keterangan
Topik atau Tema
1. Tema Pendidikan. Kemunduran Pendidikan, seperti pada narasi: “Kadang crita…dia itu dibawa inilah, dibawa om itulah, saya pulangnya pagi…kadang dibawa pejabat juga.. Iya…ini sekarang lagi tren gitu pak hahaha.” 2. Tema Agama. Merosotnya nilai-nilai agama dan moral, seperti pada narasi: “Tunggu aja di sini, ntar tinggal pilih.” 3. Tema HAM. Perampasan HAM, seperti pada narasi: “Kan bilang ama mami, mami bilang gapapa mo keluar tapi 50 juta berani gak?” 4. Tema Ekonomi. Kesenjangan Ekonomi dan Gaya Hidup, seperti pada narasi: “Ya karena kondisi ekonomi kadang kurang, kan saya cewek kebutuhannya banyak. Kepengen beli ini itu uangnya kurang, ya udah nekat aja.” 1. Pendahuluan: “Bagaikan bunga yang sedang mekar harum semerbak membuat orang ingin memetiknya,
Elemen Struktur Makro (Tematik)
Superstruktur (Skematik)
Skema
76
Struktur Mikro (Semantik)
Latar
seperti itulah kehidupan remaja jika diibaratkan karena diusia nya yang belum matang inilah remaja terlihat menarik dengan kelincahan dan juga segala aksinya. Namun sayangnya sebagian dari remaja ini terjerembab dalam dunia hitam di usianya yang masih belia namun demi mendapatkan pundi pundi rupiah mereka rela menjajakan tubuhnya tanpa mengetahui resiko yang akan mereka dapat.” 2. Isi: “Ya karena kondisi ekonomi kadang kurang, kan saya cewek kebutuhannya banyak. Kepengen beli ini itu uangnya kurang, ya udah nekat aja.” “Sungguh memprihatinkan remaja-remaja ini nekat menjajakan tubuhnya karena cemburu melihat teman-temannya yang lainnya karena telah menjadi PSK mempunyai barang-barang mahal dan juga bagus.” 3. Penutup: “Keluarga adalah benteng pertama untuk mencegah pengaruh buruk dari luar. Kasih sayang, bimbingan dan komunikasi yang baik dalam keluarga sangat dibutuhkan agar anak remaja tidak terpengarub hal-hal negatif, tim Reportase Investigasi. Semoga informasi tadi dapat membuat anda para orangtua untuk lebih waspada dan mengawasi putra putri anda agar tidak terjerembab dalam lembah hitam.” Tayangan ini memerlihatkan bahwa adanya hal yang melemahkan peran agama dalam kontrol sosial. Peran agama ialah untuk memberikan batasan yang baik dan buruk serta membentuk umatnya untuk peka terhadap masalah sosial seperti kemaksiatan, kemiskinan dan lain-lain. Kepekaan itu membentuk manusia untuk tidak bisa berdiam diri terhadap hal tersebut. Dalam tayangan
77
ini peran agama Islamlah yang dilemahkan dalam kontrol sosial karena pada percakapan dengan seorang ibu pedagang es yang mengatakan bahwa ia mudah mendapatkan PSK dan membiarkan perilaku yang menyimpang tersebut seolah hal itu lumrah belaka. Detil
Maksud
Struktur Mikro (Sintaksis)
Bentuk Kalimat
Tayangan ini menampilkan percakapan dengan Mawar (nama disamarkan) sebagai salah satu PSK ABG yang terlibat dalam praktik prostitusi. Pada percakapan tersebut, dijelaskan secara detil alasan Mawar menjadi PSK, tarif yang ia pasang untuk pelanggan, siapa saja yang biasa membooking, suka duka menjalani pekerjaan sebagai PSK hingga memberi informasi kepada khalayak mengenai lokalisasi PSK bahwa masih ada teman-teman lainnya yang terlibat praktik prostitusi. Tayangan ini membongkar praktik prostitusi prostitusi yang melibatkan remaja anak sekolah di kota kecil Jawa Barat. Demi sebuah gaya hidup mewah dan cemburu dengan teman sebayanya remaja-remaja di sekolah ini rela menjual tubuhnya. Kemudian dibuktikan dengan adanya guru sebagai penyokong di dalam kasus prostitusi tersebut seolah hal ini merupakan sesuatu yang lumrah dan bukan suatu masalah yang besar. Kasus ini memperlihatkan bahwa buruknya sistem pendidikan saat ini. Pada teks Geliat PSK ABG lebih dominan menggunakan bentuk kalimat induktif pada setiap teksnya, tetapi ada beberapa paragraf lain yang menggunakan bentuk kalimat deduktif. Teks Geliat PSK ABG lebih dominan menempatkan subjek di depan dan menggunakan kalimat aktif dengan
78
Koherensi
imbuhan me-. Pada teks di episode ini terdapat beberapa konjungsi di antaranya namun, karena dan sebab.
Dari konjungsi
tersebut dijelaskan fakta-fakta mengenai alasan remaja yang terjerumus praktik prostitusi serta terdapat makna bahwa peran orangtua dan himpitan ekonomi yang ditekankan di sini karena hal itulah remaja-remaja anak sekolah terpaksa menjadi PSK. Kata Ganti
Kata ganti yang paling banyak digunakan pada teks Geliat PSK ABG adalah kami dan mereka. Kata ganti “kami” digunakan untuk menunjukkan tim Reportase Investigasi sedangkan kata ganti “mereka” digunakan untuk PSK ABG. Seperti yang terdapat pada narasi: VO : Kami menuju ke salah satu sekolah menengah yang terkenal dengan reputasi sebagai gudangnya PSK Belia. VO : Mengejutkan ternyata sang guru ini sering menerima curhat para PSK belia tentang pengalaman mereka di luar sekolah bersama tamu-tamunya.
Struktur Mikro (Stilistik)
Leksikon
Misalnya pemilihan kata Geliat, Pekerja Seks Komersial (PSK), PSK Belia, Mucikari, Trafficking dan Lokalisasi PSK. Ada beberapa pilihan kata yang setara dengan PSK yaitu jablay, pelacur, sundal, balon, lonte, wanita penghibur dan wanita tunasusila. Pada teks Geliat PSK ABG wartawan lebih memilih menggunakan kata “PSK” untuk penghalusan bahasa dan penggunaan kata “PSK Belia” juga merupakan penghalusan kata belia yang artinya anak-anak yang usianya belum matang. Begitu juga dengan pilihan kata
79
yang setara untuk mucikari yaitu germo, gigolo dan mami. Mucikari adalah orang-orang yang menjadi „penadah‟ para PSK di lokalisasi protitusi. Kemudian kata “Geliat” menjadi judul pada episode kali ini, “Geliat” merupakan suatu pergerakan yang tak nampak namun membahayakan. Lalu penggunaan kata “trafficking” sengaja digunakan wartawan untuk menghaluskan sebuah kata, “trafficking” adalah perdagangan manusia umunya pada anak-anak dan wanita. Sedangkan penggunaan kata “Lokalisasi PSK” juga merupakan penghalusan dari kata komplek pelacuran. Struktur Mikro (Retoris)
Grafis
Metafora
Ekspresi
Terlihat penonjolan pada gambargambar yang ditampilkan saat penjelasan mengenai PSK ABG. Adanya penyamarataan di dalamnya bahwa semua yang ditampilkan dalam gambar seakan terlibat ke dalam praktik prostitusi. Hal ini dibuktikan dengan semua pelajar dibuat blur wajahnya, padahal belum tentu semua pelajar tersebut bersalah dan terlibat di dalamnya. “Bagaikan bunga yang sedang mekar harum semerbak membuat orang ingin memetiknya, seperti itulah kehidupan remaja jika diibaratkan karena diusia nya yang belum matang inilah remaja terlihat menarik dengan kelincahan dan juga segala aksinya.” Perumpamaan tersebut menggambarkan seorang remaja tak ubahnya bunga yang sedang mekar harum semerbak sehingga semua orang ingin memetiknya. Guru tersebut mengatakan bahwa menjadi PSK merupakan pekerjaan sampingan yang sedang tren di kalangan remaja. Selain itu, guru tersebut tertawa saat memberikan informasi kepada tim
80
Reportase Investigasi seolah fenomena praktik prostitusi menjadi sebuah pekerjaan yang biasa saja dan lumrah. Seperti yang terdapat pada narasi: “Iya…ini sekarang lagi tren gitu pak hahaha.”
2. Analisis Kognisi Sosial Pada analisis kognisi sosial, penulis mewawancarai langsung Theodorus Lintas Melawai, produser program Reportase Investigasi dan salah satu wartawan senior di Trans TV, untuk meneliti kognisi wartawan memandang kontroversi Geliat PSK ABG pada 25 April 2015 di taman gedung Trans TV. Produser yang sudah menjadi jurnalis sejak 2001 ini mengangkat kasus ini ketika ia sangat prihatin terhadap remaja anak sekolah yang bekerja sambilan sebagai PSK, hanya demi sebuah handphone dan gaya hidup. Selain itu, hal yang paling mengkhawatirkan lagi praktik ini terjadi di sebuah kota kecil Jawa Barat dan bukan di pusat kota Jakarta. Theo selaku produser memosisikan dirinya sebagai seorang ayah yang mempunyai anak perempuan di rumah serta ia juga ingin menonjolkan fenomena praktik prostitusi yang melibatkan remaja anak sekolah ini. Kemudian saat peliputan, Theo membagi timnya menjadi tiga, ada yang menjadi reporter, campers dan tim yang menyamar sebagai pelanggan. Sebelum akhirnya mendapatkan praktik prostitusi yang terdapat di kota tersebut, tim mencari informasi melalui vixer selanjutnya tim survey dan mengendap ke kota tersebut.
81
Wartawan melihat masalah dalam praktik prostitusi ini sebagai masalah yang memprihatinkan. Demi ingin memiliki sebuah handphone dan kecemburuan terhadap teman-teman mereka remajaremaja di sekolah ini nekat menjajakan tubuh mereka. Keprihatinan Theo bermula dari fakta bahwa ia mempunyai anak remaja juga. Hal ini dipaparkannya dalam wawancara dengan penulis saat ditanya pendapat mengenai pandangannya terhadap kasus prostitusi yang melibatkan remaja anak sekolah. “Karena gua punya anak perempuan, ya ngerilah bahwa apa ya demi sebuah handphone baru dia mau gitu dan gak mahal di sebuah kota kecil, di Jawa Barat demi seperti hal itu aja sesuatu yang gampang, orang mau anak-anak itu mau.”1 Citra pelacur dengan sebutan PSK dianggap Theo sebagai sebutan penghalus. Menurut Theo, istilah PSK hanya penamaan. Semua orang berhak menamakan itu dan tidak menjadi masalah. Padahal, sebetulnya PSK merupakan Pekerja Seks Komersial yang artinya pelacur sebagai profesi dan dianggap setara dengan dokter, guru atau wartawan. Ungkapan itu disampaikan Theo saat ditanya mengenai sebutan pelacur pada saat ini. “Kalo itu sih memang itu kan hanya penamaan ya, semua orang berhak menamakan itu, buat gua sih gak masalah itu, mungkin untuk menghaluskan istilah pelacur aja.”2 Dalam pandangan Van Dijk, terdapat empat strategi yang dilakukan wartawan dalam memahami peristiwa yang sedang
1
Wawancara dengan Produser Reportase Investigasi, Theodorus Lintas Melawai, pada 25 April 2016 pukul 16.00 WIB. 2 Wawancara dengan Produser Reportase Investigasi, Theodorus Lintas Melawai, pada 25 April 2016 pukul 16.00 WIB.
82
diliputnya. Masing-masing pertama, seleksi adalah strategi kompleks yang menunjukkan bagaimana sumber, peristiwa diseleksi oleh wartawan. Kedua, reproduksi berhubungan dengan apakah informasi dicopy, digandakan atau dipakai oleh wartawan. Ketiga, penyimpulan berhubungan dengan bagaimana realitas yang kompleks dipahami dan ditampilkan dengan diringkas. Keempat, informasi lokal berhubungan dengan bagaimana peristiwa akan ditampilkan. Theo selaku produser Reportase Investigasi melihat hal ini sebagai fenomena yang membuat orang miris. Ia lebih menyerahkan penilaian pada penonton
untuk menilai kasus ini. Hal yang terpenting,
menurutnya, episode ini berusaha menyampaikan pesan moral kepada orangtua di rumah untuk lebih waspada dan berhati-hati lagi terhadap lingkungan anak-anaknya. Selain itu juga ini menjadi perhatian untuk keluarga Theo sendiri agar lebih memprotect keluarganya agar tidak terjerumus ke dalam praktik prostitusi. “Kalo gue sih sebenernya buat gue kalo gitu gituan yaudah ada lah dan gue gak bersikap menolak, prostitusi kan udah ada sejak jaman dulu, yaudah kalo sekarang gimana gue memprotect keluarga gue supaya gak begitu, kalo buat urusan orang lain yaudahlah, itu urusan keluarga masing-masing, kalo buat gua sendiri gua akan memprotect keluarga gue, sebenernya lebih ke pribadi dari pada luar dan yaudah sesuai pesan moral aja setelah nonton terserah penonton mau gimana, kalo gue kan gak suka mengarahkan orang untuk begini begini, balik lagi ke penonton.”3 Dari apa yang telah dikatakan Theo terlihat bahwa ia tidak menolak pandangannya terhadap kontroversi kasus prostitusi. Kasus ini menurutnya sudah ada sejak zaman dahulu. Hanya saja, Theo ingin 3
Wawancara dengan Produser Reportase Investigasi, Thodorus Lintas Melawai, pada 25 April 2016 pukul 16.00 WIB.
83
menyampaikan pesan moral kepada penonton dan orang tua di rumah untuk lebih berhati-hati dan waspada menjaga anak-anaknya dari bahaya lingkungan yang membawanya terjerumus ke dalam praktik prostitusi. Selebihnya, ia lebih menyerahkan kepada penonton bagaimana menanggapi dan memandang kasus prostitusi pada tayangan ini. Dalam pemilihan kata pada judul “Geliat PSK ABG” Theo memiliki alasan filosofis tersendiri seperti yang diungkapkannya: “Kenapa geliat karena memang itu kan sesuatu yang gak keliatan ya sesuatu yang gak kasat mata, jadi ada yang gak keliatan tapi ada pergerakan di bawah itu, sesuatu yang gak keliatan tapi membahayakan. Kalo judul mungkin agak nyeleneh, kadang dari gue kadang dari Executive Produser (EP), jadi kadang kita abis preview baru judul ini nih yang enak, kadang-kadang dari editor jadi susah gak ada teorinya. Jadi kita nonton preview, kalo gua kan preview tiga sampai empat kali tuh pasti keluar, jangankan gua editor pun bisa, yang penting judul itu dibilang boombastis enggak tapi harus dapet yang penting eye catching harus bisa memancing perhatian orang dan jangan panjang-panjang, maksimal tiga suku kata.”4 Jika kognisi wartawan dalam memahami kontroversi kasus prostitusi yang melibatkan remaja anak sekolah seperti yang telah dijelaskan di atas, dalam tabel empat skema atau model kognisi sosial Van Djik dapat diuraikan sebagai berikut:
4
Wawancara dengan Produser Reportase Investigasi, Theodorus Lintas Melawai, pada 25 April 2016 pukul 16.00 WIB.
84
Skema 1 Skema/Model Kognisi Sosial Van Djik Skema Person (Person Schemas) Theodorus Lintas Melawai adalah produser program Reportase Investigasi dan salah satu wartawan senior di Trans TV yang sudah menjadi jurnalis sejak 2001. Ia melakukan investigasi di sebuah sekolah di kota kecil di Jawa Barat yang sudah terkenal dengan sebutan sebagai gudangnya PSK ABG. Episode Geliat PSK ABG ditayangkan pada 8 Februari 2015 pukul 16.00. Theo lahir di Jakarta dan berdomisili di Jakarta hingga sekarang. Skema Diri (Self Schemas) Theodorus memproduksi tayangan ini dengan perencanaan yang cukup matang. Pada tayangan ini selain dibantu oleh tim Reportase Investigasi juga oleh vixer dan informan. Ia dan tim sengaja menyamar menjadi pelanggan agar bisa masuk dan mendapatkan informasi mengenai prostitusi yang melibatkan remaja anak sekolah. Atas dasar keprihatinan dan kekhawatirannya mengenai kasus ini, Theo sengaja memproduksi tayangan ini disertai dengan pesan moral diharapkan pada episode ini orangtua, penonton dan tentunya Theo sendiri yang memiliki keluarga lebih berhati-hati dan waspada akan bahaya praktik prostitusi ini. Skema Peran (Role Schemas) Theo memandang kasus ini sebagai hal yang memprihatinkan karena ia memiliki anak perempuan dan menurutnya hanya demi sebuah handphone dan cemburu terhadap teman-teman mereka remaja-remaja ini rela menjajakan tubuh mereka. Theo berpendapat bahwa kasus prostitusi memang sudah ada sejak lama, namun kita tetap waspada terhadap lingkungan yang kurang baik agar lebih berhati-hati lagi. Skema Peristiwa (Event Schemas) Theo mengatakan kasus prostitusi memang sudah ada sejak lama dan ia tidak menolak dengan hal tersebut, namun yang terpenting baginya adalah menjaga keluarganya dari bahaya kasus prostitusi dan memberikan pesan moral atas kasus prostitusi yang melibatkan remaja selebihnya ia menyerahkan kepada penonton bagaimana menanggapi kasus ini. Remaja sekolah di kota ini nekat menjadi PSK demi gaya hidup dan kecemburuan terhadap teman-temannya, fenomena ini sudah menjadi rahasia umum di kota ini, bahkan sang guru pun sudah mengetahuinya. Theo mengangkat kasus ini agar pemirsa dan orangtua di rumah waspada terhadap lingkungan anak-anaknya yang akan membawa ke dalam praktik prostitusi.
85
3. Analisis Konteks Sosial Dimensi ketiga dari analisis Van Dijk adalah analisis sosial. Wacana adalah bagian dari sesuatu yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Menurut Van Dijk dalam analisis mengenai masyarakat ini ada dua poin yang penting: kekuasaan dan akses. Pada tayangan Geliat PSK ABG tim dan wartawan lebih banyak berinteraksi dengan orang yang mengetahui praktik prostitusi ini seperti guru, ibu pedagang es, penjaga toko di sekitar sekolah dan salah satu PSK ABG. Tayangan tersebut, banyak menampilkan percakapan yang sangat vulgar dengan salah satu remaja yang terlibat praktik prostitusi. Sepertinya memang praktik prostitusi pada kalangan remaja semakin sulit dihentikan penyebarannya, godaan gaya hidup mewah, pergaulan yang semakin bebas serta minimnya upaya pencegahan dari orangtua dan lingkungan membuat para remaja saat ini nekat menjadi PSK. Seperti halnya kasus yang diangkat oleh program Reportase Investigasi pada 8 Februari 2015, program ini mengangkat kasus prostitusi yang terjadi di sebuah kota kecil di Jawa Barat yang melibatkan remaja anak sekolah. Setelah episode Geliat PSK ABG ditayangkan masyarakat memberikan respon dan tanggapan. Program yang selalu ditunggu setiap minggu oleh penonton setianya ini ternyata mendapatkan respon yang negatif dari masyarakat atas tayangan
86
tersebut, terbukti dilayangkannya surat teguran dari KPI perihal tayangan yang terlalu vulgar dan anggapan seks merupakan hal yang lumrah dan bukan menjadi suatu hal yang memalukan lagi. Pelacuran atau prostitusi merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat yang harus dihentikan penyebarannya karena saat ini kasus prostitusi pada kalangan remaja cenderung menjadi lifestyle serta dapat merusak nilai-nilai agama, moral dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Pelacuran memang sudah ada sejak zaman dahulu. Saat ini, jumlah remaja yang menjadi PSK semakin banyak dan sangat memprihatinkan. Di Indonesia data statistik menunjukkan bahwa kurang lebih 75% dari jumlah pelacur adalah wanita-wanita muda di bawah umur 30 tahun. Mereka umumnya memasuki dunia pelacuran pada usia 13-24 tahun dan yang paling banyak ialah usia 17-21 tahun. Prostitusi atau pelacuran anak di bawah umur merupakan tindakan mendapatkan atau menawarkan jasa seksual dari seorang anak yang belum mencapai 18 (delapan belas) tahun oleh seseorang atau kepada orang lainnya dengan imbalan uang atau imbalan lainnya. 5 Masyarakat memandang pelacuran atau prostitusi merupakan hal yang negatif, bagaimana pun alasannya. Tak jarang masyarakat seringkali mengecam pemerintah agar bertindak tegas atas kasus ini agar memberikan efek jera kepada para pelacur. Namun, kenyataannya prostitusi semakin merajalela dan sulit dihentikan bahkan sistem pranata sosial yang dianggap mampu menegakkan norma-norma justru 5
Kartini Kartono, Patologi Sosial Jilid I, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), cet ke-2 h. 225.
87
terlibat di dalamnya. Masyarakat pun menilai pelacuran merupakan penjualan diri dan kehormatan, tentu hal ini dianggap sebagai sampah masyarakat. Dikutip dari berita online Liputan6.com, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan bahwa kasus prostitusi online pada kalangan remaja saat ini bukan lagi didasari atas kepentingan ekonomi melainkan sudah menjadi gaya hidup.6 Praktik prostitusi di Indonesia kini tidak hanya menyasar perempuan dewasa yang berusia di atas 20 tahun sebagai „dagangan‟. Untuk menarik pelanggan, terkadang mucikari bisnis esek-esek ini menawarkan remaja putri sebagai pemuas birahi pria hidung belang. Meski upaya yang dilakukan polisi untuk menekan angka prostitusi ABG
gencar dilaksanakan dengan melakukan penggerebekan,
nyatanya bisnis ini tidak pernah surut. Adanya permintaan akan prostitusi ABG, ikut menyuburkan praktik ini. 7 Istilah pelacur saat ini disebut sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK), di media massa pun menyebut pelacur dengan sebutan PSK. Hal ini tentu memimbulkan makna lain, di mana PSK disetarakan dengan profesi atau pekerja lain seperti dokter, guru maupun wartawan. Penyetaraan yang dikonstruk media massa menyebabkan masyarakat memiliki pandangan lain terhadap pelacur yang sudah pasti melanggar aturan norma yang berlaku dan menimbulkan dampak
6
www.m.liputan6.com/news/read/2216343/mensos-prostitusi-online-cenderung-jadilifestyle-remaja, diakses pada 23 Mei 2016 pukul 12.46 WIB. 7 www.merdeka.com/peristiwa/ini-kasus-kasus-prostitusi-abg-paling-parah-di-indonesia, diakses pada 23 Mei 2016 pukul 12.53 WIB.
88
negatif. Di Indonesia pelacur sebagai pelaku yang sering disebut sebagai sundal atau sundel. Ini menunjukkan bahwa perilaku perempuan sundal itu sangatlah hina dan menjadi sampah masyarakat, mereka kerap digrebek, digusur dan diseret ke pengadilan oleh aparat penegak ketertiban karena melanggar aturan hukum. C. Jurnalisme Profetik Setelah meneliti pemberitaan investigasi pada episode Geliat PSK ABG dengan menggunakan analisis wacana Teun A. Van Dijk, kini peneliti menganalisis bagaimana implementasi jurnalistik investigasi yang ditayangkan oleh Reportase Investigasi Trans TV dalam paradigma jurnalisme profetik. Parni Hadi berpendapat bahwa jurnalisme jenis ini meneladani empat akhlak Nabi Muhammad SAW, yang
ternyata
sesuai
dengan
fungsi
media
yaitu:
shiddiq
(menyampaikan berdasarkan kebenaran), tabligh (disampaikan dengan cara mendidik), amanah (dapat dipercaya) dan amanah (melakukan kontrol sosial dan penuh kearifan). 1. Shiddiq, berita yang disampaikan oleh Reportase Investigasi pada episode Geliat PSK ABG sudah bisa dikatakan telah memenuhi unsur shiddiq karena tayangan ini menyampaikan berita berdasarkan data. Hal ini dibuktikan dengan analisis wacana Teun A. Van Dijk, baik dari analisis teks yang terdiri atas tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik dan retoris. Analisis kognisi sosial merupakan pengetahuan wartawan sedangkan analisis konteks sosial terfokus pada bagaimana kasus prostitusi berkembang di masyarakat. Tayangan pada episode
89
ini dilengkapi dengan fakta-fakta dan narasumber yang mengetahui adanya praktik prostitusi di sekolah. Seperti sebelum terjun ke lapangan tim melakukan survey dan riset terlebih dahulu serta dibantu dengan vixer dan informan. Menurut Parni Hadi, shiddiq (benar) adalah jurnalisme Islami bekerja dengan akhlak kebenaran, mendasarkan diri pada asas kebenaran dan mengungkap serta memberitakan kebenaran. Akhlak shiddiq adalah intisari dari semua kebaikan. Nabi dan Rasul bersifat benar, baik dalam tutur kata maupun perbuatan, yakni sesuai dengan ajaran Allah SWT. Sudah seharusnya seorang jurnalis mukmin akan senantiasa berkata benar, menulis dan meliput kebenaran, tidak berbohong tidak memungkiri janji dan lidahnya tidak suka mengumpat atau memfitnah orang lain walaupun terhadap orang fasik yang menghina dan menyerang pribadinya. Setiap karya jurnalistiknya, liputannya, nasihat dan petunjuk yang diberikannya, membuat seseorang tertarik untuk mendekatkan diri pada Islam karena tutur kata dan diksinya yang lemah lembut dan penuh hikmah. 8 2. Tabligh, berita yang disampaikan selain menghibur juga harus mendidik. Episode ini terlihat belum menyampaikan berita yang mendidik karena di dalamnya masih terdapat banyak unsur negatif yang seharusnya tidak boleh ditayangkan. Misalnya anggapan bahwa perilaku seks hal yang lumrah, remaja anak sekolah sudah bekerja sebagai PSK, anggapan pembenaran hubungan seks di luar nikah dan 8
Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Dompet Dhuafa Insani Maksima Promosindo, 2014), cet ke-1, h. 113-114.
90
guru sebagai penyokong di dalamnya. Banyaknya unsur tayangan yang tidak layak terlihat dari teguran tertulis yang diberikan oleh KPI untuk program Reportase Investigasi Trans TV. Parni Hadi berpendapat, tabligh ialah kode etik yang terkait erat dengan fungsi para nabi dan rasul untuk menyampaikan risalah dan amanah Allah kepada umat manusia. Nabi Muhammad menegaskan tugas yang diberikan Allah yang terdapat pada Surah Al-A‟raaf ayat 68 bahwa “Aku menyampaikan amanah-amanah Tuhanku kepada kalian dan aku hanyalah pemberi nasihat yang tepercaya bagi kalian.”9 Lalu Allah berfirman kembali dalam Surah An-Nahl ayat 82 bahwa “Jika mereka tetap berpaling (tidak juga mau masuk Islam) maka sesungguhnya
kewajiban
yang
dibebankan
kepadamu
(hai
Muhammad) hanyalah menyampaikan amanat Allah dengan terang.”10 Kewajiban
tabligh,
termasuk
melalui
media
massa
adalah
tanggungjawab besar yang menjadi tonggak dan tiang utama tegaknya agama. Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang menyeru kepada petunjuk maka dia akan mendapat pahala seperti orang yang mengerjakannya, Allah tidak akan mengurangi sedikit pun pahala darinya. Dan barang siapa yang menyeru kepada kesesatan maka dia akan berdosa sebagaimana dosa orang yang melakukannya, Allah tidak aka mengurangi sedikit pun dosa itu darinya” (HR Muslim).11
9
QS Al-A‟raaf (7) ayat 68. QS An-Nahl (16) ayat 82. 11 Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Dompet Dhuafa Insani Maksima Promosindo, 2014), cet ke-1, h. 116. 10
91
3. Amanah, berita yang disampaikan dapat dipercaya. Tayangan tersebut belum bisa dikatakan amanah karena tidak terdapat unsur edukasi, justru menampilkan tayangan yang mempromosikan sensualitas. Padahal, fungsi media adalah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial yang harus diterapkan oleh media massa dalam
menyampaikan
sebuah
tayangan
yang
baik
kepada
penontonnya. Menurut Parni Hadi amanah ialah kode etik mulia yang pasti harus dimiliki oleh Jurnalisme Islami dalam menghadapi perjuangan demi mencapai misi yang dicita-citakan. Amanah merupakan akhlak yang dimiliki Nabi Muhammad, dalam Surah Asy-Syu‟araa‟ (26) terdapat lima ayat (107, 125, 143, 162 dan 178). yang menyebutka bahwa “Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (al-amin), yang diutus kepada kalian.”12 Al-Amin, maksudnya, yang bekerja dengan penuh amanah. Para nabi dan rasul senantiasa bersifat amanah dalam menerima ajaran Allah SWT, serta memlihara keutuhannya dan menyampaikannya kepada umat manusia sesuai dengan kehendakNya. Mustahil mereka menyelewengkan atau berbuat curang atas ajaran Allah SWT. 13 4. Fathanah, berita yang disampaikan sebagai kontrol sosial dan penuh kearifan dalam menyampaikan berita. Namun episode Geliat PSK ABG tidak mengesankan televisi sebagai kontrol sosial dalam
12
QS. Asy-Syu‟araa (26) ayat 107, 125, 143, 162 dan 178. Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Dompet Dhuafa Insani Maksima Promosindo, 2014), cet ke-1, h. 114-115. 13
92
menyajikan tayangan berita. Padahal, sebuah tayangan selain menghibur juga harus mendidik dan mengajak masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan norma-norma sosial tetapi pada tayangan ini justru melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat di mana anggapan perilaku seks merupakan hal yang lumrah dan anggapan pembenaran hubungan seks di luar nikah. Parni Hadi berpendapat bahwa fathanah adalah kode etik penting yang harus dimiliki Jurnalisme Islami, karena akhlak fathanah akan menyempurnakan tugas. Seorang wartawan akan selalu terlibat langsung
dengan
narasumber,
mengajukan
pertanyaam
dalam
wawancara serta melaporkan hasil liputannya kepada khalayak di segala usia dan tingkat kemampuan mereka. Seorang yang memiliki fathanah cukup paham kondisi mereka dan mengambil pendekatan yang bijak dan penuh hikmah. 14
14
Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Dompet Dhuafa Insani Maksima Promosindo, 2014), cet ke-1, h. 116.
93
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sasaran akhir dari sebuah penelitian tentu saja untuk menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan masalah. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menganalisis tayangan Reportase Investigasi pada episode Geliat PSK ABG yang ditayangkan pada 8 Februari 2015 dengan menggunakan analisis wacana Teun A Van Dijk. Kesimpulan tersebut adalah: 1. Dilihat dari segi teks, wacana pemberitaan investigasi Geliat PSK ABG yang dikonstruksi oleh Reportase Investigasi Trans TV dengan penekanan makna dan pemilihan kata atau kalimat yang ditonjolkan, wacana tersebut sebetulnya menyindir pranata sosial di mana disebutkan seorang guru justru menjadi penyokong di dalam praktik prostitusi dan dosen-dosen sebagai pelanggan dari PSK ABG. Fungsi pranata sosial ialah sebagai pedoman anggota masyarakat dalam hal bertingkah laku dan bersikap dalam menghadapi masalah kemasyarakatan tetapi nyatanya fungsi tersebut tidak sesuai dengan wacana pada tayangan episode Geliat PSK ABG ini. 2. Dilihat dari segi teks, pada tema merosotnya nilai-nilai agama dan moral terlihat adanya hal yang melemahkan peran agama dalam kontrol sosial. Peran agama ialah untuk memberikan batasan yang baik dan buruk serta membentuk umatnya untuk peka terhadap masalah sosial seperti kemaksiatan, kemiskinan dan lain-lain. Kepekaan itu membentuk manusia untuk tidak bisa berdiam diri terhadap hal tersebut. Dalam tayangan ini
94
peran agama Islamlah yang dilemahkan dalam kontrol sosial karena pada percakapan dengan seorang ibu pedagang es yang mengatakan bahwa ia mudah mendapatkan PSK dan membiarkan perilaku yang menyimpang tersebut seolah hal itu lumrah belaka. 3. Pada kognisi sosial, wartawan dalam memahami kasus prostitusi yang melibatkan anak remaja ini sebagai masalah sosial yang harus ditangani dan diwaspadai. Ia berpendapat bahwa tidak berusaha menolak dengan adanya kasus prostitusi ini, hanya saja dengan diangkatnya kasus ini ia lebih memprotect keluarganya sendiri untuk terhindar dari praktik prostitusi yang melibatkan remaja ini. Wartawan berharap melalui tayangannya tersebut orangtua di rumah lebih berhati-hati dan waspada terhadap lingkungan anak-anaknya agar tidak terjerumus ke dalam praktik prostitusi. 4. Konteks sosial dalam prostitusi remaja anak sekolah ini ialah kasus yang harus segera dihentikan penyebarannya. Prostitusi tidak hanya merusak masa depan remaja anak sekolah tetapi juga dapat merusak nilai agama dan moral. Apalagi saat ini prostitusi yang melibatkan kalangan remaja bukan lagi didasari atas kepentingan ekonomi melainkan sudah menjadi gaya hidup. Kasus ini tentu harus segera ditangani agar tidak semakin banyak lagi remaja yang terjerumus ke dalam praktik prostitusi. Penggerebekan yang dilakukan polisi untuk menghancurkan prostitusi ini harus diiringi juga dengan tingkat kesadaran masyarakat akan bahaya seks bebas. Baik pemerintah, polisi, aparat keamanan maupun instansi pendidikan harus bertindak tegas atas kasus ini. Pentingnya pengawasan
95
orangtua terhadap lingkungan dan pergaulan remaja saat ini agar terhindar dari bahaya praktik prostitusi. 5. Dalam konteks sosial, episode Geliat PSK ABG yang ditayangkan pada 8 Februari 2015 oleh Reportase Investigasi Trans TV belum sepenuhnya mengimplementasikan jurnalisme profetik ke dalam beritanya. Hal ini dilihat dari beberapa analisis yang menjelaskan bahwa dari empat kode etik jurnalisme profetik -- shiddiq, tabligh, amanah dan fathanah -- tiga di antaranya yakni tabligh, amanah dan fathanah belum terimplementasi dalam progam Reportase Investigasi. Hanya faktor shiddiq yang telah terimplementasi dalam program tersebut. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan saran kepada pemerintah, aparat penegak hukum, kru program Reportase Investigasi Trans TV, KPI dan masyarakat, masing-masing: 1. Pemerintah, khususnya aparat penegak hukum, hendaknya lebih tegas dalam menangani masalah-masalah sosial, khususnya prostitusi remaja, Pemerintah harus segera menindak kasus ini agar di kemudian hari
remaja yang nantinya menjadi penerus bangsa terhindar dari
bahaya praktik prostitusi. Selain itu, kesadaran dan kepekaan masyarakat juga tak kalah penting untuk tidak membiarkan kasus prostitusi ini dan menindak tegas siapa pun yang terlibat di dalam praktik prostitusi. 2. Kru program Reportase Investigasi Trans TV diharapkan menyajikan berita yang layak ditonton oleh masyarakat. Saat ini masyarakat di
96
Indonesia sangat membutuhkan tayangan yang positif dan edukatif demi kebaikan bangsa dan negara. Kemudian untuk produser Reportase Investigasi agar lebih berhati-hati terhadap kasus yang akan diangkatnya agar tayangan tersebut menjadi tontonan yang layak untuk masyarakat. Serta dengan adanya teguran yang diberikan oleh KPI dapat menjadi bahan evaluasi program Reportase Investigasi Trans TV untuk menaati aturan penyiaran P3SPS dan prinsip-prinsip jurnalistik dalam menayangkan pemberitaan yang kontroversial di masyarakat. 3. KPI diharapkan lebih cermat dalam mengawasi pelanggaran program televisi yang tidak sesuai dengan aturan penyiaran P3SPS dan prinsipprinsip jurnalistik. 4. Masyarakat diharapkan jeli menyaksikan tayangan televisi dan melakukan self censorship atas tayangan yang merusak dan memberikan kontribusi kepada dekadensi moral.
97
DAFTAR PUSTAKA Al-Quranul Karim Badara, Aris. Analisis Wacana (Teori, Metode dan Penerapannya pada Wacana Media). Jakarta: Kencana.
Askurifai Baksin, Askurifai. Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2006.
Credit Title Reportase Investigasi Data Human Resource Development (HRD) Trans TV tahun 2014 Eriyanto. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: PT LKiS Printing Cemerlang. 2012. Hadi,
Parni.
Jurnalisme
Profetik
Pergulatan,
Teori
dan
Aplikasi.
Jakarta:Dompet Dhuafa Insani Maksima Promosindo. 2014.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset. 1989. Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu
Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika. 2012. Iskandar Muda, Deddy. Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2005. Kartono, Kartini. Patologi Sosial Jilid I, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2007. Komisi Penyiaran Indonesia. Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran. 2012. Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. Jurnalistik Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006.
98 Liputan6.com, “Prostitusi Online Cenderung Jadi Lifestyle Remaja”, diakses pada 23 Mei 2016 dari www.m.liputan6.com/news/read/2216343/mensosprostitusi-online-cenderung-jadi-lifestyle-remaja, pukul 12.46 WIB. Merdeka.com, “Ini Kasus-Kasus Prostitusi ABG Paling Parah”, diakses pada 23 Mei
2016 dari www.merdeka.com/peristiwa/ini-kasus-kasus-prostitusi-
abg-paling-parah-di-indonesia pukul 12.53 WIB. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2007.
Morissan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta: Kencana Prenada
Media
Group. 2010.
Mufid, Muhamad. 2007. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. Jakarta: Kencana. Nazin, Mohamad. Metode Penelitian. Bandung: Ghalia Indonesia. 1999. Rico Lado, Christo. Analisis Wacana Kritis Program Mata Najwa “Balada Perda” di
Metro TV. Jurnal E-Komunikasi Universitas Kristen Petra
Surabaya, Surabaya. 2014. Santana, Septiawan K. Jurnalisme Investigasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2004. Sobur,
Alex.
Analisis
Wacana,
Teks
Analisis
Media:
Suatu
Pengantar
untuk
Analisis
Semiotik dan Analisis Framing. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya. 2009. Sudibyo, Agus. Ekonomi Politik Media Penyiaran. Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara. 2004. Sudrajat, Adjri Septiani. “Analisis Wacana Teun A. Van Djik pada Pemberitaan
“Dodol Dolly, Mas…” di Rubrik Teraju Harian Umum
99 Republika”,
Skripsi SI Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2013.
Sumadiria, AS Haris. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2006. Syahputra,
Iswandi.
Komunikasi
Profetik
Konsep
dan
Pendekatan.
Bandung:Simbiosa Rekatama Media. 2007. Syamsul M. Romli SIP, Asep. Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2003.
Yin, Robert K.. Studi Kasus: Desain dan Metode . Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 2012. Wawancara dengan staf HRD Trans TV. Anton Rikif. Jakarta, 7 Maret 2016. Wawancara dengan Produser Reportase Investigasi. Didik Wiratno, Jakarta, 11 Maret 2016. Wawancara dengan Produser Reportase Investigasi, Theodorus Lintas Melawai, pada 25 April 2016 www.transtv.co.id
pukul 16.00 WIB.
Lampiran
FOTO-FOTO SAAT PENULIS MEWAWANCARAI PRODUSER REPORTASE INVESTIGASI
Saat mewawancarai Didik Wiratno, Produser Reportase Investigasi saat ini di Gedung Transmedia lantai 3 Divisi News, Jumat (11/3).
Saat mewawancarai Theodorus Lintas Melawai, Produser Reportase Investigasi yang memperoduseri tayangan Geliat PSK ABG di taman gedung Transmedia, Senin (25/4).
TRANSKIP NARASI EPISODE “GELIAT PSK ABG” SEGMEN 1 Iqbal (Presenter) : Bagaikan bunga yang sedang mekar harum semerbak membuat orang ingin memetiknya, seperti itulah kehidupan remaja jika diibaratkan karena diusia nya yang belum matang inilah remaja terlihat menarik dengan kelincahan dan juga segala aksinya. Namun sayangnya sebagian dari remaja ini terjerembab dalam dunia hitam di usianya yang masih belia namun demi mendapatkan pundi pundi rupiah mereka rela menjajakan tubuhnya tanpa mengetahui resiko yang akan mereka dapat, anda menyimak Reportase Investigasi bersama saya Iqbal Kurniadi. VO : masa remaja adalah masa yang paling indah mungkin pepatah ini hanya tinggal pepatah bagi remaja remaja belia yang rela menjual tubuhnya demi lembaran rupiah, di sebuah kota kami menemukan fakta menyedihkan remaja murid sekolah menengah di sini banyak yang kerja sambilan sebagai PSK. Kami menuju ke salah satu sekolah menengah yang terkenal dengan reputasi sebagai gudangnya PSK Belia. Rupanya keberadaan PSK belia yang terkenal dengan sebutan kimcil ini sudah menjadi rahasia umum. Chit Chat dengan Ibu Pedagang A : Kira-kira yang mana ya bu, yang bisa buat kenalan-kenalan gitu? B : Banyak sih gak bisa diituin ya… A : Biasanya kelas berapa sih bu? B : Kelas 3, kalo kelas 3 kan udah pengalaman A : Pengalaman gimana nih, bu? B : Pengalaman ya… kelas 1 juga mending, tapi kebanyakan masih pada diam. A : Masih alim ya bu ya? B : Iya, kebanyakan kelas 2 dan kelas 3 VO : Sepertinya ibu penjual minuman tahu kalau kami ingin mencari kimcil B : Tunggu aja di sini, ntar tinggal pilih A : Gitu ya bu? B : Iya banyak A : Tapi cepet ya bu dapetinnya B : Oh cepet… kalo orang (nama sekolah) cepet…mudah
VO : Tak sengaja kami juga bertemu dengan seorang guru salah satu sekolah menengah di kota ini. Mengejutkan ternyata sang guru ini sering menerima curhat para PSK belia tentang pengalaman mereka di luar sekolah bersama tamutamunya. Chit Chat dengan Guru B : Kadang crita…dia itu dibawa inilah, dibawa om itulah, saya pulangnya pagi…kadang dibawa pejabat juga.. Mirisnya sang guru menyebut fenomena ini sebagai tren di kalangan remaja B : Sekarang lagi tren emang, kerja sampingan yang kayak gitu…minimal jadi PL.. A : PL itu apa, pak? B : Pemandu Lagu yang di karaoke-karaoke itu loh, yang bisa dipake juga A : Oh itu ada juga? B : Iya…ini sekarang lagi tren gitu pak hahaha Sang guru juga mengetahui bahwa para PSK Belia tersebut memiliki jaringan tersembunyi B : Itu diusut lagi pak, lingkungan lagi…jadi siswa sini ada hubungan dengan lokalisasi. Ada mami di sana, trus cantelin nanti bentuknya jaringan VO : Penasaran tim Reportase Investigasi, lantas mencari PSK belia yang katanya mudah didapatkan itu, kami akhirnya mendapatkan nomor kontak mucikari PSK belia dari seorang penjaga toko di dekat sekolah Chit Chat Penjaga Toko B : Aku ada nomer temenku, dia jual kim…wanita A : Siapa? B : Temenku ya sms aja, bilang cari anak sekolah gitu aja… VO : dari beberapa masyarakat yang kami temui merekapun juga tak segan memberikan nomor kontak mucikari PSK belia, ini membuktikan betapa mudahnya mendapatkan mucikari PSK belia yang akan membawa pelanggan bertemu langsung dengan sang PSK, untuk membuktikannya kami mencoba menelepon seorang siswa SMK yang sudah di kenal bekerja sambilan sebagai PSK sebut saja namanya Epi.
Chit Chat PSK ABG A : Aku sih pengen ajak kamu jalan, bisa gag hari ini? B : mmm… kayaknya gag bisa deh A : Iya…kalo besok aja gimana? B : Besok ya? Oke kalo gitu...besok aku jemput di mana? Kita jalan-jalan aja…have fun VO : Tanpa rasa khawatir Epi menyetujui untuk diajak menemani pria yang belum dikenal dan dilihatnya resiko trafficking sangat besar karena bisa saja yang mengajak siswa tadi adalah orang yang berniat jahat , pada akhirnya kami tidak jadi menemui siswa tadi karena kami sudah mendapatkan PSK lain dari mucikari yang kami hubungi. Biasanya PSK belia senang diajak jalan jalan mereka tak ragu mengajak makan atau meminta suatu barang, biasanya kegiatan ini dilakukan sebelum mereka melakukan tugasnya di kamar hotel, salah satu PSK ABG yang kami ajak jalan jalan sebut saja namanya Mawar, Mawar seharusnya sudah duduk dibangku SMU namun karena ia pernah tinggal kelas sekarang ia duduk di kelas 2 SMP. Chit Chat dengan PSK ABG (Mawar) A : Mulai pacaran kamu umur berapa? B : Dari SD A : Hah…dari SD? Kalah dong aku… B : Anak (nama derah) gitu… dari SD udah kenal pacaran Pantas saja Mawar tampak lebih dewasa dari usianya yang baru 15 tahun A : Kamu seneng gag kerja kayak gini? B : Ya ada seneng ada susahnya. Susahnya kalo gag ada job, senengnya kalo dapet duit A : Biasanya kamu pasang harga berapa? B : 600-700…kemarin ada yang nawar 2 juta… A : Kalo di sini banyak ya? B : Banyak banget VO : bahkan Mawarpun bersedia mengenalkan teman-temannya sesama PSK untuk di booking, benar kata masyarakat jika sudah mengenal satu maka akan kenal semuanya, Mawar sendiri menjalani profesi ini karena tak pernah mendapat uang jajan cukup dari orangtuanya B : Kadang uang jajan juga kurang dari orangtua, kadang dikasih kadang ngga…
Ya ngertilah kondisi orangtua kadang susah, kadang gimana. Mo minta duit gimana gitu… VO : Tim Reportase Investigasi akhirnya berhasil membujuk Mawar untuk menceritakan pengalamannya, dua tahun sudah Mawar menjalani pekerjaan sambilan sebagai PSK belia, Mawar juga mengaku sudah melepas keperawanan nya sejak duduk di kelas 1 SMP. Sang pacar kerap memaksa Mawar dengan bujuk rayu maut namun pada akhirnya Mawarpun harus menerima kenyataan pahit ditinggal kekasihnya pergi dengan wanita lain I : Sungguh memprihatinkan remaja-remaja ini nekat menjajakan tubuhnya karena cemburu melihat teman-temannya yang lainnya karena telah menjadi PSK mempunyai barang-barang mahal dan juga bagus, anda jangan ke mana mana, kami akan segera kembali. BREAK SEGMEN 2 Iqbal (Presenter) : Usia remaja adalah usia yang labil di mana mereka mencari jati diri, dan lingkungan mempunyai peran penting dalam membentuk tingkah laku mereka. Jika lingkungan tempat tinggal mereka sudah terbiasa dengan pergaulan bebas maka bisa dipastikan remaja itu akan mengikutinya dan mereka akan nekat untuk menjual diri tanpa mengetahui resiko yang akan didapat. VO : Menjadi PSK belia sudah dilakukan Mawar sejak dua tahun lalu, awalnya ia bekerja sebagai pemandu lagu di karaoke. Godaan uang dan barang barang bagus begitu membiusnya , Mawar sadar orangtuanya yang hanya seorang sopir dan pembantu rumah tangga tak akan mampu memberikannya uang jajan berlebih dan barang barang bagus yang diinginkannya karena cemburu Mawarpun nekat menjual tubuhnya demi lembaran rupiah Chit Chat dengan Mawar B : Ya karena kondisi ekonomi kadang kurang, kan saya cewek kebutuhannya banyak. Kepengen beli ini itu uangnya kurang, ya udah nekat aja. VO : Namun selain butuh uang ternyata Mawar juga penasaran bagaimana rasanya menjadi PSK B : Ya takut sebenarnya, tapi ya gimana…ya suka juga, penasaran gitu… VO : Mawar juga tak khawatir orangtuanya mempertanyakan dari mana barangbarang bagus itu berasal, Mawar sering berbohong dan mengatakan barang-barang itu adalah pemberian pacar, orangtua Mawarpun tak bertanya lebih lanjut. Dalam seminggu, Mawar bisa mendapatkan tiga hingga empat pelanggan, jika belum kenal Mawar hanya ingin dihubungi melalui mucikari,. B : Ya kontak aja ke yang kayak mami-mami gitu, tinggal kontak aja… A : Itu tamunya yang milih atau maminya?
B : tamunya yang milih VO : Walaupun usia Mawar masih belia, Mawar tak pilih-pilih pelanggan, tua dan muda, semua dilayaninya. B : Ya kadang ada dosen-dosen, orang kantor, jabatan gitu ada yang dari luar kota ada yang ngga VO : Saat menerima tamu Mawar tak membatasi waktu, ia bahkan rela bolos sekolah demi tugasnya. B : Kadang tamunya minta jam delapan, ya udah saya bolos sekolah VO : Walaupun mengaku kerap takut dan khawatir namun perasaan itu hilang seketika setelah menerima uang dari pelanggan, uang itu tak semua ia pergunakan untuk berbelanja barang-barang yang diinginkannya tapi sebagian untuk membayar SPP sekolah. B : Kadang kan ibu ngasih uang buat bayar SPP, ini buat jajan…nah itu buat SPP VO : Keahlian Mawar bermain cinta didapat dari sang mucikari juga dari temantemannya yang sudah berpengalaman, Mawarpun tahu bagaimana memuaskan pelanggannya, namun sayangnya Mawar tak sadar bahaya yang mengintai dirinya saat melakukan seks bebas. A : Kalo lagi kayak gitu kamu pake alat kontrasepsi gag? B : Ngga…kadang pake kadang ngga VO : Sungguh ironis, Mawar hanya tahu hamil yang ia tanggung saat melakukan seks bebas, Mawar tak sadar dengan bahaya penyakit-penyakit kelamin yang mengintainya. Bukan tak mungkin, teman-teman Mawar yang lain juga tidak mendapatkan pendidikan seks yang baik. Mawar, bisa dibilang PSK belia paruh waktu yang tak terikat dengan aturan dari mucikari, berbeda dengan PSK belia professional yang juga terdapat dilokalisasi PSK yang terdapat di kota ini, inilah lokalisasi yang dikatakan Mawar banyak memiliki PSK belia. Siapa yang menyangka kalau di gang sempit ini terdapat puluhan rumah yang menawarkan kenikmatan sementara. Sambil berjalan pelanggan dapat mengintip ke dalam rumah yang berdinding kaca. Salah satu PSK belia yang kami temui di sini sebut saja namanya Cemplon, ia mengaku baru pertama kali bekerja sebagai PSK. Cemplon yang berasal dari sebuah desa di Jawa Barat datang ke kota ini, diajak oleh seorang teman yang menjanjikan pekerjaan. Chit Chat dengan Cemplon B : Kerja kayak gini baru sekali, dulu gag pernah. Temen bilang kerja di kafe, trus ikut kan. Gak tau di sini dijual apa gimana…gak ngerti. VO : Pernah sekali Cemplon mencoba kabur, namun tertangkap oleh sang mucikari yang membawanya kembali ke lokalisasi ini. Untuk bisa keluar dari lokalisasi Cemplon harus menebus uang jutaan rupiah.
B : Ada yang mo ngeluarin sih dari sini A : Ada yang ngeluarin? B : Kan bilang ama mami, mami bilang gapapa mo keluar tapi 50 juta berani gak? A : Serius 50 juta? VO : Usia remaja adalah usia yang labil pengaruh lingkungan sangat kuat memengaruhi tingkah laku remaja. Tak heran jika lingkungan sekitar sudah terbiasa dengan melakukan seks bebas, bisa dipastikan para remajapun akan mengikutinya. Irma : Geng itu atau teman sebaya teman sekolahan itu memberikan pengaruh yang besar terhadap pembentukan identitas diri. VO : Kurang perhatian orangtua menjadi sebab remaja mencari perhatian dari lingkungannya yaitu teman-temannya. Selain itu, fenomena hidup komersil menggoda remaja untuk hidup jauh di atas kemampuan ekonomi orangtuanya. Tak tahan dengan godaan itu, ketika lingkungan membujuknya dengan melakukan hal-hal negative, maka sang remaja mudah terpengaruh. Bagaimanapun menjadi PSK di usia remaja merupakan kegiatan yang tidak wajar atau abnormal untuk kalangan usia merela. Selain penyakit menular dan kesehatan reproduksi yang mengancam, seorang remaja PSK juga dapat mengalami gangguan mental. Irma : Kemudian secara sosial ya kalo misalnya lingkungan tahu seperti itu ada rasa malu ada hukuman sosial, dijauhi bisa saja seperti itu. VO : Keluarga adalah benteng pertama untuk mencegah pengaruh buruk dari luar. Kasih sayang, bimbingan dan komunikasi yang baik dalam keluarga sangat dibutuhkan agar anak remaja tidak terpengarub hal-hal negatif, tim Reportase Investigasi. Iqbal : Semoga informasi tadi dapat membuat anda para orangtua untuk lebih waspada dan mengawasi putra putri anda agar tidak terjerembab dalam lembah hitam.
TRANSKIP WAWANCARA PENELITIAN Pewawancara:
Umi Kulsum (Mahasiswa UIN Jakarta)
Narasumber:
Didik Wiratno
Pelaksanaan Wawancara:
Jumat, 11 Maret 2016, pukul 19.00 WIB di Gedung Trans TV lantai 3 Divisi News.
1. Sejak kapan Trans TV menayangkan program Reportase Investigasi? Reportase Investigasi itu termasuk program yang paling lama di News Trans TV paling lama, pertama News Jelajah lalu Reportase Investigasi sekitar 2005 itu udah tayang, tepatnya aku gak tau, termasuk salah satu program yang paling lama di News Trans TV. Dulu gara-garanya yang paling besar memblow up bakso tikus ada pedagang bakso yang memakai bakso daging tikus itu yang membuat besar sampai sekarang. 2. Apa Visi Misi program Reportase Investigasi? Kalo news itu kan mau memberitakan yang sebenarnya kepada masyarakat jadi tujuannya untuk ngasih tau konsumen, terkadang banyak maupun pedagang kejahatan-kejahatan yang orang gak tau. Kita mau menginfokan ternyata ada banyak terutama makanan. Penjual makanan itu dia dengan dalil untuk
mencari untung yang lebih.
Penjual itu melakukan
kecurangan misalkan dengan dikasih bahan pengawet, zat pewarna yang bahayalah itu supaya dia dapet untung. 3. Apa yang melatarbelakangi lahirnya program Reportase Investigasi? Kalo di Trans TV itu kan kita kan program itu harus terus berkembang, kita harus bikin program-program, berawal dari Reportase, ada Reportase Sore, Reportase Malam, Reportase Pagi, trus ada pengembangannya jadi Reportase Investigasi. Dulu Reportase Investigasi Cuma segmen tentang Indept Reporting liputan mendalam gitu kan ternyata di setiap segmen bagus penontonya secara grafiknya bagus bisa diliat tuh dari datanya dan akhirnya buat program sendiri.
4. Bagaimana
tahapan
Investigative
Reporting
dalam
program
Reportase Investigasi secara umum? Kalo Reportase biasanya kita punya tim, ada koresponden ada reporter itu bisa dari seluruh daerah tinggal kita bisa request atau kalo ada kejadian kita bisa minta, tapi kalo Reportase Investigasi itu kita punya tim khusus dengan perlakuan khusus juga karena kan kita kan harus melindungi narasumber dan harus melindungi si reporter kan bahaya kalo di lapangan jadi kita punya tim khusus untuk liputan dan prosesnya hampir sama dengan program Reportase biasa, ada riset si reporter dan cameramen riset, hasil riset kita ada peaching in sama ke Produser sampai Executive Produser setelah disetujui baru dia liputan dan dia dibantu oleh vixer karena kalo Reportase Investigasi tidak bisa kalo di Reportase biasa kita mau ketemu narasumber tinggal jalan kita cari narasumber ketemu wawancara bisa langsung jalan tapi kalo Reportase Investigasi gak bisa begitu kita nembus ke pelakunya kan biasanya tidak mau kita bisanya melalui jasa vixer, nah vixer itu di luar Trans TV yang membantu untuk menghubungkan kita dengan narasumber. kalo ada vixer kan kita bisa ngomong bahwa dia akan dijamin gak akan ketauan. Kita punya hak untuk memlindungi narasumber untuk tidak memberitahukan kepada polisi. 5. Sebelum menayangkan hasil peliputan, apakah tim program Reportase Investigasi
merujuk terlebih dahulu pada Pedoman
Perilaku Penyiaran Standar Program Siaran (P3SPS)? Atau apakah program ini memiliki Standar Program Siaran tersendiri pada tayangan setiap episodenya? Semua program itu harus ada standar penyiaran, kalo ada kebocorankebocoran itu ya pasti gak disengaja misalkan yang menjijikan atau yang sadisme itu pasti ada itu bukan kesengajaan kita itu biasanya kecolongan pas editing tapi karena ada preview sudah nggak kalo jaman dulu masih suka diprotes KPI sekarang sudah nggak.
6. Seperti yang kita ketahui televisi kita diawasi oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), tak terkecuali program Reportase Investigasi TransTV, apakah program ini pernah mendapat teguran dari KPI? Pernah, hampir semua program pasti pernah. 7. Kalau iya, sudah berapa kali program Reportase Investigasi mendapat teguran dari KPI? Teguran apa saja yang pernah diterima? Masuk 2016 ini belum ada, tapi dulu dulu pernah tepatnya aku gak tau. Karena teguran bisa berupa surat peringatan tapi peringatan pertama itu gak meningkat jadi teguran kedua biasanya KPI sendiri kan dia gak bisa menegur kita kalo gak ada laporan dari masyarakat yang mengklomplen kita, itu sadis tu itu kita akan nanggepin kita akan kirim surat ke KPI untuk memberi alasannya apa. 8. Berdasarkan data teguran di website kpi.go.id , program Reportase Investigasi mendapat tiga kali teguran tertulis masing-masing 12 Agustus 2012 (Episode pembuatan bahan bius illegal), 8 Februari 2015 (Episode Geliat PSK ABG), dan
7 Maret 2015 (Episode
pencopet). Menurut anda sebagai produser, bagaimana menanggapi teguran tertulis yang diberikan oleh KPI? Sebenernya itu kan emang fakta yang ada di masyarakat cuma menurut KPI kan punya pandangan beda. Misalkan tentang copet waktu itu seperti kita ajarin ini caranya mencopet nih, itu kan emang faktanya begitu pas kita liput lalu tayang dianggap KPI itu akan dicontoh tapi kan kita punya pandangan berbeda itu fakta yang ada di masyarakat masyarakat harus hati-hati gak semua orang akan meniru yang meniru kan penjahat penjahat juga. Kalo yang episode Geliat PSK ABG Itu karena kita tayang di sore ada kata-kata yang gak boleh di jam itu. Kita aturan di KPI akan ada jam siarnya, kayak iklan rokok itu gak boleh di siang, dulu kan ada program Fenomena di malam gak apa-apa dari presenternya baju nya kebuka itu masih lolos mungkin kalo di sore bisa
akan kena, itu mungkin salah tema ya karena waktu itu tema tentang prostitusi kimcil harusnya malam, tapi kan Reportase Investigasi jam tayangnya sore pada saat itu kan isu itu lagi rame di masyarakat. 9. Bagaimana alur teguran tertulis dari KPI tersebut hingga sampai ke produser? KPI menegur langsung ke instutusi Trans TV lalu ke Kepala Divisi (Kadiv) News lalu ke produser ntar kalo gitu baru apakah kita yang dipanggil kesana untuk menjelaskan atau ada hal lain. 10. Biasanya hal apa yang dilakukan tim setelah diberikan teguran dari KPI? Ya gak mengulangi lagi. Kalo sifatnya beda pandangan dan bisa kita pertahankan ya kita debat tapi kalo emang itu udah salah kita akui kesalahan itu dan gak akan diulangi itu dan ada evaluasi pemilihan tema misalkan tidak boleh tema esek esek lagi. 11. Apakah episode Geliat PSK ABG mendapat rating yang cukup bagus? Ya, grafik ratingnya cukup bagus. 12. Apa alasan yang melatarbelakangi tim Reportase Investigasi untuk mengangkat kasus prostitusi pada ABG ini? Itu gak ada maksud apa-apa itu kan lagi marak kasus di surat kabar dan masyarakat. Misalkan ada mucikari ketangkep lagi diperbincangkan masyarakat itu lalu kita liput itu gimana sih sebenernya kerja mereka biar masyarakat tahu. Pas ada kasus difollowup media baru kita liput kasus itu. 13. Pada episode ini tentunya tim sangat berhati-hati dalam pencarian data dan narasumber, apalagi ini terkait kasus prostitusi dan anak sekolah yang tentunya akan menimbulkan pro dan kontra di kalangan
masyarakat,
bagaimana
tim
Reportase
Investigasi
mengemas kasus ini agar menjadi tayangan yang layak ditonton? Kan kita bukan tujuan untuk ngasih tau isi esek eseknya itu jadi kan kita mau mengungkap kok anak itu bisa terjerumus hal itu modusnya gimana sih si mucikari bisa jual ABG itu ternyata kita bisa info ke masyarakat dan kita ngasih tau penonton biar masyarakat lebih hati-hati, kita bisa kasih tau
masyarakat seperti itu, misalkan ternyata itu dari temannya. Tim liputan juga akan berhati-hati kita akan lindungi sekolahnya di mana itu sudah diskusi sama reporterlah, kita cuma mau kasih tau masyarakat iniloh bahaya, cara, modusya untuk menjerumuskan PSK pada remaja ini. 14. Apa yang dilakukan tim Reportase Investigasi setelah mendapat teguran pada episode Geliat PSK ABG? Contohnya dari atasan menegur terlebih dahulu atau diadakan evaluasi bersama? Itu biasanya kan itu salah di itu kan kita chit chat sama si PSK,ternyata si ABGnya
ngomongnya terlalu vulgar dan gak layak didenger oleh
penonton itu sebenarnya awalnya dari ngomongnya begitu dari proses editing kan sudah disamarin tapi masih kedengeran kalo dia ngomong terlalu vulgar next kita gak akan masukin yang seperti itu kayak transaksi harga dan lain-lain. 15. Apa yang akan Reportase Investigasi kembangkan kedepannya? Kita kan sudah lama, hampir semua kasus kita sudah liput dengan pengulangan dan narasumber yang berbeda Pengembangannya itu dengan kemasan paket selama ini kan hanya templatenya saja dapetnya di mana, kita mulai coba reporter akan partisipatif inframe cuma dari belakang seolah olah dia ikut penelusuran, biasanya kan reporter tidak inframe, jadi seperti itu.
TRANSKIP WAWANCARA PENELITIAN Pewawancara:
Umi Kulsum (Mahasiswa UIN Jakarta)
Narasumber:
Theodorus Lintas Melawai
Pelaksanaan Wawancara:
Senin, 25 April 2016, pukul 16.00 WIB di taman Transmedia
1. Bagaimana menentukan isu dan konten yang akan ditayangkan program Reportase Investigasi? Kalo tanya isu sih sebenernya itu ada dua cara biasa yang pertama dari reporternya yang ngasih kedua dari pikiran saya sendiri kalo misalnya lagi duduk lagi bengong itu menarik dan kalo dirasa bisa ya dijalani langsung bilang sama reporternya, lo riset ini ya, dia akan riset dan dia akan melakukan pengamatan dan dia cari narsumnya begitu dia dapet dia akan peaching lagi begitu oke dia akan jalan. Invest biasanya bermain di luar isu, beberapa isu yang besar juga kita mainin juga seperti begal itu kita buat dan grebegan grebagan yang formalin formalin mie itu kita buat seperti itu , tapi kalo coomon common isu yang politik segala macem gak terlalu kalo gak bisa kita bikin. 2. Apa alasan yang melatarbelakangi tim Reportase Investigasi untuk mengangkat kasus “Geliat PSK ABG” yang ditayangkan pada 8 Februari 2015? Kalo yang jaman gue itu gue selalu melihat fenomena kehidupan. Fenomena bahwa ada sekelompok anak yang pengen hidup seneng dengan cara gampang itu aja sih intinya sebenernya. Untuk yang Geliat PSK ABG ini yaudah dari situ kita ngobrol ini gimana ceritanya, baru dia bikin breakdown, dia cari narsumnya, dia ketemu gua lagi ngobrol baru diskusi. Biasanya kita cari vixer, vixer adalah orang yang tahu, jadi vixer memberikan calon, ni orangnya seperti ini, nah pas dikasih sama vixer biasanya reporter akan mendalami sendiri , jadi gak langsung dapet langsung diliput mereka punya pengendapan berapa lama ngikutin tapi narsumnya gak tau vixernya juga gak tau, begitu oke, okesip, nah vixernya
itu baru ngehubungi orang itu buat ngehubungin ke kita, buat jaga supaya, bisa aja kan orang udah ngomong ternyata enggak seperti itu 3. Apa tujuan diangkatnya kasus ini? Tujuannya supaya orang lihat bahwa di dunia ini tuh gak selalu baik, bahwa ada sekelompok orang yang nakal seperti yang gua bilang tadi pengen hidup seneng dengan cara gampang supaya orang tua melek kepada anak-anaknya dan yang mengkhawatirkan itu di kota kecil itu lho bukan di Jakarta, kota besar sangat memprihatinkan. Banyak sih yang bilang gitu temen-temen ngapain ngangkat itu, untungnya apa, kalo buat gua sih saat gua megang invest gua pengen menonjolkan fenomena, setiap produser kan punya alasan pribadi kenapa bikin fenomena yang diperhatikan. 4. Bagaimana pandangan anda terhadap
kasus prostitusi yang
melibatkan ABG tersebut? Karena gua punya anak perempuan, ya ngerilah bahwa apa ya demi sebuah handphone baru dia mau gitu dan gak mahal di sebuah kota kecil, di Jawa Barat demi seperti hal itu aja sesuatu yang gampang, orang mau anak-anak itu mau. 5. Bagaimana pendapat anda tentang sebutan PSK untuk pelacur? Kalo itu sih memang itu kan hanya penamaan ya, semua orang berhak menamakan itu, buat gua sih gak masalah itu, mungkin untuk menghaluskan istilah pelacur aja. 6. Pesan apa yang ingin tim Reportase Investigasi sampaikan kepada publik dalam tayangan kasus tersebut? Pesan utama satu, jangan mudah tergoda, jangan mudah teriming-iming untuk melakukan sesuatu, lu gak akan dapet kalo gak berusaha, gak ada yang instan. 7. Bagaimana Anda memosisikan diri dalam kasus ini? Kalo gua sih sebenernya buat gue kalo gitu gituan yaudah ada lah dan gue gak bersikap menolak, prostitusi kan udah ada sejak jaman dulu, yaudah kalo sekarang gimana gue memprotect keluarga gue supaya gak begitu, kalo buat urusan orang lain ya udahlah, itu urusan keluarga masing-
masing, kalo buat gua sendiri gua akan memprotect keluarga gue, sebenernya lebih ke pribadi dari pada luar dan yaudah sesuai pesan moral aja setelah nonton terserah penonton mau gimana, kalo gue kan gak suka mengarahkan orang untuk begini begini, balik lagi ke penonton. 8. Apakah ada opini (pengetahuan wartawan) yang memengaruhi naskah atau daftar wawancara mengenai kasus “Geliat PSK ABG” ini? Kalo yang gua tau kan di jurnalistik modern tu opini harus diikutsertakan apalagi di features indepth seperti ini itu kan harus pake opini kalo gak pake opini yang gak akan bagus ceritanya. 9. Acara ini telah ditegur oleh KPI pada 27 Februari 2015, bagaimana Anda menyikapi teguran ini? Begitu ini peaching jadi gini kita punya isu liputan common, kita kayak makanan atau ini gak common kayak narkoba, biasanya gua udah ngomong sama EP, malah dulu gua mau buat sup bayi, kita udah dapet, kita udah dapet tinggal eksekusi, kita dikasih bayi satu untuk dimakan akhirnya gak jadi. Nah hal seperti itu kita udah diskusi sama EP, kita udah ngitung ini udah pasti ditegur, ini mau gak mau pasti ditegur. Semua yang kita buat semua yang kita plan kita udah tahu resikonya. Kalo yang makanan ya gak mungkinlah kecuali ada bocoran produk tapi itu jaranglah, nah gua megang investigasi yang ditegor begini beginian, prostitusi, sekolah copet, satu lagi apa. Yaudahlah ini namanya resiko, yang gua lihat sih gimana cara kita menilai, masalahnya kan KPI memang diciptakan untuk begitu menilai untuk menyetir, tapi semua itu balik lagi ke penontonnya, penontonya mau ikut yang mana dan kita juga gak boleh munafik kalo ada begitu begituan, terserah mau anggep itu peluang kerja, jadi warning, terserah yang nonton. 10. Bagaimana dengan pemilihan bahasa dan struktur kalimat dalam naskah? Kalo bahasa dan kalimat sepertinya gak beda sama liputan lainnya, sama aja, TV kan punya bahasa sendiri, bahasa langsung, bahasa yang mudah dimengerti, gue waktu itu selalu bilang jangan pake bahasa-bahasa yang
sulit, jangan pake analogi yang susah, trus jangan pake istilah-istilah yang jarang didenger orang seperti itu sih, selebihnya sama lah. 11. Bagaimana pemilihan kata untuk judul pada tayangan setiap episodenya? Kalo judul mungkin agak nyeleneh, kadang dari gue kadang dari EP, jadi kadang kita abis preview baru judul ini nih yang enak, kadang-kadang dari editor jadi susah gak ada teorinya. Jadi kita nonton preview, kalo gua kan preview tiga sampai empat kali tuh pasti keluar, jangankan gua editor pun bisa, yang penting judul itu dibilang boombastis enggak tapi harus dapet yang penting eye catching harus bisa memancing perhatian orang dan jangan panjang-panjang, maksimal tiga suku kata. 12. Mengapa memilih kata „Geliat‟ pada judul tayangan? Kenapa geliat karena memang itu kan sesuatu yang gak keliatan ya sesuatu yang gak kasat mata, jadi ada yang gak keliatan tapi ada pergerakan di bawah itu, sesuatu yang gak keliatan tapi membahayakan. 13. Apakah ada pertimbangan lain dari tim sebelum menampilkan kasus yang kontroversi di masyarakat? Ini yang bikin reporternya yang bikin kayak kalian lho, bukan cowok, reporternya cewek jilbaban juga dia anakanya polos beneran, begitu dia peaching, bang gua mau bikin ini ya, gila lo dapet dari mana, udahlah bang gua udah tau, yaudah gua kasih, dia bikin sekolah copet, dia bikin kawin bidah, kalo mau tanya gue kenapa, tanya dia begitu, dengan background dia yang alim mungkin karena penasaran dan seperti yang gua bilang tadi semua yang kita rapatkan kita peaching kalo bos udah oke kita udah tau resikonya, kalo ditegor yang ngurusin KPI orang bos atasan. 14. Apakah ada bagian yang dipotong atau dihilangkan pada waktu pengeditan sebelum ditayangkan? Ada sih, kan itu ada adegan bukan adegan bercintanya, kita memasukan cameramen dengan kamera tersembunyi, makanya waktu proses pemilihan itu gue menugaskan cameramen yang alim yang lempeng, yang bapak banget udah punya anak, anaknya cewek, soalnya kalo cameramen yang brutal bahaya. Jadi dalam memilih gua memang sih mereka pertama
dipasang-pasangkan sama tim yang buat jadwal A sama B, C sama D, untuk kasus-kasus tertentu gua boleh mengganti bahwa ni cameramen jangan
dia
sama
yang
ini
aja,
produser
berhak
mengubah,
pertimbangannya seperti itu kalo dikasih cameramen yang badung ya liputan gak beres yang udah gua bayar lebih gitu, mendingan gua kasih yang alim begitu berduaan udah keringet dingin begitu ceweknya tidur di sini udah panik, mendingan yang kayak gitu, itu akan jalan ketimbang dikasih yang bandel. Jadi ada adegan di mana kalo gak salah ada dua, yang pertama dikasih cameramen itu, itu yang dicari sama vixer yang kedua yang didapet mbaknya (reporter) itu sendiri, nah yang itu kita kasih vixernya yang maju dia beda yang pake vixer emang bener-bener dimanfaatin beda sama cameramen kita, nah justru gambar yang kita tarik itu yang sama vixer tadi, ya dia kan gak peduli, jadi ada vixer ada informan, nah jadi vixernya kalo gak salah bencong jadi informannya, jadi informannya yang make nah itu adegan itu yang paling banyak dipotong, meskipun udah digelapin udah diblur karena masih ada cahaya sedikit ada pergerakan yang menurut kita gak bener kita potong, selebihnya sih shot shot yang bisa nandain sesuatu misalnya sekolah kita gak tau tapi orang sana kan tahu, oh sekolah ini nih, trus karena itu dia shootingnya hari jumat sebagian besar pake batik, nah jadi itu sebenernya itu gak dipotong tapi kita hitam putihin biar gak dibilang kita pukul rata.