PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
STRATEGI MENGHADAPI STRESS PADA PERAWAT LANSIA DI PANTI WERDHA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh: Gloria Maharani Pranowo 119114066 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (Filipi 4 : 6)
Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orangtuaku yang selalu mengasihiku tanpa lelah.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
STRATEGI MENGHADAPI STRESS PADA PERAWAT LANSIA DI PANTI WERDHA Gloria Maharani Pranowo ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat strategi coping stress yang digunakan oleh perawat lansia di panti werdha. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya lansia yang dirawat di panti werdha, sehingga memerlukan perawatan khusus yang dilakukan oleh perawat lansia. Perawat lansia rentan mengalami stress karena harus merawat lansia dengan kondisi kesehatan yang sudah menurun serta perilaku yang sangat beragam. Fokus penelitian ini adalah bagaimana cara perawat lansia menghadapi stress yang dialaminya sehingga dapat merawat lansia dengan lebih optimal. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologi yang merujuk pada suatu pengalaman dari beberapa subjek yang memiliki jenis dan tipe berbeda sehingga memiliki pengalaman subjektif yang berbeda. Partisipan dalam penelitian ini adalah 3 orang perawat lansia yang tinggal di panti werdha. Pengambilan data penelitian menggunakan metode wawancara semi terstruktur dengan hasil validitas penelitian yang menggunakan metode member checking. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga subjek memiliki persamaan dalam menghadapi stress, yaitu dengan mencari dukungan sosial dari orang lain. Hal ini dirasa efektif dalam mengurangi stress. Selain itu, ketiga subjek juga melakukan strategi menghadapi stress dengan mendekatkan diri pada Tuhan, sehingga mendapatkan ketenangan dan kekuatan untuk dapat terus merawat lansia dengan baik.
Kata kunci: strategi menghadapi stres, perawat lansia, lansia, panti werdha
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
COPING STRESS STRATEGY OF ELDERLY PEOPLE CAREGIVER IN NURSING HOME Gloria Maharani Pranowo ABSTRACT This aims to know coping stress strategy of elderly people caregiver in nursing home. The background of this research was initiated by a phenomenon of many elderly people who need a special treatment performed by caregiver. The caregivers tended to easily get stressed since they had to deal with elder people with poor health condition and various behavior . The focus of this research concerned to how the elderly people caregivers faced their stress so that they could take care of the elderly people better. The research method was qualitative phenomenology method that dealt with the subjects’ experiences. The subjects in this research were three elderly people caregiver who lived in one nursing home. The data were collected by semi structured interview and the result validity was carried out by member checking method. The research showed that three subjects had the same coping strategy which was to seek emotional support and to turn into religion. That strategy was proven effective enough for them. Another strategy that they used was getting themselves closer to God. They believed that praying to God could make them feeling peace and they would be strengthened to take care of the elderly people well.
Keywords: coping stress strategy, elderly people caregiver, nursing home
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan anugerahNya, sehingga penulis diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas akhir skripsi melalui tulisan ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis berharap, melalui tulisan ini dapat memberikan gambaran serta pengetahuan yang baru mengenai strategi menghadapi stres pada perawat lansia di panti wredha. Harapan lain adalah tulisan ini dapat bermanfaat bagi peneliti berikutnya serta kepada para perawat lansia dalam menghadapi stres saat merawat lansia. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak yang memberi dukungan, bimbingan, dan bantuan dalam bentuk materi maupun nonmateri sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Terimakasih penulis ucapkan kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan memberikan berkatNya kepadaku, aku bersyukur karena Engkau selalu menuntun setiap langkahku. 2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 3. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M. Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Ibu Dr. Tjipto Susana, selaku dosen pembimbing. Terimakasih atas pertanyaan-pertanyaan
yang
mengasah
kemampuan
berpikir
serta
masukan-masukan yang diberikan. Terimakasih juga atas nasihat yang selalu ibu berikan pada saya. 5. Ayahku Setyo Pranowo dan Ibuku Kurnia Ari Widayanti, terimakasih karena selalu mendukungku, mendoakanku, dan selalu memperhatikan aku. Terimakasih untuk kasih sayangnya sampai saat ini, terimakasih telah menerimaku apa adanya. Aku sayang ayah dan ibu. 6. Untuk Dosen Fakultas Psikologi dan karyawan. Terimakasih karena sudah memberikan pengetahuan mengenai dunia psikologi yang luas dan mempermudah saya dalam menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma. 7. Untuk para narasumber saya, terimakasih karena sudah menyediakan waktu serta bersedia untuk berbagi cerita mengenai pengalaman dalam merawat lansia. 8. Untuk sahabat-sahabat saya: Ilis, Riana, Meglyn. Terimakasih karena kalian selalu mendukungku dan mendoakan aku, kalian sahabat paling pengertian dan paling priceless yang aku punya. Tidak lupa untuk Thomas, terimakasih karena selalu mendukung dan mendoakan aku, terimakasih untuk kasih sayang dan perhatiannya sampai saat ini. Aku sayang kalian! 9. Untuk saudara-saudara saya: Mba Olive, Mba Dita, Budhe Wiwik, Mbah Uti, Mba Ana, dan semua sepupu serta budhe, pakdhe, om, dan tante yang
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING................ ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................ iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................... iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................... v ABSTRAK........................................................................................... vi ABSTRACT ......................................................................................... vii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.... viii KATA PENGANTAR ........................................................................ ix DAFTAR ISI ....................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................. 1 A. Latar Belakang ......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................... 11 C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 12
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis ........................................................... 12 2. Manfaat Praktis ............................................................ 13
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 15 A. Coping 1. Pengertian Coping ........................................................ 15 2. Jenis-jenis Coping ........................................................ 15 3. Efektivitas Strategi Coping .......................................... 18 B. Stress 1. Pengertian ..................................................................... 19 2. Tahap Stres ................................................................... 20 3. Reaksi Terhadap Stres .................................................. 20 C. Perawat Lansia 1. Pengertian Perawat Lansia ........................................... 21 2. Jenis Perawat ................................................................ 22 3. Tugas-tugas Perawat Lansia ......................................... 23 4. Beban Pada Perawat Lansia ......................................... 23 D. Lansia 1. Pengertian Lansia ......................................................... 24 2. Klasifikasi..................................................................... 25 E. Panti Werdha 1. Pengertian Panti Werdha .............................................. 26
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Tujuan Panti Werdha .................................................... 27 3. Kondisi Lansia di Panti Werdha................................... 27 4. Dukungan Sosial Terhadap Lansia di Panti Werdha .... 29 F. Fokus Penelitian ....................................................................... 30
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................... 31 A. Metode Penelitian ..................................................................... 31 B. Subjek Penelitian ...................................................................... 32 C. Prosedur Penelitian ................................................................... 32 D. Batasan Istilah .......................................................................... 34 E. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 34 F. Metode Pengukuran.................................................................. 39 1. Organisasi Data ............................................................ 39 2. Koding .......................................................................... 39 3. Analisis Data ................................................................ 40 G. Kredibilitas Data ...................................................................... 40
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................... 42 A. Profil Responden 1. Responden 1 ................................................................. 42 2. Responden 2 ................................................................. 43 3. Responden 3 ................................................................. 44 B. Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 45 xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Hasil Penelitian 1. Responden 1 a. Tugas sebagai perawat lansia ................................ 47 b. Kendala atau stressor saat merawat lansia............. 48 c. Strategi coping stress ............................................. 49 2. Responden 2 a. Tugas sebagai perawat lansia ................................ 53 b. Kendala atau stressor saat merawat lansia............. 54 c. Strategi coping stress ............................................. 56 3. Responden 3 a. Tugas sebagai perawat lansia ................................ 59 b. Kendala atau stressor saat merawat lansia............. 59 c. Strategi coping stress ............................................. 61 D. Pembahasan 1. Tugas sebagai perawat lansia ....................................... 63 2. Stressor atau kendala saat merawat lansia.................... 65 3. Strategi coping stress .................................................... 67
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 72 A. Kesimpulan............................................................................... 72 B. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 73 C. Saran 1. Bagi informan penelitian .............................................. 73 xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Bagi peneliti selanjutnya .............................................. 73 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 75 LAMPIRAN ........................................................................................ 80
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Tabel 1
Panduan Pertanyaan Dalam Wawancara........................... 37
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
: Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara responden 1
Lampiran 2
: Transkrip Verbatim responden 1
Lampiran 3
: Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara responden 2
Lampiran 4
: Transkrip Verbatim responden 2
Lampiran 5
:Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara responden 3
Lampiran 6
: Transkrip Verbatim responden 3
Lampiran 7
:Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara responden 1
Lampiran 8
: Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara responden 2 dan 3
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, pasien atau individu yang sakit memerlukan perawat
untuk
membantunya
dalam
beberapa
aktifitas
seperti
membersihkan diri, makan, maupun kegiatan sehari-hari yang dapat dengan mudah dilakukan seperti berjalan dan duduk. Di rumah sakit, perawat biasanya berperan sebagai asisten dokter. Selain itu, perawat juga bertugas untuk menjaga dan memantau keadaan pasien. Perawat adalah seseorang yang memberikan bantuan kepada orang yang mengalami ketidakmampuan
dan
memerlukan
bantuan
karena
penyakit
dan
keterbatasannya (Sukmarini, 2009). Ada 2 jenis perawat, yaitu perawat formal dan informal. Perawat informal yaitu seorang individu (anggota keluarga, teman, atau tetangga) yang memberikan perawatan secara keseluruhan, paruh waktu, dan tinggal bersama maupun terpisah dengan orang yang dirawat. Sedangkan perawat formal yaitu perawat yang merupakan bagian dari sistem pelayanan baik diberi pembayaran maupun sukarelawan (Sukmarini, 2009). Perawat mempunyai fungsi untuk merawat pasien yang menderita penyakit, menyediakan makanan, membawa klien ke unit layanan kesehatan, memberi dukungan emosional, kasih sayang dan perhatian (Tantono dalam Insiyah, 2014). Sedangkan perawat yang khusus untuk
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
merawat lansia disebut geriatric nursing yaitu perawat yang menangani penyakit pada proses menua (Kozier dalam Nugroho, 1992). Perawat lansia mempunyai peranan untuk melayani lansia dengan menggunakan pengetahuan, keahlian dan keterampilan merawat untuk mengoptimalkan kesejahteraan hidup para lansia (Nugroho, 1992). Menyiapkan perawat untuk
merawat
lansia
sangat
penting
mengingat
ada
berbagai
permasalahan yang akan timbul terkait dengan perubahan yang terjadi pada lansia. Masa dewasa akhir atau lansia, seringkali dikaitkan dengan masa dimana seseorang mulai mengalami penurunan kondisi fisik maupun mental. Hal ini juga diperkuat dengan adanya proses menua yang ditunjukkan dengan penurunan kemampuan fisik untuk beradaptasi terhadap stres atau pengaruh lingkungan. Selain itu, kemampuan mental atau kognitif lansia juga menurun yang ditandai kesulitan dengan fungsi ingatan atau dalam mengekspresikan secara verbal atau berbicara (Suardiman, 2010). Penurunan kondisi mental dan fisik ini juga disertai dengan adanya penurunan psikologis diantaranya yaitu demensia; depresi; delusi; gangguan kecemasan; dan gangguan tidur (Gitlin, 2012). Hal ini menjadi pemicu untuk lansia membutuhkan perawatan khusus baik dirawat di rumah maupun di panti werdha. Didukung dengan bertambahnya jumlah lansia, maka peluang untuk lansia dirawat di panti werdha semakin besar. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2004,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
penduduk lansia yang berusia 60 tahun keatas cenderung meningkat (Harry, 2007). Jumlah penduduk lansia di Indonesia tahun 2000 mencapai 17.767.709 orang atau 7.97% dari jumlah penduduk Indonesia. Diprediksi jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 11.20%. Konsekuensi dari terus meningkatnya jumlah lansia di Indonesia yaitu harus disediakan sarana untuk meningkatkan kesejahteraan hidup para lansia. Dengan demikian, banyak keluarga maupun lansia sendiri yang memilih panti werdha sebagai tempat untuk menghabiskan masa tuanya (Nugroho, 2008). Hal ini karena panti werdha dianggap sebagai salah satu penyedia jasa yang dapat memberikan pelayanan berkualitas bagi lansia. Nugroho (2008) menyatakan bahwa masyarakat yang menggunakan pemikiran realistis menganggap bahwa dengan tinggal di panti werdha, lansia akan memperoleh apa yang tidak dapat diberikan oleh anaknya. Misalnya kegiatan sosial dengan orang yang sebaya yang saling mengerti. Selain itu, kelebihan yang ada pada panti werdha adalah setiap panti werdha disediakan layanan jasa seperti perawat yang bersedia memenuhi segala kebutuhan lansia setiap saat. Menurut Departemen Sosial RI, panti werdha adalah suatu tempat untuk menampung lansia dan jompo terlantar dengan memberikan pelayanan sehingga mereka merasa aman, tentram, dan tidak ada perasaan gelisah maupun khawatir dalam menghadapi usia tua (Setiyaningsih, 1999). Seperti yang dikemukakan oleh Departemen Sosial RI (1997), sesuai permasalahan pada lansia, penyelenggaraan panti werdha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
mempunyai beberapa tujuan, yaitu agar terpenuhi kebutuhan hidup lansia; agar di hari tuanya dalam keadaan tentram lahir batin; dan dapat menjalani proses penuaannya dengan sehat dan mandiri. Secara umum, panti werdha berfungsi sebagai pusat pelayanan kesejahteraan lansia; menyediakan suatu wadah berupa kompleks bangunan dan memberikan kesempatan bagi lansia untuk melakukan aktivitas sosial-rekreasi; dan membuat lansia dapat menjalani proses penuaannya dengan sehat dan mandiri (Setiyaningsih, 1999). Selain menyediakan fasilitas yang bersifat material, panti werdha juga menyediakan pelayanan jasa untuk merawat dan membantu lansia dalam beraktifitas sehari-hari yang dilakukan oleh seorang perawat atau perawat. Staf perawat atau perawat tersebut bersedia membantu dan merawat lansia kapanpun dibutuhkan. Perawat yang merawat lansia disebut juga geriatric nursing. Hal yang membedakan perawat lansia dengan perawat pada umunya yaitu perawat lansia dibekali pengetahuan tentang cara merawat lansia yang didapatkan dari kursus maupun pelatihan (Nugroho, 2008). Perawat lansia termasuk dalam kategori pekerja sosial. Selain perawat lansia, seorang caregiver juga termasuk dalam kategori pekerja sosial. Pekerja sosial adalah seseorang yang dibayar dalam suatu kemampuan profesional untuk mengadakan tugas konseling maupun perencanaan perawatan dan perlindungan sosial (Berry dalam Handayani, 2004). Menurut keputusan menteri sosial RI, pekerja sosial mempunyai kompetensi profesional yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
diperolehnya melalui pendidikan formal atau pengalaman praktek di bidang pekerjaan sosial atau kesejahteraan sosial yang diakui secara resmi oleh pemerintah dan melaksanakan tugas fungsional. Sedangkan caregiver adalah orang yang bertugas untuk merawat orang sakit maupun lansia dan dibekali pelatihan singkat (Nugroho, 2000). Caregiver terbagi menjadi 2 jenis yaitu caregiver formal dan informal. Caregiver informal adalah seorang yang memberikan perawatan tanpa dibayar, paruh waktu maupun sepanjang waktu, dan tinggal terpisah maupun tinggal bersama dengan orang yang dirawat (Sukmarini, 2009). Para pekerja yang menangani lansia sudah dibekali pengetahuan maupun pengalaman untuk menghadapi perubahan fisik maupun psikis yang terjadi pada lansia. Perubahan yang terjadi pada lansia tersebut akan berpengaruh pada perawat yang merawat lansia. Berdasarkan penelitian Insiyah (2014), perawat lansia di panti werdha merasakan beban psikologis ketika merawat lansia. Beban psikologis tersebut diantaranya rasa malu, marah, tegang, lelah, tertekan, dan ketidakpastian. Dijelaskan juga bahwa perasaan bersalah yang dialami perawat disebabkan oleh perasaan tidak bisa memberikan yang terbaik bagi lansia yang dirawatnya. Dalam hasil penelitiannya, Insiyah (2014) menyatakan bahwa merawat lansia adalah pengalaman yang dapat memicu stress. Perawat dapat mengalami tekanan secara psikologis dan mengalami kelelahan secara fisik karena harus membagi waktu dan perhatian untuk merawat lansia yang menjadi tanggungjawabnya. Sikap dan perilaku lansia yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
sulit diatur akan menambah beban psikologis dan fisik pada perawat. Selain itu, stressor dapat muncul dari dalam diri perawat, seperti perasaan bersalah karena tidak dapat memberikan perawatan yang baik kepada para lansia. Sehingga jika perawat tidak memiliki strategi coping stress yang baik, hal tersebut membuatnya tidak dapat merawat lansia dengan maksimal. Keadaan tersebut tentunya akan merugikan perawat dan lansia yang membutuhkan perawatan. Jika perawat stress dan merasa bahwa ia tidak mampu lagi merawat lansia, ia akan menyerah dan memutuskan untuk tidak merawat lansia lagi, sedangkan lansia masih sangat membutuhkan perawatan karena kondisi fisik yang sudah tidak memungkinkan untuk melakukan aktivitas secara mandiri. Oleh sebab itu, coping stress pada perawat yang merawat lansia sangat dibutuhkan. Coping stress menurut Folkman dan Moskowitz (dalam Taylor & Stanson, 2007;2012) adalah pikiran dan perilaku yang digunakan untuk mengatur dorongan internal dan eksternal dari situasi yang dinilai menekan. Ditambahkan bahwa coping adalah sebuah kesatuan dari transasksi antara seorang individu yang memiliki sumber daya, nilai, dan komitmen dengan lingkungan beserta sumber daya, tuntutan, dan paksaannya. Menurut Suls dan Fletcher (dalam Rice, 1992), perilaku coping mungkin bersifat positif atau negatif, aktif atau menghindar, secara langsung atau tidak langsung. Hal ini ditunjukkan dengan perilaku mencari pertolongan,
mencari
informasi
atau
perhatian
yang
sifatnya
menyenangkan. Oleh karena itu, strategi coping yang digunakan dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
berbeda-beda, tergantung dari kondisi lingkungan dan keadaan individu itu sendiri. Individu yang melakukan coping akan mencoba mengubah hubungan dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Berhubungan dengan adanya usaha melakukan coping,
Lazarus dan Folkman (1984)
menyatakan bahwa ada 2 jenis strategi coping, yaitu problem-focused copingdan emotional-focused coping. Definisi dari problem-focused coping yaitu tindakan langsung untuk menyelesaikan masalah maupun mencari informasi yang relevan dengan solusi dari permasalahan yang ada. Sedangkan emotional-focused coping yaitu usaha untuk mengurangi reaksi emosional negatif yang ditimbulkan oleh stressor. Strategi coping inilah yang akan membantu perawat untuk dapat terus melayani dan merawat dengan sebaik-baiknya. Keefektifan strategi coping yang dilakukan oleh perawat lansia juga merupakan hal yang penting, karena hal tersebut dapat menjadi acuan untuk perawat lansia lain dalam mengaplikasikan strategi coping. Lazarus dan Folkman (dalam Rice, 1999) menyatakan bahwa coping yang efektif adalah coping yang membantu seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan, serta tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya. Peneliti menyimpulkan bahwa strategi coping yang efektif adalah coping yang dapat membuat seseorang menerima keadaan dan kondisi negatif di sekitarnya serta dapat mengevaluasi hal positif yang terdapat dalam diri individu tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengungkap bagaimana perawat yang merawat lansia di panti werdha melakukan strategi coping dalam menghadapi stress saat merawat lansia. Selain itu, peneliti juga akan melihat apa saja faktor yang mendukung subjek melakukan strategi coping. Peneliti akan melihat apa jenis strategi coping yang dilakukan oleh perawat dengan cara memberikan beberapa pertanyaan saat wawancara. Beberapa penelitian yang relevan mengenai coping stress dan perawat lansia sudah pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian mengenai coping stress pernah dilakukan oleh Rosyani (2012). Subjek penelitian ini adalah pasien kanker dewasa yang berusia 20 tahun ke atas dan sedang tidak terbaring sakit dan masih bisa beraktifitas seperti biasa. Kelemahan dari penelitian ini adalah peneliti kurang spesifik mengenai jenis penyakit kanker yang diderita subjek, sedangkan pada kenyataannya penyakit kanker ada beragam jenisnya. Selain itu, peneliti juga tidak memberikan batasan umur pada subjek yang menderita penyakit kanker. Penelitian ini menggunakan
metode
kuantitatif
dan
proses
pengambilan
data
menggunakan kuesioner. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara resiliensi dengan pemilihan strategi coping pada pasien kanker. Penelitian ini membantu peneliti dalam mengetahui jenis-jenis coping stress dan efektivitas dari strategi coping tersebut. Sedangkan penelitian mengenai perawat lansia sudah dilakukan oleh Hastuti (2014). Penelitian ini melihat pengaruh terapi penyelesaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
masalah terhadap penurunan distress psikologik pada perawat lansia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh terapi penyelesaian masalah terhadap penurunan tingkat distress psikologik pada perawat lansia. Penelitian ini membantu peneliti dalam memahami konsep perawat lansia serta tanggungjawab sebagai perawat lansia. Penelitian mengenai perawat lansia juga sudah dilakukan oleh Widiastuti (2008). Penelitian ini membahas tentang coping stress pada perawat lansia penderita alzheimer. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif, dengan jumlah subjek sebanyak 2 orang. Hasil dari penelitian ini adalah subjek belum dapat melakukan coping stress karena masih sering melakukan tindakan yang bersifat agresi pada lansia penderita alzheimer. Hal tersebut dilakukan subjek untuk melampiaskan kemarahan dan rasa lelah karena merawat lansia tersebut. Penelitian ini berfungsi untuk membantu peneliti dalam mengetahui gambaran apa saja tugas yang harus dilakukan sebagai perawat lansia. Review literatur di atas berfungsi sebagai sumber mengenai materi yang akan diteliti dan untuk melihat kelemahan dari penelitian mengenai topik yang sama sehingga peneliti dapat memperbaikinya. Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, peneliti merancang penelitian ini karena peneliti ingin mengetahui bagaimana strategi coping stress yang dilakukan perawat lansia khususnya yang dirawat di panti werdha. Mengetahui jenis coping stress penting karena dengan demikian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
dapat diketahui apakah jenis coping yang dilakukan oleh seseorang dapat efektif untuk menghadapi stressor yang ada. Karena berdasarkan banyak penelitian yang sudah dilakukan, coping stress yang umumnya dipakai oleh perawat adalah emotion focused coping. Hal tersebut ditemukan dalam beberapa penelitian mengenai coping stress yang sudah dilakukan sebelumnya. Selain itu, banyak penelitian mengenai coping stress yang menggunakan metode penelitian kuantitaif dan skala sebagai metode untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dan pengambilan data dengan cara wawancara agar data yang didapatkan lebih terinci dan mendapatkan fakta-fakta dari subjek yang tidak dapat terungkap pada penelitian kuantitatif. Dalam penelitian mengenai coping stress yang sudah ada sebelumnya, ada penelitian yang memakai metode kualitatif (wawancara) maupun kuantitatif (angket). Kelemahan penelitian yang menggunakan angket adalah kurang dapat menggali data dari subjek. selain itu, peneliti tidak mendapat keterangan atau penjelasan dari subjek secara detil karena angket hanya berisi pertanyaan tertutup. Sedangkan penelitian sebelumnya yang memakai
metode wawancara mempunyai
kelemahan
yaitu
pertanyaan yang kurang spesifik sehingga subjek menjawab pertanyaan tersebut dalam cakupan yang luas, sehingga sulit mengambil makna pada jawaban subjek yang sesuai dengan tema penelitian. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif. Metode ini dirasa akan lebih efektif dalam menggali data dan informasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
dari subjek karena jawaban yang diberikan subjek akan lebih spesifik karena peneliti menggunakan metode wawancara mendalam (in depth interview) yang berisi pertanyaan terbuka. Dengan wawancara, peneliti tidak hanya mendapatkan data dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh subjek, namun peneliti juga dapat berinteraksi langsung dan melakukan observasi pada subjek selama proses wawancara. Berbeda dari penelitian sebelumnya, peneliti akan lebih spesifik dalam menyusun pertanyaan sehingga jawaban yang diberikan oleh subjek lebih terperinci. Pertanyaan yang disusun oleh peneliti adalah pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman hidup subjek yang berkaitan dengan coping stress. Pertanyaan wawancara tidak spesifik pada bagaimana subjek melakukan coping stress dan apa saja stressor yang dihadapi oleh subjek, namun cenderung pada pengalaman-pengalaman yang sudah dilalui oleh subjek. Sehingga saat peneliti melakukan wawancara, subjek akan menceritakan pengalamannya secara lengkap. Dengan demikian, informasi yang didapat akan lebih memadai dibandingkan dengan penelitian yang menggunakan metode skala dan pertanyaan wawancara yang hanya berfokus pada strategi coping stress.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini yaitu bagaimana cara perawat lansia menghadapi stress (coping stress) dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
merawat lansia dan jenis strategi coping stress yang digunakan oleh perawat yang merawat lansia di panti werdha.
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Bagaimana strategi coping perawat lansia yang merawat lansia di panti werdha. Tujuan peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif karena peneliti ingin mendapatkan hasil penelitian yang lengkap. 2. Mengetahui jenis strategi coping yang digunakan perawat lansia saat menghadapi situasi sulit atau stressor yang muncul ketika merawat lansia di panti werdha. Data penelitian didapatkan melalui metode wawancara dengan pertanyaan yang bersifat terbuka serta berfokus pada pengalaman hidup subjek. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan pendapat dan penjelasan spesifik dari subjek. Dengan demikian, informasi yang didapat akan lebih memadai. Selain itu, peneliti juga dapat memberikan pertanyaan lebih lanjut jika jawaban subjek dirasa kurang jelas. Hasil dari wawancara tersebut akan diolah menjadi data penelitian berupa verbatim.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pengetahuan khususnya dalam bidang psikogerontologi, keperawatan, dan psikologi klinis. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan menambah wawasan mengenai strategi coping yang digunakan saat merawat atau menangani lansia yang tinggal di panti werdha.
2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memudahkan perawat lansia untuk mengaplikasikan strategi coping ketika mengalami stress atau menghadapi stressor yang ada saat merawat lansia di panti werdha.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Coping 1. Pengertian Menurut Folkman dan Moskowitz (dalam Taylor & Stanson, 2007;2012) mengatakan bahwa coping merupakan pikiran dan perilaku yang digunakan untuk mengatur dorongan internal dan eksternal dari situasi yang dinilai menekan. Ditambahkan bahwa coping adalah sebuah kesatuan dari transaksi antara seorang individu yang memiliki sumber daya, nilai, dan komitmen dengan lingkungan beserta sumber daya, tuntutan, dan paksaannya. Untuk itu, coping bukanlah merupakan suatu tindakan yang dilakukan satu kali, melainkan sebuah susunan respons yang muncul dalam suatu waktu dimana lingkungan dan individunya saling memenuhi (Taylor, 2012). Dapat disimpulkan bahwa coping adalah suatu tindakan yang mengatur dorongan internal dan eksternal dari situasi yang sifatnya mendesak atau menekan.
2. Jenis-jenis Coping Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Rice, 1999), ada beberapa jenis coping menurut kegunaannya, diantaranya adalah problemfocused coping dan emotion-focused coping. Problem-focused
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
coping yaitu usaha untuk melakukan tindakan untuk mengatasi kondisi
yang
mengganggu, Weintraub,
mengakibatkan atau
dan
menantang
Scheier
stress
seperti
individu.
(1989),
mengancam,
Menurut
problem
focused
Carver, coping
melibatkan beberapa dimensi yang berbeda yaitu: a. Active coping, yaitu proses pengambilan langkah yang ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan stressor ataupun memperbaiki akibatnya. Aktivitas ini merlibatkan tindakan langsung, meningkatkan usaha dalam menghadapi masalah, serta berusaha mengatasi masalah secara bertahap. b. Planning, yaitu memikirkan bagaimana cara menghadapi stressor yang ada. c. Supression of competing activities, yaitu mengurangi aktivitas lain sehingga dapat lebih terfokus dalam menghadapi masalah atau tantangan yang ada. Aktivitas ini meliputi usaha untuk mengabaikan hal-hal lain yang dapat memecah perhatian dalam menghadapi stressor. d. Restraint coping, yaitu pengendalian diri untuk menunggu kesempatan yang tepat untuk bertindak, menahan diri, dan bertindak dengan pemikiran yang matang. e. Seeking instrumental support, yaitu tindakan mencari dukungan sosial. Misalnya mencari informasi serta bantuan yang dapat membantunya memecahan masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
f. Behavioral disengagement, yaitu tindakan mengurangi usaha untuk menghadapi stressor, menyerah dalam usaha untuk mencapai tujuan dimana stressor mengganggu. Lazarus dan Folkman (dalam Rice, 1999) menyatakan bahwa emotion-focused coping, yaitu keadaan saat individu akan lebih berfokus pada mengurangi emosi negatif yang muncul akibat stres yang dialami. Strategi ini digunakan ketika seseorang merasa stressor merupakan suatu hal yang dapat ditahan (Carver, 1989). Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Rice, 1999), dalam strategi ini terdapat beberapa proses kognitif yang berlangsung untuk mengurangi tekanan emosional seperti menghindar, menjaga jarak, mencari
nilai
positif
dari
kejadian
yang
dihadapi,
serta
memandingkannya dengan hal yang positif. Carver (1989) menyatakan bahwa terdapat komponen yang termasuk dalam emotion-focused coping, yaitu: a. Seeking of emotional support, yaitu mencari dukungan sosial yang berupa dukungan moral, simpati, dan pengertian untuk alasan emosional. b. Positive reinterpretation and growth, yaitu aktivitas yang ditujukan untuk melepasksan emosi negatif yang dirasakan, mengatur emosi yang berkaitan dengan stress yang dialami. c. Mental disengagement, yaitu pelarian secara mental yang merupakan bagian dari variasi tindakan pelarian yang biasanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
muncul ketika kondisi saat itu menghambat munculnya tindakan pelarian. d. Denial, yaitu menolak untuk mempercayai bahwa stressor yang dihadapi benar-benar ada atau bertindak seolah-olah stressor itu tidak nyata. e. Acceptance, yaitu keadaan saat individu menerima kenyataan akan adanya situasi yang mengakibatkan stress. f. Turning to religion, yaitu pengembalian masalah pada agama untuk meminta pertolongan dari Tuhan. Hal ini bisa dilakukan dengan rajin beribadah, berdoa, meminta dukungan moral dari ahli/pemuka agama. g. Focus on and venting of emotion, yaitu kecenderungan untuk melepaskan emosi yang dirasakan individu. h. Humor, yaitu dengan cara membuat lelucon atas masalah yang sedang dihadapinya. i. Substance use, yaitu menggunakan minuman beralkohol atau obat-obatan untuk melupakan masalahnya.
3. Efektivitas Strategi Coping Lazarus dan Folkman (dalam Rice, 1999) menyatakan bahwa coping yang efektif adalah coping yang membantu seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan, serta tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
Coping yang efektif mengacu pada lima fungsi tugas coping yaitu: mengurangi kondisi lingkungan yang berbahaya dan meningkatkan niat untuk memperbaikinya; mentoleransi atau menyesuaikan diri dengan kenyataan; mempertahankan gambaran diri yang positif; mempertahankan keseimbangan emosional; dan melanjutkan kepuasan terhadap hubungannya dengan orang lain (Cohen dan Lazarus dalam Taylor, 1991). Jika tugas-tugas tersebut sudah berhasil dilakukan, maka coping dapat dianggap efektif. Setelah dapat memenuhi semua tugas tersebut, individu diharapkan memiliki evaluasi yang lebih positif akan hidupnya, yakni penerimaan dan penilaian positif akan lingkungan, diri sendiri, serta kondisi gangguan yang merupakan cerminan dari kesejahteraan dan kepuasan hidup.
B. Stress 1. Pengertian Menurut Kozier (2004), stress adalah suatu keadaan ketika seseorang berespon terhadap perubahan yang terjadi dari situasi normal dan stabil dalam hidupnya. Stress bukanlah suatu penyakit, namun kondisi stress dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan baik fisik, emosional intelektual, maupun sosial dan spiritual. Selye (dalam Potter & Perry, 2005) menyatakan bahwa stress
adalah
segala
situasi
dimana
tuntutan
nonspesifik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
mengharuskan seorang individu untuk merespon atau melakukan tindakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stress adalah suatu respon individu terhadap setiap tuntutan kebutuhan yang ada dalam dirinya.
2. Tahap Stres Menurut Amberg (dalam Hawari, 2008) ada beberapa tahapan stres. Tahap-tahap ini menunjukkan apakah seseorang lebih stress atau tidak. Stress ringan ditandai dengan seseorang yang mengalami gangguan tidur, tegang, dan merasa tidak tenang secara emosional.
Stress
menengah
ditandai
dengan
hilangnya
kemampuan merespon secara memadai, dan timbul ketakutan serta kecemasan. Stress berat ditandai dengan kelelahan fisik dan mental, timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tinggi, serta mudah bingung dan panik.
3. Reaksi Terhadap Stress Menurut Potter & Perry (2005) reaksi seseorang terhadap stress dapat dipengaruhi oleh 2 hal, yaitu faktor internal dan ekstrenal. Faktor internal yang mempengaruhi reaksi terhadap stress yaitu kondisi fisik, keadaan emosi, dan motivasi atau harapan. Sedangkan yang termasuk dalam faktor eksternal yaitu lingkungan sekitar, hubungan interpersonal, dan sosial budaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
C. Perawat Lansia 1. Pengertian Pada dasarnya, keperawatan di Indonesia adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psikokultural dan spiritual yang didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia (Nugroho, 2009). Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan di bidang kesehatan yang didasari ilmu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat, sejak lahir sampai meninggal (Effendy, 1997). Secara khusus perawatan lansia atau geriatric nursing adalah perawat yang menangani penyakit pada proses menua (Kozier dalam Nugroho, 1992). Perawat lansia mempunyai peranan untuk melayani lansia dengan menggunakan pengetahuan, keahlian dan keterampilan merawat untuk mengoptimalkan kesejahteraan hidup para lansia (Nugroho, 1992). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa para pekerja yang menangani lansia khususnya perawat lansia (geriatric nursing) sudah dibekali pengetahuan maupun pengalaman untuk menghadapi perubahan fisik maupun psikis yang terjadi pada lansia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
2. Jenis Perawat Ada beberapa jenis perawat berdasarkan tugas, kompetensi, dan pasien yang harus dirawatnya. Jenis perawat tersebut diantaranya pekerja sosial, caregiver, dan perawat lansia. Pekerja sosial adalah seseorang yang dibayar dalam suatu kemampuan profesional
untuk
mengadakan
tugas
konseling
maupun
perencanaan perawatan dan perlindungan sosial (Berry dalam Handayani, 2004). Menurut keputusan menteri sosial RI, pekerja sosial mempunyai kompetensi profesional yang diperolehnya melalui pendidikan formal atau pengalaman praktek di bidang pekerjaan sosial atau kesejahteraan sosial yang diakui secara resmi oleh pemerintah dan melaksanakan tugas fungsional. Pekerja sosial dapat
merawat
orang sakit,
lansia, maupun
orang
yang
membutuhkan bantuan karena kebutuhan khusus (difabel). Sehingga pekerja sosial dapat mencakup caregiver maupun perawat lansia. Sedangkan caregiver adalah orang yang bertugas untuk merawat orang sakit maupun lansia dan dibekali pelatihan singkat (Nugroho, 2000). Caregiver terbagi menjadi 2 jenis yaitu caregiver formal dan informal. Caregiver informal adalah seorang yang memberikan perawatan tanpa dibayar, paruh waktu maupun sepanjang waktu, dan tinggal terpisah maupun tinggal bersama dengan orang yang dirawat (Sukmarini, 2009). Sedangkan perawat lansia yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
perawat yang secara khusus menangani dan merawat lansia. Perawat lansia dibekali pengetahuan tentang cara merawat lansia yang didapatkan dari kursus maupun pelatihan (Nugroho, 2008).termasuk dalam kategori pekerja sosial. Selain perawat lansia, seorang caregiver juga termasuk dalam kategori pekerja sosial.
3. Tugas-tugas Perawat Lansia Perawat lansia perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan terutama pada lansia yang diduga menderita penyakit tertentu. Selain itu, perawat lansia juga harus mendekatkan diri dengan lansia dan membimbing dengan sabar dan ramah, menanyakan apakah ada keluhan yang dirasakan, mengingatkan agar tidak lupa minum obat. Perawat lansia juga perlu memberikan penjelasan tentang kesehatan, jika ada keluhan dari lansia harus segera dicari penyebabnya, kemudian mengkomunikasikan dengan mereka tentang solusinya (Nugroho, 1995).
4. Beban pada Perawat Lansia Beban perawat didefinisikan sebagai tekanan-tekanan mental atau beban yang muncul pada orang yang merawat lansia, penyakit kronis, anggota keluarga, atau orang lain yang cacat. Sebagai perawat lansia, memberikan perawatan untuk lansia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
memerlukan pengorbanan yang besar secara fisik dan emosional (Okoye dan Asa, dalam Sarwendah, 2013). Terlebih jika lansia yang dirawat mengalami penurunan kondisi fisik dan mental. Stres pada perawat lansia akan berdampak pada kesehatan fisik bahkan verbal agresif pada lansia (Okoye, dalam Sarwendah, 2013). Perawat lansia yang mengalami stres sangat mungkin menderita gangguan kecemasan, penyakit fisik seperti mudah lelah, pusing, dan merasa putus asa (Sarwendah, 2013). Jika perawat lansia tidak dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lansia tersebut, maka perawat akan mengalami tekanan hingga berakibat stres. Karena lansia yang tinggal di panti werdha membutuhkan perawatan yang baik sehingga lansia tersebut mendapatkan kualitas hidup
yang
maksimal,
maka
diperlukan
perawat
yang
berpengalaman serta sehat mental supaya dapat merawat lansia dengan maksimal.
D. Lansia 1. Pengertian Proses menua atau aging adalah proses perubahan biologis secara terus-menerus yang dialami manusia pada semua tingkatan umur dan waktu, sedangkan usia lanjut (old age) adalah istilah untuk tahap akhir dari proses penuaan tersebut (Laslett (Caselli dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
Lopez, 1996) dalam Suardiman, 2011). Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik pria maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain untuk menghidupi dirinya (Nugroho, 2008). Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa lansia adalah seseorang baik pria maupun wanita yang berusia 60 tahun ke atas yang masih aktif maupun yang sudah tidak berdaya dan berada dalam tahap akhir perkembangan manusia.
2. Klasifikasi Klasifikasi lansia dibagi menjadi 5 yaitu: a. Pralansia Seseorang yang sudah memasuki usia antara 45-59 tahun. b. Lansia Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. c. Lansia resiko tinggi Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih dan bermasalah dengan kesehatan seperti menderita rematik, demensia, mengalami kelemahan fisik maupun psikis. d. Lansia potensial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
Seseorang yang sudah memasuki masa lansia namun masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
e. Lansia tidak potensial Seseorang yang sudah tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Darmojo, 2009).
E. Panti werdha 1. Pengertian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), panti werdha didefinisikan sebagai rumah tempat memelihara dan merawat lansia. Sedangkan menurut Departemen Sosial RI, panti werdha adalah tempat untuk menampung lansia dan jompo terlantar dengan memberikan pelayanan sehingga mereka merasa aman, tentram dengan tidak ada perasaan gelisah maupun khawatir dalam menghadapi usia tua. Beberapa pelayanan yang didapatkan di panti werdha antara lain pelayanan kesehatan, bantuan untuk lansia yang mengalami cacat fisik atau lemah fisik dalam melakukan kegiatannya sehari-hari secara intensif oleh perawat, serta kegiatan seperti senam maupun aktifitas lain yang dapat dilakukan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
beberapa lansia lainnya agar lansia tetap memiliki hubungan sosial yang baik. Hal tersebut juga menjadi kelebihan dari panti werdha (Setiyaningsih, 1999). Namun ada pula beberapa kekurangan panti jompo yaitu beberapa perawat tidak memiliki pengetahuan atau ilmu dasar mengenai keperawatan lansia (MacMahon dkk dalam Gormally, 1992). Peneliti menyimpulkan bahwa panti werdha yaitu tempat pemeliharaan dan perawatan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan para lansia.
2. Tujuan Panti werdha Tujuan didirikannya panti werdha menurut Dinas Sosial RI (1997) antara lain: a. Agar terpenuhi kebutuhan hidup lansia. b. Agar dihari tuanya dalam keadaan tentram lahir batin. c. Dapat menjalani proses penuaannya dengan sehat dan mandiri.
3. Kondisi Lansia yang Tinggal di Panti Werdha Pada umumnya, lansia yang masih memiliki fisik kuat dan mampu hidup mandiri lebih memilih untuk tinggal sendiri di rumah pribadinya. Sedangkan lansia yang sudah menderita sakit atau mengalami lemah fisik, akan lebih memilih untuk tinggal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
bersama anak dan menantunya untuk mendapatkan perawatan dan bantuan dalam melakukan aktifitasnya sehari-hari. Sebagian besar lansia yang tinggal di panti werdha mengalami keterbatasan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Hal ini disebabkan oleh menurunnya kondisi fisik serta mental lansia. Pada umumnya, lansia mengalami kekakuan pada persendian, gemetar pada tangan dan rahang bawah (Hurlock, 1980). Selain mengalami penurunan kondisi psikologis yang ditandai dengan menurunnya tingkat konsentrasi, tingkat pemahaman, serta penerimaan diri yang rendah karena merasa dirinya sudah tidak berguna dan tidak dapat melakukan banyak hal seperti saat muda dahulu (Hurlock, 1980). Lansia yang tinggal di panti werdha merupakan lansia yang berusia 60 tahun ke atas, baik yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan secara mandiri maupun yang sudah tidak berdaya sehingga hidupnya bergantung pada orang lain (Darmojo, 2009). Selain itu, ada beberapa tipe lansia yang tinggal di panti werdha
seperti
lansia
yang
dapat
menyesuaikan
dengan
lingkungan, ramah, rendah hati, dan dapat mencari kegiatan baru di masa tuanya. Ada pula lansia yang mengalami konflik lahir batin menentang proses penuaannya sehingga menjadi pemarah, mudah tersinggung, dan sulit dilayani (Nugroho, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
Beberapa alasan umum mengapa lansia tinggal di panti werdha yaitu lansia tidak ingin merepotkan keluarga karena tingkat kesibukan anggota keluarga yang tinggi. Hal tersebut juga membuat lansia merasa tidak mempunyai teman bicara, shingga menimbulkan perasaan tidak nyaman dan kesepian. Keputusan keluarga adalah alasan mengapa lansia tinggal di panti werdha. Keputusan ini tentu disetujui juga oleh lansia, sehingga dengan adanya keputusan untuk tinggal di panti werdha tidak membuat lansia merasa diasingkan. Tinggal sebatang kara adalah salah satu alasan mengapa lansia tinggal di panti werdha. Lansia yang hidup sebatang kara direkomendasikan oleh RT atau RW tempat tinggalnya agar dirawat di panti werdha karena tidak ada keluarga yang merawat dan mengawasi kondisi kesehatannya (Ariyani, 2014).
4. Dukungan Sosial Terhadap Lansia di Panti Werdha Dukungan sosial didefinisikan sebagai keberadaan orang lain yang dapat diandalkan untuk memberi bantuan, semangat, penerimaan
dan
perhatian,
sehingga
bisa
meningkatkan
kesejahteraan hidup bagi individu yang bersangkutan (Johnson dan Johnson, 1991). Menurut hasil penelitian Hertamina (2009), dukungan sosial yang paling diharapkan oleh lansia adalah dukungan emosi, persahabatan, informasi, penghargaan, instrumen,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
dan pemberian pertolongan bagi orang lain. Selain itu, dukungan emosional dari perawat lansia dan dari keluarga juga sangat dibutuhkan oleh lansia. Harapan lansia akan bentuk dukungan tersebut berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada lansia di panti. Dari hasil penelitian tersebut juga dijelaskan bahwa lansia yang mendapatkan dukungan
baik
sosial
maupun
emosional
lebih
mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan panti serta menunjukkan perilaku yang kooperatif dengan para perawat lansia. Dengan demikian, dukungan sosial sangat penting untuk para lansia di panti werdha, karena hal tersebut berpengaruh pada kesejahteraan hidup lansia di panti werdha.
F. Fokus Penelitian
Perawat lansia bertugas dan bertanggungjawab untuk merawat lansia dengan segala kondisi psikis dan fisik lansia.
Perawat memiliki cara tersendiri yang selalu dilakukan ketika merasa stress agar tetap dapat merawat lansia.
Kondisi dan perubahan pada lansia yang mengalami kemunduran fisik dan psikis serta perilaku lansia menjadi kendala dalam merawat lansia.
Perawat merasa tertekan dengan adanya kendala yang ada, namun tetap harus melaksanakan tugasnya sebagai perawat lansia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
Wujud coping stres yang efektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan kata-kata dan bahasa dalam mendeskripsikan sebuah fenomena. Peneliti menggunakan metode ini karena dapat lebih mendalami untuk mencapai tujuan penelitian. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena yang dialami subjek penelitian dengan menganalisis secara keseluruhan pada suatu konteks khusus yang alamiah (Moleong, 2008). Secara khusus metode penelitian yang digunakan peneliti adalah metode fenomenologi. Metode ini merujuk pada suatu pengalaman dari berbagai subjek yang memiliki jenis dan tipe berbeda sehingga memiliki pengalaman subjektif berbeda-beda. Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan makna dari suatu pengalaman atau fenomena yang dialami oleh satu atau lebih individu yang mengalami pengalaman atau fenomena yang sama. Penelitian ini berfokus pada deksripsi mengenai kesamaan yang dimiliki oleh subjek dalam pengalamannya (Creswell, 2007). Penelitian ini mengolah data yang berupa transkrip wawancara. Creswell (2010) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah alat untuk memaparkan dan memahami makna yang berasal dari individu dan
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
kelompok mengenai masalah sosial atau masalah individu. Penelitian ini disebut penelitian deskriptif karena bertujuan untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran terhadap obyek penelitian melalui sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat simpulan yang berlaku umum (Denzin, 1994).
B. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah perawat lansia yang tinggal di panti werdha bersama lansia yang dirawatnya. Cara pemilihan subjek yaitu dengan metode purposive sampling. Peneliti memilih subjek berjenis kelamin perempuan. Hal ini mengacu pada penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat bahwa perempuan cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki (Martina, 2012). Peneliti memilih subjek juga berdasarkan pengalaman dan pengetahuan subjek dalam merawat lansia. Peneliti juga ingin membandingkan apakah ada persamaan dalam strategi menghadapi stress yang dilakukan oleh para subjek.
C. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan tahapan yang dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian ini. Tahapan tersebut adalah: a. Menentukan topik penelitian dan menyusun rancangan penelitian. Topik penelitian yang dipilih peneliti berdasarkan pada fenomena yang ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
b. Menentukan karakteristik subjek penelitian dan menentukan individu yang akan menjadi subjek dalam penelitian ini. c. Menyusun panduan pertanyaan yang akan digunakan sebagai dasar dalam melakukan wawancara. d. Bertemu langsung dan membangun rapport dengan subjek. Dalam tahap ini, peneliti juga menanyakan kesediaan subjek untuk menjadi subjek dalam penelitian ini. Selanjutnya peneliti dan subjek menentukan waktu dan tempat pengambilan data dan wawancara. e. Sebelum melakukan wawancara, peneliti menanyakan kembali kesediaan subjek untuk menjadi subjek dalam penelitian ini dengan menandatangani lembar informed consent yang berisi proses pengambilan data, efek yang akan didapatkan oleh subjek, dan hak-hak yang bisa didapatkan oleh subjek ketika melakukan proses wawancara ini. f. Setelah melakukan wawancara, peneliti menyusun verbatim dari hasil rekaman wawancara yang diperoleh dengan bantuan sound recorder. Peneliti juga membuat kode dan keterangan kode pada hasil verbatim untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan metode yang sudah ditentukan. g. Menarik kesimpulan dari hasil olah data yang sudah dikonsultasikan pada dosen pembimbing. Dari hasil olah data tersebut juga didapatkan saran bagi masyarakat dan peneliti lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
D. Batasan Istilah 1. Coping stress keadaan saat individu dapat mengendalikan pikiran dan perilaku saat menghadapi stressor atau situasi menekan yang ada di sekitarnya. 2. Perawat lansia adalah seseorang yang memberikan bantuan kepada orang
yang
membutuhkan
perawatan
yang
disebabkan
ketidakmampuannya melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri. 3. Lansia adalah seseorang baik pria maupun wanita yang berusia 60 tahun ke atas yang masih aktif maupun yang sudah tidak berdaya dan berada dalam tahap akhir perkembangan manusia. 4. Panti werdha adalah suatu tempat untuk menampung para lansia yang terlantar dengan segala fasilitas dan perawatan yang dibutuhkan oleh lansia.
E. Metode Pengumpulan Data Lofland dan Lofland (dalam Moleong, 2006) menyatakan bahwa sumber utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan. Oleh karena itu, peneliti menggunakan wawancara mendalam (depth interview), yaitu suatu cara mengumpulkan data dengan maksud untuk menetapkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti (Moleong, 2007) sebagai metode pengumpulan data. Banister dkk (dalam Poerwandari,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
2005) menyatakan bahwa wawancara merupakan percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan dari penelitian. Penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur. Pada wawancara semi terstruktur, peneliti membuat suatu rancangan pertanyaan yang akan diajukan pada subjek. Namun rancangan tersebut hanya berfungsi untuk menuntun peneliti saat memberi pertanyaan pada subjek, jadi peneliti tidak harus menyampaikan pertanyaan sama persis dengan apa yang sudah dirancang terlebih dahulu (Smith, 2013). Ciri-ciri wawancara semi terstruktur menurut Kerlinger (1990) yaitu: 1. Adanya pertanyaan berdasarkan teori yang diambil 2. Adanya kebebasan yang dimiliki peneliti dalam mengajukan pertanyaan sesuai dengan kondisi yang dihadapinya dan tidak terikat oleh susunan kata-kata maupun urutan pertanyaan yang harus diajukan. Langkah-langkah
yang
akan
ditempuh
oleh
peneliti
dalam
melaksanakan wawancara ini adalah sebagai berikut: a. Peneliti melakukan rapport terlebih dahulu kepada subjek. Hal ini berguna untuk membangun kepercayaan (trust) subjek pada peneliti. b. Menjelaskan mengenai kegunaan dan tujuan dari penelitian kepada subjek. Penjelasan ini diharapkan dapat menjadi motivasi untuk terlibat dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
c. Melakukan tanya jawab pendahuluan untuk mengetahui apa saja penyebab stress atau stressor yang pernah dialami subjek saat merawat lansia di panti werdha. d. Melaksanakan wawancara kepada perawat lansia lansia dengan berlandaskan pedoman wawancara. Peneliti tidak membatasi subjek untuk memberikan informasi tambahan. e. Wawancara direkam menggunakan alat perekam dari handphone dan telah disetujui oleh subjek. f. Membuat transkrip wawancara, yaitu salinan hasil wawancara dari audio menjadi tulisan. Dalam proses wawancara ini, peneliti akan menggunakan pedoman wawancara berdasarkan strategi coping stress yang dilakukan perawat saat menghadapi stressor. Pedoman wawancara disusun oleh peneliti dengan tujuan untuk membantu mengarahkan peneliti dalam melaksanakan wawancara. Selain itu, pedoman wawancara juga digunakan untuk mengecek apakah data yang diperlukan oleh peneliti sudah terpenuhi. Alat rekam digunakan untuk menyimpan data yang berupa hasil wawancara sehingga data penting yang diperoleh dari subjek tidak ada yang terlupakan. Rekaman wawancara berfungsi untuk membantu peneliti dalam menyusun verbatim sehingga dapat mempermudah dalam melakukan pengkodean dan analisis data (Poerwandari, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
Bentuk pertanyaan yang digunakan pada penelitian ini adalah pertanyaan terbuka (open question) dengan tujuan untuk memperoleh pendapat subjek (Bogdan dan Biklen, 1992). Tabel pertanyaan untuk mengetahui strategi coping stress perawat dalam merawat lansia di panti werdha (berdasarkan teori Lazarus dan Folkman (1980, dalam Rice, 1999): Tabel 1. Pedoman Pertanyaan Wawancara. No.
Tujuan Pertanyaan
1. Mengetahui apa saja yang menjadi stressor pada perawat saat merawat lansia.
Pertanyaan a. Kapan Anda mulai merawat lansia? b. Apa saja tugas-tugas yang harus Anda lakukan ketika merawat lansia? c. Hal apa saja yang biasanya menjadi kendala atau beban saat merawat lansia? d. Apa yang Anda rasakan dan pikirkan saat terjadi kendala atau masalah dalam merawat lansia? e. Apakah
dengan
adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
kendala
tersebut
membuat
Anda menjadi stress? 2. Mengetahui menghadapi
strategi stress
pada
perawat saat merawat lansia.
a. Saat Anda mengalami stress, apa yang Anda lakukan? b. Apa yang Anda pikirkan dan rasakan saat Anda merasa stress? c. Bagaimana cara Anda untuk mengurangi stress yang sedang dialami?
Apakah
Anda
meminta atau mencari bantuan dari orang lain? d. Mengapa Anda memilih cara tersebut? Apakah cara tersebut efektif mengurangi stress? e. Bagaimana menghadapi memicu muncul?
cara
Anda
situasi
yang
stress
kembali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
F. Metode Pengukuran 1. Organisasi Data Organisasi data dilakukan dengan menyusun data hasil wawancara dan catatan lapangan secara rapi dan sistematik agar membantu peneliti memperoleh data yang baik dan memudahkan proses penelusuran data. Setelah itu, peneliti akan melakukan pengkategorian dan pengkodean sesuai dengan aspek jenis strategi coping.
2. Koding Koding merupakan proses mengolah materi/informasi menjadi segmen-segmen tulisan sebelum memaknainya (Rossman dan Rallis, dalam Creswell, 2010). Delapan langkah dalam proses koding menurut Tesch (dalam Creswell, 2010) yaitu: Delapan langkah proses koding: a) Berusaha untuk memperoleh pemahaman umum. Membaca semua transkripsi dengan hati-hati dan berusaha menangkap gagasangagasan inti dari transkripsi tersebut. b) Pilih satu dokumen yang paling menarik, paling singkat, dan paling penting. Tulislah gagasan tersebut dalam bentuk catatan kecil. c) Buatlah daftar topik mengenai semua topik yang diperoleh lalu gabungkan topik-topik yang sama. d) Ringkaslah topik-topik ini menjadi sebuah kode, lalu tulislah kode tersebut dalam sebuah segmen atau kategori.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
e) Buatlah
satu
kalimat/frasa/kata
yang
paling
cocok
untuk
menggambarkan topik-topik yang sudah diperoleh sebelumnya, lalu masukkan topik-topik ini dalam kategori khusus. f) Ringkas kembali kategori-kategori ini, lalu susunlah kode-kode untuknya. g) Masukkan materi-materi data ke dalam setiap kategori tersebut dan bersiaplah untuk melakukan analisis awal. h) Jika perlu, kodinglah kembali data yang sudah ada.
3. Analisis Data Analisis yang digunakan adalah analisis tematik. Analisis tematik merupakan proses mengkode informasi yang dapat menghasilkan tema, model tema atau indikator kompleks, kualifikasi yang biasanya terkait dengan tema itu, atau hal-hal diantara atau gabungan dari yang telah disebutkan. Tema tersebut akan mampu mendeskripsikan tema bahkan menginterpretasikan tema. Analisis tema akan membantu peneliti menemukan “pola” tertentu yang masih tersebar secara acak dalam data verbatim. Setelah menemukan pola, peneliti akan mengklasifikasikan pola tersebut dengan cara memberi label, definisi, atau deskripsi (Boyatzis dalam Poerwandari, 2005).
G. Kredibilitas Penelitian Keberhasilan penelitian ini akan terlihat dari deskripsi coping stress perawat lansia di panti werdha. Selain itu, keberhasilan penelitian juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
dilihat dari member checking. Member checking adalah pengecekan kembali data yang sudah diberikan kepada subjek dengan cara menunjukkan hasil akhir penelitian kepada subjek. Dengan cara ini, peneliti memastikan keakuratan hasil penelitian yang berupa rumusan tema-tema pada subjek. Jika rumusan tema-tema tersebut sudah disetujui keakuratannya oleh subjek, maka peneliti dapat menuliskan hasil rumusan tema sebagai laporan akhir (Creswell dalam Supratiknya, 2015). Lincoln dan Guba (dalam Poerwandari, 2005) mengemukakan bahwa reliabilitas penelitian kualitatif mengenal transferability, yaitu hasil penelitian dapat diterapkan pada situasi lain yakni coping stress perawat pada lansia yang tinggal di panti werdha dengan subjek yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Profil Responden Peneliti melibatkan tiga orang subjek berjenis kelamin perempuan yang bekerja sebagai perawat lansia yang tinggal di panti werdha. Berikut ini adalah profil dari responden dalam penelitian ini: 1. Responden R Responden pertama adalah seorang perempuan berusia 43 tahun dengan inisial R. Pendidikan terakhir responden adalah pada tingkat SMA. Responden berstatus belum menikah dan beragama Kristen. Responden tidak pernah mengikuti kursus atau pelatihan khusus untuk merawat lansia. Sebelum merawat lansia di panti werdha tempat ia bekerja sekarang, ia hanya pernah merawat neneknya. Melalui pengalaman merawat neneknya tersebut, responden merasa terpanggil untuk melayani dengan cara merawat lansia di panti werdha yang dikelola oleh yayasan Kristen di Yogyakarta. Lansia yang tinggal di panti werdha tempat responden R bekerja berjumlah 10 orang, 8 orang berjenis kelamin perempuan dan 2 orang berjenis kelamin laki-laki. Kondisi lansia di panti tersebut cukup baik, namun ada 2 orang lansia yang harus dirawat secara intensif karena
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
harus memakai infus. Kedua lansia tersebut menderita penyakit kronis dan mengalami cacat mental dan cacat fisik. Sedangkan pengurus panti werdha berjumlah 3 orang, namun hanya responden R yang bersedia tinggal di panti werdha tersebut. Terdapat beberapa kegiatan rutin yang dilakukan bersama-sama dengan para lansia. Kegiatan senam bersama dilakukan seminggu sekali setiap hari Jumat dipimpin oleh instruktur senam lansia. Selain itu, ada kegiatan membaca Alkitab dan berdoa bersama setiap hari yang dilaksanakan pada pukul 7 pagi atau sebelum sarapan.
2. Responden SR Responden kedua adalah seorang perempuan berusia 19 tahun dengan inisial SR. Pendidikan terakhir responden adalah pada tingkat SMA, kemudian ia mengikuti pelatihan untuk menjadi perawat lansia di salah satu LPK di Purwokerto. Responden beragama Islam dan berstatus belum menikah. Saat ini responden SR merawat lansia di panti werdha yang dikelola oleh yayasan Kristen di Purbalingga. Sebelum merawat di panti werdha tempat ia bekerja sekarang, responden SR mengaku bahwa ia sempat merawat di salah satu panti werdha di Semarang. Responden SR mengaku bahwa ia memutuskan untuk menjadi perawat lansia atas dasar keinginannya sendiri, berbekal pengetahuan dari pelatihan yang sudah pernah diikutinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
Di panti werdha tempat responden ST bekerja, lansia yang tinggal di panti tersebut berjumlah 13 orang, 9 orang perempuan dan 3 orang laki-laki. Kondisi lansia di panti tersebut cukup baik, sebagian besar lansia masih sehat, hanya ada sekitar 3 orang yang harus memakai kursi roda karena kondisi fisik yang sudah lemah. Sedangkan perawat dan pengurus panti werdha tersebut berjumlah 20 orang, 15 orang perawat lansia dan 5 orang pengurus panti werdha. Semua perawat lansia tinggal di panti werdha tersebut. ada beberapa kegiatan rutin yang dilakukan bersama lansia. Di panti werdha tersebut juga ada beberapa kegiatan rutin, diantaranya adalah senam pagi setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Selain itu ada pula kegiatan membaca Alkitab dan berdoa bersama. Responden ST mengaku bahwa walaupun ia beragama non Kristen, ia tetap mengikuti kegiatan tersebut.
3. Responden SN Responden ketiga adalah seorang perempuan berinisial SN yang berusia 20 tahun. Pendidikan terakhir yang ditempuh oleh responden adalah SMA. Setelah lulus SMA, responden mengikuti pelatihan khusus untuk merawat lansia di Purwokerto. Responden beragama Islam dan belum menikah. Saat ini responden SN merawat lansia di panti werdha yang dikelola oleh yayasan Kristen di Purbalingga. Sama seperti responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
SR, responden SN sempat merawat di salah satu panti werdha di Semarang sebelum ia menjadi perawat lansia di panti werdha dimana saat ini ia bertugas. Responden SN berkata bahwa ia menjadi perawat lansia atas keinginannya sendiri dan ia merasa siap dengan segala konsekuensi yang akan diterimanya saat merawat lansia. Di panti werdha tempat responden ST bekerja, lansia yang tinggal di panti tersebut berjumlah 13 orang, 9 orang perempuan dan 3 orang laki-laki. Kondisi lansia di panti tersebut cukup baik, sebagian besar lansia masih sehat, hanya ada sekitar 3 orang yang harus memakai kursi roda karena kondisi fisik yang sudah lemah. Sedangkan perawat dan pengurus panti werdha tersebut berjumlah 20 orang, 15 orang perawat lansia dan 5 orang pengurus panti werdha. Ada beberapa kegiatan rutin yang dilakukan untuk dilaksanakan bersama lansia. Kegiatan tersebut diantaranya adalah senam rutin yang dilakukan setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Ada juga kegiatan berdoa dan membaca Alkitab bersama yang dilaksanakan setiap hari. Meskipun beragama non Kristen, responden SN mengaku bahwa ia tetap mengikuti kegiatan berdoa tersebut dan merasa senang saat ikut berdoa bersama.
B. Pelaksanaan Penelitian Pengambilan data pada responden I dilakukan pada tanggal 13 Januari 2016 di Panti Werdha Perandan Padudan Gondokusuman, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti bersama dengan responden menentukan waktu dan tempat untuk melaksanakan wawancara. Peneliti memberikan informed consent pada para responden sebagai bukti bahwa responden bersedia menjadi narasumber dalam penelitian dan agar responden mengetahui manfaat dan tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan. Peneliti melakukan wawancara tidak terstruktur yang meliputi pengalaman responden sebagai perawat lansia, kendala atau stressor yang dialami saat merawat lansia, dan strategi para responden untuk menghadapi stres. Pengambilan data pada responden II, dan responden III dilakukan pada tanggal dan tempat yang sama, yaitu 7 Maret 2016 di Panti Werdha Budi Dharma Kasih. Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti bersama dengan kepala panti werdha menentukan tempat, waktu, dan jumlah responden yang akan diwawancara. Peneliti memberikan informed consent pada para responden sebagai bukti bahwa responden bersedia menjadi narasumber dalam penelitian. Selain itu, melalui informed consent responden juga dapat mengetahui manfaat dan tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan. Peneliti melakukan wawancara tidak terstruktur yang meliputi pengalaman kedua responden sebagai perawat lansia, kendala atau stressor yang dialami saat merawat lansia, dan strategi para responden untuk menghadapi stres. Selain itu, peneliti juga menggali data tentang kondisi dan perilaku lansia yang dirawat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
C. Hasil Penelitian 1. Responden I (inisial R) a. Tugas sebagai perawat lansia Berdasarkan paparan responden I, ada beberapa tugas yang harus dikerjakan dalam tugasnya merawat lansia, diantaranya adalah memandikan, menyuapi, mengganti pakaian para lansia dan mengerjakan urusan administrasi panti werdha. Tugastugas tersebut ia lakukan sendiri karena hanya ada satu perawat di panti werdha tempat responden I bekerja. Namun karena sebagian besar lansia masih mandiri, responden I tidak terlalu kesulitan dalam merawat para lansia, ia hanya perlu mengawasi lansia yang masih mandiri dan memberikan perawatan yang lebih intensif pada lansia yang sudah mengalami lemah fisik. Hal ini diungkapkan oleh responden I dalam kutipannya sebagai berikut:
“Ya ngurusin administrasi, ya ngurusi laporan pertanggungjawaban, ya ngurusi neneknya dari memandikan, nyuapin, mengganti pakaian, ya nyuci, ngepel, saya lakukan soalnya disini saya cuma sendiri, seperti itu.” (14-18)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
b. Kendala atau stressor dalam merawat lansia Responden I mengaku bahwa tidak selalu ia dapat mengerjakan tugas-tugas tersebut dengan lancar dan tidak ada kendala. Responden I berkata bahwa ia sering mengalami kendala dalam merawat lansia terutama pada saat ia harus menghadapi lansia yang mempunyai watak dan sifat yang berbeda-beda, sehingga seringkali para lansia tersebut susah untuk diberitahu. Hal ini diungkapkan oleh responden I dalam kutipannya sebagai berikut: “Kendalanya itu ya cuma nenek-nenek saya itu beda watak, sifat, karakter jadi saya harus menyesuaikan watak, sifat, karakter mereka itu.” (19-21)
Responden I berpendapat bahwa kendala yang muncul dapat berasal dari pola pikir lansia yang berbeda-beda dan tingkat pendidikan yang rendah sehingga para lansia susah untuk diatur dan diberitahu: “Mungkin
karena
berpendidikan,
jadi
itu
dia
cara
berpikirnya agak beda.” (36-40)
mungkin berpikirnya,
kurang pola
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
Kendala lain yang dialami responden I adalah kondisi kesehatan lansia yang sudah menurun dan menderita penyakit seperti epilepsi dan cacat ganda (cacat mental dan fisik). Responden I mengaku bahwa ia kewalahan saat harus merawat lansia yang menderita cacat ganda, karena selain sulit diajak berkomunikasi, lansia tersebut juga tidak dapat menggerakkan badannya sendiri sehingga butuh perawatan ekstra. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan responden I dalam kutipan sebagai berikut:
“Cuma kendalanya waktu epilepsinya dia kumat, awalnya saya nggak tau kalo dia epilepsi.” (64-63) “Dulu awal-awal masuk ya saya sempat kewalahan, saya harus ngangkat dia dari kursi ke tempat tidur, ngangkat dia dari kursi duduk terus memandikan, itu bener-bener saya kewalahan.” (73-76)
c. Strategi coping stres Responden I mengaku bahwa kendala-kendala dalam merawat lansia menjadi penyebab stres yang dialaminya. Dengan demikian, responden I menyadari bahwa ia tidak dapat menjalani tugasnya sebagai perawat lansia dengan baik jika ia mengalami stres, sehingga ia harus menghadapi rasa stresnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
dengan melakukan coping. Beberapa strategi coping yang dilakukan responden I sebagai tindakan kuratif adalah melepaskan atau mengengkspresikan emosi negatif yang dirasakannya. Hal ini diungkapkan oleh responden I dalam kutipan sebagai berikut:
“Saya mending wek wek wek tapi nggak jadi beban, nggak jadi masalah dengan mereka. Kalo sudah ya sudah, selesai urusannya, seperti itu. Lebih baik saya keluarkan daripada dipendam.” (157-161)
“Akhirnya
saya
terus
teriak-teriak
itu
tadi,
menghilangkan kejengkelan hati saya, saya luapkan.” (190-191)
Selain
melepaskan
emosi
negatif,
secara
personal
responden I juga beranggapan bahwa menyelesaikan masalah secara langsung lebih baik daripada dipendam. Responden I juga berkata bahwa dengan menyelesaikan masalah secara langsung dapat membuatnya merasa lega. Hal ini dibuktikan dalam pernyataan responden I sebagai berikut: “Mending langsung diselesaikan sekalian trus sudah. Jadi
kalo
ada
permasalahan
sedikit
yang
itu
mengganggu pikiran saya, itu bikin saya nggak nyaman,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
jadi langsung saya selesaikan tapi setelah itu saya lega.”(337-340)
Responden I mengaku bahwa ia juga melakukan upaya preventif dan kuratif dengan mendekatkan diri pada Tuhan. Upaya ini ia lakukan untuk mengantisipasi adanya luapan emosi negatif saat ia merasa stres. Responden I berkata bahwa secara personal dengan cara mendekatkan diri pada Tuhan, ia mendapatkan ketenangan dan merasakan adanya hikmat dan tuntunan Tuhan dalam menjalankan tugasnya merawat lansia. Dalam upaya mengatasi stres dengan cara mendekatkan diri dengan Tuhan, Responden I mempunyai 2 cara yaitu dengan berdoa dan membaca firman Tuhan. Hal ini dibuktikan dengan kutipan pernyataan responden I sebagai berikut: “Akhirnya setiap saya mau marah, saya ambil renungan. Jadi setiap pagi mau makan, kita harus renungan dulu.” (127-129)
“Selalu baca renungan sebelum makan pagi, bacaan Firman Tuhan, ya melalui itu tadi saya berikan ke mereka.” (193-195)
“Pokoknya berdoa mohon hikmat pada Tuhan, dan saya tetep berpegang pada firman Tuhan. Saya merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
nyaman kalo udah berdoa, dan merasa selalu dibukakan jalan oleh Tuhan.” (262-266)
Responden I mengaku bahwa ia membutuhkan orang lain untuk mendengarkan keluhannya dan menceritakan segala permasalahan yang dialaminya, sehingga ia dapat meluapkan emosi negatifnya. Jika ia tidak bercerita dengan orang lain, ia akan tetap merasa stres dan jengkel sehingga hal tersebut akan menjadi beban pikirannya. Menurut responden I, dengan cara bercerita dengan orang lain, beban dan stres yang dirasakannya sudah berkurang. Bercerita kepada orang lain dirasa efektif oleh responden I untuk mengurangi rasa jengkel dan stres yang dialaminya. Hal ini dibuktikan dengan kutipan pernyataan responden
berikut:
“Saya curhat ke orang tertentu. Soalnya kalo saya nggak curhat ke seseorang, beban itu berat. Jadi rasanya jengkel, stres, marah, nggak mau ngeliat orangnya, itu beban mbak. Daripada nanti saya marah, jadi batu sandungan, mending saya curhat.” (286-290)
“Saya main ketempat siapa gitu. Kita ngobrol, tapi bukan ngobrol tentang simbah. Nanti pas pulang, walaupun masih ada rasa jengkel tapi beban dan stres saya sudah berkurang.” (309-312)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
Berdasarkan paparan dari responden I, stressor saat merawat lansia adalah saat ia harus menghadapi lansia yang sulit diberitahu, mengurus administrasi serta membersihkan panti sendiri, dan merawat lansia yang mengalami cacat fisik dan mental. Dalam menghadapi stres, responden I melakukan tindakan preventif yaitu berdoa dan membaca Alkitab. Upaya ini juga didukung dengan adanya kegiatan rutin di panti yaitu membaca renungan bersama. Sedangkan tindakan kuratif yang ia lakukan adalah menyelesaikan masalah secara langsung dan bercerita kepada orang lain. Dengan demikian, secara personal ia merasa bahwa dengan cara-cara tersebut rasa stresnya dapat berkurang. Coping stres yang digunakan responden I termasuk dalam emotion-focused coping.
2. Responden II (inisial Si) a. Tugas sebagai perawat lansia Berdasarkan hasil wawancara, responden II mempunyai beberapa tugas yang harus dikerjakan sebagai perawat lansia, yaitu menjaga kebersihan dan kesehatan lansia, memandikan, menyiapkan makanan, dan menyuapi. Responden II berkata bahwa tiap hari ia harus memandikan lansia yang mengalami lemah fisik atau cacat dan lansia yang memakai kursi roda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
Dalam hal menjaga kebersihan lansia, responden II mengaku bahwa ia bertugas untuk mengepel dan menjaga kebersihan kamar para lansia. Hal ini dibuktikan dengan kutipan pernyataan responden sebagai berikut:
“Kalo pagi paling yang pertama ngepel depan gitu dulu terus nyiapin air panas buat mandi, gitu ntar jam setengah 6 mandiin.” (8-10)
“Kalo makan ya selalu ikut mba, makan terus sampe selesai gitu, kan kalo di belakang ada yang disuapin 1, terus makannya juga dihalusin.” (15-17)
Selain itu responden II juga bertugas untuk mengantar lansia yang mengeluh sakit ke poliklinik dan mengawasi lansia dalam mengonsumsi obat-obatan. Ketika waktu makan sudah tiba, responden II bersama perawat lainnya menyiapkan makanan untuk para lansia. Lansia yang cacat atau sedang sakit biasanya disuapi oleh perawat.Hal ini dibuktikan dengan kutipan pernyataan responden II sebagai berikut:
“Kalo misalkan ada yang sakit langsung dibawa ke balai pengobatan yang di depan. Kadang juga ditanya satusatu, ada yang sakit apa nggak. Kalo ada yang lemes nggak kayak biasa ditanyain kenapa, ada yang sakit apa pusing gitu mba.” (20-24)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
“Malem-malem pasti ada yang manggil, kalo ada yang mau kencing atau apa kan mesti manggil buat bantuin kencing.” (29-31)
b. Kendala atau stressor dalam merawat lansia Pada saat merawat lansia, responden II mengaku ada beberapa kendala yang dialaminya. Kendala yang sering dialami yaitu lansia yang susah diberitahu untuk mandi. Selain itu lansia juga menggit dan mencakar perawat ketika dimandikan. Responden II mengaku bahwa ada beberapa lansia yang susah dimandikan dan sering memberontak. Perilaku lansia ini membuat responden II kesulitan dalam merawat. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan pernyataan sebagai berikut:
“Ya itu sih, kalo dimandiin ada yang suka nggigit. Ada yang nggigit, ada yang nyakar. Terus kalo di depan juga yang mandiin harus berdua mba.”(38-41)
“Emm... paling kalo susah dibilangin gitu, yang dibelakang itu susah mandi, susah dibilangin suruh mandi.” (36-37)
Responden II juga mengalami kesulitan saat merawat lansia dengan kondisi lemah mental dan menderita pikun. Lansia yang pikun sering bertanya hal yang sama secara berulang sehingga
responden
II
merasa
kewalahan
dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
menanggapinya. Selain itu, responden II juga mengaku bahwa lansia sering berkata kasar sehingga ia merasa sedih dan jengkel. Kendala ini menyebabkan responden II merasa stres pada saat awal merawat lansia, namun lama-kelamaan ia terbiasa menghadapi perilaku lansia tersebut. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan sebagai berikut:
“Yang... itu yang pikun mba. Nanya terus, baru sebentar nanya, udah dijawab nanya lagi. Ngomong terus tapi omongannya
diulang
terus.
Kadang
ya
capek
nanggepinnya, jengkel juga udah dijawab, nanya lagi gitu mba .”(79-83)
“Kadang juga ada yang ngatain kasar mba. Kalo udah gitu yang bikin saya sedih, ya jengkel juga. Dulu awal ya sempet stres digituin, tapi makin kesini ya biasa aja.” (100-103)
c. Strategi coping stress Dalam menghadapi stressor yang dialaminya, responden II melakukan beberapa strategi coping yang dianggap efektif untuk mengurangi rasa stresnya. Responden II mengaku bahwa sebagai tindakan kuratif, ia sering mengungkapkan perasaan dan keluhannya dengan cara bercerita dengan temannya. Selain itu, responden II juga mendapatkan dukungan sosial berupa motivasi dan semangat serta nasihat dari teman-teman,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
orangtua, dan Kepala Panti. Hal ini dibuktikan dengan kutipan pernyataan responden sebagai berikut:
“Emm... paling ya cerita, curhat sama temen-temen. Nanti temen-temen bilang,
udah
diemin
aja,
kalo
ngamuk didiemin aja nanti kan cape sendiri.” (62-65)
“Seringnya dibilangin sama Bu Prapti, dikasih semangat gitu mba, disini kan bukan cuma kerja biasa ngerawat lansia tapi juga melayani.” (67-69)
“Tapi ya seringnya kalo ada masalah apa lagi jengkel stres gitu cuma cerita ke temen sih mba, kadang malah mereka bikin buat bercandaan.” (115-117)
Selain strategi coping yang sudah disebutkan, responden II juga mengatasi rasa stresnya dengan cara meminta bantuan pada teman-temannya ketika sedang mengalami kesulitan. responden II juga terus melakukan latihan dalam merawat lansia supaya ia dapat terbiasa dalam merawat lansia. Selain itu, secara personal responden II juga beranggapan bahwa saat ia bisa menerima keadaan dan menjalankan tugasnya sebagai perawat lansia dengan sabar dan menerima segala resiko yang ada, ia merasa stres yang dirasakannya tidak terlalu berat. Hal ini dibuktikan dengan kutipan pernyataan responden sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
“Ya gitu latian terus tiap hari, minta bantuan sama temen, dibantu sama temen juga.” (59-61)
“Jadi ya harus dihadapi aja, sama banyak-banyak sabar. Kalo nerima keadaan malah jadi nggak stres banget mba. Kerjaan merawat lansia ini kan juga saya sendiri yang mau, jadi apa aja resikonya ya saya terima aja mba.” (107-111)
Dalam upaya menghadapi stresnya, responden II berkata bahwa
ia
juga
melakukan
tindakan preventif
dengan
mendekatkan diri pada Tuhan (sholat). Hal ini dibuktikan dengan kutipan pernyataan responden sebagai berikut:
“Ya paling berdoa aja sih mba. Sama telepon ibu, ceritacerita. Nanti sama ibu paling dibilang yaudah sabar aja, dijalanin aja gitu.” (75-78)
Berdasarkan paparan dari responden II, dapat disimpulkan bahwa stres muncul saat ada lansia yang berkata kasar, tidak mau dilayani, dan melakukan tindakan agresi. Untuk mengatasi stresnya, sebagai tindakan preventif responden II melakukan upaya mendekatkan diri pada Tuhan. Sedangkan upaya kuratif yang dilakukannya adalah bercerita pada orang lain sehingga ia mendapatkan semangat dan motivasi. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
tersebut menunjukkan bahwa responden II menggunakan strategi emotion-focused coping.
3. Responden III (inisial SR) a. Tugas sebagai perawat lansia Berdasarkan hasil wawancara, responden III mempunyai beberapa tugas yang rutin dilakukannya sebagai perawat lansia. tugas-tugas tersebut adalah menjaga kebersihan para lansia, seperti memandikan dan membersihkan tempat tidur. Selain itu, responden III juga bertugas untuk menyiapkan makanan dan menjaga lansia. Responden III mengaku bahwa ia juga bertugas untuk menemani lansia saat akan tidur pada malam hari, dan menemani ke kamar mandi dan membantu buang air. Hal ini dibuktikan dengan kutipan pernyataan responden sebagai berikut: “Yaa saya kerjanya bersih-bersih tempat tidur, ngepel, nyapu. Siapin makanan juga, njagain, trus nanti kalo yang mau ke kamar mandi ndak berani ditemenin, dibantu buang airnya, trus nanti ada yang ndak berani tidur malem ditemenin gitu, kasih obat.” (20-24)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
b. Kendala atau stresor saat merawat lansia Dalam melaksanakan tugasnya sebagai perawat lansia, banyak kendala yang dilami oleh responden III. Kendala yang biasa ia alami adalah perilaku lansia yang sering menolak untuk dimandikan dan berteriak-teriak. Responden III juga mengaku bahwa ia pernah digigit, dicubit, dan dipukul oleh lansia yang tidak mau dimandikan. Lansia yang suka menggigit dan mencubit seringkali membuat responden III merasa sedih dan stres, selain itu responden III juga mengalami kendala saat mengingatkan lansia yang sulit minum obat. Hal ini dibuktikan dengan kutipan pernyataan responden III sebagai berikut: “Biasanya
nenek-neneknya
tu
suka
teriak-teriak.
Dimandiin ndak mau, teriak-teriak, nggigitin juga, nyubitin.” (35-37)
“Trus kalo suruh minum kalo ndak disuruh ndak minumminum.” (39-40)
“Apalagi yang suka nggigit sama mukulin kalo pas dimandiin mbak, itu rasanya sedih banget, bikin stres.” (102-104)
Selain perilaku lansia yang menjadi kendala dalam merawat lansia, responden III mengaku bahwa kesehatan lansia yang menurun juga menjadi hambatan dalam merawat lansia. Beberapa lansia yang sudah pikun sering menanyakan satu hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
yang sama pada para perawat secara berulang-ulang, hal tersebut membuat responden III merasa lelah dan jengkel, namun ia harus tetap menanggapi pertanyaan lansia tersebut. Hal ini dibuktikan dalam kutipan pernyataan responden III sebagai berikut: “Yaa stres mbak, apalagi kalo ngadepin orang pikun mbak, capek ngadepinnya. Biasanya nanya, ini jam berapa? Udah dijawab “jam 8”, tapi nanya lagi nanya lagi. Nanti 5 menit lagi nanya lagi, “anak saya kok nggak kesini-sini ya? Lho kok ndak kesini lagi ya?” Marah-marah terus. (41-46)
Kendala-kendala yang dialami tersebut membuat responden III merasa jengkel, marah, dan stres, sehingga ia berniat untuk mengupayakan sesuatu agar ia bisa mengatasi emosi negatifnya tersebut. Responden III mengaku bahwa ketika ia sudah tidak dapat menahan rasa jengkelnya, ia akan memarahi atau membentak lansia yang sulit diberitahu. Hal ini dibuktikan dengan kutipan pernyataan sebagai berikut:
“Kadang-kadang marah-marah gitu mbak, ndak sengaja malah jadinya mbentak-mbentak.” (57-58)
c. Strategi coping stres
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
Responden III mengaku bahwa saat ia merasa stres, ia juga berinisiatif untuk mencurahkan isi hati dan permasalahan yang dialaminya pada teman-temannya. Saat bercerita pada temantemannya, responden III berkata bahwa ia mendapatkan dukungan dan motivasi serta nasihat dari teman-temannya. Responden III juga berkata bahwa ia mendapat hiburan dari teman-temannya dengan cara bercanda bersama. Hal ini dibuktikan dengan kutipan pernyataan sebagai berikut:
“Yaa biasanya bercanda sama temen-temen, ndengerin lagu,
nanti
nyanyi-nyanyi
bareng,
ketawa-ketawa
bareng, gitu.” (67-69)
“Biasanya saling berbagi gitu, saling cerita sama saling kasih semangat gitu lah mbak. Kasih nasihat juga...” (76-78)
“Tapi terus biasanya temen-temen kasih motivasi, “Jangan gitu lah, harus semangat. Kita kan disini kerja sama-sama. Nanti kalo kerjasama kan kita bisa ngatasin permasalahan yang ada disini..” (106-110)
Responden III mengaku bahwa ia juga melakukan upaya mendekatkan diri dengan Tuhan dengan cara berdoa (sholat) ketika ia merasa stres. Responden III juga bercerita pada ibunya tentang permasalahan yang sedang dihadapinya. Dengan cara ini responden merasa stresnya dapat berkurang. Upaya meluapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
emosi negatif dengan cara menangis juga dilakukan oleh responden III. Namun jika responden III sudah tidak dapat mengatasi permasalahan dan stressor yang dihadapinya, responden III berkata bahwa ia akan menyerah dalam merawat lansia. Hal ini dibuktikan dengan kutipan pernyataan responden III sebagai berikut:
“Kadang juga saya berdoa, supaya apa ya, biar dikasih kesabaran aja. Pernah saya nangis sendirian di kamar juga mbak. Kadang-kadang nangis sendirian habis sholat. Kadang telpon sama ibu dirumah.” (86-90)
“Paling kalo udah bener-bener nggak tahan ya marahmarah sebentar, nanti trus curhat lagi, yang penting berdoa aja sih mbak. Tapi kalo udah bener-bener nggak tahan banget ya... mesti mundur, pasrah aja.” (96-99)
Dari hasil analisis, stressor yang dialami oleh responden III berasal dari perilaku lansia yang tidak mau dilayani, tindakan agresi lansia, dan ketika harus menghadapi lansia yang pikun. Sebagai tindakan kuratif responden III menghadapi stresnya dengan cara membentak dan marah pada lansia, bercerita pada orang lain, dan menangis. Sedangkan sebagai tindakan preventif responden III melakukan pendekatan diri pada Tuhan untuk mendapatkan ketenangan batin. Strategi coping yang digunakan responden III termasuk dalam emotion-focused coping.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
D. Pembahasan 1. Tugas sebagai perawat lansia Perawatan lansia atau geriatric nursing yaitu perawat yang menangani penyakit pada proses menua(Kozier dalam Nugroho, 1992). Hal ini yang dilakukan oleh ketiga responden yang merawat para lansia di panti werdha. Walaupun ketiga responden tidak menangani penyakit yang diderita para lansia, namun mereka bertugas untuk merawat lansia yang sedang mengalami proses menua. Para lansia yang dirawat oleh ketiga responden pada umumnya termasuk dalam kategori lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia 70 tahun atau lebih dan mengalami kelemahan fisik maupun psikis. Lansia yang dirawat oleh ketiga responden pada umumnya mengalami kepikunan, menderita penyakit tertentu seperti epilepsi, dan memerlukan bantuan saat menjalankan aktivitas sehari-hari karena lemah fisik dan keterbatasan lain seperti cacat mental dan cacat fisik. Selain itu, perawat lansia mempunyai peranan untuk melayani lansia dengan menggunakan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan merawat untuk mengoptimalkan kesejahteraan hidup para lansia (Nugroho, 1992). Hal ini sesuai dengan responden II dan responden III yang sebelum merawat lansia di Panti Werdha Budi Dharma Kasih sudah pernah merawat lansia di salah satu panti werdha di Semarang. Responden II dan responden III juga memiliki pengetahuan merawat lansia melalui kursus di LPK khusus untuk perawat lansia. Sedangkan responden I memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
pengetahuan dalam merawat lansia dari pengalamannya merawat neneknya yang sedang sakit. Berbeda dengan kedua responden lainnya, responden I tidak pernah mengikuti kursus atau pelatihan untuk menjadi perawat lansia. Dilihat dari pengalaman saat merawat lansia yang dialami oleh ketiga responden, tugas yang harus dilakukan oleh perawat lansia adalah membantu lansia saat makan, menemani dan membantu lansia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Selain itu, perawat lansia juga harus mengontrol kesehatan dan menanyakan keluhan kesehatan yang dialami lansia serta mengantar lansia yang sakit ke balai pengobatan dan mengontrol jadwal untuk mengonsumsi obat-obatan seperti yang dilakukan oleh responden II dan responden III. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nugroho (1995) tentang tugas-tugas yang harus dilakukan oleh perawat lansia, seperti mendekatkan diri dengan lansia dan membimbing dengan sabar dan ramah, menanyakan apakah ada keluhan yang dirasakan, mengingatkan agar tidak lupa minum obat.
2. Stressor atau kendala saat merawat lansia Dalam tugasnya merawat lansia, ketiga responden mengaku bahwa pernah merasa tertekan dan mengalami stres. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Insiyah (2014) yang menyatakan bahwa merawat lansia adalah pengalaman yang dapat memicu stres. Sebagian besar stressorberasal dari perilaku dan kondisi lansia yang dirawat. Menurut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
Gitlin (2012), lansia mengalami penurunan kondisi mental dan fisik yang disertai dengan adanya penurunan psikologis, diantaranya demensia, depresi, delusi, gangguan kecemasan, dan gangguan tidur. Kondisi lansia yang dirawat oleh ketiga responden sebagian besar sudah mengalami penurunan fisik dan kondisi mental yang semakin lemah, mengidap suatu penyakit tertentu, dan perilaku lansia yang kurang pantas menjadi penyebab para responden merasa tertekan. Kendala yang dialami oleh responden I adalah ketika ia harus menghadapi lansia yang mempunyai watak yang keras sehingga lansia tersebut sulit untuk diberitahu. Selain itu, responden I juga merasa kesulitan saat harus merawat lansia yang mengalami cacat mental dan fisik karena responden I merasa harus lebih memperhatikan lansia tersebut sehingga menguras tenaga dan pikirannya. Responden I merasa tertekan karena ia tidak dapat memendam rasa marah dan jengkel yang ia rasakan. Hal ini karena responden I beranggapan jika ia meluapkan kemarahannya pada lansia yang dirawatnya, maka ia merasa gagal dalam merawat lansia karena tidak dapat merawat mereka dengan kasih dan dengan tulus. Kendala dan stressor yang dialami oleh responden II dan responden III sebagian besar sama karena kedua responden tersebut merawat di panti werdha yang sama juga. Responden II dan responden III mengaku bahwa kendala dalam merawat lansia saat harus menghadapi perilaku lansia yang suka menggigit, mencakar, memukul dan mencubit saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
dimandikan. Selain itu, responden II dan responden III juga berkata bahwa terkadang lansia berkata kasar padanya sehingga mereka merasa tertekan dan sedih. Selain itu, responden III juga merasa tidak dihargai sebagai perawat ketika ada lansia yang berkata kasar padanya. Kendala lainnya yang dialami oleh responden II adalah ketika ia harus menghadapi lansia yang pikun. Lansia tersebut sering menanyakan suatu hal yang sama secara berulang-ulang sehingga responden II merasa kewalahan saat harus terus-menerus menanggapinya. Lansia yang mengalami kepikunan dan sering melampiaskan kemarahannya pada perawat juga menjadi beban bagi reponden III.
3. Strategi coping stres Kendala yang dialami ketiga responden ketika merawat lansia berdampak pada kondisi psikologis responden. Ketiga responden mengalami stres dan muncul emosi negatif lain seperti sedih dan marah. Hal ini mengakibatkan ketiga responden yang bertugas sebagai perawat lansia tidak dapat merawat lansia secara optimal. Oleh karena itu, perawat harus memiliki strategi untuk menghadapi stres yang dialaminya. Ketiga responden memiliki strategi menghadapi stres (coping) yang berbeda-beda. Strategi yang sering digunakan oleh ketiga responden yaitu mencari dukungan sosial (seeking of emotional support) dengan cara bercerita mengenai permasalahannya dalam merawat lansia maupun hal lain yang membuat mereka merasa stres dan tertekan saat bertugas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
merawat lansia. Masing-masing responden memiliki coping yang termasuk dalam kedua kategori coping tersebut. Coping yang dilakukan reponden I yang termasuk problem-focused coping yaitu dengan cara melakukan refleksi dan merenung (planning), responden I memikirkan bagaimana cara yang tepat untuk menghadapi stressor yang dialaminya dan menyelesaikan permasalahan secara langsung (active coping) karena responden I berpendapat bahwa dengan menyelesaikan permasalahan secara langung, ia tidak merasa terbeban. Reaksi ini dipengaruhi oleh motivasi responden yang tidak ingin memendam permasalahan dalam jangka waktu yang lama karena responden menyadari bahwa dengan memendam permasalahan hanya akan memperburuk keadaan. Sedangkan yang termasuk dalam emotionfocused coping yaitu mencari dukungan sosial (seeking emotional support) ketika responden I merasa ia tidak dapat menghadapi stresnya sendiri sehingga membutuhkan orang lain untuk bercerita dan berbagi tentang apa yang sedang dialaminya saat itu, namun responden I tidak mengharapkan adanya motivasi atau nasihat yang diberikan oleh orang lain; berdoa (meminta pertolongan pada Tuhan) (turning to religion) karena responden I mengaku bahwa saat ia berdoa, ia mendapatkan hikmat dari Tuhan untuk menghadapi segala permasalahan yang dialaminya, selain itu ia juga mendapatkan ketenangan saat berdoa; serta melepaskan emosi negatif secara langsung (focus on and venting of emotion) karena responden I mengaku bahwa dengan melepaskan emosi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
negatif, rasa stresnya dapat berkurang. Namun cara melepaskan emosi negatif yang dilakukan oleh responden I masih dalam batas wajar dan tidak menyakiti orang lain khususnya lansia yang dirawatnya. Berdasarkan hasil pembahasan, sebagian besar strategi coping yang dilakukan oleh responden I termasuk dalam emotion-focused coping. Sedangkan coping yang dilakukan oleh responden II yaitu mencari dukungan sosial (seeking emotional support) dari teman-teman sesama perawat lansia. Reaksi ini berkaitan dengan harapan responden II untuk mendapatkan motivasi dari teman-temannya. Responden II mengaku bahwa ia sering mendapatkan motivasi dari teman perawat lansia lainnya saat ia bercerita mengenai stres dan permasalahan yang dialaminya. Selain itu, responden II juga meminta bantuan pada orang lain untuk membantu menyelesaikan masalah serta mengharapkan motivasi dan nasihat dari teman-teman dan orangtuanya. Selain itu, responden II juga melakukan coping dengan cara meminta pertolongan dari Tuhan (turning to religion) karena ia beranggapan bahwa dengan berdoa, ia mendapatkan ketenangan dan ia yakin bahwa Tuhan akan menolongnya dalam menghadapi
permasalahan dan
stres yang dirasakannya.
Berdasarkan hasil pembahasan, responden II memiliki strategi coping yang termasuk dalam kategori emotion-focused coping. Coping stres oleh responden III yang termasuk emotion-focused coping adalah menghibur diri bersama orang lain. Selain itu, responden III juga mencari dukungan sosial (seeking of emotional support). Reaksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
terhadap stress yang dilakukan responden II ini didasari oleh harapan untuk mendapatkan dukungan dari orang lain. Dengan cara bercerita dengan teman dan orangtua, responden III mengaku bahwa ia sering menerima motivasi dan nasihat dari teman maupun Kepala Panti serta orangtua sehingga ia dapat menghadapi permasalahan dan stres yang dirasakannya. Responden III berpendapat bahwa dengan menerima keadaan (acceptance) ia dapat lebih ikhlas dalam menjalankan tugasnya sebagai perawat lansia dan ia akan menerima segala resiko sebagai perawat lansia dengan lapang dada. Berdoa (turning to religion) juga merupakan cara responden III mengatasi rasa stresnya, karena dengan berdoa ia mendapatkan ketenangan dan keyakinan bahwa ia dapat mengatasi permasalahan dan stres yang dialaminya. Responden III melakukan strategi coping yang termasuk problem-focused coping yaitu menyerah atau menghindari stressor (behavioral disengagement). Responden III menganggap cara ini paling efektif untuk menghadapi stres ketika cara lain yang termasuk dalam problem-focused coping sudah tidak dapat mengatasi stres yang dirasakannya. Berdasarkan hasil pembahasan, sebagian besar responden III memiliki strategi coping yang termasuk dalam emotion-focused coping. Strategi menghadapi stres yang dilakukan oleh ketiga responden sesuai dengan teori dari Lazarus dan Folkman (dalam Rice, 1999) yang menyatakan bahwa ada 2 jenis coping menurut kegunaannya, yaitu problem-focused
coping
dan
emotion-focused
coping.
Namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
berdasarkan pembahasan, ketiga responden cenderung memakai strategi yang termasuk dalam emotion-focused coping. Menurut Carver (1989), emotion-focused coping meliputi seeking of emotional support; positive reinterpretation and growth; mental disengagement; denial; acceptance; turning to religion; focus on and venting of emotion; humor; substance use. Hal ini dikarenakan ketiga responden lebih berfokus pada mengurangi emosi negatif yang dirasakan ketika mengalami stres. Ketiga responden juga mengganggap stressor yang dialami adalah hal yang dapat diatasi. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat temuan baru yaitu ketiga responden menggunakan strategi coping dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan (turning into religion). Strategi ini dianggap efektif oleh ketiga responden terutama saat mereka tidak mendapatkan dukungan sosial atau emosional yang memadai. Sehingga ketiga responden beranggapan bahwa ketika menyerahkan segala permasalahan pada Tuhan, maka semuanya akan baik-baik saja dan ketiga responden juga mendapatkan kekuatan dari Tuhan. Ketiga
responden
dilakukannya
menganggap
bahwa
strategi
coping
yang
efektif dalam mengurangi stres. Hal ini ditunjukkan
dengan perilaku ketiga responden yang menyesuaikan diri dengan kenyataan, mempertahankan keseimbangan emosional dengan cara berdoa sehingga mendapatkan ketenangan, maupun melanjutkan hubungannya dengan orang lain dengan cara mencari dukungan sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Strategi coping stres yang digunakan oleh ketiga responden yaitu seeking of emotional support. Strategi ini termasuk dalam emotion-focused coping. Strategi tersebut merupakan tindakan kuratif dari ketiga responden saat mengalami stress. Ketiga responden mengaku bahwa ketika merasa stres, mereka akan meminta dukungan kepada orang-orang terdekat seperti temanteman atau orangtua. Dukungan yang didapatkan oleh ketiga responden dapat berupa motivasi dan nasihat. Selain itu, strategi mendekatkan diri pada Tuhan (turning into religion) juga dianggap efektif dalam menghadapi stres yang dialami oleh ketiga responden. Ketiga responden melakukan strategi ini sebagai tindakan preventif maupun kuratif. Saat ketiga responden merasa akan mengalami stress, berdoa merupakan cara yang tepat untuk memberi ketenangan dalam diri. Begitu pula ketika mereka tidak mendapatkan dukungan sosial yang memadai untuk mengurangi rasa stres, ketiga responden akan berdoa dan berpasrah pada Tuhan. Dengan cara tersebut, ketiga responden merasa mendapatkan kekuatan dari Tuhan untuk mereka dapat menghadapi permasalahan atau kendala yang muncul saat merawat lansia.
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
B. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, antara lain: 1. Ruang lingkup penelitian yang terbatas, dimana peneliti hanya meneliti pada responden yang menjadi perawat di panti wredha yang dikelola oleh yayasan swasta. 2. Keterbatasan peneliti dalam menggali informasi dimana peneliti menggunakan panduan pertanyaan wawancara yang masih sederhana sehingga kurang mendalam dalam proses wawancara. C. Saran Berdasarkan penelitian dan hasil penelitian yang dilakukan, maka didapatkan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi informan penelitian Berdasarkan hasil pembahasan, perawat lansia cenderung memilih coping dengan cara mendekatkan diri pada Tuhan dan bercerita pada orang lain. Dengan demikian, diharapkan panti werdha mengadakan kegiatan yang menunjang seperti renungan dan berdoa bersama serta sharing baik dengan sesama perawat lansia maupun dengan lansia yang dirawat.
2. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini menggali bagaimana cara perawat lansia yang tinggal di panti wredha bersama lansia untuk merawat lansia selama hampir 24 jam, sehingga kendala yang dialami oleh para perawat sangat beragam dan hampir sepanjang hari terdapat kendala yang disebabkan oleh para lansia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
Selain itu, responden dalam penelitian ini ketiganya berjenis kelamin perempuan. Akan lebih baik jika pada penelitian selanjutnya dapat melihat bagaimana cara menghadapi stres saat merawat lansia pada perawat yang berjenis kelamin laki-laki. Pada penelitian selanjutnya juga dapat dilihat apa saja kendala yang dialami oleh perawat lansia yang tidak tinggal bersama para lansia di panti wredha, sehingga hasilnya dapat dibandingkan. Selain itu, dalam penelitian ini masih menggunakan panduan pertanyaan wawancara yang masih sederhana sehingga kurang dapat menggali lebih dalam mengenai pengalaman serta bagaimana cara menghadapi stres saat ketiga responden menghadapi kendala dalam merawat lansia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku Basrowi, Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta: 2008. Bogdan, R. C., & Biklen, S. K. (1992). Qualitative Research for Education: An Introduction to the Theory and Methods. Boston: Allyn & Bacon. Creswell, John W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Denzin, N. K., & Lincoln, Y. S. (1994). Hanbook of Qualitative Research. Thousand Oaks, California: Sage. Effendy, N. (1997). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Gormally, Luke. (1992). The Dependent Elderly: Autonomy, Justice and Quality of Care. Great Britain: Cambridge University Press. Hawari, D. (2007). Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi. Jakarta: EGC. Hurlock, E. B. (1979). Personality Development. New Delhi: Tata McGraw-Hill. Hurlock, E. B. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (edisi kelima). Penerbit Erlangga. Jakarta: 2008. http://depsos.go.id
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
Johnson, D. W. & Johnson, F. P. (1991). Joining Together: Group Theory and Group Skills. Fourth Edition. London: Prentice Hall International. Kerlinger, Fred N. (2004). Asas-asas Penelitian Behavioral. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Lazarus, R. S., & Folkman, S. Stress, Appraisal, and Coping. Springer. New York: 1984. Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nugroho, W. (1992). KeperawatanGerontik, Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Nugroho, W. (1995). Perawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Buku Kedokteran. Nugroho, W. (2000). Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC. Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Gerartik. Jakarta: EGC. Nugroho, W. (2009). Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC. Papalia, Olds & Fieldman. (2007). Human Development. New York: McGraw Hill. Papalia, D. E., Sterns, H. L., Fieldman, R. D. & Camp, C. J. (2002). Adult Development And Aging. New York: McGraw Hill. Poerwandari, Kristi. (2005) Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: LPSP3 UI. Poerwandari, Kristi. (1998). Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
Rice, P. L. Stress and Health (3rd ed.). Brooks/Cole Publishing Company. California: 1999. Smith, Jonathan A. (2013). Dasar-Dasar Psikologi Kualitatif: Pedoman Praktis Metode Penelitian. Bandung: Penerbit Nusa Media. Suardiman, Siti Partini (2011). Psikologi Usia Lanjut, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Supratiknya, A. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif Dalam Psikologi. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma. Taylor, S. E. & Stanson, A. L. Coping Resource, Coping Processes and Mental Health. The Annual Review of Clinical Psychology no. 3 (377-401).
Sumber Jurnal dan Skripsi Carver, C. S. 1997. You Want to Measure Coping But Your Protocol’s Too Long: Consider the Brief COPE. International Journal of Behavioral Medicine, no. 1 (92-100). Carver, C. S., Scherier, M. F., & Weintraub, J. K. 1989. Assesing Coping Strategies: A Theoretically Based Approach. Journal of Personality and Social Psychology, no. 56 (267-283). Gitlin, N. L. & Schulz, R. (2012). Family Caregiving for Older Adults. In T. R. Prohaska, L.A. Anderson, R. H. Binstock. Public Health for an Aging Society. Baltimore, MD: Johns Hopkins University Press. (pp. 181-204)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
Gitlin, L. N. & Wolff, J. L. (2012). Family Involvement in Care Transitions of Older Adults: What Do We Know and Where Do We Go From Here?In P. Dilworth-Anderson. Annual Review of Gerontology and Geriatrics: Pathways through the Transition of a Dementia Caregiver Intervention for Individuals with Dementia and Family Caregivers: The Tailored Activity Program. American Journal of Geriatric Psychiatry, No. 18. Hertamina, M. R. (2009). Dukungan Sosial pada Lansia di Panti Werda (Studi Deskriptif tentang Harapan dan Penerimaan Dukungan Sosial pada Lansia dari Staf dan Pemberian Dukungan Sosial Menurut Staf pada suatu Panti di Jakarta).
Jakarta:
Perpustakaan
Universitas
Indonesia.
(http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=20286577&lokasi=lokal) Insiyah & Hastuti, R. T. Pengaruh Terapi Penyelesaian Masalah (Problem Solving Therapy) Terhadap Penurunan Distress Psikologik Pada Caregiver Lansia di RT 03 RW 04 Mojosongo, Jebres, Surakarta. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Vol. 3 No. 2, November 2014, hal. 106-214 Martina, A. (2012). Gambaran Tingkat Stres Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Paru Dr. Moehammad Goenawan Partowidigyo Cisarua Bogor (RSPG). Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Ningrum, D. W. (2011). Hubungan Antara Optimisme Dan Coping Stres Pada Mahasiswa UEU yang Sedang Menyusun Skripsi. Jurnal Psikologi Vol. 9 No. 1, Juni 2011.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
Putra, D. N. (2013). Strategi Coping Terhadap Stres Pada Mahasiswa Tunanetra UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Yogyakarta: Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Rosyani, C. R. (2012). Hubungan Antara Resiliensi dan Coping Pada Pasien Kanker Dewasa. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Rubbyana, Urifah. (2012). Hubungan antara Strategi Koping dengan Kualitas Hidup pada Penderita Skizofrenia Remisi Simptom. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental. Vol. 1 No. 2, Juni 2012. Sarwendah, E. (2013). Hubungan Beban Kerja dengan Tingkat Stress Kerja Pada Pekerja Sosial Sebagai Caregiver di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi DKI Jakarta. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sulandari, Santi. (2009). Penyesuaian Diri Pada Lansia Yang Tinggal Di Panti Werdha. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sukmarini, N. (2009). Optimalisasi Peran Caregiver dalam Penatalaksanaan Skizofrenia. Bandung: Majalah Psikiatri XLII. Widiastuti, R. H., Sabar, J. & Permatasari, H. (2011). Pengalaman Keluarga Merawat Lansia Dengan Demensia. Jurnal Ners Indonesia, Vol. 1 No. 02.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No.
Verbatim
1.
Selamat pagi ibu, saya mau wawancara ibu mengenai
2.
bagaimana menjadi perawat lansia di panti werdha ini.
3.
Yang pertama, kapan ibu mulai merawat lansia? Saya
4.
merawat lansia itu sebetulnya sebelum disini saya sudah
5.
merawat nenek saya sendiri. Lalu saya tahun 2000-2001
6.
saya disini, tapi waktu itu saya pulang. Jadi, waktu itu saya
7.
pulang. Jadi karyawan disini, pagi masuk, sore pulang. 2
8.
tahun lalu keluar, baru tahun 2006 saya masuk sini sampe
9.
sekarang. Sebelum 2006 itu ibu merawat dimana? Saya
10.
nggak merawat lansia mbak, saya kerja di UKDW. Berarti
11.
kira-kira udah berapa lama ya bu? Kira-kira saya sudah
12.
10 tahun disini. Terus, selama ibu merawat lansia itu,
13.
tugas-tugas apa aja yang harus ibu lakukan? Saya disini
14.
serabutan, semua saya kerjakan, hehehe. Ya ngurusin
Satuan Makna
Makna yang Dipadatkan
Kode
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
administrasi, ya ngurusi laporan pertanggungjawaban, ya
16.
ngurusi neneknya dari memandikan, nyuapin, mengganti
17.
pakaian, ya nyuci, ngepel, saya lakukan soalnya disini saya
18.
cuma sendiri, seperti itu. Selama ibu merawat, ada
19.
kendala-kendala gitu nggak bu? Kendalanya itu ya cuma...
20
nenek-nenek saya itu beda watak, sifat, karakter jadi saya
21.
harus menyesuaikan watak, sifat, karakter mereka itu. Cuma Kendalanya itu ya cuma Perbedaan
22.
kalo mereka penghuni baru, kendalanya itu ya saya harus nenek-nenek saya itu beda karakter.
lansia: perbedaan watak.
23.
penyesuaian dan kadang mereka membawa wataknya watak, sifat, karakter jadi
Upaya untuk mengatasi
24.
sendiri-sendiri, itu susah. Tapi ya... tetep berusaha untuk saya harus menyesuaikan
stresasimilasi.
25.
memahami mereka. Dalam ibu menyesuaikan dengan watak,
26.
nenek-neneknya itu biasanya lama atau tergantung? mereka itu.
27.
Tergantung nenek-neneknya. Ada yang nyaman, ada yang Tapi
28.
lama. Jadi sudah dikasih pengertian tetep ngeyel, mbandel untuk memahami mereka.
29.
gitu ada. Kondisi nenek-nenek yang ibu rawat disini tu
sifat,
ya
tetep
watak,
sifat, Kendala dalam merawat
karakter
berusaha Selalu
berusaha
memahami para lansia.
untuk Upaya untuk mengatasi stresasimilasi.
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30.
kayak apa? Ada satu contohnya, ee... nenek itu dulunya
31.
pedagang. Jadi waktu masuk sini, untuk adaptasi duduk,
32.
diam, anteng kan tidak bisa. Dia maunya jalan-jalan, pergi,
33.
duduk tu ndak jenak. Terus suruh jaga rumah tu malah pergi.
34.
Lha itu saya harus memberikan pengertian, prosesnya
35.
memang lama. Harus dikasih pengertian, harus dikasih
36.
waktu karena mereka juga pikirannya kadang blank. Nah Mungkin karena itu dia Perbedaan pola pikir dan Kendala dalam merawat
37.
yang kadang membuat saya kadang ndak nyambung dengan mungkin
38.
dia, itu mungkin karena... itu dia mungkin kurang berpendidikan,
39.
berpendidikan, jadi cara berpikirnya, pola berpikirnya agak berpikirnya,
40.
beda. Nah, saya harus memahami itu juga. Ndak mudah lah berpikirnya agak beda.
41.
saya harus merawat satu orang dengan yang lainnya itu ndak
42.
mudah. Itu perlu waktu dan penyesuaian juga. Trus kalo
43.
dari kondisi fisik sama mental lansia yang ibu rawat itu
44.
sebagian besar kayak gimana? Ada fisik mereka normal Ada fisik mereka normal Kondisi fisik lansia yang Kondisi
kurang perbedaan tingkat pendidikan. lansia: perbedaan pola jadi
cara
pikir dan sifat.
pola
lansia
3
yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45.
tapi mentalnya agak terbelakang, ada. Cuma saya juga harus tapi
mentalnya
46.
memahami dia. Dia orangnya diam, tapi kalo dia diam trus terbelakang, ada.
47.
ada yang istilahnya bikin masalah, dia nggak salah tapi dia
48.
disalahkan, dia marah. Marahnya itu seperti anak kecil. disalahkan,
49.
Awalnya saya juga kaget, tapi lambat laun saya memahami Marahnya itu seperti anak sering marah jika disalahkan, terbelakang mentalnya di
50.
karakter dia seperti ini. Tapi saya tetep harus tegas, dalam kecil.
contohnya ia marah seperti panti werdha.
51.
arti harus tegas itu bukan saya kurangajar dengan orang yang
anak kecil.
52.
sudah tua, tetep harus membedakan ini untuk mendidik, ini
53.
untuk memberikan, ini untuk menasehati, saya harus bisa
54.
tegas. Kalo yang sakit-sakit gitu ada nggak bu, kayak
55.
yang emang bener-bener lemah? Ada ni yang satu ini, dia Dia sakit mental, sakit fisik, Lansia
56.
sakit mental, sakit fisik, bisa dikatakan cacat ganda ya. Ini bisa dikatakan cacat ganda keterbelakangan mental dan Kondisi
57.
titipan dari Sarimulyo itu cacat fisik, cacat mental. Aturan ya.
58.
kalo mau masuk sini kan harus sehat, tapi waktu itu miss
Cacat ganda: cacat fisik
59.
komunikasi tau-tau udah dibawa kesini pake kursi roda, saya
dan cacat mental.
nggak
salah dia
agak sudah lemah dan mengalami dirawat di panti werdha keterbelakangan mental. tapi Lansia
yang
marah. keterbelakangan
cacat secara fisik.
mengalami
mengalami keterbelakangan mental. mental Perilaku
lansia
yang
mengalami lansia
yang
dirawat di panti werdha.
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60.
kan nggak bisa nolak. Saya jadi mikir kalo itu saya
61.
bagaimana, kalo itu keluarga saya bagaimana? Jadi mau
62.
tidak mau saya terima. Nah dengan berjalannya waktu
63.
ternyata dia epilepsi, dia diabet, itu kan berat. Jadi saya
64.
jalani dengan sukacita. Cuma kendalanya waktu epilepsinya Cuma
65.
dia kumat, awalnya saya nggak tau kalo dia epilepsi. Saya epilepsinya
66.
cuma nanganinnya nggak kasih obat, saya cuma kasih air awalnya saya nggak tau kalo tidak tahu cara mengatasinya.
penyakit epilepsi yang
67.
kelapa. Nah setelah itu supaya gulanya turun, saya kasih dia dia epilepsi.
diderita lansia kambuh.
68.
nasi kemarin. Bukan yang basi ya, itu biar gula darahnya
69.
turun. Nah terbukti dia gula darahnya emang turun. Sekarang
70.
dia tubuhnya kayak semakin menutup, awalnya dia bisa
71.
tangannya gerak, sekarang nggak bisa. Terus tulang-
72.
tulangnya udah mulai kayak bengkok-bengkok, jadi harus
73.
dirawat ekstra. Dulu awal-awal masuk ya saya sempat Ngangkat dia dari kursi Perawat harus memberikan Perasaan saat merawat
74.
kewalahan, saya harus ngangkat dia dari kursi ke tempat duduk terus memandikan, perawatan ekstra pada lansia, lansia: kewalahan.
kendalanya dia
waktu Ada lansia yang mengidap Kendala
saat merawat
kumat, epilepsi, saat kumat perawat lansia di panti werdha:
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75.
tidur, ngangkat dia dari kursi duduk terus memandikan, itu itu
bener-bener
76.
bener-bener saya kewalahan. Sampe kadang tiap pagi mulut kewalahan.
77.
saya teriak-teriak, memberikan pengertian untuk dia, karena Sampe kadang tiap pagi Perawat harus berteriak saat Cara
78.
dia kalo disuruh buka badan malah jadi kaku badannya, ya mulut
79.
karena cacat mental itu tadi ya. Lama-lama saya sendiri yang memberikan
80.
harus menyesuaikan, karena kondisinya memang seperti ini. untuk dia.
81.
Tapi ya sudah, saya jalani dengan sukacita. Itu yang paling Kalo disuruh buka badan Lansia yang menderita cacat Kondisi
82.
berat, dia. Kalo yang lain gimana bu? Kalo yang lain malah jadi kaku badannya, mental
83.
nyaman, nyambung. Lalu ada satu lagi ada yang gimana ya, ya karena cacat mental itu kelumpuhan saraf.
84.
boleh dikatakan kelainan. Itu kalo orang bilang halusinasi tadi ya.
85.
masa lalunya timbul sekarang. Nah saya juga bingung, tapi Itu
86.
setiap saat neneknya itu teriak-teriak, entah pagi, entah halusinasi
87.
siang, entah malam, itu selalu yang disebut-sebut cucunya. timbul sekarang.
88.
“Ayo cepet mandi,” trus kata-katanya kotor seperti itu. Ada
89.
saatnya saya marah, “Diem! Tau nggak kalo suruh diem!
saya
kalo
saya sehingga
perawat
merasa
kewalahan saat merawat. mengekspresikan
teriak-teriak, berkomunikasi dengan lansia kewalahan. pengertian yang mengalami cacat.
orang masa
juga
lansia:
mengalami mental & kelumpuhan saraf.
bilang Ada lansia yang mengalami Kondisi
lansia:
lalunya halusinasi yang berasal dari mengalami masa lalunya.
cacat
gangguan
mentalhalusinasi.
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90.
Ganggu temennya pada tidur!” “Itu cucu saya di luar.” “Itu
91.
bukan cucumu, itu karyawan. Ini jalan, cucumu di desa
92.
sana.” (menirukan percakapannya dengan si nenek) Trus dia
93.
langsung masuk kamar trus nanti temannya ikut marah
94.
dengan saya, trus nanti saya “Ngapain kok ikut-ikut marah?”
95.
Yang ini saya belum bisa ngatasin, yang ini saya sudah
96.
konsultasi ke pengurus, kemungkinan dia mau dibawa ke
97.
pakem, ke Ghrasia itu atau entah ke psikolog. Tapi saya
98.
yang satu ini emang belum bisa nanganin. Kalo secara fisik
99.
yang lain, kecuali yang cacat itu emang sehat bu? Iya
100.
biasa, ndak papa, ndak masalah. Tadi yang merawat itu bu,
101.
ibu kan bilang, semua pekerjaan disini ibu yang
102.
lakukan. Ketika ada lansia yang sakit, ibu juga yang
103.
anter ke dokter? Iya, saya harus nganter ke dokter. Tapi
104.
saya melibatkan pengurusnya, disini kan ada Komisi Panti,
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105.
Komisi Kesehatan kan ada. Saya melibatkan mereka,
106.
neneknya perlu dibawa ke rumah sakit ndak. Kalo memang
107.
ndak, ya sudah kita rawat di rumah. Kalo harus dibawa ke
108.
rumah sakit ya saya konfirmasi ke pengurusnya, nanti kita
109.
bersama-sama bawa ke rumah sakit. Nah ketika ibu
110.
mengalami kendala atau masalah waktu merawat nenek-
111.
nenek itu, apa sih yang ibu rasakan? Ya... namanya Ya namanya manusia ya Perawat merasa jengkel pada Perasaan ketika merawat
112.
manusia ya mbak, rasa jengkel itu tetep ada. Terus rasa... mbak, rasa jengkel itu tetep lansia yang dirawatnya, selain lansia: jengkel, marah.
113.
aduh, saya sudah berusaha tak rawat, tapi kok seperti ini. ada.
114.
Kadang saya juga marah, saya mengatakan “Kamu tu bukan marah...
115.
apa-apaku,
116.
mengasihimu, karena aku sayang. Tapi kalo dikasih tapi aku mau melayanimu... pengertian pada lansia untuk mengekspresikan marah.
117.
pengertian nggak mau ya sudah.” Contohnya kayak Bu Tapi kalo dikasih pengertian kebaikan para lansia.
118.
Maria itu mbak, sukanya ngorek-ngorek sampah, liar lah nggak mau ya sudah
119.
hidupnya. Kadang saya marahin, saya menegur karena saya
tapi
aku
mau
melayanimu,
aku
Kadang
saya
juga itu,
perawat
juga
merasa
marah dan jengkel.
mau Kamu tu bukan apa-apaku, Perawat
memberikan Cara
perawat
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120.
sayang, saya masih perhatian. Kalo saya cuma diam, masa
121.
bodo, saya melihat trus nanti saya bilang, “Sukur, rasakno
122.
dewe.” Dia ketawa, akhirnya dia kembali lagi. Saya jadi
123.
ngerti, oo memang karakter nenek ini seperti ini. Cara
124.
berpikirnya juga gini, akhirnya saya harus memahami. Dan
125.
akhirnya waktu itu saya marah. Dulu ya mbak, saya sering
126.
marah, tapi akhirnya saya sadar, kalo saya ikut marah nanti
127.
saya malah tambah stres. Akhirnya setiap saya mau marah, Akhirnya setiap saya mau Untuk
mengurangi
128.
saya ambil renungan. Jadi tiap pagi mau makan, kita harus marah,
perawat
129.
renungan dulu. Dari renungan itu saya jabarkan, “Ni lho renungan. Jadi tiap pagi untuk mengambil renungan.
130.
mbah, kita nggak boleh seperti ini. Halnya sepele, harusnya mau
131.
ada komunikasi, tapi karena nggak ada komunikasi tadi renungan dulu.
132.
akhirnya jadi perang. Perang mulut seperti itu, itu nggak
134.
bagus. Didenger sama orang lain juga nggak enak.” Jadi
135.
pengertiannya seperti itu. Saya tetep sadar Tuhan tuntun
saya
makan,
kita
ambil marah,
rasa Upaya untuk mengatasi
memilih stres berdoa/beribadah.
harus
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136.
saya, beri saya kesabaran, agar saya lebih bijaksana dalam
137.
mengatasi simbah-simbah, gitu. ide untuk baca renungan
138.
itu emang dari ibu sendiri? Iya, dari diri sendiri. Dan saya
139.
juga kan sudah punya komitmen bahwa didalam firman
140.
Tuhan kan dikatakan, “Apa yang kamu lakukan untuk orang
141.
yang paling hina, kamu sudah melakukan untuk Aku,” itu
142.
didalam Matius 25:40. Itu pegangan hidup saya untuk
143.
melayani Tuhan, inilah wujud saya melayani Tuhan.
144.
Meskipun orang mengatakan suka dan duka banyak
145.
dukanya, tapi saya jalani dengan sukacita karena saya
146.
melayani Tuhan. Selain yang ibu rasakan, kan tadi ibu
147.
bilang jengkel ya, apa sih yang ibu pikirkan waktu
148.
mengalami masalah-masalah itu? Ya... kembali ke
149.
manusia itu tadi. Rasa... rasa apa ya... kita tetep merasa Kita tetep merasa jengkel, Perawat merasa jengkel dan Perasaan dan pikiran saat
150.
jengkel, marah, putus asa, bahkan sampe saya teriak-teriak. marah, putus asa, bahkan marah serta putus asa ketika merawat lansia.
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151.
Maksudnya sampe saya marahnya dengan teriak-teriak. sampe saya teriak-teriak.
merawat lansia.
152.
Karena gini mbak, prinsip saya, daripada saya diam, tak Daripada saya diam, tak Daripada
153.
tahan, lebih baik aku wek wek wek wek wek, tapi sudah. Saya tahan, lebih baik aku wek perawat lebih memilih untuk kemarahan.
154.
nggak dendam, saya nggak emosi, dan saya wek wek wek- wek wek wek wek, tapi melampiaskannya
155.
nya itu tetap ada batasnya, bukan saya seenaknya sendiri sudah.
156.
gitu, ndak. Karena saya nanti kalo setiap permasalahan saya
157.
pendam sendiri, mungkin saya nanti sakit liver. Jadi saya Saya mending wek wek wek Daripada
158.
mending wek wek wek tapi nggak jadi beban, nggak jadi tapi
159.
masalah dengan mereka. Kalo sudah ya sudah, selesai nggak jadi masalah dengan melampiaskannya
160.
urusannya, seperti itu. Lebih baik saya keluarkan daripada mereka.
161.
dipendam. Terus ibu pernah nggak, kalo udah mentok sudah, selesai urusannya,
162.
banget, ibu pernah nggak kepikiran pengen nyerah dan seperti itu. Lebih baik saya
163.
mau meninggalkan mereka aja? Saya sempat bilang gini, keluarkan
164.
“Dah, kalo simbah-simbah disini nggak nurut, semaunya dipendam.
165.
sendiri, aku mau pergi dari sini. Terserah simbah mau
menahan
langsung.
marah, Cara
mengekspresikan
secara Upaya
mengatasi
stresmelepaskan emosi negatif.
nggak
Kalo
jadi
menahan
marah, Cara
mengekspresikan
beban, perawat lebih memilih untuk kemarahan.
sudah
ya langsung.
secara Upaya
mengatasi
stresmelepaskan emosi negatif.
daripada
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166.
kemana, simbah mau ikut siapa, aku yang penting mau
167.
keluar dari sini. Daripada simbah tak sayang, tak perhatikan,
168.
tapi simbah masih ngeyel.” “Ya jangan, nanti kalo pergi ya
169.
aku ikut pergi,” simbah-simbahnya malah bilang gitu. Ya
170.
saya bilang, “Makanya simbah harus nurut, jangan
171.
semaunya sendiri.” Akhirnya saya menanamkan dengan Akhirnya saya menanamkan Perawat
172.
mereka adanya komunikasi, adaptasi, saling terbuka. Saya dengan
173.
tanamkan itu, kalo nggak ya semaunya sendiri. Dengan komunikasi, adaptasi, saling menerapkan
174.
adanya kendala dan masalah-masalah itu, membuat ibu terbuka.
175.
stress nggak? Ya awalnya dengan saya marah-marah seperti
dengan
176.
itu trus sudah. Soalnya saya prinsipnya saya menangani
lingkunganakomodasi.
177.
banyak orang, nanti kalo saya stres sendiri malah bubar.
178.
Dulu awal-awal saya sempat stres. Karena dulu ada yang
179.
mbantu, tapi bukannya meringankan malah bikin saya
180.
tambah stres, jadi beban saya. Soalnya dia tu kan harusnya
mereka
adanya permasalahan
mengatasi Upaya dengan
mengatasi
cara permasalahan
komunikasi, cara
adaptasi, dan saling terbuka.
untuk
mengajak
dengan lansia
menyesuaikan
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181.
mbantu saya, tapi malah dia bawa anak kecil-kecil. Harusnya
182.
dia mengerjakan pekerjaannya, saya yang istirahat soalnya
183.
malem kan saya yang ngerawat mereka yang sudah ndak
184.
bisa apa-apa. Saya yang harusnya istirahat malah saya
185.
jadinya yang jaga anak. Waktu ibu stres, apa yang
186.
biasanya ibu lakukan? Saya stres, saya jengkel ya saya di
187.
dalam kamar. Saya seperti itu mbak, kalo saya stres jengkel Saya seperti itu mbak, kalo Ketika
188.
ya di dalam kamar. Akhirnya saya sariawan. Saya cuma saya stres jengkel ya di jengkel,
189.
diam, tapi lama-lama kalo gini ya saya sendiri yang rugi. dalam kamar.
190.
Akhrinya saya terus teriak-teriak itu tadi, menghilangkan Akhrinya saya terus teriak- Perawat
191.
kejengkelan hati saya, saya luapkan. Tapi itu bukan solusi teriak
192.
yang baik ternyata. Tapi ya mungkin karena campur tangan menghilangkan kejengkelan berteriak-teriak (marah).
Upaya
193.
Tuhan juga, Tuhan beri hikmat ke saya. Ya itu, akhirnya hati saya, saya luapkan.
stresmelepaskan emosi
194.
kalo pagi kan kita harus selalu baca renungan sebelum Selalu
195.
makan pagi. Bacaan firman Tuhan, ya melalui itu tadi saya sebelum
merasa
stres
perawat
dan Upaya
mengatasi
akan strespengendalian diri.
berdiam diri di kamar.
itu
baca makan
meluapkan Cara
mengekspresikan
tadi, kejengkelannya dengan cara kemarahan. mengatasi
renungan Perawat mengajak para lansia negatif. pagi. untuk
rutin
membaca Upaya
mengatasi
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196.
berikan ke mereka. Pernah nggak sih waktu ibu stres, ibu Bacaan firman Tuhan, ya renungan
sebelum
makan stresberibadah, berdoa.
197.
kepikiran untuk minta pertolongan orang lain? Pernah melalui itu tadi saya berikan pagi supaya suasana lebih
198.
itu mbak, contohnya waktu itu ada nenek-nenek disini. Saya ke mereka.
199.
kan sudah berusaha membuat mereka nyaman, saling
200.
terbuka, tapi ada satu nenek itu nggak mau terbuka, malah
201.
sering mencuri. Waktu itu mencuri beras. Jadi ada waktu
202.
kita nyumbang beras untuk warga yang tidak mampu. Nah
203.
beras itu sudah disendirikan dalam kantong-kantong
204.
disimpan di lemari. Pas waktu mau pembagian beras itu
205.
dihitung kok hilang 5 kantong, padahal 1 kantong isinya 5
206.
kilo berarti hilang 25 kilo. Trus saya nanya ke simbah yang
207.
biasa masak nasi, “Mbah ngambil berasnya di bagor apa di
208.
lemari?” “Ambil di bagor, kan yang di lemari ndak boleh
209.
diambil.” Trus pas itu juga sebelumnya kalo malem kan
210.
pintu belakang ndak dikunci biasanya, setelah kejadian itu
nyaman.
14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211.
jadi saya kunci. Lha ada satu simbah itu bilang ke saya,
212.
“Kok pintunya dikunci?” Ternyata simbah itu kalo malem
213.
suka keluar diem-diem, pergi. Paginya juga jam 4 udah
214.
bangun, pergi lagi. Harusnya dia yang dijatah bikin minum
215.
teh buat simbah-simbah kalo pagi, malah dikasih air dingin.
216.
Besoknya saya titeni, mbah ini kalo pagi ngapain. Dia
217.
nggosok, padahal biasanya nggak pernah nggosok, trus dia
218.
ngambil beras yang di lemari trus dibawa pergi. Setelah itu
219.
saya tanya sama dia, “Mbah tadi pagi kok gasik pergi
220.
kemana?” Malah mbah itu kayak merasa dituduh mencuri.
221.
“Dikira aku yang mencuri beras ya?” mbahnya bilang gitu,
222.
padahal saya ndak nanya beras lho. Trus saya bilang, kalo
223.
mbah merasa ya ngaku aja mbah, ndak papa. Tapi nggak
224.
pernah mau ngaku. Trus dia cerita ke Majelis, intinya cerita
225.
hal-hal yang nggak masuk akal tentang saya. Dia cerita kalo
15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
226.
dia njemur pakaian, tak leletin sambel, dia tidur tak siram
227.
air, ya itu kan nggak masuk akal. Sedangkan saya sendiri
228.
kalo kerja mau makan aja sampe nggak sempat, tapi kok dia
229.
seperti itu. Saya tetep mikir, Tuhan yang tau segalanya, saya
230.
tetep prinsip kayak gitu. Lalu ketuanya Diakonia itu nggak
231.
percaya dengan saya, malah percaya dengan simbah itu.
232.
Saya tetep cuek, yang penting kenyataannya saya ndak
234.
melakukan seperti itu. Terus akhirnya saking saya udah
235.
nggak kuat, karena justru ketua itu tadi nggak konfirmasi
236.
dengan saya, malah ngumpet-ngumpet tanya dengan nenek
237.
lainnya, saya langsung cerita dengan Pendeta. Trus akhirnya Trus akhirnya oleh Pendeta Perawat dibantu oleh Pendeta Upaya
238.
oleh Pendeta itu, dicarikan solusinya awalnya darimana si itu, dicarikan solusinya.
239.
nenek itu, dia warga mana. Ternyata dari Mergangsan, saya
Upaya
240.
tanyakan kesana ternyata nenek itu memang ada kelainan.
stresmencari dukungan
241.
Trus sama Pendeta mau dibawa ke ketua Diakonia, suruh
sosial.
untuk mencari solusi.
mengatasi
permasalahan. mengatasi
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
242.
ketempat keluarganya. Solusinya ya itu tadi, nenek itu
243.
ditanya. Tapi nenek itu tetep ndak jujur dengan saya. Dia
244.
nggak merasa bersalah dan dia keluar dari sini tanpa pamit.
245.
Akhirnya Pak Ketua ini tadi minta keterangan kronologinya
246.
kayak gimana. Gitu mbak, saya yang bener-bener stres.
247.
Karena saya yang merawat tapi kok malah neneknya seperti
248.
ini, trus pengurus yang lain malah nggak mau tau, malah
249.
mencurigai saya, itu jadi beban buat saya. Akhirnya ya itu, Akhirnya ya itu, saya cerita Perawat
menceritakan Upaya
250.
saya cerita ke Pendeta dan cari solusi yang terbaik. Masalah ke Pendeta dan cari solusi permasalahan
dan
251.
ini yang membuat saya sampe sekarang masih inget memori yang terbaik.
yang dialaminya, kemudian Upaya
252.
itu ndak bisa hilang. Cuma itu mbak yang lainnya sih saya
Pendeta membantunya untuk stresmencari dukungan
253.
marah wajar, marah masih ada batasnya, nggak saya marah
mendapatkan solusi.
254.
trus seenaknya. Mentang-mentang saya sebagai pemimpin
255.
disini, saya masih marah dalam batas yang wajar lah. Selain
256.
ke Pendeta, ada ke orang lain lagi nggak bu? Kayak ke
mengatasi
kendala permasalahan. mengatasi
sosial.
17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
257.
keluarga gitu, misalnya. Kalo ke keluarga nggak, tapi saya
258.
curhat dengan salah satu Majelis yang saya bisa percaya.
259.
Jadi saya keluarkan unek-unek saya, soalnya kalo nggak,
260.
mungkin beban itu masih numpuk dalam diri saya. Dulu
261.
hampir tiap bulan saya sariawan karena stres, tapi makin
262.
kesini Puji Tuhan udah ndak. Karena saya menyiapkan Pokoknya
263.
segala sesuatunya dengan baik, pokoknya berdoa mohon hikmat pada Tuhan, dan selalu mendapat hikmat untuk stresberdoa, beribadah.
264.
hikmat pada Tuhan, dan saya tetep berpegang pada firman saya tetep berpegang pada mendapatkan ketenangan.
265.
Tuhan. Saya merasa nyaman kalo udah berdoa, dan merasa firman Tuhan. Saya merasa
266.
selalu dibukakan jalan oleh Tuhan. Berarti cara ibu nyaman kalo udah berdoa,
267.
mengatasi permasalahan itu dengan cari bantuan ke dan
268.
Pendeta dan Majelis ya. kan itu sifatnya kayak sharing dibukakan jalan oleh Tuhan
269.
gitu, nah selama ibu sharing, mereka selalu kasih
270.
feedback yang sesuai dengan harapan ibu nggak sih? Ya
271.
mereka biasanya bilang, mbak Rita yang sabar menghadapi
berdoa
merasa
mohon Perawat berdoa supaya ia Upaya
mengatasi
selalu
18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
272.
nenek-nenek, terus berdoa. Ya memang seperti itu, percaya
273.
aja segala sesuatu yang kita bawa dalam doa pasti ditolong
274.
Tuhan. Nah kalo disini juga kan kepengurusannya tiap 3
275.
tahun ganti, mbak. Saya juga harus adaptasi lagi, karena
276.
nggak semua pengurus itu pengertian. Ada yang nggak mau
277.
ikut ngurus sama sekali, jadi saya udah beban harus ngurusin
278.
nenek, tambah beban ngikutin kemauan mereka yang kadang
279.
aneh-aneh peraturannya. Itu beban, mbak. Tapi ya saya
280.
jalani aja. Kalo feedback dari mereka itu ya ada yang
281.
membantu ada yang malah nambahi beban. Sebagian
282.
besarnya emang mengurangi beban saya. Jadi dengan cara
283.
ibu yang mencari dukungan sosial, menurut ibu itu cara
284.
yang efektif untuk mengurangi stres? Dan kenapa cara
285.
itu bisa mengurangi beban ibu? Ya saya rasa itu
286.
mengurangi beban saya, makanya saya curhat ke orang Saya
curhat
ke
orang Perawat
membutuhkan Upaya
mengatasi
19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
287.
tertentu. Soalnya kalo saya nggak curhat ke seseorang, beban tertentu. Soalnya kalo saya seseorang
untuk
bercerita, stresmencari dukungan
288.
itu berat. Jadi rasanya jengkel, marah, nggak mau ngeliat nggak curhat ke seseorang, sehingga ia dapat meluapkan sosial.
289.
orangnya, itu beban mbak. Daripada nanti saya marah, jadi beban itu berat. Jadi rasanya emosi negatifnya.
290.
batu sandungan, lebih baik saya curhat. Nanti kalo misalnya jengkel, marah, nggak mau
291.
saya bener-bener nggak bisa ngatasi, nanti saya ke pengurus, ngeliat orangnya, itu beban
292.
Majelis semuanya ngumpul trus nanti simbah-simbah mbak.
293.
dikumpulin. Kita saling cerita, kasih pengertian ke simbah-
294.
simbah kalo mereka harus nurut sama mbak Rita. Disini
295.
mbak Rita tu yang pokok disini, jadi mbak Rita diutus oleh
296.
gereja untuk merawat simbah-simbah disini, jangan pada
297.
seenaknya sendiri. Pokoknya ada komunikasi antara saya
298.
dengan pengurus dan simbah-simbahnya itu tetap berjalan.
299.
Kalo suatu saat kondisi yang bikin ibu stres itu muncul
300.
lagi, apa yang akan ibu lakukan? Akhirnya saya diam,
301.
kayak waktu itu saya marah sama satu simbah, saya
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
302.
diamkan. Simbah itu akhirnya merasa, dia bilang, “Mbak
303.
Rita marah sama saya ya?” kalo udah gitu ya saya beri
304.
pengertian ke simbah, kalo saya ndak suka simbah itu gini
305.
gini gini... apalagi kalo perilakunya mengganggu yang lain.
306.
Ya... tergantung masalahnya sih mbak. Kalo masalahnya Kalo masalahnya besar, ya Perawat
307.
besar, ya saya cari bantuan kayak tadi. Cerita ke Pendeta dan saya cari bantuan kayak pada Pendeta dan Majelis permasalahan.
308.
Majelis. Tapi kalo permasalahannya ringan tapi saya tetep tadi. Cerita ke Pendeta dan untuk
309.
stres, saya keluar. Dalam arti keluar dari rumah ini, saya Majelis.
310.
main ketempat siapa gitu. Kita ngobrol, tapi bukan ngobrol Saya main ketempat siapa Perawat
311.
tentang simbah. Nanti pas pulang, walaupun masih ada rasa gitu.
312.
jengkel tapi beban saya sudah berkurang. Misalnya saya bukan
314.
main kerumah ini, ya warga sini juga. Kita ngobrol, trus simbah. Nanti pas pulang, mengobrol dengan teman.
315.
nanti saya mainan sama anjing kucingnya, ngobrol sama walaupun masih ada rasa
316.
anak-anaknya juga, itu sudah bikin saya bebannya sedikit jengkel tapi beban saya
317.
berkurang. Karena terus terang tiap hari kan saya monoton sudah berkurang.
mencari
mengatasi
bantuan Upaya
mengatasi
masalah
yang ada.
Kita
ngobrol,
ngobrol
tapi jengkel
mengatasi
rasa Upaya
mengatasi
dan
beban
yang stresmencari dukungan
tentang dirasakannya
dengan
cara sosial.
Perawat
merasa
bebannya Upaya
mengatasi
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
318.
ya mbak. Tiap hari itu-itu aja, neneknya ya gitu-gitu aja, Misalnya
saya
main berkurang
ketika
ia stresmencari dukungan
319.
pekerjaan saya ya cuma itu-itu aja. Terus terang ya saya ada kerumah ini, ya warga sini mengobrol dengan tetangga sosial.
320.
kejenuhan ya mbak. Tapi saya kembali lagi, saya disini juga.
321.
melayani Tuhan. Seberat apapun, saya akan tetap melayani nanti saya mainan sama atau binatang peliharaan.
322.
Tuhan, yang penting jangan bikin saya marah. Apalagi disini anjing kucingnya, ngobrol
323.
ni kadang hal sepele bisa jadi besar. Waktu itu kayak kalo sama anak-anaknya juga, itu
324.
minum obat, ada nenek yang sakit kulit. Saya udah suruh sudah bikin saya bebannya
325.
minum obat teratur, eh dia ngeyel, males minum obat. Suatu sedikit berkurang.
326.
waktu dia beli obat sendiri, obat sembarangan. Udah saya
327.
kasih tau tetep aja nggak ngaku kalo dia beli obat lain.
328.
Akhirnya dia malah sakitnya tambah parah. Saya marah,
329.
saya bilang kalo masih semaunya sendiri beli obat ya
330.
terserah. Kalo sakit, kalo apa jangan minta tolong sama saya.
331.
Nanti saya kasih tau ke pengurus kalo simbah ngeyel. Jadi tu
332.
mereka harus ngrasakke sendiri biar mau manut. Ketika ibu
Kita ngobrol, trus dan bermain bersama anak
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
333.
menemukan bahwa nenek-neneknya bertindak diluar
334.
batas gitu, bagaimana cara ibu memberitahu mereka
335.
supaya tindak mengulangi tindakan itu lagi? Ya saya
336.
langsung ngasih tau mereka mbak, saya nggak suka kalo
337.
nanti-nanti. Mending langsung diselesaikan sekalian trus Mending
338.
sudah. Jadi kalo ada permasalahan sedikit yang itu diselesaikan sekalian trus diselesaikan langsung supaya stresmenyelesaikan
339.
mengganggu pikiran saya, itu bikin saya nggak nyaman, jadi sudah.
340.
langsung saya selesaikan tapi setelah itu saya lega. Daripada permasalahan sedikit yang dipendam
341.
bertumpuk-tumpuk masalah malah makin bikin beban saya itu
342.
mbak, karena yang saya hadapi nggak cuma nenek-nenek, saya, itu bikin saya nggak
343.
tapi juga pengurus yang lain yang beda-beda karakternya. nyaman, jadi langsung saya
345.
Selain dukungan sosial, cara apa yang dapat mengurangi selesaikan tapi setelah itu
346.
stres ibu? Ya itu tadi mbak, kan saya teriak-teriak tapi saya lega.
347.
akhirnya saya menyadari bahwa kalo saya teriak-teriak itu
348.
ndak menyelesaikan masalah. Akhirnya ya saya masuk Akhirnya ya saya masuk Perawat
langsung Masalah
Jadi
kalo
mengganggu
ada merasa
yang
ada
lega,
harus Upaya
mengatasi
daripada permasalahan
hanya
secara
akan langsung.
pikiran menganggu pikiran.
berefleksi, Upaya mengatasi stres
23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
349.
kamar, saya diam. Saya berdoa dan merenung, bahwa apa kamar, saya diam. Saya merenung, dan berdoa untuk berdoa/beribadah.
350.
yang saya lakukan itu ndak tepat. Jadi saya berdoa mohon berdoa
351.
tuntunan Roh Kudus. Karena kalo saya marah-marah gitu bahwa
352.
nanti saya melu edan dewe mbak, jadi saya minta lakukan itu ndak tepat. Jadi
353.
kebijaksanaan dari Tuhan untuk menghadapi masalah itu.
354.
saya
dan apa
merenung, mengetahui kesalahan yang yang
berdoa
saya telah dilakukan.
mohon
tuntunan Roh Kudus.
24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kode
Perbedaan karakteristik:
Kondisi kesehatan menurun:
Berusaha
- Perbedaan sifat
- Lemah mental
(menyesuaikan
- Perbedaan watak
- Lemah fisik (cacat)
lansiaasmiilasi)
- Perbedaan pola pikir dan
- Cacat ganda (keterbelakangan Mengatasi rasa jengkel dan marah
tingkat pendidikan
mental & cacat fisik) - Kelumpuhan syaraf
memahami diri
lansia Berdoa/beribadah dengan Melepaskan
emosi
negatif
mengekspresikan rasa marah. Bercerita pada teman
Melakukan refleksi dan merenung Mencari dukungan sosial Menyelesaikan secara
langsung
permasalahan (dengan
cara
memberikan pegertian pada lansia agar lansia mau menaati peraturan akomodasi)
Sub-kategori Kategori Tema
Perbedaan sifat lansia
Kondisi fisik
Stressor (kendala dalam merawat lansia menjadi penyebab stres)
Problem-focused coping
Emotion-focused coping
Cara menghadapi stres
Penyebab stres dan upaya untuk menghadapi stres
25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No.
Verbatim
Satuan Makna
1
Selamat pagi Mba Siti, makasih ya Mba Siti sudah
2
bersedia saya wawancara. Nah sekarang kita mulai aja
3
ya, yang pertama, saya mau tanya, kapan Mba Siti mulai
4
merawat lansia? Pertama saya masuk kesini tanggal 24
5
Agustus 2015. Berarti udah berapa lama mba? Sekitar 6
6
bulan. Waktu Mba Siti merawat lansia itu tugasnya apa
7
aja sih? Kalo pagi... kalo misalkan di paviliun belakang, Kalo
8
saya kan di paviliun belakang, kalo pagi paling yang pertama pertama ngepel depan gitu perawat yaitu mengepel dan dilakukan
9
ngepel depan gitu dulu terus nyiapin air panas buat mandi, dulu terus nyiapin air panas menyiapkan air panas untuk menjaga kebersihan dan
10
gitu ntar jam setengah 6 mandiin. Terus tugas yang lain buat mandi, gitu ntar jam memandikan lansia.
11
kayak yang berhubungan langsung sama lansianya apa setengah 6 mandiin
12
aja? Ya paling kalo dibelakang itu mandiin lansianya, kalo Ya paling kalo dibelakang Perawat
13
misalkan di depan bisa mandi sendiri, cuma 1 orang yang itu mandiin lansianya, kalo memandikan lansia.
dilakukan
14
dimandiin. Terus kalo makan gitu, Mba Siti ikut nyiapin misalkan
memandikan lansia.
pagi
di
paling
depan
Makna yang Dipadatkan
Kode
yang Tugas yang harus dilakukan Tugas
yang
bisa
bertugas
harus perawat:
memandikan.
untuk Tugas
yang
harus perawat:
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
nggak? Kalo makan ya selalu ikut mba, makan terus sampe mandi sendiri
16
selesai gitu, kan kalo di belakang ada yang disuapin 1, terus Kan kalo di belakang ada Perawat
17
makannya juga dihalusin. Kalo masalah kesehatan, Mba yang
18
Siti ikut merhatiin nggak? Kalo kesehatan iya, terus kan makannya juga dihalusin
19
seminggu sekali ada dokter yang kesini jadi kesehatannya
20
terkontrol. Kalo misalkan ada yang sakit langsung dibawa ke Kalo misalkan ada yang Perawat
21
balai pengobatan yang di depan. Kadang juga ditanya satu- sakit langsung dibawa ke membawa lansia yang sakit dilakukan
22
satu, ada yang sakit apa nggak. Kalo ada yang lemes nggak balai pengobatan yang di ke balai pengobatan.
23
kayak biasa ditanyain kenapa, ada yang sakit apa pusing gitu depan
24
mba. Soalnya kadang nggak bilang kalo sakit, kan kasian Kadang juga ditanya satu- Perawat bertugas mengontrol Tugas
25
mba kalo nggak cepet diobatin. Jadi ya harus kadang ditanya satu, ada yang sakit apa kondisi kesehatan para lansia.
dilakukan
26
gitu. Berarti Mba Siti merawatnya bisa dibilang 24 jam nggak. Kalo ada yang lemes
mengontrol
27
gitu ya mba? Ya... bisa jadi 24 jam, soalnya di belakang nggak kayak biasa ditanyain
lansia.
28
kadang gitu. Kadang kalo malem ada yang manggil, jadi kenapa, ada yang sakit apa
29
kalo denger ya langsung didatengin. Malem-malem pasti ada pusing gitu mba
disuapin
1,
bertugas
untuk Tugas
yang
harus
terus membantu lansia menyiapkan dilakukan makanan dan menyuapi.
bertugas
perawat:
menyuapi lansia.
untuk Tugas
yang
harus
perawat:
mengantar lansia berobat.
yang
harus perawat: kesehatan
27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
yang manggil, kalo ada yang mau kencing atau apa kan Malem-malem
pasti
31
mesti manggil buat bantuin kencing. Kalo malem-malem yang manggil, kalo ada membantu lansia saat buang dilakukan
32
ada yang manggil gitu, pernah nggak sih Mba Siti yang mau kencing atau apa air kecil terutama pada waktu membantu
33
merasa terganggu? Ya mungkin kadang pernah, tapi ya kan mesti manggil buat malam hari.
34
udah jadi tugasnya kayak gitu. Terus selama merawat itu bantuin kencing
35
yang jadi masalah atau kendala selama merawatnya apa
36
aja mba? Emm... paling kalo susah dibilangin gitu, yang Paling kalo susah dibilangin Perawat merasa kesulitan saat Kendala dalam merawat
37
dibelakang itu susah mandi, susah dibilangin suruh mandi. gitu, yang dibelakang itu memberitahu
38
Yang lainnya ada lagi ngga mba? Ya itu sih, kalo susah
39
dimandiin ada yang suka nggigit. Ada yang nggigit, ada dibilangin suruh mandi
40
yang nyakar. Terus kalo di depan juga yang mandiin harus Kalo dimandiin ada yang Saat dimandikan, ada lansia Kendala dalam merawat
41
berdua mba. Kalo yang dibelakang kan udah pada nggak suka
42
bisa jalan jadi kalo diangkat gitu ya nurut aja, tapi ya kadang nggigit, ada yang nyakar
43
suka nggigit. Kalo masalah lain kayak lansianya suka Kalo yang dibelakang kan Lansia yang sudah tidak bisa Kondisi
44
pergi sendiri gitu ada nggak mba? Kalo itu sih... pernah udah pada nggak bisa jalan berjalan
mandi,
nggigit.
Ada
ada Perawat
bertugas
untuk Tugas
yang
harus perawat:
buang
air
kecil.
lansia
susah mandi.
untuk lansia:
lansia
susah
diberitahu.
yang yang menggigit dan mencakar lansia: perawat.
menggigit
dan
mencakar perawat.
lebih
lansia:
mudah fisik.
28
lemah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
sekali itu ada yang pergi katanya mau pulang, disini kan jadi kalo diangkat gitu ya dimandikan
karena
lebih
46
pintunya terbuka tau-tau udah keluar. Tapi ntar kalo nurut aja
47
ditengok ke kemarnya udah nggak ada ya nanti dicari, tapi
48
jarang sih. Waktu Mba Siti ngalamin kendala waktu
49
ngerawat lansia, apa sih yang mba Siti rasain? Ya... Dalam hati sih jengkel tapi Perawat merasa jengkel saat Pikiran dan perasaan saat
50
dalam hati sih jengkel tapi ya mau gimana lagi udah jadi ya mau gimana lagi udah merawat
51
tugasnya kayak gitu, orangtua sih. Ya sedih juga sih mba, jadi tugasnya kayak gitu, perawat memaklumi perilaku Upaya mengatasi stres:
52
udah dirawat baik-baik tapi kok malah kayak nggak gimana orangtua sih
53
ya... nggak nurut gitu mba. Paling kalo udah gitu ya Ya sedih juga sih mba, udah tugasnya.
54
ditinggal aja. Masalah yang Mba Siti alamin itu bikin dirawat baik-baik tapi kok Perawat merasa sedih saat Pikiran dan perasaan saat
56
stres nggak? Ya... gimana ya. Stres sih tapi nggak banget, malah kayak nggak nurut lansia tidak menurut karena merawat lansia. Kendala
57
udah terbiasa. Dulu waktu awal takut, tapi lama-lama udah gitu mba
perawat
58
biasa. Dulu waktu awal-awal ngerawat lansia apa yang
merawat dengan sangat baik.
59
Mba lakukan buat mengatasi stres dan takut itu? Ya gitu Ya gitu latian terus tiap hari, Perawat
60
latian terus tiap hari, minta bantuan sama temen, dibantu minta bantuan sama temen, pada
menurut dengan perawat.
lansia,
namun merawat lansia: jengkel.
lansia dan tetap menjalankan menerima keadaan.
merasa
ia
meminta
teman
dan
sudah dalam merawat lansia: lansia tidak menurut.
bantuan Upaya
mengatasi
latihan stres/kendala:
29
meminta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
sama temen juga. Apa aja yang Mba Siti lakukan buat dibantu sama temen juga
62
menghilangkan rasa stres dan takut itu? Emm... paling ya Paling
63
cerita, curhat sama temen-temen. Nanti temen-temen bilang, sama temen-temen. Nanti teman-teman tentang kendala bercerita
64
udah diemin aja, kalo ngamuk didiemin aja nanti kan cape temen-temen bilang, udah yang dialaminya. Setelah itu diberi
65
sendiri. Kalo dibilang macem-macem sama orang-orang tua diemin aja, kalo ngamuk teman-temannya
66
nggak usah didenger, nggak usah dimasukin ke hati. didiemin aja nanti kan cape semangat dan nasihat.
67
Seringnya dibilangin sama Bu Prapti, dikasih semangat gitu sendiri
68
mba, disini kan bukan cuma kerja biasa ngerawat lansia tapi Kalo
69
juga melayani. Kalo misalnya pas lagi jengkel, ya paling macem sama orang-orang Kepala Panti supaya tidak dukungan sosial berupa
70
cerita aja sih sama temen-temen, nggak pernah marah-marah tua nggak usah didenger, terlalu memikirkan perkataan motivasi dan semangat
71
juga, soalnya nanti kalo lansianya pas lagi ngamuk, sininya nggak usah dimasukin ke lansia yang kurang baik, serta dari Kepala Panti.
72
juga ikut ngamuk malah nggak selesai-selesai mba. Jadi kalo hati. Seringnya dibilangin diberi semangat agar tetap
73
udah jengkel stres ya cuma itu sih, cerita sama temen sama sama Bu Prapti, dikasih termotivasi merawat lansia.
74
Bu Prapti juga. Selain curhat sama temen-temen, apa lagi semangat gitu mba
75
yang Mba Siti lakuin waktu ngerasa sedih dan stres? Ya Ya paling berdoa aja sih Perawat berdoa dan bercerita Upaya mengatasi stres:
ya
cerita,
dibilang
merawat lansia setiap hari.
curhat Perawat
bercerita
bantuan pada teman.
pada Upaya mengatasi stres: pada
teman,
semangat
dan
memberi nasihat oleh teman.
macem- Perawat diberi nasihat oleh Upaya mengatasi stres:
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
paling berdoa aja sih mba. Sama telepon ibu, cerita-cerita. mba. Sama telepon ibu, pada
77
Nanti sama ibu paling dibilang yaudah sabar aja, dijalanin cerita-cerita. Nanti sama ibu mengurangi
78
aja gitu. Mba Siti ngerasa paling susah ngadepin lansia paling
79
yang kayak gimana? Yang... itu yang pikun mba. Nanya sabar aja, dijalanin aja gitu
80
terus, baru sebentar nanya, udah dijawab nanya lagi. Yang pikun mba. Nanya Perawat mengalami kendala Kondisi lansia: pikun.
81
Ngomong terus tapi omongannya diulang terus. Kadang ya terus, baru sebentar nanya, saat merawat lansia yang Kendala dalam merawat
82
capek nanggepinnya, jengkel juga udah dijawab, nanya lagi udah dijawab nanya lagi
83
gitu mba. Sama yang suka nggigit, kalo emang udah bener- Kadang
84
bener kebangetan kadang suka saya tabok tangannya, nanggepinnya, jengkel juga sama berulang kali. Perawat lansia yang pikun.
85
soalnya kalo udah nggigit tu sakit banget mba. Kondisi udah dijawab, nanya lagi juga merasa jengkel karena Pikiran dan perasaan saat
86
lansia disini gimana mba? Kalo yang disini sih ya masih gitu mba. Sama yang suka harus
87
sehat semua, tapi kalo yang dibelakang itu ada yang pake nggigit, kalo emang udah pertanyaannya berulang kali.
88
kursi roda, ada yang buta juga. Kalo yang di depan masih bener-bener
89
sehat semua, paling ada yang pikun gitu, suka ngamuk kadang suka saya tabok memukul tangan lansia yang
90
sendiri. Kalo kita ke kamarnya bersih-bersih ternyata dia tangannya,
dibilang
ya
ibunya
untuk bercerita pada orangtua
stres
yang dan
yaudah dialaminya.
mendekatkan
diri
pada Tuhan.
pikun karena harus selalu lansia:
mengalami
capek menjawab pertanyaan yang kesulitan saat merawat
menjawab merawat lansia: jengkel.
kebangetan Terkadang
soalnya
kalo suka
perawat
menggigit
juga
karena
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
nyimpen buah dibalik bantalnya, kalo nggak disimpen di udah nggigit tu sakit banget perawat merasa kesakitan.
92
lemari sampe busuk. Kalo diambil dibersihin nanti dia mba
93
marah-marah mba, teriak maling maling gitu. Disini juga ada Yang dibelakang itu ada Kondisi lansia sebagian besar Kondisi
94
yang susah dirawat, bilangnya sakit nanti kalo udah dikasih yang pake kursi roda, ada masih sehat, tetapi ada juga dirawat: buta, mengalami
95
obat malah obatnya disimpen, nggak diminum. Giliran kita yang buta juga. Kalo yang yang
96
suapin juga nggak mau, malah mingkem. Apalagi kalo di depan masih sehat semua, menggunakan
97
disuruh mandi, susah banget. Jadi kalo mandiin itu sering paling ada yang pikun gitu, Selain itu ada lansia yang
98
dipaksa, dipegangin. Lha kalo nggak dimandiin nanti kan suka ngamuk sendiri
99
bau. Tapi kalo lagi biasa ya nurut-nurut mba. Dibilangin
100
nurut, diajak makan juga mau. Kadang juga ada yang Kadang
101
ngatain kasar mba. Kalo udah gitu yang bikin saya sedih, ya ngatain kasar mba. Kalo jengkel ketika ada lansia yang sedih, jengkel.
102
jengkel juga. Dulu awal ya sempet stres digituin, tapi makin udah gitu yang bikin saya berkata kasar pada perawat.
Kendala dalam merawat
103
kesini ya biasa aja. Oiya mba, besok kalo suatu hari mba sedih, ya jengkel juga
lansia:
104
ngerasa jengkel stres gitu lagi mba bakalan gimana, apa
kasar
105
yang mau mba lakuin? Ya paling itu lah mba, curhat sama Curhat sama temen-temen, Perawat
juga
ada
buta
lansia
yang
dan
harus kelumpuhan, mengalami
kursi
roda. kemunduran mental.
pikun.
yang Perawat merasa sedih dan Pikiran
mengatasi
dan
lansia
perasaan:
berkata
rasa Upaya mengatasi stres:
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
temen-temen, berdoa, sama cari hiburan. Kalo mau ninggalin berdoa, sama cari hiburan. stresnya dengan cara cerita bercerita dengan teman
107
lansianya juga nggak mungkin kan. Jadi ya harus dihadapi Kalo
108
aja, sama banyak-banyak sabar. Kalo nerima keadaan malah lansianya
109
jadi nggak stres banget mba. Kerjaan merawat lansia ini kan mungkin kan
110
juga saya sendiri yang mau, jadi apa aja resikonya ya saya Kalo nerima keadaan malah keadaan dan menerima segala
111
terima aja mba, istilahnya ya sebelum saya kerja emang udah jadi nggak stres banget mba. resiko karena ia sendiri yang
112
dipersiapkan lah, tapi ya itu tadi walopun udah ikut pelatihan Kerjaan merawat lansia ini memilih
113
tetep aja waktu ngadepin lansianya langsung tetep ngerasa kan juga saya sendiri yang merawat lansia.
114
takut, takut nggak betah mba, takut nggak bisa bener-bener mau, jadi apa aja resikonya Ketika
115
ngerawat dengan baik aja. Tapi ya seringnya kalo ada ya saya terima aja mba
116
masalah apa lagi jengkel stres gitu cuma cerita ke temen sih Seringnya kalo ada masalah cerita pada temannya.
117
mba, kadang malah mereka bikin buat bercandaan. Ya gitu apa lagi jengkel stres gitu
118
lah mba, susah gampang ngerawat lansia itu.
mau
ninggalin dengan teman
juga
nggak Perawat
mengatasi
dan mencari hiburan. rasa Upaya mengatasi stres:
stresnya dengan menerima menerima keadaan.
pekerjaan
perawat
untuk
merasa Upaya mengatasi stres:
jengkel dan stres, ia akan bercerita pada teman.
cuma cerita ke temen sih mba, kadang malah mereka bikin buat bercandaan
33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kode
Lansia susah diberitahu
Kondisi fisik lemah:
sosialbercerita pada teman dan dalam bentuk motivasi dan
mencakar
orangtua
perawat
saat - Mengalami cacat (buta) - Mengalami kelumpuhan
Lansia sering berkata kasar Kondisi mental lemah:
Kategori Tema
dukungan Mencari dukungan sosial
Lansia sering menggigit dan - Mengalami lemah fisik
dimandikan
Sub-kategori
Mencari
nasihat dari orang lain
Meminta bantuan pada orang lain Meminta pertolongan dari untuk membantu menyelesaikan Tuhanberdoa
pada perawat
- Mengalami kepikunan
masalah
Menerima keadaan
Perilaku lansia yang dirawat
Kondisi kesehatan lansia
Problem-focused coping
Emotion-focused coping
Penyebab stres
Cara menghadapi stres Penyebab stres dan upaya untuk menghadapi stres
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No.
Verbatim
1
Halo Mbak Syaefira, makasih ya mbak udah mau
2
diwawancara buat penelitian skripsiku. Sekarang aku
3
ada beberapa pertanyaan buat mbak, tolong dijawab
4
ya. Yang pertama aku mau nanya, mbak udah berapa
5
lama ngerawat lansia? Saya ngerawat lansia udah dari
6
tahun 2014 di Semarang mbak. Berarti sampe sekarang
7
udah sekitar satu setengah tahun lebih ya? Dulu saya juga
8
ikut pelatihan sebelum merawat lansia mbak. Di Semarang
9
saya ngerawat sekitar 1 tahun lebih 4 bulan di Panti Wisma
10
Bakti, tapi cuma ngerawat nenek-nenek 17 orang, kalo
11
disini kan ada opa-opanya juga. Mbak bisa kerja disini
12
tuh gimana ceritanya? Saya kan kursus di Purwokerto,
13
lha dari kursusan itu disalurin ke Jakarta, Semarang,
14
pokoknya daerah yang ada panti wredhanya mbak. awalnya
Satuan Makna
Makna yang Dipadatkan
Kode
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
kan saya di Semarang, terus saya pindah kesini. Saya
16
bareng Mbak Siti kok masuknya mbak. Disini saya udah
17
sekitar 6 bulan dari Agustus 2015. Jadi saya udah ngerawat
18
lansia totalnya udah 2 taun kurang. Selama mbak kerja di
19
panti wredha, apa aja sih tugas yang mbak lakukan?
20
Yaa saya kerjanya bersih-bersih mbak, bersih-bersih Bersih-bersih tempat tidur, Perawat
bertugas
21
tempat tidur, ngepel, nyapu... trus siapin makanan juga, ngepel,
kebersihan
22
njagain, trus nanti kalo yang mau ke kamar mandi ndak makanan juga, njagain, trus lansia
23
berani ditemenin, dibantu buang airnya, trus nanti ada yang nanti kalo yang mau ke kamar menyiapkan
24
ndak berani tidur malem ditemenin gitu, yaa... kasih obat, mandi ndak berani ditemenin, menyuapi, membantu buang lansia.
25
ya kan kalo lansia sering-seringnya ada rasa takut, ndak dibantu buang airnya, trus air,
26
berani, kayak gitu. Banyakan sih saya bersih-bersih, nanti ada yang ndak berani malam dan memberi obat.
27
mandiin sama nyuapin. Terus selama mbak ngerawat tidur malem ditemenin gitu,
28
lansia, apa sih yang mba pikirin dan rasakan? Yaa dulu kasih obat.
29
awal-awal saya ngerasa takut, ragu-ragu, yaa... kan bisa Awal-awal
nyapu.
saya
Siapin menjaga
serta
untuk Tugas
para perawat:
menjaga
panti, kebersihan, makanan dan
makanan
menemani
yang dilakukan
saat
dan kesehatan,
menemani
tidur
ngerasa Saat awal merawat lansia, Pikiran dan perasaan saat
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
ndak ya? Kan saya masih muda, harus ngadepin orang- takut, ragu-ragu.
31
orang tua, khawatir. Bisa ndak ya saya ndampingi orang- Kan saya masih muda, harus khawatir
32
orang tua? Bisa ndak ya? Ragu-ragu terus gitu mbak. ngadepin
33
Awal-awalnya ya selalu pesimis lah mbak. Waktu khawatir.
34
ngerawat lansia pernah ngalamin kendala apa aja
35
mbak? Ya pernah, biasanya nenek-neneknya tu suka Biasanya nenek-neneknya tu Perilaku lansia yang sering Kendala dalam merawat
36
teriak-teriak. Dimandiin ndak mau, teriak-teriak, nggigitin suka teriak-teriak. Dimandiin berteriak, susah dimandikan, lansia:
37
juga,
38
disuapin kadang-kadang ndak mau. Suruh aaa... gitu ndak nggigitin juga, nyubitin.
39
mau, mingkem aja. Trus kalo suruh minum obat yaa... kalo Trus kalo suruh minum kalo teratur
menjadi
40
ndak disuruh ndak minum-minum. Dari masalah-masalah ndak disuruh ndak minum- perawat
dalam
41
itu apa yang mbak rasain? Yaa stres mbak, apalagi kalo minum.
42
ngadepin orang pikun mbak, capek ngadepinnya. Biasanya Stres mbak,
43
nanya, ini jam berapa? Udah dijawab “jam 8”, tapi nanya ngadepin orang pikun mbak, lelah
44
lagi nanya lagi. Nanti 5 menit lagi nanya lagi, “anak saya capek ngadepinnya.
nyubitin, teriak-teriak dikira maling, terus kalo ndak
perawat merasa ragu-ragu dan merawat
orang-orang
mau,
karena
tua, menghadapi
dan
lansia:
ragu-
harus ragu dan khawatir. merawat
orang yang sudah tua.
teriak-teriak, menggigit
dan
perilaku
mencubit, lansiamenggigit,
serta sulit minum obat secara mencubit,
berteriak,
kendala susah mandi dan susah merawat minum obat.
lansia. apalagi
kalo Perawat merasa stres dan Pikiran dan perasaan saat ketika
menghadapi
lansia
harus merawat lansia: stres dan yang lelah.
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
kok nggak kesini-sini ya? Lho kok ndak kesini lagi ya?”
pikun.
Kondisi
46
Marah-marah terus. Capek sih ya mbak, tapi ya kalo
47
dipikir-pikir terus malah jadi spanneng, stres. Ya kadang- Kadang-kadang
48
kadang rasanya sedih, kayak nggak dianggep. Kalo sedih, kayak nggak dianggep. saat
49
ngomong kayak nggak dianggep, apa gara-gara dia udah Kalo ngomong kayak nggak lansia tidak didengarkan dan dan
50
tua itu jadi ndak ndengerin saya yang masih muda, apa dianggep.
51
gimana ya? Jadi malah rasanya kayak sendiri gitu mbak,
52
putus asa. Mbak pernah ngerasain jengkel, marah gitu
53
juga nggak? Pernah mbak, marah-marah, jengkel.
54
“Maunya apa sih? Dibilangin kok ngeyel. Ndak mau
56
dibilangin, apa mau pulang? Apa mau dibilangin ke
57
keluarganya?” Kadang-kadang marah-marah gitu mbak, Kadang-kadang marah-marah Terkadang
58
ndak sengaja malah jadinya mbentak-mbentak. Kalo mbak gitu
59
rasanya lagi marah, biasanya mbak ngapain? Yaa.. malah
60
kadang langsung marahin gitu mbak, “Minta pulang ya? mbentak
lansia:
pikun/lemah mental. rasanya Perawat merasa sedih karena Pikiran dan perasaan saat ia
berbicara
dengan merawat
merasa tidak dianggap.
mbak,
ndak
jadinya
sengaja membentak
lansia: merasa
tidak
dianggap.
perawat Ekspresi lansia
sedih
kemarahan:
untuk membentak.
mbentak- mengekspresikan kemarahannya.
38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Apa mau dibilangin ke keluarganya biar dijemput pulang?
62
Apa gimana maunya?” Biasanya kayak gitu mbak. Kalo
63
udah gitu biasanya yang pada rewel jadi diem, tapi ada juga
64
yang malah balik marah-marah. Kalo udah gitu saya jadi
65
tambah sedih mbak. Biasanya kalo mbak lagi ngerasa
66
stres gitu, apa yang mbak lakukan untuk ngurangin
67
rasa stresnya? Yaa biasanya bercanda sama temen-temen, Biasanya
68
ndengerin lagu, nanti nyanyi-nyanyi bareng, ketawa- temen-temen, ndengerin lagu, perawat
69
ketawa bareng, gitu. Biasanya ngeledekin orang yang nanti nyanyi-nyanyi bareng, bersama teman-temannya.
70
pikun, kan biasanya nggak inget nanti diledekin trus ketawa-ketawa bareng.
71
ketawa-ketawa bareng. Selain cara-cara itu, ada lagi
72
nggak mbak? Ada mbak biasanya saya cerita-cerita aja sih Ada mbak biasanya saya Untuk
73
sama temen-temen. Biasanya cerita “Itu lho mbahnya ndak cerita-cerita aja sih sama perawat
74
nurut, sukanya ngomel.” Terus nanti ada temen yang bilang temen-temen
75
“Yaudah nanti dibilangin aja, yang penting kalo nanya apa
bercanda
sama Untuk
mengatasi
stresnya, Upaya mengatasi stres:
menghibur
diri menghibur diri bersama orang lain.
mengatasi
stres, Upaya mengatasi stres:
bercerita
pada mencari dukungan sosial.
temannya.
39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
gitu dijawab iya aja biar ndak ngomel terus.” Biasanya Biasanya saling berbagi gitu, Perawat dan teman-temannya Upaya mengatasi stres:
77
saling berbagi gitu, saling cerita sama saling kasih saling
cerita
78
semangat gitu lah mbak. Kasih nasihat juga “Mungkin itu kasih
semangat
79
mbahnya lagi banyak pikiran, lagi inget keluarganya mbak. Kasih nasihat juga.
80
dirumah, jadinya marah-marah ngomel, trus jadinya
81
ngomel ke mbak-mbaknya. Udah diemin aja, ndak usah
82
dimasukin ke hati. Semangat aja semangat.” Kalo udah gitu
83
saya ya jadi semangat lagi, saya mikir yaa bener ya
84
mungkin karena udah tua jadi ya kadang-kadang pikun,
85
kadang-kadang lupa, kadang-kadang marah, yaudahlah Yaudahlah dimaklumin aja Sebagai
86
dimaklumin aja nggak papa, disabarin aja. Kadang juga nggak papa, disabarin aja.
87
saya berdoa, supaya apa ya, biar dikasih kesabaran aja. Kadang juga saya berdoa, kondisi
88
Pernah saya nangis sendirian di kamar juga mbak. Kadang- supaya apa ya, biar dikasih dirawatnya dan berdoa agar
89
kadang nangis sendirian habis sholat. Kadang telpon sama kesabaran aja.
90
ibu dirumah, minta... ya mungkin kan beda kalo cerita Kadang-kadang
sama
saling saling
gitu
bercerita,
lah semangat,
dan
memberi mencari dukungan sosial. memberi
nasihat.
stres,
upaya perawat
mengatasi Upaya mengatasi stres: menerima
lansia
yang
mendapatkan kesabaran. nangis Perawat
mengekspresikan
- Menerima keadaan - Berdoa - Mencari
dukungan
sosial Cara
mengekspresikan
40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
sama ibu dibanding cerita sama temen-temen, rasanya lebih sendirian
habis
92
ayem kalo cerita sama ibu. Didoain sama ibu juga lebih Kadang
93
tenang rasanya, jadi lebih semangat lagi kerjanya. Kalo dirumah.
menelepon
94
misalnya mbak ngadepin situasi atau masalah yang
mendapatkan dukungan.
95
bikin mbak stres, gimana cara mbak ngadepinnya? Ya
96
gitu mbak, paling kalo udah bener-bener nggak tahan ya Marah-marah sebentar, nanti Perawat
97
telpon
sholat. perasaannya sama
ibu menangis.
dengan Perawat
juga
ibunya
untuk
perasaan: menangis.
bercerita
pada Upaya mengatasi stres:
marah-marah sebentar, nanti trus curhat lagi, yang penting trus curhat lagi, yang penting temannya
sebagai
upaya mencari dukungan sosial,
98
berdoa aja sih mbak. Tapi kalo udah bener-bener nggak berdoa aja sih mbak. Tapi mengatasi
stres.
99
tahan banget ya... mesti mundur, pasrah aja. Perilaku kalo udah bener-bener nggak perawat akan menyerah jika menghindari stressor.
100
lansia disini yang bener-bener bikin mbak stres tu tahan banget mesti mundur, ia
101
biasanya yang gimana mbak? Ya itu... yang pikun sama pasrah aja.
102
yang suka marah-marah. Apalagi yang suka nggigit sama Yang pikun sama yang suka Kondisi lansia yang sudah Kendala merawat lansia:
103
mukulin kalo pas dimandiin mbak, itu rasanya... aduh, marah-marah. Apalagi yang pikun dan perilaku lansia
104
sedih banget, bikin stres. Kalo dirasa-rasain itu kayak... aku suka nggigit sama mukulin yang suka menggigit dan
kemunduran
105
rasanya ndak bakalan lama disini lho, paling 3 bulan-4 kalo pas dimandiin mbak, itu memukul
(pikun).
merasa
tidak
Namun menyerah
atau
mampu
menghadapi stressor.
saat
dimandikan
- Kondisi
lansia:
41
mental
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
bulan udah keluar lah, ndak betah. Tapi terus biasanya rasanya sedih banget, bikin menjadi
kendala
dalam
107
temen-temen kasih motivasi, “Jangan gitu lah, harus stres.
108
semangat. Kita kan disini kerja sama-sama. Nanti kalo Tapi terus biasanya temen- Perawat diberi semangat dan
109
kerjasama kan kita bisa ngatasin permasalahan yang ada temen
kasih
110
disini,” paling kayak gitu mbak. Apa sih yang jadi “Jangan
gitu
111
motivasi mbak ngerawat lansia? Kalo saya sih pengen semangat. Kita kan disini mengurangi
112
dapet pengalaman mbak. Kalo ngerawat lansia kan juga kerja sama-sama. Nanti kalo dirasakan oleh perawat.
113
biasanya dapet cerita dari jaman mudanya dulu kayak kerjasama
114
gimana, cerita-cerita dulu jadi guru, sukses, susah ngatasin permasalahan yang
115
senengnya itu pasti kan dikasih tau sama perawatnya, kalo ada disini.”
116
pengen berhasil itu gini lho, usaha dulu kayak gini, nanti
117
kan jadi saya dapet pengalaman dari mbah-mbahnya itu
118
dari cerita mereka. Saya juga itung-itung belajar dari
119
pengalaman mereka dulu mbak. dulunya mereka misal
120
ndak sukses, trus usaha, belajar terus sampe sukses. Saya
merawat lansia.
kan
motivasi, motivasi lah,
kita
harus temannya
- Perilaku
lansia:
menggigit,
oleh
memukul
saat dimandikan.
teman- Upaya mengatasi stres:
sehingga stres
dapat mendapatkan
dukungan
yang sosial dari orang lain.
bisa
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
jadi mikir kalo emang mau sukses ndak boleh putus asa
122
harus mau belajar terus gitu. Seneng sih mbak kalo
123
ndengerin cerita dari mbah-mbahnya itu, jalan hidupnya itu
124
puter-puter. Kondisi lansia yang mbak rawat itu gimana
125
aja sih mbak? Ada yang cacat, udah ndak bisa ngapa- Ada yang cacat, udah ndak Lansia yang dirawat di panti Kondisi
126
ngapain, ada yang buta juga. Jalan aja pake kursi roda, kalo bisa ngapa-ngapain, ada yang werdha ada yang mengalami fisik, cacat, buta.
127
udah gitu saya ngerasa kasian mbak, kadang diajak buta juga. Jalan aja pake kursi lemah fisik, buta dan cacat
128
ngobrol, diajak bercanda biar seneng, ketawa-ketawa. roda, kalo udah gitu saya sehingga harus menggunakan
129
Disuruh nyanyi juga biar seneng mbak. Tapi kalo disini ngerasa kasian mbak.
130
masih banyak yang mandiri, masih pada bisa jalan sendiri
131
semua.
lansia:
kursi roda.
43
lemah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kode
Menggigit,
mencubit, Mengalami
Kategori Tema
atau
menghindari Menghibur
bersama
mental:
Susah dimandikan
- Pikun/lemah mental.
Mencari dukungan sosial.
Susah minum obat
Kondisi fisik yang lemah:
Upaya mengatasi stres:
Perilaku lansia yang dirawat
stressor.
diri
berteriak saat dimandikan
Sering berteriak-teriak
Sub-kategori
kemunduran Menyerah
orang lain.
- Cacat
- Menerima keadaan
- Buta
- Berdoa
- Tidak dapat berjalan
- Mencari dukungan sosial
Kondisi kesehatan lansia
Stressor (penyebab stres)
Problem-focused coping
Emotion-focused coping
Cara menghadapi stres
Penyebab stres dan upaya untuk menghadapi stres
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No.
Verbatim
Satuan Makna
1
Selamat pagi Mba, makasih ya Mba sudah bersedia saya
2
wawancara. Nah sekarang kita mulai aja ya, yang
3
pertama, saya mau tanya, kapan Mba mulai merawat
4
lansia? Pertama saya masuk kesini tanggal 24 Agustus
5
2015. Berarti udah berapa lama mba? Sekitar 6 bulan.
6
Waktu Mba merawat lansia itu tugasnya apa aja sih?
7
Kalo pagi... kalo misalkan di paviliun belakang, saya kan di Kalo
8
paviliun belakang, kalo pagi paling yang pertama ngepel pertama ngepel depan gitu perawat yaitu mengepel dan dilakukan
9
depan gitu dulu terus nyiapin air panas buat mandi, gitu ntar dulu terus nyiapin air panas menyiapkan air panas untuk menjaga kebersihan dan
10
jam setengah 6 mandiin. Terus tugas yang lain kayak yang buat mandi, gitu ntar jam memandikan lansia.
11
berhubungan langsung sama lansianya apa aja? Ya setengah 6 mandiin
12
paling kalo dibelakang itu mandiin lansianya, kalo misalkan Ya paling kalo dibelakang Perawat
13
di depan bisa mandi sendiri, cuma 1 orang yang dimandiin. itu mandiin lansianya, kalo memandikan lansia.
dilakukan
14
Terus kalo makan gitu, Mba ikut nyiapin nggak? Kalo misalkan
memandikan lansia.
pagi
di
paling
depan
Makna yang Dipadatkan
Kode
yang Tugas yang harus dilakukan Tugas
yang
bisa
bertugas
harus perawat:
memandikan.
untuk Tugas
yang
harus perawat:
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
makan ya selalu ikut mba, makan terus sampe selesai gitu, mandi sendiri
16
kan kalo di belakang ada yang disuapin 1, terus makannya Kan kalo di belakang ada Perawat
17
juga dihalusin. Kalo masalah kesehatan, Mba ikut yang
18
merhatiin nggak? Kalo kesehatan iya, terus kan seminggu makannya juga dihalusin
19
sekali ada dokter yang kesini jadi kesehatannya terkontrol.
20
Kalo misalkan ada yang sakit langsung dibawa ke balai Kalo misalkan ada yang Perawat
21
pengobatan yang di depan. Kadang juga ditanya satu-satu, sakit langsung dibawa ke membawa lansia yang sakit dilakukan
22
ada yang sakit apa nggak. Kalo ada yang lemes nggak kayak balai pengobatan yang di ke balai pengobatan.
23
biasa ditanyain kenapa, ada yang sakit apa pusing gitu mba. depan
24
Soalnya kadang nggak bilang kalo sakit, kan kasian mba Kadang juga ditanya satu- Perawat bertugas mengontrol Tugas
25
kalo nggak cepet diobatin. Jadi ya harus kadang ditanya gitu. satu, ada yang sakit apa kondisi kesehatan para lansia.
dilakukan
26
Berarti Mba merawatnya bisa dibilang 24 jam gitu ya nggak. Kalo ada yang lemes
mengontrol
27
mba? Ya... bisa jadi 24 jam, soalnya di belakang kadang nggak kayak biasa ditanyain
lansia.
28
gitu. Kadang kalo malem ada yang manggil, jadi kalo denger kenapa, ada yang sakit apa
29
ya langsung didatengin. Malem-malem pasti ada yang pusing gitu mba
disuapin
1,
bertugas
untuk Tugas
yang
harus
terus membantu lansia menyiapkan dilakukan makanan dan menyuapi.
bertugas
perawat:
menyuapi lansia.
untuk Tugas
yang
harus
perawat:
mengantar lansia berobat.
yang
harus perawat: kesehatan
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
manggil, kalo ada yang mau kencing atau apa kan mesti Malem-malem
pasti
31
manggil buat bantuin kencing. Kalo malem-malem ada yang manggil, kalo ada membantu lansia saat buang dilakukan
32
yang manggil gitu, pernah nggak sih Mba merasa yang mau kencing atau apa air kecil terutama pada waktu membantu
33
terganggu? Ya mungkin kadang pernah, tapi ya udah jadi kan mesti manggil buat malam hari.
34
tugasnya kayak gitu. Terus selama merawat itu yang jadi bantuin kencing
35
masalah atau kendala selama merawatnya apa aja mba?
36
Emm... paling kalo susah dibilangin gitu, yang dibelakang Paling kalo susah dibilangin Perawat merasa kesulitan saat Kendala dalam merawat
37
itu susah mandi, susah dibilangin suruh mandi. Yang gitu, yang dibelakang itu memberitahu
38
lainnya ada lagi ngga mba? Ya itu sih, kalo dimandiin ada susah
39
yang suka nggigit. Ada yang nggigit, ada yang nyakar. Terus dibilangin suruh mandi
40
kalo di depan juga yang mandiin harus berdua mba. Kalo Kalo dimandiin ada yang Saat dimandikan, ada lansia Kendala dalam merawat
41
yang dibelakang kan udah pada nggak bisa jalan jadi kalo suka
42
diangkat gitu ya nurut aja, tapi ya kadang suka nggigit. Kalo nggigit, ada yang nyakar
43
masalah lain kayak lansianya suka pergi sendiri gitu ada Kalo yang dibelakang kan Lansia yang sudah tidak bisa Kondisi
44
nggak mba? Kalo itu sih... pernah sekali itu ada yang pergi udah pada nggak bisa jalan berjalan
mandi,
nggigit.
Ada
ada Perawat
bertugas
untuk Tugas
yang
harus perawat:
buang
air
kecil.
lansia
susah mandi.
untuk lansia:
lansia
susah
diberitahu.
yang yang menggigit dan mencakar lansia: perawat.
menggigit
dan
mencakar perawat.
lebih
lansia:
mudah fisik.
3
lemah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
katanya mau pulang, disini kan pintunya terbuka tau-tau jadi kalo diangkat gitu ya dimandikan
karena
lebih
46
udah keluar. Tapi ntar kalo ditengok ke kemarnya udah nurut aja
47
nggak ada ya nanti dicari, tapi jarang sih. Waktu Mba
48
ngalamin kendala waktu ngerawat lansia, apa sih yang
49
mba rasain? Ya... dalam hati sih jengkel tapi ya mau Dalam hati sih jengkel tapi Perawat merasa jengkel saat Pikiran dan perasaan saat
50
gimana lagi udah jadi tugasnya kayak gitu, orangtua sih. Ya ya mau gimana lagi udah merawat
51
sedih juga sih mba, udah dirawat baik-baik tapi kok malah jadi tugasnya kayak gitu, perawat memaklumi perilaku Upaya mengatasi stres:
52
kayak nggak gimana ya... nggak nurut gitu mba. Paling kalo orangtua sih
53
udah gitu ya ditinggal aja. Masalah yang Mba alamin itu Ya sedih juga sih mba, udah tugasnya.
54
bikin stres nggak? Ya... gimana ya. Stres sih tapi nggak dirawat baik-baik tapi kok Perawat merasa sedih saat Pikiran dan perasaan saat
56
banget, udah terbiasa. Dulu waktu awal takut, tapi lama- malah kayak nggak nurut lansia tidak menurut karena merawat lansia. Kendala
57
lama udah biasa. Dulu waktu awal-awal ngerawat lansia gitu mba
perawat
58
apa yang Mba lakukan buat mengatasi stres dan takut
merawat dengan sangat baik.
59
itu? Ya gitu latian terus tiap hari, minta bantuan sama Ya gitu latian terus tiap hari, Perawat
60
temen, dibantu sama temen juga. Apa aja yang Mba minta bantuan sama temen, pada
menurut dengan perawat.
namun merawat lansia: jengkel.
lansia,
lansia dan tetap menjalankan menerima keadaan.
merasa
ia
meminta
teman
dan
sudah dalam merawat lansia: lansia tidak menurut.
bantuan Upaya
mengatasi
latihan stres/kendala:
meminta
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
lakukan buat menghilangkan rasa stres dan takut itu? dibantu sama temen juga
62
Emm... paling ya cerita, curhat sama temen-temen. Nanti Paling
63
temen-temen bilang, udah diemin aja, kalo ngamuk didiemin sama temen-temen. Nanti teman-teman tentang kendala bercerita
64
aja nanti kan cape sendiri. Kalo dibilang macem-macem temen-temen bilang, udah yang dialaminya. Setelah itu diberi
65
sama orang-orang tua nggak usah didenger, nggak usah diemin aja, kalo ngamuk teman-temannya
66
dimasukin ke hati. Seringnya dibilangin sama Bu Prapti, didiemin aja nanti kan cape semangat dan nasihat.
67
dikasih semangat gitu mba, disini kan bukan cuma kerja sendiri
68
biasa ngerawat lansia tapi juga melayani. Kalo misalnya pas Kalo
69
lagi jengkel, ya paling cerita aja sih sama temen-temen, macem sama orang-orang Kepala Panti supaya tidak dukungan sosial berupa
70
nggak pernah marah-marah juga, soalnya nanti kalo tua nggak usah didenger, terlalu memikirkan perkataan motivasi dan semangat
71
lansianya pas lagi ngamuk, sininya juga ikut ngamuk malah nggak usah dimasukin ke lansia yang kurang baik, serta dari Kepala Panti.
72
nggak selesai-selesai mba. Jadi kalo udah jengkel stres ya hati. Seringnya dibilangin diberi semangat agar tetap
73
cuma itu sih, cerita sama temen sama Bu Prapti juga. Selain sama Bu Prapti, dikasih termotivasi merawat lansia.
74
curhat sama temen-temen, apa lagi yang Mba lakuin semangat gitu mba
75
waktu ngerasa sedih dan stres? Ya paling berdoa aja sih Ya paling berdoa aja sih Perawat berdoa dan bercerita Upaya mengatasi stres:
ya
cerita,
dibilang
merawat lansia setiap hari.
curhat Perawat
bercerita
bantuan pada teman.
pada Upaya mengatasi stres: pada
teman,
semangat
dan
memberi nasihat oleh teman.
macem- Perawat diberi nasihat oleh Upaya mengatasi stres:
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
mba. Sama telepon ibu, cerita-cerita. Nanti sama ibu paling mba. Sama telepon ibu, pada
77
dibilang yaudah sabar aja, dijalanin aja gitu. Mba ngerasa cerita-cerita. Nanti sama ibu mengurangi
78
paling susah ngadepin lansia yang kayak gimana? paling
79
Yang... itu yang pikun mba. Nanya terus, baru sebentar sabar aja, dijalanin aja gitu
80
nanya, udah dijawab nanya lagi. Ngomong terus tapi Yang pikun mba. Nanya Perawat mengalami kendala Kondisi lansia: pikun.
81
omongannya diulang terus. Kadang ya capek nanggepinnya, terus, baru sebentar nanya, saat merawat lansia yang Kendala dalam merawat
82
jengkel juga udah dijawab, nanya lagi gitu mba. Sama yang udah dijawab nanya lagi
83
suka nggigit, kalo emang udah bener-bener kebangetan Kadang
84
kadang suka saya tabok tangannya, soalnya kalo udah nanggepinnya, jengkel juga sama berulang kali. Perawat lansia yang pikun.
85
nggigit tu sakit banget mba. Kondisi lansia disini gimana udah dijawab, nanya lagi juga merasa jengkel karena Pikiran dan perasaan saat
86
mba? Kalo yang disini sih ya masih sehat semua, tapi kalo gitu mba. Sama yang suka harus
87
yang dibelakang itu ada yang pake kursi roda, ada yang buta nggigit, kalo emang udah pertanyaannya berulang kali.
88
juga. Kalo yang di depan masih sehat semua, paling ada bener-bener
89
yang pikun gitu, suka ngamuk sendiri. Kalo kita ke kadang suka saya tabok memukul tangan lansia yang
90
kamarnya bersih-bersih ternyata dia nyimpen buah dibalik tangannya,
dibilang
ya
ibunya
untuk bercerita pada orangtua
stres
yang dan
yaudah dialaminya.
mendekatkan
diri
pada Tuhan.
pikun karena harus selalu lansia:
mengalami
capek menjawab pertanyaan yang kesulitan saat merawat
menjawab merawat lansia: jengkel.
kebangetan Terkadang
soalnya
kalo suka
perawat
menggigit
juga
karena
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
bantalnya, kalo nggak disimpen di lemari sampe busuk. Kalo udah nggigit tu sakit banget perawat merasa kesakitan.
92
diambil dibersihin nanti dia marah-marah mba, teriak maling mba
93
maling gitu. Disini juga ada yang susah dirawat, bilangnya Yang dibelakang itu ada Kondisi lansia sebagian besar Kondisi
94
sakit nanti kalo udah dikasih obat malah obatnya disimpen, yang pake kursi roda, ada masih sehat, tetapi ada juga dirawat: buta, mengalami
95
nggak diminum. Giliran kita suapin juga nggak mau, malah yang buta juga. Kalo yang yang
96
mingkem. Apalagi kalo disuruh mandi, susah banget. Jadi di depan masih sehat semua, menggunakan
97
kalo mandiin itu sering dipaksa, dipegangin. Lha kalo nggak paling ada yang pikun gitu, Selain itu ada lansia yang
98
dimandiin nanti kan bau. Tapi kalo lagi biasa ya nurut-nurut suka ngamuk sendiri
99
mba. Dibilangin nurut, diajak makan juga mau. Kadang juga
100
ada yang ngatain kasar mba. Kalo udah gitu yang bikin saya Kadang
101
sedih, ya jengkel juga. Dulu awal ya sempet stres digituin, ngatain kasar mba. Kalo jengkel ketika ada lansia yang sedih, jengkel.
102
tapi makin kesini ya biasa aja. Oiya mba, besok kalo suatu udah gitu yang bikin saya berkata kasar pada perawat.
Kendala dalam merawat
103
hari mba ngerasa jengkel stres gitu lagi mba bakalan sedih, ya jengkel juga
lansia:
104
gimana, apa yang mau mba lakuin? Ya paling itu lah mba,
kasar
105
curhat sama temen-temen, berdoa, sama cari hiburan. Kalo Curhat sama temen-temen, Perawat
juga
ada
buta
lansia
yang
dan
harus kelumpuhan, mengalami
kursi
roda. kemunduran mental.
pikun.
yang Perawat merasa sedih dan Pikiran
mengatasi
dan
perasaan:
lansia
berkata
rasa Upaya mengatasi stres:
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
mau ninggalin lansianya juga nggak mungkin kan. Jadi ya berdoa, sama cari hiburan. stresnya dengan cara cerita bercerita dengan teman
107
harus dihadapi aja, sama banyak-banyak sabar. Kalo nerima Kalo
108
keadaan malah jadi nggak stres banget mba. Kerjaan lansianya
109
merawat lansia ini kan juga saya sendiri yang mau, jadi apa mungkin kan
110
aja resikonya ya saya terima aja mba, istilahnya ya sebelum Kalo nerima keadaan malah keadaan dan menerima segala
111
saya kerja emang udah dipersiapkan lah, tapi ya itu tadi jadi nggak stres banget mba. resiko karena ia sendiri yang
112
walopun udah ikut pelatihan tetep aja waktu ngadepin Kerjaan merawat lansia ini memilih
113
lansianya langsung tetep ngerasa takut, takut nggak betah kan juga saya sendiri yang merawat lansia.
114
mba, takut nggak bisa bener-bener ngerawat dengan baik aja. mau, jadi apa aja resikonya Ketika
115
Tapi ya seringnya kalo ada masalah apa lagi jengkel stres ya saya terima aja mba
116
gitu cuma cerita ke temen sih mba, kadang malah mereka Seringnya kalo ada masalah cerita pada temannya.
117
bikin buat bercandaan. Ya gitu lah mba, susah gampang apa lagi jengkel stres gitu
118
ngerawat lansia itu.
mau
ninggalin dengan teman
juga
nggak Perawat
mengatasi
dan mencari hiburan. rasa Upaya mengatasi stres:
stresnya dengan menerima menerima keadaan.
pekerjaan
perawat
untuk
merasa Upaya mengatasi stres:
jengkel dan stres, ia akan bercerita pada teman.
cuma cerita ke temen sih mba, kadang malah mereka bikin buat bercandaan
8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No.
Verbatim
1
Halo Mbak SN, makasih ya mbak udah mau
2
diwawancara buat penelitian skripsiku. Sekarang aku
3
ada beberapa pertanyaan buat mbak, tolong dijawab
4
ya. Yang pertama aku mau nanya, mbak udah berapa
5
lama ngerawat lansia? Saya ngerawat lansia udah dari
6
tahun 2014 di Semarang mbak. Berarti sampe sekarang
7
udah sekitar satu setengah tahun lebih ya? Dulu saya juga
8
ikut pelatihan sebelum merawat lansia mbak. Di Semarang
9
saya ngerawat sekitar 1 tahun lebih 4 bulan di Panti Wisma
10
Bakti, tapi cuma ngerawat nenek-nenek 17 orang, kalo
11
disini kan ada opa-opanya juga. Mbak bisa kerja disini
12
tuh gimana ceritanya? Saya kan kursus di Purwokerto,
13
lha dari kursusan itu disalurin ke Jakarta, Semarang,
14
pokoknya daerah yang ada panti wredhanya mbak. awalnya
15
kan saya di Semarang, terus saya pindah kesini. Saya
Satuan Makna
Makna yang Dipadatkan
Kode
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
bareng Mbak Siti kok masuknya mbak. Disini saya udah
17
sekitar 6 bulan dari Agustus 2015. Jadi saya udah ngerawat
18
lansia totalnya udah 2 taun kurang. Selama mbak kerja di
19
panti wredha, apa aja sih tugas yang mbak lakukan?
20
Yaa saya kerjanya bersih-bersih mbak, bersih-bersih Bersih-bersih tempat tidur, Perawat
bertugas
21
tempat tidur, ngepel, nyapu... trus siapin makanan juga, ngepel,
kebersihan
22
njagain, trus nanti kalo yang mau ke kamar mandi ndak makanan juga, njagain, trus lansia
23
berani ditemenin, dibantu buang airnya, trus nanti ada yang nanti kalo yang mau ke kamar menyiapkan
24
ndak berani tidur malem ditemenin gitu, yaa... kasih obat, mandi ndak berani ditemenin, menyuapi, membantu buang lansia.
25
ya kan kalo lansia sering-seringnya ada rasa takut, ndak dibantu buang airnya, trus air,
26
berani, kayak gitu. Banyakan sih saya bersih-bersih, nanti ada yang ndak berani malam dan memberi obat.
27
mandiin sama nyuapin. Terus selama mbak ngerawat tidur malem ditemenin gitu,
28
lansia, apa sih yang mba pikirin dan rasakan? Yaa dulu kasih obat.
29
awal-awal saya ngerasa takut, ragu-ragu, yaa... kan bisa Awal-awal
30
ndak ya? Kan saya masih muda, harus ngadepin orang- takut, ragu-ragu.
31
orang tua, khawatir. Bisa ndak ya saya ndampingi orang- Kan saya masih muda, harus khawatir
nyapu.
saya
Siapin menjaga
serta
untuk Tugas
para perawat:
menjaga
panti, kebersihan, makanan dan
makanan
menemani
yang dilakukan
saat
dan kesehatan,
menemani
tidur
ngerasa Saat awal merawat lansia, Pikiran dan perasaan saat perawat merasa ragu-ragu dan merawat karena
lansia:
harus ragu dan khawatir. 2
ragu-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
orang tua? Bisa ndak ya? Ragu-ragu terus gitu mbak. ngadepin
33
Awal-awalnya ya selalu pesimis lah mbak. Waktu khawatir.
34
ngerawat lansia pernah ngalamin kendala apa aja
35
mbak? Ya pernah, biasanya nenek-neneknya tu suka Biasanya nenek-neneknya tu Perilaku lansia yang sering Kendala dalam merawat
36
teriak-teriak. Dimandiin ndak mau, teriak-teriak, nggigitin suka teriak-teriak. Dimandiin berteriak, susah dimandikan, lansia:
37
juga,
38
disuapin kadang-kadang ndak mau. Suruh aaa... gitu ndak nggigitin juga, nyubitin.
39
mau, mingkem aja. Trus kalo suruh minum obat yaa... kalo Trus kalo suruh minum kalo teratur
menjadi
40
ndak disuruh ndak minum-minum. Dari masalah-masalah ndak disuruh ndak minum- perawat
dalam
41
itu apa yang mbak rasain? Yaa stres mbak, apalagi kalo minum.
42
ngadepin orang pikun mbak, capek ngadepinnya. Biasanya Stres mbak,
43
nanya, ini jam berapa? Udah dijawab “jam 8”, tapi nanya ngadepin orang pikun mbak, lelah
44
lagi nanya lagi. Nanti 5 menit lagi nanya lagi, “anak saya capek ngadepinnya.
menghadapi
45
kok nggak kesini-sini ya? Lho kok ndak kesini lagi ya?”
pikun.
46
Marah-marah terus. Capek sih ya mbak, tapi ya kalo
47
dipikir-pikir terus malah jadi spanneng, stres. Ya kadang- Kadang-kadang
nyubitin, teriak-teriak dikira maling, terus kalo ndak
orang-orang
mau,
tua, menghadapi
dan
merawat
orang yang sudah tua.
teriak-teriak, menggigit
dan
perilaku
mencubit, lansiamenggigit, berteriak,
serta sulit minum obat secara mencubit,
kendala susah mandi dan susah merawat minum obat.
lansia. apalagi
kalo Perawat merasa stres dan Pikiran dan perasaan saat ketika lansia
harus merawat lansia: stres dan yang lelah. Kondisi
lansia:
pikun/lemah mental. rasanya Perawat merasa sedih karena Pikiran dan perasaan saat 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
kadang rasanya sedih, kayak nggak dianggep. Kalo sedih, kayak nggak dianggep. saat
ia
berbicara
dengan merawat
49
ngomong kayak nggak dianggep, apa gara-gara dia udah Kalo ngomong kayak nggak lansia tidak didengarkan dan dan
50
tua itu jadi ndak ndengerin saya yang masih muda, apa dianggep.
51
gimana ya? Jadi malah rasanya kayak sendiri gitu mbak,
52
putus asa. Mbak pernah ngerasain jengkel, marah gitu
53
juga nggak? Pernah mbak, marah-marah, jengkel.
54
“Maunya apa sih? Dibilangin kok ngeyel. Ndak mau
56
dibilangin, apa mau pulang? Apa mau dibilangin ke
57
keluarganya?” Kadang-kadang marah-marah gitu mbak, Kadang-kadang marah-marah Terkadang
58
ndak sengaja malah jadinya mbentak-mbentak. Kalo mbak gitu
59
rasanya lagi marah, biasanya mbak ngapain? Yaa.. malah
60
kadang langsung marahin gitu mbak, “Minta pulang ya? mbentak
61
Apa mau dibilangin ke keluarganya biar dijemput pulang?
62
Apa gimana maunya?” Biasanya kayak gitu mbak. Kalo
63
udah gitu biasanya yang pada rewel jadi diem, tapi ada juga
64
yang malah balik marah-marah. Kalo udah gitu saya jadi
merasa tidak dianggap.
mbak,
ndak
jadinya
sengaja membentak
lansia: merasa
tidak
dianggap.
perawat Ekspresi lansia
sedih
kemarahan:
untuk membentak.
mbentak- mengekspresikan kemarahannya.
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
tambah sedih mbak. Biasanya kalo mbak lagi ngerasa
66
stres gitu, apa yang mbak lakukan untuk ngurangin
67
rasa stresnya? Yaa biasanya bercanda sama temen-temen, Biasanya
68
ndengerin lagu, nanti nyanyi-nyanyi bareng, ketawa- temen-temen, ndengerin lagu, perawat
69
ketawa bareng, gitu. Biasanya ngeledekin orang yang nanti nyanyi-nyanyi bareng, bersama teman-temannya.
70
pikun, kan biasanya nggak inget nanti diledekin trus ketawa-ketawa bareng.
71
ketawa-ketawa bareng. Selain cara-cara itu, ada lagi
72
nggak mbak? Ada mbak biasanya saya cerita-cerita aja sih Ada mbak biasanya saya Untuk
73
sama temen-temen. Biasanya cerita “Itu lho mbahnya ndak cerita-cerita aja sih sama perawat
74
nurut, sukanya ngomel.” Terus nanti ada temen yang bilang temen-temen
75
“Yaudah nanti dibilangin aja, yang penting kalo nanya apa
76
gitu dijawab iya aja biar ndak ngomel terus.” Biasanya Biasanya saling berbagi gitu, Perawat dan teman-temannya Upaya mengatasi stres:
77
saling berbagi gitu, saling cerita sama saling kasih saling
cerita
78
semangat gitu lah mbak. Kasih nasihat juga “Mungkin itu kasih
semangat
79
mbahnya lagi banyak pikiran, lagi inget keluarganya mbak. Kasih nasihat juga.
80
dirumah, jadinya marah-marah ngomel, trus jadinya
bercanda
sama Untuk
mengatasi
stresnya, Upaya mengatasi stres:
menghibur
diri menghibur diri bersama orang lain.
mengatasi
stres, Upaya mengatasi stres:
bercerita
pada mencari dukungan sosial.
temannya.
sama
saling saling
gitu
bercerita,
lah semangat,
dan
memberi mencari dukungan sosial. memberi
nasihat.
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
ngomel ke mbak-mbaknya. Udah diemin aja, ndak usah
82
dimasukin ke hati. Semangat aja semangat.” Kalo udah gitu
83
saya ya jadi semangat lagi, saya mikir yaa bener ya
84
mungkin karena udah tua jadi ya kadang-kadang pikun,
85
kadang-kadang lupa, kadang-kadang marah, yaudahlah Yaudahlah dimaklumin aja Sebagai
86
dimaklumin aja nggak papa, disabarin aja. Kadang juga nggak papa, disabarin aja.
87
saya berdoa, supaya apa ya, biar dikasih kesabaran aja. Kadang juga saya berdoa, kondisi
88
Pernah saya nangis sendirian di kamar juga mbak. Kadang- supaya apa ya, biar dikasih dirawatnya dan berdoa agar
89
kadang nangis sendirian habis sholat. Kadang telpon sama kesabaran aja.
90
ibu dirumah, minta... ya mungkin kan beda kalo cerita Kadang-kadang
nangis Perawat
91
sama ibu dibanding cerita sama temen-temen, rasanya lebih sendirian
sholat. perasaannya
92
ayem kalo cerita sama ibu. Didoain sama ibu juga lebih Kadang
93
tenang rasanya, jadi lebih semangat lagi kerjanya. Kalo dirumah.
menelepon
94
misalnya mbak ngadepin situasi atau masalah yang
mendapatkan dukungan.
95
bikin mbak stres, gimana cara mbak ngadepinnya? Ya
96
gitu mbak, paling kalo udah bener-bener nggak tahan ya Marah-marah sebentar, nanti Perawat
habis telpon
stres,
upaya perawat
mengatasi Upaya mengatasi stres: menerima
lansia
yang
mendapatkan kesabaran.
sama
ibu menangis.
- Berdoa - Mencari
dukungan
sosial
mengekspresikan dengan Perawat
juga
ibunya
untuk
bercerita
- Menerima keadaan
Cara
mengekspresikan
perasaan: menangis.
pada Upaya mengatasi stres: 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
marah-marah sebentar, nanti trus curhat lagi, yang penting trus curhat lagi, yang penting temannya
sebagai
98
berdoa aja sih mbak. Tapi kalo udah bener-bener nggak berdoa aja sih mbak. Tapi mengatasi
stres.
99
tahan banget ya... mesti mundur, pasrah aja. Perilaku kalo udah bener-bener nggak perawat akan menyerah jika menghindari stressor.
100
lansia disini yang bener-bener bikin mbak stres tu tahan banget mesti mundur, ia
101
biasanya yang gimana mbak? Ya itu... yang pikun sama pasrah aja.
102
yang suka marah-marah. Apalagi yang suka nggigit sama Yang pikun sama yang suka Kondisi lansia yang sudah Kendala merawat lansia:
103
mukulin kalo pas dimandiin mbak, itu rasanya... aduh, marah-marah. Apalagi yang pikun dan perilaku lansia
104
sedih banget, bikin stres. Kalo dirasa-rasain itu kayak... aku suka nggigit sama mukulin yang suka menggigit dan
kemunduran
105
rasanya ndak bakalan lama disini lho, paling 3 bulan-4 kalo pas dimandiin mbak, itu memukul
saat
(pikun).
106
bulan udah keluar lah, ndak betah. Tapi terus biasanya rasanya sedih banget, bikin menjadi
kendala
107
temen-temen kasih motivasi, “Jangan gitu lah, harus stres.
108
semangat. Kita kan disini kerja sama-sama. Nanti kalo Tapi terus biasanya temen- Perawat diberi semangat dan
109
kerjasama kan kita bisa ngatasin permasalahan yang ada temen
kasih
110
disini,” paling kayak gitu mbak. Apa sih yang jadi “Jangan
gitu
111
motivasi mbak ngerawat lansia? Kalo saya sih pengen semangat. Kita kan disini mengurangi
112
dapet pengalaman mbak. Kalo ngerawat lansia kan juga kerja sama-sama. Nanti kalo dirasakan oleh perawat.
merasa
tidak
upaya mencari dukungan sosial, Namun menyerah
atau
mampu
menghadapi stressor.
dimandikan dalam
merawat lansia.
motivasi, motivasi lah,
harus temannya
- Kondisi
lansia: mental
- Perilaku
lansia:
menggigit,
oleh
memukul
saat dimandikan.
teman- Upaya mengatasi stres:
sehingga stres
dapat mendapatkan
dukungan
yang sosial dari orang lain.
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
biasanya dapet cerita dari jaman mudanya dulu kayak kerjasama
kan
kita
bisa
114
gimana, cerita-cerita dulu jadi guru, sukses, susah ngatasin permasalahan yang
115
senengnya itu pasti kan dikasih tau sama perawatnya, kalo ada disini.”
116
pengen berhasil itu gini lho, usaha dulu kayak gini, nanti
117
kan jadi saya dapet pengalaman dari mbah-mbahnya itu
118
dari cerita mereka. Saya juga itung-itung belajar dari
119
pengalaman mereka dulu mbak. dulunya mereka misal
120
ndak sukses, trus usaha, belajar terus sampe sukses. Saya
121
jadi mikir kalo emang mau sukses ndak boleh putus asa
122
harus mau belajar terus gitu. Seneng sih mbak kalo
123
ndengerin cerita dari mbah-mbahnya itu, jalan hidupnya itu
124
puter-puter. Kondisi lansia yang mbak rawat itu gimana
125
aja sih mbak? Ada yang cacat, udah ndak bisa ngapa- Ada yang cacat, udah ndak Lansia yang dirawat di panti Kondisi
126
ngapain, ada yang buta juga. Jalan aja pake kursi roda, kalo bisa ngapa-ngapain, ada yang werdha ada yang mengalami fisik, cacat, buta.
127
udah gitu saya ngerasa kasian mbak, kadang diajak buta juga. Jalan aja pake kursi lemah fisik, buta dan cacat
128
ngobrol, diajak bercanda biar seneng, ketawa-ketawa. roda, kalo udah gitu saya sehingga harus menggunakan
lansia:
8
lemah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Disuruh nyanyi juga biar seneng mbak. Tapi kalo disini ngerasa kasian mbak.
130
masih banyak yang mandiri, masih pada bisa jalan sendiri
131
semua.
kursi roda.
9