STRATEGI MEMINIMALISASI DAN MENANGGULANGI RESIKO PEMBIAYAAN MACET PADA BMT MUHAJIRIN SALATIGA
TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya dalam Ilmu Syariah
Oleh: Liza Muzayana Afifa:
20107027
Program Studi Perbankan Syariah SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2010
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No.2 Telp. (0298) 323706, 323433, Fax. (0298) 323433 Salatiga 50712 http://www.stainsalatiga.ac.id, email :
[email protected]
Abdul Aziz N.P, S.Ag, M.M DOSEN STAIN SALATIGA NOTA PEMBIMBING Lamp : 2 eksemplar Hal : Naskah Tugas Akhir Saudara LIZA MUZAYANA AFIFA Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikum Wr. Wb Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan sepenuhnya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah tugas akhir saudara : Nama : LIZA MUZAYANA AFIFA Nim : 20107027 Jurusan / Progdi : SYARIAH / DIII PERBANKAN SYARIAH (PS) Judul :STRATEGI MEMINIMALISASI DAN MENANGGULANGI RESIKO PEMBIAYAAN MACET PADA BMT MUHAJIRIN SALATIGA Dengan ini kami mohon tugas akhir saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamualaikum Wr. Wb Salatiga, Agustus 2010 Pembimbing
Abdul Aziz N.P, S.Ag, M.M NIP. 19701028 200003 1001
ii
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar No.2 Telp. (0298) 323706, 323433, Fax. (0298) 323433 Salatiga 50712 http://www.stainsalatiga.ac.id, email:
[email protected]
PENGESAHAN Tugas Akhir saudara : Liza Muzayana Afifa dengan Nomor Induk Mahasiswa 20107027 yang berjudul Strategi Meminimalisasi dan Menanggulangi Resiko Pembiayaan Bermasalah Pada BMT Muhajirin Salatiga telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Selasa, 24 Agustus 2010, bertempat di Kampus II Kembang Arum, dan telah di terima sebagian dari syarat untuk memperoleh sebutan Ahli Madya (A. Md). Salatiga, 24 Agustus 2010
iii
MOTTO
Sesungguhnya setelah kesusahan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakan dengan sungguhsungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmu kamu menggantungkan pengharapan (Q.S Al-insyirat 6-8)
Action may not always bring happiness, but there is no happiness without action Tindakan memang tidak selalu membawa kebahagiaan, tapi tidak ada kebahagiaan tanpa tindakan
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk: 1. Ibu dan bapak saya tercinta yang telah membesarkan dan membimbing saya sehingga berhasil seperti ini 2. kakak-kakak saya yang telah memberikan motivasi, saya ucapkan terimakasih. 3. Teman-teman, terutama empat sekawan yang selalu ada dan membantu memberikan masukan-masukan. 4. Dan seluruh pihak yang telah membantu penyusun dalam menyelesaikan tugas akhir ini
v
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum. Wr. Wb Puji syukur selalu penyusun ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan semua Rahmat, Hidayah serta inayahnya kepada penyusun, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini tanpa suatu halangan apapun. Sholawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada suri tauladan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menyelamatkan kita dari zaman kekafiran menuju zaman yang penuh kedamaian. Penyusunan tugas akhir ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya pada jurusan syariah program studi DIII Perbankan Syariah di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dalam proses penyusunan tugas akhir ini, penyusun banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun secara materiil. Untuk itu penyusun menghaturkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Drs. Mubasirun, M.Ag selaku ketua jurusan syariah STAIN Salatiga. 3. Abdul Aziz N.P, S.Ag, M.M., selaku ketua program studi DIII Perbankan Syariah serta dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dalam menyusun tugas akhir ini. 4. Seluruh dosen dan staf STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu serta pelayanan yang baik selama penyusun menuntut ilmu. 5. Sularman, A. Md selaku pimpinan BMT Muhajirin yang telah memberikan kesempatan bagi penyusun untuk melaksanakan magang.
vi
6. Seluruh karyawan dan staf BMT Muhajirin yang banyak membantu, memberikan data-data serta mengajari segala sesuatu yang penyusun belum mengerti. 7. Kepada bapak, ibu, kakak, adik dan teman-teman yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Dalam penyusunan tugas akhir ini, masih banyak kekeliruan dan kekurangan. Untuk itu penyusun sangat berharap adanya saran dan kritik yang bersifat membangun sebagai perbaikan akan tugas akhir ini. Akhirnya penyusun berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi penyusun dan pembaca pada umumnya demi kemajuan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, …………..2010 Penyusun
Liza Muzayana Afifa
vii
ABSTRAK
STRATEGI MEMINIMALISASI DAN MENANGGULANGI RESIKO PEMBIAYAAN MACET PADA BMT MUHAJIRIN SALATIGA Tujuan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui strategi meminimalisasi resiko pembiayaan macet dan strategi menanggulangi pembiayaan macet. Menurut taraf pengambilan keputusan Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian deskriptif yang menggambarkan tentang cara meminimalisasi dan menanggulangi resiko pembiayaan macet. Sedangkan menurut sumber data Dalam penelitian menggunakan sumber data kepustakaan dan data lapangan. Berdasarkan sifat datanya, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu metode penelitian yang datanya dipaparkan dalam bentuk angka-angka. Strategi Meminimalisasi Resiko Pembiayaan Macet meliputi Mengenal calon debitur, Pilihan angsuran harian, Mensyaratkan menjadi anggota minimal 3 bulan, Batas maksimal pembiayaan dengan jaminan surat dasaran pasar, perjanjian atau akad tertulis, pengendalian manajemen. Strategi Menanggulangi Pembiayaan Macet meliputi. Pemantauan dan kerjasama, Eksekusi jaminan dan cadangan resiko pembiayaan tak tertagih. Tingkatkan kualitas penilaian pembiayaan yang sesuai standar dan aturan yang dibuat agar tidak terjadi terlalu banyak pembiayaan bermasalah atau bahkan kemacetan. Terus tingkatkan kinerja yang sudah terprogram dan yang sesuai syariah agar dapat survive sehingga dapat terus menyediakan kebutuhan modal bagi masyarakat sekitar dan pedagang pasar rejo sari.
viii
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………................. i NOTA PEMBIMBING……………………………………………..... ii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………....... iii HALAMAN MOTTO……………………………………………….... iv HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………........ v KATA PENGANTAR…………………………………………........... vi ABSTRAK............................................................................................ viii DAFTAR ISI……………………………………………………......... ix DAFTAR GAMBAR………………………………………………………......... xiii DAFTAR TABEL…………………………………………………………........... xiv
BAB I :
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………………… 1 B. Rumusan Masalah …………………………………………… 4 C. Tujuan dan Manfaat…………………………………………... 5 1. Tujuan…………………………………………………...... 5 2. Manfaat………………………………………………….... 5 D. Metodologi Penelitian………………………………………..... 6 1. Jenis Penelitian Menurut Taraf Pengembangan Keputusan 7 2. Jenis Penelitian Menurut Sumber Data………………........ 7 3. Jenis Data Berdasarkan Sifat Datanya ……........................ 8 E. Sistematika Penyusunan……………………………….....…. .. 9 ix
BAB II :
LANDASAN TEORI...................................................................... 10 A. Telaah Pustaka………………………………………............... 10 B. Kerangka Teoritik………………………………………......... 11 1. Baitul Maal Wat Tamwil…………….……........................ 11 2. Strategi………………………………................................. 12 3. Meminimalisasi.................................................................... 13 4. Menanggulangi.................................................................... 13 5. Resiko Pembiayaan…………………….............................. 13 6. Kredit Macet......................................................................... 15 7. Unsur-Unsur Kredit……………………………………...... 16 8. Tujuan Kredit........................................................................ 17 9. Fungsi Kredit………………………………….................... 19 10. Jenis-Jenis Kredit…………………………………............. 21 11. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit…………………............ 24 12. Aspek-Aspek Penilaian Kredit………………………......... 28 13. Prosedur Pemberian Kredit……………………………….. 30
BAB III :
LAPORAN OBYEK........................................................................ 33 A. Gambaran Umum……………………………..…..................... 33 1. Sejarah Berdirinya BMT Muhajirin…………………….... 33 2. Visi dan Misi BMT Muhajirin............................................ 34 3. Struktur Organisasi.............................................................. 36 4. Tugas dan Wewenang Pengelola......................................... 36 5. Produk BMT Muhajirin........................................................ 38 6. Prosedur Permohonan Pembiayaan....................................... 40 7. Permodalan............................................................................ 40
x
8. Keuangan............................................................................. 41 9. Sarana dan Prasarana........................................................... 42 B. Data Diskriptif…………………………………………….….. 43 1. Klasifikasi Kolektabilitas Pembiayaan…………………… 43 2. Laporan Jumlah Anggota………………………………… 45 3. Flafon Ansuran Pembiayaan ……………………………... 46 BAB IV :
ANALISIS DATA……………………………………………….. 47 A. Analisa yang Diterapkan dalam Pemberian Pembiayaan……. 47 1. Informasi yang Berhubungan dengan Identitas Pribadi….. 47 2. Informasi yang Berhubungan dengan Keluarga Calon Debitur ..................................................................... 48 3. Informasi Berdasarkan Data Usaha..................................... 48 4. Informasi yang Berhubungan dengan Data Keuangan Keluarga Calon Debitur....................................................... 49 5. Informasi yang Berhubungan dengan Data Keuangan Usaha Calon Debitur....................................................................... 49 B. Penyebab Pembiayaan Macet…................................................. 49 1. Dari Manajemen………………………......................…..... 50 2. Dari Nasabah………………………………........……….... 50 C. Strategi Meminimalisasi Resiko Pembiayaan Macet…......….... 51 1. Mengenal Calon Debitur...................................................... 52 2. Pilihan Angsuran Harian...................................................... 52 3. Mensyaratkan Menjadi Anggota Minimal 3 Bulan.............. 53 4. Batas Maksimal Pembiayaan dengan Jaminan Surat Dasaran Pasar......................................................................
xi
53
5. Perjanjian atau Akad Kredit................................................ 54 6. Pengendalian Manajemen................................................... 54 D. Strategi Mengagulangi Pembiayaan Macet............................... 55 1. Pemantauan dan Kerjasama................................................. 55 2. Eksekusi Jaminan................................................................. 58 3. Cadangan Resiko Pembiayaan Tak Tertagih........................ 58 BAB V :
PENUTUP........................................................................................ 60 A. Kesimpulan…………………………………………………..... 60 B. Saran…………………………………………………………… 61
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. ......... 62 DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………….............. 64 LAMPIRAN………………………………………………………………...............
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Organisasi
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Laporan Laba Rugi Tabel 3.2 Jumlah Anggota Tabel 3.3 Daftar Pemohon Pembiayaan Tabel 3.4 Daftar Pembiayaan Macet
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor utama dalam meningkatkan ekonomi suatu Negara adalah dukungan dari sistem keuangan yang sehat dan stabil, demikian pula di indonesia. Untuk mencapai kesejahteraan ekonomi dibutuhkan ketersediaan dan peran lembaga keuangan. Lembaga keuangan sangat penting karena berperan sebagai lembaga intermediasi antara penabung dan investor. Mereka memenuhi kebutuhan dana bagi pihak defisit dana dalam rangka meningkatkan dan memperluas suatu usaha atau bisnis. Tabungan hanya akan berguna apabila diinvestasikan, sedangkan penabung tidak dapat diharapkan untuk sanggup melakukannya sendiri dengan terampil dan sukses (Antonio, 2002: 177). Lembaga keuangan saat ini ada dua jenis yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank. Lembaga keuangan bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya melayani simpan pinjam dan jasajasa lain dalam lalu lintas pembayaran. Lembaga keuangan non bank merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat melalui penawaran jasa tertentu. Bentuk dari lembaga keuangan non bank ini adalah koperasi simpan pinjam, pegadaian, asuransi, pasar modal, dan sebagainya. Di indonesia lembaga keuangan yang berbentuk bank maupun non bank terbagi dalam dua jenis yaitu yang bersifat konvensional dan yang
1
2
bersifat syariah. Lembaga keuangan konvensional adalah lembaga yang pelaksanaan operasionalnya menggunakan sistem bunga (interest fee). Sedang lembaga keuangan syariah adalah lembaga yang pelaksanaan operasionalnya menggunakan prinsip-prinsip syariah islam. Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai syariah, ini berdasarkan UU no.10 tahun 1998 (Kasmir, 2002: 289) Sekarang ini marak lembaga keuangan mikro konvensional yang menawarkan kredit dan berslogan membantu masyarakat dalam kegiatan ekonomi. Pada kenyataannya mereka hanya memberatkan dalam pembebanan bunga yang tinggi, sedang lembaga keuangan bank yang memberi beban relatif ringan, hanya mampu melayani lapisan menengah ke atas. Bank kurang berminat menyalurkan kredit kecil berkisar antara Rp 500.000,- sampai Rp 5.000.000,- ( Subkhan, 2008). Masyarakat telah lama merindukan kehadiran lembaga keuangan yang syariah dan tidak memberatkan serta mampu membantu sesuai kebutuhan. Umat islam ingin menjalankan agamanya secara kaffah atau sempurna. Berbeda dengan kaum kapitalis yang menganggap ekonomi dan agama adalah dua hal yang terpisah, islam melihat bahwa aqidah, syariah, muamalah dan akhlak adalah salah satu mata rantai yang tidak terpisahkan dari sistem islam (Hosen, 2008: 55)
3
BMT hadir untuk memberi penawar kerinduan tersebut, terutama bagi masyarakat menengah ke bawah. Animo masyarakat bawah terhadap BMT cukup tinggi untuk mendapat akses pembiayaan bagi kemajuan usaha. Baitul maal wat tamwil adalah balai usaha mandiri dengan kegiatan mengembangkan usaha produktif dan investasi untuk meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil dan menengah. Menghimpun dana dari simpanan pihak ketiga dan menyalurkan dalam bentuk pembiayaan atau investasi berdasar syariah (Widodo, 2000: 81) Kegiatan pembiayaan sangat penting dilakukan di lembaga keuangan, karena merupakan salah satu sumber pendapatan bagi lembaga tersebut. Dalam bukunya Syafi’i Antonio menjelaskan bahwa ”pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit” (2002: 160). Tanpa pembiayaan suatu lembaga keuangan tidak akan bisa survive dan eksis, karena pembiayaan lah yang merupakan sumber pendapatan bagi hasil dan margin. Pengelolaan pembiayaan tidak dapat dilakukan secara sembarangan, tetapi harus dengan pertimbangan dan pengawasan yang memadai agar tidak terjadi masalah yang dapat merugikan dan bahkan kebangkrutan. Karena dalam suatu usaha tak terkecuali lembaga keuangan seperti BMT pasti ada resiko yang timbul dan akan selalu timbul mengiringi. Biasanya semakin menguntungkan suatu usaha semakin besar pula resiko yang harus dihadapi. Menurut syafii antonio di lembaga keuangan terdapat tiga resiko, yaitu resiko
4
likuiditas, resiko kredit dan resiko fluktuasi tingkat bunga (antonio, 2002: 178).
Resiko yang sering dihadapi di lembaga keuangan tersebut adalah
resiko kredit atau resiko pembiayaan. Karena BMT merupakan lembaga keuangan mikro mandiri berbentuk koperasi, maka apabila terjadi masalah termasuk pembiayaan macet BMT harus menyelesaikan masalahnya sendiri. BMT tidak diawasi oleh BI, lembaga penjamin simpanan ataupun badan arbitrase, oleh karena itu BMT harus selektif dan hati-hati dalam menjalankan usahanya. Sebagai lembaga keuangan yang aktif menyalurkan pembiayaan pada masyarakat sekitar yang membutuhkan modal usaha, BMT muhajirin harus tetap survive dan terus melangkah maju agar kegiatan usaha masyarakat sekitar dapat terus ditingkatkan. Oleh sebab itu BMT muhajirin harus terus menjaga usahanya agar terus lancar. Salah satu masalah yang sering dihadapi lembaga keuangan adalah kredit macet. Hal ini perlu diwaspadai dan diminimalisasi agar tidak menghambat kinerja dan eksistensi lembaga keuangan. Dari uraian dan alasan tersebut diatas, penyusun berminat pada strategi meminimalisasi dan menanggulangi resiko pembiayaan macet pada BMT muhajirin sebagai obyek penelitian
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan suatu pokok permasalahan, yaitu:
5
1. Apa saja analisis yang diterapkan dalam pemberian pembiayaan di BMT Muhajirin Salatiga? 2. Apa factor penyebab pembiayaan macet di BMT Muhajirin Salatiga? 3. Bagaimana strategi meminimalisasi pembiayaan macet di BMT muhajirin salatiga? 4. Bagaimana strategi menanggulangi pembiayaan macet di BMT muhajirin salatiga?
C. Tujuan dan Manfaat 1
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah, sebagai berikut: a. Untuk mengetahui analisis yang diterapkan dalam pemberian pembiayaan di BMT Muhajirin Salatiga b. Untuk mengetahui factor penyebab pembiayaan macet di BMT Muhajirin Salatiga c. Untuk mengetahui strategi meminimalisasi
pembiayaan macet di
BMT Muhajirin Salatiga d. Untuk mengetahui strategi menanggulangi pembiayaan macet di BMT Muhajirin Salatiga 2
Sedangkan manfaat dari kegiatan praktek ini adalah: a.
Bagi BMT Muhajirin: Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dan acuan dalam memberikan pembiayaan pada anggota agar tidak terjadi kemacetan
6
b. Bagi STAIN: Membantu dalam mendidik dan memberi gambaran nyata kepada mahasiswa, Menambah perbendaharaan perpustakaan dan sebagai bahan pertimbangan bagi mahasiswa yang akan melaksanakan penyusunan laporan c. Bagi Penyusun: Menambah
pengalaman
dalam
analisis
kredit
dan
Strategi
meminimalisasi dan menanggulangi pembiyaan macet, sehingga diharapkan dapat diterapkan di lapangan. Sebagai sarana pelatihan bagi mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang telah didapat dari perkuliahan ke dalam lapangan d. Bagi Pembaca: Merupakan tambahan informasi dan ilmu pengetahuan yang sedikit membuka wahana dan cakrawala. Sehingga dapat sedikit bermanfaat untuk para pembaca
D. Metodologi Penelitian Kata metodologi berasal dari bahasa yunani yaitu Methodos yang berarti jalan atau cara serta kata logos yang berarti pembicaraan (tentang ilmu). Jadi metodologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang tata cara melakukan penelitian , atau ilmu tentang cara meneliti ( Supardi, 2005: 10). Metodologi penelitian memiliki beberapa jenis, diantaranya adalah sebagai berikut:
7
1. Jenis penelitian menurut taraf pengambilan keputusan a. Penelitian Deskripsi, adalah penelitian pada taraf atau kadar kajian dan analisis semata-mata ingin mengungkapkan suatu gejala atau pertanda dan keadaan sebagaimana adanya. b. Penelitian Eksplanasi, adalah penelitian yang menggambarkan tentang sesuatu sebagaimana pada penelitian deskripsi, akan tetapi disertai dengan penerangan tentang latar belakang yang menimbulkan gejala dan keadaan tersebut. c. Penelitian Inferensi, adalah penelitian yang mencoba mengungkapkan suatu gejala atau keadaan dengan memberikan penilaian dan interpretasi secara menyeluruh dan mendalam. Yang termasuk dalam penelitian ini adalah penelitian yang menunjukkan hubungan dan atau pengaruh, penelitian perbandingan atau perbedaan variabel yang satu dengan yang lain. Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian deskriptif yang menggambarkan tentang cara meminimalisasi dan menanggulangi resiko pembiayaan macet. 2. Jenis penelitian menurut sumber data a. Penelitian kepustakaan Penelitian yang data dan informasinya bersumber dari pustaka atau bacaan baik berupa buku, hasil penelitian, dan bahan bacaan lainnya.
8
b. Penelitian dokumenter Yaitu penelitian yang data dan informasi diperoleh dari bahanbahan dokumentasi institusi, misalnya dalam bentuk laporan kegiatan, statistik, foto-foto, rekaman atau dokumentasi lainnya c. Penelitian laboratorium Penelitian yang sumber data dan informasi diperoleh dari laboratorium atau tempat-tempat percobaan. d. Penelitian lapangan Adalah penelitian yang sumber datanya berasal dari kegiatan di lapangan kerja penelitian. Dalam metode ini dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1) Observasi: Mengamati langsung obyek yang menjadi tujuan penelitian 2) Wawancara: upaya mencari data atau informasi dengan cara bertemu langsung dengan informan dan menanyakan perihal obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini menggunakan sumber data kepustakaan dan data lapangan. 3. Jenis penelitian berdasarkan sifat datanya a. Penelitian kualitatif Penelitian yang datanya disajikan dalam bentuk kata-kata yang mengandung makna
9
b. Penelitian Kuantitatif Penelitian yang datanya dipaparkan dalam bentuk angka-angka Dalam penyusunan tugas akhir ini menggunakan penelitian kualitatif.
E. Sistematika Penyusunan BAB I
: Pendahuluan, meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, metode penelitian dan sistematika penyusunan
BAB II
:Landasan Teori, meliputi: Telaah pustaka dan Kerangka teoritik yang
memaparkan
Baitul
Maal
wat
Tamwil,
strategi,
meminimalisasi, menanggukangi, resiko pembiayaan, pembiayaan macet, unsur-unsur kredit, tujuan kredit, fungsi kredit, jenis-jenis kredit, prinsip-prinsip pemberian kredit, aspek-aspek penilaian kredit, prosedur pemberian kredit. Data Deskriptif meliputi Klasifikasi kolektabilitas pembiayaan, Laporan jumlah nasabah, BAB III: Laporan Obyek Penelitian, meliputi: Profil BMT muhajirin, Sejarah BMT Muhajirin salatiga, Struktur Organisasi dan Tugas dan wewenang pengelola BMT muhajirin, Produk BMT muhajirin BAB IV: Analisis, berisi: analisis yang diterapkan dalam pemberian pembiayaan, penyebab pembiayaan macet, strategi meminimalisasi resiko pembiayaan macet, strategi menanggulangi pembiayaan macet BAB V: Penutup, meliputi: Kesimpulan dan saran
BAB II LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka Pembiayaan merupakan kegiatan yang penting dilakukan di lembaga keuangan. Tidak sedikit akademisi tertarik terhadap tema pembiayaan sebagai obyek penelitian. Pada tahun 2008 telah dilakukan penelitian yang dilakukan oleh Ade Nur Setyanto dengan judul "Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di BMT Sumber Mulia Tuntang Tahun 2007". Penelitian tersebut menghasilkan strategi pembiayaan bermasalah meliputi work out atau kerja sama dan pencairan jaminan atau collateral liquidation. Pada penelitian ini hanya mencakup strategi penyelesaian pembiayaan saja tidak membahas cara meminimalisasi pembiayaan bermasalah. Penelitian lain juga telah dilakukan pada tahun 2009 oleh Salaswati Oktaviani dengan judul "Manajemen Pemasaran Pembiayaan di BMT Muhajirin Salatiga". Penelitian tersebut membahas manajemen pemasaran di BMT Muhajirin, kendala-kendala yang timbul, serta langkah-langkah menghadapi kendala-kendala tersebut. Dalam penelitian ini juga sedikit menjelaskan mengenai cara menghadapi kredit macet yaitu dengan pembinaan, surat teguran dan kunjungan lapangan. Namun penjelasan tersebut tidak secara khusus memaparkan kredit macet, karena pokok bahasan yang diambil lebih luas.
10
11
Dalam penelitian ini penyusun menggunakan tema pembiayaan dengan judul "Strategi Meminimalisasi dan Menanggulangi Resiko Pembiayaan
Macet
Pada
BMT
Muhajirin
Salatiga".
Penyusun
menggunakan judul ini karena judul tersebut belum pernah dipakai sebelumnya baik di STAIN Salatiga maupun di BMT Muhajirin. Penyusunan ini dapat menyempurnakan penelitian serupa, tapi tidak membahas beberapa permasalahan yang penyusun angkat dalam penelitian ini.
B. Kerangka Teoritik 1. Baitul Maal wat Tamwil Baitul Maal wat Tamwil (BMT) atau balai usaha mandiri terpadu merupakan pengembangan dari konsep ekonomi Islam, yaitu nama BMT yang mengandung dua istilah, Baitul Maal dan Baitut Tamwil. Baitul maal atau rumah harta adalah lembaga keuangan yang kegiatannya mengelola dana yang bersifat nirlaba atau sosial, sumbernya berasal dari zakat, infak, sedekah atau yang lain yang halal sedang penyalurannya diberikan kepada mustahik yang berhak atau untuk tujuan kebaikan. Baitut Tamwil adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dalam bentuk simpanan pihak ketiga dan pembiayaan atau investasi berdasar syariah serta bersifat profit oriented ( Widodo, 2000: 81).
12
BMT biasanya berdiri di setiap kecamatan ataupun pasar tradisional, sehingga membantu para pedagang dan pengusaha kecil dalam memperoleh modal usaha. Umumnya BMT berbentuk koperasi, yaitu yang dibentuk oleh beberapa orang dan berasas kekeluargaan. Oleh karena itu penyimpan ataupun peminjam disebut dengan anggota. 2. Strategi Strategi merupakan unsur yang sangat penting dalam suatu organisasi,karena strategi merupakan instrumen untuk mencapai tujuan dan rencana yang telah dibuat. Tanpa adanya strategi suatu rencana tidak akan ada artinya dan suatu tujuan mustahil untuk tercapai. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai konsep strategi, perlu dilihat dari beberapa ahli. Menurut chandler (1962) Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. Sedangkan menurut argyris (1985), Mintzberg (1979), Steiner dan Miner (1977) Strategi merupakan respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi orgnisasi ( Rangkuti, 2005: 3). Jadi strategi dapat diartikan sebagai alat atau instrumen untuk mencapai tujuan jangka panjang dengan cara merespon terus menerus terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal.
13
3.
Meminimalisasi Kata meminimalisasi merupakan kata serapan dari bahasa inggris "to minimaze" yang diartikan to reduce to the smallest possible amount, extent, size, or degree (http://www.thefreedictionary.com/minimaze). dalam ekonomi kata minimaze juga dapat dipersamakan dengan kata hedge atau hedging (cegah resiko) yang berarti strategi yang dfigunakan untuk mengimbangi resiko investasi (Rochaety dan Tresnati, 2005: 143). Dari penjelasan di atas meminimalisasi dapat diartikan sebagai strategi untuk mengurangi resiko investasi sampai pada kemungkinan terkecil atau seminimal mungkin. Jadi meminimalisasi merupakan upaya untuk mengurangi suatu resiko yang pernah terjadi dengan suatu antisipasi atau cara-cara agar resiko dapat berkurang dikemudian hari atau tidak terjadi kembali.
4. Menanggulangi Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia kata tanggulangmenanggulangi diartikan dengan kata mengatasi atau menghadapi (Fajri, Em zul dan Ratu Aprilia Senja, 2005: 794). Jadi menanggulangi adalah mengatasi atau menghadapi suatu masalah atau kendala tertentu yang sedang terjadi. 5.
Resiko Pembiayaan Dalam suatu usaha pasti terdapat resiko yang mengiringi, tak terkeculi di lembaga keuangan seperti BMT. Di lembaga keuangan resikonya sangat tinggi, baik resiko yang dapat dikendalikan seperti resiko
14
likuiditas, resiko pembiayaan dan sebagainya, maupun resiko yang tak terkendali seperti bencana alam. Resiko menurut Silalahi mengandung empat makna yaitu ( Umar, 2003: 325): a)
Resiko adalah kesempatan timbulnya kerugian
b)
Resiko adalah probabilitas timbulnya kerugian
c)
Resiko adalah suatu ketidakpastian
d)
Resiko adalah probabilitas suatu hasil akan berbeda dari yang diharapkan. Istilah pembiayaan merupakan istilah yang belum populer di
masyarakat, karena pada umumnya masyarakat menggunakan istilah kredit yang merupakan kegiatan lembaga keuangan konvensional. Pada dasarnya pembiayaan sendiri tidak jauh berbeda dengan kredit, perbedaannya hanya pada penggunaan prinsip syariah. Pembiayaan yang menjadi salah satu kegiatan utama lembaga keuangan syariah menggunakan prinsip bagi hasil dalam memperoleh imbalan dari kegiatan pembiayaan itu sendiri, sedangkan kredit memperoleh keuntungan berupa bunga . Pengertien kredit menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan pengertian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Kasmir, 2002:102). Dalam kamus ekonomi (kredit atau pinjaman) adalah suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha
15
meminjam uang (money) untuk membeli ( contoh mengambil pemilikan dari) produk,bahan baku dan komponen,dan sebagainya dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditetapkan (Rumapae dan Haloho, 1994: 125). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kredit dan pembiayaan mempunyai persamaan dasar yaitu pemberian jasa pinjaman oleh kreditur kepada debitur. Kesimpulan lain adalah kredit dapat berwujud uang atau tagihan yang nilainya dapat diukur dengan uang. Penjualan barang secara kredit dapat dijadikan contoh kredit berupa tagihan atau kredit barang. Kredit berasal dari kata credere yang dalam bahasa yunani dan latin berarti kepercayaan (truth atau faith). Berarti kepercayaan merupakan dasar dari kredit. Kepercayaan disini adalah kepercayaan yang diberikan oleh kreditur kepada debitur bahwa uang atau barang yang menjadi obyek kredit
akan
dikembalikan
debitur
kepada
kreditur
sesuai
yang
diperjanjikan. Dari pengertian-pengertian di atas resiko kredit atau resiko pembiayaan dapat diartikan kemungkinan terjadinya kerugian pada pihak kreditur yang timbul akibat debitur tidak mengembalikan pinjamannya sesuai yang diperjanjikan. Dalam kamus ekonomi resiko kredit diartikan sebagai kerugian yang mungkin timbul dalam transaksi pinjam meminjam ( Sudarsono dan edilius. 1994: 71). 6. Pembiayaan Macet Pembiayaan macet merupakan salah satu bagian dari pembiayaan bermasalah yang berada pada tahap yang paling akhir atau paling genting
16
diantara tahap-tahap sebelumnya. Suatu kredit dikatakan macet apabila tunggakan pembayaran angsuran pokok yang melampaui 270 hari atau kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru dan dari segi hukum dan kondisi pasar jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai yang wajar. 7. Unsur-Unsur Kredit Kata kredit mengandung beberapa maksud yang terlebur menjadi satu Sehingga jika berbicara kredit, maka tidak akan lepas dari unsurunsur yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut ( Kasmir, 2002: 103) : a. Kepercayaan Kepercayaan disini adalah keyakinan kreditur bahwa debitur akan mengembalikan kredit yang telah diberikan sesuai waktu kesepakatan dengan jumlah yang telah diperjanjikan. b. Jangka Waktu Merupakan batas waktu pengembalian kredit yang ditetapkan kreditur dan disepakati oleh kreditur. Jangka waktu kredit dapat diperpanjang ataupun dipersingkat sesuai kebutuhan debitur dan kesanggupan kreditur. c. Resiko Setiap usaha selalu ada resiko yang mengiringi, demikian halnya dengan usaha kredit dan atau pembiayaan. Pemberian kredit yang berjangka waktu semakin lama, maka resiko kredit tidak terbayar semakin tinggi.
17
d. Balas Jasa Lembaga keuangan akan mendapatkan pendapatan atau balas jasa atas pemberian kredit kepada debitur. Balas jasa tersebut berupa bunga pinjaman pada lembaga keuangan konvensional dan atau bagi hasil pada lembaga keuangan syariah. e. Kesepakatan Sebelum suatu kredit direalisasikan, terlebih dahulu harus terjadi kesepakatan antara kreditur dan debitur. Kesepakatan tersebut dituangkan dalam suatu surat perjanjian yang ditandatangani kedua belah pihak. Dalam buku dasar-dasar perkreditan yang ditulis oleh Thomas suyatno dan kawan-kawan kredit hanya terdiri dari empat unsur, yaitu kepercayaan,waktu,degree of risk atau resiko dan prestasi ( 2007: 14). Jadi menurut Thomas unsur kesepakatan pada poin kelima di atas tidak termasuk dalam unsur kredit. Penyusun lebih setuju dengan unsur-unsur kredit berdasarkan kasmir, karena tanpa adanya ”kesepakatan” suatu kredit tidak akan lengkap dan tidak akan mungkin terjadi. Karena dalam bermuamalah pasti terdapat akad dan kesepakatan kedua belah pihak. 8. Tujuan Kredit Suatu
kegiatan
atau
usaha
pasti
memiliki
maksud
dan
tujuan,karena pada hakikatnya setiap sesuatu pasti ada niat yang selalu mengiringi, begitu pula kegiatan kredit yang dilakukan lembaga kuangan.
18
Pada umumnya kredit diberikan kepada debitur dengan tujuan sebagai berikut (Kasmir, 2002:106): a. Mencari keuntungan Suatu usaha komersial tentunya mengharapkan suatu nilai tambah
untuk
melangsungkan
hidup
usahanya
ataupun
para
anggotanya. Nilai tambah atau keuntungan pada lembaga keungan seperti BMT diperoleh dalam bentuk bagi hasil. Keuntungan merupakan hal penting dalam suatu usaha, karena selain untuk survive,keuntungan juga dapat memperbesar suatu usaha. Jika suatu lemabaga terus mengalami kerugian, kemungkinan lembaga tersebut akan dilikuidir atau dibubarkan. b. Membantu pemerintah Kegiatan
kredit
dapat
berdampak
berkembangnya
pembangunan diberbagai sektor, terutama sektor riil. Hal ini dapat membantu masyarakat dalam hal penerimaan pajak, memperluas lapangan kerja, meningkatkan jumlah barang dan jasa, menghemat devisa negara dan meningkatkan devisa negara. c. Membantu usaha nasabah Sebagai negara yang berdasarkan asas pancasila,suatu usaha tidak sepatutnya hanya mementingkan keuntungan pribadi atau golongan semata. Mencapai masyarakat yang adil dan makmur merupakan tujuan pancasila yang tidak dapat dibaikan. Maka dari kegiatan kredit yang dikucurkan lembaga keuangan diharapkan dapat
19
meningkatkan usaha dan pendapatan masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 9. Fungsi Kredit Kredit memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan, terutama dalam bidang ekonomi. Kredit termasuk dalam kebijakan moneter yang merupakan salah satu instrumen ekonomi. Secara luas kredit memiliki fungsi terhadap perekonomian dan perdagangan sebagai berikut (Kasmir, 2009: 101) a. Meningkatkan Daya Guna Uang Jika uang tidak digunakan usaha dan hanya dibiarkan atau disimpan maka uang tersebut tidak produktif dan tidak menghasilkan sama sekali. Dengan penyaluran kredit uang tersebut menjadi berguna dan produktif. Kemudian uang tersebut dapat menghasilkan barang atau jasa yang bermanfaat. b. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang Secara sederhana dengan adanya satu kali transaksi penyaluran kredit maka terjadi peredaran uang, kemudin uang tersebut akan digunakan untuk transaksi-transaksi lainnya. Itu berarti uang akan beredar dari satu tempat ke tempat lainnya kemudian ke tempat lain lagi dan seterusnya. c. Meningkatkan Daya Guna barang Dengan adanya kredit para produsen dapat membuat barang mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Sehingga kredit
20
merupakan faktor yang dapat meningkatkan daya guna barang, karena barang yang tadinya tidak berguna dapat diolah menjadi barang yang siap pakai. d. Meningkatkan peredaran barang Setelah barang diproduksi, barang tidak dapat langsung sampai pada konsumen. Perlu adanya distribusi untuk dapat sampai pada pengguna terakhir. Jika produsen atau distributor mengalami kesulitan keuangan, maka kelancaran usaha termasuk kegiatan distribusi memerlukan kucuran dana kredit. e. Alat stabilitas ekonomi Dengan
adanya
kredit
masyarakat
dapat
memenuhi
kebutuhannya terhadap barang dan jasa. Dengan kredit pula pemerintah dapat mengambil kebijakan moneter dengan cara kebijakan kredit ketat atau kredit longgar. Kebijakan tersebut dilakukan agar ekonomi tetap stabil dan sehat. f. Meningkatkan kegairahan berusaha Untuk
meningkatkan
dan
memperluas
usaha,
seorang
pengusaha membutuhkan modal lebih besar. Jika pengusaha tersebut tidak memiliki cukup modal, maka butuh dana pihak luar untuk memperluas usahanya tersebut, salah satunya adalah kredit bank. g. Meningkatkan pemerataan pendapatan Kredit yang dikucurkan pada proyek atau usaha baru akan menyerap tenaga kerja yang banyak. Hal ini dapat meningkatkan
21
pemerataan pendapatan bagi tenaga baru ataupun bagi masyarakat sekitar yang membuka usaha di sekitar proyek. h. Meningkatkan hubungan internasional Pemberian kredit negara maju terhadap negara berkembang dapat meningkatkan kerjasama dalam bidang ekonomi maupun bidang lain. Hal tersebut dapat berdampak positif terhadap perdamaian antar negara dan internasional. 10. Jenis-Jenis Kredit Banyaknya ragam dan variasi kebutuhan masyarakat terhadap dana untuk usaha, mempengaruhi ragam produk pembiayaan yang ditawarkan. Secara umum kredit atau pembiayaan dapat digolongkan menjadi berbagai jenis, diantaranya (Kasmir, 2002: 109-110): a. Dari Segi Kegunaan 1) Kredit Investasi Merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk perluasan usaha atau proyek baru. 2) Kredit Modal Kerja Merupakan kredit yang digunakan untuk meningkatkan produksi dalam operasional. b. Dari Segi Tujuan 1) Kredit Produktif Kredit yang dimaksudkan untuk tujuan peningkatan produksi suatu barang atau jasa. Atau dengan kata lain, dengan
22
menyalurkan
kredit
ke
suatu
usaha
dapat
meningkatkan
produktifitas usaha tersebut. 2) Kredit Konsumtif Merupakan kredit yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif, baik perorangan ataupun badan usaha. Umumnya kredit jenis ini digunakan oleh perorangan. Dalam kredit ini tidak menimbulkan tambahan atau sumbangsih terhadap produktifitas suatu produk. 3) Kredit Perdagangan Merupakan
kredit
yang
dikucurkan
dengan
tujuan
membiayai usaha perdagangan. Biasanya penerima kredit ini adalah distributor atau suplyer atau agen-agen besar. c. Dari Segi Jangka Waktu 1) Kredit Jangka Pendek Kredit yang berjangka waktu kurang dari satu tahun atau maksimal satu tahun. Biasanya digunakan untuk modal usaha. 2) Kredit Jangka Menengah Adalah kredit dengan jangka waktu antara satu sampai tiga tahun. Biasanya digunakan untuk investasi. 3) Kredit Jangka Panjang Kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga tahun atau lima tahun. Biasanya digunakan untuk investasi jangka panjang atau kebutuhan konsumtif seperti rumah.
23
d. Dari Segi Jaminan 1) Kredit Dengan Jaminan Adalah
kredit
yang
menggunakan
jaminan
untuk
melindungi krebitur dari resiko kerugian. Dengan adanya jaminan, pihak krebitur dapat menyita jaminan tersebut apabila terjadi kemacetan. 2) Kredit Tanpa Jaminan Adalah fasilitas kredit yang diberikan krebitur terhadap debitur tertentu yang memiliki trade record yang baik dan memiliki loyalitas tinggi. Tapi fasilitas ini biasanya diberikan dalam jumlah terbatas karena resiko yang dihadapi cukup tinggi. e. Sektor Usaha 1) Kredit Pertanian Adalah kredit yang disalurkan untuk sektor pertanian atau perkebunan 2) Kredit Peternakan Kredit yang diberikan untuk sektor usaha peternakan. Pada peternakan unggas biasanya berjangka pendek, sedang pada peternakan mamalia biasanya berjangka panjang. 3) Kredit Industri Kredit yang dikucurkan untuk membiayai sektor industri, baik industri kecil, menengah ataupun besar.
24
4) Kredit Pertambangan Pemberian kredit untuk usaha pertambangan, biasanya berjangka waktu lama. 5) Kredit Pendidikan Kredit yang digunakan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan. 6) Kredit Profesi Adalah kredit yang diberikan bagi para profesional seperti pengacara, akuntan, dokter, dosen dan sebagainya. 7) Kredit Perumahan Adalah
kredit
untuk
pembangunan
rumah
ataupun
pembelian rumah. Penerima kredit dapat perorangan ataupun perusahaan. 8) Dan sektor-sektor lainnya. 11. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit Sebelum suatu pembiayaan atau kredit direalisasikan pihak kreditur harus yakin bahwa dana yang disalurkan akan kembali sesuai perjanjian. Karena kredit sendiri merupakan asal kata dari creder atau kepercayaan. Oleh karena itu, untuk meyakinkan bahwa calon debitur benar-benar layak untuk dipercaya dan pantas untuk menerima fasilitas kredit dibutuhkan penilaian yang berdasarkan prinsip dan kriteria pemberian kredit. Prinsip tersebut meliputi:
25
a. Analisis 5C (Kasmir, 2009:109) 1) Character Adalah karakter atau kepribadian seseorang, dalam hal ini adalah karakter calon debitur. Kepribadian sendiri dipengaruhi oleh faktor internal yang menjadi sifat yang dibawanya sejak lahir serta pengaruh eksternal seperti lingkungan keluarga, pekerjaan atau spiritualnya. Kepribadian ini bisa dijadikan ukuran kemauan calon debitur untuk membayar hutangnya. 2) Capacity atau capability Merupakan kemampuan yang dimiliki oleh calon debitur dalam kaitannya mengelola usahanya dan atau kemampuan membayar kembali hutangnya. Dalam hal ini analisis dapat diketahui dari latar belakang pendidikan dan atau pengalamannya mengelola usaha. 3) Capital Penilaian dengan melihat efektifitas modal yang digunakan dan proporsi kepemilikan modal, berapa prosentase modal sendiri dan penyertaan dari pihak luar. 4) Condition Merupakan penilaian dengan prospek usaha nasabah dengan melihat pertimbangan kondisi ekonomi, sosial dan politik.
26
5) Collateral Merupakan benda yang diberikan debitur kepada kreditur sebagai jaminan atas fasilitas kredit yang diterimanya. Jika debitur tidak mampu melunasi kewajibannya, pihak kreditur berhak menyita jaminan tersebut dan melelangnya. Dalam menilai jaminan, pihak kreditur harus teliti terhadap keabsahan dan nilai ekonominya agar tidak terjadi kerugian saat ada pembiayaan yang macet. b. Analisis 7P ( Kasmir, 2009:110) 1) Personality Menilai nasabah dari kepribadiannya atau tingkah lakunya. Aspek ini seperti aspek caracter yang ada di analisis 5C, yaitu menilai kemauan nasabah dengan melihat sikap dan tingkah lakunya. 2) Party Yaitu menganalisis dengan cara mengklasifikasikan calon debitur sesuai kriteria tertentu. Hasil analisis akan menentukan besar kelayakan fasilitas kredit yang diterima. 3) Purpose Yaitu mengetahui maksud dari pengambilan kredit. Tujuan pengambilan kredit beragam sesuai keadaan dan kebutuhan debitur. Secara umum tujuannya dapat berupa konsumtif, produktif, perdagangan.
27
4) Prospect Seperti ”condition” pada analisis 5C, “prospect” juga menilai prospek usaha debitur di masa yang akan datang. 5) Payment Adalah penilaian bagaimana debitur mengembalikan atau dari mana saja debitur melunasi kewajibannya. Semakin banyak sumber maka penilaiannya semakin baik, karena sumber yang satu dengan yang lain dapat saling mendukung jika salah satu usahanya terjadi kesulitan. 6) Profitability Adalah menilai kemampuan debitur dalam hal mencari keuntungan atau laba dalam menjalankan usahanya. 7) Protection Protection merupakan perlindungan, dalam hal ini adalah jaminan yang dapat berupa benda fisik ataupun jaminan orang yang memiliki kredibilitas. c. Analisis 3R ( Sumiyanto, 2008: 167) 1) Return Pengembalian dalam bentuk keuntungan atas penggunaan pembiayaan yang diberikan 2) Repayment Merupakan kemampuan dan kesanggupan anggota untuk membayar kembali semua pembiayaan atau kredit yang diterima
28
3) Risk Adalah
Kemampuan
untuk
mengantisipasi
resiko
kegagalan. 12. Aspek-aspek Penilaian Kredit Pada aspek penilain kredit biasanya dilakukan pada pembiayaan yang nilai nominalnya besar. Aspek-aspek tersebut meliputi (Kasmir, 2002: 121-122): a. Aspek Yuridis Adalah menilai legalitas suatu perusahaan yang akan menjadi calon debitur. Penilaian dapat dilakukan dengan cara meneliti keabsahan dokumen-dokumen penting seperti Surat Izin Usaha Industri, Surat Izin Usaha Perdagangan, Tanda Daftar Perusahaan, Nomor Pokok Wajib Pajak, Sertifikat-sertifikat yang dijadikan sebagai jaminan, dan lain sebagainya. b. Aspek Pasar dan Pemasaran Yang dinilai adalah jumlah permintaan produk yang dihasilkan sekarang dan yang akan datang. Hal ini agar dapat diketahui prospek pemasaran produk di masa yang akan datang. Selain itu perlu juga diketahui mengenai kekuatan pesaing dan market share. Aspek ini dapat dinilai dengan analisis SWOT. c. Aspek Keuangan Aspek yang dinilai adalah sumber-sumber dana untuk membiayai usahanya dan cara mengalokasikannya. Penilaian ini dapat
29
melihat dari rasio-rasio keuangan seperti rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, payback period, net present value, profitability index, internal rate of return, dan break even point d. Aspek Teknis Merupakan aspek yang menilai mengenai produksi, lokasi dan lay out, kapasitas mesin dan teknologi yang digunakan. e. Aspek Manajemen Menilai mengenai organisasi, latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja sumberdaya manusia suatu perusahaan. Pada intinya adalah menilai manajerial perusahaan apakah sudah bekerja secara efektif atau belum. f. Aspek sosial ekonomi Adalah menilai dampak ekonomi maupun dampak sosial terhadap masyarakat dengan berdirinya proyek atau usaha yang akan dibiayai. g. Aspek Amdal Analisis dampak lingkungan merupakan penilaian terhadap dampak lingkungan terhadap suatu proyek baik terhadap air, udara, maupun tanah. Suatu proyek dapat menimbulkan polusi, merusak lingkungan dan kelestarian ekosistem. Oleh karena itu proyek yang demikian jangan sampai terus menerus dibiarkan dengan memberikan kucuran pembiayaan.
30
13. Prosedur Pemberian Kredit Prosedur merupakan tahapan yang harus dilalui untuk memperoleh suatu tujuan tertentu. Pada prosedur kredit ini dilakukan agar kreditur mudah dalam menilai kelayakan suatu kredit atau pembiayaan. Prosedur pembiayaan tersebut meliputi (Kasmir, 2009:115): a. Pengajuan Berkas-Berkas Adalah berkas atau formulir pengajuan pembiayaan. Pada nasabah perorangan biasanya terdiri dari formulir pengajuan pinjaman, fotokopi identitas. Sedang pada nasabah berbadan hukum atau corporate adalah: latar belakang perusahaan, maksud dan tujuan pembiayaan,
besarnya
pembiayaan
dan
jangka
waktu,
cara
mengembalikan pembiayaan dan jaminan. b. Penyelidikan Berkas Pinjaman Adalah untuk meneliti berkas yang diajukan apakah sudah lengkap dan benar. c. Wawancara Awal Merupakan penyelidikan langsung berhadapan calon nasabah peminjam, untuk mengetahui keinginan calon debitur yang sebenarnya. d. On The Spot Adalah kegiatan pemeriksaan lapangan untuk meninjau berbagai obyek yang akan dijadikan usaha atau jaminan.
31
e. Wawancara II Merupakan kegiatan untuk meyakinkan apakah calon debitur layak untuk memperoleh pembiayaan atau tidak. Kegiatan ini juga untuk memperbaiki berkas. f. Keputusan Kredit Adalah
penentuan
tentang
penerimaan
permohonan
pembiayaan atau penolakan. Jika diterima akan diteruskan ke proses selanjutnya. Sedang jika keputusannya ditolak maka prosedur pembiayaan hanya sampai di sini. g. Penandatanganan Akad Kredit Kegiatan untuk menyatakan persetujuan tertulis antara dua pihak tentang suatu hal. Dalam hal ini biasanya berisi tentang mengikat jaminan dengan hipotek dan perjanjian lain yang dianggap perlu. Hal ini penting agar pihak kreditur mendapatkan proteksi dari uang yang telah dipinjamkan. Tanpa adanya penandatanganan kredit, pihak kreditur tidak memiliki kekuatan hukum jika terjadi sengketa atau permasalahan yang berhubungan dengan kredit macet. h. Realisasi Kredit Diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan.
32
i. Penyaluran Kredit Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi pembiayaan atau kredit.
BAB III LAPORAN OBYEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum BMT muhajirin merupakan lembaga keuangan yang berlokasi di tempat yang cukup mudah dijangkau. Yaitu berada di kompleks masjid almuhajirin togaten yang bersebelahan dengan SD muhammadiyah plus salatiga. Tepatnya BMT ini beralamat di Jl Suropati 16 Togaten, mangunsari kec.sidomukti salatiga. Di dalam kantor kita akan menemukan fasilitas kantor yang lumayan memadai, seperti komputer, printer, mesin ketik, alat tulis, brankas dan lain sebagainya. Hingga saat ini total aset yang dimiliki BMT muhajirin adalah Rp 1.100.820.379,-. BMT ini mendukung perekonomian para pedagang di pasar rejosari salatiga atau yang lebih dikenal sebagai pasar sapi lama. Selain itu BMT juga menjadi lembaga intermediasi yang menghimpun dan menyalurkan dana dari dan untuk masyarakat sekitar serta beberapa sekolah yang mempercayakan dananya terhadap BMT muhajirin. Sekolah-sekolah tersebut adalah SD muhammadiyah plus salatiga, SDIT dan TKIT nurul islam tengaran, SDIT nidaul islam, dan lain sebagainya. 1. Sejarah Pendirian BMT muhajirin Kesadaran akan pentingnya bermuamalah yang sesuai syariah serta fakta yang menunjukkan bahwa lembaga keuangan konvensional sangat rentan terhadap terpaan krisis, para masyarakat mulai menggagas tentang 33
34
pembentukan suatu lembaga keuangan yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 2008 yang menghambat sektor keuangan, hingga banyak bank konvensional yang terpuruk dan collapse merupakan contoh betapa lemahnya lembaga keuangan konvensional terhadap terpaan krisis. Dari alasan tersebut para dokter muslim, ulama dan tokoh masyarakat memprakarsai dan saling mengumpulkan dana untuk membentuk BMT muhajirin. BMT muhajirin mulai beroperasi mulai tanggal 19 oktober 1998. Dana dikumpulkan dalam bentuk uang, ada pula masyarakat yang memberi sumbangan berupa meja, kursi, mesin ketik dan lain sebagainya. Mulanya BMT muhajirin belum terdaftar sebagai badan hukum yang sah. Baru pada tanggal 9 juni 2003 BMT muhajirin mendapatkan keputusan menteri negara urusan koperasi dan UMKM RI bahwa BMT muhajirin
telah
berbadan
hukum
koperasi
dengan
nomer
518/023/BH/VI/2003. Sehingga mulai sejak itu BMT muhajirin telah sah sebagai lembaga yang berbadan hukum koperasi. Dan saat ini BMT muhajirin terus tumbuh dan berkembang serta ikut melestarikan usaha kecil dan menengah. 2.
Visi dan Misi BMT muhajirin a. Visi koperasi muhajirin salatiga 1) Mengusahakan pemupukan modal anggota dengan sistem syari’ah dan usaha lain yang sesuai dengan misi koperasi
35
2) Memberikan pelayanan pembiayaan kepada para anggota untuk tujuan-tujuan produktif, dengan sistem pelayanan yang cepat, layak dan tepat waktu 3) Mengusahakan produk pendidikan secara intensif dan teratur bagi anggota
untuk
menambah
pengetahuan,
keterampilan
kewirausahaan para anggota 4) Melakukan program pembinaan keagamaan bagi anggota 5) Usaha-usaha lain yang bermanfaat bagi anggota dan tidak bertentangan dengan misi koperasi dan syari’ah islam b. Misi koperasi muhajirin salatiga 1) Meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan kemajuan lingkungan kerja pada umumnya 2) Menciptakan sumber pembiayaan dan penyediaan modal bagi anggota dan calon anggota dengan prinsip syari’ah 3) Mengembangkan sikap hemat dan kegiatan menyimpan 4) Menumbuhkan usaha-usaha produktif anggota 5) Memperkuat posisi tawar, sikap amanah dan jaringan komunikasi para anggota.
36
3. Struktur Organisasi Gambar 3.1 Struktur Organisasi R apa t Anggota Pengawas Pengurus Sukarman,S.Pd Ketua
Nono Rohana S.Ag Ketua
Amin Sholihah S.Ag Sekretaris
Gatot Hardono Bendahara
Parjono,S.Pt Sekretaris Anngota
Pengelola
Sularman, A.Md Manajer
Wiyono Pemasaran
Thias W,A.Md Akunting
Sholeh BasirA.Md Ahmad Syuhada,SE.M.M
Salaswati.O,A.Md.EI Teller
Sumber: BMT Muhajirin 4. Tugas dan Wewenang Pengelola a. Manajer 1) Memimpin organisasi dan kegiatan usaha BMT agar berjalan sesuai tujuan dan kebijaksanaan umum yang telah dibuat oleh anggota pada saat rapat anggota, serta tidak menyalahi visi dan misi koperasi.
37
2) Mengevaluasi dan memutuskan permohonan pembiayaan dengan mempertimbangkan aspek-aspek penilaian kredit atau pembiayaan 3) Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap pengembalian pembiayaan 4) Menandatangani perjanjian pembiayaan, sertifikat deposito dan berkas lainnya yang dianggap perlu 5) Menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengelolaan BMT pada pengurus b. Pemasaran 1) Melakukan kegiatan pemasaran produk baik pendanaan maupun pembiayaan 2) Menerima permohonan pembiayaan yang selanjutnya diputuskan oleh manajer 3) Menghimpun tabungan atau angsuran nasabah dengan sistem jemput bola c. Akunting 1) Bertanggung jawab atas seluruh administrasi kegiatan usaha 2) Membuat buku tabungan dan sertifikat deposito 3) Membuat laporan keuangan dan laporan SHU 4) Membuat laporan lain sesuai kebutuhan d. Teller 1) Bertanggung jawab atas keluar masuk uang kas 2) Menerima dan membayarkan uang atas seluruh transaksi di BMT
38
berdasarkan bukti-bukti yang sah 3) Bersama manajer mengelola kas 4) Mencatat seluruh transaksi keluar masuknya uang kas ke dalam buku laporan yang telah disediakan 5. Produk BMT muhajirin Semua usaha jasa keuangan pasti memiliki produk pendanaan dan pembiayaan yang merupakan kegiatan utama di lembaga tersebut. Dari produk tersebut lembaga keuangan tak terkecuali pada lembaga BMT bisa survive dan memajukan usaha dari nilai tambah atau laba yang diperoleh. Di BMT muhajirin memiliki produk pendanaan dan pembiayaan serta jasa pembayaran rekening listrik dan telepon. Kegiatan utama BMT adalah pendanaan dan pembiayaan, produk-produk pendanaan dan pembiayaan tersebut adalah: a. Pendanaan 1) Si Mudah (Simpanan umum mudharabah), adalah simpanan suka rela anggota yang penyetoran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Bagi hasil diberikan pada saat akhir bulan 2) Si Berkah (Simpanan berjangka mudharabah), adalah simpanan berjangka waktu tertentu yang disetor sekali dengan jumlah yang disepakati dan tidak boleh diambil sebelum jatuh tempo. Jangka waktunya 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan. Sedangkan bagi hasil diberikan setiap bulan
39
3) Si Pendi (Simpanan pendidikan), adalah Simpanan mudharabah khusus yang diperuntukkan bagi pelajar dan mahasiswa, pengam bilannya hanya dapat dilakukan sekali dalam satu tahun, yaitu pada tahun ajaran baru. 4) Si
Qurban
adalah
Simpanan
mudharabah
khusus
yang
pengambilannya dilakukan pada bulan dzulhijah pada saat akan melaksanakan ibadah qurban 5) Si Muji adalah Simpanan mudharabah khusus yang diperuntukkan bagi anggota yang ingin melaksanakan ibadah haji ke tanah suci. 6) Si Munik (simpanan mudharabah nikah), adalah Simpanan mudharabah khusus yang diperuntukkan bagi anggota yang ingin menyimpan dana untuk persiapan pernikahan b. Pembiayaan 1) Pembiayaan Mudharabah, adalah pembiayaan dengan akad kerja sama usaha antara BMT sebagai pemilik dana (shahibul maal) dengan
nasabah
sebagai
pengusaha
atau
pengelola
dana
(mudharib), untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan di muka ( Nabhan, 2008, 53) 2) Pembiayaan Musyarakah, adalah pembiayaan dengan akad kerja sama antara para pemilik dana untuk menggabungkan modal, melakukan usaha bersama dan pengelolaan bersamadalam suatu hubungan kemitraan (Nabhan, 2008, 71) 3) Pembiayaan Ba'i Bitsaman ajil, adalah pembiayaan dengan akad
40
jual beli antara dua pihak penjual dan pembeli, pembayaran dilakukan secara angsuran 4) Pembiayaan Qardhul Hasan, adalah pinjaman yang tidak memberikan beban bagi hasil sebagai imbalan 6. Prosedur Permohonan Pembiayaan a. Calon debitur mengisi surat permohonan pembiayaan yang dilengkapi surat pernyataan tanggung jawab dari suami atau istri atau orang tua. b. Surat-surat tersebut diserahkan kepada pihak pengelola BMT yang berwenang dalam hal ini adalah bagian pemasaran. permohonan tersebut disertai foto kopi KTP, KK dan surat-surat yang akan dipakai sebagai jaminan seperti, BPKB dan STNK yang dilengkapi no. mesin dan nomor rangka, akta tanah dan akta dasaran tanah c. Penelitian berkas-berkas yang diajukan apakah sudah sesuai ketentuan atau belum d. Wawancara dan survey terhadap calon debitur, pada tahap ini juga dilakukan peninjauan terhadap barang yang dijaminkan. e. Keputusan pembiayaan oleh manajer BMT f. Realisasi pembiayaan 7. Permodalan Dalam melakukan suatu kegiatan usaha pasti diperlukan modal untuk menjalankan usaha, tak terkecuali BMT. Modal dari berbagai usaha berbeda-beda sumbernya. Pada BMT muhajirin sumber dananya adalah sebagai berikut:
41
a. Modal Sendiri 1) Simpanan Pokok, adalah simpanan yang ditentukan sama besar untuk setiap anggota 2) Simpanan Pokok Khusus, adalah simpanan pokok yang khusus diperuntukkan bagi anggota pendiri untuk mendapatkan sejumlah modal awal. 3) Simpanan Wajib, adalah simpanan yang dibayar anggota secara teratur dalam waktu tertentu, jumlahnya ditentukan dalam anggaran dasar ( Oktaviani, 2009, 35) 4) Sisa Hasil Usaha yang tidak dibagikan 5) Hibah b. Modal Luar 6) Simpanan Sukarela anggota, adalah simpanan yang disetor oleh anggota dalam jumlah yang tidak ditentukan besarnya. Biasanya berbentuk tabungan atau deposito. 7) Pinjaman dari pihak ketiga non anggota seperti pinjaman dari BSM, BMI dan/atau lembaga lainnya. 8. Keuangan Laporan keuangan yang digunakan di BMT disajikan dengan pelaporan akuntansi pada umumnya, seperti laporan neraca, laba rugi, kertas kerja, dan lain sebagainya. Di bawah ini adalah laporan laba rugi yang penyusun peroleh dari juru buku BMT Muhajirin Salatiga :
42
Tabel 3.1 LAPORAN LABA RUGI BMT MUHAJIRIN SALATIGA 2008
2009
Pendapatan Operasional
69.433.900
64.462.700
Pendapatan Dana Program
24.967.490
27.859.900
Pendapatan Lainnya
15.257.100
16.798.590
jumlah Pendapatan
109.658.490
109.121.190
Beban Operasional
49.833.040
53.119.381
Beban Penyusutan
16.162.715
16.162.715
Beban Bagi Hasil Simpanan
29.367.792
29.367.792
Beban Lainnya
7.927.416
3.953.973
Jumlah Beban
103.290.963
102.603.861
6.367.527
6.517.329
Pendapatan
Beban
L/R Sumber: BMT Muhajirin 9. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan BMT muhajirin adalah sebagai berikut: a. Ruang kantor b. Perlengkapan kantor seperti alat tulis kantor, formulir-formulir dan buku tabungan c. Peralatan kantor seperti komputer, mesin ketik, telpon, laptop, printer, dan lain sebagainya d. Lainnya seperti jaringan internet
43
B. Data Deskriptif 1.
Klasifikasi kolektabilitas Pembiayaan Dalam pembiayaan diperlukan pengelompokan atau klasifikasi tentang ukuran atau kualitas ketepatan waktu atau jumlah pengembalian pembiayaan. Kualitas kredit atau pembiayaan menurut ketentuan kredit adalah sebagai berikut (Kasmir, 2009: 123): a. Lancar Dikatakan lancar apabila: 1) Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu; dan 2) Memiliki mutasi rekening yang aktif atau; 3) Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral) b. Dalam perhatian khusus Dikatakan dalam kategori ini apabila: 1) terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang belum melampaui 90 hari; atau 2) kadang-kadang terjadi cerukan; atau 3) jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau 4) mutasi rekening kolektif aktif; atau 5) didukung dengan pinjaman baru c. Kurang lancar Dikatakan kurang lancar apabila memenuhi kriteria:
44
1) terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 hari; atau 2) sering terjadi cerukan; atau 3) terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari; 4) frekuensi mutasi rekening relatif rendah; atau 5) terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; atau 6) dokumen pinjaman yang lemah d. Diragukan Diragukan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 hari; atau 2) terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau 3) terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau 4) terjadi kapitalisasi bunga; 5) dokumen hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan. e. Macet Dikatakan macet apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari; atau 2) kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; 3) dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan
45
pada nilai yang wajar 2.
Laporan Jumlah Anggota Berikut adalah jumlah anggota yang menjadi penabung dan debitur Tabel 3.2 Jumlah Anggota Tahun
Simpanan
Pembiayaan
2006
2146
345
2007
2422
407
2008
2650
510
2009
2947
657
Sumber: BMT Muhajirin a. Daftar Pembiayaan Berikut adalah daftar Pemohon pembiayaan yaitu: Tabel 3.3 Daftar Pemohon Pembiayaan Tahun
Pemohon
Realisasi
2008
450
270
2009
849
756
Sumber: BMT Muhajirin Dari daftar tersebut termasuk juga pemohon lama dan yang baru.
46
b. Daftar Pembiayaan Macet Tabel 3.4 Daftar Pembiayaan Macet Tahun
Pembiayaan
Pembiayaan Macet
Prosentase
2007
Rp 431.210.000
Rp 1.724.000
0,3998%
2008
Rp 601.870.000
Rp 3.611.000
0,5999%
2009
Rp 739.490.000
Rp 2.218.000
0,2999%
Sumber: BMT Muhajirin 3.
Plafon angsuran pembiayaan Di BMT Muhajirin memiliki plafond yang dapat dipilih oleh anggota sesuai kemampuan, diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Angsuran harian berjangka waktu 50 hari 2) Angsuran mingguan berjangka waktu 10 minggu 3) Angsuran bulanan berjangka waktu 1 sampai 2 tahun pembiayaan. Plafond tersebut tidak digunakan sebagai patokan, karena plafond bisa berubah sesuai kondisi dan kesepakatan.
BAB IV ANALISIS
A. Analisis yang diterapkan dalam pemberian pembiayaan Sebelum pembiayaan diputuskan, terlebih dahulu harus dilakukan penilaian dan analisis kelayakan yang mendalam terhadap calon debitur agar tidak terjadi masalah pembiayaan ataupun kemacetan. Di BMT Muhajirin analisis pembiayaan juga digunakan dan dilakukan secara mendalam dengan menggunakan metode analisis pembiayaan yang umum digunakan yaitu analisis 5C dan analisis 7P. Dalam analisis ini dibutuhkan informasi-informasi yang berhubungan dengan calon debitur, seperti: 1. Informasi yang berhubungan dengan identitas pribadi Informasi yang dibutuhkan dari calon debitur pribadi adalah sebagai berikut: a. Nama b. Tempat tanggal lahir c. Nomor KTP atau SIM d. Alamat e. Pekerjaan pokok Terdapat juga informasi tambahan, tapi tidak wajib untuk diperoleh diantaranya adalah: a. Agama b. Status rumah
47
48
c. Pekerjaan sampingan d. Pendidikan e. nomor rekening 2. Informasi yang berhubungan dengan keluarga calon debitur Dalam hal ini informasi yang perlu diperoleh adalah anggota keluarga yang menjadi penanggung jawab. Keluarga yang menjadi penanggung jawab biasanya adalah suami atau istri dan atau orang tua. Informasi yang digali adalah: a. Nama istri atau suami atau orang tua b. Tempat tanggal lahir c. Nomor KTP atau SIM d. Alamat e. Pekerjaan f. Jumlah beban tanggungan 3. Informasi berdasarkan data usaha a. Jenis usaha b. alamat usaha c. Jumlah pinjaman d. Keperluan dan rencana pembiayaan e. akad pembiayaan f. Jangka waktu g. Sumber pelunasan h. Pembiayaan sebelumnya
49
i. Jaminan pembiayaan 4. Informasi yang berhubungan dengan data keuangan keluarga calon debitur a. Penghasilan keluarga b. Biaya konsumsi Informasi tambahannya adalah a. Penghasilan lain-lain b. Tabungan 5. Informasi yang berhubungan dengan data keuangan usaha calon debitur a. Omset usaha b. Keuntungan bersih Informasi tambahannya adalah: a. Modal sekarang b. Biaya operasional c. Tanggungan pihak lain
B. Penyebab Pembiayaan Macet Dalam pembiayaan atau kredit pasti terdapat suatu resiko dan atau kemungkinan untuk mengalami kemacetan pembayaran kembali. Meskipun analisis dilakukan secara mendalam dan sangat hebat kemacetan pembiayaan tidak bisa dihindari sepenuhnya. Menurut hasil wawancara yang penyusun lakukan pada tanggal 19 Mei 2010 terhadap Ibu Thias Wardinah dan Bapak Wiyono serlaku akunting dan bagian pemasaran, pembiayaan macet disebabkab oleh dua unsur sebagai berikut:
50
1. Dari Manajemen Dalam mengelola pembiayaan terkadang pihak manajemen BMT kurang teliti dalam menilai atau menganalisis pembiayaan, sehingga yang harusnya terjadi tidak diprediksi sebelumnya. Dapat juga disebabkan oleh kolusi dari pihak analisis pembiayaan dengan pihak debitur, sehingga dalam analisisnya dilakukan secara kurang obyektif. Jika hal tersebut terjadi padahal debitur menggunakan jaminan yang bernilai ekonomi lebih rendah dari pinjaman, maka resiko pembiayaan macet tidak bisa terelakkan. Dalam menganalisis diperlukan ketelitian, kecermatan, obyektif dan profesional, karena dengan begitu resiko pembiayaan macet dapat sedikit berkurang. Dalam menilai atau menganalisis pembiayaan diperlukan metode dan prinsip penilaian pembiayaan yaitu 5C dan 7P yang secara garis besar berisi kepribadian, kemampuan, modal, kondisi ekonomi, jaminan, tujuan kredit, dan lain sebagainya. Terkadang pihak analisis kurang teliti terhadap salah satu dari aspek penilaian karena terpaku terhadap aspek tertentu atau bahkan mengabaikan sebagian besar aspek hanya karena satu aspek penilaian saja. Misalnya karena nilai dari aspek kondisi ekonomi dan prospek usaha yang bagus kemudian mengabaikan aspek-aspek lain yang sebenarnya sangat vital. 2. Dari Nasabah Penilaian dan analisis yang hebat belum tentu menjamin suatu pembiayaan tidak mengalami kemacetan, karena ada unsur dari nasabah
51
yang mungkin menyebabkan terjadinya kemacetan. Dalam unsur ini kemacetan dapat terjadi oleh dua hal, yaitu: 1) Kesengajaan Maksudnya nasabah dengan sengaja tidak berniat untuk membayar kewajibannya kepada BMT, sehingga pembiayaan yang diberikan macet. Dapat pula dikatakan tidak adanya kemauan untuk membayar. Hal ini berhubungan dengan kepribadian yang menjadi salah satu penilaian pembiayaan atau kredit. Karena kepribadian debitur kurang baik dan pihak analisis kurang teliti terhadap hal ini maka terjadilah kemacetan pembiayaan. 2) Tidak sengaja Dalam hal ini pihak debitur mau membayar kembali kewajibannya, tapi tidak mampu membayar. Hal ini disebabkan oleh suatu yang tidak dapat diprediksi sebelumnya karena mengalami musibah seperti kebakaran, banjir, kena hama, gempa bumi, dan lain sebagainya. Seperti pada tanggal 26 september 2008 pasar rejo sari mengalami kebakaran, pada saat itu BMT mengalami kemacetan yang cukup tinggi, karena pasar tersebut merupakan pangsa pasar BMT muhajirin yang paling utama.
C. Strategi Meminimalisasi Resiko Pembiayaan Macet Strategi sangatlah penting, karena strategi merupakan instrumen untuk mencapai tujuan dan rencana yang telah dibuat, BMT muhajirin memiliki
52
strategi meminimalisasi resiko pembiayaan macet, diantaranya yaitu: 1. Mengenal calon debitur Prinsip mengenal calon debitur termasuk dalam analisis 5C dan 7P. Meskipun masih ada aspek lain yang ada dalam analisis 5C dan 7P, namun karakter merupakan hal yang paling utama karena hal ini yang menentukan
apakah
calon
debitur
memiliki
itikad
baik
untuk
mengembalikan kewajibannya sesuai waktu dan jumlah yang sesuai ketentuan. Biasanya pembiayaan diprioritaskan bagi anggota yang dikenal sebagai anggota yang disiplin dalam menyelesaikan kewajibannya. Hal ini tidak berarti mengabaikan analisis pembiayaan secara keseluruhan, melainkan memfokuskan kepribadian dan tetap mempertimbangkan aspekaspek lainnya (Wawancara yang penyusun lakukan terhadap Ibu Thias Wardinah, A. Md selaku akunting pada 21 Mei 2010). 2. Pilihan angsuran harian BMT memiliki pilihan plafond harian, mingguan dan bulanan. Untuk anggota yang merasa angsurannya berjumlah besar biasanya disarankan agar memilih angsuran harian, karena angsuran harian terasa lebih ringan dibanding yang lain. Dengan uang yang relatif kecil anggota bisa menyetor tiap hari, hal inilah yang membuat angsuran terasa lebih ringan (Wawancara yang penyusun lakukan terhadap Ibu Thias Wardinah, A. Md selaku akunting pada 21 Mei 2010).
53
3. Mensyaratkan menjadi anggota minimal 3 bulan Sebelum mengajukan pembiayaan, calon debitur harus tercatat sebagai anggota tabungan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengenal calon debitur dan mengetahui sejauh mana keseriusannya untuk menjadi anggota BMT. Biasanya anggota yang serius menjadi anggota akan aktif menabung meskipun dalam jumlah yang kecil, sedang yang hanya berniat meminjam saja tidak akan aktif untuk menabung. Pembiayaan diutamakan kepada yang aktif, hal ini tidak berarti diskriminatif tapi biasanya yang tidak serius menjadi anggota tidak serius pula dalam menunaikan kewajibannya (Wawancara yang penyusun lakukan terhadap Ibu Thias Wardinah, A. Md selaku akunting pada 21 Mei 2010). 4. Batas maksimal pembiayaan dengan jaminan surat dasaran pasar Sebagian besar anggota BMT yang berusaha di pasar rejo sari salatiga menggunakan surat dasaran tanah sebagai jaminan pembiayaan. Namun karena surat dasaran sulit untuk dicairkan dan nilai ekonomisnya relatif kecil dibanding surat tanah atau kendaraan, maka BMT menentukan batas maksimal pembiayaan. Batas maksimal pembiayaan dengan jaminan surat dasaran pasar dulu adalah Rp 1 .500.000,- , namun sekarang turun menjadi Rp 1 .000.000,- ( Pengamatan saat mengikuti jemput bola pada tanggal 1 Juni 2010).
54
5. Perjanjian atau akad tertulis Pada formulir akad pembiayaan terdapat berbagai perjanjian tertulis yang memaparkan hak dan kewajiban kedua belah pihak yang disepakati. Kesepakatan tersebut berguna agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Selain itu perjanjian tertulis juga sangat penting bagi manajemen agar memiliki bukti bahwa manajemen telah diberi kuasa atas kebijakan yang diambil sesuai ketentuan. Dalam perjanjian tersebut biasanya terdapat ketentuan yang berkaitan dengan kebijakan manajemen apabila terjadi kemacetan pembiayaan ( Pengamatan pada saat penyusun meminta lampiran-lampiran pada tanggal 29 Juni 2010) 6. Pengendalian Manajemen Kelima strategi diatas merupakan strategi meminimalisasi resiko pembiayaan macet yang disebabkan oleh nasabah. Rasanya kurang efektif jika meminimalisasi resiko pembiayaan macet hanya difokuskan pada faktor nasabah semata, perlu adanya upaya yang harus diterapkan untuk meminimalisasi resiko pembiayaan macet dari faktor internal. Upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi pembiayaan macet dari faktor manajemen adalah dengan pembinaan manajemen dan sanksi administratif terhadap karyawan yang menyalurkan pembiayaan terhadap anggota berpembiayaan macet. Pembinaan manajemen dilakukan agar karyawan lebih mengerti bagaimana cara melakukan tugas secara lebih baik dan benar terutama yang berkaitan dengan penyaluran pembiayaan. Sanksi administratif terhadap karyawan penyalur pembiayaan macet
55
dilakukan agar dalam menyalurkan pembiayaan, karyawan tidak melakukan secara sembarangan (Wawancara yang penyusun lakukan terhadap Ibu Thias Wardinah, A. Md selaku akunting pada 21 Mei 2010).
D. Strategi Menanggulangi Pembiayaan Macet Berdasarkan wawancara yang penyusun lakukan terhadap Bapak Wiyono selaku bagian pemasaran pada tanggal 15 Juni 2010, strategi menanggulangi pembiayaan macet adalah: 1. Pemantauan dan Kerjasama Sebelum benar-benar macet pembiayaan harus dipantau dan dilakukan tindakan menurut ukuran-ukuran kualitas pembiayaan. Hal ini dirasa perlu karena agar tidak terjadi terlalu banyak kemacetan pembiayaan. Pembiayaan macet dapat menimbulkan kerugian, oleh karena itu pembiayaan macet harus segera diselamatkan. Pemantauan dan tindakannya adalah sebagai berikut: a. Kategori Lancar Pada kategori ini debitur membayar angsuran beserta bagi hasil tepat waktu. Jadi pihak kreditur tidak perlu melakukan tindakan apapun, karena memang anggota tidak memeliki indikasi untuk terjadi kemacetan. Bila kondisi ini berlangsung sampai akhir periode angsuran maka debitur akan dicatat sebagai anggota aktif dan disiplin dalam membayar kewajiban, sehingga debitur akan mudah untuk memperoleh pinjaman lagi. Hal ini secara tidak langsung sebenarnya
56
dapat memotivasi anggota peminjam untuk aktif dalam membayar kewajibannya. b. Kategori dalam perhatian khusus Pada kategori ini debitur mengalami tunggakan angsuran selama kurang dari 90 hari. Hal ini sudah sedikit mengarah pada resiko pembiayaan macet. Tindakan yang dilakukan adalah mengunjungi rumah atau tempat usaha anggota dan melakukan wawancara terhadap keadaan keuangan atau usaha yang dibiayaai. Dalam melakukan kunjungan ini tentunya tetap memperhitungkan efisiensi yaitu biaya penagihan tidak boleh lebih dari pembiayaan. Oleh karena itu anggota yang jauh tempat tinggal atau tempat usahanya tidak dilakukan kunjungan. c. Kategori kurang lancar Pada kategori ini debitur telah mengalami tunggakan selama lebih dari 90 hari. Saat hal ini terjadi pihak manajemen mengeluarkan surat peringatan pertama atau yang sering disebut dengan SP I. Ini dilakukan karena keadaan dianggap sangat genting dan mengarah pada kemacetan. d. Kategori Diragukan Kategori ini terjadi apabila debitur mengalami tunggakan selama 180 hari. Pada kategori ini dilakukan upaya-upaya semaksimal mungkin agar kemacetan dapat dicegah dan dihindari. Upaya-upaya tersebut adalah sebagai berikut:
57
1)
Rescheduling Adalah penjadwalan kembali pengembalian pembiayaan yang dilakukan dengan cara sebagai berikut: a) Memperpanjang jangka waktu pembiayaan Debitur diberikan keringanan dalam jangka waktu pembiayaan, misalnya pembiayaan berjangka waktu 8 bulan menjadi 1 tahun. Kebijakan ini dapat melonggarkan debitur untuk usahanya sehingga mampu untuk membayar cicilannya. b) Memperpanjang jangka waktu angsuran Pada kebijakan ini hampir sama dengan jangka waktu pembiayaan. Pada hal ini jangka waktu angsuran ditambah misalnya dari 35 kali menjadi 45 kali. Penambahan jumlah angsuran ini akan mengecilkan nominal uang yang akan diangsur tiap kali angsuran dilakukan.
2)
Reconditioning Ini dilakukan dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada, seperti: a) Penurunan nisbah bagi hasil Dengan menurunkan nisbah bagi hasil diharapkan dapat meringankan beban anggota, sehingga uang yang seharusnya dibayarkan sebagai bagi hasil bisa dijadikan tambahan modal untuk usaha. Sebagai contoh dari penurunan nisbah adalah jika nisbah bagi hasil semula 20:80 diturunkan
58
menjadi
15:85.
Terkadang
debitur
tidak
membayar
pembiayaannya karena laba yang diperoleh sedikit sehingga pinjamannya
masih
digunakan
untuk
mengembangkan
usahanya. 3)
Restructuring Cara ini dilakukan untuk menyelamatkan usaha nasabah agar mampu berkembang kembali dan mampu memenuhi kewajibannya. Hal ini dilakukan dengan cara menambah jumlah pembiayaan dengan maksud menambah modal usaha sehingga bisa memperbaiki kegagalan dalam usaha.
4)
Kombinasi Adalah kombinasi dari ketiga jenis cara penyelamatan pembiayaan macet.
2. Eksekusi Jaminan Pada saat pembiayaan benar-benar tidak bisa untuk diselamatkan dan anggota benar-benar tidak memiliki etiket untuk membayar hutanghutangnya maka jalan terakhir adalah penyitaan jaminan. 3. Cadangan Resiko Pembiayaan Tak Tertagih Pada pencatatan akuntansi di lembaga keuangan biasanya terdapat
biaya
cadangan
resiko
pembiayaan
tak
tertagih
untuk
mengantisipasi kerugian pembiayaan tak tertagih. Pada BMT Muhajirin, bila eksekusi jaminan tidak mampu menutup pembiayaan macet, maka pihak BMT terpaksa menggunakan cadangan resiko pembiayaan tak
59
tertagih. Karena BMT tidak ikut dalam asuransi kredit, maka satu-satunya cara adalah dengan menyisihkan sendiri biaya cadangan resiko pembiayaan tak tertagih.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian paenelitian diatas dapat disimpulkan bahwa: 1. Analisis yang Diterapkan dalam Pemberian Pembiayaan: Analisis yang diterapkan dalam pemberian pembiayaan dilakukan berdasarkan informasi yang berhubungan dengan identitas pribadi, informasi yang berhubungan dengan keluarga calon debitur, informasi berdasarkan data usaha, Informasi yang berhubungan dengan data keuangan keluarga calon debitur, informasi yang berhubungan dengan data keuangan usaha calon debitur. 2. Penyebab Pembiayaan Macet: Penyebab pembiayaan macet pada BMT Muhajirin terdiri dari kesalahan manajemen yang terkadang kurang teliti dalam melakukan penilaian, serta dari pihak anggota peminjam yang sengaja tidak membayar kewajibannya dan atau tidak mampu membayar karena mendapat musibah. 3. Strategi Meminimalisasi Resiko Pembiayaan Macet: Strategi meminimalisasi resiko pembiayaan macet meliputi mengenal calon debitur, menyarankan angsuran harian untuk anggota yang merasa jumlah angsurannya besar, mensyaratkan keanggotaan minimal 3 bulan
untuk
memperoleh
fasilitas
60
pembiayaan,
batas
maksimal
61
pembiayaan untuk jaminan surat dasaran pasar, Perjanjian atau akad tertulis dan pengendalian manajemen. 4. Strategi Menanggulangi Pembiayaan Macet: Strategi menanggulangi pembiayaan macet meliputi pemantauan dan kerjasama serta eksekusi jaminan, cadangan resiko pembiayaan tak tertagih. B. Saran Dari uraian yang penyusun sampaikan pada tugas akhir ini, maka penyusun menyampaikan beberapa saran yang semoga dapat bermanfaat. Saran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagi STAIN: a. Untuk meneruskan perjuangan mencetak akademisi yang lebih profesional dan siap kerja ataupun siap membuka lapangan kerja baru. b. Meningkatkan kualitas pendidikan agar lebih baik agar dapat bersaing dengan perguruan tinggi lain pada umumnya dan dengan fakultas ekonomi pada khususnya. 2. Bagi BMT: a. Tingkatkan kualitas penilaian pembiayaan yang sesuai standar dan aturan yang dibuat agar tidak terjadi terlalu banyak pembiayaan bermasalah atau bahkan kemacetan b. Terus tingkatkan kinerja yang sudah terprogram dan yang sesuai syariah agar dapat survive sehingga dapat terus menyediakan kebutuhan modal bagi masyarakat sekitar dan pedagang pasar rejo sari.
62
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, M Syafii. 2002. Bank Syariah Dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani Press Fajri, Em zul dan Ratu Aprilia Senja. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Difa Publisher Hosen, M Nadratuzzaman,dkk. 2008. Materi Dakwah Ekonomi Syariah. Jakarta: PKES http//www.thefreedictionary.com/minimaze. 24 Agustus 2010. 20:57 Kasmir. 2002. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: RajaGrafindo Persada Nabhan, Faqih. 2008. Dasar-Dasar Akuntansi Bank Syariah. Yogyakarta: Lumbung Ilmu Oktaviani, Salaswati. 2009. Manajemen Pemasaran Pembiayaan di BMT Muhajirin Salatiga. STAIN Salatiga Rangkuti, Freddy. 2005. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Rhochaety, Eti dan Ratih tresnati. 2005. Kamus Istilah Ekonomi. Jakarta: Bumi Aksara Rumapea, Tumpal dan Pasman Haloho. 1994. kamus Lengkap Ekonomi. Jakarta: Erlangga Subkhan, Imam. 2008. Menunggu Payung Hukum BMT. Subkhan.wordpress.com Sudarsono dan Edilius. 1994. Kamus Ekonomi,Uang dan Bank. Jakarta: Rineka Cipta Sumiyanto, Ahmad. 2008. BMT Menuju Koperasi Modern. Yogyakarta: ISES Publishing Supardi. 2005. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UII Press Suyatno, Thomas, dkk. 2007. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
63
Umar, Husein. 2003. Studi Kelayakan Bisnis: Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis Secara komprehensif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Widodo, Hertanto, dkk. 2000. Panduan Praktis Operasional BMT. Jakarta: Mizan
64
Daftar Riwayat Hidup Menyatakan bahwa yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Liza Muzayana Afifa
Alamat
: Ketapang Rt. 1 Rw. 6 Kec. Susukan Kab.Semarang
Tempat tanggal lahir
: Kab.Semarang, 7 Agustus 1989
Agama
: Islam
Pendidikan
: TK Darma Wanita lulus tahun 1995 SDN Ketapang II lulus tahun 2001 SLTP Bina Insani Susukan lulus tahun 2004 MAN Salatiga lulus tahun 2007
Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.
Salatiga, Agustus 2010
Liza Muzayana Afifa NIM: 20107027