VI.
STRATEGI KEBIJAKAN PADA INDUSTRI SAWIT MALAYSIA
6.1. Perkembangan Strategi Industri Sawit Malaysia 6.1.1. Strategi Kebijakan Periode 1960-1980 Phase pertama adalah periode tahun 1960 sampai 1980. Industri kelapa sawit Malaysia mulai dikembangkan pada tahun 1960-an melalui strategi diversifikasi pertanian bertujuan untuk memberantas kemiskinan masyarakat di pedesaan. Data menunjukkan produksi minyak kelapa sawit pada tahun 1960 hanya 91 793 ton, meningkat tajam menjadi 2,6 juta ton pada tahun 1980. Pada proses awal pengembangan industri minyak sawit Malaysia menganut paham mazhab ekonomi klasik yaitu mengusahakan suplai minyak sawit sebanyak-banyaknya untuk memenuhi permintaan dalam negeri maupun luar negeri (Supply Creates Own Demand). Pada tahun 1980, produksi minyak sawit Malaysia jauh melebihi konsumsi dalam negeri Malaysia, pertanyaan yang muncul waktu itu, bagaimana memasarkan kelebihan produksi minyak kelapa sawit ke luar negeri secara tepat dan efisien ? dengan pengembangan pabrik pengolahan minyak sawit menjadi barang setengah jadi dan barang jadi di Eropa, Timur Tengah dan lainnya maka pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan pamasaran produk ini ke negara tersebut. Tajamnya kenaikan produksi minyak sawit pada periode ini adalah hasil dari pengembangan strategi investasi sektor produksi kelapa sawit secara massal. Pengembang kebun kelapa sawit terbesar waku itu adalah
185
badan usaha milik pemerintah Malaysia FELDA (Federal Land Development Authority) hingga perusahaan ini disebut sebagai pelopor dalam menjadikan Malaysia sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia. Seiring dengan strategi produksi, dikembangkan strategi bidang perdagangan, pertama meningkatkan
efisiensi pemasaran produk sawit
sampai ke pembeli akhir di Eropa, kedua, memaksimalkan pemasaran ke negara berkembang lain seperti India, Pakistan dan Timur Tengah yang kapasitas impornya masih belum maksimal, dan kapasitas pengilangan maupun kapasitas industri prosesing minyak sawit dan produk sawit di negara tersebut juga belum maksimal. Makin naik permintaan minyak sawit Malaysia pada awal tahun 1980-an, makin naik harga penjualan minyak kelapa sawit, baik minyak sawit mentah (CPO) maupun minyak sawit olahan (PPO). Produk sawit olahan yang dimaksud adalah produk turunan minyak sawit dari pabrik yang didirikan pemerintah dan swasta Malaysia pada tahun 1970-an dan tahun 1980-an di negara tujuan ekspor. Keuntungan yang didapat dari strategi pembangunan industri olahan sawit di negara tujuan ekspor ini cukup besar bagi Malaysia seperti ditunjukkan pada gambar 10. Dari Gambar 10, dapat dilihat bahwa setelah pengembangan tanaman sawit secara massal pada periode 1975-1980, maka dibangun pabrik pengilangan minyak sawit (refinery) untuk memproses kelebihan CPO menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi. Data menunjukkan pada tahun 1975, Malaysia menjual CPO sebanyak 957 411 ton sedangkan minyak olahan hanya 215 515 ton.
Pada tahun 1980 Malaysia menjual
186
minyak sawit CPO turun menjadi 197 659 ton sedangkan minyak olahan naik menjadi 2 073 563 ton.
Phase Pengembangan Pabrik Pengilangan CPO 1975-1980
000 ton 3000 2500
US $ / ton 700 600
Harga CPO Malaysia
500
2000
400 1500
Produksi CPO Malaysia
300
1000
200
500
100
0 1975
1976
1977
1978
1979
1980
Sumber : Data diproses dari MPOB, 2008 Gambar 10. Phase Pengembangan Pasar Minyak Sawit Malaysia Tahun 1975-1980
6.1.2. Strategi Kebijakan Periode 1980-2000 Phase kedua adalah periode tahun 1980 sampai tahun 2000. Pada periode ini minyak sawit telah menjadi produk saingan utama bagi minyak dan lemak nabati lain seperti minyak kedele dari Asosiasi Minyak Kedele Amerika Serikat-ASA (American Soybean Association) dan saingan juga bagi minyak bunga matahari. Karena merasa tersaingi, ASA melakukan kampanye negatif (smear) pada minyak sawit dari negara tropis sehingga permintaan impor minyak sawit dari Amerika Serikat menurun dan harga minyak sawit pun menurun tajam dibanding minyak kedele.
187
Berkenaan dengan kampanye negatif ASA tersebut, Industri Kelapa Sawit Malaysia melakukan strategi menambah outlet minyak sawit di negara selain Amerika Serikat sambil membuat bantahan terhadap kampanye negatif tersebut. Selain itu, Malaysia berupaya memulihkan pasar minyak sawit dengan investasi besar-besaran pada industri pengilangan minyak sawit di negara konsumen akhir termasuk di Amerika Serikat, China, Vietnam, Pakistan, Mesir, Inggris dan Mexico. Dari pendirian pabrik pengilang minyak sawit ini dimungkinkan
para
eksportir
minyak
sawit
Malaysia
mengerti
pola
permintaan di masing-masing negara tujuan ekspor sekaligus menaikkan permintaan dan harga minyak sawit di pasar dunia. Outlet
produk
akhir
kelapa
sawit
semakin
banyak
setelah
dikembangkan produk baru yaitu Oleokimia (oleochemical) dan didirikan pabrik produk tersebut pada tahun 1980 dan tahun 1990-an di Malaysia dan di negara tujuan ekspor lainnya. Pengembangan produk oleokimia ini menjadi momentum kedua bagi naiknya permintaan minyak sawit Malaysia setelah momentum pertama penambahan outlet dan pendirian pabrik pengilangan minyak sawit (refinery) di negara tujuan ekspor. Dari dua strategi ini, kerugian akibat kampanye negatif dari ASA pulih kembali bahkan minyak sawit Malaysia mampu bersaing dengan kompetitornya dari minyak dan lemak nabati lainnya. Berbagai riset diprakarsai Badan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) untuk melawan kampanye negatif dari ASA, terutama menyangkut kandungan gizi minyak sawit sebagai bahan makanan terus dilakukan dan
188
untuk memulihkan citra negatif minyak sawit membutuhkan waktu 15 tahun semenjak tahun 1980-an dan lebih 160 studi tentang nilai gizi minyak sawit telah dipromosikan di seluruh dunia. Pada akhir periode tahun 1990-an kampanye anti minyak sawit kembali memanas, datang dari perkumpulan konsumen akhir produk berbasis sawit di negara tujuan ekspor. Produsen minyak sawit wajib memberi label pada kemasan produk minyak sawit yang dijual karena diduga minyak sawit mengandung senyawa asam lemak trans (trans fatty acids) yang membahayakan kesehatan manusia. Setelah kampanye negatif minyak sawit yang kedua ini, pemerintah dan swasta Malaysia mulai memperbaiki cara pandang dan strategi pengembangan pasar yaitu menggabungkan konsep upaya mensuplai minyak sawit sebanyak-banyaknya untuk memenuhi permintaan pasar (Supply Creates Own Demand) dengan melayani permintaan sesuai selera konsumen setelah itu baru mensuplai minyak sawit sebanyak-banyaknya (Demand Creates Own Supply). Strategi kongkrit yang dilakukan adalah proses hidrogenasi pada rantai senyawa hidrokarkon minyak sawit agar kandungan senyawa asam lemak trans hilang. Setelah dilakukan proses hidrogenasi, permintaan terhadap minyak sawit kembali meningkat terutama dari Amerika Serikat bahkan minyak sawit dijadikan sebagai pengganti minyak dari komoditi lain yang masih mengandung lemak trans. Bahkan, lemak beku sawit hasil hidrogenasi diminati konsumen Amerika Serikat dan negara tujuan ekspor
189
lainnya, dan ini menjadi strategi kemenangan bagi Industri sawit Malaysia (the winning strategy). Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam lemak trans dari minyak sawit terutama dari senyawa bad LDL dapat meningkatkan kolesterol dan merusak kesehatan, namun senyawa HDL baik bagi kesehatan manusia. Batasan antara bad LDL dan HDL inilah yang menjadi ukuran dalam penggunaan minyak sawit dengan proses hidrogenasi seperti produk margarine dan shortening. Bahkan, ada upaya para peneliti di Amerika Serikat mencampur minyak sawit hasil hidrogenasi dengan minyak nabati lain agar rasio kolesterol minyak nabati produksi setempat sehat bagi konsumen akhir. Penemuan ini telah dipatenkan dengan label produk campuran yang aman dijual di Amerika Serikat ”Smart Balance”. Dari uraian di atas dapat ditunjukkan bagaimana strategi riset telah menjadi alat utama dalam menghilangkan citra negatif minyak sawit bahkan menaikkan kepercayaan konsumen sekaligus melipatgandakan permintaan minyak sawit dan produk lemak padatnya. Strategi berikut adalah dipatenkannya produk campuran bergizi tinggi yaitu produk Olein minyak sawit (palm olein) yang kandungan kolesterol sama rendahnya dengan minyak olive atau minyak sawi (canola). Strategi ini menjadi momentum berikutnya dalam menaikan permintaan impor minyak sawit dari Amerika Serikat dan Iran yang awalnya juga terkena dampak isu asam lemak trans (trans-fatty acids).
190
Saat ini minyak sawit telah menjadi minyak alternatif di berbagai negara tujuan ekspor terutama minyak sawit hasil proses hidrogenasi hingga menaikkan permintaan dan harga. Harga minyak sawit lebih kompetitif dibanding minyak kedele yang permintaannya mulai turun pada periode ini. Pada Gambar 11. dapat dilihat bahwa tahun 1984 sampai tahun 1986 harga minyak sawit turun tajam akibat kampanye negatif dari ASA. Mulai tahun 1987 dilakukan bantahan terhadap kampanye negatif tersebut sekaligus diupayakan diversifikasi investasi pada industri oleokimia dan industri pengilangan (refinery) minyak sawit di negara Malaysia dan di negara tujuan ekspor. Data menunjukkan, Malaysia pada tahun 1990 hanya mengekspor minyak sawit mentah (CPO) sebanyak 93 949 ton dan mengekspor minyak sawit olahan (PPO) sebanyak 5 633 502 ton.
Harga CPO Malaysia Turun Tajam karena Kampanye Anti Sawit dari ASA
000 ton 12000
US $ / ton 800 700
10000
Dilakukan Bantahan Terhadap Kampanye Negatif dari ASA
8000 6000
Strategi Diversifikasi Investasi pada Oleokimia dan Kilang Pembersih CPO di Luar Nageri
600 500 400
Harga CPO Malaysia
300
4000 2000
200
Produksi CPO Malaysia
100
0 1981
1984
1988
1992
1996
2000
Sumber : Data diproses dari MPOB, 2008 Gambar 11. Phase Pengembangan Pasar Minyak Sawit Malaysia Tahun 1981-2000
191
6.1.3. Strategi Kebijakan Periode Tahun 2000-2020 Phase ketiga
pengembangan
pasar minyak kelapa sawit periode
tahun 2000-2020 meliputi : 6.1.3.1.
Pengembangan produk oleokimia dan bio-diesel
India sebagai negara pengimpor minyak sawit terbesar, akhir-akhir ini telah menurunkan permintaan minyak sawit dengan pengenaan pajak impor yang lebih besar dibandingkan minyak kedele. Disisi lain, eksportir minyak sawit Malaysia bersaing dengan eksportir minyak sawit Indonesia yang telah menurunkan harga minyak sawit ke negara tersebut terlebih dahulu, akibatnya harga minyak sawit Malaysia kembali turun dibandingkan minyak kedele. Menurut Kim dan Mauborgne (2005), sesuai teori tentang kebijakan laut biru “Blue Ocean Strategy” maka pengembangan industri bio-diesel menjadi salah satu solusi dari ketatnya persaingan perdagangan minyak sawit selama ini. Sebagai sumber permintaan baru, pengembangan industri biodiesel menjadi sumber bisnis dengan permintaan tanpa batas dimasa datang. Jika harga minyak sawit dibawah harga minyak bumi, terdapat peluang dan keuntungan besar di pasar bahan bakar berbasiskan minyak sawit,
sehingga pola persaingan minyak sawit Malaysia dengan minyak
sawit Indonesia dan dengan minyak kedele seperti selama ini terjadi, tidak relevan lagi setelah ditetapkannya minyak sawit sebagai sumber bahan bakar sekaligus sebagai bahan makanan. Seballiknya, Jika harga minyak
192
sawit melebihi harga minyak bumi maka minyak sawit akan terus dipakai sebagai bahan makanan. Bagi suplier minyak sawit Malaysia, manfaat yang didapat dari strategi pengembangan biodiesel seperti ditunjukkan Gambar 11., dengan potensi permintaan baru diharapkan mampu menurunkan stok minyak sawit malaysia sekaligus menaikkan harga minyak sawit dunia serta dapat menetralisir kembali tekanan harga akibat pengenaan pajak impor India dan penurunan harga jual minyak sawit Indonesia di pasar dunia. Pada Gambar 12. dapat dilihat bahwa tahun 2001 harga minyak sawit Malaysia tertekan akibat tingginya pajak impor India dan rendahnya harga jual minyak sawit Indonesia. Seiring terjadinya krisis minyak bumi di seluruh dunia, mulai tahun 2003 harga minyak bumi naik tajam, energi alternatif biodiesel menjadi salah satu solusinya. Malaysia mulai menggalakkan pemasaran minyak sawit sebagai bahan bakar alternatif ke seluruh dunia serta membuat regulasi tentang biodiesel. Data harga dan produksi minyak sawit Malaysia lihat Lampiran 2. Selanjutnya, strategi penguasaan pangsa pasar (market share) minyak
sawit dan produk Sawit dunia periode tahun 2006-2020,
Industri minyak
sawit dan produk sawit Malaysia menekankan pada langkah-langkah sebagai berikut : 1.
Mempromosikan produk sawit yang memiliki nilai tambah yang tinggi (hight value added product) ke negara dengan pangsa pasar yang besar
dan
pangsa
pasar
cadangan,
mengembangkan
jaringan
penelitian yang komprehensif di sektor swasta maupun pemerintah
193
000 ton 18000 16000 14000
Harga turun karena : - Tekanan harga CPO dari Indonesia - Kenaikan Pajak Impor India
Bio-Diesel Mulai Digalakkan
Harga CPO Naik karena kenaikan Permintaan Biodiesel
US$ / ton
900 800 700
Produksi CPO Malaysia
12000
600
10000
500
8000
400 Harga CPO Malaysia
6000
300
4000
200
2000
100
0 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Sumber : Data diproses dari MPOB, 2008 Gambar 12. Phase Pengembangan Pasar Minyak Sawit Malaysia Tahun 2000-an
serta melakukan negosiasi intensif dengan negara bilateral, regional maupun multilateral,
memperbesar akses pasar minyak sawit dan
produk sawit seiring pelaksanaan pasar bebas di kawasan ASEAN dan kawasan Asia Pasifik (Free Trade Agreements--FTAs). 2.
Pengembangan pangsa pasar serta pengembangan citra produk sawit Malaysia (product image) yaitu : -
Membangun pusat penyuluhan dan teknik pengolahan produk sawit di negara pengimpor. Pusat penyuluhan ini sekaligus sebagai tempat pengujian kualitas, penanganan dan penggunaan produk berbasis sawit,
mengelola informasi dan teknik pemasaran agar
citra produk minyak dan lemak sawit Malaysia diterima pasar.
194
-
Membangun merek (branding) minyak dan lemak berbasis sawit melalui kolaborasi pemerintah, industri dan lembaga penelitian secara komprehensif. Merek sebagai cerminan dari jaminan mutu, pembangunan berkelanjutan, pegelolaan perusahaan yang baik di seluruh rantai pemasaran dari kebun sampai ke konsumen akhir.
-
Promosi minyak sawit sehat yang berlabel bebas lemak trans serta memenuhi selera konsumen negara maju seperti USA dan ke pasar internasional lainnya.
-
Promosi produk sawit sebagai hasil pembangunan berkelanjutan. Dalam hal ini pemerintah Malaysia berkolaborasi dengan lembaga ekonomi internasional, misalnya dengan organisasi negara-negara penghasil sawit dunia (Rounttable on Sustainable Palm Oil-RSPO) dan dengan stakeholder lainnya agar mampu mengelola industri sawit dan produk sawit secara lestari.
3.
Untuk mempertahankan daya saing, industri sawit Malaysia mengembangkan produktivitas tertinggi dengan tolok ukur : - Menekankan mutu pelatihan dan profesionalitas -
Menjamin pangsa pasar yang lebih besar pada pasar global melalui upaya intensifikasi merek,
promosi,
akses dan pemenerimaan
pasar yang lebih besar -
Diversifikasi produk dan pengembangan nilai tambah produk yang lebih tinggi berbasiskan pengelolaan usaha yang berkelanjutan, ramah lingkungan serta pemakaian energi biomass dan bio-diesel.
195
-
Mempromosikan integrasi usaha dan komersialisasi riset dan pengembangan industri dan lembaga peneliti dengan menerapkan strategi produk sawit tanpa limbah (zero waste strategy).
4.
Diversifikasi Produk Berikut ini produk yang dikembangkan : -
Produk turunan oleokimia dan bagian-bagiannya seperti lemak amino lemak amida, surfaktan,
deterjen,
produk kosmetik, produk
perlindungan kesehatan dan produk kecantikan dan lain-lain -
Produk kebersihan seperti alfa-sulfonat methil ester Polyols dan pemakaiannya untuk polyurethane, coating dan bahan perekat
-
Bahan bio-diesel sebagai sumber energi yang dapat diperbaharui
-
Bio-diesel (palm methyl ester)
-
Pembangkit listrik dari batang sawit termasuk pelepah, tandan buah kosong
-
Bio-gas dari pabrik pengilangan kelapa sawit.
-
Bahan makanan bergizi dan ramuan
-
Produk turunan bernilai tinggi dari minyak sawit merah
-
Produk-produk berformula bebas lemak trans
-
Produk ikutan seperti caroptenoid sawit dan tocotrinol sawit
-
Produk ramuan, produk berbasiskan bio-teknologi
-
Penerapan kultur jaringan dan teknik genetik untuk memproduksi minyak berkualitas maupun klon tahan terhadap hama
-
Produk Oleik transgenik yang sesuai untuk makanan dan oleokimia
196
-
Bahan obat-obatan
-
Produk bio-mass
-
Bahan panel seperti papan fibre, papan partikel dari tandan buah kosong atau papan hijau "green plywood"
-
Komponen bodi mobil dan bahan kotak makanan
-
Bubur kertas dan kertas
-
Bahan komposit seperti bio-plastik
6.2. Strategi dan Implikasi Menurut studi yang dilakukan Ming, (2000), strategi pengembangan industri sawit Malaysia mencakup pada tiga bidang inovasi yaitu: pertama, strategi pengembangan pasar (market seeker strategy) memakai konsep pemasaran terbaru dengan ilmu komunikasi terpadu (integrated market communication),
manajemen
hubugan
komunikasi
(cummunication
relationship management) dan konsep hubungan pemasaran (Relationship Marketing). Kedua, strategi pengembangan teknologi (technology seeker strategy) meliputi penerapan konsep terpadu atau perangkat mekanik untuk mempermudah pekerjaan pada industri sawit Malaysia seperti teknologi informasi,
pengembangan
teknologi
infrastruktur
dan
transportasi,
pengembangan teknologi perangkat pemasaran, pengembangan teknologi pemurnian CPO dan pengembangan teknologi produk turunan CPO untuk mewujudkan diferensiasi produk turunan CPO dan segala teknologi yang mempermudah akses ke pasar.
197
Ketiga, strategi penguasaan sumber daya (resources seeker strategy), terutama dalam memenuhi target quota ekspor dan kontinuitas produk, industri kelapa sawit Malaysia melakukan strategi penguasaan sumber daya lahan dengan ekspansi investasi ke negara lain seperti Indonesia, Vietnam, Thailand bahkan ke Amerika Latin. Banyak perusahaan swasta Malaysia yang telah membangun kebun sawit bekerjasama dengan perusahaan swasta di negara tersebut. 6.2.1. Strategi Pengembangan Pasar (market seeker strategy) Strategi terpadu yang diterapkan pada pengembangan pasar minyak sawit Malaysia memakai paradigma pemasaran terbaru yaitu pemasaran berorientasi konsumen. Berawal dari penggabungan cara pandang pada akhir tahun 1990-an dari menganut paham ekonomi klasik yaitu mensuplai minyak sawit sebanyak-banyaknya untuk memenuhi permintaan konsumen (Supply Creates Own Demand) dan pemenuhan permintaan beorientasi konsumen, baru mensuplai minyak sawit sebanyak-banyaknya (Demand Creates Own Supply). Ming, (2000). Seiring dengan perubahan konsep tersebut, bidang marketing pun berobah dari prinsip 4 Ps yaitu, produk (Design, Product), harga (Price), tempat (Place), dan promosi (Marketing Communication) menjadi marketing berorientasi konsumen yaitu 4 Cs yaitu,
konsumen (Customer),
biaya
(Cost), kemudahan (Convenience), dan komunikasi (Communication). Setelah perobahan cara pandang tersebut, setiap penelitian mulai dari bidang bioteknologi, mekanika teknik, alat transportasi dan pengembangan produk turunan sawit
didasarkan pada kajian tentang konsumen terlebih
198
dahulu mencakup sosial kultural, selera, lingkungan, kesehatan, daya beli konsumen, dan rangkaian proses seterusnya, kemudian diupayakan segala kemudahan baik kemudahan tempat, produk, mutu produk, pemakaian produk, perawatan dan kemudahan simpan dan menjalin komunikasi dengan konsumen secara terus menerus. Fungsi komunikasi bidang pemasaran produk sawit Malaysia (Marketing Communication) memakai berbagai saluran komunikasi seperti memakai mas media, media iklan, humas, humas bidang pemasaran, kontak langsung dalam promosi dan penjualan, saluran perdagangan, displai, kemasan, iklan khusus, lisensi, kontak perorangan melalui tanggap langsung, elektronik komersial internet, penjualan perorangan, penjualan ke karyawan sendiri serta mengadakan acara dan sponsor,
pameran
perdagangan dan pelayanan konsumen lainnya. pengembangan pasar berorientasi konsumen memerlukan penerapan teknologi moderen. Malaysia telah memiliki berbagai fasilitas media komunikasi seperti multimedia Super Corridor (MSC) tahun 1999, kota pintar (Cyberjaya), DCS,
Global
citra satelit (Remote Sensing-RS, Dicision Support SystemPositioning
System-GPS,
Information
Communication
Technology-ICT) dan sebagainya untuk mempermudah komunikasi antara pengelola industri sawit Malaysia dengan konsumen, pedagang, pengambil kebijakan, eksportir, petani, ahli tanaman, sebagainya.
importir, ahli
pengembang,
pemodal, kelompok tani,
hama dan penyakit tanaman, peneliti dan
199
Menurut Duncan, (2002),
prinsip dasar dari konsep pemasaran
berorientasi konsumen paradigma 4 Cs, adalah komunikasi dua arah dari dan ke perusahaan, pendekatan pemasaran adalah fokus pengembangan model hubungan dua arah meliputi juga konsep marketing mix (4 Ps), yang telah dikembangkan ke elemen-elemen komunikasi pemasaran seperti yang ditunjukkan pada bagan Gambar 13.
6.2.2. Strategi Pengembangan Teknologi (technology seeker strategy) Pengembangan teknologi pada industri sawit Malaysia disponsori oleh Institut Penyelidikan Minyak Kelapa Sawit Malaysia (PORIM), Badan Minyak Sawit Malaysia (MPOB), dan juga masing-masing perusahaan melakukan pengembangan teknologi. FELDA pada tahun 1980-an telah melakukan perubahan strategi pada pengembangan komoditi komersial di Malaysia meliputi
penerapan
kesejahteraan petani,
manajemen
profesional,
upaya
peningkatan
mekanisasi bidang pemupukan,
mekanisasi
pemanenan dan bidang lain dari usaha pertanian. Penerapan teknologi moderen semakin diperluas pada berbagai bidang seperti pada prosesing, pegilangan minyak sawit, penyimpanan dan pemasaran dan pada proses produksi pertanian, penyediaan data, tehnik mesin, keamanan usaha, riset dan penyuluhan. FELDA
melakukan usaha terpadu dalam industri minyak sawit
Malaysia dengan memproduksi bibit sendiri, pabrik milik sendiri,
kilang
minyak sendri, pabrik pengolahan milik sendiri, pengangkutan dan penyimpanan sendiri dan bahkan pelabuhan sendiri di pasir Gudang, Johor.
200
201
6.2.3. Strategi Penguasaan Sumber Daya (Resources Seeker Strategy) Strategi pengembangan Industri Sawit Malaysia dalam buku rencana pembangunan jangka panjang ke 3 (IMP3) periode 2006-2020 menyangkut pasar dunia adalah melakukan promosi dan pengembangan jaringan pemasaran internasional melalui investasi industri prosesing minyak kelapa sawit di negara kaya sawit seperti Indonesia dan Vietnam. Selain pengembangan industri prosesing di berbagai negara strategis di seluruh dunia, Industri Sawit Malaysia telah memperluas kebun kelapa sawit di berbagai negara seperti di Indonesia, Vietnam, Brazil. Disinyalir di Indonesia ada sekitar 1 juta Ha lahan perkebunan sawit adalah milik saham langsung atau tidak langsung dari industriawan Malaysia.
6.3.
Strategi Kebebasan Investasi bagi Perusahaan Agribisnis Strategi lain pada periode tahun 2000-2020 adalah memberlakukan
kebijakan bebas investasi bidang pertanian sesuai perencanaan komoditi unggulan yang menguntungkan bagi sipenanam modal (investor) dengan skala usaha yang lebih besar. Hal ini lebih menjamin pengalokasian sumber daya yang efisien dari pola tanam dan operasional usahatani yang menguntungkan, sehingga tujuan pengelolaan industri sawit Malaysia dapat terwujud sebagai usahatani komersial penuh (full commercial).
6.4.
Skala Operasi Industri kelapa sawit Malaysia dapat berkompetisi dengan industri
minyak dan lemak lain pada dekade terakhir, salah satu alasan adalah skala ekonomis usaha perkebunan dan kelompok tani telah tercapai. Industri
202
sektor perkebunan akan terus menanam kelapa sawit selama tanaman ini menguntungkan. Bahkan, kelompok tani kecil yang terdiri dari dua macam yaitu usaha bersifat independen dan usahatani kelompok terorganisir yang tergabung dalam koperasi, kebun inti dan sebagainya dapat menjamin operasional perkebunan dengan skala usaha yang ekonomis. Salah satu strategi untuk mendorong organisasi perkebunan rakyat mencapai skala ekonomis adalah adanya aturan di Malaysia agar masing-masing keluarga petani sawit memiliki kebun minimal seluas 20 acres semenjak tahun 1960-an.
6.5. Inovasi pada Produk Minyak Sawit dan Produk Sampingannya Minyak sawit makin diminati banyak orang, didukung oleh berbagai kepandaian
pengusaha
dan
pemerintah
Malaysia
dibidang
teknis
pengolahan minyak sawit dan penambahan nutrisi minyak sawit baik minyak sawit sebagai bahan persiapan makanan maupun bahan makanan seperti minyak goreng, lemak kue, vanasvati, minyak sayur, makanan hiasan maupun makan ringan (snack). Disamping itu minyak sawit juga digunakan sebagai bahan non makanan seperti sabun, deterjen, peralatan mandi, kosmetik dan produk industri lainnya. Seperti uraian terdahulu, bahwa Investasi pada bidang riset kembali meningkatkan kemampuan merubah kelapa sawit menjadi bermacam produk makanan maupun non makanan, dengan berbagai inovasi secara terus menerus secara langsung meningkatkan permintaan minyak sawit dan harga produk sawit di pasar internasional.
203
Di sisi lain, minyak sawit dapat dicampur dengan bahan bakar minyak bumi dengan kadar sedang (medium fuel oil-MFO) dan sebagai bahan bakar perebusan air (boiler) pembangkit listrik pabrik dan bahan pencampur bahan bakar mesin diesel. Semua cara baru ini adalah temuan dari penelitian Badan Kelapa Sawit Malaysia (MPOB). Penerapan minyak sawit sebagai bahan bakar memberikan potensi besar dibandingkan pangsa pasar makanan dan oleokimia. Minyak sawit merupakan produk strategis karena produk ini dapat diperbaharui dan diharapkan dapat sebagai sumber energi alternatif dalam jangka panjang. Kelapa sawit juga menghasilkan produk sampingan seperti biomass dan berbagai produk papan (medium density fibre board-MDF). Produk ini memanfaatkan tandan buah kosong (EFB), pelepah daun (fronds) dan batang (trunks) dan bahan ini juga dapat diproses menjadi plywood dan bubur kertas (pulp). Cara-cara kreatif ini diterapkan pada seluruh bagian minyak sawit maupun produk sampingan menjadi produk bernilai tambah tinggi (high value added-product).
6.6. Komersialisasi Riset dan Pengembangan Keberlangsungan
industri
sawit
tergantung
pada
kelanjutan
peningkatan produktivitas dan pemaksimuman eksploitasi teknologi produk kelapa sawit sebagai sumber aktivitas ekonomi berkelanjutan. Akselerasi antara
komersialisasi
dan
penerapan
teknologi,
sumber
pendanaan
pemerintah dan perusahaan swasta serta keseragaman arah kebijakan
204
sangat ditekankan di Malaysia sebagai sumber daya ekonomi agar seluruh potensi dan inovasi dapat dikomersialkan.
6.7. Bebas Modifikasi Genetika dan Bebas Lemak Trans Minyak sawit memiliki kelebihan dibandingkan minyak dan lemak lain dalam dua isu penting, yaitu isu modifikasi genetika organisma (Genetically Modified Organisms-GMO) dan isu asam lemak trans (Trans Fatty AcidTFA). Kedele Amerika Serikat biasanya menggunakan modifikasi genetika dan dipromosikan di Eropa dengan label "produk hasil modifikasi genetika dan menguntungkan bagi konsumen", sedangkan minyak sawit bukan produk modifikasi genetika (non-GMO). Dari data penjualan, ternyata minyak sawit lebih diterima pasar dengan cepat karena kelapa sawit bebas dari upaya modifikasi genetika. Makanan yang mengandung lemak trans yang diberi label produk modifikasi genetika di Amerika dan Eropa berkonotasi negatif bagi kesehatan. Fenomena ini juga muncul di negara berkembang seperti India, Vietnam, Pakistan dan bahkan di China. Minyak sawit dipromosikan sebagai minyak bebas lemak trans, bahkan dengan proses hidrogenasi rantai hidrokarbon dari minyak sawit lebih diminati di negara tersebut.
6.8. Strategi Global di Industri Hulu dan Hilir Sebagai pemimpin pasar minyak dan lemak dunia, strategi global industri sawit Malaysia dibuktikan dengan ekspansi usaha ke negara lain seperti hampir 30 % perusahaan kelapa sawit Malaysia telah menanamkan
205
modalnya di perkebunan Indonesia, Vietnam dan Brazil yang memiliki lahan terluas dan keberlimpahan tenaga kerja. Di sisi lain, Industri Sawit Malaysia telah memiliki posisi bagus dalam menyebarkan fabrikasi minyak dan produk sawit,
bahkan telah menjadi
pensuplai komponen industri hilir produk sawit di luar negeri. Kemapanan industri pengilangan dan pabrik oleokimia di luar negeri banyak memberi keuntungan, baik dari sisi jaringan perdagangan komponen industri maupun nilai tambah (value added) produk minyak sawit dan biomass. Strategi global ini telah mampu menaikkan daya saing Industri Sawit Malaysia di luar negeri.
6.9.
Penggunaan Teknologi sebagai Dasar Pengembangan Pasar Minyak Sawit Malaysia
Menurut Carlton dan Perlof, (2001),
hubungan antara input dan
output yang menghasilkan out put maksimum dari penggunaan input tertentu, ditentukan oleh penerapan teknologi terutama dalam efisiensi biaya. Sedangkan menurut Ronald H. Coase, (1937), menjelaskan bahwa perusahaan dan pasar disebut sebagai pengertian alternatif dari aktivitas organisasi perekonomian. Coase menekankan bahwa pengertian pasar dalam hal ini meliputi biaya dan biaya dapat menentukan struktur pasar. Menurut Weng Kin Lai et al, (2007), Malaysia dikaruniai iklim tropis yang kondusif bagi pertumbuhan berbagai komoditi komersial seperti kelapa sawit, karet, coklat dan sebagainya. Namun, Organisasi Pangan Dunia (FAO)
memprediksi akan terjadi persaingan antara eksportir dari negara
206
berkembang dengan eksportir dari negara maju dalam bisnis komoditi pertanian untuk sepuluh tahun yang akan datang. Persaingan keras terjadi seiring naiknya produktivitas usahatani negara maju dan naiknya produksi global, pada akhirnya terjadi penurunan harga komoditi pertanian. Petani harus bekerja keras meningkatkan efisiensi untuk mendapatkan keuntungan usahanya. Sesuai Perencanaan Pembangunan Pertanian ke-9 Malaysia dimana program revitalisasi pertanian dijadikan sebagai mesin pertumbuhan perekonomian negara, menekankan penggunaan teknologi moderen untuk memproduksi
spesies
bibit
unggul,
meningkatkan
hasil
pertanian,
meningkatkan akses pasar, mempromosikan usahatani yang baik dan menguntungkan. Penerapan teknologi yang digalakkan akhir-akhir ini pada industri sawit Malaysia adalah teknologi berbasiskan informasi dan komunikasi (Information Communication Technology-ICT) untuk membagi informasi dan data, meningkatkan efisiensi dan produktivitas industri sawit Malaysia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat peranan teknologi dalam upaya efisiensi usaha pada industri sawit Malaysia. Lihat Gambar 14. -
Suplai CPO Pengadaan suplai minyak sawit Malaysia berawal dari kajian tentang
pasar oleh badan riset yang baik dan profesional seperti oleh Palm Oil Research Industry Malaysia (PORIM), Edvanded Biotecknologi ReseachMPOB dan badan riset milik perusahaan swasta Malaysia. Seperti penelitian pada bibit unggul, harus menurut kebutuhan pasar yang dikoordinir secara
207
sistemik dengan teknologi komunikasi dan informasi
(ICT) Nasional
Malaysia. Seiring temuan bibit unggul tersebut, dibuat perencanaan dan manajemen usahatani yang baik, dikoordinir oleh pemerintah melalui MPOB atau badan yang telah disertifikasi oleh MPOB. -
Produksi Pada proses produksi, terlebih dahulu dilakukan penelitian tentang
lingkungan secara akurat memakai alat moderen tentang kualitas tanah dengan bantuan teknologi penginderaan dari satelit (Remote Sensing-RS, Dicision Support System-DCS, Global Positioning System-GPS, Information Communication Technology-ICT dan sebagainya). Data disimpan pada pusat data dan informasi tentang data didistribusikan melalui teknologi informasi keberbagai lokasi dimana bibit unggul diusahakan, seterusnya disalurkan pupuk sesuai kebutuhan, dan pemberantasan hama dan penyakit tanaman beserta penyaluran bahan-bahannya sesuai rekomendasi dari instansi yang kompeten pada bidangnya.
-
Pengolahan Produksi Setelah tanaman menghasilkan buah, dilakukan panen yang dibantu
teknologi penginderaan satelit, memetakan wilayah buah tanaman sawit yang benar-benar layak dipanen,
setelah pemanenan dilakukan proses
pemilahan buah sawit berdasarkan kelas mutunya, mesin dengan teknologi moderen dan baik.
dan diolah memakai
208
PRODUKSI
TANTANGAN DALAM USTAN SAWIT
SUPLAI CPO
Bibit Unggul
Kebutuhan Konsumen
PROSESING
Hasil Ustan
Perencanaan Usahatani & Manajemen
Pengendalian HPT
PASAR/ KONSUMEN
Daya Tahan Penyimpanan
Harvesting
Penyaluran Pupuk
Monitoring Lingkungan
PENYIMPANAN & DISTRIBUSI
Kualitas (QC)
Klasifikasi Mutu
Menuju Pasar
Tren/Selera Konsumen
Marketing
Gambar 14. Penerapan Teknologi dalam Pengelolaan Industri Minyak Sawit Berbasis Komunikasi Terpadu.
-
Penyimpanan dan Distribusi Segera setelah proses produksi selesai, dilakukan distribusi ke pasar
memakai kereta api atau mobil tangki dengan sarana dan prasarana transportasi yang amat baik menuju ke pelabuhan seperti Klang, Butterworth, Kuantan, Pasir Gudang, Sabah, Serawak untuk dikapalkan menuju negara tujuan ekspor, dan jika belum tersalurkan dilakukan proses penyimpanan menurut daya tahan simpan dan kemudian didistribusikan menurut pesanan menurut jadwal dari divisi marketing. -
Pasar dan Konsumen Pada proses pemasaran, dilakukan kajian secara terus menerus oleh
badan-badan yang memiliki divisi penelitian pasar dan konsumen seperti
209
MPOB, MPOC, MPOPC, Asosiasi Minyak Sawit Malaysia-MPOA, Asosiasi Perusahaan Minyak Makan Orang Malayu (MEOMA), Kelompok Perusahaan Olekimia Malaysia (MOMG), Persatuan Petani Kecil Sawit Malaysia (NASH), Asosiasi Perusahaan Penjernih Minyak Sawit Malaysia (PORAM) meliputi selera konsumen (consumer trend), keluhan konsumen dan pelayanan terhadap konsumen. Hasil kajian ini sangat berguna bagi penyediaan data untuk memenuhi
kebutuhan konsumen pada divisi suplai dan proses
produksi. 6.10. Koordinasi Vertikal dan Integrasi Vertikal Kriteria struktur pasar oligopoli kuat (high oligopoly) dalam negeri Malaysia dari pasar industri minyak sawit dan produk sawit Malaysia menggambarkan adanya keseragaman strategi menghadapi pesaing pada pasar minyak sawit dan lemak dunia terutama dikalangan perusahaan swasta besar, perusahaan
pemerintah, perusahaan milik kerajaan dan
perkebunan rakyat Malaysia. Dari penelitian terlihat adanya koordinasi vertikal antara industri hulu sampai ke hilir di perkebunan swasta,
perkebunan milik
pemerintah
perkebunan milik kerajaan dan perkebunan rakyat dibawah pengarahan Badan Minyak Sawit Malaysia (MPOB). Bahkan di banyak tempat terdapat integrasi vertikal, dapat dibuktikan dari perkebunan
(on farm),
pabrik
pengilangan (palm milling), pabrik
penjernihan (refinery), bahkan sampai ke pabrik produk jadi (off farm) di negara tujuan ekspor dikuasai oleh grup perusahaan tertentu yang juga dibawah pengarahan Badan Pengelolaan Minyak Sawit Malaysia (MPOB).
210
Jumlah dan kapasitas industri sawit Malaysia dapat dilihat pada Tabel 24, Bab 3. Integrasi vertikal juga terdapat pada perkebunan rakyat yang memiliki lahan sawit antara 2 Ha sampai 3 Ha, untuk optimalisasi penggunaan lahan, kerajaan menganjurkan agar petani kecil mengusahakan ternak sapi, kambing,
ternak lintah, agro wisata, tumpang sari antara tanaman sawit
dengan kacang kedele, usaha perikanan dan usaha lainnya dimana permodalan dan bimbingan dibantu Kerajaan Malaysia.
6.11. Kesimpulan 1.
Industri kelapa sawit Malaysia mulai dikembangkan pada tahun 1960-an dengan strategi diversifikasi pertanian bertujuan untuk memberantas kemiskinan masyarakat di pedesaan, strategi perdagangan, pertama produk
sawit
sampai
ke
selain itu juga dikembangkan
meningkatkan
pembeli
akhir
efisiensi pemasaran di
Eropa,
kedua,
memaksimalkan pemasaran ke negara berkembang lain seperti India, Pakistan dan Timur Tengah. 2.
Pada periode tahun 1980-an, berkenaan dengan kampanye negatif ASA, Industri Kelapa Sawit Malaysia melakukan strategi menambah outlet minyak sawit di negara selain Amerika Serikat sambil membuat bantahan terhadap kampanye negatif tersebut. Selain itu, Malaysia berupaya memulihkan pasar minyak sawit dengan investasi besarbesaran pada industri pengilangan minyak sawit di negara konsumen
211
akhir termasuk di Amerika Serikat, China, Vietnam, Pakistan, Mesir, Inggris dan Mexico. 3. Dikembangkan produk baru yaitu Oleokimia (oleochemical) dan didirikan pabrik produk tersebut pada tahun 1980 dan tahun 1990-an di Malaysia dan di negara tujuan ekspor lainnya. Pengembangan produk oleokimia menjadi momentum kedua naiknya permintaan minyak sawit Malaysia setelah momentum pertama penambahan outlet dan pendirian pabrik pengilangan minyak sawit (refinery) di negara tujuan ekspor. 4.
Pada akhir periode tahun 1990-an kampanye anti minyak sawit kembali memanas, datang dari perkumpulan konsumen akhir produk berbasis sawit di negara tujuan ekspor. Produsen minyak sawit wajib memberi label pada kemasan produk minyak sawit yang dijual karena diduga minyak sawit mengandung senyawa asam lemak trans (trans fatty acids) yang membahayakan kesehatan manusia.
5.
Periode tahun 2000-2020 dikembangkan industri bio-diesel sebagai kebijakan laut biru “Blue Ocean Strategy” sebagai sumber permintaan baru, pengembangan industri biodiesel menjadi sumber bisnis dengan permintaan tanpa batas dimasa datang.
6.
Strategi terpadu diterapkan pada pengembangan pasar minyak sawit Malaysia memakai paradigma pemasaran terbaru yaitu pemasaran berorientasi konsumen. Berawal dari perubahan cara pandang pada akhir tahun 1990-an menganut paham ekonomi klasik yaitu mensuplai minyak
sawit
konsumen
sebanyak-banyaknya
(Supply Creates
untuk
memenuhi permintaan
Own Demand)
digabung
menjadi
212
perrmintaan beorientasi konsumen, baru mensuplai minyak sawit sebanyak-banyaknya (Demand Creates Own Supply). 7.
Seiring dengan perubahan konsep tersebut, berobah dari prinsip 4 Ps yaitu,
bidang marketing pun
produk (Design, Product), harga
(Price), tempat (Place), dan promosi (Marketing Communication) menjadi marketing berorientasi konsumen yaitu 4 Cs yaitu, konsumen (Customer), biaya (Cost), kemudahan (Convenience), dan komunikasi (Communication). 8.
Pengembangan pasar berorientasi konsumen memerlukan penerapan teknologi moderen. Malaysia telah memiliki berbagai fasilitas media komunikasi seperti multimedia Super Corridor (MSC) tahun 1999, kota pintar (Cyberjaya), citra satelit (Remote Sensing-RS, Dicision Support System-DCS,
Global
Positioning
System-GPS,
Information
Communication Technology-ICT) dan sebagainya untuk mempermudah komunikasi antara pengelola industri sawit Malaysia dengan konsumen, pedagang, pengambil kebijakan, eksportir,
importir,
pengembang,
pemodal, kelompok tani, petani, ahli tanaman, ahli hama dan penyakit tanaman, peneliti dan sebagainya. 9.
Strategi pengembangan Industri Sawit Malaysia dalam buku rencana pembangunan jangka panjang ke 3 (IMP3) periode 2006-2020 menyangkut
pasar
dunia
adalah
melakukan
promosi
dan
pengembangan jaringan pemasaran internasional melalui investasi industri prosesing minyak kelapa sawit di negara kaya sawit seperti Indonesia dan Vietnam.
213
10. Selain pengembangan industri prosesing di berbagai negara strategis di seluruh dunia, Industri Sawit Malaysia telah memperluas kebun kelapa sawit di berbagai negara seperti di Indonesia, Vietnam, Brazil. 11. Pengembangan teknologi pada industri sawit Malaysia disponsori oleh Institut Penyelidikan Minyak Kelapa Sawit Malaysia (PORIM), Badan Minyak Sawit Malaysia (MPOB), dan juga masing-masing perusahaan melakukan pengembangan teknologi. FELDA
pada tahun
1980-an
telah melakukan perubahan strategi pada pengembangan komoditi komersial di Malaysia meliputi penerapan manajemen profesional, upaya
peningkatan
pemupukan,
kesejahteraan
petani,
mekanisasi
bidang
mekanisasi pemanenan dan bidang lain dari usaha
pertanian serta strategi lainnya.