MODEL PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PASCA PANEN, PENGOLAHAN HASIL DAN KEMITRAAN USAHA BAWANG MERAH DI SENTRA PRODUKSI MELALUI PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN (Studi Kasus Di daerah Sentra Produksi Bawang di Kab. Nganjuk) Sri Hindarti* *Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Islam Malang Imail:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan kelompok tani melalui pelatihan dan pendampingan penerapan teknologi pengolahan dan pasca panen serta akses pasar bawang merah. Penelitian dilakukan di Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk dengan alasan lokasi tersebut merupakan salah satu daerah sentra produksi bawang merah di Jawa Timur dengan jumlah responden 30 orang petani bawang merah. Penelitian dilakukan selama dua tahun, tahun pertama dilakukan mulai April 2014 sampai dengan Oktober 2015. Penelitian tahun pertama bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk penanganan pasca panen pada usahatani bawang merah, menyusun model kelembagaan pasca panen dan menghitung pendapatan usahatani tani bawang merah sebelum dan sesudah menerapkan praktik pasca panen. Penelitian tahun ke dua bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan penanganan pasca panen dan pengolahan hasil melalui pelatihan pengolahan hasil, mengetahui respon petani terhadap model kelembagaan penanganan pasca panen dan pengolahan hasil. Metode penelitian yang digunakan adalah tahun I pendekatan survey dan tahun II pendekatan kuantitif diskriptif. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah diskriptif kuantatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 20% petani bawang merah di Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk menerapkan praktik pasca panen, yakni melakukan pembersihan, pengikatan, pengeringan, grading, pengemasan, penyimpanan , pemberian bahan kimia (kalsium) dan transportasi. Dengan penerapanan praktik pasca panen ini dapat meningkatkan efisiensi usahatani bawang merah dari 1.52 menjadi 2,08, artinya keuntungan usahatani meningkat sebesar 36,84%. Selama ini petani bawang merah belum mengorganisir kegiatan pasca panen dalam kelompok tani tetapi masih berjalan sendiri-sendiri. Oleh karena itu telah disusun Model Kelembagaan Pasca Panen, Pengolahan Hasil dan Kemitraan Usaha Berbasis Pendekatan Kelompok (Gapoktan) agar dapat mengatasi permasalahan tehnis, ekonomi dan sosial petani dalam mengembangkan praktik pasca panen dan pengolahan hasil. Kata Kunci: Pasca Panen dan Pengolahan Hasil, Bawang Merah, Model.
PENDAHULUAN
merah ini meningkat sekitar 5% setiap
Latar Belakang
tahunnya sejalan dengan bertambahnya
Di lihat dari segi ekonomi, usaha
jumlah penduduk dan berkembangnya
bawang merah cukup menguntungkan
industri olahan. Selain itu peluang
serta mempunyai pasar yang cukup luas.
ekspor bawang merah segar masih
Konsumsi bawang merah penduduk
terbuka luas, selain akibat peningkatan
Indonesia
konsumsi,
650.000
pada
saat
ini
mencapai
ton, dan konsumsi bawang
peningkatan
pemanfaatan
bawang merah untuk terapi kesehatan.
72
Musim panen (tanam) bawang merah di
bulan Desember 2011 sebesar 20,86 %,
Indonesia saling melengkapi dengan
yang
negara lain, dalam arti, bilamana di
penyimpangan harga bawang merah
negara lain misalnya daratan China
bulanan dalam jangka waktu satu tahun
sedang musim tanam, maka di Indonesia
terakhir berada dalam kisaran dalam
sedang panen raya, dan sebaliknya.
kisaran +20,86 % dari harga rata-rata
Sehingga kondisi ini memberi peluang
nasional dalam periode tersebut. Untuk
masuknya bawang merah impor bawang
periode bulan Desember 2010 sampai
merahal dari China, Philipina dan India
dengan bulan Desember 2011, harga
masuk secara ilegal maupun illegal, atau
rata-rata bawang merah nasional yaitu
sebaliknya
peluang
sebesar Rp.19.243/kg, dengan fluktuasi
ekspor
dapat
memberi
artinya
adalah
rentang
bawang
merah
bilamana
harga yang menurun sejak bulan Juli
dan
kebutuhan
industri
2011 hingga Desember 2011. Penurunan
bawang merah dalam negeri telah
harga ini disebabkan karena panen
dipenuhi
Jenderal
berlangsung bersamaan di beberapa
Hasil
wilayah Jawa tengah, Jawa Timur dan
konsumsi
Pengolahan
(Direktoat Dan
Pemasaran
Pertanian,2006).
Jawa Barat. Produksi bawang merah
Bawang merupakan salah satu
lokal meningkat akibat perluasan lahan
komoditas yang memiliki fluktuasi yang
produksi. Selain itu pasokan bawang
relatif tinggi. Fluktuasi harga bawang
meningkat bukan hanya bawang merah
dapat disebabkan oleh pasokan impor,
dari produksi lokal, tetapi juga bawang
harga impor bawang merah dan harga
impor yang masuk di wilayah Brebes,
pupuk. Dari ketiga faktor tersebut yang
yang merupakan salah satu sentra
memberikan
besar
penghasil bawang di Indonesia (Fitri
adalah harga impor bawang merah.
Prima Nanda, Ira mega dan Iqlima
Selain itu yang menyebabkan harga
Idayah, 2011). Strategi pengembangan
bawang merah berfluktuasi adalah masa
di lini off-farm diawali dengan perbaikan
panen dimana saat panen besar produksi
teknologi pengolahan untuk mendukung
melimpah
menjadi
pengembangan industri hilir bawang
rendah,sebaliknya saat produksi rendah
merah (skala rumah tangga maupun
harga menjadi tinggi. Secara rata-rata
industri), misalnya industri irisan kering,
nasional, fluktuasi harga bawang cukup
irisan basah/utuh, pickles/acar, bawang
tinggi yang diindikasikan oleh koefisien
goreng, bubuk bawang merah, tepung
keragaman harga bulanan untuk periode
bawang
bulan Desember 2010 sampai dengan
bawang
pengaruh
harga
paling
merah, merah,
oleoresin, dan
minyak pasta.
73
Pengembangan industri hilir diarahkan untuk
meningkatkan
Rumusan Masalah
efisiensi
Berdasarkan kondisi tersebut,
pengolahan bawang merah (Litbang
pada
Pertanian, 2006).
disusunlah
Namun
program
ini
masih
menghadapi banyak kendala di lapangan yakni
(1)
tahun
permasalahan
pertama penelitian
sebagai berikut : 1.
Bagaimanakan penanganan pasca
penanganan
panen dan tehnologi pengolahan
pascapanen umumnya masih belum
hasil yang dilakukan petani selama
dilakukan secara baik oleh petani; (2)
ini?
industri
kegiatan
penelitian
pengolahan
belum
banyak
2.
Bagaimanakah
berkembang dan masih terbatas pada
prasarana
industri
pengolahan
rumah
tangga;
(3)
sistem
jaminan mutu belum tersosialisakan dengan baik dan merata; (4) sarana
sarana
pasca
panen
dan dan
hasil bawang merah
yang dimiliki oleh petani? 3.
Bagaimana
kelembagaan
pasca
pasca panen, pengolahan dan pemasaran
panen dan pengolahan hasil petani
tersedia secara terbatas dan umumnya
bawang merah selama ini?
masih tradisional; (5) tataniaga bawang
4.
Bagaimana
model
kelembagaan
merah umumnya masih dikuasai oleh
pasca panen dan pengolahan hasil
tengkulak/pedagang
yang sesuai?
kelembagaan
petani
besar;
(6)
bawang
merah
5.
Berapa tingkat efisiensi usahatani
seperti asosiasi belum berfungsi secara
bawang
optimal dan lembaga permodalan belum
menerapkan dan yang menerapkan
tersedia; (7). skala usaha relatif kecil;
praktik penanganan pasca panen?
(8). distribusi bawang merah belum berjalan
dengan
pengembangan
baik;
(9).
penanganan
pasca
merah
yang
tidak
Tujuan Penelitian Berdasarkan
latar
belakang,
pertama
bertujuan
penelitian
tahun
panen, pengolahan dan sistem jaminan
untuk
(1)
mutu;
dan
penanganan pasca panen bawang merah,
dan
(1) mengetahui sarana dan prasarana
Jenderal
pasca panen dan pengolahan hasil pada
(10)
perbaikan pemasaran Pengolahan
pengembangan
sistem
distribusi
(Direktoat Dan
Pertanian, 2006).
Pemasaran
Hasil
:
usahatani
mengetahui
bawang
merah,
praktik
(3)
mengetahui kelembagaan pasca panen dan pengolahan hasil bawang merah, (4) menyusun model kelembagaan pasca panen dan pengolahan hasil usahatani
74
bawang merah dan (5) menghitung
diharapkan mampu mewakili populasi
tingkat efisiensi
dalam penelitian, dan populasi atau
merah
usahatani bawang
tidak
menerapkan
dan
menerapkan praktik pasca panen. Sedangkan
universe ialah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan
penelitian
tahun
diduga.
Menurut Teken dalam Masri
kedua bertujuan untuk : (1) untuk
Singarimbun dan Sofyan Efendi, (1987),
meningkatkan kapasitas kelembagaan
dalam penyusunan sampel perlu disusun
pengolahan
pelatihan
kerangka sampling yaitu daftar dari
pengolahan hasil, (2) mengetahui respon
semua unsur sampling dalam populasi
petani terhadap model kelembagaan
sampling, dengan syarat: (1) harus
penanganan
meliputi seluruh unsur sampel, (2) tidak
hasil
melalui
pasca
panen
dan
pengolahan hasil.
ada unsur sampel yang dihitung dua kali,
Manfaat Penelitian
(3) harus up to date, (4) batas-batasnya
1.Sebagai bahan pertimbangan bagi
harus jelas, dan (5) harus dapat dilacak
pengambil
kebijakan
pengembangan
dalam
agribisnis
bawang
merah
dilapangan. Adapun tehnik penentuan jumlah sampel dapat menggunakan rumus Taro
2.Sebagai
bahan
informasi
bagi
Yamane:
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini 3.Bagi
peneliti
menjadi
pengembangan
media
kelimuan
dan
pengetahuan
n= Jumlah sample, N= Jumlah Populasi, d² = Presisi yang inginkan (misal 5 % atau 10 %).
METODE PENELITIAN
Tehnik Pengambilan Sampel.
Lokasi Penelitian. Penelitian dilaksanakan Kab.
Kecamatan
Nganjuk.
Sukomoro
Pengambilan
lokasi
tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu sentra produksi bawang merah terbesar di Jawa Timur (BPS Jawa Timur, 2007). bagian
dilakukan menggunakan metode Simple random sampling, pengambilan sample secara acak sederhana, ialah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elemen
dari
populasi
mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih
Penentuan adalah
Sedangkan tehnik pengambilan sampel
Sampel.
dari
Sampel
populasi
yang
menjadi
sample.
Metode
yang
digunakan dengan cara (1) undian
75
(digoncang seperti arisan), (2) ordinal
Analisa Data.
(angka kelipatan), (3) tabel bilangan
menjawab
random.
dilakukan dengan analisa data secara
Menurut (2002),
tujuan
Untuk tahun
pertama
Suharsimi Arikunto
kualitatif diskriptif, sedangkan untuk
jumlah sampel yang diambil
tujuan pada tahun ke dua dilakukan
tergantung
pada
jumlah
populasi,
dengan model logit. Sugiyono (2004),
apabila populasi < 100, maka seluruh
analisis deskriptif adalah statistik yang
anggota populasi digunakan sebagai
digunakan
sampel
dengan
sedangkan
apabila
jumlah
untuk
cara
menganalisa
data
mendeskripsikan
atau
populasinya > 100 maka dapat diambil
menggambarkan
sampel antara 10%-15%.
Setelah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa
kriteria sampel ditentukan yakni petani
bermaksud membuat kesimpulan yang
bawang merah pada Musim Tanam
berlaku untuk umum atau generalisasi.
Hujan (bulan Januari-Mei 2014), tidak
Jadi, analisis deskriptif adalah bagian
diperoleh data jumlah populasi petani
dari statistik yang digunakan untuk
bawang merah
maka
manggambarkan atau mendeskripsikan
ditentukan jumlah sampel sebesar 30
data tanpa bermaksud mengenaralisir
orang.
atau membuat kesimpulan tapi hanya
secara
pasti,
Jumlah ini dianggap telah
memenuhi untuk jumlah sampel dalam
yang
telah
menjelaskan kelompok data itu saja.
suatu penelitian.
Analisis
Pengumpulan Data. Data yang
data
Efisiensi
Usahatani.
Analisis efisiensi usahatani digunakan
digunakan dalam penelitian ini adalah
untuk
data primer dan data sekunder. Data
mengetahui efisiensi usahatani bawang
primer adalah data yang diperoleh
merah sebelum dan sudah menerapkan
langsung dari petani dengan melakukan
penanganan
wawancara
mengetahui efisiensi digaunakan rumus:
yang
menggunakan
telah
disiapkan
kuesioner sebelumnya,
menjawab
tujuan
pasca
4
panen.
yaitu
Untuk
R/C ratio = Total Penerimaan
sedangkan data sekunder diperoleh dari
Total Biaya
instansi-instansi yang terkait seperti
R/C < 1, maka usahatani bawang merah
Kantor Kecamatan, Dinas Pertanian
tidak efisien
Kabupaten Nganjuk. Metode analisis
R/C = 1, maka usahatani bawang merah
data
mencapai titik impas
yang
pertama kuantatif.
digunakan
adalah
untuk
metode
tahun
diskriptif
R/C > 1, maka usahatani bawang merah efisien sehingga layak diusahakan
76
HASIL DAN PEMBAHASAN
merupakan salah satu faktor yang
Karakteristik Responden
berpengaruh dalam cara berfikir dan
Umur Responden
mengambil keputusan penting terkait
Umur responden berada pada
dengan pengelolaan usahatani bawang
kisaran kelompok umur 25-77 tahun.
merah.
Sebaran umur terbanyak adalah pada
seseorang akan semakin luas dalam cara
kelompok umur 36-45 tahun (33%),
berfikir dan menganalisis permasalahan
golongan umur ini termasuk golongan
dalam kehidupannya, sehingga akan
umur produktif, sehingga kondisi ini
berpengaruh terhadap inovasi baru yang
akan menjadi suatu potensi yang baik
di terimanya.
untuk menerima perubahan dan inovasi
Tabel 2. Pendidikan Responden
baru yang disosialisakan. umur
produktif
kisaran
umur
Kelompok
berikutnya
46-55
adalah
tahun
sedangkan terdapat 23%
(27%),
terdiri dari
kelompok umur lebih dari 55 tahun (23%), dan sisanya kelompok umur
NO 1 2 3 4
PENDIDIKAN SD SMP SMA D2 JUMLAH
disajikan pada Tabel 1 berikut:
NO
(tahun)
(orang)
% 63 27 7 3 100
c.Luas Lahan Luas kepemilikan lahan petani responden adalah berkisar antara 0.11 –
Tabel 1. Umur Responden JUMLAH
JUMLAH (orang) 19 8 2 1 30
Sumber : data primer diolah, 2014
17%). Secara rinci umur responden
UMUR
Semakin tinggi pendidikan
4,48 hektar dengan rata 0.88 hektar, tetapi sebagian besar (77%) luas lahan
%
petani responden adalah dibawah 1
1
25-35
5
17
2
36-45
10
33
3
46=55
8
27
2-3 hektar sebanyak 13%, 3-4 hektar
4
> 55
7
23
sebanyak 3% dan lebih dari 4 hektar
30
100,00
JUMLAH
hektar, antara 1-2 hektar sebanyak 3%,
sebanyak 3%. Tabel 3. Luas Kepemilikan Lahan
Sumber : data primer diolah, 2014 b. Pendidikan Responden Sebagian berpendidikan
besar
Sekolah
responden Dasar
(SD)
(63%), sedangkan yang berpendidikan Sekolah Menengah Pertama
(SMP)
sebesar 27%, , Sekolah Menengah Atas
NO 1 2 3 4 5
LUAS LAHAN < 1 Ha 1 < 2 Ha 2 < 3 Ha 3 < 4 Ha > 4 Ha JUMLAH
JUMLAH (Orang) 23 1 4 1 1 30
% 77 3 13 3 3 100
Sumber : data primer diolah, 2014
(SMA) sebesar 7% dan sisanya 3% berpendidikan Diploma 2. Pendidikan
77
d. Jumlah Tanggungan Keluarga
mengubah hasil tanaman ke kondisi lain
Tabel 4. Jumlah Tanggungan Keluarga Rata-rata Responden
atau bentuk lain dengan tujuan dapat
JUMLAH (Orang) 5 20 2 3 30
% 16,7 66,7 6,7 10 100
Sumber : data primer diolah, 2014
(pengawetan),
perubahan
Ke
dalamnya
yang
tidak
termasuk
pengolahan
pangan dan pengolahan industri. Tujuan penanganan pasca panen secara umum adalah agar hasil tanaman dalam
sesuai/tepat
Pengolahan Hasil Petani Bawang
lama
dikehendaki atau untuk penggunaan lain.
tersebut
Kegiatan Pasca Panen Dan
kondisi
untuk
baik
dapat
dan segera
dikonsumsi atau untuk bahan baku
Merah Kegiatan pasca panen atau pasca produksi
(Postproduction)
sebagai
berbagai
diartikan
tindakan
atau
perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian
setelah
panen
sampai
komoditas berada di tangan konsumen. Kegiatan pasca produksi dibagi menjadi dua
lebih
mencegah
JUMLAH TANGGUNGAN KELUARGA 2-3 ORANG 4-5 ORANG 6-7 ORANG 8-9 ORANG JUMLAH
NO 1 2 3 4
tahan
tahap
yakni
(postharvest)
pasca
dan
panen
pengolahan
(processing). Penanganan pasca panen (postharvest) sering disebut juga sebagai pengolahan
primer
(primary
processing), yakni merupakan istilah
pengolahan.
dapat dikonsumsi “segar” atau untuk persiapan
pengolahan
berikutnya.
Umumnya
perlakuan tersebut
mengubah
bentuk
penampakan,
penampilan
kedalamnya
tidak atau
termasuk
berbagai aspek dari pemasaran dan distribusi.
Pengolahan
(secondary
processing) merupakan tindakan yang
dari
penanganan pasca panen berbeda untuk berbagai tanaman. Sedangkan tujuan utama untuk pascapanen
menerapkan teknologi pada
tanaman
bawang
merah adalah mempertahankan kondisi segarnya dan mencegah perubahanperubahan
yang
tidak
dikehendaki
selama penyimpanan, seperti busuk, pertumbuhan akar, buah keriput, dll. Dengan demikian maka mutu lebih terjaga dan mengurangi susut sehingga harga jual lebih tinggi. Bentuk penanganan pasca panen
yang digunakan untuk semua perlakuan dari mulai panen sampai komoditas
Prosedur/perlakuan
pada bawang merah di Kecamatan Sukomoro dibedakan
Kabupaten menjadi
Nganjuk dua
yakni
penanganan segera setelah panen dan pasca panen. Penanganan segera setelah panen
terdiri
dari
pengeringan,
pengikatan dan pembersihan; sedangkan pasca
panen
pengemasan,
terdiri
dari
grading,
penyimpanan,
78
pengangkutan dan pemberian bahan
panen langsung dijual segera setelah
kimia. Dari hasil penelitian di lapang
panen. Hasil selengkapnya penanganan
diperoleh data bahwa hanya 20% (6
pasca
responden) yang melakukan penanganan
Kecamatan Sukomoro disajikan pada
pasca panen, sedang sebanyak 80% (24
Tabel 5 dibawah ini.
panen
bawang
merah
di
responden) tidak melakukan karena hasil Tabel 5. Perlakuan Pasca Panen Pada Usahatani Bawang Merah Di Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk Tahun 2014 NO
MELAKUKAN
JUMLAH (Orang)
%
TIDAK MELAKUKAN
JUMLAH (Orang)
%
TOTAL
1
Pengeringan
6
20
Pengeringan
24
80
30 (100%)
2
Pengikatan
6
20
Pengikatan
24
80
30 (100%)
3
Pembersihan
6
20
Pembersihan
24
80
30 (100%)
4
Grading
6
20
Grading
24
80
30 (100%)
5
Pengemasan
6
20
Pengemasan
24
80
30 (100%)
6
Penyimpanan
6
20
Penyimpanan
24
80
30 (100%)
7
Pengangkutan
6
20
Pengangkutan
24
80
30 (100%)
8
Bahan Kimia
6
20
Bahan Kimia
24
80
30 (100%)
Sumber : data primer diolah, 2014 1). Penanganan Segera Setelah Panen pasca
a.
Pengeringan
(drying)
bertujuan
Sebelum dilakukan penanganan
mengurangi kadar air dari komoditas.
panen
Pada bawang merah pengeringan
seringkali
dilakukan
kegiatan penanganan segera setelah
hanya
panen,
tersebut
mengering. Petani di Kecamatan
berbeda-beda pada setiap hasil tanaman.
Sukomoro melakukan kegiatan ini
Tindakan tersebut bila tidak dilakukan
khususnya untuk tanaman bawang
segera, akan menurunkan kualitas dan
merah yang dijual dalam bentuk
mempercepat
bibit,
dimana
tindakan
kerusakan
sehingga
dilakukan
sampai
sedangkan
yang
kulit
untuk
komoditas tidak tahan lama disimpan.
konsumsi lebih banyak yang dijual
Pada tanaman bawang merah perlakuan
langsung tanpa melalui pengeringan
tersebut dilakukan oleh petani yang
terlebih dahulu.
ingin menjual hasil tanaman bawang
b. Pengikatan (bunching) dilakukan pada
merah sebagai bibit yakni hanya 20%
bawang merah dengan tujuan untuk
dari responden, sedangkan yang menjual
memudahkan
bawang
penyimpanan dan pemindahan serta
merah
konumsi
tidak
melakukan. Perlakuan tersebut antara
penanganan
dalam
mengurangi kerusakan.
lain adalah :
79
c. Pembersihan ( cleaning, trimming)
panennya kepada para tengkulak yang
yaitu membersihkan dari kotoran
setiap hari berkeliling mencari tanaman
atau mengambil bagian-bagian yang
bawang
tidak
dikehendaki
tangkai
atau
panen,
selanjutnya
para
yang
tidak
melakukan
fungsi
standarisasi.
Model penjualan dengan
2).Penanganan Pasca Panen
meliputi pekerjaan
siap
daun,
akar
umum
yang
seperti
dikehendaki. Secara
merah
menggunakan
pasca
tengkulak
yang
grading
dan
sistem
borongan
panen
berdasarkan taksiran yang dibuat oleh
yaitu Grading
para tengkulak. Hal ini mereka lakukan
(pengkelasan)
dan
standarisasi,
dengan beberapa alasan diantaranya
pengemasan
dan
pelabelan,
tidak mau repot, kebutuhan uang yang
penyimpanan dan pengangkutan serta
mendesak, belum menguasai tehnologi
pada beberapa komoditas ada yang
pasca panen dan pengolahan hasil
diberi perlakuan tambahan antara lain :
bawang merah, tidak memiliki sarana
pemberian bahan kimia.
dan prasarana perlakuan pasca panen
a. Grading dan Standarisasi
dan pengolahan hasil.
Grading
adalah
pemilahan
berdasarkan kelas kualitas. Biasanya
b.
Pengemasan
/
pengepakan
/
pembungkusan
dibagi dalam kelas 1, kelas 2, kelas 3
Penanganan
pasca
dan seterusnya, atau kelas A, kelas B,
berikutnya
kelas C dan seterusnya. Pada beberapa
Keuntungan dari pengemasan yang baik
komoditas ada kelas super-nya. Tujuan
adalah (1) melindungi komoditas dari
dari tindakan grading ini adalah untuk
kerusakan mekanis (gesekan, tekanan,
memberikan nilai lebih ( harga yang
getaran),
lebih tinggi) untuk kualitas yang lebih
(temperatur, kelembaban, angin), dari
baik. Standard yang digunakan untuk
kotoran / pencemaran (sanitasi) dan dari
pemilahan (kriteria ) dari masing-masing
kehilangan
kualitas tergantung dari permintaan
memudahkan
pasar. Dari hasil wawancara dengan
penanganan, (4) penggunaan berbagai
petani responden diketahui bahwa para
fasilitas
petani bawang merah di Kecamatan
penanganan,
Sukomoro hanya 20% yang melakukan
kesinambungan dalam penanganan, (6)
dan
meningkatkan
sebagian
besar
(80%)
tidak
adalah
panen
dari
pengemasan.
pengaruh
lingkungan
(pencurian),
(2)
pengontrolan
pengemasan (5)
memudahkan memberikan
pelayanan
pemasaran
mereka
konsumen (pengemasan dalam skala
langsung
hasil
praktis
dalam
melakukan kegiatan grading karena menjual
yaitu
dan
untuk
80
kecil), lebih menarik, dapat untuk
Kecamatan Sukomoro diketahui bahwa
menyampaikan informasi produk yang
kegiatan
dikemas,
penggunaan label dapat
dilakukan oleh petani bawang merah
menerangkan cara penggunaan dan cara
yang ditujukan untuk bibit yakni 20%
melindungi
dikemas,
dari responden, sedangkan petani yang
biaya
mmenjual hasil panen untuk konsumsi
produk
mengurangi
/
yang menekan
transportasi / biaya tataniaga.
Sukomoro
hasil
hanya
tidak melakukan kegiatan penyimpanan
Pada tanaman bawang merah di Kecamatan
penyimpanan
hasil tetapi kegiatan ini dilakukan oleh
kegiatan
para tengkulak. Penyimpanan dilakukan
pengemasan sebagian besar responden
dengan menggantung bawang merah di
(80%) tidak dilakukan oleh petani
plafon teras rumah atau di letakkan pada
karena hasil panen dijual langsung di
widig bambu yang terhampar di halaman
sawah setelah panen.
Kegiatan ini
rumah dan ditutupi dengan penutup
hanya dilakukan oleh 20% responden
bambu/plastik untuk melindungi dari
terutama responden yang berusahatani
hujan.
bawang merah untuk dijual sebagai bibit
penyimpanan dilakukan di rumah sendiri
pada musim tanam yang akan datang,
sehingga
dengan
diperhitungkan.
membungkus bawang merah
dengan jaring plastik dengan berat 25penanganan
biaya
penelitian
karena
penyimpanan
tidak
4). Pengangkutan
50/kilogram. Sedangkan responden yang tidak melakukan, maka
Dalam
Pengangkutan
umumnya
diartikan sebagai penyimpanan berjalan.
pasca panen ini dilakukan oleh para
Semua kondisi
tengkulak bawang merah.
penyimpanan pada komoditas yang
3). Penyimpanan (Storage operation)
diangkut
Tujuan
melakukan
harus
diterapkan.
Faktor
kegiatan
pengangkutan yang perlu diperhatikan
penyimpanan adalah memperpanjang
adalah fasilitas angkutannya, jarak yang
kegunaan
ditempuh atau lama perjalanan
(dalam
meningkatkan
beberapa
kualitas),
kasus,
menampung
, kondisi jalan dan kondisi lingkungan
produk yang melimpah, menyediakan
selama
pengangkutan,
komoditas tertentu sepanjang tahun,
“bongkar-muat”
membantu dalam pengaturan pemasaran,
Kegiatan pengangkutan hanya dilakukan
meningkatkan keuntungan finansial bagi
oleh 20% responden sedang sisanya
produsen dan mempertahankan kualiatas
tidak melakukan tetapi dilakukan oleh
dari komoditas yang disimpan. Dari
para tengkulak.
hasil wawancara dengan responden di
responden menjual langsung hasil panen
yang
perlakuan diterapkan.
Hal ini disebabkan
81
di
sawah
kepada
tengkulak
yang
bawang merah untuk konsumi, yakni Rp
mendatanginya.
12.000,-/kg untuk konsumsi dan Rp
5). Pemberian bahan kimia:
15.000-Rp. 25.000,-/kg untuk bibit.
Berbagai
tujuan
pemberian
bahan kimia, antara lain Insektisida atau
Sarana dan Prasarana Pasca Panen Dan Pengolahan Hasil
fungisida untuk mencegah serangan
Dari hasil pengamatan dilapang
hama dan penyakit setelah panen,
diketahui bahwa sebagian besar (80%)
pemberian kapur untuk menghambat
responden tidak memiliki sarana dan
pertunasan,
prasarana pasca panen dan pengolahan
Hasil wawancara kepada para petani bawang
merah
sedangkan 20
%
responden
konsumsi
memiliki sarana dan prasarana yang
diperoleh hasil bahwa sebagian besar
relatif masih sederhana seperti tempat
petani menjual langsung hasil panen
penyimpanan hasil.
Model
tanaman bawang merah kepada para
penyimpanan
secara
umum
pedagang yang setiap hari mendatangi
dilakukan
membuat
meja
kerumah-rumah
petani
panjang dari anyaman bambu (disebut
sehingga tidak melakukan penanganan
widig) di halaman sekitar rumah atau di
pemberian bahan kimia. Pemberian
plafon teras depan/ belakang
bahan kimia yakni Calsium dilakukan
untuk meletakkan bawang merah yang
oleh
telah diikat dan ditaburi oleh Calsium
petani
untuk
hasil,
atau
sawah
sebanyak
20%
dari
hasil
dengan
rumah
responden yang menjual untuk bibit.
terlebih dahulu.
Tujuan
dengan tutup sesek untuk menghalangi
adalah
untuk
mengawetkan
Selanjutnya ditutup
sehingga bawang merah tetap segar dan
dari air hujan.
siap ditanam.
bawang merah dapat dismpan samapi 6-
bibit
Seperti diketahui bahwa
bawang merah di
Sukomoro
8
bulan
Dengan
sampai
cara
periode
Kabupaten Nganjuk dikenal memiliki
berikutnya.
kualitas yang baik dan di gunakan oleh
sangat rentan apabila terjadi hujan.
petani bawang merah di daerah lain di Indonesia.
Dengan alasan inilah para
ini tanam
Model penyimpanan ini
Bawang merah merupakan salah satu hasil pertanian jenis hortikultura
petani melakukan penanganan pasca
yang
dibutuhkan
panen untuk menyimpan hasil yang akan
Indonesia
dijual sebagai bibit di musim yang akan
masakan, yang dapat diolah menjadi
datang. Model ini lebih disukai petani
bermacam bentuk hasil olahan seperti
karena harga jual bibit bawang merah
bawang goreng, pasta bawang merah,
lebih tinggi dibandingkan harga jual
krupuk bawang dll. Diantara berbagai
sebagai
oleh
masyarakat
bumbu
aneka
82
bentuk pengolahan tersebut belum ada
dirancang
responden yang melakukan dikarenakan
bawang merah.
belum memiliki pengetahuan (tehnolgi)
Kelembagaan Pasca Panen Sebelum
dan
Penelitian
fasilitas
pengolahan
yang
model
kemitraaan
usaha
dibutuhkan.
Tiga kunci kelembagaan adalah
Kemitraan
: nilai dan norma, pola perilaku yang
Pemasaran termasuk salah satu
dibakukan (disebut prosedur umum) dan
faktor yang seringkali menjadi kendala
sistem hubungan yakni peran dan status
dalam
yang menjadi wahana melaksanakan
melakukan
termasuk
dalam
kegiatan agribisnis
usaha, bawang
perilakusesuai
prosedur
umum.
merah. Oleh karena perlu dilakukan
Lembaga adalah adalah suatu himpunan
upaya untuk membantu meningkatkan
atau tatanan norma–norma dari segala
akses pasar hasil produksi bawang
tingkatan yang berkisar pada kebutuhan
merah petani.
pokok di dalam kehidupan masyarakat
sering
Salah satu upaya yang
dianggap
kendala
ampuh
pemasaran
mengatasi dengan
Nilai dan norma pasca panen
pemasaran.
yang berlaku dalam usahatani bawang
pesamaran
merah selama ini sebagian besar (80%)
diharapkan pasar hasil dan harga jual
masih berorientasi pada pada produksi
produk terjamin, sehingga diharapkan
belum
pendapatan meningkat. Kemitraan dapat
sehingga responden belum termotivasi
dibangun
untuk
membangun Dengan
adalah
(Soerjono Soekanto, 2002).
kemitraan kemitraan
melalui
Kelompok
Tani
berorientasi melakukan
kepada kegiatan
praktik
panen
apalagi
disetiap wilayah yang tergabung dalam
penanganan
pasca
Gapoktan.
pengolahan.
Dengan
Selanjutnya
Gapoktan
pasar,
tersebut
dan
melakukan kemitraaan dengan industri
pertimbangan kebutuhan uang tunai
dan pasar.
yang mendesak, responden menjual
Untuk bawang merah di
Kecamatan Sukomoro belum dilakukan
langsung
hasil
panennya
kemitraan, baik dengan industri maupun
tengkulak tanpa melakukan penanganan
pasar lokal, regional maupun nasional.
pasca panen. Dengan kondisi tersebut
Bentuk hubungan dagang yang terjalin
terbangun hubungan pemasaran antara
hanya bersifat sesaat yakni saat ada
responden sebagai produsen dengan
permintaan dan barang tersedia. Oleh
tengkulak
karena itu dalam rangka pengembangan
memberikan
di masa yang akan datang perlu untuk
pemasaran
sebagai
pembeli
kemudahan dengan
kepada
jalan
yang dalam
tengkulak
mendatangi responden di sawahnya.
83
Petani
bawang
merah
selama
ini
melakukan kegiatan pasca panen sendiri
tanpa
ada
organisasi
formal
yang
menaungi. Strategi Pengembangan Kelembagaan
Model Pengembangan Kelembagaan
Pasca Panen dan Pengolahan Hasil
Pasca Panen dan Pengolahan Hasil dan Kemitraan Usaha
Untuk
melaksakan
pengembangan
penanganan
permasalahan Permasalahan Penanganan
Pengembangan Pasca
Panen
dan
Pengolahan Hasil Bawang Merah
pengolahan
diketahui
permasalahan panen,
pengolahan
hasil
dapat
dan
ditempuh
1. Strategi Pendekatan Wilayah melaui Penumbuhan dan Pengembangan
beberapa
pengembangan
hasil
panen
melalui tiga cara yakni:
Hasil identifkasi dan analisis lapangan
pasca
Kelembagaan (Kecamatan) Pasca
pasca
Panen
berbasis
Kelopmpok
yang
(Gapoktan) dan Kemitraan Usaha
dikelompokkan menjadi tiga, yakni :
antara Gapoktan dengan Industri
1) Masalah
dan Pasar.
Teknis
:
tingkat
pengetahuan dan kesadaran petani di bidang teknis dan penanganan terbatas,
pasca
2. Strategi Pendekatan Sarana Prasarana
manajemen panen
introduksi
melalui
masih
sarana
Penyebaran
dan
tenaga yang terampil
dan
Optimalisasi
Pemanfaatan Sarana dan Teknologi
teknologi pasca panen belum ada, kurangnya
Pengembangan,
Pasca Panen. 3. Strategi Pendekatan Sumberdaya
dalam peralatan pasca panen.
Manusia (SDM) melaui Pembinaan,
2) Masalah Ekonomi : daya beli alat
Penyuluhan,
Bimbingan
dan mesin pasca panen rendah, harga
Pelatihan,
alat mesin pasca panen relatif masih
Supervisor dan Pengawalan.
Teknis,
Pendampingan,
mahal, belum tersedianya skim kredit
Langkah Operasional Pengembangan
khusus untuk pengadaan/usaha alsin
1)
pasca
panen,
kemampuan
Penyelamatan/
daya simpan produk dan penurunan
permodalan masih rendah, kurangnya
kehilangan/susut
informasi pasar sehingga akses pasar
kegiatan :
dan pemasaran terbatas.
a)
3). Masalah Sosial : kebutuhan petani akan uang tunai untuk keperluan
memperpanjang
menumbuh
hasil,
dengan
kembangkan
kelembagaan pasca panen berbasis gapoktan
keluraga yang mendesak .
84
b) meningkatkan kemampuan dan
Berdasarkan hasil identifikasi
ketrampilan petani dibidang teknis
dan analisis masalah yang dilakukan
dan manajemen penanganan pasca
dalam kegiatan usahatani bawang merah
panen
di Kecamatan Sukomoro khususnya
c) pengadaan dan penyaluran alat
tentang perlakuan pasca panen dan
mesin pasca panen tepat guna
pengolahan hasil bawang merah maka
melalui dana APBN/APBD maupun
disusunlah
Swasta, d) pengembangan unit
kelembagaan
pelayanan jasa alat mesin pasca
pengolahan hasil.
panen. 2)
panen
dan
dibedakan menjadi dua tahapan yakni
dengan kegiatan : a) Grading
dan
tahap penanganan segera setelah panen
House
serta
dan tahap pasca panen. Perlakuan yang
berbasis
jaminan
diberikan segera setelah panen meliputi
mutu produk, b) Bimbingan teknis
pengikatan, sortasi dan pengeringan.
dan manajemen penerapan SOP dan
Perlakuan
GHP penanganan pasca panen.
pembersihan,
Fasilitasi pemanfaatan modal baik
pengepakan/pengemasan dan labeling,
melalui
pengangkutan
skim
kridit
perbankan
pasca
panen
meliputi grading,
dan
pemasaran.
(KUMP/KKP/KUR) dan BLM atau
Pemasaran dapat dilakukan melalui dua
Dana Bantuan Sosial.
cara yakni menjual kepada konsumen
Pelatihan,
Bimbingan
Pendampingan,
Teknis,
supervisor
dan
pengawalan 5).
pasca
Peningkatan kualitas/mutu hasil,
pergudangan
4).
pengembangan
Penanganan pasca panen dapat
Packaging
3)
model
Menjalin
akhir di pasar dan menjalin kemitraan pemasaran dengan industri pengolah bawang goreng atau warung /restauran
Kerjasama
Kemitraan
/pengusaha
catering,
eksportir.
Usaha antara Gapoktan dengan
Keuntungan penanganan pasca tersebut
perusahaan agroindustri di daerah.
adalah dapat menjaga kualitas bawang
6). Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
merah, memudahkan pemasaran dan harga jual lebih tinggi sehingga akan
Model Kelembagaan Pasca Panen,
dapat
meningkatkan
Pengolahan Hasil dan Kemitraan
Selama ini petani hanya bertindak
Usahatani Bawang Merah
sebagai
Permaslahan pasca panen, pengolahan
dalam mengelola usahataninya. Kondisi
hasil dan pemasaran sering diabaikan
demikian
produsen menyebabkan
keuntungan. sehingg rendahnya
dan tidak menjadi perhatian utama.
85
keuntungan yang diterima petani dari
Berazaskan
kegiatan produksi yang dilakukannya. Pendekatan
baru
keterpaduan
Keterpaduan
dalam
Hulu
-
Keterpaduan wilayah
: Hilir,
sehingga
pengembangan usahatani menekankan
memenuhi skala ekonomi usaha
pentingnya petani untuk tidak hanya
(economy of scale) dan Hubungan
bertindak sebagai produsen namun juga
Gapoktan
menjadi pemasok atau “supplier”. Petani
terjalin dalam suatu
harus dilibatkan sebagai pemasok pasar
usaha/ sistem agribisnis terpadu
dalam
pengembangan
Marketing System. menyelesaikan
Farm-Gate
Pendekatan dalam
permasalahan
pasca
panen dan pengolahan serta pemasaran hasil
dapat
pendekatan
dilakukan kelompok,
dan Industri
akan
kemitraan
Analisis Efisiensi Usahatani Bawang Merah Yang Tidak Menerapkan a. Biaya Tetap Usahatani Bawang Merah
melalui
Biaya tetap dalam usahatani
dimana
bawang merah terdiri dari sewa lahan
GAPOKTAN harus menjadi basis dan
dan
landasan peningkatan daya saing, nilai
cangkul, sprayer, parang dan timba.
tambah, posisi tawar, dan peningkatan
Tabel 6. menyajikan besarnya biaya
pendapatan.
Farm-Gate
tetap pada usahatani bawang merah.
Marketing System kegiatan usahatani
Rata-rata biaya tetap per Hektar adalah
bawang
Rp. 682.500,00, sedangkan rata-rata
Dalam
merah akan dikembangkan
biaya
penyusutan
alat
seperti
sehingga :
sewa lahan Rp. 500.000,-, rata-rata
1. Terjadi integrasi yang kuat dalam
pemakaian cangkul selama 24 bulan
jaringan pemasaran lokal, wilayah
sebesar Rp 66.667,-, rata-rata pemakaian
dan nasional dan orientasi pasar
sprayer selama 60 bulan sebesar Rp.
bersifat domestik, subsitusi impor,
53.333,- rata-rata pemakaian parang
maupun pengembangan ekspor.
selama 24 bulan sebesar Rp. 20.833,-
2. Berbasis
pada
Komparatif
Keuntungan (Comparative
dan pemakaian timba selama 12 bulan sebesar Rp. 41.667,-.
Advantage) wilayah untuk komoditas unggulan
(one
village
one
commodity).
86
Tabel 6. Rata-rata Biaya Tetap per Hektar per Musim Tanamn pada Usahatani Bawang Merah di Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk, 2014
NO
URAIAN
HARGA BELI (Rp)
JUMLAH
UMUR EKONOMIS (bulan)
PENYUSUTAN (RP)
1
Sewa Lahan
500.000
2
Cangkul
4
100.000
24
66.667
3
Sprayer
2
400.000
60
53.333
4
Parang
5
25.000
24
20.833
5
Timba
5
25.000
12
41.667
Jumlah
682.500
Sumber : data primer diolah, 2014 b. Biaya Sarana Produksi Usahatani
jumlah
Bawang Merah
kg/hektar dengan nilai Rp 406.667,-,
Sarana
produksi
untuk
pupuk
rata-rata
urea
pupuk
ZA
sebesar
sebesar
203
365
melakukan usahatani bawang merah
kg/hektar dengan nilai Rp. 584.000,- dan
terdiri bibit, pupuk urea, ZA, NPK, SP
rata-rata
36, pupuk kandang dan insektisida dan
kg/hektar dan SP 36 sebesar 201
fungisida. Jumlah penggunaan sarana
kg/hektar.
produksi
digunakan dengan jumlah 21 liter/hektar
usahatani
bawang
merah
pupuk
NPK sebesar
750
Untuk insektisida rata
dijelaskan pada Tabel 7. Rata-rata
dengan
jumlah bibit bawang merah per hektar
fungisida sebesar 23 liter dengan nilai
adalah
Rp 1.141.667,-.
893
11.967.500,-.
kg
dengan Sedangkan
nilai
Rp
nilai
Rp.
1.066.667,-
dan
rata-rata
Tabel 7. Rata-rata Biaya Sarana Produksi per Hektar Per Musim Tanam Usahatani Bawang Merah Di Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk, 2014 Tahun NO 1 2
URAIAN Bibit (kg) Pupuk : Urea (kg) ZA (kg) NPK (kg) SP36 (kg) Pupuk kandang (kg) 3 Insektisida (liter) 4 Fungisida (liter) JUMLAH Sumber : data primer diolah, 2014
JUMLAH 893
RP/UNIT 13.400
TOTAL (Rp) 11.967.500
203 365 750 201 4.000 21 23
2.000 1.400 3.000 2.200
406.667 584.000 2.250.000 442.567 4.000.000 1.066.667 1.141.667 21.859.067
87
c. Biaya Tenaga Kerja
tanam dengan nilai
Rp 500.000,-,
Tenaga kerja dalam usahatani
penyianagan dan penyiraman 10 OHK
bawang merah digunakan mulai dari saat
dengan nilai Rp 500.000 penyiraman,
pengolahan lahan, tanam, penyiangan,
pengendalian
pemeliharaan dan saat panen. Alokasi
pemupukan masing-masing 15 HOK
penggunaan tenaga kerja disajikan pada
dengan nilai Rp 600.000,- dan panen 30
Tabel 8. Jumlah total penggunaan tenaga
HOK dengan nilai Rp 1.200.000,-.
kerja pada usahatani bawang merah
Upah rata-rata adalah Rp 44.285,-/HOK.
adalah 210 hari orang kerja, yang terdiri
Total biaya tenaga kerja sebesar Rp
dari
7.100.000,- /hektar.
50
HOK
dengan
nilai
Rp
hama
penyakit
dan
2.500.000,-pengolahan lahan, 40 HOK Tabel 8.
Rata-rata Biaya Tenaga Kerja per Hektar per Musim Tanamn Usahatani Bawang Merah di Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk, 2014 JUMLAH (HOK) 50 30 10 10 15 10 30 210
NO 1 2 3 4 5 6 7
URAIAN Pengolahan lahan Tanam Penyiangan Penyiraman Pengendalian hama penyakit Pemupukan Panen Jumlah Sumber : data primer diolah, 2014
RP/HOK 50.000 40.000 50.000 50.000 40.000 40.000 40.000
TOTAL (Rp) 2.500.000 1.200.000 500.000 500.000 600.000 600.000 1.200.000 7.100.000
d. Total Biaya Produksi Usahatani Bawang Merah Total biaya produksi usahatani
182.500,-, bibit Rp. 11.967.500,-, Pupuk
bawang merah di Kecamatan Sukomoro
Urea Rp. 406.667,-, ZA Rp. 584.000,-,
adalah sebesar Rp 29.641.567,- dengan
NPK
rincian biaya tetap sebesar Rp. 682.500,-
442.567,-, Rp. Pupuk Kandang Rp.
, biaya variabel sebesar Rp 28.959.067,-
4.000.000,-, Insektisida Rp. 1.066.667,-,
yang terdiri dari sewa lahan Rp.
Fungisida Rp.1.141.667,- dan tenaga
500.000,-,
kerja Rp.7.100.000,-.
biaya
penyusutan
Rp.
Rp.
2.250.000,-,
SP36
Rp.
88
Tabel 9. Rata-rata Biaya Produksi Total Usahatani Bawang Merah NO 1
URAIAN Biaya Tetap Sewa lahan Biaya penyusutan 2 Biaya Variabel Bibit Urea ZA NPK SP36 Pupuk kandang Insektisida Fungisida 3 Tenaga kerja JUMLAH Sumber : data primer diolah, 2014 a. Produksi
dan
Biaya (Rp/Ha) 500.000 182.500 11.967.500 406.667 584.000 2.250.000 442.567 4.000.000 1.066.667 1.141.667 7.100.000 29.641.567
Penerimaan
Usahatani Bawang Merah Tabel 10.
NO
Rp. 15.382.850,- dan R/C Ratio sebesar
Produksi, Penerimaan, dan Efisiensi per Hektar Usahatani Bawang Merah di Kecamatan Sukomoro Kab. Nganjuk Tahun 2014 URAIAN
biaya produksi 29.641.567,- keuntungan
1,52. 2).
Analisis Efisiensi Usahatani
Bawang Merah Yang Menerapkan Pasca Panen Penerapan
JUMLAH
tehnologi
pasca
1
Produksi (kg)
9.035
panen
2
Harga jual (Rp/Kg)
4.983
biaya produksi khususnya biaya tenaga
3
Penerimaan (Rp/Ha)
45.024.417
kerja
4
Biaya produksi (Rp/Ha)
29.641.567
pembersihan,
5
Keuntungan (Rp/Ha)
15.382.850
6
R/C Ratio
1,52
menyebabkan
untuk
kegiatan
meningkatkan
pengeringan,
pengikatan;
grading,
pengemasan, penyimpanan, bahan kimia dan transportasi.
Sumber: data primer diolah, 2014 Rincian
produksi
dan
penerimaan
usahatani bawang merah antara lain produksi 9.035 kg, harga jual Rp. 4.983,-, penerimaan Rp. 45.024.417,-,
89
Tabel 11. Rata-rata Biaya Produksi Total Usahatani NO
URAIAN
1
Biaya (Rp/Ha)
Biaya Tetap
2
Sewa lahan
500.000
Biaya penyusutan
182.500
Biaya Variabel
3
Bibit
11.967.500
Urea
406.667
ZA
584.000
NPK
2.250.000
SP36
442.567
Pupuk kandang
4.000.000
Insektisida
1.066.667
Fungisida
1.141.667
1. Tenaga kerja usahatani
7.100.000
2. Tenaga kerja pasca panen
2.914.020
4
JUMLAH BIAYA PRODUKSI
32.555.587
5
PRODUKSI
9.035
6
HARGA JUAL (Rp/kg)
6000
7
PENERIMAAN (Rp/ha)
67.762.500
8
KEUNTUNGAN (Rp/ha)
35.206.913
9
R/C ratio
2,08
Sumber : diolah dari data primer, 2014 Berdasarkan hasil perhitungan diketahui
1,52, artinya setiap Rp 1,- biaya
bahwa penerapan praktek pasca panen
produksi
menghasilkan nilai R/C ratio sebesar
menghasilkan penerimaan sebesar Rp
2,08, artinya setiap Rp 1,- biaya
1,52,-.
produksi
disimpulkan bahwa penerapan praktik
yang
dikeluarkan
akan
memberikan penerimaan sebesar Rp
pasca
2,08,-.
efisiensi
Nilai ini lebih besar apabila
dibandingkan dengan nilai R/C ratio
yang
dikeluarkan
Dengan
panen dan
demikian
akan
akan dapat
meningkatkan
keuntungan
usahatani
bawang merah sebesar 36,84%.
tidak menerapkan pasca panen yaitu
90
Model Organisasi Penanganan Pasca Panen Dan Pengolahan Hasil Bawang Merah dengan Menggunakan Pendekatan Kelompok (Gapoktan).
Petani/Kelompok Tani
Petani/Kelompok Tani
Pendampingan oleh Diperta
Unit Saprodi & Pembiayaan
Petani/Kelompok Tani
GAPOKTAN
Monitoring & Evaluasi oleh PT
Unit Penyuluhan & Penjaminan Mutu
Unit Pasca Panen Pembersihan Pengeringan Pengikatan Grading /Sortasi
Unit Pengolahan Unit Penyimpanan
Pengolahan Hasil Pengemasan Pelabelan Distribusi
Unit Pemasaran
Mitra Usaha : Industri, pasar lokal, regional dan internasional Gambar 1 . Model Pengambangan Kelembagaan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Bawang Merah dengan Pendekatan GAPOKTAN pada Usahatani Bawang Merah DI kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk
KESIMPULAN DAN SARAN
Nganjuk
Kesimpulan
panen, yakni melakukan pembersihan,
Hasil penelitian menunjukkan
menerapkan praktik
pengikatan,
pengeringan,
pasca
grading,
bahwa hanya 20% petani bawang merah
pengemasan, penyimpanan , pemberian
di Kecamatan Sukomoro Kabupaten
bahan kimia (kalsium) dan transportasi.
91
Dengan
penerapanan
praktik
pasca
panen ini dapat meningkatkan efisiensi usahatani bawang merah dari 1.52 menjadi
2,08;
artinya
keuntungan
usahatani meningkat sebesar 24,34%. Selama ini petani bawang merah belum mengorganisir kegiatan pasca panen dalam kelompok tani tetapi masih berjalan sendiri-sendiri. Oleh karena itu telah disusun Model Kelembagaan Pasca Panen, Pengolahan Hasil dan Kemitraan Usaha Berbasis Pendekatan Kelompok (Gapoktan)
agar
dapat
petani dalam mengembangkan praktik pasca panen dan pengolahan hasil. Saran Sebagai tindak lanjut kegiatan penelitian di tahun yang akan datang adalah melakukan sosialisasi dan uji coba Kelembagaan
Pasca
Panen,
Pengolahan Hasil dan Kemitraan Usaha yang Berbasis Gapoktan serta mengukur respon petani terhadap model. Melalui penerapana model diharapkan
agar
pendapatan dan keuntungan usahatani semakin meningkat dan kesejahteraan petani
meningkat
di
Ari Jumadi K dkk (2010). Distribusi Bawang Merah Dan Bawang Putih Di Kota Banjarmasin. Fakultas Pertanian Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjary. ISSN 20853548. Asosiasi Bawang Merah Indonesia, 2013. Cara Budidaya Bawang Merah. http://asosiasibawangmerah.blog spot.com/2013/01/carabudidaya-bawang-merah.html diakses tanggal 16 April 2013.
mengatasi
permasalahan tehnis, ekonomi dan sosial
Model
http://agritusi.com/archives/458 diakses 20 Maret 2013.
sisi
lain
ketersediaan bawang merah di pasaran tercukupi.
DAFTAR PUSTAKA Anonymous, 2013. Diskusi bawang merah, antara cerita dan derita. Agritusi Farm 19 Maret 2013.
Baswarsiati, 2009. Budidaya Bawang Merah dan Penanganan Permasalahannya. BPPT Jawa Timur. http://baswarsiati.wordpress.co m/2009/04/24/budidayabawang-merah-dan-penangananpermasalahannya/ diakses tanggal 7 Maret 2013. Direktorat Jenderal Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2006. Road Map Pasca Panen, Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Bawang. Jakarta. Fitri Prima Nanda, Ira mega dan Iqlima Idayah, 2011. Tinjauan Pasar Bawang Merah. Kementrian Perdagangan. Edisi Bawang Merah. Desember 2011. Gibson, Jame s L; John M. Ivancevich; dan James H. Donnelly, Jr.,1997, Organizations; Behavior, Structure and Processes., Ninth Edition. J. Dwi Narwoko, 2006. Sosiologi. Teks Pengantar dan Terapan. Kencana Perdana Media Group. Jakarta.
92
Kementerian Pertanian. 2009. Rancangan Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 20102014. http://www.docstoc.com/do cs/38181606/RANCANGANRENCANA-STRATEGISKEMENTERIAN-PERTANIANTAHUN-2010-2014 http://www.docstoc.com/docs/38181606 /RANCANGAN-RENCANASTRATEGIS-KEMENTERIANPERTANIAN-TAHUN-20102014. Diakses tanggal 20 April 2013 Litbang Pertanian, 2006. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah. http://www.litbang.deptan.go.id/s pecial/publikasi/doc_hortikultura/ bawangmerah/bawang-bagianb.pdf diakses tanggal 12 April 2013.
Soerjono Soekanto, 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. UI Press. Jakarta. Sugiyono, 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabet. Bandung Witono Adiyoga, Mieke Ameriana dan Achmad Hidayat, 1999. Segmentasi Dan Integrasi Pasar: Studi Kasus Dalam Sistempemasaran Bawang Merah. Jurnal Hortikultura, Tahun 1999, Volume 9, Nomor (2): 153-163. Yulianti dan Nilam Sari, 2007. Kelayakan Usaha Agroindustri Bawang Goreng Palu Di Kabupaten Donggala. J. Agroland 15 (3) : 216 - 222, September 2008. ISSN : 0854 – 641X
93