KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI GAMBIR DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT
TESIS
Oleh
A. MANAN 057024001/SP
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI GAMBIR DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan dalam Program Studi Pembangunan Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
A. MANAN 057024001/SP
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Judul Tesis
:
Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat
Nama Mahasiswa
:
A. Manan
Nomor Pokok
:
057024001
Program Studi
:
Studi Pembangunan
Menyetujui, Komisi Pembimbing:
Ketua,
Anggota,
(Prof.Dr.M.Arif Nasution,M.A)
(Drs. Lister Berutu, M.A)
Ketua Program Studi,
Direktur,
(Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A)
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)
Tanggal Lulus: 26 Januari 2008
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Telah diuji pada Tanggal 26 Januari 2008
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua Anggota
: Prof.Dr. M. Arif Nasution, M.A : 1. Drs. Lister Berutu, M.A 2. Drs. Zulkifli Lubis, MSi 3. Drs. Irfan MSi. 4. Agus Suriadi, S.Sos, MSi
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
PERNYATAAN
KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI GAMBIR DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT
TESIS
dengan ini saya mengatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 26 Januari 2008
A. MANAN
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Abstrak Gambir merupakan tanaman yang banyak manfaatnya diantaranya untuk bahan obarobatan, kosmetika dan bahan industri sehingga kebutuhan akan gambir selalu meningkat tidak mungkin menurun oleh karananya tanaman ini sebenarnya mempunyai prospek yang cukup cerah tinggal bagaimana petani dan pemerintah menyikapi hal tersebut apakah ingin memajukan pertanian gambir atau hanya ingin tetap berlalu sebagimana biasanya saja bahkan mungkin ingin berpaling kepada tanaman lain yang lebih menjanjikan dan mempunyai perhatian yang lebih misalnya saja tanaman sawit. Yang sudah dimulai dan terdapat di daerah penelitian. Pengusahaan akan Gambir bagi petani tentu saja memang menghasilkan uang dan bisa menutupi untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari mereka namun mengingat Indonesia sebagai pemasok ekspor gambir terbesar di dunia memiliki kebanggaan tersendiri serta tentu saja nilai ekonomi yang tinggi dan penyerapan tenaga kerja yang banyak kiranya perlu tetap dipertahankan malah berusaha untuk ditingkatkan karena kebutuhan akan komoditi tersebut tadi tidak mungkin akan berkurang, Industri pasti akan bertambah, penduduk bertambah banyak yang pada akhirnya kebutuhan akan hasil industri yang berbahan baku dari pertanian gambir bertambah. Sehubungan dengan hal tersebut di atas penelitian ini difokuskan tentang kehidupan sosial ekonomi para petani gambir di Desa Mbinalun, Kecamatan Si Tellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat yang mencakup bagaimana : proses Produksi dan Pemasaran, partisipasi Pemerintah dalam pertanian gambir dan pendapatan serta peningkatan taraf kehidupan sosial ekonomi petani. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dimana penelitian ini menggambarkan dan menganalisis tentang proses produksi dan pemasaran, partisipasi pemerintah dalam pertanian gambir dan pendapatan serta peningkatan taraf kehidupan sosial ekonomi petani. Dari penelitian ini diperoleh hasil dan kesimpulan bahwa dari pertanian gambir, petani dapat memperoleh keuntungan walaupun rendah namun petani tetap mengusahakannya, oleh karena nya peningkatan perhatian pemerintah senantiasa diharapkan sehigga petani tidak berpaling ke tanaman lainnya mengingat gambir adalah salah satu komoditas ekspor pertanian unggulan khas Propinsi Sumatera Utara.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
ABSTRACT
Betel nut is one of the useful plants. It is consumed as the ingredients of medicines, cosmetics, etc. The demand for the betel nut always inclines increase. This profit prospect has to be attended by farmers and government. They should develop this plant and not turn to the other plants. Which have much higher profit and is being cultivated by most of the farmers, such as palm oil. Really, from the betel nut, the farmers may get much money to th earn their daily life.Indonesia as the greatest explorer should mountain and develop it, because this business as high value of economy and can abserb a lot of workers. Be sure that the demand of betel nut will not decrease, together with the increase of population, economy and industry. In connection that with that thing, this study focused about the social economics of the betel nut farmers livelihood in a Mbinalun Kecamatan Si Tellu tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat in include how : The Processing of production and marketing, government participation in a gambir agriculture and income as well as to increase a social economic farmers livelihood. This study using a descriptive methode with a qualitative in wich this study to describe and to analize the process of producing and marketing. Government participation in the betel nut agriculture and to increase the siosial economic farmers livelihood.
From this study, we get the conclusion. The farmer could achieved a profit although it just a few but the farmers still carrying a farm. Because of that the government could increase to show their interest as hope as possible in the result that farmers not turning their choice to the other plants. In the view of betel nut is the export commodity, exclusively from propinsi Sumatera Utara.
Key word: The farmers of betel nut and their economic social life
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT , Tuhan Yang Maha Esa, yang maha pengasih lagi maha penyayang atas segala rahmat dan karunianya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Magister Studi Pembangunan pada Program Magister Studi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan. Dalam penulisan tesis ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, arahan dan masukan dari Dosen Pembimbing, karenanya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Prof.Dr.M. Arif Nasution, M.A sebagai pembimbing utama dan Bapak Drs. Lister Berutu, M.A sebagai pembimbing kedua atas kesediaann dan kesabarannya
memberikan bimbingan, arahan dan masukan sejak
awal hingga selesainya tesis ini. Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Bapak Prof. Chairuddin. P.
Lubis, DTM&H, Sp.A(K) selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara. 2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Subhilhar, M.A, Ph.D dan Bapak Drs. Agus Suriadi, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Program Magister Studi Pembangunan Sekolah
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan untuk
mengikuti
dan
menyelesaikan
pendidikan
Magister
Studi
Pembangunan. 4. Bapak Drs. Zulkifli, Lubis, M.A dan Bapak
Drs. Irfan, MSi sebagai
Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan perbaikan sampai selesainya tesis ini. 5. Ibunda Hj. Aminah Sagala, Ibunda Hj Norhah Nasution (Alm)
dan
Abanganda Mukmin A. Saraan, SH , Syafaruddin Saraan, SE, M.Si dan Adinda Salman Berutu, SH serta istri tercinta Rosnita Deliana Saragih beserta anak-anakku M. Arief Bukhari Saraan, M. Rasyad Ghazali Saraan dan M. Imanuddin Kandias Saraan
yang telah memberikan dorongan, motivasi,
semangat dan do’a selama mngikuti pendidikan sampai selesainya tesis ini. 6.
Seluruh Staf
Pengajar dan Staf
Sekretariat program Magister Studi
Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 7. Bapak Lahuddin Angkat sebagai Kepala Desa dan Informan di Desa Mbinalun Kecamatan Si Tellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat.. 8.. Para rekan dan sahabat Angkatan VII Magister Studi Pembangunan serta staf Perpustakaan USU dan rekan-rekan sejawat FISIP USU. Serta rekanrekan yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu. Akhirnya penulis menyadari bahwa peulisan tesis ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangannya, namun demikiian harapan
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
penulis tesis ini dapat kiranya menambah khazanah ilmu dan bermanfaat bagi semua.
Medan, 26 Januari 2008
(A. Manan)
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP A. MANAN Tempat/Tanggal lahir
: Sidikalang Tahun 1963
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Kemiri Raya I No. 14 A Perumnas Simalingkar Medan
Telepon
: (061) 8361737
Pekerjaan
: PNS FISIP USU
Pendidikan Formal
: 1982-1987 1977-1981 1974-1977 1969-1972 1972-1974
Fakultas Sastra USU SMA Swasta Garuda Medan SMP Negeri 8 Medan SD Negeri Subulussalam NAD SD Swasta Zending Islam Indonesia Medan
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI Halaman
ABSTRAK ……………………………………………………………………i ABSTRTACT …………………………………………………………… . ii KATA PENGANTAR …………………………………………………. iii RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………… vi DAFTAR ISI …………………………………………………………… . vii DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. ix DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… x DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… .xi I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah………………………… 1 1.2. Perumusan Masalah………………………….. 12 1.3. TujuanPenelitian .……………………………. 12 1.4. Manfaat Penelitian ………………………………… 13
II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian .………………………….14 2.2. Jenis dan SistemPertanian …………………… 15 2.3. Gambir ……………………………………….. 16
III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 3.6. 3.7.
IV
Jenis Penelitian ………………………..…… 29 Kerangka Konsep …………………………… 29 Instrumen Penelitian ………………………… 30 Populasi dan Sampel/Informan ……………… 30. Lokasi Penelitian. ……………………………. 30 Waktu Penelitian ……………………………. 30 Teknik Pengumpulan Data … …………… . 32
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sejarah Singkat Desa Mbinalun ………….. 34 4.2. Luas dan Letak Geografi ………………….… 34 4.3. Gambaran Penduduk .………………………… 35
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
4.4. 4.5. 4.6. 4.7.
4.8 4.9 4..10. 4.11. 4.12 4.13 4.14
V
Sarana dan Prasarana …………………………… 38 Sistem Mata Pecaharian ………………………… 41 Berbagai Tanaman Pilihan ………………………. 44 Sistem Produksi ………………………………. 49 4.7.1 .Pembukaan Lahan ………………………… 49 4.7.2. Pembibitan ……………………………… . 51 4.7.3. Penanman dan Pemeliharaan ..…………… 52 4.7..4. Pemanenan ………………………..……… 55 4..7.5 .Pengolahan ………………………… …… 57 Pengelolaan Hasil ……… ………………………...59 Sistem Pemasaran ……………………..………… 61 Pendapatan dari Pertanian Gambir ………..…… 64 Mutu Produksi Gambir …………………………... 65 Intervensi Pemerintah Daerah …………………… 67 Kebijakan Memajukan Industri Pengolahan …..... 71 Kehidupan sehari-hari …………………………... 72
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……………………………………… 73 5.2. Saran …………………………………………….. 74
DAFTAR KEPUSTAKAAN ………………………………………… 75 LAMPIRAN ………………………………………………………… 77
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
Tabel 1
:
Luas dan Produksi Tanaman Gambir Menurut Kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat …………………………….. 10
Tabel 2
:
Jadwal Pelaksanaan Penel.itian ……………….………… 31
Tabel 3
:
Keadaan Penduduk Berdasarkan Etnis ………………….. 36
Tabel 4
:
Komposisi Penduduk Berdasrkan Agama ………………
36
Tabel 5
:
Keadaan Penduduk Berdasarkan Usia …………………..
37
Tabel 6
:
Keadaan Penduduk Menurut Pekerjaan ………………… 37
Tabel 7
:
Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan ……………
Tabel 8
:
Penerimaan Rata-Rata Petani/Tahun Berdasarkan Kategori Lahan …………………………………………………… 59
Tabel 9
:
Jenis Lembaga Pemasaran, Jumlah dan Daerah Operasional 62
Tabel 10
:
Harga Beli Gambir Pada Saluran Pemasaran …………… 63
Tabel 11
:
Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan Bersih per Petan …………………………………………………. 64
Tabel 12
:
Mutu Gambir …………………………………………….. 66
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
39
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar 1
Judul :
Bagan Pengolahan Gambir yang dilakukan Petani
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Lampiran 2 :
Pendapatan Petani dari Produksi Gambir / Bulan ……….. 77 Total Biaya Produksi Gambir Per Petani//Tahun ……….. 78
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Sebagian besar penggunaan lahan di wilayah Indonesia diperuntukkan sebagai lahan pertanian serta hampir 50 % dari total angkatan kerja masih menggantungkan nasibnya bekerja di sektor ini (Dillon, 2004:25) Banyak peluang yang bisa ditangkap dari bidang pertanian, inilah potensi besar yang bisa dipakai untuk membangun negeri ini. Persoalannya, sadarkah bangsa ini akan potensi yang dimilikinya ?. Maukah mengakui bahwa dari pertanian akan bisa meraih kemajuan dan kesejahteraan.. Impian untuk membangun perekonomian seperti negara-negara Barat membuat negeri ini benar-benar melupakan pembangunan pertaniannya. Kebijakan di bidang moneter yang ditandai dengan liberalisasi perbankan membuat pembangunan pertanian seperti tidak lagi dipandang. Padahal pengalaman banyak negara menunjukkan bahwa pertanian bukanlah bidang yang tidak terhormat. Dengan ditopang pembangunan pertaniannya, banyak negara bisa maju. dan
bisa ikut
terlibat menikmati pembangunan. Bidang pertanian sebagai dasar perekonomian kerakyatan yang pada awalnya sangat diandalkan dalam menopang sendi-sendi pembangunan bangsa,pada akhirnya
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
mengalami berbagai gejolak permasalahan. Penyebabnya adalah berbagai kebijakan yang justru menciptakan keadaan yang tidak menguntungkan bagi para petani , misalnya saja kebijakan pangan nasional. Kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah dan diharapkan mampu mengatasi berbagai persoalan pertanian malah bermuara pada permasalahan yang sangat kompleks. Kebijakan-kebijakan tersebut memberatkan para petani sebagai mayoritas pelaku di bidang pertanian. Upaya-upaya yang ditempuh dalam mensejahterakan kehidupan para petani dianggap belum berhasil, karena dalam mengambil keputusan, pemerintah kurang berpihak kepada kaum petani dan cenderung merugikan. Realitas kehidupan sosial ekonomi petani di Indonesia hendaknya perlu dipikirkan sebagai wacana dalam mewujudkan suatu pola pembangunan yang berkeadilan dan bertanggung jawab. Kenyataan objektif yang senantiasa harus diperhatikan ialah: 1. Sekitar 70 % rakyat kita hidup di pedesaan. 2. Hamper 50 % dari total angkatan kerja nasional, rakyat kita menggantungkan nasibnya bekerja di sektor pertanian (Dillon, 2004:25).. Proses-proses pembangunan hendaknya tidak mengabaikan realitas sosial ekonomi yang telah diuraikan di atas dalam menciptakan pemerataan pembangunan di semua wilayah. Paradigma yang mengandalkan tricle down effect telah terbukti gagal dalam mewujudkan pemerataan hasil-hasil pembangunan. Hendaknya pembangunan ke depan diletakkan dalam bingkai growth through equality, yakni suatu pertumbuhan yang didahului oleh pemerataan.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Usaha-usaha pemerintah dalam meningkatkan pendapatan petani, seperti menaikkan harga dasar gabah (HDG) disambut pesimistis oleh para petani padi. Hal ini disebabkan oleh masalah klasik, setiap kenaikan HDG diikuti oleh lonjakan harga kebutuhan pokok petani, seperti pupuk dan sarana produksi lainnya.
Di sinilah
sesungguhnya salah satu akar penyebab terus merosotnya nilai tukar (term of trade) hasil pertanian Indonesia selama ini. Sudah banyak diketahui bahwa merosotnya pendapatan petani padi adalah karena kita menganut pola kebijakan pangan murah untuk mendukung industrialisasi tanpa akar yang kukuh. Desakan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk membebaskan impor beras di Tanah Air yang semakin memperparah keadaan petani padi kita, sebenarnya mempunyai dua tujuan ganda. Pada satu sisi hal ini memungkinkan industrialis menekan upah riil. Di sisi lainnya, kebijakan ini akan membuka pasar bagi ekspor biji-bijian negara maju. Sektor pertanian mempunyai 4 (empat) fungsi yang sangat fundamental bagi pembangunan suatu bangsa, yaitu : 1. Mencukupi pangan dalam negeri 2. Penyediaan lapangan kerja dan berusaha 3. Penyediaan bahan baku untuk industri, dan 4. Sebagai penghasil devisa bagi negara Di samping hal tersebut pembangunan pertanian mengandung aspek mikro, makro dan global. Aspek mikro pertanian diharapkan sebagai proses mewujudkan kesejahteraan masyarakat tani melalui pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha taninya. Aspek makro, pembangunan pertanian diharapkan dapat menyediakan
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
pangan bagi masyarakat
dan menyediakan input bagi kegiatan sosial ekonomi
masyarakat secara berkesinambungan. Sedangkan dari aspek global pembangunan pertanian diharapkan dapat menghasilkan devisa negara dengan tetap menjaga stabilitas pangan dan kebutuhan produk pertanian lain di dalam negeri tanpa harus mengurangi kesejahteraan riil masyarakat tani. Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan oleh negara kita karena sektor pertanian mampu memberikan pemulihan dalam mengatasi krisis yang pernah terjadi. Keadaan inilah yang menampakkan sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang handal dan mempunyai potensi besar untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional. Hal ini terbukti bahwa di tengah prahara krisis yang memporakporandakan perekonomian nasional, sektor ini masih memperelihatkan pertumbuhan yang positif, yaitu sebsar 0,26 %. Sementara sektor-sektor
lainnya,
seperti
industri
pengolahan,
perdagangan
dan
jasa
memperlihatkan pertumbuhan yang negatife masing-masing sebesar -12%,-24%, dan5,7%. Angka sementara Sakernas mengungkapkan bahwa diantara Agustus 1997 hingga Agustus 1998 telah tercipta sekitar lima juta kesempatan kerja baru dalam sector pertanian.
Hal ini diperkuat lagi dengan penelitian terhadap beberapa
komoditas pertanian yang dilaksanakan oleh Asia Foundation pada tahun 1998 terhadap usaha tani produk perkebunan kopi di Lampung dan Lada di Bangka. Hasilnya memperlihatkan bahwa keuntungan usaha tani kedua komoditas ini mengalami kenaikan pada saat krisis dibandingkan sebelum krisis. Keuntungan total
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
rata-rata pertahun usaha tani kopi meningkat sebesar 2,658%, demikian pula halnya dengan lada, yaitu meningkat sekitar 1,134%. ( Dillon, 2004:27). Kejayaan agribisnis di saat ini tidak hanya terlihat pada tingkat usaha tani. Keunggulan sektor pertanian sebagai peredam gejolak ekonomi dapat dilihat dari sumbangan sektor ini pada neraca perdagangan luar negeri. Di balik menurunnya nilai total ekspor kita, surplus perdagangan luar negeri Indonesia telah meningkat dari 6,22 miliar dollar AS pada tahun 1996 menjadi 10,64 miliar doillar AS pada tahun 1997. Meningkatnya surplus ini bersumber dari beberapa hal. Di satu pihak, defisit neraca perdagangan luar negeri sektor non agroindustri dan non-migas menurun dari 12,38 miliar dollar AS pada tahun 1996 menjadi 9,53 miliar dollar AS pada tahun 1997 (. Dillon: 2004:27). Perkembangan yang baik ini hendaknya dapat kita manfaatkan dengan baik dalam membantu petani dan peningkatan produktivitas pertaniannya. Kita tidak ingin tergelincir untuk yang kedua kalinya sebagai akibat meninggalkan sebagian besar warga bangsa kita pada tingkat produktivitas yang demikian rendah. Untuk itu upaya membangun
fondasi
ekonomi
yang
kuat
seharusnya
dititikberatkan
pada
pemberdayaan petani dan buruh tani di pedesaan. Tahapan-tahapan pembangunan pertanian yang selama ini dilakukan belum mengalami kemajuan yang pesat. Untuk itu dibutuhkan terobosan-terobosan baru serta keberanian untuk melakukan reformasi agraria (agrarian reform) dan bukan hanya reformasi lahan (Land reform). Di masa mendatang penghampiran (approach) pembangunan sudah seyogianya mengacu pada kaidah people driven jika kita ingin
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
mewujudkan
suatu
pola
pembangunan
yang
berkeadilan
dan
bertanggungjawab,artinya politik pembangunan nasional benar-benar berpijak pada realitas bangsa saat ini dengan melakukan perubahan seluruh tatanan menuju konsep people driven (menggerakkan orang) dengan cara membuat petani berminat untuk meningkatkan produktivitasnya. Hal ini terkait dengan bagaimana kita mengubah struktur insentif
dan dukungan kepada petani. Apabila tahapan-tahapan
pembangunan pertanian dilakukan dengan benar maka akan terjadi peningkatan dari hanya sekedar negara agraris menjadi negara yang dapat menyediakan jasa bernilai tinggi, dengan melewati tahapan manufacturing. Itu artinya semakin lama jumlah petani semakin sedikit,
tetapi produktivitasnya semakin tinggi. Oleh karenanya,
dengan menciptakan kesempatan kerja di luar sektor pertanian dapat menjadi mata pencaharian guna
meningkatkan pendapatan petani dan upah buruh yang pada
akhirnya akan terjadi peningkatan kesejahteraan petani. Dengan demikian, proses pembangunan benar-benar menjunjung tinggi dimensi keadilan, pemerataan dan kemanusiaan demi meningkatkan kemandirian , harkat, martabat dan kesejahteraan rakyat Indonesia secara keseluruhan. Krisis ekonomi yang telah melanda bangsa Indonesia berdampak pada keadaan perekonomian
yang semakin sulit. Tingginya laju inflasi serta kondisi
ekonomi yang tidak menguntungkan itu akhirnya mendorong kenaikan tingkat bunga nominal dan mengimbus langsung terhadap kegiatan investasi di sektor pertanian. Investasi di sektor ini tentu kian sulit karena butuh waktu yang lama untuk menghasilkan produk yang bisa dijual, disamping adanya faktor ketidak pastian di
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
sektor ini yang senantiasa diterpa oleh iklim yang kurang bersahabat. Satu hal yang perlu dicatat, beberapa waktu yang lalu, tepatnya pada saat kita dilanda krisis moneter, dan pada saat yang sama kita tidak mampu mengatasi dampak kekeringan telah memicu timbulnya dampak negatif terhadap kondisi ketahanan pangan nasional. Dalam pengadaan beras misalnya, untuk tahun 1998/1999 saja, pemerintah harus mengimpor beras sebanyak 2,85 juta ton. Itu belum termasuk kebutuhan kedelai dan bungkil kedelai yang mencapai 1,3 juta ton. Untuk pengadaan beras saja pemerintah harus mengeluarkan dana sebesar 912 juta dollar AS. Dapat dibayangkan seandainya pengadaan pangan impor ini dapat kita penuhi sendiri, setidaknya kita akan dapat menghemat devisa lebih dari 1 miliar dollar AS. Kondisi ini merupakan tantangan bagi kita untuk mencari jalan keluar yang dapat diandalkan guna memulihkan perekonomian kita (Dillon, 2004:29). Beberapa langkah kebijakan yang perlu ditempuh segera adalah sebagai berikut : 1. Kebijakan peningkatan produksi pangan melalui pemberian subsisi input produksi danjaminan harga outputnya. 2. Kebijakan stoknasional antara lain dilakukan dengan mengadakan stok pemerintah yang berasal dari pembelian dalam negeri dan impor. 3. Kebijakan stabilitas harga. 4. Kebijakan pengadaan dan penyaluran 5. Kebijakan impor dan perdagangan melalui sistem tarifikasi yang mempunyai dampak memperbaiki efisiensi produksi dalam negeri tanpa mengorbankan sektor pertanian.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
6. Kebijakan yang benar-benar dapat menjamin peningkatan pendapatan manusia petani Indonesia. Jika investasi di bidang agroindustri dilakukan, yang jelas akan membawa dampak positif ganda dalam perekonomian nasional. Pertama, peningkatan produk subtitusi impor . Pada saat pendapatan riil masyarakat menurun, mereka akan mengalihkan konsumsinya kepada barang-barang subsitusi
yang harganya lebih
murah dan terjangkau. Saat ini merupakan waktu yang tepat untuk mengembangkan produk-produk subtitusi impor. Pengembangan produk ini jelas akan meningkatkan produktivitas petani, sekaligus juga akan menghemat devisa, mendorong pertumbuhan yang merata, serta membantu pengendalian harga pangan dalam negeri. Kedua melalui peningkatan pangsa ekspor produk pertanian dan agroindustri, kita akan dapat meraih devisa dalam jumlah yang jauh lebih besar lagi. Peluang pasar yang begitu besar, baik di dalam negerfi maupun di luar negeri, hendaknya dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi terutama di pedesaan. Sementara itu, peluang pasar internasional cukup besar untuk komoditas perkebunan, perikanan dan sebagian produk hortikultura. Produk-produk agroindustri kita sejauh ini punya peluang cukup besar untuk memasuki kawasan Eropa, Amerika Serikat, Jepang. India dan sebagainya, salah satunya adalah produk gambir. Indonesia menjadi pemasok utama kebutuhan gambir dengan memasok sedikitnya 80 % dari total kebutuhan akan gambir dunia, dengan negara tujuan India, Bangladesh, Pakistan, Singapura, Malaysia, Jepang, Jerman dan
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
beberapa negara Eropa lainnya. Volume ekspor gambir Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.. Walaupun Indonesia merupakan eksportir gambir utama dunia , namun posisi tawar petani gambir di Indonesia masih lemah, harga gambir yang dinikmati petani jauh lebih kecil dari harga yang berlaku di pasaran dunia Internasional
(BPEN,
http//www.Nafid,go.id/berita/index.Php/artc=3243,
03/23/2006). Sebagai pemasok utama, Indonesia berharap gambir menjadi komoditas andalan. Gambir juga merupakan komoditas ekspor tradisional spesifik Sumatera Utara. Permintaan terhadap gambir selalu meningkat sehingga dapat diperkirakan bahwa tanaman gambir mempunyai prospek masa depan yang cerah, namun pengusahaannya menemui kendala-kendala, diantaranya terjadi kendala dalam proses pemasaran di dalam negeri sebelum menjadi komoditas ekspor. Belum ada rantai distribusi yang jelas dari petani sampai industri berbahan baku gambir. Sementara itu, hasil panenan hanya ditampung oleh pedagang perantara saja yang nantinya akan memperdagangkan gambir keluar wilayah Kabupaten Pakpak Bharat.. Selanjutnya mengenai kendala produksi penyebab utamanya adalah sempitnya lahan yang dimiliki oleh para petani. Lahan pertanian di Pakpak Bharat jika dirataratakan hanya seluas 1hektar dan itupun ditanami dengan berbagai jenis tanaman, kemudian hanya dikerjakan sebagai usaha sampingan. Di Pulau Sumatera hanya terdapat tiga daerah yang produksi gambirnya besar, yaitu :Kabupaten Lima Puluh Koto, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Dairi.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
seluruh perkebunan gambir merupakan perkebunan rakyat, belum ada investor yang mencoba mengelola potensi ini. Tanaman gambir merupakan bahan baku industri obat-obatan, cat, batik dan penyamakan kulit, obat luka bakar, obat sakit kepala, obat diare, obat disentri, obat kumur-kumur, obat sariawan, obat sakit kulit, bahan pewarna tekstil, selain itu tanaman gambir pada umunya digunakan untuk menyirih. Kabupaten Pakpak Bharat merupakan pemekaran dari Kabupaten Dairi, sesuai dengan UU Nomor 9 Tahun 2003 dan diresmikan menjadi Kabupaten pada tanggal 28 Juli 2003 oleh Menteri Dalam Negeri R.I.. Luas keseluruhan Kabupaten Pakpak Bharat adalah 1.221,3 km2, ketinggian 700-1500 M diatas permukaan laut, kondisi geografis berbukit-bukit, tergolong beriklim sedang, suhu rata-rata 28 derjat celcius dengan curah hujan pertahun 337 mm Tabel : 1 Luas dan Produksi Tanaman Gambir menurut kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2006.. N o
K ec 1
Salak
40,50
112,50
234,30 30 40 50 30 30 826,80
532,50 Tahap Penanaman Tahap Penanaman 125 85 Tahap Penanaman 1.680
S. 3 4 5 6 7 8
Kerajaan Pagindar S. Tali Urang Julu P..Getteng Sengkut Tinada Si Empat Rube Jumlah/Total Sumber : Pakpak Bharat Dalam Angka 2006
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Daerah Kabupaten Pakpak Bharat tergolong daerah agraris dimana sektor pertanian lebih dominan dari sektor lainnya, oleh karenanya kabupaten Pakpak Bharat menggenjot potensi sektor pertanian terutama gambir dan kemenyan sebagai pilar perekonomiannya. Kabupaten Pakpak Bharat termasuk dalam rencana pemerintah Sumatera Utara untuk pengembangan kawasan agropolitan dataran tinggi bukit barisan bekerja sama dengan delapan kabupaten di sekitar danau toba, diantaranya kabupaten Dairi, Karo, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, Samosir dan Simalungun. Daerah-daerah ini akan dikembangkan potensinya di bidang agropolitan sesuai dengan produk pertanian dan perkebunan masing-masing daerah. Untuk itu harus ditingkatkan sarana dan prasarana seperti infrastruktur jalan untuk distribusi hasil, saluran pengairan dan untuk pengolahan hasil. Selain menghasilkan gambir dan kemenyan Pakpak Bharat juga punya potensi kopi arabica, karet, kelapa sawit dan kayu manis. Tanaman buah seperti nenas dan jeruk, juga tumbuh subur dan bisa dioptimalkan. Dengan ketinggian 250-1400 meter diatas permukaan laut dan didukung tanah subur rasanya tanaman apapun bisa tumbuh. Potensi gambir sangat mungkin untuk dikembangkan karena gambir terdapat hampir di seluruh wilayah Pakpak Bharat. Gambir bisa tumbuh di lahan kritis dan tak perlu perawatan khusus meski tak berarti bisa dibiarkan. Gambir hanya memerlukan pupuk kandang atau urea bagi
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
daunnya yang akan diambil sebagai bahan baku cat, pewarna pakaian dan obat sakit perut (diare). Luas lahan gambir di Kabupaten Pakpak Bharat
646,8 hektar dengan
produksi 1.470 ton tahun 2005, rata-rata petani punya satu hektar. Dua kali pengolahan dalam satu hari, cukup untuk kehidupan sehari-hari petani gambir. Gambir dijual dalam bentuk kering dari endapatan daun gambir yang dimasak dan harganya Rp. 17.000 perkilogramnya dijual ke Sidikalang (Kabupaten Dairi) dan Medan.
Sayang
hasilnya
belum
maksimal,
banyak
petani
masih
menanam,memelihara dan mengolah hasil produksinya secara tradisional. Petani gambir hanya mendapat setengah dari seharusnya. Kurangnya Petugas Penyuluh Lapangan dan kondisi tofogragis yang terjal membuat pendampingan petani tak intens. Penulis tertarik meneliti masalah pertanian gambir karena gambir ini memiliki banyak kegunaan tentu saja mempunyai prospek yang cerah dimasa yang akan datang, kurangnya perhatian Pemerintah di sektor gambir sehingga penting untuk diteliti disamping itu masih langka yang menelitinya.
1.2. Perumusan Masalah : Penelitian ini difokuskan tentang kondisi kehidupan sosial ekonomi
para
petani gambir di Kecamatan Si Tellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat yang mencakup : 1. Bagaimana proses produksi dan pemasaran 2. Apa saja partisipasi pemerintah dalam pertanian gambir
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
3. Bagaimana Pendapatan dan peningkatan taraf
kehidupan sosial ekonomi
petani.
1.3. Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan kontribusi
dari usaha tani gambir
bagi pendapatan rumah tangga petani, apakah usaha tani gambir
tersebut
menguntungkan atau malah rugi bila ditinjau dari segi ekonomi., karena adanya faktor-faktor produksi yang luput dari perhitungan mereka, misalnya saja faktor tenaga kerja. Upaya pendiskripsian itu dilakukan dengan berusaha mengumpulkan data dan informasi yang relevan mengenai hal tersebut.. 1.4. Manfaat Penelitian : Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi dunia usaha, pemerintah dan para peneliti serta para petani gambir . Bagi dunia usaha diharapkan dapat termotivasi untuk menanamkan modal di bidang pertanian gambir karena prospeknya cukup cerah,
bagi pemerintah
yaitu untuk memberikan informasi tambahan
berkaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dalam hal ini petani gambir. Sedangkan bagi peneliti, sebagai penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan bagi peneliti lainnya memberikan gambaran awal terhadap penelitian yang ingin mengkaji kehidupan
sosial ekonomi masyarakat petani di pedesaan,
sedangkan bagi petani memberikan motivasi bahwa gambir yang mereka hasilkan sebenarnya banyak manfaatnya , oleh karenanya perlu terus ditingkatkan kualitas dan produksi.nya.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian. Sebagian orang mengartikan pertanian sebagai kegiatan manusia dalam membuka lahan dan menanamnya dengan berbagai jenis tanaman yang termasuk tanaman semusim maupun tanaman tahunan dan tanaman pangan maupun tanaman non pangan serta digunakan untuk memelihara ternak maupun ikan. Pengertian tersebut sangat sederhana karena tidak dilengkapi dengan berbagai tujuan dan alasan mengapa lahan dibuka dan diusahakan oleh manusia. Apabila pertanian dianggap sebagai sumber kehidupan dan lapangan kerja maka sebaiknya diperjelas arti pertanian itu sendiri. Pertanian dapat mengandung dua arti : (1) dalam arti sempit atau sehari-hari, diartikan sebagai kegiatan bercocok tanam dan (2) dalam arti luas, diartikan sebagai kegiatan yang menyangkut proses produksi, menghasilkan bahan-bahan kebutuhan manusia yang dapat berasal dari tumbuhan maupun hewan yang disertai dengan usaha untuk memperbaharui, memperbanyak (reproduksi) dan mempertimbangkan faktor ekonomis. Pertanian tersebut merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manusia pada suatu lahan tertentu, dalam hubungan tertentu antara manusia dengan lahannya yang disertai berbagai pertimbangan tertentu pula (Suratiyah : 2006: 8).
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
2.2. Jenis dan Sistem Pertanian. Jenis-jenis pertanian berkaitan dengan tanaman pokok apa yang menjadi sumber kehidupan dari suatu masyarakat desa/petani. Perbedaan jenis tanaman pokok akan juga menciptakan perbedaan dalam corak kehidupan masyarakatnya, misalnya antara petani berpindah dan petani menetap, antara sistem pertanian bersahaja yang akan menciptakan corak komunitas petani yang berbeda dengan sistem pertanian yang modern. Bagaimana dengan jenis dan sistem pertanian di Indonesia ? sebagai negara yang memiliki ciri kebihinekaan dalam pelbagai aspeknya, Indonesia juga memiliki kebihinekaan dalam jenis dan sistem pertnaiannya. Disamping itu sebagai masyarakat yang sedang dalam proses modernisasi termasuk modernisasi pertanian, maka Indonesia memilki jenis dan sistem pertanian yang masih tradisional maupun yang modern. Dalam pelbagai keberagaman aspek itu keberagaman sekitaran dan kondisi alam di pelbagai daerah di Indonesia merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan jenis dan sistem pertanian tersebut. Sekitaran dan kondisi alam besar sekali pengaruhnya terhadap jenis dan sistem pertanian di Indonesia adalah berkaitan dengan kenyataan bahwa Indonesia merupakan daerah tropis, terdiri dari kepulauan yang sangat banyak jumlahnya serta tofografinya banyak bergunung-gunung .
Sebagai daerah trofis, pertanian di
Indonesia adalah merupakan pertanian tropika dengan tanaman-tanaman khas seperti jagung, padi, tembakau, tebu, karet, kelapa dan lainnya. Namun tanaman-tanaman iklim sedang seperti teh, kopi, gambir, sayuran dan lainnya pun juga dapat tumbuh,
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
yakni di daerah-daerah pegunungan. Adanya dua musim yaitu musim hujan dan kemarau juga sangat menentukan jenis dan sistim pertanian di Indonesia, perbedaan karakteristik alam seperti jenis tanah, tingkat kesuburan, curah hujan, suhu dan lainnya juga mengakibatkan perbedaan dalam jenis dan sistem pertanian yang ada. 2.3. Dilema Petani Kalau kita perhatian dengan cara menganalisis isi dari berbagai tulisan kepustakaan mengenai deskripsi kehidupan petani di pedesaan, pengungkapan yang telah dibuat para ahli sebagai berikut : Pertama, Petani adalah juga pelaku ekonomi (economic agent) dan kepala rumah tangga. Tanahnya adalah salah satu unit ekonomi dan rumah tangga (Eric R. Wolf, 1983:19).. Kedua. Ahli ekonomi Rusia A.V. Chainov ( dalam Eric R. Wolf, 1983 : 20 ) berbicara tentang ekonomi petani pedesaan, mengatakan sebagai berikut : Petani adalah merupakan suatu perekonomian keluarga (family economy), seluruh organisasinya .ditentukan oleh ukuran dan komposisi keluarga petani itu dan oleh koordinasi tuntutan-tuntutan konsumsinya dengan jumlah tangan yang bekerja. Itulah sebabnya mengapa pengertian tentang laba dalam perekonomian petani berbeda dari pengertian di dalam perekonomian kapitalis dan mengapa pengertian kapitalistik tentang laba tidak dapat diterapkan pada pengertian petani. Laba kapitalistik merupakan laba bersih yang diperoleh dengan jalan mengurangi penghasilan total dengan semua biaya produksi,
cara menghitung laba seperti itu tidak dapat
diterapkan pada perekonomian petani, oleh karena di dalam perekonomian petani
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
unsur-unsur biaya produksi dinyatakan dalam unit-unit yang tidak dapat diperbandingkan dengan apa yang terdapat dalam perekonomian kapitalis. Di dalam perekonomian petani, seperti di dalam perekonomian kapitalis, penghasilan kotor dan pengeluaran-pengeluaran material dapat dinyatakan dalam rubel, akan tetapi tenaga kerja yang telah dikeluarkan tidak dapat dinyatakan atau diukur dengan banyaknya rubel yang dikeluarkan untuk membayar upah, melainkan hanya dengan jerih payah yang dilakukan oleh keluarga petani itu sendiri. Jerih payah itu tidak dapat dikurangkan dari atau ditambahkan kepada unit-unit uang, jerih payah itu hanya dapat dikonfrontasikan dengan rubel. Usaha untuk memperbandingkan nilai jerih payah tertentu yang dilakukan oleh keluarga dengan nilai rubel adalah subyektif; hal itu akan tergantung kepada tingkat pemuasan kebutuhan-kebutuhan keluarga itu dan kepada pengorbananpengorbanan yang terlibat dalam jerih payah itu sendiri. Oleh karena tujuan utama perekonomian petani adalah untuk memenuhi anggaran konsumsi tahunan keluarga, maka fakta yang yang paling menarik perhatian bukanlah hasil yang diperoleh dari unit kerja (hari kerja), melainkan hasil yang diperolah dari seluruh tahun kerja.
2.4. Gambir. Tanaman gambir termasuk salah satu jenis tanaman yang masuk dalam suku kopi-kopian. Bentuk keseluruhan dari tanaman ini seperti pohon bogenvil, yaitu merambat dan berkayu. Ukuran lingkar batang pohon yang sudah tua bisa mencapai 45 cm. Daunnya oval sampai bulat dengan panjang 8-14 Cm. lebar 4-6,5 cm.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Menurut Satrapradja (1980) tanaman ditemukan tumbuh liar di hutan-hutan di Sumatera, Kalimantan dan di semenanjung Malaysia. Disamping itu gambir juga ditanam di Jawa, Bali dan Maluku. Terdapat sekitar 34 spesies gambir Gambir merupakan tanaman yang serba guna karena tidak hanya digunakan sebagai
campuran pinang
oleh sesorang penyirih tetapi digunakan juga pada
industri seperti minuman, kosmetik, obat-obatan., batik dan lain-lain. Gambir adalah ekstrak daun dari ranting tanaman gambir yang dikeringkan, tanaman ini umumnya tumbuh baik pada ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Zat yang terkandung di dalam gambir diantaranya Katechine, tannin dan lainlain. Zat Katechine sangat penting bagi pabrik pabrik obat-obatan. Kandungan zat tannin yang terdapat pada gambir berguna sekali sebagai bahan penyamak kulit, agar kulit tidak cepat busuk dan merubah kulit menjadi kenyal (tidak keras dan kaku). Pada industri batik, gambir digunakan sebagai bahan pembantu untuk pewarna coklat dan kemerah-merahan serta tahan terhadap pengaruh cahaya matahari. Sedangkan di Eropa digunakan sebagai bahan pewarna kain wol dan sutera (Nazir, 2000). Tanaman gambir mulai bisa di panen pada saat tanaman berumur satu setengah tahun, maka tingkat pengembalian investasi usaha gambir ini tidak begitu lama dibandingkan dengan komoditi tanaman lain seperti cengkeh, kayu manis dan kemiri.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Disamping itu tanaman gambir memiliki sifat toleran terhadap tanah-tanah marginal dan berlereng, sehingga dengan memperhatikan teknologi pengelolaan lahan miring, maka tanaman gambir memiliki aspek konservasi yang baik Gambir juga dapat bertahan lebih lama bila disimpan dan tidak cepat rusak dibandingkan dengan hasil-hasil tanaman hortikultura lainnya yang tidak bisa disimpan lebih lama. Faktor lainnya yang lebih penting adalah tanaman ini dapat dipanen secara berekelanjutan tergantung dari perawatan yang kita lakukan. Tanaman ini bias berumur puluhan tahun dan tetap bisa menghasilkan getah dengan baik. Disamping itu perlu dilakukan penelitian-penelitian tentang diversifikaksi pemanfaatan gambir. Hal ini sangat prospektif mengingat sampai saat ini Indonesia, sebagai satu-satunya eksportir gambir dunia, masih mengekspor gambir dalam bentuk mentah. Kalau Indonesia mampu mengolah gambir menjadi bentuk produk-produk lain tentu nilai tambah yang akan dinikmati oleh Indonesia akan meningkat. Sementara negara pengimpor gambir sudah mendapatkan nilai tambah yang sangat besar dengan melakukan proses ulang atau pemanfaatan lainnya Ditinjau dari aspek lingkungan tidak ada kompetisi penggunaan lahan antara gambir dengan tanaman lainnya. Tanaman gambir yang berbentuk perdu dengan sistem perakaran yang kuat dan daun yang menutup tersebut, akan dapat dipergunakan sebagai tanaman produktif di lahan marginal yang datar maupun lereng. Di samping itu, aspek lain dari kelayakan lingkungan adalah lingkungan sosial budaya. Tanaman gambir merupakan tanaman yang punya nilai sosial yang tinggi,
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
karena luas tanaman yang diusahakan masing-masing keluarga merupakan tingkat status sosial keluarga ditengah-tengah masyarakat.
a. Sejarah Tanaman Gambir Gambir merupakan komoditas tradisional Indonesia yang telah diusahakan sejak sebelum Perang Dunia II terutama di luar Jawa seperti Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Ekstrak gambir telah menjadi perhatian pedagang Eropah sejak awal abad ke 17 dan dalam perdagangannya gambir dikenal dengan berbagai nama seperti Batak adalah Sontang, Minangkabau adalah Gambie, Jawa adalah Gambir..
b. Budidaya Tanaman Gambir Gambir dapat dibudidayakan di areal yang curah hujannya tinggi selama setahun . Gambir tidak memerlukan sifat tanah yang khusus, tetapi biasanya dibudidayakan pada tanah-tanah yang kaya akan lapisan humusnya atau tanah yang mengandung lempung (Hambali, dkk 2000). Tanaman gambir memiliki sifat toleran terhadap tanah-tanah marginal dan berlereng, sehingga dengan memperhatikan teknologi pengelolaan lahan miring maka tanaman gambir memiliki aspek konservasi yang baik. Gambir juga dapat bertahan lebih lama bila disimpan dan juga tidak cepat rusak (Nazir, 2000). Menurut Hambali (2000), perbanyakan tanaman gambir dilakukan secara generatif (biji) dan vegetatif (stek, rundukan dan cangkok). Perbanyakan generatif merupakan
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
cara yang banyak dilakukan oleh petani gambir. Langkah-langkah yang dilakukan oleh petani untuk penyemaian benih dari biji adalah sebagai berikut : 1. Pengamatan benih. 2. Penjemuran benih dan pembersihan 3. Pembuatan tempat persemaian 4. Pelapisan dengan tanah liat 5. Pembuatan nauangan 6. Penaburan benih 7. Penyiraman dan pemeliharaan 8. Pengurangan naungan 9. Pemindahan bibit ke polybag 10. Pemindahan bibit ke lapangan Biasanya petani gambir mengambil benih dari pohon gambir yang tumbuh dipinggir jalan atau di kebun sendiri. Benih diambil dari buah yang telah masak dan berwarna kuning. Pada benih gambir, karena ukuran bijinya sangat kecil maka sulit untuk membedakan biji yang normal dan yang cacat. Secara visual sekelompok biji yang normal berwarna coklat, sedangkan kelompok biji yang cacat berwarna hitam. Oleh karena itu untuk mendapatkan benih yang mempunyai daya kecambah yang tinggi, dapat dipilih sekumpulan benih yang berwarna coklat. Biasanya untuk penanaman seluas 1 ha diperlukan benih 1 kotak korek api dengan luas persemaian 7 m2 (Hambali, dkk, 2000).
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Penaburan benih dilakukan dengan cara meletakkan benih pada telapak tangan, kemudian dihembuskan ke tempat persemaian. Dapat juga dilakukan dengan membuat adonan benih dan tanah liat, kemudian adonan tersebut dimasukkan ke dalam tempat persemaian (Hambali, dkk, 2000). Cara penanam gambir agak unik, karena tidak tahan terhadap genangan air maupun kekeringan, gambir banyak ditanam pada tebing-tebing yang agak tegak dan dilapisi tanah liat di bagian atasnya. Penyiraman tanaman dan tebing-tebing diperlukn untuk meyalurkan kelebihan air hujan (Hambali, dkk 2000). Penanaman gambir biasanya dilakukan pada awal musim hujan , bentuk lubang tanam seperti kerucut dengan lebar dan dalam 10 cm. Bibit yang ditanam dirapatkan ke tepi lubang dengan tujuan agar tanaman muda ini terlindung dari sengatan matahari yang berlebihan. Selaian itu dapat membuat akar tunggang tumbuh lurus ke bawah (Hambali, dkk, 2000). Panen dilakukan setelah berumur 18 bulan, kadang dapat lebih cepat, tanaman gambir yang mendapat pemeliharaan layak dapat bertahan 15-20 tahun. Jumlah panen daun sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan untuk mengolahnya agar hasil panen tidak terlantar terlalu lama. Hasil panen harus segera diolah, sebab jika terlambat lebih dari 24 jam, kandungan getahnya akan menurun. Selain itu pemetikan daun sebaiknya tidak lebih dari ¾ jumlah daun seluruhnya (Hambali, dkk, 2000)
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
c. Manfaat Gambir. Gambir adalah komoditas yang banyak digunakan sebagai bahan baku industri seperti industri farmasi, kosmetik, makanan, kulit dan tekstil. Komoditas gambir banyak digunakan sebagai bahan baku industri berhubungan erat dengan zat yang dikandungnya. Penggunaan Gambir Secara Tadisional Secara tradisional gambir digunakan sebagai pelengkap makan sirih dan obatobatan. Biasanya gambir digunakan untuk mengobati luka bakar, sakit kepala,.Rebusan daun muda dan tunasnya digunakan sebagai obat diare dan disentri serta obat kumur-kumur pada sakit tenggorokan. Gambir juga dapat digunakan untuk obat sakit sariawan, sakit kulit dan lain-lain (Nazir, 2000).
Gambir sebagai bahan baku dalam industri farmasi dan makanan. Secara modern gambir dimanfaatkan oleh industri farmasi untuk penyakit hati, gambir juga dikembangkan sebagai permen pelega tenggorokan khusus untuk para
perokok
karena
gambir
mampu
menetralisir
nikotin.Gambir
juga
dikembangkan sebagai obat sakit perut (diare). Dan sakit gigi.
Gambir sebagai bahan baku industri kulit dan kosmetika. Getah gambir dapat digunakan sebagai bahan atau zat penyamak kulit, agar kualitas kulit yang dihasilkan menjadi lemas/lembut, sehingga dengan penyamakan oleh getah gambir akan menghasilkan kulit dengan mutu yang tinggi.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Dalam industri kosmetika, gambir dapat digunakan untuk astringent yang berfungsi untuk melembutkan kulit dan menambah kelenturan serta daya regang kulit (Nazir, 2000).
Gambir sebagai bahan baku industri tekstil. Dalam industri tekstil, gambir dapat digunakan sebagai zat pewarna yang tahan terhadap cahaya matahari, juga sebagai bahan pembantu untuk mendapatkan warna coklat dan kemerah-merahan pada kain batik. (Sutjipto, 2001)
d. Kondisi Tempat Tumbuh Gambir Kesesuain tempat tumbuh tanaman gambir belum banyak diketahui, tetapi disebaran tanaman yang ada diperkirakan tanaman gambir dapat tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian 200-800 meter di atas permukaan laut dengan berbagai bentuk tofografi terutama tofografi lereng dan berbukit, mempunyai pH antara 4,80 sampai 5,50, suhu 26 “ C sampai 28 “, kelembaban 70 % sampai 80 % dengan curah hujan 140 hari/tahun. Tanaman gambir merupakan tanaman yang tidak tahan pada kondisi tanah yang selalu tergenang, maka petani lebih memilih bertanam di tanah yang berlereng (Nazir, 2000) e. Tipe Tanaman Gambir. Tanaman gambir yang dikembangkan masyarkat pada umumnya terdiri dari 3 (tiga) tipe, yaitu : tipe udang, tipe cubadak serta tipe Riau. Yang paling diminati dan dikembangkan masyarakat yaitu gambir tipe udang. Gambir tipe udang memiliki
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
produksi daun dan rendemen getah lebih tinggi dibandingkan dengan tipe gambir lainnya. Hal ini disebabkan karena jenis ini memiliki ukuran daun yang lebar/luas dibandingkan dengan tipe lainnya, sehingga bobot basanya lebih tinggi (Hasan, 2001). f. Prospek Tanaman Gambir. Peluang pasar internasional cukup besar untuk komoditas perkebunan, perikanan dan sebagian produk hortikultura Produk-produk agroindustri kita sejauh ini punya peluang cukup besar untuk memasuki kawasan Eropa, Amerika Serikat, Jepang. India dan sebagainya Mengingat prospek pemasaran komoditi gambir cukup cerah yang ditandai dengan relatif stabilnya angka ekspor tahunan dan sejalan dengan berkembangnya jenis-jenis industri yang memerlukan bahan baku atau bahan penolong dari gambir dalam teknologi industri maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk memperbaiki teknik budidaya, pengolahan hasil, perbaikan mutu dan strategi pemasaran gambir. Perbaikan ini sangat penting dilakukan agar komoditi gambir memiliki keunggulan komparatif di dalam perdagangan internasional Pengembangan tanaman gambir di Indonesia pada prinsipnya sangat prospektif, meningkatnya ekspor gambir tersebut menunjukkan adanya peningkatan pemakaian gambir. Dengan berkembangnya jenis-jenis barang industri yang memerlukan bahan baku ataupun bahan penolong dari gambir, maka kebutuhan akan gambir dalam industri akan semakin meningkat. Pada umur 1,5 tahun gambir sudah dapat dipanen sehingga pengembalian investasi usaha tani gambir tidak begitu lama
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
bila dibandingkan dengan komoditi tanaman tahunan lain seperti cengkeh, kayu manis, kemiri. Faktor lain yang lebih penting adalah bahwa tanaman ini dapat dipanen secara berkelanjutan tergantung dari perawatan yang dilakukan. Tanaman ini bisa berumur puluhan tahun dan tetap bisa menghasilkan getah yang baik. Mengingat prospek pemasaran komoditi gambir cukup cerah, yang ditandai dengan relatif stabilnya angka ekspor tahunan dan sejalan dengan berkembang nya jenis-jenis industri yang memerlukan bahan baku atau bahan penolong dari gambir dalam teknologi industri, maka perlu dilakukan upaya untuk memperbaiki teknik budi daya, pengolahan hasil, perbaikan mutu dan strategi pemasaran gambir. Tingkat kehidupan ekonomi masyarakat didasari atas kebutuhan masyarakat untuk memperoleh dan mengkonsumsi suatu barang dan jasa. Sehingga dengan kebutuhan tersebut memaksa masyarakat berusaha untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Faktor-faktor produksi juga menjadi salah satu faktor penting untuk menunjang kehidupan ekonomi masyarakat. Faktor-faktor produksi adakalanya dinyatakan dengan istilah lain yaitu sumber daya. Faktor-faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian dibedakan ke dalam 4 (empat) golongan yaitu : -
Tanah dan Sumber Alam. Ini merupakan faktor produksi yang disediakan oleh alam, faktor- faktor ini meliputi tanah, hasil hutan dan lain-lain.
-
Tenaga Kerja.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Tenaga Kerja bukan saja berarti jumlah buruh yang terdapat dalam perekonomian. Arti tenaga kerja meliputi juga keahlian dan keterampilan dalam mengelola dan memproduksi hasil yang baik dari gambir. -
Modal Faktor produksi ini meliputi benda yang diciptakan oleh manusia dan digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa yang diperlukan dalam menunjang produksi gambir.
-
Keahlian Kewirausahaan. Kemampuan dari pada produsen untuk menjual hasil gambir yang dihasilkan dengan harga yang sangat menunjang bagi kehidupan ekonomi masyarakat (Sukirno, 1997).
g. Cara Pengolahan Produk Ada dua cara pengolahan gambir yaitu cara pribumi dan cara yang biasa dilakukan oleh masyarakat keturunan Tionghoa. Pengolahan cara pribumi dilakukan oleh petani-petani pribumi, sedangkan pengolahan cara yang biasa dilakukan oleh masyarakat keturunan Tionghoa
dilakukan oleh orang-orang
keturunan Tionghoa yang ada di Indonesia pada waktu dulu. Namun demikian pengolahan yang berkembang saat ini adalah pengolahan cara pribumi. Adapun perbedaan antara ke dua cara pengolahan adalah : -
Pengolahan cara Tradisional atau Pribumi. Setelah
daun
dan
ranting.direbus
dilakukan
pengempaan
dengan
menggunakan alat kempa. Getah yang diperoleh dari pengempaan selanjutnya
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
diendapkan dan ditiriskan hingga membentuk pasta, kemudian pasta tersebut dicetak dengan cetakan bambu lalu dikeringkan. - Pengolahan cara yang biasa dilakukan oleh masyarakat keturunan Tionghoa Daun gambir dipisahkan dari rantingnya lalu dicuci terlebih dahuilu sebelum direbus. Lalu daun direbus selama setengah jam, selama perebusan daun diaduk dengan kayu. Ekstrak yang ada dipisahkan dan duan direbus kembali. Ekstrak yang diperoleh tersebut dipanaskan untuk menguapkan airnya, sehingga lebih kental. Ekstak kental tersebut disaring dengan kain halus, kemudian ditaruh ditempat teduh sampai suhunya turun menjadi sekitar 35 ‘ C
Peralatan yang dibutuhkan untuk pengolahan gambir yaitu (Nazir, 2000) a) Pisau pemotong, yang digunakan untuk memotong ranting serta daun gambir. b) Keranjang, yang berguna sebagai alat pembawa daun dan ranting yang telah dipetik. c) Rajut (jala) berguna untuk mengumpulkan daun gambir yang akan direbus.. d) Kancah (kuali besar) sebagai tempat perebusan. e) Keranjang bambu yang berguna untuk perebusan daun gambir. f) Ember, untuk membawa air serta cairan hasil pengolahan. g) Tali, untuk mengikat daun gambir setelah perebusan. h) Martil dari kayu, untuk penumbukan/pengempaan. i) Paraku, sebagai tempat penampung dan pengendap cairan hasil olahan.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
j) Kain penapis, untuk menapis getah gambir. k) Cetakan l) Alat kempa m) Samia, tempat penjemuran gambir.
Berdasarkan hasil penelitian Direktorat Jenderal Kebudayaan, Museum Sumatera Barat Tahun 2000, untuk luas 1 Ha lahan gambir akan menghasilkan 1 ton gambir kering, panen dilakukan 1 kali dalam enam bulan dan lamanya memanen dua bulan, jadi dalam satu tahun dapat dilakukan 2 kali panen.. Untuk pengolahannya dilakukan di lingkungan keluarga tanpa melibatkan orang lain. Hal ini memungkinkan karena para petani tidak terikat pinjaman modal dari pedagang pengumpul. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar, Fakultas Pertanian USU 2004, tentang Pola Budidaya dan Pengusahaan Gambir, Studi Kasus Kabupaten Dairi
menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan pendapatan masyarakat dengan
mengembangkan sistem pola tanam tumpang sari. Pada umumnya bentuk keluarga para petani adalah keluarga inti. Keluarga inti merupakan suatu unit sosial terkecil yang beranggotakan ayah, ibu dan anak-anaknya yang belum menikah (Koentjaraningrat, 1981 : 104). Setiap anggota keluarga disadari atau tidak, akan menempatkan dirinya secara pribadi pada suatu posisi atau status tertentu. Adanya kedudukan atau statusnya dalam keluarga membuat setiap anggota memiliki serangkaian hak dan kewajiban yang harus dipenuhi dan diwujudkan dalam
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
bentuk peranannya dalam berbagai kegiatan keluarganya. Sebagai keluarga yang ekonominya lemah atau miskin, keluarga petani mempunyai cara hidup atau kebudayaan yang berbeda dengan cara hidup atau kebudayaan keluarga yang kehidupan ekonominya menengah ataupun tinggi.
Oscar Lewis (dalam Menno,
1994:60-61) yang melakukan penelitian terhadap masyarakat miskin diperkampungan kumuh Kota Mexico, mengemukakan beberapa ciri dari kebudayaan kemiskinan misalnya saja, tingkat pendidikan yang rendah, upah yang rendah dan keamanan kerja yang rendah, tingkat keterampilan kerja yang rendah, tidak memiliki tabungan dan sebagainya. Ciri-ciri tersebut ada dimiliki atau dijumpai dalam keluarga petani gambir di Kabupaten Pakpak Bharat.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Dalam melaksanakan penelitian ini, tipe penelitian yang digunakan adalah deskriftif dengan pendekatan kualitatif. Sebagaimana menurut Nawawi (1990:64) bahwa metode deskriptif yaitu metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah - masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat yang dilakukan langsung di lapangan kemudian didukung juga dengan penelitian pustaka.
3.2. Defenisi Konsep Adapun yangmenjadi defenisi konsep dalam penelitian ini adalah : 1.
Kehidupan sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur
secara sosial maupun ekonomi dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam stuktur soial masyarakat disertai dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status sosial tersebut ( Soekanto, 1987). Untuk melihat status sosial ekonomi seseorang maka perlu diperlihatkan beberapa faktor seperti : pekerjaan, pendapatan dan pendidikan (Koentjaraningrat, 1983). Dalam penelitian ini kehidupan sosial ekonomi yang akan diteliti antara adalah
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
proses
produksi dan pemasaran, partisipasi pemerintah dalam pertanian gambir, pendapatan serta peningkatan taraf kehidupan sosial ekonomi petani.. 2.
Petani Gambir, adalah petani yang melakukan kegiatan pertanian gambir.
3.3.
Instrumen Penelitian : Dalam melaksanakan penelitian ini penulis mempergunakan instrumen
penelitian berupa petunjuk pertanyaan
(interview guide) yang terkait dengan
permasalahan yang akan diteliti.. 3.4.
Populasi dan sampel/Informan Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga masyarakat Petani gambir
yang bertempat tinggal di desa Mbinalun, Kecamatan Si Tellu Tali Urang Jehe Kabupatan Pakpak Bharat,. dan Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat. Sampel /informan dibedakan menjadi beberapa kelompok yaitu kelompok masyarakat yang bergerak sebagai petani gambir ,
masyarakat yang bergerak
sebagai pedagang gambir dan pihak pemerintah. khususnya Dinas Pertanian dan Kepala Desa. 3.5.
Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada pada di desa Mbinalun Kecamatan Si Tellu Tari
Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat. Alasan pemilihan desa ini antara lain 1.
Desa Mbinalun merupakan desa penghasil gambir terbesar dii Kabupaten Pakpak Bharat. Desa Mbinalun kurang
menghasilkan lebih
30 ton gambir setiap bulannya.. Tanaman gambir
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
terbentang luas di kiri dan kanan perbukitan kala jalan antar Propinsi (Sumut-Aceh)
melintas di
dari Sidikalang menuju
Subulussalam (Aceh). Demikian juga hasil olahan gambir di jemur penduduk disepanjang pinggiran jalan antar propinsi tersebut.. 2.
Desa Mbinalun merupakan jalur lalu lintas pantai Barat antar Propinsi Sumut dan Aceh untuk sehingga memudahkan untuk mengadakan penelitian.
3.
Kesedaian Bapak Kepala Desa untuk menemani peneliti pada saat mengadakan penelitian.
3.6
Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian di lapangan diperkirakan membutuhkan waktu sekitar
empat bulan. Penulisan hasil penelitian ini dilakukan bersamaan ketika penelitian berlangsung. Uraian kegiatan penelitian scara jelas dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
No 1
2
Tabel : 2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Bulan Kegiatan Bulan I Perencanaan a. Studi Pustaka b. Pra Survey c. Penulisan Proposal d. Seminar Proposal e. Penysusunan Instrumen Bulan II Penelitian Lapangan: a. Observasi lapangan b. Wawancara c. Pengumpulan Data
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
3.7
3
Bulan III
4
Bulan IV
Pengolahan data dan Penulisan Laporan Awal: a. Pengolahan data b. Penulisan Laporan Awal Seminar Hasil dan penulisan Laporan Akhir : a.Seminar Hasil Penelitian b.Perbaikan dan Penulisan Laporan akhir c. Penggandaan Laporan Penelitian
Teknik Pengumpulan Data Dalam Penelitian data yang diperlukan adalah data sekunder dan data primer.
Data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti kantor Dinas Pertanian, Kantor Kepala Desa, dan Studi Kepustakaan yang relevan. Data primer merupakan data utama dalam penelitian ini. Data Primer diperoleh melalui: a. Wawancara Metode wawancara yang digunakan adalah metode yang bebas dan mendalam(Deph Interview). Wawancara dilakukan kepada informan. Informan yang diwawancarai dikelompokkan atas informan pangkal, informan pokok dan biasa. Informan pangkal ialah orang yang dianggap megetahui tentang keaadan desa dan hubunggannya dengan masalah yang diteliti. Informan pokok ialah orang atau penduduk setempat yang mempunyai pengetahuan yang luas tentang pertanian gambir. Informan biasa adalah informan untuk menguji keabsahan data dan memperkuat data dari informan pangkal dan pokok dan informan biasa ini tidak
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
dibatasi jumlahnya akan tetapi apabila peneliti telah yakin bahwa data-data yang diperoleh sudah dapat menjawab masalah maka jumlahnya akan terhenti dengan sendirinya. Dari metode ini akan diperoleh data-data yang dapat menjawab permasalahan-permasalahan
yang
ada
di
dalam
rumusan
masalah
itu.
Implementasinya dengan menggunakan petunjuk pertanyaan (interview guide) Jenis data yang diperoleh adalah : Pendapatan bersih para petani dalam pengusahaan gambir apakah memang menguntungkan atau malah merugi karena ada faktor-faktor produksi yang luput dari perkiraan seperti tenaga yang digunakan sehari-hari.
Data lain yang diperoleh adalah luas lahan rata-rata petani , prose
produksi, pemeliharaan tanaman, panen dan pengolahan hasil, proses pemasaran. b. Observasi. Metode observasi digunakan untuk melihat dan mengamati mengenai aktivitas masyarakat petani setempat yang berhubungan dengan masalah yang diteliti serta melihat etnografi desa di tempat penelitian, yaitu berusaha menggambarkan keadaan desa.. c. Studi Kepustakaan Studi ini dimaksud untuk memperoleh data-data yang relevan yang dijadikan sebagai landasan berpikir dalam melihat masalah yang akan diteliti. Studi pustakaini dilakukan terhadap buku-buku, dan tulisan-tulisan lainnya yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat Desa Mbinalun. Desa Mbinalun sebelumnya masuk ke dalam Desa Tanjung Mulia Kecamatan Si Tellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat namun setelah pemekaran maka desa ini berdiri sendiri sejak pengesahan oleh DPRD Kabupaten Pakpak Bharat pada tanggal 06 September 2006 dan acara peresmian desa pada tanggal 25 Januari -2007 dan pelantikan Kepala Desa Perdana pada tanggal 12 Pebruari 2007. Adapun dusun yang tergabung ke dalam desa Mbinalun, sebanyak 5 (lima) dusun, sebagai berikut : 1. Dusun Lae Ntomol 2. :Dusun Lae Rumbia 3. Dusun Gunung Angkat 4. Dusun Pernapa 5. Dusun Pelangki Raya
4.1.2. Luas dan Letak Geografis . Penelitian ini dilakukan di Desa Mbinalun Kecamatan si Tellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat, Propinsi Sumatera Utara. Daerah ini berada pada ketinggian rata-rata 600 meter diatas permukaan laut, bentuk tofografi bervariasi seperti datar, berombak, bergelombang, curam dan terjal. Adapun luas Kecamatan Si Tellu Tali Urang Jehe 473,62 Km.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Desa Mbinalun berjarak 12 km dari ibukota kecamatan dan 30. km dari ibukota kabupaten. Dari jarak tersebut dapat diasumsikan bahwa desa ini sudah cukup cepat dalam menerima arus informas dbari luardaerah yang akan berpengaruh terhadap kemajuan dan perkembangan desa. Adapun batas-batas desa penelitian adalah sebagai berikut : Sebelah Timur berbatasan dengan desa Perolihen Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Kaban Tengah Sebelah Barat berbatasan dengan desa Tanjung Mulia Sebelah Utara berbatasan dengan desa Parongil Kec. Lae Parira, Kab. Dairi.
4.1.3. Gambaran Penduduk Secara umum desa Mbinalun terdiri dari suku Pakpak dan sebagian kecil suku Tapanuli yang hidup rukun dan damai diikat oleh rasa kekeluargaan dan persaudaraan yang kokoh., tidak pernah terjadi gesekan antara etnis dari dulu hingga sekarang. Pada umumnya masyarakat desa Mbinalun menganut agama Islam 85 % dan Kristen Protestan 15 %. Jumlah penduduk desa Mbinalun terdiri dari 996 jiwa (166 KK) dengan jumlah penduduk pria sebanyak 540 jiwa atau 54 % dan wanita 456 jiwa atau 46 %
4.1.3.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis Dari keseluruhan penduduk Desa Mbinalun yang berjumlah 996 jiwa tersebut jika dilihat berdasarkan etnis akan diperoleh gambaran sebagai berikut :
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel : 3 Keadaan Penduduk berdasarkan etnis . No
Suku
Jumlah
Persentasi
1
Pakpak
846
85 %
2
Tapanuli
140
14 %
3
Lain-lain
10
1%
Jumlah
966
100 %
Sumber : Kepala Desa Mbinalun 2007
4.1.3.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Masyarakat Desa Mbinalun pada umumnya beragama Islam dan sebagian kecil menganut agama Kristen Protestan., Adapun jumlah penduduk yang beragama Islam sebanyak
846 jiwa, beragama Kristen Protestan
sebanyak 140. Jiwa.
Komposisi penduduk berdasarkan agama dapat dilihat dalam tabel di bawah ini . Tabel : 4 :
Komposisi Penduduk berdasarkan Agama No
Agama
Jumlah
Persentasi
1
Islam
846
85 %
2
Kristen Protestan
150
15 %
Jumlah
996
100
Sumber : Kepala Desa Mbinalun 2007
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
4.1.3.4. Komposisi Penduduk berdasarkan kelompok Usia Tabel : 5 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia No
Kelompok Usia
Jumlah
Persentasi
1
0-16 tahun
356
35.72
2
17 tahun ke atas
640
64.28
Jumlah
996
100
Sumber : Kepala Desa Mbinalun 2007 Pnmduduk usia dewasa lebih banyak yaitu 640. jiwa atau 64.28 % sedangkan usia balita sampai remaja sebesar 356 Jiwa atau 35.72 %.
4.1.3.5.Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Tabel : 6 Distribusi penduduk menurut pekerjaan No 1
Jenis Pekerjaan
Jumlah org 368
Pelajar dan belum sekolah 2 Pegawai Negeri Sipil 10 3 TNI/Polri 5 4 Pedagang 15 5 Petani 583 6 Buruh Tani 5 7 Pertukangan 5 8 Jasa-Jasa 5 Jumlah 996 Sumber : Kepala Desa Mbinalun 2007
Persentase (%) 37 1 0,5 1,5 58,5 0,5 0,5 0,5 100
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
4.2. Sarana dan Prasarana 4.2.1.
Pendidikan Proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan membutuhlkan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang handal dan terampil, oleh karena itu pendidikan mempunyai pranan penting dalam mendukung proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di segala bidang kehidupan masyarakat. Kualitas Sumber Daya Manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia merupakan kebutuhan mendesak untuk menghadapi tantangan era komputerisasi dan informasi yang canggih. Dalam upaya meningkatkan kecerdasan dan keterampilan penduduk melalui proses pendidikan akan sangat tergantung pula kepada fasilitas atau
sarana dan
prasaran yang tersedia. Disamping itu juga dipengaruhi oleh kualitas tenaga pendidkik atau guru.. Secara umum pendidikan di desa Mbinalun masih lemah, Sekolah lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) terdapat 1 (satu) buah
untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi (SLTA) 1 (satu) buah yang baru dibangun pada dua tahun terakhir ini, sehingga untuk melanjutkn jenjang sekolah yang lebih tinggi masyarakat tidak perlu lagi menyekolahkan anaknya keluar dari desa Mbinalun, seperti sebelumnya. Adapun sarana pendidikan yang ada di desa Mbinalun yaitu : 1 unit SD Negeri di dusun Lae Ntomol 1 unit Madrasah Ibtidaiyah Swasta 1 unit SMP Negeri di dusun Lae Ntomol
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
1 unit SMA Negeri di dusun Lae Ntomol Sebagian besar pendidikan masyarakat desa Mbinalun masih rendah yakni tamatan Sekolah Dasar (SD), ada juga yang sampai tamatan Sekolah Lanjutan tingkat Atas (SLTA) tetapi sebagian kecil saja. Sekarang ini sudah banyak anak mereka melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, seperti perguruan tinggi maupun akademi. Masyarakat sudah menyadari bahwa pendidikan itu penting untuk masa depan anak mereka. Tabel : 7 Komposisi Penduduk berdasarkan Pendidikan No 1
Pendidikan
Jumlah
Persentasi (%)
97
10
2
Belum Sekolah dan Tidak Tamat Sekolah SD
597
50
3
SLTP
299
30
4
SLTA
100
10
Jumlah
996
100
Sumber : Kepala Desa Mbinalun 2007 Pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 597 orang atau 60 % SLTP sebanyak 299 Orang atau 30 % dan SLTA 100 orang atau 10 %.
4.2.2.
Sarana Kesehatan : Sebagaimana sebuah kabupaten baru, Kabupaten Pakpak Bharat tidak terlepas
dari sejumlah kekurangan yang harus diperhatikan secara serius untuk diperbaiki.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat
maka
pemerintah hendaknya mampu membangun fasilitass atau sarana dan prasarana yang mendukung. Kesehatan Masyarakat tidak terlepas dari bagaimana pelayanan pemerintah terhadap bidang kesehatan baik dalam sarana dan prasarana maupun tenaga ahli dalam kesehatan : Dokter, Bidan, Perawat dan tenaga ahli lain yang dapat menangani kesehatan masyarakat. Keadaan masyarakat di Pakpak Bharat masih sangat rendah Hal ini dapat terlihat dari fasilitas yang disediakan oleh pemerintah daerah masih terbatas dan sangat jauh dari harapan masyarakat Pakpak Bharat secara keseluruhan. Adapun sarana kesehatan yang tersedia di desa Mbinalun segai berikut : 1 unit Pustu di dusun Lae Ntomol
4.2.3. Kantor Pemerintahan Pemrintahan daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan daerah yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan daerah yaitu pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Daerah (DPRD). Pemerintah Daerah dalam rangka meningkatkan ekonomi dan efektifitas penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan hubungan antar susunan pemerintah daerah baik potensi dan keanekaragaman. Administrasi Pemerintahan Kabupaten Pakpak Bharat pada tahun 2005 terdiri dari delapan Kecamatan dengan 47 desa . Adapun Kantor Pemerintahan yang terdapat di desa Mbinalun, sampai dengan penelitian ini dilakukan adalah baru kantor kepala Desa
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
4.2.4. Sarana Ibadah Di Desa Mbinalun terdapat dua buah Masjid sedangkan Gereja tidak ada, penduduk desa sebagian besar penganut agama Islam dan sebagian lagi penganut Kristen Protestan mereka hidup secara berdampingan satu sama lain dan saling hormat menghormati serta menghargai dalam menjalankan ibadah masing-masing.
4.2.5. Prasarana Jalan : Jalan Protokol sepanjang 9 km Jalan Desa sepanjang 4,5 km menuju dusun Pernapa Jalan desa yang diaspal belum ada
4.3. Sistem Mata Pencaharian Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa sebagian besar penduduk desa Mbinalun adalah orang-orang yang bermata pencaharian sebagai petani. Dalam mengelola dan memanfaatkan lahannya para peptani di Desa Mbinalun menggunakan pola dan model yang disesuaikan dengan karakteristik tanah yang mereka miliki. Beberapa penduduk ada yang memiliki tanah yang kemudian dimanfaatkan untuk persawahan. Hal ini terjadi karena lahan yang mereka miliki berdekatan dengan sumber mata air. Akan tetapi secara garis besar hampir semua penduduk desa ini mempraktekkan peerladangan di tanah kering. Perladangan yang dilakukan penduduk didasarkan pada kemampuan tenaga manusia yang apa adanya mau tak mau akan menuntut mereka pada suatu kenyataan
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
untuk mengelola lahan yang dimiliki secara efektif. Hal ini dikarenakan pertanian di lahan kering sedikit banyak memerlukan tenaga ekstra terutama sekali bila lahan yang dimiliki tidak dalam kondisi yang datar melainkan miring karena berupa lereng bukit sebagaimana karakteristik sebagian besar lahan yang ada di desa Mbinalun. Sebagai sebuah desa yang penduduknya
menggantungkan perekonomian
pada sektor pertanian, mau tidak mau pertanian di desa
Mbinalun harus selalu
mempertimbangkan perkembangan teknologi pertanian. Hal ini tampaknya telah terjadi ditandai dengan telah dikenalnya dan dipraktekkannya pertanian yang menggunakan obat-obatan pestisida buatan pabrik. Secara garis besar, pertanian lahan kering yang dipraktekkan masyarakat juga dapat dibedakan atas beberapa pola : -
Lahan kering dengan tanaman umur panjang
-
Lahan kering dengan tanaman umur pendek
-
Lahan kering campuran
Beberapa pola tanam seperti itu mau tidak mau memeiliki keunggulan dan kerugian tersendiri. Resiko yang muncul dengan mempraktekkan salah satu model pertanian ini adalah .konsekwensi harus diambil oleh petani. Pertanian pada lahan kering. dengan tanaman umur panjang
adalah pola
pertanian yang hanya menempatkan satu atau beberapa tanaman keras seperti kopi, kemiri, jeruk atau lainnya sebagai tanaman utama di sebuah lahan tertentu. Pola tanaman seperti ini kebanyakan dipraktekkan
oleh mereka yang memiliki mata
pencaharian lain di luar pertanian Selain dari pada itu, pola pertanian seperti ini
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
biasanya menjadi sebuah investasi yang hasilnya diharapkan untuk jangka waktu yang lama. Resiko yang diambil oleh para petani yang mempraktekkan pola ini adalah bahwa mereka tidak setiap waktu bisa memanen hasil ladangnya melainkan berjangka waktu. Pertanian di lahan kering
dengan menanam tanaman umur pendek adalah pola
pertanian yang memanfaatkan lahannya secara lebih intensif dengan menempatkan tanaman umur pendek seperti sayur-sayuran, palawija dan padi sebagai tanaman utama. Umur yang pendek dari tanaman yang ditanam menjadikan seorang petani yang mempraktekkan pola ini bisa memanen dalam jangka waktu yang tidak lama. Kelemahan sistem ini adalah bahwa perhatian dan kerja keras yang lebih, harus diberikan dalam perawatan tanaman umur pendek yang biasanya rentan terhadap penyakit. Sementara petani yang mengelola lahannya dengan tanaman campuran adalah petani yang menggunakan sistem tumpang sari . Sistem ini pada beberapa saat tertentu terutama pada tahun-tahun pertama penanaman tanaman keras menempatkan tanaman pendamping yang biasanya tanaman umur pendek sebagai tujuan utama. Setelah beberapa waktu dimana tanaman keras atau tanaman umur panjang mulai menghasilkan, maka tanaman umur pendek tidak lagi menjadi priritas utama. Pola pertanian seperti ini jauh lebih bersifat intensif dengan melakukan diversifikasi tanaman pada lahan terbatas yang dimiliki petani. Sementara itu tahapan pengelolaan pembukaan lahan pada masing-masing model pertanian lahan kering diatas tidak jauh beda. Pengelolaan lahan biasanya dimulai
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
dengan kegiatan persiapan lahan baik itu pembukaan lahan bagi yang belum pernah dipakai atau persiapan lahan bagi lahan yang sudah sering ditanami. Setelah persiapan kemudian dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan lain yang kemudian berakhir pada masa panen. Memperhatikan bahwa kajian ini menempatkan gambir sebagai sentral utama pembahasan, mau tidak mau pola pertanian lahan kering dengan tanaman umur panjang merupakan fokus perhatian. Selain gambir, tanaman pada lahan kering dengan tanaman umur panjang biasanya adalah jeruk, cengkeh ataupun kemiri, akan tetapi hal ini sangat jarang ditemukan di desa ini. Hasil-hasil pertanian dari desa Mbinalun secara garis besar adalah berupa padi (sawah/darat), sayur mayur, holtikultura dan kopi. Akan tetapi dari hasil produk-produk pertanian itu yang orientasinya pasar kebanyakan adalah gambir selebihnya adalah produk subsisten dan sambilan saja.
4.3.1
Berbagai Tanaman Pilihan
Dalam mengelola pertaniannya masyarakat desa Mbinalun mengenal berbagai komoditas tanaman pertanian yang kemudian menjadi tanaman-tanaman yang mereka budidayakan. Beberapa jenis tanaman yang ditanam oleh sebagian penduduk desa Mbinalun : a. Padi sawah dan ladang Sebagaimana diketahui bersama bahwa kondisi tofografi desa yang berbukitbukit dan berada di dataran tinggi menjadikan pertanian desa ini tidak bisa atau
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
hanya sedikit sekali lahan yang bisa dikelola menjadi lahan pertanian basah. Kondisi ini dapat terlihat jelas dari keadaan pertanian desa yang sebagian besar merupakan lahan pertanian kering dan luas areal persawahan yang dapat ditemukan di wilayah ini hanya sekitar 10 hektar dari sekitar 650 ha luas keseluruhan desa . Oleh sebab itu di desa Mbinalun terdapat beberapa petani sawah yang pilihan utama tanamannya adalah padi sawah. Pengelollan sawah yang dilakukan oleh petani desa ini bisa dikatakan semi intensif. Ini dikarenakan oleh sebagian petani sawah, sawahnya akan bisa dipergunakan untuk dua kali masa tanam dalam setahun, akan tetapi jenis tanaman yang ditanam tidaklah sama untuk kedua musim tanam tersebut. Selain ditanami padi, sawah yang dimiliki petani untuk beberapa saat juga akan ditanami dengan tanaman lain seperti jagung dan palawija.. Pola pengerjaan
sawah di daerah ini masih sederhana
yakni masih
mengerjakan bajak kerbau dan tenaga manusia.. Padi yang ditanam di sawah biasanya jenis padi lokal dan jenis padi IR yang biasanya berumur 90-110 hari. Produksi padi biasanya hanya untuk konsumsi sendiri. Penanaman padi yang dilakukan penduduk di desa ini umunya
dilaksanakan
dilahan kering, jenis padi yang ditanam di lahan kering dikenal dengan istilah padi ladang biasanya berupa padi gogo atau jenis padi darat lainnya. Tidak diketahui secara pasti berapa sesungguhnya luas lahan kering yang ada di desa ini yang ditanami dengan jenis padi darat. Kendala utama dalam hal pengeloaan hasil dari kedua tanaman padi ini adalah pada angkutan hasil dan penggilingan padi menjadi beras karena kilang penggilingan padi berada di luar wilayah desa Mbinalun.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Produksi padi setiap hektarnya dari kedua pola penanaman padi yang dilakukan masyarakat sangat bervariatif. Padi sawah , hasil perhektarnya bisa sekitar 1,7-3 ton gabah/ha. Kalau sudah digiling maka jumlah beras yang diperoleh sekitar 1,2-2,5 ton/ha. Hasil ini sedikit berbeda dengan padi ladang yakni satu hekter padi darat akan bisa diperoleh 1,4-2 ton gabah/ha..
b.
Sayur Mayur Sebagai sebuah desa yang terletakdi dataran tinggi dengan suhu yang dapat
diglolongkan dingin, maka hal itu sangat mendukung kegiatan penanaman berbagai jenis sayur mayur yang dilakukan oleh masyarakat desa ini. Beberapa jenis sayur mayur yang menjadi pilihan oleh hampir sebagian petani untuk ditanam diantaranya adalah : Kol, berbagai jenis sawi, wortel, cabe, tomat dan lainnya. Mengingat bahwa umur tanaman jenis ini adalah pendek, maka dalam setahun seorang petani biasa melakukan dua kali masa tanam. Untuk jenis kol dan sawi-sawian, seorang petani hanya akan memanen untuk sekali musim tanam. Walaupun demikian, sering kali tunas-tunas kol yang tumbuh setelah sayur kol dipanen juga menjadi komoditas yang laku untuk dijual. Akan tetapi hal itu tidak menjadi tujuan utama petani. Pertanian sayur mayur memang telah dikenal cukup lama oleh masyarakat desa ini secara turun temurun untuk beberapa generasi akan tetapi sampai saat ini hanya sedikit sekali petani di desa ini yang mengandalkan perolehan hasil dari ladang yang hanya ditanami dengan sayur mayur saja. Kenyataan ini muncul dikarenakan berbagai sebab yang diantaranya adalah ketersediaan benih yang yang tidak memadai,
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
harga pupuk dan obat-obatan yang sulit dijangkau serta tingginya biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh petani dalam memasarkan produk sayur-mayurnya. Tingginya biaya pemasaran sebagian besar dikarenakan sulitnya sarana transportasi dari ladang ke pasar setempat atau ke kota. Resiko yang harus diambil seorang petani yang mengandalkan hasil ladangnya pada pertanian sayur-mayur mengharuskan petani tersebut memiliki mata pencaharian lain yang bisa menjamin terpenuhi kebutuhan si petani itu sendiri bila seandainya hasil pertaniannya
tidak begitu berhasil. Hal inilah yang mungkin
menjadi sebab kebanyakan petani sayur mayur yang ada di desa ini biasanya memiliki ladang lain lagi seperti tanaman tua seperti gambir maupun kopi. Bisa juga sipetani menjadikan tanaman sayuran sebagai tanaman yang ditumpang-sarikan dengan tanaman lain. Tindakan ini sebagai sebuah upaya untuk meminimalisasikan resiko kerugian yang besar. Bila pertanian sayur-mayur tidak menghasilkan hasil yang optimal, maka biaya untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari akan bisa ditutupi dengan penjualan hasil tanaman lain yang juga ditanam. Demikian juga sebaliknya bila pertanian tanaman kopi dan gambir belum menghasilkan maka pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dapat digantungkan dari hasil penjualan sayur-mayur yang ditanam di sela-sela tanaman kopi dan gambir tersebut. Walaupun demikian, kesiapan untuk secara maksimal mengantisipasi agar tingkat kegagalan panen dapat diminimalisir harus selalu diupayakan. Tanaman komoditas lain yang ditemui di daerah ini seperti Kacang Ijo, Kacang Merah, Kacang Tanah dan Terong. Petani yang menanam palawija
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
jumlahnya sangat sedikit dan sebagain besar petani
yang menanam palawija
kebanyakan untuk tujuan diambil; hasilnya untuk kepentingan sendiri atau kalaupun dijual, proses penjualannya hanya di sekitar pasar (pekan) yang beroperasi seminggu sekali.
c. Sawit serta tanaman keras lainnya. Disamping jenis-jenis tanaman di atas sesungguhnya tanaman utama petani di desa ini adalah gambir, oleh beberapa penduduk akhir-akhir ini sawit juga telah ditanami sebagai usaha pertanian.. Namaun secara garis besar, persentasi petani gambir memang masih lebih besar daripada petani sawit Dari sekitar 200 Ha lahan kering yang terdapat di desa ini sekitar 100 Ha dimanfaatkan untuk tanaman gambir, baik dengan pola penanaman gambir secara tunggal maupun secara tumpang sari. 4.4. Sistem Produksi 4.4.1. Pembukaan Lahan Para petani di Desa Mbinalun ini mulai melakukan pertanian gambir dengan sistem pembudidayaan. Lahan yang ditanami gambir oleh para petani adalah lahan milik petani sendiri yang letaknya berada diatas lereng bukit, tanahnya kurang subur dan sedikit berbatu. Tetapi kondisi lahan seperti ini sangat sesuai dengan syarat tumbuh gambir menurut Zamarel dan Hadad EA (1991) yang menyatakan tanaman gambir dapat tumbuh baik pada tanah yang kurang subur. Umumnya petani memilih tanah-tanah, hutan perawan yang letaknya miring dan mudah meresapkan air, karena tanaman ini tidak tahan terhadap air tergenang.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Proses pembukaan lahan baru di desa Mbinalun disebut dengan nama Mertembak. Peralatan yang digunakan untuk membuka lahan baru adalah parang dan kampak. Caranya yaitu dengan membabat semak dan pohon-pohon kecil di sekitar areal. Selanjutnya pohon-pohon yang besar ditebang dan ditumbangkan dengan menggunakan kampak. Setelah areal tersebut bersih, lahan dibiarkan selama satu
bulan sampai semak-semaknya kering. Kemudian pada saat hari panas
dilakukan kegiatan pembakaran. Setelah itu sisa-sisa pembakaran yang belum habis terbakar dikumpulkan pada satu tempat dengan maksud untuk dibakar kembali agar habis seluruhnya. Selanjutnya setelah proses pembakaran selesai lahan tersebut sudah dapat ditanami tanaman gambir. Proses pembukaan lahan gambir memerlukan waktu lebih kurang tiga bulan tergantung dari luas lahan yang dibuka oleh petani gambir. Adapun luas lahan gambir di desa Mbinalun bervariasi sekitar 0,5 sampai 2,5 hektar. Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk pembukaan lahan adalah dua bulan untuk luas lahan 0,5-1,0 hektar. Sementara untuk luas lahan 2 sampai 2,5 hektar sekitar tiga bulan. Pembukaan lahan biasanya dilakukan pada bulan Januari sampai Juli. Untuk pembukaan lahan tersebut petani tidak menggunakan tenaga kerja luar keluarga, jadi umumnya petani melakukan pekerjaan pembukaan lahan menggunakan tenaga kerja keluarga inti, dan ini pun terbatas pada Bapak dan anak laki-laki yang telah berusia minimal 14 tahun., sedangkan ibu bertugas untuk menyediakan makan siang dan membuat minuman maupun makanan ringan. .
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Kalaupun ada para petani yang menggunakan tenaga kerja luar keluarga dalam hal pembukaan lahan inipun hanya menggunakan tenaga kerja laki –laki dan sistem pembayaran upah harian maupun borongan. Sedangkan bekerja dengan sistem gotong royong dalam pembukaan lahan sudah hampir punah kalaupun ada hanya sebatas pada keluarga dekat saja. Banyak sedikitnya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam suatu usaha pertanian tergantung dari jenis tanaman dan luasnya lahan yang diusahakan serta . dana yang tersedia untuk membiayai tenaga luar tersebut. Ada beberapa hal yang membedakan antara tenaga kerja keluarga dan tenaga luar antara lain adalah komposisi menurut umur, jenis kelamin, kualitas dan kegiatan kerja (prestasi kerja). Kegiatan kerja tenaga luar sangat dipengaruhi sistem upah, lamanya waktu kerja, kehidupan sehari-hari, kecakapan dan umur tenaga kerja. Umumnya tenaga kerja yang digunakan dalam pertanian gambir di Kabupaten Pakpak Bharat adalah tenaga kerja keluarga. Kalaupun ada tenaga kerja luar adalah pada waktu pembukaan lahan dan pada waktu pemanenan dan khusus mengenai pemanenan upah yang diberikan adalah dengan sistem bagi hasil.
4.4.2. Pembibitan Untuk proses pembibitan gambir menggunakan bibit yang dapat diperoleh dengan cara generatif (biji)
dan vegetatif (batang) . Adapun bibit gambir yang
digunakan dengan cara vegetatif (batang) adalah dengan mengambil bibit tanaman
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
gambir yang telah berusia sekitar 6 bulan dan berasal dari hutan-hutan yang ada di sekitar desa Mbinalun. Dengan ukuran panjang bibit adalah lebih kurang 0,5 meter. Pengambilan bibit dari hutan menggunakan pelepah pisang untuk membungkus bibit tersebut dan direndam dengan air ataupun dengan menempelkan tanah pada akar bibit gambir yang telah dikumpulkan tersebut. Bibit gambir yang lainnya dapat diperoleh secara vegetatif yaitu dengan mengambil bagian tanaman gambir yang telah tua, yaitu berusia sekitar empat tahun. Tanaman gambir tersebut kemudian ditanam kembali pada lahan yang telah disediakan. Adapun bibit yang paling baik dan sering digunakan oleh petani gambir desa Mbinalun adalah bibit yang diperoleh dengan cara generatif. Hal ini disebabkan bibit tersebut kualitasnya lebih bagus karena umur bibit yang lebih muda dan lebih produktif. Untuk melakukan penanaman masyarakat tidak pernah melakukannya dengan menanam bibit yang dibeli, tetapi masyarakat melakukannya dengan cara stek (mengambil dari tanaman yang bagus, dipotong dahan yang cukup tua, kemudian dilakukan penanaman langsung) pada musim hujan. Hal ini sudah turun temurun dilakukan masyarakat dan hasilnya cukup memuaskan, sehingga cara tersebut sudah menjadi darah daging bagi petani. Pada lokasi penelitian (desa Mbinalun) tidak ada yang membuat pembibitan untuk perbanyakan tanaman gambir, karena menurut mereka pembibitan memerlukan biaya besar dan waktu yang lama untuk membuatnya serta memerlukan keterampilan yang khusus agar hasil yang didapat cukup baik.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Adapun alasan masyarakat tidak memakai bibit karena mereka tidak pernah menggunakan bibit untuk perbanyakan tanaman gambir mereka, sehingga mereka kurang menguasai dalam teknik mengelola tanaman gambir yang berasal dari bibit . Hal ini sesuai dengan
pendapat Wudianto, 2000 yang menyatakan bahwa
perbanyakan tanaman dengan cara stek lebih baik dari pada perbanyakan dengan biji, selain itu perbanyakan dengan cara stek lebih mudah tumbuh dan sifat yang dihasilkan dari perbanyakan stek umumnya menyerupai dengan induknya.
4.4..3. Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Pada proses penanam gambir tidak memiliki perbedaan yang banyak dengan tanaman lainnya. Lahan yang telah dibersihkan ditanami bibit gambir yang telah disediakan. Tanah ditugal dengan kedalam sekitar 20 cm. Jarak tanam yang digunakan adalah 2m x 2 m. bibit yang ditanaman dalam keadaan basah. Apabila bibit yang ditanam kering maka tanamam tersebut akan mati. Jumlah bibit yang digunakan petani sample pada luas lahan 0,5 hektar adalah sebanyak 500 batang, luas lahan 0,6 hentar adalah 600 batang dan 1000 batang untuk luas lahan 1hektar. Selama masa pertumbuhan tanaman, petani hanya melakukan beberapa kali penyiangan gulma untuk menjaga kebersihan areal tanaman gambir. Tanaman gambir merupakan tanaman yang tidak mudah terkena hama penyakit serta tidak membutuhkan perawatan seperti pada tanaman lain. Untuk tanaman gambir yang menjadi permasalahan utama hanyalah gulma. Pengairan dan pemeliharaan rutin
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
tidak dibutuhkan. Untuk pengairan rutin petani hanya mengandalkan curah hujan yang turun setiap tahunnya. Sistem pertanian gambir yang berada di desa Mbinalun Kabupaten Pakpak Bharat menggunakan sistem multi kultur yakni petani tidak hanya mengusahakan tanaman gambir sebagai usahatani utamanya tetapi ada selingan tanaman lainnya di dalam satu lahan pertaniannya.. Masalah utama dalam pemeliharaan tanaman gambir adalah pemberantasan gulma yang selalu .hidup berdampingan dengan tanaman gambir. Gulma tersebut dapat merusak kualitas pucuk-pucuk daun gambir yang akan dipanen. Oleh sebab itu petani gambir melakukan penyemprotan herbisida yaitu jenis roundup, ploralis dan spark setiap enam bulan sekali. Disamping itu secara tradisional juga dilakukan yaitu dengan cara pembersihan langsung rerumputan ataupun tumbuhan penggangu (gulma) istilah lokal pembersihan tersebut disebut menggogo
Tujuannya adalah
untuk mematikan pertumbuhan gulma. Dosis pemakaian herbisida dalam rangka pemberantasan gulma oleh petani responden ditemukan sebagai berikut : Yang menggunakan herbisida jenis round up dan polaris secara bersamaan ada sebanyak 5 orang atau sebesar 40 % dari total petani sampel. Menggunakan herbisida jenis round up dan spark secara bersamaan ada 1(satu) orang atau sebesar 10 %. Mnggunakan herbisida jenis polaris dan spark secara bersamaan ada 2 (dua) orang atau sebesar 15 %.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Menggunakan 3 (tiga) jenis herbisida (round up, polaris dan spark) secara bersamaan sebanyak 3 (tiga) orang atau 25 % dari total petani sampel. Menggunakan herbisida jenis roun up berjumlah 1(satu) orang atau sebesar 10 % dari total petani sampel. Selanjutnya pemberantasan hama tanaman seperti hama penggerek tanaman dilakukan dengan cara tradisional yaitu membunuh ataupun meracun hama tersebut. Adapun anggota keluarga yang terlibat dalam pengelolaan lahan pertanian gambir yang mereka miliki yaitu terdiri dari suami, isteri, biasanya anak-anak mereka sekolah pada pagi hari sampai siang sehingga jarang ada anak-anak mereka yang ikut ke kebun bersama orang tuanya. Biasanya anak-anak mereka ikut ke ladang pada saat libur sekolah. Pada setiap harinya biasanya isteri petani tidak ikut ke ladang, karena mereka memasak di rumah serta membersihkan rumah mereka, adapun tugas dari para isteri
petani yaitu
pada saat pengolahan hasil gambir, seperti
memetik/memotong daun/ranting gambir yang akan direbus, memasak/merebus daun gambir, mencetak, menjemur, serta menjualnya pada saat pekan, selebihnya dilakukan oleh suami mereka, seperti membersihkan ladang/kebun, mengganti tanaman yang mati. Jadi pada dasarnya isteri petani jarang sekali ikut ke ladang. Petani di desa Mbinalun biasanya bekerja dari pagi sampai menjelang zuhur, kemudian pada siang hari sekitar pukul dua mereka pergi lagi ke ladang mereka. Di desa Mbinalun lahan yang dimiliki petani jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah mereka, sehingga untuk makan siang petani tidak perlu membawa nasi ke ladang karena mereka bisa pulang untuk makan siang.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
4.4.4. Pemanenan Gambir. Tanaman gambir di lokasi penelitian sudah bisa dipanen sejak umur 2 (dua) tahun dan bisa terus dipanen sampai umur puluhan tahun. Panen dilakukan secara rotasi setiap harinya tergantung dari luas lahan yang dimiliki petani. Panen dilakukan pada pagi hari sebaiknya dimulai dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 10.00 WIB, karena apabila lewat dari jam tersebut maka getah yang dihasilkan akan berkurang, hal ini akan merugikan petani, daun/ranting yang telah dipetik
sebaiknya langsung
diolah, apabila tidak langsung diolah maka hasil yang akan didapat kurang baik, hal ini sesuai dengan Annonimous 1996 yang mengatakan apabila pemetikan daun gambir dilakukan di atas pukul 12.00 WIB akan mengakibatkan jumlah produksi gambir yang diperoleh sedikit dan mutu yang dihasilkan rendah serta apabila daun/ranting yang dipetik tidak langsung diolah akan menyebabkan kadar daun gambir tersebut menurun..
Daun-daun gambir yang telah dipanen dimasukkan ke
dalam goni besar dan kemudian di bawa ke tempat pengolahan. Hasil yang akan didapat akan sama apabila perawatan dan pemeliharaannya baik. Pada tanaman gambir tidak ada istilah tidak produktif lagi, apabila tanaman mati barulah dikatakan tidak produktif . Dengan demikian pendapat Annonymous 1996 yang mengatakan bahwa tanaman gambir hanya dapat produktif sampai umur 20 tahun tidak sesuai dengan fakta yang ada di lapangan, tepatnya di desa Mbinalun, karena tanaman gambir yang ada di desa Mbinalun ada yang berumur di atas 20 tahun.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Beberapa peralatan yang digunakan masyarakat Desa Mbinalun dalam proses pemanenan gambir, yaitu :
1. Parang
: golok
2. Keranjang
: kirang
3. Goni
: goni
4.
: biku
Beko
Untuk pengelolaan baik itu tanaman gambir, kopi, jagung dan lain sebagainya masih dilakukan masyarakat dengan cara tradisional, begitu juga untuk pengolahan hasil yang didapat mereka. Karena masyarakat umumnya hanya mengetahui cara yang rtradisional baik untuk pengelolaan, budidaya maupun
untuk pengolahan
hasilnya maka yang digunakan masyarakat yaitu hanya cara tradisional
saja.
Disamping itu hal ini sesuai dengan Anonimous, 1999 yang mengatakan bahwa dengan cara tradisional masyarakat lebih menguasai cara tersebut dan lebih mudah serta alat-alat yang dibutuhkan untuk pengolahan umumnya mudah didapat di sekitar ladang atau tempat tinggal mereka.
4.5.
Pengolahan Pengolahan gambir dilakukan di dalam satu gubuk yang berukuran lebih
kurang 7x 7 meter . Gubuk ini berada pada lahan gambir dan biasanya juga dijadikan sebagai tempat penginapan para petani apabila pekerjaan mereka tidak selesai pada hari itu. Kegiatan pengolahan menggunakan satu buah dandang besar sebagai tempat merebus daun/ranting gambir, daun gambir direbus selama satu jam dandang dalam keadaan tertutup, daun gambir yang telah selesai direbus, airnya dipindahkan ke
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
dalam ember-ember kecil yang sering disebut ember sambung, setelah itu didiamkan lebih kurang 90 (sembilan puluh menit). Selanjutnya daun gambir dipindahkan lagi kedalam goni besar untuk di pres dan diambil getahnya. Selama dipres diletakkan satu buah ember besar untuk menampung ekstrak gambir tersebut, setelah selesai dipres ampasnya tidak langsung dibuang tetapi selanjutnya ditumbuk untuk mendapatkan ekstraknya lagi dengan didiamkan selama satu malam. Keesokan harinya ekstrak tersebut ditiriskan dengan menggunakan goni tepung. Ditiriskan selama lebih kurang 1 jam sehingga didapatlah ekstrak gambir yang benar-benar murni. Setelah itu ekstrak tersebut dapat dicetak sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Bentuk gambir yang dicetak di Desa Mbinalun adalah bentuk parabola atau jambu. Gambir yang telah dicetak tidak dapat langsung dijual, tetapi gambir tersebut harus dijemur terlebih dahulu selama satu minggu. Setelah itu gambir-gambir yang telah siap dicetak dan telah kering karena penjemuran selanjutnya dapat dijual.. Adapun peralatan yang diperlukan dalam pengolahan gambir sebagai berikut : a. dandang
: dandang
b. baskom
: sambung
c. jepitan
: kapiten
d. gayung
: gayung
e. saringan
: saringen
f. gunting
: gonting
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
g. parang
: golok
h. goni
: karung
Mengenai pencetakan gambir petani hanya menggunakan kedua tangan dengan bantuan sendok. Cara ini mengakibatkan ukuran hasil produksi tidak sama dan penampilan kurang menarik. Cara yang paling baik terdiri dari tuangan sejenis dengan sistem pres, sehingga ukuran gambir satu dengan yang lainnya seragam dan juga penampilan cukup baik sebagai daya tarik pembeli. Kegiatan usaha pertanian gambir dilakukan setiap harinya dimulai pada hari Senin sampai Jumat sedangkan pada hari Sabtu menjual gambir ke pekan ataupun kepada pedagang pengumpul desa..
Gambar 1 : Bagan pengolahan gambir yang dilakukan petani. Dimasukkan Ke Dalam Goni Ukuran 15 KG
Daun Gambir
Daun Gambir Diperas
Didiamkan selama 1 Malam
Siap dijual
Didiamkan selama 90 Menit
Daun Gambir dimasak selama 60 menit
Dipindahkan ke dalam ember
Penirisan ekstrak gambir selama 1 jam
Gambir dijemur selama 1 Minggu
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Gambir dicetak
4.6. Pendapatan Dari Pertanian Gambir. Di Desa Mbinalun umumnya masyarakat bekerja sebagai petani, dimana sumber utama pendapatan rumah tangga mereka berasal dari usaha tani seperti pertanian gambir, sawit, kopi, padi dan lain sebagainya. Sedangkan sumber pendapatan diluar dari bertani hanya sebahagian kecil saja terdiri dari, tukang, jualan,
pegawai pemerintahan, dan sebagai penampung hasil panen petani. Berdasarkan hasil perhitungan dan pengolahan data yang dilakukan melalui
daftar pertanyaan, wawancara serta pengamatan langsung di lapangan, maka diketahui pendapatan masyarakat desa Mbinalun dari hasil gambir dan hasil selain tanaman gambir ( sawit, padi) dengan luas lahan yang berbeda dapat diuraikan sebagai berikut..
Tabel 8 Penerimaan rata-rata petani/tahun berdasarkan kategori lahan. No
Penerimaan Petani/Tahun
Kategori lahan (Ha) Gambir
Sawit
Padi
-
1
Kecil (K) 0-0,5
10.000.000
6.000..000
1000.000
-
2
Sedang(S) 0,5-1,00
20.000.000
12.000.000
2.000.000
-
3
Besar (B) > 1,00
25.000.000 18..000.000
0
-
Dari data di atas maka dapat dilihat penerimaan
rumah tangga/Kepala
Keluarga berdasarkan luas lahan dan jenis tanaman yang dikelola, pada lahan seluas 0-0,5 Ha pendapatan yang diperoleh masyarakat yang mengusahakan tanaman gambir
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
sebesar
Rp. 10.000.000,- per KK/Thn. Sedangkan untuk jenis
tanaman sawit
sebesar 6.000.000 per KK/thn serta untuk jenis tanaman padi sebesar 1.000.000 per KK/thn. Untuk lahan seluas
0,5 Ha – 1,00 Ha hasil yang didapat sebesar Rp.
20.000.000/KK/thn untuk jenis tanaman gambir, sedangkan untuk jenis tanaman sawit
sebesar
Rp.12
.000.000/kk/tahun,
jenis
tanaman
padi
sebesar
Rp.
2.000.000/KK/tahun Sedangkan untuk lahan di atas 1,00 Ha hasil yang didapatkan masyarakat sebesar Rp. 25..000.000/KK/thn untuk jenis tanaman gambir,
jenis
tanaman sawit sebesar 18.000.000/KK/Th, sedangkan untuk jenis tanaman padi tidak ada hasil yang didapat masyarakat karena masyarakat tidak ada yang menanam tanaman padi untuk lahan di atas 1,00 Ha. Masyarakat Desa Mbinalun umumnya memanen dan mengolah hasil secara sendiri, tanpa memakai tenaga kerja upahan, sehingga masyarakat yang memiliki lahan di atas 1,00 Ha umumnya kesulitan baik dalam mengelola maupun memanen hasilnya, tetapi kadang-kadang ada juga masyarakat yang memakai tenaga kerja upahan untuk memanen hasil gambir mereka. Dengan luas lahan diatas 1,00 Ha maka masyarakat akan mendapatkan hasil yang cukup berpengaruh bagi kehidupan ekonomi mereka. Ada hal lain yang dihadapi masyarakat Desa Mbinalun khususnya dalam hal pengolahan gambir yaitu masalah bahan baku (kayu bakar) yang sulit didapatkan saat sekarang ini, kalaupun ada tetapi harganya sangat mahal, sehingga banyak masyarakat yang tidak memanen hasil gambir mereka tepat pada waktunya, apabila hal ini terjadi akan menyebabkan kualitas dari ekstrak.gambir menurun. Hal lain yang menyebabkan hasil dari gambir tidak maksimal karena daun gambir yang
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
diambil oleh masyarakat sudah terlalu tua sehingga hasilnya sedikit dan kurang bagus, faktor yang menyebabkan hal tersebut salah satunya karena lahan yang terlalu luas, sedangkan tenaga kerja yang dipakai terbatas yang pada umumnya hanya menggunakan tenaga kerja keluarga.
4.7. Sistem Pemasaran. Biasanya hasil dari gambir dijual ke pada pedagang pengumpul,
mereka
ini disebut Toke yang langsung menjemput ke masing-masing rumah petani. Bisa juga petani
yang langsung menjual kepada pedagang pengumpul dengan
mengantarkan ke pedagang pengumpul dimaksud. Hal kedua ini dilakukan petani karena butuh segera uang Biasanya juga petani ada yang menjual hasil gambirnya ke pekan di Kecamatan Si Tellu Tali Urang Jehe, karena harganya lebih mahal jika petani menjualnya sendiri saat pekan berlangsung. harganya
jika dijual di desa/ di rumah
Rp. 15.000.- per kilogram, sementara kalau dijual di Pekan laku Rp.
16.000,- per kilogramnya
Apabila tidak habis maka para petani menjualnya
kepada para pedagang pengumpul yang datang ke rumah petani.. Gambir yang telah dicetak masyarakat secara tradisional biasanya jika dijual perbiji dengan harga Rp. 500. Seluruh petani yang ada di desa Mbinalun merupakan petani gambir, mempunyai penghasilan/pendapatan dari pengusahaan gambir di ladang mereka. Pekerjaan lain di luar bertani gambir yang juga sebagai sumber pendapatan bagi
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
kehidupan ekeonomi mereka adalah seperti bertani padi, jagung, kopi, karet, Pegawai pemerintahan serta penampung hasil pertanian. Untuk mengetahui sistem pemasaran gambir dilakukan dengan metode penelusuran yaitu dengan menanyakan langsung kepada petani responden kemana gambir tersebut dipasarkan. Dengan cara ini diperoleh beberapa sample pedagang. Adapun jumlah unit pemasaran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel : 9 Jenis lembaga pemasaran, jumlah dan daerah operasional No
Jenis lembaga Pemasaran
Jumlah
Domisili Daerah
(orang)
Operasional
1
Pedagang Pengumpul
2
Desa
2
Eksportir
1
Propinsi-Luar Negeri
Sumber : Data Primer Dari tabel dapat dilihat jumlah pedagang pengumpul desa adalah sebanyak dua orang. Pedagang pengumpul bekerja juga sebagai petani gambir. Pedagang pengumpul ini disebut Toke, membeli gambir dari para petani yang ada di desa dengan cara memesannya terlebih dahulu. Tidak jarang pedagang pengumpul memberikan uang muka sebagai jaminan yang digunakan petani untuk modal usaha taninya. Untuk penelitian ini yang menjadi informan adalah pedagang pengumpul yang berada di desa Mbinalun di sebabkan penelitian dilakukan di desa Mbinalun.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Setelah pedagang pengumpul membeli gambir dari para petani , disimpan gambir tersebut selama satu malam. Kemudian gambir tersebut di masukkan ke dalam goni-goni yang berukuran 50 kg dan diikat dengan tali. Para pedagang langsung menjual gambir tersebut ke Medan dengan kenderaaan 1 unit mobil Cary Pic up. Adapun bentuk gambir yang dipasarkan terdiri dari 3 jenis, yaitu: Gambir kering berbentuk parabola dengan harga Rp. 500, - perbuah Gambir kering berbentuk jambu dengan harga Rp. 200,- perbuah Gambir kering berbentuk lonjong dengan harga Rp. 400, -perbuah Gambir yang sering diminta oleh eksportir adalah berbentuk parabola. Para eksportir juga tidak menginginkan gambir tersebut terlalu padat karena akan mempersulit dalam proses pengolahannya kembali. Sementara gambir lonjong merupakan gambir yang paling mahal dan biasanya dikonsumsi masyarakat untuk menyiring. Gambir ini biasanya dijual untuk dipasarkan ke pasar-pasar tradisional. Eksportir akan menjual kembali gambir-gambir tersebut. Sebelum di kirim ke luar negeri gambir akan diolah kembali oleh eksportir yaitu gambir dimasak, dicetak dan kemudian dijemur. Setelah dijemur gambir dapat di jual ke luar negeri. Tabel : 10 Harga Beli gambir pada saluran pemasaran Saluran Pemasaran Harga Beli 1 Kg gambir (Rupiah) 1. Pedagang Pengumpul Rp. 15.000 2. Eksportir Rp. 19.000 Sumber : Wawancara langsung dengan Pedagang
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Dari uraian di atas dapat dilihat saluran pemasaran gambir adalah sebagai berikut : Petani Æ
Pedagang Pengumpul Desa
-Æ Eksportir
Petani Æ
Pekan (Pasar tradisional
-Æ Konsumen Lokal
4.8. Penerimaaan dari Pertanian Gambir Dalam setiap kegiatan usaha pertanian dan pengolahan gambir tentu saja mengeluarkan biaya untuk dapat menjalankan usaha pertaniannya dengan baik. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan petani gambir dimulai dari proses penanaman, panen sampai proses pengolahan. Adapun biaya produksi terdiri dari biaya tetap ( fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Total biaya pertanian yang dikeluarkan petani adalah jumlah biaya tetap dan biaya tidak tetap. Yang termasuk biaya tetap adalah upah tenaga kerja dan akumulasi penyusutan peralatan. Sementara biaya tidak tetap adalah pupuk, herbisida (round up, polaris, dan spark) dan bibit. Dalam hal ini petani di desa Mbinalun tidak ada menggunakan pupuk herbisida. Penerimaan petani adalah jumlah pendapatan petani yang diperoleh dari penjualan gambir. Penerimaan ini dihitung dari jumlah produksi petani dikali harga. Setelah itu baru dapat diketahui berapa jumlah pendapatan bersih petani. Pendapatan bersih adalah penerimaan petani dikurangi dengan biaya produksi. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 11 di bawah ini.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel : 11 Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan Bersih per Petani periode Oktober 2006-Oktober 2007 Luas Lahan Penerimaan Biaya Produksi Pendapatan Bersih Rata-Rata (Ha) Rata-rata (Rupiah) (Rupiah) (Rupiah) < 1 Ha 10.000.000 6.800.000 3.200.000 > 1 Ha
20.000.000
13.600.000
6.400.000
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 2) Dari Tabel 11 diatas dapat dilihat bahwa untuk skala luas lahan < 1 hektar, penerimaan rata-rata yang diterima petani Rp. 10.000.000. Adapun jumlah biaya produksi rata-rata Rp. 6.800.000 sehingga
pendapatan bersih Rp. 3.200.000.
(menguntungkan). Untuk skala luas lahan > 1 Ha, penerimaan rata-rata yang diterima petani sebesar Rp. 20.000.000.- adapun jumlah biaya produksi rata-rata adaah sebesar Rp. 13.600.000. Pendapatan bersih rata-rata Rp. 6.400.000.- (menguntungkan)
4.9. Mutu Produksi Gambir Mutu tanaman gambir sangat dipengaruhi oleh jenis bibit gambir dan proses pengolahannya. Tanaman gambir Pakpak Bharat
menggunakan jenis bibit yang
diperoleh secara generatif yaitu dengan menanam kembali tanaman gambir yang telah tumbuh dan berusia sekitar enam bulan serta panjang tanaman sekitar 0,5 meter. Bibit tersebut diperoleh dari hutan sekitar desa Mbinalun. Sementara untuk proses
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
pengolahannya para petani melakukannya secara tradisional dengan menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Untuk saat ini petani gambir hanya menjual gambir dalam bentuk kering. Biasanya gambir tersebut dapat dijual dalam dua bentuk yaitu gambir kering atau gambir bubur. Untuk 100 kg daun gambir segar biasanya bisa menghasilkan 20 kg gambir kering dan 95 kg gambir bubur.
Adapun alasan
petani gambir Desa
Mbinalun hanya menjual gambir kering karena harga gambir bubur sangat murah dan proses pengolahannya juga sangat rumit. Menurut standard, mutu gambir umumnya dapat digolongkan dalam beberapa kelas atau kategori. Seperti yang terdapat pada tabel berikut ini.
Tabel : 12 Mutu Gambir: No
Jenis
Warna
Bentuk Cetakan
Berat (buah/Kg)
Kuning Kekuning-kungingan Kuning Kehitaman
Merata Tidak Rata Kurang Sempurna
25-30 20-25 18-20
Hitam
Lebih tidak Rata
< 18
Hitam hangus
Cetakan Banyak yang rusak Gambir Pecahan
Mutu 1 2 3
Super Spesial Kualitas 5A 4 Kualitas 4A 5 Kualitas 3A 6 Kualitas 2A Sumber : Data Primer
-
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
-
Jika dibandingkan dengan standard mutu diatas, maka mutu gambir desa Mbinalun dapat diglongkan kepada kualitas 4 A (mutu sedang) karena cirri-ciri gambirnya berwarna hitam, bentuk cetakan tidak rata dan beratnya kurang dari 30 buah per kg. Walaupun mutu gambir Desa Mbinalun berada pada kualitas 4 A, tetapi gambir ini tetap dapat dijual kepada eksportir di Medan. Eksportir tersebut akan mengolah gambir ini kembali, sehingga hasil akhir dari gambir ini adalah gambir yang telah diolah eksportir dengan kualitas yang lebih baik. Gambir olahan inilah yang akan dijual ke l.uar negeri. Dengan demikian beratri bahwa hasil produksi petani gambir tergolong mutu baik tetapi belum dapat memenuhi standard ekspor.
4.10. Intervensi Pemerintah Daerah Intervensi di sini pembangunan
diartikan sebagai peranan pemerintah dalam
pertanian. Maksudnya bukanlah banyak atau sedikitnya campur
tangan dan peranan pemerintah tetapi bagaimana dan dalam bidang apa pemerintah dapat
membantu, mendorong warga masyarakatnya untuk mencapai efisiensi
tertinggi dalam usaha meningkatkan kesejahteraaanya. Inilah persoalan yang dipelajari oleh kebijaksanaan pertanian yaitu bagian daripada kebijaksanaan ekonomi yang menyangkut kepentingan sektor pertanian. Kebijakan pertanian adalah merupakan serangkaian tindakan-tindakan yang telah, sedang dilaksanakan oleh pemerintah untuk mecapai tujuan tertentu.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
dan akan
Adapun kebijakan Dinas Pertanian Kabupaten Pakpak Bharat adalah : Perluasan areal tanaman perkebunan komoditi unggulan yakni : nilam, kopi, gambir, karet dan kelapa sawit, jadi masih dalam tahapan perluasan areal perkebunan belum pada tahap intensifikasi. Dari kebijakan diaplikasikan kedalam program dan kegiatan. Adapun program Dinas Pertanian Kabupaten Pakpak Bharat adalah sebagai berikut : 1. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan, kegiatannya :. 1.1. Peningkatan sarana dan prasarana pembenihan 1.2. Pengadaan bibit unggul tanaman karet dan sosialisasi budidaya tanaman karet 2. Program
Peningkatan
Penggunaan
Teknologi
Pertanian/Perkebunan,
kegiatannya : 2.1. Memberiksan magang kepada 22 (dua puluh dua ) orang petani gambir Kabupaten Pakpak Bharat berangkat ke
petani gambir di Propinsi
Sumatera Barat. 2.2. Penyusunan Buku Panduan Produksi , Cara Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan 3. Program Pengadaan sarana dan prasarana teknologi pertanian/perkebunan tepat guna, kegiatannya :. 3.1. Pengadaan mesin babat. 3.2. Pengadaan traktor tangan. .
3.3. Pngaddan Unit Pengelohan Hasil (UPH) 25 (dua puluh lima) unit
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Adapun Penemuan Peneliti mengenai kebijakan-kebijakan
Pemerintah
Daerah yang telah dilaksanakan di lokasi penelitian adalah 1. Penyaluran bibit 2. Pengadaan alat Pres
Masalah pengadaan bibit. Oleh warga kurang direspons
adapun alasan
warga karena bibit bisa mereka usahakan sendiri., sebenarnya yang dibutuhkan oleh warga
adalah
perbaikan
harga
serta
peralatan-peralatan
proses
dan
rumah/pemondokan untuk proses pengolahan daun gambir Untuk mencapai tujuan-tujuan ini maka Pakpak Bharat
Pemerintah Daerah Kabupaten
sebaiknya merespons keinginan dan keperluan dari
para petani
gambir yang ada di daerahnya.
4.11. Kebijakan Memajukan Industri Pengolahan Pada daerah penelitian yang ditemukan oleh penedliti ada suatu hal yang sangat penting dan mendesak untuk dilaksanakan oleh pemerintah untuk memajukan usaha pertanian gambir dan untuk meningkatkan kesejahteraan petani
yakni
menghadirkan Industri/pabrik pengolahan daun gambir sedhingga dengan demikian para petani tidak perlu lagi merebus sendiri daun gambir yang dipetiknya dari ladang, karena pekerjaan tersebut tidak efisien, jadi para petani cukup hanya memetik daun gambir dan menjualnya kepada pabrik pengolahan hal in bisa memberikan penghasilan yang lebih bagi petani serta mendapatkan uang setiap harinya tanpa
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
banting tulang
sebagai pemetik dan sekaligus merebus dan menjemur serta
memasarkan dari hasil olahan tangan para peani yang telah amat capek dari ladang yang jauh dari rumah menetapnya dan bukankah cirri- cirri masyarakat modern adalah spesialisasi dan efisiensi baik dalam biaya, tenaga maupun waktu.. Agar pengusaha bersedia terjun ke bidang ini maka
harus ada sekedar
jaminan bahwa mereka itu tidak akan rugi. Di sinilah muncul peranan pemerintah. Pemasaran barang-barang pertanian hanya dimungkinkan bila ada jalan-jalan yang dibangun oleh negara, hubungan-hubungan telekomunikasi yang lancar, penyediaan fasilitas-fasilitas perkreditan dan perangsang-perangsang khusus dalam pnegimporan mesin-mesin untuk industri pengolahan itu. Pendek kata pemerintah memang memegang peranan yang penting sekali dalam mendorong berkembangnya industri pengolahan dan pemasaran.
4.12. Kehidupan Sehari-hari Kehidupan sehari-hari petani dapat dilihat pada keadaan makanan/menu dan gizi, perumahan, kesehatan serta keadaan lingkungan. Jika keadaanya jelek dan tidak memenuhi syarat maka akan berpengaruh negatif terhadap kinerja. Pada daerah
penelitian yang ditemui oleh peneliti kehidupan sehari-hari
penduduknya adalah jelek, karena memenuhi unsure-unsur yang dikemukakan di atas
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. .Kesimpulan 1.
Proses usaha penanaman gambir awalnya dimulai dengan membuka areal hutan kemudian dikonversi mnjadi lahan kosong, lalu ditanami dengan tanaman gambir.
2.
Masyarakat sekarang masyarakat
mengembangkan sistem pola tanaman
tumpang sari dan paling sesuai menurut petani dengan tumpang sari tersebut.
3.
Pendapatan bersih rata-rata yang diperoleh dari pertanian gambir sebesar Rp. 3.2.00.000/KK/thn setelah dikeluarkan biaya produksi yang meliputi upah tenaga kereja, pestisida dan bibit, dengan demikian pendapatan dari pertanian gambir tergolong rendah..
4.
Luas rata-rata tanaman petani ½ hektar/kk serta tenaga kerja keluarga inti rata-rata 2 (dua) orang...
B. Saran Pemerintah daerah ataupun propinsi hendaknya membantu masyarakat petani gambir dalam mekanisasi pengolahan daun gambir menjadi gambir sehingga masyarakat cukup praktis untuk dapat mengolah hasil tanpa membuang waktu dan tenaga yang cukup banyak. Disamping itu lebih efisien lagi sekiranya pemerintah daerah bisa mendatangkan investor
sehingga masyarakat cukup hanya dengan
menjual daun gambir, sementara investor yang mengolahnya menjadi gambir,
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
sehingga lahan usaha tanaman ini dapat lebih luas diusahakan oleh petani karena mereka tidak perlu lagi untuk mengolahnya menjadi gambir, tugas tersebut telah ditangani oleh pengusaha. Pemerintah sebaiknya menfasilitasi pembuatan koperasi yang gunanya untuk membeli hasil panen masyarakat desa Mbinalun dengan harga yang berlaku di pasaran, sehingga dengan demikian akan meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat desa Mbinalun. Perlunya Pemerintah membuka jalan-jalan baru di desa-desa sehingga memudahkan mengangkut hasil ke perkampungan. Pemerintah mengajak petani bermusyawarah tentang apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh para petani. . Perlu adanya komitmen antara petani
untuk menjaga, memelihara serta
mengembangkan tanaman gambir karena tanaman gambir mempunyai manfaat yang sangat banyak dan sudah dirasakan oleh masyarakat seperti obat sakit perut, obat luka bakar dan obat sariawan / panas dalam..
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
DAFTAR KEPUSTAKAAN Bunch Roland, Dua Tongkol Jagung, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2001 BPEN, HTTP/WWW.Nafid.go.id/berita/index.Php/artc, diakses 15 September 2007. BPS Pakpak Bharat Pakpak Bharat Dalam Angka, 2006. Dinas Perkebunan Pemerintah Propinsi Dati I Sumatera T.A. 1996/1997 Utara, Teknik Budidaya Gambir. Departemen Kehutanan, Buku Pintar Penyuluhan Kehutanan dan Perkebunan. Edisi Kedua. Pusat Bina Peny uluhan dan Perkebunan. Jakarta, 2000. Departemen Pertanian,. Prospek Gambir di Sumatera Barat, Bulletin Informasi Pertanian No. 01/1990. Padang., 1990 Hambali, E. Rahman, O.Rossalia, Diklat Teknologi Hasil Hutan Ikutan Teknologi Pertanian IPB, Bogor, 2000
Fakultas
Hambali, E. Suryani, A. Hapsari, M, Praktek Pengolahan Gambir, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor, 2003. Hasan, Z., Teknologi Pra dan Pasca Panen Gambir, Jurnal penelitian Instalasi Penelitian Pengkajian Teknologi Pertanian Vol. VII Solok, 2001.. Jefta Leibo, Sosiologi Pedesaan, Penerbit Andi Offset Yogyakarta, 1994. Ken Suratiyah, IlmuUsaha Tani, Penerbit Penebar Swadaya,Jakarta, 2006. . Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta, Gramedia, 1984. -------------------, Masalah-Masalah Pembangunan, Bunga Rampai Antropologi Terapan, LP3ES, 1982.. --------------------, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta, Gramdeia., 1977. Magister Studi Pembangunan Program Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara Buku Panduan dan Penulisan Tesis , Medan USU Press, 2005. Mubyarto, 1989, Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES Yogyakarta 1989. Nazir, N, Gambir Budidya, Pengelolaan dan Prospek Diverifikasinya, Yayasan Hutanku Padang., 2001
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Rahardi, F, Petani Berdasi, Penebar Swadaya, Jakarta., 1994. Rahardjo, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian, Gadjah Mada University Press, 1999.. Sait, S Sdibyo, A.Loebis, H.E,, Proyek Penelitan dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian., 1998.. Sajogyo & Pudjiwati Sajogyo, Sosiologi Pedesaan, Jilid 2, Gadjah Mada University Press, 1989. . Sirjuzilam, Beberapa Aspek Aspek Pembangunan Regional, ISEI Bandung. . Siswono Yudo Husodo, Bungaran Saragih, H.S. Dillon, Muslimin Nasution, 2004, Pertanian Mandiri, Penrbit Penebar Swadaya, Jakarta, 2004. . Soekartawi, Analisis Usaha Tani, UI-Press. Jakarta., 1995.. Soekartawi, Agribisnis Teori dan Aplikasinya, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.. Sukardi, Budidaya dan Pasca Panen Gambir. Dinas Perkebunan Dati I Sumatera Barat, Padang, 1996... Sutjipto, N.W. Lemmens, R.H.J. Tanaman penghasil Bahan Pewarna dan Tanin, Bogor, 1996. Todaro, Michael, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983.. Wolf, Eric R., Petani Suatu Tinjauan Antropologis, Rajawali Jakarta, 1983..
Wudianto, R, Membuat Stek, Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya, Jakarta, 2000.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Lampiran 1 . Pendapatan Informan Dari Hasil Produksi Gambir Per Petani/Bulan Periode Oktober 2006 – Oktober 2007 (luas rata-rata 0,5 Ha) No
Nama
1
Berita Bancin
Produksi rata-rata /bulan (keping) 1.580
Pendapatan /Bulan
Pendapatan /Tahun
790.000
9.480.000
2
Usman Berutu
1.780
890.000
10.680.000
3
Breva Angkat
1.660
830.000
9.960.000
4
Razali Manik
1.750
875.000
10.500.000
5
Posman Bancin
1.580
790.000
9.480.000
6
Nurdin Solin
1.680
840.000
10.080.000
7
1.650
825.000
9.900.000
8
Victor Manullang Sahnan Sinaga
1.800
900.000
10.800.000
9
Saidi Angkat
1.680
840.000
10.080.000
10
Sahwin Angkat
1.680
840.000
10.080.000
11
Sabar Bancin
1.580
790.000
9.480.000
12
Ramlan Manik
1.580
790.000
9.480.000
Total
20.000.
10.000.000
120.000.000
Rata-rata
1.666,66
833.000
10.000.000
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Lampiran 2 . Total Biaya Produksi Gambir Per Petani/Tahun Periode Oktober 2006 – Oktober 2007 (luas rata-rata 0,5 Ha) Penerimaan /Tahun
1
Berita Bancin
9.480.000
Biaya Produksi (120 h kerja/Thn + B.Penyusutan+ B. Pestisida 6.800.000
2
Usman Berutu
10.680.000
6.800.000
3.880.000
3
Breva Angkat
9.960.000
6.800.000
3.160.000
4
Razali Manik
10.500.000
6.800.000
3.700.000
5
Posman Bancin
9.480.000
6.800.000
2.680.000
6
Nurdin Solin
10.080.000
6.800.000
3.280.000
7
Victor Manullang
9.900.000
6.800.000
3.100.000
8
Sahnan Sinaga
10.800.000
6.800.000
4.000.000
9
Saidi Angkat
10.080.000
6.800.000
3.280.000
10
Sahwin Angkat
10.080.000
6.800.000
3.280.000
11
Sabar Bancin
9.480.000
6.800.000
2.680.000
12
Ramlan Manik
9.480.000
6.800..000
2.680.000
No
Nama
Pendapatan Bersih/Tahun
2.680.000
Total 120.000.000 81.600.000 38.400.000 Rata-rata 10.000.000 6.800.000 3.200.000 Biaya Produksi terdiri dari: Tenaga kerja rata-rata = 2 org x Rp. 25.000/h x 120 h.kerja/thn = Rp. 6.000.000 . Pestisida rata-rata 2 kali / tahun = 2 x Rp. 100.000.- ................. = Rp. 200.000 Biaya Penyusutan Peralatan = 10 %/thn x Rp. 1.000.000........ = Rp. 100.000 Bibit, rata-rata = 500 batang xRp. 1.000 = Rp. 500.000 ............ = Rp. 500.000 --------------------Jumlah = Rp. 6.800.000
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
FOTO-FOTO DOKUMENTASI Section 1.01 GAMBIR STUDI KASUS DESA MBINALUN KECAMATAN SITELLU TALI URANG JEHE KABUPATEN PAKPAK BHARAT
Gambar 1: Bentuk daun gambir
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Gambar 2: Peneliti sedang berada di dekat Tungku Perebusan daun Gambir
Gambar 3: Peneliti sedang mencoba alat Pengepresan Daun Gambir A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Gambar 4: Peneliti sedang berbincang-bincang dengan pedagang Pengumpul gambir.
Gambar 5 : Gambir yang telah siap untuk dipasarkan Gambir ini dikenal dengan nama gambir kering bentuk jambu.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Gambar 6: Peneliti sedang melakukan wawancara dengan salah seorang petani gambir
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Gambar 7. Peneliti sedang berada di depan plang nama bantuan alat press yang diberikan oleh Dinas Pertanian Kabupaten.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Keterangan: 1. Judul Tabel dimulai dari sudut kiri atas tabel 2. Sumber tabel terletak di sudut kiri bawah tabel 3. Kuesioner terletak di lampiran 4. Perhatikan Perbanyakan tesis agar tetap sama ukuran tepi kertasnya 5. Bawa ke SPs sebelum dicetak A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008