SKRIPSI
Perubahan Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat dalam Memerangi Terorisme Internasional di Afghanistan Pada Periode Pemerintahan Barack Obama
Disusun oleh: Atik Fadilatul Husna (106083003646)
Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012
LEMBAR PENGESAHAN Perubahan Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat dalam Memerangi Terorisme Internasional di Afghanistan Pada Periode Pemerintahan Barack Obama
Disusun Oleh: Atik Fadilatul Husna 106083003646
Dosen Pembimbing
Pembimbing Akademik
M. Adian Firnas, S.IP, M.Si
Ali Munhanif Ph.D NIP. 196512121992031004
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2012
i
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tangerang, April 2012
Atik Fadilatul Husna
iii
ABSTRAK Skripsi ini menganalisis tentang perubahan kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam memerangi terorisme internasional di Afghanistan dibawah pemerintahan Barack Obama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi perubahan kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam memerangi terorisme internasional di Afghanistan. Metode yang digunakan untuk menulis penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang menggunakan buku-buku, jurnal ilmiah, koran sebagai sumber penelitian. Dari hasil penelitian tersebut penulis menemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kebijakan luar negeri Amerika Serikat adalah faktor internal atau domestik dan faktor eksternal. Faktor internal atau domestik terdiri dari segi ekonomi, sosial, dan politik, pengaruh ideologi dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal dari perubahan kebijakan luar negeri Amerika Serikat adalah pernyataan sikap negaranegara dalam menyikapi sebuah kebijakan luar negeri dimasa pemerintahan sebelumnya (masa George W Bush junior). Dikarenakan sikap agresif dan gaya kepemimpinan George W Bush yang lebih hard power atau lebih mengedepankan militer sehingga mendapatkan protes dari masyarakat Amerika Serikat itu sendiri dan juga dari negara-negara di dunia. Oleh karena itu Barack Obama tampil dengan gaya kepemimpinan yang baru yaitu smart power yang lebih mengutamakan diplomasi. Kerangka teori yang digunakan dalam skripsi ini adalah teori kepentingan nasional, dimana pada setiap negara tentu lebih mengutamakan kepentingan nasionalnya untuk mewujudkan tujuan dari negaranya. Kepentingan nasional tersebut kemudian diimplementasikan dalam sebuah kebijakan luar negeri, sehingga dapat dikatakan bahwa kebijakan luar negeri suatu negara merupakan kepanjangtanganan dari kepentingan nasional.
iv
KATA PENGANTAR BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala petunjuk, rahmat, kesehatan, serta kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perubahan Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat dalam Memerangi Terorisme Internasional di Afghanistan Pada Periode Pemerintahan Barack Obama”. Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis baik dari segi tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak (Mukasam) dan Ibu (Sri Jusmiati) tersayang yang telah memberikan semangat dan juga doanya walaupun dari kampung halaman, namun dengan doa yang tulus dari merekalah akhirnya penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini. Serta tak lupa seluruh adik-adikku tercinta (Bidin, Dila, dan Diandra) terimakasih atas dukungan, bimbingan, dan hiburan by phone nya sampai saat ini. 2. Bapak M. Adian Firnas, S.IP, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi penulis yang telah memberikan arahan, saran, dan juga ilmunya. Serta tak hentihentinya memberikan semangat kepada penulis hingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Alhamdulillah. Terimakasih atas kesabaran, perhatian, dan juga waktu luangnya ditengah-tengah kesibukan.
v
3. Ibu Dina Afrianti, Ph.D, sebagai ketua Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Agus Nilmada Azmi, M. Si, sebagai sekretaris Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Seluruh Bapak/ Ibu Dosen Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan ilmu tanpa mengingat lelah “jasamu takkan pernah kulupakan” serta membantu penulis untuk segera menyelesaikan tugasnya sebagai mahasiswa. 6. Bapak Dr. Abdul Mujib M.Ag dan Ibu dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh , Ph.D sebagai orang tua yang telah membimbing penulis selama di Jakarta. 7. Sahabat tercinta teman didalam kelas Hubungan Internasional: Rahma, Dian, Desty, Izzun (alm), Astrid, Diah, Crista, Qory, Irfan, Julian. Terimakasih banyak atas sharing dan motivasinya, tetap semangat buat teman-teman yang belum selesai...!! dan juga buat sahabat seperantauan Hadi, Dani, Alan, Ikhwan, terimakasih atas pengertian dan juga kerjasamanya dalam hal apapun. 8. Anak-anak didik sekaligus yang menjadi hiburan penulis selama mengerjakan skripsi: Zia, Nina, Azka, Raffi, Adel, Abizar, Thalent, Naura, Rheinaya, Sulthan, Aqilla, Fattan, Adit, Nayla, Rakhel, Daffa, Nindy, Dayu, Aira dan Fazl.... Terimakasih dengan senyum manis kalian menjadi hiburan tersendiri bagi kaka.. ^_^
vi
9. Teman-teman
Mahasiswa/Mahasiswi
Jurusan
Hubungan
Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Jakarta kelas A khususnya dan seluruh angkatan 2006 umumnya. 10. Semua pihak yang telah turut serta dalam membantu penyelesaian skripsi ini, namun tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih banyak. Semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat imbalan di sisi Allah SWT sebagai amal ibadah, yang tidak akan putus, Amiin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikanperbaikan kedepannya.
Tangerang, 03 April 2012
Atik Fadilatul Husna
vii
Daftar Isi Halaman LEMBAR PENGESAHAN
i
LEMBAR PERNYATAAN
ii
ABSTRAK
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
vii
I. Pendahuluan 1.1.
Latar belakang penelitian ....................................................... 1
1.2.
Pertanyaan penelitian ............................................................. 5
1.3.
Tujuan Penelitian .................................................................... 5
1.4.
Kerangka teori ......................................................................... 6
1.5.
Metode penelitian ................................................................... 16
1.6.
Sistematika penulisan ............................................................. 18
II. Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat dalam Memerangi Terorisme Internasional di Afghanistan Pada masa George W Bush dan Barack Obama
II.1. Kebijakan luar Negeri Amerika Serikat pada masa George W Bush junior di Afghanistan ………………………………………….....19 II.2. Kebijakan luar Negeri Amerika Serikat pada masa Barack Obama di Afghanistan …………………………………………………….. 23 viii
III. Faktor-faktor dalam Perumusan Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat
II.1.
Faktor Domestik (Internal) II.1.a. Kondisi sosial, ekonomi dan politik Amerika Serikat .......................................................... 27 II.1.b. Pengaruh dari berbagai kelompok kepentingan ......... 30 II.1.c. Pengaruh ideologi ...................................................... 41 II.1.d. Faktor individu dari seorang pemimpin ……………...46
II.2.
Faktor Internasional II.2.a. Kondisi
internasional
dalam
menyikapi
sebuah
kebijakan pemerintahan sebelumnya (George W Bush junior) ......................................................................... 49
IV. Analisis terhadap penyebab perubahan kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam memerangi terorisme internasional di Afghanistan era Barack Obama
IV.1.
Faktor internal IV.1.a. Keadaan ekonomi, sosial, dan politik dalam negeri Amerika Serikat .......................................................... 54 IV.1.b. Faktor internal dalam diri Barack Obama .................. 59
IV.2.
Faktor internasional ................................................................ 65
ix
IV.3.
Implementasi konsep smart power dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam memerangi terorisme internasional di Aghanistan masa Barack Obama ............................................ 68
V. Penutup
V.1. Kesimpulan …………................................................................... 74
Daftar Pustaka .............................................................................................. 78
x
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Penelitian Setiap negara mempunyai tujuan nasional dan juga kebijakan luar negeri dalam melakukan kerjasama dengan negara lain. Untuk itu setiap negara perlu merumuskan sebuah kebijakan agar dapat hidup bekerjasama dengan negara lain dalam mencapai sebuah tujuan bersama melalui sebuah kerjasama internasional. Negara Amerika Serikat merupakan sebuah negara besar, untuk itu Amerika Serikat mempunyai sebuah kebijakan yang mempunyai nilai besar dalam politik internasional. Pada masa George W Bush, kebijakan luar negeri Amerika Serikat cenderung lebih mengutamakan militer/ hard power tanpa memperdulikan kecamankecaman baik dari negara lain maupun dari PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Kecaman tersebut pernah muncul ketika Amerika Serikat menyerang Afghanistan yang diduga sebagai basis terorisme dan Amerika memanfaatkan kebijakan selfdefense untuk melakukan pre-emptive strike. Pada pasal 51 resolusi 1368 tahun 2001 diterangkan apabila penyerangan tersebut didasarkan atas self defence maka negara yang menyerang tersebut harus segera melaporkan tindakannya ke DK (Dewan Keamanan) PBB. Namun pada kenyataannya Amerika belum bahkan tidak melaporkan kejahatan kemanusiaannya terhadap DK PBB atas penyerangannya terhadap Afghanistan.1 Pergantian kepemimpinan di Amerika Serikat dari George W Bush kepada Barack Obama tahun 2009 lalu merupakan sebuah fenomena yang baru pertama kali 1
Boer Mauna, Hukum Internasional Pengertian Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global (Bandung: P. T. Alumni, 2005), h. 663.
1
terjadi, karena untuk pertama kalinya kandidat presiden Amerika Serikat yang berasal dari kulit hitam ini mampu memenangkan pemilihan umum pada tahun 2009. Presiden George Bush merupakan presiden yang berasal dari partai Republik sedangkan calon presiden Barack Obama berasal dari partai Demokrat. Untuk itu sudah pasti kebijakan yang diambilpun berbeda. Kebijakan presiden George Bush terkenal dengan keras dan lebih mengedepankan militer sedangkan senator Barack Obama lebih mengedepankan diplomasi.2 Skripsi ini akan membahas apa saja yang mempengaruhi dari perubahan kebijakan luar negeri Amerika Serikat dibawah presiden Barack Obama dalam memerangi terorisme internasional, karena kepemimpinan dimasa George Bush kebijakan yang diambil banyak menimbulkan kontra dimata masyarakat internasional terutama dunia muslim. Hal ini disebabkan karena tuduhan George W Bush terhadap Osama bin Laden atas peristiwa runtuhnya gedung menara kembar WTC (World Trade Center) pada 11 September 2001. Sedangkan gedung menara kembar tersebut merupakan simbol kedigdayaan Amerika Serikat, dengan adanya peristiwa tersebut maka George W Bush memerintahkan anggota militernya untuk menyerang Afghanistan yang disinyalir sebagai tempat persembunyian Osama bin Laden.3 Atas penyerangan militer Amerika tersebut maka negara-negara muslim menilai bahwa Amerika bukan memerangi terorisme melainkan karena ada motif lain yaitu karena ingin menguasai minyak dan juga untuk membangun saluran pipa yang melewati Afghanistan.4 Alasan Amerika Serikat dalam menyerang Afghanistan inilah yang
2
Riefqi Muna, “Paradigma Pertahanan dari Hard Power ke Smart Power dalam jurnal Pertahanan dan Perdamaian,” Jakarta: Pusat Studi Pertahanan dan Perdamaian FISIP Universitas Al Azhar Indonesia V, no. 1 (April 2009): h. 86-87. 3 Aleksius Jemadu, Politik Global dalam Teori dan Praktik (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h. 163. 4 Adhi Ariebowo, “BAB II Kronologi Penyerangan dan Spekulasi yang Berkembang atas Motivasi Amerika Serikat” FISIP UI 2009 diakses pada Kamis, 17 November 2011 dari www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/122929...Literatur.pdf.
2
dinilai oleh negara-negara muslim kurang masuk akal sehingga membuat negara muslim (Iran, Irak, Mesir, dan lain-lain) mengutuk keras tindakan Amerika tersebut. Kebijakan Obama yang lebih mengedepankan diplomasi atau lebih dikenal dengan smart power (perpaduan antara hard power dan soft power)5 ini merupakan sebuah titik awal untuk mengembalikan citra Amerika yang dianggap sangat tidak memperhatikan saran dari negara lain ketika masa George W Bush. Kebijakan yang diambil oleh Obama tersebut tentunya juga tidak hanya dipengaruhi oleh kelompok kepentingan sepihak namun banyak pihak yang ikut andil dalam proses pengambilan kebijakan, baik itu yang pro dengan idenya maupun yang kontra. Amerika merupakan sebuah negara besar dan ditempati oleh orang-orang yang sangat intelektual dan berpengaruh dalam percaturan politik internasional, sehingga ketika sebuah kebijakan diambil oleh presidennya tentu akan mempengaruhi percaturan politik global. Contohnya adalah ambisi Amerika Serikat untuk menguasai minyak di kawasan Timur Tengah. Salah satu usaha presiden Barack Obama dalam mengembalikan citra baik negaranya dimata masyarakat internasional adalah dengan melakukan kunjungan ke kawasan Dunia Islam, seperti ke Turki dan Mesir pada bulan Juni 2009 dan juga ke Indonesia pada bulan November 2009.6 Itu artinya bahwa Amerika mencoba merangkul dunia muslim kembali untuk meyakinkan bahwa misi dari pada presiden Barack Obama adalah misi perdamaian. Obama mengirimkan Hillary Clinton ke wilayah Timur Tengah itu disebabkan karena Timur Tengah sedang dilanda konflik yang berkepanjangan selain itu juga karena untuk memperbaiki citra buruk dimata dunia muslim setelah kepemimpinan sebelumnya yaitu George W Bush. Citra buruk tersebut disebabkan karena penyerangan aksi militer Amerika Serikat yang alasannya 5
Ibid., h. 164. http:/www.politik.lipi.go.id/index.php/en/columns/politik-internasional/99-prospekhubungan-as-indonesia-pasca-kunjungan-hillary diakses pada 06 Juli 2011. 6
3
selalu dianggap benar oleh Amerika Serikat yaitu memerangi terorisme dan juga karena kepemilikan atas senjata pemusnah massal oleh Irak. Dalam pengambilan sebuah kebijakan, setiap negara dipengaruhi oleh faktor domestik dan faktor internasional namun faktor domestik lebih diutamakan dalam pengambilan kebijakan luar negeri.7 Diantara faktor domestik adalah kondisi sosial, ekonomi, politik serta pengaruh dari kelompok-kelompok kepentingan, sedangkan dari faktor internasional adalah kondisi politik internasional yang terjadi saat itu. Begitu pula dengan kebijakan luar negeri yang dikeluarkan oleh Barack Obama sebagai presiden ke-44 di Amerika Serikat banyak dipengaruhi oleh kelompok kepentingan dari faktor internalnya, terutama setelah turunnya George W Bush kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang juga masih dipengaruhi oleh neokonservatif8 dan dipandang sangat kontra terhadap keinginan masyarakat dunia. Beberapa faktor internal dan eksternal yang tersebut diatas tidak akan pernah lepas dari setiap negara yang akan merumuskan kebijakan luar negeri begitu juga dengan negara Amerika Serikat sebagai negara yang sangat kuat. Sehingga disetiap pergantian presiden di Amerika Serikat pertama kali yang paling diperhatikan oleh negara-negara sekitarnya adalah kebijakan luar negeri terutama terhadap negaranegara muslim. Untuk itu perlu penjelasan lebih lanjut mengenai faktor internal dan faktor eksternal sebagaimana yang tersebut diatas. Dengan adanya penjelasan yang lebih 7
Leonard Hutabarat, “Analisis Kebijakan Luar Negeri dalam Studi Hubungan Internasional,” Dalam jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jakarta: Universitas Kristen Indonesia, Vol. V, no. 22 ( Mei 2005), h. 19. 8 Neoconservative is foreign policy thought emphasizes the moral necessity of distinguishing between the forces of good and evil in the international arena, the importance of maintaining US military dominance, a greater willingness to use force, and deep distrust of international law and institutions (Neokonservatif adalah sebuah kebijakan luar negeri yang menekankan kekuatan baik dan kekuatan jahat dikawasan internasional, mengutamakan kepentingan kemiliteran US, serta mempunyai keinginan yang kuat dalam menggunakan kekuatan kemiliteran tersebut, dan ketidakpercayaan dalam lembaga dan hukum internasional). Nur Rahmat Yuliantoro, kelas Politik luar negeri AS, HI UGM, 17 Maret 2011, “Neokonservatisme dan Politik Luar Negeri Amerika Serikat,” artikel diakses pada 6 Juli 2011 dari http://www.rachmat.staff.ugm.ac.id/.. AS/neokonservatif%20 dan %20PLN.
4
mendetail tentunya akan lebih memudahkan pembaca untuk memahami dan mengerti bahwa pada setiap pengambilan kebijakan luar negeri suatu negara tidak hanya berdasar pada satu aktor saja yaitu presiden, namun disana masih banyak pengaruh dan juga banyak hal yang harus dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum sebuah keputusan kebijakan luar negeri tersebut disahkan oleh senat. Untuk itu kalau kita melihat pada setiap pergantian presiden kita pasti melihat terlebih dahulu siapa dan apa saja yang menjadi agenda kebijakannya apabila nantinya ia terpilih menjadi presiden, namun masyarakat intelektual dan juga organisasi masyarakat, partai, NGO (Non Government Organization) dan lain-lain tentu tidak akan hanya melihat bagaimana figure dari calon presiden tetapi juga melihat dan mengamati siapa yang berada dibelakangnya yang mampu menjadikan dia menjadi seorang presiden. Dikarenakan justru orang yang dibelakangnya itulah nantinya yang akan memberikan kontribusi besar dalam setiap kebijakan yang diambil.
I.2. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian dalam skripsi ini adalah bagaimana perubahan kebijakan luar negeri Amerika Serikat terkait upaya memerangi terorisme internasional di Afghanistan pada periode pemerintahan Barack Obama?
I.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui proses perumusan politik luar negeri Amerika Serikat 2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebijakan luar negeri
Amerika
Serikat
dalam
pemerintahan Barack Obama.
5
memerangi
terorisme
pada
periode
3. Diharapkan penelitian ini akan bermanfaat bagi peneliti lainnya yang tertarik dengan masalah ini.
1.4. Kerangka Teori Kepentingan Nasional Konsep kepentingan nasional ini sangat penting dalam memahami dan menjelaskan perilaku internasional. Kepentingan nasional ini dijadikan sebagai acuan untuk merumuskan suatu kebijakan pada suatu negara. Para penganut realis menyamakan kepentingan nasional dengan power, dimana power menjadi sebuah alat yang dapat mengembangkan dan memelihara kontrol suatu hubungan negara dengan negara lain.9 Politik di Amerika Serikat memang sangat menarik untuk dibicarakan. Mengingat negara Amerika merupakan negara yang mempunyai pengaruh besar dalam setiap pergerakan politik dunia. Amerika Serikat mulai merasa dikhianati oleh Jepang ketika peristiwa Pearl Harbour pada 7 Desember 1941,10 yaitu ketika warga masyarakat Amerika serta tentara masih terlelap tidur namun tiba-tiba tentara Jepang menyerang Amerika sehingga mengakibatkan banyak korban berjatuhan dari pihak Amerika. Belajar dari hal itu Amerika merasakan bahwa negaranya masih belum aman, sehingga Amerika Serikat selalu berusaha untuk memperbaiki dalam memberikan rasa aman tersebut terhadap warga negaranya. Salah satu upayanya adalah dengan menunjukkan kekuatan militernya, dan hal itu dibuktikan dengan penyerangannya
9
Anak Agung Banyu Perwita, dan Yanyan Mochammad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 35. 10 “Fakta fakta Sejarah Serangan Jepang ke Pearl Harbour, ” diakses pada 10 Juli 2011 dari http://www.tambahwawasan.com/2011/03/fakta-fakta-sejarah-serangan-jepang-ke.html.
6
terhadap Jepang di Hiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945,11 dengan penyerangan tersebut ditujukan untuk menunjukkan kekuatan militer Amerika Serikat terhadap masyarakat internasional. Hans J Morgenthau mengemukakan mengenai kepentingan nasional yaitu, the concept of the national interest, then, contains two elements, one that is logically required and in that sense necessary, and one that is variable and determined by circumstances.12 Menurutnya kepentingan nasional terdiri dari dua elemen yaitu didasarkan pada pemenuhan sendiri atau kebutuhan dalam negeri itu sendiri dan kedua mempertimbangkan lingkungan strategis sekitarnya atau kondisi luar dari negaranya. Sehingga pemenuhan dalam negeri dapat dilakukan dengan cara mempertahankan kedaulatan wilayah negara, stabilitas politik dalam negeri, menjaga identitas budaya dari ancaman negara lain. Sedangkan yang dimaksud dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan strategis adalah dengan cara menciptakan perdamaian dunia melalui diplomasi. Kepentingan nasional ini tidak hanya dikemukakan oleh Hans J Morgenthau saja, melainkan masih banyak dari para pakar pengamat Hubungan Internasional, diantaranya adalah Charles W Kegley dan Eugene R. Wittkopf13 yang memberikan pemikiran tentang kepentingan nasional. Menurut mereka kepentingan nasional adalah usaha suatu negara dalam memberikan rasa aman terhadap warga negaranya baik dari agresi luar atau dalam negeri itu sendiri, kesejahteraan terhadap rakyatnya, dan melindungi nilai-nilai negara. Lebih jauh dari itu ia juga mengemukakan bahwa tidak mungkin suatu negara dapat mencapai kepentingan nasionalnya harus dengan 11
Publikasi.umy.ac.id/index.php/hukum/article/view/1869/409 diakses pada 19 November
2011. 12
Dikutip dalam tesis Martinus Siswanto Prajogo dengan judul “Kepentingan Nasional: Sebuah Teori Universal dan Penerapannya oleh Amerika Serikat di Indonesia,” Universitas Indonesia program kajian wilayah Amerika Serikat (Jakarta: Juni, 2009), diakses pada 10 Juli 2011 dari http: www.strahan.kemhan.go.id/media/files/kepentingan-nasional.pdf. 13 Ibid.,
7
mengurangi rasa aman dan rasa kesejahteraan terhadap kompetitornya. Sehingga diperlukan sebuah kerjasama dengan negara lain baik kerjasama yang bersifat regional maupun internasional demi terciptanya perdamaian global. Menyimak dari penjelasan yang tersebut diatas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa suatu negara apabila menginginkan kesejahteraan dan keamanan terhadap warga negaranya harus mempunyai power atau kekuatan agar tercapai kepentingan nasionalnya, dengan adanya kekuatan tersebut dapat dengan mudah untuk mengayomi warga negaranya, seperti yang terjadi pada negara Amerika Serikat atas penyerangan terhadap WTC 11 September 2001, atas peristiwa tersebut Amerika langsung menuduh bahwa dibalik peristiwa itu semua adalah ulah dari para teroris yang dipimpin oleh Osama bin Laden. Penyeranganpun segera dilakukan ke Afghanistan meskipun terdapat kecaman dari PBB, namun karena pengaruh dan juga kekuasaan Amerika Serikat didalam tubuh PBB yang sangat kuat, maka Amerikapun menjadi sangat mudah dalam menjalankan aksinya. Miroslav Nincic14 mengungkapkan terdapat tiga asumsi dasar kepentingan nasional, yaitu pertama kepentingan tersebut bersifat vital yang dalam pencapaiannya harus menjadi prioritas utama pemerintah dan masyarakat. Kedua kepentingan tersebut berkaitan dengan lingkungan internasional, jadi pencapaian kepentingan nasional dipengaruhi oleh lingkungan internasional. Ketiga kepentingan tersebut harus tidak memihak kepada salah satu instansi ataupun kelompok manapun melainkan harus mewakili dari seluruh aspirasi masyarakat. Kepentingan nasional yang sudah menjadi tujuan negara harus diterapkan melalui sebuah kebijakan luar negeri, sebelum menjadi sebuah kebijakan luar negeri yang dibuat oleh pemerintah terlebih dahulu harus melalui pengesahan dari sebuah 14
Dikutip dalam buku Aleksius Jemadu, Politik Global dalam Teori dan Praktik (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h. 67.
8
badan legislatif, setelah adanya pengesahan maka kebijakan tersebut dapat terealisasikan. Seperti contoh penyerangan tentara Amerika Serikat ke Afghanistan, penyerangan tersebut dilakukan setelah Bush berpidato untuk memerangi terorisme dan menyarankan untuk melakukan tindakan militer ke Afghanistan karena dianggap telah mengancam kedaulatan Amerika Serikat, mengganggu keamanan nasional Amerika Serikat dan juga kepentingaan nasional Amerika Serikat. Sebelum melakukan penyerangan tersebut, presiden meminta persetujuan terhadap senat terlebih dahulu. Untuk itu kepentingan nasional sangat berkaitan erat dengan kebijakan luar negeri suatu negara, karena dengan kebijakan luar negeri maka usaha suatu negara untuk memberikan rasa aman dan rasa kesejahteraan terhadap warganegaranya menjadi lebih terjamin. Misalnya bagi mereka warganegara Amerika yang melakukan studi diluar negeri, maka apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap pelajar tersebut setidaknya mendapat respon dari negara yang ditempati apabila negara yang ditempati tersebut mengadakan suatu hubungan kerjasama dengan negara tersebut. Dapat dikatakan bahwa kepentingan nasional membutuhkan sebuah kebijakan luar negeri agar apa yang menjadi tujuan negara tersebut dapat terealisasikan, artinya kebijakan luar negeri merupakan kepanjangtanganan dari kepentingan nasional.
Kebijakan Luar Negeri Untuk mewujudkan kepentingan nasional suatu negara maka sebuah negara perlu untuk merumuskan kebijakan luar negeri. Kebijakan yang diterapkan harus memenuhi semua kepentingan masyarakat dan kepentingan nasional negaranya. Meminjam istilah Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani foreign policy merupakan suatu perangkat formula, nilai, sikap, arah serta sasaran untuk
9
mempertahankan, mengamankan, dan memajukan kepentingan nasional didalam percaturan dunia internasional15. Kebijakan luar negeri juga merupakan serangkaian sasaran bagaimana suatu negara berinteraksi dengan negara lain baik dibidang politik, ekonomi, sosial, dan militer. Untuk itu aktor-aktor negara melakukan berbagai macam kerjasama baik kerjasama yang bersifat bilateral, trilateral, regional, dan multilateral. Biasanya kebijakan luar negeri ini dapat dilakukan dengan berbagai cara namun terdapat tiga yang paling umum, yaitu melalui perang, perdamaian dan kerjasama ekonomi16. K J Holsti mengeluarkan argumen bahwa kebijakan luar negeri adalah strategi atau rencana tindakan yang dibentuk oleh para pembuat keputusan suatu negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional yang dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional. Terdapat lima landasan pembuatan sumber kebijakan luar negeri AS, kelima landasan it5u adalah17: 1. External Sources (sumber eksternal) meliputi atribut-atribut yang ada pada sistem internasional dan pada karakteristik serta sikap suatu negara dalam menjalaninya. External Sources mencakup perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal, kebijakan dan tindakan dari negara lain baik itu konflik maupun kerjasama, ancaman, dukungan yang baik secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi foreign policy suatu negara.
15
Anak Agung Banyu Perwita, dan Yanyan Mochammad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 47. 16 K.J Holsti, International Politics A Framework for Analisys 6 th ed (New Jersey A Simon & Schuster Company, 1992), h. 82. 17 Eugene R Wittkoff, Charles W Jr Kegley, dan James M Scott, American Foreign policy, Sixth Edition (United States Thomson Wadsworth, 2003), h. 16-19 data ini diperkuat pula dari Artikel Yanyan Mochammad Yani disampaikan pada acara sistem politik luar negeri bagi perwira siswa sekolah staf dan komando TNI AU (Bandung: 16 Mei 2007) diakses pada 07 Juli 2011 dari http:// pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/…/politik luar negeri. Pdf.
10
2. Societal Sources (sumber masyarakat) yaitu seluruh karakteristik sosial domestik dan sistem politik yang membentuk orientasi masyarakat terhadap dunia. Intinya adalah seluruh aspek non pemerintah dari sistem politik yang mempengaruhi foreign policy. Hal ini meliputi keadaan geografis, etnis, nilai atau norma yang berkembang di masyarakat, populasi, opini publik, dan lainlain. 3. Governmental Sources (sumber pemerintah) meliputi seluruh elemen dari struktur pemerintahan yang memberikan pertimbangan-pertimbangan akan pilihan foreign policy baik yang sifatnya memperluas atau membatasi pilihan yang akan diambil oleh para pembuat kebijakan, tentunya dalam lingkungan serta interaksi antar pihak-pihak didalam pemerintahan. 4. Role Sources (sumber peranan), role disini terkait dengan peranan atau status dari pemerintah sebagai pembuat keputusan. 5. Individual Sources (sumber individu) meliputi nilai-nilai dari seorang pemimpin atau pengambil keputusan sebagai ideologinya, pengalaman hidupnya, masa kecilnya, latar belakang pendidikannya, segala sesuatu yang mempengaruhi persepsinya, karakter, dan lain-lain. Hal-hal inilah yang mempengaruhi persepsi, pilihan-pilihan dan respon atau reaksi dari seorang pengambil keputusan dari pengambil keputusan yang lain. Rosenau juga mengatakan pendapatnya bahwa kebijakan luar negeri merupakan sebuah upaya dan usaha pemerintah melalui segala sikap dan aktivitas dalam memperoleh keuntungan eksternalnya. Kebijakan ini ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup negara dimasa mendatang. Ungkapan Rosenau ini sangat menarik untuk dikutip yaitu mengenai kebijakan luar negeri yang memiliki
11
landasan atau konsep dasar dalam menjalankan hubungan negaranya dengan kejadian dilingkungan eksternalnya.18 “Kebijakan luar negeri memiliki tiga konsep dalam menjelaskan hubungan antara suatu negara dengan kejadian dan situasi diluar negaranya, yaitu: 1. Kebijakan luar negeri sebagai sekumpulan orientasi (as a cluster of orientation) politik luar negeri sebagai sekumpulan orientasi merupakan pedoman bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi situasi eksternal yang menuntut pembuatan keputusan dan tindakan berdasarkan orientasi tersebut, orientasi ini terdiri dari persepsi, sikap, dan nilai-nilai. 2. Politik luar negeri sebagai seperangkat komitmen dan rencana untuk bertindak (as a set of commitments to and plan for action), kebijakan luar negeri berupa rencana dan komitmen kongkrit yang dikembangkan oleh para pembuat keputusan untuk membina dan mempertahankan situasi lingkungan eksternal yang konsisten dengan orientasi kebijakan luar negeri. 3. Kebijakan luar negeri sebagai bentuk perilaku atau aksi (as a form of behavior), pada tingkat ini kebijakan luar negeri berada pada tingkat yang lebih empiris yakni berupa langkah-langkah nyata yang diambil oleh para pembuat
18
Artikel Yanyan Mochammad Yani disampaikan pada acara sistem politik luar negeri bagi perwira siswa sekolah staf dan komando TNI AU (Bandung: 16 Mei 2007) diakses pada 07 Juli 2011 dari http:// pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/…/politik luar negeri. Pdf.
12
keputusan yang berhubungan dengan kejadian serta situasi dilingkungan eksternalnya.” Dari kedua pendapat yang tersebut diatas, yaitu KJ Holsti dan Rosenau, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa keputusan dalam pengambilan kebijakan luar negeri tidak akan pernah lepas dari faktor internal suatu negara, seperti faktor ekonomi, faktor politik dalam negeri, faktor sosial, peranan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), kelompok kepentingan, dan lain-lain. Selain itu faktor eksternal juga tetap menjadi pertimbangan dalam pengambilan sebuah kebijakan luar negeri suatu negara, dengan saling mengkondisikan antara faktor internal dan eksternal maka akan terbentuklah sebuah kebijakan yang sesuai dengan keinginan nasional negaranya masing-masing. Leonardo Hutabarat juga mengemukakan bahwa elemen dalam pembuatan kebijakan luar negeri didasarkan pada para pembuat keputusan itu sendiri, sehingga sebuah kebijakan tidak akan terlaksana tanpa adanya komitmen untuk mencapai tujuan
dengan
keseimbangan
antara
kemampuan
yang
diperlukan
dalam
pengimplementasiannya.19 Hutabarat juga mengatakan bahwa size, status, resources dan human factors adalah elemen kunci dalam studi kebijakan luar negeri selain itu juga karena situasi geopolitik suatu negara dan tantangan yang dihadapinya dalam jangka
pendek.
Sedangkan
dalam
jangka
panjang
kebijakan
luar
negeri
diterminologikan dalam konteks politik umum dalam pemerintahan, seperti democracy, dictatorship (pemerintahan yang diktator), stability dan instability.20 Oleh karena itu faktor-faktor yang tersebut diatas sangat penting dalam pembuatan kebijakan luar negeri, dan dalam mempengaruhi langkah-langkah yang akan diambil.
19
Leonard Hutabarat, “Analisis Kebijakan Luar Negeri dalam Studi Hubungan Internasional” Dalam jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,Jakarta: Universitas Kristen Indonesia, Vol. V, no. 22 ( Mei 2005), h. 15. 20 Ibid., h. 16.
13
Tabel: gambaran kepentingan nasional yang dijabarkan ke dalam tujuan kebijakan luar negeri serta tindakan dalam pencapaiannya21 Kepentingan
Tujuan Kebijakan Luar
Tindakan atau
Nasional
Negeri
Implementasi
Kedaulatan
dan Mobilisasi dukungan negara Pengiriman
keutuhan territorial
misi
tetangga, negara besar dan diplomatik organisasi internasional
Pembangunan
dan Meyakinkan negara donor dan Perundingan dana untuk
pertumbuhan
investor
ekonomi
memberikan
asing
untuk mendukung
bantuan
luar umum
negeri dan investasi asing Penyebaran values
dan
dana
mendukung
demokrasi dan hak
umum
azasi manusia suatu
demokrasi
negara
pendidikan
demokrasi
core Peningkatan peran gerakan Penyaluran seperti demokrasi dan civil society
pemilihan
dan
untuk
pemilihan pendidikan
(khususnya
AS) Keamanan dan regional
nasional Pembentukan dan revitalisasi Penandatanganan
pakta
aliansi militer dan kerjasama militer dan militer bersama regional
Dari tabel diatas dapat dijelaskan, setiap kepentingan nasional yang menjadi agenda suatu negara harus diimplementasikan dalam sebuah kebijakan luar negeri.
21
Leonard Hutabarat, “Analisis Kebijakan Luar Negeri dalam Studi Hubungan Internasional”,
h. 70.
14
Untuk itu harus dijelaskan bagaimana sebuah kebijakan luar negeri itu diimplementasikan. Pertama, adalah kedaulatan dan keutuhan territorial. Demi menjaga keutuhan dan kedaulatan teritorial suatu negara maka setiap negara harus mendapatkan dukungan dari beberapa negara terutama negara-negara besar dan juga organisasi internasional. Agar dapat memiliki hubungan yang baik dengan berbagai negara maka diutuslah seorang diplomat dengan membawa misinya sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya. Kedua, dalam hal pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, maka suatu negara berusaha mencari pendonor dan juga investor asing agar mau untuk menanamkan saham dalam negaranya. Atas penanaman saham tersebut maka akan membuat tingkat perekonomian suatu negara menjadi lebih baik. Tindakannya adalah dengan merundingkan bahwa dana yang didapat dari pendonor adalah untuk pendidikan demokrasi dan khususnya untuk pengembangan kualitas masyarakat. Ketiga, kepentingan nasional berupa penyebaran demokrasi dan hak asasi manusia khususnya bagi negara Amerika Serikat. Amerika Serikat sangat gencar untuk menanamkan sistem demokrasi terhadap suatu negara, untuk itu kebijakan luar negeri Amerika Serikat salah satunya adalah dengan meningkatkan gerakan demokrasi dan juga civil society. Gerakan tersebut diimplementasikan dengan cara memberikan penyaluran dana terhadap suatu negara untuk mendukung pemilihan umum dan pendidikan demokrasi. Keempat adalah kemanan nasional dan regional. Keamanan suatu negara itu sangat penting, mengingat bahwa sebuah negara mempunyai rakyat yang harus dilindungi, dengan adanya rasa aman maka akan menciptakan suasana yang nyaman dan tentram. Untuk itu sebuah negara perlu untuk membentuk atau mengaktifkan kembali sebuah aliansi kerjasama militer baik dalam bidang regional maupun
15
internasional. Kerjasama tersebut diimplementasikan dengan ditandanganinya sebuah perjanjian pakta militer atau lainnya.22
I.5. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode kualitatif.23 Menurut Blaxter metode kualitatif yaitu menganalisis perilaku dan sikap politik yang tidak dapat atau tidak dianjurkan untuk dikuantifikasikan. Penulis juga menggunakan metode deskriptif, yang berarti dalam melakukan penelitian dalam Hubungan Internasional harus dilihat dari permasalahan yang ada kemudian dikaitkan dengan teori dalam Hubungan Internasional.24 Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan dokumen berupa teks-teks tertulis dalam bentuk artikel, buku, berita di koran, dan lain-lain. Analis yang digunakan adalah prosedur analisa non matematis. Prosedur ini nantinya akan menemukan temuan dari data-data yang dikumpulkan dengan berbagai macam sarana. Sarana tersebut juga melalui buku, jurnal, koran, media televisi, internet dan lain-lainnya.25 Setelah data-data tersebut dikumpulkan kemudian disusun dan dirinci, perincian tersebut dilakukan untuk mendeskripsikan secara umum ciri-ciri dan kecenderungan masing-masing aktor dalam pengambilan keputusan kebijakan luar negeri.26
22
Ibid., Lisa Harrison, Metodologi Penelitian Politik (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 86. 24 Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi Dictionary (Jakarta:LP3ES, 1990), h. 223. 25 Anselm Strauss, dan Juliet Corbin, Dasar dasar Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 5. 26 Bambang Cipto, Tekanan Amerika terhadap Indonesia Kajian atas Kebijakan Luar Negeri Clinton terhadap Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 34. 23
16
I.6. Sistematika Penulisan I. Pendahuluan 1.1.
Latar belakang penelitian
1.2.
Pertanyaan penelitian
1.3.
Kerangka teori
1.4.
Metode penelitian
1.5.
Sistematika penulisan
II. Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat dalam Memerangi Terorisme Internasional di Afghanistan Pada masa George W Bush dan Barack Obama
II.1. Kebijakan luar Negeri Amerika Serikat pada masa George W Bush junior di Afghanistan II.2. Kebijakan luar Negeri Amerika Serikat pada masa Barack Obama di Afghanistan
III. Faktor-faktor dalam Perumusan Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat
III.1.
Faktor Domestik (Internal) III.1.a. Kondisi sosial, ekonomi dan politik Amerika Serikat III.1.b. Pengaruh dari berbagai kelompok kepentingan
17
III.1.c. Pengaruh ideologi III.1.d. Faktor individu dari seorang pemimpin
III.2.
Faktor Internasional III.2.a. Kondisi
internasional
dalam
menyikapi
sebuah
kebijakan pemerintahan sebelumnya (George W Bush junior)
IV. Analisis terhadap penyebab perubahan kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam memerangi terorisme internasional di Afghanistan era Barack Obama
IV.1.
Faktor internal IV.1.a. Keadaan ekonomi, sosial, dan politik dalam negeri Amerika Serikat IV.1.b. Faktor internal dalam diri Barack Obama
IV.2.
Faktor internasional
IV.3.
Implementasi konsep smart power dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam memerangi terorisme internasional di Afghanistan masa Barack Obama
V. Penutup
V.1. Kesimpulan
Daftar Pustaka
18
BAB II KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM MEMERANGI TERORISME INTERNASIONAL DI AFGHANISTAN PADA MASA GEORGE W BUSH DAN BARACK OBAMA
II.1. Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat pada masa George W Bush Junior di Afghanistan George W Bush menjabat sebagai presiden Amerika Serikat selama dua periode yaitu pada 20 Januari 2001 sampai 20 Januari 2009. Pada masa jabatannya di Amerika Serikat terjadi sebuah peristiwa yang sangat mencengangkan dunia, yaitu runtuhnya gedung menara kembar WTC pada 11 September 2001. Atas peristiwa tersebut maka Bush mengambil sebuah tindakan untuk menyerang setiap pihak yang ikut secara langsung atau tidak langsung dalam penyerangan tersebut. Pengertian secara langsung disini adalah orang yang terlibat langsung dalam penyerangan gedung menara tersebut, sedangkan orang yang disebut-sebut sebagai dalang dari aksi penyerangan tersebut adalah Osama bin Laden. Osama merupakan pemimpin alQaeda yang berbasis di Afghanistan.27 Adapun pengertian secara tidak langsung adalah bagi negara-negara yang mendukung aksi tersebut, yang memberikan bantuan baik dari segi materi ataupun persenjataan. Oleh karena itu George W Bush yang menjabat sebagai presiden Amerika serikat waktu itu mengambil sebuah kebijakan, diantaranya: 1. Mengisolasi setiap negara yang memberikan dukungan terhadap kelompok teroris agar negara tersebut menghentikan bantuannya. 27
Bien Pasaribu dan Jamaluddin Ritonga, Perang Bush Memburu Osama (Jakarta: Penerbit Sinar Haiti, 2001), h. 86.
19
2. Memperkuat peraturan dan hukum dalam melawan tindakan terorisme melalui berbagai kerjasama internasional. 3. Bersikap tegas dan menolak upaya tawar-menawar maupun negosiasi yang diminta oleh kelompok teroris. 4. UU the Anti-terrorism and Effective Death Penalty Act tahun 1996.28 5. Undang-undang Patriot Act 2001, yaitu undang-undang yang secara keras menyatakan menentang terorisme, dan berbagai kegiatan yang mendukungnya atau bersentuhan dengan aksi terorisme dinyatakan sangat dilarang, terutama dalam pemberian bantuan. 6. Berusaha agar PBB juga ikut bertindak tegas dalam masalah teroris, karena Amerika Serikat sadar bahwa upaya dalam memerangi terorisme tidak akan berjalan efektif jika tidak dilakukan secara kolektif29. 7. Kebijakan unilateralisme, pre-emption strike dengan doktrin strike first.30 Peristiwa 11 September 2001 tersebut menjadi titik balik kebijakan luar negeri Amerika Serikat, sehingga selain mengubah pola hubungan antara dunia muslim dengan Amerika namun juga telah mengubah pola hubungan Amerika Serikat dengan negara-negara di Eropa. Hal ini diungkapkan pula oleh Philip Stephens dalam artikel harian Financial Times edisi tanggal 5 September 2002 yaitu akan adanya sebuah benturan “mindsets”. Negara-negara Eropa juga merasakan bahwa Amerika Serikat
28
Poltak Partogi Nainggolan, Terorisme dan Tata Dunia Baru (Jakarta: Tim Peneliti HI Pusat Pengkajian dan Pelayanan Informasi (P3I) DPR RI, 2002), h. 163-166. 29 Usaha Amerika Serikat dalam mempengaruhi PBB yaitu dengan dikeluarkannya resolusi 1368 PBB yang mengutuk serangan tersebut dan mengajak semua negara untuk mendukung tindakan Amerika Serikat pada 12 September 2001. (A. Safril Mubah, Menguak Ulah Neokons Menyingkap Agenda Terselubung Amerika dalam Memerangi Terorisme (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 162. 30 Unilateralisme: suatu tindakan yang tidak harus mendapat persetujuan dari badan internasional atau dari negara sekutu; pre-emption strike: suatu tindakan untuk menyerang terlebih dahulu sebelum diserang oleh negara lain terhadap segala bentuk potensi ancaman terhadap warga negaranya.
20
setelah peristiwa tersebut nampak seperti unilateralisme yaitu dengan membentuk sebuah aliansi untuk melawan gerakan teroris.31 Seperti yang dikutip diatas, Amerika Serikat juga melakukan kebijakan secara sepihak/ unilateralisme dalam upaya memerangi terorisme, yaitu seperti pertama mengisolasi negara-negara yang memberikan bantuan terhadap kelompok teroris baik bantuan berupa dukungan dana, pemasokan senjata, pelatihan militer, menyediakan tempat persembunyian. Kedua memperkuat hukum-hukum yang ada dengan menekankan pada perlawanan terhadap terorisme melalui kerjasama-kerjasama internasional, dikarenakan masalah terorisme ini sudah sangat kompleks dan harus ditanggulangi dengan cara bersama-sama. Ketiga bersikap tidak mau berkompromi dalam hal apapun dengan kelompok teroris. Kebijakan yang diambil oleh pemerintah Amerika Serikat ini tidak lain adalah karena influence dari neo-konservatif. Karena sejak periode pertama pemerintahan Bush sudah dikelilingi oleh tokoh-tokoh neo-konservatif yang dipimpin oleh Cheney. Dick Cheney ini mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam keikutsertaan penentuan kebijakan luar negeri dikarenakan kedudukannya sebagai wakil presiden AS pada masa George W Bush. Pada dasarnya George W Bush beraliran realis, namun banyak dari staf-stafnya yang beraliran neo-konservatif dan keduanya lebih menekankan terhadap militer. Namun keinginan mereka setelah terjadi penyerangan 11 September tersebut berbeda. Realis menginginkan untuk menyerang Afghanistan sebagai sasaran utamanya yaitu terhadap Taliban sebagai pemimpin pemerintahan pada waktu itu sekaligus disinyalir sebagai pelindung dari Osama bin Laden, selain itu juga terdapatnya aliran al-Qaeda yang disinyalir sebagai jaringan yang turut serta melindungi Osama bin Laden
31
Trias Kuncahyono, Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish (Jakarta: Kompas, 2005), h. 85
21
dikarenakan menurut mereka Osama yang memberikan dana guna pelatihan al-Qaeda. Alasan menyerang Afghanistan juga untuk menyelamatkan rakyat yang tidak berdosa dari rezim Taliban sekaligus memusnahkan kerajaan Taliban. Sedangkan neo-konservatif mempunyai keinginan untuk menyerang Irak terlebih dahulu, karena mereka atau neo-konservatif ingin memusnahkan dari sumber pembuatan senjata pemusnah masal yang diduga Irak adalah pemasok senjata pasukan Taliban dan al-Qaeda.32 Namun, karena Bush lebih berambisi untuk menyerang Afghanistan terlebih dahulu akhirnya neo-konservatifpun mengikutinya yang pada akhirnya nanti tetap mempunyai tujuan yang sama yaitu mematikan jaringan al-Qaeda dan terorisme.33 Disinilah terlihat bagaimana Bush junior lebih menekankan konssep hard power yaitu dengan mengutamakan militer melalui pre emptive strike. Kemudian bagaimana dengan masyarakat muslim yang berada di Amerika Serikat? Menurut Farhana Khera (aktivis muslim AS) mengatakan bahwa ternyata warga muslim di Amerika Serikat mendapatkan perlakuan pendiskriminasian oleh pemerintah Amerika Serikat baik dari kubu Republik maupun dari kubu Demokrat, hal ini semakin terlihat terutama setelah terjadinya peristiwa WTC 11 September 2001 lalu. Dikutip dari sumber Metro TV meski di Amerika hanya terdapat sekitar 1% dari warga AS atau sekitar 3 juta pendiskriminasian warga muslim di AS sudah berlangsung sejak lama, tidak hanya itu warga kulit hitam, warga yahudi, bahkan warga bangsa India yang sebagai bangsa asli Amerika Serikat baru diakui tahun 1924.34
32
A Safril Mubah, Menguak Ulah Neokons Menyingkap Agenda Terselubung Amerika dalam Memerangi Terorisme (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), h. 218 33 Trias Kuncahyono, Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish (Jakarta: Kompas, 2005), h. 221. 34 Metro Siang Kamis 31 Maret 2011, pkl. 13.00 at Metro TV
22
II.2. Kebijakan Luar Negeri Amerika seriklat pada masa Barack Obama di Afghanistan Pada kampanye pemilu presiden Amerika Serikat tahun 2008 Barack Obama lebih mengusung terhadap perbaikan dalam negeri dahulu, baik dari segi ekonomi, sosial dan juga politik dalam negeri Amerika Serikat setelah kepemimpinan George W Bush yang dipandang oleh masyarakat sangat merugikan oleh masyarakat Amerika Serikat sendiri pada khususnya. Hal ini terlihat dengan beberapa kampanye pemilu yang diantaranya adalah kebijakan ekonomi yang berupa menaikkan pajak bagi mereka yang berpenghasilan tinggi. Selain itu juga mencoba mengajak masyarakat Amerika untuk tidak terlalu bergantung dengan minyak atau mencoba mengajak menggunakan bahan alternatif lain yang dapat mengurangi ketergantungannya terhadap minyak.35 Adapun kebijakan luar negerinya diantaranya adalah dengan menarik pasukan militernya dari Irak, dan menambah pasukan militernya di Afghanistan guna meminimalisir gerakan terorisme atau bahkan membunuh kepala dari teroris, yang mereka sebut-sebut yaitu Osama bin Laden.36 Dalam menjalankan kebijakan luar negerinya Obama cenderung lebih lunak. Obama lebih menekankan konsep smart power daripada hard power yang pernah digunakan oleh George W Bush. Hal ini terlihat dengan upaya Obama dalam memerangi terorisme di Afghanistan, yaitu dengan menyuruh pasukan militer untuk melakukan penyerangan terhadap Osama bin Laden. Konsep smart power ini merupakan perpaduan antara hard power dan soft power, jadi dalam arti kata lain adalah kemampuan untuk menggunakan secara bersamaan antara hard power dan smart power. Istilah smart power ini sudah lama 35 36
“Sang Kandidat Presiden” (Koran Republika, Senin, 03 November 2008), h. 10 Ibid.,
23
merujuk pada sebuah terbitan yang muncul di Foreign Affairs tahun 2004.37 Istilah tersebut akhirnya semakin popular didalam diplomasi internasional dengan adanya laporan tentang “Smart Power” yang menekankan perlunya untuk memperhatikan atau menggunakan pendekatan ini untuk melengkapi hard power sebagai upaya untuk memaksimalkan kepentingan ditingkat internasional.38 Oleh karena itu maka dapat kita lihat bagaimana Geroge W Bush menggunakan konsep hard power yang sangat berlebihan sehingga bukan hanya merusak citranya dalam negara Amerika Serikat itu sendiri namun juga merusak citranya di dunia internasional. Pada akhirnya kekuasaanya harus berhenti selain karena masa jabatannya telah selesai namun juga karena kebijakan luar negerinya yang sangat agresif. Kemenangan Barack Obama disambut baik oleh masyarakat Amerika Serikat karena masyarakat Amerika Serikat berharap bahwa ada perubahan baru dalam cara kepemimpinan Amerika serikat. Oleh karena itu Obama mencoba melakukan kebijakan dengan cara langsung memerangi gerakan Taliban yang ada di Afghanistan yang diduga sebagai basis terorisme, dengan meminimalisir korban dari rakyat Afghanistan. Konsep smart power kini diperkenalkan oleh Menlu Amerika Serikat Hillary Clinton dan juga Barack Obama sebagai upaya mengembalikan reputasi internasional Amerika Serikat yang tersingkirkan karena metode militer dalam perang global melawan terorisme. Hillary Clinton mengatakan with smart power, diplomacy will be
37
Suzanne Nossel, “Smart Power”, Foreign Affairs, Vol. 83, No.2, 2004, hal. 131-142. Pengertian smart power ini ditulis pula oleh Riefqi Muna, “Paradigma Pertahanan dari Hard Power ke Smart Power dalam jurnal Pertahanan dan Perdamaian,” Jakarta: Pusat Studi Pertahanan dan Perdamaian FISIP Universitas Al Azhar Indonesia V, no. 1 (April 2009), h. 86-87. 38 Riefqi Muna, “Paradigma Pertahanan dari Hard Power ke Smart Power dalam jurnal Pertahanan dan Perdamaian,” h. 86-87.
24
the vanguard of foreign policy atau dengan smart power maka diplomasi akan menjadi barisan depan dalam menjalan kebijakan luar negeri.39 Seperti itulah upaya yang dilakukan Obama dalam menjalankan kebijakan luar negerinya untuk memerangi terorisme di Afghanistan. Obama lebih memilih untuk tepat pada sasaran dengan meminimalisir korban yang berlebihan. Maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pada masa kepimpinan Geroge W Bush lebih banyak disetir oleh kelompok garis keras (neokonservatif –yang akan dejalskan vada bab selanjutnya), walaupun pada masa Obama kelompok tersebut masih tetap mempengaruhi kebijakannya namun Obama berusaha untuk mengimbanginya agar tidak terjadi ketimpangan antara keinginan masyarakat Amerika Serikat dengan keinginan dari kelompok tersebut. Disinilah peran konsep smart power itu dijalankan oleh Barack Obama sebagai langkah dalam memerangi terorisme di Afghanistan.
39
Ibid.,
25
BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUMUSAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT
Kekuatan Amerika Serikat memang sudah tidak dapat diragukan lagi. Dari segi militernya kita bisa melihat sendiri bagaimana usahanya dalam memerangi gerakan terorisme di Afghanistan dan juga bagaimana usahanya untuk menunjukkan kepada dunia bahwa ia menjadi negara yang superpower. Pada bab ini akan membahas tentang faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Perubahan kebijakan luar negeri suatu negara disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.40 Faktor internal tersebut bermacam-macam mulai dari segi sosial, ekonomi, keadaan politik dan juga bagaimana kelompok kepentingan yang ada di Amerika Serikat saling memberikan pengaruhnya masingmasing dalam setiap perumusan kebijakan luar negeri Amerika. Faktor eksternal yang juga menjadi pertimbangan pula dalam pengambilan sebuah perumusan kebijakan luar negeri seperti bagaimana pandangan negara lain mengenai negara Amerika dan juga bagaimana situasi dan kondisi negara-negara lain, namun faktor internal lebih diutamakan daripada faktor eksternal.
40
William D. Colplin, dan Marsedes Marbun, Pengantar Politik Internasional Suatu Telaah Teoritis (Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensido, 2003), h. 81. Sumber ini juga diperkuat dari Moestopo Magazine, “Harapan Akan Sebuah perubahan” artikel diakses pada 24 April 2011 dari http://majalah.moestopo.ac.id/?tag=kebijakan-luar-negeri.
26
III. 1. Faktor domestik (internal) III. 1. a. Kondisi sosial, ekonomi, dan politik Amerika Serikat Amerika Serikat merupakan sebuah negara yang besar, dengan luas wilayah sekitar 9,83 juta km pada tahun 1994 di Amerika pada 25 kota terbesar berjumlah sekitar 31.220.927 jiwa dan pada tahun 2012 jumlah penduduk Amerika Serikat sekitar 312.800.000 jiwa.41 Negara ini termasuk negara multietnis dan multikultural karena masuknya para imigran dari seluruh penjuru dunia. Sebelum datangnya masyarakat Eropa, Amerika diduduki oleh suku Indian selama bertahun-tahun lamanya, namun kemudian suku Indian tersebut terkena wabah penyakit dan terjadi peperangan dengan pendatang Eropa.42 Dalam hal ekonomi, Amerika menganut sistem kapitalis yaitu suatu sistem dimana pemerintah tidak ikut campur dalam masalah ekonomi, artinya baik individu maupun pihak swasta bebas menggunakan sumber ekonomi. Sistem ini biasa juga disebut dengan sistem ekonomi pasar bebas atau laissez faire.43 Ekonomi di Amerika merupakan ekonomi yang terbesar didunia, karena kita tahu bahwa banyak negara yang menggunakan mata uang sebagai tolak ukur mata uangnya. Amerika juga kaya akan sumber daya mineral, seperti emas, minyak, batubara, dan lain-lain. Akan tetapi kekayaan itu masih dianggapnya kurang cukup karena mengingat penduduk Amerika yang sangat banyak dan juga untuk cadangan dikehidupan masyarakat Amerika mendatang. Untuk itu Amerika sangat berambisi 41
Stephen S. Birdsall, Garis Besar Geografi Amerika. (John Wiley & Sons, Inc, 1992), h. 193. Sumber lain diperkuat dari US News Weekly, Jumlah populasi AS 2012 hampir 313 juta orang diakses pada Rabu, 7 Maret 2012 dari http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&prev=/search%3Fq%3Ddata%2Bpenduduk% 2Bamerika%2Bserikat%2Btahun%2B2012%26hl%3Did%26biw%3D1143%26bih%3D501%26prmd %3Dimvns&rurl=translate.google.co.id&sl=en&u=http://www.usnews.com/opinion/blogs/robertschlesinger/2011/12/30/us-population-2012-nearly-313-million-people%3Fs_cid%3Drelatedlinks:TOP&usg=ALkJrhhKKhx1Nv6pLQxdVwS1jMpIeh13Yw 42 Stephen S. Birdsall, Garis Besar Geografi Amerika. (John Wiley & Sons, Inc, 1992), h. 194. 43 www.scribd.com/doc/.../Teori-Laissez-Faire-Dalam-an-Ekonomi diakses pada Ahad, 25 Maret 2012.
27
dalam menyerang negara Timur Tengah yang pada dasarnya adalah untuk mengincar minyak, dan hal ini menjadi salah satu perhatian utama dalam setiap pengambilan kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat.44 Dampak politik juga terjadi pada Amerika Serikat setelah runtuhnya gedung WTC. Kebijakan langsung dilakukan oleh George W Bush sebagai Presiden yang menjabat pada era tersebut yaitu dengan melakukan penyerangan terhadap Afghanistan, negara yang dituduh Amerika serikat sebagai dalang teroris. Keputusan dalam pengambilan kebijakan tersebut hanya selang waktu beberapa jam saja setelah kejadian tersebut, sehingga menjadikan masyarakat dunia terutama negara muslim berpikir bahwa hal tersebut kurang masuk akal, namun pemerintah Amerika Serikat tetap pada pendiriannya yaitu melakukan penyerangan terhadap Afghanistan meskipun banyak pula dari negara-negara lain terutama negara-negara Arab mengecam tindakan tersebut. Maka muncullah berbagai protes dan demo dari negaranegara yang kontra dengan tindakan AS tersebut. Akan tetapi langkah Amerika Serikat sangat keras dalam melakukan kampanye melawan terorisme. Dalam mencari dukungan tersebut Bush harus menawarkan iming-iming berupa bantuan asalkan negara yang dibantu tersebut mau untuk berada dibarisan Amerika Serikat dalam mengkampanyekan melawan terorisme. Sebut saja negara Indonesia yang juga mendapat bantuan berupa uang lebih dari US$ 1miliar dan mencabut embargo terhadap militer Indonesia, dan pernyataan kesanggupan dinyatakan oleh Megawati presiden Indonesia pada waktu itu. Pernyataan tersebut disampaikan ketika Megawati berkunjung ke negara Amerika Serikat 17 September 2001. Negara India dan juga Pakistan mendapatkan janji dari Amerika Serikat berupa pencabutan sanksi bahwa
44
Sidik Jatmika, AS penghambat demokrasi membongkar politik standar ganda AS (Yogyakarta: Biograf publishing, 2000), h. 11.
28
kedua negara tersebut tidak lagi menjadi kepentingan keamanan nasional Amerika Serikat.45 Akhirnya banyak dari negara-negara Arab yang enggan untuk melakukan kerjasama dengan Amerika Serikat karena kebijakan hard power yang digunakan oleh George W Bush. Kebijakan hard power yang lebih mengedepankan kemiliterannya dalam merealisasikan kepentingan nasionalnya tentu akan sangat merugikan bagi negara yang mengadakan hubungan dengan negara Amerika Serikat, kecuali apabila kedua negara tersebut mempunyai tujuan yang sama.46 Dalam hal partai politik Amerika Serikat sangat didominasi oleh dua partai besar, yaitu partai Republik dan partai Demokrat, namun dari partai mana saja presiden tersebut terpilih, Amerika tetap menjalankan misinya yaitu mengedepankan kepentingan nasionalnya diantaranya adalah mnguasai minyak. Timur tengah yang menjadi pusat perhatian utama bagi Amerika Serikat tentu selalu menjadi bahan pembicaraan disetiap pembuatan sebuah kebijakan luar negeri Amerika. Dari ketiga faktor kondisi sosial, ekonomi, dan politik tersebut diatas secara garis besar Amerika Serikat berada dalam keterpurukan dan berusaha untuk bangkit untuk memulihkan keadaan dalam negerinya, yang pada masa itu Amerika Serikat dipimpin oleh presiden George W Bush. Kebijakan yang diambil sangat kontradiktif dan tidak banyak diterima oleh masyarakat internasional, yaitu sebuah kebijakan yang lebih mengutamakan militer meskipun yang dilakukannya adalah demi memperbaiki keamanan dalam negerinya. Untuk itu keadaan dalam negeri suatu negara sudah barang tentu menjadi perhatian utama pemerintah dalam mengambil sebuah kebijakan sebelum kebijakan tersebut disetujui oleh senat. 45
Bien Pasaribu dan Jamaluddin Ritonga, Perang Bush Memburu Osama (Jakarta: Penerbit Sinar Haiti, 2001), h. 97. 46 Riefqi Muna, “Paradigma Pertahanan dari Hard Power ke Smart Power dalam jurnal Pertahanan dan Perdamaian,” Jakarta: Pusat Studi Pertahanan dan Perdamaian FISIP Universitas Al Azhar Indonesia V, no. 1 (April 2009): h. 86-87.
29
III. 1. b. Pengaruh dari berbagai kelompok kepentingan Kita tahu bahwa perkembangan studi hubungan internasional dewasa ini sudah tidak lagi membahas masalah politik, pertahanan, dan keamanan saja. Melainkan juga masalah hak-hak asasi manusia, ekonomi, lingkungan hidup dan juga terorisme yang kini sangat mengundang perhatian masyarakat dunia karena masalah teroris tersebut justru menjadi masalah yang paling utama dihadapi oleh negaranegara di dunia. Hubungan internasional (HI) kini mengalami perkembangan yang pesat, seiring perkembangan tersebut maka aktor-aktor internasional tentu juga bertambah banyak. Secara garis besar terdapat dua tipe aktor dalam Hubungan Internasional,47 yaitu aktor negara dan aktor non negara. Aktor non negara ini terdiri dari aktor individu dan organisasi internasional. Pengaruh aktor individu ini akan terlihat melalui sebuah kebijakan-kebijakan yang diambilnya, meski tidak terlalu terlihat namun sedikit banyak mempunyai pengaruh pula dalam pemerintahan. Misalnya, presiden, perdana menteri, dan lain-lain. Sebelum mempelajari tentang aktor non negara maka perlu diketahui terlebih dahulu sedikit mengenai induk daripada aktor non negara. Dalam buku Pengantar Ilmu Hubungan Internasional karangan Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mohammad Yani terdapat argumen dari Clive Archer bahwa organisasi internasional adalah suatu struktur formal dan berkelanjutan yang dibentuk atas suatu kesepakatan antara anggota-anggota (pemerintah dan non pemerintah) dari dua atau lebih negara berdaulat dengan tujuan untuk mengejar kepentingan bersama para anggotanya.48
47
Dalam buku Anak Agung Banyu Perwita, dan Yanyan Mochammad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 11. 48 Dikutip dalam buku Anak Agung Banyu Perwita, dan Yanyan Mochammad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 100.
30
Organisasi internasional digolongkan menjadi dua, pertama yaitu organisasi antar pemerintah (Inter Governmental Organization), yang beranggotakan delegasi resmi pemerintah negara-negara, contoh PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa), WTO (World Trade Organization). Kedua organisasi non pemerintah (Non Governmental Organization) yang terdiri dari kelompok-kelompok swasta baik dalam bidang keilmuan, ekonomi, humaniter contoh PMI (Palang Merah Internasional).
Non Government Organization (NGO) NGO adalah suatu lembaga yang dihimpun oleh orang-orang swasta atau publik dari berbagai kewarganegaraan. Tujuan utama dari NGO adalah melunakkan, dan juga mempengaruhi subjek dari hukum internasional yang tidak lain adalah negara melalui suatu kegiatan yang jangkauannya bisa meluas terhadap berbagai negara.49 Dalam pengambilan sebuah kebijakan di Amerika juga tidak hanya dipengaruhi oleh aktor negara saja, melainkan juga aktor non negara. Seperti MNC (Multinational Corporation). MNC merupakan sebuah perusahaan yang memiliki kantor pusat di suatu negara dan melakukan kegiatan-kegiatannya diberbagai negara. Oleh sebab itu perusahaan ini bisa menjadi fokus kontroversi dalam suatu negara karena kemampuannya yang dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah baik dalam hal ekonomi maupun dalam hal politiknya.50 Diantara perusahaan-perusahaan yang mempunyai peranan penting dalam perpolitikan di Amerika, misalnya adalah perusahaan minyak. Perusahaan minyak di Amerika Serikat seperti Esso, Texaco, Mobil, dan Socal.51
49
Boer Mauna, Hukum Internasional Pengertian Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global (Bandung: PT Alumni, 2005), h. 54. 50 Ibid,. h. 56 51 Yusuf Solichien M, “Kepentingan Nasional dan Upaya Amerika Serikat,” (FISIP UI, 2008) diakses pada, Ahad 30 Oktober 2011 dari www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/127056-T%2023483...
31
Awal mula dari keinginan Amerika Serikat untuk menguasai minyak di Timur Tengah adalah yaitu ketika konsorsium perusahaan minyak terbesar di Amerika Serikat ini mulai mendominasi dikawasan Timur Tengah yaitu ketika tahun 1930, waktu itu di Timur Tengah ditemukan ladang minyak dan menjadi rebutan antara Amerika Serikat dengan Inggris. Akan tetapi karena Inggris mempunyai hutang terhadap Amerika Serikat disebabkan atas kekalahannya melawan Jerman pada Perang Dunia I maka kekuatan dan posisi Amerika Serikat jauh lebih kuat. Tahun 1933 Arab Saudi memberikan konsesi terhadap Arabian American Oil Compaany (Aramco).52 Sebelum peristiwa WTC 11 September 2001, Amerika pada dasarnya telah mengalami krisis yang sangat parah sehingga diperlukan langkah-langkah di dalam negeri untuk mengatasi masalah tersebut, seperti Amerika mendorong kegiatan MNC diluar negeri guna mempermudah untuk mengakses dan juga memperluas pasar-pasar yang ada diluar negeri. Berangkat dari inilah perusahaan minyak memberikan pengaruh yang besar dalam pengambilan kebijakan Amerika terutama agar tercapainya keinginan dari perusahaan yang ingin mengeksplorasi minyak gas dan non migas, mengingat Amerika Serikat juga sangat memerlukan minyak sebagai pasokan dinegaranya demi memenuhi kebutuhan dalam negerinya.
Kepentingan yang mempengaruhi Disebut kelompok kepentingan yang mempengaruhi (interest influence), karena kelompok ini juga mampu memberikan pengaruh yang sangat besar dalam pengambilan sebuah kebijakan pada suatu negara, terutama pada negara yang menganut sistem dwi partai atau lebih. Apabila suatu negara menganut sistem dua
52
Ibid.,
32
partai atau lebih atau yang disebut dengan sistim politik terbuka maka interest influence mempunyai kesempatan dan juga pengaruh yang sangat besar, namun apabila negara tersebut menganut sistem satu partai atau sistem politik tertutup maka interest influence akan sulit untuk masuk kedalam birokrasi pemerintahan tersebut.53 Seperti contoh di negara Amerika Serikat yang didominasi oleh dua kekuatan partai besar yaitu partai Republik dan partai Demokrat. Partai Republik yang cenderung lebih berhaluan militer sedangkan partai Demokrat yang lebih mengedepankan diplomasi. Walaupun pada intinya kedua partai tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu menunjukkan eksistensi Amerika Serikat sebagai negara adidaya dan juga mempertahankan kepentingan nasionalnya. Baik dari partai manapun presiden Amerika tersebut berasal namun kelompok kepentingan tetap mempunyai pengaruh yang besar karena sudah tertanam kuat dalam negara tersebut, terlebih kelompok kepentingan tersebut memiliki dana yang cukup besar. Misalnya di Amerika Serikat adalah kelompok zionis. Kelompok zionis ini selalu mengedepankan keinginannya dalam mewujudkan Israel sebagai sebuah negara yang berdiri sendiri dengan melobi terhadap pemerintahan Amerika Serikat.54 Kelompok zionis ini akan memberikan kontribusi yang signifikan setiap percaturan politik dalam pemilu di Amerika Serikat. Mereka mempunyai organisasi yang sangat terkenal akan kepandaiannya dalam melobi pemerintahan Amerika Serikat yaitu AIPAC atau American Israel Public Affairs Committee.55 AIPAC sangat pandai dalam melobi dalam setiap kebijakan serta menduduki posisi yang sangat strategis bagi anggotanya maka kebijakan luar negeri yang diambil oleh pemerintah 53
William D. Colplin, dan Marsedes Marbun, Pengantar Politik Internasional Suatu Telaah Teoritis (Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensido, 2003), h. 87. 54 Infiltrasi zionisme di AS bagian 3, diakses pada Rabu, 7 Maret 2012 dari http://www2.irib.ir/worldservice/melayuRADIO/zionisme/infiltrasi-zion/tiga.htm 55 “Kelompok Lobi Zionis Desak Obama untuk Serang Iran”, (Koran Republika, Minggu 12 Pebruari 2012) diakses pada 11 Maret 2012 dari http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/02/12/lza9r0-kelompok-lobi-zionis.....
33
Amerikapun dapat berjalan sejalan dengan kepentingannya. Contohnya penekanan AIPAC terhadap pemerintah Amerika Serikat untuk menyerang Iran atas fasilitas nuklir yang dimiliki Iran, pada dasarnya penyerangan tersebut didasarkan pada ketakutan Israel atas kepemilikan senjata nuklir Iran yang dianggap sebagai ancaman bagi negara Yahudi, selain itu juga karena pemimpin-pemimpin Iran berulang kali menyerukan penghancuran terhadap Israel.56 Contoh yang lain adalah lobi agresi Israel terhadap Gaza pada 27 Desember 2008, meski pada kenyataannya banyak dunia yang menentang namun Amerika Serikat tidak dapat berbuat banyak, Amerika Serikat hanya berani untuk menyerukan hentikan peperangan tanpa ada tindakan yang tegas. Disinilah terbukti dengan jelas bahwa lobi Yahudi sangat kuat dalam pemerintahan Amerika Serikat.57 Amerika Serikat tidak akan pernah bisa lepas dari Israel, begitu juga dengan Israel tidak akan pernah bisa lepas dari Amerika, mengingat mereka pada dasarnya adalah negara yang sama-sama ingin menguasai dunia. Untuk itu berbagai cara dilakukan Amerika untuk terus membantu Israel walaupun Israel dalam posisi yang salah sekalipun, karena kuatnya pengaruh lobi Israel di pemerintahan Amerika Serikat dan banyaknya faktor tekanan dari mereka. Sebenarnya Amerika Serikat yang membutuhkan Israel ataukah Israel yang membutuhkan Amerika Serikat? Namun pada kenyataannya mereka tidak dapat lepas satu sama lain yang artinya saling membutuhkan.
56
“Israel Mainkan Lobi Yahudi Tekan AS Soal Iran”, (Koran Republika, Senin 06 Pebruari 2012) diakses pada 11 Maret 2012 dari http://id.berita.yahoo.com/israel-mainkan-lobi-yahudi-tekansoal-iran-015144439.html. 57 “politik internasional”, diakses pada Minggu 11 Maret 2012 dari http://www.scribd.com/doc/32206348/pOLITIK-iNTERNASIONAL.
34
Pengaruh dari massa atau publik Massa atau publik juga mempunyai pengaruh yang sangat signifikan, dalam hal ini mengacu kepada iklim opini pada sebuah populasi yang dipertimbangkan oleh para pengambil keputusan pada saat menyusun politik luar negeri. Dalam sistim politik terbuka iklim opini lebih terbebas dari manipulasi. Jika dalam sistim politik tertutup massa cenderung akan dibungkam atau disetir oleh atasan, maka dengan adanya media massa dimanfaatkan oleh para pengambil keputusan untuk membangun suatu opini publik yang mendukung kebijakan-kebijakan luar negeri mereka.58 Dalam negara demokrasi seperti Amerika Serikat rakyat menerima informasi dari berbagai sumber, untuk itu keberadaan pers dan juga media massa sangat membantu publik untuk mengeluarkan opini-opini mereka ketika berpartisipasi dalam sebuah pemilu. Selain itu keberadaan pers juga dibutuhkan oleh para pengambil keputusan karena peran mereka dalam pemilu. Bagi para pengambil keputusan pengumpulan opini publik dapat dibilang lebih konstan tentang pandangan masyarakat terhadap status para pengambil keputusan, dan informasi ini semakin relevan apabila pemilu semakin dekat, karena dengan informasi tersebut dapat memberikan bukti-bukti dalam memprediksi mengenai hasil pemilu.59 Media massa dengan dunia memang tidak dapat dipisahkan, karena segala isi dan yang ada didunia ini adalah menjadi sumber informasi dari media massa. Kemudian media massa mempunyai tugas kewajiban untuk mengakomodasi segala peristiwa-peristiwa yang ada didunia melalui pemberitaan dalam berbagai bentuk, baik berupa berita, artikel, laporan penelitian, dan lain sebagainya, sehingga kondisi di dunia nyata bisa dikatakan mempengaruhi media massa begitu juga sebaliknya bahwa media massa dapat mempengaruhi keadaan dunia. 58
William D. Colplin, dan Marsedes Marbun, Pengantar Politik Internasional Suatu Telaah Teoritis (Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensido, 2003), h. 90. 59 Ibid., h. 89.
35
Menurut William L Rivers
dalam jurnal studi Amerika pemerintahan
Amerika Serikat menganggap bahwa pemberitaan dari media massa itu sangat penting. Hal ini dapat dilihat dari besarnya anggaran pemerintah Amerika Serikat dalam pembiayaan pemberitaan kegiatan-kegiatan hubungan masyarakat dan informasi publik sebesar $400 juta pertahun. Kekuatan media massa memang tidak dapat lepas dari kehidupan setiap negara. Media massa bisa berupa dalam bentuk cetakan, siaran, dan juga internet.60 Dalam bentuk cetakan seperti surat kabar, majalah, dan buku. Contohnya adalah New York Times, The Washington Times, The Wall Street Journal, dan lain-lain. Dalam bentuk siaran bisa berupa televisi dan juga radio seperti BBC, CNN. Sedangkan dalam bentuk internet sudah menjadi tidak asing lagi bagi seluruh masyarakat dunia, pengaruhnya juga sangat besar dalam mempengaruhi masyarakat terlebih ketika akan diadakan pemilu. Dalam sistim politik terbuka seperti di Amerika Serikat, maka pengaruh dari massa sangat penting dalam pengambilan kebijakan/ keputusan, contohnya peran mereka dalam pemilu. Dengan pengumpulan opini publik atau massa terutama ketika mendekati pemilihan umum sumber informasi akan lebih up to date sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.61 Salah satu contohnya adalah negara Amerika Serikat, ketika Amerika Serikat dipimpin oleh George W Bush publik tidak puas atas gaya kepemimpinan Bush yang lebih mengedepankan militer dan cenderung lebih brutal dalam menjalankan pemerintahan Amerika Serikat, yaitu penyerangan militer Amerika Serikat terhadap negara Afghanistan yang akhirnya banyak membunuh masyarakat sipil Afghanistan namun tidak membuahkan hasil, serta penyerangan militer Amerika 60
Theophilus J. Riyanto, “Kekuatan Media Massa dalam Kampanye Kepresidenan di Amerika Serikat” dalam Jurnal Studi Amerika Vol. X No. 1, Januari-Juni (Jakarta : pusat kajian Wilayah Amerika Universitas Indonesia, 2005), h. 70. 61 William D. Colplin, dan Marsedes Marbun, Pengantar Politik Internasional Suatu Telaah Teoritis (Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensido, 2003), h. 87.
36
Serikat terhadap Irak atas kepemilikan senjata pemusnah massal yang dimiliki oleh negara Irak. Atas ketidakpuasan tersebut maka pemerintah Amerika Serikat yang dipimpin oleh Barack Obama merubah cara menjalankan kebijakan luar negerinya yaitu dengan menggunakan pendekatan smart power,62 contohnya adalah dengan menarik pasukan mliternya dari Irak secara bertahap.
Partai politik yang mempengaruhi (partisan influencers) Pada negara Amerika Serikat didominasi oleh dua partai besar yaitu partai Republik dan partai Demokrat. Meskipun partai bukan sebuah aktor negara namun pengaruhnya sangat besar dalam partisipasi politik sebuah negara. Setiap partai yang ada mempunyai kandidat masing-masing untuk diajukan dalam sebuah pemilihan umum serta memiliki tujuan yang berbeda sesuai dengan kepentingan partai yang disesuaikan dengan keadaan negaranya saat itu. Contohnya adalah pemilu Amerika Serikat pada 4 November 2008, selain dari kedua partai tersebut diatas terdapat partai-partai kecil lainnya yang mampu mengurangi suara kedua partai besar tersebut. Diantara partai tersebut adalah partai Konstitusi, partai Libertarian, partai Hijau, dan juga terdapat dari jalur independen.63
62
Riefqi Muna, “Paradigma Pertahanan dari Hard Power ke Smart Power dalam jurnal Pertahanan dan Perdamaian,” Jakarta: Pusat Studi Pertahanan dan Perdamaian FISIP Universitas Al Azhar Indonesia V, no. 1 (April 2009), h. 86-87. 63 “Sang Kandidat Presiden” (Koran Republika, Senin, 03 November 2008), h. 10.
37
Berikut adalah sedikit gambaran dari kampanye pemilu di Amerika Serikat64 Partai Demokrat
Kandidat partai Barack Obama
Program kampanye Kebijakan luar negerinya penarikan pasukan dari Irak. Kebijakan ekonomi berupa menaikkan pajak bagi yang berpenghasilan tinggi. Dalam bidang energi, Obama mengajak warga
AS
untuk
menggunakan
energi
alternatif demi mengatasi ketergantungan AS pada minyak dan menggunakan bahan bakar standar tinggi bagi kendaraan-kendaraan di AS. Republik
John McCain
Tetap mempertahankan pasukan AS di Irak Lebih baik melakukan pengeboran minyak sendiri
dilepas
pantai
daripada
harus
bergantung pada pasokan minyak negara lain. Pengurangan pajak Konstitusi
Chuck Baldwin
Peningkatan kualitas angkatan bersenjata menjadi prioritas utama Mendukung adanya modernisasi angkatan bersenjata AS sesuai dengan perkembangan teknologi dan situasi dunia yang terus berubah.
64
Ibid.,
38
Menarik pasukan dari Irak. Menjalin hubungan yang damai dengan semua bangsa tanpa melakukan campur tangan masalah domestik negara lain. Hijau
Cynthia McKinney
Berawal dengan mengenal gerakan hak-hak sipil,
maka
ia
menginginkan
AS
menjalankan sepenuhnya persamaan hak bagi warganya (karena ia merupakan putri dari pejabat penegak hukum kulit hitam pertama). Libertarian
Bob Barr
Menentang pendudukan dan perang Irak. Pemenuhan kebutuhan bahan bakar melalui sumber-sumber dalam negeri. Menurunkan biaya pembelanjaan negara yang telah melalui peningkatan pada tahun 2008.
Independen
Ralph Nader
Adanya
solusi
dua
negara
dalam
penyelesaian konflik Israel-Palestina. Dan tidak bergantung pada energi fosil.
Tertulis dengan jelas bahwa tujuan dari kampanye masing-masing calon presiden dari masing-masing partai adalah berbeda. Kita lihat dari partai yang sangat berpengaruh di Amerika Serikat yaitu Republik dan Demokrat. Partai Republik dalam masalah peperangan melawan Irak ia akan terus untuk meyerang negara tersebut sampai ditemukannya senjata pemusnah massal sebagaimana alasannya dalam
39
memerangi Irak, padahal penyerangannya adalah bertujuan untuk kepentingan nasionalnya yaitu minyak dan untuk menunjukkan kedigdayaan Amerika serikat, kemudian partai Demokrat dalam masalah peperangan dengan Irak, ia akan menarik kembali pasukannya dari Irak kemudian akan memindahkannya ke Afghanistan, dalam arti ini berarti sama saja namun pada hakekatnya langkah yang diambil Obama terbilang langkah jitu, karena alasan untuk menyerang ke Afghanistan jauh lebih masuk akal yaitu menyerang gerakan Taliban dan juga al Qaeda sebuah jaringan terorisme yang dipimpin oleh Osama bin Laden, yang mana jaringan tersebut memang ada di Afghanistan dari pada harus menyerang Irak yang kurang masuk akal karena alasan senjata pemusnah massal yang terbukti sampai sekarang belum diketemukan senjata pemusnah massal tersebut. Setelah tertulis secara jelas maksud ataupun tujuan dari sebuah partai, maka kandidat yang menang dalam pemilu harus mengutamakan pula misi dari partai tersebut selain harus mengutamakan pula kepentingan nasional negara tersebut, karena dia memenangkan pemilu tersebut berdiri diatas partai yang menyokongnya. Biasanya didalam negara demokrasi yang stabil partisan influencers memainkan peran terbatas dalam menyetujui atau menolak tindakan-tindakan politik luar negeri yang diprakarsai oleh para pengambil keputusan politik luar negeri, meskipun partisan influencers ini dalam jangka panjang dapat berperan dalam mengubah sikapsikap dasar masyarakat melalu perdebatan umum.65 Salah satu contohnya adalah ketika masa pemerintahan Bush yang berasal dari partai Republik maka kebijakan yang diambilpun akan dapat dengan mudah disetujui oleh senat karena didalam senat tersebut mayoritas adalah dari partai Republik.
65
William D. Colplin, dan Marsedes Marbun, Pengantar Politik Internasional Suatu Telaah Teoritis (Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensido, 2003), h. 86.
40
Maka tak heran apabila masyarakat Amerika pada pemilihan presiden yang ke 44 bulan November tahun 2008 kemarin melihat terlebih dahulu biografi dari calon pemimpin, janji kampanyenya apakah sesuai dengan keadaan nasional negaranya dan juga partai yang mendukungnya, dan juga riwayat hidupnya dalam permainan politik di Amerika Serikat. Partai ini lebih cenderung untuk mengutamakan politik dalam negerinya daripada politik luar negerinya, karena mereka lebih mengutamakan keamanan dalam negerinya terlebih dahulu.
III.1.c. Pengaruh ideologi Salah satu faktor yang mempengaruhi kebijakan luar negeri Amerika Serikat adalah faktor ideologi, faktor ideologi yang berkembang di Amerika Serikat adalah neokonservatif. Konservatif berasal dari kata conserve, menurut Irving Kristol yang juga disebut sebagai the god father of neoconservatism, neocons adalah kelompok yang sebelumnya menganut nilai-nilai liberal tetapi merasa tidak sepaham dengan garis politik yang diambil sebagian besar kelompok liberal sehingga memutuskan untuk beralih ke konservatif. Liberalism telah dipandang gagal dalam merespon realita sosial politik AS tahun 1960-an sehingga membuat sebagian kalangan liberal kecewa dan akhirnya berpindah kealiran konservatif.66 Tokoh-tokoh kunci neokonservatif diantaranya adalah Dick Cheney, Donald Rumslfeld, Paul wolfowitz, Richard Perle, Douglas Feith, Lewis Libby, John Bolton, Norman Podhoretz, William Kristol, Elliot Abrams, Robert Kagan, Michael Ledeen, Frank Gaffney, jr.67 kelompok neokonservatif ini menginginkan penyebaran demokrasi liberal ke seluruh dunia, dan hal itu akan dapat dilakukan dengan mudah
66
Karya Ilmiah, “Neoconservatif-vs-Islamist-post-911” diakses pada Kamis, 8 April 2011. dari http://www.scribd.com/doc/7873219/neoconservatif-vs-Islamist-post-911 67 Suharko, “NGO, Civil Society dan Demokrasi: Kritik atas pandangan liberal,” dalam jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Yogyakarta: Fisipol UGM, Vol. 7, no. 2 (Nopember 2003), h. 40.
41
apabila prinsip-prinsip yang terkandung didalamnya menjadi landasan kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Untuk itu, salah satu tujuan utama neokonservatif ini adalah mempengaruhi pemerintah pada setiap pembuatan kebijakan luar negeri. Menurut neokonservatif runtuhnya Uni Soviet pada Perang Dingin menjadikan Amerika Serikat sebagai pemimpin global dan merupakan suatu titik balik perjalanan AS dalam mencapai tujuan untuk menjadi kekuatan hegemoni dunia. Setelah selama lebih dari empat dekade disaingi negara komunis (Uni Soviet), yang membuat dunia terbelah secara bipolar, kini AS menjadi satu-satunya kekuatan adikuasa yang tak tertandingi. Maka bagi neokonservatif, era unipolar ini harus tetap dipertahankan dalam genggaman AS. Artinya AS harus tetap menjadi satu-satunya kekuatan hegemoni dunia yang tak mampu disaingi oleh negara lain.68 Dalam pandangan kelompok ini, dunia bisa mencapai titik
perdamaian
apabila Amerika Serikat memiliki kepemimpinan yang kuat dan setiap rezim yang dianggap mengancam kepentingan nasional AS maka akan dihadapi secara agresif dengan pre emptive strike melalui aksi unilateral. Yaitu setiap aksi Amerika dalam percaturan global tidak perlu mendapat persetujuan dari kekuatan lain, bahkan dari sekutu sendiri sekalipun.69 Neocons ini selalu berusaha untuk duduk dalam pemerintahan dengan menduduki posisi yang penting, seperti Departemen Pertahanan, Deartemen Luar Negeri, dan lain-lain. Pada masa pemilihan presiden tahun 1980 yang dimenangkan oleh
Ronald
Reagon
merupakan
awal
kejayaan
neokonservatif.
Jaringan
neokonservatif ini sebenarnya telah terbentuk sejak tahun 1970-an,70 ia tersebar
68
Karya Ilmiah, “Neoconservatif-vs-Islamist-post-911” diakses pada Kamis, 8 April 2011. dari http://www.scribd.com/doc/7873219/neoconservatif-vs-Islamist-post-911 69 Ibid., 70 Muhammad Takiyudin Ismail, “Aliran neokonservatif dalam dasar luar negeri Amerika Serikat: konservatif atau nasionalis atau idealis” artikel diakses pada Kamis, 8 April 2011 dari
42
diberbagai institusi seperti media massa dan NGO, namun belum berhasil atau belum mendapat kepercayaan penuh dalam kabinet. Salah satu contoh beberapa neokonservatif yang terlibat dalam pemerintahan Reagan adalah Jeane Kirkpatrick (Duta Besar AS di PBB), Richard Perle (Staf Ahli Menteri Pertahanan), dan Elliot Abrams (Staf Ahli Menteri Luar Negeri).71 Menurutnya jabatan Jeane Kirkpatrick sangat strategis karena dapat membawa misi untuk membawa kepentingan AS dalam forum internasional. Masa Bush junior kelompok neokonservatif mengalami kedigdayaan pula, banyak pemikiran dari neocons yang menjadi pijakan Bush dalam merumuskan kebijakan luar negeri. Kebijakan luar negeri yang semula bersifat multilateral berubah menjadi unilateral72 yang mengandalkan aksi militer pre emptive strike terutama setelah peristiwa WTC 11 September 2001. Pengaruh neokonservatif dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat dianggap berhasil yaitu ketika Bush junior melancarkan aksinya dalam penggulingan Saddam Husein dengan alasan adanya pengadaan senjata pemusnah masal dan perang melawan Afghanistan dengan alasan perang melawan teroris. Bush dijadikan alat oleh neocons kedalam kekuasannya, tidak perlu menempatkan figur yang penting sebagai nomor satu di Amerika Serikat tetapi cukup memposisikan Dick Cheney sebagai pasangannya yaitu wakil presiden dalam pemerintahan Amerika Serikat.73 Dengan kedudukan Dick Cheney sebagai wakil presiden, maka ia juga mempunyai pengaruh besar dalam menentukan siapa saja yang duduk dalam menteri-
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:sRfDz4NF1aEJ:journalarticle.ukm.my/379/1/ 1.pdf+tokoh+neokonservatif+pdf&cd=5&hl=jw&ct=clnk&gl=id&source=www.google.co.id 71 Mubah A Safril, Menguak Ulah Neokons Menyingkap Agenda Terselubung Amerika dalam Memerangi Terorisme (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 56. 72 Poltak Partogi Nainggolan, Terorisme dan Tata Dunia Baru (Jakarta: Tim Peneliti HI Pusat Pengkajian dan Pelayanan Informasi (P3I) DPR RI, 2002), h. 169. 73 Mubah A Safril, Menguak Ulah Neokons Menyingkap Agenda Terselubung Amerika dalam Memerangi Terorisme (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 68.
43
menteri, seperti dari neocons ia meletakkan Donald Rumsfeld sebagai Menteri Pertahanan, Paul Wolfowitz sebagai Deputi Menteri Pertahanan yang kini menjadi Bank Dunia, Elliot Abrams sebagai Staf National Security Council, dan lain-lain.74 Departemen pertahanan dan Departemen Luar Negeri sengaja dipilih oleh Dick Cheney agar diduduki oleh neocons karena kedua kedudukan ini yang menjadi lembaga kunci perumusan kebijakan luar negeri Amerika Serikat, sehingga pengaruh neocons sangat kuat dalam pemerintah Bush junior, kekuatan neocons yang sudah mengakar seperti ini tentu akan sangat sulit untuk dihilangkan, mengingat semakin lama pengaruh dan pengikutnya semakin banyak dan sudah menduduki kedudukan penting yang justru bukan hanya dalam pemerintahan AS sendiri melainkan juga dalam kancah internasional. Media massa, NGO dan lembaga donor juga menjadi pusat kekuatan neocons dalam mempengaruhi masyarakat internasional. Di Amerika Serikat kelompok neokonservatif yang mengakar kuat adalah kebebasan. Gerakan ini tidak hanya dalam hal kebebasan saja, namun juga dalam berbagai hal seperti dalam bertindak kekerasan. Hawkish75 merupakan karakter yang menjadi sikap kekerasan utama dalam mencapai tujuannya, sehingga antara neokonservatif dan hawkish ini sangat berkaitan, meskipun mereka hanya tergolong kelompok yang kecil namun pengaruhnya sangat luar biasa didunia.
74 75
Ibid., h. 69. Trias Kuncahyono, Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish (Jakarta: Kompas, 2005), h. 16.
44
Gambar diagram peran neokons sebagai policy influence kebijakan anti Islam politik AS76
Konfrontasionis
Unilateral pre emptive strike
Neokons
Neokons juga berpengaruh dalam kebijakan anti Islam politik
Bush
pertarungan
Kepentingan
Akomodasionis
Kelompok lain
Keterangan
:
: pengaruh satu arah :pengaruh
dua
arah
atau
saling
memcpengaruhi : hasil dari upaya mempengaruhi
76
Lihat Gergez, Fawaz A. 1999. America and Political Islam: Clash of Civilization or Clash of Interest?.Ibid. Dan Huntington, Samuel.P. 2004. Who Are We? The Challenges To America’s National Identity. diakses pada Kamis, 8 April 2011 dari http://www.scribd.com/doc/7873219/neoconservatif-vs-Islamist-post-911.
45
Diagram diatas merupakan salah satu contoh bagaimana neocons telah berhasil mempengaruhi dalam pengambilan kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Pada diagram tersebut terlihat terdapat dua kelompok yang mencoba untuk mempengaruhi kebijakan luar negeri AS namun melalui cara yang berbeda. Dari kelompok neocons mereka menginginkan kebijakan unilateral dengan pre emptive strike yang sangat konfrontasi dengan politik Islam, sedangkan dari kelompok lain terlihat lebih menginginkan kebijakan akomodasionis. Antara neocons dengan kelompok lain memiliki pandangan yang berbeda mengenai kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam memerangi terorisme masa Bush junior. Perbedaan itu akhirnya menimbulkan sebuah pertarungan yang akhirnya dimenangkan oleh kubu neocons, seiring dengan peristiwa 11 September 2001. Bush lebih menanggapi pengaruh dari neocons yang diwujudkan dalam perang ke Afghanistan tahun 2001 dan ke Irak tahun 2003.77
III.1.d. Pengaruh individu dari seorang pemimpin Seperti pada penjelasan pada bagian kerangka teori diatas menerangkan bahwa Individual Sources (sumber individu) meliputi nilai-nilai dari seorang pemimpin atau pengambil keputusan sebagai ideologinya, pengalaman hidupnya, masa kecilnya, latar belakang pendidikannya, segala sesuatu yang mempengaruhi persepsinya, karakter, dan lain-lain. Disini penulis mengambil contoh langsung yaitu Barack Obama. Barack Obama atau Obama lahir di Honohulu, pada 4 Agustus 1961. Obama adalah putera dari Barack Hussein Obama senior yang berasal dari Kenya berkulit hitam beserta ibunya Ann Dunham dari Kansas City berkulit putih. Pertemuan mereka yaitu ketika
77
Ibid.,
46
Obama senior mendapatkan beasiswa di East West Center/ University of Hawai, Honolulu. Setelah bercerai dari Obama senior, Ann Dunham menikah dengan pria Indonesia yang bernama Lolo Soetoro. Obama junior yang ikut dengan ibunya tinggal di Jakarta selama 3,5 tahun mulai umur 6 tahun dan sempat mengenyam pendidikan di SD Fransiscus Assisi dan SDN 01 Menteng di Jalan Besuki.78 Masa kecilnya Obama junior pernah tinggal di Indonesia, Ibunya sangat peduli dengan rakyat miskin, dan hal ini diwariskan pula kepada Obama yang sangat menghargai komunitasnya apa adanya. Berangkat dari sinilah Obama terkesan lebih sopan dan lebih lunak, karena dia dapat berbaur dan dapat berkomukasi dengan siapa saja dengan baik. Pada awalnya Obama ditawarkan sebagai koordinator dari para pengangguran akibat PHK oleh Gerald Kellmandi Chicago, Illionis.79 Ternyata kesempatan ini dijadikan oleh Obama sebagai batu loncatan dalam menggapai karir politiknya. Sebelumnya Obama adalah seorang dosen hukum di Universitas Chicago, dia sangat pintar dalam berbicara, sehingga dia sangat pintar dalam memikat orang. Pada tahun 1996 dia memenangkan pertarungan sebagai senator di negara bagian Illionis kemudian Obama mencoba untuk masuk dalam senat AS, meskipun dulu sempat merasakan kegagalan karena dinilai masih kurang mampu. Untuk menuju kursi senat ia harus mengalahkan lawan politiknya yang sama-sama dari partai Demokrat yaitu Blair Hull, karena Blair Hull sangat kaya sehinga ia gampang mendapatkan dukungan untuk duduk di senat AS, namun ketika pemilu pendahuluan popularitas Obama meningkat karena latar belakangnya, warga Amerika sangat senang dengan kisahnya yang sukses berasal dari warga miskin dan terlantar. Setelah Obama menang ia harus bertarung melawan musuhnya dari partai 78
Barack Obama, diterjemahkan oleh Ruslani dan Lulu Rahman, Barack Obama dari Jakarta Menuju Gedung Putih (Jakarta: PT Ufuk Publishing House, 2009), h. 8. 79 Ibid., h. 61.
47
Republik yang bernama Jack Ryan dan yang menarik adalah bahwa kedua-duanya adalah lulusan universitas Harvard jurusan hukum. Didalam partai Demokrat Obama diberikan kesempatan untuk berpidato pada konvensi Demokrat di Boston, dalam pidatonya Obama sangat pintar dalam merangkai kata, dan juga mempunyai visi dan juga misi yang sangat jelas. Pidato tersebut menarik para politisi lain bahkan banyak dari media cetak yang membicarakan Obama sehingga membawa Obama pada kemenangan dalam senat di AS dengan perolehan 69. Kepintaran yang dimiliki oleh Obama membawa Obama menjadi lebih dikenal lagi oleh masyarakat Amerika Serikat sehingga berpengaruh pula pada popularitas karir politiknya dalam masyarakat Amerika Serikat. Akhirnya pada pemilu presiden AS 2008, Barack Obama maju sebagai calon presiden bersaing dengan Hillary Clinton dalam tubuh partai Demokrat. Dalam pertarungan tersebut Obama harus melawan Hillary yang selalu memojokkan dengan radikalisme. Pada akhirnya dimenangkan oleh Obama, setelah kemenangan Obama kini Obama harus berhadapan dengan lawan politiknya dari partai lain yaitu Republik, adapun lawan politiknya dari partai Republik adalah John McCain. Isu yang paling utama digunakan oleh John McCain dalam melawan Obama adalah masalah rasial, dimana masyarakat Amerika Serikat sangat kental dengan ras kulit putih dan mendiskriminasi ras kulit hitam, meskipun Obama juga merasakan bahwa isu rasial ini dapat mengancam kampanye politiknya namun Obama tidak mementingkan hal itu, Obama terus meyakinkan rakyat Amerika Serikat dengan tujuan kampanye politiknya. Partai Demokrat cenderung lebih berhaluan lunak daripada partai Republik. Demokrat lebih mau untuk mendengarkan aspirasi masyarakat dan banyak diduduki oleh orang yang berhaluan non neokonservatif. Inilah satu satu upaya Obama memilih Demokrat sebagai partai yang dianutnya. Selain karena keinginan
48
dari dirinya untuk mencoba merubah cara memimpin ketika menjadi presiden di Amerika Serikat, Obama juga didukung oleh partai Demokrat yang menyokongnya. Adapun karir politk Obama dimulai dengan menjadi senator di Illionis Amerika Serikat dan juga menjadi anggota senat AS, ternyata dengan karir tersebut mampu memikat rakyat AS karena latar belakangnya dan juga kelihaiannya dalam berkata, namun tidak segampang itu Obama harus menghadapi lawan politiknya yaitu McCain. Walaupun McCain selalu memojokkan Obama dengan warna kulit hitamnya namun Obama sebagai salah satu warga kulit hitam menunjukkan bahwa tidak ada rasa dendam bahkan permusuhan antara warga kulit hitam dan kulit putih, yang dibutuhkan negara Amerika Serikat saat ini setelah peristiwa WTC adalah perubahan. Perubahan yang membawa negara Amerika Serikat menjadi lebih baik dan tetap menjadi negara yang mendominasi setiap pergerakan politik dunia dengan caranya yang lain yaitu yang jauh lebih lunak dan lebih mengedepankan kerjasama. Karena keinginan Barack Obama untuk merubah Amerika Serikat menjadi lebih baik sudah tertanam didalam dirinya, meskipun Obama harus bersusah payah untuk menuju jalan kursi kepresidenan.
III.2. Faktor internasional III.2.a. Sikap negara-negara internasional kebijakan pemerintah Amerika Serikat (pada periode pemerintahan George W Bush junior) Pada masa presiden George W Bush junior, Amerika banyak mendapat kritikan dari negara internasional. Terutama mengenai penyerangannya terhadap negara Irak, Afghanistan, dan juga penganiayaan terhadap narapidana penjara Guantanamo. Hal inilah yang membuat masyarakat dunia kurang merasa puas dengan
49
sikap militer Amerika yang agresif. Sikap agresif ini juga mendapat kecaman dari masyarakat internasional ketika Amerika memberikan dukungan penuh serangan militer Israel terhadap Palestina. George W Bush menjabat dalam dua Periode (20 Januari 2001 sampai 20 Januari 2009), dalam masa jabatannya banyak diantara kebijakan-kebijakannya yang kontroversional sehingga menimbulkan protes masyarakat, seperti kebijakan Amerika dalam penyerangan terhadap Irak tahun 2003, penyerangan terhadap Afghanistan tahun 2001, dan juga sikap yang sangat brutal terhadap narapidana penjara Guantanamao, dan lain-lain seperti yang tersebut diatas.80 Amerika menyerang Afghanistan dengan alasan pemberantasan terhadap terorisme, sedangkan di Irak adalah dengan alasan pengadaan senjata pemusnah massal yang sebenarnya adalah ingin menggulingkan Saddam Husein. Pernyataan Bush dalam “perang melawan teror” di Afghanistan hanya dijadikan sebuah tameng untuk menguasai dan menindas rakyat Afghanistan. Amerika beranggapan bahwa Afghanistan bukanlah negara yang mendukung teroris tetapi negara yang didukung oleh teroris dengan alasan Al-Qaeda menyediakan pelatihan, persenjataan, tentara dan banyak memberikan bantuan finansial untuk gerakan Taliban, sedangkan Taliban memberikan ruang fasilitas sebagai camp dari pelatihan al-Qaeda. Dari sinilah Amerika menyerang Afghanistan dengan alasan menyerang teroris, sehingga banyak korban yang berjatuhan yang bukan hanya dari pihak musuh Amerika namun juga warga sipil Afghanistan, karena banyaknya korban yang berjatuhan dari warga sipil Afghanistan maka masyarakat muslim dunia banyak yang menyerukan protes untuk segera menghentikan penyerangan terhadap Afghanistan.81
80
Bien Pasaribu dan Jamaluddin Ritonga, Perang Bush Memburu Osama (Jakarta: Penerbit Sinar Haiti, 2001), h. 86. 81 Ibid., h. 87.
50
Selain itu, kebijakan Amerika yang sangat kontroversi yaitu kebijakan UU the Anti-terrorism and Effective Death Penalty Act82 tahun 1996. UU ini sangat tidak diterima oleh negara-negara lain terutama negara yang menjalin hubungan dengan Amerika. Dalam UU ini berisikan bahwa diperbolehkan untuk melegitimasi setiap kebijakan pemerintah untuk memerangi terorisme baik didalam negeri maupun diluar negeri. Selain itu, termasuk juga kewenangan Amerika untuk memberikan extradisi para teroris yang terbukti melakukan penyerangan terhadap warga dan juga properti Amerika untuk diadili di Amerika. Tentu saja hal ini sangat menimbulkan polemik dalam menjalin hubungan bilateral dengan Amerika, karena tidak semua negara mau menyerahkan warga negaranya untuk diextradisi di negara Amerika. Kebijakan lain yang juga menimbulkan kontroversi adalah kebijakan “preemptive strike” ini tidak didukung oleh semua anggota PBB namun didukung oleh negara sekutu AS yang termasuk dalam anggota PBB. Dalam anggota PBB yang bukan anggota Dewan Keamanan PBB tersebut banyak yang menentang tindakan Amerika Serikat, dengan asumsi bahwa penyerangan Amerika Serikat tersebut bukan karena terhadap terorisme melainkan atas dasar keberadan negara Irak yang disinyalir mengembangkan senjata pemusnah massal dan juga pada dasarnya adalah untuk minyak sedangkan di Afghanistan adalah karena ingin menguasai minyak dan juga untuk membangun saluran pipa milik Amerika yang melalui negara Afghanistan.83 Dewan Keamanan (DK) PBB memang memberikan landasan terhadap suatu negara untuk membela diri apabila ada serangan dari negara lain. Hal ini tertulis dalam resolusi 1368 2001,84 pasal 51 yang berisikan bahwa hak pembelaan terhadap individual atau kolektif negara-negara. Selain itu tertulis pula dalam resolusi baru No. 82
Poltak Partogi Nainggolan, Terorisme dan Tata Dunia Baru (Jakarta: Tim Peneliti HI Pusat Pengkajian dan Pelayanan Informasi (P3I) DPR RI, 2002), h. 166. 83 Trias Kuncahyono, Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish (Jakarta: Kompas, 2005), h. 85. 84 Boer Mauna, Hukum Internasional Pengertian Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global (Bandung: P. T. Alumni, 2005), h. 660-661.
51
1373 (2001), yang berisikan bahwa langkah-langkah dan tindakan yang harus diambil oleh negara-negara anggota untuk memberantas terorisme, sedangkan Amerika mendasarkan penyerangan ke Afghanistan atas resolusi 1368 dan 1373, namun perlu ditegaskan bahwa hak bela diri dalam pasal 51 tersebut adalah tindakan bela diri yang ditujukan kepada state actor85, sedangkan yang terajadi pada 11 September 2001 adalah penyerangan yang dilakukan oleh jaringan teroris/ non state actor. Penyerangan Amerika tersebut yang seharusnya ditujukan terhadap non state actor menjadi penyerangan terhadap Afghanistan dengan dalih memerangi terorisme dari akar-akarnya, sehingga dapat dikatakan bahwa Amerika telah memanfaatkan istilah self-defence untuk melakukan pre-emptive strike. Dalam pasal 51 diterangkan pula apabila penyerangan tersebut didasarkan atas self defence maka negara yang menyerang tersebut harus segera melaporkan tindakannya ke Dewan Keamanan PBB. Akan tetapi pada kenyataannya Amerika belum bahkan tidak melaporkan kejahatan kemanusiaannya terhadap Dewan Keamanan PBB. Resolusi-resolusi tersebut pada hakikatnya hanya meminta kepada seluruh negara-negara untuk melindungi negara dari terorisme dan bukan untuk menyerang Afghanistan. Untuk itu penyerangan yang dilakukan oleh Amerika Serikat sangat dikecam oleh negara-negara lain. Dewan Keamanan PBBpun juga mengutuk keras kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Amerika tersebut, namun karena Dewan Keamanan PBB banyak disetir oleh orang-orang Amerika maka DK PBB hanya bisa gigit jari dan tidak bisa melakukan tindakan tegas terhadap apa yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Selanjutnya penyerangan terhadap Irak atas dasar
85
Ibid, h. 663
52
memerangi terorisme global juga dikecam keras oleh negara-negara Perserikatan Bangsa-bangsa.86 Dari kebijakan presiden George W Bush yang dipandang oleh negara di dunia sangat kontroversial, sehingga menimbulkan kebencian masyarakat dalam negeri Amerika Serikat sendiri dan juga negara Timur Tengah yang mempunyai masalah atau pernah konflik dengan Amerika. Untuk itu Amerika memerlukan pengembalian citra yang baik dimata internasional agar lebih mudah dalam melakukan diplomasi dengan negara-negara di dunia. Inilah yang menjadi pekerjaan rumah Barack Obama sebagai presiden sesudahnya, yaitu menstabilkan dan memperkuat kerjasama kembali dengan negara didunia terutama negara muslim. Dalam menjalankan pemerintahannya Barack Obama tidak bekerja sendiri, namun dibantu oleh Menteri Luar Negerinya yaitu Hillary Clinton salah satunya adalah dengan melakukan berbagai kunjungan terlebih dahulu sebelum presiden melakukan kunjungan kenegara yang akan dikunjungi, hal itu dilakukan supaya ketika presiden akan melakukan kunjungan, maka sudah mempunyai gambaran bagaimana reaksi dari negara yang akan dikunjungi. Apakah masyarakat dari negara tersebut merespon dengan sangat baik atau akankah ada tindakan-tindakan anarkis yang kemungkinan akan membuat kunjungan tersebut berakibat fatal.
86
Boer Mauna, Hukum Internasional Pengertian Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, h. 664-665.
53
BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT DALAM MEMERANGI TERORISME INTERNASIONAL DI AFGHANISTAN ERA BARACK OBAMA
IV.1. Faktor Internal IV.1.a. Keadaan ekonomi, sosial, dan politik dalam negeri Amerika Serikat Sebelum Obama menjabat sebagai presiden Amerika Serikat yang ke-44, Amerika Serikat dipimpin oleh George W Bush junior, ketika George W Bush menjabat sebagai presiden di negara Amerika Serikat terjadi sebuah peristiwa yang sangat mengejutkan seluruh dunia. Dua menara kembar yang sangat kokoh mampu ditabrak oleh pesawat yang disinyalir dilakukan oleh kelompok teroris menurut Amerika Serikat kemudian dikenal dengan peristiwa WTC 11 September 2011. Setelah peristiwa WTC 11 September 2011 perekonomian Amerika Serikat mengalami kekacauan luar biasa, dikarenakan dengan runtuhnya gedung menara kembar tersebut membuat pemerintahan Amerika Serikat menjadi terhambat terutama dalam bidang ekonomi, karena gedung menara kembar tersebut dijadikan sebagai tempat para investor maupun perusahaan-perusahaan penting dalam menanamkan saham mereka, sehingga selain berdampak terhadap perusahaan-perusahaan yang ada digedung tersebut juga berdampak pula terhadap perusahaan-perusahaan lain yang menjalin hubungan dengan perusahaan tersebut. Diantaranya adalah perusahaan NYSE (New York Stock Exchange) yang menempati pada dua menara, adapun perusahaan investasi lainnya adalah investmen banking Morgan Stanley, Goldman
54
Sach, dan Lehman Brothers,87 selain itu juga terdapat perusahaan televisi yang menempati gedung ini pula. Maka setelah runtuhnya gedung tersebut perekonomian di Amerika menjadi merosot tajam, terlebih pada awal 2001-an Amerika Serikat sudah mengalami resesi. Sejak setelah runtuhnya gedung tersebut pasar modal, bursa efek di Amerika otomatis langsung ditutup. Dengan ditutupnya bursa efek tersebut maka menjadikan perekonomian Amerika mandek atau berhenti secara total, sedangkan kerugian akibat serangan teroris ini mencapai sekitar 40 milyar dollar Amerika.88 Pasar modal di Wall Street baik NYSE (New York Stock Exchange), American Stock Exchange maupun Nasdaq ditutup selama empat hari. Penutupan ini termasuk lama mengingat perekonomian Amerika adalah tempat atau pusat dari perdagangan dunia sehingga mengakibatkan banyak dari pemilik saham yang ingin melepas sahamnya, dan saham penerbangan mengalami penderitaan atau kerugian yang paling berat sehingga mengakibatkan dollar Amerika Serikat langsung melemah dari yen dan euro. Para pemodal melakukan tindakan penyelamatan terhadap nilai investasi mereka (flight to safety) menjual saham yang dipegang, dengan mengganti pembelian terhadap emas atau obligasi.89 Keterpurukan dalam bidang ekonomi tersebut secara tidak langsung membawa dampak pula terhadap banyaknya masyarakat
yang mengalami
pengangguran
Amerika
secara
mendadak.
Untuk
itu
masyarakat
Serikat
menginginkan adanya sebuah lowongan pekerjaan baru agar mereka dapat bertahan hidup serta untuk memulihkan keadaan diri mereka sendiri. Selain itu pula, keadaan
87
Mereka adalah nama-nama perusahaan yang menanamkan investasi yang besar terhadap gedung tersebut. 88 Warsono, “Dampak Serangan World Trade Center terhadap Kinerja Pasar Modal Indonesia,” artikel diakses pada 4 April 2011 dari http://warsono.staff.umm.ac.id/.../DampakSerangan-World-Trade-Center... 89 Ibid.,
55
psikologis masyarakat juga menjadi dampak dari peristiwa WTC tersebut terutama bagi mereka yang kehilangan kerabatnya dan juga bagi mereka yang kehilangan harta bendanya. Akhirnya
masyarakat Amerika banyak mengalami trauma, gangguan
psikis atau kejiwaan, gangguan sosial, bahkan ada yang mengalami keputusasaan dalam menjalani hidup. Hal ini terutama terjadi kepada para korban yang tempat tinggalnya dekat dengan gedung tersebut. Harta, dan seluruh harapannya hilang tanpa ada yang tersisa sedikitpun, saudara bahkan orangtua atau anak sekalipun. Para peneliti juga mengemukakan sebanyak 95,6%90 dari korban WTC melaporkan mengalami gangguan stress dan trauma, dan sebagai efek jangka panjangnya dari kejadian ini maka bagi mereka yang masih selamat terus melaporkan perkembangan psikis mereka terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah karena dapat mengganggu rutinitas kehidupan sehari hari mereka apabila keadaan sudah kembali normal. Keadaan politik dalam negeri Amerika Serikat setelah peristiwa WTC juga menjadi lebih brutal dan agresif, presiden George W Bush yang memerintah pada waktu itu langsung mengambil sebuah kebijakan dengan melakukan penyerangan terhadap Afghanistan, negara yang diklaim oleh Bush sebagai dalang teroris yang ternyata tidak disetujui oleh sebagian besar masyarakat internasional. 91 Akan tetapi karena pernyataan Bush untuk menyerang teroris -dengan tokoh utamanya yaitu Osama bin Laden seseorang yang disebut sebut Bush sebagai dalang utamanya dan sebagai orang yang paling bertanggungjawab atas peristiwa WTC ini disinyalir berada di Afghanistan- akhirnya pada tanggal 14 September 2001 para pemimpin Kongres dan Gedung Putih menyetujui dalam pengalokasian dana 40 milyar dollar AS sebagai
90
http://www.news-medical.net/news/20110110/1242/Indonesian.aspx?page=2 diakses pada Sabtu 19 Pebruari 2011. 91 Bien Pasaribu dan Jamaluddin Ritonga, Perang Bush Memburu Osama (Jakarta: Penerbit Sinar Haiti, 2001), h. 23.
56
paket darurat untuk merespon serangan teroris terhadap peristiwa WTC dan juga markas besar militer Pentagon. Akhirnya sebuah serangan besar benar-benar dilancarkan oleh pasukan militer Amerika Serikat yang dibantu oleh negara Inggris terhadap negara Afghanistan pada Minggu malam tanggal 7 Oktober 2001.92 Situasi politik dalam negeri Amerika Serikat menjadi lebih mengedepankan militer, berbagai cara dilakukan untuk menyerang aksi terorisme, bahkan biaya yang dikeluarkan selama 5,5 tahun terhitung dari tahun 2001 ditaksir telah menghabiskan biaya sekitar $500 milyar.93 Biaya tersebut disebut-sebut sebagai biaya anggaran perang dan rekonstruksi luar negeri yang terbesar sepanjang sejarah Amerika Serikat, hal ini terbukti dengan tanggal 07 September 2003 Bush meminta dana sebesar $87 milyar ke kongres yang merupakan tambahan dana yang telah disetujui oleh kongres, sebelumnya pemerintah AS juga meminta dana untuk kampanye militer sebesar $79 milyar.94 Kebutuhan militer yang sangat tinggi membuat keadaan ekonomi dalam negeri Amerika Serikat menjadi carut marut, banyak masyarakat Amerika yang kehilangan pekerjaannya, ditambah dengan gangguan psikis dan juga mental serta kurang mendapat perhatian dari pemerintah Amerika yang dipimpin oleh George W Bush pada waktu itu yang lebih memfokuskan diri dalam memerangi terorisme. Dari ketiga faktor yang tersebut diatas, maka Barack Obama yang menyalonkan diri sebagai presiden Amerika Serikat sangat prihatin dan menginginkan segera terjadi pemulihan kondisi sosial, ekonomi dan juga politik dalam negeri Amerika Serikat. Untuk itu ketika masa kampanye tahun lalu Obama juga mengusung perbaikan ekonomi dalam negeri.
92
Ibid., Widarti Rahardjo (penterjemah), Change We Can Believe In (Jakarta: P. T. Ufuk publishing house, 2009), h. 294. 94 Bien Pasaribu dan Jamaluddin Ritonga, Perang Bush Memburu Osama (Jakarta: Penerbit Sinar Haiti, 2001), h. 81. 93
57
Dalam
masa
kampanye
Obama
lebih
mengedepankan
keinginan
masyarakatnya sendiri terlebih dahulu demi meraih simpati terhadap dirinya. Pidato Obama yang bijak dengan kata-kata yang terangkai indah mampu menyihir jutaan masyarakat Amerika Serikat untuk memilih dirinya. Bagaimana tidak, Obama memberikan janji-janji yang sangat dibutuhkan masyarakat Amerika Serikat pada saat itu, diantaranya adalah janji Obama untuk memberikan pajak terhadap mereka yang berpenghasilan tinggi, mengurangi tingkat pengangguran, meringankan beban harga bahan bakar minyak untuk yang berpenghasilan rendah, meringankan biaya pengobatan untuk rakyat miskin, dan lain-lain. Janji-janji Obama tersebut terangkum dalam kampanyenya dengan mengusung tema Change We Can Believe In.95 Cara Obama dalam menyampaikan pidatonya dalam berkampanye terlihat lebih bersahabat dengan masyarakat Amerika, maka masyarakat Amerika Serikat menyambut baik dan mengharapkan Obama mampu melaksanakan janji-janjinya, karena yang dibutuhkan oleh masyarakat Amerika yaitu perubahan, perubahan yang membawa masyarakat kekehidupan yang jauh lebih nyaman dan tenang. Satu hal yang menurut penulis sangat mengena dalam pidato Obama mengenai kata-katanya yang sangat dalam dalam meraih simpati masyarakatnya yaitu bahwa ketika Obama membahas mengenai masalah ekonomi, Obama mengatakan dalam salah satu pidatonya yaitu “warga Amerika bukanlah masalahnya melainkan mereka adalah jawabannya,
jika banyak dari warga Amerika yang berhasil maka ekonomi
Amerikapun akan menjadi sebuah kesuksesan.” Selain itu juga pernyataan Obama setelah dirinya terpilih menjadi presiden yaitu “saya tidak akan melupakan pemilik sejati kemenangan ini yakni anda semua. Kemenangan ini adalah milik kalian.”96
95
Widarti Rahardjo (penterjemah), Change We Can Believe In (Jakarta: P. T. Ufuk publishing house, 2009), h. 44. 96 Ibid., h. 24.
58
Pernyataan Obama melalui pidatonya tersebut menurut penulis dinilai sopan namun tepat mengenai terhadap keinginan masyarakat yaitu menginginkan adanya perubahan dikarenakan masyarakat Amerika Serikat sudah jenuh dan bosan dengan gaya kepemimpinan George W Bush junior ditambah dengan gaya bicara Obama yang khas dan juga dengan senyuman kharismatiknya sehingga Obama terkesan lebih ramah daripada McCain lawan politiknya ketika masa kampanye dahulu. Menurut penulis Obama mampu membangkitkan semangat masyarakat Amerika dengan menjadikan masyarakat Amerika Serikat sebagai faktor utama dalam kemajuan negara Amerika Serikat, melihat dari berbagai penjelasan diatas. Setelah Obama terpilih menjadi presiden Amerika Serikat pada November 2009 terlihat lebih mengedapankan diplomasi dengan negara-negara lain, Obama menggunakan pendekatan smart power97 daripada hard power98 yang dijalankan oleh George W Bush dahulu.
IV.1.b. Faktor internal dalam diri Barack Obama Obama merupakan sosok seseorang yang dikenal sangat supel atau mudah bergaul, cara bicaranyapun mampu menarik perhatian banyak masyarakat yang bukan hanya masayarakat Amerika Serikat melainkan juga perhatian masyarakat dunia. Hal ini terbukti dengan berbagai pidato yang disampaikan ketika Obama melakukan kampanye pemilu presidennya. Banyak masyarakat yang tak percaya jika pada akhirnya Obama mampu meraih kursi di kepresidenan Amerika Serikat. Kecerdasan Obama selain dari kegigihannya nampaknya juga karena keturunan yang dimiliki oleh Ann Dunham ibu kandungnya. Ann Dunham sangat
97
Riefqi Muna, “Paradigma Pertahanan dari Hard Power ke Smart Power dalam jurnal Pertahanan dan Perdamaian,” Jakarta: Pusat Studi Pertahanan dan Perdamaian FISIP Universitas Al Azhar Indonesia V, no. 1 (April 2009) h. 86-87. 98 Ibid.,
59
gemar menyampaikan gugatan politik pada pemerintahan dan bahkan juga sempat menyesalkan akan keberadaan presiden Amerika Serikat yang bagi Ann Dunham kurang berkenan dihatinya, dan ini merupakan salah satu karakter dari Obama saat ini,99 yaitu dalam diri Obama menginginkan perubahan kearah yang lebih baik dalam pemerintahan Amerika Serikat. Simon Saragih100 mengemukakan pada kata pengantarnya dalam buku “ketekunan dan hati putih Barack Obama” bahwa Barack Obama memang menarik perhatian, selain Obama yang masih tergolong muda juga memancarkan kepedulian dan kehangatan serta kepedulian, bertindak sesuai dengan hati nurani, dan sejak lulus pendidikan tertingginya Obama bercita-cita membangun keadilan dan kesejahteraan bersama. Dalam masa hidup ibunya Obama yaitu Stanley Ann Dunham, lingkungannya diwarnai dengan segregasi kulit putih dan hitam dengan komunitas yang saling tidak percaya,101 hal inilah yang paling tidak disukai oleh Ann Dunham nampaknya hal ini juga diwariskan terhadapkan Barack Obama yang menginginkan tidak adanya kesenjangan antara kulit hitam dan kulit putih. Selama tinggal di Indonesia Obama mengaku belajar kemurahan hati dari ibunya, ketika ibunya memberikan pada pengemis yang terlihat lebih menderita yang jumlah pengemisnya tersebut tidak sedikit, sangat peduli dengan wanita miskin, selain itu Ann juga terbiasa dengan dunia dan juga budaya yang berbeda dan menghargai komunitasnya. Hal ini juga diungkapkan oleh Obama sendiri.102 Berangkat dari sinilah Obama mempunyai rasa iba dan belas kasihan terhadap masyarakat yang kurang mampu atau masyarakat miskin. Untuk itu ketika Obama mengampanyekan diri sebagai calon presiden tidak
99
Simon Saragih, Ketekunan dan Hati Putih Barack Obama Kisah Lengkap Perjalanan Hidup dan Karier Politik (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009), h. 11. 100 Ibid., h. vii 101 Simon Saragih, Ketekunan dan Hati Putih Barack Obama Kisah Lengkap Perjalanan Hidup dan Karier Politik, h. 11. 102 Ibid,. h. 17.
60
ketinggalan pula untuk memberikan kebijakan dalam negerinya berupa pengentasan kemiskinan dengan membuka lahan pekerjaan terutama setelah Amerika Serikat dilanda krisis ekonomi setelah jatuhnya menara WTC. Tugas itu bukan hanya menjadi pekerjaan rumah Obama saja tetapi harus dibantu oleh semua masyarakat Amerika Serikat sebagai pelaku utama dari maju tidaknya perekonomian dalam negeri Amerika Serikat. Selain faktor keturunan kecerdasan, keprihatinan dan juga kegigihan yang dimiliki oleh ibunya Obama juga didukung oleh faktor internal yang ada pada dirinya yaitu inginnya perubahan kearah yang lebih baik pada negara Amerika Serikat. Tidak ada rasa saling membeda-bedakan terutama antar ras karena yang diinginkan Obama hanyalah perubahan. Walaupun ayahnya memiliki sifat-sifat yang kurang baik namun hal itu nampaknya tidak banyak terlihat pada diri Obama, bahkan Obama memberikan sikap yang baik ketika banyak dari kalangan media menyoroti ayah Obama junior tentang kebiasaan buruknya. Selama empat tahun Obama tinggal di Indonesia, membuat Obama lebih mengenal dari Islam itu sendiri, bahkan tidak jarang Obama bermain di surau (mushalla, langgar) dan surau itu biasanya digunakan oleh para asatidz atau guru-guru untuk mengajari segala hal tentang agama, belajar mengaji dan lain-lain. Tentunya selama tinggal di Indonesia Obama lebih mengenal dari Islam itu sendiri disamping ia juga mempunyai keturunan darah daging muslim dari neneknya di Kenya. Kemudian bagaimana Obama menyikapi tentang Islam selama masa kampanye? Menurut penulis Obama menganggap bahwa pada dasarnya Islam baik namun kembali pada umat muslim yang memaknai dari ajaran Islam itu sendiri. Dalam buku Anwar Holid seorang proofreader terbaik mizan Obama mengatakan bahwa kita masyarakat dunia dihadapkan pada hidup ketika sensitivitas agama luar biasa hebat dan kerugiannya
61
dalam Islam adalah terdapat masyarakat muslim yang berusaha untuk melakukan kejahatan dengan cara konstan untuk menunjukkan bahwa ternyata dunia barat antagonistik terhadap Islam.103 Sedangkan ketertarikan Obama pada sebuah partai dimulai dari penugasan Obama sebagai senator illionis menuju Springfield, dan Springfield tersebut didominasi oleh partai Republik. Akhirnya Obama sadar akan pentingnya politik saat berada di Ibu Kota Illionis tersebut, sebelum menjabat sebagai senator Illionis Obama berangkat dari seorang liberal, namun setelah ia berangkat menuju Springfield. Kedatangan Obama di Springfield tidak langsung mendapat sambutan, untuk meraih simpati itu Obama mencoba meraih lingkungan sosial dan terlibat pada acara-acara cocktail di Springfield, serta ikut bergabung pula dalam permainan poker yang rutin dilakukan mingguan bersama antar anggota parlemen. Hal ini membuat Obama lama kelamaan mendapat sambutan hangat dari kalangan parlemen.104 Obama adalah seorang professor bidang hukum internasional, ketika mantan senator AS Paul Simon (Demokrat Illionis) mempunyai ide untuk menyusun undangundang tentang pengaturan pembiayaan kampanye, namun ide ini tertahan karena tidak ada yang berminat untuk mendalami. Akhirnya Obamalah yang diberikan tugas tersebut setelah melihat keseriusan kerja dari Obama, tugas tersebut bertujuan untuk memperketat sistem antara lain dengan penciptaan rekening kampanye listrik, yang akan dipakai oleh politisi untuk pengeluaran pribadi secara teratur.105 Pemberian pekerjaan tersebut adalah mewakili dari kubu Demokrat oleh Senator Illionis, Emil Jones Jr, yang berkulit hitam. Jones sendiri memilih Obama atas rekomendasi dari Abner J Mikva seorang mantan hakim dan anggota Kongres dari
103
Anwar Holid, Barack Hussein Obama (Bandung: PT Mizan, 2009), h. 163. Simon Saragih, Ketekunan dan Hati Putih Barack Obama Kisah Lengkap Perjalanan Hidup dan Karier Politik, h. 183. 105 Ibid., h. 85. 104
62
partai Demokrat. Berangkat dari sinilah akhirnya Obama mendapat sambutan yang baik dan mulai mendapat kepercayaan dari masyarakat untuk maju dalam senat di Amerika Serikat yang akhirnya mendorong Obama menjadi presiden Amerika Serikat dari kubu partai Demokrat.106 Faktor internal bersumber dari idiosinkretik (idiosyncratic sources)107 merupakan sumber internal dengan melihat nilai-nilai pengalaman, bakat serta kepribadian elit politik yang mempengaruhi persepsi, kalkulasi, dan perilaku mereka terhadap kebijakan luar negeri. Dalam sember ini tercakup pula persepsi seorang elit politik tentang keadaan alamiah dari arena internasional dan tujuan nasional yang hendak dicapai. Mengamati dari kepribadian elit politik yang mempengaruhi persepsi akan sebuah pengambilan kebijakan maka tidak dapat lepas dari partai yang mengusungnya untuk menjadikan kandidat sebagai presiden. Kita ambil contoh dari partai Republik ketika masa George W Bush junior, pada masa Bush junior kebijakan luar negeri Amerika Serikat sangat agresif. Hal ini disebabkan karena gaya kepemimpinan Bush yang dipengaruhi oleh sikap konservatisme dan ini semua tidak bisa lepas pula dari mayoritas anggota kongres yang mayoritas dari Republik dan berhaluan konservatif. Contohnya adalah mempertahankan kehadiran pasukan Amerika Serikat di Irak meskipun mendapat kecaman dari dalam dan luar negeri dan kebijakan inipun dilanjutkan oleh McCain sebagai lawan politik Obama (dari partai Demokrat) dalam memperebutkan kursi kepresidenan tahun 2008. Pada akhirnya dunia muslim menjadi kurang bersahabat dengan Amerika Serikat lantaran sikap arogan dan juga kebrutalan militernya dengan dalih memerangi terorisme.
106
Simon Saragih, Ketekunan dan Hati Putih Barack Obama Kisah Lengkap Perjalanan Hidup dan Karier Politik, h. 85. 107 Artikel Yanyan Mochammad Yani disampaikan pada acara sistem politik luar negeri bagi perwira siswa sekolah staf dan komando TNI AU (Bandung: 16 Mei 2007) diakses pada 07 Juli 2011 dari http:// pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/…/politik luar negeri. Pdf.
63
Sedangkan pada masa pemerintahan Barack Obama (sedang menjabat sebagai presiden Amerika Serikat yang berasal dari partai Demokrat) saat ini, kebijakan luar negeri Obama cenderung lebih lunak atau lebih mengedepankan diplomasi terlebih dahulu, nampaknya sikap yang lebih mengutamakan diplomasi ini sudah mengakar dalam tubuh partai Demokrat, partai Demokrat cenderung lebih memfokuskan diri terhadap jalannya demokrasi dan juga pemenuhan hak-hak asasi manusia. Contohnya adalah kebijakan Obama memberikan pajak yang tinggi bagi mereka yang berpenghasilan tinggi,108 pemulihan perekonomian dalam negeri Amerika Serikat dengan cara menciptakan lapangan kerja, kemudian terlihat pula dengan usaha Obama untuk mengajukan Undang-undang kesehatan ke DPR di Amerika Serikat dan hal ini menjadi agenda penting dalam negeri Obama. Untuk itu pada masa pemerintahan sekarang ini hubungan antara dunia muslim dengan Amerika Serikat jauh lebih baik, hal ini disebabkan karena usaha Obama dalam berdiplomasi kepada negara-negara muslim seperti ke negara Turki, Arab Saudi, Mesir, dan Indonesia. Dalam kunjungan tersebut Obama merangkul dunia muslim kembali setelah ketidakpercayaan dunia muslim terhadap Amerika Serikat selama masa pemerintahan sebelumnya yaitu George W Bush junior, sehingga hal ini menggambarkan bahwa pada masa Obama (Demokrat) hubungan antara Amerika Serikat dengan dunia muslim cenderung lebih harmonis. Masa inipun nampak pula ketika masa pemerintahan Bill Clinton, yaitu dengan mengawali masa bakti pemerintahannya dengan mengurangi anggaran Departemen Luar Negeri. Clinton lebih terobsesi untuk membangun kembali perekonomian domestik yang menurun selama 12 tahun masa Republikan (George W Bush senior masa 1989-
108
“Sang Kandidat Presiden” (Koran Republika, Senin, 03 November 2008), h. 10.
64
1993).109 Dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Demokrat lebih mengutamakan petualangan dalam negeri terlebih dahulu daripada petualangan politik luar negeri.
IV. 2. Faktor Internasional Peristiwa WTC telah merubah keadaan warga Amerika Serikat dan juga pemerintah Amerika Serikat. Warga Amerika Serikat menjadi takut dan trauma dengan kejadian yang mampu meruntuhkan menara kembar, yang mana menara tersebut merupakan simbol kedigdayaan Amerika Serikat, karena ketakutan tersebut membuat sebagian warga Amerika Serikat ada yang mengalami gangguan psikologis dan ada juga yang cacat karena terkena reruntuhan gedung tersebut. Sedangkan pemerintahan Amerika Serikat sendiri menjadi lebih keras dalam mengambil sebuah keputusan terlepas siapapun dalang dari runtuhnya gedung tersebut, namun menurut George W Bush presiden Amerika Serikat pada waktu itu mengatakan bahwa peristiwa tersebut adalah ulah dari para teroris yang dipimpin oleh Osama bin Laden.110 Tuduhan yang dialamatkan terhadap Osama tersebutpun membuat George W Bush mengutamakan kebijakan luar negerinya yaitu untuk perang melawan terorisme. Akhirnya Geroge W Bush mengambil sebuah kebijakan yang dinilai cukup kontroversial yaitu kebijakan UU the Anti terrorism and Effective Death Penalty Act tahun 1966 yang secara umum melegitimasi setiap kebijakan pemerintah dalam
109
Bambang Cipto, Dunia Islam dan Masa Depan Hubungan Internasional di Abad 21 (Yogyakarta: Divisi Publikasi dan Penerbitan LP3M Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2011), h. 171. 110 Osama bin Laden lahir di Riyadh pada tahun 1957. Ayahnya merupakan pengusaha kontruksi sukses Saudi Arabia dan Yaman. Ayah Osama disebut-sebut mempunyai aset AS$10 milyar, dan hebatnya anak-anaknya siap untuk berjihad. Mungkin inilah yang menjadi salah satu penyebab Osama untuk berbuat jihad. (Bien Pasaribu dan Jamaluddin Ritonga, Perang Bush Memburu Osama (Jakarta: Penerbit Papas Sinar Sinanti, 2001), h. 6.
65
memerangi terorisme didalam dan luar negeri.111 Selain itu dalam memerangi terhadap terorisme juga menerapkan kebijakan unilateralisme, pre emption strike112 dengan doktrin strike first. Atas perintah George W Bush militer Amerika Serikat melakukan penyerangan terhadap negara Afghanistan pada tahun 2001 dan negara Irak pada tahun 2003. Alasan penyerangan tentara Amerika terhadap Afghanistan adalah memerangi terorisme sedangkan di Irak adalah dengan alasan pengadaan senjata pemusnah masal yang sebenarnya ingin menguasai minyak, dengan kebijakankebijakan tersebut membawa perubahan terhadap hubungan antara Amerika serikat dengan dunia muslim. Hubungan antara negara Amerika Serikat dengan negara muslim menjadi kurang bersahabat, ketidakharmonisan hubungan sangat terlihat dengan kebijakankebijakan yang dijalankan oleh pemerintahan George W Bush. Bahkan dalam sebuah pidatonya Bush mengatakan “anda bersama kami atau bersama teroris”.113 Pernyataan tersebut memberikan bukti bahwa Amerika Serikat dengan dibawah pemerintahan George W Bush sangat terlihat memusuhi teroris, sedangkan menurut pemerintah George W Bush teroris yang terlibat dalam peristiwa WTC tersebut dilakukan oleh orang muslim. Kebijakan George W Bush juga terlihat lebih mendukung Israel daripada Palestina atas perseteruan pemilikan tanah yang sudah lama diduduki oleh Palestina. Sekalipun Israel salah dimata masyarakat internasional, namun bagi Amerika Serikat upaya yang dilakukan Israel adalah untuk melindungi negaranya dari musuh.
111
Poltak Partogi Nainggolan, Terorisme dan Tata Dunia Baru (Jakarta: Tim Peneliti HI Pusat Pengkajian dan Pelayanan Informasi (P3I) DPR RI, 2002), h. 166. 112 Unilateralisme: suatu tindakan yang tidak harus mendapat persetujuan dari badan internasional atau dari negara sekutu; pre-emption strike: suatu tindakan untuk menyerang terlebih dahulu sebelum diserang oleh negara lain terhadap segala bentuk potensi ancaman terhadap warga negaranya. (Poltak Partogi Nainggolan, Terorisme dan Tata Dunia Baru (Jakarta: Tim Peneliti HI Pusat Pengkajian dan Pelayanan Informasi (P3I) DPR RI, 2002), h. 172. 113 Trias Kuncahyono, Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish (Jakarta: Kompas, 2005), h. 85
66
Pembelaan serta perlindungan diberikan oleh Amerika Serikat meskipun Amerika Serikat tahu bahwa Israel banyak diprotes oleh masyarakat dunia atas pelanggaran suatu perjanjian ataupun karena membunuh rakyat sipil Palestina yang menjadi korban kebengisan Israel. Beberapa kebijakan yang dilaksanakan oleh George W Bush banyak yang diprotes oleh masyarakat internasional. Selain karena penyerangannya terhadap Afghanistan dan juga Irak protes masyarakat internasional juga timbul karena sikap yang brutal dengan narapidana yang berada di penjara Guantanamo. 114 Narapidana di penjara Guantanamo diperlakukan dengan tidak manusiawi, dan tidak segera untuk diadili sehingga seperti menyiksa narapidana tersebut dengan hidup-hidup. Dari berbagai aksi protes dari masyarakat internasional dan juga dari negara muslim, maka Obama sebagai presiden Amerika Serikat saat ini menggunakan suatu terobosan baru dengan mengutamakan perbaikan hubungan dengan negara muslim dalam kebijakan luar negerinya. Hal ini untuk membuktikan bahwa apa yang dijanjikan ketika masa kampanye dahulu yaitu untuk merubah citra Amerika Serikat menjadi lebih baik, supaya tidak banyak diprotes oleh kebanyakan negara ketika Amerika Serikat bermain dalam kancah politik didunia. Oleh karena itu dalam memimpin Amerika Serikat Obama cenderung lebih terlihat santun dan juga berdiplomasi terlebih dahulu. Sehingga oleh banyak kalangan Barack Obama dinilai memiliki kemampuan untuk menggali smart power. Untuk itu, konsep smart power kini diperkenalkan oleh Hillary Clinton sebagai Menteri Luar Negeri Amerika Serikat sebagai upaya dalam pengembalian reputasi didunia internasional menggunakan
114
Bien Pasaribu dan Jamaluddin Ritonga, Perang Bush Memburu Osama (Jakarta: Penerbit Sinar Haiti, 2001), h. 86.
67
metode militer dalam perang melawan terorisme yang diperkuat dengan diplomasi – with smart power, diplomacy will be the vanguard of foreign policy.115
IV.3. Implementasi konsep smart power dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat masa Barack Obama Menurut Riefqi Muna dalam jurnal studi pertahanan dan perdamaian, istilah smart power adalah kemampuan untuk menggunakan secara bersamaan antara hard power dengan soft power. Dalam kosakata hubungan internasional penggunaan smart power belum terlalu lama, kemudian istilah ini menjadi semakin popular didalam diplomasi internasional dengan adanya smart power yang menekankan perlunya memperhatikan atau menggunakan pendekatan ini untuk melengkapi hard power yang ditujukan sebagai upaya untuk memaksimalkan kepentingan ditingkat internasional.116 Dijelaskan pula bahwa dalam jurnal tersebut, hard power merupakan penggunaan kekuatan militer dan ekonomi untuk mempengaruhi atau memaksa perilaku pihak lain, sedangkan soft power menekankan kepada upaya mempengaruhi atau menarik pihak lain secara persuasif seperti perdagangan, diplomasi, bantuan dan penyebaran nilai-nilai. Pengimplementasian hard power telah dilakukan oleh pengalaman negara Amerika Serikat pada masa pemerintahan George W Bush yaitu dengan membuahkan hasil ketidakharmonisan hubungan dengan dunia muslim dikarenakan kebijakannya akan penyerangan terhadap Irak, Afghanistan, pembelaan terhadap negara Israel, penerapan kebijakan luar negeri lainnya yang membekukan minat dunia muslim untuk berhubungan baik dengan Amerika Serikat.
115
Riefqi Muna, “Paradigma Pertahanan dari Hard Power ke Smart Power dalam jurnal Pertahanan dan Perdamaian,” Jakarta: Pusat Studi Pertahanan dan Perdamaian FISIP Universitas Al Azhar Indonesia V, no. 1 (April 2009), h. 86-87. 116 Ibid.,
68
Untuk itu, kini Barack Obama sebagai pemimpin dalam pemerintahan Amerika Serikat harus bisa membawa Amerika Serikat untuk berubah, dengan menggunakan smart power Barack Obama bersama menteri luar negerinya Hillary Clinton memulai untuk berinteraksi dengan dunia muslim atas misi perdamaian. Salah satu tujuan kunjungan Barack Obama pada waktu itu adalah Mesir. Hal ini dikarenakan Mesir mempunyai letak yang sangat strategis, selain itu tujuan Obama memilih untuk mengunjungi Mesir terlebih dahulu adalah karena Mesir pernah menjadi sekutu Amerika Serikat dimasa pemerintahan Jimmy Carter. Sedangkan saat ini Mesir dipimpin oleh Hosni Mubarok yang juga disebut-sebut sebagai antek dari Amerika Serikat, hal ini terlihat dengan pembelaan Hosni Mubarok terhadap kepentingan Amerika Serikat yaitu menjaga poin-poin kesepakatan dalam perjanjian Camp David, yaitu bahwa Mesir tidak akan menyerang negara Israel dan juga akan menjaga kepentingan Amerika Serikat di Timur Tengah.117 Dalam pidato pertamanya di Universitas Al Azhar Kairo Mesir, Obama mengatakan bahwa: “Islam adalah bagian dari Amerika. Dan saya percaya bahwa Amerika menyepakati fakta bahwa apapun ras, agama, atau pos kehidupan, kita semua memiliki aspirasi yang sama, yaitu hidup dalam perdamaian dan keamanan untuk mendapatkan pendidikan dan bekerja secara terhormat, untuk mencintai keluarga, komunitas, dan Tuhan kita.”118 Obama juga mengakui bahwa negara-negara mayoritas muslim sering diperlakukan sebagai bawahan tanpa dipedulikan aspirasinya, untuk itu Obama
117
Agus N Cahyo, Tokoh-tokoh Timur Tengah yang diam-diam Menjadi Antek Amerika dan Sekutunya (Jogjakarta: DNA Pres, 2011), h. 156. 118 Dina Y Sulaeman, Obama Revealed Realitas dibalik Pencitraan (Jakarta: Penerbit Aliya Publishing, 2010), h. 5.
69
menginginkan hubungan yang baru antara AS dengan dunia muslim atas dasar persamaan. Selain itu pidato Obama juga menyinggung masalah Israel-Palestina bahwa Hamas harus menghentikan kekerasan, mengakui kesepakatan dimasa lalu, dan mengakui hak eksistensi Israel. Pada saat itu pula antara Israel dengan Palestina harus sama-sama mengakui hak eksistensi masing-masing. Mengenai masalah Iran, Obama mengatakan bahwa Obama bersedia maju untuk berunding tanpa syarat, dengan landasan saling menghormati.119 Selain negara Mesir, Barack Obama juga mengunjungi negara Turki. Kunjungan Obama ke Turki selain karena penduduknya sekitar 77 juta jiwa dan 99 persen muslim,120 menurut Amerika Serikat Turki mempunyai peranan penting dikawasan Timur Tengah. Secara geografis Turki berbatasan dengan Iran Utara, Turki juga dianggap sebagai sekutu yang krusial dalam perang melawan teror dan basis logistik penting bagi Amerika Serikat dalam memimpin perang di Irak.121 Dalam kunjungannya ke negara Turki pada tahun 2009, Obama mengatakan dalam pidatonya “Biarkan saya katakan sejelas mungkin, Amerika Serikat tidak dan
tidak akan pernah memerangi Islam.”122 Dalam pidatonya tersebut terlihat dengan jelas bagaimana Obama mencoba untuk menarik simpati dunia muslim setelah kemarahan dunia Islam pada Israel dan negara sekutu utamanya yaitu Amerika Serikat atas teror dan genosida Israel di Gaza. Terdapat poin penting lainnya atas pidato Obama kepada negara Turki yaitu terkait dengan konflik di Timur Tengah. Posisi Turki yang berperan penting dalam Timur Tengah,123 karena negara Turki 119
Ibid., h. 7. www.eramuslim.com/.../akankah-turki-menjadi-pemimpin-dunia-isla... diakses pada Senin, 26 Maret 2012. 121 Agus N Cahyo, Tokoh-tokoh Timur Tengah yang diam-diam Menjadi Antek Amerika dan Sekutunya (Jogjakarta: DNA Pres, 2011), h. 219. 122 Dina Y Sulaeman, Obama Revealed Realitas dibalik Pencitraan (Jakarta: Penerbit Aliya Publishing, 2010), h. 99. 123 www.eramuslim.com/.../akankah-turki-menjadi-pemimpin-dunia-isla... diakses pada Senin, 26 Maret 2012. 120
70
berbatasan langsung dengan Irak Utara sehingga pasukan Amerika Serikat bisa masuk ke Irak melalui Turki, apabila Turki memberikan izin. Tentu saja Obama membujuk Turki demi kepentingan militer bersama dalam jangka waktu yang panjang dan juga atas ancaman teror yang dihadapi. Selain itu Obama juga mengatakan dalam pidatonya terkait dengan negara Iran “Perdamaian di kawasan Timur Tengah akan mencapai kemajuan jika Iran melepaskan ambisinya untuk membuat senjata nuklir, karena tidak ada untungnya merebaknya senjata nuklir terutama di Turki.”124 Dalam lawatannya ke negara Indonesia, sebagai negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia, Obama menyampaikan pidatonya yang terkait dengan tiga poin penting yaitu pembangunan, demokrasi, dan agama.125 Pertama dalam hal pembangunan Obama mengatakan bahwa Amerika banyak memiliki sumbangsih terhadap keberhasilan perekonomian Indonesia yaitu dengan penanaman modal Amerika Serikat di Indonesia dan juga ekspor dari Amerika meningkat menjadi 50 persen. Kedua dalam hal demokrasi Obama mengatakan atas usaha negara Indonesia bahwa demokrasi dan pembangunan saling menopang, dan tidak dengan mengorbankan hak asasi manusia. Obama mengatakan bahwa untuk menuju sebuah negara yang demokrasi harus menempuh perjalanan yang panjang, namun dengan perjalanan yang panjang itu negara akan menjadi lebih kuat dan sejahtera serta menjadi sebuah masyarakat yang adil dan bebas. Ketiga terkait dalam hal agama Obama mengatakan bahwa Indonesia tenggelam dalam spiritualitas yaitu sebuah tempat menyembah Tuhan dengan berbagai cara. Obama menyinggung masalah teroris dengan menegaskan bahwa “Amerika sedang tidak memerangi, dan takkan terlibat perang dengan Islam, namun kita harus menghancurkan Al Qaeda dan antek124
Dina Y Sulaeman, Obama Revealed Realitas dibalik Pencitraan (Jakarta: Penerbit Aliya Publishing, 2010), h. 101. 125 nasional.vivanews.com/news/read/188098-isi-lengkap-pidato-obama diakses pada Senin, 26 Maret 2012.
71
anteknya. Siapapun yang ingin membangun tidak boleh bekerjasama dengan teroris. Ini bukanlah tugas Amerika sendiri. Indonesia sendiri telah berhasil memerangi teroris dan aliran garis keras.”126 Begitulah cara Obama dalam menerapkan smart powernya ketika menjalankan kebijakan luar negerinya, dengan cara tersebut ternyata dunia muslim mulai mau untuk diajak berunding dengan Obama, setelah dengan dilaksanakan beberapa janji-janji dalam kampanyenya yaitu menarik pasukan militernya dari Irak dan memindahkannya ke Afghanistan yang hanya untuk memerangi teroris secara bertahap. Cara pendekatan yang dilakukan oleh Obama ini memunculkan sebuah argument dari Suzie Sudarman pengamat politik dan budaya Amerika Serikat mengatakan bahwa Obama mempunyai daya kharismatik yang mampu menyihir semua masayarakat Amerika Serikat sejak Obama berpidato didepan senat. Kebijakan dalam negeri Obama seperti universal health127, regulasi sektor, global warming, mengurangi tingkat pengangguran, kemiskinan dan lain-lain, dinilai belum sepenuhnya dijalankan dengan baik karena masih terdapat banyaknya tingginya jumlah pengangguran, lambatnya laju perrtumbuhan ekonomi, dan lain-lain. Sedangkan kebijakan luar negeri Obama menurut Suzie masih diragukan keseriusannya dalam menyelesaikan konflik Israel-Palestina, pernyataan Suzie tersebut disampaikan karena dipicu dengan adanya insiden penyerangan terhadap kapal relawan Marmar dari Mercy yang membawa bantuan untuk Palestina diblokade Israel hingga menyebabkan kematian seorang relawan dari Turki, dan Amerika Serikat tidak segera mengambil tindakan dengan tegas atas insiden tersebut. Suzie juga mengatakan bahwa Michael Obama atau istri dari Barack Obama junior dapat
126 127
Ibid., Dalam acara televisi Riwayat Sabtu 21 Januari 2011di Trans TV pukul. 07.00.
72
menempatkan
posisinya
dalam
arti
tidak
overacting128
sejak
Obama
mengampanyekan diri sebagai presiden sampai menghantarkan Obama ke kursi kepresidenan. Prof. Dr. Azyumardi Azra juga menyampaikan pendapatnya bahwa pada dasarnya Obama mempunyai itikad atau niat yang baik dan juga simpatik, namun Obama tidak dapat meengekspresikan itu semua dikarenakan Obama mendapatkan tekanan-tekanan dari dalam negeri, misalnya adalah loby Yahudi. Dari kalangan televisi sampai media cetak, orang orang intelektual, dan juga pendonor yang paling besar kebanyakan dikuasai oleh Yahudi. Orang Kristen dan juga orang Katolik yang tinggal di Amerika Serikat juga lebih pro dengn Israel. Prof. Dr. Azyumardi Azra juga mengatakan bahwa Obama melakukan konstruksi, Obama mampu menyihir hubungan antara Amerika Serikat dengan muslim menjadi lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan kunjungan negara Obama ke Turki, Mesir, dan kemudian Indonesia dan disambut bik oleh negara-negara tersebut. Kunjungan yang dilakukan terhadap negara-negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Obama juga pernah mendapatkan nobel perdamaian ditahun 2009.129 Begitulah usaha Obama untuk menarik simpati dunia muslim, bahwa Amerika Serikat menginginkan adanya sebuah misi perdamaian untuk memulai hubungan baik dengan dunia muslim. Nampaknya hal itu disambut baik oleh negara muslim yang kemudian dibuktikan dengan kunjungan Obama ke Mesir, Turki dan ke Indonesia sebagai negara yang berpenduduk mayoritas muslim.
128 129
Ibid., Dalam acara televisi Riwayat Sabtu 21 Januari 2011di Trans TV pukul. 07. 00.
73
BAB V PENUTUP V.I. Kesimpulan Janji Barack Obama dalam kampanyenya untuk membawa perubahan terhadap negara Amerika Serikat disambut baik oleh masyarakat Amerika ketika Obama mengkampanyekan diri sebagai calon presiden Amerika Serikat. Pada masa pemerintahan George W Bush, Amerika mengalami ketidakstabilan baik dalam hal ekonomi, politik dan juga sosial. Ketidakstabilan ini mulai terlihat dengan jelas setelah peristiwa WTC tahun 2011 dan juga melalui pengiriman pasukan militernya ke negara Afghanistan dan Irak yang menghabiskan dana melebihi budget dari anggaran yang telah ditetapkan, sehingga Amerika Serikat mengalami krisis dalam negeri. Selain itu juga karena intervensi Amerika terhadap negara-negara yang berkonflik Israel-Palestina. Perbedaan gaya kepemimpinan antara George W Bush dengan Barack Obama terlihat dengan jelas ketika mereka dihadapkan pada masalah Timur Tengah, meski keduanya berujung pada sama-sama menginginkan minyak demi kepentingan nasionalnya namun pendekatan yang digunakan berbeda yaitu, George Bush cenderung lebih radikal atau hard power sedangkan Obama cenderung lebih smart power. Obama merubah cara menjalankan kebijakannya dikarenakan melihat banyak dari negara muslim pada umumnya mengutuk keras atas tindakan-tindakan yang dilakukan oleh militer Amerika Serikat dibawah pimpinan George W Bush atau biasa disebut dengan faktor eksternal, selain itu dikarenakan juga Obama melihat kondisi politik, sosial dan juga ekonomi dalam negeri Amerika Serikat terutama setelah peristiwa WTC tahun 2001.
74
Kebijakan yang dilakukan oleh George W Bush sangat keras atau lebih dikenal dengan hard power, lebih mengutamakan pre emptive strike dan unilateralisme seperti yang dijelaskan penulis diatas. George W Bush dinilai kurang memperdulikan akan pendapat dari negara-negara lain, seperti penyerangannya terhadap Afghanistan yang banyak menewaskan masyarakat sipil Afghanistan, yang pada kenyataannya adalah Amerika Serikat menginginkan Afghanistan menjadi negara bonekanya dan hal tersebut berhasil dengan terpilihnya Hamid Kharzai sebagai pemimpin di Afghanistan, tujuannya untuk membunuh Osama bin Laden pun juga tidak membuahkan hasil. Setelah berakhirnya masa jabatan George W Bush, akhirnya kursi kepresidenan Amerika Serikat ditempati oleh Barack Obama junior dari partai Demokrat. Kemenangan Barack Obama disambut antusias oleh masyarakat Amerika Serikat terlebih oleh masyarakat internasional bahkan masyarakat Indonesiapun juga sempat mengelu-elukan atas kemenangan Obama karena Obama yang sempat tinggal dan menempuh pendidikan di Menteng Jakarta Selatan. Obama sebagai presiden kulit hitam pertama di Amerika Serikat sanggup meyakinkan masyarakat Amerika Serikat untuk membawa perubahan terhadap negara Amerika. Dalam menjalankan kebijakannya Obama menggunakan pendekatan yang jauh lebih lunak daripada George W Bush, Obama menggunakan smart power yaitu perpaduan antara hard power dan juga soft power. Dengan kebijakan tersebut Obama dapat membawa hubungan baik antara Amerika Serikat dengan negara muslim, selain itu meskipun Obama tetap mengirimkan pasukannya ke Afghanistan namun pengirimannya tersebut menurut Obama membuahkan hasil yaitu dengan terbunuhnya Osama bin Laden pada minggu 1 Mei 2011 oleh pasukan bersenjata Amerika Serikat di Islamabad Pakistan.
75
Melihat dari berbagai tindakan dan juga pengaruh yang dilakukan oleh pelobi terhadap pemerintahan Barack Obama, maka penulis memberikan kesimpulan bahwa pada dasarnya Obama berada pada posisi yang terjepit. Disatu sisi Obama harus menjalankan tugasnya sebagai presiden yang mau tidak mau mendapat tekanan dari kelompok pelobi Yahudi, disisi lain Obama menginginkan perubahan yang baik terutama hubungan negaranya dengan negara Amerika Serikat. Usaha Obama untuk memperbaiki hubungan Amerika Serikat dengan negara muslim terlihat jelas dengan beberapa kunjungan Obama terhadap negara yang berpenduduk mayoritas muslim sebagaimana yang telah penulis jelaskan di bab IV. Dengan gaya kepemimpinannya yang berupa smart power ini ternyata mampu membawa negara Amerika Serikat menjalin hubungan yang lebih baik daripada masa George W Bush. Setidaknya dengan smart power Obama jauh lebih lunak, sekalipun Obama tetap mengririmkan pasukannya ke Afghanistan namun dengan smart power tersebut berujung pada terbunuhnya Osama bin Laden menurut intelijen Amerika Serikat. Hal ini berarti bahwa apa yang diimpi-impikan oleh masyarakat Amerika Serikat, yaitu terbunuhnya Osama bin Laden memberikan rasa puas bagi masyarakat Amerika Serikat itu sendiri. Sekalipun kepala dari teroris menurut Amerika Serikat yaitu Osama bin laden telah terbunuh, namun Amerika Serikat harus tetap waspada terhadap teroris-teroris lain. Penulis juga menilai bahwa keseriusan Obama dalam hal penyelesaian konflik Israel-Palestina masih diragukan, pasalnya dengan sikap Obama yang dingin dan bahkan membela sekutunya tersebut membuktikan bahwa Obama sebagai kepala dari kepemerintahan Amerika Serikat masih memberikan perlindungan terhdap Israel. Jika menyambungkan dengan kepentingan nasional Amerika Serikat yang tersebut diatas, maka sudah terlihat jelas bahwa upaya Amerika Serikat untuk menciptakan
76
perdamaian pada intinya tidak bisa melepaskan Israel sebagai sekutu yang paling mempunyai peranan penting pula di kawasan Timur Tengah. Dikarenakan Amerika yang tetap membutuhkan minyak sebagai pasokan kebutuhan domestik dalam negerinya. Padahal Obama berjanji akan segera menyelesaikan konflik Israel-Palestina tersebut, namun sampai saat ini janji Obama tersebut belum terealisasikan dengan baik sedangkan masa jabatan Obama hampir selesai pada tahun 2013 mendatang. Tentunya hal ini dapat menjadikan masyarakat Amerika Serikat dan dunia mengurangi rasa kepercayaannya terhadap Obama akan kepemimpinan Obama kembali jika Obama mencalonkan untuk menjabat kembali sebagai presiden di Amerika Serikat. Namun dalam salah satu siaran televisi swasta di Indonesia memberitakan bahwa Barack Obama sangat serius dalam menggunakan media internet sebagai bentuk salah satu caranya agar tahu perkembangan opini masyarakat yang tentunya mengenai dirinya. Kemungkinan dengan cara ini nantinya dijadikan Obama sebagai sumber informasi yang kemudian menimbulkan ide-ide yang dapat meyakinkan kembali terhadap masyarakat akan tujuannya sebagai pemimpin Amerika Serikat untuk membawa misi perdamaian terutama dengan dunia muslim.
77
Daftar Pustaka Buku Bien, Pasaribu dan Jamaluddin Ritonga 2001 Perang Bush Memburu Osama. Jakarta: Penerbit Sinar Haiti. Birdsall, Stephen S 1992 Garis Besar Geografi Amerika. John Wiley & Sons, Inc. Cipto, Bambang 2011 Dunia Islam dan Masa Depan Hubungan Internasional di Abad 21. Yogyakarta: Divisi Publikasi dan Penerbitan LP3M Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Cipto, Bambang 2003 Tekanan Amerika terhadap Indonesia Kajian atas Kebijakan Luar Negeri Clinton terhadap Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Colplin, William D. dan Marsedes Marbun 2003 Pengantar Politik Internasional Suatu Telaah Teoritis. Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensido. Harrison, Lisa 2007 Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Holsti, K.J 1992 International Politics A Framework for Analisys 6th ed. New Jersey A Simon & Schuster Company. Jatmika, Sidik 2000 AS penghambat demokrasi membongkar politik standar ganda AS. Yogyakarta: Biograf publishing. Jemadu, Aleksius 2008 Politik Global dalam Teori dan Praktik . Yogyakarta: Graha Ilmu. Kuncahyono, Trias 2005 Irak Korban Ambisi Kaum Hawkish. Jakarta: Kompas. Mas’oed, Mohtar 1990 Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi Dictionary. Jakarta:LP3ES. Mauna, Boer 2005 Hukum Internasional Pengertian Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global. Bandung: P. T. Alumni.
78
Nainggolan, Poltak Partogi 2002 Terorisme dan Tata Dunia Baru. Jakarta: Tim Peneliti HI Pusat Pengkajian dan Pelayanan Informasi (P3I) DPR RI. Obama, Barack diterjemahkan oleh Ruslani dan Lulu Rahman 2009 Barack Obama dari Jakarta Menuju Gedung Putih. Jakarta: PT Ufuk Publishing House. Petras , James 2009 Zionisme dan Keruntuhan Amerika Bagaimana Lobi Yahudi Menindas Negara Muslim dan Menghancurkan Amerika Serikat dari Dalam. Jakarta: Zahra publishing house. Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan Mochammad Yani 2006 Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rahardjo, Widarti (penterjemah) 2009 Change We Can Believe In. Jakarta: P. T. Ufuk publishing house. Safril, Mubah A 2007 Menguak Ulah Neokons Menyingkap Agenda Terselubung Amerika dalam Memerangi Terorisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Saragih, Simon 2009 Ketekunan dan Hati Putih Barack Obama Kisah Lengkap Perjalanan Hidup dan Karier Politik. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. Strauss, Anselm dan Juliet Corbin 2003 Dasar dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sulaeman, Dina Y 2010 Obama Revealed Realitas dibalik Pencitraan. Jakarta: Penerbit Aliya Publishing. Tim Winer 2008 Membongkar Kegagalan CIA Spionase Amatiran Sebuah Negara Adidaya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Wahid, Abdul dkk 2004 Kejahatan Terorisme Perspektif Agama, HAM dan Hukum. Bandung: P. T. Refika Aditama. Wittkoff, Eugene R Charles dkk 2003
American Foreign policy, Sixth Edition.
United States Thomson Wadsworth.
79
Jurnal Hutabarat, Leonard. “Analisis Kebijakan Luar Negeri dalam Studi Hubungan Internasional,” Dalam jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. V, no. 22 ( Mei 2005). Muna, Riefqi .“Paradigma Pertahanan dari Hard Power ke Smart Power dalam jurnal Pertahanan dan Perdamaian” V, no. 1 (April 2009). Riyanto, Theophilus J. “Kekuatan Media Massa dalam Kampanye Kepresidenan di Amerika Serikat” dalam Jurnal Studi Amerika Vol. X No. 1, Januari-Juni (Jakarta : pusat kajian Wilayah Amerika Universitas Indonesia, 2005). Suharko, “NGO, Civil Society dan Demokrasi: Kritik atas pandangan liberal,” dalam jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 7, no. 2. Nopember, 2003.
Website “Black Americans in Congress,” diakses pada Rabu, 02 November 2011dari baic.house.gov/.../profile.html... - Amerika Serikat. Diolah dari berbagai sumber lihat Gergez, Fawaz A. 1999. America and Political Islam: Clash of Civilization or Clash of Interest?.Ibid. Dan Huntington, Samuel.P. 2004. Who Are We? The Challenges To America’s National Identity.
diakses
pada
Kamis,
8
April
2011
dari
http://www.scribd.com/doc/7873219/neoconservatif-vs-Islamist-post-911. El Baroroh, Umdah. “Diskusi JIL bulan Agustus Lobi Israel Menundukkan Amerika,” (05
September
2006)
diakses
pada
2
November
http://islamlib.com/id/artikel/lobi-israel-menundukkan-amerika
80
2011dari
Era muslim media rujukan, “Obama: Israel dan AS selamanya akan menjadi sekutu kuat, ” (Selasa, 21 Juni 2011) diakses pada Rabu, 02 November 2011 dari www.eramuslim.com/.../obama-israel-dan-amerika-serikat-selamanya... “Fakta fakta Sejarah Serangan Jepang ke Pearl Harbour, ” diakses pada 10 Juli 2011 dari http://www.tambahwawasan.com/2011/03/fakta-fakta-sejarah-seranganjepang-ke.html. Geovanie, Jeffrie. McCain vs Obama Pasca Konvensi diakses pada Senin, 24 Oktober 2011
dari
http://jeffriegeovanie.com/index.php?option=com_content&task=view&id= 38&Itemid=27 Ismail, Muhammad Takiyudin. “Aliran neokonservatif dalam dasar luar negeri Amerika Serikat: konservatif atau nasionalis atau idealis” artikel diakses pada
Kamis,
8
April
2011
dari
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:sRfDz4NF1aEJ:jou rnalarticle.ukm.my/379/1/1.pdf+tokoh+neokonservatif+pdf&cd=5&hl=jw& ct=clnk&gl=id&source=www.google.co.id Karya Ilmiah, “Neoconservatif-vs-Islamist-post-911” diakses pada Kamis, 8 April 2011. dari http://www.scribd.com/doc/7873219/neoconservatif-vs-Islamistpost-911 Maruli, Aditia ed. “PBB Kubur Laporan Pelanggaran HAM di Afghanistan,” (Minggu, 03 Oktober 2011) diakses pada 2 November 2011dari www.antaranews.com/.../pbb-kubur-laporan-pelanggaran-ham-di-afg... Moestopo Magazine, “Harapan Akan Sebuah perubahan” artikel diakses pada 24 April 2011 dari http://majalah.moestopo.ac.id/?tag=kebijakan-luar-negeri
81
Moskwa.Kompas.com, “Osama Meninggal Sebelum Serangan AS,” diakses dari internasional.kompas.com/.../Osama.Meninggal.Sebelum.Serangan.A... diakses pada Rabu, 02 November 2011. Nur Rahmat Yuliantoro, kelas Politik luar negeri AS, HI UGM, 17 Maret 2011, “Neokonservatisme dan Politik Luar Negeri Amerika Serikat,” artikel diakses pada 6 Juli 2011 dari
http://www.rachmat.staff.ugm.ac.id/..
AS/neokonservatif%20 dan %20PLN. Publikasi.umy.ac.id/index.php/hi/article/view/1196/1510 diakses pada 25 Oktober 2011. Prajogo, Martinus Siswanto. tesis dengan judul “Kepentingan Nasional: Sebuah Teori Universal dan Penerapannya oleh Amerika Serikat di Indonesia,” Universitas Indonesia program kajian wilayah Amerika Serikat (Jakarta: Juni,
2009),
diakses
pada
10
Juli
2011
dari
http://www.bitlib.net/ebook/dephan/ Amerika Serikat. Primasiwi, Andika “Osama bin Laden dilaporkan Tewas,” diakses pada Rabu, 02 November
2011
dari
suaramerdeka.com/v1/index.../Osama-Bin-Laden-
Dilaporkan-Tewas. Radio Islam, “Laporan PBB Soal Pelanggaran HAM di Afghanistan, ” (Rabu, 19 Maret
2008)
diakses
pada
Rabu,
02
November
2011
dari
indonesian.irib.ir/index.php?...pelanggaran-ham...afghanistan... Saragih, Simon “Obama setelah Konvensi Demokrat,” (08 November 2008) diakses pada
Rabu,
02
November
2011dari
www1.kompas.com/readkotatua/.../obama.setelah.konvensi.demokrat.
82
Maarif, Ahmad Syafiie dalam Republika versi cetak, Obama dan Dunia Islam, selasa 16
Juni
2009
diakses
pada
26
Januari
2012
dari
www.maarifinstitute.org/index2.php?option=com...do_pdf=1... Solichien M, Yusuf. “Kepentingan Nasional dan Upaya Amerika Serikat,” (FISIP UI, 2008)
diakses
pada,
Ahad
30
Oktober
2011
dari
www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/127056-T%2023483... Warsono, “Dampak Serangan World Trade Center terhadap Kinerja Pasar Modal Indonesia,”
artikel
diakses
pada
4
April
2011
dari
http://warsono.staff.umm.ac.id/.../Dampak-Serangan-World-Trade-Center... Yani, Yanyan Mochammad. Artikel disampaikan pada acara sistem politik luar negeri bagi perwira siswa sekolah staf dan komando TNI AU (Bandung: 16 Mei 2007) diakses pada 07 Juli 2011 dari http:// pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/…/politik luar negeri. Pdf. http:/www.politik.lipi.go.id/index.php/en/columns/politik-internasional/99-prospekhubungan-as-indonesia-pasca-kunjungan-hillary diakses pada 06 Juli 2011. http://www.news-medical.net/news/20110110/1242/Indonesian.aspx?page=2 diakses pada Sabtu 19 Pebruari 2011. http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/09/110919_obama.shtml
diakses
pada
Rabu, 5 Oktober 2011 http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2008/09/080924_profilmccain.shtml diakses pada Senin, 24 Oktober 2011.
83
Koran “Dunia Berpesta dan Berharap kepada Obama,” (Koran Kompas, 06 November 2008). Litbang Kompas, “Sentimen Ras Vs Barack Hussein Obama,” (Koran Kompas, Selasa 04 November 2008). “Obama: Perubahan telah Datang ,” (Koran Tempo, Kamis 06 November 2008). “Obama Presiden,” (Koran Tempo, Kamis 06 November 2008). Sambazy, Budiarto dan Simon Saragih. “Obama menang Obama: Kemenangan Ini Milik Anda Semua,” (Koran Kompas, Kamis 06 November 2008). “Sang Kandidat Presiden” (Koran Republika, Senin, 03 November 2008), h. 10 Saragih, Simon. “Strategi Jitu hingga 4 November,” (Koran Kompas, Rabu 05 November 2008). Subangun, Emmanuel. “Osama “versus” Obama,”
(Koran Kompas, Sabtu, 22
November 2008). Tri Mulyono, “Obama:mulai memangkas pajak ,” (Koran Kompas, Minggu, 22 Februari 2009). Pranowo , M Bambang. “Fenomena Obama di Negeri Satu Rakyat,” (Koran Kompas, Senin 01 Desember 2008).
Televisi Metro Siang Kamis 31 Maret 2011, pukul. 13.00 at Metro TV. Acara televisi Riwayat Sabtu 21 Januari 2011, pukul. 07. 00 at Trans TV.
84