UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA TENTANG MENGENAL UKURAN WAKTU MELALUI METODE PERMAINAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IV SDLB NEGERI KEBAKALAN KECAMATAN MANDIRAJA KABUPATEN BANJARNEGARA perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
Disusun Oleh : MURNIYATI X5211030
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
i
commit to user
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Saya yang bertanda tangan dibawah ini
:
Nama
: Murniyati
NIM
: X5211030
Jurusan/Program Studi
: PLB / PPKHB / Pendidikan Luar Biasa
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA TENTANG MENGENAL UKURAN WAKTU MELALUI METODE PERMAINAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN
KELAS
IV
SDLB
NEGERI
KEBAKALAN
KECAMATAN
MANDIRAJA KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012” ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri . Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012 Yang membuat pernyataan
Murniyati ii
commit to user
HALAMAN PERSETUJUAN
perpustakaan.uns.ac.id Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim digilib.uns.ac.id Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
..........................................
.....................................
iii
commit to user
HALAMAN PENGESAHAN
perpustakaan.uns.ac.id Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim digilib.uns.ac.id Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari : Jum’at Tnggal
: 13 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs.Hermawan , M.Si
Sekertaris
: Sugini, M.Pd
Penguji I
: Drs. Maryadi, M.Ag
Penguji II
: Priyono, S.Pd. M.Si
........................ ......................... ......................... .........................
Disahkan Oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret a/n Dekan, Pembantu Dekan 1
iv
commit to user
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M. Si Nip. 19660415 199103 1 002 MOTTO
Sesungguhnya Alloh tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sendiri yang mengubah apa yang ada pada diri mereka. ( Terjemahan QS Ar-R’ad Ayat 11)
v
commit to user
PERSEMBAHAN
Dengan segenap rasa syukur kepada Allah SWT, perpustakaan.uns.ac.id kupersembahkan karya kecil ini kepada : digilib.uns.ac.id
Bapak dan Ibu Doamu yang tiada terputus, kerja keras tiada henti, pengorbanan yang tak terbatas dan kasih sayang tidak terbatas pula. Semuanya membuatku bangga memiliki kalian, tiada kasih sayang yang seindah dan seabadi kasih sayangmu. Suami tercinta Toto Legowo Terima kasih karena senantiasa mendorong langkahku dengan perhatian dan semangat dan selalu ada disampingku baik di saat kutegar berdiri maupun saat kujatuh dan terluka. Ananda Yoga, Rizky dan Riska Terima kasih atas semangat dan dorongan yang telah kalian berikan.
vi
commit to user
ABSTRAK Murniyati, UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA TENTANG MENGENAL UKURAN WAKTU MELALUI METODE PERMAINAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IV SDLB NEGERI perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KEBAKALAN KECAMATAN MANDIRAJA KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012 , Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika tentang Ukuran Waktu pada anak Tunagrahita ringan kelas IV SDLB Negeri Kebakalan Mandiraja Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011-2012. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif komparatif. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDLB Negeri Kebakalan Mandiraja Banjarnegara sebanyak 6 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi, observasi, dan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah hasil belajar dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif yaitu menbandingkan hasil belajar ( nilai tes ) antar siklus dan observasi maupun wawancara dengan analisis deskriptif berdasarkan hasil observasi dan refleksi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Metode Permainan dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika tentang Ukuran Waktu pada anak Tunagrahita ringan kelas IV SDLB Negeri Kebakalan Mandiraja Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011-2012. Kata Kunci
: Prestasi Belajar, Ukuran Waktu, Metode Permainan
vii
commit to user
ABSTRACK
Murniyati, EFFORTS TO IMPROVE MATH LEARNING ACHIEVEMENT OF KNOWN SIZE METHOD OF GAME TIME IN CHILDREN THROUGH SMALL CLASS IV Tunagrahita SDLB KEBAKALAN STATE DISTRICTdigilib.uns.ac.id OF LESSONS perpustakaan.uns.ac.id MANDIRAJA Festival 2011/2012, Scripsi, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, University of Surakarta of March, July 2012 The purpose of this study is to improve learning achievement in Mathematics on the size of the child Tunagrahita Time mild class IV SDLB State Kebakalan Mandiraja Banjarnegara Lessons Year 2011-2012 This research uses descriptive comparative method. The subjects of this study were fourth grade students SDLB State Kebakalan Mandiraja Banjarnegara as many as 6 students. Data collection techniques using the techniques of documentation, observation, and tests. Data analysis technique used was analyzed by studying the results of a comparative descriptive analysis of the comparative learning outcomes (test scores) between cycles and observation and interviews with a descriptive analysis based on the results of observation and reflection. Based on the research results can be concluded that the method can increase the game learn math achievement at the time of the size of fourth grade children mild Tunagrahita SDLB State Kebakalan Mandiraja Banjarnegara Lessons Year 20112012. Keywords: Learning Achievement, Time Size, method of Games
viii
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya , sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi ini untuk perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan. Proses pembelajaran akan berjalan baik apabila guru memiliki kemampuan dalam menciptakan suasana belajar siswa yang menyenangkan. Untuk itu guru harus memiliki kemampuan dalam menyampaikan bahan ajar secara profesional. Penulis berharap, semoga laporan ini menjadi salah satu alternative yang dapat membantu mengatasi masalah yang dihadapi dalam pembelajaran sekolah dasar, khususnya di SDLB Negeri
Kebakalan Dinas
Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Kecamatan Mandiraja. Penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Yth : 1. Rektor Universitas Sebelas Maret; 2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Sebelas Maret; 3. Drs. Maryadi, M.Ag selaku dosen pembimbing I ; 4. Priyono, S.Pd,M.Si selaku dosen pembimbing II; 5. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banjarnegara; 9. Kepala UPT Dindikpora Kecamatan Mandiraja beserta stafnya; 10. Kepala SDLB Kebakalan. 11. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga selesai laporan ini. Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih kurang sempurna. Peneliti mengharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini dimasa mendatang. Akhirnya peneliti berharap,semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi peningkatan mutu pendidikan, khususnya di sekolah dasar luar biasa. Mandiraja, Juli 2012
ix
commit to user
Peneliti DAFTAR ISI Halaman LEMBAR JUDUL PENELITIAN …......................................................
i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................. ii perpustakaan.uns.ac.id LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................digilib.uns.ac.id iii LEMBAR PENGESAHAN ………………………..............................
iv
MOTTO ..................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ..................................................................................
vi
ABSTRAK ……………………………………………………………..
vii
KATA PENGANTAR ………………………………………………....
viii
DAFTAR ISI …………………………………………………………...
x
DAFTAR TABEL ……………………………………………………...
xi
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………..
xii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………...
Xiii
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN …………………………………………
1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………..
1
B. Perumusan Masalah ………………………………….....
4
C. Tujuan Penelitian ……………………………………….
4
D. Manfaat Penelitian ……………………………………..
4
KAJIAN PUSTAKA …………………………………...
6
A. Kajian Teori
6
B. Kerangka Berpikir ……………………………………...
27
C. Hipotesis Tindakan ……………………………………..
28
METODE PENELITIAN ………………………………
29
A. Setting Penelitian ……………………………………....
29
B. Subjek Penelitian ………………………………………
30
C. Data Dan Sumber Data ………………………………...
31
D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………..
31
E. Validitas Data …………………………………………..
35
x
commit to user
BAB IV
F. Teknik Analisis Data …………………………………...
35
G. Indikator Kinerja ……………………………………….
35
H. Prosedur Penelitian …………………………………….
36
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN ………......
40
A. Deskripsi Pratindakan ……………………………....... 40 perpustakaan.uns.ac.id B. Deskripsi Siklus I ……………………………………...digilib.uns.ac.id 43 C. Deskripsi Siklus II……………………………………....
51
D. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus ......................
57
E. Pembahasan Hasil Penelitian .....………………….........
60
SIMPULAN DAN SARAN …………………………….....
62
A. SIMPULAN ……………………………………………
62
B. IMPLIKASI....................................................................
62
C. SARAN ………………………………………………...
62
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………
64
LAMPIRAN - LAMPIRAN ………………………………………..
65
BAB V
xi
commit to user
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
3.1 Tabel Jadwal Pelaksanaan Penelitian ..........................……. 29 perpustakaan.uns.ac.id 4.1 Hasil Pre Test pada kondisi awal ........................................digilib.uns.ac.id 40 4.2
Hasil Pengamatan Siswa Studi Awal…...............................
42
4.3
Rekapitulasi Hasil tes Siswa Siklus I…................................
46
4.4
Hasil Pengamatan Siswa Siklus I….………………………
49
4.5
Rekapitulasi Hasil tes Siswa Siklus II..................................
54
4.6
Hasil Pengamatan Siswa Siklus II….………………….......
56
4.7
Rekapitulasi Hasil tes siswa Siklus III…..……...................
58
4.8
Hasil Pengamatan Siswa Siklus III….……………..............
60
xii
commit to user
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
2.1 Gambar alur Kerangka berfikir…………………………….................. 28 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3.2 Alur Penelitian Tindakan Kelas……………………………................. 36 4.1
Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Kondisi awal. ……….................
41
4.2
Grafik Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa kondisi awal...................
42
4.3
Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Siklus I ..…......................
47
4.4
Grafik Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Siklus I ..........................
50
4.5
Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Siklus II ……....................
54
4.6
Grafik Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Siklus II. .......................
57
4.7
Grafik Prosentase Hasil tes Kondisi awal sampai siklus II..................
59
4.8
Grafik Perbandingan Hasil tes Kondisi awal sampai siklus I...............
60
xiii
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1 RPP Siklus I ……………………………………………………………. 67 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2 Lembar kerja kelompok Suklus I………………...................................... 76 3 Soal tes Formatif Siklus I.........................................................………….
79
4 RPP Siklus II ……………………………………………………………
85
5 Lembar kerja kelompok Suklus II……………......................................
95
6 Soal tes Formatif Siklus II........................................................…………
97
7 Kunci Jawaban Lembar kerja kelompok Suklus I………………............
103
8 Kunci Jawaban Tes Formatif Siklus I…………................……………..
104
9 Kunci Jawaban Lembar kerja kelompok Suklus II………………...........
105
10 Kunci Jawaban Tes Formatif Siklus II…………................……………. 106 11 Lembar Observasi Aktifitas Guru.............................................................
107
12 Lembar Observasi Aktifitas Siswa ........................................................... 109 13 Daftar Nilai tes Formatif Siklus I dan II...................................................
111
14 Silabus....................................................................................................... 112 15 Kisi-kisi Soal............................................................................................. 113 14 Dokumen Pembelajaran............................................................................
xiv
commit to user
114
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hal yang paling penting bagi manusia adalah pendidikan, sebab dengan proses perpustakaan.uns.ac.id pendidikan manusia akan dapat mengembangkan semua potensidigilib.uns.ac.id dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, yaitu tercapainya tingkat kedewasaan. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan pembangunan manusia di bidang pendidikan adalah upaya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang adil makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang memungkinkan mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya. Untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut telah diatur dalam Pasal 31 ayat 2 menyebutkan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang di atur dengan Undang-Undang. Ini sesuai dengan isi Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab V Pasal 13 ayat (1) menyebutkan bahwa pendidikan dilaksanakan dengan jalur yang terdiri atas pendidikan formal, non formal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pada Pasal 32 mengenai pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus pada ayat (1) menjelaskan, pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa. Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami kekurangan atau keterbatasan dari segi mental intelektualnya, di bawah rata-rata norma, sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi, maupun sosial sehingga memerlukan layanan pendidikan khusus. Maksud dari memerlukan pendidikan khusus yaitu anak tunagrahita memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan kondisi dan karakteristiknya. Salah satu karakteristik yang dimiliki anak tunagrahita adalah kurang konsentrasi yang berakibat sulit menerima dan mempelajari hal-hal akademik.
commit to user
2
Tunagrahita membawa implikasi terhadap hal-hal yang khas dan kompleks secara nyata nampak pada aspek intelegensi atau kecerdasan, serta nampak pada aspek sosialnya. Namun anak tunagrahita masih mempunyai kemampuan, potensi, minat dan harapan yang perlu diarahkan dan dikembangkan agar dapat memberikan tambahan yang positif pada diri anak, sehingga pembelajarannya harus disesuaikan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dengan kondisinya. Sekolah Dasar Luar Biasa merupakan lembaga pendidikan pertama bagi peserta didik yang mengalami ketunaan untuk belajar terutama belajar membaca, menulis dan berhitung. Ketiga kecakapan tersebut merupakan landasan pokok yang menjadi syarat mutlak dikuasai sebelum peserta didik menempuh ke jenjang yang lebih tinggi, tetapi karena ketunagrahitaan mereka lambat dalam memahami pelajaran khususnya pelajaran matematika. Anggapan bahwa pelajaran Matematika merupakan pelajaran yang sulit, rumit dan abstrak menyebabkan pelajaran tersebut menjadi pelajaran yang menakutkan bagi sebagian siswa. Hal tersebut menyebabkan sebagian siswa memiliki prestasi yang rendah dalam mata pelajaran. Seringkali siswa juga kurang menyukai pelajaran Matematika. Kondisi ini dialami oleh penulis, yaitu di SDLB Negeri Kebakalan, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara. Siswa di SDLB Negeri Kebakalan memiliki tingkat kemampuan yang bervariasi. Namun demikian, penulis percaya bahwa setiap siswa memiliki bakat dan kemampuan serta potensi yang berbeda satu dengan lainnya. Potensi inilah yang seharusnya terus digali sehingga kekurangan yang ada dapat tertutupi dan saling melengkapi. Siswa kelas IV di SDLB Negeri Kebakalan, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara berjumlah 6 anak. Pada pelajaran Matematika, siswa di kelas ini masih memiliki prestasi yang cukup rendah. Berdasarkan hasil ulangan harian siswa pada materi tentang ukuran waktu, dari 6 siswa, siswa yang memperoleh nilai sesuai dengan KKM hanya sekitar 10%, selebihnya masih berada di bawah nilai KKM. Kondisi ini cukup memprihatinkan. Untuk itu peneliti berusaha untuk mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut dengan melakukan pendekatan pembelajaran
commit to user
3
dengan pemberian umpan balik sehingga dapat menumbuhkan minat dan rasa senang siswa terhadap pelajaran Matematika. Berdasar pengamatan dan diskusi dengan teman sejawat teridentifikasi beberapa masalah yang menghambat keberhasilan pembelajaran antara lain : 1. Daya serap siswa terhadap materi ajar belum maksimal. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Rendahnya penguasaan atau tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran Matematika. 3.
Rendahnya minat belajar siswa terhadap materi ajar.
4.
Siswa kurang menyenangni model penyajian materi. Berdasar refleksi dan observasi teman sejawat dapat dianalisis beberapa
kemungkinan yang menyebabkan tidak berhasilnya pembelajaran yaitu : 1.
Model penyajian materi yang digunakan guru menyampaikan materi tidak sesuai dengan karakteristik siswa SDLB.
2.
Pendekatan yang digunakan guru tidak mampu memperdayakan siswa.
3.
Guru tidak mampu mengembangkan metode yang efektif, aktif dan kreatif.
4.
Kurangnya pengalaman nyata yang diberikan guru berkaitan dengan materi ajar.
5.
Penjelasan guru yang bersifat verbalisme melalui metode ceramah menyebabkan abstraksi konsep. Metode permainan Salah satu strategi yang dilakukan guru dalam proses belajar
mengajar di kelas. Menurut Yahya Nur Sidik (2008), metode permainan (games) disebut juga metode pemanasan (ice breaker) atau penyegaran (energizer). Arti harafiah ice breaker adalah pemecah es. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat dan antusiasme. Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab) dan dari jenuh menjadi riang. Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang
commit to user
4
sulit atau berat. Sebaliknya, permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika tentang Mengenal Ukuran Waktu Melalui Metode Permainan Pada Anak Tunagrahita perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Ringan Kelas IV SDLB Negeri Kebakalan Mandiraja Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011 / 2012”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah Metode Permainan dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika tentang Ukuran Waktu pada anak Tunagrahita ringan kelas IV SDLB Negeri Kebakalan Mandiraja Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011-2012 ?” C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan bagian yang terpenting dalam pelaksanaan penelitian ilmiah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : “Untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika tentang Ukuran Waktu pada anak Tunagrahita ringan kelas IV SDLB Negeri Kebakalan Mandiraja Banjarnegara tahun Pelajaran 2011-2012 melalui metode Permainan” D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian sebagai berikut : 1.
Secara Teoritis Menambah
khasanah
pengetahuan
tentang
metode
permainan
dalam
pembelajaran matematika untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV anak tunagrahita di SDLB Negeri Kebakalan Mandiraja Banjarnegara
commit to user
5
2.
Secara Praktis a. Bagi Guru Bagi Guru SDLB Negeri Kebakalan Mandiraja Banjarnegara dapat mengembangkan kreatifitas dalam kegiatan pembelajaran Matematika
terutama dalam pengembangan kemampuan meningkatkan prestasi belajar perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id siswa pada anak tunagrahita. b. Bagi Siswa Siswa merasa situasi pembelajaran yang dilakukannya mendorong untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode permainan dalam proses belajar mengajar. c. Bagi Peneliti Bagi peneliti dapat dijadikan sebagai dasar untuk pemberian layanan pendidikan terutama untuk pengembangan peningkatan prestasi belajar matematika siswa anak tunagrahita dengan menggunakan metode permainan pada saat peneliti berkecimpung di lapangan.
commit to user
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Anak Tunagrahita Ringan 1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Anak tunagrahita ringan merupakan salah satu macam dari anak tunagrahita yang sering disebut “ the sducable mentally retarded child, debil,” atau moron dengan IQ sekitar 50/55 – 70/75. Ada beberapa istilah mengenai anak tunagrahita, yaitu terbelakang mental, tuna mental, lemah otak, dan mentally retarded. Smith, et.all., (2002 : 43) mengemukakan bahwa : People who are mentally retarded overtime have been rejerred to us dumb, stupid, immature defective, deficient, subnormal, incompetent, and dull. Term such as idiot, imbelice, moron and feebleminded were commonly used historically to label this population. Although the word faal referred to those who were mentally ill, and the word idiot was directed toward individuals who were severely retarded, these terms were frequently used interchangeably. (Di waktu yang lalu orang-orang menyebut retardasi mental dengan istilah dungu (dumb), bodoh (stupid), tidak masuk (immature), cacat (defective), kurang sempurna (deficient), dan tumpul (dull). Istilah lainnya idiot, imbecile, moron dan feebleminded digunakan untuk melabel kelompok menyandang tersebut. Walaupun kata tolol (fool) menunjuk ke orang sakit mental, dan kata idiot, mengarah individu yang cacat berat, keduanya sering digunakan secara bergantian. Menurut Munzayanah (2000 : 13) “Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dalam bidang intelektual serta seluruh kepribadiannya, sehingga mereka tidak mampu hidup dengan kekuatan sendiri di dalam masyarakat”. Sunaryo Kartadinata (1996 : 83) mengemukakan bahwa, “Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata, sukar mengikuti program pendidikan di sekolah umum sehingga membutuhkan layanan pendidikan secara khusus disesuaikan dengan kemampuan anak”.
commit to user
7
Anak tunagrahita ringan pada intinya adalah anak yang mengalami lambat perkembangan tetapi dapat mempelajari ketrampilan akademis misalnya : menulis, berhitung, bahasa dalam kelas khusus. Walaupun anak sudah berusia 12 tahun kemampuan mentalnya hanya setaraf dengan anak normal berusia 7 tahun, ia sukar berpikir abstrak dan sangat tergantung lingkungannya. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Mumpuniarti (2000 : 25) menyatakan anak tunagrahita sering disebut juga dengan istilah lemah ingatan, lemah mental, terbelakang mental dan sebagainya. “Seorang anak dikatakan menyandang tunagrahita bila perkembangan dan pertumbuhan mentalnya selalu di bawah normal, kalau dibandingkan dengan anak normal yang sebaya membutuhkan pendidikan khusus, bimbingan khusus, supaya mentalnya dapat berkembang dan tumbuh sampai optimal”. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dalam hal ini yang dimaksud dengan anak tunagrahita adalah anak yang mengalami perkembangan mental di bawah normal, mengalami hambatan dan gangguan dalam segala hal sehingga memerlukan bantuan orang lain. 2.
Klasifikasi Anak Tunagrahita Klasifikasi diperlukan untuk memudahkan pemberian bantuan atau pelayanan kepada anak tunagrahita. Dalam pengklasifikasian ini terdapat berbagai pendapat. Menurut Grossman seperti dikutip oleh Kirkdan Gallagher (1979:p.109) ada empat taraf retardasi mental menurut skala inteligensi Wechsler , yaitu : a. Retardasi mental ringan (mild mental retardation), IQ 55-69; b. Retardasi mental sedang (moderate mental retardation), IQ 40-54; c. Retardasi mental berat (severe mental retardation), IQ 25-39; d. Retardasi mental sangat berat (profound mental retardation), IQ 24- ke bawah. Moh. Amin (1995 : 23) mengemukakan klasifikasi anak terbelakang sebagai berikut : “Idiot kecerdasannya sekalipun sudah berusia lanjut tidak lebih dari anak normal seusia 3 tahun. Embisil kecerdasannya maksimal tidak lebih dari
commit to user
8
kecerdasan anak normal usia 7 tahun. Debil kecepatan perkembangan kecerdasannya antara setengah hingga tiga perempat kecepatan anak normal atau pada usia 12 tahun. Moron kecerdasannya maksimal tak lebih dari kecerdasan anak normal usia 16 tahun”. Pendapat lain dikemukakan oleh Mohamad Efendi (2006 : 90) yang mengklasifikasikan anak tunagrahita untuk keperluan pendidikan digilib.uns.ac.id yaitu : perpustakaan.uns.ac.id “Seorang psikolog dalam mengklasifikasikan anak tunagrahita mengarah kepada aspek indeks mental intelegensinya, indikasinya dapat dilihat pada angka hasil tes kecerdasan, seperti IQ 0 – 25 dikategorikan idiot, IQ 25 – 50 dikategorikan imbecil, dan IQ 50 – 75 kategori debil atau moron. Seorang pedagog dalam mengklasifikasikan anak tunagrahita didasarkan pada penilaian program pendidikan yang disajikan pada anak. Dari penilaian tersebut dapat dikelompokkan menjadi anak tunagrahita mampu didik, anak tunagrahita mampu latih, dan anak tunagrahita mampu rawat”. Berdasarkan berbagai pendapat di atas penulis akan melaksanakan penelitian tindakan kelas pada siswa penyandang tunagrahita yang tergolong mampu didik yang mempunyai IQ antara 50 – 70 yang biasanya sering disebut debil. “Anak tunagrahita mampu didik (debil) adalah anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal” (Mohammad Efendi, 2006 : 90). Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu didik antara lain : 1) membaca, menulis, mengeja, dan berhitung ; 2) menyesuaikan diri dan tidak menguntungkan diri orang lain ; 3) ketrampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja di kemudian hari. Kesimpulan anak tunagrahita mampu didik adalah anak tunagrahita yang dapat di didik secara minimal dalam bidang-bidang akademis, sosial, dan pekerjaan. 3.
Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan Secara fisik anak tunagrahita ringan tidak berbeda jauh dengan anak normal, tetapi secara psikis mereka sangat berbeda dan mempunyai ciri khas. Adapun karakteristik anak tunagrahita ringan menurut Sutratinah Tirtonegoro (1998 : 10 – 11) sebagai berikut :
commit to user
9
a. b. c.
Tingkat kecerdasan sekitar 50/55 – 70/75, dengan MA antara 7 – 10 tahun. Sukar berpikir abstrak dan terikat dengan lingkungan. Kurang dapat berpikir secara logis, kurang memiliki kemampuan menganalisa, kurang dapat menghubungkan kejadian yang satu dengan yang lain, kurang dapat membedakan hal-hal yang penting. d. Daya fantasinya sangat lemah. e. Kurang dapat mengendalikan perasaan. f. Dapat mengingat-ingat beberapa istilah tetapi kurang memahami arti istilah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tersebut. g. Sugestible (mudah dipengaruhi). h. Kepribadian yang kurang harmonis dan sukar menilai baik-buruk. i. Daya konsentrasinya kurang baik. Secara garis besar pendapat Samuel A. Kirk (1992 : 191) tentang karakteristik anak tunagrahita ringan sebagai berikut : a.
b.
c.
d.
Karakteristik Fisik 1) Berat badan, tinggi badan, dan koordinasi motoriknya hampir sama dengan anak normal. 2) Umumnya disertai dengan beberapa kelainan seperti kelainan mata, telinga, dan suara. Karakteristik Intelektual 1) Kurang dalam kemampuan verbal dan non verbal dalam tes intelegensi, IQ berkisar antara 50/55 – 70/75. 2) Perkembangan kematangan mengalami hambatan khusus di bidang akademik, ingatan, kemampuan berbahasa, persepsi imajinasi, kreatifitas, dan kemampuan lain yang berkaitan dengan intelektual. Karakteristik Akademik 1) Anak belum siap untuk membaca, menulis, berbahasa, berhitung saat masuk sekolah. Keterlambatan ini berhubungan dengan usia mental bukan usia kronologisnya. 2) Untuk menyelesaikan sekolah formal dapat ditempuh setiap tingkat dua tahun bergantung dari kematangan mental dan kemampuannya. Karakteristik Kepribadian dan Sosial 1) Perhatian mudah beralih, sulit untuk memusatkan perhatian. 2) Rasa toleransi kurang, karena kegagalan yang berulang-ulang dalam hidupnya. 3) Dapat mematuhi nilai-nilai sosial dan dapat bekerja sama dengan lingkungan / masyarakat. 4) Anak tunagrahita ringan lebih sering berhubungan atau bermain dengan anak yang sama usia mentalnya daripada anak yang sama usia kronologisnya. 5) Sebagian anak tunagrahita ringan mempunyai problem tingkah laku apabila dibandingkan dengan anak yang mempunyai intelegensi normal.
commit to user
10
Problem tingkah laku ini terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara kemampuan anak untuk berbuat dan dengan tuntutan masyarakat. Berdasarkan pendapat di atas dapat ditegaskan karakteristik anak tunagrahita ringan adalah sebagai berikut : 1) Anak tunagrahita ringan tidak jauh berbeda dengan anak normal pada umumnya. 2) Kondisi psikis anak tunagrahita perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ringan terkait dengan pembelajaran meliputi kemampuan berpikir rendah, perhatian dan ingatannya lemah sehingga mengalami hambatan dalam pembelajaran di sekolah. 4.
Penyebab Anak Tunagrahita Ringan Penyebab
terjadinya
tunagrahita
ringan
sama
dengan
penyebab
tunagrahita jenis yang lainnya, yaitu dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam maupun faktor dari luar diri anak. Sunardi (1994 : 30 – 31) mengemukakan bahwa penyebab tunagrahita disebabkan oleh berbagai faktor yaitu : a. b. c.
d.
e.
Genetik Faktor genetik dapat disebabkan oleh kerusakan biokimia dan abnormalitas kromosom. Sebab-sebab pada masa prenatal Penyebab tunagrahita pada masa prenatal dapat disebabkan oleh infeksi Rubella (cacar) dan faktor rhesus (Rh). Sebab-sebab pada masa perinatal Berbagai peristiwa pada saat kelahiran yang memungkinkan terjadinya tunagrahita yang terutama adalah luka-luka saat kelahiran, sesak napas, dan prematuritas. Sebab-sebab pada masa postnatal Penyakit-penyakit akibat infeksi dan problema nutrisi yang diderita pada masa bayi dan awal masa kanak-kanak dapat menyebabkan tunagrahita. Penyakit yang dapat menyebabkan tunagrahita seperti encephalitis dan meningitis. Faktor-faktor sosio-kultural Peran nyata dari lingkungan dalam perkembangan kemampuan intelektual masih belum dapat dipahami dengan jelas, tetapi para psikolog dan pendidik umumnya mempercayai bahwa lingkungan sosial budaya berpengaruh terhadap kemampuan intelektual.
commit to user
11
Menurut Moh. Amin (1995 : 62) anak tunagrahita dapat disebabkan oleh berbagai faktor yaitu : a.
Faktor keturunan, faktor ini terdapat pada sel khusus yang pada pria disebut spermatozoa dan pada wanita disebut sel telur (ovarium). Kelainan orang tua laki-laki maupun perempuan akan terwariskan baik kepada anak yang lakilaki maupun perempuan. Apakah warisan tersebut akan tampak atau tidak juga tergantung pada dominan resesifnya kelainan tersebut. digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b. Gangguan metabolisme dan gizi. Kegagalan dalam metabolisme dan kegagalan dalam pemenuhan akan kebutuhan akan gizi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fisik maupun mental dalam individu. c. Infeksi dan keracunan. Di antara penyebab terjadinya ketunagrahitaan adalah adanya infeksi dan keracunan yaitu terjangkitnya penyakit-penyakit selama janin masih berada di dalam kandungan ibunya. Penyakit-penyakit tersebut antara lain : rubella, syphilis, toxoplasmosis dan keracunan yang berupa gravidity syndrome yang beracun, kecanduan alkohol dan narkotika. d. Trauma. Ketunagrahitaan dapat juga disebabkan terjadinya trauma pada beberapa bagian tubuh khususnya pada otak ketika bayi dilahirkan dan terkena radiasi zat radioaktif selama hamil. e. Masalah pada kelahiran, misalnya kelahiran yang disertai by poxia dapat dipastikan bahwa bayi yang dilahirkan menderita kerusakan otak, menderita kejang, nafas yang pendek, kerusakan otak juga disebabkan oleh trauma mekanis terutama pada kelahiran yang sulit. f. Faktor lingkungan sosial budaya. Lingkungan dapat berpengaruh terhadap intelek anak, kegagalan dalam melakukan interaksi yang terjadi selama periode perkembangan menjadi salah satu penyebab ketunagrahitaan. Tunagrahita dapat disebabkan oleh lingkungan yang tingkat sosial ekonominya rendah. Hal ini disebabkan ketidak-mampuan lingkungan memberikan rangsangan-rangsangan yang diperlukan anak pada masa perkembangannya. Secara umum anak tunagrahita atau keterbatasan mental biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam (endogen) atau faktor dari luar (eksogen). Menurut waktu kejadiannya tunagrahita dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : a.
Masa Prenatal Artinya sebelum anak dilahirkan, jadi selama dalam kandungan di mana ada dua kemungkinan yang dapat menyebabkan kelainan pada masa ini, yaitu yang bersifat endogen dan eksogen, yang bersifat endogen adalah : 1) Bermacam-macam penyakit yang diderita ibu ketika mengandung, misalnya mempunyai penyakit syphilis (penyakit kelamin).
commit to user
12
2) Akibat suatu obat yang diminum ibu ketika mengandung dan yang ditujukan sebenarnya untuk mengurangi penderitaan ibu ketika sedang hamil muda. 3) Kelainan
pada
kelenjar
gondok,
yang
dapat
mengakibatkan
pertumbuhan yang kurang wajar, keterbalakangan dalam perkembangan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kecerdasan, rambut anak menjadi kasar dan kering, mata anak menjadi bengkak dan lidahnya panjang – lebar, sehingga selalu tampak keluar dari mulut si anak. Yang bersifat eksogen adalah adanya penyinaran dari sinar Rontgen dan radiasi atom yang mengakibatkan kelainan pada bayi dalam rahim ibunya. b.
Masa Natal Artinya keterbalakangan mental terjadi ketika bayi itu dilahirkan. Kelainan itu dapat timbul karena adanya : 1) Kekurangan zat asam (walaupun hanya sedikit) dapat mengakibatkan rusaknya sel-sel otak. 2) Terjadinya pendarahan pada otak karena proses kelahiran bayi yang terlalu sulit, antara lain dengan bantuan alat “tang” untuk membantu melahirkan si bayi. 3) Kelahiran “premature” yaitu bayi lahir belum cukup umur, sehingga tulang-tulang bayi masih sangat lunak dan mudah mengalami perubahan bentuk.
c.
Masa Post Natal Anak dilahirkan normal dapat menjadi cacat mental karena mendapat kerusakan otak, dan dalam hal ini dapat menimbulkan kemunduran kecerdasan si anak. Peristiwa ini mungkin terjadi karena adanya kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerusakan pada tulang tengkorak, dan penyakit yang dapat menyerang otak, umpamanya radang otak (encephalitis).
commit to user
13
B. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar Matematika 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Hadari Nawawi (1991 : 100), mengemukakan, “Prestasi belajar adalah suatu tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pelajaran tertentu” Astiwi (1996 : 38), mengutip pendapat Winkel bahwa prestasi adalah : bukti usaha yang dapat dicapai, sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah melakukan proses belajar. Maka prestasi belajar adalah bukti keberhasilan siswa yang dicapai dalam suatu proses psikis yang berlangsung dalam suatu interaksi subyek dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan pengetahuan, pengalaman, nilai yang disimpan atau dilaksanakan menuju kemajuan. Sutratinah Tirtonegoro (1988 : 24), mengartikan bahwa prestasi belajar adalah: “Penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol-simbol, angka-angka, huruf-huruf atau hal yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap peserta didik dalam periode tertentu”. Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan mengenai prestasi belajar matematika yaitu suatu tingkat keberhasilan siswa yang meliputi perubahan dalam aspek pengalaman, sikap dan ketrampilan dalam menguasai program pelajaran matematika yang dinyatakan dalam bentuk nilai dari hasil suatu tes. Prestasi belajar matematika secara operasional dalam penelitian ini adalah prestasi belajar yang dicapai dalam penguasaan konsep penjumlahan dan pengurangan suatu bilangan. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar yang dicapai oleh seorang individu merupakan suatu hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut baik yang berasal dari dalam diri individu maupun dari luar diri individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu anak untuk mencapai prestasi belajar sebaik-baiknya.
commit to user
14
Moh. Uzer Usman & Lilis Setiawati (1993 : 100-101), mengemukakan yang tergolong faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar sebagai berikut : a. Faktor Internal yaitu yang ada dalam diri anak itu sendiri, antara lain : 1) Kelemahan mental yang berkaitan dengan faktor kecerdasan, intelegensi / kecakapan, dan bakat khusus. 2) Kelemahan fisik yang berkaitan dengan panca indera, syaraf, dan cacat. 3) Gangguan yang bersifat emosional (emosional instability).digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 4) Sikap dan kebiasaan yang salah dalam belajar. b. Faktor Eksternal yaitu faktor yang terdapat di luar diri anak, antara lain : 1) Situasi belajar mengajar yang tidak merangsang siswa untuk aktif. 2) Kurikulum kurang fleksibel atau kaku. 3) Beban studi yang terlalu berat, terlalu banyak tugas yang harus diselesaikannya. 4) Meetode mengajar yang monoton atau membosankan. 5) Situasi di rumah yang kurang memotivasi anak untuk belajar. 6) Beberapa sifat murid dalam belajar. Setiap individu mempunyai keunikan yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain, demikian juga dalam proses belajar mengajar, ada siswa yang cepat dan ada yang lambat dalam belajar, ada yang kreatif dan ada yang tidak kreatif, semua itu karena keunikan individu masing-masing. Kegiatan belajar di sekolah bertujuan untuk membantu memperoleh perubahan tingkah laku bagi setiap murid dalam rangka mencapai tingkat perkembangan yang optimal. Oleh karena itu pengenalan terhadap sifat-sofat individu sangat penting. Rochman Natawijaya (1980 : 17-19) mengemukakan beberapa sifat dalam proses belajar mengajar antara lain : a. Cepat dalam Belajar Anak yang tergolong cepat dalam belajar pada umumnya dapat menyelesaikan kegiatan belajar dalam waktu lebih cepat dari perkiraan waktu yang ada. Mereka tidak memerlukan waktu yang lama untuk memecahkan suatu masalah karena lebih mudah dalam menerima pelajaran. Golongan anak seperti ini sering mengalami kesulitan dalam penyesuaian belajar, karena pada umumnya kegiatan belajar di sekolah menggunakan ukuran rata-rata. Salah satu usaha yang harus dilakukan pada anak golongan ini adalah dengan menggunakan media pengajaran. b. Lambat dalam Belajar Anak yang mengalami lambat belajar memerlukan waktu yang banyak dalam menyelesaikan materi dari waktu yang diperkirakan. Sebagai akibatnya anak golongan ini sering ketinggalan dalam belajar, dan ini pula salah satu sebab yang menjadikan mereka tinggal kelas. Dilihat dari tingkat
commit to user
15
kecerdasannya, pada umumnya anak lambat belajar memiliki taraf kecerdasan di bawah rata-rata. Anak golongan ini memerlukan perhatian khusus, antara lain dengan pengajaran remedial. Secara garis besar fakfor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, menurut Maman Rachman (1998 : 150-155) yaitu : a. Faktor Intern, yang meliputi faktor jasmaniah, psikologis dan kelelahan. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1) Faktor Jasmaniah Proses belajar seorang siswa akan terganggu jika kesehatan siswa tersebut terganggu. Selain itu ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing dan mengantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan atau kelainan fungsi alat inderanya dan tubuhnya. 2) Faktor Psikologis Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Yaitu : a) Intelegensi Intelegensi besar sekali pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, anak yang intelegensinya tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Kendati demikian belum tentu anak yang tingkat intelegensinya tinggi akan berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. b) Perhatian Untuk menjamin hasil belajar yang baik siswa harus mempunyai perhatian yang penuh terhadap materi yang dipelajarinya. Agar tumbuh perhatian sehingga siswa dapat belajar dengan baik, bahan pelajaran harus diusahakan selalu menarik perhatian. c) Minat Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Jika bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak dapat belajar dengan sebaik-baiknya. d) Bakat Siswa yang memiliki bakat maka pelajaran akan cepat dikuasai, sehingga hasil belajarnya pun akan lebih baik. Lain halnya dengan siswa yang kurang berbakat, guru harus sabar dan telaten melayani mereka, yaitu dengan sering dan berulangkali menjelaskan bahan tersebut. Dengan seringnya menjelaskan bahan tersebut akhirnya siswa diharapkan dapat menguasai bahan yang diajarkan. e) Motif Dalam proses belajar mengajar guru harus memperhatikan motif belajar siswa atau faktor-faktor yang mendorong belajar siswa. Dengan mengetahui latar belakang atau motif belajar siswa, maka guru dapat mengajak para siswa untuk berpikir dan memusatkan
commit to user
16
perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan serta menunjang belajar. f) Kematangan Kematangan merupakan tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang. Hal ini antara lain ditunjukkan anggota-anggota tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti siswa dapat melaksanakan kegiatan terus menerus. g) Kesiapan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Kesiapan erat kaitannya dengan kematangan. Siswa dikatakan sudah memiliki kesiapan apabila pada dirinya ada kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran yang diikuti oleh peserta didik yang memiliki kesiapan akan terjadi proses pembelajaran yang optimal. 3) Faktor Kelelahan Kelelahan baik jasmani maupun rohani dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. b. Faktor Ekstern, meliputi faktor keluarga, sekolah dan masyarakat 1) Faktor Keluarga Siswa yang sedang belajar menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi atau hubungan antar anggota keluarga, keadaan rumah, keadaan ekonomi keluarga, sikap dan perhatian orang tua, latar belakang kebudayaan orang tua. 2) Faktor Sekolah Faktor sekolah dapat mempengaruhi belajar siswa meliputi hal-hal yang berkaitan dengan metode mengajar, kurikulum, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, media pengajaran, waktu sekolah, sarana prasarana sekolah, metode belajar siswa dan tugas sekolah. 3) Faktor Masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap perkembangan pribadi siswa, yang pada akhirnya mempengaruhi terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Pengaruh tersebut terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat ini berkaitan dengan kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media yang beredar / ada dalam masyarakat, pengaruh teman bergaul, dan pola hidup masyarakat. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor dari dalam dan dari luar diri siswa. Faktor dari dalam yaitu faktor fisik dan psikis. Sedangkan faktor dari luar diri siswa yaitu faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktorfaktor tersebut dapat berpengaruh secara positif maupun negatif. Anak tunagrahita ringan pada umumnya mengalami hambatan dalam belajar. Hal ini dipengaruhi oleh
commit to user
17
beberapa faktor, yaitu faktor dari dalam dan luar diri siswa. IQ anak tunagrahita ringan yang dibawah rata-rata, sehingga mengakibatkan kurang dapat berkonsentrasi terhadap pembelajaran, kurang dapat berpikir abstrak dan perhatian siswa mudah beralih serta mudah bosan terhadap pembelajaran. Faktor dari luar diri siswa juga sangat mempengaruhi prestasi belajar anak tunagrahita ringan, seperti faktor perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id keluarga, sekolah dan masyarakat. 3. Pengertian Pembelajaran Matematika di SDLB-C Pada kurikulum berbasis kompetensi SDLB (2004 : 2) dijelaskan bahwa matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau yang dipelajari. Sedang dalam bahasa belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Unsur utama pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Namun demikian materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran, dan penalaran dipahami dan dilatihkan melalui belajar materi matematika. Senada dengan penjelasan tersebut, Kline (1981 : 172) mengemukakan bahwa, “Matematika merupakan bahasa simbolik dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif”. Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004 : 2) pada pembelajaran matematika SDLB-C dijelaskan pemahaman konsep sebaiknya diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Pembelajarannya dimulai dari beberapa contoh atau fakta yang teramati. Misalnya buatlah daftar sifat yang muncul (sebagai gejala), kemudian perkiraan hasil baru yang diharapkan. Kemudian hasil ini kita buktikan secara deduktif. Dengan demikian cara belajar deduktif dan induktif digunakan dan sama-sama berperan penting dalam matematika. Prinsip
commit to user
18
mempelajari matematika tersebut diharapkan akan membentuk sikap siswa SDLB-C yang kritis, jujur dan komunikatif. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, pembelajaran matematika di SDLB-C bersifat induktif-deduktif, yaitu pembelajaran yang dimulai dari pengalaman kemudian untuk digunakan dalam pembelajaran konsep matematika. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika Anak Tunagrahita Ringan Fungsi
mata
pelajaran
matematika
SDLB-C
adalah
mengembangkan
pengetahuan, nilai, sikap dan kemampuan matematika untuk hidup dalam masyarakat dan bekal dalam dunia kerja. Pada buku Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar Luar Biasa Tinagrahita Ringan SDLB-C (2006 : 101-102), mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan dan masalah. e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Mengingat kemampuan kognitif anak tunagrahita ringan sangat terbatas, maka pengajaran remedial dipandang perlu sebagai upaya peningkatan prestasi belajar matematika agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai yakni anak mampu dan terampil dalam penguasaan kecakapan matematika khususnya penguasaan konsep penjumlahan dan pengurangan, yang nantinya dapat dijadikan bekal belajar matematika tahapan berikutnya.
commit to user
19
5.
Matematika Sebagai Bahan Ajar
Matematika sebagai bahan ajar yang objeknya berupa fakta, konsep, operasi, dan prinsip yang kesemuanya adalah bentuk abstrak. Matematika yang memiliki penalaran deduktif yang berkenaan dengan ide-ide abstrak dan simbol-simbol yang tersusun secara hirarki serta bersifat deduktif aksiomatik, sehingga belajar perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Matematika merupakan kegiatan mental tinggi. Oleh karena itu, belajar Matematika memerlukan beberapa kegiatan mental seperti melakukan abstraksi, klasifikasi, dan generalisasi. Mengabstraksi berarti memahami kesamaan dari berbagai objek yang berbeda, mengklasifikasi berarti memahami pengelompokkan dari berbagai objek berdasarkan
pengetahuan
yang
dikembangkan
melalui
contoh-contoh.
Menggeneralisasi berarti mengambil kesimpulan berdasarkan contoh-contoh. Berdasarkan hal di atas, belajar Matematika merupakan proses psikologi. Sebagai proses, yaitu berupa kegiatan aktif memahami dan menguasai Matematika. Kegiatan aktif dimaksudkan adalah pengalaman belajar Matematika yang diperoleh melalui interaksi dengan Matematika dalam konteks kegiatan belajar mengajar di lembaga pendidikan formal. Gagne (Herman Hudoyo : 1990 : 78) menyatakan bahwa: “Dalam mempelajari konsep Matematika hendaknya berprinsip bahwa seseorang dapat memahami suatu topik sebelumnya”. Berdasarkan teori ini mempelajari materi Matematika memerlukan prasyarat. Prasyarat ini harus benar-benar dimengerti dan dipahami agar dapat memahami materi selanjutnya. Penguasaan materi prasyarat merupakan kesiapan peserta didik untuk mengikuti pelajaran materi Matematika selanjutnya. Matematika seringkali dilukiskan sebagai suatu kumpulan yang sistematik yang masing-masing kumpulan bersifat deduktif. Matematika bersifat hirarkis. Konsep yang mendasar umumnya dipakai secara berkesinambungan, sebagai sarana untuk mempelajari konsep selanjutnya yang lebih tinggi. Russeffendi (1988 : 4) menyatakan bahwa : “Matematika adalah suatu pelajaran yang tersusun secara beraturan, logis, berjenjang dari yang paling mudah hingga yang paling rumit, dengan demikian
commit to user
20
pengajaran Matematika tersusun sedemikian rupa sehingga pengertian terdahulu mendasari pengertian yang berikutnya”. Proses berfikir dan bernalar dalam Matematika memerlukan informasi yang diperoleh dari belajar sebelumnya. Pengalaman belajar masa lalu dapat muncul kembali dalam proses pemecahan masalah. Ide-ide yang muncul kemudian dapat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tersusun secara analogis yang menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang berupa penyelesaian masalah dalam belajar Matematika. Seseorang dikatakan belajar Matematika, apabila pada diri orang itu terjadi suatu kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan Matematika. Misalnya, terjadinya perubahan dari tidak tahu sesuatu konsep menjdi tahu konsep tersebut dan mampu menggunakan dalam mempelajari materi lanjut atau dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat Matematika sekolah, menurut Mulbar (Alwi, 2007 : 7) adalah: Pelajaran Matematika yang diberikan pada jenjang persekolahan, mulai pada jenjang pendidikan dasar sampai kepada jenjang pendidikan menengah. Dengan demikian, belajar Matematika sekolah adalah merupakan suatu proses yang mengakibatkan seseorang mengalami perubahan tingkah laku berdasarkan pengalaman atau latihannya mengenai materi Matematika di jenjang persekolahan.Setiap orang yang ingin belajar Matematika dengan baik, harus menguasai konsep dasar sebagai prasyarat. Untuk menjawab soal-soal Matematika ada sejumlah aturan yang perlu dipelajari terlebih dahulu. Dengan demikian, untuk menjawab soal-soal Matematika seseorang hendaknya mengetahui hal-hal yang telah dipelajari dan kemudian menggunakannya dalam situasi yang baru atau dalam menjawab soal-soal yang baru. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa belajar Matematika merupakan proses psikologis, yaitu berupa kegiatan aktif dalam upaya untuk memahami dan menguasai Matematika, berdasarkan pengalaman belajar yang telah diberikan pada jenjang persekolahan. Perolehan pengetahuan sebagai hasil belajar Matematika dapat dilihat dari kemampuan memfungsionalkan Matematika, baik secara konseptual maupun secara mendengarkan, meniru, dan sebagainya.
commit to user
21
6. Metode Permainan untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Permainan matematika sangat bervariasi macam dan kegunaannya, untuk itu guru matematika dapat memilih permainan-permainan yang akan digunakan dalam pengajaran. Seorang guru matematika harus pandai dalam memilih permainan yang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id akan digunakan, karena permainan yang akan digunakan itu bukan sekedar membuat siswa senang dan tertawa, tetapi permainan tersebut harus menunjang tujuan instruksional pengajaran matematika serta pelaksanaannya harus terencana. Dengan tercapainya tujuan instruksional pengajaran, pelaksanaan permainan matematika dalam pembelajaran tidak akan sia-sia dan membuang waktu. Jadi, permainan matematika bisa menjadi salah satu alat yang efektif untuk pembelajaran. Ruseffendi (2006: 312) mengatakan, Manfaat dari permainan matematika dalam pengajaran matematika terutama untuk: 1) menimbulkan dan meningkatkan minat; 2) menumbuhkan sikap yang baik terhadap matematika. Sebagai kegunaan tambahannya: 1) untuk mengembangkan konsep; 2) untuk melatih keterampilan; 3) untuk penguatan; 4) untuk memupuk kemampuan pemahaman; 5) untuk pemecahan masalah; 6) untuk mengisi waktu senggang. Sedangkan menurut Diner (dalam Lisnawaty, 1993: 91) menyebutkan, Dengan pengaitan bermain dengan pelajaran matematika peserta didik akan: 1) berkenalan dengan konsep matematika melalui benda-benda konkrit; 2) menambah atau memperkaya pengalaman peserta didik; 3) tertanam konsep matematika pada peserta didik; 4) dapat menelaah sifat bersama atau dapat membedakan antara dua jenis benda; 5) mampu mengatakan representasi suatu konsep dengan belajar membuat simbol; 6) belajar mengorganisasikan konsep-konsep matematika secara formal sampai pada aksioma dalil atau teori. Menurut teori Connectionism atau bond hypothesis, “Belajar merupakan pembentukan atau penguatan hubungan antara Stimulus (S) dan Respon (S), makin kuat hubungan itu, makin gairah siswa belajar. Salah satu hal yang menyebabkan seseorang giat belajar adalah disertai perasaan senang. Teori ini mengatakan bahwa hubungan S – R akan bertambah erat bila disertai perasaan senang atau puas dan sebaliknya hubungan itu akan berkurang eratnya atau lenyap bila disertai perasaan
commit to user
22
kecewa.” (Mansyur, 1995 : 96). Oleh karena itu, suasana belajar mengajar hendaknya dapat diciptakan dengan penuh kegembiraan dan menyenangkan. Salah satu strategi yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar di kelas adalah dengan menerapkan metode permainan. Menurut Yahya Nur Sidik (2008), “Metode permainan (games) disebut juga metode pemanasan (ice breaker) atau perpustakaan.uns.ac.id penyegaran (energizer). Arti harafiah ice breaker adalah pemecahdigilib.uns.ac.id es. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat dan antusiasme.” Karakteristik
permainan
adalah
menciptakan
suasana
belajar
yang
menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab) dan dari jenuh menjadi riang. Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat. Sebaliknya, permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan. Permainan sebaiknya dirancang menjadi satu “aksi” atau kejadian yang dialami sendiri oleh peserta didik, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai atau pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah rana sikap – nilai. Metode permainan merangsang siswa untuk aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. a. Macam-Macam Permainan Matematika Permainan matematika sangat bervariasi macam
dan kegunaannya,
Sebagaimana yang dinyatakan Husnida, Y. (1998) penulis mengklasifikasikan permainan matematika berdasarkan tujuan yang dicapai menjadi dua kategori, yaitu permainan matematika untuk pemecahan masalah dan permainan matematika untuk pemahaman konsep. 1) Permainan Matematika untuk Pemecahan Masalah
commit to user
23
Permainan
matematika
untuk
pemecahan
masalah
merupakan
permainan matematika dengan tujuannya untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Contoh-contoh dari permainan ini sebagai berikut. a) Menara Hanoi Permainan menara hanoi adalah permainan matematika yang terdiri perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dari tiga tiang dan sejumlah cakram dengan ukuran berbeda-beda yang bisa dimasukkan ke tiang mana saja. Tujuan dari permainan ini adalah untuk memindahkan seluruh tumpukan ke tiang yang lain, dengan mengikuti aturan yaitu hanya satu cakram yang boleh dipindahkan dalam satu waktu, setiap perpindahan berupa pengambilan cakram teratas dari satu tiang dan memasukkannya ke tiang lain, dan tidak boleh meletakkan cakram di atas cakram lain yang lebih kecil. Menara hanoi sebagai permainan yang dapat digunakan untuk menanamkan konsep banyaknya, urutan, besarnya, paling sedikit, lebih banyak, dan sama. Meskipun demikian kegunaan yang terutama untuk melatih berfikir logis, menemukan relasi antara banyaknya kepingan dengan banyaknya loncatan minimum secara induktif. b) Peperangan Permainan peperangan adalah permainan yang dapat dipergunakan selain untuk
menanamkan konsep kooordinat (Cartesius) juga untuk
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah. Dalam permainan ini siswa diminta untuk menembak suatu kapal dengan cara menebak titik koordinat dari kapal tersebut. Pada pelaksanaannya setiap siswa aktif dalam permainan ini yang tentunya akan mengurangi rasa gelisah dalam pembelajaran. c) Tangrams Tangrams (“tans” artinya tujuh potong) adalah permainan yang cukup menarik dan dapat menimbulkan daya kreasi anak. Permainan ini berupa sebuah daerah bujursangkar yang dibagi-bagi atau dikerat-kerat menjadi 7 bagian. Dengan 7 bagian itu siswa diminta untuk menyusun
commit to user
24
bentuk lain yang menarik baginya. Permainan ini dimaksudkan agar siswa menyadari bahwa luas bentuk-bentuk baru yang telah dibuatnya itu adalah sama dengan luas daerah bujursangkar asal. d) Loncat Kodok Permainan loncat kodok terdiri dari sebuah papan berlubang-lubang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tempat mencucukan benda (tonggak-tonggak pendek). Banyaknya tonggak adalah genap, misalnya 2, 4, 8, 100. Warnanya dua macam misalnya putih dan hitam. Diantara kedua kelompok tonggak itu terpisah oleh sebuah lubang. Aturan permainannya adalah diminta untuk memindahkan semua tonggak putih ke tempat tonggak-tonggak hitam (dengan sendirinya semua tonggak hitam pindah ke tempat tonggak putih) dengan bantuan sebuah lubang di tengan. Setiap kali loncat boleh bergeser dari lubang yang satu ke
lubang
didekatnya
atau
meloncati
paling
banyak
sebuah
tonggak.menarik baginya. Seperti permainan menara hanoi, faedah permainan loncat kodok ini ialah untuk melatih berfikir logis dan menemukan relasi antara banyaknya tonggak dengan banyaknya loncatan minimum. e) Bujursangkar Ajaib Bujursangkar ajaib adalah permainan yang dipergunakan anak-anak dalam memanipulasi penjumlahan bilangan-bilangan. Misalnya pada bujursangkar ajaib derajat tiga, siswa harus mengisi kotak-kotak kecil itu oleh bilangan-bilangan dari sembilan buah bilangan berurutan yang diketahui sehingga jumlah-jumlahnya baik menurut baris, kolom maupun diagonal (utama) sama. Bila bilangan yang harus diisikan itu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, maka salah satu jawabannya adalah (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 9) / 3 = 45/3 = 15. 2) Permainan Matematika untuk Pemahaman Konsep Permainan
matematika
untuk
pemahaman
konsep
merupakan
permainan matematika dengan tujuannya untuk meningkatkan kemampuan
commit to user
25
pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari. Contoh-contoh dari permainan ini diantaranya: a) Mengirim Berita dengan Kode Rahasia Permainan mengirim berita dengan kode rahasia adalah permainan matematika yang aturannya menggunakan kode rahasia yaitu dengan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menggunakan bilangan dasar basis dua (biner). Permainan dilakukan dengan mengirim pesan dalam bentuk tulisan dengan kode rahasia yang akan disampaikan, dan harus dibalas oleh teman yang menerima pesan tentunya dengan pesan dalam kode rahasia juga. Manfaat dari permainan ini adalah untuk memahami penulisan bilangan dasar dua. Permainan ini dapat digunakan dalam membantu untuk pembelajaran bilangan dasar. b) Lampu Pintar Permainan lampu pintar adalah permainan matematika yang dalam penggunaannya menggunkan lampu pintar. Lampu pintar sebagai alat untuk memeriksa apakah seorang siswa sudah menguasai suatu konsep matematika atau belum menguasai. Dalam lampu pintar terdapat soal-soal dan jawaban dari soal tersebut yang disimpan secara acak, siswa diminta untuk mencari jawaban tersebut dengan cara mencucukkan ujung kabel A dekat soal dan mencucukkan ujung kabel B dekat jawaban yang dijawab. Apabila jawaban benar maka lampu akan menyala, sedangkan apabila salah menjawab, lampu tetap padam (tidak menyala). c) Aritmatika Jam Aritmatika jam adalah permainan yang menggunakan jam sebagai alat permainan, yang digunakan untuk menunjukkan hasil operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian dari suatu bilangan. Misalnya aritmatika jam dengan jam empatan, maka angka yang biasanya ada 12 buah dalam jam sekarang menjadi 4 buah angka.
commit to user
26
d) Permainan Menyusun Angka Permainan menyusun angka adalah permainan dengan cara menyusun angka-angka untuk membuat lambang bilangan yang nilainya sesuai dengan yang diminta. Misalnya membuat lambang bilangan yang nilainya sebesar-besarnya. Permainan ini menggunakan sekumpulan perpustakaan.uns.ac.id kartu berangka yang diletakkan tertelungkup yang dapat digilib.uns.ac.id dimainkan oleh beberapa siswa. e) Kartu Domino Kartu domino adalah permainan yang digunakan untuk pemahaman bilangan, urutannya dan lambangnya. Kartu domino itu bukan hanya kartu domino untuk main gapleh misalnya, tetapi kartu domino untuk maksud dan tujuan lain. Misalnya untuk memahami pecahan. Untuk pengembangan permainan ini pun bisa dilakukan untuk daerah kognitif tingkat tinggi. f) Permainan Menebak Bilangan Permainan menebak bilangan adalah permainan kombinasi perhitungan operasi matematika (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian) yang digunakan untuk melatih keterampilan menghitung dan menerapkan suatu konsep. Permainan ini dilakukan oleh dua orang siswa. Kemudian, salah seorang siswa untuk memikirkan suatu bilangan dan nanti temannya akan menebak bilangan tersebut, tentunya terlebih dahulu harus menjalankan perintah perhitungan dari teman yang akan menebak. C. Kerangka Berpikir Prosedur penelitian tindakan kelas ini merupakan siklus dan dilaksanakan sesuai perencanaan tindakan atau perbaikan dari perencanaan tindakan terdahulu. Penelitian ini diperlukan kondisi awal untuk mengetahui penyebab rendahnya prestasi belajar siswa sebagai upaya untuk menemukan fakta-fakta yang dapat digunakan untuk melengkapi kajian teori yang ada sehingga dapat meningkatkan kedisiplinan dan prestasi belajar siswa.
commit to user
27
Tindakan kelas yang dilaksanakan berupa pengajaran di kelas secara sistematis dengan tindakan pengelolaan kelas dengan menggunakan Metode Permainan, supaya anak merasa tertarik dan tidak menganggap bahwa pelajaran Matematika adalah pelajaran yang menakutkan. Sehingga diharapkan prestasi belajar siswa menjadi lebih meningkat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar kerangka berpikir di perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bawah ini :
Kondisi Awal
Guru dalam pembelajaran matematika belum menggunakan Metode Permainan
Prestasi belajar matematika tentang ukuran waktu rendah
Tindakan
Guru dalam pembelajaran matematika menggunakan Metode Permainan
Prestasi belajar meningkat
Kondisi Akhir
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Pelaksanaan Tindakan
commit to user
28
C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori seperti uraian di atas, maka diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut : Pembelajaran dengan Metode Permainan dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika tentang Mengenal Ukuran Waktu pada Siswa Kelas IV SDLB Negeri perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Kebakalan, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Tahun Pelajaran 2011 / 2012.
commit to user
29
BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian 1.
Tempat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDLB Negeri Kebakalan, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara. Tahun Pelajaran 2011 / 2012, dengan alasan : a.
Peneliti adalah guru pada sekolah tersebut.
b.
Peneliti ingin memperbaiki proses pembelajaran di kelas IV Tunagrahita ringan. 2.
Waktu
Penelitian ini berlangsung selama empat bulan yaitu pada bulan Maret 2012 sampai dengan bulan Juni 2012, dengan perincian jadwal berikut : Tabel 3.1. Jadwal Penelitian No
Maret
Kegiatan
1
Penulisan proposal
2
Persetujuan Proposal oleh Perijinan penulisan skripsi tingkat prodi,jurusan,FKIP
4
Penulisan Bab I,II,III
5
Persetujuan Bab I,II,III oleh pembimbing
6
Perijinan penelitian
7
Pelaksanaan penelitian
8
Penulisan Bab IV dan V
9
Konsultasi dan persetujuan Bab IV dan V
10
Mei
Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
pembimbing 3
April
Persetujuan total skripsi oleh pembimbing
commit to user
30
3.
Mata Pelajaran
Mata pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Matematika Standar Kompetensi menggunakan pengukuran waktu, panjang dan berat dalam pemecahan masalah dan Kompetensi Dasar menggunakan alat ukur waktu dengan satuan jam. perpustakaan.uns.ac.id
4.
Karakteristik Siswa
digilib.uns.ac.id
Siswa kelas IV rata-rata berusia 10 – 13 tahun sehingga sudah mencapai perkembangan intelektual pada tahap operasional. Kemampuan yang dimiliki siswa pun beragam hanya ada 2 siswa yang dapat menangkap materi pelajaran dengan cepat. B. Subjek Penelitian Sebagai Subjek Penelitian adalah siswa yang diteliti adalah siswa kelas IV SDLB Negeri Kebakalan, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, yang berjumlah 6 siswa terdiri dari 2 siswa laki-laki dan 4 siswa perempuan, adapun data siswanya sebagai berikut : N Inisial o Nama 1 AM
Kemampuan Awal A Sudah mampu membaca jam yang menunjukkan waktu tepat. b Masih sulit menghitung lamanya waktu kegiatan dalam satuan jam.
2
DP
A Sudah dapat membaca jam yang menunjukkan waktu tepat. b Belum dapat membaca jam yang berkaitan dengan jarum panjang. c Belum dapat menghitung lamanya waktu kegiatan dalam satuan jam.
3
LW
A Sudah dapat membaca jam yang menunjukkan waktu tepat. b Belum dapat membaca jam yang berkaitan dengan jarum panjang . c Belum dapat menghitung lamanya waktu kegiatan satuan jam.
4
HA
A Belum dapat membaca jam. b Belum dapat menjelaskan arti jarum pendek dan jarum panjang
commit to user
31
pada jam. c Belum dapat menghitung lamanya waktu kegiatan dalam satuan jam. 5
SK
A Belum dapat membaca jam. b Belum dapat menjelaskan arti jarum pendek dan jarum panjang
pada jam. perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c Belum dapat menghitung lamanya waktu kegiatan dalam satuan jam. 6
ZA
A Belum dapat membaca jam. b Belum dapat menjelaskan arti jarum pendek dan jarum panjang pada jam. c Belum dapat menghitung lamanya waktu dalam satuan jam. C. Data Dan Sumber Data
1.
Dokumentasi Dari dokumentasi diperoleh nilai awal kemampuan siswa pada Mata Pelajaran Matematika tentang ukuran waktu dengan satuan jam sebelum dilakukan tindakan.
2.
Tes Setiap dilakukan tindakan pada Siklus I dan Siklus II diadakan tes untuk mengetahui prestasi belajar siswa tentang ukuran waktu dengan satuan jam.
3.
Observasi Dari observasi diperoleh nilai keaktifan siswa dalam proses belajar, baik sebelum dilakukan tindakan maupun pada tindakan Siklus I dan Siklus II. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan
data
penelitiannya.
Menurut
Suharsimi
Arikunto
(1997:
135),”Macam teknik pengumpulan data antara lain : angket, wawancara, pengamatan atau observasi, tes dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah :
commit to user
32
1.
Tes
a. Pengertian Tes Data prestasi belajar siswa tentang ukuran waktu diperlukan tes, agar peneliti dapat mengetahui prestasi belajar yang diperoleh siswa pada siklus I dan II perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id setelah dalam pembelajaran melalui metode permainan. Saefudin Azwar, (2001:2) “Tes adalah sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab dan/atau tugas yang harus dikerjakan”. Menurut Suharsimi Arikunto (2006:138) tes adalah “Serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan , pengetahuan , intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok”. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tes dalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengukur ketrampilan , pengetahuan , intelegensi, kemampuan atau bakat berujud pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa baik secara individu atau kelompok. b. Jenis-Jenis Tes Tes terdiri dari bermacam-macam . Macam-macam tes antara lain sebagai berikut:1)Tes benar salah, 2) Tes pilihan ganda, 3) Tes menjodohkan, 4) Tes isian atau melengkapi, 5)Tes jawaban singkat ( Suharsimi Arikunto 2006:139) c. Tes yang digunakan Dalam penelitian ini digunakan tes tertulis yang bertujuan untuk mengetahui tingkat perkembangan prestasi belajar matematika materi mengenal ukuran waktu dalam kegiatan perbaikan pembelajaran yang dilakukan.Jumlah soal berupa pilihan ganda 20 soal dan isian 5 soal, dengan kriteria penilaian sebagai berikut : 1) Soal pilihan ganda setiap nomor jawaban betul bernilai 10 ( 20 x10 = 200 ) 2) Soal isian setiap nomor jawaban betul bernilai 20 (5 x 20 ) = 100 3) Nilai akhir = Nilai Pulihan ganda + Nilai isian : 3
commit to user
33
2. Observasi / Pengamatan a.
Pengertian Observasi Observasi memiliki beberapa pengertian yang berbeda antara satu dengan
yang lain, yang pada dasarnya memiliki prinsip yang sama. Dari beberapa perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id literatur diperoleh penjelasan sebagai berikut : “Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada subjek penelitian.” (Sugiono,1999 : 121). Pengamatan dan pencatatan ini dilakukan terhadap subjek ditempat terjadi atau berlangsungnya penelitian tindakan kelas, sedangkan menurut Supardi (2008: 127), “ Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data ) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.” Kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa observasi adalah kegiatan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada subjek penelitian untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. b. Jenis – jenis Observasi Observasi ini dilakukan untuk mengamati secara langsung proses dan dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Dalam melakukan observasi proses, menurut Retno Winarni ( 2009 :84-85) ada 4 metode observasi yaitu: a)observasi terbuka, b) observasi terfokus, c) observasi terstruktur, dan d)observasi sistematik. 1) Obsevasi Terbuka Pengamat tidak menggunakan lembar observasi , melainkan hanya menggunakan kertas kosong merekam pelajaran yang diamati. 2) Observasi Terfokus Ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dalam pembelajaran . Misalnya : yang diamati kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi. 3) Observasi Terstruktur
commit to user
34
Observasi menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai , sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda (√) pada tempat yang disediakan. 4) Observasi Sistematik Observasi sistematik lebih rinci dalam kategori yang diamati. Misalnya dalam perpustakaan.uns.ac.id pemberian penguatan, data dikategorikan menjadi penguatan digilib.uns.ac.id verbal dan non verbal. c. Observasi yang digunakan. Dalam penelitian ini menggunakan observasi terstruktur, dimana observasi ini menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda (√ ) pada tempat yang disediakan pada lembar pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika tentang ukuran waktu, alasan digunakan observasi terstruktur adalah untuk mempermudah observer melakukan pengamatan. 3. Dokumentasi “Metode dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku dan teori yang berhubungan dengan masalah penelitian” (Suharman, 1993 : 90). Sedangkan menurut Sutrisno Hadi “Metode dokumentasi adalah metode sekunder yang digunakan dalam pengumpulan
data
dengan
menggunakan
sumber-sumber
keterangan
atau
surat/barang lainnya” (1995:21). Yaitu adalah tahap pengkajian dokumen yang relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan, yaitu instrument RPP, lembar observasi, lembar evaluasi, buku reverensi, LKS serta lembar tes formatif dan lain-kain yang berkaitan dengan penelitian.
commit to user
35
E. Validitas Data Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut Anastasi dalam Surapranata (2004:50) “Validitas adalah suatu tingkatan yang menyatakan bahwa suatu alat ukur telah sesuai dengan apa yang diukur.” Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (2004:111) perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id “Problem validitas meliputi : (1)seberapa jauh alat pengukur dapat mengungkapkan dengan jitu gejala atau bagian-bagian yang hendak diukur, dan (2)seberapa jauh alat pengukur dapat memberikan keterbacaan yang teliti, dapat menunjukan status atau keadaan gejala atau bagian gejala yang diukur dengan sebenarnya.” Untuk mendapatkan validitas data dalam penelitian ini diperoleh melalui: “Trianggulasi data yaitu teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu.” (Sarwiji Suwandi, 2008:69). Adapun teknik trianggulasi yang digunakan adalah trianggulasi data yang dalam penelitian ini diperoleh melalui tes, observasi dan dokumentasi. F. Teknik Analisis Data Analisa data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif : 1.
Hasil
belajar
dianalisis
dengan
analisis
deskriptif
komparatif
yaitu
membandingkan hasil belajar (nilai) antar siklus. 2.
Observasi maupun wawancara dengan analisis deskriptif berdasarkan hasil observasi dan refleksi. G. Indikator Kinerja Peningkatan prestasi belajar Matematika materi Mengenal Ukuran Waktu untuk
siswa kelas IV SDLB Negeri Kebakalan, kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah kriteria ketuntasan. Untuk kriteria ketuntasan yaitu apabila 5 dari 6 siswa memperoleh nilai lebih dari 65.
commit to user
36
H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti yang telah didesain dalam variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan pengembangan dari model perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Kurt Levin . Suharsimi Arikunto (2007: 16) mengemukakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok. Langkah-langkah tindakan kelas tersebut diatas dapat dilustrasikan dalam gambar berikut : Perencanaan
Refleksi
Siklus I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan Refleksi
Siklus II
Pelaksanaan
Pengamatan ? Gambar 3.1. Alur Penelitian Tindakan Kelas(Suharsini Arikunto, 2007: 16)
commit to user
37
Tindakan yang terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukan langkah yaitu : 1. Perencanaan atau planning Menggambarkan secara rinci hal-hal yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan (penyiapan perangkat pembelajaran , sekenario pembelajaran metode perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id permainan , observasi dan evaluasi ) yang dapat dirinci sebagai berikut :
2.
a.
Membuat rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus I.
b.
Menyusun instrument, kisi-kisi dan butir soal pretest siklus I.
c.
Menyusun lembar kerja siswa.
d.
Menyusun lembar observasi keaktifan siswa.
Tindakan atau acting Berisi uraian tahapan-tahapan tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti maupun siswa dalam pembelajaran. Menerapkan tindakan mengacu pada sekenario pembelajaran, meliputi : a.
Mengkondisikan kelas untuk mengikuti proses pembelajaran.
b.
Apersepsi : Peneliti membuka pelajaran dengan pertanyaan : “Siapa yang mandinya paling lama ?”. Peneliti menunjukkan contoh kegiatan yang dilakukan sebentar dan yang lama.
c.
Motivasi : Menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini.
d.
Peneliti menyuruh siswa untuk berdiri di tempat masing-masing kemudian melompat-lompat.
e.
Peneliti menyuruh salah satu siswa untuk berjalan mengelilingi kelas.
f.
Siswa diarahkan untuk menentukan kegiatan apa yang lebih lama dikerjakan.
g.
Peneliti menjelaskan dan memberitahukan bahwa kegiatan sehari-hari dilakukan ada yang sebentar dan ada yang lebih lama.
h.
Peneliti menjelaskan dan memberi contoh kegiatan yang dilakukan lama dan sebentar.
i.
Siswa dengan bimbingan guru mengerjakan latihan soal.
j.
Peneliti memberikan evaluasi akhir.
k.
Peneliti memberikan penguatan kepada siswa.
commit to user
38
l.
Peneliti memberikan pekerjaan rumah secara berkelompok, yaitu siswa diminta mendata sebentar atau lama kegiatan permainan yang biasa mereka lakukan.
3.
Pengamatan atau observing
Dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktifitas guru dan siswa). perpustakaan.uns.ac.id Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang digilib.uns.ac.id telah disiapkan peneliti, sebagai berikut : a.
Pengamatan aktivitas guru meliputi : 1) Menyiapkan RPP 2) Menyediakan materi dan sumber belajar 3) Pengolahan waktu dan penguasaan materi 4) Menanggapi usulan siswa 5) Membuat kesimpulan 6) Melaksanakann evaluasi
b.
Pengamatan aktivitas siswa, meliputi : 1) Memperhatikan penjelasan guru 2) Bertanya pada guru 3) Menjawab pertanyaan guru 4) Mengerjakan LKS
4.
Refleksi atau reflecting Dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa dan hasil observasi. Berdasarkan hasil analisis akan diperoleh kesimpulan bagian fase mana yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan fase mana yang telah memenuhi target. Kualitas proses pembelajaran dinyatakan mengalami peningkatan apabila capaian pada indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sesuai target atau bahkan melebihinya. Model Kurt Lewin yang terdiri dari empat komponen tersebut kemudian dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Kedua ahli ini memandang komponen sebagai langkah dalam siklus, sehingga mereka menyatukan dua komponen yang kedua dan ketiga, yaitu tindakan dan pengamatan sebagai suatu
commit to user
39
kesatuan. Hasil dari pengamatan ini kemudian dijadikan dasar sebagai berikutnya,
yaitu
refleksi
kemudian
disusun
sebuah
langkah
modifikasi
yang
diaktualisasikan dalam bentuk rangkaian tindakan dan pengamatan lagi, begitu seharusnya. perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Nilai pada tabel tersebut diperoleh tes sebelum tindakan dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menentukan waktu dengan satuan jam. Dari tabel tersebut terlihat ada 1 siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditetapkan yaitu ≥ 65, sedangkan 5 siswa masih dibawah KKM. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa pada materi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menentukan waktu dengan satuan jam masih rendah. Nilai Kemampuan Awal pada siswa Kelas IV C SDLB Negeri Kebakalan Semester Genap Tahun Pelajaran 2011-2012 dalam histogram sebagai berikut :
70
80 N I L A I
60
40
40
40
40
30
20
40
0 AM
DP
LW
HA
SK
ZA
SISWA
Gambar 4.1 Grafik kemampuan awal siswa / pratindakan Observasi pada tahap awal juga dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui keaktifan siswa. Dalam tahap Observasi ini peneliti menggunakan Observasi terstruktur dan siap pakai. Adapun hasil Observasi terhadap keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan metode permainan seperti tertuang dalam tabel berikut :
commit to user
42
Tabel 4.2 Hasil Observasi Kondisi Awal / Pratindakan Keaktifan Siswa Nama Siswa
Kondisi Awal
Keterangan
AM
60 %
Aktif
DP
40 %
Kurang Aktif
40 %
Kurang Aktif
HA
50 %
Cukup Aktif
SK
40 %
Kurang Aktif
ZA
40 %
Kurang Aktif
LW perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari hasil Observasi terhadap keaktifan siswa dalam pembelajaran Matematika pada Ukuran Waktu, terdapat 4 siswa tergolong kurang aktif, 1 siswa cukup aktif dan 1 siswa tergolong aktif. Hasil pengamatan keaktifan siswa pada kondisi awal di Kelas IV C SDLB Negeri Kebakalan tahun pelajaran 2011-2012 dapat digambarkan dalam grafik histogram sebagai berikut : 60%
60%
50%
50%
40%
40%
40%
40%
30%
40%
20% 10% 0% AM
DP
LW
HA
SK
ZA
Gambar 4.2 Grafik Tingkat Keaktifan Siswa Kelas IV C SDLB Negeri Kebakalan Tahun Pelajaran 2011-2012 Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menentukan waktu dengan satuan jam dalam kategori yang rendah, hal ini dapat terlihat dari nilai Pre Test atau Nilai Awal yang dilakukan peneliti dari 6 siswa hanya 1 siswa yang mencapai indikator kemampuan awal yang telah ditentukan. Selain itu
commit to user
43
tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran cenderung kurang aktif, untuk itu peneliti berusaha untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika khususnya pada materi menentukan Ukuran Waktu dengan satuan jam menggunakan Metode Permainan. perpustakaan.uns.ac.id B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus 1.
digilib.uns.ac.id
Deskripsi Siklus I Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu : (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan Tindakan, (3) Observasi, dan 4) Refleksi. a. Perencanaan Tindakan Kegiatan perencanaan diawali dengan diskusi peneliti dengan guru Kelas IV C SDLB Negeri Kebakalan. Dari hasil identifikasi dan penetapan masalah, peneliti kemudian mengajukan solusi atas masalah yang dihadapi guru pada mata pelajaran Matematika khsususnya pada materi menentukan waktu dengan satuan jam. Alternatif ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika khususnya materi menentukan waktu dengan satuan jam, yaitu dengan menggunakan Metode Permainan. Tahap Perencanaan Tindakan Siklus I meliputi tahap-tahap sebagai berikut : 1. Peneliti dan guru menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan kisi-kisi soal. 2. Peneliti mempersiapkan alat peraga berupa jam mainan dan jam dinding. 3.
Peneliti
menyiapkan
tempat
atau
ruang
belajar.
Kemudian
menyepakati skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan pada tahap tindakan I. a) Langkah-langkah (skenario) pada pertemuan I : 1) Peneliti mengkondisikan siswa agar siap menerima pembelajaran. 2) Peneliti melakukan kegiatan apersepsi dengan menyuruh semua siswa untuk berdiri di tempat masing-masing, kemudian melompat dan menyuruh satu siswa untuk belajar mengelilingi kelas.
commit to user
44
3) Peneliti menyuruh siswa untuk menentukan kegiatan yang dilakukan dalam waktu lama pada dua kegiatan tersebut. 4) Peneliti meminta siswa untuk mengamati jam dinding. 5) Peneliti mengajukan pertanyaan untuk menggali pengetahuan siswa. 6) Peneliti menjelaskan cara membaca jam. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7) Peneliti menyuruh siswa untuk mengatur letak jarum jam sesuai waktu yang telah ditentukan. 8) Peneliti menyuruh siswa untuk mengerjakan soal. b) Langkah-langkah (skenario) pertemuan II : 1) Peneliti menyiapkan sarana bermain puzzel, jam dinding dan lembar tugas siswa. 2) Peneliti membagi siswa menjadi dua kelompok. 3) Peneliti menjelaskan langkah-langkah kegiatan. 4) Peneliti memantau dan membimbing kegiatan siswa. 5) Peneliti menyuruh setiap kelompok untuk membacakan hasil kerja kelompoknya. 6) Peneliti dan anggota kelompok lain memberi komentar terhadap hasil kerja kelompok yang dibacakan. 7) Peneliti membagikan lembar soal. b. Tahapan Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan Tindakan Siklus I terdiri dari dua pertemuan yaitu pada hari Rabu 14 Maret 2012 dan hari Kamis 15 Maret 2012 selama dua jam pelajaran (2 x 30 menit). Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru, untuk mengamati proses pembelajaran peneliti dibantu oleh dua orang observer. Tahap pelaksanaan ini dilakukan tindakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. 1) Pertemuan Pertama Pelaksanaan pertemuan pertama pada hari Rabu 14 Maret 2012. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan materi menentukan waktu dengan satuan
commit to user
45
jam. Pada pertemuan pertama ini peneliti belum menggunakan Metode Permainan. Adapun langkah-langkah pembelajaran Siklus I adalah sebagai berikut : a) Peneliti mengkondisikan siswa agar siap menerima pembelajaran. b) Peneliti melakukan kegiatan apersepsi dengan menyuruh semua siswa perpustakaan.uns.ac.id untuk berdiri di tempat masing-masing kemudian digilib.uns.ac.id melompat dan menyuruh satu siswa untuk berjalan mengelilingi kelas. c)
Peneliti menyuruh siswa untuk menentukan kegiatan yang dilakukan dalam waktu lama pada dua kegiatan tersebut.
d) Peneliti meminta siswa untuk mengamati jam dinding. e)
Peneliti mengajukan pertanyaan untuk menggali pengetahuan siswa.
f)
Peneliti menjelaskan cara membaca jam.
g) Peneliti menyuruh siswa untuk mengatur letak jarum jam sesuai waktu yang telah ditentukan. h) Peneliti menyuruh siswa untuk mengerjakan soal. 2) Pertemuan Ke Dua Pertemuan ke dua dilaksanakan pada hari 15 Maret 2012. Pertemuan ini merupakan lanjutan dari pertemuan pertama. Fokus dalam pertemuan ini adalah membaca jam, menuliskan tanda waktu dan menghitung lamanya kegiatan
bermainan
memasang
puzzel.
Adapun
langkah-langkah
pembelajaran pada pertemuan kedua ini adalah sebagai berikut : a)
Peneliti menyiapkan sarana bermain puzzel, jam dinding dan lembar tugas siswa.
b) Peneliti membagi siswa menjadi dua kelompok. c)
Peneliti menjelaskan langkah-langkah kegiatan.
d) Peneliti memantau dan membimbing kegiatan siswa. e)
Peneliti menyuruh setiap kelompok untuk membacakan hasil kerja kelompoknya.
commit to user
46
f)
Peneliti dan anggota kelompok lain memberi komentar terhadap hasil kerja kelompok yang dibacakan.
g) Peneliti membagikan lembar soal. h) Peneliti bersama siswa mengoreksi jawaban siswa. Adapun hasil tes matematika pada materi Ukuran Waktu dengan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id satuan jam pada Siklus I menunjukan bahwa siswa mengalami peningkatan, hal ini dapat terlihat dari 6 siswa,
yang termasuk dalam kategori tuntas
sebanyak 4 siswa. Sedangkan 2 siswa masih belum tuntas. Prestasi belajar siswa pada Siklus I tertuang pada tabel dibawah ini. Tabel 4.3 Hasil Tes Siklus I Nama Siswa
Nilai Siklus I
AM DP LW HA SK ZA
80 70 70 60 60 70
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Tuntas Tuntas Tuntas Belum Tuntas Belum Tuntas Tuntas
Prestasi belajar Matematika pada materi Ukuran Waktu dengan satuan jam Siklus I pada siswa tunagrahita kelas IV SDLB Negeri Kebakalan tahun pelajaran 2011-2012 dapat digambarkan dalam grafik histogram sebagai berikut :
commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.3 Grafik Prestasi Belajar Siklus I Pada pelaksanaan Siklus I ini selain penilaian prestasi siswa terhadap materi menentukan Ukuran Waktu dengan satuan jam juga mencatat keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran oleh observer pada lembar observasi yang telah disediakan. c. Tahap Observasi Tahap Observasi Siklus I dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, pada saat pembelajaran Matematika pada materi Ukuran Waktu dengan satuan jam. Berdasarkan hasil pengamatan pada proses pembelajaran diperoleh gambaran tentang prestasi belajar Matematika tentang Ukuran Waktu dan keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran, yaitu sebagai berikut : 1) Observasi Keaktifan Siswa a)
Siswa yang tergolong dalam kategori aktif berjumlah 3 siswa, yang
diketahui
memiliki
antusiasme,
commit to user
partisipasi,
keberanian
48
menjawab pertanyaan, keberanian mengajukan pertanyaan dan memiliki kemandirian dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. b) Siswa yang termasuk dalam kategori cukup aktif berjumlah 3 siswa. Yang masih perlu ditingkatkan beberapa aspek keaktifannya. c) Berdasarkan hasil tes diketahui prestasi belajar matematika pada perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id materi Ukuran Waktu dengan satuan jam meningkat. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa. Sebanyak 4 siswa mendapatkan nilai ≥ 70, sedangkan sebanyak 2 siswa mendapat nilai < 70. Hal ini disebabkan karena siswa belum paham sepenuhnya terhadap Ukuran Waktu dengan satuan jam. 2) Observasi Terhadap Guru/ Peneliti a) Pada proses pembelajaran kesiapan peneliti yaitu menyiapkan RPP, alat dan media pembelajaran sudah cukup baik, namun pada pembagian alat peraga belum semua siswa mendapat alat peraga. b) Pada saat membuka pelajaran kegiatan apersepsi sudah sesuai dengan materi ajar. c) Pada kegiatan inti secara garis besar sudah cukup baik. d) Dalam menutup pelajaran pada kesimpulan materi sudah sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. Hanya saja belum nampak pada kegiatan refleksi yang melibatkan siswa. Berdasarkan
Observasi
pada
pelaksanaan
tindakan
Siklus
I
dibandingkan dengan Nilai Awal melalui pengamatan terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran Matematika pada materi Ukuran Waktu dengan satuan jam melalui lembar Observasi di peroleh hasil sebagai berikut :
commit to user
49
Tabel 4.4 Hasil Observasi Tingkat Keaktifan Siswa Siklus I Nama Siswa AM DP LW perpustakaan.uns.ac.id NA SK ZA
Siklus I 70 % 50 % 70 % 70 % 50 % 50 %
Keterangan Aktif Cukup aktif Aktif digilib.uns.ac.id Aktif Cukup aktif Cukup aktif
Pada tabel 3.5 diatas, menunjukkan bahwa siswa dengan kategori aktif pada pelaksanaan tindakan Siklus I sebanyak 3 siswa dari jumlah keseluruhan 6 siswa, sedangkan 3 siswa dalam kategori cukup aktif. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan keaktifan siswa jika dibandingkan dengan kondisi awal yang hanya 1 siswa yang termasuk kategori aktif dan 1 siswa yang termasuk kategori cukup aktif sedangkan 4 siswa tergolong kurang aktif. Keaktifan siswa tunagrahita ringan kelas IV SDLB Negeri Kebakalan Mandiraja Banjarnegara tahun pelajaran 2011/ 2012 pada Siklus I selama pembelajaran Matematika pada materi menentukan waktu dengan Metode Permainan pada Siklus I dapat digambarkan dalam grafik histogram sebagai berikut :
commit to user
50
70%
70% 60%
70%
70%
50%
50%
50%
50%
40% 30% perpustakaan.uns.ac.id 20% 10% 0% AM
digilib.uns.ac.id
Kondisi Siklus I
DP
LW
HA
SK
ZA
Gambar 4.4 Grafik Tingkat Keaktifan Siswa pada Siklus I. Ada beberapa kelemahan yang mengakibatkan kurang berhasilnya pembelajaran. Kelemahan-kelemahan ini diantaranya adalah : 1. Penerapan Metode Permainan dalam proses pembelajaran Matematika perlu direncanakan secara matang dan perlu dijelaskan pada siswa langkahlangkah kerjanya, sehingga siswa tidak hanya aktif bermain. 2. Siswa masih kurang memahami terhadap cara membaca jam maupun cara menuliskan tanda waktu dengan satuan jam. 3. Penjelasan peneliti tentang Ukuran Waktu dengan satuan jam terlalu cepat, sehingga ada siswa yang tidak dapat merespon penjelasan peneliti. d. Tahap Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar Matematika pada materi Ukuran Waktu dengan satuan jam dengan Metode Permainan dapat direfleksikan sebagai berikut : 1) Dari 6 siswa terdapat 3 siswa termasuk kategori aktif dan 3 siswa termasuk kategotri cukup aktif. 2) Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi Ukuran Waktu dengan satuan jam mengalami kenaikan, yaitu dari 1
commit to user
51
siswa yang mencapai KKM menjadi 4 siswa dari 6 siswa yang mencapai KKM. 3) Kemampuan guru dalam menjelaskan dan mengelola kelas termasuk kategori baik. 4) Peneliti harus melakukan perbaikan dalam mengajar, yaitu penggunaan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Metode Permainan yang variatif dan menyampaikan langkah-langkah kerja secara jelas, supaya semua siswa aktif dan prestasi belajarnya meningkat terutama pada mata pelajaran Matematika pada Ukuran Waktu dengan satuan jam. Berdasarkan hasil tes Matematika pada materi Ukuran Waktu dengan satuan jam melalui Metode Permainan pada siklus I, siswa yang mencapai ketuntasan minimal ada 4 siswa dari 6 siswa, sedangkan siswa yang aktif ada 3 siswa dari keseluruhan 6 siswa. Jadi, jika ditinjau dari indikator yang telah ditetapkan, maka pada siklus I ini belum semua siswa berhasil mencapai indikator, oleh karena itu perlu diadakan siklus II. 2.
Deskripsi Siklus II a. Tahap Perencanaan Tindakan Siklus II merupakan kelanjutan dari Siklus I yang akan dilaksanakan dalam 2 pertemuan selama 60 menit (2 x 30 menit) setiap pertemuannya. Berdasarkan refleksi Siklus I, diharapkan segala kekurangan dapat dihindari dalam pelaksanaan Siklus II ini. Adapun kegiatan perencanaan pada Siklus II mencakup langkah-langkah sebagai berikut : 1) Peneliti menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). 2) Peneliti mempersiapkan alat peraga yaitu jam tiruan dan jam dinding. 3) Peneliti menyiapkan lembar tugas siswa. 4) Peneliti dan guru menyepakati scenario pembelajaran yang akan dilaksanakan pada tahap tindakan Siklus II. a) Langkah-langkah (skenario) pembelajaran pada tindakan Siklus II pertemuan pertama :
commit to user
52
(1) Peneliti mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran. (2) Peneliti bertanya pada siswa, bangun pagi pukul berapa, masuk sekolah pukul berapa ?, siswa diminta mengatur letak arum jam sesuai waktu bangun pagi dan waktu masuk sekolah. (3) Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran pada siswa. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (4) Peneliti menjelaskan materi Ukuran Waktu dengan satuan jam. (5) Peneliti mengajak siswa ke ruang bermain. (6) Peneliti menyuruh siswa berpasangan untuk bermain dakon. Siswa mencatat waktu mulai bermain dan waktu selesai bermain, kemudian menghitung lamanya waktu bermain dakon. (7) Peneliti memberikan soal tertulis pada siswa. b) Langkah-langkah (skenario) tindakan Siklus II pertemuan ke dua : (1) Peneliti membagikan lembar soal. (2) Peneliti dan siswa mengoreksi hasil jawaban siswa. (3) Siswa mengerjakan soal tes tertulis. (4) Peneliti mengomentari jawaban siswa yang salah dan menawarkan pada siswa yang dapat membenarkan jawaban siswa yang salah. (5) Peneliti memberi kesimpulan pada materi yang telah dipelajari. (6) Peneliti memberi tugas untuk dikerjakan di rumah. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan Siklus II terdiri dari dua pertemuan yaitu pada hari Rabu 21 Maret 2012 dan hari Kamis 22 Maret 2012. Selama dua jam pelajaran (2 x 30 menit). Dalam tahap ini dilakukan tindakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. 1) Pertemuan Pertama Pelaksanaan pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2012. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan materi Ukuran Waktu dengan satuan jam
commit to user
53
menggunakan Metode Permainan. Peneliti bertindak sebagai guru, untuk mengamati kegiatan pembelajaran peneliti dibantu dua orang observer. Adapun langakah-langkah pembelajaran pada Siklus II adalah sebagai berikut : a) Peneliti menyiapkan sarana bermain puzzel, jam dinding dan lembar perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tugas siswa. b) Peneliti membagi siswa menjadi dua kelompok. c) Peneliti menjelaskan langkah-langkah kegiatan. d) Peneliti memantau dan membimbing kegiatan siswa. e) Peneliti menyuruh setiap kelompok untuk membacakan hasil kerja kelompoknya. f) Peneliti dan anggota kelompok lain memberi komentar terhadap hasil kerja kelompok yang dibacakan. g) Peneliti membagikan lembar soal. h) Peneliti bersama siswa mengoreksi jawaban siswa. 2) Pertemuan Ke Dua Pertemuan kedua dilakukan pada hari Jum’at 22 Maret 2012. Pertemuan ini merupakan lanjutan dari pertemuan pertama. Fokus dalam pertemuan ini adalah membaca jam, menuliskan tanda waktu dan menghitung lamanya suatu kegiatan. Sesuai dengan rencana pada skenario pembelajaran yang telah dibuat, awalnya peneliti membagikan lembar soal, siswa mengerjakan soal, kemudian peneliti bersama siswa mengoreksi jawaban siswa. Peneliti mengomentari
jawaban
siswa
yang
salah,
lalu
bersama
siswa
menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan terakhir memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah. Adapun hasil tes matematika pada materi ukuran waktu dengan satuan jam pada siklus II adalah sebagai berikut :
commit to user
54
Tabel 4.5 Hasil Tes Matematika materi Ukuran Waktu Siklus II. Nama Siswa AM DP LW HA perpustakaan.uns.ac.id SK ZA Prosentase Tuntas
Nilai Siklus II 90 80 80 80 70 80 100 %
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas digilib.uns.ac.id Tuntas Tuntas
Prestasi belajar Matematika tentang Ukuran Waktu dengan Metode Permainan Siklus II pada siswa tunagrahita ringan kelas IV SDLB Negeri Kebakalan Mandiraja Banjarnegara tahun pelajaran 2011/2012 dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut :
Gambar 4.5 Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Siklus II Pada grafik diatas menunjukan bahwa semua siswa (6 siswa)sudah dapat mencapai indikator yang telah ditentukan, dengan demikian semua siswa sudah mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu siswa mencapai nilai ≥ 65.
commit to user
55
c. Tahap Observasi Tahap Observasi Siklus II dilaksanakan bersamaan pelaksanaan tindakan yaitu 21 dan 22 Maret 2012 pada saat pembelajaran Matematika pada materi Ukuran Waktu dengan satuan jam. Berdasarkan hasil pengamatan pada proses pembelajaran diperoleh gambaran tentang prestasi belajar Matematika perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pada materi Ukuran Waktu dengan satuan jam dan keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran dengan Metode Permainan, yaitu sebagai berikut : 1) Observasi Terhadap Keaktifan Siswa a) Semua siswa yaitu 6 siswa termasuk dalam kategori aktif, mereka memiliki antusiame, partisipasi, keberanian bertanya, keberanian menjawab pertanyaan dan memiliki kemandirian dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. b) Berdasarkan hasil tes dapat diketahui bahwa prestasi belajar Matematika pada materi Ukuran Waktu dengan satuan jam meningkat. Sebanyak 6 siswa atau keseluruhan dari jumlah siswa sudah mendapat nilai > 65. Hasil tes mata pelajaran Matematika pada materi Ukuran Waktu dengan satuan jam yang menggunakan Metode Permainan pada Siklus II menunjukan peningkatan bahwa seluruh siswa termasuk dalam kategori tuntas atau sebesar 100 %. Jika ditinjau dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Jadi dapat disimpulkan pada pelaksanaan Siklus II ini, terjadi peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika pada materi Ukuran Waktu terjadi peningkatan dari Siklus I yaitu dari 4 siswa yang mencapai KKM menjadi 6 siswa yang mencapai KKM. 2) Observasi Terhadap Guru/ Peneliti a) Pada proses pra pembelajaran kesiapan peneliti sudah baik, semua siswa sudah mendapatkan alat peraga (jam tiruan). b) Pada kegiatan apersepsi sudah cukup baik, sudah sesuai dengan materi ajar.
commit to user
56
c) Dalam menutup pelajaran, peneliti sudah berusaha melibatkan siswa dalam merangkum indikator yang telah ditetapkan. Berdasarkan Observasi pada pelaksanaan tindakan Siklus II melalui pengamatan terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran Matematika melalui lembar Observasi diperoleh hasil sebagai berikut : perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 4.6 Hasil Observasi Tingkat Keaktifan Siswa Siklus II Nama Siswa
Siklus II
Keterangan
AM DP LW HA SK ZA
80 % 70 % 70 % 70 % 70 % 70 %
Sangat aktif Aktif Aktif Aktif Aktif Aktif
Keaktifan siswa selama pembelajaran Matematika pada materi Ukuran Waktu dengan satuan jam dengan Metode Permainan pada Siklus II dibandingkan dengan Siklus I pada siswa tunagrahita kelas IV SDLB Negeri Kebakalan Mandiraja Banjarnegara tahun 2011/ 2012 dapat digambarkan dalam grafik histogram sebagai berikut :
80% 80% 78% 76% 74% 72% 70% 68% 66% 64%
70%
AM
DP
70%
LW
70%
HA
70%
SK
70%
ZA
Gambar 4.6 Grafik Peningkatan Keaktifan Belajar Siklus II
commit to user
57
d. Tahap Refleksi Data selama proses pembelajaran Matematika pada materi Ukuran Waktu dengan satuan jam dengan Metode Permainan digunakan sebagai masukan dasar dalam melakukan tindakan pada pertemuan selanjutnya, setiap pertemuan dari masing-masing Siklus diadakan evaluasi atau tes untuk perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mengetahui sejauh mana peningkatan prestasi belajar siswa. Pada pembelajran Siklus I terdapat kelemahan atau kekurangan yang dapat diatasi pada Siklus II. Berdasarkan refleksi tersebut, prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika khususnya pada materi Ukuran Waktu dengan satuan jam dengan Metode Permainan menunjukkan adanya peningkatan yang diharapkan yaitu 6 siswa atau seluruh siswa mencapai indikator yang telah ditetapkan. Dengan demikian seluruh siswa telah tuntas atau telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu ≥ 65. C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus Perbandingan hasil tindakan apabila dilihat mulai dari nilai awal sampai tindak lanjut pada Siklus I dan Siklus, yang diperoleh peneliti seperti pada tabel berikut : Tabel 4.7 Peningkatan Nilai Tes Matematika tentang Ukuran Waktu Tiap Siklus Nama Siswa
Kemampuan Awal
Siklus I
Siklus II
AM
70
80
90
DP
40
70
80
LW
40
70
80
HA
30
60
80
SK
40
60
70
ZA
40
70
80
% Tuntas % peningkatan
16,6 %
66,6 % 50 %
100 % 33,4 %
commit to user
Keterangan Meningkat dan tuntas Meningkat dan tuntas Meningkat dan tuntas Meningkat dan tuntas Meningkat dan tuntas Meningkat dan tuntas
58
Data pada tabel diatas merupakan rekapitulasi hasil tes mulai dari nilai awal atau kemampuan awal siswa, Siklus I dan II. Pada tabel tersebut terlihat adanya peningkatan sejak diadakan Siklus I dan II. Dari hasil nilai tes awal yang digunakan sebagai acuan dalam penentuan kemampuan awal, terlihat bahwa baru ada 1 siswa dari 6 siswa yang mencapai ketuntasan. Pada hasil tes Siklus I perpustakaan.uns.ac.id prestasi belajar siswa meningkat menjadi 4 siswa dari 6 siswa digilib.uns.ac.id yang mencapai ketuntasan. Pada hasil tes Siklus II semua siswa yaitu 6 siswa prestasi belajarnya meningkat dan mencapai ketuntasan. Peningkatan prestasi belajar Matematika tentang Ukuran Waktu melalui Metode Permainan pada anak tunagrahita ringan kelas IV SDLB Negeri Kebakalan Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara tahun pelajaran 2011/ 2012 dapat digambarkan dalam grafik histogram sebagai berikut :
100,0%
100,0% 80,0%
66,6%
60,0% 40,0% 20,0%
16,6%
0,0% Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Prosentase Hasil Tes Matematika dan Nilai Awal sampai Sikus II. Peningkatan prestasi belajar Matematika tentang Ukuran Waktu apabila dilihat dari peningkatan nilai masing-masing siswa dapat digambarkan dalam grafik histogram sebagai berikut :
commit to user
59
90 80
100 NIL AI
70
70
80
80
80
80 60
60
40
40
40 30
perpustakaan.uns.ac.id 20
80
70
70
70
60 40
40 digilib.uns.ac.id
0 AM
DP
LW
HA
SK
ZA
NAM A
Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Nilai Tes Matematika tentang Ukuran Waktu dari Kondisi Awal sampai Skilus. Peningkatan keaktifan siswa tunagrahita saat pembelajaran Matematika tentang Ukuran Waktu melalui Metode Permainan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.8 Peningkatan Keaktifan Siswa tunagrahita ringan kelas IV SDLB Negeri Kebakalan Mandiraja Banjarnegara tahun pelajaran 2011/ 2012. Nama
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Keterangan
AM DP LW HA SK ZA
60 % 40 % 40% 50 % 40 % 40 %
70 % 50 % 70 % 70 % 50 % 50 %
80 % 70 % 70 % 70 % 70 % 70 %
Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat Meningkat
Tabel diatas merupakan rekapitulasi Observasi keaktifan siswa saat pemebelajaran Matematika tentang Ukuran Waktu dari Kondisi Awal Siswa, Siklus I dan Siklus II.
commit to user
40
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pratindakan Penelitian ini dilaksanakan di SDLB Negeri Kebakalan Semester Genap tahun perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pelajaran 2011-2012. Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus yang masingmasing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Observasi, (4) Refleksi. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2012 dan 15 Maret 2012. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2012 dan 22 Maret 2012. Hasil Tes Awal dan Observasi menunjukan kondisi siswa pada mata pelajaran Matematika khususnya pada Kompetensi Dasar Menentukan Waktu dengan satuan jam tergolong rendah, yaitu hanya 1 dari 6 siswa yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu ≥ 65. Selain itu, metode yang digunakan guru masih didominasi oleh metode ceramah. Hal ini terlihat pada saat pembelajaran Matematika pada materi ukuran waktu dengan satuan jam, guru hanya menerangkan dan menggambar jam di papan tulis, kemudian siswa mencatat dan mengerjakan soal. Berikut nilai kondisi awal dan Observasi terhadap kemampuan siswa pada materi menentukan waktu dengan satuan jam. Tabel 4.1. Nilai kondisi awal tentang ukuran waktu dengan satuan jam No 1
NAMA DAN NILAI DP LW NA SK
ZA
20
10
10
-
10
10
20
20
20
20
20
10
10
-
-
-
-
10
10
10
10
10
10
10
Menghitung lamanya waktu
10
-
-
-
-
-
Jumlah Nilai
70
40
40
30
40
40
Indikator Kemampuan Awal Menjelaskan arti jarum panjang dan jarum pendek.
2 3 4 5
Membaca jam waktu tepat Membaca jam yang menunjukan waktu perempatan Membaca jam yang menunjukan waktu setengahan
AM
commit to user
60
D. Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan hasil penelitian ini akan menjabarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian berdasarkan perumusan masalah dan deskripsi hasil pengamatan. Pembahasan hasil penelitian tersebut adalah : upaya meningkatkan prestasi belajar matematika tentang mengenal Ukuran Waktu melalui Metode perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Permainan pada anak tunagrahita ringan kelas IV SDLB Negeri Kebakalan Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara tahun pelajaran 2011/ 2012. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahapan, yaitu (1) Tahap Perencanaan Tindakan, (2) Tahap Pelaksanaan Tindakan, (3) Tahap Observasi dan (4) Tahap Refleksi. Berdasarkan hasil evaluasi penilaian terhadap siswa pada Siklus I masih menunjukan hasil yang kurang memuaskan yaitu baru 4 siswa dari 6 siwa yang tergolong mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu ≥ 65. Kurang berhasilnya pembelajaran pada siklus satu disebabkan oleh: 1. Penjelasan peneliti tentang materi ukuran waktu dengan satuan jam terlalu cepat sehingga sebagaian siswa belum dapat merespon penjelasan peneliti. 2. Belum semua siswa mendapat alat peraga berupa jam tiruan sehingga siswa yang tidak mendapat jam tiruan terlihat pasif. 3. Siswa masih focus terhadap permainan dan belum memahami tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Kekurangan pada Siklus I dapat diperbaiki pada Siklus II. Usaha peneliti untuk memperbaiki tindakan pada siklus I yaitu: 1. Peneliti dalam menyampaikan materi tentang ukuran waktu dengan satuan jam secara jelas, singkat dan tidak terlalu cepat. 2. Semua siswa mendapat alat peraga jam tiruan, sehingga semua siswa aktif mencoba mengatur letak jarum jam dan menanyakannya pada teman maupun guru/ peneliti. 3. Sebelum siswa melakukan permainan siswa sudah memahami tujuan pembelajaran yang harus dicapai sehingga anak tidak hanya aktif bermain.
commit to user
61
4. Suasana pembelajaran dengan menggunakan metode permainan dapat menarik minat siswa, memotifasi siswa, menyenangkan siswa dan menghilangkan kejenuan siswa, sehingga siswa dapat mengoptimalkan prestasi belajarnya. Hasil penilaian pada Siklus II menunjukan peningkatan semua siswa yaitu perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6 siswa dapat mencapai indikator yang telah ditentukan sehingga semua siswa berhasil mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu > 65. Dengan demikian pada siklus II menunjukkan bahwa prestasi belajar Matematika tentang Ukuran Waktu melalui Metode Permainan siswa tunagrahita ringan kelas IV SDLB Negeri Kebakalan Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara tahun pelajaran 2011/ 2012 mengalami peningkatan. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian diatas maka dapat peneliti kemukakan bahwa : Menurut teori Connectionism atau bond hypothesis, belajar merupakan pembentukan atau penguatan hubungan antara stimulus (S) dan Respon (S), makin kuat hubungan itu, makin gairah siswa belajar. Salah satu hal yang menyebabkan seseorang giat belajar adalah disertai perasaan senang. Teori ini mengatakan bahwa hubungan S – R akan bertambah erat bila disertai perasaan senang atau puas dan sebaliknya hubungan itu berkurang eratnya atau lenyap bila disertai perasaan kecewa (Mansyur, 1995 : 96). Oleh karena itu, suasana belajar mengajar hendaknya dapat diciptakan dengan penuh kegembiraan dan menyenangkan. Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Metode Permainan memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa tentang Ukuran Waktu. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari Siklus I dan Siklus II yaitu masing-masing 66 % dan 100 %). Pada Siklus II ketuntasan belajar secara klasikal telah tercapai.
commit to user
62
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan selama dua siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat perpustakaan.uns.ac.id disimpulkan bahwa melalui Metode permainan dapat meningkatkan digilib.uns.ac.id prestasi belajar Matematika tentang Ukuran Waktu pada anak Tunagrahita ringan kelas IV SDLB Negeri Kebakalan Mandiraja Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011-2012. B. Implikasi Hasil yang diperoleh dari penelitian ini berupa temuan yang di rumuskan dalam simpulan diatas. Dari simpulan tersebut memberikan implikasi agar prestasi belajar matematika tentang ukuran waktu pada siswa tuna grahita ringan kelas empat meningkat maka guru bisa menggunakan metode permainan dalam kegiatan belajar mengajar pada bidang studi matematika. C. Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar mata pelajaran Matematika terutama tentang meningkatkan prestasi belajar Matematika tentang Ukuran Waktu pada anak Tunagrahita ringan
lebih
efektif dan memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut : 1. Untuk sekolah hasil dari penelitian ini hendaknya ditindaklanjuti dan didesiminasikan dengan teman seprofesi dalam kegiatan KKG atau PKG, selain itu hasil dari penelitian ini akan diujicobakan lagi pada mata pelajaran lain. 2. Untuk teman sejawat dapat melaksanakan pembelajaran bidang studi matematika pada materi ukuran waktu dengan menggunakan metode permainan yang disiapkan secara matang sehingga diperoleh prestasi belajar siswa yang optimal.
commit to user
63
3. Untuk siswa agar lebih fokus dalam pelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika tentang Ukuran Waktu pada anak Tunagrahita ringan dan pada gilirannya hasil yang diperoleh lebih maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user