HUBUNGAN KEMAMPUAN KONTROL DIRI (LOCUS OF CONTROL) DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
S
E K I T
D
N JE
Disusun Oleh :
URAY CHANDRA DWIZA NPM : 3208139
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA 2012
A
T AR
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
ii
A
T AR
INTISARI Latar Belakang: Motivasi belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor kepribadian. Teori-teori yang ada menjelaskan bahwa locus of control merupakan salah satu faktor kepribadian yang dapat mempengaruhi motivasi seseorang, namun penelitian ilmiah tentang hal ini masih belum banyak dilakukan. Motivasi belajar sangat penting dalam proses pembelajaran karena merupakan salah satu faktor yang menentukan pembelajaran yang efektif. Rendahnya motivasi belajar merupakan masalah dalam belajar yang akan memberikan dampak bagi ketercapaian hasil belajar, hal ini dituding sebagai biang penyebab dari rendahnya kualitas lulusan sebuah perguruan tinggi. Tujuan Penelitian: Diketahuinya gambaran locus of control, motivasi belajar, dan hubungan antara locus of control dengan motivasi belajar mahasiswa PSIK STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Tahun 2012. Metode Penelitian: Rancangan penelitian ini adalah cross sectional, menggunakan metode kuantitatif dan bersifat deskriptif korelasi. Jumlah sampel yang digunakan adalah 92 responden. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan Chi-square dengan tingkat kemaknaan p<0,05 serta penentuan keeratan hubungan antar variabel menggunakan coefficient contingency. Hasil: Sebagian besar responden memiliki locus of control internal, 47 orang (51,1%) dan motivasi belajar tinggi, 44 orang (47,8%), serta ada hubungan yang signifikan antara locus of control dengan motivasi belajar mahasiswa, dengan nilai p-value = 0,000 dengan tingkat keeratan sedang (Coeff.Cont. = 0,484). Kesimpulan: Mahasiswa PSIK STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta sebagian besar memiliki locus of control internal dengan motivasis belajar yang tinggi, dan terbukti secara statistik ada hubungan yang signifikan antara locus of control dengan motivasi belajar.
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
D
N JE
S E K Kata Kunci: I Locus of control, motivasi belajar mahasiswa ST
iii
A
T AR
ABSTRACT Background: Learning motivation of person can be influenced by personality factors. Several theories explain that locus of control is one of personality factor that affects a person’s motivation, but scientific research on this issue is still not widely applied. Motivation to learn is very important in the learning process because it is one of the factors that determine effective learning. Less motivation to learn is a matter of learning which gives effect to the achievement of learning outcomes, it is blamed as the source of the cause of the poor quality of a college. Objectives: Knowledgeable overview of locus of control, motivation to learn, and the relationship between locus of control with students learning motivation in nursing department in STIKES A. Yani Yogyakarta. Method : The design of this study was cross sectional, using quantitative and descriptive methods of correlation. Number of samples were 92 respondents. Data analysis was the analysis of univariate and bivariate analysis using Chisquare with significance level of p <0.05 as well as determining the closeness of the relationship between variables using contingency coefficient. Result: Most of the respondents have internal locus of control, 47 individuals (51.1%) and high motivation to study, 44 individuals (47.8%), and significant relationship between locus of control with student motivation, with the p-value = 0.000 with a level of closeness is moderate (Coeff.Cont. = 0.484). Conclusion: Students of nursing department in STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta most have an internal locus of control with a high motivation to learn, and there has been proved to be statistically significant relationship between locus of control with the motivation to learn.
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
D
N JE
Keywords : Locus of control, student learning motivation
S
E K I T
S
iv
A
T AR
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya tulis yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, Juli 2012
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
v
A
T AR
Uray Chandra Dwiza
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kemudahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : Hubungan Kemampuan Kontrol Diri (Locus of Control) dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta. Skripsi ini telah dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan bantuan berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih dengan setulus-tulusnya kepada : 1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam penyelesaian proposal karya tulis ilmiah ini. 2. dr. I. Edy Purwoko, Sp. B Selaku Ketua STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta 3. Dwi Susanti, S.Kep., Ns. Selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk melaksanakan studi khususnya dalam pembuatan usulan penelitian ini. 4. Wenny Savitri, S.Kep.,Ns.,MNS, selaku dewan penguji, terimakasih atas semua masukan, kritik dan saran yang sangat membangun demi kesempurnaan usulan penelitian ini. 5. Sutejo, S.Kep.,Ns, M.Kep, Sp.Jiwa, Selaku dosen pembimbing I, terimakasih atas semua bimbingan, waktu dan ilmu yang sudah bapak berikan kepada saya. Tidak lupa juga terimakasih saya ucapkan untuk kesabaran bapak dalam membimbing saya selama ini. 6. Fajriyati Nur Azizah, S.Kep., Ns. Selaku dosen Pembimbing II, terima kasih atas semua bimbingan, waktu dan ilmu yang sudah ibu berikan kepada saya. Tidak lupa juga terimakasih saya ucapkan untuk kesabaran ibu dalam membimbing saya selama ini. 7. Seluruh Civitas Akademik STIKES Jenderal A.Yani Yogyakarta. 8. Orang tua, dan seluruh keluarga penulis yang telah memberikan doa, motivasi dan kasih sayang. 9. Seluruh teman-teman penulis yang telah memberikan dorongan dan semangat. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan dan perbaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, juga semua pihak yang membacanya khususnya dalam menambah wawasan ilmu kesehatan jiwa dan keperawatan jiwa . Amin Wassalamualaikum Wr.Wb. Yogyakarta, 25 Juli 2012
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
Penulis
viii
A
T AR
DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ INTISARI ....................................................................................................................... ABSTRACT.................................................................................................................... PERNYATAAN ............................................................................................................. HALAMAN MOTTO .................................................................................................... HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................................... KATA PENGANTAR ...................................................................................................
i ii iii iv v vi vii viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................... DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................
ix xi xii xiii
BAB
I
Latar Belakang ........................................................................... Rumusan Masalah ..................................................................... Tujuan Penelitian ....................................................................... Manfaat Penelitian ..................................................................... Keaslian Penelitian .....................................................................
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
D
A. Tinjauan Teori ............................................................................. 1. Kontrol Diri (Locus of Control) .............................................. 2. Motivasi Belajar ..................................................................... B. Landasan Teori ............................................................................ C. Kerangka Teori ............................................................................ D. Kerangka Konsep ........................................................................ E. Hipotesis .......................................................................................
S
S
BAB
1 5 5 6 7
II TINJAUAN PUSTAKA
E K I T
N JE
9 9 13 20 22 23 24
III METODE PENELITIAN
A. B. C. D. E. F. G. H. I. J.
Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. Variabel Penelitian ..................................................................... Definisi Operasional ................................................................... Alat dan Metode Pengumpulan Data .......................................... Validitas dan Reliabilitas ............................................................ Metode Pengolahan dan Analisis Data ....................................... Etika Penelitian .......................................................................... Jalannya Penelitian ..................................................................... ix
A
T AR
A YAK K A OG
PENDAHULUAN
A. B. C. D. E. BAB
AN
25 25 25 27 27 28 31 34 36 37
BAB
IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian ........................................................................... 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................... 2. Analisis Hasil Penelitian ........................................................ a. Analisis Univariat ............................................................... b. Analisis Bivariat ................................................................. B. Pembahasan ................................................................................. 1. Locus of Control ..................................................................... 2. Motivasi Belajar ..................................................................... 5. Hubungan Locus of Control dengan Motivasi Belajar ........... C. Keterbatasan Penelitian ............................................................... BAB
39 39 40 40 42 43 43 46 53 56
V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 57 B. Saran ............................................................................................ 57
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
x
A
T AR
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan karakteristik locus of control internal dan eksternal.. Tabel 3.1 Definisi Operasional....................................................................... Tabel 3.2 Distribusi butir-butir skala IPC-LOC............................................ Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen motivasi belajar.............................................. Tabel 3.4 Pedoman Koefisien Kontingensi.............................................. Tabel 4.1 Distribus Frekuensi Karakteristik Responden............................... Tabel 4.2 Distribusi Locus Of Control………................................................ Tabel 4.3 Distribusi motivasi belajar…………............................................. Tabel 4.4 Tabulasi silang jenis kelamin dengan Locus of control................. Tabel 4.5 Tabulasi silang Locus Of Control dengan motivasi belajar……...
AN
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
xi
A
T AR
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
Hal 13 27 29 30 36 41 41 41 42 42
DAFTAR GAMBAR
Hal Gambar 2.1 Kerangka Teori ............................................................................. 22 Gambar 2.2 Kerangka Konsep ........................................................................... 23
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
xii
A
T AR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8.
Jadwal penelitian Surat-surat izin uji validitas dan penelitian Uji Validitas & Reliabilitas Hasil Penelitian Permohonan Menjadi Responden Persetujuan Menjadi Responden Kuesioner Penelitian Kegiatan Bimbingan
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
xiii
A
T AR
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini tuntutan kebutuhan pelayanan keperawatan terus meningkat baik dalam aspek mutu maupun keterjangkauan serta cakupan pelayanan. Hal ini disebabkan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan secara umum dan kompleksitas masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat (Nursalam & Effendy, 2008). Masyarakat menginginkan tersedianya pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan yang bermutu dan dapat dijangkau seluruh lapisan masyarakat. Dengan demikian keperawatan perlu terus mengalami perubahan dan perkembangan sejalan dengan perubahan yang terjadi diberbagai bidang lainnya. Pendidikan keperawatan merupakan entry point dalam proses perubahan
AN
profesi keperawatan. Pendidikan yang berkualitas akan sangat mendukung
A YAK K A OG
pendidikan tinggi keperawatan tersebut diharapkan terjadi percepatan
T ANI Y S U .Y
proses
perubahan atau transisi keperawatan yang semula merupakan kegiatan okupasional menjadi profesional dan yang semula menggunakan pendekatan
P AL A R E ER
tradisional
P
menjadi
penyelesaian
masalah
ilmiah
yang
dapat
dipertanggungjawabkan kepada pemakai jasa dan profesi (Nursalam & Effendy, 2008).
Sini E IK
Dekade
D
N JE
begitu
banyak
perguruan
tinggi
A
T AR
terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu (Sulistyowati, 2009). Melalui
keperawatan
yang
ST
menyelenggarakan pendidikan keperawatan. Pendidikan ini merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (Solikah, 2008). Indonesia sampai saat ini memiliki 683 sekolah dengan jurusan keperawatan, dari jumlah tersebut 52% sekolah keperawatan adalah milik swasta, dan 50% terdapat di Jawa. Sebesar 3,1% sekolah keperawatan milik pemerintah daerah. Sebagian besar sekolah ini adalah Akademi (level Diploma 3), walaupun semakin banyak sekolah yang menawarkan gelar S1 untuk keperawatan (25,5%). Jumlah lulusan yang dihasilkan setiap tahun adalah 34.000 orang perawat (Bappenas, 2009).
2 2
Perguruan tinggi tentunya memiliki andil mencetak sumber daya keperawatan yang profesional. Suatu sistem pendidikan profesional sangat diperlukan untuk menghasilkan lulusan yang nantinya diharapkan dapat bekerja secara profesional pula. Mahasiswa program studi keperawatan yang akan menjadi seorang perawat diharapkan bisa mengubah mind set (pola pikir) dalam pembelajarannya. Diharapkan, dengan mengubah mind set tersebut akan menjadi lulusan yang kompeten, kompetitif, dan berkarakter sebagai seorang perawat (Nurachmah, 2011). Kemampuan institusi atau kampus didalam memotivasi dan memfasilitasi mahasiswanya berbeda-beda satu sama lain, baik kemampuan fisik, fasilitas, maupun sumber daya manusia. Oleh karena itu, dengan adanya perubahan mind set, mahasiswa tidak selalu bergantung pada dosen dan fasilitas kampus, tetapi
AN
diera yang sudah sangat terbuka ini mereka bisa belajar dari berbagai media untuk
A YAK K A OG
memperkaya pengetahuan dan keterampilannya.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) merupakan salah satu institusi
T ANI Y S U .Y
kesehatan yang menyelenggarakan pendidikan keperawatan yang diharapkan
P AL A R E ER
dapat menghasilkan calon-calon perawat profesional. Namun, dalam pelaksanaan pendidikan tersebut, tentunya ada kendala-kendala yang dihadapi baik dari faktor
P
internal perguruan tinggi tersebut, maupun faktor sumber daya manusia yang
D
N JE
dalam hal ini adalah mahasiswa keperawatan, yang sangat berpengaruh terhadap
S
E K I T
tercapainya tujuan dari sistem pembelajaran di institusi tersebut.
S Mahasiswa
A
T AR
hendaknya mampu menyesuaikan diri dengan masalah atau
tuntutan dalam perkuliahan. Kegagalan dalam menyesuaikan diri dengan masalah atau tuntutan dalam hidupnya akan membuat mereka berada dalam situasi yang menekan dan mengganggu emosi, sehingga akan menimbulkan respon individu terhadap hal tersebut. Sikap individu dalam menghadapi masalah itulah yang menentukan agar tidak membebani fisik dan pikiran pada individu tersebut (Asthiningsih, 2010). Pandangan individu dalam mempersepsikan tekanan, bagaimana mengatasi masalah atau stres yang dibangun, dan solusi atau dukungan sosial apa yang diaplikasikan, tentunya akan bergantung pada satu faktor, yaitu kepribadian.
3
Pribadi yang berbeda akan berbeda pula dalam bereaksi terhadap situasi yang dipersepsikan sehingga kuncinya adalah mengontrol situasi apapun dan mengubahnya menjadi energi positif akan membantu kita memenuhi target dan tujuan yang kita inginkan (Carnegie, 2008). Respon individu terhadap situasi yang menekan bergantung pada kontrol mereka terhadap situasi tersebut biasa disebut sebagai locus of control (Rotter, 1954 dalam Alves & Lopes, 2010). Locus of control mengacu pada persepsi atau orientasi seorang individu terhadap apa yang dianggap sebagai penyebab situasi atau kejadian dalam hidupnya. Persepsi tersebut akan sangat mempengaruhi tingkat motivasi, ekspektasi, harga diri, perilaku pengambilan resiko, pengambilan keputusan dan pada akhirnya mungkin akan mempengaruhi hasil aktual akibat dari tindakan seorang individu sebagai lingkaran sebab akibat.
AN
Terdapat dua tipe locus of control pada manusia, yaitu internal locus of
A
RdiriT control (kontrol diri internal) dan external locus of control (kontrol A AK eksternal). Individu dengan kontrol diri internal merasa yakinYbahwa dirinya OG memiliki kontrol terhadap apa yang terjadi dalam hidupnya. Mereka cenderung Y I N memiliki usaha yang lebih aktif atau termotivasi YAuntuk mencapai tujuannya, lebih . ulet dalam mencari informasi, lebih L siapA dan waspada pada keadaan disekitarnya, A dan lebih mandiri dalam membuat ER suatu keputusan. Sedangkan individu dengan D N memandang bahwa semua yang terjadi dalam hidupnya kontrol diri eksternal Eakan J S faktor diluar dirinya, seperti kebetulan, keberuntungan, takdir, disebabkanEoleh K I atau STtindakan orang lain. Mereka lebih sering mengalami depresi, cemas, dan
A K A
T S U
P R E
P
kurang dapat meyesuaikan diri dalam keseharian (Asthiningsih, 2010). Kulsiri (2012) mengatakan, individu yang memiliki internal locus of control, memiliki kemampuan dan usaha yang terlihat dominan, oleh karena itu apabila mereka mengalami kegagalan mereka akan menyalahkan dirinya sendiri karena kurangnya usaha yang dilakukan. Begitu pula dengan keberhasilan, mereka akan merasa bangga atas hasil usahanya. Sebaliknya pada orang yang memiliki eksternal locus of control apabila mengalami kegagalan mereka cenderung menyalahkan lingkungan sekitar dan takdir yang menjadi penyebabnya.
4
Locus of control merupakan salah satu faktor kepribadian (Rotter, 1966 dalam Kustini, 2004), yang dapat mempengaruhi motivasi seseorang (Santrock, 2009). Motivasi muncul apabila seseorang memiliki kekuatan baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk memenuhi keinginan dan kemauan dalam rangka mencapai tujuan tertentu (Uno, 2008). Motivasi sangat penting dalam proses pembelajaran karena merupakan salah satu faktor yang menentukan pembelajaran yang efektif. Pembelajaran yang bermotivasi adalah pembelajaran yang sesuai kebutuhan, dorongan, motif, dan minat yang ada pada diri mahasiswa (Hamalik, 2011). Seseorang yang termotivasi secara internal untuk melakukan sesuatu, mereka disebut memiliki locus of control internal, dorongan akan muncul dari dalam diri mereka sendiri, sedangkan jika seseorang yang memiliki locus of control eksternal, maka orang lain selain mereka harus mendorong suatu perasaan
AN
ingin mengetahui atau memotivasi mereka untuk belajar (Bastable, 2002).
A
RT STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta merupakan salah satu institusi A AJuniK2006 di penyelenggara pendidikan kesehatan yang berdiri pada tanggal 15 Y G Yogyakarta untuk penyelenggaraan Program Studi IIlmu YOKeperawatan jenjang AN jenjang program diploma program sarjana (S-1) dan Program Studi Kebidanan Y A. tidak terstruktur kepada 9 orang (D-III). Peneliti melakukan wawancara L A RKeperawatan mahasiswa Program Studi Ilmu semester II pada bulan Desember E D 2012. Mereka mengatakan EN perlu menyesuaikan diri dengan iklim pendidikan di J S khususnya di STIKES Jenderal A. Yani, misalnya jadwal kuliah perguruan E tinggi K I yang STmereka anggap cukup padat, tugas-tugas yang banyak, dan terkadang jadwal
A K A
T S U
P R E
P
kuliah yang tidak tetap, belum lagi permasalahan individu mereka masing-masing dan ada beberapa mahasiswa yang mengatakan kuliah keperawatan bukan karena keinginan sendiri. Pengalaman dan observasi peneliti selama menjalani pendidikan di STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta, masih banyak mahasiswa yang hanya sekedar kuliah tanpa memikirkan untuk menguasai bidang ilmu yang dipelajarinya misalnya saja masih banyak mahasiswa yang hanya sekedar menyalin tugas, tidak aktif dalam mengerjakan tugas kelompok, dan sering menitip absensi. Hasil observasi peneliti tampak banyak sekali bangku-bangku kuliah yang penuh
5
dengan coretan-coretan yang berisi tentang materi kuliah yang sengaja mereka buat sebelum menghadapi ujian, serta ketidakjujuran lain yang terjadi saat ujian. Hal-hal tersebut menggambarkan bahwa kurangnya motivasi belajar mahasiswa untuk memahami bidang ilmu yang dipelajarinya dan kecenderungan mengarah kepada locus of control exsternal. Rendahnya motivasi merupakan masalah dalam belajar, hal ini memberikan dampak bagi ketercapaian hasil belajar yang diharapkan (Aunurrahman, 2009). Menurut Pujadi (2007), rendahnya motivasi belajar seringkali dituding sebagai biang penyebab dari rendahnya kualitas lulusan sebuah perguruan tinggi.
B. Rumusan Masalah
AN
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka penulis
A
RT merumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu “ Apakah ada hubunganA antara K Amahasiswa kemampuan kontrol diri (locus of control) dengan motivasi belajar Y OG Ilmu Kesehatan semester II Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Y NI A Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Tahun 2012 ? “ .Y A L A ER D EN C. Tujuan Penelitian J S 1. TujuanE Umum K I ST Mengetahui hubungan kemampuan kontrol diri (locus of control) dengan
A K A
T S U
P R E
P
motivasi belajar pada mahasiswa semester II Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Tahun 2012. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran karakteristik locus of control pada mahasiswa semester II di Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Tahun 2012.
6
b. Mengetahui gambaran motivasi belajar pada mahasiswa semester II Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta tahun 2012. c. Mengetahui keeratan hubungan locus of control dengan motivasi belajar mahasiswa.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah wawasan ilmu kesehatan jiwa dan keperawatan jiwa, terutama mengenai hubungan kemampuan kontrol diri (locus of control) dengan motivasi belajar mahasiswa sehingga dapat bermanfaat dalam memahami
AN
kepribadian individu satu dengan individu yang lain, dan tingkat motivasinya
A YAK K A OG
dalam belajar. 2. Manfaat Aplikatif
T ANI Y S U .Y
a. Peneliti
P AL A R E ER
Mendapatkan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian, memperkaya pengetahuan tentang peran perawat sebagai peneliti, dan
P
pendidik dalam bidang keperawatan jiwa, khususnya tentang kemampuan
D
N JE
kontrol diri (locus of control) dan motivasi belajar mahasiswa.
S
E K I T
b. Institusi Pendidikan
S
Sebagai bahan masukan dan menambahkan wawasan pengetahuan bagi
dosen,
pembimbing
akademik,
dan
civitas
akademik
A
T AR
mengenai
kemampuan kontrol diri (locus of control) terhadap motivasi belajar mahasiswa guna pemberian dukungan terhadap stressor yang dialami mahasiswa. c. Mahasiswa Memberikan informasi mengenai tipe kontrol diri (locus of control) yang dimiliki oleh mahasiswa, apakah termasuk dalam kontrol diri internal (internal locus of control) atau kontrol diri eksternal (eksternal locus of control) dan mengetahui tipe mana yang cenderung dapat memotivasi
7
mereka dalam belajar. Setelah mengetahui tipe kontrol diri mana yang cenderung dapat memotivasi, maka mahasiswa yang memiliki tipe kontrol diri tersebut sebaiknya mempunyai manajemen diri untuk dapat beradaptasi dengan baik terhadap stressor yang dialami. d. Peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya dalam pengembangan teori tentang locus of control dan motivasi belajar.
E. Keaslian Penelitian Berdasarkan pengetahuan peneliti, belum ada penelitian yang sama tentang
AN
Hubungan Kemampuan Kontrol Diri (locus of control) dengan Motivasi Belajar
A
T pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah TinggiAR Ilmu AKterdahulu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. Namun ada penelitian Y Oini,Gyaitu : yang berhubungan atau hampir sama dengan topik penelitian Y NI Kemampuan Kontrol A 1. Penelitian oleh Asthiningsih (2010) tentang “Hubungan .Y A diri (locus of control) denganLKecendrungan Depresi pada mahasiswa RA Metode penelitian yang digunakan adalah Program B PSIK FK E UGM”. NDPenentuan sampel dengan teknik total sampling. metode korelasional. E J Sbebasnya Variabel adalah locus of control dan variabel terikatnya adalah E K I depresi. Instrumen penelitian menggunakan skala internal, powerfull others, ST
A K A
T S U
P R E
P
dan
chance
(IPC-LOC)
dan
instrumen
motivasi.
Pengolahan
data
menggunakan pearson product moment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara kemampuan kontrol diri (locus of control) dengan kecenderungan depresi pada mahasiswa PSIK FK UGM. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah variabel terikatnya, dan populasi yang dijadikan subyek penelitian. 2. Penelitian oleh Rahayu (2009) tentang “Hubungan antara Penerapan Model Pembelajaran
Student
Centered
Learning
dengan
Motivasi
Belajar
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
8
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta“. Penentuan sampel dengan teknik purposive sampling. Variabel bebasnya adalah penerapan model pembelajaran Student Centered Learning dan variabel terikatnya adalah motivasi belajar. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah variabel bebasnya, dan populasi yang dijadikan subyek penelitian.
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
S
E K I T
D
N JE
A
T AR
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta terletak di Jalan Ring Road Barat Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta, berdiri pada tanggal 15 Juni 2006 berdasarkan SK MENDIKNAS No. 84/D/O/2006 dan Rekomendasi Departemen Kesehatan No. HK 03.2.4.1.02054 untuk Program Studi Strata 1 Ilmu Keperawatan. Surat Keputusan Akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) No. 001/BAN-PT/Ak-XII//S1/III/2009 tentang Status, Peringkat, dan Hasil Akreditasi Program Sarjana di Perguruan Tinggi, tanggal 14 Maret 2009, dengan nilai Akreditasi C.
AN
Kampus terpadu 3 lantai seluas 12.000 m2 dengan fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar antara lain :
A YAK K A OG
a. Ruang kelas yang sangat representatif, dengan fasilitas AC, LCD
T ANI Y S U .Y
proyektor, white board, dan komputer b. Laboratorium
kesehatan
lengkap,
P AL A R E ER
bertujuan
untuk
memberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk memperoleh pengalaman dalam
P
praktik keperawatan yang relevan dengan teori yang diperoleh dalam
D
N JE
perkuliahan. Terdiri dari :
S E K TI2) Laboratorium Keperawatan Medikal Bedah, Gawat Darurat, dan Kritis 1) Laboratorium Keperawatan Dasar Manusia
S
3) Laboratorium Keperawatan Anak 4) Laboratorium Keperawatan Maternitas 5) Laboratorium Keperawatan Gerontik 6) Laboratorium Keperawatan Jiwa 7) Laboratorium Keperawatan Komunitas c. Laboratorium komputer, bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memperoleh keterampilan dalam mengoperasikan komputer.
39
A
T AR
d. Laboratorium bahasa, bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memperdalam kemampuan berbahasa terutama Bahasa Inggris untuk menunjang keterampilan mahasiswa. e. Hot Spot Area f. Lapangan dan fasilitas olahraga serta kesenian g. Bus kampus dan ambulance h. Perpustakaan, sebagai penunjang program pendidikan, pengajaran penelitian, dan pengabdian masyarakat. Proses pembelajaran di STIKES A. Yani secara umum masih menggunakan metode pengajaran konvensional yang bersifat teacher centered, dimana selama ini masih didominasi pembelajaran kelas dan klinik. Pemilihan metode yang tepat dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat
AN
yang efektif untuk mencapai tujuan pengajaran (Djamarah, 2010).
A
RT Menurut Djamarah (2010), metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran A K Alisan yang dilakukan pendidik dengan penuturan atau penjelasan secara secara Y G langsung kepada peserta didik, yang menuntut keaktifan YOpendidik. Kelebihan I N mudah menguasai atau Adengan metode ini diantaranya yaitu, pendidik dapat Y A. jumlah siswa yang besar, dan mudah mengorganisasikan kelas, dapat diikuti oleh L RA Kelemahan metode ini diantaranya yaitu, mempersiapkan serta melaksanakannya. E D Nlama bila sering dan terlalu digunakan akan membosankan dan menyebabkan E J Spasif. siswa menjadi E K I 2.ST Analisis Hasil Penelitian
A K A
T S U
P R E
P
a. Analisis Univariat 1). Karakteristik berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut:
40
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Bulan Juni Tahun 2012 (n = 92) Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki-laki 35 38 Perempuan 57 62 Jumlah 92 100 Sumber: data primer tahun 2012 Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 57 orang (62%), dan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 35 orang (38%). 2). Gambaran Locus of Control Mahasiswa Semester II PSIK STIKES Jenderal A.Yani Yogyakarta Tabel 4.2. Distribusi Locus of Control Responden, Bulan Juni Tahun 2012 (n = 92) Locus of Control Frekuensi Persentase (%) Internal 47 51,1 Eksternal (Powerfull others) 22 23,9 Eksternal (Chance) 23 25,0 Jumlah 92 100 Sumber: Data Primer Tahun 2012
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
Tabel 4.2 menunjukkan sebagian besar mahasiswa PSIK STIKES A.Yani Yogyakarta memiliki locus of control internal sebanyak 47 orang (51,1%).
P
D N E A.Yani Yogyakarta J S E Tabel 4.3. Motivasi Belajar Responden, Bulan Juni Tahun 2012 (n = 92) IK Distribusi T Motivasi belajar Frekuensi Persentase (%) S Tinggi 44 47,8
3). Gambaran Motivasi Belajar Mahasiswa Semester II PSIK STIKES Jenderal
Sedang Rendah
26 22 92
Jumlah Sumber: Data Primer Tahun 2012
28,3 23,9 100
Tabel 4.3 menunjukkan sebagian besar mahasiswa PSIK STIKES A.Yani Yogyakarta memiliki motivasi belajar yang tinggi sebanyak 44 orang (47,8%).
41
A
T AR
b. Analisis Bivariat 1). Distribusi locus of control berdasarkan jenis kelamin Responden Tabel 4.4. Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Locus of Control Responden, Bulan Juni Tahun 2012 (n = 92) Locus of control
Jenis kelamin
Internal
Eksternal powerful others
Eksternal change
Total
Laki-laki
17
8
10
35
Perempuan
30
14
13
57
47
22
23
92
Total
Tabel 4.4 menunjukkan sebagian besar mahasiswa PSIK STIKES A.Yani
AN
Yogyakarta baik yang memiliki locus of control internal maupun eksternal adalah
A
T AR
A YAK K A OG
berjenis kelamin perempuan.
2). Hubungan Locus of Control dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Semester
T ANI Y S U .Y
II PSIK STIKES Jenderal A.Yani Yogyakarta
Tabel 4.5. Tabulasi Silang dan Uji Statistik Hubungan Locus of Control dengan Motivasi Belajar Responden, Bulan Juni Tahun 2012 (n = 92) Locus of Control
P
P AL A R E ER
Motivasi belajar Tinggi Sedang Rendah f % F % F % 10 10,9 3 3,3 34 37,0
D EN
Internal Eksternal 5 5,4 6 (powerfull others) 5 5,4 Eksternal 10 (Chance) Total 44 47,8 26 Sumber: Data Primer Tahun 2012
S E K I
J
ST
Total
f 47
% 51,1
6,5
11
12,0
22
23,9
10,9
8
8,7
23
25,0
28,3
22
23,9
92
100
X2 Hitung 28,217
pvalue 0,000
Tabel 4.5. menunjukkan mahasiswa dengan locus of control internal sebagian besar memiliki motivasi belajar tinggi sebanyak 34 orang (37%). Mahasiswa dengan locus of control eksternal (powerfull others) sebagian besar memiliki motivasi belajar rendah sebanyak 11 orang (12%). Mahasiswa dengan locus of control eksternal (chance) sebagian besar memiliki motivasi belajar sedang sebanyak 10 orang (10,9%). 42
Coeff. Cont. 0,484
Hasil perhitungan statistik menggunakan uji korelasi Chi - Square seperti disajikan pada tabel 4.4, diperoleh p-value sebesar 0,000 < α (0,05) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara locus of control dengan motivasi belajar mahasiswa Semester II PSIK STIKES Jenderal A.Yani Yogyakarta. Nilai koefisien korelasi dengan uji coefficient contingency didapatkan nilai sebesar 0,484 menunjukkan tingkat hubungan antara locus of control dengan motivasi belajar mahasiswa adalah sedang.
B. Pembahasan 1.
Locus of Control pada Mahasiswa Semester II PSIK STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta
AN
locus
of
control
adalah
keyakinan
A YAK K A OG masing-masing
individu
tentang
T ANI Y S U .Y
kemampuannya untuk bisa mempengaruhi semua kejadian yang berkaitan dengan dirinya dan pekerjaannya. Sifat individu yang mempunyai kontrol diri internal
P AL A R E ER
yaitu mandiri, tekun, kuat, dan punya daya tahan yang kuat terhadap pengaruh sosial, sehingga tampak memiliki motivasi yang besar dalam menjalani hidupnya.
P
ND E dipengaruhi oleh J S usia, lingkungan sosial, pengalaman gagal dan berhasil. E Mahasiswa IK Semester II PSIK STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta sebagian T S besar memiliki locus of control internal sebanyak 47 orang (51,1%). Banyaknya
Menurut London dan Exner (1978, dalam Lestari 2008), locus of control
responden yang memiliki locus of control internal disebabkan karena mereka percaya bahwa mereka yang mengendalikan arah dan jalan hidup mereka serta menentukan sendiri hasil yang akan mereka capai, bukan karena nasib yang berada di tangan mereka atau karena pengaruh dari orang lain. Individu yang memiliki locus of control internal ini akan cenderung memiliki usaha yang lebih aktif atau termotivasi untuk mencapai tujuannya, lebih ulet dalam mencari informasi, lebih siap dan waspada pada keadaan disekitarnya, dan lebih mandiri dalam membuat suatu keputusan, sehingga diharapkan memiliki motivasi belajar 43
A
T AR
Greenhalgh dan Rosenblatt (1984, dalam Abdulloh 2006) menyatakan bahwa
yang tinggi pula. Menurut Zulkaida (2007), individu dengan internal locus of control cenderung menganggap bahwa keterampilan (skill), kemampuan (ability), dan usaha (efforts) lebih menentukan pencapaian dalam hidup mereka, mengembangkan usahanya untuk meningkatkan keterampilan kerja dan kemampuan akademik yang mereka miliki. Responden yang memiliki locus of control internal maupun eksternal sebagian besar adalah berjenis kelamin perempuan, hal ini dapat dipengaruhi oleh jumlah responden wanita yang memang lebih banyak daripada jumlah responden laki-laki yang didapatkan dari pengambilan responden secara acak dengan metode simple random sampling. Penelitian yang dilakukan oleh Serin (2009) menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara locus of control dengan jenis kelamin, sedangkan penelitian Marin dan Duke (2006) dalam Serin (2009) dan beberapa
AN
penelitian lainnya menjelaskan bahawa locus of control tidak dipengaruhi oleh
A
RT jenis kelamin. Responden yang memiliki locus of control eksternal sebanyak A AKlocus of 48,9% dimana masing-masing dibagi menjadi responden yang memiliki Y OG control eksternal powerfull others sebanyak 23,9 % dan locus of control eksternal Y I N chance sebanyak 25%. Hasil penelusuran YAkuesioner menunjukkan bahwa . A eksternal ini cenderung menjawab responden yang memiliki locus of L control RAditentukan oleh nasib dan cenderung merasa bahwa jalan hidup mereka E sudah D Nlakukan tindakan yang mereka tidak banyak berpengaruh pada hasil yang akan E J S ini juga cenderung percaya akan adanya nasib, keberuntungan, dicapai. Individu E K I dan STpengaruh dari orang lain yang berkuasa yang menentukan jalan hidup mereka.
A K A
T S U
P R E
P
Konsekuensinya, mereka cenderung pasif, menyerahkan dirinya pada nasib, kurang berinisiatif, dan motivasi yang rendah (Brotosumarto, 2000). Perbandingan keekstriman locus of control dijelaskan oleh Rini (2002) bahwa individu dengan locus of control internal yang ekstrim memiliki kekurangan atau sisi buruk diantaranya adalah dapat mengakibatkan seseorang sangat menyesali kegagalan dan menyalahkan dirinya sendiri jika mereka mengalami kegagalan. Begitu juga sebaliknya, jika individu tersebut mengalami keberhasilan maka mereka dapat membanggakan diri secara berlebihan. Mengatasi hal tersebut, sebaiknya mereka belajar untuk mengevaluasi diri mereka secara objektif, 44
bersikap wajar dan tidak berlebihan bila mengalami keberhasilan maupun kegagalan, serta belajar mensyukuri dan menikmati rahmat Tuhan. Individu dengan locus of control eksternal yang ekstrim mempunyai beberapa kekurangan atau sisi buruk yaitu mereka akan cenderung berharap tanpa melakukan usaha apapun, menyalahkan segala sesuatu di luar dirinya dan dapat bersikap memusuhi orang lain seta mudah putus asa jika mengalami kegagalan. Sebaliknya, jika mengalami keberhasilan mereka cenderung tidak menikmati keberhasilan tersebut karena menganggap hal itu bukan karena usaha dan kerja keras dirinya, tetapi karena pengaruh orang lain, nasib dan keberuntungan. Untuk mengatasi keadaan tersebut, sebaiknya mereka belajar untuk memiliki sikap optimis dalam hidup, positive thinking, dan menggunakan self affirmation untuk memerangi pikiran-pikiran negatif tentang diri sendiri (Rini, 2002).
AN
Hasil penelitian di atas dianalisis lebih lanjut bahwa sebagian besar Mahasiswa
A
RofT PSIK STIKES A.Yani Yogyakarta Semester II tahun 2012 memiliki locus A AK control internal. Secara psikologis, seseorang dianggap lebih sehatYjika cenderung OGof control internal memiliki locus of control internal, hal ini dikarenakan locus Y I AN banyak diasosiasikan dengan adanya motivasiY diri, pengendalian diri, ambisi yang A. 2008). Namun kita tidak dapat sehat, dan pencapaian prestasi (Lestari, L RAlocus of control internal adalah yang paling menyatakan secara mutlak E bahwa D Ndunia baik. Segala sesuatu di ini harus seimbang, misalnya hal ini dianalogikan E J S kita akan kalsium. Zat kalsium apabila terlalu banyak akan dengan kebutuhan E K I mengakibatkan pengapuran sedangkan apabila terlalu sedikit akan mengakibatkan ST
A K A
T S U
P R E
P
osteoporosis. Sama halnya dengan locus of control, kedua orientasi tersebut harus berimbang. Kecenderungan orientasi yang ekstrim pada salah satu locus of control, dapat dikatakan tidak sehat (Atmadi, 2007). Tidak satupun individu yang benar-benar memiliki locus of control internal atau yang benar-benar eksternal, kedua tipe locus of control terdapat pada setiap individu, hanya saja ada kecenderungan untuk lebih memiliki salah satu tipe locus of control tertentu. Disamping itu locus of control tidak bersifat statis tapi juga dapat berubah. Individu yang berorientasi internal locus of control dapat berubah menjadi individu yang berorientasi external locus of control dan begitu 45
sebaliknya, hal tersebut disebabkan karena situasi dan kondisi yang menyertainya serta faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi munculnya kecenderungan pada salah satu orientasi locus of control (Kustini, 2004). Seseorang baik yang memiliki locus of control
internal maupun eksternal, perlu bersikap realistis
terhadap segala sesuatu yang berada dibawah kendalinya sehingga ia dapat menikmati keberhasilan maupun kegagalan secara dewasa (Atmadi, 2007). 2.
Motivasi Belajar Mahasiswa pada Mahasiswa Semester II PSIK STIKES Jenderal A. Yani Yogyakarta
Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk mengerakkan, mengarahkan, dan menjaga tingkah laku agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu (Purwanto, 2011). Motivasi belajar mahasiswa dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dalam diri mahasiswa yang
AN
mendorong dan mengarahkan perilakunya kepada tujuan yang ingin dicapainya
A YAK K A OG
dalam mengikuti pendidikan tinggi (Pujadi, 2007).
Hasil penelitian motivasi belajar mahasiswa Semester II PSIK STIKES Jenderal
T ANI Y S U .Y
A. Yani tahun 2012 sebagian besar tinggi sebanyak 44 orang (47,8.%), dapat
P AL A R E ER
dikatakan bahwa motivasi belajar memberikan pengaruh yang baik pada mahasiswa dalam melaksanakan pembelajaran dengan metode konvensional di
P
STIKES A. Yani Yogyakarta. Adanya motivasi tersebut, mahasiswa menjadi lebih
D
N JE
terdorong untuk melaksanakan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan
S
E K I T
Djamarah (2002) yang menyatakan bahwa motivasi merupakan dasar penggerak
S
yang mendorong aktivitas belajar seseorang. Oleh karena itu motivasi dalam diri seseorang akan memberi pengaruh yang besar terhadap proses dan hasil dari sebuah pembelajaran. Faktor yang mempengaruhi motivasi mahasiswa Semester II PSIK STIKES Jenderal A. Yani tahun 2012 dalam melaksanakan pembelajaran adalah keinginan untuk maju dan rasa ingin tahu. Hal ini terbukti dengan banyaknya mahasiswa yang setuju dengan pernyataan-pernyataan pada kuesioner yang menyatakan kemauan untuk memperoleh pemahaman dan keterampilan serta mencapai hasil yang baik dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Frandersen (dalam Sardiman, 2011) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi 46
A
T AR
motivasi belajar seseorang adalah adanya keinginan untuk selalu maju dan sifat ingin tahu. Pujadi (2007) menjelaskan, motivasi belajar adalah suatu keadaan dalam diri mahasiswa yang mendorong dan mengarahkan perilakunya kepada tujuan yang ingin dicapainya dalam mengikuti pendidikan tinggi. Motivasi belajar ini menurut Suciati dan Prasetya (2001) dalam Nursalam & Effendi (2008) dipengaruhi oleh faktor cita-cita dan aspirasi, kemampuan peserta didik, kondisi peserta didik, kondisi lingkungan belajar, unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran serta upaya pengajar dalam memberikan pengajaran kepada peserta didik. Mahasiswa yang memiliki motivasi belajar tinggi diharapkan dapat meningkatkan kualitas lulusan sebuah perguruan tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik (2011) bahwa mahasiswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan
AN
menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi
A
RT tertentu. Tingkat pencapaian motivasi belajar yang tinggi mahasiswa A K A menunjukkan prospek yang bagus dalam pencapaian hasil belajar, hal ini sesuai Y OG denan pernyataan Djamarah (2002) bahwa motivasi yang tinggi bisa Y I N A menghasilkan prestasi yang baik dalam prosesY pembelajaran. . A tinggi pada responden menunjukkan Tingkat pencapaian motivasi belajarLyang RAadult learner. Mereka menilai pembelajaran bahwa mereka memiliki kriteria E NDterintegrasi dengan kebutuhan dan tuntutan kehidupan sebagai sesuatu halEyang S JHal ini, terbukti dari pernyataan mereka yang setuju bahwa (Harsono, E 2004). IK dalam belajar dapat membantu pencapaian tujuan hidup. Hal ini sesuai T kesuksesan S
A K A
T S U
P R E
P
dengan pernyataan Djamarah (2002) yang menyatakan bahwa bila seseorang telah memiliki motivasi dalam dirinya, maka secara sadar ia akan melakukan suatu kegiatan tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Mahasiswa semester II STIKES A.Yani Yogyakarta tahun 2012 banyak yang memiliki motivasi belajar tinggi, akan tetapi sebanyak 26 orang mahasiswa (28,3%) memiliki motivasi belajar sedang dan 22 orang mahasiswa (23,9%) masih memiliki motivasi belajar yang rendah. Hasil penelusuran kuesioner motivasi belajar pada mahasiswa tersebut didapatkan bahwa banyak mahasiswa yang tidak setuju bahkan sangat tidak setuju dengan pernyataan-pernyataan dalam motivasi 47
intrinsik sub variabel mengembangkan sikap yang baik dalam belajar, dan motivasi ekstrinsik sub variabel pengaruh pendidik, lingkungan belajar, dan kelompok mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki motivasi belajar sedang dan rendah (52,2 %) menurut Suciati dan Prasetya (2001) dalam Nursalam dan Effendi (2008), dapat dipengaruhi oleh yang pertama, belum jelasnya cita-cita dan aspirasi yang sebenarnya dapat menjadi faktor pendorong untuk menambah semangat sekaligus memberikan tujuan yang jelas dalam belajar. Adanya cita-cita yang jelas akan memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik, karena terwujudnya cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri. Kedua, kurangnya kemampuan peserta didik, dalam hal ini potensi yang berkaitan dengan intelektual dan intelegensi serta kemampuan psikomotor. Ketiga, kondisi peserta didik yang kurang sehat,
AN
keadaan peserta didik secara jasmaniah dan rohaniah akan mempengaruhi
A
RT motivasi belajar. Kondisi jasmani dan rohani yang sehat akan mendukung A AK upaya pemusatan perhatian dan gairah dalam belajar. Keempat, belum optimalnya Y OG peserta didik. pengajar dalam memberikan pengajaran yang efektif kepada Y NI besar pengaruhnya dalam A Pengajar merupakan salah satu stimulus yang sangat .Y A memotivasi peserta didik untuk belajar. L A Diana Baumrind (1996) dalam ERSantrock (2009) menjelaskan bahwa lingkungan D N yang baik dalam E pembelajaran adalah lingkungan yang demokratis, yang J S cenderungE membentuk kepercayaan diri mahasiswa, akrab dengan teman sebaya K I mereka, ST dan menunjukkan harga diri yang tinggi. Strategi demokratis dalam
A K A
T S U
P R E
P
manajemen lingkungan belajar mendorong mahasiswa untuk menjadi pemikir dan pelaku yang mandiri, secara keseluruhan gaya demokratis akan memberikan manfaat membantu mahasiswa menjadi pelajar yang aktif, daripada otoriter atau permisif. Pengaruh kelompok mahasiswa merupakan salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran yang efektif, untuk itu perlu adanya kerjasama atau interaksi yang baik antar sesama mahasiswa (Nursalam dan Effendi, 2008). Diskusi merupakan salah satu contoh untuk menciptakan interaksi ini, diskusi merupakan salah satu elemen belajar secara aktif dan merupakan 48
bagian dari banyak model pembelajaran. Metode ini penting karena dapat digunakan untuk menggali ide, menyimpulkan poin penting, mengakses tingkat skill dan pengetahuan mahasiswa, mengkaji kembali topik di kelas sebelumnya, membandingkan teori, isu dan interprestasi, dapat juga untuk menyelesaikan masalah. Ketika metode ini diterapkan di kelas, mahasiswa akan belajar untuk menjadi pendengar yang baik, bekerjasama untuk tugas bersama, memberikan dan menerima umpan balik yang konstruktif, menghormati perbedaan pendapat, mendukung pendapat dengan bukti, serta menghargai sudut pandang yang bervariasi. Aunurrahman (2009) menjelaskan bahwa rendahnya motivasi merupakan masalah dalam belajar, hal ini memberikan dampak bagi ketercapaian hasil belajar yang diharapkan. Menurut Pujadi (2007), rendahnya motivasi belajar seringkali
AN
dituding sebagai biang penyebab dari rendahnya kualitas lulusan sebuah
A
RT perguruan tinggi. Sasaran utama belajar di perguruan tinggi adalah bagaimana A AK cara mahasiswa belajar cara belajar (Rose & Nicholl, 2002 dalam Nurhayati, Y G O pelajaran kepada 2011), bukan bagaimana sebanyak-banyaknya memberi Ymateri I AN memberikan mata kuliah mahasiswa. Dosen banyak dituntut bukan bagaimana Y A. mencapai prestasi akademik yang agar menarik mahasiswa sehingga L mereka RagarAmahasiswa dapat belajar sendiri berdasarkan memuaskan, tetapi bagaimana E D Njawab inisiatif dan tanggung sendiri karena memiliki kepercayaan diri mampu E J S melakukanEtugas-tugas belajar tanpa banyak ketergantungan kepada dosen atau K I orang ST lain.
A K A
T S U
P R E
P
Proses belajar mahasiswa di STIKES A.Yani lebih banyak mendengarkan atau bertanya tentang materi pelajaran, menurut analisa peneliti pembelajaran konvensional ini dapat membentuk kemampuan siswa dalam menyimak atau mendengarkan dan membentuk kemampuan dalam bertanya. Motivasi dan membangkitkan perhatian mahasiswa sangat penting dalam pembelajaran konvensional, karena pembelajaran seperti ini akan berhasil apabila ada keterkaitan antara stimulus dan respon dalam proses belajar mengajar. Sistem pembelajaran konvensional yang diterapkan di STIKES A.Yani Yogyakarta, dimana dosen atau pengajar memiliki peran yang sangat penting 49
dalam keberhasilan pembelajaran. Salah satu indikator keberhasilan dari pembinaan dosen adalah terciptanya kegairahan dalam belajar mahasiswa yang dapat ditimbulkan pada lingkungan akademik dan non akademik. Seorang dosen berperan sebagai pengelola proses pembelajaran, seharusnya dapat bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, mengembangkan materi perkuliahan dengan baik, dan meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk merespon materi kuliah dan memahami tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Memenuhi
harapan
tersebut,
dosen
dituntut
mampu
mengelola
pembelajaran dengan baik dan maksimal yang dapat memberikan rangsangan kepada mahasiswa sehingga mahasiswa tertarik untuk belajar karena memang mahasiswa merupakan subyek utama dalam pembelajaran. Kondisi pembelajaran
AN
yang efektif adalah adanya sifat mahasiswa yang afektif yang berupa minat,
A
RT perhatian, dan motivasi mahasiswa dalam belajar (Zahara, 2009). Menurut A AK Manzilatusifa (2009) motivasi dibentuk oleh orang luar dalam halY ini dosen dapat OG pemberian dilakukan dengan berbagai cara, antara lain pemberian penghargaan, Y NI A perhatian, dan ajakan berpartisipasi, untuk dapat membangkitkan motivasi pada Y . A mahasiswanya. L RAsudah memasuki usia dewasa awal, akan lebih Mahasiswa sebagianE besar ND dengan cara yang sesuai dengan karakteristik baik jika diperlakukan E J S Proses psikologisnya. belajar untuk mahasiswa yang memiliki karakteristik E K I memasuki ST masa dewasa, maka pendekatan yang sesuai adalah andragogi.
A K A
T S U
P R E
P
Andragogi
dipopulerkan oleh Knowles pada 1986 (Cranton, 1992 dalam
Nurhayati, 2011). Menurutnya andragogi sebagai seni dan ilmu dalam membantu belajar orang dewasa. Dalam andragogi mahasiswa diposisikan sebagai subjek aktif yang memiliki kemampuan untuk merencanakan arah, memilih bahan atau materi yang bermanfaat untuk dirinya, memikirkan cara terbaik untuk belajar, menganalisis dan menyimpulkan, serta mampu mengambil manfaat pendidikan. Fungsi dosen dalam pembelajaran andragogi, bukan satu-satunya sumber pengetahuan, dan oleh karena itu perlu diredefinisi pengertian kuliah. Kuliah merupakan forum untuk mengkonfirmasi pemahaman mahasiswa dalam proses 50
belajar mandiri. Sumber pengetahuan utama adalah buku, perpustakaan, jurnal, hasil penelitian, artikel, media cetak, audio visual lainnya, termasuk pengalaman dosennya. Dosen mendapat tugas memegang kelas karena yang bersangkutan telah mengalami proses belajar tertentu dan telah memperoleh pengalaman berharga (termasuk pengalaman praktek dan penelitian) yang perlu disampaikan kepada mahasiswa yang akan menjalani proses yang sama, bahkan lebih, dan tidak perlu membuat kesalahan yang sama. Oleh karena itu, relasi mahasiswa dengan dosen sebagai relasi subjek dengan subjek, bersifat multicommunication (Nurhayati, 2011). Nursalam (2008) menjelaskan bahwa metode pembelajaran konvensional perlu diperbaiki sehingga memungkinkan mahasiswa memperoleh pengalaman belajar yang bermakna. Metode pembelajaran yang bersifat teacher center perlu
AN
diubah menjadi student center. Salah satu metode yang mendukung teori
A
RT andragogi ini yang perlu dikembangkan adalah belajar berdasarkan masalah A K Aprofesional. (problem based learning) yang sangat relevan untuk perkembangan Y G Tujuan utama dalam problem based learning adalah Imemberi YO keterampilan dan AN nanti dalam pekerjaan, informasi kepada peserta didik yang akan diterapkannya Y A. baik selama belajar maupun saatL menjalankan profesinya. Dalam rangka A R pendidik harus membantu peserta didik meningkatkan kemampuanEbelajar, D mengaktifkan pengetahuan EN sebelumnya, memberi situasi belajar yang mendekati J S ia nanti akan bekerja, dan merangsang mereka untuk situasi dimana E K I mengelaborasi pengetahuan, peserta didik dituntut untuk lebih aktif dalam ST
A K A
T S U
P R E
P
aktivitas belajar. Aktivitas seorang peserta didik sangat diperlukan, Montessori (dalam Sardiman, 2011) menegaskan bahwa peserta didik mempunyai tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri. Menurut pandangan ilmu jiwa modern, hakikat anak didik adalah manusia yang penuh dengan potensi yang bisa berkembang secara optimal apabila kondisi mendukungnya, hal ini menunjukkan bahwa yang aktif dan mendominasi aktivitas adalah peserta didik, dan yang terpenting bagi pendidik adalah membimbing dan menyediakan kondisi yang kondusif agar peserta didik dapat mengembangkan bakat dan potensinya. 51
Berdasarkan hasil peneilitian ini, peneliti menyimpulkan pentingnya memberi bimbingan kepada mahasiswa untuk memotivasi belajar mereka. Motivasi belajar merupakan sesuatu yang fluktuatif, terkadang tinggi, rendah, dan bahkan hilang. Agar motivasi belajar mahasiswa tetap terpelihara, mereka perlu dibimbing agar dapat membangkitkan kembali motivasi dirinya untuk belajar. Mereka perlu dibimbing dengan pemahaman bahawa kegagalan mereka seringkali dipicu oleh lemahnya motivasi, sehingga mereka memahami bahwa dengan kemauan, kerja keras, dan bersungguh-sungguh, tujuan belajar dapat dicapai. Pelaksanaan dan pengembangan metode yang mendukung teori andragogi juga dibutuhkan dalam proses belajar mengajar di STIKES A.Yani Yogyakarta yang sangat relevan untuk perkembangan profesional.
AN
A
T AR
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
3.
Hubungan antara Locus of Control dengan Motivasi Belajar Mahasiswa PSIK
P AL A R E ER
STIKES A Yani Yogyakarta
Hasil tabulasi silang menunjukkan mahasiswa dengan internal locus of control
P
sebagian besar memiliki motivasi belajar tinggi sebanyak 34 orang (37%).
D
N JE
Mahasiswa dengan locus of control eksternal powerful others sebagian besar
S
E K I T
memiliki motivsai belajar rendah sebanyak 11 orang (12.%). Mahasiswa dengan
S
locus of control eksternal chance sebagian besar memiliki motivasi belajar sedang sebanyak 10 orang (10,9%). Mahasiswa dengan locus of control internal sebagian besar memiliki motivasi belajar tinggi, hal ini dapat disebabkan oleh sifat individu yang mempunyai kontrol diri internal yaitu mandiri, tekun, kuat, dan punya daya tahan yang kuat terhadap pengaruh sosial. Alves dan Lopes (2010) mengatakan bahwa individu dengan kontrol diri internal meyakini bahwa apa yang terjadi dalam hidupnya selalu
berada
dalam
kontrolnya
dan
selalu
mengambil
peran
serta
bertanggungjawab dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga mahasiswa dengan locus of control internal akan tampak memiliki motivasi yang besar dalam 52
menjalani setiap kegiatan untuk meraih apa yang diharapkannya. Adanya cita-cita dan aspirasi, kemampuan intelektual dan intelegensi yang baik, kondisi jasmaniah dan rohaniah peserta didik yang sehat, lingkungan belajar yang kondusif, serta perasaan, perhatian, ingatan, kemauan dan pengalaman hidup yang baik, akan mendorong timbulnya motivasi belajar yang tinggi. Mahasiswa dengan locus of control eksternal powerful others dan chance sebagian besar memiliki motivasi belajar yang sedang dan rendah dapat disebabkan oleh faktor sifat mereka yang memandang peristiwa yang terjadi, baik maupun buruk disebabkan oleh faktor kesempatan, keberuntungan, nasib, dan orang lain yang berkuasa sehingga mereka merasa tidak memiliki kekuatan dan kemampuan untuk mengubah situasi yang mereka hadapi (Mearns, 2009).
AN
A
RT Mahasiswa dengan kontrol diri eksternal sebagian besar memiliki motivasiA belajar AK sedang dan rendah, hal ini dapat disebabkan oleh sifat individu tersebut yang Y OdanGdipengaruhi oleh percaya bahwa arah dan jalan hidup mereka telah ditentukan Y I ANdan nasib (peruntungan dan orang lain. Mereka cenderung percaya adanyaYtakdir . Abahwa kemalangan). Mereka cenderung merasa tindakan mereka tidak banyak L A R dicapai. Mereka merasa bahwa hidup berada di berpengaruh pada hasil yangEakan D N telah ditentukan oleh sesuatu kekuatan yang lebih besar luar kendali merekaEdan J S daripada diri mereka sendiri (Atmadi, 2007). E K I Dincyurek ST (2012) mengatakan bahwa individu dengan eksternal locus of control
A K A
T S U
P R E
P
menganggap
bahwa
keberhasilan
yang
dicapai
dikontrol
dari
Tuhan,
keberuntungan, nasib, dan orang-orang disekitarnya. Dari penjelasan-penjelasan tersebut maka akan tampak bahwa mahasiswa dengan locus of control eksternal cenderung kurang memiliki inisiatif, memandang bahwa hanya ada sedikit korelasi antara usaha dan kesuksesan, kurang suka berusaha karena mereka percaya bahwa faktor luarlah yang mengontrol kejadian dalam hidupnya, sehingga tampak memiliki motivasi yang kurang dalam menjalani setiap kegiatan untuk meraih apa yang diharapkannya, termasuk dalam belajar. Belum adanya cita-cita yang jelas, kemampuan intelektual dan intelegensi yang 53
kurang, kondisi jasmaniah dan rohaniah peserta didik yang kurang sehat, lingkungan tempat tinggal, pergaulan dan kemasyarakatan yang kurang mendukung, serta perasaan, perhatian, ingatan, kemauan dan pengalaman hidup yang kurang dapat mempengaruhi timbulnya motivasi belajar yang rendah. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara locus of control dengan motivasi belajar mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta Smester II tahun 2012 dengan keeratan hubungan yang sedang. Adanya hubungan yang signifikan ini menunjukkan bahwa locus of control merupakan salah satu faktor kepribadian yang dapat mempengaruhi motivasi belajar, hal ini sesuai teori yang mengungkapkan bahwa locus of control merupakan salah satu faktor kepribadian (Rotter, 1966 dalam Kustini, 2004) yang dapat mempengaruhi motivasi seseorang (Santrock, 2009).
AN
Mahasiswa yang memiliki locus of control internal, dorongan untuk belajar akan
A
RT muncul dari dalam diri mereka sendiri, mereka akan berusaha dan termotivasi A AK dalam belajar untuk menguasai bidang ilmu yang dipelajarinya,Y sedangkan jika G seseorang memiliki eksternal locus of control, makaI orang YO lain selain mereka AN harus mendorong suatu perasaan ingin mengetahui atau memotivasi mereka untuk Y . A mandiri untuk menguasai bidang ilmu belajar, mereka cenderung kurang berusaha L RAteori Bastable (2002), bahwa seseorang yang yang dipelajarinya. Hal ini E sesuai ND untuk melakukan sesuatu, mereka disebut memiliki termotivasi secara E internal S Jinternal, dorongan akan muncul dari dalam diri mereka sendiri, locus of control E IK jika seseorang yang memiliki locus of control eksternal, maka orang T sedangkan S
A K A
T S U
P R E
P
lain selain mereka harus mendorong suatu perasaan ingin mengetahui atau memotivasi mereka untuk belajar. Brotosumarto (2000) menjeleskan lebih lanjut perbandingan antara kedua orientasi locus of control ini bahwa Individu yang memiliki locus of control internal sangat responsif dengan motivasi dan mampu menghasilkan self motivation. Mereka cenderung memiliki daya juang yang tinggi, ia mendapatkan apa yang ia inginkan dengan berupaya, bukan hanya berharap dengan adanya suatu keberuntungan atau nasib, sehingga masuk akal jika individu yang memiliki locus of control internal ini memiliki peluang yang tinggi untuk meraih sukses, 54
sedangkan individu dengan locus of control eksternal sering lemah motivasinya dan daya juangnya juga rendah, karena mereka sering menyandarkan pada nasib sehingga peluang untuk sukses juga rendah.
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
55
A
T AR
C. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan
dalam
penelitian
ini
yaitu
belum
dilakukan
pengontrolan terhadap faktor-faktor lain yang mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa, seperti faktor cita-cita dan aspirasi, kemampuan peserta didik, kondisi peserta didik, kondisi lingkungan belajar serta unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran.
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
56
A
T AR
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar mahasiswa PSIK STIKES A. Yani Yogyakarta Semester II tahun 2012 sebagian besar memiliki locus of control internal, motivasi belajar tinggi dan ada hubungan yang signifikan antara locus of control dengan motivasi belajar mahasiswa dengan tingkat keeratan hubungan sedang.
AN
A YAK K A OG
B. Saran
T ANI Y S U .Y
Saran yang dapat diberikan peneliti sebagai berikut: 1. Bagi institusi keperawatan
P AL A R E ER
Institusi keperawatan khususnya dosen hendaknya mengoptimalkan bimbingan
P
belajar dan perilaku guna memberikan stimulus untuk memotivasi peserta didik
ND E dalam belajar, dan S J lebih sering menggunakan metode pengajaran yang bervariasi E IK peran aktif mahasiswa untuk membangkitkan gairah belajar. sertaTmelibatkan S 2. Bagi mahasiswa keperawatan
Mahasiswa hendaknya membentuk kelompok-kelompok belajar guna mendukung tercapainya hasil pembelajaran yang optimal, lebih aktif dalam mencari dan mengembangkan bidang ilmu yang dipelajari, serta memilih lingkungan yang sosial yang baik, yaitu lingkungan sosial yang mengajarkan untuk selalu berusaha dengan giat untuk memperoleh apa yang diharapkan, realistis terhadap segala sesuatu, dan
dewasa dalam menyikapi kegagalan atau keberhasilan, untuk 57
A
T AR
membentuk locus of control internal, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajarnya. 3. Bagi peneliti lain Peneliti yang akan datang diharapkan menyempurnakan hasil penelitian ini dengan menganalisis melakukan pengontrolan terhadap faktor cita-cita dan aspirasi, kemampuan peserta didik, kondisi peserta didik, kondisi lingkungan belajar serta unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran.
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
58
A
T AR
DAFTAR PUSTAKA Abdulloh. (2006). Pengaruh Budaya Organisasi, Locus of Control dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada Kantor Pelayanan Pajak Semarang Barat. Tesis tidak dipublikasikan. Semarang: Magister Manajemen Universitas Diponegoro. Akbarikia, H.R., and Gasparyan, K. (2012). The Relationship Between Schema and Locus of Control With Obsessive Compulsive Symptoms. International Journal of Collaborative Research on Internal Medicine & Public Health, 4(1), 23-32. Alves, A.S., and Lopes, M.H.D.M. (2010). Locus of Control and Contraceptive Knowledge, Attitude and Practice Among University Students. Rev Saúde Pública, 44(1), 39-44. Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
AN
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Renika Cipta.
A YAK K A OG
Atmadi, S. (2007). Orientasi Internal atau Eksternal. Diakses 3 Desember 2011 dari http://www.mditack.co.id/mdinews/200708/manajemen_2.htm.
T ANI Y S U .Y
Asthiningsih, N.W.W. (2010). Hubungan Kemampuan Kontrol Diri (Locus of Control) dengan Kecenderungan Depresi pada Mahasiswa Program B PSIK FK UGM. Skripsi tidak dipublikasikan. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM.
P AL A R E ER
P
D
N JE
Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
S
E K I T
Bappenas. (2009). Pembangunan Kesehatan dan Gizi di Indonesia : Overview dan Arahan Kedepan : Background Study Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 - 2014. Diakses 1 Desember 2011 dari http:// kgm.bappenas.go.id/document/makalah/17_makalah.pdf.
S
Bastable, S.B. (2002). Perawat Sebagai Pendidik :Prinsip-Prinsip Pengajaran dan Pembelajaran. Jakarta: EGC. Brotosumarto. (2000). Locus of Control dalam Menyikapi Sukses dan Gagal. Diakses 27 Juni 2012 dari http://www.portalhr.com Carnegie, D. (2008). Mengatasi Rasa Cemas dan Depresi. Yogyakarta: Think. Dahlan, M.S. (2010). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. 59
A
T AR
Dincyurek, S., Guneyli, A., and Caglar, M. (2012). The Relation between Assertiveness Levels, Locus of Control and Academic Success of Turkish Language Teacher Candidates. Sociology Mind, 2(1), 61-66. Djamarah, S.B. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, S.B., dan Zain, S. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Ghufron, M.N., dan Risnawita, S. (2010). Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: ArRuzz Media. Hamalik, O. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Harsono. (2004). Pengantar Problem – Based Learning. Yogyakarta: Medika Fakultas Kedokteran UGM Hastono, S.P. (2007). Analisis Data Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia.
AN
Heller, R. (1998). Motivating People. Jakarta: Publishing Book.
A YAK K A OG
Irwanto. (2008). Psikologi Umum Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: PT. Gramedia.
T ANI Y S U .Y
Kulsiri, P. (2012). Self-Concept, Locus Of Control, Media Exposure, And Behavior Of Youth Toward Luxury Products Purchase. Journal of Business & Economics Research, 10(1), 11-18
P AL A R E ER
P
Kustini. (2004). Pengaruh Locus of Control, Orientasi Tujuan Pembelajaran dan Lingkungan Kerja Terhadap Self Efficacy dan Transfer Pelatihan Karyawan PT. Telkom Kandatel Surabaya Timur. Tesis tidak dipublikasikan. Surabaya: Program Pascasarjana Universitas Airlangga.
S
E K I T
D
N JE
S
Lestari, A.B., dan Prabowo, H. (2008). Achievement Motivation Viewed from the Difference from Control Center Orientation in Students. Undergraduate Program: Gunadarma University. Diakses 12 Maret 2012 dari http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/.../Artikel_10503027.pdf Manzilatusifa, U. (2009). Pemberian Motivasi Guru dalam Pembelajaran. Diakses 28 Juni 2012 dari http://www.educare.e-fkipunla.net Mearns, J. (2009). Social learning theory. Diakses 27 Desember 2011 dari http://psych.fullerton.edu/jmearns/rotter.htm Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
60
A
T AR
Nurachmah, E. (2011). Mindset Pembelajaran Harus Dirubah, Lulusan Harus Kompeten, Kompetitif, dan Berkarakter. Diakses 5 Desember 2011 dari http://www.mediasionline.com/readnews.php?id=2270 Nurhayati, E. (2011). Psikologi Pendidikan Inovatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam., dan Effendi, F. (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Pujadi, A. (2007). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Mahasiswa : Studi Kasus Pada Fakultas Ekonomi Uniersitas Bunda Mulia. Business & Management Journal Bunda Mulia, 3(2), 40-51 Purwanto, M.N. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
AN
Rahayu, M. (2009). Hubungan Antara Penerapan Model Pembelajaran Student Centered Learning dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Skripsi tidak dipublikasikan. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM.
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
Rini, J.F. (2002). Memupuk Rasa Percaya Diri. Diakses 27 Juni 2012 dari http://www.e-psikologi.com
P AL A R E ER
Santrock, J.W. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika.
P
D
N JE
Sardiman, A.M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
S
E K I T
Serin, O., Serin, N.B., and Sahin, F.S. (2009). Factors Affecting the Learning and Studying Strategies, and Locus of Control of the Trainee Teachers. Procedia Social and Behavioral Sciences, 1(2009), 1127-1136
S
Siagian, S.P. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Solikah, S. (2008). Hubungan Antara Minat Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Dalam Mengikuti Pembelajaran Praktik Dilaboratorium Keterampilan Keperawatan. Skripsi tidak dipublikasikan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sulistyowati, A. (2009). Hubungan Persepsi Mahasiswa Tentang Praktek Klinik Keperawatan Dengan Tingkat Kecemasan Pada Mahasiswa S1 Keperawatan UMS. Skripsi tidak dipublikasikan. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. 61
A
T AR
Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Uno, H.B. (2008). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara. Utiara, I.F. (2009). Hubungan Motivasi dan Dukungan Sosial dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Program A PSIK FK UGM. Skripsi tidak dipublikasikan. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM. Zahara, R. (2009). Kontribusi Pembinaan Mahasiswa Oleh Dosen Terhadap Kegairahan Belajar Mahasiswa. Diakses 28 Juni 2012 dari http://www.educare.e-fkipunla.net Zulkaida, A. (2007). Pengaruh Locus of Control dan Efikasi Diri Terhadap Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Proceeding Pesat, 2, B1-B4.
AN
A YAK K A OG
T ANI Y S U .Y
P AL A R E ER
P
S
E K I T
D
N JE
S
62
A
T AR