PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, BOOK TO MARKET, BETA, EARNING DAN FINANCIAL DISTRESS TERHADAP SUBSEQUENT RETURN SAHAM (Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2009 – 2013)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh Amri Irawan NIM 109082000097
PROGRAM S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA 2015 / 1436
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, BOOK TO MARKET, BETA, EARNING DAN FINANCIAL DISTRESS TERHADAP SUBSEQUENT RETURN SAHAM (Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2009 – 2013)
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Disusun Oleh Amri Irawan NIM 109082000097
Dibawah Bimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Amilin.,SE,.M.Si.,Ak.,CA.,QIA.,BKP NIP. 19730615 200501 1 009
Wilda Farah.,SE.,Msi.Ak.,CPA.,CA NIP. 19830326 200912 2 005
PROGRAM S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA 2015 / 1436
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini Senin, 3 Juni 2013 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa: 1. Nama
: Amri Irawan
2. NIM
: 109082000097
3. Jurusan
: Akuntansi/ Akuntansi Manajemen
4. Judul Skripsi : Pengaruh Ukuran Perusahaan, Book to Market, Beta, Earning dan Financial Distress terhadap Subsequent Return Saham
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melaksanakan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 07 Mei 2015
1.
Zuhairan Yunmi Yunan.,SE.,M.Ak
(
NIP. 19800416 2000912 1 002
2.
Ketua
Dr. Rini.,SE.,Ak.,M.Si.,CA
(
NIP. 19760315 200501 2 002
3.
)
) Sekretaris
Atiqah.,SE.,M.S.,Ak
(
NIP. 19820120 200912 2 004
) Penguji Ahli
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Hari ini Kamis, 24 Juni 2015 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: : Amri Irawan 1. Nama 2. NIM : 109082000097 3. Jurusan : Akuntansi/ Akuntansi Manajemen 4. Judul Skripsi : Pengaruh Ukuran Perusahaan, Book to Market, Beta, Earning dan Financial Distress terhadap Subsequent Return Saham Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 24 Juni 2015 1. Ade Sofyan Mulazid, Dr.,MA NIP. 19750101 200501 1 008
2.
3.
( Ketua
Hepi Prayudiawan,SE.,MM.,Ak.,CA NIP. 19720516 200901 1 006
(
Putriesty Mandasari,SE.,M.Si. NIP. 19840608 201101 2 010
(
) Sekretaris
) Penguji Ahli
4. Dr. Amilin.,SE,.M.Si.,Ak.,CA.,QIA.,BKP NIP. 19730615 200501 1 009
5.
)
Wilda Farah.,SE.,Msi.Ak.,CPA.,CA NIP. 19830326 200912 2 005
iii
(
) Pembimbing I
(
) Pembimbing II
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertandata tangan di bawah ini: 1. Nama
: Amri Irawan
2. NIM
: 109082000097
3. Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
4. Jurusan
: Akuntansi/ Akuntansi Manajemen
Dengani ni menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya: 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Demikian pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Juni 2015
Amri Irawan iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP IDENTITAS PRIBADI Nama : Amri Irawan Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat tangga lahir : Sulursari, 07 Agustus 1990 Alamat
: Jl. H. Saidi I No. 57 Rt. 014/007 Kel. Cipete Utara, Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Telepon/Hp
: 0838 7568 3093
Email
:
[email protected]
Anak ke dari
: 1 dari 4 bersaudara
PENDIDIKAN FORMAL Jenjang Pendidikan Sekolah Dasar
Tempat
Tahun
SD Negeri Sulursari 01
1997-2000
SD Negeri Pegangsaan 01
2000-2003
Sekolah Menengah Pertama
SMP Negeri 1 Jakarta
2003-2006
Sekolah Menengah Atas
SMA Negeri 46 Jakarta
2006-2009
Kuliah (S1)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
PENDIDIKAN NON FORMAL/ WORKSHOP Peserta Kursus Bahasa Inggris GEC Peserta Brevet Pajak AB di TTH- IKPI 2013
v
2009-2015
SEMINAR/ WORKSHOP Peserta Seminar Nasional “Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi” Peserta Workshop ACCURATE di MARABI STAPI INDONESIA 2015 Peserta Workshop Kaprodi Akuntansi pembuatan RPP kurikulum 2013 PENGALAMAN KERJA Guru Produktif dan Kaprodi Jurusan Akuntansi di SMK Darur Roja Cinere PENGALAMAN ORGANISAS I Ketua MPK dan BPK (OSIS) SMP Negeri 1 Jakarta 2004-2005 Pengurus Ekstrakulikuler Futsal SMA Negeri 46 Jakarta Pengurus Yamabushi Karate Dojo Cabang UIN Jakarta Anggota Operator Dapodikmen tingkat SMK kota Depok Pengurus Yayasan Darur Roja Kholiliyah Cinere, Kota Depok LATAR BELAKANG KELUA RGA Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara Ayah
: Kaslam
Ibu
: Kusmiyati
Wali
: Nurokhman
Adik
: Irma, Afal, Adit dan Alvino
vi
The Influence of Firm Size, Book to Market, Beta, Earning and the Financial Distress toward Subsequent Stock Return ABSTRACT
The purpose of this research is to determine the influence of the firm size, Book To Market, Beta, Earnings, Financial Distress and Subsequent Stock Return. The variables in this research using a Fama Three Factors variable (beta, firm size, book to market) and added earnings ratio, afterwards all these variables regressed back with subsequent stock returns. Sample of 65 companies listed in Indonesia Stock Exchange within timeperiod from 2009 - 2013 resulting in 325 samples of data penel. This research is tested by two models which the first model is using the firm size, book to market , beta , earning on financial distress .The second model is using the firm size, book to market, beta, earning and financial distress on subsequent stock return. This research is using eviews 7.1 application with purposive sampling and regression analysis that using a fixed effect approach for both model. This research is using causality research with the quantitative data. The results of research shows that the first model is finding the effect of bankruptcy prediction ( zscore ) which is influenced by the firm size, book to market , beta , and earning significantly and simultaneously generate Adjusted Rsquared is almost at 95%. While the second models is finding the influence subsequent stock returns which are influenced by firm size, beta, earnings and zscore significantly and simultaneously generate Adjusted R-squared is almost by 45%.
Keyword :
Model predictions of bankruptcy , firm size , altman zscore , beta , book to market , earning , fama three factors and subsequent stock return
vii
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Book To Market, Beta, Earning dan Financial Distress terhadap Subsequent Return Saham ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruhi dari Ukuran Perusahaan, Book To Market, Beta, Earning, Financial Distress dan Subsequent Return Saham. Variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel Fama Three Factors (beta saham, ukuran perusahaan, book to market) dan ditambah rasio earning, kemudian semua variabel tersebut diregresikan kembali dengan subsequent return saham.Sampel 65 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2009 sampai 2013 sehingga menghasilkan data penel sebanyak 325 sampel. Penelitian ini diuji dengan 2 model yaitu model pertama dengan persamaan Ukuran Perusahaan, Book To Market, Beta, Earning terhadap Financial Distress. Model kedua dengan persamaan Ukuran Perusahaan, Book To Market, Beta, Earning dan Financial Distress terhadap Subsequent Return Saham. Menggunakan aplikasi eviews 7.1 dengan metode pengambilan sampel purposive sampling dan analisis regresi menggunakan pendekatan fixed effect untuk kedua model persamaan tersebut. Jenis penelitian menggunakan penelitian kausalitas dengan sifat data kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model I yaitu mencari pengaruh prediksi kebangkrutan (zscore) yang dipengaruhi oleh ukuran perusahaan, book to market, beta saham, dan earning secara signifikan dan secara simultan menghasilkan Adjusted R-squared hampir sebesar 95% dan signifikan secara simultan, sedangkan model II yaitu mencari pengaruh subsequent return saham yang dipengaruhi ukuran perusahaan, beta saham, earning dan zscore secara signifikan dan secara simultan menghasilkan Adjusted R-squared hampir sebesar 45% dan signifikan secara simultan.
Kata kunci:
Model prediksi kebangkrutan, ukuran perusahaan, Altman Zscore, beta saham, book to market, earning, fama three factors dan subsequent return saham.
viii
KATA PENGANTAR Assalamu‟alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang menguasai segala yang ada dan tiada, tempat kembalinya setiap jiwa, asa dan karsa serta Yang Maha Penganugerah, yang telah memberikan karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik pada akhirnya. Shalawat serta salam penulis hanturkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW selaku uswatun hasanah bagi setiap rangkaian kehidupan kita beserta para sahabat, keluarga dan pengikutnya. Peneliti menyadari sebagai hamba Allah SWT yang memiliki kekurangan dan sebagai makhluk sosial yang bersifat interpedensi tentu tidak mungkin menyelesaikan skripsi ini dengan baik tanpa bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Oleh sebab itu peneliti ucapkan terima kasih yang setulusnya atas bantuan moril maupun materil kepada: 1. Orang tua tercinta yaitu Kaslam, Kusmiyati, Nurokhman, keluarga di Bekasi dan di Purwodadi yang tak pernah berhenti mendukung dan mendoakan penulis disetiap waktu dan adikku Irma, Afal, Adit dan Alvino yang tercinta 2. Bapak Dr. Arief Mufraini, LC., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bu Yessi Fitri,SE.,M.Si.,Ak.,CA selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Hepi Prayudiawan SE.,MM.,Ak.,CA selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Bapak Dr.Amilin.,SE,.M.Si.,Ak.,CA.,QIA.,BKP selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih atas ilmu yang telah Bapak berikan selama ini. ix
6. Kak Wilda Farah.,SE.,MSi.Ak.,CPA.,CA selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis. Terimakasih atas semua saran yang Kak Vera berikan selama proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi, saya berdoa semoga hajat kak vera berjalan dengan baik. 7. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah yang telah memberikan bantuan kepada penulis. 8. Nisa Khairany yang selalu memberi dukungan, kesetian dan semangat yang tiada hentinya dalam doa dan tindakan, terimakasih Nta, serta teman-teman segengnya yang asik dan menarik di Fakultas Tarbiyah, terimaksih salam hangat untuk kalian semoga cepat skripsian. 9. Sahabat seperjuanganku Fahmi Setiawan, Muhammad Umar, Rifki Sulviar, Erick Dermawan terimakasih atas dukungan dan bantuannya kepada penulis. 10. Sahabatku Galih, Koco, Adis, Adi, Gofur, Willy, Adam, Bonte, Wahi dan rekan-rekan ACID Akuntansi C 2009 lainnya begitu juga teman-teman rekan guru dan siswa/i SMK Darur Roja dan Keluarga besar Yayasan yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis. 11. Teman-teman Akuntansi UIN 2009 dan teman-teman Yamabushi Karate Dojo dan Sensei Suwito Ucapan terima kasih juga ditunjukan kepada semua pihak yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis hanya dapat memohon dan berdoa mudah-mudahan bantuan, bimbingan, dukungan , semangat, masukan dan doa yang telah diberikan, Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda dan menjadi amal kebajikan di akhirat. Akhirnya Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya. Semoga Allah SWT senantiasa mengiringi setiap langkah kita. Amiin yaa rabbal „aalamiin, Wassalamu‟alaikum Wr.Wb. Jakarta, 05 Juni 2015
Amri Irawan x
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi ................................................................................
i
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif .........................................................
ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .....................................................................
iii
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah .....................................................
iv
Daftar Riwayat Hidup .........................................................................................
v
Abstract ................................................................................................................ vii Abstrak ................................................................................................................ viii Kata Pengantar .....................................................................................................
ix
Daftar Isi ...............................................................................................................
xi
Daftar Tabel .........................................................................................................
xv
Daftar Gambar .....................................................................................................
xvii
Daftar Lampiran ..................................................................................................
xviii
BAB I.
PENDAHULUAN ................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................
1
B. Perumusan Masalah .......................................................................
17
C. Tujuan Penelitian ............................................................................
18
D. Manfaat Penelitian ..........................................................................
19
1. Manfaat Bagi Pengembangan Akademik ...................................
19
2. Manfaat Bagi Pengembangan Praktik.........................................
20
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................
21
A. Tinjauan Literatur ...........................................................................
21
1. Basis Teori .................................................................................
21
a. Signalling Theory ..................................................................
21
b. Resources Based Theory (RBT) ............................................
23
c. Teori Keagenan (Agency Theory) .........................................
24
d. Capital Asset Pricing Model (CAPM) ..................................
27
e. Fama Three Factors Model .................................................. xi
28
2. Imbal Hasil (Return) Saham ......................................................
29
3. Financial Distress ......................................................................
32
4. Z-Score .......................................................................................
34
5. Firm Size (Ukuran Perusahaan) .................................................
43
6. Book to Market Ratio ................................................................
45
7. Beta Saham ................................................................................
47
8. Earning ......................................................................................
48
B. Penelitian Sebelumnya ...................................................................
49
C. Dasar Perumusan Hipotesis ............................................................
56
1. Pengaruh Ukuran Perusahaan (firm size) dengan Financial Distress ......................................................................
56
2. Hubungan book to market dengan Financial Distress ...............
57
3. Hubungan Beta dengan Financial Distress ...............................
57
4. Hubungan Earning dengan Financial Distress .........................
59
5. Hubungan Ukuran Perusahaan, Book to Market, Beta dan Earning dengan Financial Distress ..........................................
59
6. Hubungan Financial Distress dengan Return Saham ................
60
7. Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Return Saham ..............
62
8. Hubungan Book to Market Ratio dengan Return Saham ...........
64
9. Hubungan Beta dengan Return saham .......................................
65
10. Hubungan Earning dengan Return Saham ................................
66
11. Hubungan Ukuran Perusahaan, Book to Market, Beta, Earning dan ZScore dengan subsequent return saham ..............
67
D. Kerangka Berpikir ..........................................................................
69
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................
72
A. Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................
72
B. Metode Pemilihan Sampel ..............................................................
72
C. Jenis Penelitian ...............................................................................
73
D. Metode Pengumpulan Data ............................................................
74
E. Metode Analisis Data ..................................................................... xii
75
F. Pengujian Statistik ..........................................................................
87
G. Operasionalisaisi Variabel Penelitian .............................................
94
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................
101
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................
101
B. Hasil Uji Analisis Data ...................................................................
106
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ......................................................
106
2. Analisis Korelasi antar Variabel ................................................
110
3. Hasil Analisis Data Panel ..........................................................
110
4. Hasil Estimasi Model ..................................................
121
5. Pengujian Hipotesis .........................................................................
124
6. Pembahasan .........................................................
137
BAB V. PENUTUP ....................................................................
147
A. Kesimpulan .............................................................
147
1. Model I Pengaruh Ukuran Perusahaan, Btm, Beta dan Earning terhadap ZScore .........................................................................
148
a. Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap Z-Score ........................................................
148
b. Book-to-market berpengaruh signifikan negatif terhadap Z-score ....................................................................
149
c. Beta berpengaruh signifikan negatif terhadap Z-score .........
150
d. Earning berpengaruh signifikan positif terhadap Z-score .....
151
e. Secara Simultan variabel Ukuran Perusahaan, Btm, Beta dan Earning serta ZScore .....................................................
152
2. Model II Pengaruh ZScore, Ukuran Perusahaan, Beta, Book to Market, dan Earning, terhadap Return saham ...........................
152
a. Zscore berpengaruh signifikan negatif terhadap return saham .........................................................................
152
b. Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap return saham ........................................................... c. Book to Market berpengaruh signifikan negatif xiii
153
terhadap return saham ...........................................................
154
d. Beta berpengaruh signifikan positif terhadap return saham .........................................................................
155
e. Earning berpengaruh signifikan positif terhadap return saham ...........................................................
156
f. Secara Simultan variabel ZScore, Ukuran Perusahaan, beta, book to market, dan earning, dan return saham ...................
157
B. Implikasi .......................................................
157
C. Keterbatasan ..................................................
160
D. Saran ............................................................
161
DAFT AR PUSTAKA ...............................................
162
LAM PIR AN -LAMP IRAN ................................ .........
169
xiv
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
Hal
Tabel 1.1
Non Performance loan
2
Tabel 1.2
Kondisi Perkreditan Sektor Ekonomi
3
Tabel 1.3
Penurunan Laba Importir akibat Depresiais Rupiah
6
Tabel 1.4
Daftar perusahaan delisting
6
Tabel 2.1
Interpretasi Z-Score
35
Tabel 2.2
Hasil penelitian terdahulu
50
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran
100
Tabel 4.1
Seleksi Sampel
101
Tabel 4.2
Profil Sampel Penelitian
102
Tabel 4.3
Hasil Uji Statistik Deskriptif
107
Tabel 4. 4
Hasil Uji Correlation iantar Variabel
110
Tabel 4. 5
Hasil regresi Common Effect Model I
111
Tabel 4. 6
Hasil regresi Common Effect Model II
112
Tabel 4. 7
Hasil regresi Fixed Effect (FEM) Model I
113
Tabel 4. 8
Hasil regresi Fixed Effect (FEM) Model II
114
Tabel 4. 9
Hasil regresi Random Effect Model (FEM) Model I
115
xv
Tabel 4. 10
Hasil regresi Random Effect Model (FEM) Model II
116
Tabel 4. 11
Hasil Uji Chow Model I
118
Tabel 4. 12
Hasil Uji Hausman Model I
119
Tabel 4. 13
Hasil Uji Chow Model II
119
Tabel 4. 14
Hasil Uji Hausman Model II
120
Tabel 4. 15
Regresi Terbaik Fixed Effect (FEM) Model I
122
Tabel 4. 16
Regresi Terbaik Fixed Effect (FEM) Model II
123
Tabel 4. 17
Hasil Ringkasan Hipotesis untuk Model I
128
Tabel 4. 18
Uji F Regresi Terbaik Fixed Effect (FEM) Model II
129
Tabel 4. 19
Hasil Ringkasa Hipotesis untuk Model II
135
Tabel 4. 20
Uji F Regresi Terbaik Fixed Effect (FEM) Model II
136
xvi
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
Hal
Gambar 1.1
Nilai Tukar Rupiah dan Dollar US
5
Gambar 1.2
Perbandingan Indeks Harga Saham Sektoral Manufaktur dengan IHSG
12
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
70
Gambar 3.1
Pengujian Pemilihan Metode pada Pengolahan Data Panel 83
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Keterangan
Hal
Daftar Nilai Perusahaan Manufaktur 2009-2013
164
Hasil Uji Statistik Deskriptif
171
Hasil Regresi Common Effect (Pooled Least Square) Model I
172
Hasil Regresi Common Effect (Pooled Least Square) Model II
173
Hasil Regresi Fixed Effect (Fem) Model I
174
Hasil Regresi Fixed Effect (Fem) Model II
175
Hasil Regresi Random Effect Model (Rem) Model I
176
Hasil Regresi Random Effect Model (Rem) Model II
177
Hasil Uji Chow Model I
178
Hasil Uji Hausman Model I
179
Hasil Uji Chow Model II
180
Hasil Uji Hausman Model II
181
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini ketahanan dan kestabilan perekonomian Indonesia sedang diuji dengan berbagai kondisi gejolak perekonomian dunia yang tidak stabil. Berbagai krisis ekonomi yang melanda Benua Amerika di awal tahun 2008 dan Benua Eropa akibat krisis likuiditas serta perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dan risiko makro ekonomi yang meningkat. Dengan berbagai keadaan ini dapat memungkinkan meningkatnya ketidakpastian perekonomian global diantaranya akibat dari ketidak pastian penanganan krisis di Eropa dan kekhawatiran fiscal cliff di Amerika Serikat, serta turunnya harga komoditas ekspor di pasar global (Erani dan Sri, 2013). Turunnya harga beberapa komoditas pertambangan akibat krisis ekonomi Eropa membuat realisasi investasi di luar Pulau Jawa ikut mengalami penurunan (Rosalina, 2012). Sektor pertambangan yang menjadi penanaman investasi terbesar di Indonesia mulai turun di semester I 2012 dan tren investasi mulai beralih ke manufaktur. Sektor manufaktur merupakan sektor yang banyak menyerap tenaga kerja, di tahun 2013 sektor penyerap tenaga kerja (buruh) ini mengalami peningkatan mencapai 24 % dari produk domestik bruto. Sektor manufaktur dapat menyerap tenaga kerja yang banyak, maka sangat baik jika sektor manufaktur dapat tumbuh. Namun sektor manufaktur 1
memerlukan dana yang besar. Bersumber dari pinjaman kreditor maka dapat menutupi permodalan operasi perusahaan manufaktur. Bank merupakan pemberi pinjaman yang banyak diambil. Jika dalam keadaan krisis yang berimbas operasi perusahaan maka kesulitan pembayaran pinjaman akan mempengaruhi kepercayaan bank. Kesulitan likuiditas ini akan tercermin pada peningkatan Non Performing Loan (NPL) dari tahun ke tahun mengalami penurunan semenjak krisis tahun 2008. Penurunan NPL dari tahun 2008 dapat dilihat dalam tabel di bawah. Tabel 1.1 Non Performance Loan
Sumber : Kajian Stabilitas Keuangan, per Maret 2013, www.bi.go.id Walaupun sektor manufaktur menjadi tren dalam dunia investasi, namun di awal tahun 2013 berdasarkan Laporan Kajian Stabilitas Sistem Keuangan per Maret 2013 yang diterbitkan Bank Indonesia, hasil stress test menunjukkan peningkatan NPL dari 2,29% pada akhir 2012 menjadi 5,39% pada akhir semester I-2013 atau meningkat 310 basis poin (bps) dan potensi tekanan terbesar terjadi pada risiko kredit (Dwitiya Grace, 2013). Sektor yang 2
mengalami NPL tertinggi yaitu sektor basic industry, yang ditunjukkan dalam tabel di bawah ini. Tabel 1.2 Kondisi Perkreditan Sektor Ekonomi
Sumber : Kajian Stabilitas Keuangan, per Maret 2013, www.bi.go.id Dengan melihat NPL perbankan, kita dapat mengetahui kredit bermasalah yang terjadi di perbankan. Semakin tinggi angka persentase NPL perbankan maka banyak perusahaan-perusahaan yang mengalami kredit bermasalah dengan perbankan (Maulidya, Rodhiyah, dan Saryadi, 2012). Dengan melihat permasalahan kredit maka pihak manajer keuangan memiliki kewajiban dalam membuat keputusan pendanaan, baik secara mengundang para investor untuk menanamkan uang kas sebagai ganti bagian laba di masa depan, atau menjanjikan untuk melunasi kas investor itu plus bunga tetap (Brealey, Myers, Marcus, 2007). Dengan membuka keran investasi ke masyarakat dengan menjadi perusahaan yang terbuka maka permodalan keuangan dapat diperoleh. Pasar modal menjadi sarana untuk memobilisasi dana yang bersumber darimasyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi. Dengan investasi di pasar modal maka investasi 3
masyarakat akan menjadi dana segar bagi perusahaan dalam menjalankan usahanya menjadi lebih baik. (Budi dan Nurhatmini, 2003 dalam Nathaniel Nicky, 2008). Para investor yang akan melakukan investasi dengan membeli saham di pasar modal akan menganalisis kondisi perusahaan terlebih dahulu agar investasi yang dilakukannya dapat memberikan keuntungan (return). Rasa aman merupakan hal terpenting yang harus diberikan perusahaan dalam mengelolah
permodalan
investasinya.
Kewajiban
perusahaan
yang
mendapatkan permodalannya harus dapat memberikan imbal hasil dari permodalan tersebut, sehingga investor tidak salah dalam memilih saham perusahaan yang diinvestasikan. Karena tujuan utama investor yaitu mendapatkan imbal hasil dari investasi maka tugas manajer keuangan yang diartikan sebagai manajemen dana yang bertugas mengalokasikan dana investasi secara efektif (Murti, 2011). Memperoleh return (keuntungan) merupakan tujuan utama dari aktivitas perdagangan para investor dipasar modal. Para investor menggunakan berbagai analisis cara untuk memperoleh return yang diharapkan, baik melalui analisis sendiri terhadap perilaku perdagangan saham,maupun dengan memanfaatkan sarana yang diberikan oleh para analis pasar modal, seperti broker, dealer, maupun manajer investasi. Pola perilaku perdagangan saham di pasarmodal dapat memberi kontribusi bagi pola perilaku harga saham di pasar modaltersebut. Pola perilaku harga saham akan menentukan pola return yang 4
diterima dari saham tersebut (Budi dan Nurhatmini, 2003 dalam Nathaniel Nicky, 2008). Saat ini Indonesia dalam krisis nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS yang meningkat di atas Rp. 11.000 (Dat 03 waspada online, September 2013). Pelemahan ini dapat dilihat dalam grafik di bawah ini. Gambar 1.1 Nilai Tukar Rupiah dan Dollar US
Sumber: www.sahamok.com/grafik-usd-vs-idr-rupiah/ Pelemahan nilai tukar akan mempengaruhi nilai transaksi perusahaan manufaktur dimana perusahaan manufaktur bahan baku utamanya berasal dari import menyebabkan kenaikan biaya bahan baku impor sehingga Cost of Goods Sold (COGS) pada masing-masing sektor meningkat sesuai dengan persentase kandungan impor dari sektor tersebut. Seperti yang dialami emiten PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA), yang ikut terpengaruh penurunan nilai tukar rupiah. Sebab, emiten ini memakai bahan baku impor, yakni tepung gandum untuk diolah jadi beraneka produk. Akibatnya, terjadi penurunan laba importir yang menyebabkan korporasi mengalami penurunan Debt Service Coverage Ratio (DSCR) dan mengakibatkan penurunan kinerja kreditnya di bank yang berdampak pada CAR dan NPL perbankan. 5
Tabel 1.3 Penurunan Laba Importir akibat Depresiasi Rupiah
Sumber : Kajian Stabilitas Keuangan, per Maret 2013, www.bi.go.id. Beberapa perusahaan dapat mengalami kerugian walaupun sudah masuk ke dalam lantai bursa. Beberapa perusahaan yang di kategorikan suspend oleh Busa Efek Indonesia (BEI) sehingga pencatatan saham dihapus jika perusahaan mengalami peristiwa yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha perusahaan tercatat, baik secara finansial maupun secara hukum, atau terhadap kelangsungan status perusahaan tercatat sebagai perusahaan terbuka. (Nur Firdaus, 2013). Beberapa perusahaan yang mengalami delisting atau keluar dari pasar modal diantaranya terlihat di bawah ini. Tabel 1.4 Daftar perusahaan delisting Nama Perusahaan Tahun Keterangan Delisting karna kesulitan PT. Texmaco Jaya Tbk Oktober 2008 likuiditas Apexindopratama Duta Tbk. Delisting karena kesulitan Maret 2009 (Apex) likuiditas Siwani Makmur Tbk kondisi operasional dan Januari 2011 (SIMA) keuangan yang memburuk Delisiting karena Suryainti Permata Tbk Februari 2012 penyelesaian utang yang (SIIP) berlarut -laru Bersambung ke halaman selanjutnya 6
Tabel 1.4 (Lanjutan) Nama Perusahaan Tahun PT Cipendawa Tbk (CPDW) 30 Juni 2013 PT Panca Wiratama Sakti Tbk 2013 (PWSI) PT Berlian Laju Tanker Tbk 2013 (BLTA) PT Central Proteinaprima Tbk 2013 (CPRO) PT Metro Batavia Januari 2013 (Batavia Air) PT Amstelco Indonesia Tbk Februari 2013 Indo Setu Bara Resources Tbk 2013 (CPDW) PT Amstelco Indonesia (INCF) 2013
Keterangan Suspend Suspend Suspend Suspend Pailit alias bangkrut Suspend Suspend Suspend
Sumber :data diolah dari www.sahamok.com/emiten/saham-delisting/ Sangat berbahaya jika perusahaan yang sudah dalam kategori perusahaan terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami krisis likuiditas maka akan merugikan banyak pihak terutama pemilik saham, perusahaan dan masyarakat. Investasi yang dilakukan investor akan sia-sia jika perusahaan yang di investasinya mengalami kebangkrutan atau kesulitan likuiditas yang mengakibatkan financial distress maka akan mempengaruhi kinerja perusahaan yang tercermin dalam harga saham perusahaan. Menurut Peter dan Yoseph (2011), analisis kebangkrutan penting dilakukan dengan pertimbangan kebangkrutan suatu perusahaan terbuka (go public) akan merugikan banyak pihak. Pihak-pihak tersebut antara lain adalah, investor yang berinvestasi dalam bentuk saham maupun obligasi, kreditur yang dirugikan karena terjadinya gagal bayar (default), karyawan perusahaan tersebut karena terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) serta manajemen 7
perusahaan itu sendiri. Secara tidak langsung kemampuan beradaptasi dengan lingkungan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup (going concern) perusahaan. Ketidak mampuan beradaptasi dengan lingkungan yang berubahubah akan menurunkan kinerja perusahaan yang pada akhirnya mengakibatkan kebangkrutan. Kondisi demikian dialami oleh banyak perusahaan saat krisis moneter terjadi. Penerapan manajeman keuangan dalam perusahaan public telah ditetapkan dengan berbagai rambu-rambu BAPEPAM. Dalam keputusan BAPEPAM nomor kep-82/pm/1996 tentang keterbukaan informasi pemegang saham tertentu seperti penerapan kebijakan perlindungan terhadap minoritas share holder prinsip keterbukaan dalam laporan keuangan. Jika perusahaannya dalam keadaan kesulitan, maka berpeluang bagi pihak manajer untuk membuat informasi yang asymmetris terhadap pihak pemegang saham (stock holder) yang menyebabkan penilaian terhadap perusahaan tidak dapat seluruhnya sesuai dengan value dari asset yang ada. Informasi yang asymmetris akan menyesatkan para pengguna laporan keuangan tidak terkecuali para investor yang ingin membeli saham perusahaan. Seorang investor dalam menentukan saham yang akan dibeli atau dijual akan mempertimbangkan informasi yang tersedia. Informasi ini berguna sebagai pertimbangan untuk menentukan tingkat keuntungan beserta risiko saham yang dibeli atau dijual. Sebelum menginvestasikan dananya, investor melakukan analisis terhadap kemampuan perusahaan bertujuan menghasilkan 8
keuntungan. Investor juga berkepentingan atas informasi yang berhubungan dengan kondisi atau kinerja keuangan perusahaan sebagai pedoman untuk melakukan investasi, agar dana yang diinvestasikan tersebut mampu menghasilkan nilai tambah dimasa mendatang dalam bentuk dividen atau capital
gain.
Jika
informasi
tersebut
tidak
mencerminan
keadaan
sesungguhnya perusahaan maka pembaca laporan tersebut akan tersesat. Data yang asymmetris dapat ditemukan karena adanya hubungan keagenan yaitu hubungan antara pemilik modal dan pihak manajemen. Pemilik saham yang memiliki latar
belakang, selera, kekayaan, kerangka waktu dan
kesempatan pribadi yang berbeda. Namun semua itu memiliki tujuan yang sama yaitu memaksimalkan nilai pasar dari investasi pemegang saham atas perusahaan (Brealey, Myers, Marcus, 2007). Dengan adanya tujuan tersebut maka tugas manajerlah untuk melakukannya, sehingga berbagai cara dilakukan baik atau buruk, etis atau tidak. Harga saham suatu perusahaan menunjukkan nilai penyertaan dalam perusahaan. Tinggi rendahnya harga saham suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kinerja perusahaan, risiko, dividen, tingkat suku bunga, penawaran, permintaan, laju inflasi, kebijaksanaan pemerintah dan kondisi perekonomiaan (Thobarry, 2009). Karena perubahan faktor-faktor di atas harga saham akan mengalami perubahan naik atau turun. Harga saham mencerminkan nilai perusahaan di mata masyarakat.
9
Para investor dan kreditur sebelum menanamkan dananya pada suatu perusahaan akan selalu melihat terlebih dahulu kondisi keuangan perusahaan tersebut. Oleh karena itu, analisis dan prediksi atas kondisi keuangan suatu perusahaan adalah sangat penting (Atmini dalam Hadi dan Anggarini, 2008).
Investor mengukur kinerja perusahaan berdasarkan kemampuan beberapa perusahaan dalam mengelola sumber dana yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan. Rasio keuangan dapat membantu para pelaku bisnis, pemerintah dan para pemakai laporan keuangan lainnya untuk menilai kondisi keuangan suatu perusahaan(Thobarry, 2009). Analisis financial distress dapat dilakukan dengan menggunakan rasiorasio keuangan. Metode Altman Z-Score dapat diterapkan untuk pengujian karakteristik kegagalan usaha perusahaan dengan menentukan variabel yang efektif untuk memprediksi financial distress di masa depan. Model ini juga dapat digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan melalui rasio keuangan (Rida dan Adam, 2011). Menurut Foster (1986), dengan memperhatikan 4 (empat) hal yang mendorong analisis laporan keuangan dengan model rasio keuangan salah satunya mengkaji hubungan empirik antara rasio keuangan dan estimasi atau prediksi variabel tertentu (seperti kebangkrutan atau financial distress). Analisis harga saham perusahaan sangat penting bagi para investor yang ingin baru masuk dalam dunia investasi. Walaupun secara kenyataan bahwa harga saham di pasar modal menurun belum tentu dikarenakan keuangan 10
perusahaan tersebut sedang buruk, namun karena imbas permintaan dan penawaran berbagai spekulasi investor lain yang mangakibatkan tren harga saham di sektor tersebut turun. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh para investor baru yang ingin membeli saham dalam harga diskon (murah). Dengan melihat market capitalization atau ukuran perusahaan dapat menjadi landasan bahwa perusahaan tersebut memiliki fundamental yang baik. Selain itu analisis beta saham juga dapat menjadi acuan akan ketahanan perusahaan dari pengaruh pasar yang ada. R&I salah satu lembaga pemeringkat asal Jepang menilai perekonomian Indonesia akan tetap tumbuh sekira 6 persen dalam jangka menengah. Hal tersebut dapat dilakukan bila dapat memperkuat basis industrinya dengan memanfaatkan Foreign Direct Investment (FDI). Selain itu, defisit fiskal kemungkinan akan tetap rendah, dengan sektor perbankan tetap terjaga, dan peningkatan beban utang pemerintah tidak bertambah. Dengan faktor-faktor tersebut, R&I menegaskan peringkat investasi Indonesia tetap di BBB(Fakhri, 2013). Dengan adanya peningkatan perekonomian Indonesia maka pasar investasi di Indonesia masih menjanjikan. Menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada pertengahan tahun 2013 menyeburkan bahwa diantara 5 sektor yang merupakan tujuan investasi Penanaman Modal Asing (PMA), sektor industri barang kimia dasar dan farmasi tercatat USD 1,2 miliar pada peringkat ke 2 di atas industri logam
11
dasar, mesin elektronik, industri alat angkutan dan transportasi lainnya, industri kertas dan percetakan (Wan, 2013). Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, bahwa kinerja keuangan perusahaan akan menjadi sorotan para investor dan kreditor sebelum menanamkan dananya pada suatu perusahaan, maka dengan keadaan perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan akan mempengaruhi pandangan yang mengakibatkan penurunan kepercayaan yang berimbas penurunan kepercayaan investasi yang mempengaruhi saham perusahaan. Selain akibat krisis keuangan global dan melemahnya nilai tukar rupiah yang mengakibatkan penurunan nilai laba, maka penelitian ini ingin melihat akibat imbas berbagai kesulitan yang terjadi saat ini dengan keadaan saham perusahaannya. Dengan menggunakan populasi pada perusahaan manufaktur karena sektor ini termasuk sektor penting yang diantaranya membantu naik turunnya keadaan saham di IDX. Gambar 1.2 Perbandingan Indeks Harga Saham Sektoral Manufaktur dengan IHSG
Sumber: data diolah dari www.finance.yahoo.com
12
Maka dengan melihat hal ini maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Book To Market, Beta, Earning dan Financial Distress terhadap Subsequent Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2009 – 2013”. Penelitian-penelitian terdahulu oleh para ahli tentang saham sudah sering dilakukan William, Agung (2013) dengan menggunakan populasi perusahaan sektor aneka industri. Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitiannya bahwa variabel book to market dan earning yield
berpengaruh signifikan sedangkan dividend yield tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel harga saham. Sehingga penelitian sekarang ingin menguji kembali variabel book to market untuk semua perusahaan di sektor manufaktur yang memiliki harga saham yang berfluktuatif cenderung turun pada keadaan tahun sekarang. Dengan melihat keadaan return saham perusahaan tersebut. Penelitian lainnya tentang kondisi financial distress diantaranya yang dilakukan oleh Altman (1968) merupakan penelitian awal yang memanfaatkan analisis rasio keuangan sebagai alat untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Altman menemukan ada lima rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan dua tahun sebelum perusahaan tersebut bangkrut dengan menggunakan analisis multiple discriminant analysis. Kelima rasio tersebut terdiri dari: cash flow to total 13
debt, net income to total assets, total debt to total assets, working capital to total assets, dan current ratio. Altman juga menemukan bahwa rasio-rasio tertentu, terutama likuidasi dan leverage, memberikan sumbangan terbesar dalam rangka mendeteksi dan memprediksi kebangkrutan perusahaan. Sehingga penelitian sekarang ingin menguji kembali rasio yang digunakan Altman dalam memprediksi financial distress di sektor manufaktur seperti yang dilakukan Altman. Pengujian atas pengaruh book to market terhadap return saham dilakukan oleh Utama dan Lumondang (2009), didapatkan kesimpulan bahwa book to markat berpengaruh terhadap return saham. Hasil yang sama juga dibuktikan oleh penelitian Brad dan John (1997), yang berisi peningkatan book to market akan mempengaruhi net income perusahaan yang menjadi daya tarik investor dalam melihat harga saham dan mencapai imbal hasil yang diinginkan serta firm size, book to market berpengaruh signifikan terhadap security return. Kedua penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Sehingga penelitian sekarang ingin menguji kembali variabel Firm Size dan Book to Market yang diteliti oleh Brad dan John (1997) dan Bankruptcy risk oleh Utama dan Lumondang (2009). Kedua penelitian ini menggunakan variabel dependen return saham dan ingin menguji kembali penelitian sebelumnya untuk saham sektor manufaktur. Beberapa penelitian terdahulu tentang size effect dan book to market effect yang dilakukan oleh Chan dan Chen (1991) merupaka variabel yang 14
mempengaruhi imbal hasil (return) saham. Dalam penelitian Fama dan Frech (1992) memperkirakan bahwa book to market effect mungkin muncul karena adanya distress risk. Sehingga dalam penelitian sekarang ingin melihat kembali apakah book to market effect dan distress risk akan berpengaruh terhadap return saham perusahaan. Peneliti menggunakan variabel financial distress kebanyakan dilakukan untuk mengukur kebangkrutan perusahaan namun dalam penelitian ini peneliti ingin melihat keadaan ini terhadap return saham perusahaan apakah berpengaruh secara signifikan atau tidak, serta ukuran perusahaan (firm size) dan book to market dalam penelitian sebelumnya juga mempengaruhi return saham dan peneliti ingin melihat apakah di priode penelitian sekarang dapat mendapatkan hasil yang sama. Penelitian tentang beta saham dilakukan oleh Herman dan Suk (2007), metode penelitian dengan menggunakan analisis simple regression dan kemudian menggunakan multiple regression. Dalam penelitian sekarang yang membedakan yaitu
variabel financial distress. Penggunaan variabel beta
dalam penelitian sekarang adalah ingin melihat tingkat risiko pasar pada perusahaan sektor manufaktur. Penelitian tentang Earning dilakukan oleh Solechan (2009), dimana variabel Earning yang digunakan sama dengan peneliti menghasilkan pengaruh positif terhadap return saham. Dalam penelitian sekarang menggunakan data populasi perusahaan sektor manufaktur berbeda dengan penelitian sebelumnya 15
yang menggunakaan populasi semua perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia. Peneliti mengambil topik ini karena pada saat ini investasi sangat banyak diminati diantaranya oleh masyarakat luas, pengusaha maupun perusahaan dilihat dari banyaknya investor dan perusahaan sekuritas yang ada. Dalam berinvestasi hal-hal yang harus dilihat diantaranya kesehatan perusahaan. Perusahaan yang sehat akan memberikan imbal hasil yang baik. Penggunaan prediksi kesehatan perusahaan sangat membantu untuk melihat bagaimana pondasi keuangan perusahaan dalam mengahadapi keadaan bisnis usaha yang susah ditebak maka faktor prediksi kesehatan diperlukan baik pihak perusahaan maupun para investor. Dalam penelitian kali ini, variabel yang diteliti mengambil variabel Fama Three Factor Model yaitu beta, firm size dan book to market, penelitian sebelumnya hanya menggunakan variabel Capital Assets Pricing Model (CAPM) yang menggunakan variabel beta saham dalam meneliti return saham yang kemungkinan dapat menghasilkan persamaan yang lebih baik dengan menggunakan subsequent return saham. Pemilihan subsequent return saham dinilai lebih tepat untuk melihat bagaimana keadaan perusahaan setelah di audit. Penggunaan populasi yang digunakan adalah perusahaan manufaktur go public yang merupakan emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan terdaftar selama periode 2009-2013. Pemilihan populasi ini seperti yang dilakukan Altman dalam menilai kebangkrutan sehingga industri ini memiliki populasi 16
yang sangat tepat untuk penelitian saat ini. Banyak penelitian sebelumnya hanya meneliti dengan satu regresi, namun penelitian ini menggunakan double regresi dengan melihat bagaimana keadaan subsequent return saham dilihat rasio kebangkrutan perusahaan. Metode uji yang digunakan yaitu dengan aplikasi eviews yang masih jarang digunakan dimana penelitian sebelumnya masih banyak menggunakan aplikasi spss. Peneliti menggunakan aplikasi eviews karena data yang digunakan peneliti menggunakan data panel, dimana data panel lebih tepat menggunakan aplikasi eviews dari pada yang lainnya. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini terfokus pada: 1. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap Financial Distress? 2. Apakah Book to Market berpengaruh secara parsial terhadap Financial Distress? 3. Apakah Beta berpengaruh secara parsial terhadap Financial Distress? 4. Apakah Earning berpengaruh secara parsial terhadap Financial Distress? 5. Apakah Ukuran Perusahaan, Book to Market, Beta dan
Earning
berpengaruh secara simultan terhadap Financial Distress? 6. Apakah
Financial
Distress
berpengaruh
secara
parsial
terhadap
Subsequent Return Saham?
17
7. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap Subsequent Return Saham? 8. Apakah Book to Market berpengaruh secara parsial terhadap Subsequent Return Saham? 9. Apakah Beta berpengaruh secara parsial terhadap Subsequent Return Saham? 10. Apakah Earning berpengaruh secara parsial terhadap Subsequent Return Saham? 11. Apakah Ukuran Perusahaan, Book to Market, Beta, Earning dan Financial Distress berpengaruh secara simultan terhadap Subsequent Return Saham? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris tentang: 1. Untuk mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan secara parsial terhadap Financial Distress? 2. Untuk mengetahui pengaruh Book to Market secara parsial terhadap Financial Distress? 3. Untuk mengetahui pengaruh Beta secara parsial terhadap Financial Distress? 4. Untuk mengetahui pengaruh Earning secara parsial terhadap Financial Distress? 18
5. Untuk mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan, Book to Market, Beta, dan Earning secara simultan terhadap Financial Distress? 6. Untuk mengetahui pengaruh Financial Distress secara parsial terhadap Subsequent Return Saham? 7. Untuk mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan secara parsial terhadap Subsequent Return Saham? 8. Untuk mengetahui pengaruh Book to Market secara parsial terhadap Subsequent Return Saham? 9. Untuk mengetahui pengaruh Beta secara parsial terhadap Subsequent Return Saham? 10. Untuk
mengetahui
pengaruh
Earning
secara
parsial
terhadap
Subsequent Return Saham? 11. Untuk mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan, Book to Market, Beta, Earning dan Financil Distress secara simultan terhadap Subsequent Return Saham? D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Pengembangan Akademik a. Pemanfaatan variabel penelitian dengan menggunakan rasio variabel Ukuran Perusahaan , book to market, beta maupun earning terkait financial distress dengan metode Altman z-score perusahaan dan bersama–sama pengaruhnya terhadap subsequent return saham perusahaan terutama sektor manufaktur sebagai indikator bagaimana 19
menilai keadaan perusahaan yaitu dalam keadaan sehat atau keadaan kesulitan keuangan. b. Bagi peneliti penelitian ini bermanfaat untuk membandingkan antara keadaan yang sebenarnya dengan teori yang dipelajari atas faktor yang mempengaruhi financial distress dan subsequent return saham perusahaan. Sedangkan bagi peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam penelitian berikutnya. 2. Manfaat Bagi Pengembangan Praktik a. Bagi perusahaan penelitian faktor-faktor
yang mempengaruhi
kebangkrutan atau keadaan financial distress dan subsequent return saham ini dapat menjadi sebuah evaluasi bagi kebijakan yang akan dan sudah dikeluarkan oleh perusahaan. b. Bagi stake holders penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keadaan posisi keuangan perusahaan, sehingga diharapkan dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang tepat. c. Bagi calon investasi dan analisis penelitian ini dapat menjadi pedoman atau bantuan untuk melihat investasi yang ingin dilakukannya sehingga dapat memudahkan para investor baru untuk berinvestasi. d. Bagi regulator penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam peninjauan kebijakan perusahaan terkait pentingnya pengukuran rasiorasio keuangan yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan dan subsequent return saham terutama di sektor manufaktur. 20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur 1. Basis Theory a. Signalling Theory Teori yang melandasi pengungkapan sukarela adalah teori pensinyalan (signalling theory). Teori ini menggambarkan tindakan yang lebih suka diambil oleh manajer level tinggi daripada manajer level rendah. Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan informasi privat yang menurut pertimbangannya sangat diminati oleh calon investor dan pemegang saham khususnya kalau informasi tersebut merupakan berita baik (good news). Di samping itu, manajemen
berminat
menyampaikan
informasi
yang
dapat
meningkatkan kredibilitasnya dan kesuksesan perusahaan meskipun informasi tersebut tidak diwajibkan. Menurut Wolk, et al. (2001) dalam Jama‟an (2008) teori sinyal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Signalling
theory mengemukakan bagaimana seharusnya
sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. 21
Menurut Jogiyanto (2000) dalam Yanti (2012), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi
investor
dalam
pengambilan
keputusan
investasi.
Jika
pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan volume perdagangan saham.Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Namun kadang informasi yang diberikan merupakan informasi yang kurang relevan karena masih terpengaruhi oleh kepentingan perusahaan 22
sehingga laporan yang sudah di auditlah yang memiliki kerelevanan yang cukup untuk dilihat atau dijadikan acuan menilai suatu perusahaan karena sudah tidak memiliki unsur keagenan dalam pembuatan informasi tersebut. b. Resources Based Theory (RBT) Resources Based Theory membahas mengenai sumber daya yang dimiliki perusahaan dan bagaimana perusahaan tersebut dapat mengolah dan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya. Kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber dayanya dengan baik dapat menciptakan keunggulan kompetitif sehingga dapat menciptakan nilai bagi perusahaan. Keunggulan kompetensi dan unik bisa menjadi sumbernilai ekonomi (Collis , 1991 dalam Mona, 2003) Menurut Susanto (2007) dalam Susilo (2012), agar dapat bersaing organisasi
membutuhkan
dua
hal
utama.
Pertama,
memiliki
keunggulan dalam sumber daya yang dimilikinya, baik berupa aset yang berwujud (tangible assets) maupun yang tidak berwujud (intangible assets). Kedua, adalah kemampuan dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya tersebut secara efektif. Kombinasi dari aset dan kemampuan akan menciptakan kompetensi yang khas dari sebuah perusahaan, sehingga mampu memiliki keunggulan kompetitif dibanding para pesaingnya. Dalam teori ini, hal yang paling utama
23
adalah menentukan sumber daya kunci yang potensial bagi perusahaan untuk meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perlu dilakukan identifikasi terhadap berbagai jenis sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Sumber daya perusahaan mencakup seluruh aset, kapabilitas, proses organisasi, atribut-atribut, pengetahuan, dan sebagainya
yang
dikendalikan
oleh sebuah
perusahaan
yang
memungkinkan perusahaan tersebut memperbaiki tingkat efisiensi dan efektivitasnya. Sehingga memahami kelebihan dan kekurangan perusahaan akan menjadikan perusahaan tersebut mengetahui posisi perusahaan dengan perusahaan pesaingnya. Sumber daya perusahaan tersebut memiliki kontribusi yang berbeda
dalam
upaya
mencapai
keunggulan kompetitif
yang
berkelanjutan sehingga perusahaan harus dapat menentukan sumber daya kunci yang dapat menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan yang berkelanjutan tersebut. Kemudian dalam melakukan analisis harga saham dapat digunakan keunggulan perusahaan yang paling dominan yang dapat membuat harga saham menghasilkan imbal yang diharapkan. c. Teori Keagenan (Agency Theory) Agency Theory, merupakan konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual antara principals dan agents. Pihak principals adalah pihak 24
yang memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu agents, untuk melakukan semua kegiatan atas nama principals dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan (Sinkey, 1992 dalam Sukarno, 2005) Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan sebagai: “agency relationship as a contract under which one or more person (the principals) engage another person (the agent) to perform some service on their behalf which involves delegating some decision making authority to the agent”.
Dalam hubungan keagenan manajer sebagai pihak yang memiliki akses langsung terhadap informasi perusahaan, memiliki asymmetris informasi terhadap pihak eksternal perusahaan, seperti kreditor dan investor. Dimana ada informasi yang tidak diungkapkan oleh pihak manajemen kepada pihak eksternal perusahaan, termasuk investor. Informasi atau keputusan yang diambil oleh manajer akan mempengaruhi tingkat harga pasar atas saham perusahaan, karena keputusan tadi akan menentukan besarnya aliran kas masuk (bersih) yang diharapkan serta tingkat risiko yang tinggi baik risiko usaha maupun risiko keuangan yang harus ditanggung oleh perusahaan (Murti, 2011) Untuk memperkecil asymmetris informasi, maka pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai 25
peraturan dan ketentuan yang berlaku. Upaya ini menimbulkan apa yang disebut sebagai agency costs, yang menurut teori ini harus dikeluarkan sedemikian rupa sehingga biaya untuk mengurangi kerugian
yang
timbul
karena
ketidakpatuhan
setara
dengan
peningkatan biaya enforcement-nya. Dalam penyampaian informasi oleh perusahaan yang sudah melantai dibursa maka penyampaian informasi harus dibuat.dalam peraturan keputusan direksi Pt Bursa Efek Jakarta nomor : Kep306/Bej/07-2004 tentang “Peraturan Nomor I-E Tentang Kewajiban Penyampaian
Informasi”,
yang
menyebutkan
bahwa
rangka
meningkatkan pelindungan terhadap pemodal melalui ketentuan yang dapat meningkatkan kualitas keterbukaan informasi perusahaan tercatat dipandang perlu menetapkan suatu ketentuan mengenai kewajiban
penyampaian
laporan
dan
keterbukaan
informasi
perusahaan tercatat. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perlu adanya pihak ketiga untuk mengawasi jalannya suatu laporan kegiatan perusahaan, maka pihak ketiga atau eksternal dilibatkan. Pihak independen diantaranya adanya auditor internal maupun eksternal yang mampu mengawasi jalannya suatu kegiatan perusahaan terutama laporan keuangan perusahaan sehingga laporan yang dibuat tidak mengandung data asymmetris. Maka laporan keuangan yang digunakan untuk 26
menganalisis suatu nilai harga saham dilihat dari laporan keuangan yang sudah diaudit dan mencerminkan keadaan yang sebenarnya. d. Capital Asset Pricing Model (CAPM) Capital Asset Pricing Model merupakan model yang didasarkan atas proporsi bahwa tingkat pengembalian atas saham yang diperlukan sama dengan tingkat pengembalian bebas risiko, ditambah premi risiko yang hanya mencerminkan risiko yang ada setelah diversifikasi. Risiko memang sulit diukur karena banyak faktor yang harus dipertimbangkan.
Dalam
perhitungan risiko
secara
matematis,
mengharuskan adanya pengetahuan menenai teori probabilitas dan pengertian mengenai keuntungan portofolio dan risiko portofolio. (Moeljadi, 2006) CAPM tidak lepas dengan beta saham yang menjadi kuncinya. Dalam buku Financial Management karangan Titman, Keown, Martin, 2011 menyebutkan bahwa: “The key insights of the CAPM are that investment with the same beta have expected rate of return and that investors will require a higher rate of return on investment with higher betas”. Sehingga CAPM dengan beta saham adalah memiliki hubungan yang searah dimana diharapkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi atas investasi dengan beta yang lebih tinggi pula (Titman, Keown, Martin, 2011).
27
Kesimpulan utama CAPM adalah risiko yang relevan dari saham individu merupakan kontribusi terhadap risiko portofolio yang diversifikasi dengan baik. Risiko yang tetap ada setelah didiversifikasi merupakan risiko pasar atau risiko yang melekat pada pasar. Hal itu dapat diukur oleh suatu tingakatan ketika saham tertentu dalam pasar cenderung bergerak ke atas dan ke bawah (Moeljadi, 2006). e. Fama Three Factors Model Menurut Fama dan French (1992) dalam Richard dan Werner (2013) tidak menemukan bukti langsung hubungan antara beta dengan return rata-rata yang berarti investor tidak menerima imbalan return atas risiko pasar yang diambil tetapi sebaliknya size dan rasio book value to market value berasosiasi kuat terhadap return. Fama dan French (1992) menduga bahwa size dan book-to-market (BM) mungkin merupakan proksi atas faktor risiko yang mempengaruhi return. Size memiliki korelasi negatif dimana semakin kecil kapitalisasi perusahaan memberikan tingkat return yang semakin tinggi sedangkan book-to-market berasosiasi positif yang berarti bookto-market yang tinggi menunjukkan saham yang mengalami undervalue dan memiliki peluang memberikan return lebih tinggi dimasa akan datang. Menyempurnakan model Capital Assets Pricing Model (CAPM), Fama dan French memasukkan kedua faktor tersebut dan melahirkan Fama Three Factors Model. 28
Fama dan French dengan Three Factors model-nya menemukan bahwa faktor risk market, size dan book to market berpengaruh terhadap returns saham. Sampai saat ini penelitian masih berlanjut diberbagai negara yang melibatkan kalangan lebih luas dan terbuka. 2. Imbal Hasil (Return) Saham Secara rasional tujuan dalam melakukan investasi adalah memperoleh return. Demikain pula investasi dalam saham, investor tentu ingin mendapatkan return yang maksimal dari investasi yang ditanamkan (Murti, 2011). Motivasi para investor melakukan investasi adalah harapan untuk memperoleh return yang sesuai. Tanpa adanya return, tentunya para investor tidak akan bersedia melakukan investasi. Jadi, dalam hal ini tujuan utama seseorang melakukan investasi adalah untuk memperoleh return baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Jogianto (2003) return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa return saham adalah tingkat keuntungan yang akan diperoleh oleh investor yang menanamkan dananya di pasar modal yang berupa return realisasi dan return ekspektasi. Investasi merupakan komitmen penempatan sejumlah dana untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Dengan kata lain, motivasi utama investor dalam melakukan investasi adalah untuk memperoleh return (kembalian) investasi sesuai dengan harapan pada 29
tingkat risiko tertentu. Return (kembalian) adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya (Ang, 1997). Investor tentunya tidak akan melakukan investasi jika tanpa adanya harapan akan return yang diperoleh di masa yang akan datang. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogiyanto, 2003). Dalam melakukan investasi terdapat beberapa metode pengukuran return, salah satunya adalah return total. Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode yang tertentu. Konsep return menurut (Ang, 1997) adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Para investor termotivasi untuk melakukan investasi salah satunya adalah dengan membeli saham perusahaan dengan harapan untuk mendapatkan kembalian investasi yang sesuai dengan apa yang telah diinvestasikannya. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi atau tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya. Tanpa keuntungan yang diperoleh dari suatu investasi yang dilakukannya, tentunya investor tidak mau melakukan investasi yang tidak ada hasilnya.Setiap investasi, baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama yaitu memperoleh keuntungan yang disebut return, baik secara langsung maupun tidak langsung. Return saham merupakan income yang diperoleh oleh pemegang saham sebagai hasil dari investasinya di perusahaan tertentu. Return 30
saham dapat dibedakan menjadi dua jenis (Jogiyanto, 2003), yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan Return yang sudah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi dapat digunakan sebagai salah satu pengukuran kinerja perusahaan dan dapat digunakan sebagai dasar penentu return ekspektasi dan risiko di masa yang akan datang, sedangkan return ekspektasi merupakan return yang diharapkan terjadi di masa mendatang dan masih bersifat tidak pasti. Dalam peningkatan return
saham terdapat laba saham sehingga
meningkatnya return saham maka menigkat pula laba saham perusahaan. Laba saham perusahaan diatur dalam psak 56 revisi 2011 tentang “Laba Per Saham” yang diadopsi dari IAS 33 dan berlaku efektif 1 Januari 2012. Sehingga pengaturannya harus disesuaikan dengan psak tersebut, dimana menetapkan teknik perhitungan, penyajian, dan pengungkapan Laba Per Saham (LPS) pada akhirnya meningkatkan daya banding kinerja antar perusahaan dan antar periode. Metode return saham dapat menggunakan 2 cara (Asri, 1987 dalam Hartono dan Paramitha, 2008) yaitu: a) Memasukkan unsur dividen Jika unsur dividen digunakan dalam perhitungan return saham (investor tidak mengabaikan dividen), maka dapat digunakan rumus: Ri = D1 + (P1 – P0) / P0 31
b) Tanpa memasukkan unsur dividen Jika unsur dividen tidak digunakan dalam perhitungan (investor mengabaikan dividen), maka data yang digunakan hanya terdiri dari harga pasar saham saja. Rumus yang dapat digunakan sebagai berikut: Ri = P1 – P0 / P0 Keterangan : Ri : Return yang diharapkan D1 : Dividen yang diharapkan P1 : Harga pasar saham yang diharapkan P0 : Harga pasar saham saat penutupan 3. Financial Distress Financial distress (kesulitan keuangan) adalah awal terjadinya kebangkrutan pada perusahaan, kesulitan likuiditas yang sangat parah membuat perusahaan tidak mampu menjalankan operasi dengan baik. Kebangkrutan biasanya diartikan dengan kegagalan perusahan dalam menjalankan
operasi
perusahaan
untuk
menghasilkan
tujuannya
(Rudianto, 2013). Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi atau penutupan perusahaan atau insolvabilitas. Menurut Ross, et al,. (2012) Financial distress adalah: “a situation where a firm‟s operating cash flows are not sufficient to satisfy current obligations (such as trade credit or interest expenses) and the firm is forced to take corrective actions”. 32
Ada beberapa definisi kesulitan keuangan sesuai tipenya, yaitu economic failure, business failure, technical insolvency, insolvency in bankruptcy, dan legal bankruptcy. Kebangkrutan dari suatu perusahaan dapat diukur dengan laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan tersebut, laporan keuangan perusahaan merupakan satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat. Data keuangan harus dikonversi menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomis. Model financial distress perlu untuk dikembangkan, karena dengan mengetahui kondisi financial distress perusahaan sejak dini diharapkan dapat dilakukan tindakan-tindakan untuk mengantisipasi yang mengarah kepada kebangkrutan. Model analisis yang digunakan menggunakan zscore.
Analisis
z-score
adalah
metode
untuk
memprediksi
keberlangsungan hidup suatu perusahaan dengan mengkombinasikan beberapa rasio keuangan yang umum dan pemberian bobot yang berbeda dengan lainnya (Rudianto, 2013). Menurut Blocket et al., (2009) dalam McDowell, (2009) kriteria dari financial distress berupa kondisi entitas yang secara teknis tidak dapat membayar hutang yang dimiliki meskipun memiliki kekayaan bersih positif, secara sederhana dapat dikatakan aset lancar tidak mencukupi untuk membayar hutang lancar (jangka pendek). Kriteria 33
kedua berupa nilai pasar yang ditunjukan entitas, dimana nilai aset entitas lebih rendah daripada hutang yang dimiliki sehingga berada pada posisi nilai kekayaan negatif, secara teknis entitas berada pada kondisi bangkrut sehingga bisa dikatakan entitas mengalami kegagalan bisnis (business failure). Sehingga dapat disimpulkan dari uraian diatas bahwa perusahaan yang mengalami keadaan financial distress memiliki penyebab yang berbeda dari satu situasi ke situasi yang lain, penyebab suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan disebabkan melalui faktor internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi kondisi keuangan maupun non keuangan. Faktor keuangan misalnya adalah jumlah hutang yang terlalu besar, kebijakan dividen, dan sebagainya. Faktor non keuangan misalnya kesalahan dalam pemilihan lokasi dan pasar, dan sebagainya. Faktor eksternal misalnya adalah bencana alam, persaingan yang hebat, berkurangnya permintaan, perubahan minat pasar, perubahan budaya, dan sebagainya. 4. Z-Score Z-score adalah metode untuk memprediksi keberlangsungan hidup suatu perusahaan dengan mengkombinasikan beberapa rasio keuangan yang umum dan pemberian bobot yang berbeda dengan lainnya (Rudianto, 2013). Itu berarti dengan menggunakan metode z-score dapat diprediksi kemungkinan kebangkrutan suatu perusahaan. 34
Altman (1968) adalah orang yang pertama yang menerapkan Multiple Discriminant Analysis. Dengan menggunakan data laporan keuangan dari 1 sampai 5 tahun sebelum kebangkrutan, Altman menyusun 22 rasio keuangan yang paling memungkinkan dan mengelompokkannya dalam 5 kategori: likuiditas, profitabilitas, leverage, solvabilitas
dan
kinerja.
Setelah
melakukan
penelitian,
Altman
menghasilkan beberapa model. Karena itu, Altman menghasilkan beberapa rumus yang dapat digunakan dengan kondisi yang berbeda. Model ini menekankan pada rasio keuangan sebagai komponen yang paling berpengaruh terhadap kebangkrutan (Rudianto, 2013). Persamaan kebangkrutan yang ditujukan untuk memprediksi sebuah perusahaan publik manufaktur. Persamaan dari model Altman ada 3 diantaranya dapat diringkas di bawah ini. Tabel 2.1 Interpretasi Z-Score Tahun
Rumus
Untuk perusahaan
Zona
Z=1,2X1+1,4X2 1,81>Z> +3,3X3+0,6X4 go-public Z>2,99 Z<1,81 2,99 +0,999X5 Z=0,717X1+0,847 non go1,23>Z> 1984 X2+3,107X3+0,42 Z>2,90 Z<1,23 public 2,90 0X4+0,998X5 Berbagai Z=6,56X1+3,26X2 1,1
2,60 Z<1,1 +6,72X3+1,05X4 ,60 perusahaan Zona Zona Zona Interpretasi Aman Abu-abu Bahaya Sumber : Rudianto, Erlangga, 2013 1968
35
Dari ketiga konsep Z-Score yang paling cocok dalam penelitian ini yaitu yang pertama tahun 1968 digunakan karena sesuai untuk perusahaan yang go-public.
Z=1,2WCTA+1,4RETA+3,3EBITTA+0,6MVEBVL+0,999STA
Keterangan: Z
= bankrupcy index
WCTA
= working capital / total asset
RETA
= retained earnings / total asset
EBITTA
= earning before interest and taxes/total asset
MVEBVL
= market value of equity / book value of total debt
STA
= sales / total asset
Nilai Z adalah indeks keseluruhan fungsi multiple discriminant analysis. Menurut Altman, terdapat angka-angka cut off nilai z yang dapat menjelaskan apakah perusahaan akan mengalami kegagalan atau tidak pada masa mendatang dan ia membaginya ke dalam tiga kategori, yaitu: a.
Jika nilai Z < 1,8 maka termasuk perusahaan yang bangkrut.
b.
Jika nilai 1,8< Z < 2,99 maka termasuk grey area (tidak dapat ditentukan
apakah
perusahaan
sehat
ataupun
mengalami
kebangkrutan). c.
Jika nilai Z > 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut.
36
Rasio-rasio yang digunakan dalam model Altman original (1968) adalah sebagai berikut 1) Net Working Capital to Total Assets (WCTA) Rasio
ini
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimilikinya.
WCTA
Net Working Capital Total Assets
Merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja (netto), dimana modal kerja diperoleh dari selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Jika dikaitkan dengan indikator-indikator kebangkrutan, maka indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas perusahaan
adalah
indikator-indikator
internal
seperti:
ketidakcukupan kas, hutang dagang membengkak, utilitas modal (harta kekayaan) menurun, penambahan hutang yang tak terkendali, dan beberapa indikator lainnya. Perusahaan mengalami kesulitan keuangan pada umumnya modal kerjanya akan turun lebih cepat daripada total aktiva menyebabkan rasio ini turun (Sawir, 2005). Selisih bersih antara sumber dana dan penggunaan dana akan menunjukkan modal kerja perusahaan itu bertambah atau berkurang. Jika terjadi sumber dana lebih besar daripada penggunaan dana, maka terjadi surplus yang
37
berarti modal kerja bertambah, demikian pula sebaliknya akan terjadi defisit (modal kerja berkurang) apabila sumber dana lebih kecil daripada penggunaan dana. Modal kerja bertambah karena penjualan aktiva tetap, bertambahnya hutang jangka panjang, dan modal sendiri. Modal kerja berkurang karena pembelian aktiva tetap, hutang jangka panjang, dan modal sendiri. 2) Retained Earnings to Total Assets (RETA) Rasio
ini
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham. Merupakan
RETA
rasio-rasio
Re tained Earning Total Assets
profitabilitas
yang
mendeteksi
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Rasio Laba Ditahan/Total Aktiva akan mengukur besarnya kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh keuntungan, ditinjau dari kemampuan perusahaan yang bersangkutan dalam memperoleh laba dibandingkan dengan kecepatan perputaran operating assets sebagai ukuran efisiensi usaha. Bila perusahaan mulai merugi, tentu saja nilai awal laba ditahan mulai turun. Bagi banyak perusahaan, nilai dari rasio Laba Ditahan/Total Aktiva akan menjadi negatif (Sawir, 2005).
38
3) Earning Before Interest and Tax to Total Asset (EBITTA) Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bunga dan pajak.
EBITTA
EBIT Total Assets
Merupakan rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor termasuk pemegang saham dan obligasi. Beberapa indikator yang dapat kita gunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada kemampuan profitabilitas perusahaan diantaranya adalah: piutang dagang meningkat, rugi terus menerus dalam beberapa semester, pendapatan menurun, terlambatnya hasil penagihan piutang, kredibilitas perusahaan berkurang, serta kesediaan memberi kredit pada konsumen yang tak dapat membayar pada waktu yang ditetapkan. Rasio ini dapat digunakan sebagai ukuran seberapa besar produktifitas penggunaan dana yang dipinjam. Bila rasio ini lebih besar daripada rata-rata tingkat bunga yang dibayar, maka berarti perusahaan menghasilkan uang yang lebih banyak daripada bunga pinjaman (Sawir, 2005). 4) Market Value of Equity to Book Value of Debt (MVEBVL) Rasio
ini
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi kewajiban dari nilai pasar modal sendiri (saham biasa). 39
Nilai pasar ekuitas sendiri diperoleh dengan mengalikan jumlah lembar saham biasa yang beredar dengan harga pasar per lembar saham biasa.
MVEBVL
MarketValue of Equity Book Value of Debt
Merupakan rasio yang mengukur aktivitas perusahaan. Rasio ini sering juga digunakan dalam bentuk persamaan Net Worth/Total Debt. Rasio ini
mengukur kemampuan perusahaan dalam
memberikan jaminan kepada setiap hutangnya melalui modalnya sendiri. Umumnya
perusahaan-perusahaan
yang
gagal
adalah
perusahaan yang mengkonsumsi lebih banyak hutang dibandingkan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan perusahaan semakin dipercaya, artinya nilai perusahaan menjadi lebih tinggi . Rasio ini kebalikan dari Debt Equity Ratio yang dikenal di dalam rasio keuangan (Sawir, 2005). 5) Sales to Total Assets (STA) Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan volume bisnis yang cukup dibandingkan investasi dalam total aktivanya. Rasio ini mencerminkan efisiensi manajemen dalam menggunakan keseluruhan aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan mendapatkan laba.
STA
Sales Total Assets
40
Rasio Penjualan/Total Aktiva merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode tertentu. Rasio ini dapat pula dikatakan sebagai rasio yang mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan untuk menghasilkan pendapatan (revenue). Semakin besar perputaran total aktiva semakin efektif perusahaan mengelola aktivanya. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada aktivitas perusahaan yang kemudian akan berpengaruh pada rasio-rasio tersebut di atas adalah : pangsa pasar menurun, berpindahnya penguasaan pangsa pasar pada pesaing, modal kerja menurun, kepercayaan konsumen berkurang, dan beberapa indikator lainnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat terlihat rasio-rasio yang digunakan dalam metode Altman Z-Score tidak hanya terfokus pada bagian-bagian
keuangan
perusahaan
saja
tetapi
juga
dapat
dikorelasikan dengan beberapa indikator yang mungkin dapat mempengaruhi
rasio-rasio
tersebut.
Hal
ini
berarti
bahwa
implementasi metode Altman Z-Score pada sebuah perusahaan di samping akan mendeteksi terjadinya kemungkinan kebangkrutan, juga akan mengarahkan perusahaan yang sedang mengalami masalah
41
dengan memperhatikan beberapa indikator yang berkaitan dengan likuiditas, profitabilitas, dan aktivitas perusahaan. Metode Altman Z-Score pertama kali dikembangkan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Pada dasarnya tujuan perhitungan nilai Z adalah untuk mengingatkan akan masalah keuangan yang mungkin membutuhkan perhatian serius dan menyediakan petunjuk untuk bertindak. Bila nilai Z perusahaan lebih rendah daripada yang dikehendaki manajemen, maka harus diamati laporan keuangan untuk mencari penyebab mengapa terjadi begitu. Hal
yang menarik
mengenai
Altman
Z-Score
adalah
keandalannya sebagai alat analisis tanpa memperhatikan bagaimana ukuran perusahaan. Meskipun perusahaan sangat makmur, tapi bila nilai Z mulai turun dengan tajam, perusahaan harus segera waspada dan mengambil langkah tepat untuk memperbaiki kinerjanya. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada aktivitas perusahaan yang kemudian akan berpengaruh pada rasio-rasio tersebut di atas adalah : pangsa pasar menurun dan berpindahnya penguasaan pangsa pasar. Pengguna laporan keuangan dapat menggunakan Z-score untuk berbagai aplikasi yang berkaitan dengan performance keuangan perusahaan (Auchterlonie, 1997 dalam Sudiyatno dan Puspitasari, 2010) antara lain: 42
a. Credit evaluation – untuk loan officers dan manajer kredit dalam menerima atau menolak aplikasi pinjaman. b. Private investment analysis – untuk stock brokers dan investorinvestor individu dalam mengevaluasi tingkat keamanan investasi yang lakakukan. c. M & A analysis – untuk mempertimbangkan kelayakan entitas sebelum dan sesudah reorganisasi perusahaan. d. Turn around management – untuk mengembangkan rencana darurat dan strategi perubahan haluan untuk segera memperbaiki situasi yang memburuk. e. Insurance under writing – untuk menilai potensi risiko kredit, mengusulkan untuk diasuransikan termasuk pembagian risiko dan self-insured retentions. f. Corporate governance – analisis direksi dan komite audit untuk kemampuan kelangsungan perusahaan, pertimbangan risiko perusahaan, dan analisis skenario merger dan akuisisi 5. Firm Size (Ukuran Perusahaan) Ukuran perusahaan merupakan suatu skala pengklasifikasian perusahaan menurut besar kecilnya. Besar kecilnya suatu perusahaan dapat dilihat dari jumlah pendapatan, total asset, jumlah karyawan dan total modal. Semakin besar ukuran pendapatan, total asset, jumlah
43
karyawan dan total modal maka akan mencerminkan keadaan perusahaan yang semakin kuat (Basyaib, 2007 dalam Mutia et.al, 2011). Firm size adalah ukuran dari suatu perusahaan yang dilihat dari market capitalization. Market capitalization adalah nilai total dari semua outstanding shares yang ada, perhitungannya dapat dilakukan dengan cara mengalikan banyaknya saham yang beredar dengan harga pasar saat ini. Market capitalization/Firm size dapat dihitung dengan rumus: Firm Size = Harga Saham x Jumlah Saham Beredar Atau Firm Size = log total asset Secara umum, perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusahaan kecil. Dalam teori keagenan bahwa pihak manajer merupakan jembatan pemberi informasi ke pihak eksternal maka semakin besar ukuran perusahaan maka informasi yang disampaikan ke pihak eksternal semakin banyak dana akan menimbulkan biaya keagenan yang besar dari pada perusahaan yang kecil dengan penyampaian informasi merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mewujudkan akuntabilitas public. Ukuran perusahaan adalah tolak ukur besar kecilnya perusahaan dengan melihat besarnya nilai ekuitas, nilai penjualan atau nilai total aset yang dimiliki perusahaan. Namun demikan, Firm Size mungkin juga menjadi alternatif untuk informasi yang dimiliki pihak luar. Perusahaan 44
yang besar sering diversifikasikan lebih luas dan memiliki arus kas yang lebih stabil sehingga kemungkinan pailit lebih kecil dibanding perusahaan kecil. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa, perusahaan yang besar akan lebih aman dalam memperoleh hutang karena perusahaan mampu dalam pemenuhan kewajibanya dengan adanya diversifikasi yang lebih luas dan memiliki arus kas yang stabil, dan hal ini berarti struktur modalnya juga akan meningkat. 6. Book to Market Ratio Book to Market Ratio merupakan perbandingan antara nilai buku saham suatu perusahaan dengan nilai pasarnya di pasar modal. Nilai pasar adalah nilai ekuitas yang dipandang oleh investor. Rumus book to market ratio adalah: Book to Market rasio
Book Value of Equity Market value of equity
atau Book to Market rasio
Book Value of Equity per lembar Harga Saham per lembar
Book to market ratio merupakan faktor risiko yang harus diperhatikan oleh para investor, karena book to market ratio yang tinggi dapat dijadikan indikator bahwa perusahaan tersebut masih undervalue. Rasio book to market menyatakan perbandingan book equity terhadap market equity perusahaan. Fama dan French (1995) mendefinisikan book to market yaitu: 45
“book common equity for the fiscal year ending in calendar year (t-1), divied by market equity at the end of December of the year (t-1)”. Book to market ratio dihitung dengan membagi equity per share dengan closing price bulan Desember (akhir tahun), untuk membagi perusahaan menjadi dua yaitu perusahaan dengan book to market ratio rendah dan tinggi. Book to market ratio merupakan rasio yang sering digunakan dalam menganalisis besarnya keuntungan dari saham. Beberapa alasan investor menggunakan book to market ratio di dalam menganalisis investasi antara lain : 1. Book value memberikan pengukuran yang relatif stabil, untuk dibandingkan dengan market price. Untuk investor yang tidak mempercayai estimasi discounted cash flow, book value dapat menjadi benchmark dalam memperbandingkan dengan market price. 2. Karena standar akuntansi yang hampir sama pada setiap perusahaan, book to market ratio bisa dikomparasikan dengan perusahaan lain yang berada pada satu sektor, untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut masih undervalue atau sudah overvalue. 3. Perusahaan dengan earnings negatif, sehingga tidak bisa dinilai dengan menggunakan earning price ratio, dapat dievaluasi dengan menggunakan book to market ratio. Perusahaan yang mempunyai book value negatif, lebih sedikit daripada perusahaan yang mempunyai earnings negatif.
46
Penggunaan book to market
menjadi indikator pengukur kinerja
perusahaan. Semakin baik kinerja perusahaan akan memberikan nilai positif untuk rasio book to market dan sebaliknya. Dalam penelitian ini penggunaan book to marker rasio mengacu dalam penelitian Utama dan Lumondang (2000) yang menyebutkan bahwa penggunaan book to market menghilangkan nilai negatif karena tidak mencerminkan growth suatu perusahaan dan book to market menunjukkan rasio nilai perusahaan yang dihitung oleh akuntan terhadap nilai perusahaan yang dinilai publik. 7. Beta Saham Menurut Jogiyanto (1998) dalam Nurzaemah (2012), beta pasar merupakan rata-rata tertimbang dari beta masing-masing sekuritas di pasar. Beta merupakan index dari risiko sistematis karena kondisi pasar. Kecenderungan saham untuk bergerak naik atau turun dalam pasar tercermin dalam koefisien beta (β) sebagai unsur kunci CAPM. Rata-rata risiko saham didefinisikan sebagai saham yang cenderung bergerak naik turun sejalan dengan pasar umum, yang diukur oleh beberapa indeks, seperti Dow Jones Industrials, S&P 500, atau New York Stock Exchange (Moeljadi, 2006), dan terdiri dari : a. Beta = 1,0 mengindikasikan bahwa secara umum jika pasar bergerak ke atas 10%, maka saham juga akan naik 10%. Sementara itu, jika pasar turun 10%, maka saham juga akan turun sebesatr 10% sehingga jika portofolio saham dengan = 1,0 akan bergerak naik dan 47
turun sesuai dengan rata-rata pasar dan akan memiliki risiko yang sama dengan rata-rata pasar. b. Beta = 0,5 mengindikasikan bahwa perubahan saham (akan naik dan turun) hanya separuh dari perubahan pasar saham itu hanya separuhnya, dan portofolio saham seperti ini akan memiliki setengah risiko portofolio = 1,0. c. Beta = 2,0 mengindikasikan bahwa perubahan saham akan dua kali lipat dari perubahan rata-rata pasar. Nilai portofolio seperti ini dapat menjadi dua kali lipat dalam jangka pendek dan jika memegang portofolio seperti ini, maka seseorang yang sebelumnya jutawan dapat menjadi bangkrut dengan cepat (Moeljadi, 2006). Beta mengambarkan perubahan return pasar sebesar X%, yang akan berpengaruh terhadap return sekuritas sebesar X%. Jika β > 1 berarti saham cenderung naik dan turun lebih tinggi dibandingkan perubahan pasar. Jika β < 1 berarti saham cenderung turun atau naik lebih rendah dibandingkan perubahan pasar. Beta banyak digunakan sebagai ukuran risiko karena dalam berbagai penelitian empiris, Beta relatif cukup stabil sehingga memungkinkan penggunaan data historis sebagai prediktor Beta di masa akan datang. 8. Earning Earning dapat diukur dengan menggunakan laba per lembar saham (earning per share) (Solechan, 2009). Earning dalam penelitian ini diukur 48
dengan menggunakan laba per lembar saham (earning per share) yaitu adalah rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah rupiah yang diterima untuk setiap lembar saham biasa. Pada umumnya para pemegang saham atau calon pemegang saham sangat berkepentingan dengan earning per share. Semakin baik kualitas laba (earning) perusahaan maka akan semakin tinggi keuntungan atas penjualan saham (return saham) perusahaan. Menurut Abdullah (2001) earning per share adalah rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah rupiah yang diterima untuk setiap lembar saham biasa. EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau EPS di peroleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata – rata saham biasa yang beredar. Sehingga penggunaan rasio EPS sangat membantu peneliti mengukur keuangan perusahaan apakah memiliki usaha bisnis positif atau negatif yang dapat mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan. B. Penelitian Sebelumnya Beberapa penelitian tentang, Ukuran Perusahaan , Book to Market, Beta, Earning serta Financial Distress dan Subsequent Return Saham sudah sebelumnya pernah dilakukan oleh berbagai penelitian. Penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan variabel di atas, antara lain: 49
No
Tabel 2.2 Hasil penelitian terdahulu Metode Penelitian Hasil Penelitian Terdahulu Persamaan Perbedaan Bahwa Price Earning Ratio Variabel : Variabel : Stock Return (Rti) Price Earning Ratio (PER), (PER), Dividend Yield dan Dividend Yield (DY) dan Market Market to Book Ratio to Book Rate (MtB) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Stock Metode analisis Return. Alat uji hipotesis Populasi atau Objek
Peneliti
Judul Penelitian
1
Margaretha dan Damayanti (2008)
Pengaruh Price Earning Ratio, Dividend Yield dan Market to Book Ratio terhadap Stock Return di Bursa Efek Indonesia.
2
Steven et.al, Effects of Financial Variabel : (2011) Distress Condition on the Distress Company Performance: A Malaysian Perspective
Bersambung ke halaman selanjutnya 50
Variabel : company performance (ROE, EBIT/TA, EPS), Successful Reorganization (ROE, EBIT), Management Change dan Stock Price Metode analisis Alat uji hipotesis Populasi atau Objek
Performance EPS, EBIT/TA dan ROE, Management Change, dan Distres berpengaruh positif dan signifikan terhadap Stock Price
Tabel 2.2 (Lanjutan) Metode Penelitian No
Peneliti
Judul Penelitian
3
Nathaniel (2008)
Analisis Faktor-Faktor Variabel : yang Mempengaruhi Earning per Share Return Saham (EPR), Return Saham(Rti)
4
Herman dan Pengaruh beta, size dan Suk (2007) book to market equity ratio terhadap return di BEJ tahun 2003-2005
Bersambung ke halaman selanjutnya 51
Persamaan
Perbedaan Variabel : Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Price to Book Value (PBV) Metode analisis Alat uji hipotesis Populasi atau Objek
Variabel : Metode analisis Firm Size (MC), book Alat uji hipotesis to market equity ratio Populasi atau Objek (BE/ME), beta(β) stock return (Ra)
Metode Penelitian DER berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham, EPS berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham, NPM berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham, PBV berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Beta, Firm size, book to market equity ratio berpengaruh negatif terhadap stock return
Tabel 2.2 (Lanjutan) Metode Penelitian No
Peneliti
5
Brad dan Firm Size, Book to John (1997) Market and security return : A holdout sample of financial firm
6
7
Judul Penelitian
Persamaan Variabel :
52
Metode analisis
Firm Size (MV), Book to Alat uji hipotesis Market (B/m) Populasi atau Objek
Metode Penelitian Firm Size dan Book to Market berpengaruh signifikan terhadap security return,
security return (Rti)
Fama dan Size and Book to Variabel : French market factors in Size (MV), Book to (1995)) earnings and returns market (Be/Me), earnings (Rm) dan returns (Ra) Rida dan The Financial Variabel : Adam Performance Analysis Financial (2011) Using Altman Z-Score Performance And Its Effect To Stock (Z-Score) dan Price Banking Sector In Stock Price (Rti) Indonesian Stock Exchange
Bersambung ke halaman selanjutnya
Perbedaan
Metode analisis Alat uji hipotesis Populasi atau Objek
Firm Size dan Book to Market berpengaruh signifikan terhadap earnings dan return,
Metode analisis Alat uji hipotesis Populasi atau Objek
Dapat disimpulkan dalam tahun penelitian perbankan mengalami kesulitan keuangan namun tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap harga sahamnya.
Tabel 2.2 (Lanjutan) Metode Penelitian No
Peneliti
Judul Penelitian
8
Bali, Engle, Dynamic Conditional dan Tang Beta is Alive and Well in (2013) the Cross-Section of Daily Stock Returns
Variabel : Financial Metode analisis Performance (Z- Alat uji hipotesis Score), beta dan Stock Populasi atau Objek Price (Rti)
Dengan menggunakan analisis bivariate dengan model CAPM menggunakan proxy beta maka terdapat hubungan positif yang signifikan dengan return saham perusahaan yang terdiri dari sampel saham yang berbeda. Jadi semakin tinggi risiko saham tersebut maka semakin tinggi kemungkinan pengembalian saham (return) saham.
9
Utama dan Pengaruh Bankruptcy Lumondang Risk, Size dan Book –to (2009) market Perusahaan Terhadap Imbal Hasil
Variabel : Size dan book to market (btm), financial distress (zscore), Imbal Hasil Metode analisis Alat uji hipotesis
Zscore akan dipengaruhi secara positif oleh size dan negative oleh btm dimana semakin besar ukuran perusahaan maka semakin kecil perusahaan akan megalami kebangkrutan, dan semakin besar btm maka semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan. Imbal hasil saham tidak dipengaruhi oleh bankruptcy risk, size dan btm
Persamaan
Populasi atau Objek
Bersambung ke halaman selanjutnya 53
Perbedaan
Periode penelitian
Metode Penelitian
Tabel 2.2 (Lanjutan) Metode Penelitian No
Peneliti
Judul Penelitian
10
Achmad Solechan (2009)
Pengaruh Manajemen Laba dan Earning Terhadap Return Saham
Variabel : Size, Beta, EPS danReturn Saham
11
Endra Nurhayati 2001
Analisis Pengaruh Risiko Sistematis Saham Terhadap Kebangkrutan Perusahaan Perbankan
Variabel: Risiko sistematik saham biasa (beta), , asset size, dan
Persamaan
kebangkrutan
Bersambung ke halaman selanjutnya 54
Perbedaan
Metode Penelitian
Berpengaruh positif terhadap return saham pada model pertama yaitu EPS dan persistensi laba dan variabel lainnya (IOS, Rasio Hutang, Size, Beta, dan Kelompok Industri) tidak berpengaruh terhadap return saham. Sedangkan pada pengujian EPS yang diinteraksikan dengan variabel kontrol menunjukkan hasil tidak adanya satupun yang berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hipotesis I (1 tahun sebelum Variabel: financial leverage, likuidit, dan bangkrut) : assets grow Beta signifikan positif Metode analisis Leverage tidak signifikan Alat uji hipotesis negatif Populasi atau Objek Likuidity tidak signifikan negatif asset size tidak signifikan nol assets grow signifikan negatif
Variabel : IOS, Rasio Hutang, Persistensi Laba dan Kelompok Industri) Metode analisis Alat uji hipotesis Populasi atau Objek
Tabel 2.2 (Lanjutan) Metode Penelitian No
Peneliti
Judul Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Metode Penelitian Hipotesis II (2 tahun sebelum bangkrut) : Beta signifikan negatif Leverage signifikan negative Likuidity tidak signifikan positif asset size tidak signifikan nol assets growt tidak signifikan positif Hipotesis III (perbedaan risiko sistamatik/ beta saham pada perusaaan bangkrut dan tidak): 1 tahun sebelum bangkrut siginifikan ada perbedaan 2 tahun sebelum bangkrut tidak signifikan tidak ada perbedaan
Sumber : data diolah
55
C. Dasar Perumusan Hipotesis Hubungan atau keterkaitan antara variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini, dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Pengaruh Ukuran Perusahaan (firm size) dengan Financial Distress Ukuran perusahaan dapat menunjukkan seberapa besar informasi yang terdapat di dalamnya, serta mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mengenai pentingnya informasi, baik bagi pihak eksternal maupun pihak internal perusahaan (Solechan, 2007). Dalam penelitian ini menggunakan total aset sebagai indikator ukuran perusahaan kemudian untuk mengecilkan nilai agar menjadi mudah makan di ln (logaritma natural), hal ini disebabkan ukuran perusahaan dapat menggambarkan seberapa besar jumlah asset yang dimiliki perusahaan, karena semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar jumlah aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Semakin besar suatu perusahaan maka kecendrungan penggunaan dana eksternal juga akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan salah satu alternatif pemenuhan dana yang tersedia menggunakan pendanaan eksternal, sehingga kekuatan keuangan perusahaan jika terjadi krisis dapat menghadapi. Menurut penelitian Utama dan Lumondang (2009) dengan melihat suatu keadaan financial distresss dengan menggunakan proksi zscore memberikan hasil positif yang menerangkan semakin besar 56
perusahaan maka semakin besar nilai zscore dan semakin kecil perusahaan tersebut mengalami financial distress. Dengan demikian, hipotesis kesatu dalam penelitian ini adalah : H1 :
Ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh signifikan positif terhadap Z-Score
2. Hubungan book to market dengan Financial Distress Nilai book-to-market yang semakin tinggi menunjukkan bahwa prospek kinerja perusahaan dimasa mendatang buruk (Drobetz, 2004 dalam Utama dan Lumondang, 2009). Oleh karena itu, perusahaan dengan book-to-market yang tinggi tersebut cenderung memiliki bankruptcy risk yang tinggi. Dengan kata lain, book-to-market berpengaruh positif terhadap bankruptcy risk sehingga dapat dibaca berpengaruh negatif terhadap zscore. Oleh karena itu, hipotesis hubungan antara book-to market dengan bankruptcy risk adalah sebagai berikut: H2 :
Book-to-market berpengaruh signifikan negatif terhadap Z-score.
3. Hubungan Beta dengan Financial Distress Beta merupakan index dari risiko sistematis karena kondisi pasar (Moeljadi, 2006). Penyebab konflik antara manajer dengan pemegang saham adalah dalam hal pengambilan keputusan pendanaan. Para pemegang saham hanya peduli terhadap risiko sistematik dari saham perusahaan, karena mereka melakukan investasi pada portofolio yang 57
terdiversifikasi dengan baik. Sedangkan manajer sebaliknya lebih peduli pada risiko perusahaan secara keseluruhan. Menurut Wahidahwati (2002) dalam Yeniatie dan Nichen (2010), ada dua alasan yang mendasari hal ini yaitu pertama, bagian substantif dari kekayaan mereka di dalam specific human capital perusahaan, membuat manajer non diversifiable. Kedua, manajer akan terancam reputasinya, demikian juga kemampuan menghasilkan earning perusahaan, apabila perusahaan mengalami kebangkrutan. Sehingga kemampuan risiko sistematis dapat membuat pihak manajer berpikir antara mengambil keputusan atau mengikuti keinginan para pemegang saham. Dengan kata lain, risiko sistematis yang tercermin dalam beta berpengaruh negatif terhadap bankruptcy risk. Menururt Endra (2001) dalam penelitiannya menjelaskan, semakin besar beta, maka semakin besar pula risiko suatu saham / reksa dana semakin besar risiko maka akan semakin besar pula perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan. Dalam penelitian Endra (2001) beta saham mempengaruhi kebangkrutan secara signifikan postif jika melihat keadaan 1 tahun kebangkrutan perusahaan dan signifikan negatif jika keadaan 2 tahun kebangkrutan perusahaan. Maka dengan itu, hipotesis hubungan antara beta dengan bankruptcy risk adalah sebagai berikut: H3 :
Beta berpengaruh signifikan negatif terhadap Z-score.
58
4. Hubungan Earning dengan Financial Distress Perusahaan didirikan dengan tujuan memperoleh laba, yang nantinya digunakan
untuk
mempertahankan
kelangsungan
hidup
usahanya
(Wahyuningsih dan Suryanawa, 2012). Sebuah perusahaan tentu akan menghindari kondisi-kondisi yang dapat mengakibatkan kebangkrutan. Kebangkrutan merupakan kondisi financial distress yang terburuk. Financial distress sendiri merupakan penurunan kondisi keuangan perusahaan sebelum mencapai kebangkrutan (Platt dan Platt, 2002). Menurut Elloumi dan Gueyie (2001) dalam Saleh dan Sudiyatmo (2013) perusahaan menuju kebangkrutan didefinisikan sebagai perusahaan yang memiliki laba per lembar saham (Earning Per Share) negatif. EPS merupakan rasio yang paling banyak digunakan oleh pemegang saham dalam menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, hipotesis hubungan antara earning dengan bankruptcy risk adalah sebagai berikut: H4 :
Earning berpengaruh signifikan positif terhadap Z-score.
5. Hubungan Ukuran Perusahaan , Book to Market, Beta dan Earning dengan ZScore Kebangkrutan merupakan kondisi financial distress yang terburuk. Financial distress sendiri merupakan penurunan kondisi keuangan perusahaan sebelum mencapai kebangkrutan (Platt dan Platt, 2002). Financial distress diukur dengan menggunakan Earning Per Share (EPS), 59
karena EPS dapat menggambarkan seberapa besar perusahaan mampu menghasilkan keuntungan per lembar saham yang akan dibagikan kepada pemilik saham Ukuran perusahaan dapat menunjukkan seberapa besar informasi yang terdapat di dalamnya, serta mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mengenai pentingnya informasi, baik bagi pihak eksternal maupun pihak internal perusahaan (Solechan, 2007). Nilai book-to-market yang semakin tinggi menunjukkan bahwa prospek kinerja perusahaan di masa mendatang buruk (Drobetz, 2004 dalam Utama dan Lumondang, 2009). Oleh karena itu, perusahaan dengan book-to-market yang tinggi tersebut cenderung memiliki bankruptcy risk yang tinggi Menururt Endra (2001) dalam penelitiannya menjelaskan, semakin besar beta, maka semakin besar pula risiko suatu saham / reksa dana semakin besar risiko maka akan semakin besar pula perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Platt dan Platt (2002) Solechan (2007), Utama dan Lumondang (2009), Endra (2001) maka hipotesis yang diajukan adalah: H5 :
Ukuran Perusahaan , Book to Market, Beta dan Earning berpengaruh signifikan dan secara simultan terhadap Z-score.
6. Hubungan Financial Distress dengan Return Saham Distress risk merupakan risiko kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi atau usahanya (Altman,1968). Dalam dunia bisnis, kegagalan dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor ekonomi dan 60
faktor financial. Dalam hal ini, faktor ekonomi berupa lemahnya industri serta lokasi dan lingkungan yang tidak mendukung. Kegagalan ekonomi berarti bahwa perusahaan kehilangan pendapatan sehingga tidak dapat menutup biaya-biaya perusahaan, ini berarti tingkat laba perusahaan lebih kecil daripada biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Sedangkan faktor financial dapat berupa utang yang terlalu banyak serta penggunaan modal yang tidak efisien. Kegagalan keuangan bisa juga diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu insolvensi teknis dan insolvensi dalam pengertian kebangkrutan. Insolvensi teknis adalah perusahaan dapat dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban saat jatuh tempo. Faktor financial inilah yang kemudian dapat menimbulkan risiko financial distress pada perusahaan. Berdasarkan asumsi bahwa pembayaran dividen yang naik terjadi ketika perusahaan mempunyai prospek keuntungan yang baik, serta kecenderungan dari harga saham yang mengikuti naik turunnya nilai dividen, maka dapat dikatakan keuntungan perusahaan mempengaruhi besarnya total return yang diterima investor dalam investasi saham. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Utama dan Lumondang (2009) bahwa kondisi financial distress memberikan imbal hasil yang rendah dan bahwa semakin besar risiko kepailitan maka menghasilkan 61
imbal hasil yang tinggi pula. Oleh karena itu, hipotesis hubungan antara financial distress dengan return saham adalah sebagai berikut: H6 :
Zscore berpengaruh signifikan negatif terhadap return saham.
7. Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Return Saham Firm size adalah ukuran besar kecilnya suatu perusahaan. Berdasar firm size-nya, perusahaan dibedakan menjadi perusahaan big (besar) dan small (kecil). Dengan kata lain, firm size merupakan market value dari sebuah perusahaan. Market value dapat diperoleh dari perhitungan harga pasar saham dikalikan jumlah saham yang diterbitkan (outstanding shares). Market value (nilai pasar) inilah yang biasa disebut dengan kapitalisasi pasar (market capitalization). Market capitalization mencerminkan nilai kekayaan perusahaan saat ini. Market capitalization merupakan suatu pengukuran terhadap firm size perusahaan dimana perusahaan bisa saja mengalami kegagalan maupun kesuksesan. Dengan kata lain, market capitalization adalah nilai total dari semua outstanding shares yang ada, perhitungannya dapat dilakukan dengan cara mengalikan banyaknya saham yang beredar dengan harga pasar saat ini. Penelitian tentang pengaruh firm size terhadap berbagai faktor telah banyak dilakukan. Penelitian ini pernah dilakukan oleh Banz (1981). Dia melakukan penelitian pada saham di NYZE dengan cara membentuk 10 portofolio
berdasarkan
nilai
kapitalisasi
pasarnya.
Penelitian
ini 62
menghasilkan bahwa rata-rata imbal hasil tahunan pada portofolio saham dengan nilai kapitalisasi kecil secara konsisten lebih tinggi. Dengan begitu firm size memiliki hubungan negatif yang kuat antara average return perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Utama dan Lumondang 2009, memberikan hasil yang sama bahwa firm size memiliki hubungan negatif terhadap return saham. Dalam penelitian Fama dan French (1995) ditemukan bahwa firm size berhubungan dengan profitabilitas. Fama dan French (1995) menyatakan bahwa secara parsial firm size berpengaruh signifikan terhadap return. Saham perusahaan kecil mempunyai kecenderungan pendapatan (earnings) yang lebih rendah daripada saham perusahan besar. Disimpulkan bahwa besar kecilnya kapitalisasi pasar perusahaan merupakan faktor risiko yang patut diperhitungkan dalam menghitung tingkat pengembalian (return) saham. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Utama dan Lumondang (2009) dimana ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap return saham. Secara umum, dapat dinyatakan bahwa terdapat suatu bentuk hubungan yang negatif antara tingkat pengembalian (return) saham dengan ukuran perusahaan (firm size). Oleh karena itu, hipotesis hubungan antara ukuran perusahaan dengan return saham adalah sebagai berikut: H7 :
Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap return saham.
63
8. Hubungan Book to Market Ratio dengan Return Saham Book to market ratio merupakan faktor risiko yang harus diperhatikan oleh para investor, karena book to market ratio yang tinggi dapat dijadikan indikator bahwa perusahaan tersebut masih undervalue. Menurut Utama dan Lumondang (2009) B/M yang tinggi menunjukkan bahwa nilai sahamnya di pasar modal cenderung turun karena kinerja perusahaan dalam meraih laba di masa datang akan sulit atau diragukan. Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki B/M yang tinggi akan terekspos oleh risiko kepailitan yang tinggi atau masalah keuangan lainnya dibandingkan perusahaan yang memiliki nilai saham tinggi (B/M rendah). Book to market ratio dihitung dengan membagi equity per share dengan closing price bulan Desember (akhir tahun), untuk membagi perusahaan menjadi dua yaitu perusahaan dengan book to market ratio rendah dan tinggi. Ang Robert (1997) menyatakan bahwa rasio book to market merupakan rasio yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja perusahaan melalui harga pasarnya, semakin rendah rasio ini menandakan semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para investor. Nilai (harga) pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat-saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di bursa. Sedangkan nilai buku (book value per lembar 64
saham) menunjukkan aktiva bersih (net asset) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memilih satu lembar saham. Karena aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku perlembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham beredar. Perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya memiliki rasio book to market di bawah satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Secara teoritis rasio book to market memiliki pengaruh negatif terhadap return saham dengan kata lain semakin tinggi rasio book to market suatu perusahaan maka semakin rendah return saham yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya dimana perusahaan dengan rasio book to market rendah memiliki tingkat return saham yang relatif lebih tinggi. Itu terbukti oleh penelitian yang dilakukan oleh Utama dan Lumondang (2009), memberikan hasil yang sama bahwa book to market memliki hubungan negatif terhadap return saham. Oleh karena itu, hipotesis hubungan antara book to market dengan return saham adalah sebagai berikut: H8 :
Book to Market berpengaruh signifikan negatif terhadap return saham.
9. Hubungan Beta dengan Return saham. Beta pasar saham tersebut dinilai berdasarkan volatilitas saham tersebut terhadap IHSG. Berdasarkan konsep yang di kemukakan Jogiyanto (1998) dalam Erman (2012) bahwa beta saham berpengaruh 65
positif terhadap return saham namun dalam penelitian Herman dan Suk (2007) menjelaskan bahwa beta berpengaruh negatif dengan return saham. Risiko yang tinggi akibat dari fluktuasi keuntungan yang besar dan positif terhadap return pasar ini bukanlah tanpa alasan. Dengan tingkat keuntungan fluktuatif yang positif terhadap return pasar, berarti menunjukkan adanya pengaruh yang positif signifikan beta saham terhadap return saham. H9:
Terdapat hubungan signifikan positif antara beta dengan return saham
10. Hubungan Earning dengan Return Saham Earning dapat diukur dengan menggunakan laba per lembar saham (earning per share). Menurut Abdullah (2001) earning per share adalah rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah rupiah yang diterima untuk setiap lembar saham biasa. Pada umumnya para pemegang saham atau calon pemegang saham sangat berkepentingan dengan earning per share. Guna menghitung EPS perlu menghitung berapa besar laba bersih untuk pemegang saham biasa (common stock). Untuk itulah laba bersih sesudah pajak harus dikurangi dengan deviden preferen stock. Dasar akrual dalam laporan keuangan memberikan kesempatan kepada manajer memodifikasi laporan keuangan untuk menghasilkan jumlah laba (earning) yang diinginkan. Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga kualitas laba akan berkurang (Siallagan dan 66
Machfoedz, 2006). Laba sebagai bagian dari laporan keuangan yang tidak menyajikan fakta yang sebenarnya tentang kondisi ekonomis perusahaan dapat diragukan kualitasnya. Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Dalam penetian Nathaniel (2008) bahwa earning dapam proxy earnig per share berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham. Jika laba seperti ini digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya. Oleh karena itu, hipotesis hubungan antara Earning dengan return saham adalah sebagai berikut: H10 :
Earning berpengaruh signifikan positif terhadap return saham.
11. Hubungan Ukuran Perusahaan , Book to Market, Beta, Earning dan ZScore dengan subsequent return saham Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Utama dan Lumondang (2009) dimana ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap return saham. Secara umum, dapat dinyatakan bahwa terdapat suatu bentuk hubungan yang negatif antara tingkat pengembalian (return) saham dengan ukuran perusahaan (firm size). Secara teoritis rasio book to market memiliki pengaruh negatif terhadap return saham dengan kata lain semakin tinggi rasio book to market suatu perusahaan maka semakin rendah return saham yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya dimana perusahaan dengan rasio book to market rendah memiliki tingkat return 67
saham yang relatif lebih tinggi. Itu terbukti oleh penelitian yang dilakukan oleh Utama dan Lumondang 2009, memberikan hasil yang sama bahwa book to market memliki hubungan negatif terhadap return saham. Berdasarkan konsep yang di kemukakan Jogiyanto (1998) dalam Arfianto Erman (2012) bahwa beta saham berpengaruh positif terhadap return saham namun dalam penelitian Herman dan Suk (2007) menjelaskan bahwa beta berpengaruh negatif dengan return saham. Risiko yang tinggi akibat dari fluktuasi keuntungan yang besar dan positif terhadap return pasar ini bukanlah tanpa alasan. Dalam penetian Nathaniel (2008) bahwa earning dapam proxy earnig per share berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham. Jika laba seperti ini digunakan oleh investor untuk membentuk nilai pasar perusahaan, maka laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya. H11 : Ukuran Perusahaan , Book to Market, Beta, Earning dan ZScore berpengaruh
signifikan
dan
secara
simultan
terhadap
subsequent return saham.
68
D. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir ini merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Adapun masalah-masalah yang dianggap penting dalam penelitian ini adalah keadaan ukuran perusahaan, beta dan book to market, earning, financial distress dan return saham suatu perusahaan. Dengan menggunakan 2 model yaitu: Model I yaitu keadaan Ukuran Perusahaan , beta, book to market, earning, dan financial distress. Model II yaitu keadaan Ukuran Perusahaan , beta, book to market, earning, financial distress, dan subsequent return saham. Dalam model I menjelaskan bagaimana variabel dalam model Fama Three Factor dengan variabel rasio profitabiltas (earning) terhadap prediksi kebangkrutan perusahaan. Sedangkan model II menjelaskan bagaimana pengaruh variabel-variabel model I terhadap subsequent return saham perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh penelitian ini yang mengangkat penelitian mengenai pengaruh yang terjadi pada return saham. Maka permasalahan dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan kerangka pemikiran sebagai berikut :
69
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Penerbitan Laporan Keuangan harus memenuhi dasar akuntanbilitas dan transparansi informasi dalam peraturan security and Exchange Commision (SEC), Keputusan BAPEPAM nomor kep-82/pm/1996 tentang keterbukaan informasi pemegang saham, undangundang The Sarbanes-Oxley Act (SOX) tahun 2002 dan bagaimana pihak perusahaan dapat memberikan gambaran yang sesungguhnya terkait keadaan perusahaan yang baik atau sedang sakit.
Pemilik saham yang menginginkan pemaksimalan nilai pasar demi mendapatkan pengembalian yang diinginkan.Terjadilah skandal akuntansi dan pelanggaran. seperti kasus WorldCom, kasus asuransi American International Group (AIG) yang menurunkan nilai. Serta menghilangkan data-data kesehatan perusahaan agar terlihat lebih menarik bagi investor
GAP Sehingga terjadi penyimpangan terhadap teori yang ada dengan kenyataannnya dimana suatu keterbukaan informasi Laporan Keuangan menjadi dasar peraturan SEC dan Kep. BAPEPAM dengan kasus manipulasi Laporan Keuangan yang terjadi.
Ukuran Perusahaan , Book To Market, Beta, Earning, Financial Distress dan Return Saham Teori Pendukung : 1. Signaling Theory 2. Resources Based Theory (RBT) 3. Teori Keagenan (Agency Theory) 4. Capital Asset Pricing Model (CAPM) 5. Fama Three Factors Model Bersambung ke halaman selanjutnya. Gambar 2.1 (Lanjutan) 70
MODEL II
MODEL I Variabel
Variabel
Independen: 1. Ukuran Perusahaan 2. Book To Market
Independen: Variabel
Variabel
1. Ukuran
Dependen:
Dependen:
Perusahaan
Financial
Return
2. Book To Market
Distress
Saham
3. Beta
3. Beta
4. Earning
4. Earning
5. Financial Distress
Statistik Deskriptif dan Analisi Korelasi
Metode Analisis
LM Test
Uji Chow Model Fixed Effect Multi Kolinearitas
Model Common Effect Auto Korelasi
Uji Hausman Model Random Effect
Model Fixed Effect
Heteros kedastisitas Hasil Pengujian dan Pembahasan Kesimpulan, Implikasi dan Saran
71
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian diarahkan untuk menganalisis variabel-variabel dari hasil publikasi laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode penelitian yaitu 2009-2013 dan diolah berdasarkan kriteria-kriteria pengambilan sampel yang ditentukan peneliti. Objek penelitian dibatasi pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan terdaftar konsisten pada periode 2009-2013. Variabel yang digunakan untuk menganalisis pengaruh tersebut adalah firms size, book to market, beta, earning, financial distress dan subsequent return saham B. Metode Pemilihan Sampel Metode pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur go public yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2009-2013 dengan kriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan manufaktur yang go public sesuai dengan klasifikasi yang ada dalam Indonesian Capital Market Directory selama 5 tahun yakni mulai tahun 2009 sampai dengan 2013.
72
2. Memiliki akhir tahun fiskal 31 Desember dan laporan keuangan yang sudah diaudit selama 5 tahun berturut-turut. 3. Saham dari emiten aktif diperdagangkan selama periode tahun 2009 sampai dengan 2013. 4. Perusahaan sampel tidak melakukan corporate action (stock split, stock devidend, right issue, dan warrant) selama periode pengamatan. Kriteria ini diambil dengan alasan untuk menghindari adanya bias pada harga saham yang disebabkan oleh corporate action. 5. Perusahaan penelitian tidak mengalami book to market (btm) yang negatif karena tidak mencerminkan partumbuhan perusahaan. C. Sifat dan Jenis Penelitian Sifat penelitian ini menggunakan data kuantitatif berupa angka yang merupakan indikator yang mempengaruhi subsequent return saham dan kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013 yaitu berupa data ukuran perusahaan, book to market, beta, dan earning. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kausalitas. Dengan penelitian kausalitas ini selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat (mempertanyakan masalah sebab dan akibat). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel yang merupakan gabungan dari data cross section dan time
73
series (Nachrowi dan Usman, 2006), dengan menggunakan laporan keuangan periode 2009-2013. Data panel terdiri dari 2 (dua) yaitu balance panel dan unbalance panel. Balance panel terjadi jika panjang waktu untuk setiap unit cross section sama sedangkan unbalance panel terjadi jika panjang waktu untuk setiap unit cross section berbeda. Dalam analisis model penelitian data panel ada beberapa pendekatan yaitu pendekatan kuadrat terkecil (pooled least square), pendekatan efek tetap (fixed effect), serta pendekatan efek acak ( random effect). Dari ketiga pendekatan ini dilakukan uji untuk mancari pendekatan mana yang lebih baik untuk regresi yang digunakan. Penelitian ini menggunakan pendekatan ilmu akuntansi, statistika dan ilmu ekonomi dimana pendekatan ilmu ini dilakukan untuk mendapatkan hasil data penelitian yang baik.
D. Metode Pengumpulan Data 1. Data Sekunder Data Sekunder adalah data yang didapat dan disimpan oleh orang lain yang biasanya merupakan data masa lalu/historical. Data sekunder didapat dari observasi tidak langsung, yaitu dilakukan dengan membuka website
dari
objek
yang
diteliti
yaitu
www.idx.com
dan
www.finance.yahoo.co.id, sehingga dapat diperoleh laporan keuangan, gambaran umum perusahaan dan harga saham perusahaan serta 74
perkembangannya yang kemudian digunakan untuk penelitian. Pemilihan dalam
pengambilan
data
menggunakan
www.idx.com
dan
www.finance.yahoo.co.id dikarena lebih mudah dalam mencari data perusahaan karena sudah tersedia dalam kurun waktu yang diperlukan dan lebih up to date sehingga memudahkan peneliti. 2. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisi dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar,
maupun
elektronik.
Studi
dokumentasi
tidak
sekedar
mengumpulkan dan menuliskan ataumelaporkan dalam bentuk kutipan tentang sejumlah dokumen, namun yang dilaporkan adalah hasil analisis terhadap dokumen - dokumen tersebut.
E. Metode Analisis Data 1. Teknik Analisis Data Analisis ini dilakukan secara kuantitatif dengan bantuan statistik dan ekonometrika, dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data panel yang merupakan gabungan dari data cross section dan time series, ada dua buah teknik yang biasanya digunakan untuk membuat model dari data panel yaitu Metode Efek Tetap (The Fixed Effect) dan Model Efek Random (The Random Effect) (Nachrowi dan Usman, 2006). Teknik analisis tersebut sesuai untuk menggambarkan 75
atau mendeskripsikan keterkaitan antara beberapa variabel dan dapat melihat fluktuasi keuntungan satu perusahaan pada periode waktu tertentu dan perbedaan keuntungan beberapa perusahaan pada suatu waktu. Uji regresi data panel ini digunakan untuk menganalisis pengaruh antara ukuran perusahaan, book to market, beta, dan earning terhadap kondisi financial distress serta bersama-sama mempengaruhi return saham perusahaan pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. Untuk membantu penelitian, peneliti akan menggunakan software pengolah data keuangan, Software Eviews version 7.1 untuk menjelaskan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen melalui data panel. Software Microsoft Excel juga dipakai untuk mempermudah pengelolaan data seperti pembuatan grafik, tabel, perhitungan beta dan lain-lain. Penggunaan data panel dalam sebuah observasi mempunyai beberapa keuntungan yang diperoleh. Pertama, data panel yang merupakan gabungan dua data time series dan cross section mampu menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan lebih menghasilkan degree of freedom yang lebih besar. Kedua, menggabungkan informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel (omitted-variabel). Menurut Baltagi (2005) beberapa keuntungan menggunakan data panel adalah sebagai berikut: 76
a. Analisis data panel memiliki kontrol terhadap heterogenitas data individual dalam suatu periode waktu. b. Analisis data panel menyajikan data yang lebih informatif, bervariasi, memiliki kolinearitas antar variabel yang kecil, memiliki derajat kebebasan yang lebih besar, dan lebih efisien. c. Analisis data panel lebih tepat dalam mempelajari dinamika penyesuaian (dynamics of change). d. Analisis data panel lebih baik mengidentifikasikan dan mengukur pengaruh-pengaruh yang secara sederhana tidak dapat terdeteksi dalam data time series dan cross section saja. e. Model analisis data panel digunakan untuk membuat dan menguji model perilaku yang lebih komplek dibanding analisis data time series murni atau cross section murni. f. Data panel mikro yang dikumpulkan pada skala individu, perusahaan, dan rumahtangga dapat lebih akurat diukur dari pada variabel yang sama yang diukur padatingkat makro. g. Analisis data panel dalam level makro memiliki time series yang lebih panjang tidak seperti masalah jenis distribusi yang tidak standar dari unit root test dalamanlisis data time series. Model Regresi Data Panel dalam penelitian ini adalah: Yit= α + β1X1it+ β2X2it+ β3X3it+ …… + eit Dimana: 77
Yit
= Variabel dependen ke-i dan waktu ke t
α
= Konstanta
β(1...5)
= Koefisien regresi masing-masing variabel independen
e
= Error tern
X(1… dst) = Variabel independen
it
= Perusahaan x Waktu
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya maka dalam penelitian ini dipergunakan 2 (dua) model. Model pertama melihat pengaruh size, book to market (BtM), beta, dan earning terhadap financial distress. Sedangkan pada model kedua akan melihat pengaruh size, book to market, beta, earning, dan financial distress terhadap return saham perusahaan. Untuk pengelolahan data, digunakan regresi. Untuk melihat pengaruh log (Ukuran Perusahaan ), book to market (B/M) ,beta,dan earning terhadap financial distress digunakan regresi sebagai berikut: ZScoreit = α + β1* (log SIZE)it+ β2*(BtM)it+ β3*(beta)it+ β4*(earning)it+ e Dimana: Zscoreit
= Variabel dependen (bankruptcy risk) ke-i dan waktu ke t
α
= Konstanta
Log SIZE
= Variabel independen 1 (Log Ukuran Perusahaan )
BtM
= Variabel independen 2 (Book to Market)
Beta
= Variabel independen 3 (beta saham)
Earning
= Variabel independen 4 (Earning per Share)
β (1...5)
= Koefisien regresi masing-masing variabel independen 78
e
= Error term
t
= Waktu
i
= Perusahaan Sedangkan
return
saham
diregresikan
terhadap
perhitungan
bankrupty risk (ZScore), log Ukuran Perusahaan (SIZE), book to market (BtM), beta, dan earning perusahaan tersebut. Persamaan regresi yang dipergunakan sebagai berikut: Retit = α + β1* (log SIZE)it+ β2*(BtM)it+ β3*(beta)it+ β4*(earning)it + β5*(Z-score) + e Dimana: Retit
= Variabel dependen (Return saham) ke-i dan waktu ke t
α
= Konstanta
Log SIZE
= Variabel independen 1 (Log Ukuran Perusahaan )
BtM
= Variabel independen 2 (Book to Market)
Beta
= Variabel independen 3 (beta saham)
Earning
= Variabel independen 4 (Earning per Share)
Z-score
= Variabel independen 5 (bankruptcy risk)
β (1...5)
= Koefisien regresi masing-masing variabel independen
e
= Error term
t
= Waktu
i
= Perusahaan
79
Untuk mengestimasi parameter model dengan data panel, terdapat beberapa teknik yang ditawarkan (Nachrowi dan Usman, 2006), yaitu sebagai berikut: 1) Model Common Effect (Ordinary Least Square) Model ini merupakan model yang paling sederhana. Dalam estimasinya diasumsikan bahwa setiap unit individu memiliki intersep dan slope yang sama (tidak ada perbedaan pada dimensi kerat waktu). Dengan kata lain, regresi panel data yang dihasilkan akan berlaku untuk setiap individu (Bambang, Juanda dan Junaidi, 2012). Secara sistematis Model Common dinyatakan sebagai berikut: Yit= α + βXit+ εit; i = 1, 2, ….., N; t = 1, 2, ….., T Dimana: Yit
= variabel terikat untuk individu ke-i dan waktu ke t
α
= Konstanta
β
= Koefisien regresi masing-masing variabel independen
Xit
= variabel bebas untuk individu ke-i dan waktu ke t
N
= banyaknya observasi
T
= banyaknya waktu
εit
= galat unit cross-sectional ke-i dan unit waktu ke-t
2) Model Efek Tetap (The Fixed Effect Model) Model Efek Tetap (The Fixed Effect Model) adalah model regresi pada data panel yang didapatkan dengan asumsi bahwa unit cross 80
section dan time series yang digunakan dalam model sudah diketahui terlebih dahulu. MET dalam penelitian ini memiliki konstanta yang bervariasi pada unit cross section dan koefisien konstanta yang mengasumsikan bahwa perbedaan pengaruh dari unit cross section dan time series tercermin dari konstanta yang berbeda-beda. Secara matematis model MET dinyatakan sebagai berikut (Nachrowi dan Usman, 2006): Yit= α + βXit+ γ2W2t + γ3W3t +...... + γnWnt + δ2Zi2 + δ3Zi3 +...... + δTZiT+εit Dimana: Yit
= variabel terikat untuk individu ke-i dan waktu ke t
Xit
= variabel bebas untuk individu ke-i dan Waktu ke-t
Wit dan Zit variabel dummy yang didefinisakan sebagai berikut: 1 ; untuk individu i; i = 1, 2, ..., N Wit= 0 ; lainnya. 1 ; untuk individu i; i = 1, 2, ..., T Zit=
0 ; lainnya.
Dari model di atas terlihat bahwa model Fixed effect adalah sama dengan regresi yang menggunakan dummy variabel sebanyak variabel bebas, sehingga dapat diestimasi dengan Ordinary Least Square 81
(OLS). Dengan menggunakan OLS maka akan diperoleh estimator yang tidak bias dan konsisten. Model diatas telah ditambahkan sebanyak (N-1) + (T-1) variabel boneka dan menghilangkan dua sisanya untuk menghindari kolinearitas sempurna antar variabel penjelas. Dengan menggunakan model ini, maka akan diperoleh derajat kebebasan sebesar NT-2 – (N1) – (T-1) atau NT-N-T. Penambahan variabel boneka pada fixed effect dapat mempengaruhi keefisienan dari parameter yang diestimasi. 3) Model Efek Random (The Random Effect Model) Model ini disebut juga model komponen eror (Error Component Model).
Sama
seperti
model
efek
tetap,
model
ini
juga
memungkinkan terjadi perbedaan nilai parameter intersep dan koefisien berbeda anta daerah dan antar waktu, namun diekspresikan dalam eror. Pada model ini gangguan diasumsikan bersifat acak untuk seluruh populasi. Secara matematis model MER dinyatakan sebagai berikut (Nachrowi dan Usman,2006): Yit = α + βXit+ εit;εit= ui+ vt + wit Dimana : ui
= komponen error cross-section
vt
= komponene error time series 82
wit
= komponen error gabungan
Adapun asumsi yang digunakan untuk komponen error adalah ui~ N (0,σu2); vt~ N (0,σv2); wit~ N (0,σw2) Dalam model efek acak, efek rata-rata dari data cross section dan time series diintreprestasikan dalam intercept. Sedangkan deviasi efek secara random untuk data time series diprestasikan dalam vt dan deviasi untuk data cross section dinyatakan dalam ut. Model ini juga mengasumsikan bahwa error secara individu tidak saling berkolerasi, begitu juga dengan error kombinasinya. Dengan menggunakan model ini maka kita dapat menghemat pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlah seperti pada fixed effect model. Hal ini berimplikasi pada parameter hasil estimasi akan menjadi efisien. 2. Tahap Analisis Data a. Pemilihan Model Pooled Least Square, Fixed Effect dan Random Effect Gambar 3.1. Pengujian Pemilihan Metode pada Pengolahan Data Panel FIXED EFFECT Chow Test
1
2
Hausman Test
3
LM Test
RANDOM EFFECT POOLED LEAST SQUARE
Sumber : Data diolah 83
1) Chow Test Untuk mengetahui apakah model MET lebih baik dibandingkan dengan modelOLS dapat dilakukan dengan melihat signifikansi model MET dapat dilakukandengan uji statistik F. Pengujian seperti ini dikenal juga dengan istilah Uji Chow atau Likelihood Test Ratio. Hipotesis nol (H0) yang digunakan adalah intersep dan slope adalah sama. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut: H0 : Model Pooled Least Square (restricted) H1 : Model Fixed Effect (unrestricted) Dasar penolakan terhadap hipotesis nol (H0) yaitu dengan menggunakan F-statistik. Adapun uji F statistiknya adalah sebagai (RSS1– RSS2) / n – 1
berikut: F hitung =
(RSS1) / (nT – n – K) Dengan n adalah jumlah individu; T merupakan jumlah periode waktu; K adalah banyaknya parameter dalam model MET; RSS1 dan RSS2 berturut-turut adalah residual sum of squares untuk model OLS dan MET. Nilai statistik F akan mengikuti distribusi statistik F dengan derajat bebas sebesar n – 1 untuk numerator dan sebesar nT – k denumerator. Jika nilai statistik F lebihbesar dari nilai F tabel pada tingkat signifikansi tertentu, hipotesis nol akan ditolak, yang berarti 84
koefisien intesep dan slope adalah sama tidak berlaku, sehingga teknikregresi data panel dengan MET lebih baik dari model regresi data panel dengan OLS (Bambang, Juanda dan Junaidi,2012). 2) Hausman Test Untuk menguji apakah model fixed effect lebih baik dari model random effect, digunakan uji Hausman. Adapun hipotesis dalam pengujian ini dilakukan berikut: H0 : Model Random Effect H1 : Model Fixed Effect (unrestricted) Dengan mengikuti kriteria Wald, nilai statistik Hausman ini akan mengikuti distribusi chi-square sebagai berikut: W = χ 2 [K] = [β, β GLS] Σ -1[β, β GLS] Ketika nilai Hausman < dari chi table maka H0 ditolak dengan kata lain metode yang digunakan adalah fixed effect (FEM) (Bambang, Juanda dan Junaidi, 2012). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pendekatan pooled least square memiliki kelemahan dikarenakan asumsi atas intercept dan slope yang sama di dalam modelnya sehingga memilliki kemungkinan tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya dikarenakan setiap unit cross section memiliki karakteristik tersendiri. Kemudian menurut Judge (1985) diantaranya pendekatan fixed effect dan random effect ada beberapa pertimbangan antara lain: 85
Jika jumlah periode observasi besar dan jumlah unit cross section kecil, maka estimasi dari pendekatan fixed effect dengan random effect tidak jauh berbeda sehingga dapat dipilih pendekatan yang lebih mudah dilakukan yaitu pendekatan fixed effect. Jika jumlah periiode observasi kecil dan jumlah unit cross section besar maka hasil estimasi dari kedua pendekatan tersebut berbeda jauh. Maka apabila unit cross section yang digunakan diyakini diambil secara acak (random) maka pendekatan random effect yang digunakan. Sebaliknya apabila unit cross section yang digunakan tidak diambil secara acak maka pendekatan fixed effect yang digunakan. Jika kemampuan error individu berkorelasi dengan variabel bebas “x” maka parameter yang didapat dari pendekatan random effect akan bias sementara parameter yang didapat dari pendekatan fixed effect tidak. Jika jumlah periode observasi kecil dan jumlah unit cross section besar maka asumsi yang mendasari random effect lebih dibandingkan pendekatan fixed effect. 3) The Breusch-Pagan LM Test Pengujian untuk memilih apakah model akan dianalisis dengan menggunakan metode random effect atau pooled least square dapat
86
dilakukan
dengan
The
Breusch-Pagan
LM
Test
dimana
menggunakan hipotesis sebagai berikut: H0 : Model Pooled Least Square(restricted) H1 : Model Random Effect Dasar penolakan H0 menggunaka statistik LM Test yang berdasarkan distribusi Chi-square. Jika LM statistics lebih besar dari Chi square table maka tolak H0 sehingga model yang lebih sesuai dalam menjelaskan dalam permodelan data panel tersebut adalah model pooled least square, begitu pula sebaliknya.
F. Pengujian Statistik Setelah melakukan pengolahan data dengan metode panel, selanjutnya adalah melakukan pengujian terhadap hasil output. Pengujian ini dilakukan menurut kriteria statistic dan kriteria ekonomi. Pada pengujian kriteria ekonomi diuji apakah hasil koefisien regresi sudah sesuai dengan teori ekonomi yang ada. Kriteria stastik dilakukan dengan cara melakukan pengujian-pengujian sebagai berikiut. 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif dalam penelitian pada dasarnya merupakan proses transformasi data peneltian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami
dan
diinterpretasikan.
Statistik
deskriptif
memberikan
87
gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, dan varian (Ghozali, 2012) 2. Analisis Korelasi antar Variabel Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi / hubungan (measures of association) (Ghozali, 2012). Pengukuran asosiasi
merupakan istilah umum yang
mengacu pada sekelompok teknik dalam statistik bivariat yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel. Diantara sekian banyak teknik-teknik pengukuran asosiasi, terdapat dua teknik korelasi yang sangat populer sampai sekarang, yaitu Korelasi Pearson Product Moment dan Korelasi Rank Spearman. Pengukuran asosiasi mengenakan nilai numerik untuk mengetahui tingkatan asosiasi atau kekuatan hubungan antara variabel. Dua variabel dikatakan berasosiasi jika perilaku variabel yang satu mempengaruhi variabel yang lain. Jika tidak terjadi pengaruh, maka kedua variabel tersebut disebut independen. Korelasi bermanfaat untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel (kadang lebih dari dua variabel) dengan skala-skala tertentu, misalnya Pearson data harus berskala interval atau rasio; Spearman dan Kendal menggunakan skala ordinal. Kuat lemah hubungan diukur menggunakan jarak (range) 0 sampai dengan 1.
88
3. Analisi Regresi Regresi adalah salah satu analisis yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel terhadap varibel lain (Ghozali, 2012). Dalam analisis
regresi,
variabel
yang
mempengaruhi
disebut
variabel
independent variabel (variabel bebas) dan variabel yang dipengaruhi disebut dependent variabel (variabel terikat). Jika dalam persamaan regresi hanya terdapat satu variabel terikat, maka disebut sebagai regresi sederhana. Sedangkan jika variabel bebasnya lebih dari satu, maka disebut sebagai persamaan regresi berganda. Regresi berguna untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. 4. Uji Parsial (Uji t) Analisis statistik secara parsial digunakan untuk melihat signifikansi dari masing-masing variabel bebas secara individu dalam menjelaskan variabel terikat pada model dengan menggunakan uji t, dimana hipotesis nol (H0: β = 0) artinya nilai koefisien sama dengan nol, sedangkan hipotesis alternatif (H1: β ≠ 0) artinya nilai koefisien berbeda dengan nol. Signifikan ini secara langsung dapat dilihat dari besarnya angka probabilitas. Jika p-value (t-statistik) lebih kecil dari α (α = 5% atau 0,05) maka variabel bebas tersebut berpengruh secara signifikan terhadap variabel terikat atau tolah H0.
89
5. Uji Persamaan Regresi Keseluruhan (Uji F) Dalam pengujian ini diuji apakah semua variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat. Pengujian ini dilakukan dengan distribusi F. Signifikansi pengujian ini secara langsung dapat dilihat dari besarnya angka probabilitas. Jika p-value (F-statistik) lebih kecil dari α (α = 5% atau 0,05) maka seluruh variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. 6. Pengujian R2 Dalam pengujian ini diuji sejauh mana variasi dari variabel terikat mampu dijelaskan oleh variabel bebasnya. Nilai R2 merupakan fraksi dari variasi yang mampu dijelaskan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai R2 berkisar antara 0-1 persen, dan jika nilainya mendekati 1 maka semakin baik. Adapun perhitungan nilai R2 adalah sebagai berikut:
R2
1 ESS TSS
RSS TSS
Dimana: TSS = Total Sum of Squares ESS = Error Sum of Square RSS = Regression Sum of Square 7. Pengujian Adjusted R2 Masalah
yang
terjadi
jika
melakukan
pengujian
dengan
menggunakan R2 adalah jika variabel bebasnya ditambah maka nilai R2 akan bertambah besar. Pengujian dengan Adjusted R2 secara obyektif 90
melihat pengaruh penambahan variabel bebas, apakah variabel tersebut mampu memperkuat variasi penjelasan variabel terikat. Adapun perhitungan nilai Adjusted R2 adalah sebagai berikut:
N 1 N k
Adjusted R2
= 1 (1 R 2 )
Dimana :
N = banyak observasi k = banyaknya variabel bebas
8. Pelanggaran Asumsi Dasar Statistik Pengujian pelanggaran asumsi guna melihat apakah penduka model yang digunakan memenuhi syarat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) yaitu yang tidak melanggar asumsi regresi multikolinearitas, heteroskedacity, dan auto korelasi. a. Uji Heteroskedastisitas Heterokedastisitas merupakan suatu pelanggaran asumsi dalam persamaan regresi berganda dimana varians dari setiap error dari variabel bebas tidak konstan dari waktu kewaktu. Heteroskedastisitas menyebabkan hasil estimasi dengan OLS akan menghasilkan parameter yang bias, tidak efisien meskipun konsisten. Artinya koefisien yang dihasilkan bukan dari varian error terkecil. Dalam program eviews 7.1 tes untuk melihat apakah terdapat heteroskedastisitas
dalam
suatu
persamaan
adalah
dengan
menggunakan White-test. Penguji ini untuk melihat nilai obs*Rsquare lebih besar daripada chi-square, maka dalam model tersebut 91
ada masalah heteroskedastisitas. Apabila terdapat masalah ini dalam model maka dilakukan pengobatan dengan menggunakan model generilazed least square. Dengan menggunakan data panel maka model
diberi
perlakuan
cross
section
weight
dan
white
heteroskedasticity-consistent standart error dan covariance untuk mengantisipasi adanya data yang bersifat heteroskedasticity. b. Uji Auto Korelasi Autokorelasi biasanya timbul pada maslah data time series, dimana kesalahan (error) acak dari suatu observasi tidak hanya berpengaruh untuk periode tersebut, namun juga yang terjadi pada periode yang akan datang. Masalah autokorelasi ini timbul jika error term suatu observasi mempunyai korelasi dengan error observasi lain atau dengan kata lain adanya suatu data yang dipengaruhi oleh data sebelumnya. Masalah autokorelasi dapat dideteksi dari angka durbin Watson stat, dimana apabila nilai 4>DW>2 terdapat indikasi negatif serial auto correlation atau DW<2 terdapat indikasi positive serial auto correlations. Salah satu alternative yang dipakai untuk mengetahui masalah autokorelasi dapat digunakan breusch-godfrey serial correlatin LM test, yang tersedia dalam program eviews.
92
Reject H0 Evidence of Do not reject Zone of H0 or H1 or Positive Indecision Autoboth correlation
0
di
du
Zone of Indecision
4-du
Reject H1 Evidence of Negative AutoCorrelation
4-di
4
Sumber : Ghozali, 2012 c. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas adalah suatu gejala pada persamaan regresi dimana terdapat hubungan linier antar variabel bebas dalam persamaan. Indikasi bahwa suatu model OLS mengalami masalah multikolinearitas ini adalah apabila nilai koefisien determinasi (Rsquared) yang besar serta uji-F (model keseluruhan) yang signifikan namun terdapat uji-t (variabel bebas) yang tidak signifikan. Untuk mengetahui seberapa parahnya masalah multikolinearitas ini dapat digunkan correlation matrix yang terdapat pada program eviews. Apabila nilai korelasi variabel independen dalam matriks korelasi melebihi 0,8 maka terdapat masalah multikolinearitas yang parah dalam model. Untuk mengeliminasi masalah ini agak sulit dikarenakan kita tidak dapat begitu saja menghilangkan variabel
93
independen yang digunakan karena dapat menyebabkan hilangnya esensi dari model dan menimbulkan bias pada hasil estimasi.
Pelanggaran asumsi klasik terhadap estimasi model fixed effect, hal ini perlu dilakukan agar hasil estimasi telah memenuhi kriteria BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Oleh karenanya, dapat dipastikan model ini terbebas dari multikolinier. Model yang digunakan juga terbebas dari masalah autokorelasi, karena menurut Nachrowi dan Usman (2006) model data panel tidak membutuhkan asumsi terbebasnya model dari serial korelasi (autokorelasi). Sedangkan untuk masalah heteroskedastik, model telah diestimasi menggunakan metode GLS White Heteroscedasticity Consistent Standard Error and Covariance sehingga diasumsikan model sudah bersifat homoskedastik.
G. Operasionalisaisi Variabel Penelitian Dalam bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan beserta operasional dan pengukurannya. Adapun operasionalisasi variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut : 1. Variabel Dependen a. Return Saham (Return) Return saham pada dasarnya adalah keuntungan yang dinikmati oleh investor atas investasi saham yang dilakukannya. Proksi return 94
saham pada penelitian ini yaitu subsequent return, yaitu merupakan return bulanan selama satu tahun dimulai 6 bulan setelah tahun fiskal berakhir. Contoh: perusahaan dengan laporan keuangan tahun 2009 maka subsequent return perusahaan yang digunakan dari bulan Juli 2009 sampai dengan Juni 2010 (Dhicev, 1998 dalam Utama dan Lumondang, 2009).
Secara matematis return saham dapat
diformulasikan sebagai berikut
Pti - Pti -1 Rti =
Pti 1
Dimana : Rti
= Return realisasi saham i pada periode t
Pti
= Harga saham i pada akhir periode t
Pti-1
= Harga saham i pada awal periode t
2. Variabel Independen a. Ukuran Perusahaan (SIZE) Firm size merupakan ukuran besar atau kecilnya suatu perusahaan.Ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan ukuran kapitalisasi pasar.Nilai kapitalisasi pasar (market value equity / MVE) diukur dengan menggunakan jumlah saham yang beredar dengan harga pasar saham pada saat itu, namun dapat diukur juga dengan menggunakan log asset (Ang, 1997). 95
Vs = log Total Asset Dimana : Vs
= Market value (nilai pasar)
Log total Asset
= Logaritma Natural total asset
b. Book to Market Ratio (BtM) Book to Market Ratio adalah perbandingan antara nilai buku saham dengan nilai pasar saham. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data tahunan, sedangkan formula dari rasio book to market adalah (Utama dan Lumondang, 2009): Rumus Btm adalah:
Book to Market Ratio
Nilai Buku Ekuitas Nilai Pasar Saham
c. Beta Saham (Beta) Beta merupakan index dari risiko sistematis karena kondisi pasar.Kecenderungan saham untuk bergerak naik atau turun dalam pasar tercermin dalam koefisien beta (β). Rata-rata risiko saham didefinisikan sebagai saham yang cenderung bergerak naik turun sejalan dengan pasar umum yang diukur oleh beberapa indeks, seperti Dow Jones Industrials, S&P 500, atau New York Stock Exchange (Moeljadi, 2006). Rumus beta saham:
96
β
Covariance(rs , rb ) Variance(rb )
Dimana : β = beta saham rs = return on the stock rb = return on a benchmark index d. Earning Earning menggunakan proksi laba per lembar saham (earning per share) (Solechan, 2009). Earning dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan laba per lembar saham (earning per share) yaitu adalah rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah rupiah yang diterima untuk setiap lembar saham biasa. Pada umumnya para pemegang saham atau calon pemegang saham sangat berkepentingan dengan earning per share. Semakin baik kualitas laba (earning) perusahaan maka akan semakin tinggi keuntungan atas penjualan saham (return saham) perusahaan. Rumus Earning Per Share:
Earning Per Share Dimana : Earning
Earning Share = Laba
Share = Saham
e. Financial Distress (Z-Score)
97
Financial Distressmerupakan salah satu faktor risiko yang berkaitan dengan kemampuan keuangan perusahaan dalam memenuhi kewajiban perusahaan kepada investor dan debitur. Financial Distress dapat dijadikan sebagai indikator kinerja perusahaan sehingga perlu dilakukan analisis mengenai tingkat Financial Distress perusahaan. Altman
(1968),
merupakan
penelitian
awal
yang
mengkaji
pemanfaatan analisis rasio-rasio keuangan sebagai alat atau indikator awal untuk memprediksi risiko kebangkrutan (Financial Distress) perusahaan. Dalam penelitian ini, tingkat Financial Distress perusahaan diproksikan dengan Z-score yang dalam penelitian Profesor Edward I Altman (1968) diformulasikan sebagai berikut : Z=1,2WCTA+1,4XRETA+3,3EBITTA+0,6MVEBVL+0,999STA Keterangan: Z
= bankrupcy index
WCTA
= working capital / total asset
RETA
= retained earnings / total asset
EBITTA
= earning before interest and taxes/total asset
MVEBVL
= market value of equity / book value of total debt
STA
= sales / total asset
Z adalah indeks keseluruhan fungsi multiple discriminant analysis. Menurut Altman, terdapat angka-angka cut off nilai z yang dapat 98
menjelaskan apakah perusahaan akan mengalami kegagalan atau tidak pada masa mendatang dan ia membaginya ke dalam tiga kategori, yaitu: 1) Jika nilai Z < 1,8 maka termasuk perusahaan yang bangkrut. 2) Jika nilai 1,8< Z < 2,99 maka termasuk grey area (tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan). 3) Jika nilai Z > 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut. Rasio-rasio yang digunakan dalam model Altman original (1968) dalam 5 kategori yaitu likuiditas, profitabilitas, leverage, solvabilitas dan kinerja. Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya (kurang dari satu tahun). Rasio likuiditas diproksikan dengan WCTA karena yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, dan diproksikan dengan RETA yaitu mengukur seberapa besar total asset dapat menghasilkan laba yang ditahan, ini sebagian penggunaan rasio untuk model kebangkrutan yang digunakan Altman (1968). Penggunaan model ini lebih tepat untuk penelitian sekarang karena model ini cocok untuk perusahaan manufaktur seperti penelitian yang dilakukan Altman (1968). 99
Berikut ini variabel dan skala pengukuran yang terdapat dalam penelitian disajikan secara ringkas dalam Tabel 3.1 di bawah ini:
No
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran Jenis Variabel Indikator Variabel
1
Return Saham Dependen (Dhicev, 1998 (Subsequent dalam Utama dan Return) Lumondang, 2009)
2
Firm size (Famadan Independen French 1995) (SIZE)
Vs
3
Book to Market Independen (Utama dan (BtM) Lumondang 2009)
Book to Market Ratio
4
Beta saham (Moeljadi, 2006)
Independen (Beta)
5
Earning (Solechan, 2009)
Independen (Earning)
6
Financial Distress (Altman 1968)
Rti=
β
Skala Pengukuran
(Pti - Pti-1 ) Pti 1
Rasio
= log total Asset
Rasio
Nilai Buku Ekuitas Nilai Pasr Saham
Covariance(rs ,r ) b Variance(r ) b
Earning Share Z=1,2WCTA + 1,4XRETA + Independen 3,3EBITTA +0,6MVEBVL (Z-Score) +0,999STA Earning Per Share
Rasio
Rasio
Rasio Rasio
Sumber : data diolah
100
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Deskripsi Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah laporan keuangan dan harga saham perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2013 untuk data laporan keuangan perusahaan dan 2009-2014 untuk pengambilan data saham perusahaan dengan pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria-kriteria seperti pada bab III. Pemilihan perusahaan manufaktur dilakukan karena model ZScore dari Altman menggunakan perusahaan manufaktur sebagai sampel penelitian. Adapun perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria tersebut tercantum dalam table 4.1 berikut Tabel 4.1 Seleksi Sampel Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar dari tahun 2009 – 2013 120 Pengurang berdasrkan kriteria sample 1. corporate action (stock split, stock devidend, right issue, 48 dan warrant 2. btm minus dan data outlayer 7 Sampel yang dapat digunakan 65
101
Jumlah sampel yang sesuai dengan kriteria diantaranya di bawah ini:
No.
CODE
I.
Tabel 4.2 PROFIL SAMPEL PENELITIAN EMITEN Sub Sektor Industri Dasar dan Kimia
1
INTP
Indocement Tunggal Prakasa Tbk
2
SMCB
Holcim Indonesia Tbk
3
SMGR
Semen Gresik Tbk
4
ALKA
Alakasa Industrindo Tbk
5
ALMI
Alumindo Light Metal Industry Tbk
6
JPRS
Jaya Pari Steel Tbk
7
LION
Lion Metal Works Tbk.
8
LMSH
Lionmesh Prima Tbk.
9
PICO
Pelangi Indah Canindo Tbk
Semen
Logam dan Sejenisnya
10 DPNS
Duta Pertiwi Nusantara Tbk.
11 ETWA
Eterindo Wahanatama Tbk
12 INCI
Intanwijaya Internasional Tbk
13 SRSN
Indo Acidatama Tbk
14 AKKU
Alam Karya Unggul Tbk.
15 AKPI
Argha Karya Prima Industry Tbk
16 SIAP
Sekawan Intipratama Tbk
17 TRST
Trias Sentosa Tbk.
18 YPAS
Yanaprima Hastapersada Tbk
19 SIPD
Sierad Produce Tbk.
Pakan Ternak
20 TIRT
Tirta Mahakam Resources Tbk
Kayu dan olah
21 FASW
Fajar Surya Wisesa Tbk.
22 INKP
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
Kimia
Plastik dan Kemasan
Pulp dan Kertas
Bersambung ke halaman selanjutnya
102
No.
Tabel 4.2 (Lanjutan) EMITEN
CODE
II.
Aneka Industri
23 ASII
Astra International Tbk
24 BRAM
Indo Kordsa Tbk
25 GDYR
Goodyear Indonesia Tbk
26 GJTL
Gajah Tunggal Tbk
27 LPIN
Multi Prima Sejahtera Tbk
28 SMSM
Selamat Sempurna Tbk
29 ADMG
Polychem Indonesia Tbk
30 ARGO
Argo Pantes Tbk
31 CNTX
Centex Tbk
32 ESTI
Ever Shine Textile Industry Tbk
33 HDTX
Panasia Indo Resource Tbk
34 INDR
Indo Rama Synthetic Tbk
35 RICY
Ricky Putra Globalindo Tbk
36 SSTM
Sunson Textile Manufacturer Tbk
37 UNIT
Nusantara Inti Corpora Tbk
38 IKBI
Sumi Indo Kabel Tbk
39 JECC
Jembo Cable Company Tbk
40 KBLI
KMI Wire andCable Tbk
41 KBLM
Kabelindo Murni Tbk
42 SCCO
Sub Sektor
Otomotif dan Komponen
Tekstil dan Garmen
Kabel
Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk
43 VOKS
Voksel Electric Tbk
44 PTSN
Sat Nusa Persada Tbk
Elektronika
Bersambung ke halaman selanjutnya
103
No.
Tabel 4.2 (Lanjutan) EMITEN
CODE
Sub Sektor
III. Barang Konsumsi 45 ADES)
Akasha Wira International Tbk
46 CEKA
Cahaya Kalbar Tbk
47 DLTA
Delta Djakarta Tbk
48 INDF
Indofood Sukses Makmur Tbk
49 MLBI
Multi Bintang Indonesia Tbk
50 PSDN
Prashida Aneka Niaga Tbk
51 SKLT
Sekar Laut Tbk
52 STTP
Siantar Top Tbk
53 ULTJ
Makanan dan Minuman
Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk
54 GGRM
Gudang Garam Tbk
55 HMSP
Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
56 INAF
Indofarma Tbk
57 KAEF
Kimia Farma Tbk
58 MERK
Merck Tbk
59 PYFA
Pyridam Farma Tbk
60 TSPC
Tempo Scan Pasific Tbk
61 MRAT
Mustika Ratu Tbk
62 TCID
Mandom Indonesia Tbk
63 KDSI
Kedawung Setia Industrial Tbk
64 KICI
Kedaung Indah Can Tbk
65 LMPI
Langgeng Makmur Industry Tbk
Rokok
Farmasi
Kosmetik dan Keperluan Rumah Tangga Peralatan Rumah Tangga
Sumber :Indonesia Capital Market Directory tahun 2009-2013
104
Sampel perusahaan yang berhasil diperoleh dan memenuhi kriteria adalah sebanyak 65 perusahaan, dimana penelitian dilakukan selama 5 tahun yaitu tahun 2009 hingga tahun 2013, sehingga terkumpul data sebanyak 325. Data penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang sesuai dengan kriteria penelitian dan ringkasan kinerja perusahaan yang terdapat di situs resmi Indonesia Stock Exchange yaitu www.idx.co.id serta data dari www.finance.yahoo.com. Fokus penelitian terdapat dua model yaitu: Model I adalah untuk mengetahui keadaan financial distress atau keadaan kebangkrutan perusahaan yang diukur dengan z-score dengan dipengaruhi ukuran perusahaan (firm size) yang diukur dengan logaritma narutal dari total aset, book to market, beta saham dan earning yang diukur dengan laba per saham perusahaan. Model II adalah untuk mengetahui keadaan subsequent return saham suatu perusahaan dengan dipengaruhi oleh financial distress atau keadaan kebangkrutan perusahaan yang diukur dengan z-score, ukuran perusahaan (firm size) yang diukur dengan logaritma narutal dari total aset, book to market, beta saham dan earning yang diukur dengan laba per saham perusahaan.
105
B. Hasil Uji Analisis Data Bab ini membahas analisis data dan hasil penelitian tentang pengaruh ukuran perusahaan (Firm Size), rasio perbandingan nilai buku dengan nilai pasar dengan proksi book to market (BtM). Variabel risiko saham (Beta), rasio keuntungan per saham dengan proksi earning per share (EPS), dan rasio prediksi kebangkrutan perushaan (ZScore) terhadap subsequent return saham. Analisis ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian pertama menjelaskan mengenai analisis kualitatif dengan menggunakan statistik deskriptif yang akan membahas sebaran data, dan bagian kedua menjelaskan mengenai hasil olah data dengan menggunakan program Eviews yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kebaikan model dan pengaruh dari masing-masing variabel independent terhadap variabel dependent. 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Berdasarkan hasil uji statistik yang diperoleh dari 65 perusahaan yang dijadikan sampel selama lima tahun, maka diperoleh data sebanyak 325 data yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini. Diketahui bahwa terdapat enam variabel penelitian (Return, Z-Score, Size , Btm , Beta , Earning ) dengan jumlah sampel secara keseluruhan sebanyak 325 sampel. Dengan nilai minimum sebagai nilai terendah untuk setiap variabel, dan nilai maksimum untuk nilai tertinggi untuk setiap variabel dalam penelitian yang terlihat dalam tabel di bawah ini.
106
Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif Return
Zscore
Size
BtM
Beta
Earning
Mean
0,019
2,836
27,698
1,185
0,663
266,11
Median
0,013
2,377
27,451
1,044
0,570
42,4
Maximum
0,120
9,859
32,700
4,200
4,156
2300,3
Minimum
-0,084
-5,879
23,082
0,021
-2,511
-1663,1
Std. Dev.
0,034
2,543
1,758
0,916
1,059
542,4
325
325
Obser 325 325 325 325 vations Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
Berdasarkan tabel 4.3 juga dapat dilihat mean dari setiap nilai dari masing-masing variabel. Selain itu juga dapat dilihat standar deviasi nilai dari data masing-masing variabel. Beberapa penjelasan mengenai hasil perhitungan statistik diuraikan sebagai berikut. a. Return Dari
hasil pengujian statistik deskriptif, rata-rata
return
perusahaan di Indonesia pada tahun yang diamati adalah 0,019. Dimana standar deviasi adalah 0,034. Dengan nilai minimum -0,084 dan maksimum 0,120. Dapat dilihat bahwa rata-rata return lebih kecil dari pada nilai standar deviasi maka kualitas data return perusahaan di Indonesia kurang bagus mengidentifikasikan bahwa standar error dari variabel tersebut besar (Ghozali, 2012). Sehingga selama tahun
107
penelitian perusahaan di Indonesia kurang bagus dalam imbal hasil saham di pasar bursa. b. Z-Score Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif, rata-rata zscore perusahaan adalah sebesar 2.836 dan dapat menjelaskan bahwa perusahaan dalam penelitian rata-rata dalam keadaan zona aman dengan standar deviasi sebesar 2,543. Dengan nilai minimum -5,879 yaitu
dalam keadaan zona distress yaitu perusahaan Alam Karya Unggul Tbk di tahun 2011 dan maksimum sebesar 9,859 yaitu keadaan zona aman yaitu perusahaan Merck Tbk pada tahun 2011.
c. Size Dari hasil uji statistik deskriptif, dapat disimpulkan bahwa ratarata ukuran perusahaan perusahaan di Indonesia dalam penelitian adalah 27,698 dengan standar deviasi sebesar 1,758. Dengan nilai minimum 23,083 setara dengan Rp.10.582.842.000 pada perusahaan Nusantara Inti Corpora (UNIT) dan maksimum sebesar 32,700 setara dengan Rp.213.994.000.000.000 pada perusahaan Astra International Tbk. d. BtM Dari hasil pengujian statistik deskriptif, dapat disimpulkan ratarata btm perusahaan di Indonesia adalah 1,185 dengan standar deviasi sebesar 0,916. Dengan nilai minimum 0,021 dan maksimum sebesar 108
4,200. Dengan rata-rata btm adalah 1,185 atau nilai PBV sebesar 0,84 (1/1,185) atau lebih kecil dari 1 (satu) artinya pasar menilai kinerja perusahaan dimasa mendatang kurang baik. e. Beta Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif, rata-rata besar beta adalah sebesar 0,663, sedangkan nilai standar deviasi sebesar 1,059 maka standar deviasi yang besar menandakan bahwa data yang diteliti memiliki tingkat penyimpangan yang tinggi atau dapat dikatakan data bersifat heterogen. Dengan nilai minimum -2,511 dan maksimum sebesar 4,156. Dengan melihat hasil rata-rata beta saham yang kurang dari 1 (satu) dapat dilihat bahwa pergerakan return saham perusahaan rata-rata pada penelitian pergerakannya lebih kecil dari pada pergerakan return pasar IHSG, dengan begitu return saham perusahaan penelitian tidak cukup peka terhadap perubahan return pasar dan tidak terlalu berisiko. Sedangkan beta saham terbesar yaitu 4,156 pada perusahaan Jaya Pari Steel (JPRS) pada tahun 2010. f. Earning Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif, rata-rata earning yang adalah sebesar 266,11 diperoleh dari perbandingan EAT dengan jumlah saham beredar dan dengan standar deviasi sebesar 542,4. Dengan
nilai minimum (1663,1) yaitu pada perusahaan Centex Tbk pada
109
2013(CNTX) dan maksimum sebesar 2300,3 pada perusahaan Lionmesh Prima Tbk. pada 2013 (LMSH). 2. Analisis Korelasi antar Variabel Uji Correlation digunakan untuk menentukan apakah ada hubungan linier yang signifikan antara dua variabel. Uji ini termasuk klasifikasi uji statistik parametrik. Tabel 4.4 Hasil uji Correlation antar Variabel RETURN ZSCORE SIZE BtM RETURN 1 0,085 -0,054 -0,179 ZSCORE 0,085 1 0,040 -0,010 SIZE -0,054 0,040 1 -0,117 BTM -0,179 -0,010 -0,117 1 BETA -0,116 -0,031 0,137 0,114 EARNING 0,191 0,435 0,271 -0,327 Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
BETA EARNING -0,116 0,191 -0,031 0,435 0,137 0,271 0,114 -0,327 1 -0,179 -0,179 1
Berdasarkan hasil korelasi adalah sebagai berikut: a) Size berkorelasi positif dengan zscore dan negatif dengan return b) Btm berkorelasi negatif dengan zscore dan return c) Beta berkorelasi negatif terhadap zscore d) Earning berkorelasi positif zscore e) Zscore berkorelasi positif dengan return saham Hasil ini baru sementara selanjutnya data diregresikan menurut analisis data panel menggunakan menggunakan program Eviews 7.1. 3. Hasil Analisis Data Panel Dari spesifikasi model yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, terlihat model dalam penelitian ini menggunakan data cross section (perusahaan) dan data time series (tahun). Untuk menentukan hasil akhir 110
panel data apakah menggunakan Common Effect Model, Fixed Effect Model atau menggunakan Random Effect Model. a. Model Common Effect (OLS) Model ini merupakan model yang paling sederhana. Dalam estimasinya diasumsikan bahwa setiap unit individu memiliki intersep dan slope yang sama (tidak ada perbedaan pada dimensi kerat waktu). Dengan kata lain, regresi data panel yang dihasilkan akan berlaku untuk setiap individu. Hasil perhitungan dengan menggunakan program Eviews 7.1, maka output dari regresi menggunakan metode Common Effect (pooled least square) adalah sebagai berikut : Model I : Pengaruh size, Btm, Beta dan Earning terhadap ZScore Tabel 4.5 Hasil regresi Common Effect (pooled least square) Model I Dependent Variable : ZScore Method : Panel Least Squares Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 5.394931 2.078897 2.595092 0.0099 Size -0.135979 0.075541 -1.80006 0.0728 Btm 0.393368 0.145600 2.701701 0.0073 Beta 0.141508 0.123239 1.148238 0.2517 Earning 0.002426 0.000258 9.394531 0.0000 R-squared 0.2085 Prob(F-statistic) 0,000000 Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS Berdasarkan hasil regresi Model I menggunakan model Common Effect di atas dapat disimpulkan variabel independen (t-tes probability) yang terlihat signifikan yaitu hanya Btm dan Earning sedangkan Size dan Beta tidak signifikan. Hasil R-squared sebesar 0.208084 atau 20,8 % merupakan nilai yang menunjukkan pengaruh dari variabel 111
independen terhadap variabel dependen yaitu ZScore dan sebesar 79,2% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai probability dari F-stat senilai 0,000000 memberikan arti bahwa terdapat salah satu variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu ZScore. Model II : Pengaruh Size, Btm, Beta, Earning, dan ZScore terhadap Return TABEL 4.6 Hasil Regresi Common Effect (pooled least square) Model II Dependent Variable : Return Method: Panel Least Squares Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.077774 0.031111 2.499871 0.0129 ZScore 0.000237 0.000828 0.286593 0.7746 Size -0.001992 0.001124 -1.77158 0.0774 Btm -0.004988 0.002181 -2.28733 0.0228 Beta -0.001876 0.001829 -1.02566 0.3058 Earning 1.00E-05 4.32E-06 2.314701 0.0213 R-squared 0.052744 Prob(F-statistic) 0.000449 Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS Berdasarkan hasil regresi persamaan Model II menggunakan model Common Effect di atas dapat disimpulkan variabel independen (t-tes probability) yang terlihat signifikan yaitu hanya Btm dan Earning sedangkan Size, Beta dan ZScore tidak signifikan. Hasil R-squared sebesar 0,052744 atau 5,3 %
merupakan nilai yang menunjukkan
pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen yaitu harga saham dan sebesar 94,7 % dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai probability dari F-stat senilai 0.000449 memberikan arti bahwa 112
terdapat salah satu variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu Return. b. Model Fixed Effect (FEM) Model Efek Tetap (The Fixed Effect) adalah model regresi pada data panel yang didapatkan dengan asumsi bahwa unit cross section dan time series yang digunakan dalam model sudah diketahui terlebih dahulu. Hasil perhitungan dengan menggunakan program Eviews 7.1 maka output dari regresi menggunakan model Fixed Effect (FEM) adalah sebagai berikut : Model I : Pengaruh size, Btm, Beta dan Earning terhadap ZScore Tabel 4.7 Hasil Regresi Fixed Effect (FEM) Model I Dependent Variable : ZScore Method: Panel Least Squares Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.302475 2.847104 0.808708 0.4194 Size 0.006185 0.103323 0.059858 0.9523 Btm 0.118766 0.034290 3.463602 0.0006 Beta 0.046491 0.021965 2.116569 0.0353 Earning 0.000714 0.000104 6.863599 0.0000 R-squared 0.948639 Prob(F-statistic) 0,00000 Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS Berdasarkan hasil regresi persamaan Model I menggunakan model Fixed Effect di atas dapat disimpulkan variabel independen (t-test probability) yang terlihat signifikan yaitu Btm, Beta dan Earning sedangkan variabel independen yang lainnya seperti Size
tidak
signifikan. Hasil R-squared sebesar 0,948639atau 94,9 % merupakan nilai yang menunjukkan pengaruh dari variabel independen yaitu Size, 113
Btm, Beta dan Earning terhadap variabel dependen yaitu ZScore dan sebesar 5,1 % dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai probability dari F-stat senilai 0,000000 memberikan arti bahwa terdapat salah satu variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu ZScore. Model II : Pengaruh Size, Btm, Beta, Earning, dan ZScore terhadap Return Tabel 4.8 Hasil Regresi Fixed Effect (FEM) Model II Dependent Variable : Return Method : Panel Least Squares Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C ZScore Size Btm Beta Earning
0.786191 0.000686 -0.027856 0.000587 -0.003956 1.48E-05
0.147762 0.001278 0.005361 0.001806 0.001555 5.22E-06
5.320666 0.536661 -5.196392 0.324831 -2.543578 2.831871
Prob. 0.0000 0.5920 0.0000 0.7456 0.0116 0.0050
R-squared 0.447301 Prob(F-statistic) 0,00000 Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS Berdasarkan hasil regresi persamaan Model II menggunakan model Fixed Effect di atas dapat disimpulkan variabel independen (ttest probability) yang terlihat signifikan yaitu Size, Beta dan Earning, sedangkan variabel independen yang lainnya seperti Btm dan ZScore tidak signifikan. Hasil R-squared sebesar
0.447301 atau 44,7 %
merupakan nilai yang menunjukkan pengaruh dari variabel independen yaitu, Size, Beta, Btm, Earning dan ZScore terhadap variabel dependen 114
yaitu Return dan sebesar 55,3 % dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai probability dari F-stat senilai 0,0000 memberikan arti bahwa terdapat salah satu variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu Return. c. Model Random Effect (REM) Model Efek Random (The Random Effect) yaitu model regresi yang dilandasi bahwa unit cross section dan time series yang digunakan dalam model tidak ditentukan terlebih dahulu melainkan hasil pengambilan contoh secara acak dari suatu populasi yang besar. Metode untuk memodelkan data panel yang menggunakan MER yang mengandung pengaruh acak dari unit cross section menjadi lebih rumit dan komplek. Hasil perhitungan dengan menggunakan program Eviews 7.1 maka output dari regresi menggunakan model Random Effect (REM) adalah sebagai berikut: Model I : Pengaruh size, Btm, Beta dan Earning terhadap ZScore Tabel 4.9 Hasil Regresi Random Effect Model (REM) Model I Dependent Variable : ZScore Method : Panel EGLS (Cross-section random effects) Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.814094 3.489399 0.233305 0.8157 Size 0.058546 0.125905 0.464999 0.6422 Btm 0.118245 0.110086 1.074114 0.2836 Beta 0.014339 0.053740 0.266821 0.7898 Earning 0.000941 0.000208 4.530600 0.0000 R-squared 0.052085 Prob(F-statistic) 0.000295 Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS 115
Berdasarkan hasil regresi persamaan Model I menggunakan model Random Effect dapat disimpulkan variabel independen (t-tes probability) yang terlihat signifikan yaitu hanya Earning sedangkan Size, Btm dan Beta tidak signifikan. Hasil R-squared sebesar 0.05208 (5,2%) merupakan nilai yang menunjukkan pengaruh dari variabel independen yaitu Size, Btm, Beta dan Earning terhadap variabel dependen yaitu ZScore dan sebesar 94,8 % dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai probability dari F-stat senilai 0.000295 memberikan arti bahwa terdapat salah satu variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu ZScore. Model II : Pengaruh Size, Btm, Beta, Earning, dan ZScore terhadap Return
Hasil dari regresi model II ditampilkan dalam table di bawah ini: Tabel 4.10 Hasil Regresi Random Effect Model (REM) Model II Dependent Variable : Return Method : Panel EGLS (Cross-section random effects) Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.083112 0.034067 2.439667 0.0152 ZScore 0.000258 0.000889 0.289969 0.7720 Size -0.002197 0.001230 -1.786865 0.0749 Btm -0.004660 0.002300 -2.026147 0.0436 Beta -0.002160 0.001772 -1.219172 0.2237 Earning 1.03E-05 4.54E-06 2.277817 0.0234 R-squared 0.043603 Prob(F-statistic) 0.001710 Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
116
Berdasarkan hasil regresi persamaan Model I menggunakan model Random Effect di atas dapat disimpulkan variabel independen (ttes probability) yang terlihat signifikan yaitu hanya Btm dan Earning sedangkan tidak signifikan Size, Beta, dan ZScore. Hasil R-squared sebesar 0.043603 atau 4,4 % merupakan nilai yang menunjukkan pengaruh dari variabel independen yaitu, Size, Btm, Beta, Earning dan ZScore terhadap variabel dependen yaitu Return dan sebesar 95.6 % dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai probability dari F-stat senilai 0.001710 memberikan arti bahwa terdapat salah satu variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu Return. d. Uji Metode Estimasi Model Model estimasi regresi data panel ada tiga, yaitu model Common Effect (OLS), model Fixed Effect (FEM), atau model Random Effect (REM). Menentukan model panel yang akan digunakan dalam penelitian ini, maka harus dilakukan beberapa pengujian. Uji Chow dan Uji Hausman merupakan pengujian yang dapat digunakan dalam menentukan apakah model data panel dapat diregresi dengan model Common Effect, Fixed Effect, atau Random Effect. Uji Chow digunakan untuk menentukan apakah model data panel diregresi dengan model Common Effect atau dengan model Fixed Effect, apabila dari hasil uji tersebut ditentukan bahwa model Common Effect yang digunakan, 117
maka tidak perlu diuji kembali dengan Uji Hausman, namun apabila dari hasil Uji Chow tersebut ditentukan bahwa metode Fixed Effect yang digunakan, maka harus ada uji lanjutan dengan Uji Hausman untuk memilih antara model Fixed Effect atau model Random Effect yang akan digunakan untuk mengestimasi regresi data panel. Berikut adalah tabel yang menunjukkan hasil dari Uji Chow : Model I : Pengaruh size, Btm, Beta dan Earning terhadap ZScore Tabel 4.11 Hasil Uji Chow Model I Redundant : Fixed Effects Tests Equation : Untitled Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Cross-section F 54.709359 (64,256) Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
Prob. 0.0000
Jadi F-hitung sebesar 54.709359, sdangkan F-tabel (0,05;64;325-65-4) sebesar 1.3614. Berdasarkan Tabel 4.10 hasil Uji Chow menunjukkan bahwa Fhitung > F-tabel atau 54.709359 > 1.3614 maka H0 ditolak dan H1 diterima serta p-value signifikan, yaitu 0,0000 (kurang dari 5%), sehingga metode yang digunakan adalah metode Fixed Effect. Oleh karena itu, harus dilakukan uji lanjutan untuk menentukan model mana yang paling tepat digunakan antara metode Fixed Effect atau model Random Effect, yaitu dengan melakukan Uji Hausman. Berikut adalah tabel yang menunjukkan hasil Uji Hausman :
118
Tabel 4.12 Hasil Uji Hausman Model I Correlated Random Effects - Hausman Test Equation : Untitled Test cross-section random effects Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 11,963495 Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
4
0,0176
Jadi Chi-square hitung sebesar 11,963495, sdangkan Chi-square tabel (0,05;4) sebesar 9.488 Berdasarkan Tabel 4.11 hasil Uji Hausman menunjukkan bahwa Chi -square hitung > Chi-square tabel atau 11,963495 > 9.488 maka H0 ditolak dan H1 diterima, serta p-value signifikan, yaitu 0,0176 (kurang dari 5%), sehingga model yang akan digunakan untuk mengestimasi model adalah metode Fixed Effect. Model II : Pengaruh Size, Btm, Beta, Earning, dan ZScore terhadap Return
Hasil dari Uji Chow model II ditampilkan dalam table di bawah ini:
Equation : chow Effects Test
Tabel 4.13 Hasil Uji Chow Model II Redundant Fixed Effects Tests Test cross-section fixed effects Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 4,267024 (64,255) Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
0,0000
Jadi F-hitung sebesar 4,267024, sdangkan F-tabel (0,05;64;325-655) sebesar 1.3616. Berdasarkan Tabel 4.12 hasil Uji Chow menunjukkan bahwa F-hitung > F-tabel atau 4,267024 > 1,3616 maka 119
H0 ditolak dan H1 diterima serta p-value signifikan, yaitu 0,0000 (kurang dari 5%), sehingga metode yang digunakan adalah metode Fixed Effect. Oleh karena itu, harus dilakukan uji lanjutan untuk menentukan model mana yang paling tepat digunakan antara metode Fixed Effect atau model Random Effect, yaitu dengan melakukan Uji Hausman. Berikut adalah tabel yang menunjukkan hasil Uji Hausman : Tabel 4.14 Hasil Uji Hausman Model II Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled Test cross-section random effects Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Test Summary Prob. Cross-section 13.280833 4 random Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
0.0100
Jadi Chi -square hitung sebesar 13.280833, sdangkan Chi-square tabel (0,05;5) sebesar 11.70 Berdasarkan Tabel 4.13 hasil Uji Hausman menunjukkan bahwa Chi-square hitung > Chi-square tabel atau 13.280833 > 11.70 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Nilai p-value signifikan, yaitu 0.0003 (kurang dari 5%), sehingga model yang akan digunakan untuk mengestimasi model adalah metode Fixed Effect. Setelah mendapatkan model tepat untuk melakukan regresi maka langkah selanjutnya adalah melakukan estimasi regresi dengan menggunakan model fixed effect. Untuk menghilangkan masalah heterokedastisita maka penulis menggunakan pilihan cross section 120
weight saat menggunakan estimasi pada program eviews 7.1. Dengan cara ini masalah heteroskedastisitas akan teratasi.
4. Hasil Estimasi Model Dalam penelitian ini, untuk menganalisis pengaruh Size, Btm, Beta, dan Earning terhadap ZScore serta bersama – sama pengaruhnya terhadap Return, maka model penelitian yang akan diestimasi terdapat 2 model yaitu: Model I yaitu keadaan
Ukuran Perusahaan , beta, book to market,
earning, dan financial distress. ZScore = C(1) +C(2)*Size +C(3)*Btm +C(4)*Beta +C(5)*Earning +[CX=F] Model II yaitu keadaan Ukuran Perusahaan , beta, book to market, earning, financial distress, dan return saham. Return = C(1) +C(2)*Size +C(3)*Btm +C(4)*Beta +C(5)*Earning +C(6)*Z-score +[CX=F] Model pada penelitian tersebut akan diestimasi menggunakan 5 tahun waktu observasi, yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Model estimasi yang digunakan didasarkan pada hasil Uji Chow dan Uji Hausman adalah data panel dengan menggunakan metode Fixed Effect (FEM) baik Model I maupun Model II, maka output dari regresi menggunakan model Fixed Effect (FEM) adalah sebagai berikut : 121
Model I
: Pengaruh size, Btm, Beta dan Earning terhadap ZScore
Tabel 4.15 Regresi Terbaik Fixed Effect (FEM) Model I Dependent Variable : ZScore Method : Panel Least Squares Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C Size Btm Beta Earning
2.302475 2.847104 0.808708 0.006185 0.103323 0.059858 0.118766 0.034290 3.463602 0.046491 0.021965 2.116569 0.000714 0.000104 6.863599 R-squared 0.948639 Prob(F-statistic) 0,00000 Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
0.4194 0.9523 0.0006 0.0353 0.0000
Model I yaitu : ZScore = 2.302475 +0.006185*SIZE +0.118766*BtM +0.046491*beta +0.000714*earning + [CX=F] Dari persamaan hasil regresi di atas dapat dijelaskan bahwa intersep adalah sebesar 2.302475 artinya ketika variabel-variabel independen bernilai nol, maka ZScore adalah sebesar 2.302475. Lalu, jika masingmasing variabel independen meningkat sebesar 1%, maka: a. Peningkatan SIZE sebesar 1% akan menambah ZScore sebesar 0.006185; apabila nilai variabel independen lainnya dianggap konstan. b. Peningkatan BtM sebesar 1% akan menambah ZScore sebesar 0.118766; apabila nilai variabel independen lainnya dianggap konstan. c. Peningkatan beta sebesar 1% akan menambah
ZScore sebesar
0.046491; apabila nilai variabel independen lainnya dianggap konstan. 122
d. Peningkatan earning sebesar 1% akan menambah
ZScore sebesar
0.000714; apabila nilai variabel independen lainnya dianggap konstan.
Model II
: Pengaruh Size, Btm, Beta, Earning, dan ZScore terhadap Return Tabel 4.16 Regresi Terbaik Fixed Effect (FEM) Model II Dependent Variable : Return Method : Panel Least Squares Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.786191 0.147762 5.320666 0.0000 ZScore 0.000686 0.001278 0.536661 0.5920 Size -0.027856 0.005361 -5.196392 0.0000 Btm Beta Earning
0.000587 -0.003956 0.0000148
0.001806 0.001555 5.22E-06
0.324831 -2.543578 2.831871
0.7456 0.0116 0.0050
R-squared 0.447301 Prob(F-statistic) 0,00000 Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS Model II yaitu: Return = 0.786191 +0.000686*Z-score -0.027856*Size +0.000587*Btm 0.003956*Beta +0.0000148*Earning +[CX=F] Dari persamaan hasil regresi di atas dapat dijelaskan bahwa intersep adalah sebesar 0.786191 artinya ketika variabel-variabel independen bernilai nol, maka Return adalah sebesar 0.786191. Lalu, jika masingmasing variabel independen meningkat sebesar 1%, maka: a. Peningkatan ZScore sebesar 1% akan menambah
Return sebesar
0.000686; apabila nilai variabel independen lainnya dianggap konstan.
123
b. Peningkatan SIZE sebesar 1% akan menururunkan Return sebesar 0.027856; apabila nilai variabel independen lainnya dianggap konstan. c. Peningkatan BtM sebesar 1% akan menambah Return sebesar 0.000587; apabila nilai variabel independen lainnya dianggap konstan. d. Peningkatan beta sebesar 1% akan menurunkan Return sebesar 0.003956; apabila nilai variabel independen lainnya dianggap konstan. e. Peningkatan earning sebesar 1% akan menambah
Return sebesar
0.0000148; apabila nilai variabel independen lainnya dianggap konstan. 5. Pengujian Hipotesis Pengujian
hipotesis
dimaksudkan
untuk
mengetahui
adanya
pengaruh Size, Btm, Beta, dan Earning terhadap ZScore serta bersama – sama pengaruhnya terhadap Return baik secara persial maupun simultan pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indoensia periode 2009-2013 dengan alat dibantu program Eviews 7.1. a. Regresi Model I (Pengaruh Ukuran Perusahaan , beta, book to market, dan earning, terhadap financial distress) 1) Pengujian Hipotesis Parsial Pengujian
ini
dimaksudkan
untuk
mengetahui
variabel
independen mana yang berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis secara parsial menggunakan statistik uji t,
124
kemudian melihat tingkat signifikansi dengan taraf kesalahan sebesar < 5%. Ketentuan pengujian hipotesis secara parsial, yaitu : H0 tidak signifikan dan H1 signifikan Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima Jika thitung< ttabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak Langkah untuk melakukan uji t adalah menentukan nilai t-hitung dan t-tabel. Persamaan Model I perhitungannnya adalah (ttabel (dk = 325 - 4 = 321, α=5%) = 1.967382). Tabel 4.15 Regresi Terbaik Fixed Effect (FEM) Model I Dependent Variable : ZScore Method : Panel Least Squares Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C Size Btm Beta Earning
2.302475 2.847104 0.808708 0.006185 0.103323 0.059858 0.118766 0.034290 3.463602 0.046491 0.021965 2.116569 0.000714 0.000104 6.863599 R-squared 0.948639 Prob(F-statistic) 0,00000 Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
0.4194 0.9523 0.0006 0.0353 0.0000
Hasil yang didapat yaitu sebagai berikut : a)
Size terhadap ZScore Terlihat pada tabel di atas terdapat nilai Prob. 0.9523. Nilai Prob. lebih besar dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai 0.9523>0.05, maka H1 ditolak dan Ho diterima yaitu variabel size memiliki hubungan tidak signifikan terhadap variabel 125
zscore. Variabel Size mempunyai thitung yakni 0.059858 dengan ttabel=1.967382. Jadi thitung < ttabel dapat disimpulkan bahwa variabel Size tidak memiliki kontribusi terhadap ZScore. sehingga ukuran perusahaan baik perusahaan kecil maupun besar tidak ada pengaruhnya untuk mengalami resiko kebangkrutan atau kesulitan keuangan Jadi dapat disimpulkan Size tidak memiliki pengaruh terhadap ZScore. Hal ini konsisten dengan hasil penelitian Endra (2001) yang menyatakan bahwa firm size (ukuran perusahaan) memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan ZScore (rasio kebangkrutan). b) Btm terhadap ZScore Terlihat pada tabel di atas terdapat nilai Prob. 0.0006. Nilai Prob. lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai 0.0006<0.05, maka H1 diterima dan Ho ditolak. Variabel Btm mempunyai thitung yakni 3.463602 dengan ttabel=1.967382. Jadi thitung > ttabel dapat disimpulkan bahwa variabel Btm memiliki kontribusi terhadap ZScore. Nilai t positif menunjukkan bahwa variabel Btm mempunyai hubungan yang searah dengan ZScore. Jadi
dapat
disimpulkan
Btm
memiliki
pengaruh
signifikan terhadap ZScore. Hal ini tidak konsisten dengan 126
hasil
penelitian
Utama
dan Lumondang (2009)
yang
menyatakan bahwa Btm memiliki hubungan yang negatif atau tidak searah dengan ZScore. c) Beta terhadap ZScore Terlihat pada tabel di atas terdapat nilai Prob. 0.0353. Nilai Prob. lebih besar dari nilai probabilitas 0,05, atau nilai 0.0353<0.05, maka H1 diterima dan Ho ditolak. Variabel Beta mempunyai thitung yakni 2.116569 dengan ttabel=1.967382. Jadi thitung > ttabel dapat disimpulkan bahwa variabel Beta memiliki kontribusi terhadap ZScore. Nilai t positif menunjukkan bahwa variabel Beta mempunyai hubungan yang searah dengan ZScore. Jadi dapat disimpulkan Beta memiliki pengaruh Endra signifikan terhadap ZScore. Hal ini konsisten dengan hasil penelitian Endra (2001) yang menyatakan bahwa beta memiliki hubungan signifikan positif dengan ZScore dalam 2 tahun sebelum bangkrut tetapi bernilai signifikan positif dalam 1 tahun sebelum bangkrut. d) Earning terhadap ZScore Terlihat pada tabel di atas terdapat nilai Prob 0.0000, Nilai Prob. lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai 0.0000<0.05, maka H1 diterima dan Ho ditolak. Variabel 127
Earning
mempunyai
thitung
yakni
6.863599
dengan
ttabel=1.967382. Jadi thitung > ttabel dapat disimpulkan bahwa variabel Earning memiliki kontribusi terhadap ZScore. Nilai t positif menunjukkan bahwa variabel Earning mempunyai hubungan yang searah dengan ZScore. Jadi dapat disimpulkan Earning memiliki pengaruh signifikan terhadap ZScore. Hal ini konsisten dengan hasil penelitian Elloumi dan Gueyie (2001) dalam Saleh dan Sudiyatmo (2013) dimana nilai earning yang negatif akan mencerminnkan keadaan financial distress perusahaan. Sehingga ringkasan hasil pengujian hipotesis adalah sebagai berikut: Tabel 4.17 Hasil Ringkasan Hipotesis untuk Model I Hipotesis Pernyataan Nilai Keterangan H1
Size berpengaruh tidak signifikan terhadap Z-score
0.006185
H1 ditolak
H2
Btm berpengaruh signifikan positif terhadap Z-score.
0.118766
H2 ditolak
H3
Beta berpengaruh 0.046491 signifikan positif terhadap Z-score
H3 ditolak
H4
0.000714
Earning berpengaruh signifikan positif terhadap Z-score. Sumber : data diolah
H4 diterima
128
2) Pengujian Hipotesis Simultan Pengujian hipotesis secara simultan menggunakan uji F untuk menguji Pengaruh Ukuran Perusahaan , beta, book to market, dan earning, terhadap financial distress. Ketentuan untuk menguji hipotesis secara simultan yaitu sebagai berikut : H0 tidak signifikan dan H1 signifikan Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima Jika Fhitung< Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak Tabel 4.18 Uji F Regresi Terbaik Fixed Effect (FEM) Model I Dependent Variable : ZScore Method : Panel Least Squares Periods included :5 Cross-sections included : 65 Total panel (balanced) observations : 325 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.959418 Adjusted R-squared 0.948639 F-statistic 89.00374 Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS Uji signifikansi parameter atau uji F dilakukan dengan tujuan untuk melihat pengaruh dari variabel-variabel independen secara bersama-sama atau keseluruhan. Parameternya adalah bila nilai Fhitung lebih besar dibandingkan nilai F-tabel atau nilai probabilitas F-hitung lebih kecil dari nilai alpha (α) 5% maka dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan variabel-variabel independen dalam 129
model berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya. Langkah untuk melakukan uji F adalah menentukan nilai Fhitung dan Ftabel. Perhitungannya yaitu (Ftabel
dk (0,05;64;325-65-4)
= 1.3614, hasil
perhitungan dengan menggunakan program Eviews 7.1, Fhitung yang diperoleh pada persamaan sebelumnya memiliki nilai Fhitung sebesar 89.00374 dan nilai Ftabel dengan tingkat probabilitas 5% sebesar 1.3614. Nilai Fhitung > Ftabel atau 89.00374 > 1.3614, maka variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependennya yaitu ZScore. Jadi hipotesis 5 terbukti dengan tingkat Adjusted R-squared 0.948639 atau 94,8%. 3) Pengujian Asumsi Klasik Dalam melakukan estimasi pada model I dan II ini penulis menggunakan metode GLS White Heteroscedasticity Consistent Standard Error and Covariance opsi cross section weights pada Eviews 7.1. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan masalah heteroskedastisitas pada estimator. Sehingga penulis tidak perlu lagi melakukan uji heterokedastisitas pada hasil regresi. Masalah kedua adalah masalah autokorelasi. Gejala autokorelasi ini dapat dideteksi dengan menggunakan DW test namun karena model dianalisis dengan data panel, maka model terbebas dari masalah autokorelasi (Nachrowi, 2006). Untuk melihat Pendeteksian multikolinieritas dilakukan melalui nilai 130
korelasi di antara kedua variabel bebas tersebut yang hasilnya diperlihatkan pada Tabel 4.3. Tabel tersebut menunjukkan bahwa semua nilai korelasi antara kedua variabel bebas pada model tidak ada yang melebihi angka 0.8. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinieritas. b. Regresi Model II Pengaruh ZScore, Ukuran Perusahaan , beta, book to market, dan earning, terhadap subsequent return saham. 1) Pengujian Hipotesis Parsial Persamaan Model II perhitungannnya adalah (ttabel (dk = 325 - 5 = 320 , α=5%) = 1.967405). Hasil yang didapat yaitu sebagai berikut : Tabel 4.16 Regresi Terbaik Fixed Effect (FEM) Model II Dependent Variable : Return Method : Panel Least Squares Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.786191 0.147762 5.320666 0.0000 ZScore 0.000686 0.001278 0.536661 0.5920 Size -0.027856 0.005361 -5.196392 0.0000 Btm 0.000587 0.001806 0.324831 0.7456 Beta -0.003956 0.001555 -2.543578 0.0116 Earning 0.0000148 5.22E-06 2.831871 0.0050 R-squared 0.447301 Prob(F-statistic) 0.00000 Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS Hasil yang didapat yaitu sebagai berikut : a) ZScore terhadap Return Terlihat pada tabel di atas terdapat nilai Prob. 0.5920. Nilai Prob. lebih besar dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai 131
0.5920>0,05, maka H1 ditolak dan Ho diterima. Variabel ZScore
mempunyai
thitung
yakni
0.536661
dengan
ttabel=1.967405. Jadi thitung < ttabel dapat disimpulkan bahwa variabel ZScore tidak memiliki kontribusi terhadap Return. Hasil tersebut menunjukkan bahwa keadaan kesehatan perusahaan yang tercermin dalam variabel ZScore tidak mempunyai hubungan dengan imbal hasil saham sehingga baik perusahaan dalam keadaan sehat atau tidak maka tidak akan mempengaruhi secara signifikan terhadap pengembalian investasi para investor. Jadi dapat disimpulkan ZScore memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap Return. Hal ini konsisten dengan hasil penelitian Utama dan Lumondang (2009) yang menyatakan bahwa Zscore berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham, sehingga perusahaan tersebut sehat atau tidak maka tidak akan memepengaruhi imbal hasil perusahaan. a) Size terhadap Return Terlihat pada tabel di atas terdapat nilai Prob. 0.0000. Nilai Prob. lebih besar dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai 0.0000<0.05, maka H1 diterima dan Ho ditolak. Variabel size mempunyai thitung yakni 5.196392 dengan ttabel=1.967405. Jadi thitung > ttabel dapat disimpulkan bahwa variabel size memiliki 132
kontribusi terhadap return. Nilai t negatif menunjukkan bahwa variabel size mempunyai hubungan yang tidak searah dengan return. Jadi dapat disimpulkan size memiliki pengaruh signifikan terhadap return. Hal ini konsisten dengan hasil penelitian Herman dan Suk (2007) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap return saham. b) Btm terhadap Return Terlihat pada tabel di atas terdapat nilai Prob. 0.7456. Nilai Prob. lebih besar dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai 0.7456>0,05, maka H1 ditolak dan Ho diterima. Variabel Btm mempunyai thitung yakni 0.324831 dengan ttabel=1.967405. Jadi thitung < ttabel dapat disimpulkan bahwa variabel Btm tidak memiliki
kontribusi
terhadap
Return.
Hasil
tersebut
menunjukkan bahwa besar atau kecilnya variabel Btm tidak mempunyai hubungan imbal hasil saham. Jadi dapat disimpulkan Btm memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap Return. Hal ini konsisten dengan hasil penelitian Utama dan Lumondang (2009) yang menyatakan bahwa book to market berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham. 133
c) Beta terhadap Return Terlihat pada tabel di atas terdapat nilai Prob. 0.0116. Nilai Prob. lebih besar dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai 0.0116<0.05, maka H1 diterima dan Ho ditolak. Variabel Beta mempunyai thitung yakni 2.543578 dengan ttabel=1.967405. Jadi thitung > ttabel dapat disimpulkan bahwa variabel Beta memiliki
kontribusi
terhadap
Return.
Nilai
t
negatif
menunjukkan bahwa variabel Beta mempunyai hubungan yang tidak searah dengan Return. Jadi dapat disimpulkan Beta memiliki pengaruh signifikan negative terhadap Return. Hal ini konsisten dengan hasil penelitian Herman dan Suk (2007) yang menyatakan bahwa beta saham berpengaruh signifikan negatif terhadap return saham. d) Earning terhadap Return Terlihat pada tabel di atas terdapat nilai Prob. 0.0050. Nilai Prob. lebih besar dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai 0.0050<0.05, maka H1 diterima dan Ho ditolak. Variabel Earning
mempunyai
thitung
yakni
2.831871
dengan
ttabel=1.967405. Jadi thitung >ttabel dapat disimpulkan bahwa variabel Earning memiliki kontribusi terhadap Return. Nilai t positif menunjukkan bahwa variabel Earning mempunyai hubungan yang searah dengan Return. 134
Jadi dapat disimpulkan Earning memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap Return. Hal ini konsisten dengan hasil penelitian Thobarry Achmad (2009) yang menyatakan bahwa earning berpengaruh signifikan positif terhadap return saham. Sehingga ringkasan hasil pengujian hipotesis adalah sebagai berikut: Tabel 4.19 Hasil Ringkasan Hipotesis untuk Model II Hipotesis H6
H7
H8
H9
Pernyataan ZScore berpengaruh tidak signifikan terhadap Return Size berpengaruh signifikan negatif terhadap Return Btm berpengaruh tidak signifikan terhadap Return Beta berpengaruh signifikan negatif terhadap Return
Earning berpengaruh signifikan positif terhadap Return Sumber : data diolah H10
Nilai
Keterangan
0.000686
H5 ditolak
-5.19639
H6 diterima
H7 ditolak 0.000587 H8 ditolak -0.003956
0.0000148
H9 diterima
2) Pengujian Hipotesis Simultan Pengujian hipotesis secara simultan menggunakan uji F untuk menguji pengaruh ZScore, Size, Btm, Beta dan Earning secara
135
serentak terhadap return saham. Ketentuan untuk menguji hipotesis secara simultan yaitu sebagai berikut : Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima Jika Fhitung< Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak Tabel 4.20 Uji F Regresi Terbaik Fixed Effect (FEM) Model II Dependent Variable : Return Method : Panel Least Squares Periods included :5 Cross-sections included : 65 Total panel (balanced) observations : 325 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.565005 Adjusted R-squared 0.447301 F-statistic 4.800207 Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS Langkah untuk melakukan uji F adalah menentukan nilai Fhitung dan Ftabel Perhitungannya yaitu (Ftabel
dk (0,05;64;325-65-5)
= 1.36161, hasil
perhitungan dengan menggunakan program Eviews 7.1 Fhitung yang diperoleh pada persamaan sebelumnya memiliki nilai Fhitung sebesar 4.800207 dan nilai Ftabel dengan tingkat probabilitas 5% sebesar 1.36161. Nilai Fhitung > Ftabel atau 4.800207 > 1.36161, maka variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel depensdennya yaitu return saham. Jadi hipotesis 11 terbukti dengan tingkat Adjusted R-squared 0.447301 atau 44,7%. 136
6. Pembahasan a. Ukuran Perusahaan (Size) dengan Financial Distress (ZScore) Setelah diuji secara parsial ukuran perusahaan (firm size) terbukti berpengaruh tidak signifikan terhadap zscore, hal ini berarti bahwa ukuran perusahaan (firm size) baik kecil atau besar maka zscore tidak berpengaruh secara signifikan sehingga risiko kebangkrutan atau financial distress tidak memandang baik perusahaan itu besar atau kecil. Beberapa literatur menyebutkan bahwa ukuran perusahaan (firm size) tidak berpengaruh terhadap kebangkrutan (financial distress) perusahaan. Salah satunya dikemukakan oleh Endra (2001) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan (firm size) memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan ZScore (rasio kebangkrutan atau distress). Dalam penelitian sekarang menggunakan total aset sebagai indikator
ukuran
perusahaan
kemudian
untuk
mengurangi
variabilitas agar menjadi mudah maka peneliti melakukan ln (logaritma natural) pada variabel total aset. Penggunaan total aset disebabkan ukuran perusahaan dapat menggambarkan seberapa besar jumlah aset yang dimiliki perusahaan. Hasil dari penelitian saat ini dilakukan dalam tahun-tahun krisis, sehingga memungkinkan perusahaan yang diteliti dalam 137
keadaan kesulitan keuangan yang menyeluruh tidak terpengaruh besar kecilnya perusahaan tersebut. Banyak faktor yang mungkin mempengaruhi keadaan perusahaan tersebut. b. Book to Market (Btm) dengan Financial Distress (ZScore) Setelah diuji secara parsial Book to Market (Btm) berpengaruh signifikan positif terhadap ZScore, hal ini berarti bahwa dengan meningkatnya Book to Market (Btm) dapat meningkatkan ZScore. Jadi perusahaan yang undervalue (BtM>1) memiliki risiko kebangkrutan lebih kecil ,hal ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Utama dan Lumondang (2009) yang menyatakan bahwa Btm memiliki hubungan yang negatif atau tidak searah dengan ZScore. Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perusahaan sektor manufaktur. Tingkat risiko sangat tinggi terbukti dari nilai Non Performing Loan (NPL) yang menilai bahwa sektor manufaktur banyak perusahaan manufaktur yang mengalami kredit bermasalah dengan perbankan (Maulidya, Rodhiyah, dan Saryadi, 2012).
Dengan
mengetahui
bahwa
perusahaan
manufaktur
cenderung berisiko tinggi maka pihak manajer keuangan memiliki kewajiban mengelola keuangan atau membuat manajemen risiko. Kemungkinan dalam penelitian ini perusahaan manufaktur yang
138
memiliki risiko besar menggunakan manajemen risiko untuk mengurangi imbas dari kemungkinan risko bangkrut. Dalam
penelitian
Utama
dan
Lumondang
(2009)
menyebutkan bahwa perusahaan yang cenderung undervalue atau memiliki btm yang tinggi maka harus mempertimbangkan premium risk, sehingga kecenderungan investor menilai buruk perusahaan akan berkurang, bias diartikan kemungkinan perusahaan sektor manufaktur menerapkan risk premium untuk mengurangi risiko undervalue. Dhicev (1998) dalam Utama dan Lumondang (2009) menyatakan bahwa bankrupty risk merupaka systematic risk dimana distress firm akan lebih sensitif terhadap perubahan ekonomi namun belum tentu perusahaan tersebut mengalami kesulitan keuangan dikarenakan dalam kondisi keadaan krisi ekonomi, dan penelitian sekarang yang diteliti adalah perusahaan tahun-tahun krisis ekonomi. c. Beta dengan Financial Distress (ZScore) Setelah diuji secara parsial Beta signifikan positif terhadap ZScore menandakan bahwa dengan meningkatnya beta saham perusahaan maka meningkat pula ZScore dan mengurangi risiko kebangkrutan. Beta merupakan index dari risiko sistematis karena kondisi pasar (Moeljadi, 2006). Dalam penelitian Endra (2001) beta saham mempengaruhi kebangkrutan secara signifikan positif 139
jika melihat keadaan 1 (satu) tahun kebangkrutan perusahaan dan signifikan negatif jika keadaan 2 (dua) tahun kebangkrutan perusahaan. Penelitian ini signifikan dengan penelitina Endra (2001) dengan melihat keadaan 1 (satu) tahun kebangkrutan perusahaan. Nilai beta dipengaruhi oleh harga saham perusahaan, dimana perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang memiliki fluktuasi harga saham yang beragam. Pengambilan sampel data dilakukan memang setelah krisis ekonomi melanda di tahun 2008 yang berawal dari krisis Benua Amerika dan Eropa dan dapat disimpulkan bahwa pengambilan sampel selama 5 tahun berturut-turut, dimungkinkan perusahaan manufaktur yang diteliti masih belum bisa menangani risiko keuangan perusahaan akibat krisis tersebut. d. Earning dengan Financial Distress (ZScore) Setelah diuji secara parsial Earning signifikan positif terhadap ZScore, menandakan bahwa dengan meningkatnya Earning perusahaan maka meningkat pula ZScore dan mengurangi risiko kebangkrutan. Financial distress diukur dengan menggunakan Earning Per Share (EPS), karena EPS dapat menggambarkan seberapa besar perusahaan mampu menghasilkan keuntungan per lembar saham yang akan dibagikan kepada pemilik saham. 140
Menurut Elloumi dan Gueyie (2001) dalam Saleh dan Sudiyatmo (2013) perusahaan menuju kebangkrutan didefinisikan sebagai perusahaan yang memiliki laba per lembar saham (Earning Per Share) negatif. EPS merupakan rasio yang paling banyak digunakan oleh pemegang saham dalam menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang. Dengan mempertimbangkan besarnya laba yang dihasilkan perusahaan maka dapat dinilai bahwa perusahaan tersebut dalam keadaan sehat atau tidak. Semakin baik laba yang dihasilkan perusahaan akan mencerminkan prospek kelangsungan usaha perusahaan dan mengurangi risiko kebangkrutan atau kesehatan perusahaan. e. Financial Distress (ZScore) dengan Return Saham. Setelah diuji secara parsial ZScore tidak signifikan terhadap return saham, menandakan bahwa dengan meningkat atau tidaknya ZScore perusahaan maka return saham tidak berpengaruh, jadi perusahan yang mengalami risiko kebangkrutan tidak akan menurunkan atau meningkatkan imbal hasil saham. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Utama dan Lumondang (2009) dimana semakin perusahaan berisiko tinggi maka imbal hasil saham akan tinggi pula. Namun, temuan Lakonishok et al. (1994) dalam Griffin dan Lemmon (2002) dan Dichev (1998) menunjukkan bahwa 141
perusahaan dengan bankruptcy risk yang tinggi cenderung memiliki imbal hasil yang rendah karena nilai sahamnya mengalami mispricing di pasar modal. Perbedaan hasil ini dimungkinkan pengambilan sampel dilakukan dalam tahun-tahun yang krisis maka investor belum dapat mempertimbangkan kinerja perusahaan karena keadaan perekonomian
dalam
masa
sulit
sehingga
sebagian
besar
perusahaan yang listing dalam keadaan kesulitan. f. Ukuran Perusahaan (Firm Size) dengan Return Saham. Setelah diuji secara parsial ukuran perusahaan (Firm Size) signifikan negatif terhadap return saham, menandakan bahwa dengan meningkatnya ukuran perusahaan maka menurunkan imbal hasil return saham. Hal ini sesuai dengan penelitian Utama dan Lumondang (2009) dimana semakin perusahaan besar maka imbal hasil saham akan menurun, atau perusahaan kecil akan memberikan tingkat imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan nilai kapitalisasi pasar besar. Penelitian yang sesuai dengan hasil ini juga dihasilkan oleh Herman dan Suk (2007). Perusahaan besar cenderung tetap dalam prospek pertumbuhan sehingga saham perusahaan akan tetap namun perusahaan kecil cenderung akan meningkatkan kinerja usahanya untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain. Dengan 142
mempertimbangkan itu maka perusahaan kecil dalam mengambil hati investor maka meningkatkan nilai investasi atau pengembalian yang besar seimbang dengan kinerja usaha yang semakin meningkat. Kemungkinan hal lain yaitu investor yang berinvestasi merupakan investor jangka panjang dan tidak bertujuan spekulasi. Ketika nilai kapitalisasi (size) besar yang disebabkan saham yang naik,
investor
tidak
langsung
menjual
sahamnya
untuk
mendapatkan capital gain dan sebaliknya jika nilai saham turun. Jika investor jangka pendek (trading) maka hal pertama yang dilihat dari perusahaan yaitu perusahaan yang memiliki kapitalisasi besar karena perusahaan besar sangat baik dalam pengelolaan keuangan. Dengan demikian, besar kecilnya nilai kapitalisasi pasar (size) akan diperhitungkan investor ketika berinvestasi pada perusahaan manufaktur. g. Book to Market (Btm) dengan Return Saham. Setelah diuji secara parsial Book to Market (Btm) tidak signifikan terhadap return saham, menandakan bahwa dengan meningkat atau tidaknya Book to Market (Btm) maka tidak akan mempengaruhi imbal hasil saham. Hal ini sesuai dengan penelitian Utama dan Lumondang (2009) dengan menggunakan model fixed effect atau model efek tetap dan juga penelitian Fama dan French 143
(1992) yang menyatakan bahwa variabel book to market ini dipengaruhi beberapa variabel lainnya. Book to market yang tinggi memiliki arti risiko perusahaan juga tinggi. Dalam dunia investasi statement high risk high return, untuk penelitian ini tidak mencerminkan keadaan tersebut. High risk yang terjadi bukan berasal dari perusahaan namun dari keadaan luar perusahaan yaitu krisis perekonomian yang melanda. Hasil penelitian kali tidak signifikan dimungkinakan karena kurangnya kepercayaan investor terhadap krisis perekonominan yang melanda dan cenderung berhati-hati dalam memilih emiten sehingga kecenderungan peningkatan atau penurunan harga saham dipasaran berfluktuatif dan tidak mudah diperhitungkan/prediksi. h. Beta dengan Return Saham. Setelah diuji secara parsial Beta signifikan negatif terhadap return saham, menandakan bahwa dengan meningkatnya Beta maka menurunkan imbal hasil return saham. Hal ini sesuai dengan penelitian Herman dan Suk (2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh antara Beta saham terhadap Return Saham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besar kecilnya risiko sistematik (beta) pada perusahaan dapat digunakan untuk memprediksi tingkat keuntungan saham (return).
Sampel yang diambil merupakan perusahaan manufaktur di tahun yang masih krisis sehingga para investor berhati-hati 144
(cenderung menunggu) ketika kondisi pasar belum stabil. Sehingga permintaan saham menurun. Hal tersebut akan mempengaruhi imbal
hasil
saham
karena
keuntungan
jual
beli
saham
mempengaruhi harga saham perusahaan dan imbal hasil saham. Walaupun risiko tinggi namun pihak investor belum berani mengambil risiko tersebut untuk menghasilkan imbal hasil yang tinggi karena keadaan perusahaan masih dalam tahun-tahun krisis tersebut atau mungkin saja perusahaan yang bertahan merupakan perusahaan manufaktur yang terpercaya (rata-rata sehat) sehingga variabel beta tidak diperhitungkan oleh investor saat berinvestasi pada perusahaan manufaktur. i. Earning dengan Return Saham. Setelah diuji secara parsial Earning signifikan positif terhadap return saham, menandakan bahwa dengan meningkatnya Earning maka meningkatkan imbal hasil return saham secara signifikan atau dapat diartikan semakin baik kualitas laba (earning) perusahaan maka akan semakin tinggi keuntungan atas penjualan saham (return saham) perusahaan. Hal ini sesuai dengan penelitian Achmad Solechan (2009). Hasil ini sesuai dengan teori yang ada dimana semakin baik kualitas laba (earning) perusahaan maka akan semakin tinggi keuntungan atas penjualan saham (return saham) perusahaan. 145
EPS merupakan rasio yang menunjukkan jumlah keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham per sahamnya. Apabila EPS semakin tinggi, maka laba yang diterima oleh pemegang saham semakin besar. EPS merupakan rasio dari total laba bersih setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar. Apabila rasio tersebut semakin tinggi, maka semakin besar perusahaan bisa menciptakan earning bagi pemegang sahamnya dan menghasilkan imbal hasil yang tinggi pula.
146
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari pembahasan skripsi kali ini penulis dapat menarik beberapa kesimpulan ringkas yaitu: Hasil penelitian dari 325 sampel selama 5 tahun periode 2009 - 2013 dengan menggunakan aplikasi eviews 7.1 menunjukkan bahwa model I menggunakan pendekatan Model Efek Tetap yaitu mencari pengaruh prediksi kebangkrutan (zscore) yang dipengaruhi oleh ukuran perusahaan, book to market, beta saham, dan earning secara signifikan dan secara simultan menghasilkan Adjusted R-squared sebesar 94%. Model II menggunakan pendekatan Model Efek Tetap yaitu mancari pengaruh subsequent return saham yang dipengaruhi ukuran perusahaan, beta saham dan earning dan zscore secara signifikan dan secara simultan menghasilkan Adjusted R-squared hampir sebesar 45%, sehingga variabel independen yang digunakan oleh peneliti cukup menggambarkan keadaan variabel dependennya baik itu model I atau model II yang memberikan hasil cukup besar. Untuk lebih jelasnya penulis memberikan gambaran terkait hasil yang diperoleh dari tabel data olahan Eviews 7.1 sesuai dengan rumusan masalah diantaranya: 147 2
9
1. Model I : Pengaruh Size, Btm, Beta dan Earning terhadap ZScore a. Ukuran Perusahaan (firm size) berpengaruh signifikan positif terhadap Z-Score Variabel Size terdapat nilai Prob. 0.9523. Nilai Prob. lebih besar dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai 0.9523>0.05, maka H1 ditolak dan Ho diterima. Variabel Size mempunyai thitung yakni 0.059858 dengan ttabel=1.967382. Jadi thitung < ttabel dapat disimpulkan bahwa variabel Size tidak memiliki kontribusi terhadap ZScore. Menunjukkan bahwa besar kecilnya ukuran perusahaan atau Size tidak berpengaruh terhadap risiko kebangkrutan atau ZScore. Jadi dapat disimpulkan Size memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap ZScore. Sehingga hipotesis pertama yang menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan positif antara Firm Size dengan Zscore ditolak. Hasil dari penelitian saat ini dilakukan dalam tahun-tahun krisis, sehingga memungkinkan perusahaan yang diteliti dalam keadaan kesulitan keuangan yang menyeluruh tidak terpengaruh besar kecilnya perusahaan tersebut. Banyak faktor yang mungkin mempengaruhi keadaan perusahaan tersebut. b. Book-to-market berpengaruh signifikan negatif terhadap Z-score Variabel Btm terdapat nilai Prob. 0.0006. Nilai Prob. lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05, atau nilai 0.0006<0.05, maka H1 diterima dan Ho ditolak. Variabel Btm mempunyai thitung yakni 3.463602 148
dengan ttabel=1.967382. Jadi thitung > ttabel dapat disimpulkan bahwa variabel Btm memiliki kontribusi terhadap ZScore. Nilai t positif menunjukkan bahwa variabel Btm mempunyai hubungan yang searah dengan ZScore. Jadi dapat disimpulkan Btm memiliki pengaruh signifikan terhadap Zscore. Sehingga hipotesis
kedua
yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan negatif antara Btm dengan Zscore ditolak. Dalam penelitian Utama dan Lumondang (2009) menyebutkan bahwa perusahaan yang cenderung undervalue atau memiliki btm yang tinggi maka harus mempertimbangkan premium risk, sehingga kecenderungan investor menilai buruk perusahaan akan berkurang, bias
diartikan
kemungkinan
perusahaan
sektor
manufaktur
menerapkan risk premium untuk mengurangi risiko undervalue. Dhicev (1998) dalam Utama dan Lumondang (2009) menyatakan bahwa bankrupty risk merupaka systematic risk dimana distress firm akan lebih sensitif terhadap perubahan ekonomi namun belum tentu perusahaan tersebut mengalami kesulitan keuangan dikarenakan dalam kondisi keadaan krisi ekonomi, dan penelitian sekarang yang diteliti adalah perusahaan tahun-tahun krisis ekonomi. c. Beta berpengaruh signifikan negatif terhadap Z-score. Variabel Beta terdapat nilai Prob. 0.0353. Nilai Prob. lebih besar dari nilai probabilitas 0,05, atau nilai 0.0353<0.05, maka H1 diterima 149
dan Ho ditolak. Variabel Beta
mempunyai thitung yakni 2.116569
dengan ttabel=1.967382. Jadi thitung > ttabel dapat disimpulkan bahwa variabel Beta memiliki kontribusi terhadap ZScore. Nilai t positif menunjukkan bahwa variabel Beta mempunyai hubungan yang searah dengan ZScore. Jadi dapat disimpulkan Beta memiliki pengaruh signifikan positif terhadap ZScore. Sehingga hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan negatif antara Beta dengan Zscore ditolak. Pengambilan sampel data dilakukan memang setelah krisis ekonomi melanda di tahun 2008 yang berawal dari krisis Benua Amerika dan Eropa dan dapat disimpulkan bahwa pengambilan sampel selama 5 tahun berturut-turut, dimungkinkan perusahaan manufaktur yang diteliti masih belum bisa menangani risiko keuangan perusahaan akibat krisis tersebut. d. Earning berpengaruh signifikan positif terhadap Z-score Variabel Earning terdapat nilai Prob 0,0000. Nilai Prob. lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05, atau nilai 0,0000<0.05, maka H1 diterima dan Ho ditolak. Variabel Earning mempunyai thitung yakni 6.863599 dengan ttabel=1.967382. Jadi thitung > ttabel dapat disimpulkan bahwa variabel Earning memiliki kontribusi terhadap ZScore. Nilai t positif menunjukkan bahwa variabel Earning mempunyai hubungan yang searah dengan ZScore. Jadi dapat disimpulkan Earning memiliki 150
pengaruh signifikan positif terhadap ZScore. Sehingga hipotesis keempat yang menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan positif antara Earning dengan Zscore diterima. EPS merupakan rasio yang paling banyak digunakan oleh pemegang saham dalam menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang. Dengan mempertimbangkan besarnya laba yang dihasilkan perusahaan maka dapat dinilai bahwa perusahaan tersebut dalam keadaan sehat atau tidak. Semakin baik laba yang dihasilkan perusahaan akan
mencerminkan
prospek
kelangsungan
usaha
perusahaan dan mengurangi risiko kebangkrutan atau kesehatan perusahaan.
e. Secara Simultan variabel Ukuran Perusahaan , Btm, Beta dan Earning serta ZScore diperoleh F hitung sebesar 89.00374. Karena Nilai Fhitung > Ftabel atau 89.00374> 1.3614 maka H0 ditolak. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Ukuran Perusahaan, Btm, Beta dan Earning secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ZScore. Sehingga hipotesis kelima yang menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan dan secara simultan Ukuran Perusahaan, Btm, Beta dan Earning serta ZScore diterima. Penggunaan variabel dalam penelitian ini menggunakan model kebangkrutan yang dikembangkan oleh Altman (1968) dengan menggunakan perusahaan go-public dan variabel lainnya diambil oleh penliti karena banyak penelitian yang 151
menggunakan variabel ini sebagai indikator kesehatan perusahaan dengan tingkat Adjusted R-squared 0.948639 atau 94,8%
2. Model II : Pengaruh ZScore, Ukuran Perusahaan , Beta, Book to Market, dan Earning, terhadap Return saham. a. Zscore berpengaruh signifikan negatif terhadap return saham Variabel ZScore terdapat nilai Prob. 0.5920. Nilai Prob. lebih besar dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai 0.5920>0,05, maka H1 ditolak dan Ho diterima. Variabel ZScore mempunyai thitung yakni 0.536661 dengan ttabel=1.967405. Jadi thitung < ttabel dapat disimpulkan bahwa variabel ZScore tidak memiliki kontribusi terhadap Return. Menunjukkan bahwa risiko kebangkrutan atau variabel ZScore tidak berpengaruh dengan imbal hasil saham sehingga baik perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan tidak berpengaruh terhadap Return. Jadi dapat disimpulkan ZScore memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap Return. Sehingga hipotesis keenam yang menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan negatif antara Zscore dengan Return ditolak. Perbedaan hasil ini dimungkinkan pengambilan sampel dilakukan dalam tahun-tahun yang krisis maka investor belum dapat mempertimbangkan
kinerja
perusahaan
karena
keadaan
152
perekonomian dalam masa sulit sehingga sebagian besar perusahaan yang listing dalam keadaan kesulitan. b. Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap return saham. Variabel Size terdapat nilai Prob. 0.0000. Nilai Prob. lebih besar dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai 0.0000<0.05, maka H1 diterima dan Ho ditolak. Variabel Size mempunyai thitung yakni 5.196392 dengan ttabel=1.967405. Jadi thitung > ttabel dapat disimpulkan bahwa variabel Size memiliki kontribusi terhadap Return. Nilai t negatif menunjukkan bahwa variabel Size mempunyai hubungan yang tidak searah dengan Return. Jadi dapat disimpulkan Size memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap Return. Sehingga hipotesis ketujuh yang menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan negatif antara Ukuran Perusahaan dengan Return diterima. Investor yang berinvestasi merupakan investor jangka panjang dan tidak bertujuan spekulasi. Ketika nilai kapitalisasi (size) besar yang disebabkan saham yang naik, investor tidak langsung menjual sahamnya untuk mendapatkan capital gain sebaliknya, ketika nilai kapitalisasi (size) kecil yang disebabkan harga sahamnya turun, investor tidak langsung menjual sahamnya untuk menghindari kerugian yang lebih besar. Dengan demikian, besar kecilnya nilai 153
kapitalisasi pasar (size) tidak diperhitungkan investor ketika berinvestasi pada perusahaan manufaktur pada tahun penelitian. c. Book to Market berpengaruh signifikan negatif terhadap return saham.
Variabel Btm terdapat nilai Prob. 0.7456. Nilai Prob. lebih besar dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai 0.7456>0,05, maka H1 ditolak dan Ho diterima. Variabel Btm mempunyai thitung yakni 0.324831 dengan ttabel=1.967405. Jadi thitung < ttabel dapat disimpulkan bahwa variabel Btm tidak memiliki kontribusi terhadap Return. Menunjukkan bahwa besar kecilnya variabel Btm tidak mempunyai hubungan dengan Return. Sehingga hipotesis kedelapan yang menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan negatif antara Ukuran Perusahaan dengan Return ditolak. Hasil penelitian kali tidak signifikan dimungkinakan karena kurangnya kepercayaan investor terhadap krisis yang melanda dan cenderung
berhati-hati
dalam
memilih
emiten
sehingga
kecenderungan peningkatan atau penurunan harga saham dipasaran berfluktuatif dan tidak mudah diperhitungkan/prediksi. d. Beta berpengaruh signifikan positif terhadap return saham Variabel Beta terdapat nilai Prob. 0.0116. Nilai Prob. lebih besar dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai 0.0116<0.05, maka H1 diterima dan Ho ditolak. Variabel Beta mempunyai thitung yakni 154
2.543578 dengan ttabel=1.967405. Jadi thitung > ttabel dapat disimpulkan bahwa variabel Beta memiliki kontribusi terhadap Return. Nilai t negatif menunjukkan bahwa variabel Beta mempunyai hubungan yang tidak searah dengan Return. Jadi dapat disimpulkan Beta memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap Return. Sehingga hipotesis kesembilan yang menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan positif antara beta dengan Return ditolak. Sampel yang diambil merupakan perusahaan manufaktur di tahun yang masih krisis sehingga para investor berhati-hati (cenderung menunggu) ketika kondisi pasar belum stabil. Sehingga permintaan saham menurun. Hal tersebut akan mempengaruhi imbal hasil saham karena keuntungan jual beli saham mempengaruhi harga saham perusahaan dan imbal hasil saham. Walaupun risiko tinggi namun pihak investor belum berani mengambil risiko tersebut untuk menghasilkan imbal hasil yang tinggi karena keadaan perusahaan masih dalam tahun-tahun krisis tersebut atau mungkin saja perusahaan yang bertahan merupakan perusahaan manufaktur yang terpercaya
(rata-rata
sehat)
sehingga
variabel
beta
tidak
diperhitungkan oleh investor saat berinvestasi pada perusahaan manufaktur. e. Earning berpengaruh signifikan positif terhadap return saham.
155
Variabel Earning terdapat nilai Prob. 0.0050. Nilai Prob. lebih besar dari nilai probabilitas 0.05, atau nilai 0.0050<0.05, maka H1 diterima dan Ho ditolak. Variabel Earning mempunyai thitung yakni 2.831871 dengan ttabel=1.967405. Jadi thitung >ttabel dapat disimpulkan bahwa variabel Earning memiliki kontribusi terhadap Return. Nilai t positif menunjukkan bahwa variabel Earning mempunyai hubungan yang searah dengan Return. Jadi dapat disimpulkan Earning memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap Return. Sehingga hipotesis kesepuluh yang menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan positif antara earning dengan Return diterima. EPS merupakan rasio yang menunjukkan jumlah keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham per sahamnya. Apabila EPS semakin tinggi, maka laba yang diterima oleh pemegang saham semakin besar. EPS merupakan rasio dari total laba bersih setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar. Apabila rasio tersebut semakin tinggi, maka semakin besar perusahaan bisa menciptakan earning bagi pemegang sahamnya dan menghasilkan imbal hasil yang tinggi pula. f. Secara Simultan variabel ZScore, Ukuran Perusahaan , beta, book to market, dan earning, dan return saham diperoleh F hitung sebesar 4.800207. Karena Nilai Fhitung > Ftabel atau 4.800207 > 1.36161 maka H0 ditolak. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ZScore, 156
Ukuran Perusahaan , beta, book to market, dan earning secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Sehingga hipotesis kesebelas yang menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan dan secara simultan antara ZScore, Ukuran Perusahaan, beta, book to market, dan earning dengan Return diterima dengan tingkat Adjusted R-squared 0.447301 atau 44,7%. E . I m p l i ka s i Suatu implikasi penelitian digunakan untuk membandingkan hasil penelitian yang terdahulu dengan hasil penelitian yang baru saja dilakukan diantaranya implikasi teoritis, implikasi manjerial dan implikasi metodologi. Dari temuan-temuan yang peneliti dapatkan diharapkan dijadikan implikasi bagi berbagai pihak. Implikasi dalam penelitian kali ini diantaranya sebagai berikut: 1 . B a g i p r a k t i s i , penerapan metode Model Fama Three Factors dengan menggunakan variabel beta, btm dan size serta menambahkan variabel profitabilitas yaitu earning, variabel btm, beta dan earning yang menghasilkan signifikan untuk memprediksi kesulitan keuangan zscore perusahaan dan hanya variabel ukuran perusahaan yang tidak signifikan. Artinya dengan peningkatan kedua variabel tersebut zscore perusahaan ikut meningkat dan dapat diartikan dimana zscore meningkat maka prediksi perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan kecil. Untuk penelitian return saham menggunakan metode Model Fama Three 157
Factors dan rasio profitabilitas, earning serta variabel ukuran perusahaan (firm size) dan beta saham yang berpengaruh signifikan untuk imbal hasil saham. 2 . Bagi manajemen perusahaan, Manajemen perusahaan harus dapat mengidentifikasi masalah kesulitan keuangan yang dihadapi oleh perusahaan, yang akan memungkinkan perusahaan tersebut menghadapi ancaman kebangkrutan, dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan tahunan perusahaan, dengan memperhitungkan rasio-rasio keuangan. Sehingga manajemen dapat mengambil suatu kebijakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesulitan keuangan yang terjadi pada perusahaan tersebut. Status kesulitan keuangan perusahaan akan berimbas dengan ketidak percayaan investor dan kreditur sehingga akan mempengaruhi
harga
saham
perusahaan
terbuka,
dengan
mempertimbangkan rasio-rasio keuangan yang ada maka kepercayaan investor dan kreditur dapat dijaga dengan memberikan imbal hasil yang baik. 3 . Bagi Investor, yang ingin melakukan investasi saham, sebaiknya terlebih dahulu melihat kinerja perusahaan yang bisa dilihat dari laporan keuangan tahunannya. Laporan keuangan tersebut memperlihatkan keadaan perusahaan baik dalam keadaan sehat atau berindikasi kesulitan keuangan dan prospek yang baik atau cenderung akan mengalami penurunan kinerja di masa yang akan datang. Penggunaan perhitungan 158
dengan rasio-rasio keuangan yang ada dapat membantu pihak investor dan kreditur untuk menilai keadaan perushaaan baik kesehatan maupun imbal hasil investasinya. 4 . Bagi akademisi, penelitian dengan menggunakana Model Fama Three Factors
sangat
baik
dibandingakan
model
sebelumnya,
karena
penggunaan variabel tambahan sehingga kemungkinan prediksi lebih baik. Penggunaan model lainnya dianjurkan untuk menghasilkan prediksi yang lebih dari penelitian sekarang. Penambahan variabel prediksi juga akan memberikan prediksi yang akan berbeda.
F. Keterbatasan Peneliti masih dalam proses belajar jadi masih banyak kesalahan dan kekurangan baik dalam pengetahuan maupun pengumpulan data yang digunakan peneliti. Jadi dalam penelitian mengenai hubungan antara Distress Risk, Ukuran Perusahaan ,Beta, Book to Market Ratio dan Earning dengan Return Saham ini masih terdapat banyak keterbatasan, antara lain : 1 . Dalam penelitian ini hanya menggunakan data sekunder, sehingga analisis data sangat tergantung pada hasil publikasi data (laporan keuangan perusahaan). 2 . Penggunaan prediksi kebangkrutan menggunakan model Altman (1968) karena belum tentu model ini lebih baik dari model lainnya.
159
3 . Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa investor sudah melihat informasi keuangan dari laporan keuangan perusahaan yang telah dipublikasikan. 4 . Adanya keterbatasan faktor yang digunakan untuk memprediksi Return Saham dalam penelitian ini yaitu hanya menggunakan subsequent return saham dmana data diambil bulan-bulan setelah perusahaan menerbitkan laopran keuangan bukan dari awal tahun dan tidak memaksukkan unsur dividen dalam penelitian sekarang, sehingga hasil interpretasi masih belum memberikan kesimpulan yang bersifat umum. 5 . Periode pengamatan yang singkat (hanya 5 tahun) menyebabkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini sedikit, sedangkan harga saham dari waktu kewaktu ada yang berfluktuatif ada pula yang stagnan sehingga hasil interpretasi masih belum memberikan kesimpulan yang bersifat umum. 6 . Jenis data panel yang dalam penelitian sebelumnya masih menggunakan aplikasi spss sedangkan dalam penelitian sekarang menggunakan aplikasi eviews. G. Saran Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan yang telah dikemukakan dalam penelitian ini, penulis memberikan saran dengan harapan dapat memberikan manfaat dan masukan bagi pihak yang terkait :
160
1. Bagi penelitian yang akan datang sebaiknya menggunakan sampel perusahaan yang lebih banyak dan rentang waktu yang lebih lama agar hasil pengujian lebih akurat. 2. Untuk penelitian yang akan datang, dapat menggunakan variabel atau proxy lain seperti analisis fundamental dan struktural untuk melihat return saham, sedangkan prediksi kebangkrutan dapat menggunakan proxy lainnya seperti ZScore atau OScore. 3. Pemisahan perusahaan kategori kesulitan keuangan dan sehat untuk membandingkan perusahaan-perusahaan agar pengujian lebih akurat terhadap sampel yang tepat.
161
DAFTAR PUSTAKA
Altman, “Financial Ratio Discriminan Analysis and The Prediction Of Corporate Bankruptcy”, Journal Of Finance, Vol XXIII, No. 4, Sept 1968. Ang Robert, “Buku Pintar Pasar Modal Indonesia”, Erlangga, Jakarta, 1997 Arfianto, Erman,“Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility, Beta, Firm Size, dan Book To Market Ratio Terhadap Return Saham (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Periode 2010-2011”, Tesis, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, 2012 Bambang, Juanda dan Junaidi, “Ekonometrika Deret Waktu: Teori dan Aplikasi”, Bogor: Kencana, 2012 Banz, The Relationship Between Return and Market Value of Common Stocks, Journal of Financial Economics, Vol. IX, No. 1,3-18, 1981. Brad dan John , “Firm Size, Book to Market and security return : A holdout sample of financial firm” ,The Journal of Finance, Vol. 52, No. 2, Juni 1997. Brealey, Myers dan Marcus, “Dasar-dasar Manajemen Keuangan Perusahaan Jilid 1”, Jakarta: Erlangga, 2007. Chan, dan Nai-Fu Chen, “Structural And Return Characteristic Of Small And Large Firm”, Journal Of Finance 46, 1991. Fama dan French, “The Cross Section In Expected Stock Return”, Journal Of Finance 47, 1992. Firga, Yanti,“Pengujian Abnormal Return Saham Sebelum dan Sesudah Peluncuran Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)”,Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012 Foster, George, “Financial Statement Analysis. Prentice Hall,Englewood Cliffs”, New Jersey, 1986. Ghozali, Imam, “Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2012 162
Hadi dan Anggarini,“Pemilihan Prediktor Delisting Terbaik ( Perbandingan Antara The Zmijewski Model, The Altman Model, Dan The Springate Model)”, SNA 11 Pontianak, 2008. Hardiningsih, Pancawati,“Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Ekonomi Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Di Bursa Efek Jakarta: Studi Kasus Basic Industry & Chemical”, Jurnal Strategi Bisnis, Vol, 8, Des. Tahun VI, 2002 Hartono, Livia Budi dan Melvie Paramitha, “Peranan Kandungan Informasi Keuangan dalam Memprediksi Tingkat Return Saham pada PT Semen Gresik, Tbk”, Journal Petra, 2008 Herman dan Suk, “Pengaruh beta, size and book to market equity ratio terhadap return di bej tahun 2003-2005”, Jurnal Manajemen Vol 2.No. 2, 193-213, 2007 Irawan, Richard dan Werner Murhadi, “Analisis Pengaruh Three Factor Model Dan Persentase Kepemilikan Asing Terhadap Tingkat Return Di Bursa Efek Indonesia”, Tesis Universitas Surabaya, 2012 J a m a „ a n, “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Kantor Akuntan Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan”, Tesis, Program Studi Magister Sains Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro ,2008 Jensen, Michael dan Meckling, “Theory Of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost And Ownership Structure” ,Journal Of Financial Economics, 3, 305-360, 1976 Jogiyanto, “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, Yogyakarta, 2003 Liestyowati, “Faktor Yang Mempengaruhi Keuntungan Saham Di Bursa Efek Jakarta: Analisis Periode Sebelum Dan Selama Krisis”, Jurnal Manajemen Indonesia, Vol, 1, No 2, 2002 Makhija, Mona, “Comparing The Resource-Based And Market-Based Views Of The Firm: Empirical Evidence From Czech Privatization”,Fisher College Of Business, The Ohio State University, Columbus, Oh 43210, U.S.A, 2003
163
Maulidya, Rodhiyah dan Saryadi, “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (Car), Non Performing Loan (Npl) Dan Loan To Deposit Ratio (Ldr) Terhadap Return On Asset (Roa) (Studi Kasus Pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Go Public Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2010)”. Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis, Universitas Diponegoro, Semarang. 2012. Moeljadi, “Manajemen Keuangan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif jilid 1”, Bayumedia Publishing, 2006. Murti Wahyu, “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham”, Cintya Press, Jakarta 2011. Mutia et.al,“Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Telaah & Riset Akuntansi Vol. 4. No. 2. Juli 2011 Nachrowi dan Usman. “Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan.”Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006 Nathaniel, Nicky, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham”, Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang, 2008. Nurhayati, Endra, “Analisis Pengaruh Risiko Sistematis Saham Terhadap Kebangkrutan Perusahaan Perbankan”, Tesis Universitas Diponegoro, 2001 Peter dan Yoseph ,“Analisis Kebangkrutan Dengan Metode Z-Score Altman, Springate dan Zmijewski Pada Pt. Indofood Sukses Makmur Tbk Periode 2005 – 2009”, Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor 04 Tahun Ke-2 Januari-April 2011 Rida dan Adam ,“The Financial Performance Analysis Using Altman Z –Score And Its Effect To Stock Price Banking Sector In Indonesian Stock Exchange”, 2ND International Conference On Business And Economic Research (2nd Icber 2011) Proceeding, 2011. Ross et al, “Financial distress part eight chapter 30” , Mcgraw Hill, 2012. Rudianto, “Akuntansi Manajemen Informasi untuk Pengambilan Keputusan Strategi”, Erlangga, 2013.
164
Saleh,
Amir dan Bambang Sudiyatno, “Pengaruh Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Probabilitas Kebangkrutan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”, Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, Mei 2013
Solechan, Achmad, “Pengaruh Manajemen Laba Dan Earning Terhadap Return Saham”, Tesis Universitas Diponegoro, 2009. Sudiyatno dan Puspitasari, “Tobin‟s Q Dan Altman Z-Score Sebagai Indikator Pengukuran Kinerja Perusahaan” , Kajian Akuntansi, Hal. 9 – 21 Vol. 2. No. 1 Issn : 1979-4886, Pebruari 2010. Sukarno, Hari, “Informasi Akuntansi Keuangan dan Kegagalan Bank Umum Di Indonesia”, SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005 Susilo, Lora ,“Analisis Pengaruh Pengungkapan Intellectual Capital Terhadap Abnormal Return Saham” , Laporan Seminar Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Asia Malang, 2012 Thobarry, Achmad, “Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi dan Pertumbuhan Gdp Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris Pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 20002008 )”, Tesis Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang, 2009 Titman, Keown dan Martin, “Financial management Principles and application”, Pearson, 2011. Utama dan Lumondang, “Pengaruh Bankruptcy Risk, Size dan Book To Market Perusahaan Terhadap Imbal Hasil”, Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Indonesia Vol. 6 No. 2, Desember 2009. Wahyuningsih, Nur dan I Ketut Suryanawa, “Analisis Pengaruh Opini Audit Going Concern dan Penggantian Manajemen Pada Auditor Switching”, Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 2012. Wolk, Tearney, dan Dodd..“Accounting Theory: A Conceptual And Institutional Approach”, Fifth Edition. Ohio: South-Western College Publishing,2001. Wuryaningsih, “Pengujian Pengaruh Capitfamaal Structure pada Debt Policy Benefit”, Publikasi ilmiah UMS, Desember 2004
165
Yeniatie dan Nichen Destriana, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, Journal Unnes, 2010 Zaretzky, Kaylene, dan Zumwalt, J. Kenton, “ Relation Between Distress Risk, Book-To-Market Ratio And Return Premium”, Journal of Managerial Finance, Vol. 33, No. 10, 2007 Zein, Nurzaimah, “Pengaruh Beta Dan Price To Value Terhadap Return Sekuritas Portofolio Perusahaan: Studi Pada Perusahaan Manufaktur”, Jurnal Keuangan & Bisnis Program Studi Magister Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan, 2012
WEBSITE Dwitiya, Grace, “Bi-Risiko Kenaikan Npl Tak Signifikan”, di Akses Melalui: Http://Www.Investor.Co.Id Pada 28 Agustus 2013. Erani dan Sri, “Proyeksi Ekonomi Indonesia 2013 – Pembangunan di Atas Pijakan Rapuh”, di Akses Melalui:Http://Indef.Or.Id/Id/Ebook/Detail/1/ Proyeksi- Ekonomi-Indonesia -2013- -Pembangunan- Di-Atas-PijakanRapuh, Pada Agustus 2013. Forddanta, Dityasa, “Rupiah Melemah, Beban pokok aisa naik 15%”, Di Akses Melalui Http://Investasi.Kontan.Co.Id/News/Rupiah-Melemah-BebanPokok-Aisa-Naik-15Dampak Penurunan Nilai Rupiah, Pada 30 Agustus 2013. Kristin, McDowell, “Review of Literature: Instructional Approaches That Significantly Increase Reading Comprehension” , diakses melalui :http://www.studentpulse.com, pada 18 Oktober 2013 Nur,
Firdaus,“Fenomena Suspend Saham Turun”, Di Akses Melalui: Http://Www.Indonesiafinancetoday.Com/Read/42369/FenomenaSuspend-Saham-Turun, Pada Maret 2013.
Rezy, Fakhri, 2013,” Alasan R&I Tahan Rating Investasi Indonesia Di Bbb-”, Diakses Melalui :Http://Economy.Okezone.Com /Read/2013/10/17/20 /882774 /Alasan-R-I-Tahan- Rating- Investasi-Indonesia-Di-Bbb, Pada 18 Oktober 2013.
166
Rosalina,“Investasi Mulai Beralih Ke Manufaktur,”Diakses Melalui :http://www.tempo.co/read/news/2012/07/25/090419195/InvestasiMulai-Beralih-ke-Manufaktur,PadaPada 18 Oktober 2013. Tim Penyusun,“Kajian Stabilitas Keuangan”,www.bi.go.id, per Maret 2013 Wan,“BKPM Bersyukur Investasi Beralih ke Sektor Manufaktur” , Diakses melalui : http://economy.okezone.com Pada 18 Oktober 2013. Waspada,“Nilai Tukar Rupiah Lanjut Melemah”, www.waspada.co.id Pada 4 September 2013.
di
Akses
Melalui:
167
LAMPIRAN-LAMPIRAN
169
DAFTAR NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR 2009-2013 Subsequent return No
CODE
Z-Score
2009
2010
2011
2012
2013 2009
2010
2011
2012
2013
1
INTP
0.07
0.01
0.01
0.03
0.00
3.09
3.63
4.72
4.86
5.00
2
SMCB
0.07
0.00
0.01
0.01
0.01
0.71
1.35
1.62
1.72
0.88
3
SMGR
0.05
0.01
0.02
0.04
-0.01
5.97
4.60
3.80
2.88
3.08
4
ALKA
0.00
-0.04
0.02
0.01
0.00 6.39
6.23
3.88
6.59
5.02
5
ALMI
0.04
0.04
-0.03
0.01
-0.05 1.47
2.05
2.53
2.33
1.34
6
JPRS
0.01
0.08
-0.04
0.00
-0.02 4.03
4.29
5.40
7.29
7.87
7
LION
0.00
0.06
0.08
0.03
-0.01 7.84
8.59
7.62
9.28
7.54
8
LMSH
0.00
0.06
0.03
0.03
-0.02 3.81
4.56
4.86
7.04
6.82
9
PICO
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00 1.17
1.28
1.60
1.61
1.88
10
DPNS
0.01
0.05
0.02
-0.01
-0.01 4.73
3.73
3.99
5.63
7.55
11
ETWA
0.00
0.02
0.05
-0.01
0.00 1.29
1.00
1.23
1.00
1.11
12
INCI
-0.01
0.03
-0.01
0.02
0.00 7.03
8.12
7.58
6.72
9.73
13
SRSN
0.00
0.00
-0.01
0.00
0.00
2.34
3.41
3.11
3.64
14
AKKU
0.10
0.09
0.00
0.10
0.00 (2.39) (2.33)
(5.88)
(5.34)
(1.50)
15
AKPI
0.09
0.00
0.06
-0.01
-0.01
1.81
1.73
1.94
1.58
1.44
16
SIAP
0.07
0.04
0.12
-0.05
0.05
2.01
2.39
2.57
1.75
0.94
17
TRST
0.02
0.09
-0.01
0.00
0.01
1.79
2.04
2.32
1.95
1.25
18
YPAS
0.03
0.01
0.00
0.00
-0.01
2.71
3.07
2.97
2.06
1.20
19
SIPD
0.00
0.03
-0.01
0.01
0.00
3.38
2.91
2.03
1.58
1.45
20
TIRT
0.01
-0.01
0.01
-0.02
0.00
1.83
1.24
1.38
0.97
(0.20)
21
FASW
0.02
0.05
-0.01
0.01
-0.03
1.71
1.06
1.27
0.29
1.01
22
INKP
0.01
-0.02
-0.01
0.04
0.02
0.13
0.43
0.48
0.64
0.74
23
ASII
0.07
0.03
-0.07
0.01
0.01
2.66
2.60
2.48
2.42
2.09
24
BRAM
0.00
0.06
0.00
0.03
0.02
4.61
4.74
3.60
2.18
1.42
25
GDYR
0.06
-0.01
0.01
0.07
-0.01
2.00
2.01
1.89
2.26
2.11
26
GJTL
0.06
0.05
-0.02
0.03
-0.03
2.12
2.04
2.13
2.26
1.82
1.69
170
No
Subsequent return
CODE
Z-Score
2009
2010
2011
2012
2013 2009
2010
2011
2012
2013
27
LPIN
0.07
0.07
0.00
0.07
0.01
2.14
2.58
2.97
3.04
3.12
28
SMSM
0.08
0.03
0.05
0.03
0.06
3.39
3.66
4.38
3.80
2.53
29
ADMG
0.04
0.05
-0.02
-0.03
-0.02
0.44
0.67
1.58
1.73
1.73
30
ARGO
0.01
-0.03
0.01
0.00
0.01 (1.69) (0.30)
(1.08)
(1.08)
(1.28)
31
CNTX
0.01
0.01
0.08
0.04
0.01 (0.70) (0.29)
1.02
(0.19)
(0.08)
32
ESTI
0.05
0.06
0.04
0.01
0.02
1.65
1.38
1.41
0.02
(0.67)
33
HDTX
-0.03
-0.01
-0.04
0.05
-0.03
0.19
0.18
0.75
0.34
(0.50)
34
INDR
0.01
0.05
-0.05
-0.03
-0.05
1.28
1.68
1.74
1.48
1.16
35
RICY
0.00
0.02
-0.02
0.01
0.00
1.69
2.34
3.41
3.11
3.64
36
SSTM
-0.02
0.01
-0.01
-0.04
-0.03
0.84
0.82
0.95
1.08
1.35
37
UNIT
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
(5.88)
(5.34)
(1.50)
38
IKBI
0.00
0.05
0.00
-0.01
-0.01
8.14
6.71
6.70
4.95
5.20
39
JECC
0.06
0.00
0.06
0.02
0.02
1.49
1.66
2.55
2.38
1.16
40
KBLI
0.04
0.05
0.02
0.07
-0.04
1.97
2.87
3.48
4.80
3.02
41
KBLM
0.01
-0.01
0.03
0.04
-0.02
0.91
1.47
1.43
1.61
1.25
42
SCCO
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2.08
2.85
3.44
4.05
2.83
43
VOKS
-0.01
0.04
0.08
0.04
-0.06
1.80
1.59
2.16
2.55
1.41
44
PTSN
-0.08
0.01
0.01
0.03
-0.01
2.32
3.03
3.03
3.19
2.72
45
ADES)
0.00
0.05
0.00
0.07
-0.06 (2.37) (0.76)
(0.34)
1.29
1.12
46
CEKA
0.02
0.01
0.10
-0.03
0.06
4.36
1.93
3.24
1.68
3.43
47
DLTA
0.09
0.05
0.04
0.06
0.00
6.53
7.69
7.56
8.91
7.27
48
INDF
0.07
0.03
-0.01
0.04
0.00
1.62
2.18
2.32
2.28
1.71
49
MLBI
0.06
0.07
0.06
0.06
0.00
2.63
3.76
3.93
2.72
5.64
50
PSDN
0.05
0.08
0.02
0.07
-0.02
0.53
1.14
2.10
2.96
2.21
51
SKLT
0.08
0.01
0.00
0.02
0.07
2.53
2.70
2.66
2.46
2.19
52
STTP
0.05
0.05
0.06
0.08
0.06
2.77
2.91
1.89
1.75
1.83
53
ULTJ
0.01
0.05
-0.02
0.05
0.00
2.80
2.84
2.35
3.13
3.86
54
GGRM
0.09
0.04
0.02
-0.01
0.01
4.51
4.84
4.14
4.03
3.28
55
HMSP
0.07
0.05
0.05
0.05
-0.02
5.51
5.07
6.33
6.00
2.97
(2.39) (2.33)
171
No
Subsequent return
CODE
Z-Score
2009
2010
2011
2012
2013 2009
2010
2011
2012
2013
56
INAF
0.01
0.00
0.09
0.03
-0.03
2.25
2.20
2.02
2.39
1.29
57
KAEF
-0.01
0.09
0.08
0.06
0.03
3.68
4.43
4.89
4.85
4.47
58
MERK
0.04
0.05
0.02
0.04
0.00
8.53
9.83
9.86
6.38
6.91
59
PYFA
0.01
0.09
-0.04
0.01
-0.02
2.91
3.61
3.23
3.01
1.77
60
TSPC
0.04
0.07
0.03
0.04
-0.02
5.37
5.45
5.13
5.26
4.83
61
MRAT
0.02
0.03
0.01
0.00
-0.02
7.57
7.92
7.05
7.08
6.67
62
TCID
0.02
0.02
0.00
0.02
0.04
7.66
9.07
9.14
7.59
5.35
63
KDSI
0.03
0.02
0.04
0.04
-0.02
2.24
2.63
2.89
3.65
2.81
64
KICI
0.05
0.00
0.00
0.04
0.01
3.13
3.75
3.65
3.37
3.69
65
LMPI
0.01
0.01
-0.01
0.03
-0.01
1.99
1.34
1.13
0.92
0.78
DAFTAR NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR 2009-2013 Firm Size No
Book to Market
CODE 2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
1
INTP
30.22
30.36
30.53
30.76
30.91
0.21
0.22
0.25
0.23
0.31
2
SMCB
29.61
29.98
30.02
30.13
30.03
0.28
0.40
0.45
0.38
0.50
3
SMGR
30.49
30.38
30.36
30.91
31.06
0.23
0.22
0.22
0.19
0.26
4
ALKA
25.63
25.58
25.28
25.72
25.21
0.43
0.49
0.87
0.99
0.98
5
ALMI
28.02
28.08
28.25
28.26
28.64
2.54
2.17
2.10
2.94
3.56
6
JPRS
26.59
26.74
26.81
26.71
26.65
1.37
0.69
0.93
1.40
1.78
7
LION
26.33
26.44
26.63
26.80
26.94
2.09
1.32
1.11
0.69
0.67
8
LMSH
25.01
25.08
25.31
25.58
25.68
1.72
1.02
1.19
0.97
1.44
9
PICO
27.02
27.07
27.05
27.11
27.16
1.31
1.63
1.71
1.35
2.44
10
DPNS
25.68
25.89
25.87
25.94
26.27
0.76
0.89
0.56
1.22
1.44
11
ETWA
27.01
27.00
27.15
27.59
27.89
1.33
1.36
0.90
1.46
1.26
12
INCI
25.78
25.62
25.55
25.61
25.64
4.20
2.90
2.93
2.61
2.90
13
SRSN
26.75
26.62
26.61
26.72
26.77
0.54
0.63
0.78
0.89
1.04
14
AKKU
24.20
24.07
23.19
23.08
24.54
0.57
0.49
0.16
0.10
0.04
172
Firm Size No
Book to Market
CODE 2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
15
AKPI
28.09
27.91
27.91
28.17
28.37
2.04
1.08
0.76
1.55
1.87
16
SIAP
25.72
25.74
25.82
25.94
26.33
2.27
1.92
1.74
1.47
1.31
17
TRST
28.28
28.31
28.36
28.41
28.81
1.85
1.58
1.18
1.40
2.44
18
YPAS
25.98
26.03
26.13
26.58
27.14
0.33
0.29
0.33
0.37
0.39
19
SIPD
28.13
28.35
28.60
28.82
28.78
2.51
1.85
2.51
2.72
2.74
20
TIRT
27.17
27.08
27.26
27.25
27.31
1.99
1.69
2.12
1.49
1.12
21
FASW
28.93
29.13
29.23
29.35
29.37
0.40
0.25
0.17
0.29
0.31
22
INKP
31.64
31.61
31.68
31.79
32.03
1.97
2.00
2.73
3.39
3.26
23
ASII
32.12
32.36
32.67
32.68
32.70
0.04
0.03
0.03
0.29
0.39
24
BRAM
27.93
28.03
28.14
28.43
28.65
1.72
1.12
1.24
1.22
1.87
25
GDYR
27.75
27.77
27.80
27.81
27.89
1.13
0.81
1.09
1.01
0.84
26
GJTL
29.82
29.97
30.08
30.19
30.31
1.80
0.44
0.42
0.71
0.98
27
LPIN
25.65
25.74
25.78
25.87
25.92
3.97
1.61
2.53
0.83
1.36
28
SMSM
27.57
27.70
27.76
28.00
28.10
0.50
0.37
0.34
0.23
0.20
29
ADMG
28.95
28.96
29.29
29.39
29.51
2.09
1.49
1.14
2.18
3.48
30
ARGO
28.01
27.99
28.17
28.22
28.35
0.09
0.49
0.98
0.66
0.47
31
CNTX
26.58
26.48
26.53
26.43
26.66
2.93
2.14
1.91
0.93
0.70
32
ESTI
26.98
27.09
27.18
27.38
27.45
2.36
1.27
0.80
1.10
0.99
33
HDTX
27.72
27.65
27.65
27.94
28.45
1.98
1.43
1.94
0.44
1.27
34
INDR
29.27
29.26
29.44
29.53
29.75
3.73
2.33
2.07
3.08
3.83
35
RICY
26.75
26.62
26.61
26.72
26.77
0.23
0.21
0.23
0.26
0.30
36
SSTM
27.50
27.50
27.46
27.42
27.39
1.12
1.23
1.42
1.82
3.12
37
UNIT
24.20
24.07
23.19
23.08
24.54
0.57
0.49
0.16
0.10
0.04
38
IKBI
27.06
27.12
27.14
27.38
27.54
4.12
1.34
2.19
1.24
2.65
39
JECC
27.10
27.06
27.16
27.29
27.73
1.38
1.05
1.41
0.50
0.34
40
KBLI
26.92
27.11
27.71
27.78
28.02
1.02
0.91
1.73
1.13
1.53
41
KBLM
26.60
26.72
27.19
27.31
27.22
1.74
1.85
1.91
1.75
1.53
42
SCCO
27.67
27.78
28.01
28.03
28.15
1.41
1.07
0.81
0.79
0.77
43
VOKS
27.84
27.75
28.08
28.16
28.36
1.08
1.03
0.73
0.70
0.97
173
Firm Size No
Book to Market
CODE 2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
44
PTSN
27.53
27.44
27.35
27.52
27.66
2.49
3.31
3.06
2.93
3.36
45
ADES)
25.91
26.51
26.48
26.69
26.78
0.18
0.11
0.21
0.19
0.22
46
CEKA
27.07
27.47
27.44
27.66
27.56
0.81
0.94
1.43
1.20
1.46
47
DLTA
27.36
27.29
27.27
27.34
27.35
1.97
0.31
0.32
0.15
0.10
48
INDF
31.33
31.49
31.61
31.71
31.99
1.80
0.58
0.78
0.67
0.66
49
MLBI
27.62
27.76
27.83
27.77
28.21
0.03
0.08
0.07
0.02
0.04
50
PSDN
26.59
26.75
26.77
27.25
27.31
0.82
1.68
0.46
1.39
1.99
51
SKLT
26.00
26.02
26.09
26.24
26.38
1.10
1.22
1.27
1.04
1.12
52
STTP
27.03
27.20
27.56
27.85
27.96
1.40
0.89
0.54
0.42
0.33
53
ULTJ
28.11
28.26
28.37
28.66
28.56
0.67
0.34
0.43
0.54
0.14
54
GGRM
30.94
31.06
31.30
31.36
31.56
0.44
0.28
0.21
0.25
0.36
55
HMSP
30.51
30.65
30.60
30.90
30.91
0.23
0.08
0.06
0.05
0.03
56
INAF
27.31
27.32
27.74
27.80
27.89
1.16
1.26
1.21
0.64
1.25
57
KAEF
28.08
28.14
28.22
28.36
28.54
1.41
1.26
0.66
0.35
0.50
58
MERK
26.80
26.80
27.09
27.07
27.27
0.18
0.17
0.17
0.12
0.12
59
PYFA
25.33
25.33
25.49
25.64
25.85
1.24
1.14
0.88
0.93
1.14
60
TSPC
28.81
28.91
29.08
29.16
29.28
0.74
0.34
0.27
0.20
0.26
61
MRAT
26.63
26.68
26.77
26.85
26.85
1.87
1.21
1.68
1.84
1.96
62
TCID
27.63
27.68
27.75
27.86
28.01
0.54
0.66
0.66
0.50
0.50
63
KDSI
27.03
27.05
27.10
27.07
27.28
3.80
2.69
2.81
1.58
2.50
64
KICI
25.16
25.18
25.19
25.28
25.35
3.02
2.51
2.59
1.79
1.97
65
LMPI
27.02
27.14
27.25
27.43
27.42
1.84
1.48
1.97
1.59
1.89
174
DAFTAR NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR 2009-2013 Beta No
CODE
Book to Market
2009
2010 2011 2012 2013
2009
2010
2011
2012
2013
1
INTP
0.57
0.63
1.06
0.81
0.94
746.65
875.98
978.35
1,293.9
1,361.5
2
SMCB
0.25
0.87
0.99
1.33
1.99
119.06
108.36
138.79
176.28
124.28
3
SMGR
0.01
0.76
1.16
1.87
1.71
565.24
616.89
666.82
830.59
902.69
4
ALKA
0.25
-
(0.34)
-
0.12
72.08
40.93
98.19
50.46
77.11
5
ALMI
(0.20)
1.19
1.84
1.48
0.80
85.13
141.96
177.87
45.29
84.80
6
JPRS
0.27
4.16
1.77
2.00
(0.06)
2.56
37.93
50.25
12.81
20.06
7
LION
(0.10)
0.61
1.44
(2.01)
1.09
646.21
742.68
1,009.98
1,641
1,245.0
8
LMSH
(0.71)
(0.16) (0.57) (2.51)
2.46
250.10
765.73
1,135.10 2,300.31
9
PICO
-
-
-
-
-
22.27
21.22
22.22
19.60
27.16
10
DPNS
(1.42)
1.23
(0.40)
0.76
1.42
18.38
42.38
(20.06)
62.24
201.77
11
ETWA
1.21
0.69
2.06
1.00
(1.16)
10.78
39.41
75.35
39.86
8.17
12
INCI
1.39
0.67
1.73
0.36
1.32
(47.95)
24.55
57.07
13
SRSN
1.38
1.00
1.09
1.20
-
4.22
1.63
3.99
2.82
7.50
14
AKKU
(1.31)
(0.37)
1.06
0.58
2.05
(24.63)
(20.36)
(38.67)
(8.81)
6.34
15
AKPI
0.48
0.29
1.09
(0.19)
0.09
154.08
91.81
83.51
45.76
50.91
16
SIAP
0.92
0.45
0.56
(0.62) (0.11)
7.54
8.95
5.43
5.65
(9.63)
17
TRST
0.46
0.63
2.90
1.43
1.39
51.24
48.69
51.28
21.89
21.89
18
YPAS
0.47
0.52
(0.01)
0.13
0.00
27.76
31.72
24.88
24.66
9.31
19
SIPD
(0.10)
(0.67)
1.67
1.67
0.76
3.97
6.51
2.50
1.60
0.89
20
TIRT
(0.13)
1.33
0.82
0.78
1.06
12.26
(9.79)
4.10
(31.84)
(45.74)
21
FASW
(0.23)
1.09
(0.45)
0.37
0.37
171.33
206.56
73.48
2.14
(100.51)
22
INKP
0.16
1.39
1.31
1.04
2.26 (273.43)
21.33
(5.14)
9.08
40.43
23
ASII
0.49
1.57
0.95
(0.22)
0.85
307.38
420.02
520.63
561.76
550.77
24
BRAM
0.53
0.54
(0.34)
2.82
(0.05) 168.25
321.72
157.87
484.50
136.85
25
GDYR
(0.06)
1.13
(0.04)
1.41
(0.96) 2,053.32 1,623.90
26
GJTL
(0.27)
1.47
1.42
(0.13)
2.27
259.79
238.36
196.18
324.91
34.53
27
LPIN
1.71
0.21
2.66
(2.06)
0.11
480.52
664.57
532.66
781.18
402.59
(113.56) (94.84)
907.63
1,498.2
1,574.10 1,378.46
175
No
Beta
CODE 2009
Book to Market
2010 2011 2012 2013
2009
2010
2011
2012
2013
28
SMSM
(1.89)
2.01
0.01
0.92
(0.68)
99.30
114.51
152.30
176.87
234.93
29
ADMG
0.59
2.07
2.10
1.91
2.67
13.83
9.51
73.04
20.89
6.20
30
ARGO
(0.79)
0.15
0.38
31
CNTX
0.17
32
ESTI
33
(0.06) (0.45) (225.73) (372.56) (418.40) (354.54)
(0.20) (0.41)
3.60
(0.11)
(0.11)
(0.54)
0.08
0.17
0.20
3.81
0.74
2.20
(20.60)
(26.20)
HDTX
0.65
0.41
(0.12)
2.34
(1.33)
0.37
0.78
11.28
2.02
(142.67)
34
INDR
0.55
(0.06)
3.56
(1.09)
1.01
163.78
355.04
611.27
6.40
30.46
35
RICY
0.05
2.11
1.18
0.39
0.83
0.62
1.81
2.03
2.82
0.80
36
SSTM
0.92
(0.26)
2.24
0.52
1.54
26.59
8.47
(20.58)
(12.07)
(11.30)
37
UNIT
-
-
-
-
-
10.07
6.95
10.14
1.54
3.62
38
IKBI
0.80
(0.90)
1.09
(1.31)
0.37
93.85
15.03
58.45
127.18
54.04
39
JECC
(0.39)
2.27
2.21
(1.24)
0.21
104.76
(6.72)
196.42
210.13
149.16
40
KBLI
(0.08)
2.40
0.75
1.11
1.78
5.17
12.06
15.90
31.24
18.35
41
KBLM
0.07
1.43
1.49
1.50
3.47
16.97
21.28
6.86
42
SCCO
-
-
-
-
-
88.73
296.57
534.22
825.66
510.56
43
VOKS
(0.27)
0.15
0.09
0.89
0.37
64.49
12.35
133.10
176.90
47.04
44
PTSN
1.33
(0.28)
1.48
(0.42)
1.42
(20.50)
(7.12)
(4.17)
5.35
9.82
45
ADES)
(1.26)
3.48
2.52
(0.70)
3.07
27.67
53.67
43.85
141.34
94.35
46
CEKA
(0.90)
1.36
0.40
3.89
0.87
170.28
99.37
323.72
196.11
218.72
47
DLTA
0.85
0.17
0.22
(1.79)
0.81
1,228.10
1,120.99
1,474.38 1,327.83
16.89
48
INDF
0.63
1.13
1.53
0.60
0.80
325.36
448.13
557.11
389.12
49
MLBI
(0.56)
0.48
1.44
550.88
1,158.42
2,021.17 1,680.78
50
PSDN
(1.50)
0.58
2.26
2.69
0.98
31.21
17.84
16.57
17.79
9.82
51
SKLT
(0.09)
0.31
0.00
0.77
(0.02)
18.54
7.00
8.65
11.53
16.56
52
STTP
0.25
0.59
1.29
(0.72)
0.57
31.35
31.86
32.58
56.97
87.36
53
ULTJ
(0.30)
4.07
1.94
0.84
2.24
20.87
37.16
37.16
122.36
112.56
54
GGRM
(0.11)
0.42
0.32
0.49
0.57
1,811.7
2,190.54
1,576.86
2,114.62
2,277.96
55
HMSP
0.11
(0.03)
0.34
0.06
1.61
1,161.1
1,465.38
1,839.93
1,269.06
1,468.28
56
INAF
0.77
1.04
2.57
0.61
1.21
0.69
4.05
11.91
13.68
(17.50)
(1.14) (0.73)
(0.07) (1.56)
(1,620)
(898.00)
1,562
243.62
(1,663)
(399.74)
544.33
1,518.98
176
No
Beta
CODE
Book to Market
2009
2010 2011 2012 2013
2009
2010
2011
2012
2013
57
KAEF
1.31
2.64
3.14
1.37
2.53
11.25
24.98
30.93
36.24
38.83
58
MERK
0.03
0.32
(0.02)
0.11
(0.16)
1,549.1
1,303.30
1,819.6
1,812.8
1,832.3
59
PYFA
0.11
1.74
2.02
1.64
0.47
7.05
7.85
9.67
9.92
11.58
60
TSPC
0.30
1.69
0.27
0.25
1.02
80.21
109.95
130.30
141.15
141.90
61
MRAT
1.36
1.27
0.91
1.35
0.62
49.10
57.05
65.11
71.85
(15.65)
62
TCID
1.00
0.26
619.76
653.74
696.48
747.88
796.49
63
KDSI
1.36
1.82
2.15
1.10
1.67
25.95
41.71
58.34
90.96
88.90
64
KICI
1.13
(1.20)
0.39
0.14
1.31
(37.79)
23.62
2.59
16.37
53.76
65
LMPI
1.02
1.09
1.59
1.19
0.93
5.94
2.77
5.38
2.32
1.30
(0.14) (0.06) (0.52)
177
Hasil Uji Statistik Deskriptif Return
Size
BtM
Beta
Earning
ZScore
Mean
0.018
27.952
1.060
0.879
610.512
2.732
Median
0.014
27.870
1.096
0.904
43.117
2.498
Maximum
0.104
31.989
3.802
3.979
9562.000
7.650
Minimum
-0.109
23.270
-1.291
-2.584
-8620.28
-4.666
Std. Dev.
0.033
1.630
0.829
1.189
2047.566
2.189
Skewness
0.035
-0.074
0.0172
-0.095
1.762
-0.105
Kurtosis
3.170
3.028
2.683
2.778
12.004
3.174
JarqueBera
0.463
0.312
1.402
1.180
1285.402
1.023
Probability
0.793
0.856
0.496
0.554
0.000
0.600
Sum
6.0117 91
9224.097
349.647
290.02 02
201468.8
Sum Sq. 0.363 874.218 225.976 465.43 Dev. Obser 330 330 330 330 vations Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
1379341 673
901.69 88 1577.0 05
330
330
178
Hasil regresi Common Effect (pooled least square) Model I Dependent Variable Method Date Sample Periods included Cross-sections included Total panel (balanced) observations
: ZScore : Panel Least Squares : 02/15/15 Time: 16:52 : 2009 2013 :5 : 65 : 325
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 5.394931 2.078897 2.595092 0.0099 Size -0.135979 0.075541 -1.80006 0.0728 Btm 0.393368 0.145600 2.701701 0.0073 Beta 0.141508 0.123239 1.148238 0.2517 Earning 0.002426 0.000258 9.394531 0.0000 R-squared 0.218334 Mean dependent var 2.835505 Adjusted R0.208563 S.D. dependent var 2.542903 squared S.E. of regression 2.262237 Akaike info criterion 4.485850 Sum squared 1637.668 Schwarz criterion 4.544063 resid Log likelihood -723.9506 Hannan-Quinn criter. 4.509083 F-statistic 22.34545 Durbin-Watson stat 0.269549 Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
179
Hasil Regresi Common Effect (pooled least square) Model II Dependent Variable
: Return
Method
: Panel Least Squares
Date
: 02/14/15 Time: 21:05
Sample
: 2009 2013
Periods included
:5
Cross-sections included
: 65
Total panel (balanced) observations : 325 Variable
Coefficient Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
0.077774
0.031111
2.499871
0.0129
ZScore
0.000237
0.000828
0.286593
0.7746
Size
-0.001992
0.001124
-1.77158
0.0774
Btm
-0.004988
0.002181
-2.28733
0.0228
Beta
-0.001876
0.001829
-1.02566
0.3058
Earning
1.00E-05
4.32E-06
2.314701
0.0213
R-squared
0.067362 Mean dependent var
0.018788
squared
0.052744 S.D. dependent var
0.034424
S.E. of regression
0.033504 Akaike info criterion
-3.936005
resid
0.358087 Schwarz criterion
-3.866150
Log likelihood
645.6009 Hannan-Quinn criter.
-3.908126
F-statistic
4.608114 Durbin-Watson stat
Prob(F-statistic)
0.000449
Adjusted R-
Sum squared
1.957525
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEW
180
Hasil Regresi Fixed Effect (FEM) Model I Dependent Variable
: ZScore
Method
: Panel Least Squares
Date
: 02/15/15 Time: 16:52
Sample
: 2009 2013
Periods included
:5
Cross-sections included
: 65
Total panel (balanced) observations : 325 Linear estimation after one-step weighting matrix
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
2.302475
2.847104
0.808708
0.4194
Size
0.006185
0.103323
0.059858
0.9523
Btm
0.118766
0.034290
3.463602
0.0006
Beta
0.046491
0.021965
2.116569
0.0353
Earning
0.000714
0.000104
6.863599
0.0000
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared
0.959418
Mean dependent var
4.311287
squared
0.948639
S.D. dependent var
3.430783
S.E. of regression
0.858891
Sum squared resid
188.8496
F-statistic
89.00374
Durbin-Watson stat
1.662164
Prob(F-statistic)
0.000000
Adjusted R-
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
181
Hasil Regresi Fixed Effect (FEM) Model II Dependent Variable
: Return
Method
: Panel Least Squares
Date
: 02/14/15 Time: 21:13
Sample
: 2009 2013
Periods included
:5
Cross-sections included
: 65
Total panel (balanced) observations : 325 Linear estimation after one-step weighting matrix Std. Variable
Coefficient
Error
t-Statistic
Prob.
C
0.786191 0.147762
5.320666
0.0000
ZScore
0.000686 0.001278
0.536661
0.5920
0.005361
-5.196392
0.0000
0.000587 0.001806
0.324831
0.7456
Size
-0.027856
Btm Beta Earning
-0.003956
0.001555
-2.543578
0.0116
1.48E-05
5.22E-06
2.831871
0.0050
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared
0.565005
Mean dependent var
0.020878
0.447301
S.D. dependent var
0.037261
regression
0.031039
Sum squared resid
0.245665
F-statistic
4.800207
Durbin-Watson stat
2.624938
Prob(F-statistic)
0.000000
Adjusted Rsquared S.E. of
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
182
Hasil Regresi Random Effect Model (REM) Model I Dependent Variable : ZScore Method : Panel EGLS (Cross-section random effects) Date : 02/15/15 Time: 16:53 Sample : 2009 2013 Periods included :5 Cross-sections included: 65 Total panel (balanced) observations: 325 Swamy and Arora estimator of component variances
Variable
Coefficient
Std. Error
C Size Btm Beta Earning
0.814094 3.489399 0.058546 0.125905 0.118245 0.110086 0.014339 0.053740 0.000941 0.000208 Effects Specification
tStatistic 0.233305 0.464999 1.074114 0.266821 4.530600 S.D.
Cross-section random Idiosyncratic random Weighted Statistics
R-squared Adjusted Rsquared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
2.094141 0.873189
Prob. 0.8157 0.6422 0.2836 0.7898 0.0000 Rho 0.8519 0.1481
Mean dependent 0.063787 var
0.519787
0.052085
S.D. dependent var
0.909771
0.885761 5.450685 0.000295
Sum squared resid Durbin-Watson stat
251.0634 1.209678
R-squared 0.134604 Mean dependent var Sum squared resid 1813.091 Durbin-Watson stat Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEWS
2.835505 0.167507 183
Hasil Regresi Random Effect Model (REM) Model II Dependent Variable : Return Method : Panel EGLS (Cross-section random effects) Date : 02/14/15 Time: 21:14 Sample : 2009 2013 Periods included :5 Cross-sections included: 65 Total panel (balanced) observations: 325 Swamy and Arora estimator of component variances Variable C ZScore Size Btm Beta Earning
Coefficient
Std. Error
0.083112 0.034067 0.000258 0.000889 -0.002197 0.001230 -0.004660 0.002300 -0.002160 0.001772 1.03E-05 4.54E-06 Effects Specification
t-Statistic 2.439667 0.289969 -1.786865 -2.026147 -1.219172 2.277817 S.D.
Cross-section random Idiosyncratic random Weighted Statistics R-squared Adjusted Rsquared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic) Unweighted Statistics
0.008706 0.031463
Prob. 0.0152 0.7720 0.0749 0.0436 0.2237 0.0234 Rho 0.0711 0.9289
0.058362
Mean dependent var
0.015977
0.043603
S.D. dependent var
0.033138
0.032408 3.954294 0.001710
Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.335033 2.090196
R-squared 0.067077 Mean dependent var Sum squared resid 0.358196 Durbin-Watson stat Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEW
0.018788 1.955031
184
Hasil Uji Chow Model I Redundant : Fixed Effects Tests Equation : Untitled Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic
Cross-section F
54.709359
d.f.
Prob.
(64,256)
0.0000
Cross-section fixed effects test equation: Dependent Variable : ZScore Method : Panel Least Squares Date : 02/15/15 Time: 16:50 Sample : 2009 2013 Periods included :5 Cross-sections included : 65 Total panel (balanced) observations : 325
Variable C Size Btm Beta Earning R-squared Adjusted Rsquared S.E. of regression F-statistic F-statistic
Coefficient
Std. Error
tStatistic
Prob.
9.165649 -0.253243 -0.234230 0.116303 0.001337
0.856097 10.70632 0.030555 -8.28818 0.068094 -3.43978 0.068693 1.693089 0.000179 7.490711
0.0000 0.0000 0.0007 0.0914 0.0000
0.404368
Mean dependent var
4.311287
0.396922 S.D. dependent var 2.943112 Sum squared resid 54.31109 Durbin-Watson stat 0.000000
3.430783 2771.810 0.189587
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEW
185
Hasil Uji Hausman Model I Correlated Random Effects - Hausman Test Equation : Untitled Test cross-section random effects Chi-Sq. Chi-Sq. Test Summary Statistic d.f. Prob. Cross-section random 13.280833 4 0.0100 Cross-section random effects test comparisons: Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. Size 0.263576 0.058546 0.031287 0.2464 Btm 0.099344 0.118245 0.001413 0.6151 Beta 0.003742 0.014339 0.000050 0.1352 Earning 0.000671 0.000941 0.000000 0.0008 Cross-section random effects test equation: Dependent Variable : ZScore Method : Panel Least Squares Date : 02/15/15 Time: 16:54 Sample : 2009 2013 Periods included :5 Cross-sections included : 65 Total panel (balanced) observations : 325 Variable C Size Btm Beta Earning
Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. -4.761871 6.000609 -0.793565 0.4282 0.263576 0.217115 1.213989 0.2259 0.099344 0.116328 0.853992 0.3939 0.003742 0.054206 0.069032 0.9450 0.000671 0.000223 3.008564 0.0029 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.906835 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.882088 S.D. dependent var S.E. of regression 0.873189 Akaike info criterion Sum squared resid 195.1897 Schwarz criterion Log likelihood -378.3039 Hannan-Quinn criter. F-statistic 36.64435 Durbin-Watson stat Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEW
2.835505 2.542903 2.752639 3.555974 3.073252 1.501147
186
Hasil Uji Chow Model II Redundant Fixed Effects Tests Equation: chow Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 4.267024 (64,255) 0.0000 Cross-section fixed effects test equation: Dependent Variable : Return Method : Panel Least Squares Date : 02/15/15 Time: 15:37 Sample : 2009 2013 Periods included :5 Cross-sections included : 65 Total panel (balanced) observations : 325 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.030027 0.030122 -0.996860 0.3196 ZScore 0.000955 0.000646 1.480126 0.1398 Size 0.001211 0.001106 1.095162 0.2743 Btm -0.001751 0.001348 -1.298666 0.1950 Beta -0.001633 0.001449 -1.126886 0.2606 Earning 9.61E-06 3.81E-06 2.525095 0.0121 R-squared 0.100525 Mean dependent var Adjusted Rsquared 0.086427 S.D. dependent var S.E. of regression 0.040022 Sum squared resid F-statistic 7.130267 Durbin-Watson stat Prob(F-statistic) 0.000002 Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEW
0.020976 0.037254 0.510971 1.282510
187
Hasil Uji Hausman Model II Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled Test cross-section random effects Chi-Sq. Test Summary Statistic Cross-section random 23.056123 Cross-section random effects test comparisons: Variable Fixed Random
Chi-Sq. d.f.
Prob.
5 Var(Diff.)
ZScore 0.001612 0.000257 0.000004 Size -0.036579 -0.002254 0.000059 Btm -0.001153 -0.004680 0.000012 Beta -0.002157 -0.002142 0.000001 Earning 0.000017 0.000010 0.000000 Cross-section random effects test equation: Dependent Variable : Return Method : Panel Least Squares Date : 02/15/15 Time : 15:45 Sample : 2009 2013 Periods included :5 Cross-sections included : 66 Total panel (balanced) observations : 330 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 1.025536 0.214597 4.778894 ZSCORE 0.001612 0.002252 0.715807 SIZE -0.036579 0.007767 -4.709675 BTM -0.001153 0.004208 -0.274052 BETA -0.002157 0.001959 -1.100640 EARNING 1.75E-05 8.21E-06 2.128118 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.339257 Mean dependent var Adjusted Rsquared 0.160467 S.D. dependent var S.E. of regression 0.031542 Akaike info criterion Sum squared resid 0.253693 Schwarz criterion Log likelihood 701.6068 Hannan-Quinn criter. F-statistic 1.897522 Durbin-Watson stat Prob(F-statistic) 0.000184
0.0003 Prob. 0.5125 0.0000 0.3168 0.9863 0.2992
Prob. 0.0000 0.4748 0.0000 0.7843 0.2721 0.0343
0.018788 0.034424 -3.886811 -3.071833 -3.561552 2.734962
Sumber : Data sekunder yang diolah oleh EVIEW 188