ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN JUS DAN SIRUP BELIMBING MANIS DAN JAMBU BIJI MERAH (Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat)
SKRIPSI
DEBIE NATALIA FRANCISCA FAUSTA NAPITUPULU H34053315
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
RINGKASAN DEBIE NATALIA FRANCISCA FAUSTA NAPITUPULU. H34053315. 2009. Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup Belimbing Manis dan Jambu Biji Merah (Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan YUSALINA). Salah satu kota yang terkenal akan komoditas buah-buahan adalah kota Depok. Saat ini, kota Depok terkenal sebagai penghasil belimbing manis varietas dewa-dewi, bahkan belimbing manis telah menjadi icon kota Depok sejak tahun 2006. Komoditas unggulan untuk buah-buahan terdiri atas, belimbing manis, jambu biji merah, pisang, pepaya, rambutan, mangga, nangka, dan cempedak. Belimbing manis dan jambu biji merah dapat dikelompokkan berdasarkan grade. Buah belimbing manis dibagi menjadi tiga grade yaitu, grade A, B, dan C. Belimbing manis dan jambu biji merah yang termasuk ke dalam grade C kurang diminati dibandingkan grade A dan B. Padahal, dari seluruh hasil panen, belimbing manis dan jambu biji merah yang termasuk ke dalam grade C mencapai 20 persen dari total panen. Belimbing manis dan jambu biji merah grade C ataupun buah-buahan lain yang tidak laku di pasaran dalam bentuk segar, apabila tidak dimanfaatkan dengan segera akan mengalami kerusakan biologis karena umur simpannya yang singkat, sehingga dapat terbuang. Hal tersebut mengakibatkan penurunan pendapatan petani dari pendapatan yang seharusnya diterima jika keseluruhan belimbing manis dan jambu biji grade C laku terjual. Karena itu, diperlukan suatu usaha mengatasi masalah tersebut yaitu, dengan pengolahan hasil yang dapat membentuk daya tahan dan diversifikasi, sehingga dapat dipasarkan setiap waktu serta mempunyai nilai tambah yang tinggi. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dihadapi, maka tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Menganalisis aspek non finansial kelayakan usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah, yang terdiri atas, aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, serta aspek hukum, (2) Menganalisis aspek finansial kelayakan usaha CV WPIU, dan (3) Menganalisis kepekaan kelayakan usaha CV WPIU terhadap peningkatan biaya usaha yang dominan dan penurunan penjualan jus dan sirup buah. Penelitian dilakukan di CV Winner Perkasa Indonesia Unggul (CV WPIU) yang terletak di kompleks Sawangan Permai, Sawangan, Depok. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive). Pengambilan data di lapangan dilaksanakan bulan Februari-April 2009. Analisis yang dilakukan selama penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, serta aspek hukum. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menganalisis kelayakan aspek finansial usaha.
Ditinjau dari aspek pasar, usaha pembuatan jus dan sirup buah memiliki potensi dan prospek yang baik. Saat ini, CV WPIU mendapat tawaran untuk memasok produknya ke beberapa supermarket. Produk jus dan sirup yang dihasilkan berada dalam tahap pertumbuhan. Berdasarkan produk, jus dan sirup yang dihasilkan merupakan minuman instan yang memiliki nilai gizi dan atribut yang lengkap seperti, label pada setiap kemasan jus maupun sirup. Dengan demikian, produk yang dihasilkan CV WPIU sudah memiliki kelengkapan untuk memasuki supermarket. Distribusi juga dilakukan sebaik mungkin agar produk dapat sampai ke tangan konsumen dengan tepat waktu. Namun, kegiatan promosi yang dilakukan belum optimal. CV WPIU menetapkan perbedaan harga untuk produk yang dijual secara eceran, grosir, dan untuk ke supermarket. Ditinjau dari aspek teknis, lokasi usaha CV WPIU berada di salah satu sentra penghasil belimbing manis dan jambu biji merah, dimana hal ini menjamin ketersedian bahan baku buah-buahan yang dibutuhkan dalam proses produksi. Untuk memenuhi permintaan pasar saat ini, CV WPIU berencana untuk meningkatkan kapasitasnya sebesar 150 persen. Proses produksi dilakukan sebaik mungkin untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Dilihat dari aspek manajemen, CV WPIU sudah memiliki struktur organisasi yang sederhana. Namun, CV WPIU mengalami kendala dengan beberapa karyawannya yang kurang memiliki kemampuan dan tanggungjawab. Berdasarkan aspek sosial, dengan adanya usaha ini dapat mempekerjakan masyarakat sekitar dan membantu meningkatkan pendapatan petani, sedangkan berdasarkan aspek lingkungan, limbah yang dihasilkan tidak akan mencemari lingkungan karena bahan baku utamanya adalah buah-buahan. Berdasarkan aspek hukum, usaha ini telah memiliki badan hukum dan memenuhi berbagai perizinan usaha. Nilai NPV yang dihasilkan selama kurun waktu 10 tahun adalah sebesar Rp 292.938.966 Nilai IRR yang diperoleh yaitu, sebesar 48,95 persen dimana IRR tersebut lebih besar dari discount factor yang berlaku yaitu, 14 persen. Net B/C yang diperoleh adalah sebesar 3,09. Hal ini berarti, setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha ini, akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 3,09. Payback period yang diperoleh adalah 3,76 tahun atau sama dengan 3 tahun 7 bulan 4 hari. Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa usaha ini menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila harga gula pasir mengalami kenaikan melebihi 18,84 persen, harga botol jus mengalami kenaikan melebihi 20,94 persen, penurunan penjualan jus melebihi 6,09 persen, dan penurunan penjualan sirup lebih dari 10,48 persen. Hasil analisis aspek non finansial yaitu, aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, serta aspek hukum menunjukkan bahwa usaha yang dijalankan CV WPIU ini layak untuk dilaksanakan. Namun, pada aspek pasar, kegiatan promosi yang dilakukan belum optimal karena CV WPIU hanya mengandalkan keikutsertaan dalam pameran-pameran dan informasi dari mulut ke mulut. CV WPIU juga mengalami kendala pada aspek manajemen yaitu, ada beberapa karyawan yang kurang memiliki kemampuan dan tanggungjawab. Hasil analisis aspek finansial juga menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dilaksanakan. Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa Usaha ini lebih peka terhadap penurunan penjualan jus dan sirup daripada kenaikan harga gula pasir dan botol jus.
iii
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBUATAN JUS DAN SIRUP BELIMBING MANIS DAN JAMBU BIJI MERAH (Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat)
DEBIE NATALIA FRANCISCA FAUSTA NAPITUPULU H34053315
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 iv
Judul skripsi
: Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup Belimbing Manis dan Jambu Biji Merah (Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat)
Nama
: Debie Natalia Francisca Fausta Napitupulu
NRP
: H34053315
Disetujui, Pembimbing
Dra. Yusalina, MSi NIP. 131 914 523
Diketahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 131 415 082
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup Belimbing Manis dan Jambu Biji Merah (Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, April 2009
Debie Napitupulu H34053315
vi
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 19 Desember 1987. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Ir. Boyke Napitupulu, MSi dan Ibu Asima Nababan. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD RK Budi Mulia I Pematangsiantar dan lulus pada tahun 1999. Sekolah menegah pertama dilalui penulis di SMP RK Bintang Timur Pematangsiantar dan lulus pada tahun 2002. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA RK Budi Mulia Pematangsiantar dan lulus pada tahun 2005.
Pada tahun yang sama,
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SPMB).
Pada tahun 2005, IPB pertama kali
memberlakukan kurikulum mayor-minor, sehingga pada tahun pertama penulis belum memiliki jurusan dan pada tahun kedua, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kepanitiaan dan organisasi. Penulis menjadi anggota Kemaki (2005-sekarang), bendahara Koor Keluarga Mahasiswa Katolik IPB (Kemaki) periode 2007-2008, staf Departemen Proyek Himpunan Mahasiswa Peminat Agribisnis (Hipma) periode 2008-2009, dan menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah Ekonomi Umum tahun 2008-2009.
vii
KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan kasih karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
”Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup
Belimbing Manis dan Jambu Biji Merah (Studi Kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa barat)” Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha CV Winner Perkasa Indonesia Unggul dari aspek non finansial yaitu, aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek lingkungan dan sosial, serta aspek finansial. Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Harapan penulis, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.
Bogor, April 2009 Debie Napitupulu
viii
UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, kasih karuniaNya yang selalu dicurahkan kepada penulis dan juga kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini: 1) Bapak dan Mama yang terus dan tiada hentinya memberikan doa, kasih sayang, cinta, perhatian, dan materi, serta adik-adikku Citra, Benie, Andre yang selalu menyemangati dan mendoakan penulis.
Kalian merupakan
sumber inspirasi ku dan membuat aku menjadi kuat dan semangat untuk mencapai cita-cita. 2) Dra. Yusalina, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, masukan, saran, dan motivasi yang begitu besar dan sabar kepada para penulis. 3) Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji utama, yang telah memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis. 4) Etriya, SP, MM selaku dosen penguji wakil departemen, yang juga telah memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis. 5) Ir. Yayah K Wagino, Mec selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan selama penulis menjalankan kegiatan perkuliahan. 6) Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Agribisnis yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama kegiatan perkuliahan. 7) Ibu Maria sebagai pemimpin CV Winner Perkasa Indonesia Unggul yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian serta seluruh tenaga kerja yang turut membantu. 8) Ompung Tondang, Tante Ate, Uda Angel, Inang Tua Meta, Bapak Tua Meta Tulang-tulangku dan Namboru Dice, sepupu-sepupuku Meta, Debora, Tri, Angel, Laura, Rebecca, Alde, Iren dan Nael, yang memberi dukungan moril maupun materi kepada penulis. 9) Riki Maryonatan Siahaan, terima kasih atas segala kasih sayang, dukungan, pengertian, dan kesabaran yang telah diberi khususnya dalam penyelesaian skripsi.
Semoga semua harapan
selamanya. ix
kita menjadi kenyataan sekarang dan
10) Semua anak AGB 42 khususnya yang baik dan pintar dimana namanya tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas persahabatan, canda, tawa, dan dukungan yang diberikan selama ini khususnya pada saat penyelesaian skripsi dan semoga kita menjadi orang-orang yang sukses. 11) Anak-anak Ananda I khususnya Agnes, Rina, Maria, Melisa, Kamlit, Pesta, Evy, Mei Cing, Devina, dan Vanda yang telah memberikan semangat, dukungan khususnya pada saat penyelesaian skripsi, dan rasa persaudaraan. 12) Ida Ayu Ratih Stefani, yang telah menjadi teman sekamar saya selama tiga tahun, memberikan dukungan, serta meminjamkan laptop selama proses penyelesaian skripsi. 13) Teman-teman satu KKP di Desa Cikole dan Kabupaten Bandung Barat, yang telah memberikan semangat dan keceriaan yang tidak terlupakan. 14) Roch Ika, yang telah menjadi pembahas pada seminar saya dan memberikan masukan-masukan terhadap penyelesaian skripsi. 15) Teman-teman satu bimbingan saya, Amel, Uti, dan Bayu serta Teguh yang telah membantu dan memberikan semangat. Terutama untuk Amel yang menjadi teman seperjuangan dan memberikan bantuan terhadap penyelesaian skripsi.
Bogor, April 2009 Debie Napitupulu
x
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ..........................................................................
Halaman xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................
xv
I
PENDAHULUAN ................................................................. 1.1. Latar Belakang ................................................................ 1.2. Perumusan Masalah ........................................................ 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................ 1.4. Manfaat Penelitian .......................................................... 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ...............................................
1 1 5 8 9 9
II
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 2.1. Sari Buah (Jus Buah) ........................................................ 2.2. Sirup ................................................................................ 2.3. Belimbing Manis ............................................................. 2.4. Jambu Biji Merah.............................................................. 2.5. Penelitian terdahulu...........................................................
10 10 11 12 13 14
III
KERANGKA PEMIKIRAN ................................................. 3.1. Kerangka Teoritis.............................................................. 3.1.1. Studi Kelayakan ..................................................... 3.1.2. Aspek Studi Kelayakan .......................................... 3.1.3. Analisis Kelayakan Investasi ................................. 3.1.4. Teori Biaya dan Manfaat........................................ 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional .....................................
18 18 18 19 26 28 29
IV
METODE PENELITIAN ...................................................... 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................... 4.2. Data dan Instrumentasi .................................................... 4.3. Metode Pengumpulan Data ............................................. 4.4. Metode Pengolahan Data ................................................ 4.5. Metode Analisis Data........................................................ 4.5.1. Analisis Aspek Pasar.............................................. 4.5.2. Analisis Aspek Teknis ........................................... 4.5.3. Analisis Aspek Manajemen.................................... 4.5.4. Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan ................. 4.5.5. Analisis Aspek Hukum .......................................... 4.5.6. Analisis Aspek Finansial........................................ 4.5.7. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)........... 4.5.8. Laporan Laba Rugi................................................. 4.6. Asumsi Dasar .....................................................................
31 31 31 31 31 32 32 32 33 33 33 34 36 37 37
V
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................... 5.1. Sejarah Berdirinya Perusahaan ....................................... 5.2. Profil Perusahaan ............................................................ 5.3. Deskripsi Usaha ..............................................................
39 39 40 40
xi
VI
ASPEK NON FINANSIAL .................................................. 6.1. Aspek Pasar ..................................................................... 6.1.1. Analisis Prospek dan Potensi Pasar ...................... 6.1.2. Daur Hidup Produk ............................................... 6.1.3. Bauran Pemasaran................................................. 6.1.4. Hasil Analisis Aspek Pasar ................................... 6.2. Aspek Teknis ................................................................... 6.2.1. Lokasi Perusahaan................................................. 6.2.2. Bahan Baku dan Peralatan .................................... 6.2.3. Kapasitas Produksi ................................................ 6.2.4. Teknologi yang Digunakan ................................... 6.2.5. Proses Produksi ..................................................... 6.2.5. Layout Perusahaan ................................................ 6.2.6. Hasil Analisis Aspek Teknis ................................. 6.3. Aspek Manajemen ........................................................... 6.3.1. Struktur Organisasi................................................ 6.3.2. Tugas dan Wewenang ........................................... 6.3.3. Kebutuhan Tenaga Kerja....................................... 6.2.4. Hasil Analisis Aspek Manajemen ......................... 6.4. Aspek Sosial dan Lingkungan ......................................... 6.4.1. Analisis Dampak Sosial ........................................ 6.4.2. Analisis Dampak Lingkungan............................... 6.2.3. Hasil Analisis Dampak Sosial dan Lingkungan.... 6.5. Aspek Hukum ................................................................. 6.5.1. Badan Hukum ....................................................... 6.5.2. Perizinan................................................................ 6.5.3. Perpajakan ............................................................. 6.5.4. Hasil Analisis Aspek Hukum ................................
43 43 43 44 45 49 50 50 51 52 54 54 57 58 58 59 59 60 61 61 62 62 63 63 63 64 65 65
VII
ASPEK FINANSIAL .......................................................... 7.1. Arus Penerimaan ............................................................ 7.1.1. Pendapatan Penjualan........................................... 7.1.2. Pinjaman............................................................... 7.1.3. Nilai Sisa .............................................................. 7.2. Arus Pengeluaran ........................................................... 7.2.1. Biaya Investasi ..................................................... 7.2.2. Biaya Operasional ................................................ 7.3. Analisis Laba Rugi ......................................................... 7.4. Analisis Finansial ........................................................... 7.5. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)....................
66 66 66 67 67 68 68 68 72 73 74
VIII
KESIMPULAN DAN SARAN........................................... 8.1. Kesimpulan ................................................................... 8.2. Saran..............................................................................
77 77 78
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................
79
LAMPIRAN......................................................................................
81
xii
DAFTAR TABEL Nomor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
xiii
Halaman Nilai PDB Buah-Buahan dan Kontribusinya terhadap PDB Hortikultura Indonesia Tahun 2004-2006 ......................
1
Perkembangan Produksi Buah Unggulan Kota Depok Tahun 2000-2006 .........................................
3
Jumlah Produksi dan Permintaan CV Winner Perkasa Indonesia Unggul Tahun 2008 .........................................
6
Pembagian Produk Sari Buah Berdasarkan Total Padatan Terlarut dan Kandungan Sari Murninya ..........................
11
Kandungan Zat Gizi, Vitamin, dan Mineral dari 100 Gr Belimbing Manis ...............................................................
13
Kandungan Zat Gizi, Vitamin, dan Mineral dari 100 Gr Jambu Biji Merah ..............................................................
13
Daftar Harga Jus dan Sirup CV Winner Perkasa Indonesia Unggul Tahun 2008 ..........................................
48
Kapasitas Produksi Tahun 2008 dan Kapasitas yang Ingin Dicapai CV Winner Perkasa Indonesia Unggul.................
53
Biaya Operasional CV Winner Perkasa Indonesia Unggul Tahun 1-10...........................................
72
Hasil Perhitungan Kriteria Kelayakan Finansial CV Winner Perkasa Indonesia Unggul ..............................
74
Hasil Analisis Switching Value CV Winner Perkasa Indonesia Unggul ..............................
75
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Kerangka Pemikiran Operasional ......................................
30
2.
Daur Hidup Produk ..............................................................
45
3.
Alur Proses Pembuatan Jus dan Sirup CV Winner Perkasa Indonesia Unggul ................................
56
4.
Layout CV Winner Perkasa Indonesia Unggul ....................
57
5.
Struktur Organisasi CV Winner Perkasa Indonesia Unggul
59
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1.
Rincian Pendapatan Penjualan Tahun1-10 .........................
82
2.
Rincian Biaya Investasi, Reinvestasi, Penyusutan, Nilai Sisa.........................................................
83
Rincian Kebutuhan dan Biaya Bahan Baku Buah-Buahan Tahun 1-10..........................................
85
4.
Rincian Biaya Variabel Selain Buah-Buahan .....................
86
5.
Rincian Pembayaran Pokok Pinjaman dan Biaya Bunga....
87
6.
Laporan Laba Rugi CV Winner Perkasa Indonesia Unggul Tahun 1-10.............................................
88
7.
Cash Flow CV Winner Perkasa Indonesia Unggul.............
90
8.
Switching Value Terhadap Kenaikan Harga Gula Pasir Sebesar 18,84 Persen ..............................
92
Switching Value Terhadap Kenaikan Harga Botol Jus Sebesar 20,94 Persen...............................
94
Switching Value Terhadap Penurunan Penjualan Jus Sebesar 6,09 persen ...................................
96
Switching Value Terhadap Penurunan Penjualan Sirup Sebesar 10,48 persen ................................
98
12.
Jus Belimbing Manis...........................................................
100
13.
Jus Jambu Biji Merah..........................................................
100
14.
Sirup Belimbing Manis ......................................................
100
15.
Sirup Jambu Biji Merah ......................................................
100
16.
Kemasan Botol Jus..............................................................
100
17.
Filler....................................................................................
101
18.
Panci Besar..........................................................................
101
3.
9. 10. 11.
xv
Halaman
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah tropis, beriklim basah, serta berada di wilayah katulistiwa.
Karena itu, Indonesia merupakan wilayah yang subur,
sehingga memungkinkan tumbuhnya berbagai macam tumbuhan dengan subur. Kondisi tersebut tentunya sangat mendukung sektor pertanian. Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang dapat meningkatkan sumber pendapatan petani dan penggerak pemulihan ekonomi pertanian. Hal ini terbukti ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1998, subsektor hortikultura menjadi salah satu penyumbang devisa negara yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang positif. Buah-buahan merupakan salah satu komoditi hortikultura yang berperan terhadap pendapatan nasional karena memberikan kontribusi terbesar pada Produk Domestik Bruto (PDB) hortikultura dibandingkan dengan komoditas sayuran, tanaman hias, dan biofarmaka. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa penyumbang terbesar PDB hortikultura adalah komoditi buah-buahan. Walaupun di tahun 2006 kontribusi komoditi tersebut sempat mengalami penurunan
sebesar 1,2
persen, komoditi ini tetap memberikan sumbangan terbesar. Tabel 1. Nilai PDB Buah-buahan dan Kontribusinya terhadap PDB Hortikultura Indonesia Tahun 2004-2006 No
Kelompok Komoditas
1.
Buah-buahan
2.
Sayuran
3.
Tanaman Hias Tanaman Biofarmaka Total
4.
Nilai PDB (Milyar Rp) Tahun 2004 30.765
Persentase (%) 48,95
Tahun 2005 31.694
Persentase (%) 51,29
Tahun 2006 32.896
Persentase (%) 50.08
26.749
42,56
22.629
36,62
24.096
36.69
4.609
7,33
4.662
7,54
5,719
8,70
722
1,14
2.806
4,54
2.964
4,51
62.845
100
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2007
61.791
100
65.677
100
Buah-buahan tropis merupakan komoditas hortikultura yang memiliki prospek yang sangat baik. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan semakin banyaknya masyarakat yang memiliki kepedulian akan pentingnya nilai gizi dari buah-buahan. (Hendro, 2005) Pada tahun 2005, Direktorat Jendral Hortikultura, Departemen Pertanian Republik
Indonesia
menargetkan
bahwa
masyarakat
Indonesia
mengkonsumsi buah sebanyak 73 kg per kapita per tahun.
dapat
Angka tersebut
menunjukkan pencapaian peningkatan konsumsi yang cukup besar untuk dipenuhi. Karena itu, seiring berjalannya waktu kebutuhan akan buah-buahan pun semakin meningkat. Salah satu kota yang terkenal akan komoditas buah-buahan adalah kota Depok. Saat ini, kota Depok terkenal sebagai penghasil belimbing manis varietas dewa-dewi, bahkan belimbing manis telah menjadi icon kota Depok sejak tahun 2006. Kota Depok merupakan salah satu kota yang memiliki letak cukup strategis untuk dijadikan sebagai salah satu sentra hortikultura. Depok berada pada 6,190 – 6,280 LS dan 106,430 BT.
Letak geografis kota Depok merupakan
bentangan dataran rendah perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50-140 m di atas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15 persen. Kondisi lahan kota Depok juga merupakan tanah yang cukup subur (Dinas Pertanian Kota Depok, 2007). Kota Depok juga berdekatan dengan wilayah DKI Jakarta, tentunya hal ini mendorong meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi kota Depok.
Sektor
pertanian dalam pembangunan perekonomian kota Depok menjadi salah satu sektor yang dapat diandalkan disamping sektor perbankan, industri pengolahan, transportasi, dan komunikasi. Arahan strategi pembangunan pertanian perkotaan kota Depok adalah pembanguan agribisnis perkotaan yang memiliki daya saing dan memiliki nilai tambah yang didukung oleh sumberdaya daerah dan pemanfaatan teknologi. Hal ini didukung oleh visi yang dimiliki Dinas Pertanian kota Depok tahun 2007-2011 yaitu, mewujudkan pertanian perkotaan yang menyejahterakan petani dan masyarakat. Sebagai penjabaran visi tersebut, telah ditetapkan misi Dinas Pertanian kota Depok yaitu, meningkatkan pelayanan bidang pertanian,
2
mengembangkan agribisnis perkotaan dan ketahanan pangan masyarakat serta meningkatkan pemanfaatan dan pelestarian sumber daya alam.
Hal ini
membuktikan bahwa pemerintahan kota Depok cukup serius dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota yaitu, salah satunya melalui sektor pertanian di perkotaan. Pembangunan pertanian kota Depok juga diarahkan untuk memelihara dan mengupayakan peningkatan ketersediaan dan keamanan pangan khususnya mengantisipasi kompetisi dan diversifikasi permintaan pasar yang selalu menuntut persyaratan mutu dan keamanan produk (Dinas Pertanian Kota Depok, 2007). Komoditas unggulan kota Depok untuk buah-buahan terdiri atas, belimbing manis, jambu biji merah, pisang, pepaya, rambutan, mangga, nangka, dan cempedak. Perkembangan produksi buah-buahan kota Depok dapat diamati pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Produksi Buah Unggulan Kota Depok Tahun 2000-2005 No.
Komoditi
Tahun (kw) 2000
2001 5.945
2002
2003
2004
2005
5.945
6.062
6.962
50.514
1.
Belimbing
8.250
2.
Jambu biji merah
1.776
10.264 10.264
11.053 11.053
35.795
3.
Pisang
3.660
17.184 17.184
17.064 20.778
37.546
4.
Pepaya
5.545
15.047 15.047
15.580 21.683
33.570
5.
Rambutan
-
12.763 12.763
28.028 12.762
25.883
6.
Mangga
1.225
7.
Nangka/cempedak
2.075
2.290
2.290
16.502 16.502
2.290
2.291
4.342
16.525 22.637
17.980
Sumber: Dinas Pertanian kota Depok, 2006
Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa perkembangan produksi belimbing manis mengalami peningkatan cukup signifikan bila dibandingkan komoditas lainnya yaitu, dari 8250 kuintal pada tahun 2000 meningkat pesat menjadi 50.514 kuintal pada tahun 2005. Demikian juga dengan jambu biji merah, walaupun peningkatannya tidak begitu signifikan namun peningkatannya cukup pesat dimana pada tahun 2000 produksi jambu biji merah hanya sebesar 1776 kuintal tetapi pada tahun 2005 sudah mencapai 35.795 kuintal. Hal ini dikarenakan,
3
sebagian besar dari petani belimbing manis juga menanam jambu biji merah sebagai produk dampingan Menurut Dinas Pertanian Kota Depok, tingginya tingkat pertumbuhan produksi buah belimbing manis disebabkan oleh beberapa hal.
Pertama,
belimbing manis varietas dewa/dewi merupakan salah satu tanaman yang mudah dibudidayakan. Kedua, terjadinya alih fungsi lahan yang sebelumnya merupakan usaha tani sawah dan sayuran, berubah menjadi perkebunan belimbing manis. Ketiga, adanya dukungan pemerintah kota Depok dengan keluarnya Keputusan Walikota Depok No. 18 Tahun 2003 yang didalamnya memuat peningkatan produktivitas pertanian, pengembangan kelembagaan petani, peningkatan pelayanan sektor pertanian, dan pengembangan potensi unggulan pertanian pada tingkat pencapaian target satu produk potensial berkembang. Faktor yang terakhir adalah seiring dengan berjalannya waktu semakin banyak jenis belimbing manis olahan yang tersedia di pasaran dan pergeseran pemahaman konsumen yang menjadikan buah ini bukan saja sebagai buah meja melainkan diminati karena khasiatnya. Sentra produksi buah belimbing manis kota Depok tersebar di enam kecamatan yaitu, Sawangan, Pancoran Mas, Sukmajaya, Cimanggis, Limo, dan Beji. Sebagian besar atau pada umumnya petani belimbing manis juga merupakan petani jambu biji merah. Belimbing manis dan jambu biji merah dapat dikelompokkan berdasarkan grade. Buah belimbing manis dibagi menjadi tiga grade yaitu, grade A, berbobot di atas 250 gr, grade B, 150-250 gr, dan grade C, kurang dari 150 gr atau buah cacat. Buah jambu biji merah juga dibagi menjadi tiga grade yaitu, grade A, berbobot di atas 350 gr, grade B, 250-350 gr, dan grade C, kurang dari 250 gr atau buah cacat. Belimbing manis dan jambu biji merah yang termasuk ke dalam grade C kurang diminati dibandingkan grade A dan B. Padahal, dari seluruh hasil panen, belimbing manis dan jambu biji merah yang termasuk ke dalam grade C mencapai 20 persen dari total panen. Hasil produksi belimbing manis dan jambu biji merah yang termasuk ke dalam grade C kurang diminati dan kurang laku di pasaran dalam bentuk segar. Belimbing manis dan jambu biji merah grade C ataupun buah-buahan lain yang
4
tidak laku di pasaran dalam bentuk segar apabila tidak dimanfaatkan dengan segera akan mengalami kerusakan biologis karena umur simpannya yang singkat, sehingga dapat terbuang.
Hal tersebut mengakibatkan penurunan pendapatan
petani dari pendapatan yang seharusnya diterima jika keseluruhan belimbing manis dan jambu biji grade C laku terjual. Karena itu, diperlukan suatu usaha mengatasi masalah tersebut yaitu, dengan pengolahan hasil yang dapat membentuk daya tahan dan diversifikasi sehingga dapat dipasarkan setiap waktu serta mempunyai nilai tambah yang tinggi. Melihat peluang ini, CV Winner Perkasa Indonesia Unggul (CV WPIU) mengolah belimbing manis dan jambu biji grade C menjadi jus dan sirup. Pengolahan belimbing manis dan jambu biji merah grade C menjadi jus dan sirup dapat meningkatkan nilai tambah dan nilai ekonomis, sehingga belimbing manis dan jambu biji merah grade C yang tidak laku dipasaran tidak terbuang. Pengolahan buah menjadi jus dan sirup juga tidak mengubah rasa. Tentunya dengan adanya usaha pengolahan ini dapat membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan petani belimbing manis dan jambu biji merah, karena semua hasil panennya dapat dimanfaatkan atau laku dipasaran, serta tercapainya visi dan misi Dinas Pertanian dan Pemerintah kota Depok. 1.2. Perumusan Masalah CV WPIU berdiri sejak tahun 2007. Usaha ini menghasilkan olahan buah berupa jus dan sirup. Usaha ini bermula ketika hasil panen belimbing manis dan jambu biji merah grade C yang mencapai 20 persen dari total panen tidak laku dan kurang diminati dipasaran. Pada umumnya, konsumen dan juga pasar swalayan lebih menyukai belimbing manis dan jambu biji merah grade A dan B yang lebih mulus dan bagus, walaupun dari segi kualitas antara grade A, B, dan C tidak ada perbedaan. Hal ini tentu sangat merugikan petani. Buah-buahan ini jika tidak segera dimanfaatkan maka akan mengalami kerusakan nilai biologis dan akhirnya akan terbuang. CV WPIU melihat peluang ini yaitu, dengan mengolah belimbing manis dan jambu biji merah grade C menjadi jus dan sirup yang memiliki nilai tambah dan nilai ekonomis. CV WPIU memproduksi minuman sari buah berupa jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah dengan proporsi yang berbeda. 5
Jumlah produksi dan permintaan pasar atas jus dan sirup buah CV WPIU dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Produksi dan Permintaan CV Winner Perkasa Indonesia Unggul Tahun 2008 Jenis Produk
Jus Belimbing Manis Jus Jambu Biji Merah Sirup Belimbing Manis Sirup Jambu Biji Merah
Produksi Permintaan Per Per Tahun Tahun (Botol) (Botol) 86.400 222.172
Permintaan yang Belum Terpenuhi (Botol) 135.772
Persentase Permintaan yang Belum Terpenuhi (%) 61,11
57.600
148.114
90.514
61,11
17.280
37.029
19.749
53,33
11.520
24.686
13.165
53,33
Sumber: CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, 2008
Tabel 3 menunjukkan bahwa CV WPIU memproduksi jus dan sirup belimbing manis dengan proporsi yang tertinggi daripada jus dan sirup jambu biji merah.
Hal ini dikarenakan, belimbing manis merupakan buah yang hasil
produksinya paling tinggi dibandingkan dengan jambu biji merah, belimbing dewa kota Depok memiliki rasa yang lebih enak dan khas di banding belimbing lain, serta belimbing dewa telah menjadi icon kota Depok. Selain itu, dari Tabel 3 kita juga dapat mengetahui bahwa jumlah permintaan pasar terhadap jus dan sirup buah lebih besar daripada jumlah produk yang dapat dihasilkan CV WPIU atau dengan kata lain, CV WPIU masih belum mampu memenuhi permintaan pasar, sehingga peluang pasar masih terbuka lebar. CV WPIU juga memiliki potensi untuk dapat memenuhi permintaan pasar tersebut karena lokasi usaha CV WPIU berada di kecamatan Sawangan yang merupakan salah satu sentra produksi belimbing manis dan jambu biji merah, sehingga ketersediaan bahan baku terjamin. CV WPIU menjalankan usaha ini dengan tujuan untuk membantu petani dan meningkatkan nilai tambah dan ekonomis dari belimbing manis dan jambu biji merah grade C. Selain itu, CV WPIU juga ingin membuka lapangan kerja dan meningkatkan jiwa wirausaha para wanita. 6
CV WPIU menanamkan investasi sebesar Rp 20.000.000 untuk memulai usaha ini. Seiring berjalannya waktu, CV WPIU ingin melakukan pengembangan usaha yaitu, dengan memasuki salah satu supermarket karena adanya tawaran yang datang dari pihak supermarket dan memenuhi permintaan pasar selain supermarket yang belum terpenuhi. CV WPIU membutuhkan modal
yaitu, sekitar
Rp 60.000.000 untuk
mewujudkan rencana pengembangan usaha ini dimana modal tersebut akan diperoleh dengan melakukan pinjaman ke bank. Selain itu, CV WPIU juga harus mampu meningkatkan kapasitas produksinya agar dapat memasok produknya secara kontiniu ke supermarket dan memenuhi permintaan yang ada. Disamping itu, usaha pengolahan di depok juga masih relatif sedikit dan CV WPIU merupakan usaha pengolahan belimbing manis dan jambu biji merah menjadi jus dan sirup kemasan
pertama di kota Depok.
Karena itu, analisis kelayakan
pengembangan usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah ini penting untuk dilaksanakan. Analisis dilakukan untuk menilai apakah pengembangan usaha ini layak untuk dilaksanakan atau tidak agar rencana pengembangan usaha ini tidak mendatangkan kerugian. Menilai kelayakan pengembangan usaha pengolahan jus dan sirup buah ini diperlukan penilaian terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, aspek hukum, serta aspek finansial. Penilaian terhadap aspek pasar dilakukan untuk mengetahui potensi pasar akan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah.
Penilaian terhadap aspek teknis
diperlukan untuk mengkaji proses pengolahan, penerapan teknologi, dan ketersediaan bahan baku. Sedangkan penilaian terhadap aspek manajemen perlu dilakukan mengkaji pengelolaan usaha ini. Penilaian aspek sosial dan lingkungan diperlukan untuk mengkaji peningkatan pendapatan petani, perluasan kesempatan kerja, serta dampak limbah usaha ini terhadap lingkungan sekitar.
Penilaian
terhadap aspek hukum dilakukan untuk mengetahui bentuk dan badan hukum usaha serta perizinan apa yang telah dipenuhi. Secara finansial juga perlu dikaji untuk melihat apakah rencana pengembangan usaha layak dilaksanakan atau tidak.
7
Kondisi lingkungan usaha yang tidak pasti atau dapat mengalami perubahan akan mempengaruhi biaya dan manfaat yang diperoleh dalam menjalankan suatu usaha. Ketidakpastian lingkungan usaha ini, tentunya akan berpengaruh terhadap jalannya usaha dimana dapat terjadi perubahan atas biayabiaya yang dikeluarkan dan manfaat yang diterima seperti, penjualan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah. Karena itu, dibutuhkan suatu analisis untuk mengetahui pengaruh kenaikan biaya yang dominan terhadap kelayakan usaha. Selain itu, analisis terhadap penurunan manfaat yaitu, penurunan penjualan jus dan sirup, juga perlu untuk dilakukan untuk melihat pengaruhnya terhadap kelayakan usaha. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan penelitian yang menarik untuk dikaji yaitu,: 1) Bagaimana kelayakan usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah dilihat dari aspek non finansial yang terdiri atas, aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, serta aspek hukum? 2) Bagaimana kelayakan usaha CV WPIU dilihat dari aspek finansial? 3) Bagaimana kepekaan kelayakan usaha CV WPIU terhadap peningkatan biaya yang dominan serta penurunan penjualan jus dan sirup buah? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menganalisis aspek non finansial kelayakan usaha pembuatan jus dan sirup belimbing dewa dan jambu biji merah yang terdiri atas, aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, serta aspek hukum. 2) Menganalisis aspek finansial kelayakan usaha CV WPIU. 3) Menganalisis kepekaan kelayakan usaha CV WPIU terhadap peningkatan biaya yang dominan serta penurunan penjualan jus dan sirup buah.
8
1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan. Manfaat penelitian ini adalah sebagi berikut: 1) Bagi CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, analisis ini dapat digunakan sebagai masukan dan informasi untuk bahan pertimbangan dalam menjalankan operasional usaha dan dalam membuat kebijakan pengembangan usaha lebih lanjut. 2) Bagi pemerintah, analisis dapat digunakan sebagai masukan untuk mengembangkan dan mendukung usaha pengolahan buah di kota Depok. 3) Bagi penulis, penelitian ini merupakan sarana untuk mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh selama kegiatan kuliah. 4) Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan informasi mengenai kelayakan usaha dari pengolahan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah mengkaji aspek-aspek non finansial dan finansial. Aspek non finansial terdiri atas aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, dan aspek hukum. Hal ini dilakukan untuk meneliti kelayakan pengembangan usaha pembuatan jus dan sirup buah belimbing manis dan jambu biji merah pada CV WPIU.
9
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sari Buah (Jus Buah) Salah satu bentuk pengolahan buah adalah sari buah yaitu, larutan inti dari daging buah yang diencerkan, sehingga mempunyai cita rasa yang sama dengan buah aslinya (Satuhu, 2004).
Sari buah umumnya dibuat dengan cara
penghancuran daging buah dan selanjutnya diekstraksi dengan cara pengepresan manual atau dengan menggunakan alat. Ekstraksi yang baik dapat menghindarkan tercampurnya kotoran dan jaringan buah, sehingga flavornya tetap terjaga. Menurut SNI, minuman sari buah merupakan cairan buah yang diekstrak dari bagian buah yang dapat dimakan, baik dengan penambahan air atau tidak, yang siap untuk diminum. Pemurnian sari buah bertujuan untuk menghilangkan sisa serat yang berasal dari buah dengan cara penyaringan atau pengendapan dengan kecepatan tinggi.
Proses ini dapat memisahkan sari buah dari serat-serat berdasarkan
perbedaan kerapatan.
Proses ini dilakukan untuk menghindarkan terjadinya
pengendapan jika sari buah telah dibotolkan (Potter dan Hotchkiss, 1995). Dilakukan proses deaerasi untuk mengurangi terjadinya kerusakan vitamin C dan kerusakan lain yang disebabkan oleh adanya oksigen, sehingga udara dalam sari buah dapat berkurang. Proses pasteurisasi biasanya dilakukan untuk membunuh mikroba yang dapat menyebabkan fermentasi dan untuk menginaktifkan enzim. Sari buah kemudian dimasukkan ke dalam botol yang telah disterilkan. Botol kemudian ditutup dan dipasteurisasi kembali.
Penambahan zat kimia sering
dilakukan untuk meningkatkan daya awet sari buah (Potter dan Hotchkiss, 1995). Satuhu
(2004)
menjelaskan
bahwa
perdagangan
internasional
membedakan produk sari buah berdasarkan kandungan total padatan terlarut (TPT) dan kandungan sari buah murninya. Penggolongan ini dikenal fruit syrup, crush, cordial, unsweetened juice, ready served fruit beverage, nectar, Squash dan fruit juice concentrate. Pembagian tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Pembagian Produk Sari Buah Berdasarkan Total Padatan Terlarut dan Kandungan Sari Buah Murninya Produk Sari Buah
TPT (%)
Sari Buah Murni (%)
Fruit syrup
65
25
Crush
55
25
Cordial
30
25
Alami
100
Ready served fruit beverage
10
5
Nectar
15
20
Fruit juice concentrate
32
100
Squash
30
25
Unsweetened juice
Sumber: Satuhu (2004)
Dewasa ini, minuman berupa sari buah mulai digemari pada kalangan tertentu. Selain warnanya yang menggiurkan dan menggugah selera, rasanya menyegarkan dan dapat menghilangkan dahaga. Konsistensi sari buah juga lebih menguntungkan bila dilihat dari asupan gizi. Asupan buah dapat lebih tinggi karena sifatnya yang cair, sehingga dengan sendirinya asupan zat-zat gizi dan substansi penting lainnya akan meningkat (Wirakusumah, 1996). 2.2. Sirup Sirup adalah sejenis minuman ringan berupa larutan kental dengan cita rasa beraneka ragam.
Berbeda dengan sari buah, sirup penggunaannya tidak
langsung diminum tetapi harus diencerkan terlebih dahulu.
Pengenceran
diperlukan karena kandungan gulanya tinggi, yakni sekitar 65 persen. Pada dasarnya, sirup terbuat dari larutan gula yang kental dan untuk menambah rasa sering disertai penambah rasa, pewarna, asam sitrat, asam tartat, atau asam laktat. Berdasarkan bahan bakunya, sirup dibedakan menjadi sirup esens, sirup glukosa, dan sirup buah-buahan. Sirup esens adalah sirup yang cita rasanya ditentukan oleh esens yang ditambahkan. Bermacam-macam esens diantaranya adalah esens jeruk, vanili, sirsak, pisang, jeruk, nanas, dan lain sebagainya. Esens ini dapat dibeli di toko kimia atau pasar swalayan.
11
Sirup glukosa hanya mempunyai rasa manis saja, karena itu sering diberi nama gula encer. Sirup ini pada umumnya tidak langsung dikonsumsi untuk minuman. Penggunaanya lebih merupakan bahan baku industri minuman, sari buah, dan sebagainya. Sirup glukosa dapat dibuat dari tepung kentang, tepung jagung, dan tepung beras. Sirup buah-buahan rasa dan aromanya ditentukan oleh bahan dasarnya, yakni buah segar. Di pasaran banyak kita jumpai berbagai macam sirup buah. Jenisnya antara lain sirup nanas, sirup jambu biji, sirup mangga, sirup melon, sirup markisa, dan lain sebagainya (Satuhu, 2004). 2.3. Belimbing Manis Belimbing manis (Averrhoa carambola L) merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari kawasan Malaysia, kemudian menyebar luas ke berbagai negara yang beriklim tropis lainnya di dunia termasuk Indonesia. Meskipun belimbing bukan tanaman asli Indonesia, belimbing sudah sangat lama berkembang di Indonesia.
Pada umumnya, belimbing ditanam dalam bentuk
kultur pekarangan (Sunarjo, 2004). Pertumbuhan belimbing manis dipengaruhi jenis tanah, sinar matahari, dan pemupukan. Pada dasarnya belimbing dapat tumbuh pada semua jenis tanah, baik tanah berpasir, pasir berlempung, lempung, maupun lempung berpasir. Namun, jika tanahnya tidak sesuai maka tanaman belimbing tidak tumbuh optimal atau tidak berbuah lebat. Tanaman belimbing dapat tumbuh optimal pada tanah lempung dengan curah hujan sedang yaitu, 1.500-2.500 milimeter per tahun dan memiliki pH tanah 5,5-6 (Sunarjo, 2004). Varietas belimbing unggul adalah varietas belimbing yang memiliki produktivitas tinggi, resisten terhadap hama dan penyakit, berkualitas tinggi, serta dapat ditanam di berbagai kondisi lingkungan baru. Di Indonesia dikenal cukup banyak ragam varietas belimbing manis, diantaranya varietas Sembiring, Siwalan, Dewi murni, Dewa murni, Wulan, Paris, Filipina, Taiwan, Bangkok, dan varietas Malaysia. Secara tradisional, belimbing memang dipercaya dapat menurunkan tekanan darah dan kandungan tiap 100 gr daging buah belimbing manis dapat dilihat pada Tabel 5.
12
Tabel 5. Kandungan Zat Gizi, Vitamin, dan Mineral dari 100 Gr Belimbing Manis No
Jenis
Satuan
Jumlah
1
Kalori
Kal
35,00
2
Protein
Gr
0,50
3
Lemak
Gr
0,70
4
Kalsium
Mg
8,00
5
Fosfor
Mg
22,00
6
Besi (Fe)
Mg
0,80
7
Vitamin A
UI
18,00
8
Vitamin B
Mg
0,03
9
Vitamin C
Mg
33,00
Sumber: Dinas Pertanian Kota Depok, 2007
2.4. Jambu Biji Jambu biji (Psiduium guajava L) merupakan jenis buah-buahan yang ikut serta dalam peningkatan kesehatan masyarakat, peningkatan penghasilan petani, dan membangun agroindustri yang modern. Buahnya mengandung vitamin A dan C yang tinggi. Kandungan tiap 100 gr daging buah jambu biji dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Kandungan Zat Gizi, Vitamin, dan Mineral dari 100 Gr Jambu Biji No
Jenis
Satuan
Jumlah
1
Kalori
Kal
49,000
2
Protein
Gr
0,900
3
Lemak
Gr
0,300
4
Hidrat arang
Gr
12,200
5
Kalsium
Mg
14,000
6
Fosfor
Mg
28,000
7
Besi (Fe)
Mg
1,100
8
Vitamin A
UI
25,00
9
Vitamin B
Mg
0,002
10
Vitamin C
Mg
37,000
Sumber: Dinas Pertanian Kota Depok, 2007
13
Buah jambu biji yang masih muda, warnanya hijau tua, dan berubah menjadi hijau muda hingga kekuning-kuningan bila sudah mendekati masaknya. Buah yang sudah masak, lunak dagingnya, mudah rusak, dan membusuk. Buah yang sudah tua atau masak bilamana jatuh, dari luarnya nampak benar, maka kerusakan tadi tampak sebagai pembusukan. Buah jambu biji yang dipetik ketika masih muda, tidak dapat ditingkatkan kematangannya dengan pemeraman. Walaupun ada perubahan warna, rasanya tetap tidak enak dan daging luarnya kasar. Jambu biji juga mampu menurunkan kadar kolestrol dalam tubuh dan berguna untuk penderita demam berdarah, karena buah ini mengandung zat likopeten yang mampu mengendalikan produksi kolestrol jahat. Daunnya juga dapat digunakan untuk obat diare dan pewarnaan serta penyamakan kulit binatang (Dinas Pertanian Kota Depok, 2008). 2.5. Penelitian Terdahulu Endrodewo (1998) melakukan penelitian mengenai analisis finansial agribisnis mangga model pembiayaan KKPA di Jawa Barat. Hasil analisis dengan discount rate 16 persen pada perkebunan mangga Arumanis skala 20 hektar menghasilkan NPV, IRR, Net B/C dan, PBP masing-masing Rp 1.075.673.263; 19,03 persen; 1,3; dan 9,2 tahun.
Dengan demikian, berdasarkan kriteria
kelayakan finansial, usaha perkebunan mangga Arumanis, baik dalam skala 20 dan 40 hektar layak untuk diusahakan. Analisis finansial perkebunan mangga Gedong skala 20 hektar menghasilkan NPV, IRR, Net B/C, dan PBP masing-masing sebesar Rp 323.255.632; 17,88 persen; 1,2 dan 8,6 tahun. Dengan demikian, berdasarkan kriteria kelayakan finansial, usaha perkebunan mangga Gedong, baik dalam skala 20 dan 40 hektar layak untuk diusahakan. Alim (2001) melakukan penelitian yang berjudul ”Kajian Proses dan Analisa Finansial Produksi Bubuk Jahe Pada Industri Skala Rumah Tangga”. Penelitiannya menunjukkan bahwa produksi bubuk jahe skala rumah tangga, kapasitas yang direncanakan adalah 2250 kg produk per tahun, dengan total kebutuhan dana sebesar Rp 25.132.250.
Harga pokok dihitung dengan
menggunakan metode konvensional sebesar Rp 25.498,22 per kilogram dan harga 14
jual Rp 33.000. Analisis kelayakan pada kondisi dengan tingkat suku bunga 25 persen menunjukkan NPV Rp 22.629.547, nilai IRR nya 61,13 persen, nilai net B/C sebesar 1,9, nilai PBP adalah 0,62 tahun, sedangkan BEP produksinya akan tercapai pada penjualan 1.694,94 kilogram atau pada nilai penjualan Rp 54.448.000.
Hasil analisis sensitivitas
menunjukkan pada kenaikan biaya
produksi sebesar 18 persen dan penurunan harga jual sampai 13 persen usaha masih layak untuk dilaksanakan. Penelitian Sidauruk (2005) tentang perbandingan efektivitas biaya dan kelayakan finansial industri kecil tahu di kota Bogor, menunjukkan hasil perhitungan finansial, industri kecil tahu Bandung ”Selaeman” dan tahu Sumedang ”Kelana Jaya” untuk skenario 1 dan skenario 2 dengan menggunakan dua tingkat diskonto yaitu, 14,67 persen dan 17,48 persen layak untuk diusahakan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai NPV, Net B/C, dan IRR yang diperoleh memenuhi syarat kelayakan usaha. Rustiana (2008) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan usaha pengolahan puree mangga pada CV. Promindo Utama, Desa Losari Lor, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Tujuan penelitan tersebut adalah untuk menganalisis kelayakan usaha dari aspek non finansial dan aspek finanasial. Berdasarkan aspek non finansial, seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, dan lingkungan usaha ini layak untuk dilaksanakan.
Hasil analisis finansial menunjukkan nilai NPV sebesar
Rp 346.825.522, nilai IRR lebih besar dari discount rate, yaitu sebesar 87,26 persen, nilai Net B/C yang lebih besar dari satu yaitu, 6,14, dan payback periode yang diperoleh lebih singkat dari umur proyek yaitu, selama dua tahun 2,6 bulan. Karena itu, secara aspek finansial usaha ini layak untuk dilaksanakan. Mahasin (2007) melakukan penelitian mengenai analisis brand equity ”ekuitas merek” minuman sirup dan implikasinya dalam kegiatan pemasaran (kasus merek ABC di Giant Hypermarket Margo City, Depok). Penelitan ini bertujuan untuk menganalisis besarnya pengaruh masing-masing elemen penyusun brand equity terhadap nilai brand equity berdasarkan model CustomerBased Brand Equity serta merumuskan alternatif strategi bauran pemasaran sirup ABC, berdasarkan hasil analisis brand equity value yang telah diketahui. Dari
15
hasil analisis, pengaruh langsung dari elemen brand awareness dan brand image yaitu, sebesar 69 dan 100 persen. Brand knowledge ABC diukur oleh komponen brand building tools and objectives, yaitu elemen choosing brand element, developing marketing program, dan elemen leverage of secondary association. Ketiga elemen tersebut memiliki pengaruh langsung terhadap brand awareness ABC yaitu, masing-masing sebesar 75 persen, 63 persen, dan 92 persen. Bauran pemasaran
yang
perlu
dijalankan
adalah
melakukan
repositioning,
mempertahankan harga, menjaga kontinuitas produk di pasaran, memberikan souvenir pembelian, dan mengadakan undian berhadiah. Sari (2008) melakukan penelitian mengenai strategi pemasaran jus jambu biji merah Kelompok Wanita Tani Turi di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Penelitan ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pemasaran jus, mengidentifikasi penerapan bauran pemasaran, dan merumuskan alternatif strategi pemasaran yang efektif pada KWT Turi. Hasil analisis matriks IE menempatkan KWT Turi pada kuadran V, yaitu strategi hold and maintain. Strategi yang bisa diterapkan pada posisi ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan hasil analisis SWOT alternatif strategi yang dapat dijalankan KWT Turi adalah, mempertahankan kualitas dan keunggulan, meningkatkan kegiatan promosi, meningkatkan kapasitas usaha, melakukan diversifikasi produk, serta pengelolaan manajemen yang profesional. Utami (2008) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan usaha minuman instan berbasis tanaman obat di Koleksi Taman Obat dan Spa Kebugaran Syifa, Bogor. Penelitan ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha dari aspek non finansial dan aspek finanasial. Berdasarkan aspek non finansial, seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, serta aspek hukum usaha ini layak untuk dilaksanakan, sedangkan aspek finansial usaha ini tidak layak untuk dilaksanakan karena proses usaha yang akan terjadi selama kurun umur proyek akan menghasilkan kerugian. Oleh sebab itu, perlu adanya perbaikan usaha. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang telah ada adalah bahwa, penelitian ini akan menganalisis kelayakan usaha pembuatan
16
jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah dari sisi aspek non finansial yang terdiri atas, aspek teknis, aspek manajemen, aspek pasar, aspek hukum, aspek lingkungan, maupun aspek sosial dan juga dari sisi aspek finansial. Selain itu, belum ada penelitian mengenai analisis kelayakan usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah.
17
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan adalah penelitian yang mendalam terhadap suatu ide bisnis tentang layak atau tidaknya ide tersebut untuk dilaksanakan.
Studi
kelayakan bila diletakkan pada objek pendirian sebuah usaha baru disebut studi kelayakan proyek. Namun, jika objeknya adalah pengembangan usaha (usaha sudah berjalan, namun direncanakan ada pengembangan) maka disebut studi kelayakan bisnis (Subagyo, 2007). Adapun tujuan dari studi kelayakan bisnis adalah untuk mengetahui apakah suatu proyek/bisnis akan untung atau rugi, dengan kata lain untuk memperkecil tingkat risiko kerugian yang memastikan bahwa investasi yang dilakukan memang menguntungkan. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), kriteria keberhasilan suatu proyek dapat dilihat dari manfaat investasi yang terdiri atas: 1) Manfaat ekonomis proyek terhadap proyek itu sendiri (sering juga disebut sebagai manfaat finansial). 2) Manfaat proyek bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (disebut juga manfaat ekonomi nasional). 3) Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat di sekitar proyek. Menurut Gittinger (1986), pada proyek pertanian ada enam aspek yang harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan, yaitu: 1)
Aspek Pasar Terdiri atas permintaan, penawaran, harga, program pemasaran yang akan dilaksanakan, serta perkiraan penjualan.
2)
Aspek Teknis Terdiri atas lokasi proyek, besaran skala operasional untuk mencapai kondisi yang ekonomis, kriteria pemilihan mesin dan equipment, proses produksi, serta ketepatan penggunaan teknologi.
3)
Aspek Manajemen Terdiri atas manajemen pada masa pembangunan, yaitu pelaksanaan proyek, jadwal penyelesaian proyek, dan pelaksana studi masing-masing aspek, serta manajemen pada saat operasi yaitu, bentuk organisasi, struktur organisasi, deskripsi jabatan, personil kunci, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.
4)
Aspek Hukum Terdiri atas bentuk badan usaha yang akan digunakan, jaminan-jaminan yang dapat diberikan apabila hendak meminjam dana, akta, sertifikat, dan izin yang diperlukan dalam menjalankan usaha.
5)
Aspek Sosial Lingkungan Terdiri atas pengaruh proyek terhadap penghasilan negara, peluang kerja, dan pengembangan wilayah dimana proyek dilaksanakan.
6)
Aspek Finansial Terdiri atas pengaruh-pengaruh finansial pada proyek. Pengaruh-pengaruh tersebut berbentuk biaya-biaya, manfaat-manfaat, dan perubahan-perubahan yang berpengaruh terhadap manfaat dan biaya yang diperoleh perusahaan. Menurut Gray (1992) tujuan dilakukannya analisis proyek adalah:
1)
Mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam suatu proyek.
2)
Menghindari pemborosan sumber daya.
3)
Memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan.
4)
Menentukan prioritas
3.1.2. Aspek Studi Kelayakan Menurut Kasmir dan Jakfar (2006), untuk menentukan layak atau tidaknya suatu proyek harus dilihat dari berbagai aspek. Setiap aspek untuk dikatakan layak harus memiliki standar tertentu. Namun, penilaian tidak hanya dilakukan pada suatu aspek saja. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan kepada seluruh aspek yang akan dinilai, jadi tidak berdiri sendiri. Jika ada aspek yang kurang layak akan diberikan beberapa saran perbaikan, sehingga memenuhi kriteria yang layak.
Namun, apabila tidak dapat memenuhi kriteria tersebut
sebaiknya jangan dijalankan.
19
Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), secara umum aspek-aspek yang diteliti dalam studi kelayakan proyek meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek finansial, aspek manajemen, aspek hukum, aspek ekonomi, dan aspek sosial. Namun, belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu diteliti. Aspekaspek yang akan diteliti terlebih dahulu harus ditentukan dalam menentukan studi kelayakan. Penelitian ini, akan mengkaji mengenai aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, aspek hukum, serta aspek finansial. 1) Aspek Pasar Pasar adalah titik pertemuan antara permintaan dan penawaran barang dan jasa, sehingga tercapai kesepakatan dalam transaksi (Subagyo, 2007). Pengkajian aspek pasar penting untuk dilakukan karena tidak ada proyek yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan oleh proyek tersebut. Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), aspek pasar mempelajari tentang: a) Permintaan Permintaan adalah kegiatan yang didukung oleh daya beli atau akses untuk membeli. Artinya, permintaan akan terjadi apabila didukung oleh daya kemampuan yang dimiliki konsumen untuk membeli serta adanya akses untuk memperoleh barang atau jasa yang ditawarkan. Hal ini pula yang sangat menentukan permintaan itu sendiri. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang dan jasa antara lain, harga barang itu sendiri, harga barang lain yang memiliki hubungan substitusi atau komplementer, pendapatan, selera, jumlah penduduk, dan akses untuk memperoleh barang atau jasa yang ditawarkan (Kasmir dan Jakfar, 2006). b) Penawaran Penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang ditawarkan produsen pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Faktor yang mempengaruhi penawaran suatu barang atau jasa antara lain, harga barang itu sendiri, harga barang lain yang memiliki hubungan substitusi
20
atau komplementer, teknologi, harga input, tujuan perusahaan, atau akses (Kasmir dan Jakfar, 2006). c) Program Pemasaran Program pemasaran meliputi empat aspek bauran pemasaran (marketing mix) yaitu, produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion) (Umar, 2005). d) Pangsa Pasar (Market Share) Perusahaan Pangsa pasar (market share) merupakan proporsi dari keseluruhan pasar potensial yang diharapkan dapat diraih oleh proyek yang bersangkutan. Pasar potensial adalah keseluruhan jumlah produk atau sekelompok produk yang mungkin dapat dijual dalam pasar tertentu pada suatu periode tertentu. Dalam hal ini, meliputi variabel yang dapat dikontrol oleh calon investor yaitu, marketing mix, dan kemampuan manajemen lainnya, serta variabel yang tidak dapat dikontrol oleh calon investor (Husnan dan Suwarsono, 2000). 2) Aspek Teknis Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengorganisasian setelah proyek tersebut selesai dibangun (Husnan dan Suwarsono, 2000).
Penilaian
kelayakan terhadap aspek ini penting dilakukan sebelum suatu proyek dijalankan. Penentuan kelayakan teknis perusahaan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis atau operasi, sehingga jika tidak dianalisis dengan baik akan berakibat fatal bagi perusahaan dimasa yang akan datang (Kasmir dan Jakfar, 2006) Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek teknis antara lain: a) Lokasi Proyek Lokasi proyek untuk perusahaan industri mencakup dua pengertian yaitu, lokasi dan lahan pabrik serta lokasi bukan pabrik. Pengertian lokasi bukan pabrik mengacu pada lokasi untuk kegiatan yang secara langsung tidak berkaitan dengan proses produksi yaitu, lokasi administrasi perkantoran dan pemasaran. Terdapat beberapa variabel yang perlu
21
diperhatikan dalam pemilihan lokasi proyek. Variabel ini dibedakan ke dalam dua golongan besar yaitu, variabel utama (primer) dan variabel bukan utama (sekunder).
Penggolongan ke dalam kedua kelompok
tersebut tidak mengandung kekakuan artinya, dimungkinkan untuk berubah golongan sesuai dengan ciri utama output dan proyek bersangkutan.
Variabel-variabel utama (primer) tersebut yaitu,
ketersediaan barang mentah, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, dan fasilitas transportasi.
Variabel-variabel
sekunder terdiri dari, hukum dan peraturan yang berlaku, iklim dan keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat (adat istiadat), serta perencanaan masa depan perusahaan. b) Skala Operasional atau Luas Produksi Skala operasi atau luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Pengertian kata ”seharusnya” dan ”keuntungan yang optimal”, mengandung maksud untuk mengkombinasikan faktor eksternal dan faktor internal perusahaan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan luas produksi yaitu, batasan permintaan, persediaan kapasitas mesin-mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen, serta kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang. c) Layout Atau Tata Letak Alur Produksi Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan.
Dengan demikian,
pengertian layout mencakup layout site (layout lokasi proyek), layout pabrik, layout bangunan bukan pabrik dan fasilitas-fasilitasnya. Dalam layout pabrik terdapat dua tipe utama yaitu, layout fungsional (layout process) dan layout Produk (layout garis). d) Pemilihan Jenis atau Teknologi Peralatan Prinsip-prinsip yang dipegang dalam penetuan jenis atau teknologi peralatan antara lain, seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan, manfaat ekonomi yang diharapkan, ketepatan teknologi dengan bahan
22
mentah yang digunakan, keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut ditempat lain yang memiliki ciri-ciri mendekati lokasi proyek, kemampuan pengetahuan penduduk (tenaga kerja) setempat, dan kemungkinan pengembangannya serta pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan sebagai salinan teknologi yang akan dipilih sebagai akibat keusangan. 3) Aspek Manajemen Pengkajian aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola proyek dan struktur organisasi yang ada. apabila
dijalankan
oleh
Proyek yang dijalankan akan berhasil
orang-orang
yang
profesional
mulai
dari
merencanakan, sampai dengan mengendalikannya agar tidak terjadi penyimpangan. Demikian juga dengan struktur organisasi yang dipilih harus sesuai dengan bentuk dan tujuan proyeknya (Kasmir dan Jakfar, 2006). Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), hal-hal yang dipelajari dalam aspek manajemen antara lain: a) Manajemen dalam Masa Pembangunan Proyek Manajemen proyek adalah sistem untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi pembangunan proyek dengan efisien. Manajemen proyek harus
dapat
menyusun
rencana
pelaksanaan
proyek
dengan
mengkoordinasi berbagai aktivitas atau kegiatan dan pengguaan sumber daya agar secara fisik proyek dapat diselesaikan tepat pada waktunya (Kasmir dan Jakfar, 2006).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
manajemen masa pembangunan proyek yaitu, pelaksana proyek tersebut, jadwal penyelesaian proyek, dan pihak yang melakukan studi masingmasing aspek. b) Manajemen dalam Operasi Manajemen ini meliputi bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi, dan spesifikasi jabatan, anggota direksi, dan tenaga kunci, serta jumlah tenaga kerja yang akan digunakan (Husnan dan Suwarsono, 2000).
23
4) Aspek Finansial Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek (Husnan dan Suwarsono, 2000). Menurut Kasmir dan Jakfar (2006),
penelitian dalam aspek finansial dilakukan untuk menilai
biaya-biaya yang akan dikeluarkan dan juga meneliti seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika proyek dijalankan.
Penelitian ini
meliputi, lama pengembalian investasi yang ditanamkan, sumber pembiayaan proyek, dan tingkat suku bunga yang berlaku, sehingga jika dihitung dengan formula penilaian investasi akan sangat menguntungkan.
Hal-hal yang
mendapatkan perhatian dalam penelitian aspek ini antara lain : a) Biaya Kebutuhan Investasi Investasi dilakukan dalam berbagai bentuk yang digunakan untuk membeli aset-aset yang dibutuhkan usaha tersebut.
Aset-aset ini
biasanya berupa aset tetap yang dibutuhkan perusahaan mulai dari pendirian hingga dapat dioperasikan.
Karena itu, dalam melakukan
investasi dibutuhkan biaya investasi yang digunakan untuk membeli berbagai kebutuhan yang berkaitan dengan investasi tersebut.
Biaya
kebutuhan investasi biasanya disesuaikan dengan jenis usaha yang akan dijalankan.
Secara umum, komponen biaya terdiri atas, biaya
prainvestasi, biaya pembelian aktiva, dan biaya operasional (Kasmir dan Jakfar, 2006). b) Sumber-Sumber Dana Dana yang dibutuhkan dapat diperoleh dari berbagai sumber dana yang ada seperti, dari modal sendiri, modal pinjaman, atau gabungan keduanya. Pilihan apakah menggunakan modal sendri atau modal pinjaman atau gabungan dari keduanya tergantung dari jumlah modal yang dibutuhkan dan kebijakan pengusaha (Kasmir dan Jakfar, 2006). Pada dasarnya, pemilihan sumber dana bertujuan untuk memilih sumber dana yang pada akhirnya bisa memberikan kombinasi dengan biaya terendah, dan tidak menimbulkan likuiditas bagi proyek atau perusahaan mensponsori usaha tersebut (artinya, jangka waktu pengembalian sesuai
24
dengan jangka waktu penggunaan dana).
Sumber-sumber dana yang
utama terdiri dari, modal sendiri yang disetor oleh pemilik perusahaan, penerbitan saham di pasar modal, obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dan dijual di pasar modal, kredit bank, leasing dari lembaga keuangan nonbank, dan project finance (Husnan dan Suwarsono, 2000). c) Aliran Kas (Cash Flow) Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam suatu periode tertentu. Cash flow menggambarkan berapa uang yang masuk ke perusahaan dan jenis pemasukan tersebut. Cash flow juga menggambarkan berapa uang yang keluar serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan (Kasmir dan Jakfar, 2006). Aliran kas penting digunakan dalam akuntansi karena laba dalam pengertian akuntansi tidak sama dengan kas masuk bersih, dan yang relevan bagi para investor adalah kas bukan laba. Aliran kas yang berhubungan dengan suatu usaha dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu, aliran kas permulaan (initial cash flow), aliran kas operasional (operational cash flow), dan aliran kas terminal (terminal cash flow). Pengeluaran-pengeluaran untuk investasi pada awal periode merupakan aliran kas permulaan. Aliran kas yang timbul selama operasi usaha disebut aliran kas operasional, sedangkan aliran kas terminal adalah aliran kas yang diperoleh ketika usaha berakhir (Husnan dan Suwarsono, 2000). 5) Aspek Hukum Aspek hukum akan membahas masalah kelengkapan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-izin yang dimiliki. Kelengkapan dokumen usaha sangat penting, karena merupakan dasar hukum yang harus dipegang apabila di kemudian hari timbul masalah (Kasmir dan Jakfar, 2006). 6) Aspek Sosial dan Lingkungan Analisis aspek sosial digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan jika proyek tersebut berjalan. Analisis aspek lingkungan akan melihat dampak proyek yang dijalankan terhadap lingkungan sekitar, baik terhadap air, darat, udara, yang pada akhirnya akan berdampak terhadap kehidupan manusia, binatang, dan tumbuhan (Kasmir dan Jakfar, 2006).
25
3.1.3. Analisis Kelayakan Investasi Menurut Kasmir dan Jakfar (2006), dalam menentukan layak atau tidaknya suatu investasi, yang ditinjau dari aspek keuangan, perlu dilakukan pengukuran dengan berbagai kriteria. Kriteria ini sangat bergantung dari kebutuhan masingmasing usaha dan metode mana yang digunakan. Setiap metode yang digunakan mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing.
Karena itu, dalam
penilaian kelayakan suatu usaha hendaknya digunakan beberapa metode sekaligus, agar dapat memberikan hasil yang lebih sempurna. Kriteria-kriteria tersebut biasa disebut dengan nama kriteria investasi. Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu usaha. Untuk mengukur manfaat proyek dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, dengan menggunakan perhitungan berdiskonto dan tidak berdiskonto. Perbedaannya terletak pada konsep Time Value of Money yang diterapkan pada perhitungan berdiskonto. Perhitungan diskonto merupakan suatu teknik yang dapat ”menurunkan” manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang, sedangkan perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum, yaitu: ukuran-ukuran tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus manfaat yang diterima (Gittinger, 1986). Konsep nilai waktu uang(Time Value of Money) menyatakan bahwa nilai sekarang (present value) adalah lebih baik dari nilai yang sama pada masa yang akan datang (future value). Ada dua sebab yang menyebabkan hal ini terjadi, yaitu: time preference (sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat ini lebih disenangi daripada jumlah yang sama namun tersedia di masa yang akan datang) dan produktivitas atau efisiensi modal (modal yang dimiliki sekarang memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa datang melalui kegiatan yang produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi masyarakat secara keseluruhan (Kadariah et al. 1999). Kadariah et al. (1999) juga mengungkapkan, bahwa kedua unsur tersebut berhubungan timbal balik di dalam pasar modal untuk menentukan tingkat harga modal yaitu tingkat suku bunga, sehingga dengan tingkat suku bunga dapat dimungkinkan
untuk
membandingkan
arus
biaya
dan
manfaat
yang
26
penyebarannya dalam waktu yang tidak merata. Untuk tujuan itu, tingkat suku bunga ditentukan melalui proses discounting. Karena itu, kriteria investasi yang dugunakan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu usaha adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Periode (PBP). 1) Analisis Switching Value (Nilai Pengganti) Semua biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh setiap tahun dihitung berdasarkan data yang ada. Sementara itu, kondisi lingkungan yang selalu berubah akan mempengaruhi biaya dan manfaat yang akan diperoleh, sehingga
terdapat
kemungkinan
terjadinya
suatu
kekeliruan
dan
ketidaktepatan biaya dan penerimaan akibat adanya perubahan-perubahan. Analisis switching value (nilai pengganti) mencoba melihat kondisi kelayakan yang terjadi apabila dilakukan perubahan-perubahan dalam biaya dan manfaat.
Switching value dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana
perubahan yang terjadi dapat ditoleransi untuk dilaksanakan. Pada Analisis switching value, dicari beberapa nilai pengganti pada komponen biaya dan manfaat yang terjadi, yang masih memenuhi kriteria minimum kelayakan investasi atau masih mendapatkan keuntungan normal. Keuntungan normal terjadi apabila nilai NPV sama dengan nol (NPV=0). NPV sama dengan 0 akan membuat IRR sama dengan tingkat suku bunga dan Net B/C sama dengan 1 (cateris paribus). Artinya, sampai tingkat berapa proyek yang akan dijalankan mentoleransi peningkatan harga atau penurunan input dan penurunan harga atau jumlah output (Gittinger, 1986). 2) Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi ialah suatu laporan keuangan yang meringkas penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi. Laporan laba rugi juga merupakan suatu laporan yang menunjukkan hasil-hasil operasi perusahaan selama waktu tersebut (Gittinger, 1986). Laporan laba rugi ini menghasilkan suatu perhitungan yang akhirnya dapat melihat apakah suatu proyek yang dijalankan mendapatkan keuntungan ataukah mendapatkan kerugian selama waktu proyek. Laba ialah apa saja yang tersisa setelah
27
dikurangkan dengan pengeluaran-pengeluaran yang timbul di dalam memproduksi atau menjual barang dan jasa. 3.1.4. Teori Biaya dan Manfaat Dalam analisa usaha, tujuan-tujuan analisa harus disertai dengan definisi biaya-biaya dan manfaat-manfaat. Biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan, dan suatu manfaat adalah segala sesuatu yang membantu tujuan (Gittinger, 1986).
Biaya dapat juga didefinisikan sebagai
pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap manfaat yang diterima. Menurut Gittinger (1986), biaya yang diperlukan suatu usaha dapat dikategorikan sebagai berikut : 1) Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, seperti: tanah, bangunan, pabrik, dan mesin. 2) Biaya operasional atau modal kerja merupakan kebutuhan dana yang diperlukan pada saat usaha mulai dilaksanakan, seperti: biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja. 3) Biaya lainnya, seperti: pajak, bunga, dan pinjaman. Manfaat juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan kontribusi terhadap suatu proyek. Menurut Gittinger (1986), manfaat usaha dapat dibedakan menjadi: 1) Manfaat langsung yaitu, manfaat yang secara langsung dapat diukur dan dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti: peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. 2) Manfaat tidak langsung yaitu, manfaat yang secara nyata diperoleh dengan tidak langsung dari usaha dan bukan merupakan tujuan utama proyek, seperti: rekreasi. Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan suatu usaha yang dilaksanakan adalah kriteria investasi. Dasar penilaian investasi adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai manfaat dari investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa usaha.
Nilai
perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul dari investasi dengan adanya usaha (Gittinger, 1986).
28
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian dilatarbelakangi semakin tingginya hasil buah-buah grade terendah yang tidak dimanfaatkan karena tidak diminati dan tidak laku dipasaran. Hal ini tentunya dapat merugikan petani dimana pendapatan petani semakin menurun dan buah-buahan grade terendah akan terbuang. CV WPIU melihat keadaan ini, sehingga mendirikan usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah untuk meningkatkan nilai tambah dan nilai ekonomis dari buah yang dulunya terbuang. Seiring berjalannya waktu, usaha ini berencana memasuki supermarket karena adanya tawaran untuk memasuki salah satu supermarket dan adanya permintaan yang belum terpenuhi. Untuk mewujudkan rencana pengembangan usaha ini, CV WPIU membutuhkan modal yang yaitu, sekitar Rp 60.000.000 dan harus menambahkan kapasitas produksi. Karena itu, dibutuhkan analisis kelayakan usaha. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan pengembangan suatu usaha pengolahan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah. Menilai kelayakan pengembangan usaha pengolahan jus dan sirup buah ini diperlukan penilaian terhadap aspek-aspek non finansial seperti, aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, aspek hukum, serta aspek finansial.
Analisis finansial mengkaji NPV, IRR, Net B/C Rasio, Payback
Periode, dan analisis switching value. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi dan informasi mengenai pelaksanaan pengembangan usaha kepada pengusaha pembuat jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah yaitu, CV WPIU. Kerangka pemikiran operasional penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
29
Belimbing manis dan jambu biji merah grade C yang kurang dimininati dipasarn CV WPIU mengolah menjadi jus dan sirup Rencana mengembangkan usaha dengan memasuki supermarket Analisis kelayakan usaha
Aspek Non finansial: Aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, apek hukum.
Aspek finansial: NPV, IRR, Net B/C, PBP
Switching Value
Tidak layak
Perbaikan usaha dengan reorientasi alokasi sumber daya Gambar 1.
Layak
Pengembangan usaha
Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Usaha Pembuatan Jus dan Sirup Buah pada CV Winner Perkasa Indonesia Unggul
30
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di CV WPIU yang terletak di kompleks Sawangan Permai, Sawangan, Depok. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa CV WPIU merupakan usaha yang baru dilaksanakan. Selain itu, CV WPIU belum pernah melakukan analisis kelayakan usaha maka pihak manajemen meminta agar penulis melakukan penelitian di tempat ini.
Pengambilan data di lapangan dilaksanakan bulan Februari-April
2009. 4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur usaha, baik investasi maupun operasional dan penerimaan selama satu tahun usaha.
Data tersebut digunakan untuk membuat analisis kelayakan usaha
pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah. Data sekunder diperoleh dari beberapa buku, skripsi, dan artikel yang berkaitan dengan materi penelitian, serta pengolahan data yang diperoleh dari dinas-dinas terkait seperti, Dinas Pertanian dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Depok. 4.3. Metode Pengumpulan Data Data primer yang terkumpul diperoleh dari wawancara kepada pemilik dan karyawan CV WPIU, serta pemasok. Data sekunder diperoleh dari studi literatur beberapa buku, skripsi, dan artikel dari internet yang berkaitan dengan materi penelitian serta pengolahan data yang diperoleh dari dinas-dinas terkait seperti, Dinas Pertanian dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Depok. 4.4. Metode Pengolahan Data Data kuantitatif yang diperoleh selama penelitian, terutama mengenai biaya-biaya, baik biaya investasi maupun biaya operasional, juga penerimaan, diolah menggunakan program Microsoft Excel. Program ini dipilih karena telah lazim digunakan dan relatif mudah dioperasikan. Data kualitatif, diolah dan disajikan secara deskriptif.
4.5. Metode Analisis Data Tujuan utama dilakukan analisis kelayakan usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah adalah untuk menghindari kerugian usaha pada saat rencana pengembangan usaha berjalan. Analisis yang dilakukan selama penelitian ini adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk
memperoleh gambaran mengenai aspek pasar, aspek teknis,
aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, serta aspek hukum dalam usaha pengolahan jus dan sirup buah.
Analisis kuantitatif dilakukan dengan
menganalisis kelayakan aspek finansial dalam usaha pembuatan jus dan sirup buah. Analisis kelayakan finansial menggunakan beberapa kriteria, yaitu: analisis nilai bersih sekarang (Net Present Value/NPV), tingkat pengembalian investasi (Internal Rate of Return/IRR), masa pengembalian investasi (Payback Periode), net benefit dan cost ratio (Net B/C Rasio) yang merupakan angka perbandingan antara present value dari net benefit yang positif dengan net benefit yang negatif, dan analisis switching value. Data kuantitatif yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan kalkulator dan program komputer yaitu, Microsoft Excel, ditampilkan dalam bentuk tabulasi dan diberikan penjelasan deskriptif agar memudahkan pembaca. 4.5.1. Analisis Aspek Pasar Analisis aspek pasar dilakukan secara kualitatif. Analisis ini dilakukan untuk melihat potensi dan prospek pasar dari jus dan sirup buah, daur hidup produk yang dihasilkan CV WPIU, dan bauran pemasaran yang dilakukan CV WPIU. Usaha dikatakan layak, apabila memiliki potensi dan peluang pasar serta menetapkan strategi pemasaran yang tepat untuk memperoleh konsumen. 4.5.2. Analisis Aspek Teknis Aspek teknis berhubungan dengan input usaha (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa (Gittinger, 1986). Analisis ini dilakukan secara kualitatif untuk mengetahui apakah usaha tersebut dapat dilaksanakan secara teknis. Bila analisis secara teknis tersebut berjalan dengan lancar dan perkiraan-perkiraan secara teknis cocok dengan kondisi sebenarnya. 32
Analisis aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran pada halhal teknis dari usaha seperti: alasan pemilihan lokasi usaha, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, transportasi, ketersedian bahan baku, peralatan, perlengkapan, kapasitas usaha, rencana perluasan usaha, teknologi yang digunakan, proses produksi yang dilakukan, dan layout perusahaan.
Proyek
dikatakan layak apabila ada perkembangan produksi. 4.5.3. Analisis Aspek Manajemen Analisis aspek manajemen dilakukan secara kualitatif untuk melihat apakah fungsi manajemen dapat diterapkan dalam kegiatan operasional usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah. Jika Fungsi manajemen dapat diterapkan, maka usaha tersebut dinilai layak dari aspek manajemen. Analisis aspek manajemen dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan aspek manajemen perusahaan, seperti: struktur organisasi, tugas dan wewenang tenaga kerja, dan kebutuhan tenaga kerja dalam suatu usaha. Proyek dikatakan layak apabila menggunakan sistem manajemen yang baik. 4.5.4. Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan Analisis sosial dapat dilakukan dengan mempertimbangkan pola dan kebiasaan dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan usaha, karena pertimbangan ini berhubungan langsung dengan kelangsungan suatu usaha. Suatu usaha harus tanggap terhadap keadaan sosial seperti, penciptaan lapangan kerja, distribusi pendapatan, dan lain sebagainya. Selain itu, apakah usaha tersebut dapat diterima oleh masyarakat sekitarnya serta bagaimana dampak usaha terhadap lingkungan. 4.5.5. Analisis Aspek Hukum Analisis ini dimaksudkan untuk meyakini bahwa secara hukum rencana bisnis dinyatakan layak atau tidak. Dalam hal ini, akan dianalisis sejauh apa CV WPIU mengikuti peraturan-peraturan
ataupun perundang-undangan yang
berlaku, perizinan apa saja yang telah dipenuhi, serta bagaimana bentuk dan badan hukum usaha.
33
4.5.6. Analisis Aspek Finansial Dalam melakukan analisis aspek finansial diperlukan kriteria investasi yang menyatakan usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Kriteria investasi yang digunakan tersebut adalah: 1) Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) adalah suatu alat analisis untuk menguji kelayakan dari suatu investasi. NPV adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh investasi pada tingkat bunga tertentu atau dapat dikatakan sebagai selisih antara nilai bersih dari manfaat dan biaya pada setiap tahun kegiatan usaha. Rumus yang digunakan dalam penghitungan NPV menurut Kadariah et al. (1999) adalah sebagai berikut: n
NPV =
t 0
Bt Ct t (1 i )
Dimana: Bt = Penerimaan (benefit) bruto tahun ke-t Ct = Biaya (cost) bruto tahun ke-t n = Umur Ekonomis Usaha t = Tahun i = Tingkat suku bunga/discount rate Dalam metode NPV, terdapat tiga penilaian kriteria investasi. Jika NPV suatu usaha lebih besar dari nol (NPV>0) berarti usaha tersebut layak dilakukan atau dilanjutkan karena memiliki arti, bahwa manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Sebaliknya, jika NPV usaha kurang dari nol (NPV<0), maka usaha tersebut tidak layak dilakukan atau dilanjutkan karena biaya yang dikeluarkan lebih besar dari manfaat yang diperoleh. Sedangkan, jika NPV sama dengan nol (NPV=0) manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan, artinya proyek mengembalikan persis sebesar modal sosial.
Dengan demikian, usaha
tersebut tidak untung dan tidak rugi. 2) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Analisis imbangan biaya dan penerimaan adalah alat analisis tingkat efisiensi setiap rupiah yang dikeluarkan yang diperoleh dari penerimaan. Net B/C merupakan perbandingan NPV total dari manfaat bersih terhadap total dari 34
biaya bersih (Gray, 1992) atau dapat dikatakan sebagai perbandingan antara jumlah nilai bersih yang bernilai positif sebagai pembilang dan nilai bersih yang bernilai negatif sebagai penyebut. Analisis ini akan menguji seberapa jauh setiap nilai rupiah yang akan dipakai dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan
sebagai
manfaatnya.
Rumus
yang
digunakan
dalam
penghitungan Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) menurut Kadariah et al. (1999) adalah sebagai berikut: n
Net B/C =
t0 n
t0
Bt Ct t (1 i ) Bt Ct t (1 i )
Dimana
Bt Ct 0 Bt Ct 0
Dimana: Bt = Penerimaan (benefit) bruto tahun ke-t Ct = Biaya (cost) bruto tahun ke-t n = Umur Ekonomis Usaha t = Tahun i = Tingkat suku bunga/discount rate Net B/C digunakan untuk mengukur efisiensi dalam penggunaan modal. Jika Net B/C suatu usaha lebih dari satu (Net B/C>1), maka dapat dikatakan bahwa usaha tersebut layak untuk diusahakan atau dilanjutkan. Jika Net B/C suatu usaha sama dengan satu (Net B/C=1), maka biaya yang dikeluarkan sama dengan keuntungan yang didapatkan. Jika Net B/C suatu usaha kurang dari satu (Net B/C<1), maka dapat dikatakan bahwa usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan atau dilanjutkan karena biaya yang dikeluarkan lebih besar dari pada keuntungan yang diperoleh. 3) Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga (discount rate) pada saat NPV sama dengan nol. Nilai IRR yang lebih besar atau sama dengan tingkat diskonto yang telah ditentukan, maka usaha tersebut layak diusahakan. Rumus perhitungannya menurut Kadariah et al. (1999) adalah sebagai berikut: IRR = i +
NPV (i" i ) NPV NPV "
35
Dimana: NPV = NPV yang bernilai positif NPV” = NPV yang bernilai negatif i = Tingkat diskonto yang menyebabkan NPV positif i” = Tingkat diskonto yang menyebabkan NPV negatif Jika ternyata IRR usaha lebih besar dari tingkat diskonto yang telah ditentukan, maka usaha layak untuk dilaksanakan. Namun, jika IRR usaha lebih kecil dari tingkat diskonto yang telah ditentukan, maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan. 4) Payback Periode (PBP) Payback Periode atau analisis waktu adalah jumlah tahun yang dibutuhkan untuk menutupi pengeluaran awal. Kriteria ini mengukur kecepatan proyek dalam mengembalikan biaya awal. Oleh sebab itu, kriteria ini menghitung arus kas yang dihasilkan dan bukan besarnya keuangan akuntansi (Keown, 2001). Semakin kecil angka yang dihasilkan, maka usaha tersebut semakin baik untuk diusahakan. Perhitungan PBP menurut Kadariah et al. (1999) adalah sebagai berikut: Payback Periode =
I Ab
Dimana: I = Besarnya investasi yang dibutuhkan Ab = Benefit bersih yang dapat diperoleh setiap tahunnya Pada dasarnya semakin cepat Payback Periode menandakan semakin kecil risiko yang dihadapi oleh investor. 4.5.7. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) Analisis nilai pengganti (switching value) digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan pada biaya
dan manfaat yang akan menghasilkan
keuntungan normal yaitu, NPV sama dengan 0, IRR mendekati atau sama dengan tingkat suku bunga, dan Net B/C sama dengan 1. Variabel yang dianalisis merupakan variabel yang dianggap signifikan terhadap usaha, yaitu biaya usaha yang dominant serta penjualan jus dan sirup. Dengan analisis ini, akan dicari jumlah maksimum kenaikan biaya usaha yang 36
dominan dan jumlah maksimum penurunan penjualan jus dan sirup buah yang membuat usaha ini masih tetap layak untuk dijalankan. 4.5.8. Laporan Laba Rugi Analisa laba rugi digunakan perusahaan untuk mengetahui perkembangan usaha dalam periode tertentu. Komponen laba rugi usaha pembuatan jus dan sirup buah ini terdiri dari, pendapatan penjualan hasil produksi, biaya operasional, biaya penyusutan, beban bunga, dan pajak penghasilan. Laba sebelum pajak (EBT) diperoleh dari pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya operasional, beban bunga, dan biaya penyusutan. Laba setelah pajak (EAT) diperoleh dari laba sebelum pajak dikurangi dengan pajak penghasilan. 4.6. Asumsi Dasar Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Usaha yang dilakukan adalah usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah dalam kemasan. 2) Analisis finansial dilakukan berdasarkan asumsi bahwa pada tahun pertama dan kedua, CV WPIU berproduksi sebesar 70 persen dari kapasitas yang ingin dicapai.
Hal ini dilakukan pada tahun-tahun awal produk yang
dihasilkan dipasarkan di supermarket, sehingga produk belum dikenal konsumen secara luas dan juga. Selain itu, ini merupakan awal CV WPIU memproduksi melebihi kapasitas yang sudah ada sebelumnya, sehingga dibutuhkan keterampilan dari tenaga kerja yang ada.
Untuk tahun ke-3
hingga tahun ke-10, CV WPIU berproduksi 100 persen karena sudah memiliki pengalaman dan produk sudah dikenal di pasaran. 3) Pengusaha berencana mengembangkan usaha dengan meminjam modal sebesar Rp 60.000.000. 4) Tingkat diskonto yang digunakan
adalah berdasarkan suku bunga kredit
Bank Jabar Banten yaitu, sebesar 14 persen. 5) Umur proyek adalah 10 tahun didasarkan dari usia bangunan karena ini merupakan biaya investasi terbesar setelah lahan. 6) Inflow dan outflow merupakan proyeksi pada penelitian dan informasi yang didapatkan pada saat penelitian. 37
7) Jumlah hari kerja dan produksi adalah 312 hari per tahun. 8) Kapasitas CV WPIU saat ini adalah menghasilkan 144.000 botol jus per tahun dan 28.800 botol sirup per tahun dan kapasitas yang ingin dicapai adalah menghasilkan 370.286 botol jus per tahun serta 61.715 botol sirup per tahun. 9) Harga-harga yang digunakan adalah harga yang berlaku selama bulan Februari 2009 dan konstan selama penelitian. Harga-harga tersebut adalah sebagai berikut: harga belimbing manis dan jambu biji merah pada bulan Mei-Juni adalah, Rp 5.000/kg sedangkan pada bulan lain adalah Rp 4.000; harga gula adalah Rp 8.000; harga botol untuk jus adalah Rp 800/buah; harga botol untuk sirup adalah Rp 1.000/buah; harga kardus untuk jus dalah Rp 2.000/buah; harga kardus untuk sirup adalah Rp 4.000/buah; harga label untuk jus dan sirup adalah Rp 200/buah; harga gas LPG adalah Rp 75.000/tabung. 10) Total produksi adalah jumlah kemasan yang dihasilkan selama satu tahun. Nilai total penjualan adalah hasil kali antara total produksi dan harga jual. 11) Proporsi penjualan jus adalah 15 persen eceran, 41 persen grosiran, 44 persen ke supermarket. Proporsi penjualan sirup adalah 17 persen eceran, 50 persen grosiran, 33 persen ke supermarket. Perhitungan ini diperoleh dari penjualan yang dilakukan CV WPIU selama ini. 12) Harga jual jus eceran Rp 3.500, grosiran Rp 2.500, dan ke supermarket Rp 2.720. Harga jual sirup eceran Rp 12.500, grosiran Rp 9.000, dan ke supermarket Rp 9.010. 13) Biaya yang dikeluarkan untuk usaha pembuatan jus dan sirup ini terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama dan biaya reinvestasi dikeluarkan untuk peralatan-peralatan yang telah habis umur ekonomisnya. 14) Penyusutan dihitung menggunakan metode garis lurus.
Penyusutan
digunakan untuk menghitung pajak penghasilan dimana pajak penghasilan merupakan komponen dari laba rugi dan cash flow. 15) Nilai sisa dihitung berdasarkan perhitungan nilai sisa dengan menggunakan metode garis lurus dimana harga beli dibagi dengan umur ekonomis.
38
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah Berdirinya Perusahaan Belimbing manis varietas dewa-dewi pada tahun 2004 belum menjadi icon kota Depok.
Saat itu, banyak petani belimbing manis yang mengalami
kesulitan untuk memasarkan belimbing manis yang mereka panen. Hal ini juga terjadi di kecamatan Sawangan yang menjadi salah satu sentra penghasil belimbing manis di kota Depok. Pada umumnya atau bisa dikatakan bahwa sebagian besar petani belimbing manis juga merupakan petani jambu biji merah. Karena itu, selain kesulitan dalam memasarkan belimbing manis para petani juga kesulitan dalam memasarkan jambu biji yang mereka produksi. Jika panen raya tiba, buah-buahan menjadi berlimpah dipasaran dan harganya sangat rendah, bahkan banyak buah yang akhirnya terbuang sia-sia karena telah membusuk. Belimbing manis dan jambu biji merah dapat dikelompokkan berdasarkan grade yaitu, grade A, B, dan C dimana buah yang laku dipasaran adalah grade A dan B, sedangkan grade C kurang diminati. Padahal, produksi buah grade C mencapai 20 persen dari total hasil panen. Kondisi seperti ini tentunya sangat merugikan para petani karena pendapatan mereka semakin berkurang. Ibu Maria Gigih Sandy berusaha mengumpulkan para petani belimbing manis dan jambu biji merah serta pihak-pihak terkait seperti, pihak Kelurahan, Dinas Pertanian, dan PPL (Petugas Penyuluh Pertanian) kota Depok untuk mendiskusikan dan berusaha mencari solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Akhirnya, pada tanggal 10 September 2004 terbentuklah gabungan
kelompok tani (gapoktan) Babakan Agro Andalan Desa. Gabungan kelompok tani Babakan Agro Andalan Desa terdiri atas empat kelompok tani dan satu kelompok pengolah. Hasil produksi belimbing manis dan jambu biji merah grade C yang dihasilkan oleh petani akan diolah oleh kelompok pengolah menjadi jus. Para petani juga dibagikan bibit nanas untuk ditanam dan hasilnya dapat dijual dan dimanfaatkan. Kelompok pengolahan ini diketuai oleh Ibu Maria dan usaha mulai berproduksi mulai Januari 2005.
Produk yang
dihasilkan adalah jus belimbing manis, jambu biji merah, serta campuran antara wortel dan nanas dalam kemasan cup 220 ml. Pada Juli 2005, kelompok
pengolahan ini memperoleh bantuan berupa mesin pulper dari Dinas Pertanian Kota Depok. Usaha telah berjalan beberapa waktu. Namun, terjadi kecurangan yang dilakukan oleh salah satu pengurus kelompok pengolah yang memanfaatkan kelompok untuk kepentingan dan keuntungan pribadi dan ada juga beberapa anggota yang ingin membuka usaha pengolahan sendiri.
Pada tahun 2006,
kelompok pengolah ini dibubarkan karena tidak adanya kesamaan visi antar sesama anggota dan terjadinya kecurangan-kecurangan. Jika kelompok ini tetap dipertahankan tanpa adanya kesamaan visi, usaha tidak akan mencapai tujuan. Ibu Maria memiliki rencana untuk membuka usaha pembuatan jus Sekitar pertengahan 2006.
Setelah melakukan beberapa persiapan, terbentuklah CV
WPIU yang dipimpin oleh Ibu Maria pada Januari 2007. Usaha ini menghasilkan jus dan sirup belimbing manis, jambu biji merah, dan campuran wotel dan nanas (wornas) dengan merek ”Winner”. 5.2. Profil Perusahaan CV WPIU beralamat di jalan Sawangan Raya No. 16, kota Depok, Jawa Barat. Visi CV WPIU ialah mensejahterakan masyarakat sekitar melalui pemberdayaan lingkungan. Sedangkan misi dari perusahaan yaitu, memenuhi kebutuhan pasar lokal secara optimal dan membudayakan cinta produk Indonesia. Tujuan dari perusahaan ini bermula dari ketersediaan bahan baku yang melimpah di sekitar dan komitmen yang kuat untuk memberdayakan lingkungan guna menciptakan lapangan pekerjaan. Karena itu, CV WPIU bersama tim kreatif menciptakan produk-produk
olahan
berkualitas
berbasis
hasil
pertanian
kebanggaan kota Depok yaitu, buah belimbing varietas Dewa-Dewi dan didampingi dengan buah-buah lainnya yaitu, jambu biji merah, wortel, dan nanas. 5.3. Deskripsi Usaha CV WPIU sudah melakukan kegiatan produksi pada Januari 2007. CV WPIU menghasilkan jus belimbing manis, jambu biji merah, dan wornas dalam kemasan botol 250 ml. Kemasan dari produk yang dihasilkan sudah disertai dengan label, telah memiliki sertifikat halal, dan izin dari Dinas Kesehatan.
40
Pusat Koperasi Pengolahan dan Pemasaran Belimbing Dewa Depok (PKPBDD) terbentuk bersamaan dengan berdirinya CV WPIU yang menampung hasil panen belimbing dari para petani. Awalnya, sampai pertengahan Januari 2007, CV WPIU hanya memproduksi jus belimbing manis, jambu biji merah, dan wornas. Namun, pada pertengahan Januari tersebut, Depok sedang panen raya sehingga pasokan belimbing manis di Pusat Koperasi melimpah. Karena itu, Pusat Koperasi Belimbing Dewa Depok memberikan pasokan belimbing manis yang melimpah juga
kepada CV WPIU. Ibu Maria pun berusaha untuk
memanfaatkan buah-buah tersebut dengan mengolah belimbing manis menjadi sirup buah yang membutuhkan bahan baku buah-buahan yang lebih banyak. Akhirnya, hingga saat ini Ibu Maria memproduksi jus dan sirup dan tidak hanya sirup belimbing manis tetapi juga sirup jambu biji merah dan wornas dalam kemasan botol 620 ml. CV WPIU mendapat pasokan bahan baku belimbing manis dari Puskop sebesar 1,6 ton perbulan dari Januari hingga April 2007,
sedangkan untuk
pasokan jambu biji merah diperoleh dari petani, serta untuk wortel dan nanas diperoleh langsung dari pasar. Untuk pasokan belimbing manis pada saat itu, Pusat Koperasi yang menentukan berapa banyak belimbing manis yang dipasok ke CV WPIU dan ketika panen raya, Pusat Koperasi memasok buah melebihi kapasitas dari CV WPIU. Setelah kejadian tersebut, pada Mei 2007 hingga sekarang, CV WPIU yang menentukan berapa banyak pasokan buah yang dibutuhkan dan pasokan belimbing manis tidak lagi diperoleh dari Pusat Koperasi melainkan dari kelompok tani Makmur Sejahtera. Pasokan jambu biji merah juga diperoleh dari kelompok tani, sedangkan untuk wortel dan nanas diperoleh langsung dari pasar. Saat ini, CV WPIU membutuhkan pasokan buah belimbing, jambu biji merah, wortel dan nanas sebesar 33.285 kg per tahun. Produk-produk yang dihasilkan CV WPIU didistribusikan secara langsung tanpa melalui perantaraan distributor. CV WPIU menaruh produknya di beberapa outlet di Cinere, Pondok Cabe, dan Kelapa Dua. CV WPIU juga mensuplai produknya ke beberapa tempat seperti, kantin atau koperasi sekolah dan kampus, gedung olahraga, kantor, minimarket Aneka Buana, dan tempat wisata Kampung 99. CV WPIU juga memiliki agen di beberapa kota di Indonesia seperti, Cirebon,
41
Pontianak, Bangka Belitung, Batam, Pekanbaru,
Yogyakarta, Makassar, dan
Sumedang. CV WPIU sekarang ini mendapat tawaran dari beberapa supermarket untuk dapat memasok produknya ke supermarket tersebut. Ibu Maria berencana melakukan peminjaman uang ke bank untuk dapat mewujudkan rencana pengembangan usahanya. Usaha ini juga mendapat dukungan dari pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari visi dan misi dinas pertanian kota Depok. Usaha yang dirintis oleh Ibu Maria berada di bawah binaan Universitas Pasundan, dimana Ibu Maria mendapat bimbingan mengenai bagaimana melakukan proses produksi yang baik dan benar untuk menghasilkan produk yang baik, berkualitas, dan layak untuk dikonsumsi.
Universitas Pasundan juga
membantu Ibu Maria dalam mengembangkan kualitas dan jenis produknya serta produk yang dihasilkan
oleh CV WPIU juga berada dalam pengawasan
Universitas Pasundan.
42
VI ASPEK NON FINANSIAL 6.1. Aspek Pasar Setiap usaha yang dijalankan harus memiliki pasar yang jelas. Setelah itu, perusahaan mengatur strategi pemasaran yang tepat untuk memperoleh konsumen. Pada penelitian ini, aspek pasar yang diteliti meliputi, prospek dan potensi pasar, daur hidup produk, dan bauran pemasaran CV WPIU. 6.1.1. Analisis Prospek dan Potensi Pasar Direktorat Jendral Hortikultura, Departemen Pertanian Republik Indonesia pada tahun 2005, menargetkan bahwa masyarakat Indonesia dapat mengkonsumsi buah sebanyak 73 kg per kapita per tahun.
Angka tersebut menunjukkan
pencapaian peningkatan konsumsi buah-buahan yang cukup besar untuk dipenuhi. Karena itu, kebutuhan akan buah pun semakin meningkat. Salah satu cara untuk mengkonsumsi buah-buahan adalah dengan mengkonsumsi produk olahan buah, seperti jus dan sirup buah. Dewasa ini, minuman berupa sari buah mulai digemari pada kalangan tertentu. Selain warnanya yang menggiurkan dan menggugah selera, rasanya menyegarkan dan dapat menghilangkan dahaga. Dari segi gizi, konsistensi sari buah juga lebih menguntungkan. Asupan buah dapat lebih tinggi karena sifatnya yang cair, sehingga dengan sendirinya asupan zat-zat gizi dan substansi penting lainnya akan meningkat (Wirakusumah, 1996). Hal ini juga didukung oleh perkembangan pola hidup masyarakat yang saat ini semakin kompleks, dimana masyarakat menuntut tersedianya produk yang siap saji dan mudah untuk dikonsumsi.
Salah satunya adalah dengan
pengembangan produk makanan ataupun minuman yang praktis untuk dikonsumsi. Masyarakat dapat memenuhi kebutuhan konsumsi buah dengan cara yang lebih praktis namun tetap mengandung nilai gizi dengan adanya produk olahan buah seperti, jus dan sirup buah. Peluang lain yang dapat dimanfaatkan adalah penetapan belimbing manis varietas dewa/dewi sebagi icon kota Depok sejak tahun 2006. Dengan demikian, baik Pemerintah maupun Dinas Pertanian kota Depok menaruh perhatian terhadap
petani dan juga industri pengolahan belimbing manis. Konsumen tetap dapat menikmati jus dan sirup diluar musim panen dengan adanya industri pengolahan. Kota Depok yang berdekatan dengan DKI Jakarta juga berdampak pada perkembangan kota Depok yang cukup pesat. Hal ini terlihat dengan hadirnya Supermarket dan Supermall di wilayah ini, seperti Carefour, Hipermart, Alfa, Superindo, Tip-Top, Matahari, dan Ramayana. Hal ini cukup potensial dalam pemasaran belimbing dalam bentuk segar maupun olahan. Hadirnya supermarketsupermarket ini menyebabkan CV WPIU mendapat tawaran dari beberapa supermarket untuk dapat memasok produknya ke supermarket tersebut. Saat ini, masyarakat menjadikan supermarket sebagai tempat one stop shopping, sehingga masyarakat menyenangi
tempat perbelanjaan ini
karena mereka dapat
memperoleh berbagai keperluan hanya dengan mendatangi satu tempat perbelanjaan saja dan menurut penelitian AC Nielsen, permintaan untuk kategori minuman kesehatan di supermarket mengalami pertumbuhan sebesar 34,2 persen. Hal ini tentu menjadi potensi pasar yang baik untuk produk yang ditawarkan CV WPIU. CV WPIU juga mendapat dukungan dari Pemerintahan kota Depok untuk mewujudkan rencana ini karena dengan rencana ini, buah-buahan kota Depok tidak hanya terkenal dalam bentuk segar, tetapi juga dalam bentuk olahan. Produk jus dan sirup buah yang dihasilkan CV WPIU memiliki pasar yang potensial dari peluang-peluang tersebut di atas. Pasar potensial tersebut menjadi peluang besar jika dilakukan program pemasaran yang efektif. 6.1.2. Daur Hidup Produk Kotler (2002), mengatakan bahwa semua produk memiliki daur hidup. Hal ini menegaskan kepada kita akan empat hal, yaitu: 1) Produk memiliki umur terbatas. 2) Penjualan produk melalui tahap berbeda, masing-masing memberikan tantangan, peluang, dan masalah yang berbeda bagi penjual. 3) Laba naik dan turun pada berbagai tahap yang berbeda selama daur hidup produk. 4) Produk memerlukan startegi pemasaran, keuangan, manufaktur, pembelian, dan SDM yang berbeda dalam setiap daur hidupnya.
44
Daur hidup produk terdiri atas empat tahap, yaitu tahap perkenalan (introduction), tahap pertumbuhan (growth), tahap kedewasaan (maturity), dan tahap penurunan (decline). Bentuk tahapan ini dapat dilihat pada Gambar 2. Penjualan
Waktu Introduction Growth
Mature
Declining
Gambar 2. Tahapan-Tahapan dalam Daur Hidup Produk Sumber: Kotler (2002)
Penulis menganalisis daur hidup produk jus dan sirup buah yang dihasilkan CV WPIU berada dalam tahap pertumbuhan (growth).
Hal ini
dikarenakan, CV WPIU saat ini memperoleh penerimaan pasar yang cepat dimana hal ini terlihat dari tawaran ataupun permintaan yang meningkat dan saat ini, CV WPIU akan meningkatkan kapasitas usahanya untuk dapat memenuhi permintaan pasar. 6.1.3. Bauran Pemasaran Menurut Umar (2005), terdapat berbagai kegiatan yang harus dilalui oleh barang dan jasa sebelum sampai ke konsumen. Ruang lingkup kegiatan yang luas itu disederhanakan menjadi empat kebijaksanaan pemasaran yang dapat dikontrol yang biasa disebut bauran pemasaran.
Bauran pemasaran adalah
gabungan
keempat strategi yang ada di dalamnya. Bauran pemasaran merupakan alat yang dipergunakan oleh pengusaha untuk mempengaruhi konsumennya yang tertarik, senang, kemudian membeli dan akhirnya puas akan produk tersebut. Karena itu, penetapan strategi bauran pemasaran memegang peranan penting dalam strategi pemasaran. Peranan ini dijalankan oleh perusahaan dengan mengkombinasikan bauran pemasaran yang paling sesuai dengan kondisi perusahaan, sehingga menghasilkan kondisi yang optimal.
45
1) Strategi Produk Produk merupakan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Strategi produk penting karena produk merupakan sesuatu yang dijual dan konsumen akan mengenal perusahaan melalui produk yang dijualnya. Produk yang dihasilkan CV WPIU berdasarkan macamnya termasuk dalam barang konsumsi yaitu, barang yang dibeli oleh konsumen akhir untuk dikonsumsi.
Produk yang dihasilkan CV WPIU adalah jus dan sirup
belimbing manis dan jambu biji merah. Adapun strategi produk yang dilakukan CV WPIU adalah dengan menciptakan produk minuman instan yang memiliki nilai gizi dan mutu yang baik, serta menciptakan merek, kemasan, dan label untuk produk yang dihasilkan. Komposisi semua jus buah yang dihasilkan CV WPIU terdiri dari, 30 persen sari buah, 68 persen larutan gula pasir dan karagen, 1 persen Natrium Benzoat, dan 1 persen Asam Sitrat. Sedangkan komposisi dari semua jenis sirup yang dihasilkan CV WPIU terdiri dari, 70 persen sari buah, 28 persen larutan gula pasir dan karagen, 1 persen Natrium Benzoat, dan 1 persen Asam Sitrat. Jus dan sirup buah yang diproduksi CV WPIU memiliki karakteristik, antara lain berbentuk cairan, beraroma, rasa khas buah, dan berwarna kuning untuk jus dan sirup belimbing, serta berwarna merah muda untuk jus dan sirup jambu biji merah. CV WPIU memberikan merek “Winner” untuk produk jus dan sirup yang dihasilkan. Bagi CV WPIU, merek merupakan suatu tanda bagi konsumen untuk mengenal produk yang mereka hasilkan.
Mereka memilih merek
“Winner” karena CV WPIU dalam merintis usaha ini menghadapi berbagai tantangan dan membutuhkan pengorbangan, sehingga dengan hadirnya produk ini CV WPIU berusaha menjadi pemenang (winner). Semua produk jus buah yang dihasilkan dikemas dalam botol plastik ukuran 250 ml karena CV WPIU melihat kencenderungan konsumen di pasar dimana sebagian besar konsumen yang membeli minuman dalam kemasan cup 220 ml cukup untuk sekali minum, sehingga CV WPIU memproduksi jus buah yang dapat dikonsumsi secara langsung dan dapat dihabiskan dalam sekali
46
minum. Semua jenis sirup buah yang dihasilkan dikemas dalam botol ukuran 620 ml karena saat ini, bahan baku botol yang diperoleh CV WPIU tersedia dalam ukuran tersebut. CV WPIU memilih wadah botol untuk semua jenis produknya karena konsumen lebih menyukai produk jus dan sirup dalam kemasan botol selain bagus tampilannya, tetapi juga lebih menyakinkan konsumen. CV WPIU juga melekatkan label pada setiap kemasan jus maupun sirup buah. Di dalam label tersebut, CV WPIU mencantumkan merek dagang, nama produsen, komposisi produk dan gizi, tanggal kadaluarsa, sertifikasi halal dengan No.MUI-JB 1006230904, izin Dinas Kesehatan dengan no IRT 213327603088, dan barcode harga. Produk yang dihasilkan CV WPIU layak untuk memasuki supermarket karena telah memiliki barcode harga. Penjelasan dalam label ini diinformasikan dalam tiga bahasa yakni, Indonesia, Inggris, dan Arab.
Hal ini tentunya memudahkan konsumen untuk
memahami dan mengenal produk walaupun tidak mengerti bahasa Indonesia. Label ini pun didesain semenarik mungkin agar dapat menarik minat konsumen. CV WPIU juga akan melakukan strategi produk yang sama untuk memasuki pasar supermarket.
Hal ini dikarenakan, pihak CV WPIU dari awal
mendirikan usaha ini berusaha menghasilkan produk yang dapat memasuki pasar supermarket. Hal ini dapat terlihat dengan adanya barcode harga di label produk yang dihasilkan. 2) Strategi Harga Harga merupakan sejumlah nilai (dalam mata uang) yang harus dibayar konsumen untuk membeli atau menikmati barang atau jasa yang ditawarkan. Penentuan harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan karena merupakan salah satu faktor yang menentukan laku atau tidaknya produk yang ditawarkan (Kasmir dan Jakfar, 2006). CV WPIU menggunakan sistem cost plus pricing dengan mark up yaitu, dengan menambahkan biaya produksi dengan tingkat keuntungan yang ingin diperoleh. CV WPIU menetapkan harga yang sama untuk semua jenis jus buah. Begitu juga untuk semua jenis sirup buah, CV WPIU menetapkan
47
harga yang sama. Namun, ada perbedaan harga antara membeli satuan atau eceran dengan membeli grosir. Daftar harga jus dan sirup CV WPIU dapat dilihat pada Tabel 7. Pemesanan minimal untuk penjualan di luar Jabotabek adalah 40 kardus dengan ongkos kirim ditanggung oleh pihak yang memesan. Tabel 7.
Daftar Harga Jus dan Sirup CV Winner Perkasa Indonesia Unggul Tahun 2008
Jenis Produk
Jumlah
Jus
Harga per Satuan (Rp)
1-119 botol
3.500
≥ 120 botol (5 kardus)
2.500
1-59 botol
12.500
≥ 60 botol (5 kardus)
9.000
Sirup
Sumber: CV Winner Perkasa Indonesia Unggul (2009)
Strategi harga yang dilakukan CV WPIU untuk memasuki pasar supermarket untuk semua produk jus buah adalah dengan harga Rp Rp 2.720 dan untuk sirup adalah sebesar Rp 9.010. 3) Strategi Distribusi Distribusi adalah cara perusahaan menyalurkan barangnya, mulai dari perusahaan sampai ke tangan konsumen. Strategi distribusi penting dalam upaya perusahaan melayani konsumen tepat waktu dan tepat sasaran. Produk-produk yang dihasilkan CV WPIU didistribusikan secara langsung tanpa melalui perantaraan distributor. CV WPIU menaruh produknya di beberapa outlet di Cinere, Pondok Cabe, dan Kelapa Dua. Saat ini, CV WPIU mensuplai produknya ke beberapa tempat seperti, kantin atau koperasi sekolah dan kampus, gedung olahraga, kantor, minimarket Aneka Buana, dan tempat wisata Kampung 99. CV WPIU juga memiliki agen di beberapa kota di Indonesia seperti, Cirebon, Pontianak, Bangka Belitung, Batam, Pekanbaru, Yogyakarta, Makassar, dan Sumedang. CV WPIU sekarang ini mendapat tawaran dari beberapa
supermarket untuk dapat memasok
produknya ke supermarket tersebut.
48
4) Strategi Promosi Promosi merupakan salah satu cara untuk menarik perhatian dan mempertahankan konsumen.
Perusahaan dapat menginformasikan segala
jenis produk yang ditawarkan dan berusaha menarik calon konsumen baru melalui promosi yang dilakukan. Promosi yang dilakukan adalah dengan mengikuti pameran-pameran dan memberikan sampel gratis kepada pihak yang ingin memesan produknya. CV WPIU saat ini mengandalkan promosi dari mulut ke mulut. Namun, hal ini memiliki jangkauan yang terbatas, sehingga informasi produk tidak dapat menyebar dengan luas. CV WPIU juga bersedia diwawancarai oleh beberapa tabloid maupun majalah dan juga stasiun televisi. Setelah diwawancarai oleh beberapa tabloid maupun majalah seperti, Tabloid Peluang Usaha, Majalah Trubus, dan Femina, profil usaha CV WPIU akan diterbitkan pada tabloid maupun majalah tersebut dan dibaca oleh banyak orang. Menurut CV WPIU, saat ini mereka mendapat banyak pesanan setelah profil mereka diterbitkan di tabloid dan majalah tersebut. Selain itu, profil usaha CV WPIU juga sudah disiarkan oleh beberapa stasiun televisi seperti SCTV, TPI, Trans TV, Trans 7, dan Jak TV. Hal ini tentunya dapat menjadi sarana promosi bagi CV WPIU. 6.1.4. Hasil Analisis Aspek Pasar Berdasarkan penjabaran di atas, dapat dikatakan bahwa CV WPIU layak untuk dilaksanakan dilihat dari aspek pasar. Hal ini dikarenakan, potensi dan prospek pasar yang dimiliki CV WPIU. CV WPIU juga mendapat tawaran untuk memasok produknya ke beberapa supermarket. Berdasarkan sisi produk, jus dan sirup yang dihasilkan merupakan minuman instan yang memiliki nilai gizi yang tidak berubah. Produk tersebut dikemas dan diberi label yang menarik serta memiliki sertifikasi halal dan izin dari Dinas Kesehatan. Melihat dari sisi harga, CV WPIU menetapkan perbedaan harga untuk produk yang dijual secara eceran, grosir, maupun ke supermarket. Distribusi juga dilakukan sebaik mungkin agar produk dapat sampai ke tangan konsumen dengan tepat waktu. Produk yang dihasilkan CV WPIU juga telah memiliki kelengkapan untuk memasuki supermarket. 49
Kegiatan promosi yang dilakukan belum optimal walaupun dengan bersedia diwawancara oleh bebarapa tabloid dan TV, telah mendatangkan permintaaan. Hal ini dikarenakan, CV WPIU belum melakukan kegiatan promosi sendiri yang berusaha menginformasikan produknya secara optimal dan hanya mengandalkan promosi melalui pameran-pameran dan informasi dari mulut ke mulut. Hal ini tentu kurang efektif karena suatu pameran tidak memiliki waktu yang pasti kapan akan dilaksanakan dan informasi produk tidak menyebar secara luas jika mengandalkan promosi dari mulut ke mulut karena jangkauannya terbatas, apalagi saat ini CV WPIU ingin memasuki supermarket. Karena itu, dibutuhkan kegiatan promosi yang efektif agar jus dan sirup buah yang dihasilkan dapat dikenal oleh konsumen. 6.2. Aspek Teknis Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun.
Aspek teknis dianalisa untuk melihat apakah dari segi
pembangunan proyek dan segi implementasi rutin bisnis secara teknis dapat dilaksanakan, begitu juga dengan teknologi yang dipakai (Umar, 2005). Pada penelitian ini, aspek teknis yang akan dikaji meliputi, lokasi perusahaan, spesifikasi bahan baku dan peralatan, kapasitas produksi, teknologi yang digunakan, proses produksi, dan layout perusahaan. 6.2.1. Lokasi Perusahaan Lokasi usaha CV WPIU terletak di jalan Sawangan Raya No. 16, kota Depok, Jawa barat. Pemilik usaha membuka usaha di daerah ini karena lokasi ini berdekatan dengan sumber bahan baku, dimana kecamatan Sawangan merupakan salah satu sentra penghasil belimbing manis dan jambu biji merah di kota Depok. Dengan demikian, ketersediaan bahan baku akan terjamin. Selain itu, bahan baku utama CV WPIU adalah produk pertanian berupa buahan-buahan maka bahan baku tersebut memiliki sifat mudah busuk atau rusak, sehingga faktor jarak antara lokasi usaha dengan lokasi bahan baku menjadi suatu yang penting. Karena lokasi usaha yang dekat dengan sumber bahan baku, proses transportasi ataupun pengangkutan bahan baku utama tidak membutuhkan biaya yang besar dan waktu 50
yang lama. Dengan demikian, CV WPIU akan memperoleh bahan baku buahbuahan yang masih dalam keadaan segar, dimana kualitas bahan baku ini sangat menentukan kualitas jus dan sirup buah yang akan dihasilkan. Lokasi CV WPIU, dilihat dari kedekatan dengan pasar tidak jauh dari pusat kota dan pasar.
Selain itu, CV WPIU terletak di kota Depok yang
berdekatan dengan kota besar seperti, Jakarta, dan Bogor.
Hal ini juga
memudahkan CV WPIU dalam memperoleh bahan baku seperti, botol, gula pasir, bahan tambahan makanan, serta kardus yang harus diperoleh dari luar kota seperti, Jakarta dan Bogor. Kedekatan dengan kota-kota besar juga memudahkan CV WPIU dalam memasarkan produk yang dihasilkan. Apalagi saat ini, CV WPIU berencana memasarkan produk yang dihasilkan ke supermarket yang ada di dalam kota maupun di luar kota. Di lokasi usaha CV WPIU sudah tersedia fasilitas seperti, sumber air, listrik, dan jaringan telepon yang baik.
Namun, CV WPIU harus membuat
saluran pembuangan air sendiri karena di lokasi usaha ini belum terdapat saluran pembuangan air, dimana saluran pembuangan merupakan suatu sarana yang sangat penting. Letak lokasi CV WPIU, dari sisi transportasi, agak sulit untuk dijangkau. Jalan yang akan dilalui sangat baik dan sudah ada angkutan umum. Namun, lokasi usaha ini terletak di kompleks perumahan, sehingga untuk mencapai lokasi ini perlu jalan kaki terlebih dahulu setelah naik angkutan umum.
Melihat
kekurangan ini, CV WPIU tahun ini berencana untuk pindah ke lokasi yang lebih mudah untuk dijangkau dan dekat dengan jalan raya, sehingga kegiatan transportasi dan usaha dapat berjalan lancar. 6.2.2. Bahan Baku dan Peralatan Bahan baku utama CV WPIU untuk memproduksi jus dan sirup buah adalah buah-buahan. Buah-buahan tersebut adalah belimbing manis dan jambu biji merah. Belimbing manis dan jambu biji merah yang diolah menjadi jus dan sirup adalah belimbing manis dan jambu biji merah grade C yang diperoleh dari kelompok tani Makmur Sejahtera yang beranggotakan 30 orang petani, yang memiliki lahan antara 2.000 m2 hingga 9.000 m2 dengan hasil produksi buahbuahan grade C per tahun adalah 100 ton per tahun, serta merupakan kelompok 51
tani terbesar di kecamatan Sawangan. Buah-buahan ini dipasok setiap tiga hari sekali dan diantar langsung oleh kelompok tani kepada CV WPIU. Buah-buahan ini dibeli CV WPIU dengan harga lebih tinggi dari harga yang diperoleh petani dari pihak koperasi dan pasar. kesejahteraan petani.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
Kelompok tani Makmur Sejahtera juga bersedia dan
menyanggupi untuk menyuplai belimbing manis dan jambu biji merah jika CV WPIU menambah kapasitas usahanya. Bahan baku penunjang seperti, gula pasir, Natrium Benzoat, dan Asam Sitrat, perusahaan membeli bahan baku tersebut
secara langsung setiap
minggunya di toko yang menjual BTM (Bahan Tambahan Makanan) Kampung Melayu, Jakarta Timur, dan Bogor. Untuk karagen, perusahaan membeli melalui UNPAS (Universitas Pasundan) Bandung. Bahan-bahan lainnya, seperti kemasan botol plastik diperoleh dari toko plastik di Jembatan Lima, Jakarta Pusat, kardus diperoleh dari Ibu Yuli di Cimanggis, Depok, sedangkan untuk label kemasan diperoleh dari percetakan Pandora yang dimiliki oleh anak pemilik perusahaan. Kegiatan usaha memerlukan berbagai peralatan dan perlengkapan usaha untuk melakukan proses produksi. Kegiatan usaha dapat berjalan lancar dengan adanya peralatan dan perlengkapan tersebut. Peralatan produksi dan perlengkapan usaha yang dimiliki CV WPIU dalam melakukan kegiatan usahanya dapat dilihat pada Lampiran 2. 6.2.3. Kapasitas Produksi Kapasitas produksi adalah jumlah atau volume produk yang seharusnya dibuat oleh perusahaan.
Kapasitas produksi yang dimiliki oleh CV WPIU
ditentukan oleh peralatan produksi yang dimiliki dan juga tenaga kerja. CV WPIU berproduksi selama 26 hari dalam satu bulan. Tabel 8 akan memaparkan jumlah kapasitas saat ini dan kapasitas yang ingin dicapai CV WPIU.
52
Tabel 8. Kapasitas Produksi Tahun 2008 dan Kapasitas yang Ingin Dicapai CV Winner Perkasa Indonesia Unggul
Jus Belimbing Manis
86.400
Kapasitas yang ingin dicapai Per Tahun (Botol) 222.172
Jus Jambu Biji Merah
57.600
148.114
144.000
370.286
Sirup Belimbing Manis
17.280
37.029
Sirup Jambu Biji Merah
11.520
24.686
Jumlah
28.800
61.715
Jenis Produk
Jumlah
Kapasitas Awal Per Tahun (Botol)
Sumber: CV Winner Perkasa Indonesia Unggul (2009)
Tabel 8 menunjukkan bahwa kapasitas CV WPIU saat ini menghasilkan 144.000 botol jus per tahun dan 28.800 botol sirup per tahun dengan kebutuhan bahan baku buah-buahan adalah 33.285 kg. CV WPIU tahun ini berencana untuk memasok sebanyak 164.778 botol jus per tahun dan 20551 botol sirup per tahun ke beberapa supermarket dan 205.508 jus per tahun serta 41.164 botol sirup ke pasar selain supermarket, sehingga total jus yang ingin diproduksi adalah 370.286 botol dan total sirup yang ingin diproduksi adalah 61.715 botol dengan bahan baku buah-buahan yang dibutuhkan adalah 77.990 kg. Padahal, CV WPIU saat ini sudah berproduksi dengan kapasitas maksimum. Karena itu, CV WPIU harus meningkatkan kapasitas produksinya sebesar 150 persen agar dapat memenuhi target untuk memasok jus dan sirup yang dihasilkannya ke beberapa supermarket dan pasar selain supermarket. Dengan demikian, CV WPIU berencana untuk menambah peralatan dan tenaga kerja yang dimiliki serta pindah ke tempat usaha yang lebih luas agar dapat meningkatkan kapasitas produksinya. Dengan adanya peningkatan kapasitas usaha, CV WPIU juga membutuhkan bahan baku yang lebih banyak yaitu, sebesar 77.990 kg dimana kelompok tani Makmur Sejahtera dapat memenuhi kebutuhan CV WPIU karena setiap tahunnya mereka mampu menghasilkan 100 ton buah-buahan grade C.
53
6.2.4. Teknologi yang Digunakan Proses produksi untuk menghasilkan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah yang dihasilkan CV WPIU, masih menggunakan teknologi yang sederhana dan mengandalkan tenaga manusia. Untuk memisahkan buah dengan sari buahnya, CV WPIU menggunakan alat penghancur buah yaitu, mesin pulper. Mesin pulper dapat memisahkan buah dengan sari buahnya secara langsung, sehingga sari buah yang dihasilkan tidak perlu untuk disaring lagi. Kapasitas mesin pulper adalah 6 kg buah. Untuk proses pencucian dan pemotongan buah serta pemasakan jus dan sirup, CV WPIU masih menggunakan alat yang sederhana seperti, pisau, ember, panci besar, kompor gas, dan lain-lain. Demikian juga untuk pembotolan dan pengemasan jus dan sirup, CV WPIU menggunakan tenaga manusia atau bersifat manual. 6.2.5. Proses Produksi Proses produksi merupakan cara atau metode dan teknik dalam menciptakan suatu produk melalui pemanfaatan sumberdaya yang tersedia. Proses pembuatan jus dan sirup buah hampir sama, hanya dibedakan oleh komposisi bahan baku yang digunakan.
Komposisi semua jus buah yang
dihasilkan CV WPIU terdiri dari, 30 persen sari buah, 68 persen larutan gula pasir dan karagen, 1 persen Natrium Benzoat, dan 1 persen Asam Sitrat. Sedangkan komposisi dari semua jenis sirup buah yang dihasilkan CV WPIU terdiri dari, 70 persen sari buah, 28 persen larutan gula pasir dan karagen, 1 persen Natrium Benzoat, dan 1 persen Asam Sitrat.
Adapun tahapan dalam pembuatan jus dan
sirup adalah sebagai berikut: 1) Pemilihan Buah Tahap pertama yang dilakukan untuk menghasilkan jus dan sirup buah adalah pemilihan buah yang akan diolah. Buah yang diolah menjadi jus dan sirup adalah buah yang matang penuh dan buah yang sehat. Buah yang sehat adalah buah yang tidak busuk dan juga bebas dari hama penyakit. Kondisi buah yang matang penuh diperlukan agar jus dan sirup yang dihasilkan mempunyai aroma yang kuat.
54
2) Pencucian dan Pemotongan Buah Buah yang telah dipilih lalu dicuci dan dibersihkan (sortasi) dengan cara mencuci buah menggunakan air bersih. Buah yang telah bersih kemudian dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil. Hal ini bertujuan untuk mempermudah proses penghancuran buah dengan blender ataupun alat pengepres buah (pulper).
Alat yang digunakan CV WPIU untuk
menghancurkan buah adalah pulper. Buah-buah yang akan dihancurkan, ada baiknya dikukus (blansir) terlebih dahulu dalam panci selama 15 menit. Pengukusan dilakukan untuk menghilangkan warna cokelat akibat getah sehabis dipotong. 3) Penghancuran Buah yang telah dicuci dan dipotong kemudian dihancurkan menggunakan pulper hingga menjadi puree (bubur buah).
Penghacuran buah dilakukan
dengan menambahkan air secukupnya. Proses penghacuran dilakukan hingga buah benar-benar hancur, sehingga dapat memudahkan pengolahan berikutnya. 4) Pemasakan Buah yang telah dihancurkan tersebut kemudian dimasak.
Pemasakan
dimulai dengan mendidihkan karagen dengan air dengan suhu api 1000C. Untuk jus, kandungan larutan air dan karegan adalah 68 persen sedangkan untuk sirup, kandungan larutan air dan karagen adalah sebesar 28 persen. Setelah mendidih, masukkan gula pasir putih dan kecilkan suhu api hingga 800 C. Selanjutnya, tambahkan Natrium Benzoat dan Asam Sitrat. Asam Sitrat berfungsi untuk menjaga pH dalam larutan sari buah agar tetap berada pada tingkat keasaman yang sesuai sedangkan natrium benzoat bertujuan untuk mengawetkan jus dan sirup. Setelah itu, sari buah dimasukkan kedalam larutan mendidih tersebut. Untuk jus, kandungan sari buahnya adalah 30 persen sedangkan untuk sirup, kandungan sari buahnya adalah 70 persen. Total waktu proses mendidihkan larutan karagen hingga masuknya sari buah adalah sekitar 20 menit. Setelah 30 menit, jus buah diangkat dan didinginkan. Namun, untuk sirup waktu
55
pemasakan setelah sari buah dimasukkan adalah satu jam. Lalu, sirup buah diangkat dan didinginkan 5) Pengemasan Larutan jus dan sirup buah yang telah dimasak kemudian didinginkan hingga mencapai suhu 800C lalu dimasukkan ke dalam botol. Hal ini bertujuan agar jus dan sirup tidak terkontaminasi. Kemasan yang digunakan untuk jus buah adalah kemasan botol berukuran 250 mililiter. Pemilihan bahan kemasan disesuaikan dengan aspek kesehatan dan lingkungan. Botol plastik yang digunakan harus dapat menahan panas dari sari buah yang telah melalui proses pemasakan. Sedangkan untuk sirup, botol yang digunakan terbuat dari kaca berukuran 620 ml. Botol dipasteurisasi dengan direndam dengan air sebatas leher botol hingga dingin yaitu, sekitar 30 menit setelah jus dan sirup dimasukkan ke dalam botol. Setelah itu, botol siap diberi label dan dimasukkan ke dalam kardus. Satu kardus jus berisi 24 botol jus buah dan satu kardus sirup berisi 12 buah sirup buah. Jus dan sirup buah pun siap dipasarkan. Gambar 3 menunjukkan alur proses pembuatan jus dan sirup buah. Pemilihan Buah-buahan
Pencucian dan Pemotongan Buah
Penghancuran Buah
Pemasakan n Pembotolan Jus dan Sirup
Pengepakan Jus dan Sirup Gambar 3. Alur Proses Pembuatan Jus dan Sirup CV Winner Perkasa Indonesia Unggul Sumber: CV Winner Perkasa Indonesia Unggul (2009)
56
6.2.6. Layout Perusahaan Saat ini, perusahaan belum memiliki layout yang sesuai dengan alur produksi. Hal ini dikarenakan kondisi bangunan yang dimiliki perusahaan yang terbatas atau tidak begitu luas, dimana luas bangunan adalah 127, 5 m2 dengan panjang 15 m dan lebar 8,5 m. Namun sejauh ini, hal tersebut tidak mengganggu proses produksi. Perusahaan memiliki tiga ruangan yaitu, teras, ruangan kantor, dan ruang produksi. Teras yang ada berukuran 3 m x 5 m. Ruangan kantor dengan ukuran 3 m x 3,5 m, digunakan untuk menyimpan berkas-berkas dan juga untuk menerima tamu. Ruangan ini juga tidak terlalu luas. Ruang produksi dengan ukura 12 m x 8,5 m, digunakan untuk melakukan seluruh proses produksi, mulai dari memilih buah, mencuci dan memotong buah, menghancurkan buah, menyaring sari buah, memasak jus dan sirup, dan juga mengemas, serta mengepak jus dan sirup. Melihat keterbatasan yang dimiliki, CV WPIU berencana tahun ini untuk pindah ke tempat usaha yang lebih baik dan luas serta sesuai dengan alur produksi. Dengan demikian, setiap proses produksi memiliki ruangan masingmasing. Hal ini tentunya dapat meningkatkan kehigienisan dan kualitas produk yang dihasilkan. Layout perusahaan dapat dilihat pada Gambar 4. Ruang Produksi
Ruang Kantor
Teras
Gambar 4. Layout CV Winner Perkasa Indonesia Unggul Sumber: CV Winner Perkasa Indonesia Unggul (2009)
57
6.2.7. Hasil Analisis Aspek Teknis Berdasarkan penjabaran di atas, CV WPIU dapat dikatakan layak secara aspek teknis. Hal ini dapat dilihat dari lokasi usaha CV WPIU yang dekat dengan sumber bahan baku utamanya yaitu, buah-buahan yang memiliki sifat mudah rusak dan busuk. Lokasi usaha juga dekat dengan beberapa kota besar yang memudahkan untuk mendapat bahan baku usaha yang tidak diperoleh di Depok dan juga memudahkan CV WPIU dalam memasarkan jus dan sirup yang dihasilkan. Lokasi usaha CV WPIU yaitu, di kecamatan Sawangan merupakan salah satu sentra penghasil belimbing manis dan jambu biji merah.
Hal ini
tentunya dapat mendukung ketersediaan bahan baku yang dibutuhkan CV WPIU. Proses produksi yang dilakukan CV WPIU juga sesuai dengan standar yang ada karena telah mendapat izin dari Dinas Kesehatan. Walaupun saat ini tempat usaha yang dimiliki tidak sesuai dengan alur produksi, CV WPIU tetap berusaha menghasilkan produk yang berkualitas dan higienis.
CV WPIU
berencana untuk pindah ke lokasi usaha yang lebih luas untuk mengatasi hal tersebut. CV WPIU juga sudah berproduksi sesuai dengan kapasitas maksimum yang dimiliki, sehingga untuk memenuhi pasokan ke supermarket mereka berencana meningkatkan kapasitasnya sebesar 150 persen. 6.3. Aspek Manajemen Aspek manajemen dianalisa untuk melihat apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan, sehingga rencana bisnis dapat dikatakan layak atau tidak layak (Umar, 2005). Pengkajian aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola proyek dan struktur organisasi yang ada. Proyek dijalankan akan berhasil apabila dijalankan oleh
orang-orang
yang
profesional
mulai
dari
yang
merencanakan,
melaksanakannya, hingga mengendalikannya agar tidak terjadi penyimpangan. Demikian juga dengan struktur organisasi yang diperoleh harus sesuai dengan bentuk dan tujuan usaha serta kebutuhan tenaga kerja harus terinci dengan baik. Pada penelitian ini, aspek manajemen yang akan diteliti dibatasi pada manajemen dalam operasi, yang meliputi struktur organisasi, tugas dan wewenang, serta kebutuhan tenaga kerja.
58
6.3.1. Struktur Organisasi CV WPIU memiliki struktur organisasi yang sederhana. CV WPIU dipimpin oleh Ibu Maria yang membawahi bendahara, bagian pengadaan bahan baku, bagian produksi, dan bagian pemasaran, serta terdapat sekutu komanditer. Adapun struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 5.
Sekutu Komanditer
Pemimpin
Bendahara
Bagian Pengadaan Bahan Baku
Bagian Produksi
Bagian Pemasaran
Gambar 5. Struktur Organisasi CV Winner Perkasa Indonesia Unggul Sumber: CV Winner Perkasa Indonesia Unggul (2009)
6.3.2. Tugas dan Wewenang Setiap pekerja di CV WPIU memiliki tugas dan wewenang masingmasing. Seorang pemimpin usaha bertugas untuk mengelola usaha secara umum, sehingga usaha dapat berjalan lancar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, mencari link pemasaran serta bertanggungjawab atas maju mundurnya perusahaan, serta memiliki wewenang untuk mengambil keputusan yang berhubungan dengan pelaksanaan usaha. Sekutu komanditer pada usaha ini adalah anak dari Ibu Maria. Hal ini bertujuan untuk regenerasi perusahaan suatu saat nanti.
Sekutu komanditer
memberikan modalnya dan bertugas untuk membuat desain untuk label produk karena sekutu komanditer tersebut memiliki kemampuan di bidang disain grafis, serta memiliki wewenang untuk mengetahui pertanggungjawaban keuangan dan perkembangan kondisi perusahaan. Sekutu komanditer memiliki tanggung jawab yang terbatas yaitu, sebesar modal yang diberikan kepada usaha ini. Bendahara bertugas untuk mengatur keuangan dan membuat laporan keuangan,
sehingga
arus
keuangan
dapat
terlihat
dengan
jelas
dan
bertanggungjawab langsung kepada pemimpin usaha. Dengan demikian, laba perusahaan dapat terlihat dengan jelas. Bagian produksi bertanggungjawab untuk melakukan proses produksi dan pengemasan, sehingga menghasilkan produk yang 59
memiliki kualitas yang baik. Bagian pemasaran bertugas untuk mengantarkan produk dan melakukan penjualan serta bagian pengadaan bahan baku bertanggungjawab untuk menyediakan bahan baku yang dibutuhkan dalam proses produksi. 6.3.3. Kebutuhan Tenaga Kerja Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengelola usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah ini terdiri atas tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap atau harian. Tenaga kerja yang dibutuhkan tidak memiliki syarat khusus namun harus memiliki keuletan dan ketekunan dalam bekerja. Saat ini, tenaga kerja tetap ada sebanyak delapan orang yang terdiri atas, satu orang bendahara, satu orang bagian pengadaan bahan baku, dua orang bagian pemasaran, dan empat orang bagian produksi dimana dua orang bertugas untuk memasak jus dan sirup dan dua orang untuk mengupas dan mencuci buah, mengemas, mengepak, serta membersihkan tempat produksi. Sedangkan tenaga kerja tidak tetap maksimal dibutuhkan sebanyak lima orang. Tenaga kerja tidak tetap ini bertugas untuk membantu kegiatan produksi dan biasanya dibutuhkan pada saat musim kemarau karena pada musim kemarau permintaan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah cenderung meningkat. CV WPIU harus meningkatkan kapasitas usahanya sebesar 150 persen untuk memasuki pasar supermarket. Karena itu, untuk dapat memenuhi target ini CV WPIU berencana menambah dua orang tenaga kerja tetap di bagian produksi. Sedangkan untuk bagian lain tidak diperlukan penambahan personil karena jumlah tenaga kerja yang sudah ada saat ini dirasakan sudah memadai walaupun harus meningkatkan kapasitas sebesar 150 persen. Jam kerja mereka adalah dari hari Senin hingga Sabtu mulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB. Para pekerja di CV WPIU selain memiliki tugas dan wewenang tetapi juga memiliki hak yang mereka terima sebagai pekerja yaitu, berupa gaji, tunjangan hari raya (THR), dan bantuan kesehatan. Gaji yang diterima oleh pegawai tetap diberikan per bulan yaitu, sebesar Rp 800.000 per bulan dan tenaga kerja tidak tetap atau harian diberikan per hari yaitu, sebesar Rp 23.500 per hari. Tunjangan hari raya diberikan kepada tenga kerja ketika menyambut hari raya dan bantuan kesehatan diberikan kepada tenaga kerja yang mengalami sakit yang cukup serius. 60
Namun saat ini, CV WPIU menghadapi kendala akan kemampuan dan komitmen yang dimiliki beberapa tenaga kerjanya karena mereka sulit untuk belajar dan kurang serius dalam bekerja yaitu, tidak masuk kerja dengan alasan yang tidak jelas. Hal ini tentunya akan mengganggu proses produksi dan jalannya usaha. 6.3.4. Hasil Analisis Aspek Manajemen CV WPIU sudah memiliki struktur organisasi yang jelas dan sudah adanya tugas dan wewenang untuk masing-masing tenaga kerja. Namun, tugas pemimpin usaha dalam mencari link pemasaran seharusnya dilakukan oleh bagian pemasaran. Hal ini bisa terjadi dikarenakan SDM dari bagian pemasaran yang kurang mampu untuk mencari link pemasaran, sehingga tugas ini diambil alih oleh pemimpin usaha.
Karena itu, bagian pemasaran hanya bertugas untuk
mengantarkan barang dan melakukan penjualan. Sedangkan untuk tenaga kerja yang lain sudah melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan wewenang masing-masing. Ini terlihat juga dari kesungguhan mereka melakukan tugas yang diberikan dan kehadiran tepat waktu sesuai jam kerja yang telah ditentukan walaupun saat ini terdapat beberapa tenaga kerja yang memiliki kemampuan dan komitmen yang rendah. Jumlah tenaga kerja yang ada sekarang sudah cukup memadai untuk menjalankan usaha ini. Namun, masih diperlukan tambahan dua orang tenaga kerja di bagian produksi agar dapat mencapai penambahan kapasitas sebesar 150 persen. Karena itu, berdasarkan aspek manajemen usaha ini layak untuk dilakukan karena tenaga kerja sebagian besar bekerja sesuai tugas dan wewenang yang diberikan. 6.4. Aspek Sosial dan Lingkungan Pembangunan suatu
usaha hendaknya memperhatikan lingkungan
sekitarnya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Pembanguan usaha yang baik adalah pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan tersebut dapat terwujud apabila semua komponen dalam perusahaan mengerti pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan dalam setiap tahapan proses produksinya.
61
6.4.1. Analisis Dampak Sosial CV WPIU mendirikan usaha ini tidak hanya untuk mencapai tujuan ekonomi saja tetapi juga tujuan sosial. Hal ini terlihat dari visi yang dimiliki CV WPIU. Belimbing manis dan jambu biji merah grade C dari kelompok tani Makmur Sejahtera yang kurang diminati di pasaran ditampung oleh CV.WPIU untuk diolah menjadi jus dan sirup dengan hadirnya usaha ini. Ketentuan harga yang ditetapkan CV WPIU berada di atas harga tertinggi.
Harga beli yang
ditetapkan oleh CV WPIU untuk belimbing manis dan jambu biji merah grade C yang diperoleh dari kelompok tani Makmur Sejahtera disaat panen raya adalah Rp 4.000/kg dan Rp 5000/kg saat diluar panen raya. Harga beli yang ditetapkan CV WPIU untuk belimbing manis grade C, diatas harga yang diperoleh kelompok tani dari Pusat Koperasi Belimbing Dewa Depok yaitu, dengan harga tertinggi Rp 3.500, dimana jika panen raya harga belimbing manis grade C bisa mencapai harga terendah yaitu, Rp 1.500. Sedangkan untuk jambu biji merah grade C bisa mencapai harga terendah yaitu, Rp 700. Penetapan harga ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para petani serta dapat memenuhi kebutuhan CV WPIU secara kontiniu.
Selain itu, CV WPIU juga mengajak
kelompok tani Makmur Sejahtera untuk mengikuti berbagai pameran, sehingga kelompok tani ini mendapat pengalaman yang lebih luas dan dikenal banyak pihak. Adanya usaha ini dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, dimana seluruh tenaga kerja CV WPIU berasal dari lingkungan sekitar usaha ini. Ibu Maria juga ingin memberikan contoh kepada kaum wanita bahwa seorang wanita tidak perlu takut untuk berwirausaha, sehingga dapat menumbuhkan jiwa wirausaha kaum wanita. 6.4.2. Analisis Dampak Lingkungan Sampai saat ini, CV WPIU memang belum memiliki Analsis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), meskipun diketahui bahwa keseimbangan lingkungan tersebut dapat dijaga dan diatur apabila industri telah memiliki AMDAL dan perundangan yang berlaku menghendaki demikian. Namun hal ini dapat ditolerir dengan pertimbangan bahwa CV WPIU tidak menghasilkan limbah dalam jumlah besar dan tidak membahayakan masyarakat sekitar. Selain itu, CV 62
WPIU merupakan usaha yang ramah lingkungan karena menggunakan bahanbahan alami seperti buah-buahan.
Limbah produksi ini tentu tidak
membahayakan masyarakat sekitar. Limbah ini jika dikeringkan dapat digunakan sebagai pupuk organik bagi tanaman. 6.4.3. Hasil Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa CV WPIU layak secara aspek sosial dan lingkungan. Berdirinya usaha ini semata-mata tidak hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk mensejahterakan masyarakat sekitar usaha dengan mempekerjakan masyarakat sekitar sebagai tenaga kerja dan menetapkan harga yang lebih tinggi kepada petani. Hal ini dapat juga dilihat dari visi yang dimiliki CV WPIU. Usaha ini juga menggunakan bahan baku yang ramah terhadap lingkungan sehingga tidak akan mencemari lingkungan. 6.5. Aspek Hukum Pendirian dan beroperasinya usaha akan lebih diketahui
serta diakui
keberadaannya oleh pemerintah jika berbentuk badan usaha dan memiliki perizinan usaha. Kelengkapan dan keabsahan dokumen sangat penting karena ini merupakan dasar hukum yang harus dipegang apabila dikemudian hari timbul masalah. Keabsahan dan kesempurnaan dokumen dapat diperoleh dari pihakpihak yang menerbitkan atau mengeluarkan dokumen tersebut. 6.5.1. Badan Hukum Ada beberapa bentuk perusahaan dari segi yuridisnya di Indonesia. Bentuk badan usaha tersebut antara lain, perusahaan perseorangan, firma, Perseroan Komanditer (CV),
Perseroan Terbatas (PT), perusahaan negara,
perusahaan pemerintah, koperasi, dan yayasan. Usaha yang dirtintis sejak tahun 2007 ini memiliki badan usaha yaitu, perseroan komanditer (CV). Perseroan komanditer (CV) merupakan persekutuan yang didirikan oleh beberapa orang dan masing-masing menyerahkan sejumlah uang, yang tidak perlu sama. Sekutu dalam perseroan komanditer ini ada dua macam, yakni (1) sekutu komplementer yaitu, orang-orang yang bersedia mengatur perusahaan; (2) sekutu komanditer yaitu, orang-orang yang mempercayakan modal usahanya dan bertanggung jawab sebatas modal yang diikutsertakan dalam perusahaan. 63
6.5.2. Perizinan Ada beberapa jenis perizinan yang perlu dipersiapkan sebelum suatu usaha dijalankan untuk mendapatkan legalitas usaha. Perizinan usaha yang dimiliki CV WPIU adalah sebagai berikut: 1) Akta Pendirian Akta pendirian biasanya dalam bentuk akta notaris yang berisi keputusan rapat pendirian oleh pendiri tentang anggaran dasar dan anggaran rumah tangga badan hukum usaha. CV WPIU dikenai biaya sebesar Rp 650.000 untuk mengurus akta pendirian. 2) Surat Keterangan Domisili Usaha Surat ini dikeluarkan oleh Kelurahan sebagai bukti adanya persetujuan penguasaan daerah setempat. Sebelumnya, untuk mendapatkan persetujuan dari kelurahan, pihak pengurus perizinan membutuhkan tanda tangan persetujan dari warga yang bertempat tinggal di sekitar lokasi usaha atau persetujuan dari RT/RW setempat. 3) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) NPWP ini dikeluarkan oleh Kantor Dinas Pajak Daerah. Untuk mendapatkan NPWP, badan hukum harus menyiapkan akta notaris pendirian yang berisi AD/ART, fotokopi KTP pemilik, dan Surat Keterangan Domisili Usaha. 4) Tanda Daftar Perusahaan Undang-Undang No. 3 tahun 1983 mewajibkan perusahaan di Indonesia didaftarkan
dalam Daftar Perusahaan di Departemen Perindustrian dan
Perdagangan. Setelah itu, perusahaan diberikan nomor Tanda Daftar Perusahaan. Karena itu, CV WPIU mendaftarkan usahanya. 5) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) CV WPIU mengurus izin usaha perdagangan ke Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Untuk mengurus izin, CV WPIU tidak dikenakan biaya atau dengan kata lain gratis. 6) Sertifikasi Halal Sebagaian besar penduduk Indonesia beragama Islam. Dengan demikian, kehalalan produk yang dihasilkan menjadi sangat penting agar produk tersebut dapat diterima oleh semua konsumen dengan latar belakang agama
64
yang berbeda-beda.
CV WPIU pun memiliki sertifikasi halal dengan
No.MUI-JB 1006230904 untuk semua produk yang dihasilkannya dari Majelis Ulama Indonesia. 7) Izin Dinas Kesehatan CV WPIU juga sudah mendapat izin dari BPPOM. Dengan adanya izin ini, produk yang dihasilkan CV WPIU
sudah terdaftar dan layak untuk
dikonsumsi. Seluruh produk yang dihasilkan CV WPIU baik jus dan sirup terdaftar dengan nomor IRT yang sama yaitu, 213327603088.
Hal ini
dikarenakan produk yang dihasilkan tidak lebih dari 20 jenis dan diproduksi oleh perusahaan yang sama dengan proses produksi yang hampir sama. 6.5.3. Perpajakan Jumlah pajak yang menjadi kewajiban CV WPIU kepada negara adalah pajak penghasilan yang dihitung berdasarkan UU No. 17 Tahun 2000 tentang tarif umum PPh wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap dimana sistem pajak ini adalah bersifat progresif.
Adapun ketentuan tarif PPh adalah sebagai
berikut: 1) Jika pendapatan < Rp 50.000.000 maka tarif pajak adalah 10 % x pendapatan. 2) Jika RP 50.000.000 < pendapatan < Rp 100.000.000 maka tarif pajak adalah 10 % x RP 50.000.000 + 15 % x (pendapatan- RP 50.000.000). 3) Jika pendapatan > Rp 100.000.000 maka tarif pajak adalah 10 % x RP 50.000.000 + 15% x (pendapatan- RP 50.000.000) + 30% x (pendapatanRP 100.000.000). 6.5.4. Hasil Analisis Aspek Hukum Berdasarkan penjabaran di atas, dapat dikatakan bahwa CV WPIU layak dilihat dari aspek hukum. Hal ini dikarenakan, CV WPIU sudah memiliki badan hukum dan memiliki perizinan-perizinan yang dibutuhkan dalam menjalankan suatu usaha.
CV WPIU juga akan memenuhi kewajibannya kepada negara
dengan membayar pajak sesuai dengan laba yang dihasilkan.
65
VII ASPEK FINANSIAL Analisis finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu usaha dari segi keuangan.
Analisis finansial yang dilakukan pada CV WPIU
menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi yaitu, net present value (NPV), internal rate of return (IRR), net benefit-cost ratio (Net B/C), dan payback period (PBP). Arus kas (cash flow) digunakan untuk melakukan analisis terhadap ke-4 kriteria investasi karena dengan cash flow kita dapat mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. 7.1. Arus Penerimaan (Inflow) Arus penerimaan dalam usaha pengolahan ini dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu, pendapatan penjualan, pinjaman kepada pihak bank, dan nilai sisa. 7.1.1. Pendapatan Penjualan Pendapatan penjualan dihitung dari perkiraan jumlah produksi dikalikan dengan harga jual.
Pada tahun pertama dan kedua, CV WPIU
berproduksi
sebesar 70 persen dari kapasitas yang ingin dicapai karena, ini merupakan tahuntahun awal produk yang dihasilkan dipasarkan di supermarket, sehingga produk belum dikenal konsumen secara luas dan ini juga merupakan awal CV WPIU memproduksi melebihi kapasitas yang sudah ada sebelumnya, sehingga dibutuhkan keterampilan dari tenaga kerja yang ada. CV WPIU berproduksi 100 persen untuk tahun ke-3 hingga tahun ke-10 karena sudah memiliki pengalaman dan produk sudah dikenal di pasaran. Pada tahun pertama dan kedua, CV WPIU akan memproduksi 259.200 botol jus dan 43.200 botol sirup. Sedangkan pada tahun ke-3 hingga ke-10, CV WPIU akan memproduksi 370.286 botol jus dan 61.715 botol sirup. Harga jual eceran untuk seluruh jenis jus (1-119 botol) adalah Rp 3.500 dan seluruh jenis sirup (1-59 botol) adalah Rp 12.500. Harga jual grosir untuk seluruh jenis jus untuk (≥ 120 botol) adalah Rp 2.500 dan seluruh jenis sirup (≥ 60 botol) adalah Rp 9.000. Sedangkan harga jual kepada pihak supermarket untuk seluruh jenis jus adalah Rp 2.720 dan seluruh jenis sirup adalah Rp 9.010. Adapun proporsi penjualan yang dilakukan CV WPIU adalah 15 persen penjualan jus secara eceran, 17 persen penjualan sirup secara eceran, 41 persen penjualan jus
secara grosir, 50 persen penjualan sirup secara grosir, 44 persen penjualan jus ke supermarket, dan 33 persen penjualan sirup ke supermarket. Pendapatan yang diterima CV WPIU dari penjualan jus pada tahun pertama dan ke-2 adalah Rp 712.255.680 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 1.017.508.970 serta penjualan sirup pada tahun pertama dan ke-2 adalah Rp 414.192.680 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 591.505.510. Rincian pendapatan penjualan dapat dilihat pada Lampiran 1. 7.1.2. Pinjaman dari Bank Penerimaan lain yang diperoleh CV WPIU adalah dari dana pinjaman kepada pihak bank yaitu, Bank Jabar Banten. Dana yang akan dipinjam kepada pihak bank adalah sebesar Rp 60.000.000. Dana ini digunakan CV WPIU untuk mengembangkan usahanya. Pinjaman yang diberikan pihak bank akan diangsur selama 10 tahun oleh CV WPIU dengan bunga pinjaman sebesar 14 persen. Pinjaman akan diangsur mulai tahun pertama hingga tahun ke-10.
Angsuran
yang akan dibayar oleh CV WPIU terdiri dari angsuran pokok pinjaman dan beban bunga. 7.1.3. Nilai Sisa Penerimaan lain yang diperoleh CV WPIU adalah dari nilai sisa atau salvage value. Nilai sisa merupakan nilai sisa barang modal yang tidak habis terpakai selama umur usaha berlangsung dan dinilai saat umur usaha berakhir. Barang-barang modal CV WPIU yang memiliki nilai sisa adalah lahan. CV WPIU akan membuka usaha di lahan yang luasnya 175m2. Lokasi tempat usaha berada di dekat jalan raya. Dengan demikian, harga lahan per m2 adalah Rp 1.000.000, sehingga nilai lahan yang dimiliki CV WPIU adalah senilai Rp 175.000.000. Lahan tidak mengalami penyusutan, sehingga nilainya pada akhir usaha sama dengan nilai awalnya yaitu, Rp 175.000.000. Rincian Nilai sisa dapat dilihat pada Lampiran 2.
67
7.2. Arus Pengeluaran (Outflow) Arus pengeluaran dalam usaha ini dikelompokkan menjadi dua jenis. Arus pengeluaran tersebut adalah biaya investasi dan biaya operasional. 7.2.1. Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat awal proyek. Namun, jika terdapat aset yang umur ekonomisnya kurang dari umur usaha, biaya investasi juga dikeluarkan selama umur usaha berlangsung yang disebut biaya reinvestasi. Total biaya investasi yang dikeluarkan CV WPIU dalam menjalankan usahanya adalah Rp 251.170.500. Rincian biaya investasi dan reinvestasi dapat dilihat pada Lampiran 2. 7.2.2. Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala selama usaha berjalan. Biaya operasional meliputi, biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan dan nilainya sama setiap tahun. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan dalam proses produksi. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh CV WPIU untuk memproduksi jus dan sirup buah adalah gaji karyawan tetap, biaya barcode, biaya komunikasi, promosi, administrasi kantor dan angsuran pinjaman. Rincian biaya tetap dapat dilihat dari penjabaran berikut: 1) Tenaga kerja tetap yang dimiliki CV WPIU adalah 10 orang dengan gaji masing-masing adalah Rp 800.000 per bulan. Dengan demikian, biaya gaji karyawan tetap CV WPIU dalam setahun adalah Rp 96.000.000. 2) Biaya barcode dalam satu tahun adalah Rp 180.000 3) Biaya komunikasi yang dikeluarkan CV WPIU dalam menjalankan kegiatan usahanya selama satu tahun adalah Rp 6.000.000. Dengan asumsi, biaya komunikasi per bulannya adalah Rp 500.000. 4) Biaya administrasi kantor yang dikeluarkan selama satu tahun adalah Rp 1.800.000. 5) Biaya promosi yang dikeluarkan CV WPIU pada tahun pertama dan kedua adalah Rp 20.400.000 per tahun dan pada tahun-tahun berikutnya adalah 68
Rp 14.400.000 per tahun. Hal ini dikarenakan tahun pertama dan kedua merupakan awal produk jus dan sirup yang dihasilkan CV WPIU memasuki supermarket, sehingga dibutuhkan promosi yang lebih gencar agar produk yang dihasilkan lebih dikenal konsumen. 6) CV WPIU meminjam dana sebesar Rp 60.000.000 untuk mengembangkan usahanya kepada salah satu bank. Pinjaman tersebut diangsur setiap tahun selama 10 tahun dengan bunga sebesar 14 persen per tahun. Angsuran yang dibayar CV WPIU setiap tahunnya selama 10 tahun adalah sebesar Rp 11.502.812. Angsuran yang dibayar tersebut termasuk pembayaran pokok pinjaman dan biaya bunga. Rincian pokok pinjaman dan beban bunga yang dibayar CV WPIU dapat dilihat pada Lampiran 5. Dari rincian biaya tetap di atas, diperoleh nilai dari total biaya tetap yang dikeluarkan CV WPIU pada tahun pertama dan kedua adalah Rp 135.882.812 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 129.882.812. Biaya variabel yang dikeluarkan CV WPIU dalam menghasilkan jus dan sirup buah terdiri atas, biaya upah harian, buah belimbing manis, jambu biji merah, gula pasir, karagen, asam sitrat, natrium benzoat, botol jus dan sirup, label jus dan sirup, kardus jus dan sirup, gas LPG, listrik, dan transportasi. Rincian biaya variabel dapat dilihat dari penjabaran berikut. 1) Biaya upah tenaga kerja harian CV WPIU selama enam bulan. Tenaga kerja harian yang akan dipekerjakan adalah sebanyak lima orang dengan gaji masing-masing adalah Rp 23.500 per hari. Dengan demikian, total biaya upah harian selama 6 bulan
adalah Rp 18.330.000.
Biaya upah harian
merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja yang membantu proses produksi. 2) Belimbing manis dan jambu biji merah yang digunakan adalah grade C, dimana harga belimbing manis dan jambu biji merah pada saat langka yaitu sekitar bulan Mei adalah Rp 5.000 dan Rp 4.000 pada saat panen raya dan hari biasa.
Kebutuhan belimbing manis untuk jus dan sirup pada tahun
pertama dan ke-2 adalah adalah 32.734 kg per tahun dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah 46.762 kg dan kebutuhan jambu biji merah untuk jus dan sirup pada tahun pertama dan ke-2 adalah 21.823 kg dan pada tahun ke-3
69
hingga ke-10 adalah 31.228 kg. Dengan demikian, total biaya pembelian buah pada pada tahun pertama dan ke-2 adalah Rp 222.775.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 318.455.000. Rincian biaya pembelian buah dapat dilihat pada Lampiran 3. 3) Biaya pembelian gula pasir yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2 produksi adalah sebesar Rp 230.400.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 329.152.000 4) Biaya pembelian karagen yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2 produksi adalah sebesar Rp 24.960.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 35.750.000. 5) Biaya pembelian asam sitrat yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke2 produksi adalah sebesar Rp 22.176.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 31.658.000. 6) Biaya pembelian natrium benzoat yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2 produksi adalah sebesar Rp 20.160.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 28.780.000. 7) Biaya pembelian kemasan jus (botol plastik) yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2 produksi adalah sebesar Rp 207.360.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 296.228.800. 8) Biaya pembelian kemasan sirup (botol kaca) yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2 produksi adalah sebesar Rp 43.200.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 61.715.000. 9) Biaya pembelian label jus yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2 produksi adalah sebesar Rp 51.840.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 74.057.200. 10) Biaya pembelian label sirup yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2 produksi adalah sebesar Rp 8.640.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 12.343.000. 11) Biaya pembelian kardus jus yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2 produksi adalah sebesar Rp 21.600.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 30.858.000. Dimana satu kardus memuat 24 botol jus.
70
12) Biaya pembelian kardus sirup yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2 produksi adalah sebesar Rp 14.400.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke10 adalah Rp 20.572.000. Dimana satu kardus memuat 12 botol sirup. 13) Biaya pembelian gas LPG yang dikeluarkan selama tahun pertama dan ke-2 produksi adalah sebesar Rp Rp 23.400.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 33.450.000. Rincian biaya pembelian gula, karagen, asam sitrat, natrium benzoat, kemasan jus, kemasan sirup, label jus, label sirup, kardus jus, kardus sirup, dan gas LPG dapat dilihat pada Lampiran 4. 14) Biaya listrik yang dikeluarkan CV WPIU selama tahun pertama dan ke-2 produksi adalah sebesar Rp Rp 22.800.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-10 adalah Rp 32.600.000. 15) Biaya transportasi yang dikeluarkan CV WPIU selama tahun pertama dan ke2 produksi adalah sebesar Rp Rp 24.010.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke10 adalah Rp 34.300.000. Dari rincian biaya variabel diatas maka diperoleh nilai total biaya variabel yang dikeluarkan CV WPIU pada tahun pertama dan kedua adalah sebesar Rp 956.051.000 dan pada tahun ke-3 hingga ke-9
adalah sebesar
Rp 1.358.249.000. Rincian biaya operasional CV WPIU untuk menghasilkan jus dan sirup selama satu tahun mulai tahun pertama hingga ke-10 dapat dilihat pada Tabel 9.
71
Tabel 9. Biaya Operasional CV Winner Perkasa Indonesia Unggul Tahun 1-10 (Rp/Tahun) No A 1 2 3 4 5 6 B 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 C
Uraian Biaya Tetap Upah tetap Barcode Komunikasi Promosi Administrasi kantor Angsuran Pinjaman Total biaya tetap Biaya variabel Upah harian Belimbing manis Jambu biji merah Gula pasir Karagen Asam sitrat Natrium benzoat Botol jus Botol sirup Label jus Label sirup Kardus jus Kardus sirup Gas LPG Listrik Transportasi Total biaya variabel Total biaya operasional (A+ B)
Jumlah Tahun 1-2
Jumlah Tahun 3-10
96,000,000 180,000 6,000,000 20,400,000 1,800,000 11,502,812 135,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
18,330,000 133,664,000 89,111,000 230,400,000 24,960,000 22,176,000 20,160,000 207,360,000 43,200,000 51,840,000 8,640,000 21,600,000 14,400,000 23,400,000 22,800,000 24,010,000 956,051,000 1,091,933,812
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 1,488,131,812
7.3. Analisis Laba Rugi Analisa laba rugi digunakan perusahaan untuk mengetahui perkembangan usaha dalam periode tertentu. Komponen laba rugi usaha pembuatan jus dan sirup buah ini terdiri atas, pendapatan penjualan hasil produksi, biaya operasional, biaya penyusutan, beban bunga, dan pajak penghasilan. Laba sebelum pajak (EBT) diperoleh dari pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya operasional, beban bunga, dan biaya penyusutan. Rincian biaya penyusutan dapat dilihat pada Lampiran 2. Laba setelah pajak (EAT) diperoleh dari laba sebelum pajak
dikurangi dengan pajak penghasilan. Pembebanan pajak penghasilan dihitung berdasarkan ketentuan UU RI No.17 Tahun 2000 tentang pajak penghasilan badan usaha. CV WPIU telah memperoleh keuntungan mulai tahun pertama usaha hingga tahun ke 10 berdasarkan analisa laba rugi. Rincian analisa laba rugi CV WPIU dapat dilihat pada Lampiran 6. 7.4. Analisis Finansial Analisis kelayakan finansial CV WPIU menggunakan prinsip nilai uang saat ini tidak sama dengan nilai uang dimasa akan datang. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi yaitu, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PBP). Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa NPV usaha pembuatan jus dan sirup buah ini lebih besar dari nol yaitu, Rp 292.938.966.
Hal ini
menunjukkan usaha yang akan dijalankan CV WPIU memberikan manfaat bersih sebesar Rp 292.938.966 selama kurun waktu 10 tahun dengan kapasitas produksi menghasilkan 370.286 botol jus per tahun dan 61.715 botol sirup per tahun yang dipasarkan ke supermarket, eceran, maupun secara grosir. Dengan demikian, berdasarkan kriteria NPV usaha ini layak untuk dilaksankan. Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 48,95 persen dimana IRR tersebut lebih besar dari discount factor yang berlaku yaitu, 14 persen.
Hal ini
menunjukkan tingkat pengembalian yang diberikan usaha dari modal yang telah diinvestasikan adalah sebesar 48,95 persen. Hal ini juga menunjukkan bahwa usaha yang dijalankan menguntungkan karena lebih besar dari tingkat suku bunga kredit dari dana yang dipinjam. Dengan demikian, berdasarkan kriteria IRR usaha ini layak untuk dilaksanakan. Net B/C yang diperoleh adalah sebesar 3,09. Hal ini berarti setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha ini akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 3,09. Hal ini juga menunjukkan bahwa pendapatan bersih yang diperoleh adalah 3,09 dari biaya. Nilai Net B/C yang dihasilkan lebih besar dari 1. Karena itu, usaha pembutan jus dan sirup buah ini layak untuk dilaksanakan.
73
Payback period yang diperoleh adalah 3,76 tahun atau sama dengan 3 tahun 7 bulan 4 hari. Hal ini berarti, usaha dapat mengembalikan modal sebelum umur usaha berakhir. Nilai Payback period ini cukup singkat, sehingga usaha ini layak untuk dijalankan. Hasil perhitungan keempat kriteria kelayakan tersebut dapat dilihat pada Tabel 10. Perhitungan cashflow usaha pembuatan jus dan sirup buah CV WPIU dapat dilihat pada Lampiran 7. Tabel 10. Hasil Perhitungan Kriteria Kelayakan Finansial CV Winner Perkasa Indonesia Unggul Kriteria Kelayakan Finansial NPV
Hasil Rp 292.938.966
IRR
48,95 persen
Net B/C PBP
3,09 3,76 tahun
7.6. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) Analisis nilai pengganti (switching value) digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan maksimal pada biaya variabel dan penerimaan penjualan yang dapat ditolerir, sehingga usaha masih layak untuk dilaksanakan. Switching value ditentukan dengan uji coba, sehingga menghasilkan keuntungan normal yaitu, NPV sama dengan 0, IRR mendekati atau sama dengan tingkat suku bunga, dan Net B/C sama dengan 1. Usaha pembuatan jus dan sirup yang bahan baku utamanya merupakan buah-buahan tentu sangat dipengaruhi oleh ketersediaan buah. Namun, CV WPIU terletak di kecamatan Sawangan yang merupakan salah satu sentra penghasil belimbing manis dan jambu biji merah. Dengan demikian, ketersediaan bahan baku buah-buahan lebih terjamin. CV WPIU juga menetapkan harga pembelian bahan baku buah-buahan yang lebih tinggi dari harga di pasar, baik dalam keadaan bahan baku langka maupun panen raya kepada kelompok tani, sehingga CV WPIU tidak menghadapi harga bahan baku yang lebih tinggi daripada yang ditetapkan pada petani. Dengan demikian, ketersediaan dan harga buah-buahan tidak berpengaruh signifikan terhadap usaha ini.
Bahan baku yang sangat
berpengaruh terhadap usaha ini adalah gula pasir dan botol jus karena memegang 74
proporsi yang besar dalam biaya usaha. Selain itu, penurunan penjualan jus dan sirup buah juga perlu dianalisis. Hal ini dikarenakan, apabila persaingan semakin ketat dan produk tidak lagi di dalam tahap pertumbuhan. Dengan demikian, variabel yang dianalisis merupakan variabel yang dianggap signifikan terhadap usaha yaitu, harga gula pasir, botol jus, penjualan jus, dan penjualan sirup. Kita akan memperoleh jumlah maksimum kenaikan harga gula pasir dan botol jus serta penurunan maksimum penjualan jus dan sirup yang membuat usaha ini masih tetap layak untuk dijalankan melalui analisis switching value. Hasil analisis switching value pada usaha pembuatan jus dan sirup buah ini dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil Analisis Switching Value CV Winner Perkasa Indonesia Unggul Uraian
Switching Value (%)
Harga gula pasir
Naik maksimal sebesar 18,84
Harga botol jus
Naik maksimal sebesar 20,94
Penjualan Jus
Turun maksimal sebesar 6,09
Penjualan Sirup
Turun maksimal sebesar 10,48
Kita dapat melihat berdasarkan hasil analisis switching value, bahwa jika kenaikan harga gula pasir sebesar 18,84 persen dan kenaikan harga botol jus mencapai 20,94 persen maka usaha pembuatan jus dan sirup ini masih memperoleh keuntungan normal. Selain itu, penurunan penjualan jus sebesar 6,09 persen dan penurunan penjualan sirup sebesar 10,48 persen pun, CV WPIU masih mampu menghasilkan keuntungan normal. CV WPIU menjadi tidak layak untuk dijalankan apabila harga gula pasir mengalami kenaikan melebihi 18,84 persen yaitu, sebesar Rp 1.507,2 per kilogram. NPV usaha akan lebih kecil dari nol atau negatif, IRR lebih kecil dari discount faktor, dan Net B/C juga akan lebih kecil dari nol jika kenaikan harga gula pasir melebihi 18,84 persen. Dengan demikian, berdasarkan kriteria investasi usaha ini tidak layak untuk dilaksanakan. Apalagi, harga gula eceran selama periode 1998-2007 memiliki kecenderungan yang semakin meningkat. Pada tahun 1998, harga gula eceran mencapai Rp 2737/kg, semakin meningkat hampir setiap tahun dan pada tahun 2007 mencapai Rp6.427,7/kg. Hal ini terjadi 75
karena,
efisiensi produksi gula di Indonesia semakin menurun (Widyastutik,
2005).
Rincian analisis switching value terhadap kenaikan harga gula pasir
sebesar 18,84 persen dapat dilihat pada Lampiran 8. CV WPIU juga menjadi tidak layak untuk dilaksanakan apabila harga botol jus mengalami kenaikan melebihi 20,94 persen yaitu, sebesar
Rp 167,52
per botol. NPV usaha akan lebih kecil dari nol atau negatif, IRR lebih kecil dari discount faktor, dan Net B/C juga akan lebih kecil dari nol jika kenaikan harga gula pasir melebihi 20,94
persen.
Dengan demikian, berdasarkan kriteria
investasi usaha ini tidak layak untuk dilaksanakan. Rincian analisis switching value terhadap kenaikan harga botol jus sebesar 20,94 persen dapat dilihat pada Lampiran 9. CV WPIU juga tidak layak untuk dilaksanakan apabila terjadi penurunan penjualan jus melebihi 6,09 persen dan penurunan penjualan sirup melebihi 10,48 persen. Hal ini akan menyebabkan, NPV usaha akan lebih kecil dari nol atau negatif, IRR lebih kecil dari discount faktor, dan Net B/C juga akan lebih kecil dari nol. Dengan demikian, berdasarkan kriteria investasi usaha ini tidak layak untuk dilaksanakan.
Rincian analisis switching value terhadap penurunan
penjualan jus sebesar 6,09 persen dapat dilihat pada Lampiran 10 dan rincian analisis switching value terhadap penurunan penjualan sirup sebesar 10,48 persen dapat dilihat pada Lampiran 11.
76
VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil deskripsi gambaran usaha, analisis kelayakan usaha, dan analisis switching value pada usaha pembuatan jus dan sirup buah dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: 1) Hasil analisis aspek non finansial yaitu, aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan lingkungan, serta aspek hukum menunjukkan bahwa
usaha yang dijalankan CV WPIU ini layak untuk dilaksanakan.
Namun, pada aspek pasar, kegiatan promosi yang dilakukan belum optimal karena CV WPIU hanya mengandalkan keikutsertaan dalam pameranpameran dan informasi dari mulut ke mulut. CV WPIU juga mengalami kendala pada aspek manajemen yaitu, ada beberapa karyawan yang kurang memiliki kemampuan dan tanggungjawab. 2) Hasil analisis aspek finansial menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV yang dihasilkan selama kurun waktu 10 tahun adalah sebesar Rp 292.938.966 dengan kapasitas produksi menghasilkan 370.286 botol jus per tahun dan 61.715 botol sirup per tahun. Nilai IRR yang diperoleh yaitu sebesar 48,95 persen dimana IRR tersebut lebih besar dari discount factor yang berlaku yaitu 14 persen. Net B/C yang diperoleh adalah sebesar 3,09. Hal ini berarti, setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha ini akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 3,09. Payback period yang diperoleh adalah 3,76 tahun atau sama dengan 3 tahun 7 bulan 4 hari. 3) Berdasarkan hasil analisis switching value, jika kenaikan harga gula pasir melebihi 18,84 persen, kenaikan harga botol jus lebih dari 20,94 persen, penurunan penjualan jus melebihi 6,09 persen, serta penurunan penjualan sirup lebih dari 10,48 persen, usaha pembuatan jus dan sirup ini tidak layak untuk dilaksanakan.
Dengan demikian, usaha ini lebih peka terhadap
penurunan penjualan jus dan sirup daripada kenaikan harga gula pasir dan botol jus.
8.2. Saran Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, saran yang diharapkan dapat menjadi masukan bagi perusahaan dalam menjalankan usahanya adalah sebagai berikut: 1) CV WPIU peka terhadap penurunan penjualan jus dan sirup dan belum optimal dalam mempromosikan produk yang dihasilkan. Karena itu, kegiatan promosi sangat diperlukan untuk mencegah penurunan penjualan dan meningkatkan penjualan serta memperkenalkan produk yang dihasilkan. Apalagi, CV WPIU berencana untuk memasok produk yang dihasilkan ke supermarket dan memenuhi permintaan pasar yang ada. Dengan demikian, jus dan sirup buah khas Depok dapat dikenal luas oleh masyarakat. Program promosi yang dapat dilakukan adalah dengan membuat brosur, poster, leaflat, selebaran, dan iklan di radio. 2) CV WPIU sebaiknya menetapkan aturan kerja yang lebih jelas dan memberikan hukuman bagi tenaga kerja yang sering tidak masuk kerja, yaitu dengan potongan gaji serta memberikan bonus bagi tenaga kerja yang rajin. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kehadiran beberapa tenaga kerja yang sering tidak masuk tanpa alasan yang jelas. Namun, jika para tenaga kerja tersebut tidak mau berubah, sebaiknya CV WPIU merekrut tenaga kerja baru.
78
DAFTAR PUSTAKA Alim AS. 2001. Kajian Proses dan Analisis Finansial Produksi Bubuk Jahe Pada Industri Skala Rumah Tangga [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Clive G. 1992. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: Gramedia. Dinas Pertanian Kota Depok. 2007. Profil Belimbing Kota Depok. Depok: Dintan Kota Depok. Dinas Pertanian Kota Depok. 2008. Pengolahan Hasil Pertanian. Depok: Dintan Kota Depok. Endordewo B. 1998. Analisis Finansial Agribisnis Mangga Model Pembiayaan KKPA [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Gittinger. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta: UI-Press. Husnan S, Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Pencetak AMP YKPN. Kadariah, Karlien L, Clive G. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Universitas Indonesia. Kasmir, Jakfar. 2006. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor: Kencana. Keown. 2001. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba 4. Kotler P. 2004. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Indeks. Mahasin A. 2007. Analisis Brand Equity “Ekuitas Merek” Minuman Sirup dan Implikasinya dalam Kegiatan Pemasaran (Kasus Merek ABC di Giant Hypermarket Margo City Depok [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Malik A, Islahudin, Aslam F. 2009. Geliat Ritel di Indonesia. http//www.seputarindonesia.com/edisicetak/conten/view/225028. [1 April 2009]. Pemkot Depok. 2006. Program Pengembangan Belimbing Sebagai Icon Kota Depok: Pemkot Depok. Pemkot Depok. 2007. Depok dalam Angka. Depok: Pemkot Depok. Potter NH, Hotchkiss. 1995. Food Science. 5th Edition. New York: Chapman and Hall Co. Inc.
Rustiana IN. 2008. Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Puree Mangga (Magnifera indica L) (Studi Kasus pada CV. Promindo Utama, Desa Losari Lor, Kecamatan Losari, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sari PY. 2008. Strategi Pemasaran Produk Jus Jambu Merah ”JJM” Kelompok Wanita Tani Turi, Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Satuhu S. 2004. Penanganan dan Pengolahan Buah. Jakarta: Penebar Swadaya. Sidauruk R. 2005. Perbandingan Efektivitas Biaya dan Kelayakan Finansial Industri Kecil Tahu [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Stanton, William J. 1991. Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga. Subagyo A. 2007. Studi Kelayakan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Gramedia. Sunarjo H. 2004. Berkebun Belimbing Manis. Jakarta: Penebar Swadaya. Sunarjo H. 2005. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Jakarta: Penebar Swadaya. Umar H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Ed ke-3. Jakarta: Gramedia. Utami NL. 2008. Analsis Kelayakan Usaha Serbuk Minuman Instan Berbasis Tanaman Obat (Studi Kasus: Koleksi Tanaman Obat dan Spa kebugaran SYIFA, Bogor) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Uti. 2009. Bank Hati-Hati Salurkan Kredit. http:// cetak.kompas.com/read/xml/ 2009/03/13/1129035/ Bank.Hati-Hati.Salurkan.Kredit. [1 April 2009]. Widyastutik. 2005. Mungkinkah Indonesia Mencapai Swasembada Gula Secara Berkelanjutan [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
80
LAMPIRAN
Lampiran 1. Rincian Pendapatan Penjualan Tahun 1-10 No. Jenis Produk Penjualan Produksi Tahun 1-2 (Botol) Eceran 23,328 1 Jus belimbing manis 2 Jus jambu biji merah
Produksi Tahun 3-10 (Botol) 33,326
Harga (Rp) 3,500
Pendapatan Tahun 1-2 (Rp) 81,648,000
Pendapatan Tahun 3-10 (Rp) 116,641,000
15,552
22,217
3,500
54,432,000
77,759,500
3 Sirup belimbing manis
4,328
6,184
12,500
54,100,000
77,300,000
4 Sirup jambu biji merah
2,886
4,112
12,500
36,075,000
51,400,000
62,986
89,980
2,500
157,465,000
224,950,000
6 Jus jambu biji merah
41,990
59,986
2,500
104,975,000
149,965,000
7 Sirup belimbing manis
12,960
18,515
9,000
116,640,000
166,635,000
8 Sirup jambu biji merah
8,640
12,334
9,000
77,760,000
111,006,000
69,206
98,866
2,720
188,240,320
268,915,520
46,138
65,911
2,720
125,495,360
179,277,920
11 Sirup belimbing manis
8,632
12,331
9,010
77,774,320
111,102,310
12 Sirup jambu biji merah
5,754
8,220
9,010
51,843,540
74,062,200
1,126,448,540
1,609,014,450
5 Jus belimbing manis
9 Jus belimbing manis 10 Jus jambu biji merah
Jumlah
Grosiran
Supermarket
82
Lampiran 2. Rincian Biaya Investasi, Biaya Penyusutan, Nilai Sisa, dan Biaya Reinvestasi No
Uraian
Jumlah
Satuan
Harga/satuan (Rp)
Total (Rp)
Umur Ekonomis (Tahun)
1
Lahan
175
m2
1,000,000
175,000,000
2
Bangunan
150
m2
250,000
37,500,000
10
Reinvesatsi Tahun ke 3,5,7,9 (Rp)
Reinvesatsi Tahun ke 6 (Rp)
Penyusutan (Rp)
Nilai sisa (Rp)
175,000,000 3,750,000
Peralatan produksi 3
Pisau
6
buah
10,000
60,000
5
4
Timbangan
2
unit
100,000
200,000
10
20,000
5
Timbangan BTM
1
unit
150,000
150,000
10
15,000
6
Drum Air
3
buah
90,000
270,000
5
7
Ember
6
buah
22,000
132,000
2
132,000
66,000
8
Baskom
6
buah
15,000
90,000
2
90,000
45,000
9
Pulper
2
unit
4,000,000
8,000,000
10
10 Selang
3
buah
20,000
60,000
5
60,000
12,000
11 Kompor gas
3
unit
500,000
1,500,000
5
1,500,000
300,000
12 Tabung gas
3
tabung
550,000
1,650,000
10
13 Panci stainless
3
buah
400,000
1,200,000
5
1,200,000
240,000
14 Sodet
3
buah
12,000
36,000
5
36,000
7,200
15 Filler
8
buah
80,000
640,000
5
640,000
128,000
16 Boks pendingin botol
6
unit
150,000
900,000
5
900,000
180,000
17 Gayung
3
buah
7,500
22,500
2
60,000
270,000
12,000
54,000
800,000
165,000
22,500
11,250 83
Uraian
Jumlah
18 Saringan kecil
3
buah
10,000
30,000
5
19 Pengpres tutup botol
2
buah
150,000
300,000
10
30,000
20 Lemari Pendingin
2
unit
4,000,000
8,000,000
10
800,000
Perlengkapan kantor 21 Meja
2
buah
250,000
500,000
5
500,000
100,000
10
buah
35,000
350,000
5
350,000
70,000
23 Lemari kantor
1
buah
600,000
600,000
10
60,000
24 Sofa
1
buah
2,500,000
2,500,000
10
250,000
22 Kursi
Jumlah
Satuan
Harga/satuan (Rp)
Total (Rp)
251,170,500
Umur Ekonomis (Tahun)
Reinvesatsi Tahun ke 3,5,7,9 (Rp)
Reinvesatsi Tahun ke 6 (Rp)
30,000
244,500
5,576,000
Penyusutan (Rp)
Nilai sisa (Rp)
6,000
7,127,450
175,000,000
84
Lampiran 3. Rincian Kebutuhan dan Biaya Bahan Baku Buah-Buahan Tahun 1-10 Jenis buah Musim Jumlah Kebutuhan Jumlah Kebutuhan Tahun 1-2 (Kg) Tahun 3-10 (Kg) Jus Sirup Total Jus Sirup Total
Total Tahun 1-2 (Rp)
Total Tahun 3-10 (Rp)
5,000
13,640,000
19,485,000
5,000
9,095,000
12,990,000
22,735,000
32,475,000
4,000
120,024,000
171,460,000
4,000
80,016,000
114,520,000
Jumlah
200,040,000
285,980,000
Total
222,775,000
318,455,000
Belimbing manis
Langka
Jambu biji merah
1,389
1,339
2,728
1,984
1,913
3,897
926
893
1,819
1,323
1,275
2,598
Harga (Rp)
Jumlah Belimbing manis Jambu biji merah
Panen dan biasa
15,274
14,732
30,006
21,820
21,045
42,865
10,183
9,821
20,004
14,546
14,084
28,630
85
Lampiran 4. Rincian Biaya Variabel Selain Buah-Buahan No Uraian Kebutuhan Kebutuhan Tahun 1-2 Tahun 3-10 1 Gula pasir 28,800 41,144 2 Karagen
Satuan Kg
Biaya/satuan (Rp) 8,000
Total Tahun 1-2 (Rp) 230,400,000
Total Tahun 3-10 (Rp) 329,152,000
192
275
Kg
130,000
24,960,000
35,750,000
3 Asam sitrat
1,008
1,439
Kg
22,000
22,176,000
31,658,000
4 Natrium benzoat
1,008
1,439
Kg
20,000
20,160,000
28,780,000
259,200
370,286
Botol
800
207,360,000
296,228,800
43,200
61,715
Botol
1,000
43,200,000
61,715,000
259,200
370,286
Label
200
51,840,000
74,057,200
8 Label sirup
43,200
61,715
Label
200
8,640,000
12,343,000
9 Kardus jus
10,800
15,429
Kardus
2,000
21,600,000
30,858,000
10 Kardus sirup
3,600
5,143
Kardus
4,000
14,400,000
20,572,000
312
446
Tabung
75,000
23,400,000
33,450,000
12 Listrik
22,800,000
32,600,000
13 Transportasi
24,010,000
34,300,000
Jumlah
714,946,000
1,021,464,000
5 Botol jus 6 Botol sirup 7 Label jus
11 Gas LPG
86
Lampiran 5. Rincian Pembayaran Pokok Pinjaman dan Biaya Bunga Tahun Angsuran Pinjaman Pokok Pinjaman Beban Bunga (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 11,502,812 60,000,000 3,102,812 8,400,000 1. 2.
11,502,812
56,897,188
3,537,206
7,965,606
3.
11,502,812
53,359,982
4,032,414
7,470,398
4.
11,502,812
49,327,568
4,596,953
6,905,859
5.
11,502,812
44,730,615
5,240,526
6,262,286
6.
11,502,812
39,490,089
5,974,199
5,528,613
7.
11,502,812
33,515,890
6,810,587
4,692,225
8.
11,502,812
26,705,303
7,764,070
3,738,742
9.
11,502,812
18,941,233
8,851,039
2,651,773
10.
11,502,812
10,090,194
10,090,185
1,412,627
87
Lampiran 6. Laporan Laba Rugi CV Winner Perkasa Indonesia Unggul Tahun 1-10 Tahun
Uraian 1 A. Inflow 1. Pendapatan penjualan jus 2. Pendapatan penjualan sirup Total inflow B. Outflow Biaya Tetap 1. Upah tetap 2. Barcode 3. Komunikasi 4. Promosi 5. Administrasi kantor Total biaya tetap Biaya variabel 1. Upah harian 2. Belimbing manis 3. Jambu biji merah 4. Gula pasir 5. Karagen 6. Asam sitrat 7. Natrium benzoat 8. Botol jus 9. Botol sirup 10. Label jus 11. Label sirup 12. Kardus jus 13. Kardus sirup 14. Gas LPG 15. Listrik 16. Transportasi Total biaya variabel Biaya penyusutan Beban Bunga Total outflow
2
3
4
5
6
7
8
9
10
712,255,680
712,255,680
1,017,508,940
1,017,508,940
1,017,508,940
1,017,508,940
1,017,508,940
1,017,508,940
1,017,508,940
1,017,508,940
414,192,860 1,126,448,540
414,192,860 1,126,448,540
591,505,510 1,609,014,450
591,505,510 1,609,014,450
591,505,510 1,609,014,450
591,505,510 1,609,014,450
591,505,510 1,609,014,450
591,505,510 1,609,014,450
591,505,510 1,609,014,450
591,505,510 1,609,014,450
96,000,000 180,000 6,000,000 20,400,000 1,800,000 124,380,000
96,000,000 180,000 6,000,000 20,400,000 1,800,000 124,380,000
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 118,380,000
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 118,380,000
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 118,380,000
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 118,380,000
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 118,380,000
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 118,380,000
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 118,380,000
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 118,380,000
18,330,000 133,664,000 89,111,000 230,400,000 24,960,000 22,176,000 20,160,000 207,360,000 43,200,000 51,840,000 8,640,000 21,600,000 14,400,000 23,400,000 22,800,000 24,010,000 956,051,000 7,127,450 8,400,000 1,095,958,450
18,330,000 133,664,000 89,111,000 230,400,000 24,960,000 22,176,000 20,160,000 207,360,000 43,200,000 51,840,000 8,640,000 21,600,000 14,400,000 23,400,000 22,800,000 24,010,000 956,051,000 7,127,450 7,965,606 1,095,028,848
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 7,127,450 7,470,398 1,490,662,309
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 7,127,450 6,905,859 1,490,018,736
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 7,127,450 6,262,286 1,489,285,063
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 7,127,450 5,528,613 1,488,448,675
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 7,127,450 4,692,225 1,487,495,192
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 7,127,450 3,738,742 1,486,408,223
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 7,127,450 2,651,773 1,485,169,077
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 7,127,450 1,412,627 1,483,756,450
88
Tahun
Uraian Laba sebelum pajak Pajak Laba setelah pajak
1 30,490,090 3,049,009 27,441,081
2 31,419,692 3,141,969 28,277,723
3 118,352,141 18,005,642 100,346,499
4 118,995,714 18,198,714 100,797,000
5 119,729,387 18,418,816 101,310,571
6 120,565,775 18,669,733 101,896,043
7 121,519,258 18,955,777 102,563,481
8 122,606,227 19,281,868 103,324,359
9 123,845,373 19,653,612 104,191,761
10 125,258,000 20,077,400 105,180,600
89
Lampiran 7. Cash Flow CV Winner Perkasa Indonesia Unggul Tahun
Uraian 1 A. Inflow 1. Pendapatan penjualan jus 2. Pendapatan penjualan sirup 3. Pinjaman 4. Nilai sisa Total inflow B. Outflow Biaya investasi 1. Lahan 2. Bangunan 3. Akta Pendirian 4. Listing fee 5. Peralatan produksi 6. Perlengkapan kantor Total biaya investasi Biaya Operasional Biaya Tetap 1. Upah tetap 2. Barcode 3. Komunikasi 4. Promosi 5. Administrasi kantor 6. Angsuran Pinjaman Total biaya tetap Biaya variabel 1. Upah harian 2. Belimbing manis 3. Jambu biji merah 4. Gula pasir 5. Karagen 6. Asam sitrat 7. Natrium benzoat 8. Botol jus
2
3
4
5
6
7
8
9
10
712,255,680 414,192,860 60,000,000
712,255,680 414,192,860
1,017,508,940 591,505,510
1,017,508,940 591,505,510
1,017,508,940 591,505,510
1,017,508,940 591,505,510
1,017,508,940 591,505,510
1,017,508,940 591,505,510
1,017,508,940 591,505,510
1,017,508,940 591,505,510
1,186,448,540
1,126,448,540
1,609,014,450
1,609,014,450
1,609,014,450
1,609,014,450
1,609,014,450
1,609,014,450
1,609,014,450
175,000,000 1,784,014,450
244,500
244,500 244,500
0
244,500
0
175,000,000 37,500,000 650,000 10,800,000 23,270,500 3,950,000 251,170,500
0
244,500
0
244,500
4,726,000 850,000 5,576,000
96,000,000 180,000 6,000,000 20,400,000 1,800,000 11,502,812 135,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 20,400,000 1,800,000 11,502,812 135,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
18,330,000 133,664,000 89,111,000 230,400,000 24,960,000 22,176,000 20,160,000 207,360,000
18,330,000 133,664,000 89,111,000 230,400,000 24,960,000 22,176,000 20,160,000 207,360,000
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
244,500
244,500
90
Tahun
Uraian 9. Botol sirup 10. Label jus 11. Label sirup 12. Kardus jus 13. Kardus sirup 14. Gas LPG 15. Listrik 16. Transportasi Total biaya variabel Total biaya operasional Total Outflow Net Benefit Sebelum Pajak Pajak Net Benefit Setelah Pajak Df (14%) PV/Tahun NPV IRR PV+ PVNet B/C PBP
1 43,200,000 51,840,000 8,640,000 21,600,000 14,400,000 23,400,000 22,800,000 24,010,000 956,051,000 1,091,933,812 1,343,104,312 -156,655,772 3,049,009 -159,704,781
2 43,200,000 51,840,000 8,640,000 21,600,000 14,400,000 23,400,000 22,800,000 24,010,000 956,051,000 1,091,933,812 1,091,933,812 34,514,728 3,141,969 31,372,759
3 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 1,488,131,812 1,488,376,312 120,638,138 18,005,642 102,632,496
4 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 1,488,131,812 1,488,131,812 120,882,638 18,198,714 102,683,924
5 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 1,488,131,812 1,488,376,312 120,638,138 18,418,816 102,219,322
6 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 1,488,131,812 1,493,707,812 115,306,638 18,669,733 96,636,906
7 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 1,488,131,812 1,488,376,312 120,638,138 18,955,777 101,682,361
8 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 1,488,131,812 1,488,131,812 120,882,638 19,281,868 101,600,770
9 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 1,488,131,812 1,488,376,312 120,638,138 19,653,612 100,984,526
10 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 1,488,131,812 1,488,131,812 295,882,638 20,077,400 275,805,238
0.8772 -140,091,913 292,938,966 48.95% 433,030,879 -140,091,913 3.09 3.76 Tahun
0.7695 24,140,319
0.6750 69,274,011
0.5921 60,797,126
0.5194 53,089,513
0.4556 44,026,474
0.3996 40,636,066
0.3506 35,617,070
0.3075 31,053,544
0.2697 74,396,756
91
Lampiran 8. Switching Value Terhadap Kenaikan Harga Gula Pasir Sebesar 18,84 Persen Tahun
Uraian 1 A. Inflow 1. Pendapatan penjualan jus 2. Pendapatan penjualan sirup 3. Pinjaman 4. Nilai sisa Total inflow B. Outflow Biaya investasi 1. Lahan 2. Bangunan 3. Akta Pendirian 4. Listing fee 5. Peralatan produksi 6. Perlengkapan kantor Total biaya investasi Biaya Operasional Biaya Tetap 1. Upah tetap 2. Barcode 3. Komunikasi 4. Promosi 5. Administrasi kantor 6. Angsuran Pinjaman Total biaya tetap Biaya variabel 1. Upah harian 2. Belimbing manis 3. Jambu biji merah 4. Gula pasir 5. Karagen 6. Asam sitrat 7. Natrium benzoat 8. Botol jus
2
3
4
5
6
7
8
9
10
712,255,680 414,192,860 60,000,000
712,255,680 414,192,860
1,017,508,940 591,505,510
1,017,508,940 591,505,510
1,017,508,940 591,505,510
1,017,508,940 591,505,510
1,017,508,940 591,505,510
1,017,508,940 591,505,510
1,017,508,940 591,505,510
1,017,508,940 591,505,510
1,186,448,540
1,126,448,540
1,609,014,450
1,609,014,450
1,609,014,450
1,609,014,450
1,609,014,450
1,609,014,450
1,609,014,450
175,000,000 1,784,014,450
244,500
244,500 244,500
0
244,500
0
175,000,000 37,500,000 650,000 10,800,000 23,270,500 3,950,000 251,170,500
0
244,500
0
244,500
4,726,000 850,000 5,576,000
96,000,000 180,000 6,000,000 20,400,000 1,800,000 11,502,812 135,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 20,400,000 1,800,000 11,502,812 135,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
18,330,000 133,664,000 89,111,000 273,818,880 24,960,000 22,176,000 20,160,000 207,360,000
18,330,000 133,664,000 89,111,000 273,818,880 24,960,000 22,176,000 20,160,000 207,360,000
18,330,000 190,945,000 127,510,000 391,180,694 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
18,330,000 190,945,000 127,510,000 391,180,694 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
18,330,000 190,945,000 127,510,000 391,180,694 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
18,330,000 190,945,000 127,510,000 391,180,694 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
18,330,000 190,945,000 127,510,000 391,180,694 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
18,330,000 190,945,000 127,510,000 391,180,694 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
18,330,000 190,945,000 127,510,000 391,180,694 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
18,330,000 190,945,000 127,510,000 391,180,694 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
244,500
244,500
92
Tahun
Uraian 9. Botol sirup 10. Label jus 11. Label sirup 12. Kardus jus 13. Kardus sirup 14. Gas LPG 15. Listrik 16. Transportasi Total biaya variabel Total biaya operasional Total Outflow Net Benefit Sebelum Pajak Pajak Net Benefit Setelah Pajak Df (14%) PV/Tahun NPV IRR PV+ PVNet B/C
1 43,200,000 51,840,000 8,640,000 21,600,000 14,400,000 23,400,000 22,800,000 24,010,000 999,469,880 1,135,352,692 1,386,523,192 -200,074,652 3,049,009 -203,123,661
2 43,200,000 51,840,000 8,640,000 21,600,000 14,400,000 23,400,000 22,800,000 24,010,000 999,469,880 1,135,352,692 1,135,352,692 -8,904,152 3,141,969 -12,046,121
3 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,420,277,694 1,550,160,506 1,550,405,006 58,609,444 18,005,642 40,603,801
4 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,420,277,694 1,550,160,506 1,550,160,506 58,853,944 18,198,714 40,655,229
5 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,420,277,694 1,550,160,506 1,550,405,006 58,609,444 18,418,816 40,190,627
6 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,420,277,694 1,550,160,506 1,555,736,506 53,277,944 18,669,733 34,608,211
7 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,420,277,694 1,550,160,506 1,550,405,006 58,609,444 18,955,777 39,653,666
8 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,420,277,694 1,550,160,506 1,550,160,506 58,853,944 19,281,868 39,572,075
9 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,420,277,694 1,550,160,506 1,550,405,006 58,609,444 19,653,612 38,955,832
10 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,420,277,694 1,550,160,506 1,550,160,506 233,853,944 20,077,400 213,776,544
0.8772 -178,178,650 34,169 14.00% 178,212,819 -178,178,650 1.00
0.7695 -9,269,099
0.6750 27,406,409
0.5921 24,071,159
0.5194 20,873,753
0.4556 15,767,035
0.3996 15,847,085
0.3506 13,872,349
0.3075 11,979,228
0.2697 57,664,899
93
Lampiran 9. Switching Value Terhadap Kenaikan Harga Botol Jus Sebesar 20,94 Persen Tahun
Uraian 1 A. Inflow 1. Pendapatan penjualan jus 2. Pendapatan penjualan sirup 3. Pinjaman 4. Nilai sisa Total inflow B. Outflow Biaya investasi 1. Lahan 2. Bangunan 3. Akta Pendirian 4. Listing fee 5. Peralatan produksi 6. Perlengkapan kantor Total biaya investasi Biaya Operasional Biaya Tetap 1. Upah tetap 2. Barcode 3. Komunikasi 4. Promosi 5. Administrasi kantor 6. Angsuran Pinjaman Total biaya tetap Biaya variabel 1. Upah harian 2. Belimbing manis 3. Jambu biji merah 4. Gula pasir 5. Karagen 6. Asam sitrat 7. Natrium benzoat 8. Botol jus
2
3
4
5
6
7
8
9
10
712,255,680 414,192,860 60,000,000
712,255,680 414,192,860
1,017,508,940 591,505,510
1,017,508,940 591,505,510
1,017,508,940 591,505,510
1,017,508,940 591,505,510
1,017,508,940 591,505,510
1,017,508,940 591,505,510
1,017,508,940 591,505,510
1,017,508,940 591,505,510
1,186,448,540
1,126,448,540
1,609,014,450
1,609,014,450
1,609,014,450
1,609,014,450
1,609,014,450
1,609,014,450
1,609,014,450
175,000,000 1,784,014,450
244,500
244,500 244,500
0
244,500
0
175,000,000 37,500,000 650,000 10,800,000 23,270,500 3,950,000 251,170,500
0
244,500
0
244,500
4,726,000 850,000 5,576,000
96,000,000 180,000 6,000,000 20,400,000 1,800,000 11,502,812 135,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 20,400,000 1,800,000 11,502,812 135,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
18,330,000 133,664,000 89,111,000 230,400,000 24,960,000 22,176,000 20,160,000 250,781,184
18,330,000 133,664,000 89,111,000 230,400,000 24,960,000 22,176,000 20,160,000 250,781,184
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 358,259,111
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 358,259,111
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 358,259,111
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 358,259,111
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 358,259,111
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 358,259,111
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 358,259,111
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 358,259,111
244,500
244,500
94
Tahun
Uraian 9. Botol sirup 10. Label jus 11. Label sirup 12. Kardus jus 13. Kardus sirup 14. Gas LPG 15. Listrik 16. Transportasi Total biaya variabel Total biaya operasional Total Outflow Net Benefit Sebelum Pajak Pajak Net Benefit Setelah Pajak Df (14%) PV/Tahun NPV IRR PV+ PVNet B/C
1 43,200,000 51,840,000 8,640,000 21,600,000 14,400,000 23,400,000 22,800,000 24,010,000 999,472,184 1,135,354,996 1,386,525,496 -200,076,956 3,049,009 -203,125,965
2 43,200,000 51,840,000 8,640,000 21,600,000 14,400,000 23,400,000 22,800,000 24,010,000 999,472,184 1,135,354,996 1,135,354,996 -8,906,456 3,141,969 -12,048,425
3 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,420,279,311 1,550,162,123 1,550,406,623 58,607,827 18,005,642 40,602,185
4 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,420,279,311 1,550,162,123 1,550,162,123 58,852,327 18,198,714 40,653,613
5 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,420,279,311 1,550,162,123 1,550,406,623 58,607,827 18,418,816 40,189,011
6 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,420,279,311 1,550,162,123 1,555,738,123 53,276,327 18,669,733 34,606,595
7 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,420,279,311 1,550,162,123 1,550,406,623 58,607,827 18,955,777 39,652,050
8 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,420,279,311 1,550,162,123 1,550,162,123 58,852,327 19,281,868 39,570,459
9 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,420,279,311 1,550,162,123 1,550,406,623 58,607,827 19,653,612 38,954,215
10 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,420,279,311 1,550,162,123 1,550,162,123 233,852,327 20,077,400 213,774,927
0.8772 -178,180,671 24,606 14.00% 178,205,277 -178,180,671 1.00
0.7695 -9,270,872
0.6750 27,405,318
0.5921 24,070,203
0.5194 20,872,913
0.4556 15,766,299
0.3996 15,846,439
0.3506 13,871,783
0.3075 11,978,731
0.2697 57,664,463
95
Lampiran 10. Switching Value Terhadap Penurunan Penjualan Jus Sebesar 6,09 Persen Tahun
Uraian 1 A. Inflow 1. Pendapatan penjualan jus 2. Pendapatan penjualan sirup 3. Pinjaman 4. Nilai sisa Total inflow B. Outflow Biaya investasi 1. Lahan 2. Bangunan 3. Akta Pendirian 4. Listing fee 5. Peralatan produksi 6. Perlengkapan kantor Total biaya investasi Biaya Operasional Biaya Tetap 1. Upah tetap 2. Barcode 3. Komunikasi 4. Promosi 5. Administrasi kantor 6. Angsuran Pinjaman Total biaya tetap Biaya variabel 1. Upah harian 2. Belimbing manis 3. Jambu biji merah 4. Gula pasir 5. Karagen 6. Asam sitrat 7. Natrium benzoat 8. Botol jus
2
3
4
5
6
7
8
9
10
668,836,574 414,192,860 60,000,000
668,836,574 414,192,860
955,481,595 591,505,510
955,481,595 591,505,510
955,481,595 591,505,510
955,481,595 591,505,510
955,481,595 591,505,510
955,481,595 591,505,510
955,481,595 591,505,510
955,481,595 591,505,510
1,143,029,434
1,083,029,434
1,546,987,105
1,546,987,105
1,546,987,105
1,546,987,105
1,546,987,105
1,546,987,105
1,546,987,105
175,000,000 1,721,987,105
244,500
244,500 244,500
0
244,500
0
175,000,000 37,500,000 650,000 10,800,000 23,270,500 3,950,000 251,170,500
0
244,500
0
244,500
4,726,000 850,000 5,576,000
96,000,000 180,000 6,000,000 20,400,000 1,800,000 11,502,812 135,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 20,400,000 1,800,000 11,502,812 135,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
18,330,000 133,664,000 89,111,000 230,400,000 24,960,000 22,176,000 20,160,000 207,360,000
18,330,000 133,664,000 89,111,000 230,400,000 24,960,000 22,176,000 20,160,000 207,360,000
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
244,500
244,500
96
Tahun
Uraian 9. Botol sirup 10. Label jus 11. Label sirup 12. Kardus jus 13. Kardus sirup 14. Gas LPG 15. Listrik 16. Transportasi Total biaya variabel Total biaya operasional Total Outflow Net Benefit Sebelum Pajak Pajak Net Benefit Setelah Pajak Df (14%) PV/Tahun NPV IRR PV+ PVNet B/C
1 43,200,000 51,840,000 8,640,000 21,600,000 14,400,000 23,400,000 22,800,000 24,010,000 956,051,000 1,091,933,812 1,343,104,312 -200,074,878 3,049,009 -203,123,887
2 43,200,000 51,840,000 8,640,000 21,600,000 14,400,000 23,400,000 22,800,000 24,010,000 956,051,000 1,091,933,812 1,091,933,812 -8,904,378 3,141,969 -12,046,347
3 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 1,488,131,812 1,488,376,312 58,610,793 18,005,642 40,605,151
4 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 1,488,131,812 1,488,131,812 58,855,293 18,198,714 40,656,579
5 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 1,488,131,812 1,488,376,312 58,610,793 18,418,816 40,191,977
6 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 1,488,131,812 1,493,707,812 53,279,293 18,669,733 34,609,561
7 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 1,488,131,812 1,488,376,312 58,610,793 18,955,777 39,655,016
8 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 1,488,131,812 1,488,131,812 58,855,293 19,281,868 39,573,425
9 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 1,488,131,812 1,488,376,312 58,610,793 19,653,612 38,957,181
10 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 1,488,131,812 1,488,131,812 233,855,293 20,077,400 213,777,893
0.8772 -178,178,848 38,613 14.00% 178,217,462 -178,141,361 1.00
0.7695 -9,269,273
0.6750 27,407,320
0.5921 24,071,958
0.5194 20,874,453
0.4556 15,767,650
0.3996 15,847,624
0.3506 13,872,822
0.3075 11,979,643
0.2697 57,665,263
97
Lampiran 11. Switching Value Terhadap Penurunan Penjualan Sirup Sebesar 10,48 Persen Tahun
Uraian 1 A. Inflow 1. Pendapatan penjualan jus 2. Pendapatan penjualan sirup 3. Pinjaman 4. Nilai sisa Total inflow B. Outflow Biaya investasi 1. Lahan 2. Bangunan 3. Akta Pendirian 4. Listing fee 5. Peralatan produksi 6. Perlengkapan kantor Total biaya investasi Biaya Operasional Biaya Tetap 1. Upah tetap 2. Barcode 3. Komunikasi 4. Promosi 5. Administrasi kantor 6. Angsuran Pinjaman Total biaya tetap Biaya variabel 1. Upah harian 2. Belimbing manis 3. Jambu biji merah 4. Gula pasir 5. Karagen 6. Asam sitrat 7. Natrium benzoat 8. Botol jus
2
3
4
5
6
7
8
9
10
712,255,680 370,760,597 60,000,000
712,255,680 370,760,597
1,017,508,940 529,480,242
1,017,508,940 529,480,242
1,017,508,940 529,480,242
1,017,508,940 529,480,242
1,017,508,940 529,480,242
1,017,508,940 529,480,242
1,017,508,940 529,480,242
1,017,508,940 529,480,242
1,143,016,277
1,083,016,277
1,546,989,182
1,546,989,182
1,546,989,182
1,546,989,182
1,546,989,182
1,546,989,182
1,546,989,182
175,000,000 1,721,989,182
244,500
244,500 244,500
0
244,500
0
175,000,000 37,500,000 650,000 10,800,000 23,270,500 3,950,000 251,170,500
0
244,500
0
244,500
4,726,000 850,000 5,576,000
96,000,000 180,000 6,000,000 20,400,000 1,800,000 11,502,812 135,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 20,400,000 1,800,000 11,502,812 135,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
96,000,000 180,000 6,000,000 14,400,000 1,800,000 11,502,812 129,882,812
18,330,000 133,664,000 89,111,000 230,400,000 24,960,000 22,176,000 20,160,000 207,360,000
18,330,000 133,664,000 89,111,000 230,400,000 24,960,000 22,176,000 20,160,000 207,360,000
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
18,330,000 190,945,000 127,510,000 329,152,000 35,750,000 31,658,000 28,780,000 296,228,800
244,500
244,500
98
Tahun
Uraian 9. Botol sirup 10. Label jus 11. Label sirup 12. Kardus jus 13. Kardus sirup 14. Gas LPG 15. Listrik 16. Transportasi Total biaya variabel Total biaya operasional Total Outflow Net Benefit Sebelum Pajak Pajak Net Benefit Setelah Pajak Df (14%) PV/Tahun NPV IRR PV+ PVNet B/C
1 43,200,000 51,840,000 8,640,000 21,600,000 14,400,000 23,400,000 22,800,000 24,010,000 956,051,000 1,091,933,812 1,343,104,312 -200,088,035 3,049,009 -203,137,044
2 43,200,000 51,840,000 8,640,000 21,600,000 14,400,000 23,400,000 22,800,000 24,010,000 956,051,000 1,091,933,812 1,091,933,812 -8,917,535 3,141,969 -12,059,504
3 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 1,488,131,812 1,488,376,312 58,612,870 18,005,642 40,607,228
4 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 1,488,131,812 1,488,131,812 58,857,370 18,198,714 40,658,656
5 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 1,488,131,812 1,488,376,312 58,612,870 18,418,816 40,194,054
6 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 1,488,131,812 1,493,707,812 53,281,370 18,669,733 34,611,638
7 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 1,488,131,812 1,488,376,312 58,612,870 18,955,777 39,657,093
8 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 1,488,131,812 1,488,131,812 58,857,370 19,281,868 39,575,502
9 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 1,488,131,812 1,488,376,312 58,612,870 19,653,612 38,959,258
10 61,715,000 74,057,200 12,343,000 30,858,000 20,572,000 33,450,000 32,600,000 34,300,000 1,358,249,000 1,488,131,812 1,488,131,812 233,857,370 20,077,400 213,779,970
0.8772 -178,190,390 24,362 14.00% 178,214,752 -178,168,590 1.00
0.7695 -9,279,397
0.6750 27,408,722
0.5921 24,073,188
0.5194 20,875,532
0.4556 15,768,597
0.3996 15,848,454
0.3506 13,873,551
0.3075 11,980,281
0.2697 57,665,824
99
Lampiran 12. Jus Belimbing Manis
Lampiran 13. Jus Jambu Biji Merah
Lampiran 14. Sirup Belimbing Manis
Lampiran 15. Sirup Jambu Biji Merah
Lampiran 16. Kemasan Botol Jus
100
Lampiran 17. Filler
Lampiran 18. Panci Besar
Lampiran 19. Pulper
101