SKRIPSI
ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA PALOPO DALAM PENYELENGGARAAN E-GOVERNMENT DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL
Skripsi Strata1 Jurusan Politik Pemerintahan Program Studi Ilmu Pemerintahan
Oleh : FAHRUDDIN JAYA E 121 07 003
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena dengan berkah dan limpahan rahmat serta hidayahNya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi yang berjudul “Analisis “ Kesiapan Pemerintah Kota Palopo Dalam Penyelenggaraan E EGovernment di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Sipil” merupakan salah
satu
tugas
dan
persyaratan
yang harus dipenuhi dalam
menyelesaikan pendidikan pada jenjang Strata Satu (S1) pada Program Studi Ilmu Pemerintahan, Jurusan Politik Pemerintahan Fakultas Ilmu Studi Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. Salam lam dan sholawat kepada kerasulan Nabiullah Muhammad SAW. Manusia pilihan terbaik dalam peradaban zaman dikarenakan perjuangan beliau memba membawa wa panji risalah suci Islam dari zaman jahiliyah menuju zaman yang bertaburkan aroma bunga firdaus. Semoga suri tauladan beliau senantiasa mewarnai dan menafasi segala derap langkah dan aktivitas kita. Dukungan perkuliahan
pada
dari
berbagai
Program
pihak
Studii
Ilmu
selama
penulis
Pemerintahan
mengikuti Universitas
Hasanuddin hingga penulisan skripsi ini merupakan sumbangan sumbangan yang tak ternilai harganya. Proses penulisan ini telah memberikan pengalaman yang sangat berarti bagi penulis tentang arti “Perjuangan, Tantangan, Cobaan dan Kesabaran” yang selalu menghampiri penulis disetiap
v
tahapan
penulisan
ini.
Oleh
karena
itu
melalui
kesempatan
ini
sepatutnyalah penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada : 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10.
11. 12. 13. 14.
Ayahanda Jayahading dan Ibunda tercinta Saribunga, S.Pd., serta saudara-saudaraku tersayang Muh. Chairul, S.E., Tenri Chaerani Jaya, S.E., Dewi Chaeraty Jaya, dan Nurul Hafizah. Tak lupa Keluarga Besarku yang selalu memberikan dukungan moral untuk selalu menjadi lebih baik. Bapak Prof. Dr. H. Juanda Nawawi, M.Si., Selaku Penasehat Akademik, Dosen Pembimbing I dan Ketua Dewan Penguji. Ibu Dr. Hj. Rabina Yunus, M.Si., Selaku Pembimbing II dan Dewan Penguji. Bapak A. Lukman Irwan, S. Ip, M. Si Selaku Sekertaris Dewan Penguji. Bapak Dr. H. A. Gau Kadir, MA. Selaku Dewan Penguji dan Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan. Bapak Dr. Muh Tamar, M.PSi. Selaku Dewan Penguji Bapak Dr. Muhammad Al Hamid, M. Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Politik/Pemerintahan Fisipol Unhas Pimpinan dan segenap Pengelola Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universiras Hasanuddin atas pelayanan dan bantuan kepada penulis dalam pendidikan dan menyelesaikan skripsi ini. Seluruh dosen pengajar yang selalu membina dan mentransfer ilmu kepada penulis dari awal perkuliahan hingga penyelesaian studi dan telah memberikan kontribusi ilmu dalam menambah wawasan, cara berpikir yang dapat dijadikan bekal dalam penyelesaian skripsi ini. Pemerintah Kota Palopo pada umumnya dan Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo beserta staf/pegawai pada khususnya atas sikap kooperatifnya selama kegiatan penelitian dilaksanakan. Senior-senor, adik-adik serta rekan-rekan mahasiswa ilmu pemerintahan atas suasana kekeluargaan dan kebersamaan yang telah tercipta selama mengikuti perkuliahan. Sahabat-sahabat tercinta keluarga besar Renaissance 07 yang selalu setia menemani salama mengikuti perkuliahan di Universitas Hasanuddin. Keluarga besar ASAL MULA CREW, Lantai 3 dan BLOK M 148 Crew yang telah mendukung dan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam penyelesaian studi selama penulis berada di Makassar. Semua teman, rekan, sahabat maupun pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca akan sangat dihargai sehingga penyempurnaan dan
vi
perbaikan skripsi ini dapat dilakukan baik masa kini maupun di masa yang akan datang. Akhirnya dalam Doa penulis bermohon semoga semua bantuan yang telah diberikan akan mendapatkan imbalan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Pengasih. Makassar, November 2011
PENULIS
vii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .........................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................ ii HALAMAN PENERIMAAN ............................................................ iii KATA PENGANTAR ....................................................................... iv DAFTAR ISI .................................................................................... vii DAFTAR TABEL ............................................................................ x DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xi INTISARI ........................................................................................
xii
ABSTRAK ....................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ............................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ........................................................ 5 1.3. Tujuan Penelitian .......................................................... 5 1.4. Manfaat Penelitian ........................................................ 6 1.4.1. Aspek Akademik/teoritik................................... 6 1.4.2. Aspek Praktis.................................................... 6 1.5. Kerangka Konseptual .................................................... 6 1.6. Metode Penelitian ......................................................... 1.6.1. Lokasi Penelitian ................................................ 1.6.2. Tipe Penelitian .................................................... 1.6.3. Teknik Pengumpulan Data ................................. 1.6.4. Informan …………………………………………... 1.6.5. Analisis Data ....................................................... 1.6.6. Defenisi Operasional .......................................... 1.6.6.1. Dasar Kebijakan E-Government ............ 1.6.6.2. Perangkat E-Government ………........... 1.6.6.3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat ……………………………..
11 11 11 12 13 13 15 15 16 16
viii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemerintah Daerah ……………...................................... 17 2.2. Kebijakan Publik............................................................. 2.2.1. Pengertian Kebijakan Publik ..……….................. 2.2.2. Ciri dan Jenis Kebijakan Publik ……................... 2.2.3. Proses Kebijakan Publik …………..…….............
21 21 23 26
2.3. E-Government …………………...................................... 2.3.1. Pengertian E-Government …..……….................. 2.3.2. Pengembangan E-Government ……................... 2.3.3. Kerangka Arsitektur E-Government ……............. 2.3.4. Kebijakan dan Strategi Pengembangan E-Government …………………………………….. 2.3.5. Kebijakan Anggaran Pengembangan E-Government ……………….…………………......
28 28 29 32 33 36
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Deskripsi Umum Kota Palopo ...................................... 3.1.1. Kondisi Geografis …………...……….................. 3.1.2. Luas Wilayah ………………………..................... 3.1.3. Topografi dan Kelerengan ..……....……............. 3.1.4. Kondisi Demografis ………..……....……............. 3.1.5. Kondisi Sosial Budaya …....……....……............. 3.1.6. Kondisi Pemerintahan …....……....…….............
38 38 39 41 41 42 45
3.2. Deskripsi Umum Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo ..…......................................
46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kebijakan E-Government Kota Palopo .........................
55
4.2. Perangkat E-Government di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo ...................................... 4.2.1. Akses ………………………....……….................. 4.2.2. Sumber Daya Manusia ………..……................... 4.2.3. Infrastruktur dan Aplikasi Dasar …..…….............
64 64 67 70
4.3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat ………….. 4.3.1. Faktor Pendukung ………………………………… 4.3.1.1. Website Kota Palopo …………………… 4.3.1.2. Program Strategis DInas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo Dalam Penyelenggaraan E-Government ………. 4.3.2. Faktor Penghambat …………………………………
72 72 72 76 82
4.4. Analisis SWOT ……………………………………………
83
ix
BAB V
PENUTUP 5.1. Kesimpulan ...................................................................
87
5.2. Saran ...........................................................................
88
DAFTAR PUSTAKA
x
DAFTAR TABEL
TABEL Tabel 1
URAIAN
HALAMAN
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2010 ………………………………………………
42
Tabel 2
Fasilitas Peribadatan di Kota Palopo …………………
43
Tabel 3
Fasilitas Pendidikan di Kota Palopo ………………….
44
Tabel 4
Fasilitas Kesehatan di Kota Palopo …………………..
45
Tabel 5
Deskripsi Kepegawaian Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo ……………………………..
53
Deskripsi Perlengkapan & Peralatan E-Government Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo ……………………………..
72
Tabel 7
Statistik Pengunjung Website Kota Palopo ………….
75
Tabel 8
Analisis SWOT Kesiapan Pemerintah Kota Palopo Dalam Penyelenggaraan E-Government di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil …………………….
84
Matriks Analisis SWOT ………………………………..
86
Tabel 6
Tabel 9
xi
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR
URAIAN
HALAMAN
Gambar 1
Skema Kerangka Pikir ………………………….………
10
Gambar 2
Kerangka Arsitektur E-Government ………………..…
32
Gambar 3
Pengembangan Pelayanan Publik Melalui Jaringan Komunokasi dan Informasi ………………….
36
Kerangka Perencanaan dan Pengalokasian Anggaran …………………………………………….…..
37
Gambar 5
Peta Administrasi Kota Palopo ………………………..
40
Gambar 6
Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo Berdasakan Perda No. 3 Tahun 2008 ……………………………….
47
Pengembangan Pelayanan Publik Melalui Jaringan Komunokasi dan Informasi …………………..
58
Struktur Organisasi Sekretariat Daerah Kota Palopo Tahun 2002 – 2008 ………………..…………………….
61
Struktur Organisasi Sekretariat Daerah Berdasarkan Perda No. 2 Tahun 2008 ………………..
62
Gambar 10 Jaringan LAN Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo ………………….…………..
67
Gambar 11 Tampilan Website Kota Palopo ………………………..
73
Gambar 12 Link Database e-KTP ………….………………………..
79
Gambar 4
Gambar 7 Gambar 8 Gambar 9
xii
INTISARI Fahruddin Jaya, Nomor Pokok E121 07 003, Program Studi Ilmu Pemerintahan, Jurusan Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin. Menyusun skripsi dengan judul “Analisis Kesiapan Pemerintah Kota Palopo Dalam Penyelenggaraan E-Government Di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil”, dibawah bimbingan Prof. Dr. H. Juanda Nawawi, M.Si sebagai Pembimbing I dan Dr. Hj. Rabina Yunus, M.Si sebagai Pembimbing II. Fokus penelitian ini adalah menganalisa kesiapan Pemerintah Kota Palopo dalam penyelenggaraan E-Government. Masalah yang dikaji yaitu: Kebijakan E-Government di Kota Palopo dan Perangkat E-Government di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo. Dasar Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yang menghasilkan data deskriptif. Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif analisis bertujuan memberikan gambaran secara jelas tentang kesiapan penyelenggaraan E-Government di instansi pemerintahan. Pengumpulan data dilakukan melalui Studi Kepustakaan dan Studi Lapang berupa observasi langsung dan wawancara. Analisis data digunakan adalah analisis SWOT. Dari analisis SWOT tersebut dapat diidentifikasi beberapa masalah utama yang perlu mendapatkan perhatian untuk dapat mencapai kondisi yang memungkinkan untuk membangun dan mengembangkan e-Government, Strategi pengembangan e-Government menurut prioritas selanjutnya dapat dibangun berdasarkan analisis SWOT yang telah disusun, disesuaikan dengan kondisi riil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Palopo kurang serius dalam penyelenggaraan E-Government baik ditingkat Pemerintah Daerah maupun SKPD. Hal ini dibuktikan dengan belum adanya Rencana Induk Pengembangan E-Government yang dapat menjadi langkah awal untuk menciptakan Good Governance di Kota Palopo. Namun dengan adanya Program Strategis Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil yang merupakan program Nasional dalam menciptakan administrasi kependudukan yang tertib dan terpadu dengan memanfaatkan penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang menjadi salah satu bentuk tahap penyelenggaraan EGovernment secara nasional yang perlu mendapat perhatian lebih oleh Pemerintah Kota Palopo untuk secepat mungkin menerapkan E-Government.
Kata Kunci : E-Government, Rencana Induk Pengembangan E-Government
xiii
ABSTRACT
Fahruddin Jaya, Principal Number E121 07 003, Government Science Studies Program, Department of Political Science and Government Science, Faculty of Social and Political Sciences, University of Hasanuddin. His thesis with the title "Analysis of Municipal Government Readiness Palopo In EGovernment Implementation in Population and Civil Service", under the guidance of Prof.. Dr. H. Juanda Nawawi, M. Si as the Supervising I and Dr. Hj. Rabina Yunus, M. Si as the Supervisor II. The focus of this study is to analyze the readiness of Palopo City Government in the administration of EGovernment. Issues that were examined, namely: E-Government Policy in the City of Palopo and Devices E-Government in the Department of Population and Civil City Palopo. Basic research is used in this study is qualitative, which produce descriptive data. This type of research used is descriptive research type of analysis aims to provide a clear picture about the implementation of EGovernment readiness in government institutions. The data was collected through literature studies and Field Studies of direct observation and interviews. Analysis of the data used is the SWOT analysis. From the SWOT analysis can be identified several major problems that need attention in order to achieve conditions that allow to build and develop e-Government, eGovernment strategy for development according to priorities can then be built based on SWOT analysis that had been developed, adapted to real conditions. The results showed that less serious Palopo City Government in the administration of E-Government at both local governments and SKPD. This is evidenced by the absence of the Master Plan for Development of EGovernment which can be the first step to creating good governance in the City of Palopo. But with the Strategic Program of Population and Civil Service who is a national program on population administration in creating an orderly and integrated by exploiting the use of Information and Communication Technology which became one of the implementation phase of the national E-Government that deserve more attention by the City Government Palopo to quickly implement E-Government.
Keywords: E-Government, Development Master Plan for E-Government
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi, informasi dan telekomunikasi saat ini sudah dapat dirasakan dan dimanfaatkan oleh setiap masyarakat. Kemajuan yang demikian pesat memudahkan komunikasi antar masyarakat di dunia. Perkembangan tersebut juga mempengaruhi kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam pemenuhan kebutuhan pelayanan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara yang disebut pelayanan publik. Pemanfaatan teknologi, informasi dan telekomunikasi oleh pelaksana pelayanan publik, memudahkan rangkaian pelayanan publik yang meliputi penyimpanan dan pengelolaan informasi serta mekanisme penyampaian informasi dari penyelenggara kepada masyarakat dan sebaliknya dalam bentuk lisan dan tulisan serta disajikan secara manual maupun elektronik. Selain itu pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam proses pemerintahan akan meningkatkan efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan. Dengan pertimbangan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas, membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan dan pendayagunaan informasi dalam volume 1
2
yang besar secara cepat dan akurat, pemerintah harus segera melaksanakan proses transformasi menuju E-Government. Melalui proses transformasi tersebut,
pemerintah
dapat
mengoptimasikan
pemanfaatan
kemajuan
teknologi informasi untuk mengeliminasi sekat-sekat organisasi birokrasi, serta membentuk jaringan sistem manajemen dan proses kerja yang memungkinkan instansi-instansi pemerintah bekerja secara terpadu untuk menyederhanakan akses ke semua informasi dan layanan publik yang harus disediakan oleh pemerintah. Dengan demikian seluruh lembaga-lembaga negara, masyarakat, dunia usaha, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya dapat setiap saat memanfaatkan informasi dan layanan pemerintah secara optimal. Pengembangan E-Government diseluruh jajaran pemerintah baik pusat maupun daerah dimulai dengan diterbitkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government. Pengembangan E-Government merupakan upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan pemerintahan yang berbasis (menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Melalui pengembangan E-Government dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimasikan pemanfaatan teknologi informasi. Pemanfaatan teknologi informasi tersebut mencakup 2 (dua) aktivitas yang berkaitan yaitu sebagai berikut.
3
1. Pengolahan data, pengelolaan informasi, sistem manajemen dan proses kerja secara elektronis; 2. Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar pelayanan publik dapat diakses secara mudah dan cepat oleh masyarakat di seluruh wilayah negara. Instansi pemerintah pusat dan daerah harus menyusun Rencana Strategis Pengembangan E-Government di lingkungannya masing-masing mulai dari penyusunan kebijakan, peraturan dan perundang-undangan, standardisasi, panduan yang diperlukan, sesuai dengan kewenangan dan kompetensi yang dimiliki. Rencana Strategis itu dengan jelas menjabarkan lingkup dan sasaran pengembangan E-Government yang ingin dicapai; kondisi yang dimiliki pada saat ini; strategi dan tahapan pencapaian sasaran yang ditentukan; kebutuhan dan rencana pengembangan sumber daya manusia; serta rencana investasi yang diperlukan. Untuk menghindari pemborosan anggaran pemerintah, penyusunan rencana investasi harus disertai dengan analisis kelayakan investasi terhadap manfaat sosialekonomi yang dihasilkan. Bedasarkan hasil Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kependudukan dan Pencatatan Sipil di hotel Redtop Jakarta, tanggal 10-12 April 2011, yang dihadiri oleh para Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten/Kota, Ketua DPRD Kabupaten/Kota, Walikota/Bupati dan Wakil Walikota/Bupati, Kota Palopo merupakan salah satu dari 197 Kabupaten/Kota
4
di Indonesia yang menyatakan sanggup menerapkan pelayanan e-KTP kepada penduduk di Tahun 2011. Bagi 197 daerah yang menyatakan sanggup menerapkan e-KTP di Tahun 2011, namun tidak dapat melaksanakan tepat waktu, maka konsekuensi hukumnya adalah pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan dan Peraturan Presiden Presiden nomor 35 Tahun 2010, serta konsekuensi pembiayaan atas keterlambatan penerapan e-KTP tersebut menjadi tanggung jawab Walikota/Bupati bersangkutan. Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil yang akan menerapkan e-KTP
wajib
untuk
memahami
dan
melaksakan
3
(tiga)
tahapan
penerapannya yaitu: 1. Penetapan program. 2. Persiapan penerapan. 3. Pelayanan dilapangan dengan tepat waktu.. Selain itu, Kepala Dinas juga wajib mempersiapkan POKJA (Kelompok Kerja) untuk melaksanakan sosialisasi e-KTP kepada penduduk, mobilitas penduduk wajib KTP ketempat pelayanan dan operasionalisasi pelayanan teknis penerbitan e-KTP ditempat pelayanan. Dari evaluasi delapan Kabupaten/ Kota yang akan ditunjuk Pemerintah Pusat sebagai pilot project pelaksana e-KTP di Sulsel, Kota Palopo dinilai paling siap. Keunggulan Palopo dibandingkan daerah lainnya di Sulsel, yaitu
5
jarak antara satu kecamatan dan kecamatan lain relatif dekat. Adapun 8 (delapan) Kabupaten/ Kota di Sulsel yang ditunjuk sebagai pilot project eKTP di Sulsel, yakni Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur, Makassar, Selayar, Bantaeng, Pinrang dan Sidrap. Dari uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Analisis Kesiapan Pemerintah Kota Palopo Dalam Penyelenggaraan EGovernment di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.” 1.2. Rumusan Masalah Dari paparan diatas maka penulis maka penulis merumuskan masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana penyelenggaraan kebijakan E-Government di Kota Palopo? 2. Sejauh mana kesiapan perangkat penyelenggaraan E-Government di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dasar kebijakan penyelenggaraan E-Government di Kota Palopo. 2. Untuk mengetahui kesiapan perangkat penyelenggaraan E-Government Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota.
6
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Aspek Akademik/Teoritik Hasil Penelitian ini diharapkan akan berguna, baik dari aspek keilmuan maupun aspek praktis. Dalam aspek teoritis manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Sebagai bahan studi perbandingan bagi peneliti selanjutnya mengenai penyelenggaraan E-Government. 2. Sebagai salah satu konstribusi pemikiran ilmiah dalam melengkapi kajian yang mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang menyangkut masalah penyelenggaraan E-Government. 1.4.2. Aspek Praktis 1. Sebagai
masukan
bagi
Pemerintah
Kota
Palopo
dalam
penyelenggaraan E-Government. 2. Sebagi bahan informasi bagi aparatur pemerintah dan masyarakat Kota Palopo dalam menelaah lebih jauh mengenai penyelenggaraan E-Government di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. 1.5. Kerangka Konseptual E-Government adalah sebuah transformasi. Ada dua transformasi yang terjadi, yakni pertama konsep menjadi E-Gov itu sendiri, dari hanya gov, dan kedua bagaimana mentransformasikan konsep tersebut menjadi empirik (Priyatno dalam Akadun, 2009). Ketika penambahan electronic di depan kata
7
government maka seharusnya ada satu mental model yang harus berubah secara total dalam pengadopsian E-Government ini. Fokusnya bukan pada peralatan atau sarana yang menjadikan elektronik, tapi perubahan paradigma pelayanan dam proses manajemen yang seharusnya terjadi didalamnya.dengan demikian kata elektronik benarbenar memiliki makna yang sesungguhnya, yakni satu terminologi baru, karena fokus utamanya tetap pada peningkatan kinerja manajemen dan pemberian pelayanan bukan pada teknologinya. Untuk melakukan identifikasi terhadap kesiapan Pemerintah Kota Palopo dalam penyelenggaraan E-Government di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, peneliti mendasarkan pada variabel berupa: 1. Dasar Kebijakan Dasar kebijakan penyelenggaraan E-Government di Kota Palopo yaitu INPRES No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government. Setiap instansi pemerintah pusat dan daerah harus menyusun Rencana Strategis Pengembangan E-Government di lingkungannya
masing-masing.
Rencana
Strategis
itu
dengan
jelas
menjabarkan lingkup dan sasaran pengembangan E-Government yang ingin dicapai; kondisi yang dimiliki pada saat ini; strategi dan tahapan pencapaian sasaran yang ditentukan; kebutuhan dan rencana pengembangan sumber daya manusia; serta rencana investasi yang diperlukan. Untuk menghindari pemborosan anggaran pemerintah, penyusunan rencana investasi harus
8
disertai dengan analisis kelayakan investasi terhadap manfaat sosial ekonomi yang dihasilkan. Pengembangan E-Government harus dilaksanakan secara harmonis dengan mengoptimalkan hubungan antara inisiatif masing-masing instansi dan penguatan kerangka kebijakan untuk menjamin keterpaduannya dalam suatu jaringan sistem manajemen dan proses kerja. 2. Perangkat E-Government Perangkat E-Government merupakan segala bentuk sarana dan prasarana yang menunjang pelayanan dan penyelenggaraan E-Government di instansi terkait. Adapun perangkat E-Government yang menjadi variabel dalam penelitian ini yaitu: a. Akses, yaitu jaringan komunikasi, jaringan internet dan media komunikasi lain yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk mengakses situs-situs internet penyedia pelayanan publik tertentu yang mengintegrasikan proses pengolahan dan pengelolaan informasi dan dokemen elektronik di instansi terkait. Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengakses informasi, mulai dari teknologi yang paling sederhana (loket, telepon, pos) sampai yang paling mutakhir (faksimili, komputer, telepon seluler, televisi interaktif). Pemilihan cara akses di setiap daerah/lokasi dapat berbeda, tergantung pada kondisi infrastruktur jaringan komunikasi dan kesiapan pemerintah serta masyarakat pengguna. Sejalan dengan kesiapan pemerintah, diharapkan setiap lembaga pemerintah menyediakan layanan publik yang dapat dengan mudah diakses melalui situs web.
9
b. Sumber Daya Manusia, yaitu pegawai yang mampu membangun sistem pengelolaan
dan
pengolahan
informasi,
mengoperasikan
serta
memperbaiki sistem dan infrastruktur pengelolaan dan pengolahan informasi manakala terjadi kerusakan. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknologi informasi dan komunikasi bagi aparat pelaksana yang menangani kegiatan bidang informasi dan komunikasi dan aparat yang bertugas
dalam memberikan
pelayanan
publik,
maupun
pimpinan
unit/lembaga, serta fasilitasi pendidikan dan pelatihan bagi calon pendidik dan pelatih maupun tenaga potensial di bidang teknologi informasi dan komunikasi keterampilan
yang yang
diharapkan dimiliki
dapat
kepada
mentransfer
masyarakat
di
pengetahuan/ lingkungannya.
Peningkatan kapasitas SDM dan penataan dalam pendayagunaannya, dengan perencanaan yang matang dan komprehensif sesuai dengan kebutuhan,
serta pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dan
berkelanjutan. Hal tersebut dilakukan melalui jalur pendidikan formal dan non formal, maupun pengembangan standar kompetensi yang dibutuhkan dalam pengembangan dan implementasi E-Government. Perubahan pola pikir, sikap dan budaya kerja aparat pemerintah yang mendukung pelaksanaan E-Government melalui sosialisasi/penjelasan mengenai konsep dan program E-Government, serta contoh keberhasilan (best practice) pelaksanaan E-Government.
10
c. Infrastruktur dan Aplikasi Dasar, yaitu semua sarana baik berbentuk perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk mendukung pengelolaan, pengolahan, transaksi dan penyaluran informasi. Infrastruktur ini digunakan sebagai sarana untuk meletakkan portal-portal informasi dan layanan publik secara on-line. Infrastruktur ini sekaligus digunakan sebagai penghubung antar lembaga pemerintah, dan juga dapat digunakan sebagai sarana untuk berbagi sumberdaya (resource sharing). Berdasarkan penjelasan kerangka konseptual diatas, maka konstruksi berpikir penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 1 Skema Kerangka Pikir Pemerintah Kota Palopo
Faktor Pendukung Faktor Penghambat
INPRES No. 3 Tahun 2003
Perangkat E-Government Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo 1. Akses 2. SDM 3. Infrastruktur dan Aplikasi Dasar
Penyelenggaraan E-Government
11
1.6. Metode Penelitian 1.6.1. Lokasi Penelitian Berdasarkan pada judul penelitian, maka penelitian ini dilaksanakan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo. 1.6.2. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan dalam setting tertentu yang ada dalam kehidupan riil (alamiah) dengan maksud menginvestigasi dan memahami fenomena: apa yang terjadi, mengapa terjadi dan bagaimana terjadinya. Penelitian dilakukan dengan pengamatan secara empirik untuk menemukan apa permasalahan mendasar yang menyebabkan suatu masalah itu muncul dan berusaha mencari formula yang tepat untuk menjawab atau mengatasi permasalahan tersebut. Selain itu, landasan teori (studi kepustakaan / study reseach) dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Hakekat dari penelitian ini adalah suatu upaya dalam pemecahan masalah dengan jalan mencari, menemukan dan mengatasi atau mencari solusi melalui peristiwa-peristiwa yang ada berdasarkan fakta yang ada dilapangan yang merupakan penggambaran abstrak permasalahan.
12
Hasil penelitian dan pembahasan nantinya disajikan dalam bentuk uraian kata-kata (deskripsi) dan analisis SWOT. 1.6.3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Studi Kepustakaan (Study Reseach) Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membaca literatur yang berhubungan dengan topik yang dibahas dalam penelitian ini. 2. Studi Lapang (field research) Studi lapang yang akan dilakukan bertujuan untuk memperoleh datadata yang akurat mengenai objek yang diteliti dengan menggunakan teknik-teknik berikut: a. Observasi pengamatan
Langsung langsung
yaitu
mengadakan
terhadap
lokasi
kunjungan penelitian
atau
dengan
beransumsi fenomena yang diamati tidak asli historis, beberapa pelaku atau kondisi sosial yang berbagai yang relevan akan tersedia untuk observasi. b. Wawancara yaitu mengadakan tanya jawab langsung kepada sejumlah informan untuk memperoleh informasi tentang fakta-fakta dengan responden yang telah ditentukan.
13
1.6.4. Informan Informan adalah orang yang berada pada lingkup penelitian, artinya orang yang dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Adapun informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Walikota Palopo
1 Orang
b. Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Palopo
1 Orang
c. Sekretaris Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Palopo
1 Orang
d. Staff Dinas
1 Orang
e. Masyarakat
2 Orang
1.6.5. Analisis Data Analisis data adalah proses mengatur urusan data, mengorganisasikan kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar (Patton, 2002 : 97). Sesuai dengan analisis data yang dilakukan oleh penulis maka teknik yang digunakan adalah analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) sehingga dapat diketahui struktur serta tingkat strategis dari faktor-faktor tersebut. Analisis SWOT adalah sebuah bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat deskriptif (memberi gambaran). Analisa ini menempatkan situasi dan
14
kondisi sebagai sebagai faktor masukan, yang kemudian dikelompokkan menurut kontribusinya masing-masing. Analisa ini terbagi atas empat komponen dasar yaitu : a. Strength (S), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini. b. Weakness (W), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari organisasi atau program pada saat ini. c. Opportunity (O), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa depan. d. Threat (T), adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi dimasa depan. Dari analisis ini maka dapat dilakukan evaluasi diri untuk berbenah diri membangun sistem e-Government yang handal dan terpadu. Selain itu, dengan analisis SWOT tersebut dapat diidentifikasi beberapa masalah utama yang perlu mendapatkan perhatian untuk dapat mencapai kondisi yang memungkinkan untuk membangun dan mengembangkan e-Government. Strategi pengembangan e-Government menurut prioritas selanjutnya dapat dibangun berdasarkan analisis SWOT yang telah disusun, disesuaikan dengan kondisi riil yang ada di Pemerintah Kota Palopo dan Dinas terkait.
15
1.6.6. Definisi Operasional Definisi operasional ialah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau mengubah konsep-konsep yang berupa konstruksi dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain. Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya dan disesuaikan dengan teknik analisis yang digunakan, maka dilakukan identifikasi dan definisi operasional terhadap variabel-variabel yang akan diteliti, sebagai berikut : 1.6.6.1. Dasar Kebijakan E-Government Dasar kebijakan penyelenggaraan E-Government di Kota Palopo
berupa
peraturan
standarisasi,
panduan
kewenangan
dan
yang
kompetensi
dan
perundang-undangan,
diperlukan, yang
sesuai
dimiliki
dengan
berdasarkan
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan EGovernment dan Keputusan Menteri Komunikasi Dan Informasi Nomor
:
57/Kep/M.Kominfo/12/2003
Tentang
Panduan
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan E-Government Lembaga.
16
1.6.6.2. Perangkat E-Government Variabel-variabel yang digunakan peneliti untuk menganalisis perangkat E-Government dalam kesiapan pemerintah Kota Palopo
dalam
penyelenggaraan
E-Government
di
Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil, sebagai berikut. a. Akses, yaitu jaringan komunikasi, jaringan internet dan media komunikasi lain yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk mengakses situs-situs internet penyedia pelayanan publik tertentu yang mengintegrasikan proses pengolahan dan pengelolaan informasi dan dokemen elektronik di instansi terkait. b. Sumber
Daya
Manusia,
yaitu
pegawai
yang
mampu
membangun sistem pengelolaan dan pengolahan informasi, mengoperasikan serta memperbaiki sistem dan infrastruktur pengelolaan dan pengolahan informasi manakala terjadi kerusakan. c. Infrastruktur dan Aplikasi Dasar, yaitu semua sarana baik berbentuk perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk mendukung pengelolaan, pengolahan, transaksi dan penyaluran informasi. 1.6.6.3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
17
BAB II TINJUAN PUSTAKA
2.1. Pemerintah Daerah Pengertian Pemerintah Daerah menurut ketentuan umum UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 32 Tahun 2004, Pemerintahan Daerah adalah Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah. Sedangkan pengertian Daerah Otonom yang selanjutnya disebut Daerah adalah Kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masayarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dibandingkan dengan perspektif lama (menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah), maka dalam undang-undang yang mengatur tentang Otonomi Daerah yang baru, Daerah memiliki “kewenangan” untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat. Materi ini mengandung makna bahwa telah terjadi perubahan fundamental dalam hal mengenai pengaturan Otonomi Daerah. Kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat lokal memiliki dimensi Desentralisasi Politik (Devolusi). Sedangkan dalam perspektif lama, Otonomi Daerah dipandang sebagai penyelenggaraan rumah tangga Daerah dari akibat adanya “penyerahan urusan” oleh 17
18
Pemerintah Pusat kepada Daerah. Perspektif ini desentralisasi yang dijalankan oleh Pemerintah Daerah lebih bersifat Desentralisasi Administratif (Dekonsentrasi). Pemerintah selaku pemegang kekuasaan eksekutif dibedakan dalam dua pengertian yuridis, yakni: a. Selaku alat kelengkapan negara yang bertindak untuk dan atas nama negara yang kekuasaannya melekat pada kedudukan seorang kepala negara. b. Selaku
pemegang
kekuasaan
tertinggi
atas
penyelenggaraan
pemerintahan atau selaku administrator negara (pejabat atau badan atas usaha negara) Pemerintahan
adalah
berkenaan
dengan
sistem,
fungsi,
cara,
perbuatan, kegiatan, urusan, atau tindakan memerintah yang dilakukan atau diselenggarakan atau dilaksanakan oleh pemerintah. Eksekutif adalah cabang kekuasaan dalam negara yang melaksanakan kebijakan publik (kenegaraan dan atau pemerintahan) melalui peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh lembaga legislatif maupun atas inisiatif sendiri. Administrasi (negara) adalah badan atau jabatan dalam lapangan kekuasaan eksekutif yang mempunyai kekuasaan mandiri berdasarkan hukum untuk melakukan tindakan-tindakan, baik di lapangan pengaturan maupun penyelenggaraan administrasi (negara).
19
Tugas pokok pemerintahan adalah pelayanan yang membuahkan kemandirian, pembangunan menciptakan kemakmuran. Sedangkan Birokrasi itu sendiri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Birokrasi patrimonial yang berfungsi berdasarkan nilai-nilai tradisional yang tidak memisahkan antara tugas, wewenang, dan tanggung jawab dinas dengan urusan pribadi pejabat. b. Birokrasi modern (rasional) dicirikan dengan adanya spesialisasi, hukum, pemisahan tugas dinas dan urusan pribadi. Lebih jauh berkaitan dengan birokrasi publik di Indonesia, Miftah Thoha memberikan catatan tentang restrukturisasi dan reposisi birokrasi publik. Sekurangnya terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan, yaitu aspek penegakan
demokrasi,
aspek
perubahan
sistem
politik,
dan
aspek
perkembangan teknologi informasi. 1. Aspek Penegakan Demokrasi: Prinsip demokrasi yang paling urgen adalah meletakkan kekuasaan pada rakyat dan bukan pada penguasa. Oleh karena itu struktur kelembagaan pemerintah yang disebut birokrasi tidak dapat lepas dari kontrol rakyat. Wujud kekuasaan dan peran rakyat ialah bahwa pada setiap penyusunan birokrasi harus berdasarkan undang-undang. Berdasarkan undang-undang, rakyat terlibat dalam mendesain dan menetapkan lembaga-lembaga pemerintahan atau birokrasi di pusat maupun di daerah.
20
2. Aspek Perubahan Sistem Politik: Era reformasi saat ini sungguh menghadapi persoalan kondisi mental, sikap dan perilaku politik warisan rezim terdahulu terutama dalam kerangka single majority Golongan Karya. Pada masa orde baru semua posisi jabatan dalam organisasi publik ditempati oleh kader-kader Golkar. Oleh karena itu tidak dapat dibedakan manakah yang “birokrat tulen” dan manakah “birokrat partisan” Struktur organisasi publik berkembang antara pejabat birokrasi dan pejabat politik. Semua organisasi pemerintah dikaburkan antara jabatan karier dan nonkarier, antara jabatan birokrasi dan jabatan politik. 3. Aspek Perkembangan Teknologi Informasi: Kemajuan jaman dan perubahan global telah menjadikan cara kerja suatu birokrasi dengan menggunakan teknologi informasi. Cara demikian telah menciptakan “birokrasi tanpa batas dan tanpa kertas” Berdasarkan kondisi demikian, maka tatanan organisasi akan berubah menjadi lebih pendek dan ramping. Sesuai dengan asas demokrasi, kewenangan birokrasi menjadi tidak hanya berada pada tataran penguasa melainkan tersebar dimanamana (decentralized). Birokrasi tanpa batas dan tanpa kertas telah menjadikan birokrasi tidak lagi secara tegas mengikuti garis hirarki. Struktur organisasi bersifat ad-hoc, komite, dan matrik akan menjadi model organisasi mendatang, yang sering disebut sebagai organisasi struktur logis (logical structure).
21
2.2. Kebijakan Publik 2.3.1. Pengertian Kebijakan Publik Dalam literatur ilmu politik terdapat banyak batasan atau definisi mengenai kebijakan politik yang masing-masing memberi penekanan yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan setiap ahli mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Faktor lain yang menyebabkan para ahli berbeda dalam memberikan definisi kebijakan publik ini menurut Budi Winarno karena perbedaan pendekatan dan model apakah kebijakan publik dilihat sebagai rangkaian keputusan yang dibuat oleh pemerintah atau sebagai tindakantindakan yang dampaknya dapat diramalkan. Salah satu definisi mengenai kebijakan publik diberikan oleh Robert Eyeston sebagaimana yang dikutip oleh Budi Winarno. Eyeston mengatakan bahwa ‘secara luas’ kebijakan publik dapat didefinisikan sebagai “hubungan suatu unit pemerintah dengan lingkungannya”. Definisi yang sama juga dikemukakan oleh Jones. Definisi Jones tentang kebijakan publik tersebut oleh Sholichin Abdul Wahab digunakan untuk memberikan definisi kebijaksanan negara. Konsep yang ditawarkan ini mengandung pengertian yang sangat luas dan kurang pasti karena apa yang dimaksud dengan kebijakan publik dapat mencakup banyak hal. Definisi lain tentang kebijkan publik diberikan oleh Thomas R. Dye dalam Budi Winarno yang dinyatakan kebijakan publik adalah apapun yang
22
dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan. Walaupun definisi Dye ini cukup akurat, namun sebenarnya belum cukup memadai untuk mendeskripsikan kebijakan publik sebab kemungkinan masih terdapat perbedaan yang cukup besar antara apa yang ingin dilakukan oleh pemerintah dengan apa yang sebenarnya dilakukan. Di samping itu, konsep ini bisa mencakup tindakan-tindakan seperti pengangkatan pegawai baru atau pemebrian izin atau lisensi yang biasanya tindakan-tindakan tersebut tidaklah dianggap sebagai masalah-masalah kebijakan karena sebenarnya berada di luar kebijakan publik. Sholichin Abdul Wahab mengajukan definisi dari W.I Jenkis yang merumuskan kebijaksanaan publik sebagai “a set of interrelated decisions taken by a political actor or group of actors concerning the selection of goals and the means of achieving them within a specified situation where these decisions should, in prinsciple, be within the power of these actors to achieve” (serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang aktor politik atau sekolompok aktor politik berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya dalam suatu situasi dimana keputusan- keputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam batasbatas kewenangan kekuasaan dari para aktor tersebut). Pendapat yang lain dikemukakan Chief J.O Udoji dalam Sholichin Abdul Wahab. Udoji mendefinisikan kebijakan publik “an sanctioned course of action addressed to a particular problem or group of related problems that
23
affect society at large” (suatu tindakan bersanksi yang mengarah pada suatu tujuan tertentu yang saling berkaitan yang mempengaruhi sebagian besar masyarakat). 2.3.2. Ciri dan Jenis Kebijakan Publik a. Ciri Kebijakan Publik Ciri kebijakan publik yang utama adalah apa yang oleh David Easton disebut sebagai orang-orang yang memiliki wewenang dalam sistem politik, yakni para tetua adat, para ketua suku, para eksekutif, para legislator, para hakim, para administrator, para raja/ratu dan lain sebagainya. Mereka inilah yang menurut Easton merupakan orang-orang yang dalam kesehariannya terlibat dalam urusan-urusan politik dan dianggap oleh sebagian besar warga sebagai pihak yang bertanggung jawab atas urusan-urusan politik tadi dan berhak untuk mengambil tindakan-tindakan tertentu. Implikasi dari pernyataan di atas adalah pertama, kebijakan publik merupakan tindakan yang mengarah pada tujuan, bukan tindakan yang acak dan kebetulan. Kebijakan publik dalam sisem politik modern merupakan suatu tindakan yang direncanakan. Kedua, kebijakan pada hakikatnya terdiri atas tindakan-tindakan yang saling berkait dan berpola yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan yang beridiri sendiri. Kebijakan tidak hanya berupa keputusan untuk membuat undang-undang, melainkan diikuti pula dengan
24
keputusan-keputusan yang bersangkut-paut dengan implementasi dan pemaksaan pemberlakuannya. Ketiga, kebijakan bersangkut-paut dengan apa yang senyatanya dilakukan pemerintah salam bidang-bidang tertentu, misalnya dalam mengatur perdagangan, mengendalikan inflasi atau menggalakkan program perumahan rakyat dan bukan sekedar apa yang ingin dilakukan oleh pemerintah dalam bidang-bidang tersebut. Keempat, kebijakan publik mungkin berbentuk positif, mungkin pula negatif. Dalam bentuknya yang positif, mungkin akan mencakup beberapa bentuk tindakan pemerintah yang dimaksudkan untuk mempengaruhi masalah tertentu, sementara dalam bentuknya yang negatif, kemungkinan meliputi keputusan-keputusan pejabat pemerintah untuk tidak bertindak atau tidak melakukan tindakan apapun ketika campur tangan pemerintah sebenarnya diharapkan. Sudah barang tentu
tiadanya
bentuk
campur
tangan/keterlibatan
pemerintah
dapat
membawa dampak tertentu bagi seluruh atau sebagian warga. b. Jenis Kebijakan Publik Banyak pakar mengajukan jenis kebijakan publik berdasarkan sudut pandangnya masing-masing. James Anderson. Misalnya, menyampaikan kategori tentang kebijakan publik tersebut sebagai berikut: 1).Kebijakan
substansif
versus
kebijakan
prosedural.
Kebijakan
substantif yakni kebijakan yang menyangkut apa yang akan dilakukan
25
oleh pemerintah. Sedangkan kebijakan prosedural adalah bagaimana kebijakan substantif tersebut dapat dijalankan. 2).Kebijakan distributif versus kebijakan regulatori versus kebijakan redistributif. Kebijakan distributif. Kebijakan distributis menyangkut distribusi pelayanan atau kemanfaatan pada masyarakat atau individu.
Kebijakan
regulatori
adalah
kebijakan
yang
berupa
pembatasan atau pelarangan terhadap perilaku individu atau kelompok masyarakat. Sedangkan kebijakan re-distributif adalah kebijakan yang mengatur alokasi kekayaan, pendapatan, pemilikan atau hak-hak di antara berbagai kelompok dalam masyarakat. 3).Kebijakan material versus kebijakan simbolis. Kebijakan material adalah kebijakan yang memberikan keuntungan sumber daya konkrit pada kelompok sasaran. Sedangkan kebijkan simbolis adalah kebijakan yang memberikan manfaat simbolis pada kelompok sasaran. 4).Kebijakan yang berhubungan dengan barang umum (public goods) dan barang privat (privat goods). Kebijakan public goods adalah kebijakan yangbertujuan mengatur pemberian barang atau pelayanan publik. Sedangkan kebijakan privat goods adalah kebijakan yang mengatur penyediaan barang atau pelayanan untuk pasar bebas.
26
2.3.3. Proses Kebijakan Publik Proses analisis kebijakan publik adalah serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan dalam proses kegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politik tersebut
nampak
dalam
serangkaian
kegiatan,
adopsi
kebijakan,
implementasi kebijakan dan penilaian kebijakan. Sedangkan aktivitas perumusan masalah, forecasting, rekomendasi kebijakan monitoring dan evaluasi kebijakan adalah aktivitas yang lebih bersifat intelektual. Adapun tahapan kebijakan publik yaitu: a. Tahap Penyusunan Agenda Kebijakan Dalam tahap ini ada 3 kegiatan yang perlu dilaksanakan: 1). Membangun persepsi di kalangan stakeholders bahwa sebuah fenomena benar-benar dianggap sebagai masalah. Hal ini penting karena bisa jadi suatu gejala yang oleh sekelompok masyarakat tertentu
dianggap
sebagai
masalah,
tetapi
oleh
kelompok
masyarakat yang lainnya atau bahkan oleh para elite politik bukan dianggap sebagai suatu masalah. 2). Membuat batasan masalah. Tidak semua masalah harus masuk dalam penyusunan agenda kebijakan dan memiliki tingkat urgensi yang tinggi, sehingga perlu dilakukan pembatasan terhadap masalah-masalah tersebut. 3). Memobilisasi dukungan agar masalah tersebut dapat masuk dalam agenda pemerintah. Memobilisaasi dukungan ini dapat dilakukan
27
dengan cara mengorganisasi kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat, dan kekuatan-kekuatan politik, publikasi melalui media massa dan sebagainya. b. Tahap Formulasi dan Legitimasi Kebijakan Pada menganalisis
tahap
ini
informasi
analisis yang
kebijakan
perlu
berhubungan
mengumpulkan
dengan
masalah
dan yang
bersangkutan, kemudian berusaha mengembangkan alternatif-alternatif kebijakan, membangun dukungan dan melakukan negosiasi, sehingga sampai pada sebuah kebijakan yang dipilih. c. Tahap Implementasi Kebijakan Pada tahap ini perlu memperoleh dukungan sumberdaya, dan penyusunan organisasi pelaksana kebijakan. Dalam proses implementasi sering ada mekanisme insentif dan sanksi agar implementasi kebijakan tersebut berjalan dengan baik. d. Tahap Evaluasi terhadap Implementasi, Kinerja dan Dampak Kebijakan Tindakan (implementasi) kebijakan akan dihasilkan kinerja dan dampak kebijakan, yang memerlukan proses berikutnya yakni evaluasi. Hasil evaluasi tersebut berguna bagi penentuan kebijakan baru di masa yang akan datang, agar kebijakan yang akan datang lebih baik dan berhasil.
28
2.3. E-Government 2.3.1. Pengertian E-Government The World Bank Group mendefinisikan E-Government sebagai “refers to the use by government agencies of information technologies (such as Wide Area Networks, the Internet, and mobile computing) that have the ability to transform relations with citizens, businesses, and other arms of government.” E-Gov juga dapat dipahami sebagai penggunaan teknologi berdasarkan web (jaringan), komunikasi internet, dan dalam beberapa kasus, merupakan aplikasi interkoneksi untuk memfasilitasi komunikasi dan memperluas akses ke dan dari pemberi pelayanan dan informasi pemerintah kepada penduduk, dunia usaha, pencari kerja, dan pemerintah lain, baik instansional maupun antar negara. Selain itu, untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan kinerja serta proses pelaksanaan pelayanan dan tugas pokok dan fungsinya. Secara lebih mudah Indrajit (2006) menjelaskan, E-Government adalah penggunaan teknologi oleh pemerintah (seperti: Wide Area Nertwork, internet dan
mobile
computing)
yang
memungkinkan
pemerintah
untuk
mentransformasikan hubungan dengan masyarakat, dunia bisnis dan pihak yang
berkepentingan,
penggunaan
internet
dan untuk
dalam
prakteknya,
melaksanakan
e-government
urusan
adalah
pemerintah
dan
penyediaan pelayanan publik agar supaya lebih baik dan berorientasi pada pelayanan masyarakat.
29
Secara umum, e-gov di definisikan sebagai : Pemerintahan elektronik (juga
disebut
e-gov,
digital
government,
online
government
atau
transformational government) adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan. EGovernment dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, atau administrasi publik, untuk meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan pelayanan publik, atau proses pemerintahan yang demokratis. Model penyampaian yang utama adalah Government-to-Citizen atau Government-to-Customer (G2C), Government-to-Business (G2B) serta Government-to-Government (G2G). Keuntungan yang paling diharapkan dari e-government adalah peningkatan efisiensi, kenyamanan, serta aksesibilitas yang lebih baik dari pelayanan publik. 2.3.2. Pengembangan E-government Pengembangan mengembangkan
e-government
penyelenggaraan
merupakan kepemerintahan
upaya yang
untuk berbasis
(menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Melalui pengembangan e-government dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimasikan pemanfaatan teknologi informasi.
30
Pemanfaatan teknologi informasi tersebut mencakup 2 (dua) aktivitas yang berkaitan yaitu : 1. Pengolahan data, pengelolaan informasi, sistem manajemen dan proses kerja secara elektronis; 2. Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar pelayanan publik dapat diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat di seluruh wilayah negara. Untuk melaksanakan maksud tersebut pengembangan e-government diarahkan untuk mencapai 4 (empat) tujuan, yaitu : 1. Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik yang memiliki kualitas dan lingkup yang dapat memuaskan masyarakat luas serta dapat terjangkau di seluruh wilayah Indonesia pada setiap saat tidak dibatasi oleh sekat waktu dan dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat. 2. Pembentukan
hubungan
interaktif
dengan
dunia
usaha
untuk
meningkatkan perkembangan perekonomian nasional dan memperkuat kemampuan menghadapi perubahan dan persaingan perdagangan internasional. 3. Pembentukan mekanisme dan saluran komunikasi dengan lembagalembaga
negara
serta
penyediaan
fasilitas
dialog
publik
bagi
masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam perumusan kebijakan negara.
31
4. Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang transparan dan efisien serta memperlancar transaksi dan layanan antar lembaga pemerintah dan pemerintah daerah otonom. Berdasarkan sifat transaksi informasi dan pelayanan publik yang disediakan
oleh
Pemerintah
Daerah
melalui
jaringan
informasi,
pengembangan E-Government dapat dilaksanakan melalui 4 (empat) tingkatan, yaitu : 1. Tingkat 1 – Persiapan a. Pembuatan situs web sebagai media informasi dan komunikasi pada setiap lembaga. b. Sosialisasi situs web untuk internal dan publik. 2. Tingkat 2 – Pematangan a. Pembuatan situs web informasi publik yang bersifat interaktif. b. Pembuatan antar muka keterhubungan dengan lembaga lain. 3. Tingkat 3 – Pemantapan a. Pembuatan situs web yang bersifat transaksi pelayanan publik. b. Pembuatan interoperabilitas aplikasi dan data dengan lembaga lain. 4. Tingkat 4 – Pemanfaatan Pembuatan aplikasi untuk pelayanan yang bersifat Government to Government (G2G), Government to Business (G2B), Government to Consumers (G2C).
32
2.3.3. Kerangka Arsitektur E-Government Untuk menjamin keterpaduan sistem pengelolaan dan pengolahan dokumen dan informasi elektronik dalam rangka mengembangkan pelayanan publik yang transparan, pengembangan e-government pada setiap instansi harus berorientasi pada kerangka arsitektur diberikut ini. Gambar 2 Kerangka Arsitektur E-Government
Sumber : INPRES No. 3 Tahun 2003 Kerangka arsitektur e-government terdiri dari empat lapis struktur, yakni: 1. Akses. Jaringan telekomunikasi, jaringan internet, dan media komunikasi lainnya yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk mengakses situs pelayanan publik.
33
2. Portal Pelayanan Publik. Situs web Pemerintah pada internet penyedia layanan publik tertentu yang mengintegrasikan proses pengolahan dan pengelolaan informasi dan dokumen elektronik di sejumlah instansi yang terkait. 3. Organisasi Pengelolaan dan Pengolahan Informasi. Organisasi pendukung (back office) yang mengelola, menyediakan dan mengolah transaksi informasi dan dokumen elektronik. 4. Infrastruktur dan Aplikasi Dasar. Semua prasarana, baik berbentuk perangkat
keras
dan
lunak
yang
diperlukan
untuk
mendukung
pengelolaan, pengolahan, transaksi, dan penyaluran informasi (antar back office, antar portal pelayanan publik dengan back office), maupun antar portal pelayanan publik dengan jaringan internet secara handal, aman, dan terpercaya. Struktur tersebut ditunjang oleh 4 (empat) pilar, yakni penataan sistem manajemen dan proses kerja, pemahaman tentang kebutuhan publik, penguatan kerangka kebijakan, dan pemapanan peraturan dan perundangundangan. 2.3.4. Kebijakan dan Strategi Pengembangan E-Government Dalam lampiran Inpres No. 3 Tahun 2003, dengan mempertimbangkan kondisi saat ini, pencapaian tujuan strategis e-government perlu dilaksanakan melalui 6 (enam) strategi yang berkaitan erat yaitu sebagai berikut:
34
1. Mengembangkan
sistem
pelayanan
yang
andal,
terpercaya
serta
terjangkau masyarakat luas. Sasarannya antara lain, perluasan dan peningkatan kualitas jaringan komunikasi ke seluruh wilayah negara dengan tarif terjangkau. Sasaran lain adalah pembentukan portal informasi dan pelayanan publik yang dapat mengintegrasikan sistem manajemen dan proses kerja instansi pemerintah. 2. Menata sistem dan proses kerja pemerintah dan pemerintah daerah otonom secara holistik. Dengan strategi ini, pemerintah ingin menata sistem manajemen dan prosedur kerja pemerintah agar dapat mengadopsi kemajuan teknologi informasi secara cepat. 3. Memanfaatkan teknologi informasi secara optimal. Sasaran yang ingin dicapai adalah standardisasi yang berkaitan dengan interoperabilitas pertukaran dan transaksi informasi antarportal pemerintah. Standardisasi dan prosedur yang berkaitan dengan manajemen dokumen dan informasi elektronik. Pengembangan aplikasi dasar seperti e-billing, e-procurement, e-reporting yang dapat dimanfaatkan setiap situs pemerintah untuk menjamin keamanan transaksi informasi dan pelayanan publik. Sasaran lain adalah pengembangan jaringan intra pemerintah. 4. Meningkatkan peran serta dunia usaha dan mengembangkan industri telekomunikasi dan teknologi informasi. Sasaran yang ingin dicapai adalah adanya partisipasi dunia usaha dalam mempercepat pencapaian tujuan
35
strategis e-government. Itu berarti, pengembangan pelayanan publik tidak perlu sepenuhnya dilayani oleh pemerintah. 5. Mengembangkan kapasitas sumber daya manusia, baik pada pemerintah maupun pemerintah daerah otonom disertai dengan meningkatkan eliteracy masyarakat. 6. Melaksanakan pengembangan secara sistematik melalui tahapan yang realistik
dan
terukur
Dalam
pengembangan
e-government,
dapat
dilaksanakan dengan 4 (empat) tingkatan yaitu, persiapan, pematangan, pemantapan dan pemanfaatan. Agar pelaksanaan kebijakan pengembangan e-government dapat dilaksanakan secara sistematik dan terpadu, maka penyusunan kebijakan, peraturan dan perundang-undangan, standarisasi, dan panduan yang diperlukan harus konsisten dan saling mendukung. Perumusan yang akan dibuat perlu mengacu pada kerangka yang utuh, serta diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pembentukan pelayanan publik, dan penguatan jaringan pengelolaan dan pengolahan informasi yang handal dan tepercaya. Seperti yang digambarkan dibawah ini, kerangka tersebut mengkaitkan semua kebijakan, peraturan dan perundang-undangan, standarisasi dan panduan, sehingga terbentuk landasan untuk mendorong pembentukan kepemerintahan yang baik.
36
Gambar 3 Pengembangan Pelayanan Publik Melalui Jaringan Komunikasi dan Informasi
Sumber : INPRES No. 3 Tahun 2003 2.3.5. Kebijakan Anggaran Pengembangan E-Government Pengembangan e-government memiliki lingkup kegiatan yang luas dan memerlukan
investasi
dan
pembiayaan
yang
besar.
Sementara
itu
ketersediaan anggaran pemerintah sangat terbatas dan masih harus dipergunakan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang harus segera diselesaikan. Oleh karena itu pengalokasian anggaran untuk pengembangan e-government harus dilakukan secara hati-hati dan bertanggung jawab agar anggaran yang terbatas itu dapat dimanfaatkan secara efisien dan dapat menghasilkan daya ungkit yang kuat bagi pembentukan tata-pamong yang baik. Dengan demikian diperlukan siklus perencanaan, pengalokasian, pemanfaatan, dan pengevaluasian anggaran pengembangan e-government
37
yang baik, sehingga pelaksanaan strategi untuk pencapaian tujuan strategis e-government dapat berjalan secara efektif. Kesenjangan yang lebar antara besarnya kebutuhan anggaran dengan keterbatasan
anggaran
yang
dapat
disediakan
akan
menimbulkan
pengalokasian anggaran yang buruk apabila arah dan prioritas penggunaan anggaran tidak terdefinisi dengan baik, proses pengalokasian anggaran tidak sistematik, dan praktek penganggaran yang tidak transparan karena lemahnya
persyaratan
kelayakan
pembiayaan.
Untuk
menghindarkan
pemborosan anggaran yang merupakan uang pembayar pajak, perlu dikembangkan kerangka perencanaan dan pengalokasian anggaran seperti tampak pada diagram di berikut. Gambar 4 Kerangka Perencanaan dan Pengalokasian Anggaran
Sumber : INPRES No. 3 Tahun 2003
38
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Deskripsi Umum Kota Palopo 3.1.1. Kondisi Geografis Secara Geografis, Kota Palopo terletak antara 2° 53´15´´ - 3° 04´08´´ Lintang Selatan dan 120°03´10´´ - 120°14´34´´ Bujur Timur. Luas wilayah Kota Palopo sekitar 247,52 kilometer persegi atau sama dengan 0,39% dari luas wilayah Propinsi Sulawesi Selatan. Wilayah Kota Palopo sebagian besar merupakan dataran rendah dengan keberadaannya diwilayah pesisir pantai Sekitar 62,85% dari total luas daerah Kota Palopo, menunjukkan bahwa yang merupakan daerah dengan ketinggian 0 - 500 mdpl, sekitar 24,76% terletak pada ketinggian 501 – 1000 mdpl dan selebihnya sekitar 12,39% yang terletak diatas ketinggian lebih dari 1000 mdpl.Kedudukan geografis Kota Palopo berada pada posisi strategis sebagai titik simpul jalur transportasi darat dan laut poros Trans Sulawesi. Pada posisi ini Kota Palopo menjadi salah jalur distribusi barang jalur darat dari Makassar dan Pare-Pare menuju Propinsi Sulawesi Tengah, Kabupaten Luwu Utara, Luwu Timur, sedangkan pada jalur transportasi laut Kota Palopo sudah menjadi salah satu pelabuhan laut menuju kota-kota di wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara.
38
39
Kedudukan geografis Kota Palopo sebagai wilayah yang berada di pesisir Teluk Bone dimana sebagian besar kebutuhan air bersih didukung dengan keberadaan hutan yang sebagian besar
berada di wilayah
Kabupaten Luwu dan Tana Toraja. Kondisi alam pada wilayah hulu khususnya perbatasan dengan Kabupaten Luwu, Tana Toraja sangat berpengaruh pada kondisi di Kota Palopo. Secara administratif Luas Wilayah Kota Palopo kurang lebih 247,52 Km2, Luas wilayah ber-HPL/HGB yaitu 86,63 Km2, Luas Kawasan kumuh yaitu 2,23 Km2 dan Luas Kawasan Hijau yaitu 183,16 Km2 Batas batas administrasi Kota Palopo sebagai berikut : Sebelah Utara
: Kabupaten Luwu
Sebelah Selatan
: Kabupaten Luwu
Sebelah Timur
: Teluk Bone
Sebelah Barat
: Kabupaten Toraja Utara
3.1.2. Luas Wilayah Luas wilayah administrasi Kota Palopo sekitar 247,52 kilometer persegi atau sama dengan 0,39% dari luas wilayah Propinsi Sulawesi Selatan. Dengan potensi luas wilayah seperti itu, oleh Pemerintah Kota Palopo telah membagi wilayah Kota Palopo menjadi 9 Kecamatan dan 48 Kelurahan.
Gambar 5 Peta Administrasi Kota Palopo
40
.
41
3.1.3. Topografi dan Kelerengan Kondisi permukaan tanah kawasan perkotaan (kawasan Build-up Area) cenderung datar, linier sepanjang jalur jalan Trans Sulawesi, dan sedikit menyebar pada arah jalan kolektor dan jalan lingkungan di wilayah perkotaan, sedangkan kawasan yang menjadi pusat kegiatan dan cukup padat adalah di sekitar kawasan pasar (pusat perdagangan dan jasa), sekitar perkantoran, dan sepanjang pesisir pantai, yang merupakan kawasan permukiman kumuh yang basah dengan kondisi tanah genangan dan pasang surut air laut. Secara garis besar keadaan topografis Kota Palopo ini terdiri dari 3 variasi
yaitu
dataran
rendah
sepanjang
pantai,
wilayah
perbukitan
bergelombang dan datar di bagian tengah, dan wilayah perbukitan dan pegunungan di bagian barat, selatan dan sebagian di bagian utara. 3.1.4. Kondisi Demografis Penduduk Kota Palopo menurut data Dinas Kependudukan Tahun 2010 telah mencapai 172.332 jiwa, terdiri dari laki - laki sebanyak 86.401 jiwa dan perempuan sebanyak 85.931 jiwa. Sebaran penduduk terlihat tidak merata dan cukup bervariasi, dimana terdapat 3 (tiga) kecamatan dengan kepadatan penduduk terbilang padat jika dibandingkan dengan kecamatan lainnya, ketigakecamatan dimaksud adalah Kecamatan Wara dengan jumlah Penduduk 36.187 jiwa,Kecamatan Wara Timur dengan jumlah penduduk sebanyak 35.186 jiwa dan Kecamatan WaraUtara dengan jumlah penduduk
42
sebesar 21.183 jiwa. Tiga Kecamatan dengan kepadatan sedangyaitu Kecamatan Mungkajang dengan jumlah penduduk 9.081 jiwa, Kecamatan Sendanamencapai 7.294 jiwa dan untuk Kecamatan Wara Barat sekitar 12.147 jiwa per desember 2010. Tabel 1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2010 Jenis Kelamin No.
Jumlah Penduduk
Kecamatan L
P
1.
Kecamatan Wara
18.033
18.154
36.187
2.
Kecamatan Wara Utara
10.534
10.649
21.183
3.
Kecamatan Wara Timur
17.571
17.615
35.186
4.
Kecamatan Wara Barat
6.197
5.950
12.147
5.
Kecamatan Wara Selatan
5.624
5.762
11.386
6.
Kecamatan Sendana
3.733
3.561
7.294
7.
Kecamatan Mungkajang
4.596
4.485
9.081
8.
Kecamatan Bara
12.835
12.821
25.656
9.
Kecamatan Telluwanua
7.278
6.934
14.212
86.401
85.931
172.332
TOTAL
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo 3.1.5. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Kota Palopo pada dasarnya merupakan masyarakat yang religius, beradat dan berbudaya,
bersifat
heterogen
dan
menghargai
kemajemukan dengan pola hidup perkotaan. Dilihat berdasarkan agama yang dianut, penduduk Kota Palopo mayoritas beragama Islam.
43
Fasilitas peribadatan merupakan sarana penunjang yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan keagamaan dan ritual bagi masyarakat. Jumlah dan Jenis fasilitas peribadatan di Kota Palopo dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Tabel 2 Fasilitas Peribadatan di Kota Palopo Tahun 2010 No
Jenis Fasilitas Peribadatan
Jumlah (Unit)
Persentase (%)
155
68,58
1.
Mesjid
2.
Mushalla/Langgar
7
3,10
3.
Gereja
61
26,99
4.
Pura
1
0,44
5.
Vihara
2
0,88
226
100,00
JUMLAH Sumber : www.palopokota.go.id
Dalam rangka menciptakan dan mempertahankan suasana yang kondusif
dan hubungan hormonis diantara
pemeluk agama,
maka
Pemerintah Kota Palopo telah membentuk Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB),
Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM), dan
Forum Muspida Kota Palopo sebagaimana terealisasi melalui Pembentukan Forum Komunikasi Masalah Aktualisasi yang melibatkan semua unsur Muspida dan Unit Kerja terkait, berdasarkan SK. Walikota Palopo Nomor : 163/III/2006 tanggal 18 Maret 2006.
44
Fasiltas Pendidikan sangat menentukan mutu dan tingkat pendidikan masyarakat,oleh sebab itu memerlukan ketersediaan pelayanan yang tidak hanya dari segi kuantitas tetap juga memperhatikan ketersediaan prasarana pendidikan, tenaga pengajar serta kurikulum pendidikan yang disajikan. Fasilitas pendidikan yang ada di Kota Palopo dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3 Fasilitas Pendidikan di Kota Palopo Tahun 2010 No. Jenis Fasilitas dan Pendidikan Jumlah (Unit)
Persentase (%)
1.
TK Negeri / Swasta
38
21,23
2.
SDN / Swasta/ MI
75
41,90
3.
SLTP/ Swasta/ MTs
22
12,29
4.
SLTA/ Swasta/ MA
31
17,32
5.
Perguruan Tinggi / Akedemi
13
7,26
JUMLAH
179
100,00
Sumber : www.palopokota.go.id Upaya untuk memenuhi pelayanan kesehatan kepada masyarakat ditentukan oleh jumlah dan kualitas pelayanan faslitas kesehatan. Jumlah dan kualitas yang dimaksud berkaitan dengan jumlah fasilitas,jangkauan, pelayanan, tenaga dan peralatan medis. Fasilitas kesehatan yang ada dikota palopo dalat dilihat pada tabel berikut.
45
Tabel 4 Fasilitas Kesehatan di Kota Palopo Tahun 2010 No
Jenis Fasilitas Kesehatan
Jumlah (Unit)
Persentase (%)
1.
Rumah Sakit
4
2,22
2.
Puskesmas
9
5,00
3.
Pustu
25
13,89
4.
Rumah Sakit Bersalin
2
1,11
5.
Apotik/Toko Obat
37
20,56
6.
Dokter Praktek
55
30,56
7.
Posyandu
48
26,67
JUMLAH
180
100,00
Sumber : www.palopokota.go.id 3.1.6. Kondisi Pemerintahan Pelayanan pemerintahan Kota Palopo dalam tahun 2007, mengalami peningkatan yang cukup terhadap
dinamika
pesat,
dan
terlihat
dari
pemerintah
kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan
efesiensi pelayanan umum pemerintahan, administrasi
responsifitas
sehingga pada tahun
2006
pemerintahan dimekarkan dari 4 Kecamatan menjadi 9
Kecamatan dan dari 28 Kelurahan menjadi 48 Kelurahan berdasarkan Perda No. 3 Tahun 2005 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintah Kecamatan Dan Kelurahan Di Kota Palopo Disamping
itu
sebagai
upaya
untuk
meningkatkan efektifitas
pelayanan perizinan, Pemerintah Kota Palopo juga pada tahun 2007 telah melakukan
pembentukan Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu
46
(KPTSP) Kota Palopo sebagai upaya untuk memantapkan pelayanan dan menunjang Visi Kota Palopo
Menjadi Salah Satu Kota Pelayanan Jasa
Terbaik di Kawasan Timur Indonesia. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan, maka saat ini unit kerja Pemerintah Kota Palopo terdiri dari 3 Sekertariat, 7 Badan, 16 Dinas, 4 Kantor dan 1 Inspektorat, dengan dukungan aparatur sumber daya manusia berdasarkan golongan kepangkatan tahun 2008 berjumlah 4.474 orang terdiri dari 33 orang golongan I, 1.948
orang
golongan
III,
dan
1.126
1.267 orang golongan II,
orang
golongan
IV.
Dilihat
berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan PNS Kota Palopo terdiri dari 82 orang Strata Dua, 1.847 orang strata satu, 846 Diploma I-III, 1.492 orang SMA, 49 orang SMP, dan 158 orang SD. 3.2. Deskripsi Umum Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo dibentuk berdasarkan Perda No. 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Palopo. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
mempunyai
tugas
melaksanakan
urusan
Pemerintah
Daerah
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang menjadi tanggung jawab dan kewenangannya.
KA. SEKSI PERKAWINAN DAN PERCERAIAN
KA. SEKSI PERUBAHAN NAMA, STATUS KEWARGANEGARAAN
MUTASI KEPENDUDUKAN
KA. SEKSI
PENDAFTARAN PENDUDUK
UPTD
PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN ANGGARAN
KA. SUB BAGIAN
MONITORING, EVALUASI DAN DOKUMENTASI
PENYELARASAN KEBIJAKAN ADMINDUK
KA. SEKSI
PROYEKSI KEPENDUDUKAN
KA. SEKSI
KA. SEKSI
KA. SEKSI
PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN
KA. SEKSI
PENDAYAGUNAAN DATA PENDUDUK
KA. BAGIAN
KEUANGAN
KA. SUB BAGIAN
SEKRETARIS
PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI ADMINDUK
PENGELOLAAN DATA ADMINDUK
KELAHIRAN, KEMATIAN, PENGANGKATAN ANAK, PENGAKUAN ANAK, PENGESAHAN ANAK
INDENTITAS PENDUDUK
KA. SEKSI
KA. SEKSI
KA. SEKSI
PENCATATAN SIPIL
PENDAFTARAN PENDUDUK
PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI ADMINDUK
KA. BAGIAN
PERLENGKAPAN DAN KEPEGAWAIAN
KA. SEKSI
KA. BAGIAN
KA. BAGIAN
Kelompok Jabatan Fungsional
KA. SUB BAGIAN
KEPALA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL
Gambar 6 Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo Berdasakan Perda No. 3 Tahun 2008
47
48
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, mempunyai fungsi : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Kependudukan dan Pencatatan Sipil; b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang Kependudukan dan Pencatatan Sipil; c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Kependudukan dan Pencatatan Sipil; d. Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas; e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya. Tugas Pokok Jabatan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Palopo berdasarkan Peraturan Walikota Palopo No. 8 Tahun 2009 adalah sebagai berikut : a. Kepala Dinas; membantu Walikota dalam melaksanakan wewenang Otonomi dan pembantuan di bidang Kependudukan dan Pencatatan Sipil serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Walikota. b. Sekretaris; membantu Kepala Dinas dalam merencanakan Program Kerja Dinas, memberikan Pelayanan Teknis Administrasi kepada Kepala Dinas dan seluruh satuan organisasi dalam lingkup Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, membimbing, mengendalikan dan mengawasi Sub Bagian Umum, Perlengkapan dan Kepegawaian, Sub Bagian Keuangan, Sub
49
Bagian Perencanaan dan Penyusunan Program serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. c. Sekretariat terdiri atas : 1).Sub Bagian Umum, Perlengkapan dan Kepegawaian; mengelolah urusan surat menyurat, urusan rumah tangga, urusan perlengkapan dan urusan administrasi kepegawaian serta melaksanakan tugas yang diberikan oleh Sekretaris. 2).Sub
Bagian
penyusunan,
Keuangan; perubahan,
membuat perhitungan
dan
mengkoordinasikan
anggaran
Dinas
dan
mengelolah administrasi keuangan serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris. 3).Sub Bagian Perencanaan dan Penyusunan Program; membuat dan mengkoordinasikan penyusunan perencanaan dan penyusunan program serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris. d. Kepala Bidang Pendaftaran Penduduk; melaksanakan pendaftaran dan pencatatan penduduk, Nomor Induk Kependudukan, Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk, Mutasi Penduduk, membimbing, mengendalikan dan mengawasi Seksi Identitas Penduduk, Seksi Mutasi Penduduk, Dan Seksi Pendaftran Penduduk serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. Bidang Pendaftaran Penduduk terdiri atas :
50
1).Seksi
Identitas
Penduduk;
mengumpulkan
data
penduduk,
merumuskan pemberian identitas penduduk serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pendaftaran Penduduk. 2).Seksi Mutasi Kependudukan; pendaftaran penduduk pindah datang, mengkoordinasikan dengan instansi terkait, memperifikasi, validasi dan coklik serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pendaftaran Penduduk. 3).Seksi Pendaftaran Penduduk; pengelolaan pencatatan biodata penduduk, melakukan pemutakhiran data base kependudukan dan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pendaftaran Penduduk. e. Kepala Bidang Pencatatan Sipil; melaksanakan pencatatan peristiwa penting kependudukan, melakukan pembinaan, verifikasi, validasi, coklik, pelaporan, mendokumentasikan dan melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. Bidang Pencatatan Sipil terdiri atas : 1).Seksi Kelahiran, Kematian, Pengangkatan Anak, Pengakuan Anak dan Pengesahan Anak; melakukan pencatatan verifikasi, validasi, coklik terhadap pelaporan dan persyaratan mendokumentasikan serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pencatatan Sipil. 2).Seksi Perkawinan dan Perceraian; membina dan melakukan pencatatan terhadap perkawinan
dan perceraian, memperifikasi,
51
validasi,
coklik,
mendokumentasikan
dan
melaporkan
serta
melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pencatatan Sipil. 3).Seksi
Perubahan
Nama
dan
Status
Kewarganegaraan;
melaksanakan pembinaan, pencatatan perubahan nama dan status kewarganegaraan,
memperifikasi,
validasi,
coklik
terhadap
pencatatan, medokumentasikan dan pelaporan pencatatan serta tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pencatatan Sipil. f. Kepala
Bidang
Pengelolaan
Data
dan
Informasi
Administrasi
Kependudukan; pembinaan pencatatan biodata penduduk penerbitan NIK, KK, dan KTP serta dokumen identitas lainnya serta tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.
Bidang
Pengelolaan Data dan Informasi Administrasi Kependudukan terdiri atas : 1).Seksi Pengelolaan Data Administrasi Kependudukan; melakukan penginputan biodata penduduk, memperifikasi, validasi, coklit, pencatatan biodata penduduk serta melaksanakan tugas yang diberikan oleh Kepala Bidang Pengelolaan Data dan Informasi Administrasi Kependudukan. 2).Seksi
Pembangunan
dan
Pengembangan
Sistem
Informasi
Administrasi Kependudukan; pembinaan, penyediaan sarana dan prasarana jaringan SIAK dan melaksanakan peningkatan sumber daya manusia serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh
52
Kepala Bidang Pengelolaan Data dan Informasi Administrasi Kependudukan. 3).Seksi
Monitoring,
Evaluasi
dan
Dokumentasi;
melaksanakan
pemantauan, pengelolaan informasi administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil, evaluasi kebijakan kependudukan dan Catatan Sipil, proyeksi
penduduk
dan
analisis
dampak
kependudukan
dan
mendokumentasikan hasil pengelolaan administrasi kependudukan dan catatan sipil serta melaksanakan tugas lain yang dibeikan oleh Kepala Bidang Pengelolaan Data dan Informasi Administrasi Kependudukan. g. Kepala Bidang Pendayagunaan Data Adminduk; mengelolah data dan pendayagunaan ADMINDUK dan proyeksi data kependudukan serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. Bidang Pendayagunaan Data Adminduk terdiri atas : 1).Seksi Proyeksi Kependudukan; pendayagunaan data adminduk untuk pembangunan segala sektor serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pendayagunaan Data Adminduk. 2).Seksi Perkembangan Kependudukan; pelaksanaan proyeksi dan analisa
dampak,
kependudukan
dan
pelaporan
indikator
kependudukan serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pendayagunaan Data Adminduk.
53
3).Seksi
Penyerasian
Kebijakan
Administrasi
Kependudukan;
melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait, merumuskan kebijakan adminduk, penyerasian data adminduk dan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pendayagunaan Data Adminduk. h. Unit Pelaksana Teknis Dinas ( UPTD ). i. Kelompok Jabatan Fungsional. Adapun deskripsi lengkap tentang kepegawaian Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5 Deskripsi Kepegawaian Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo No.
Deskripsi
Jumlah
Jenis Kepegawaian PNS Honorer Jenis Kelamin 2. * Laki – laki * Perempuan Pendidikan * SMA 3. * Diploma * S1 * S2 Umur 20 - 30 Tahun 4. 31 - 40 Tahun 41 - 50 Tahun > 50 Tahun Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo 1.
39 Orang 53 Orang 47 Orang 45 Orang 57 Orang 6 Orang 26 Orang 3 Orang 32 Orang 22 Orang 30 Orang 8 Orang
54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penyelenggaraan E-Government sangat diperlukan karena sejumlah pertimbangan terkait adanya tuntutan akan terbentuknya kepemerintahan yang bersih, transparan, dan mampu menjawab tuntutan perubahan secara lebih efektif. Melalui E-Government diharapkan akan meningkatkan efisiensi, efektivitas dan percepatan pelayanan publik selain membuka kesempatan yang
semakin
luas
kepada
masyarakat
untuk
berpartisipasi
dalam
mendiskusikan, mengkritisi, dan menganalisis keputusan politik dan tindakan administrasi publik. Kemajuan teknologi informasi melalui internet telah membuka kesempatan yang semakin luas hubungan antara politik, birokrasi dan masyarakat. Masyarakat dapat terlibat secara langsung dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kebijakan publik. Pengembangan E-Government diseluruh jajaran pemerintah baik pusat maupun daerah dimulai dengan diterbitkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government. Pengembangan E-Government merupakan upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan pemerintahan yang berbasis (menggunakan) elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Melalui pengembangan E-Government
54
55
dilakukan penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimasikan pemanfaatan teknologi informasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan kesiapan Pemerintah Kota Palopo dalam penyelenggaraan e-Government di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Hal tersebut cukup menarik perhatian peneliti sebab Administrasi Kependudukan merupakan salah satu penunjang pelaksanaan e-Government dan dalam waktu dekat akan diberlakukan e-KTP di Kota Palopo. Dalam proses pengumpulan data dalam penelitian ini, selain melalui studi kepustakaan, peneliti juga melakukan observasi langsung dan wawancara kepada informan yang dianggap memiliki kompotensi dalam penyelenggaraan e-Government untuk mendapatkan informasi yang valid dan akurat. Penelitian yang dilakukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo ini berlangsung selama ± 1 bulan. Namun seiring keperluan pengembangan data dan padatnya jadwal kerja mengharuskan peneliti untuk menambah waktu penelitian. 4.1. Kebijakan E-Government Kota Palopo Perkembangan teknologi informasi memegang peranan penting dari segenap kegiatan, apalagi bangsa kita akan memasuki era baru yang ditandai dengan keterbukaan dan persaingan bebas. Era baru itu, akan berpengaruh tidak saja di bidang ekonomi, tetapi juga dalam segi-segi
56
kehidupan kita yang lebih luas lagi. Untuk menghadapinya, kita dituntut untuk membangun ketangguhan nasional di segala bidang. Tentunya, ketangguhan nasional itu hanya mungkin terwujud jika semua pelaku pembangunan mempunyai kesiapan yang dapat diandalkan dan dipertanggungjawabkan. Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang lebih baik atau pelayanan prima menjadikan Pemerintah Kota Palopo mau tak mau harus mengikuti perkembangan teknologi yang menjanjikan efisiensi yang tinggi dan pelayanan yang lebih baik. Pemerintah Indonesia juga telah menerbitkan INPRES No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan E-Government yang merupakan salah komitmen pemerintah terhadap penyelenggaraan Good Government dan strategi nasional dalam rangka perkembangan dan kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi. Adapun amanat dari INPRES No. 3 Tahun 2003 yaitu setiap instansi pemerintah pusat dan daerah yaitu sebagai berikut: 1. Menyusun Rencana Strategis Pengembangan E-Government di lingkungannya masing-masing. Rencana Strategis itu dengan jelas menjabarkan lingkup dan sasaran pengembangan e-government yang ingin dicapai; kondisi yang dimiliki pada saat ini; strategi dan tahapan pencapaian sasaran yang ditentukan; kebutuhan dan rencana pengembangan sumber daya manusia; serta rencana investasi yang diperlukan.
57
2. Untuk menghindari pemborosan anggaran pemerintah, penyusunan rencana investasi harus disertai dengan analisis kelayakan investasi terhadap manfaat sosial-ekonomi yang dihasilkan. Model penerapan E-Government di setiap lembaga pemerintah disusun dalam bentuk Rencana Induk Pengembangan E-Government Lembaga dan memuat tahapan pengembangan dan penerapan E-Government dalam bentuk : 1. Kerangka Pemikiran Dasar Lembaga (E-Government Conceptual Framework); 2. Cetak Biru Pengembangan (E-Government BluePrint); 3. Solusi Pentahapan Pengembangan (E-Government Roadmap); 4. Rencana Implementasi (E-Government Implementation Plan); Rencana Induk Pengembangan E-Government Lembaga di Instansi Pusat dan Daerah tetap berada dalam kerangka dan bagian dari penerapan E-Government secara nasional. Dalam rangka menunjang pengembangan dan pelaksanaan EGovernment Menteri Komunikasi Dan Informasi menetapkan Panduan Rencana Induk Pengembangan e-Government Lembaga dalam menunjang penyelenggaraan Keputusan
e-Government
Menteri
yang
Komunikasi
selanjutnya Dan
terperinci Informasi
dalam No.
57/KEP/M.KOMINFO/12/2003 tentang Panduan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan E-Government Lembaga.
58
Agar pelaksanaan kebijakan pengembangan E-Government dapat dilaksanakan secara sistematik dan terpadu, penyusunan kebijakan, peraturan dan perundang-undangan, standardisasi, dan panduan yang diperlukan harus konsisten dan saling mendukung. Oleh karena itu perumusannya perlu mengacu pada kerangka yang utuh, serta diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pembentukan pelayanan publik dan penguatan jaringan pengelolaan dan pengolahan informasi yang andal dan terpercaya. Seperti digambarkan berikut
ini, kerangka tersebut mengkaitkan semua
kebijakan, peraturan dan perundang-undangan, standardisasi, dan panduan sehingga
terbentuk
landasan
untuk
mendorong
pembentukan
kepemerintahan yang baik. Gambar 7 Pengembangan Pelayanan Publik Melalui Jaringan Komunikasi dan Informasi
Sumber : INPRES No. 3 Tahun 2003
59
Dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antar susunan pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.
Amanat
Undang-Undang ini menunjukkan bagaimana pentingnnya efisiensi dan transparansi, sehingga e-government sangat sejalan dengan pengamalan Undang-Undang dimaksud. Walikota Palopo, Drs. H. P. A. Tenriadjeng, M.Si, secara institusi sangat mendukung pelaksanaan E-Government di lingkup dinas dan SKPD Kota Palopo. “Kami (Pemerintah Kota Palopo) sangat mendukung dan akan selalu memberikan respon positif terhadap peningkatan mutu, efesiensi, dan efektivitas pelayanan publik sesuai dengan aturan yang berlaku.” (wawancara tanggal 10 Agustus 2011) Namun sayangnya hal tersebut tidak sejalan dengan pelaksanaan teknis dan sampai sekarang belum dilakukan penyusunan Rencana Strategis Pengembangan E-Government Kota Palopo. Selain itu, tidak adanya Dinas atau UPTD yang bertanggung jawab dengan INPRES No.3 Tahun 2003,
60
mengakibatkan proses persiapan dan
penyelenggaraan E-Government di
Kota Palopo menjadi terbengkalai. Pada struktur organisasi sekretariat daerah kota palopo tahun 2002 – 2007, Bagian INFOKOM Sekretariat Daerah yang mempunyai fungsi sebagai pengelolah dan penyelenggara urusan pemerintah dan pelayanan umum di bidang teknologi, informasi dan komunikasi. Bagian ini memiliki sub bagian sebagai berikut: 1).Sub Bagian Humas dan Infokom 2).Sub Bagian PDE (Pengolahan Data Elektronik) 3).Sub Bagian Sandi dan Telekomunikasi
61
Gambar 8 Struktur Organisasi Sekretariat Daerah Kota Palopo Tahun 2002 - 2008 Walikota Wakil Walikota Sekretaris Daerah
Assisten I
Assisten II
Assisten III
Bagian Umum
Bagian Keuangan
Bagian INFOKOM
Sub Bagian HUMAS & INFOKOM Sub Bagian PDE Sub Bagian Sandi & Telekomunikasi Sumber : Bagian Tata Pemerintahan SEKDA Kota Palopo Dengan diterbitkannya Perda No. 2 Tahun 2008 Pembentukan, Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Palopo yang mengacu pada PP No.41 Tahun 2007 tentang Kelembagaan Organisasi Perangkat Daerah terjadi
62
perubahan Struktur Organisasi Dalam Lingkup Sekretariat Daerah Kota Palopo sebagaimana terlihat dalam gambar berikut: Gambar 9 Struktur Organisasi Sekretariat Daerah Berdasarkan Perda No. 2 Tahun 2008 Walikota Wakil Walikota Sekretaris Daerah
Assisten I
Assisten II
Assisten III
Bagian Umum
Bagian Keuangan
Bagian INFOKOM
Sub Bagian HUMAS Sub Bagian Protokol Sub Bagian Sandi & Dokumentasi Sumber : Bagian Tata Pemerintahan SEKDA Kota Palopo Berdasakan Perda tersebut, Sub Bagian Informasi dan Komunikasi dipindahkan menjadi Bidang pada Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
63
Informatika sedangkan Sub Bagian PDE kini berada dibawah naungan BAPPEDA Kota Palopo. Andi Rahmat, S. Sos, mantan Kepala Bagian INFOKOM tahun 2008 dan Kepala Bagian PDE BAPPEDA 2008-2010 yang sekarang menjabat Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil menegaskan bahwa EGovernment di Kota Palopo harusnya dapat terealisasi dan terorganisir lebih baik. “Saya sangat kecewa dengan mundurnya implementasi E-Government di Kota Palopo. Padahal sewaktu di Infokom, semua rencana strategis tersebut telah tersusun dengan baik. Bahkan di setiap SKPD akan dihubungan dalam sebuah jaringan. Fasilitas umum lainnya telah kami bangun akses internet. Tapi akhirnya semua anggaran terbuang sia-sia. Saya juga pernah mengusulkan agar dibentuk UPTD untuk mngurusi dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan E-Government di Kota Palopo tapi tidak pernah direspon.” (wawancara tanggal 8 September 2011) Pemerintah Kota Palopo yang pernah memberikan free hotspot (akses jaringan
internet
gratis)
dibeberapa
pusat
keramaian
dan
aktivitas
masyarakat antara lain Taman Baca, Pujasari dan Lagota Plaza kini tak ada lagi. Hal ini diakibatkan oleh minimnya anggaran dan biaya perawatan infrastuktur
sehingga
provider
penyedia
layanan
internet
menghentikan kerjasamanya dengan Pemerintah Kota Palopo.
tersebut
64
4.2. Perangkat E-Government di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo Dalam penelitian ini, peneliti mengkhususkan fokus penelitian pada perangkat E-Government berupa: 4.2.1. Akses Akses merupakan pondasi awal penyelenggaraan E-Government. Akses dalam penyelenggraan E-Government berupa jaringan telekomunikasi, jaringan internet dan media komunikasi lainnya yang dapat digunakan dalam mengakses portal pelayanan publik. Dalam
penelitian
ini,
yang
menjadi
pokok
pembahasan
yaitu
sejauhmana Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam membangun akses yang memadai guna mendukung penyelenggaraan E-Government, salah satunya yaitu jaringan komputer. Jaringan komputer adalah sebuah kumpulan komputer, printer dan peralatan lainnya yang terhubung dalam satu kesatuan. Informasi dan data bergerak melalui kabel-kabel atau tanpa kabel sehingga memungkinkan pengguna jaringan komputer dapat saling bertukar dokumen dan data, mencetak pada printer yang sama dan bersama-sama menggunakan hardware/software yang terhubung dengan jaringan. Setiap komputer, printer atau periferal yang terhubung dengan jaringan disebut node. Sebuah jaringan komputer dapat memiliki dua, puluhan, ribuan atau bahkan jutaan node.
65
Jenis - jenis jaringan komputer antara lain sebagai berikut: a. Local Area Network (LAN) Local Area Network (LAN), merupakan jaringan lokal di dalam sebuah gedung yang mampu menjangkau radius beberapa ratus meter. LAN digunakan untuk menghubungkan komputer (workstation) dalam kantor dan memakai bersama sumberdaya (resource), misalnya printer dan saling bertukar informasi. Dengan fasilitas tersebut, semua komputer (client) yang terhubung dapat melakukan transaksi data secara langsung. b. Metropolitan Area Network (MAN) Metropolitan Area Network (MAN), pada dasarnya merupakan versi LAN yang berukuran lebih besar dan biasanya menggunakan teknologi yang sama dengan LAN. MAN dapat mencakup kantor-kantor perusahaan yang letaknya berdekatan atau juga sebuah kota dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan pribadi (swasta) atau umum. MAN mampu menunjang data dan suara, bahkan dapat berhubungan dengan jaringan televisi kabel. c. Wide Area Network (WAN) Wide Area Network (WAN), jangkauannya mencakup daerah geografis yang luas, seringkali mencakup sebuah negara bahkan benua. WAN terdiri dari kumpulan mesin-mesin yang bertujuan untuk menjalankan programprogram (aplikasi) pemakai.
66
d. Internet (Inter-Network) Internet (Inter-Network) adalah sebutan untuk sekumpulan jaringan komputer yang menghubungkan situs akademik, pemerintahan, komersial, organisasi, maupun perorangan. Internet menyediakan akses untuk layanan telekomnunikasi dan sumber daya informasi untuk jutaan pemakainya yang tersebar di seluruh dunia. Layanan internet meliputi komunikasi langsung (email, chat), diskusi (Usenet News, email, milis), sumber daya informasi yang terdistribusi (World Wide Web, Gopher), remote login dan lalu lintas file (Telnet, FTP), dan aneka layanan lainnya. e. Jaringan Nirkabel (Wireless Network) Jaringan nirkabel adalah komunikasi antar sistem komputer tanpa menggunakan kabel. Jaringan nirkabel ini sering dipakai untuk jaringan komputer
baik
pada
jarak
yang
dekat
(beberapa
meter,
memakai
alat/pemancar bluetooth) maupun pada jarak jauh (lewat satelit). Jenis jaringan yang populer dalam kategori jaringan nirkabel ini meliputi: Jaringan kawasan lokal nirkabel (wireless LAN/WLAN), dan Wi-Fi. Jaringan nirkabel biasanya menghubungkan satu sistem komputer dengan sistem yang lain dengan menggunakan beberapa macam media transmisi tanpa kabel, seperti: gelombang radio, gelombang mikro, maupun cahaya infra merah. Akses yang tersedia di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo sangat mendukung untuk menerapkan E-Government. Selain menggunakan fasilitas akses internet yang disediakan oleh Telkom, semua
67
komputer yang ada di Dinas Kpendudukan dan Catatan Sipil telah terhubung secara LAN (Local Area Network) sehingga mempermudah dalam transaksi data, penggunaan data bersama dan berbagi data (data sharing). Gambar 10 Pola Jaringan LAN Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo Selain telah terhubung secara LAN, terdapat fasilitas wifi yang dapat dimanfaatkan oleh setiap pegawai dan masyarakat yang berkunjung ke Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo. 4.2.2. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia (SDM) baik sebagai pengembang, pengelola maupun pengguna e-government merupakan faktor yang turut menentukan
68
bahkan menjadi kunci keberhasilan pelaksanakan dan pengembangan egovernment. Untuk itu, perlu upaya peningkatan kapasitas SDM dan penataan dalam pendayagunaannya, dengan perencanaan yang matang dan komprehensif sesuai dengan kebutuhan, serta pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Hal tersebut dilakukan melalui jalur pendidikan formal dan non formal, maupun pengembangan standar kompetensi yang dibutuhkan dalam pengembangan dan implementasi egovernment. Upaya pengembangan SDM yang perlu dilakukan untuk Mendukung EGovernment adalah sebagai berikut : a. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya informasi serta pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi (e-literacy), baik di kalangan pemerintah dan pemerintah daerah otonom
maupun
di
kalangan
masyarakat
dalam
rangka
mengembangkan budaya informasi ke arah terwujudnya masyarakat informasi (information society). b. Pemanfaatan sumberdaya pendidikan dan pelatihan termasuk perangkat teknologi informasi dan komunikasi secara sinergis, baik yang
dimiliki
oleh
lembaga
pemerintah
maupun
non
pemerintah/masyarakat. c. Pengembangan pedoman penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi lembaga pemerintah agar hasil pendidikan dan pelatihan
69
tersebut sesuai dengan kebutuhan pengembangan dan pelaksanaan e-government. d. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknologi informasi dan komunikasi bagi aparat pelaksana yang menangani kegiatan bidang informasi dan komunikasi dan aparat yang bertugas dalam memberikan pelayanan publik, maupun pimpinan unit/lembaga, serta fasilitasi pendidikan dan pelatihan bagi calon pendidik dan pelatih maupun tenaga potensial di bidang teknologi informasi dan komunikasi
yang
diharapkan
dapat
mentransfer
pengetahuan/keterampilan yang dimiliki kepada masyarakat di lingkungannya. e. Peningkatan kapasitas penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan jarak jauh (distance learning) dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi secara optimal untuk pemerataan atau mengurangi kesenjangan SDM di bidang teknologi informasi dan komunikasi antar daerah. f. Perubahan pola pikir, sikap dan budaya kerja aparat pemerintah yang mendukung pelaksanaan egovernment melalui sosialisasi/penjelasan mengenai
konsep
dan
program
e-government,
serta
contoh
keberhasilan (best practice) pelaksanaan e-government. g. Peningkatan motivasi melalui pemberian penghargaan/apresiasi kepada seluruh SDM bidang informasi dan komunikasi di pemerintah
70
pusat
dan
daerah
serta
masyarakat
yang
secara
aktif
mengembangkan inovasi menjadi karya yang bermanfaat bagi pengembangan dan pelaksanaan e-government. Sejauh ini, DIKLAT pemberdayaan dan peningkatan kemampuan pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi telah beberapa kali dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil bekerjasama dengan Pemerintah Kota Palopo maupun Ditjen DUKCAPIL Departemen Dalam Negeri. “Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo telah beberapa kali mengadakan pendidikan dan Pelatihan dalam peningkatan mutu dan kualitas Sumber Daya Manusia. Hal tersebut sangat menunjang efesiansi dan efektivitas pelayanan publik nantinya. Selain itu, kami (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo) beberpa kali mengikuti DIKLAT tingkat Provinsi maupun Nasional.” (Drs. Sunarding, S.H, M.Si/Sekretaris Dinas Kpendudukan dan Catatan Sipil, wawancara tanggal 15 Agustus 2011) 4.2.3. Infrastruktur dan Aplikasi Dasar Pengembangan e-government di suatu lembaga pemerintah, dilandasi oleh 4 (empat) infrastruktur utama, meliputi : a. Suprastruktur e-government yang memuat antara lain kepemimpinan manajemen lembaga (e-leadeship), sumberdaya manusia (human resources) dan peraturan di tingkat lembaga yang terkait dengan pengembangan e-Government (regulation). b. Infrastruktur jaringan yang memuat antara lain protokol komunikasi, topologi, teknologi dan keamanan.
71
c. Infrastruktur informasi yang memuat antara lain struktur data, format data,
metode
berbagi
data
(data
sharing)
dan
sistem
pengamanannya. d. Infrastruktur aplikasi yang memuat antara lain aplikasi layanan publik, aplikasi antar muka (interface), dan aplikasi back office. Seluruh infrastruktur tersebut akan dibangun dalam satu kerangka berpikir yang utuh, yang selanjutnya dikembangkan menjadi cetak biru pengembangan e-government di setiap lembaga pemerintah. Konsep pengembangan infrastruktur diarahkan kepada pemanfaatan semaksimal mungkin sumberdaya informasi yang telah ada sebagai modal utama dalam mengembangkan e-government. Pengembangan e-government pada setiap lembaga, selain akan meningkatkan pemanfaatan sistem informasi yang dimiliki, juga diharapkan meningkatkan layanan publik dan operasional pengelolaan pemerintahan secara lebih efektif dan efisien. Selain memiliki pimpinan yang e-leadership, perlengkapan dan peralatan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil sudah sangat memadai untuk penyelenggaraan E-Government. “Saat ini Alat Kelengkapan Pendukung Kinerja dan Pelayanan kepada masyarakat sudah sangat memadai. Hal tersebut kiranya dapat menjadi acuan untuk membangun dan melaksanakan E-Government sehingga pelayanan publik menjadi lebih efisien dan efektif.” (Harnantiwiryo, S.E/Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Penyusunan Program Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo, wawancara tanggal 15 Agustus 2011)
72
Deskripsi tentang perlengkapan dan peralatan E-Government di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 6 Deskripsi Perlengkapan & Peralatan E-Government Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo Kondisi
Jenis Pelengkapan/Peralatan
Baik
1.
Komputer
20 Unit
1 unit
21 unit
2.
Laptop
5 Unit
- Unit
5 Unit
3.
Printer
11 Unit
- Unit
11 Unit
4.
Wireless
1 Unit
- Unit
1 Unit
5.
Modem
1 Unit
- Unit
1 Unit
No.
Rusak
Jumlah
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo 4.3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat 4.3.1. Faktor Pendukung 1. Website Kota Palopo Faktor
Pendukung
kesiapan
Pemerintah
Kota
Palopo
dalam
Penyelenggaraan E-Government yaitu telah memiliki website pemerintah daerah. Situs web pemerintah daerah merupakan salah satu strategi didalam melaksanakan pengembangan E-Government secara sistematik melalui tahapan yang realistik dan terukur. Situs web Pemerintah Daerah dapat digunakan untuk semua instansi publik (pemerintah) yang menggunakan
73
internet sebagai media untuk penyebaran informasi serta memberikan layanan kepada masyarakat, dan instansi atau perusahaan swasta. Gambar 11 Tampilan Website Kota Palopo
Sumber : http://www.palopokota.go.id/
74
Pembuatan situs web pemerintah daerah merupakan tingkat pertama dalam pengembangan e-Government di Indonesia dengan sasaran agar masyarakat Indonesia dapat dengan mudah memperoleh akses kepada informasi dan layanan pemerintah daerah, serta ikut berpartisipasi di dalam pengembangan demokrasi di Indonesia dengan menggunakan media internet. Badan Koordinasi Kehumasan Departemen Komunikasi dan Informatika (Bakohumas Depkominfo) RI Pusat menetapkan website resmi Pemerintah Kota
Palopo
(www.palopokota.go.id)
sebagai
juara
lima
pada
penganugerahan media humas tahun 2009 tingkat nasional yang digelar di Kota Jogjakarta, tanggal 28–29 Oktober. Berdasarkan hasil penilaian Bakohumas, selanjutnya ditetapkan 5 juara, yakni juara 1 diraih website Kota Jogyakarta, juara II Website Kabupaten Kutai Kartanegara, juara III website Kabupaten Musi Rawas juara IV website Kabupaten Sumenep dan juara V website Kota Palopo. Untuk Indonesia Timur, website Pemerintah Palopo yang paling terbaik, sekaligus mewakili Indonesia timur. Kriteria penilaian antar lain : a. Kemudahan akses website, b. Ketersedian kontak dan informasi sebagai komunikasi dua arah, c. Penempatan informasi berdasarkan teknik yang benar, d. Keterbacaan (halaman tidak terlalu panjang dan berita tidak terlalu panjang),
75
e. Desain grafis yang sesuai dengan harapan khalayak/pengguna, kesesuaian isi dengan target audience, f. Tata bahasa, g. Korelasi judul dengan isi, h. Originalitas gagasan, i. Pengembangan dan pengemasan pesan. Website Kota Palopo saat ini masih dikelolah oleh Bagian INFOKOM Sekretariat Daerah Palopo. Melalui website tersebut dapat diperoleh informasi umum tentang Kota Palopo dan e-Procurement (tender secara online dan transparan). “Dengan adanya website Kota Palopo, proses tender menjadi lebih baik dan transparan. Jadi tidak ada lagi manipulasi hasil tender.” (Haeril Lutfi/pengusaha, wawancara tanggal 10 September 2011) Menurut beberapa masyarakat bahwa website tersebut menampilkan berita dan informasi yang kurang update (terbaru). “Website Kota Palopo merupakan salah satu bentuk pelayanan informasi kepada masyarakat yang ingin mengetahui informasi umum tentang Kota Palopo. Namun informasi mengenai Perda, info kependudukan dan informasi penting lainnya kurang update. Info Kota Palopo masih ada yang menggunakan data tahun 2008.” (Muh. Chairul/warga, wawancara tanggal 10 September 2011) Dilihat dari segi pengunjung, website ini selalu dikunjungi oleh para pengguna internet setiap harinya. Statistik pengujung dapat dilihat dari tabel berikut ini.
76
Tabel 7 Statistik Pengunjung Website Kota Palopo Akses Tanggal 30 September 2011 Pengunjung Hari Ini 21 Pengunjung Pengunjung Kemarin 66 Pengunjung Pengunjung Bulan Ini 1.405 Pengunjung Pengunjung Bulan Lalu 1.672 Pengunjung Total Kunjungan 3.532.581 Pengunjung Sumber : http://www.palopokota.go.id/ 2. Program Strategis Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo Dalam Penyelenggaraan E-Government 1) Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK), adalah sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, untuk memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi kependudukan. Penerapan SIAK secara khusus dimaksudkan untuk menyelenggarakan administrasi kependudukan yang tertib dan terpadu, bersifat universal, permanen, wajib, dan berkelanjutan. SIAK menyediakan data dan informasi mengenai pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil secara akurat, lengkap, mutakhir, dan mudah diakses sebagai acuan bagi perumusan kebijakan dan pembangunan. Tujuan pengelolaan kependudukan adalah untuk membuat masyarakat nyaman dalam bertempat tinggal di suatu kawasan. Semakin padat atau tinggi pertumbuhan penduduk akan berpengaruh terhadap standar hidup,
77
tingkat
pengangguran,
sosial,
budaya
dan
juga
ekonomi.
Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil sebagai lembaga pelayanan publik, mempunyai tugas yang sangat berat untuk melaksanakan kebijakankebijakan pengelolaan kependudukan. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Penduduk dan Pencatatan Sipil Daerah merupakan
tonggak
kependudukan mempunyai
sangat
secara
peranan
lebih sangat
penting
untuk
profesional. penting
memulai
Keikut-sertaan
karena
pengelolaan masyarakat
bagaimanapun
baiknya
manajemen pengelolaan kependudukan, kalau tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakat untuk tertib, administrasi kependudukan akan merupakan pekerjaan yang sia-sia. Salah
satu
bentuk
pengelolaan
kependudukan
adalah
dengan
melaksanakan tertib administrasi kependudukan. Implementasinya antara lain adalah dengan cara dilakukannya razia KTP di tempat keramaian ataupun ke tempat yang diindikasikan potensi terjadi banyak pelanggaran kependudukan. Hal ini untuk memberi shock therapy kepada masyarakat, sehingga masyarakat menyadari pentingnya identitas, karena merupakan bukti diri (legitimasi) otentik bagi penduduk WNI ataupun WNA bahwa seseorang diakui sebagai penduduk di suatu daerah. Penerapan SIAK mengharuskan penggunaan NIK (Nomor Induk Kependudukan) secara nasional. NIK bersifat unik yang masing-masing
78
orang tidak akan sama dan dibawa sampai meninggal. SIAK memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi kependudukan di setiap tingkatan wilayah kependudukan. Penerapan SIAK akan banyak memberikan keuntungan, baik bagi masyarakat maupun negara. Contoh keunggulan SIAK antara lain: a. Memiliki database kependudukan terpusat yang sewaktu-waktu dapat diintegrasikan
secara
Nasional
sebagai
bagian
dari
program
Kependudukan Nasional. b. Dengan memiliki database kependudukan maka dapat diintegrasikan untuk kepentingan lain seperti statistik, pajak, imigrasi dan sebagainya. c. Dengan
memiliki
SIAK
terintegrasi
di
RT/RW,
Kelurahan/Desa,
Kecamatan, Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, maka mobilisasi penduduk dari satu tempat ke tempat lainnya dapat teridentifikasi dengan baik. d. Dengan adanya SIAK, maka hal ini telah mengacu kepada Standarisasi Nasional, yang mencakup: 1).Nomor Pengenal Tunggal (NIK); 2).Blanko Standar Nasional (KK, KTP, Buku Register Akta Catatan Sipil; 3).Formulir-formulir Standar Nasional (termasuk kodefikasinya).
79
2) e-KTP (electronic KTP) e-KTP atau KTP Elektronik adalah dokumen kependudukan yang memuat sistem keamanan / pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada database kependudukan nasional. Penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang tercantum Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup. Gambar 12 Link Database e-KTP
Sumber: www.e-ktp.com Nomor NIK yang ada di e-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan Paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas lainnya (Pasal 13 UU No. 23 Tahun 2006 tentang Adminduk)
80
Fungsi dan kegunaan e-KTP adalah : a. Sebagai identitas jati diri b. Berlaku Nasional, sehingga tidak perlu lagi membuat KTP lokal untuk pengurusan izin, pembukaan rekening Bank, dan sebagainya; c. Mencegah KTP ganda dan pemalsuan KTP; d. Terciptanya keakuratan data penduduk untuk mendukung program pembangunan. Penerapan KTP berbasis NIK (Nomor Induk Kependudukan) telah sesuai dengan pasal 6 Perpres No. 26 Tahun 2009 tentang Penerapan KTP berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional Jo Perpres No. 35 Tahun 2010 tentang perubahan atas Perpres No. 26 Tahun 2009 yang berbunyi : 1).KTP berbasis NIK memuat kode keamanan dan rekaman elektronik sebagai alat verifikasi dan validasi data jati diri penduduk; 2).Rekaman elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi biodata, tanda tangan, pas foto, dan sidik jari tangan penduduk yang bersangkutan; 3).Rekaman seluruh sidik jari tangan penduduk disimpan dalam data base kependudukan; 4).Pengambilan seluruh sidik jari tangan penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan pada saat pengajuan permohonan KTP berbasis NIK, dengan ketentuan : Untuk WNI, dilakukan di
81
Kecamatan; dan Untuk orang asing yang memiliki izin tinggal tetap dilakukan di Instansi Pelaksana. 5).Rekaman sidik jari tangan penduduk yang dimuat dalam KTP berbasis NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berisi sidik jari telunjuk tangan kiri dan jari telunjuk tangan kanan penduduk yang bersangkutan; 6).Rekaman seluruh sidik jari tangan penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan sesuai dengan peraturan perundang-undangan; 7).Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perekaman sidik jari diatur oleh Peraturan Menteri. Bedasarkan hasil Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kependudukan dan Pencatatan Sipil di hotel Redtop Jakarta, tanggal 10-12 April 2011, yang dihadiri oleh para Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten/Kota, Ketua DPRD Kabupaten/Kota, Walikota/Bupati dan Wakil Walikota/Bupati, Kota Palopo merupakan salah satu dari 197 Kabupaten/Kota di Indonesia yang menyatakan sanggup menerapkan pelayanan e-KTP kepada penduduk di Tahun 2011. “Kami (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo) telah melaksanakan pemutakhiran data kependudukan dan nomor induk kependudukan terbaru. Peralatan e-KTP juga telah kami terima dan kami pasang di 9 (Sembilan) Kecamatan yang ada di Kota Palopo. Saat ini perangkat server ditiap kecamatan telah tersambung koneksinya ke Data Center Kementerian Dalam Negeri.”
82
“Saat ini e-KTP hanya digunakan sebagai tanda pengenal. Kiranya dalam waktu dekat e-KTP dapat segera digunakan sebagai database administrasi kependudukan lainnya.” (A. Rahmat, S.Sos, wawancara tanggal 23 September 2011) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo telah menetapkan POKJA untuk pelaksanaan e-KTP di Kota Palopo. POKJA ini langsung dalam pengawasan Kepala Dinas demi efektivitas dan efisiensi pelayanan. POKJA tersebut juga telah dibekali dengan pelatihan teknis perekaman data penduduk dalam pelayanan e-KTP dan akan ditempatkan di masing-masing kantor Kecamatan. Sebagai salah satu daerah pelayanan e-KTP, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo dan Operator pelayanan di Kecamatan wajib memenuhi target perekaman data kependudukan dengan batasan waktu dan kuota penerbitan e-KTP yang ditentukan oleh Kementerian Dalam Negeri. 4.3.2. Faktor Penghambat Faktor penghambat penyelenggaraan E-Government di Kota Palopo antara lain: 1. Belum adanya penyusunan model Rencana Induk Pengembangan EGovernment yang memuat tahapan pengembangan dan penerapan EGovernment. 2. Penggunaan dan penguasaan teknologi informasi dikalangan Pegawai masih minim sehingga masih perlu dilakukan DIKLAT yang berorientasi
83
pada pentingnya penyelenggaraan E-Government dalam pelayanan publik. 4.4. Analisis SWOT Ada beberapa komponen pokok yang akan dianalisis yaitu kebijakan EGovernmenet, Akses, Sumber Daya Manusia dan Infrastruktur dan Aplikasi Dasar. Komponen tersebut dianalisis letak kekuatannya (Strengths), kelemahannya
(Weaknesses),
peluang
(Opportunities)
dan
tantangan
(Threaths). Dari analisis ini maka dapat dilakukan evaluasi diri untuk berbenah diri membangun sistem e-Government yang handal dan terpadu. Selain itu, dengan analisis SWOT tersebut dapat diidentifikasi beberapa masalah utama yang perlu mendapatkan perhatian untuk dapat mencapai kondisi yang memungkinkan untuk membangun dan mengembangkan e-Government. Strategi pengembangan e-Government menurut prioritas selanjutnya dapat dibangun berdasarkan analisis SWOT yang telah disusun, disesuaikan dengan kondisi riil yang ada di Pemerintah Kota Palopo. Analisis SWOT berikut ini adalah hasil penelitian dengan pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumen-dokumen pendukung yang memfokuskan
pada
kesiapan
Pemerintah
Kota
Palopo
dalam
penyelenggaraan E-Government di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo.
84
Tabel 8 Analisis SWOT Kesiapan Pemerintah Kota Palopo dalam Penyelenggaraan E-Government di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Komponen
Kekuatan
Kelemahan
Peluang
Ancaman
Kebijakan Inpres No.3 Tahun E2003 Government
Belum adanya Rencana Induk Pengembangan EGovernment.
Otonomi daerah Tuntuan kepastian memungkinkan hukum akan produk pembuatan peraturan dari E-Government. pelaksanaan EGovernment pada tingkat Pemerintah Kota.
Akses
Penyediaan dana untuk menangani provider layanan internet yang minim.
Teknologi jaringan sudah murah dan mudah didapat.
1. Tersedianya jaringan telekomunikasi, jaringan internet, dan media komunikasi lain yang dapat dimanfaatkan oleh setiap Pegawai dan Masyarakat. 2. Ada keinginan untuk mengintegrasikan data-data untuk kepentingan pelayanan publik lewat jaringan.
1. Masyarakat suka mendapatkan informasi yang terpasang di Web. 2. Investor lebih tertarik pada pemerintahan yang memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi
85
Komponen Sumber Daya Manusia
Kekuatan 1. Pimpinan memiliki e-
leadership. 2. Terdapat SDM yang
peduli dengan pengembangan eGovernment.
Infrastruktur 1. Jumlah komputer dan yang memadai dan Aplikasi mendukung akses Dasar internet. 2. Website pernah masuk 5 besar Website Terbaik Tingkat Nasional
Kelemahan
Peluang
1. Penguasaan dan penggunaan teknologi informasi masih rendah.
1. Banyak sumber dan narasumber untuk proses pembelajaran di bidang teknologi 2. Kurangnya tenaga ahli yang kompoten di informasi dan komunikasi. bidang komputer. 2. Terdapat tenaga ahli 3. Kurangnya tenaga administrator ataupun yang kompeten dengan operator jaringan pengembangan Eyang handal. Government.
1. Kurangnya perawatan infrastuktur. 2. Informasi/data antar aplikasi belum terintegrasi.
1. Harga komputer semakin murah dan mudah didapat dipasaran. 2. Teknologi Informasi semakin siap pakai dan berdaya guna.
Ancaman Kurangnya penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi akan mengakibatkan tertinggal dari daerah lain
Perkembangan infrastuktur teknologi, informasi dan telekomunikasi yang sangat pesat berdampak pada kebutuhan infrastuktur yang canggih dan modern.
86
Tabel 9 Matriks Analisis SWOT Peluang (O) :
Eksternal
Internal
Kekuatan (S) : 1. Terdapat SDM yang peduli dengan pengembangan E-Government. 2. Akses dan infrastuktur yang cukup memadai.
Kelemahan (W) : 1. Belum adanya Rencana Induk Pengembangan E-Government. 2. SDM yang menguasai dan menggunakan teknologi informasi masih rendah dan belum merata.
Tantangan (T) :
1. Teknologi informasi dan komunikasi 1. Perkembangan teknologi informasi yang dapat mengefektifkan pelayanan kepada sangat cepat. masyarakat. 2. Dinamika masyarakat yang menuntut 2. Banyak sumber dan narasumber untuk terciptanya Good Governance. proses pembelajaran di bidang teknologi informasi dan komunikasi. S1-O1 : Manfaatkan e-leadership pimpinan yang peduli dengan e-Government dalam pemanfaatan teknologi informasi untuk mengefektifkan pelayanan kepada masyarakat
S1-T1 : Manfaatkan e-leadership pimpinan agar mengarahkan SDM untuk mengikuti perkembangan teknologi informasi yang terbaru
S2-O1 : Manfaatkan akses dan infrastruktur untuk mengefektifkan pelayanan kepada masyarakat
S2-T2 : Memanfaatkan ketesedian akses dan infrastruktur untuk pelayanan yang cepat, tepat dan terpadu, serta ketersediaan informasi yang akurat dan informatif
W1-O2 : Melakukan kerjasama dalam pengadaan Rencana Induk Pengembangan E-Government.
W2-T1 : SDM diberi penguasaan teknologi informasi yang terbaru melalui pendidikan formal maupun informal.
W2-O2 : mengadakan DIKLAT yang berorientasi pada realisasi penyelenggaraan E-Government.
W2-T2 : Tingkatkan kemampuan SDM yang terampil dalam penggunaan teknologi informasi untuk mengefektifkan pelayanan kepada masyarakat
87
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis yang dilakukan, maka peneliti berkesimpulan sebagai berikut: 1. Pemerintah Kota Palopo belum memiliki Rencana Induk Pengembangan E-Government
Lembaga
dan
Perda
yang
mengatur
tentang
penyelenggaraan dan peleksanaan E-Government. 2. Perangkat E-Government di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Palopo sudah sangat memadai dalam penyelenggaraan EGovernment. 3. Website
Pemerintah
kota
Palopo
adalah
salah
satu
bentuk
penyelenggaraan E-Government berdasarkan sifat transaksi informasi dan pelayanan publik. Situs web pemerintah daerah merupakan strategi dalam melaksanakan pengembangan E-Government secara sistematik melalui tahapan yang realistik dan terukur. Situs web Pemerintah Daerah dapat digunakan untuk semua instansi publik (pemerintah) yang menggunakan internet sebagai media untuk penyebaran informasi serta memberikan layanan kepada masyarakat, dan instansi atau perusahaan swasta.
87
88
4. Program Strategis Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil yairu SIAK (Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan) dan e-KTP (elektronik KTP) merupakan program nasional dalam menciptakan administrasi
kependudukan
yang
tertib
dan
terpadu
dengan
memanfaatkan penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang menjadi salah satu bentuk tahap penyelenggaraan E-Government secara nasional. 5.2. Saran Berbagai temuan yang terungkap pada penelitian ini menunjukkan adanya beberapa hal yang perlu mendapatkan proporsi perhatian Pemerintah Kota Palopo dalam kesiapan penyelenggaraan E-government. Berikut ini disarankan beberapa hal sebagai bahan rekomendasi untuk tujuan praktis maupun akademis: 1. Merumuskan dan Government
yang
membuat Rencana memberikan
Induk Pengembangan E-
landasan
berpikir,
standarisasi,
pentahapan dan implementasi bagi pengembangan E-Government Pemerintah Kota Palopo yang komprehensif, efisien, efektif dan terpadu. 2. Data dan informasi pada situs Website Pemerintah Kota Palopo kiranya dapat lebih kembangan dan menggunakan data/berita terkini (update) sehingga para pengguna jaringan internet dan pengunjung (user) situs
89
website tersebut dapat memperoleh data dan informasi yang mereka perlukan. 3. Dengan adanya Program Strategis Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, informasi administrasi kependudukan dapat menjadi data kolektif dalam
penyelenggaraan
Good
Governance
sehingga
dapat
meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan publik yang efesien, efektif, dan transparan. 4. Diperlukan kajian dan penelitian yang lebih lanjut terhadap SKPD lain yang berada di Pemerintahan Kota Palopo sehingga penyelenggaraan E-Government dapat segera terealisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik, Bandung: CV. Alfabeta Akadun. 2009. Teknologi Informasi Administrasi, Bandung: CV. Alfabeta Labolo, Muhadam. 2010. Memahami Ilmu Pemerintahan: Suatu Kajian, Teori, Konsep dan Pengembangannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Indrajit, R.E.O. 2006. Electronic Government Strategi Pembangunan dan Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital, Yogyakarta: Penerbit Andi Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernologi (Ilmu Pemerintahan Baru), Jakarta: PT. Rineka Cipta . 2005. Kybernologi (Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan), Jakarta: PT. Rineka Cipta Rahardjo, B. 2001. Membangun E-Government (Makalah), URL: www.cert.or.id/~budi/articles/e-gov-makassar.doc akses Juni 2011 Subyantoro, Arief. FX. Suwarto. 2007. Metode & Teknik Penelitian Sosial, Yogyakarta: Penerbit Andi Syakrani. Syahriani. 2009. Implementasi Otonomi Daerah dalam Perspektif Good Governance, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Media Online Pemerintah Kota Palopo. Palopo, Berlakukan Elektronik KTP 2011, URL: http://palopokota.go.id/?page=detilberita&bid=2555 akses Juni 2011 Tribun Timur. September, KTP Elektronik Belaku di Palopo, URL: http://202.146.4.121/read/artikel/144247/sitemap.html akses Juni 2011 Palopo Pos. Agustus, Pelayanan e-KTP Diterapkan, URL: http://www.palopopos.co.id/?vi=detail&nid=41719 akses Juni 2011
Seputar Indonesia. Kemendagri Nilai Palopo Paling Siap, URL: http://www.seputarindonesia.com/edisicetak/content/view/390964/ akses Juni 2011 http://www.beritanet.com/Business/Entrepreneurship/Pelayanan-LebihBaik-E-Government.html diakses pada Juni 2011
Dokumen Perundang – undangan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Keputusan Menteri Komunikasi dan Informasi Nomor : 57/KEP/M.KOMINFO/12/2003 tentang Panduan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan E-Government Lembaga Peraturan Daerah Kota Palopo Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Palopo Peraturan Daerah Kota Palopo Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Pembentukan, Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Palopo Peraturan Walikota Palopo Nomor 8 Tahun 2009 Tentang Tugas Pokok dan Rincian Tugas Jabatan Pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Palopo