Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Matheus Sariubang, Novia Qomariyah dan A. Nurhayu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jl. P. Kemerdekaan Km 17,5 Sudiang Makassar
Abstrak Pemanfaatan biomas jagung sebagai pakan sapi masih belum optimal karena berbagai kendala, antara lain teknologi pengolahan biomas jagung menjadi pakan hijauan ternak bernilai nutrisi tinggi kurang dikenal dan belum diadopsi peternak. Namun ketersediaannya melimpah sepanjang tahun dan harganya murah, sehingga cocok sebagai pakan sapi potong. Hal ini disebabkan biaya pakan dalam suatu usaha peternakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi, apabila pemanfaatan biomas ini optimal diharapkan dapat menekan biaya pakan yang nantinya dapat meningkatkan pendapatan peternak. Upaya untuk meningkatkan pendapatan petani diperlukan model sistem usahatani terpadu yang spesifik lokasi sesuai dengan kondisi biofisik dan sosial ekonomi petani. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat subsitusi silase jagung sebagai pengganti rumput dan tingkat kenaikan pendapatan petani secara berkelanjutan dengan menerapkan usahatani terpadu jagung-sapi. Pengkajian ini dilaksanakan tahun 2006 pada kelompok tani “Maminasae” Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Materi yang digunakan adalah 20 ekor sapi bali bakalan yang berumur kurang lebih 2 (dua) tahun. Perlakuan dibagi 2 kelompok yaitu : (T1) kontrol, (T2) konsentrat + pakan basal (sila-se jagung). Parameter yang diukur meliputi : konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan analisis usaha tani guna mengetahui tingkat kenaikan pendapatan petani dengan menerapkan usahatani terpadu jagung-sapi. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa silase jagung sangat palatabel dan dapat menggantikan rumput sebesar 70% sebagai pakan basal sapi bali. Keuntungan dengan menerapkan sistem usaha tani terpadu jagung-sapi meningkat sebesar 41,4% yaitu dari Rp. 101.635 menjadi Rp. 173.383,- per ekor/bulan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model usahatani terpadu layak untuk dikembangkan dan dapat diadopsi petani karena menguntungkan dan dapat meningkatkan pendapatan. Kata kunci: sistem usahatani terpadu, jagung, sapi
pat menunjang usaha penggemukan sapi. Menurut Syam et al (2006) apabila luas lahan pengembangan jagung di Sulawesi Selatan ditanami jagung varietas Bisma akan menghasilkan pakan hijauan segar untuk menghidupi 844.846 ekor sapi/tahun. Data Dinas Peternakan Sulawesi Selatan menyebutkan hingga April 2009, populasi sapi sudah mencapai 704 ribu ekor dan tersebar pada 18 kabupaten sentra pengembangan sapi. Pada tahun 2013 pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan mencanangkan program peningkatan populasi sapi satu juta ekor, salah satu teknologi untuk mencapai program tersebut adalah teknologi pakan. Pakan untuk
Pendahuluan Sulawesi Selatan memiliki lahan kering dan dataran rendah seluas 2.523.762 ha (Kanwil Pertanian Sulawesi Selatan, 1999) yang pada umumnya cocok untuk pertanian tanaman pangan, perkebunan, hortikultura dan peternakan. Selain itu juga, Sulawesi Selatan dikenal sebagai lumbung jagung terbesar kelima di Indonesia dengan produksi sebesar 1.195.064 ha (BPS, 2009). Pengoptimalan luasan lahan sebagai areal pertanaman jagung akan menghasilkan pakan berupa biomas hijauan yang sangat besar yaitu 15.190.600 ton. Ketersediaan pakan hijauan berupa biomas jagung dapat diharapkan da508
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
menunjang program swasembada daging harus tersedia sepanjang tahun dan harganya murah karena biaya produksi terbesar dalam usaha budidaya peternakan adalah pakan (60 -70%). Usahatani terpadu merupakan salah satu alternatif dalam meningkatkan produksi padi, jagung, daging, susu dan sekaligus meningkatkan pendapatan petani (Haryanto, 2002). Prinsip dari usaha tani terpadu ini adalah tidak ada sedikitpun limbah yang terbuang (zero waste). Limbah biomas jagung dapat dijadikan pakan sapi dengan jalan mengolah menjadi silase, hal ini merupakan cara pengawetan hijauan yang dibuat dengan jalan fermentasi pada kelembahan tinggi dengan menambahkan bahan-bahan additif yang mengandung karbohidrat yang siap untuk diabsorbsi oleh mikroba. Selain itu kotoran yang dihasilkan sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk bagi tanaman jagung sehingga dapat menekan biaya produksi tanaman jagung sekaligus memberikan nilai tambah pendapatan petani berupa hasil pupuk organik. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat subsitusi silase jagung sebagai pengganti rumput dan tingkat peningkatan pendapatan petani dengan menerapkan sistem usaha tani terpadu jagung dan ternak sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan.
jagung). Sapi dipelihara secara berkelompok dalam kandang komunal (bersama). Adapun campuran pakan konsentrat adalah dedak 60%, bungkil kelapa 30% dan tepung ikan 10%. Konsentrat diberikan sebesar 1% dari bobot badan dan tambahan mineral mix berupa pikuten 25 g/ekor/hari, sedangkan silase jagung diberikan tidak terbatas (ad libitum). Parameter yang diukur meliputi : konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan analisis usaha tani guna mengetahui tingkat kenaikan pendapatan petani dengan menerapkan usahatani terpadu jagung-sapi. Analisis data dengan menggunakan Rancangan Statistik Sederhana Uji-t (Sudjana, 1989). Adapun cara pembuatan silase adalah sebagai berikut : Jerami jagung segar dipotong-potong 2-5 cm dengan mesin pemotong (copper), Jerami jagung yang sudah dipotong-potong ditambah dedak padi 1% sebagai starter kemudian dimasukkan kedalam kantong plastik kedap udara, lalu diinjak-injak (dipadatkan) lalu ditutup dengan rapat (anaerob) dan dibiarkan selama 20 hari sampai pH–nya menjadi 4-3,8. Apabila dibuka mengeluarkan bau harum dan agak asam sedikit berarti proses sudah selesai, silase sudah siap untuk diberikan kepada ternak.
Hasil dan Pembahasan Konsumsi Pakan
Bahan dan Metode
Pola konsumsi grup ternak yang mendapatkan perlakuan silase tidak berbeda dengan grup ternak yang mengonsumsi rumput sebagai pakan basal. Secara umum terlihat bahwa jumlah konsumsi bahan kering (BK) pakan per ekor sudah sesuai dengan konsumsi standar. Konsumsi bahan kering menu-
Pengkajian ini dilaksanakan tahun 2006 pada kelompok tani “Maminasae” Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan. Materi yang digunakan adalah 20 ekor sapi Bali yang berumur kurang lebih 2 (dua) tahun. Perlakuan dibagi 2 kelompok yaitu : (T1) kontrol, (T2) konsentrat + pakan basal (silase 509
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
rut standar NRC (1994) adalah 3 persen dari bobot hidup sapi. Dengan demikian apabila bobot rata-rata sapi 200 kg maka rata-rata jumlah konsumsinya 6 kg BK. Berdasarkan hal tersebut rata-rata konsumsi pakan sapi adalah 5,93 (T1) dan 5,92 (T2), dengan demikian perlakuan pakan sangat palatabel bagi ternak sapi sehingga konsumsinya tinggi (Gambar 1).
rendah (8%) dibandingkan rumput (± 9%), sehingga pemberian silase jagung harus ditambah konsentrat dengan kandungan protein 14-16%. Selanjutnya oleh Wahyono et al (2003) bahwa palatabilitas berkaitan erat dengan faktor kebiasaan ternak dalam mengkonsumsi pakan, baik dalam keadaan kering, segar dan comboran. Pertambahan Bobot Badan (PBB) Berdasarkan dan analisis data secara statistik sederhana (uji-t) maka nampak bahwa tingkat pertumbuhan sapi bali dengan pakan silase sangat nyata lebih tinggi (p<0,05) dibandingkan dengan sapi dengan pakan kontrol (Gambar 2). Pertambahan bobot badan harian sapi dengan perlakuan silase jagung lebih tinggi daripada sapi dengan perlakuan pakan kontrol yaitu sebesar 450 g/ekor/hari dengan tingkat konversi pakan sebesar 13,1, sedangkan sapi dengan perlakuan pakan kontrol tingkat pertambahan bobot badan sebesar 367 g/ekor hari dengan tingkat konversi pakan sebesar 16,1. Adanya tingkat konversi pakan yang tergolong tinggi kemungkinan disebabkan oleh pemberian pakan tidak berdasarkan rekomendasi yang sudah diterap-
Konsumsi pakan (kg/ ekor/hr)
Ulangan
Gambar 1. Tingkat konsumsi pakan sapi Bali selama pengamatan Analisis data dengan statistik sederhana (uji-t) menunjukkan bahwa antara perlakuan T1 dan T2 tidak menunjukkan perbedaan nyata (p > 0,05). Hal ini disebabkan karena daya kesukaan (palatabilitas) silase jagung dengan rumput alam dapat disamakan namun kandungan protein silase jagung lebih
PBB (kg/ekor)
Ulangan Gambar 2. Pola pertumbuhan sapi Bali selama pengamatan
510
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
kan. Meskipun demikian nampak bahwa sapi yang diberi pakan silase jerami jagung menunjukkan penampilan yang lebih baik dibandingkan dengan sapi dengan pakan kontrol (Tabel 1).
Tabel 2. Analisis usaha tani terpadu jagung dan sapi Analisis usaha tani (Rp) Uraian
(T 2) Silase
Pertambahan Bobot Badan (gr/ekor/hari)
367
450
Konsumsi Bahan Kering pakan (gr/ekor/ hari)
5.930
Konversi Pakan
16,1
Dedak
450.000
450.000
Mineral
76.000
76.000
Probiotik
-
-
Urea
-
-
Transportasi pakan
36.000
60.000
Obat-obatan
100.000
100.000
Chopper
50.000
100.000
Penyusutan kandang
75.000
75.000
Total
787.000
861.000
Pakan :
Pakan (T 1) Kontrol
(T 2) Silase
Pengeluaran :
Tabel 1. Pertumbuhan berat badan, konsumsi dan konversi pakan Sapi Bali Uraian
(T 1) Kontrol
5.920
13,1
Analisis Usaha Tani Terpadu Jagung-Sapi
Pemasukan :
Berdasarkan hasil analisis usahatani dapat diketahui bahwa keuntungan dengan menggunakan silase sebesar Rp 128.383/ ekor/bulan sedang tanpa pemberian silase keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 101.635/ekor/bulan. Dengan demikian terdapat tambahan pendapatan peternak sebesar Rp. 26.748/ekor ternak sapi dibandingkan tanpa pemberian silase jagung (Tabel 2). Dari hasil penelitian Sariubang et al. (2003), bahwa seekor sapi dapat menghasilkan kotoran sebanyak 5 kg/ekor/hari, yang setara dengan 3 kg/ekor/hari dengan nilai jual Rp 500/kg. Dengan demikian seekor sapi mampu menghasilkan 90 kg/bulan yang setara dengan Rp 45.000/bulan. Sehingga pendapatan tambahan yang diperoleh petani dengan menerapkan usahatani terpadu antara jagung dan sapi sebesar Rp. 71.748/ekor sapi atau meningkat sebesar 41,4%.
Pertambahan bobot badan
3.836.050
4.712.500
Keuntungan Total
3.049.050
3.851.500
Keuntungan/ ekor/bulan
101.635
128.383
Kesimpulan Silase jagung sangat palatabel dan dapat menggantikan rumput sebesar 70% sebagai pakan basal sapi bali. Hal ini terlihat dari tingkat konsumsinya yang sama dengan ransum kebiasaan petani, namun memiliki kenaikan pertambahan bobot badan lebih tinggi dan akhirnya dapat meningkatkan pendapatan peternak sebesar 41,4%.
511
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Sariubang, M., Amir S., dan A. Nurhayu. 2003. Pengkajian Integrasi Sistem Tanaman Jagung dan Ternak Sapi Potong pada Lahan Kering Dataran Rendah. Laporan Akhir. Balai Pengkajian Teknologi pertanian Sulawesi Selatan. Makassar.
Daftar Pustaka BPS. 2009. Sulawesi Selatan dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar. Haryanto., B., I. Inounu., Arsana B. dan K. Diwyanto. 2002. Sistem Integrasi Padi -Ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Depertemen Pertanian. Jakarta
Syam, A., Matheus S., dan D. Baco. 2006. Potensi Tanaman Jagung untuk Pengembangan Ternak Sapi di Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional. Makassar.
Kanwil Pertanian Sulawesi Selatan. 1999. Statistik Pertanian Sulawesi Selatan. Makassar.
Sudjana.1989.Metode Statistik. Penerbit Tarsito, Bandung .
512