INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN TAKALAR DAN KABUPATEN GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN Oleh: Zulkifli MD.BE, Ir.A.Tholib.DEA, Ir.Franklin, A.Sofyan, Sudiaman SUB DIT. MINERAL LOGAM
Sari Daerah penyelidikan uji petik di Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar disusun oleh batuan tufa halus dan batuan Gunungapi Formasi Camba berumur Miosen Tengah – Pliosen; batuan lava andesit – breksi dari batuan Gunungapi Baturappe – Cindako berumur Miosen Akhir – Pliosen; batuan beku sienit, diorit porfiri berumur Miosen Awal – Miosen Tengah, menerobos batuan tufa halus; batuan beku diorit piroksen berumur Miosen Akhir – Pliosen menerobos batuan tufa halus, lava andesit – breksi, diorit piroksen; batuan beku andesit berumur Pliosen menerobos semua batuan yang lebih tua; batuan lava – breksi, lahar dari batuan Gunungapi Lompobatang berumur Plistosen, menutupi sebagian batuan-batuan yang lebih tua; endapan alluvium terdiri dari pasir, kerikil,lempung dan lumpur berumur Holosen. Batuan tufa halus, lava, lava andesit – breksi, sienit, diorit porfiri adalah batuan yang berpotensi menjadi batuani induk (“Host Rocks”), mineralisasi logam dasar dan logam mulia yang terbentuk bersama urat kuarsa, tersebar dan mengisi rekahan /retakan dengan ubahan hidrotermal propilit, argilit, pilik dan potassik. Ditemukannya mineral petunjuk epidot, diopsid aktinolit, (garnet?), berasosiasi dengan magnetit memberi gambaran kearah dugaan bahwa telah terjadi proses pyrometasomatisma yang menghasilkan mineralisasi skarn. Endapan pasir besi yang terbentuk di pantai barat Kabupaten Takalar merupakan endapan alluvium pantai yang berasal dari hasil pelapukan dan abrasi batuan gunungapi menengah sampai basa yang kaya akan mineral magnetit bertitan. Potensi dan prospek bahan galian di Kabupaten Gowa, terbagi atas 3 (tiga) golongan, yaitu; bahan galian strategis berupa endapan batubara; bahan galian vital terdiri dari belerang, peospek endapan tembaga, timbal, seng, antimon, arsen dan emas. Bahan galian golongan C, terdiri dari batu apung, bentonit, lempung, tras, oker, zeolit, andesit basal, diorit,, pasir sungai danbatu sungai. Sedangkan di Kabupaten Takalar terbagi 2 (dua) golongan, yaitu : bahan galian vital yaitu endapan pasir besi dan bahan galian golongan C, terdiri dari : lempung, oker, bentonit, besi oot, batugamping, batu setengah mulia, mineral halit, pasir sungai, batu sungai, basal, batu pasir, tufa dan breksi.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No 1452 K/10/ MEM/2000 tentang Pedoman Tehnis Penyelenggaraan Tugas Pemerintah di Bidang Inventarisasi Sumber Daya Mineral dan Energi, maka Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral melalui Proyek Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Galian Mineral Indonesia melaksanakan kegiatan pada beberapa provinsi di Indonesia. Salah satu kegiatan Sub Tolok Ukur Mineral Logam Tahun Anggaran 2002 menetapkan suatu daerah kerja di Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan untuk melakukan inventarisasi bahan galian mineral logam, non logam, dan batubara. Dari studi literatur daerah Kab. Gowa dan Kab.
Takalar disusun oleh Formasi Tonasa (Temt), Formasi Camba (Tmc), yang menjemari dengan batuan gunungapi (Tmcv), batuan gunungapi Baturape – Cindako (Tpbv), batuan gunungapi Lompobatang (Qtv), serta endapan aluvial dan pantai (Qac). (Rab Sukamto dan S. Supriatna, 1982). Diantara formasi-formasi tersebut di atas, batuan gunungapi Baturappe – Cindako (Tpbv) berumur Pliosen Akhir terdiri dari lava dan breksi bersusunan andesit/basal dengan sisipan sedikit tufa dan konglomerat, merupakan satuan batuan tempat kedudukan mineralisasi logam dasar dan logam mulia. Beberapa zona mineralisasi di daerah eksplorasi T.A, 1982 – 1983 (Deddy T.S. dkk, 1983) menunjukan adanya keterkaitan dengan penerobosan batuan diorit/ granodiorit terhadap batuan gunungapi Baturappe – Cindako. Mineralisasi berupa urat-urat kuarsa baik urat
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, (DIM) TA. 2002
16 - 1
tunggal atau jaringan mengandung sulfida dan emas dengan kadar bervariasi, minimum 140 – maksimum 12.200 ppm Cu, 1,400 – 32.000 ppm Pb, 7.9 - 1.160 ppm Zn. (Deddy. T.S. dkk, 1983). Mengacu kepada penemuan-penemuan mineralisasi logam dasar/mulia di daerah Baturape – Bincanai di atas, maka tak tertutup kemungkinan adanya kelanjutan penyebaran mineralisasi dalam batuan gunungapi Baturappe – Cindako yang terdapat di daerah uji petik yang terletak di sebelah utara daerah Baturape – Bincanai.
Batuan terobasan andesit / trakhit (a/b) berupa retas dan stok menerobos batuan gamping Formasi Camba (Tmcv) dan Batuan Gunungapi Baturappe–Cindako (Tpbv). Batuan terobosan basal (b) berupa retas, sill dan stok, beberapa mempunyai tekstur gabro. Terobosan basal di Jenebarang merupakan kelompok retas berpola radier yang memusat ke Baturappe dan Cindako, sedangkan yang di sebelah utara Jeneponto berupa stok, berumur Miosen Akhir sampai Pliosen Akhir (Indonesian Galf Oil Co, 1972) dan JD. Obradovich, 1974). 2.2. Struktur Struktur geologi yang di jumpai didaerah penyelidikan berupa sesar dan kekar. Sesar umumnya berarah Utara – Selatan sampai Barat Laut – Tenggara, berupa sesar geser dan sesar normal, sesar naik. Kekar secara umum berarah Barat Laut - Tenggara sampai Timur Laut – Barat Daya dengan intensitas rendah, terutama dijumpai pada batuan terobosan dan batuan Gunungapi Baturappe – Cindako.
II. KEADAAN GEOLOGI 2.1. Stratigrafi Geologi daerah inventarisasi tercakup dalam peta geologi lembar Ujung Pandang, Benteng, dan Sinjai skala 1 : 250.000 (Rab Sukamto dan Sam Supriatna, 1982). Geologi di Kabupaten Takalar dan Kabupaten Gowa termasuk dalam Mandala Sulawesi bagian barat. (Gambar 2) Satuan batuan tertua adalah Formasi Tonasa (Temt), terdiri dari batugamping pejal dan berlapis, koral, bioklastik, kalkarenit dengan sisipan napal, batugamping pasiran dengan umur berkisar dari Eosen sampai Miosen Tengah. Di atasnya ditindih oleh Formasi Camba (Tmc) terdiri dari batuan sedimen laut berselingan dengan batuan gunungapi, batupasir tufaan berselingan dengan tufa, batupasir dan batu lempung bersisipan napal, batugamping, konglomerat, breksi gunungapi dan batubara. Formasi Camba (Tmc) ini menjemari dengan batuan gunungapi Formasi Camba (Tmcv), yang terdiri dari breksi gunungapi, lava, konglomerat dan tufa berbutir halus hingga lapili berumur Miosen Tengah sampai Pliosen. Batuan Gunungapi Baturappe-Cindako (Tpbv) terjadi secara setempat terdiri dari lava dan breksi bersusunan basal dengan sisispan sedikit tufa dan konglomerat, umumnya batuan didominasi oleh lava (Tpbl) berumur Pliosen Akhir. Satuan batuan gunungapi termuda adalah Batuan Gunungapi Lompobatang (Qlv), terdiri dari aglomerat, lava, breksi, endapan lahar dan tufa. Sebagian besar terkompaksi, andesit dan basal berumur Plistosen. Sedimen termuda berupa endapan aluvial dan pantai (Qac), berumur Holosen. Batuan terobosan diorit (d) berupa stok dan sebagian retas atau sill menerobos Formasi Tonasa (Temt), Formasi Camba (Tmcv) dan batuan Gunungapi Baturappe – Cindako yang membuat batuan di sekitar nya terubah kuat, berumur Miosen Akhir (JD. Obradovich,1974).
2.3. Mineralisasi Indikasi mineralisasi logam dasar timbal, pirit, sfalerit, kalkopirit terdapat di sekitar pinggiran komplek terobosan diorit (Tpbc) pada batuan gunungapi Baturappe – Cindako (Tpbv), di daerah sekitar Baturappe yang pernah di tambang sejak sebelum perang dunia ke II oleh perusahaan setempat. Di Desa Mamato yang terletak di sebelah utara daerah kerja ditemukan gossan mangan di atas lapukan batuan gunungapi terpropilitkan (Tpv) dekat kontak terobosan granodiorit (gd). PT. Rio Tinto Bethelehem Indonesia yang telah melakukan penyelidikan melaporkan bahwa “gossan” mangan itu berasal dari prospek endapan bijih logam dasar (Van Leeuwen, 1974).
III. HASIL PENYELIDIKAN Hasil dari pengamatan, pengukuran, pemetaan batuan terubah, pencontoan batuan terminalisasi terkumpul sebanyak 25 contoh, pencontoan geokimia endapan sungai aktif terkumpul sebanyak 31 conto, pencontoan konsentrat mineral berat sebanyak 25 conto. Seluruh conto-conto tersebut dianalisis secara kimia dan fisika. Contoh batuan dianalisis kimia sebanyak 20 conto, analisis petrografi Hasil dari pengamatan, pengukuran, pemetaan batuan terubah, pencontoan batuan terminalisasi terkumpul sebanyak 25 contoh, pencontoan geokimia endapan sungai aktif terkumpul sebanyak 31 conto, pencontoan konsentrat
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, (DIM) TA. 2002
16 - 2
mineral berat sebanyak 25 conto Seluruh contoconto tersebut sebanyak 6 contoh, analisis mineragrafi 7 conto, hasilnya diolah serta dipadukan dengan hasil pengamatan lapangan menghasilkan gambaran daerah uji petik yang terdiri dari bentang alam, susunan batuan, struktur, zona ubahan, zona mineralisasi, jenis serta kandungan mineral-mineral logam, pola sebaran mineral dan perkiraan model/ type endapan. Sedangkan hasil pengumpulan data sekunder yang diperoleh dapat disarikan sebagai berikut : 3.1. Komoditi Bahan Galian di Kab. Gowa dan Kab. Takalar Di Kab.Gowa,titik lokasi 32 lokasi, komoditi logam; timbal, tembaga, seng. Komoditi non logam; belerang, batuapung, bentonit, lempung, tras, oker, zeolit, batubara.Komoditi bahan bangunan; andesit, basal, diorit, pasir sungai, batu sungai. Di Kab. Takalar; titik lokasi 27 lokasi; komoditi logam; pasir besi. Komoditi non logam; lempung, oker, bentonit, besi oolit, batu gamping, batu setengah mulia, mineral halit (garam dapur). Komoditi bahan galian; basal, pasir sungai, batupasir, tufa, breksi, batu sungai. 3.2. Geologi Daerah Penyelidikan 3.2.1. Geomorfologi Morfologi daerah-daerah uji petik di Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar keadaan bentang alamnya dapat dibagi atas 4 satuan geomorfologi, yaitu Satuan Geomorfologi Perbukitan; Satuan Geomorfologi Bergelombang; Satuan Geomorfologi Pedataran, dan Satuan Geomorfologi Pantai / Pasang surut. - Satuan Geomorfologi Perbukitan Satuan geomorfologi perbukitan ditandai dengan kenampakan tekstur kasar dan relief topografi tinggi, bentuk bukit dan lem bah berlereng terjal, perbedaan relief topografi antara 100 sampai 1000 meter lebih di atas muka laut. Pola aliran sungai berbentuk radier dan denritik berarus deras, litologinya disusun oleh batuan breksi, lava, tufa, intrusi diorit porfiri, diorit piroksen dan retas andesit basal. - Satuan Geomorfologi Bergelombang Satuan geomorfologi ini ditandai oleh kenampakan tekstur dan relief topo- grafi sedang, bentuk bukit dan lembah berle reng landai, perbedaan relief topografi antara 25 sampai 100 meter di atas permukaan laut. Aliran sungainya berbentuk meandering, disusun oleh batuan batupasir tufaan, napal, breksi, lava, gamping, dan alluvial. - Satuan Geomorfologi Pedataran Rendah
Satuan geomorfologi ini ditandai oleh kenampakan tekstur topografi 5 sampai 25m diatas permukaan laut, daerah datar sampai sangat landai, aliran sungai umum nya berbentuk “meandering”. Litologinya disusun oleh tufa, gamping terumbu dan alluvial. - Satuan Geomorfologi Pantai/PasangSurut Satuan geomorfologi ini ditandai oleh kenampakan daerah rawa-rawa dan genangan air yang dipengaruhi oleh pasang surut laut, perbedaan relief topografi antara 0 sampai 5 meter diatas muka laut, litologinya disusun oleh endapan rawa pantai dan alluvium. 3.2.2. Stratigrafi - Satuan Batugamping Pasiran Berselingan Napal Satuan ini ditemukan di daerah Laikang dan Cikoang, Kabupaten Takalar umumnya lapuk berwarna putih abu-abu kotor sampai kuning muda, tidak kompak dan mudah hancur, berselingan batu gamping pasiran, berlapis, ketebalan 15 – 30 cm , dengan arah jurus U 2200 – U 2250 T dan kemiringan antara 50 - 150, berwarna abu-abu terang sampai putih kekuningan, banyak mengandung fosil, berumur Eosen – Miosen Tengah. (Rab Sukamto, Sam Supriatna 1982, satuan ini ke dalam Formasi Tonasa) - Satuan Tufa Halus Satuan ini terdapat di sebelah timur Moncong Bontolowe, Kabupaten Gowa tersingkap setebal ± 300 m dari dasar sungai sampai ke puncak bukit. Batuan umumnya berwarna abu-abu putih kekuningan, berbutir halus dan agak lunak. Batuan yang disekitar intrusi mengalami ubahan sangat kuat dan tersilisifikasi, yang tersingkap dekat puncak sisi timur Moncong Bantolowe, sedangkan di sisi utara Moncong pada Sungai Dampang Kurau terdapat senolitnya di dalam batuan diorit, berumur Miosen Tengah sampai Pliosen, satuan ini masuk ke dalam Formasi Camba. (Rab Sukamto, Sam Supriatna, 1982). - Satuan Lava Breksi Andesitik Basal Satuan ini umumnya tersebar luas di daerah uji petik Desa Batumalonro dan Desa Komara, Kabupaten Takalar. Berwarna abu-abu tua sampai kehitaman, bertekstur porfiritik dengan fenokris piroksen. Pada beberapa tempat berselingan dengan breksi, dengan komponen bersusun andesitik/ basal dengan semen tufa kasar sampai lapili. Umumnya batuan lava dan breksi telah mengalami ubahan terkloritkan, epidot, dan terpropilitkan, pada tempat-tempat tertentu dimana pensesaran intensif, satuan ini
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, (DIM) TA. 2002
16 - 3
terbreksikan atau terbentuk rekahan-rekahan atau “fracture”, terubah kuat, terkaolinkan dengan rekahan-rekahan diisi oleh retas diorit, andesit/ basal, serta urat kuarsa yang membawa mineralisasi, berumur Miosen Akhir – Pliosen Awal. (Rab Sukamto, Sam Supriatna, 1982), memasukan satuan ini ke dalam bahan Gunungapi Baturappe – Cindako. - Satuan Batuan Terobosan Satuan batuan terobosan yang dijumpai di daerah uji petik mempunyai susunan bersifat basa sampai asam, seperti basal-andesit, dioritpiroksen, diorit porfir dan sienit. Umumnya batuan telah mengalami ubahan dengan intensitas lemah sampai sedang. - Batuan Basal/Andesit Batuan basal/ andesit berwarna abu-abu kehitaman dan kehijauan, tekstur holokristalin porfiritik dengan hormblende berukuran kasar sebagai fenokris. Batuan basal / andesit ini di daerah uji petik menorobos batuan tufa halus (Batuan Gunungapi Formasi Camba). Batuan Gunungapi Baturappe yang berlangsung pada kala Miosen Akhir sampai Pliosen Akhir (Rab Sukamto, Sam Supriatna, 1982), umumnya ditemukan berupa retas-retas dengan lebar mulai dari 10 cm sampai lebih dari 25 meter mengisi struktur rekahan / regangan yang membentuk pola menjari (radier) memusat keMalonro – Baturappe dan beberapa intrusi andesit berupa stok. Dari pengamatan sayatan tipis conto (GW02/16/R), batuan menunjukan tekstur porfiritik berbutir halus sampai 1,5 mm, disusun oleh fenokris plagioklas dan biotit, terutama dalam massa dasar mikrokristalin plagioklas, mafik dan opak. Batuan telah mengalami ubahan sedang dan terdapat pengisian kuarsa. - Batuan Diorit Piroksen Batuan diorit berwarna abu-abu tua, bertekstur holokristalin phaneritik, berukuran butir menengah sampai halus, pada beberapa tempat terdapat piroksen dominan sebagai asesoris, sementara pada tempat lain horn blende dan biotit dengan mineral utama plagio klas baik sebagai massa dasar maupun fenokris. Sebagian mineral plagioklas terubah men jadi epidot, klorit, mengandung mineral mefik dan bersifat magnet sedang sampai kuat. Batuan ini mengintrusi batuan Formasi Camba dan batuan volkanik Baturappe – Cindako di komplek Moncong Bantolowe, pada beberapa tempat batuan diorit piroksen ini diintrusi juga oleh retas-retas andesit basal, berumur akhir Miosen Akhir sampai Pliosen (GW02/10/R). - Diorit Porfir.
Dari pengamatan megaskopis berwarna abu-abu kehijauan terang, tekstur porfiritik dengan ukuran butir halus sampai kasar, sedikit ortoklas/feldspar, kuarsa dengan fenokris piroksen dan sedikit biotit, umumnya batuan ini terubah dengan intensitas bervariasi dari lemah sampai sedang, dari kloritisasi, epidot, serisit, dan lempung/ kaolinisasi terutama disekitar kontak dengan batuan Gunungapi Baturappe – Cindako dan disekitar intrusi urat kuarsa seperti yang diketemukan disekitar S. Belang Makorret. Intrusi diorit porfir berlang sung pada kala Miosen Awal sampai Pliosen. (Rab Sukamto, Sam Supriatna, 1982). Dari pengamatan petrografis conto TR02/02/R menunjukan tekstur holo kristalin, porfiritik, berbutir halus sampai 2mm, disusun oleh fenokris plagioklas piroksen,mineral opak ter tanam dalam massa dasar kristalin plagioklas piroksen. Batuan telah mengalami ubahan le mah sampai sedang ditandai dengan hadirnya klorit, lempung/ kaolin, karbonat, mineral opak serta pengisian rongga/retakan oleh zeolit dan kuarsa. - Batuan Sienit Batuan sienit berwarna abu-abu terang, berbutir sedang - kasar dengan tekstur phaneritik. Dari pengamatan megaskopik terlihat orthoklas/ K-feldspar dominan, sedikit plagioklas dan biotit, batuan mempunyai sifat ke magnitan lemah sampai sedang. Dari peng amatan sayatan tipis no conto (GW02/19/F) menunjukan tekstur holokristalin, hipidiomorfik, berbutir halus sampai 1 mm, bentuk sub hedral–anhedral, disusun oleh mineral orthoklas / K.Felsdpar, plagioklas, biotit, epidot kalsedon, sfene dan mineral opak, lempung, masih terlihat relieks kembar poliomtetik. Batuan sienit terdapat sebagai blok-blok insitu di lereng Moncong Talalo di sekitar Kocara, intrusi ini diduga berlangsung pada kala Miosen Awal. 3.2.3. Struktur Geologi Struktur utama yang teramati di daerah uji petik adalah sesar, retakan/ rekahan dan kekar. Sesar-sesar yang terdapat berupa sesar normal / turun, sesar mendatar, sesar naik, retakan / rekahan diduga, terbentuk dalam beberapa generasi. Secara keseluruhan sesar-sesar ini membentuk pola sesar radial dan kerucut (“Cone Sheets”) yang memusat ke Malonro Moncong Bantolowe. Struktur kekar terdapat dalam semua jenis batuan dengan inten sitas yang berbeda, didalam batuan beku, batuan gunungapi piroklastik, kekar-kekar lebih menyolok dari pada di dalam batuan sedimen klastik halus. Arah umum kekar antara U250- 2700 T, beberapa ke arah U 350 - 100 T. Terbentuknya sesar-sesar
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, (DIM) TA. 2002
16 - 4
berpola radial ini diduga pada kala Miosen Awal bersamaan dengan mulai aktifnya intrusi magma dalam pembentukan batuan beku yang berpusat di komplek Moncong Bontolowe dan sekitarnya. Sesar-sesar tersebut di atas tampaknya membentuk bukaan-bukaan struktur sebagai jalan keluar terobosan-terobosan batuan beku dan urat kuarsa. 3.2.4. Ubahan Dari conto-conto batuan yang diamati baik secara megaskopis maupun mikroskopis, ubahanubahan yang dijumpai umumnya dekat dengan daerah kontak intrusi, sesar dan disekitar mineralisasi. Jenis ubahan hidrotermal yang teramati diantaranya adalah . • Klorit + epidot + karbonat + serisit (?)→ (ubahan propilitik) conto TR02/02/R, GW02/16/R, GW02/17/R, terbentuk pada batuan lava andesit – breksi, kontak deng- an diorit porfiri. Sebaranya cukup luas ter singkap di S. Pangkabalang, S. Raja-raja; Jene Ara-ara, dan di hilir S. Balang Terlon tang. Ubahan ini diduga akibat terobosan diorit porfiri, diorit piroksen, retas andesit – basal pada batuan tersebut. • Kumpulan mineral sebarannya tidak luas, ubahan serisit, kuarsa, feldspar ± epidot pillik. Conto (GW02/02-07/R; GW02/14/R), terbentuk pada batuan lava andesit, breksi, diorit porfir, penyebaran yang luas terutama di daerah mineralisasi. Tersingkap di S. Tuadampang, S. Borongsapiri, S. Balang Makorret, S. Punaga, S. Riba-riba, S. Dampang Kurau, hulu Jene Binanga Puncaci, Bt. Bincanai • Kumpulan mineral ubahan kaolinit, kuarsa, klorit, pirit (argilik), terbentuk pada batuan lava andesit kontak dengan diorite kuarsa. Sebarannya tidak terlalu luas, tersingkap di hulu Jene Binanga Puncaci dan di hilir S. Baturappe dekat Talatala. • Kumpulan mineral ubahan aktinolit, K-feldspar, kuarsa biotit (potassik ?), terbentuk pada kontak diorit porfiri dengan lava andesit, sebarannya tidak terlalu luas tersingkap di hulu S. Riba-riba dekat punggungan (conto GW.02/08/R). • Kumpulan mineral ubahan epidot, klinopiroksen (diopsid), (garnet ?), (skarn?). Conto GW.02/22/R, terbentuk pada batuan volkanik dekat intrusi diorit porfiri, sebarannya tidak luas, tersingkap oleh torehan jalan pada lereng di atas S. Jene Balang Terlontang. 3.2.5. Endapan Bahan Galian Endapan mineralisasi logam tembaga, timbal dan seng ditemukan di daerah uji petik di Kabupaten Gowa terdapat di sebelah utara Talatala sampai ke S. Balang Makoret, Jene Araara, Hulu Jene Binanga Puncaci, serta di S.
Ribariba dan S. Dampang Kurau di komplek Moncong Bantolowe. Sedangkan mineralisasi logam besi yang berupa pasir besi berada di Kabupaten Takalar terdapat di sepanjang pantai barat pada Kecamatan Galesong Utara, Kecamatan Galesong Selatan dan Kecamatan Mangarabombang. Di Kabupaten Gowa Endapan Mineralisasi Tembaga, Timbal dan Seng, Di Talatala–S. Balang Makorret Daerah ini sebagian besar ditempati oleh batuan lava andesit – breksi dan diterobos diorit porfiri dan beberapa retas basal. Pemineralan yang terbentuk umumnya tipe urat dan dibeberapa lokasi bertipe tersebar berupa mineral pirit, kalkopirit, sfalerit, galena, kovelit/kalkosit, stibnit, emas, arsenopirit, dan perak. Urat-urat kuarsa dengan ketebalan bervariasi antara 5 – 50 cm, dengan arah rata-rata U 2300 - 2600 T, kemiringan antara 500 – 800 ke arah Barat laut Utara, berkembang di dalam batuan volkanik yang telah terubah kuat dengan kumpulan mineral ubahan hidrotermal seperti, serisit, felspar (kaolin), kuarsa, pirit dan sedikit epidot. Kristalkristal kuarsa yang tumbuh sempurna berbentuk ‘hexagonal”dan prismatic berukuran sampai 1 cm atau lebih sering dijumpai, serta”vuggy” kristal kuarsa (“Drusy Cavities”) umum terdapat dan kadang-kadang diisi oleh mineral pirit atau epidot, pada lokasi tertentu terdapat turmalin (?) dengan bentuk kristal menjarum. Penyebaran urat kuarsa lebih dari 2 km yang dikontrol oleh struktur berbentuk kerucut (“Cone sheets fractures”) atau retas cincin. Hasil analisa kimia conto batuan dari lokasi ini menunjukan kandungan unsur tertinggi seperti 3925 ppm Cu, 83 ppm Ag ( GW02/23R); 8110 ppm Pb, 4500 ppm Sb dan 1700 ppm Sn (GW02/03R); 4103 ppm Zn (GW02/08R); 1650 ppm As, 8175 ppb Au (GW02/25R). Sedangkan dari hasil analisa kimia endapan sungai aktif di daerah ini, menunjuklan nilai tertinggi dari unsur 148 ppm Cu, 122 ppm Pb, 122 ppm Zn, 3 ppm Ag, 6 ppm As, 4 ppm Sb (GW02/02/S); dan 11 ppb Au (GW02/03/S). Dari konsentrat dulang terdapat butiran emas berukuran 1 FVC. (GW02/02/P). Melihat hasil analisa kimia batuan, endapan sungai aktif dan konsentrat dulang yang saling mendukung serta memperhatikan lingkungan geologi, maka daerah ini dapat disimpulkan merupakan zona mineralisasi Cu, Zn, Pb yang potensial dengan logam ikutan emas, arsen dan stibnit. Endapan Mineralisasi Tembaga, Timbal dan Seng di Jene Ara-ara.
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, (DIM) TA. 2002
16 - 5
Daerah ini ditempati oleh lava andesit – breksi dan retas-retas andesit yang dikontrol oleh sesar berarah U 50o T, di dalam lava andesit breksi dengan kumpulan mineral ubahan klorit, epidot dan kalsit. Mineral ini sangat intens dibagian hilir, berangsur berkurang ke bagian hulu, dengan luas penyebaran sekitar 50 meter ke hulu. Hasil analisa kimia conto batuan menunjukan kandungan 70 ppm Cu, 87 ppm Pb, 76 ppm Zn, 19 ppm Ag, 0 ppm As, 4 ppm Sb, 7 ppb Au, 0 ppm Sn.Potensi mineralisasi logam di daerah ini nampaknya tidak memper lihat kan gejala prospek yang baik. Endapan Mineralisasi Tembaga, Timbal dan Seng di Sungai Ribariba-Sungai Dampang Kurau. Daerah ini ditempati batuan tufa halus, lava andesit breksi, diorit porfir yang diterobos diorit piroksen dan andesit – basal. Terobosan ini dikontrol oleh sesar dengan arah U 350o T, bersamaan dengan terobosan-terobosan ini diduga terbentuk ubahan pilik dan potassik (?) dan silisifikasi pada zona kontak dan mineralisasi. Pemineralan yang terbentuk umumnya berupa tipe tersebar dan pengisian rekahan/retakan terdiri dari mineral pirit, sfalerit, kalkopirit, galena, kovelit dan magnetit di dalam batuan tufa halus, diorit piroksen dan diorit porfiri. Penyebaran mineralisasi hampir 2 km2 yang terdapat setempat-setempat antara S. Riba-riba sampai S. Dampang Karau. Hasil analisa kimia conto batuan menunjukkan kandungan unsur tertinggi, seperti : 26900 ppm Cu, 103550 ppm Pb, 245350 ppm Zn, 510 ppm Ag, 1420 ppm As, 4000 ppm Sb, 3840 ppb Au, 400 ppm Sn (Contoh No GW 02/14 R). Dari hasil analisa kimia conto endapan sungai aktif menunjukan nilai tinggi dari unsur 107 ppm Cu, 67 ppm Pb, 97 ppm Zn, dari conto (GW02/06/S), dan 3 ppm Ag, 26 ppm As, 4 ppm Sb, 16 ppb Au, 0 ppm Sn dari conto (GW02/05/S). Dari hasil analisa tersebut, maka daerah ini merupakan zona mineralisasi Cu – Pb – Zn –Sb – Au – As yang cukup potensial. Endapan Mineralisasi Tembaga,Timbal, Seng di Balang Terlontang Daerah ini ditempati oleh batuan sienit lava andesit breksi dan terobosan retas andesit basal, terobosan ini di kontrol oleh sesar berarah U 360o T. Pemineralan yang terbentuk berupa tipe urat, tersebar dan mengisi retakan terdiri dari mineral arsenopirit - pirit di dalam batuan. Pirit, kalkopirit, kovelit di dalam urat kuarsa, galena, sfalerit, stibnit, emas, perak dan kasiterit. Urat kuarsa menerobos batuan lava-andesit dengan arah U 220o – 230o T, kemiringan 60o – 70o BL. Urat kuarsa dengan tekstur menggula transparan
dan massif berwarna susu, terdapat “vuggy” kristal kuarsa (“Drusy Cavities”), beberapa diisi oleh mineral sulfida,. Batuan samping terkloritkan beberapa tampak epidot dan kalsit, ± 50 meter di atas mineralisasi ini tersingkap oleh torehan jalan, mineralisasi epidot, aktinolit, garnet (?) dan diopsid (?) berupa retas pada batuan Gunungapi Baturappe – Cindako. ( Conto batu GW02/22R.) Luas penyebaran ubahan dan mineralisasi sekitar 0,5 km2 tersingkap di lereng dan di sungai. Hasil analisa kimia conto batuan yang menunjukan nilai tertinggi, antara lain : unsur 5900 ppm Cu, 20150 ppm Pb, 232 ppm Zn, 131 ppm Ag, 1400 ppm As, 20 ppm Sb,11670 ppb Au dan 55 ppm Sn (GW02/21/R), sedangkan dari hasil analisa kimia endapan sungai aktif menunjukan nilai tertinggi antara lain 209 ppm Cu, 781 ppm Pb, 125 ppm Zn, 11 ppb Au, 4 ppm Sb, (GW02/15/S) dan 4 ppm Ag (GW02/14/S). Dari hasil analisis tersebut daerah ini menunjukan zona mineralisasi Cu-Pb-As dan Au yang cukup potensial. Di Kabupaten Takalar Endapan Pasir Besi Bahan galian logam di daerah uji petik di Kabupaten Takalar adalah berupa pasir besi, endapan pasir besi ini dijumpai di sepanjang pantai barat meliputi daerah Kecamatan Galesong Utara, Kecamatan Galesong Selatan dan Kecamatan Mappakasunggu, sedikit terdapat di Kecamatan Mangarabombang, serta di pantai Panakukang. Apabila ditarik panjang garis pantai, pengendapan pasir besi ini diperkirakan sepanjang ± 30 km dengan lebar bervariasi, antara 25 – 30 meter, dan tebal pasir pantai rata-rata antara 2 sampai 3 meter. Pantai paling lebar sekitar 500 meter yang terdapat di delta Jene Berang, delta Jene Bingkassi, dan delta Binanga Cikoang (Gambar 5). Dari pemisahan material pasir merupakan endapan aluvial pantai berupa endapan plaser, berukuran pasir halus sampai sedang yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan gunungapi bersifat menengah sampai basa yang kaya mineral magnetit dan titanium. Dari volume ± 20 liter, ketebalan ± 1 meter (pemisahan dengan dulang) diperoleh mineral berat (mineral hitam) sekitar 50 – 70% dari daerah uji petik di pantai Panakukang dan pantai Gadea – Namboa, serta sekitar 25 – 30% di pantai Cikoang. Dari pengamatan megaskopis terlihat mineral magnetit dominan diikuti piroksen, sedikit epidot, zirkon dan kuarsa, bentuk butir menyudut, menyudut tanggung sampai membundar tanggung, berwarna hitam kebiruan, berukuran pasir halus sampai sedang. Dari hasil pemeriksaan mineral butir daerah Panakukang –
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, (DIM) TA. 2002
16 - 6
Barombang (TR02/11/P), kandungan mineral butir yang teridentifikasi adalah : Magnetit = 53,19%, Ilmenit = trace, Hematit = trace, Piroksen = 46,52%, Amfibol = trace, Epidot; Zirkon = trace, Kuarsa = 0,27%. Dari daerah Gadea – Namboa (TR02/12/P), magnetit = 48,19%, ilmenit = trace, hematit = trace, piroksen = 48,93%, amfibol = trace, epidot = 0, zircon = 0,01%, kuarsa = 2,33%. Di daerah Cikoang ; Magnetit = 10,43%; Ilmenit = 3,16%; Hematit = trace; Piroksen = 60,1%; Amfibol = 0; Epidot = trace; Zirkon = trace; Kuarsa = 21,03%.
batubara; bahan galian vital terdiri dari belerang, endapan tembaga, timbal dan seng; bahan galian golongan C, terdiri dari batuapung, bentonit, lempung, tras, oker, zeolit, andesit – basal, diorit, pasir sungai dan batu sungai. Sedangkan di Kabupaten Takalar terbagi 2 (dua) golongan, yaitu : bahan galian vital yaitu endapan pasir besi; dan bahan galian golongan C, terdiri dari lempung, oker, bentonit, besi oolit, batugamping, batu setengah mulia, mineral halit, pasir sungai, batu sungai, basal, batupasir tufaan, dan breksi
IV. KESIMPULAN • Dari pengamatan megaskopis terhadap batuan ubahan hidrotermal dan penemuan mineral bijih sulfida mengandung logam dasar, maka satuan batuan tufa halus dari batuan Gunungapi Formasi Camba (Tmev), serta satuan lava/breksi, andesit – basal dari batuan Gunungapi Baturappe – Cindako, batuan sienit, diorit porfiri, diorit piroksen adalah batuan yang berpotensi menjadi batuan induk (“host rocks”) mineralisasi. • Terdapatnya urat-urat kuarsa berkristal sempurna di dalam batuan lava, breksi andesit/ basal dengan ubahan klorit, serisit, felspar (kaolin) dan epidot, membawa mineral logam dasar, menunjukan bahwa telah terbentuk mineralisasi pada kondisi mesothermal atau hypothermal di daerah uji petik. • Adanya mineral pirit, kalkopirit tersebar dan mengisi rekahan / retakan di dalam batuan dioritik dan ubahan aktinolit, felspar, kuarsa dan biotit / magnetit sekunder menunjukan keterjadian mineralisasi ke arah porfiri • Terdapatnya batuan volkanik tufa andesitik dengan ubahan klorit, epidot dan mineral diopsid, garnet(?), serta aktinolit berbentuk urat, menunjukan bahwa di daerah uji petik terjadi mineral skarn, dari proses metasomatisma atau pyrometasomatisma akibat terobosan diorit terhadap batuan gunungapi andesitik kaya kalsium. • Terbentuknya endapan pasir besi di sebagian besar pantai barat Kabupaten Takalar, merupakan endapan alluvium pantai berupa endapan plaser berukuran pasir halus sampai sedang, yang berasal dari hasil pelapukan batuan gunungapi bersifat menengah sampai basa yang kaya mineral magnetit bertitan. • Dari data-data sekunder di Kabupaten Gowa dapat di inventarisasi potensi dan prospek bahan galian yang terbagi 3 (tiga) golongan, yaitu ; bahan galian strategis berupa endapan
DAFTAR PUSTAKA 1. BPS, 2000, Sulawesi Selatan Dalam Angka 2000. Perpustakan BPS Jawa Barat. 2. BPS,1998, Neraca Sumber Daya Alam Spasial Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan. 3. Darwis.ES, dkk 1991; Laporan Penyelidikan Geologi Terpadu Untuk Pengembangan Wilayah Daerah Kab. Takalar Sul.Sel. 4. Darwi ES.dkk, 1993; Laporan Penyelidikan Geologi Terpadu Untuk Pengembangan Wilayah Daerah Kab. Gowa. Kanwil DPE. Sul.Sel. 5. Kusbini, 2001; Laporan Eksplorasi dan Optimalisasi Pemanfaatan Zeolit Untuk. Industri. Sub. Dinas Pertamb. Umum. DPE.Sul.Sel. 6. Purnomo Kridoharto, H. 1996; Infor masi Potensi Bahan Galian dan Geologi Untuk Perencanaan Pengembangan Wilayah Kab.Takalar Kanwil DPE. Sul. Sel dan Sul. Teng gara. 7. Sukamto Rab, S. Supriatna, 1982. Geologi Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai.Skala 1:250.000. P3G,Bdg 8. Sutisna D.T., Manurung Y,. Zulkifli MD 1983. Laporan Penyelidikan Pendahu luan Terhadap Mineral Logam Dasar di Daerah Takalar, Gowa, Jeneponto, Sul. Sel. Dit. Sumber Daya Mineral
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, (DIM) TA. 2002
16 - 7
PETA GEOLOGI DAERAH KAB. TAKALAR DAN KAB. GOWA PROV. SULAWESI SELATAN
U
0
5
10
Km
KETERANGAN Endapan Qac
Holosen
Alluvium pantai
Qlvp1
KAB. GOWA
Plistosen Batuan Gunungapi Lompobatang
Qlv Qlvp2 Qlvb b Batuan Gunungapi Baturape-Cindo
Tpbv
Pliosen
t\a Retas Trakhit/ Andesit
Tpbc Tpbl
Retas Basalt b
d
AK A
LA R
Tmc
Formasi Camba
Diorit
Miosen Akhir
Miosen Tengah Miosen Awal Temt
Formasi Tonasa
Oligosen
Eosen
KA
B. T
Sesar U : bagian naik D : bagian turun
PETA INDEKS
LOKASI
Gambar 1. Peta Geologi Daerah Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar
Gambar 2. Peta Geologi Daerah Uji Petik Desa Batumalonro dan Desa Komara Kabupaten Gowa - Takalar Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, (DIM) TA. 2002
16 - 8
Gambar 3. Peta Lokasi conto Daerah Uji Petik Desa Batomalonro dan Desa Komara Kabupaten Gowa - Takalar
Gambar 4. Peta Sebaran Unsur –unsur Logam dari endapan Sungai Aktif , Desa Batumalonro dan Desa Komara, Kab, Gowa - Takalar
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, (DIM) TA. 2002
16 - 9
Gambar 5. Peta Sebaran Unsur-Unsur Logam Dari Conto batuan, Daerah Uji Petik Desa Batumalonro dan Desa Komara Kabupaten Gowa - Takalar
Gambar 6. Peta Ubahan dan Mineralisasi Daerah Uji Petik Desa Batumalonro dan Desa Komara Kabupaten Gowa - Takalar
Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, (DIM) TA. 2002
16 - 10