PROFIL PETERNAKAN SAPI DAN KERBAU DI PROPINSI SUMATERA UTARA Prama Yufdy dan Lermansius Haloho Batai Pengkajian Teknotogi Pertanian Sumatera Utara
ABSTRAK Keberhasilan pembangunan nasional dengan tingkat kebutuhan yong semakin besar, pertambahan penduduk dan adanya kesadaran akan pentingnya gizi, mengakibatkan permintaan akan daging sapi dan kerbau yang semakin meningkat . Mengantisifasi besarnya kesejangan antara permintaan dan persedlaan maka pemerintah mencanangkan program kecukupan daging 2010. Kecukupan daging ini, terutama untuk kebutuhan daging sapt, karena untuk produk unggas relatif sudah terpenuht . Di Propinsi Sumatera Utara, pemeliharaan kedua ruminansia besar ini (sapt dan kerbau) sudah diwarisi secara turun temurun dart pendahulunya. ASroekoststem pemeliharaannya terdapat di Padang Alam, Ltngkungan Perkebunan, Daerah Pertanian Tanaman Pongan dan Hortikultura . Populast sapt dan kerbau di Sumut pada tahun 2004, secara berturut-turut sebanyok 248.971 ekor (49%) dan 263 .435 ekor (51%), dengan tingkat pemotongan lebih banyak berasal dart ternak sapt yaltu sekitar 37.584 ekor (52%) dengan produkst daging 6 .981,69 ton (51%) . Namun, sistem produkst sapt sebagatan besar masth untuk memenuht kebutuhan daging, sedangkan ternak kerbau untuk ternak kerja sebagai penarik pedatt guna mengangkut sarana dan hasil produksi pertantan . Pola pemeliharaan masih berstfat tradisional (ekstensif), pemberian input masth relatif kecti, sehingga produktivitasnya masth rendah . Kata kunci : Sap!, kerbau, sistem produksi, sumberdaya pakan dan Sumut .
PENDAHULUAN ejalan dengan keberhasitan pembangunan nasional, ditandai dengan peningkatan Spenduduk pendapatan masyarakat, kesadaran akan pentingnya gizi dan terjadinya pertambahan . Semua faktor ini, akan mengakibatkan. permintaan terhadap produksi ternak akan semakin meningkat . Setama ini, sebagian besar dipenuhi dari produk unggas, sedangkan produk dari ternak ruminansia masih relatif kecil, itupun sebahagian besar masih diimpor, sehingga pemborosan devisa negara . Pada hat, metatui dukungan kebijakan yang berpihak terhadap sub sektor peternakan maka sumbangan ternak sapi dan kerbau bagi kecukupan daging pada tahun 2010 tentunya akan menjadi kenyataan . Jika poputasi dan produktivitas ternak ruminansia, utamanya sapi dan kerbau dapat ditingkatkan, maka impor sapi hidup dan daging secara pertahan dapat dikurangi, digantikan produk dalam negeri . Produk impor ini akan mengakibatkan pemborosan devisa, keamanan pangan (kesehatan) tidak terjamin, harganya yang relatif murah mengakibatkan produk lokat tidak mampu bersaing, sehingga masyarakat dan pengusaha kurang bergairah berinvestasi pada ternak sapi . Pada hat dukungan sumberdaya alam, manusia, konsumen, sosial dan budaya sangat besar bagi pengembangan peternakan ini. Pemeliharaannya dapat dipadukan dengan sek tor pertanian secara tuas . Oteh Sitorus dkk (1994) dinyatakan bahwa di datam konteks pembangunan pertanian, arah dan tujuan pengembangan peternakan harus gayut ( "relefan ") dengan pembangunan pertanian secara keseturuhan dengan memperhatikan keragaman biofisik, sosiat budaya, dan agroekosistem dari daerah sasaran pengembangan . Dengan demikian, pota usahatani ternak terpadu dengan komoditi ternak baik sebagal usaha utama atau penunjang harus senantiasa mengacu kepada hat tersebut, sehingga teknotogi yang dihasilkan akan mampu menunjang pembangunan peternakan regional . Meiatul dukungan semua sumberdaya yang ada dan koordinasi antara instansi terkait maka pengembangan ternak sapi dan kerbau akan meningkat sehingga sumbangannya bagi kecukupan daging 2010 akan semakin nyata .
Prosiding Peternakon 2006
65
SISTEM PRODUKSI TERNAK SAPI DAN KERBAU Di Propinsi Sumatera Utara, sektor pertanian merupakan salah satu andalan sebagai sumber Pendapatan Asti Daerah (PAD) dan sebagai pemicu pertumbuhan perekonomian di perdesaan . Sejalan dengan pembangunan pertanian, maka biasanya diikuti dengan pemeliharaan peternakan sesuai dengan agroekosistem setempat . Dengan demikian, hampir setiap wilayah ada dijumpai ternak, walaupun masihdipelihara secara tradisional . Sistem produksi ternak disesuaikan dengan kondisi setempat : di Pinggiran kota Medan, suku Benggali biasa memelihara ternak sapi dan kerbau Murrah untuk memanfaatkan susunya, kemudian di pasarkan ke kota Medan . Pada wilayah perkebunan, umumnya masyarakat memelihara sapi secara sambilan, banyaknya biomassa hijauan sangat mendukung produksi ternak sapi dan juga mengoptimalkan pemanfaatan tenaga kerja keluarga yang banyak waktu luang untuk usaha produktif . Khusus ternak kerbau sangat besar peranannya pada sistem pertanian di KADTBB SU disamping sebagai penghasil daging, juga digunakan sebagai ternak kerja penarik pedati untuk mengangkut sarana produksi dan hasil pertanian . Disamping itu, ternak kerbau juga diperlukan untuk acara adat tertentu, terutama bagi suku Tapanuti ternak kerbau merupakan jenis ternak yang tertinggi dan biasa disebut "Gaja Toba " . Berdasarkan statistik Sumut Datam Angka, 2005, terjadi peningkatan populasi ternak sapi dan kerbau (Tabel 1) . Jika pada tahun 2000, jumlah ternak sapi dan kerbau masing-masing 247 .781 dan 260 .049 ekor, maka pada tahun 2004 terjadi peningkatan, secara berturut-turut sapi menjadi 248 .971 ekor dan Kerbau sebanyak 263 .435 ekor . Tabet 1 . Populasi Ternak Sapi dan Kerbau (ekor) di Propinsi Sumatera Utara, Tahun 2004 Populasi (ekor) No. Jenis ternak 2000 2001 2002 A . Temak besar 5 .629 5 .642 5 .655 • Kuda 247 .781 248 .078 248.375 • Sapi 260 .049 259 .138 260.044 • Kerbau 6 .420 6 .445 6.510 • Sapi Perah B . Ternak kecil 698 .851 703 .393 707 .965 • Kambing 184 .583 199 .312 215 .217 • Domba Sumber : Sumatera Utara Datam Angka, 2005
2003
2004
5 .668 248 .673 261 .734 6 .575
5 .681 248 .971 263 .435 6 .777
712 .566 232 .391
717 .196 250 .935
Pemotongan dan Produksi Daging Ternak Sapi dan Kerbau Sampai saat ini, Sumatera Utara betum dapat mencukupi kebutuhan daging sapi, masih memasukkan dalam bentuk daging dan sapi hidup, balk berasal dari luar negeri maupun asal Aceh, Sumatera Barat dan Lampung . Sebenarnya daerah ini, dilihat dari ketersediaan sumberdaya mampu untuk memenuhi kebutuhan lokat maupun sebagai pemasok ke luar Sumut, namun belum diketola secara optimal . Pada Tabet 2, data menunjukkan bahwa populasi ternak Sapi dan Kerbau di Sumatera Utara sebanyak 512 .406 ekor, sekitar 51% merupakan populasi Kerbau, dengan tingkat pemotongan dan produksi daging tertinggi untuk Sapi yaitu sebanyak 37 .584 ekor (52%) dan 6 .981,69 ton (51%) . Tabel 2. Populasi, pemotongan (ekor) dan produksi daging (ton) ternak sapi dan kerbau di Propinsi Sumatera Utara, tahun 2003 Total (ekor) No . Jenis ternak Produksi daging (ton) % Populasi % Pemotongan % 1 . Sapi 248 .971 49 37 .584 52 6 .981,69 51 2 . Kerbau 263 .435 51 35 .078 48 6 .778,82 49 Jumlah 512 .406 100 72 .662 100 13760 .51 100 Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka, 2005
66
Proma Yufdy dan Lermansius Haloho
SUMBERDAYA PAKAN DAN HUMAN PAKAN TERNAK (POTENSI DAN MASALAH YANG DIHADAPI) Propinsi Sumatera Utara, kaya akan sumberdaya alam, termasuk pertanian (tanaman pangan, hortikultura), peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan . Agroekosistem terdiri dari dataran rendah sampai dataran tinggi, dengan tofografi datar sampai berbukit . Pengembangan peternakan di Sumatera Utara harus terus dipacu, sesuai dengan tingkat permintaan yang tenis meningkat, padahal pemeliharaan ternak secara tradisional dari nenek moyang sudah lama ditekukan . Mas~arakat sudah bersepakat untuk memetihara ternak, umumnya jenis ruminansia (sapi, kerbau, kambing, kuda, domba) pada suatu padang alam secara bersama-sama, wataupun secara hukum tidak ada tertulis (Siregar dan K . Manihuruk, 1995) . Pada beberapa kabupaten ini dapat ditemukan, seperti di Kabupaten Tapanuli Selatan, terkenal dengan Padang Botak, Kabupaten Karo, Mbaibal Petarum, Kabupaten Tapanuti Utara ditemui di Siborong-borong dan sekitarnya . Potensi tanaman pangan juga sangat besar jika dimanfaatkan sebagai sumber pakan (hijauan dan konsentrat) bagi ternak . Berdasarkan Tabel 3, maka ada sekitar 826 .091 ha Was panen padi sawah dan padi tadang serta sekitar 214 .885 ha luas panen jagung . Tabel3 . Was lahan padi dan jagung di Sumatera Utara, Tahun 2004 No . Tanaman Was Panen (ha) 1. Padi : 826 .091 • Padi sawah 744 .947 • PadiLadang 81 .144 2. Jagung 214 .885 Sumber : BPS Propinsi Sumatera Utara, 2005
Produksi (ton) 3 .418 .782 3 .214 .782 204 .000 712 .560
Sedangkan di agroekosistem perkebunan, karyawan dan masyarakat memelihara ternak sapi, kambing dan domba . Was total perkebunan Kelapa Sawit, Karet dan Kakao adalah 887 .175 ha, masing-masing luasnya secara berturut-turut 494 .455 ha, 349 .816 ha dan 42 .904 ha (label 4) . Potensi hijauan yang melimpah di perkebunan, membuat masyarakat tertarik untuk memelihara ternak sebagai tambahan pendapatan . Disamping itu, banyak juga hasil ikutan perkebunan yang merupakan limbah dan diperlukan biaya yang besar untuk penanggulangannya, tetapi metalui pengolahan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak . Hasil sampingan dari industri perkebunan tersebut, antara lain : bungkil inti sawit (BIS), ampas minyak sawit (AMS), solid decanter (lumpur sawit), molases (guta tetes), kulit biji kakao (KBK), biji karet, dan lain-lain . Namun demikian, permasalahan yang ada yaitu adanya larangan pemeliharaan ternak bagi perkebunan tertentu, baik PTPN maupun swasta membuat perkembangannya lambat . Walaupun begitu, banyak juga perkebunan yang mengizinkan pemeliharaan ternak secara terpadu dengan perkebunan, malahan ada yang dibina secara langsung oleh manajemen perusahaan dan bernaung dalam suatu usaha koperasi . Memang sesuai dengan sistem produksi perkebunan maka jenis ternak harus disesuaikan dengan umur dan jenis komoditi perkebunan . Pada umur tertentu biomassa hijauan sengaja ditanam dan dipelihara, seperti : tanaman kacang-kacangan yang berguna sebagai sumber N bagi komoditi perkebunan, berarti ternak tidak boleh digembalakan . Juga pada saat manajemen melaksanakan pemeliharaan rutin, seperti : menyemprot gulma dan memupuk maka ternak tidak bisa digembalakan . Ternak besar dan kambing tidak diperbolehkan di gembatakan pada perkebunan karet karena mengganggu mangkokan (penampung getah karet), mungkin ternak domba diperbotehkan karena relatif jinak dan tidak mengganggu bagi tanaman utama .
Prosiding Peternakan 2006
67
Tabel 4 . Luas Perkebunan Kelapa Sawit, Karet dan Kakao (Ha) di Sumatera Utara, 2004 Luas area (ha) No . Perkebunan Rakyat PTPN 1 . Ketapa Sawit 229.512 264 .943 2 . Karet 304 .650 45 .166 3 . Kakao 32 .304 10 .600 Total 566 .466 320 .709 Sumber : BPS Propinsi Sumatera Utara, 2005
Jumtah (ha) 494 .455 349 .816 42 .904 887 .175
UPAYA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI SAPI DAN KERBAU Integrasi Peternakan (Sapi) dengan Tanaman Pangan (Padi dan Jagung) Pernetiharaan sapi di Sumut sebahagian besar masih mengandatkan padang alam, perkebunan sebagai sumber pakan . Sedangkan pemanfaatan jerami padi dan jagung masih belum optimal, ini bisa dimaklumi karena belum terbiasa dan masih banyak rumput sebagai sumber hijauan pakan ternak . Padahal, dengan Luas panen Jagung di Sumatera Utara sekitar 214 .885 ha, pada tahun 2003, maka akan tersedia limbah Jagung sebanyak 2 .834 .333,15 ton . Daya dukung Limbah Jagung ini akan mampu menopang pakan hijauan ternak sebanyak 194 .132 ekor ternak pertahun, dengan asumsi setiap ekor ternak . membutuhkan 40 kg hijauan/hari (Yufdy dan L . Haloho, 2006) . Integrasi Peternakan dengan Perkebunan Sumatera Utara termasuk pusat perkebunan di Indonesia, dari daerah inilah dikembangkan ke daerah Lain, .seperti : Riau, Kalimantan, Irian, dLL . Adanya lahan perkebunan ini, disamping mendapat produk utama, juga masih ada hasil sampingan berupa limbah dari proses pengolahan dan beragam vegetasi hijauan di bawah tanaman utama dan diantara baris tanaman . Ketersediaan sumberdaya pakan dan manusia sangat tepat dimanfaatkan melalui pemeliharaan ternak . Pengembangan ternak ruminansia secara terintegrasi dengan perkebunan dapat saling menguntungkan kedua pihak, antara lain adatah karet dan ketapa sawit dinilai sesuai untuk pemeliharaan ternak ruminansia, tidak berpengaruh buruk terhadap komoditas utama, mengurangi biaya penyiangan komoditas perkebunan, memberikan nitai tambah pendapatan persatuan Luas . Namun, perlu diperhatikan jumlah dan jenis ternak yang dapat diusahakan (Haloho dan Tatang, 1998) . Menurut Mukherjee, et al ., (1995) menyaratkan bahwa ruminansia kecil digembalakan pada sawit sejak tanaman berumur dua tahun dengan sistem rotasi . Rotasi menguntungkan karena selalu tersedianya hijauan segar setiap saat dan menghindarkan lahan terkontaminasi oleh organisma patogen yang berbahaya bagi ternak . Untuk mendapatkan efisiensi yang lebih balk integrasi domba dengan karet, pengertian yang balk mengenai cara pengendalian gulma, melalui penggemba ( aan domba, sistem penggembalaan yang sesuai, pengendalian poputasi dan maniputasi kepadatan ternak perlu diupayakan (Ismail dan Chong, 1991) . Pemetiharaan ternak ruminansia besar, seperti sapi, kerbau dan ruminansia kecil seperti kambing yang sangat agresif dan suka memanjat tanaman perkebunan masih dilarang digembalakan di areal perkebuan oleh perusahaan tertentu karena merusak . Tetapi pemeliharaan secara terusmenerus di kandang, rumput dipotong dan diberikan pada ternak tidak ada masalah . Integrasi ternak dan perkebunan banyak dilaksanakan di Sumatera Utara, di antaranya pada perkebunan karet di : 1) Kebun Gunung Lonceng PIR LOK PTP-III merupakan salah satu upaya diversifikasi usaha untuk meningkatkan pendapatan petani PIR . Dengan penganeka ragaman usaha, optimalisasi penggunaan lahan dan pemanfaatan tenaga kerja keluarga petani secara maksimal, diharapkan petani dan keluarganya akan lebih mandiri dan profesional (Arsyad, dkk, 1994), 2) Kebun Sawit Seberang oleh PT . Perkebunan Ii Tanjung Morawa (Anonimous, 1994a), 3) Kebun Gunung Para oteh PT . Perkebunan IV Gunung Pamela
68
Prama Yufdy dan Lermansius Haloho
(Anonimous, 1994b), 4) Kebun kelapa sawit PT . Perkebunan VII (Damanik, 1994), 5) ORP (Outreach Research Proyect) yaitu proyek untuk petani kecil yang tinggal disekitar perkebunan karet, tetapi tidak semuanya memiliki kebun karet . Petani ini masing-masing diberikan paket kredit domba sebanyak 4 ekor induk dan satu ekor pejantan pada waktu yang berbeda-beda sejak tahun 1988 (Sirait, dkk, 1995) ; dan 6) proyek OPMM (Outreach Research Proyect Membang Muda) yakni petani karet dengan pemilikan lahan seluas 2 ha dan juga 0,5 ha lahan tanaman pangan . Petani ini diberikan paket kredit domba sebanyak 4 ekor induk dan 1 ekor pejantan pada bulan Nopember 1991 . KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1.
2. 3.
4.
Di Propinsi Surnatera Utara, pemeliharaan ternak sapi dan kerbau sudah diwarisi secara turun temurun sesuai dengan kebutuhan untuk daging dan sebagai sumber tenaga kerja bagi pertanian . Agroekosistem pemeliharaannya terdapat di Padang Alam, Lingkungan Perkebunan, Daerah Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Poputasi sapi dan kerbau di Sumut pada tahun 2004, secara berturut-turut sebanyak 243 .971 ekor (49%) dan 263 .435 ekor (51%), dengan tingkat pemotongan dan produksi daging 37 .584 ekor (52%) dan 6 .981,69 ton (51%) . Sistem produksi sapi sebagaian besar masih produksi daging, sedangkan ternak kerbau untuk produksi daging dan ternak kerja, pota pemeliharaan masih bersifat tradisionat (ekstensif), pemberian input masih relatif kecit, sehingga produktivitasnya masih rendah . Impl ikasi Kebijakan
Kebutuhan daging (utamanya yang berasal dari sapi dan kerbau) yang terus meningkat menuntut peranan instansi terkait yang lebih besar dan dukungan kebijakan agar pengembangan peternakan berjalan dengan balk . Beberapa hat sangat dibutuhkan masyarakat dan investor, antara lain : pemberantasan penyeludupan daging Regal, bibit ternak . unggut, penanganan penyakit, permodalan dengan bunga rendah . DAFTAR PUSTAKA Arsyad, R . Gatenby dan S . Karokaro . 1994 . Integrasi domba di perkebunan karet, tinjauan sosial ekonomi . Proceedings Ruminansia Kecil, Pengolahan dan Komunikasi Hasit-hasil Penelitian . Sub Batai Penelitian Ternak Sungai Putih . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian . Anonimous . 1994a . Prospek dan kendala usaha ternak domba di Kebun Sawit Seberang (PT. Perkebunan II) . Proceedings Ruminansia Kecil . Pengolahan dan Komunikasi Hasil-hasit penelitian . Sub Balai Penelitian Ternak Sungai Putih . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian . Anonimous . 1994b . Pengembangan usaha ternak domba di Gunung Para (PT. Perkebunan IV), prospek dan tantongannyo . Prosid . Ruminansia Kecil . Pengolahan dan Komunikasi Hasilhasil penelitian . Sub Balai Penelitian Ternak Sungai Putih . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian . Damanik, K . 1994 . Integrasi ternak domba dengan perkebunan kelapa sawit, prospek dan tantangannya . Proceedings Ruminansia KeciL Pengolahan dan Komunikasi Hasil-hasit Penelitian . Sub Batai Penelitian Ternak Sungai Putih, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian .
Prosiding Peternakan 2006
69
Haloho, L dan Tatang M . Ibrahim . 1998 . Daya dukung lahan perkebunan sawit dan karet untuk pengembangan domba di Sumatera Utara . Prosiding Seminar Nasional Ekspose Hasil Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian di Sumatera Uatara, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Gedong Johor, Sumatera Utara . Pusat Penelitian Sosiat Ekonomi Pertanian . Badan Litbang Pertanian . Ismail, T ., and D . T . Chong . 1991 . Sheep grazing to manage weeds in rubber plantations . In " Eds . L . C . Iniquez and M . D . Sanchez . Integrated tree cropping and small ruminant production systems . Proceedings of a workshop on research methodologies Medan, North Sumatra, Indonesia . SR-CRSP University of California, USA . Yufdi P . dan L . Haloho . 2006 . Daya dukung limbah jagung sebagai sumber hijauan pakan ternak di Sumatera Utara . Workshop Nasional Jejaring Pengembangan Sistem Integrasi Jagung-Sapi, Pontianak, 9-10 Agustus 2006 . Sirait, J ., A . Misniwaty, Peter M . Horne dan Jost Van Ostrum . 1995 . Sistim pemberian pakan domba di pedesaan di Sumatera Utara, kendala serta alternatif pemecahannya . JPPS I (6a) Edisi Khusus . Sub Balai Penelitian Sumatera Utara Dalam Angka (SUDA) . 2005 . Sumatera Utara dalam angka, tahun 2004 . Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara . Siregar . R dan K. Manihuruk . 1995 . Rancangan model peternakan di padang penggembalaan . Produktivitas Ternak Ruminansia di Padang Penggembalaan Sumatera Utara . Prosiding Seminar Sehari Strategi dan Komunikasi hasil Penelitian Peternakan "Strategi Penelitian dan Pengembangan Peternakan Dalam Menunjang Agribisnis di Sumatera Utara . Sub Balitnak Sei Putih, Badan Litbang Pertanian . Sitorus, P ., A . Mulyadi, N . Supeno dan Hastono . 1994 . Aplikasi pola usahatani ternak terpadu dalam pembangunan pertanian . Usaha Ternak Skala Kecil Sebagai Basis Industri Peternakan Di Daerah Padat Penduduk . Prosiding Pertemuan Nasional Pengolahan dan Komunikasi Hasil-hasil penelitian di Semarang . Sub Balai Penelitian Ternak, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian .
70
Prama Yufdy dan Lermansius Haloho