BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. Secara luas pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan sektor pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik (Spillane, 1994 : 14). Hal tersebut sejalan dengan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang menyatakan bahwa Penyelenggaraan Kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan
dan
kemakmuran
rakyat,
memperluas
dan
memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata di Indonesia serta memupuk rasa cinta tanah air dan mempererat persahabatan antar bangsa. Perkembangan pariwisata juga mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Kegiatan pariwisata menciptakan permintaan, baik konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan kegiatan produksi barang dan
1
jasa. Selama berwisata, wisatawan akan melakukan belanjaannya, sehingga secara langsung menimbulkan permintaan (Tourism Final Demand) pasar barang dan jasa. Selanjutnya Final Demand wisatawan secara tidak langsung menimbulkan permintaan akan barang modal dan bahan baku (Investment Derived Demand) untuk berproduksi memenuhi permintaan wisatawan akan barang dan jasa tersebut. Dalam usaha
memenuhi permintaan wisatawan diperlukan
investasi di bidang transportasi dan komunikasi, perhotelan dan akomodasi lain, industri kerajinan dan industri produk konsumen, industri jasa, rumah makan restoran dan lain-lain (Spillane, 1994 : 20) Sejalan dengan hal tersebut dampak pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal dikelompokan oleh Cohen (1984) menjadi delapan kelompok besar, yaitu (1) dampak terhadap penerimaan devisa, (2) dampak terhadap pendapatan masyarakat, (3) dampak terhadap kesempatan kerja, (4) dampak terhadap harga-harga, (5) dampak terhadap distribusi masyarakat atau keuntungan, (6) dampak terhadap kepemilikan dan control, (7) dampak terhadap pembangunan pada umumnya dan (8) dampak terhadap pendapatan pemerintah. Majunya industri pariwisata suatu daerah sangat bergantung kepada jumlah wisatawan yang datang, karena itu harus ditunjang dengan peningkatan pemanfaatan Daerah Tujuan Wisata (DTW) sehingga industri pariwisata akan berkembang dengan baik. Negara Indonesia yang memiliki pemandangan alam yang indah sangat mendukung bagi berkembangnya sektor industri pariwisata di Indonesia. Sebagai negara kepulauan, potensi Indonesia untuk mengembangkan industri pariwisata sangatlah besar.
2
Kabupaten Gianyar merupakan daerah yang giat mengembangkan potensi wilayahnya untuk tujuan wisata dan menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Obyek dan daya tarik wisata (ODTW) yang dimiliki Kabupaten Gianyar cukup banyak dan bervariasi sesuai Keputusan Bupati Gianyar Nomor : 402 Tahun 2008 Tentang Penetapan Obyek Dan Daya Tarik Wisata Kabupaten Gianyar memiliki 61 Obyek dan Daya Tarik Wisata yang terdiri atas obyek wisata alam, museum, peninggalan purbakala, pusat kesenian, pusat kerajinan. Obyek wisata sebanyak itu belum mencakup atraksi wisata, seperti yang berkembang di Gianyar sejak awal 1990-an, yaitu atraksi wisata arung jeram (rafting) dan wisata melihat burung (Bali Bird Park). Kepariwisataan di Kabupaten Gianyar berkembang cukup baik, bahkan beberapa kawasan dan obyek pariwisatanya telah terkenal hingga ke mancanegara. Kawasan Ubud sebagai kampung seniman di Gianyar telah menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjunginya, disamping itu di kawasan Ubud sudah berkembang beberapa jasa akomodasi bertaraf internasional sehingga Ubud telah menjadi ikon Pariwisata di Kabupaten Gianyar. Selain kawasan pariwisata Ubud, di Kabupaten Gianyar terdapat obyek – obyek wisata yang ramai dikunjungi wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Adapun obyek wisata yang sudah terkenal dan yang ramai dikunjungi adalah : Goa Gajah, Gunung Kawi Tampak Siring, Gunung Kawi Sebatu, Tirta Empul, Wenara Wana.
3
Arus wisatawan yang mengunjungi obyek wisata di Kabupaten Gianyar yang banyak menawarkan obyek-obyek wisata dapat dilihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut : Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata di Kabupaten Gianyar, 1991 - 2010 Tahun Jenis wisatawan Jumlah (orang) Asing Domestik (orang) (orang) 1991 216.020 39.669 255.689 1992 236.093 39.598 275.691 1993 256.452 40.796 297.258 1994 277.834 42.678 320.512 1995 376.671 43.569 420.240 1996 387.785 45.678 433.463 1997 398.987 47.634 546.621 1998 406.198 48.609 454.807 1999 407.274 49.745 457.019 2000 545.275 52.460 597.735 2001 476.365 66.867 543.232 2002 636.926 76.722 713.646 2003 246.257 83.656 329.916 2004 432.562 85.422 517.984 2005 459.169 78.763 437.932 2006 386.181 139.161 525.342 2007 414.809 162.270 577.079 2008 497.227 121.488 618.715 2009 590.232 123.503 713.735 2010 592.076 133.089 725.165 Sumber : Laporan Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar 2011. Berdasarkan Tabel 1.1, dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara pada obyek wisata di Kabupaten Gianyar pada tahun 1991 sampai tahun 2010 mengalami trend meningkat. Penurunan Kunjungan wisatawan terjadi pada tahun 2003 dan 2004 penurunan, kondisi tersebut disebabkan oleh adanya tregedi Bom Bali I pada tahun 2002, sehingga sangat terasa sekali penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke Bali. Begitu juga tahun
4
2005 disusulnya kejadian tragedi Bom Bali II, sehingga berpengaruh terjadinya penurunan jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2006. Wisatawan yang mengunjungi obyek – obyek wisata di Kabupaten Gianyar dikenakan retribusi sebagai upaya untuk menggali potensi daerah dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Perkembangan retribusi obyek wisata, Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Gianyar periode tahun 1991 2010 dapat dilihat pada Tabel 1.2 sebagai berikut : Tabel 1.2 Retribusi Obyek Wisata dan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Gianyar, 1991 – 2010 Tahun Retribusi Obyek Wisata Pendapatan Asli Daerah (Juta Rp) (Juta Rp) 1991 1.309 244 1992 1.571 250 1993 1.842 255 1994 2.740 276 1995 763 5.318 1996 1.002 8.278 1997 1.053 9.097 1998 1.837 20.079 1999 1.991 26.377 2000 1.605 27.036 2001 2.264 50.107 2002 1.848 54.386 2003 1.426 37.131 2004 2.043 48.541 2005 2.107 55.006 2006 2.186 67.838 2007 2.900 75.129 2008 3.411 96.922 2009 4.176 112.724 2010 8.493 153.617 Sumber Data : Laporan Dinas Pendapatan Kabupaten Gianyar 2011. Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat penerimaan retribusi obyek wisata dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Gianyar secara garis besar mengalami
5
peningkatan dari tahun ke tahun, penurunan hanya terjadi pada tahun 2003. Penurunan tersebut disebabkan
oleh adanya tragedi Bom Bali I tanggal 12
Oktober 2002. Dalam rangka pembangunan daerah, sektor pariwisata memegang peranan yang
menentukan
dan
dapat
sebagai
katalisator
untuk
meningkatkan
pembangunan sektor-sektor lain secara bertahap. Keberhasilan pengembangan sektor kepariwisataan, berarti akan meningkatkan perannya dalam penerimaan daerah, dimana kepariwisataan merupakan komponen utama (Salah, 2003 : 16) Pelaksanaan desentralisasi di Indonesia yang diimplementasikan di dalam Undang-Undang Nomor 32 dan Nomor 33 Tahun 2004 mempunyai konskwensi pelimpahan keuangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, yang mana pemerintah daerah memperoleh perimbangan keuangan untuk menjalankan fungsi-fungsinya. Selanjutnya suatu daerah otonom selain memperoleh bantuan dari pemerintah pusat, juga memperoleh kewenangan untuk menentukan kebijakan pemeritah dan pembangunan secara mandiri. Dalam menganalisis kinerja pemerintah dalam mengelola keuangan daerahnya adalah dengan melihat anggaran pembangunan daerahnya dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Anggaran pembangunan daerah merupakan anggaran yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pembangunan di suatu daerah. Perkembangan Anggaran Pembangunan Daerah Kabupaten Gianyar tahun 1991 -2010 dapat dilihat pada Tabel 1.3 sebagai berikut :
6
Tabel 1.3 Anggaran Pembangunan Daerah Kabupaten Gianyar Tahun 1991 – 2010 Tahun Anggaran Pembangunan Pertumbuhan (%) Daerah (Juta Rp) 1991 34.780 1992 35.909 3,14 1993 36.357 1,23 1994 36.897 1,47 1995 37.450 2,48 1996 44.033 14,96 1997 52.373 15,93 1998 62.931 16,78 1999 99.752 36,92 2000 102.784 2,95 2001 252.940 59,07 2002 305.664 17,25 2003 339.330 9,03 2004 401.786 15,55 2005 421.087 4,59 2006 435.111 3,33 2007 560.121 22,32 2008 692.285 19,10 2009 708.115 2,24 2010 806.371 12,22 Rata-rata Pertumbuhan 16,71 Sumber Data : Laporan Bagian Keuangan Setda Kabupaten Gianyar 2011 Berdasarkan data Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa anggaran pembanguna Kabupaten Gianyar meningkat dari tahun ke tahun, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 16,71 persen. Sektor industri pariwisata sebagai salah satu sektor yang diandalkan bagi penerimaan daerah maka Pemerintah Kabupaten Gianyar dituntut untuk dapat menggali dan mengelola potensi pariwisata yang dimiliki sebagai usaha untuk mendapatkan sumber dana melalui terobosan-terobosan baru dalam upaya membiayai pengeluaran daerah. Terobosan dimaksud salah satunya adalah dengan
7
peningkatan kualitas dan obyek-obyek kepariwisataan yang baru di Kabupaten Gianyar. Hal ini akan mendorong meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara,
sehingga
akan meningkatkan
penerimaan daerah terutama retribusi obyek wisata dan juga akan mempengaruhi kegiatan perekonomian masyarakat
sekitarnya, sehingga
nantinya dapat
membiayai penyelenggaraan pembangunan daerah.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang dijelaskan tersebut maka menjadi fokus penelitian adalah : “ Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Terhadap Penerimaan Retribusi Obyek Wisata, Pendapatan Asli Daerah dan Anggaran Pembangunan Kabupaten Gianyar tahun 1991 – 2010 ”. Adapun rumusan masalah penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: 1) Apakah jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh terhadap penerimaan retribusi obyek wisata Kabupaten Gianyar ? 2) Apakah jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Gianyar ? 3) Apakah jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh terhadap anggaran pembangunan Kabupaten Gianyar ? 4) Apakah penerimaan retribusi obyek wisata berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Gianyar ?
8
5) Apakah penerimaan retribusi obyek wisata berpengaruh terhadap anggaran pembangunan Kabupaten Gianyar ? 6) Apakah pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Gianyar berpengaruh terhadap anggaran pembangunan Kabupaten Gianyar ?
1.3
Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan pada permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: 1) Mengetahui pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan retribusi obyek wisata Kabupaten Gianyar. 2) Mengetahui pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Gianyar. 3) Mengetahui pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap anggaran pembangunan daerah Kabupaten Gianyar. 4) Mengetahui pengaruh penerimaan retribusi obyek wisata terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Gianyar. 5) Mengetahui pengaruh penerimaan retribusi obyek wisata terhadap anggaran pembangunan Kabupaten Gianyar. 6) Mengetahui pengaruh pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Gianyar terhadap anggaran pembangunan Kabupaten Gianyar.
9
1.3.2
Kegunaan Penelitian. 1) Secara akademis, penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan dalam memberikan acuan, informasi dan rangsangan kepada pihak lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut. 2) Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah Kabupaten Gianyar khususnya dalam rangka menggali potensi dan sumber-sumber peningkatan Pendapatan Daerah dalam rangka pembangunan daerah Kabupaten Gianyar .
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Wisata Dalam undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan
menyebutkan
bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari
kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Jadi pengertian wisata mengandung unsur sementara dan perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek atau daya tarik wisata. Unsur yang terpenting dalam kegiatan wisata adalah tidak bertujuan mencari nafkah, tetapi apabila di sela-sela kegiatan mencari nafkah itu juga secara khusus dilakukan kegiatan wisata, bagian dari kegiatan tersebut dapat dianggap sebagai kegiatan wisata. Yoeti (1996 : 100) menyebutkan Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Wisata adalah bepergian bersama-sama untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dsb. 2.2
Pariwisata Undang-undang Nomor 10 tahun 2009, menyebutkan pariwisata adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan
daya
tarik
wisata
serta
usaha-usaha
yang
berhubungan
penyelenggaraan pariwisata, dengan demikian pariwisata meliputi: (1) semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata,
11
dengan
(2) Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata seperti: kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah, museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat atau yang bersifat alamiah: keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai, (3) Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata yaitu: usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran, impresariat, konsultan pariwisata, informasi pariwisata), usaha sarana pariwisata yang terdiri dari akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata. Beberapa ahli juga mengemukakan pengertian pariwisata, antara lain Hunziker dan Kraff (Pendit, 1995:38) menyatakan pariwisata adalah sejumlah hubungan-hubungan dan gejala-gejala yang dihasilkan dari tinggalnya orangorang asing, asalkan tinggalnya mereka ini tidak menyebabkan timbulnya tempat tinggal serta usaha-usaha yang bersifat sementara atau permanen sebagai usaha mencari kerja penuh. Sejalan dengan ahli tersebut, (Spillane, 1987:21) mengemukakan bahwa pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara dilakukan secara perorangan maupun kelompok, sebagai usaha untuk mencari keseimbangan atau keserasian dan kebehagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya juga alam dan ilmu. Pengertian pariwisata akan terus tidak tepat (inprecise), karena begitu banyak bisnis, pemerintah dan peneliti-peneliti terlibat di dalamnya, dan juga karena perubahan cepat yang terjadi dalam pariwisata (Lunberg, Stavenga dan Krishnamoorthy, 1997).
12
2. 3
Kepariwisataan. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pariwisata (undang-undang nomor 10 Tahun 2009), artinya semua kegiatan dan urusan yang ada kaitannya dengan perencanaan, pengaturan, pengawasan pariwisata baik yang dilakukan oleh pemerintah, pihak wisata maupun masyarakat. Yoeti (1996 : 104) menyatakan kepariwisataan adalah suatu sistem yang mengikutsertakan berbagai pihak dalam keterpaduan kaitan fungsional yang serasi, yang mendorong berlangsungnya dinamika fenomena mobilitas manusia tua-muda, pria wanita, ekonomi kuat-lemah, sebagai pendukung suatu tempat untuk melakukan perjalanan sementara waktu secara sendiri atau berkelompok, menuju tempat lain di dalam negeri atau diluar negeri dengan menggunakan transportasi darat, laut dan udara. Hunziker dan Kraff (Pendit, 1995:40) menyatakan kepariwisataan adalah setiap peralihan tempat yang bersifat sementara dari seseorang atau beberapa orang dengan maksud memperoleh pelayanan yang diperuntukkan bagi kepariwisataan itu oleh lembaga-lembaga yang digunakan untuk maksud tersebut. Menurut Undang Undang No. 10 tahun 2009, menyebutkan bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek wisata dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yangterkait dibidang tersebut (pasal 1 ayat (3) UU No. 10/2009). Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata (pasal 1 ayat (4) UU No. 10/2009).
13
2. 4
Wisatawan. Wisatawan adalah orang-orang yang melakukan kegiatan wisata (Undang-
undang nomor 10 tahun 2009). Jadi menurut pengertian ini, semua orang yang melakukan perjalanan wisata dinamakan wisatawan. Apapun tujuannya yang penting, perjalanan itu bukan untuk menetap dan tidak untuk mencari nafkah ditempat yang dikunjungi. Pacific Area Travel Association memberi batasan bahwa wisatawan sebagai orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dalam jangka waktu 24 jam dan maksimal 3 bulan di dalam suatu negeri yang bukan negeri di mana biasanya ia tinggal, mereka ini meliputi:
(a) orang-orang
yang sedang megadakan perjalanan untuk bersenang-senang, untuk keperluan pribadi, untuk keperluan kesehatan, (b) orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk pertemuan, konferensi, musyawarah atau sebagai utusan berbagai badan/organisasi, (c) orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dengan maksud bisnis, (d) pejabat pemerintahan dan militer beserta keluarganya yang di tempatkan di negara lain tidak termasuk kategori ini, tetapi bila mereka mengadakan perjalanan ke negeri lain, maka dapat digolongkan wisatawan (Pendit, 1994:38). Spillane (1987:27) membagi katagori wisatawan menjadi wisatawan dan pelancong. Wisatawan ialah pengunjung sementara yang tinggal sekurangkurangnya 24 jam sedangkan pelancong ialah yang tinggal kurang dari 24 jam. 2. 5
Jenis Pariwisata Seorang wisatawan mengadakan perjalanan wisata karena didorong oleh
berbagai motif yang tercermin dalam berbagai macam jenis pariwisata. Bagi
14
daerah sangat perlu mempelajari motif ini karena berhubungan dengan fasilitas yang perlu disiapkan dan program-program promosinya. Spillane (1987) membedakan jenis pariwisata, yaitu : (a) pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism). Bentuk pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar yang baru, untuk memenuhi kehendak ingin tahunya, untuk mengendorkan ketegangan sarafnya, untuk melihat sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan alam, untuk mengetahui hikayat rakyat setempat, untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian di daerah luar, untuk menikmati hiburan di kota-kota besar, atau untuk ikut serta dalam keramaian pusat-pusat pariwisata, (b) Pariwisata untuk rekreasi (recreation tourism). Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki
pemanfaatan
hari-hari
liburnya
untuk
beristirahat,
untuk
memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, yang ingin menyegarkan keletihan dan kelelahannya. Biasanya mereka tinggal selama mungkin di tempattempat yang dianggapnya benar-benar menjamin. Tujuan-tujuan rekreasi tersebut (misalnya di tepi pantai, di pegunungan, di pusat-pusat peristirahatan atau pusatpusat kesehatan) dengan tujuan menemukan kenikmatan yang diperlukan. Dengan kata lain mereka lebih menyukai Health Resort, (c) pariwisata untuk kebudayaan (cultural tourism), jenis ini ditandai adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, untuk mempelajari adat istiadat, kelembagaan, dan cara hidup rakyat negeri lain, untuk mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan masa lalu atau sebaliknya. Penemuan-penemuan besar masa kini, pusat-pusat kesenian, pusat-pusat keagamaan, atau juga untuk ikut serta
15
dalam festival-festival seni musik, teater rakyat, (d) pariwisata untuk olah raga (sport tourisnm). Jenis ini dibagi dua kategori: (i) big sport events, yaitu peristiwa-peristiwa olah raga besar seperti olimpic games, kejuaraan ski dunia, kejuaraan sepak bola dunia, dan lain-lain yang menarik perhatian. Tidak hanya atlitnya saja, tetapi juga ribuan penonton dan penggemarnya, (ii) sporting tourisnm of the practitioners, yaitu peristiwa olah raga bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri, seperti pendakian gunung, berburu, memancing, arung jeram dan lain-lain. Negara / daerah yang memiliki fasilitas atau tempat olah raga ini tentu dapat menarik sejumlah penggemarnya, (e) pariwisata untuk usaha dagang (business tourism). Menurut beberapa ahli teori, perjalanan usaha ini adalah bentuk profesional travel atau perjalanan karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan. Dalam istilah business tourism tersirat tidak hanya profesional trips yang dilakukan kaum pengusaha atau industrialis. Tetapi juga mencakup semua kunjungan ke pameran, kunjungan ke instalasi teknis yang bahkan menarik orang-orang di luar profesi ini. Juga harus diperhatikan bahwa kaum pengusaha tidak hanya bersikap dan berbuat sebagai konsumen, tetapi dalam waktu-waktu bebasnya, sering berbuat sebagai wisatawan biasa dalam pengertian sosiologis karena mengambil dan memanfaatkan keuntungan dari atraksi yang terdapat di negara lain tersebut, (f) pariwisata untuk berkonvensi (convention tourism). Peranan jenis pariwisata ini makin lama makin penting. Banyak negara yang menyadari besarnya potensi ekonomi dari jenis pariwisata ini sehingga mereka saling berlomba untuk menyiapkan dan mendiirkan bangunan-bangunan yang dilengkapi dengan fasilitas khusus.
16
Sedangkan Pendit (1994:41) membagi jenis pariwisata menjadi empat belas macam yaitu : wisata budaya, wisata kesehatan, wisata olah raga, wisata komersial, wisata industri, wisata politik, wisata konvensi, wisata sosial, wisata pertanian, wisata maritim atau bahari, wisata cagar alam, wisata buru, wisata pilgrim, wisata bulan madu. 2. 6
Bentuk pariwisata Bentuk-bentuk pariwisata menurut Pendit (1994:39) dikatagorikan sebagai
berikut: (a) menurut asal wisatawan. Pertama-tama perlu diketahui apakah asal wisatawan ini dari dalam atau luar negeri. Kalau asalnya dari dalam negeri yang berarti hanya pindah tempat sementara dinamakan pariwisata domestik / nusantara, sedangkan jika dari luar negeri dinamakan pariwisata internasional / mancanegara, (b) menurut akibat terhadap neraca pembayaran, kedatangan wisatawan asing akan membawa valuta asing dan ini berarti memberi efek positif terhadap neraca pembayaran, ini disebut pariwisata aktif. Jika kepergian warga negara ke luar negeri akan membawa efek negatif terhadap neraca pembayaran disebut pariwisata pasif, (c) menurut jangka waktu. Kedatangan wisatawan diperhitungkan menurut lamanya ia tinggal. Hal ini menimbulkan istilah-istilah pariwisata jangka panjang dan jangka pendek. Spillane (1987:33) menambahkan dengan istilah pariwisata ekskursi yaitu perjalanan wisata tidak dari 24 jam dan tidak menggunakan fasilitas akomodasi, (d) menurut jumlah wisatawan datang sendirian atau rombongan maka timbul istilah pariwisata tunggal dan pariwisata rombongan, (e) menurut alat angkut yang digunakan. Dilihat dari alat angkut yang digunakan oleh wisatawan, maka dapat dibagi menjadi pariwisata laut, pariwisata
17
udara, pariwisata kereta api, pariwisata mobil. 2.7
Pengertian Retribusi Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu sumber penerimaan daerah
yang dapat digunakan untuk membiayai pelaksanaan pemerintahan, di samping dana perimbangan, pinjaman daerah dan penerimaan lain-lain yang sah. Peranan pemerintah dalam sistem perekonomian negara adalah melakukan pemungutan pajak/retribusi. Masalah pajak/retribusi sulit dihindari, namun setiap orang wajib membayar pajak. Dengan demikian masalah pajak/retribusi adalah masalah setiap orang dalam suatu masyarakat dan negara. Setiap orang yang hidup dalam suatu negara harus atau pasti berurusan dengan pajak/retribusi. Oleh sebab itu setiap orang sebagai anggota masyarakat wajib mengetahui segala permasalahan yang berhubungan dengan pajak/retribusi. Para ahli dalam bidang perpajakan yang memberikan pengertian atau definisi berbeda-beda mengenai pajak, namun demikian mempunyai arti/tujuan yang sama. Menurut UU No. 34 tahun 2000 tentang perubahan UU No. 18 tahun 1997 bahwa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan Daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah. Pajak Daerah atau yang disebut pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang
berlaku,
yang
digunakan
untuk
penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah.
18
membiayai
Menurut Munawir (1997) Retribusi merupakan iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk. Paksaan di sini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari pemerintah tidak akan dikenakan iuran itu. Kemudian diuraikan pula definisi dan pengertian yang berkaitan dengan retribusi yaitu dikutip dari Sproule-Jones and White,(1997) mengatakan bahwa retribusi adalah semua bayaran yang dilakukan bagi perorangan dalam menggunakan layanan yang mendatangkan keuntungan langsung dari layanan itu. Lebih lanjut dikatakan bahwa distribusi lebih tepat dianggap pajak konsumsi dari pada biaya layanan; bahwa retribusi hanya menutupi biaya operasional saja, Menurut Queen (1998 : 2) menerangkan bahwa: “Suatu tanggapan menekankan memperjelas kenyataan bahwa masyarakat memandang retribusi sebagai bagian dari program bukan sebagai pendapatan daerah dan bersedia membayar hanya bila tingkat layanan dirawat dan ditingkatkan. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa bagian yang mudah dalam menyusun retribusi yaitu menghitung dan menetapkan tarif. Bagian tersulitnya adalah meyakinkan masyarakat (publik) tanpa diluar kesadaran mereka tarif tetap harus diberlakukan. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dilihat sifat-sifat retribusi menurut Haritz (1995 : 84) adalah sebagai berikut: 1)
Pelaksanaan bersifat ekonomis;
2)
Ada imbalan langsung kepada membayar;
3)
Iurannya memenuhi persyaratan formal dan material tetapi tetap ada alternatif untuk membayar;
19
4)
Retribusi merupakan pungutan yang umumnya budgetairnya tidak menonjol;
5)
Dalam hal-hal tertentu retribusi daerah digunakan untuk suatu tujuan tertentu, tetapi dalam banyak hal tidak lebih dari pengembalian biaya yang telah dibukukan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan masyarakat.
Beberapa atau sebagian besar pemerintah daerah belum mengoptimalkan penerimaan retribusi karena masih mendapat dana dari pemerintah pusat. Upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah perlu dikaji pengelolaannya untuk mengetahui berapa besar potensi yang riil atau wajar, tingkat keefektifan dan efisiensi. Peningkatan retibusi yang memiliki potensi yang baik akan meningkatkan pula Pendapatan Asli Daerah. Seperti yang ungkapkan oleh Devas, dkk (1989 : 46) bahwa pemerintah daerah sangat tergantung dari pemerintah pusat.
Dalam garis besarnya penerimaan daerah (termasuk pajak yang
diserahkan) hanya menutup seperlima dari pengeluaran pemerintah daerah. Pemerintah daerah tidak harus berdiri sendiri dari segi keuangan agar dapat memiliki tingkat otonom yang berarti, yang penting adalah “wewenang di tepi” artinya memiliki penerimaan daerah sendiri yang cukup sehingga dapat mengadakan perubahan di sana-sini. Perbedaan mendasar antara pajak dan retribusi adalah terletak pada timbal balik langsung. Pada pajak tidak ada timbal balik langsung kepada para pembayar pajak, sedangkan untuk retribusi ada timbal balik langsung dari penerima retribusi kepada penerima retribusi.
20
Menurut Devas, dkk. (1989 : 61-62), untuk mendukung keuangan daerah, berbagai pajak dan retribusi harus dinilai agar dapat dipungut secara berkesinambungan tanpa memperburuk alokasi faktor-faktor produksi dan keadilan. Prinsip prinsip atau indikator yang digunakan dalam penilaian pajak dan retribusi daerah. 1) Hasil (yield) : yaitu memadai tidaknya hasil suatu pajak atau retribusi dalam kaitannya dengan berbagai layanan yang dibiayainya. 2) Keadilan (equity) : dasar pajak atau retribusi dan kewajiban membayarnya harus jelas dan tidak sewenang-wenang. 3) Efisiensi ekonomi : Pajak atau rertribusi hendaknya mendorong (atau setidaknya tidak menghambat) penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif dalam kehidupan ekonomi. 4) Kemampuan untuk melaksanakan (ability to implement) : suatu pajak atau retribusi haruslah dapat dilaksanakan, baik dari aspek politik maupun administratif. 5) Kecocokan sebagai sumber penerimaan daerah (suitability as local revenue source) : artinya harus jelas kepada daerah mana suatu pajak/retribusi harus dibayarkan dan tempat memungut sedapat mungkin sama dengan tempat akhir beban pajak/retribusi. Defenisi retribusi daerah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Kebijaksanaan
21
memungut bayaran untuk barang dan layanan yang disediakan pemerintah pada masyarakat berpangkal pada efisiensi ekonomis. Teori ekonomi mengatakan, harga barang atau layanan jasa yang diberikan pada masyarakat hendaknya didasarkan pada biaya tambahan (marginal cost), yakni biaya untuk melayani konsumen yang terkhir (Devas, dkk. 1989:95). Menurut Santoso (1995:21-22) terdapat berbagai pendapat pro dan kontra mengenai perlu tidaknya penyediaan suatu barang dan jasa dikenakan retribusi. Mereka yang setuju pengenaan retribusi berpijak pada beberapa pendapat sebagai berikut: 1) Jika penyediaan suatu barang/jasa memberikan manfaat pribadi (privat), maka retribusi merupakan solusi untuk menutup biaya yang dikeluarkan. Namun jika manfaat yang diberikan mengandung unsur barang publik, maka pajak merupakan alternatif pembiayaan yang terbaik. Namun sangat mungkin suatu penyediaan barang/jasa mengandung kedua unsur manfaat tersebut untuk itu apabila unsur manfaat pribadinya lebih besar daripada public goodsnya, maka proporsi pembiayaan dari pajak lebih tinggi dibandingkan dengan retribusi. Sebaliknya jika unsur private goodsnya lebih besar maka unsur pembiayaan dari retribusi lebih dominan dibandingkan dengan pajak. 2) Retribusi merupakan media untuk allocative economic efficiency. Retribusi merupakan sinyal harga dari barang/jasa yang disediakan pemerintah. Tanpa harga, permintaan dan penawaran tidak akan mencapai harga keseimbangan dan akibatnya alokasi sumber daya tidak akan mencapai efisiensi ekonomi.
22
3) Prinsip kemanfaatan : mereka yang tidak mendapatkan manfaat dari penyediaanbarang/jasa tidak harus menbayar. Sebaliknya mereka yang tidak membayar dapat dikecualikan dari mengkonsumsi. Terhadap
yang tidak setuju dengan pemungutan retribusi berpijak pada
argumen sebagi berikut: 1) Retribusi memerlukan sistem administrasi yang dapat mengecualikan pihak yang tidak membayar untuk tidak ikut menikmati, yang pada akhirnya akan meningkatkan biaya penyediaan barang/jasa tersebut. Namun demikian, pendapat ini dapat disanggah bahwa pengecualian tetap dapat
dilaksanakan untuk beberapa macam penyediaan
barang/jasa,
dimana
assesment
dan
enforment
lebih
mudah
dilaksanakan dari pada pemajakan. 2) Mereka yang miskin tidak mampu membayar retribusi untuk barang/jasa kebutuhan dasar, sehingga harus dikecualikan dari pasar. Namun demikian, argumen ini dihadapkan pada pendapat yang menyangsikan kemampuan pemerintah (sebagai penyedia jasa) dalam membedakan secara tegas barang/jasa kebutuhan dasar atau bukan kebutuhan dasar. 3) Retribusi bukanlah satu-satunya alternatif penyelesaian persoalan alokasi sumber daya. Cara alokasi lainya adalah ration cards, vouchers atau queuing. Namun demikian, cara alternatif ini belum dapat menggantikan sepenuhnya keandalan sistem harga yaitu misalnya
23
pemborosan.
Selain
itu
cara-cara
ini
lebih
mudah
untuk
disalahgunakan. Koho (2001:154) mengatakan bahwa retribusi yang diserahkan kepada daerah cukup memadai, baik dalam jenis maupun jumlahnya. Namun hasil rill yang dapat disumbangkan sektor ini bagi keuangan daerah masih sangat terbatas karena tidak semua jenis retribusi yang dipungut Kabupaten/Kota memiliki prospek yang cerah. Lebih lanjut Koho memberikan ciri-ciri pokok retribusi daerah sebagi berikut : a) Retribusi dipungut daerah b) Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang langsung
dapat ditunjuk
c) Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan atau mengenyam jasayang disediakan daerah. 2.8
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber penerimaan daerah
yang berasal dari sumber-sumber dalam daerah sendiri, yang dipungut berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Hal tersebut menuntut daerah untuk meningkatkan kemampuan dalam menggali dan mengelola sumber-sumber penerimaan daerah khususnya yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) mutlak harus dilakukan oleh Pemerintah Daerah agar mampu untuk membiayai kebutuhannya sendiri, sehingga ketergantungan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat semakin berkurang dan pada akhirnya daerah dapat mandiri. Koswara (2000:50) menyatakan bahwa
24
ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonom mampu berotonomi terletak pada kemampuan keuangan daerah. Daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri, mengelola, dan menggunakannya untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin, sehingga Pendapatan Asli Daerah dapat menjadi bagian sumber keuangan terbesar, yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagai prasyarat mendasar dalam system pemerintahan Negara Menurut Mahi (2000:5859) Pendapatan Asli Daerah masih belum bisa diandalkan sebagai sumber pembiayaan dalam mengantisipasi desentralisasi dan proses otonomi, hal tersebut dikarenakan oleh beberapa hal yaitu : 1) Relatif rendahnya basis pajak/retribusi daerah. 2) Peranannya yang tergolong kecil dalam total penerimaan daerah. 3) Kemampuan administrasi pemungutan di daerah yang masih rendah. 4) Kemampuan perencanaan dan pengawasan keuangan yang lemah. Ketidakmampuan Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan disebabkan karena selama ini pemerintah belum mampu untuk menggali dan mengembangkan sumber sumber penerimaan yang terdapat di daerahnya. Hal tersebut terlihat banyaknya potensi penerimaan daerah yang belum digali dan dipungut sebagaimana mestinya. Selama ini daerah dalam pemungutan sumber penerimaan daerah menggunakan sistem “target” yang hendak dicapai dalam pemungutan. Target yang ditetapkan oleh daerah cenderung tidak berdasarkan pada potensi riil yang terdapat di daerah,
25
melainkan berdasarkan pada target tahun lalu ditambah dengan tunggakan tahun tersebut. Pemerintah daerah secara umum masih menghadapi permasalahan dalam pengelolaan penerimaan daerah terutama yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah. Permasalahan tersebut disebabkan oleh kurangnya sumber daya manusia dalam mengelola penerimaan di daerah. Menurut Mardiasmo (2002:146) masalahmasalah tersebut sebagai berikut. 1) Tingginya tingkat kebutuhan daerah yang tidak sesuai dengan kapasitas fiscal yang dimiliki daerah, sehingga menimbulkan fiscal gap. 2) Kualitas layanan publik yang masih memprihatinkan menyebabkan produk layanan publik yang sebenarnya dapat dijual kepada masyarakat direspon secara negatif, sehingga menyebabkan keengganan masyarakat untuk taat membayar pajak dan retribusi daerah. 3) Lemahnya infrastruktur prasarana dan sarana umum. 4) Berkurangnya dana bantuan dari pusat (DAU dari pusat yang tidak mencukupi) 5) Belum diketahuinya potensi PAD yang mendekati kondisi riil.
Sumber-sumber Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Gianyar adalah sebagai berikut : 1) Pajak Daerah (1) Pajak Hotel (2) Pajak Restoran (3) Pajak Hiburan (4) Pajak Reklama
26
(5) Pajak Penerangan Jalan (6) Pajak Pengambilan dan Pengolahan (7) Pajak Parkir 2) Retribusi Daerah a) Retribusi Jasa Umum (1) Retribusi Pelayanan Kesehatan (2) Retribusi Pelayanan Lab. Kesehatan (3) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan (4) Retribusi Penggantian Biaya KTP (5) Retribusi Parkir di tepi Jalan (6) Retribusi Pelayanan Pasar (7) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor (8) Retribusi Jasa Umum Lainnya b) Retribusi Jasa Usaha (1) Retribusi Terminal (2) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga c) Retribusi Perizinan Tertentu (1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) (2) Retribusi Izin Gangguan (HO) (3) Retribusi Izin Trayek (4) Retribusi Perizinan Tertentu Lainnya
27
3) Hasil Pengolahan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Bagian
Laba
atas
Penyertaan
Modal
Pada
Perusahaan
Milik
Daerah/BUMD (1) Bank Pembangunan Daerah Bali (2) PDAM (3) Perusahaan Daerah Bank Werdhi Sedana (4) Perusahaan Daerah Mandara Giri 4) Lain - Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah (1) Penerimaan Jasa Giro (2) Lain – lain Pendapatan. 2.9
Kontribusi sektor pariwisata terhadap pendapatan daerah Dalam
Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
daerah dijelaskan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri atas: (a) pendapatan asli daerah, yaitu (i) hasil pajak daerah, (ii) hasil retribusi daerah, (iii) hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan (iv) lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, (b) dana perimbangan, (c) pinjaman daerah, (d) lain-lain pendapatan daerah yang asli. Kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya sangat ditentukan atau tergantung dari sumbersumber pendapatan asli daerah (PAD). Pemerintah daerah dituntut untuk dapat menghidupi dirinya sendiri dengan mengadakan pengelolaan terhadap potensi yang dimiliki, untuk itu usaha untuk mendapatkan sumber dana yang tepat merupakan suatu keharusan. Terobosan-terobosan baru dalam memperoleh dana untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah harus dilakukan, salah satunya
28
adalah sektor pariwisata. Pendapatan asli daerah (PAD) adalah salah satu sumber pendapatan daerah yang dituangkan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) dan merupakan
sumber
murni
penerimaan
daerah
yang
selalu
diharapkan
peningkatannya. Hasil penelitian yang dilakukan Roerkaerts dan Savat (Spillane, 1987:138) menjelaskan bahwa manfaat yang dapat diberikan sektor pariwisata adalah: (a) menambah pemasukan dan pendapatan, baik untuk pemerintah daerah maupun masyarakatnya. Penambahan ini bisa dilihat dari meningkatnya pendapatan dari kegiatan usaha yang dilakukan masyarakat, berupa penginapan, restoran, dan rumah makan, pramuwisata, biro perjalanan dan penyediaan cinderamata. Bagi daerah sendiri kegiatan usaha tersebut merupakan potensi dalam menggali PAD, sehingga perekonomian daerah dapat ditingkatkan, (b) membuka kesempatan kerja, industri pariwisata merupakan kegiatan mata rantai yang sangat panjang, sehingga banyak membuka kesempatan kerja bagi masyarakat di daerah tersebut, (c) menambah devisa negara, semakin banyaknya wisatawan yang datang, maka makin banyak devisa yang akan diperoleh, (d) merangsang pertumbuhan kebudayaan asli, serta menunjang gerak pembangunan daerah. 2.10
Anggaran Pembangunan Daerah Menurut Bawasir (1994:40) Anggaran secara umum dapat diartikan
sebagai rencana keuangan yang mencerminkan pilihan kebijaksanaan untuk suatu periode di masa yang akan datang. Struktur anggaran mencerminkan pengelompokan komponen-komponen anggaran berdasarkan suatu kerangka
29
tertentu. Secara sempit pengertian anggaran adalah suatu pernyataan tentang perkiraan pengeluaran suatu daerah yang dialokasikan untuk membangun yang diharapkan akan terjadi pada suatu periode yang akan datang, serta data pengeluaran untuk membangun yang sungguh-sungguh terjadi saat ini dan masa yang akan datang. Anggaran Pembangunan suatu daerah merupakan alokasi dana yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan pembangunan daerah. Anggaran pembangunan daerah dapat dilihat dari besarnya belanja daerah yang dilakukan. Sejarah anggaran pembangunan dari tahun 1991 sampai tahun 2010, dapat dijelaskan sebagai berikut. Anggaran Pembangunan Tahun 1990 – 2003 dinamakan pengeluaran pembangunan, Tahun 2004 – 2006 dinamakan anggaran belanja pelayanan publik. Tahun 2006 dengan ditetapkannya Permendagri No. 13 Tahun 2006 maka anggaran pembangunan dinamakan Belanja Langsung.
30
BAB III KERANGKA BERFIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1
Kerangka Berfikir Kepariwisataan dikembangkan tidak hanya untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi, tetapi mempunyai tujuan yang luas meliputi aspek sosial-budaya, politik dan hankamnas. Walaupun demikian tujuan ekonomis sangat menonjol, lagi pula aspek non ekonomis pembangunan pariwisata sangat erat terkait dengan tujuan ekonominya. Secara spesifik pengembangan pariwisata diharapkan dapat memperbesar penerimaan devisa, memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, serta mendorong pembangunan daerah. Sektor pariwisata juga diharapkan sebagai lokomotif (penggerak) dan magnit (pemicu) dalam memperbaiki kondisi ekonomi. Pemerintah Kabupaten Gianyar sebagai salah satu Kabupaten di berusaha menggali sumber-sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelengaraan pemerintah daerah, salah satu sector yang potensial untuk dikembangkan adalah sektor pariwisata. Peningkatan pendapatan di sector pawisata berjalan melalui kunjungan wisatawan ke obyek wisata sehingga memberikan sumbangan retribusi obyek wisata dan nantinya akan memberikan sumbangan/pemasukan bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Gianyar itu sendiri. Meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan memberikan posisi yang lebih baik untuk
31
pengelolaan penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar dalam rangka pelaksanaan pembanguna, sehingga dari hasil Pendapatan Asli Daerah (PAD) diharapkan dapat meningkatkan anggaran pembangunan Kabupaten Gianyar.
UU NO. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Promosi Pariwisata
Seni Budaya dan Keragaman Obyek dan Daya Tarik Wisata
Meningkatnya Jumlah Wisatawan yang berkunjung ke Obyek Wisata di
Meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Meningkatnya Retribusi Obyek Wisata
Anggaran Pembangunan
Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar (diolah) Gambar 3.1 Alur pemikiran penelitian Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Terhadap Penerimaan Retribusi Obyek Wisata, Pendapatan Asli Daerah dan Anggaran Pembangunan Kabupaten Gianyar tahun 1991 – 2010
32
3.2
Konsep Penelitian Berdasarkan uraian diatas dapat digambarkan kerangka konsep penelitian
seperti Gambar 3.2, sebagai berikut :
Jumlah Kunjungan Wisatawan (X1)
Pendapatan Asli Daerah (X3)
Anggaran Pembangunan Daerah (Y)
Penerimaan Retribusi Obyek Wisata (X2)
Gambar 3.2
Konsep penelitian Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Terhadap Penerimaan Retribusi Obyek Wisata, Pendapatan Asli Daerah dan Anggaran Pembangunan Kabupaten Gianyar tahun 1991 - 2010
3.3 Hipotesis Penelitian 1)
Terdapat pengaruh positif dan signifikan jumlah kunjungan wisatawan terhadap retribusi obyek wisata Kabupaten Gianyar.
2)
Terdapat pengaruh positif dan signifikan jumlah kunjungan wisatawan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Gianyar.
3)
Terdapat pengaruh positif dan signifikan jumlah kunjungan wisatawan terhadap anggaran pembangunan Kabupaten Gianyar.
33
4)
Terdapat pengaruh positif dan signifikan penerimaan retribusi obyek wisata terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Gianyar.
5)
Terdapat pengaruh positif dan signifikan penerimaan retribusi obyek wisata terhadap anggaran pembangunan Kabupaten Gianyar.
6)
Terdapat pengaruh positif dan signifikan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Gianyar terhadap anggaran pembangunan Kabupaten Gianyar.
34
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Rancangan Penelitian Untuk melihat, mengetahui serta melukiskan keadaan yang sebenarnya
secara rinci dan aktual dengan melihat masalah dan tujuan penelitian seperti yang telah disampaikan sebelumnya, maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini jelas mengarah pada penggunaan metode penelitian kuantitatif, penelitian kuantitatif merupakan analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung. Disamping menggunakan metode kuantitatif penelitian ini juga menggunakan metode analisis jalur (Path Analisys), dengan menggunakan 4 (empat) variabel pengukuran, yaitu jumlah kunjungan wisatawan, penerimaan retribusi obyek wisata, pendapatan asli daerah (PAD) dan Anggaran Pembangunan daerah Kabupaten Gianyar.
4.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian
dilaksanakan
di
Kabupaten
Gianyar
dengan
alasan
Pemerintahan Kabupatan Gianyar belum pernah melakukan penelitian tentang Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Terhadap Penerimaan Retribusi Obyek Wisata dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta Anggaran Pembangunan Kabupaten Gianyar,
penelitian ini menggunakan data Tahun 1991 – 2010.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2011 sampai dengan bulan Desember 2011.
35
4.3
Penentuan Sumber Data
4.3.1 Jenis Data menurut sifatnya Jenis data menurut sifatnya dalam penelitian ini adalah : 1) Data Kuantitatif Adalah data yang berbentuk angka-angka dan dapat dihitung dengan satuan hitung (Data ini didapatkan melalui Studi kepustakaan atau library research), yaitu dengan cara mempelajari buku-buku, karangan ilmiah, jurnal serta dokumen yang berkaitan dengan judul penelitian. Dalam hal ini data yang digunakan antara lain : jumlah kunjungan wisatawan, retribusi obyek wisata di Kabupaten Gianyar, Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Gianyar dan Anggaran Pembangunan Kabupaten Gianyar 2) Data Kualitatif Adalah data yang bukan angka-angka, melainkan keterangan variable-variabel yang ada serta faktor-faktor yang mempengaruhi untuk argumentasi dari data. Data ini didapatkan dari penelitian lapangan atau field research, yaitu dengan cara melakukan penelitian di lapangan dan wawancara langsung dengan para pegawai yang terkait. 4.3.2 Jenis data menurut sumbernya Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan
dilakukan
menggunakan sumber data sekunder dimana sumber data sekunder merupakan sumber
yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data
sekunder yang digunakan adalah data runtun waktu (time series) 20 (duapuluh) tahun. Sumber-sumber data sekunder diperoleh melalui Instansi Pemerintah
36
Daerah Kabupaten Gianyar terutama dari Dinas Pariwisata Daerah Kabupaten Gianyar, Dinas Pendapatan Kabupaten Gianyar, Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Gianyar, Bagian Keuangan Sekretariat Kabupaten Gianyar dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Gianyar. 4.4
Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat tiga jenis variabel yaitu variabel bebas,
variabel terikat dan variabel intervening. Ketiga variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Variabel Jumlah Kunjungan Wisatawan, merupakan variabel exogen. 2) Variabel Penerimaan retribusi Obyek Wisata, merupakan variabel intervening yang mempengaruhi hubungan variabel jumlah kunjungan wisatawan dan variabel pendapatan asli daerah serta hubungan variabel jumlah kunjungan wisatawan dan variabel anggaran pembangunan daerah. 3) Variabel Pendapatan Asli Daerah, merupakan variabel intervening kedua yang mempengaruhi hubungan variabel jumlah kunjungan wisatawan dan variabel anggaran pembangunan daerah serta hubungan variabel penerimaan retribusi obyek wisata dan variabel anggaran pembangunan daerah. 4) Variabel Anggaran Pembangunan Daerah, merupakan variabel endogen.
37
4.5
Operasional Variabel Penelitian 1) Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata merupakan besarnya jumlah wisatawan baik mancanegara maupun nusantara yang berkunjung ke obyek wisata yang berada di Kabupaten Gianyar. 2) Penerimaan Retibusi Obyek Wisata yaitu penerimaan retribusi obyek wisata dengan penerimaan total Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu seberapa besar sumbangan retribusi obyek wisata terhadap Pendapatan Asli Daerah. 3) Pendapatan Asli Daerah,
selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan
yang diperoleh dari daerah sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah. 4) Anggaran Pembangunan Daerah, merupakan alokasi dana yang digunakan untuk membangun daerah.
4.6
Prosedur Penelitian Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan
teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1)
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih secara bertatap muka. Pada penelitian ini dilakukan wawancara langsung dengan pihak instansi Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Gianyar, Dinas Pendapatan Kabupaten Gianyar, Bagian Keuangan Setda Kabupaten Gianyar dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Gianyar.
38
2)
Pengamatan adalah observasi langsung yaitu cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut (Nazir,1999).
3)
Dokumentasi adalah metode yang dilakukan untuk mendapatkan data skunder sebagai data pendukung untuk sempurnanya penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau dokumen-dokumen dari instansi terkait.
4.7
Teknik Analisis Data
4.7.1 Analisis Deskriptif Penerapan statistik deskriptif dalam penelitian ini antara lain perhitungan rata-rata, standar deviasi, table-tabel, gambar-gambar dan sebagainnya yang dibuat dengan Program SPSS dan Exel. 4.7.2 Analisis Jalur (Path Analysis) Teknik analisis data yang digunakan untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kuantitatif yaitu analisis jalur dengan penerapan model regresi linear dengan menggunakan bantuan program SPSS. Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linear berganda untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model casual) yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori. Model ini dipertimbangkan untuk digunakan dalam suatu penelitian karena hubungan yang dianalisis merupakan hubungan sebab akibat dengan model yang komplek.
Dalam analisis jalur
terdapat suatu variable yang berperan ganda yaitu sebagai variabel independen
39
pada suatu hubungan, namun menjadi variabel dependen pada hubungan lain mengingat adanya hubungan kausalitas yang berjenjang. Bentuk hubungan seperti ini membutuhkan alat analisis yang mampu menjelaskan sistem secara simultan. Kerlinger (2002: 990) menyebutkan bahwa dengan menggunakan analisis jalur akan dapat dihitung pengaruh langsung dan tidak langsung antar variabel. Penelitian Pengaruh Jumlah Kunjungan wisatawan ke Obyek Wisata terhadap Penerimaan Retribusi Obyek Wisata, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pembangunan Daerah Kabupaten Gianyar tahun 1991 - 2010 dapat diilustrasikan ke dalam jalur seperti pada Pada Gambar 4.1, dapat dijelaskan bahwa Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata (X1) dapat berpengaruh langsung terhadap anggaran pembangunan daerah (Y), tetapi dapat juga pengaruhnya tidak langsung yaitu melalui Penerimaan Retribusi Obyek Wisata (X2) lebih dahulu baru ke anggaran pembangunan daerah (Y). Begitupula Jumlah Kunjungan Wisatawan
ke Obyek Wisata (X1) dapat berpengaruh langsung
terhadap anggaran pembangunan daerah (Y), tetapi dapat juga pengaruhnya tidak langsung yaitu lewat PAD (X3) lebih dahulu baru ke anggaran pembangunan daerah (Y) Pengaruh langsung Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata (X1) terhadap Penerimaan Retribusi Obyek Wisata (X2) ditunjukkan oleh koefisien jalur b1, terhadap Anggaran Pembangunan Daerah ditunjukkan dengan b4. Pengaruh langsung Penerimaan Retribusi Obyek Wisata (X2)
terhadap
Pendapatan Asli Daerah ditunjukan dengan koefisen jalur b4, terhadap Anggaran Pembangunan Daerah (Y) ditunjukkan dengan koefisien jalur b5. Pengaruh
40
langsung Pendapatan Asli Daerah (X3) terhadap Anggaran Pembangunan Daerah (Y) ditunjukan dengan koefisen jalur b6. Total Pengaruh tidak langsung Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata (X1) terhadap Anggaran Pembangunan Daearah (Y) daerah diperoleh dengan menjumlahkan pengaruh langsung dan tidak langsung. Total Pengaruh tidak langsung kontribusi Retribusi Obyek Wisata (X2) terhadap anggaran pembangunan daerah (Y) diperoleh dengan menjumlahkan pengaruh langsung dan tidak langsung.
Jumlah Kunjungan Wisatawan (X1)
e3 b4 b2
b1
Pendapatan Asli b6 Daerah (X3)
e2
Penerimaan Retribusi Obyek Wisata
b3
b6
Anggaran Pembangunan Daerah (Y)
b5
(X2)
e1 Gambar 4.1
Model Analisis Jalur Pengaruh Kunjungan wisatawan ke Obyek Wisata terhadap Penerimaan Retribusi Obyek Wisata, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pembangunan Daerah Kabupaten Gianyar tahun 1991 - 2010
Anak panah dari e1 ke variabel Penerimaan Retribusi Obyek Wisata (X2) menunjukkan jumlah variance variabel Penerimaan Retribusi Obyek Wisata (X2)
41
yang tidak dijelaskan oleh Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata (X1). anak panah dari e2 ke variabel Pendapatan Asli Daerah (X3) menunjukkan jumlah variance variabel Pendapatan Asli Daerah (X3) yang tidak dijelaskan oleh Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata (X1) dan Penerimaan Retribusi Obyek Wisata (X2) Nilai kekeliruan taksiran standar (standard error of estimate), yaitu:
ei (1 r 2 ) ....................................................................................... (4.1) Sedangkan anak panah dari e3 menuju tingkat anggaran pembangunan daerah (Y) menunjukkan variance tingkat anggaran pembangunan daerah yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata (X1) dan Penerimaan Retribusi Obyek Wisata (X2) dan Pendapatan Asli Daerah (X3) Koefïsien jalur adalah standardized koefïsien regresi. Koefïsien jalur dihitung dengan membuat tiga persamaan struktural yaitu persamaan regresi yang menunjukkan hubungan yang dihipotesiskan. Dalam hal ini ada tiga persamaan tersebut adalah: X2 = b1 X1 + e1 X3 = b2 X1 + b3 X2 + e2 Y
= b4 X1 + b5 X2 + b6 X3 + e3
Keterangan : Y = Anggaran Pembangunan Daerah X1 = Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek Wisata X2 = Retribusi Obyek Wisata X3 = Pendapatan Asli Daerah (PAD) e1, e2, e3 = Variabel pengganggu
42
b1, b2, b3, b4, b5, b6 = Koefisien dari masing-masing variabel Standardize koefisien pada persamaan (1) akan memberikan nilai p1, standardize koefisien pada persamaan (2) akan memberikan nilai p2 dan p3, sedangkan koefïsien untuk persamaan (3) akan memberikan nilai p4 dan p5 dan p6. Total keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model diukur dengan : R m2 1 Pe21 Pe22 ...Pep2 .................................................................................. (4.2)
Dalam hal ini, interpretasi terhadap Rm2 sama dengan interpretasi koefisien determinasi (R2) pada analisis regresi. Pei
yang merupakan standard error of estimate dari model regresi dihitung
dengan rumus :
Pei 1 R 2 ..................................................................................... (4.3) Uji validitas koefisien jalur pada setiap jalur untuk pengaruh langsung adalah sama dengan analisis jalur untuk pengaruh langsung adalah sama dengan analisis regresi, menggunakan nilai p. Value dari uji t, yaitu pengujian koefisien regresi variabel yang dibakukan secara parsial. Berdasarkan theory triming, maka jalur-jalur yang nonsignifikan dibuang sehingga diperoleh model yang didukung oleh data empiris, kecuali untuk model yang didukung oleh konsep dan teori.
43
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1
Kondisi Umum Wilayah Penelitian
5.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Gianyar terletak antara 08o 18'48" – 08o 38'58" Lintang Selatan dan 115o 13'29" – 115o 22'23" Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Gianyar 368 Km2 atau 6,53 dari luas wilayah Propinsi Bali secara keseluruhan. Kabupaten Gianyar terdiri dari 7 Kecamatan yaitu : 1) Kecamatan Payangan memiliki luas terbesar mencapai 75,88 Km2 atau 20,62 persen dari luas Kabupaten 2) Kecamatan Tegallalang 61, 80 Km2 (16,79 persen) 3) Kecatempat Sukawati 55,02 Km2 (14,95persen) 4) Kecamatan Gianyar 50,59 Km2 (13,75 persen) 5) Kecamatan Tampaksiring 42,63 Km2 (11,58persen) 6) Kecamatan Ubud 42,38 Km2 (11,52 persen) 7) Kecamatan Blahbatuh 39,70 Km2 (10,79persen) Kabupaten Gianyar merupakan salah satu dari Sembilan Kabupaten/Kota di Propinsi Bali, dengan batas batas wilayah administrasi adalah sebagai berikut : Sebelah Utara Kabupaten Bangli Sebelah Timur Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Bangli Sebelah Selatan Selat Badung dan Samudra Indonesia Sebelah Barat Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.
44
Gambar 5.1 : Peta Kabupaten Gianyar
45
5.1.2
Pariwisata Kabupaten Gianyar Kabupaten Gianyar merupakan salah satu wilayah di Bali yang memiliki
keaneka ragaman budaya yang menarik khususnya seni, baik seni tari, tabuh, pahat maupun lukis dan kerajinan tangan yang sudah mendunia yang merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Dahulu sebelum pariwisata berkembang kegiatan seni hanya semata-mata untuk upacara keagamaan, namun semenjak kepariwisaaan berkembang seni mulai di bisniskan untuk meladeni pariwisata, tidak hanya seni tari dan seni tabuh juga seni lukis, seni pahat yang kesemuanya memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Kabupaten Gianyar yang berbatasan dengan Kabupaten Badung, Bangli, dan Klungkung, yang berada di ketinggian 125 meter diatas permukaan laut sering ditempatkan sebagai wilayah yang menyimpan sumber inspirasi pengembangan seni budaya. Karawitan, tari, seni kriya, dan berbagai cabang seni lainnya diyakini berkembang dari wilayah Gianyar. Hal ini tak terlepas dari kedudukan wilayah Gianyar di masa lalu sebagai pusat pemerintahan kerajaan saat peralihan sebelum dan awal era Majapahit. Kawasan Bedahulu dan Pejeng di utara Gianyar tercatat dalam sejarah sebagai pusat pemerintahan sebelum jaman Majapahit sedangkan Samplangan di timur Gianyar adalah pusat pemerintahan saat awal kekuasaan Majapahit merangkul Bali. Masa penjajahan Belanda dan jaman kemerdekaan, wilayah Ubud, Peliatan, Masa, dan sekitarnya kian kuat mengarah sebagai pusat pengembangan seni budaya. Dapat dipastikan, sepanjang jaman, Gianyar amat lekat bergelut dengan seni budaya. Dengan luas wilayah meliputi 36.800 Ha, dibandingkan dengan Denpasar sebagai kota dagang dengan kepadatan tinggi di
46
pusat kota, kepadatan Gianyar justru mengarah ke daerah pinggir yang merupakan kawasan wisata terutama di daerah Kecamatan Ubud. Di sisi barat Gianyar, yang meliputi kawasan Sayan hingga ke Payangan, telah berkembang menjadi daerah hunian wisata berkelas butik hotel yang mengutamakan privasi sedangkan daerah pusat Ubud berkembang jenis pension dan homestay yang berbaur dengan penduduk asli. Sebagai daerah pariwisata, Kabupaten Gianyar memiliki 61 obyek wisata dan daya tarik wisata, dari 61 obyek wisata yang ada , sampai saat ini Pemerintah Kabupaten Gianyar baru mampu mengelola sebanyak 14 buah. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara pada obyek wisata di Kabupaten Gianyar pada tahun 1991 sampai tahun 2010 mengalami trend meningkat.
Pada tahun 2003 dan 2004 terjadi penurunan kunjungan
wisatawan mancanegara ke Kabupaten Gianyar, Kondisi tersebut disebabkan oleh adanya tregedi Bom Bali I pada tahun 2002. Begitu juga tahun 2005 disusulnya kejadian tragedi Bom Bali II, sehingga berpengaruh terjadinya penurunan jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2006. Jumlah kunjungan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah kunjungan akan berdampak pada tingkat hunian kamar hotel berbintang maupun non bintang. Jumlah kunjungan wisatawan yang cendrung semakin meningkat, akan meningkatkan gairah investor untuk membangun hotel dan akomodasi. Pada tahun 2002 jumlah hotel dan akomodasi mencapai 698 buah mengalami peningkatan menjadi sebanyak 859 buah di tahun 2006. Peningkatan hotel dan akomodasi ini yang paling besar berasal dari penambahan jumlah pondok wisata dan rumah
47
makan di tahun 2006. Dari kondisi ini menunjukan bahwa sektor ini dan wilayah Gianyar masih tetap menjadi tumpuan perekonomian daerah dan primadona investor untuk menanankan modalnya dan menganggap Gianyar dan Bali masih menjadi destinasi pilihan untuk membangun infrastruktur pariwisata. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.1 Tabel 5.1 Jumlah Hotel, Akomodasi, Tingkat Hunian Hotel di Kabupaten Gianyar Tahun Jenis Data 2003 2004 2005 2006 2007 1 Jumlah Hotel & Akomodasi 718 775 843 859 878 a. Hotel Berbintang (buah) 11 12 12 12 12 b. Hotel Melati (buah) 111 107 128 126 133 c. Pondok Wisata (buah) 353 384 425 420 425 d. Restauran (buah) 2 6 13 16 18 e. Rumah Makan (buah) 194 216 211 221 223 f. Bar (buah) 47 50 54 64 67 2 Tingkat Hunian (orang) 27,56 30,15 27,35 20,21 18,00 Sumber data : Buku Potensi Pariwisata Kabupaten Gianyar Tahun 2010
5.2
Analisis Data
5.2.1
Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh
gambaran perhitungan nilai maksimun dan minimum, rata-rata serta standar deviasi sehubungan dengan penelitian pengaruh jumlah kunjungan wisatawan, retribusi obyek wisata dan pendapatan asli daerah terhadap anggaran pembanguan Kabupaten Gianyar. Analisis deskriptif dalam penelitian ini didasarkan pada data time series seperti yang terlihat dalam Tabel 5.2 sebagai berikut
48
Tabel 5.2 Deskripsi Variabel Penelitian Std. Maximum Mean Deviation 725.165 458.044 142.625
Variabel Kunjungan Wisatawan
Satuan Orang
Minimum 255.669
Retribusi
Rp juta
244
8.493
1.664
1.274
PAD
Rp juta
1.309
153.617
42.941
36.359
Anggaran Pembangunan
Rp juta
34.780
806.371 215.620
176.351
Tabel 5.2 mendeskripsikan bahwa variabel jumlah kunjungan wisatawan memiliki nilai maksimum dan minimum masing-masing sebesar 255.669 dan 725.165 dengan rata-rata 458.044 dan standar deviasi 142.625. Variabel retribusi obyek wisata mempunyai nilai minimum 244 dan maksimum 8.493 dengan ratarata 1.664 dan standar deviasi 1.274. Nilai kisaran aktual variable pendapatan asli daerah minimum 1.309 dan maksimum 153.617 dengan rata-rata 42.941 dan standar deviasi 36.359. Variabel anggaran pembangunan mempunyai nilai minimum sebesar 34.780 dan maksimum sebesar 806.371 dengan rata-rata 215.620 serta standar deviasi 176.351. 5.2.2
Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Terhadap Penerimaan Retribusi Obyek Wisata, Pendapatan Asli Daerah dan Anggaran Pembangunan Kabupaten Gianyar tahun 1991 – 2010 Penelitian dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh jumlah
kunjungan wisatawan terhadap penerimaan retribusi obyek wisata, pendapatan asli daerah dan anggaran pembangunan Kabupaten Gianyar tahun 1991-2010. Koefisien jalur pada penelitian ini diperoleh dari hasil perhitungan regresi dengan metode regresi sederhana (Ordinary Least Squer = OLS) dengan menggunakan
49
program SPSS versi 16 terhadap model persamaan. Untuk mendapatkan koefisien jalur, pada bagian ini secara bertahap diselesaikan melalui model persamaan regresi, yaitu sebagai berikut : 1) Model 1 : Pengaruh variabel jumlah kunjungan wisatawan (X1) terhadap retribusi obyek wisata (X2). 2) Model 2 : Pengaruh variabel jumlah kunjungan wisatawan (X1) dan retribusi obyek wisata (X2) terhadap PAD (X3). 3) Model 3 : Pengaruh variabel jumlah kunjungan wisatawan (X1), retribusi obyek wisata (X2) dan PAD (X3) terhadap anggaran pembangunan (Y). Model-model tersebut dan klasifikasi variabel serta persamaannya secara terperinci disajikan pada tabel 5.3 berikut Tabel 5.3 Klasifikasi Variabel dan Persamaan Jalur Model Variabel Independen
Variabel
Persamaan
Dependen 1
2
Jumlah kunjungan
retribusi obyek
X2 = b1 X1 + e1
wisatawan (X1)
wisata (X2)
jumlah kunjungan
PAD (X3)
X3 = b2 X1 + b3 X2 + e2
anggaran
Y = b4 X1 + b5 X2 + b6 X3 + e3
wisatawan (X1) retribusi obyek wisata (X2) 3
jumlah kunjungan wisatawan (X1)
pembangunan (Y)
retribusi obyek wisata (X2) PAD (X3)
50
5.2.2.1 Pengaruh Variabel Jumlah Kunjungan Wisatawan (X1) terhadap Retribusi Obyek Wisata (X2) Berdasarkan uji regresi linier sederhana dapat diketahui bahwa jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh positif terhadap retribusi obyek wisata dengan taraf signifikansi α 5%, seperti terlihat pada tabel 5.4 dibawah ini. Tabel 5.4 Uji Regresi Linier Model 1 a Coefficients
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta t 1 (Constant) -2287,861 253,647 -9,020 Kunjungan Wisatawan,009 ,001 ,966 16,285
Sig. ,000 ,000
a.Dependent Variable: Retribusi Sumber : Lampiran 7
Berdasarkan hasil analisis diatas dapat disusun persamaan teoritis sebagai berikut : X2 = 0,966 (X1) Keterangan : X2 = retribusi obyek wisata X1 = Jumlah Kunjungan Wisatawan 5.2.2.2 Pengaruh Variabel Jumlah Kunjungan Wisatawan (X1) dan Retribusi Obyek Wisata (X2) terhadap Pendapatan Asli Daerah (X3) Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan dan Retribusi Obyek Wisata terhadap Pendapatan Asli Daerah berdasarkan perhitungan lampiran 8 dapat dilihat pada tabel 5.5
51
Tabel 5.5 Uji Regresi Linier Model 2 a Coefficients
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta 1 (Constant) -25959,510177,022 Kunjungan Wisatawan ,080 ,036 ,312 Retribusi 19,501 4,005 ,683
t -2,551 2,224 4,869
Sig. ,020 ,039 ,000
a. Dependent Variable: PAD
Sumber : Lampiran 8 Berdasarkan hasil analisis diatas dapat dibuat model persamaan regersi pengaruh jumlah kunjungan wisatawan dan retribusi obyek wisata terhadap pendapatan asli daerah, yaitu : X3 = 0,312 (X1) + 0,683 (X2) Keterangan : X3 = Pendapatan Asli Daerah X1 = Jumlah Kunjungan Wisatawan X2 = Retribusi Obyek Wisata 5.2.2.3 Pengaruh Variabel Jumlah Kunjungan Wisatawan (X1), Retribusi Obyek Wisata (X2) dan Pendapatan Asli Daerah (X3) terhadap Anggaran Pembangunan (Y) Hasil olahan data pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan, Retribusi Obyek Wisata dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Anggaran Pembangunan disajikan pada Tabel 5.5 dibawah ini.
52
Tabel 5.6 Uji Regresi Linier Berganda Model 3 Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model B Std. Error 1 (Constant) -25120,9 32763,565 Kunjungan Wisatawan ,079 ,111 Retribusi 57,955 16,821 PAD 2,517 ,650
Standardized Coefficients Beta ,064 ,419 ,519
t -,767 ,709 3,445 3,870
Sig. ,454 ,488 ,003 ,001
a. Dependent Variable: Anggaran Pembangunan
Sumber : Lampiran 9 Berdasarkan hasil analisis diatas dapat disusun persamaan teoritis sebagai berikut : Y = 0,064 (X1) + 0,419 (X2) + 0,519 (X3) Keterangan : Y = Anggaran Pembangunan X1 = Jumlah Kunjungan Wisatawan X2 = Retribusi Obyek Wisata X3 = Pendapatan Asli Daerah 5.2.3
Evaluasi Terhadap Pemenuhan Asumsi Analisis Jalur Pemeriksaan terhadap asumsi yang melandasi analisis jalur perlu
dilakukan agar hasilnya memuaskan. Asumsi yang melandasi analisis jalur adalah sebagai berikut. 1) Dalam model analisis jalur hubungan antarvariabel adalah linier dan aditif. Uji linieritas menggunakan curve fit dan menerapkan prinsip parsimony, yaitu apabila model signifikan atau non signifikan berarti dapat dikatakan model berbentuk linier. Berdsarakan hasil olahan data penelitian pada
53
lampiran 1-6 dapat diketahui bahwa semua hubungan antar variable penelitian menunjukan hubungan yang linier. 2) Hanya model rekursif dapat dipertimbangkan. Seperti yang disajikan pada gambar 5.2 bahwa model yang dibuat hanya sistem aliran kausal ke satu arah, tidak bolah-balik sehingga analisis jalur layak diterapkan dalan studi ini. 3) Variabel endogen minimal dalam skala ukur interval. Ukuran variable yang dianalisis dalam penelitian ini semuanya berskala rasio, jumlah kunjungan wisatawan, retribusi obyek wisata, pendapatan asli daerah dan anggaran pembangunan daerah. Oleh karena itu analisis jalur layak digunakan dalam penelitian ini. 4) Observed variables diukur tanpa kesalahan. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan tidak menggunakan instrument berupa daftar pertanyaan sehingga tidak diperlukan pengujian validitas dan reliabilitas instrument penelitian. Karena asumsi ini tidak bersifat kritis, maka dapat dipenuhi. 5.2.4 Evaluasi Terhadap Validitas Model Dengan menggunakan rumus 4.2 dan 4.3 koefisien total dari persamaan struktural dari model penelitian sesuai dengan perhitungan pada lampiran 11 dan 12 maka diperoleh nilai dari Rm2 = 0,99. Koefisien determinasi total sebesar 0,99 mempunyai arti bahwa sebesar 99 % informasi yang terkandung dapat dijelaskan oleh model yang dibentuk, sedangkan sisanya sebesar 1 % dijelaskan oleh variabel lain diluar model yang dibentuk.
54
5.2.5 Koefisien Jalur Berdasarkan Tabel 5.4, Tabel 5.5 dan Tabel 5.6 dapat dibuat ringkasan koefisien jalur seperti yang disajikan pada Tabel 5.7 dibawah ini. Tabel 5.7 Ringkasan Koefisien Jalur Koef. Reg. Standard t P. Standar Error hitung Value
Regresi
Keterangan
X1
X2
0,966
0,01
16,285 0,000
Signifikan
X1
X3
0,312
0,036
2,244
0,039
Signifikan
X2
X3
0,683
4,005
4,869
0,000
Signifikan
X1
Y
0,064
0,111
0,709
0,488
Non signifikan
X2
Y
0,419
16,821
3,445
0,003
Signifikan
X3
Y
0,519
0,650
3,870
0,001
Signifikan
Ketrangan : Y X1 X2 X3
= Anggaran Pembangunan Daerah = Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek Wisata = Retribusi Obyek Wisata = Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Tabel di atas mendeskripsikan bahwa Jumlah Kunjungan wisatawan (X1) berpengaruh signifikan terhadap Retribusi Obyek Wisata (X2) dan Pendapatan Asli Daerah (X3), sedangkan terhadap Anggaran Pembangunan (Y) tidak berpengaruh nyata (non signifikan). Retribusi Obyek Wisata (X2) berpengaruh signifikan baik terhadap PAD (X3) dan juga terhadap Anggaran Pembangunan (Y). Variabel Pendapatan Asli Daerah (X3) berpengaruh signifikan terhadap Anggaran Pembangunan (Y). Berdasarkan ringkasan koefisien jalur pada Tabel 5.7, maka dapat dibuat diagram jalur seperti Gambar 5.2 sebagai berikut
55
Jumlah Kunjungan Wisatawan (X1)
Tidak signifikan Signifikan
e3 0,083
0,064
0,312
Anggaran Pendapatan Asli Pembangunan 0,519 Daerah Daerah (X3) (Y) Signifikan
0,966
Signifikan
e2
4,005 0,154 0,683 0,312
n
Signifikan Penerimaan Retribusi Obyek Wisata
0,419
e1
(X2)
Signifikan
Rm2 = 0,99
0,259
Gambar 5.2 Diagram Jalur Penelitian
5.3
Pengujian Hipotesis Penelitian Dalam Pengujian hipotesis ini yang diperhatikan adalah adanya pengaruh
langsung positif dan signifikan yang ditunjukan oleh arah anak panah antar variabel, yaitu jumlah kunjungan wisatawan (X1), Retribusi Obyek Wisata (X2), pendapatan asli daerah (X3) dan anggaran pembangunan daerah (Y). 5.3.1
Pengujian Hipotesis 1 : Jumlah Kunjungan Wisatawan Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Penerimaan Retribusi Obyek Wisata Berdasarkan kerangka konsep penelitian dan hasil olahan data yang
disajikan pada Tabel 5.7. Pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan retribusi obyek wisata mempunyai koefisien regresi sebesar 0.966, yang menunjukan hubungan langsung antar variabel jumlah kunjungan wisatawan dengan retribusi obyek wisata. Nilai absolut 0.966 tidak memberikan arti suatu pengaruh, dengan p. value sebesar 0.000, hipotesis nol ditolak pada tingkat
56
signifikansi kurang dari 0,05. Hal ini berarti bahwa jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap retribusi obyek wisata. 5.3.2
Pengujian Hipotesis 2 : Jumlah Kunjungan Wisatawan Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Berdasarkan kerangka konsep penelitian dan hasil olahan data yang
disajikan pada Tabel 5.7, dapat diketahui bahwa pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap retribusi obyek wisata mempunyai koefisien regresii sebesar 0,312 dan standar error 0,036. Hipotesis nol ditolak dengan p. value sebesar 0,039, yang lebih kecil dari 0.05. Hal ini berarti jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh langsung secara nyata terhadap pendapatan asli daerah. 5.3.3
Pengujian Hipotesis 3 : Jumlah Kunjungan Wisatawan Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Anggaran Pembangunan Analisis regresi pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap anggaran
pembangunan tidak menunjukan hubungan yang signifikan seperti yang ditunjukan pada Tabel 5.7. Koefisien regresi sebesar 0,064 dan standart error sebesar 0,111. Hipotesis nol diterima karena p. value sebesar 0,488 yang lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05. Hal ini berarti bahwa jumlah kunjungan wisatawan tidak berpengaruh langsung secara signifikan terhadap anggaran pembangunan. 5.3.4 Pengujian Hipotesis 4 : Penerimaan Retribusi Obyek Wisata berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Analisis regresi pengaruh retribusi obyek wisata terhadap pendapatan asli daerah menunjukan hubungan yang signifikan seperti yang ditunjukan pada Tabel
57
5.7, mempunyai kaofisien regresi sebesar 0,683 dan standar error 0,4005. Hipotesis nol ditolak dengan p. value sebesar 0,000, yang lebih kecil dari 0.05. Hal ini berarti penerimaan retribusi obyek wisata berpengaruh langsung secara nyata terhadap pendapatan asli daerah. 5.3.5 Pengujian Hipotesis 5 : Penerimaan Retribusi Obyek Wisata Berpengaruh
Positif
dan
Signifikan
Terhadap
Anggaran
Pembangunan Hasil olahan data yang disajikan pada Table 5.7 menunjukan variabel retribusi obyek wisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran pembangunan. Koefisien regresi sebesar 0,419 dengan standart error sebesar 16,821. Hipotesis nol ditolak dengan p. value 0,003 atau kurang dari 0,05. Hal ini menunjukan penerimaan retribusi obyek wisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran pembangunan, yang berarti semakin meningkat retribusi obyek wisata semakin meningkat pula anggaran pembangunan. 5.3.6 Pengujian Hipotesis 6: Pendapatan Asli Daerah Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Anggaran Pembangunan Hasil olahan data yang disajikan pada Table 5.7 menunjukan bahwa variabel pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran pembangunan. Koefisien regresi sebesar 0,519 dengan standart error sebesar 0,650. Hipotesis nol ditolak dengan p. value 0,001 atau kurang dari 0,05. Hal ini menunjukan pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran pembangunan
58
5. 4
Modifikasi Model Sesuai dengan theory trimming bahwa jalur yang tidak signifikan dibuang
atau dihilangkan untuk mendapatkan model jalur yang lebih fit. Maka dalam modifikasi model oleh karena jumlah kunjungan wisatawan tidak berpengaruh signifikan terhadap anggaran pembangunan maka persamaan model ke - 3 dimodifikasi menjadi : Y
= b5 X2 + b6 X3 + e3 ........................................................................ (5.1)
Keterangan : Y X2 X3 e3 b5, b6
= Anggaran Pembangunan Daerah = Retribusi Obyek Wisata = Pendapatan Asli Daerah (PAD) = Variabel pengganggu = Koefisien dari masing-masing variabel
Pengaruh retribusi obyek wisata dan pendapatan asli daerah terhadap anggaran pembangunan setelah dilakukan theory thriming disajikan pada Tabel 5.8 berikut. Tabel 5.8 Modifikasi Uji Regresi Linier Berganda Model 3 Coefficientsa
Model 1
(Constant) Retribusi PAD
Unstandardized Coefficients B Std. Error -2326,065 6245,639 60,484 16,210 2,731 ,568
Standardized Coefficients Beta
a. Dependent Variable: Anggaran Pembangunan
Sumber : Lampiran 10
59
,437 ,563
t -,372 3,731 4,809
Sig. ,714 ,002 ,000
Berdasarkan Tabel 5.8 diatas maka dapat disusun persanaan sebagai berikut : Y = 0,437 (X2) + 0,563 (X3) Keterangan : Y = Anggaran Pembangunan Daerah X2 = Retribusi Obyek Wisata X3 = Pendapatan Asli Daerah (PAD) Berdasarkan Tabel 5.4, Tabel 5.5 dan Tabel 5.8 dapat dibuat ringkasan koefisien jalur seperti yang disajikan pada Tabel 5.9 dibawah ini Tabel 5.9 Modifikasi Ringkasan Koefisien Jalur Regresi
Koef. Reg. Standar
Standard t Error hitung
P. Value
Keterangan
X1
X2
0,966
0,01
16,285 0,000
Signifikan
X1
X3
0,312
0,036
2,244
0,039
Signifikan
X2
X3
0,683
4,005
4,869
0,000
Signifikan
X1
Y
-
-
-
-
-
X2
Y
0,437
16,210
3,731
0,002
Signifikan
X3
Y
0,563
0,568
4,809
0,000
Signifikan
Ketrangan : Y X1 X2 X3
= Anggaran Pembangunan Daerah = Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek Wisata = Retribusi Obyek Wisata = Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Tabel 5.9 mendeskripsikan bahwa Jumlah Kunjungan Wisatawan (X1) berpengaruh signifikan terhadap Retribusi Obyek Wisata (X2) dan Pendapatan Asli Daerah (X3) sedangkan terhadap Anggaran Pembangunan (Y) tidak terdapat hubungan. Retribusi Obyek Wisata (X2) berpengaruh signifikan baik terhadap
60
PAD (X3) dan juga terhadap Anggaran Pembangunan (Y). Variabel Pendapatan Asli Daerah (X3) berpengaruh signifikan terhadap Anggaran Pembangunan (Y). Setelah dilakukan theory trimming maka dapat dibandingkan ringkasan koefisien jalur setelah modifikasi (Tabel 5.9) dengan sebelum dilakukan modifikasi (Tabel 5.6, halaman 53). Koefisien regresi setelah dilakukan modifikasi terhadap model didapatkan nilai yang lebih besar dari sebelum dilakukan modifikasi, nilai koefisien regresi jalur retribusi obyek wisata terhadap anggaran pembangunan setelah modifikasi sebesar 0,437 yang lebih besar dari sebelum dilakukan modifikasi yaitu sebesar 0,419. Nilai standard error jalur retribusi obyek wisata terhadap anggaran pembangunan setelah modifikasi model adalah 16,210 yang lebih kecil dari sebelumnya yaitu 16,821. Nilai p. value untuk jalur retribusi obyek wisata terhadap anggaran pembangunan setelah modifikasi model sebesar 0,02 yang lebih kecil dari nilai p. Value sebelum dilakukan modifikasi yaitu sebesar 0,03. Nilai koefisien regresi jalur pendapatan asli daerah terhadap anggaran pembangunan setelah dilakukan modifikasi sebesar 0,563 yang lebih besar dari sebelumnya yaitu 0,519. Nilai standard error setelah dilakukan modifikasi terhadap model lebih kecil jika dibandingkan dengan sebelum dilakukan modifikasi terhadap model, nilai standard error jalur pendapatan asli daerah terhadap anggaran pembangunan setelah modifikasi model adalah 0,568 yang lebih kecil dari sebelumnnya yaitu 0,650. Nilai p. value untuk jalur pendapatan asli daerah terhadap anggaran pembangunan sebesar 0,000 yang lebih keci dari sebelum dilakukan modifikasi sebesar 0,001.
61
Berdasarkan ringkasan koefisien jalur pada Tabel 5.9 dapat dibuat diagram jalur seperti Gambar 5.3 sebagai berikut :
Jumlah Kunjungan Wisatawan (X1)
e3 0,312
0,966
e2
Pendapatan Asli Daerah (X3)
4,005 0,154 0,683 0,312
Penerimaan Retribusi Obyek Wisata
0,563
Anggaran Pembangunan Daerah (Y)
0,437
Rm2 = 0,99
e1
(X2)
¶
0,083
0,064
0,259
Gambar 5.3 : Diagram Jalur Penelitian (setelah dilakukan theory trimming)
Berdasarkan Gambar 5.3 diatas dapat dihitung pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh total antarvariabel, yaitu jumlah kunjungan wisatawan (X1), retribusi obyek wisata (X2), pendapatan asli daerah (X3) dan anggaran pembanguanan (Y) seperti yang disajikan dalam Tabel 5.10 Tabel 5.10 Ringkasan Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung dan Total Antarvariabel Penelitian Variabel
X1
X2
X3
PL
PTL
PT
PL
PTL
PT
PL
PTL
PT
X2
0, 966
-
0, 966
-
-
-
-
-
-
X3
0, 312
0, 659
0, 972
0,683
-
0,683
-
-
-
Y
-
0, 794
0, 794
0,437
0,382
0,819
0,519
-
0,519
62
Keterangan : PL PTL TP Y X1 X2 X3
= Pengaruh Langsung = Pengaruh Tidak Langsung = Total Pengaruh = Anggaran Pembangunan Daerah = Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek Wisata = Retribusi Obyek Wisata = Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Setelah dilakukan theory triming, berdasarkan Tabel 5.10 dapat dijelaskan bahwa jumlah kunjungan wisatawan (X1) tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap Anggaran Pembangunan (Y). Secara tidak langsung jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh sebesar 0,794 terhadap anggaran pembanguanan (Y), dan sebesar 0,659 terhadap pendapatan asli daerah dan mempunyai pengaruh total sebesar 0,972. Pengaruh langsung penerimaan retribusi obyek wisata terhadap anggaran pembangunan adalah sebesar 0,437. Pengaruh tidak langsung variabel penerimaan retribusi obyek wisata terhadap anggaran pembangunan melalui pendapatan asli daerah sebesar 0,382 dan pengaruh total sebesar 0,819. 5.4.1 Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah melalui Retribusi Obyek Wisata Berdasarkan Tabel 5.10 dapat dijelaskan bahwa jumlah kunjungan wisatawan (X1) berpengaruh langsung terhadap retribusi obyek wisata (X2) sebesar 0,966 dan terhadap pendapatan asli daerah (X3) sebesar 0,312. Secara tidak langsung jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh sebesar 0,659 terhadap
63
pendapatan asli daerah. Secara matematik angka tersebut diperoleh melalui jalur (X1 X2 X3 ), yaitu dengan mengalikan 0,966 dengan 0,683 sehingga diperoleh angka 0,659. Dengan memperhitungkan adanya pengaruh tidak langsung tersebut, maka pengaruh total dari jumlah kunjungan wisatawan terhadap pendapatan asli daerah melalui penerimaan retribusi obyek wisata menjadi 0,972 atau meningkat 3,11 kali lipat dibandingkan dengan hanya memperhitungkan pengaruh langsung. 5.4.2 Pengaruh Penerimaan Retribusi Obyek Wisata terhadap Anggaran Pembangunan Daerah melalui Pendapatan Asli Daerah Berdasarkan Tabel 5.10 pengaruh langsung penerimaan retribusi obyek wisata (X2) terhadap anggaran pembangunan (Y) adalah sebesar 0,437. Pengaruh tidak langsung variabel penerimaan retribusi obyek wisata (X2) terhadap anggaran pembangunan (Y) melalui pendapatan asli daerah (X3) sebesar 0,382. Dengan memperhitungkan adanya pengaruh tidak langsung maka pengaruh total penerimaan retribusi obyek wisata (X2) terhadap anggaran pembangunan (Y) melalui pendapatan asli daerah (X3) sebesar 0,819 meningkat atau 1,874 kali lipat dibandingkan dengan hanya memperhitungkan pengaruh langsung.
64
BAB VI PEMBAHASAN
6.1
Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan terhadap Penerimaan Retribusi Obyek Wisata Jumlah wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata yang terdapat di
Kabupaten Gianyar akan berpengaruh terhadap penerimaan retribusi obyek wisata di Kabupaten Gianyar, semakin banyak wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke obyek wisata akan meningkatkan penerimaan retribusi obyek wisata yang terdapat di Kabupaten Gianyar. Berdasarkan analisisis yang dilakukan pada BAB V didapatkan hasil bahwa jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap retribusi obyek wisata. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,933 menunjukan pengaruh tersebut sangat kuat, sedangkan koefisien regresi jumlah kunjungan wisatawan sebesar 0,966. Hal ini menunjukan jumlah kunjungan wisatawan memiliki hubungan yang positif terhadap penerimaan retribusi obyek wisata atau dapat ditafsirkan secara teoritis bahwa penerimaan retribusi obyek wisata akan meningkat jika jumlah kunjungan wisatawan ke obyek wisata di Kabupaten Gianyar meningkat. Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnnya yang dilakukan oleh Nsrul pada tahun 2001 di Kabupaten Lumajan, yang menemukan Jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap retribusi obyek wisata, dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,947.
65
6.2
Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah Usaha peningkatan pendapatan asli daerah berjalan melalui jumlah
kunjungan wisatawan ke obyek wisata di Kabupaten Gianyar yang secara langsung akan memberikan kontribusi terhadap penerimaan retribusi obyek wisata itu sendiri, sehingga nantinya akan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dan juga akan mempengaruhi kegiatan perekonomian masyarakat sekitarnya. Analisisis yang dilakukan pada BAB V didapatkan hasil bahwa jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Nilai koefisien regresi jumlah kunjungan wisatawan sebesar 0,312 menunjukan variabel jumlah kunjungan wisatawan memiliki hubungan yang positif terhadap pendapatan asli daerah atau dapat ditafsirkan secara teoritis bahwa pendapatan asli daerah akan meningkat jika jumlah kunjungan wisatawan ke obyek wisata di Kabupaten Gianyar meningkat. Penelitian yang ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasrul Qaddarrochman (2010) yang meneliti tentang Analisis Penerimaan Daerah Dari Sektor Pariwisata di Kota Semarang dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Penelitian tersebut mengatakan bahwa jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah. 6.3
Pengaruh Jumlah Kunjungna Wisatawan terhadap Anggaran Pembangunan Kunjungan wisatawan ke obyek wisata di Kabupaten Gianyar akan
memberikan pengaruh langsung terhadap retribusi obyek wisata. Pengingkatan
66
retribusi obyek wisata akan mengingkatpan pendapatan asli daerah Kabupaten Gianyar. Meningkatnya pendapatan asli daerah diharapkan akan meningkatkan alokasi anggaran pembangunana Kabupaten Gianyar. Analisis regresi pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap anggaran pembangunan yang dilakukan pada BAB V tidak menunjukan hubungan yang signifikan. Koefisien regresi sebesar 0,064 dan standart error sebesar 0,111. Hipotesis nol diterima karena p. value sebesar 0,488 yang lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05. Hal ini berarti bahwa jumlah kunjungan wisatawan tidak berpengaruh langsung secara signifikan terhadap anggaran pembangunan. Tidak signifikannya pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap anggarang pembangunan disebabkan oleh kecilnya kontribusi atau sumbangan retribusi obyek wisata terhadap pendapatan asli daerah (PAD) sehingga berpengaruh terhadap anggaran pembanguanan. Penerimaan retribusi obyek wisata dan pendapatan asli daerah (PAD) yang mengalami penurunan pada tahun 2002 dan tahun 2003 yang disebabkan pleh tragedi Bom Bali I, sementara anggaran pembangunan mengalami peningkatan juga merupakan faktor yang menyebabkan tidak signifikannya pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap anggaran pembangunan. 6.4
Pengaruh Penerimaan Retribusi Obyek Wisata terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Gianyar merupakan daerah yang giat mengembangkan potensi
wilayahnya untuk tujuan wisata dan menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Dalam upaya menjadikan sektor pariwisata sebagai andalan pendapatan asli
67
daerah, pemerintah daerah telah merencanakan suatu strategi, yaitu suatu usaha atau kegiatan untuk meningkatkan pengeluaran wisatawan yang berkunjung dan memperlama mereka tinggal di Kabupaten Gianyar. Usaha peningkatan pendapatan asli daerah berjalan melalui jumlah kunjungan wisatawan ke obyek wisata di Kabupaten Gianyar yang secara langsung akan memberikan kontribusi terhadap penerimaan retribusi obyek wisata itu sendiri, sehingga nantinya akan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Analisisis yang dilakukan pada BAB V didapatkan hasil bahwa jumlah retribusi obyek wisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Nilai koefisien regresi retribusi obyek wisata sebesar 0,683 menunjukan variabel retribusi obyek wisata memiliki hubungan yang positif terhadap pendapatan asli daerah atau dapat ditafsirkan secara teoritis bahwa pendapatan asli daerah akan meningkat jika retribusi obyek wisata meningkat. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Juliafitri Dj. Gafur, S.E. Par (2008) yang meneliti Analisis Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bitung, penelitian tersebut memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan dan positif antara retribusi obyek wisata terhadap pendapatan asli daerah sektor pariwisata. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Eka Suarya tahun 2005 yang hanya mengidentifikasi jenis retribusi daerah potensial di Kabupaten Gianyar.
68
6.5
Pengaruh Penerimaan Retribusi Obyek Wisata terhadap Anggaran Pembangunan Sektor industri pariwisata sebagai salah satu sektor yang diandalkan bagi
penerimaan daerah maka Pemerintah Kabupaten Gianyar dituntut untuk dapat menggali dan mengelola potensi pariwisata yang dimiliki sebagai usaha untuk mendapatkan sumber dana melalui terobosan-terobosan baru dalam upaya membiayai pengeluaran daerah. Terobosan dimaksud salah satunya adalah dengan peningkatan kualitas kepariwisataan di Kabupaten Gianyar. Hal ini akan mendorong meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara, sehingga akan meningkatkan penerimaan daerah terutama retribusi obyek wisata dan juga akan mempengaruhi kegiatan perekonomian masyarakat sekitarnya, sehingga nantinya dapat membiayai penyelenggaraan pembangunan daerah. Hasil regresi linier yang dilakukan pada BAB V menunjukan bahwa retribusi obyek wisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran pembangunan, hal ini dapat dilihat dari koefisien regresi sebesar 3,731 dan nilai p. value sebesar 0,02. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mohammad
Riduansyah (2000), dengan Judul
Pengaruh Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Guna Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pemerintah Daerah Kota Bogor), mengatakan terdapat pengaruh retribusi daerah terhadap anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).
69
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syafi'I, H. Mhd (2003) yang meneliti tentang Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Alokasi Anggaran Pembangunan Sektor Transportasi Di Propinsi Sumatera Utara. Penelitian tersebut menunjukan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara retribusi dengan alokasi anggaran pembanguan sektor trasportasi. 6.6
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Anggaran Pembangunan Dalam rangka pembangunan daerah, sektor pariwisata memegang peranan
yang
menentukan
dan
dapat
sebagai
katalisator
untuk
meningkatkan
pembangunan sektor-sektor lain secara bertahap. Penerimaan daerah melalui retribusi obyek wisata akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap pendapatan asli daerah, dengan meningkatnya pendapatan asli daerah maka diharapkan
dapat
memberikan
kontribusi
terhadap
alokasi
anggaran
pembangunan. Analisis regresi pada BAB V menunjukan bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran pembanguanan. Koefisien regersi sebesar 0,563 dan signifikansi sebesar 0,000 menunjukan pengaruh positif dan signifikan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ridwan, Mhd pada Tahun 2002 yang meneliti tentang Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Jumlah Alokasi Anggaran Sektoral Dalam Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Kabupaten Aceh Tenggara. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan terhadap alokasi anggaran pembanguan sektoral.
70
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasib Sianturi pada Tahun 2003 yang meneliti tentangm Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Anggaran Belanja Pembangunan Dalam Analisis Potensi Perekonomian Daerah Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara. Hasil kesimpulan penelitian tersebut bahwa PAD berpengaruh positif dan elastis terhadap Anggaran Pembangunan Sektor Pertanian, Pariwisata dan Industri sebesar 1,739.
71
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1
Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan sebagaimana telah diuraikan
terdahulu, maka kesimpulan yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut. 1.
Jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan retribusi obyek wisata, hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien regresi sebesar 0,966, dan nilai dari p. value sebesar 0,000 yang kurang dari tingkat signifikansi 0,05.
2.
Jumlah Kunjungan wisatawan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah, hal ini terlihat dari koefisien regresi sebesar 0,312 dan p. value sebesar 0,039 yang kurang dari 0,05.
3.
Jumlah kunjungan wisatawan tidak menunjukan hubungan yang signifikan terhadap anggaran pembangunan, hal ini terlihat dari koefisien regresi sebesar 0,064 dan standart error sebesar 0,488. Hipotesis nol diterima karena p. value sebesar 0,488 yang lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05, karena itu sesuai dengan theory trimming jalur jumlah kunjungan wisatawan ke obyek wisata dibuang atau dihilangkan.
4.
Penerimaan retribusi obyek wisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah, hal ini terlihat dari koefisien regresi sebesar 0,683 dan standart error sebesar 0,4005. Hipotesis nol ditolak dengan p. value sebesar 0,000 yang lebih kecil daripada 0,05.
72
5.
Penerimaan retribusi obyek wisata berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran pembangunan. Hal ini terlihat dari koefisien regresi sebersar 0,437 dan standart error sebesar 16,210. Hipotesis nol ditolak dengan p. value sebesar 0,02 yang lebih kecil daripada 0,05.
6.
Pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran pembangunan daerah, hal ini terlihat dari koefisien regresi sebesar 0,563 dan standart error sebesar 0,568. Hipotesis nol ditolak dengan p. value sebesar 0,000 yang lebih kecil daripada 0,05.
7.
Secara keseluruhan variabel retribusi obyek wisata dan pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran pembangunan daerah, hanya variabel jumlah kunjungan wisatawan yang tidak berpengaruh signifikan terhadap anggaran pembangunan.
7.2
Saran – saran
1.
Adanya pengaruh yang tidak signifikan antara jumlah kunjungan wisatawan terhadap
anggaran
pembangunan
Kabupaten
Gianyar,
maka
perlu
diperhatikan oleh Pemerintah Kabupaten Gianyar untuk dapat lebih meningkatkan fasilitas dan perawatan obyek wisata yang lebih baik serta dapat menciptakan atau membuka obyek wisata baru yang memiliki daya tarik untuk didatangi oleh wisatawan baik nusantara maupun mancanegara. Fasilitas yang baik serta bertambahnya obyek wisata akan mempengaruhi kunjungan wisatawan ke obyek wisata, hal ini akan mempengaruhi penerimaan retribusi obyek wisata dan pendapatan asli daerah (PAD)
73
sehingga pada akhirnya akan berpengaruh terhadap anggaran pembangunan Kabupaten Gianyar. 2.
Dari sisi obyek wisata disarankan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar agar dapat : a. Menambah alokasi dana untuk pengembangan pariwisata dan melakukan kerjasama dengan pihak swasta dalam membuat program paket wisata atau kegiatan wisata lainnya, karena dengan pengembangan pariwisata akan meningkatkan
jumlah
kunjungan
wisatawan
dan
meningkatkan
penerimaan daerah yang dari retribusi obyek wisata, sehingga pada gilirangnya akan meningkatkan anggaran pembangunan daerah. b. Memperbanyak aktivitas-aktivitas di obyek-obyek wisata yang dapat menambah lama tinggal wisatawan yang pada nantinya memperbesar retribusi obyek wisata, sehingga akan memperbesar pendapatan asli daerah, dan pada gilirannya akan meningkatkan anggaran pembangunan daerah. Aktivitas tersebut dapat berupa hiburan, olah raga, perkemahan, lomba-lomba dan sebagainya.
74
DAFTAR PUSTAKA
Devas, N., Brian Binder, Anne Booth, Kenneth Davey and Roy Kelly.1989. Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia, (terjemahan oleh Masri Maris), UI- Press. Jakarta. Gafur, Juliafitri Dj. 2008. “Analisis Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bitung (tesis)”. Medan : Universitas Sumatera Utara. H. Mhd, Syafi'I. 2003. “Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Alokasi Anggaran Pembangunan Sektor Transportasi Di Propinsi Sumatera Utara (tesis) ”. Medan : Universitas Sumatera Utara. Harits, Benyamin. 1995. “Peran Administrator Pemerintah Daerah, Efektifitas Penerimaan Retribusi Daerah Pemda Tingkat II Se-Jawa Barat”, Prisma, No. 4, Tahun XXIV, 81 – 95. Koswara, E, 2000. Menyongsong Pelaksanaan Otonomi Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999; Suatu Telaahan Menyangkut Kebijaksanaan, Pelaksanaan dan Kompleksitasnya, Analisis CSIS Tahun XXIX/2000, No. 1,36 –53. Kunarjo. 1996. Perencanaan dan Pembiayan Lundberg, E Donald., Stavenga, Mink H., dan Krishnamoorthy, M. 1997. Ekonomi Pariwisata. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Mardiasmo dan Makhfatih,Akhmad. 2000. “Perhitungan Potensi Pajak Dan Retribusi Daerah Di Kabupaten Magelang”, Laporan Akhir, Kerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten Magelang dengan Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Mahi. 2000. Prospek Desentralisasi di Indonesia ditinjau Dari Segi Pemerataan Antar Daerah dan Peningkatan Efesiensi Analisis CSI 8 Tahun XXIX/2000 Nomor I, 55 – 66. Munawir, S. 1997. Perpajakan, Liberty, Edisi Kelima Cetakan Kedua. Yogyakarta. McQueen, Jim. 1998. Development of a Model for User Fees, “A Model on Policy Development in Creating and Maintaining User Fees for Municipalities”, MPA Research Paper, Submitted to: The Local Government Program, Dept. of Political Science, The Univ. Western Ontario, Aug. 1998, 1-23. Nazir. 1999. Metode Penelitian, Cetakan Keempat. Jakarta : Ghalia Indonesia.
75
Pendit, S Nyoman. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuang Pengantar Perdana. PT Pradnya Paramita. Jakarta. Pendit, S. Nyoman. 1990. Inventarisasi Industri Pariwisata Indonesia, Indonesia dalam Era Globalisasi, Bank Summa. Jakarta. Qadarrochman, Nasrul. 2010. “Analisis Penerimaan Daerah dari Sektor Pariwisata Di Kota Semarang dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (skripsi)”. Semarang : Universitas Diponogoro. Ridwan, Mhd. 2002. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Jumlah Alokasi Anggaran Sektoral Dalam Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Kabupaten Aceh Tenggara (tesis)”. Medan : Universitas Sumatera Utara. Riduansyah, Mohammad. 2003. “Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Guna Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pemerintah Daerah Kota Bogor) (tesis)”. Depok : Universitas Indonesia. Republik Indonesia, 1999, Undang-Undang Otonomi Daerah, Kuraiko Pratama Bandung. -------, 2009, Undang-Undang Nomor 10 Tentang Kepariwisataan. -------, 2000, Undang-Undang Nomor 34, Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. -------, 2004, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Citra Umbara, Bandung. -------, 2004, Undang –Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Primbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Citra Umbara, Bandung. -------, 2001, Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tentang Retribusi Daerah. -------, 2006, Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. -------, laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten Gianyar Tahun 2008 Sianturi, Nasib. 2003. ”Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Anggaran Belanja Pembangunan Dalam Analisis Potensi Perekonomian Daerah
76
Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara (tesis)” . Medan : Universitas Sumatera Utara. Santoso, Bagus. 1995. “Retribusi Pasar sebagai Pendapatan Asli Daerah, Studi Kasus Pasar Kabupaten di Sleman”, Prisma, No. 4, Tahun XXIV, 1935. Suarya, Eka. 2005. ”Retribusi Daerah Potensial Kabupaten Gianyar (tesis)”. Denpasar : Universitas Udayana. Spillane, J James. 1987. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya. Kanisius. Yogyakarta. Spillane, J James. 1994. Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan. Kanisius. Yogyakarta. Kerlinger, I. 2002. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. BP Undip. Semarang Koho. 2001. “Prospek Otonomi Daerah di Negara RI”. Cetakan ke 5 PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Wahab, Salah. 2003. Industri Pariwisata Dan Peluang Kesempatan Kerja, PT. Pertja Jakarta. Yoeti, Oka A.1996. Pengantar Ilmu Pariwisata.PT.Angkasa. Bandung
77