LAPORAN AKHIR
SISTEM INTEGRASI SAPI DENGAN JAGUNG PADA LAHAN SUBOPTIMAL DI PROVINSI BENGKULU
WAHYUNI AMELIA WULANDARI
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2015
LAPORAN AKHIR
SISTEM INTEGRASI SAPI DENGAN JAGUNG PADA LAHAN SUBOPTIMAL DI PROVINSI BENGKULU
Wahyuni Amelia Wulandari Siswani Dwi Daliani Zul Efendi Erpan Ramon Rizal Efendi M.Nur
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN 2015
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karunia-Nyalah laporan akhir
kegiatan Integrasi Sapi dengan Jagung
pada lahan suboptimal di Provinsi Bengkulu, dapat diselesaikan. Laporan ini berisi tentang hasil keseluruhan selama satu tahun (dari Januari sampai dengan bulan Desember 2015) pelaksanaan kegiatan Sistem Integrasi Sapi dengan Jagung pada Lahan Suboptimal di Provinsi Bengkulu yaitu di Kabupaten Bengkulu Utara. Kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala BPTP Bengkulu atas bimbingan dan arahan-arahannya dalam kegiatan ini, demikian juga kepada rekan-rekan anggota tim yang telah memberikan tenaga dan pikiran sehingga kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik. Harapan kami semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bengkulu, Desember 2015 Penanggung Jawab Kegiatan
Wahyuni Amelia Wulandari, S.Pt, M.Si NIP. 19750724 199903 2 002
ii
LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul RPTP 2. 3. 4. 5. 6.
Unit Kerja Alamat Unit Kerja Sumber Dana Status Kegiatan (L/B) Penanggung Jawab a. Nama b. Pangkat/Golongan c. Jabatan Fungsional 7. Lokasi 8. Agroekosistem 9. Tahun Mulai 10. Tahun Selesai 11. Output Tahunan (2015)
: Sistem Integrasi Sapi dengan Jagung pada Lahan Sub Optimal di Provinsi Bengkulu : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu : Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 : DIPA BPTP Bengkulu TA. 2015 : B (Baru) : Wahyuni Amelia Wulandari, S.Pt, M.Si. : Penata/IIIc : Peneliti Muda : Kabupaten Bengkulu Utara DAN Bengkulu Tengah : Lahan kering : 2015 : 2016 : 1. Potensi lahan sub optimal untuk penerapan model usaha tani integrasi sapi jagung. 2. Komposisi pakan berbasis limbah tanaman, jenis kompos berbahan baku feces. 3. Nilai penerimaan dan biaya produksi usaha ternak dan tanaman jagung pada lahan sub optimal Tahun 2016 1. Penumbuhan peran kelompok dalam penerapan integrasi sapi jagung. 2. Terbangunnya jaringan kemitraan dan kelembagaan integrasi sapi jagung. 3. Meningkatkan dan mempercepat penyebaran inovasi teknologi berbasis integrasi sapi jagung melalui pertemuan dan demplot.
12. Output Akhir
: 1. Model usahatani integrasi sapi jagung pada lahan sub optimal 2. Meningkatnya kualitas lahan sub optimal melalui integrasi sapi jagung. 3. Meningkatnya pendapatan petani pada lahan sub optimal.
iii
13. Biaya Kegiatan
: Rp. 81.590.000 (Delapan puluh satu juta lima ratus sembilan puluh ribu rupiah)
Koordinator Program,
Penanggung Jawab Kegiatan,
Dr. Ir. Wahyu Wibawa, MP M.Si NIP. 19690427 199803 1 001
Wahyuni A Wulandari, S.Pt, NIP.19750724 199903 2 002
Mengetahui Kepala BBP2TP,
Kepala BPTP Bengkulu,
Dr. Ir. Abdul Basit, MS NIP. 19610929 198603 1 003
Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002
iv
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii DAFTAR ISI ............................................................................................. v DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii RINGKASAN ............................................................................................ viii I.
PENDAHULUAN ................................................................................. 1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1.2. Dasar Pertimbangan ................................................................. 1.3. Tujuan ..................................................................................... 1.4. Keluaran yang Diharapkan ......................................................... 1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak ................................................
1 1 2 5 5 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................
7
III. METODOLOGI ................................................................................... 3.1. Pendekatan .............................................................................. 3.2. Ruang Lingkup Kegiatan ............................................................ 3.3. Perencanaan ............................................................................ 3.4. Persiapan ................................................................................. 3.5. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan ................................... 3.5.1. Metode .......................................................................... 3.5.2. Parameter yang diamati .................................................. 3.5.3. Analisis Data .................................................................. 3.5.4. Temu Lapang .................................................................
9 9 9 9 10 10 11 13 13 13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 4.1. Karakteristik Lokasi Pengkajian .................................................. 4.2. Koordinasi dengan Stakeholders ................................................. 4.3. Sosialisasi Rencana Kegiatan ...................................................... 4.4. Peningkatan Kualitas Lahan Suboptimal melalui Integrasi Sapi dengan Jagung ......................................................................... 4.5. Produksi Jagung Manis dan Jerami Jagung Manis ........................ 4.6. Pertambahan Bobot Badan Induk Sapi Bali .................................. 4.7. Analisis Usahatani Sebelum dan Sesudah Integrasi ...................... 4.8. Temu Lapang ...........................................................................
14 14 15 15
V. KESIMPULAN ....................................................................................
23
KINERJA HASIL PENGKAJIAN .................................................................... DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... ANALISIS RESIKO .................................................................................... JADWAL KERJA ........................................................................................ PEMBIAYAAN .......................................................................................... PERSONALIA ........................................................................................... LAMPIRAN ..............................................................................................
24 25 27 28 29 31 32
v
16 17 19 20 22
DAFTAR TABEL 1.
Halaman Formula Pakan Pengkajian ................................................................. 11
2.
Komponen Teknologi Budidaya Tanaman Jagung .................................
12
3.
Hasil analisis tanah sebelum integrasi .................................................
17
4.
Hasil analisis tanah setelah integrasi ...................................................
17
5.
Produksi jagung manis sebelum dan setelah pengkajian (kg/ha) ...........
18
6.
Produksi jerami jagung manis sebelum dan setelah pengkajian (kg/ha) .............................................................................................
18
7.
Pertambahan Bobot Badan Induk Sapi Bali ..........................................
19
8.
Hasil Penimbangan Bobot Badan selama 3 Bulan .................................
20
9.
Analisis Usahatani Sebelum dan Sesudah Integrasi pada Tanaman Jagung .............................................................................................
21
10. Rata-rata biaya dan pendapatan pemeliharaan satu ekorsapi Bali induk selama 3 bulan .........................................................................
21
11. Daftar risiko pelaksanaan kegiatan ......................................................
27
12. Daftar penanganan risiko dalam pelaksanaan kegiatan .........................
27
vi
DAFTAR LAMPIRAN 1.
Halaman Hasil analisa limbah jagung ................................................................ 32
2.
Foto-foto pelaksanaan kegiatan .........................................................
vii
33
RINGKASAN 1.
Judul
2. 3. 4. 5. 6.
Unit Kerja Lokasi Agroekosistem Status Tujuan
7.
Keluaran
: Sistem Integrasi Sapi Bali dengan Jagung pada Lahan Suboptimal di Provinsi Bengkulu : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu : Kabupaten Bengkulu Utara dan Bengkulu Tengah : Lahan Kering : Baru : Tujuan Jangka Panjang : 1. Mendapatkan model usahatani integrasi sapi jagung pada lahan sub optimal. 2. Meningkatkan kualitas lahan suboptimal melalui integrasi sapi jagung. 3. Meningkatkan pendapatan petani pada lahan suboptimal. Tahun 2015 1. Mengkaji potensi lahan suboptimal untuk penerapan model usaha tani integrasi sapi jagung. 2. Memanfaatkan sumberdaya tanaman untuk pakan dan sumber daya ternak untuk kompos. 3. Menganalisis nilai ekonomi dampak penerapan integrasi sapi jagung di lahan suboptimal. Tahun 2016 1. Menumbuhkan peran kelompok dalam penerapan integrasi sapi jagung. 2. Membangun jaringan kemitraan, kelembagaan integrasi sapi jagung. 3. Meningkatkan dan mempercepat penyebaran inovasi teknologi berbasis integrasi sapi jagung melalui pertemuan dan demplot. : Keluaran Jangka Panjang : 1. Model usahatani integrasi sapi jagung pada lahan suboptimal. 2. Meningkatnya kualitas lahan suboptimal melalui integrasi sapi jagung. 3. Meningkatnya pendapatan petani pada lahan suboptimal Tahun 2015 1. Potensi lahan sub optimal untuk penerapan model usaha tani integrasi sapi jagung. 2. Komposisi pakan berbasis limbah tanaman, jenis kompos berbahan baku feces. 3. Nilai Penerimaan dan biaya produksi usaha ternak dan tanaman jagung pada lahan suboptimal Tahun 2016 1. Penumbuhan peran kelompok dalam penerapan integrasi sapi jagung. 2. Terbangunnya jaringan kemitraan,
viii
8.
9.
Hasil diharapkan
kelembagaan integrasi sapi jagung. Pendapatan petani meningkat. Gairah usaha ternak meningkat. Populasi ternak meningkat. Membuka lapangan kerja baru. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Meningkatkan gairah petani untuk memperluas usaha. 2. Mendorong jumlah populasi sapi potong di lokasi pengkajian sejalan dengan peningkatan gairah usaha petani. 3. Pendapatan petani meningkat seiring dengan peningkatan produksi dan efisiensi usaha
yang : 1. 2. 3. 4. 5. Perkiraan manfaat : 1.
10. Perkiraan dampak
11. Metodologi
12. Jangka Waktu 13 Biaya tahun 2015
: 1. Membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat khususnya yang berkaitan dengan aktifitas di bidang perternakan sapi potong dan pertanian tanaman jagung. 2. Mendorong penentu kebijakan setempat untuk meningkatkan pengembangan usaha perternakan sapi potong dan pertanian tanaman jagung yang lebih luas. 3. Memberi kontribusi terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). : Kegiatan penelitian ini akan dimulai bulan Januari sampai Desember 2015 di Kabupaten Bengkulu Utara. Penanaman tanaman jagung manis dengan menggunakan PTT tanaman jagung. Pengkajian menggunakan ternak sapi bali berjumlah 21 ekor yang di bagi menjadi 3 perlakuan pakan dan dilakukan pengulangan sebanyak 7 kali pada masing-masing perlakuan. Perlakuan 1 (P1) = jerami jagung non fermentasi 10% dari BB, mineral 0,01% dari BB. Perlakuan 2 (P2) jerami jagung fermentasi 10% dari BB, dan mineral 0,01% dari BB. Perlakuan 3 (P3) = hijauan rumput lapangan 10% dari BB dan mineral 0,01% dari BB. Data kesuburan tanah dan pertumbuhan, produktivitas tanaman jagung dan ternak yang terkumpul akan dianalisis dengan analisis of variant (ANOVA), uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) (Gomez dan Gomez, 1984). Analisis finansial dilakukan untuk menentukan kelayakan usahatani. : 2 tahun (2015-2016) : Rp. 81.590.000 (Delapan puluh satu juta lima ratus sembilan puluh ribu rupiah).
ix
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan suboptimal di Provinsi Bengkulu cukup luas dan belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk pertanian. Lahan suboptimal tersebut diantaranya adalah lahan kering masam dan lahan rawa, lahan kering mencapai 4,57 juta ha yang tediri dari 3,44 juta ha lahan masam dan 1,13 juta ha lahan tidak masam. Luas lahan kering yang memiliki potensi untuk sektor pertanian seluas 796.800 ha (BPS Provinsi Bengkulu 2013). Provinsi Bengkulu memiliki potensi yang besar untuk pengembangan usaha ternak sapi karena didukung oleh sumberdaya alam (lahan dan pakan), sumber daya manusia dan peluang pasar yang memadai. Tanaman jagung merupakan tanaman yang dapat ditanam di lahan suboptimal dengan berbagai macam penanganan. Di Provinsi Bengkulu luas tanaman tanaman jagung 22.653 ha dengan produksi 103.770 ton, sedangkan di Bengkulu Utara seluas 2.904 ha dengan produksi 13.346 ton (BPS Bengkulu, 2013). Produktivitas jerami jagung adalah sekitar dua kali lipat dari produktivitas jagung, jadi seandainya jagung pipil kering diperoleh 3,5 ton/ha maka bahan kering jerami adalah sekitar 7 ton/ha (PAAT, 2000). Usahatani terpadu merupakan pilihan tepat karena semakin terbatasnya kemampuan sumberdaya pertanian. Sehubungan dengan itu sistem integrasi jagung-sapi (SIJS) adalah salah satu model sistem usahatani terpadu alternatif pada pertanian lahan kering.Pengembangan SIJS merupakan program yang strategis untuk menundukung swasembada jagung Indonesia. SIJS merupakan sistem usahatani tanpa limbah (zero waste) sehingga limbah tanaman menjadi input pakan ternak, sebaliknya limbah ternak digunakan untuk pupuk tanaman jagung. Keunggulan model usahatani terpadu ini adalah terjadinya interaksi posistif antar kedua atau lebih komoditas yang dipadukan (Taroreh,2003). Setiap kombinasi yang berinteraksi positif menunjukkan bahwa keduanya saling mendukung dalam satu sistem produksi usahatani. Usahatani pada lahan kering marginal yang hanya bertumpu pada tanaman pangan semusim saja tidak akan mampu memenuhi kebutuhan keluarga tani dan juga tidak akan menjamin kelestariannya. Ini disebabkan kompleknya interaksi faktor-faktor pembatas sumberdaya lahan dan lingkungan antara lain rendahnya
1
produktivitas lahan, rendahnya
efisiensi pemupukan,
tingginya serangan
penyakit, serta rendahnya efisiensi pemasaran hasil pertanian. Sistem
integrasi
tanaman-ternak
dengan
pendekatan
zero
waste
merupakan penyempurnaan dari sistem intensifikasi padi yang telah berkembang di kalangan masyarakat pedesaan. Ada tiga komponen teknologi utama yaitu: 1.
Teknologi budidaya ternak, terdiri atas sistem perkandangan ternak secara berkelompok, teknologi peningkatan frekuensi
kelahiran anak melalui
aplikasi teknologi inseminasi buatan (IB) dan teknologi pemberian pakan. 2.
Teknologi budidaya jagung melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT).
3.
Teknologi
pengolahan
pakan
ternak
dan
kompos
serta
teknologi
penyimpanan dan peningkatan mutu gizi pakan. Populasi ternak sapi di Provinsi Bengkulu pada tahun 2012 berjumlah 105.550 ekor dengan produksi daging 3.759,88 ton/tahun. Sedangkan populasi sapi potong di Kabupaten Bengkulu Utara adalah 36.206 ekor dengan produksi daging sebesar 471,08 ton (BPS 2013). Sistem pemberian pakan cukup beragam di masing-masing kawasan. Ternak sapi mempunyai prospek dan potensi pasar yang cerah. Selain memberikan tambahan pendapatan bagi petani peternak, usaha ternak sapi juga merupakan sumber pendapatan daerah melalui perdagangan antarprovinsi, antara lain ke Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Jambi. Dinas
Peternakan
dan
Kesehatan
Hewan
Provinsi
Bengkulu
telah
melakukan berbagai langkah untuk mengembangkan peternakan di wilayah tersebut. Salah satu kebijakan tersebut adalah memberikan bantuan ternak sapi maupun modal kepada kelompok petani-peternak. Di Bengkulu, sapi dipelihara secara terpadu dengan tanaman, yang dikenal dengan sistem integrasi tanaman ternak (integrated farming system). Menurut Priyanti (2007), usaha ternak sapi tanaman dapat memberikan dampak budidaya, sosial, dan ekonomi yang positif. Potensi ketersediaan pakan dari limbah tanaman cukup besar sepanjang tahun. Guna mewujudkan pembangunan pertanian yang maju, efisien dan berkelanjutan diperlukan dukungan teknologi pertanian yang telah teruji sesuai dengan kebutuhan pengguna dan kemampuan wilayah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah banyak melakukan kegiatan penelitian yang hasilnya sebagian besar telah diterapkan oleh pengguna secara luas. Namun
2
disadari bahwa masih banyak informasi teknologi hasil penelitian yang belum diketahui oleh para pengguna dan pembuat kebijakan. Hal ini terlihat dari cukup tingginya senjang hasil yang dicapai oleh pengguna dengan hasil yang dicapai oleh lembaga penelitian, bahkan tingkat teknologi yang diterapkan oleh pengguna masih relatif rendah. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa informasi teknologi dari sumber inovasi ke pengguna belum berjalan lancar. Peluang integrasi jagung dan sapi didukung oleh beberapa faktor internal sebagai berikut:1) pertanian jagung menghasilkan pakan limbah pertanian yang cukup besar, sebagai contoh total biomasa segar jagung varietas bima-1 sebesar 100,68 ton/ha, varietas semar-10 sebesar 99,15 ton/ha (Puslitbangtan, 2003), 2). Perumpasan daun jagung untuk pakan sapi dapat dilakukan sejak pertumbuhan
vegetasi
sebagaimana
yang
sering
dilakukan
di
Blora
(Puslitbangtan, 2003). 3). Sapi mampu memanfaatkan limbah jagung sebagai pakan, 4). Tenaga kerja sapi dibutuhkan dalam sistem produksi jagung, 5). Peternakan sapi mensuplai kotoran sebagai bahan baku pupuk organik, disatu sisi jagung membutuhkan pupuk organik dalam pertumbuhannya. Pengembangan kelembagaan merupakan salah satu komponen pokok dalam keseluruhan rancangan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) tahun 2005 – 2025. Selama ini pendekatan kelembagaan baik formal maupun informal telah menjadi komponen pokok dalam pembangunan pertanian di
perdesaan
terutama
dalam
pengembangan
inovasi
spesifik
lokasi.
Kelembagaan formal yang sudah terbentuk diantaranya adalah BP4K (Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan), BPP (Badan Pelaksana Penyuluhan) dan Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan. Di Provinsi Bengkulu nama kelembagaan formal ini berbeda pada beberapa kabupaten seperti di Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Kepahiang. Permasalahan kelembagaan tetap merupakan bagian yang esensial, baik kelembagaan formal maupun kelembagaan informal. Pada kelembagaan formal telah dibentuk kelembagaan baru yaitu Badan Koordinasi Penyuluhan sebagai lembaga pemerintah non departemen, yang akan merumuskan secara terperinci tentang metode penyuluhan, strategi penyuluhan, dan kebijakan penyuluhan. Di tingkat kelembagaan informal telah dibentuk beberapa lembaga baru, misalnya Pos Penyuluhan Desa dan gabungan kelompok tani (gapoktan). Kementerian Pertanian menargetkan akan membentuk satu gapoktan di setiap
3
desa khususnya yang berbasis pertanian. Ini merupakan satu lembaga andalan baru, meskipun semenjak awal 1990-an gapoktan telah dikenal. Saat ini gapoktan diberi pemaknaan baru, termasuk bentuk dan peran yang baru. Gapoktan menjadi lembaga gerbang (gateway institution) yang menjadi penghubung petani satu desa dengan lembaga-lembaga lain di luarnya.Gapoktan diharapkan berperan untuk fungsi-fungsi pemenuhan permodalan pertanian, pemenuhan sarana produksi, pemsaran produk pertanian, dan termasuk menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan petani (Astuti, 2010). 1.2. Dasar Pertimbangan 1.
Penguatan
kelembagaan
kelompok
tani-ternak
pada
satu
kawasan
pengembangan komoditas jagung dan sapi secara sinergi berdampingan dalam siklus usahataninya perlu dikembangkan. Kelompok tani yang ada dan termasuk masyarakat yang mempunyai ternak diberdayakan untuk menjadi satu kelompok tani yang mandiri di beberapa desa pada satu kecamatan. Dengan terbentuknya kelompok tani-ternak di beberapa desa akan terbentuk suatu kesamaan persepsi untuk mengusahakan ternak sapi dan jagung bersama-sama pada satu kawasan sehingga dimungkinkan bergabung menjadi gapoktan. Gapoktan bersama-sama dengan penyuluh setempat, pengamat hama dan pengamat benih dengan membentuk unit-unit usaha berupa unit usaha saprodi pertanian, unit usaha pascapanen, unit usaha pembiayaan, dan unit usaha pemasaran. 2.
Petani dalam kelompok tani diusahakan mampu diarahkan tidak hanya sebagai produsen namun menjadi supplier melalui unit-unit usaha dalam gapoktan.
3. Sistem integrasi menguntungkan karena ternak dapat memanfaatkan rumput dan hijauan pakan yang tumbuh liar, jerami atau limbah pertanian sebagai pakan,
selain
menghasilkan
kotoran
sebagai
pupuk
organik
untuk
meningkatkan kesuburan tanah. Rohaeni,et al. 2010, yang mengkaji keragaan model integrasi jagung-ternak di lahan kering yang dilakukan di Desa Sumber Mulia, Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut. Sistem integrasi yang diintroduksikan yaitu dari segi budidaya jagung, fermentasi kotoran sapi dan teknologi budidaya ternak sapi. Budidaya jagung yang diintroduksikan yaitu penggunaan pupuk dasar
4
fine compost. Hasil
pengkajian menunjukkan bahwa integrasi usahatani tanaman jagung dan ternak sapi di lahan kering dapat memberikan nilai tambah berupa penggunaan kotoran sapi sebagai fine compost sehingga dapat mengurangi biaya
untuk
pembelian
kotoran
ayam,
limbah
jagung
yang
dapat
dimanfaatkan terutama untuk pakan alternatif pada musim kemarau yaitu daun, batang dan janggel. 1.3. Tujuan Tujuan Jangka Panjang : 1.
Mendapatkan model usahatani integrasi sapi jagung pada lahan suboptimal.
2.
Meningkatkan kualitas lahan suboptimal melalui integrasi sapi jagung.
3.
Meningkatkan pendapatan petani pada lahan suboptimal.
Tahun 2015 1.
Mengkaji potensi lahan suboptimal untuk penerapan modal usaha tani integrasi sapi jagung.
2.
Memanfaatkan sumberdaya tanaman untuk pakan dan sumber daya ternak untuk kompos.
3.
Menganalisis nilai ekonomi dampak penerapan integrasi sapi jagung di lahan suboptimal.
Tahun 2016 1.
Menumbuhkan peran kelompok dalam penerapan integrasi sapi jagung.
2.
Membangun jaringan kemitraan, kelembagaan integrasi sapi jagung.
3.
Meningkatkan dan mempercepat penyebaran inovasi teknologi berbasis integrasi sapi jagung melalui pertemuan dan demplot.
1.4. Keluaran yang Diharapkan Keluaran Jangka Panjang : 1.
Model usahatani integrasi sapi jagung pada lahan suboptimal.
2.
Meningkatnya kualitas lahan suboptimal melalui integrasi sapi jagung.
3.
Meningkatnya pendapatan petani pada lahan suboptimal.
Tahun 2015 1.
Kajian potensi lahan suboptimal untuk penerapan model usahatani integrasi sapi jagung.
5
2.
Komposisi pakan berbasis limbah tanaman, jenis kompos berbahan baku faeces.
3.
Nilai Penerimaan dan biaya produksi usaha ternak dan tanaman jagung pada lahan suboptimal.
Tahun 2016 1.
Tumbuhnya peran kelompok dalam penerapan integrasi sapi jagung.
2.
Terbangunnya jaringan kemitraan, kelembagaan integrasi sapi jagung.
3.
Peningkatan dan percepatan penyebaran inovasi teknologi berbasis integrasi sapi jagung melalui pertemuan dan demplot.
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak Pemanfaatan
lahan
suboptimal
untuk
pertanaman
jagung
dengan
penggunaan varietas yang sesuai dan pemanfaatan pupuk kandang yang spesifik lokasi sehingga produktivitas jagung yang optimal dapat tercapai dengan pengolahan lahan yang tepat. Pengembangan sapi yang diintegrasikan dengan tanaman jagung pada lahan suboptimal dapat meningkatkan produksi jagung, daging sapi dan peningkatan bahan organik lahan dan perbaikan tekstur tanah akan berdampak positif pada peningkatan produktivitas lahan, dan pendapatan petani. Dampak kegiatan integrasi yang dilakukan diharapkan agar terjadi peningkatan produktivitas lahan dari lahan suboptimal menjadi lahan optimal.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA Sistem
integrasi
merupakan
penerapan
usahatani
terpadu
melalui
pendekatan low external input antara ternak sapi dan tanaman (Priyanti 2007). Sistem ini sangat menguntungkan karena ternak dapat memanfaatkan rumput dan hijauan pakan yang tumbuh liar, jerami atau limbah pertanian sebagai pakan, selain menghasilkan kotoran sebagai pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah. Sistem integrasi juga dapat menambah pendapatan rumah tangga dengan mengolah kotoran sapi menjadi kompos. Pupuk kompos selanjutnya dapat dijual kepada petani lain atau masyarakat yang membutuhkannya. Usahatani integrasi menerapkan pendekatan sistem dalam satu kesatuan daur produksi (Priyanti 2007). Beberapa hasil penelitian menunjukkan sistem integrasi ternak sapi tanaman dapat meningkatkan pendapatan petani (Sariubang et al. 2003; Suwandi 2005; Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat 2007; Priyanti 2007). Secara umum lahan kering dapat dibedakan menjadi lahan kering masam dan lahan kering tidak masam. Tanah-tanah yang umumnya mempunyai pH masam dilahan kering adalah ordo Entisol, Inceptisol, Ultisols dan Oxisols yang beriklim basah dengan curah hujan tinggi. Lahan kering yang tidak masam pada umumnya terdiri dari Inceptisols, Vertisols, Millisols, Alfisols yang berbeda pada daerah beriklim kering (Hidayat dan Mulyani, 2002). Sariubang et al. (2003) menyatakan, pada pola integrasi sapi potongjagung, pendapatan dapat berasal dari hasil panen jagung pipilan, anak sapi, dan pupuk kandang. Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh dalam satu luasan lahan lebih besar dibanding bila hanya menanam jagung saja. Pola integrasi sapi potongjagung
di
Sulawesi
Selatan
mampu
memberikan
keuntungan
Rp4.797.118/ha/ musim tanam dengan B/C ratio 1,40 (Sariubang et al. 2003). Pembangunan
pertanian
adalah
suatu
rangkaian
kegiatan
untuk
meningkatkan pendapatan petani, yakni melalui melalui salah satu program pendampingan Peningkatan Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (Wulandari, 2010). Program tersebut diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan, memantapkan ketahanan pangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah (Badan Litbang Pertanian, 2004a).
7
Inovasi teknologi pertanian merupakan salah satu cara
mempercepat
pembangunan pertanian. Oleh karena itu peran penelitian dan pengembangan (Litbang) pertanian menjadi penting artinya sebagai salah satu pendukung pembangunan pertanian.
8
III. METODOLOGI 3.1. Pendekatan Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sistem pengkajian inovasi teknologi
integrasi
yang
dilakukan
melalui
pendekatan
eksperimental
perticipatory on farm research dengan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang berhubungan dengan inovasi teknologi integrasi pada sektor peternakan sapi dan tanaman jagung. Pada sektor tanaman jagung dengan melalui teknologi integrasi ternak dan tanaman. Pada sektor peternakan yaitu pada peternakan sapi potong yang sudah menerapkan teknologi pakan limbah pertanian dan limbah kotoran ternak sebagai kompos. Penentuan lokasi sampel dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa pada daerah sampel merupakan lokasi perternakan sapi dan pertanaman jagung yang belum terintegrasi. Keberadaan ternak sapi diharapkan dapat memperbaiki kesuburan tanah di lahan suboptimal Kabupaten Bengkulu Utara. 3.2. Ruang Lingkup Kegiatan Kegiatan pengkajian ini akan dilaksanakan selama 2 tahun yaitu dari tahun 2015 – 2016. Ruang lingkup yang dilakukan pada lahan suboptimal (lahan kering podsolik merah kuning) jenis tanaman yang di tanam adalah tanaman jagung manis varietas Bonanza sedangkan jenis ternak adalah sapi bali. Bahan yang digunakan pada pengkajian ini adalah sapi bali berumur 1 – 2 tahun berjumlah 21 ekor, pakan ternak hijauan berupa rumput, limbah jagung non fermentasi dan limbah jagung fermentasi serta mineral. Benih jagung manis varietas Bonanza, kapur pertanian, pupuk, pestisida (herbisida, insektisida, dan fungisida). Peralatan yang diperlukan dalam percobaan ini adalah pHmeter, alat pengambil sampel tanah, perangkat analisis tanah, timbangan gantung, timbangan analitik, timbangan ternak digital, ATK (mistar, handcounter, calculator, pena), cangkul, arit, parang, kantong plastik, tugal, ember, handsprayer, tali, dan pita ukur. 3.3. Perencanaan Tahapan perencanaan pelaksanaan kegiatan pengkajian sistem integrasi sapi jagung di lahan suboptimal pada tahun 2015 di susun berdasarkan informasi
9
yang di peroleh dari data sekunder serta informasi hasil penelitian sejenis yang pernah di lakukan sebelumnya. Kegiatan perencanaan ini meliputi : 1.
Penyusunan rancangan pengkajian.
2.
Pembagian tugas untuk masing-masing pelaksana pengkajian seperti peneliti, penyuluh, litkayasa, teknisi, dan petugas lapangan setempat.
3.
Pembuatan kuesioner dan alat bantu pengkajian lainnya seperti petunjuk teknis, liputan pertanian, flip chart dan peta singkap.
4.
Penyiapan sarana dan prasarana pengkajian seperti ternak sapi bali, benih jagung manis, sarana produksi (pupuk, kapur pertanian, pakan dan obatobatan), probiotik bahan baku pakan tambahan pada demplot.
3.4. Persiapan Persiapan direncanakan sebelum kegiatan pengkajian di implementasikan di lapangan meliputi : 1.
Koordinasi internal antar anggota tim dan eksternal dengan stakeholders di provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa setempat. Koordinasi ini dilakukan secara periodik setiap bulan atau pada waktu-waktu tertentu bila diperlukan. Kegiatan ini di lakukan untuk saling bertukar informasi guna kelancaran dan perbaikan pelaksanaan kegiatan di lapangan.
2.
Melaksanakan kegiatan sosialisasi di lapangan secara berjenjang tentang rencana pengkajian yang akan dilakukan mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan (BPP), serta calon lokasi yang akan di jadikan target pelaksanaan kegiatan pengkajian. Kegiatan ini bertujuan untuk menyamakan persepsi tentang tujuan, sasaran dan manfaat program yang akan dilaksanakan dengan demikian semua pihak terkait yang akan terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ini memahami dan mendukung sepenuhnya selama kegiatan berlangsung.
3.5. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan Petani/peternak yang terlibat dalam kegiatan pengkajian ini yaitu sebanyak 30 orang, yang berada dalam satu kabupaten yang memiliki ternak sapi dengan kandang yang berdekatan serta mempunyai lahan untuk tanaman jagung.
10
Implementasi dan penataan sistem integrasi melalui teknologi usaha integrasi sapi potong yang terpadu dengan tanaman jagung manis dengan umur panen 55 - 65 hari. Peningkatan mutu nutrisi pakan ternak sapi dilakukan dengan pemberian pakan tambahan yang berupa mineral. 3.5.1. Metode Kegiatan teknis yang akan dilakukan adalah implementasi pengembangan sistem dan usaha integrasi sapi potong dengan tanaman jagung di lahan sub optimal. Pengkajian dilakukan secara partisipatif dilahan petani dan melibatkan petani sebagai kooperator. Karakterisasi lokasi pada areal lahan kering berbasis tanaman pangan menggunakan metode PRA (participatory rural appraisal) pada lokasi yang memiliki potensi bagi penerapan model usaha sapi potong di lahan kering berbasis tanaman pangan kegiatan ini untuk mendata potensi, kendala dan prospek usaha sapi potong untuk penggemukan. Penentuan petani/peternak kooperator yang memiliki kandang dalam hamparan yang berdekatan, dengan kapasitas ternak 21 ekor sapi bali berumur 1,5 – 2 tahun yang di bagi ke dalam 3 perlakuan pakan dan tiap perlakuan terdiri dari 7 ekor sapi sebagai ulangan yang di susun dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Formulasi pakan dan komponen teknologi yang di terapkan dalam pengkajian yang digunakan disajikan pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1. Formulasi Pakan Pengkajian No. 1. 2. 3. 4.
Perlakuan I II III ……………..(% BB)…………….. 10 10 10 0,01 0,01 0,01
Bahan Pakan Limbah jagung non fermentasi Limbah jagung fermentasi Hijauan rumput Mineral
11
Tabel 2. Komponen teknologi budidaya jagung manis No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Komponen Teknologi Varietas unggul Pengolahan tanah Sistem tanam Jarak tanam (cm) Jumlah benih perlubang tanam Cara pemupukan Penyiangan Pengendalian hama penyakit Sistem panen
Keterangan Jagung manis varietas Bonanza TOT Monokultur 75 x 25 cm 1 biji Tugal (3 kali) 2 kali PHT Manual
Pelaksanaan kegiatan pengumpulan data tahap awal dilakukan identifikasi wilayah dengan koordinasi dengan stake halder di kabupaten. Data yang di kumpulkan, meliputi data potensi wilayah, biofisik, karakteristik peternak sapi potong sebelum dan sesudah menerapkan sistem integrasi, data pertumbuhan ternak, pertambahan bobot badan ternak, pertumbuhan tanaman jagung, produksi
buah
jagung
manis,
kesuburan
tanah
sebelum
dan
sesudah
pelaksanaan kegiatan integrasi tanaman-ternak, perkembangan jumlah peternak sapi potong yang menerapkan teknologi integrasi yang ditawarkan. Data pendukung untuk kelancaran berlangsungnya kegiatan serta jenis dan jumlah lembaga penunjang yang terlibat dalam kegiatan integrasi ternak sapi dengan tanaman jagung yang diterapkan pada lokasi pengkajian. Untuk
komoditas
budidaya/pemeliharaan
tanaman tanaman
jagung jagung
dengan mengacu
luas kepada
lahan PTT
3
ha
jagung
(Departemen Pertanian 2008, Dirjen Tanaman Pangan 2008, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009a), tanaman jagung manis hibrida ditanam 10 kali tanam setiap selang waktu 7 hari, luas setiap kali tanam masing-masing adalah 0,25 ha. Penanaman jagung dilakukan secara bertahap, setiap kali penananam jagung manis adalah seluas 2.500 m2. Penanaman jagung manis dilakukan 12 kali tanam, dengan selang waktu 7 hari 1 kali tanam. Dosis pemupukan tanaman jagung adalah Kapur 1.500 kg/ha, Urea 300 kg/ha, SP-36 100 kg/ha, KCL 50 kg/ha dan pupuk kompos (organik) 2.000 kg/ha.
12
3.5.2. Parameter yang diamati Parameter yang diamati adalah: 1. Analisis kesuburan tanah sebelum dan setelah dilakukan integrasi pada lahan suboptimal. 2. Produksi jagung manis (ton/ha) dan produksi jerami jagung manis (batang dan daun jagung ton/ha). 3. Pertambahan bobot badan sapi induk yang di integrasikan dengan tanaman jagung (kg/ekor/hari). 4. Analisis nilai ekonomi penerapan integrasi sapi jagung di lahan suboptimal. Pertambahan bobot badan ternak dilakukan penimbangan setiap bulannya. Pengamatan nilai ekonomis usaha integrasi ternak dan tanaman dihitung berdasarkan output dan outcome yang di lakukan sebelum dan setelah integrasi. 3.5.3. Analisis data Data pertumbuhan dan produktivitas tanaman jagung, ternak dan lahan yang terkumpul dianalisis dengan analisis of variant (ANOVA) dan uji lanjut dengan Tukey (Gomez dan Gomez, 1984). Pengkajian ini menggunakan 3 perlakuan pakan (Tabel 1) setiap perlakuan diulang 7 kali, faktor yang di ukur pada ternak sapi adalah pertambahan bobot badan. Analisis finansial dilakukan untuk menentukan kelayakan usahatani. Data hasil pengkajian yang diadopsi oleh pengguna dianalisis secara deskriptif serta menggunakan interval kelas. 3.5.4. Temu lapang Kegiatan ini dimaksudkan untuk penyebaran informasi hasil pengkajian bagi para pelaku usaha dan pelaku agribisnis perternakan sapi potong dari lokasi lain yang memiliki karakteristik lingkungan dan sosial ekonomi yang sama.
13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Lokasi Pengkajian Desa Batu Raja R dan Batu Layang secara administrasi termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Hulu Palik, Kabupaten Bengkulu Utara, topografi yang bergelombang dan berbukit-bukit, ketinggian tempat 400 – 500 meter diatas permukaan laut, suhu harian rata-rata 250- 300C, curah hujan rata-rata pertahun 1.500 mm, tekstur tanah adalah lempung berpasir, jenis tanah podsolik merah kuning, dan pH tanah 5,5 – 6,5. Batas-batas wilayah Desa Baturaja R adalah sebelah Utara dengan Desa Baturoto, sebelah Selatan dengan Desa Padang Bendar, sebelah Timur dengan Desa Padang Bendar dan Hutan TNKS dan sebelah Barat dengan Desa Air Banai. Luas wilayah Desa Batu Raja R dan desa Batu Layang sekitar 438 ha yang didominasi oleh lahan perkebunan dan persawahan. Lahan persawahan sekitar 275 ha, lahan perkebunan 137 ha, sawah irigasi teknis 62 ha, irigasi setengah teknis 113 ha, sisanya adalah kolam, pekarangan dan lahan rawa. Jumlah penduduk sebanyak 932 jiwa terdiri dari 270 kepala keluarga dengan mata pencaharian utama adalah sebagai petani, sebagian kecil pedagang, dan pegawai negeri sipil. Kelompok tani yang terdapat pada desa Batu Raja R berjumlah 8 kelompok tani, 3 kelompok wanita tani dan 1 gapoktan (Gapoktan Bumai Jayo). Desa Batu Raja R dan desa Batu Layang adalah daerah perkebunan dan tanaman pangan, tanaman pangan masyarakatnya adalah tanaman padi dan tanaman jagung, masyarakat melakukan pemanenan jagung satu kali musim tanam setiap tahunnya. Berdasarkan hasil koordinasi dengan pemerintah daerah bahwa desa Batu Raja R dan desa Batu Layang merupakan salah satu daerah penghasil jagung di kabupaten Bengkulu Utara, namun pemanfaatan limbah tanaman jagung (daun, batang, kelobot dan tongkol) belum termanfaatkan (terolah) oleh ternak dengan baik. Populasi sapi potong di Desa Batu Raja R sebanyak 217 ekor dan di Desa Batu Layang sebanyak 284 ekor, ayam buras 2.600 ekor, dan kambing berjumlah 39 ekor. Produksi rata-rata komoditas tanaman padi 5 ton/ha, jagung 6 ton/ha, kakao 0,8 ton/ha dan karet 0,225 ton/ha. Sarana pendukung usaha ternak pada kelompok cukup memadai, kelompok mempunyai rumah tempat pembuatan kompos (rumah kompos), masih tersedia lahan untuk penanaman hijauan
14
makanan ternak (HMT) seluas 50 ha. Lahan untuk penanaman tanaman jagung masih tersedia di sekitar areal Desa Batu Raja R dan Desa Batu Layang. 4.2. Koordinasi dengan Stakeholders Pelaksanaan kegiatan koordinasi dilakukan di tingkat provinsi yaitu ke Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu, pemerintah daerah melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan mendukung kegiatan pengkajian sistem integrasi ternak sapi dengan tanaman jagung di lahan suboptimal di Kabupaten Bengkulu Utara. Koordinasi di tingkat pemerintah daerah Kabupaten Bengkulu Utara dilakukan dengan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bengkulu
Utara.
Hasil
koordinasi
di
tingkat
kabupaten
yaitu
dengan
direkomendasikan di beberapa kecamatan tetapi kemudian dipilih di kecamatan Hulu Palik di wilayah Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) Baturoto. Koordinasi dilanjutkan ke BPK Desa Baturoto, yang merekomendasikan kegiatan dapat dilaksanakan pada Desa Batu Raja R kecamatan Hulu Palik. Kegiatan koordinasi ke Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Baturoto, Puskeswan Baturoto, Kelompok Tani dan survey lokasi BPK Baturoto Kecamatan Hulu Palik menyambut baik tim BPTP yang telah berkoordinasi dengan pihak BPK Baturoto. Pada dasarnya BPK Baturoto akan selalu siap membantu program SISGUNG pada lahan suboptimal di Kecamatan Hulu Palik, Untuk pelaksanaan kegiatan yang dimaksud maka pihak BPK Baturoto, petugas Puskeswan (Bapak Septi) dan tim BPTP menetapkan Desa Batu Raja R sebagai lokasi pengkajian. Kelompok tani Tri Mukti beranggotakan 28 orang dengan mata pencaharian sebagai petani dan sebagai peternak, berdasarkan hasil surveymenunjukan bahwa kondisi lahan sudah sesuai dengan cirri-ciri lahan suboptimal, luas yang diinginkan sudah sesuai dengan tujuan pengkajian. Hasil survey kondisi kandang ternak dan kondisi ternak menunjukan bahwamasih banyak yang perlu di benahi dalam budidaya ternak oleh kelompok tani Tri mukti desa Batu Raja R dan Batu Layang. 4.3. Sosialisasi Rencana Kegiatan Kegiatan sosialosasi bertujuan untuk menyampaikan rencana kegiatan Integrasi Sapi dengan Jagung Pada Lahan Suboptimal di Provinsi Bengkulu yang akan dilaksanakan pada desa Batu Raja R dan desa Batu Layang, kegiatan
15
dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2015 acara tersebut dihadiri oleh petugas inseminator Puskeswan Baturoto, PPL desa Batu Raja R dan Desa Batu Layang, perangkat desa, tokoh masyarakat, dan seluruh pengurus serta anggota kelompok tani Tri Mukti, adapun hasil kegiatan sosialisasi sebagai berikut :
Pelaksanaan kegiatan pengkajian sistem integrasi sapi dengan tanaman jagung akan dilaksanakan di desa Batu Raja R dan Desa Batu Layang. kelompok tani yang menjadi kooperator adalah kelompok tani Tri mukti.
Untuk pelaksanaan kegiatan para petugas lapangan (PPL dan Petugas Puskeswan) siap untuk membantu tugas-tugas yang berkaitan dengan kegiatan teknis di lapangan.
Seluruh anggota kelompok tani Tri Murti, kepala desa, tokoh adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat akan ikut membantu pelaksanaan kegiatan.
Setiap hari jum’at kelompok kooperator akan berkompul di pendopo desa untuk membahas masalah-masalah di lapangan yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan integrasi.
Ternak sapi yang akan digunakan dalam percobaan adalah sapi bali betina berumur 1 – 2 tahun, sedangkan tanaman jagung yang akan di gunakan adalah tanaman jagung manis varitas Bonanza.
Lahan yang akan dijadikan tempat penanaman jagung seluas 3 ha dengan system penanaman secara bertahap seluas 0,25 ha, dengan 12 kali penanaman. Penanaman dilakukan secara bertahap setiap minggu dengan tanpa olah tanah.
Kelompok tani kooperator siap menyebar luaskan teknologi yang diterapkan dalam kegiatan integrasi tersebut kepada kelompok/masyarakat yang belum tergabung dengan kelompok kooperator.
4.4.
Peningkatan Kualitas Lahan Suboptimal Melalui Integrasi Sapi dengan Jagung Pengambilan sampel tanah sebelum adanya integrasi dilakukan pada 3
lokasi pengamatan. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah BPTP Bengkulu. Hasil analisis sampel tanah tanah sebelum adanya integrasi menunjukkan bahwa tanah agak masam, C organik tinggi, N organik sedang sampai tinggi dan P organik rendah sampai tinggi (Tabel 3).
16
Tabel 3. Hasil analisis tanah sebelum integrasi Kadar Air
Terhadap Contoh Tanah Kering 1050C
Ekstrak 1:5 pH
Bahan Organik
Kode
C
P Bray I
N
Nilai Tukar Kation (NH4Acatat 1 N, pH 7) K-dd
Na-dd
Ca-dd
Mg-dd
KTK
%
H2O
KCL
BRR1
6,20
6,46
3,75
2,45
0,27
6,74
0,13
0,089
0,46
1,84
28,09
BRR2
8,80
6,00
3,70
4,64
0,64
14,20
0,21
0,087
1,01
1,92
26,61
BRR 3
8,00
6,37
3,54
4,40
0,39
4,10
0,37
0,100
1,25
1,60
28,53
%
ppm
_____________me/100 gr _____________
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Tanah BPTP Bengkulu, 2015
Hasil analisis tanah setelah adanya integrasi sapi dengan jagung pada lahan suboptimal disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa tanah agak masam, C organik rendah, N organik sangat rendah sedangkan P organik sangat tinggi. Berdasarkan hasil analisis tanah sebelum dan setelah integrasi dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan pada unsur hara Phosphor (P) sedangkan bahan organik
C dan N serta pH belum terjadi
peningkatan. Hal ini disebabkan karena pada saat pengambilan sampel tanah terjadi musim kemarau cukup panjang sehingga pemberian kompos dan pupuk anorganik belum sepenuhnya meningkatkan unsur hara lahan suboptimal. Tabel 4. Hasil analisis tanah setelah adanya integrasi sapi Kadar Air
Kode
%
Terhadap Contoh Tanah Kering 1050C
Ekstrak 1:5 pH
Bahan Organik
H2O
KCL
C
P Bray I
N %
Nilai Tukar Kation (NH4Acatat 1 N, pH 7) K-dd
Na-dd
Ca-dd
Mg-dd
KTK
ppm
_____________me/100 gr _____________
Yo
12,60
5,79
4,72
1,60
0,48
29,27
2,04
0,20
2,46
1,69
30,15
Dwi
8,65
5,51
4,19
1,93
0,28
26,41
2,60
0,16
1,56
11,81
22,04
Suk
8,92
6,12
3,82
1,60
0,34
26,61
2,64
0,31
0,97
3,02
21,70
Sug
31,31
6,24
3,77
1,34
0,51
21,78
3,28
0,21
1,54
6,31
35,70
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Tanah BPTP Bengkulu, 2015
4.5. Produksi Jagung Manis dan Jerami Jagung Manis Hasil produksi jagung manis sebelum dan setelah integrasi disajikan pada Tabel 5.
17
Tabel 5. Produksi jagung manis sebelum dan setelah integrasi (kg/ha) Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Rata-rata
Produksi Jagung Manis (kg/ha) Sebelum Integrasi Setelah Integrasi 1.650 2.620 1.800 2.760 1.900 3.060 1.000 1.680 2.000 2.540 2.100 2.920 2.000 2.780 1.750 2.600 2.100 2.820 1.700 2.600 1.800 2.580 1.500 2.200 1.775 2.597
Hasil produksi jagung manis rata-rata sebelum integrasi adalah 1.775 kg/ha sedangkan setelah integrasi meningkat menjadi 2.597 kg/ha (Tabel 5). dengan jumlah produksi buah jagung manis perhektar adalah 2.597 kg/ha, berarti produksi rata-rata per luas lahan 0,25 ha yang diusahakan oleh petani memperoleh hasil tanaman jagung adalah 649 kg. Hasil produksi jagung manis tersebut meningkat 822 kg/ha dibandingkan sebelum integrasi. Hasil produksi jagung manis tersebut masih belum optimal jika dibandingkan dengan produksi jagung manis pada lahan yang bukan suboptimal yang bisa mencapai 8.000 kg/ha. Selain itu juga pada saat pengkajian terjadi musim kemarau yang cukup panjang sehingga produksi jagung berkurang. Tabel 6. Produksi jerami jagung manis sebelum dan setelah integrasi (kg/ha) Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Rata-rata
Produksi Jerami Jagung Manis (kg/ha) Sebelum Integrasi Setelah Integrasi 3.300 5.160 3.500 5.680 3.900 6.040 2.050 3.220 3.850 4.860 4.000 5.560 3.950 5.540 3.476 5.680 3.890 5.636 3.350 5.560 3.700 5.480 3.020 4.460 3.499 5.240
18
Hasil produksi jerami jagung manis rata-rata sebelum integrasi rata-rata berjumlah 3.499 kg/ha sedangkan produksi jerami jagung manis setelah integrasi meningkat menjadi 5.240 kg/ha, data selengkapnya disajikan pada Tabel 5. Setiap ekor sapi membutuhkan pakan hijauan 10% dari bobot badan, dengan rata-rata bobot badan sapi sebesar 200 kg/ekor, maka ternak sapi membutuhkan 20 kg pakan jerami jagung manis perhari. Selama 90 hari masa pemeliharaan, dengan jumlah sapi induk 14 ekor membutuhkan jerami jagung sebesar 25.200 kg. Hasil produksi jerami jagung manis seluas 3 hektar yang hanya sebesar 15.720 kg belum mencukupi untuk kebutuhan pakan hijauan ternak sapi induk pada perlakuan I dan perlakuan II selama 3 bulan pemeliharaan, sehingga ditambahkan dari luar pengkajian yang berasal dari petani jagung di desa Batu Layang. 4.6. Pertambahan Bobot Badan Induk Sapi Bali Hasil analisis proksimat pakan ternak pada laboratorium kimia FMIPA UNIB disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 menunjukkan bahwa hasil analisis proksimat sampel pakan ternak dari jerami jagung manis yang difermentasi (PII) maupun non fermentasi (PI) menunjukkan kadar protein yang lebih tinggi yaitu sebesar 8,31% dan 9,80%, dibandingkan dengan rumput lapangan (PIII) yang hanya sebesar 7,27%. Tabel 7. Hasil Analisis Pakan Perlakuan Nama Sampel Non fermentasi (PI) Fermentasi (PII) Petani (PIII)
Parameter Analisis Lemak Protein Serat Karbohidrat (%) (%) Kasar (%) (%) 0,58 8,31 15,14 32,87
Abu (%) 2,98
Air (%) 46,12
2,12
60,05
0,50
9,80
9,12
-
-
1,84
7,27
14,32
2-5,41
Sumber : Hasil analisis proksimat laboratorium kimia FMIPA UNIB, 2015
Hasil penimbangan bobot badan yang dilakukan setiap sebulan sekali selama 3 bulan, perlakuan I adalah 0,41 kg/hr/ekor, Perlakuan II adalah 0,62 kg/hr/ekor dan perlakuan III (teknologi petani) adalah 0,20 kg/hr/ekor (Tabel 8). Hal ini menunjukan bahwa integrasi sapi dengan tanaman jagung manis dengan penggunaan pakan limbah tanaman jagung dapat meningkatkan bobot badan
19
harian lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi petani (P III) yang hanya di berikan rumput hijauan saja. Teknologi pemberian pakan menggunakan jerami jagung yang di fermentasi maupun non fermentasi dapat mempercepat pertumbuhan induk sapi Bali. Tabel 8. Hasil Penimbangan Bobot Badan selama 3 Bulan Perlakuan PI PII PIII
B0 229,14 284,71 238,00
Bulan Penimbangan (kg) B1 B2 224,86 245,00 292,57 318,71 244,00 247,43
B3 266,14 341,14 256,29
PBBH (kg/ekor) 0,41 0,62 0,21
Keterangan : B0 : Bulan awal; B1 : Bulan ke-1; B2 : Bulan ke-2; B3 : Bulan ke-3
Hasil kotoran sapi yang di hasilkan per ekor/hari adalah 5 kg, artinya dari 21 ekor sapi menghasilkan 105 kg kotoran ternak setiap harinya atau 3 ton/bulan. Jumlah kotoran sapi tersebut telah mencukupi untuk kebutuhan pupuk kompos berbasis kotoran ternak pada lahan seluas 3 hektar yang membutuhkan 6 ton kotoran ternak selama penanaman jagung manis dengan dosis pemberian pupuk 0,5 kg/lubang tanam. 4.7. Analisis Usahatani Sebelum dan Sesudah Integrasi Dari hasil analisis finansial usahatani diperoleh hasil seperti disajikan pada Tabel 8. Hasil analisis finansial usahatani jagung menunjukkan bahwa produksi jagung yang dicapai petani sebesar 1.775 ton/ha per musim tanam diperoleh keuntungan sebesar Rp. 3.055.000 dan setelah penambahan pupuk kompos dan pupuk anorganik seperti tersebut di atas pendapatan petani meningkat menjadi Rp. 4.708.000/musim tanam. Demikian halnya dengan pendapatan pada pemeliharaan sapi Bali induk sebelum integrasi keuntungan sebesar Rp. 4.725.000 dan setelah integrasi meningkat pendapatannya menjadi Rp. 6.005.000 (Tabel 9).
20
Tabel 9. Analisis Usahatani Sebelum dan Sesudah Integrasi pada Tanaman Jagung Keterangan Pendapatan: Produksi (kg/ha) Harga jagung (Rp/kg) Pendapatan (Rp/ha) Biaya : Bibit (Rp/ha) Persiapan lahan (Rp/ha) Penanaman (Rp/ha) Upah pemberantasan hama/penyakit Penyiangan Insektisida (Rp/ha) Upah pemupukan (Rp/ha) Urea (Rp/ha) SP 36 (Rp/ha) KCl (Rp/ha) Pupuk kandang (2 ton/ha) Pengairan Panen (Rp) Pajak (Rp/ha) Total Biaya Keuntungan B/C R/C Tabel 10.
Sebelum Integrasi Sesudah Integrasi 1.775 3.000 5.325.000
2.597 3.000 7.791.000
120.000 150.000 300.000 50.000 150.000 150.000 100.000 1.000.000 100.000 150.000 2.270.000 3.055.000 1,35 2,35
120.000 150.000 300.000 50.000 150.000 150.000 100.000 1.380.000 276.000 37.000 500.000 100.000 150.000 3.083.000 4.708.000 1,53 2,53
Rata-rata biaya dan pendapatan pemeliharaan satu ekor sapi Bali induk selama 3 bulan
Uraian Biaya produksi : Bibit sapi Tenaga kerja 90 HOK Jerami jagung 20 kg x 90 hari = 1.800 kg Rumput lapangan 20 kg x 90 hari = 1.800 kg Obat cacing Jumlah Penerimaan : Penjualan sapi Kelahiran Penjualan pupuk kandang 5 kg x 90 hari Jumlah Keuntungan Benefit cost ratio (B/C)
Sebelum integrasi Harga Total (Rp) satuan (Rp)
Setelah integrasi Harga Total satuan (Rp) (Rp)
5.000.000 10.000 -
5.000.000 900.000 -
5.000.000 10.000 500
5.000.000 900.000 900.000
100
180.000
-
-
10.000
10.000 6.090.000
10.000
10.000 6.810.000
8.000.000 2.500.000 700
8.000.000 2.500.000 315.000
10.000.000 2.500.000 700
10.000.000 2.500.000 315.000
10.815.000 4.725.000 0,78
21
12.815.000 6.005.000 0,88
4.8. Temu Lapang Kegiatan temu lapang integrasi sapi dengan tanaman jagung pada lahan suboptimal dilaksanakan pada kantor penyuluhan BPK Batu Roto Kecamatan Hulu palik dengan tujuan memperkenalkan beberapa teknologi sebagai penunjang kegiatan Sistem Integrasi Sapi dengan
Jagung di Lahan Suboptimal, dengan
jumlah peserta yang hadir adalah 50 orang, turut juga dihadiri oleh Kepala Puskeswan Hulu Palik (Bapak Watris), Koordinator Penyuluh BPK Batu Roto (Bapak BR.Sialoho), Kepala seksi Lingkungan hidup kecamatan Hulu Palik, seluruh pengurus/ anggota kelompok tani Tri Mukti desa Batu Raja R dan Desa Batu Layang serta tokoh masyarakat kecamatan Hulu Palik. Kegiatan temu lapang dilaksanakan untuk memperkenalkan teknologiteknologi integrasi yang telah dilaksanakan pada demplot kelompok tani Tri Mukti, materi ini di sampaikan oleh saudari Wahyuni Ameilia Wulandari, S.Pt. M.Si. pada kegiatan Sistem Integrasi Sapi dengan Jagung di lahan Suboptimal di Kabupaten Bengkulu Utara kepada masyarakat Kabupaten Bengkulu Utara khususnya kecamatan Hulu Palik. Disamping teknologi integrasi petani/peternak juga di bekali oleh tim kegiatan mengenai teknologi pengolahan kompos, perbanyakan activator pembuatan kompos. Pada pelaksanaan acara temu lapang juga hadir petugas dari Balai Veteriner Lampung (Bapak Drh. Joko Susilo) yang memberikan materi tentang manajemen reproduksi dan kesehatan ternak. Dengan hasil yang di harapkan adalah : 1. Beranak setiap tahun • 3 bulan setelah melahirkan sudah minta kawin • Induk dan anak sehat • Angka kebuntingan tinggi • Dikawinkan 1 – 2 kali • Kelahiran normal 2. Pertumbuhan pedet cepat. Setelah penyampaian materi oleh kedua pembicara, kegiatan temulapang dilanjutkan dengan demonstrasi pembuatan silase berbasis limbah panen tanaman jagung manis oleh pengurus kelompok tani Tri Mukti.
22
V. KESIMPULAN 1.
Integrasi sapi dengan jagung yang dilaksanakan di Kabupaten Bengkulu Utara pada lahan sub optimal memiliki potensi yang sangat baik untuk pengembangan tanaman jagung dan ternak dengan melalui sistem integrasi.
2.
Adanya integrasi tanaman jagung dengan ternak sapi telah dapat membantu petani dan peternak untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak dengan penanaman secara bertahap 0,25 ha perminggu, kemudian kotoran ternak telah dimanfaatkan sebagai kompos untuk tanaman jagung. Pemberian pupuk organik pada lahan dapat meningkatkan kesuburan tanah.
3.
Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa produksi jagung yang dicapai petani sebesar 1.500 ton/ha per musim tanam diperoleh keuntungan sebesar Rp. 2.230.000 dan setelah penambahan pupuk kompos dan pupuk anorganik seperti tersebut di atas pendapatan petani meningkat menjadi Rp. 4.337.000/musim tanam. Pendapatan dari pemeliharaan sapi Bali induk sebelum integrasi keuntungan sebesar Rp. 4.725.000 dan setelah integrasi meningkat
pendapatannya
menjadi
Rp.
6.005.000
sehingga
dengan
mengintegrasikan usaha tani sapi dengan tanaman jagung manis, petani semakin besar peluang untuk mendapatkan keuntungan dari kedua komoditas usaha yang dilaksanakan.
23
KINERJA HASIL PENGKAJIAN 1.
Koordinasi dilaksanakan dengan Dinas Peternakan dan kesehatan hewan Provinsi Bengkulu dan Dinas pertanian dan perternakan kabupaten Bengkulu Utara untuk menentukan lokasi pengkajian yang sesuai dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang mendukung terlaksananya kegiatan pengkajian. Pelaksanaan kegiatan pada wilayan berbasis tanaman jagung dan ternak sapi.
2.
Penyampaian beberapa teknologi pembuatan pupuk organik kompos, pengawetan pakan hijauan asal tanaman jagung (silase) melalui kegiatankegiatan pertemuan kelompok.
3.
Komponen teknologi integrasi yang dilaksanakan pada kelompok tani Tri Mukti dapat meningkatkan bobot badan ternak sebesar 0,4 kg/ekor/hari pada PI, 0,6 kg/ekor/hari pada PII sedangkan perlakuan petani PIII sebesar 0,2 dengan hanya pemberian rumput lapang saja.
4.
Sistem
integrasi
tanaman
jagung
dengan
ternak
sapi
lebih
meudahkan/menguntungkan petani dengan mendapatkan nilai tambah dari pemanfaatan limbah tanaman jagung dan memperoleh pupuk organik dari ternak sapi. 5.
Analisis tanah yang dilakukan pada awal dan pada akhir dilakukannya kegiatan pengkajian maka terlihat bahwa, ekstrak 1 : 5 pH KCl tanah menjadi meningkat ± 0,23 - 0,9, P Bray I meningkat ± 14 ppm dan nilai tukar kation terhadap contoh tanah kering 1050C.
24
DAFTAR PUSTAKA Astuti, U.P. 2010. Pemetaan Kebutuhan Benih Padi, Jagung, dan Kedele (VUB,volume) dan Pengembangan Penangkar Benih yang Efisien (>10%) di Bengkulu (Laporan Akhir PIPKPP). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu, Bengkulu. Balai Penelitian Tanaman Pangan. 2011. Laporan Tahun 2011 Penelitian Aneka Kacang, Umbi dan jagung Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Teknologi produksi Jagung, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Bailey, K.D. 1987. Methods of Social Research. Third edition. The Free Press, New York. BPS. 2001. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta BPS. 2013. Bengkulu Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Bengkulu Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat. 2007. Potensi Pupuk Organik. http://www.disnaksumbar.org.) 2008. Gomes, K.A and Gomes., AA. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Edisi kedua, Universitas Indonesia. Jakarta. Haryono dan Subagyono.K. 2013. Hidayat, A dan Mulyani.A 2002. Lahan kering untuk pertanian dalam buku teknologi pengelolaan lahan kering menuju pertanian produktif dan ramah lingkungan.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor. Suastika,I. W, Ratmini, NP.S, T. Turmalan. 1997. Budidaya kedelai di lahan pasang surut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Idjudin, A. Abas, Marwanto, S. 2008. Reformasi pengelolaan lahan kering untuk mendukung swasembada pangan. Koesrini dan William. E. 2009. Penampilan Genotipe Kedelai dengan Dua Perlakuan Kapur di Lahan Pasang Surut Bergambut.Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Vol 28 No. 1.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Nursyamsi, D. 2003. Penelitian Kesuburan Tanah Oxisol untuk Jagung. J. Tanah. Tropika. No 17 : 53–65. Priyanti, A. 2007. Dampak Program Sistem Integrasi Tanaman Ternak terhadap Alokasi Waktu Kerja, Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani.Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rohaeni, E.S., Amali, N. Sumanto, dan Subhan, A. 2010. Pengkajian Integrasi Usaha Tani Jagung dan Ternak Sapi di Lahan Kering Kabupaten Tanah Laut Kalimantan, BPTP. Kalimantan Selatan. Sariubang, M.A., A. Syam, dan A. Nurhayu. 2003. Sistem Usaha Tani TanamanTernak pada Lahan Kering Dataran Rendah di Kabupaten Takalar, Sulawesi
25
Selatan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. (http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id.) 2007. Soepandie, D., dan I.H. Utomo. 1995. Pengelolaan Lahan dan Teknik Konservasi di Lahan Kering.Makalah penunjang Diskusi Pengembangan Teknologi Tepat Guna di Lahan Kering untuk Mendukung Pertanian Berkelanjutan. Bogor, 27 September 1995. Suwandi. 2005. Keberlanjutan Usaha Tani Terpadu Pola Padi Sawah-Sapi Potong Terpadu di Kabupaten Sragen: Pendekatan RAP-CLS. Disertasi. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. Utomo, B.N, Widjaja E., dan Dara., E.K. 2009. Pengaruh ppemberian probiotik lokal (jamu EKD) terhadap pertambahan bobot badan harian sapi Bali jantan di Kalimantan Selatan. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Pertanian vol. 12 no. 1, Maret 2009 hal 11 - 20.
26
ANALISIS RISIKO Analisis risiko diperlukan untuk mengetahui berbagai risiko yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian. Dengan mengenal risiko, penyebab, dan dampaknya maka akan dapat disusun strategi ataupun cara penanganan risiko baik secara antisipatif maupun responsif (Tabel 11 dan 12). Tabel 11. Daftar risiko pelaksanaan kegiatan No.
RISIKO
PENYEBAB
DAMPAK
1.
Sulit mendapatkan petani kooperator yang memiliki lahan jagung dan ternak sapi
Keterbatasan modal yang dimiliki petani
Sistem integrasi sulit diterapkan
2.
Terlambatnya pengarapan lahan suboptimal
Terlalu berat bagi petani membuka lahan sub optimal
Keterlambatan dalam penanaman jagung
Tabel 12. Daftar penanganan risiko dalam pelaksanaan kegiatan No. RISIKO
PENYEBAB
PENANGANAN
1.
Sulit mendapatkan petani kooperator yang memiliki lahan jagung dan ternak sapi
Keterbatasan modal yang dimiliki petani
Mendekatkan kedua petani jagung dan ternak agar saling berintegrasi
2.
Terlambatnya penggarapan lahan suboptimal
Terlalu berat bagi petani membuka lahan sub optimal
Upaya untuk penggunaan traktor dalam pengolahan lahan
27
JADWAL KERJA No.
Uraian Kegiatan 1. 2. 3. 4. 6. 7. 8. 9.
Penyusunan RDHP Penyusunan/pembahasan dan perbaikan RODHP Koordinasi dan sosialisasi Pelaksanaan Laporan bulanan Laporan tengah tahun Laporan akhir tahun Seminar
Bulan 1
2
3
X
X X
X
X X
X
X X X
4
5
6
7
8
9
10 11 12
X X X
X X
X X
X X X
X X
X X
X X
X
X X X
28
PEMBIAYAAN A. Rencana Anggaran Belanja (RAB) No 1. 2. 3.
4. 5.
6.
No
Jenis Pengeluaran
Volume
Belanja Bahan 1.Penggandaan dan laminasi 2. Konsumsi Honor Output Kegiatan 1. UHL 2. Honor petugas lapang Belanja Barang untuk Persediaan Barang Konsumsi 1. Bahan sarana pengkajian dan pendukung lainnya 2. ATK, komputer supplies, penjilidan dan pelaporan Belanja Barang Non Operasional Lainnya 1. Analisa Laboratorium Belanja Perjalanan Biasa Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan (berkisar antara Rp. 365.000 s/d Rp. 5.000.000 Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota 1. Uang Harian dalam rangka workshop, apresiasi evaluasi pelaksanaan kegiatan, pertemuan, sosialisasi 2. Paket kegiatan dalam rangka workshop, apresiasi evaluasi pelaksanaan kegiatan, pertemuan, sosialisasi Jumlah
Harga Satuan (Rp.000)
Jumlah Biaya (Rp.000) 7.000.000 2.000.000 5.000.000 6.300.000 3.500.000 2.800.000 39.570.000
1 paket 100 OK
2.000.000 50.000
100 OH 28 OH
35.000 100.000
1 tahun
33.000.000
33.000.000
1 paket
6.570.000
6.570.000
1 paket
5.000.000
5.000.000 5.000.000
4 OP
5.000.000
20.000.000 20.000.000 3.720.000
12 OH
130.000
1.560.000
12 OP
180.000
2.160.000
1 81.590.000
29
B. No
1.
Realisasi Anggaran No
Jenis Pengeluaran
Ralisasi Anggaran (Rp)
Persentase Keuangan (%)
Persentase Fisik (%)
1.240.000
62
90
1.650.000 2.890.000
33 41
70
3.500.000 2.800.000 6.300.000
100 100 100
100 100 100
33.000.000
100
100
6.568.360 39.568.360
100 100
100 100
5.000.000 5.000.000
100 100
100 100
20.000.000
100
100
20.000.000
100
100
1.540.000
100
100
2.160.000
100
100
3.700.000 77.458.360
100 94,93
100 100
Belanja Bahan 1. Penggandaan dan laminasi 2. Konsumsi Jumlah
2.
3.
4.
5.
6.
Honor Output Kegiatan 1. UHL 2. Honor petugas lapang Jumlah Belanja Barang untuk Persediaan Barang Konsumsi 1. Bahan sarana pengkajian dan pendukung lainnya 2. ATK, komputer supplies, penjilidan dan pelaporan Jumlah Belanja Barang Non Operasional Lainnya 1. Analisa Laboratorium Jumlah Belanja Perjalanan Biasa Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan (berkisar antara Rp. 365.000 s/d Rp. 5.000.000 Jumlah Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota 2. Uang Harian dalam rangka workshop, apresiasi evaluasi pelaksanaan kegiatan, pertemuan, sosialisasi 3. Paket kegiatan dalam rangka workshop, apresiasi evaluasi pelaksanaan kegiatan, pertemuan, sosialisasi Jumlah TOTAL
30
80
PERSONALIA No
1
Nama/NIP
Wahyuni Amelia W, SPt, MSi/ 19750724199903 2002
Jabatan Fungsional /Bidang keahlian Peneliti Muda/ Budidaya Ternak
Jabatan dalam Kegiatan
Uraian Tugas
Penanggung 1. jawab
2.
3.
4.
2
Ir. Siswani Dwi Daliani/ 19600730198903 2001
PP Muda /Produksi Ternak
Anggota
1.
3
Zul Efendi, SPt. 19690227200701 1001
Peneliti Pertama/ Budidaya Ternak
Anggota
1.
4.
Erpan Ramon, SPt/ 19751210 200912 1004
Peneliti pertama/ Budidaya Ternak
Anggota
1.
5.
Rizal Efendi SE/ 19720605 200003 1 001 M.Nur
Teknisi
Anggota
1.
Teknisi
Anggota
1.
6.
31
Mengkoordinir anggota tim dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan. Membuat perencanaan, mengkordinir pelaksanaan kegiatan pendampingan PSDSK di Provinsi Bengkulu. Mengevaluasi kinerja dan pencapaian anggota tim secara periodik/per bulan Bertanggungjawab terhadap Kepala Balai dan memberikan laporan fisik dan keuangan secara periodik (bulanan). Membantu penanggung-jawab dalam perencanakan, pelaksanaan, dan pelaporan. Membantu penanggung-jawab dalam perencanakan, pelaksanaan, dan pelaporan pendampingan Membantu penanggungjawab dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pendampingan Membantu teknis pelaksanaan kegiatan dilapangan Membantu teknis pelaksanaan kegiatan dilapangan
Alokasi Waktu (Jam/ minggu) 10
6
6
6
6 6
Lampiran 1. Hasil analisa limbah jagung
32
Lampiran 2. Foto-foto pelaksanaan kegiatan Kegiatan sosialisasi rencana kegiatan SISGUNG di desa Batu Raja R kecamatan Tanjung Agung Palik
Penyerahan saprodi dan benih tanaman jagung manis oleh tim Kegiatan SISGUNG kepada kelompok tani Tri Mukti desa Baturaja R. Bengkulu Utara
Kegiatan pengapuran lahan oleh kelompok tani Tri Mukti
Kegiatan pemberian pupuk kompos pada lubang tanam
33
Pembuatan lubang tanam dengan jarak tanam 75 x 25 cm
Kegiatan penanaman tanaman jagung manis pada lahan anggota kelompok tani Tri Mukti
Kondisi tanaman jaguang pada umur 15 hari
Pemanenan tanaman Jagung berumur 70 hari
34
Pengontrolah proses Pembuatan silase pada kelompok tani Tri Mukti
Pengambilan sampel tanah
Acara Temu Lapang Kegiatan Sistem Integrasi Sapi Jagung di Lahan Suboptimal di kabupaten Bengkulu Utara
35