SIKAP MASYARAKAT DAN STIMULUS KONSERVASI PAKIS SAYUR (Dyplazium esculentum (Retz) Sw.) DI DESA GUNUNG BUNDER II, TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK
ZAKIYYAH
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Sikap Masyarakat dan Stimulus Konservasi Pakis Sayur (Dyplazium esculentum (Retz.) Sw) di Desa Gunung Bunder II, Taman Nasional Gunung Halimun Salak adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, April 2016 Zakiyyah P052130271
RINGKASAN ZAKIYYAH. Sikap Masyarakat dan Stimulus Konservasi Pakis Sayur (Dyplazium esculentum (Retz.) Sw.) di Desa Gunung Bunder II, Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Dibimbing oleh ERVIZAL A.M. ZUHUD dan SUMARDJO. Diplazium esculentum (Retz.) Sw. yang dikenal dengan pakis sayur adalah tumbuhan hutan yang banyak dimanfaatkan masyarakat sejak dahulu sebagai sayur mayur. Potensi tesebut mampu menjadikan pakis sayur sebagai alternatif budidaya untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi namun budidaya tersebut belum dilakukan oleh masyarakat. Pemanfaatan yang dilakukan masyarakat dengan mengambilnya langsung daari hutan tidak sejalan dengan Undang-Undang. Konsep yang disertakan Tri Stimulus Amar mampu menjadikan pembentuk sikap masyarakat terhadap aksi konservasi pakis sayur. Aksi konservasi dibentuk dengan memberikan isu-isu lingkungan terhadap masyarakat sehingga tujuan ideal taman nasional dengan peran serta masyarakat dapat terbantuk. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sikap konservasi masyarakat terhadap pakis sayur, untuk menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi stimulus rela untuk mewujudkan aksi konservasi terhadap pakis sayur, dan untuk mendeskripsikan aksi konservasi yang sudah dilakukan oleh masyarakat. Penelitian ini dirancang dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif kuantitatif, yaitu menjelaskan hubungan antar variabel dengan menganalisis data numerik (angka) menggunakan metode statistik melalui uji hipotesis. Tahapan penelitian ini meliputi pembuatan kuesioner stimulus alamiah, stimulus manfaat, dan stimulus rela pakis sayur. Melakukan uji valditas dan reliabilitas dengan menggunakan korelasi Product Moment Person dan Cronbach Alpha. Wawancara kepada 25 orang responden yang dilakukan secara Snowball sampling dengan kriteria masyarakat yang memanfaatkan atau mengkonsumsi pakis sayur kurun waktu 3 bulan. Pengolahan dan analisis data dengan menentukan persentase jawaban dan menentukan ambang stimulus. Serta menjelaskan secara naratif deskriptif hasil yang telah didapat. Sikap konservasi masyarakat terhadap pakis sayur belum terwujud karena terjadi bias pada stimulus alamiah, stimulus manfaat, dan stimulus rela. Stimulus alamiah mengenai lama pertumbuhannya berkisar dua minggu masyarakat tidak mengetahui secara pasti karena tidak setiap waktu masyarakat mengamati pertumbuhan pakis sayur secara langsung. Bias stimulus manfaat yang belum terbentuk yakni pada pengetahuan masyarakat mengenai pakis sayur sebagai alternatif tumbuhan obat yang mampu menyembuhkan diare dan asma. Bias tersebut terjadi karena masyarakat tidak memperoleh pengetahuan kandungan gizi yang terdapat pada pakis sayur. Bias stimulus rela terjadi pada kerelaan menanam kembali pakis sayur di hutan, menanam kembali untuk dikonsumsi di lahan pribadi, menanam kembali untuk mencegah longsor dan memanen pakis sayur secara selektif dan sebagian. Bias tersebut terjadi karena ketersediaan pakis sayur di hutan yang melimpah, ketidakpahaman dan keterampilan masyarakat dalam membudidayakan pakis sayur di hutan. Jaminan akses yang diberikan untuk masyarakat menanam dan memanen hasil yang telah ditanam untuk diperjualbelikan.
Faktor yang mempengaruhi kerelaan masyarakat untuk mewujudkan aksi konservasi yakni memberikan pengetahuan mengenai potensi pakis sayur sebagai alternatif budidaya dan manfaat sebagai tumbuhan obat serta memberikan keterampilan teknologi budidaya pakis sayur, kemudahan memperoleh pakis sayur dan hasil produksi pakis sayur yang baik pada masyarakat lokal. Dan memberikan jaminan akses dan pemahaman secara terperinci dan jelas mengenai kebijakan kebijakan yang berlaku untuk mewujudkan peran serta masyarakat agar terwujud tujuan yang ideal bagi taman nasional. Aksi merupakan bentuk nyata dari sikap masyarakat terhadap konservasi pakis sayur. Aksi masyarakat tersebut belum terbentuk secara nyata terkait dengan tidak melakukan penyebaran spora di areal hutan oleh masyarakat dan penanaman kembali pakis sayur di areal lahan milik pribadi.
Kata kunci: Sikap, Konservasi, Stimulus, Pakis sayur
SUMMARY ZAKIYYAH.Attitude Communities and Conservation Stimulus of Vegetable Ferns (Dyplazium esculentum (Retz.) Sw.) in Desa Gunung Bunder II, Gunung Halimun Salak National Park . Supervised by ERVIZAL A.M. ZUHUD and SUMARDJO. Diplazium esculentum (Retz.) Sw. known as the vegetable ferns is a forest plant widely utilized by community since long time ago as vegetables. The potential mentioned able to make vegetable ferns as an cultivation alternative to fullfil economic needs, but cultivation has not been done by the community.The Utilization that done by community to take them directly from the forest are not in line with the Law. The concept which included Tri Stimulus Amar able to make forming community attitudes towards conservation action of vegetable ferns.Conservation action is formed by providing environmental issues to the community so that the the ideal purpose of national parks with community participation can be formed. The purpose of this research to know the conservation attitude of the community towards vegetable ferns, to explain the factors that influence the willing stimulus to realize conservation action against towards vegetable ferns, and to describe the conservation action that has been done by the community. This research was designed using descriptive quantitative method. Descriptive quantitative method, which describes the relationship between variables to analyze numerical data (numbers) using statistical methods through hypothesis testing. Stages this research include the preparation of questionnaires of natural stimulus, benefit stimulus and willing stimulus of vegetable ferns. To test the valditas and reliability by using Product Moment Person Correlation and Cronbach Alpha. Interviews with 25 respondents conducted Snowball sampling with criteria as the people who use or consume vegetable fern period of 3 months. Processing and analysis of data to determine the percentage of responses and determined the stimulus threshold and describes in a descriptive narrative on the results obtained. Conservation attitude of community towards vegetable ferns has not be realized because it happens bias in the natural stimulus, benefit stimulus and willingl stimulus. Natural stimulus on growth of between two weeks old people do not know for sure because not every time people observing the growth of ferns vegetables directly. Bias of benefit stimulus that have not established that the community's knowledge about the vegetable ferns as an alternative medicine plant that can cure diarrhea and asthma.Bias occurs because people do not acquire knowledge of the nutrients contained in vegetables ferns.Bias of willing stimulus occurred in the willingness replant vegetable fern in the forest, replanting for consumption on private land, replant to prevent landslides and harvest vegetable fern selectively and partially. The bias occurs because of the availability of vegetables ferns in the forest are abundant, incomprehension and skills of community in the cultivation of vegetables fern in the forest. Guaranteed access given to the community in planting and harvesting the results of which have been planted for traded.
Factors that influence the community willingness to realize the conservation actions that provide knowledge about potential vegetable fern as an cultivation alternative, utilize as medicinal plants and providing skills cultivation technology of vegetable fern, the ease of obtaining vegetable fern and production of vegetable fern was good in the local community.And providing access guarantees and understanding a detailed and clear policy that applies policies to realize the role of the community in order to realize the ideal purpose for national parks. Action is a real form of community attitudes towards the conservation of vegetable fern. Community action has not yet been formed significantly associated with not doing the spread of spores in the forest area by community and replanting of vegetable fern in the area of private lands.
Keywords: Attitudes, Conservation, Stimulus, Vegetable ferns
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
SIKAP MASYARAKAT DAN STIMULUS KONSERVASI PAKIS SAYUR (Dyplazium esculentum (Retz.) Sw.) DI DESA GUNUNG BUNDER II, TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK
ZAKIYYAH
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Agus Hikmat M.Sc.F.Trop
Judul Tesis :Sikap Masyarakat dan Stimulus Konservasi Pakis Sayur (Dyplazium esculentum (Retz.) Sw.) di Desa Gunung Bunder II, Taman Nasional Gunung Halimun Salak Nama : Zakiyyah NIM : P052130271
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Prof Dr Ir Ervizal A.M. Zuhud, MS. Ketua
Prof Dr Ir Sumardjo, MS. Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof Dr Ir Cecep Kusamana, MS.
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 21 Maret 2016
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015ini ialah Sikap Masyarakat dan Stimulus Konservasi Pakis Sayur (Dyplazium esculentum (Retz.) Sw.) di Desa Gunung Bunder II, Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Ervizal A.M. Zuhud MS. dan Bapak Prof Dr Ir Sumardjo MS., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi pengetahuan dan saran dalam penulisan tesis ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayahanda (Muhammad Djumhur dan Hasan, S.Ag.MM.) beserta Ibunda (Jamilah S.Ag dan Dra. Nani Warsini, MM. ), Suami ku tersayang Arif Abdul Haqq S.Si M.Pd., BPPDN DIKTI, dan pihak terkait lainnya yang telah memberikan bantuan, semangat, dan doa sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Semoga tesis ini mampu memberikan informasi dan pengetahuan yang bermanfaat bagi pembacanya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2016 Zakiyyah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Kerangka Pikir Penelitian Hipotesis 2 TINJAUAN PUSTAKA Sikap Konservasi Pakis Sayur Kebijakan Pengelolaan Taman Nasional 3 METODE Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Alat dan Bahan Jenis dan Sumber Data Pengambilan Responden Instrumen Penelitian Definisi Operasional dan Parameter Peubah Penelitian Tahapan Penelitian Uji Validitas Uji Reliabilitas Teknik Pengolahan dan Analisis Data Uji Hipotesis 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lokasi Penelitian Karakteristik Responden Tingkat Pengetahuan dan Keterampilan Masyarakat Sikap Konservasi Masyarakat terhadap Pakis Sayur Faktor yang Mempengaruhi Stimulus Rela Masyarakat untuk mewujudkan Aksi Konservasi Aksi Konservasi Masyarakat terhadap Pakis Sayur 5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA
X Xi Xii 1 1 2 3 3 4 4 5 6 6 7 8 13 16 16 16 16 16 17 18 19 22 24 27 28 28 30 30 31 36 38
LAMPIRAN
54
RIWAYAT HIDUP
64
43 45 49 49 49 51
DAFTAR TABEL 1 2 3 4
Kadar Kandungan Pakis Sayur per 100gr Daun Pakis Peraturan Pengelolaan Taman Nasional Jenis dan Sumber Data Kategori Penilaian Tingkat Pengetahuan dan Keterampilan Konservasi Pakis Sayur 5 Definisi Operasional Pengetahuan Konservasi Pakis Sayur 6 Pola Skor Pilihan Sikap dan Aksi Masyarakat terhadap Konservasi Pakis Sayur 7 Definisi Operasional Karakteristik Responden 8 Definisi Operasional Pengetahuan Responden 9 Definisi Operasional Afektif Konservasi Pakis Sayur 10 Definisi Operasional Keterampilan terhadap Konservasi Pakis Sayur 11 Defini Operasional Sikap terhadap Konservasi Pakis Sayur 12 Defini Operasional Aksi terhadap Konservasi Pakis Sayur 13 Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrument 14 Hasil Reliabilitas Instrument 15 Distribusi Persentase Tingkat Pengetahuan Masyarakat terhadap Konservasi Pakis Sayur 16 Distribusi Persentase Tingkat Keterampilan Masyarakat terhadap Konservasi Pakis Sayur 17 Uji Korelasi Uji Korelasi Spearman Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerelaan Masyarakat Mewujudkan Sikap Masyarakat Menjadi Aksi Konservasi Pakis Sayur 18 Korelasi Sikap Masyarakat terhadap Aksi Masyarakat dalam Konservasi Pakis Sayur
10 13 17 18 19 19 20 21 21 22 22 27 27 36 37 43
45 46
DAFTAR GAMBAR 1 Hubungan Sinyal Pakis Sayur, Stimulus bagi Sikap dan Informasi untuk Aksi Konservasi 2 Skema Penelitian Sikap Masyarakat dan Konservasi Pakis Sayur 3 Morfologi Pakis Sayur 4 Petani setelah Memanen Pakis Sayur di Hutan 5 Alur Proses Tahapan Penelitian 6 Validitas Kuesioner Pengetahuan 7 Validitas Kuesioner Keterampilan 8 Validitas Kuesioner Sikap dan Afektif 9 Validitas Kuesioner Aksi 10 Peta Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak 11 Dokumentasi Peneliti saat Wawancara 12 Karakteristik Umur Responden 13 Tingkat Pendidikan Responden 14 Jumlah Pendapatan Responden 15 Status Pernikahan
4 5 8 12 23 25 25 26 26 30 32 32 33 34 34
16 Jenis Pekerjaan Responden 17 Tumbuhan Pakis Sayur di bawah Tegakan Pohon Pinus 18 Sikap Masyarakat terhadap Stimulus Alamiah Pakis Sayur 19 Sikap Masyarakat terhadap Stimulus Manfaat Pakis Sayur 20 Kerelaan Berkorban Masyarakat untuk Konservasi Pakis Sayur 21 Masyarakat memanen Daun Muda Pakis sayur 22 Model Proses Pembentukan Aksi Konservasi 23 Aksi Konservasi Masyarakat Terhadap Tumbuhan Pakis Sayur
35 38 39 40 41 42 46 47
DAFTAR LAMPIRAN 1 Validitas dan Reliabilitas Pengetahuan 2 Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Keterampilan 3 Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Sikap dan Afektif 4 Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Aksi
55 56 57 63
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pakis sayur (Dyplazium esculentum (Retz.) Sw.) memiliki potensi dan peran ekonomi, budaya, ekologi dan kesehatan. Potensi ekonomi yang dihasilkan dari pakis sayur sudah terlihat dalam perdagangan internasional seperti dilansir perusahaan dagang China Dalian Dongghemaoyuan Foods Co., Ltd. dalam situs Alibaba.com perusahaan tersebut menjual $1,500-$4,000 per ton pakis sayur dalam kondisi pakis sayur yang telah diasinkan. Pemesanan tersebut akan dipenuhi minimal pembelian 1 ton. Hal tersebut menunjukkan sudah ada sistem perdagangan untuk memperjualbelikan pakis sayur secara internasional. Lain halnya di Indonesia khususnya Lombok Timur pada situs corongrakyat.co.id sistem perdagangannya masih sangat sederhana memulai dengan kegiatan mencari pakis sayur secara rutin setiap hari oleh warga disela-sela kegiatannya mencari rumput di Taman Nasional Gunung Rinjani rata-rata penjual bisa menjual seharga Rp. 40,000.00 kepada pengepul bahkan sudah ada konsumen yang secara rutin memesan 20 kg perhari untuk pemenuhan pelanggan restoran di kawasan Senggigi. Namun hal tersebut terkendala musim hujan dan kemarau yang tidak menentu. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih sangat tergantung pada alam dengan mengambil langsung dari hutan dan belum ada upaya melakukan budidaya. Pakis sayur memiliki peran penting dalam ekosistem yakni sebagai penutup tanah sehingga berfungsi mengatur tata air dan mencegah terjadinya erosi serta menjaga ekosistem hutan (Sastrapradja 1985). Potensi yang dimiliki pakis sayur tersebut dimanfaatkan masyarakat lokal sudah sejak dahulu. Keberadaaanya di hutan membuat masyarakat memanfaatkan pakis sayur dengan mengambilnya langsung dari dalam hutan secara tradisional yakni dengan memetik daun mudanya. Pemanfaatan tersebut belum diiringi dengan kegiatan budidaya sehingga konsep pelestarian sumberdaya khususnya pakis sayur belum terwujud. Sejak dulu pakis sayur dimanfaatkan manusia sebagai bahan makanan (sayuran). Dewasa ini pemanfaatannya berkembang sebagai material baku pupuk organik dan tumbuhan obat (Amoroso 1990). Saat ini pakis sayur banyak diteliti pada bidang farmasi, fitokimia, dan bidang kesehatan lainnya. Para ahli melihat potensi dari pakis sayur karena masyarakat sering menggunakannya sebagai tanaman obat tradisonal. Menurut Benniamin (2011) menyatakan bahwa pada masyarakat adat di sebelah utara India menggunakan tumbuhan pakis untuk mengobati berbagai penyakit seperti; diare, disentri, sakit perut, sakit kepala, dan penyakit kulit. Pemanfaatan pakis sayur harus seiring dengan pelestariannya yaitu dengan melakukan aksi konservasi. Menurut Peraturan Undang-undang No. 5 tahun 1990, konservasi sumberdaya alam hayati, diberi batasan dengan pengelolaan sumberdaya alam yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.
2 Sejalan dengan undang-undang tersebut sikap masyarakat sepatutnya dibentuk sesuai dengan konsep “tri-stimulus amar pro-konservasi” yang merupakan hasil penelitian dari Zuhud et al. (2007). Dalam penelitiannya Tristimulus amar terdiri dari stimulus alamiah, stimulus manfaat, dan stimulus rela. Stimulus alamiah yaitu nilai-nilai kebenaran dari alam, kebutuhan keberlanjutan sumber daya alam hayati sesuai dengan karakter bioekologinya. Stimulus manfaat yaitu nilai nilai kepentingan untuk manusia: manfaat ekonomi, manfaat obat, manfaat biologis/ekologis, dan lainnya. Stimulus rela yaitu nilai-nilai kebaikan, terutama ganjaran dari Sang Pencipta Alam, nilai spiritual, nilai agama yang universal, pahala, kebahagiaan, kearifan budaya/tradisional, kepuasan batin dan lainnya. Ketiga stimulus yang telah diduga telah mampu diharapkan membentuk sikap konservasi pada masyarakat yang memanfaatkan pakis sayur sehingga menimbulkan perilaku pro konservasi. Perilaku pro konservasi dapat terwujud dengan bentuk aksi, baik lisan maupun tulisan. Aksi merupakan bentuk yang sudah nyata, berupa perbuatan terhadap situasi dan rangsangan dari luar. Untuk mewujudkan sikap menjadi sebuah aksi yang nyata diperlukan stimulus (pendorong) atau suatu kondisi yang memungkinkan, seseorang akan memberikan respon atau reaksi terhadap stimulus, apabila ia mengetahui sinyal atau obyek tersebut. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan untuk melihat sikap konservasi masyarakat terhadap pakis sayur untuk pemanfaatan yang berkelanjutan. Perumusan Masalah Pemanfataan pakis sayur di hutan yang dijadikan konsumsi sebagai alternatif sayur mayur sudah sejak lama dilakukan oleh masyarakat. Pemanfaatan tersebut membuktikan adanya interaksi antara hutan dengan masyarakat.. Sebagian wilayah Asia seperti Jepang, China, dan Korea Selatan juga menjadikan pakis sayur sebagai diet sehat. Kondisi tersebut menjadikan pakis sayur komiditi yang potensial secara ekonomi namun yang terjadi saat ini masyarakat pada umumnya belum melakukan budidaya pakis sayur. Mereka masih memanfaatkan pakis sayur untuk kebutuhannya dengan langsung mengambilnya dari hutan. Hal tersebut, berdampak pada munculnya permasalahan mengenai pelestarian sumberdaya alam khususnya pakis sayur di hutan. Pelestarian sumbedaya alam yang diacu oleh Zuhud (2012) yakni dengan memanfaatkan secara lestari. Pemanfaatan secara lestari yakni dengan menerapkan konsep tri stimulus amar untuk membentuk sikap masyarakat yang sadar akan budidaya pakis sayur. Sikap yang telah dibentuk masyarakat secara nyata akan menjadi aksi masyarakat terhadap kelestarian pakis sayur di hutan. Pertanyaan berikut ini merupakan rincian permasalahan yang diharapkan dapat dijawab untuk mengetahui sikap konservasi dan aksi masyarakat terhadap pakis sayur secara berkelanjutan. 1. Bagaimana sikap konservasi masyarakat terhadap pakis sayur 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi stimulus rela masyarakat untuk mewujudkan aksi konservasi 3. Bagaimanakah aksi konservasi terhadap pakis sayur yang sudah dilakukan oleh masyarakat.
3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut : 1. Mengetahui sikap konservasi masyarakat terhadap pakis sayur 2. Menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi stimulus rela untuk mewujudkan aksi konservasi 3. Mendeskripsikan aksi konservasi yang sudah dilakukan oleh masyarakat. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan referensi pelestarian sumberdaya tumbuhan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku bagi berbagai pihak yaitu; 1. Bagi pemerintah daerah, memberikan masukan tentang konsep pemanfaatan tumbuhan khususnya pakis sayur oleh masyarakat yang berbasis konservasi untuk dijadikan suatu kebijakan. 2. Bagi masyarakat, memberikan informasi mengenai bagaimana melakukan aksi konservasi pakis sayur.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian dan batasan pada penelitian ini meliputi: 1. Ruang lingkup wilayah penelitian yaitu daerah di Desa Gunung Bunder II, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Bogor. 2. Kajian yang diamati meliputi sikap masyarakat dan konservasi terhadap pakis sayur.
Kerangka Pikir Penelitian Pentingnya pelestarian sumberdaya alam hayati bermanfaat langsung bagi manusia. Tumbuhan pakis sayur merupakan salah satu sumberdaya alam yang banyak tersebar di Indonesia. Tumbuhan pakis sayur kerap dimanfaatkan masyarakat untuk memunuhi kebutuhan pangan sebagai sayur mayur. Pemanfaatan yang dilakukan harus sejalan dengan tindak konservasi agar tidak terjadi perusakan habitat dan tereksploitasinya tumbuhan pakis sayur.Sikap masyarakat terhadap konservasi tumbuhan pakis sayur dilatarbelakangi dari pengetahuan masyarakat mengenai konservasi tumbuhan pakis sayur, karakteristik sosial dan keterampilan konservasi tumbuhan pakis sayur oleh masyarakat. Sikap tersebut akan membentuk menjadi aksi nyata terhadap konservasi tumbuhan pakis sayur. Walgito (2004), meyatakan bahwa sikap adalah suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses sikap. Stimulus yang diindera itu kemudian diinterpretasikan, sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang di indera itu. Karena sikap merupakan
4 aktivitas yang integrated dalam diri individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam sikap. Sikap dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman individu tidak sama, maka dalam menyikapi suatu stimulus, hasil sikap mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu lain. Sikap itu sifatnya individual. Diagram pada Gambar 1 menggambarkan aliran informasi dari sistem bioekologi tumbuhan pakis sayur ke sistem sosial masyarakat yang dimodifikasi dari Zuhud (2007). Informasi untuk aksi konservasi pakis sayur (Prasyarat : Adanya kerelaan berkorban, hak kepemilikan jelas, dan peraturan perundang-undangan)
Sikap
Masyarakat Stimulus
Aksi konservasi
Pakis Sayur (Prasyarat : Sinyal dapat ditangkap dan dipahami oleh komponen cognitive dan affective dari setiap individu
Sinyal
Informasi tentang manfaat dan harapan konservasi pakis sayur dll
Sumber : Dimodifikasi dari Zuhud (2007)
Gambar 1 Hubungan sinyal pakis sayur, stimulus bagi sikap dan informasi untuk aksi konservasi Stimulus menurut Zuhud (2007) adalah “sinyal”, “fenomena”, atau “gejala” yang diperlihatkan oleh komponen ekosistem yang dapat menjadi perangsang masyarakat untuk bersikap terhadap sesuatu. Rangkaian informasi sinyal menjadi stimulus akan mendorong sikap masyarakat untuk beraksi. Artinya belum bisa disebut stimulus bagi masyarakat apabila sinyal, informasi, issu belum menjadikan masyarakat berlaku atau bertindak positif untuk melakukan konservasi.Oleh karenanya sesuatu issu, sinyal, fenomena, atau informasi dan sebagainya barulah menjadi stimulus kalau masyarakat terdorong atau terangsang mewujudkan sikapnya terhadap issu, fenomena atau sifat tertentu dari suatu benda. Dalam penelitian ini Tri-stimulus amar terdiri dari stimulus alamiah, stimulus manfaat, dan stimulus rela.Stimulus alamiah yaitu nilai nilai kebenaran dari alam, kebutuhan keberlanjutan sumber daya alam hayati sesuai dengan karakter bioekologinya. Stimulus manfaat yaitu nilai nilai kepentingan untuk manusia: manfaat ekonomi, manfaat obat, manfaat biologis/ekologis, dan lainnya. Stimulus rela yaitu nilai nilai kebaikan berupa “sinyal”, “fenomena”, atau “gejala” yang diperlihatkan oleh bentuk kesadaran untuk melakukan aksi konservasi, terutama untuk memperoleh ganjaran dari Sang Pencipta Alam. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini dibuat kerangka pemikiran penelitian dapat di lihat pada Gambar 2.
Konservasi Pakis Sayur
Masyarakat
Ekonomi Harga Pasar Suply (Ketersediaan) Luas lahan Peluang Pasar Bioekologi Taksonomi Morfologi Ekologi Sejarah dan Penyebaran
Stimulus Manfaat Manfaat ekonomi Manfaat pangan Manfaat obat Manfaat lingkungan
Aksi Konservasi
Pakis Sayur
Stimulus Alamiah Pengetahuan responden tentang pakis sayur Keterampilan responden tentang budidaya pakis sayur Sikap Konservasi
Sosial-Budaya Karakteristik Responden Pengetahuan Responden Keterampilan Responden
Tri Stimulus AMAR Pro-Konservasi
5
Stimulus Rela Kerelaan terhadap budidaya pakis sayur di lahan pribadi Kerelaan terhadap budidaya pakis sayur untuk konservasi Aspek budaya
Gambar 2 Skema penelitian sikap masyarakat dan konservasi pakis sayur
Hipotesis Dengan memperhatikan kerangka pemikiran di atas, maka diturunkan hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu dengan sikap masyarakat dalam konservasi pakis sayur. 2. Terdapat hubungan nyata antara pengetahuan dengan sikap masyarakat dalam konservasi pakis sayur. 3. Terdapat hubungan nyata antara keterampilan dengan sikap masyarakat dalam konservasi pakis sayur. 4. Terdapat hubungan nyata antara sikap masyarakat dengan kerelaan masyarakat dalam melakukan aksi konservasi pakis sayur.
6
2 TINJAUAN PUSTAKA Sikap Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa perilaku manusia adalah aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang luas antara lain berjalan, bekerja, termasuk kegiatan internal seperti berpikir, persepsi dan emosi.Perilaku dalam kepentingan analisis dapat dikatakan bahwa semua aktivitas atau kegiatan yang dikerjakan oleh manusia baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak langsung diamati oleh pihak luar. Manusia memiliki akal dan aktif untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jiwa manusia bukan merupakan sesuatu yang abstrak konsisten dan statis, melainkan sesuatu yang dinamis dan sebagai keseluruhan jiwa raga yang aktif. Kebutuhan seseorang akan informasi mampu menggerakan secara aktif usaha untuk melakukan pencarian terhadap sumber informasi. Menurut Bloom (1956) mengatakan perilaku berkaitan dengan kemampuan fisik maupun non fisik dan umumnya unsur-unsur perilaku dapat dikelompokan menjadi tiga unsur yaitu pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan sikap mental (afektif). Mengenal suatu objek yang baru kemudian menjadikan sikap terhadap obyek tersebut adalah sebuah pengetahuan (Walgito 2004). Menurut Koentjaraningrat (1990) menyatakan, pengetahuan adalah unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya, artinya, bahwa pengetahuan berhubungan dengan jumlah informasi yang dimiliki oleh seseorang. Pengetahuan adalah kesan yang dihasilkan dari sebuah pemikiran sesorang yang didapatkan dari penggunaan panca indera (Soekanto 2001). Informasi melalui proses belajar, pengalaman atau media elektronik yang kemudian disimpan dalam memori individu tersebut merupakan hasil dari pengetahuan. Marzono (2002) berpendapat bahwa pengetahuan adalah bahan bakar yang member tenaga pada proses berfikir. Pengetahuan mengenai suatu obyek akan menjadi sikap terhadap obyek tersebut apabila pengetahuan itu disertai dengan kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap obyek tersebut (Gerungan 1996). Selanjutnya dinyatakan bahwa sikap mempunyai motivasi, yang berarti ada segi kedinamisan untuk mencapai suatu tujuan. Terbentuknya sikap karena adanya interaksi manusia dengan obyek tertentu (komunikasi), serta interaksi sosial di dalam kelompok maupun di luar kelompoknya. Interaksi di luar kelompok dilakukan melalui media komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, buku, majalah. Penjelasan mengenai pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah suatu bentuk daya didalam hidup manusia dan dengan pengetahuan manusia mengenali peristiwa dan permasalahan, menganalisis, mengurai, mengadakan interpretasi serta menentukan pilihan-pilihan. Melalui pengetahuan, manusia dapat mempertahankan, mengembangkan dan membentuk sikap dan nilai hidup, menentukan pilihan serta aksi yang akan dilakukan. Tanpa pengetahuan, individu ataupun masyarakat tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan terhadap masalah yang dihadapi (Zainudin 2014).
7 Mar’at (2005) menjelaskan mengenai sikap, sikap adalah kesiapan atau keadilan untuk bertindak. Selain itu Berkowizt dalam Azwar (2010) memperjelas bahwa sikap sesorang terhadap obyek adalah perasaaan mendukung atau memihak ataupun perasaan tidak mendukung terhadap obyek tersebut. Menurut Calhoun dan Acocella (1995), suatu sikap adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara tertentu. Sebagian besar ahli psikologi sosial berpendapat bahwa sikap terbentuk dari pengalaman, melalui proses belajar. Sarwono (1999) menyatakan pandangan ini mempunyai dampak terapan, yaitu dapat diterapkan berbagai upaya seperti pendidikan, pelatihan, komunikasi penerangan untuk mengubah sikap seseorang. Gerungan (1991) mempertajam menganai sikap sebagai berikut: sikap (attitude) dapat diterjemahkan sebagai sikap terhadap obyek tertentu yang berupa sikap pandangan atau perasaan. Sikap ini disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap obyek tertentu. Berdasarkan definisi tersebut, suatu sikap mengandung tiga komponen, yakni (1) komponen kognitif (keyakinan); (2) komponen afektif (emosi/perasaan); dan (3) komponen tingkah laku (aksi). Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional, sedangkan komponen perilaku atau kognitif merupakan aspek kecenderungan tingkah laku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang (Sobur 2003). Sikap akan berarti jika diwujudkan dalam bentuk aksi, baik lisan, maupun tulisan. Aksi merupakan yang sudah nyata, berupa perbuatan terhadap situasi rangsangan dari luar. Untuk mewujudkan sikap menjadi sebuah aksi yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, seseorang akan memberikan respon atau reaksi terhadap stimulus, apabila ia mengetahui stimulus atau obyek tersebut. Konservasi Secara harfiah konservasi itu sendiri berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Roosevelt (1902) dalam Sheffield (2010) yang merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi.Konservasi dalam pengertian sekarang, sering diterjemahkan sebagai the wise use of nature resource (pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana). Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.Perilaku masyarakat yang mendukung konservasi dapat dikatakan sebagai Perilaku Pro-Konservasi. Pro-Konservasi menurut Zuhud et.al., (2007), membangun sikap prokonservasi, sepatutnya dilakukan melalui integrasi tiga pendekatan yaitu (1) membangun sikap “tri-stimulus amar pro-konservasi; (2) menyambungkan dan mengembangkan pengetahuan tradisional masyarakat menjadi pengetahuan
8 modern, yang bersifat adaptif terhadap perkembangan terkini; dan (3) mengaktifkan nilai-nilai religius sebagai stimulus rela dan kuat untuk membangun sikap dan perilaku konservasi. Pakis Sayur Taksonomi Pakis Sayur Diplazium esculentum (Retz) Sw. atau dikenal dengan nama pakis sayur termasuk family Polypodiaceae yang termasuk pada kelas Pteridopsida. Menurut Tjitrosoepomo (2005), tumbuhan ini memiliki taksonomi sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divis : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida Ordo : Polypodiales Famili : Polypodiaceae Genus : Diplazium Spesies : Diplazium esculentum (Retz.) Sw. Deskripsi Pakis Sayur D. esculentum dikenal dengan nama daerah paku sayur karena jenis tumbuhan paku ini dapat dikonsumsi. Tumbuhan ini mempunyai sinonim Anisogonium esculentum Presl, D. malabaricum Spreng dan Athyrium esculentum Copel. D. esculentum ditemukan di hutan primer dengan ketinggian mulai dari 1600 mdpl. Dari segi ekologi tumbuhan ini termasuk higrifit, banyak tumbuh di tempat-tempat yang teduh dan lembab, sehingga di tempat yang terbuka dapat mengalami kerusakan akibat penyinaran yang terlalu intensif (Tjitrosoepomo, 2005). Tumbuhan ini mempunyai akar berwarna hitam dan berserabut banyak. Batangnya berbentuk bulat, bagian depannya beralur dalam, semakin ke atas alur semakin dangkal. Batangnya berwarna hijau kekuningan. Tepi daun bergerigi dan berwarna hijau tua.Pina (anak daun) yang paling atas mempunyai ujung yang runcing dan tergulung pada ujungnya. Kedua permukaan daun licin.Sporangium tersusun di bagian abaksial daun. Tumbuhan ini mempunyai daun muda yang berwarna hijau tergulung pada ujungnya (Purnawati et al. 2014).
Gambar 3 Morfologi Pakis Sayur
9 Bagian bawah ental daun tumbuhan pakis sayur terdapat spora. Spora adalah bintik-bintik hitam untuk memperbanyak diri. Spora ini tersebar hanya di sepanjang anak tulang daunnya dengan bentuknya yang memanjang. Kadangkadang spora tersebut menggerombol (Satrapradja et al. 1979). Pakis sayur memiliki kelembapan yang tinggi berkisar 63%-69% dan pada struktur tajuk yang rapat dengan suhu udara berkisar 150-300C (Irwanto 2006). Kandungan Gizi dan Manfaat Pakis Sayur Saat ini pakis sayur banyak diteliti pada bidang farmasi, fitokimia, dan bidang kesehatan lainnya. Para ahli melihat potensi dari pakis sayur karena masyarakat sering menggunakannya sebagai tanaman obat tradisonal. Menurut Benniamin (2011) menyatakan bahwa pada masyarakat adat di sebelah utara India menggunakan tumbuhan pakis untuk mengobati berbagai penyakit seperti; diare, disentri, sakit perut, sakit kepala, dan penyakit kulit. Lense (2011) mengemukakan daun pakis sayur berkhasiat untuk menyembuhkan sakit kepala dan luka karena mengandung alkaloid. Amit dan Singh (2012) menemukan bahwa masyarakat Garhwali memanfaatkan pakis sayur untuk tujuan medis, daun muda yang melingkar digunakan sebagai sayuran sedangkan akarnya digunakan untuk mengobati haemoptysis, asma, penyakit paru-paru, dispesia atau gangguan pencernaan, sakit perut, diare, dan anti disentri. Akar rhizome tersebut mengandung antibakterial, piperazine citrate, aqueous extract, petroleum extract, dan ethanolic extract. DepKes RI (2004) menerangkan bahwa daun tumbuhan pakis sayur banyak mengandung vitamin C. Fungsi vitamin C banyak berkaitan dengan pembentukan kolagen.Vitamin C diperlukan untuk hidroksilasi prolin dan lisin menjadi hidroksiprolin dan hidroksilisin, yang merupakan bahan penting dalam pembentukan kolagen. Kolagen merupakan senyawa protein yang mempengaruhi integritas struktural sel di semua jaringan ikat, seperti pada tulang rawan, membrane kapiler, dan kulit.Dengan demikian, vitamin C berperan besar dalam penyembuhan luka. Daun pakis yang berwarna hijau gelap kaya akan betakaroten. Didalam tubuh, betakaroten akan dimetabolisme menjadi vitamin A. Kandungan betakaroten dalam daun pakis sayur setara dengan 432 RE vitamin A. Betakaroten ini berperan dalam mengatur proses metabolisme di beberapa jaringan tubuh. Selain itu, betakaroten juga mengatur kerja gen-gen yang terlibat dalam sistem imunitas, sehingga dapat membantu meningkatkan kekebalan tubuh terhadap berbagai penyakit, khususnya penyakit infeksi. Daun pakis sayur juga dipercaya berkhasiat mencegah penyakit rematik. Hal itu dikarenakan adanya kandungan kalsium dan fosfor yang cukup tinggi, yaitu masing-masing 42mg dan 172mg per 100g daun pakis sayur. Kalsium dan fosfor merupakan mineral makro yang diperlukan untuk pertumbuhan, pembentukan, dan pemeliharan kesehatan tulang. Berikut kadar kandungan tumbuhan pakis sayur selengkapnya pada Tabel 1.
10 Tabel 1 Kadar kandungan pakis sayur per 100 g daun pakis Zat Gizi
Satuan
Energi Kkal Protein g Lemak g Karbohidrat g Kalsium Mg Fosfor Mg Besi Mg Vitamin A RE Vitamin B Mg Vitamin C Mg Air g Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI (2004)
Kadar/ 100g 35 4 0.3 6.4 42 172 1.3 432 0 30 88
Penyebaran Pakis Sayur Secara umum persebaran pakis sayur menyerupai tumbuhan paku yang lainnya, menurut Tjitrosoepomo et al. (1983) pakis sayur hidup tersebar luas dari tropika yang lembab sampai melampaui lingkaran Arktika. Jumlah yang teramat besar dijumpai di hutan hujan tropika dan juga tumbuh dengan subur di daerah beriklim sedang, di hutan-hutan, padang rumput yang lembab, sepanjang sisi jalan dan sungai. Negara asli persebaran pakis sayur meliputi Kamboja, China, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Singapura, Taiwan dan Vietnam (Irudayaraj 2011). Daur Hidup Pakis Sayur Daur hidup tumbuhan paku serupa dengan daur tumbuhan berbiji pada umumnya namun bukan biji yang dihasilkan melainkan spora.Spora yang dihasilkan sangat kecil dan tersimpan pada kotak spora. Kotak spora tersebut bila dindingnya di pecah maka spora yang tersimpan akan berhamburan (Sastrapradja, 1985). Ketika spora menemukan tempat tumbuh yang baik, spora tersebut akan berkecambah. Pada awal perkecambahan tersebut spora hanya menghasilkan beberapa sel saja. Sel-sel tersebut akan membentuk menjadi prothallus kemudian archegonium dan antheridium atau disebut alat kelamin betina dan alat kelamin jantan. Hasil dari pembentukan tersebut ialah sel telur dan sel jantan.Ketika telah masak sel jantan akan mendekati archegonium yang disusul oleh pembuahan. Setelah dibuahi tumbuhan paku ini akan berkecambah menjadi tumbuhan paku yang hidup pada prothallus yang dikenal dengan sporofita. Sporofita ini terdiri dari akar, batang yang pada berbentuk rhizome dan daun. Prothallus akan mati bila sporofita telah mampu hidup sendiri.Sporofita yang sudah dewasa ditandai oleh timbulnya sporangia pada bagian permukaan bawah daunnya. Begitu seterusnya dari daur hidup tumbuhan paku (Sastrapadja, et al. 1979).
11 Budidaya Pakis Sayur Spora pakis berfungsi sebagai alat persebaran (dispersi) mirip dengan biji.Perlu media semai yang cocok agar spora menjadi tanaman baru. Salah satu ciri khas dari tumbuhan pakis ialah memiliki spora yang terdapat di dalam kotak spora (sporangium). Spora inilah yang menjadi organ untuk perbanyakan tumbuhan pakis. Berikut secara empiris hasil wawancara dengan salah satu petani di daerah Pekuncen, Banyumas, Jawa Tengah untuk menyemai spora menjadi tumbuhan pakis. Menyiapkan media Untuk menyemai spora perlu digunakan media tanam berupa cacahan akar pakis, disarankan menggunakan akar pakis yang berumur tua. Akar pakis itu di rebus kira-kira sampai 10-12 jam. Tujuannya untuk mematikan bakteri maupun jamur.Selanjutnya, media yang sudah masak itu diletakkan ke dalam tempat plastik yang di lubangi. Media tersebut menggunakan pot yang terbuat dari anyaman bambu yang petani sebut besek. Sebelum diisi media, besek itu dilapisi plastik terlebih dahulu Taburkan spora Setelah akar pakis dimasukkan dalam besek caranya lalu disiram air dan ditiriskan. Bila air sudah tiris spora ditaburkan ke media. Caranya, bagian yang berwarna coklat yang berada di bawah permukaan daun digosok dengan pinset atau ranting berujung runcing sehingga spora berjatuhan di media semai. Usahakan spora jatuh merata di permukaan akar pakis. Biasanya, perlu 4-5 besek untuk menaburkan spora dari satu daun. Kemudian besek di bungkus plastik putih agar cahaya matahari dapat menembus masuk karena selama proses perkecambahan cahaya perlu, tetapi tidak langsung. Besek-besek tersebut disimpan di rak yang di bungkus oleh plastik putih lagi tujuannya agar matahari tersaring beberapa kali. Pemisahan bibit muda Pemisahan bibit muda butuh beberapa kali. Sebulan sesudah spora ditaburkan, biasanya akan tumbuh bibit yang berukuran sangat kecil. Ambil bibit dengan menggunakan pinset satu persatu, lalu ditata di media yang baru. Selanjutnya sekitar 3 bulan, bibit dipisahkan kembali. Pertumbuhan antara bibit yang satu dengan yang lain bisa tidak sama. Bibit yang tumbuh akan menutupi bibit yang lain sehingga akan menghambat pertumbuhannya. Karena, perlu dilakukan pemisahan lanjutan. Bibit yang masih kecil diambil, ditanam di media baru. Usai pemisahan, besek digantung dibawah rak tanaman. Diambil dari tempat persemaian. Tinggi tanaman sekitar 5-10 cm. Biasanya digunakan gelas bekas air mineral sebagai tempat pembesaran bibit. Caranya ambil bibit satu persatu lalu ditanam di galas berisi cacahan akar pakis, kali ini akar pakis media tanam tidak perlu di rebus. Lalu gelas digantungkan di rak bambu. Bila sudah cukup besar bibit ini bisa ditanam di media tanah.
12 Satu besek semaian spora bisa menghasilkan kira-kira 10 besek berisi bibit pakis muda, lalu bibit pakis muda itu masih bisa dipisahkan lagi beberapa kali, begitu seterusnya. Sehingga hasilnya bisa mencapai ribuan pakis baru.Agar penyemaian berhasil perlu dijaga kelembabannya. Proses pemanenan dilakukan setelah daun berwarna hijau dan mengkilap dengan puncak melingkar erat pada hari kesepuluh sampai hari keempat belas setelah melakukan penyemaian. Daun muda pakis dipotong berkisar 20 sampai 30 cm. Daun-daun yang sudah dipanen kemudian diikat dengan jumlah perikatnya berisi 10 daun.Perarea 6x6 m2 mampu menghasilkan 100 ikat.Harga perikat berkisar Rp. 2.000 – 3.000,00. Pemasaran tersebut untuk jangkauan pasar tradisonal.Pada pemasaran tingkat retail petani melakukan pengepakan dengan mencuci bersih daun pakis menggunakan air dingin kemudian di press dengan plastic wrap untuk menghindari udara yang masuk agar tahan lama.
Gambar 4 Petani setelah memanen pakis sayur di hutan Nilai Ekonomi Pakis Sayur Kegiatan mencari pakis sayur dilakukan secara rutin oleh beberapa warga di daerah sekitar TNGHS disela-sela kegiatannya mencari rumput untuk makanan ternak atau kegiatan lain. Rata-rata warga yang mencari pakis sayur disana menjual langsung ke pasar atau keliling ke rumah-rumah warga lainnya.Berdasarkan hasil wawancara langsung ke warga, mereka memperoleh 20 – 30 ikat pakis sayur dari hutan.Warga bisa menjual Rp 40.000,00 – Rp 50.000,00 dari hasil penjualan ke pasar atau berjualan keliling dalam satu hari. Tidak seperti di daerah banyumas, warga di sana sudah menjadikan pakis sayur sebagai lahan usaha. Mereka menanam pakis sayur di lahan-lahan pekarangan rumah bahkan ada yang menanam di lahan pertanian sendiri dekat hutan. Sekali panen mereka sampai memperoleh 2 karung sekali masa panen. Rata-rata per orang bisa menjual pakis sayur seharga Rp 40.000,00 – Rp 60.000 kepada pengepul. Berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswa yang mengikuti summercourse di Jepang, tumbuhan pakis sayur di jual di daerah Nagoya dengan harga per ikat 150 Yen atau sekitar Rp 15.000,00. Harga tersebut sepuluh kali
13 lipat dibandingkan dengan harga pakis sayur yang dijual di Indonesia. Hal ini serupa dengan perusahaan dagang China Dalian Dongghemaoyuan Foods Co., Ltd yang dilansir oleh situs alibaba.com. Perusahaan tersebut menjual $1,500 - $4,000 per ton pakis sayur yang telah diasinkan atau sekitar Rp 20.000, per kg.
Kebijakan Pengelolaan Taman Nasional Pengelolaan taman nasional diatur menurut undang-undang dan peraturan pemerintah dan peraturan kemanterian kehutanan yang menaungi kebijakan tersebut. Kajian kebijakan pengelolaan taman nasional disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Kebijakan pengelolaan taman nasional Peraturan Undangundang No 5 Tahun 1990 Pasal 1 Ayat 14
Isi Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
Analisis Taman nasional dijadikan sebagai tujuan penelitian, pendidikan, pariwisata, dan rekreasi. Penunjang budidaya belum terwujud hal tersebut terlihat belum adanya kegiatan budidaya yang dilakukan di dalam kawasan taman nasional gunung halimun salak
Sintesis Menunjang kegiatan budidaya disempurnakan dengan pengertian budidaya secara lestari oleh masyarakat lokal yang sudah berinteraksi dengan hutan sejak lama.
Undangundang No 5 Tahun 1990 Pasal 32
Kriteria suatu wilayah dapat ditunjuk dan ditetapkan sebagai kawasan taman nasional meliputi wilayah yang dapat dibagi kedalam zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba, dan/atau zona lainnya sesuai keperluan
Pembagian zonasi pada taman nasional untuk zonasi pemanfataan sebatas 10% dari luas area. Pemanfatan tersebut terbatas sehingga kurang efektif untuk melakukan budidaya
Pembagian zonasi disarankan melihat secara spesifik kebutuhan pemanfaatan masing-masing spesies sehingga terbentuk konsep pelestarian sumberdaya alam hayati yang ada di taman nasional.
14 Peraturan Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 2011 Pasal 35
Isi Taman nasional dapat dimanfaatkan untuk kegiatan: Pemanfaatan tradisional. Pemanfaatan tradisional dapat berupa kegiatan pemungutan hasil hutan bukan kayu, budidaya tradisonal, serta perburuan tradisional terbatas untuk jenis yang tidak terlindungi.
Analisis Pemanfaatan tradisonal yang berlaku di taman nasional gunung halimun salak sebatas pemungutan hasil hutan bukan kayu untuk jenis pakis sayur tanpa dilakukan kegiatan budidaya.
Sintesis Kegiatan budidaya tradisional sebaiknya disempurnakan dengan diberikannya akses budidaya bagi masyarakat lokal yang sudah berinteraksi dengan hutan sejak lama dan tercatat sebagai pemanen lestari.
Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 2011 Pasal 49
Pemberdayaan masyarakat di sekitar taman nasional dilakukan melalui: Pemberian izin untuk memungut hasil hutan bukan kayu di zona atau blok pemanfaatan, izin pemanfaatan tradisional, serta izin pengusahaan jasa wisata alam.
Pemanfaatan tradisional belum spesifik menjelaskan masyarakat seperti apa yang boleh melakukan kegiatan pemanfaatan tersebut.
Penambahan pengertian masyarakat sekitar taman nasional ialah masyarakat lokal yang telah lama berinteraksi positif dengan hutan serta terdidik dan tercatat untuk melakukakan kegiatan pemanfaatan tradisional.
UndangUndang No 5 Tahun 1994 Pasal 10
Melindungi dan mendorong pemanfaatan sumberdaya alam hayati yang sesuai dengan praktekpraktek budaya, tradisional, yang cocok dengan persyaratan konservasi atau pemanfaatan secara berkelanjutan;
Persyaratan pemanfaatan secara berkelanjutan belum terlihat jelas konsep apa yang dikembangkan dan diperuntukkan untuk siapa praktek budaya dan tradisional tersebut.
Menentukan konsep pemanfaatan secara lestari yakni dengan memfokuskan pada sikap masyarakat lokal yang diacu oleh Zuhud (2012).
15 Peraturan Permenhut Nomor P.19/MenhutII/2004 Pasal 4
Isi Para pihak pengelolaan kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam. Yakni kelompok masyarakat setempat
Analisis Kelompok masyarakat setempat belum terdefinisi secara spesifik karena pemanfaatan yang saat ini berjalan yakni hampir semua lapisan masyarakat boleh melakukan kegiatan pemanfaatan hasil hutan.
Sintesis Sebaiknya masyarakat setempat merupakan masyarakat yang terdiri dari masyarakat lokal yang telah lama dan turun temurun melakukan interaksi dengan hutan dan tercatat sebagai masyarakat pemanen.
16
3 METODE Rancangan Penelitian Penelitian ini dirancang dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif.Metode deskriptif kuantitatif, yaitu menjelaskan hubungan antar variabel dengan menganalisis data numerik (angka) menggunakan metode statistik melalui uji hipotesa. Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu terdiri dari varibel bebas (X) dan variabel terikat (Y). 1. Variabel bebas (X), yaitu variabel yang dapat mempengaruhi variabel terikat (Y) yaitu sikap dan perilaku masyarakat. Variabel bebas terdiri dari (a) karakteristik responden (X4), yaitu faktor yang melekat dalam diri individu yang terdiri dari: umur, tingkat pendidikan, status perkawinan, jumlah pendapatan, (b) Pernyataan mengenai pengetahuan tentang konservasi tumbuhan pakis sayur (X1), (c) pernyataan afektif emosional responden (X3) dan (d) keterampilan mengenai konservasi tumbuhan pakis sayur (X2). 2. Variabel terikat (Y), terdiri dari (a) sikap terhadap konservasi tumbuhan pakis sayur (Y1), aksi konservasi (Y2), dan stimulus sikap terhadap konservasi tumbuhan pakis sayur (Y3). Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Gunung Bunder II, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Bogor. Pemilihan lokasi secara sengaja didasarkan pada kesesuaian keberadaan pakis sayur dan pemanfaatan pakis sayur sebagai alternatif sayur mayur dengan identifikasi masalah. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Februari-Mei 2015. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, smartphone dan laptop. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Lembar kuisioner untuk responden. b.Laporan dan data-data yang menggambarkan kondisi masyarakat di Desa Gunung Bunder II, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Bogor. Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data lapangan dan pustaka. Adapun teknik pengambilan dan sumber data dari kedua jenis data tersebut adalah sebagai berikut : Data lapangan yaitu melalui pengamatan langsung, wawancara dengan masyarakat desa yang memanfaatkan tumbuhan pakis sayur. Data pustaka diperoleh secara tidak langsung dan merupakan data penunjang untuk melengkapi data lapangan. Data pustaka yangdiambil yaitu : kondisi umum desa Gunung Bunder II, Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
17 Jenis dan sumber data yang diperlukan dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3 Jenis dan Sumber Data Jenis Data Data Lapangan Karakteristik Responden (Umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan formal, pekerjaan, jumlah pendapatan, status pernikahan) Sikap responden mengenai tumbuhan pakis sayur Data Pustaka 1. Kondisi umum masyarakat desa Gunung Bunder II, Taman Nasional Gunung Halimun Salak. 2. Jumlah masyarakat yang mengkonsumsi pakis sayur.
Sumber Data Masyarakat (Yang menggunakan tumbuhan pakis sayur, Yang pernah menggunakan tumbuhan pakis sayur dan Yang tidak pernah menggunakan pakis sayur) di desa Gunung Bunder II, Taman Nasional Gunung Halimun Salak Laporan, buletin, pustaka.
Pengambilan Responden Target Populasi Masyarakat yang Diteliti Target populasi yang diteliti meliputi seluruh masyarakat desa Gunung Bunder II, Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Dari populasi tersebut diambil sampel dengan menggunakan teknik pengambilan sampel dan penentuan ukuran sampel sebagai berikut : Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah “non probability sampling” dengan teknik “snowball sampling”.Teknik pengambilan sampel ini pada mulanya jumlahnya kecil tetapi makin lama makin banyak, berhenti sampai informasi yang didapatkan dinilai telah cukup.Teknik ini baik untuk diterapkan jika calon responden sulit diidentifikasi (Siregar 2013). Setiap unsur yang terdapat dalam populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel, bahkan probabilitas anggota tertentu untuk terpilih tidak diketahui. Pemilihan unit sampling didasarkan pada pertimbangan atau penilaian subjektif. Proses pemilihan responden bermulai dari melakukan pengajuan penelitian kepada kepala Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) yang kemudian diteruskan kepada bagian divisi tumbuhan TNGHS yang berada di kawasan Gunung Bunder II. Setelah memperoleh tembusan maka dilakukan pengambilan responden dengan menemui kepala camat desa Gunung Bunder II yang kemudian diteruskan kepada kepala Gapoktan desa. Kepala Gapoktan yang menjadi sumber informasi utama peneliti memperoleh responden.
18 Instrumen Penelitian Jenis Instrumen Penelitian Jenis intrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner. Kuesioner digunakan sebagai alat pengumpul data dan sebagai alat ukur ketercapaian tujuan penelitian yang dilakukan. Jenis Data Instrumen Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data lapangan yaitu melalui pengamatan langsung, Data yang diamati berupa karakteristik responden (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan formal, pekerjaan, jumlah pendapatan, status pernikahan), Tingkat pengetahuan masyarakat (potensi dan gizi tumbuhan pakis sayur, pemanfaatan pakis sayur, dan ciri agronomi tumbuhan pakis sayur). Tingkat keterampilan masyarakat (teknologi dan kebiasaan masyarakat terhadap budidaya tumbuhan pakis sayur). Sikap, aksi dan stimulus sikap masyarakat terhadap konservasi tumbuhan pakis sayur. Kuesioner Tingkat Pengetahuan dan Keterampilan Kuesioner pengetahuan adalah berisi mengenai pengetahuan masyarakat tentang potensi dan gizi tumbuhan pakis sayur, pemanfataan tumbuhan pakis sayur dan ciri agronomi tumbuhan pakis sayur. Kuesioner keterampilan adalah kesanggupan masyarakat dalam menerapkan pengetahuan yang diperoleh dari teknologi dan kebiasaan masyarakat ke dalam bentuk aksi konservasi tumbuhan pakis sayur. Kuesioner pengetahuan dan keterampilan masing-masing terdiri dari 6 butir dan 7 butir. Kategori kriteria penilian tingkat pengetahuan dan keterampilan mengacu pada Tabel 4 menurut Wawan dan Dewi (2010). Tabel 4 Kategori kriteria penilaian tingkat pengetahuan dan keterampilan konservasi pakis sayur Skor 3 2 1
Klasifikasi Baik Cukup Buruk
Kuesioner Tingkat Sikap, Afektif dan Aksi Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner yang diaplikasikan dalam instrumen sikap, afektif masyarakat dan aksi masyarakat dalam pemanfaatan tumbuhan pakis sayur dengan menggunakan bentuk skala Likert. Sifat pernyataan yang terdapat dalam kuesioner berupa pernyataan butir positif dan pernyataan butir negatif. Bentuk pernyataan responden pada butir kuesioner yang memiliki substansi bersifat positif berupa pernyataan : Sangat Setuju (SS; skor = 4); Setuju (S; skor = 3);
19 Tidak Setuju (TS; skor = 2); Sangat Tidak Setuju (STS; skor = 1). Sedangkan bentuk pernyataan responden pada butir Kuesioner yang memiliki substansi yang bersifat negatif berupa pernyataan Sangat Setuju (SS; skor = 1); Setuju (S; skor = 2); Tidak Setuju (TS; skor = 3); dan Sangat Tidak Setuju (STS; skor = 4) (Sugiyono 2013). Jumlah pernyataan pada masing-masing kuesioner sikap dan aksi yaitu 20 butir dan 7 butir. Setiap pilihan alternatif respon memiliki penyebaran pola skor seperti pada Tabel 5. Tabel 5 Pola skor pilihan respon sikap dan aksi masyarakat terhadap konservasi pakis sayur Pernyataan
SS 4 1
Skor pilihan alternatif responden S TS 3 2 2 3
STS 1 4
Positif Negatif Keterangan :SS = Sangat Setuju ; S = Setuju; TS = Tidak Setuju ; STS Sangat Tidak Setuju. Definisi Operasional dan Parameter Peubah Penelitian 1. Karakteristikresponden (X1) adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki dan melekat pada pribadi responden yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungannya (Tabel 6) Peubah
Definisi Operasional
Parameter
X1.1Umur
Jumlah tahun sejak responden Kriteria tingkatan jumlah tahun dilahirkan sampai saat menjadi menurut DepKes tahun 2009 responden dalam penelitian yang dibulatkan keulang tahunterdekat.
X1.2 Tingkat pendidikan
Level belajar secara formal yang pernah dicapai oleh responden
Dihitung berdasarkan jenjang pendidikan formal
X1.3 Jumlah pendapatan
Banyaknya penghasilan yang diperoleh responden dalam satubulan.
Diukur dengan jumlah uang yang diperoleh responden perbulan,berdasarkan GNI: Gross National Income per Kapita atau Pendapatan Nasional Bruto per Kapita.
20 Peubah
Defini Operasional
Parameter
X1.4 Status Pernikahan
Status / keadaan responden dimana lengkap tidaknya pasangan hidup yang terikat pada perkawinan dan terdaftar di dinas kependudukan dan catatan sipil
Diukur dengan melihat bukti dari kartu keluarga responden atau buku nikah
X1.5 Jenis Pekerjaan
Jenis Pekerjaan adalah segala Di ukur dengan melihat apa sesuatu yang dilakukan jenis kegiatan yang dilakukan responden baik menghasilkan responden pada setiap harinya lkan barang/ jasa sehingga menerima imbalan/ upah/ gaji selanjutnya disebut bekerja dan keadaan sebaliknya disebut tidak bekerja
2. Pengetahuan konservasi (X2) adalah kemampuan kognitif dengan berbagai bentuk informasi yang individu responden ketahui mengenai tumbuhan pakis sayur (Tabel 7). Tabel 7 Definisi operasional pengetahuan tentang konservasi pakis sayur Peubah
Definisi Operasional
Parameter
X2.1 Potensi
Potensi adalah kemampuan Dihitung berdasarkan skor skala kognitif yang dimiliki dan likert yang didapatkan mungkin untuk dikembangkan dalam konservasi pakis sayur.
X2.2 Khasiat
Khasiat adalah kekuatan Dihitung berdasarkan skor yang istimewa dalam hal ini skala likert yang didapatkan menitikberatkan pada gizi, gizi adalah senyawa yang terkandung dalam pakis sayur yang berguna bagi tubuh
X2.3 Pemanfaatan
Pemanfaatan adalah hasil dari proses yang terkandung pada pakis sayur
Diukur dengan skor skala likert yang didapatkan
21 Peubah
Definisi Operasional
X2.4 Ciri Agronomi
Parameter
Ciri agronomi adalah tanda yang berkaitan dengan produksi dan pemanfaatan pakis sayur
Diukur dengan skor skala likert yang didapatkan.
3. Afektif responden (X3) perasaan yang menyangkut aspek emosional yang berkaitan dengan suka tidaknya masyarakat terhadap pakis sayur (Tabel 8). Tabel 8 Definisi operasional afektif responden Peubah
Definisi Operasional
X3.1 Emosi
Emosi adalah perasaan yang menyangkut suka atau tidaknya masyarakat terhadap segala hal yang berkaitan dengan pakis sayur.
Parameter Diukur berdasarkan skor skala likert yang didapatkan
4. Keterampilan konservasi (X4) adalah berbagai bentuk kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi, kemudahan mendapatkan pakis, dan tingkat memproduksi hasil yang baik dalam konservasi pakis sayur (Tabel 9). Tabel 9 Definisi operasional keterampilan konservasi pakis sayur Peubah
Definisi Operasional
Parameter
X4.1 Teknologi
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barangbarang yang diperlukan.
Dihitung berdasarkan skor skala likert yang didapatkan
X4.2 Kemudahan mendapatkan tumbuhan pakis sayur
Kemudahan mendapatkan tumbuhan pakis sayur adalah proses memperoleh dengan cepat pakis sayur.
Dihitung berdasarkan skor skala likert yang didapatkan.
X4.3 Tingkat memproduksi hasil yang baik
Tingkat memproduksi hasil Diukur berdasarkan skor skala yang baik adalah hasil likert yang dihasilkan produksi pakis sayur yang baik dengan berdasarkan budidaya
22 5. Sikap terhadap Konservasi Pakis Sayur (Y1) (Tabel 10) Tabel 10 Definisi operasional sikap terhadap konservasi pakis sayur Peubah
Definisi Operasional
Parameter
Y1 Sikap
Sikap adalah pandangan atau Dihitung berdasarkan skor perasaan atau kecenderungan skala likert yang didapatkan untuk bertindak terhadap pakis sayur dan budidayanya dalam konteks konservasi
Y1.1 Stimulus Almiah
Stimulus Almiah adalah “sinyal”, “fenomena”, atau “gejala” yang diper-lihatkan oleh sifat bio-ekologis dari tumbuhan pakis sayur sesuatu.
Y1.2. Stimulus Manfaat
Stimulus Manfaat adalah Dihitung berdasarkan skor “sinyal”, “fenomena”, atau skala likert yang didapatkan “gejala” yang diperlihatkan oleh sesuatu yang memiliki nilai dari pakis sayur untuk lingkungannya; berupa manfaat sosial ekonomi, mengandung obat atau khasiat bagi tubuh
Y1.3. Stimulus Rela
Stimulus Rela adalah “sinyal”, Dihitung berdasarkan skor skala “fenomena”, atau “gejala” likert yang didapatkan. yang diperlihatkan oleh bentuk kesadaran untuk melakukan aksi konservasi
Dihitung berdasarkan skor skala likert yang didapatkan
6. Aksi terhadap konservasi (Y2) (Tabel 11) Tabel 11 Definisi Operasional Aksi terhadap Konservasi Pakis Sayur Peubah Y2 Aksi
Definisi Operasional Aksi adalah bentuk aktivitas nyata dari sikap terhadap konservasi pakis sayur dan budidayanya.
Parameter Dihitung berdasarkan skor skala likert yang didapatkan.
Tahapan Penelitian Penelitian ini dilakukan secara bertahap, yaitu mulai dari penyusunan materi instrumen tentang bioekologi, manfaat, rela dan aksi masyarakat terhadap konservasi tumbuhan pakis sayur.Tahap kedua melakukan validasi internal dan
23 eksternal instrumen.validasi internal terkait isi materi kepada empat orang ahli dari kelompok keluarga tani desa Gunung Bunder II dan validasi eksternal terkait isi materi dengan melakukan uji coba instrumen kepada lima belas orang responden di desa Gunung Bunder II. Tahap ketiga menyeleksi butir instrumen yang memadai dan memperbaiki kalimat butir instrumen yang tidak memadai baik pada instumen pengetahuan, keterampilan, sikap maupun aksi. Tahap keempat melakukan pengambilan data kepada 25 orang responden dengan kuesioner yang telah disempurnakan pada tahap sebelumnya. Tahap kelima melakukan pengolahan dan analisis dengan menentukan persentase dan skor rataan. Tahap keenam menentukan ambang stimulus. Dan Tahap ketujuh kesimpulan. Selengkapnya dapat dilihat melalui Gambar 5 Tahap 1. Penyusunan pernyataan stimulus alamiah, manfaat, dan rela dari berbagai macam hasil penelitianpenelitian Tahap 2.Validasi Internal dan Validasi Eksternal. : Tahap 3. Menyeleksi hasil validasi internal dan validasi eksternal Tahap 4.Wawancara kepada 25 orang responden yang diperoleh dari ketua Dapoktan Gapoktan dengan melihat seberapa sering masyarakat mengkonsumsi pakis sayur dalam kurun waktu 3 bulan. Tahap 5. 5.Pengolahan Pengolahan dan dan analisis analisis data dengan dengan menentukan menentukan persentase jawaban dan skorresponden rataan. Tahap 6. 6.Menentukan Menentukanambang ambangstimulus stimulus
Tahap 7. Kesimpulan Gambar 5 Alur proses tahapan penelitian
24 Uji Validitas Menurut Anderson dalam Arikunto (2010) sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain, validitas suatu instrumen merupakan tingkat ketepatan suatu instrumen untuk mengukur sesuatu yang harus diukur. Validitas instrumen yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi validitas internal dan validitas eksternal. a) Uji Validasi Internal Uji validitas internal instrumen yang telah disusun, sebelum diujicobakan terlebih dahulu divalidasi oleh para ahli baik dari segi isi dan redaksi. Instrumen yang divalidasi oleh para ahli diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu memadai (M), dan tidak memadai (TM). Pernyataan yang berkualifikasi M dapat langsung digunakan untuk menjaring data penelitian. Sementara dalam pernyataan TM terkandung dua kemungkinan, yaitu: (a) pernyataan tersebut harus di revisi sehingga dapat terkelompokkan dalam kualifikasi M; atau (b) pernyataan tersebut dianggap gugur/ tidak dipakai. Selanjutnya hasil pertimbangan instrumen tersebut dijadikan landasan dalam penyempurnaan instrumen yang telah di susun. b) Uji Validasi Eksternal Validitas eksternal ini dilakukan dengan ujicoba kuesioner tersebut pada populasi yang mempunyai kriteria, setelah data ditabulasi maka pengujian validitas internal dilakukan dengan analisis faktor, yaitu mengkorelasikan antar skor butir kuesioner melalui perhitungan korelasi Product Moment Pearson (r). Setelah validitas internal terpenuhi maka dilakukan validitas eksternal dengan menggunakan bantuan SPSS 16 dengan kriteria butir kuesioner yang digunakan adalah r Correlation atau r hitung lebih besar dari rtabel, jika kurang dari r tabel, maka butir instrumen dianggap gugur/ tidak valid (Sugiyono 2013). Berikut adalah perhitungan r hitung : r
N XY ( X )( Y )
{N X 2 ( X ) 2 }{N Y 2 ( Y ) 2 }
Keterangan: rxy: koefisien korelasi antara skor X dan skor Y N : banyak subjek X : skor kuesioner Y : total skor
Berdasarkan hasil uji coba pada 15 responden di desa Gunung Bunder II, pada taraf kepercayaan α =5% diperoleh r tabel sebesar 0.514. Setiap butir kuesioner diujicobakan pada responden yang sama oleh karenanya r tabel setiap butir memiliki nilai yang sama. Dengan bantuan program SPSS 16.0 diperoleh hasil r hitung sebagai berikut (Gambar 6).
25 Validitas kuesioner pengetahuan
Koefisien Korelasi
1 0.8 0.6 r hitung
0.4
r tabel
0.2 0 1
2
3
4
5
6
Butir Kuesioner
Gambar 6 Validitas kuesioner pengetahuan Pada Gambar 6 menunjukkan bahwa r hitung untuk tiap butir kuesioner berturut turut adalah 0.885, 0.893, 0.716, 0.909, 0.934, dan 0.864. Secara keseluruhan r hitung lebih tinggi dari r tabel sebesar 0.514. Dengan demikian tiap butir kuesioner termasuk dalam kriteria valid. Maka secara keseluruhan butir kuesioner dapat diuji pada tahap berikutnya yaitu uji reliabilitas. Hasil uji validitas instrumen kuesioner pengetahuan selengkapnya dapat di lihat dalam Lampiran 1.
Koefisien Korelasi
Validitas kuesioner keterampilan 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0
r hitung r tabel
1
2
3
4
5
6
Butir Kuesioner
Gambar 7 Validitas Kuesioner Keterampilan Uji validitas kuesioner keterampilan dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0 dapat dilihat pada Gambar 7. Berdasarkan hasil uji coba pada 15 responden, pada taraf kepercayaan α =5% diperoleh r tabel sebesar 0.514. Setiap butir kuesioner diujicobakan pada responden yang sama oleh karenanya r tabel setiap butir memiliki nilai yang sama dan diperoleh hasil r hitung sebagai berikut 0.885, 0.893, 0.716, 0.909, 0.934, dan 0.864. Masing-masing butir memiliki nilai r hitungyang lebih tinggi dari r tabel. Kriteria tersebut menunjukkan bahwa semua butir kuesioner valid dan dapat dilanjutkan pada uji reliabilitas. Hasil uji validitas kuesioner tingkat keterampilan dengan jumlah 7 butir pernyataan oleh 15 warga
26 desa diperoleh hasil memenuhi kriteria valid. Hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 6. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Kuesioner sikap yang telah divalidasi oleh 15 responden menunjukkan r hitung lebih tinggi dari r tabel, bisa terlihat pada Gambar 8. Validitas kuesioner sikap dan afektif 0.9
Koefisien Korelasi
0.8 0.7 0.6 0.5
r hitung
0.4
r tabel
0.3 0.2 0.1 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Butir Kuesioner
Gambar 8 Validitas kuesioner sikap dan afektif Gambar 8 menunjukkan nilai r hitung dari masing-masing butir kuesioner adalah 0.782, 0.568, 0.568, 0.627, 0.595, 0.71, 0.723, 0.565, 0.782, 0.655, 0.698, 0.569, 0.655, 0.721, 0.698, 0.655, 0.714, 0.634, 0.655 dan 0.714. Hal tersebut menunjukkan bahwa masing-masing butir kuesioner memenuhi kriteria valid dan bisa dilanjutkan untuk uji reliabilitas. Hasil perhitungan menggunakan SPPS dapat dilihat pada Lampiran 3. Kuesioner aksi yang telah divalidasi menghasilkan nilai r hitung lebih tinggi dari r tabel (tercantum pada Gambar 9).
Koefisien Korelasi
Validitas kuesioner aksi 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0
r hitung r tabel
1
2
3
4
5
Butir Kuesioner
Gambar 9 Validitas kuesioner aksi
6
7
27 Nilai r hitung yang dihasilkan pada masing-masing butir kuesioner adalah 0.55, 0.527, 0.745, 0.604, 0.638, 0.779, dan 0.765. Menurut kriteria apabila nilai r hitung lebih tinggi dari r tabel maka butir kuesioner tersebut dinyatakan valid dan bisa dilakukan untuk uji selanjutnya yaitu uji reliabilitas. Hasil lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4. Uji Reliabilitas Menurut Azwar (2006) reliabilitas sebenarnya mengacu kepada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran.Perhitungan koefisien reliabilitas intrumen menggunakan program SPSS dengan CronbachAlpha. Kriteria untuk mengetahui tingkat reliabilitas, digunakan klasifikasi sesuai dengan Tabel 4. Untuk menghitung nilai reliabilitas ( )ataur hitung (r11) dengan menggunakan rumus berikut. 2 p i r11 1 2 t p 1 Keterangan : = Reliabilitas tes yang dicari
r1 1
t p
2
2 i
Jumlah variansi skor butir = Variansi total = banyak butir instrument
Titik tolak ukur koefisien reliabilitas digunakan pedoman koefisien korelasi dari Sugiono (2005) yang disajikan pada Tabel 12 berikut: Tabel 12 Kriteria keterandalan (reliabilitas) instrumen Koefisien Keterandalan (Reliabilitas) 0.91-1.00 0.71-0.90 0.41-0.70 0.21-0.40 <0.20
Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Derajat keterandalan sangat tinggi Derajat keterandalan tinggi Derajat keterandalan sedang Derajat keterandalan rendah Derajat keterandalan sangat rendah
Berikut ini hasil analisis keterandalan (reliabilitas) instrumen menggunakan program SPSS dengan CronbachAlpha (Tabel 13). Tabel 13 Hasil keterandalan (reliabilitas) instrument Variabel Instrumen Koefisien Reliabilitas Pengetahuan 0.933 Keterampilan 0.875 Sikap 0.926 Aksi 0.781
Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Derajat keterandalan sangat tinggi Derajat keterandalan tinggi Derajat keterandalan sangat tinggi Derajat keterandalan tinggi
28 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data yang terkumpul dari kuisioner kemudian dianalisis melalui langkahlangkah berikut: 1) Menghitung persentase kuesioner Pengetahuan dan Keterampilan. 2) Menentukan ambang stimulus dan tingkat kekuatan stimulus sikap dan afektif masyarakat: Pengkategorian stimulus untuk sikap masyarakat menurut Walgito (2004) menggunakan nilai berikut : a) ≥ 2.99= Suka/ setuju atau sangat setuju (terbentuk tingkatstimulus kuat untuk sikap masyarakat). b) <2.99= Tidak tahu, tidak suka/setuju, sangat tidak suka/sangat tidak setuju (belum terbentuk stimulus atau tingkat stimulus lemah untuk sikap masyarakat). 3) Menjelaskan dalam bentuk naratif deskriptif. 4) Melakukan pengujian hipotesis Untuk mengetahui hubungan antar peubah dilakukan analisis hubungan dengan Koefisien Korelasi Spearman. Korelasi Spearman berfungsi untuk menentukan besarnya hubungan dua variabel yang berskala ordinal yang dihasilkan dari angket konservasi tumbuhan paku (1,2,3,4). Angka-angka tersebut sebenarnya hanya simbol, oleh karena itu korelasi ini termasuk uji statistik nonparametrik. Besarnya korelasi adalah 0
rs 1
6 di2 n 1 2
n n 1
Keterangan: rs= koefisien korelasiSpearman n = banyaknyapasangan data di = jumlah selisih antaraperingkat bagi XdanY Uji Hipotesis Distribusi peluang pensampelan menggunakan statistik uji-t.Hal ini dilakukan karena ukuran sampel 4
H0 = H1 =
Tidak terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu dengan sikap masyarakat dalam konservasi pakis sayur. Terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu dengan sikap masyarakat dalam konservasi pakis sayur.
29 2
H0 = H1 =
3
H0 = H1 =
4
H0 = H1 =
Tidak terdapat hubungan nyata antara pengetahuan dengan sikap masyarakat dalam konservasi pakis sayur. Terdapat hubungan nyata antara pengetahuan dengan sikap masyarakat dalam konservasi pakis sayur. Tidak terdapat hubungan nyata antara keterampilan dengan sikap masyarakat dalam konservasi pakis sayur. Terdapat hubungan nyata antara keterampilan dengan sikap masyarakat dalam konservasi pakis sayur. Tidak terdapat hubungan nyata antara sikap masyarakat dengan kerelaan masyarakat dalam melakukan aksi konservasi pakis sayur. Terdapat hubungan nyata antara sikap masyarakat dengan kerelaan masyarakat dalam melakukan aksi konservasi pakis sayur.
b) Membuat hipotesis dalam bentuk model statistik H0: rs = 0 H1: rs≠ 0 c) Menentukan resiko kesalahan Pada tahap ini ditentukan seberapa besar peluang membuat resiko kesalahan dalam mengambil keputusan menolak hipotesis yang benar dalam taraf signifikansi α = 0,05. d) Kaidah pengujian Jika rs hitung>rs tabel, maka H0 ditolak e) Menghitung rs hitung dan rstable. Karena pengujian statistik yang dilakukan adalah uji dua sisi (two tail) maka α/2. f) Membandingkan rshitung dan rs tabel Tujuan membandingkan rs hitung dan rs tabel adalah untuk mengetahui hipotesis mana yang diterima berdasarkan kaidah pengujian. g) Membuat keputusan Menerima atau menolak H0
30
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gunung Bunder II, Kecamatan Pamijahan, Bogor.Desa tersebut memiliki luasan wilayah 386,450 Ha.Dengan jumlah penduduk sebanyak 8921 jiwa yang terdiri dari 4432 (49.68 persen) lakilaki dan 4489 (50.31 persen) perempuan dengan jumlah kepala keluarga 2213 KK. Batas-batas Administratif pemerintahan Desa Gunung Bunder II Kecamatan Pamijahan sebagai berikut : - Sebelah Utara : Desa Gunung Bunder I - Sebelah Timur : Desa Tapos I - Sebelah Selatan : Taman Nasional Gunung Halimun Salak - Sebelah Barat : Desa Gunung Picung Topografi dan kontur tanah Desa Gunung Bunder II secara umum berupa dataran tinggi dan pegunungan yang berada pada ketinggian 700 mdpl sampai 800 mdpl dengan suhu rata-rata berkisar 23oC-28oC. Desa Gunung Bunder II dari 2 dusun, 7 RW, dan 42 RT. Orbitasi dan waktu tempuh dari ibu kota kecamatan 7 km dengan waktu tempuh >30 menit dan ibu kota kabupaten 57 km dengan waktu tempuh 120 menit. Mata pencaharian penduduk terdiri dari petani 1500 (16.8 persen) orang, buruh tani 1450 (16.25 persen) orang, pedagang 200 (2.24 persen) orang, Pegawai Negeri Sipil (PNS) 40 (0.44 persen) orang, karyawan swasta 20 (0.22 persen) orang dan wirausaha lainnya 38 (0.42 persen) orang.
Gambar 10 Peta kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (Hartono et al. 2007)
31 Profil Biofisik Taman Nasional Gunung Halimun Salak Taman Nasional Gunung Halimun merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah, hutan sub-motana dan hutan Montana di Jawa. Hampir seluruh hutan di taman nasional ini berada di dataran pegunungan dengan beberapa sungai dan air terjun, yang merupakan perlindungan fungsi hidrologis di Kabupaten Bogor, Lebak, dan Sukabumi. Beberapa tumbuhan yang mendominasi hutan di Taman Nasional Gunung Halimun antara lain rasama (Altingia excelsa), jamuju (Dacrycarpus imbricartus), dan puspa (Schima wallichii). Sekitar 75 anggrek terdapat di taman nasional ini dan beberapa jenis diantaranya merupakan jenis langka seperti Bulbophyllum binnedykii, B. anguistifolium, Cymbidium ensifolium, dan Dendrobium macrophyllum. Taman Nasional Gunung Halimun merupakan habitat dari beberapa satwa mamalia seperti owa (Hylobates moloch), kancil (Tragulus javanicus javanicus), surili (Presbytis comata comata), lutung budeng (Trachipithecus auratus auratus), kijang (Muntiatus muntjak muntjak), macan tutul (Panthera pasrdus melas), dan anjing hutan (Cuon alpines javanicus). Terdapat kurang lebih 204 jenis burung dan 90 jenis diantaranya merupakan burung yang menetap serta 35 jenis merupakan endemik di Jawa termasuk burung elang Jawa (Spizaetus bartelsi). Selain itu terdapat dua jenis burung yang terancam punah yaitu burung cica matahari (Crocias albonatutus) dan burung poksai kuda (Garrulax ruffifons). Burung elang Jawa yang identik dengan lambing negara Indonesia (burung garuda), cukup banyak dijumpai di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Iklim yang basah pada taman nasional ini merupakan sumber mata air dari beberapa sungai yang alirannya tidak pernah kering sepanjang tahun, dan delapan buah air terjun yang indah serta potensial untuk kegiatan pariwisata alam. Berdasarkan pencatatan BMKG Kabupaten Sukabumi dan Kebupaten Bogor ratarata jumlah curah hujan cukup tinggi sebesar 209 mm/tahun, curah hujan maksimum 392 mm/tahun. Suhu udara rata-rata bulanan 31.5oC dengan suhu terendah 19.7oC dan suhu tertinggi 31.8oC. Kelembaban udara rata-rata 88%. Masyarakat di sekitar taman nasional merupakan masyarakat tradisional Kasepuhan. Masyarakat tersebut memiliki pola kehidupan sangat unik dan kearifan dalam mengelola kawasan hutan di sekelilingnya selama puluhan tahun (Hartono et al. 2007). Karakteristik Responden Karakteristik responden yang diamati meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah pendapatan, status pernikahan, dan jenis pekerjaan. Gambar 10 dibawah menunjukkan peneliti melakukan pengambilan wawancara kuesioner dengan masyarakat.
32
Gambar 11 Dokumentasi peneliti pada saat wawancara Umur Responden Umur responden yang diambil dalam penelitian ini dibagi kedalam tujuh kategori yaitu responden 17-21 tahun, 26-35 tahun, 36-45 tahun, 46-55 tahun, 5665 tahun dan >66 tahun seperti yang terlihat pada Gambar 12. 56-65 tahun 4%
Karakteristik Umur Responden 17-25 tahun 8%
46-55 tahun 28%
26-35 tahun 24% 36-45 tahun 36%
Gambar 12. Karakteristik umur responden Gambar 12 memperlihatkan pada umumnya sebagian besar responden 36 persen berada pada usia 36-45 tahun. Kemudian 28 persen ditempati oleh umur 46-55 tahun. Pada usia 26-35 tahun terdapat 24 persen responden. Persentase dibawah 10 persen yakni pada 8 persen dan 4 persen pada umur 17-25 tahun 5665 tahun. Hal ini menunjukkan masyarakar hampir semua lapisan umur mengkonsumsi tumbuhan pakis sayur untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Ditinjau dari umur tersebut, masyarakat disekitar hutan Taman Nasional Gunung
33 Halimun Salak merupakan manusia yang potensial untuk dikembangkan dan ditingkatkan kemampuannya dalam upaya konservasi tumbuhan pakis sayur. Tingkat Pendidikan Responden Tingkat pendidikan yang diamati dalam penelitian ini dikelomppokkan menjadi delapan kategori. Tidak Sekolah, Tidak Tamat SD, Tamat SD, Tidak Tamat SMP, Tamat SMP, Tidak Tamat SMA, Tamat SMA, Tamat Universitas. Komposisi tingkat pendidikan responden tertera pada Gambar 13. Tamat Universita s Tamat 4% SMA 20%
Tingkat Pendidikan
Tamat SMP 12% Tidak
Tidak Tamat SD 8%
Tamat SD 48%
Tamat SMP 8% Gambar 13 Tingkat pendidikan responden Gambar diatas menunjukkan tingkat pendidikan responden di didominasi tamatan SD dengan persentase 48 persen. Selanjutnya urutan kedua diikuti dengan jumlah persentase 20 persen yaitu tamat SMA. Urutan ketiga dengan jumlah persentase 12 persen tamat SMP. Kemudian urutan keempat dengan jumlah persentase 8 persen tidak tamat SMP dan tidak tamat SD. Urutan kelima dengan jumlah persentase 4 persen tamat Universitas. Tingkat pendidikan responden terbanyak di tamatan SD. Hal tersebut terjadi menurut para responden ialah, akses dari rumah ke sekolah pada masanya jauh serta kondisi infrastruktur jalan umum belum memadai dan rendahnya kesadaran orang tua untuk menyekolahkan anaknya. Orang tua beranggapan bahwa tanpa sekolah yang tinggi, asalkan anak dapat bekerja dengan tekun dan giat, maka secara langsung dapat meningkatkan taraf hidupnya kelak. Tingkat pendidikan yang rendah mengindikasi perlunya sosialisasi bagi masyarakat tentang pentingnya pendidikan formal, agar tumbuh kesadaran dalam diri masyarakat terutama orang tua tentang pentingnya pendidikan, sehingga terdorong dan termotivasi untuk menyekolahkan anak-anaknya. Jumlah Pendapatan Responden Jumlah pendapatan per bulannya dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu > Rp. 853.500,00., Rp. 853.500,00 – Rp. 3.364.500,00., dan > Rp. 3.362.500,00 seperti pada Gambar 14.
34 Jumlah pendapatan responden
>Rp.3.362.5 00,00 28%
Rp.853.500, 003.362.500,00 48%
Gambar 14 Jumlah pendapatan responden Gambar 14 tersebut menunjukkan bahwa jumlah pendapatan perbulan responden terbanyak dengan jumlah persentase 48 persen yaitu Rp.853.500,00 – Rp.3.362.500,00, kemudian dengan persentase 28 persen dengan pendapatan senilai > Rp.3.362.500,00 sedangkan jumlah persentase terkecil yaitu 24 persen dengan pendapatan senilai < Rp.853.500,00 Pendapatan yang terbanyak tergolong pada kategori sedang. Sebagian besar pendapatan masyarakat tersebut berasal dari bercocok tanam dan pedagang. Status Pernikahan Responden Status pernikahan dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu kawin, pernah kawin, tidak kawin. Komposisi status pernikahan dapat dilihat pada Gambar 15. Status Pernikahan Pernah Kawin 4%
Kawin 96%
Gambar 15 Status pernikahan responden
35 Gambar 15 menjelaskan bahwa persentase terbanyak yaitu 96 persen responden kawin, selanjutnya dengan jumlah persentase 4 persen respondenpernah kawin. Masyarakat yang menjadi responden baik yang sudah berkelurga maupun pernah berkeluarga, mereka mengkonsumsi tumbuhan pakis sayur sebagai alternatif sayur mayur. Jenis Pekerjaan Responden Jenis pekerjaan dikelompokkan menjadi sembilan jenis, yaitu Ibu Rumah Tangga (IRT), wiraswasta, pedagang, buruh tani, petani, perangkat desa, pensiunan, penjahit, dan satpam. Komposisinya terdapat pada Gambar 16. Penjahit Buruh Tani 4% 4%
Jenis Pekerjaan
Perangkat Desa 12%
Petani 16% Pedagang 4% Wiraswasta 12%
IRT 48%
Gambar 16 Jenis pekerjaan responden Gambar 16 menunjukkan pekerjaan yang dilakukan responden dengan jumlah persentase terbanyak yaitu Ibu rumah tangga (IRT) sebesar 48 persen.Urutan kedua dengan jumlah persentase 16 persen ditempati jenis pekerjaan petani. Urutan ketiga dengan jumlah persentase yang sama besar yaitu 12 persen pada jenis pekerjaan perangkat desa dan wiraswasta. Persentase terendah dengan jumlah persentase sama besar yaitu masing-masing 4 persen persen ditempati jenis pekerjaan pedagang, penjahit, dan buruh tani. Responden yang terbanyak ada pada mereka yang menjadi ibu rumah tangga. Kegiatan yang dilakukan sepenuhnya dikerjakan di dalam rumah. Hal tersebut bisa menjadi satu usaha memaksimalkan ladang atau lahan yang ada disamping rumah untuk dijadikan usaha bercocok tanam pakis sayur. Sehingga masyarakat tak perlu mencari hingga ke lereng-lereng hutan maupun dipinggiran sungai untuk memasak pakis sayur.
36 Tingkat Pengetahuan dan Keterampilan Masyarakat Pengetahuan Masyarakat Pengetahuan adalah unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya, artinya, bahwa pengetahuan berhubungan dengan jumlah informasi yang dimiliki seseorang (Koentjaraningrat 1990). Jumlah informasi yang dimiliki masyarakat mengenai konservasi tumbuhan pakis sayur dibuat dalam bentuk pernyataan yang masingmasing pernyataan dikelompokkan menjadi 4 yaitu; pengetahuan masyarakat mengenai potensi tumbuhan pakis sayur, khasiat, pemanfaatan, dan ciri agronomi tumbuhan pakis sayur. Berdasarkan pernyataan yang telah dibuat tersebut hasil yang didapat memiliki tingkat pengetahuan yang bervariatif. Persentase tertinggi pengetahuan pada tingkat cukup yaitu manfaat pakis sayur sebagai alternatif sayur mayur dan atau tumbuhan obat senilai 88.0 persen. Distribusi persentase tingkat pengetahuan masyarakat dapat dilihat secara rinci pada Tabel 14. Tabel 14 Distribusi persentase tingkat pengetahuan masyarakat terhadap konservasi pakis sayur Jenis Pengetahuan 1. Manfaat pakis sayur sebagai alternatif sayur mayur dan atau tumbuhan obat 2. Kemudahan menanam pakis sayur 3. Khasiat tumbuhan pakis sayur 4. Cara memperbanyak diri tumbuhan pakis sayur 5. Bentuk dari spora 6 Cara menanam tumbuhan pakis sayur Keterangan :Responden25 orang (100 persen)
Tingkat Persentase Pengetahuan Buruk Cukup Baik 0
88.0
12.0
4.0 8.0
16.0 80.0
80.0 12.0
36.0
0
64.0
40.0 28.0
8.0 20.0
52.0 52.0
Pengetahuan masyarakat mengenai potensi pakis sayur yaitu pada pernyataan kemudahan menanam pakis sayur memiliki persentase 80.0 persen pada tingkat pengetahuan tinggi artinya sebagian besar masyarakat mengetahui bahwa tumbuhan pakis sayur memiliki potensi untuk dikembangkan dengan cara menanam kembali setelah memanennya. Pada pernyataan mengenai khasiat tumbuhan pakis sayur sebagian masyarakat 80.0 persen berada pada tingkat pengetahuan cukup artinya masyarakat belum memahami betul mengenai khasiat yang dapat diambil dari tumbuhan pakis sayur sebagai tumbuhan obat, mereka mengetahui itu hanya dapat mengenyangkan dan membuat badan terasa lebih segar. Pengetahuan masyarakat mengenai ciri agronomi yaitu dengan melontarkan 3 pernyataan meliputi; cara memperbanyak diri, bentuk spora, dan cara menanam tumbuhan pakis sayur. Masyarakat sebagian besar yaitu 64.0 persen, 52.0 persen dan 52.0 persen memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai ciri agronomi. Informasi mengenai ciri agronomi yang mereka ketahui
37 merupakan hasil dari pengamatan selama mereka memanen tumbuhan pakis sayur di hutan. Namun tidak sedikit juga dari mereka yang belum mengetahui informasi bentuk spora serta cara menanam pakis sayur. Keterampilan Masyarakat Keterampilan konservasi adalah berbagai bentuk kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi terkait cara menanam, teknologi cara memanen, teknlogi mengolah hasil panen, kemudahan mendapatkan tumbuhan pakis sayur, dan tingkat memproduksi hasil yang baik (produktivitas) dalam konservasi tumbuhan pakis sayur. Pernyataan yang diberikan kepada masyarakat sejumlah tujuh butir pernyataan. Hasil yang diperoleh berdasarkan tujuh butir pernyataan tersebut hampir semua masyarakat memiliki tingkat keterampilan yang buruk. Distribusi persentase tingkat keterampilan lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Distribusi persentase tingkat keterampilan masyarakat terhadap konservasi pakis sayur Jenis Keterampilan 1 Cara memperoleh tumbuhan pakis sayur 2 Cara memanen tumbuhan pakis sayur di hutan 3 Masyarakat menanam atau tidak tumbuhan pakis 4 Tumbuh atau tidak jika menanam tumbuhan pakis sayur 5 Jika menanam menggunakan media atau tidak 6 Mengajarkan kepada masyarakat lain atau tidak mengenai cara menanam tumbuhan pakis sayur 7 Bahan olahan makanan apa yang dihasilkan dari tumbuhan pakis sayur Keterangan :Responden 25 orang (100 persen)
Tingkat Persentase Keterampilan Buruk Cukup Baik 96.0
0
4.0
8.0
0
92.0
96.0
0
4.0
96.0
0
4.0
100
0
0
100
0
0
0
76.0
24.0
Pada pernyataan terkait teknologi cara menanam dan produktivitas yakni pada butir pernyataan 1,3,4,5, dan 6, masyarakat memiliki tingkat keterampilan buruk. Terutama pada pernyataan memengenai menggunakan media tanam ketika menanam dan mengajarkan kepada masyarakat lain mereka seluruhnya menjawab tidak melakukan kegiatan tersebut yang artinya bahwa masyarakat memiliki keterampilan yang buruk. Alasan yang dikemukan masyarakat adalah bahwa mereka tidak melakukan kegiatan tersebut karena beranggapan bahwa tumbuhan pakis sayur dapat tumbuh dengan sendiri tanpa perlu media tanam dan mereka tidak menanam pakis sayur sehingga mereka tidak mengajarkan kepada masyarakat lain. Namun demikian, masyarakat tergolong terampil dalam cara memanen dan mengolah hasil panen tumbuhan pakis sayur. Mereka sangat
38 mengetahui bahwa memanen pakis sayur tidak dipanen secara keseluruhan bagiannya tetapi hanya bagian daun mudanya saja yang dipanen.Begitu pula hasil panennya diolah sangat baik untuk dijadikan makanan yang lezat dan bergizi. Sikap Konservasi Masyarakat terhadap Pakis Sayur Sikap masyarakat dipengaruhi oleh proses penginderaan tentang tumbuhan pakis sayur hal ini sesuai dengan pernyataan Walgito (2004). Proses penginderaan yaitu proses diterimanya stimulus terkait dengan konservasi tumbuhan pakis sayur oleh masyarakat melalui alat indera. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses sikap. Stimulus yang diindera itu kemudian diinterpretasikan, sehingga masyarakat menyadari, mengerti tentang apa yang di indera itu. Karena sikap merupakan aktivitas yang saling terkait dalam diri masyarakat, maka apa yang ada dalam diri masyarakat akan ikut aktif dalam sikap. Masyarakat memiliki sikap mendukung terhadap pro-konservasi tumbuhan pakis sayur. Namun konsep yang berkembang untuk membentuk sikap pro-konservasi dengan menerapkan tristimulus amar belum disikapi baik oleh masyarakat . Stimulus Alamiah Tumbuhan Pakis Sayur Stimulus alamiah tumbuhan pakis sayur merupakan bentuk pengkarakterisasian kondisi bio-ekologi dari tumbuhan pakis sayur yang masyarakat ketahui dan masyarakat sikapi.Karakter spesifik yang dimaksudkan yaitu berupa pertumbuhan pakis sayur yang cepat dan tumbuh liar di hutan pegunungan, fungsi pakis sayur di hutan sebagai pencegah longsor serta reproduksi dan perkembangan tumbuhan pakis sayur. Visualisasi tumbuhan pakis sayur yang terdapat di hutan terlihat pada Gambar 17.
Gambar 17 Tumbuhan pakis sayur di bawah tegakan pohon pinus Pernyataan pernyataan mengenai stimulus alamiah yang disampaikan kepada masyarakat menunjukkan hasil bahwa masyarakat menyepakati 12 pernyataan tersebut. Masyarakat mengetahui karakterisasi biologi dari tumbuhan pakis sayur.Sifat alami yang ada pada tumbuhan pakis sayur dipahami oleh
39 masyarakat karena mereka mengamati setiap kali mereka memanen di hutan. Keberadaan pakis sayur yang mudah dijumpai disekitar hutan dan pinggiran sungai membuat masyarakat paham karakteristik alami pakis sayur. Sikap Bias Masyarakat Terhadap Stimulus alamiah tumbuhan pakis sayur :butir 7
Stimulus Alamiah
Sikap Masyarakat
Stimulus alamiah tumbuhan pakis sayur yang menjadi sikap masyarakat :1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, dan 12
Gambar 18 Sikap masyarakat terhadap stimulus alamiah pakis sayur Keterangan: No 1 2 3
4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pernyataan Stimulus Alamiah
Tumbuhan pakis sayur banyak tumbuh di hutan pegunungan Tumbuhan pakis sayur membutuhkan pohon besar untuk bernaung Tumbuhan pakis sayur tumbuh dengan kondisi yang lembab Jumlah tumbuhan pakis sayur tinggi di hutan Taman Nasional Gunung Halimun Salak Tumbuhan pakis sayur cepat tumbuh di hutan pegununagan Tumbuhan pakis sayur memiliki bintik-bintik hitam (spora) yang berguna untuk memperbanyak diri Membutuhkan waktu sekitar dua minggu untuk memperbanyak diri Bintik-bintik hitam (spora) pada tumbuhan pakis sayur berada dibawah permukaan daun Tumbuhan pakis sayur memiliki akar yang menggerombol (serabut) Tumbuhan pakis sayur tidak membutuhkan cahaya matahari secara langsung Tumbuhan pakis sayur tumbuh liar di hutan Tumbuhan pakis sayur penyumbang unsur hara bagi lingkungan hutan pegunungan
Skor Rataan 3.76
Sikap +
3.04
+
3.24
+
3.64
+
3.24
+
3
+
2.96
-
3.52
+
3.2
+
3.4
+
3.24 3.68
+ +
Gambar 18 menunjukkan realitas sinyal dari tumbuhan pakis sayur atau stimulus alamiah pakis sayur bisa dipahami dan disikapi oleh masyarakat. Terdapat satu pernyataan yang belum disikapi oleh masyarakat yaitu mengenai waktu perbanyakan diri dari tumbuhan pakis sayur. Masyarakat belum
40 menyikapinya karena mereka belum pernah melakukan pengamatan berapa lama tumbuhan pakis sayur melakukan regenerasi berikutnya. Stimulus Manfaat Tumbuhan Pakis Sayur Stimulus manfaat tumbuhan pakis sayur dapat dideskripsikan dari beberapa peran atau manfaat terhadap lingkungan sekitarnya.Selanjutnya pernyataan-pernyataan stimulus dibangun dari nilai manfaat pakis sayur dari peran-sosial ekonomi, alternatif tumbuhan obat dan nilai kandungan gizi dan khasiat. Masyarakat secara umum belum menyetujui sepenuhnya mengenai stimulus manfaat tumbuhan pakis sayur. Sikap Bias Masyarakat terhadap Stimulus manfaat tumbuhan pakis sayur: butir 14,15, & 23 Stimulus Manfaat
Sikap Masyarakat
Stimulus manfaat tumbuhan pakis sayur yang menjadi sikap masyarakat: butir 13,16,17,dan 12 Gambar 19 Sikap masyarakat terhadap stimulus manfaat pakis sayur Keterangan: No 13 14 15 16
17 12 23
Pernyataan Stimulus Manfaat
Tumbuhan pakis sayur dapat dikonsumsi karena rasanya lezat Daun muda pakis sayur dapat mengobati sakit diare Akar tumbuhan pakis sayur dapat mengobati asma Tumbuhan pakis sayur dapat dibudidayakan sebagai alternatif sayur-mayur yang akan menghasilkan pendapatan langsung Mengkonsumsi pakis sayur karena dapat menyegarkan badan Tumbuhan pakis sayur penyumbang unsur hara bagi lingkungan hutan pegunungan Menanam tumbuhan pakis sayur untuk mencegah longsor
Skor Rataan 3.68
Sikap
2.84 2.56 3.44
+
3.52
+
3.68
+
1.84
-
+
Nilai manfaat pembentuk stimulus manfaat untuk sikap masyarakat teridentifikasi dengan manfaat sosial-ekonomi yakni masyarakat sudah mengkonsumsi pakis sayur karena kelezatan rasanya, hampir semua lapisan masyarakat mengakui akan hal tersebut. Kemudian pada aspek alternatif tumbuhan obat dan khasiat masyarakat belum memahami dengan baik mereka
41 hanya mengetahui bahwa selepas memakan pakis sayur tubuh mereka lebih segar, tidak mudah mengantuk. Namun ketika mereka ditanyakan mengenai apakah bisa pakis sayur dijadikan sebagai obat diare dan asma ada beberapa masyarakat yang tidak mengetahui hal tersebut. Pengetahuan nilai gizi dan kandungan pakis sayur belum tersampaikan oleh masyarakat. Cacioppo et al (1994) menerangkan bahwa untuk mengubah sikap masyarakat diperlukan dua proses, pertama dimana masyarakat menanggapi berbagai isyarat yang mendasar dan heuristik dalam suatu kondisi dan yang kedua dimana masyarakat menanggapi informasi terhadap sikap yang relevan yang dihasilkan dari suatu kondisi. Dalam merealisasikan hal tersebut dilakukan penyebaran informasi kepada masyarakat melalui penyuluhan tentang manfaat tumbuhan pakis sayur beserta kandungannya. Diharapkan setelah melakukan penyuluhan masyarakat tidak hanya sekedar memakan atau mengkonsumsi karena kelezatannya dan membuat tubuh menjadi lebih segar namun masyarkat menjadikan tumbuhan pakis sayur sebagai alternatif obat tertentu ketika mereka sakit. Manfaat pakis sayur bagi masyarakat bahwa tumbuhan pakis sayur tersebut sebagai penyumbang unsur hara bagi lingkungan hutan pegunungan dapat dipahami betul oleh masyarakat karena tumbuhan pakis sayur sifatnya sama dengan tumbuhan tingkat tinggi lainnya hanya saja pertumbuhannya tidak dapat menjulang tinggi seperti pinus. Stimulus Rela untuk Membentuk Sikap Pro-konservasi Stimulus rela yaitu nilai nilai kebaikan dan kerelaan terutama ganjaran dari Sang Pencipta Alam, nilai spiritual, nilai agama yang universal, pahala, kebahagiaan, kearifan budaya/tradisional, kepuasan batin dan lainnya. Penelitian untuk mengkaji stimulus rela apakah telah berperan mendorong masyarakat untuk melakukan sikap pro-konservasi . Sikap Bias Masyarakat terhadap Stimulus rela tumbuhan pakis sayur: Butir 18, 19, 22, dan 23
Stimulus Rela
Sikap Masyarakat
Stimulus rela tumbuhan pakis sayur yang menjadi sikap masyarakat: Butir 20 dan 21 Gambar 20 Kerelaan berkorban masyarakat untuk konservasi pakis sayur Keterangan: No 18
Pernyataan Stimulus Rela
Menanam kembali tumbuhan pakis sayur di hutan setelah memanennya
Skor Rataan 2.84
Sikap -
42 No 19 20 21 22 23
Pernyataan Stimulus Rela Memanen tumbuhan pakis sayur di hutan secara selektif dan sebagian Memanen tumbuhan pakis sayur di hutan secara terus menerus Menanam tumbuhan pakis sayur di lahan pertanian milik pribadi Menanam tumbuhan pakis sayur untuk dikonsumsi orang lain Menanam tumbuhan pakis sayur untuk mencegah longsor
Skor Rataan 2.56
Sikap -
3.44
+
3.52
+
1.76
-
1.84
-
Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 20 masyarakat belum melakukan kerelaan sepenuhnya untuk konservasi tumbuhan pakis sayur hasil tersebut didapatkan dengan melakukan pengujian enam pernyataan mengenai kerelaan masyarakat. Dua dari enam pernyataan menjadi sikap masyarakat terhadap konservasi tumbuhan pakis sayur. Namun empat pernyataan lainnya belum disikapi positif oleh masyarakat, yaitu pernyataan mengenai menanam kembali tumbuhan pakis sayur setelah memanennya, memanen secara keseluruhan, menanam untuk dikonsumsi anak cucu, dan menanam untuk mencegah longsor. Alasan yang mereka kemukakan ialah mereka tidak paham bagaimana melakukan penanaman di hutan setelah dipanen, seorang dari mereka juga mengatakan tumbuhan pakis sayur masih banyak tersedia di alam sehingga kami bisa mengambil di hutan jadi tidak perlu dilakukan penanaman. Dapat dilihat di Gambar 21 salah satu masyarakat sedang memanen pakis sayur langsung di hutan.
Gambar 21 Masyarakat memanen daun muda pakis sayur
43 Faktor yang Mempengaruhi Stimulus Rela Masyarakat untuk Mewujudkan Aksi Konservasi Kerelaan yang dimiliki masyarakat belum sepenuhnya terpenuhi. Hal tersebut berakibat menjadi tidak terbentuknya sikap pro-konservasi pakis sayur. Penyebab terjadinya dikarenakan ketersediaan tumbuhan pakis sayur yang melimpah di hutan pegunungan, keterampilan menanam dan membudidayakan tumbuhan pakis sayur di hutan yang tidak dimiliki oleh masyarakat, keterbatasan lahan garapan yang membuat masyarakat tidak melakukan budidaya pakis sayur, jaminan akses yang belum dirasakan dari pihak taman nasional karena selama ini mereka memanen tanpa meminta izin, ketidaksejalanan antara pihak taman nasional dan masyarakat yang secara langsung dirasakan masyarakat ketika mereka hendak ke hutan untuk memanen namun pihak taman nasional tidak mengizinkan, kesenjangan pihak taman nasional dengan masyarakat membuat masyarakat belum melakukan budidaya, serta pengawasan dan pembinaan setelah masyarakat melakukan budidaya di lahan hutan. Ketidakpahaman dan kurangnya informasi yang merinci secara pasti keterkaitan masyarakat lokal dengan taman nasional menjadi salah satu faktor utama masyarakat tidak rela melakukan budidaya pakis sayur. Dalam penelitian ini melihat perspektif faktor-faktor yang mempengaruhi kerelaan mewujudkan sikap masyarakat menjadi aksi konservasi dalam hubungan korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat. Hubungan korelasi tersebut di antaranya karakteristik masyarakat dengan sikap masyarakat, pengetahuan masyarakat dengan sikap masyarakat, keterampilan dengan sikap masyarakat, dan sikap masyarakat dengan aksi konservasi. Faktor-faktor tersebut juga sekaligus menjawab hipotesis dalam penelitian ini. Berikut hasil yang didapatkan terlihat pada Tabel 16. Tabel 16 Uji korelasi spearman faktor-faktor yang mempengaruhi kerelaan masyarakat mewujudkan sikap masyarakat menjadi aksi konservasi pakis sayur Variabel
Karakteristik Responden (X1.) Pengetahuan Masyarakat (X2.) Keterampilan (X3)
Jenis Variabel
Umur (X1.1) Pendidikan (X1.2) Pendapatan (X1.3) Potensi (X2.1) Khasiat (X2.2) Pemanfaatan (X2.3) Ciri Agronomi (X2.4) Teknologi (X3.1) Suplay (X3.2) Produktivitas (X3.3)
Stimulus Alamiah 0.225 -0.096 -0.109 -0.101 0.399* 0.395 0.363 0.261 0.128 0.219
Korelasi Sikap Stimulus Stimulus Manfaat Rela 0.006 -0.170 0.005 0.055 -0.073 -0.069 -0.072 -0.227 0.050 -0.341 0.173 -0.184 0.467* -0.124 -0.224 -0.273 0.287 -0.319 0.126 -0.278
Keterangan: * korelasi nyata pada 0.05 Karakteristik responden ialah ciri-ciri yang dimiliki oleh responden yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dengan lingkungannya.
44 Karakteristik responden terbentuk dari proses biologis dan sosiopsikologis. Menurut Sampson (1971) faktor biologis meliputi faktor genetik, sistem syaraf, sistem hormonal dan umur, sedangkan faktor sosiopsikologis meliputi komponenkomponen kognitif (intelektual), konatif yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak, dan afektif faktor emosional. Untuk mengetahui aksi masyarakat terhadap suatu obyek, karakteristik responden merupakan salah satu faktor yang penting, karena pada hakekatnya sikap manusia digerakkan oleh faktor yang berada dalam manusia itu sendiri. Dalam penelitian ini yang termasuk ke dalam variabel karakteristik responden (X1) yang diteliti adalah faktor umur (X1.1), pendidikan (X1.2), dan jumlah pendapatan (X1.3). Faktor umur (X1.1), berkaitan dengan lamanya seseorang hidup di dunia dalam hitungan tahun. Hal ini mempengaruhi kebiasaan dan kemauan seseorang dalam kehidupannya. Hasil yang diperoleh antara umur dengan tri stimulus amar tidak berpengaruh nyata. Artinya bahwa umur seseorang tidak mempengaruhi sikap. Hasil tersebut tidak sependapat dengan teori Lewin (1970) dan Green (1991) bahwa umur mampu mempengaruhi seseorang dalam membentuk sikap. Hal tersebut dikarenakan semakin beranjak dewasa menuju tua masyarakat banyak melakukan aktivitasnya di rumah tidak menuju hutan sehingga untuk melakukan pemanenan di hutan dan penanaman pakis sayur tidak mereka lakukan. Faktor pendidikan berkaitan dengan tingkat atau level pendidikan formal yang masyarakat tempuh. Hasil yang diperoleh bahwa faktor pendidikan tidak memiliki pengaruh nyata terhadap sikap masyarakat. Hasil ini tidak sesuai dengan teori Lewin (1970) dan Green (1991) bahwa pendidikan adalah suatu komponen pembentuk sikap. Ketidaksesuaian ini karena belum adanya tanda atau gejala bahwa pakis sayur akan punah atau berkurang populasinya di hutan. Faktor pendapatan berkaitan dengan jumlah pendapatan yang dihasilkan masyarakat selama per bulan. Hasil yang diperoleh bahwa pendapatan tidak terdapat pengaruh nyata terhadap sikap. Hal tersebut artinya bahwa pendapatan yang dimiliki masyarakat tidak mempengaruhi sikap konservasi. Hasil ini tidak sesuai dengan teori Lewin (1970) dan Green (1991). Lewin mengatakan bahwa kelas ekonomi adalah salah satu pembentuk sikap. Pengetahuan masyarakat dikelompokkan menjadi 3 komponen yaitu; potensi; manfaat; dan ciri agronomi. Hasil yang diperoleh yaitu bahwa pengetahuan masyarakat berpengaruh nyata terhadap sikap.Artinya bahwa pengetahuan masyarakat mempengaruhi sikap konservasi. Hasil ini sesuai dengan teori Lewin (1970) dan Green (1991). Keterampilan masyarakat dalam aspek ini yaitu berhubungan dengan pengalaman yang telah dilakukan masyarakat mengenai konservasi tumbuhan pakis sayur. Hasil yang diperoleh bahwa keterampilan masyarakat dengan sikap masyarakat tidak berhubungan. Artinya pengalaman yang dilakukan masyarakat tidak mempengaruhi sikap masyarakat dalam konservasi pakis sayur. Sikap Masyarakat terhadap Aksi Konservasi Pakis Sayur Aksi merupakan bentuk dari sebuh tindakan masyarakat.Aksi masyarakat terhadap konservasi tumbuhan pakis sayur menghasilkan hubungan yang nyata. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 17.
45 Tabel 17 Korelasi sikap masyarakat denganaksi masyarakat dalam konservasi pakis sayur Variabel
Jenis Variabel
Aksi Masyarakat
Sikap
Stimulus Alamiah Stimulus Manfaat Stimulus Rela
0.628** 0.432* 0.177
Keterangan: * korelasi nyata pada 0.05 ** korelasi nyata pada 0.01
Sikap yang dibangun dari stimulus alamiah mempengaruhi untuk melakukan aksi konservasi tumbuhan pakis sayur karena sifat atau karakter bioekologis dari tumbuhan pakis sayur sudah dimengerti dan dipahami oleh masyarakat, begitu juga dengan stimulus manfaat terdapat hubungan bahwa manfaat yang dihasilkan dari tumbuhan pakis sayur mampu mebentuk aksi konservasi tumbuhan pakis sayur. Namun pada stimulus rela tidak terdapat hubungan terhadap aksi konservasi pakis sayur. Artinya belum adanya kerelaan masyarakat terhadap aksi konservasi tumbuhan pakis sayur yang sudah dilakukan oleh masyarakat. Permasalahan yang telah diungkapkan bahwa keralaan tidak terbentuk karena ketersediaan tumbuhan pakis sayur yang melimpah di hutan pegunungan, keterampilan menanam dan membudidayakan tumbuhan pakis sayur di hutan yang tidak dimiliki oleh masyarakat, keterbatasan lahan garapan untuk melakukan budidaya karena tumbuhan pakis sayur memerlukan kondisi lingkungan yang tertentu, jaminan akses memanfaatkan dan melakukan budidaya tumbuhan pakis sayur di hutan pegunungan milik pemerintah, serta pengawasan dan distribusi pemasaran hasil panen. Hal tersebut dapat diatasi sehingga masyarakat mampu menimbulkan stimulus kerelaan untuk melakukan sikap pro-konservasi yakni dengan membentuk suatu kelembagaan khusus mengenai pemanfaatan tumbuhan pakis sayur. Membuat sebuah kebijakan yang menangani pemanfaatan dan kelestarian pakis sayur dan melibatkan masyarakat lokal. Masyarakat lokal diartikan sebagai subyek pembentuk sikap pro-konservasi. Masyarakat lokal tersebut yang memiliki pengetahuan tentang bio-ekologis pakis sayur, keterampilan budidaya pakis sayur, dan tercatat dalam badan kelembagaan, sehingga tidak menimbulkan open acsess terhadap pemanfaatan tumbuhan pakis sayur. Hal ini yang akan mampu menjadikan faktor stimulus kerelaan masyarakat untuk melakukan sikap pro-konservasi. Aksi Konservasi Masyarakat terhadap Pakis Sayur Tingkat Aksi Konservasi Masyarakat terhadap Pakis Sayur Manusia tergantung pada lingkungan hidupnya. Kelangsungan hidupnya hanya mungkin dalam batas kemampuan untuk menyesuaikan dirinya terhadap sifat lingkungan hidupnya. Proses interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya, juga sangat mempengaruhi pandangan hidup manusia (Soemarwoto 1991). Pandangan masyarakat tentang tumbuhan pakis sayur tersebut merupakan hasil dari penginderaan terhadap sinyal konservasi yang dimiliki oleh tumbuhan itu
46 sendiri. Sinyal konservasi tersebut menjadi stimulus sehingga dalam masyarakat terbentuk suatu sikap konservasi terhadap tumbuhan pakis sayur. Sikap konservasi yang terbentuk itu memunculkan kerelaan masyarakat untuk melakukan aksi konservasi terhadap tumbuhan pakis sayur. Cacioppo et al (1994) menyatakan bahwa untuk mengubah sikap masyarakat menjadi sikap konservasi diperlukan dua proses, pertama masyarakat menanggapi berbagai isyarat yang mendasar dan heuristik dalam suatu kondisi dan yang kedua masyarakat menanggapi informasi terhadap sikap yang relevan yang dihasilkan dari suatu kondisi dimana aksi konservasi dapat terealisasi. Isyarat tersebut dapat berupa pengetahuan konservasi mengenai pakis sayur dalam bentuk informasi dan disebarkan kepada masyarakat melalui penyuluhan tentang manfaat pakis sayur beserta kandungannya, khasiat pakis sayur, cara membudidaya pakis sayur, dan potensi pakis sayur baik dari segi ekonomi maupun manfaat. Aksi Konservasi
Pengetahuan Konservasi
Sikap Terhadap Konservasi
Gambar 22 Model proses pembentukan aksi konservasi Burgess et al (1998) menyatakan mendidik orang dengan isu-isu lingkungan akan secara otomatis menghasilkan perilaku yang lebih prolingkungan. Sejalan dengan pernyataan tersebut dengan diberikannya penyuluhan informasi pengetahuan tentang konservasi tumbuhan pakis sayur kepada masyarakat maka diharapkan menghasilkan sikap dan aksi yang pro-konservasi dalam pengelolaan pakis sayur. Aksi berkaitan dengan kemampuan fisik dan non fisik yang terbagi menjadi tiga unsur yaitu pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan sikap mental (afektif). Pernyataan yang diberikan kepada masyarakat sejumlah 5 butir pernyataan. Hasil yang diperoleh masyarakat sudah melakukan aksi konservasi pakis sayur namun belum sempurna pelaksaannya. Distribusi persentase aksi masyarakat terhadap konservasi tumbuhan pakis sayur dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Persentase aksi konservasi masyarakat terhadap pakis sayur No.
Jenis Aksi
Tingkat Aksi Masyarakat (persen) STS
TS
S
SS
1
Memanen sebagian tumbuhan pakis sayur yang ada di area terbanyak
0
0
56.0
44.0
2
Membantu penyebaran spora di areal hutan
28.0
56.0
12.0
0
Ket M TM
47 Tingkat Aksi Masyarakat (persen) No
Jenis Aksi
3
Memanen kembali tumbuhan pakis sayur dalam jangka waktu kurang dari 2 minggu Tidak memanen tumbuhan pakis 4 sayur dengan mencabutnya hingga ke akar Menanam kembali tumbuhan pakis 5 sayur di lahan pertanian milik pribadi dengan jarak minimal 60 cm Keterangan : Skor maksimal 100 persen
STS
TS
S
SS
Ket
44.0
56.0
0
0
M
64.0
36.0
0
0
M
44.0
36.0
16.0
4.0
TM
SS = Sangat Setuju, S = Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju , TS = Tidak Setuju; TM = Tidak Mendukung, M = Mendukung
Aksi Bias Masyarakat Terhadap Aksi Konservasi: Butir 2 & 5
Aksi Konservasi
Aksi masyarakat
Aksi Konservasi Masyarakat yang sudah terbentuk: Butir 1, 3 & 4.
Gambar 23 Aksi konservasi masyarakat terhadap pakis sayur
No 1 2 3 4 5
Keterangan: Pernyataan Aksi Konservasi Memanen sebagian pakis sayur yang ada di area terbanyak Membantu penyebaran spora (bintik-bintik hitam) di areal hutan Memanen kembali pakis sayur dalam jangka waktu kurang dari 2 (dua) minggu Tidak memanen pakis sayur dengan mencabutnya hingga akar Menanam kembali pakis sayur di lahan pertanian pribadi dengan jarak minimal 60cm
Skor Rataan 3.44
Aksi +
1.88
-
3.44
+
3.64
+
1.80
-
Aksi yang sudah dilakukan masyarakat yakni berupa memanen sebagian pakis sayur di area terbanyak kemudian tidak memanen kembali pakis sayur kurang dari dua minggu serta tidak memanen dengan mencabutnya hingga ke
48 akar. Aksi tersebut mereka lakukan karena mereka memanen tumbuhan pakis sayur di hutan bukan untuk diperjualbelikan melainkan sebagai konsumsi keluarga jadi ketika memanen dari hutan hanya diambil sekitar lima sampai tujuh ikat serta tak pernah terus menerus diambil hanya sewaktu-waktu ketika hendak mencari kayu bakar dan memanen getah pinus dan juga tak pernah memenan sampai ke akarnya karena yang dimanfaatkan hanya daun muda. Aksi yang belum terwujud sehingga menimbulkan bias aksi konservasi masyarakat yaitu mengenai masyarakat membantu penyebaran spora dan melakukan penanam kembali pakis sayur di lahan pertanian milik pribadi dengan jarak 60 cm tidak dilakukan oleh mereka. Alasan yang dikemukakan karena menurut pendapat mereka, mereka tidak paham bagaimana cara melakukan penyebaran spora tersebut dan bagaimana cara menanamnya di lahan pertanian milik pribadi
49
5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
1. Sikap konservasi masyarakat terhadap pakis sayur dinyatakan belum terwujud karena terjadi bias sikap pada stimulus alamiah, stimulus manfaat, dan stimulus rela. Bias sikap ialah informasi atau sinyal tri stimulus amar tidak terbentuk menjadi sikap masyarakat. Stimulus alamiah pakis sayur mengenai lama pertumbuhannya belum dipahami bagi masyarakat sehingga stimulus yang seharusnya bisa menjadi sikap tidak terjadi. Stimulus manfaat pakis sayur sebagai obat sakit diare dan asma serta mencegah longsor belum diketahui oleh masyarakat sehingga stimulus manfaat tersebut tidak menjadi sikap konservasi bagi masyarakat. Stimulus rela pada masyarakat tidak menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menanam pakis sayur. 2. Faktor yang mempengaruhi stimulus rela masyarakat untuk mewujudkan aksi konservasi pakis sayur yakni: Tidak adanya kerelaan masyarakat untuk melakukan penanaman kembali pakis sayur Keterbatasan lahan garapan untuk menanam di lahan pribadi Jaminan akses bagi masyarakat lokal untuk dapat memungut pakis sayur di hutan belum dapat dirasakan karena adanya ketidaksejalanan antara pihak taman nasional dan masyarakat. Tidak adanya pengawasan dan pembinaan bagi masyarakat lokal untuk melakukan penanaman kembali di area hutan Keterampilan menanam dan membudidayakan pakis sayur di hutan belum dimiliki oleh masyarakat 3. Aksi konservasi pakis sayur oleh masyarakat belum terwujud secara nyata sepenuhnya. Aksi konservasi yang sudah terwujud di antaranya adalah memanen sebagian pakis sayur yang ada di area terbanyak, memanen kembali pakis sayur dalam jangka waktu kurang dari dua minggu, dan tidak memanen kembali pakis sayur dengan mencabutnya hingga akar.
Saran
1. Perlu dilakukan penyuluhan dan pendampingan mengenai stimulus alamiah budidaya pakis sayur oleh Kementarian Pertanian dan stimulus manfaat pakis sayur sebagai tumbuhan obat oleh Kementerian Kesehatan. 2. Membangun kerjasama antara petani lokal pemungut pakis sayur dengan Kementarian perdagangan. Petani lokal pemungut pakis sayur ialah sekolompok pembudidaya pakis sayur di hutan yang telah terdidik dan tercatat sebagai pemungut lestari oleh Kementarian Kehutanan.
50 3. Menyempurnakan kebijakan yang berlaku dengan menerapkan konsep pemahaman stimulus alamiah dan stimulus manfaat bagi masyarakat lokal sekitar taman nasional. 4. Melakukan perubahan kelembagaan dengan pembangunan taman nasional sebagai unit operasional pengelolaan hutan yang dikelola dan dikontrol secara efektif dengan melibatkan masyarakat lokal.
51
DAFTAR PUSTAKA Amit.S., Singh.M. F. 2012. In-vitro Anthelmintic Activity of Diplazium esculentum (Retz.) Swiss Rhizome Extract.IC journal, Pharmacognosy and Phytochemistry. Vol. 1 Nomor 4, November 2014. Amoroso,V.B. 1990. Ten Edible Economic Fernof Mindanao.The Philippine Journal of Science. Azwar, S. 2006. Penyusunan Skala Psikologi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Azwar, S. 2010. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta Benniamin. 2011. Medicinal ferns of North Eastern India with special reference to Arunachal Pradesh. Indian Journal of Traditional Knowledge.Vol. 10 Nomor 3, July 2011. Bloom, B. 1956. Taxonomy of Eductional Objectives. Longman, Green. New York. Burgess,J., Harrison,C., Filius.P., 1998. Environmental Communication and The Cultural Politics of Environmental Citizenship. Environmental and Planting A. Vol 30. Cacioppo J.T., Petty E.R., Crites. Jr.L. Stephen. 1994. Attidude Change. Ensiklopedia of Human Behaviour.Academic Press.Vol 1. Calhoun, J.F. Acocella, J.R. 1990. Psycology of Adjusment and Human Relationship. McGraw-Hill, Inc. New York Departemen Kesehatan RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Republik Indonesia. Departemen Pertanian. 1997. Kamus Pertanian Umum. Tim Penyusun. Jakarta. Penrbit Suadaya. Direktorat Gizi. 2004. Kadar Kandungan Tanaman Pakis. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam Dirjen Kehutanan.1981.Pemanfaatan Penyu di Indonesia dan Usaha-usaha Menjaga Kelestariannya dalam Pola Pemanfaatan Penyu yang Selaras Dengan Asas Kelestarian Alam di Propinsi Bali dan Sekitarnya.Laporan Diskusi Penyu di Denpasar-Bali 21-22 Mei 1981.Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam. Bogor. Gerungan, W.A. 1996. Psikologi Sosial. Eresco. Bandung Green,W. 1991. Health Promotion Planning an Education and Environmental Approach. Second Edition. Columbia: Mulfield Publishing Company. Halim NR. 1992. “Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi dengan Perilaku Komunikasi Anggota Kelompok Simpan Pinjam KUD dan Pemanfaatan Kredit Pedesaan di Kabupaten Cianjur Jawa Barat”. Tesis Program Magister Sains Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Hartono, T., Kobayasi. H., Hendra. W., Momo. S. 2007. Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Bina Design. Holttum. R. E., 1966. Flora Of Malaya. Volume II.Ferns of Malaya.2nd Edition.Goverment Printing Office. Singapore. Irwanto. 2006. Model Kawasan Gunung Kidul. Ilmu Pertanian Sekolah Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta.
52 Irudayaraj.V., 2011. Diplazium esculentum. In: IUCN 2011. [internet] [diacu 2015 Desember 6]. Tersedia dari: http://www.iucnredlist.org. Jahi A. 1998. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-negara Dunia Keriga. Suatu Pengantar. Jakarta : Gramedia. Jones, S.B.Jr., Luchsinger, A.R. 1986.Plant Systematics. Mc. Graww-Hill Book. Company.United State. Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Antropologi. Aksara Baru. Jakarta. Kusmayadi.,Sugiarto., 2000. Metode Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Lense, O. 2011.Biological screening of selected traditional medicinal plants species utilized by local people of Manokwari, West Papua Province. Bioscience.Vol 3 Nomor 3, November 2011. Lewin, A.Y, Michael S., 1970. The Impact of People Budget. The Acounting Review. Vol 45 Nomor 2, April 1970 Lionberger HF. 1960. Adaptation of New Ideas and Practics. Iowa: The Iowa State Uiv Pr. Loveless, A.R. 1999. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 2. Gramedia. Jakarta. Mar’at. 2005. Sikap Manusia Perubahan dan Pengaturannya.Ghlia Indonesia. Jakarta Peraturan Undang-undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Puranawati,UTM., Lovadi.I. 2014. Eksplorasi Paku-Pakuan (Pteridophyta) Di Kawasan Cagar Alam Mandor Kabupaten Landak.Protobiont.Vol 3 Nomor 2. Rakhmat,J. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung. Remaja Rosdakarya Rasyid A. 2002. “Studi Manajemen Pelestarian Hutan Adat Amatoa Kajang Melalui Pendidikan Kearifan Tradisional”. Tesis Magister Sains Program Pascasarjana, Universitas Negeri Makassar. Rogers EM, Shoemaker FF. 1986. Comminication of Innovation: A Cross Cultural Approach Sec. Ed. New York. Free Press. Sampson E. 1971. Social Pshycology and Contemporary Society. John Willey and Sons Inc., 2nd Edition. New York. Sarwono SW. 1999. Psikologi Sosial. Balai Pustaka. Jakarta Sastrapradja, S.J.J. 1985. Kerabat Paku. Lembaga Pengetahuan Ilmu Biologi Nasional. Bogor. Sheffield, J. 2010. Theodore Roosevelt, “Conservation as A National Duty” (13 May 1908). Voice of Democracy 5: 89-108. The University of South Carolina Siregar, S. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan Perbandingan Hitungan Manual & SPSS. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Sobur, A. 2003. Psikologi Umum: Cetakan Kedua. Pustaka Setia. Bandung Soemarwoto, C. 1991. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Penerbit Djambatan. Jakarta. [SLHI].Status Lingkungan Hidup Indonesia 2009. Keanekaragaman Hayati. Jakarta. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Alfabeta Bandung. Bandung
53 Sujarwo. 2004. “Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Masyarakat Sekitar Hutan dalam Pelestarian Hutan (Kasus di Hutan Diklat Tabo-Tabo Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan). Tesis Magister Sains Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi Tumbuhan (Spermathophyta). UGM Press.Yogyakarta. Wawan, A., Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Nuha Medika. Yogyakarta. Zuhud EAM, Sofyan K, Prasetyo LB, Kartodihardjo H. 2007. Sikap Masyarakat dan Konservasi. Suatu Analisis Kedawung (Parkia timoriana (DC) Merr.), Sebagai Stimulus Tumbuhan Obat Bagi Masyarakat, Kasus di Taman Nasional Meru Betiri. Media Konservasi, Jurnal Ilmiah Bidang Konservasi Sumber daya Alam Hayati dan Lingkungan. Vol. XII/Nomor 2, September 2007. Zuhud EAM. 2012. Kampung Konservasi Keanekaragaman Hayati. IPB Press;. Bogor
54
LAMPIRAN
55 Lampiran 1 Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan
SKOR1 SKOR1 Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed)
.705**
.592*
.885** .000
.008
.000
.003
.020
15
15
15
15
15
.877**
1
.650**
.755**
.720**
.675**
.893** .000
.000
.009
.001
.002
.006
15
15
15
15
15
15
15
.657**
.650**
1
.550*
.592*
.461
.716**
.008
.009
.034
.020
.083
.003
15
15
15
15
15
15
15
.837**
.755**
.550*
1
.842**
.724**
.909**
.000
.001
.034
.000
.002
.000
15
15
15
15
15
15
15
.705**
.720**
.592*
.842**
1
.936**
.934**
.003
.002
.020
.000
.000
.000
15
15
15
15
15
15
15
.592*
.675**
.461
.724**
.936**
1
.864**
.020
.006
.083
.002
.000
15
15
15
15
15
15
15
.885**
.893**
.716**
.909**
.934**
.864**
1
.000
.000
.003
.000
.000
.000
15
15
15
15
15
15
Sig. (2-tailed) N Sig. (2-tailed) N SKOR5 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N SKOR6 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N TOTAL Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability
Case Processing Summary N Cases
Valid
% 15
Excludeda Total
75.0
5
25.0
20
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.933
6
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
SKOR1
1.60
.737
15
SKOR2
1.80
.862
15
SKOR3
1.80
.561
15
SKOR4
1.87
.834
15
SKOR5
1.87
.990
15
SKOR6
1.73
.884
15
Scale Statistics Mean 10.67
Variance 18.238
TOTAL
.837**
15
N
SKOR4 Pearson Correlation
SKOR6
.657**
.000
Sig. (2-tailed) SKOR3 Pearson Correlation
SKOR5
.877**
15
N SKOR2 Pearson Correlation
Correlations SKOR3 SKOR4
SKOR2
Std. Deviation 4.271
N of Items 6
.000
15
56 Lampiran 2 Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Keterampilan Correlations SKOR1
SKO2
.410
.721**
.010
.105
.021
.032
.190
.129
.002
15
15
15
15
15
15
15
15
.639*
1
.226
.712**
.462
.279
.510
.704** .003
.010
.418
.003
.083
.314
.052
15
15
15
15
15
15
15
15
.435
.226
1
.601*
.647**
.431
.199
.666**
.105
.418
.018
.009
.109
.478
.007
15
15
15
15
15
15
15
15
.588*
.712**
.601*
1
.812**
.597*
.417
.890**
.021
.003
.018
.000
.019
.122
.000
15
15
15
15
15
15
15
15
.554*
.462
.647**
.812**
1
.704**
.377
.868**
.032
.083
.009
.000
.003
.166
.000
15
15
15
15
15
15
15
15
.358
.279
.431
.597*
.704**
1
.674**
.784**
.190
.314
.109
.019
.003
.006
.001
15
15
15
15
15
15
15
15
.410
.510
.199
.417
.377
.674**
1
.677**
.129
.052
.478
.122
.166
.006
15
15
15
15
15
15
15
15
.721**
.704**
.666**
.890**
.868**
.784**
.677**
1
.002
.003
. 007
. 000
. 000
. 001
. 006
15
15
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
SKOR3 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Sig. (2-tailed) N Sig. (2-tailed) N SKOR6 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N SKOR7 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Valid
% 15
Excludeda Total
100.0
0
.0
15
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha .875
TOTAL
.358
N
Cases
SKOR7
.554*
Sig. (2-tailed)
TOTAL Pearson Correlation
SKOR6
.588*
N
SKOR5 Pearson Correlation
SKOR5
.435
1
Sig. (2-tailed)
SKOR4 Pearson Correlation
SKOR4
.639*
SKOR1 Pearson Correlation
SKOR2 Pearson Correlation
SKOR3
N of Items 7
.006
1 5
57 Lampiran 3 Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Sikap dan Afektif Correlations SKOR1 SKOR2 SKOR3 SKOR4 SKOR5 P
SKOR1
.591*
.476
.550*
.844**
.518*
.578*
1.000**
. 381
.020
.020
.073
.034
.000
.048
.024
.000
. 161
15
15
15
15
15
15
15
15
15
1 5
.591*
1
1.000**
.590*
.681**
.374
.148
.023
.591*
. 189
.000
.021
.005
.170
.599
.935
.020
. 500
S ig. (2-tailed)
P
SKOR2 earson Correlation
S ig. (2-tailed) N
SKOR10
.591*
1
earson Correlation
N
SKOR6 SKOR7 SKOR8 SKOR9
.020 15
15
15
15
15
15
15
15
15
1 5
.591*
1.000**
1
.590*
.681**
.374
.148
.023
.591*
.189
.020
.000
.021
.005
.170
.599
.935
.020
.500
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
*
1
*
*
*
Correlation
.476
*
.261
.476
.164
Sig. tailed)
.073
.021
.021
15
15
15
15
*
**
**
*
SKOR3 Pearson Correlation Sig. tailed)
(2-
N
SKOR4 Pearson (2-
N
SKOR5 Pearson Correlation Sig. tailed)
(2-
N
SKOR6 Pearson Correlation Sig. tailed)
(2-
N
SKOR7 Pearson Correlation Sig. tailed)
(2-
N
SKOR8 Pearson Correlation Sig. tailed)
(2-
N
SKOR9 Pearson Correlation Sig. tailed)
(2-
N
SKOR1 Pearson Correlation 0 Sig. tailed)
(2-
N
SKOR1 Pearson Correlation 1 Sig. tailed)
(2-
N
SKOR1 Pearson Correlation 2 Sig. tailed)
(2-
N
SKOR1 Pearson Correlation 3 Sig. tailed)
(2-
.550
.034
.590
.681
.005
.590
.681
.005
.524
.524
.520
.601
.045
.047
.018
.347
.073
.558
15
15
15
15
15
15
*
.069
.034
.806
1
.045
.384
.398
.415
.158
.141
.124
.550
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
.844**
.374
.374
.520*
.384
1
.619*
.531*
.844**
.316
.000
.170
.170
.047
.158
.014
.042
.000
.251
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
.518*
.148
.148
.601*
.398
.619*
1
.670**
.518*
.261
.048
.599
.599
.018
.141
.014
.006
.048
.347
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
.578*
.023
.023
.261
.415
.531*
.670**
1
.578*
.122
.024
.935
.935
.347
.124
.042
.006
.024
.664
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
**
*
*
.476
*
**
*
*
1
.381
1.000
.591
.591
.550
.844
.518
.578
.000
.020
.020
.073
.034
.000
.048
.024
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
.381
.189
.189
.164
.069
.316
.261
.122
.381
1
.161
.500
.500
.558
.806
.251
.347
.664
.161
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
*
.443
.358
.426
.015
.098
.191
.113
.358
.141
.141
.280
.429
.337
.191
.616
.616
.311
.111
.219
.612
.161
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
.358
.443
.443
.280
.207
.337
.056
.052
.358
.426
.191
.098
.098
.311
.459
.219
.844
.854
.191
.113
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
.381
.189
.189
.164
.069
.316
.261
.122
.381
1.000**
.161
.500
.500
.558
.806
.251
.347
.664
.161
.000
58 Lanjutan Lampiran 3 Correlations SKOR1 SKOR2 SKOR3 SKOR4 SKOR5 N
SKOR1 Pearson Correlation 4 Sig. tailed)
(2-
N
SKOR6 SKOR7 SKOR8 SKOR9
15
15
15
15
15
15
15
15
15
.418
*
*
.497
.367
.374
.345
.092
.418
.472
.518
.518
.121
.048
.048
.059
.179
.170
.207
.743
.121
.075
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
.358
.141
.141
.280
.429
.337
.612*
.443
.358
.426
.191
.616
.616
.311
.111
.219
.015
.098
.191
.113
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
.381
.189
.189
.164
.069
.316
.261
.122
.381
1.000**
.161
.500
.500
.558
.806
.251
.347
.664
.161
.000
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
.447
.286
.286
.202
.223
.299
.395
.427
.447
.661**
.095
.302
.302
.470
.425
.279
.145
.112
.095
.007
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
.268
.207
.207
.288
.304
.139
.573*
.536*
.268
.439
.335
.459
.459
.297
.271
.622
.026
.040
.335
.102
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
.381
.189
.189
.164
.069
.316
.261
.122
.381
1.000**
.161
.500
.500
.558
.806
.251
.347
.664
.161
.000
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
.782**
.568*
.568*
.627*
.595*
.710**
.723**
.565*
.782**
.655**
.001
.027
.027
.012
.019
.003
.002
.028
.001
.008
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
SKOR1 Pearson Correlation 5
Sig. tailed)
(2-
N
SKOR1 6
SKOR10
15
Pearson Correlation
Sig. tailed)
(2-
N
SKOR1 Pearson Correlation 7
Sig. tailed)
(2-
N
SKOR1 Pearson Correlation 8
Sig. tailed)
(2-
N
SKOR1 Pearson Correlation 9
Sig. tailed)
(2-
N
TOTAL Pearson Correlation
Sig. tailed)
N
(2-
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2tailed).
59
Lanjutan Lampiran 3 SKOR1 SKOR2 SKOR3 SKOR4 SKOR5 N
SKOR1 Pearson Correlation 4 Sig. tailed)
(2-
N
SKOR6 SKOR7 SKOR8 SKOR9
15
15
15
15
15
15
15
15
15
.418
.518*
.518*
.497
.367
.374
.345
.092
.418
.472
.121
.048
.048
.059
.179
.170
.207
.743
.121
.075
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
.358
.141
.141
.280
.429
.337
.612*
.443
.358
.426
.191
.616
.616
.311
.111
.219
.015
.098
.191
.113
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
.381
.189
.189
.164
.069
.316
.261
.122
.381
1.000**
.161
.500
.500
.558
.806
.251
.347
.664
.161
.000
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
.447
.286
.286
.202
.223
.299
.395
.427
.447
.661**
.095
.302
.302
.470
.425
.279
.145
.112
.095
.007
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
.268
.207
.207
.288
.304
.139
.573*
.536*
.268
.439
.335
.459
.459
.297
.271
.622
.026
.040
.335
.102
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
.381
.189
.189
.164
.069
.316
.261
.122
.381
1.000**
.161
.500
.500
.558
.806
.251
.347
.664
.161
.000
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
.782**
.568*
.568*
.627*
.595*
.710**
.723**
.565*
.782**
.655**
.001
.027
.027
.012
.019
.003
.002
.028
.001
.008
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
SKOR1 Pearson Correlation 5
Sig. tailed)
(2-
N
SKOR1 Pearson Correlation 6
Sig. tailed)
(2-
N
SKOR1 Pearson Correlation 7
Sig. tailed)
(2-
N
SKOR1 Pearson Correlation 8
Sig. tailed)
(2-
N
SKOR1 Pearson Correlation 9
Sig. tailed)
SKOR10
15
(2-
N
TOTAL Pearson Correlation
Sig. tailed)
N
(2-
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
60 Lanjutan Lampiran 3 SKOR11 SKOR1 Pearson Correlation
SKOR12 SKOR13
SKOR2 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N SKOR3 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N SKOR4 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N SKOR5 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N SKOR6 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N SKOR7 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N SKOR8 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N SKOR9 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N SKOR1 Pearson 0 Correlation Sig. (2-tailed) N
SKOR15
SKOR16
SKOR17
SKOR18
SKOR19
TOTAL
.358
.358
. 381
. 418
. 358
. 381
. 447
. 268
. 381
. 782**
.191
.191
. 161
. 121
. 191
. 161
. 095
. 335
. 161
. 001
15
15
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
.141
.443
. 189
. 518*
. 141
. 189
. 286
. 207
. 189
. 568*
.616
.098
. 500
. 048
. 616
. 500
. 302
. 459
. 500
. 027
15
15
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
.141
.443
. 189
. 518*
. 141
. 189
. 286
. 207
. 189
. 568*
.616
.098
. 500
. 048
. 616
. 500
. 302
. 459
. 500
. 027
15
15
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
.280
.280
. 164
. 497
. 280
. 164
. 202
. 288
. 164
. 627*
.311
.311
. 558
. 059
. 311
. 558
. 470
. 297
. 558
. 012
15
15
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
.429
.207
. 069
. 367
. 429
. 069
. 223
. 304
. 069
. 595*
.111
.459
. 806
. 179
. 111
. 806
. 425
. 271
. 806
. 019
15
15
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
.337
.337
. 316
. 374
. 337
. 316
. 299
. 139
. 316
. 710**
.219
.219
. 251
. 170
. 219
. 251
. 279
. 622
. 251
. 003
15
15
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
.612*
.056
. 261
. 345
. 612*
. 261
. 395
. 573*
. 261
. 723**
.015
.844
. 347
. 207
. 015
. 347
. 145
. 026
. 347
. 002
15
15
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
.443
.052
. 122
. 092
. 443
. 122
. 427
. 536*
. 122
. 565*
.098
.854
. 664
. 743
. 098
. 664
. 112
. 040
. 664
. 028
15
15
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
.358
.358
. 381
. 418
. 358
. 381
. 447
. 268
. 381
. 782**
.191
.191
. 161
. 121
. 191
. 161
. 095
. 335
. 161
. 001
15
15
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
.426
.426
1 .000**
. 472
. 426
1 .000**
. 661**
. 439
1 .000**
. 655**
.113
.113
. 000
. 075
. 113
. 000
. 007
. 102
. 000
. 008
15
15
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
Sig. (2-tailed)
N
SKOR14
61 Lanjutan Lampiran 3
SKOR1 Pearson 1 Correlation
Skor11
Skor12
Skor13
1
.318
. 426
.248 15 .318
Sig. (2-tailed) N SKOR1 Pearson 2 Correlation Sig. (2-tailed) N SKOR1 Pearson 3 Correlation Sig. (2-tailed) N SKOR1 Pearson 4 Correlation Sig. (2-tailed) N SKOR1 Pearson 5 Correlation Sig. (2-tailed) N SKOR1 Pearson 6 Correlation Sig. (2-tailed) N SKOR1 Pearson 7 Correlation Sig. (2-tailed) N SKOR1 Pearson 8 Correlation Sig. (2-tailed) N SKOR1 Pearson 9 Correlation Sig. (2-tailed) N TOTAL Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Skor16
564*
Skor15 1 .000**
. 426
. 342
. 113
. 029
. 000
. 113
15
1 5
1 5
1 5
1
. 426
. 866**
. 113
.248
Skor14 .
Skor17
Skor18
Skor19 .
Total
608*
. 426
. 698**
. 211
. 016
. 113
. 004
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
. 318
. 426
. 645**
. 187
. 426
. 569*
. 000
. 248
. 113
. 009
. 505
. 113
. 027
15
15
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
.426
.426
1
. 472
. 426
1 .000**
. 661**
. 439
1 .000**
. 655**
.113
.113
. 075
. 113
. 000
. 007
. 102
. 000
. 008
15
15
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
.564*
.866**
. 472
1
. 564*
. 472
. 607*
. 331
. 472
. 721**
.029
.000
. 075
. 029
. 075
. 016
. 227
. 075
. 002
15
15
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1.000**
.318
. 426
. 564*
1
. 426
. 342
. 608*
. 426
. 698**
.000
.248
. 113
. 029
. 113
. 211
. 016
. 113
. 004
15
15
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
.426
.426
1 .000**
. 472
. 426
1
. 661**
. 439
1 .000**
. 655**
.113
.113
. 000
. 075
. 113
. 007
. 102
. 000
. 008
15
15
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
.342
.645**
. 661**
. 607*
. 342
. 661**
1
. 663**
. 661**
. 714**
.211
.009
. 007
. 016
. 211
. 007
. 007
. 007
. 003
15
15
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
.608*
.187
. 439
. 331
. 608*
. 439
. 663**
1
. 439
. 634*
.016
.505
. 102
. 227
. 016
. 102
. 007
. 102
. 011
15
15
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
.426
.426
1 .000**
. 472
. 426
1 .000**
. 661**
. 439
1
. 655**
.113
.113
. 000
. 075
. 113
. 000
. 007
. 102
15
15
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
.698**
.569*
. 655**
. 721**
. 698**
. 655**
. 714**
. 634*
. 655**
1
.004
.027
. 008
. 002
. 004
. 008
. 003
. 011
. 008
15
15
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
1 5
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
. 008
1 5
62 Lanjutan Lampiran 3 Reliability Case Processing Summary N Cases
%
Valid
15
Excludeda Total
100.0
0
.0
15
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .926
20
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
SKOR1
2.53
.640
15
SKOR2
2.53
.516
15
SKOR3
2.53
.516
15
SKOR4
2.93
.594
15
SKOR5
3.07
.704
15
SKOR6
2.67
.617
15
SKOR7
2.80
.561
15
SKOR8
2.73
.799
15
SKOR9
2.53
.640
15
SKOR10
2.67
.488
15
SKOR11
3.07
.458
15
SKOR12
3.07
.458
15
SKOR13
2.67
.488
15
SKOR14
3.13
.516
15
SKOR15
3.07
.458
15
SKOR16
2.67
.488
15
SKOR17
2.87
.516
15
SKOR18
2.67
1.113
15
SKOR19
2.67
.488
15
SKOR20
2.87
.516
15
Scale Statistics Mean 55.73
Variance 59.638
Std. Deviation 7.723
N of Items 20
63 Lampiran 4 Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Aksi Correlations SKOR1 SKOR1
SKOR2
.375
.555*
.000
.413
.725
.815
.613
.168
.032
15
15
15
15
15
15
15
15
.807**
1
.236
-.170
-.170
.184
.516*
.527* .044
.000
.398
.544
.544
.512
.049
15
15
15
15
15
15
15
15
Pearson Correlation
.228
.236
1
.362
.482
.650**
.365
.745**
Sig. (2-tailed)
.413
.398
.185
.069
.009
.181
.001
15
15
15
15
15
15
15
15
Pearson Correlation
.099
-.170
.362
1
.826**
.539*
.264
.604*
Sig. (2-tailed)
.725
.544
.185
.000
.038
.341
.017
15
15
15
15
15
15
15
15
-.066
-.170
.482
.826**
1
.539*
.396
.638*
.815
.544
.069
.000
.038
.144
.011
15
15
15
15
15
15
15
15
Pearson Correlation
.142
.184
.650**
.539*
.539*
1
.569*
.779**
Sig. (2-tailed)
.613
.512
.009
.038
.038
.027
.001
15
15
15
15
15
15
15
15
Pearson Correlation
.375
.516*
.365
.264
.396
.569*
1
.765**
Sig. (2-tailed)
.168
.049
.181
.341
.144
.027
15
15
15
15
15
15
15
15
.555*
.527*
.745**
.604*
.638*
.779**
.765**
1
.032
.044
.001
.017
.011
.001
.001
15
15
15
15
15
15
15
N
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N SKOR6
N SKOR7
TOTAL
.142
N
SKOR5
SKOR7
-.066
Sig. (2-tailed)
SKOR4
SKOR6
.099
N
SKOR3
SKOR5
.228
1
Pearson Correlation
SKOR4
.807**
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
SKOR2
SKOR3
N TOTAL Pearson Correlation Sig.
(2-
tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Case Processing Summary N Cases
Valid
% 15
Excludeda Total
100.0
0
.0
15
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .781
7 Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
SKOR1
1.80
.676
15
SKOR2
2.00
.655
15
SKOR3
2.00
.926
15
SKOR4
2.87
.640
15
SKOR5
2.87
.640
15
SKOR6
2.93
.594
15
SKOR7
3.00
.845
15
Scale Statistics Mean 17.47
Variance 10.981
Std. Deviation 3.314
N of Items 7
.001
15
64
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Cirebon pada tanggal 13 Januari 1991, anak keduadari lima bersaudara pasangan Muhammad Djumhur dan Jamilah S.Ag dan telah menikah tahun 2014 dengan Arif Abdul Haqq S.Si M.Pd. Pendidikan SMA ditempuh di SMA N 5 Cirebon pada tahun 2005-2008. Setelah menamatkan pendidikan SMA, penulis melanjutkan pendidikan program sarjana pada tahun 2008-2013 di Jurusan Biologi Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman.Pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan Pascasarjana Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB) yang diperoleh dari Beasiswa Program Pascasarjana Dalam Negeri (BPPDN) DIKTI dengan karya tulis ilmiah yang berjudul Sikap Masyarakat dan Konservasi Kasus Stimulus Pakis Sayur di Desa Gunung Bunder II, Kecamatan Pamijahan, Bogor, serta di publikasikan pada Jurnal PSL Volume 06 Nomor 01 Tahun 2016.
65 LEMBAR PERSEMBAHAN “Bila kamu tak tahan penatnya belajar, maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan” (Imam Syafi’i) Kupersembahkan tesis ini untuk lelaki ku yang senantiasa memberikan semangat, doa, ide, waktu, dan semua yang aku butuhkan untuk menyelesaikan tesis ini. Dia adalah suami ku tersayang Arif Abdul Haqq terimakasih sayang untuk semua cintamu. Maaf karena terlalu lama menunggu semoga ini bukanlah akhir dari perjalanan aku menuntut ilmu. Besar harapanku kita bisa bersama menuntut ilmu kembali di sebuah kota yang baru dengan calon anak-anak kita yang akan kita bawa untuk mereguk indahnya memperolah ilmu. Bapak dan Ibu terimakasih karena telah mendoakan anakmu siang dan malam untuk menimba ilmu di sebuah kota mimpi karena doa dari kalian aku mampu menggapai mimpiku bahkan memperoleh beasiswa terimakasih Pak, Bu. Terus doakan aku untuk bisa menjadi anak dan istri yang membanggakan bagi Bapak dan Ibu. Ayah dan Ibu terimakasih karena telah memberikan aku kesempatan untuk menjadi menantu dan istri dari seorang lelaki yang begitu hebat, karena izin dan doamu aku bisa mencapai ini semua. Terimakasih Ayah dan Ibu Kakaku dan adik-adikku, kalian adalah penyemangat dan penghibur dikala aku merasa penat dan suntuk dengan semua kegiatan kuliah terimakasih karena telah menjadi seberkas cahaya yang selalu dan akan selalu aku rindukan. Tesis ini kupersembahkan untuk kalian. Nenek yang selalu berpesan untuk menjadi orang benar karena kita berasal dari keturunan yang benar, nasihatmu begitu melekat nek terimaksih untuk nasihat dan doa yang selalu diberikan untuk cucumu ini. Keluarga besarku terimakasih untuk cinta dan semangatnya kini aku bisa kembali pulang dengan membawa gelar dan ilmu yang baru. Imama Nisa Al Husna dan Nita Wahyu Suwardani kalian adalah sahabat terbaik yang pernah aku miliki, terimakasih untuk semangat dan doanya lekaslah menyusul untuk menimba ilmu kembali. Jadilah perempuan-perempuan hebat yang bisa dibanggakan oleh dunia. Tebudi Kancel dan Colepong nama keluarga yang indah, terimakasih untuk kebersamaanya selama ini, untuk doa, untuk cinta, dan kasih sayang. Aku persembahkan karya ini untuk mengingat betapa waktu begitu cepat berjalan hingga kami harus menentukan jalan masing-masing. Kelak kita akan bertemu kembali bukan? Semoga kalian sukses dan selalu diberi kesehatan. Keluarga besar PSL 50, terimakasih untuk sebuah cerita yang begitu menakjubkan selama ini semoga kita bisa dipertemukan dalam keadaan yang jauh lebih indah lagi. Akhirnya bisa Master juga ^^