PELAKSANAAN DAN CAPAIAN PENDIDIKAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK
ZAINUL FUADI AKBAR
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pelaksanaan dan Capaian Pendidikan Konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013
Zainul Fuadi Akbar NIM E34080086
ABSTRAK ZAINUL FUADI AKBAR. Pelaksanaan dan Capaian Pendidikan Konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Dibimbing oleh RESTI MEILANI dan BURHANUDDIN MASY’UD. Pendidikan Konservasi (PK) telah dilaksanakan oleh pengelola Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) sejak periode II program kerjaama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) pada tahun 1997 – 2003 secara intensif. Pasca kerjasama dengan JICA, TNGHS masih melaksanakan berbagai program PK yang sama, meskipun intensitasnya menurun, dan pada periode ini juga telah dikembangkan program baru, yaitu Model Kampung Konservasi (MKK), PK di Suaka Elang Loji, dan Adopsi Pohon. Paket informasi tertulis dan audio visual konservasi keanekaragaman hayati bagi masyarakat dan pengunjung serta program penyadaran masyarakat di dalam dan sekitar TNGHS telah dikembangkan pada periode awal pengembangan Pusat Konservasi Biodiversity (PKB)-TNGHS. Hasil uji Independent Sample T Test terhadap pengetahuan (sebesar 0,139) maupun sikap (sebesar 0,790) responden menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok, yang mengindikasikan tercapainya sasaran PK untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat. Kata kunci: capaian, pelaksanaan, pendidikan konservasi, Taman Nasional Gunung Halimun Salak
ABSTRACT ZAINUL FUADI AKBAR. The Implemention and Achievement of Conservation Education of Gunung Halimun Salak National Park. Supervised by RESTI MEILANI and BURHANUDDIN MASY’UD. Conservation Education (CE) has been intensively implemented by Gunung Halimun Salak National Park (GHSNP) since the 2nd periode of cooperation with Japan International Cooperation Agency (JICA) in 1997 – 2003. Subsequent to the period of cooperation with JICA, GHSNP is still implementing the same CE programs with lower intensity. However in that period GHSNP had also developed several new programs, the Model of Conservation Village (MKK), CE at Loji Eagle Sanctuary, and Tree Adoption. A package of written and audio visual information on conservation of biodiversity for the community and visitors, and public awareness programs in and around GHSNP had also been developed in the early period of Center for Biodiversity Conservation (PKB)-GHSNP development. The independent Sample T-test results on respondents’ score of knowledge and attitude showed that there was not any significant difference between the member of MKK and non-member of MKK, which indicated that CE program conducted by GHSNP manager had effectively reach the community Keywords: achievement, conservation education, implementation, Gunung Salak National Park
PELAKSANAAN DAN CAPAIAN PENDIDIKAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK
ZAINUL FUADI AKBAR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Pelaksanaan dan Capaian Pendidikan Konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak Nama : Zainul Fuadi Akbar NIM : E34080086
Disetujui oleh
Resti Meilani, SHut, MSi Pembimbing I
Dr Ir Burhanuddin Masy’ud, MS Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Sambas Basuni. MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah “Pelaksanaan dan Capaian Pendidikan Konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak”. Terima kasih penulis sampaikan kepada pihak Kementerian Agama yang telah memberikan kesempatan penulis untuk kuliah dengan memberikan beasiswa penuh melalui Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB). Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Resti Meilani, SHut, MSi dan Bapak Dr Ir Burhanuddin Masy’ud, MS selaku pembimbing yang telah memberikan banyak saran dalam penyusunan karya ilmiah ini, serta Ibu Eva Rachmawati SHut, MSi yang menjadi tempat konsultasi penulis selama ini. Penghargaan penulis sampaikan pula kepada pihak Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (Bapak Ade Mamad Stefanus, Ibu Hermita Widi, SHut, Ibu Atih Sundiawati, SHut, Bapak Nur Faizin SHut, Bapak Sabarudin selaku Kepala Resort Gunung Botol), perangkat Desa Malasari (Bapak Sukandar selaku Sekretaris Desa Malasari, Bapak Kono Suhendar selaku Ka.Urusan Pemerintahan Desa Malasari) dan Ketua RW Desa Malasari (Bapak Hendrik dan Bapak Rais) yang telah banyak membantu penulis dalam proses pengumpulan data penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga yang tetap memberikan semangat kepada penulis untuk dapat menyelesaikan karya ilmiah ini, serta seluruh teman-teman Community of Santri Scholars of Ministry of Religious Affairs (CSS MoRA) IPB dan CSS MoRA Patriot 45, KSHE “Edelweiss” 45 (Lintang, Nararya, Meyla, Mega, Rahmat, Faith, Meidilaga, Indra, Mundi, Septiani, Ajeng, Putra Malau, Juan, Sari, Mira, Nuga), Agroedutourism IPB (Fiona, Elin dan tim pemandu), Tim E-Xpedition Praktek Kerja Lapang Profesi Taman Nasional Laiwangi Wanggameti (Rifki SHut, Rayhani SHut, Kartika Edy SHut, Intan SHut, Agus SHut dan Nurika SHut), serta teman satu bimbingan (Dwinda, Dwi, Ayu, Robinson) atas segala doa dan semangatnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2013
Zainul Fuadi Akbar
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Lokasi dan Waktu
2
Alat
2
Definisi Operasional
3
Tahapan Penelitian
3
Jenis Data
4
Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
5
Pendidikan Konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak
6
Capaian Sasaran CoE Riset dan Pendidikan Konservasi
12
Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Masyarakat Desa Malasari
13
Rekomendasi Pengembangan Pendidikan Konservasi
15
SIMPULAN DAN SARAN
17
Simpulan
17
Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
20
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6
Jenis data yang diambil Program pendidikan konservasi di TNGHS pada periode kerjasama dengan JICA Program pendidikan konservasi pada periode tahun 2003-2013 Pengembangan media dan kegiatan pendukung pendidikan konservasi TNGHS (2003 - 2013) Komposisi responden berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan Hasil pengukuran pengetahuan dan sikap pada masyarakat Desa Malasari
4 7 9 11 14 14
DAFTAR GAMBAR 1 2 3
Lokasi penelitian Skema tahapan penelitian Fasilitas kegiatan MKK Cisangku Desa Malasari: (a) kandang domba (b) lokasi persemaian
2 3 15
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5
Hasil perhitungan penarikan jumlah responden dengan menggunakan Stratified Random Sampling Capaian luaran CoE Riset dan Pendidikan Konservasi Pelaksanaan program pendidikan konservasi ketika masih difasilitasi oleh JICA Pengembangan media pendidikan konservasi dan program pendukung Pelaksanaan program pendidikan konservasi pada tahun 2003-2013
20 21 23 26 26
1
PENDAHULUAN Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) merupakan salah satu kawasan konservasi di Pulau Jawa yang kondisinya masih relatif baik dengan potensi berupa keanekaragaman hayati, hidrologis, panorama alam dan penyeimbang iklim (ekosistem). Potensi tersebut telah dimanfaatkan sebagai media untuk pendidikan, penelitian, ilmu pengetahuan, budidaya bahkan untuk kegiatan wisata alam. Adanya kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya di kawasan konservasi harus diimbangi dengan kegiatan pelestariannya, yaitu dengan peningkatan kesadaran, kemampuan, dan partisipasi masyarakat sekitar kawasan dalam menjaga dan melestarikan kawasan TNGHS. Salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran, kemampuan dan partisipasi masyarakat adalah melalui pendidikan konservasi. TNGHS telah mengembangkan Pendidikan Konservasi pada periode II pelaksanaan program Japan International Cooperation Agency (JICA) pada tahun 1997 – 2003. Sejak tahun 2010, pengembangan Pendidikan Konservasi di TNGHS diwadahi dalam Center of Excellence (CoE) Riset dan Pendidikan Konservasi sebagai salah satu dari 3 pusat keunggulan yang dikembangkan di bawah Pusat Konservasi Biodiversity TNGHS (PKB-TNGHS) sebagai tindaklanjut dari perencanaan partisipatif sejak penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang TNGHS, dan telah diresmikan perencanaan dan pembangunannya oleh Menteri Kehutanan pada tanggal 27 Desember 2010 di Kabupaten Bogor. Salah satu sasaran dari unit CoE Riset dan Pendidikan Konservasi TNGHS yaitu “terwujudnya jejaring pendidikan konservasi yang handal dan bernilai ekonomi tinggi”. Untuk itu CoE Riset dan Pendidikan Konservasi memiliki 3 capaian yang ingin dihasilkan yaitu: (1) Sebagai pusat keanekaragaman hayati yang menyediakan jasa pendidikan konservasi bagi pengunjung, (2) Adanya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya konservasi keanekaragaman hayati, (3) Terciptanya kapasitas masyarakat dalam mitigasi serta adaptasi terhadap bencana alam. Semenjak diresmikannya perencanaan PKB-TNGHS, telah ada beberapa program pendidikan konservasi yang telah dilakukan dan sedang berlangsung. Namun sejauh ini belum ada suatu kegiatan evaluasi untuk mengetahui perkembangan program pendidikan konservasi yang telah dilaksanakan. Evaluasi sangat diperlukan untuk menyempurnakan program pendidikan konservasi agar pelaksanaannya pada masa mendatang menjadi lebih efektif sehingga dapat mencapai sasaran CoE Riset dan Pendidikan Konservasi. Berdasarkan pemikiran tersebut, penelitian tentang evaluasi pelaksanaan pendidikan konservasi di TNGHS ini dilaksanakan.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini secara umum adalah mengevaluasi pendidikan konservasi TNGHS yang dilaksanakan melalui tahapan: 1. Inventarisasi program pendidikan konservasi yang telah dilaksanakan TNGHS. 2. Identifikasi capaian sasaran CoE Riset dan Pendidikan Konservasi.
2
3.
Pengukuran tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat yang berkaitan dengan konservasi keanekaragaman hayati serta mitigasi dan adaptasi terhadap bencana alam dan perubahan iklim. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dan penyempurnaan bagi pengembangan dan pelaksanaan pendidikan konservasi di TNGHS dalam mencapai sasaran CoE Riset dan Pendidikan Konservasi.
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Desa Malasari, Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Jawa Barat (Gambar 1). Lokasi tersebut dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa di desa tersebut telah terdapat model pengelolaan kolaboratif Model Kampung Konservasi (MKK ), yang berarti bahwa masyarakat yang menjadi anggota MKK mendapatkan pendidikan konservasi dari pengelola TNGHS secara intensif. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2013.
Gambar 1 Lokasi penelitian
Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera, kuisioner, panduan wawancara, Microsoft Office 2007, dan Statistical Program for Social Science (SPSS) 16.0.
3
Definisi Operasional 1.
2.
Pendidikan konservasi dalam penelitian ini didefinisikan sebagai segala kegiatan yang ditujukan kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat terkait konservasi keanekaragaman hayati, mitigasi dan adaptasi terhadap bencana alam dan perubahan iklim. Evaluasi dalam penelitian ini yaitu penilaian berkaitan dengan pelaksanaan program pendidikan konservasi yang telah dan sedang dilaksanakan oleh pengelola TNGHS, serta mengukur keberhasilan pendidikan konservasi bagi masyarakat dalam aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahap. Tahap pertama yaitu evaluasi di tingkat manajemen dan tahap kedua evaluasi di tingkat masyarakat (Gambar 2). Pada tahap pertama dilakukan inventarisasi pelaksanaan program pendidikan konservasi dan identifikasi capaian sasaran CoE Riset dan Pendidikan Konservasi yang telah dan sedang dilaksanakan maupun yang direncanakan di TNGHS. Hasil inventarisasi digunakan sebagai bahan acuan penyusunan kuesioner yang akan digunakan untuk mengukur pengetahuan masyarakat. Pada tahap kedua dilakukan pengukuran pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat di Desa Malasari yang memiliki program kolaboratif dengan pihak TNGHS dalam bentuk Model Kampung Konservasi (MKK) Cisangku. Hal ini dilakukan untuk memverifikasi pelaksanaan program serta hasil belajar masyarakat setelah mengikuti program pendidikan konservasi. Parameter yang diukur yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berkaitan dengan konservasi keanekaragaman hayati serta adaptasi dan mitigasi bencana alam terhadap perubahan iklim.
Gambar 2 Skema tahapan penelitian
4
Jenis Data Data yang diambil dalam penelitian ini meliputi karakteristik sosiodemografi, program pendidikan konservasi TNGHS, capaian sasaran CoE Riset dan Pendidikan Konservasi, serta pengetahuan, sikap, dan keterampilan masyarakat (Tabel 1). Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner, wawancara, observasi lapang dan studi literatur. Tabel 1 Jenis data yang diambil No
Jenis Data
Variabel
Metode Pengambilan Data
1
Karakterisitik sosiodemografi
Umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan
Kuesioner dan studi dokumen
2
Program Pendidikan Konservasi di TNGHS (yang telah, sedang dan direncanakan)
Tujuan, kelompok sasaran, materi , metode, media dan waktu pelaksanaan program pendidikan konservasi
Wawancara dan studi dokumen
3
Capaian sasaran CoE Riset dan Pendidikan Konservasi
Bentuk, media, infrastruktur dan pengembangan program CoE Riset dan Pendidikan Konservasi
Wawancara dan studi dokumen
4
Pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat
1. Pengetahuan dan sikap masyarakat mengenai pentingnya konservasi serta mitigasi dan adaptasi terhadap bencana alam dan perubahan iklim 2. Keterampilan masyarakat terkait konservasi keanekaragaman hayati
Observasi, wawancara, kuesioner
Responden pada penelitian ini terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu masyarakat yang menjadi anggota Model Kampung Konservasi (MKK) dan masyarakat yang tidak menjadi anggota MKK (non-MKK). Anggota MKK merupakan anggota masyarakat kampung Cisangku yang menggarap lahan di kawasan perluasan TNGHS yang sebelumnya dikelola oleh Perum Perhutani. Anggota MKK diwajibkan untuk mengikuti setiap kegiatan pertemuan berupa penyuluhan terkait konservasi keanekaragaman hayati dan pelatihan keterampilan bagi masyarakat (persemaian, ternak domba) yang dilakukan oleh TNGHS. Masyarakat non-MKK diperbolehkan untuk mengikuti kegiatan penyuluhan dari TNGHS. Penentuan jumlah responden ditentukan dengan menggunakan metode
5
Stratified Random Sampling dengan intensitas sampling 10%, sehingga didapatkan jumlah responden untuk masyarakat anggota MKK Cisangku sebanyak 26 KK (dari total 50 KK anggota MKK) dan yang bukan anggota MKK (non-MKK) sebanyak 55 KK (dari 247 KK non-MKK), sehingga total menjadi 81 responden (Lampiran 1).
Analisis Data Tabulasi data dan analisis deskriptif dilakukan terhadap data yang dikumpulkan pada tahap evaluasi pada tingkat manajemen. Tabulasi yang berupa penyusunan data ke dalam satu perangkat kategori di dalam tabel, pada hakekatnya adalah suatu langkah awal dari suatu analisa deskriptif (Wignjosoebroto 1986). Kegiatan tabulasi data dilakukan untuk menajamkan dan mengorganisasi data sehingga didapatkan data utama yang menjadi pokok penelitian. Data yang ditabulasi merupakan data pelaksanaan program pendidikan konservasi sebelum dan sesudah pengembangan CoE Riset dan Pendidikan Konservasi. Data yang diperoleh dari evaluasi pelaksanaan adalah data kualitatif yang kemudian diuraikan secara deskriptif mengenai pelaksanaan program pendidikan konservasi (tujuan, materi, metode pelaksanaan, media penyampaian dan sasaran program). Selain itu juga diuraikan mengenai data capaian sasaran CoE Riset dan Pendidikan Konservasi saat ini. Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data kuisioner responden yang didapatkan pada evaluasi di tingkat masyarakat. Statistik deskriptif merupakan metode untuk meringkas, menyajikan dan mendeskripsikan data dalam bentuk yang mudah dibaca sehingga memberikan kemudahan dalam memberikan informasi. Data yang dianalisis adalah tingkat pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat setelah mengikuti program pendidikan konservasi dengan melakukan uji Independent Sample T Test, yaitu uji yang digunakan untuk membandingkan rata-rata dari dua kelompok sampel independent (Singarimbun dan Sofian 2011). Analisis terhadap program PK, capaian CoE, dan respons hasil belajar masyarakat akan menghasilkan rekomendasi pengembangan dan pelaksanaan pendidikan konservasi TNGHS dalam mencapai sasaran CoE Riset dan Pendidikan Konservasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Taman Nasional Gunung Halimun ditunjuk sebagai salah satu taman nasional di Indonesia karena kawasan ini mempunyai karakteristik pegunungan yang masih memiliki ekosistem hutan hujan tropis. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No 175/Kpts-II/2003 pada tanggal 10 Juni 2003, TNGHS mengalami perluasan sebesar 113.357 Ha dari sebelumnya yang hanya seluas 40.000 Ha. Secara administratif pemerintahan, TNGHS terletak di Kabupaten Lebak, Bogor dan Sukabumi Propinsi Dati I Jawa Barat.
6
Malasari adalah salah satu desa yang terletak di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, secara administrasi masuk ke dalam Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Malasari berjarak + 65 Km dari arah barat daya Cibinong (Ibu Kota Kabupaten Bogor) dari + 15 Km dari pusat Kecamatan Nanggung. Desa Malasari sebelah utara berbatasan dengan Desa Cisarua dan Curug Bintung, sebelah timur berbatasan dengna Desa Bantar Karet, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi dan Propinsi Banten, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Kiara Sari, Kecamatan Sukajaya. Secara geografis Desa Malasari terletak pada ketinggian antara 600 m – 1800 m dari permukaan laut (dpl). Curah hujan rata – rata 3000 mm per tahun dan suhu rata – rata berkisar antara 22 – 30 0C. Sehingga desa ini memiliki iklim yang cukup sejuk. Untuk mencapai pusat Desa Malasari dan beberapa kampung disekitarnya relatif mudah, karena jalannya sudah diaspal sehingga dapat dilalui kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat. Tetapi untuk beberapa kampung yang lokasinya jauh daripusat desa kondisi jalannya masih berbatu dan berlumpur jika turun hujan, sehingga untuk mencapainya harus berjalan kaki.
Pendidikan Konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak Perkembangan pendidikan konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak dimulai pada tahun 1997, yaitu pada tahap kedua kerjasama dengan JICA. Sejak periode tersebut hingga masa pelaksanaan penelitian ini (Juni 2013), Pendidikan konservasi TNGHS pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua periode, yaitu pendidikan konservasi pada periode kerjasama dengan JICA (1997 – 2003), pendidikan konservasi pada periode pasca JICA (2003 – 2013). Pendidikan Konservasi Periode Kerjasama dengan JICA (1997 – 2003) TNGHS termasuk dalam Proyek Keanekaragaman Hayati yang ditangani oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) bersama-sama dengan Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (sekarang Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam). Kegiatan kerjasama terbagi menjadi 2 tahap yaitu tahap pertama pada tahun 1995-1998 dan tahap kedua mulai tahun 1997-2003 (Rachmawati 2000). Kegiatan pendidikan konservasi bagi masyarakat sekitar taman nasional dan pendidikan konservasi bagi pengunjung yang dikaitkan dengan kegiatan ekoturisme mulai intensif dilaksanakan pada tahap kedua di tahun 1997-2003 (Rachmawati 2000). Program pendidikan konservasi yang dilaksanakan pada periode tersebut terlebih dahulu dikonsultasikan dengan JICA dan disesuaikan dengan perencanaan yang telah disusun oleh JICA. Program pendidikan konservasi di TNGHS dikembangkan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, apresiasi dan partisipasi masyarakat terhadap upaya konservasi alam dan lingkungan, khususnya di kawasan TNGHS dan sekitarnya. Tujuan ini sejalan dengan sasaran pendidikan lingkungan hidup (UNESCO 1987 dalam Disinger & Monroe 1994) yaitu kesadaran, pengetahuan, sikap, keterampilan dan partisipasi. Program pendidikan konservasi pada periode tersebut antara lain kader konservasi, ceramah konservasi/penyuluhan, anjangsana dan sarasehan, dan kemah konservasi (Tabel 2).
7
Tabel 2 Program pendidikan konservasi di TNGHS pada periode kerjasama dengan JICA No Kegiatan Tujuan Keterangan 1 Pembentukan Meningkatkan pengetahuan, Sasaran terhadap Guru pembinaan kader wawasan serta bertukar SD, Karang Taruna, konservasi informasi tentang peran perangkat Desa, tokoh serta para kader dalam masyarakat pelestarian sumberdaya alam hayati 2 Ceramah Mengikutsertakan Pelaksanaan dilakukan konservasi/penyu masyarakat dalam upaya terhadap masyarakat luhan dan konservasi sumberdaya sekitar taman nasional pemutaran film alam untuk meningkatkan rasa cinta terhadap alam 3 Anjangsana dan Mengikutsertakan Dilaksanakan di sarasehan masyarakat dalam upaya kabupaten Lebak, konservasi konservasi sumberdaya Bogor dan Sukabumi. sumberdaya alam alam dan peningkatan rasa Sebagai sarana cinta terhadapa alam penyebarluasan informasi mengenai TNGH 4 Pengembangan Bekerjasama dengan 1.Menumbuhkan rasa program Wetlands Internasional bangga akan kekayaan pendidikan alam TNGHS konservasi 2.Mengembangkan rasa cinta alam dan kepedulian anak-anak dan masyarakat terhadap alam dan lingkungan 5
Kemah konservasi
1. Menumbuhkan rasa bangga akan kekayaan alam TNGHS 2. Mengembangkan rasa cinta alam dan kepedulian anak-anak terhadap alam dan lingkungan
Dilaksanakan di bumi perkemahan di wilayah kerja taman nasional (Lebak, Bogor, Sukabumi) dengan dua kali pelaksanaan dalam setahun.
Sumber : Rachmawati 2000
Kerjasama dengan JICA dalam bidang pendidikan konservasi berakhir pada tahun 2003. Pihak TNGHS mengalami kesulitan dalam hal pendanaan sehingga pelaksanaan kegiatan pendidikan konservasi menurun intensitasnya dan disesuaikan dengan dana yang ada (DIPA). Pada masa ini pihak TNGHS berupaya untuk mencari berbagai stakeholder yang mendukung program taman nasional sehingga saat ini mulai banyaknya stakeholder yang ikut berpartisipasi,
8
seperti PT. Antam, PT. Chevron, Wetlands Internasional, Rimbawan Muda Indonesia, Biodiversity Conservation International, Japan Environmental Education Forum, dan Yayasan Kehati. Pendidikan Konservasi Periode 2003 - 2013 Program pendidikan konservasi yang dilaksanakan pada periode tahun 2003-2010 masih sama dengan program yang dilaksanakan TNGHS saat didampingi oleh JICA. Intensitas pelaksanaan program tersebut menurun, namun pada periode ini dilakukan pengembangan terhadap program yang telah ada (kader konservasi, school visit dan kemah konservasi yang diintegrasikan dengan school visit). TNGHS juga mengembangkan program baru pada periode ini, yaitu Model Kampung Konservasi (MKK), program Adopsi Pohon, dan pendidikan konservasi di Suaka Elang Loji (Tabel 3). Selain itu pengelola TNGHS juga melaksanakan ceramah konservasi dan sarasehan konservasi/anjangsana yang bersifat insidental dan informal. Berbagai program tersebut mulai dilaksanakan semenjak TNGHS tidak lagi difasilitasi oleh JICA. Program pendidikan konservasi yang telah dilaksanakan sampai awal bulan Juni 2013 adalah kegiatan visit to school, kegiatan expo/pameran, pembinaan kader konservasi dan program adopsi pohon. Program MKK dilaksanakan secara berkelanjutan, karena program MKK bersifat pendampingan bagi masyarakat. Program pendidikan konservasi yang direncanakan diantaranya adalah kegiatan visit to school (lanjutan) dan Cerdas Cermat Konservasi bagi siswa sekolah dalam rangkaian kegiatan Hari Konservasi Alam Nasional yang akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2013. Pada acara tersebut akan dilakukan berbagai kegiatan Bina Cinta Alam bagi siswa di sekolah sekitar kawasan TNGHS. Kegiatan pembentukan dan pembinaan kader konservasi telah membentuk berbagai mitra kerja taman nasional baik dalam kegiatan pengamanan hutan, local guide bagi wisatawan, dan juga kelompok masyarakat yang peduli dengan hutan dan lingkungan (PANGIWA, Jamaskor, Masyarakat Mitra Polisi Hutan dan juga volunteer Suaka Elang). Pengelolaan kawasan bersama masyarakat merupakan salah satu alternatif dalam upaya menjaga agar tetap terjaga dan masyarakat dapat hidup dari hutan dengan tidak merusak kawasan yang merupakan tempat tinggal mereka. Peran aktif masyarakat dalam menjaga kawasan akan timbul sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari usaha untuk menjaga kelangsungan hidupnya sehingga sinergitas bersama para pihak akan terbentuk dalam menunjang upaya fungsi pengelolaan kawasan. Program Adopsi Pohon merupakan salah satu cara untuk merehabilitasi lahan kawasan di areal perluasan dan menyediakan pendapatan alternatif bagi masyarakat di sekitar kawasan. Program Adopsi pohon ini dilaksanakan TNGHS bekerjasama dengan TNGGP, Konsorsium GEDEPAHALA dan juga Conservation International (CI) Indonesia, dan melibatkan masyarakat sekitar kawasan dalam kegiatan penanaman dan pemeliharaan pohon. Tujuan dari pelaksanaan program ini adalah untuk meningkatkan kesadaran serta mendorong masyarakat umum untuk lebih memberikan perhatian kepada lingkungan dan alam melalui kegiatan adopsi pohon sekaligus mendukung tercapainya program konservasi sumberdaya hutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan. Pendidikan konservasi yang diberikan dalam kegiatan ini mengenai
9
fungsi hutan, manfaat menanam pohon serta manfaat yang didapat jika hutan terjaga dan tetap lestari. Tabel 3 Program pendidikan konservasi pada periode tahun 2003-2013 No Kegiatan Tujuan Keterangan 1
Pembentukan dan pembinaan kader konservasi
Meningkatkan pengetahuan, wawasan serta bertukar informasi tentang peran serta para kader dalam pelestarian sumberdaya alam hayati
Sasaran terhadap Guru SD, Karang Taruna, perangkat Desa, tokoh masyarakat
2
Pengembangan program pendidikan konservasi (visit to school, kemah konservasi yang diintegrasikan ke dalam program school visit)
Meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan dari generasi muda terutama siswa sekolah, dan mengembangkan materi pendidikan konservasi serta buku pegangan bagi fasilitator.
Pelaksanaan dilakukan terhadap siswa sekitar taman nasional untuk meningkatkan rasa cinta terhadap alam
3
Program Adopsi Pohon
Mengikutsertakan masyarakat umum dalam upaya konservasi sumberdaya alam dan peningkatan rasa cinta terhadap alam
Bekerjasama dengan konsorsium Gedepahala. Terdapat sebanyak 13 adopter yang telah membantu kegiatan program adopsi pohon
4
Model Kampung Men Program kolaboratif Konservasi Menuju pengelolaan (MKK) taman nasional mandiri gikutsertakan masyarakat umum dalam upaya konservasi sumberdaya alam dan peningkatan rasa cinta terhadap alam Program Pentingnya menjaga pendidikan salah satu spesies kunci konservasi di TNGHS yaitu Elang Suaka Elang Loji Jawa
5
Dilaksanakan di kabupaten Lebak, Bogor dan Sukabumi. Berawal dari 3 site (Cimapag, Cisalimar dan Sukagalih) saat ini telah terbentuk 29 site MKK di sekitar kawasan TNGHS Terlaksananya kegiatan pelatihan kader konservasi bagi sispala, mapala dan akademisi
Model Kampung Konservasi (MKK) merupakan salah satu program yang dilakukan TNGHS sejak tahun 2006 untuk merespon kebijakan kolaborasi dan zonasi. Menurut Kusumanto et al. (2006) dalam Aulia (2011), pengelolaan kolaboratif merupakan proses partisipatif yang melibatkan semua pemangku kepentingan secara aktif dalam berbagai kegiatan pengelolaan, termasuk pengembangan visi bersama, belajar bersama, dan penyesuaian praktek-praktek pengelolaan. MKK dilakukan dengan melibatkan masyarakat sekitar untuk
10
mengelola dan menjaga kawasan TNGHS, dengan tiga strategi: restorasi, rehabilitasi dan income generation. Visi MKK adalah “Masyarakat Hidup Bersama Taman Nasional”, dalam arti bahwa masyarakat dapat merasakan manfaat hutan yang dirasakan baik langsung maupun tidak langsung dalam rangka meningkatkan kesejahteraan. Masyarakat yang terlibat dalam program MKK diwajibkan mengikuti berbagai kegiatan MKK, yaitu kegiatan penyuluhan dan juga pelatihan. Kegiatan tersebut memberikan peningkatan kemampuan (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) bagi masyarakat yang memungkinkan masyarakat untuk mengurangi ketergantungannya terhadap kawasan. Materimateri yang diberikan kepada masyarakat dalam program MKK meliputi zonasi, keanekaragaman hayati, potensi TNGHS. Keuntungan program MKK yaitu dapat memberdayakan masyarakat, memberikan keuntungan ekonomi, mendapatkan keterampilan tambahan, dan masyarakat dapat berkembang dengan diberikannya mata pencaharian pengganti dengan persemaian dan beternak. Masyarakat dapat berpartisipasi dalam menghijaukan hutan kembali dan mendapatkan pendapatan dari hasil kerja mereka sehingga bisa menumbuhkan motivasi bagi masyarakat untuk berperan serta aktif dalam upaya konservasi sumberdaya hutan. Saat ini TNGHS mengembangkan 29 MKK, salah satunya adalah MKK Cisangku di Desa Malasari. Program pendidikan konservasi di Suaka Elang Loji merupakan salah satu usaha untuk menjaga dan melindungi keanekaragaman hayati yang ada. Pendidikan konservasi di Suaka Elang merupakan proses pembelajaran yang langsung dan berbasis pengalaman. Pengelola Suaka Elang, bekerjasama dengan Subdit Bina Cinta Alam, Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam (PJLWA) Kementerian Kehutanan, PT. Chevron dan Yayasan Bina Usaha rutin melaksanakan berbagai kegiatan Lingkungan (YBUL), penyuluhan/sosialisasi ataupun pelatihan kader konservasi kepada masyarakat sekitar. Materi yang diberikan dalam setiap pelaksanaan program pendidikan konservasi meliputi potensi alam dan keanekaragaman hayati TNGHS, pengamanan kawasan, dan manfaat menjaga kawasan hutan. Pelaksanaan pengembangan media dan kegiatan pendukung pendidikan konservasi TNGHS sejak tahun 1997 hingga saat ini masih sama, antara lain berupa pengembangan paket penyuluhan, pembuatan brosur/leaflet, expo dan lomba foto. (Tabel 4). Metode yang dilakukan dalam pelaksanaan program pendidikan konservasi diantaranya menggunakan metode diskusi (sharing), pemutaran film, games, dan Focus Grup Discussion dengan tujuan menggali informasi dan permasalahan yang dihadapi masyarakat. Selain itu penyampaian materi tentang konservasi dengan media audio-visual dilakukan untuk menambah dan menyegarkan pengetahuan masyarakat. Hal ini sesuai dengan Gafar (2007) yang menyatakan empat metode belajar yang baik dan dapat membantu, yaitu presentasi, teknik partisipasi peserta, teknik diskusi, dan teknik simulasi.
11
Tabel 4 Pengembangan media dan kegiatan pendukung pendidikan konservasi TNGHS (2003-2013) No Kegiatan Tujuan Keterangan 1
Bantuan paket penyuluhan
Mengikutsertakan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya konservasi sumberdaya alam
2
Pembuatan brosur/leaflet dan bulletin/majalah
Menyebarluaskan pengetahuan dan informasi mengenai keberadaan dan potensi TNGH
3
Pengembangan program pendidikan konservasi
Mengembangkan materi pendidikan konservasi dan buku pegangan untuk fasilitator
4
Pembuatan materi informasi
Menyebarluaskan pengetahuan dan informasi mengenai kegiatan-kegiatan dan potensi TNGH
5
Lomba foto dan melukis alam
Memperkenalkan rasa cinta alam lingkungan terhadap masyarakat umum
6
Pameran/expo
Menyebarluaskan informasi tentang TNGHS dan kegiatankegiatan serta potensi yang dimilikinya
Untuk masyarakat umum
Mengikuti expo di tingkat kabupaten, propinsi dan nasional
. Strategi pendidikan konservasi telah dikembangkan oleh TNGHS pasca kerjasama dengan JICA, yaitu (1) Peningkatan kapasitas SDM di TNGHS; (2) Promosi kegiatan konservasi; (3) Pengembangan media promosi konservasi, dan; (4) Penguatan lembaga dan peran masyarakat lokal dalam pengelolaan TNGHS. Strategi pendidikan konservasi berdasarkan kelompok sasaran juga telah dikembangkan sebagai berikut: 1. Kelompok sasaran anak-anak SD a. Pelatihan terhadap petugas TNGHS dan guru SD sebagai fasilitator pendidikan konservasi. b. Implementasi, sosialisasi dan diseminasi program/modul/materi pendidikan konservasi di SD sekitar kawasan TNGHS. c. Rencana penyusunan muatan lokal. d. Membangun pusat pendidikan lingkungan di TNGHS. 2. Remaja/Generasi Muda a. Menyiapkan program pendidikan konservasi bagi generasi muda di sekitar kawasan TNGH dengan jenis kegiatan yang diarahkan kepada pembentukan, pengembangan dan pembinaan kader konservasi dan pecinta alam.
12
b.
3.
Peningkatan kapasitas dan pemahaman konservasi melalui pelatihan dan kemah konservasi. Dewasa/Masyarakat Umum a. Menyiapkan program pendidikan konservasi dengan berbasiskan pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan sekitar kawasan TNGHS. b. Implementasi dan sosialisasi program pendidikan konservasi melalui potensi Kelompok Swadaya Masyarakat. c. Peningkatan kapasitas dan pemahaman konservasi melalui pelatihan bagi petani, tokoh masyarakat,Pamhutswakarsa,kelompok pemuda dan lainlain. d. Memfasilitasi dan mendorong berkembangnya kelompok-kelompok usaha konservasi di sekitar TNGHS yang memiliki kemandirian dan legalitas badan hukum. Capaian Sasaran CoE Riset dan Pendidikan Konservasi
CoE Riset dan Pendidikan Konservasi merupakan salah satu dari tiga CoE yang dikembangkan di bawah PKB TNGHS. Salah satu sasaran dari CoE Riset dan Pendidikan Konservasi adalah “Terwujudnya Jejaring Pendidikan Konservasi yang Handal dan Bernilai Ekonomi Tinggi” (BTNGHS 2012). Tiga program dengan bebagai luaran telah dikembangkan untuk dapat mencapai sasaran tersebut (Lampiran 2). Pada program I terdapat empat (4) luaran yang diharapkan, kondisi saat ini baru terlaksana satu program saja yaitu tersedianya paket informasi tertulis dan audio-visual untuk pendidikan konservasi. Informasi yang dibuat dalam bentuk leaflet, booklet, poster dan juga film. Tiga luaran lainnya saat ini masih dalam tahap pembentukan pada periode I (2013-2017). Program II memiliki dua (2) luaran yang diharapkan. Kondisi saat ini kedua program telah terlaksana dan masih terus dikembangkan agar lebih baik. Berbagai bentuk media yang dapat menyampaikan pesan terkait konservasi keanekaragaman hayati diperlukan untuk mempermudah proses peningkatan kesadaran masyarakat Paket informasi tertulis dan audio-visual konservasi keanekaragaman hayati untuk masyarakat dan sekitar TNGHS yang telah ada dalam bentuk modul PLH bagi siswa, leaflet, booklet, film dan juga kalender. Sedangkan program penyadaran masyarakat mengenai pentingnya konservasi keanekaragaman hayati terlaksana dalam bentuk pendidikan konservasi bagi siswa (visit to school, kemah konservasi), guru, dan tokoh masyarakat. Dalam perencanaannya program penyadaran masyarakat dirancang secara berkelanjutan dan menjadi target keluaran setiap periode pengembangannya. Pada program III terdapat dua (2) luaran yang diharapkan, namun belum ada luaran yang tercapai. Paket informasi mitigasi dan adaptasi bencana dan perubahan iklim secara detail belum tersedia, sehingga penyiapan paket informasi dilakukan pada tahap awal pengembangan. Program mitigasi dan adaptasi bencana alam dan perubahan iklim saat ini belum dikembangkan dan masih terbatas pada tanggap darurat. Namun sudah ada kerjasama dengan pusat vulkanologi dan mitigasi bencana geologi dalam bentuk pengawasan terhadap kandungan belerang di kawah ratu. Dalam perencanaannya program penguatan
13
kapasitas masyarakat dikembangkan pada periode I atau selambat-lambatnya pada periode II (2018-2022). Hasil ini menunjukkan kondisi perkembangan program pendidikan konservasi yang mengarah kepada keluaran utama dari sasaran CoE Riset dan Pendidikan Konservasi. Paket informasi tertulis dan audio visual konservasi keanekaragaman hayati bagi masyarakat dan pengunjung serta program penyadaran masyarakat di dalam dan sekitar TNGHS telah terlaksana pada pengembangan periode I. Hal ini sebagai penunjang bagi keberhasilan upaya penyadaran masyarakat dan pengunjung mengenai pentingnya konservasi keanekaragaman hayati. Berbagai bentuk media yang dapat menyampaikan pesan terkait konservasi keanekaragaman hayati diperlukan untuk mempermudah proses peningkatan kesadaran masyarakat dan pengunjung. Paket informasi dengan menggunakan media (tertulis, audio-visual) akan dapat memperjelas penyajian materi dan informasi (Arsyad 2009). Selain itu berbagai upaya penyadaran masyarakat di dalam dan sekitar kawasan TNGHS mengenai pentingnya konservasi keanekaragaman hayati mutlak diperlukan, dengan demikian dibutuhkan perencanaan program-program penyadaran masyarakat yang baik dan terarah. Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Masyarakat Desa Malasari Masyarakat Desa Malasari memiliki lahan garapan di lahan yang dulu dikeloa oleh Perum Perhutani. Masyarakat tidak ingin kehilangan hak untuk menggarap karena masyarakat menganggap bahwa lahan garapan telah diwariskan secara turun-temurun sehingga masyarakat memiliki hak untuk mengelolanya. Untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap kawasan, TNGHS menawarkan sebuah konsep Model Kampung Konservasi (MKK). MKK Cisangku di Desa Malasari merupakan bentuk pengelolaan kolaboratif antara TNGHS dan masyarakat. Kelompok MKK Cisangku memiliki misi untuk: 1. Menjaga dan melestarikan hutan sebagai penyangga kehidupan 2. Melakukan rehabilitasi lahan-lahan kritis dengan jenis tanaman asli 3. Meningkatkan ekonomi masyarakat MKK Cisangku memiliki lahan persemaian yang ditanami beraneka ragam jenis tanaman kayu keras (puspa, rasamala, pasang, saninten) yang ditanam di persemaian ini. Selain itu dilakukan juga kegiatan ternak kambing/domba yang dikelola bersama para anggota MKK. Kegiatan ini merupakan salah satu keterampilan yang dimiliki oleh anggota MKK Cisangku sebagai solusi mengurangi ketergantungan pemanfaatan hutan. Kelompok responden yang merupakan anggota MKK berdasarkan jenis kelamin terdiri dari 25 orang laki-laki dan 1 orang responden perempuan, sedangkan yang bukan anggota MKK terdiri dari 44 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. Sebagian besar responden (61,7%) memiliki tingkat pendidikan SD (Tabel 5). Hal ini dikarenakan sarana dan prasarana pendidikan SMP dan SMA belum terdapat di Desa Malasari. Desa Malasari hanya memiliki bangunan SD. Siswa SMP Terbuka yang bersekolah menggunakan gedung SD yang telah selesai dipakai oleh siswa SD. Pembelajaran dilakukan pada siang hari. Selain itu, sumberdaya manusia (SDM) untuk mengajar masih kurang.
14
Tabel 5 Komposisi responden berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikan Komposisi Kelompok Anggota MKK Non-MKK Jenis Kelamin Laki-laki 25 44 Perempuan 1 11 SD/sederajat 14 36 Tingkat SMP/sederajat 10 18 Pendidikan SMA/sederajat 1 1 Perguruan 1 Tinggi/sederajat Uji Independent Sample T Test menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pengetahuan dan sikap responden masyarakat yang merupakan anggota MKK dan responden non MKK (Tabel 6). Dalam hal pengetahuan, sebagian besar responden dapat menjawab dengan benar 13 dari 15 pertanyaan yang diberikan. Dua pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan benar yaitu, mengenai spesies flora/fauna penting yang dilindungi di TNGHS serta mitigasi dan adaptasi terhadap bencana alam. Responden hanya mengetahui Elang Jawa sebagai spesies fauna penting yang dilindungi di TNGHS, sedangkan spesies lainnya tidak diketahui. Kegiatan pelatihan mitigasi dan adaptasi bencana saat ini pun hanya masih sebatas tanggap darurat, bahkan banyak warga yang tidak mengetahui cara antisipasi terhadap bencana alam dengan alasan bencana tersebut belum pernah terjadi. Tabel 6 Hasil pengukuran pengetahuan dan sikap pada masyarakat Desa Malasari Skor Rata-rata Hasil Uji Aspek Independent Sample T MKK Non Test MKK Pengetahuan 15,6 12,47 0,139 Sikap
2,9
2,8
0,790
Secara keseluruhan masyarakat menyadari bahwa konservasi hutan merupakan hal yang penting bagi kehidupan mereka di masa depan. Sikap yang tidak berbeda antara kedua kelompok responden tersebut diduga dipengaruhi oleh aktivitas masyarakat yang berdekatan dengan hutan. Lokasi desa Malasari terletak di antara hutan dan perbukitan dengan puncak gunung, yaitu kawasan pintu masuk menuju TNGHS. Tingginya interaksi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan tentunya akan membentuk suatu pengalaman terkait kawasan hutan itu sendiri yang mampu meningkatkan rasa kepedulian terhadap konservasi hutan. Dale (1969) dalam Arsyad (2009) menyatakan pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu, karena melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman dan peraba. Hal ini juga dikuatkan oleh pernyataan Ivancevich et al. (2007), pengalaman pribadi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap, karena dengan pengalaman pribadi yang melibatkan faktor emosi akan lebih mudah membentuk sikap. Program MKK yang merupakan salah satu bentuk pendidikan konservasi
15
di TNGHS telah berhasil mencapai sasaran pendidikan konservasi menurut Wood dan Wood (1985) yang berkaitan dengan kesadaran, penghargaan, pengetahuan dan pemahaman terhadap sumber daya alam, dalam hal ini adalah hutan. Anggota MKK juga mendapatkan pelatihan keterampilan dalam bidang perikanan (demplot ikan), perkebunan (singkong, ubi), peternakan dan kehutanan. Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa program keterampilan yang tidak berhasil yaitu program budidaya perikanan dan juga perkebunan. Kegagalan program disebabkan kurang terampilnya SDM anggota MKK dalam budidaya ikan dikarenakan kehidupan masyarakat yang cenderung akrab dengan kegiatan beternak dan menanam, serta persaingan dalam pemasaran. Program keterampilan yang dimiliki masyarakat anggota MKK diantaranya membudidayakan bibit tanaman hutan di lahan yang dimiliki oleh MKK Cisangku dan beternak kambing/domba (Gambar 3). Masyarakat melakukan pembibitan tanaman asli dan tidak jarang bibit tersebut dipesan untuk kegiatan rehabilitasi kawasan konservasi di TNGHS. Hak yang didapatkan oleh mereka setelah menyediakan bibit adalah dengan mendapatkan upah (uang) yang sesuai dengan kewajiban yang telah dilakukan. Selain itu terdapat juga kegiatan beternak kambing/domba yang dipelihara oleh anggota MKK secara bergilir. Kambing/domba dikumpulkan pada satu kandang dan dirawat secara bergiliran oleh anggota MKK. Hewan ternak yang berhasil dikembangbiakan akan menjadi hak pemelihara dan dapat menjadi alternatif untuk mengalihkan ketergantungan masyarakat terhadap hutan. Masyarakat merasa terbantu dengan adanya kegiatan tersebut, dan dapat melakukan perlindungan secara swadaya dalam rangka melestarikan kawasan hutan dan mempertahankan kawasan hutan.
(a)
(b)
Gambar 3 Fasilitas kegiatan MKK Cisangku Desa Malasari: (a) kandang domba (b) lokasi persemaian Rekomendasi Pengembangan Pendidikan Konservasi TNGHS Program keterampilan yang dilaksanakan oleh MKK Cisangku sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap hutan saat ini sudah dapat membentuk pengetahuan dan sikap positif masyarakat terhadap kawasan dan sumberdaya yang terkandung di dalamnya. Persemaian bibit dan ternak kambing/domba dirasa mampu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pihak pengelola TNGHS perlu memberikan reward (penghargaan)
16
bagi anggota MKK yang aktif, sebagai bentuk reinforcement (penguatan) untuk membangkitkan perasaan dan tanggung jawab masyarakat mengenai konservasi, sebagaimana dinyatakan Arifin (1996) bahwa penghargaan bertujuan agar masyarakat lebih bersemangat dalam memperbaiki dan mempertinggi prestasinya. Adanya program keterampilan MKK yang tidak berhasil menyebabkan terbuangnya waktu, tenaga dan uang. Pihak TNGHS sebaiknya terlebih dahulu mengkaji sosial ekonomi dan budaya masyarakat sasaran agar dapat mengembangkan program pendidikan konservasi yang sesuai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Muntasib (1998) dalam Sari (2013) bahwa pendidikan konservasi non formal harus memperhatikan key informant, kondisi sosial, ekonomi, dan budaya setempat. Pemahaman manfaat potensi sebuah sumberdaya alam sebaiknya diberikan juga kepada masyarakat luas agar tercipta sebuah persepsi yang benar dan sikap serta perilaku positif terhadap konservasi keanekaragaman hayati. Penyampaian informasi ini membutuhkan media agar pesan-pesan konservasi dapat tersampaikan. Muntasib dan Rachmawati (2003) menyatakan bahwa media merupakan salah satu unsur komunikasi. Media pada hakekatnya merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang merupakan bagian integral dan harus sesuai dengan proses pembelajaran secara menyeluruh (Parmin 2009). Memaksimalkan peran website merupakan salah satu alternatif dalam upaya mengatasi permasalahan penyebaran media tertulis yang kurang optimal. Website memiliki kelebihan dibandingkan media lainnya, yaitu konten yang mudah diubah, mendukung berbagai macam format media, serta mudah diakses dan digunakan. Selain itu, website dapat menjangkau kelompok masyarakat yang lebih luas, mengingat semakin besarnya pengguna internet saat ini. Pihak TNGHS dapat mencoba membuat media informasi khusus bagi pemuda dan remaja dan tidak hanya terfokus kepada orang dewasa dan anak-anak saja. Secara alamiah, remaja adalah masa usia yang serba ingin tahu (Santrock 1996), hal ini membuat remaja menjadi masa yang rentan dalam pembentukan sikap dan perilaku (Joni 2012). Bentuk media yang dapat dikembangkan adalah media interaktif, baik dipublikasikan dalam website ataupun dikemas dalam CD. Media interaktif dirancang dengan audio, gambar, dan teks dengan melibatkan respon pengguna dimana pengguna terlibat aktif dalam merespon informasi dalam media (Joni 2012). Poster dengan komposisi yang menarik juga dapat menjadi pilihan media yang dapat dikembangkan. Pelaksanaan program pendidikan konservasi visit to school yang didominasi oleh tingkat SD merupakan salah satu program yang harus tetap dilanjutkan. Pembentukan persepsi dan pemahaman seseorang tentang konservasi akan sangat efektif untuk dilakukan pada usia 7 – 11 tahun (Hidayati 2011). Banyaknya jumlah sekolah di sekitar kawasan TNGHS menyebabkan pelaksanaan program visit to school yang bersifat bergilir, sehingga pelaksanaan program di suatu sekolah hanya dilakukan sekali ataupun tidak sama sekali tiap tahunnya. Keterbatasan jumlah sumberdaya manusia pelaksana pendidikan konservasi di TNGHS menjadi salah satu faktor utamanya. Optimalisasi peran guru menjadi salah satu pilihan yang dapat dilakukan untuk menjamin keberlanjutan program pendidikan konservasi di sekolah. Perluasan pengetahuan, pemahaman serta penguasaan keterampilan guru dalam menerapkan pendidikan konservasi masih diperlukan, hal ini untuk dapat menjaminnya berkembangnya informasi mengenai
17
konservasi dan juga TNGHS di sekolah, sehingga pendidikan konservasi tidak hanya meningkatkan pengetahuan namun juga dapat mengubah perilaku siswa menjadi peduli terhadap hutan. Dalam hal ini pengelola TNGHS dapat melaksanakan kegiatan Training Of Trainer (TOT) bagi guru sekolah di sekitar kawasan TNGHS sehingga guru memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk mengajar PK dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media pengajaran. TNGHS juga dapat berperan dalam memfasilitasi penyediaan media pengajaran yang bisa digunakan oleh para guru di sekolah.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Program pendidikan konservasi yang dilaksanakan oleh pengelola TNGHS diantaranya kegiatan pembinaan kader konservasi, pameran, pembuatan media informasi (buletin, leaflet, film), kegiatan Bina Cinta Alam bagi siswa, program Adopsi Pohon serta PK di Suaka Elang Loji sebagai sarana pendidikan konservasi bagi masyarakat umum. 2. CoE Riset dan Pendidikan Konservasi masih dalam tahap pengembangan periode I (2013-2017) dan belum mencapai ke arah pelaksanaan program yang nyata. Namun telah ada 3 luaran yang tercapai, dari 8 luaran yang ditetapkan, sampai dengan Juni 2013. 3. Pengetahuan dan sikap masyarakat Desa Malasari, baik anggota MKK maupun non MKK tidak berbeda secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pesanpesan konservasi sudah menyebar di masyarakat Desa Malasari. Salah satu manfaat dengan adanya program pendidikan konservasi bagi masyarakat adalah meningkatnya pengetahuan dan partisipasi masyarakat dalam perlindungan hutan, serta menurunnya gangguan terhadap kawasan hutan. Saran 1. Reward bagi anggota MKK yang aktif perlu diberikan sebagai penguatan
motivasi masyarakat untuk berperan serta dalam kegiatan konservasi kawasan. 2. Pihak TNGHS sebaiknya terlebih dahulu mengkaji program keterampilan yang
diberikan kepada anggota MKK agar sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas masyarakat. 3. Optimalisasi peran website dan pengembangan media perlu dilakukan untuk dapat menjangkau masyarakat yang lebih luas. 4. Optimalisasi peran guru untuk menjamin keberlanjutan PK di sekolah dengan melakukan ToT dan menyediakan media pengajaran.
DAFTAR PUSTAKA Arifin Sayy HM. 1993. Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Kritis dan Praktis Berdasarkan Interdisipliner. Jakarta (ID): PT. Bumi Aksara
18
Arsyad A. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada. Aulia T. 2011. Pengelolaan Sumberdaya Hutan Oleh Pemrintah vs Komunitas Lokal: Upaya Mencari Titik Temu (Kasus: Kampung Cisangku dan Kampung Nyungcung, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor. [BTNGHS] Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak. 2011. Master Plan Pengembangan Taman Nasional Gunung Halimun Salak sebagai Pusat Konservasi Biodiversitas. Kabandungan, Sukabumi (ID): TNGHS. Disinger JF, Monroe MC. 1994. Defining Environmental Education. Michigan (US): Regents University of Michigan. Gaffar SB. 2007. Andragogi Suatu Orientasi Baru dalam Pembelajaran. Andragogi 1: 1-5. Hidayati S. 2011. Perubahan Persepsi Siswa Sekolah Dasar terhadap Goa (Analisis Menggunakan Draw-An-Environment-Test Rubric) [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Ivancevich JM, Robert K, Michael TM. 2007. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Gina G, penerjemah; Wibi H, Bimo AY, editor. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari Organizational Behavior and Management. Joni A. 2012. Pengembangan Media Interaktif Online Sebagai Sarana Pendidikan Konservasi Goa [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Muntasib H, Rachmawati E. 2003. Interpretasi Wisata Alam. Bogor (ID): Laboratorium Rekreasi Alam Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Parmin. 2009. Pengaruh Penggunaan Media Model dan Gambar Terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa (Eksperimen Pada Siswa Kelas V Sekolah dasar Negeri Gugus Panataran Kecamatan Manyaran Kabupaten Wonogiri). [Tesis]. Surakarta (ID): Program Studi Teknologi Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Rachmawati E. 2000. Pendidikan Konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Sari DM. 2013. Evaluasi Program Pendidikan Konservasi Pada Masyarakat Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (Studi Kasus Desa Ciputri, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Santrock JW. 2006. Nilai Strategi Kawasan Karst di Indonesia: Pengelolaan dan Perlindungannya. Bandung (ID): Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral. Balai Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumberdaya Mineral. Singarimbun M, Sofian E. 2011. Metode Penelitian Survei. Jakarta (ID): LP3ES. Wignjosoebroto S. 1986. Pengolahan dan Analisis Data, Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta (ID): PT Gramedia Indonesia.
19
Wood DS, Wood DW. 1985. Conservation Education: A Planning Guide. Washington (US): Peace Corps Information Collection and Exchange.
20
Lampiran 1 Hasil perhitungan penarikan jumlah responden dengan menggunakan Stratified Random Sampling
Jumlah total KK: 297 Jumlah Anggota MKK : 50 KK Jumlah non-MKK : 247 n= P1 =
= 0,35
Q1 = 1 – P = 1 (
h1 =
(
)
(
h2 =
=(
)
) = 25,88 = 26 KK
) (
)
=
= 55,2 = 55 KK
Program
Pusat Informasi Keanekaragam an Hayati yang Menyediakan Jasa Pendidikan Konservasi Bagi Pengunjug
Kesadaran Masyarakat Pentingnya Konservasi Keanekaragam an Hayati
No
1
2
a. Paket Informasi Tertulis dan Audio-Visual Konservasi Keanekaragaman Hayati untuk Kesadaran Masyarakat di dalam dan sekitar TNGHS b. Program Penyadaran Masyarakat di dalam dan sekitar TNGHS Mengenai Pentingnya Konservasi Keanekaragaman Hayati
d. Publikasi Berkala Mengenai Keanekaragaman Hayati TNGHS
b. Infrastruktur Pusat Informasi Keanekaragaman Hayati di TNGHS c. Program Pendidikan konservasi Berbasis Keanekaragaman Hayati yang Memiliki Nilai Jual Tinggi
a. Paket Informasi Tertulis dan Audio-Visual untuk Pendidikan Konservasi
Kegiatan
√
√
√
√
√
√
Pelaksanaan Sudah Belum
Lampiran 2 Capaian luaran CoE Riset dan Pendidikan Konservasi
keluaran
keluaran
pada
pada
setiap
setiap
periode
periode
Sudah melakukan kegiatan pendidikan konservasi untuk siswa,guru,pemuda,tokoh masyarakat di sekitar kawasan (bagian dari program bina cinta alam). Dirancang berkelanjutan dan menjadi target keluaran setiap periode pengembangan
Informasi di buat dalam bentuk modul PLH bagi siswa leaflet, booklet,film dan juga kalender
Menjadi target pengembangan
Menjadi target pengembangan
Masih dalam tahap pengembangan pada periode I
Informasi dibuat dalam bentuk leaflet, booklet, poster, dan juga film, saat ini masih dalam tahap pengembangan
Keterangan
21
Program
Kapasitas Masyarakat dalam Mitigasi dan Adaptasi Bencana Alam
No
3
b. Program Penguatan Kapasitas Masyarakat dalam Mitigasi dan Adaptasi terhadap Bencana Alam
a. Paket Informasi untuk Penguatan Kapasitas Masyarakat dalam Mitigasi dan Adaptasi terhadap Bencana Alam dan Perubahan Iklim
Kegiatan √
√
√
Pelaksanaan Sudah Belum
Lampiran 2 Capaian luaran CoE Riset dan Pendidikan Konservasi (lanjutan)
2
Mitigasi dan adaptasi bencana belum dikembangakan, masih terbatas pada tanggap darurat. Sudah ada kerjasama dengan pusat vulkanologi dan mitigasi bencana geologi. Program-program penguatan kapasitas masyarakat dapat di mulai pada periode I atau selambatlambatnya periode II
Belum adanya paket informasi secara detail mengenai mitigasi dan adapatasi bencana. Penyiapan paket-paket informasi dilakukan pada tahap awal pengembangan (periode I)
Keterangan
22
3
2
Keterangan Sasaran terhadap Guru SD, Karang Taruna, perangkat Desa, tokoh masyarakat
Mengikutsertakan Keanekaragaman hayati Diskusi, penyampaian LCD, film tentang Pelaksanaan masyarakat dalam dan potensi alam TNGH materi dan pemutaran lingkungan dilakukan terhadap upaya konservasi film masyarakat sekitar sumberdaya alam taman nasional untuk meningkatkan rasa cinta terhadap alam Anjangsana Mengikutsertakan Keanekaragaman hayati Diskusi dan sharing Poster lingkungan Dilaksanakan di dan sarasehan masyarakat dalam dan potensi alam TNGH kabupaten Lebak, konservasi upaya konservasi Bogor dan sumberdaya sumberdaya alam Sukabumi. Sebagai alam dan peningkatan sarana rasa cinta penyebarluasan terhadap alam informasi mengenai TNGH
Ceramah konservasi/pe nyuluhan dan pemutaran film
Lampiran 3 Pelaksanaan program pendidikan konservasi ketika masih difasilitasi oleh JICA pada Periode 1997 – 2003 No Program Tujuan Materi Metode Media 1 Pembentukan Meningkatkan 1. Potensi alam TNGH dan 1. Diskusi dan sharing LCD, handout, pembinaan pengetahuan, pemanfaatannya dengan tujuan kader wawasan serta 2. Keanekaragaman hayati menggali informasi konservasi bertukar TNGH dan dan permasalahan informasi tentang pemanfaatannya yang dihadapi para peran serta para 3. Pengamanan kawasan kader konservasi kader dalam TNGH dan 2. Penyampaian materi pelestarian permasalahannya tentang konservasi sumberdaya alam untuk menambah hayati dan menyegarkan pengetahuan para kader konservasi
3
23
Pengembang an program pendidikan konservasi
Pengembang an program pendidikan konservasi
4
5
Menumbuhkan rasa bangga akan kekayaan alam TNGHS. Mengembangk an rasa cinta alam dan
1. Pengenalan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (selayang pandang TNGHS) 2. Lingkungan Hidup dan Kekayaan Alam
Menumbuhkan 1. Pengenalan Taman rasa bangga Nasional Gunung akan kekayaan Halimun Salak alam TNGHS. (Selayang Pandang Mengembangk TNGHS) an rasa cinta 2. Lingkungan Hidup dan alam dan Kekayaan Alam kepedulian (Nuansa Pagi, Orientasi anak-anak lapangan/ petualangan terhadap alam di Rimba Halimun, dan Menyibak Kekayaan lingkungan Alam TNGHS) dan games
Metode pembelajaran yang digunakan adalah pendidikan berbasi pengalaman. Untuk meningkatkan efektifitas, digunakan prinsip Flow Learning (belajar mengalir) melalui 4 tahap:
Pendidikan berbasis pengalaman. Untuk meningkatkan efektifitas, digunakan prinsip Flow Learning (belajar mengalir) melalui 4 tahap : 1. Kegiatan yang mencairkan suasana, membangkitkan semangat, rasa tertarik serta rasa ingin tahu 2. Kegiatan yang bertujuan untuk memusatkan perhatian peserta pada suatu hal 3. Melakukan kegiatan yang memberikan pengalaman langsung untuk berdekatan dengan alam 4. Tahap terakhir adalah sharing pengalaman Poster, buku, film, lingkungan (hutan, sungai, sawah, dll), alat tulis, binokuler, fieldguide burung
Poster, buku, film, lingkungan (hutan, sungai, sawah, dll), alat tulis, binokuler, fieldguide burung
Lampiran 3 Program pendidikan konservasi ketika masih difasilitasi oleh JICA pada Periode 1997 – 2003 (lanjutan) Materi Tujuan No Program Metode Media
4
Dilaksanakan di bumi perkemahan di wilayah kerja taman nasional (Lebak, Bogor, Sukabumi)
Bekerjasama dengan Wetlands Internasional
Keterangan
24
Sumber : Rachmawati (2000)
anak-anak terhadap alam dan lingkungan
(Nuansa Pagi, Orientasi lapangan/ petualangan di Rimba Halimun, Menyibak Kekayaan Alam TNGHS) 3. Peningkatan Kemampuan Individual dan Kemandirian serta Kerjasama Kelompok (Problem Solving permainan spider web) 4. Kelompok Penunjang/Permainan
1. Kegiatan yang mencairkan suasana, membangkitkan semangat, rasa tertarik serta rasa ingin tahu 2. Kegiatan yang bertujuan untuk memusatkan perhatian peserta pada suatu hal 3. Melakukan kegiatan yang memberikan pengalaman langsung untuk berdekatan dengan alam . 4. Tahap terakhir adalah sharing pengalaman
Lampiran 3 Program pendidikan konservasi ketika masih difasilitasi oleh JICA pada Periode 1997 – 2003 (lanjutan) Materi Tujuan No Program Metode Media
dengan dua kali pelaksanaan dalam setahun.
Keterangan
5
25
Menyebarluaskan pengetahuan dan informasi mengenai kegiatan-kegiatan dan potensi TNGH
Pembuatan materi informasi
4
3
Menyebarluaskan pengetahuan dan informasi mengenai keberadaan dan potensi TNGH Pengembangan Mengembangkan materi program pendidikan konservasi pendidikan dan buku pegangan untuk konservasi fasilitator
Pembuatan brosur/leaflet dan buletin
2
Konservasi sumberdaya hutan dan ekosistemnya, serta potensi dan manfaat hutan, Sejarah/status kawasan,potensi jasa lingkungan (ekowisata),, berbagai kegiatan yang dilakukan TNGHS
Konservasi sumberdaya hutan dan ekosistemnya, serta potensi dan manfaat hutan
Sejarah/status kawasan,potensi jasa lingkungan (ekowisata),
Lampiran 4 Pengembangan Media Pendidikan Konservasi dan Program Pendukung Pengembangan Media Pendidikan Konservasi dan Program Pendukung No Program Tujuan Materi Metode 1 Bantuan paket Mengikutsertakan Potensi keanekaragaman hayati Penyuluhan dan penyuluhan masyarakat untuk turut dan serta pentingnya menjaga sosialisasi serta berperan aktif hutan dalam upaya konservasi sumberdaya alam
6
Modul/buku panduan
Buletin, lealet, brosur
Media
Untuk masyarakat umum
Keterangan
26
6
No 5
Pengembangan Media Pendidikan Konservasi dan Program Pendukung Program Tujuan Materi Metode Lomba foto Memperkenalkan rasa Keindahan dan potensi dan melukis cinta alam lingkungan sumberdaya hutan yang harus alam terhadap masyarakat dilestarikan umum Pameran/expo Menyebarluaskan Sejarah/status kawasan,potensi TNGH dan kegiatan- jasa lingkungan (ekowisata),, kegiatan serta potensi berbagai kegiatan yang yang dimilikinya dilakukan TNGHS
Lampiran 4 Pengembangan Media Pendidikan Konservasi dan Program Pendukung (lanjutan) Keterangan
Stand expo, Mengikuti brosur, expo di tingkat leaflet, kabupaten, poster, alat propinsi dan peraga nasional (patung atau awetan hewan)
Media Alam dan lingkungan
7
27
2
Pengembang an program pendidikan konservasi (visit to school, kemah konservasi yang diintegrasika n ke dalam program school visit)
Metode 1. Diskusi dan sharing dengan tujuan menggali informasi dan permasalahan yang dihadapi para kader konservasi 2. Penyampaian materi tentang konservasi untuk menambah dan menyegarkan pengetahuan para kader konservasi
Meningkatkan Keanekaragaman hayati dan Untuk meningkatkan kesadaran, potensi alam TNGH efektifitas, digunakan prinsip pengetahuan, dan Flow Learning (belajar keterampilan dari mengalir) melalui 4 tahap : generasi muda Kegiatan yang mencairkan terutama siswa suasana, kegiatan yang sekolah, dan bertujuan untuk memusatkan mengembangkan perhatian peserta pada suatu materi pendidikan hal, melakukan kegiatan yang konservasi serta memberikan pengalaman buku pegangan langsung untuk berdekatan bagi fasilitator. dengan alam, dan tahap terakhir adalah sharing pengalaman
Lampiran 5 Program pendidikan konservasi Periode 2003 - 2013 No Program Tujuan Materi 1 Pembentukan Meningkatkan 1. Potensi alam TNGH dan dan pengetahuan, pemanfaatannya pembinaan wawasan serta 2. Keanekaragaman hayati kader bertukar TNGH dan pemanfaatannya konservasi informasi tentang peran serta para 3. Pengamanan kawasan TNGH dan kader dalam permasalahannya pelestarian sumberdaya alam hayati
8
LCD, materi, film tentang lingkungan
Media LCD,hand out, materi
Pelaksanaan dilakukan terhadap siswa sekitar taman nasional untuk meningkatkan rasa cinta terhadap alam
Keterangan Sasaran terhadap Guru SD, Karang Taruna, perangkat Desa, tokoh masyarakat
28 28
Program Model Kampung Konservasi (MKK)
Program Adopsi Pohon
No 3
4
Materi Metode Keanekaragaman hayati dan Diskusi, sharing dan pelatihan Potensi alam TNGH, untuk meningkatkan keterampilan persemaian dan keterampilan anggota MKK mengelola hewan ternak
Media Alam dan lingkungan . materi penyuluhan
Mengikutsertakan Membangun usaha mata Melakukan pembinaan habitat Alam dan masyarakat umum pencaharian baru masyarakat (penghijauan kembali) lingkungan dalam upaya sekitar kawasan TNGHS, serta kawasan terdeforestasi TNGHS melakukan kampanye/sosialisasi nasional kesadaran cinta lingkungan (tanam dan pelihara pohon) serta go green bagi masyarakat umum dan perusahaan
Tujuan Program kolaboratif Menuju pengelolaan taman nasional mandiri
Bekerjasama dengan konsorsium Gedepahala. Terdapat sebanyak 13 adopter yang telah membantu kegiatan program adopsi pohon
Keterangan Dilaksanakan di kabupaten Lebak, Bogor dan Sukabumi. Berawal dari 3 site (Cimapag, Cisalimar dan Sukagalih) saat ini telah terbentuk 29 site MKK di sekitar kawasan TNGHS
9
29
No Program 5 Program pendidikan konservasi di Suaka Elang Loji
Tujuan Materi Metode Media Mengikutsertakan Pentingnya menjaga salah Diskusi, FGD, sharing Poster, film, masyarakat untuk turut satu spesies kunci TNGHS dan pemutaran film LCD, materi serta berperan aktif yaitu Elang Jawa dalam upaya konservasi sumberdaya alam. Mendukung upaya TNGHS dalam mengkonservasi spesies raptor terancam punah seperti Elang Jawa dan raptor lainnya.
Lampiran 5 Program pendidikan konservasi Periode 2003 – 2013 (lanjutan)
10
Keterangan Terlaksananya kegiatan pelatihan kader konservasi bagi sispala, mapala dan akademisi
30
31
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Maret 1990 di Negara, Bali, merupakan anak ke-empat dari lima bersaudara, dari pasangan Bapak Shalihin Asy’ari BA (Alm) dan Ibu Maida. Jenjang pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu SDN 5 Baler-Bale Agung (1996-2002), SMPN 3 Negara (2002-2005), dan MAN Model Negara (2005-2008). Penulis mendapatkan beasiswa dari Kementerian Agama melalui Program Beasiswa Santri Berprestasi dan melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata pada tahun 2008. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis juga aktif mengikuti sejumlah organisasi kemahasiswaan baik internal maupun eksternal kampus. Organisasi internal kampus yang diikuti penulis yaitu sebagai staf Pengembangan Sumberdaya Daya Manusia Ikatan Keluarga Muslim TPB (2008-2009), Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) sebagai staf Biro Sosial Lingkungan dan menjadi Ketua Kampus Biodiversitas pada tahun 2011, anggota Kelompok Pemerhati Ekowisata (KPE) dan Fotografi Konservasi (FOKA). Organisasi eksternal yang penulis ikuti yaitu Community of Santri Scholars of Ministry of Religious Affairs (CSS MoRA) IPB sebagai staf divisi Infokom (2009-2010) dan Kepala Divisi Sosial Lingkungan (2010-2011). Pada tahun 2011 penulis meraih juara 1 Lomba Cipta Lagu Kehutanan Forester Cup. Penulis telah mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) jalur Cilacap – Baturaden (2010), Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (2011), dan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Laiwangi – Wanggameti Sumba Timur Nusa Tenggara Timur (2012). Kegiatan ekspedisi yang pernah penulis ikuti yaitu Eksplorasi Flora Fauna Indonesia (RAFFLESIA) di Cagar Alam Burangrang (2010) dan Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Gunung Kerinci Seblat Jambi (2011). Penulis merupakan asisten mata kuliah Rekreasi Alam dan Ekowisata, Pendidikan Konservasi, dan Interpretasi Alam (2012-2013). Penulis menyusun karya ilmiah yang berjudul “Pelaksanaan dan Capaian Pendidikan Konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak” dibawah bimbingan Resti Meilani, S.Hut, M.Si dan Dr. Ir. Burhanuddin Masy’ud, MS.
