kita berusaha menghubungi rombongan lainya”. Setelah berfikir demikian, ia lantas tertawa dan maju dua tindak serta berkata sembari memberi hormat : Tidak njana Tjianpwee adalah pemilik Golok Maut yang namanya sangat terkenal itu. kita berempat oleh karena tidak tahu, maka telah berlaku kurang hormat, harap Tjianpwee memberi maaf”. Tiga orang tua yang lainya sudah mengerti maksud pimpinannya itu, maka semuanya lantas memberi hormat dengan serentak. orang tua berambut putih berlengan sebelah yang mengaku pemilik Golok Maut itu lalu berkata : …Kalian tidak usah takut. Aku si orang tua belum perlu mengambil jiwa kalian. Tetapi kalian harus dengan sejujurnya menjawab setiap pertanyaanku, baru aku nanti akan membiarakan kalian melanjutkan perjalaan kalian. Jikalau tidak …..hm….” Matanya yang tanjam mengawasi si orang she Gouw yang menjadi pemimipin tiga orang itu. …Tjianpwee ingin menanyakan apa ? Tanya orang tua itu. sambil tundukan kepala. Asal aku yang rendah tau sudah tentu aku akan menjawab dengan sejujurnya”. …Hmmm, kau sungguh jujur. Soal ini mudah sekali, justru adalah kau sendiri yang mengatakan”. …Aku sendiri yang mengatakan ?” …Benar. Kalian berempat, siapa yang memerintahkan mencari jejak diriku ? dan apa maksudnya ? berdasarkan apakah kau dapat memastikan kalau aku si orang tua bukan pangtju dari Kam-lo-pang sendiri ?” Orang tua she Gouw itu kaget bukan main. Dia tidak menyangka karena ingin membanggakan diri telah mengucapkan perkataan yang sombong dan akhirnya karena perkataanya itu pula membuat dirinya terlibat dalam kesukaran hebat. Rupanya orang tua yang menakutkan yang berdiri dihadapannya ini, mungkin sudah sejak tadi mengintai dibelakangnya, sebab jika tidak begitu, bagaimana ia bisa mengetahui dengan jelas ? empat orang tua itu yang mendapat perintah untuk mencari orang, sebaliknya sudah diketahui segala tindak-tanduknya oleh orang yang sedang dicarinya itu, ini benarbenar membuat meraka tidak enak sekali. Untuk sesaat lamanya orang tua she Gouw itu diam-diam membisu. Tidak mampu menjawab, sebab pemilik Golok Maut itu sudah mengatakan dengan jelas, maka jika ia ingin memungkirinya, sudah tentu tidak bisa lagi.
Pemilik Golok Maut itu kelihatan badannya bergerak, lalu berkata pula dengan suara yang menyeramkan : …Malam ini, jikalau kau tidak menjelaskan persoalanya kepadaku kalian berempat jangan pikir bisa berlalu dari sini dalam keadaan masih bernyawa. Huhh, huhh….sungguh tidak kusangka perkumpulan Im-mo-kao yang namanya begitu terkenal ternyata mempunyai orang-orang yang seperti gentong nasi”. Ucapan itu mengandung ejekan yang sangat tajam. Keempat orang tua itu seketika itu pada berubah wajahnya, tetapi karena merasa takut oleh pengaruhnya Golok Maut, terpaksa mereka menahan perasaan gusarnya. …Kau sebetulnya mau menjawab pertanyaanku atau tidak?” Tanya pula pemilik Golok Maut. Soal ini ada diluar batas kemampuan kami, maka sangat menyesal kami tidak dapat menjawab.” Demikian jawab si orang tua she Gouw. …Hhhh, hhh, …..kau tidak mau menjawab pertanyaanku ? jangan sesalkan kalau aku siorang tua turun tangan terlalu kejam. Sekarang aku hendak menghitung angka dari satu sampai sepuluh, kalau belum mendapat jawaban kalian, terpaksa aku nanti kirimkan kalian berempat menghadap Giam-lo-ong” Orang tua yang mengaku dirinya sebagai pemilik Golok Maut itu lantas mulai menghitung. …satu…” Empat orang tua dari Im-mo-kao itu biasanya pada menganggap dirinya sendiri sebagai orang-orang kuat dan sekarang telah dipermainkan oleh orang tua yang mengaku dirinya sebagai pemilik golik mau itu, sudah dengan sendirinya tidak enak sekali perasaan mereka. Untuk sekian lamanya mereka berdiri saling pandang, tidak tau apa yang harus dilakukan. …dua !” …Tiga !” terdengar suaranya pemilik Golok Maut. Suasana semakin menegang. …empat !” Setiap kali menyebutkan angka-angkanya, seolah-olah palu besar yang mengetuk hatinya keempat orang tua itu. Jikalau angka-angka itu dihitung sampai sepuluh dan masih belum mendapat jawaban, dengan tidak ragu-ragu lagi pemilik Golok Maut itu akan mengambil jiwa empat orang utusan Im-mo-kao itu. …Lima.
Bilangan lima ini baru keluar dari mulutnya pemilik Golok Maut, si orang tua she Gouw agaknya terpaksa mengambil keputusan hebat dengan tidak disangka-sangka ia lalu turun tangan menerjang pemilik Golok Maut. Tiga orang tua yang lainya juga lantas bergerak dengan serentak, masing-masing melancarkan serangannya yang hebat. Keemapat orang tua itu mempunyai kepandaian cukup tinggi. Hanya karena pengaruhnya Golok Maut, maka sejak tadi mereka mengunjukan sikap penakut. Tetapi kali ini karena sudah berlaku nekad, maka serangan yang dilancarkan oleh keempat orang itu yang hampir berbareng sesungguhnyaq sangat dahsyat ! …Kalian mencari mampus !” pemilik Golok Maut membentak, lalu memutar tangannya yang tinggal sebelah itu darimana meluncurkan suatu kekuatan tenaga yang maha hebat menyambuti serangan keempat orang tua tersebut. Setelah kekuatan tenaga dari kedua belah pihak saling beradu, tanah dan pasir saling beterbangan. Kekuatan tenaga itu menimbulkan gumpalan aingin yang hebat. Pemilik Golok Maut masih tetap berdiri dengan tegak, tetapi keempat orang tua itu sudah dibikin terpental terhujung-hujung dan mundur sampai lima tindak jauhnya. …Enam !” Pemilik Golok Maut itu melanjutkan hitungannya, seolah-olah tidak pernah ada kejadian apa-apa. Orang tua she Gouw lalu memberi isyarat dengan matanya kepada tiga kawannya. Tiga orang tua itu lalu maju bebarengan dan terus menerjang pemilik Golok Maut dengan caranya yang seperti orang kalap.
XXI PEMILIK Golok Maut itu kakinya tidak bergeming sedikitpun juga hanya badannya yang keliahatan bergerak-gerak. Dengan caranya yang indah sekali ia dapat mengelakan setiap serangan yang dilancarkan oleh orang tua tadi, kemudian dari tangannya yang hanya tinggal sebelah lagi itu saja, keluarlah angin serangan dengan mengguanakan tujuh bagian dari selutuh kekeuatannya secara tibatiba. Suara jeritan terdengar salin susul memecahkan suasana Kesunyian malam ditempat yang gelap gulita itu dan dari mulutnya ketiga dari orang tua tadi menyemburkan darah segar, badan mereka juga terpental sejauh tiga tumbak lebih dan lantas tidak bisa bangun lagi untuk selamanya. Bertepatan saat rubuhnya tiga orang, diangkasa yang gelap terlihat meluncurnya sinar merah yang agaknya menembusi langit. Ternyata selagi tiga orang kawannya bertempur melayani pemilik Golok Maut itu, orang tua she Gouw itu menggunakan kesempatan dengan sebaik-baiknya. Ia telah meluncurkan api pertandaan dari perkumpulan Im-mo-kao yang dilepasnya karena dalam keadaan sangat berbahaya. Pertandaan Im-mo-kao yang berupa panah api itu ada tiga macam, yang masing-masing berwarna biru, putih dan merah. Warna biru sebagai tanda minta bantuan biasa, warna putih sebagai tanda berkumpul secara kilat dan yang merah warnanya sebagai tanda minta bantuan yang sangat mendesak. Api pertandaan itu jikalau tidak menjumpai kejadian penting atau jika tidak menemukan bencana besar sekali tidak boleh dilepaskan, sebab dengan dilepaskannya api warna merah itu, seperti juga Kauwtju (kepala agama) sendiri yang sedang mengeluarkan perintah. Orang Im-mo-kaoyg dapat melihat api pertandaan itu disekitar tempat dilepasnya api pertandaan itu, tidak peduli sedang melakukan apapun juga, pekerjaan itu harus ditinggalkan dan orannya harus segera menuju ketempat tersebut untuk memberikan bantuannya. Pemilik Golok Maut dengan acuh tak acuh mengawasi api permintaan bantuan itu mulutnya sudah mencapkan angka sembilan. Si orang tua she Gouw setelah mengetahui bahwa dirinya sendiri akan terhindar dari kematian, dengan tidak menantikan sampai angka ‘sepuluh’ keluar dari mulutna pemilik Golok Maut, Badannya sudah melesat tinggi keatas, dengan suara gusar ia lantas membentak :
…Meskipun aku binasa dalam tanganmu, tetapi malam ini kau juga tidak akan bisa meninggalkan tempat ini !” setelah mengucapkan perkataan itu, orangnya lantas menerjang pada pemilik Golok Maut. Pemilik Golok Maut yang mulutnya sudah mengucapkan angka ‘sepuluh’ dari tangannya yang Cuma sebelah itu lantas keluar serangan yang maha hebat. Dengan demikian, sebelum orang tua itu mengeluarkan serangannya, angin serangannya yang keluar dari tangannya pemilik Golok Maut dirasakan sudah menindih dadanya sangat hebat. Baru saja ia hendak berseru ‘celaka’ sekujur badannya sudah dirasakan seperti tersambar geledek. Suara jeritan Cuma keluar separuh saja dari mulutnya, darah segar sudah menyembur keluar dan isi perutnya hancur sehingga nyawanya melayang seketika itu juga. …Tuan sungguh kejam !” demikian satu suara terdengar keluar dari tempat sejauh kira-kira tiga tumbak dari tempat berdirinya pemilik Golok Maut . Pemilik Golok Maut terkejut. Ia menoleh kearah datangnya suara tadi, disana terlihat sesosok tubuh orang orang dengan tenang. Kejadian serupa itu sesungguhnya merupakan keajadian yang jangal. Pemilik Golok Maut yang mempunyai kepandaian yang susah dijajaki tingginya ternyata masih belum mengetahui kalau didekatnya, bahkan hanya tiga tumbak saja dari tempat berdirinya, ada orang yang menyaksikan segala sepak terjangnya dengan leluasa. Orang itu dengan tenang berjalan menghampiri pemilik Golok Maut samapai kira-kira satu tumbak, sehingga kedua orang itu hanya terpisah kira-kira dua tumbak lagi saja. Pemilik Golok Maut itu setelah dapat dengan melihat dengan tegas wajahnya orang yang datang menghampiri adalah orang berkedok kain merah, yang ditakuti oleh setiap orang rimba persilatan, bukan alang kepalang kagetnya, badannya kelihatan agak gemetar. Pada saat itu dari sana-sini mendadak terdengar suara gaduh yang ramai. Suara itu ada yang bernada rendah dan ada pula yang bernada tinggi nyaring. Dari riuhnya suara-suara itu dapatlah dibayangkan berapa banyaknya orang-orang yang datang ketempat itu yang tentunya tidak sedikit, bahkan juga dapat diduga datannya orang-orang itu ternyata dari pelbagai penjuru. Setelah mengawasi wajahnya si pemilik Golok Maut sejenak orang berkedok merah itu tiba-tiba berkata : …Tuan harus berhati-hati dalam menghadapi mereka. Selamat berpisah dan sampai
bertemu kembali.” Sehabis berkata begitu. Sekali bergerak orangnya telah menghilang. Perkataan orang yang berkedok kain merah itu entah sebagai tanda perhatiannya terhadap dirinya pemilik Golok Maut ataukah masih mengandung maksud lain yang tersembunyi sekarang masih belum dapat dipastikan. Pemilik Golok Maut itu merasa terheran-heran. Lama ia berdiri membisu. Bertepatan pada saat menghilangnya orang berkedok kain merah itu, tiga sosok bayangan seolah-olah meluncurnya bintang dari langit terus turun ketempat didekat berdirinya pemilik Golok Maut. Tiga sosok bayangan yang baru muncul itu ternyata adalah dua orang tua dan satu anak muda yang menggunakan pakaian anak sekolahan. Sesampainya mereka ditempat itu, ketiganya lantas mengeluarkan suara terheran-heran. Kedua orang tua itu usianya sudah limapuluh tahun lebih. Wajahnya tirus hidungnya bengkung. Kalau bukan karena badan mereka yang seorang tinggi dan yang lainnya pendek. Tentunya sukar bagi orang lain membedakan wajah yang mirip satu dengan lainnya seperti pinang dibelah dua. Yang seorang lagi, seorang anak muda yang menggunakan pakaian seperti anak sekolahan, usianya baru kira tiga puluh tahun. Bajunya panjang, kepalanya memakai kopiah yang sering di pakai oleh anak-anak sekolah pada umumnya. Dipinggang sebelah agak kebelakang terlihat sebutir mutiara berwarna merah sebesar mata naga, perhiasan macam itu tampak mencolok mata. Ketiga orang itu setelah mengawasi empat bangkai manusia yang mengeletak di tanah sekitarnya, matanya lalu dialihkan ke wajah pemilik Golok Maut. Setelah mengawasi dengann seksama, wajah mereka tampak berubah seketika. Pemilik Golok Maut masih tetap membisu dan tidak bergerak. Dengan sorot matanya yang tajam dingin ia mengawasi tiga orang itu bergantian. Pada saat-saat lain dengan beruntun ditempat itu kembali muncul sepuluh lebih bayangan orang. Mereka semuanya merupakan orang-orang lelaki, badannya tegap-tegap dandanan mereka semua ringkas seragam. Setelah mereka berdiri tegak, semuanya lantas membungkukan badan memberi hormat pada tiga orang yang muncul lebih dulu disitu, kemudian memencarkan diri pula dan berdiri dibelakang ketiga orang tersebut. Laki-laki yang berdandan sebagai anak sekolahan tadi maju tiga tindak sambil kerutkan alisnya dan
sambil menunjuk kearah bangkai manusi ditanah ia menanya kepada pemilik Golok Maut : …Apakah ini semua akibat perbuatan tuan ?” …Ng.” …Apakah nama tuan yang mulia ?” …Pemilik Golok Maut.” Jawaban yang singkat itu telah membuat kaget semua orang yang berdiri di temapt itu. Si pemuda pelajar setelah merasa kesima sejenak lantas ketawa terbahak-bahak kemudian berkata : …Selamat berjumpa, selamat berjumpa. Aku yang rendah adalah Tiantju bagian hukum dari Im-mokao. Namaku Kong Djie Jang yang mendapatkan gelar “Pedang Berdarah” diluaran.” Setelah memperkenalkan dirinya, ia menunjuk kearah dua orang tua dibelakangnya. Mula-mula ia menunjuk orang tua yang badannya tinggi : …saudara ini adalah Tongtju bagian penyelidik namanya Lo Tju Tan jang mempunyai gelar “Garuda Mas Bersayap Besi” dan saudara itu, ia menunjuk orang tua yang pendek badannya : …Adalah Tjongtju bagian pelindung. Namanya Kong-sun pa yang bergelar “Iblis Terbang”. Pemilik Golok Maut hanya hanya keluarkan suara dihidung, sama sekali ia tidak menunjukan reaksi apa-apa terhadap perkataan orang. Pemuda pelajar yang menyebut dirinya Kong Djie itu kembali berkata sambil tertawa : …Kami sekalian telah mendapat perintah dari Kauwtju untuk menyambut kedatangan tuan keprkumpulan kami.” …Lohu belum pernah bertemu muka dengan kauwtju kalian. Apa maksudnya perlakuan semacam ini ?” menanya pemilik Golok Maut dengan suara yang dingin : …Hanya disebabkan karena tertarik oleh kepandaian tuan yang sangat tinggi, lain tidak.” …Hmmm ucapanmu kedengarannya sangat muluk. Sayang tindakanmu sangat kasar.” …Aku yang rendah bicara dari hal sebenarnya. Juga dengan sejujurnya. Tidak mengerti apa yang tuan maksudkan dengan ‘tindakan kasar ’ itu?” …Bolehkah tuan beritahukan dulu nama besar kauwtjumu itu ?” …Ng Tentang itu nanti tuan pasti akan mengetahuinya sendiri.” …Lohu tidak mempunyai kegembiraan semacam itu.”
…Tapi kami ada membawa perintah Kauwtju yang harus mengundang tuan untuk datang keperkumpulan kami !” …Dengan hanya mengandalkan kekuatan beberapa segelintir manusia seperti kalian ini.apa kalian kira bisa memaksa aku si orang tua menurut kehendak kalian ?” Kong-sun pa jang sejak tadi berdiri disamping tidak turut bicara, lantas nyelatuk sambil perdengarkan suara ketawanya yang aneh : …Kong Tiantju kalau terhadap seorang tetamu yang menyaru nama orang lain saja kita tidak mampu mengundang. Bukankah itu merupakan sebuah lelucon yang besar, yang membuat tertawaan para saudara didunia Kang-ouw ?” Pemilik Golok Maut tergerak hatinya, selagi hendak membuka mulut….sudah didahului oleh Tongtju bagian penyelidik Lo Thu Tan : …Aku tidak percaya ada keganjilan semacam ini !” …Tidak percaya boleh coba, 4 orang yang mengeletak ditanah itu contohnya !” kata pemilik Golok Maut tenang. Begitu keluar jawaban si pemilik Golok Maut itu sepuluh orang lebih yang berada disitu dengan serentak perdengarkan suara gempar, agaknya sudah marah besar. Suasana dengan cepat berubah menjadi tegang. Tiantju bagian hukum, Kong Djie lantas berkata sambil ketawa dingin : …sebaiknya tuan pikir masak-masak dulu kalau tidak….. …kalau tidak bagaimana ?” …Heh..Heh! barangkali ada sedikit tidak enak akibatnya !” Pemilik Golok Maut agaknya sudah mulai gusar sepasang matanya memancarkan sinar aneh. Ia berkata dengan suara keras : …Lohu sebaiknya tidak takut segala akibatnya !” Benarkah tuan tidak mau jalan bersama-sama kita ?” …Jangan kata mau atau tidak mau, lohu memang tidak suka pergi bagaimana ?” …Barangkali tuan tidak dapat menuruti kehendak sendiri ?”
…Omong kosong!” Kalau begitu terpaksa kami sekalian berlaku tidak patut terhadap tuan !” Baru selesai ucapan mereka, dengan cepat melancarkan serangannya pedang secara beruntun sampai 3 kali. Gerakan itu dilakuakan cepat luar biasa. Serangannya juga aneh. Pemilik Golok Maut agak terkejut dengan gesit egoskan dirinya, menghindarkan 3 serangan pedang itu. lalu membalas menyerang dengan tangan kosong. Serangan itu gunakan 7 bagian , tapi sudah cukup hebat dan sangat menakutkan. Si ‘Pedang Berdarah’ Kong Djie miringkan badannya kaki kirinya digeser kebelakang dan pedang ditangannya diputar secara aneh sekali. Hingga kekuatan serangan si pemilik Golok Maut yang sangat dahsyat itu tidak dibikin punah. Setelah itu kembali secara cepat luar biasa ia melancarkan 6 kali serangannya. Pemilik Golok Maut yang mendapat kenyataan bahwa pemuda pelajar ini ternyata bisa memusnahkan serangannya yang ia lancarkan dengan menggunakan sampai 7 bagian diam-diam juga merasa kaget. Sedang pedang panjang lawannya saat itu sudah melakukan serangan bertubi-tubi, sinar pedangnya seolah-olah meluncur dari pelbagai penjuru dan mengarah sekitar jalan darah bagian tubuhnya. Dalam gusarnya, ia putar tangannya yang cuma tinggal sebelah kemudian mendorong dengan menggunakan kekuatan tenaga dalam 10 bagian penuh, untuk menyambuti serangan lawan. Kong Djie hanya merasakan bahwa kekuatan tenaga dalam lawannya itu ada demikian hebatnya. Bahkan sambaran anginnya ada begitu aneh merupakan suatu kekuatan yang ia belum pernah menyaksikan, pedang ditangannya sampai tidak berdaya bergerak dalam kagetnya ia buruburu lompat mundur samapi 8 kaki jauhnya. Untuk ia sangat cerdik dan keburu menyingkir, kalau tidak pasti terluka badannya oleh karena serangan tersebut. Berbarengan pada saat Kong Djie lompat menyingkir dan pemilik Golok Maut belum menarik kembali serangannya, tiba-tiba dua kekuatan yang sangat hebat telah menggempur kepala pemilik Golok Maut dari arah kanan dan kiri. Ternyata Lo Tju Tan dan Kong-sun pa telah berlaku licik dan hendak menarik keuntungan selagi pihak lawannya repot menghadapi kawannya, dengan cepat sudah lompat melesat tinggi keatas seolah-olah dua ekor burung garuda, mereka menggempur dari kanan dan kiri.
Mereka berdua merupakan ahli-ahli dalam melakukan serangan dari atas, dengan kepandaiannya serupa itu mereka mendapat nama dikalangan Kang-ouw, sehingga mendapatkan gelarnya ‘Burung Garuda Bersayap Besi’ dan ‘Iblis Terbang’. Satu saja diantara mereka sudah cukup untuk menghadapi orang kuat kelas satu dalam dunia Kang-ouw, apalagi berdua turun tangan bareng. Dapat dibayangkan betapa hebatnyaserangan tersebut. Nampaknya pemilik Golok Maut sudah tiada berdaya untuk menyingkirkan serangan tersebut, mendadak terjadi satu kegaiban…. Tepat pada saat kedua kekuatan hebat itu hendak menggempur kepalanya pemilik Golok Maut bisa bertindak dengan gesit, seolah-olah sebatang anak panah. Ia melesat tinggi keangkasa ditengah-tengah antara kedua kekuatan itu. Sebentar lantas terdengar suara gemuruh akibat serangan kedua orang tadi yang menggempur tanah. Sedang pemilik Golok Maut yang melesat tinggi keangkasa kemudian dengan cara terjungkir balik ditengah udara, ia memutar balik tubuhnya, dengan demikian ia berbalik berada diatasnya kedua orang tersebut. Ia lalu ayun tangannya yang Cuma sebelah, kekuatan tenaga dalam yang amat dahsyat lantas mengurung kepala kedua orang tersebut. Lo Tju Tan dan Kong-sun Pa jang biasanya menganggap ilmunya mengentengi tubuh sudah tidak ada tandingannya, sesungguhnya kalau pemilik Golok Maut ini ada jauh lebih hebat ilmunya mengentengi tubuh dari pada mereka. Maka ketika serangan mereka tadi mengunakan temapt kosong mereka lantas tahu kalau gelagat tidak baik. Kedua-duanya lantas melejang turun dengan tergesa-gesa. Yang dilancarkan oleh pemilik Golok Maut. Namun demikian, tidak urung keringat dingin sudah membasahi tubuh mereka. Tubuhnya pemilik Golok Maut juga sudah melayang turun ketanah. Orang-orangnya Im-mo-kaoyg menyaksikan pertempuran itu semua pada kesima. Tepat pada saat tubuhnya pemilik Golok Maut tiba ditanah ujung pedangnya Kong Djie sudah datang menyerang lagi. Serangannya itu bahkan ada demikian hebatnya, sekejap saja sudah melancarkan 13 kali serangan. Matanya pemilik Golok Maut nampak sangat beringas ia ayun tangannya untuk menahan serangan
pedang lawannya, kemudian kemudian balas menyerang 3 kali. Serangan itu ternyata ada demikian hebat. Hingga badannya Kong Djie sampai terhujung-hujung. Sebentar kemudian sinar pedang dan samberan angin saling mengempur, sehingga tanah dan batu disekitar dua tumbak sampai pada beterbangan. Sembari bertempur, pemilik Golok Maut membentur dengan suara keras : …Kong Djie, kalau kau masih tidak kenal gelagat, jangan sesalkan kalau aku si orang tua berlaku kejam dan ganas !” …Haha ! Tuan tidak usah omong besar. Hari ini kami sekalian telah mendapat perintah untuk mengundang tuan, biar bagaimana harus mendapat perintah untuk mengundang tuan, biar bagamana harus membawa tuan datang keperkumpulan kami ! jawab Kong Djie, serangannya dilakukan semakin gencar. Pemilik Golok Maut ketawa dingin, matanya makin beringas setelah mendesak mundur serangan lawannya. Badannya digeser mundur sedikit, tangannya lalu ditarik dan disodorkan lagi. Dari gerakannya yang aneh itu telah menimbulkan suatu kekuatan tenaga dalam yang laur biasa hebatnya. Sambaran angin yang sangat dahsyat mendadak meluncur keluar dari tangannya. Kong Djie terkejut dengan kekuatan tenaga sepenuhnya ia berdaya hendak menyingkirkan serangan lawannya. Siapa njana pedang ditangannya sudah tidak mampu bergerak diam-diam, ia lantas mengeluh tjelaka !” tapi selagi hendak menarik mundur dirinya ternyata sudah tidak keburu …. Suara hebat telah terdengar,dibarengi suara jeritan ngeri…. Pedang Kong Djie sudah terlepas dari tangannya, badannya terpental satu tumbak lebih jauhnya. Darah segar keluar dari mulutnya. Kedua Tongtju dan anak buahnya Im-mo-kao lainya yang jumlahnya kurang lebih 10 orang. Semuanya merasa kaget. Mereka lantas pada menghapus senjata masing-masing dengan berbareng menyerbu pada pemilik Golok Maut. Pemilik Golok Maut kembali melancarkan serangan tangannya. Kekuatan hebat menggulung orang-orang yang menyerbu padanya karena ia sudah timbul napsunya membunuh. Maka caranya turun tangan juga tidak kepalang tanggung. Serangannya kali ini ada lebih hebat dari pada yang terdahulu. Beberapa kali suara djeritan ngeri telah terdengar, 4 orang yang menjadi sasaran pertama, badannya
telah terpental terbang keudara, mulut mereka pada menyemburkan darah hidup, kemudian badan mereka jatuh ketempat sejauh kira 3 tumbak dan lantas melayang jiwanya. Yang lainya pada ketakutan setengah mati, maka serangannya dengan sendirinya lantas menjadi kendor. Pemilik Golok Maut lalu ulur tangannya dari dalam badjunya ia mengeluarkan senjatanya. Senjata aneh yang berkilauan sudah berada dalam tangannya. …Golok Maut !” Suara seruan kaget telah terdengar riuh, orang-orang itu dengan tanpa sadar pada mundur dua tindak. Senjata aneh itu begitu muncul, suatu tanda akan terjadi pembunuhan hebat dan mengerikan. Pada saat itu, hawa malam disarankan lebih dingin. Lebih jauh sudah terdengar suara ayam berkokok. Langit disebelah timur sudah kelihatan sudah memancarkan sinar kuning, hari sudah akan menjelang pagi. Tetapi di jalanan raya dekat rimba lebat itu akan terjadi pembunuhan besar-besaran. Lo Tju Tan dan Kong-sun pa jang sebagai Tongtju dari Im-mo-kao dihadapannya para anak buah Immo-kao sudah tentu tidak boleh menunjukan perasaan takutnya. Meskipun mereka sudah mengetahui kalau mereka tidak akan mampu menandingi, juga terpaksa harus bertindak secara nekad apalagi saat itu yang menjadi korban sudah ada tujuh orang banyaknya. Maka kedua-duanya lantas maju menghampiri pemilik Golok Maut. Pemilik Golok Maut terus memasang matanya yang bersinar tajam. Menatap wajahnya kedua orang tersebut. Kemudian ia berkata dengan suara dingin : …kalian berdua jika masih ingin mundur dalam keadaan utuh jawablah pertanyan Lohu.” …Coba tuan sebutkan,” jawaban Lo Tju Tan sambil ketawa nyengir. …Apa sebabnya perkumpulan kalian mengejar aku dan paksa aku mengunjungi perkumpulan kalian ?” …Kami hanya berbuat sekedar menurut perintah. Maaf kami tidak dapat memberitahukan apa sebabnya.” …Benarkah kalian tidak mau menjawab ?” Pemilik Golok Maut maju tiga tindak, sehingga kedua pihak terpisahnya semakin dekat.
Lo Tju Tan wajahnya berubah seketika. Kong-sun pa mendekati dirinya Lo Tju Tan ia telah bersiap sedia jika kedua belah pihak tidak dapatkan kecocokan, ia lantas mau turun tangan. Tujuan anak buah Im-mo-kao yang lainya sambil menghunus senjatanya masing-masing matanya terjutu kepada ketiga orang itu. Suasana makin tegang. Sementara itu Kong Djie jang y gtadinya jatuh kini sudah mengambil kembali pedangnya . ia duduk di suatu tempat tiga tumbak jauhnya untuk mengatur pernapasannya. Kelihatannya ia telah mendapat luka yang tidak ringan. Pemilik Golok Maut membuka mulutnya pula : …Kalian mau menjawab atau tidak ?” Matanya Lo Tju Tan seolah-olah membara, ia menjawab dengan suara keras : …Kalau kita tidak menjawab tuan mau apa ?” …Heh..Heh ! kalian siapapun jangan harap bisa berlalu dari sini dalam keadaan hidup !” Terdengar riuh suaranya orang yang sedang gusar. Kong-sun pa dengan tidak banyak bicara lagi lantas mulai melancarkan serangannya. Serangannya yang dilancarkan itudari sudut yang begitu dekatnya, apa lagi serangannya itu dilakukan secara tiba-tiba dengan kekuatan tenaga sepenuhnya pula, dapatlah dibanyangkan sendiri betapa hebatnya. Pemilik Golok Maut berseru dengan suara gusar : …Kawanan tikus. Kau berani ?” Ia tidak menyingkir dari serangan itu, bahkan mendesak maju ia mengganggap sepi serangan Kong-sun pa yang begitu hebat. Lo Tju Tan juga menggunakan kesampatan tersebut, ia sudah melancarkan serangannya yang hebat. Tetapi selagi ia keluarkan tangannya melancarkan serangannya, tiba-tiba terdengar suara jeritan dan muncratnya darah segar. Ternyata Kong-sun pa sudah binasa dalam keadaan tidak utuh anggota badannya. Dengan kepandaian dan kekuatan seperti seorang Kong-sun pa, ternyata juga tidak berdaya lagi menyingkirkan dirinya lagi dari serangan pemilik Golok Maut, ini sesungguhnya merupakan suatu kejadian yang sangat mengherankan.
Lo Tju Tan yang sudah berpikir bahwa serangannya itu jika mengenakan dengan jitu pada sasarannya, lawannya itu sekalipun tidak binasa juga tentunya akan terluka parah, siapa tahu kenyataanya jauh dari dugaanya. Justru merupakan kebalikannya. Pemilik Golok Maut setelah membereskan jiwanya Kong-sun Pahanya dengan satu jurus serangannya. Yang dilancarkan oleh Lo Tju Tan yang demikian hebatnya, seolah-olah tidak menganggap apa-apa, badannya malah digeser maju menyambuti serangan tersebut. Setelah terdengar suara benturan sangat hebat, Lo Tju Tan telah terbentur oleh kekuatan tenaga yang tidak terlihat yang sudah dilancarkan oleh pemilik Golok Maut sehingga tangannya dirasakan hampir patah : ia mundur terhujung-hujung sampai tiga kali wajahnya memperlihatkan perasaan takut yang tidak terhingga. Sedangkan anak buahnya Im-mo-kao yang tadinya pada memperlihatkan sikapnya yang galak kini telah semunya berdiri gemetaran dengan mulut mereka terbuka lebar. Kekuatan semacam ini mereka sebetulnya belum pernah mendengarnya. Pemilik Golok Maut pada saat itu baru perlahan-lahan menggeser tubuhyna dan berpaling kearah orang-orang itu lalu berkata dengan suara bengis : …Aku si orang tua selamanya harus bertindak menurut perkataan yang sudah kukeluarkan. Apakah kalian mau mencari mati sendiri ?” Setelah mengucapkan perkataannya, badannya bergerak dengan cepat, suara jeritan yang terkutung tampak beterbangan ditengah udara. Sekejapan mata saja, jalan raya itu sudah dibanjiri oleh darahnya manusia dan kutungan angota manusia yang berserakan disana-sini. Semua orang-orangnya Im-mo-kao yang tadinya datang hendak menolong kawannya telah habis binasa dalam keadaan tidak utuh dan berlubang dadanya. Keadaan demikian sesungguhnya sangat mengerikan bagi pemandangan mata. Didalam rimba dipinggir jalanan raya saat itu kelihatan bersembunyi seseorang. Agaknya orang itu sudah dibikin bercekat hatinya oleh sepak terjang dan perbuatan pembunuhan yang sangat kejam itu, sehingga diam-diam ia berkata pada dirinya sendiri. Jikalau dugaanku tidak salah, malaikat elmaut ini benar adanya. Aku terpaksa harus turun tangan sebelum tumbuh sayapnya. Jikalau tidak demikian, rimba prsilatan tidak akan aman. Bertepatan pada saat itu, Kong Djie jang tadinja sedang. berduduk untak memulihknn kekutannya, sudah berdiri dengan perahan-lahan. Setelah memperlihatkan ketawanya yang menyeramkan, oranganya lantas bergerak dengan perlahan, menghampiri permilik golok Maut. Diantara sepulub orang lebih dart Im-mo-kao, dia merupakan satu-satunya orang yang belum binasa.
Pemulik Golok Maut sambil menenteng golok mautnua matanya rnasih kelihatan beringas mengawasi Kong Djie yang perlahan-lahan menghampiri dirinja. Terpisah kira-kira beberapa kaki jauhnya Kong Djie menghentikan tindakan, kaki nya. Ia mengawasi bangkai-bangkai kawan-kawannya yang berserakan ditanab dalam keadaan tidak utuh, kemudian berkata dengan suara bengis : …Perbuatan tuan sebetulnya terlalu kejam.” …Heh, heh, kau juga tidak akan terhindar.” …Ha, ha, ha Tuan sesungguhnya terlalu tidak memandang mata pada aku siorang she Kong. Hari ini kalau aku tidak bisa mengundang tuan datang keperkumpulan kami, aku yang rendab terpaksa akan membawa pulang bangkai tuan untuk memenuhi tugasku.” Pemilik Golok Maut itu tertawa berge1ak-gelak, kemudian berkata: …Kong Djie, kau sedang mengimpi diwaktu tengah hari. Aku lihat kau agaknya ada sedikit sinting.” Si ‘Pedang berdarah’ Kong Djie yang mempunyai kedudukan sebagai Tiantju bagian hukum dalam perkumpulan Im-mo-kao, sudah barang tentu bukannya sebangsa orang sembarangan. Barusan ia telah dibikin terluka oleh lawannya itu disebabkan karena agak sedikit Ialai. Yaitu ia sudah salah menaksir kekuatan pihak lawaunya. Dan sekarang Ia sudab merencanakan suatu rencana keji dalam hatinya. Sudah tentu pula. lain lagi keadaanya.maka Ia lantas rnenjawab sambil ketawa dingin : …Kepandaian tuan ternyata Iebih tinggi daripada kepandaiannya pemilik Golok Maut yang asli yang menggetarkan rimba persilatan pada beberapa bulan berselang. Tetapi perlu apa ia menyaru namanya orang melakukan keganasan ini ?” Pemilik Golok Maut agak terperanjat dibuatnya, dengan tida berasa ia bergerak mundur satu tindak. Ucapan siorang she Kong tadi membikin ia terkejut terheran-heran, tetapi setelah pikirannya tenang kembali, ia lantas berkata dengan suara dingin : …Orang she Kong, tidak perduli tulen atau palsu, biar bagaimana kau toch sudah ditakdirkan akan binasa dalam tanganku.” Pemilik Golok Maut itu meskipun mulutnya sedang bicara tetapi dalam kalam hatinya rnasih belum habis mengerti. Biar bagaimana juga ia tidak dapat memikirkan apa sebabnya Kauwtju dan Im-mo-kao harus mengeluarkan perintah untuk mengejar dirinya, bahkan dapat pula memastikan kalau dia adalah orang yang menyaru sebagai Golok Maut. ini benar-benar merupakan suatu keanehan. Mendadak Kong Djie berseru dengan suara bengis : …Hari ini aku mau tahu, siapa sebetulnya yang akan mati dan siapa yang akan hidup.”
Sehabisnya berkata begitu pedang ditangannyn dilonjorkan agak miring, ujung pedang lurus kedepan. Mutiara merah yang tenghiasi gagangnyn pedang tiba-tiba kelihatan memancarkan sinar merah yang menyusuri gagangnya pedang. Sebentar aja seluruh awak pedang sudah berubah mendjadi merah warnanya serta menyiarkan bau aneh. Pemihik Golok Maut terperanjat. Kelihatannya ini adalah ilmu Kong Djie sehingga ia mendapatkan gelarnya ‘Pedang berdarah’. Sewaktu pemilik Golok Maut itu sedang bernapas, bau yang sangat harum dan aneh itu telah tersedot tidak sedikit. Seketika itu matanya, dirasakan berkunang-kunang dan kepalanya pusing. Kakinya dan tangannya dirasakan dirasakan lemas dengan mendadak. Sehingga ia mengetahui gelagat tidak menguntungkan dirinya. Tetapi belum lagi lenyap pikirannya itu, pedang ditangannja Kong Djie sudah digerakkan dan tibatiba menjadi Iebih pandjang tiga kaki. Bau harum dan agak amis semakin tersiar luas, maka lantas berkata sambil ketawa cengar-cengir : Pemihik Golok Maut, hari ini aku suruh kau merasakan Bagaimana rasanya pedang berdarahku ini.” Belum habis ucapannya dan ujung pedang sudah menyemburkan hawa merah membara yang sangat hebat kelihatannya, hawa itu terus menyemburkan kearah tubuhnya pemilik Golok Maut. Pemijik Golok Maut hatinya terguncang hebat, dengan cepat oangnya bengerak kesamping sejauh tiga tindak. Kong Djie lantas memutar pedang ditanganya, sehingga hawa merah kelitan berputaran sambil menyiarkan bau harum tercampur amis seolah-olah gumpalan jaring merah rnengurung diri lawannya. Pada masa-masa yang lain, orang-orang rimba persilatan yang bisa terlolos dari serangan pedang berdarah ini jumlahnya tidak seberapa. Pemilik Golok Maut dalam keadaan kagetnya mendadak mengeluarkan serangan Golok Mautnya yang sangat luar biasa itu. Serangannja itu dilakukan cepat laksana kilat. Kong Djie orangnya sangat cerdik. Ketika ia melihat bahwa hawa merah yang keluar dari pedangnya ternyata tidak bisa merubuhkan diri lawannya, diam-diam la sudah siap siaga untuk naghadapai segala kemungkinan. Maka ketika melihat badan lawannyaa itu bergerak. Ia tidak menantikan sampai lawan turun tangan sudah menarik kembali pedangnja dan lompat mundur lima kaki jauhnya sehingga dapat terhindar dai bahaya maut. Sebetulnya pada saat itu pemilik Golok Maut sudah di bikin mabuk oleh hawa pedangnya Kong Djie tadi, cuma karena kekuatan tenaga dalamnya yang sangat hebat in masih bisa bertahan bahkan masih
mampu pula melancarkan serangannya yang maha hebat. Tetapi kalau serangannya itu dibandingkan dengan keadaan biasanya, sudah dengan sendirinya jauh berkurang banyak kekuatannya. jikalau tidak demikian, sekalipun Kong Djie sudah mengetahui dari siang-siang juga tidak akan terhindar dari kematian. Sebaliknya bagi dirinya pemilik Gobok Maut, setelah Ia melancarkan serangannya, rasa mabuknya dirasakan semakin hebat sehingga sudah hampir saja orangaya rubuh. Kong Djie jang melihat keadaan lawannya demikian rupa lantas ketawa bergelak-gelak. Ia menggeser maju kedua kakinya, pedang merah ditangannya kembali melancarkan serangannja. Kali ini serangannya ini ditujukan keatas jalan darah didepan dada lawannya. Pemilik Golok Maut meskipun sudah berada dalam keadaan setengah mati, tetapi kekuatan tenaganya masih tidak boleh dianggap remeh. Ia coba menenangkan pikirannya sedapat mungkin, kembali me1ancarkan seranganya dengan Golok Mautnya. ‘Sreeet! suaranja yang nyring terdengar, kedua lengan bajunya Kong Djie yang lebar telah terbeset dan terdapat lubang besar dari ujung golok, sehingga Kong Djie merasa kaget dan ketakutan. ia cepatcepat menyinkirkan diri. Tetapi pemilik Golok Maut karena hawa racun dari pedangnya Kong Djie tadi sudah masuk terlalu banyak, maka ia tidak mampu mempertahankan dirinya lagi dan lantas rubuh mengeletak ditanah. Jikalau tidak karena pemilik Golok Maut dalam keadaan setengah mabuk, Kong Djie sekalipun tidak sampai dibikin binasa, tetapi sedikit-dikitnya juga akan terluka parah, tidak nanti ia bisa meloloskan diri begitu mudah. Kong Djie setelah mundur Jauh-jauh, kembali maju menghampiri dirinya pemilik Goiok Maut. Seteiah memperlihatkan ketawanya yang puas, ia lantas berkata. …Aku si ‘Pedang berdarah? juga harus bertindak seperti apa yang aku telah katakan. Sebaiknya aku bawa pulang bangkaimu tentunya lebih aman.” Sehabis berkata, ia lantas menggerakan ujung pedangnya. kembali hendak menyerang… Pada saat yang sangat membahayakan jiwanya pemilik Golok Mautt itu, tangan Kong Djie yang memegang pedang dirasakan seperti terpagut oleh binatang semut yang begitu sakit dan kekuatannya hilang lenyap sama sekali sehingga pedangaya hampir telepas dari tangannya. Ketika ia memeriksa dengan seksama, dipergelangan tangannya telah tertancap sebatang duri pohon cemara yang menancap didagingnya kira-kira setengah dim. Pada saat itu sudah terang tanah. Kong Djie coba melihat keadaan disekitarnya, tetapi ia tidak dapat melihat bayangan seorangpun juga.
Ia coba memikir-mikir; orang yang menyerang dirinya dengan pohon cemara ini kecuali sembunjikan dirinja didalam rimba pohon cemara yang Iebat itu, sudah tidak ada tempat yang lebih baik lagi untuk sembunyikan dirinya. Tetapi rimba tersebut terpisahnya dari tempat berdirinya sedikitnya ada lima tumbak jauhnya. Kalau mau dikata kalau dari jarak sekian jauhnya itu orang bisa menggunakan senjata yang begitu ringan untuk menyeran orang tanpa bersuara, maka kepandaiannya orang Itu sesungguhnya sangat rnengejutkan hati. Oleb karenanya, maka ia lantas berseru kearah rimba lebat itu: …Orang pandai dari mana ? Kau sudah memandang mata kepada aku siorang she Kong, perlu apa harus main sembunyi-sembunyian ?” Siapa njana, perkataannya itu tidak ada yang menjawab. Kong Djie menjadi uring-uringan sendiri, tetapi kemudian ia berpikir pula : “peduli apa, lebih baik bereskan jiwanya orang ini lebih dulu. Pedang panjangnya yang sudah berwarna merah dengan cepat sudah terayun kearah tubuhnya pemulik Golok Maut yang dalam keadaan mabuk. Malaikat maut yang meuggetarkan dunya rimba persilatan hampir saja jiwanya melayang diujung pedangnya Kong Djie. Dalam keadaan yang sangat berbahaya itu, tiba-tiba ada suatu kekuatan hebat yang tidak kelihatan telah meluncur dari samping. Kekuatan yang hebat itu telab. membentur pedangnya Kong Djie sehingga miring dan hampir ter1epas dari tangannya. Kong Djie yang biasanja kejam dan ganas, kali ini juga merasa terkejut dan rasaa takut terlintas dalam otaknya. Ia merasa pasti bahwa orang yang tunun tangan secara diam-diam mempunyai kepandaian jauh lebih tinggi daripadanya sendiri. Ketika ia memandang keadaan disekitarnya ternyata ia tidak dapatkan gerakan apa-apa. Ia yang mempunyai kedudukan tinggi dalam perkumpulan Im-mo-kao, ditambah lagi dengan adatnja yang sombong, sudah tentu tidak mau sudah begitu saja. selagi hendak mengeluarkan perkataan untuk memancing keluar orang yang menyerang dua kali kepada dirinya tadi, tiba-tiba didalam rimba itu terdengar suara orang ketawa dingin. Suara itu mengandung ejekan yang sangat hebat. Kong Djie lalu menghadap kearah datangnya suara tadi dan berkata dengan suara nyaring : …Sahabat aku siorang she Kong hari ini bisa menjumpai seorang berkepandaian tinggi, sudah merasa sangat beruntung. Tetapi tuan yang tidak mau unjukkan muka, aku yang rendah terpaksa hendak menghampiri kau
sendiri.” Baru saja perkataan terakhir keluar dari mulutnya, orangnya sudah melesat kedalam rimba. Tetapi aneh bin ajaib. Dalam rimba itu tampak kosong melompong. Satu bayangan manusia pun tidak kelihatan. Kong Djie dengan cepat bergerak memutar kedalam rimba. sejauh seratus tumbak, tetapi ketika ia keluar dari dalam rimba, seketika lantas berdiri melongo. Karena dirinya Golok Maut yang tadinya menggeletak ditanah kini sudah menghilang dengan tidak meninggalkan jejak. Ini sesungguhnya merupakan suata pengalaman sangat getir bagi Kong Djie. Karena setelah ribut-ribut sekian lamanya, bukan. saja orangnya, bahkan bayangannya saja belum mampu melihatnya. dan kini tahu-tahu sudah menghilang lagi dari depan hidungnya. Setelah dirinya pemlilk Golok Maut. itu dibawa pergi oleh orang yang penuh rahasia itu. tidak antara lama, disitu kembali muncul serombogan orang-orang rimba persilatan. diantara mereka kebanyakan adalah orang-orangnya Pek-leng-hwee, Tji-in-pang dan Ban-siu-pang. tetapi apa yang disaksikan oleh, mereka hanyalah keadaan yang sangat mengerikan. Potongan anggota badan manusia, bangkai yang berserakan dan darah yang membanjiri tanah. Disuatu tempat pegunungan yang terpisah kira-kira lima lie dari tempat terjadinya peristiwa yang mengerikan itu, saat itu terlihat bayangannya seseorang yang sedang menggendong dirinya seorang tua berambut putih. Seolah-olah seekor kampret terbang bayangan itu lari dengan sangat pesatuya. Sebentar kemudian bayangan orang itu kelihatan berhenti disebuah bukit curam. Bukit itu keadaannya tinggi sekali. Mungkin kera saja susah mencapai puncaknya. maka tempat tersebut merupakan tempat yang jarang di njak oleh kaki manusia. Bayangan orang itu memakai kedok kain merah, sehingga tida dapat dilihat wajah dan usianya. Siapa dia ? Dia adalah orang penuh rahasia berkedok kain merah yang menyebut sebagai pemilik bendera burung laut. Dengan kepandaian yang tinggi sudah lidak ada taranya ia telah menolong dirinya pemilik Golok Maut dan membawanya kesuatu tempat yang sangat berbahaya itu serta jarang di njak oleh manusia. Orang berkedok kain merah itu telah meletakan dirinya orang tua dalam gendongan diatas sebuah batu cadas. Kemudian ia memeriksa dengan sangat teliti, mendadak lantas ketawa bergelak-gelak. Sehabis tertawa bergelak-gelak ia lantas berkata kepada dirinya sendiri :
…Benar seperti apa yang kuduga. Itu adalah dia.” Dengan tangannya ia lantas mengebut mukanya pemilik Golok Maut. Terlihat suatu kejadian gaib. Dengan hanya kebutan itu saja pemilik Golok Maut yang tadinya merupakan seorang tua berambut putih itu kini telah berubah menjadi seorang muda yang berwajah cakap dan tampan.
TAMAT