UPAYA PENGEMBANGAN PEMASARAN PRODUK HORTIKULTURA DI KABUPATEN BOGOR
Ir. Siti Nurianty, MM Kadistanhut Kab.Bogor
Dalam rangka mencapai visi dan misi Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor dalam RPJMD tahun 2013-2018, dengan Visi “Terwujudnya
Pertanian dan Kehutanan yang Maju serta Berkelanjutan ”, yang selanjutnya dituangkan ke dalam 3 (tiga) misi yaitu 1) Meningkatkan produksi, kualitas, dan nilai tambah produk pertanian dan kehutanan, 2) Mengembangkan sentra agribisnis komoditas unggulan, dan 3) Mengoptimalkan kemampuan konservasi sumber daya alam, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor menjabarkan dalam program dan kegiatan dengan pendekatan sistem Agribisnis. Sistem agribisnis yaitu bagaimana membantu untuk memenuhi secara menyeluruh komponen atau sub system yang melingkupi aktivitas bisnis pertanian, yakni dimulai dari hulu hingga ke hilir atau dimulai dari komponen yang
berkenaan dengan: (1) penyediaan input/hulu (up-stream agribusiness) seperti Saprodi berupa benih, pupuk dan obat-obatan; (2)intervensi pada komponen budidaya/usahatani (on-farm agribusiness) berupa manajemen dalam proses produksi; (3) output/hilir (downstream or off-farm agribusiness) berupa intervensi dalam sub sistem pengolahan dan pemasaran output pertanian serta sarana penunjang/pendukung (non-far agribusiness).
Kesemuanya telah memberikan
pengaruh yang sangat berarti bagi peningkatan produksi, hingga penciptaan nilai tambah produk pertanian. Produk hortikultura memiliki nilai yang strategis dalam perdagangan baik bagi produsen, pelaku pasar, maupun konsumen. Bagi petani, produk hortikultura memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman pangan, karena produk hortikultura memiliki kapasitas permintaan yang tinggi, dengan peluang variasi jenis produk yang beragam dari produk segar maupun olahan. Sedangkan bagi konsumen, kebutuhan akan produk hortikultura semakin meningkat sejalan dengan peningkatan pengetahuan konsumen akan gizi dan kesadaran hidup sehat. Dari segi pemasaran, produk hortikultura terus mengalami perkembangan pesat baik di pasar domestik maupun pasar internasional, serta memiliki peran yang sangat strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Di samping itu permintaan akan komoditi tersebut terutama di kota-kota besar terus mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya pendapatan dan kesadaran akan kesehatan masyarakat. Disisi lain pengolahan dan pemasaran hasil yang dilaksanakan oleh
petani Kabupaten
Bogor
masih
mengalami
beberapa
permasalahan dan kendala seperti mutu dan kualitas produk yang masih rendah, infrastruktur pemasaran yang masih kurang memadai, jaringan dan informasi pasar masih lemah serta sumber daya manusia pertanian yang belum optimal. Selain itu pemasaran pertanian dalam negeri juga mengalami tantangan dengan terbukanya pasar internasional atau globalisasi perdagangan. Berangkat dari hal tersebut pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk melindungi petani dari berbagai bentuk ancaman terhadap keberlanjutan produksi dan kesejahteraan petani, dengan berlandaskan Pasal 33 Ayat (1) UUD 1945 yang
menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan. Kata “disusun” dalam pasal tersebut mengisyaratkan perlunya peran aktif pemerintah dalam menjabarkan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam amanat tersebut. Salah satu instrumen untuk mewujudkan kebersamaan dan asas kekeluargaan dalam perekonomian dapat dilakukan melalui kemitraan usaha. Melalui kemitraan diharapkan dapat dengan cepat terjadi simbiosis mutualistik antara pelaku usaha tersebut, sehingga kekurangan dan keterbatasan usaha kecil dapat teratasi, sekaligus meningkatkan keunggulan kompetitif yang dimiliki. Situasi di atas mendorong Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor berupaya untuk memfasilitasi petani dalam meningkatkan produksi dan produktivitas produk hortikultura melalui pengembangan kawasan buah, sayuran dan tanaman hias. Serta melakukan upaya untuk meningkatkan pengembangan pemasaran produk hortikultura di pasar lokal dan nasional melalui kegiatan temu usaha, yaitu mempertemukan antara pengusaha pemasaran, pelaku usaha dan kelompok tani yang berpotensi di Kabupaten bogor dengan harapan dapat terjalin kemitraan usaha diantara mereka sehingga memotong rantai pasok pemasaran produk pertanian/ perkebunan yang diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah dan peluang pasar. Temu usaha yang dilaksanakan di Kabupaten Bogor antara lain yaitu temu usaha pengolahan hasil, temu usaha sayuran, temu usaha buah-buahan, dan temu usaha tanaman hias. 1. Temu Usaha Pengolahan Hasil Pengolahan hasil produk hortikultura di Kabupaten Bogor dilakukan pada komoditas pisang diolah menjadi keripik dan sale, cabai diolah menjadi abon
cabai dan minyak cabai, pepaya diolah menjadi selai, dodol, dan manisan, dan tanaman herbal diolah menjadi minuman herbal jahe, kunyit, dan kencur. Untuk meningkatkan pemahaman para petani dalam mengolah produk hortikultura yang berkualitas baik serta untuk membuka peluang pemasarannya, maka Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor melaksanakan temu usaha pengolahan dengan menghadirkan narasumber yang sangat kompeten di bidang pemasaran. Dalam temu usaha disampaikan suatu proses pengolahan hasil pertanian dimulai dari sector penyediaan bahan baku, penanganan pasca panen, pengolahan (processing), pengemasan (packaging) sampai pemasaran. Dan juga diberikan pemahaman kepada petani bahwa dengan pengolahan diharapkan dapat meningkatkan kepraktisan, meningkatkan ketersediaan, meningkatkan nilai sensorik, meningkatkan keawetan, dan meningkatkan keamanan pangan. Dalam hal pemasaran pada temu usaha ini, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor mengundang pihak PT. Sayaga Wisata BUMD Pemerintah Kabupaten Bogor (sebagai mitra kerja Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor) untuk dapat memfasilitasi dan memberikan peluang pemasaran kepada kelompok tani/pelaku usaha pengolahan hasil pertanian antara lain di outletoutlet yang ada di sekitar daerah wisata dan di outlet Oleh-oleh Khas Bogor.
Gambar 1. Temu Usaha Pengolahan Hasil
2. Temu Usaha Sayuran Pengembangan tanaman sayuran di Kabupaten Bogor dilaksanakan pada lahan seluas 6.834 Ha dengan ditanami jenis sayuran antara lain kentang, kubis, kembang kol dan wortel dengan potensi di Kecamatan Cisarua, Ciawi dan Megamendung. Sedangkan komoditi cabe merah, cabe rawit, tomat dan tanaman sayuran lainnya tersebar di 40 kecamatan. Potensi produksi sayuran yang cukup baik di Kabupaten Bogor masih terkendala dengan proses pemasaran, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain yaitu 1) lokasi pengembangan kawasan sayuran yang berpencar-pencar yang menyulitkan proses pengumpulan produk sehingga menambah mahal pemasaran; 2) kondisi sayuran memiliki sifat cepat rusak serta rentan terhadap penyakit sehingga produk sayuran banyak yang mengalami gagal pemasaran karena pengumpul lebih memilih hasil produk agroindustri; serta 3) produk bersifat musiman sehingga hanya tersedia pada waktu-waktu tertentu, kondisi tersebut mengakibatkan pada saat musim produksi yang dihasilkan melimpah, harga jual produk tersebut cenderung menurun, sebaliknya pada saat tidak musim /produk yang tersedia terbatas, harga jual melambung tinggi, sehingga pedagang-pedagang pengumpul harus menyediakan modal yang cukup besar untuk membeli produk tersebut. Kondisi di atas mendorong Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor memfasilitasi para petani/pelaku usaha sayur-sayuran melalui temu usaha yang mengikutsertakan
20 orang petani/pelaku usaha dari 10 kelompok tani dari
Kecamatan Ciawi, Caringin, Cibinong, Kemang, dan Ciseeng. Temu usaha ini menghadirkan narasumber yaitu Direktur Paskomnas (Pasar Komoditi Nasional) di
Pasar Induk Tanah Tinggi Kota Tangerang, yang nantinya diharapkan dapat membuka peluang pemasaran di Paskomnas. Adapun peluang pasar komoditi sayuran di Paskomnas, antara lain: cabai, tomat, bawang merah, kentang, kubis, jagung manis ditambah 75 jenis lainnya sebanyak 2500 ton/hari. Paskomnas melayani pemasaran regular (jual lapak) dan juga pemasaran online (grosir antar) dengan jangkauan pelayanan Jabodetabek, Surabaya, Kalimantan, Sumatera dan Bangka Belitung, yang tentunya memberikan peluang bagi para petani/ pelaku usaha di Kabupaten Bogor untuk dapat memasarkan hasil produk sayurannya di Paskomnas.
Gambar 2. Temu Usaha Sayuran
3. Temu Usaha Buah-buahan Kabupaten Bogor juga memiliki potensi produk buah-buahan yang cukup besar antara lain yaitu alpukat, belimbing, duku, durian, jambu biji, jambu air, jeruk, keprok, jeruk besar, mangga, manggis, nangka, nenas, pepaya, pisang, rambutan, salak, sawo, markisa, sirsak, dan sukun. Dari potensi ini dikembangkan sebagai komoditas unggulan buah-buahan di Kabupaten Bogor yaitu manggis,
pepaya, jambu Kristal, nanas, dan pisang dengan potensi pengembangannya disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 1. Produksi dan Potensi Komoditas Unggulan Hortikultura No
Komoditas
Produksi
Potensi wilayah
Tahun 2015 1.
Pepaya
59.681 Ku Rancabungur, Sukaraja, Caringin, Jasinga
2.
Manggis
79.927 Ku Jasinga, Cigudeg, Leuwiliang, Leuwisadeng
3.
Pisang (Raja Bulu)
4.
Nanas
5.
Jambu Biji (Kristal)
27.621 Ton Megamendung, Ciawi, Cisarua 41.841 Ku Cijeruk, Tamansari 50.696 Ton Rancabungur, Tamansari, Dramaga, Caringin, Cibungbulang, Cigombong, Pamijahan
(sumber: buku saku Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor Tahun 2015 )
Permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pemasaran produk buahbuahan sama dengan produk sayur-sayuran, yaitu lokasi pengembangan yang berpencar, sifat yang mudah rusak dan rentan hama penyakit, serta produk musiman. Hal inilah yang mendorong Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor melakukan upaya untuk pengembangan pemasaran produk buah-buahan melalui kegiatan Temu Usaha Buah-buahan. Temu usaha buah-buahan ini dilaksanakan dengan mengikutsertakan 20 orang petani/ pelaku usaha dari 11 Kecamatan, antara lain Kecamatan Leuwiliang, Cigudeg, Parungpanjang, Dramaga, Kemang, Caringin, Jonggol, Cariu, Pamijahan, Babakan Madang dan Cibinong. Pada kesempatan itu, Bapak Ir. H. Soekam Parwadi Direktur Pengembangan Agribisnis Paskomnas Indonesia menyampaikan terbukanya peluang pemasaran produk buah-buahan di Pasar Induk Paskomnas,
dimana para petani Kabupaten Bogor diberi kesempatan untuk bermitra di Pasar Induk Paskomnas dengan tetap memperhatikan mutu dan kemasan buah-buahan yang akan dijual, selain juga memperhatikan jumlah produksinya. Adapun peluang pasar komoditi buah di Paskomnas masih terbuka lebar, antara lain komoditi jeruk, alpukat, semangka, pepaya, pisang, dan lain-lain dengan kapasitas sebanyak 600 ton/hari. Paskomnas melayani pemasaran regular (jual lapak) dan juga pemasaran online (grosir diantar) dengan jangkauan pelayanan Jabodetabek, Surabaya, Kalimantan, Sumatra dan Bangka Belitung. Lokasi Paskomnas Tangerang yang realtif lebih dekat dengan wilayah Kabupaten Bogor dapat menjadi alternatif pasar bagi petani di Kabupaten Bogor.
Gambar 3. Temu Usaha Buah-buahan
4. Temu Usaha Tanaman Hias Potensi tanaman hias di Kabupaten Bogor dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu: 1) kelompok tangkai (anggrek, anthurium, anyelir, gerbera (herbras), gladiol, heliconia (pisang-pisangan), krisan, mawar dan sedap malam; 2) kelompok daun (dracaena, palem, aglaonema, adenium, euphorbia, pakis, monster, soka, cordyline, diffenbahia, anthurium daun, caladium, dan melati; serta 3) kelompok rumpun
(xansifera). Disamping itu ada juga pengembangan tanaman anggrek di Kabupaten Bogor yang berada di Kecamatan Gunung Sindur, Parung, Tajurhalang, dan
Tamansari,
tanaman
krisan
di
Kecamatan
Tenjolaya,
Tamansari,
Megamendung dan Cisarua, sedangkan tanaman hias lainnya tersebar di 40 kecamatan. Potensi yang cukup besar ini harus diimbangi dengan pemasaran yang baik, namun sampai saat ini para petani/pelaku usaha di Kabupaten Bogor masih mengalami kesulitan dalam pemasaran produk tanaman hias, yang disebabkan oleh rendahnya penerapan teknologi tepat guna, orientasi usaha masih berskala rumah tangga, terbatasnya sarana dan prasarana penanganan pasca panen, kurangnya akses untuk mendapatkan informasi peluang pasar dan modal usaha, banyak pelaku usaha yang belum berkelompok, serta masih rendahnya kemitraan usaha antara pelaku usaha dengan pelaku pasar. Berangkat dari hal di atas, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor mengadakan Temu usaha tanaman hias dengan mengikutsertakan 20 (dua puluh) orang petani/ pelaku usaha yang terdiri dari petani tanaman hias bunga dan daun potong, landskap, plot plant maupun petani/kelompok tani yang sekaligus menjadi florist. Temu usaha ini dilaksanakan langsung di Pasar Bunga Rawa Belong Jakarta sehingga peserta mendapatkan pengetahuan dan merasakan langsung proses interaksi pelaku usaha dengan pelaku pasar, sehingga ini memberikan gambaran dengan jelas di lapangan tentang pemasaran produk tanaman hias. Komoditas yang diperdagangkan di Pasar Bunga Rawa Belong adalah kelompok bunga gunung, kelompok bunga rampai, kelompok anggrek, kelompok daun pelengkap, dan kelompok sarana penunjang. Peluang pasar ini cukup besar
bagi petani Kabupaten Bogor karena permintaan tanaman hias semakin meningkat terutama saat musim pernikahan, menjelang Ramadhan, menyambut Imlek, Valentine Days, hari Guru, dan hari besar lainnya. Beberapa produk bunga potong dan daun potong yang dikembangkan di Bogor yaitu asparagus, aspidistra, silver dollar, monster, qrisdoren, phillo marbel, papyrus, leader leaf, pandanus, dracaena macky way, philodendron spp, ruskus, hanjuang, Taiwan leaf, kandaka, kemuning, sirih gading dan philoxanadu, dan sampai saat ini masih besar peluangnya untuk dipasarkan ke beberapa tempat termasuk Pasar Bunga Rawa Belong.
Gambar 4. Temu Usaha Tanaman Hias