Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002
IDENTIFIKASI CACING EURYTREMA SP. PADA TERNAK SAPI BERDASARKAN CIRI-CIRI MORFOLOGIS (Identification
of Eurytrema Sp.
in Cattle Based on Morphological Characteristics)
ISKANDAR MIRZA I
dan KuRNIASIH-
1 Bali Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banda Aceh 2 Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
ABSTRACT
The study was conducted to identify the Eurytrema sp. morphologically . The specimens of Eurytrema sp . were obtained from the pancreatic duct of cattle slaughtered in Makassar, Yogyakarta and Aceh. The flukes were fixated in 70% ethanol for morphological examination. The morphological examination was conducted by using at least 3 flukes of each sample. The parameter which were measured included the body size, oral and ventral succer, pharynx, testis, ovary and eggs. The measurement was conducted after staining. Based on the morphological features it was found that there were 3 species, i.e. Eurytrema pancreaticum, Eurytrema dajii and Eurytrema spp. Keywords : Identification, Eurytrema sp ., morphology, cattle PENDAHULUAN Penelitian tentang infeksi cacing pada ternak domba pernah dilakukan oleh DORNY et al. (1996) di Sumatra Utara. Di sana terdapat 13 spesies cacing yang menginfeksi domba diantaranya 8 spesies nematoda, 1 spesies cestoda dan 4 spesies trematoda . Semua domba mengalami infeksi campuran lebih dari 1 spesies cacing . Di antara 4 spesies trematoda salah satunya ialah Eurytrema pancreaticum dengan tingkat infeksi mencapai 23,3%. Kejadian E. pancreaticum juga pernah dilaporkan di Jawa Timur pada sapi dan kambing (WIRORENO et al ., 1987) dan di Sumatera Utara pada domba (ARASU et al., 1991). Genus Eurytrema sering juga disebut dengan cacing pankreas yang ditemukan di dalam pankreas dan saluran empedu sapi, kerbau air, domba, kambing, man-nut, babi, unta, monyet dan manusia (TANG, 1950). Kejadiannya pada manusia yang kedua kalinya dilaporkan oleh ISHII et al. (1983) . Infeksi pada induk semang definitif terjadi karena termakannya belalang yang terinfeksi oleh sporosista (GATENBY et al., 1992). Cacing pankreas termasuk dalam kelas Trematoda sub kelas Digenea, famili Dicrocoelfdae. Genus Eurytrema terdiri dari 6 spesies masing-masing : E.
pancreaticum, E. coelomaticum, E. parvum, E. rebelle, E. dajii, dan E. ovis . Secara morfologis, panjang dan lebar tubuh E. pancreaticum lebih besar daripada Eurytrema sp. lainnya. Batil isap mulut lebih besar daripada batil isap perut. Eurytrema coelomaticum identik dengan E. pancreaticum, perbedaannya
dijumpai pada perbandingan antara diameter batil isap
perut dengan batil isap mulut. Eurytrema coelomaticum mempunyai diameter batil isap mulut yang sama dengan batil isap perut. Eurytrema rebelle mempunyai batil isap perut yang lebih besar daripada batil isap mulut, serta testisnya asimetris dan terletak lebih di bawah batil isap perut . Eurytrema dajii mempunyai batil isap perut lebih besar daripada batil isap mulut dan testisnya berlobus . Eurytrema ovis lebih mirip dengan E. pancreaticum dan E. coelomaticum, namun ukuran tubuhnya lebih kecil daripada E. coelomaticum, dan ukuran batil isap mulut hampir sama dengan batil isap perut (NEVEU-LEMAIRE, 1936). Perbedaan antara satu spesies dengan spesies lainnya didasarkan atas ciri-ciri morfologisnya seperti ukuran tubuh, telur, dan perbandingan ukuran batil isap perut dengan batil isap mulut (NEVEU-LEMAIRE, 1936) . Cacing pankreas mempunyai dua induk semang perantara yaitu siput tanah (TANG, 1950) dan belalang (BASCH, 1965). Induk semang perantara pertama adalah dua jenis siput tanah yaitu Bradybaena similaris dan Cathaica ravida sieboldtiana yang termasuk ke dalam famili Fruiticoidolidae (TANG, 1950). Induk semang perantara kedua adalah belalang Conocephalus chinensis (CHINONE et al., 1984 ; GU et al ., 1990). Belalang ini merupakan famili Tettigoniidae (METCALF dan FLINT, 1979). Pengklasifikasian Eurytrema sp . sampai saat ini masih tetap kontroversial (MORIYAMA, 1982).
Informasi tentang ciri-ciri morfologis cacing tersebut di Indonesia sangat minim, sehingga sampai saat ini belum diketahui dengan jelas spesies yang terdapat di Indonesia . Oleh karena itu, dirasakan perlu untuk
327
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Yeteriner 2002 dilakukan penelitian tentang identifikasi Eurytrema sp. pada sampel yang berasal dari daerah berbeda sehingga diperoleh informasi tentang spesies cacing tersebut di Indonesia . Penelitian ini berukuan untuk mengetahui spesies serata ciri-ciri morfologi cacing Eurytrema sp. yang berasal dari ternak ruminansia di Jawa, Sumatera dan Sulawesi.
Koleksi bahan cacing Eurytrema sp. dewasa dilaksanakan di tiga lokasi yaitu Makassar, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Daerah Istimewa Aceh (DIA) yang pelaksanaannya dilakukan pada bulan Agustus 2000 sampai dengan April 2001 . Pemeriksaan morfologi dilaksanakan di Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada.
menggunakan mikrometer . Identifikasi cacing berdasarkan ciri morfologis mengacu pada metode standar menurut CABLE (1961) . Cacing yang akan diwarnai diletakkan di antara 2 gelas obyek sedemikian rupa agar tidak mengkerut dan dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi larutan fiksatif AFA (alcoholformol-acetic dengan konsentrasi formalin 10 bagian, alkohol 95% 50 bagian, asam asetat 2 bagian dan air 40 bagian) dan dibiarkan selama _+24 jam . Cacing yang telah difiksasi dicuci dengan air selama 15 menit dan dimasukkan ke dalam larutan alkohol bertingkat 30%, 50% dan 70% masingmasing selama 15 menit . Cacing diwarnai dengan Semichon's carmin selama 1 jam, kemudian dicuci dengan larutan alkohol 70% selama 15 menit. Cacing dicuci dengan larutan HCl-alkohol 1 % selama 30 menit, dimasukkan dalam larutan alkohol 70%, 80%, 95%, 100% masing-masing selama 15 menit. Cacing dipindahkan ke dalam larutan xylol 2 kali masingmasing selama 15 menit, diletakkan di atas gelas obyek dengan bagian ventral menghadap ke atas dan ditutup dengan entellan.
Bahan dan alat
Analisis data
Penelitian ini menggunakan cacing Eurytrema sp. dewasa yang diperoleh dari 13 buah pankreas sapi yang dipotong di rumah potong hewan (RPH) Makassar (kode M), RPH Ngampilan, DIY (kode J) dan RPH Keudah, DI Aceh (kode A). Sampel dari Makassar diperoleh dari 3 buah pankreas yang berasal dari sapi Bali, dari DIY 5 buah pankreas dari sapi cross breed, dan dari DI Aceh 5 buah pankreas dari sapi lokal (sapi Aceh) . Sapi yang digunakan berumur di atas 1 tahun .
Ukuran morfologi cacing yang meliputi ukuran tubuh, ukuran batil isap mulut dan perut, ukuran testis, ukuran ovarium, ukuran farinks dan ukuran telur dianalisis secara statistik .
METODOLOGI Tempat dan waktu
Pemeriksaan morfologi Prosedur penyiapan dan fiksasi sampel mengikuti metode CABLE (1961). Seratus individu cacing dewasa yang diperoleh dari pankreas yang terinfeksi dicuci dengan aquades, diletakkan di atas gelas nako yang berukuran 15 x 10 x 0,5 cm, ditutup dengan gelas nako lainnya dan di atasnya diberi beban _+ 0,5 kg selama 15 menit . Sampel cacing yang telah pipih difiksasi dalam larutan etanol 70%. Pemeriksaan morfologi hanya dilakukan terhadap 39 individu cacing yang telah diwarnai dari masingmasing sampel pankreas yang terinfeksi . Parameter yang diukur meliputi ; ukuran tubuh, batil isap mulut dan perut, farinks, testis, ovarium, telur dan jarak percabangan sekum ke ujung anterior tubuh. Pengukuran ukuran tubuh dilakukan dengan menggunakan penggaris sedangkan ukuran batil isap mulut dan perut, farinks, testis, ovarium, telur danjarak percabangan sekum ke ujung anterior tubuh
328
HASIL DAN PEMBAHASAN Rata-rata jumlah cacing per pankreas dari sampel DI Aceh adalah 326 (224-425) . Secara morfologi cacing yang didapat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Batil isap mulut lebih besar dari batil isap perut, testes berlobus, ovarium tidak berlobus dan ada juga yang berlobus, follikel vitellaria berkelompok yang jelas batasannya . Sesuai dengan pendapat NEVEU-LEMAIRE (1936), LAPAGE (1959), MORIYAMA (1982), dan INOUE et al. (1986) cacing tersebut termasuk E. pancreaticum (Gambar 1) . Selain itu juga ditemukan Eurytrema dengan ciri-ciri sebagai berikut : Batil isap mulut lebih kecil dari batil isap perut, testes berlobus, ovarium tidak berlobus dan ada juga yang berlobus dan follikel vitellaria berkelompok . Sesuai dengan pendapat NeveuLEMAIRE (1936), cacing tersebut tergolong E. dajii (Gambar 2). Rata-rata jumlah cacing per pankreas dari sampel DIY adalah 1351 (134 - 2407). Secara morfologi cacing tersebut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Batil isap mulut lebih kecil dari batil isap perut, testes berlobus, ovarium tidak berlobus dan ada juga yang berlobus dan follikel vitellaria berkelompok yang jelas batasannya .
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veleriner 2002 Sesuai dengan pendapat NEVEU-LEMAIRE (1936), cacing tersebut tergolong E. dajii . Rata-rata jumlah cacing per pankreas dari sampel Makassar tidak dihitung karena sampel cacing yang dikoleksi dari masing-masing pankreas hanya diambil sebagian . Sampel cacing tersebut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : Batil isap mulut lebih kecil dari batil isap perut, testes berlobus, ovarium tidak berlobus dan ada juga yang berlobus dan follikel vitellaria berkelompok yang jelas batasannya . Sesuai dengan pendapat NEVEU-LEMAIRE (1936), cacing tersebut termasuk E. dajii . Selain itu juga ditemukan Eurytrema dengan ciri-ciri sebagai berikut : Batil isap mulut lebih kecil dari batil isap perut, testes dan ovarium kurang berlobus dan follikel vitellaria berkelompok yang tidak jelas batasannya . Eurytrema ini belum diperoleh kunci identifikasinya sehingga spesies ini diduga sebagai spesies baru dan diberi nama Eurytrema spp. (Gambar 3) .
Sampel cacing yang berasal dari DI Aceh, DIY dan seperti Makassar mempunyai ukuran morfologi tercantum pada Tabel 1 . Perbandingan ciri morfologis dari masing-masing spesies seperti tercantum pada Tabel 2 . Ukuran tubuh E. pancreaticum lebih besar dari
E. dajii dan Eurytrema spp, E. dajii lebih besar dari Eurytrema spp. Meskipun rata-rata ukuran tubuh E . pancreaticum lebih besar dari E. dajii namun E. dajii ada juga yang berukuran besar sehingga untuk membedakannya hanya berdasarkan ukuran tubuh saja kurang tepat . Eurytrema pancreaticum mempunyai batil isap mulut yang lebih besar daripada batil isap perut, hal ini sesuai dengan yang dilaporkan NEVEU-LEMAIRE (1936), LAPAGE (1959), MORIYAMA (1982), dan INOUE et al. (1986) . Batil isap perut E. dajii lebih besar daripada batil isap mulut, sesuai dengan yang dilaporkan oleh NEVEU-LEMAIRE (1936) . Eurytrema spp . juga mempunyai batil isap perut yang lebih besar daripada batil isap mulut. NOSAKA et al. Sit. CHINONE et al. (1984) melaporkan bahwa perbandingan batil isap mulut dengan batil isap perut merupakan salah satu ciri yang bermanfaat untuk identifikasi spesies . Perbandingan diameter batil isap perut dan batil isap mulut E. pancreaticum dan E. dajii yang diperoleh dari penelitian ini (Tabel 2) sesuai dengan laporan terdahulu (NEVEU-LEMAIRE, 1936) (Tabel 3) .
Tabel 1 . Rata-rata ukuran morfologis Eurytrema sp . sampel asal DI Aceh, DIY dan Makassar Ciri-ciri Tubuh*
Panjang (mm) Lebar (mm) Diameter BIM (mm) Diameter BIP (mm) Diameter BIP/BIM
Lebar (mm) Testes kiri Panjang (mm) Lebar (mm) Testes kanan Panjang (mm) Lebar (mm) Ovarium Panjang (mm) Lebar (mm) Telur Panjang (pm) Lebar (pm) Cab sekum ke UAT (mm) BIM UAT E.p *
Sampel DIY Ed (n = 26)
Ed (n = 6)
E.spp (n = 5)
6,39+1,19 3,98+0,82
7,36+ 1,35 4,50+0,50 0,81 +0,09
5,38+ 1,14 3,06+0,64 0,52+0,10
4,83+0,52 2,75+0,42
2,20+0,27 0,27 1,20+0,27
0,78+0,09 0,96
0,62+0,10 1,19
0,54+0,09 0,64+0,07 1,19
0,34+0,07 0,07 0,44+0,07 0,07 1,29
0,23+0,04 0,21+0,04
0,29+0,06 0,23+0,04
0,19+0,05 0,17+0,03
0,17+0,02 0,18+0,04
0,12+0,05 0,12+0,05
0,77+0,25 0,66+0,24
0,86+0,20 0,79+0,23
0,22 1,26+0,22 1,02+0,17
0,09 0,56+0,09 0,46+0,10
0,22+0,05 0,05 0,18+0,03
_0,76+0,27 0,66+0,26
0,84+0,17
0,60+0,24
0,58+0,08
0,78+0,18
0,51 +0,20
0,47+0,12
0,22+0,03 0,18+0,02
_0,40+0,14 0,29+0,12
0,45+0,09 0,35+0,10
0,71 +0,13 0,48+0,11
0,28+0,08 0,23+0,06
0,12+0,02 0,10+0,02
43,43+2,16 29,40+0,00 1,12±0,19
44,10+0,00 29,40+0,00 1,19±0,14
43,25+2,39 29,40+0,00 0,00 0,78+0,21
42,88+3,00 28,18+3,00 0,83+0,14
44,10+0,00 29,40+0,00 0,00 0,49+0,09
0,69+0,13 0,77+0,12 1,12
Farinks Panjang (mm)
Keterangan :
Sampel DI Aceh E .d (n = 26) E.p (n=7)
= batil isap mulut = ujung anterior tubuh = Eurytrema pancreaticum = Setelah diwama
BIP Ed E.spp
Sampel Makassar
= batil isap perut = Eurytrema dajii = Eurytrema new spesies
32 9
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002 Bentuk testis E. pancreaticum dan E. dajii lebih berlobus daripada Eurytrema spp, demikian juga bentuk ovariumnya . Lobulasi testis ini merupakan sifat yang menciri untuk E. pancreaticum (CHINONE et al., 1984) dan E. dajii (NEVEu-LEMAIRE, 1936). Kelompok folikel vitellaria E. pancreaticum dan E. dajii jelas batasannya sedangkan pada Eurytrema spp. tidak jelas. Secara morfologis E. pancreaticum lebih mirip dengan E. dajii, perbedaan yang menciri dijumpai pada perbandingan antara diameter batil isap mulut dengan batil isap perut (Tabel 2) . Perbedaan antara Eurytrema spp. dengan E. pancreaticum dan E. dajii dijumpai pada
semua parameter morfologis, kecuali pada ukuran telur. Ukuran telur dari masing-masing spesies relatif sama, hal ini berbeda dengan laporan sebelumnya yang mengatakan bahwa ukuran telur E. pancreaticum lebih besar dari telur E. dajii (NEVEU-LEMAIRE, 1936) . Ciri morfologis yang sama antara Eurytrema spp. dan E. dajii adalah pada perbandingan antara batil isap mulut dengan batil isap perut. Secara umum ukuran morfologi E. dajii sampel asal DI Aceh lebih besar daripada E. dajii sampel asal DIY dan Makassar, namun ukuran testes kiri dan ovarium lebih besar pada sampel asal DIY.
Tabel 2. Rata-rata ciri morfologis Eurytrema sp. Ciri morfologis Tubuh (mm) BIM (mm) Diameter BIM (mm) BIP (mm) Diameter BIP (mm) Diameter BIP/BIM Farinks (mm) Testes kiri (mm) Testes kanan (mm) Ovarium (mm) Telur (pm) Cab sekum ke UAT Vitellaria Keterangan :
UAT BIM BIP Pt *
E. pancreaticum (n = 7) 7,36 x 4,50* 0,85 x 0,77 0,81 0,78 x 0,78 0,78 0,96 0,29 x 0,23 0,86 x 0,79 Berlobus 0,83 x 0,78 Berlobus 0,45 x 0,35 Berlobus 44,1 x 29,4 1,19 mm 1/5 - 1/4 pt follikel berkelompok jelas
E. dajii (n = 58) 5,73 x 3,40* 0,61 x 0,57 0,59 0,68 x 0,69 0,68 1,15 0,20 x 0,19 0,69 x 0,58 Berlobus 0,66 x 0,57 Berlobus 0,37 x 0,27 Berlobus 43,28 x 29,26 0,94 mm 1/6 - 1/4 pt follikel berkelompok jelas
Eurytrema spp (n = 5) 2,20 x 1,20* 0,34 x 0,33 0,34 0,44 x 0,44 0,44 1,29 0,12 x 0,12 0,22 x 0,18 Kurang berlobus 0,22 x 0,18 Kurang berlobus 0,12 x 0,10 Kurang berlobus 44,1 x 29,4 0,49 mm 1/7 - 1/6 pt follikel berkelompok tidak jelas
= ujung anterior tubuh = batil isap mulut = batil isap perut = panjang tubuh = rerata ukuran tubuh setelah diwamai
Tabel 3. Ciri-ciri morfologis spesies Eurytrema Ciri-ciri morfologi Panjang tubuh (mm) Lebar tubuh (mm) Diameter BIM (mm) Diameter BIP (mm) Farinks (mm) Telur (gm)
E. pancreaticum: (JANsoN, 1889) 9,5-16,0 5,5-8,5 2,1 1,45-1,9 0,54* 50x34
Keterangan : ND = tidak ada data * =diameter (NEVEU-LEMAIRE, 1936)
33 0
E. coelomaticum dan BILLET, 1892) 12 7 0,83-0,85 0,83-0,85 ND 42 - 46 x 23 -27
(GIARD
E. dajii
1924) 5-6,7 3,5-4,0 0,75 0,85 0,25 x 0,22 32-40x22-27
(BHALERAO,
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 1001
Sampel asal Makassar dan D .I. Aceh dijumpai 2 spesies cacing yang berbeda sedangkan sampel asal DIY hanya 1 spesies pada 1 induk semang yang sama. Hal ini berbeda dengan laporan sebelumnya yang menyebutkan bahwa spesies yang berbeda mungkin tidak hidup bersama pada induk semang definitif yang sama (MORIYAMA, 1982). Tidak dijumpainya E. pancreaticum di DIY dan Makassar serta Eurytrema spp . di DI Aceh dan DIY diduga karena faktor lingkungan dan induk semang definitif yang berbeda dan juga mungkin karena waktu pengambilan sampel yang relatif singkat yaitu lebih kurang 1 rninggu. Untuk penelitian selanjutnya dirasakan perlu untuk mempertimbangkan faktor tersebut di atas sehingga dapat memberikan gambaran tentang spesies Eurytrema yang ada di Indonesia .
KESIMPULAN DAN SARAN Hasil identifikasi menunjukkan bahwa secara morfologis genus Eurytrema yang berasal dari DI. Aceh, Yogyakarta dan Makassar ada 3 spesies yaitu E. pancreaticum, E. dajii dan Eurytrema spp . Eurytrema pancreaticum hanya dijumpai pada sampel asal DI. Aceh, E. dajii pada semua sampel dan Eurytrema spp . hanya dijumpai pada sampel asal Makassar. Induk semang definitif dapat terinfeksi lebih dari satu spesies Eurytrema . Penelitian yang sama perlu dilakukan lebih lanjut terutama di daerah lainnya, dengan demikian akan diperoleh tambahan informasi tentang spesies Eurytrema yang ada di Indonesia .
Gambar 1 . Eurytrema pancreaticum digambar dengan camera lucida, posisi dorsal, bar = 80,6 ~Im Keterangan Bim = batil isap mulut ; f = farinks ; ks = kantung sirrus; vs = vesikula seminalis ; bip = batil isap perut ; t = testis ; ov = ovarium; v = vitellaria ; u = uterus
33 1
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002
Gambar 2. Eurytrema dajii digambar dengan camera lucida, posisi dorsal, bar = 76,3 ~Im Keterangan Bim = batil isap mulut ; f = farinks ; ks = kantung sirrus ; vs = vesikula seminalis; bip = batil isap perut; t = testis ; ov = ovarium; v = vitellaria ; s = sekum ; u = uterus
Gambar 3. Eurytrema spp. digambar dengan camera lucida, posisi dorsal, bar = 28,6 wm Keterangan Bim = batil isap mulut ; f = farinks ; ks = kantung sirrus; vs = vesikula seminalis ; bip = batil isap perut ; t = testis ; ov = ovarium ; v = vitellaria ; s = sekum; u = uterus
332
.Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2002
DAFTAR PUSTAKA
INOUE,
ARASU, P., H. MELINDA and R.M . GATENBY . 1991 . Studies of pancreatic infections in sheep. Annual Report, SR-CRSP Sungai Putih, North Sumatra, Indonesia. pp . 50-57. BASCH, P.F . 1965 . Completion of the life cycle of Eurytrema (Trematoda . Dicrocoeliidae) . J. panereaticum Parasitol. 51 : 350 - 355 .
CABLE, D.M . 1961 . An illustrated laboratory manual of parasitology . Burges Publishing Company, Minniapolis . CHINONE, S., T. FUKASE and H . ITAGAKI . 1984. Experimental infection of domestic cats with Eurytrema panereaticum and E. coelematicutn (Trematoda ; Dicrocoeliidae) . Jap. J Parasitol. 33 (1): 29-39.
DORNY, P., A. BATUBARA, I. MIRZA and V.S . PANDEY . 1996 . Helminth infections of sheep in North Sumatra, Indonesia. Vet. Parasitol. 61 (3-4) : 353-358 . GATENBY, R.M ., E. ROMJALI, A.J. WILSON, M. HUTAURUK, J.GLENN and A.D. PITONO . 1992 . Comparison of three (Eurytrema control pancreatic fluke drugs to panereaticum) in sheep. Working Paper No 137. SRCRSP, SBPT, Deli Serdang, North Sumatra, Indonesia. Gu, J.T ., R.K . Liu, Q.F . Li, X.M . WANG, L.T. DA, C.T. TANG and Z.Z . TANG . 1990. . Epidemiological survey on Eurytrema panereaticum and Dicrocoelium chinensis in sheep in the Southern area of Daxinganling mountain of inner Mongolia . Chinese J Vet. Sci. and Techn. 16 .
3:15-
T.,
A.
TAKESHI
and
H.
SHIGEHISA.
1986 .
Electrophoretic studies isozymes of two japanes fluke, Eurytrema panereaticum and E. coelentatieum . Jpn. J. Parasitol. 35 (2): 115-120.
ISHII, Y., M . KOGA, T. FUJINO, H. HIGO, J. ISHIBASHI, K. OKA and S. SAITO. 1983 . Human infection with the pancreas fluke, Eurytrema panereaticum . Am . J. Trop . Med. Hyg. 3 2 (5) : 1019-22.
LAPAGE, G. 1959 . Monning's veterinary helminthology and 4`h entomology. Ed . Bailliere, Tindall and Cox. London . pp . 39-40. METCALF, C.L . and W.P . FLINT. 1979 . Destructive and useful 4`h insect their habbits and control. T.M .H . Edition . Edition. Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd . New Delhi. pp. 200-201 . MORIYAMA, N. 1982 . Karyological studies of bovine pancreatic flukes (Eurytrema sp .) and their phenotypes . J Parasitol. 68 (5) : 898-904. NEVEU-LEMAIRE,M. 1936 . Traite D'helminthologie medicale et veterinaire. V. Freres (Editeurs). Paris. pp. 108-111 . TANG, C.C . 1950 . Studies on the life history of Eurytrema panereaticum . J. Parasitol. 36 : 559 - 573 WIRORENO, W., W.P . CARNEY Description and growth
and M. pattern
ANSORL 1987 . of Eurytrema
panereaticum from Bos indicus from east Java. Procc. of Helminth . Society of Washington . 54 (1) : 73-77.