Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013 ANALISIS SPATIAL UNTUK PEMETAAN POPULASI KERANG SIMPING BERDASARKAN SEBARAN KLOROFIL-a DI PERAIRAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG 1
2
Sigit Febrianto , Muhammad Zainuri , Jusup Suprijanto
MA-23
3
1
Mahasiswa Magister Manajemen Sumberdaya Pantai UNDIP Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP 3 Magister Manajemen Sumberdaya Pantai UNDIP
2
Abstrak Laut Jawa merupakan salah satu habitat dan persebaran kerang simping (Amussium pleuronectes). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi tangkapan kerang simping di perairan Ulujami Pemalang berdasarkan pendekatan sebaran klorofil-a disuatu perairan dengan menggunakan analisis spatial. Materi dalam penelitian ini adalah kerang simping yang tertangkap dan data klorofil-a yang diambil dilapangan dan citra satelit, setiap 1 bulan sekali selama 4 bulan, dari Bulan Oktober – November 2012 dan Januari – Februari 2013. Metode penelitian yang digunakan yakni metode deskriptif eksploratif dengan pendekatan sistem informasi geografis. Hasil penelitian menunjukan 3 bahwa perairan dengan nilai klorofil-a berkisar antara 0,17-0,562 mg/m menunjukan kelimpahan kerang simping yang tinggi dengan jumlah kerang simping sebanyak 544 ekor dengan berat total 3 4791,90 gr. Sedangkan pada perairan dengan nilai klorofil-a berkisar antara 0,175-0,333 mg/m terdapat kelimpahan kerang simping yang rendah dengan jumlah kerang simping sebanyak 34 ekor 3 dengan berat total 288,36 gr. Pada perairan dengan nilai klorofil-a berkisar antara 0,889-2 mg/m menunjukan kelimpahan kerang simping yang sedang dimana terdapat kelimpahan sebanyak 100 3 ekor dengan berat 952,79 gr. Pada perairan dengan nilai klorofil-a berkisar antara 0,48-0,953 mg/m menunjukan kelimpahan kerang simping yang sedang dimana terdapat kelimpahan sebanyak 80 ekor dengan berat 757,27 gr. Oleh karena itu pemetaan sebaran klorofil-a menunjukan terdapat hubungan dengan jumlah tangkapan dari kerang simping maka hal ini dapat digunakan untuk pendugaan pemetaan populasi kerang simping. Kata kunci: analisis spatial, kerang simping, klorofil-a, Pemalang Pengantar Kerang simping (Amusium pleuronectes) merupakan salah satu jenis bivalvia yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan melimpah di pantai Utara Jawa Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan hasil penelitian Prasetya et al ( 2009) menyatakan bahwa rata-rata produksi kerang simping di Kabupaten Brebes setiap tahun sebesar 52,82 ton, dengan jumlah produksi Simping terbesar dan terkecil masing-masing adalah 68,27 ton (2009) dan 29,98 ton (2007). Keberadaan kerang simping di pantai Utara Jawa ini berkaitan dengan beberapa faktor oseanografi di perairan Laut Jawa seperti kondisi morfologi dari pantai utara Jawa yang relative landai dengan ratarata kedalaman 40 meter dan substrat dasar berlumpur, lumpur berpasir. Lebih lanjut Realino et al. (2006) menyatakan bahwa Laut Jawa memiliki kandungan nutrien dan klorofil-a yang cukup tinggi dan arus dasar perairan yang tidak terlalu besar. Selain itu kondisi hidrologi Laut Jawa sangat dipengaruhi oleh adanya angin muson, pada saat musim muson barat daya arus bergerak dari arah timur dan pada saat musim muson tenggara arus bergerak dari arah barat (Potier et.al 1995). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan kelimpahan populasi kerang simping dengan klorofil-a. Bahan dan Metode Lokasi Dan Waktu Penelitian Lokasi yang menjadi objek penelitian adalah perairan Ulujami Pemalang dengan 16 titik stasiun pengambilan sampel. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober-November 2012dan Januari – Februari 2013. Sedangkan data kualitas perairan terdiri dari suhu, salinitas, DO dan pH juga dilakukan pengukuran pada saat yang bersamaan. Metoda penelitian yang digunakan yakni deskriptive eksplorative yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk membuat pencandraan tentang
Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perairan A (MA-23)
1
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013 kejadian-kejadian yang disajikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai faktor-faktor dan sifat-sifat populasi pada daerah tertentu (Suryabrata, 1992). Teknik penentuan stasiun penelitian menggunakan purposive sampling method yaitu mengambil beberapa daerah kunci yang mewakili keadaan keseluruhan dimana penentuan sumberdata dengan pertimbangan tertentu dalam hal ini pertimbangan yang digunakan adalah kebiasaan nelayan (Hadi, 2004 dalam Dianingrum, 2007). Pengambilan Sampel Pengambilan sampel kerang simping dan data kualitas perairan dilakukan setiap satu bulan sekali selama empat bulan. Alat yang digunakan untuk menangkap sumberdaya perikanan termasuk kerang simping (A. pleuronectes) adalah jaring arad yang mana alat tangkap ini digunakan untuk menangkap biota yang hidup didasar perairan dengan spesifikasi alat tangkap sebagai berikut dimana panjang 450 meter, ukuran mata jaring 2,5 inchi, diameter mulut jaring 4 meter. Selanjutnya biota yang tertangkap dinaikan keatas kapal dan dipisahkan berdasarkan jenisnya kemudian kerang simping yang tertangkap dibawa ke Laboratorium Ilmu Kelautan UNDIP untuk selanjutnya dihitung jumlahnya dan ukurannya. Analisis Data Data-data yang telah diambil dari lapangan selanjutnya dilakukan pengujian dilaboratorium dan dilakukan pengolahan data dengan formulasi sebagai berikut: Klorofil-a Kandungan klorofil dalam sampel air laut yang telah diperoleh kemudian diukur dengan menggunakan UV VIS spektofotometer. Selanjutnya pengukuran absorbansi-nya dengan perhitungan kadar klorofil sebagai berikut : Ca =14,9 E665 Klorofil-a = Ca x (Va/Vs x d) Keterangan : Ca E665 Va Vs D
= klorofil-a yang dinyatakan dalam µg/ml = Penyerapan pada panjang gelombang 665 = Volume ekstrak (ml) = Volume Sampel air laut yang disaring (l) = volume cuvet (Riyono,2006)
Citra Modis Data citra satelit Terra MODIS untuk menduga konsentrasi klorofil-a dan suhu permukaan laut. Prosedur pengolahan citra ini mengacu pada prosedur yang telah dijelaskan oleh Kunarso dkk (2007) dengan menggunakan sofware SeaDas dimana data yang diolah dengan menggunakan software SeaDas ini adalah data suhu permukaan laut dan data klorofil-a. Selanjutnya setiap titik stasiun penelitian diplotkan kedalam peta digital kemudian dilakukan interpolasi. Demikian akan diketahui titik yang memiliki kelimpahan tertinggi berdasarkan hubungan antar titik-titik tersebut Analisis Spatial Overlay data Klorofil-a, Jumlah Tangkapan dan Kedalaman Semua data yang telah diperoleh baik data data primer dan data sekunder dianalisis dengan menggunakan sofware ER Mapper 7.0. Mengacu pada Hartoko et al (2004), adapun proses analisanya dengan membangun layer digital dari model ekosistem (variabel fisika, biologi, kimia, serta hasil tangkapan) melalui model transformasi “geodetic/position data” (degree, Minute, Second / 0 D M’S’’) dari data latitude (Y/bujur) dan longitude (X/lintang) hasil GPS menjadi data dengan nilai tunggal yang dihitung dengan formula: Nilai numerik (Lat ; Long) = Degree + (minute + (second/60))/60 Setelah itu data Y (bujur), X (lintang), dan Z (faktor oseanografi fisika, kimia, biologi, serta hasil tangkapan) dalam bentuk .txt diolah menggunakan software ER Mapper 7.0. Penggunaan software ini dimaksudkan untuk mendapatkan data dalam bentuk layer spasial dengan menggunakan model spasial berdasarkan geo-statistic gridding yang dikenal sebagai metode kriging yang digunakan untuk menginterpolasi distribusi spasial lapisan permukaan air secara horizontal (Hartoko, 2000 dalam Hartoko et al, 2004, dan Hartoko, 2010). Kemudian dilakukan proses pengecekan nilai z dengan
2
Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perairan A (MA-23)
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013 menggunakan edit transform limite. Hal ini dilakukan jika terdapat kisaran nilai yang terlalu jauh atau skala log sehingga akan menyebabkan bias terhadap nilai citra tersebut. Hasil dan Pembahasan Kelimpahan Klorofil-a
Gambar 1. Peta Sebaran klorofil-a Berdasarkan gambar diatas diketahui bahwa diketahui bahwa perairan yang berada dekat dengan 3 daratan memiliki nilai klorofil-a yang tinggi dengan nilai 1,1 µg/m hal tersebut dikarenakan adanya masuknya runoff dari daratan yang dibawa melalui sungai dimana terkandung banyak nutrient. Sedangkan perairan yang relative jauh dari daratan memiliki kandungan klorofil-a yang cenderung 3 lebih rendah yang berkisar antara 0,1-0,4 µg/m . Namun pada saat tertentu dapat memiliki 3 kandungan klorofil-a yang tinggi yang berkisar antara 1,5-2 µg/m dimana hal tersebut disebabkan karena adanya fenomena upwelling dimana naiknya massa air yang ada dibawah yang memiliki kandungan nutrient yang tinggi naik ke permukaan sehingga nutrient tersebut digunakan oleh fitoplankton untuk melakukan proses fotosintesis. Berdasarkan hal teresebut maka kelimpahan klorofil-a dapat digunakan sebagai indikator kesuburan perairan.
Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perairan A (MA-23)
3
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013 Kedalaman
Gambar 2. Peta Kedalaman Perairan Kedalaman suatu perairan merupakan faktor penting dalam menentukan kehidupan kerang simping (Amussium pleuronectes) hal tersebut dikarenakan biota ini hidup didasar perairan atau sering disebut biota bentik. Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui kedalaman perairan dari setiap stasiun penelitian yang mana stasiun 1-4 berada pada kedalaman yang relative dangkal berkisar antara 4-16 meter. Sedangkan pada stasiun 5-8 memiliki kisaran yang cenderung dalam antara 25-29 meter. Pada stasiun 9-12 memiliki kedalaman yang bervariasi antara 8-30 meter dan pada stasiun 13-16 berada pada kisaran kedalaman antara 14-33 meter. Tangkapan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil tangkapan simping yang disajikan dalam gambar 3. Berdasarkan gambar tersebut diketahui jumlah tangkapan kerang simping yang bervariasi dimana tangkapan tertinggi terdapat pada stasiun 5-8 yang berkisar antara 120-150 ekor. Sedangkan tangkapan terendah berada pada stasiun 1-4 yang berkisar antara 1-31 ekor. Sedangkan untuk stasiun 9-12 dan 13-16 kerang simping yang tertangkap cukup banyak berkisar antara 14-33 ekor.
Gambar 3. Peta Tangkapan Kerang simping
4
Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perairan A (MA-23)
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013 Overlay data klorofil-a, tangkapan dan kedalaman perairan.
Gambar 4. Peta Overlay data Tangkapan, Klorofil-a dan Kedalaman Pada gambar overlay diatas terlihat bahwa data tangkapan tertinggi berada pada sebelah barat yang ditunjukan dengan warna ungu kemerahan yang diikuti dengan kedalaman perairan yang cukup dalam yang berkisar antara 25-29 meter, namun memiliki kandungan klorofil-a yang rendah. Hal tersebut dikarenakan kerang simping mengkonsumsi jenis fitoplankton yang memiliki kandungan pigmen klorofil-a yang relative rendah jika dibandingkan dengan jenis lainnya seperti Coscinodiscus dan Skeletonema. Sedangkan hasil tangkapan terendah terdapat pada perairan yang dekat dengan pantai yang ditunjukan dengan warna hijau hal tersebut dikarenakan pada perairan ini berada pada kedalaman yang relative dangkal dengan kisaran antara 4-16 meter. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Bedasarkan penelitian ini diketahui terdapat keterkaitan antara kelimpahan klorofil-a dengan jumlah populasi kerang simping Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa kedalaman perairan merupakan faktor penting dalam keberadaan kerang simping. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan rentang waktu yang lebih lama dan variable yang lebih banyak terkait dengan kehidupan dan keberadaan kerang simping. Ucapan Terima kasih 1. Beasiswa Unggulan BPKLN yang telah memberikan beasiswa S2 Manajemen Sumberdaya Pantai UNDIP 2. Tim Peneliti Hibah Pasca Sarjana TA 2012/2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 3. Prof. Dr. Ir Muhammad Zainuri, DEA selaku pembimbing 4. Dr. Ir. Jusup Suprijanto, DEA Selaku Pembimbing 5. Nelayan Ulujami Pemalang yang telah membantu proses pengambilan data 6. DKP kota Pemalang yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian
Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perairan A (MA-23)
5
Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013 Daftar Pustaka Hadi, S. 2004. Metodologi Research. Jilid 1, Penerbit Andi, Yogyakarta. Dalam Dianingrum Anindya Mutiara. 2007. Studi Pola Transpor Sedimen di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. (Skripsi). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, Semarang. Hartoko A. 2000. Teknologi Pemetaan Dinamis Sumber Daya Ikan Pelagis melalui Analisis Terpadu Karakter Oseanografi dan Data Satelit NOAA, Landsat TM dan SeaWIFS GSFC di Perairan Laut Indonesia. Ministry of Research and Technology, DRN, Jakarta. Dalam Hartoko A., and A.L.Kangkan. 2009. Spatial Modeling for ariculture Site Selection Based On Ecosystem Parameters at Kupang Bay, East Nusa Tenggara Indonesia. IReSES International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences Vol 6: 57 – 64pp. Hartoko A., and Helmi M. 2004. Development of Digital Multilayer Ecological Model for Padang Coastal Water (West Sumatera). ISSN: 1410-5217 Journal of Coastal Development, 7(3) : 129 – 136 pp Hartoko A. 2010. Spatial Distribution of Thunnus. sp, Vertical and Horizontal Sub-Surface Multilayer Temperature Profiles of In-Situ Agro Float Data in Indian Ocean. ISSN: 1410-5217 Journal of Coastal Development 14(1): 61 – 74 pp. Kunarso dkk. 2007. Pedoman Pengolahan Citrra Satelit MODIS Harian. Semarang; Tim Peneliti Studi Keunggulan Aplikasi Teknologi Peramalan Fishing Ground Tuna dengan Data Upwelling dan Data Real Time Satelit untuk Berburu Ikan Tuna pada Variasi Iklim Global. Potier, M. dan Nurhakim, S. 1995. Biology, Dynamics, Exploitation Of The Small Pelagic Fishes In The Java Sea (BIODYNEX). Penerbit PELFISH. 281 hlm. Prasetya, J D, Suprijanto, J, Hutabarat, J. 2009. Potensi Kerang Simping (Amusium Pleuronectes) di Kab. Brebes Jawa Tengah Realino B, Teja A. Wibawa, Dedy A. Zahrudin, Asmi M. Napitu. 2006. Pola spasial dan Temporal Kesuburan Perairan Permukaan Laut Indonesia. BROK, Badan Riset Kelautan Perikanan DKP Jembrana Bali. Riyono, S.H. 2006. Beberapa metode pengukuran klorofil fitoplankton dilaut. Jurnal Oseana XXX1(3): 33-44 hlm. Suryabrata, S. 1992. Metoda Penelitian. Rajawali Press. Jakarta: 13 hlm Tanya Jawab Penanya
:
Ahmad Faizal
Pertanyaan
:
Menggunakan data harian dan citra fordis, apakah klorofil-a ada kaitannya dengan organisme yakni kerang simping? Saran : ada baiknya menggunakan data bulanan atau data tahunan agar melihat korelasi kondisi kandungan.
Jawaban
:
Karena data bulanan berorientasi pada bulan-bulan barat dan menggunakan satelti yang pasif apabila ada tutupan awan maka tidak bisa merekam.
6
Semnaskan_UGM/Manajemen Sumberdaya Perairan A (MA-23)