Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, GOOD CORPORATE GOVERNANCE: STRATEGI EKTERNAL UNTUK MENINGKATKAN NILAI PERUSAHAAN Oleh: Damayanti, Suprihatin Ali dan K.Bagus Wardianto Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis FISIP Universitas Lampung
ABSTRACT This study aims to determine how the effect of Good Corporate Governance (GCG) to Corporate Social Responsibility (CSR) and to determine whether CSR is able to be used as a strategy to enhance shareholder value. By using multiple regression analysis to examine firms that enter the Indonesia Stock Exchange and into PROPER Ministry of Environment issued in 2005 to 2007, the importance of the results of research that GCG insignificant effect on CSR, while GCG and CSR jointly affect the value of the company. Keywords: Good Corporate Governance, Corporate Social Responsibility I.
PENDAHULUAN
Perusahaan merupakan unit bisnis yang di dalamnya adalah kelompok orang yang memiliki tujuan yang sama dan berusaha mencapai tujuan tersebut secara bersama. Orientasi perusahaan adalah meningkatkan kesejahteraan bagi para pemilik modal (shareholder) dan kreditur. Penelitian mengenai perusahaan seperti faktor- faktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan telah sering dilakukan. Seperti penelitian Suranta dan Pranata. (2004) yang menemukan bahwa struktur risiko keuangan dan perataan laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Begitu juga dengan Andayani, dkk. (2008) yang mengungkapkan dalam hasil penelitiannya bahwa corporate social responsibility, good corporate governance dan intelectual property memiliki pengaruh yang positif terhadap nilai perusahaan. Beberapa tahun terakhir banyak perusahaan yang semakin menyadari pentingnya menerapkan program corporate social responsibility (CSR) sebagai bagian dari strategi bisnisnya. S trategi perusahaan, khususnya CSR dapat menciptakan image yang positif bagi perusahaan dari pihak eksternalnya. Hasil survey ―The Millenium Poll on CSR‖ (1999) yang dilakukan oleh Environics International (Toronto), Coference Board (New York) dan Pronce of Wales Business Leader Forum (london) terhadap 25.000 responden di 23 negara yang terkait CSR dalam membentuk opini dan image perusahaan dalam Hadi (2011), menunjukkan bahwa 60% dari responden menyatakan bahwa etika bisnis, ptraktek sehat terhdap karyawan, dampak lingkungan paling berperan membentuk reputasi perusahaan. Sementara 40% responden juga berpendapat bahwa citra perusahaan dan brand image paling mempengaruhi kesan positif mereka. Anehnya, hanya 1/3 dari opini responden terbentuk dari faktor- faktor bisnis fundamental, seperti faktor finansial, ukuran perusahaan, strategi perusahaan dan manjemen Beberapa citra dan reputasi perusahaan terkait dengan ketersediaan melaksanakan tanggung jawab sosial (CSR) ternyata memiliki kemanfaatan dalam
264
Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012
mendukung eksistensi perusahaan di mata stakeholder. Penerapan CSR ini pun akan berdampak positif bagi kegiatan bisnis perusahaan. Mereka bisa membangun hubungan dengan masayarakat secara lebih positif. Hubungan kuat ini akan menjadi benteng yang sangat baik bagi perusahaan. Dampak yang tak kalah pentingnya adalah citra perusahaan yang menjadi terangkat. Kecenderungan terakhir memperlihatkan bahwa perusahaan-perusahaan yang mampu melaksanakan CSR dengan baik, maka produk-produk mereka juga dapat diterima dengan lebih baik oleh masyarakat. Akhirnya penerapan CSR memberi jaminan terhadap kelangsungan hidup dan meningkatkan pendapatan hidup. (Nasir dan Darwin, 2008). Dengan demikian perusahaan tidak hanya sekedar bertanggung jawab terhadap pemilik (shareholder) sebagaimana yang etrjadi selama ini, namun bergeser menjadi lebih luas, yaitu sampai pada ranah sosial kemasyarakatan (stakeholder). Stakeholder merupakan semua pihak baik internal maupun eksternal yang memiliki hubungan baik bersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi, bersifat langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan (Hadi, 2011). Berdasarkan hal tersebut perusahaan tidak dapat melepaskan diri dengan lingkungannya. Perusahaan perlu menjaga legitimasi stakeholder serta mendudukannya dalam kerangka kebijakan dan pengambilan keputusan, sehingga dapat mendukung dalam pencapaian tujuan perusahaan, yaitu stabilitas usaha dan jaminan going concern (Adam dalam Hadi, 2011). Berdasarkan konsep CSR tersebut, manager dalam perusahaan hendaknya memperhatikan kepentingan dari semua pihak, baik pihak shareholder, maupun kepentingan stakeholeder, seperti karyawan, pelanggan, pemasok dan lingkungan masyarakat sekitar, sehingga akan menciptakan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance/GCG). GCG meliputi kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit yang ada dalam perusahaan dan kualitas audit dari perusahaan tersebut. Berdasarkan konsep di atas (konsep shareholder dan stakeholder), dapat menunjukkan bahwa CSR dalam hubungannya dengan GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan dan norma perusahaan, akibat adanya aktivitas CSR yang meningkatkan citra positif perusahaan, sehingga dengan adanya hubungan tersebut, maka dalam perspektif ekonomi, perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan. II.
MASALAH PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini antara lain: 1. Apakah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit dan kualitas audit berpengaruh baik secara simultan maupun secara parsial terhadap corporate social responsibility pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek indonesia? 2. Apakah CSR, kepemilikan manajerian, komite audit dan kualitas audit berpengaruh baik secara simultan maupun parsial terhadap nilai perusahaan pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek indonesia?
265
Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek indonesia (BEI). Jumlah populasi sebesar 339 perusahaan. Penelitian ini menggunakan puposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008), sedangkan yang di analisis dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008. Adapun pertimbangan yang diambil adalah sebagai berikut. 1. Semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Perusahaan-perusahaan tersebut yang telah mempublikasikan laporan keuangannya per 31 Desember 2007 secara terus- menerus dan telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik sampai dengan 31 Desember 2010 dengan asumsi bahwa UU RI No.40 tahun 2007, sehingga diasumsikan bahwa CSR dimulai tahun 2007 sesuai dengan UU. 3. Variabel yang digunakan sedapat mungkin nampak atau ada dalam periode pengamatan. 4. Perusahaan-perusahaan tersebut masuk dalam Indeks Peringkat Hijau yang diterbitkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup. Berdasarkan kriteria yang telah disebutkan sebelumnya, maka didapat 14 perusahaan sebagai sampel dalam penelitian ini yang disajikan dalam tabel 3.1. Tabel 3.1 Daftar Perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai sampel. NO NAMA PERUSAHAAN 1 PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. 2 PT. Bukit Asam (Persero), Tb k. 3 PT. Aneka Tambang, Tbk. 4 PT Medco Energy International, Tbk. 5 PT Astra International, Tbk. 6 PT Holcim Indonesia, Tbk. 7 PT Semen gresik (Persero), Tb k. 8 PT Bu mi Resources, Tbk. 9 PT Toba Pulp Lestari, Tb k. 10 PT Titan Petrokimia Nusantra, Tbk. 11 PT Astra Agro Lestari Indonesia, Tbk. 12 PT Unilever Indonesia, Tbk. Sumber: Bu rsa Efek Indonesia tahun 2007 – 2010 (data diolah)
Sumber dan Metode Pengambilan Data Sesuai dengan jenis data dalam penelitian ini, yaitu data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan farmasi dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi atau disebut juga metode arsip (archival research). Data sekunder ini diperoleh dari situs resmi BEI adalah www.idx.co.id.
266
Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012
Identifikasi variabel penelitian
1.
Variabel yang digunakan adalah sebagai berikut: Variabel terikat (dependent) : Y Yang menjadi variabel terikat di sini adalah nilai perusahaan yang diukur dengan Tobin‘s Q. Tobin‘s Q dihitung dengan rumus: (CP x Jumlah saham
TL
I)
CA
Tobin' s Q TA
Keterangan: CP = Closing Price TL = Total Liabilities I = Inventory CA = Currnt Assets TA = Total Assets 2. Variabel bebas (independent) : X X1: Pengungkapan CSR adalah pengungkapan informasi yang berkaitan dengan peringkat tanggung jawab sosial perusahaan yang diterbitkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup. (5 untuk kategori emas, 4 untuk kategori hijau dan 3 untuk kategori biru 2 untuk kategori merah dan 1 untuk kategori hitam). X2: Good Corporate Governance diproksikan dengan kepemilikan manajerial yang diukur dengan kepemilikan institusional diukur dengan kepemilikan saham oleh investor institusional yang dinyatakan dengan persentase (%) dengan membandingkannya dengan jumlah lembar saham yang dimiliki oleh investor institusional dengan total jumlah lembar saham yang beredar, komite audit dengan menhitung jumlah komite audit yang ada dalam laporan keuangan perusahaan, ukuran dewan komisaris, yaitu jumlah seluruh anggota dewan komisaris yang ada dalam perusahaan (Dewan komisaris dihitung dengan menjumlahkan semua anggota dewan komisaris dalam perusahaan yang disebutkan dalam laporan keuangan. Terakhir adalah independensi dewan komisaris yang diwakili proporsi komisaris independen dalam suatu perusahaan atau rasio perbandingan anggota komisaris independen dibagi dengan jumlah total anggota dewan komisaris. 3. Variabel control: a) DA yang diukur dengan rasio dari total hutang dibagi dengan total aktiva. b) Pertumbuhan Penjualan (GROWTH) yang diukur dengan: Δ ((penjualant penjualant-1 )/(penjualant-1 )x100
Diperlukannya variabel kontrol karena CSR dipengaruhi beberapa faktor dari karakteristik perusahaan, salah satunya pertumbuhan penjualan dan rasio hutang dibagi dengan total aktiva. Metode Analisis Data 1.
Analisis Deskriptif
Teknik analisis deskriptif digunakan untuk mengungkap gambaran data secara deskriptif yaitu dengan cara menginterpretasikan hasil pengolahan data nominal empiris dan deskripsi data seperti mean, median, dan standar deviasi guna mengetahui keadaan data berdasarkan hasil penelitian. Hasil analisis deskriptif berguna untuk mendukung interpretasi terhadap hasil analisis dengan
267
Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012
teknik lainnya. Menurut Akbar (2005:35), statistik deskriptif berguna untuk memberikan awareness akan data yang akan dijadikan fokus penelitian. 2.
Analisis Inferensial
Akbar (2005:41), menyatakan bahwa statistika inferensi digunakan untuk membuat berbagai inferensi (pengambilan keputusan) terhadap sekumpulan data yang ada di sampel, misalnya peramalan, perkiraan, penga mbilan keputusan dan lain sebagainya. Teknik analisis inferensial yang digunakan dalam penelitian ini adalah model multi regresi linier atau regresi linier berganda. Menurut (R. Gunawan Sudarmanto, 2005:160), model persamaan regresi berganda adalah: Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + β6 X6 +...+ ε Maka berdasar model contoh di atas, model persamaan regresi berganda pada penelitian ini diajukan sebagai berikut: CSR = α+β1KPI +β2AUDIT +β3UDK+β4IDK+β5DA + β6GROWTH+...+ ε...................... (1) TOBIN‘S Q = α + β1CSR + β2KPM + β3AUDIT + ε ........................................................ (2)
Keterangan : CSR = Peringkat CSR yang diterbitkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (1 untuk kategori emas, hijau dan biru, 0 untuk kategori merah dan hitam). α = Konstanta β1, β 2, β3, β4, β 5, β6 = Koefisien regresi KPM = kepemilikan institusional AUDIT = ju mlah anggota ko mite audit dalam perusahaan UDK = ju mlah anggota dewan ko misaris dalam perusahaan IDK = rasio perbandingan anggota ko misaris independen dengan ju mlah total anggota dewan ko misaris. DA = rasio hutang dibagi dengan total aktiva GROWTH = pertu mbuhan penjualan
TOBIN' S Q ε
(CP x Jumlah saham TA
TL
I)
CA
D
= Kesalahan pengganggu
Dari model persamaan yang telah dibentuk, akan dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh antara beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat dengan melihat besarnya koefisien (β) masing- masing variabel bebas. Agar model regresi tersebut dapat digunakan untuk estimasi, maka harus memenuhi asumsi kasik, karena itu menurut Algifari (2000 ; 83) model regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Squares/OLS) merupakan model regresi yang menghasilkan estimator tidak bias terbaik (Best Linear Unbias Estimator/BLUE). Asumsi klasik yang dianggap penting untuk diuji adalah: (1)
268
Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012
Uji Normalitas, (2) Uji Non-Multikolinieritas, (3) Uji Non-Heterokedastisitas, dan (4) Uji Non-Autokorelasi. IV.
HASIL DAN PEMBAHSAN
1.
Hasil Analisis Data
a)
Analisis Statistik Deskriptif Analisis stratistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran tentang data-data yang diteliti. Hasil statistik deskriptif dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif Pengaruh GCG dan CSR terhadap Nilai Perusahaan. M ean TOBIN'S Q CSR KEPEM ILIKAN ISNTRITUSIONAL KOM ITE AUDIT UKURAN DEWAN KOM ISARIS INDEPENDENSI DEWAN KOM ISARIS
Std. Deviation
N
2.971667 3.81
2.9940139 .532
48 48
.693892
.2213543
48
2.04
2.010
48
6.06
2.245
48
.448531
.1387332
48
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 12 perusahaan dan sebanyak 48 kali pengamatan dalam 4 tahun, sehingga dapat diketahui bahwa rata-rata nilai CSR dari 12 perusahaan adalah sebesar 3,81 dengan standar dviasi sebesar 0,532. Hal ini berarti bahwa rata-rata dari 12 perusahaanyang diteliti memiliki peringkat CSR minimal peringkat Hijau bahkan di atas peringkat tersebut, yaitu biru bahkan peringkat emas. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui dari 12 perusahaan yang memiliki nilai CSR kurang dari rata-rata, yaitu PT Astra Agro Lestari, PT Bumi Resources, PT Titan Kimia Nusantara, dan PT Tambang Bukit Asam masing- masing memiliki nilai CSR sebesar 3,75. Selanjutnya PT Astra Internasional Indonesia dan PT Unilever Indonesia meiliki nilai CSR masing- masing sebesar 3,25. Dan PT Medco energy memiliki nilai CSR sebesar 3,5. Sedangkan PT Aneka Tambang, PT Indocement Tunggal Prakarsa, PT Toba Pulp Lestari dan PT Semen Gresik memiliki nilai CSR di atas rata-rata, yaitu masing- masing sebesar 4, 4,5, 4 dan 4. Selanjutnya variabel kepemilikan institusional memiliki rata-rata sebesar 0,693892 dengan standar deviasi sebesar 0,2213543. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa kepemilikan saham institusional yang berada di atas ratarata ada 8 perusahaan, yaitu PT Atra agro Lestari, PT titan Kimia Nusantara, PT Toba Pulp Lestari, PT Indocement Tunggal Prakarsa, PT tambang Bukit Asam, PT Holcym Indonesia, PT Semen Gresik dan PT Unilever Indonesia. Sedangkan sisanya 4 perusahaan, yakni PT Aneka Tambang, PT Astra Internasional, PT Bumi Resources dan PT Medco Energy memiliki kepemilikan saham institusional di bawah rata-rata. 269
Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012
Kemudian variabel komite audit memiliki rata-rata 2,04 dengan standar deviasi sebesar 2,010. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat 7 dari 12 perusahaan memiliki rata-rata komite audit di atas rata-rata, yakni yaitu PT Atra agro Lestari, PT Aneka Tambang, PT Bumi Resources, PT Medco Energy, PT tambang Bukit Asam, PT Holcym Indonesia dan PT Unilever Indonesia. Sedangkan sisanya, PT titan Kimia Nusantara, PT Toba Pulp Lestari, PT Indocement Tunggal Prakarsa, PT Semen Gresik, dan PT Astra Internasional memiliki komite audit di bawah rata-rata. Untuk ukuran dewan komisaris, rata-rata perusahaan adalah sebesar 6,06 dengan strandar deviasi sebesar 2,245 yang menunjukkan bahwa hanay 5 dari 12 perusahaan yang memiliki ukuran dewan komisaris di atas rata-rata, yaitu PT Astra Agro lestari, PT Astra Internasional, PT Bumi Resources, PT Indocement Tunggal Prakarsa dan PT Holcym Indonesia, sedangkan sianya memiliki ukuran dewan komisaris di bawah rata-rata. Untuk nilai indepensi dewa komisaris memiliki nilai rata-rata sebesar 0,448531 dengan strandar deviasi sebesar 0,1387332. Dari 17 perusahaan, diketahui bahwa terdapat 6 perusahaan yang memiliki independensi dewan komisaris di atas rata-rata, yaitu PT Aneka Tambang, PT Astra Internasional, PT Titan Kimia Nusantara, PT Taba Pulp Lestari, PT semen Gresik dan PT Unilever Indonesia, yang masing masing sebesar 0,49168, 0,49038, 0,45833, 0,45833, 0,475 dan 0,7875. Sedangkan sisanya 6 perusahaan yaitu PT Asta Agro Lestari sebesar 0,41519, PT Bumi resources sebesar 0,25, PT Indocement Tunggal Prakarasa sebesar 0,34286, PT Medco Energy sebesar 0,38333, PT Tambang Bukit Asam sebesar 0,38333 dan terakhir PT Holcym Indonesia sebesar 0,44645. b). Analisis Statistik Inferensial Analisis statistik inferensi digunakan untuk pengemblan keputusan tentang parameter populasi dari sampe yang ada. A.
Hasil Regresi/ Estimasi
Hasil Estimasi atau persamaan regresi dalam penelitian ini adalah: Tobin‘s Q = 4,562 + 1,377CSR + 1,407KPI - 0,28AUDIT + 0,20UDK + 8,622IDK – 2,789DA – 116 GROWTH Dimana: Tobin‘s Q CSR KPI AUDIT UDK IDK DA GROWTH
= Nilai Perusahaan = Corporate Social Responsibility = Kepemilikan Institusional = Komite Audit = Ukura Dewan Komisaris = Independensi Dewan Komisaris = rasio Leverage = pertumbuhan penjualan.
270
Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012
B. Uji Asumsi Klasik Dalam penelitian ini menggunakan empat buah alat uji yaitu: a. Uji Normalitas Penelitian ini menggunakan grafik normal P-P plot untuk menguji apakah sampel dalam penelitian ini merupakan jenis distribusi normal. Hasil pengujian untuk membuktikan distribusi normal pada model yang digunakan. Hasil uji normalitas selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar. 4.1 Hasil Uji Normalitas
Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa pencaran residual berada di sekitar garis lurus melintang, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai residual mengikuti fungsi distribusi normal. b. Uji Non-Autokorelasi Penyimpangan model regresi klasik yang kedua adalah adanya autokorelasi dalam model regresi. Artinya, adanya korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Dengan kata lain terdapat korelasi antara sesama data pengamatan dimana adanya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya (data time series yang saling berhubungan), sehingga koefisien korelasi yang didapat menjadi kurang akurat. Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam suatu model regresi adalah varians sampel tidak dapat menggambarkan varians populasinya. Lebih jauh lagi, model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen pada nilai variabel independen tertentu. Untuk mendiagnosis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan pengujian melalui nilai uji Durbin-Watson. Berikut hasil perhitungan Durbin-Watson dengan menggunakan regresi :
271
Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012
Tabel 4.2 Pengujian Asumsi Autokorelasi Pengaruh Struktur Modal terhadap profitabilitas
Nilai
dl
du
4-du
4-dl
1.4206
1.6739
2.3261
2.5794
dw 1.761
Interprestasi Tidak ada autokorelasi
Sumber data : Data primer yang diolah Lamp iran 2 Keterangan : - Ju mlah data (observasi) = 50 - Dependent Variabel Stru ktur Modal (Y)
Angka Durbin-Watson sebesar 1.761, untuk mendekati autokorelasi bisa dilihat dari tabel 4.2 Jika nilai Durbin-Watson berada diantara du dan 4-du berarti tidak terjadi autokorelasi. Dari hasil perhitungan terlihat bahwa nilai dari uji Durbin-Watson untuk semua variabel adalah 1.761 yaitu lebih besar dari 1.6739 dan lebih kecil dari 2.3261 yang ditunjukkan dengan du < dw < 4-du : (1.6739 < 1.761 < 2.3261). Hal ini berarti pada model regresi tidak terdapat masalah autokorelasi. c. Uji Non-Multikolinieritas Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dapat dilihat dari Variance Inflation Factor (VIF). Multikolinieritas terjadi jika nilai VIF > 10 dan sebaliknya apabila VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas (Yamin, 2009). Dalam penelitian ini diperoleh VIF seperti pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Uji Multikolinieritas Variance Inflation Factor (VIF) Vari abel Independen
NILAI VIF
KETERANGAN
CSR 1,162 Tidak ada indikasi kolinearitas antar variabel Kepemilikan Instritusional 2,233 Tidak ada indikasi kolinearitas antar variabel Ko mite audit 1,282 Tidak ada indikasi kolinearitas antar variabel Ukuran Dewan Ko misaris 1,647 Tidak ada indikasi kolinearitas antar variabel Independensi Dewan Tidak ada indikasi kolinearitas antar variabel Ko misaris 1,336 Leverage 1,450 Tidak ada indikasi kolinearitas antar variabel Growth 1,325 Tidak ada indikasi kolinearitas antar variabel Sumber Data : Data primer yang diolah Lamp iran 3 Keterangan : Ju mlah data (observasi) = 48, Dependent Variabel Nilai Perusahaan (Y)
Dari tabel 4.3 tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk semua variabel tidak terjadi multikolinieritas, hal ini ditunjukkan dengan nilai VIF lebih kecil dari 10. d. Uji Non-Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas akan mengakibatkan penaksiran koefisien-kefisien regresi menjadi tidak efisien. Hasil penaksiran akan menjadi kurang dari semestinya. Heteroskedastisitas bertentangan dengan salah satu asumsi dasar regresi linier, yaitu bahwa variasi residual sama untuk semua pengamatan atau disebut homoskedastisitas (Gujarati, 1997:178). Untuk menguji tidak terjadinya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat hasil scatterplot, pencaran data tidak menunjukkan suatu pola tertentu. Hasil scatterplot dapat dilihat pada gambar 4.2. 272
Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012
Gambar 4.2. Hasil Uji Heterokedastisitas Berdasarkan gambar di atas, maka dapat diketahui bahwa pencaran data tidak menunjukkan suatu pola tertentu. Pencaran data menyebar secara acak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak adanya problem heteroskedastisitas pada residual atau dengan kata lain terjadi homokedastisitas pada residual. C. Hasil Pengujian Hipotesis Hasil Hipotesis 1. 1. Uji F Peringkat CSR yang digunakan dalam penelitian ini adalah peringkat yang diterbitkan oleh Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia, yakni PROPER, yang memberikan beberapa tingkatan, yaitu emas, hijau, biru, merah dan hitam. Sebagai langkah untuk mengetahui apakah kepemilikan institusional, komite audit, ukuran dewan komisaris dan independensi dewan komisaris memiliki pengaruh terhadap CSR secara simultan, maka dilakukan uji-F dengan hasil yang dapat dilihat pada tabel 4.4 Tabel 4.4 Hubungan dan Pengaruh GCG terhadap CSR Model Regression 1 Residual Total
Sum of Squares df Mean Square 1.856
6
.309
11.456
41
.279
13.313
47
F
Sig.
1.107 .375a
Sumber: data diolah (2012)
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa nilai p-value F test sebesar 0,375, yang berrti nilai p-value > probabilitas (0,375>0,05), maka hipotesis 1 ditolak yang berarti bahwa secara keseluruhan variabel kepemilikan institusional (X1), komite audit (X2), ukuran dewan komisaris (X3) dan independensi dewan komisaris (X4) dengan variabel moderat leverage perusahaan dan growth/pertumbuhan secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh (signifikan) terhadap variabel pengungkapan corporate social responsibility/CSR (Y).
273
Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012
2. Uji-t Uji-t digunakan untuk menguji signifikansi masing- masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil uji-t dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5 Hasil Uji-t Pengaruh GCG terhadap CSR Unstandarized Coefficient
Standarized Coefficients
Model B 1.
(Constant) Kepemilikan Institusional Ko mite Audit Ukuran Dewan Audit
Std. Error
t
Sig.
6.084
.000
Beta
4.111
.676
.675
.510
.281
1.325
.192
.001
.043
.005
.031
.975
-.033
.044
-.138
-.747
.460
-1.039
.621
-.271
-1.672
.102
Independensi Dewan Audit
Sumber: data diolah (2012)
Berdasarkan Tabel 4.5., maka diketahui bahwa: 1. Nilai p-value variabel kepemilikan institusional adalah sebesar 0,192. Hal ini berarti bahwa nilai p- value lebih besar dibandingkan nilai probabilitas (0,192>0,05), sehingga Ha ditolak, yang berarti bawa tidak ada pengaruh antara kepemilikan institusional terhadap peringkat CSR dalam PROPER 2. Variabel komite audit memiliki p-value sebesar 0.975, yang berarti bahwa
nilai p- value lebih besar dibandingkan nilai probabilitas (0,975>0,05), sehingga Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa komite audit tidak mempengaruhi peringkat CSR dalam PROPER. 3. Selanjutnya adalah variabel ukuran dewan komisaris.
Ukuran dewan komisaris memeiliki p-value sebesar 0,460, sehingga dapat diketahui bahwa nilai p-value > probabilitas, yakni 0,460>0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak. Hal ini mencerminkan bahwa ukuran dewan komisaris yang ada di perusahaan tidak mempengaruhi peringkat CSR dalam PROPER.
4. Terakhir adalah independensi dewan komisaris, yang memeiliki nilai p- value
sebesar 0,102. Nilai tersebut adalah lebih besar dari nilai probabilitas yakin 0,102>0,05. Hal ini berarti Ha ditolak, yaitu independensi dewan komisaris suatu perusahaan tidak mempengaruhi peringkat CSR yang ada di PROPER Kementrian Lingkungan Hidup. Hasil Uji Hipotesis 2. 1.
Uji-F
Uji-F dilakukan untuk menguji hubungan regresi antara varibale bebas secara keseluruhan terhadap variabel terikat. Hasil uji F dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.6
274
Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012
Tabel 4.6 Hasil Uji-F Pengaruh GCG dan CSR terhadap Nilai Perusahaan ANOVAb Model
Sum of Squares
1
df
Mean Square
F
Regression
139.413
7
19.916
Residual
281.900
40
7.048
Total
421.314
47
Sig. .017a
2.826
a. Pred ictors: (Constant), GROWTH, CSR, INDEPENDENSI DEWAN KOMISA RIS, KOM ITE AUDIT, UKURAN DEWAN KOMISARIS, DA, KEPEMILIKAN ISNTRITUSIONA L b. Dependent Variable: TOBIN'S Q
Berdasarkan tabel 4.6 maka dapat diketahui bahwa hasil uji-F adalah sebesar 0,017, yang berarti hasil p-value (0.017) lebih kecil dibandingkan probabbilitas sebesar 0,05 atau dengan kata lain 0,017<0,005, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, yang berarti bahwa secara keseluruhan GCG yang diwakili oleh kepemilikan institusional, komite audit, ukuran dewan komisaris dan independensi dewan komisaris, serta CSR memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. 2.
Uji-t
Tabel 4.8. menyajikan hasil Uji- t pengaruh GCG dan CSR terhadap Nilai perusahaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini. Tabel 4.7 Hasil Uji-t Pengaruh GCG dan CSR Terhadap nilai Perusahaan Unstandarized Coefficient
Model
B 1.
(Constant)
Std. Error
4.562
4.681
CSR
1.377
0.784
Kepemilikan Institusional
1.407
Ko mite Audit
Standarized Coefficients
t
Sig.
Beta 0.975
0.336
0.245
1.756
0.087
2.614
0.104
0.538
0.593
0.028
0.218
0.19
0.128
0.899
Ukuran Dewan Audit
0.020
0.221
0.015
0.092
0.927
Independensi Audit
8.622
3.226
0.400
2.673
0.011
Dewan
Sumber: Data diolah (2012)
Berdasarkan hasil Uji-t di atas, dapat diketahui bahwa: 1. Hasil p-value variabel CSR adalah debesar 0,087, yang berarti bahwa nilai p-
value yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan nilai probibilitas 0,1 atau 0,087<0,1, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, yaitu CSR memiliki pengaruh terhadap nilai perushaaan. Sedangkan nilai beta sebesar 1,377, memiliki pengertian bahwa CSR memiliki hubungan positif terhadap nilai perusahaan, sehingga semakin besar CSR, maka akan memperbesar nilai perusahaan. 275
Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012
2. Variabel kepemilikan institusional memiliki hasil p-value sebesar 0,593, yang
berarti bahawa nilai p- value yang dimiliki oleh kepemilikan institusional lebih besar daripada nilai probabilitas 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa kepemilikan institusioanal tidak mempengaruhi nilai perusahaan. 3. Variabel komite audit memiliki p-value sebesar 0.899, yang berarti bahwa nilai p- value lebih besar dibandingkan nilai probabilitas (0,899>0,05), sehingga Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa komite audit tidak mempengaruhi nilai perusahaan. 4. Selanjutnya adalah variabel ukuran dewan komisaris. Ukuran dewan komisaris memeiliki p-value sebesar 0,927, sehingga dapat diketahui bahwa nilai p-value > probabilitas, yakni 0,927>0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak. Hal ini mencerminkan bahwa ukuran dewan komisaris yang ada di perusahaan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. 5. Terakhir adalah independensi dewan komisaris, yang memeiliki nilai p- value sebesar 0,001. Nilai tersebut adalah lebih kecil dari nilai probabilitas yakin 0,001<0,05. Hal ini berarti Ha diterima, yaitu independensi dewan komisaris suatu perusahaan mempengaruhi nilai perusahaan. 3. Uji R2 (Determinasi) Hasil uji determinasi pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini. Tabel 4.8. Hasil Uji Determinasi Pengaruh GCG dan CSR terhadap Nilai Perusahaan Model Summaryb Model 1
R
R Square .575a
.331
Adjusted R Square .214
Std. Erro r of the Estimate Durbin-Watson 2.6547148
1.737
a. Pred ictors: (Constant), GROWTH, CSR, INDEPENDENSI DEW AN KOMISA RIS, KOM ITE AUDIT, UKURAN DEWAN KOMISARIS, DA, KEPEMILIKAN ISNTRITUSIONA L b. Dependent Variable: TOBIN'S Q
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa koefisien determinasi (R2 ) adalah sebesar 0,331 yang dapat dilihat pada kolom Adjusted R Square. Hal ini berarti bahwa 33,10% variasi nilai perusahaan dapadt dijelaskan oleh GCG yang diwakili oleh kepemilikan institusional, komite audit, ukuran dewan komisaris dan independensi dewan komisaris dan juga CSR. Sedangkan sisanya sebesar 66.90% dijelaskan oleh faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan di luar penelitian ini.
276
Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012
D. PEMBAHASAN Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Berdasarkan hasil pengujian secara simultan, maka disimpulkan bahwa GCG tidak memiliki pengaruh terhadap peringkat CSR dalam PROPER. Begitu juga secara parsial, GCG yang diwakili oleh kepemilikan institusional, komite audit, ukuran dewan komisaris dan independensi dewan komisaris tidak memepngaruhi pengungkapan CSR. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Andayani, dkk (2008), yang menyatakan bahwa GCG tidak mempengaruhi CSR. Mursalim (2007) mengungkapkan bahwa kepemilikan institusional dapat dijadikan sebagai upaya dalam mengurangi masalah agensi melalui proses monitoring. Selain itu pemegang saham institusional memeiliki opportunity, resources, dan expertize dalam menganalisis kinerja dan tindakan manajemen. Investor institusional sebagai pemilik sangat berkepentingan untuk membangun reputasi perusahaan. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegahan inefisiensi oleh manajemen, sehingga kepemilikan institusional yang besar akan mendorong meningkatkan pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan. Variabel kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh terhadap peringkat CSR, hal ini disebabkan bahwa institusi yang memiliki kemampuan untuk melakukan intervensi dalam operasional perusahaan, sehingga manajemen perusahaan dipengaruhi dalam mengambil setiap keputusan dan tindakan, sehingga posisi investor institusional disni bukan untuk mengurangi konflik agensi yang ada. Dengan kata lain apabila semakin besar jumlah kepemilikan institusi dalam perusahaan, maka hanya akan memaksimalkan keuntungan, tanpa memperdulikan tanggung jawabnya kepada stakeholder lainnya, bahkan ke lingkungan sekitar. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Andayani, dkk. (2008) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh terhadap peringkat CSR. Komite audit yang dimiliki perusahaan minimal terdiri dari 3 orang, yakni sekurang-kurangnya 1 (satu) orang berasal dari komisaris independen dan 2 (dua ) orang anggota lainnya dari luar emiten. Jumlah komite audit harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan. Keberadaaan komite audit dapat mempengaruhi pengungkapan yang dilakukan perusahaan secara signifikan (Ho dan Wong 2001 dalam Akhtaruddin et.al., 2009). Komite audit dianggap sebagai alat yang efektif untuk melakukan mekanisme pengawasan, sehingga dapat mengurangi biaya agensi dan meningkatkan kualitas pengungkapan informasi perusahaan. Dengan demikian diharapkan dengan ukuran komite audit yang semakin besar, maka pengawasan yang dilakukan akan semakin baik dan berkualitas, sehingga akan menambah peningkatan kualitas informasi SCR. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran komite audit tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR perusahaan di Indonesia. Hasil penelitian ini sesuai dengan Akhtaruddin et.al. (2009) dan Andayani, dkk. (2008)
277
Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012
yang menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh antara ukuran komite audit dengan peringkat CSR yang ada di PROPER. Hal ini berarti sebanyak apapun jumlah komite audit tidak akan mempengaruhi peringkat CSR dalam PROPER karena belum dapat menjadikan mekanisme pengawasan yang efektif terhadap manajemen. Teori agensi menyebutkan bahwa dewan komisaris dianggap sebagai mekanisme pengendalian internal tertinggi dalam suatu perusahaan yang bertanggung jawab sebagai pengontrol segala keputusan dan tindakan manajemen. Dengan demikian, semakin besar ukuran dewan komisari perusahaan, maka komosisi pengalaman dan keahlian yang dimiliki dewan komisaris semakin meningkat sehingga dapat melakukan aktiviats monitoring yang jauh lebih baik. Dengan baiknya aktivitas monitoring, maka diharapkan pengungkapan informasi CSR semakin luas, karena kemungkinan manajer untuk menyembunyikan informasi akan semakin kecil. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara dan komisaris dengan pengungkapan CSR. Hasil Sulastini (2007) menemukan adanya hubungan positif yang signifikan antara ukura dewan komisaris dengan pengungkapan CSR di Indonesia. Berdasrkan hasil pengujian ukuran dewan komisaris terhadap peringkat CSR, maka dapat diketahui tidak ada pengaruh antara ukuran dewan komisaris terhadap peringkat CSR dalam PROPER. Hal ini berrati ukuran dewan ko misaris tidak dapat menjami adanya mekanisme pengawasan yang lebih baik karena buka merupakan faktor penentu utama. Dan peringkat CSR yang ada dalam PROPER tidak dipengaruhi oleh ukuran dewan komisaris. Keberadaan komisaris independen sangat diperlukan untuk meningkatkan independensi dewan komisaris dalam melakukan monitoring terhadap aktivitas manajemen demi kepentingaan para pemegang saham, sehingga akan menempatkan kepentingan tersebut di atas kepentingan lainnya. (Muntoro, 2006). Dengan demikian, semakin besar komposisi independensi dewan komisaris, maka kemampuan dewan komisaris untuk mengambil keputusan dalam rangka menjaga kepentingan pemegang saham akan semakin objektif, sehingga akan mendorong pengungkapan CSR yang lebih baik dan secara luas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Independensi Dewan komisaris tidak memiliki pengaruh terhadap peringkat CSR. Hal ini disebabkan karena pemilihan dan mengangkatan komisaris independen yang kurang efektif (FCGI, 2002). Hal ini merupakan isu atau hal yang penting, banyak anggota Dewan komisaris tidak memiliki kemampuan dan tidak dapat menunjukkan independensinya atau sebenarnya tidak independen sehingga fungsi pengawasan tidak dapat berjalan baik. Dengan demikian, keberadaan komisaris independen tidak akan mempengaruhi peringkat CSR dalam PROPER. Penelitian ini memeiliki hasil yang berbeda dengan penelitian Andini, dkk (2008) yang mengungkapkan bahwa independensi dewan komisaris memiliki pengaruh terhadap peringkat CSR. Pengaruh GCG dan CSR terhadap Nilai Perusahaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa GCG dan CSR mempengaruhi Nilai Perusahaan secara simultan yang diketahui dari nilai p-value uji F yang dihasilkan adalah sebesar 0,017. Dikarenakan nilai p-value lebih kecil dari nilai probabilitas
278
Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012
0,05, maka Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa GCG yang diwakili oleh kepemilikan institusional, komite audit, dukuran dewan komisaris dan independensi dewan komisaris, serta CSR mempengaruhi nilai perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yg dilakukan oleh Andini,dkk. Yang menunjukkan bahwa GCG dan CSR mempengaruhi nilai perusahaan. Secara parsial, hanya variabel CSR dan variabel independensi dewan komisaris yang menunjukkan adanya pengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan institusional, komite audit dan ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap CSR. Hal ini konsisten dengan penelitian Andini,dkk (2008) yang mengungkapkan bahwa hanya CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan, tetapi untuk variabel GCG penelitian ini memiliki hasil yang berbeda dengan Andini, dkk. (2008). Dalam penelitian ini variabel GCG yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah independensi dewan komisaris, sedangkan untum penelitian Andini, yang mempengaruhi CSR adalah kepemilikan institusional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasar melakukan penilaian invetasi dengan melihat CSR yang telah dilakukan oleh perusahan, yang ditunjukkan dari peringkat CSr dalam PROPER dan melihat independensinya dewan komisaris dalam memonitori aktivitas manajemen, sehingga besar kecilnya praktik CSR mempengaruhi peningkatan nilai perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Apabila perusahaan dapat memaksimalkan manfaat yang diterima stakeholder maka akan timbul kepuasan bagi stakeholder yang akan meningkatkan nilai perusahaan. Selanjutnya, independensi dewan komisaris mempengaruhi nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya komisaris independen, maka akan meningkatkan pemonitoran terhadap segala keputusan dan aktivitas manajemen perusahaan. Dewan komisaris telah melakukan tugasnya dengan efektif, sehingga bisa mewakili kepentingan para stakeholde r dalam mengawasi kegiatan manajemen. Sebaliknya, untuk variabel kepemilikan institusi, komite audit dan ukuran dewan komisaris memiliki hasil bahwa tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini terjadi kemungkinan disebabkan oleh kepemilikan institusional, komite audit dan ukuran dean komisaris tidak tepat sebagai proksi dari GCG. Hasil yang tidak signifikan menunjukkan bahwa pasar tidak menggunakan informasi mengenai kepemilikan manajerial dalam melakukan penilaian investasi. E. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan, karena data untuk peringkat CSR sangat sedikit dan tidak semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terdaftar dalam PROPER yang diterbitkan Kementrian Lingkungan Hidup.
279
Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012
V. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap dua (2) variabel bebas, yaitu GCG dan CSR pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2007 sampai 2010 melalui teknik Purposive Sampling yang telah dilakukan oleh penulis maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Good Corporate Governance (GCG) yang diwakili oleh kepemilikan institusional, komite audit, ukuran dewan komisaris dan independensi komisari tidak mememiliki pengaruh terhadap peringkat Corporate Social Responsibility (CSR) yang ada dalam PROPER terbitan Kementrian Lingkungan Hidup. 2. GCG dan CSR secara simultan memiliki pengaruhyang signifikan terhadap nilai perusahaan. 3. Kemudian secara parsial, hanya variabel CSR dan independensi dewan komisaris yang berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan tiga (3) variabel GCG lainnya, yaitu kepemilikan institusional, komite audit dan ukuran dewan komisaris tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Saran 1. Perusahaan hendaknya memperhatikan independensi dewan komisaris dan menambah jumlah komisaris independen dalam struktur perusahaan sehingga dapat menambah nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan investor melihat independensi komisaris secara objektif dapat memonitoring manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan dan sega la aktivitas perusahaan, sehingga informasi yang diberikan kepada investor mengenai keadaan perusahaan kepada investor secara jelas dan akurat. Begitu juga dengan CSR, hendaknya perusahaan menambah program CSR dalam kegiatan operasional mereka, karena CSR akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan dalam jangka panjang. Investor akan semakin percaya bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan sekitarnya, tidak hanya kepada investor, sehingga investor akan tetap tertarik untuk menamkan moda lnya pada perusahaan yang bersangkutan. Dalam hal komite audit dan dewan komisaris, hendaknya perusahaan memilih orang-orang yang tepat dan memiliki kompetensi yang sesuai dalam pemposisian dewan komisaris dan komite audit, sehingga mereka lebih objektif dalam melakukan pengawasan terhadap manajemen, sehingga tidak akan merugikan para investor. 2. Sedangkan untuk para investor, hendaknya lebih memperhatikan perusahaan yang sudah menerapkan program CSR dengan baik, tanpa paksaan dan memiliki dewan komisaris independen dalam jumlah yang banyak, sehingga dapat memberi masukan bagi investor yang ingin menanamkan modal mereka pada perusahaan yang bersangkutan. 3. Bagi peneliti yang akan datang, hendaknya mencoba menambah variabel lainnya seperti kepemilikan manajerial, kompetensi anggota komite audit, dan lainnya, serta menambah jumlah sampel dalam penelitian, bahkan melakukan pengungkapan CSR tidak hanya dari PROPER terati dari peringkat CSR lainnya yang diterbitkan oleh institusi selain Kementrian Lingkungan Hidup.
280
Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012
DAFTAR PUSTAKA Akbar, Ali S.T., 2005, SPSS 13.0 Menggunakan SPSS Bagi Peneliti Pemula, M2S. Bandung. Akhtarudin, Mohammed., Monirul laam Hossain, Mahmud Hossain, dan Lee You. 2009. Corporate Governance and Voluntary Disclosure in Corporate Anual Reports of Malaysian Listed Firms. JAMAR, Vol. 7. Algifari, 2000, Analisis Regresi Edisi 2, BPFE, Yogyakarta. Andayani, Wuryan, Atmini, Sari dan Mwangi, James. 2008. Corporate Social Responsibility and Intelectual Property: An External Startegy of Management to Increase The Company‘s Value. Ssrn Journal . ISBN: 979-442242-8. Gujarati, Damodar, 1978, Basic Econometrics, Terjemahan Sumarno Zain ,1997, McGraw-Hill, Inc, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga. Jakarta. Hadi, Nor. 2011. Corporate Social Responsibility. Graha Ilmu.Yogyakarta. Muntoro, Ronny Kusuma. 2006. Makalah ‗Membangun Dewan komisaris yang Efektif‖. Universitas Indonesia Nasir, Mohammad dan Warisi, Darwin. 2008. Penerapan Good Corporate Governanc dalam mewujudkan Corporate Sosial Responsibility. Jurnal Akuntansi Keuangan dan Perpajakan: Vo, 1 No.2. Marety 2008. Wirakusuma, Made Gede. 2008. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social responsibility dan good Corporate Governance sebagai variabel Pemoderasi. Jurnal Keuangan. Yarnest, 2003, Panduan Aplikasi Statistik Buku 1, Penerbit DIOMA, Malang.
281