Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012
PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASISKAN BUDAYA LOKAL SEBAGAI ANTISIPASI KENAKALAN REMAJA PADA GURUGURU DAN SISWA-SISWI SMP UTAMA 3 BANDAR LAMPUNG Oleh: Bartoven Vivit Nurdin, Bintang Wirawan, I Gede Side men, dan Endry Fatimaningsih Dosen Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Lampung E- mail:
[email protected] ABSTRACT The idea of this service activities originated from a number of research by a team of local culture that is in Lampung. The local culture has the potential of local wisdom that has values that benefit society. We beranalisis that local knowledge can be used as social capital in the life of Indonesian people today are still prone to conflict, violence and even juvenile delinquency. Character education is one way for the inclusion of local knowledge imparted to the younger generation as the hope that the change could be made. So the dedication is to introduce a new approach to education that is based on the character of the local culture in anticipation of juvenile delinquency. The method of devotion is to lectures, and discussions with teachers in junior MAIN 3 Banda r Lampung. By trying to introduce this approach to teachers at the school. The aim is that teachers have the knowledge and be able to integrate the local culture in the implementation of character education in schools. From the results obtained training increased 20 points (score 0-10) from initial knowledge to science after doing the training. This dedication results indicated very good. Keywords: character education, local culture, teen delinquency. PENDAHULUAN DAN TUJUAN Saat ini Indonesia bagaikan ”lost generation”, yaitu situasi dimana generasi muda yang diharapkan akan berbuat untuk Bangsa nya sudah semakin hilang. Indonesia muda semakin kehilangan jati dirinya, terkikis oleh berbagai macam arus perubahan yang semakin dasyat terjadi. Globalisasi da n modernisasi merupaka arus perubahan besar, meskipun bukanlah hal yang perlu dihindari dan ditolak apalagi ditakuti, melainkan bagaimana menyikapinya dengan baik. Bagaimanapun globalisasi dan modernisasi bukanlah alasan menyebabkan bangsa ini semakin terpuruk. Yang menjadi permasalahan besar adalah generasi bangsa ini tidak memiliki pondasi yang kuat dalam menghadapi berbagai perubahan sosial budaya ekonomi bahkan teknologi yang terjadi di dunia luar, sehingga yang terjadi adalah hanya meniru tanpa memilik i identitas diri yang kuat. Sebagai contoh adalah, Kapitalisme dan budaya konsumtif telah menjadi ajang empuk di bangsa ini. Sehingga Indonesia menjadi negara konsumen terbesar yang ada di dunia saat ini. Yang ada hanya membanggakan produk negara luar buka n berupaya menciptakan produk sendiri. Generasi muda dan pemuda adalah cikal bakal penting bagi bangsa ini. Namun melihat keadaan bangsa ini cenderung menunjukkan perilaku ke arah yang
51
Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012
tidak seharusnya dilakukan. Kekerasan dimana- mana menjadi tontonan, narkoba, kehidupan politik dan demokrasi yang tidak lagi memperhatikan kepentingan rakyat banyak. Dari pimpinan sampai kepada rakyat jelata sangat jarang yang memberikan contoh baik kepada generasi mudanya. Pimpinan melakukan korupsi, kolusi,bahkan ikut memakai narkoba dan lain sebagainya. Tidak ketinggalan juga generasi muda dengan kenakalan remaja dengan batas-batas yang sudah sulit untuk ditolerir. Bagi generasi tua sudah sulit merubah perilaku yang membudaya dalam dirinya. Harapan tertinggal pada generasi muda saat ini, yang masih kanakkanak dan remaja. Remaja adalah masa labil yang perlu diberikan pendidikan karakter baik mental dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Pendidikan karakter menjadi penting belakangan ini karena menjadi landasan penting bagi generasi muda untuk membangun bangsa selanjutnya. Selama ini dirasakan bahwa di dalam muatan kurikulum pendidikan kita yang sangat banyak dengan beban, memiliki kekosongan akan muatan karakter, nilai, moral dan mental. Oleh karena itu diperlukan adanya pendidikan karakter di dalam muatan kurikulum yang berkualitas, jadi bukan hanya beban banyak yang mengindikasikan kualitas melainkan makna dari pendidikan yang diberikan.Menurut Ikwanuddin (2011) dalam Kompas media bahwa Pendidikan karakter meliputi budi pekerti, adat istiadat, budaya daerah dan sopan santun yang merupakan keunggulan untuk diajarkan di sekolah. Pendidikan karakter itu bertujuan menjadikan generasi siswa yang unggul dan tangguh serta mempunyai daya saing, dengan memberi pelatihan budi pekerti dan keagamaan yang baik kepada siswa. ( Kompas. Sekolah wajib terapkan pendidikan karakter. ( Kompas. 21/10/2011). Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah : “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal- hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya)” (Sumber : Diknas, 2010) Masalah Pendidikan karakter menjadi penting bagi dunia pendidikan saat ini. Muatan kurikulum dengan beban yang padat telah melupakan azas-azas dan nilai- nilai karakter dan moral bangsa sehingga ada sesuatu yang ‟hilang‟ dalam dunia pendidikan kita. Saat ini pendidikan karakter dirasa menjadi sanga t penting bagi dunia pendidikan, terutama pada tingkat sekolah menengah dimana siswasiswinya adalah remaja, mengingat remaja adalah masa labil bagi seseorang. Meskipun melakukan pendidikan karakter bagi anak-anak remaja saat ini mungkin bukanlah obat bagi penuntasan masalah bangsa ini, melainkan puluhan tahun ke depan yakni jangka panjang. Ini dikarenakan merubah pola yang ada saat ini merupakan pekerjaan rumah yang berat dan sulit karena harus menghabiskan dua sampai tiga generasi. Jadi, harapan hanyalah tertinggal pada generasi muda dan
52
Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012
remaja. Salah satu tindakan yang perlu dilakukan adalah menanamkan pendidikan karakter sejak dini. Ide pemikiran pendidikan karakter seringkali disebut sebagai solusi, namun pendidikan karakter seperti apa yang mesti ditanamkan pada generasi muda?. Dari sinilah ide pengabdian ini mengalir dimana budaya lokal yang sangat dekat dengan sekitar kita merupakan modal sosial penting dan berperan dalam mengisi pendidikan karakter. Oleh karena itulah dalam hal ini diperlukan sebuah pelatihan pendidikan karakter berbasiskan budaya lokal yang ada di Lampung sebagai antisipasi dini kenakalan remaja. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar para guru memiliki pengetahuan dan kemampuan tentang : 1. Nilai-nilai kearifan lokal dari budaya lokal di Lampung yang dapat diintegrasikan dalam muatan pendidikan karakter. 2. Pengintergasian pendidikan karakter berbasiskan budaya lokal dalam mata pelajaran muatan lokal dan mata pelajaran lainnya. MODEL KONSEPTUAL Ada dua pendekatan di dalam sosiologi dalam melihat kenakalan remaja. Yang pertama adalah pendekatan struktural fungsional, pendekatan ini melihat bahwa masyarakat adalah suatu sistem, sama ibaratnya seperti organ tubuh manusia jantung, hati, paru, tangan, kaki, mata dan lain sebagainya dikendalika n oleh otak. Artinya suatu organ sangat bergantung pada organ tubuh lainnya, akibatnya masing- masing komponen sulit berjalan sendiri-sendiri karena saling mempengaruhi satu sama lain. Pendekatan ini dikembangkan oleh beberapa ahli sosiologi misalnya Emile Durkheim (lihat Muzaham, 1995). Hal ini membawa pengaruh pada cara pandang struktural fungsional melihat masyarakat dan pendidikan, dimana ada suatu kontrol sosial atau biasa disebut sebagai fakta sosial yang ada di luar diri individu yang menentukan suatu masyarakat itu berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Dalam pendekatan ini, individu bukanlah makhluk yang bebas dan aktif, individu dikontrol oleh masyarakat. Akibatnya dalam melihat remaja dipandang bukan sebagai makhluk yang aktif dan kreatif, remaja adalah sekelompok orang yang dikontrol oleh masyarakat dengan norma, aturan dan lain sebagainya. Pendekatan yang kedua adalah pendekatan ekologi budaya, di dalam pendekatan ini remaja dilihat sebagai mahluk yang aktif dan kreatif serta manipulatif (Foster dan Anderson, 1986). Ini diakibatkan adanya lingkungan yang mempengaruhi perubahan pengetahuan pada remaja, misalnya perkembangan teknologi dan globalisasi. Remaja dipandang bukanlah sekelompok individu yang tidak tahu apa-apa, melainkan individu yang memiliki kreativitas dan aktivitas yang menyebabkan remaja dapat mengetahui tentang masalah karakter dari dunia disekitarnya yang semakin berkembang kearah modernisasi. Informasi, media dan jaringan telekomunikasi yang semakin canggih membuat remaja mendapatkan berbagai macam informasi dari berbagai sumber. Disisi lain remaja khususnya di Indonesia hidup dengan adat ketimurannya yang beranekaragam. Berbagai pengetahuan lokal dari masyarakat dan adat setempat juga merupakan hal yang tidak luput dari kehidupan remaja. Dalam pendekatan ini mengakomodasi
53
Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012
informasi antara lingkungan global dan lingkungan budaya masyarakat dimana remaja hidup. Di dalam lingkungan inilah remaja mendapatkan transfer tentang pengetahuan dewasa ini. METODE Metode yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi: 1. Ceramah dan presentasi dengan materi yang disampaikan dari para nara sumber dengan menggunakan makalah, power point, dan film- film. 2. Diskusi dan dialog antara nara sumber dan peserta pelatihan 3. Memberikan tugas berupa identifikasi masalah oleh peserta tentang masalah yang dihadapi. 4. Mengadakan diskusi dan dialog tentang solusi terhadap masalah tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari kegiatan yang dilakukan di SMP Utama 3 Bandar Lampung, dihadiri oleh 13 orang guru, dan beberapa orang murid. Sebelum dimulai memberikan presentasi, nara sumber menyebarkan pre test, yaitu berupa soal-soal yang akan dijawab oleh peserta pelatihan yang berkaitan dengan pendidikan karakter. Dari pengantar dan sambutan awal dilakukan, diketahui bahwa para peserta belum pernah melakukan atau melaksanakan pendidikan karakter di sekolah. Sehingga ini merupakan pengetahuan yang relative baru buat mereka. Pre test kemudian dilakukan dan memerlukan wakru sekitar 15 menit bagi peserta untuk mengerjakannya. Setelah dilak ukan pre test, maka peserta langsung meneriman dan mendengarkan presentasi dari para nara sumber. Materi yang disampaikan diantara nya pendidikan karakter di sekolah dan budaya lokal sebagai potensi pendidikan karakter di sekolah-sekolah. Dalam menyampaikan materi, diadakan Tanya jawab dengan peserta, dan diskusi selama penyampaian materi berlangsung. Pemateri juga menampilkan gambar-gambar, dan foto yang berkenaan dengan materi yang disampaikan. Penyampaian materi dilakukan oleh empat orang pemateri, yang masing- masing dilakukan secara parallel. Setelah materi masing- masing dari pemateri berakhir demikian juga dengan Tanya jawab, maka diadakanlah post test yang memerlukan waktu sekitar 15 menit. Dari 13 orang peserta yang mengikuti pelatihan, hasil pre test menunjukkan bahwa pemahaman peserta sebelum materi disampaikan adalah sekitar 70% saja, dimana skor bergerak antara 40-90 point. Artinya pemahaman tentang pendidikan karakter sangat bervariasi ada peserta yang rendah sekali dengan nilai 40, bahkan ada yang mendapatkan 90, jadi tidak merata kemampuan yang diperoleh. Dari sepanjang penyampaian materi, evaluasi proses dilakukan. Evaluasi proses dilakukan dari Tanya jawab yang dilakukan antara pemateri dengan peserta. Dari Tanya jawab dan diskusi tersebut memberikan pengertian bahwa peserta sangat antusias dan memiliki keingintahuan terhadap materi yang dilakukan. Evaluasi akhir, dilakukan dengan melaksanakan post test, dengan soal yang sama dengan pre test, yaitu ada 10 soal yang berbentuk pilihan ganda. Dari hasil pos test ini diperoleh bahwa terdapat kenaikan dari 70% pemahaman rata-rata menjadi 91,54%. Kenaikan ini diantara range 20 point. Dimana peserta
54
Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012
memperoleh skor yang bergerak antara 70-100 point. Sebagaimana dalam tabel berikut: TABEL 1. PROSENTASI TINGKAT PEMAHAMAN PESERTA PELATIHAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASISKAN BUDAYA LOKAL SEBAGAI ANTISIPASI KENAKALAN REMAJA 2012 No.
PESERTA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Peserta 1 Peserta 2 Peserta 3 Peserta 4 Peserta 5 Peserta 6 Peserta 7 Peserta 8 Peserta 9 Peserta 10 Peserta 11 Peserta 12 Peserta 13 Rata-Rata Pemahaman Rata-Rata (%)
SEBELUM PELATIHAN 90 80 60 80 60 90 40 70 50 80 70 50 90 70 70%
SESUDAH PELATIHAN 80 100 100 100 70 90 80 100 100 100 80 100 90 91,54. 91,54%
Su mber: Hasil o lahan data Pre Test dan Post Test
Secara umum pelatihan ini mendapatkan hasil yang sangat memuaskan, karena peningkatan hasil post test yang cukup tinggi dibandingkan dengan sebelumnya. Meskipun demikian pelatihan ini hanya bisa memantau pengetahuan yang dimiliki, dikarenakan pendidikan karakter belum dilaksanakan di sekolah ini. Namun, tim pengebdian ini yakin bahwa dengan diadakannya pelatihan ini menjadi pendorong buat sekolah untuk mengadakan pendidikan karakter pada anak didik disetiap mata pelajaran baik wajib maupun ekskul di sekolah. KESIMPULAN DAN SARAN Pengetahuan dan pemahaman para guru tentang pendidikan karakter berbasiskan budaya lokal pada mulanya masih sangat rendah. Sebagian besar peserta pada umumnya memandang bahwa materi pelatiha n merupakan sesuatu yang baru yang sebelumnya belum pernah mereka dapatkan. Dapat pula diketahui bahwa pendidikan karakter belum pernah dilaksanakan di sekolah tersebut. Melalui metode pelatihan yang dilakukan dalam pengabdian pada masyarakat ini, ternyata mampu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman (kognitif) para peserta pelatihan tentang pendidikan karakter dan budaya lokal. Dari hasil pembahasan terlihat bahwa pelatihan ini telah berhasil meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peserta pelatihan karena dari 13 orang peserta, semuanya mengalami peningkatan nilai (skor) 20 point.
55
Seminar Hasil-Hasil Penelitian d an Peng abdian Kepad a MasyarakatDies Natalis FISIP Unila Tahun 2012
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dipandang perlu untuk diajukan saran bahwa perlu dikembangkan pelatihan-pelatihan sejenis terutama kepada para guru yang belum sempat mengikuti pelatihan. Ini dikarenakan pendidikan karakter meskipun merupakan ide lama, namun belum pernah dilakukan disebagian besar sekolah di Bandar Lampung. Oleh karena itu diharapkan dengan adanya pelatihan ini, maka sekolah terdorong untuk melaksanakan pendidikan karakter dalam setiap kurikulum yang diajarkan di sekolah. DAFTAR PUSTAKA Foster& Anderson. 1986.Antropologi Kesehatan. Terjemahan Meutia F. Swasono dan Priyanti Pakan Suryadarma. Jakarta: UI Press. Guttmacher Institute, 1998. Memasuki Sebuah Dunia Baru Kehidupan Seksual Dan Reproduksi Perempuan Muda yang diakses dalam http//www//google.com//, tanggal 8 Februari 2007 Muzaham, Fauzi (ed). 1995. Memperkenalkan sosiologi Kesehatan. Jakarta : UI Press Humas UGM .(2010). Penting, Pendidikan Karakter di Sekolah. Tanggal Posting 2011-10-11 17:48:01 diunduh dari http://www.ugm.ac.id/new/id/news/ 3084-penting-pendidikan-karakter-di-sekolah.xhtml. Kompas. 2011. Sekolah wajib terapkan pendidikan karakter. (Kompas.21/10/2011). Diunduh dari: http://edukasi.kompas.com/read/ 2011/10/21/1710174/Sekolah. Wajib.Terapkan.Pendidikan.Karakter Diknas, 2010. Panduan Pendidikan Karakter di SMP. Jakarta: Diknas. Diunduh dari. http://goeroendeso.files.wordpress.com/2011/09/panduan-pendidikan karakter-di-smp.pdf
56