SEMANGKUK SUP CINTA Bahan: 1 siung Ketulusan 1 siung Kejujuran 1 sdt Pengertian 1 sdt Perhatian
150 ml Keyakinan 100 gram Senyum dan Syukur 100 gram Kasih Sayang
Cara Memasak: Masukkan 150 ml Keyakinan, dipanaskan di dalam wajan, kemudian masukkan bahan-bahan yang lain – Ketulusan, Kejujuran, Pengertian, Perhatian, Keyakinan, Senyum Syukur dan Kasih Sayang – satu persatu. Tunggu 10-15 menit. Hiruplah AROMA dari sup ini sehingga hati anda akan merasakan rempahrempah khas CINTA. Selamat menikmati semangkuk SUP CINTA yang membuat hidup anda menakjubkan! *** Semangkuk sup cinta merupakan cerita inspiratif yang disajikan setiap hari. Cerita ini adalah pengalaman saya dalam menciptakan keajaiban hidup pada tahun 2012. Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena ‘tangan-tangan tak terlihat’NYA selalu bekerja untuk Semesta dan semua makhluk di dalamnya dan karena kehendak-NYA, karya saya sampai ke tangan Anda. Terimakasih saya sampaikan kepada kekasih, I Gede Mahendra, yang tak pernah lelah memberi cinta. Kepada keluarga, spesial untuk Meme, Bapa, Komang dan Moktu, karena kekuatan cinta merekalah saya bisa bangkit saat gagal dan merasakan indahnya keluarga. Terimakasih juga kepada keluarga besar: Mekmang Sari, Pakyan Merta, Pakyan Tunas, Pakngah Pasek, Pakmang Gelgel, Paktut Sueca, dan Menik serta Pakmang Tinggal dan Pakngah Dresta. Terimakasih kepada teman-teman saya dan seluruh warga di Sekolah Cendekia Harapan yang telah memberikan inspirasi untuk menyajikan sup cinta ini untuk ANDA. Semoga semangkuk sup cinta ini membuat rasa lapar sekaligus dahaga akan hidup yang positif terpenuhi. Svaha. Jimbaran, Januari 2015
Senin, 19 Maret Pola yang Salah Pagi ini aku dibangunkan oleh Mekmang. Terimakasih mekmang. Aku segera mencuci muka dan bersiap untuk meluncur ke Jimbaran. Beberapa menit sebelum berangkat, hujan turun dengan lebat, disertai angin berhembus dahsyat. Ketika hujan turun, aku berkata “Wah, hujannya keren!” Aku sangat menikmati rintikan air yang semakin deras. Sesaat setelah mengagumi hujan, aku membayangkan sebuah perjalanan ke Jimbaran dengan udara yang segar usai hujan. Perjalanan tanpa hujan. Beberapa menit kemudian, tibalah waktunya aku berangkat. Aku berpamitan kepada keluarga Mekmang. Dan… Hahay… hal yang menakjubkan terjadi. Hujan berhenti. Tepat seperti apa yang kubayangkan, aku menikmati perjalanan yang menyenangkan sampai di Jimbaran. Tanpa kehujanan. Padahal langit sedang mendung. Mungkin ini yang disebut kekuatan pikiran positif. Aku merasakannya. Aku menikmatinya. Aku sangat bersyukur. Thanks God! Perjalanan menyenangkan itu disertai dengan hari yang menyenangkan di sekolah. Anak-anak tidak belajar karena mereka sudah menyelesaikan tes untuk term ini (sekolah tempatku bekerja memang menggunakan sistem term, yaitu tiga bulan untuk satu term). Sudah terjadwal beberapa kegiatan menyenangkan untuk mengisi waktu setelah tes term selesai. Akan ada dua kegiatan untuk hari ini, yaitu latihan marching band dan kerajinan tangan atau kreativitas. 2
Aku bersemangat. Semua kegiatan berjalan dengan lancar. Semua kegiatan menyenangkan ketika aku menikmatinya. Suasana hatiku sedang bergembira. Ketika latihan marching band, aku menangani anak-anak di kelas pianika junior. Karena ada guru yang berhalangan hadir, aku diminta untuk menangani pianika senior. Dan dengan santai dan tersenyum kujawab “Okay”. Sebenarnya, aku belum pernah menangani pianika senior. Tapi, aku yakin, aku bisa menanganinya dengan baik. Aku memasuki ruangan pianika senior dengan langkah yang lugas. Aku memberikan informasi tentang sebab keberadaanku dengan tegas. Memberikan instruksi dan berinteraksi dengan anak-anak dalam kelas pianika senior, ternyata mengasyikkan. Menyenangkan! Memang aku menginginkannya. Kegiatan selanjutnya pun tak kalah seru. Kerajinan tangan. Aku menangani kelas 2, kelas di mana aku biasa mengajar. Bersama Iin, partner kerjaku, kami sudah merancang suatu kegiatan untuk menghasilkan sebuah kerajinan tangan, yaitu membuat rangkaian bunga dari kertas. Anak-anak sangat antusias dengan kegiatan ini. Anakanak mulai bekerja. Mereka melipat dan menggunting kertas. Kemudian melilit-lilitkannya sehingga terbentuk kelopakkelopak bunga. Ada hal yang menarik terjadi. Seorang anak dengan wajah ketakutan mendekatiku. Ternyata, ia menggunting kertas dengan pola yang salah, tidak sesuai dengan yang kuajarkan. Kujawab dengan senyum. Aku memperlihatkan kepadanya bahwa pola yang ia buat, yang menurutnya salah, bisa menciptakan bunga yang berbeda. Dan memang benar, bunga yang terbentuk dari pola yang salah menjadi unik dan 3
cantik. Aku memperlihatkan bunga yang unik itu kepada anak-anak di depan kelas. Mereka mengagumi bunga yang unik itu. Mereka memuji anak yang membuat pola yang salah itu. Ia tersenyum. Ia gembira dan mulai menggunting lagi.
Senin, 2 April Jembatan Brooklyn Hari ini aku bangun. Aku tersenyum. Aku bersyukur karena aku bisa menikmati pagi ini dengan suasana hati gembira. Menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Ada getaran luar biasa kurasakan. Hari ini akan penuh dengan kebahagiaan. Banyak hal luar biasa yang akan terjadi. Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah. Aku akan bertemu anak-anak yang sudah lama tak ku jumpai. Wah, aku tidak sabar bertemu dengan mereka. Memeluk mereka. Dan berbagi pengalaman tentang liburan. Sebelum belajar, anak-anak dari kelas 1-5 berkumpul di sebuah ruangan. Mereka akan mendapatkan pengarahan dari kepala sekolah. Ada sesuatu yang menarik dalam pengarahan ini. Kepala sekolah membahas tentang pembuatan Jembatan Brooklyn di Amerika. Jembatan Brooklyn ini menghubungkan satu kota dengan kota yang lain. Diceritakan awalnya bahwa seorang arsitek genius, kreatif dan imaginatif, John Augustus Roebling, mengemukakan impiannya untuk membangun jembatan gantung megah yang menghubungkan satu kota dengan kota lainnya. Banyak orang yang mengatakan bahwa itu adalah impian yang mustahil karena belum pernah ada jembatan 4
seperti itu. Ide gila yang tidak dapat diwujudkan. Semua menentang idenya dan menyuruhnya melupakan rencana itu. Namun John percaya dan berusaha keras untuk mewujudkan impiannya. Ia tidak peduli dengan kecaman dan segala pendapat negatif orang lain. John mendapat dukungan dari anaknya, Washington Roebling, yang adalah arsitek juga. Mereka berusaha meyakinkan pemodal dan pemerintah sehingga Kongres dan Presiden Ulysess Grant memberikan izin pembangunan jembatan ini 4 tahun kemudian yaitu pada tahun 1869. Ia pun memulai proyek pembangunan jembatan. Sebulan kemudian, ketika jembatan sedang dibangun, kaki John Roebling tertabrak ferry dan ia terserang tetanus sampai akhirnya meninggal dunia. Semua orang mengira bahwa proyek jembatan ini akan mati bersama John Roebling. Semua orang menyerah. Namun, Washington yang sering mendengar ayahnya menyatakan keyakinan pembangunan jembatan ini, ingin mewujudkan visi ayahnya menjadi kenyataan, dan meneruskan proyek ayahnya. Ternyata cobaan kembali datang. Setelah tiga tahun pengerjaan proyek jembatan ini, Washington mengalami kecelakaan kerja yang menyebabkannya mengalami kerusakan otak permanen, tak bisa bicara, setengah tuli, dan seluruh badannya lumpuh. Komentar negatif bermunculan: “Kami sudah mengingatkan mereka”, “Ayah dan anak yang gila dengan impian gila!” “Betapa bodohnya mengejar visi yang mustahil!” Karena hanya Ayah dan anak Roebling yang tahu pengerjaan proyek ini, ketiadaan mereka membuat semua orang merasa bahwa proyek ini harus dihentikan. 5
Tidak demikian dengan Washington. Walaupun cacat, Washington tidak berkecil hati. Semangatnya tetap berapi-api untuk menyelesaikan pembangunan jembatan itu. Fisiknya memang cacat, tapi pikirannya masih jernih dan tajam seperti semula. Ia meminta sahabat-sahabat asrsiteknya membantu melanjutkan proyek, namun mereka terlalu takut untuk meneruskan, apalagi setelah melihat nasib ayah dan anak Roebling ini. Saat terbaring di rumah sakit, seberkas cahaya matahari menerobos lewat jendela. Hembusan angin sepoisepoi menerbangkan gorden tipis dan Washington bisa melihat langit dan puncak pohon di luar sana. Ia merasa mendapat pesan untuk tidak menyerah. Mendadak saja sebuah ide muncul di kepala. Karena hanya bisa menggerakkan telunjuk kanan, ia memanfaatkannya dengan sebesar-besarnya. Secara perlahan, ia mengembangkan sejenis kode Morse untuk bicara dengan istrinya Emily Roebling. Dengan jari itu ia mencoba berkomunikasi dengan istrinya dan memberi instruksi kepada orang lain untuk melanjutkan mimpinya. Jembatan akhirnya selesai dibangun pada bulan Mei 1883. Kepala sekolah menampilkan gambar-gambar jembatan Brooklyn yang megah dan elegan. Benar-benar keajaiban. Cerita yang inspiratif. Ada getaran luar biasa yang kurasakan. Aku menarik napas dalam. Ah, sangat menyenangkan. Serangkaian kata yang bisa kubentuk dari cerita ini adalah “If you believe yourself you can achieve your big dream. Everything is Possible.” Jumat, 4 Mei 6
Perempuan Pertama dan Kedua Bangun di pagi hari. Melakukan beberapa gerakan tubuh yang istilah kerennya ‘stretching’. Setelah itu mengguyur tubuh dengan air. Yuhuuuu segar… Aku tidak memasak. Karena aku sudah memesan makanan di catering Pak Gusti sampai hari ini, dan bahkan aku sudah membayarnya kemarin lusa. Tidak ada yang perlu kukhawatirkan. Karena memang seharusnya hidup tidak perlu dijalani dalam kekhawatiran, ataupun dalam kekesalan, kemarahan, kesedihan atau sikap negatif lainnya. Hidup perlu dijalani dalam kebahagiaan karena semua manusia pada dasarnya menginginkan kebahagiaan. Kebahagiaan datang dari dalam diri. Dan satu lagi, seperti yang sudah pernah kuungkapkan sebelumnya, aku tidak takut kebahagiaanku akan habis. Atau takut berbahagia karena mitos yang mengatakan bahwa setelah berbahagia aku akan mengalami kesedihan. Usai tertawa, tangis pun tiba. Aku tidak mempercayai mitos itu lagi. Aku akan tetap berbahagia. Dan memaksimalkan kebahagiaan yang kumiliki hari ini. Itu pasti! Tidak terasa waktu cepat, sangat cepat dan semakin cepat berlalu. Hari ini Jumat. Hari terakhir sekolah. Aku tetap bersemangat. Aku mempertahankan semangat bukan karena ini hari terakhir sekolah. Tetapi terlebih karena program hidup yang sudah kucanangkan dan kuterapkan dalam menciptakan keajaiban. Menjalani kehidupan dengan penuh suka cita, semangat dan pikiran positif (seperti topik yang kubawakan ketika ‘sharing’ bersama guru-guru). Aku sangat menikmati hari ini. Senam bersama anak-anak dan guru lainnya. Sungguh menyenangkan memperhatikan 7
perilaku anak-anak. Apalagi ada anak yang bergerak tidak seperti yang dicontohkan, bukan karena sengaja, anak itu sudah berusaha untuk mengikuti tetapi gerakannya kurang sesuai. Sungguh lucu. Yang penting anak-anak bergerak. Mereka tampak sangat antusias dalam menggerakkan badan, kedua tangan dan kaki mereka. Para guru ikut bergerak sembari mengawasi anak-anak dari belakang. Tak lupa kuceritakan tentang musik senam yang mengiringi gerakangerakan kami sangat menakjubkan. Aku menyukai musik ketika pendinginan. Sungguh membuatku tenang dan tersenyum karena terlintas di pikiran tentang impianku. Ah, senangnya. Usai senam, anak-anak belajar seperti biasa. Mereka adalah anak-anak yang menyenangkan. Aku dan Iin sangat menyayangi mereka. Kami selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk mereka. Seolah mereka adalah bagian dari diri kami. Di sela-sela waktu istirahat, kami pernah berbagi cerita bahwa ada kerinduan dengan anak-anak apabila kami tidak ke sekolah. Untuk term akhir ini, Iin yang lebih sering tidak masuk. Dan Senin depan pun ia tidak akan masuk karena ia harus menjadi MC di desanya untuk suatu acara. Walaupun nantinya aku akan sendiri dan menjadi ‘single teacher’, hal itu tidak membebaniku. Aku tetap merasa senang. Keadaan luar tidak akan mempengaruhiku. Berpikir positif dan menciptakan keajaiban akan tetap berjalan setiap hari. Siang hari aku ke dapur sekolah. Aku hendak makan dan duduk berdekatan dengan dua orang perempuan yang sedang mengobrol. Sementara aku hanya menjadi pendengar. Topik yang mereka bahas sangat unik, yaitu hari Jumat yang melelahkan. 8
“Jumat adalah hari yang sangat melelahkan” kata perempuan pertama. “Bener banget, baru bangun saja aku sudah merasa lelah memikirkan hari ini” kata perempuan kedua. Aku kaget kemudian tersenyum mendengar kalimat yang diucapkan oleh perempuan kedua. Baru bangun sudah memikirkan hal yang melelahkan dan akan dijalani hari ini? Oh, My God! “Iya, tapi tetap bersemangat!” sahut perempuan pertama. Wow! Senang mendengar kata itu, ‘semangat’ walaupun hari Jumat dirasakan sebagai hari yang melelahkan. “Karena besoknya libur jadi tetap bersemangat” perempuan kedua menimpali. “Betul sekali. Yeee, besok libur…” What? Aku terkejut untuk kali kedua. Kata ‘semangat’ itu muncul karena besok hari libur. Awalnya kukira mereka memang memiliki semangat dari dalam diri. Ternyata alasan libur keesokan harinya membuat mereka bersemangat. Aku tersenyum. Tidak ada sesuatu yang kebetulan! Mereka adalah cerminan diriku dulu. Memang benar, dulu aku bersemangat bekerja di hari Jumat karena esoknya libur. Setelah hari libur kujalani dan aku tidak memanfaatkan ‘weekend’ dengan baik, maka timbul penyesalan ketika hari untuk bekerja tiba. Kini tidak ada lagi libur sebagai motivasi atau penyesalan setelah menjalani hari libur. Aku sangat bersyukur karena aku mendapat kesempatan melakukan perubahan untuk menjalani hari-hari dengan penuh suka cita, semangat dan pikiran positif. Thanks God! 9
Made Ari Yuliati lahir di Bali, 1988. Pada masa SMA, karyanya berupa puisi dan sajak-sajak dimuat di koran pendidikan Wiyata Mandala. Setelah lulus SMA dan melanjutkan studi di Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, ia pun aktif dalam satu komunitas kampus untuk menulis di majalah kampus VISI. Berprofesi sebagai guru saat ini tidak membuatnya berhenti berkarya; ia pun terus melahirkan sajak-sajak dan menulis cerita pendek harian yang (ia harap) dapat bermanfaat bagi pembaca, siapapun Anda.
10