CINTA TELAH PERGI 1 Penyempurna Enam belas tahun yang lalu seorang ibu bernama “Rosa” melahirkan seorang bayi perempuan, bayi yang selama ini bu
Rosa dan pak
Adam
(suami bu Rosa) idam-idamkan selama dua tahun pernikahan mereka. Bayi sebagai pelengkap rumah tangga mereka, bayi itu juga membuat bu Rosa merasa sebagai perempuan sempurna pada hakikatnya. Tiba waktunya Sembilan bulan berlalu, bu Rosa mengalami kontraksi. Saat melahirkan di Rumah Sakit. “Ayo bu tarik nafas bu lalu buang, sedikit lagi bu kepala bayinya keluar.”, kata dokter. Bu Rosa terus menarik nafas dan membuangnya sambil sesekali memberi dorongan pada perutnya. Tak lama suara bayipun terdengar, bayi keluar
dan menangis dengan suara yang kencang. Bu Rosa pun tersenyum sekaligus merasa lega. Di luar ruangan pak Adam yang sedari tadi menunggu berharap-harap cemas. Begitu mendengar suara tangisan anaknya beliau langsung senang dan bersyukur. Dari dalam susterpun keluar dan mempersilahkan pak Adam untuk masuk dan melihat anak serta istrinya. “Silakan pak masuk, anak anda sudah lahir.”, kata suster. Pak Adam masuk ke dalam. “Selamat pak, anak anda perempuan yang cantik.”, kata dokter. Pak Adam dan bu Rosa saling berpandangan dan tersenyum melihat bayi mereka yang ada di samping bu Rosa. Tiga hari berlalu, saat itu perusahaan KR (Kusuma Rahman) sedang genting karena perebutan saham. Ayah bu Rosa (pak Halim Kusuma Rahman)
harus berebut saham terbesar dengan adiknya- pak Hasan Kusuma Rahman, untuk men-dapat kursi sebagai pemilik terbesar di perusahaan. Maklum saja keluarga mereka merupakan salah satu keluarga terkaya di Indonesia. Perusahaan mereka berupa hotel, restoran, Mall, taman bermain, dan lainnya yang tersebar di Indonesia dan di beberapa Negara lain. Bu Rosa dan pak Adam makin sibuk karena ayah mereka pak Halim sedang ada di Thailand, yang sedang mengurus pembuatan Mall baru di sana. Bu Rosa dan pak Adam tak bisa mengurus bayi mereka sepenuhnya karena kesibukan pembelian saham di perusahaan. Setelah dua minggu berlalu, bu Rosa dan pak Adam merasa bingung kenapa anaknya selalu rewel dan tidak berhenti menangis. Mereka takut ada apaapa, merekapun berinisiatif untuk pergi ke dokter untuk mengecek kesehatan anak mereka takutnya terjadi apa-apa dengan anak mereka.
Setelah di periksa oleh dokter, dokterpun
men-
diagnosa bahwa bayi mereka mempunyai penyakit yang serius di bagian kepala. Katanya terdapat benjolan kecil di kepalanya, kemungkinan itu tumor. Jika benar di kepala bayi itu terdapat tumor maka bayi itu masih bisa di sembuhkan lewat jalan oprasi. Oprasi itu bisa di lakukan setelah bayi itu cukup besar. Karena sepertinya itu hanya tumor lunak dan berukuran kecil sekali di belakang di dalam kepala dan untungnya letaknya tidak terlalu membahayakan. Malam harinya pak Adam dan bu Rosa di rumah sedang berdebat membicarakan penyakit anak mereka. Mereka bingung apakah pak Halim harus di kasih tahu? Karena ayah mertua pak Adam ini adalah orang yang selalu berusaha menjaga nama baik keluarga, selalu ingin sempurna di mata orang lain. Mereka takut ayah mereka tidak menerima berita ini. “Pah, gimana ini apa kita kasih tau papah?”
“Jangan sayang, jangan dulu. Lagian dokter bilang anak kita pasti akan sembuh. Kau taukan papah seperti apa?” Tak jauh dari tempat bu Rosa dan pak Adam berbincang, pak Halim yang baru datang dari Thailand yang sengaja tidak memberi tahu mereka, untuk memberi kejutan mendengar pembicaraan bu Rosa dan pak Adam. “APA cucu ku sakit? Belum juga aku melihat cucu ku sudah mendapat kabar yang seperti ini. Kalo tahu seperti ini mungkin aku tidak usah buru-buru pulang. Dalam garis keturunan ku, tidak ada keturunan ku yang penyakitan. Aku yakin ini pasti keturunan si Adam. Sudah dari awal aku tidak setuju mereka menikah, aku tidak tahu bobot-bebetnya seperti apa, pasti keluarga gak jelas. Ya
ampun
tidak
sebentar
lagi
pengumuman
pemenang saham jika berita ini tersebar maka aku akan kalah dan orang-orang tidak akan mau bekerja sama lagi karena masalah ini.”
Pak Halim, kakek si bayi berencana membuang cucunya, baginya tidak ada garis keturunannya yang berpenyakitan. Pak Halim takut orang luar apalagi kalo wartawan sampai tahu tentang cucunya, ini pasti akan memalukan baginyan karena ini merupakan aib. Dan akan mempengaruhi saham-sahamnya juga. Pak Halim pun pergi ke kamar cucunya, saat bu Rosa dan pak Adam masih berdebat di luar. “Anak ini akan jadi bencana buat kelangsungan nama baik keluarga ku kelak, yang selama ini telah aku jaga dari dulu. Apa yang harus ku lakukan? (terdiam sebentar). Aku harus membuang anak ini secepatnya sebelum isu-isu aneh tersebar. Aku akan bilang ke publik kalo anak ini meninggal saat di lahirkan dengan begitu semuanya akan baik-baik saja. Lagian Rosa kan bisa hamil lagi”, ucapnya.
Kebetulan di luar kamar ada bak Sari (pembantu rumah tangga) yang tidak sengaja mendengar perkataan pak Halim. Sang kakek (pak Halim) membawa kabur dan membuang cucunya sendiri ke panti asuhan, bernama panti asuhan “KASIH”, di sebuah desa terpencil di luar kota. “Maafkan aku cucu ku, aku harus membuang mu. Karena kau cucu ku darah daging ku sendiri, aku tidak mungkin menyingkirkan mu dari dunia ini. Setidaknya kamu punya hidup baru di sini.”, sebari meletakkan bayi itu kemudian mengambil amplop dari jasnya dan meletakkannya juga di dalam kain sang bayi (isi amplop itu adalah uang ). Sang kakek pun pulang mengendarai mobilnya. Namun na-as di perjalanan pulang si kakek mengalami kecelakaan yang mengakibatkannya meninggal dunia.
Bak Sari yang mendengar rencana pak Halim yang akan membuang cucunya. Pembantu itu pun memberi tahu bu Rosa dan pak Adam bahwa anak mereka akan di buang oleh ayah mereka. Belum sempat mereka menemukan anak mereka, mereka mendapat telepon dari rumah sakit bahwa ayah mereka mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. Dan anak mereka tidak di temukan.
2 Dia anak ku Hari demi hari, tahun demi tahun hinga sepuluh tahun berlalu setelah kejadian itu mereka tetep mencari anak mereka namun tidak di temukan juga. Suatu malam di tempat tidur bu Rosa dan pak Adam. “Pah hari ini ulang tahun anak kita, dia sedang apa yah? Apa dia baik-baik saja? Apa dia sudah makan? Apa dia tumbuh dengan sangat cantik? Apa dia masih hidup, Pah?”, kata bu Rosa pada suaminya pak Adam. “Sudahlah mah. Anak kita pasti ketemu. Sebenarnya papah dapat petunjuk kalo anak kita ada di panti asuhan bernama panti asuhan Kasih. Tapi setelah di lihat panti itu sudah tidak ada di situ karena kebakaran.” “Apa pah? Lalu anak kita?”
“Mamah tenang jangan dulu panik kata masyarakat di sana, semuanya selamat. Karena saat itu mereka semua sedang berlibur, mungkin karena ada salah satu pengurus yang lupa mematikan kompor jadi, terjadi kebakaran. Dan mereka semua pindah tempat. Dan papah sedang cari kemana mereka pindah, karena masyarakat tidak ada yang tahu mereka pindah ke mana.” “Syukurlah.” “Sudah mamah tidurlah.” Sedangkan di tempat lain di panti asuhan pada waktu yang sama, ada dua orang anak perempuan sedang tiduran di ranjang yang berbeda. “Kau belum tidur?” “Belum, aku sedang melanjutkan bacaan ku.” “Dua minggu lagi kita ulang tahun, kau ingin kado apa?” “Aku inginnn…