BAB III MEMBANGUN MASYARAKAT IDONESIA YANG SEJAHTERA
Kesejahteraan sebagaimana dicita-citakan oleh para pendiri bangsa ini bisa dimaknai baik dalam arti sosial maupun ekonomi. Nilai-nilai keadilan, kejujuran, kebenaran, perdamaian dan keutuhan ciptaan menjadi ukuran tingkat kesejahteraan sebagaimana dicitacitakan, anda diajak untuk ambil bagian dalam memperjuangkan nilai-nilai tersebut sesuai dengan peran anda masing-masing. Perjuangan mencapai kesejahteraan hidup tersebut perlu ditempatkan dalam rangka mewujudkan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah dimengerti sebagai situasi hidup manusia yang didambakan atau dirindukan oleh setiap orang yang berkehendak baik, sesuai dengan kehendak Allah sendiri. Kerajaan Allah sesungguhnya sudah dimulai secara definitif dalam diri Yesus Kristus, dalam sabda dan karya-Nya sebab Yesus Kristus adalah Autobasilea atau Kerajaan Allah yang mempribadi. Yesus Firman Allah yang menjadi daging (lih. Yoh 1:118). Dalam Yesus Kristus, Allah sungguh hadir di tengah manusia. Kerajaan Allah menjadi pusat pewartaan dan keprihatinan tunggal Yesus Kristus. Misi pokok Yesus datang ke dunia adalah mewartakan dan memperjuangkan terwujudnya Kerajaan Allah. Dalam perspektif cita-cita Yesus itulah, pembangunan masyarakat Indonesia yanag sejahtera kita perjuangkan. A. Memperjuangkan Keadilan, Kejujuran, Kebenaraan dan Perdamaian Keadilan, kejujuran, kebenaran dan rasa damai selalu menjadi kerinduan dari setiap orang yang berkehendak baik. Walaupun begitu kerinduan itu kelihatannya tidak akan datang dengan sendirinya, harus diperjuangkan. Manusialah yang harus memperjuangkan pencapaian kerinduan itu. Perjuangan untuk membangun dunia yang lebih manusiawi kita tempatkan dalam kerangka karya Allah dan dalam kerja sama dengan semua orang yang berkehendak baik. Kerajaan Allah tercipta apabila keadilan, kejujuran, kebenaran dan perdamaian mewarani kehidupan manusia, baik perorangan maupun dalam kebersamaan sehingga orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli menendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik (bdk. Luk 7:22). 1.Pengertian Keadilan, Kejujuran, Kebenaraan dan Perdamaian a. Adil berarti tidak berat sebelah, berpihak kepada yang benar atau berpegang pada kebenaran. Keadilan berarti memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya. Dengan demikian, keadilan mengungkapkan kewajiban untuk memberikan perlakuan yang sama terhadap semua orang yang berada dalam situasi yang sama untuk menghormati hak semua pihak yang bersangkutan. Tentang keadilan, Gereja katolik mengajarkan bahwa keadilan tidak melulu tertuju kepada sesama, tetapi juga kepada Allah. Keadilan juga bisa diartikan sebagai kehendak yang tetap dan teguh untuk memberi kepada Allah dan sesama apa yang menjadi hak mereka. Keadilan terhadap Allah “kebajikan penghormatan kepada 1
Allah”. Keadilan terhadap manusia mengatur hubungan di antara mereka demi kesejahteraan bersama (KGC 1807). Yesus juga mengajarkan agar kita mempersembahkan kepada Allah yang menjadi hak Allah dan menyerahkan kepada Kaisar apa yang menjadi hak kaisar (lih. Mat 22:21). b. Kebenaran berarti keadaan yang cocok atau sesuai dengan hal yang sesungguhnya. Kebenaran yang dimaksud sesuai dengan arti dan makna Firman Kedelapan yang berbunyi: “Jangan bersaksi dusta tentang sesamamu manuasia” (Kel 20:8). Nilai kebenaran inilah yang senantiasa perlu kita perjuangkan dalam hidup sehari-hari. c. Jujur berarti tulus hati, tidak curang, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Kejujuran merupakan keselarasan antara suara hati, kata yang diucapkan serta sikap dan perbuatan kita. Di tengah berbagai ketidakjujuran dan ketidakbenaran, kita harus tetap jujur benar dan adil. Setelah mempelajari masalah kejujuran, diharapkan kita dapat menjadi seorang Kristen yang sejati karena selalu memperjuangkan kejujuran. d. Damai berkaitan dengan shalom dalam konteks Perjanjiana Lama. Kata shalom berarti kesejahteraan pribadi dan masyarakat yang terus-menerus harus diusahakan, misalnya dalam Mzm 34:15 diserukan agar kita selalu mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya. Sedangkan dalam Kitab Suci perjanjian Baru, yang diajarkan oleh Yesus dimengerti sebagai upaya membersihkan dunia ini dari segala macam kejahatan dan kedurhakaan. Damai terjadi jika kita saling memberi maaf tanpa pernah mengingat-ingat kesalahan (bdk. Mat 18:22). Menurut ajaran Gereja perdamaian yang dimaksud tidak hanya berarti tidak ada perang. Damai berarti situasi selamata sejahtera dalam diri manusia yang didasarkan pada semangat kasih, tanpa ada dendam dan permusuhan (bdk. Luk 6:27-36)
2. Model (Kerangka berpikir/sikap) atau memandang kehidupan masyarakat a. Model Konsensus Model ini menjadi kerangka berpikir yang melatarbelakangi model konservatif dan liberal. Menurut model konsensus, struktur sosial yang ada merupakan hasil konsensus bersama anggota masyarakat, perjanjian dan pengakuan bersama akan nilai-nilai. Setiap masyarakat pada hakekatnya teratur dan stabil. Segala perubahan terhadap konsensus akan dianggap membahayakan stabilitas sosial. Struktur sosial yang telah ada tetap dipertahankan demi stabilitas masyarakat, bahkan harus selalu dijunjung tinggi. B. Model konflik/radikal Model radikal berpendapat bahwa struktur sosial yang ada sebagai hasil pemaksaan sekelompok kecil anggota masyarakat. Struktur sosial bukanlah hasil konsensus seluruh warga. Struktur sosial yang dibuat oleh minoritas anggota masyarakat terutama dimaksudkan untuk melindungi kepentingan kelompok elite serta membuat ketergantungan hidup kaum 2
mayoritas (miskin) terhadap kaum minoritas (elite). Model ini memandang secara positif segala perubahan sosial sebab masyarakat sendiri adalah dinamis. Struktur sosial yang seharusnya dibuat untuk melindungi semua pihak. Jika keadilan sosial dimengerti sebagai keadaan masyarakat di mana pola hubungan manusia satu sama lain, struktur-struktur proses politik, sosial, budaya dan idiologi memungkinkan manusia untuk hidup bebas dari penderitaan, kemiskinan struktural dan pemerkosaan hak-hak asasi manusia. Kebalikan dari keadilan adalah kemiskinan. Seperti halnya keadilan, kemiskinan pun dapat menjadi individual dan struktural. Kemiskinan individual adalah kemiskinan yang disebabkan oleh masing-masing individu misalnya karena sakit, malas dll. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan karena struktur yang menimpa seseorang sebagai anggota golongan masyarakat tertentu. Ketidakadilan sangat identik dengan kemiskinan. Kemiskinan tidak terbatas pada kemiskinan materi atau harta melainkan berkaitan dengan beberapa bentuk kemiskinan lainnya; Kemiskinan politik, jika masyarakat tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan politi Kemiskianan sosial, jika kebebasan persaudaraan dan solidaritas dibelenggu
masyarakat
untuk
membangun
Kemiskinan spiritual, jika masyarakat dihalang-halangi untuk menghayati dan mengekspresikan imannya. Ketidakadilan dan kemiskinan pada gilirannya akan melahirkan ketidakjujuran karena kepalsuan dihalalkan oleh sistim perundang-undangan. Ketidakadilan juga akan melahirkan ketidakbenaran karena masyarakat diberi peluang atau dipaksa untuk melakukan kebohongan. Selain itu akan melahirkan pertikaian dan konflik karena ketidakpuasan, kekecewaan, curiga di tengah-tengah masyarakat. Jika permasalahan keadilan, kejujuran, kebenaran dan perdamaian merupakan permasalahan yang mempunyai hubungan yang erat maka penyebab utamanya dari masalah tersebut adalah struktur sosial yang tidak adil. Kata “struktur” menunjukkkan hubungan antarbagian dari keseluruhan. Struktur sosial adalah interaksi manusia yang sudah terpola dalam institusi-institusi ekonomi, politik, agama, budaya dan keluarga. Atau dapat dirumuskan secara sederhana demikian; struktur sosial adalah keseluruhan aturan permainan dalam berinteraksi sosial. Aturan permainan ini mencakup, baik hukum tertulis ( UUD, UU, PP, perpu, perda) maupun hukum tidak tertulis (adat istiadat, norma, tata krama dan sopan santun). Suatu aturan permainan dibuat selalu untuk mengatur agar hubungan antarmanusia dalam masyarakat dapat lebih harmonis. Dalam kenyataan aturan permainan tidak selamanya adil sebab yang paling diuntungkan adalah pembuat aturan permainan tersebut. Aturan permainan yang adil adalah aturan permainan yang menguntungkan semua pihak. Struktur sosial atau aturan permainan yang tidak adil akan melahirkan ketidakadilan sosial, 3
ketidkjujuran, ketidakbenaran dan pertikaian. Oleh karena itu, untuk menciptakan keadilan, kejujuran, kebenaran dan perdamaian menurut model radikal haruslah dilakukan dengan mengubah aturan permaian yang lebih adil, dengan melibatkan semua unsur yang nantinya akan dikenai aturan permainan itu.
3.Berbagai hambatan dalam usaha menegakkan keadilan, kejujuran, kebenaran dan perdamaian dalam masyarakat. Jika menggunakan model radikal, jalan keluarnya adalah mengubah “aturan permainan”. Jika mau mengubah aturan permainan haruslah menggantikan pejabat pembuat undang-undang. Langkah untuk mencapai hal ini tidaklah mudah sebab aturan permainan itu dibuat oleh pembuat aturan permainan yang dalam kenyataannya telah dilindungi/diproteksi oleh undang-undang yang juga dibuatnya sendiri. Dengan demikian hambatan utamanya adalah sistim sosial yang menindas. Idiologi konservatif berakar pada kapitalisme dan liberalism abad XIX. Kaum konservatif menjunjung tinggi struktur sosial yang sudah ada. Demi tegaknya struktur sosial kaum konservatif berprinsip bahwa kekuasaan merupakan hal yang sangat hakiki. Jika dalam kenyataan terdapat perbedaan tingkat sosial, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan bakat dan pembawaannya (=talenta). Bakat yang berbeda akan menghasilkan jasa yang berbeda, tingkatan jasa yang berbeda akan mendatangkan penghasilan (=product and income) yang berbeda pula. Kaum konservatif tidak memandang kemiskinan sebagai masalah serius. Masalah kemiskinan akan dapat terselesaikan dengan sendirinya asalkan masyarakat bisa menjadi “sadar” betapa pentingnya mematuhi tatanan sosial yang sudah ada, demi kebaikan semua. Kaum konservatif tidak mendukung campur tangan pemerintah memberi bantuan kepada kaum miskin, dengan cara memberi jaminan sosial bagi penganggur atau mereka yang berpendapatan rendah. Segala bentuk bantuan itu justru membuat orang miskin semakin malas dan manja serta tidak memiliki semangat berkompetisi untuk menjadi yang terbaik atau memperbaiki “nasib-Nya”. Idiologi konsevatif juga menolak bentuk perubahan dalam bentuk dan dengan cara apa pun, bahkan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mempertahankan status quo yang sangat menguntungkan kelompoknya. Dengan demikian, model konservatif sangat tidak mungkin digunakan untuk mengubah sistim dari tidak adil menjadi adil, tidak jujur menjadi jujur, tidak benar menjadi benar, konflik menjadi damai. Mengapa? Karena jika sistim berubah ada kemungkinan status penganut idiologi konservtif ini akan terancam. Sementara model liberal memandang struktur sosial itu mempunyai kesamaan yaitu struktur sosial harus tetap dipertahankan. Sedangkan yang membeakan keduanya adalah dalam hal memandang masalah kemiskian. Secara garis besar perbedaan itu dapat digambarkan sebagai berikut. 4
Model konservatif
Model liberal
Pandangan terhadap masalah kemiskinan Mempersalahkan kaum miskin.
Kurangnya kesempatan berusaha potensial menciptakan kemiskinan
Kaum miskin tidak cukup berusaha untuk menggunakan/memanfaatkan kesempatan yang sudah ada.
Kesempatan kalau pun ada masih belum seperti yang diharapkan sehingga orang miskin tetap mengalami kesulitan hidup
Solusi untuk mengatasi kemiskinan Membiarkan mereka (tidak memberi bantuan/kesempatan apapun) agar mereka sadar akan kesalahannya dan memperbaiki cara hidupnya dengan memperbaiki nasehatnasehat moralistik.
Memberikan bantuan kepada mereka berupa; kesempatan berusaha, pelayanan khusus, pendidikan/pelatihan keterampilan. Segala kemungkian untuk membantu orang miskin harus dilakukan sebab jika kemiskinan dibiarkan saja maka tingkat kemiskinan bertmbah.
Tidak setuju diberikan bantuan apa pun kepada mereka karena segala bentuk bantuan, justru akan membuat mereka semakin tergantung dan manja. Struktur sosial yang sudah ada dipertahankan dengan segala cara.
Struktur sosial yang sudah ada harus tetap dipertahankan.
harus
4. Belajar dari tokoh pejuang keadilan, kejujuran, kebenaran dan perdamaian dalam masyarakat. 5.Teladan Yesus dalam menegakkan keadilan, kejujuran, kebenaran dan perdamaian dalam masyarakat Dalam upaya menegakkan keadilan, Yesus melakukannya dengan cara-cara yang sangat sederhana tetapi mengandung makna yang sangat mendalam. Para pendengarnya diajak untuk melihat diri sendiri sebelum mengadili orang lain. Apakah saya sudah benar? Keadilan tidak akan dapat tercipta jika masing-masing menuntut orang lain agar berbuat adil. Keadilan juga tidak bakal terjadi masing-masing orang hanya melakukan pengadilan terhadap orang lain. Yesus memberi teladan kepada para murid-Nya tentang bagaimana menegakkan keadilan yang lebih efektif berdasarkan prinsip cinta kasih sebagai contoh: Injil Yohanes 8:212). Dalam hal menegakan kejujuran Yesus tidak sekedar “menyerang” kebohongan, melainkan lebih pada kepura-puraan. Seperti halnya yang dilakukan oleh ahli taurat yang mengajukan sejumlah pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan bukan untuk memperoleh informasi yang benar atau untuk menguji pengetahuan Yesus, melainkan untuk menjebak Yesus. Yesus dengan cerdas, tetapi penuh dengan kasih menjawab pertanyaan itu sekaligus membongkar kepura-puraan dengan harapan melalui kasih orang lain berubah dalam bingkai sikap dasar kasih. Hal itu digambarkan dalam kisah sebagai berikut. Hal ini sangat jelas digambarkan dalam injil Markus 12:1-17;28-31. Sementara dalam injil Mat 5:20-24, Yesus 5
mengajarkan kepada kita bahwa berdamai dan perdamaian itu merupakan hal yang sangat penting, bahkan harus diutamakan. Yesus menegaskan bahwa beribadat memang penting, tetapi semuanya itu tidak akan ada gunanya jika masih ada dendam yang belum diselesaikan melalui perdamaian. Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar, tetapi jangan sampai merusak perdamaian dan relasi pribadi yang didasari kasih dengan orang lain.
7. Gereja katolik mewujudkan keadilan, kejujuran, kebenaran dan perdamaian dalam hidup sehari-hari Masalah-masalah sosial dan iman akan penebusan Kristus mendorong Gereja untuk terlibat. Keduanya menjadi satu-kesatuan inspirasi dan perwujudan dalam keterlibatan Gereja. Masalah-masalah sosial menjadi konteks keterlibatan Gereja dalam mengaktualisasikan imannya. Dalam situasi dunia yang penuh dengan persoalan, Gereja tetap mendasarkan diri pada iman bahwa “Allah adalah kasih dan barang siapa tinggal di dalam kasih dia ada di dalam Allah dan Allah di dalam dia” (1Yoh 4:16). Kata-kata dari surat pertama Yohanes ini mengungkapkan secara jelas inti terdalam iman Kristen: gambaran kristiani tentang Allah dan gambaran akan umat manusia serta panggilannya. Dalam ayat yang sama, Yohanes memberikan ringkasan hidup kristiani: “kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita”. Injil Yohanes menggambarkan peristiwa tersebut dengan ungkapan: “karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga ia telah mengaruniakan Putera-Nya yang tinggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya……… memperoleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16). Dengan menyadari akan pentingnya kasih Tuhan, iman Kristen mengungkapkan kembali inti iman Israel dengan sebuah pendasaran dan cakupan yang baru, yang terdapat dalam kitab ulangan: “dengarkanlah hai umat Israel, Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa! Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu” (Ul 6:4-5). Yesus Kristus menyatukan perintah kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama dengan mengatakan; “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mrk 12:29-31). Kasih kepada Allah hanya dapat terbukti secara konkret dengan mengasihi sesama. Sebaliknya, relasi (kasih) dengan sesama harus merupakan tanda bukti kasihnya kepada Allah. Pesan kasih kristiani tersebut menjadi aktual dan penting terlebih di tengah dunia yang diwarnai dengan tindak balas dendam, kebencian, kekerasan dan ketidakadilan. Krisis moralitas yang sudah sangat parah banyak dikeluhkan dan diarahkan kepada para elite. Sayanganya, betapapun mereka disorot, mereka seakan telah kebal dalam ketidakpedulian. Politik uang semakin marak meskipun sulit untuk dibuktikan dan yang menjadi tumbal atau korban adalah rakyat kecil. Selain itu peperangan terus terjadi, kemiskinan, ketidakadilan, pelanggaran HAM, rendahnya rasa solodaritas, lemahnya kehendak untuk menggali dan mewujudkan kebenaran dan keadilan. Rasanya benar kata-kata 6
santo Agustinus yaitu; sebuah negara yang tidak dipimpin atas dasar keadilan hanya akan menjadi kumpulan para pencuri. Dalam situasi seperti itu, Gereja sebagai komunitas kasih dan pewarta kasih di tengah dunia diharapkan, bahkan dituntut berperan mewartakan kasih di tengah dunia yang seakanakan “tanpa Tuhan”. Gereja harus proaktif dalam usaha untuk menghadirkan wajah Allah yang penuh kasih di tengah dunia yang semangat kasihnya mulai redup. Menyadari situasi dunia yang seperti ini Paus Benediktus XVI pada awal karya kepausanya, mengeluarkan sebuah ensiklik berjudul Deus Est Caritas (Allah adalah kasih) yang pesannya sangat aktual karena sesuai dengan situasi dunia saat ini. Semua orang Kristen telah mengalami kasih Allah yang begitu besar lewat Putera-Nya yang memberikan teladan kasih terbesar dengan penyerahan diri-Nya di kayu salib. Yang menjadi tugas dan kewajiban orang Kristen adalah menggandakan kasih Kristus itu di tengah dunia yang penuh gejolak ini. Orang Kristen tidak dapat mengatakan bahwa ia mencintai Tuhan yang tidak kelihatan jika ia tidak mencintai sesamanya yang kelihatan yaitu: yang miskin, menderita, dianiaya, yang mengalami ketidakadilan. Orang Kristen harus tahu kapan ia berbicara tentang Tuhan dan kapan waktunya diam untuk membiarkan kasih berbicara lewat tutur kata, sikap dan tindakan pelayanan kasih. Sebagai contoh berikut adalah sikap Gereja terhadap masalah sosial yang termuat dalam ensiklik Rerum Novarum. Rerum Novarum (1891) Paus Leo XII Keadaan & masalah
Tanggapan Gereja
1.
Terdapat kelompok kecil yang mengontrol produksi.
1.
Menyatakan pentingnya batas-batas kekayaan pribadi.
2.
Kekayaan yang terpusatkan pada kelompok kecil itu menimbulkan keserakahan.
2.
3.
Orang-orang kesengsaraan.
4.
Terdapat kondisi kerja yang tidak layak.
Menekankan lagi bahwa pengertian pemilikan uang secara adil berbeda dari penggunaanya secara adil maka dianjurkan agar orang yang kaya membantu sesamanya yang miskin dan dituntut agar negara mengusahakan kesejahteraan umum.
5.
Sosialisme menolak kekayaan pribadi.
3.
Menganjurkan agar jemaat mempersatukan orang kaya dan orang miskin
6.
Sosialisme mendukung pertentangan kelas.
4.
Menganjurkan agar didirikannya perserikatan buruh dan gaji yang adil
5.
Mengakui sahnya hak milik pribadi dan hak milik pribadi itu bermakna sosial
6.
Menganjurkan hubungan yang setaraf antara modal dan kerja
miskin
hidup
dalam
7
Isi pokok Rerum Novarum adalah: dengan tegas, Paus menentang kondisi yang tidak manusiawi, yang kemudian menjadi situasi buruk bagi kaum buruh dalam masyarakat industri. Ada tiga faktor kunci yang mendasari kehidupan ekonomi: buruh, modal dan teknologi/negara. Ketiga hal itu saling berhubungan, dapat menciptakan iklim kehidupan yang adil ataupun tidak adil. Rerum novarum membela kaum buruh yang menderita dengan menyerukan kepada para anggotanya agar membebaskan manusia dari segala bentuk penderitannya. Dengan demikian, harus disepakati upah yang adil. Para buruh juga berhak ikut dalam serikat buruh. Selanjutnya ditegaskan pula bahwa negara wajib melindungi hak-hak buruh. Dengan Rerum Novarum, Gereja ingin melawan segala macam bentuk baik kapitalisme maupun sosialisme.
B. Melestarikan lingkungan hidup Karya penciptaan Allah merupakan awal karya penyelamatan yang berlangsung terusmenerus, berpuncak dalam Kristus dan mencapai kepenuhannya pada akhir zaman saat langit baru dan bumi baru terbentuk (Why 21:1-4) dan saat seluruh ciptaan bersatu padu memuji kebesaran Allah pencipta (Why 4:8-11;5:13). Dengan demikian dapat dipahami bahwa sejak awal mula Allah menghendaki agar semua ciptaan itu diselamatkan. Hal ini tampak dalam kisah penciptaan. Ciptaan Allah itu sungguh amat baik (Kej 1:31). Pernyataan “baik” dalam teks kitab suci itu masih dimungkinkan untuk dikembangkan antara lain; Segala yang “baik” yang diciptakan Allah harus dijaga supaya tetap baik adanya; Segala yang “baik” yang diciptakan Allah diharapkan semakin ditingkatkan untuk menjadi lebih baik Allah telah menyerahkan yang baik kepada manusia dan manusia tinggal memanfaatkannya saja, tanpa harus menjaga atau meningkatkan sesuatu yang “baik” itu Segala sesuatu yang awalnya baik itu rusak karena kesalahan manusia. Manusia tidak setia pada apa yang dipesankan Allah. Manusia tidak menjaga dan merawat, tetapi menjadi penghancur dengan memetik dan memakan buah dari pohon kehidupan (lih. Kej 3). Hancurnya tata ciptaan itu harus dipulihkan. Dan itu, terpenuhi dalam diri Yesus Kristus namun demikian, tidak berarti bahwa manusia tinggal diam dan berpangku tangan. Ia harus tetap menjalankan tugas untuk merawat dan memelihara taman sebab melestarikan alam adalah tanggung jawab seluruh umat manusia. Manusia diundang menjadi rekan kerja Allah untuk memelihara dan menjaga keutuhan alam semesta sehingga proses penciptaan masih dapat berlangsung (creation continua).
8
Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga yaitu; Unsur hayati (biotik) yaitu; unsur lingkungan hidup yang terdiri dari mahluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan jasad renik. Unsur sosial budaya yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang merupakan sistim nilai, gagasan dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial. Unsur fisik (abiotik) yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim dan lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik sangat besar perannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di bumi. Bayangkan apa yang terjadi jika air tidak ada lagi di muka bumi atau udara yang dipenuhi asap? 1. Kekayaan dan keragaman sumber daya alam dan maknanya bagi hidup manusia Jika kita cermati kisah penciptaan, kita mendapat gambaran yang jelas bahwa sebelum manusia diciptakan, Allah telah mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia lebih dari cukup. Semua itu merupakan kekayaan alam berupa flora, fauna atau segala bahan mineral yang terkandung di perut bumi. Sumber daya alam mineral berupa barang-barang tambang, seperti minyak bumi, gas alam, emas, tembaga, nikel, aluminium dll. Pemerintah indonesia mengatur pemanfaatan sumber daya alam dengan menuangkan aturan itu dalam UUD 1945 khususnya pasal 33 ayat (3) yang berbunyi: “bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Pengertian “dikuasai” di sini tidak berarti pemanfaatannya dilakukan dengan semena-mena, namun juga harus memperhatikan aspekaspek keserasian, keselarasan, keseimbangan, keadilan yang merata dan berkelanjutan baik bagi generasi sekarang maupun masa yang akan datang. Upaya yang telah dilakukan pemerintah indonesia untuk menjaga keutuhan dan keberlanjutan dari sumber daya alam hayati adalah; UU no. 4 tahun 1982, tentang ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup. UU no. 5 tahun 1990, tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. UU no. 5 tahun 1994, tentang pengesahan united nations convention on biological Diversity (konvensi perserikatan bangsa-bangsa mengenai keanekaragaman hayati Keputusan presiden republik indonesia no. 4 tahun 1993, tentang satwa dan bunga nasional. 9
2. Fakta-fakta kerusakan lingkungan hidup Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup dibedakan menjadi dua yaitu: a. Peristiwa alam Gempa bumi, tsunami, gunung meletus adalah peristiwa alam yang tidak dapat dicegah. Peristiwa-peristiwa itu secara alamiah akan selalu terjadi. Terjadinya bencana tersebut bukan karena Allah marah lalu menghukum manusia sebab sejak awal penciptaan Allah menghendaki agar manusia selamat. b. Ulah manusia Kehancuran tata ciptaan terjadi karena ulah manusia. Saat manusia tidak taat dan tergoda untuk menjadi seperti Allah (bdk. Kej 3:5), manusia merusak tata ciptaan dan relasi dengan Allah. Manusia yang dipanggil untuk menjadi rekan kerja Allah, menolak tawaran kasih tersebut. Secara gamblang Paus Yohanes Paulus II dalam Centesimus Annus menjelaskan: “………… manusia mengira boleh semuanya sendiri mendayagunakan bumi dan menikmati hasilnya dengan menaklukkannya tanpa syarat kepada kehendaknya sendiri, seolah bumi tidak mengemban tuntutan serta maksud tujuannya semula yang diterimanya dari Allah dan yang manusia memang dapat mengembangkan, tetapi tidak boleh mengkhianatinya. Manusia bukannya menjalankan tugasnya bekerja sama dengan Allah di dunia. Ia justru malahan mau menggantikan tempat Allah dan dengan demikian akhirnya membangkitkan pemberontakan alam yang tidak diaturnya tetapi justru disiksanya.”
Secara jelas dikatakan Paus bahwa: kerusakan dan kehancuran lingkungan karena manusia ingin menggantikan tempat Allah 3. Sebab dan akibat kerusakan lingkungan hidup Kerusakan yang paling parah adalah kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh perilaku, pola pikir, atau pendekatan manusia terhadap kekayaan alam yang keliru. Hutan dibabat secara sadis sehingga mengakibatkan; tanah longsor, banjir, hilangnya sumber air, kepunahan flora dsb. Pola pikir atau pendekatan yang keliru akan memperparah kerusakan alam. a. Pola pendekatan teknokratis (tekne: ketrampilan; krateein: menguasai) Pola pendekatan ini memandang bahwa alam disediakan Allah bagi manusia sehingga manusia sekadar menguasai atau memanfaatkan alam. Pola pikir ini memungkinkan manusia memiliki sikap merampas segala sesuatu yang tersedia di alam lingkungnnya dan membuang limbahnya ke alam. b. Pola pendekatan ekonomis 10
Sikap manusia (modern) terhadap lingkungannya yang mengutamakan keuntungan ekonomis dan tidak menghiraukan dampak ekologis: Sistim perekonomian sekarang cenderung berpola kapitalistik (=laba akan menjamin perusahaan mampu bertahan dalam persaingan bebas). Agar laba meningkat biaya ditekan seminimal mungkin. Eksploitasi kekayaan alam diimbangi biaya semurah mungkin. Sistim ini berdampak pada lingkungan alam yang harus dikorbankan, demi memperoleh laba sebesarbesarnya. Pola hidup masyarakat yang kurang memperhitungkan dampak lingkungan: membuang sampah sembarangan, memilih produk komestik dalam kemasan yang tidak ramah lingkuangan, penggunaan plastic dan kertas yang berlebihan dan tidak efisien. Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh pola pikir dan pendekatan yang merusak antara lain sbb; a. Kekayaan biosfer rusak. Biosfer (bios: hidup; sphere: bola) artinya keseluruhan lapisan-lapisan kehidupan (di darat, laut dan udara daerah panas ataupun dingin). Ciri khas biosfer adalah ekosistem-ekosistem (oiko: rumah; sistima: keseluruhan) yang tak terhitung banyaknya, terdiri dari organismeorganisme yang saling memengaruhi dan tergantung. Ciri khas ekosistem adalah keseimbangan atau keharmonisan. Jika ada kekuatan yang merusak, ada yang memperbarui, jika ada yang mati muncul organisme baru. Akan tetapi keharmonosan alam telah diganggu manusia dengan tindakan penebangan dan penambangan liar, penggunaan peptisida, fungisida dan herbisida secara berlebihan, pembuangan limbah industri dan rumah tangga secara liar. b.Generasi yang akan datang menderita Setiap kerusakan lingkungan yang belum dipulihkan atau tidak dapat dipulihkan juga akan menjadi tanggungan generasi berikutnya. Artinya kita mewariskan penyakit dan bencana kepada anak cucu. Kelompok masyarakat yang pesimistis memandang bumi kita ini tidak akan bertahan selamanya sedangkan kita sebagai orang beriman dipanggil untuk menjawab tawaran kasih dalam rangka memelihara dan menjaga keutuhan ciptaan. Tawaran kasih Allah itu mendesak untuk dijawab karena situasinya sudah semakin buruk. Tata ciptaan itu menuju kehancuran yang dibuat oleh tangan-tangan manusia yang sangat tampak dalam gejala-gejala sbb; Pemanasan global. Satu peristiwa yang tak bisa dielakkan yang memengaruhi kondisi iklim di bumi. Bumi berusaha untuk terus eksis dengan melakukan perbaikan alami,
11
tetapi manusia akan menerima akibatnya dikarenakan proses perbaikan itu sangat dasyat dan tidak terkendali. Peningkatan kecil rotasi bumi diakibatkan ketidakseimbangan isi kandung perut bumi yang terkuras. Banjir dasyat yang menenggelamkan semuanya akibatnya kekurangan pangan, merajalelanya penyakit dan meluasnya kelaparan. Terjadinya perubahan pola peruntukan tanah karena lebih banyak orang-orang hidup di kota-kota besar dibanding dengan di daerah pedesaan. Kota-kota penuh sesak sehingga harus memperluas areal untuk perumahan ke wilayah pedesaan dengan mengorbankan tanah pertanian. Dll. 4. Tindakan pelestarian lingkungan hidup Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja tetapi menjadi tanggung jawab setiap insan. Pembangunan berwawasan lingkungan dikenal dengan nama pembangunan berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan kesepakatan hasil KTT bumi di Rio de Jeniro tahun 1992. Di dalamnya terkandung dua gagasan penting yaitu: Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk menopang hidup. Gagasan keterbatasan yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan baik masa sekarang maupun masa yang akan datang. Adapun ciri-ciri pembangunan berwawasan lingkungan adalah sbb; Menjamin pemerataan dan keadilan Menghargai keanekaragaman hayati Menggunakan pendekatan integratif Menggunakan pandangan jangka panjang Syukur bahwa kesadaran untuk menyelamatkan bumi semakin dimiliki oleh semakin banyak orang. Harus diakui bahwa gerakan-gerakan yang dibuat tidak bisa secara cepat meyelesaikan permasalahan, namun sekali lagi harus disyukuri karena gerakan-gerakan tersebut di samping menyelamatkan alam juga membangun kesadaran bersama pentingnya memelihara tata ciptaan. Paus Yohanes paulus II dalam amanat hari perdamaian seluruh dunia mengungkapkan bahwa: Berkembangnya kesadaran tentang perdamaian dunia terancam bukan hanya karena perlombaan senjata, bermacam konflik dan terus berlangsungnya ketidakadilan, melainkan juga karena kurannya penghargaan terhadap alam. Kesadaran ekologis yang baru harus dikembangkan dan dianjurkan dengan berbagai inisiatif dan program konkret.
12
5. Hambatan-hambatan usaha melestarikan lingkungan hidup Secara teoritis, upaya pelestarian lingkungan hidup itu tidak terlalu sulit karena sudah dilengkapi dengan perangkat perundang-undangan yang akan mendukungnya. Namun demikian dalam kenyataannya, praktiknya tidaklah mudah. Banyak hambatan untuk mewujudkan kehendak baik itu antara lain sebagai berikut. Demi pemenuhan kebutuhan perekonomian, upaya pelestarian alam menjadi terhambat karena terjadi konflik kepentingan yakni kepentingan ekologis versus ekonomis. Misalnya, kerusakan yang ditimbulkan karena banjir, tanah longsor, kekeringan sebenarnya dapat diminimalisir dampaknya bagi manusia dan lingkungan hidup, tetapi terbentur pada faktor ekonomi yang memaksa hutan dibabat dan isi perut bumi diekploitasi. Dari sistim manajemen lingkungan dan konservasi alam yang ditemukan ada lima hambatan utama yaitu Minimnya jumlah sumber daya manusia dan pembagian anggaran yang tidak merata. Kurangnya dukungan dari pemerintah dan masyarakat setempat. Praktik-praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Kegagalan dalam mengakomodasi kepentingan masyarakat setempat. Gaya kepemimpinan diktator dari atas ke bawah. Kelima hambatan ini sering dikemukakan oleh para ahli, tetapi tidak ada satu pun solusi yang dapat dihasilkan, disebabkan oleh kurangnya pemahaman akan masalah itu serta lemahnya koordinasi antar lembaga pemerintah. Dari dinamika masyarakat sipil, ditemukan adanya ketidakpastian dalam pengaturan sumber daya alam yang sering kali menimbulkan konflik di masyarakat. Konflik ini akan tetap berlanjut selama pihak-pihak yang bersengketa itu tidak mendapatkan sumber daya alam secara adil. Sistim politik dan ekonomi yang korup karena menganggap bahwa sumber daya alam khususnya hutan merupakan sumber pendapatan yang bisa dieksploitasi untuk kepentingan politik dan keuntungan pribadi. Krisis ekonomi global misalnya ketidakmampuan dalam persaingan di pasar dunia untuk produk-produk eksport indonesia seperti kayu lapis, dll. Kekurangstabilan politik dalam negeri menyebabkan ketidakpastian implementasi kebijakan dalam bidang kehutanan dan sumber daya alam lainnya.
13
Tuntutan otonomi daerah memaksa pemerintah berusaha keras untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (pad) sehingga mencukupi biaya operasional daerahnya.
6. Pelestarian Lingkungan Hidup Berdasarkan Terang Kitab Suci Upaya pelestarian lingkungan hidup bukan hanya terjadi pada zaman ini, melainkan sudah sejak zaman awal peradaban manusia. Mungkin perbedaannya terletak pada pokok permasalahnnya, jika pada zaman lampau orang berpikir bagaimana berupaya agar lingkungan alam tidak rusak, sedangkan di zaman sekarang orang berpikir, bagaimana memperbaiki lingkungan alam yang rusak. Dalam kitab Kejadian 1: 28-29 dituliskan: Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burungburung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” Berfirmanlah Allah: “lihatlah, Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohonpohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.
Sejak awal mula, Allah telah menyerahkan bumi dan segala isinya kepada manusia untuk ditaklukkan dan dikuasai sebab Allah telah meletakkan sumber kehidupan itu di bumi dan segala isinya. Oleh karena itu, selagi manusia masih menggantungkan hidupnya kepada bumi dan lingkungannya, sudah sepantasnya manusia menjaganya agar ketersediaan sumber hidup itu tetap bertahan. Jika bumi dan alam lingkungannya rusak, tidak akan mampu lagi menyediakan sumber kehidupan manusia. Dengan demikian manusia akan mengalami kemusnahan karena tidak mampu bertahan hidup. Hanya manusia yang diciptakan sebagai gambar dan rupa Allah (imago dei) dan yang diberi kewenangan untuk menguasai dan menaklukkan bumi dengan segala isinya. Kesatuan manusia dengan alam digambarkan dalam cerita tentang penciptaan manusia sebagai: “Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah” (Kej 2:7). Dalam bahasa Ibrani manusia disebut adam yang mempunyai akar kata yang sama dengan kata untuk tanah, adamah yang berarti warna merah kecoklatan yang mengungkapan warna kulit manusia dan warnah tanah. Dalam bahasa latin, manusia disebut homo yang juga mempunyai makna yang berkaitan dengan humus yaitu tanah. Istilah “mengusahakan dan memelihara” atau “mengelola” dalam Kejadian 2:15, diterjemahkan dalam istilah Ibrani abudah yang sama maknanya dengan kata “ibadat” dan mengabdi. Dengan kata lain penguasaan atas alam seharusnya dijalankan secara bertanggung jawab: memanfaatkan sambil menjaga dan memelihara. Ibadat sejati adalah melakukan apa saja yang merupakan kehendak Allah dalam hidup manusia termasuk hal mengelola (abudah) 14
dan memelihara (samar) lingkungan hidup kepemimpinannya kepada kita sebagai manusia.
yang
dipercayakan
kekuasaan
atau
Walaupun begitu praktik yang terjadi ternyata manusia memiliki kecenderungan menghadapi alam tidak lagi dalam konteks “sesama ciptaan”, tetapi mengarah pada hubungan “tuan dengan miliknya.” Manusia memperlakukan alam sebagai obyek yang semata-mata berguna untuk dimiiki dan konsumsi. Alam diperhatikan hanya dalam konteks kegunaan (utilistik-materialistik). Manusia hanya memperhatikan tugas yakni: menguasai, tetapi tidak memperhatikan tugas untuk memelihara. Dengan demikian, manusia gagal melaksanakan tugas kepemimpinan atas alam. Akar kerusakan lingkungan alam dewasa ini terletak dalam sikap manusia atau yang disebut economic gain by environmental loss. Manusia menjadi berdosa dalam menghadapi alam sebab tidak lagi sekadar untuk memenuhi kebutuhannya, tetapi sekaligus untuk memenuhi keserakahannya. Dengan kata lain manusia berdosa adalah manusia yang hakekatkatnya berubah dari a needy being menjadi a greedy being. Kegagalan dalam melaksanakan tugas kepemimpinan atas alam merupakan wujud kegagalan manusia dalam mengendalikan dirinya, khususnya keinginan-keinginannya. Dalam perjanjian baru dikatakan bahwa Allah yang mahakasih mengasihi dunia ciptaan-Nya (kosmos) sehingga ia mengutus anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia yaitu Yesus Kristus (Yoh 3:16). Yesus Kristus yang disebut firman (logos) telah berinkarnasi, mengambil bentuk materi dengan menjelma menjadi manusia dan melalui penyerahan-Nya di atas kayu salib serta kebangkitan-Nya dari antara orang mati, Ia telah mendamaikan Allah dengan segala sesuatu (ta panta) atau dunia (kosmos) ini (Kol 1:19-20; 2Kor 5:18-19). Yesus Kristus telah memulihkan hubungan Allah dengan manusia dan dengan seluruh ciptaan-Nya dan memulihkan hubungan manusia dengan alam. Dalam iman Kristen, hubungan baru manusia dengan alam bukan saja hubungan dominio (menguasai), tetapi juga hubungan communio (persekutuan). Persekutuan dengan Allah harus tercermin dalam persekutuan dengan alam. Hubungan yang baik dengan alam sekaligus mengarahkan kita pada penyempurnaan ciptaan dalam “langit dan bumi yang baru” (why 21:1-5) yang menjadi tujuan akhir dari karya penebusan Allah melalui Yesus Kristus. Relasi kita dengan lingkungan hidup telah dipulihkan hubungannya oleh Tuhan Yesus Kristus, maka kita sebagai manusia baru dalam Kristus (2Kor. 5:7), seharusnya membangun hubungan solider dengan alam. Hubungan solider (sesama ciptaan dan sesama tebusan) berarti alam mestinya diperlakukan dengan penuh belas kasihan. Alam sekitar tidak boleh diperlakukan semena-mena, tidak dirusak, tidak dicemari dan semua isinya tidak dibiarkan musnah atau punah. Jika kita memelihara dan menghargai alam berarti kita menghargai sang pencipta. Dilihat dari sudut pandang iman Kristen, tugas pelestarian lingkungan hidup yang pertama dan utama adalah mempraktikan pola hidup baru hidup yang penuh pertobatan dan 15
pengendalian diri sehingga hidup kita tidak dikendalikan dosa dan keinginannya tetapi dikendalikan oleh cinta kasih. Materialisme adalah akar kerusakan lingkungan hidup. Oleh karena itu materialisme menjadi praktik penyembahan alam. Kristus mengingatkan bahaya mamonisme (cinta uang/harga) yang dapat disamakan dengan sikap rakus terhadap sumber-sumber alam (Mat 6:19-24 par; 1Tim. 6:6-10). Oleh karena mencintai materi, alam dieksploitasi guna mendapatkan keuntungan material. Maka supaya alam dapat dipelihara dan dijaga kelestariannya manusia harus berubah (bertobat) dan mengendalikan dirinya. Manusia harus menyembah Allah dan bukan materi. Dalam arti itulah maka usaha pelestarian alam harus dilihat sebagai ibadat kepada Allah melawan penyembahan alam khususnya penyembahan alam modern alias materialism atau mamonisme.
7. Rancangan dan Pelestarian Tindakan Pelestarian Lingkungan Hidup di Lingkup Masyarakat Langkah-langkah yang ditawarkan untuk pelestarian lingkungan hidup adalah; A. Persiapan. Dalam persiapan ini terdapat tiga kegiatan kunci yang harus dilaksanakan yaitu; Sosialisasi rencana kegiatan dengan kelompok masyarakat Pemilihan atau pengangkatan motivator (kelompok inti) Penguatan kelompok kerja yang telah ada atau pembentukan kelompok kerja baru. B. Perencanaan. Tujuh ciri perencanaan yang dinilai akan efektif yaitu; Proses perencanaannya berangkat dari situasi nyata Merupakan perencanaan partisipatif, termasuk keikutsertaan masyarakaat setempat. Berorientasi pada tindakan berdasarkan tingkat kesiapannya Memiliki tujuan dan target yang jelas Memiliki kerangka kerja yang fleksibel bagi pengabilan keputusan Bersifat terpadu Meliputi proses-proses untuk pemantauan dan evaluasi C. Persiapan sosial. Untuk mendapatkan dukungan dan partisipasi masyarakat secara penuh, maka masyarakat harus dipersiapkan secara sosial agar dapat: 16
Mengutarakan aspirasi serta pengetahuan tradisional dan kearifannya dalam menangani isu-isu lokal yang merupakan aturan-aturan yang harus dipatuhi. Mengetahui keuntungan dan kerugian yang akan didapat dari setiap pilihan intervensi yang diusulkan yang dianggap dapat berfungsi sebagai jalan keluar untuk menanggulangi persoalan lingkungan yang dihadapi. Berperan serta dalam perencanaan dan pengimplementasian rencana tersebut. D. Penyadaran masyarakat. Dalam rangka menyadarkan masyarakat terdapat tiga kunci penyadaran yaitu penyadaran tentang: Nilai-nilai ekologis, ekosistem, serta manfaat penanggulangan kerusakan lingkungan Konservasi Berkelanjutan ekonomi jika upaya penanggulangan kerusakan lingkungan dapat dilaksanakan secara arif dan bijaksana. E. Analisis kebutuhan. Untuk melakukan analisis kebutuhan terdapat tujuh langkah pelaksanaannya yaitu; Penyusunan rencana awal dengan melibatkan masyarakaat local Identifikasi situasi yang dihadapi di lokasi kegiatan Analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman Identifikasi masalah-masalah yang memerlukan tindak lanjut Identifikasi pemanfaatan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan di masa depan Identifikasi kendala-kendala yang dapat menghalangi implementasi yang efektif dari rencana-rencana tersebut Identifikasi strategi yang diperlukan untuk mencapai tujuan kegiatan. F. Pelatihan keterampilan dasar Pelatihan keterampilan dasar perlu dilakukan untuk efektivitas upaya penanggulangan kerusakan lingkungan yaitu: Pelatihan mengani perencanaan upaya penanggulangan kerusakan bagi otivator atau kelompok inti. Keterampilan tentang dasar-dasar managemen organisasi Peranserta masyarakat dalam pemantauan dan pengawasan 17
Pelatihan dasar tentang pengamatan sumberdaya Pelatihan pemantauan kondisi sosial ekonomi dan ekologi Orientasi mengenai pengawasan dan pelaksanaan ketentuan-keentuan yang berkaitan dengan upaya penanggulangan kerusakan lingkungan dan pelestarian sumber daya. G. Pengembangan fasilitas sosial. Ada dua kegiatan pokok dalam pengembangan fasilitas sosial ini yaitu; Melakukan pikiran atau analisis tentang kebutuhan prasarana yang dibutuhkan dalam upaya penanggulangan kerusakan lingkungan, penyusunan rencana penanggulangan dan pelaksanaan penanggulangan berbasis masyarakat. Meningkatkan kemampuan (keterampilan) lembaga-lembaga masyarakat yang bertanggung jawab atas pelaksaanaa langkah-langkah penyelamatan dan penanggulangan kerusakan lingkungan dan pembangunan prasarana. H. Pendanaan. Pendanaan merupakan bagian-bagian terpenting dalam proses implementasi upaya penanggulangan kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, peran pemerintah selaku penyedia pelayanan dan penanggung jawab kelestarian lingkungan diharapkan dapat memberikan alternatif pembiayaan sebagai dana awal perencanaan dan implementasi upaya penanggulangan. Modal terpenting dalam upaya ini adanya kesadaran masyarakat untuk melanjutkan upaya penanggulangan dengan dana swadaya masyarakat setempat. Di tingkat sekolah atau bahkan keluarga kita juga dapat membuat perencanaan yang lebih sederhanan. Sederhana, baik dalam arti ruang lingkupnya maupun bentuk kegiatannya. Misalnya, OSIS merancang bentuk kegiatan peduli lingkungan, baik berupa program pengendalian sampah, penghijauan, penghematan listrik, penghematan air dan sebagainya.
18