BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Teori determinasi diri/ self determination theory yanng dikemukakan Ryan & Deci (Zinkiewicz, Hammond & Trapp, March 2003) memandang individu dari berbagai kebudayaan memiliki kebutuhan
dasar seperti kebutuhan otonomik
(autonomy), kebutuhan bersekutu (relatedness) dan kebutuhan untuk merasa berkompetensi. Teori determinasi diri menyatakan bila terpenuhinya ketiga kebutuhan dasar itu didukung konteks sosial serta dapat terpenuhinya individu dengan leluasa, maka akan tercapai kesehatan jiwa. Dengan kata lain, menurut teori determinasi diri menyatakan motivasi intrinsik perlu dipelihara siswa melalui menstimulasi dan menerima tantangan pencapaian tugas yang membuatnya merasa mandiridan kompeten. Motivasi intrinsik memudahkan belajar optimal sedang motivasi ekstrinsik menghambat semangat dan kinerja belajar. Bila terpenuhinya ketiga psikologik dasar itu didukung konteks sosial mahasiswa, maka tercapai kesehatan jiwa. Artinya, kesejahteraan jiwa dan perkembangan kepribadian yang sehat tergantung pada pemenuhan ketiga kebutuhan itu. Sebaliknya jika budaya, lingkungan dan kondisi psikologis mahasiswa menghambat pemenuhan kebutuhan dasar itu, maka kesehatan jiwanya merana. Chirkov et al (2003) menunjukkan melalui penelitiannya di satu pihak bahwa orang tua dan dosen yang menetapkan pilihan bagi mahasiswa Asia maupun mahasiswa Amerika Serikat menyebabkan melemahnya motivasi
1
intrinsik mahasiswa tersebut. Namun di pihak lain, mengadopsi pilihan-pilihan yang telah diterapkan oleh orang-orang penting yang dipercayai secara unik telah mengembangkan motivasi intrinsik mahasiswa Asia. Otonomi yang diukur melalui tata-nilai individualistik pada beberapa masyarakat di luar masyarakat barat sangat individualistik ditemukan bahwa individu yang kurang otonomik. Pandangan-pandangan yang bertentangan mengenai otonomi sebagai konsep penting yang melintas-batas lungkup budaya ini menarik untuk di kaji lebih lanjut. Ryan & Deci (Zinkiewicz, Hammond & Trapp, 2003) menyatakan seseorang memiliki tiga kebutuhan dasar, yaitu kemandirian/autonomy, bersekutu/ relatedness dan berkompetensi seperti yang tercakup dalam Self Determination Theory/STD. STD membedakan sumber motivasi/alasan mencurahkan enerji pada pencapaian tugas dalam memenuhi kebutuhan psikologis dasar tesebut. Aktivitas yang ditempuh demi kesenangan karena tercapainya tugas (motivasi intrinsik) diasosiasikan dengan kemandirian/autonomy dan efisiensi. Di lain pihak, aktivitas yang dilakukan demi alasan instrumental mengejar hadiah/menghindari hukuman (motivasi ekstrinsik) berhubungan dengan dorongan yang terkendali. Komunikasi merupakan suatu proses dua arah yang menghasilkan pertukaran informasi dan pengertian antara masing-masing individu yang terlibat. Komunikasi merupakan dasar dari seluruh interaksi antar manusia. Komunikasi merupakan kebutuhan hakiki dalam kehidupan manusia untuk saling tukar menukar informasi. Karena tanpa komunikasi interaksi antar manusia, baik secara perorangan, kelompok maupun organisasi tidak mungkin terjadi. Manusia memerlukan kehidupan sosial, kehidupan bermasyarakat. Sebagian besar interaksi manusia berlangsung dalam situasi Komunikasi Antar Pribadi (Effendy, 2003).
2
Proses komunikasi yang terjadi di dalam kampus khususnya yang menyangkut komunikasi antara dosen dan mahasiswa merupakan faktor penting dalam menciptakan suatu proses belajar yang efektif. Komunikasi efektif tergantung dari hubungan pengajar yang memuaskan yang dibangun berdasarkan iklim dan kepercayaan atau suasana yang positif. Agar hubungan ini berhasil, harus ada kepercayaan dan keterbukaan antara mahasiswa dan dosen (Ali, 2001). Salah satu bentuk komunikasi yang diperlukan dalam pembelajaran adalah komunikasi interpersonal mahasiswa. Sehubungan dengan hal tersebut (Gardner 2003) mengemukakan salah satu kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu yaitu
kecerdasan
interpersonal.
Mahasiswa
yang
memiliki
kecerdasan
interpersonal ini mempunyai beberapa ciri antara lain mempunyai banyak teman, suka bersosialisasi baik di kampus maupun di lingkungan sekitar, banyak terlibat dalam kegiatan positif di luar kampus, berprestasi di kampus.
Komunikasi
interpersonal merupakan salah satu kemampuan dalam kecerdasan interpersonal yang dimiliki individu, dengan komunikasi interpersonal yang baik diharapkan individu dapat berinteraksi dengan lingkungannya. Jadi komunikasi interpersonal sangatlah perlu dalam pembelajaran. Komunikasi interpersonal siswa dalam pembelajaran mengandung arti adanya kegiatan komunikasi antara mahasiswa dengan dosen, komunikasi antar siswa dan komunikasi antara mahasiswa dengan orang tua. Komunikasi interpersonal antara mahasiswa dengan dosen dapat terjadi baik di dalam kampus maupun di luar kampus. Mahasiswa yang komunikasi interpersonalnya tinggi menjadi lebih aktif dalam bertanya ketika mengalami kesulitan belajar baik kepada dosen dan teman yang lebih mengerti. Hal ini menunjukkan adanya motivasi mahasiswa untuk
3
belajar sehingga tujuan dari belajar akan tercapai. Maka dari itu adanya komunikasi inerpersonal yang efektif sangat membantu dalam pembelajaran (Eka, 2010). Pada penelitian Canggih (2010) menyatakan ada hubungan yang signifikan antara komunikasi interpersonal dengan motivasi berprestasi diri, semakin mempunyai komunikasi interpersona yang baik maka semakin baik juga motivasi berprestasi diri. Maka dapat disebutkan bahwa komunikasi sangat penting dalam meningkatkan motivasi berprestasi. Dalam
penelitian
yang
dilakukan
Anggraeni
(2008)
menelusuri
determinasi beberapa faktor afektif yang mempengaruhi keberhasilan belajar mahasiswa dan mengungkap bagaimana secara psikologis faktor-faktor tersebut dirasakan oleh mahasiswa. Untuk menentukan determinasi setiap faktor efektif dalam membedakan antara mahasiswa yang berprestasi tinggi dengan mahasiswa yang berprestasi rendah. Hasil penelitian menunjukkan tingkat anxiety dan learned helplessness mahasiswa berprestasi tinggi lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa berprestasi rendah, sementara tingkat self efficacy, locus of control, interest, dan integrativeness mahasiswa berprestasi tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa berprestasi rendah, dan perbedaan ini dibuktikan signifikan. Pada bulan Mei 2012 penulis melakukan penelitian pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2009 UKSW kemudian membuat surat ijin penelitian dari kampus (lampiran I). Penulis memilih mahasiswa Bimbingan dan Konseling UKSW untuk dijadikan subjek penelitian, karena berdasarkan
4
penelitian awal, penulis menyebarkan skala determinasi diri dan skala komunikasi interpersonal dapat di lihat pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2
Tabel 1.1 Data Kategori Determinasi Diri pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2009 UKSW Kategori Range/ Skor Frekuensi Prosentase (%) Sangat tinggi 84 — 98 3 9,3% Tinggi 69 — 83 7 21,9% Sedang 54 — 68 8 25% Rendah 39 — 53 12 37,5% Sangat Rendah 24 — 38 2 6,3% Jumlah 32 100% Tabel 1.2 Data Kategori Komunikasi Interpersonal pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2009 UKSW Kategori Range/ Skor Frekuensi Prosentase (%) Sangat tinggi 136 — 160 2 6,2% Tinggi 112 — 135 13 40,6% Sedang 88 — 111 8 25% Rendah 64 — 87 6 18,8% Sangat Rendah 40 — 63 3 9,4% Jumlah 32 100%
Dari Tabel 1.2 sebagian besar siswa (40,6%) memiliki komunikasi interpersonal pada katagori Tinggi dan diharapkan siswa memiliki determinasi diri di lihat pada Tabel 1.1 berada pada kategori Tinggi juga namun data pra penelitian pada kategori : Rendah (37,5%). Bila dilakukan analisis korelasi mempunyai kemungkinan tidak ada hubungan yang signifikan antara determinasi diri dengan komunikasi interpersonal, untuk memastikan ada tidaknya hubungan perlu dilakukan penelitian dengan populasi yang lebih luas pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2009 FKIP UKSW.
5
1.2 Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Adakah hubungan yang signifikan antara determinasi diri dan komunikasi interpersonal pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2009 FKIP UKSW tahun akademik 2011/2012?”.
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Untuk mengetahui signifikansi hubungan antara determinasi diri dan komunikasi interpersonal padamahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2009 FKIP UKSW tahun akademik 2011/2012.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritik Manfaat teoritik penelitian ini untuk menjebatani hasil penelitian yang bertolak belakang. Apabila penelitian ini menemukan ada hubungan yang signifikan antara determinasi diri dan komunikasi interpersonal pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2009 maka peneletian ini sama dengan penelitian Canggih (2010). Dan jika hasil penelitian ini tidak ada hubungan yang signifikan antara determinasi diri dan komunikasi interpersonal maka penelitian ini sama dengan penelitianNeil (2000).
6
1.4.2 Manfaat Praktis a. Bagi Mahasiswa Bagi siswa diharapkan dapat memahami determinasi diri masingmasing mahasiswa, mampu memiliki komunikasi interpersonal yang tinggi serta mampu memanfaatkan keterampilan yang diajarkan di kampusyakin menghadapi masa depannya. b. Bagi Progdi Bimbingan dan Konseling Bagi progdi hasil penelitian ini memberikan ilmu serta pemahaman tentanghubungan antara determinasi diri dan komunikasi interpersonal, sehingga
diharapkan
dapat
memberikan
bimbingan
agar
terbentukkomunikasi interpersonal dengan determinasi diri yang baik. c. Bagi Peneliti lain Dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan dan meningkatkan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan hubungan determinasi diri dan komunikasi interpersonal. 1. 5Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini disusun sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan , berisi : latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori, berisi : Komunikasi Interpersonal, cirri-ciri komunikasi interpersonal, tujuan komunikasi interpersonal, aspek aspek komunikasi interpersonal, factor-faktor komunikasi interpersonal, pentingnya komunikasi interpersonal, determinasi
7
diri, hasil penelitian, hipotesis. Bab III Metode Penelitian, berisi: jenis penelitian, populasi dan sampel, definisi operasional,variabel penelitian, teknik pengumpulan data, uji validitas item danreliabilitas, dan teknik analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi: deskripsi subyek penelitian, pengumpulan data, analisis data, uji hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V Penutup, berisi: kesimpulan dan saran.
8