SAMBUTAN KEPALA PERWAKILAN REPUBLIK INDONESIA .
PADA PERINGATAN HARI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA KE 70 17 AGUSTUS 2015
Assalamu'alaikum Waarahmatulahi Wabarakatuh, Salam-sejahtera dan damai bagi kita semua, Namo Budhaya, Om Santi, Santi, Santi Om, Yang saya hormati, ibu-lbu, Bapak-bapak, dan Saudara-saudari sekalian, Marilah kita bersama-sama memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karuniaNya, kita masih diberi kesempatan, kekuatan, dan kesehatan untuk merayakan Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-70, pada hari ini. Tahun ini merupakan tahun pentinq bagi Indonesia, karena kita juga memperingati 65 tahun hubungan Indonesia - Tiongkok. Pada kesempatan yang baik ini, marilah kita melakukan kilas balik perjalanan kehidupan bangsa Indonesia selama 70 tahun, Ada tiga momen sejarah bangsa yang perlu kita renungkan bersama, yang dapat digunakan sebagai pelajaran bagi perjalanan bangsa kita kedepan. Pertama, tentang makna proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Kedua, tentang apa yang terjadi di negeri kita 56 tahun yang lalu, khususnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Ketiga, setelah kita mengalami krisis multi-dimensional yang luar biasa tahun 1998, dan tahun 1999 merupakan awal dari reformasi yang sampai sekarang sedang kita jalankan. Hadirin yang saya hormati, Renungan yang pertama, yaitu makna Indonesia merdeka, adalah "jembatan emas" bagi bangsa Indonesia memasuki alam kemerdekaan dengan penuh harapan. Kemerdekaan yang kita rebut adalah kulminasi dari suatu perjuangan antara hidup dan mati, dengan darah dan air mata, serta kita pertahankan dengan segala pengorbanan. Setelah proklamasi kemerdekaan, Republik yang masih muda, kala itu, harus mencari perpaduan demokrasi yang paling sesuai dengan karakteristik kita sebagai
bangsa. Sejarah mencatat, dari tahun 1945 hingga tahun 1959, demokrasi parlementer hadir di Indonesia. Pada saat itu, pemerintah datang silih berganti, tanpa sempat melakukan konsolidasi ataupun menjalankan program-programnya. Renungan kedua, terbitnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, dimana lahirnya era Demokrasi Terpimpin. Kemudian tahun 1966, model demokrasi yang bernuansa serupa, meski dengan nama yang berbeda, hadir di era Orde Baru. Demokrasi yang bernama luhur Pancasila, tetapi tidak utuh, bahkan menyimpang dalam penerapannya. Yang muncul justru kekuasaan terpusat pada Presiden, yang tentunya bertentangan dengan prinsip dan nilai demokrasi itu sendiri. Renungan ketiga, tujuh belas tahun yang lalu, negara kita mengalami krisis yang dahsyat. Banyak kalangan dalam dan luar negeri yang mencemaskan masa depan negara dan kelangsungan hidup Indonesia sebagai negara. Paling tidak, pada saat itu, ada empat skenario yang bisa terjadi, kearah mana masa depan Republik Indonesia akan bergulir. Yang pertama, meramalkan bahwa Indonesia akan mengalami balkanisasi, terpecah-pecah menjadi negara kecil-kecil, karena munculnya sentimen kedaerahan yang kuat dimana-mana. Skenario kedua, melihat Indonesia berubah menjadi negara Islam bergaris keras, karena munculnya sentimen keagamaan yang ingin meminggirkan ideologi Pancasila. Skenario ketiga, melihat Indonesia berjalan mundur, kembali memperkuat negara otoritarian. Dan hanya sedikit yang meramalkan bahwa Indonesia bisa menjalankan skenario keempat, yaitu menjadi negara demokrasi, terlebih lagi negara demokratis yang stabil dan terkonsolidasikan Alhamdulilah, kita dapat melalui tahun-tahun yang berat itu dengan selamat. Di tahun 2015 ini, Iindonesia masih tegak berdiri, bahkan semakin berkibar. Sekarang ini, kita bisa bangga bahwa dunia kini memandang Indonesia sebagai teladan; baik sebagai negara demokrasi ketiga terbesar dunia; jembatan antara Islam dan Barat; negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara; negara yang sukses melakukan transformasi; serta sebagai negara yang menjunjung tinggi kebebasan, pluralisme dan toleransi. Hadirin yang saya muliakan,
Setelah melihat tonggak-tonggak sejarah bangsa 70 tahun yang lalu, kita patut memetik pelajaran yang amat berharga, agar kita tidak melangkah dari satu ekstrim ke ekstrim yang lain. Mari bersama-sama kita jaga agar langkah kita ke masa depan tetap dalam koridor yang tepat, sehingga masa depan yang gemilang dapat kita raih. Untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional, seperti yang tercantum dalam Undang-uindang Dasar 1945, yaitu mendirikan negara yang “merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”, maka kita harus memperkokoh tiga pilar kehidupan bernegara, yaitu Kemandirian, berdaya Saing dan memiliki peradaban yang unggul. Dengan tiga pilar kehidupan bernegara ini, diyakini bahwa Indonesia akan mampu menghadapi berbagai tantangan dan cobaan. Dengan memperkokoh ketiga pilar tersebut, kita akan menjadi negara yang maju dan sukses di abad ini dan abad-abad selanjutnya. Syaratnya, kita harus membangun negara dengan persatuan, pikiran cerdas, dan kerja keras tanpa kenal lelah dari segenap komponen bangsa. Saudara Saudara yang saya hormati, Menyangkut peran, tanggung jawab dan kontribusi Indonesia di dunia internasional. Saat ini, Indonesia menghadapi lingkungan strategis yang unik. Untuk pertama kalinya, tidak ada negara yang kita anggap sebagai musuh, dan sebaliknya, tidak ada negara yang memusuhi Indonesia. Ini suatu hal yang sangat langka dalam sejarah Republik. Lingkungan strategis ini memberikan peluang besar bagi Indonesia menjalankan kebijakan luar negeri bebas dan aktif secara leluasa. Berkaitan dengan kontribusi Indonesia dalam menciptakan dunia yang lebih adil dan demokratis. Indonesia konsisten mendorong reformasi PBB, termasuk Dewan Keamanan PBB. Indonesia juga terus membantu perjuangan bangsa Palestina untuk mewujudkan cita-citanya mecnjadi negara yang merdeka, berdaulat dan utuh. Keanggotaan Indonesia di ASEAN, G-20, APEC, ASEM, D-8, OKI akan selalu kita manfaatkan untuk memajukan kerjasama dan kesejahteraan internasional. Menyangkut, hubungan bilateral Indonesia - Tiongkok, yang tahun ini telah mencapai 65 tahun, saya mencatat terus mengalami kemajuan yang pesat. Dalam mengawali peringatan 65 tahun hubungan kedua negara, Presiden Joko Widodo telah melakukan kunjungann ke Beijing pada bulan Maret 2015 yang lalu. Dalam pertemuan dengan Presiden Xi Jinping, telah disepakati untuk terus melakukan kerjasama
berdasarkan saling menguntungkan di bidang politik, militer, ekonomi, dan sosial budaya. Disamping itu, Presiden Xi Jinping juga telah berkunjung ke Indonesia untuk menghadiri peringatan 60 tahun Konperensi Asiai Afrika pada bulan April 2015 yang lalu. Hal ini menunjukkan begitu pesatnya hubungan kedua negara, dan diharapkan Tiongkok sebagai kekuatan ekonomi kedua duinia, serta Indonesia sebagai kekuatan ekonomi di Asia Tenggara dapat terus melakukan kerjasama untuk kesejahteraan dan perdamaian di kawasan Asia Pasifik. Saya yakin, kedua negara akan menatap kedepan untuk terus melakukan kerjasama dalam rangka memperkokoh persahabatan kedua bangsa, agar dapat memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan dan perdamaian di dunia. Saya sebagai Duta Besar RI di Tiongkok akan berusaha sekuat tenaga agar apa yang telah dicapai selama ini dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan menjadi kerjasama sinergi antar kedua bangsa. Terakhir, marilah kita mensyukuri karunia Tuhan kepada kita bangsa Indonesia bahwa dengan perjuangan dan kerja keras kita, kita telah berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Perjalanan kita memang masih panjang dan berliku-liku. Namun kita yakin, dengan semangat satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa, kita akan terus bersatu, bangkit dan maju, menuju masa depan yang gemilang. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa, melimpahkan rahmat, karunia, dan ridho-Nya kepada kitai semua dalam membanguni bangsa dan negara kita menjadi bangsa yang besar, maju, demokratis, berkeadilan, dan bermartabat. Dirgahayu Republik Indonesia Terima kasih Dengan ini, saya menyatakan “PESTA RAKYAT” dalam rangka HUT RI Ke-70, dibuka secara resmi! Wassalamu'alaikum warahmatullahi w'abara katuh. Salam sejahtera dan damai untuk kita semua, Namo Budhaya,
Om Santi, Santi, Santi om.