SALAM REDAKSI SM LAKUKAN KUNJUNGAN AGEN DAN AUM
SAJIAN UTAMA Bagaimana menyeelamatkan Keluarga Muslim Apa saja agenda dan tantangan membumikan Keluarga Sakinah?
PEDOMAN Prof A Malik Fadjar mengemulakan tentang pentingnya tabligh. Apa itu?
KALAM Pentingnya pendidikan anak dalam keluarga.? Assalamu ‘Alaikum wr. wb SM lakukan kunjungan Agen dan AUM Dalam rangka mendekatkan dan mengembangkan Suara Muhammadiyah dengan warganya, Suara Muhammadiyah yang terdiri dari bagian pemasaran dan redaksi (Deni), sirkulasi (M.Tufar), dan keuangan (Mulyadi) melakukan kunjungan ke beberapa Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), Agen Suara Muhammadiyah dan Amal Usaha Muhammadiyah wilayah Jawa Tengah bagian selatan. Diantara kunjungan itu adalah, Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP), PKU Muhammadiyah Purworejo, PDM Kebumen, PKU Sruweng Kebumen, PKU Muhammadiyah Gombong, PDM Cilacap dan SMA Muhammadiyah 1 Cilacap. Dalam kesempatan silaturahim tersebut, Suara Muhammadiyah disambut dengan baik oleh masing-masing Pimpinan PDM maupun AUM setempat. Dan sebagai wujud cinta serta rasa memiliki terhadap majalah Warga persyarikatan ini, tidak sedikit masukan yang disampaikan demi perbaikian SM ke depan. Bahkan masing-masing AUM dan PDM sama-sama memiliki komitmen untuk meningkatkan kerjasama dalam berbagai bentuk, seperti pengembangan pemasaran (dalam bentuk peningkatan oplah), pengiriman berita berbagai event Muhammadiyah setempat, serta menjalin kerjasama untuk promosi AUM di Suara Muhammadiyah. Tidak sedikit pula dalam kesempatan itu, AUM yang ditemui menyampaikan jika karyawan yang bekerja di amal usaha Muhammadiyah tersebut, diwajibkan untuk berlangganan majalah Suara Muhammadiyah. Tentu saja bagi kami, ini adalah sebuah harapan sekaligus komitmen yang bagus bagi AUM setempat dalam menyebarkan dakwah melalui media persyarikatan. Sebab dengan membaca SM, setidaknya masing-masing pimpinan telah berupaya berdakwah melalui media persyarikatan. Hasil dari pertemuan tersebut, InsyaAllah akan ditindaklanjuti secara kontiniu oleh Suara Muhammadiyah. Dan InsyaAllah kunjungan serupa juga akan terus dilakukan Suara Muhammadiyah ke daerah-daerah lain. Dengan harapan media ini dapat menjadi jembatan dan sarana bagi warga Muhammadiyah untuk mamajukan Muhammadiyah setempat. Demikian, selamat membaca dan sampai ketemu edisi mendatang. Wassalamu ‘alaikum wr. wb
SHOHIFAH Bagaimana menolong mereka yang terpinggirkan?
MENU 04 TAJUK RENCANA 07 SAJIAN UTAMA 12 BINGKAI 17 TANYA JAWAB AGAMA 21 TAFSIR AL-QUR’AN 23 HADITS 27 PEDOMAN 31 KHUTBAH 35 DINAMIKA PERSYARIKATAN 39 LAZIS 43 KALAM 44 HUMANIORA 46 SAKINAH 50 WAWASAN 56 SOHIFAH
REDAKSI
4
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 24 JUMADILAWAL - 8 JUMADILAKHIR 1433 H
TAJUK RENCANA
PENDIDIKAN MAU KE MANA?
P
endidikan di negeri ini sering melakukan kebijakan mendadak yang kemudian hilang tak berbekas. Beberapa waktu yang lalu dimunculkan keharusan mahasiswa S1, S2, dan S3 menulis di jurnal ilmiah sebagai bagian dari kelulusan. Belakangan soal ujian nasional mencuat kembali sebagai bahan perbincangan yang pro dan kontra, serta Kemendikbud akan tetap menjalankan kebijakan tersebut untuk tahun depan. Lalu, ada pula ujian nasional untuk pelajaran agama, yang ditolak Muhammadiyah dan elemen agama lain karena lebih banyak masalah ketimbang manfaatnya. Semua cenderung serba verbal dan kehilangan substansi. Kita juga kadang kurang paham dengan isu yang diusung Mendikbud. Di sejumlah kesempatan sering mengangkat soal pendidikan Madrasah dan Pesantren, padahal itu urusan Kemenag. Memang semua pendidikan bersifat integral sebagaimana Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Tetapi kalau masih ada Kementerian Agama yang mengurus urusan pendidikan madrasah , pondok pesantren, dan sebagainya tidaklah harus menjadi perhatian Kemendikbud. Kecuali kalau Kemenag ditiadakan, sehingga terjadi satu atap Sistem Pendidikan Nasional. Kadang yang diangkat soal anggaran yang menjadi krusial, seolah urusan pendidikan menjadi jatah bagi-bagi anggaran. Ujian terstandarisasi atau semacam ujian nasional untuk mata pelajaran agama pun seperti terus dipaksakan. Padahal betapa tidak mudahnya ujian nasional untuk mata pelajaran agama tersebut. Selain agama di Indonesia itu tidak tunggal, juga di tubuh setiap agama terdapat banyak paham, mazhab, dan aliran. Jika satu materi diujikan dengan sudut pandang mazhab yang satu, belum tentu benar dan sama menurut mazhab yang lain. Kenyataan juga sering menunjukkan para pamong dan pejabat yang terkait mengurus masalah tersebut sering tidak bebas dari aliran atau mazhab tertentu, siapa yang berkuasa maka mazhabnya yang diberlakukan seperti dalam penentuan Idul Fitri dan Idul Adha. Belum soal penghayatan agama yang sering dikalahkan oleh materimateri yang serba verbal. Lalu, sebenarnya apa yang dicari dari pendidikan agama? Sebenarnya dunia pendidikan di negeri ini mau ke mana? Berbagai kebijakan bermunculan, lebih-lebih ketika berganti Menteri dan pejabat di bawahnya. Maksudnya tentu baik, tetapi pilihan kebijakan dan arah yang dituju seringkali berseliweran tidak menentu. Dunia pendidikan sering menjadi kelinci percobaan dari kebijakan-kebijakan yang prematur, sekaligus tidak substantif. Inilah fenomena positivisme dunia pendidikan, yang terjebak pada nalar serba verbal dan kehilangan esensi hakikat serta filosofi pendidikan. Kadang terkesan gagah seperti isu pendidikan karakter, tetapi tidak substantif dan disertai langkah yang komprehensif, sehingga hilang di tengah jalan. Dunia pendidikan dengan para pamong dan pengambil kebijakan yang melingkarinya semakin terjebak pada pragmatisme, selain positivisme. Serba menerabas dan verbalistik, tidak mau berproses dan mengejar yang hakiki. Suasana yang tercipta di lingkungan pendidikan ialah serba mengejar setoran apa saja, sehingga lembaga pendidikan seperti pabrik plus bazar. Para pamong seperti guru dan dosen semakin tinggi mobilitasnya, termasuk dalam mengejar karir, tetapi kehilangan fungsi dalam menjadikan dunia pendidikan sebagai institusi kebudayaan yang mencerahkan akal budi manusia. Orangtua dan peserta didik pun entah ingin mengejar apa dengan lembaga pendidikan yang dipilihnya. NEM menjadi hantu sekaligus alat ukur kesuksesan yang absolut. Manusia dididik menjadi robot, bukan lagi insan yang utuh. Tidak heran kalau peserta didik di kemudian hari mengalami dislokasi posisi dan peran dalam menjalani kehidupan, jika tidak menjadi manusia serba bebas justru berubah menjadi sosok-sosok fundamentalis. Pendidikan malah melahirkan dehumanisasi, sosok-sosok manusia yang mengingakari diri dan kehidupannya. Pendidikan telah kehilangan makna dan fungsinya untuk mencerahkan akal budi manusia secara lengkap, kecuali yang serba serpihan.l HNs. PENASIHAT AHLI: H Din Syamsuddin, HM Amien Rais. PEMIMPIN UMUM: H Ahmad Syafii Maarif. WAKIL PEMIMPIN UMUM: HA Rosyad Sholeh. PEMIMPIN REDAKSI: H Haedar Nashir. WAKIL PEMIMPIN REDAKSI: HM Muchlas Abror. PEMIMPIN PERUSAHAAN: Didik Sujarwo. DEWAN REDAKSI: HA Munir Mulkhan, Sjafri Sairin, HM Sukriyanto AR, Yusuf A Hasan, Immawan Wahyudi, M Izzul Muslimin. REDAKSI PELAKSANA: Mustofa W Hasyim. STAF REDAKSI: Amru HM, Asep Purnama Bahtiar, Deni Al-Asy'ari, Ahmad Mu'arif. SEKRETARIS REDAKSI: Isngadi Marwah. TATA LETAK/ARTISTIK: Dwi Agus M., Amin Mubarok, Elly Djamila. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN: Zuly Qodir. ARSIP & DOK: H Aulia Muhammad, A Nafian, EDITOR BAHASA: Imron Nasri, Ichwan Abror .
SM 08-2012 COVER: Joko Supriyanto
ALAMAT REDAKSI/TATAUSAHA: Jalan KH Ahmad Dahlan 43 Yogyakarta 55122 Telp. (0274) 376955 Fax. (0274)411306 SMS: 081904181912 E-mail:
[email protected] Web: www.suara-muhammadiyah.com Terbit 2 kali sebulan. Harga langganan/eceran 1 nomor Rp. 12.500,- +ongkos kirim untuk: - Sumatera dan Bali Rp.500,- Kalimantan dan Sulawesi Rp.1.500 ,- NTT, NTB, Maluku dan Indonesia Timur Rp.2.500,Berlangganan sekurang-kurangnya 3 bulan (6 nomor) bayar di muka. "SM" menerima sumbangan tulisan dari para pembaca. Panjang tulisan 3-7 hal A4, diketik dua spasi penulis harus mencantumkan alamat lengkap, no. telp., dan no. rekening. Semua naskah masuk menjadi milik Suara Muhammadiyah dan tidak akan dikembalikan.
WARTAWAN "SUARA MUHAMMADIYAH"
Melaksanakan Dakwah Islamiyah Amar Makruf Nahi Munkar. Dirintis KHA. Dahlan sejak tahun 1915 PENERBIT: Yayasan Badan Penerbit Pers "Suara Muhammadiyah" SIUPP: SK. Menpen RI No. 200/SK/Menpen/SIUPP/D.2/1986, tanggal 26 Juni 1986, Anggota SPS No. 1/1915/14/D/ 2002 // ISSN: 0215-7381
BANKERS: BNI Trikora Rek. No. 0030436020 BRI Katamso Rek. No. 0245.01.000264.30.7 BRI Cik Ditiro Rek. No. 0029.01.000537.30.6 Giro Pos Rek. No. 550 000200 1 Bank Niaga Syariah Rek. No. 520-01-00185-00-4 BPD Rek. No. 001.111.000798 BNI Syariah Rek. No. 009.2196765 Bank Muamalat Rek. No. 531.0000515 Shar-E Rek. 902 69924 99 an. Drs. H Mulyadi Dicetak: Cahaya Timur Offset Telp. (0274) 376730, 380372
TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA/MEMINTA APA PUN DARI NARASUMBER
SAJIAN UTAMA
SELAMATKAN KELUARGA MUSLIM Agenda dan Tantangan Membumikan Keluarga Sakinah
Keluarga muslim sekarang dalam bahaya diterjang oleh perubahan yang dahsyat. Bagaimana menghadapinya?
K
eluarga dalam pandangan Islam dipandang sebagai bentuk surga kecil. Hal ini menunjukkan bahwa Islam menaruh perhatian yang besar terhadap kehidupan keluarga, terutama dalam meletakkan kaidah-kaidah yang arif guna memelihara kehidupan keluarga dari ketidakharmonisan dan kehancuran. Kenapa demikian besar perhatian Islam? Karena tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga adalah batu bata pertama untuk membangun istana masyarakat Muslim dan merupakan madrasah iman yang diharapkan dapat mencetak generasi-generasi Muslim yang mampu meninggikan kalimat Allah di muka bumi serta mampu membawa kehidupan umat ke arah yang lebih berperadaban. Bila fondasi ini kuat, lurus agama dan akhlak anggotanya, maka akan kuat pula masyarakatnya dan terwujud pula keamanan dan ketentraman yang didambakan. Sebaliknya, bila ikatan keluarga tercerai-berai dan kerusakan meracuni anggotaanggotanya maka dampaknya terlihat pada masyarakat, bagaimana kegoncangan melanda dan rapuhnya kekuatan, sehingga tidak diperoleh rasa aman dalam hidup bermasyarakat. Maka kedudukan keluarga sebagai fondasi dan investasi awal untuk membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyakat secara luas tidak bisa diabaikan begitu saja. Karena melalui kehidupan di dalam keluarga itulah proses internalisasi nilai-nilai agama dan norma-norma sosial jauh lebih efektif dilakukan ketimbang melalui institusi lainnya di luar keluarga. Muhammadiyah sendiri, sejak awal didirikan, juga memiliki perhatian yang besar terhadap keluarga. Sebab bagi Muhammadiyah, keluarga merupakan tiang utama bagi kehidupan umat dan bangsa, dan keluarga merupakan sebagai tempat sosialisasi nilai-nilai yang paling intensif dan menentukan. Karenanya, menjadi kewajiban setiap anggota Muhammadiyah
6
untuk mewujudkan kehidupan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah yang dikenal dengan Keluarga Sakinah. Maka amat disayangkan, di tengah perubahan zaman yang begitu cepat, serta tantangan yang begitu hebat, banyak masyarakat yang mulai cenderung menyepelekan dan menganggap kecil peran institusi keluarga. Bahkan tidak jarang bagi sebagian besar masyarakat kita, fungsi keluarga direduksi sebatas aspek fisologis dan materi semata. Sementara fungsi dakwah dan pendidikan, tempat terjalinnya proses internalisasi nilai-nilai moral dan norma-norma sosial terhadap anak kurang mendapat perhatian. Masyarakat sepertinya begitu lemah ketika dihadapkan dengan perubahan sosial yang begitu cepat berlangsung di tengah-tengah kita. Baik itu perubahan politik, ekonomi, sosial, maupun perubahan budaya. Sehingga dalam kehidupan sosial pun kini mulai banyak bermunculan perilaku remaja dan anak-anak yang suka menerobos dan menyimpang dari norma-norma sosial. Perilaku seks bebas, tawuran, kekerasan, penggunaan narkotika, sikap cuek dan tidak peduli, kurangnya rasa saling menghargai antarsesama dan berbagai persoalan sosial lainnya, tidak lepas dari semakin kecilnya perhatian masyarakat, khususnya warga Muslim dalam menjalankan fungsi keluarga. Sementara banyak kalangan, tidak sedikit memberikan tuduhan terhadap institusi sosial di luar keluarga sebagai institusi yang bertanggungjawab terhadap persoalan sosial seperti di atas, sembari melupakan kontribusi keluarga dalam mengonstruksi tatanan sosial. Padahal, perilaku sosial yang terjadi sangat besar dipengaruhi oleh sejauh mana keluarga menjalankan fungsi dan perannya secara utuh sebagaimana yang diajarkan oleh Islam. Oleh karenanya, memperbaiki kehidupan beragama maupun berbangsa, tidak bisa dilepaskan bagaimana setiap anggota masyarakat menjalankan fungsi dan peran keluarga. Sikap tidak peduli terhadap peran keluarga, maka bukan saja, yang terjadi berbagai problem sosial, namun justru ungkapan Nabi saw “Keluargaku Surgaku” akan berbalik menjadi “Keluargaku Nerakaku” bagi masyarakat sekarang. Lantas bagaimanakah upaya anggota masyarakat khususnya warga Muslim untuk membangun kembali “surga” dalam institusi keluarga, Bagaimanakah peran keluarga dalam menjawab problemproblem sosial umat? Aspek-aspek apa saja yang mesti menjadi perhatian untuk dibangun kembali oleh keluarga?l d
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 24 JUMADILAWAL - 8 JUMADILAKHIR 1433 H
SAJIAN UTAMA
KELUARGA ADALAH PILAR PERADABAN BANGSA Baitiy jannatiy. Rumahku adalah surgaku. Mahfudzad (kata-kata mutiara) ini sudah pasti sangat akrab dengan keluarga Muslim di belahan bumi Indonesia. Setiap kali ada pasangan muda yang memulai membangun keluarga baru selalu berharap mahfudzad itu menjadi kenyataan.
B
agi manusia, rumah memang bukan sekadar bangunan untuk berteduh dari panas dan hujan secara fisik badani. Kalau hanya untuk itu maka tidak ada beda konsep sarang dan rumah bagi manusia dan hewan. Hewan membangun sarang untuk melindungi diri dan keluarga mereka dari dari ganasnya alam dan incaran pemangsa. Manusia membangun rumah tangga untuk menyemai masa depan peradaban dan juga untuk melindungi ketenangan jiwa. Rumah tangga tidak sekadar untuk melindungi fisik tetapi juga untuk melindungi jiwa dan ruhani. Apa pun yang terjadi di luar, setiap kali pulang dan masuk rumah, setiap manusia pasti ingin merasakan ketenangan dan kedamaian serta perlindungan. Itulah yang disebut dalam mahfudzad itu sebagai surga. Untuk membangun dan mewujudkan sebuah rumah tangga yang baitiy jannatiy seperti ini bukanlah hal yang mudah. Semua orang yang mempunyai kekayaan
yang cukup pasti dengan mudah dapat membangun rumah fisik yang kokoh dan indah. Namun, tidak semua orang mampu mendatangkan dan mengisi bangunan fisik itu dengan kebahagiaan. Dalam hidup sehari-hari, kita banyak menjumpai rumah-rumah yang megah dan indah namun para penghuninya merasa tidak pernah bisa mendekati apalagi menikmati rasanya kebahagiaan. Beberapa hari yang lalu, satu media massa nasional terkenal terbitan ibu kota memberitakan suatu hal yang sangat mengiris hati. Seorang anak perempuan berumur 10 tahun mengaku telah berbuat layaknya suami-istri dengan dua teman laki-lakinya yang berumur 11 dan 12 tahun. Mendengar hal itu orangtua sang anak perempuan mengadukannya ke polisi. Setelah diproses ternyata yang mengajak melakukan perbuatan itu justru sang anak perempuan yang terilhami oleh koleksi film dewasa orangtuanya yang ditonton di luar pengetahuan mereka. Anak perempuan itu memang terbiasa di rumah sendiri. Kedua orangtuanya sibuk bekerja, berangkat sebelum anaknya sepenuhnya bangun dan pulang ke rumah setelah anaknya hampir tidur. Ironisnya kejadian ini terjadi di sebuah kota yang tidak terlalu besar. Kalau kita cermati lagi, kejadiankejadian mengiriskan hati yang mirip dengan hal di atas semakin sering terjadi di masyarakat kita. Dulu, kita hanya bisa membayangka hal-hal seperti itu hanya akan terjadi di negara-negara Barat yang sekuler seperti di Amerika. Namun, ternyata hal itu bisa juga terjadi di masyarakat kita sendiri. Banyak pengamat dan budayawan yang menyatakan kalau banyak keluarga Indonesia yang sudah mati jiwa keluarganya. Rumah tinggal yang dihuni tidak
lebih dari sekadar terminal. Semua penghuni yang bertalian darah itu terbiasa keluar masuk dengan kepentingan mereka masing-masing, kalaupun mereka berkomunikasi, hanya seperlunya saja untuk saling mengonfirmasi kepentingan masing-masing. Ruang keluarga yang mereka bangun, sering terlihat kosong, tidak ada lagi tegur halus saling menasehati dan saling mendengarkan permasalahan para penghuninya. Kebanyakan dari kita merasa cukup kalau sudah bisa memberi uang yang banyak kepada anak dan menyekolahkan anak di sekolah favorit. Pembinaan moral pun kita serahkan sepenuhnya kepada pihak sekolah untuk membina anak-anak kita. Bahkan ada juga keluarga yang tidak memikirkan perkembangan moral dan mental anak. Biasanya keluarga seperti ini akan merasa terkejut setelah anakanaknya mendapat masalah. Saat ini “kehancuran keluarga” bisa menimpa keluarga mana pun. Keluarga kalangan ningrat berdarah biru, keluarga para ustadz keturunan Arab, ustadz keturunan Jawa, ustadz keturunan Kalimantan, Sunda, ataupun Sumatra, keluarga guru ngaji, keluarga guru madrasah, keluarga pengusaha, semua bisa terkena kalau tidak waspada. Beberapa bulan yang lalu di sebuah pengajian ada ustadz yang mengisi ceramah dengan sebuah testimoni (pengakuan diri) yang cukup mengharukan. Ustadz itu bercerita kalau menjadi orang tua zaman sekarang itu sangat berat. Menurutnya, dia sudah mendidik anakanaknya dengan baik, ternyata masih juga ada anaknya yang kuliah di kota lain yang terkena narkoba. Ustadz itu mengaku, kalau saat itu dunia rasanya sudah kiamat, antara marah
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 16 - 30 APRIL 2012
7
SAJIAN UTAMA dan malu bercampur di dalam hati. Sebagai seorang ustadz yang biasa memberi nasehat di mana-mana, anaknya sendiri ada yang terkena narkoba. „Kalau umat tahu apakah mereka masih akan mau mendengar nasehat saya lagi. Nasehat dari seorang ayah yang sudah terbukti gagal mendidik anaknya sendiri?” itulah yang saat itu dia pikirkan. “Untunglah, saya teringat kisah Nabi Nuh dan anaknya, jadi saya bisa menekan rasa malu saya sendiri, sekalian umat biar tahu dan sadar kalau kejadian yang serupa bisa menimpa sipa pun. Kalau keluarga dari orang yang biasa dan pernah menikmati panggilan sebagai ustadz ceramah seperti saya bisa kena, maka semua saya harap semakin sadar kalau membina dan mendidik keluarga itu memang sangat sulit dan perlu terus berhati-hati.” Dalam satu laman internet, Rifadli Kadir menulis kalau lemahnya kontrol keluarga yang sekarang terjadi di mayoritas keluarga Indonesia merupakan pangkal utama terjadi berbagai permasalahan yang mengotori raport bangsa. Mulai dari kasus pilot narkoba, sampai dagelan cek pelawat, sinetron kasus wisma atlet, selingkuh artis, polisi nyabu, pejabat hoby korupsi, dan sebagainya itu semua berpangkal pada kontrol kelurga yang mulai melemah. Perubahan fundamental tata nilai sosial masyarakat terjadi akibat Revolusi Industri, memberikan dampak signifikan terhadap perubahan nilai-nilai dalam keluarga. Perubahan yang ditimbulkan misalnya hilangnya instink komunitas secara meluas dari hilangnya rasa memiliki sekelompok orang terhadap sebuah negara bangsa, hilangnya ikatan atau solidaritas komunal, hingga hilangnya ketaatan pada sistem sosial dan normatif yang berlaku (Irwan Abdullah, KOMPAS, 28 Juni 2000). Dengan mengutip Raymod Aron, Rifadli Kadir menyatakan, kalau yang terjadi di Indonesia juga hampir sama. Sejak mulainya proses industrialisasi Indonesia pada abad XIX, telah memberikan dampak dalam perubahan kondisi sosiologis masyarakat. Masyarakat dituntut untuk memperoleh kesuksesan dengan pencapaian ekonomi secara 8
maksimal. Kebahagiaan serasa dicapai ketika ekonomi terpenuhi secara maksimal. Nilai-nilai persaudaraan dan cinta kasih serta rasa pemilikan terhadap bangsa terdistorsi, digantikan dengan budaya pabrik yang individual dan pencapaian ekonomi maksimal. Perubahan-perubahan ini kemudian menjadi penyebab kurangnya kontrol keluarga. Anggota keluarga semakin individualis. Fungsi orangtua sebagai guru pertama untuk anak-anaknya tergerus. Begitu juga anak semakin tidak menaati perintah orangtua. Sebagaimana para Budayawan yang lain, Rifadli Kadir juga mengakui, tidak banyak keluarga yang memahami hal ini. Ketidakpahaman keluarga terhadap hal ini terlihat dari perilaku orangtua yang terlalu memberikan kepercayaan tinggi kepada lembaga formal untuk mendidik karakter anak. Padahal intensitas pembinaan di lembaga formal hanyalah delapan jam belajar, di luar itu pendidikan diserahkan kepada orangtua di rumah. Belum lagi kesibukan orangtua mencari nafkah untuk menghidupi keluarga, semakin membuat orangtua lupa mendidik anak di rumah. Sebagai contoh sekarang banyak para ayah yang rela kerja mencari nafkah dari pagi hingga malam, sehingga melupakan pendidikan dan pembinaan terhadap anak dan istrinya. Namun bukan berarti mencari nafkah tidak diperbolehkan. Akan tetapi bagaimana dalam mencari nafkah tetap tidak melupakan pendidikan keluarga diluar jalur formal atau hanya menyerahkan kepada pembantu dan guru privat. Atau juga perilaku seorang ibu yang suka keluyuran di luar rumah sehingga melupakan fungsi beliau sebagai ibu bagi anak-anaknya. Kalau kita cermati lebih dalam, banyak di antara kita yang juga tidak peduli pada sesama anggota keluarga kita. Banyak orangtua yang hanya ingin mendengar anaknya sukses dan kaya. Banyak orangtua yang meski tahu anaknya hanya pegawai negeri rendahan namun ketika dia memberi uang bermilyar-milyar sebagai tanda bukti rasa bakti, hanya
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 24 JUMADILAWAL - 8 JUMADILAKHIR 1433 H
sedikit orangtua yang akan tanya apakah itu dari sumber halal? Apa yang ditulis Rifadli Kadir di atas juga dikemukakan Wakil Sekretaris PDM Kota Surabaya, Drs Andi Hariyadi, MPdI dalam suatu laman internet. Di laman itu Andi Hariyadi menyatakan kalau robohnya keluarga adalah awal dari kehancuran peradaban kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Kalau kita kembali pada perbedaan konsep sarang dan rumah, dan memperlakukan rumah kita bukan sebagai sekadar sebagai sarang, keutuhan dan fungsi rumah tangga untuk membina keluarga sakinah insy Allah akan dapat kita capai. Karena rumah bagi manusia seharusnya selalu menjadi tempat kembali untuk memperoleh ketenangan, kenyamanan, dan juga yang penting pencerahan. Hal itu akan bisa tercapai kalau sesama anggota keluarga yang menjadi penghuninya selalu mengembangkan jiwa saling asah dan saling asuh, saling mau mendengarkan dan saling mau mengingatkan. Seorang ayah tidak akan bisa disebut bijak kalau hanya bisa memberi perintah dan memberi hukuman tanpa mau mendengar permasalahan secara utuh. Demikian juga seoarang ibu juga tidak pada tempatnya kalau di jadikan petugas tunggal untuk menjadi manager rumah tangga yang mendidik anak-anaknya. Seorang anak tidak akan tumbuh sebagai pribadi sempurna apabila tidak diasuh secara bersama-sama. Ketinggian gunung dan kedalaman lautan harus dipadukan secara tepat untuk membangun keseimbangan bentangan alam jiwa anak-anak di masa depan dan untuk membangun sebuah rumah yang nyaman dan teduh, tempat pulang yang selalu dirindukan. Sebab kalau kita tidak merasakan “kenyamanan” ketika pulang ke rumah, maka sudah dapat dipastikan kita adalah manusia yang sebenarnya telah kehilangan rumah bagi jiwa kita yang sesungguhnya, dan itu merupakan salah satu langkah awal untuk semakin tersesat.l Bahan dan tulisan isma
SAJIAN UTAMA
Keluarga Sakinah Sebagai Benteng Pertahanan
K
eluarga adalah unit terkecil di tengah masyarakat dan bangsa yang dapat berfungsi sebagai benteng pertahanan moral dan agama. Ketika zaman kemudian cenderung tidak berpihak pada nilai-nilai moral dan agama, karena dengan kekuatan pasar, kekuatan modal, kekuatan teknologi dan industri yang sekuler terbukti mampu melakukan perusakan terhadap keutuhan dan keindahan sebuah keluarga. Sebuah keluarga yang retak dan anaknya yang rapuh mental mudah tergoda narkoba. Pada saat mengonsumsi narkoba, dalam kondisi yang setengah sadar, kalau dia pas nyetir mobil misalnya, bisa menimbulkan kecelakaan hebat dan merenggut nyawa orang lain. Berita tertabraknya orang yang tidak bersalah karena pengemudi mobil teler, mengonsumsi narkoba sudah sering muncul di media. Kalau sudah begini siapa yang rugi? Tentu pelaku, keluarga pelaku, korban, dan keluarga korban. Nilai moral dan agama sebagai fondasi keutuhan keluarga, teristimewa, keluarga sakinah sangat penting dan strategis. Ketika anggota keluarga menjadi tidak betah di rumah, ketika itulah pintu bagi kerusakan dan perusakan keutuhan keluarga terbuka lebar. Kalau yang tidak betah di rumah itu sang anak, dan sang anak mendapat teman dari kelompok yang tidak benar maka anak ini potensial menjadi korban pengedar narkoba, potensial menjadi pelaku atau korban kekerasan tawuran, atau menjadi pelaku dan korban kekerasan seksual. Apalagi kalau kelompok atau geng anak ini adalah geng pecandu pornografi, pecandu kekerasan dan pecandu obat terlarang. Kalau yang tidak betah di rumah adalah sang ayah, sehingga sehabis kerja di kantor dia tidak terus pulang, tetapi mampir di klub malam, masuk arena dugem, arena pesta musik dan pesta seks lengkap dengan segala penyimpangannya, maka kerapuhan bangunan keluarga dia pasti makin lama makin parah. Keluarga pun sama sama menjadi makin rusak kalau yang tidak betah di rumah adalah ibu rumah tangga. Ia juga larut dengan dunia belanja, pesta dan mabuk-mabukan bersama sesama perempuan yang kering spiritualnya karena kurang bahagia di rumah. Ini kemudian akan membentuk matarantai bencana keluarga dan semua anggota keluarga bisa menjadi korban. Biasanya, mereka yang kurang betah di rumah itu awalnya juga merasa kurang betah dan kurang nyaman di lingkungan
masyarakatnya. Ia atau keluarga itu tidak menjadi bagian dari jamaah masjid, musholla atau surau Muhammadiyah atau Aisyiyah. Keluarga itu jarang atau malah sama sekali tidak pernah mendatangi pengajian atau kegiatan kumpul-kumpul di kampung. Dengan demikian, keluarga ini mengalami keterasingan sosial. Lama kelamaan anggota mengalami keterasingan relasional dalam keluarga itu sendiri lalu satu persatu mencari pelarian di luar rumah. Kebetulan di kota-kota dan di pinggiran kota tersedia forum untuk mengurangi rasa sepi dan rasa hampa dalam hidup, berupa dunia hiburan yang gemerlap di malam hari. Jadi kalau malam hari si anak, si ayah dan si ibu kesepian, mereka bukannya bertadarus atau shalat malam, tetapi mereka malah ngeluyur ke tempat penuh godaan syahwat itu. Dalam konteks ini pengajian-pengajian ibu-ibu yang dirintis dan diaktifkan oleh ‘Aisyiyah di segala tingkatan menjadi penting. Paling tidak seminggu sekali ada pengajian untuk ibu-ibu dengan diisi oleh yang ahli dalam agama dan dalam ilmu membina keluarga. Banyak ibu-ibu yang ketika berangkat ke pengajian jiwanya gelisah dan resah karena tekanan hidup dan banyak hutang, ketika pulang pengajian wajah mereka segar dan berseri-seri. “Lebih-lebih kalau yang mengisi adalah Pak AR Fahruddin atau muballigh yang mirip beliau,” kata seorang ibu aktivis ‘Aisyiyah di Kotagede, Yogyakarta menceritakan pengalamannya. Para bapak yang merasa betah dan nyaman tinggal di kampung atau desa, kemudian aktif dalam shalat jamaah dan pengajian rutin serta kegiatan sosial pun relatif dapat menjaga keutuhan dan keindahan rumah tangganya. Apalagi kalau kemudian anak-anak mereka juga betah berada di kampungnya. Bagi mereka tersedia forum pengajian atau forum ekspresi dan kajian yang khas anak muda. Mereka menyatu dengan denyut kehidupan kampung atau desanya. Potret kehidupan kampung dan desa, tempat para ayah, para ibu dan anak-anak betah tinggal di dalamnya ini dapat ditemukan di PRM atau PRA yang aktif melakukan kegiatan pengajian dan kegiatan sosial lainnya. Komunalitas religius yang terbentuk seperti ini kemudian menyebabkan keluarga penghuni kampung atau desa juga menjadi suka dan betah tinggal di rumah. Keluarga sakinah pun menjadi mudah dibangun di tengah SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 16 - 30 APRIL 2012
9
SAJIAN UTAMA suasana seperti ini. Sebab mereka tidak butuh hiburan di luar rumah dan di luar kampung. Mereka merasa tidak asing dan tidak kesepian hidup di tengah rumah tangganya dan hidup bersama para tetangga. Mereka menyatu dalam kehidupan bersama di kampung atau di desanya. Persyarikatan perempuan Muhammadiyah Aisyiyah meyakini keluarga sakinah merupakan solusi untuk menyelamatkan generasi bangsa dari kerusakan akibat perubahan global. ”Program keluarga sakinah sudah lama dilakukan di seluruh akar rumput Aisyiyah, dan pengembangan program tersebut akan terus dibahas dalam Muktamar ke-46,” kata Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Aisyiyah Susilaningsih menjelang Muktamar di Yogyakarta itu. Menurut dia, sebagaimana dikutip Antara, keluarga sakinah di mata Aisyiyah adalah adanya kesetaraan hak dan kewajiban antara suami dan istri serta orangtua dan anak-anak sehingga seluruh anggota keluarga dapat menjalankan peran sesuai dengan fungsinya masing-masing. ”Di dalam keluarga sakinah, posisi suami dan istri adalah sama-sama sebagai pendamping,” lanjutnya. Aisyiyah telah menetapkan enam prinsip keluarga sakinah, yaitu ketuhanan, keluarga luas, kesetaraan, keadilan, keberhakan, dan pemenuhan kebutuhan hidup sejahtera. “Setiap anggota keluarga sakinah memiliki tanggung jawab terhadap kesejahteraan anggota keluarga inti, dan tanggung jawab terhadap kesejahteraan kerabat dekat dari keluarga suami dan istri,” katanya. Pembinaan keluarga sakinah di wilayah dilakukan dengan dasar situasi dan kondisi dari masing-masing wilayah. Pembinaan keluarga sakinah di Pimpinan Daerah Aisyiyah Kabupaten Malang, Jawa Timur misalnya, dilakukan mulai dari bimbingan pranikah hingga menjadi keluarga muda. “Kami melakukan kerja sama dengan sejumlah pihak untuk melaksanaan program-program itu seperti kantor urusan agama, dan rumah sakit,” kata tokoh Aisyiyah Kabupaten Malang Rukmini. Sejumlah kegiatan pembinaan keluarga sakinah di Malang di antaranya adalah bimbingan pra nikah, membuka kuliah nikah selama dua bulan, sekolah ibu, bina keluarga muda, dan pelatihan konseling sebaya untuk remaja. Suasana senyaman dan seteduh keluarga sakinah pun dapat dibentuk dalam panti asuhan yatim piatu. Misalnya, yang terjadi di Payakumbuh, sebagaimana disiarkan oleh media online lokal yang kutipannya ada di bawah ini. Tak ada manusia yang tak ingin hidup bahagia bersama keluarganya. Menempati rumah yang nyaman, sekaligus merasakan kehangatan kasih sayang kedua orangtua dan sanak saudara. Tapi apalah daya jika takdir yang ada sangat bertolak dengan keinginan. Ditinggal ayah dan bunda yang pergi ke alam baka. Atau memiliki orangtua yang tak berpunya. Sementara usia masih terlalu dini mencari sesuap nasi sendirian, apalagi tanpa pendidikan. 10
Hal itulah yang dialami 61 anak dipanti asuhan Aisyiyah kota Payakumbuh. Masing-masing 25 putra dan 36 putri itu tahu benar rasa pahitnya hidup sebagai keluarga tak mampu. Kehidupan di luar panti asuhan tampak kejam dan kelam bagi mereka untuk bertahan. Tapi, mereka bersyukur dapat mengenyam bangku pendidikan dan bersemayam di dalam panti asuhan. Walaupun takkan senyaman di rumah ayah-ibu, tapi panti asuhan jauh lebih nyaman dan aman dibanding jalanan. Panti asuhan yang berdiri tahun 1942 dan berada di bawah naungan Yayasan Aisyiyah itu telah membantu ribuan anak tak mampu untuk mandiri. Anak asuh diberi tempat tinggal, makan, pakaian, serta pendidikan. Mereka dibekali pendidikan agama dan keterampilan memadai untuk terjun ke tengah masyarakat, usai menamatkan sekolah menengah atas. Sehingga mereka mahir menjahit, menyulam, bordir, perbengkelan, memasak, dan sebagainya. Juga tak tertutup bagi mereka yang ingin melanjutkan studi di perguruan tinggi. Pihak yayasan akan dengan senang hati mencarikan solusi, mencarikan biaya hingga mendapatkan orangtua asuh bagi si anak. Panti asuhan yang kini diketuai Hj Carmelita itu telah banyak melahirkan orang hebat. Tak sedikit anak asuh panti asuhan Aisyiyah Payakumbuh berijazah perguruan tinggi ternama dan sukses menjadi pejabat. Nasyiatul ‘Aisyiyah juga memiliki konsep dan kegiatan untuk mengarah pada keluarga sakinah. Menurut seorang tokoh NA, sebagaimana dikutip pada jurnalperempuan.com, mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera lahir dan batin, duniawi dan ukhrawi (keluarga sakinah) merupakan tujuan setiap Muslim karena keluarga merupakan fondasi yang kokoh bagi terbangunnya kehidupan masyarakat yang baik. Dalam konteks itu, maka keluarga sakinah mensyaratkan terpenuhinya kebutuhan keluarga secara maksimal, baik dimensi fisik dengan nafkah yang memadai, halal dan berkah, juga termasuk dimensi psikis dengan perasaan yang aman, tenang, semangat berdimensi intelektual. Semua anggota keluarga mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan diri. Tentunya, hal ini akan dicapai jika didukung oleh kondisi dan situasi yang nyaman, aman, tidak ada tekanan/ketakutan, dan merasa tidak berdaya termasuk berbagai kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga. Atas dasar itulah sikap dan perilaku yang baik antarpasangan sangat mendukung terciptanya keluarga sakinah tersebut, sebuah keluarga yang terbangun tanpa adanya kekerasan dalam rumahtangga. Dalam konteks kehidupan sekarang, dalam dunia yang makin gaduh dan penuh tantangan, sebuah keluarga sakinah memang dapat berfungsi sebagai benteng pertahanan moral dan agama. Berdasar fakta di atas, terbukti banyak cara sederhana untuk membangun keluarga sakinah. Sederhana, asal ditekuni jelas akan membawa hasil.l Bahan dan tulisan: tof
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 24 JUMADILAWAL - 8 JUMADILAKHIR 1433 H
SAJIAN UTAMA Bangun Komunikasi dan Pemahaman dalam Keluarga Evi Sofia Inayati/Ketua Majelis Pembinaan Kader Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Kunci utama dalam membangun keluarga ideal adalah bagaimana komunikasi dan pemahaman antara sang ayah dan ibu terbangun sejak dini. Komunikasi perlu terjalin dengan baik, misalnya tentang latar belakang masing-masing. Pemahaman tentang peran dan tanggung jawab juga harus terbentuk, misalnya tentang pekerjaan dan tugas masingmasing. Jika komunikasi dan pemahaman sudah terbangun, pada akhirnya nanti tidak ada masalah ketika masing-masing harus berbagi peran dalam mendidik anak. Pada intinya adalah prinsip kebersamaan dalam mengemban tugas dan peran untuk mendidik anak. Sebenarnya, peran sang ayah sudah jauhjauh hari harus dipersiapkan, bahkan sejak pra nikah. Calon ayah harus memiliki visi dan orientasi bersama dengan calon ibu tentang bagaimana membangun keluarga yang ideal. Peran dan partisipasi ayah dalam pendidikan anak ketika masih dalam Ibu, disamping ayah merupakan kandungan adalah dengan menjaga akhlak dalam pergaulan atau ketika mencari rizki untuk menafkahi si buah hati. Pendidikan psikologis juga dapat diberikan ketika anak masih dalam kandungan, yaitu dengan cara bersikap bijak kepada calon ibu, tidak melakukan tindak kekerasan, bahkan melakukan dialog dengan janin. Peran sang ayah sangat besar dalam proses pendampingan ibu melahirkan, terutama dalam rangka memberikan ketenangan dan rasa nyaman.l Rif
mengambil peran. Seharusnya, antara ayah dan ibu memiliki peran yang sama dalam tanggung jawab mendidik anak, bahkan sejak masih dalam kandungan. Di negara-negara Skandinavia, misalnya di Norwegia, sudah diberlakukan cuti kerja bagi laki-laki yang istrinya sedang hamil. Kebijakan ini dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain. Sang ayah bisa berpartisipasi dalam proses mendidik anak yang masih dalam kandungan lewat perhatian khusus kepada sang ibu yang tengah hamil. Kebijakan ini pun sebenarnya sejalan dengan nilai-nilai Islam. Sebab, dalam ajaran Islam, proses ibu hamil sangat dimuliakan. Setelah anak lahir, sang ayah memiliki tanggung jawab yang sama dengan sang ibu dalam mendidik dan membesarkan anak. Selama ini, peran-peran domestik, seperti menyuapi dan memandikan bayi masih didominasi oleh sang ibu. Padahal, sang ayah pun mestinya bisa melakukan peran-peran domestik tersebut.l Rif
Proses Pendidikan Butuh Keteladanan
Nelly Asnifati/Sekretaris Pimpinan Wilayah perekat keluarga yang sangat kuat. ‘Aisyiyah Jawa Timur Biasanya, dalam keluarga tradisional, sang ayah tidak banyak mengurusi pendidik anak. Ibulah yang banyak berperan. Padahal, sebenarnya tanggung jawab itu dipikul bersama-sama, antara ayah dan ibu. Yang paling penting dalam proses pendidikan anak adalah unsur keteladanan dari ayah dan ibu. Sebab, sang anak biasanya akan melihat dan meniru figur sang ayah dan ibu. Saya punya pengalaman pribadi yang dapat menjadi pelajaran dalam hal ini. Ketika saya merasakan tanda-tanda kehamilan, tetapi saya belum juga periksa ke dokter, suami Perlu Cuti Kerja bagi Laki-laki saya sempat marah. Saya disuruh capat-cepat periksa. yang Istrinya Hamil Alasan suami saya, biar kita semakin mantap dan jelas dalam berdoa, terutama doa yang ditujukan kepada si janin. Tri Hastuty Nur Rochimah/Ketua Lembaga Penelitian dan Ternyata itu memang benar, karena pernah ada penelitian Pengembangan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah tentang hal ini. Doa dan ungkapan rasa syukur orangtua akan Sebenarnya, tanggung jawab mendidik anak dalam berpengaruh kepada kondisi janin. Menurut saya, justru sejak sebuah keluarga tidak hanya dibebankan kepada sang ibu. saat itulah proses pendidikan bagi anak dimulai. Kondisi janin Pada kenyataannya, peran ini memang masih didominasi itu sangat tergantung dengan kondisi psikhis sang ibu.l Rif sang ibu, sementara sang ayah cenderung tidak banyak
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 16 - 30 APRIL 2012
11
BINGKAI
BERLANGGANAN MAJALAH SUARA MUHAMMADIYAH DR H HAEDAR NASHIR, MSI
Suara Muhammadiyah adalah majalah resmi Muhammadiyah yang keberadaannya di bawah kewenangan dan kelembagaan Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Majalah ini memiliki sejarah yang monumental, karena menyatu dengan gerakan Muhammadiyah masa awal dan didirikan langsung oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan tahun 1914. Kelahiran Suara Muhammadiyah menunjukkan spirit yang melekat dengan kehadiran Muhammadiyah untuk berekspansi setelah Kongres Boedi Oetomo tahun 1917 Kiai Dahlan dan Muhammadiyah bertindak sebagai tuan rumah, sehingga menjadi corong resmi gerakan ke seluruh Tanah Air setelah Pemerintah Belanda mengizinkan perluasan.
K
ini satu abad Muhammadiyah berjalan, Suara Muhammadiyah (SM) ikut tumbuh dan berkembang. Alhamdulillah Majalah ini relatif berkembang positif, meski sebagai sebuah majalah dari organisasi modern Islam terbesar tentu masih harus terus dikembangkan baik kualitas maupun kuantitas. Dengan selalu bermuhasabah atau instrospeksi diri, segenap pengelola Majalah ini telah dan terus berikhtiar seoptimal mungkin memperbarui, sehingga ke depan menjadi penyebar suara gerakan yang benar-benar unggul. Dukungan berbagai pihak di lingkungan Persyarikatan pun cukup positif. Namun Majalah ini tentu tidak akan berkembang pesat manakala tanpa dukungan lebih optimal dari segenap anggota Muhammadiyah, termasuk dari anggota dan pimpinan baik di tingkat Persyarikatan, Majelis, Lembaga, Organisasi Otonom, maupun seluruh Amal Usaha Muhammadiyah di Tanah Air. Dukungan tersebut tentu konkret sifatnya yakni dengan berlangganan Majalah Suara Muhammadiyah, selain dengan kritik dan masukan. Dengan demikian terjadi timbal balik yang positif antara pengelola SM yang terus berusaha memperbaiki kualitas dengan dukungan proaktif seluruh anggota dan institusi dalam Muhammadiyah. Kami pun maklum masih terdapat pihak yang tidak puas dengan isi dan tampilan Majalah Suara Muhammadiyah dan hal itu positif sebagai kritik, masukan, dan cambuk untuk perbaikan serta penyempurnaan. Karena itu, pengelola terus memperbaiki
12
kualitas. Namun manakala tidak disertai sikap positif dan proaktif untuk mau berlangganan, tentu kritik hanya tinggal kritik, nanti setelah kualitas ditingkatkan lalu muncul kritik berikutnya. Sebab kalau berpikir kurang terus, majalah dan penerbitan milik siapapun selalu ada kekurangan. Di sinilah pentingnya kritik dan perbaikan, sekaligus sikap proaktif untuk mau berlangganan. Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah mengeluarkan Surat Edaran resmi kepada seluruh lini organisasi termasuk amal usaha untuk berlangganan Majalah SM. Pengelola sendiri tidak ingin bermanja-manja dengan proteksi organisasi, sehingga terus berikhtiar membuka jalan untuk memperluas jangkauan pelanggan. Namun juga kami berharap keterbukaan dan kesediaan segenap pihak di lingkungan Persyarikatan untuk lebih longgar diri mau berlangganan Majalah ini, ada atau tidak instruksi PP Muhammadiyah. Jika tanpa rasa memiliki, maka edaran resmi apapun tidak akan berjalan, dengan berbagai alasan yang tentu positif semua. Di Yogyakarta ada amal usaha yang besar sampai hari ini hanya berlangganan tujuh eksemplar Majalah SM. Padahal kabarnya di amal usaha tersebut sedang ingin melakukan ideologisasi karena masih banyak karyawan dan personalnya kurang paham Muhammadiyah, bahkan beberapa waktu yang lalu berhasil dimasuki gerakan-gerakan yang lain. Jika hal seperti itu benar, tentu bukan sekadar soal isi dan kualitas SM, tetapi
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 24 JUMADILAWAL - 8 JUMADILAKHIR 1433 H
BINGKAI menyangkut rasa memiliki dan konsistensi. Padahal kalau mau objektif, bacalah lembar per lembar dan rubrik per rubrik Majalah ini, insya Allah cukup baik untuk kepentingan ideologisasi plus memperluas wawasan. Penulis sendiri bukan hanya karena selaku Pemimpin Redaksi, jujur ketika setiap nomor membaca SM banyak informasi dan hal-hal penting yang diperoleh sehingga dapat membuka cakrawala baru. Namun manakala merasa sudah tahu, enggan, dan kadang ada unsur alergi, maka Majalah SM akan lewat begitu saja ketika datang dan ada di hadapan. Malah langsung ditumpuk tanpa dilirik isinya. Sebagian tentu karena isi SM sendiri, tetapi sebagian lagi jangan-jangan karena soal persepsi dan rasa memiliki. Persepsi yang selalu melihat SM serba kurang dan jelek, sedangkan majalah lain serba positif dan bagus. Rasa memiliki menyangkut menjadi bagian dari milik Muhammadiyah, yang kalau kita sendiri tidak ikut membesarkan dengan cara berlangganan, maka siapa lagi yang mau? Sebab untuk banyak hal faktor persepsi dan rasa memiliki itu sering memengaruhi cara pandang, sikap, dan pilihan kita terhadap sesuatu. Demikian pula dalam memandang amal usaha dan apapun yang dimiliki Muhammadiyah yang lain. Jika dilihat kurangnya terus, tak akan pernah ada amal usaha Muhammadiyah yang baik, karena kacamata yang dipakai negatif terus. Demikian pula dengan gerakan Muhammadiyah secara keseluruhan, Muhammadiyah tidak akan pernah berkecukupan. Jika dilihat kurangnya terus tanpa komitmen dan dukungan proaktif dari seluruh keluarga besar yang terdapat dalam rumah Muhammadiyah maka tidak akan terjadi pelipatgandaan kemajuan. Ibarat pepetah “rumput hijau milik sendiri tampak kuning karena sering dilihat, rumput kuning milik tetangga tampak hijau karena jauh”. Setidaknya sikap moderat, tahu kekurangan milik kita, tetapi kalau kita sendiri tidak ikut membesarkan maka mau siapa lagi? Bagaimana dengan isi Suara Muhammadiyah. Majalah ini terus berbenah dari segi isi maupun penampilan. Cobalah simak dengan cermat dan jernih isinya, jujur banyak hal yang positif dan menarik. Penulis meskipun termasuk Pemimpin Redaksi, ketika membaca tulisan-tulisan dari berbagai penulis di Majalah ini banyak menemukan hal-hal baru dan menarik. Tetapi manakala merasa sudah biasa dan terbersit pandangan kurang positif, bisa saja begitu Majalah SM di tangan langsung ditumpuk di rak atau tempat penyimpanan buku tanpa dilirik isinya. Apakah Majalah SM tidak berisi tuntunan-tuntunan untuk warga Persyarikatan? Simaklah rubrik-rubrik: Tanya Jawab Agama yang langsung diasuh Tim Majelis Tarjih dan Tajdid Pusat, Khutbah Jum’at, Pedoman, Tafsir, Hadits, Bina Akidah, Bina Akhlak, Bina Jamaah, Bingkai, dan lain-lain. Jika masih kurang akan ditambah dan dikembangkan. Bahkan beberapa nomor pernah dimulai rubrik Tafsir Al-Qur’an resmi hasil Pimpinan Pusat Majelis Tarjih dan Tajdid, tetapi berhenti karena
ingin disempurnakan. Belum rubrik Hadlarah, Sohifah, Wawasan, dan sebagainya. Semuanya bersifat tuntunan dan bimbingan bagi anggota Muhammadiyah. Majalah SM mengusung misi “meneguhkan dan mencerahkan”. Meneguhkan mengandung makna memperkokoh apa yang selama ini dimiliki, makna lain ialah pemurniah atau purifikasi. Berbagai keputusan Muktamar dan organisasi, pemikiran resmi, dan pandangan-pandangan tokoh Muhammadiyah disajikan. Pandangan agama dan ideologi Muhammadiyah dalam berbagai aspek dirujuk dan disajikan untuk menjadi tuntunan, bimbingan, dan arahan seluruh anggota Persyarikatan. Demikian pula beragam informasi dan berita seputar Muhammadiyah maupun informasi-informasi luar dikemas untuk menjadi bahan yang memperkaya wawasan anggota Muhammadiyah. Semuanya dirujuk, dilandasi, dan dibingkai dalam prinsip-prinsip gerakan Muhammadiyah sehingga tidak akan keluar dari nilai-nilai dasar Persyarikatan. Misi pencerahan dimaksudkan untuk memperkaya wawasan dan pemikiran anggota Muhammadiyah, sekaligus menjadi inspirasi bagi peningkatan dan pengembangan amaliah dan aksi gerakan. Majalah SM selalu menyuarakan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan yang berkemajuan, sehingga tidak lari ke serba ekstrem baik ke esktrem kanan maupun kiri. Kami tahu benar karakter gerakan Muhammadiyah sebagaimana prinsip Islam dan ideologi yang dianut gerakan Islam yang didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan ini, sehingga dapat menjadi rujukan informasi dan sikap ber-Muhammadiyah. Ketika berbagai gerakan lain masuk dan menimbulkan masalah di tubuh Muhammadiyah, Majalah SM berusaha menjadi benteng ideologis. Kini agenda penyelamatan ideologis relatif selesai, yang diperlukan ialah penguatan dan peningkatan dalam pembinaannya di seluruh lapisan anggota dan struktur institusi Muhammadiyah yang dikenal dengan revitalisasi sebagaimana amanat Tanwir dan Muktamar. Majalah SM berusaha membantu Pimpinan Persyarikatan dalam mewujudkan revitalisasi gerakan secara menyeluruh, termasuk revitalisasi ideologis, kelembagaan, program, dan kegiatan-kegiatan Muhammadiyah dengan seluruh Majelis, Lembaga, Organisasi Otonom, Amal Usaha, dan institusiinstitusi lainnya di lingkungan Persyarikatan. Tinggal, apakah segenap anggota dan kelembagaan di seluruh lingkungan Muhammadiyah juga memberikan dukungan positif dan proaktif terhadap Majalah yang didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan ini? Semuanya berpulang kepada para anggota, kader, dan elit Muhammadiyah termasuk di lingkungan Majelis, Lembaga, Organisasi Otonom, dan Amal Usaha Muhammadiyah. Sekali kita bersinergi secara positif dan proaktif maka kemajuan Muhammadiyah dengan sendirinya akan terwujud, sehingga memasuki abad kedua gerakan Islam ini mampu menjadi kekuatan Islam yang unggul dan berdiri di shaf depan.l SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 16 - 30 APRIL 2012
13
TANYA JAWAB AGAMA
HUKUM MEMBUNUH NYAMUK DENGAN SENGATAN LISTRIK Pertanyaan: Assalamu ‘alaikum wr. wb. Bagaimana hukum membunuh nyamuk dengan sengatan listrik, seperti menggunakan raket listrik? Terima kasih. Wassalamu ‘alaikum wr wb. Nikmatus Saidah, KPI-FAI-UMY (disidangkan pada hari Jum’at, 23 Rabiulawal 1433 H / 17 Februari 2012 M) Jawaban: Wa ‘alaikumus-salam wr. wb. Terima kasih atas pertanyaan saudara. Perlu diketahui, bahwa Islam merupakan agama paripurna yang mengatur segala aspek kehidupan manusia. Hal ini karena Islam datang membawa rahmat bagi alam semesta. Umat Islam dituntut untuk bersikap kasih sayang kepada semua makhluk Allah SwT, di antaranya termasuk menyayangi binatang dan tidak boleh menyakiti atau membunuhnya jika tidak mengganggu, namun jika binatang itu membawa madlarat, bolehlah untuk dibunuh. Ada beberapa kriteria mengenai binatang yang boleh dibunuh dan yang tidak boleh dibunuh, di antaranya: 1. Binatang yang boleh dibunuh, misalnya yang tertera dalam sabda Rasulullah saw:
Artinya: “Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, ‘Lima binatang pengganggu yang
boleh dibunuh baik berada di tanah halal (non haram) ataupun di dalam batas tanah haram, yaitu: burung gagak, burung elang, kalajengking, tikus,dan anjing gila’.” (HR Muslim) 2. Binatang yang tidak boleh dibunuh, misalnya yang tertera dalam sabda Rasulullah saw:
Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: ada empat jenis binatang yang merayap yang tidak boleh dibunuh, yaitu: semut, lebah, burung hud-hud dan burung shurad”.” (HR Abu Dawud dan At-Turmudzi). Di sisi lain terdapat hadits yang mengatakan bahwa salah satu dari binatang tersebut yaitu semut boleh dibunuh karena semut itu dapat memberikan madharat atau bahaya, sebagaimana sabda Nabi saw:
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda: ‘Ada seorang Nabi singgah di bawah sebuah pohon, lalu dia disengat oleh seekor semut, dia memerintah supaya barangnya diurus, lalu dikeluarkan dari bawahnya, kemudian ia memerintah (supaya
dibakar) rumah semut itu, lalu dibakar dengan api, maka Allah wahyukan kepadanya: Mengapa tidak seekor saja?’.” (HR Al-Bukhari-Muslim) Hadits tersebut menjelaskan bahwa ada seorang Nabi, ia disengat oleh seekor semut, lalu ia membakar rumah semut yang ada di situ, itu berarti ada banyak semut yang dibunuhnya, padahal yang menyengat hanya seekor semut saja, lalu ia ditegur Allah SwT: mengapa tidak dibunuh yang menyengat saja? Hal ini menunjukkan boleh membunuh semut bila ia menyakiti manusia. Namun, jika ia tidak menyakiti manusia, maka kita tidak boleh membunuhnya. Selain binatang yang disebutkan oleh Hadits itu boleh dibunuh selama ia mendatangkan bahaya, dengan syarat cara membunuhnya tidak dengan menyiksa seperti dengan cara membakarnya. Sebagaimana sabda Nabi saw:
Artinya: “...ia melihat rumah semut yang kami telah membakarnya, lalu beliau bersabda: ‘Siapa yang membakar ini?’. Kami menjawab: ‘Kami’. Beliau bersabda: ‘Ssesungguhnya tidak layak menyiksa dengan api kecuali Rabb-Nya api’.” (HR Abu Dawud dengan sanad yang shahih). Lalu bagaimana dengan hukum membunuh nyamuk dengan menggunakan raket listrik? Apakah ia termasuk kategori menyiksa dengan membakarnya?. Membunuh nyamuk dengan menggunakan raket listrik dibolehkan karena
Rubrik Tanya Jawab Agama Diasuh Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah
14
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 24 JUMADILAWAL - 8 JUMADILAKHIR 1433 H
TANYA JAWAB AGAMA beberapa alasan, yakni: 1. Jika nyamuk tersebut itu memang mengganggu dan menimbulkan kemadharatan bagi manusia, misalnya, seseorang yang digigit nyamuk lalu kulitnya menjadi bintik-bintik bahkan berakibat kepada panyakit DBD (Demam Berdarah Dengue), maka dibolehkan dengan maksud untuk menghilangkan bahaya yang ditimbulkan, sebagaimana sabda Nabi saw:
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al Khudry ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Tidak boleh ada bahaya dan tidak boleh membahayakan. Barangsiapa yang memberi bahaya maka Allah SwT akan memberikan bahaya terhadapnya, dan barangsiapa yang memberatkan maka Allah SwT akan memberat-
kannya.” (HR Ibnu Majah) Dan kaidah yang berbunyi:
bunuhlah dengan baik dan apabila kalian menyembelih maka sembelihlah dengan baik.” (HR An-Nasa’i).
2. Membunuh nyamuk dengan menggunakan alat ini (raket listrik) termasuk membunuh dengan cara yang baik karena tidak ada nyamuk yang dibunuh secara pelan-pelan, sebagaimana perintah untuk membunuh binatang dengan cara yang baik dalam sabdanya:
Begitu pula tidak termasuk menyiksa dengan api karena sebagai buktinya, bila anda menempelkan secarik kertas atau kain ke raket listrik tersebut tidak akan ada reaksi apalagi terbakar, maka yang terjadi binatang-binatang itu tatkala menempel ke raket menjadi medan penghubung antara listrik negatif dan positif, sehingga tersetrum dan selanjutnya mati tanpa terjadi kebakaran terlebih dahulu. Dan tidak ada unsur penyiksaan karena nyamuk itu sekali dikibas, ia akan menempel di raket listrik dan mati. 3. Membasmi nyamuk adalah upaya untuk mengantisipasi datangnya bahaya yang lebih besar. Dengan demikian, membunuh nyamuk dengan menggunakan raket listrik itu diperbolehkan dalam rangka untuk menarik kemaslahatan dan menolak kemadlaratan bagi kehidupan manusia. Wallahu a’lam bish shawwab.l
Artinya: “Diriwayatkan dari Syaddad bin ‘Aus, ia berkata: saya mendengar dua perkara dari Nabi saw, lalu beliau bersabda: Sesungguhnya Allah SwT menetapkan kebaikan dalam segala hal, lalu apabila kalian membunuh maka
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 16 - 30 APRIL 2012
15
WAWASAN
PERAN AYAH DALAM MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH HAJAR NUR SETYOWATI
K
ata “Keluarga Sakinah” begitu populer diucapkan mengiringi doa yang terucap, terutama sekali bagi para pengantin baru. Hal itu wajar, mengingat upaya mewujudkan keluarga sakinah menjadi tujuan pernikahan, sebagaimana tercantum dalam salah satu ayat primer tentang pernikahan, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Ar-Rum [30]: 21). Kalimat ‘li taskunuu ilaihaa’ dimaknai agar pasangan suami istri dapat merasakan ketenangan, ketentaraman, keharmonisan, dan kedamaian melalui institusi pernikahan. Kata kunci yang menyertai terwujudnya kesakinahan, juga telah disebutkan dalam ayat yang sama melalui dua istilah yang indah, ‘mawaddah wa rahmah’. Istilah mawaddah bermakna saling mencintai. Bukan saja cinta berdasar kecenderungan lahiriah, tapi juga ketertarikan atas kelebihan dan kesediaan menerima kekurangan masing-masing pasangannya. Sedangkan istilah rahmah merujuk pada perasaan kasih sayang yang mendorong diberikannya kebaikan kepada pasangan yang kita kasihi. Untuk mengondisikan tumbuhnya mawaddah wa rahmah dalam kehidupan perkawinan, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu makna ‘zauj’ selaku subjek pernikahan yang tersebut juga dalam surat Ar-Rum ayat 21. Allah SwT telah menciptakan zauj atau pasangan suami istri. Dalam bahasa Arab, kata zauj dapat digunakan untuk muzakkar (suami) atau muannats (istri). Kata zauj yang berarti pasangan sekaligus menunjukkan bahwa keduanya memiliki kesetaraan, saling melengkapi, saling mengisi, dan saling mengasihi. Tidak ada superioritas (merasa lebih berkuasa), apalagi relasi kepemilikan yang mendasari hubungan antara keduanya, sehingga tidak ada pula pihak yang menjadi inferior (merasa tidak berdaya), baik pada suami maupun istri. Pemahaman tentang kesetaraan yang terkandung dalam kata zauj sebagai nilai dasar kemanusiaan ternyata sinergis dengan ayat Al-Qur’an yang cukup akrab di kalangan Muhammadiyah-‘Aisyiyah, yaitu surat An-Nahl ayat 97, “Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang 16
baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” Baik laki-laki maupun perempuan, dalam konteks ini, adalah suami-istri mempunyai akses yang sama untuk beramal shalih, sehingga Allah SwT berjanji akan memberikan kehidupan yang baik. Kehidupan rumah tangga dalam institusi pernikahan dibangun oleh pasangan suami dan istri, sehingga sudah sewajarnya jika kedua pihak sama-sama mengusahakan tumbuhnya mawaddah dan rahmah dalam kehidupan keluarga. Sayangnya, tidak semua nasehat pernikahan menyampaikan secara seimbang kewajiban dan hak baik suami dan istri dalam koridor ikhtiar untuk mewujudkan kesakinahan. Kewajiban suami yang lebih banyak disampaikan seputar kewajiban sebagai pemberi nafkah, kemudian diikuti dengan sederet kewajiban istri. Hal inilah yang kadang memicu anggapan bahwa kewajiban suami lebih terfokus pada upaya pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Sedangkan, kesakinahan keluarga tidak cukup diukur dengan kapasitas ekonomi saja. Allah SwT telah menunjukkan dalam ayat Al-Qur’an tentang sikap yang seyogyanya dianut para suami dalam menjalani kehidupan rumah tangga bersama istrinya, sebagaimana termaktub dalam surat An-Nisa’ ayat 19, … “Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” Kata mu’asyarah bil ma’ruf dapat meliputi, antara lain: pertama, memberi perhatian kepada istri dengan selalu menjaga kehormatan dan nama baik istri serta keluarganya. Kedua, menjadi mitra istri dalam menguatkan budi pekerti serta mendukung pengembangan potensi istri dalam kerangka beramal shalih. Ketiga, menjaga penampilan dan menampakkan raut muka yang disukai oleh istri, sebagaimana sabda Rasulullah, “Saya suka berdandan untuk istriku seperti halnya saya pun suka ia berdandan untuk diriku” (HR Ibnu Abbas). Dalam Hadits ini terlihat, bahwa Rasulullah tidak hanya menuntut, justru beliau memilih memberi teladan terlebih dahulu dengan berdandan untuk istrinya. Keempat, menciptakan hubungan yang demokratis dan seimbang dengan istrinya dalam pengambilan keputusan dalam keluarga. Kelima, mengambil peran dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan kerumahtanggaan dan tidak membebani pekerjaan di luar batas
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 24 JUMADILAWAL - 8 JUMADILAKHIR 1433 H
WAWASAN pendidikan anak, antara lain tersirat dari kisah para Nabi, seperti relasi Nabi Daud dengan Sulaiman, Ibrahim dan Ismail, dan Yusuf dan Ya’qub. Juga firman Allah dalam surat AlLuqman ayat 13 yang sudah cukup populer dikutip, “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” Beberapa hasil penelitian menyatakan adanya korelasi positif antara keterlibatan ayah dalam pendidikan anak dengan perkembangan perilaku dan kecerdasan anak. Seorang anak yang merasakan bimbingan ayah, selain ibunya, cenderung berkembang menjadi anak yang kuat, mandiri, percaya diri, mempunyai kendali emosional yang lebih baik Rekreasi bersama keluarga bisa menyegarkan kehidupan dalam rumah tangga. serta memiliki jiwa kepemimpinan. Pernyataan kemampuan istrinya. Keenam, menghindari berbagai bentuk demikian tidak kemudian hendak menafikan kapasitas ibu untuk kekerasan, baik ucapan dan tindakan yang mengakibatkan membuat anak menjadi kuat, mandiri, percaya diri, dan berjiwa penderitaan fisik maupun psikhologis istri. Jika menilik makna pemimpin. Baik ibu maupun ayah sama-sama berpotensi untuk mawaddah dan rahmah sebagai kata kunci mewujudkan keluarga mendidik anaknya, hanya saja keterlibatan ayah dalam sakinah, tentu saja Islam sama sekali tidak menyarankan perilaku pengasuhan anak tentu akan menyempurnakan kendali kekerasan. Baik fisik maupun psikhis antarpasangan, baik suami emosinal anak dan secara keseluruhan pada kualitas pendidikan kepada istri maupun istri kepada suami. anak. Pernikahan juga dimaksudkan untuk mewujudkan generasi Ayah dan ibu bisa saja berbagi peran, bahwa ibu cenderung yang berkualitas. Kelahiran anak tidak cukup dimaknai sebagai menumbuhkan perasaan mencintai dan mengasihi melalui konsukuensi biologis suami istri tetapi untuk maslahat misi interaksi yang melibatkan sentuhan fisik dan kasih sayang. kekhalifahan manusia. Dengan demikian, tanggungjawab Ditambah lagi dengan upaya menumbuhkan kemampuan pendidikan anak dalam kerangka mewujudkan generasi yang berbahasa dan bersikap terbuka melalui aktivitas bercerita, berkualitas harus melibatkan andil pasangan suami istri sebagai mendongeng, serta berbicara dari hati ke hati dengan anak. penyokong awal institusi pernikahan. Sedangkan ayah dapat mendorong anak lebih berani, lebih kuat, Padahal, fungsi reproduksi yang dimiliki perempuan dan percaya diri melalui kegiatan bermain yang bersifat motorik seringkali berujung pada anggapan bahwa tanggungjawab dan melibatkan fisik, baik di dalam ruangan maupun di luar pengasuhan anak mutlak dilakukan oleh perempuan atau ibu. ruangan. Profil ayah bisa memberikan juga teladan Sedangkan konsep suami sebagai pemberi nafkah menjadikan kepemimpinan, sehingga anak menjadi individu mandiri dan suami atau ayah cenderung mencurahkan waktu untuk bekerja bisa mengambil keputusan. memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, meski kenyataannya Kesadaran tentang pentingnya keterlibatan ayah dalam banyak juga pasangan suami istri yang sama-sama bekerja, pendidikan anak akan mendorong ayah secara sadar bahkan pada beberapa kasus istri harus menjadi pencari nafkah meluangkan waktunya untuk berinteraksi dengan anak. Bahkan, utama. peran ayah bisa dimulai sejak anak masih dalam kandungan Minimnya alokasi waktu ayah yang diperuntukkan bagi melalui komunikasi yang dibangun sang ayah. Sehingga anak keluarga, termasuk anak-anaknya, ditambah kelelahan fisik akan lebih cepat mengenali dan merasakan perhatian ayahnya. sepulang bekerja dan disempurnakan oleh anggapan bahwa Tidak ada salahnya jika ayah sudah melibatkan diri sejak pengasuhan anak bukan menjadi bagian dari tanggungjawabnya, pengasuhan dan perawatan anak ketika balita, sehingga tak jarang menciptakan jarak emosional antara anak dan kedekatan emosional sudah terjalin sejak dini. Ikut bermain ayahnya. Jika ayah pulang lebih awal dari biasanya, pernahkah bersama anak dan membangun komunikasi dengan anak tentu anda merasakan bahwa Anak anda tiba-tiba menjadi begitu asing akan sangat membantu andil ayah dalam pendidikan anak. atau tidak tahu bagaimana harus bersikap kepada ayahnya? Dengan begitu, ayah sudah turut andil dalam upaya membangun Al-Qur’an juga telah menunjukkan peran penting ayah dalam keluarga sakinah.l SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 16 - 30 APRIL 2012
17
Pendidikan Keluarga dalam Al-Qur’an (1) PROF DR H MUHAMMAD CHIRZIN, MAg
Tuhanmu telah menetapkan, janganlah menyembah yang selain Dia, dan berbuat baik kepada ibu-bapak. Kalau salah seorang di antara mereka atau keduanya mencapai usia lanjut semasa hidupnya, janganlah berkata “ah!” kepada mereka, dan janganlah membentak mereka, tetapi ucapkanlah kepada keduanya katakata hormat. Dan rendahkanlah sayap kasih sayang kepada mereka dengan rendah hati, dan ucapkanlah, “Tuhanku, limpahkanlah rahmat kepada keduanya sebagaimana mereka telah memelihara dan mendidik aku semasa aku kecil.” (Al-Isra` [17]: 23-24) Allah SwT menetapkan agar setiap anak manusia tidak menyembah yang selain Dia, dan berbuat baik kepada ayahbundanya; selalu berkata-kata hormat dan tidak sekali-kali menghardik mereka, mencurahkan kasih sayang kepada mereka dan mendoakan agar Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka yang telah mendidiknya sejak kecil. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan anak manusia menjadi orang yang berpengetahuan luas, berakhlak mulia, cakap dan terampil, sehat jasmani dan rohani, kuat lahir dan batin, cerdas secara intelektual, emosional dan spiritual, mandiri, dewasa dalam menghadapi segala persoalan hidup, berpandangan jauh ke depan dan bertakwa kepada 18
Allah SwT. Keluarga adalah satuan masyarakat terkecil yang terdiri dari suamiistri dan anak. Keluarga adalah sebuah mata rantai masa lalu kita dan sebuah jembatan menuju masa depan kita sebagai sarana hidup bahagia. Allah SwT mengajarkan kepada manusia agar membangun keluarga dan rumah tangga yang damai, tenteram, sejahtera dan bahagia. Hal itu diawali dengan sebuah proses pernikahan antara seorang laki-laki dan perempuan yang dilandasi cinta kasih, keyakinan agama dan harapan masa depan yang gemilang. Pasangan hidup itu niscaya membangun sikap kerjasama, pengertian, tolong-menolong, saling memberi dan menerima, serta kerelaan untuk berkorban dan memaafkan satu dengan yang lain; selalu asah, asih dan asuh. Kehidupan pasangan suami dan istri itu menjadi lengkap dengan kehadiran anak yang diidam-idamkan di tengah-tengah mereka. Tanda syukur dan terima kasih kepada Allah SwT, orangtua memberi nama anak dengan nama yang mengandung doa untuk masa depannya dan mengenalkan anak kepada Tuhannya. Allah SwT telah mengajari hamba-Nya untuk bersyukur kepada-Nya. Siapa yang bersyukur kepada Allah, maka ia bersyukur untuk dirinya sendiri; siapa yang bersyukur kepada Allah, niscaya Allah menambah nikmat-Nya kepadanya.
Kami telah menganugerahkan hikmah kepada Luqman, “Bersyukurlah kau kepada Allah.” Dan barangsiapa bersyukur, tak lain ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barang siapa ingkar, maka
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 24 JUMADILAWAL - 8 JUMADILAKHIR 1433 H
Allah Mahakaya, Maha Terpuji.” (Luqman [31]: 12)
Dan ingatlah tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Sungguh, jika kamu bersyukur, Aku akan memberi tambahan karunia kepadamu; tetapi jika kamu tidak bersyukur, sungguh azab-Ku sangat dahsyat.” (Ibrahim [14]: 7) Anak adalah amanah Allah SwT. Pergolakan batin menanti kehadiran anak dalam rumah tangga tergambar dalam pengalaman istri Imran yang diungkapkan Al-Qur’an,
Perhatikanlah ketika istri Imran berkata, “Tuhan, aku bernazar kepada-Mu,
kandungan dalam perutku supaya mengabdi kepada-Mu, maka terimalah ia dari aku. Sungguh, Engkau Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” Setelah melahirkan ia pun berkata, “Tuhan! aku melahirkan anak perempuan! Allah lebih mengetahui apa yang sudah dilahirkan — tidaklah sama laki-laki dengan perempuan. Dan kuberi nama ia Maryam. Maka aku menyerahkan dia dan keturunannya pada perlindungan-Mu dari gangguan setan yang terkutuk.” Maka Tuhannya menerimanya dengan baik; dibesarkannya ia dengan kebersihan dan keindahan, dan dipelihara oleh Zakaria. Setiap kali Zakaria hendak menemuinya di mihrab, didapatinya makanan di sampingnya. Ia berkata, “Maryam, dari mana kau dapatkan ini?” Dia menjawab, “Dari Allah. Sungguh Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa perhitungan. Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya seraya berkata, “Tuhan, karuniakanlah kepadaku keturunan yang baik dari Engkau, sungguh Engkau Maha Mendengar segala doa.” (Ali Imran [3]: 35-38)
Beban berat ditanggung wanita yang melahirkan sebagaimana dialami ibu Musa.
Dan sungguh, Kami telah memberi karunia kepadamu pada kesempatan
yang lain sebelumnya. Tatkala Kami memberi ilham kepada ibumu sesuatu yang diilhamkan. Letakkanlah ia dalam peti dan hanyutkanlah ke sungai; maka arus sungai itu membawanya ke tepi, dan dia akan dipungut oleh musuh-Ku dan musuhnya. Tetapi Aku akan melimpahkan cinta kepadamu dari pihak-Ku; dan agar engkau diasuh di bawah pengawasan-Ku. Perhatikanlah ketika saudaramu yang perempuan berjalan lalu berkata kepada keluarga Firaun, “Bolehkah aku menunjukkan kepadamu orang yang akan mengasuhnya?” Maka Kami kembalikan engkau kepada ibumu, agar senang hatinya dan tidak bersedih hati. Dan kau pernah membunuh orang, lalu Kami selamatkan kau dari kesulitan yang besar dan Kami telah mengujimu dengan berbagai cobaan. Lalu kau tinggal selama beberapa tahun di tengah penduduk Madyan, kemudian kau datang seperti yang sudah ditentukan. (Thaha [20]: 37-40) Pengalaman yang serupa dialami oleh Maryam Ibu Isa. (Ali Imron [3]: 4548) • Bersambung
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 16 - 30 APRIL 2012
19
HAD I T S
ENAM HADITS DHA’IF TENTANG KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU (2) NICKY ALMA FEBRIANA FAUZI
3. Dunia dan akhirat dengan ilmu
“Barangsiapa yang menghendaki dunia, maka wajib baginya dengan ilmu, dan barangsiapa yang menghendaki akhirat, maka wajib baginya dengan ilmu. Dan barangsiapa yang menghendaki keduanya (dunia dan akhirat) maka wajib dengan ilmu.” Hadits ini sangat populer dan sering disandarkan kepada Nabi. Namun, ini sesungguhnya bukanlah perkataan beliau, melainkan perkataan Imam al-Syafi’i. Perkataan Imam Syafi’i ini tercantum di antaranya dalam kitab Nasyarthi fi Fadhl Hamlah al-‘Ilmi (vol. I, hal.162) karangan Muhammad bin Abdurrahman bin Umar, Tafsir al-Siraj al-Munir (vol. IX, hal.162) karangan Muhammad bin Ahmad alSyarbaini, Tahdzib al-Asma wa al-Lughat (hal. 78) karangan Abu Zakariya Muhyiddin bin Syaraf al-Nawawi, al-Da’wah al-Salafiyyah (hal. 89) karangan Mahmud Abdul Hamid al-‘Asqalani, Mafatih Tadabbur al-Sunnah, Hadzihi Hiya Zaujati karangan Abu Ahmad, dan Arsyifi Multaqi Ahl al-Hadits. Dari ke semua kitab di atas yang mencantumkan perkataan Imam al-Syafi’i tersebut, seluruhnya menuliskan
”Tuntutlah ilmu dari buain sampai ke liang kubur”. Hadits ini sangat populer di kalangan masyarakat. Namun, Hadits tentang perintah menutut ilmu dari buaian sampai liang kubur ini tidak bersumber dari Nabi. Bahkan, ahli ilmu Hadits menyatakan Hadits ini palsu (maudhu’). Hal ini ditegaskan oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz dalam Durus (vol. X, hal. 35). Sepanjang penelitian ini, penulis tidak menemukan jalur sanad-nya di kitab Hadits manapun. Hanya saja, dalam kitab Nashaih wa Taujihat fi al-‘Ilmi wa Da’wah dan kitab Kutub Shalih Âli Syaikh karangan Shalih bin Abdul Aziz Âli Syaikh disebutkan bahwa ini adalah perkataan sebagian orang-orang salaf (qala ba’dhu salaf). Bahkan, ada pendapat yang mengatakan ini adalah perkataan Imam Ahmad (Nashaih wa Taujihat fi al‘Ilmi wa Da’wah, vol. I, hal. 1 dan Kutub Shalih Âli Syaikh). Maksud Hadits ini sesungguhnya sangat baik, yaitu memerintahkan manusia untuk mencari ilmu sejak dini. Namun, sekali lagi, menyandarkan berita kepada Nabi yang datangnya bukan dari Nabi tentu bukanlah hal yang baik. Apalagi Hadits ini dinyatakan palsu.
bersabda: Barangsiapa yang mecari ilmu maka ilmu tersebut akan menjadi kafarat (penghapus) bagi dosa-dosa yang telah lampau.” Hadits ini diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam Sunan-nya (vol. V, no. 2648) dan Ibnu Qani’ dalam Mu’jam al-Shahabah (vol. I, hal. 321). Di dalam sanad-nya terdapat Abu Dawud al-A’ma yang menurut Ibnu Ma’in, dia adalah seorang perawi yang tidak tsiqah/kredibel dan tidak dapat dipercaya (laysa bi tsiqah wa la mamun) (al-Majruhin, vol. III, hal. 55). Ibnu Qayyim dalam Miftah Dar al-Sa’adah juga berkomentar bahwa ia bukanlah orang yang tsiqah/kredibel (ghayru tsiqah) (vol. I, hal. 76). Sementara al-‘Uqaili memasukan Abu Dawud al-A’ma dalam kitab kumpulan orang-orang dha’if miliknya (Dhu’afa al-‘Uqaili, vol. IV, hal. 307). Nashirudin al-Albani, bahkan, menganggap Hadits ini sebagai hadis palsu (maudhu’) (Dha’if al-Jami’, no. 5686). Matan Hadits ini bila dilihat pun sedikit berlebihan, karena hanya dengan menuntut ilmu bisa menghapuskan dosa-dosa yang telah lalu. Padahal, semangat AlQur’an dan Al-Sunnah tidak hanya menyeru umat Islam untuk menuntut ilmu saja, tapi juga semangat mengamalkan amal shalih.
5. Ilmu sebagai penghapus dosa yang telah lalu
6. Orang yang menuntut ilmu berada di jalan Allah sampai ia kembali pulang
“Dari Abdullah bin Sakhbarah, dari Sakhbarah, dari Nabi Rasulullah saw
“Dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang
tanpa tambahan
4. Menuntut ilmu dari buaian sampai liang kubur 20
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 24 JUMADILAWAL - 8 JUMADILAKHIR 1433 H
HAD I T S
DI ANTARA KITA keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah (fi sabilillah) sampai ia kembali pulang.” Hadits ini termasuk Hadits marfu’ (disandarkan sampai kepada Nabi). Diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam Sunan-nya (vol. V, no. 2647), al-Bazzar dalam Musnad (vol. II, no. 6520), dan al-Thabrani dalam Mu’jam al-Shaghir (vol. I, no.). Di dalam sanad-nya terdapat perawi yang bernama Khalid bin Yazid al-Lu’lu serta Abu Ja’far al-Razi yang menyendiri (tafarrada) dalam meriwayatkannya dari jalur Anas bin Malik. Sebenarnya, Khalid bin Yazid al-Lu’lu al-‘Itqi adalah perawi yang lemah (dha’if) (al-Mughni Fi al-Dhu’afa, vol. I, hal. 207). Menurut al-‘Uqaili, kebanyakan Haditsnya tidak dapat diikuti (la yutabi’u ‘ala katsir min Haditsihi) (Dhu’afa al-‘Uqaili, vol. II, hal. 17), sehingga al-Albani mendhaifkannya (Misykah al-Mashabih, vol. I, no. 220). Namun, oleh Tirmidzi, Hadits ini dianggap Hadits hasan (Mizan alI’tidal, vol. I, hal. 648). Secara matan, Hadits ini memang memberikan berita tentang keutamaan orang yang pergi menuntut ilmu sampai ia kembali pulang. Namun, untuk alternatif lain, ada Hadits yang lebih aman –karena derajatnya lebih tinggi– yang bisa disampaikan kepada masyarakat. Di antaranya
Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Darda:
“Sesungguhnya, aku (Abu Darda) ra mendengar Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah akan bukakan baginya salah satu jalan menuju surga. Sesungguhnya, para malaikat benar-benar meletakkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu. Sesungguhnya, orang yang berilmu akan benar-benar dimintakan ampun oleh semua penduduk langit dan bumi, bahkan ikan hiu yang ada di air (laut). Sesungguhnya, keutamaan orang yang berilmu atas ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan pada malam purnama atas seluruh bin-
tang. Sesungguhnya, ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya, para Nabi tidak mewariskan dinar maupun dirham, tetapi mereka hanya mewariskan ilmu. Maka, barangsiapa yang mengambilnya, berarti ia telah mengambil jatah yang cukup banyak.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, Abu Syaibah, Ibnu Basyran. Dan lafal ini milik Ibnu Majah. Dishahihkan oleh Nashirudin al-Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibn Majah, (vol. I, hal. 295). Di dalam Hadits ini dijelaskan penghormatan besar yang diperoleh para penuntut ilmu. Para malaikat meletakkan sayap-sayapnya kepada penuntut ilmu dengan rendah diri dan rasa hormat. Begitu juga halnya para makhluk Allah yang berada di langit, bumi, bahkan di lautan. Semuanya akan memintakan ampun dan berdoa untuk mereka. Begitulah kemulian para penuntut ilmu. Orang yang berilmu diibaratkan seperti purnama yang bersinar di antara bintang-bintang yang lain. Semoga kita termasuk dalam golongan-golongan penuntut ilmu yang benar-benar bisa menjadi pewaris para Nabi.l Habis Alumni Pondok Pesantren Madrasah Wathaniyah Islamiyah Kebarongan dan Mahasiswa Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) Yogyakarta.
AGEN SUARA MUHAMMADIYAH DI CILACAP & KEBUMEN PDM KEBUMEN Jl. Indrakila No. 38 A Kebumen Telp. 0287-837797773
SMA MUHAMMADIYAH I CILACAP Jl Kalimantan No. 12 Cilacap Telp. 0282-541825
KAMAN WS RS PKU Muhammadiyah Gombong Jl. Yos Sudarso No. 461 Gombong Kebumen Telp. 0287-471639, 085227139402
DRS. M. SUDARSONO Toko Prima Agung Jl. Raya Mujur, RT.3/2 Mujur Kroya, Cilacap Telp. 0282-494664, 08122585879
KARDIONO RS PKU Muhammadiyah Sruweng Jl. Raya No. 5 Sruweng, Kebumen Telp. 0287-382597, 081804792710
TURSINO MI Muhammadiyah Ciparai Jl. KHA. Dahlan Km. 0,25 Ciparai Cilacap Telp. 0280-6226285, 08157974828
DRS. TRI JOKO Masjid Islamic Center Kebumen Jl. Tentara Pelajar, Panjer, Kebumen Hp. 081542908230
IMAM FAUZI Ponpes Darul ‘Ulum Muhammadiyah Cab. Majenang Jl. SUARA Sirkaya Majenang, Cilacap MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 16 - 30 APRIL 2012
21
KHAZANAH
BEBERAPA PERANGKAT YANG HARUS DIKUASAI MUFASSIR SA’AD ABDUL WAHID
P
ara ulama tafsir telah menetapkan persyaratan bagi mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an agar terjaga dari penyimpangan-penyimpangan dan kesalahan yang fatal serta tidak menyesatkan, terutama ketika menafsirkan secara ijtihadi (ra’yi). Dimaksudkan dengan persyaratan tersebut ialah: a. ‘Ilm al-Lughah (ilmu bahasa Arab). Karena Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab, maka setiap mufassir harus benar-benar menguasai bahasa Arab, sehingga mampu menjelaskan satu demi satu makna-makna lafal-lafal Al-Qur’an dengan tepat. AlMujahid pernah berkata:
e.
f.
g.
“Tidaklah halal bagi scseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir berbicara tentang Kitab Allah, jika tidak menguasai bahasa Arab.” (az-Zahabiy, 1976, 1: 266). b. ‘Ilm an-Nahwi (ilmu tata bahasa Arab). Sebab makna lafal itu selalu berubah sesuai dengan perubahan kedudukan kata (lafal) itu. c. ‘Ilm as-Sarf (ilmu tentang perubahan kata), dengan ilmu ini dapat diketahui perubahan bentuk kata, yang mengakibatkan perubahan makna. d. ‘Ilm al-Balaghah, termasuk al-Ma’aniy, al-Bayan dan al-Badi’. Al-Ma’aniy untuk mengetahui karakteristik susunan kalimat dari segi maknanya. Al-Bayan untuk mengetahui karakteristik susunan kalimat dari segi kejelasan dalalah (penunjukan) dan kesamarannya, alBadi’ untuk mengetahui keindahan kalimat. Tiga ilmu ini merupakan instrumen yang paling besar manfaatnya bagi mufassir, sebab dengan ilmu 22
h.
i.
j.
itulah kemu’jizatan Al-Qur’an dapat diketahui. ‘Ilm al-Qira’at. Dengan ilmu qira’at dapat diketahui makna yang lebih mendekati kebenaran di antara maknamakna yang terkandung dalam suatu lafal. ‘Ilm Usul ad-Din. Yaitu ilmu kalam. Dengan ilmu ini mufassir dapat menetapkan dalil atas semua apa yang wajib bagi Allah SwT, yang ja’iz dan yang mustahil, dan dapat melihat ayat-ayat yang ada hubungannya dengan nubuwat, hari akhir dan sebaginya dengan cara, yang benar. Tanpa ilmu Usul ad-Din mufassir akan mendapatkan kesulitan. ‘Ilm Usul al-Fiqh: dengan ilmu ini dapat diketahui bagaimana cara mengeluarkan hukum dari ayat-ayat Al-Qur’an dan bagaimana cara beristidlal, dapat diketahui juga makna yang mujmal (global) dan yang rinci, yang bersifat umum dan yang khusus, yang mutlak dan yang muqayyad (yang dikaitkan dengan suatu keadaan tertentu) dan sebagainya yang dapat diketahui dengan ilmu ini. ‘Ilmu Asbab an-Nuzul (ilmu sebabsebab turun Al-Qur’an al-Karim). Sebab dengan mengetahui asbab annuzul, dapat memahami makna dan maksud Al-Qur’an dengan tepat. Ilmu al-Qisas (ilmu tentang kisah/sejarah); dengan ilmu ini dapat diketahui penjelasan secara rinci masalah-masalah yang di dalam Al-Qur’an disebutkan secara mujmal (global). ‘Ilm an-Nasikh wa al-Mansukh (ilmu tentang penghapusan hukum dalam suatu ayat); dengan ilmu ini dapat diketahui mana hukum yang telah dihapus dan mana hukum yang tetap berlaku, sehingga mufassir tidak berfatwa dengan hukum yang telah diha-
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 24 JUMADILAWAL - 8 JUMADILAKHIR 1433 H
pus. (bagi ulama yang berpendapat adanya nasikh dalam Al-Qur’an). k. Hadits-Hadits Nabi yang menjelaskan ayat-ayat yang mujmal dan yang mubham (tidak jelas); Hadits-Hadits tersebut dapat membantu dalam menjelaskan makna lafal yang musykil. l. ‘Ilm al-Mauhibah (ilmu yang diberikan Allah kepada orang yang mengamalkan ilmunya). Dalam suatu ayat Allah meriwayatkan:
“Dan bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan ilmu kepadamu.” (AlBaqarah [2]: 282). As-Siyuti mengatakan, untuk memperoleh mauhibah dapat diusahakan dengan beramal shalih dan zuhud (meninggalkan semua larangan Allah baik yang kecil maupun yang besar). Selanjutnya ia menjelaskan bahwa seseorang tidak dapat memahami makna wahyu Allah, selama di dalam hatinya terdapat kesombongan, bid’ah, kecondongan kepada hawa nafsu, cinta keduniaan, atau terusmenerus berbuat dosa, atau lemah iman. atau berpegang kepada pendapat mufassir yang tidak memiliki ilmu, atau lebih mementingkan akal daripada naql. (asSiyuti, II: 182 Itulah ilmu yang harus dimiliki oleh mufassir sebagai sarana untuk memahami kitab Allah SwT. Sebagian ulama menguranginya dan sebagian ulama lain menambahkan ilmu lainnya, seperti ilmu pengetahuan umum dan teknologi, untuk menghadapi perkembangan teknologi di masa yang akan datang. Di samping penguasaan persyaratan tersebut, para mufassir juga harus menguasai manhaj tafsir. Para ulama mengartikan kata manhaj
KHAZANAH dengan metode yang berasal dari bahasa Yunani, methodos, yang berarti cara atau jalan. Dalam bahasa Inggris kata ini ditulis method. (Nasiruddin Baidan, 2000, hlm. 2). Dimaksudkan dengan metode tafsir Al-Qur’an ialah cara kerja yang teratur dan terpikir baik-baik untuk menafsirkan Al-Qur’an, sehingga dapat mencapai tujuannya. Al-Firmawiy membagi metode tafsir menjadi empat macam, yaitu: metode tahlili, metode ijmali, metode muqaran dan metode maudifi. (al-Firmawi, 1977, hlm. 24). 1. Metode tafsir tahlili ialah metode tafsir dengan peninjauan berbagai aspek secara komprehensif, ayat demi ayat, surat demi surat, dengan mengikuti susunan dan tertib surat-surat dan ayat-ayat sebagaimana tertib Mushaf Usmaniy, dari permulaan hingga akhir Al-Qur’an, yaitu dari surat AlFatihah [1] hingga surat An-Nas [114]. Di antara mufassir yang menggunakan metode tahliliy, ialah Ibnu Jarir atTabariy, wafat iahun 310 H dalam kitabnya: al-Bayan fi Tafsir Al-Qur’an, al-Fakhr ar-Raziy, wafat tahun 606 H. dalam kitabnya: Mafatih al-Gaib dan Ahmad Mustafa al-Maragiy, dalam kitabnya: Tafsir al-Maragiy, al-Maragiy wafat pada tahun 1952 M. 2. Metode Tafsir ijmaliy, ialah cara menafsirkan Al-Qur’an secara global, dengan tujuan agar mudah dipahami oleh semua lapisan masyarakat. Sebab jika penafsiran itu dilakukan secara mendetail, misalnya ditinjau dari aspek balaghah, ma’aniy, badi’,
nahwu dan saraf, padahal tidak semua masyarakat memahami aspek-aspek tersebut, maka mereka akan bertambah bingung, dan tidak dapat mengambil pelajaran dan hikmahnya. Maka sebagian ulama lebih cenderung menafsirkan AlQur’an secara global (garis besar). Di antara mufassir yang menggunakan metode ini, ialah as-Sabuniy, dalam tafsirnya: Safwah at-Tafasir. 3. Metode tafsir muqaran, ialah metode tafsir dengan cara memperbandingkan antara satu pendapat dengan pendapat lainnya, dengan tujuan untuk mencari persamaan dan perbedaannya, dengan meneliti dalil-dalil dan hujah-hujah yang dipergunakan, sehingga mendekati kepada kebenaran. Di antara mufassir yang menggunakan metode ini ialah: al-Qurtubiy (671 H.) dalam kitabnya: al-Jami’ li ahkam Al-Qur’an, as-Sabuniy, dalam kitabnya: Rawa’i al-Bayan Tafsiru Ayat al-Ahkam min Al-Qur’an, cet. tahun 1971 M. 4. Metode tafsir maudu’iy, ialah metode tafsir Al-Qur’an dengan cara mengumpulkan ayat-ayat yang temanya sama, untuk mengetahui munasabah (persesuaian) antara satu ayat dengan ayat lainnya, dengan memperhatikan ayat yang lebih dahulu diturunkan dan ayat yang diturunkan kemudian, serta memperhatikan sebab turunnya sehingga dapat diketahui proses tasyri’nya, dan dapat diambil kesimpulannya dengan tepat dan be-
nar. Di antara mufassir yang menggunakan metode ini ialah: Bintu asySyati’ dalam kitabnya: at-Tafsir bi arRa’yi li Al-Qur’an al-Karim, dan Abbas al-’Aqqad dalam kitabnya: alMar’ah fi Al-Qur’an al-Karim. Adapun hal-hal yang harus dijauhi para mufassir, agar terhindar dari kesalahan dan kebatilan, antara lain ialah: a. Memberanikan diri menjelaskan maksud Allah tanpa mengetahui kaidah bahasa Arab dan syari’ah Islamiyah dan tanpa menguasai ilmu-ilmu yang harus dimiliki oleh mufassir. b. Memberikan penjelasan tentang halhal yang hanya diketahui Allah SwT, seperti mutasyabih dan hal-hal yang gaib, yang semua itu hanya diketahui Allah. c. Penafsiran yang disertai hawa nafsu. d. Penafsiran yang terikat dengan mazhab yang fasid, sehingga menyimpang dari akidah dan syari’ah islamiyah, karena tujuan penafsirannya hanya untuk memperkuat mazhabnya. e. Penafsiran yang bersifat pasti, dengan memastikan bahwa yang dimaksudkan Allah adalah begini, tanpa menunjukkan dalilnya. Penafsiran yang demikian itu dilarang, sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:
“Dan (dilarang) mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (Al-Baqarah [2]: 169).l
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 16 - 30 APRIL 2012
23
DIRASAH ISLAMIYAH
Hak Berpakaian Perempuan dalam Islam (1) YULIA RACHMAWATI
P
erempuan identik dengan cantik. Cantik itu bisa bersifat kodrati sebagai anugerah Illahi, bisa juga cantik karena berhias yang membuat perempuan indah seperti layaknya perhiasan dunia. Sebagai manusia, perempuan pastinya memerlukan pakaian. Urusan gaya berpakaian ternyata tidak luput dari pandangan budaya maupun agama. Uniknya, gaya berpakaian sangat berpengaruh akan identitas seorang perempuan, sehingga fungsi dari pakaian sendiri mula bergeser. Pakaian yang berfungsi untuk menutupi alat vital bisa kita jumpai pada suku-suku primitif, seperti Suku Asmat di Papua, perempuannya cukup memakai jerami kering yang dianyam seperti rok yang panjangnya sebatas lutut dan itu cukup menurut suku tersebut. Lain halnya di Jawa, tepatnya di Yogyakarta, saya melihat abdi dalem perempuan di keraton Yogyakarata masih ada yang memakai kemben dan kain untuk menutupi tubuhnya. Kebaya pun masih dipakai sebagai pakaian sehari-hari, walaupun menurut pengamatan saya, lekuk tubuh perempuan yang memakai kebaya sangat terlihat jelas, tapi bagi budaya setempat, kebaya dianggap pakaian normal dan sopan-sopan saja, bahkan bisa ke acara-acara resmi, contohnya Ibu Tien Suharto (almarhumah) selalu memakai kebaya dalam acara-acara kenegaraan,baik di dalam ataupun di luar negeri. Perempuan yang bekerja di luar rumah memakai pakaian seragam atau tidak berseragam ternyata tidak lepas dari trend cara berpakaian ala Barat dan sangat serasi jika dipandang dari estetika 24
seni yang berorientasi pada pemberian citra yang positif dan pelayanan prima dari perusahaan tempat perempuan bekerja. Tentu saja, jika ada tujuan konteks batasbatas kesopanan tata cara berpakaian yang sudah disepakati publik sebagai aturan baku tapi tidak tertulis, mungkin di mata kita yang hidup di dunia yang plural sah-sah saja. Lain halnya jika konteksnya sudah mengekspos kemolekan tubuh perempuan untuk kepentingan bisnis, baik perempuan yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau perempuan yang menjadi konsumen merek pakaian tertentu, karya desainer tertentu atau untuk menunjang profesi tertentu, misalnya sales girl yang menjual mobil di pameran, foto model, artis, pragawati, dan lain-lain. Selera dan gaya berpakaian adalah hak setiap perempuan untuk menentukan pilihan pakaian mana yang menurutnya bagus, nyaman, dan terlihat cantik, karena fashion identik dengan beauty dan perempuan selalu ingin terlihat beautiful. Perempuan modern tidak bisa lepas dari mobilitas yang menuntutnya untuk tampil prima dan modis, apalagi kalau profesinya menuntutnya untuk selalu terlihat dalam posisi cosmopolitan, mengikuti gaya berpakaian dunia yang kiblatnya ke Barat. Bila bicara soal ‘hak’, maka kita membicarakan kebebasan seseorang dalam hal menentukan selera berpakaian. Permasalahan muncul ketika gaya berpakaian perempuan dianggap kambing hitam terhadap beberapa kasus kriminal dan pelecehan seksual yang dialami perempuan oleh kaum laki-laki. Tudingan bahwa perempuan ikut berperan untuk memancing laki-laki berbuat tidak senonoh bisa jadi benar dan bisa jadi
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 24 JUMADILAWAL - 8 JUMADILAKHIR 1433 H
salah. Dalam beberapa kasus perkosaan seperti yang terjadi di Libya ternyata tidak ada korelasinya dengan pakaian. Perempuan Libya memakai jilbab dan berpakaian tertutup, tetapi mengalami pemerkosaan, karena faktor politik yang memanas akibat perang saudara. Tapi yang lebih sangat tidak manusiawi adanya komentar miring dari salah satu pejabat di negara kita bahwa perempuanlah yang memancing untuk diperkosa oleh laki-laki karena berpakaian minim di tempat umum, dan hati laki-laki manapun pasti akan tergoncang imamnya karena gaya perempuan yang mengundang laki-laki untuk melakukan pelecehan seksual. Komentar pedas tersebut menimbulkan reaksi para aktivis perempuan untuk berdemo di Bunderan HI Jakarta dengan membawa spanduk bertuliskan it’s my body and it’s my right to wear mini skirt. Secara budaya dan adat ketimuran yang mayoritas berbudaya patriakal yang kuat, membuat kaum perempuan dalam posisi yang dihormati jika dia berperan sebagai seorang “wanita baik-baik” dalam konteks memegang norma-norma budaya yang sudah disepakati masyarakat kebanyakan, seperti tidak keluar malam, tidak merokok, tidak main dengan lakilaki yang bukan suaminya atau kerabatnya tengah malam, tidak pakai rok mini, tidak datang ke rumah laki-laki seorang diri, dan lain sebagainya. Uniknya, nilainilai tersebut bergeser seiringnya tuntutan zaman yang membutuhkan perempuan untuk bekerja hingga larut malam, bercampur-baur dengan lelaki yang bukan muhrim, dan memakai pakaian kerja yang bergaya jas blazer serta rok mini. Sang suami atau sang ayah dari perem-
DIRASAH ISLAMIYAH puan pekerja ini merasa nyaman-nyaman saja melihat fenomena para perempuan ini bekerja tanpa mengindahkan aturan agama, dengan alasan bisa jaga diri, maka semuanya beres. Peran suami atau ayah sebagai pencari nafkah akan sangat terbantu dengan bekerjanya para perempuan ini karena mendapatkan gaji yang besar. Masalah besar timbul ketika media cetak dan media elektronik memberitakan adanya pemerkosaan yang terjadi terhadap seorang karyawati di Jakarta yang pulang malam sehabis mencari nafkah, dikomentari sangat tidak manusiawi oleh pihak birokrat pemangku jabatan yang notabene bergender ‘laki-laki’ dengan me-
nyalahkan peristiwa tersebut terjadi karena adanya korelasi antara perempuan dan cara perempuan berpakaian. Pertanyaan saya, lalu siapa yang bertanggung jawab dalam merancang pakaian kerja perempuan? Jawabannya bisa bervariasi. Jikalau ini terjadi karena perempuan salah ‘kostum’, maka kemana peran para birokrat perempuan yang seharusnya melindungi perempuan dari komentar tidak etis dari birokrat laki-laki. Berpakaian adalah suatu kebutuhan primer manusia yang fungsi utamanya adalah melindungi dari cuaca panas dan dingin, kemudian menutup aurat terutama alat kelamin. Hal ini dapat kita lihat pada suku-suku primitif. Pakaian juga berfungsi
sebagai ciri khas kebudayaan tertentu atau mencerminkan tingkat kedudukan seseorang, misalnya di Eropa pada abad pertengahan para perempuan dari kalangan bangsawan senang berpakaian yang panjang menyapu lantai atau tanah sebagai bentuk kearoganan kaum bangsawan pada zaman itu. Pakaian juga berfungsi sebagai seni untuk memperindah dan mempercantik seseorang.l Bersambung ___________________________________ Yulia Rachmawati Dosen Tetap STAI Muhammadiyah Darul Arqam Garut/Mahasiswa Pasca Sarjana S3 Ilmu Pendidikan Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 16 - 30 APRIL 2012
25
PONPES MODERN IMAM SYUHODO MUHAMMADIYAH BLIMBING SUKOHARJO JATENG Alamat : Jl KHA. Dahlan 154 Wonorejo, Polokarto, Sukoharjo, (0271) 611 556 “Tad, tolong betul-betul diusahakan agar tamatan-tamatan pesantren Imam Syuhodo ini bisa menjadi calon mufasirmufasir muda” begitulah sekelumit pesan atau amanat dari para sesepuh Muhammadiyah Cabang Belimbing Daerah Sukoharjo Jawa Tengah di awal perintisan pondok pesanten modern Imam Syuhodo kepada kami sebagai direktur Ponpes. Kami menyadari bahwa yang melatar belakangi amanat di atas adalah adanya kekhawatiran terhadap semakin langkanya kader ulama Muhammadiyah yang berkemampuan membaca kitab gundul atau kuning. Amanat di atas bagi kami memang terasa berat, Namun seberat apapun kami akan berusaha agar bisa melaksanakan apa yang menjadi harapan para sesepuh kami. Untuk melaksanakan amanat sebagai tersebut di atas maka akhirnya kami membuat langkah-langkah sebagai berikut: 1. Pemberian jatah jam yang memadai untuk materi-materi yang mengarah kepada peningkatan kemampuan membaca kitab. Untuk ini sejak kelas 7 MTs materi ilmu alat yang intinya nahwu shorof kita beri jatah 3 jam per minggu, ini belum termasuk materi bahasa Arab yang lain. 2. Materi ilmu alat yang kita berikan kepada santri lebih kita tekankan pada aspek terapan, artinya tidak hanya sekedar berkutat pada kaidah-kaidah nahwiyyah belaka tapi lebih banyak ke praktek membaca, dan sejak akhir kelas satu anak sudah kita perbanyak latihan membaca “al-bahtsu” pada kitab Nahwul Wadhih. 3. Sejak kelas 3 (9 MTs), pelajar tafsir Al-Qur’an dengan kitab tafsir Ibn Katsir secara resmi masuk ke program kurikuler. Alhamdulillah, hasil dari langkahlangkah sebagai tersebut di atas cukup mengejutkan, ini bisa kita lihat ternyata walaupun anak baru duduk di kelas 9 MTs, 26
sepanjang santri tersebut di kelasnya menempati peringkat menengah ke atas, maka anak tersebut telah mampu membaca kitab tafsir Ibnu Katsir dengan segala i’robannya, Sungguh luar biasa. Untuk menindaklanjuti kemampuan membaca kitab mereka, maka pada saat mereka berlanjut ke unit SMA sudah kita siapkan sejumlah kitab yang harus mereka kaji secara resmi pada jam-jam formal. Kitabkitab tersebut antara lain adalah kitab Minhajul Muslim, Kitab Alwafi (syarah hadits arbain), Kitab Taisir Mushtolah Hadits, Kitab Tauhid, Kitab Tafsir Ibnu Katsir dan beberapa kitab lainnya. Dan dalam rangka lebih memantapkan kemampuan baca kitab para santri kami, dan dalam rangka menambah jam terbang latihan anak, maka sejak awal tahun ajaran ini ada kebijaksanaan bahwa dalam seminggu ada tiga kali ba’da shubuh yang digunakan untuk praktek membaca kitab dengan kitab-kitab antara lain kitab Subulus Salam (syarah hadits Bulughul Marom). Kitab Mukhtashor Minhajul Qoshidin, Kitab Badayatul Mujtahid, dan kitabkitab yang lain. Pesantren Imam Syuhodo memang sangat mengedepankan pada peningkatan kemampuan membaca kitab anak, hal ini bukan berarti kami kemudian mengesampingkan dan melupakan pencapaian ilmu umum. Alhamdulillah dalam 4 tahun terakhir peringkat nilai ujian murni MTs kami dalam Unas SMP selalu berada diperingkat 4 dari sekitar 80 sekolah se-Kab. Sukoharjo, baik SMP negeri maupun swasta, di MTs ini ada beban materi khas pesanten 24 jam perminggu. Untuk ini, bagi Daerah atau Cabang Muhammadiyah yang ingin memiliki kader ulama yang memiliki kemampuan membaca kitab kuning yang kuat dan juga kuat dalam pencapaian ilmu umum, maka jangan raguragu silakan kirim ke pesantren kami. Dan sebagaimana tahun-tahun sebelumnya karena terbatasnya daya tampung maka, unit MTs hanya akan menerima 4 lokal (perlokal 30 anak) dan bagi pendaftar yang membawa surat rekomendasi dari PWM, PDM, atau PCM insya Allah akan kami prioritaskan.
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 24 JUMADILAWAL - 8 JUMADILAKHIR 1433 H
PENGUMUMAN PENERIMAAN SANTRI BARU Ponpes Modern Imam Syuhodo Menerima Santri Baru WAKTU PENDAFTARAN Tgl. 15 – 30 Juni 2012 WAKTU SELEKSI Tgl 1 – 2 Juli 2012 PENGUMUMAN SELEKSI Tanggal 2 Juli 2012 TEMPAT PENDAFTARAN Kampus Imam Syuhodo Jln KHA Dahlan 154 Wonorejo Polokarto Sukoharjo 57555 Telp; 0271 611556 SYARAT PENDAFTARAN 1. Membayar uang pendaftaran sebesar Rp 200.000,00 2. Foto copy ijazah (3 lembar) 3. Foto Copy SKHUN (3 lembar) 4. Foto copy NISN (3 lembar) 5. Foto copy akte kel (3 lembar) 6. Pas photo 3x4 hitam putih (4 buah), putri berjilbab. MATERI SELEKSI Matematika, Bhs Inggris, Menulis Arab, Baca al-Quran, dan Psichotes UNIT YANG DIBUKA MTs, Takhosus, SMA, dan SMK KETERANGAN SPP SMA/SMK/takhosus Rp 480.000,00/BL SPP MTs Rp 470.000,00/BL Lain-lain bisa ditanyakan di nomor telephon di atas.
P
E
D
O
M
A
N
TABLIGH MUHAMMADIYAH A MALIK FADJAR
S
abtu, 18 Rabiul Awal 1433 H/11 Februari 2012 M, saya diminta menjadi pembicara pada Kajian Bulanan Tabligh Muhammadiyah yang digelar Majelis Tabligh PP Muhammadiyah di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta. Kajian ini mengusung tema: “Membangun Militansi Ber-Muhammadiyah.” Pada awal-awal perjalanannya, tabligh Muhammadiyah itu merupakan kegiatan terpenting organisasi. Tabligh sebagai sarana transmisi dan transformasi pengetahuan dan wawasan agama secara terencana. Sampai-sampai Indonesianis Karel A Steenbrink, melihat bahwa pada permulaan abad ke-20 tabligh Muhammadiyah sebagai unsur baru. Selain itu, cara maupun modelnya tidak hanya sebatas “menyampaikan” dalam lisan, tetapi disertai ajakan untuk mengejawantahkan dalam bentuk “amal shalih,” yang oleh Cendekiawan Muslim Nurcholish Madjid, difahami sebagai perbuatan yang selaras dengan kemanusiaan. Contoh, misalnya: pengajian yang diselenggarakan di Langgar atau Surau KH Ahmad Dahlan Kauman Yogyakarta, yang membahas makna dan kandungan “Surat Al-Ma’un.” yang kemudian berbuah amal sosial. Dengan tablighnya itu, sesungguhnya gerakan dakwah dan tajdid Muhammadiyah bergulir bagaikan “bola salju”. Membesar dan menembus lapisan komunitas basis yang melembaga sebagai Ranting dan Cabang maupun Daerah dan Wilayah organisasinya. Maka, sesungguhnya pula “militansi” —ketangguhan dan kegigihan— ber-Muhammadiyah itu dibangun dan ditumbuhkembangkan bukan digerakkan oleh gegap-gempitanya massa, melainkan oleh kekuatan ideologis dan cita-cita yang melahirkan kesadaran dan keseriusan dalam ber-Islam. Dalam pandangan Pak AR, bahwa militansi ber-Muhammadiyah itu adalah ber-Islam yang “menyenangkan, mengasyikkan, dan mencerdaskan” dalam iman dan amal shalih.
Penyempitan Makna. Penamaan “Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah” Jakarta, dari sudut pandang Muhammadiyah sebagai organisasi gerakan dakwah dan tajdid, hemat saya bukan berarti penyempitan makna tabligh sebagai sarana transmisi dan transformasi pengetahuan dan wawasan agama secara terencana dan teratur. Melainkan sekedar menjadi pembeda ihwal kedudukan Pimpinan Pusat sebagai organisasi berskala nasional. Karena sesuai dengan predikat yang disandangnya sebagai gerakan
dakwah dan tajdid, maka sudah seharusnya pula semua institusi yang berbendera, berpanji, dan bersimbol Muhammadiyah, baik itu berbentuk organisasi otonom maupun berbentuk amal usaha berfungsi dan berperan sebagai sarana tabligh atau dakwah. Pelembagaan tabligh dalam bentuk “Majelis” pada hakekatnya lebih dimaknai sebagai pengembangan “sistem manajemen organisasi” menuju pembidangan yang akan memperjelas dan memperluas arah dan sasaran tabligh. Dalam hal tugas dan peran Majelis Tabligh adalah membangun sinergis dan menjadikan tabligh Muhammadiyah sebagai unsur terbarukan. Bukan sebagai pelaksana maupun pembatas tugas dan peran, melainkan merupakan motor penggeraknya. Abad Kedua Mencermati keseluruhan isi, jiwa dan semangat “Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua” yang disampaikan PP Muhammadiyah pada Muktamar Satu Abad, dan Keputusan Muktamar mengenai “Muhammadiyah dan Isu-Isu Strategis Keumatan, Kebangsaan, dan Kemanusiaan Universal”, sungguh sangat menantang. Terutama dari sudut pandang kemampuan dan kecermatan jajaran Muhammadiyah dalam membuka cakrawala pandang perjalanan abad kedua tentang apa yang sedang dan akan dihadapi dan dilakukan jajaran Persyarikatan sebagai organisasi gerakan dakwah dan tajdid. Walaupun masih berbentuk wacana dan rumusan filosofisnormatif, tetapi cuku cerdas, tajam dan mendasar. Sebagaimana telah dikumandangkan lewat tema muktamar: “Gerak Melintasi Zaman Dakwah dan Tajdid Menuju Peradaban Utama,” maka peran dan tugas tabligh Muhammadiyah abad kedua adalah mentransmisikan keseluruhan isi, jiwa dan semangat yang dibentangkan dalam Muktamar tersebut, baik ke dalam maupun ke luar. Dengan demikian makna dan wujud gerak melintasi zaman adalah niscaya. Bukan gagah-gagahan. Apalagi slogan kosong. Sesungguhnyalah, membaca dan mencermati keseluruhan isi, jiwa dan semangat pernyataan pikiran dan keputusan Muktamar Satu Abad itu, selain dapat merubah “pola pikir” dalam memandang dan menyikapi berbagai persoalan masa depan umat dan bangsa, sekaligus mendorong lahirnya generasi baru Persyarikatan yang lebih cerdas. Generasi yang beriman dan berilmu yang berwawasan kemajuan zaman, memiliki ketangguhan dan ketangguhan dalam ber-Muhammadiyah.l
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 16 - 30 APRIL 2012
27
DIALOG
Jangan Abaikan Pendidikan Dalam Keluarga Keluarga adalah institusi sosial terkecil yang memiliki peran dan fungsi yang amat penting, terutama dalam proses internalisasi nilai-nilai moral dan agama. Dalam Islam sendiri, keluarga berperan dalam pembentukan fondasi awal dalam membangun kehidupan masyarakat Islam yang berperadaban. Sehingga baik buruknya kehidupan masyarakat sangat tergantung sejauh mana peran dan fungsi keluarga berjalan secara maksimal.
L
antas bagaimanakah dengan kondisi keluarga Muslim saat sekarang? Sudahkah berperan secara ideal? Dan adakah korelasinya perilaku kekerasan, amoral, dan sikap permisif dalam masyarakat sekarang dengan lemahnya fungsi keluarga saat ini? Lebih lanjut, berikut petikan wawancara Deni al Asy’ari dari SM dibantu oleh Fakhrul dengan DR Seto Mulyadi, Chairman Mutiara Indonesia Foundation dan ketua Komisi Nasional Hak-Hak Anak, di Hotel Sultan Jakarta, minggu yang lalu. Bagaimanakah peran keluarga dalam pendidikan dan internalisasi nilai-nilai agama dan moral? Justru pendidikan yang sejati itu adalah di dalam keluarga. Karena pendidikan dalam keluarga itu pada dasarnya mengarah pada aspek individual. Artinya, bahwa setiap anak dihargai secara khusus dan unik serta tidak dalam bentuk massal. Karena yang massal itu lebih pada bentuk sekolah atau pengajaran. Makanya dulu istilah yang dipakai oleh Pemerintah, bukan menteri pendidikan, akan tetapi menteri pengajaran. Jadi pendidikan itu harus individual, dari hati yang jernih, sama halnya seperti mengajarkan bahasa ibunya, mengajarkan anak sopan santun, mengajar hormat kepada orangtua, mengajar doa-doa, dan mengajar shalat pada waktunya. Nah, hal-hal yang seperti inilah, yang disebut sebagai proses pendidikan, dan bukan sekadar pengajaran, apalagi ada unsur-unsur hukuman dan sebagainya. Jadi singkatnya, bahwa keluarga itu memiliki peran penting pendidikan dalam proses internalisasi nilai-nilai agama dan moral pada manusia, khususnya pada anak usia awal. Namun sebenarnya, pendidikan model seperti itu, tidak boleh sesaat, lebih idealnya dilakukan secara terus-menerus hingga ia besar. 28
Karena kalau hanya menyerahkan pada sekolah, maka tidak mungkin, sebab sekolah itu hanyalah sebuah institusi yang bergerak pada proses pengajaran dalam aspek iptek saja, tapi bagaimana etikanya dan bagaimana pula estetikanya, justru hal itu bisa dilakukan melalui pendidikan dalam keluarga. Artinya, pendidikan dalam keluarga jauh lebih penting? Iya, jadi pendidikan dalam keluarga jauh lebih penting perannya, karena pendidikan keluarga mengarah pada individual anak secara mendalam. Misalnya kita bisa mengetahui bagaimana bakatnya, daya tangkapnya, perilakunya, kemampuan dan sebagainya. Jadi pendidikan keluarga itu istilahnya kurikulum untuk anak, tapi kalau di sekolah, anak untuk kurikulum. Adakah korelasi dari kenakalan suatu masyarakat dengan lemahnya pendidikan dalam keluarga? Iya, saya kira cukup tinggi korelasinya. Sebagaimana survei yang pernah dilakukan di lembaga pendidikan di luar negeri. Banyak anak-anak yang suka melakukan tindakan kriminal, diakibatkan karena anak-anak tidak mendapatkan kasih sayang dalam keluarganya secara penuh. Misalnya saja, kasih sayang seorang ayah, kadang-kadang dengan alasan ayahnya yang terlalu sibuk, banyak kerjaaan sehingga tidak ada waktu buat anak-anaknya. Begitu juga bagi ibu yang suka melakukan kekerasan terhadap anak, sehingga menimbulkan anak yang suka melakukan tindak kekerasan pada orang lain. Seperti apa bentuk kekerasan yang sering terjadi dalam keluarga? Banyak sekali, misalnya kekerasan secara fisik, seperti memukul, menendang, menjewer, mementung. Kemudian ada juga kekerasan secara psikologis, seperti menelantarkan, pembiaran, bentakan-bentakan. Di samping itu, ada bentuk kekerasan secara seksual, seperti ayah kandungnya melakukan hubungan seksual dengan anaknya dan sebagainya. Langkah apa yang diperlukan agar bisa berjalannya proses pendidikan moral dan karakter pada anak di dalam keluarga? Pertama, perlunya contoh keteladanan yang dibangun dalam keluarga melalui orangtua, jadi bukan melalui ceramah panjang lebar atau berkhutbah macam-macam, sementara orang tua tidak ada yang memberikan contoh yang benar yang diper-
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 24 JUMADILAWAL - 8 JUMADILAKHIR 1433 H
DIALOG tunjukkan dalam keluarga. Makanya kemudian, banyak anak yang tidak tertarik untuk menjalankan apa yang diajarkan orangtua, karena mereka tidak melihat adanya keteladanan. Misalnya seperti anjuran melakukan shalat, orangtua mengajarkan kepada anaknya, jika kita melakukan shalat kemudian berdoa, maka wajah kita akan ceria, hati akan lapang, mudah senyum dan hidup lebih nyaman. Namun sementara orangtua misalnya, sesudah shalat mukanya muram, suka bentak-bentak dan suka marah-marah. Bagi anak tentunya berpikir, janganjangan orang tua saya begini gara-gara shalat, maka kemudian anak enggan mengikuti ajakan orangtua selanjutnya. Jadi, sering pendidikan agama ini tidak efektif kalau tidak disertai dengan keteladanan. Bagaimana Anda melihat institusi keluarga dalam masyarakat Muslim sekarang ini, apakah sudah berjalan sesuai peran keluarga sesungguhnya? Saya pikir masih banyak keluarga Muslim yang masih kurang memaksimalkan perannya. Padahal Rasulullah sendiri selalu mengajarkan kepada kita untuk memberikan contoh dan teladan dulu. Kemudian baru diucapkan, diajarkan, maka selanjutnya si anak pun akan mudah untuk mengikutinya. Institusi keluarga tentunya tidak bebas dengan berbagai dampak perubahan sosial dan tantangan-tantangan yang ada di luarnya, bagaimana institusi keluarga merespons ini? Dalam kondisi seperti ini, memang keluarga dituntut harus kuat dan kompak. Kuat bukan berarti orang tua berpikir bisa memerintahkan anaknya dengan sesukanya, agar menjadi seorang anak yang penurut. Kalau ini target kita, maka pendidikan dalam keluarga hanya untuk melahirkan bebek-bebek yang penurut. Jadi, yang harus menjadi tujuan adalah, bagaimana menciptakan anak yang mandiri dan bisa bekerjasama. Olehkarenanya, di dalam keluarga itu harus dibangun konsep bekerjasama. Bukan konsep kekuasaan. Misalnya karena kekuasaan, orangtua bisa suruh anak lakukan ini dan lakukan itu, atau jangan begini dan jangan begitu. Kalau model pendidikan kayak begini, maka akan melahirkan anak-anak yang pemberontak. Sedangkan jika konsep kerjasama yang dikedepankan, maka kita saling melakukan bersama secara seimbang. Misalnya ibu menyapu, dan anak diajak menyiram bunga, atau bapak membersihkan taman, dan anak diajak untuk bersama-sama membantu, dan sebagainya. Jadi semestinya, keluarga dibangun dengan sikap saling bekerjasama dan penuh persahabatan, bukan dengan kekuasaan atau kekuatan belaka.
Kenapa banyak keluarga masih kurang dan belum mampu memerankan fungsi ideal institusi keluarga itu sendiri? Jadi, paradigma yang keliru dalam keluarga adalah, bahwa berkeluarga sering tidak dipersiapkan dari sejak awal akan berkeluarga. Harus diingat, bahwa berkeluarga itu bukan sekedar resmi nikah dan kemudian walimahan. Sebab kalau seperti ini, nantinya jika mereka punya anak bingung, dan setelah usia dua tahun anak mulai nakal, orang tua tambah bingung. Apalagi kemudian jika mertua ikut campur, ini membuat menjadi lebih bingung. Jadi, berkeluarga itu bukan seperti cerita dongeng Cinderella yang bahagia selamanya. Justru dengan adanya tantangan setelah berkeluarga, maka keluarga harus saling jujur, saling tebuka, saling bekerjasama dengan kekuatan cinta, bukan dengan cinta pada kekuatan. Kalau cinta pada kekuatan, maka siapa yang kuat maka dialah yang menang dan berkuasa. Masyarakat modern, memiliki kecenderungan menjadi keluarga karir, kebutuhan anak dicukupi dalam aspek materi semata, apakah ini baik bagi karakter anak? Iya, itu sangat besar pengaruhnya terhadap karakter anak. Setiap anak ingin memiliki ayah dan ibunya secara penuh. Dan sehebat apa pun ayah dan ibunya di luar, tapi di dalam rumah tidak bisa dibanggakan, maka seorang anak tidak akan bangga. Agenda apa yang mesti dilakukan oleh keluarga untuk membangun keluarga sakinah? Yang pertama, memang keluarga harus memiliki pegangan yang kuat dalam hal agama dan pemahaman Al-Qur’an. Dan ini harus diutamakan. Semua itu diajarkan kepada anak anak dengan cara yang benar serta dicontohkan dengan keteladanan dan dibimbing dengan kasih sayang. Tidak dengan bentakan, tidak dengan kekerasan. Sebab Rasulullah sendiri tidak pernah melakukan kekerasan dalam keluarga. Seperti ketika beliau sujud dalam waktu shalat, kemudian kedua cucu beliau menaiki punggungnya, tapi Rasulullah tidak membentaknya atau menyenggolnya supaya jatuh, tapi Rasulullah sujud dan turun pelanpelan agar cucunya tidak jatuh. Kemudian ketika Rasulullah melihat seorang anak yang dimarahi ibunya ketika pipis pada jubah ibunya, kemudian sang ibu memarahi, dan Rasulullah mengatakan bahwa jubah ini dalam 2 jam akan bersih. Akan tetapi, hati anak yang dilukai karena bentakan dan kekerasan, akan membekas seumur hidupnya. Jadi hal itulah yang harus menjadi pegangan dalam keluarga yang sakinah tadi. Ditambah dengan sikap saling kasih sayang, tidak ada kekerasan, dan penuh keteladanan.l d SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 16 - 30 APRIL 2012
29
TELAAH PUSTAKA
Yahudi Menggugat Zionisme Israel JOKO WAHYONO Judul Buku : Gilad Atzmon: Catatan Kritikal tentang Palestina dan Masa Depan Zionisme Penulis : Ahmad Syafii Maarif Penerbit : Mizan, Bandung Cetakan : I, Februari 2012 Tebal : 147 Halaman
A
pakah semua orang Yahudi menyetujui perampasan dan pendudukan tanah palestina? ternyata tidak. Dalam buku ini Ahmad Syafii Maarif secara jernih dan kritis memetakkan fakta sejarah konflik berkepanjangan antara Zionis Israel vs Palestina. Catatan-catatan kritis dalam buku ini lahir dari rekaman pertukaran gagasan yang dilakukannya dengan Gilad Atzmon seorang Yahudi tulen pada pertengahan 2011 lalu. Melalui jagad maya, ia banyak berinteraksi, menggali pemikiran Gilad yang nalar politiknya justru keluar dari mainstream, revolusioner dan secara radikal menentang kebijakan politik Israel mengusir warga Palestina dari tanah mereka sendiri. Pesan kuat yang ingin disampaikan oleh Buya Maarif dalam buku ini adalah konflik yang berlangsung selama hampir 70 tahun itu bukan konflik vis a vis antara Palestina dan Israel, bukan pula Islam dan Yahudi, melainkan konflik yang dipicu oleh kelicikan Zionisme. Sebuah ideologi yang dipropagandakan oleh Theodor Herzl (1896), untuk memulangkan orang Yahudi ke Israel atau Jerusalem (disebut juga Eretz Yisrael). Jika dunia menilai Nazisme Hitler sebagai penjahat kemanusiaan, maka Zionisme jauh lebih brutal dan biadab. Sebagai gerakan fundamentalis, Zionisme secara kategoris tidak berbeda dengan Nazisme. Bangsa Yahudi yang menganut ideologi Zionisme memahami bahwa mereka adalah manusia terpilih. Dalam kritiknya Buya Maarif mengangkat secara historis mengenai awal mula imigrasi bangsa Yahudi ke Palestina hingga proyek pembersihan warga Arab dari tanah Palestina yang telah dihuni selama ribuan tahun. Israel sesungguhnya hidup di atas tanah hasil curian melalui aksi perampasan dan penjajahan atas dasar egoisme rasial. Padahal, keyakinan Zionis untuk mendapatkan kembali tanahnya di Israel sudah terbantahkan ketika nenek moyang Yahudi diusir oleh imperium Romawi sejak 2000 tahun lalu. Buya Maarif menolak segala bentuk bencana kemanusiaan yang dilegitimasi oleh doktrin keagamaan. Karena 30
selama ini, gerakan Zionisme dicurigai sebagai wujud dari doktrin agama Yahudi. Slogan-slogan bangsa Yahudi sebagai bangsa terpilih sering dikaitkan dengan doktrin gerakan Zionis Israel. Sementara, Gilad membuktikan bahwa Zionisme sangat bertentangan dengan doktrin Yahudi sebagai agama. Bahkan, gerakan itu menghadapi penolakan dari sebagian besar aliran dalam agama Yahudi, karena dianggap sebagai bid’ah dan menciptakan berhala baru, yakni Zionis. Zionis sesungguhnya adalah kaum minoritas di Israel. Hingga sekitar dua dekade setelah dicetuskan di Basel, gerakan Zionis tetap minim pengikut dan tidak ada tanda-tanda gerakan itu akan mencapai tujuannya, yaitu mendirikan negara Israel di Palestina. Hanya karena berkuasa dan Zionisme menjadi ideologi negara, ideologi itu terus “dipaksakan” kepada rakyatnya melalui berbagai instrumen negara termasuk ke Yeshivot (pesantren). Gilad hanyalah salah satu dari sekian banyak keturunan Yahudi yang makin sadar bahwa eksistensi dan perilaku rezim Israel di tanah Palestina melanggar semua hukum moral, kemanusiaan, internasional bahkan agama mereka. Banyak orang dan kelompok humanis Yahudi mulai menyuarakan perlawanan dari dalam (struggle from within) atas kebiadaban Zionis. Palestina harus merdeka dan gerakan Zionisme hanya bisa hidup di luar planet Bumi. Oleh kerana itu, jihad pembebasan Palestina dari penjajahan rasis Israel adalah bentuk perang atas penghianatan nilai-nilai universal kemanusiaan. Solusi satu negara (one state solution) dengan hengkangnya Israel dari bumi Palestina adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan Palestina. Buku ini diharapkan dapat membuka mata hati bagi siapa saja yang mengklaim diri sebagai komunitas anti-Yahudi. Generalisasi bahwa orang Yahudi sebagai kambing hitam atas invansi Zionis Israel ke Palestina adalah anarkis. Yahudi itu belum tentu orang Israel (warga negara) dan orang Israel itu belum tentu Zionis. Tegasnya tidak semua Yahudi itu Zionis, karena Zionisme berlawanan dengan Judaisme (keyahudian). Zionisme itu “the work of Satan”, “a sacrilege”, “a blasphemy,” dan bukan anak kandung kemanusiaan.l ________________________________________________________ Joko Wahyono, mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 24 JUMADILAWAL - 8 JUMADILAKHIR 1433 H
MUHAMMADIYAH SUMATERA SELATAN RESMIKAN AUDITORIUM PALEMBANG. Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Selatan, belum lama ini menyelenggarakan tabligh akbar. Kegiatan yang dihadiri Ketua PP Muhammadiyah, Drs HM Goodwil Zubir dan Gubernur Sumatera Selatan, H Alex Noerdin ini, adalah dalam rangka memperingati Milad Muhammadiyah ke-102 dan peresmian Auditorium Muhammadiyah Sumatera Selatan. Serta pembukaan meeting Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting Muhammadiyah se-Sumatera bagian selatan. Peringatan Milad Muhammadiyah ke-102 ini, dimeriahkan dengan bakti sosial, pertandingan olah raga dan puncaknya adalah tabligh akbar. Peresmian Auditorium Muhammadiyah Sumatera Selatan, yang terletak di Jln Amad Yani Palembang ini, ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Gubenur Sumatera Selatan H Alex Noerdin, didampingi Ketua PP Muhammadiyah, Drs HM Goodwil Zubir serta Ketua PWM Sumatera Selatan, Prof DR H Romli, SA, MAg. Dalam sambutannya, Alex Noerdin menyatakan kekaguman dan rasa bangganya terhadap Muhammadiyah. Karena gerakannya sejalan dengan program pemerintah. Terutama dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial serta dakwah. Dalam kesempatan itu pula, beliau menyumbang 4 unit AC untuk auditorium. Sementara itu, Drs HM Goodwil Zubir dalam tausiyahnya, mengharapkan agar warga Muhammadiyah selalu komitmen dengan tujuan Persyarikatan. Dengan tetap siap menghadapi berbagai tantangan. Baik di internal Islam maupun diluar Islam. Gedung Auditorium Muhammadiyah ini bergandengan dengan Gedung Dakwah Muhammadiyah Sumatera Selatan. Terdiri dari dua lantai berukuran 18 x 41 meter, dengan luas 1200 m2. Pembangunan gedung yang cukup megah ini dimulai pada tahun 2005. Dengan peletakan batu pertama oleh Wakil Gubernur waktu itu, Prof DR H Mahyudin. Menurut Ketua Panitia Pembangunan, Drs H Hasbi Ashshidiq, MPdI pembangunan gedung tersebut telah menghabiskan dana sebesar Rp 2.778.601.000,- Dana tersebut berasal dari bantuan gubernur, kanwil kemenag, dan infak warga Muhammadiyah. “Gedung ini, selain untuk kepentingan Persyarikatan, juga bisa digunakan oleh masyarakat. Baik untuk pertemuan maupun untuk hajatan,” ujar Drs H Hasbi Ashshidiq, MPdI.l HM Syair
MILAD MUHAMMADIYAH PASAMAN BARAT PASAMAN BARAT. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Pasaman Barat, beberapa waktu yang lalu, mengadakan peringatan Milad Muhammadiyah ke-102, bertempat di kompleks Islamic Centre Muhammadiyah Alamanda Kinali Pasaman Barat. Acara peringatan milad tersebut dilaksanakan di kompleks Islamic Centre Muhammadiyah, karena sudah cukup lama tidak ada pertemuan warga Muhammadiyah di lokasi yang punya sejarah khusus ini. Dengan pelaksanaan peringatan milad di lokasi ini, menurut Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Pasaman Barat Mizlan, disamping nostalgia, juga untuk mengingatkan warga Muhammadiyah bahwa Islamic Centre Muhammadiyah ini dibangun sebagai reaksi Muhammadiyah terhadap kegiatan Kristenisasi di daerah ini. Peringatan milad ini, diisi tausiyah oleh HA Syahrudji Tanjung. Dalam tausiyahnya beliau mengingatkan tantangan besar yang dihadapi umat Islam, khususnya warga Muhammadiyah yakni, adanya pendangkalan akidah dan penghancuran akhlak umat, khususnya generasi muda. Karena itu, Muhammadiyah
harus siap menjadi ujung tombak dakwah Islam dalam mengantisipasi ideologi yang bertentangan dengan Islam, seperti sekularisme, liberalisme, pluralisme dan hedonisme. “Karena itu, mari kita perkuat Muhammadiyah dengan memperbanyak amal usaha yang berkualitas dan kegiatan-kegiatan yang berorientasi kepada pemurnian akidah Islam dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujar Syahrudji Tanjung. Peringatan milad ini dihadiri sekitar 1000 orang warga Muhammadiyah, yang datang dari Cabang-Cabang dan RantingRanting Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah se-Pasaman Barat. Hadir pula Wakil Ketua PWM Sumatera Barat dan Sekretaris, HA Syharudji Tanjung dan Drs H Nurman Agus. Serta Sekda Pasaman Barat, Yulbahrain, mewakili Bupati Pasaman Barat.l R
PDM LAMPUNG TENGAH ADAKAN KAJIAN MANHAJ TARJIH BANDARJAYA. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lampung Tengah, melalui Majelis Tablighnya, belum lama ini mengadakan kajian manhaj tarjih Muhammadiyah. Kajian yang SUARA 2012 SUARAMUHAMMADIYAH MUHAMMADIYAH0806/ 97 / 97| 16 | 16- -3031APRIL MARET 2012
35
diselenggarakan di gedung dakwah Muhammadiyah Lampung Tengah ini, dibuka oleh Wakil Ketua PDM Lampung Tengah Slamet Damami. Dan diikuti oleh utusan dari seluruh Pimpinan Cabang Muhammadiyah yang ada di Lampung Tengah, Ketuaketua PCM dan Ketua-ketua Majelis Tabligh PCM. Ketua Majelis Tarjih PWM Provinsi Lampung, dalam pengarahannya mengatakan betapa pentingnya warga Muhammadiyah meningkatkan pemahaman agama tentang beberapa masalah, sebagaimana tercantum dalam HPT tentang Al-Masailul Khomsi, Ad-Dunya, Al-Ibadah, Sabilullah dan Al-Qiyas. Diharapkan kajian semacam ini bisa diteruskan dan dilanjutkan di waktuwaktu yang akan datang. Sehingga para pengemban amanat yang telah mendapat kepercayaan dari warga Muhammadiyah dalam memimpin Persyarikatan akan lebih mampu membawa Persyarikatan ini ke arah tercapainya tujuan Muhammadiyah. Adapun materi-materi yang dibahas di antaranya, manajemen masjid (Drs H Asmuni SH,MM), manhaj/metodologi tarjih (Sutino Sasmito, Ketua Majelis Tarjih PWM Lampung), dan fiqih tentang penyelenggaraan shalat Jum’at di masjid-masjid khususnya masjid Muhammadiyah (Akhyaruddin Ketua Majelis Tabligh PDM Lampung Tengah).l Miftah A
AKTIVITAS AMAL USAHA Aumni Pesantren Kwala Madu, Binjai, Langkat belum lama ini mengadakan reuni akbar ketiga. Berlangsung di halaman pondok pesantren tersebut yang terletak di Desa Sidomulyo, Binjai, Langkat. Acara ini dihadiri sekitar 500 orang alumni. Tujuan diadakannya reuni ini, adalah untuk meningkatkan silaturahmi antar alumni. Alumni pesantren ini sudah banyak yang melanjutkan pendidikan S2 dan S3 baik di dalam maupun di luar negeri. Demikian juga sudah banyak yang bekerja di instansi pemerintah maupun swasta. Bahkan ada yang bekerja di luar negeri. Pimpinan Pondok yang diwakili Buya H Sufriadi Hasan Basri, mengajak para alumninya untuk meningkatkan silaturahmi. SD Muhammadiyah 2 Kota Magelang, belum lama ini mengadakan lomba mewarnai dan kegiatan “Mubeng Kampoeng 2012”. Kegiatan ini diikuti oleh siswa-siswi SD Muhammadiyah 2 Kota Magelang dan beberapa TK di Kota Magelang. Kegiatan yang terselenggara atas kerjasama dengan Yamaha Sumber Baru Motor ini, sebagai salah satu bentuk kepedulian bidang seni rupa dan kesehatan. Kegiatan ini dimeriahkan dengan pertunjukan hiburan dan bela diri pencak silat dari SD Muhammadiyah 2 Kota Magelang.l
MPM JAWA BARAT PANEN RAYA BANDUNG. MPM PW Muhammadiyah Jawa Barat, belum lama ini melaksanakan panen raya padi di Desa Cihampelas, Kecamatan Cililin, Kabupatan Bandung Barat. Kegiatan ini dilaksanakan atas kerjasama antara MPM PWM Jawa Barat, MPM PD Kabupaten Bandung Barat, beserta aparat pemerintah setempat. Panen raya secara simbolis dilakukan oleh Prof DR H Mahmud Syafei, Rahmat Rusmayadhi, MM selaku wakil ketua PWM yang membidangi MPM, Faliq Mubarak, Sap Ketua MPM Jawa Barat, Ustadz Adang Ketua MPM PDM Kabupaten Bandung Barat. Dalam sambutannya, Faliq Mubarak, Sap mengemukakan bahwa MPM PWM Jawa Barat, mulai saat ini berkarya secara nyata memberdayakan masyarakat. Kegiatan panen raya ini merupakan, kegiatan kedua setelah up grading pimpinan yang telah dilaksanakan beberapa waktu yang lalu di Lembang. Menurut pengakuan, Kepala Desa Cihampeas, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat, hasil produksi panen ini lebih besar daripada hasil produksi panen masyarakat. Biasanya, panen dengan menggunakan sistem pertanian konvensional dan pupuk kimia yang biasa dilakukan, paling besar hanya menghasilkan 7,2 ton/ha. Sedangkan dengan menggunakan pupuk kocor dan sistem yang diterapkan oleh MPM ini menghasilkan 9,5 ton/ha. Beliau, berharap agar MPM Muhammadiyah dapat menularkan pengetahuan ini kepada seluruh masyarakat. Faliq Mubarak, Sap selaku Ketua MPM PWM Jawa Barat mengatakan, bahwa keinginan masyarakat Cililin ini menginspirasi MPM Jawa Barat agar tetap terus berikhtiar dan melakukan terobosan dalam pemberdayaan masyarakat. Dalam waktu dekat, MPM Jawa Barat ingin menyekolahkan kadernya untuk belajar berbagai ilmu pertanian dan peternakan di Pusdiklat MPM PP Muhammadiyah di Magelang.l Novi Rizal Umam
36
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 24 JUMADILAWAL - 8 JUMADILAKHIR 1433 H
PKU GELAR KHITANAN MASSAL MURUNG RAYA. Dalam rangka memperingati Milad Muhammadiyah ke-99, Majelis PKU Muhammadiyah bekerja sama dengan Ketua Pemuda Muhammadiyah menyelenggarakan Bakti Sosial Khitanan Massal yang berlangsung di Kompleks Muhammadiyah Jalan Tumenggung Silam Puruk Cahu, belum lama lalu. Kerjasama ditandatangani oleh Sekretaris Majelis PKU Firman Prihatin, SKM dengan Ketua Pemuda Muhammadiyah, Murung Raya, SA Tafruji, SP. Khitanan massal terhadap 25 anak berlangsung di Gedung SMP Muhammadiyah Puruk Cahu sedangkan acara Milad Muhammadiyah diisi tausyiah oleh Kadiran Salim dari Lembaga Peneliti Independen Lintas Kitab Suci dari Jakarta. Dia mengatakan, umat Islam agar memahami makna syahadat dengan benar. Bersaksi dengan memaknainya dengan mengakui, sehingga akan tumbuh ketaatan dan kepatutan kepada larangan Allah SwT.l sur
INVENTARISASI ASET MUHAMMADIYAH BANJARMASIN. Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Banjarmasin, Prof DR HM Ma’ruf Abdullah, SH, MM menginstruksikan kepada Majelis Wakaf dan ZIS untuk melaksanakan inventarisasi ulang seluruh aset milik Persyarikatan Muhammadiyah. Instruksi HM Ma’ruf disampaikan pada Pengajian di Masjid Al Khairat, Kompleks Mulawarman, sehubungan dengan adanya aset amal usaha yang hilang dan berpindah tangan. Dari tingkat PCM dan PRM agar bersama-sama dengan Majelis Wakaf dan ZIS melakukan pendataan. Sekaligus nantinya bisa dikuatkan dengan mengurus kepemilikannya sampai kepada instansi Badan Pertahanan Negara (BPN). Diakuinya, ada aset berupa Mushala di kawasan Jalan Teluk Dalam kini telah hilang lantaran perkembangan kota dan pertambahan penduduk. Atau saat pergantian pengurus Ranting dan Cabang yang baru sehingga aset menjadi terlantar dan akhirnya hilang. “Perkembangan kota akibatkan ada tanah aset Muhammadiyah yang tergusur,” katanya.l saroso sundoro PCM BIRINGKANAYA MILIKI 7 PRM MAKASSAR. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Biringkanaya, yang menjadi salah satu PCM di bawah bimbingan dari PDM Makassar berupaya menata diri agar menjadi salah satu ujung tombak gerakan Muhammadiyah yang produktif. PCM Biringkanaya terdiri dari PRM Berua Daya, Parangloe, Baddoka, Daya, Laikang, Kaliuku dan Tamalanrea Jaya. Menjadi Cabang Muhammadiyah yang berada di basis gerakan Persyarikatan Makassar, menjadi tantangan dari para pimpinan di tingkat Cabang untuk menata diri organisasi agar lebih solid dan produktif.l am SD MUARA TEWEH MUARA TEWEH. Amal usaha pendidikan yang berhasil didirikan oleh Persyarikatan Muhammadiyah di Muara Teweh
adalah SD Muhammadiyah yang terletak di Tumenggung Suropati 23 Muara Teweh Kalimantan Tengah. Sekolah Dasar ini diharapkan akan menjadi salah satu amal usaha yang menjadi percontohan untuk mendirikan dan mengembangkan amal usaha di tingkat lebih tinggi lagi, seperti pendirian SMP Muhammadiyah hingga SMA Muhammadiyah. Selain itu, menjadi cambuk perkembangan organisasi bertambah dinamis untuk bergerak dan melakukan kegiatan dakwah di masyarakat.l am
MUHAMMADIYAH SORONG KELOLA 2 SD SORONG. Daerah Sorong Papua yang menjadi pusat perkembangan Persyarikatan Muhammadiyah di bumi Papua Barat, selain mampu mengembangkan jaringan organisasi juga mampu mengaktualisasikan gerakannya dengan mendirikan amal usaha di bidang kesehatan, sosial dan pendidikan. Salah satu karya pendidikan, al mendirikan SD Muhammadiyah 02 di Teminabuan Kecamatan Teminabuan dan SD Muhammadiyah 01 di Kampung Pisang Remu Sorong. Muhammadiyah Daerah Sorong memiliki dua PCM, masing-masing PCM Sorong Timur yang bersekretariat di Jalan Rajawali 27 Remu Utara dan PCM Sorong Barat yang mampu membangun PRM Boswesen di Pasar Boswesen. Selanjutnya, PRM Kampung Baru di Jalan Raja Ampat 36 Kampung Baru, PRM Rufei di Jalan Pangeran Diponegoro 15 Rufei dan PRM Pasar Baru di halaman Masjid Al Jihad Jalan Sukun Klademak II Sorong.l am IBTIDAIYAH HADIR DI SIKKA SIKKA. Dengan kehadiran Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah di Kabupaten Sikka Nusa Tenggara Timur, ditandai sebagai upaya kehadiran Muhammadiyah yang memberikan pelayanan pendidikian kepada masyarakat. Selain memberikan sarana pendidikan, kehadiran Madrasah Ibtidaiyah SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 16 - 30 APRIL 2012
37
Muhammadiyah juga merupakan upaya peningkatan kualitas pendalaman keagamaan di kalangan masyarakat. Madrasah yang dimaksud adalah Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Pulau Permanan Kecamatan Kewa Paten Sikka Nusa Tenggara Timur dan Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Pota Perw Kecamatan Maumere Sikka. Madrasah Tsanawiyah juga didirikan di Kelurahan Wuriang Kopete Maumere. Simbol gerakan Muhammadiyah, seperti dikatakan oleh beberapa pimpinan di daerah itu, hadirnya sebuah amal usaha sebagai bentuk dari aktualisasi gerakan dakwah Islam lewat gerakan Muhammadiyah di Nusa Tenggara Timur. Muslim masih menjadi minoritas tetapi tidak dengan upaya peningkatan kualitas dan produktivitasnya. Muhammadiyah selalu mengadakan gerakan pembelajaran kepada masyarakat dengan berbagai kegiatan pengajian, amal bakti sosial dan pendidikan. Selain juga berupaya meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan sosial. Di Kabupaten Sikka, Pimpinan Daerah Muhammadiyah yang bersekretariat di Jalan Sultan Hasanuddin 24 Beru Maumere atau di sekitar Masjid Darussalam Maumere Flores, terus berupaya membangun jaringan organisasi Pimpinan Cabang dan Pimpinan Ranting Muhammadiyah. Sikka juga memiliki SMP Muhamamdiyah yang berada di Jalan Raya Watumilok.l am
Tempe dan PRM Macanang di Jalan MT Haryono Kotif Wampone. Kemudian ada PCM Watampane dengan jaringan Ranting PRM Watampone, Manurungge, PRM Masumpu dan PRM Biku. PCM Bonto Cani miliki PRM Pammusureng, Langi, Watang Cani dan PRM Pattuku. Selanjutnya, PCM Kajuara dengan PRM Raja, Yuju Tuju, Bojo dan Kaccope. Terakhir adalah PCM Amali dengan jaringan PRM di Desa Taretta, PRM Uwae Pubbue di Desa Uwae Pubbue, PRM Kacimpang di Desa Kacimpang dan PRM Galung di Desa Galung. Kegiatannya meliputi jaringan pengajian antarmasjid secara rutin dan kegiatan dakwah Islam dengan menggalang jamaah lewat beberapa kegiatan peringatan hari-hari besar Islam.l am
SINGKAWANG MILIKI BKIA AISYIYAH SINGKAWANG. Aisyiyah di Singkawang memberdayakan peningkatan kualitas keberadaan pelayanan kesehatan mereka, yaitu BKIA atau RUB Aisyiyah di Jalan Yos Sudarso 9 Kelurahan Melayu, Singkawang, Kalimantan Barat. Seiring dengan beberapa peraihan penghargaan yang diperoleh oleh gerakan ‘Aisyiyah, gerakan di daerah-daerah juga turut serta tergerak untuk terus maju melakukan konsolidasi organisasi dan peningkatan kualitas gerakannya. Itulah sebabnya, beberapa pimpinan mencoba melakukan pembenahan dan penataan kembali gerakannya agar lebih efisien. BKIA ‘Aisyiyah Singkawang adalah amal usaha pelayanan kesehatan yang sudah memberikan arti pentingnya berdakwah lewat pelayanan kesehatan. Masyarakat lebih tertarik dengan bukti-bukti pelayanan yang terus diupayakan dapat menolong kebutuhan masyarakat.l am
PERKEMBANGAN MADRASAH DI SERAM SERAM. Perkembangan Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah di Seram cukup menjanjikan masa depan pendidikan agama di daerah itu. Di Seram sendiri ada sekitar 10 Madrasah Tsanawiyah, ialah Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah di Kelurahan Manipa Kecamatan Piri Seram Barat, Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah di Kecamatan Amahi Seram Selatan, Madrasah Muhammadiyah di Kelurahan Lha Lahu Kecamatan Piri Seram Barat, Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah di Kelurahan Kambelu Kecamatan Piri Seram Barat, Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah di Kecamatan Amahulu, Madrasah Tsanawiyah di Kecamatan Amahai Seram Selatan, Madrasah Tsanawiyah di Lha Luhu Kecamatan Piri, MTS Muhammadiyah Manipa di Kecamatan Piri Seram Barat, MTS Kambelu dan MTS Muhammadiyah Amaholu . Paling tidak di Kecamatan Seram Barat ada sekitar 8 MTS yang menunjukkan dinamika pendidikanya menjanjikan masa depan. Tentang pasang surut perkembangan merupakan dinamika perkembangan yang sudah diperhitungkan, tetapi keseriusan untuk mengelola pendidikan pantas kita apresiasi sebagai bentuk tanggungjawab tentang masa depan pendidikan Muhammadiyah di Seram. Banyak kader-kader Muhammadiyah lulusan pendidikan perguruan tinggi Islam, beberapa di antara mereka menjadi guru siap mengajar di sekolah Muhammadiyah.l am
BONE MILIKI JARINGAN KUAT BONE. Jaringan organisasi yang dibentuk oleh Pimpinan Muhammadiyah di Kabupaten Bone, semakin hari semakin menunjukkan kekuatannya. Beberapa PCM menunjukkan kemajuan pesat. PCM Mare memiliki jaringan PRM di Kecamatan Mare berpusat di Jalan Arung Pao Kabupaten Bone. Ada PRM Sumaleng di Desa Sumaleng Kecamatan Mare dan PRM Kadai di Jalan Berus Kadai Kecamatan Mare. Selain itu ada PCM Kahu dengan jaringan PRM Musa, PRM Labuaja, PRM Cakkaele dan PRM Palatsae. PCM Massalewangeng dengan PRM Jeppe’e, PRM Macege, PRM Bulu
PCM PALOH MILIKI PROSPEK BERKEMBANG SAMBAS. Di Kabupaten Sambas Kalimantan Barat terdapat salah satu Pimpinan Cabang Muhammadiyah yang masih menumpang di rumah penduduk Hadrani UBAA Ma Pd yang terletak di Desa Matang Danau Paloh. PCM ini diharapkan agar dapat berkembang tidak hanya sekedar pasang papan nama saja, sehingga memiliki prospek untuk melebarkan sayap jaringan organisasi Muhammadiyah di pedalaman Kalimantan Barat. Tentang kendala, tentu harus mereka pecahkan mengingat persoalan itu menjadi tantangan bagi para kader mubaligh yang sudah ditempa dengan pelatihan medan dakwah.l am
38
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 24 JUMADILAWAL - 8 JUMADILAKHIR 1433 H
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 16 - 30 APRIL 2012
39
B I N A
A K I D A H
PENDIDIKAN IMAN YANG PRODUKTIF SEBAGAI TANTANGAN TUGAS KELUARGA DR MOHAMMAD DAMAMI, MAg
I
man memang harus bersifat produktif. Mengapa demikian? Sebab, Al-Qur’an memang mengajarkan hal yang demikian itu. Untuk membuktikannya, mari kita telusuri urutan iman yang diajarkan Al-Qur’an tersebut. Menurut Al-Qur’an, orang-orang yang merugikan dirinya sendiri merupakan tanda bahwa dirinya adalah bukan orang beriman yang sesungguhnya (Al-An’am [6]: 12). Kalau dibahasakan lain, menjadi orang: yaitu beriman mestinya. menjadi orang yang bersifat produktif, yaitu produktif dalam hal-hal yang bersifat benar, baik, indah, dan manfaat. Mengapa demikian? Sebab, justru hal-hal yang dipenuhi nilainilai benar, baik, indah, tui iiianfa-at iuilali yaug diajarkan oleh Al-Qur’an. Selanjutnya, Al-Qur’an tampaknya merasa perlu memberikan gambaran tentang iman yang bersifat produktif tersebut. Dalam hal ini, Al-Qur’an menjelaskan tentang ciri-ciri dan hasil dari iman yang produktif tersebut. Ini paling tidak. Marilah kita telusuri lebih lanjut. Pertama, tentang ciri-ciri iman yang produktif. Untuk hal ini dipecah menjadi 2 (dua) bagian. Bagian pertama, ciri cara kerja dari iman yang produktif. Cara kerja bagi orang yang beriman yang seharusnya minimal ada 3 (tiga), yaitu: (1) konsekuen terhadap rencana; (2) proaktif terhadap pekerjaan yang penuh konsekuensi; dan (3) berorientasi untuk membangun. Untuk cara kerja yang pertama, yaitu konsekuen terhadap rencana, Al-Qur’an secara halus menyindir umat yang beriman dan sekaligus menegasikannya, bahwa mengapa tidak menjalankan apa yang dikatakan, bahwa Allah SwT sangat besar kebenciannya kepada orang yang mengatakan sesuatu tetapi tidak menjalankannya, apalagi yang mengatakan tersebut orang beriman. (Ash-Shaff [61]: 2, 3). Kalau dibahasakan lain, mestinya selaku orang beriman itu konsekuen terhadap kata-katanya, rencana-rencananya. Ini mengandung pelajaran, bahwa kalau akan
40
menyusun rencana perlu dipertimbangkan masak-masak, apakah rencana tersebut mampu dikerjakan dengan sebaik-baiknya secara konsekuen dan berhasil. Selanjutnya, cara kerja yang kedua, yaitu proaktif terhadap pekerjaan yang penuh konsekuensi, Al-Qur’an secara tegas membedakan antara orang yang bersemangat untuk bergerak aktif (proaktif) dalam pekerjaan yang betapapun penuh tantangan (perang) dan orang yang tidak bersemangat untuk proaktif tersebut (An-Nisa’ [4]: 95). Ayat ini memang ayat yang berkaitan dengan masalah perang. Seperti diketahui, perang merupakan hal yang penuh konsekuensi, puncaknya adalah terbunuh. Ayat ini menandaskan, bahwa keberhasilan dan kesuksesan gemilang itu ditentukan pula oleh tingkat kesulitan pekerjaan yang akan ditempuh oleh seseorang yang mengaku beriman dan tingkat semangat dalam memecahkan kesulitan tersebut. Terakhir, cara kerja yang ketiga, yaitu berorientasi untuk membangun, Al-Qur’an dengan nada bertanya menegaskan, bahwa patutkah Allah SwT menganggap orang Mukmin dan mengerjakan amal shalih sebagai orang-orang yang membuat kerusakan di bumi; sama halnya patutkah orang yang bertakwa dianggap sama dengan orang bermaksiat (Shad [38]: 28). Jawabannya, tentu sama sekali tidak sama. Ini artinya, bahwa orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang memiliki orientasi hidup yang “serba membangun”, bukan suka merusak di bumi ini. Dengan demikian orang Mukmin adalah manusia produktif. Bagian kedua, ciri psikologis (kejiwaan) dari iman yang produktif. Di sini ada 2 (dua), yaitu: (1) optimis; dan (2) stabil mental. Untuk ciri psikologis pertama, optimis, dikatakan cirinya tidak merasa hina/tidak mampu berbuat apa-apa, tidak mudah sedih (Ali Imran [3]: 139). Optimisme yang tumbuh murni dalam diri sendiri merupakan modal
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 24 JUMADILAWAL - 8 JUMADILAKHIR 1433 H
untuk sukses menghasilkan sesuatu pekerjaan. Ciri psikologis kedua, yaitu stabil mental, dikatakan Al-Qur’an sebagai orang yang memiliki hati yang tenang (sakinah) dan rasa imannyapun bertambah-tambah pula (Al-Fath [48]: 4). Bahwa orang beriman pegangannya jelas, yaitu Allah SwT. Dia Maha Kuasa, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dia siap memberi kalau ada hamba-Nya yang berdoa kepada-Nya. Dengan demikian orang beriman adalah manusia produktif. Kedua, tentang hasil iman yang produktif. Di sini Al-Qur’an menjelaskan bahwa jika cara kerja dan ciri psikologis di atas dijalankan sebagaimana mestinya oleh orang beriman, maka akan menghasilkan “derajat yang tinggi” (mulia) berupa surga ‘Adn nanti di akhirat (Thaha [20]: 75), dan “aman dalam hidup” karena selalu di bawah cahaya petunjuk Allah SwT (Al-An’am [6]: 82). Jadi, orang beriman yang bersifat produktif berkeuntungan di akhirat berupa surga ‘Adn dan berkeuntungan di dunia berupa keselamatan dalam hidup sehari-harinya. Dengan memperhatikan uraian di atas, jelas bahwa iman yang produktif merupakan iman yang sangat ideal. Iman yang demikian inilah yang mustinya diraih oleh seluruh umat Islam. Pertanyaannya, siapakah yang pertama dan utama untuk memperkenalkan iman yang demikian itu? Tentu saja Iembaga keluarga. Di situlah mulai manusia dilahirkan di alam dunia yang fana ini. Di situlah pula mulainya kehidupan bayi manusia dalam menapaki proses kehidupannya dari detik ke detik, menit ke menit, jam ke jam, dan hari ke hari, demikian seterusnya. Mau tak mau, lembaga keluarga harus bertanggung jawab untuk itu dan caranya adalah dimulai dari diri sendiri (At-Tahrim [66]: 6). Mengubah dari “diri sendiri” adalah pangkal ke berhasilan untuk berusaha mengubah “orang lain”. Wallaahu a’lam bishshawaab.l
B I N A
A K H L A K
Keluargaku: ”’al-Madrasatul Ûlâ” MUHSIN HARIYANTO
M
ari kita simak dengan seksama firman Allah dalam Qs. AtTahrîm, [66]: 6, “... jagalah dirimu dan keluargamu dari siksaan neraka”, yang di situ Allah pun mengenalkan sebuah perintah yang mengisyaratkan ‘kewajiban’ bagi diri kita untuk melakukan proses ‘pendidikan’ keluarga tanpa batas. Untuk memahami betapa pedulinya orang tua terhadap nasib anak-anaknya, bisa kita simak – misalnya – firman Allah: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anakanak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatangbinatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Ali ‘Imran [3]: 14), dan juga (dalam firman yang yang lain): “Harta dan anak-anak merupakan perhiasan kehidupan dunia.” (Al-Kahfi [18]: 46) Al-Qur’an —secara tegas— mengingatkan kepada para orangtua untuk berhati-hati dan cermat dalam memilih pola asuh dan menyelenggarakan pendidikan keluarga, seperti yang termaktub dalam Qs Luqmân [31]: 12-19, yang oleh para mufassir dijelaskan dengan runtut: Yang pertama, ‘tidak boleh tidak’ (tak ada tawar-menawar, dan merupakan harga mati) ada sesuatu yang ‘harus’ dilakukan oleh setiap orang tua sebelum melakukan aktivitas pendidikan bagi anak-anaknya yaitu: “mendidik dirinya, dengan membenahi karakter diri sendiri (menyiapkan diri sebagai orang tua yang akan berperan sebagai pendidik). Yang arti pentingnya dijelaskan dalam Qs Luqman [31]: 12, “Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu: bersyukurlah kepada Allah. Dan
barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. Yang kedua, menyelenggarakan pendidikan keluarga yang berwawasan tauhid kepada anak, yang utamanya dilaksanakan dalam bentuk “taushiyah” (nasihat). Sebagaimana firman Allah dalam Qs. Luqmân [31]: 13 “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah kedlaliman yang besar”. Dan juga Qs. Luqman [31]: 16, “(Lukman berkata): Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” Yang ketiga, melakukan pembinaan akidah-akhlak melalui proses transformasi nilai dan budaya (ta’dîb), sebagaima yang dijelaskan dalam Qs. Luqmân, 31: 14-15, “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu-bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian
hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” Dan juga pada Qs. Luqmân [31]: 18-19, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” Yang keempat, melakukan pembinaan jiwa-sosial anak, yang utamanya melalui proses ta’lîm dan tarbiyyah (transformasi keilmuan dan pembiasaan). Sebagaimana yang —antara lain— dinyatakan oleh Allah dalam firmanNya: “(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Qs Luqman [31]: 16-17) Dari paparan beberapa ayat yang merupakan pelajaran yang berharga dari kisah teladan “Luqman al-Hakim”, kita bisa bisa memahami bahwa pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama.l Muhsin Hariyanto, Dosen Tetap FAI UM Yogyakarta dan Dosen Tidak Tetap STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta .
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 16 - 30 APRIL 2012
41
B I N A
J A M A A H
MELUKIS MASJID MAGHFUR SAAN
S
uatu pagi yang cerah, saya berkesempatan datang pada acara Lomba Lukis Masjid dalam rangka Maulid Nabi Muhammad saw. Lomba itu sendiri diperuntukkan bagi anak-anak setingkat SD/MI. Juaranya, seorang siswa SD yang lukisannya memang penuh imajinasi. Dalam lukisan itu tampak sebuah masjid di bawah sorot matahari. Di depan pintu tampak seorang ustadz bersalaman dengan salah seorang dari beberapa jamaah yang terdiri dari kaum bapak, ibu, remaja, dan anak-anak. Mereka hendak masuk ke dalam masjid. Di bagian lain tampak diparkir pula mobil, kendaraan roda dua, dan sepeda. Subhanallah, seorang anak SD mampu melukis sehebat itu. Yang lebih menyenangkan, jurinya juga mampu menilai secara objektif. Menurut penulis, lukisan itu mengekspresikan imajinasi sangat kuat dan mengandung nilai-nilai Islami. Bayangkan, masjid di bawah sorot matahari, menggambarkan masjid yang senantiasa menjadi pusat ibadah dan berbagai kegiatan perjuangan Islam dalam naungan Illah. Masjid tampak megah dan siap menampung semangat jamaah untuk bersimpuh kepada Tuhannya. Di depan pintu, ustadz menyalami para jamaah yang hendak masuk masjid. Ini menggambarkan seorang pemimpin/ulama, kiai, siap menjadi panutan dan membuka pintu lebar-lebar bagi jamaahnya untuk saling memberi solusi setiap ada kesulitan. Para jamaah yang terdiri dari kaum bapak, ibu, remaja, dan anak-anak menggambarkan betapa kompaknya jamaah masjid tersebut. Selain itu juga menggambarkan mereka teguh menjaga keluarga dan peduli dengan pendidikan anak-anaknya untuk shalat jamaah. Mobil, kendaraan roda dua, dan sepeda menggambarkan bahwa anggota jamaah di masjid tersebut terdiri dari berbagai lapisan masyarakat, tapi tetap bersatu saling menghargai. Mereka samasama beranggapan di mata Allah itu sama. Memandang lukisan itu, saya percaya 42
bahwa pelukisnya, meski masih anakanak, mampu berpikir jauh ke depan. Dia punya harapan besar bagi persatuan masyarakatnya dalam membesarkan Islam dengan cara meramaikan masjid. Pengetahuan agamanya tentang masjid mungkin belum seluas orang dewasa. Mungkin ia belum faham akan firman Allah dalam AtTaubah 18 tentang meramaikan masjid, “Hanyalah yang memakmurkan masjidmasjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”. Mungkin ia juga belum tahu tentang sabda Rasulullan yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah bahwa ada tujuh golongan yang akan Allah naungi pada hari tiada naungan selain naungan Allah, antara lain seorang yang terikat hatinya dengan masjid ketika ia keluar hingga ia kembali ke masjid, atau barangkali ia belum pernah membaca Hadits dari Abu Darda’ bahwa Rasulullah bersabda, Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah rumah-rumah orang yang bertakwa, maka barangsiapa yang menjadikan masjid-masjid itu sebagai rumah-rumahnya Allah pasti akan menjamin baginya dengan ruh dan rahmat (dari-Nya) serta diizinkan melewati shirath (jembatan) ke al jannah. Saya pun ikut larut dalam imajinasi pelukisnya. Saya bayangkan seandainya para jamaah masjid benar-benar mengakui masjid sebagai rumahnya, kedudukan masjid pasti kuat. Menguatkan masjid berarti meramaikan masjid dalam arti luas. Bukan sekadar membangun, memperbaiki, dan membersihkannya saja. Tapi juga ramai shalat jamaahnya, ramai kegiatan pengajiannya, dan ramai kegiatan generasi mudanya. Yang lebih penting dari itu adalah semua anggota jamaah mampu menjaga
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 24 JUMADILAWAL - 8 JUMADILAKHIR 1433 H
kebersamaan, persatuan dan kesatuan. Keikhlasan menjadi garda paling depan dalam hal memakmurkan masjid. Bila kepentingan-kepentingan pribadi, kelompok, atau golongan dikedepankan, perpecahan bisa terjadi dan makin lama masjid jadi sepi. Hal-hal kecil bisa saja merusak kebersamaan dan kekompakan jamaah, seperti rebutan jadi imam dan takmir. Atau merasa saling benar seperti pada perbedaan pemahaman fiqih dan Iainlain. Bayangkan, dalam masjid yang dikelola Muhammadiyah sendiri, lafal bacaan salam akhir shalat saja jadi masalah. Ada yang menghendaki harus seragam sesuai dengan yang ada dalam Himpunan Putusan Tarjih (HPT) yaitu assalamu’alaikum warohmatullah wabarakatuh. Ada yang tidak perlu seragam cukup assalamu’alaikum saja, karena yang kedua ini dianggap lebih kuat. Agaknya jamaah masjid-masjid yang dikelola oleh Muhammadiyah banyak yang sedang mengalami benturan kecil karena hal di atas. Belum lagi kalau bicara tentang asal tempat menimba ilmu/mondhok. Banyak kalangan Muhammadiyah belajar agama/fiqih selain dari ulama Muhammadiyah sendiri juga dari Persis, dan dari paham-paham pembaru lain. Tidak mustahil itu semua berimplikasi pada perbedaan pemahaman fiqih dan kalau tidak bisa dikelola dengan baik bisa menimbulkan friksi. Lebih-lebih bicara tentang perkara politik praktis. Tak jarang gara-gara pilkades, pemilukada, pemilu legislatif, dan pilpres, jamaah jadi pecah. Soal pilihmemilih memang tidak bisa dilarang, tapi jangan sampai merusak keutuhan masjid. Jangan gunakan masjid dan jamaahnya untuk kegiatan kampanye pilih-memilih. Rupanya saya dan mungkin kita, perlu belajar melukis masjid kepada anak SD juara melukis di atas. Ya, melukis masjid!l Penulis dari Tersono, Batang, Jawa Tengah
K KALAM A L A M
Pendidikan Anak dalam Keluarga M MUCHLAS ABROR
M
ENJELASKAN topik judul tulisan ini, saya mulai dari pernikahan atau perkawinan. Sebab, pernikahan merupakan dasar pembentukan keluarga idaman. Islam menganjurkan pernikahan. Agama ini memandang pernikahan mempunyai nilai keagamaan sebagai ibadah kepada Allah dan mengikuti Sunnah Nabi saw. Di samping itu, pernikahan untuk memenuhi naluriah hidup, juga mengharapkan kelangsungan hidup manusia, dan memiliki nilai kemanusiaan. Karena itu, Islam melarang menyengaja hidup membujang. Tidak membenarkan hidup melajang. Islam juga tidak dapat menerima gaya hidup rahbaniyah (kependetaan). Pernikahan yang sah menjadikan halalnya hubungan intim antara seorang lelaki dan seorang perempuan yang sebelumnya haram. Setelah berlangsung pernikahan, maka seorang lelaki kemudian berstatus sebagai suami dan seorang wanita menjadi istri. Suami dan istri dalam membangun rumah-tangga, masingmasing mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi secara timbal-balik. Keduanya harus benar-benar dapat menciptakan dan memelihara hubungan harmonis. Mereka harus dapat menjaga keutuhan, dalam keadaan bagaimana pun, agar tidak terjadi perceraian. Sebab, perceraian berpengaruh buruk terhadap pendidikan anak-anaknya. Jika rumah-tangga yang mereka bangun tetap utuh, insya Allah, dapat meraih tujuan terwujudnya rumah tangga sakinah mawaddah wa rahmah, rumah tangga yang damai dan tenang tenteram yang diliputi suasana penuh kasih dan sayang. Siapa pun dalam membangun hidup berkeluarga pasti mendambakan kelahiran anak. Siapa pun berumahtangga tentu menginginkan keturunan. Bahkan yang sangat diharapkan kelahiran dalam keluarga atau kehadiran dalam rumahtangga adalah anak keturunan yang shalih dan atau shalihah. Anak keturunan yang dapat melestarikan eksistensi ibu-bapak atau kelangsungan orangtua sehingga seolah umurnya panjang, meskipun secara fisik mereka telah tiada. Selain itu, dengan anak keturunan yang shalih dan shalihah, maka amal orangtua menjadi berkesinambungan, terus mengalir sehingga disebut amal jariyah. Mereka dalam keluarga menjadi perhiasan, permata, pelipur, dan buah hati bagi ibu-bapak. Akan tetapi anak keturunan seperti itu tentu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus diikhtiarkan dan diusahakan dengan sepenuh kesungguhan disertai pendekatan diri kepada Allah dan banyak bermohon kepada-Nya. Tidak pula mudah, memang, tidak seperti membalikkan kedua telapak tangan. Tetapi melalui proses yang panjang dengan memberi pendidikan secara kontinyu dan bertanggungjawab disertai kasih-sayang oleh orangtua kepada anak keturunannya. Modal dasar untuk dapat melaksanakan tugas mulia lagi terpuji itu sebenarnya telah dikaruniakan oleh Allah kepada kedua orangtua. Sebab, menurut fitrahnya, ibu-bapak menyintai dan kasih-sayang kepada anak-anaknya. Sehingga mereka berusaha mencukupi keperluan anak-anaknya di samping memberi pengajaran dan pendidikan secara baik. Apalagi jika menyadari bahwa mereka adalah pendidik pertama dalam rumah-tangga.
Kedua orangtua, ibu yang Mukminah dan bapak yang Mukmin, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kaum Mukminin, berkewajiban menjaga diri dan keluarganya secara baik dan bertanggung jawab agar terjauhkan dari siksa dan azab (Qs. At-Tahrim [66]: 6). Mereka memikul amanah yang harus ditunaikan dengan tulus, ialah mendidik anak-anak. Dalam bidang akidah, mereka harus mengenalkan, menanamkan keimanan, dan menyintai Allah dan Rasulullah saw kepada anak keturunan sejak dini. Sehingga menjadi hamba Allah yang bertauhid dan dijauhkan dari syirik. Ketika mereka hendak melaksanakan sesuatu, didiklah mereka agar berdoa kepada Allah. Ajarkan, latihkan, dan didiklah pula mereka untuk dapat membaca Al-Qur’an sampai lancar, serta kemudian membiasakan membacanya secara baik. Bahkan dari kegemaran membaca Al-Qur’an diharapkan dapat membangkitkan dan meningkatkan minat baca dalam arti luas. Dalam bidang ibadah, kepada anak-anak agar diajarkan dan dilatihkan, dan dibiasakan untuk melakukan, misal, shalat dan puasa. Agak lebih disangatkan lagi dalam menyuruh mereka, ketika berumur 10 tahun tetapi belum ajeg shalat mereka. Kenalkan pula kepada mereka beberapa hal yang boleh dan tidak boleh, yang halal dan haram. Tidak kalah penting daripada apa yang telah disebutkan, orangtua harus sejak dini menanamkan pendidikan akhlak kepada anakanak. Didiklah mereka dengan perkataan, perbuatan, dan keteladanan. Agar menjadi manusia yang antara lain amanah, jujur, adil, berani karena benar dan takut karena salah, tidak rendah diri tetapi tidak pula sombong, menepati janji, pandai besyukur, sabar dan tabah menghadapi musibah, dan sederhana. Selain itu, didiklah mereka agar senantiasa memiliki hubungan dan pergaulan baik dengan ibu-bapak, saudara dan kerabat famili, tetangga, guru, teman, dan orang yang berusia lebih tua daripada mereka. Tanamkanlah pula kepada mereka mengenai etika, misal, dalam berpakaian, makan-minum, memberi salam, mengucapkan selamat, minta izin, mengunjungi orang sakit, takziyah, serta bersin dan menguap. Jangan lupa, latihlah mereka sejak kecil untuk gemar beramal sosial. Ketika anak-anak telah mencapai tingkat umur untuk bersekolah, maka hendaklah orangtua mencarikan sekolah bagi mereka. Tentu tidak memasukkan mereka ke sembarang sekolah. Tetapi sekolah yang mendukung bahkan menjamin kelangsungan dan kemantapan mereka dalam beragama Islam. Bimbing dan bekalilah mereka sebelum memasuki pergaulan serta dalam mencari dan memilih teman. Sebab, salah masuk dalam pergaulan serta keliru dalam mencari dan memilih teman pasti berpengaruh buruk. Berilah nasihat secara bijak agar mereka mengerti dan memahami betapa penting dan besarnya manfaat yang diperoleh dari menjauhi merokok, minuman keras, dan tidak terkena narkoba. Arahkanlah mereka dalam menggunakan dan mengisi waktu luang untuk hal-hal yang bermanfaat. Pendidikan anak dalam keluarga secara baik sungguh sangat berarti dan merupakan salah satu solusi melahirkan generasi tidak suka korupsi.l SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 16 - 30 APRIL 2012
43
HUMANIORA
Aku Terpaksa Menikahimu Cerpen: Ria Saraswati
M
enikah karena paksaan orangtua. Di rumah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuk basah diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihatnya meletakkan sendok sisa susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku marah kalau ia menghubungiku hingga beberapa kali ketika aku sedang bersama temanku. Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Akupun ber-KB dengan pil. Sampai suatu hari aku lupa minum pil dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Itulah marah terbesarku padanya. Kemarahanku bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar karena proses kelahirannya sulit. Waktu berlalu hingga anakku berusia 8 tahun. Seperti biasa, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Sebelum berangkat, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu,ia juga memelukku. Aku berusaha melepaskannya. Ia kembali menciumku beberapa kali, seakan-akan berat untuk pergi. Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Aku tiba di salon beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu temanku. Kami mengobrol, saat aku ingin membayar, betapa terkejutnya aku ketika menyadari dompetku tertinggal. Aku menelepon suamiku dan bertanya. “Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu,” katanya dengan lembut. Aku memarahinya dengan kasar. Kututup teleponnya. Tak lama kemudian, handphoneku berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan membentak. “Apalagi??”
44
“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku. Aku menyebut nama salonku dan aku menutup teleponnya. Yang punya salon sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya kalau aku kembali lagi. Tapi aku malu untuk berhutang. Aku melihat keluar dan berharap suamiku segera sampai. Aku tidak sabar dan menghubungi suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah beberapa kali kutelepon. Aku mulai merasa tidak enak dan marah. Akhirnya teleponku di angkat juga. Terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. ”Selamat siang, Bu. Apakah Ibu istri Bapak Armandi?” kujawab pertanyaan itu. Lelaki itu memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit. Aku berjongkok dengan bingung. Pegawai salon mendekatiku dan bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas. Aku pergi ke rumah sakit. Seluruh keluarga hadir menyusulku. Akhirnya setelah menunggu, seorang dokter keluar dan menyampaikan berita bahwa suamiku meninggal. Serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Setelah mendengar kenyataan itu aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan mertuaku. Sama sekali tak ada airmata yang menetes dari mataku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat. Jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kupandangi wajahnya dengan seksama. Saat itulah dadaku sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama ini. Ku perhatikan wajahnya yang telah dingin yang dulu selalu dihiasi senyuman hangat. Airmata keluar dari mataku. Aku berusaha mengusap airmataku yang
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 24 JUMADILAWAL - 8 JUMADILAKHIR 1433 H
HUMANIORA menghalangi tatapanku padanya, aku ingin mengingat wajahnya untuk yang terakhir. Dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara. Aku tak pernah memperhatikannya. Aku tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku penggemar mie instant. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia terpaksa makan mie instant karena aku tak pernah memasak untuknya. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum. Ia bisa makan masakanku jika tersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena kantor cukup jauh dari rumah. Saat pemakaman, aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang tertimbun tanah. Aku terbangun dengan rasa sesal dalam diriku. Keluargaku membujukku sia-sia, karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangannya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk memandangi piring kosong. Aku teringat saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang ngambek. Saat aku lupa membawa handuk, aku berteriak memanggilnya dan malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Setiap malam aku menunggunya di kamar dan berharap saat aku terbangun ada dirinya disebelahku. Dulu aku kesal kalau tidur mendengar dengkurannya, tapi sekarang aku sering terbangun karena rindu mendengarnya. Aku kesal karena ia memberantaki kamar, tapi kini aku merasa kamar kami terasa hampa. Aku kesal jika ia melakukan pekerjaan di laptopku tanpa me-logout, sekarang aku memandangi komputer, berharap bekas jarinya masih tertinggal di sana. Aku tidak suka ia membuat kopi tanpa alas, sekarang bekas di sarapan pagi terakhirnyapun tak mau kuhapus. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa sebenarnya aku mencintainya. Aku marah karena bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku untuk shalat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku shalat karena aku ingin meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suamiku, meminta ampun karena tak dapat menjadi istri yang baik untuk suamiku yang sempurna. 40 hari setelah kematiannya, kembali rasa bingung merasukiku. Ada 2 anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Selama ini aku tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Aku tak pernah perduli berapa uang yang dia miliki. Aku hanya peduli dengan rupiah yang ia transfer ke rekeningku yang kupakai untuk keperluanku. Dari kantornya, aku memperoleh gaji terakhirnya. Sekarang aku harus
bekerja untuk anak-anakku. Tapi bekerja apa?Aku tak punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh suamiku. Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Lalu notaris memberikanku sebuah surat dari suamiku. Yang membuatku tak mampu berkata adalah isi suratnya untukku. Istriku Liliana tersayang, Maaf aku meninggalkanmu terlebih dahulu, maaf membuatmu mengurus segalanya sendiri. Maaf aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Mencintaimu adalah hal terbaik yang pernah kulakukan. Seandainya bisa aku ingin mendampingimu selamanya. Tapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Aku tak ingin sayang susah. Tak banyak yang bisa kuberikan tapi aku berharap kamu bisa memanfaatkannya. Jangan menangis, sayangku yang manja. Maafkan kalau aku menyusahkanmu. Untuk Farah, maaf ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu. Farhan, jagalah Ibu dan Farah. Jangan bandel dan selalu ingat dimana pun kalian berada, ayah akan di sana melihatnya. Oke! Aku terisak membaca surat itu. Notaris memberitahu bahwa suamiku memiliki beberapa usaha yang dimanajerin oleh orang kepercayaannya. Aku menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya padaku, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiriku dengan cinta. Kini kedua anakku berusia 23 tahun. 2 hari lagi putriku menikah. Farah bertanya, ”Ibu, aku harus bagaimana? Farah kan ga bisa masak dan nyuci, gimana Bu?” Aku merangkulnya sambil berkata ”Cinta sayang, cintailah suamimu.” Farah menatapku ”Seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah?” Aku menggeleng ”Bukan. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang besar pada ibu.” Aku menghabiskan 10 tahun untuk membencinya, tapi menghabiskan sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bebas dari cintanya.l Ria Saraswati yang beralamat di Bojongsari Kota Depok adalah adalah seorang pelajar kelas IX. SMPNegeri 14 Depok Jawa Barat.
Rubrik Humaniora ini dipersembahkan oleh
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 16 - 30 APRIL 2012
45
K E L U A R G A
S A K I N A H
TERGANJAL RESTU IBU Assalamu’alaikum wr. wb. Ibu Emmy, saya Putri (30 tahun) anak bungsu dari 6 bersaudara, yang belum menikah saya dan mbak sulung. Awal tahun 2011 ada pria yang ingin melamar saya setelah beberapa kali ta’aruf. Dia saudara dekat teman saya. Lalu saya bilang pada mama kalau saya mau dilamar, tapi mama melarang saya untuk dilamar dan menikah sekarang, tunggu tahun 2012 dengan alasan mbak sulung yang sudah 4 kali dilangkahi. Saya hanya diam dan bilang pada teman/mak comblang. Dia sempat menawarkan untuk menjelaskan tentang menyegerakan anak perempuan yang sudah siap menikah. Tapi saya tolak, biar saya saja yang menghadapi sendiri. Beberapa bulan kemudian saya dikenalkan dengan pria, B. Ia juga ingin serius dan ijin untuk bersilaturahmi ke rumah. Tapi lagi-lagi mama menolak. Karena suatu hal, untuk mengenal lebih jauh dengan B jadi bubar. Hati saya hancur. Karena lama memendam rasa sakit, saya mengalami insomnia, tidak semangat, malas makan dan muka kusut. Waktu dibawa dokter, dokter bilang kalau saya tertekan/ stress. Setelah tahu masalah saya, ia menyarankan mama saya untuk segera menikahkan saya. Tapi mama kurang respons. Kini, saya jadi tidak peduli tentang nikah. Uang gaji yang selama ini saya sisihkan saya hambur-hamburkan. Saya jadi gila beli baju dan asesoris. Saya juga mulai senang sedekah. Juga semakin ingin dekat pada Allah dan yakin bahwa Allah Maha Adil dan Maha Mendengar. Saya minta kekuatan padaNya dan yakin pasti ada hikmah dibalik ini. Bu, sebetulnya saya sudah lama ingin curhat ke Ibu. Saya mohon tanggapannya. Kalau saat ini, niat untuk menikah sudah hambar. Terima kasih atas jawaban Bu Emmy. Wassalamu’alaikum wr. wb. Putri, di kota B Wa’alaikumsalam wr. wb. Putri yang baik, Alhamdulillah akhirnya Putri mampu berbagi dengan saya, meski hanya melalui surat, semoga ada semacam perasaan lega dalam diri. Memang tidak semua orang yang bisa dengan mudah mengutarakan isi hati dan perasaannya. Dalam hidup, kita perlu ada orang yang bisa mendengar, mau memahami dan bahkan berani memberikan pandangan atas apa yang kita rasakan. Karena bila kita menelisik ke dalam diri, sulit sekali melihat secara obyektif bagaimana sebenarnya kita ini.
Manusia punya kecenderungan untuk terlebih dulu memikirkan diri sendiri, yang muncul dalam bentuk yang disebut ego. Dalam memandang, menghayati dan meyakini apa yang terjadi di luar diri, seringnya hanya menyandarkan diri pada kesan yang ia lihat, prasangka yang ia pelihara dalam diri serta anggapan yang dilandasi keinginan yang bersifat egoistis sehingga benturan kepentingan sering terjadi. Celakanya, orang yang sedang dalam keadaan punya masalah tidak punya kesediaan untuk menyampaikan pada lingkungan, apa yang sedang dirasakan. Sebagai anak, kadang kita dihadapkan dengan sikap orang tua yang kurang bisa diterima oleh akal, atau dinilai tidak logis oleh anaknya, bahkan kadang tidak sejalan dengan agama. Perasaan tak berdaya dan tidak mampu Putri untuk minta penjelasan lebih jauh pada mama, membuat perasaan kecewa semakin menumpuk terutama saat mama juga menolak silaturahmi pria yang kedua. Apalagi, Putri juga berusaha menghadapi masalah sendiri, sehingga menjadi stress. Yang patut disyukuri, Putri tidak hanya menghabiskan uang untuk diri saja tapi juga mau bershadaqah. Ini berarti Putri masih mau menabung uang, yaitu di Bank Akhirat. Putri juga masih punya keyakinan bahwa jodoh ada di tangan Allah dan yakin bahwa ada hikmah dibalik semua peristiwa yang terjadi. Kadang, orangtua merasa tidak ‘sreg’ dengan seseorang yang menjadi pilihan kita, tapi karena sulit membuat alasan, kemudian membuat alasan sekenanya. Sementara Putri juga tidak mau mencoba minta alasan yang lebih rinci pada mama. “Ah kalau tanya-tanya lebih jauh paling jawaban mama begitu,” begitu mungkin pikir Putri. Sebetulnya tidak salah untuk coba mengutarakan keinginan diri atau menanyakan alasan yang sebenarnya tentang penolakan mama, tentu dengan sikap yang santun, tidak emosional dan sistematis. Agar prasangka yang ada tentang mama terjawab. Dan kenapa tidak minta tolong sama kakak-kakak, mungkin mereka bisa membantu memberi pengertian pada mama. Baguslah, bila masalah yang ada menjadikan Putri mau lebih mendekatkan diri pada Allah, dan berharap kebaikan hanya padaNya. Peliharalah dengan terus berbuat positif untuk diri dan lingkungan sekitar. Insya Allah, Allah akan memberi jodoh yang terbaik untuk semua. Tetaplah ceria dan berhentilah menghambur-hamburkan uang. Tabunglah! Siapa tahu jodoh sudah dekat. Semoga Putri semakin bisa sabar dan bijak dalam menghadapi masalah yang akan datang. Amin.l
Kami membuka rubrik tanya jawab masalah keluarga. Pembaca bisa mengutarakan persoalan dengan mengajukan pertanyaan. Pengasuh rubrik ini, Emmy Wahyuni, S.Psi. seorang pakar psikologi, dengan senang hati akan menjawabnya.
46
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 24 JUMADILAWAL - 8 JUMADILAKHIR 1433 H
KRONIK DUNIA ISLAM
Berebut Kepentingan di Suriah FARIS ALFADH, MA
G
elombang revolusi yang melanda negara-negara Arab, mulai dari Tunisia, Mesir, Libya, serta Yaman, tampaknya mengalami kendala serius di Suriah. Setahun sudah protes politik berlangsung, namun ujung dari perubahan yang dinanti masih samar. Meski perlawanan terus terjadi di beberapa distrik kota Damaskus, Homs dan Hama, posisi rezim Presiden Bashar al-Assad belum tergoyahkan. Kondisi di Suriah semakin mencekam akhir-akhir ini. Korban jiwa terus bertambah setiap harinya. Menurut laporan PBB, selama berlangsunya revolusi, korban jiwa telah mencapai 8.000 orang. Lebih dari 3000 ribu penduduk mengungsi ke negara-negara tetangga, seperti Turki, Lebanon, dan Yordania. Akar kebuntuan politik, sejatinya, bisa dilacak dari kompleksnya polarisasi kekuatan internasional yang bermain di Suriah. Pentingnya posisi Suriah membuat kontestasi politik tidak terhindarkan. Di kawasan Timur Tengah, keberadaan Suriah sangat strategis karena memiliki ketersinggungan langsung dengan persoalan etnis, persaingan agama Sunni-Syiah, serta kubu pro-Barat dan pro-Iran. Kelompok pertama, yang menghendaki penggulingan terhadap rezim Assad: terdiri dari Liga Arab, AS serta dukungan Uni Eropa. Kelompok kedua, yang menolak keras opsi penggulingan: terdiri dari Iran, Rusia dan China. Tarik menarik kepentingan inilah yang membuat proses revolusi berjalan alot. Negara-negara aliansi Liga Arab, terutama Arab Saudi dan Qatar, sangat berambisi menggulingkan Assad. Kepentingan terhadap Suriah tidak lebih sebagai upaya menjauhkan Suriah dari blok Iran. Perseteruan sektarian Sunni-Syiah menjadi sumber ketegangan. Iran yang mayoritas Syiah dipandang sebagai ancaman bagi negara Arab lainnya yang mayoritas Sunni. Selama ini Suriah, yang dikuasai sekte Alawi, kelompok minoritas Syiah di Suriah, menjalin kedekatan strategis dengan Iran. Karena itu, jatuhnya rezim Assad berpeluang menarik Suriah lebih dekat ke barisan negara-negara pro-Barat. Bagi AS, dan juga sekutunya seperti Israel dan Uni Eropa, perubahan politik di Damaskus akan semakin memperkuat supremasi politik Barat, karena tidak saja membuat Iran kian terpojok, tetapi juga bisa mereduksi kekuatan Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Palestina. Selama ini kedua kelompok tersebut turut mendapatkan pasokan sejata dari Suriah. Namun di sisi yang lain, kepentingan untuk menggulingkan rezim Assad tidak akan berjalan mudah. Resistensi dari kekuatan yang berlawanan akan terus menjadi penghambat. Dalam hal ini Iran, Rusia, dan China, laiknya benteng pertahanan bagi Suriah. Kepentingan Iran sangat jelas, tidak saja faktor kedekatan
Syiah semata, melainkan juga terkait posisi politiknya di kawasan. Jatuhnya rezim Assad akan membuat Iran kian terintimidasi. Karena itu negara yang dijuluki negeri para Mullah ini tentu tidak ingin kehilangan sekutunya di kawasan. Perlawanan Iran bahkan tidak main-main. Jika sewaktu-waktu Suriah menghadapi intervensi militer, Iran siap membantu. Keberadaan kapal perang milik Iran di wilayah perairan Suriah adalah sinyal yang sangat kuat. Sementara bagi Rusia dan China, kepentingan ekonomipolitik di Suriah terlalu berharga. Jatuhnya rezim Assad bisa mendatangkan kerugian berarti. Karena itu, kedua negara ini menjadi ganjalan paling besar bagi tiap resolusi dunia internasional. Sebagaimana yang tampak jelas ketika keduanya memveto resolusi Dewan Keamanan PBB, serta memboikot pertemuan sekitar 70 negara di Tunis, Tunisa, akhir Februari lalu, yang membahas opsi politik bagi Suriah. Rusia punya alasan mendasar dalam mendukung Assad, yakni terkait kerjasama persenjataan yang sudah terjalin lama. Ekspor senjata telah membuat hubungan Moskow dan Damaskus sangat erat. Jatuhnya Khadafi di Libya serta adanya sangsi terhadap Iran, kian memperkecil pasar persenjataan Rusia. Terlebih lagi Rusia ingin tetap menancapkan pengaruhnya di kawasan Timur Tengah. Perlu diingat bahwa Rusia kini kembali dipimpin oleh Vladimir Putin, yang sangat berambisi menjadikan Rusia sebagai kekuatan global yang dominan. Kepentingan pemerintah China tidak jauh berbeda. Kerja sama militer dan ekonomi mengiringi sejarah hubungan Beijing dan Damaskus. Pada tahun 1993 dan 1996, misalnya, China membantu Suriah dalam program misil balistiknya. Selain itu, upaya menjaga hubungan baik dengan Iran juga menjadi pertimbangan, terutama terkait kebutuhan suplai minyak. Selama ini sekitar 20 persen produksi minyak Iran mengalir ke China. Polarisasi kekuatan internasional inilah yang turut membuat proses revolusi di Suriah begitu kompleks. Situasi politik Suriah saat ini seperti pusaran air yang mampu menarik semua kekuatan. Perubahan politik secara radikal di Damaskus bisa mengubah total konstelasi politik di kawasan. Karena itu, setiap kekuatan punya kepentingan agar tidak tergerus arus. Fenomena ini sekaligus melahirkan anomali dalam revolusi Suriah: di satu sisi kian memperjelas peta politik di kawasan, namun di sisi lain menjadi beban persoalan bagi rakyat Suriah. Kepentingan kemanusiaan mereka seolah tersubstitusi oleh kalkulasi politik. Hal semacam inilah yang bisa membuat penantian revolusi semakin melelahkan.l ______________________________________________________ Faris Alfadh, MA, Dosen Hubungan Internasional, Fisipol UM Yogyakarta. SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 16 - 30 APRIL 2012
47
48
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 24 JUMADILAWAL - 8 JUMADILAKHIR 1433 H
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 16 - 30 APRIL 2012
49
WAWASAN
MENGEMBALIKAN RUH GERAKAN PEREMPUAN
YANG BERKEMAJUAN NURLIA DIAN PARAMITA
Membangun civil society berarti memperjuangkan ruang publik tempat semua warga negara dapat mengembangkan kepribadian, potensi dan memberi peluang bagi pemenuhan kebutuhannya (Mulia, dkk. 2005:126). ‘Aisyiyah (1917) sebagai gerakan perempuan sudah hadir sejak 1914 dengan rintisan gerakan bernama Sapa Tresno, telah memulai debutnya dengan mengajarkan hal-hal yang sederhana yakni lebih memahamkan perempuan di zamannya agar mau untuk bergaul dan berkelompok guna melakukan diskursus tentang keagamaan.
N
ilai keagamaan di sini menjadi pintu masuk untuk meng akulturasi nilai-nilai keshalihan sufistik yang mampu mengintegrasikan antara laku dan kata dalam kehidupan sehari-hari. Melalui perkumpulan inilah perempuan mulai mengisi fondasi ruang ruhaninya agar tampil menjadi pribadi yang beradab, santun dan amanah, termasuk di dalamnya mempelajari isu-isu kontemporer serta berlatih menegosiasikan diri. MDG’s dan QT ‘Aisyiyah saat ini tentu mengalami perkembangan yang cukup fluktuatif. Pada permulaan awal tahun 2012 `Aisyiyah meraih penghargaan dalam MDG’s Award 2011 sebagai penghargaan khusus kategori lembaga swadaya masyarakat yang berperan serta dalam pencapaian target MDG’s melalui program penanggulangan tuberculosis di Indonesia. ‘Aisyiyah sudah sejak tahun 2004 ‘Aisyiyah dipercaya oleh Global Fund untuk mengelola penanggulangan TB dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course). Program ini membuat para motivator yang bekerja di tengah-tengah masyarakat menemukan penderita, melakukan pengawasan pengobatan, melakukan penyuluhan, khususnya bagi warga perempuan. Di samping itu ‘Aisyiyah juga bergerak dalam peningkatan kesehatan reproduksi bagi kaum perempuan dengan mengadakan TOT permasalahan reproduksi perempuan dan mem-
50
bentuk AMDC (‘Aisyiyah Disaster Management Centre) tahun 2000. Melalui “Konseling Pelaku dalam Konteks Kekerasan Berbasis Jender” yang bekerjasama dengan The Royal Netherland Embassy World Population Foundation (WPF), ‘Aisyiyah melakukan gerakan pemberdayaan dengan program Qaryah Thayyibah (QT). Program ini menggambarkan suatu perkampungan atau desa dengan masyarakatnya yang menjalankan ajaran Islam secara baik (hablun minallah dan hablun minannas) dalam segala aspek kehidupannya yang meliputi bidang akidah, ibadah, akhlak dan mu’amalah duniawiyah untuk mewujudkan masyarakat yang baldatun thayyibatun warrobun ghofur. Di Daerah Istimewa Yogyakarta percontohan QT berada di Desa Potorono dengan pemberdayaan ekonomi UKM perempuan bidang kesehatan dan pengolahan limbah menjadi kompos biogas. Di bidang media ‘Aisyiyah menyadari bahwa pengaruh media massa terutama televisi sangat lihai menelikung moral anak bangsa. Gerakan Nonton TV Sehat pun dicanangkan sebagai alternatif solusi pencegahan terhadap merembetnya budaya globalisasi melalui sosialisasi ke tingkatan Cabang dan Ranting. Itulah kemudian yang harus terus ditingkatkan bahwa peranperan strategis tersebut memberikan kontribusi positif bagi perbaikan daya hidup generasi perempuan secara umum. Tantangan riil problem sosio-kemasyarakatan mutlak ditemukan formulasinya dengan akulturasi nilai-nilai baru dari diskursus aktual yang selama ini ada. Meskipun demikian, harus diakui bahwa kesetaraan jender dalam Muhammadiyah belum sepenuhnya terakomodasi dengan baik, baru sebatas perempuan diberikan porsi kepengurusannya pada sayap-sayap organisasi otonom Muhammadiyah seperti ‘Aisyiyah, Nasyiatul ‘Aisyiyah (NA), Immawati (IMM) dan Ipmawati (IPM). Meneguhkan Identitas Meski berhasil mewarnai di semua lini sektor, tetap saja ‘Aisyiyah memerlukan ranah pengkaderan yang lebih cakap dan kritis. Maksud penulis adalah meski awalnya adalah sebagai gerakan ‘sapa tresna’ (siapa suka, sinten remen) atau yang didefinisikan penulis sebagai gerakan kumpul-kumpul, tetap saja internalisasi nilai-nilai identitas ke-‘aisyiyahan harus terjaga dan termanifesto dengan baik. Hal ini yang akan merawat jaringan ini kedepannya akan lebih kuat. Nilai identitas kuat untuk menyatukan sebuah ikatan bagi kader-kader ‘Aisyiyah. Selain itu kader ‘Aisyiyah diharapkan mampu untuk mengatasi problem-problem sosial yang ada, tak terkecuali ketika berhadapan dengan problem kebijakan yang
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 24 JUMADILAWAL - 8 JUMADILAKHIR 1433 H
WAWASAN belum sepenuhnya mengakomodasi semua kepentingan perempuan secara merata. Namun, problem baru muncul ketika ‘Aisyiyah menghadapi persaingan dengan sayap-sayap organisasi baru yang mulai tumbuh dan ikut berkompetisi dalam menarik daya minat massa. Organisasi perempuan ini di antaranya adalah underbow partai politik yang tentu saja akan mempengaruhi mentalitas masyarakat dalam berkiprah. Sikap tidak memihak itu penting, artinya netralitas pengaruh ‘Aisyiyah dalam berhadapan dengan dunia politik misalnya, seharusnya diposisikan dalam sebuah wadah apik yang tetap diselaraskan dengan nilai-nilai dasar `Aisyiyah yang mempunyai komitmen sebagai gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Kader Aisyiyah justru lebih arif ketika mampu mewarnai semua lini kepentingan politis dengan bargaining bahwa permasalahan umat dewasa ini mampu terjawab dengan peran-peran praksis `Aisyiyah di ranah masyarakat. ‘Aisyiyah sebagai “washilah” (alat, instrumen) untuk mewujudkan cita-cita gerakan perempuan Islam. Memosisikan ‘Aisyiyah sebagai leading sektor yang mampu menjaga citra martabat dan mengemban amanah rakyat, merupakan keniscayaan. Menghidupkan energi spirit gerakan ‘Aisyiyah yang mampu untuk mengembalikan kepercayaan publik dan mengemban posisi penting di jajaran birokrasi maupun sektor pengambil kebijakan di ranah-ranah umum harus dilakukan. Publik sudah lelah di hadapkan pada
munculnya buih-buih kasus politik yang mulai menenggelamkan citra perempuan yang selama ini dicitrakan jujur, berintegritas dan mengemban amanah dengan baik. Representasi individual juga mempunyai simbolik yang berhubungan dengan fungsi-fungsi ekspresi dan aktualisasi gerak manusia, ini yang nantinya akan melahirkan kharisma, yakni menjadi representasi simbol personal dengan kekuatan dan kekuasaannya yang mempunyai pengaruh dalam mengubah struktur masyarakat (Koeswinarno, dkk 2011: 87). Tugas krusial yang harus dipulihkan ‘Aisyiyah adalah memunculkan kader perempuan yang amanah, punya kharisma dan mampu diterima semua golongan dengan tidak meninggalkan semangat ruh nilainilai ‘Aisyiyah agar tercipta ruang publik yang mengedepankan cita-cita mulia KHA Dahlan dalam memajukan gerakan spirit perubahan untuk perempuan di masa-masa yang akan datang. ’Aisyiyah jelas tidak sendiri, masih ada sayap-sayap gerakan perempuan di tubuh Muhammadiyah seperti Nasyi’ah, Immawati dan Ipmawati. Lumbung-lumbung muda ini sebaiknya betulbetul diregenerasi dengan mumpuni sehingga akan bisa menampilkan perempuan-perempuan muda Muhammadiyah yang mampu menjadi tonggak sejarah perempuan yang penuh dengan dedikasi dan wibawa.l ________________________________________________________ Nurlia Dian Paramita, Mahasiswi Pascasarjana Ilmu Politik dan Pemerintahan UGM.
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 16 - 30 APRIL 2012
51
WAWASAN
MENGEKSPRESIKAN RELIGIUSITAS ISLAM DALAM PERBEDAAN KEMANUSIAAN (2) ACHMAD CHARRIS ZUBAIR
Ketiga, Kemajemukan Substantif yang menyangkut perbedaan prinsip dan perbedaan akidah. Di dunia ini juga akan ditemukan kemajemukan prinsipial. Sebab, pada dasarnya orang tidak dapat dipaksa untuk mengikuti prinsip yang sama. Sehingga dalam kehidupan manusia ada bermacam-macam keyakinan agama. Hal ini bisa terjadi karena pemeluk agama masing-masing memutlakkan kebenaran agamanya dengan kecenderungan menyalahkan keyakinan orang lain. Agama sendiri di satu sisi tampil sebagai kekuatan yang menyatukan persepsi antaragama dengan kesamaan prinsip, tetapi di lain pihak agama muncul sebagai pemecah manakala bertemu dengan agama lain yang berbeda bentuknya. Pada dasarnya agama yang cenderung mengklaim bahwa dirinya paling benar juga sepenuhnya tidak bersalah sebab agama tidak dapat hidup tanpa ada landasan yang pasti untuk menjadi pedoman bagi penganutnya. Akan menjadi masalah serius ketika klaim kebenaran itu bermuara pada sikap dan cara yang bersifat tidak toleran terhadap agama dan penganut agama lain. Hal ini akan menimbulkan konflik antarumat beragama yang tajam. Tentu saja hal itu akan diperkuat apabila terjadi pula manipulasi kebenaran agama untuk mendukung atau melegitimasi kepentingan-kepentingan lain yang sesungguhnya non-agama (Imam Azis 1994: 11). Kesadaran akan kemajemukan sebagai wacana yang harus dikembangkan secara terus-menerus sebab dalam praktik keagamaan, pada dasarnya akan menjawab secara tepat relevansi agama dalam ikut menata kehidupan manusia yang bersifat plural. Justru karena di dalam agamalah kita dapat menemukan potensi hakiki dari agama itu sendiri yakni manusia dapat menemukan titik temu. Misalnya ajaran agama yang mengajarkan umatnya untuk juga mengasihi penganut agama lain. Walaupun untuk itu tetap diperlukan sikap jujur dari para pemeluknya. Fenomena agama, memang merupakan wacana yang tidak akan habis-habisnya, terutama ketika agama dipahami sebagai satu-satunya sistem nilai dan norma yang kebenarannya diyakini oleh para penganutnya. Keyakinan tersebut akan menjadi asing bagi para pemeluk agama lain. Kendatipun demikian pada dasarnya orang tidak bertengkar 52
atau konflik hanya semata-mata perbedaan penganutan dalam agama. Sehingga kalau terjadi konflik antar umat beragama atau melibatkan umat beragama yang satu melawan yang lain, pasti lebih banyak didasarkan atas konflik kepentingan lain seperti sosial, ekonomi, kebudayaan, politik dan kekuasaan, perlakuan yang tidak adil dan sebagainya, yang sesungguhnya tidak semata-mata berdasarkan agama. Bahkan secara ekstrem orang-orang yang seagamapun akan bertengkar kalau sudah dibarengi kepentingan-kepentingan tersebut di atas. Agama dan juga latar belakang kemajemukan yang lain dapat menjadi pemicu bagi terjadinya konflik, karena dengan jelasnya perbedaan makin jelas pula identitas “musuh” dan identitas “kawan”. Allah sendiri berfirman dalam Al-Qur’an: “Mereka yang mendengarkan ucapan, dan lalu mengikuti yang terbaik, maka merekalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk Allah dan merekalah orang-orang yang berakal.” (Qs. 39: 18) “Mereka diberi petunjuk dengan ungkapan yang baik, dan mereka diberi petunjuk yang terpuji.” (Qs. 22: 24) “Tidak ada paksaan dalam menganut agama, sebab sudah nyata perbedaan antara yang benar dengan yang keliru.” (Qs. 2: 256) Sangat menarik apa yang ditulis oleh Amin Abdullah (1994), di mana orang sering menganalogikan hakikat keberadaan “agama” dengan keberadaan “bahasa”. Orang tidak dapat menolak adanya kemajemukan agama, namun kenyataan adanya keanekaragaman bahasa yang dimiliki oleh berbagai identitas kelompok manusia tidaklah dapat dijadikan argumen untuk mengajukan tuntutan bahwa bahasa yang satu lebih sempurna, lebih baik dan lebih maju dari bahasa yang lain. Dari segi tata bahasa, kosa kata, idiom bahkan detil ungkapan yang digunakan oleh masing-masing bahasa memang dapat berbeda-beda sehingga mempelajari gramatika salah satu bahasa dapat saja lebih sulit daripada bahasa yang lain. Namun keanekaragaman ungkapan bahasa tersebut terjalin kandungan “makna” dan “fungsi” yang sama, yaitu sebagai alat komunikasi atau sarana untuk mengungkapkan gagasan, keinginan, perasaan antara satu dan lainnya. Tampak di sini, dimensi
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 24 JUMADILAWAL - 8 JUMADILAKHIR 1433 H
WAWASAN universal dan sekaligus partikularitas bahasa. Fungsi dan makna yang dikandung oleh partikularitas bahasa menyatukan dan menyamakan bahasa. Perbedaan bukan merupakan alasan untuk menegaskan yang satu dengan menegasikan yang lain. Sementara pemelukan agama tertentu oleh seseorang atau kelompok manusia pada umumnya adalah sangat berbeda secara intelektual, meskipun antara keduanya tidak dapat atau tidak perlu dipertentangkan sama sekali. Religiusitas manusia pada umumnya bersifat universal, tidak terbatas, trans-historis. Namun religiusitas yang begitu abstrak pada hakikatnya tidak dapat dipahami oleh manusia tanpa sepenuhnya terlibat dalam bentuk ungkapan religiusitas yang konkret, terbatas, terikat oleh ruang waktu subjektif. Memang Al-Qur’an sendiri memiliki ayat-ayat yang menunjukkan adanya kemajemukan keyakinan karena didasarkan atas perbedaan yang paling mendasar. Sebagaimana Al-Qur’an sebagai firman Allah menyebutkan: “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak pula kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), yaitu orang-orang diberikan kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk. Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair adalah putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata “Al Masih adalah putera Allah”. Demikianlah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir terdahulu. Dilaknat Allah-lah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling? (Qs. 9: 29-30) Penutup Dalam mengekspresikan religiusitas Islam ada empat hal yang harus dicermati dan keempatnya akan mengandung konsekuensi yang berbeda: 1. Perbedaan kebudayaan antara wilayah tertentu dengan yang lain, kurun waktu tertentu dan kurun waktu yang lain. Kondisi sosial-ekonomi tertentu dan kondisi yang lain. Historisitas tertentu dan historisitas yang lain. Apa yang dilakukan oleh Walisongo dalam sejarah dakwah Islam di Tanah Air dapat dijadikan referensi. Universalitas Islam justru nampak dalam penghargaannya terhadap kemajemukan kebudayaan. Jadi Islam tidak membunuh kemajemukan kultural yang merupakan sunatullah. Arsitektur masjid dapat tampil berbeda di masing-masing tempat, baju kaum Muslimin bisa bermacam-macam, istilah langgar dan surau tidak harus diganti mushola, kesenian Islam tidak harus berupa qasidah dan nasyid, dan lain sebagainya. 2. Di dalam umat terjadi perbedaan yang melahirkan komunitas Islam yang “bersaing”: Sunni, Syi’i dan Khariji yang masingmasing mengklaim monopoli kebenaran. Yang terpenting
dalam mengekspresikan religiusitas Islam adalah dilakukannya dialog terus menerus dengan menjernihkan mana masalah yang bersifat aksidensial dan mana yang bersifat substansial. Sehingga mengekspresikan religiusitas Islam berarti juga mencegah terjadinya perselisihan besar di kalangan umat atau al-fitnah al-kubra. 3. Adanya realitas bahwa di luar Islam ada komunitas lain seperti ahli kitab, orang musyrik dan orang kafir. Yang dapat dilindungi (dzimmi) atau diperangi tergantung pada kondisi yang ada. Bagaimana mengembangkan toleransi dan hubungan antarumat beragama, dan lain sebagainya. Dalam hal ini berhadapan dengan yang berbeda prinsip, Islam memerlukan dialog, yang mengembalikan esensi kehidupan beragama yang tidak semata-mata ritus dan menghilangkan kesan dogmatisme dalam Islam. Diperlukan semangat spiritualitas baru dalam Islam yang mengesankan bahwa Islam sebagai agama tidak sekedar berorientasi pada kehidupan akhirat, melainkan juga bagaimana mengatasi masalah penindasan, ketidakadilan, kebodohan, kemiskinan, kerusakan lingkungan, dan sebagainya. Dihadapan pemeluk lain Islam harus tampil sebagai pemahaman agama yang bersifat fungsional yang bermakna konkret-sosial. Islam tampil sebagai konsep teologi yang secara kontekstual dapat memecahkan persoalan zamannya. 4. Beragama bukan semata melaksanakan sesuatu yang bersifat imperatif pemaksaan untuk menjalankan kewajiban dan meninggalkan larangan. Sebab hanya akan melahirkan ekspresi keagamaan yang bersifat formalistis dan semu. Menjadikan manusia beragama namun tanpa pemahaman dan menjadi tidak bertanggungjawab. Agama secara etis harus merupakan pilihan sadar manusia dalam hidupnya. Beragama karena tekanan akan lebih buruk daripada berbuat kebaikan tanpa agama namun didasarkan atas pilihan sadar, sebab kehidupan semacam itu justru akan melahirkan kemampuan mempertanggungjawabkan keputusan tindakannya. Saya sering membandingkan antara lain negara yang mendasarkan diri dengan Islam dan negara di Eropa Utara seperti Norwegia, yang justru tingkat kriminalitasnya jauh lebih rendah dibandingkan Negara Islam mana pun. Oleh karena itu organisasi massa yang mengatasnamakan Islam, namun berkarya dengan cara-cara yang keras dan bahkan kasar, harus dikritisi oleh umat Islam sendiri. Karena akan membuat Islam tidak lagi bisa dipercaya sebagai “Rahmatan lil ‘Alamiin”.l ____________________________________________________ Drs Achmad Charris Zubair, SU, Mantan Sektretaris Majelis Tarjih dan Pemikiran Islam PP Muhammadiyah, pengajar di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada dan Ketua Dewan Kebudayaan KotaYogyakarta. SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 16 - 30 APRIL 2012
53
CAKRAWALA
MENYONGSONG OLYMPIADE NASIONAL
PERGURU AN MUHAMMADIY AH PERGURUAN MUHAMMADIYAH DI YOGYAKARTA FARID SETIAWAN
M
uktamar Muhammadiyah ke-46 atau Muktamar Satu Abad Muhammadiyah yang lalu telah meninggalkan sejumlah kesan luar biasa bagi segenap warga Persyarikatan. Lepas dari pelbagai kekurangannya di sanasini. Namun yang pasti, Muktamar itu sampai saat ini telah berhasil membangun atmosfer baru bagi segenap warga Muhammadiyah dalam melangsungkan dakwah amar ma’ruf nahi munkar di abad kedua. Dengan tantangan yang cukup berat, Muktamar Satu Abad Muhammadiyah telah mengamanatkan adanya revitalisasi di pelbagai amal usaha, salah satunya adalah bidang pendidikan. Dalam menjalankan amanat Muktamar tersebut, segenap stake-holders pendidikan Muhammadiyah saat ini mulai banyak yang berbenah. Hampir setiap hari penulis selalu mendapatkan Short Message Service (SMS) yang berisi tentang dinamika pendidikan Muhammadiyah di Indonesia, khususnya di beberapa daerah Jawa. Beragam even yang diselenggarakan oleh Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) tersebut tidak lain ditujukan untuk memacu semangat para pengelola pendidikan Muhammadiyah, sehingga gerak lajunya menjadi semakin dinamis. Bagi sebagian kalangan, pelbagai even yang terselenggara itu merupakan satu bentuk gejala baru bagi kebangkitan pendidikan Muhammadiyah di abad kedua. Gejala baru yang dimaksud di sini adalah terjadinya pergeseran penyelenggaraan pendidikan Muhammadiyah yang selama ini banyak orang menganggapnya statis, telah beralih menjadi dinamis. Dengan diselenggarakannya even-even tersebut, seolah telah menampik anggapan banyak orang yang memandang pendidikan Muhammadiyah hanya sibuk mengurusi persoalan-persoalan teknis pendidikan saja. Sangat disadari bahwa sesungguhnya para jamaah Muhammadiyah yang bergerak di sektor pendidikan senantiasa menanti-nanti adanya even-even bersama yang dapat memacu pergerakan pendidikan Muhammadiyah sehingga lebih dinamis. Salah satu even yang selama ini mereka pandang mampu menggerakkan semangat tersebut adalah Olympiade. Menurut Mohamad Ali, sekolah-sekolah Muhammadiyah saat ini sedang demam Olympiade. Laksana panggilan adzan yang menyeru para jamaah bergegas ke masjid untuk mendirikan shalat wajib 54
lima waktu, ajakan Majelis Dikdasmen untuk menebarkan virus Olympiade di sekolah Muhammadiyah disahuti dengan penuh antusias (2009: 141). Memang, virus Olympiade pendidikan Muhammadiyah telah menggelinding bagaikan bola salju. Setiap saat, virus ini terus membesar dan seolah sulit terbendung lagi. Even-even Olympiade pendidikan Muhammadiyah yang diduga sebelumnya hanya diselenggarakan di tingkat lokal, kini sudah merembes ke tingkat nasional. Bahkan di luar, tidak sedikit di antara peserta didik dan tenaga pendidik Muhammadiyah yang telah mampu menembus Olympiade bertaraf internasional. Kesuksesan ini tentu saja telah menjawab pelbagai macam kritik yang selama ini ditujukan pada pendidikan Muhammadiyah yang selalu dianggap kurang bermutu. Bukan “Barang Baru” Dalam sejarah Muhammadiyah, even serupa dengan Olympiade itu sesungguhnya telah menjadi budaya di lingkungan pendidikan Muhammadiyah. Sekalipun bentuk dan materi yang dilombakan masih sangat sederhana, namun yang pasti, iklim semacam itu telah berlangsung dan menjadi budaya cukup lama. Sebut saja misalnya Congres Moerid. Congres Moerid ini biasanya diselenggarakan setiap perayaan Congres (Muktamar) Muhammadiyah dan dibarengi dengan beberapa kegiatan lainnya seperti arak-arakan (pawai) murid dan warga Muhammadiyah, serta khitanan massal. Lantas, apa tujuan para pendahulu Muhammadiyah dalam menyelenggarakan Congres Moerid? Dalam notulen panitia Congres Moehammadijah ke XVII disebutkan bahwa tujuan Congres Moerid adalah (1) semua murid Muhammadiyah dapat berkumpul; (2) mendidik keberanian murid dalam berpidato; dan (3) bisa mengetahui hasil pendidikan dan pengajaran Muhammadiyah (Soeara Moehammadijah, 1928: 27). Tujuan yang pertama mengandung arti bahwa tali silaturrahim antarmurid Muhammadiyah senantiasa dibangun Muhammadiyah. Dengan berkumpul di suatu tempat secara bersama-sama, antarmurid Muhammadiyah dapat tukar pikiran, informasi dan juga pengetahuan. Selain itu, mereka juga bisa saling menyapa serta merasa bangga karena memiliki banyak saudara yang bersekolah di Muhammadiyah.
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 24 JUMADILAWAL - 8 JUMADILAKHIR 1433 H
CAKRAWALA Tujuan yang kedua adalah melatih keberanian berpidato. Dalam hal ini, masing-masing utusan dari sekolah Muhammadiyah menyajikan pelbagai tema pidato. Di antara mereka ada yang berpidato tentang kelahiran Nabi Muhammad saw dengan menggunakan bahasa Arab dan disalin bahasa Jawa; ada yang mengartikan maksud Qs. Al-Fatihah dalam tiga bahasa, Melayu, Jawa dan Belanda; dan ada yang berpidato dengan bahasa Belanda dengan mengajak semua anak-anak untuk masuk di sekolah Muhammadiyah. Semua pidato tersebut dinilai oleh para juri yang tidak lain adalah pengurus dan guru-guru Muhammadiyah. Di sini tampak bahwa Congres Moerid itu mengandung unsur kompetisi untuk mencari potensi dan bibit unggul yang berasal dari sekolah Muhammadiyah. Tujuan ketiga mengetahui hasil pendidikan dan pengajaran Muhammadiyah. Dalam istilah sekarang, tujuan Congres yang ketiga ini dikenal dengan pemetaan mutu pendidikan. Hasil penilaian para juri Congres Moerid dijadikan sebagai basis untuk mengukur tingkat keterserapan materi pembelajaran. Apakah materi yang diajarkan para guru Muhammadiyah dapat terserap murid dengan baik atau tidak. Keterserapan materi yang disajikan para guru itu setidaknya tercermin dari masing-masing materi pidato yang ditampilkan oleh utusan sekolah Karena itu, Muhammadiyah sebagai penyelenggara saat itu memiliki peta pendidikan yang dapat digunakan sebagai dasar evaluasi pembelajaran dan kebijakan. Pemaparan di atas jelas menggambarkan betapa tradisi Olympiade itu telah berurat-berakar dalam kultur pendidikan Muhammadiyah. Oleh karena itu, kegiatan tersebut bagi Muhammadiyah sejatinya bukanlah “barang baru”. Sebab, secara historis, kegiatan semacam Olympiade itu telah diselenggarakan oleh para pendahulu Muhammadiyah. Dalam bentuk kegiatannya yang masih sederhana, para pendahulu Muhammadiyah telah mewariskan tradisi baru dalam pendidikan, yang sejatinya melampaui tradisi-tradisi yang dibangun oleh lembaga pendidikan Islam pada umumnya. Para pendahulu Muhammadiyah telah berhasil memadukan antara kegiatan silaturrahim, kompetisi dan juga pemetaan mutu pendidikan Muhammadiyah melalui Congres Moerid. Hanya saja, tradisi besar itu lambat-laun mulai berlaku surut. Kegiatan serupa Congres Moerid itu mulai jarang diselenggarakan Muhammadiyah. Seiring dengan perjalanan waktu, even-even Olympiade pendidikan Muhammadiyah baru menemukan momentumnya kembali pada jelang Muktamar Muhammadiyah ke-45 di Malang. Pada saat itu, Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah periode 2000-2005 dipandang cukup berhasil dalam merangsang dan memberikan stimulasi agar tercipta tradisi Olympiade di sekolah-sekolah Muhammadiyah (Mohamad Ali, 2009: 140). Olympicad II di Yogyakarta Lantas, bagaimana dengan sekarang? Dalam rangka mewujudkan program revitalisasi pendidikan, Majelis
Dikdasmen Pusat Muhammadiyah (PPM) bekerjasama dengan Majelis Dikdasmen PWM D.I. Yogyakarta akan menyelenggarakan Olympiade Nasional Perguruan Muhammadiyah. Dalam even ini, Olympiade bukan saja semata-mata untuk membangun budaya kompetisi antarlembaga pendidikan Muhammadiyah, sehingga terlahir “bibit-bibit berkualitas unggul”. Tetapi, lebih dari itu, Olympiade juga menjadi ajang silaturrahim dan pemetaan potensi pendidikan Muhammadiyah se Indonesia. Dengan demikian, tujuan dari Olympiade Nasional Perguruan Muhammadiyah atau biasa disebut Olympicad II (Olympiade Ahmad Dahlan) ini memiliki kemiripan orientasi dengan diselenggarakannya Congres Moerid di Yogyakarta pada tahun 1928. Berdasar alasan itulah, barangkali, Majelis Dikdasmen PPM menunjuk DI Yogyakarta sebagai “tuan rumah” even Olympicad II. Sekalipun tempatnya di Yogyakarta dan tujuannya hampir sama, namun tetap saja ada pengembangan kegiatan Olympicad II dibandingkan Congres Moerid. Ditinjau dari segi kepesertaan, Olympicad II akan diikuti tenaga pendidik dan peserta didik sekolah/madrasah/pondok pesantren (ponpes) Muhammadiyah. Sedangkan, bidang yang dilombakan juga bukan hanya pidato murid dengan bahasa Arab dan Inggris, tetapi juga sains, matematika, seni tapak suci dan yang lainnya. Di samping itu, Olympicad II juga akan menyajikan beberapa kegiatan pendukung, seperti seminar nasional, pameran pendidikan dan pawai ta’aruf untuk peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan Muhammadiyah di DI Yogyakarta. Dalam upaya memupuk tali ukhuwah Islamiyah, Olympicad II juga nantinya akan menyajikan tour de Moehammadijah. Dengan demikian, kegiatan Olympicad II di Yogyakarta nantinya benarbenar diharapkan mampu menjadi “Muktamar Mini” bagi segenap warga Muhammadiyah se-Indonesia yang berkiprah dalam bidang pendidikan. Sebagai ikhtiar untuk memfasilitasi dan mendorong percepatan “lompatan” pendidikan Muhammadiyah, Olympicad II ini tentu butuh perhatian serius dari segenap pengelola di sekolah/madrasah/ponpes Muhammadiyah se-Indonesia. Bagaimana pun, even tersebut perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, sehingga jalinan ukhuwah antarlembaga pendidikan Muhammadiyah dapat senantiasa terjalin dengan baik. Untuk itu, mari kita songsong dan sukseskan kegiatan Olympicad II yang akan diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 10-12 Juli 2012 nanti. Semoga, Olympicad II tersebut dapat menjadi media penghubung tali silaturrahim dan kompetisi yang sehat antarlembaga pendidikan Muhammadiyah seIndonesia. Wallahu a’lam bissawab.l _______________________________________________________ Farid Setiawan, Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan sekarang sedang meneliti tentang Sejarah Sosial Pendidikan Muhammadiyah Pada Masa Kolonial Belanda. SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 16 - 30 APRIL 2012
55
SOHIFAH
DAKWAH BILHAL, MENYAPA DENGAN SOLUSI DAN BUKTI TAFSIR
A
da yang menarik ketika salah satu Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) di Jawa Tengah melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di suatu daerah dengan menggunakan Panti Asuhan Yatim (PAY) Muhammadiyah sebagai poskonya. Salah seorang mahasiswa peserta KKN, sekalipun kuliah di PTM dia adalah seorang Kristen yang taat. Hal ini dapat dilihat bagaimana dia setiap Minggu pagi datang ke gereja. Menariknya, melihat dia setiap Ahad pagi harus ke gereja sementara tidak membawa kendaraan, pengasuh panti asuhan tersebut tanpa berfikir apakah seorang Muslim boleh mengantarkan seorang Kristen ke gereja atau tidak, dengan setia dan ketulusannya setiap Minggu pagi mengantarkannya ke gereja. Hal ini dilakukannya selama KKN berlangsung. KKN pun usai, pemandangan seorang kader Muhammadiyah mengantarkan seorang Kristen untuk ibadah di gereja tak terlihat lagi. Waktupun terus berlalu, tiba-tiba dia datang ke panti untuk menemui sang pengasuh yang setia tadi dan mengatakan bahwa kini dirinya telah menjadi seorang Muslim. Mengapa, karena kagum akan ketulusan pengasuh panti yang setia mengantarkannya ke gereja. Apa yang dilakukan pengasuh panti tersebut adalah tindakan solutif karena memberi jalan keluar bagaimana seorang peserta KKN yang Kristen tadi bisa berangkat ke gereja. Sederhana memang, tetapi itulah bagian dari amalan utama (afdlal) sebagaiman Rasulalullah saw sabdakan bahwa salah satu amalan yang afdol adalah amal yang sederhana tetapi dilakukan secara terus-menerus. Dia tidak berdebat, menggurui bahkan tak pernah mengajaknya masuk Islam. Tetapi sebenarnya dia sedang dakwah dengan perbuatan, tidak dengan kata-kata apalagi sederet dalil. Hasilnya, orang lain dengan ketulusannya menjadi Muslim. Tentu saja peristiwa seperti ini tidak dapat digeneralisir bahwa setiap tindakan seperti itu akan membawa seseorang menjadi Muslim, tetapi inilah salah satu bentuk dakwah bil hal, cara dakwah yang menekankan pada kerja kongkrit, bukan wacana apalagi kata-kata. Lisanul hal afshahu min lisanil maqal (aksi nyata lebih baik daripada aksi lisan), kata DR Afifi dalam sebuah kajian tentang pengembangan masyarakat di FISIP UHAMKA Jakarta. Jika kita telusuri tradisi dakwah di tanah Jawa pada masa lalu sebagaimana diperlihatkan melalui upacara-upacara di tempat-tempat penyebaran Islam selalu terkait dengan makanan. Grebek besar di Masjid Agung Demak, sekaten di Keraton
Yogyakarta selalu identik dengan makanan, khususnya tumpeng. Bisa jadi para ulama dan juru dakwah terdahulu di Indonesia ketika berdakwah memang membawa makanan sebagai daya tarik di samping sebagai bukti kedermawanannya yang tidak hanya bisa bicara dalam membawa pesan-pesan agama tetapi juga dengan amal nyata, yakni memberi makan. Makanan pada waktu itu memang benar-benar untuk dikonsumsi oleh jamaah bukan untuk dijadikan benda keramat seperti terjadi sekarang ini. Pengkeramatan makanan pada upacara keagamaan adalah penyimpangan dari maksud awalnya yang perlu kita luruskan. Pelurusan bukan pada peniadaan makanan pada acara tersebut tetapi pada niat dan respon terhadapnya. Inilah salah satu misi purifikasi (pemurnian) Muhammadiyah. Branding Muhammadiyah Dakwah bil hal sebenarnya adalah branding (citra) Muhammadiyah. Ungkapan “sedikit bicara banyak bekerja”, “amal usaha Muhammadiyah” dan “hidup-hidupilah Muhammadiyah jangan mencari penghidupan di Muhammadiyah” mengandung konotasi pada aksi, perbuatan yang transformatif. Alfian menyebut KH A Dahlan sebagai the pragmatist, (dalam pengertian yang positif), seorang yang ingin menampilkan perilaku keberagamaan yang lebih menekankan pada fungsi, solusi dan substansi daripada prosedur dan birokrasi. Bukan berarti prosedur dan birokrasi tidak penting, tetapi hanya bukan sesuatu yang substantif. Bukti bahwa dakwah bilhal adalah branding Muhammadiyah dapat dilihat pada aktivitasnya yang banyak terkonsentrasi pada pelayanan, penyantunan dan pemberdayaan masyarakat. AUM dalam segala aktivitasnya mengandung tiga hal tersebut. Tidak berlebihan jika Muhammadiyah disebut sebagai agen penting yang sukses dalam merealisasikan dakwah bil hal. Sebab jika dakwah bil hal dipahami sebagai dakwah pembangunan dengan arah peningkatan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup rohani dan jasmani, maka Muhammadiyah dengan segudang aumnya telah menunjukkan buktinya. Mengutip tulisan Muhammad E. Ayyub (1996 : 9), dakwah bil hal diartikan sebagai kegiatan yang bercorak sosial ekonomi, pendidikan dan kesejahteraan sosial serta peningkatan taraf hidup umat untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup lahir dan batin dapat dikatakan sebagai dakwah bi hal, yang kadang disebut juga sebagai dakwah pembangunan dan dakwah pemberdayaan. Bahkan Muham-
SOHIFAH madiyah telah melakukan lebih dari pembangunan dan pemberdayaan, tetapi juga penyantunan.
Pemberdayaan Kaum Pinggiran Dakwah bil hal ditekankan pada pembangunan kualitas SDM, pengentasan kemiskinan, memerangi kebodohan dan keterbePrinsip Dakwah Muhammadiyah lakangan serta pembebasan (liberasi). Pendeknya, dalam konMuhammadiyah sadar bahwa Islam diturunkan untuk mem- teks ini juru dakwah akan menyapa dan memberikan sentuhan beri solusi bagaimana hidup yang baik dan benar, bukan menjadi kaum marginal. beban. Kewajiban yang diperintahkan Allah kepada umat maSentuhan Muhammadiyah terhadap kaum marginal telah nusia hakekatnya adalan jalan kebaikan bukan beban yang terekspresikan salah satunya melalui penyantunan terhadap memberatkan. Kewajiban menjadi berat karena kita mem- anak yatim melalui lembaga yang bernama PKO (Penolong persepsikannya sebagai beban. Itulah sebabnya salah satu prin- Kesengsaraan Oemoem), sebuah lembaga yang berdiri tahun sip dakwah Muhammadiyah adalah bagaimana menampilkan 1918 untuk menolong para korban meletusnya gunung Kelud Islam yang mudah (taisir) dan menggembirakan (tabsyir) di tahun 1921. Lembaga ini menjadi bagian dari Muhammadiyah samping tujuh prinsip lainnya, yaitu amar ma’ruf nahi munkar, yang tidak hanya menangani bencana alam tetapi juga anak istiqamah, mashlahat, strategis, terus-menerus (kontinyuitas), yatim (Deliar Noer, 1996 : 90). sistematis, fleksibel dan efisien dan efektif. (Tanfidz Rakernas Dalam perkembangannya, penyantunan anak yatim menjadi Majelis Tabligh & Dakwah Khusus PP Muhammadiyah, 2001). lebih domonan dibandingkan yang lain. Hal ini bisa jadi karena Dakwah bil hal hakekatnya juga merupakan pengejawan- dalam Al-Qur’an maupun Hadits kata yatim paling banyak muntahan dari ayat Al-Qur’an dalam surat Ash-shaf ayat 10-11: Hai cul bahkan menjadi salah satu nama suratnya, yakni Al-Ma’un. orang-orang yang beriman, Dari sini pula populer istilah sukakah kamu Aku tunjukkan Teologi Al-Ma’un di Muhamsuatu perniagaan yang dapat madiyah. menyelamatkan kamu dari Kini komunitas umat yang azab yang pedih? (yaitu) bisa kita kategorikan sebagai kamu beriman kepada Allah kaum dlu’afa atau marginal tak dan Rasul-Nya dan berjihad lagi sebatas anak yatim, tetapi di jalan Allah dengan harta dan telah sedemikian luas dan jiwamu. Itulah yang lebih baik beragam. Sebab banyak bagi kamu jika kamu komunitas sengsara yang mengetahuinya. Dalam ayat kini mendesak menunggu ini jihad dimulai dari sentuhan tangan lembut Dakwah bil hal di daerah korban bencana alam sangat penting. pengorbanan terhadap harta Muhammadiyah untuk dibuatyang kita miliki baru disusul dengan jiwa. Ayat ini pernah menjadi nya lebih berdaya. Anak jalanan, pengamen, kaum waria, PSK, dasar gerakan kelaskaran Angkatan Oemat Islam (AOI) di narapidana, korban narkoba, adalah sebagian dari mereka yang Kebumen. KH Abdurrahman Mahfudz sebagai pendiri dan pe- belum sepenuhnya disentuh oleh dakwah Muhammadiyah. mimpin AOI yang sangat kharismatik selalu memerintahkan Mereka adalah “orang-orang sakit” yang memerlukan pertolongan kepada anggotanya agar logistik yang berupa bahan makanan untuk sembuh terbebas dari keterpinggirannya. harus telah tiba terlebih dahulu di tempat perjuangan sebelum Penutup pasukan tiba. Di tengah-tengah kegelisahan umat terhadap rumitnya perDi samping itu, begitu banyak ayat Al-Qur’an yang dirangkai soalan bangsa dan kejenuhan menyaksikan drama atau mungkin antara kata amanu (orang-orang yang beriman) dan amilu ash- juga sandiwara yang senantiasa menghiasi panggung republik shalihat (beramal shalih). Iman dan amal adalah kata yang ini setiap hari dengan cerita korupsi Wisma Atlet, Hambalang, ibarat dua sisi mata uang yang bisa dibedakan tetapi tidak mungkin cek perjalanan seperti tak menemukan endingnya dari episode dipisahkan. Amal shalih adalah dimensi praksis dari iman yang demi episode, dakwah bil hal menjadi alternatif yang relatif solutif dapat dimanifestasikan melalui dakwah bil hal. agar umat lebih berdaya, mandiri dan berkemampuan daya Penekanan aktivitas dakwah bil hal adalah pada pember- saing. Dengan dakwah bil hal, agama tidak hanya berbicara dayaan umat. Karena pemberdayaan, maka model dakwahnya apa yang sebaiknya dan seharusnya manusia lakukan, tetapi adalah partisipatoris. Para dai memberi ruang yang memadai juga melihat apa yang manusia butuhkan. Agama tidak hanya kepada obyek dakwah (mad’u) untuk mengekspresikan menasihati dengan janji surga bagi siapa yang menepati, tetapi keinginannya. Hubungan yang ada antara dai dan mad’u adalah juga memberi bukti dan solusi nyata bagi kehidupan manusia.l bersifat kemitraan yang terbebas dari sikap feodalistik. Pesan- ____________________________________________________ pesan agama melalui lesan yang bersifat indoktrinasi hanya Tafsir, Sekretaris PWM Jawa Tengah dan Dosen Fak. Ushuliddin memiliki porsi yang kecil sebab bukan menjadi prioritas. IAIN Walisongo Semarang.
S S II L L A A T T U U R R A A H H II M M LAHIR: l Fathan Al-Maisan Izzat Nasution, anak pertama pasangan Harta Mulyadi Nst dan Annagian Nst, 13 Maret 2012, di Panyabungan.
MENIKAH: l Suriani Syamsudin, SPd dengan Muh Arief Mallarangeng, 15 Februari 2012, di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. l RA Dwi Sinilawati binti M Haris dengan Aziz Daryoko bin Sihar Ahmadi, di Ayah, Kebumen, Jawa Tengah. l Husniah Saleh Laso dengan Asri Mustafa, 3 Maret 2012, di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. l Hikmah Abbas, AMK dengan Alif Narundana Adha, 5 Maret 2012, di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. l Fitrilia Aysah, SPd binti Drs H Atang Sabillarrosyad dengan Taufiq Pribawanto bin Drs H Parwoto, 10 Maret 2012, di Godean, Sleman, Yogyakarta. l Adeek Aster Sibiranti binti H Surisman Marah dengan Mohd Firdaus bin Abdullah bin Abdul Rahman (alm), 17 Maret 2012, di Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta. l Devi Intan Pramita, SE binti M Budi Sulistyo, SPd dengan H Gesang Wisnu Suharto, SE bin H Suharto, 23 Maret 2012, di Kesatrian, Rowosari, Kendal, Jawa Tengah. l Prawangsa Sam Putra bin H. Muh Ilyas dengan Intan Aprilli Ramadhani binti Hadianto, 7 April 2012, di Perum. Pendowoharjo Indah, Sewon, Bantul.
MENINGGAL: l M Saleh Laso, SPd (59 tahun), guru SD Muhammadiyah 2 Pare-Pare, 23 Februari 2012, di Pare-Pare, Sulawesi Selatan.
JALAN PINGGIR Kekerasan terhadap perempuan hingga saat ini masih banyak terjadi di berbagai wilayah di Tanah Air. Mungkin, perempuan hanya dianggap sebagai babu. *** Walaupun harga bahan bakar minyak batal naik, namun harga bahan kebutuhan pokok tetap tinggi. Biasanya, kalau sudah naik, sulit untuk turun. *** Sebanyak 14,25 ton ikan teri ilegal asal Malaysia diamankan oleh petugas keamanan. Masa, ikan teri saja harus mendatangkan dari negara lain. *** Kementerian Kesehatan diminta untuk melindungi profesi tukang gigi yang jumlahnya cukup besar di Indonesia. Apalagi, menjelang pemilu, sudah banyak politisi yang mulai unjuk gigi. *** Gelar Doktor Presiden Hongaria dicabut, karena karyanya dinilai menjiplak atas karya orang lain. Kalau gelar Doktor Presiden Republik Indonesia, dijamin asli dan halal. *** Pola seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri atau SNMPTN mulai tahun 2013 akan berubah. Berubah maning, berubah maning. Kapan selesainya?? *** Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengatakan, jaringan pemasaran produk pertanian kurang terbangun. Kalah bersaing dengan jaringan importir dari negara lain.
l Wakidin Hadi Suwarno (mantan karyawan PP Muhammadiyah), 13 Maret 2012, di Minggir, Sleman, DI Yogyakarta. l Zainus Sholeh, BA (62 tahun), Wakil Ketua PCM Ungaran, Kabupaten Semarang, 19 Maret 2012, di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
58
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 24 JUMADILAWAL - 8 JUMADILAKHIR 1433 H
*** Harga bahan bangunan merambat naik. Rakyat semakin terjepit *** BUNG SANTRI
DI ANTARA KITA
REVITALISASI SEKOLAH MUHAMMADIYAH DI KABUPATEN SLEMAN
S
esuai dengan amanat Muktamar Muhammadiyah 1 Abad yang lalu, revitalisasi sekolah Muhammadiyah adalah keharusan agar sekolah Muhammadiyah di abad 2 ini diharapkan senantiasa mampu gerak melintasi zaman menuju peradaban utama. Kabupaten Sleman yang memiliki 77 SD/MI, 25 SMP dan 22 SMA/SMK berikhtiar di abad ke-2 ini Majelis Dikdasmen PDM Sleman mewujudkan revitalisasi sekolah Muhammadiyah. Berbagai gebrakan telah dilakukan. Mulai dari Baitul Arqam seluruh Guru DPK dan GTT/GTY SMP se-Kabupaten Sleman bersama BKS SMP, MPK PWM DIY dan MPK PDM Sleman, Pembinaan seluruh Guru dan Karyawan SD/MI, SMP dan SMA/SMK secara intensif. Di Bulan Januari 2012 mendatangkan Prof DR H Abdul Malik Fadjar, MSc dan Bulan Februari 2012 menghadirkan Prof DR Imam Robandi, MEng di SMK Muh. Pakem sampai dengan penyelenggaraan Olimpiade Matematika, IPA, Pidato Bahasa Arab dan Inggris Mapel ISMUBA dan Seni Beladiri Tapak Suci Putera Muhammadiyah tingkat SD/MI dan SMP Muhammadiyah seKabupaten Sleman tanggal 4 Maret 2012 yang lalu. Olimpiade yang baru pertama kali ini mengambil tema “Membangun Sinergi Dan Kompetensi Mutu Dan Kualitas Sekolah Muhammadiyah Di Kabupaten Sleman”. Menurut Ketua Majelis Dikdasmen PDM Sleman Drs H Sukirman, M Yusuf olimpiade bertujuan membangun tali silaturahim dan membiasakan budaya kompetisi antarsekolah Muhammadiyah se-Kabupaten Sleman, selain itu juga sebagai wahana pencarian “bibit unggul” untuk berkompetisi di ajang olimpiade sekolah Muhammadiyah tingkat nasional, yang akan diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 10 Juli 2012 yang akan datang. Pelaksanaan Olimpiade ini diberikan dukungan penuh oleh Prof DR H Abdul Malik Fadjar, MSc dan pihak kampus UAD. Bahkan soal dan dewan juri seluruhnya dari kampus UAD. Ini menunjukkan kolaborasi PTM dengan Sekolah Muhammadiyah khususnya di Kabupaten Sleman. Keikutsertaan peserta menurut Ketua Panitia, Solihin, MA sekaligus kepala sekolah SD Muhammadiyah Condongcatur 95% dari jumlah total SD
dan SMP Muhammadiyah se-Kabupaten Sleman. Walau awalnya sempat dikhawatirkan jumlah peserta, namun pada waktu pelaksanaannya banyak yang mengikuti dan berjalan dengan lancar. Untuk tempat pelaksanaan menggunakan kompleks Sekolah Muhammadiyah di Kecamatan Depok, yakni: SD Muhammadiyah Condongcatur untuk Olimpiade MIPA SD dan SMP. SMP Muhammadiyah 3 Depok untuk Olimpiade Pidato Bahasa Arab dan Bahasa Inggris SD dan SMP dan SMP Muhammadiyah 2 Depok untuk Lomba Seni Beladiri Tapak Suci Putra Muhammadiyah. Hasil kejuaraan umum sebagaimana dituturkan sekretaris panitia Abdulah Mukti, SPdI yang juga kepala sekolah SMP Muhammadiyah 1 Depok, untuk tingkat SD yakni SD Muhammadiyah Condongcatur dan tingkat SMP yakni SMP MBS (Muhammadiyah Boarding School). Beliau juga menambahkan bahwa piala bergilir diserahkan langsung oleh Rektor UAD Bapak Drs H Kasiyarno, MHum dan Ketua PWM DIY dr Agus Taufiqurrahman, MKes, SpS di perhelatan penutupan Olimpiade pada tanggal 11 Maret 2012 yang bertempat di Gedung PDM Kabupaten Sleman yang baru di Sawahan Pandowoharjo Sleman. Acara penutupan yang bertempat di PDM ini juga bertujuan untuk mensyi’arkan gedung PDM yang telah diresmikan dan dipergunakan secara operasional mulai bulan Nopember 2011 yang lalu. Pada acara penutupan, Ketua PWM dr Agus Taufiqurrahman, MKes, SpS menegaskan bahwa apa yang telah dilakukan oleh Majelis Dikdasmen PDM Sleman harus terus dan berkelanjutan dilakukan guna meningkatkan mutu dan kualitas sekolah Muhammadiyah. Rektor UAD juga menawarkan kerja sama pembinaan dan pengembangan sekolah Muhammadiyah di Kabupaten Sleman...MAJU TERUS SEKOLAH MUHAMMADIYAH SLEMAN..... KEMBALI KE JOGJA DI MULAI DARI SLEMAN.... Pekikan semangat terpatri di sekolah Muhammadiyah yang ada di Kabupaten Sleman. Perlahan namun pasti sekolah Muhammadiyah di kabupaten Sleman akan menunjukkan perubahan yang signifikan.l (Adv) SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 16 - 30 APRIL 2012
59
DI ANTARA KITA
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Purwokerto
TAK PERLU DIRAGUKAN, KARENA MAMPU BERSAING SECARA GLOBAL
F
akultas Teknik Universitas Muhamdosen Fakultas Teknik mendapatkan dana madiyah Purwokerto (FT UMP) penelitian dari DIKTI sebanyak 7 judul pada tahun merupakan salah satu fakultas termuda 2012 dengan dana tiap judul 50 juta rupiah. “Hal yang ada di UMP. Sejak didirikan pada tanggal 1 ini menunjukkan bahwa penelitian-penelitian di Juni 1995, FT UMP berhasil mengembangkan Fakultas Teknik berkualitas. Staf dosen juga telah diri dengan membuka 4 program studi yaitu mampu bersaing secara nasional dengan menjadi Teknik Sipil, Teknik Kimia, Teknik Elektro dan finalis lomba penelitian yang diselenggarakan oleh Teknik Informatika. Menurut Dekan Fakultas Persatuan Insinyur Indonesia (PII),” paparnya Teknik Anwar Ma’ruf, ST, MT, ada 3 misi yang mantap. hendak dicapai oleh FT UMP. Pertama: Berbicara tentang prestasi mahasiswa, pada Dekan Fak. Teknik Menyelenggarakan pendidikan dan pengabdian tahun 2012, sebanyak 2 judul penelitian mahasiswa Anwar Ma’ruf, ST., MT. secara profesional serta menjalankan manaFakultas Teknik mendapatkan dana dari DIKTI jemen fakultas untuk menghasilkan lulusan yang profesional di melalui Program Kreativitas Mahasiswa. Pada tahun 2009, bidang teknik dan siap kerja. Kedua: Melaksanakan pendidikan mahasiswa Fakultas Teknik berhasil menjadi finalis pada Pekan berbasis teknologi informasi dan komputer, serta penelitian dan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) di Universitas Brawijaya pengabdian yang inovatif sesuai dengan perkembangan zaman. Malang. Sedangkan untuk pengabdian kepada masyarakat, Ketiga: Menanamkan nilai-nilai Islam yang universal kepada dosen-dosen telah melakukan pengabdian kepada masyarakat seluruh civitas akademika secara komprehensif. sesuai bidangnya masing-masing. Beberapa dosen juga diminta sebagai narasumber pada pelatihan-pelatihan yang dilakasanakan oleh instansi pemerintah seperti Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop), dan lain-lain. Anwar Ma’ruf bersyukur, bahwa Fakultas Teknik berhasil menghasilkan lulusan yang mampu menerapkan etika profesi berdasarkan nilai Islami. Meningkatkan kompetensi dosen melalui studi lanjut dan pelatihan. Mewujudkan sistem organisasi dan manajemen yang rapi, efektif dan efisien sehingga mampu memberikan pelayanan administrasi yang memuaskan pengguna. Semua program studi telah memenuhi standar ataupun peraturan pemerintah, sehingga lulusannya dapat diakui Kelas Double Degree Prodi Teknik Informatika UMP dengan oleh instansi pemerintah maupun swasta. NIIT India Khusus untuk Prodi Teknik Informatika, telah menggunakan Dalam perkembangannya, menurut Anwar Ma’ruf, ada kelas internasional yang bekerja sama dengan NIIT dari India. beberapa hal yang telah dicapai antara lain, di bidang akademik Lulusan TI UMP akan mendapat tiga ijazah, yaitu SKom dari TI semua program studi telah terakreditasi oleh BAN BT, fasilitas (kurikulum nasional), Diploma dari NIIT India dan Diploma I laboratorium yang telah memenuhi SML (Standar Minimal Bahasa Inggris dari NIIT India. Dengan demikian diharapkan Laboratorium), ruang kuliah dan fasilitas yang menggunakan lulusan TI mampu bersaing dan diakui di dunia global. Lulusan multimedia. “Fakultas Teknik juga selalu berupaya untuk FT UMP juga telah banyak yang bekerja baik di Instansi menciptakan atmosfer akademik yang nyaman sehingga dapat Pemerintah maupun swasta, baik dalam negeri dan luar negeri. mendukung kegiatan PBM, menghasilkan lulusan yang Itu artinya lulusan FT UMP mampu bersaing di dunia global. profesional, siap kerja dan berjiwa entrepreneurship dan Anwar berpesan, “FT UMP telah mampu menunjukkan mewujudkan kerja sama dengan pihak industri dan kinerjanya yang baik, oleh karena itu kepada masyarakat agar pemerintahan untuk meningkatkan profesionalitas mahasiswa tidak ragu-ragu untuk meneruskan pendidikan putra-putrinya di dan lulusan,” katanya menjelaskan. FT UMP, Ya, fakultas ini berhasil membuktikan eksistensinya Masih menurut Anwar Ma’ruf, di bidang penelitian, dosen- dengan baik,” ujarnya.ladv 60
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 24 JUMADILAWAL - 8 JUMADILAKHIR 1433 H
DI ANTARA KITA
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto
MILIKI SISTEM DAN RELASI YANG BAIK, SERTA ALUMNI YANG KOMPETEN
F
akultas Pertanian UM Purwokerto didirikan juga di bidang kewirausahaan. Fakultas pertanian bersamaan dengan tiga fakultas lain, yaitu UMP senantiasa ingin menciptakan insan Fakultas Ekonomi, Perikanan, dan Teknik pembaru di bidang pertanian, dan itu dibuktikan sejak alih bentuk dari IKIP Muhammadiyah dengan berdirinya warung organik yang menjual Purwokerto menjadi UM Purwokerto berdasarkan produk-produk pertanian hasil buatan surat Keputusan Mendikbud No. 345/DIKTI/1995. mahasiswa pertanian UMP. Es krim ketela Pada saat didirikan Fakultas Pertanian UMP adalah salah satu produk andalannya. Dan memiliki 2 (dua) Program Studi, yaitu Hortikultura ternyata, makanan ini berhasil menarik minat dan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis. mahasiswa UMP. Pada perkembangannya, fakultas pertanian Bambang meyakinkan bahwa alumnus FT Dekan Fak. Teknik terus melakukan perubahan, berdasarkan UMP akan bisa diserap oleh dunia kerja dengan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Ir. Bambang Nugroho, MP baik, selain karena memiliki ikatan alumni yang Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor : kuat, alumni UMP sudah siap terjun ke dunia nyata baik sebagai 163/DIKTI/KEP/2007 tentang penataan dan kodifikasi program pekerja maupun wiraswasta. “Kami berharap masyarakat tidak studi di perguruan tinggi, program studi pada fakultas pertanian ragu untuk menitipkan putra-putrinya di fakultas ini, khususnya UMP berubah nama menjadi program studi Agribisnis dan Agroteknologi/Agroekoteknologi. Ir Bambang Nugroho, MP. selaku Dekan Fakultas Pertanian memiliki tekad yang kuat bagi kemajuan fakultas ini. Alhasil, tingkat kenaikan peminat fakultas pertanian UMP semakin baik dari tahun ke tahunnya. “Kita sama-sama mengetahui bahwa Jawa Tengah adalah lumbung pangan nasional. Saya memiliki keinginan agar mahasiswa kita mampu berperan dalam menciptakan komoditas pangan nasional. Untuk tercapainya tujuan tersebut, fakultas pertanian melakukan kerjasama dengan kelompok tani lokal yang ada di Waroeng Organik Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto daerah Banyumas,“ katanya. Bambang juga menjelaskan bahwa salah satu tujuannya adalah bagi warga Muhammadiyah. Kita memiliki sistem pendidikan agar mahasiswa memiliki ruang untuk mengaplikasikan kajian yang baik, relasi yang baik dan alumni yang kompeten,” ujarnya. keilmuannya. “Dengan begitu mereka bukan hanya memahami Bambang juga mengingatkan bahwa Negara kita adalah Negara agraris, oleh karena itu “Kebutuhan tenaga agraris akan selalu teori tetapi juga praktik,” tandasnya. Fakultas Pertanian UMP juga memiliki komitmen kuat yang dibutuhkan, dan kami siap mencetak tenaga professional di bukan saja menciptakan profesional muda di dunia kerja tetapi bidang pertanian,” tandasnya mantap.l adv SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 16 - 30 APRIL 2012
61
IBRAH
P E R M ATA H AT I
N
abi berkisah tentang tiga orang dari umat terdahulu yang terperangkap di sebuah gua. Sebongkah batu besar menimpa dan menutupi mulut gua itu. Seorang di antara ketiganya lalu mengadu kepada Allah: “Ya Tuhan, saya memiliki dua orangtua yang sudah lanjut usia. Saya tidak mau memberikan minum kepada keduanya kecuali dengan tanganku sendiri. Suatu hari aku pergi mencari kayu bakar hingga kemalaman dan menemukan kedua orangtuaku telah tertidur lelap. Di tanganku telah kusediakan minuman susu perah untuk keduanya tapi aku segan untuk membangunkannya hingga fajar tiba. Ketika mereka bangun aku masih memegang gelas susu itu, lalu mereka meminumnya. Ya Allah, jika sekiranya perbuatan itu kulakukan demi mencari ridla-Mu, maka bebaskan kami dari himpitan batu besar ini”. Batu raksasa itu tiba-tiba bergeser, meski belum cukup untuk keluar. Lalu, dua orang kawannya berkisah tentang perbuatan baik yang pernah mereka lakukan, yakni terbebas dari zina dan menyimpan upah pekerja hingga berlipatganda, yang diadukan kepada Tuhan sebagai perbuatan baik demi meraih ridla-Nya. Singkat kisah, batu itu tiga kali terbuka sampai penuh dan mulut gua terbuka lebar. Selamatlah ketiganya dari musibah gua itu. Kisah tersebut, sebagaimana terungkap dalam Hadits Nabi yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Abu Abdurrahman Abdullah Ibn Umar Ibn Khattab, menunjukkan tentang kemuliaan ikhlas. Namun secara khusus, dari kisah orang shalih yang pertama juga mengandung pelajaran tentang nilai kebaikan si anak terhadap kedua orangtuanya yang diganjar Tuhan dengan bebas dari musibah. Kebaikan terhadap kedua orangtua atau birr al-walidain berbanding lurus dengan pahala dan keridlaan Allah. Sungguh beruntung dan berbahagia orangtua yang memiliki anak yang shalih atau shalihat. Hati, pikiran, sikap, dan tindakannya selalu berbuah kebaikan. Anak-anak yang menjadi idaman setiap orangtua sepanjang sejarah, sebagaimana Ibrahim alaihissalam berdoa: “Ya Allah berilah kami anak yang shalih”. Dari Ibrahim lahirlah Ismail dan Ishaq yang menjadi Nabi penerus dan dikenal sangat berbakti kepada orangtuanya. Itulah anakanak yang menjadi generasi permata hati atau “qurrat a’yunin” sebagaimana doa yang diajarkan Allah dalam Al-Qur’an: “Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-
62
orang yang bertakwa” (Qs Al-Furqan: 74). Sungguh tak mudah memperoleh generasi atau anak yang shalih. Nabi Adam memiliki Qabil yang pembunuh, selain Habil yang baik hati. Nabi Luth mempunyai anak yang pembangkang hingga ditelan banjir bandang. Banyak kisah anak durhaka dalam sejarah para Nabi dan umat terdahulu sebagai ibrah atau pelajaran untuk para orangtua dan generasi saat ini. Di negeri ini bahkan banyak legenda seperti Malin Kundang, yang menunjukkan kedurhakaan anak terhadap orangtuanya terutama tatkala meraih sukses. Dari kandungan hingga lahir dan tumbuh besar diasuh dengan penuh kasih sayang, lahir dan batin. Setelah dewasa dan sukses dalam hidupnya, kemudian tidak mengakui keberadaan kedua orangtuanya karena malu. Air susu dibalas air tuba, begitulah kata peribahasa. Namun anak juga lahir tidak di ruang kosong. Tidak jarang salah asuh dan salah didik plus lingkungan yang buruk, sehingga melahirkan anak atau generasi yang tidak pandai berbakti kepada kedua orangtua. Di sinilah pentingnya mendidik gaya Lukman al-Hakim yang harus dilakukan setiap orangtua terhadap anak-anaknya. Anak yang shalih lahir dalam buaian dan lingkungan yang tentu shalih, begitu sebaliknya. Meskipun terdapat pula kondisi tertentu ketika anak yang shalih juga ada yang lahir dari keluarga dan lingkungan yang sebenarnya tidak shalih atau sebaliknya. Tetapi segala ikhtiar dalam mendidik anak menjadi sebuah keniscayaan, yang memerlukan berbagai cara dari lahir hingga batin, termasuk lewat untaian-untaian doa tulus ke haribaan Allah SwT. Anak yang lahir dalam didikan ruhani yang baik dan belaian kasih sayang yang tulus tentu membentuk generasi yang pandai bersyukur kepada Allah sekaligus berbuat baik kepada kedua orangtuanya serta ihsan kepada sesama. Namun anak yang tumbuh dalam kemanjaan serba lahiriah minus didikan ruhani yang memadai, tidak jarang berkembang menjadi ringkih dan sering kehilangan tanggungjawab hatta kepada dirinya sendiri. Sementara anak yang tidak memperoleh didikan dan belaian kasih sayang orangtuanya yang mencukupi kemudian sering tumbuh menjadi generasi salah asuh yang rapuh. Sungguh, tak mudah mendidik anak dan generasi bangsa dalam keseimbangan lahir dan batin, dunia dan akhirat. Melahirkan permata hati yang indah memang tak mudah. Setiap orangtua sangat mendambakannya, namun tak mudah menggapainya.l A. Nuha
SUARA MUHAMMADIYAH 08 / 97 | 24 JUMADILAWAL - 8 JUMADILAKHIR 1433 H