SALAM REDAKSI KUNJUNGAN-KUNJUNGAN PENTING KE SUARA MUHAMMADIYAH
SAJIAN UTAMA Berpuluh tahun isu pemurtadan menghantui umat Islam Indonesia. Bagaimana dan apa sesungguhnya yang terjadi?
KALAM Bagaimana upaya kita, agar dakwah bilhal efektif menghadapi pemurtadan?
TANYA JAWAB AGAMA Mengapa perempuan boleh menjadi pemimpin?
KRONIK DUNIA ISLAM Assalamu’alaikum wr. wb. Pembaca yang terhormat, kami dari Suara Muhammadiyah selalu menganggap penting setiap kunjungan tamu dari mana pun datangnya ke kantor kami. Sebab, dari kunjungan itu banyak manfaat yang dapat diperoleh. Kami dapat saling tukar pengalaman, ilmu, pengetahuan dan bersilaturahim. Beberapa hari lalu, Suara Muhammadiyah menerima kunjungan dari peserta Darul Arqam Madya IMM Cabang Bulak Sumur Karang Malang (BSKM UGM). 30 mahasiswa berasal dari seluruh penjuru tanah air. Mereka datang dan berbincang-bincang dengan Mustofa W Hasyim dan Deni Al Asy’ari seputar kerja jurnalistik. Kunjungan kedua, dari Mahasiswa/i Universitas Muhammadiyah Magelang (UMM) yang memperoleh beasiswa. Mereka berjumlah sekitar 20 orang dan diterima oleh Didik Sujarwo Isngadi Marwah Atmadja dan Deni al Asy’ari. Kunjungan ketiga adalah dari rombongan pendiri, pengurus, dan guru Pondok Pesantren Zam-Zam Banyumas. Rombongan terdiri 25 orang, selain bersilaturahim, tukar pikiran juga menjalin kerjasama dalam banyak hal. Rombngan diterima Didik Sujarwo, Isngadi Marwah Atmadja serta Deni al Asy’ari. Demikianlah, hadirnya tamu ke kantor kami selalu kami sambut gembira. Sebab semua tamu, dari manapun datangnya, potensial menjadi mitra atau partner kami di kemudian hari. Sampai jumpa edisi mendatang. Wassalamu’alaikum wr. wb. REDAKSI
Teriakan “Matilah Amerika!” terdengar membahana di bumi Afganistán. Hadirnya ‘pasukan biadab’ dari negeri seberang yang suka menghina Islam dan menghina manusia itu perlu diakhiri segera
MENU 04 TAJUK RENCANA 07 SAJIAN UTAMA 12 BINGKAI 17 TANYA JAWAB AGAMA 21 TAFSIR AL-QUR’AN 23 HADITS 27 PEDOMAN 31 KHUTBAH 39 LAZIS 43 KALAM 44 HUMANIORA 46 SAKINAH 50 WAWASAN 56 SOHIFAH 59 DINAMIKA PERSYARIKATAN
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 1 - 15 APRIL 2012
3
TAJUK RENCANA
U
jung tombak Islam di dunia nyata terletak pada dakwah. Dakwah ialah segala usaha untuk mengajak setiap orang meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat. Namun dakwah sebagai pilar utama mewujudkan Islam dalam kehidupan bukanlah sekadar kegiatan ikhtiar lisan atau tulisan yang dikenal dakwah bi-lisan. Dakwah juga tidak kalah pentingnya diwujudkan dalam ikhtiar-ikhtiar tindakan nyata, yang dikenal dakwah bil-hal. Antara dakwah bilisan dan bil-hal merupakan satu kesatuan ibarat koin mata uang, yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan tetapi harus berjalan integral. Dakwah Islam di negeri ini tidaklah berlangsung di ruang vakum. Islam di negeri ini telah berlangsung lama sejak masuk ke Nusantara pada abad ke-7 atau abad ke-13. Perkembangan dan keadaan kehidupan umat Islam saat ini merupakan hasil dari proses dakwah Islam yang disebut Islamisasi yang panjang itu. Muhammadiyah sendiri sebagai gerakan dakwah Islam sudah melaksanakan misi mulia itu seratus tahun dengan segala pasang surutnya. Dalam pergumulan dakwah yang menyejarah itu tentu patut disyukuri hingga mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Tidak ada negeri dengan jumlah penduduk yang besar seperti Indonesia memiliki jumlah pemeluk Islam yang sangat besar, sekitar 204 juta sampai pada tahun 2010. Namun diakui pula umat Islam yang mayoritas di negeri ini masih banyak memiliki kelemahan, sehingga pekerjaan dakwah pun masih meniscayakan perbaikan, pengembangan, penyempurnaan, bahkan pembaruan. Umat Islam masih banyak yang miskin secara ekonomi yang berdampak luas pada kondisi dhu’afa dan mustadh’afin. Masalah lain masih menghinggapi umat ini seperti kelemahan dalam politik dan bidang-bidang lainnya, sehingga jumlah mayoritas belum berbanding lurus dengan kualitas dan peran-peran strategis yang menentukan hitam-putih atau merah-putihnya negeri dan bangsa ini. Sementara tantangan dari luar tidak kalah beratnya menghadang di depan umat Islam. Misi dan gerakan-gerakan keagamaan lain berlangsung intensif, menyentuh akar rumput, dan melakukan fungsi-fungsi kultural sehingga dipandang semakin menyatu dengan denyut nadi kehidupan masyarakat. Sedangkan perkembangan dunia luar semakin kompleks seperti globalisasi, modernisasi tahap lanjut atau posmodernisasi, pengaruh politik dari dalam negeri hingga luar negeri, ekspansi ekonomi liberal dan neoliberal sebagai raksasa paling berpengaruh dalam kehidupan umat manusia dan masyarakat saat ini. Karenanya dakwah Islam baik bi-lisan maupun bil-hal semakin berat dan juga kompleks. Termasuk yang dilakukan Muhammadiyah. Baik secara bi-lisan maupun bil-hal sangat diperlukan pemikiran baru, strategi baru, dan langkah-langkah baru yang lebih unggul lebih dari sekadar dakwah yang bersifat lama atau konvensional. Dakwah tidaklah cukup ceramah dan terbatas pengajian, selain mereduksi dakwah sekadar bi-lisan minus bil-hal, karena demikian kompleksnya masalah dan tantangan. Apalagi manakala penyiaran Islam yang bersifat serba lisan itu serba normatif, hitam-putih, kering wawasan dan pemikiran, serta memakai metode-metode yang sudah kadaluwarsa. Padahal umat maupun masyarakat luas sekarang ini semakin heterogen, kritis, dan berkembang jauh dari masa lampau. Demikian halnya tantangan dakwah Muhammadiyah. Menghadapi misi agama lain dan gerakan-gerakan keagamaan lain pun tidak bisa sekadar mengimbangi dengan metode lisan dan verbal, apalagi dengan memakai gaya lama. Diperlukan dakwah bi-lisan dan bil-hal yang menyeluruh disertai pemikiran, strategi, langkah, dan daya dukung yang unggul lebih daripada yang dimiliki pihak lain. Manakala sekadar menjadikan isu dari podium ke podium segalak apa pun, lama kelamaan akan ketinggalan langkah. Dakwah Muhammadiyah bagaimanapun selain membawa misi Islam yang kaya dan menyeluruh, mengintegrasikan bi-lisan dan bil-hal, disertai strategi, langkah, dan daya dukung yang serba unggul. Pada saat dan proses yang sama dakwah meniscayakan pembaruan sehingga tampil serba unggul dan berkemajuan.l HNs. PENASIHAT AHLI: H Din Syamsuddin, HM Amien Rais. PEMIMPIN UMUM: H Ahmad Syafii Maarif. WAKIL PEMIMPIN UMUM: HA Rosyad Sholeh. PEMIMPIN REDAKSI: H Haedar Nashir. WAKIL PEMIMPIN REDAKSI: HM Muchlas Abror. PEMIMPIN PERUSAHAAN: Didik Sujarwo. DEWAN REDAKSI: HA Munir Mulkhan, Sjafri Sairin, HM Sukriyanto AR, Yusuf A Hasan, Immawan Wahyudi, M Izzul Muslimin. REDAKSI PELAKSANA: Mustofa W Hasyim. STAF REDAKSI: Amru HM, Asep Purnama Bahtiar, Deni Al-Asy'ari, Ahmad Mu'arif. SEKRETARIS REDAKSI: Isngadi Marwah. TATA LETAK/ARTISTIK: Dwi Agus M., Amin Mubarok, Elly Djamila. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN: Zuly Qodir. ARSIP & DOK: H Aulia Muhammad, A Nafian, EDITOR BAHASA: Imron Nasri, Ichwan Abror .
SM 07-2012 COVER: Amin Mubarok
ALAMAT REDAKSI/TATAUSAHA: Jalan KH Ahmad Dahlan 43 Yogyakarta 55122 Telp. (0274) 376955 Fax. (0274)411306 SMS: 081904181912 E-mail:
[email protected] Web: www.suara-muhammadiyah.com Terbit 2 kali sebulan. Harga langganan/eceran 1 nomor Rp. 12.500,- +ongkos kirim untuk: - Sumatera dan Bali Rp.500,- Kalimantan dan Sulawesi Rp.1.500 ,- NTT, NTB, Maluku dan Indonesia Timur Rp.2.500,Berlangganan sekurang-kurangnya 3 bulan (6 nomor) bayar di muka. "SM" menerima sumbangan tulisan dari para pembaca. Panjang tulisan 3-7 hal A4, diketik dua spasi penulis harus mencantumkan alamat lengkap, no. telp., dan no. rekening. Semua naskah masuk menjadi milik Suara Muhammadiyah dan tidak akan dikembalikan.
WARTAWAN "SUARA MUHAMMADIYAH"
Melaksanakan Dakwah Islamiyah Amar Makruf Nahi Munkar. Dirintis KHA. Dahlan sejak tahun 1915 PENERBIT: Yayasan Badan Penerbit Pers "Suara Muhammadiyah" SIUPP: SK. Menpen RI No. 200/SK/Menpen/SIUPP/D.2/1986, tanggal 26 Juni 1986, Anggota SPS No. 1/1915/14/D/ 2002 // ISSN: 0215-7381
BANKERS: BNI Trikora Rek. No. 0030436020 BRI Katamso Rek. No. 0245.01.000264.30.7 BRI Cik Ditiro Rek. No. 0029.01.000537.30.6 Giro Pos Rek. No. 550 000200 1 Bank Niaga Syariah Rek. No. 520-01-00185-00-4 BPD Rek. No. 001.111.000798 BNI Syariah Rek. No. 009.2196765 Bank Muamalat Rek. No. 531.0000515 Shar-E Rek. 902 69924 99 an. Drs. H Mulyadi Dicetak: Cahaya Timur Offset Telp. (0274) 376730, 380372
TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA/MEMINTA APA PUN DARI NARASUMBER
SUARA PEMBACA MARKAZ DAKWAH DAN CITA-CITA PERSYARIKATAN PCIM Kairo adalah sebuah lumbung kaderisasi kader Muhammadiyah Indonesia di Kairo. Diresmikan pada tahun 2002 oleh Prof DR Din Samsyuddin, MA. Tidak hanya mencetak kader, elanvital PCIM juga menjadi mediator antara instansi perguruan tinggi Indonesia dengan instansi Kairo (MoU), dan transformasi khazanah ilmu Islam. Selain PCIM, PCIA juga mempunyai peran penting demi berlangsungnya citacita persyarikatan. PCIA diresmikan pada tahun 2004 oleh Prof DR Chamamah Suratno. Selain terjun dalam dunia akademis, PCIA sudah mempunyai amal usaha berupa TK ABA. Geliat TK ABA ini sangat prospek demi menciptakan buih-buih harapan bangsa yang islami dan berguna bagi nusa dan bangsa.
Kegiatan-kegiatan PCIM/A seperti kajian, seminar, kumpul kader, dan kegiatan sekolah TK ABA masih berlangsung dan tergabung menjadi satu dengan menggunakan flat atau rumah sewa milik orang Mesir sebesar LE 1500 atau Rp. 1.500.000. Cita-cita untuk merealisasikan MARKAZ DAKWAH (MD) merupakan sebuah proyek besar yang belum dicapai oleh PCIM/A khususnya dan persyarikatan umumnya. Tujuan MD tidak lain hanyalah untuk membumikan Muhammadiyah di Mesir dan memudahkan para kader PCIM/A dalam beraktivitas ke-Muhammadiyahan. Saat ini pihak PCIM/A sudah mengusahakan dana sebesar 10 juta rupiah dari iuran suka rela selama 2 tahun dan dana itu sebagian sudah digunakan untuk kegiatan akademik berupa pencetakan buku . Sedangkah MD itu sendiri membutuhkan dana sekitar 2 Milyar rupiah. Pihak PCIM/A yakin dengan adanya MD sepak
terjang Muhammadiyah lebih mudah dan terjamin dalam menaungi kader-kadernya yang sedang menimba ilmu di Universitas al-Azhar Kairo. Oleh karena itu, kami PCIM/A membuka ladang amal pahala dan mengajak berbuat baik kepada para muhsinin di Indonesia baik berupa infaq, zakat, dan wakaf yang bisa disalurkan ke NO REK 3660009009 atas nama PCIM MESIR. BANK SYARIAH MANDIRI JL. GEDONG KUNING NO. 5 YOGYAKARTA atau bisa menghubungi penanggung jawab di Indonesia atas nama Ariawan Suputro no Hp: 085286350070/ Hakim Zanky no hp: 082130631216. Semoga amal baik kita diterima dan mendapat balasan dari Allah SwT. Serta bisa membumikan Muhammadiyah di Timur-Tengah dengan ridla-Nya, Amin. Ariawan Suputro Alumni Muallimin Yogyakarta dan Al-Azhar Kairo.
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 1 - 15 APRIL 2012
5
SAJIAN UTAMA
ISLAM BILHAL Membendung Kristenisasi Tidak Cukup Hanya dengan Wacana
Sumber data Kemenag RI diolah oleh Litbang SM 2012
G
erakan pemurtadan (Kristenisasi) selama berpuluhpuluh tahun telah menjadi “hantu” bagi umat Islam di Indonesia. Isu ini selalu menjadi perbincangan yang menarik yang ujung-ujungnya selalu berujung pada kekhawatiran bagi masa depan umat. Kecerdasan, keuletan, kesabaran, dan kegigihan juru dakwah Nasrani di Indonesia dapat dikatakan luar biasa. Dari cara halus sampai dengan cara yang paling kasar mampu mereka lakukan selama berpuluh-puluh tahun di negeri yang mayoritas Islam ini. Pendekatan ekonomi, budaya, pendidikan, kemasyarakatan, politik, serta pendekatan lain mereka terapkan dengan sedemikian apik. Puluhan metode dan strategi baru selalu mereka rancang untuk diterapkan guna menjawab kebutuhan masyarakat. Sementara itu mayoritas umat kita berada di buritan peradaban negeri ini. Terpinggirkan secara politik karena terlalu sering “berkelahi” dengan sesama teman, terpuruk di bidang ekonomi, dan juga tercerabut dari akar budaya bangsa sehingga selalu terkesan gagap bahkan gugup dalam merespons berbagai hal. Umat kita selalu menjadi sasaran empuk juru dakwah agama lain untuk mereka murtadkan. Islam adalah satu-satunya ajaran kehidupan yang sempurna dengan segala keunggulannya. Tidak ada satu masalah pun di dunia ini yang tidak dapat ditemukan jalan keluarnya di dalam ajaran Islam. Sayangnya, semua keunggulan dan kesempurnaan ajaran Islam itu banyak yang yang hanya terhenti di dalam ajaran. Terhenti di khutbah para mubaligh. Terhenti di mulut para pemimpin, dan terhenti di ujung lidah para tokoh yang menganggap diri sebagai panutan umat. Ajaran Islam yang sempurna itu seakan terlepas dengan praktik hidup keseharian para tokoh umat Islam.
6
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 9 - 23 JUMADILAWAL 1433 H
Suasana batin para tokoh Islam saat ini tampak sangat berbeda dengan suasana batin Kiai Dahlan di tahun 1912-an, ketika Kiai Dahlan prihatin dengan banyaknya fakir miskin yang diopeni (diberi perhatian secara memadai) oleh lembagalembaga gereja sehingga banyak yang berpaling imannya, Kiai Dahlan tidak meresponnya dengan ceramah dan berkhutbah di mana-mana tentang kesesatan ajaran trinitas. Apalagi memprovokasi umat untuk menutup sekolah Nasrani ataupun membakar gereja. Dengan semboyan “mereka manusia kita juga manusia” Kiai Dahlan memotivasi diri dan pengikutnya untuk menandingi kiprah mereka. Kalau mereka bisa membuat rumah sakit kita juga bisa membuat rumah sakit, kalau mereka bisa membuat sekolah kita juga pasti bisa, kalau mereka bisa membuat rumah yatim kita juga pasti bisa. Kita pasti lebih unggul dari segala yang mereka lakukan karena kita yakin bahwa agama kita jauh lebih sempurna dengan ajaran agama mereka yang sebagain telah mereka palsukan. Ketika juru dakwah agama lain sibuk membagi Indomie, cepat tanggap menolong ketika ada bencana, aktif bermasyarakat dengan baik serta sangat peduli pada budaya lokal, demi meraih simpati warga, maka sangat tidak sepadan kalau kita meresponsnya hanya dengan menggelar aneka kursus dan kuliah Kristologi tentang kepalsuan Bibel. Mayoritas umat Islam yang potensial yang mereka murtadkan, itu sama sekali tidak pernah mau memikirkan bedanya ajaran Paulus dengan ajaran Yesus. Kita lah yang harus menelaah Al-Qur’an dan mengamalkannya untuk membuktikan bahwa ajaran Islam itu lebih unggul dengan ajaran apapun. Kalau ajaran kita lebih unggul seharusnya itu tercermin juga pada perilaku kita.l Bahan dan tulisan: isma
SAJIAN UTAMA
PEMURTADAN, MITOS ATAU REALITAS? Membaca anatomi pemurtadan di Indonesia dapat dilakukan dengan membaca sejarah Islam di Nusantara, di dunia global dan sejarah Islam di zaman ketika Indonesia sudah diwacanakan dan diakui keberadaannya.
D
alam membaca anatomi pemurtadan ini yang perlu diintegrasikan adalah fakta-fakta, jaringan fakta dan makna-makna strategisnya, dan jaringan makna strategis dari fakta pemurtadan itu sendiri. Dengan membaca anatomi pemurtadan, kita akan tahu, apakah pemurtadan itu mitos, atau realitas? Persoalan hulu sampai hilirnya pemurtadan ini perlu dicermati dengan kepala dingin dan penuh kecermatan tinggi. Demikian juga persoalan makro-mikronya, dilengkapi dengan persoalan lembut dan kasar seta brutalnya upaya pemurtadan itu, semua perlu dikaji dengan saksama tanpa disertai emosi yang berlebihan. Mengapa? Sebab pada kenyataannya pemurtadan itu juga kadang membentur kegagalan, di samping panen keberhasilan. Pemurtadan itu juga sering meleset dari target dan apa yang dicapai tidak sesuai dengan dana, tenaga dan kecanggihan metode yang dipergunakan. Tetapi dalam jangka panjang dan jangka amat panjang semua bentuk dan upaya pemurtadan itu tetap berbahaya bagi eksistensi umat Islam Indonesia. Kita perlu
belajar dari terusirnya umat Islam dari Andalusia dan bumi Eropa. Mereka dengan sabar, menempuh waktu lebih dari limaratus tahun secara bertahap untuk mencapai targetnya mengusir umat Islam dari sana, kemudian melakukan pemurtadan besar-besaran yang dilanjutkan dengan upaya meletuskan Perang Salib dan penyerbuan negara-negara Kristen kolonialis ke benua dan negara-negara Islam di Afrika dan Asia. Dalam sejarah sebagaimana sering diungkap sejarawan almarhum Drs Adaby Darban, SU, pemurtadan atau deislamisasi penduduk Nusantara dimaksudkan oleh rezim kolonial Belanda bersama rezim kolonial lainnya untuk melemahkan perlawanan penduduk. Sebab selama penduduk Nusantara masih beragama Islam, secara alami mereka akan melawan rezim kolonial Belanda atau rezim kolonial manapun. Sebab Islam adalah agama keadilan, agama kebenaran, agama kemanusian dan agama pembebasan. Ini menyebabkan perlawanan kaum Muslimin di Nusantara sulit ditaklukkan hanya dengan kekuatan militer. Adaby sering mengatakan bagaimana para ulama di Jawa dan luar Jawa hampir selalu menjadi penggerak perlawanan terhadap penjajah dari Eropa itu. Kalau di buat daftar panjang, hampir semua pahlawan nasional dan pahlawan daerah yang melakukan perlawanan atau pemberontakan terhadap penjajah adalah para tokoh Islam. Dalam berbagai catatan sejarah terbaca bagaimana rezim kolonial Belanda, bersama dengan rezim kolonial Inggris, Portugis yang sama-sama beragama Kristen ketika berupaya melemahkan atau melumpuhkan penduduk Muslim di Nusantara. Kemudian mempergunakan ilmu pengetahuan, mempergunakan agama Kristen dan mempergunakan
kelicikan yang berkesinambungan. Para ahli ilmu sosial budaya (etnolog, sejarawan), ahli ilmu Islam (Islamolog), ahli ilmu bahasa, sastra dan budaya dan seni (termasuk filolog dan arkeolog, etnomusikolog), ahli ilmu hukum (hukum adat, hukum pidana barat, hukum dagang), ahli ilmu pertanian, ahli bangunan (arsitek, dan teknik sipil) ahli pendidikan, ahli agama Kristen dan ahli ilmu politik dan militer semua didatangkan untuk mengeroyok umat Islam dengan berbagai penelitian dengan tujuan untuk mengetahui kelemahan umat Islam Nusantara. Penelitian mreka menghasilkan rekomendasi strategis tentang bagaimana cara jitu melumpuhkan perlawanan umat Islam Nusantara. Kasus yang paling menonjol terbaca dari riwayat dan hasil kerja DR Snouck Hugronye di tanah rencong, Aceh Darussalam. Kelemahan sistem kerajaan yang penguasanya turun-temurun mereka ketahui dan mereka manfaatkan pertamatama untuk tujuan de-Islamisasi politik kekuasaan. Islam tidak boleh memiliki politik dominan di negeri ini, demikian yang awalnya diinginkan oleh rezim kolonial Kristen itu. Apa yang terjadi pada Kerajaan Mataram Islam di Jawa, Banten, Kalimantan Selatan, Maluku, Sumatera dan Sulawesi menunjukkan pola itu. Pola penghancuran kerajaan Islam itu kadang dioplos dengan manajemen konflik komunal berlatar kepentingan ekonomi, paham agama dan kepentingan supremasi sosial. Sejarah nasional kita mencatat bagaimana dengan mempergunakan politik adu domba -dengan jurus pembelahan sel atau belah bambu- di saat kerajaan Islam berada pada titik kritis, momentum suksesi, maka satu persatu kerajaan Islam itu ditaklukkan lewat perang, perundingan dan perjanjian licik.
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 1 - 15 APRIL 2012
7
SAJIAN UTAMA Kerajaan Islam di Nusantara adalah payung politik, hukum dan militer bagi warga Muslim agar tetap terjaga ke-Islamannya. Ketika payung hukum, politik dan payung militer ini satu persatu dicerabut maka lemahlah posisi umat Islam. Pemurtadan pun dilakukan secara intensif di lokasi jantung-jantung kerajaan Islam itu. Mulai dari daerah timur, menuju daerah tengah, sampai barat Nusantara kemudian menerima penetrasi yang hebat dan simultan langkah pemurtadan ini. Dapat disaksikan bagaimana jaringan loji, markas atau benteng serdadu selalu berdekatan dengan gereja, demikian juga sekolah, pabrik gula dan kantor perkebunan dan pusat pemerintahan kolonial. Selalu ada gereja di pusat-pusat kekuasaan politik dan kekuasaan ekonomi dari rezim kolonial Kristen itu. Di kota-kota pelabuhan yang semula adalah bandar-bandar merdeka dengan para syahbandar Muslim kemudian dikuasai oleh Belanda. Mungkin kita sekarang heran dan belum tahu mengapa kaum Muslim yang berada di bawah payung kerajaankerajaan Islam di Nusantara ini kemudian dikeroyok oleh rezim kolonial Kristen Belanda, Inggris, Portugis,Spanyol, bahkan kemudian datang tangan-tangan gereja dari Jerman, Perancis, Belgia dan Amerika? Ini ada hubungannya dengan Perang Salib klasik dan Perang Salib modern sekarang ini. Pemaksaan kegiatan kolonalisasi, imperalisasi, kapitalisasi, kemudian globalisasi bangsa dan negara Kristen atas bangsa Muslim dan negara Muslim di seluruh dunia adalah bahasa lain dari proyek salibisasi global itu. Sebuah dokumen yang tersimpan di sebuah negara Eropa menyebutkan bagaimana seorang raja Kristen pernah memberikan rumus jitu untuk menaklukkan negeri Muslim. Caranya antara lain adalah dengan taktik dan politik adu domba, dan politik perusakan hukum, keadilan dan peralatan hukum di negara-negara Muslim. Dengan demikian, gerakan pemurtadan global, pemurtadan nasional dan pemurtadan lokal yang terjadi selama ini jangan dipahami sebagai sesuatu yang linier dan monodimensional (bukan hanya berbasis 8
lini ajaran agama saja), jangan hanya dipahami sebagai sesuatu yang insidental dan temporer, jangan dipahami sebagai sesuatu yang terserak-serak tanpa jaringan, dan jangan dipahami hanya mempergunakan satu jurus pemurtadan saja. Umat Islam Indonesia pun mencatat, pada saat kritis atau ketika terjadi krisis kekuasaan, maka mereka memanfaatkan momentum suksesi ini secara serentak dan terpadu, serta agresif melakukan pemurtadan massif.Kalau perlu mereka melakukan tindakan politik maksimum, yaitu mendukung dan menjadi bagian dari gerakan separatis Kristen Indonesia. Dan bibit dari separatis Kristen ini sudah tampak beberapa hari setelah kemerdekaan. Mereka yang berdiam di Indonesia timur pernah mengancam tidak mau bergabung dengan Indonesia merdeka (bahasa sekarang NKRI) kalau tujuh kata dari Piagam Jakarta tidak dicabut dalam rumusan Pancasila. Ternyata di kemudian hari, meski tujuh kata pro syariat Islam itu telah dicabut mereka tetap bermental separatis. Maka muncullah kasus RMS, Timor Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah dan Papua. Pemurtadan berbasis separatisme inilah yang sering menimbulkan korban nyawa dan darah umat Islam Indonesia. Mereka ingin mengurangi jumlah umat Islam dengan cara membunuh dan menganiaya. Catatan dari aktivis dakwah di belahan Indonesia Timur menunjukkan adanya gejala itu. Kemudian, pasca huru hara politik di tahun 1960an, pemurtadan berjalan sistematis. Ketika pemerntah Orde Baru memaksakan peraturan bahwa warga negara Indonesia harus mencantumkan status agamanya dalam KTP maka strategi mereka adalah Islam ditampilkan sebagai hantu yang menakutkan. Mereka yang semula hidup berdasar panduan budaya lama (Jawa, budaya lokal luar Jawa dan Tionghoa misalnya) karena takut dengan Islam kemudian memilih mencantumkan agama bukan Islam dalam KTPnya. Demikian juga orang yang dituduh komunis yang ditahan di pulau Buru yang takut melihat Islam sebagai ’hantu’ kemudian
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 9 - 23 JUMADILAWAL 1433 H
memilih agama bukan Islam. Sepulang dari pulau Buru, banyak sekali dari mereka beragama Nasrani. Di bidang ekonomi, pemurtadan dilakukan dengan mencengkeram urat nadi ekonomi negara. Menteri yang memegang kendali ekonomi, keuangan dan kesejahteraan sekian periode dipegang oleh orang bukan Islam sehingga kebijakan mereka pun merugikan umat Islam. Tujuannya jelas, agar umat Islam lemah secara ekonomi sehingga mudah dimurtadkan. Kemudian jejak pemurtadan itu terbaca jelas ketika kelompok bukan Islam itu menentang RUU Sisdiknas dan RUU Anti Pornografi yang menguntungkan umat Islam. Mereka juga anti Perda Anti Kemaksiatan di daerah-daerah yang menguntungkan umat Islam. UU dan Perda semacam itu dapat menjadi penghalang bagi upaya pemurtadan mereka. Fakta-fakta yang terpublikasikan termasuk yang pernah dimuat di harian Republika menunjukkan gejala seperti itu. Nah, kalau melihat semua itu, kita jangan terlalu kaget, tetapi juga jangan menyepelekan kemudian malah tertidur lelap tanpa melakukan apa-apa. Kita perlu selalu ingat dengan apa yang pernah disampaikan oleh almarhum DR Koentowijoyo. Menurut Koentowijoyo, demografi (jumlah dan persebaran penduduk) merupakan faktor penting dalam politik dan kemenangan politik. Tafsir kita adalah, makin banyak umat Islam dan makin tersebar maka posisi dan potensi politik umat Islam akan semakin menguat. Faktanya, jumlah umat Islam di Indonesia tetap mampu bertahan di atas 88%. Jumlah umat Islam juga terus bertambah secara absolut. Para mualaf pun terus bertambah. Ini menunjukkan kalau proses pemurtadan dan Islamisasi sebagai langkah dakwah pun relatif berjalan seimbang. Apalagi kalau umat Islam mau menerapkan dakwah yang lembut, dakwah kultural. ”Kalau umat Islam sudah mau berdakwah secara berbudaya, habislah kita,” keluh seorang budayawan Nasrani suatu hari.l Bahan dan tulisan ibw
SAJIAN UTAMA
Perlu Kerja Nyata Untuk Imbangi Wacana Islam adalah ajaran yang sempurna dan paripurna. Ini tidak hanya klaim sepihak dari pemeluk agama Islam tetapi juga telah diakui banyak umat agama lain. Tidak ada satu pun urusan di dunia ini yang tidak ada penyelesaianya dalam Islam.
S
etiap orang yang sudah masuk dan memeluk agama Islam akan merasa nyaman dan tidak akan berpikir untuk meninggalkan ajaran yangt telah sempurna ini. Namun, kenyataanya tidak selalu demikian. Banyak umat Islam di Indonesia yang memilih untuk berpindah agama dan keyakinan dengan berbagai alasan mereka masing-masing. Mayoritas dari kita cenderung menyalahkan pihak lain yang menarik umat kita keluar dari keyakinan yang benar ini. “Ini adalah karena kelakuan kaum ‘walan tardha’ yang memang selalu merasa tidak senang pada kegemilangan sinar Islam di seluruh belahan bumi, mereka akan selalu menarik umat kita untuk masuk dalam kelompok mereka, paling tidak mereka akan merusak umat kita supaya menjauh dari ajaran Islam”. Kalimat-kalimat seperti inilah yang sering kita dengar dalam berbagai macam ceramah di masjid-masjid. Prinsip menyalahkan pihak luar sebagai biang keladi keterpurukan diri sendiri seperti ini menurut Prof DR Syafii Maarif adalah cermin dari ketidakberdayaan. Dalam hal ini Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menawarkan solusi untuk senantiasa mawas ke dalam. Menurut Syafii Maarif, umat Islam itu mempunyai Al-Qur’an yang merupakan anugerah paling luar biasa dari Allah SwT. Al-Qur’an selalu siap untuk kita ajak dialog mencari semua penyelesaian permasalahan umat. Sedangkan Haedar Nashir mengajak umat Islam untuk meneladani cara dakwah Kiai Dahlan yang menekankan dakwah bil-hal, terjun langsung ke masyarakat untuk menyelesaikan problem-problem dasar mereka. Saat ini kompetitor kita (juru dakwah Nasrani) sangat getol untuk meraih simpati umat. Mereka terjun langsung ke tengah-
tengah umat membaur dan bersama-sama mencari berbagai solusi problem dasar mereka. Para juru dakwah Nasrani itu juga sangat serius mempelajari kultur dan budaya masyarakat setempat dengan satu tujuan yaitu agar ajaran Nasrani bisa dipribumikan, bisa diterima sebagai budaya masyarakat setempat. Ketika mereka berusaha mendekatkan ajaran Nasrani supaya bisa diterima secara budaya pada masyarakat setempat, para juru dakwah Islam malah banyak yang berusaha menjauhkan ajaran Islam dengan budaya masyarakat setempat. Ketika para misionaris Nasrani berusaha mempribumikan ajaran Nasrani, juru dakwah kita malah ada yang sengaja mengasingkan Islam dari budaya masyarakat. Kita memang harus terus mawas ke dalam dan mengurus umat kita sendiri. Kalau kita kuat dan kokoh, peluang juru dakwah agama lain untuk mengacak-acak umat kita pasti juga akan menipis. Ada satu pengalaman yang menarik yang diceritakan oleh aktivis Pemuda Muhammadiyah Yogyakarta ketika masuk di suatu daerah dalam rangka bisnis tanaman keras. Di daerah itu dia ketemu dengan tokoh Islam yang mengeluh tentang sulitnya memperluas masjid yang selalu dihalang-halangi oleh Kepala Desanya yang Katolik. Setelah ketemu kepala Desa, kepala desa itu bercerita kalau dia tidak mempersulit perluasan masjid, hanya minta jaminan kalau masjid itu jadi akan dipergunakan dengan lebih baik, kalau jaminan itu ada, walau beda iman dia juga akan membantu. Sebab selama ini dia malu ada beberapa masjid besar di desanya kok semuanya sepi dan kosong. Pada hari Jum’at aktivis itu dengan empat orang temannya datang ke masjid terbesar di dusun itu (yang direncanakan untuk diperluas) untuk shalat Jum’at, jumlah total yang Jum’atan adalah tujuh orang, termasuk aktivis itu dan temanya. Jadi, kalau tidak ada tamu maka hanya ada dua orang yang Jum’atan. Ketika dia bertemu tokoh Islam yang mengeluh itu, tokoh Islam itu bercerita kalau dia Jum’atan di kantor, kalau Ashar dia belum pulang, kalau waktu Maghrib dan Isya’ dia biasa shalat di masjid di dusun lain, kalau Subuh dia biasa shalat di rumah. Dalam hati aktivis itu bertanya lebih pantas mengeluhkan kebijakan kepala desa yang Katolik itu apa mengeluhkan sikap dan kebiasaan tokoh Islam yang tidak peduli pada aktivitas masjid didusunnya SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 1 - 15 APRIL 2012
9
SAJIAN UTAMA itu. Menurut Ketua PWM Sumatera Selatan, Prof DR H Romli Said Ali, MA, sebagai umat Islam kita memang harus percaya bahwa Islam adalah satu-satunya ajaran yang sempurna, lebih unggul dari seluruh ajaran yang pernah ada di muka bumi ini. Sejarah juga telah mencatat kalau Islam pernah memimpin peradaban modern selama beberapa generasi. Meruntuhkan peradaban super power dunia Barat yang didominasi oleh Kekaisaran Kristen Romawi, juga menguburkan peradaban super power dunia Timur yang saat itu didominasi kerajaan Majusi Persia. Namun, dengan keyakinan pada keunggulan ajaran Islam yang diterapkan di dunia nyata, peradaban Islam secara cepat mampu mengimbangi dan bahkan meruntuhkan keduanya. Umat Islam kokoh dan berjaya pada masa awal karena saat itu umat Islam masih yakin dan termotivasi oleh ajaran Islam yang senantiasa memotivasi umatnya untuk terus melakukan yang terbaik. Selalu bergegas melaksanakan tugas yang lain setelah menyelesaikan satu tugas. Sekarang ini, kita banyak yang lalai, maka kita terjatuh dan terpuruk apalagi saat ini kita juga sangat sulit untuk bersatu dan mudah tercerai berai oleh berbagai kepentingan sendiri-sendiri. Kalau diamati, ajaran Islam yang sempurna itu seakan terlepas dengan praktik hidup keseharian para tokoh umat Islam. Kita hanya akan bisa mengelus dada ketika ada tokoh yang telah merasa menjadi panutan umat, biasa memimpin doa bersama tiba-tiba saja terkenal karena kasus pelecehan seksual. Kita juga hanya bisa merasa prihatin ketika ada politisi dari partai Islam yang terbongkar kasus korupsinya dengan entengnya menyatakan rasa tidak bersalahnya hanya karena sebagian hasil korupsinya itu telah dia gunakan untuk membangun beberapa buah masjid. Umat juga hanya bisa ikut bingung ketika ada tokohnya yang dengan enteng berganti-ganti istri. Menceraikan salah satu dari empat istrinya agar bisa menikahi wanita kelima, keenam, atau ketujuh kemudian dengan ringan menjawab bahwa yang dia lakukan itu sesuai syari’ah Islam. Tokoh NU, KH Mustofa Bisri juga menyatakan hal yang sama. Saat ini umat kita tengah mengalami krisis keteladanan. Al-Qur’an sudah banyak ditinggalkan tanpa bisa berbicara apaapalagi. Menurut Gus Mus, Al-Qur’an itu adalah buku manual atau buku petunjuk untuk menjalani hidup supaya selamat dunia akhirat. Walau setiap kita membeli alat-alat elektronik seperti HP, TV, mesin cuci dan lainnya kita selalu mendapatkan buku manualnya tapi kita jarang membacanya karena kita sudah terbiasa orang lain mengoperasikan alat-alat itu, atau kita bisa bertanya kepada orang lain yang sudah punya duluan. Zaman awal Islam Al-Qur’an dan Hadits masih hidup bersama Nabi Muhammad, setelah Nabi wafat, Al-Qur’an dan Hadits hidup bersama para sahabat, setelah era sahabat diteruskan era tabi’in, dan seterusnya. Kita saat ini sudah sangat jauh dari masa Nabi, sayangnya juga sudah sangat jarang ada ulama yang bisa diteladani secara keseluruhan. Oleh karena itu, sangat dapat dimengerti kalau umat mudah 10
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 9 - 23 JUMADILAWAL 1433 H
tercabik dan dijarah umat lain. Untuk membentengi umat dari jarahan juru dakwah agama lain Prof Romli Said Ali menyarankan agar kita memperkuat basis pendidikan agama Islam termasuk basis pendidikan di dalam keluarga masing-masing sekaligus memperkuat dakwah. Selain itu, kita juga harus memberdayakan umat, jangan biarkan umat kita lemah termasuk dalam masalah ekonomi. Ceramah dan khutbah moral tanpa aksi nyata terasa tidak akan punya arti kalau kita membiarkan umat terlantar. Ketua PWM Sumatra Barat, Ustad Dasril Ilyas juga mempunyai pandangan yang nyaris sama. Menurut Dasril Ilyas, pendidikan agama kita saat ini masih sangat kurang untuk membentengi jiwa umat dari terpaan godaan dunia hedonis yang serba gemerlap seperti sekarang ini. Kalau pendidikan agama diserahkan ke keluarga, saat ini banyak keluarga yang orang tuanya berangkat kerja sebelum anaknya bangun dan pulang kerja setelah anaknya tidur. Diserahkan ke masyarakat, masyarakat kita sudah tidak jelas bentuk pergaulannya. Oleh karena itu, pendidikan di sekolah memang harus diperkuat. Mengenai kuliah-kuliah Kristologi yang digelar untuk membentengi arus kristenisasi, menurut Dasril Ilyas itu sangat baik dilakukan untuk membekali juru dakwah kita tentang pengetahuan dasar agama mereka, tapi tidak cukup hanya terhenti di situ. Usaha itu harus dibarengi dengan aksi nyata dengan agenda yang jelas. Program-program pemberdayaan seperti yang mereka lakukan juga harus kita lakukan. Namun, yang sering menjadi permasalahan, mayoritas dari kita sudah merasa puas hanya dengan memberikan kuliah tentang kesesatan doktrin trinitas. Kita merasa puas ketika dianggap sebagai mubaligh yang hebat yang tahu semua kesalahan Bible, walau kadang kita lupa ada banyak ayat AlQur’an yang lupa kita kerjakan di hidup sehari-hari. Kalau kita membaca disertasi Prof DR Alwi Sihab di Temple University yang kemudian oleh penerbit Mizan diterbitkan dalam bentuk buku dengan judul “Membendung Arus; Respons Gerakan Muhammadiyah Terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia” Muhammadiyah dapat dikatakan sebagai organisasi Islam pertama di Indonesia yang merespons gerakan Kristenisasi di Indonesia. Cara Kiai Dahlan merespons gerakan kristenisasi juga sangat luar biasa, yaitu dengan berbuat sebagaimana yang telah diperbuat misi kristen, yaitu mendirikan rumah sakit, panti orang terlantar, serta mendirikan sekolah modern. Kiai Dahlan juga rajin melakukan ceramah dan kuliah kristologi tentang kesesatan ajaran Nasrani, namun itu tidak dilakukan secara terbuka dengan pendengar yang beragam. Kuliah kristologi yang dilakukan Kiai Dahlan langsung disampaikan kepada para pastur dan pendeta. Apa yang dilakukan Kiai Dahlan ini tampaknya lebih mengena karena dapat dilakukan secara lebih ilmiah dan tidak emosional. Kalau dilakukan secara terbuka yang murtad akan tetap murtad dan bisa memancing emosi umat agama lain yang merasa dilecehkan ajaran agamanya.l bahan dan bahan isma
SAJIAN UTAMA Berdakwah Melalui Pendidikan Erwin Prasetio (Sekretaris PDM Kab. Sikka, Meimere, Folres, NTT) eberadaan Muhammadiyah di Flores, khususnya di Meimere ini memang berbeda dengan Muhammadiyah di Jawa atau Sumatera. Karena Muhammadiyah di sini hadir sebagai kelompok minoritas. Tentunya sebagai kelompok minoritas, peran dakwah Muhammadiyah pun tidak bisa dilakukan secara frontal dan terbuka. Melainkan melalui proses yang pelan-pelan dan menyesuaikan dengan kondisi setempat. Kebanyakan memang dakwah yang dilakukan Muhammadiyah di sini melalui pendidikan. Brand yang dikedepankan pun, cenderung pada bentuk nasionalismenya ketimbang Muhammadiyah. Namun dalam proses belajar mengajar dakwah Muhammadiyah secara pelan-pelan kita sampaikan. Sebab di lembaga pendidikan Muhammadiyah yang ada di sini, siswanya bukan saja berasal dari orang Muslim, bahkan warga Muslim relatif sedikit. Misalnya untuk siswa SMP, 80% berasal dari warga non Muslim, sedangkan untuk SMA, 40% berasal dari warga non Muslim. Oleh karenanya, pendidikan kita pun juga memberikan kesempatan kepada mereka yang non Muslim untuk mendatangkan guru-guru non Muslim. Alhamdulillah sekolah Muhammadiyah akhirnya cukup mendapat tempat disini. Tapi terkait dengan pendirian rumah ibadah dan pelaksanaan even-even besar Muslim agak sulit. Karena di sini pemerintahnya disetir oleh keuskupan, jadi setiap propinsi atau kecamatan, ada keuskupannya, dan keuskupan ini memiliki pengaruh dan peran yang amat luar biasa dalam menentukan kebijakan pemerintah daerah. Apalagi jika dilihat beberapa daerah mayoritas Muslim yang belakangan ini banyak memunculkan gagasan perda syariah, oleh keuskupan dan warga mayoritas di Meimere, direspons kurang bagus, kami pun sebagai Muslim juga sulit memberikan penjelasan, karena terkait perda-perda syariah, yang sering dimunculkan oleh media adalah isu-isu yang ekstrem, padahal tidak seperti itu nyatanya. Tapi mereka tetap berpikiran negatif dengan Muslim, dan dampaknya cukup terasa dengan kebijakan pemerintah daerah setempat kepada minoritas Muslim di sini. Oleh karena itu, saya menghimbau, mungkin saudarasaudara Muslim di Jawa, bisa menggunakan cara atau strategi dakwah yang tidak terlalu frontal, agar di daerah-daerah minoritas Muslim, Islam juga bisa cepat berkembang.l d
K
Komitmen Kebersamaan Lintas Agama Rahmat, Pimpinan Daerah Muhammadiyah, Kaimana, Papua. eberadaan Muhammadiyah di tengah mayoritas non Muslim, memang dirasakan pengaruhnya terhadap peran dan gerakan dakwah Muhammadiyah selama ini. Apalagi setiap kepala daerah yang di pimpin oleh kelompok non Muslim. Sehingga banyak kebijakan-kebijakan yang tidak menguntungkan umat Islam. Akan tetapi untuk hubungan antaragama, tetap baik. Karena khusus di Kaimana, lintas umat beragama bersama
K
pimpinan daerah membuat surat bersama untuk menjaga kedamaian dan saling menghormati. Tapi untuk daerah-daerah lain, bahkan untuk di propinsi, kebijakan yang tidak pro umat Islam itu sangat dirasakan. Misalnya saja, terkait adzan di masjid, kalau di provinsi, adzan di masjid itu tidak boleh dikeraskan. Tapi kalau di kabupaten masih dibolehkan, karena kita sudah memiliki surat kesepakatan bersama. Bahkan untuk pelaksanaan lomba MTQ yang akan dilaksanakan ini, kami membuat kepanitian bersama yang melibatkan mereka non Muslim. Dakwah Muhammadiyah, lebih banyak kita fokuskan melalui amal usaha pendidikan Muhammadiyah, dan memang kita belum banyak memiliki amal usaha, setidaknya baru ada di lima kabupaten. Seperti TK, SD, SMP, SMA, dan sekolah tinggi. Alhamdulillah melalui lembaga ini, kita dapat melakukan dakwah dengan warga sendiri dan non Muslim, karena memang banyak siswa yang ada di sekolah Muhammadiyah berasal dari non Muslim.l d
Perkuat Dialog Untuk Saling Memahami Puji Herlambang (Sekretaris PCM Jembrana Bali) eberadaan di tengah kelompok mayoritas, memang memiliki sedikit perbedaan dibandingkan berada di tengah-tengah kelompok minoritas. Seperti halnya Muhammadiyah di Bali, sebagai kelompok Minoritas di tengah kehidupan mayoritas warga Hindu, Muhammadiyah lebih banyak memerankan dakwahnya melalui gerakan-gerakan sosial dan amal sosial seperti panti asuhan. Misalnya dalam even kurban, atau kegiatan sosial lainnya, namun tentunya kegiatan yang dilaksanakan ini relatif terbatas, baik dari segi tenaga, pendanaan maupun masyarakat yang terlibat. Namun kegiatan sosial Muhammadiyah di Jembrana ini juga didukung dengan adanya panti asuhan Muhammadiyah. Dimana saat ini, Muhammadiyah khususnya di Jembrana sudah memiliki dua panti asuhan, yaitu panti asuhan putra dan panti asuhan putri. Beberapa kegiatan sosial Muhammadiyah ini, khususnya di Jembrana, disambut baik dan positif oleh warga Hindu, karena memang melalui rangkaian program dan kegiatan sosial maupun keagamaan yang sering dilakukan, warga Hindu melihat Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang moderat dan santun. Sehingga mereka memandang positif. Memang dulu sering ada kesalahpahaman dan pertikaian, namun karena seringnya pertemuan-pertemuan dilakukan, membuat masing-masing kelompok memiliki kesepahaman dan toleransi. Bahkan pemerintah setempat juga mendukung program-program Muhammadiyah. Kesalahpahaman ini juga terjadi ketika beberapa daerah Mayoritas Muslim seperti di Jawa, Sumatera dll yang menerapkan Perda Syariah. Saat muncul ide perda ini, sebagian mereka memang melihat agak miring, namun setelah kita berdialog dan memberikan pemahaman, mereka pun bisa memahami, dan bahkan juga mendukung jika Perda-Perda Syariah tersebut diperuntukkan hanya untuk umat Islam. Jadi eksistensi sebagai kelompok minoritas, perlu memberikan peran lebih dalam melakukan dialog antar kelompok agar tidak terjadi kesalahpahaman.l d
K
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 1 - 15 APRIL 2012
11
BINGKAI
RUH ISLAM DALAM BERMUHAMMADIYAH DR H HAEDAR NASHIR, MSI
Setiap anggota Muhammadiyah tentu menyadari betul kenapa memilih aktif dalam gerakan Islam ini. Kata Pak AR Fakhruddin, sebelum paham Muhammadiyah, jangan masuk menjadi anggota Muhammadiyah. Meski di antara jutaan anggota Muhammadiyah itu ada yang sekadar menjadi simpatisan dan warga biasa, selain yang benar-benar aktif, namun setidaktidaknya sadar bahwa dirinya menjadi bagian dari organisasi atau Persyarikatan yang bernama Muhammadiyah. Sementara mereka yang aktif, di samping terlibat dalam kegiatan-kegiatan Muhammadiyah, juga menjadi pelaksana dan anggota pimpinan di berbagai struktur baik di tingkat Pimpinan Persyarikatan, Majelis, Lembaga, Organisasi Otonom, amal usaha, dan berbagai unit institusi gerakan. Keterlibatan anggota dalam berbagai aktivitas dan struktur organisasi itulah yang kemudian disebut dengan ber-Muhammadiyah.
B
er-Muhammadiyah bagi setiap anggota bukan sekadar keterlibatan atau ikatan fisik semata. Tetapi fisik sekaligus ruhani atau spirit. Keterlibatan atau yang sering disebut komitmen ruhaniah itu tidak kalah pentingnya karena menjadi fondasi atau jiwa bagi keterlibatan fisik. Aktivitas fisik saja tidak cukup dalam ber-Muhammadiyah, sebaliknya komitmen lisan pun tidaklah cukup, maka yang diperlukan ialah totalitas keterlibatan fisik, lisan, dan jiwa sehingga membangun komitmen ber-Muhammadiyah yang utuh.
Menjadi Anggota Pada suatu saat, Yunus Anis muda yang sudah menjadi guru dan mubaligh Muhammadiyah di Betawi ditanya Kiai Dahlan. Sudah baca Statuten (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga) Muhammadiyah? Yunus Anis menjawab, sudah yang penting-penting saja. Kiai Dahlan berujar, Apakah yang tidak saudara baca itu memang tidak penting? Yunus merasa malu hati, akhirnya pulang dan membaca seluruhnya. Setelah paham seluruh isinya, lalu menghadap lagi Kiai Dahlan dan terjadilah dialog tentang isi Statuten Muhammadiyah secara mendasar. Demikian kisah yang ditulis Pak Djarnawi Hadikusuma dalam Matahari-Matahari Muhammadiyah. Kelak, Yunus Anis menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kisah itu menunjukkan betapa AD/ART Muhammadiyah itu penting, sebagai bagian dari gerakan Muhammadiyah yang harus dipahami setiap ang12
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 9 - 23 JUMADILAWAL 1433 H
gota Muhammadiyah. Jangan disepelekan, apalagi dengan anggapan AD/ART itu bukan Al-Quran atau Hadits. Memang siapa yang menyamakan AD/ART dengan Al-Qur’an dan Hadits? Tetapi AD/ART itu menjadi pijakan dan aturan dalam ber-Muhammadiyah sebagai bagian dari sistem gerakan. Menjadi anggota memiliki kewajiban yang penting dan mendasar. Kewajiban Anggota Muhammadiyah menurut pasal 4 Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah (pasal 4) ialah sebagai berikut: (a) Taat menjalankan ajaran Islam; (b) Menjaga nama baik dan setia kepada Muhammadiyah serta perjuangannya; (c) Berpegang teguh kepada Kepribadian serta Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah; (d) Taat pada peraturan Muhammadiyah, keputusan musyawarah, dan kebijakan Pimpinan Pusat; (e) Mendukung dan mengindahkan kepentingan Muhammadiyah serta melaksanakan usahanya; (f) Membayar iuran anggota; dan (g) Membayar infak. Dari persyaratan keanggotaan yang melekat dengan kewajiban anggota Muhammadiyah tersebut jelas sekali tuntutan komitmen fisik dan ruhani dari setiap anggota Muhammadiyah. Kedelapan aspek tersebut sebenarnya menjadi ruh atau jiwa dalam berMuhammadiyah, Khusus aspek mendasar dari komitmen para anggota dalam ber-Muhammadiyah, yaitu tertanamnya ruh Islam yang kemudian terpancar dalam seluruh aktivitas sehari-hari. Ruh Islam yang dimaksudkan ialah bagaimana nilai-nilai ajaran Islam baik
BINGKAI yang bersifat akidah, ibadah, dan akhlak maupun mu’amalah haruslah menjadi jiwa setiap anggota dalam berMuhammadiyah. Artinya seluruh motivasi, gerak, dan orientasi anggota dalam ber-Muhammadiyah haruslah bersendikan nilainilai Islam sebagaimana dipahami oleh Muhammadiyah. Dengan demikian ber-Muhammadiyah itu bukan sekadar wujud fisik-ragawi, tetapi menghunjam dalam seluruh hati sanubari, sehingga benar-benar mendarah-daging. Ber-Muhammadiyah baik berat maupun ringan akan dijalani sebagai wujud ke-Islaman setiap anggota. Ruh ber-Islam Bagaimana wujud ke-Islaman dalam ber-Muhammadiyah itu? Pertama, ber-Muhammadiyah itu tidak lain dan tidak bukan karena niat ikhlas lillahi-ta’ala, semata-mata karena Allah dan bukan karena kepentingan duniawi atau di luar itu. Setiap anggota Muhammadiyah menyadari benar bahwa ber-Muhammadiyah itu dilandasi oleh perintah Allah sebagaimana firman-Nya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (Al-Bayyinah: 5). Ber-Muhammadiyah itu wujud “almukhlisina lahu al-din”, yakni menyembah Allah dengan ikhlas. Karena jiwa ikhlas, maka berat maupun ringan akan dijalani tanpa mengeluh, beban, dan merasa sia-sia. Sebaliknya, karena jiwa ikhlas maka apa pun dalam berMuhammadiyah itu akan bermakna karena hanya karena Allah. Wujud kedua, ber-Muhammadiyah itu merupakan fungsi tugas suci beribadah dan menjalankan fungsi kekhalifahan di muka bumi. Allah berfirman untuk para hamba agar menunaikan kewajiban ibadah: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (Qs. AdzDzariyat: 56). Sedangkan manusia selain beribadah juga ditugaskan menjadi khalifah (Qs. Al-Baqarah: 30), yang peranannya ialah memakmurkan bumi sebagaimana firman-Nya: “...Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan doa hamba-Nya (Qs. Hud: 61). Karenanya, ber-Muhammadiyah hanya akan bermakna apabila selalu dikaitkan dengan ibadah dan menjalankan fungsi kekhalifahan, bukan tanpa arti dan fungsi. Ber-Muhammadiyah tanpa diikat dengan semangat ibadah dan kekhalifahan akan kosong, semu, dan sia-sia. Wujud keempat, ialah mengemban misi dakwah. Bahwa setiap Muslim setelah ber-Islam tidaklah cukup Islam itu diyakini, dipahami, dan diamalkan secara sendiri. Islam itu juga harus disebarluaskan atau didakwahkan kepada masyarakat luas sehingga menjadi agama yang dianut dan dilaksanakan oleh sebanyak mungkin umat manusia di muka bumi ini secara sukarela. Kiai Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah
karena antara lain panggilan Allah untuk berdakwah sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung (Qs. Ali Imran: 104). Ayat tersebut sering dinisbahkan sebagai “ayat Muhammadiyah”, karena demikian melekatnya dalam alam pikiran setiap anggota gerakan Islam ini. Karenanya ayat tersebut jangan sekadar jadi simbol, tetapi haruslah menjiwai seluruh denyut nadi anggota dalam ber-Muhammadiyah. Bahwa ber-Muhammadiyah itu tidak lain mengajak diri sendiri, keluarga, tetangga, dan masyarakat luas untuk mengajak kepada kebaikan (yad’u ila al-Islam), menyuruh pada yang baik (al-amr bi al-ma’ruf), dan mencegah dari kemunkaran (al-nahy ‘an al-munkar). Dengan demikian melalui ber-Muhammadiyah maka Islam itu terwujud dalam kehidupan individu, keluarga, masyarakat, bangsa, dan umat manusia semesta. Wujud kelima, meraih ridla dan karunia Allah. Bagi setiap anggota Muhammadiyah menjadi bagian dari dan aktif dalam Muhammadiyah itu tujuan akhirnya ialah meraih keridlaan dan karunia Allah, yang bermuara pada masuk sorga jannatunna’im. Allah berfirman: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridlaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang Mukmin). Allah menjanjikan kepada orangorang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih di antara mereka ampunan dan pahala yang besar” (Qs. Fath: 29). Meraih ridla dan karunia Allah itu sangatlah mahal. Belum tentu para hamba yang merasa sudah beramal shalih atau berjihad di jalan-Nya dengan sungguh-sungguh sekalipun dapat meraihnya manakala tidak diiringi keikhlasan yang total. Apalagi sekadar asal-asalan atau bersifat minimalis. Allah mengingatkan para hamba yang berinfak-shadaqah tetapi diiringi dengan ria dan umpatan seperti debu kering di atas batu licin yang tertiup angin kencang, sehingga hilang. Kata Kiai Dahlan, dalam beramal dan berjihad melalui Muhammadiyah jika dilakukan dengan kerja keras saja belum tentu berhasil dengan baik, apalagi jika tidak dilakukan dengan sepenuh jiwa raga. Karenanya, jadikan ber-Muhammadiyah itu total sebagai tujuan untuk meraih ridla dan karunia Allah yang sangat mahal tetapi utama. Kalau sebaliknya, ber-Muhammadiyah untuk jadi batu loncatan meraih kepentingan-kepentingan duniawi yang sesaat, termasuk kepentingan politik, maka boleh jadi seperti debu kering yang berterbangan dibawa angin.l SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 1 - 15 APRIL 2012
13
TANYA JAWAB AGAMA
KEBOLEHAN WANITA MENJADI PEMIMPIN Pertanyaan: Sehubungan dengan tulisan di kumpulan Majelis Tarjih Muhammadiyah yang menyatakan bolehnya seorang wanita menjadi pemimpin kami mohon penjelasan tentang pertimbangan MTT selain dari ayat Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah saw, juga pertimbangan-pertimbangan yang lain.
[email protected] (disidangkan pada hari Jum’at, 12 Safar 1433 H / 6 Januari 2012 M) Jawaban: Saudara penanya yang kami hormati, sebenarnya jika mau menganalisa kembali semua hal yang Saudara tanyakan ulang, telah terjawab dalam Buku Tanya Jawab Agama Majelis Tarjih Jilid 4, hal. 240-244 baik dari tinjauan usul fiqih maupun tinjauan yang lainnya. Sebagai rujukan tambahan, Saudara bisa membaca buku Adabul Mar’ah fil Islam, terbitan Suara Muhammadiyah. Namun tidak ada salahnya di sini kami mencoba memaparkan dan menambahkan beberapa dalil, bukti sejarah dan kaidah usul fiqih sebagai penguat fatwa tentang bolehnya pemimpin wanita. Perlu diketahui bahwa Al-Qur’an telah menyebutkan bahwasanya perempuan dan laki-laki setara derajatnya di hadapan Allah (Al-Hujurat [49]: 13), (An-Nahl [16]: 97), perempuan dan laki-laki sama-sama berpotensi untuk meraih prestasi (AnNisa [4]: 124), (An-Nahl [16]: 97). Perempuan dan laki-laki sama-sama diperintah untuk berbuat kebajikan (AtTaubah [9]: 71). Dari ayat-ayat di atas bisa diambil kesimpulan bahwa Islam adalah agama yang memuliakan perempuan
dan mensejajarkannya dengan laki-laki. Oleh karena itu, kami pertegas kembali bahwa dalam hal ini Muhammadiyah tetap mengacu pada Himpunan Putusan Tarjih di Wiradesa yang menyatakan kebolehan seorang wanita menjadi pemimpin dengan alasan dan pertimbangan yang telah dipaparkan pada Tanya Jawab agama jilid 4 hal. 240-244 dan dalam buku Adabul Mar’ah fil Islam terbitan Suara Muhammadiyah tersebut di atas. Dalam hal ini, yang menjadi persoalan adalah mengenai cara memahami Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Bakrah yang menyatakan bahwa:
Artinya: “Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada wanita.” (HR. al-Bukhari, anNasa’i, at-Tirmidzi dan Ahmad) Sebagaimana telah diketahui bahwa Muhammadiyah dalam memahami Hadits yang diriwayatkan Abu Bakrah ini dengan pemahaman yang kontekstual, tidak terpaku pada teks (pemahaman secara harfiah). Muhammadiyah memahami Hadits tersebut dari semangat dan ‘illat-nya (kausa hukum) sebagaimana kaidah usul fiqih:
Artinya: “Hukum itu berlaku menurut ada atau tidaknya ‘illat.” Sedangkan ‘illat dari pernyataan Rasulullah saw itu adalah kondisi wanita pada waktu itu belum memungkinkan mereka untuk menangani urusan kemasyarakatan, karena ketiadaan pengetahuan dan pengalaman, sedangkan pada za-
man sekarang sudah banyak wanita yang memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai urusan tersebut. Lalu mengapa Muhammadiyah harus memahami Hadits tersebut demikian? Jawabannya, selain melihat Hadits ini dari sisi asbab al-wurud (sebab-sebab munculnya Hadits), Muhammadiyah juga melihat hadits ini dari sisi yang lain, sebab Hadits ini tidak dapat dipahami berlaku umum. Hadits ini harus dikaitkan dengan konteks saat Rasulullah saw mensabdakannya. Memperhatikan asbab al-wurudnya, Hadits ini ditujukan Nabi saw kepada peristiwa pengangkatan putri penguasa tertinggi Persia sebagai pewaris kekuasaan ayahnya yang meninggal. Bagaimana mungkin Hadits tersebut dapat dipahami bahwa semua penguasa tertinggi yang berkelamin perempuan pasti mengalami kegagalan, sementara AlQur’an menceritakan betapa bijaksananya Ratu Saba’ yang memimpin negeri Yaman sebagaiamana terbaca dalam surat An-Naml [27]: 44?
Artinya: “Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam istana.” Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca.” Berkatalah Balqis: “Ya
Rubrik Tanya Jawab Agama Diasuh Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah
14
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 9 - 23 JUMADILAWAL 1433 H
TANYA JAWAB AGAMA Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.” [QS. anNaml (27): 44] Oleh karena itu Muhammadiyah mengkontekstualisasikan kerelevanan hadits tersebut dengan realita yang ada pada zaman sekarang. Tentu realita kehidupan pada zaman Nabi Muhammad saw dengan zaman sekarang memiliki perbedaan yang cukup jauh terlebih mengenai permasalahan wanita. Dapat diketahui bahwa wanita zaman sekarang memiliki kemampuan yang hampir sama dengan laki-laki sekalipun secara fisik dan psikis tentu memiliki perbedaan sebagaimana firman Allah dalam surat an-Nisa’ (4): 34;
Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (An-Nisa’ [4]: 34) Memang dalam beberapa kitab dari ulama khalaf maupun salaf hampir sebagian besar dari mereka mengacu kepada pemahaman teks secara harfiah (tekstual) terhadap Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Bakrah di atas, di antara mereka adalah as-Sayid Sabiq (Fiqh as-Sunnah, jilid 3, hlm. 315) dan as-Shan‘ani (Subul as-Salam, hlm. 123). Bahkan di antara mereka ada pula yang menyimpulkan bahwa pemimpin wanita hukumnya haram berdasarkan Hadits Abu Bakrah. Sebenarnya pemahaman tekstual seperti ini tidak selamanya benar, apalagi dalam memahaminya tidak mempertimbangkan dimensi waktu dan ruang yang bisa membuat suatu hukum itu berubah
sebagaimana kaidah usul fiqih:
Artinya: “Tidak bisa dipungkiri, perubahan hukum bisa terjadi karena perubahan waktu dan tempat.” Berkaitan dengan pertanyaan Saudara, dengan menggunakan pendekatan di atas, Majelis Tarjih berpendapat tidak ada dalil yang merupakan nash untuk melarang perempuan menjadi pemimpin, baik menjadi hakim, camat, direktur sekolah, lurah, dan lain sebagainya (Adabul Mar’ah fil Islam, hal :76). Laki-laki (mukmin) dan perempuan (mukminat) mempunyai kewajiban yang sama untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar (AtTaubah [9]: 71) dan melakukan amal salih (An-Nisa’ [4]: 124). Bahkan, dalam sejarah Islam Ummu Sulaim dan beberapa wanita Ansar ikut berperang bersama Rasulullah saw untuk mengobati dan membagikan air minum kepada tentara (Adabul Mar’ah fil Islam, hal: 69). Kenyataan sejarah juga menunjukkan bahwa wanita ikut terlibat pada ranah publik, misalnya istri Nabi Muhammad saw, ‘Aisyah yang memimpin langsung perang Jamal, dan Syifa’ binti Abdullah al-Makhzumiyah diangkat menjadi hakim pengadilan Hisbah di Pasar Madinah pada masa Khalifah Umar bin al-Khattab. Mengenai hal ini Syaikh Yusuf al-Qaradhawi berpendapat bahwa setiap perempuan berhak untuk duduk dalam sebuah kepemimpinan di wilayah publik. Hal ini didasarkan pada pemaknaan surat At-Taubah ayat 71, bahwa Allah menetapkan bagi perempuan beriman hak mutlak memerintah sebagaimana laki-laki, termasuk di dalamnya memerintah dalam urusan politik atau untuk kepentingan publik. Sedangkan Hadits yang berbunyi
menjelaskan tentang pemimpin atas selu-
ruh penduduk sebuah negeri, atau jabatan kepala negara sebagaimana dapat dipahami dari kata-kata “amrahum” (urusan mereka), maksudnya adalah urusan kepemimpinannya mencakup semua urusan penduduk. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perempuan boleh menerima jabatan sebagai pemimpin atau memegang kendali kekuasaan menurut spesialisasi masing-masing, seperti jabatan memberi fatwa dan berijtihad, pendidikan, administrasi dan sejenisnya. (al-Qaradhawi, hal. 529-530) Hal yang senada juga diungkapkan oleh Buya Hamka, beliau memaknai surat at-Taubah ayat 71 bahwa orang mukmin laki-laki maupun perempuan, mereka bersatu dan saling memimpin satu sama lain dalam satu kesatuan i’tiqad, yaitu percaya kepada AllahSwT. Dengan kata lain, perempuan ambil bagian dalam menegakkan agama, dan membangun masyarakat beriman, baik laki-laki dan perempuan (Hamka, Tafsir al-Azhar hal. 292-293) Dalam ayat tersebut dapat juga dipahami bahwa kedudukan perempuan adalah mendapat jaminan yang tinggi dan mulia. Terang dan nyata kesamaan tugas perempuan dan laki-laki yang samasama memikul kewajiban dan sama-sama mendapat hak. Jadi bukan saja orang laki-laki yang memimpin perempuan, bahkan orang perempuan memimpin laki-laki. (Hamka, hal. 11-12). Imam al-Baghawiy memberikan alasan bahwa seorang imam (pemimpin) harus keluar untuk berjihad dan mengurus urusan (permasalahan) umat. Sedangkan perempuan tidak mampu untuk mengatur urusan orang banyak (umat) karena ia lemah (li ‘ajziha) dan juga kurang memiliki kecakapan (naqsiha). (Syarh as-Sunnah, juz 10, hal. 77). Hal ini juga diungkapkan dalam kitab Faidl alQadir, ( juz 5, hal : 386), Kasyf al-Musykil min Hadits ash-Shahihain (juz 1, hal 325), dan Mirqat al-Mafatih Syarh Misykat al-
Rubrik Tanya Jawab Agama Diasuh Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 1 - 15 APRIL 2012
15
TANYA JAWAB AGAMA Mashabih (juz 11, hal: 328). Hal ini menunjukkan bahwa ketika itu perempuan memang kurang memiliki peran dan posisi yang stategis karena beberapa faktor di atas. Sehingga ketidakbolehan wanita menjadi pemimpin harus dipahami sebagai langkah pencegahan (sadd adz-dzari’ah) agar tidak terjadi kekacauan dan ketidakseimbangan dalam pemerintahan. Kaidah usul fiqih mengatakan:
Artinya: “Sesuatu yang dilarang sebagai upaya pencegahan, dibolehkan karena adanya kebutuhan” Perlu diketahui juga bahwa sifat kepemimpinan pada masa sekarang adalah kolektif kolegial, yaitu melibatkan banyak orang dalam satu pemerintahan. Sehingga seorang perempuan yang menjadi pemimpin, misalnya, tidak harus mengurus
16
semua hal yang berkaitan dengan pemerintahan karena hal ini akan terasa sangat berat. Ia bisa secara bersama-sama bekerja dengan orang yang terlibat di dalamnya untuk mengurus kepentingan rakyat. Kesimpulannya, laki-laki dan perempuan mempunyai peluang yang sama untuk melakukan kebaikan (amal shalih) karena keduanya bertanggung jawab untuk memerintahkan kebajikan dan mencegah kemunkaran. Hanya saja, keterlibatan seorang perempuan dalam ranah publik (menjadi pemimpin, misalnya) terlebih dahulu harus memperhatikan dan melaksanakan kewajiban yang dibebankan kepadanya, misalnya mengatur urusan rumah tangga, karena bagaimanapun juga wanita dibebani kewajiban untuk memelihara harta suaminya yang juga mencakup urusan rumah tangga, memerhatikan pendidikan anak (mes-
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 9 - 23 JUMADILAWAL 1433 H
kipun hal ini merupakan kewajiban suami-istri). Hal-hal di atas perlu diperhatikan agar tidak terjadi kekacauan dalam rumah tangga yang merupakan fondasi utama untuk membangun sebuah peradaban madani. Perlu juga dipahami amal shalih bukan hanya ada dalam ranah publik (baca: menjadi pemimpin). Amal shalih harus dipahami sebagai amalan yang sesuai (pantas) untuk dilakukan oleh individu berdasarkan peran dan posisi yang terdapat pada dirinya. Jika peran tersebut telah dilakukan, bolehlah seseorang melakukan pekerjaan lain dengan tetap memperhatikan aturan dan norma agama Islam. Demikian jawaban yang bisa kami sampaikan. Semoga bermanfaat. Wallahu ‘alam bi ash-shawab. *putm)l
DI ANTARA KITA ZAM-ZAM MEMBANGUN KADER UNGGULAN DENGAN MENDIRIKAN SMA MUHAMMADIYAH BOARDING SCHOOL “Solusi Baru Pendidikan Masa Depan”
P
ondok Pesantren Modern ZAM– dan lain – lain. Terbukti dengan pengajaran untuk menyongsong tahun ajaran baru ZAM Muhammadiyah Cilongok yang intensif pada minat dan bakat santri, sudah dipersiapkan oleh beliau enam Banyumas merupakan lembaga mereka dapat berkembang lebih optimal ruang kelas serta sarana penunjang pendidikan modern dan terpadu antara dibidang - bidang tertentu, seperti pe- lainnya. kurikulum umum dan kurikulum Pesantren ngakuan dari salah satu santri Adnan (Santri Dengan izin Allah pada tahun keempat yang dijalankan secara utuh dan terintegrasi kelas 2 SMP) : “Setelah masuk ponpes Zam ini dibuka unit SMA MBS (Muhammadiyah sehingga diharapkan menjadi lembaga Zam, Alhamdulillah saya dapat menghafal Boarding School) Zam-Zam. Peletakan pendidikan yang unggul. al-Qur’an 8 juz dengan waktu kurang dari 2 batu pertama ditandatangani oleh Prof DR Seiring berjalannya waktu, alhamdulil- tahun dan juga dapat menguasai dasar - Din Syamsuddin, MA. beliau berkunjung lah Pondok pesantren modern Zam-Zam dasar bahasa Arab dengan baik. Apalagi sekaligus memberi semangat kepada para sudah dapat menunjukkan prestasi santri agar selalu menjadi yang dan perkembangannya yang luar terbaik. “why not the best”, kata biasa. Mulai dari jumlah santri (SMP) beliau. Semoga dengan berdirinya yang semakin banyak juga diimbangi SMA ini dapat menjadi penopang dengan banyaknya piala kejuaraan penting atas estafet pengkaderan yang disabet santri – santri (SMP) Zam demi generasi bangsa yang baik di Zam. Diantaranya adalah: masa depan. l Juara 1 LCTAI Kabupaten BaBesar harapan kami untuk mennyumas Th. 1432 H / 2012 M sukseskan jenjang baru ini. Maka (MAFAZA) Kami mengundang bagi lulusan l Juara 1 Lomba Matematika IX lulusan setingkat SMP/MTs dan Khusus Keluarga Besar Muterkhusus bagi lulusan pesantren Prof. Dr. Din Syamsuddin,M.A. resmikan peletakan hammadiyah Tk.Kab. Purbauntuk menikmati proses belajar batu pertama SMA MBS (Muhammadiyah Boarding School) Zam Zam lingga 2012 mengajar di pesantren kami, terlebih l Juara I O2SN SMP Cab. Pencak Silat disana pelajaran bahasa Arab diajarkan bagi generasi pertama SMA MBS ZamDinas Pendidikan Banyumas Th. 2011 oleh Ustadz – Ustadz S1 dari LIPIA Jakarta. Zam ini akan dibebaskan dari biaya l Juara II Cerdas Cermat Islam PECE- Semoga adik – adik yang ingin masuk ke Pengembangan dan Gedung. Dengan beTIKA ke – IV Se – Karisidenan Banyu- ponpes Zam Zam dapat mengikuti jejak saya berapa keunggulan yang kami miliki (kumas 1432 H juga, Amien.” Terang dia. rikulum terpadu, pengajar dari perguruan l Juara II Pemilihan Da’i Remaja ROHIS Didukung kepercayaan masyarakat tinggi negeri terkemuka dan LIPIA, seSMA Negeri 2 Purwokerto 2011 terhadap Pondok Pesantren Zam-Zam gudang prestasi yang telah teraih ditingkat l Juara II PILDAREM SMPN 2 Purwo- yang sudah tidak diragukan lagi, hal itulah sekolah terdahulu dan klub-klub ekstrakerto Th.2010 dll. yang menambah semangat kami, terkhu- kulikuler sesuai bakat dan minat yang meHal ini tidak terlepas dari peran para sus bapak H Casiwan selaku donatur madai ) kami yakin SMA MBS zam-zam ini ustadz yang terjun secara langsung utama untuk terus melengkapi sarana dan sebuah pilihan yang tepat bagi pendidikan membina santri secara intensif selama 24 prasarana penunjang. Dan Alhamdulillah putra-putra kita semua.l(adv) jam. Tim pengasuhan santri merupakan kombinasi dari berbagai alumni pesantren l TANGGAL PENDAFTARAN : Tanggal 15 April s/d 30 Juni 2012 seperti pondok pesantren Karangasem l TANGGAL TES : Tanggal 1 juli 2012 Muhammadiyah Paciran Lamongan, l TEMPAT PENDAFTARAN DAN TES pondok modern Darrussalam Gontor, Imam Pondok Pesantren Modern Zam – Zam Muhammadiyah Cabang Cilongok Daerah Syuhodo yang sekaligus merupakan Banyumas. Alamat : Jl. Raya Pernasidi No. 9 Cilongok Banyumas 53162 alumnus perguruan tinggi Dalam maupun l MATERI TES luar Negeri terkemuka. a. Matematika d. Psykotest Selain itu, Santri dikembangkan berb. Bahasa Inggris e. Ibadah Praktis dasarkan minat dan bakatnya masingc. Menulis Arab f. PAI masing sehingga muncullah Klub - Klub d. Membaca Al – Qur’an ekstrakulikuler yang memadai, misal; klub l PENGUMUMAN : Tanggal 5 Juli 2012 Matematika, klub bahasa (Arab dan Info lebih lanjut hub. kami 0281- 655 145 atau kunjungi website kami di Inggris), klub Tahfidz, klub design grafis, klub www.ponpeszamzam.com sepak bola, klub bela diri, klub badminton, SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 1 - 15 APRIL 2012
17
Perempuan Buruk dan Perempuan Baik dalam Al-Qur’an (2) PROF DR H MUHAMMAD CHIRZIN, MAg
P
erempuan adalah pasangan lakilaki dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Mereka niscaya akur, kompak, seia-sekata, bersatu-padu dan bekerja sama membangun kehidupan yang tentram sejahtera, penuh cinta dan kasih sayang serta kedamaian. Laki-laki dan perempuan adalah ibarat dua sayap seekor burung. Bila kedua sayap kuat, maka burung itu dapat terbang tinggi ke angkasa luas. Jika salah satu dari kedua sayap lemah, maka ia tidak dapat terbang ke manamana. Allah SwT berfirman,
Hai umat manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri dan menciptakan pasangannya darinya dan dari keduanya Ia memperkembangbiakkan sebanyakbanyaknya laki-laki dan perempuan. Bertakwalah kamu kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu meminta dan hormatilah rahim yang mengandung kamu; karena Allah selalu menjaga kamu. (An-Nisa‘ [4]: 1). Manusia hendaknya bertakwa kepada Allah yang telah menciptakan mereka dari satu jiwa dengan pasangannya. Segala hak dan kewajiban bersama dikembalikan kepada Allah, karena mereka adalah makhluk-Nya. Segala kehendakNya merupakan ukuran kebaikan; dan semua kewajiban ukurannya disesuaikan dengan kehendak-Nya. Dari sepasang 18
laki-laki dan perempuan itu Allah memperkembangbiakkan banyak laki-laki dan perempuan melalui proses hubungan seksual yang bersih, sehat dan benar. Di antara rahasia sifat-sifat yang menakjubkan ialah soal seks yang begitu besar menguasai kehidupan jasmani manusia dan begitu besar pula memengaruhi bawaan emosi dan kodratnya yang lebih tinggi. Dorongan seksual bukan untuk ditakuti dan dipandang hina, tetapi patut dihormati dalam pengertian yang setinggitingginya, karena itu sarana pelestarian keberadaan umat manusia di muka bumi. Perempuan yang baik adalah pasangan laki-laki yang baik, dan perempuan yang buruk pasangan laki-laki yang buruk. Allah tidak rela perempuan yang baik menjadi pendamping laki-laki yang keji, begitu pula yang sebaliknya, Allah juga tidak rela laki-laki yang baik mendapat pendamping perempuan yang keji. Pasangan yang bersih dengan yang bersih, dan yang kotor dengan yang kotor. Allah SwT berfirman,
Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji juga untuk perempuan-perempuan yang keji; perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuanperempuan yang baik. Mereka bersih dari segala yang dituduhkan orang. Mereka mendapat pengampunan dan
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 9 - 23 JUMADILAWAL 1433 H
rezeki yang mulia. (An-Nur [24]: 26) Ayat tersebut sejalan dengan firman Allah berikut.
Pezina laki-laki tak boleh menikah kecuali dengan pezina perempuan, atau dengan perempuan musyrik; dan seorang pezina perempuan tidak boleh menikah kecuali dengan pezina laki-laki, atau dengan seorang laki-laki musyrik; dan yang demikian dilarang bagi orang beriman. (An-Nur [24]: 3) Islam mengajarkan adanya kebersihan seks, bagi laki-laki dan bagi perempuan, pada setiap waktu, sebelum perkawinan, selama dalam perkawinan dan sesudah putusnya hubungan perkawinan. Mereka yang melakukan perbuatan terlarang dikeluarkan dari lingkungan perkawinan laki-laki dan perempuan terhormat. Dalam ayat yang lain Allah SwT berfirman,
Janganlah kamu menikah dengan perempuan-perempuan musyrik sebelum mereka beriman. Perempuan budak
yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik sekalipun ia menarik hatimu. Juga janganlah menikahkan anak perempuanmu dengan laki-laki musyrik sebelum mereka beriman. Seorang lakilaki budak beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik sekalipun ia menarik hatimu. Mereka akan membawa ke dalam api neraka, tetapi Allah akan memanggil ke dalam surga dan pengampunan dengan izin-Nya. Dan Dia akan menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia supaya mereka mendapat peringatan. (Al-Baqarah [2]: 221) Perkawinan merupakan hubungan yang paling mesra, dan rahasia masalah seks pun akan terpenuhi dengan sangat sempurna bilamana keserasian rohani yang mesra itu dipadu dengan jalinan jasmani. Agama mempunyai pengaruh yang paling nyata dalam kehidupan kedua belah pihak, lebih daripada pengaruh keturunan, bangsa, bahasa atau kedudukan. Nabi Muhammad saw mengajarkan bahwa seorang perempuan dinikahi atas dasar empat hal: agamanya, kecantikannya, nasab keturunannya dan hartanya. Raihlah keberuntungan dalam berumah tangga dengan menomorsatukan pilihan itu atas dasar agamanya. Bilamana kedua orang pasangan itu memang saling mencintai, pandangan mereka mengenai hal yang paling agung dalam hidupnya itu harus sama. Agama bukanlah sekadar nama atau sesuatu yang biasa saja, atau karena kelahiran. Agama harus menjadi pemandu jalannya kehidupan demi meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dalam kehidupan rumah tangga, lakilaki adalah pelindung dan bertanggung jawab terhadap kaum perempuan dan ke-
luarga. Ia berdiri teguh menghadapi urusan keluarga, melindungi segala kepentingannya serta menjaga segala urusannya. Ia dapat juga berdiri teguh menghadapi pekerjaannya dan mengurus segala perkara dengan tujuan yang sudah mantap. Allah SwT berfirman,
kehormatan dan nama baiknya sendiri, sebagaimana diperintahkan oleh Allah SwT. Istri yang baik akan selalu ingat betapa Allah telah melindunginya dan berusaha sungguh-sungguh untuk menjaga kehormatannya sendiri serta nama baik suami. Allah berfirman dalam Al-Qur’an,
Laki-laki adalah pelindung dan bertanggung jawab terhadap kaum perempuan, karena Allah telah memberikan kelebihan kekuatan pada yang satu atas yang lain; dan karena mereka memberi nafkah dari harta mereka. Oleh karena itu – perempuan-perempuan yang shalih ialah yang taat kepada Allah, yang menjaga diri tatkala suami tidak ada, karena Allah telah menjaga mereka. Dan terhadap perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan tidak setia dan curang, nasihatilah mereka, pisahkanlah mereka di tempat tidur dan pukullah sedikit. Tetapi bila sudah kembali setia janganlah kamu mencari-cari alasan mempersulit mereka. Sungguh Allah Maha Tinggi, Maha Agung. (An-Nisa‘ [4]: 34) Istri yang baik itu ialah yang tetap setia dan harmonis dalam kehadiran sang suami, dan tetap menjaga nama baik dan harta milik keluarga, di samping menjaga
Sungguh, laki-laki dan perempuan Muslim, - laki-laki dan perempuan Mukmin, laki-laki dan perempuan yang taat, laki-laki dan perempuan yang jujur, lakilaki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang memberi sedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak mengingat Allah – bagi mereka Allah menyediakan ampunan dan pahala yang besar. (Al-Ahzab [33]: 35) Perempuan yang didambakan Tuhan ialah yang Muslimah, Mukminah, taat, jujur, sabar dan tabah, khusyuk, suka bersedekah, berpuasa, memelihara kehormatan dan mengingat Allah.l
Dapatkan Majalah, Buku-Buku, dan Atribut Muhammadiyah lainnya di Makassar :
TOKO PUSTAKA MENTARI d.a. Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Sulawesi Selatan Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 No. 38 Makassar, Sulawesi Selatan cp. UMAR SADIK : 081355518548
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 1 - 15 APRIL 2012
19
HAD I T S
ENAM HADITS DHA’IF TENTANG KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU (1) NICKY ALMA FEBRIANA FAUZI
I
lmu bagaikan cahaya penerang bagi siapa saja yang memilikinya. Menuntut ilmu adalah sesuatu yang sangat mulia, sampai-sampai Allah SwT berjanji akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu (Qs Al-Mujadilah [58]: 11). Al-Baghawi, dalam tafsirnya ketika menafsirkan ayat tersebut, menerangkan bahwa orang-orang yang beriman akan diangkat derajatnya karena keutamaan ilmu mereka (Ma’alim al-Tanzil, vol. VIII, hal. 58). Selain Al-Qur’an, Al-Sunnah juga menerangkan tentang keutamaan menuntut ilmu dan kemulian orang yang berilmu. Tidak seperti Al-Qur’an yang mutawatir, Al-Sunnah banyak riwayat yang lemah (dha’if), yang disandarkan kepada Nabi, bahkan ada sebagian yang palsu (maudhu’). Penyebab munculnya Hadits palsu, di antaranya, adalah sikap fanatik (ta’asshub) terhadap suatu golongan, bahasa, madzhab, atau negeri (Maqayis Naqd Mutun al-Sunnah, hal. 34). Ulama Hadits telah menetapkan beberapa kaidah untuk menetapkan kemaudhu’-an (kepalsuan) suatu Hadits. Salah satu kaidahnya ialah apabila suatu Hadits di dalamnya memuat ancaman keras terhadap hal sepele, atau janji besar terhadap perkara ringan (Subhi Shalih, 2009: 245). Para ahli Hadits bersikap tasyaddud (ketat dan keras) dalam menilai Hadits dha’if, terutama terhadap Hadits tentang halal dan haram. Mereka hanya menerima Hadits yang paling tinggi derajatnya, atau yang biasa disebut dengan istilah ‘sahih’ (Subhi Shalih, 2009: 196). Namun, dalam hal keutamaan-keutamaan (fadhailu al-a’mal) terjadi perbedaan pendapat. Ada sebagian ulama yang menolak secara mutlak. Ada yang menerimanya tanpa syarat apapun. ada sebagian lagi menerima Hadits dha’if dengan beberapa syarat. 20
Tulisan ini akan mengkaji beberapa Hadits lemah (dha’if) dan bahkan sebagian dinyatakan palsu (maudhu’) oleh para ulama Hadits, yang sering disampaikan oleh para muballigh atau sering dijumpai dalam masyarakat. 1. Menuntut ilmu sekalipun sampai ke negeri China
“Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Atikah, dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Tuntutlah ilmu sekalipun di negeri China”. Hadits ini diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Syu’abu al-Iman (vol. III, no. 1543) dan al-Madkhal (vol. I, no. 243), al-Bazzar dalam kitab Musnad (vol. I, no. 95), al-Rubai’ dalam Musnad-nya (no. 18) dalam Bab fi al-‘Ilmi wa Thalabihi wa Fadlihi, Abu Nu’aim al-Ashbahani dalam Akhbar Ashbahan (vol. VII, hal. 376), Ibnu ‘Abd al-Barr dalam Jami’ Bayan al-‘Ilmi wa Fadhlihi (vol. I, no. 15 & 16, hal. 2526), Ibnu ‘Addi dan al-‘Uqaili sebagaimana dinukil oleh al-Suyuthi dalam kitabnya, alLaalî al-Masnu’ah bab Kitab al-‘Ilmi (vol. I, hal. 175). Mereka semua meriwayatkan dari Abu ‘Atikah melalui jalur Anas bin Malik secara marfu’ (disandarkan sampai kepada Nabi) . Kedha’ifan Hadits ini terletak pada perawi yang bernama Tharif bin Sulaiman Abu ‘Atikah al-Bashari atau al-Kuffi (alDhu’afa wa al-Matrukin li Ibn al-Jauzi, vol. II, hal. 63). Menurut an-Nasai dalam kitabnya, al-Dhu’afa wa al-Matrukin, ia bukanlah orang yang tsiqah/kredibel (laysa bi tsiqoh) (vol.I, hal. 198), al-Bu-
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 9 - 23 JUMADILAWAL 1433 H
khari mengatakan bahwa ia seorang munkar al-Hadits (orang yang Haditsnya diingkari) (Tahdzib al-Tahdzib, vol. XII, hal. 127). Selain itu, Ibnu Abi Hatim dalam al-Jarh wa al-Ta’dil mengatakan bahwa ia adalah dzahib al-Hadits (orang yang Haditsnya hilang) dan dha’if al-Hadits (orang yang Haditsnya dha’if) (vol. IV, hal. 494). Para kritikus Hadits juga telah mendla’ifkannya dalam kitab-kitab mereka; seperti Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam Lisan al-Mizan (vol. VII, hal. 251), al-Dzahabi dalam Mizan al-I’tidal (vol. II, hal. 335), al-‘Uqaili dalam Dhu’afa al-‘Uqaili (vol. II, hal. 230). Sesungguhnya, para mukharrij mencantumkan Hadits ini dalam kitab-kitab mereka dengan tambahan lafal di belakangnya:
(maka sungguh menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim). Namun, yang sering disampaikan oleh para mubaligh atau sering dijumpai hanya sepenggal saja tanpa tambahan lafal tersebut setelahnya. Walaupun dari segi sanad Hadits ini dha’if (lemah), namun bila dilihat dari segi matan tampaknya perspektif Syaikh Abdul Aziz bin Baz sangat baik dalam menjelaskan kandungan matan Hadits ini. Beliau berkata: “Seandainya Hadits ini shahih, maka tidaklah menunjukkan tentang keutamaan negeri China dan penduduknya, karena maksud Hadits ini —kalaulah memang shahih— adalah anjuran untuk menuntut ilmu sekalipun harus menempuh perjalanan yang sangat jauh, sebab menuntut ilmu merupakan perkara yang sangat penting sekali, karena ilmu merupakan sebab kebaikan dunia dan akhirat bagi orang yang mengamalkannya. Jadi, bukanlah maksud Hadits ini adalah negeri China itu
DI ANTARA KITA sendiri, tetapi karena China adalah negeri yang jauh dari tanah Arab, maka Nabi saw menjadikannya sebagai permisalan. Hal ini sangat jelas sekali bagi orang yang mau memperhatikan Hadits ini” (al-Tuhfah al-Karimah fi Bayani Ba’dhi AHadits Maudhu’ah wa Saqimah, hal. 60). 2. Kewajiban menuntut ilmu bagi Muslim dan Muslimah
“Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim dan muslimah”. Hadits ini asalnya tidak ada tambahan lafal “wa muslimatin”. Namun yang populer di kalangan masyarakat adalah matan Hadits yang disertai dengan tambahan lafal tersebut. Hal ini dikuatkan oleh statement Imam al-Sakhawi dalam kitabnya, al-Maqashid al-Hasanah. Beliau berujar “Sebagian penulis telah memasukkan Hadits ini dengan tambahan , padahal tidak disebutkan dalam berbagai jalur Hadits sedikitpun” (alMaqashid al-Hasanah, hal. 442). Bila matan Hadits yang disertai dengan tambahan “wa muslimatin” itu tidak ada sumbernya, maka matan Hadits yang tidak ada tambahan lafal tersebut sangat banyak jalurnya. Sebagian riwayat, seperti yang di-takhrij oleh Abu Ya’la dalam Musnad-nya (vol. V, no. 2837) dan alBazzar dalam Musnad (vol. II, no. 6746) yang melalui jalur Anas bin Malik sanadnya didha’ifkan oleh Husain Salim Asad ketika mentahqiq kitab Musnad Abi Ya’la (Musnad Abi Ya’la, vol. V, no. 2837) karena di dalamnya terdapat Hafsh bin Sulaiman al-Asadi yang mendapat jarh (celaan) dari para kritikus Hadits (al-Dhu’afa wa al-Matrukin li Ibn al-Jauzi, vol. I, hal. 221, Tahdzib al-Tahdzib, vol.1, hal. 172, dan al-Majruhin, vol. I hal, 255), kemudian riwayat dari Abu Ya’la juga dalam Musnad-nya (vol. V, no. 2903) yang di dalamnya terdapat seorang perawi dari penduduk Syam yang tidak diketahui identitasnya (majhul). Namun, perlu diketahui bahwa jalur Hadits yang banyak bisa saling meng-
HAD I T S angkat derajat suatu Hadits yang dha’if menjadi hasan (hasan lighairih) dengan syarat di dalam sanad Hadits tersebut tidak terdapat perawi yang tertuduh dusta dan Haditsnya tidak syadz (tidak bertentangan dengan Hadits yang lebih shahih) (Manhaj al-Naqd, hal. 268). Hal ini juga kiranya yang membuat ahli Hadits kontemporer sekelas Nashirudin al-Albani menilai Hadits ini sebagai Hadits hasan karena menurutnya, ke-dha’ifan Hadits ini tidak terlalu parah dan jalur Haditsnya sangat banyak sehingga bisa menguatkan satu sama lain (Silsilah al-AHaditsah al-Dha’ifah, hal. 604). Riwayat yang lain dari berbagai jalur di antaranya terdapat dalam Sya’bu alIman (vol. III, no. 1545), Ittihaf al-Khayrah (vol. I, no. 261), al-Mu’jam al-Awsath (vol. I, no. 9, vol. III, no. 2462, vol. VIII, no. 8381, no. 8567 dan no. 8833), al-Mu’jam al-Shaghir (vol. I, no.22 dan no. 61), alMu’jam al-Kabir (vol. X, no. 10439), Musnad al-Syamiyyin (vol. III, no. 2084 dan vol. IV, no. 3375), Musnad al-Syihab (vol. I, no. 174 dan 175), Amali Ibn Basyran (vol. I, no.245), Amali Ibn Sama’un (vol. I, no. 23), Amali al-Baghindi (vol. I, no. 18), al-Fawaid karya al-Ashbahani (vol. I, no. 14), Gharaib Malik Ibn Anas (vol. I, no. 176), ‘Awali al-Imam Abi Hanifah (vol. I, no. 41), Masyikhah alAbnusi (vol. I, no. 154), Mu’jam Abi Ya’la (vol. I, no. 154), Mu’jam Asami (vol. II, no. 397), Mu’jam Ibn al-‘Arabi (vol. I, no. 304, vol. IV, no. 1786 dan vol. V, no. 2036), Mu’jam Ibn al-Muqri (vol. II, no. 839), dan Mu’jam al-Syuyukh li Ibn Jami’ alShaidawi (vol. I, no. 123). Di samping Hadits ini diriwayatkan dari banyak jalur, beberapa riwayat juga ada
yang menyebutkan dengan matan yang sedikit berbeda, yaitu dengan lafal
(menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim). Mereka yang meriwayatkan dengan matan ini ialah al-Baihaqi dalam Sya’bu al-Iman (vol. III, no. 1552), al-Thabrani dalam Mu’jam al-Awsath (vol. VIII, no. 8611), Ibnu Abd al-Bar dalam Jami’ Bayan al-‘Ilmi wa Fadhlihi (vol. I, no. 20), Baybi binti Abd al-Shomad al-Harwiyah dalam Juz Baybi (vol. I, no. 110), dan alShaidawi dalam Mu’jam al-Syuyukh (vol. II, no. 337). Walaupun Hadits yang mendapat tambahan “wa muslimatin” tidak ada sumbernya, namun bila dilihat dari segi matan Hadits yang mendapat tambahan lafal tersebut shahih, yaitu kewajiban menuntut ilmu tidak hanya untuk seorang Muslim tapi juga Muslimah. Musthafa alIstanbuli, seorang mufassir bermadzhab Hanafi, dalam tafsirnya menerangkan, bahwa menuntut ilmu wajib bagi laki-laki dan perempuan yang telah mukallaf (mukallaf dzakaran kana aw untsa) (Tafsir Ruh al-Bayan, vol. VIII, hal. 61 ). Selain beliau, Syaikh Muhammad Rasyid Ridha juga mengatakan bahwa “Hadits —menuntut ilmu wajib bagi setiap Muslim— mencakup wanita juga dengan kesepakatan ulama, sekalipun tidak ada tambahan lafadz “wa muslimatin””. (Huquq al-Nisa Fi al-Islam).l bersambung Alumni Pondok Pesantren Madrasah Wathaniyah Islamiyah Kebarongan dan Mahasiswa Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) Yogyakarta.
PENGUMUMAN Kepada Agen/LB/Personal Majalah Suara Muhammadiyah yang merasa telah mengirimkan nafkah majalah melalui Bank/Giro Pos/Wesel dan belum masuk pada pembukuan utang/piutang, dihimbau supaya memberikan informasi kepada kami: SMS/ CALL : 081 904 18 1912
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 1 - 15 APRIL 2012
21
KHAZANAH
ISRA’ILIYAT DALAM TAFSIR SA’AD ABDUL WAHID
D
imaksudkan dengan isra’iliyat ialah kisah yang dibawa oleh ahli Kitab yang sudah memeluk agama Islam. (Manna’ al-Qattan, 1971, hlm. 307). Istilah isra’iliyat sebenarnya mencakup semua ahli Kitab, baik Yahudi maupun Nasrani. Karena sebagian besar kisah isra’iliyat itu datang dari Yahudi, maka dalam ilmu tafsir istilah tersebut hanya ditujukan kepada Yahudi. Sebagian kisah yang mereka bawa adalah dari Taurat, dan sebagian lagi berasal dari Injil, sebagaimana diungkapkan dalam firman Allah SwT:
“Kemudian Kami iringkan di belakang mereka Rasul-Rasul Kami dan Kami iringkan (pula) ‘Isa putera Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil.” (Al-Hadid [57]: 27). Di samping Injil, terdapat pula kisahkisah, berita-berita dan pelajaran-pelajaran yang mereka sangka berasal dari Isa as Sumber budaya Yahudi adalah Taurat dan sumber budaya Nasrani adalah Injil. Karena Taurat dan Injil adalah Kitab Allah, maka kedua Kitab tersebut memuat sebagian yang termuat dalam Al-Qur’an, sebagai Kitab Allah yang terakhir, terutama kisah-kisah para Nabi, sekalipun dengan cara yang berbeda. Dalam Al-Qur’an, kisah-kisah tersebut diungkapkan secara singkat. Misalnya kisah Nabi Adam, di samping diungkapkan dalam Kitab Taurat, juga diungkapkan dalam Al-Qur’an di beberapa ayat dari surat Al-Baqarah, AlA’raf dan surat-surat lainnya, tetapi suratsurat tersebut tidak menjelaskan di mana tempat al-jannah yang dihuni oleh Adam dan isterinya, dan tidak menjelaskan pula macam pohon apakah yang buahnya dilarang dimakan. Tidak menjelaskan pula binatang yang dibawa setan masuk ke jannah yang kemudian menggoda Adam dan 22
istrinya, juga tidak menjelaskan tempat turunnya Adam dan isterinya yang kemudian menjadi tempat tinggal kedua insan tersebut, yang dalam Taurat semuanya itu dijelaskan secara mendetail. Dalam Taurat dijelaskan bahwa jannah itu berada di ‘Adn bagian Timur, dan pohon yang buahnya dilarang dimakan berada di tengah jannah tersebut, yang terkenal dengan “syajaratul-hayyat” (pohon kehidupan). Adapun yang menggoda Hawa (istri Adam) adalah ular, yang kemudian ular tersebut dijatuhi hukuman oleh Allah dengan menjadikannya berjalan dengan perutnya dan makan tanah. Dalam Injil pun demikian, misalnya kisah Nabi ‘Isa dan Maryam dijelaskan secara rinci. Pada masa sahabat berita dari ahli Kitab yang dimasukkan dalam tafsir masih sangat sedikit. Setelah datang masa tabi’in dan banyak ahli Kitab yang masuk agama Islam, barulah isra’iliyat itu banyak diambil oleh para tabi’in. Sesudah masa tabi’in, para mufassir semakin banyak memasukkan isra’iliyat ke dalam tafsirnya, dengan tidak menyeleksi mana yang benar dan mana yang batil. Karena itulah, jika membaca Kitab-Kitab tafsir hendaklah berhati-hati dan tidak mengambilnya kecuali penafsiran yang sumbernya sahih, Tokoh isra’iliyat yang banyak diambil riwayatnya adalah: ‘Abd Allah ibnu Salam, Ka’b al-Ahbar, Wahab ibnu Munabbih dan ‘Abd Allah ibn ‘Abd al-’Aziz ibn Juraij. Para ulama berbeda pendapat tentang hukum mengambil riwayat dari mereka dan mempercayainya, dan yang paling banyak diperselisihkan adalah riwayat dari Ka’b al-Ahbar. Di antara tokoh isra’iliyat yang paling banyak dan paling tinggi tingkatan ilmu pengetahuannya adalah ‘Abd Allah ibn Salam. Yahudi mempunyai budaya yang religius sebagaimana Nasrani, dan kedua budaya tersebut tidak sedikit pengaruhnya terhadap tafsir. Budaya Yahudi bersumber dari Taurat sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 9 - 23 JUMADILAWAL 1433 H
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya ada petunjuk dan cahaya (yang menerangi).” (Al-Maidah [5]: 44). Di samping bersumber dari Taurat, budaya Yahudi juga bersumber dari tradisitradisi yang tidak tertulis dalam al-Kitab, melainkan diterima dari mulut ke mulut, hingga beberapa generasi, yang kemudian dibukukan dalam satu buku, yang terkenal dengan nama “Talmud” . Adapun budaya Nasrani bersumber dari Injil, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
“Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil yang di dalamnya ada petunjuk dan cahaya (yang menerangi)....” (Al-Maidah [5]: 46).
Perkembangan Isra’iliyat dalam Tafsir Sebenarnya isra’iliyyat sudah lama dijadikan sebagai salah satu sumber tafsir, yaitu sejak masa sahabat. Jika diteliti dengan cermat, memang terdapat kesamaan antara Al-Qur’an, Taurat dan Injil dalam beberapa hal, hanya saja berbeda dalam cara mengungkapkannya. Dalam Al-Qur’an diuraikan secara garis besar, sedang dalam Taurat dan Injil diuraikan secara mendetail. Pada mulanya apabila seseorang dari para sahabat mendapatkan kesulitan mengenai suatu kisah dalam Al-Qur’an al-Karim, sedang sahabat lainnya tidak dapat menjelaskannya, maka bertanyalah ia kepada ahli Kitab yang telah masuk Islam. Pada waktu itu para sahabat tidak mempercayai mereka secara mutlak, sebab Rasulullah saw telah memperingatkan sebagai berikut:
KHAZANAH
“Janganlah kamu mempercayai ahli Kitab dan jangan pula mendustakan mereka, melainkan katakanlah: Kami beriman kepada Allah dan Al-Qur’an yang diturunkan kepada kami.” (Al-Bukhariy, t.t., Kitab Tafsir Al-Qur’an, 111: 65. dari Abu Hurairah). Para sahabat sangat berhati-hati dalam menanyakan sesuatu kepada ahli Kitab. Mereka tidak menanyakan masalahmasalah yang ada hubungannya dengan akidah atau hukum. Apabila jawaban yang diterima dari ahli Kitab bertentangan dengan Hadits Nabi, maka para sahabat tetap berpegang pada Hadits. Juga tidak menanyakan hal-hal yang bernilai agamis, misalnya tentang nama anjing ashab alkahf, ukuran perahu Nabi Nuh, sebab menanyakan hal-hal yang seperti itu hanya membuang-buang waktu. Para sahabat tidak mempercayai orang Yahudi terutama mengenai masalah yang bertentangan dengan syari’at atau akidah. Bahkan seringkali menolak keterangan dari ahli Kitab, jika ternyata keterangan tersebut salah. Husein az-Zahabi (1976), menjelaskan bahwa meluasnya isra’iliyyat di kalangan umat Islam dimulai pada rriasa tabi’in. Sebab pada masa itulah para ahli Kitab mulai banyak yang memeluk agama Islam dan mereka mulai tertarik terhadap Al-Qur’an, terutama mengenai penjelasan tentang sejarah Yahudi dan Nasrani di masa lampau. Maka pada masa inilah para ulama banyak memasukkan dalam tafsirnya kisah-kisah isra’iliyat. Di antaranya ialah Muqatil ibnu Sulaiman (150 H). Menurut Abu Hatim, ia memperoleh ulum Al-Qur’an dari Yahudi dan Nasrani dan menjadikan KitabKitab mereka sebagai sumber penafsirannya, sehingga penafsirannya hampir menyerupai ramalan masa depan. Misalnya ketika menafsirkan firman-Nya;
“Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan
azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Lauh Mahfuz).” (Al-Isra’ (17): 58). Ia menjelaskan bahwa ayat itu berkenaan dengan penaklukan kota Konstantinopel dan kehancuran Andalus. Selanjutnya dia menjelaskan: ad-Dahhaq ibnu Muzahim menafsirkannya sebagai berikut: Pada masa yang akan datang Makkah akan diserang oleh Habsyah, Madinah akan hancur karena kelaparan, Basrah akan hancur karena tenggelam, gunung-gunung akan hancur karena disambar petir dan gempa, dan seterusnya. (al-Alusi, t.t. XV: 95). Sesudah masa tabi’in, kecenderungan ulama meriwayatkan isra’iliyat semakin besar, bahkan dapat dikatakan sudah keterlaluan, sebab mereka menerimanya secara mutlak, dengan tidak memperhatikan apakah isra’iliyat itu bertentangan dengan Al-Qur’an atau akal yang sehat. Isra’iliyat yang sebagian besar adalah khurafat, berkembang terus hingga masa pembukuan tafsir (127 H.). Sejak masa itulah isra’iliyat dapat dibaca dalam KitabKitab tafsir yang memuatnya. Oleh karena itulah jika membaca Kitab yang memuat isra’iliyat, hendaknya berhatihati dan meneliti kebenarannya sehingga tidak terjerumus dalam kekeliruan dan kesalahan.
Pengaruh Isra’iliyat dalam Tafsir Isra’iliyat yang diterima oleh para mufassir dari ahli Kitab dan dijadikan sumber oleh para sahabat saja, melainkan diriwayatkan secara meluas hingga masa sesudah tabi’in dan seterusnya, baik yang sesuai dengan Al-Qur’an maupun yang bertentangan, baik yang benar maupun yang dusta, hingga masuklah dalam KitabKitab tafsir kisah-kisah khayalan yang dibuat-buat. Husain az-Zahabi menegaskan bahwa para mufassir yang memperbanyak kisah-kisah isra’iliyat hanyalah memasukkan jarum keragu-raguan lewat tafsirnya ke dalam Islam, sebab mereka telah mencampur aduk khabar yang sahih dengan khabar yang dusta. (az-Zahabi, 1976,1: 179). Nilai Isra’iliyat Karena kabar isra’iliyat itu diriwayatkan oleh beberapa orang yang nilai kepercayaannya berbeda-beda, maka untuk menilainya harus mengetahui lebih da-
hulu macam-macamnya Para ahli tafsir telah membaginya menjadi tiga macam: a. Yang diketahui kesahihannya karena sesuai dengan riwayat yang dinukildari Nabi saw. Seperti penetapan nama seseorang yang menemani Nabi Musa, yaitu al-Hidir. Nama ini dengan jelas disebutkan oleh Rasulullah saw dalam suatu Hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhariy. Isra’iliyat macam ini adalah sahih dan maqbul (diterima). b. Yang diketahui kebohongannya, karena bertentangan dengan syara’, atau tidak sesuai dengan akal yang sehat. Isra’iliyat macam ini tidak dibenarkan menerimanya dan tidak pula dibenarkan meriwayatkannya. c. Maskutun ‘anhu (yang didiamkan),
tidak termasuk macam yang pertama dan tidak termasuk macam yang kedua. Maka tidak boleh dipercaya dan tidak boleh pula didustakan, tetapi boleh dikisahkan. Nabi saw pernah bersabda:
“Janganlah kamu mempercayai ahli Kitab dan jangan pula mendustakan mereka, melainkan katakanlah: “Kami iman kepada Allah dan Al-Qur’an yang diturunkan kepada kami...” (ditakhrijkan oleh alBukhari). Menurut para ulama tafsir, pengaruh isra’iliyat terhadap tafsir sangat besar, maka jika membaca Kitab tafsir harus berhatihati, terutama Kitab tafsir bil-ma’sur.
Kitab-Kitab at-Tafsir bi al-Ma’sur Di bawah ini disebutkan beberapa Kitab yang mudah ditemukan di perpustakaanperpustakaan, antara lain ialah: a. Jami’ al-Bayan ff Tafsir Al-Qur’an, susunan Ibni Jarir at-Tabariy (224 H.-310 H.) b. Bahr al-’Ulum, susunan Ibnu al-Laisi asSamarqandi (... - 375 H.). c. Al-Kasyfu wa al-Bayan ‘an Tafsir Al-Qur’an, susunan Abi Ishaq as-Sa’labi (....-427 H.) d. Ma’alim at-Tanzil, susunan Abi Muhammad alHusain al-Baqawi (.... -510 H.) e. Al-Muharrir al-Wajiz fi Tafsir al-Kitab al-’Aziz, susunan Ibni ‘Atiyah al-Andalusi (481 H 546 H). f. Tafsir Al-Qur’an al-Azim, susunan Abi al-Fida, al-Hatiz ibni Kasir (700 H, -774 H)l
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 1 - 15 APRIL 2012
23
24
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 9 - 23 JUMADILAWAL 1433 H
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 1 - 15 APRIL 2012
25
26
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 9 - 23 JUMADILAWAL 1433 H
P E D O M A N
PERMASALAHAN DAN TANTANGAN DAKWAH HA ROSYAD SHOLEH
D
akwah, secara sederhana dapat dita’rifkan sebagai : “Proses aktivitas mengubah suatu kondisi kepada kondisi lain yang lebih baik, atau dari suatu kondisi yang sudah baik kepada kondisi lain yang lebih baik lagi, yang dilakukan dengan sadar, sengaja dan berencana untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan, baik di dunia maupun di akhirat”. Dengan pengertian semacam itu, maka kegiatan dakwah bersifat multidimensional. Perubahan dari suatu kondisi kepada kondisi lain yang lebih baik, atau dari suatu kondisi yang sudah baik kepada kondisi lain yang lebih baik lagi, mencakup segisegi yang sangat luas. la menyangkut perubahan sikap hidup dan perilaku manusia, dari sikap hidup dan perilaku yang negatif, lemah dan tidak menguntungkan, seperti bodoh, malas, statis, boros, khianat, korup dan sebagainya, kearah sikap hidup dan perilaku positif yang diperlukan untuk kehidupan yang lebih baik dan mulia. Di samping itu perubahan dari suatu kondisi kepada kondisi lain yang diinginkan, juga menyangkut tata kehidupan masyarakat dalam segala aspeknya, baik aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya. Dalam rangka dakwah, tata kehidupan yang diinginkan tentunya tata kehidupan yang penuh diliputi oleh suasana ketentraman, kedamaian, kebahagiaan, kesejahteraan, dan keadilan, baik lahir maupun batin, di dunia maupun di akhirat yang diridlai oleh Allah SwT. Dalam penyelenggaraan dakwah di negeri kita dewasa ini, kita menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan yang cukup berat dan kompleks, baik di bidang sosial, pendidikan, ekonomi, akhlak, hubungan antarumat beragama dan sebagainya. Dalam bidang sosial misalnya, masyarakat kita sekarang ini masih hidup dalam belitan permasalahan. Menurut BPS, pada bulan Maret tahun yang lalu, angka kemisikinan masih mencapai 30,02 juta atau sekitar 12,49% dari jumlah penduduk. Angka tersebut pada akhir tahun 2011 mengalami penurunan sedikit, menjadi 29,89 juta atau sekitar 12,36%. Pada tahun 2010, United Nation Development Programme (UNDP) merangking 103 Negara Berkembang termasuk Indonesia. Indonesia menduduki peringkat 53 dari 103 negara. Peringkat pertama adalah Slovakia, sedang peringkat 103 adalah Nigeria. Thailand peringkat 16, Philipina 48, Vietnam 50, Myanmar 32, Kamboja 67, sedangkan Laos peringkat 68. Negara-negara tetangga dekat, seperti Singapura, Brunai Darussalam dan Malaysia tidak termasuk 103 Negara yang diranking, alias negara-negara tersebut sudah makmur dan sejahtera.
Masih berkaitan dengan permasalahan sosial, angka kriminalitas juga cukup memrihatinkan. Di DKI Jakarta saja, sesuai dengan data Kepolisian Daerah Metro Jaya yang dikutip oleh Dedeh Wahidah Ahmad, hingga September 2011 terdapat 7.382 kasus kejahatan, atau rata-rata perbulan terjadi 820 buah kasus. Tren semacam ini juga terjadi di daerah-daerah lain. Penyakit sosial lainnya, seperti kemaksiyatan juga sangat merisaukan. Masih menurut Dedeh Wahidah Ahmad, Seks bebas kini seolah-olah sudah menjadi tren di kalangan remaja kita. Ketua BKKBN, Sugiri Syarif pernah membuat pernyataan yang sangat mengejutkan. Menurut dia, separuh dari gadis lajang yang berada di kawasan Jabodetabek, diperkirakan banyak yang sudah tidak suci lagi, karena melakkan hubungan seks pra nikah. Tidak sedikit di antaranya yang hamil di luar nikah. “Dari hasil survei yang dilakukan, dari 100 remaja, 51 remaja perempuannya sudah tidak lagi perawan”, katanya. Selain di Jabodetabek, ungkap Sugiri, hasil yang hampir sama juga diperoleh di wilayah Indonesia lainnya. Semaraknya seks bebas di negeri ini nampaknya tidak bisa dilepaskan dari semakin meningkatnya peredaran dan aksi pornografi. Indonesia dalam hal akses mengakses konten ponografi di internet, menempati peringkat ketiga tertinggi di dunia, setelah Cina dan Turki, sehingga untuk menanggulanginya, terpaksa Pemerrintah membentuk Gugus Antipornografi. Permasalahan dakwah lainnya yang juga perlu mendapatkan perhatian adalah gerakan pemurtadan, yang pada sepuluh tahun terakhir ini berlangsung secara intensif. Gerakan ini menggunakan berbagai strategi dan cara yang signifikan, baik terang-terangan maupun terselubung, yang aktivitasnya memasuki berbagai aspek kehidupan, baik sosial, politik, ekonomi, budaya, maupun keagamaan, sehingga berakibat menurunnya prosentasi jumlah umat Islam di negeri ini. Kalau pada sekitar tahun 2000 jumlah umat Islam masih sekitar 88,2 prosen dari jumlah penduduk, 10 tahun kemudian turun menjadi sekitar 85,1 prosen dari penduduk yang berjumlah sekitar 240.271.522 orang. Apa yang dikmukakan di atas, “baru sebagian saja dari permasalahan dan tantangan dakwah yang dihadapi. Kedepan, permasalahan dan tantangan itu bukan semakin sedikit, melainkan cenderung semakin bertambah banyak dan kompleks. Untuk menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan yang semakin meningkat itu, tidak ada pilihan lain bagi Gerakan Dakwah seperti Muhammadiyah ini, selain harus meningkatkan gerakannya, baik yang berkaitan dengan dakwah ilal khair, alamru bilma’ruf dan nahyu ‘anil munkar.l SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 1 - 15 APRIL 2012
27
DIALOG
Pola Gerakan Kristenisasi
Sudah Berubah Pola gerakan Kristenisasi di Indonesia sudah berubah. Misi ‘Kristenisasi Indonesia’ sudah beralih menjadi ‘Indonesianisasi Kristen.’ Pada pola gerakan Kristenisasi, masyarakat di Indonesia menjadi objek dari para missi Kristen. Lewat pola gerakan Indonesianisasi, umat Kristen menjadi objek dari para missi yang berusaha memadukan ajaran Kristen dengan budaya lokal.
B
agaimana umat Islam memandang gerakan ini? Bagaimana seharusnya sikap para muballigh dalam membaca pola gerakan baru ini? Bagaimana pula sikap Muhammadiyah menghadapi ‘gerakan baru’ yang terkesan lebih santun, tetapi sesungguhnya menjadi tantangan berat penyebaran dakwah Islam? Berikut ini petikan wawancara Mu’arif dari Suara Muhammadiyah dengan Prof. Dr. Faisal Ismail, M.A., Gurubesar Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, baru-baru ini.
Masih relevankah isu Kristenisasi sebagai tantangan dakwah Islam? Kalau memang ada gerakan Kristenisasi yang ditujukan kepada orang-orang Islam, apalagi yang sudah taat beragama, dalam etika dakwah jelas tidak dibolehkan. Peraturan pemerintah juga melarang itu. Tetapi kalau memang gerakan tersebut ditujukan kepada kelompok ‘Islam abangan’, orangorang yang kurang pendidikan, orang-orang yang hidup di bawah garis kemiskinan, itu memang menjadi tantangan tersendiri. Gerakan Kristenisasi memang harus ditolak, tetapi apa yang telah dilakukan oleh para misionaris belum dapat diikuti oleh para muballigh. Selain kita menolak proses Kristenisasi, kita sendiri memang harus mengoreksi diri, 28
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 9 - 23 JUMADILAWAL 1433 H
terutama bagi para muballigh, dalam upaya memberikan pelayanan sosial, pendidikan, dan kebutuhan hidup mereka. Kadang-kadang kita kurang memberikan perhatian kepada mereka. Padahal, al-Qur’an telah menegaskan, jika kita kurang memperhatikan mereka, maka kita termasuk pendusta agama. Dengan melihat persoalan ini, jelas isu Kristenisasi masih relevan sebagai tantangan dakwah. Hanya saja, kita sendiri memang perlu mengoreksi diri bagaimana seharusnya memberikan pelayanan terbaik kepada umat. Bagaimana sebenarnya gerakan Islamisasi yang sudah berlangsung di Indonesia? Islamisasi itu bisa dimaknai dalam arti ke dalam dan ke luar. Dalam arti ke dalam, Islamisasi adalah mengislamkan massa kita yang belum sesuai dengan agama Islam. Maksud belum sesuai di sini dalam tanda kutip. Istilahnya ‘Islam abangan’ yang perlu diislamisasikan. Islamisasi bisa juga dalam arti ke luar. Berdasarkan etika dakwah, kita memang tidak boleh menyebarkan agama kepada orangorang yang sudah beragama, tetapi kalau menawarkan boleh saja. Gerakan Islamisasi di Indonesia sudah berjalan baik. Meskipun ada banyak hambatan, tetapi pada dasarnya gerakan Islamisasi di Indonesia sudah berjalan dengan baik. Kalau boleh tahu, seperti apakah peta Kristenisasi di Indonesia dewasa ini? Saya sendiri tidak punya peta Kristenisasi di Indonesia. Mungkin di Salatiga masih kuat. Di Ungaran juga begitu. Di kedua tempat ini gerakan Kristenisasi masih solid. Nah, mestinya Muhammadiyah punya data ini. Muhammadiyah kan gerakan dakwah yang sudah terbukti sukses mengantisipasi gerakan Kristenisasi di Indonesia. Bagaimana pendapat bapak tentang ‘Indonesianisasi Kristen’? Barangkali yang dimaksud ‘Indonesianisasi Kristen’ supaya agama Kristen dapat beradaptasi dengan budaya lokal. Setahu saya, dalam hal tenaga, memang ada upaya Indonesianisasi. Dulu, tenaga missionaris berasal dari bangsa asing, sekarang sudah banyak dari warga pribumi. Pada
DIALOG waktu Alamsyah menjabat sebagai Menteri Agama, memang ada kebijakan berupa seruan agar para penyebar agama dari tenaga pribumi. Dalam hal ini, saya memandang ini termasuk dalam konteks ‘Indonesianisasi.’ ‘Indonesianisasi’ mungkin juga dapat berarti agar Kristen itu bisa beradaptasi dengan kebudayaan lokal. Bahkan, para missionaris diharuskan menguasai bahasa lokal untuk memudahkan proses adaptasi. Dengan demikian, gerakan ini bisa memiliki ruang gerak yang lebih luas untuk melakukan Kristenisasi di Indonesia. Adakah perbedaan antara Kristenisasi dengan Indonesianisasi? Saya kira, dalam prakteknya, ‘Kristenisasi’ dengan ‘Indonesianisasi’ sama saja. Ini hanya wajah baru dari proses Kristenisasi di Indonesia yang melibatkan tenaga pribumi, bukan dari bangsa asing. Bagaimana seharusnya sikap para muballigh dalam menghadapi gerakan ini? Kita harus memberikan perhatian yang lebih kepada masyarakat di bawah. Kita harus memberikan pelayanan sosial yang lebih luas. Kita juga harus memberikan pencerahan spiritual keagamaan agar mereka tetap berpegang teguh pada keyakinan yang telah dianut. Dengan begitu, masyarakat tidak akan mudah terpengaruh oleh bujukan atau ajakan halus supaya pindah agama. Ini memang yang kurang dari dakwah Islam dewasa ini. Selama ini, umat di bawah kurang diperhatikan. Ke depan, mestinya para muballigh lebih maksimal dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada umat. Apa kritik bapak terhadap gerakan dakwah Islam di Indonesia dewasa ini? Selama ini, dakwah bil khal kurang dilakukan oleh para muballigh. Istilahnya, kita harus memberikan pancing daripada umpan. Ada contoh bagus yang dilakukan oleh salah satu tokoh di Masjid Syuhada. Beliau memberikan kursus-kursus kepada anak-anak putus sekolah. Beliau juga memberikan pelatihanpelatihan usaha kepada kelompok masyarakat kurang mampu. Dakwah yang demikan akan lebih bermanfaat ketimbang dakwah secara verbal. Dakwah bil khal itu memberi pancing yang dapat merangsang kreativitas umat untuk memperbaiki hidupnya. Kalau dakwah hanya sekedar memberikan umpan biasanya akan cepat habis. Tetapi dakwah yang memberikan
pancing akan terus bervproses. Itulah urgansinya dakwah bil khal. Selama ini, kita lebih terbiasa dengan dakwah bil lisan, padahal itu tidak terlalu efektif. Apa tantangan terberat dakwah Islam di masa depan? Kita sedang berhadapan dengan kekuatan besar dari luar, dalam arti budaya, yang tak terbendung. Informasi yang membanjiri kita sehari-hari masuk tanpa sensor. Ada yang baik, tetapi banyak yang buruk. Kita semua mesti sadar akan fenomena ini. Barangkali itu yang terberat. Tantangan lain yang tidak kalah beratnya, dakwah kita peru didukung dengan kekuatan dana yang kuat. Kalau kita punya biaya untuk mengirimkan dai-dai ke luar daerah, itu jelas akan memperkuat dakwah Islam. Kalau kita memiliki sekolahan atau lembaga pelatihan yang dapat menyalurkan tenaga kerja umat, itu jelas
sangat bagus. Mungkin, dalam tanda kutip, kita perlu mencontoh gerakan Kristenisasi, terutama pada pola gerakannya. Misalnya, KH Ahmad Dahlan sendiri mencontoh gerakan missionaris dengan mendirikan sekolah, panti asuhan, rumah sakit, dan lain-lain. Bagaimana peran Muhammadiyah dalam upaya membendung Kristenisasi di Indonesia dewasa ini? Sebenarnya, Muhammadiyah itu sudah baik, sudah bagus dalam mengantisipasi gerakan Kristenisasi. Memang ada kelemahan-kelemahan, tetapi itu wajar. Namanya manusia pasti ada keterbatasan. Saya melihat, ada beberapa wilayah di Yogyakarta malah belum tersentuh dakwah Muhammadiyah. Kalau Muhammadiyah lebih percaya diri dalam mengembangkan gerakan dakwahnya, dengan sendirinya gerakan Kristenisasi akan terbendung. Potensi Muhammadiyah di segala bidang itu sangat besar. Saya amati, hampir di seluruh wilayah Indonesia sudah ada pusatpusat gerakan dakwah Muhammadiyah. Ini jelas sesuatu yang luar biasa.l Rif SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 1 - 15 APRIL 2012
29
DI ANTARA KITA
AGAR KEHADIRAN MUHAMMADIYAH DAPAT TERUKUR Selama ini, kehadiran Muhammadiyah terasa kurang terukur. Dari data kuantitatif memang tertampang kebesaran Muhammadiyah di Indonesia, dengan angka-angka lembaga pendidikan, kesehatan, sosial yang menakjubkan. Akan tetapi bagaimana sesungguhnya kehadiran Muhammadiyah secara riil di masyarakat paling bawah di Indonesia nyaris tidak ada yang tahu.
K
ehadiran Muhammadiyah di akar rumput memiliki makna penting bagi missi dakwah Persyarikatan itu sendiri. Sebab basis massanya memang di akar rumput. Sejak awal berdirinya, Muhammadiyah memang diorientasikan untuk bergerak menyelesaikan masalah di akar rumput. Kesehatan, pendidikan, kemiskinan, keringnya spiritual. Medan dakwah untuk memperbaiki kondisi-kindisi di atas itu yang selama ini dimasuki Muhammadiyah. Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi dakwah yang berhasil di wilayah itu. Sampai kemudian muncul pendatang baru yang dapat disebut sebagai kompetitor. Yaitu LSM, gerakan Islam militan pasca reformasi dan missionaris yang makin meningkatkan intensitas geraknya. Pada saat banyak elit Muhammadiyah makin berfikir dan bergerak secara elitis dan meninggalkan akar rumput, maka ruang kosong ini yang akhir-akhir ini dimasuki oleh gerakan salafi, gerakan dakwah lain, dan missioniris. “Kita belum lama ini sadar bahwa tiba-tiba banyak desa dan kampung tempat Ranting dan Cabang kita sudah dimasuki pihak lain,” kata Ketua PP Muhammadiyah DR Haedar Nashir ketika memberi sambutan acara Presentasi Hasil Pemetaan Cabang dan Ranting di lingkungan PWM DIY di Gedung PP Muhammadiyah Jl Cik Di Tiro Yogyakarta beberapa waktu lalu. Ketua LPCR PP Muhammadiyah DR Phil Ahmad Norma Permata, MA dalam kesempatan itu mengatakan, sebagai lembaga baru di PP Muhammadiyah, LPCR punya dua tugas sederhana. “Pertama, menambah jumlah PCM dan PRM dan yang kedua, meningkatkan kualitas PCM dan PRM.” Agar tugas itu dapat dilaksanakan dengan baik dan agar kehadiran Muhammadiyah selama ini dapat terukur, LPCR PP Muhammadiyah melakukan pemetaan PCM dan PRM. 30
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 9 - 23 JUMADILAWAL 1433 H
Pilot Project Mengapa DIY dipilih? “Sebab di Yogyakarta Muhammadiyah lahir kemudian berkembang ke seluruh Tanah Air. Di tanah Kaumanlah gerakan Islam modern ini membawa Indonesia menuju negeri yang bermoral dan bermartabat. Apalagi secara geografis, dengan jumlah kabupaten yang sedikit memudahkan upaya pembuatan peta itu. Dan ternyata, hasil pemetaan di sini memberikan banyak kejutan. Pertama, jumlah PCM yang ada di DIY ternyata lebih banyak dibanding jumlah kecamatan. DIY memiliki 78 Kecamatan dengan 82 PCM. Yang menggembirakan, Kota Yogyakarta yang memiliki 45 Kelurahan ternyata memiliki 133 PRM, Sleman (86 Kelurahan) memiliki 143 PRM, Kulonprogo 88 Kelurahan dengan 84 PRM, Bantul (75 Kelurahan 125 PRM dan Gunungkidul, 144 Kelurahan dengan 126 PRM. Secara keseluruhan, DIY yang memiliki 438 Kelurahan ternyata memiliki 591 PRM. Kalau dari segi jumlah dan perbandingan antara wilayah administrasi dengan hadirnya PRM atau PCM di DIY menggembirakan, lantas bagaimana kualitasnya? Untuk tingkat PCM misalnya, di Kota Yogyakarta terdapat 10 PCM aktif dan 4 PCM kurang aktif. Di tempat yang sama terdapat 25 PRM yang aktif, sedang yang kurang aktif lebih banyak lagi, yaitu 81 PRM dan 27 PRM ternyata vakum. Untuk Sleman, 12 PCM masuk kategori aktif dan 5 PCM tidak aktif, dengan 10 PRM aktif,117 PRM kurang aktif dan 16 PRM vakum kegiatan. “Untuk Kulonprogo,” kata Ridlo Al Hamdi, MA, Ketua Tim Pembuatan Peta Cabang dan Ranting DIY,”ada 7 PCM kurang aktif dan 6 PCM tergolong aktif. Sedang, peta PRM di Kulonprogo adalah sebagai berikut, 15 PRM vakum, 64 PRM kurang aktif dan hanya 5 PRM masuk ketegori aktif.” Kondisi di Bantul berbeda. Di sini ada 9 PCM kurang aktif, 11 PCM aktif, dengan 10 PRM vakum, 84 PRM kurang aktif dan 11 PRM aktif. Di Gunungkidul, 10 PCM kurang aktif, 8 PCM aktif dengan 36 PRM vakum, 81 PRM kurang aktif dan ada 9 PRM yang aktif. “Jadi secara keseluruhan di DIY ada 35 PCM kurang aktif dan 47 PCM aktif. Untuk PRM jumlahnya yang vakum cukup banyak, yaitu 104 PRM, 427 PRM kurang aktif dan yang aktif hanya 60 PRM,” tambah Ridlo. Kriteria untuk mengukur kondisi Cabang dan Ranting itu diambil dari apa yang ada di AD/ARTMuhammadiyah. Rujukannya jelas. Kalau kemudian banyak yang kaget , itu biasa. Melihat kekurangan diri sendiri yang begitu banyak, biasanya orang kaget. Baru setelah itu mau memperbaiki keadaan.l Bahan dan tulisan: tof
TELAAH PUSTAKA
SELAMATKAN MUHAMMADIYAH MULAI DARI DALAM DENI AL ASY’ARI Judul Buku Penulis Penerbit Tahun Tebal
J
: Menyelamatkan Muhammadiyah : Prof. Thohir Luth : Hikmah Press : 2011 : viii +140
ika 1 abad yang silam, Muhammadiyah banyak berhadapan dengan tantangan dari luar, namun berbeda untuk saat ini, tantangan bagi Muhammadiyah justru banyak bermunculan dari dalam. Walaupun kelihatan kecil dan sepele, namun jika tidak diantisipasi oleh Muhammadiyah sejak dini, maka tantangan dan problem yang kecil ini, justru akan melemahkan gerakan Muhammadiyah ke depan. Prof Thohir Luth, sebagai orang yang dibesarkan Muhammadiyah, sekaligus sebagai pimpinan Muhammadiyah, sangat sadar betul, jika berbagai persoalan internal yang muncul dalam Persyarikatan ini, memiliki potensi yang besar untuk menghambat gerak Muhammadiyah sebagai organisasi pencerahan umat. Melalui buku ini, Prof Thohir Luth, memaparkan 13 persoalan yang mesti diselamatkan Muhammadiyah sekarang ini. 3 di antaranya adalah; Pertama, Persoalan ikhlas dalam berMuhammadiyah, belakangan ini, terdapat sebagian orang yang tidak lagi mengedepankan semangat ikhlas dalam ber-Muhammadiyah. Namun ber-Muhammadiyah lebih ditujukan untuk mencari keuntungan atau reputasi tertentu yang bersifat materil. Tentu saja, cara ini sangat bertentangan dengan Muhammadiyah, karena menurutnya, ber-Muhammadiyah adalah ibadah dan berjihad fi sabilillah. Niat ikhlas karena Allah dalam ber-Muhammadiyah merupakan ruh dari sikap dan ikhtiar berkiprah dalam Muhammadiyah (hal: 7) Walaupun sikap ikhlas ini sulit terdekteksi, namun menurutnya, dapat dikenali indikator-indikatornya, seperti; siap di tempatkan dalam jabatan apa pun sesuai dengan bidang kemampuannya dan siap mundur sesuai periodesasi yang ditentukan, misalnya seorang kepala sekolah atau rektor harus turun karena habis masa jabatannya, dan siap mengajar sebagai guru atau dosen biasa, serta tidak mutung ketika turun dari jabatan. Kedua, Persoalan munculnya pendatang baru di Muhammadiyah. Dalam buku ini, Prof Thohir Luth menilai, bahwa sebagai organisasi modern, Muhammadiyah sangat terbuka dalam menerima berbagai kader Persyarikatan. Namun kadang kala, kader Persyarikatan yang muncul, belum tentu memiliki background dan kepentingan yang sama. Setidaknya, terdapat 3 background pendatang baru yang masuk dalam Muhammadiyah, salah
satunya yang perlu diwaspadai oleh Muhammadiyah adalah, pendatang baru yang secara ideologis dan kultural bukan Muhammadiyah, namun karena hidden ideology atau ideologi terselubung, mereka menggunakan cara gerakan tertutup untuk melakukan makar dan kerusakan. Seperti melakukan pembusukan terhadap gerakan dakwah Muhammadiyah, antipati terhadap visi dan misi Muhammadiyah hingga upaya ilegal menguasai asetaset Muhammadiyah.(hal: 26). Dalam buku setebal 140 hal ini, Prof Thohir Luth menyarankan, bagi kelompok yang seperti ini, jika bisa dibina, maka binalah agar kembali pada jalan yang benar, akan tetapi, jika tidak bisa dibina, maka binasakanlah, agar mereka tidak merusak Muhammadiyah. Ketiga, persoalan arogansi struktural. Ber-Muhammadiyah sesungguhnya berbuat dan melakukan ihsan, ikhlas, dan tajdid untuk kebaikan umat. Jika konsep ini diresapi, menurut Tohir Luth, sebagai pimpinan maupun anggota tidak boleh bersikap arogan. Akan tetapi dalam buku ini dijelaskan, masih ada pimpinan atau anggota yang sedang tertular virus arogansi sektoral ini. Yaitu penyakit angkuh, sombong, merasa kuat karena memegang jabatan tertentu dalam Muhammadiyah. Virus arogansi ini, jika dibiarkan, akan mengancam keutuhan Persyarikatan. Salah satu tanda virus arogansi struktural ini adalah, sebagai pemimpin AUM, menolak dengan sombongnya kebijakan pimpinan Persyarikatan di atas bila bertentangan dengan kemauannya. Mencari dukungan dari berbagai kalangan untuk mempertahankan posisi sebagai pimpinan Persyarikatan, maupun amal usaha dengan menghalalkan segala cara. Tandatanda ini harus dikenali sejak awal, karena ini bagian dari arogansi struktural yang membahayakan Muhammadiyah. Secara garis besar, buku ini, ingin memberikan satu pandangan, bahwa upaya memperbaiki dan menyelamatkan Muhammadiyah harus dilakukan dan dimulai dari dalam, karena walaupun persoalannya kelihatan kecil, namun akan dapat merusak Muhammadiyah. Buku ini memang bukanlah buku yang bersifat teoritis, melainkan buku yang mencoba mendeskripsikan beberapa fakta dan persoalan di tubuh Muhammadiyah sekaligus mencari jawabannya melalui berbagai analisis dan teori. Dengan fakta yang sering mengemuka di lingkungan Muhammadiyah, dan diulas dengan bahasa yang mudah dan ringan, sehingga buku ini sangat mudah dan menarik dibaca. Setidaknya buku ini hadir sebagai dirkursus warga Muhammadiyah untuk waspada terhadap faktor-faktor yang merusak Muhammadiyah sekaligus sebagai jalan untuk memperbaiki Muhammadiyah ke depan.l Deni al Asy’ari, Direktur Lembaga Penerbitan & Riset Naufan Pustaka SUARA 2012 SUARA MUHAMMADIYAH MUHAMMADIYAH 07 06 // 97 97 || 116- -1531APRIL MARET 2012
35
DI ANTARA KITA FAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
CIPTAKAN ALUMNUS YANG KOMPARATIF DAN KOMPETITIF SEBAGAI KADER UMAT DAN BANGSA
Dra Hj Zakiyah, MSI., Pjs. Dekan FAI UMP
K
eberadaan Fakultas Agama Islam di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) ditargetkan menjadi unggulan penyelenggaraan pendidikan Islam yang ada di Banyumas. Fakultas yang awalnya bernama Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Muhammadiyah (IAIM) Purwokerto ini diresmikan berdiri oleh Pimpinan Muhammadiyah Banyumas pada tanggal 15 September 1980. Ada catatan yang cukup panjang mengenai fakultas ini, Direktur Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen Agama Republik Indonesia dengan suratnya tertanggal 20 September 1983 No : E.III/PP.00.9/K.3290/83 secara resmi belum berkenan memberikan status terdaftar Fakultas Tarbiyah. Setahun kemudian, dengan upaya Ketua Yayasan Pembina IKIP Muhammadiyah dan IAIM di Purwokerto untuk mencari penyelesaian, maka dengan adanya SK Rektor IKIP Muhammadiyah Purwokerto No.: E-2/431-K/IKIPM/X/1984 tertanggal 25 Muharam 1405 H yang dikuatkan pula oleh SK Ketua Badan Pembina IKIP Muhammadiyah Purwokerto No.: A-2/33/IV/85 tanggal 1 April 1985, maka resmilah Fakultas Tarbiyah IAIM Purwokerto berubah nama menjadi Fakultas 36
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 9 - 23 JUMADILAWAL 1433 H
Tarbiyah IKIP Muhammadiyah Purwokerto. Dalam perkembangan menuju world class university, FAI UMP terus melakukan pembenahan, baik itu dari program unggulan, beasiswa, sarana prasarana maupun tenaga pengajar. Hal itu pun membuahkan hasil, FAI UMP berhasil menciptakan lulusan yang mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif sebagai kader umat dan kader bangsa. Tidak hanya itu, mahasiswa FAI UMP mampu melahirkan beberapa prestasi. Seperti Andi Wahyono yang pernah tercatat juara 1 lomba pidato mahasiswa se-Jawa Tengah tahun 2011. Saat ini, FAI UMP berada di bawah naungan Dra. Hj. Zakiyah, MSI selaku Pjs. Dekan FAI UMP. Menurut Zakiah, dengan perkembangan mahasiswa yang selalu ada peningkatan dari tahun ke tahunnya, FAI UMP memiliki komitmen tidak hanya membekali mahasiswa dari segi akademik saja tetapi juga mencetak alumni yang bisa menjadi penggerak di masyarakat, pencerah umat yang ada di lingkungan, dan menjadi pendidik agama yang bukan hanya di sekolah tetapi juga di masyarakat. “Kita komitmen untuk mengantar mereka menjadi tenaga kependidikan yang profesional dan kita juga hanya menyiapkan anak didik kita menjadi orang yang bahagia di dunia tapi juga akhirat. Alumni kita tidak hanya disiapkan menjadi pegawai negeri sehingga tetapi juga menjadi pencerah umat yg ada di masyarakat,” ujarnya. Masih menurut Zakiah bahwa alumni FAI UMP berhasil diserap oleh dunia kerja baik itu di lingkungan pemerintahan, lembaga pendidikan ataupun institusi pendidikan. Selain memiliki kerjasama dengan lembaga-lembaga Muhammadiyah, FAI UMP sendiri menyiapkan kompetensi mahasiswanya agar bisa menjadi tenaga pendidik yang bisa diserap oleh lembaga di luar Muhammadiyah. “Alumni FAI UMP berhasil diserap di Depag, MAN, MTS, dan di Diknas itu kita ada yang jadi guru agama di SMA dan SMP,” tuturnya. Zakiyah menghimbau kepada keluarga Muhammadiyah agar putra-putrinya tidak perlu menempuh pendidikan jauh ke luar kota, karena FAI UMP sendiri memiliki visi dan misi yang dapat dipertanggungjawabkan. “Jika ingin anaknya menjadi generasi rabbani insya Allah bisa diperoleh di FAI UMP. Karena sama-sama orang Muhammadiyah bagaimanapun kita punya tanggung jawab menyiapkan anak-anak kita menjadi generasi penerus Muhammadiyah dan sudah bisa dibuktikan oleh sejarah alumni kita tangguh di masyarakat,” tandasnya. Jelas kiranya, tambah Zakiah, FAI UMP mampu menjawab kebutuhan. masyarakat untuk mencetak insan akademika yang tetap menjunjung tinggi nilai Islami.l (adv)
DI ANTARA KITA
FKIP UNIVERSIT AS MUHAMMADIY AH PURW OKERT O UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERT OKERTO
FKIP, CARA PRAKTIS DAN EFEKTIF UNTUK MAND AP AT PEKER MANDAP APA PEKERJJAAN
P
endaftaran penerimaan mahasiswa baru UMP memang baru berjalan satu bulan, tetapi itu tidak membuat Kantor Pusat Penerimaan Mahasiswa Baru (PPMB) menjadi sepi. Bisa ditemui dari hari ke harinya, beberapa pendaftar cukup antusias untuk bergabung di perguruan tinggi swasta terbesar di Jawa Tengah bagian barat - selatan ini. Ada hal yang cukup menarik dari beberapa tahun terakhir, yaitu membludaknya peminat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang persentasenya selalu meningkat. FKIP UMP merupakan salah satu fakultas favorit bagi masyarakat. Tiap tahunnya peminat fakultas ini mengalami peningkatan yang signifikan. FKIP UMP merupakan alih bentuk dari IKIP Muhammadiyah Purwokerto pada tanggal 26 Juli 1995 dengan Surat Keputusan Dirjen Dikti No. 345/Dikti/Kept.1995 sebagai satu amal usaha Muhammadiyah di eks Karesidenan Banyumas. Pada perkembangannya fakultas ini terus melakukan pembenahan serta peningkatan kualitas sarana prasrana pendidikan dan mayoritas prodi di FKIP UMP yang sudah memperoleh akreditasi B. Keinginan peminat untuk bergabung di fakultas ini tentu tidak terlepas dari reputasi FKIP sebagai penyelenggara tenaga kependidikan (LPTK) yang modern, unggul, mandiri dan Islami untuk kepentingan dan kemakmuran bangsa. Di bawah kepemimpinan Drs Pudiyono, MHum selaku Pjs. Dekan FKIP UMP yang didukung oleh segenap staf pengajarnya, FKIP UMP menjadi perguruan tinggi swasta se-Indonesia yang mendapatkan kewenangan Penyelenggaraan PPG (pendidikan profesi guru) terbanyak. Bukan hanya itu, FKIP UMP akan menyelesaikan amanah dari dikti yaitu menyelenggarakan program pendidikan sarjana bagi guru untuk wilayah kabupaten di sekitar Banyumas dan diberi kepercayaan untuk menyelenggarakan sertifikasi guru, untuk 2 program, yaitu pendidikan dan pelatihan profesi guru (PLPG) dan pendidikan profesi guru (PPG). Pudiono menjelaskan bahwa program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) menjadi salah satu incaran masyarakat. Pudiono menyikapi hal ini dengan bijak. Dikatakannya, “Dalam wktu 2-3 tahun mendatang banyak guru SD pensiun. Sehingga masyarakat tahu, nanti akan ada pengadaan guru SD secara besar-besaran. Oleh karena itu tampaknya masyarakat berpikir praktis, mereka ingin anaknya kuliah selesai kuliah bisa mendapatkan pekerjaan, di samping memang PGSD itu kan satu program studi yang baru “. Masih menurutnya, keberadaan UU No. 14 tahun 2005 yang menjelaskan bahwa semua guru SD harus S1, maka ini menjadi
Drs Pudiyono, MHum, Pjs. Dekan FKIP UMP
momentum bagi para orangtua yang ingin menguliahkan putraputrinya di PGSD. “Untuk tamatan awal, mereka punya keyakinan lulusan PGSD untuk mendapatkan kerja itu akan lebih mudah, di sinilah masyarakat akan berpikir praktis.” Pudiyono berpesan kepada masyarakat agar senantiasa meningkatkan kepercayaan mereka kepada UMP, karena FKIP UMP menjunjung komitmen untuk selalu meningkatkan kualitasnya. Dan itu bisa dibuktikan dari kepercayaan yang diberikan oleh pemerintah, dalam hal ini DIKTI. Tidak sampai di situ, Pudiyono menuturkan bahwa keberadaan FKIP UMP yang dibangun oleh para pendahulu UMP para pendahulu senantiasa bisa berkembang, “Maju seperti ini. Oleh karena itu kita sama-sama menjaga kualitas dan nama baik sehingga UMP ini senantiasa bisa lestari dibanggakan oleh masyarakat pada umumnya dan oleh keluarga Muhammadiyah pada khususnya,” tuturnya dengan rendah hati.l (adv) SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 1 - 15 APRIL 2012
37
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 1 - 15 APRIL 2012
39
B I N A
A K I D A H
TANDA BERIM AN ADAL AH BERIMAN ADALAH HORM AT KEP ADA O RANGTU A RMA KEPADA OR ANGTUA DR MOHAMMAD DAMAMI, MAg
D
ua orangtua (bapak dan ibu) dalam agama Islam disebut “dua orang sarana pelahir manusia” (waalidaani). Dari segi sebutan, sudah sedemikian tegas kedudukan dan sekaligus peran dari bapak dan ibu terhadap sang anak (waladun). Sedangkan pengistilahan terhadap segala perbuatan yang baik yang menunjukkan rasa bakti kepada bapak dan ibu disebut “birru-‘l-waalidaini” . Sementara itu, dalam bahasa Indonesia untuk memberikan sebutan dari gabungan unsur bapak dan unsur ibu adalah “orangtua”. Istilah ini bisa saja ditafsirkan bercabang, misalnya diartikan “orang yang sudah tua usianya”. Karena itu, istilah “waalidaani” lebih jelas, tegas, dan spesifik. Dalam Al-Qur’an dijelaskan, bahwa sebuah proses kelahiran manusia ke alam dunia yang fana ini merupakan karunia Allah SwT dan berkat jasa kemanusiaan dari dua orangtua, yaitu bapak dan ibu (Luqman [31]: 14). Kenyataan otentik ini tidak akan pernah dapat ditolak dan dipungkiri oleh siapa pun, kapan pun, dan di mana pun. Dalam ayat Al-Qur’an yang dikutip di sini dengan tegas disebutkan adanya 2 (dua) faktor penting dalam sebuah proses kelahiran manusia, yaitu faktor Allah SwT (“ani’sykurlii” = hendaknya bersyukurlah kepada-Ku) dan faktor dua orangtua yang melahirkan (“wa liwaalidaika” = dan hendaknya berterima kasih kepada kedua orangtuamu). Karena itu bagi kita selaku umat Islam yang memegangi Kitab Suci Al-Qur’an, dengan tulus mengakui bahwa kita yang telah berhasil lahir ke alam dunia ini perlu mengingat kedua faktor tersebut, yaitu faktor Allah SwT dan faktor dua orangtua kita. Terhadap faktor Allah SwT, kita berusaha keras untuk memupuk dan memperkokoh keimanan kita kepada Allah SwT, rabbun kita, Pemelihara kita, selama hayat dikandung badan. Terhadap faktor dua orangtua kita berusaha sekuat tenaga untuk menunjukkan rasa bakti kepada keduanya. Salah satu wujud dari rasa bakti tersebut adalah melakukan rasa hormat kepada keduanya. 40
Berdasarkan kenyataan ini, maka terdapat hubungan erat antara masalah keimanan yang bekerja dalam diri seorang Mukmin dengan masalah rasa hormat kepada kedua orangtua. Apa firman Allah SwT dalam Al-Qur’an tentang implementasi atau penerapan rasa hormat orang beriman kepada kedua orangtua tersebut? Pertama, terus-menerus hormat walaupun kedua orangtua sudah mulai lanjut usia. Seperti dikatakan Nabi Muhammad saw, salah satu hal yang tidak dapat dihindari manusia adalah apa yang disebut “tua”. Proses ketuaan adalah hukum alam. Siapa pun, kapanpun dan di mana pun, tidak ada seorang pun yang mampu menghentikan proses ketuaan itu. Barangkali, andaikata ada kesempatan untuk memilih, tidak ada seorangpun yang ingin menjadi tua. Namun kenyataannya, mau tidak mau, terpaksa atau tidak, setiap manusia akan mengalami apa yang disebut “tua” tersebut. Oleh karena itu Al-Qur’an mengatur, bahwa kalau benar-benar beriman kepada Allah SwT yang telah menakdirkan kemestian proses ketuaan tersebut, terhadap dua orang tua yang mulai berusia lanjut tidak diperkenankan mengucapkan ucapan “uf”, yaitu ucapan-ucapan spontan yang menunjukkan rasa kekesalan, peremehan, ketidaksukaan, pengabaian, dan sebagainya ketika berhadapan dengan dua orangtua. Demikian juga tidak pada tempatnya mengeluarkan ucapan yang sifatnya membentak, bersuara meninggi dan bertekanan keras yang bisa mengejutkan hati serta menekan perasaan. Justru yang dianjurkan adalah berkata dan berucap yang menunjukkan kemuliaan di depan orangtua (Al-Isra’ [17]: 23). Ini berarti, proses komunikasi dengan orangtua harus senantiasa diwarnai kemuliaan. Kedua, bersikap merendah di depan orangtua. Dari segi fisik, memang orangtua sudah tidak sekuat masa muda dulu. Tetapi, faktor “pengalaman hidup” tidak akan pernah dapat dikalahkan oleh seorang
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 9 - 23 JUMADILAWAL 1433 H
anak, betapapun pintar anak tersebut. Kemampuan otak (inteligensi) sangat berbeda dengan masalah “pengalaman hidup”. Proses penggunaan otak adalah hanya bersifat teoritis, sedangkan pengalaman hidup adalah benar-benar bersifat praktis. Karena itu Al-Qur’an mengajarkan agar seorang anak tetap merendahkan hati ketika berhadapan dengan kedua orangtua dengan dipenuhi rasa kesayangan (rahmah). Demikian juga Al-Qur’an menegaskan agar mendoakan keselamatannya dan kebahagiaannya sembari ada pengakuan tulus bahwa dirinya (si anak) merasa telah diasuh, dilindungi, dan dididik sejak masih kecil (Al-Isra’ [17]: 24). Sikap seperti ini menyadarkan, bahwa suatu ketika si anak akan mengalami masa tua pula dan sangat senang kalau anakanaknya kelak juga bersikap rendah hati pula kepadanya. Ketiga, bersikap taat terhadap hal-hal yang baik dan tidak bermaksiat kepada Allah SwT. Bahwa taat kepada orangtua sudah merupakan kemestian. Tidak ada orangtua yang menyengaja anak-anaknya menjadi celaka. Sebaliknya, jika orangtua memaksa untuk menyekutukan Allah SwT, maka untuk ini tidak perlu ditaati, namun dalam pergaulan tetap harus bersikap dan berbuat baik kepada kedua orangtua (Luqman [31]: 15). Jadi, harus dibedakan antara urusan yang bersifat normatifteologis dan yang bersifat sosiologis di sini. Namun, tetap tampak bahwa konsep hormat kepada orangtua sama sekali tidak boleh berkurang, apalagi luntur, sekalipun berbeda dalam urusan keyakinan. Berdasarkan uraian di atas, orang Mukmin adalah orang yang senantiasa menjaga rasa hormatnya kepada orangtua. Karena begitu eratnya hubungan antara Allah SwT dengan orangtua, sampai-sampai Nabi Muhammad saw menyatakan: “Keridlaan Allah tergantung pada keridlaan orangtua dan kemurkaan Allah tergantung pada kemurkaan orangtua.” (HR At-Tirmidzy). Wallaahu a’lam bishshawaab.l
B I N A
A K H L A K
Jangan Katakan ‘Uf MUHSIN HARIYANTO
B
irrul Wâlidain, itulah salah satu ajaran penting dalam Islam yang disebut secara eksplisit oleh Allah di dalam beberapa ayat Al-Qur’an, juga dijelaskan oleh Rasulullah saw berkalikali dalam sabdanya. Bahkan karena artipentingnya beliau memosikannya sebagai salah satu amal shalih yang paling utama, di samping shalat dan jihad. Abdullah bin Mas’ud, salah satu sahabat Rasulullah saw, pernah bertanya kepada beliau: “Perbuatan apa yang paling utama? Beliau (Rasulullah saw) pun menjawab: “Shalat tepat pada waktunya”. Abdullah bin Mas’ud bertanya lagi (untuk yang kedua kali), kemudian apa lagi? Beliau pun menjawab: “Birrul Wâlidain (Berbuat baik kepada kedua orang tua)”. Abdullah bin Mas’ud bertanya lagi (untuk yang ketiga kali), kemudian apa lagi? Beliau pun menjawab: “Berjuang di jalan Allah”. (Hadits Riwayat Muslim). Seperti itulah, Rasulullah saw mengajarkan kepada kita (baca: umat Islam) tentang “betapa besar hak-hak orang tua atas anaknya”. Bahkan ketika sang Anak sudah berkeluarga dan hidup mandiri, kedua orang-tuanya tetap memiliki hak penuh untuk dihormati sebagaimana ketika sang Anak masih berada dalam pengasuhan kedua orangtuanya. Sehingga tak mengherankan — kata para mufassir — bila Allah memerintahkan kepada kita untuk berbakti kepada orangtua, dengan menempatkan ajaran berbakti kepada orangtua pada posisi ke dua setelah perintah beribadah kepada Allah, sebagaimana firman-Nya, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau keduaduanya sampai berumur lanjut dalam pe-
meliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan “uf (ah)” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku pada waktu kecil”. (Al-Isrâ’ [17]: 23-24) Mengucapkan kata ‘uf (ah) kepada orang tua ‘saja’ tidak diperkenankan, apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu. Karena setiap ucapan ‘uf’ yang diucapkan seorang anak terhadap kedua orangtuanya berpotensi untuk ‘menyakiti hati keduanya’. Atau, dengan kata lain, Allah – dalam ayat ini berpesan: “jangan kau ucapkan sesuatu ucapan (apa pun bentuknya) yang berpotensi untuk ‘menyakiti hati kedua orangtua kita’. Durhaka kepada orangtua (‘uqûqul wâlidain) termasuk dalam kategori dosa besar. Bentuknya bisa berupa tidak mematuhi perintah, mengabaikan, menyakiti, meremehkan, memandang dengan marah, mengucapkan kata-kata yang menyakitkan perasaan, sebagaimana disinggung dalam Al-Qur’an: “Dan janganlah sekali-kali kamu mengatakan ‘uf’ [ah] kepada kedua orangtua.” (Al-Isrâ’, [17]: 23). Jika berkata ‘uf/ah saja tidak diperkenankan, apalagi yang lebih kasar daripada perkataan itu. Lalu, pertanyaan berikutnya, Birrul Wâlidain yang dikehendaki oleh Allah dan Rasulullah saw itu seperti apa? Berbakti kepada orangtua tak terbatas ketika mereka masih hidup, bahkan harus tetap dilakukan setelah keduanya wafat. Hal itu pernah ditanyakan oleh seorang sahabat kepada Rasulullah saw. Atas
pertanyaan itu pun Rasulullah saw pun menjawab, “Yakni dengan mengirim doa dan memohonkan ampunan, menepati janji dan nadzar yang pernah diikrarkan kedua orangtua, memelihara silaturahim serta memuliakan kawan dan kerabat orangtuamu.” (Hadits Riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban dari Abu Asid Malik bin Rabi’ah Ash-Sha’idi). Kita tentu ingat kisah seorang sahabat, Sa’ad bin Abi Waqash yang diberi dua buah opsi oleh ibunya yang masih musyrik: “kembali kepada kemusyrikan atau ibunya akan mogok makan dan minum sampai mati”. Ketika sang ibu tengah melakukan aksinya selama tiga hari tiga malam, beliau (Sa’ad bin Abi Waqash) pun berkata: “Wahai Ibuku, seandainya Ibu memiliki seribu jiwa kemudian satu persatu lepas dari diri ibu, tetaplah aku tidak akan perbah meninggalkan agama baruku (Islam). Karena itu, terserah Ibu, mau segera makan-minum atau tidak sama sekali.” Melihat sikap anaknya (Sa’ad bin Abi Waqash) yang tegas itu, maka ibunya pun menghentikan aksinya. Sehubungan dengan peristiwa itu — menurut para mufassir — Allah menurunkan ayat: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (Luqmân [31]:15). Rasulullah saw pernah berpesan: “Keridlaan Allah berada dalam keridlaan orangtua, dan kemurkaan Allah berada dalam kemarahan orangtua” (HR alBaihaqi dari Abdullah bin ‘Amr ibn al’Ash).l Penulis adalah Dosen Tetap FAI UM Yogyakarta dan Dosen Tidak Tetap STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 1 - 15 APRIL 2012
41
B I N A
J A M A A H
MENGENALKAN FOKUS KEPADA JAMAAH
K
alau diteliti, cukup banyak khatib, muballigh, pemberi ceramah yang dalam memberikan materi kepada jamaah di masjid, musholla atau surau yang kurang fokus. Jamaah yang mungkin sudah lelah karena seharian bekerja, punya sedikit waktu di malam hari atau sore hari sering merasa makin letih ketika mendengar berondongan katakata dari pemberi ceramah atau materi pengajian. Bayangkan, dalam sebuah ceramah yang berlangsung selama setengah jam sampai satu jam, Sang Muballigh itu mampu melontarkan lebih dari tujuh belas masalah dengan dalil ayat Al Qur’an dan Hadist yang jumlahnya lebih dari dua puluh. Kadang ada pemberi materi yang memiliki kegemaran membariskan dalilnya terus-menerus sepanjang pengajian. Ibarat jurus dalam beladiri Jawa, ini disebut sebagai jurus pacar wutah, semua yang ada di kepala muballigh dilontarkan semua. Akibatnya? Hampir tidak ada satu pun ide ceramah itu yang masuk ke dalam berbekas di kepala dan di hati pendengarnya. Mereka terlalu capek dan bingung karena dijejali dengan dalil-dalil yang berbaris membrondong telinga mereka. Kepiawaian menghafal ayat dan Hadits yang dipamerkan oleh muballigh tidak membuat hadirin kagum, mereka justru bosan, diam-diam. Kalau kecenderungan seperti ini dibiarkan, jika jamaah tetap mau bersabar dan pada waktu selanjutnya mau terus mendengarkan pengajian dengan pola seperti itu, hampir dipastikan, mereka tidak 42
akan berubah. Daya tampung telinga, hati dan pikiran mereka menerima siraman kata-kata dari muballigh sebenarnya terbatas. Mereka malu kalau kemudian berhenti mengaji. Tetapi sebenarnya kalau mengaji, mereka juga tidak mendapat sesuatu yang memadai untuk bekal hidupnya. Karena jamaah sulit berubah, ada muballigh yang tergesa memvonis kalau mereka sudah ndableg, lalu agar mereka seperti tersadar dari tidur, tensi pengajian dinaikkan, voltase dan tegangan kata-kata pun dilipatgandakan. Kata-kata keras dan
sabar. Pada suatu sore, di sebuah serambi masjid di tengah kota hadirlah para ibu kampung berusia di atas limapuluh tahun. Seorang ibu yang paling tua, dan melihat gaya penampilan dan tutur katanya adalah ibu aktivis ‘Aisyiyah yang telah matang jiwanya. Ibu paling tua ini menjadi pemimpin pengajian dan waktu itu sekaligus mengisi pengajian. Dengan suara lirih tetapi penuh dengan keyakinan dia menjelaskan bahwa selama seminggu ini menyaksikan beberapa sahabatnya dan sahabat suaminya meninggal dengan cara yang menakjubkan. Ada yang habis mengimami shalat Ashar di masjid, ada yang sehabis mengisi pengajian di waktu Subuh, ada yang baru selesai bertadarus, ada yang baru saja mendermakan hartanya untuk anak yatim. Mereka semua meninggal dengan tenang dan insya Allah husnul khatimah. Pengajian pun berfokus pada masalah sekitar itu. Bekal untuk menghadap Allah dan Pengajian ibu-ibu ‘Aisyiyah di Kalimantan Timur apa saja yang harus lantang, dan memvonis dan ayat-ayat dipersiapkan. Untuk ibadah, jelas shalat penuh ancaman siksa diberikan. Juga merupakan bekal penting. “Oleh karena Hadits-Hadits tentang tanda-tanda itu, Ibu-ibu, marilah kita kalau shalat yang manusia yang akan tersesat dan khusyuk, bacaannya kita tertibkan dan kita akibatnya. Akibatnya justru makin utuhkan. Perkara waktu kita membamemburuk, jamaah ketakutan, dan canya belum selesai tetapi keburu imam merasa agama itu menakutkan. Dalam yang bapak-bapak itu cepat sekali gekondisi seperti ini bahayanya adalah, jika rakannya, itu sudah menjadi tanggung ada pihak lain yang mampu mengail di jawab pak imam,” katanya. air keruh, dengan menampilkan sajian Hadirin mengangguk-angguk. Deagama dengan gaya yang manis, lembut, ngan pengajian yang berfokus pada materi menghanyutkan, jamaah bisa terkecoh. tertentu seperti ini biasanya awet, bisa Ada baiknya kita semua belajar dari bertahan lama. Hadirin merasa nyaman Ibu-ibu ‘Aisyiyah yang berhati lembut dan datang ke masjid.l Mustofa W Hasyim
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 9 - 23 JUMADILAWAL 1433 H
K KALAM A L A M
Dakwah Bilhal Menghadapi Pemurtadan M MUCHLAS ABROR
U
MAT ISLAM sedang menghadapi banyak persoalan. Satu di antaranya persoalan pemurtadan yang dilakukan oleh sebagian umat beragama Kristen dan Katholik. Mereka giat melakukan pemurtadan dengan berbagai cara, baik yang simpatik atau sebaliknya. Mereka berdaya upaya dengan bermacam usaha dan melaksanakan beraneka kegiatan, baik yang kelihatan maupun tersembunyi/terselubung. Tetapi semua itu maksud utamanya hanya satu, yakni memengaruhi dan menarik umat Islam untuk meninggalkan agama yang selama ini diyakini kemudian beralih masuk ke agama Kristen atau Katholik. Di antara umat Islam tentu ada yang terpikat dan terjerat. Tetapi pasti banyak yang tetap kokoh teguh, tidak terpengaruh. Bagaimana pun berbagai usaha pemurtadan yang mereka lakukan tidak boleh dibiarkan. Membiarkan berarti memberi keleluasaan mereka bebas bergerak menggerogoti umat Islam. Pimpinan umat Islam dari berbagai ormas Islam harus menggalang persatuan dan kesatuan untuk menghadang bermacam kegiatan pemurtadan. Apalagi usaha dan kegiatan pemurtadan itu jelas meresahkan dan mengganggu kerukunan hidup antarumat beragama. Bahkan, kalau sampai menjadi liar dan tak terkendali pasti membahayakan stabilitas nasional yang berujung pada kehancuran negara. Padahal, negara kita adalah negara yang indah dan memiliki sumber-sumber kekayaan, meskipun masih merana. Pimpinan dan umat beragama apa pun tentu tidak menghendaki pemurtadan terus berjalan tanpa penyelesaian. Muhammadiyah organisasi besar di Indonesia. Organisasi ini membawa Islam yang berkemajuan. Di antara identitas atau jatidiri Muhammadiyah adalah gerakan dakwah. Salah satu misi utamanya adalah menyebarluaskan Islam yang bersumber pada AlQur’an dan Sunnah Rasul. Pimpinan dan anggota Muhammadiyah berarti pimpinan dan anggota gerakan dakwah. Sejalan dengan itu, maka pimpinan dan anggota Muhammadiyah tidak boleh bersikap diam terhadap maraknya pemurtadan yang sedang berlangsung. Organisasi dakwah yang berusia satu abad lebih ini, harus bangkit menghadapi pemurtadan dengan sikap dewasa. Ketika melihat suasana pemurtadan yang tidak diharapkan, kita, pimpinan dan anggota Muhammadiyah, jangan sampai kehilangan percaya diri, berjiwa kecil, tidak boleh bingung, apalagi putus asa. Jangan mudah merasa cemas, susah, dan sedih. Menanggapi hal yang tidak mengenakkan itu jangan hanya mengeluh. Jangan pula cepat marah, emosi, dan berwajah cemberut. Bahkan apa yang terlihat di depan mata ini harus dipandang sebagai tantangan dan peluang. Ambillah hikmahnya bahwa peristiwa ini menempa jiwa dan memperkuat semangat kita untuk giat berbuat dan bergerak dengan tegak. Selain menumbuhkan percaya diri dan mampu menghadapi. Hadapi semua itu dengan gembira, semangat, dan optimis. Kita tidak perlu memusuhi mereka yang melakukan pemurtadan. Bahkan kita memang tidak mencari musuh. Dekati, ingatkan dan beri peringatan, serta ajaklah mereka berdialog secara baik-
baik. Jika tidak ada titik temu dan mereka masih juga mengulang, laporkan mereka kepada petugas keamanan dan penegak hukum. Kita sendiri jangan melakukan tindakan kekerasan dalam bentuk apa pun. Sedangkan saudara-saudara kita yang terperangkap masuk jerat, dekatilah mereka kembali dan bebaskanlah. Ajaklah mereka kembali kepada Islam. Laksanakanlah pembinaan khusus kepada mereka. Jelaskanlah Islam kepada mereka dengan senyum dan gembira bahwa Islam adalah agama yang mudah dan akan membawa kebahagiaan jasmani-rohani, lahir- batin, perorangan-masyarakat, dan dunia-akhirat. Tak usah kita memaki, mencaci, dan mengutuk mereka. Demikian pula gerakkanlah pengajian secara teratur dan berkesinambungan di lingkungan masing-masing. Sehingga umat Islam setempat memiliki daya penangkal yang kuat untuk menolak penyiar agama lain masuk yang hendak menyiarkan agama mereka di masyarakat yang mayoritas berpenduduk Muslim. Menghadapi pemurtadan tidak cukup dengan tabligh, ceramah, pengajian, nasihat, dan semacamnya. Bukan itu tidak berarti. Itu tetap berarti dan harus dipelihara agar jalan terus. Bahkan perlu ditingkatkan. Kita hendaklah tahu dan paham terhadap kehidupan masyarakat sekeliling kita dan problematika yang dihadapi. Sehingga kita dapat mengobati penyakit masyarakat dan mengobati hati mereka. Kita dapat menarik simpati orang yang lari di samping bisa menenangkan orang yang sedang emosi. Kita pun dapat melunakkan hati yang keras dan menggembirakan hati yang resah. Semua itu tidak cukup untuk menghadapi pemurtadan. Peristiwa pemurtadan di beberapa tempat, sebagaimana kita dengar, semestinya menyadarkan kita mengenai perlu dan pentingnya menghadapi pemurtadan dengan dakwah bilhal atau dakwah dengan contoh perbuatan nyata. Dalam dakwah sungguh yang diperlukan dan menentukan adalah keteladanan. Terutama keteladanan dalam bentuk amal nyata yang merupakan cerminan dari ajaran Islam. Dakwah bilhal lebih besar pengaruhnya daripada dakwah yang hanya disampaikan dengan perkataan. Dakwah dengan contoh perbuatan nyata lebih berkesan bagi penerimanya daripada dakwah yang terbatas dengan ucapan. Lisaanul haal afshah min lisaanil maqaal. Untuk menyelamatkan umat Islam pada lapisan bawah, yang kebanyakan dari mereka hidup dalam kemiskinan dan kelemahan serta sering menjadi sasaran pemurtadan, mutlak kita harus melakukan dakwah bilhal. Dakwah kita kepada mereka bukan hanya dengan perkataan, tetapi dakwah dengan contoh perbuatan nyata. Kita bertegas diri berpihak kepada mereka dengan memberi solusi untuk memecahkan problematika yang sedang mereka alami. Kita mesti melakukan berbagai upaya dan usaha serta aksi untuk mencarikan jalan keluar dari berbagai kesulitan yang sedang mereka hadapi. Misal, dalam masalah ekonomi, sosial, pendidikan, dan kesehatan. Dakwah bilhal sebaiknya dilakukan secara bersama-sama. Sehingga hasilnya pasti lebih besar dan sangat terasa. Dapat menjadi penangkal kuat untuk menolak pemurtadan.l SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 1 - 15 APRIL 2012
43
HUMANIORA
Sajak-sajakWPUISI-PUISI HARYANTO Slamet Riyadi Sabrawi
TENGAH MALAM Jam tengah menengadah pada angka. Tatkala jalan sunyi mulai buka diri. Seperti kau kirim janji: hanya orang malam yang bisa memahami siang. Orang-orang malam yang lurus dan bengkok. Saling menguji, apakah jam akan memperkeruh kelam. Atau ia biarkan mereka saling keasyikan?
BEGITULAH MALAM Ia selalu kalem menyiapkan dan menyeleksi mimpi. Lalu membaginya satu-satu sesuai durasi. Ada sebagian yang tidak kebagian. Ada pula yang tak butuh. Tapi mimpi tak kehilangan harga. Ia bisa jadi nyata. Bisa jadi buruk atau apa saja.
Kadang jam kau paksa saksikan. Kebaikan, sesaat, jadi kebaikan. Di bilikmu, segala syafaat tumpah, tapi kau luput melipatnya. Saking gelapnya. Hati buta. Yogya 2012
SUBUH Subuh dan hujan berkunjung bergantian saling mengulurkan salam. Kabar beredar di antara ruang sunyi, di sela bilik dan serambi saling berbisik merangkai pesan. Kita lama tak berbagi, katamu. Ya, aku asyik mematut diri, memaksa waktu menghitung angka hingga tak bersua. Biasanya ada geletar suara jangkrik. Dan teriakan katak saling menyeru agar hujan segera mengendapkan debu. Lalu diam-diam daun saling menyembunyikan embun. Kau sengaja biarkan kedua tamu itu bertemu menuntaskan rindu. Di kaca jendela kau melekatkan butir-butir rindu. Meluruhkan cuaca selalu bersilang kata. Petang. Gerah. Hujan. Tak. Bersulang. Genang. Bocor. Genting. Lalu air yang kau tuang itu meluruhkan subuh setia menunggu. Yogya 2011
44
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 9 - 23 JUMADILAWAL 1433 H
HUJAN MENYERAP MALAM MENDENGAR BERAGAM PINTA Sesudah kau basahkan sore dengan membasuh berbagai resah. Malamlah tempat sunyi menghitung hentak nadi. Ketika pinta dilangitkan dari yang remeh hingga tak terjamah. “Gusti aku hanya ingin merinduimu.” Kalau kau dengar pinta yang bersahaja karena kuingin jalan sederhana. Tak harus lempang, bisa berliku seperti maumu. Pasrahku pada yang kutuju. Segala resah sudah kubasahkan agar engkau segera membasuhkan. Luruh pada ruh. Barangkali kau senyum melihatku ribet menata pintaku banyak banget. Mumpung kau sedia waktu saling merindu. Kutumpahkan saja apa mauku di hadapanmu. Mungkin ada yang lucu dan lugu di barisan panjang pertanyaanku untukmu. Tapi pasti kau mengerti sebelum kuurai arti. Aku tak berhitung karena kau pasti lihai ilmu hitung. Aku tak mengadu karena kau pasti tak suka diadu. Aku hanya mau rebah di dadamu selama kumau. Hanya rebah. Dan pasrah. Yogyakarta, 23 Feb 2011
HUMANIORA TENGAH MALAM LANGIT TAK TIDUR Bahwa matamu terpejam aku tahu. Tapi nafasmu memberitahu kalau kau menyimak segala kelakuanku. Sejak siang barangkali ketika butir-butir air kau usir. Ia terlunta di semenanjung sana. Ketika kantuk mengetuk pintu masuk kau menyilakannya. Kau biarkan semua kantuk meminta apa saja. Asal bukan sesuatu yang terkutuk. Asal hatimu terketuk. Bukankah hatimu penuh lekuk hingga kau perlu mengasahnya. Lalu menatahnya dengan indah agar segala tikas tak berbekas. Agar hatimu lapang membasuh segenap keluh. Gusti ora sare. Dan ia membiarkanmu rebah di pelukannya yang hangat. Di tengah malam ketika orang berlomba memetik dusta. Sambil berulangkali mengaku dosa. Dan berkalikali melupakannya. Tiap tengah malam langit menyaksikan langkahmu. Bahkan rencanamu. Yogyakarta, 25 Feb 2012
GUSTI Gusti, sengaja tak kutaruh rasa-maluku di penitipan sandal, berhimpitan dengan topeng-topeng tak bernama itu. Biarkan wajahku, kulitku, semakin tebal. Kau pasti tahu, selalu kusedot rejekimu di kantong yang bergelantungan di sudut-sudut kantorku. Tak perlu tanya siapa pemiliknya. Karena ini modal utama menebalkan muka. Di pelataran rumahmu. Di antara segala penjaja itu. Kutemukanmu dijual seribu tiga. Ditambah bonus: senyum tak terduga. Kenapa dalam rumahmu hanya terdengar suara lapuk. Dan kantuk?
Slamet Riyadi Sabrawi, lahir 12 Juni 1953 di Pekalongan. Menyukai sastra dan teater sejak bersekolah di SMP Muhammadiyah Pekajangan. Pindah ke Yogyakarta (1973) selain aktif di Persada Studi Klub (PSK) juga mendirikan Teater Wisma Sarjana dan anggota Teater Gadjah Mada. Lulus sebagai dokter hewan (1980), memperoleh beasiswa Master of Public Health dari FK UGM (2004). Menjadi wartawan di Jakarta (Warta Ekonomi/Redaktur, Mobil dan motor/Redaktur Pelaksana). Sekarang Asisten Direktur di Lembaga Penelitian, Penerbitan dan Pendidikan Yogyakarta (LP3Y). Aktif bergabung dengan berbagai kegiatan sastra di Yogyakarta dan Kulonprogo. Termasuk ikut memeriahkan kegiatan sastra di Muktamar Satu Abad di Yogyakarta tahun 2010 lalu.
Rubrik Humaniora ini dipersembahkan oleh
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 1 - 15 APRIL 2012
45
K E L U A R G A
S A K I N A H
MERESPONS IDE POSITIF SI KECIL Assalamu’alaikum wr. wb. Bu Emmy yth., saya (25 tahun) ibu dari seorang putri 5 tahun. Ia sangat sehat dan aktif. Sekarang ia sangat senang bermain ke tetangga, kalau sudah main susah diajak pulang. Kalau saya perhatikan ia sering jadi ‘leader’ dari teman-teman sebayanya untuk memainkan permainan tertentu yang kadangkadang membahayakan. Sampai-sampai orang tua dari teman mainnya agak jengkel pada anak saya karena ide bermainnya aneh-aneh. Saya jadi tidak enak dengan orangtua mereka. Kadang saya melarangnya untuk bermain keluar rumah, untuk mencegah kemarahan orang tua teman-temannya dan agar anak saya tidak mendengar ‘cap’ nakal dari mereka. Kalau menurut saya anak saya itu idenya cukup kreatif dan berani, hanya kira-kiranya yang kurang, dia belum tahu mana yang berbahaya dan tidak. Bagaimana cara menghadapi anak dengan tipe seperti itu?. Saya tidak ingin gara-gara sering saya larang ia jadi kehilangan kreativitasnya dan juga menjadi kurang percaya diri. Saran ibu sangat saya harapkan, atas jawabannya jazakumullah. Wassalamu’alaikum wr. wb. Ibu Hani, di Malang Wa’alaikumsalam wr wb. Ibu Hani yth., ketika anak bermain ada satu proses belajar untuk mengembangkan potensinya, anak mengerahkan semua kemampuan baik fisik maupun pikirannya. Kemampuan berpikir anak bisa dilihat dari daya imajinasinya. Banyak ide bermain anak berasal dari imajinasinya. Bila idenya dikombinasikan dengan kemampuan verbalnya maka anak akan mampu menghasilkan karya-karya tidak terduga. Misalnya, lukisan atau bentuk mainan. Apalagi ide yang ada didukung dengan sarana teknologi komputer, maka imajinsi akan bisa berkembang lebih jauh. Namun sayang tidak sedikit orangtua yang kurang bisa menyadari, bahkan menganggap remeh ide anak dan menganggap anak berbuat aneh-aneh, menghabiskan waktu untuk bermain saja. Tentu saja sikap orang tua yang demikian akan menghambat perkembangan kreativitas anak, apalagi ditambah dengan banyak larangan-larangan. Agar sifat pemberani dan ide si kecil yang menurut ibu kreatif tidak hilang hendaknya direspon secara positif. Galilah lebih
dalam untuk merangsang ide-idenya dengan cara menanyainya. Siapa tahu suatu saat Ibu bisa membantu mewujudkannya. Ketika anak menyampaikan idenya, hendaknya Ibu juga bisa menjadi pendengar yang baik dan aktif. Artinya orangtua sebaiknya tidak hanya sekedar mendengar tapi mampu memberi rangsangan untuk mendukung ide anak. Misalnya, anak ibu bermain peran dengan temannya sebagai dokter dan pasien. Putri ibu jadi dokrer. Orangtua bisa bertanya mengapa jadi dokter. Bila tidak bisa menjawab karena pengetahuan dan kemampuan berkomunikasi yang belum memadai maka orangtua bisa membantu menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan sebagai dokter. Terus beri motivasi agar dia punya semangat untuk meraih cita-citanya. Sering ide anak terinspirasi oleh apa yang dilihat. Misalnya ia melihat polisi, maka ia ingin jadi polisi, karena mereka tampak gagah dan berwibawa. Mengenai ide atau cita-cita yang aneh atau tidak lazim orangtua tidak perlu khawatir. Atau mungkin ia ingin mewujudkan idenya yang nyerempet bahaya hendaknya orangtua jangan langsung melarangnya, tapi beri pengertian dengan bahasa yang mudah mereka mengerti. Seiring perkembangan usia maka pikirannya akan semakin bisa mengerti, pengetahuannya pun akan bertambah. Yang mereka perlukan adalah bimbingan dan arahan dari orangtua. Orangtua hendaknya bisa mendorong anak unuk mengungkapkan pikirannya. Ajari anak untuk dapat mengekspresikan perasaannya. Hal ini bisa dimulai dengan menanyakan perasaannya di sekolah sewaktu pulang sekolah, atau pada waktu rekreasi mintalah tanggapan anak tentang sesuatu yang dilihatnya. Bila sejak dini orang tua bisa merespons positif apa pun pikiran yang ada pada anak kita, maka insya Allah anak akan tumbuh menjadi pribadi yang kreatif dan mampu menganalisa semua yang terjadi di sekitarnya. Ia pun akan lebih mudah memecahkan masalahnya. Bila anak sering dilarang dan dikritik pendapatnya, maka ia kehilangan kesempatan untuk mengekspresikan idenya, ia akan tumbuh menjadi pribadi yang pasif, tidak mandiri dan tidak percaya diri. Semoga Ibu bisa menjadi orangtua yang bijak dan mampu membimbing dan mengarahkan anak menjadi pribadi yang mandiri dan percaya diri. Amin.l
Kami membuka rubrik tanya jawab masalah keluarga. Pembaca bisa mengutarakan persoalan dengan mengajukan pertanyaan. Pengasuh rubrik ini, Emmy Wahyuni, S.Psi. seorang pakar psikologi, dengan senang hati akan menjawabnya.
46
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 9 - 23 JUMADILAWAL 1433 H
KRONIK DUNIA ISLAM
Anti Amerika di Afghanistan
B
elum lagi kasus pembakaran Al-Qur’an yang dilakukan tentara Amerika Serikat di Afghanistan reda, pada Ahad, 11 Maret 2012, subuh waktu setempat, tentara Amerika Serikat kembali bikin ulah. Ia keluar dari markas, kemudian memasuki rumah-rumah warga dan memuntahkan peluru tajamnya menembaki warga sipil di Distrik Panjwai, Provinsi Kandahar, hamparan pedesaan Afghanistan selatan. Setelah membantai dan menewaskan sekitar 16 orang, 9 di antaranya anak-anak, dan hampir membakar janazah korbannya, ia pun kembali lagi ke markas. Peristiwa itu memicu kemarahan warga dan protes antiAmerika yang merebak di seluruh Afghanistan. Bahkan Iran pun mengecam tindakan kriminal yang dilakukan tentara Amerika Serikat dan NATO lainnya di Afghanistan itu (republika.co.id, 13 Maret 2012). Iran juga mengusulkan agar pasukan sekutu harus meninggalkan wilayah tersebut secepat mungkin. “Tindakan kriminal pasukan Amerika Serikat, Inggris dan NATO di Afghanistan dan Pakistan telah kita saksikan dalam beberapa hari terakhir. Tindakan kriminal terhadap perempuan dan anak-anak tak berdosa,’’ kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Ramin Mehmanparast, kepada wartawan. ‘’Tindakan kriminal tersebut hanya semakin menghitamkan citra buruk negara-negara itu di mata penduduk Afghanistan dan Pakistan.’’ Tindakan itu menggelorakan permusuhan terhadap pasukan AS dan NATO di Afghanistan. Sementara, sentimen anti-AS di Pakistan juga berlanjut. Ini lantaran makin banyaknya seranganserangan pesawat tidak berawak dan insiden-insiden yang menewaskan warga sipil. Sementara itu kelompok Taliban pada Selasa, 13 Maret, mengancam akan memenggal kepala tentara Amerika Serikat sebagai aksi balas dendam terhadap pembantaian itu. Taliban juga menyerukan agar Amerika segera menarik pasukannya. “Emirat Islam memperingatkan Amerika, kita akan membalas mereka. Dengan bantuan Allah, kami akan memenggal kepala tentara Amerika Serikat,” kata juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, dalam sebuah pernyataan lewat email, seperti dilaporkan Reuters. Ribuan pelajar Afghanistan juga turun ke jalan meneriakkan “Matilah Amerika”. Mereka menyatakan jihad pada Selasa itu. Sekitar 2.000 pelajar di Jalalabad berteriak “Matilah Barack Obama” sembari membakar patung presiden AS dan memblokir jalan raya utama ke Kabul. “Perang suci adalah satu-satunya cara untuk mengusir Amerika dari Afghanistan,” tulis salah satu spanduk. Sehari
sebelumnya, pada Senin, 12 Maret, para pelajar di Jalalabad menggemakan seruan parlemen Afghanistan. Mereka menuntut agar tentara Amerika diadili di depan umum di Afghanistan. Demonstrasi berlangsung di kota timur Jalalabad setelah kedutaan besar Amerika di Kabul memperingatkan warganya untuk berhati-hati. Pada Kamis, 15 Maret, lebih dari seribu warga Afghanistan turun ke jalan di kota Qalat, Provinsi Zabul. Menurut Presstv, ribuan demonstran ini menuntut tentara Amerika Serikat pembantai 16 warga Afganistan dihukum berat di pengadilan. Para demonstran meneriakkan slogan anti Amerika dan pengusiran segera tentara NATO dari Afghanistan. Protes besar-besaran itu terjadi di tengah laporan Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Leon Panetta, yang berencana mengadakan pembicaraan empat mata dengan Presiden Afghanistan, Hamid Karzai, di Kabul. Pembicaraan ini dinilai sebagai upaya Amerika untuk meredakan ketegangan hubungan antara Amerika dan Afghanistan yang kian hari kian memburuk. Pemimpin masyarakat di Kandahar meminta pemerintah Afghanistan dan masyarakat internasional untuk melakukan penyelidikan mendalam atas pembantaian yang dilakukan tentara Amerika itu. Pada Kamis itu pula prajurit keji ini diterbangkan dari Afghanistan ke Amerika. Ia akan menjalani pengadilan militer di Amerika atas tindakan biadab dirinya, yang dikutip dari laporan pers di Amerika. Menurut Leon Panetta, Menteri Pertahanan Amerika Serikat, dipastikan pembantai itu akan menghadapi hukuman mati bila benar-benar terbukti bersalah. Pimpinan tertinggi Pentagon ini mengatakan kepada wartawan di atas pesawat dalam perjalanannya ke Kirgizstan, tersangka penembakan warga Afganistan akan diadili dengan hukum militer AS. “Itu memungkinkan ia untuk dihukum mati,” kata Panetta yang dilansir The Himalayan Times, Selasa (13/3). Wartawan menegaskan, apakah pelaku pasti dihukum mati? Panetta menjawab, dalam kasus seperti ini hukum mati menjadi pilihan yang akan sangat dipertimbangkan. Panetta dan Pentagon juga mengutuk insiden pembantaian yang dilakukan tentaranya itu. Selebihnya, dunia internasional semakin menyangsikan kesuksesan invasi Amerika Serikat ke Afghanistan sejak 2001 lalu. Invasi Amerika ke Afganistan berawal ingin menghapus Al Qaeda dan Taliban dari Afganistan. Namun tindakan tentara Amerika sepertinya telah membuat antipati masyarakat Afghanistan, terutama setelah pengencingan jenazah Taliban, pembakaran Al-Qur’an, dan pembantaian warga sipil.l au SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 1 - 15 APRIL 2012
47
HADLARAH
Menakar Kemajuan Peradaban Islam Melalui Pembelajaran Tarikh ANANG SUMARNA
K
emajuan Islam pada zaman Dinasti Abbasiyah ditandai dengan gemilang peradaban bidang ilmu pengetahuan. Ada dua reputasi yang melekat pada zaman tersebut: pertama, The Golden Age in Islam, yaitu pada akhir abad II H sampai awal abad V H; kedua, The Silver Age in Islam, yaitu pada akhir abad V H sampai awal abad VII H (Mahmud Arif, 2008). Zaman tersebut bersifat unik, karena tidak akan pernah dialami kembali dalam ruang dan waktu secara persis. Akan tetapi, bagaimana pun sifatnya zaman tersebut, ia termasuk dalam kategori sejarah; peristiwanya terkait dengan peristiwa lain sebagai bagian dari dinamika dalam satu konteks historis. Membicarakan kejayaan Islam pada zaman Abbasiyah sama saja dengan merekonstruksi sejarah masa lalu. Akan tetapi, pembicaraan tentang masa lalu jangan mengarah kepada antikuaranisme (Kuntowijoyo, 2005). Sejarah masa lalu dibangun kembali untuk kepentingan sekarang dan yang akan datang. Sama halnya dengan pemaknaan sains dalam Islam yang menjadi identitas zaman tersebut, kepentingannya untuk masa kini dan masa yang akan datang. Mengapa pemaknaan sains harus direkonstruksi? Jika maknanya tidak dibangun kembali, implikasinya akan mengarah kepada keberagaman perspektif pada sebagian umat Islam. Di satu wilayah, misalnya, boleh jadi sains dipahami terpisah dari agama Islam, sedangkan di wilayah lain berpendapat bahwa tidak ada perbedaan antara sains dan agama, sebab keduanya pada dasarnya satu, yaitu sama-sama sebagai sarana untuk bertemu Tuhan (Muqawim, 2008). Jika kemajuan ilmu pengetahuan (sains) telah menjadi identitas kemajuan sebuah zaman, bagaimana dengan peradaban Islam modern saat ini? Setidaknya, tarikh memiliki andil besar dalam menyuguhkan ‘ibrah untuk menakar zamannya. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam Periode pertama pemerintahan Abbasiyah yang berhasil mencapai masa keemasan sangat didukung oleh patron penguasa. Mereka mampu menjadi tokoh politik sekaligus tokoh agama yang kuat. Logis kiranya jika periode ini berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat, ilmu kalam, dan ilmu pengetahuan umum. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan pada masa Abbasiyah periode pertama didukung oleh prioritas pemerintahan yang lebih menekankan pada pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Hal ini yang membedakannya dengan Dinasti 48
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 9 - 23 JUMADILAWAL 1433 H
Umayah yang lebih mengedepankan ekspansi wilayah. Pada awal kekuasaan Abbasiyah, ibukota negara ditempatkan di Hasyimiyah, dekat Kufah. Dengan kecerdasan Khalifah Abu Ja’far al-Mansur, pada tahun 762 M, ibukota dipindahkan ke Baghdad. Sejak awal berdirinya, memang kota ini sudah menjadi kota intelektual, pusat peradaban, dan kebangkitan ilmu pengetahuan. Baitul Hikmah yang merupakan perpustakaan sekaligus lembaga kajian keilmuan menjadi indikator pemicu perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini, Baghdad menjadi pusat penerjemahan buku-buku dari berbagai cabang ilmu yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab (Samsul Munir Amin, 2010). Ilmu-ilmu umum (sains) masuk ke dalam Islam melalui terjemahan dari bahasa Yunani dan Persia ke dalam bahasa Arab. Pada masa pemerintahan al-Makmun, pengaruh Yunani sangat kuat. Hunain bin Ishaq, seorang Kristen Nestorian, menerjemahkan kitab Republic dari Plato, Magna Moralia dari Aristoteles. Adapun al-Khawarizmi (w. 850 M) menyusun ringkasan astronomi berdasar ilmu Yunani dan India. Selain Yunani, peradaban lain yang banyak berpengaruh pada pembentukan budaya keilmuan adalah India. Inspirasi pertama dalam bidang tasawuf dan matematika bersumber dari India. Seorang pengembara India memperkenalkan naskah astronomi ke Baghdad yang berjudul Siddhanta (dalam bahasa Arab, Sindhind). Atas perintah Abu Ja’far Al-Manshur, buku tersebut diterjemahkan oleh Muhammad bin Ibrahim al-Fazari (w. 806). Atas keberhasilannya dalam penerjemahan itu, ia menjadi astronom Islam pertama. Islam juga memberikan dorongan untuk mempelajari astronomi sebagai ilmu untuk menentukan arah kiblat. Ilmuwan Islam terkemuka seperti Al-Khawarizmi juga (w.850) menjadikan karya al-Fazari tersebut sebagai rujukan utamanya dalam membuat tabel astronomi. Pengembara India juga membawa naskah tentang matematika. Pada abad ke-9, orang India memberi sumbangan penting terhadap ilmu matematika, yaitu sistem desimal (Philip K. Hitti, 2008). Sebelum era penerjemahan berakhir, semua karya Aristoteles mampu diterjemahkan tidak kurang dari 100 buku. Ilmu pengetahuan Islam berkembang pesat berkat kegigihan para tokoh Abbasiyah dalam penerjemahan. Di dunia Barat, bangsa Eropa sama sekali hampir tidak mengenal pemikiran dan ilmu Yunani. Ketika Khalifah Harun al-Rasyid dan Khalifah Abdullah al-Makmun sibuk mengkaji filsafat Yunani dan Persia, di dunia Barat, seperti
HADLARAH Raja Charlemagne dan para bangsawannya, sedang sibuk dengan seni menulis nama mereka (Philip K. Hitty, 2008). Dengan kegigihan Daulah Abbasiyah dalam pengembangan ilmu pengetahuan, bahasa Arab yang pada masa pra-Islam hanya merupakan bahasa puisi telah berubah dengan cara yang sangat mengagumkan dan tidak ada bandingannya dalam sejarah. Hal ini terbukti menjadi sarana yang mampu mengekspresikan pemikiran ilmiah tingkat tinggi. Bahkan, bangsa-bangsa di Irak, Suriah, Palestina, Mesir, Tunisia Aljazair, dan Maroko telah mengungkapkan pemikiran terbaik mereka dalam bahasa Arab. Gerakan penerjemahan dilakukan dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khallifah al-Manshur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase ini, yang banyak diterjemahkan adalah karyakarya dalam bidang astronomi dan mantiq. Fase kedua, berlangsung mulai masa Khalifah al-Makmun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah bidang filsafat, dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas, sehingga bidang ilmu yang diterjemahkan semakin luas. Urgensi Pembelajaran Tarikh Tarikh merupakan salah satu dari sekian banyak materi pembelajaran di lingkungan amal usaha Muhammadiyah. Muatannya yang kerap dengan cerita masa lalu, tarikh sering dipahami sebagai pembelajaran yang hanya bernuansa biografis dan geografis. Implikasinya, sejarah politik dalam tarikh sangat akrab dengan peserta didik. Sejarah sosial dan ekonomi seakan lupa untuk dieksplorasi lebih luas lagi. Dengan memaknai kembali ilmu pengetahuan (sains) dalam Islam, menjadi urgen dilakukan kegiatan pembelajaran tarikh
yang transformatif. Tranformasi pada metode pembelajaran adalah salah satu refleksi signifikan dalam konteks ini. Guru perlu menyelenggarakan kegiatan pembelajaran berdasar paradigma bahwa pengetahuan ditemukan dan dikembangkan oleh siswa. Guru hanya menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa membentuk makna dan menyimpannya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat dikembangkan. Siswa membangun pengetahuan secara aktif. Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa, bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa (Hamruni, 2008). Para ulama dan ilmuwan Abbasiyah telah mencurahkan waktu dan ilmu untuk kemajuan Islam. Terdapat ruh keteladanan dalam pemaknaan kembali ilmu pengetahuan (sains) yang dapat kita pergunakan untuk kemajuan Islam di zaman sekarang dan masa depan. Dari sekian banyak keteladanan itu, salah satunya adalah pembiasaan budaya baca tulis. Kemajuan Islam yang diketahui saat ini berawal dari dokumentasi tertulis masa lalu. Agama Islam datang dengan wahyu pertamanya mendeklarasikan “iqra bismi rabbika-lladzi khalaq” (budaya membaca) dan “alladzi ‘allama bil qalam” (budaya menulis). Mereka telah mendedikasikan diri untuk membaca, menerjemah, dan menulis, sehingga menghasilkan karya-karya besar yang bermanfaat guna kemajuan Islam. Dalam pembelajaran tarikh, budaya membaca, terjemah, dan menulis, sangat mungkin dilakukan. Syaratnya, tentu sumber belajar dan sistem evaluasi yang harus ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih mencerahkan.l Anang Sumarna, guru MTs Muhammadiyah Gedongtengen Kota Yogyakarta, aktif di Majelis Tabligh PDM Kota Yogyakarta
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 1 - 15 APRIL 2012
49
WAWASAN
SEKOLAH MUHAMMADIYAH UNGGUL, BERTUMBUH DARI BAWAH MOHAMAD ALI
elama satu dekade terakhir ini telah terjadi ledakan pertumbuhan sekolah Muhammadiyah unggul di seluruh penjuru Tanah Air. Sebelumnya kemunculan sekolah unggul hanya terkonsentrasi di kantung-kantung Persyarikatan, seperti Yogyakarta dan Surabaya. Sekarang ini, sekolah Muhammadiyah unggul sudah menjamur di hampir semua kabupaten/kota. Bahkan di sejumlah wilayah virus sekolah unggul sudah berkecambah hingga tingkat Pimpinan Cabang. Oleh karena itulah, kalau sampai dalam satu kabupaten/kota tidak terdapat satu pun sekolah Muhammadiyah unggul patut dipertanyakan komitmen perjuangan para pimpinannya. Perlu segera ditambahkan bahwa, fenomena pertumbuhan sekolah unggul bukan hanya dialami atau didirikan oleh Muhammadiyah. Belakangan ini organisasi, yayasan, dan perorangan yang berkecimpung menangani masalah pendidikan terus bertambah. Dan, yang menarik adalah sekolah model baru yang mereka dirikan juga diserbu oleh masyarakat yang memang sangat haus dengan keberadaan sekolah berkualitas. Pada saat bersamaan, ketika sekolah berkualitas kesulitan menampung siswa, sekolah-sekolah yang tidak berkualitas dan dikelola secara serampangan semakin ditinggalkan masyarakat dan akhirnya gulung tikar. Tidak boleh menutup mata pada kenyataan bahwa sejumlah sekolah Muhammadiyah juga bernasib serupa. Kehadiran sekolah unggul lebih banyak di daerah perkotaan dan pinggiran kota (daerah satelit/penyangga kota) yang dihuni oleh masyarakat urban. Anak-anak dari masyarakat urban inilah yang banyak mengisi kursi di kelas-kelas sekolah unggul. Oleh karena itu bisa dipahami mengapa perluasan sekolah unggul pada umumnya seiring dengan pertumbuhan pemukiman atau perumahan baru, dekat perkantoran, pasar, yang merupakan simbol kehadiran kota-kota baru. Kebutuhan masyarakat urban terhadap sekolah berkualitas bukan semata-mata karena mereka memiliki uang yang cukup untuk membiayai pendidikan anak-anak, tapi juga didorong oleh motovasi yang kuat untuk memberi bekal ilmu setinggi-tingginya dan agama yang kokoh bagai anak-anak mereka. Oleh karena itulah, sekolah unggul yang bernuansa agama lebih banyak diminati masyarakat.
S
jawaban afirmatif. Permasalahannya adalah, jika akan menangkap peluang tersebut, bagaimana merencanakan dan membangun sekolah unggul sehingga benar-benar dapat dipercaya masyarakat dan memiliki daya panggil tinggi. Ketika sampai di sini, umumnya mulai berpikir panjang dan lama. Karena begitu lama berpikir sehingga tidak pernah melangkah dan bertindak untuk mulai meretas apa yang dinamakan sekolah unggul. Pertama-tama perlu ditandaskan bahwa kelahiran suatu sekolah di lingkungan Muhammadiyah selalu berangkat dari bawah. Pendekatannya bottom up, mulai dari yang sederhana dan memanfaatkan sumber daya yang ada kemudian diberdayakan dan diolah secara optimal sehingga setapak demi setapak dapat tumbuh berkembang menjadi sekolah unggul. Penelusuran atas geneologi SD Muhammadiyah Sapen, Yogyakarta dapat menjelaskan secara gamblang tesis ini. Bermula dari kondisi yang sangat sedehana, sekolah berpagar bambu yang lebih layak digunakan untuk kandang kambing. Namun pelan tapi pasti, karena dipimpin oleh kepala sekolah yang visioner dan berjiwa kewirausahaan dan didukung pemangku kepentingan yang solid, akhirnya saat ini berhasil menjelma menjadi pusat sekolah unggul Muhammadiyah dan model Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Mirip dengan Sapen, SD Muhammadiyah Condongcatur mulai merintis sekolah dengan luas tanah kurang lebih 300 m2, terdiri atas dua ruang kelas. Namun, kerja keras dan kerja cerdas seluruh elemen sekolah ternyata mampu mengantarkan sekolah ini menjadi sekolah percontohan nasional dan membimbing sekolah Muhammadiyah lain di sekitar Kabupaten Sleman untuk samasama berprestasi dan berkembang menjadi sekolah unggul. Contohcontoh dan kisah sukses sekolah Muhammadiyah yang bertumbuh dari bawah bisa dipaparkan lebih banyak lagi. Namun ilustrasi keberhasilan dua sekolah tersebut sudah cukup memadai untuk menegaskan bahwa kehadiran sekolah Muhammadiyah unggul memang bertumbuh dari bawah, mulai dari kecil, maju setahap demi setahap sehingga akhirnya bisa berlari kencang. Tidak kalah cepat dengan sekolah lain yang didirikan dengan modal besar yang begitu berdiri fasilitasnya sudah lengkap, ataupun sekolah negeri yang seluruh fasilitas dan operasional sudah dicukupi pemerintah.
Bertumbuh dari bawah Kalau realitas kebutuhan masyarakat memang demikian, pertanyaan yang layak diajukan adalah, apakah Muhammadiyah mampu menangkap momentum dan peluang kemunculan masyarakat urban yang haus akan pendidikan berkualitas? Tentu yang keluar
Tiga langkah Berangkat dari tesis bahwa pengembangan sekolah Muhammadiyah unggul bertumbuh dari bawah. Berikut ini akan dielaborasi lebih rinci bagaimana merencanakan dan memulai untuk merintis sekolah Muhammadiyah unggul. Langkah-lang-
50
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 9 - 23 JUMADILAWAL 1433 H
WAWASAN kah ini disusun berdasarkan eksperimentasi penulis dari kancah, pengamatan terlibat, dan perjumpaan dengan sejumlah praktisi pendidikan selama satu dekade terakhir. Paparan langkahlangkah pengembangan berikut diharapkan dapat menginspirasi, menggugah keberanian, sekaligus memandu para praktisi pendidikan untuk melangkahkan kaki menuju terbangunnya sekolah Muhammadiyah unggul. Tiga langkah pengembangan sekolah Muhammadiyah unggul meliputi: tahap perintisan, tahap pemekaran, dan tahap pelembagaan. Langkah pertama, tahap perintisan bermula ketika muncul keengganan dari segelintir pimpinan/warga Muhammadiyah untuk berdiam diri atau terkurung dalam cara-cara pengelolaan sekolah yang telah usang dan membeku. Ciri paling menonjol pengelolaan sekolah yang membeku terlihat dari stagnasi dan kemandegan, sehingga sekolah tidak mampu lagi membaca realitas dan menyapa kebutuhan masyarakat. Ketika kebutuhan dan aspirasi masyarakat diabaikan, maka secara otomatis sekolah tersebut dicampakkan dan diemohi masyarakat. Dalam situasi demikian, secara otomatis sekolah mengalami gulung tikar. Munculnya kesadaran bahwa sekolah tengah mengalami krisis menjadi pintu pembuka untuk memasuki tahap perintisan. Tidak berhenti sampai pada krisis. Langkah ini ditindaklanjuti dengan jalan mencari informasi tentang bagaimana cara membangun sekolah yang baik. Kebetulan sekolah yang kami kelola menjadi salah satu rujukan oleh mereka. Dan, ketika berdiskusi membincangkan masalah tersebut, saya selalu menekankan bahwa mengembangkan dan mengelola sekolah yang baik itu sangat mudah dan tidak harus bermodal uang yang banyak, gedung bertingkat dan tanah yang luas. Tahap perintisan dimulai ketika pimpinan Muhammadiyah setempat bersedia mengirimkan 2 guru untuk magang beberapa hari di sekolah unggul.Sekolah unggul inilah yang menjadi mentor pengembangan sekolah lain yang memulai perintisan. Dua guru inilah yang akan menjadi pelopor dalam merintis dan memajukan sekolah baru. Masa perintisan sekolah berlangsung sekitar 3 atau 4 tahun. Dalam masa perintisan masih perlu memagangkan guru ke sekolah-sekolah mentor (sister school) sampai proses internalisasi nilai-nilai keunggulan sekolah terserap secara utuh. Langkah kedua, tahap pemekaran sekolah. Kalau para perintis bertugas menyalakan api perubahan, sekecil apa pun nyala api itu. Tugas pemekar sekolah adalah memperbesar nyala api perubahan, sehingga mampu membakar kebekuan berpikir dan menghanguskan keganasan rutinitas pengelola dan budaya sekolah. Tahap pemekaran sekolah memerlukan waktu lebih panjang, sekitar 8 sampai 10 tahun. Proses pemekaran bukan hanya dalam makna fisik berupa pengembangan gedung dan fasilitas, tetapi yang lebih penting adalah pembentukan budaya sekolah unggul. Proses pembentukan budaya unggul sangat krusial dalam pengembangan sekolah unggul, karena ia merupakan esensi atau nyawa kemajuan sekolah. Karakter budaya sekolah unggul tercermin pada sikap dan perilaku warga sekolah yang proaktif, transparan, kreatif, keberanian, terbuka terhadap
perubahan, terbuka terhadap kritik dan seterusnya. Langkah terakhir, institusionalisasi atau pelembagaan keunggulan. Pada tahap pemekaran, proses pembentukan budaya unggul telah hampir tuntas. Tugas pelembaga keunggulan adalah merefleksikan kembali secara terus-menerus budaya sekolah yang ada sehingga terbangun mekanisme dekonstruksi dan rekonstruksi budaya sekolah secara terus-menerus. Pembentukan sekolah unggul bukanlah pekerjaan sekali jadi, tetapi merupakan tugas antargenerasi yang berkelanjutan. Proses pencarian dan pembentukan sekolah berlangsung terus-menerus, sebagaimana doa yang berulangkali kita panjatkan pada Sang Pencipta, yaitu pencarian Jalan Lurus (Siratal Mustaqim). Filosofi pengembangan Musuh utama pengembangan sekolah unggul adalah rasa puas diri dan keganasan rutinitas. Seunggul dan setenar apa pun sebuah sekolah, kalau warga sekolahnya sudah dihinggapi puas diri dan terjebak pada rutinitas, maka cepat ataupun lambat keunggulannya semakin memudar. Oleh karena itu, pengelola dan penyelenggara sekolah tidak boleh terlena dan membanggakan prestasi yang telah diukir. Apalagi, sampai melupakan ruh kemajuan sekolah yang telah mengantarkannya menjadi sekolah unggul. Cerita dan contoh-contoh sekolah yang gagal menjaga keberlangsungan keunggulan cukup banyak di lingkungan terdekat kita, bukan? Sebelum mengakhiri tulisan ini, terkait pengembangan sekolah Muhammadiyah unggul, baru-baru ini saya menemukan filosofi yang menarik untuk didiskusikan lebih lanjut. Tiga filosofi pengembangan sekolah Muhammadiyah unggul yang ditemukan dari proses pergulatan kancah itu adalah nilai-nilai kesungguhan berprestasi, menginspirasi, dan berbagai kesuksesan dengan sekolah Muhammadiyah lain yang membutuhkan. Sekolah unggul tentu saja harus melahirkan guru-guru dan siswa yang berprestasi. Prestasi yang diukir harus benar-benar fenomenal sehingga mampu menginspirasi sekolah lain untuk menapaki jalan kesuksesan. Dan, jalan kesuksesan yang telah dilalui itu kemudian secara ikhlas dibagikan kepada sekolah-sekolah lain yang membutuhkan inovasi. Filosofi pengembangan sekolah Muhammadiyah unggul ini layak dijadikan panduan bagi para pengelola sekolah sehingga pada urutannya laju pertumbuhan sekolah Muhammadiyah unggul semakin berkecambah. Apalagi bila filosofi ini disinergikan dengan tesis utama tulisan ini, bahwa pengembangan sekolah Muhammadiyah unggul bertumbuh dari bawah. Dengan memadukan dinamika internal ini, ledakan pertumbuhan sekolah Muhammadiyah unggul akan semakin besar dan dahsyat. Kekuatan dinamika internal inilah yang mampu mempercepat perkembangan sekolah Muhammadiyah bertumbuh menjadi sekolah bertaraf internasional.l Mohamad Ali, Kepala SD-SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Solo, penulis buku Menembus Sekolah Bertaraf Internasional SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 1 - 15 APRIL 2012
51
WAWASAN
MENGEKSPRESIKAN RELIGIUSITAS ISLAM DALAM PERBEDAAN KEMANUSIAAN (1) ACHMAD CHARRIS ZUBAIR
Kemajemukan Kultural Sebagai Keniscayaan Orang sering mengajukan pertanyaan: Mengapa kalau Tuhan itu satu dan oleh karena itu kebenaran itu juga satu, kehidupan alam semesta justru menampilkan kemajemukan? Sangat menarik apa yang ditulis oleh Musa Asy’ari (2001: 5658): Hakikat kemajemukan itu tunggal dan yang tunggal itu bereksistensi terus tanpa henti dalam melahirkan kemajemukan. Kemajemukan menjadi tidak semakin sederhana, namun sebaliknya menjadi semakin kompleks. Karena sesungguhnya proses tersebut akan terus berlangsung, sepanjang masih ada kehidupan yang pada hakikatnya adalah rangkaian sambung menyambung terus-menerus tidak berhenti, kecuali jika kehidupan sudah berakhir dengan kiamat. Oleh karena itu, kemajemukan tidak bisa dihindarkan apalagi ditolak. Meskipun manusia cenderung untuk menolaknya, karena kemajemukan dianggap sebagai suatu ancaman terhadap eksistensinya atau eksistensi komunitasnya. Walaupun sesungguhnya penolakan terhadap kemajemukan sama artinya dengan menolak kehidupan itu sendiri. Karena pada dasarnya kemajemukan merupakan kodrat dari kehidupan yang tidak mungkin ditiadakan. Realitas Kemajemukan dan Bagaimana Menyikapinya Pertama, Kemajemukan Kebudayaan atau kultural merupakan realitas yang paling elementer dan oleh karena itu tidak dapat dihindarkan, dan Allah sendiri berfirman dalam Al Qur’an: “Hai sekalian manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah yang lebih takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.” (Qs. 49:13) Karena merupakan hal yang tak terhindarkan dari kehidupan pada dasarnya kita tidak dapat begitu saja memberikan penilaian baik, buruk bahkan benar, salah semata-mata berdasarkan perbedaan kultural. Atau kita tidak dapat mengartikulasikan dan mengidentifikasikan kebenaran substansial dengan bahasa kultural. Islam tidak dapat begitu saja diidentikkan dengan kultur Arab. Orang Islam yang benar bukan orang yang sehari-harinya memakai baju gamis dan berjenggot karena keduanya lebih bernuansa kultural Arab daripada kebenaran Islam. Tentu juga bukan orang yang memakai baju rompi dilengkapi sorban, yang 52
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 9 - 23 JUMADILAWAL 1433 H
mengesankan siap akan berperang. Sangat berbahaya apabila Islam terjebak kepada pandangan dan sikap formalisme seperti itu. Bahkan kalau kita melihat fenomena kehidupan masyarakat yang ada pada saat sekarang pun, dapat dilihat simbol-simbol kultural yang terlanjur dianggap identitas Islam berasal dari latar belakang kultural lain. Bentuk arsitektur kubah masjid yang dianggap identitas Islam, ternyata merupakan adopsi dari arsitektur Majusi penyembah api di Persia kuna. Sarung yang menjadi pakaian santri di Indonesia merupakan tradisi berpakaian orang Budha di Birma, demikian juga baju “takwa” yang merupakan adopsi dari pakaian China. Atap masjid Demak konon merupakan tiruan dari atap tempat adu ayam. Sehingga seorang Muslim pada dasarnya syah-syah saja apabila memakai pakaian sesuai dengan kulturnya, dan tidak boleh ada pemaksaan agar orang menanggalkan pakaian yang sesuai dengan kebudayaannya dan menyamakannya. Sejauh persyaratan substantif menutup aurat dipenuhi, mengapa tidak kita kembangkan dan kita akui kemajemukan kultural ini. Kedua, Kemajemukan Normatif yang mengisyaratkan adanya perbedaan penafsiran dan pemaknaan terhadap nilai dan norma yang sama. Ini terjadi karena adanya perbedaan pengalaman, kemampuan dan juga persoalan yang dihadapi secara berbeda. Allah berfirman dalam Al-Qur’an: “Bagi tiap-tiap umat di antara kamu, Kami telah jadikan peraturan dan jalan. Dan jika Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat, tetapi Allah hendak menguji kamu tentang apa yang telah diberikan-Nya kepada kamu. Maka berlomba-lombalah kamu berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah tempat kembali kamu sekalian, maka Dia kabarkan kepadamu apa yang kamu perselisihkan itu.” (Qs. 5:48) Kemajemukan Normatif dalam Islam lebih bersifat aksidensial yang menghasilkan masalah khilafiyah. Hal itu sangat dimungkinkan karena Islam juga membuka kemungkinan untuk berijtihad bagi umatnya. Rasulullah pernah bertanya pada Muadz bin Jabal, dengan apa ia akan menyelesaikan masalah. Dijawab dengan menggunakan pedoman Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan akan menggunakan akal fikiran kalau tidak ditemukan jawabannya pada keduanya.. Muhammadiyah sendiri sejak awal, kendati pun dengan rumusan yang berbeda, telah menegaskan dirinya sebagai gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar, berakidah tauhid, bersumber pada AlQur’an dan As-Sunnah ash-Shahihah, dikembangkan dengan jiwa ijtihad1 dan taj-did2. Kedua istilah tersebut nampaknya
WAWASAN menjadi istilah prinsip dalam persyarikatan khususnya dan umat pada umumnya. Keduanya sesungguhnya tidak dapat dipisahkan dari istilah ra’yu, yang dapat diartikan sebagai upaya perenungan terha-dap masalah-masalah tertentu berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits atau prinsip-prinsip umum syari’at Islam. Merenung dan memikir adalah pekerjaan akal. Al-Qur’an sangat meng-anjurkan umat Islam untuk menggunakan akalnya (Nasution 1986:39, Jamil 1995: 19). Akal menjadi kata kunci dalam pelaksanaan ijtihad dan tajdid. Tentu saja ini sejalan dengan penegasan Al-Qur’an sendiri, di mana manusia menu-rut konsep Islam adalah makhluk terbaik, termulia diban-dingkan makhluk lain yang diciptakan Allah (Al-Isra’:70, At-Tiin:4). Pengetahuan manusia yang mengisyaratkan adanya kualitas akal merupakan unsur yang membedakan manusia dengan malaikat yang “hanya” mampu tunduk dan sujud sehingga tidak kreatif, serta membedakannya dengan makhluk lain yang hanya mampu merusak dan saling menumpahkan darah. Dengan demikian manusia mempunyai hak untuk mendapatkan penghormatan dari makhluk lain, dan sesuai dengan martabat itu manusia menjadi khalifatullah fil ardh (Al Baqarah: 30-34). Manusia mendapatkan kedudukan dan beban tanggung jawab khusus karena ia harus mengembangkan potensialitasnya menjadi aktualitas. Potensialitas manusia berkembang dengan kemampuan inderawi, naluri, imajinasi, hati nurani, dan fikiran rasional yang dalam konsep Islam harus dibedakan dengan akal. Akal dalam pengertian di atas sebagai kata kunci ijtihad dan tajdid lebih merupakan pengertian yang mencakup keseluruhan kemampuan manusia menangkap dimensi kebenaran. Akal menggabungkan fungsi fikiran rasional dengan hati nurani, bahkan imajinasi, sehingga mengatasi kebenaran inderawi dan naluri. Ketiganya berhubungan secara organis dan fungsional dalam pengertian akal. Pandangan ini sejajar dengan pendapat Musa Asy’arie yang berpendapat bahwa akal merupakan daya rohani untuk memahami kebenaran yang bekerja menggunakan fikiran untuk memahami dimensi fisik dan kalbu untuk memahami dimensi metafisik (Asy’arie 1992). Sejajar pula dengan pandangan Syed Hussein Nashr, yang menulis bahwa kata al-’aql di dalam bahasa Arab, selain berarti fikiran rasional juga digunakan untuk menerangkan sesuatu yang mengikat manusia dengan Allah. Di dalam Al-Qur’an, Allah menyebut mereka yang ingkar adalah mereka yang tidak dapat menggunakan akalnya dengan baik dan benar. Runtuhnya iman tidak disamakan dengan timbulnya kehendak buruk, melainkan dengan tidak adanya penggunaan akal secara baik (Nashr 1983). Pandangan ini menjadi sangat populer pada masa kebangkitan Islam di awal abad ini sampai sekarang, masa di mana banyak gerakan Islam ingin pula disebut sebagai gerakan “modern” yang mampu menjawab tantangan masa. Kita dapat melihatnya sebagai contoh pada tulisan Fazlur Rahman (1968) dan juga Hourrani (1970), kendatipun bagi para pemikir Barat seperti Max Weber yang terkenal dengan telaah “etos kerja”nya, Islam tetap dianggap sebagai sistem yang anti akal (Abdullah 1979).
Mengekspresikan religiusitas Islam harus memperhatikan kemajemukan normatif ini dan menyadarinya sebagai realitas keumatan dalam Islam. Yang terpenting jangan sampai terjadi pemaksaan kehendak atas dasar keyakinan ijtihadnya sematamata. Dengan memastikan bahwa komunitas Islamnya pasti paling benar dan komunitas Islam yang lain pasti keliru. Mengekspresikan religiusitas Islam harus menempatkan perbedaan pandangan antar umat Islam sendiri dengan menempatkan semua aliran pemikiran dan konsep sebagai sesuatu yang belum mutlak kebenarannya, bersifat relatif, temporer dan dinamik. Karenanya diperlukan suatu dialog yang terbuka, sehingga terjadi proses sintetik yang mempertemukan berbagai pandangan yang pada dasarnya berasal dari nilai yang sama. Terutama harus dihindarkan kepentingan kekuasaan dan sosial politik, sebab hakikat kebenaran tidak bisa ditentukan oleh kekuasaan dan kekuatan, melainkan oleh aktualisasinya dalam kehidupan. Tidak boleh lagi terjadi pembubaran acara pengajian yang diselenggarakan oleh kelompok Islam tertentu, dan usaha pembubabaran justru dilakukan oleh umat Islam dari golongan yang lainnya. Etika Ukhuwah Islamiyah semestinya dibangun atas dasar kesadaran ini secara terus menerus.l
1
Kata ijtihad berasal dari kata dasar jahada yang berarti mengerahkan segala kemampuan atau “menanggung beban”. Tidak disebut ijtihad apabila tidak ada unsur kesulitan di dalam suatu pekerjaan. Bagi ulama yang berfikir holistik dan integral, diartikan sebagai upaya yang dilakukan dalam ber-bagai bidang ilmu, tidak terbatas dalam bidang fiqih semata-mata (Jamil 1995:12-13). Pada umumnya orang mengartikan ijtihad sebagai menggunakan akal fikiran untuk menyelesai-kan persoalan kemanusiaan ketika Al-Qur’an dan AsSunnah tidak atau kurang jelas dalam memberikan petunjuk penyelesaiannya. Dalam bagian lain buku Fathurrahman Jamil tertu-lis: Ijtihad telah dapat dibuktikan keampuhannya dalam menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi oleh ummat Islam, sejak masa awal Islam sampai pada masa keemasannya. Melalui ijtihad masalahmasalah baru dan tidak terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits dapat dipecahkan oleh para mujtahid. Melalui ijtihad pula ajaran Islam telah berkembang pesat menuju kesempurnaannya. sebaliknya, ketika ijtihad sirna dari kalangan ummat Islam, mereka mengalami kemunduran. Karena itu, benarlah Iqbal ketika ia menyatakan bahwa ijtihad merupakan “the principle of movement”, daya gerak kemajuan ummat Islam. Dengan kata lain, ijtihad merupakan kunci dinamika ajaran Islam, termasuk bidang hukumnya (Jamil 1995: 18-19). 2 Tajdid memiliki dua arti: (a) pemurnian, (b) peningkatan, pengembangan, modernisasi, dan yang semakna dengannya. Dalam arti “pemurnian” tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan ajaran Islam yang berdasarkan dan bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah Ash-Shahihah. Dalam arti “peningkatan, pengembangan, modernisasi dan yang semakna dengannya” tajdid dimaksudkan sebagai penafsiran, pengamalan, dan perwujudan ajaran Islam dengan tetap ber-pegang teguh kepada Al-Qur’an dan AsSunnah Ash-Shahihah. Untuk melaksanakan tajdid dalam kedua pengertian istilah tersebut, diperlukan aktualisasi akal fikiran yang cerdas dan fitri, serta akal budi yang bersih, yang dijiwai oleh ajaran Islam. Menurut Persyarikatan Muhammadiyah, tajdid merupakan salah satu watak dari ajaran Islam (Berita Resmi Muhammadiyah, Nomer Khusus, “Tanfidz Keputusan Muktamar Tarjih Muhammadiyah XXII, PP Muhammadiyah 1990:47). SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 1 - 15 APRIL 2012
53
DI ANTARA KITA
MEMBANGUN KEKUATAN EKONOMI MUHAMMADIYAH MELALUI KERJASAMA SINERGIK DENGAN AUM
H
ingga saat ini, bidang ekonomi masih tertinggal di Muhammadiyah. Ditambah lagi banyaknya catatan kegagalan bisnis yang dibidani oleh Muhammadiyah, padahal potensi ekonomi di Muhammadiyah sangatlah besar. Sedikitnya ada tiga faktor penyebab, yaitu: 1). Tidak adanya visi dan misi yang jelas; 2). Tidak adanya sistem kontrol dari internal, dan 3). Memulai bisnis dari skala besar. Karenanya, PWM Jawa Timur melalui Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan mendirikan perseroan terbatas (PT. Daya Matahari Utama) dengan memperbaiki kelemahan tersebut. Yaitu: 1). Tersusun rumusan visi dan misi dalam konsep Business Policy and Strategic Planning; 2). DMU 100% saham dimiliki PWM Jatim dan Majelis Ekonomi sebagai Komisaris, dan 3). Memulai bisnis dari hal kecil (think big, start small). DMU selaku Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM) mengemban misi, mendukung suksesnya dakwah Persyarikatan Muhammadiyah. Dalam melaksanakan kegiatan usahanya dengan Amal Usaha Muhammadiyah sebagai pihak pelanggan (customers), tidak semata-mata didasarkan perhitungan untung-rugi finansiil saja, tetapi juga dipertimbangkan adanya nilai tambah (added value) yang bermanfaat bagi AUM. Produk yang diperjual-belikan adalah Buku ISMUBA, Buku Metode Cepat Membaca Al-Qur’an (Al-Jadid), Pakaian Seragam Sekolah untuk siswa dan guru dan Pelayanan Jasa IT dengan brand SiPinter (Sistem Pengelolaan Informasi Terpadu). Bagaimana terjadinya jaringan ekonomi yang sinergik dan apa dampak nilai tambah yang bermanfaat bagi AUM yang bersangkutan, dapat dijelaskan sebagai berikut. Mengenai penjualan Buku ISMUBA, sebelum penerbitan dan distribusi, dibentuk Tim Penyusun Buku ISMUBA, terdiri dari para tenaga ahli yang ditunjuk oleh Majelis Dikdasmen Jawa Timur. Ditambah pelayanan distribusi yang memuaskan dari PT. DMU (tepat harga, jadwal dan lokasi), maka jumlah yang bisa didistribusikan cukup besar dan luas. Ini merupakan added value, sebab sekolah memiliki panduan dan metodologi dalam pengajaran ISMUBA, sebagai ciri khas, yang secara otomatis terjadi standarisasi mutu. Saat ini sekolah Muhammadiyah belum memiliki panduan/ kurikulum pembelajaran Al-Qur’an. Sehingga tiap sekolah menggunakan metode yang berbeda-beda. Yang menjadi keprihatinan, metode tersebut memberikan bonus pembelajaran (doa, cara wudlu, shalat, dll) yang berbeda dengan tuntunan Muhammadiyah. Memerhatikan hal tersebut, diciptakanlah 54
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 9 - 23 JUMADILAWAL 1433 H
metode pembelajaran Al-Qur’an (brand: AL-JADID) milik Muhammadiyah yang menargetkan siswa mampu: membaca, menulis, menerjemahkan, menghafal, memahami dan membaca arab gundul dengan cara yang cepat-mudahmenggembirakan. Target pembelajaran Al-Qur’an dengan metode al-Jadid tersebut, akan menjadi pembeda (added value) bagi siswa yang belajar di sekolah Muhammadiyah dan sekolah di luar Muhammadiyah. Dalam hal jual-beli kain/baju seragam sekolah, karena pemilihan mutu kain, warna dan harga yang tepat serta sistem pembayaran yang meringankan. Maka, dengan cepat penjualan produk ini tersebar merata ke sekolah-sekolah Muhammadiyah (terkhusus di Jawa Timur). Dengan dipakainya baju seragam yang sama di semua sekolah Muhammadiyah, menimbulkan image kokohnya koordinasi sekolah Muhammadiyah. Image tersebut adalah added value. Untuk penjualan produk Jasa IT SiPinter yang berupa layanan komunikasi antara wali murid/siswa, sekolah (guru/ karyawan) dan Muhammadiyah (PDM-PPM), added value yang terbangun dari transaksi usaha ini, terjadinya pusat monitoring data di kantor Muhammadiyah tentang kondisi sekolah Muhammadiyah yang tergabung dengan SiPinter. Kalau ini terus dikembangkan sehingga semua sekolah Muhammadiyah bergabung dengan SiPinter, maka Majelis Dikdasmen (PDMPPM) akan memiliki Pusat Informasi Data Sekolah Muhammadiyah di seluruh Indonesia, impian yang sampai kini belum bisa terwujud. Tetapi kami yakin dengan kerjasama impian itu akan terwujud Pembangunan jaringan ekonomi sinergik yang berdampak added value sebagaimana dijelaskan tersebut, dapat terus dikembangkan dengan AUM, BUM, Majelis/Lembaga dan Ortom lainnya. Sehingga terjadi koneksi antarinstitusi dan dapat memperkuat jaringan Muhammadiyah. Mari kita manfaatkan PT. DMU ini demi kesuksesan Persyarikatan Muhammadiyah. Fastabiqul Khairat !l (adv)
Fathul Mufid, ST Sekretaris Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PW Muhammadiyah Jawa Timur Email:
[email protected] dan
[email protected] Website: www.klikdmu.com; www.sipinteronline.com dan www.sipinteractive.com
‘IBRAH
JALAN HIDUP
A
l-Jundi berkisah tentang si kaya dan si miskin. Suatu hari, seorang lelaki kaya sedang menikmati hidangan lezat bersama istrinya. Tiba-tiba datang seorang pengemis meminta sekedar makanan untuk rasa laparnya. Si lelaki itu bukan memberikan sebagian makanan, malah sebaliknya membentak pengemis dan mengusirnya tanpa rasa iba. Alkisah, beberapa tahun setelah itu Tuhan menentukan garis hidup lain. Lelaki kaya itu menjadi bangkrut. Dia jatuh miskin sampai harus menceraikan istrinya. Sang istri kemudian dinikahi lelaki lain. Hidup pun berjalan mengikuti irama sunatullah bak aliran sungai. Pada suatu kali, ketika sang istri tengah duduk bersama suaminya yang baru, tiba-tiba datang pengemis. Si istri menghampiri pengemis itu. Alangkah terkejutnya dia karena ternyata pengemis itu adalah suaminya yang dulu. Lalu, dia menceritakan kepada suaminya kalau si pengemis itu mantan suaminya. Berilah makanan dan bekal secukupnya untuk dia, kata suaminya yang baru. Setelah pengemis itu pergi, sang suami itu bercerita kepada istrinya. Engkau tak perlu heran dengan kejadian tadi, itulah jalan yang diberikan Allah kepada para hamba di muka bumi ini. “Apakah engkau tahu, sesungguhnya akulah yang menjadi pengemis yang dibentak dan diusir oleh suamimu dulu itu,” kata si suami. Sungguh terkejut sang istri. Betapa dunia dan jalan hidup manusia begitu mudah berbalik, bagaikan siang dan malam. Si kaya yang bahil berubah menjadi miskin, lalu menjadi pengemis. Si pengemis yang miskin atas rezeki Tuhan menjadi kaya yang pemurah. Hidup manusia dipergilirkan Allah sesuai kehendakNya. Tuhan memberikan kuasa kepada yang dikehendaki, juga mencabut kuasa yang Dia kehendaki. Allah berfirman: “Semua urusan Allah adalah menurut ketentuan yang telah ditentukan Al-Ahzab: 38), “Dia menjadikan segala sesuatu kemudian menentukan batas dan qadarnya” (Al-Furqan: 2). Masih banyak ayat Al-Qur’an maupun Hadits Nabi yang menunjukkan jalan qadha dan qadar manusia yang semuanya dikehendaki dan digariskan Allah. Karenanya hidup tidak boleh lengah, angkuh, dan ajimumpung dengan melupakan nikmat dan kuasa Allah. Jalan hidup manusia itu tidak akan diketahui hakikat
dan akhir kisahnya oleh manusia sendiri. Hidup itu sering sarat rahasia. Hari ini kita di atas, tidak lama kemudian jatuh ke bawah. Sebaliknya ketika sedang di bawah, jika Allah menghendaki akan dengan mudah naik ke atas. Saat ini si Fulan kaya raya, tiba-tiba jatuh miskin. Sebaliknya si miskin tiba-tiba diperkaya Tuhan dengan rezeki dan karunia-Nya. Tidak ada hal yang mustahil di hadapan Allah Yang Maha Kuasa. Jangan takabur dalam hidup. Merasa diri paling hebat, perkasa, serba mampu, melebihi siapa pun, dan paling berkuasa. Lalu, bertindak semau sendiri. Bertindak sewenang-wenang. Bertindak arogan seolah tidak memerlukan orang lain. Meremehkan, melecehkan, dan menghina orang lain karena merasa diri paling segalagalanya. Merasa paling benar, sehingga tidak mau mendengar kritik dan masukan orang lain. Merasa diri paling kaya, lalu bahil dan menistakan mereka yang miskin. Merasa paling pandai dan memiliki apa saja, kemudian merendahkan martabat orang lain. Waspada dan bijaklah dalam bertindak, karena di depan tidak tahu persis apa yang akan menimpa. Allah mengingatkan manusia: “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuhmusuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai” (Al-Isra: 7). Sungguh manusia tidak dapat memastikan jalan hidupnya sendiri. Semua beredar dalam jalan dan takdir yang ditentukan Allah. Ikhtiar manusia pun ada batas akhir. Selalulah sadar dan ingat qadha dan qadar dari Allah. Ketika sekali saja lengah, hidup dengan mudah berubah dan berbalik arah. Dari kaya menjadi miskin dan meminta-minta. Dari berkuasa menjadi orang biasa dan terpidana. Dari serba perkasa menjadi dhu’afa. Manusia perkasa apapun sifatnya sementara dan fana. Maka, jadilah manusia yang bertakwa, yang hidup selalu waspada. Ingatlah, di atas langit ada langit. Ketika Allah menghendaki sesuatu, semua akan berlaku pasti: kun fayakun.l A. Nuha
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 1 - 15 APRIL 2012
55
SOHIFAH
ASKETISME ISLAM, GAYA HIDUP KENABIAN HASNAN BACHTIAR
“Jabatan adalah derivasi tugas-tugas kenabian. Karena itu, tatkala amanah telah dipikul, selayaknya manusia yang sejati adalah hidup bersih dan terhormat”
I
TULAH sepenggal nasehat yang terus terngiang di telinga penulis hingga kini. Wacana asketisme dan kenabian, digulirkan oleh ratusan pemikir, ilmuan dan para kiai Muhammadiyah se-Jawa Timur, dalam forum kajian Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, di Universitas Muhammadiyah Malang pada 29 Januari 2012. Forum mulia yang bertajuk “Restorasi Asketisme Islam untuk Keteladanan Nasional” itu menyimpulkan bahwa, kepemimpinan di negeri ini kini sedang carut marut. Banyak pemimpin yang lalai akan amanah. Dengan kata lain, jabatan adalah ladang empuk untuk melampiaskan hasrat pragmatisme yang tak terbendung. Karena itulah, sangat penting adanya restorasi asketisme Islam. Restorasi yang dimaksud adalah, menghadirkan kembali tren asketik di tengah umat yang terombang-ambing gelombang hedonisme akut. Dalam kehidupan yang serba mengabdikan diri pada materi (uang), sikap asketik menjadi penting. Sesungguhnya, inilah substansi dan strategi yang sangat baik. Melalui politik kebudayaan, diharapkan secara berangsur, akan mengobati bangsa dari penyakit “berbudaya korupsi”. Secara lebih jauh, Prof Syafiq Mughni menjelaskan, bahwa sebelum melaksanakan asketisme, alangkah baiknya memahami sejarahnya. Secara historis, asketisme mengalami beberapa tahapan. Namun sejak kelahirannya, praktik kesederhanaan ini merupakan respon dari kehidupan dunia yang gemerlap. Pada era klasik, di pelbagai wilayah Arab, asketisme mengalami modifikasi menjadi tasawuf falsafi yang mendapat pengaruh kuat dari tradisi filsafat Yunani dan teologi Islam yang skolastik (kalam). Pada puncaknya, lahirlah dua istilah penting dalam khazanah ini misalnya, hulûl dan wihdah al-wujûd. Keduanya, kurang lebih bermakna bukan sekedar “kebersatuan dengan Tuhan”, namun juga “musnahnya diri (hamba) yang materiil, sehingga yang ada tinggalah Tuhan semata”. Inilah respons terhadap kehidupan dunia yang fana. Dalam situasi yang demikian, asketisme dianggap sebagai
hal yang terlampau mewah, berlaku untuk kalangan ahli dan tentu saja bukan untuk orang awam. Tidak sembarang orang mampu mengalami kondisi ekstase batiniah. Dengan demikian, muncul rambu-rambu terhadap mereka yang melakukan praktik tasawuf, terlebih atas lantunan, “Ana al-haqq” atau “La ilaha illa ana.” Sebagian rambu merupakan solusi. Karena itu dalam periode berikutnya, praktik asketisme mesti memiliki mentor (mursyid), yang akan membimbing untuk mengenal Yang Ilahi, agar tidak tersesat dalam kekafiran. Setiap mursyid, memiliki jalan (tarîqah) tersendiri untuk mencapai kedalaman kalbu. Dalam periode ini, praktik asketisme menjadi “terlembagakan”, sesuai dengan tarikat atau metode yang dimiliki sang guru. Pakar sejarah Islam ini melanjutkan, asketisme periode klasik, sangat berbeda dengan gaya modern. Di masa kini, tarikat atau asketisme yang terlembagakan menjadi kurang populer. Masyarakat perkotaan lebih gandrung pada tren asketisme yang individual, tidak terikat dan sesuai dengan modern life style. Inilah yang disebut dengan neo-sufisme. Sayangnya, neo sufisme hanyalah gaya hidup yang tidak terlampau berhubungan dengan kondisi sosial bangsa dewasa ini. Antropolog, Moeslim Abdurrahman menjelaskan bahwa, kegiatan keagamaan populer, di dominasi oleh kelas menengah baru, yang sama sekali tidak tertarik dalam agenda advokasi politik yang memihak kaum terpinggirkan (mustadh’afûn) (Moeslim Abdurrahman, 2009). Menanggapi hal itu, KH Saad Ibrahim menjelaskan bahwa, mestinya Muhammadiyah melihat peluang strategis asketisme, hubungannya dengan isu kebangsaan. Menurut pakar tafsir ini, bahkan kenabian pun, perlu strategi politik, sehingga hasilnya bisa dirasakan secara nyata. Melalui fatwa Majelis Tarjih Muhammadiyah, diharapkan nantinya secara diskursif, mampu memengaruhi umat. Terlebih, wacana asketisme ini dapat menggandeng kelas menengah ekonomi. Jelas, agenda ini bukan pragmatis dalam pengertian yang negatif. Pragmatisme yang baik, adalah yang mengarahkan pada kemaslahatan umat. Dalam tradisi Islam, setiap yang
SOHIFAH maslahat, itulah jalan agama yang benar (al-mashlahah syariatun). Wacana asketisme ini, harus menjangkau seluruh aspek kehidupan. Tidak hanya dalam aspek ekonomi, tetapi juga hukum, pemerintahan, politik, sosial dan pendidikan. Dalam sejarah Islam, Nabi saw. juga mencontohkan hidup asketik, yang menjangkau seluruh bidang kehidupan. Prototipe manusia sempurna ini, tidak melulu melengkapi hidupnya dengan penghayatan teologis dan hanya melaksanakan ritualitas keagamaan belaka. Baginya, asketik termanifestasi dalam seluruh kehidupan sosial. Seorang teoritisi profetisme terkemuka, Koentowijoyo menjelaskan, betapa Rasulullah benar-benar mengajarkan asketisme sepanjang hayatnya. Itulah mengapa kemudian, asketisme Islam identik dengan filsafat kenabian. Tatkala Muhammad saw mi’raj ke langit ke tujuh, seorang sufi
berkomentar bahwa, itulah puncak spiritualitas manusia beragama. Niscaya “kesadaran kesufian”, tidak memperkenankan diri pribadi untuk kembali ke dunia. Namun, “kesadaran kenabian” berbeda. Nabi memilih kembali ke tengahtengah umat, untuk menyelesaikan segala problem kemanusiaan. Demikianlah, asketisme Islam sesungguhnya adalah gaya hidup kenabian. Seperti disinggung pada pembuka tulisan ini, jika diri pribadi, segala profesi atau bahkan “jabatan” dimengerti sebagai “tugas kenabian”, maka perilaku asketik, tidak mustahil akan mewujudkan good government, demokrasi, akuntabilitas, keadilan dan kesejahteraan publik. Di sinilah asketisme berlaku solutif bagi problem kebangsaan.l Hasnan Bachtiar, Penulis dan Peneliti filsafat di Pusat Studi Islam dan Filsafat (PSIF) UMM
UAD Wisuda 505 Mahasiswa
U
niversitas Ahmad Dahlan, periode Maret 2012 ini mewisuda sebanyak 505 mahasiswa yang berasal dari 29 program studi dengan IPK rata-rata 3,06. Hal ini disampaikan Drs. H. Kasiyarno., M.Hum dalam sambutanya pada proses pelaksanaan Wisuda UAD 17 Maret 2012 di gedung Jogja Exspo Center (JEC) Yogyakarta. Sementara wisudawan dengan kelulusan tercepat kali ini diraih oleh 4 wisudawan daro prodi Teknik Inforamtika, yaitu (1) Alfanis Latifah, IPK 3,64 (2) Mely Amaliyah IPK 3,52, (3) Yasidah Nur Istiqamah IPK 3.51, (4) Ade Miftahul Munir IPK, 3,30. Masing dengan masa studi yang sama, 4 tahun, 3 bulan, 31 hari. Dalam sambutanya, Rektor UAD juga menyampaikan selamat kepada para wisudawan yang telah berhasil menyelesaikan masa studinya di kampus Muhammadiyah ini. “Semoga kesuksesan selalu menyertai saudara”, tuturnya.l (d)
Wisuda STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
WISUDAWAN JANGAN MERASA PUAS
D
RA Cholifah Syukriyanto, mengingatkan, hendaknya para lulusan dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta tidak merasa puas atas segala hal yang telah dicapai saat ini. “Pencapaian ilmu yang diperoleh saat ini, hendaknya dapat dijadikan pintu masuk untuk melakukan pencairan ilmu yang lebih tinggi lagi,” ujarnya ketika memberikan sambutan atas nama PP Aisyiyah dalam Acara Wisuda Sarjana dan Diploma Pengambilan Sumpah Ners dan Bidan Stikes Aisyiyah Yogyakarta, belum lama lalu di Kampus Serangan Wirobrajan Yogyakarta. Hadir antara lain Ketua Kopertis V Bambang Supriyadi, Kepala Stikes Warsiti, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, APTISI, dll. Tantangan kali ini, ujar Cholifah, berhadapan masalah ganda yaitu di samping sudah harus mengabdikan diri kepada masyarakat di sela-sela itu ada tututan untuk mencari ilmu setinggi-tingginya sekaligus mengabdikan diri menjadi mubalighat Aisyiyah yang bertugas untuk dakwah kepada masyarakat lewat bidang pelayanan kesehatan. Wisuda kali ini yang meluluskan 47 alumni sarjana (8 NERS) dan diploma, menurut Ketua Stikes Warsiti, berhasil mencapai pencapian indeks IPK tertinggi (rata-rata 3,43 IPK, tertinggi 3,76) dari acara wisuda sebelumnya. NERS yang dilantik adalah SDM yang sudah bekerja tersebar di berbagai instansi kesehatan. “Keberhasilan pencapaian indeks prestasi kali ini berkat keseriusan para tenaga dosen dan segenap civitas akademika,” kata Warsiti. Keseriusan terhadap adanya SDM yang unggul dan berkualitas dilakukan Stikes dengan mengirimkan tenaga dosen untuk belajar (S3) 4 orang ke luar negeri dan 8 orang belajar (S2) di beberapa perguruan tinggi dalam negeri. “Lewat kerjasama dengan Taipe Hospytal, kita mengirim tenaga magang di sana,” katanya.l (am)
S S II L L A A T T U U R R A A H H II M M
JALAN PINGGIR KPK membutuhkan waktu paling tidak 10 tahun untuk menyelesaikan seluruh kasus Nazarudin. Wah, keburu hilang semua itu bukti-buktinya.
Rudi Darmawan bin Mochtar Sai’in (alm) dengan Khusnaeni binti Khariri (alm) pada tanggal 26 Februari 2012 di Graul Karet, Sirampog, Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah LAHIR: l Sulthan Haedar Walyatalatof, anak kedua pasangan Suhadak, SE., MM dan Suliyah, 20 Januari 2012, di Kalipang, Pelang, Kembangbahu, Lamongan, Jawa Timur. l Hasna Abdillah, anak pertama pasangan Dr Agus Nugroho Andhi dan Dr Emi Setiowati, 21 Februari 2012, di Yogyakarta. l Rahmatul Alya Rayyan, anak kedua pasangan Iwan Thohari dan Khusnul Khotimah, 26 Februari 2012, di Waruwetan, Sumber Agung, Mantup, Lamongan, Jawa Timur. MENIKAH: l Ani Nadzifah binti M Bakir dengan Partono bin Subardi, 29 Januari 2012, di Krajan, Cingkir Lor, Cingkir, Salatiga. l Wenny Budi Pratiwi, SFarm, Apt binti Janat Haryanta dengan Nanang Handriyanto, SPd bin Sukirmanto, 10 Februari 2012, di Karangasem, Gilangharjo, Pandak, Bantul. l Rahmi Dewi binti Jusmani Aslam dengan Wawan Setyawan bin Mukino, 4 Maret 2012, di Yogyakarta. MENINGGAL: l Hj Samidah Muhari (76 tahun), 10 Februari 2012, di Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta. l R Muhammad Rusydi, 4 Maret 2012, di Yogyakarta. l Jend (purn) Dibyo Widodo (65 tahun), mantan Kapolri, 15 Maret 2012, di Singapura. l Siti Woro (isteri H Sustam Mulyadi), 15 Maret 2012 di RS PKU Muhammadiyah, Yogyakarta.. 58
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 9 - 23 JUMADILAWAL 1433 H
*** Petani menolak kebijakan impor jagung yang dinilai ikut menjatuhkan harga jual jagung lokal. Setuju. Pemerintah tidak memihak kepada rakyat. *** Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, menegaskan Indonesia negara pembuat dan pengguna situs porno terbesar ketiga setelah Cina dan Turki. Wah, hebat dong. Peringkatnya naik terus. *** Indonesia di mata China dipandang bukan hanya teman dan mitra yang baik, melainkan juga saudara dan tetangga yang baik. Ooo, makanya produk-produk China melimpah masuk ke Indonesia. *** Polisi pemakai narkoba bakal ditindak tegas. Jangan hanya ditindak, komandan. Tapi dipecat. *** KPK telah merencanakan memeriksa Anas Urbaningrum. Kalau rencana, sih sudah dari dulu. *** Presiden SBY meminta ICMI turut mendorong lahirnya pemimpin 2014 yang berkualitas. Sayangnya, SBY tidak bisa mencalonkan lagi. *** Uji coba pendidikan karakter di 25 sekolah. Tidak hanya sekedar uji coba. Tapi dipraktekkan. *** BUNG SANTRI
AKTIVITAS ORTOM DAN AMAL USAHA Pimpinan Daerah Tapak Suci Putra Muhammadiyah Kebumen, beberapa waktu yang lalu dalam rangka memperingati Milad Muhammadiyah ke-102, mengadakan kejuaraan pencak silat. Acara ini diikuti oleh lebih dari 180 atlit pencak silat. Peserta kejuaraan ini berasal dari SD, SMP dan SMA/SMK se-Kabupaten Kebumen. Keluar sebagai juara I tingkat SD adalah SD Kreatif Muhammadiyah Gombong, dan juara II SD Unggulan Muhammadiyah Kebumen. Untuk tingkat SMP, juara I diraih SMP Muhammadiyah 2 Kebumen, juara II diraih SMP Muhammadiyah I Kebumen dan juara III diraih SMP Muhammadiyah Ayah. Tingkat SMA/SMK, juara I diraih SMK Muhammadiyah Sadang juara II SMAN I Pejagoan dan juara III SMAN I Ayah. Hadir dan memberikan sambutan dalam acara pembukaan Sekretaris PDM Kebumen, Imam Romzan Fauzi, STh.I. Juga hadir Pimpinan Daerah Tapak Suci Kebumen, Emy Syafe’i. STAI Muhammadiyah Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan, beberapa waktu yang lalu mewisuda 43 mahasiswa program studi PAI. Bertempat di aula Abdurrahman Syamsuri Pondok Pesantren Karangasem, Paciran. Wisuda ke-19 ini, dihadiri sekitar 400 undangan. Yang berasal dari keluarga wisudawan-wisudawati, pimpinan sekolah dilingkungan Ponpes Karangasem, tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, pimpinan pesantren dan para sesepuh dan pinisepuh Ponpes Karangasem. Hadir juga dan memberikan sambutan, Bupati Lamongan H Fadeli, SH.,MM. Sedangkan orasi ilmiah dalam wisuda itu, disampaikan Prof DR H Sutrisno, MA dari Majelis Pendidikan Tinggi PP Muhammadiyah. Kepala Sekolah Perguruan Muhammadiyah se-Kabupaten Brebes, beberapa waktu yang lalu mengadakan kunjungan ke kompleks Perguruan Muhammadiyah Pucang Anom, Surabaya. Di kompleks ini berdiri SD, SMP dan SMA Muhammadiyah. Rombongan studi banding ini terdiri dari Kepala Sekolah TK dan PAUD, Kepala SD dan MI, SMP dan MTs serta Kepala SMA/MA dan SMK, se-Kabupaten Brebes. Selain ke perguruan Muhammadiyah Pucang, rombongan juga berkunjung ke SD Muhammadiyah Keputih. Rombongan juga ditawari untuk magang di SD Muhammadiyah Pucang. Tawaran ini disambut positif oleh Dikdasmen PDM Brebes. Dan berencana mengirim beberapa kepala SD atau guru untuk menimba ilmu di SD Muhammadiyah Pucang.l ir TABLIGH AKBAR PDM BINJAI BINJAI. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Binjai, beberapa waktu yang lalu telah melaksanakan tabligh akbar. Tabligh akbar se-Kota Binjai ini diikuti oleh PCM Binjai Kota, PCM Binjai Timur, PCM Binjai Selatan, PCM Binjai Utara dan PCM Sambirejo, masing-masing diikuti dengan Rantingnya. Secara geografis, PDM Binjai membawahi beberapa Ranting yang tidak masuk pemerintahan Kota Binjai. Seperti PCM Sambirejo secara geografis pemerintahannya berada di Kabupaten Langkat. Sebagian besar Rantingnya berada di Kabupaten Lahat. Sementara pusat kegiatannya di Ranting Cengkehturi, yang secara pemerintahan berada di Binjai Utara. Cabang Binjai Utara, satu Rantingnya berada di Kabupaten Deli Serdang. Yakmi Ranting Tanjung Anom. Demikian juga Binjai Timur, sebagian Muhammadiyahnya masuk wilayah pemerintahan Kabupaten Deli Serdang. Binjai Selatan, sebagian masuk wilayah Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Langkat. Dalam tabligh akbar yang dirangkai sekaligus dengan peringatan Milad ke-102 Muhammadiyah dan menyambut Tahun Baru Hijriyah 1433, hadir Drs Khairul
Azhar, Kabag Tata Pemerintahan mewakili Walikota Binjai Drs H Idaham dan Kadinsos Drs H Sujarno, MSi mewakili Bupati Langkat, yang juga ketua PDM langkat periode 2010-2015. Acara tabligh akbar ini diisi oleh Ketua PWM Sumatera Utara, Prof Asmuni. Tabligh akbar ini juga diawali dengan berbagai kegiatan lomba yang diikuti oleh sekolah-sekolah di lingkungan Muhammadiyah Binjai dan Aisyiyah Binjai. Mulai dari TK/TPA, SD, SMP, Tsanawiyah, SMA dan Aliyah. Lomba yang dipertandingkan, di antaranya lomba mendongeng dan cerita sejarah Nabi Muhammad dan para sahabat, dan lomba khutbah. Juga gerak jalan santai, yang diikuti seluruh siswa-siswi Sekolah Muhammadiyah serta warga dan simpatisan Muhammadiyah. Pawai gerak jalan santai dilepas oleh Ketua PDM Binjai, Azar Aswadi, MAg didampingi unsur PDM dan Ortom Tingkat Daerah. Dalam tausiyahnya, Ketua PWM Sumatera Utara, Prof Asmuni mengingatkan warga Muhammadiyah, bahwa sebagai gerakan Muhammadiyah tidak boleh dan tidak akan berhenti untuk terus beramal dalam menegakkan dan menjalankan syariah Islam sesuai tuntunan Nabi Muhammad saw.l Drs Fuad SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 1 - 15 APRIL 2012
59
MUSYAWARAH PRM DAN PRA GURUN LAWEH NAN XX PADANG. Pimpinan Ranting Muhammadiyah dan Aisyiyah Gurun Laweh Nan XX, Kecabangan Lubuk Bagalung Kota Padang, belum lama ini mengadakan Musyawarah Ranting terpadu ke-3. Musyawarah Ranting kali ini mengambil tema, “Dengan Musran terpadu ke-3 Muhammadiyah dan Aisyiyah Ranting Gurun Laweh Nan XX Bertekad Untuk tetap Istiqomah dalam Menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Menjadikan Ranting Sebagai Basis Utama Perjuangan”. Musran yang dilaksanakan di Masjid Nurul Iqdam ini dibuka oleh Camat Lubuk Begalung Drs Yalmasril. Memberikan sambutan dalam Musran kali ini, Yul Asril SSos dari Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan Mas Mulia dari Pimpinan Cabang Aisyiyah Lubuk Begalung. Musyawarah yang diikuti oleh 65 orang ini, berhasil menyusun program kerja untuk lima tahun ke depan. Terpilih Pimpinan Ranting Muhammadiyah periode 2010-2015 adalah: Martaon Pulungan, SHI., Al Yusri Fadli, SSosI, SPdI., Armuzan, SST., Syamsuwir, SH., Akmiliyus, M Aliwar Idris, H Baharoeddin, BA., Faisal Latief, Drs Suhardi Idrus Malin Bagindo Sutan, Drs Firdaus Syam, H Darwis, BA, Jumalis Koto dan Ismail Sutan Saidi. Menetapkan Martaon Pulungan, SH sebagai Ketua. Sedangkan untuk Pimpinan Ranting Aisyiyah, terpilih Youm Tri Tis’ah, SPd, Aisyah Martaon, Latiah, Youm Zanizah, SPd, Rahmawati, Hj Rasyi’ah, Alfisyah Firdaus, Tiswelda, Rusmiati, Irmayeti, Nofiharni Bahar, Rini Raya, Nurmasitah, Asma Dewita dan Musdalifah. Musran menetapkan Youm Tri Tis’ah, SPd sebagai Ketua Pimpinan Ranting Aisyiyah Gurun Lawen Nan XX.l Martaon P PDM SALATIGA ADAKAN SEMINAR ENTREPRENUER SALATIGA. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Salatiga, beberapa waktu yang lalu mengadakan seminar nasional bertajuk “Membangun Jiwa Entrepreneurship Menuju Kemandirian Ekonomi Kader Muhammadiyah”. Seminar yang dilaksanakan di Rumah Makan Elang Sari Salatiga ini, diikuti sekitar 100 kader Muhammadiyah dari berbagai kota. Dengan menghadirkan pengusaha muda dari Yogyakarta, Among Kurnia Ebo. Acara yang berlangsung dari pagi hingga sore hari ini, diikuti dengan antusias oleh semua peserta. Dalam pemaparannya, Among Kurnia Ebo mengatakan, “Bisnis itu gampang. Jangan dipikir-pikir terus. Dipikir sebentar langsung dibuka. Sambil bisnisnya jalan, dipikirkan langkah selanjutnya. Hampir semua pengusaha sukses memulai dengan keterbatasan seperti itu. Yang penting bisnisnya dulu, tanpa menunggu perfek semuanya,” ujarnya. Selanjutnya, beliau mengatakan, pada prinsipnya bisnis itu bisa dimulai dengan dua cara saja. Pertama, cara ATM (Amati Tiru Modifikasi). Kedua, cara ATP (Amati Tiru Persis). Sedangkan metodenya bisa memakai tiga pola, yakni: BOTOL (Berani Optimis Tenaga Orang lain), BODOL (Berani Optimis 60
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 9 - 23 JUMADILAWAL 1433 H
Duit Orang Lain) dan BOBOL (Berani Optimis Bisnis Orang Lain). Diakhir acara, Among Kurnia Ebo mengatakan bahwa, kader Muhammadiyah seharusnya meneladani profil KH Ahmad Dahlan yang seorang pengusaha. “Ahmad Dahlan adalah pengusaha yang mendedikasikan keuntungan usahanya untuk membuat berbagai lembaga amal. Khususnya, pendidikan dan kesehatan. Dengan begitu, Muhammadiyah bisa hidup dari orang-orang yang benar-benar mengabdi untuk organisasi. Bukan mencari hidup lewat organisasi. Ingat pesan KH Ahmad Dahlan, hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah”, jelasnya.l r
AISYIYAH SUMBER CIREBON SANTUNI ANAK YATIM DAN JANDA SUMBER. Pimpinan Cabang Aisyiyah Sumber, Cirebon, Jawa Barat beberapa waktu yang lalu mengadakan silaturahmi dan memberikan santunan dalam bentuk sembako kepada yatim dan janda dilingkungan kompleks Perguruan Muhammadiyah Sumber, Cirebon. Ketua Pimpinan Cabang Aisyiyah Sumber, Nur Lindah, MA mengatakan pemberian santunan ini berasal dari “Gerakan Infaq Lima Ribu Rupiah” perminggu oleh pengajian Ibu-ibu Aisyiyah yang dimulai tahun 2011 lalu. “Dana tersebut untuk memudahkan Pimpinan Cabang mengadakan serangkaian kegiatan santunan yang sudah diprogramkan. Dengan dana itu pula, sebagian usaha untuk meningkatkan gerakan dakwah dan juga meningkatkan kesejahteraan umat,” ujar Nur Lindah.l im JALAN SEHAT MUHAMMADIYAH DIIKUTI 5000 PESERTA KEBUMEN. Pimpinan Daerah Muhammadiyah, Kebumen dalam rangka memperingati Milad Muhammadiyah ke-102, belum lama ini mengadakan serangkaian kegiatan, di antaranya jalan sehat. Acara yang diawali dengan penampilan siswa Tapak Suci Putra Muhammadiyah ini, dihadiri oleh Wakil Bupati Kebumen, Ibu Juwarni, AMd yang sekaligus melepas acara jalan sehat. Selain itu, hadir juga dan memberikan sambutan, Ketua PDM Kebumen, H Abduh Hisyam. Jalan sehat yang diikuti oleh warga dan semua pelajar Muhammadiyah se-Kabupaten Kebumen ini mencapai lima ribu orang. Sehingga, sempat memacetkan jalan-jalan utama di Kebumen. Sebelumnya, juga diadakan olympiade sains, matematika dan agama (Olysma) se-Karisidenan Kedu, pengobatan gratis dan jalan sehat. Kegiatan yang dimulai dari depan Pendopo Bupati Kebumen dan berakhir di alun-alun ini, juga diikuti oleh para Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Kebumen, serta pimpinan AUM. Baik pendidikan maupun kesehatan, serta para karyawan Muhammadiyah se-Kabupaten Kebumen.l im
PWM BALI PROGRAMKAN PARIWISATA Denpasar. Menyongsong berlangsungnya Sidang Tanwir di Bandung, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Provinsi Bali menawarkan Program Dakwah Pariwisata sebagai program unggulan. Hal ini dikuatkan dalam Rapat Pertemuan Muhammadiyah Zona 3 terdiri dari Jawa, Lampung dan Bali di Kota Surabaya belum lama lalu. “Setiap daerah memiliki spesifikasi karakter sendiri-sendiri. Bali memiliki potensi pariwisata yang harus digali,” kata Haji Mafrukhin, Ketua PWM Bali kepada “SM”. Yang dimaksud Haji Mafrukhin adalah dakwah Muhammadiyah harus dapat menyentuh elemen masyarakat dari beberapa aspek kehidupan. Yang namanya dakwah itu harus bersentuhan dengan orang lain di luar Muhammadiyah, jika dakwah hanya dilakukan di ‘dalam’ itu namanya pemantapan saja. Contoh, Muhammadiyah sudah berhasil mengajak para simpatisan Muhammadiyah yang bekerja di beberapa cafe di Bali, untuk menghimpun diri membentuk jamaah dengan kegiatan pengajian dan kegiatan ibadah di masjid. “Sebuah cafe terkenal di Bali ‘HR’ bahkan sudah melakukan kegiatan dakwah Islam, jamaahnya cukup banyak,” ujarnya. Saat ini PWM Bali sedang melengkapi beberapa majelis di antaranya adalah Majelis Tabligh, Tarjih, Lingkungan Hidup, Pemberdayaan Masyarakat, LSBO dan Ekonomi. “Dakwah Pariwisata saya inginkan masuk di Program Majelis Ekonomi.” Program Pariwisata Muhammadiyah Bali pada April tahun ini sudah beroperasi, diantaranya menyediakan beberapa armada paket wisata, penyediaan katering halal, usaha kuliner rumah pariwisata. Program ini sangat berkaitan dengan SMK Pariwisata Muhammadiyah yang tahun ini sudah beroperasi. Para siswa Jurusan Tata Boga terlibat aktif di dalamnya. Di bawah pimpinan Haji Muh Sofwan SC sebagai Kepala Sekolah, sekolah ini menjadi inspirasi pengembangan oleh para alumni Muhammadiyah yang sudah banyak bekerja menjadi manajer, pelaku pariwisata, dan pemandu wisata. “Di Bali bukan barang aneh, jika tempat-tempat obyek wisata ada beberapa jamaah pengajian Muhammadiyah,” Kata Haji Mafrukhin. Armada Travel Biro Muhammadiyah sudah lihai menangani paket-paket wisata nasional dan internasional. Bahkan ketika ada sebuah Pertemuan Panti Asuhan Muhammadiyah se Indonesia di Bali, Travel Biro ini menyediakan paket wisata gratis kepada para pesertanya. Salah satu pelaku travel biro paket pariwisata adalah Sutanto Siwikrisna dari Pemuda Muhammadiyah Bali. Dalam Sidang Tanwir nanti, ujarnya, PWM Bali akan mengenalkan prospek pembentukan LSBO yang sangat potensial sekali. Kader-kader Muda Muhammadiyah ada yang menjadi wasit sepak bola internasional dan nasional. Bali juga memiliki Tim Sepak Takraw Muhammadiyah yang sudah bertanding di dalam dan luar negeri dalam beberapa turnamen internasional
dan nasional. Belum lagi potensi di cabang olah raga lainnya, seperti bela diri. Secara khusus, Bali tidak mengadakan kegiatan seremonial jelang Sidang Tanwir namun ada beberapa kegiatan yang sangat berkaitan. Misalnya, PWM Bali gelar Pelatihan Hisab oleh guruguru Fisika dan Matematika Muhammadiyah untuk memenuhi kebutuhan keterampilan para kader. Juga adakan pelatihan kader mubaligh Tarjih melibatkan IMM Bali. Ketersediaan dan kesiapan Muhammadiyah dalam pelayanan umum, ditunjukkan oleh Muhammadiyah di Bali dengan komunitas donor darahnya. PMI bahkan mampu memenuhi kebutuhan 32 kantong darah dari para jamaah Muhammadiyah di Tabanan. “Gairah semarakkan Sidang Tanwir di Bali sangat tinggi,” papar Mafrukhin. Pihaknya akan sediakan Tim Paduan Suara jika diminta Sidang Tanwir.l am
PWM KALBAR FOKUS PENGUATAN DAERAH Pontianak. Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Barat, Ahmad Yais, mengaku belum menyiapkan gagasan dan rencana khusus yang dibawa dalam Sidang Tanwir Muhammadiyah di Bandung nanti. “Kita sedang melakukan pendekatan-pendekatan pertemuan dengan beberapa pihak, termasuk mencari masukan ke daerah-daerah dalam rangka menyamakan persepsi program yang akan kita tawarkan untuk dibahas ke Sidang Tanwir,” papar Ahmad Yais kepada “SM”. PWM Kalbar saat ini diperkuat oleh 14 Pimpinan Daerah Muhammadiyah, salah satunya yang bakal segera berdiri adalah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Kayong Utara, yang merupakan pecahan dari pengembangan PDM Ketapang. “Saya akui, pengkaderan pimpinan di tingkat PDM se Kalbar masih memerlukan perhatian serius dan bimbingan yang lebih fokus,” kata Ahmad Yais. Kebutuhan pimpinan yang berkualitas dan konsisten dengan gerakan perjuangan Persyarikatan Muhammadiyah sangat mendesak dibutuhkan dalam rangka untuk pengembangan organisasi ke depannya. Dicontohkan, Kabupaten Kayong Utara adalah sebuah PDM yang belum memiliki apa-apa di banding dengan PDM lainnya. Sebagaimana PDM lain, perhatian pengembangan gerakan di pedalamam Kalimantan Barat sangat membutuhkan penanganan secara khusus dengan tipe karakter daerahnya. Dikemukakan, persoalan-persoalan daerah inilah yang dibawa ke Sidang Tanwir untuk dicarikan solusi strategis yang lebih tepat. Masalah-masalah tekanan minoritas dan kendala dalam lingkungan pedalaman yang sulit. “Kita rumuskan terlebih dahulu sebelum dibawa ke Sidang Tanwir,” tambahnya. Langkah terpendeknya adalah melakukan konsolidasi ke dalam agar lebih kuat dahulu. Termasuk menyempurnakan majelis-majelis yang ada di PWM Kalbar, yang saat ini sudah ada sekitar 9 majelis. SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 1 - 15 APRIL 2012
61
Perkembangan terbaru, paparnya, PWM Kalbar mendapat kepercayaan dari PP Muhammadiyah untuk melanjutkan kerja sama dengan lembaga seni budaya dari Amerika Serikat yang telah datang dua kali di Pontianak Kalbar. Lewat Majelis Dikdasmen, PWM Kalbar telah mengirimkan 10 kader muda terbaik untuk tinggal selama 2 bulan di Amerika Serikat dalam rangka pertukaran pelajar dan bidang pengembangan seni dan budaya. “PWM Kalbar sangat perhatian sekali terhadap penyiapan kader-kader pimpinam muda yang nantinya akan memimpin Muhammadiyah di Kalimantan Barat.” Pengiriman kader-kader muda Muhammadiyah tersebut mendapat dukungan dari LSBO Kalbar yang merupakan majelis yang akan menunjukkan kiprahnya dalam berperan di gerakan dakwah Muhammadiyah di Kalbar. Langkah-langkah PWM Kalbar mendapat dukungan penuh dari kader Muhammadiyah yang bekerja di Kedubes Amerika Serikat di Jakarta. Sehingga lebih memudahkan persiapan dan pembentukan tenaga kader kita dalam menimba ilmu di benua Amerika Serikat. Selain masalah-masalah penguatan organisasi, pengembangan amal usaha, penyiapan kader tarjih, juga akan membawa langkah-langkah strategis yang dilakukan oleh majelis Tabligh. Majelis Tabligh sebuah majelis yang menunjukkan kinerja yang cukup kuat dalam gerakan dakwah di Kalbar. Dengan langkah-langkah menjalin kerja sama dengan lembaga dakwah, misalnya dengan LDI. Berhasil menyiapkan 28 mubaligh yang potensial dengan penguasaan ilmu dan kemampuan memimpin. Para mubaligh muda ini telah mendapat pendidikan dan pelatihan di Malang, dan beberapa tempat di Jawa. “Tak diragukan lagi, mereka memiliki etos kerja yang militan untuk mewujudkan perjuangan gerakan Muhammadiyah di pedalaman Kalimantan Barat,” kata Ahmad Yais. Mubaligh bersinergi dengan PCM dan PRM dalam merekrut jamaah-jamaah di pelosok untuk melakukan dakwah. Selain itu menjalin kerja sama dengan majelis-majelis taklim di pedalaman untuk mendukung gerakan dakwah yang dilakukan oleh para kader mubaligh. “Yang penting, Sidang Tanwir nanti memiliki nilai strategis yang lebih kuat untuk membentuk Persyarikatan Muhammadiyah yang lebih baik,” paparnya, ”karena Muhammadiyah ke depan memiliki tantangan yang sangat kompleks.”l am
KEUANGAN JADI AGENDA TANWIR Makassar. Masalah keuangan dibawa oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan untuk dijadikan agenda pembicaraan ke Sidang Tanwir Muhammadiyah di Bandung. “Keuangan adalah masalah krusial bagi Muhammadiyah saat ini,” kata Dr Alwi Udin M Ag, Ketua Umum PWM Sulsel. Pengelolaan keuangan Muhammadiyah sudah ada standarnya, karena itu amat penting untuk disosialisasikan kepada seluruh Pimpinan Muhammadiyah di daerah, kecamatan dan desa. PWM Sulsel, menurut Alwi Udin kepada “SM”, mendesak 62
SUARA MUHAMMADIYAH 07 / 97 | 9 - 23 JUMADILAWAL 1433 H
agar keputusan dari Rapat Kerja Nasional Kebendaharaan yang berlangsung di Makassar menjadi salah satu keputusan Tanwir untuk disosialisasikan. Selain itu, masih ada beberapa masalah yang dibawa ke Tanwir. “PWM Sulsel sudah siap dengan laporannya,” paparnya. Laporan yang dibawa PWM Sulsel, meliputi laporan perkembangan menyangkut beberapa hal. Seperti, 1) Pencapaian revitalisasi idiologi lewat Baitul Arqam yang telah dilakukan oleh Muhammadiyah Sulsel. Baitul Arqam menyertakan kader-kader yang ada di pimpinan daerah, amal usaha dan perguruan tinggi Muhammadiyah. 2) Dinamika pro aktif dari Majelis Tabligh dalam memenuhi tercetaknya kader-kader mubaligh lewat kerja sama dengan lembaga dakwah. “Frekuensinya cukup tinggi, kita mencetak kader mubaligh sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan di Indonesia Timur,” kata Alwi Udin. Forum ini melakukan kajiankajian agama, diskusi dan seminar dipusatkan di Makassar. 3) Melakukan pendataan tanah-tanah wakaf Muhammadiyah se-Sulsel, yang hingga kini sudah tiga kali bekerja ke lapangan. Pencapaianya 75% sudah terdata dan dilakukan sertifikasi. Timnya berjumlah 20 orang dan sudah melaporkan pula ke Majelis Wakaf dan Kehartabendaan PP Muhammadiyah. 4) Kegiatan Tarjih meliputi pelatihan-pelatihan kader ulama menyangkut tafsir Al Quran, kajian dan diskusi. 5) Pengembangan organisasi berusaha menambah jaringan ke Tana Toraja Utara, di daerah ini baru ada satu PDM dan kemungkinan muncul PDM baru dengan telah dirintisnya beberapa PCM. “Tinggal eksion saja,” ujarnya. Kendalanya, tidak mudah menyiapkan kader-kader di tanah minoritas Toraja. PDM yang sudah ada di Sulsel saat ini mencapai 157 PDM. 6) Majelis Pemberdayaan Masyarakat menjadi unggulan program di Sulsel karena majelis ini mampu menyentuh ke lini kehidupan masyarakat di pelosok dalam pendampingan kegiatan pertanian, perikanan, perkebunan dan peternakan.”Masyarakat sangat merasakan manfaat secara langsung dari upaya ini,” kata Alwi Udin. Adanya Diklat Pertanian dengan pembentukan kelompok Tani, sangat fenomenal dalam gebrakan gerakan pemberdayaan ekonomi pedesaan. Kiprahnya mendirikan show room ternak sapi dan kambing, sangat diminati masyarakat. Peran MPM akan menjadi model dakwah unggulan di seluruh wilayah Indonesia Timur, “tingkat efisiensinya cukup tinggi.” 7) Kendati masih baru, tetapi LSBO Sulsel segera gebrak dengan kegiatan turnamen olah raga dan seni. Event besar ini didukung oleh beberapa perguruan tinggi Muhammadiyah yang akan mengerahkan mahasiswanya untuk berpartisipasi. “Tidak ada kegiatan khusus menyambut Tanwir, tetapi kami telah siap membawa beberapa gagasan penting untuk dijadikan usulan,” ungkap Alwi Udin tandas.l am